Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EVALUASI PENGELOLAAN DANA QARDHUL HASAN PADA
SEJUMLAH BMT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
AHMAD FAUZI
NIM: 109046100010
KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435H/2014M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul EVALUASI PENGEL0LAAN DANA eARDHUL HASAN PADASEJUMLAH BMT telah diujikan dalam Sidang N{unaqasyah Fakultas Syariah danHukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16Januari 2AA. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SarjariaEkonomi Syariah (SE.Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, I 6 Januari 2014
ahui,Itas S dan Hukum
,oz--,
in Suma550505 198203 1 012
PANITIA
Ketua
UJIAN
: Dr. Euis Amalia. M.AgNIP. r9710701 199803 2002
: Mu'min Rouf. MANIP. 19700416 199703 1 004
: Asep Saepudin.Iahar. MA. Ph.DNIP. 19691216 199603 I 00t
: Dr. H. Sumuran Harahap. M.Ag.NrP. 19530320 197903 I 002
: Afwan Faizin. MANrP. 19721026 2003t21 001
Sekretaris
Pembimbing
Penguji I
Penguji II
,... . . ...)t -*t7.
e/t/'
ill
LEMBAR PER}IYATAAI\
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya sendiri yang diajikan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memfer,lleh gelar strata 1 di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gUnakan dalam penulisan ini telah saya canfumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta" Januari 2014
1.
aJ.
i
ABSTRAK
Nama : Ahmad Fauzi
NIM : 109046100010
Program Studi : Muamalat
Judul : Evaluasi Pengelolaan Dana Qardhul Hasan pada Sejumlah BMT
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) pada dasarnya mempunyai 2 fungsi yaitu
baitul maal dan baitul tamwil. Akan tetapi BMT lebih tertarik menyalurkan
pembiayaan yang sifatnya komersil atau pembiayaan tamwil. Karena pembiayaan
baitul maal atau qardhul hasan dianggap sebagai produk yang sulit mendapatkan
keuntungan yang sifatnya tolong menolong. Pengelolaan dana maal disetiap BMT
berbeda-beda, khususnya pembagian dana qardhul hasan. Karena disetiap BMT
mempunyai pemasukan dan pengeluaran yang berbeda. Tugas BMT adalah
mengelolanya dan menyalurkannya agar tepat sasaran. Maka dari itu perlu adanya
kebijakan untuk membagi berapa persentase dana yang dialokasikan untuk
pembiayaan qardhul hasan pertahunnya. Permohonan kembali pembiayaan qardhul
hasan juga perlu di cermati jika mitra sudah berkembang usahanya dan bisa mandiri.
Maka dari itu perlu adanya kebijakan dari BMT untuk memberikan kembali
pembiayaan dana qardhul hasan atau merubahnya ke pembiayaan tamwil yang
sifatnya komersil.
Metodologi penelitian yang dipakai menggunakan metode kualitatif
deskripstif. Yaitu dengan melakukan penelitian kepustakaan yaitu teknik
pengumpulan data melalui sumber tertulis. Penelitian lapangan dengan melakukan
observasi dan wawancara dengan pimpinan atau staf yang bertanggung jawab atas
program pembiayaan qardhul hasan sehingga mendapat data-data yang akurat yang
dibutuhkan dalam proses penelitian.
Kata kunci: Baitul Maal wa Tamwil (BMT), Pembiayaan dan Qardhul Hasan
Dosen Pembimbing: Asep Saepudin Jahar, M.A, Ph.D
ii
KATA PENGANTAR
بسم الله الر حمن الر حيم
Alhamdulillahi rabbil al-‘alamin, segala puji dan syukur tak hentinya penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT, Dzat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
yang telah melimpahkan segala nikmat dan anugerah, sehingga skripsi yang berjudul:
“Evaluasi Pengelolaan Dana Qardhul Hasan Pada Sejumlah BMT” dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan dan suri
tauladan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya sampai
akhir zaman.
Selama proses pembuatan skripsi ini, penulis menyadari bahwa tidaklah
terlepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis ingin memberikan penghargaan dan ucapan terima
kasih yang sebesaar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM, selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak Mu’min Rauf, MA, selaku Ketua dan
Sekretaris Program Studi Muamalat Perbankan Syariah yang telah membantu
penulis secara tidak langsung dalam menyikapi skripsi ini.
iii
3. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D. selaku Dosen Pembimbing
Akademik dan Dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan
nasihat dan saran serta kritikan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Pimpinan dan staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah
dan Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi pustaka.
5. Kedua orang tuaku Ayahanda Naswan Hamzah dan Ibunda Atikah yang telah
memberikan segalanya dan do’a restunya dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kakak-kakak ku yang kusayangi Nurlailah SE, Eri Cahyo Widodo SE,
Nasrulloh SE,Sy, Nurazizah S.Pdi, Syafrizal yang banyak memberi masukan
kepada penulis dan keponakanku Jeehan Kirana Suci dan Naura Syifa
Maulida.
7. Para pimpinan dan staff BMT Ta’awun, BMT Al Azhar dan BMT Al Kariim
yang telah bersedia menjadi objek penelitian dan meluangkan waktunya untuk
pengambilan data dan wawancara.
8. Teman-teman PSA’2009 yang banyak membantu memberikan masukan, saran
dan kritik kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
9. Teman-teman Daarul Muta’allimin Group dan Keluarga besar BEKSI
Tradisional H. Hasbulloh khususnya guru besar Bapak Sabenuh Masir yang
telah memberikan pengertian, semangat dan do’a kepada penulis agar cepat
menyelesaikan studi dan skripsi ini.
iv
10. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini baik dukungan
moril, materil dan doanya yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu
namun tidak mengurangi rasa hormat.
Semoga amal baik dan jasa yang telah diberikan para pihak kepada penulis
diterima oleh Allah SWT dan diberikan pahala yang berlipat ganda. Dengan segala
kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam karya ilmiah ini, besar harapan
penulis semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat khususnya
bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi setiap langkah kita. Amin.
Jakarta, Januari 2014
Ahmad Fauzi
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………… v
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………… viii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………… 1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………… 8
C. Rumusan Masalah ………………………………………… 8
D. Tujuan dan Manfaat ………………………………………… 9
E. Review Studi Terdahulu ………………………………… 10
F. Kerangka Teori dan Konseptual ………………………… 16
G. Metode Penelitian ………………………………………… 20
vi
H. Sistematika Penelitian ………………………………………… 21
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Konsep Pembiayaan ………………………………………… 23
1. Pengertian Pembiayaan ………………………………… 23
2. Prinsip-Prinsip Pembiayaan ………………………… 24
3. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan ………………………… 25
B. Konsep Qardhul Hasan ………………………................ 27
1. Pengertian Qardhul Hasan ………………………………… 27
2. Landasan Syariah ………………………………………… 29
3. Rukun dan Syarat ………………………………………… 32
4. Sumber Dana ………………………………………… 33
5. Aplikasi dalam Lembaga Keuangan ………………… 34
6. Manfaat Qard ………………………………………… 34
7. Ketentuan Qard ………………………………………… 35
C. Konsep Manajemen/Pengelolaan ………………………… 36
1. Pengertian Manajemen ………………………………… 36
2. Sarana Manajemen ………………………………………… 36
3. Fungsi Manajemen ………………………………………… 37
BAB III : Gambaran Umum Tentang BMT
A. Pengertian Baitul Maal wa Tamwil (BMT) ………………… 40
vii
B. Prinsip BMT ………………………………………………… 41
C. Fungsi BMT ………………………………………………… 42
D. Pendirian dan Permodalan BMT ………………………… 43
E. Struktur Organisasi ………………………………………… 45
F. Status BMT ………………………………………………… 46
G. Produk-Produk BMT ………………………………………… 47
H. Kesehatan BMT ………………………………………………… 52
BAB IV : Pengelolaan Qardhul Hasan di BMT
A. BMT Ta’awun ………………………………………………… 54
B. BMT Al Azhar ………………………………………………… 60
C. BMT Al Kariim ………………………………………………… 66
BAB V : Penutup
A. Kesimpulan …………………………………………............ 71
B. Saran ………………………………………………………… 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar 1.1
Kerangka Berpikir ………………………………………………………. 19
Gambar 3.1
Struktur Organisasi BMT(Sederhana) ………………………………. 45
Gambar 3.2
Cara Kerja Perputaran Dana BMT ………………………………. 49
Tabel 4.1
Data Tahunan Qardhul Hasan Ta’awun ………………………………. 57
1
BAB I
A. Latar Belakang Masalah
Keadaan ekonomi pada zaman sekarang ini sangatlah kompetitif. Manusia
bekerja mencari nafkah sehari-hari untuk menghidupi kebutuhan hidup di dunia. Dan
manusia juga harus mempersiapkan bekal hidupnya di kemudian hari nanti. Segala
resiko yang akan terjadi nantinya tidak bisa di hindari namun bisa di minimalisir.
Semua orang sadar akan kebutuhannya nanti di kemudian hari yang sangat penting,
dengan demikian orang akan berlomba-lomba untuk menabung dan berinvestasi.
Untuk bisa menabung dan berinvestasi, seseorang harus berusaha kerja keras dengan
berusaha menjadi karyawan atau menjadi wirausaha. Untuk memulai suatu usaha
pastinya memerlukan modal yang cukup. Dan untuk mendapatkan modal bisa melalui
pinjaman orang pribadi atau dengan meminjam ke lembaga formal atau lembaga non
formal. Dengan cara ini lah seseorang akan mendapatkan penghasilan untuk
mengumpulkan bekal di kemudian hari. Dukungan regulasi dan fasilitas pemerintah
sangat diperlukan bagi tumbuh kembangnya usaha rakyat berbasis syariah, ini
sehingga ketimpangan pendapatan dapat segera diatasi dalam tempo yang tidak
terlalu lama.1
Banyak bank-bank yang tersebar di seluruh Indonesia, namun pada
kenyataannya belum mampu menyentuh masyarakat kalangan menengah ke bawah.
1 Euis Amalia, “Transformasi Nilai-Nilai Ekonomi Islam”, Jurnal Iqtishad, vol. 1, no. 1 (Februari
2009), h.106.
2
Masyarakat lapisan bawah pada umumnya nyaris tidak tersentuh oleh (undeserved)
dan tidak dianggap memiliki potensi dana oleh lembaga keuangan formal, sehingga
menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi terhambat pada tingkat subsistensi saja.2
Faktanya, mayoritas UKM dan masyarakat terjebak pada money lender (rentenir)3
karena mungkin saja dana yang di butuhkan tidak terlalu banyak.
Perbankan syariah di Indonesia keberhasilannya tidak bisa lepas dengan
adanya Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS). Penyaluran dana untuk
pembiayaan mikro di salurkan melalui Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS),
diantaranya Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS) dan Koperasi. Saat ini LKS banyak dilirik sebagai jawaban atas masalah
kemiskinan dan pengangguran sebab seperti telah terbukti dibeberapa negara islam
misalnya Banglades dengan Grameen Banknya yang terkenal.4
BMT adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al maal
al tamwil. Baitul maal dan baitul tamwil menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
BMT sebagai pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan
syariah.5 BMT didirikan dalam bentuk KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) atau
Koperasi. Hingga akhir 2012 ini, sudah ada 3.900 BMT. Sebanyak 206 di antaranya
2 Muhammad, Bank Syariah: Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia. (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2005), h.125. 3 Euis Amalia, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2009) hal.68
4 Djawahir Hejazziey, “Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah(UMKM)
Melalui Lembaga Keuangan Syariah(LKS) Untuk Mengentaskan Kemiskinan dan Pengurangan Pengangguran”, Jurnal Iqtishad, vol. 1, no. 1 (Februari 2009), h.121.
5 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta:
Ekonisia, 2007), h.96.
3
bergabung dalam asosiasi BMT seluruh Indonesia.6 Pada 2005 seluruh aset 96 BMT
yang menjadi anggota asosiasi mencapai Rp 364 miliar. Pada 2006, aset tumbuh
menjadi Rp 458 miliar, dan hingga akhir 2011 jumlah aset mencapai Rp 3,6 triliun
dari 206 BMT yang bergabung di asosiasi.7 Beberapa BMT memiliki kantor
pelayanan lebih dari satu. Jika di tambah faktor mobilitas yang tinggi dari para
pengelola BMT untuk “jemput bola”, maka sosialisasi keberadaan BMT tealah
masif.8 Wilayah operasionalnyaa pun sudah mencakup daerah perdesaan dan
perkotaan, di pulau jawa dan luar jawa.
Secara kelembagaan BMT di dukung oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil
(PINBUK). Dalam prakteknya, PINBUK menetaskan BMT, dan pada gilirannya
BMT menetaskan usaha kecil.9 UU yang terkait dengan keberadaan BMT
dianataranya adalah UU no. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, UU no. 17
tahun 2012 tentang Perkoperasian dan UU no. 1 tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro (LKM). Selain itu berhubungan dengan semua UU tersebut, maka
UU no. 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga perlu diperhatikan
oleh BMT, mengingat dalam UU LKM mengaitkan LKM termasuk BMT dengan
OJK. Selama ini BMT harus juga dijalankan berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KepMen) no. 91 tahun 2004 tentang
6 “Aset BMT Tumbuh Signifikan”, Artikel di akses pada 30 April 2013 dari
http://www.tempo.co/read/news/2012/11/07/089440268 7 Ibid
8 “Islamic Mikrofinance di Indonesia”, Sharing edisi 47 (November 2010), h.24.
9 M. Dawam Rahardjo, Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1999), hal.431.
4
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS).10
Penggunaan dana hukum kelompok swadaya masyarakat dan koperasi untuk BMT ini
di sebabkan karena BMT tidak termasuk kepada lembaga keuangan formal yang di
jelaskan UU. No. & tahun 1992 dan UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan.
Kemudian diubah dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 yang memberikan
landasan operasi yang lebih jelas bagi perbankan syariah sehingga telah memiliki
landasan yuridis dan legitimasi yang kuat. Meskipun dalam undang-undang tersebut
tidak disebutkan sebagai suatu jenis bank tersendiri disamping bank umum dan BPR,
tetapi suatu bank umum atau BPR boleh melakukan usahanya tidak berdasarkan atas
bunga tetapi berdasarkan prinsip syari’ah.11
BMT sangatlah berbeda dengan BPRS
karena legalitas BMT ada di bawah tanggung jawab Departemen Koperasi dengan
asas kekeluargaan dikelola secara bersama, sedangkan BPRS di bawah tanggung
jawab PT yang diakui atau direkomendasikan BI. BMT tidak diaudit oleh BI,
sedangkan BPRS diaudit oleh BI dan Menkeu.12
Salah satu pengertian BMT adalah Baitul al-mal. Baitul mal adalah bagian
dari kegiatan BMT yang di jalankan tanpa mencari keuntungan yang sifatnya sosial.
13 BMT berfungsi sebagai pengemban amanah, serupa dengan amil zakat,
10
“BMT Dikepung Oleh Undang-Undang”, Artikel di akses pada 1 Mei 2013 dari
http://abiaqsa.blogspot.com/2013/03/bmt-dikepung-oleh-undang-undang.html 11
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia, (Jakarta, Pustaka Utama Grafiti, 1999), h.121. 12
Subandikot. “Kenapa BMT Belum Mau Jadi Bank Syariah”, Artikel di akses pada 1 Mei 2013
dari http://ib.eramuslim.com/2010/01/22/kenapa-bmt-belum-mau-jadi-bank-syariah/ 13
Euis Amalia, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.85.
5
menyalurkan dana langsung kepada pihak yang berhak dan membutuhkan. Sumber
dananya berasal dari zakat, infak dan sedekah, serta dari bagian laba BMT yang
disisihkan untuk tujuan dari baitul mal. Imam Al-Ghazali dalam al-Mustasyfa
mengemukakan bahwa tujuan utama syariah adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia yang terletak pada pemeliharaan iman, hidup, akal, keturunan
dan harta.14
Hal ini sesuai dengan fungsi BMT yaitu memberdayakan masyarakat.
Tugas BMT di atas sudah jelas untuk membantu mengelola dana zakat, infaq
dan sedekah. Tetapi terkadang dana zakat yang di kumpulkan di kampung-kampung
tidak di kelola dan di salurkan dengan baik. Misalnya ada penumpukan dana di Amil
atau Mustahik mendapat bagian sangat berlebih karena tidak di kelola dengan baik
dan penyalurannya tidak merata. Penyaluran zakat yang dilaksanakan masyarakat
hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mendasar dan sesaat (konsumtif).
Alokasi penggunaan dana zakat yang diterima oleh Mustahik tidak dipergunakan
sebagaimana mestinya. Sebagai salah satu contoh ada satu kasus disalah satu
Lembaga Amil Zakat, dimana Mustahik menerima bagian zakat fitrahnya berupa
beras, ternyata dijual kembali dan dibelikan minuman keras.15
Pengelolaannya ini
tidak di sertai target adanya kemandirian sosial maupun kemandirian ekonomi
misalnya zakat di salurkan dengan begitu saja sehingga Mustahik menjadi konsumtif
bahkan ada yang ke arah konsumsi negatif.
14
Institut Bankir Indonesia, Konsep Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah, (Jakarta: Djambatan, 2003), h.11.
15 M. Nur Rianto Al Arif, Jurnal Iqtishad Vol. 3 No. 1(Februari 2009), h.143
6
Sifat zakat ada 2 yaitu bersifat konsumtif dan bersifat produktif. Zakat yang
bersifat konsumtif adalah zakat yang di berikan hanya 1 kali. Sesuai dengan
penjelasan UU No. 38 tahun 1999 pasal 28. Mustahik delapan asnaf ialah fakir,
miskin, mualaf, riqob, garimin, fisabilillah, dan ibnu sabil. Sedangkan zakat yang
bersifat produktif dapat diberikan apabila kebutuhan mustahik yang delapan sudah
terpenuhi dan terdapat kelebihan. Adapun pendayagunaan dana zakat, infak, sedekah,
hibah, wasiat, waris, dan kafarat di utamakan untuk usaha yang produktif agar
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.16
Dana zakat yang bersifat produktif seperti yang telah di jelaskan di atas biasa
disebut dana qardul hasan atau pinjaman lunak yang di berikan kepada mustahik.
Salah satu ciri istimewa di lembaga keuangan syariah adalah tersedianya fasilitas
kredit kebaikan (Al-Qardh Al-Hasan) yang diberikan secara cuma-cuma.17
Pengertian
qardul hasan sendiri yaitu pemberian harta kepada orang lain yang dapat di tagih atau
di minta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.18
Dalam ilmu ekonomi, qardhul hasan bisa disebut juga dengan pinjaman lunak.
Karena sesuai dengan konsep pemberdayaan maka aktivitas sosial (non profit
oriented) seperti pengorganisasian dan penguatan kelompok di tingkat komunitas
16
Didin Hafiduddin, Problematika Kontemporer Arkulasi Proses Politik Bangsa. (Jakarta: Forum Zakat, 2003), hal. 95.
17 Muhammad, Bank Syariah: Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia.
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), h.128. 18
Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik. (Jakarta: Gema Insani, 2001), hal. 131.
7
(jamaah) menjadi langkah awal sebelum masuk pada aktivitas yang mendatangkan
profit (seperti pinjaman/pembiayaan).19
Setiap tahunnya BMT mendapatkan dana zakat, infaq dan sedekah. Tugas
BMT adalah mengelolanya dan menyalurkannya agar tepat sasaran. Di setiap BMT
mempunyai pemasukan dan pengeluaran yang berbeda-beda. Maka dari itu perlu
adanya kebijakan untuk membagi berapa persentase dana yang di alokasikan untuk
pembiyaaan qardhul hasan tersebut. Misalnya saja pada Bank Syariah Mandiri, sejak
tahun 2000 pembiayaan UKM selalu berada diatas kisaran 50% dari total pembiayaan
dan terus meningkat disetiap tahunnya.20
Dengan memberikan pembiayaan ini,
pergulatan usaha mikro, kecil dan menengah dalam mengembangkan usaha terutama
yang kesulitan mendapatkan modal kerja akan teratasi.21
Jadi mitra dan BMT sama-
sama berkembang.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba untuk membahas lebih
rinci, sejauh mana kinerja BMT dalam menganggarkan dana qardhul hasan dari
keseluruhan dana maal. Hal tersebut yang akan dituangkan dalam sebuah karya
19 Baihaqi Abdul Majid, “Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Di Pedesaan Melalui BMT Dan
Koperasi”, Artikel di akses tanggal 30 April 2013
http://darussalambengkulu.wordpress.com/2012/06/17/pemberdayaan-ekonomi-rakyat-di-pedesaan-
melalui-bmt-dan-koperasi-syariah/
20 Muhammad, Bank Syariah: Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia.
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), h.131. 21
Djawahir Hejazziey, “Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah(UMKM) melalui Lembaga Keuangan Syariah (LKS) untuk mengentaskan Kemiskinan dan Pengurangan Pengangguran”. Jurnal Iqtishad, vol. 1, no. (1 Februari 2009), h.125.
8
ilmiah berbentuk skripsi yang berjudul: “Evaluasi Pengelolaan Dana Qardhul
Hasan pada Sejumlah BMT”.
B. Identifikasi Masalah
1. Berapa persentase pembagian untuk pembiayaan qardhul hasan dari keseluruhan
dana ZIS?
2. Berapa lama jangka waktu mitra untuk menggunakan pembiayaan qardhul
hasan?
3. Bagaimana kebijakan BMT jika mitra terlambat mengembalikan dana qardhul
hasan?
4. Bagaimana kebijakan BMT jika mitra tidak bisa mengembalikan dana qardhul
hasan?
5. Bagaimana jika mitra ingin meminjam kembali dengan dana yang besar untuk
pengembangan usahanya?
6. Apakah bisa terjadi perubahan akad jika mitra ingin meminjam kembali dengan
dana yang besar?
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebijakan BMT Ta’awun, BMT Al Kariim dan BMT Al Azhar
menganggarkan berapa besar persentase untuk pembiayaan qardhul hasan dari
keseluruhan dana maal nya?
9
2. Bagaimana kebijakan BMT Ta’awun, BMT Al Kariim dan BMT Al Azhar
melayani mitra pengguna dana qardhul hasan yang ingin meminjam modal
kembali untuk pengembangan usahanya?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan
1. Mengetahui pengelolaan dana qardhul hasan di BMT.
2. Mengetahui kebijakan yang di lakukan BMT untuk penganggaran dana
qardhul hasan.
3. Mengetahui kebijakan BMT jika mitra ingin meminjam modal lagi untuk
pengembangan usahanya yang dahulu menggunakan dana qardhul hasan.
Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan untuk:
1. Manfaat Akademis
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu bagi civitas
akademik pendidikan khususnya dalam hal pengelolaan dana qardhul
hasan di BMT terhadap usaha masyarakat pada BMT tersebut. Dan juga
sebagai masukan serta referensi bagi pihak-pihak yang melakukan
penelitian serupa. Selain itu, menjadi bahan kajian atau pemikiran bagi
lembaga keuangan non bank khususnya pada pengembangan pembiayaan
Qardhul Hasan di setiap BMT.
10
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Menambah Ilmu tentang pengelolaan dana qardhul hasan di
setiap BMT, dan untuk memperluas pengetahuan di dunia kerja
khususnya dilembaga keuangan yang berbasis syariah, sehingga
kedepan mampu memberikan kontribusi pada dunia keuangan syariah.
b. Bagi BMT
Dapat dijadikan pertimbangan BMT dalam mengambil
keputusan untuk pemberian pembiayaan, khususnya dalam pemberian
pembiayaan Qardhul Hasan sehingga kedepan dapat lebih
berkembang
c. Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi yang
lengkap mengenai BMT kepada masyarakat, khususnya pengusaha
kecil dalam mengambil keputusan untuk memperoleh modal. Sehingga
dikemudian hari masyarakat tergerak untuk menggunakan pembiayaan
dana Qardhul Hasan, serta meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan BMT di tanah air.
E. Review Studi Terdahulu
Dalam penelitian atau pembuatan skripsi, terkadang ada tema yang berkaitan
dengan penelitian yang kita jalankan sekalipun arah tujuan yang di teliti berbeda.
11
Dari penelitian ini penulis menemukan beberapasumber kajian lain yang telah lebuh
dahulu membahas terkait dengan Qardhul Hasan, diantaranya adalah:
No Nama Penulis/
Judul skripsi,
jurnal/ Tahun
Substansi Perbedaan dengan
penulis
1 M. Syahrul Munir
/ Efektivitas
Pemberdayaan
Masyarakat
Melalui Dana
Qardhul Hasan di
BMT El-Syifa
Ciganjur /
Fakultas Syariah
dan Hukum-
Muamalat UIN
Syarif
Hidayatullah
Jakarta 2011.
Skripsi ini menjelaskan
tentang pola
pemberdayaan
masyarakat, prospek
pembiayaan qardhul
hasan dan tingkat
efektifitas.
Metodelogi penelitian
adalah kualitatif
deskritif dengan
analisis SWOT.
Hasil penelitian adalah
bermanfaat bagi
masyarakat, dalam
Penulis meneliti tentang
pembagian persentase
untuk pembiayaan
qardhul hasan dan
kebijakan BMT jika ada
mitra yang ingin
meminjam modal
kembali untuk
memperbesar usahanya.
Metodelogi penelitian
adalah kualitatif deskritif
12
analisis SWOT berada
pada posisi kuadran I,
yaitu menandakan
organisasi kuat dan
memiliki peluang,
tingkat efektivitasnya
sebesar 86%, dan jika
disesuaikan dengan
criteria tingkat
efektifitas, maka
berada pada kuadran I
yaitu berjalan sangat
efektif
No. Nama Penulis/
Judul skripsi,
jurnal/ Tahun
Substansi Perbedaan dengan
penulis
2 Arif Apriansyah /
Studi Analisis
Terhadap Kinerja
Badan Amil
Jurnal ini menjelaskan
tentang usaha dan
penghimpunan dana
zakat dan
Penulis meneliti tentang
pembagian persentase
untuk pembiayaan
qardhul hasan dan
13
Zakat(BAZ) Kota
Bogor dalam
meningkatkan
Jumlah Usaha
Produktif Para
Mustahiq.
Al-Infaq Jurnal
Ekonomi Islam,
Prodi Ekonomi
Islam, Fakultas
Agama Islam,
Universitas Ibn
Khaldun Bogor.
meningkatkan jumlah
usaha produktif
mustahiq.
Metodologi penelitian
adalah kualitatid
deskritif.
Yang kesimpulan
akhirnya adalah kinerja
cukup baik dalam
kegiatan fundraising
dan ZIS, kinerja
pendistribusian dan
ZIS melalui program
TAREKAT sangat
rendah
kebijakan BMT jika ada
mitra yang ingin
meminjam modal
kembali untuk
memperbesar usahanya.
Metodelogi penelitian
adalah kualitatif deskritif
No. Nama Penulis/
Judul skripsi,
jurnal/ Tahun
Substansi Perbedaan dengan
penulis
14
3 Maria Ulfa /
Efektifitas
Pembiayaan
Dana Qardhul
Hasan Pada BMT
Bina Ummat
Sejahtera Periode
2006-2010 /
Fakultas Syariah
dan Hukum-
Muamalat UIN
Syarif
Hidayatullah
Jakarta 2012
Skripsi menjekaskan
tentang konsep
pembiayaan qardhul
hasan, jumlah dana
yang terkumpul pada
periode 2006-2010 dan
tingkat efektifitas dana
qardhul hasan.
Metodelogi penelitian
adalah kualitatif
deskriptif
Hasil penelitiannya
adalah pembiayaan
qardhul hasan bersifat
nirlaba. Dana yang
terkumpul setiap
tahunnya selalu
meningkat. Tingkat ke
efektifannya tergolong
efektif dengan
menyalurkan ke 8
Penulis meneliti tentang
pembagian persentase
untuk pembiayaan
qardhul hasan dan
kebijakan BMT jika ada
mitra yang ingin
meminjam modal kembali
untuk memperbesar
usahanya.
Metodelogi penelitian
adalah kualitatif deskritif
15
asnaf.
No. Nama Penulis/
Judul skripsi,
jurnal/ Tahun
Substansi Perbedaan dengan
penulis
4 Ade Agung
Dwiputra / Peran
Dana Qard Al-
Hasan Dalam
Memberdayakan
Usaha Kecil (Pada
BMT Husnayain
di Pasar Rebo dan
BMT Al-Azhar di
Pasar Minggu) /
Fakultas Syariah
dan Hukum-
Muamalat Uin
Syarif
Hidayatullah
Jakarta 2012
Skirpsi ini
menjelaskan tentang
pemberdayaan pada
usaha kecil, cara BMT
meningkatkan
penggunaan dana
qardhul hasan, kendala
dan rintangan dalam
pelaksanaan
pembiayaan.
Metodelogi penelitian
adalah kualitatif
deskriptif.
Hasil penelitiannya
adalahperan dana
qardhul hasan di ke 2
Penulis meneliti tentang
pembagian persentase
untuk pembiayaan
qardhul hasan dan
kebijakan BMT jika ada
mitra yang ingin
meminjam modal
kembali untuk
memperbesar usahanya.
Metodelogi penelitian
adalah kualitatif deskritif
16
BMT masih kecil.
Cara meningkatkan
dana qardhul hasan
melalui infaq dari para
anggota dan
masyarakat. Kelebihan
BMT Al Azhar adalah
mendapat dana dari
masjid dan penunjukan
dari LAZIS. Kendala
di BMT Husnayain
adalah nasabah sulit
dalam pengembalian,
tetapi di BMT Al-
Azhar sulit untuk
menyalurkan dana.
17
F. Kerangka Teori dan Konseptual
(Pembiayaan)
Menurut sifat dan penggunaanya, pembiayaan dapat di bagi menjadi dua hal
sebagai berikut:22
1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang di tujukan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik
usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.
2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang di gunakan untuk
memenuhi konsumsi, yang akan habis di gunakan untuk memenuhi
kebutuhan.
Secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat
kategori yang di bedakan berdasarkan tujuan penggunaannya,yaitu:23
1. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli
2. Pembiayaan dengan prinsip sewa
3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
4. Pembiayaan dengan akad pelengkap
22
Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. (Jakarta: Gema Insani, 2001), hal.160. 23
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2010), hal.97.
18
Namun dalam hal pembiayaan bank harus mempersiapkan strategi
penggunaan dana-dana yang dihimpunnya sesuai dengan rencana alokasi berdasarkan
kebijakan yang telah di gariskan. Alokasi ini mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1. Mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat risiko yang rendah
2. Mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi
liquiditas tetap aman.
(Qardhul Hasan)
Qard adalah bagian dari akad tabarru’, yaitu segala macam perjanjian yang
menyangkut not-for profit transaction (transaksi nirlaba). Yang bertujuan untuk
tolong-menolong dalam rangka berbuat kebaikan, dan tidak berhak mensyaratkan
imbalan apapun kepada pihak lainnya.24
Menurut Syafi’i Antonio, al qardh adalah pemberian harta kepada orang lain
yang dapat di tagih atau di minta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa
mengharapkan imbalan.25
Qardh merupakan pinjaman kebajikan/lunak tanpa imbalan, biasanya untuk
pembelian barang-barang fungible (yaitu barang yang dapat diperkirakan dan diganti
sesuai berat, ukuran, dan jumlahnya).26
Karena bunga di larang dalam islam maka
pinjaman qardhul hasan merupakan pinjaman tanpa bunga. Lebih khusus lagi,
24
Ah. Azharudin Lathif, Fiqih Muamalah, (Jakarta, UIN Jakarta Press, 2005), h.149. 25
Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik. (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 131. 26
Ascaraya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2008), h.46.
19
pinjaman qardhul hasan merupakan pinjaman kebajikan yang tidak bersifat
komersial, tetapi bersifat sosial.27
Evaluasi adalah riset untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan
informasi yang bermanfaat mengenai objek evaluasi, menilai dengan
membandingkannya dengan indikator evaluasi dan hasilnya di pergunakan untuk
mengambil keputusan mengenai objek evaluasi.28
Kerangka Konseptual
Gambar 1.1
Kerangka Berpikir
27
Ibid 28
Wirawan, Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi dan Profesi, (Jakarta: Rjawali Pers, 2011), h.7.
BMT
Persentasi Pembagian
Dana Qardhul Hasan
Evaluasi Pembiayaan
Qardhul Hasan
Kebijakan Adanya
Perubahan Akad atau
Tidak
20
G. Metode Penelitian
1. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang akan di pakai adalah kualitatif deskritif. Yaitu metode penelitian
yang data-datanya dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang dilakukan pada kondisi obyek yang dialami.29
Metode penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu seistem pemikiran,
ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang.30
2. Jenis Data
Jenis data yang di kumpulkan berupa data kualitatif terdiri dari data primer dan
data sekunder.
a. Data primer
Data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara pihak yang
bersangkutan,serta dokumentasi/arsip perusahaan.
b. Data sekunder
Data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan yang berkaitan dengan
materi yang akan dibahas, baik itu berupa buku-buku sumber, jurnal, surat
kabar atau sumber-sumber lain yang relevan dengan pokok masalah yang
diangkat penulis pada skripsi ini.
29
Made Wirartha, Metode Penelitian Sosial Ekonomi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2006)h.134 30
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003)h.54
21
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap
BMT yang akan di teliti.
b. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara kepada pengelola
BMT untuk mendapatkan informasi.
c. Teknik kepustakaan, yaitu dengan mencari data pada laporan keuangan yang
ada di BMT.
H. Sistematika Penulisan
BAB 1. PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka
teori dan konseptual, metode penelitian, serta sistematika penelitian.
BAB II . LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan tentang teori-teori dari pembiayaan, pengertian
qardhul hasan, dasar hukum qardhul hasan, dan pengelolaan.
BAB III. GAMBARAN UMUM
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum BMT.
BAB 1V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang pembagian persentase dana untuk
qardhul hasan dari keseluruhan dana ZIS dan membahas tentang kebijakan
22
BMT bagi nasabah yang ingin meminjam modal untuk pengembangan
usahanya setelah meminjam dana qardhul hasan
Bab V . PENUTUP
Bab ini memberikan kesimpulan dari hasil pembahasan pada bab-bab
sebelumnya, serta saran saran yang sekiranya dapat dijadikan suatu bahan
pertimbangan dan kontribusi pemikiran.
23
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Pembiayaan
1. Pengertian pembiayaan
Menurut sifat penggunanya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal
berikut:1
a. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik
usaha produksi, perdagangan maupun investasi.
b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal
berikut.2
a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan
peningkatan produksi, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif dan
untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu
barang.
b. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal
(capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.
1 M. Syafi’I Antonio. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 160.
2 Ibid. h.160.
24
2. Prinsip-prinsip Pembiayaan
Beberapa prinsip dasar yang perlu dilakukan sebelum memutuskan
permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon nasabah. Prinsip pembiayaan ini
bisa disebut dengan 5C, pada dasarnya konsep 5C ini memberikan informasi
mengenai itikad baik dan kemampuan membayar nasabah untuk melunasi pinjaman.
Prinsip 5C tersebut adalah sebagai berikut:
a. Character
Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon penerima
pembiayaan dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa
penerima pembiayaan dapat memenuhi kewajibannya.
b. Capacity
Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan penerima pembiayaan
untuk melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan catatan prestasi
penerima pembiayaan di masa lalu yang didukung dengan pengamatan di
lapangan atas sarana usahanya seperti toko, karyawan, alat-alat, pabrik serta
metode kegiatan.
c. Capital
Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon
penerima pembiayaan yang diukur dengan posisi perusahaan secara
keseluruhan yang ditujukan oleh rasio finansial dan penekanan pada
komposisi modalnya.
25
d. Collateral
Yaitu jaminan yang dimiliki calon penerima pembiayaan. Penilaian ini
bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu resiko kegagalan
pembayaran tercapai terjadi maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti
dari kewajiban.
e. Condition
Bank syariah harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat secara
spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh
calon penerima pembiayaan. Hal tersebut karena kondisi eksternal berperan
besar dalam proses berjalannya usaha calon penerima pembiayaan.
3. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan
Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:
tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro.3
Secara makro, pembiayaan bertujuan untuk:
a. Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat yang tidak dapat akses secara
ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat mengaksesnya. Dengan
demikian diharapkan dapat meningkatkan taraf kehidupan ekonominya.
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk pengembangan usaha
membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh melalui
3 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. (Yogyakarta: Unit Percetakan
Akademi Manajemen Perusahaan YKPN,2005), h. 16.
26
aktifitas pembiayaan. Pihak yang surplus dan menyalurkan kepada pihak yang
minus dana, sehingga dapat tergulirkan.
c. Meningkatkan produktifitas, artinya adanya pembiayaan memberikan peluang
bagi masyarakat agar mampu meningkatkan daya produksinya. Sebab upaya
meningkatkan produksi tidaka akan dapat terlaksanakan tanpa adanya dana.
d. Membuka lapangan kerja baru, artinya dengan dibukanya sektor-sektor
tersebut akan menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti menambah dan membuka
lapangan kerja baru.
e. Terjadi distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha produktif mampu
melakukan aktifitas-aktifitas kerja, berarti mereka akan memperoleh
pendapatan dari hasil usahanya. Penghasilan merupakan dari pendapatan
masyarakat. Jika ini berhasil maka akan terjadi distribusi pendapatan.
Adapun sektor mikro, pembiayaan diberikan dalam rangka untuk:
a. Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki
tujuan yang tinggi, yaitu memaksimalkan laba usaha untuk menghasilkan laba
maksimal, maka perlu pendukung dana yang cukup.
b. Upaya memaksimalkan resiko, artinya usaha yang dilakukan agar mampu
menghasilkan laba maksimal, maka para pengusaha harus mampu
meminimalkan resiko. Resiko kekurangan modal dapat diatasi dengan
pembiayaan.
27
c. Pendayagunaan ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat
dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam
dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal(pembiayaan).
B. Konsep Qardhul Hasan
1. Pengertian Qard
Secara etimologi, qardh berarti qath‟i(memotong). Harta yang dibayar kepada
muqtarid(yang diajak akad qardh) dinamakan qarad, sebab merupakan dari harta
muqrid(pemilik barang).4 Pengertian secara terminologi, antara lain dikemukakan
oleh ulama hanafiyah. Menurut nya qardh adalah sesuatu yang diberikan seseorang
dari harta mitsil (yang memiliki perumpamaan) untuk memenuhi kebutuhannya.
Sedangkan menurut ulama Malikiyah adalah suatu penyerahan harta kepada orang
lain yang tidak disertai iwadh(imbalan) atau tambahan dalam pengembaliannya.5 Bila
pinjaman di berikan tanpa mensyaratkan apapun, selain mengembalikan pinjaman
tersebut setelah jangka waktu tertentu maka bentuk meminjamkan uang seperti ini
disebut dengan qard.6
4 Ah. Azharudin Lathif, Fiqih Muamalah, (Jakarta, UIN Jakarta Press, 2005), h. 150.
5 Ibid. h. 150.
6 Adiwarman A. Karim, Bank Islam, (Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2010), h.68.
28
Menurut Fatwa DSN MUI Nomer: 19/DSN-MUI/IV/2001 Al-Qardh adalah
pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang memerlukan. Nasabah al-
Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah
disepakati bersama.
Pada hakikatnya, akad tabarru‟ adalah akad melakukan kebaikan yang
mengharapkan balasan dari Allah semata. Itu sebabnya akad ini tidak bertujuan untuk
mencari keuntungan komersil. Konsekuensi logisnya, bila akad tabarru‟ dilakukan
dengan mengambil keuntungan komersil, maka ia bukan lagi akad tabarru‟. Ia akan
menjadi akad tijarah.7
Secara umum, Qardhul Hasan diartikan sebagai infak di jalan Allah, di dalam
jihad dan peperangan demi menegakkan kebenaran dan bersedekah kepada para fakir
miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Ada juga yang mengatakan: Qardh
Hasan itu adalah amal shaleh muthlaqon yang mana dia adalah bentuk transaksi
pinjaman yang benar-benar bersih dari tambahan/bunga.
2. Landasan Syariah
Transaksi qardh hukumnya termasuk Jaiz (diperbolehkan). Oleh para ulama
berdasarkan hadits riwayat Ibnu Majjah dan Ijma’ ulama. Qardh bersifat mandub
(dianjurkan) bagi muqridh (orang yang mengutangi) dan mubah bagi muqtaridh
(orang yang berutang).
7 Ibid. h.66
29
- Al-Qur’an
ن ذا الذى يقرض الل قرضا حسنا فيضعفه, له, وله, أجركريم م
“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka
Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya`, dan dia akan
memperoleh pahala yang banyak.” (QS. Al-Hadid: 11)
- Al-Hadits
بي صلى الله عليه وسلم قال مامن مسلم يقرض مسلما عن ابن مسعود أن الن
ة. تين إل كان كصدقتها مر قرضا مر
Ibnu Mas‟ud meriwayatkan bahwa Nabi Saw. Berkata : “Bukan seorang
muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali kecuali yang
satunya adalah (senilai) sedekah”. (HR. Ibnu Majah no. 2421, kitab Al-
Ahkam; Ibnu Hibban dan Baihaqi)8
بننن مالنن قننال قننل رسننول الله صننلى الله عليننه وسننلم رأينن ليلنن عننن أننن
ننندق بعلنننر أم الهنننا والقنننرض نننن مكتوبنننا الص أسنننرب بننني علنننى بنننا ال
بريننل مابننال القننرض نند قنن قننال ب مننا نينن علننر تقلنن يننا أتضننل مننن الص
نننننن . من ا ل يسننننننل وعننننننندض والمسننننننتقرض ل يسننننننتقرض إل ننننننا لأن الس
8 Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Sahih At-Targhib Wat Tarhib Al-Juzul Awwal, (Riyadh:
Maktabah Al-Ma’arif Lin Nasyri Wat Tauzi’, 2000), hal. 538.
30
Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda, “Aku melihat pada waktu
malam di-isra‟-kan, pada pintu surga tertulis: sedekah dibalas sepuluh kali
lipat dan qardh delapan belas kali. Aku bertanya, „wahai jibril, mengapa
qardh lebih utama dari sedekah?‟ Ia menjawab, „karena peminta-minta
sesuatu dan ia punya, sedangkan yang meminjam tidak akan minjam kecuali
karena keperluan‟.” (HR Ibnu Majah no. 2422, kitab al-Ahkam, dan
Baihaqi)9
Setelah kita memberikan pinjaman kepada seseorang (saudaranya), hendaklah
pinjaman tersebut mengandung unsur kebaikan, begitu juga apabila pinjaman tersebut
telah jatuh tempo. Ber-ihsan dalam menagih hutang (Qardh), adakalanya dilakukan
dengan menganggapnya lunas, semua maupun sebagiannya, atau dengan
mengundurkan waktu pembayaran tersebut yang telah jatuh tempo, ataupun dengan
mengurangi berbagai persyaratan pembayaran yang telah memberatkan.
-Ijma’
Dalil ijma‟ adalah bahwa semua kaum muslimin telah sepakat dibolehkannya
utang piutang.10
Para ulama telah menyepakati bahwa al-qardh boleh dilakukan.
Kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang tidak bisa hidup tanpa
pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak ada seorang pun yang memiliki segala
barang yang ia butuhkan. Oleh karena itu, pinjam-meminjam sudah menjadi satu
bagian dari kehidupan di dunia ini. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan
segenap kebutuhan umatnya.
9 Ibid
10 Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah: Fiqih Muamalat. (Jakarta: Kencana, 2012), h.335.
31
Hak kepemilikan dalam Qardh menurut Abu Hanifah dan Muhammad –
berlaku melalui Qabdh (penyerahan).Jika seseorang berhutang satu mud gandum dan
sudah terjadi qabdh, maka ia berhak menggunakan dan mengembalikan dengan
semisalnya meskipun muqridh meminta pengembalian gandum itu sendiri, karena
gandum itu bukan lagi miliki muqridh. Yang menjadi tanggung jawab muqtaridh
adalah gandum yang semisalnya dan bukan gandum yang telah diutangnya, meskipun
Qardh itu berlangsung.
Abu yusuf berkata : muqtaridh tidak memiliki harta yang menjadi objek
Qardh selama Qardh itu berlangsung.
Mazhab hanafi berpendapat, Qardh dibenarkan pada harta yang memiliki
kesepadanan, yaitu harta yang perbedaan nilainya tidak menyolok, seperti barang-
barang yang ditakar, ditimbang, biji-bijian yang memiliki ukuran serupa seperti
kelapa dan telur, dan yang diukur, seperti kain bahan. Di perbolehkan juga meng-
qardh roti, baik dengan timbangan atau biji.
Mazhab Maliki, Syafi’I, dan Hambali berpendapat, diperbolehkan melakukan
qardh atas semua harta yang bias dijualbelikan obyek salam, baik itu ditakar,
ditimbang, seperti emas, perak dan makanan atau dari harta yang bernilai, seperti
barang-barang dagangan, binatang dan sebagainya, seperti harta-harta biji-bijian,
karena pada riwayat Abu Rafi’ disebutkan bahwa Rasulullah SAW berutang unta
berusia masih muda, padahal untuk bukanlah harta yang ditakar atau ditimbang, dan
karena yang menjadi obyek salam dapat di hakmiliki dengan jual beli dan ditentukan
32
dengan pensifatan. Maka bisa menjadi obyek qardh. Sebagaimana harta yang ditakar
dan ditimbang.
Dari sini, menurut jumhur ahli fiqih, diperbolehkan melakukan qardh atas
semua benda yang boleh diperjualbelikan kecuali manusia, dan tidak dibenarkan
melakukan qardh atas manfaat/jasa, berbeda dengan pendapat Ibnu Taimiyah, seperti
membantu memanen sehari dengan imbalan ia akan dibantu memenen sehari, atau
menempati rumah orang lain dengan imbalan orang tersebut menempati rumahnya.
3. Rukun dan Syarat
Rukun:
1) Muqridh (pemilik barang)
2) Muqtaridh (yang mendapat barang atau peminjam)
3) Ijab qobul
4) Qardh (barang yang dipinjamkan)
Syarat sah qardh :
1) Qardh atau barang yang dipinjamkan harus barang yang memiliki manfaat,
tidak sah jika tidak ada kemungkinan pemanfaatan karena qardh adalah akad
terhadap harta.
2) Akad qardh tidak dapat terlaksana kecuali dengan ijab dan qobul seperti
halnya dalam jual beli.
Akad
1) Penggunaan dana-dana qardh oleh muqtaridh harus jelas diketahui dan
pemberiannya sesuai dengan kondisi rill bukan di buat-buat.
33
2) Masa pembiayaan dan system pengembaliannya harus dicantumkan dalam
akad.
4. Sumber Dana
Sifat qardh tidak memberikan keuntungan finansial. Karena itu, pendanaan
qardh dapat diambil menurut kategori berikut:
1) Al-qardh yang diperlukan untuk membantu usaha sangat kecil dan keperluan
social, dapat bersumber dari dana zakat, infaq, dan sedekah.
2) Al-qardh yang diperlukan untuk membantu keuangan nasabah secara cepat
dan berjangka pendek. Talangan dana di atas dapat diambilkan dari modal
bank.
5. Aplikasi dalam Lembaga Keuangan
Akad qard biasanya diterapkan sebagai berikut:11
1) Sebagai produk perlengkapan kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas
dan bonafiditasnya,yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang
rlatif pendek.Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah
uang yang dipinjamnya itu.
2) Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat,sedangkan ia tidak
bisa menarik dananya karena,misalnya tersimpan dalam bentuk deposito.
11
Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah: Fiqih Muamalat, h. 336.
34
3) Sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau memebayar
sektor sosial. Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal suatu produk
khusus yaitu al-qardh al-hasan.
6. Manfaat Qard
Manfaat qardh dalam praktiknya perbankan syariah banyak sekali diantaranya
sebagai berikut:12
1) Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk
mendapat talangan jangka pendek.
2) Al-qardh al-hasan juga merupakan salah satu ciri syariah dan bank
konvensional yang didalamnya terkandung pembeda antara bank misi sosial,
disamping misi komersial.
3) Adanya misi kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan
meningkatkan loyalitas masyarakat kepada bank syariah.
4) Risiko al-qardh terhitung tinggi karena ia di anggap pembiayaan yang tidak
ditutup dengan jaminan.
7. Ketentuan Qardh13
1) Al qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah yang memerlukan
2) Nasabah al qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada
waktu yang telah disepakati
12
Ibid, h. 337
13 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam. (Jakarta: Kencana, 2010),
h.61.
35
3) Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah
4) LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu
5) Nasabah al qardh dapat memberikan tambahan dengan sukarela kepada LKS
selama tidak diperjanjikan dalam akad
6) Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya
pada saat yang telah disepakati dan LKS telah memastikan ketidakmampuan,
LKS dapat:
-memperpanjang jangka waktu pengembalian
-menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.
C. Konsep Manajemen/Pengelolaan
1. Pengertian Manajemen
Pengertian Manajemen menurut Haiman adalah fungsi untuk mencapai
sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk
mencapai tujuan bersama. Sedangkan George R. Terry mengatakan bahwa
manajemen adalah pencapaian tujuan yang di tetapkan terlebih dahulu dengan
mempergunakan kegiatan orang lain.14
Kesimpulan dari pengertian tersebut yaitu
pertama, adanya tujuan yang ingin di capai, kedua, tujuanyang di capai dengan
mempergunakan kegiatan orang-orang lain dan ketiga, kegiatan-kegiatan orang lain
itu harus di bimbing dan di awasi.
14
M. Manullang, Dasar-dasar Manajemen. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2005), h. 3.
36
Menurut pendapat Henry Fayol, Alfin Brown, Harold Koontz, Cyril O’Donnel
dan George R. Terry beranggapan bahwa manajemen itu adalah ilmu sekaligus seni.
Pernyataan bahwa manajemen itu adalah ilmu sekaligus seni, maka definisi
manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan,
pengarahan, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang sudah di
tetapkan.15
2. Sarana Manajemen
Untuk mencapai tujuan para manajer menggunakan “Enam M”. Dengan kata
lain, sarana (tools) atau alat manajemen untuk mencapai tujuan adalah men, money,
materials, machines, methods dan market.16
Kesemuanya itu di sebut sumber daya
yang di butuhkan untuk mencapai tujuan dari manajemen. Berbagai macam aktivitas
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dan aktivitas itu dapat kita tinjau dari
sudut proses seperti, planning, organizing, staffing, directing, dan controlling, dapat
pula kita tinjau dari sudut bidang seperti penjualan, produksi, keuangan, personalia
dan sebagainya.
3. Fungsi Manajeman
Untuk mencapai tujuan, organisasi memerlukan dukungan manajemen dengan
berbagai fungsi yang di sesuaikan dengan kebutuhan organisasi masing-masing.
15
Ibid, h.5.
16 Ibid, h.5.
37
Beberapa fungsi manajemen sebagaimana diterangkan oleh Nickles, McHugh and
McHugh, terdiri dari empat fungsi:17
a. Perencanaan (Planning)
Proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi
kecenderungan di masa yang akan datang dan penentu strategi dan taktik yang
tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi. Diantara
kecenderungan bisnis sekarang, misalnya bagaimana merencakan bisnis yang
ramah lingkungan, bagaimana merencang organisasi bisnis yang mampu
bersaing dalam persaingan global, dan lain sebagainya. Suatu perencanaan
yang baik dilakukan melalui berbagai proses kegiatan yang meliputi
forecasting, objective, policies, programs, procedures, dan badget.18
b. Pengorganisasian (Organizing)
Proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah
dirumuskan dalam perencanaan di desain dalam sebuah struktur organisasi
yang tepat dan tangguh, system dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan
bisa memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi bisa bekerja secara
efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi. Pengorganisasian dan
pengembangan organisasi adalah meliputi pembagian kerja yang logis,
17
Erni Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen (Jakarta:Kencana,
2005), h.8.
18 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), h.
97.
38
penetapan garis tanggung jawab dan wewenang yang jelas, pengukuran
pelaksanaan dan prestasi yang dicapai.19
c. Pengimplementasian (Directing)
Proses implementasi program agar bisa dijalankan oleh seluruh pihak
dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat
menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktivitas
yang tinggi
d. Pengawasan (Controlling)
Proses yang dilakukan untuk memastikan sebuah rangkaian kegiatan yang
telah direncanakan, diorganisasikan, dan diimplementasikan bisa berjalan
sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi
dalam lingkungan dunia bisnis yang di hadapi. Suatu organisasi dapat
dikatakan memiliki sistem pengendalian manajemen baik apabila sistem
tersebut mampu meminimalkan terjadinya deviasi dari kondisi nyata terhadap
dari setiap rencana yang telah digariskan secara dini serta penyusunan
langkah-langkah penanggulangan atas setiap deviasi yang terjadi.20
Proses pengawasan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:21
a) Menentukan standar sebagai ukuran pengawasan
19
Ibid, h.104.
20 Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi
(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h.509.
21 Ibid h. 116
39
b) Pengukuran dan pengamatan terhadap jalannya operasi berdasarkan
rencana yang telah ditetapkan.
c) Penafsiran dan perbandingan hasil yang dicapai dengan standar yang
diminta.
d) Melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan.
e) Perbandingan hasil akhir (output) dengan masukan (input) yang
digunakan
40
BAB III
Gambaran Umum Tentang BMT
A. Pengertian Baitul Maal Watamwil (BMT)
Baitul maal watamwil (BMT) adalah penggabungan dari baitul maal dan
baitul tamwil. Baitul maal adalah lembaga keuangan yang kegiatannya mengelola
dana yang bersifat nirlaba(social) dan berorientasi social keagamaan yang kegiatan
umatnya menampung harta masyarakat dari berbagai sumber termasuk zakat, infaq
dan shadaqah dan menyalurkannya untuk tujuan memajukan kemaslahatan umat dan
bangsa dalam arti seluas-luasnya.1 Adapun yang dimaksud dengan baitul tamwil
adalah lembaga keuangan yang kegiatannya adalah menghimpun dan menyalurkan
dana masyarakat yang bersifat profit motive, kegiatannya utamanya adalah
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas
ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung
dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.2
Selain berfungsi sebagai lembaga keuangan BMT juga bisa berfungsi sebagai
lembaga ekonomi. Sebagai lembaga keuangan BMT bertugas menghimpun dana dari
masyarakat (anggota BMT) dan menyalurkan dana kepada kepada masyarakat
1 Makhlakul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Keuangan Mikro Keuangan Syariah.
(Yogyakarta: UII Pres,2002), h.66-67. 2 Muhammad Amin Aziz, Buku Saku Tata Cara Pendirian BMT. (Jakarta:PKES,2000), h.1.
41
(anggota BMT). Sebagai lembaga ekonomi BMT juga berhak melakukan kegiatan
ekonomi, seperti berdagang industri dan pertanian.3
B. Prinsip BMT
BMT didirikan dengan berasaskan pada masyarakat yang salam, yaitu penuh
keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan.
Prinsip dasar BMT, adalah:4
1. Ahsan (mutu hasil kerja terbaik), thayyiban (terindah), ahsanu ‘amala
(memuaskan semua pihak), dan sesuai dengan nilai salam: keselamatan,
kedamaian, dan kesejahteraan.
2. Barokah, artinya berdayaguna, berhasilguna, adanya penguatan jaringan,
transparan (keterbukaan), dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada
masyarakat.
3. Spiritual communication (penguatan nilai ruhiyah)
4. Demokratis, partisipatif, dan inklusif
5. Keadilan sosial dan kesetaraan jender, non-diskriminatif
6. Ramah lingkungan
3 H. A. Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat. (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2002) 4 Buku Saku Lembaga Bisnis Syariah (Jakarta: PKES, 2006), h.24.
42
7. Peka dan bijak terhadap pengetahuan dan budaya lokal, serta keanekaragaman
budaya.
8. Keberlanjutan, memberdayakan masyarakat dengan meningkatkan
kemampuan diri dan lembaga masyarakat local.
C. Fungsi BMT
Bmt bersifat terbuka, independen, tidak partisan, berorientasi pada
pengembangan tabungan dan pembiayaan untuk mendukung bisnis ekonomi yang
produktif bagi anggota dan kesejahteraan sosial masyarakat sekitar, terutama usaha
mikro dan fakir miskin.
Adapun fungsi BMT di masyarakat, adalah:5
1. Meningkatkan kualitas SDM anggota, pengurus, dan pengelola menjadi lebih
profesional, salaam (selamat, damai, dan sejahtera), dan amanah sehingga
semakin utuh dan tangguh dan berjuang dan berusaha (beribadah) menghadapi
tangtangan global.
2. Mengorganisasi dan memobilisasi dana sehingga dana yang dimiliki oleh
masyarakat dapat termanfaatkan secara optimal di dalam dan di luar
organisasi untuk kepentingan rakyat banyak.
5 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis.
(Jakarta: Kencana, 2010), h. 364.
43
3. Mengembangkan kesempatan kerja
4. Mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usaha dan pasar produk-produk
anggota.
5. Memperkuat dan meningktakan kualitas lembaga-lembaga ekonomi dan sosial
masyarakat banyak.
Setiap visi BMT harus mengarah pada upaya untuk mewujudkan BMT
menjadi lembaga yang mampu meningkatkan kualitas ibadah anggota, sehingga
mampu berperan sebagai wakil pengabdi Allah SWT, memakmurkan hidup anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.6 Misi BMT adalah membangun dan
mengembangkan tatanan perekonomian dan berstruktur masyarakat madani yang adil
berkemakmuran-berkemajuan, serta makmur-maju berkeadilan berlandaskan syariah
dan ridha Allah SWT.7
D. Pendirian dan Permodalan BMT
Baitul Mal wat Tamwil merupakan lembaga ekonomi atau lembaga keuangan
syariah nonperbankan yang sifatnya informal. Karena BMT didirikan oleh kelompok
swadaya msayarakat yang berbeda dengan lembaga keuangan perbankandan lembaga
keuangan formal lainnya. BMT dapat didirikan dan dikembangkan dengan proses
legalitas hukum yang bertahap. Awalnya dapat dimulai sebagai kelompok swadaya
masyarakat dengan mendapatkan sertifikat operasi/kemitraan dari PINBUK. Jika
6 M. Nurianto Al Arif. Lembaga Keuangan Syariah (suatu kajian teoritis praktis). (Bandung:
Pustaka Setia, 2012), h.320. 7 Ibid
44
telah mencapai nilai asset tertentu, lembaga keuangan segera menyiapkan diri ke
dalam badan hukum.
BMT dapat didirikan oleh:8
1. Sekurang-kurangnya 20 orang
2. Antara satu pendiri dan lainnya tidak memiliki hubungan keluarga vertical
dan horizontal satu kali
3. Sekurang-kurangnya 70% anggota pendiri bertempat tinggal di sekitar daerah
kerja BMT
4. Pendiri dapat bertambah dalam tahun-tahun kenudian jika oleh rapat para
pendiri.
Modal BMT terdiri dari:
1. Simpanan pokok (SP) yang ditentukan besarnya sama besar untuk semua
anggota
2. Simpanan Pokok Khusus (SPK), yaitu simpanan pokok yang khusus
diperuntukan mendapatkan sejumlah modal awal sehingga memungkinkan
BMT melakukan persiapan-persiapan pendirian dan memulai operasinya.
Jumlahnya dapat berbeda antar anggota pendiri.
Pada pendirian BMT, para pendiri dapat bersepakat agar dalam waktu empat
bulan sejak disepakati dapat terkumpul uang sejumlah:
8 Buku Saku Lembaga Bisnis Syariah (Jakarta: PKES, 2006), h.25.
45
1. Minimal Rp. 75juta untuk wilayah JABOTABEK
2. Minimal Rp. 50juta untuk wilayah ibukota provinsi
3. Minimal Rp. 30juta untuk wilayah ibukota kabupaten/kota
4. Minimal Rp. 20juta untuk wilayah kecamatan
5. Minimal Rp. 15juta untuk daerah pesantren
E. Struktur Organisasi
Setelah BMT berdiri, perlu diperhatikan bahwa struktur organisasi BMT yang
paling sederhana harus terdiri atas badan pendiri, badan pengawas, badan pengelola
dan anggota BMT. Struktur organisasi BMT akan terlihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1
Sturktur Organisasi BMT (sederhana)
Badan Pendiri Anggota BMT
Badan Pengelola
Badan Pengawas
46
1. Badan pendiri, yaitu orang-orang yang mendirikan BMT dan mempunyai hak
prerogative yang seluas-luasnya dalam menentukan arah dan kebijakan BMT.
Badan pendiri berhak mengubah anggaran dasar dan bahkan sampai
membubarkan BMT.
2. Badan pengawas, yaitu badan yang berwenang dalam menetapkan kebijakan
operasional BMT yang bertugas menetapkan kebijakan operasional, antara
lain memilih badan pengelola, menelaah dan memeriksa pembukuan BMT
dan memberikan saran kepada badan pengelola berkenaan dengan operasional
BMT.
3. Badan pengelola, yaitu badan yang mengelola BMT yang dipilih dari dan oleh
anggota pengawas. Sebagai pengelola BMT, badan pengelola ini biasanya
memiliki struktur organisasi tersendiri. Struktur organisasi pengelola BMT
secara umum dapat disusun, baik secara sederhana maupun secara lengkap.
4. Anggota BMT, yaitu orang –orang yang secara resmi mendaftarkan diri
sebagai anggota BMT dan dinyatakan diterima oleh badan pengelola.
F. Status BMT
Status BMT ditentukan oleh jumlah asset yang dimiliki sebagai berikut:9
1. Pada awal pendiriannya hingga mencapai asset lebih kecil dari Rp. 100juta,
BMT adalah Kelompok Swadaya Masyarakat yang berhak
meminta/mendapatkan Sertifikat Kemitraan dari PINBUK
9 Ibid h.26
47
2. Jika memiliki asset Rp. 100juta atau lebih, BMT diharuskan melakukan
proses pengajuan Badan Hukum kepada notaries setempat, antara lain dapat
berbentuk:
a. Koperasi Syariah (KOPSYAH)
b. Unit Usaha Otonom Pinjam Syariah dari KSP (Koperasi Simpan Pinjam),
KSU (Koperasi Serba Usaha), KUD (Koperasi Unit Desa), Kopontren
(Koperasi Pondok Pesantren) atau koperasi lainnya yang beroperasi
otonom termasuk pelaporan dan pertanggungjawabannya.
G. Produk-produk BMT
BMT dapat diartikan juga dengan lembaga keuangan yang kegiatannya adalah
menghimpun dan menyalurkan dana pada masyarakat yang bersifat profit motive.
Penghimpunan dana diperoleh melalui simpanan dari pihak ketiga dan penyalurannya
dilakukan dalam bentuk pembiayaan atau investasi, yang dijalankan berdasarkan
prinsip syariah. Secara umum produk BMT dalam rangka melaksanakan fungsinya
tersebut dapat di kelompokkan menjadi empat, yakni:
1. Produk penghimpunan dana (funding),
2. Produk penyaluran dana (lending)
3. Produk jasa
4. Produk tabarru
48
Baitul Mal wa Tamwil merupakan lembaga keuangan mikro syariah. Sebagai
lembaga keuangan, BMT menjalankan fungsi menghimpun dana dan
menyalurkannya. Cara kerja dan perputaran dana BMT secara sederhana dapat di
gambarkan pada gambar 3.2. Berdasarkan bagan 3.2, dapat dilihat perguliran dana
BMT.
49
Gambar 3.2
Cara Kerja Perputaran Dana BMT
Modal Dasar:
-Simp.pokok khusus
-Simp.pokok
-simp.wajib
SHU
dibagikan
SHU
Penggalangan
Dana(funding)
Penyaluran Dana
(Financing)
Operasional BMT
Musyarokah
(pembiayaan
bersama bagi
hasil)
Murabahah
(kepemilikan
barang jatuh
tempo)
Mudharabah
(pembiayaan total
bagi hasil)
BBA (kepemilikan
barang angsuran)
Infaq
Pool pendapatan
Bagi
Hasil
Qard al-Hasan
(pinjaman
kebajikan)
Simp.sukarela bagi hasil
-Simp.Mudharabah
-Simp.Pendidikan
-Simp.Haji
-Simp.Umrah
-Simp.Qurban,dll
-Simp.Berjangka (1,3,6,12bln)
Biaya operasional
Margin
Simp.Sukarela Titipan:
-Simp.Wadi’ah Amanah/ZIS
-Simp.Wadi’ah Damanah
Bonus
Bagi Hasil
50
Jenis-jenis usaha BMT yang berhubungan dengan keuangan dapat berupa
sebagai berikut:10
1. Setelah mendapatkan modal awal berupa simpanan pokok khusus, simpanan
pokok, dan simpanan wajib sebagai modal dasar BMT, selanjutnya BMT
memobilisasi dana dengan mengembangkannya dalam aneka simpanan
sukarela(semacam tabungan umum) dengan berasaskan akad mudharabah
dari anggota berbentuk:
a. Simpanan biasa,
b. Simpanan pendidikan,
c. Simpanan haji,
d. Simpanan umrah,
e. Simpanan qurban,
f. Simpanan idul fitri,
g. Simpanan walimah,
h. Simpanan aqikah,
i. Simpanan perumahan,
j. Simpanan kunjungan wisata,
k. Simpanan mudharabah berjangka (semacam deposito 1, 3, 6, 12 bulan)
dengan akad wadiah
10
Ibid, h.31.
51
2. Kegiatan pembiayaan/kredit usaha kecil bawah (mikro) dan kecil antara lain
dapat berbentuk:
a. Pembiayaan mudharabah, yaitu pembiayaan modal dengan menggunakan
mekanisme bagi hasil
b. Pembiayaan musyarokah, yaitu pembiayaan bersama dengan
menggunakan mekanisme bagi hasil
c. Pembiayaan murabahab, yaitu pemilikan barang tertentu yang dibayar
pada saat jatuh tempo
d. Pembiayaan bay bi sanam ajil, yaitu pemilikan barang tertentu dengan
mekanisme pembayaran cicilan
e. Pembiayaan qardhul hasan, yaitu pinjaman tanpa adanya tambahan
pengembalian, kecuali sebatas biaya administrasi.
Usaha-usaha diatas merupakan kegiatan-kegiatan BMT yang berkaitan
langsung dengan masalah keuangan. Selain kegiatan-kegiatan keuangan tersebut,
BMT juga bisa mengembangkan usaha di bidang sektor ril, seperti kios telepon, kios
benda pos, memperkenalkan teknologi maju untuk peningkatan produktivitas hasil
para nasabah, mendorong tumbuhnya industri rumah tangga atau pengolahan hasil,
mempersiapkan jaringan perdagangan atau pemasaran masukan dan hasil produksi,
serta usaha lainnya yang layak, menguntungkan dalam jangka panjang dan tidak
menggangu program jangka pendek. BMT juga mempunyai usaha dalam bidang jasa
52
seperti pembayaran telfon, pembayaran listrik, pembayaran tv kabel, pembayaran
kuliah dan pembayaran lainnya yang bisa dikerjasamakan dengan BMT.
H. Kesehatan BMT
Tingkat kesehatan BMT adalah ukuran kinerja dan kualitas BMT dilihat dari
faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran, keberhasilan dan keberlangsungan
usaha BMT, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Aspek kesehatan BMT dapat dilihat dari:11
1. Aspek Jasadiyah, yang meliputi:
a. Kinerja keuangan
BMT mampu melakukan penggalangan, pengaturan, penyaluran dan
penempatan dana dengan baik, teliti, hati-hati, cerdik dan benar, sehingga
berlangsung kelancaran arus pendanaan dalam pengelolaan kegiatan usaha
BMT dan akan meningkatkan keuntungan secara berkelanjutan.
b. Kelembagaan dan manajemen
BMT memiliki kesiapan untuk melakukan operasinya dilihat dari sisi
kelengkapan legalitas, aturan-aturan, dan mekanisme organisasi dalam
perencanaan, pelaksanaan, pendampingan dan pengawasan, SDM,
permodalan, sarana dan prasarana kerja.
2. Aspek ruhiyah, yang meliputi:
11
Buku Saku Lembaga Bisnis Syariah (Jakarta: PKES, 2006) h.29
53
a. Visi dan misi BMT
Pengelola, pengurus, dan pengawas syariah dan seluruh anggotanya
memiliki kemampuan dan mengaplikasikan visi dan misi BMT.
b. Kepekaan sosial
Pengelola, pengurus, dan pengawas syariah dan seluruh anggotanya
memiliki kepekaan yang tajam dan dalam, responsive, proaktif, terhadap
nasib para anggota dan nasib (kualitas hidup) warga masyarakat di BMT
tersebut.
c. Rasa memiliki yang kuat
Pengelola, pengurus, dan pengawas syariah dan seluruh anggota serta
masyarakat sekitar memiliki kepedulian untuk memelihara
keberlangsungan hidup BMT sebagai sarana ibadah.
d. Pelaksanaan prinsip-prinsip syariah
Pengelola, pengurus, dan pengawas syariah dan seluruh anggota
memberlakukan aturan dan implementasi operasional BMT sesuai dengan
syariah.
54
BAB IV
Pengelolaan Qardhul Hasan di BMT
Pada bab ini akan menjelaskan BMT yang mengelola dana baitul maal
khususnya dana untuk pembiayaan qardhul hasan. Yaitu BMT Ta’awun Cipulir,
BMT Al Kariim dan BMT Al Azhar Pasar Minggu. Beberapa data yang disampaikan
dalam hal ini lebih kualitatif karena beberapa data kuantitatif tidak di berikan oleh
pihak BMT.
A. BMT Ta’awun
BMT ini beroperasi pada bulan Mei 2004 yang dimotori oleh AMK (Anak
Muda Kreatif) Cipulir. Kantor pusat BMT Ta’awun bealamat di Jl. H. Amsar
Rt.014/05 No.4 Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Saat ini BMT Ta’awun
mempunyai 2 kantor cabang di Jl. Lapangan tenis Rt 002/05 Srengseng, Jakarta Barat
dan di Jl. Pondok Aren Raya komplek pertokoan arinda blok B2, Tangerang Selatan.
Perjalanan BMT Ta’awun baru diresmikan pada tanggal 21 Juli 2005 dengan legal
SIUP No.01696/1.824.51, SK MENKOP dan UKM No. 0254/BH/-1.82/VII/2005,
AKTA NOTARIS ARNASYAA PATTINAMA SH No.6 di Jakarta.1
Produk yang di miliki BMT Ta’awun ada 2 jenis, produk maal dan produk
tamwil:2
1. Produk Maal
1 Profil BMT Ta’awun, seperti yang ditunjukan pada data pelengkap dalam lampiran
2 Ibid
55
a. Santunan
b. Beasiswa Pendidikan
c. Qordhul Hasan
d. Amilin
e. Muqoyyadah
f. Pemberdayaan Infaq
g. Kesehatan
h. Kemanusiaan
i. Muqoyyadah
2. Produk Tamwil
a. Produk Simpanan
1) Simpanan Ta’awul
2) Simpanan Pendidikan
3) Simpanan IdulFitri
4) Simpanan Qurban
5) Deposito
b. Produk Pembiayaan
1) Pembiayaan Mudharabah (bagi hasil)
2) Pembiayaan Murabahah (jual beli)
3) Pembiayaan Musyarokah
56
Pembiayaan qardhul hasan pada awalnya terlatar belakangi dengan niat
menghapuskan rentenir serta mempberdayakan masyarakat di sekitar lingkungan
BMT yang kurang mampu agar bisa lebih produktif dan kreatif.3 Tanggung jawab
sosial yang di emban BMT Ta’awun menjadi suatu keharusan untuk memberdayakan
masyarakat di sekitar wilayah BMT Ta’awun dan sekitarnya. Di kalangan dhuafa
masih banyak yang membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. BMT
tidak hanya memberikan dana qardhul hasan secara cuma-cuma tetapi juga
membinanya sampai ia mandiri untuk melakukan kegiatan usahanya.
Mitra yang mengajukan pembiayaan qardhul hasan biasanya tidak jauh dari
area BMT. Areanya di kantor pusat dan di dua kantor cabang. Area kantor pusat di
sekitar wilayah Cipulir Jakarta Selatan, area kantor cabang Serengseng Jakarta Barat
dan area kantor cabang Pondok Aren Tangerang Selatan. Penyaluran terpusat dan
paling besar berada di kantor pusat. Tetapi bisa juga yang menggunakan dana qardhul
hasan adalah mitra dari pembiayaan tamwil. Misalnya mitra di pembiayaan tamwil
sedang mengalami penurunan usaha sehingga akan mengakibatkan kebangkrutan.
Untuk menutupi kerugian dan agar usahanya bisa tetap berjalan maka akan ditalangi
atau dibantu dengan dana qardhul hasan. Setelah usahanya pulih dan di nilai sudah
bisa bangkit kembali, maka akan di kembalikan ke pembiayaan tamwil.
3 Jawaban dari pertanyaan tertulis BMT Ta’awun
57
Tabel 4.1
Data Tahunan Qardhul Hasan Ta’awun
Tahun Pusat Cabang
2011 Rp. 4.255.000 Rp. 9.279.000
2012 Rp. 3.055.000 Rp. 3.762.000
Sumber: Laporan Qard Ta’awun
Pembiayaan qardhul hasan di BMT Ta’awun sudah menjadi kegiatan rutin
setiap tahunnya. Kebijakan BMT Ta’awun untuk pembiayaan qardhul hasan di
anggarkan setiap tahunnya sebesar 20% - 25% dari total dana baitul maal.4 Pada data
tahun 2012, dana qardhul hasan yang dikeluarkan di kantor pusat cipulir sebesar Rp.
3.055.000. Sedangkan dikantor cabang pos pengumben sebesar Rp 3.762.000.5
Penyaluran yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2011, di kantor pusat sebesar
Rp 4.255.000, sedangkan di kantor cabang pos pengumben sebesar Rp. 9.279.000.6
Kebijakan persentase untuk qardhul hasan juga melihat banyaknya program sosial
BMT Ta’awun yg membutuhkan dana maal.
Pembiayaan yang dikeluarkan untuk mitra yang meminjam pembiayaan
qardhul hasan sekitar Rp 500.000 – Rp 2.000.000, tergantung kebutuhan mitra dan
hasil survei yang dilakukan oleh pihak BMT agar lebih tepat dan mitra tidak hidup
4 Ibid
5 Data keuangan qardhul hasan BMT Ta’awun seperti yang terdapat pada lampiran
6 Ibid
58
konsumtif.7 Setelah pengajuan pembiayaan disetujui, kemudian mitra dikenakan
biaya materai sebesar Rp. 6.000. Tidak ada jaminan barang berharga atau apapun
pada pembiayaan qardhul hasan ini.
Jangka waktu pengembalian yang di berikan BMT ke mitra adalah 1 tahun.
Mitra membayar cicilan pembiayaan setiap bulannya dengan cara menyetor langsung
ke BMT.8 Pembayaran untuk setiap bulannya berkisar antara Rp 50.000 sampai Rp
100.000, tergantung kemampuan mitra dan kebijakan BMT. Misalnya mitra diberikan
pinjaman dana qardhul hasan sebesar Rp. 1.000.000, maka pembayaran perbulannya
sekitar Rp. 83.000 sampai Rp.100.000. Terkadang mitra ada yang menunggak
pembayaran dan ada pula yang melunasinya sebelum jatuh tempo satu tahun. Jika
dalam waktu satu tahun mitra tidak bisa melunasi sisa pembiayaan maka BMT akan
melakukan analisis usahanya, mencari tahu sebab-sebab kenapa mitra tidak bisa
membayar sisa pinjamannya. Jika sudah di analisis oleh pihak BMT maka kebijakan
BMT selanjutnya adalah memperpanjang waktu peminjaman menjadi maksimal satu
tahun lagi untuk melunasi sisa pembayaran.9 Dan kebijakan BMT yang paling akhir
setelah di beri waktu satu tahun lagi mitra tidak bisa juga mengembalikan dananya,
maka BMT akan melakukan pemutihan dianggap hibah atau sedekah.
Yang menjadi mitra di BMT Ta’awun dianjurkan untuk menabung. Gunanya
untuk, jika suatu saat ada keperluan mendadak atau tidak bisa membayar cicilan
pembayaran maka bisa di ambil dari tabungan. Tabungan juga berfungsi untuk
7 Jawaban dari pertanyaan tertulis BMT Ta’awun
8 Ibid
9 Ibid
59
mengkontrol perkembangan keuangan pribadi mitra yang menggunakan dana qardhul
hasan. Jadi BMT bisa menilai dari tabungan mitra seberapa besar keberhasilan mitra
dalam menjalankan usahanya. Setiap mitra juga diberi pembinaan atau pengarahan
tentang pentingnya berzakat dari hasil usahanya agar usaha yang sedang dijalaninya
menjadi lebih berkah dan uang zakatnya juga bisa lebih bermanfaat bagi orang lain.
Jadi, selain melakukan pembinaan dalam pengembangan usahanya, BMT juga
bertugas melakukan pembinaan rohani para mitra BMT.
Dalam setiap kegiatan BMT misalnya untuk pengajian bulanan atau acara-
acara lain, BMT tidak perlu jauh-jauh untuk memesan makanan atau kue-kue untuk
sajian karena makanan dan kue-kue berasal dari produk yang dijual oleh mitra. BMT
membeli dari mitra dan mitra juga mendapat keuntungan. Saling menguntungkan
dalam kegiatan ini antara BMT dan mitra.
Untuk nasabah yang telah berhasil menjalankan usahanya dari pembiayaan
qardhul hasan dan ingin meminjam kembali dengan tetap menggunakan dana qardhul
hasan, BMT memberikannya dua sampai tiga tahun lagi sampai mitra benar-benar
bisa mandiri menjalankan usahanya.10
Penilaiannya bisa di lihat dari hasil survei
langsung atau dengan melihat tabungan mitra yang di tabung di BMT. Gunanya
tabungan disini sangat berfungsi untuk penilaian perkembangan mitra. Setelah 2 atau
3 tahun dinilai perkembangannya bagus dan sudah bisa mandiri, maka BMT akan
menawarkan pembiayaan tamwil, misalnya dengan akad murabahah,mudharabah
atau musyarokah. Selain pembiayaan tamwil bisa menguntungkan BMT, pembiayaan
10
Ibid
60
ini juga bisa menjadi bukti keseriusan mitra untuk lebih giat mengembangkan
usahanya. Dan juga dana qardhul hasan yang sebelumnya di pakai oleh mitra bisa di
gunakan untuk keperluan orang lain yang ingin memakai dana tersebut. Akan tetapi,
jika dalam kurun waktu 1 tahun mitra yang menggunakan dana qardul hasan ini
sudah berhasil dalam usahanya, maka BMT terlebih dahulu menawarkan mau ke
tamwil atau masih mau menggunakan dana qardhul hasan.
B. BMT Al-Azhar Pasar Minggu
BMT Masjid Al-Azhar berdiri pada tanggal 26 Agustus 1995, adapun para
pendiri dan penggagas berdirinya BMT Al-Azhar adalah dari pengurus dan pembina
Masjid Al-Azhar Pasar Minggu yaitu Bp. H. Moh. Ali Moe'is, Bp. DR. KH. Mas'ud
Saiful Alam dan Bp. Arifin. Dukungan juga datang dari seluruh jama'ah pengajian
Majelis Ta'lim Al-Azhar Pasar Minggu. BMT Al-Azhar bealamat di Komp. Masjid
Al-Azhar Jl. Mujair I No.24A Rt.03/09 Pasar Minggu Jakarta Selatan. Dan
mempunyai kantor cabang di Komp. Ruko Tirtayasa Permai Jl. Sultan Ageng
Tirtaysa No. 51E Rt.02/03 Sudimara Pinang Tanggerang. Pada awal operasinya
(September 1995) BMT Al-Azhar hanya memiliki Asset sebesar Rp.34.284.950
dengan modal dasar pendirian sebesar Rp.19.965.000.11
Pada tahun ke-4 beroperasi, tepatnya bulan September 1999 BMT Al-Azhar
menjadi ber-Badan Hukum Koperasi Syari'ah dengan Nomor :
357/BH/KDK.9.4/IX/1999 tertanggal 14 September 1999, dengan sedikit perubahan
11
Profil BMT Al-Azhar, seperti yang ditunjukan pada data pelengkap dalam lampiran.
61
nama yang terdaftar dalam Lembaran Negara Republik Indonesia melalui Depkop
dan PKM menjadi " BMT MASJID AL-AZHAR ". Hal tersebut sudah mendapat
persetujuan dari Musyawarah Anggota Tahunan (Pemegang Saham) KS-BMT Masjid
Al-Azhar pada tanggal 18 Juli 1999 yang tertuang dalam Notulen Rapat Nomor :
03/NR-RTAT/VII/99 tertanggal 20 Juli 1999.12
Produk-produk yang dimiliki BMT Al-Azhar adalah:13
1. Produk Baitul Tamwil
a. Produk Jasa Simpanan Anggota:
1) Simpanan Amanah
2) Simpanan Pendidikan
3) Simpanan Hari Raya
4) Simpanan Walimah
5) Simpanan Haji
6) Simpanan Wadiah
7) Simpanan Berjangka
b. Produk Jasa Pembiayaan
1) Pembiayaan Murabahah
2) Pembiayaan Mudharabah
12
Ibid 13
Ibid
62
3) Pembiayaan Ijarah Multi Jasa
4) Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah
5) Pembiayaan lain yang sesuai dengan sistem syariah
2. Baitul Maal
a. Penghimpunan dana Zakat, Infaq dan Shadaqah
b. Penyaluran dana Zakat, Infaq dan Shadaqah dalam program :
1) Bantuan modal kerja lewat dana Qhardul Hasan
2) Pemberian beasiswa dan santunan terhadap anak yatim piatu dan anak
keluarga miskin
c. Melakukan pembinaan dan pengajian.
d. Dan kegiatan sosial keagamaan lainnya.
Latar belakang adanya produk maal khususnya produk bantuan kerja lewat
dana qardhul hasan pada prinsipnya untuk membantu masyarakat disekitar
lingkungan BMT Al-Azhar.14
Berawal dari kas masjid yang dananya digulirkan untuk
membantu masyarakat. Sejalan dengan perkembangannya, masyarakat tidak
semestinya selalu dhuafa dengan selalu diberikan dana yang pada akhirnya menjadi
hidup konsumtif. Maka BMT membuat produk yang bisa memberdayakan
masyarakat agar lebih produktif dan mandiri yaitu dengan produk dana qardhul
14
Jawaban pertanyaan tertulis BMT Al-Azhar.
63
hasan. Produk ini sudah menjadi produk rutin yang di anggarkan BMT setiap
tahunnya.
Para mitra yang mengajukan pembiayaan qardhul hasan mayoritas berasal
dari wilayah sekitar BMT, baik kantor pusat ataupun kantor cabang. Biasanya mitra
menggunakan pembiayaan ini adalah untuk usaha kecil-kecilan seperti jualan nasi
uduk, jualan minuman es, dan lain-lain.
Pembiayaan qardhul hasan di BMT Al-Azhar sudah menjadi produk rutin
setiap tahunnya. Menurut data terakhir pendapatan baitul maal sebesar Rp.
30.000.000 dan untuk pembiayaan qardhul hasan sebesar Rp 4.000.000 dari total
pendapatan baitul maal.15
Kebijakan pembagian dana qardhul hasan rata-rata setiap
tahunnya sebesar 13% dari total pendapatan dana baitul maal. Sisanya untuk dana
bantuan cuma-cuma seperti untuk pemberian beasiswa dan santunan terhadap anak
yatim piatu dan anak keluarga miskin, melakukan pembinaan dan pengajian, kegiatan
sosial keagamaan lainnya.
Pembiayaan yang dikeluarkan untuk mitra yang meminjam pembiayaan
qardhul hasan paling kecil Rp 1.000.000 dan paling besar Rp 6.000.000.16
Permintaan pembiayaan yang jumlahnya di atas Rp 3.000.000, maka BMT
menetapkan adanya jaminan sebagai bentuk keseriusan. Biasanya bentuk jaminannya
15
Data berupa laporan keuangan tidak diberikan pihak BMT, hanya menyajikan data dari hasil wawancara.
16 Jawaban pertanyaan tertulis BMT Al-Azhar.
64
berupa BPKB motor atau barang berharga lainnya. Jika pembiayaan disetujui maka
mitra di kenakan biaya administrasi dan materai sebesar Rp 18.000.17
Jangka waktu pengembalian yang di berikan BMT ke mitra adalah 1 tahun.18
Biasanya dari mitra pun tidak mau lama jangka waktunya. Cicilan perbulannya
tergantung kesepakatan antara BMT dan kemampuan mitra untuk membayar cicilan.
Kelonggaran ini diberikan karena pembiayaan ini sifatnya tidak memaksa dan ketat,
berbeda dengan pembiayaan lain yang sudah ada ketentuannya karena sifatnya
komersil. Jika dalam waktu satu tahun mitra tidak bisa melunasi sisa pembiayaan atau
pembiayaan macet maka BMT akan melakukan kroscek terlebih dahulu keadaan
usahanya, keadaan keuangan keluarganya. Misalnya ada pembiayaan macet, mitra
sudah tidak bisa mengembalikan dananya. Tetapi setelah di kroscek perkembangan
usahanya dengan cara pendekatan persuasif, ternyata suaminya masih punya
penghasilan dari pekerjaannya di luar. Maka BMT menawarkan kembali ke mitra
apakah mau di angsur sesuai kesepakatan di awal, atau di potong cicialnnya perbulan
atau perminggu tetapi sampai selesai. Misalnya kesepakatan di awal cicilan
perbulannya adalah Rp 100.000 lalu di ubah menjadi Rp 50.000 tetapi
pembayarannya sampai selesai. Jadi BMT memberikan keringan kembali untuk mitra
agar bertanggung jawab atas pinjamannya.
Jika sudah benar-benar total tidak bisa melunasi pembayaran cicilan,
usahanya sudah tidak berjalan, anggota keluarga yang lain kerja serabutan dengan
17
Ibid 18
Ibid
65
pendapatan yang minim dan tidak menentu, maka BMT akan menutupnya dengan
dana talangan, dianggap lunas. Akan tetapi, suatu kasus terjadi pada mitra yang
meminjam dana qardhul hasan. Dia seorang mantan pegawai BMT Al-Azhar.
Meminjam dana sebesar Rp 6.000.000 untuk usaha istrinya membuat usaha. Lama
kelamaan usahanya pun gulung tikar dan tidak bisa lagi membayar cicilan perbulan.
Si mantan pegawai BMT pun bekerja serabutan dengan penghasilan yang tidak tentu.
Maka untuk sementara pembiayaannya di tutup dan di talangi dengan dana cadangan.
Suatu saat si mantan pegawai sudah mendapat pekerjaan yang tetap. Maka BMT
membicarakan kembali sisa cicilan yang belum di bayar, ini di karenakan mitra
meminjam dananya terlalu besar. Pada prinsipnya dana ini adalah uang dari hasil
pengumpulan zakat, infaq dan shadaqah yang merupakan uang amanah.
Jika mitra yang sudah berhasil mengembangkan usahanya dan ingin
meminjam kembali untuk menambah modal dalam mengembangkan usahanya. Maka
pihak BMT melihat terlebih dahulu kondisi kelayakan keuangannya. Jika sudah
lancar dan bisa mandiri, maka BMT akan memberikan pembiayaan yang ada bagi
hasilnya yaitu ke produk-produk pembiayaan tamwil yg sifatnya komersil.19
Seandainya mitra kondisi keuangannya masih di bawah terus, maka BMT tetap
memberikan pembiayaan qardhul hasan kembali. Jadi BMT mengikuti terlebih
dahulu dan mengkontrolnya sampai mitra bisa di katakana sudah bisa mandiri.
19
Ibid
66
C. BMT Al Kariim
BMT Al Kariim tercetus bermula dari diklat ZIS dan ekonomi syariah yang
diadakan Domper Dhuafa Republika pada Januari 1995 di Yogyakarta. Diantara
peserta dari Jakarta tercatat nama Deni Nuryadin S.E, M. Ikhwan dan Sulaeman
Hayyun yang bertekad membuat BMT. Hal ini disambut dan didukung oleh remaja
masjid Pondok Indah. Dan terbentuklah BMT yang Al Kariim yang berdiri tanggal 15
Juli 1995 di Masjid Raya Pondok Indah. Tahun 1995 menempati gedung di Pasar
Jaya Pondok Indah. Kemudian tahun 2006 pindah ke kantor yang beralamat di
Komplek Ruko Cipulir Center Blok B-8 Jl. Ciledug raya Cipulir Kebayoran Lama
yang sekarang menjadi kantor tetap. BMT Al Kariim juga mempunyai 2 kantor
cabang yaitu di Jl. Raya Bekasi Timur KM 17 Jatinegara Pulo Gadung Jakarta Timur
dan di Jl. Karya Utama No. 88A Srengseng Jakarta Barat. BMT Al Kariim
mempunyai legalitas berupa Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah RI: No. 77/BH/KDK. 94/X.200020
Produk-produk yang dimiliki BMT Al Kariim:21
1. Layanan Simpanan
a. Simpanan Mudharabah
b. Simpanan Pendidikan
c. Simpanan Qurban
d. Simpanan Idul Fitri
20
Profil BMT Al-Kariim, seperti yang ditujukan pada data pelengkap dalam lampiran. 21
Ibid
67
e. Simpanan Berjangka
2. Layanan Pembiayaan
a. Pembiayaan Murabahah
b. Pembiayaan Musyarokah
c. Pembiayaan Mudharabah
d. Pembiayaan Ijaroh
e. Pembiayaan Rahn
f. Pembiayaan Qardhul Hasan
g. Pembiayaan dengan akad lainnya sesuai kebutuhan dengan syariat Islam
Latar belakang adanya produk pembiayaan qardhul hasan awalnya untuk
pemberdayaan dari dhuafa bisa menjadi meningkat taraf hidupnya.22
Dengan adanya
produk ini masyarakat bisa menjadi hidup mandiri dan produktif karena BMT
mendampingi dan membina agar usahanya bisa berkembang. Selain pembinaan yang
dilakukan untuk kebutuhan usahanya, BMT Al Kariim juga melakukan pembinaan
dari sisi kerohaniannya. Pembinaan kerohanian dilakukan bisa dilakukan seminggu
sekali atau sebulan sekali melalui pengajian.
Para mitra yang mengajukan pembiayaan qardhul hasan bearasal dari wilayah
kebayoran lama, cipulir dan sekitarnya. Sebelum tahun 2007 pembinaan terhadap
pembiayaan qardhul hasan terbilang lebih efektif karena ada divisi tersendiri untuk
mengelola dana baitul maal. Akan tetapi semenjak tahun 2007 baitul maal agak
vakum dan produk qardhul hasan kurang efektif. Dikarenakan SDM di bagian baitul
22
Jawaban dari pertanyaan tertulis BMT Al-Kariim.
68
maal yang kurang mamadai. Tetapi sampai sekarang pembiayaan qardhul hasan
masih ada dan tetap berjalan walaupun kurang efektif. Vakum disini bukan berarti
tidak ada kegiatan pembiayaan qardhul hasan. Tetapi bedanya waktu masih ada divisi
khusus yang menangani dana maal, BMT mencari masyarakat yang benar-benar bisa
diberdayakan dengan dana qardhul hasan. Sekarang karena SDM nya tidak ada, BMT
hanya menunggu calon mitra yang datang ke BMT dan ingin mengajukan
pembiayaan qardhul hasan.
Pembiayaan qardhul hasan di BMT Al Kariim sudah menjadi produk rutin
setiap tahunnya. Penerimaan untuk dana maal pertahunnya sebesar Rp 15.000.000 -
Rp 20.000.000.23
Dana untuk qardhul hasan sebesar 50% dan sisanya untuk bantuan
dana sosial, keagamaan dan bantuan dana untuk disalurkan ke cabang. Dana yang
dialokasikan untuk qardhul hasan tidak sepenuhnya untuk calon mitra yang baru
memulai usaha, tetapi juga mitra BMT yang perlu bantuan dana untuk memulihkan
usahanya yang sedang menurun atau hampir bangkrut.
Jangka waktu yang diberikan BMT untuk pengembalian dana selama 4-6
bulan.24
Untuk sistem cicilan pembayaran, BMT menggunakan penagihan dengan
sistem mingguan atau harian. Karena dengan sistem mingguan ataupun harian ini
dianggap lebih efektif dalam pengembalian dan lebih mudah mengkontrol terhadap
usaha mitra.
23
Data berupa laporan keuangan tidak diberikan pihak BMT, hanya menyajikan data dari hasil wawancara.
24 Jawaban dari pertanyaan tertulis BMT Al-Kariim.
69
Pembiayaan yang dikeluarkan untuk mitra yang meminjam pembiayaan
qardhul hasan paling kecil Rp 300.000 dan paling besar Rp 2.000.000.25
Untuk
jaminan biasanya dilihat dari hasil survei tim BMT. Jika diperlukan, maka BMT akan
meminta jaminan. Biasanya bentuk jaminannya berupa BPKB motor atau barang
berharga lainnya. Jika pembiayaan disetujui maka mitra di kenakan biaya materai dan
infaq seikhlasnya.
Jika sudah pada waktu yang telah ditentukan mitra belum melunasi sisa
pembayaran. Maka pihak BMT melakukan pendekatan kepada mitra terlebih dahulu
untuk mengetahui masalah apa saja yang menyebabkan mitra tidak bisa atau
terlambat membayar cicilan pembayaran. Setelah itu BMT memberikan kelonggaran
kepada mitra dengan menambah waktunya menjadi maksimal 6 bulan lagi.26
Ini
karena pembiayaan qardhul hasan tidak ketat dari pada pembiayaan lainnya yang
sifatnya komersil.
Setelah di beri tenggang waktu pengembalian mitra belum juga bisa melunasi
sisa pembayaran, maka perjanjian atau masalah ini akan di tutup atau di anggap
lunas. Dilunasinya dengan cara ditalangi dari dana cadangan khusus untuk kredit
macet. Atau bisa juga dengan persetujuan ulang atau akad ulang. Misalnya dengan
merubah perjanjian atau akad ulang yang awalnya iuran perhari Rp 10.000 menjadi
perhari Rp 5.000. Kedua kebijakan tersebut tergantung hasil survei yang dilakukan
oleh pihak BMT. Kalau sudah benar-benar tidak mampu untuk membayar cicilan
25
Ibid 26
Ibid
70
maka kebijakan yang di ambil adalah dengan cara menalangi dari dana talangan dan
menganggapnya lunas (write off). Dan jika masih ada harapan untuk membayar,
maka kebijakan yang di ambil adalah akad ulang.
Mitra yang sudah berhasil dengan pinjaman dana qardhul hasan bisa
meminjam kembali dana qardhul hasan atau di tawarkan ke pembiayaan tamwil.27
Terlebih dahulu melihat perkembangan usaha mitra, jika mitra sudah dianggap layak
maka akan dialihkan ke pembiayaan tamwil. Alasan dialihkannya pengajuan
pembiayaan qardhul hasan ke pembiayaan yang sifatnya komersil atau pembiayaan
tamwil adalah untuk mensuport mitra. Bahwasannya disamping pinjamannya bisa
lebih besar juga ada rasa tanggung jawab yang di emban mitra. Jika terus menerus
selalu diberikan pembiayaan qardhul hasan terkadang mitra tidak ada keseriusan
untuk mengembangkan usahanya. Tetapi jika sudah berkembang dan diberikan
pembiayaan tamwil mitra menjadi lebih serius mengembangkan usahanya karena ada
rasa tanggung jawab untuk mengembalikan pembiayaan.
27
Ibid
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan penulis sebelumnya dari ketiga
BMT, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Setiap BMT mempunyai kebijakan tersendiri untuk pembagian dana maal-nya.
Kebijakan BMT Ta’awun dalam pembagian persentase untuk dana qardhul hasan
pertahunnya sebesar 20% - 25% dari keseluruhan dana baitul maal. Kebijakan
BMT Al-Azhar sebesar 12% pertahunnya. Dan kebijakan BMT Al Kariim sebesar
50% pertahunnya. Kebijakan disetiap BMT berbeda karena masing-masing BMT
mempunyai perbedaan program sosial yang juga membutuhkan dana dari dana
maal.
2. Kebijakan di setiap BMT sedikit berbeda untuk mitra yang ingin mengajukan
pinjaman kembali dana qardhul hasan:
Kebijakan BMT Ta’awun memberikan prosedur pembiayaan sekaligus
pembinaan 2 sampai 3 tahun. Gunanya supaya mitra dapat benar-benar
bisa mandiri dan terkontrol oleh BMT Ta’awun. BMT Ta’awun
menganjurkan mitranya untuk menabung. Karena tabungan akan menjadi
salah satu gambaran perkembangan usaha. Jika dianggap sudah mandiri
maka BMT menawarkan pembiayaan tamwil atau merubah akad.
72
Kebijakan BMT Al Azhar dengan melakukan survei terlebih dahulu. Jika
sudah mandiri, BMT menawarkan pembiayaan tamwil atau masih mau
memakai dana qardhul hasan. Jika belum, BMT akan tetap memberikan
pembiayaan qardhul hasan.
Kebijakan BMT Al Kariim dengan melakukan survei terlebih dahulu. Jika
sudah layak langsung dialihkan ke pembiayaan tamwil. Alasan langsung
dialihkan agar mitra lebih bertanggung jawab atas dana pinjamannya.
B. Saran
Adapun saran penulis berdasarkan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Tetap menjaga nilai syariah, terus menambah anggaran untuk pembiayaan
qardhul hasan disetiap tahunnya, mempercepat proses pencairan dana,
melakukan pembinaan kepada mitra, dan menambah SDM khusus untuk
produk qardhul hasan, menghimbau masyarakat untuk berzakat, infaq dan
sedekah di BMT, melakukan kerja sama dengan lembaga lain. Kesemua ini
saling berkaitan untuk berlangsungnya kegiatan pembiayaan qardhul hasan.
Karena salah satu tugas BMT adalah memberdayakan masyarakat khususnya
masyarakat dilingkungan sekitar BMT.
2. Memberikan kebijakan yang saling menguntungkan antara BMT dan mitra.
BMT memberikan dana, pembinaan dan tenggang waktu. Mitra menggunakan
dana dan mengikuti pembinaan yang dilakukan BMT agar bisa lebih efektif.
73
3. Bertukar pengalaman tentang pengelolaan dana maal khususnya dana qardhul
hasan dengan BMT lain. Agar BMT lain tidak hanya mengelola baitul
tamwilnya saja, tetapi juga mengelola baitul maalnya. Dan bagi BMT yang
sudah mempunyai pembiayaan qardhul hasan sebaiknya lebih transparan
dalam hal laporan keuangan agar bisa menjaga kepercayaan masyarakat dan
juga bisa menjadi pemasukan bagi BMT jika masyarakat membayar zakat,
infak dan sedekahnya ke BMT.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. Sahih At-Targhib Wat Tarhib Al-Juzul Awwal,
(Riyadh: Maktabah Al-Ma’arif Lin Nasyri Wat Tauzi’, 2000).
Amalia, Euis. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, Jakarta: Rajawali Pers,
2009.
__________. Transformasi Nilai-Nilai Ekonomi Islam. Jurnal Iqtishad, vol. 1, no. 1,
Februari 2009.
Anhardi, Herman. “Analisis Strategi Promosi Kartu Kredit Bank Rakyat Indonesia”.
Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2007.
Antonio, M. Syafi’i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press,
2001.
Apriansyah, Arif. “Studi Analisis terhadap Kinerja Badan Amil Zakat(BAZ) Kota
Bogor dalam Meningkatkan Jumlah Usaha Mustahiq”. Jurnal Al-Infaq. 2007.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta,
Rineka Cipta, 1993.
Arif, M. Nurianto Al. Lembaga Keuangan Syariah(suatu kajian teoritis praktis.
Bandung: Pustaka Setia, 2012.
Arifin, Zainul. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka Alvabet,
2006.
Ascaraya. Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2008.
Aziz Muhammad Amin, Buku Saku Tata Cara Pendirian BMT. Jakarta: PKES,2000.
Buku Saku Lembaga Bisnis Syariah. Jakarta: PKES, 2006.
Djazuli, H. A. dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2002.
Dwiputra, Ade Agung. “Peran Dana Qard Al-Hasan Dalam Memberdayakan Usaha
Kecil (Pada BMT Husnayain di Pasar Rebo dan BMT Al-Azhar di Pasar Minggu)”.
Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.
Hafiduddin, Didin. Problematika Kontemporer Arkulasi Proses Politik Bangsa.
Jakarta: Forum Zakat, 2003.
Hejazziey, Djawahir. Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah(UMKM) melalui Lembaga Keuangan Syariah(LKS) untuk mengentaskan
Kemiskinan dan Pengurangan Pengangguran. Jurnal Iqtishad, vol. 1, no. 1 Februari
2009.
Huda, Nurul dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis
dan Praktis. Jakarta: Kencana, 2010.
Ilmi, Makhlakul, Teori dan Praktek Lembaga Keuangan Mikro Keuangan Syariah.
Yogyakarta: UII Pres,2002.
Institut Bankir Indonesia, Konsep Produk dan Implementasi Operasional Bank
Syariah, (Jakarta: Djambatan, 2003).
“Islamic Mikrofinance di Indonesia”. Sharing edisi 47 (November 2010).
Karim, Adiwarman A. Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan, cet.VII. Jakarta:
PT.Raja Grafindo persada , 2010.
Lathif, Ah. Azharudin. Fiqih Muamalah, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.
Manullang. M. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2005.
Mardani. Fiqih Ekonomi Syariah: Fiqih Muamalat. Jakarta: Kencana, 2012.
Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: Unit Percetakan
Akademi Manajemen Perusahaan YKPN,2005.
Muhammad. Bank Syariah: Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia.
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005).
Munir, Muhammad Syahrul. “Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat Melalui Dana
Qardhul Hasan di BMT El-Syifa Ciganjur”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.
Rahardjo, M. Dawam. Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1999.
Rivai, Veithzal dan Arviyan Arifin. Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan
Aplikasi . Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Sjahdeini, Sutan Remy, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia. Jakarta, Pustaka Utama Grafiti, 1999.
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi.
Yogyakarta: Ekonisia, 2007.
Sule, Erni Tisnawati dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen. Jakarta:
Kencana, 2005.
Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Pusat Peningkatan dan
Jaminan Mutu (PPJM) FSH UIN Jakarta, 2012.
Ulfa, Maria. “Efektifitas Pembiayaan Dana Qardhul Hasan Pada BMT Bina Ummat
Sejahtera Periode 2006-2010”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2012.
Wirartha, Made Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Andi Offset, 2006.
Wirawan. Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi dan Profesi. Jakarta: Rjawali
Pers, 2011.
http://darussalambengkulu.wordpress.com/2012/06/17/pemberdayaan-ekonomi-
rakyat-di-pedesaan-melalui-bmt-dan-koperasi-syariah/ Artikel di akses tanggal 30
April 2013.
http://www.tempo.co/read/news/2012/11/07/089440268 Artikel di akses pada 30
April 2013.
http://ib.eramuslim.com/2010/01/22/kenapa-bmt-belum-mau-jadi-bank-syariah/
Artikel di akses tanggal 1 mei 2013.
http://abiaqsa.blogspot.com/2013/03/bmt-dikepung-oleh-undang-undang.html Artikel
di akses pada 1 Mei 2013.
Wawancara di BMT Ta’awun oleh Bapak Abdul Kodir sebagai Kepala Bagian Baitul
Maal.
Wawancara di BMT Al Azhar oleh Bapak Dwi Cahyo sebagai Supervisor
Pembiayaan.
Wawancara di BMT Al Kariim oleh Bapak Andre sebagai Divisi Suport BMT.
Hasil Wawancara dengan BMT Al Azhar
Tanggal : 26 September 2013
Narasumber : Dwi Cahyono
Jabatan : Supervisor Pembiayaan
1. Apakah produk qardhul hasan ini sudah menjadi produk rutin di setiap tahunnya?
- Qardhul hasan sudah menjadi produk rutin disetiap tahunnya
2. Apa latar belakang BMT ini mempunyai produk qardhul hasan?
- Latar belakangnya, awal dana maal pada prinsipnya untuk membantu masyarakat
yang kurang mampu. Berawal dari masjid yang kasnya digulirkan ke masyarakat.
Akan tetapi para pengurus masjid berpikiran jangan selalu menjadikan masyarakat
menjadi dhuafa dengan memberikan dana cuma-cuma, tetapi harus memberdayakan
masyarakat dengan dana qard yang akan menjadi produktif bukan konsumtif.
3. Berapa persentase untuk pembiayaan qardhul hasan dari keseluruhan pendapatan
dana maal?
- Dana maal yang diterima setiap tahunnya rata-rata 30 juta. Alokasi untuk dana
qardhul hasan biasanya 13%. Sisanya untuk dana bantuan cuma-cuma atau program
sosial rutin.
4. Berapa lama jangka waktu mitra untuk menggunakan pembiayaan qardhul hasan?
- Jangka waktu yang diberikan 1 tahun (12 bulan). Biasanya dari pihak mitra tidak mau
lama untuk meminjamnya.
5. Bagaimana kebijakan BMT jika mitra terlambat mengembalikan dana qardhul
hasan?
- Jika terlambat, maka akan didatangi terlebih dahulu dengan pendekatan persuasif.
Karena qardhul hasan jangan disamakan dengan pembiayaan lain. misalnya jika
usahanya sudah tidak berjalan tetapi suaminya kerja, dibicarakan kembali dengan
mitra apakah mau diangsur sesuai kesepakatan diawal atau dipotong cicilannya tetapi
sampai selesai. Misalnya kesepakatan diawal perbulannya 100 ribu menjadi 50 ribu.
6. Bagaimana jika tidak bisa mengembalikan?
- Jika sudah tidak bisa mengembalikan, kalau seandainya sudah sangat terpaksa,
usahanya sudah tidak berjalan, suaminya kerja serabutan, maka BMT akan
menutupnya. Tetapi jika suatu saat nasabah sudah mempunyai penghasilan lagi,
minimal punya penghasilan tetap, maka BMT akan membicarakannya kembali karena
pada prinsipnya ini adalah uang zakat, infaq dan shodaqah yang merupakan amanah.
7. Berapa pembiayaan paling kecil dan berapa yang paling besar yang pernah
diberikan?
- Pembiayaan yang dikeluarkan untuk mitra yang meminjam pembiayaan qardhul
hasan paling kecil 1 juta dan paling besar 6 juta.
8. Jika pinjaman besar, apakah ada jaminan?
- Ada jaminan peminjaman diatas 3 juta, minimal BPKB motor.
9. Apakah bisa terjadi perubahan akad jika mitra ingin meminjam kembali untuk
pengembangan usahanya? (dari pinjaman maal ke pinjaman tamwil)
- Kita lihat dahulu, kalau memang usahanya sudah lancar, BMT akan berikan
pembiayaan misalnya murabahah yang ada bagi hasilnya. Seandainya dia masih
dibawah terus ya BMT berikan qardhul hasan lagi. Jadi diikuti dulu sudah layak atau
belum.
10. Darimana saja mitra yang ingin meminjam dana qardhul hasan? Apakah hanya
sekitar BMT atau dari daerah lain?
- Mitra yang meminjam hanya sekitar daerah BMT
Hasil Wawancara dengan BMT Al Kariim
Tanggal : 26 September 2013
Narasumber :Bapak Andrie
Jabatan : Department Support
1. Apakah produk qardhul hasan ini sudah menjadi produk rutin di setiap tahunnya?
- Untuk sekarang produk qardhul hasan kurang efektif, semenjak 2007. Sebelum 2007
pembinaan dan pemberdayaan terhadap nasabah qardhul hasan lebih efektif. Sekarang
karena kurang SDM. Tetapi pembiayaan qardhul hasan masih ada dan tetap berjalan.
2. Apa latar belakang BMT ini mempunyai produk qardhul hasan?
- Awalnya untuk perberdayaan dari dhuafa bisa menjadi meningkat taraf hidupnya.
Pembinaan bukan hanya bisnisnya tetapi juga rahaninya dengan diadakannya
pengajian.
3. Berapa persentase untuk pembiayaan qardhul hasan dari keseluruhan pendapatan
dana maal?
- Pendapatan maal rata-rata pertahunnya 15 sampai 20 juta. Mulai 2007 baitul maal
agak vakum. Dana untuk qardhul hasan sebesar 50% dan sisanya untuk bantuan dana
sosial, keagamaan dan bantuan dana untuk disalurkan ke cabang. 50% itu sudah
termasuk untuk bantuan dana bagi nasabah yang usahanya sedang menurun atau
hampir bangkrut.
4. Berapa lama jangka waktu mitra untuk menggunakan pembiayaan qardhul hasan?
- 4 – 6 bulan, bayarnya harian atau mingguan lebih efektif.
5. Bagaimana kebijakan BMT jika mitra terlambat mengembalikan dana qardhul
hasan?
- Melalui pendekatan persuasif, dilihat dulu masalahnya. Ada kelonggaran, kalau qard
tidak ketat dari pembiayaan lain. diberi kelonggaran 6 bulan.
6. Bagaimana jika tidak bisa mengembalikan?
- Ditutup atau dilunasi (write off). Ditalangi dari dana cadangan untuk kredit macet.
Atau dengan persetujuan ulang. Misalnya perhari iuran 10 ribu menjadi 5 ribu
7. Berapa pembiayaan paling kecil dan berapa yang palig besar yang pernah
diberikan?
- Paling kecil Rp 300.000 dan paling besar Rp 2.000.000
8. Jika pinjaman besar, apakah ada jaminan?
- Jaminan dilihat dari hasil survei
9. Apakah bisa terjadi perubahan akad jika mitra ingin meminjam kembali untuk
pengembangan usahanya? (dari pinjaman maal ke pinjaman tamwil)
- Mitra yang sudah berhasil dengan pinjaman dana qardhul hasan bisa meminjam
kembali dana qardhul hasan atau di tawarkan ke pembiayaan tamwil. Alasan
dialihkannya pengajuan pembiayaan qardhul hasan ke pembiayaan yang sifatnya
komersil atau pembiayaan tamwil adalah untuk mensuport mitra.
10. Darimana saja mitra yang ingin meminjam dana qardhul hasan? Apakah hanya
sekitar BMT atau dari daerah lain?
- Dari sekitar lingkungan BMT. Cipulir dan kebayoran.
Hasil Wawancara dengan BMT Ta’awun
Tanggal : Oktober 2013
Narasumber : Bapak Abdul Kodir, S.HI
Jabatan : Kepala Bagian Baitul Maal
1. Apakah produk qardhul hasan ini sudah menjadi produk rutin di setiap tahunnya?
- Ya, Qardhul hasan sudah menjadi produk rutin disetiap tahunnya
2. Apa latar belakang BMT ini mempunyai produk qardhul hasan?
- Menghapus rentenir dan memberdayakan masyarakat di sekitar lingkungan BMT
yang kurang mampu agar bisa lebih produktif dan kreatif
3. Berapa persentase untuk pembiayaan qardhul hasan dari keseluruhan pendapatan
dana maal?
- Kebijakan BMT Ta’awun untuk pembiayaan qardhul hasan di anggarkan setiap
tahunnya sebesar 20% - 25% dari total dana baitul maal.
4. Berapa lama jangka waktu mitra untuk menggunakan pembiayaan qardhul hasan?
- 1 tahun. Mitra membayar cicilan pembiayaan setiap bulannya dengan cara menyetor
langsung ke BMT
5. Bagaimana kebijakan BMT jika mitra terlambat mengembalikan dana qardhul
hasan?
- Jika sudah di analisis oleh pihak BMT maka kebijakan BMT selanjutnya adalah
memperpanjang waktu peminjaman menjadi maksimal 1 tahun lagi untuk melunasi
sisa pembayaran.
6. Bagaimana jika tidak bisa mengembalikan?
- Sebagian tidak bisa mengembalikan tetapi tetap dianalisis sebab-sebab tidak bisa
mengembalikan. Perpanjang maksimal 1 tahun lagi, kalau 1 tahun tidak bisa
mengembalikan juga, maka diputihkan dianggap hibah atau sedekah.
7. Berapa pembiayaan paling kecil dan berapa yang palig besar yang pernah
diberikan?
- Paling kecil Rp 500.000 dan paling besar Rp. 2.000.000, tergantung kebutuhan mitra
dan hasil survei yang dilakukan oleh pihak BMT agar lebih tepat dan mitra tidak
hidup konsumtif.
8. Jika pinjaman besar, apakah ada jaminan?
- Tidak ada jaminan untuk pembiayaan qardhul hasan
9. Apakah bisa terjadi perubahan akad jika mitra ingin meminjam kembali untuk
pengembangan usahanya? (dari pinjaman maal ke pinjaman tamwil)
- Peminjaman kembali dana qardhul hasan bisa 2 – 3 tahun lagi baru bisa di rubah ke
tamwil. Karena usaha yang baru 1 tahun biasanya belum bisa mandiri. BMT Ta’awun
mewajibkan mitranya untuk menabung. Nah, gunanya menabung juga bisa
menggambarkan perkembangan usahanya. Jika 1 tahun sudah mampu berhasil, kita
tawarkan dahulu mau ke tamwil atau masih mau menggunakan qardhul hasan.
10. Darimana saja mitra yang ingin meminjam dana qardhul hasan? Apakah hanya
sekitar BMT atau dari daerah lain?
- Dari area kantor pusat cipulir dan 2 kantor cabang (di serengseng dan Pondok aren).
Bisa juga dari nasabah tamwil. Misalnya nasabah bangkrut lalu dibantu dengan dana
qard, setelah usahanya pulih dikembalikan lagi ke pembiayaan tamwil.