8
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi 211 EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRI RAWAT INAP EVALUATION OF ANTIBIOTICS PEDIATRIC PATIENTS WARD Avianti Eka Dewi Aditya Purwaningsih, Fita Rahmawati, Djoko Wahyono Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Meluasnya penggunaan antibiotik yang tidak tepat merupakan isu besar dalam kesehatan masyarakat dan keamanan pasien. Masalah utama pemakaian antibiotik pada anak adalah penentuan jenis antibiotik, dosis, interval, dan rute pemberian. Penelitian bertujuan untuk mengetahui persentase antibiotik yang rasional (kategori 0) dan apa saja jenis ketidakrasionalan (kategori II-V), serta untuk mengetahui hubungan rasionalitas penggunaan antibiotik dengan luaran terapi yang di capai. Penelitian merupakan penelitian observasional menggunakan metode cohort. Pengambilan data pada penelitian dilakukan secara retrospektif dan prospektif selama periode November 2014 sampai Februari 2015. Sampel penelitian adalah pasien pediatri di bangsal rawat inap Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, yang memenuhi kriteria inklusi. Evaluasi rasionalitas antibiotik menggunakan metode Van der Meer dan Gyssens kemudian dianalisis secara deskriptif. Hubungan antara rasionalitas antibiotik dengan luaran terapi dianalisis menggunakan Chi-square dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil evaluasi terhadap penggunaan antibiotik pada 385 regimen menunjukkan 23,9% penggunaan antibiotik rasional. Jenis ketidakrasionalan, yaitu kategori V (8,6%); kategori IV A (22,3%); kategori IV C (20%); kategori IV D (1,6%); kategori II A (44,4%); kategori IV B (37,7%). Hasil analisis hubungan rasionalitas dengan luaran terapi menunjukkan tidak ada hubungan antara rasionalitas penggunaan antibiotik dengan luaran terapi (p>0,05). Kata kunci: antibiotik, pediatri, rasionalitas, Gyssens ABSTRACT Widely used of inappropriate antibiotics is a major issue in public health and patient safety. Main problem of the use of antibiotics in children include determining the type of antibiotic, dose, interval, and route of administration. This study aimed to determine the percentage of rational antibiotics (category 0), and what kind of irrational antibiotic uses (category II-V), as well as to determine the relation of the rational antibiotic use and therapeutic outcomes achieved. This study an observational study using the cohort method. Data collected both retrospectively and prospectively during the period November 2014 until Februari 2015. Samples were pediatric patients in inpatient wards Sultan Agung Islamic Hospital Semarang, who met the inclusion criteria. Evaluation the rational antibiotic of using the Van der Meer and Gyssens method then analyzed descriptively. In addition, the relationship between the rational antibiotic use and therapeutic outcomes were analyzed using Chi-square with 95% confidence level. In conclusion, the result showed there 385 antibiotic regimen for 23.9% classified as rational. The type irrational antibiotic use was the category V (8.6%); category IV A (22.3%); category IV C (20.0%); category IV D (1.6%); category II A (44.4%); and category II B (37.7%). There was no relation between the rational antibiotic use and the therapeutic outcome (p>0,05) Keywords: antibiotics, paediatric, rasionality, Gyssens PENDAHULUAN Sebuah penelitian di Kosta Rika menunjukkan 40% dari 500 pasien anak di suatu rumah sakit mendapatkan antibiotik yang tidak rasional (Mora et al., 2002). Secara umum, peresepan antibiotik sering suboptimal, tidak hanya di negara berkembang, namun juga di negara maju (Van der Meer dan Gyssens, 2001; Mettler et al., 2007; Kristiansson et al., 2009; Sahoo et al., 2010). Korespondensi Avianti Eka Dewi Aditya Purwaningsih, S. Farm., Apt. Magister Farmasi Klinik, Universitas Gadjah Mada Jl. Sekip Utara Yogyakarta Email : [email protected] Pada penelitian tentang kualitas penggunaan antibiotik di berbagai bagian rumah sakit ditemukan 30-80% tidak didasarkan pada indikasi yang tepat (Kemenkes RI, 2011a). Penelitian tim AMRIN (Antimicrobial Resistance in Indonesia Prevalence and Prevention) digunakan sebagai standar untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik secara kualitatif dan kuantitatif pada program pencegahan kejadian resistensi antibiotik (Ciptaningtyas et al., 2014). Evaluasi kualitas antibiotik pada studi AMRIN menggunakan metode Van der Meer dan Gyssens (Kategori 0-V) (Gyssens, 2005). Evaluasi di dua rumah sakit pendidikan di Indonesia menunjukkan hanya 21% peresepan antibiotik yang tergolong rasional (Hadi et al., 2008). Penggunaan antibiotik yang rasional diharapkan Submitted : 12 Agustus 2015 Accepted : 31 Agustus 2015 Published : 30 September 2015 p-ISSN: 2088-8139 e-ISSN: 2443-2946

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRI …

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRI …

Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

211

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRI RAWAT INAP

EVALUATION OF ANTIBIOTICS PEDIATRIC PATIENTS WARD

Avianti Eka Dewi Aditya Purwaningsih, Fita Rahmawati, Djoko Wahyono Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ABSTRAK

Meluasnya penggunaan antibiotik yang tidak tepat merupakan isu besar dalam kesehatan masyarakat dan keamanan

pasien. Masalah utama pemakaian antibiotik pada anak adalah penentuan jenis antibiotik, dosis, interval, dan rute pemberian. Penelitian bertujuan untuk mengetahui persentase antibiotik yang rasional (kategori 0) dan apa saja jenis ketidakrasionalan (kategori II-V), serta untuk mengetahui hubungan rasionalitas penggunaan antibiotik dengan luaran terapi yang di capai. Penelitian merupakan penelitian observasional menggunakan metode cohort. Pengambilan data pada penelitian dilakukan secara retrospektif dan prospektif selama periode November 2014 sampai Februari 2015. Sampel penelitian adalah pasien pediatri di bangsal rawat inap Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, yang memenuhi kriteria inklusi. Evaluasi rasionalitas antibiotik menggunakan metode Van der Meer dan Gyssens kemudian dianalisis secara deskriptif. Hubungan antara rasionalitas antibiotik dengan luaran terapi dianalisis menggunakan Chi-square dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil evaluasi terhadap penggunaan antibiotik pada 385 regimen menunjukkan 23,9% penggunaan antibiotik rasional. Jenis ketidakrasionalan, yaitu kategori V (8,6%); kategori IV A (22,3%); kategori IV C (20%); kategori IV D (1,6%); kategori II A (44,4%); kategori IV B (37,7%). Hasil analisis hubungan rasionalitas dengan luaran terapi menunjukkan tidak ada hubungan antara rasionalitas penggunaan antibiotik dengan luaran terapi (p>0,05).

Kata kunci: antibiotik, pediatri, rasionalitas, Gyssens

ABSTRACT

Widely used of inappropriate antibiotics is a major issue in public health and patient safety. Main problem of the use of antibiotics in children include determining the type of antibiotic, dose, interval, and route of administration. This study aimed to determine the percentage of rational antibiotics (category 0), and what kind of irrational antibiotic uses (category II-V), as well as to determine the relation of the rational antibiotic use and therapeutic outcomes achieved. This study an observational study using the cohort method. Data collected both retrospectively and prospectively during the period November 2014 until Februari 2015. Samples were pediatric patients in inpatient wards Sultan Agung Islamic Hospital Semarang, who met the inclusion criteria. Evaluation the rational antibiotic of using the Van der Meer and Gyssens method then analyzed descriptively. In addition, the relationship between the rational antibiotic use and therapeutic outcomes were analyzed using Chi-square with 95% confidence level. In conclusion, the result showed there 385 antibiotic regimen for 23.9% classified as rational. The type irrational antibiotic use was the category V (8.6%); category IV A (22.3%); category IV C (20.0%); category IV D (1.6%); category II A (44.4%); and category II B (37.7%). There was no relation between the rational antibiotic use and the therapeutic outcome (p>0,05)

Keywords: antibiotics, paediatric, rasionality, Gyssens

PENDAHULUAN

Sebuah penelitian di Kosta Rika

menunjukkan 40% dari 500 pasien anak di suatu

rumah sakit mendapatkan antibiotik yang tidak

rasional (Mora et al., 2002). Secara umum,

peresepan antibiotik sering suboptimal, tidak

hanya di negara berkembang, namun juga di

negara maju (Van der Meer dan Gyssens, 2001;

Mettler et al., 2007; Kristiansson et al., 2009;

Sahoo et al., 2010).

Korespondensi Avianti Eka Dewi Aditya Purwaningsih, S. Farm., Apt. Magister Farmasi Klinik, Universitas Gadjah Mada Jl. Sekip Utara Yogyakarta Email : [email protected]

Pada penelitian tentang kualitas

penggunaan antibiotik di berbagai bagian

rumah sakit ditemukan 30-80% tidak didasarkan

pada indikasi yang tepat (Kemenkes RI, 2011a).

Penelitian tim AMRIN (Antimicrobial

Resistance in Indonesia Prevalence and Prevention)

digunakan sebagai standar untuk mengevaluasi

penggunaan antibiotik secara kualitatif dan

kuantitatif pada program pencegahan kejadian

resistensi antibiotik (Ciptaningtyas et al., 2014).

Evaluasi kualitas antibiotik pada studi AMRIN

menggunakan metode Van der Meer dan

Gyssens (Kategori 0-V) (Gyssens, 2005). Evaluasi

di dua rumah sakit pendidikan di Indonesia

menunjukkan hanya 21% peresepan antibiotik

yang tergolong rasional (Hadi et al., 2008).

Penggunaan antibiotik yang rasional diharapkan

Submitted : 12 Agustus 2015 Accepted : 31 Agustus 2015 Published : 30 September 2015

p-ISSN: 2088-8139 e-ISSN: 2443-2946

Page 2: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRI …

Volume 5 Nomor 3 – September 2015

212

dapat meningkatkan luaran terapi dan

membatasi laju resistensi (ASHP, 1998).

METODE

Penelitian ini dilakukan di bangsal

pediatric RSI Sultan Agung Semarang.

Pengumpulan data penelitian dilakukan dari

November 2014 sampai Februari 2015. Penelitian

merupakan penelitian observasional dengan

desain cohort. Sampel penelitian adalah sampel

yang memenuhi kriteria inkusi, yaitu pasien

yang dirawat di bangsal rawat inap pediatri,

pasien yang mendapat antibiotik lebih dari 48

jam sebagai terapi empiris dan definitif, dan

pasien berusia 0-18 tahun. Kriteria eksklusi,

yaitu pasien dengan data rekam medis tidak

lengkap, pasien kanker dan HIV yang

mendapatkan antibiotik sebagai pengobatannya,

pasien yang menjalani operasi (bedah), pasien

yang menerima antibiotik selain sediaan

parenteral dan peroral, pasien yang menginap

kurang dari 48 jam baik karena pasien pulang

paksa (atas permintaan sendiri), pasien

meninggal, dan pasien pindah rumah sakit.

Analisis data dilakukan secara

deskriptif. Identifikasi data demografi pasien

(jenis kelamin dan usia), serta pola dan jenis

penggunaan antibiotik dianalisis secara

deskriptif dalam bentuk tabel dan uraian

penjelasan. Identifikasi rasionalitas antibiotik

menggunakan metode Van der Meer dan

Gyssens. Pustaka yang digunakan adalah

Standar Pelayanan Medik Rumah Sakit Islam

Sultan Agung Semarang, Pedoman Pelayanan

Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia (Ikatan

Dokter Anak Indonesia, 2009), Pelayanan

Kesehatan Anak di Rumah Sakit (WHO, 2008)

dan Drug Information Handbook edisi 20 (Lacy

et al., 2011). Analisis hubungan rasionalitas

dengan luaran terapi menggunakan Chi-square

dengan taraf kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari 367 pasien yang masuk kriteria

inklusi didapatkan 385 regimen antibiotik.

Karakteristik pasien anak berdasarkan jenis

kelamin, kelompok usia, status gizi, dan jenis

jaminan kesehatan dapat dilihat pada Tabel I.

Penelitian ini sesuai dengan data jumlah

penduduk Indonesia menurut jenis kelamin

tahun 2010 – 2013 (Kemenkes RI, 2014), dan dari

penelitian sebelumnya yang dilakukan Febiana

et al. (2012).

Anak yang memiliki kekurangan gizi

pada usia 2 tahun pertama, pertumbuhan serta

perkembangan fisik dan mentalnya akan lambat,

selain itu dapat melemahkan daya tahan tubuh

terhadap penyakit (Kemenkes RI, 2014). Hasil

dari Rikesdas tahun 2013, terdapat 19,6% balita

yang kekurangan gizi (Kemenkes RI, 2013). Pada

penelitian ini, sebagian besar anak yang

menerima antibiotik memiliki gizi baik sebesar

342 pasien (93,2%). Pasien yang dirawat di RSI

Sultan Agung mayoritas menggunakan jaminan

kesehatan JKN NON PBI sebesar 46,6%.

Pola penyebaran penyakit infeksi

bakteri pada pasien rawat inap periode

November 2014 sampai Februari 2015 dapat

dilihat pada Tabel II. Penyakit infeksi paling

banyak yang menyebabkan anak dirawat adalah

demam tifoid (57,2%), diikuti dengan diare

(24,8%) dan Infeksi Saluran Pernafasan Atas

(ISPA) (7,6%). Hasil penelitian ini sesuai dengan

profil kesehatan kota Semarang tahun 2013

dimana demam tifoid dan diare menjadi dua

penyebab paling banyak pada pasien rawat inap

(Dinas Kesehatan, 2014).

Demam tifoid disebabkan oleh

Salmonella typhi, bakteri gram negatif. Sebuah

penyakit yang sangat mirip tetapi kurang parah

disebabkan oleh Salmonella paratyphi serotipe A,

dan kurang umum Salmonella paratyphi serotipe

B dan C (Bhutta, 2006; WHO, 2011). Di Indonesia

demam tifoid bersifat endemik dan merupakan

masalah kesehatan masyarakat. Dari telaah

kasus di beberapa rumah sakit besar, kasus

demam tifoid menunjukkan kecenderungan

yang meningkat dari tahun ke tahun (Depkes,

2003).

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang

buang air besar dengan konsistensi lembek atau

cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensi

lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam

satu hari. Penyebab yang sering ditemukan

dilapangan adalah diare yang disebabkan oleh

Page 3: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRI …

Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

213

Tabel I. Karakteristik Pasien Anak yang Mendapatkan Terapi Antibiotik

Karakteristik Pasien Frekuensi Pasien (Persentase)

N=365

Jenis Kelamin

Perempuan

Laki – Laki

154 (42)

213 (58)

Usia (Tahun)

0 bulan – 12 bulan

1 - 4

5 - 11

12 – 18

62 (16,9)

172 (46,9)

115 (31,3)

18 (4,9)

Status Gizi

Gizi Baik

Gizi Kurang

Gizi Buruk

342 (93,2)

18 (4,9)

7 (1,9)

Jenis Jaminan Kesehatan

JKN NON PBI

JKN PBI

JAMKESMASKOT

Mandiri

Asuransi Swasta

JKN Karyawan

Ikatan Kerjasama RS

171 (46,6)

29 (7,9)

9 (2,5)

126 (34,3)

21 (5,7)

1 (0,3)

10 (2,7)

Tabel II. Pola Penyakit Infeksi Bakteri Pasien Anak yang Mendapatkan Terapi Antibiotik

Penyakit Infeksi Frekuensi Pasien

(Persentase)

Demam Tifoid 210 (57.2)

Diare Persisten 91 (24.8)

Infeksi Saluran Pernafasan Atas 43 (11.7)

Demam Tidak Spesifik 28 (7.6)

Leukositosis 22 (5.9)

Bronkitis 19 (5.2)

Gastroduodenitis 11 (2.9)

Bronkopneumonia 10 (2.7)

Sepsis 6 (1.6)

Tuberkulosis 5 (1.4)

Infeksi Lainnya 29 (7.9)

infeksi dan keracunan (Depkes, 2011; Rathaur et

al., 2014). Bakteri sebagai penyebab diare yaitu

Escherichia coli (E. coli), Salmonella, Shigella,

Campylobacter jejuni, dan Clostridium difficile

(Guerrant et al., 2001; Talan et al., 2001; Koletzko

dan Osterrieder, 2009; Ali et al., 2014; Rathaur et

al., 2014). Karakteristik penggunaan antibiotik

pasien anak di bangsal anak RSI Sultan Agung

Semarang dapat dilihat pada Tabel III.

Mayoritas jenis antibiotik tunggal dan

kombinasi yang digunakan berturut-turut

adalah sefotaksim (27,3) dan sefotaksim–

tiamfenikol (9,1%). Antibiotik golongan

sefalosporin generasi 3 yang sering digunakan

adalah sefotaksim dan seftriakson. Sefotaksim

memiliki aktivitas serupa dengan seftriakson,

namun memiliki waktu paruh (t ½ ) yang lebih

pendek (Lacy et al., 2011). Sefotaksim

merupakan antibiotik golongan sefalosporin

generasi ketiga yang dipilih untuk anak – anak

terutama neonatus daripada seftriakson karena

sefotaksim tidak mempengaruhi metabolisme

bilirubin seperti halnya seftriakson (Reese dan

Betts, 1993). Seftriakson merupakan antibiotik

yang mengandung cincin beta laktam dan

memiliki spektrum aktivitas luas (broad

spectrum), efektif melawan bakteri gram positif

Page 4: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRI …

Volume 5 Nomor 3 – September 2015

214

maupun negatif dengan toksisitas yang rendah

(Gonçalves-Pereira dan Póvoa, 2011).

Pemberian antibiotik sebaiknya

dilakukan secara tepat sesuai dengan indikasi,

dimana disesuaikan dengan bakteri penyebab

infeksi agar tujuan penggunaan antibiotik sesuai

hasil terapi yang diharapkan. Keberhasilan

penggunaan antibiotik ditentukan oleh beberapa

faktor seperti: ketepatan dosis, cara pemberian,

frekuensi pemakaian, dan lama pemberian

dalam menggunakan obatnya (Dwiprahasto,

1995; Kemenkes RI, 2011b). Evaluasi

penggunaan antibiotik serupa yang telah

dilakukan sebelumnya menyatakan hasil

antibiotik yang digunakan secara rasional (21%)

(Hadi et al., 2008). Penelitian lainnya

menyebutkan antibiotik rasional yang sesuai

kategori 0 berkisar 3,7%-53% (Yuniftiadi et al.,

2010; Tampi dan Nugroho, 2011; Soegijanto,

2013; Yuniar et al., 2013). Pada penelitian ini,

hasil evaluasi penggunaan antibiotik

menggunakan metode Van der Meer dan

Gyssens, 23,9% antibiotik rasional (kategori 0)

dan 76,1% antibiotik tidak rasional (kategori II –

V). Kategori rasionalitas penggunaan antibiotik

menurut kategori Van der Meer dan Gyssens

ditunjukkan pada Tabel IV.

Permasalahan antibiotik tidak rasional

yang paling banyak terjadi adalah kategori II a

dan b berturut–turut sebesar 171 (44,4%) dan 145

(37,7%) regimen antibiotik. Secara umum, klinisi

telah melakukan penyesuaian dosis dengan

berat badan anak, namun masih saja terdapat

kasus tidak rasional dilihat dari dosis dan

interval. Antibiotik yang tidak sesuai interval

pemberian obat paling banyak adalah antibiotik

kloramfenikol. Pada regimen antibiotik,

kloramfenikol yang diresepkan terbagi menjadi

3 dosis, sedangkan di pustaka dianjurkan

penggunaan kloramfenikol terbagi dalam 4

dosis. Hal ini berhubungan dengan t½

kloramfenikol yang singkat yaitu 4 – 6 jam (Lacy

et al., 2011).

Analisa hubungan luaran terapi dengan

rasionalitas ditunjukkan pada Tabel V.

Penggunaan antibiotik yang rasional diharapkan

memberikan luaran terapi yang positif.

Penelitian mengenai hubungan rasionalitas

dengan luaran terapi yang dilakukan Pamela

(2011), memberikan hasil bahwa penggunaan

antibiotik yang rasional sebanyak 76,38%

menunjukkan gejala infeksi yang membaik.

Rasionalitas penggunaan antibiotik memiliki

hubungan positif dengan luaran terapi. Tetapi,

pada penelitian ini dari hasil analisis

menggunakan Chi-square dengan taraf

kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada

hubungan antara rasionalitas penggunaan

antibiotik dengan luaran terapi (p > 0,05). Hal ini

disebabkan kerasionalan antibiotik tidak hanya

sebatas sesuai pada satu kategori, ditunjukkan

pada Tabel VI. Selain itu, luaran terapi juga

dipengaruhi oleh jenis penyakit, penyakit

penyerta dan status gizi pasien.

Pada kategori V, tidak ada indikasi penggunaan

antibiotik maka dengan atau tanpa pemberian

antibiotik pasien akan sembuh.

Ketidakrasionalan penggunaan antibiotik

kategori IV A (terdapat antibiotik yang lebih

efektif (sesuai dengan guidelines)), IV C (lebih

murah), dan IV D (spektrum yang lebih sempit)

memberikan luaran terapi sembuh yang lebih

banyak. Hal ini karena antibiotik yang

seharusnya didapatkan oleh pasien hanya

antibiotik tunggal, tetapi pasien menerima

antibiotik kombinasi atau antibiotik dengan

spektrum yang lebih luas, sehingga pasien

memberikan luaran terapi yang positif

meskipun tidak rasional.

Antibiotik yang tidak rasional pada

kategori II A (dosis tidak tepat) dan II B (interval

tidak tepat) memberikan luaran terapi yang

mayoritas sembuh. Pada kategori II A, dosis

yang tidak tepat dibagi menjadi dosis berlebih

dan dosis kurang. Pada dosis berlebih sebanyak

7 regimen dan dosis kurang sebanyak 141

memberikan luaran terapi sembuh. Pada dosis

kurang dapat memberikan luaran terapi sembuh

karena regimen antibiotik tidak hanya tidak

rasional pada kategori II A tetapi juga pada

kategori lain seperti kategori IV A, IV C, IV D,

dan II B, sedangkan pada kategori II B sebanyak

131 regimen antibiotik memberikan luaran

terapi sembuh. Interval ini dipengaruhi sifat

farmakokinetika antibiotik, yaitu time dependent

killing dan concentration dependent. Pada

penelitian ini antibiotik yang tidak sesuai

interval tergolong dalam kelompok time

Page 5: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRI …

Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

215

Tabel III. Karakteristik Penggunaan Antibiotik di Bangsal Pediatri RSI Sultan Agung Semarang

Karakteristik Regimen Antibiotik (Persentase)

n = 385

Penggunaan Antibiotik

Monoterapi

Kombinasi

306 (79,5)

79 (20,5)

Jumlah Penggunaan Antibiotik

Antibiotik Tunggal

Kombinasi 2 Antibiotik

Kombinasi > 2 Antibiotik

306 (79,5)

59 (15,3)

20 (5,2)

Jenis Antibiotik

Sefuroksim

Seftriakson

Sefotaksim

Amoksisilin

Kloramfenikol

Tiamfenikol

Meropenem

Gentamisin

Sefadroksil

Sefiksim

Sefotiam

Seftriakson – Metronidazol

Sefotaksim – Kloramfenikol

Sefotaksim - Tiamfenikol

Amoksisilin – Kotrimoksazol

Kloramfenikol – OAT

Sefuroksim – OAT

Seftriakson – Amikasin

Kloramfenikol – Metronidazol

Sefotaksim – Amoksisilin

Amoksisilin – Metronidazol – Kotrimoksazol

Sefotaksim – Kotrimoksazol

Sefotaksim – Amikasin

Gentamisin - Sefadroksil

Sefotaksim – Amoksisilin – Kotrimoksazol

Sefotaksim – Sefadroksil

Gentamisin – Amoksisilin

33 (8,6)

96 (24,9)

105 (27,3)

5 (1,3)

54 (14)

4 (1,0)

3 (0,8)

2 (0,5)

1 (0,3)

2 (0,5)

1 (0,3)

4 (1,0)

1 (0,3)

35 (9,1)

1 (0,3)

1 (0,3)

1 (0,3)

2 (0,5)

1 (0,3)

3 (0,8)

1 (0,3)

3 (0,8)

1 (0,3)

3 (0,8)

17 (4,4)

4 (1,0)

1 (0,3)

Lama Pemberian (hari)

2 – 3

4 - 7

> 7

85 (22,1)

295 (76,6)

5 (1,3)

Rute Pemberian

Intravena

Peroral

Intravena + Peroral

310 (80,5)

7 (1,8)

68 (17,7)

interval tergolong dalam kelompok time

dependent killing yang pemakaiannya melebihi

aturannya sehingga meskipun tidak rasional

memberikan luaran terapi sembuh.

KESIMPULAN

Hasil evaluasi penggunaan antibiotik

menggunakan metode Van der Meer dan

Gyssens, menunjukkan terdapat 23,9%

penggunaan antibiotik rasional (0), 8,6% tidak

rasional karena tidak ada indikasi penggunaan

antibiotik (V), 22,3% karena ada antibiotik lain

yang lebih efektif (IVA), 20% karena ada

antibiotik lain yang lebih murah (IVC); 1,6%

Page 6: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRI …

Volume 5 Nomor 3 – September 2015

216

Tabel IV. Kategori Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Menurut Kategori Van der Meer dan Gyssens

Rasionalitas Regimen Antibiotik (Persentase)

n = 385

Rasional 92 (23,9%)

Tidak Rasional

Kategori V (Tidak ada indikasi penggunaan antibiotik)

Kategori IV a (Ada antibiotik lain yang lebih efektif)

Kategori IV b (Ada antibiotik lain yang kurang toksik)

Kategori IV c (Ada antibiotik lain yang lebih murah)

Kategori IV d (Ada antibiotik lain yang spektrum sempit)

Kategori III a (Pemberian antibiotik terlalu lama)

Kategori III b (Pemberian antibiotik terlalu singkat)

Kategori II a (Dosis tidak tepat)

Kategori II b (Interval tidak tepat)

Kategori II c (Rute tidak tepat)

293 (76,1%)

33 (8,6 %)

86 (22,3)

0

77 (20,0%)

6 (1,6%)

0

0

171 (44,4%)

145 (37,7%)

0

Tabel V. Hasil Analisis Hubungan Luaran Terapi dengan Rasionalitas

Rasionalitas

Luaran Terapi

p Tidak Sembuh

n (%)

Sembuh

n (%)

Tidak Rasional

Rasional

35 (11,9)

6 (6,5)

258 (88,1)

86 (93,5)

0,141

*Chi-square test with odds ratio, signifikansi 95%

Tabel VI. Sebaran Rasionalitas Antibiotik dengan Luaran Terapi

Rasionalitas

Luaran Terapi

Tidak Sembuh

n (%)

Sembuh

n (%)

Rasional

Tidak Rasional

Kategori V (Tidak ada indikasi penggunaan antibiotik)

Kategori IV a (Ada antibiotik lain yang lebih efektif)

Kategori IV c (Ada antibiotik lain yang lebih murah)

Kategori IV d (Ada antibiotik lain yang spektrum sempit)

Kategori II a (Dosis tidak tepat)

Kategori II b (Interval tidak tepat)

6 (6,5)

4 (12,1)

11 (12,8)

9 (11,7)

0 (0)

23 (13,5)

14 (9,7)

86 (93,5)

29 (87,9)

75 (87,2)

68 (88,3)

6 (100)

148 (86,5)

131 (90,3)

karena ada antibiotik lain yang lebih spesifik

(IVD); 44,4% karena dosis tidak tepat (IIA); dan

37,7% karena tidak tepat interval pemberian

dosis (IIB). Tidak ada hubungan antara

rasionalitas penggunaan antibiotik dengan

luaran terapi (p > 0,05).

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M.M.M., Ahmed, S.F., Klena, J.D.,

Mohamed, Z.K., Moussa, T.A., Ghenghesh,

K.S., 2014, Enteroaggregative Escherichia

Coli in Diarrheic Children in Egypt:

Molecular Characterization and

Antimicrobial Susceptibility, The Journal of

Infection in Developing Countries, 8: 589–596.

ASHP, 1998, Statement on the Pharmacist's Role

in Infection Control, AJHP, 55: 1724–1726.

Bhutta, Z.A., 2006, Current Concepts in the

Diagnosis and Treatment of Typhoid

Fever, BMJ, 333: 78–82.

Ciptaningtyas, V.R., Sri-Lestari, E., dan

Wahyono, H., 2014, The Quality and

Quantity Study of Antibiotic Usage at

Intensive Care Unit DR. Kariadi Hospital

Semarang, Journal of Clinical Microbiology

and Infectious Disease, 1: 21–26.

Page 7: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRI …

Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

217

Depkes RI, 2003, Pedoman Pengendalian Demam

Tifoid Bagi Tenaga Kesehatan, Direktorat

Jenderal Pengendalian Infeksi dan

Penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan

RI, Jakarta.

Depkes RI, 2011, Buku Saku Petugas Kesehatan

Lintas Diare: Lima Langkah, Direktorat

Jenderal Pengendalian Infeksi dan

Penenyehatan Lingkungan, Jakarta.

Dinas Kesehatan, 2014, Profil Kesehatan Kota

Semarang 2013, Dinas Kesehatan Kota,

Semarang.

Dwiprahasto, I., 1995, Masalah Penggunaan

Antibiotika, dalam: Penggunaan Antibiotika

Rasional, Laboratorium Farmakologi

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Febiana, T., Hapsari, M.M., Hapsari, R., 2012,

Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik

Di Bangsal Anak RSUP Dr. Kariadi

Semarang Periode Agustus - Desember

2011, Jurnal Media Medika Muda, 1–12.

Gonçalves-Pereira, J., Póvoa, P., 2011, Antibiotics

in Critically Ill Patients: a Systematic

Review of the Pharmacokinetics of β-

lactams, Critical Care, 15: 2–17.

Guerrant, R.L., Gilder, T.V., Steiner, T.S.,

Thielman, N.M., Slutsker, L., Tauxe, R.V.,

et al., 2001, Practice Guidelines for the

Management of Infectious Diarrhea,

Clinical Infectious Diseases, 32: 331–351.

Gyssens, I.C., 2005, Audits for Monitoring the

Quality of Antimicrobial Prescriptions, in

Gould, I.M., Meer, J.W.M. van der (Eds.),

Antibiotic Policies, Springer US, 197–226.

Hadi, U., Duerink, D.O., Lestari, E.S.,

Nagelkerke, N.J., Keuter, M., Huis in’t

Veld, D., et al., 2008, Audit of Antibiotic

Prescribing in Two Governmental

Teaching Hospitals in Indonesia, Clinical

Microbiology and Infection, 14: 698–707.

IDAI, 2009, Pedoman Pelayanan Medis, Ikatan

Dokter Anak Indonesia, Jakarta.

Kemenkes RI, 2011a, Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor

2406 Tahun 2011, Jakarta.

Kemenkes RI, 2011b, Pedoman Pelayanan

Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik,

Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Kemenkes RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar 2013,

Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kementerian Kesehatan RI,

Jakarta.

Kemenkes RI, 2014, Profil Kesehatan Indonesia

Tahun 2013, Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.

Koletzko, S., Osterrieder, S., 2009, Acute

Infectious Diarrhea in Children, Deutsches

Ärzteblatt International, 106: 539–548.

Kristiansson, C., Grape, M., Gotuzzo, E.,

Samalvides, F., Chauca, J., Larsson, M.,

dkk., 2009, Socioeconomic Factors and

Antibiotic Use in Relation to Antimicrobial

Resistance in the Amazonian Area of Peru,

Scandinavian Journal of Infectious Diseases,

41: 303–312.

Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Lance, L.L.,

Goldman, M.P., 2011, Drug Information

Handbook with International Trade Names

Index, Lexi-Comp.

Mettler, J., Simcock, M., Sendi, P., Widmer, A.F.,

Bingisser, R., Battegay, M., et al., 2007,

Empirical Use of Antibiotics and

Adjustment of Empirical Antibiotic

Therapies in a University Hospital: A

Prospective Observational Study, BMC

Infectious Diseases, 7: 21.

Mora, Y., Avila-Agüero, M.L., Umaña, M.A.,

Jiménez, A.L., París, M.M., Faingezicht, I.,

2002, Epidemiological Observations of The

Judicious Use of Antibiotics in a Pediatric

Teaching Hospital, International Journal of

Infectious Diseases, 6: 74–77.

Pamela, D.S., 2011, Evaluasi Kualitatif

Penggunaan Antibiotika Dengan Metode

Gyssens Di Ruang Kelas 3 Infeksi

Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM

Secara Prospektif, Tesis, Fakultas MIPA

Prodi Studi Ilmu Farmasi, Universitas

Indonesia, Jakarta.

Rathaur, V.K., Pathania, M., Jayara, A., Yadav,

N., 2014, Clinical Study of Acute

Childhood Diarrhoea Caused by Bacterial

Enteropathogens, Journal of Clinical and

Diagnostic Research, 8: PC01–PC05.

Reese, R.E., M. D., Betts, R.F., M. D., 1993,

Handbook of Antibiotics, 2nd edition, Little

Brown & Co, Boston.

Page 8: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRI …

Volume 5 Nomor 3 – September 2015

218

Sahoo, K.C., Tamhankar, A.J., Johansson, E.,

Lundborg, C.S., 2010, Antibiotic Use,

Resistance Development and

Environmental Factors: A Qualitative

Study Among Healthcare Professionals in

Orissa, India, BMC Public Health, 10: 629–

638.

Soegijanto, W.M., 2013, Perbedaan Kualitas

Penggunaan Antibiotik pada Anak dengan

Demam Tifoid di Kelas III dan Non Kelas

III, Jurnal Media Medika Muda.

Talan, D.A., Moran, G.J., Newdow, M., Ong, S.,

Mower, W.R., Nakase, J.Y., et al., 2001,

Etiology of Bloody Diarrhea among

Patients Presenting to United States

Emergency Departments: Prevalence of

Escherichia Coli O157:H7 and Other

Enteropathogens, Clinical Infectious

Diseases, 32: 573–580.

Tampi, G.G., Nugroho, T., 2011, Rasionalitas

Penggunaan Antibiotika dalam

Penatalaksanaan Konjungtivitis di Bagian

Mata RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun

2010, Karya Tulis Ilmiah, Fakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro,

Semarang.

Van der Meer, J.W., Gyssens, I.C., 2001, Quality

of Antimicrobial Drug Prescription in

Hospital, Clinical Microbiology and Infection,

7 Suppl 6: 12–15.

WHO, 2008, Pocket Book of Hospital Care for

Children, Guidelines for the Management of

Common Illnesses with Limited Resources,

2005, World Health Organization (WHO),

Indonesia.

WHO, 2011, Guidelines for the Management of

Thypoid Fever, World Health Organization,

Geneva.

Yuniar, I., Karyanti, M.R., Tambunan, T., dan

Rizkyani, N.A., 2013, Evaluasi

Penggunaan Antibiotik dengan Kartu

Monitoring Antibiotik Gyssens, Sari

Pediatri, 14: 384–390.

Yuniftiadi, F., Pujo, J.L., Lestari, E.S., 2010,

Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik

di Intensiv Care Unit RSUP Dr. Kariadi

Semarang Periode Juli - Desember 2009,

Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro, Semarang.