Upload
iqbalibul11
View
276
Download
14
Embed Size (px)
DESCRIPTION
OKE
Citation preview
EVALUASI PENJADWALAN WAKTU DAN BIAYA PROYEK DENGAN METODE PERT DAN CPM
(Studi Kasus : Proyek Pembangunan Gedung Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan Di Jl. Gaperta Medan, Sumatera Utara.)
Muhammad Rizki Ridho1 dan Syahrizal2
1Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan
Email: [email protected] Pengajar Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU
MedanEmail: [email protected]
ABSTRAK
Proyek konstruksi adalah suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu dalam
penyelesaiaannya. Suatu proyek konstruksi dikerjakan dengan perencanaan yang matang agar
proyek selesai sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Penjadwalan proyek adalah
suatu bentuk perencanaan proyek yang dibuat dengan tujuan agar proyek selesai tepat waktu.
Critical Path Method dan Project Evaluation Review Technic ( PERT ) adalah dua dari beberapa
metode yang digunakan untuk membuat penjadwalan proyek. Dua metode penjadwalan proyek ini
memiliki dua pendekatan berbeda dalam pembuatannya, dimana CPM menggunakan pendekatan
deterministik dan PERT menggunakan pendekatan probabilistik. Sering dalam suatu proyek terjadi
keterlambatan dalam penyelesaiaannya karena faktor – faktor yang tidak diperhitungkan
sebelumnya sehingga kontraktor perlu membuat alternatif lain dalam pengerjaan proyek agar
selesai sesuai dengan rencana. Salah satu alternatif untuk mempercepat penyelesaian proyek
adalah dengan penambahan jam kerja sehingga membutuhkan biaya lebih besar dari perencanaan
sebelumnya agar proyek selesai tepat waktu. Penelitian ini akan mengkaji bagaimana penjadwalan
proyek dapat dibuat pada pembangunan gedung Badan Pusat Statistik kota Medan yang terletak di
jalan Gaperta Medan dengan menggunakan metode PERT dan CPM, dan bagaimana proyek dapat
di percepat dengan penambahan jam kerja jika terjadi keterlambatan.
Kata kunci : Penjadwalan, Critical Path Method, Project Evaluation Review Technic, CPM,
PERT, Percepatan Proyek, Biaya.
1
PENDAHULUAN
Proyek dalam analisis jaringan kerja adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang bertujuan
untuk menghasilkan produk yang unik dan hanya dilakukan dalam periode tertentu (temporer)
(Maharesi, 2002). Dalam pengerjaannya suatu proyek dikerjakan berdasarkan perencanaan yang
telah dibuat oleh perencana proyek. Perencanaan merupakan bagian terpenting untuk mencapai
keberhasilan proyek konstruksi. Pengaruh perencanaan terhadap proyek konstruksi akan
berdampak pada pendapatan dalam proyek itu sendiri Salah satu bentuk dari perencanaan suatu
proyek adalah penjadwalan proyek.
Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan, yang dapat
memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber
daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta rencana durasi proyek dengan
progress waktu untuk penyelesaian proyek. Critical Path Method (CPM) dan Project Evaluation
Review Technic ( PERT ) merupakan dua metode penjadwalan proyek yang menggunakan
pendekatan berbeda dalam pengerjaanya. Dimana metode CPM menggunakan pendekatan
deterministik sedangkan metode PERT menggunakan pendekatan probabilistik.
Proyek pada umumnya memiliki batas waktu (deadline), artinya proyek harus diselesaikan
sebelum atau tepat pada waktu yang telah ditentukan. Namun pada kenyataannya di lapangan,
suatu proyek tidak selalu berjalan sesuai dengan penjadwalan yang telah dibuat. Ada banyak faktor
yang mengakibatkan hal tersebut terjadi, salah satu yang paling sering terjadi adalah karena
turunnya hujan yang mengakibatkan proses kegiatan konstruksi harus ditunda.
Salah satu cara untuk mempercepat waktu pelaksanaan proyek yang telah terunda
diantaranya dengan menambah waktu kerja dengan tenaga yang tersedia (kerja lembur)
Penambahan jam kerja bisa dilakukan dengan penambahan 1 jam, 2 jam, 3jam dan 4 jam
penambahan sesuai dengan waktu penambahan yang diinginkan. Tetapi dengan adanya
penambahan jam kerja ini otomatis biaya untuk pengerjaan proyek juga akan bertambah.
Penelitian ini akan mengkaji bagaimana penjadwalan proyek dapat dibuat pada
pembangunan gedung Badan Pusat Statistik kota Medan yang terletak di jalan Gaperta Medan
dengan menggunakan metode PERT dan CPM, dan bagaimana proyek dapat di percepat dengan
penambahan jam kerja jika terjadi keterlambatan.
2
LANDASAN TEORI
Proyek dan Penjadwalan Proyek
Proyek didefinisikan sebagai kombinasi kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan yang
harus dilakukan dalam urutan waktu tertentu sebelum keseluruhan tugas diselesaikan (Taha,
2007).
Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mempunyai saat awal, akan dilaksanakan
serta diselesaikan dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai suatu tujuan (Ali, 1997).
Menurut Kinkinzaen (2004) proyek (Project) adalah mendefinisikan suatu kombinasi
kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan yang harus dilakukan dalam urutan-urutan tertentu
sebelum keseluruhan tugas-tugas proyek dapat diselesaikan. Kegiatan-kegiatan dalam proyek ini
saling berkaitan dan berhubungan dalam suatu urutan yang logis, dalam artian bahwa beberapa
kegiatan tidak dapat di mulai sampai kegiatankegiatan yang lainnya terlebih dahulu di selesaikan
Penjadwalan proyek merupakan bagian yang paling penting dari sebuah perencanaan
proyek, yaitu untuk menentukan kapan sebuah proyek dilaksanakan berdasarkan urutan tertentu
dari awal sampai akhir proyek. Jadi penjadwalan proyek meliputi kegiatan menetapkan jangka
waktu kegiatan proyek yang harus diselesaikan dan waktu yang dibutuhkan oleh setiap aktivitas
dalam proyek.
Critical Path Metod ( CPM )
Critical Path Method merupakan sebuah model ilmu manajemen untuk perencanaan dan
pengendalian sebuah proyek, yang dikembangkan sejak tahun 1957 oleh perusahaan Du Pont
untuk membangun suatu pabrik kimia dengan tujuan untuk menentukan jadwal kegiatan beserta
anggaran biayanya dengan maksud pekerjaan- pekerjaan yang telah dijadwalkan itu dapat
diselesaikan secara tepat waktu serta tepat biaya (Siswanto, 2007).
Menurut Levin dan Kirkpatrick (1972), metode Jalur Kritis (Critical Path Method - CPM), yakni
metode untuk merencanakan dan mengawasi proyek, merupakan sistem yang paling banyak
dipergunakan diantara semua sistem lain yang memakai prinsip pembentukan jaringan. Dengan
CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai tahap suatu proyek dianggap
diketahui dengan pasti, demikian pula hubungan antara sumber yang digunakan dan waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan proyek
Dalam menentukan perkiraan waktu penyelesaian akan dikenal istilah jalur kritis yakni jalur yang
memiliki rangkaian kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan waktu penyelesaian proyek
yang tercepat (Taha, 2007). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa jalur kritis merupakan jalur
3
yang melalui kegiatan-kegiatan kritis dari awal sampai akhir jalur yang sangat berpengaruh pada
waktu penyelesaian proyek, walaupun dalam sebuah jaringan kerja dapat saja terjadi beberapa
jalur kritis. Identifikasi terhadap jalur kritis har s mampu dilakukan oleh seorang manajer proyek
dengan baik, sebab pada jalur ini terdapat kegiatan yang jika pelaksanaannya terlambat maka
akan mengakibatkan keterlambatan seluruh proyek.
Jaringan Kerja
Menurut Eka, Network planning (Jaringan Kerja) pada prinsipnya adalah hubungan
ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan atau divisualisasikan dalam
diagram network. Dengan demikian dapat dikemukakan bagian-bagian pekerjaan yang harus
didahulukan, sehingga dapat dijadikan dasar untuk melakukan pekerjaan selanjutnya dan dapat
dilihat pula bahwa suatu pekerjaan belum dapat dimulai apabila kegiatan sebelumnya belum
selesai dikerjakan.
Ervianto (2004) menjelaskan dalam CPM (Critical Path Method) dikenal EET ( Earliest
Event Time) dan LET (Last Event Time), Total Float, Free Float, dan Float Interferen, EET itu
sendiri adalah peristiwa paling awal atau waktu tercepat dari event. LET adalah peristiwa paling
akhir atau waktu paling lambat dari event.
Gambar 2.1 EET dan LET suatu Kegiatan
X /(i, j) = nama kegiatan
i = Peristiwa awal kegiatan X
j = Peristiwa akhir kegiatan X '
Lij = Durasi kegiatan (i, j)
Program Evaluation Review Technic ( PERT )
Pada tahun 1958, Booz Allen Hamilton menemukan sebuah metode penjadwalan yang
diberi nama diagram PERT, merupakan singkatan dari Program Evaluation and Review
Technique. Diagram PERT dapat digunakan untuk mempermudah proses perencanaan dan
penjadwalan untuk proyek dengan kapasitas besar dan kompleks karena mampu mengatasi
ketidakpastian dalam proyek tanpa perlu tahu durasi dari setiap aktifitas.
Menurut Gusti Ayu metode PERT memberikan perkiraan waktu dengan menggunakan tiga angka
estimasi untuk menyelesaikan suatu kegiatan yaitu PERT juga memperkenalkan parameter lain
yang mencoba mengukur ketidakpastian secara kuantitatif seperti deviasi standar dan varians.
Dengan demikian metode PERT bermaksud menampung adanya unsur-unsur yang belum pasti,
4
kemudian menganalisis kemungkinan- kemungkinan sejauh mana proyek menyimpang atau
memenuhi.
Probabiiitas Dalam Penjadwalan Proyek
Gusti Ayu menjelaskan bahwa teori Probabilitas dengan kurva distibusinya bermaksud
untuk mengkaji dan mengukur ketidakpastian serta menjelaskannya secara kuantitatif. Pada
dasarnya prinsip jaringan kerja dan jalur kritis pada metode PERT dan CPM hamper sama yang
mebedakannya adalah dalam metode PERT, diketahui tiga angka estimasi setiap kegiatan. Tujuan
dari penggunaan tiga angka estimasi adalah untuk memberikan rentang waktu yang paling lebar
dalam melakukan sasaran dalam melakukan estimasi kurun waktu kegiatan. Ketiga
estimasi durasi tersebut adalah:
Kurun waktu optimistic (optimistic duration time)
Kurun waktu paling mungkin (most likely time)
Kurun waktu pesimistik (pessimistic duration time)
Selanjutnya ketiga perkiraan waktu itu dirumuskan menjadi satu angka yang disebut (te)
atau kurun waktu yang diharapkan (expected duration time). Dalam menentukan nilai (te) dipakai
asumsi bahwa kemungkinan terjadinya peristiwa optimistik (a) dan pesimistik (b) adalah sama.
Sedangkan kemungkinan terjadinya peristiwa paling mungkin adalah empat kali lebih besar dari
kedua peristiwa optimistik dan pesimistik sehingga apabila dijumlah akan bernilai 6 (enam) sesuai
dengan rentang kurva distribusi peristiwa yang telah di standarkan.
Rumusannya adalah ( Yamit, 2003):
te = a + 4m + b
6
Mempercepat Waktu Proyek (Crashing Project)
Dalam suatu proyek yang dikehendaki selesai dalam jangka waktu yang telah ditentukan,
dapat dilakukan percepatan durasi kegiatan dengan konsekuensi akan terjadi peningkatan biaya.
Percepatan durasi pelaksanaan proyek dengan biaya serendah mungkin dinamakan Crashing
Project (Badri, 1991). Pada CPM, untuk mempercepat waktu pengerjaan proyek maka diadakan
percepatan durasi kegiatan pada jalur-jalur kritis, dengan syarat bahwa pengurangan waktu tidak
akan menimbulkan jalur kritis baru. Salah satu cara untuk mempercepat waktu pelaksanaan proyek
diantaranya dengan menambah waktu kerja dengan tenaga yang tersedia (kerja lembur)
Penambahan jam kerja bisa dilakukan dengan penambahan 1 jam, 2 jam, 3jam dan 4 jam
penambahan sesuai dengan waktu penambahan yang diinginkan. Dengan adanya penambahan jam
kerja, maka akan mengurangi produktivitas tenaga kerja, hal ini disebabkan karena adanya faktor
5
kelelahan oleh para pekerja. Adapun beberapa parameter yang yang harus dicari untuk mengetahui
percepatan waktu proyek adalah sebagai berikut:
a. Produktivitas Harian =Volume
Durasi Harian
b. Produktivitas Tiap Jam = Produktivitas Harian
7 Jamc. Produktivitas Harian Sesudah crash
= ( 7 jam x Produktiritas tiap jam) + (a x b x Produktiritas tiap jam)
Dimana:
a = Lama penambaℎan jam krja
b = Koefisien penurunan Produktiritas Penambaℎan jam kerja
Tabel 2.1 Koefisien Penurunan Produktifitas
Jam
Lembur
(jam)
Penurunan
Indeks
Produktifit
Prestasi
Kerja
(%)1 0.1 90
2 0.2 803 0.3 704 0.4 60
(Sumber : Soeharto, 1997)
d. Crash Duration = Volume
Produktivitas HarianSesudahCrash
Biaya Tambahan Pekerja (Crash Cost)
Dengan adanya penambahan waktu kerja, maka biaya untuk tenaga kerja akan bertambah
dari biaya normal tenaga kerja. Berdasarkan Keputusan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor KEP. 102/MEN/VI/2004 bahwa upah penambahan kerja bervariasi,
untuk penambahan waktu kerja satu jam pertama, pekerja mendapatkan tambahan upah 1,5 kali
upah perjam waktu normal, dan untuk penambahan waktu kerja berikutnya pekerja mendapatkan 2
kali upah perjam waktu normal.
Adapun perhitungan biaya tambahan pekerja dapat dirumuskan sebagai berikut, yaitu:1. Normal ongkos pekerja perhari = Produktiritas Harian x Harga Satuan Upaℎ Pekerja2. Normal ongkos pekerja perjam = Produktiritas Perjam x Harga Satuan Upaℎ Pekerja3. Biaya Lembur pekerja = 1,5 x upaℎ sejam normal untuk jam kerja lembur pertama + 2 x
n x upaℎ sejam normal untuk jam kerja lemburberikutnya. Dimana n = jumlah penambahan jam kerja
4. Crash Cost pekerja perhari = (7jam x normal cost pekerja) + ( n x biaya lembur perjam)5. Cost Slope (Penambahan biaya langsung untuk mempercepat suatu aktifitas persatuan
waktu)
6
= CrashCost−Normal Cost
Normal Dura tion−Crash Duration
METODE PENELITIAN DAN PENGOLAHAN DATA
Penelitian dilakukan pada pembangunan gedung Badan Pusat Statistik Kota Medan yang
terletak di jalan Gaperta Medan. Adapun dari data yang di peroleh pada proyek tersebut diketahui
bahwa durasi proyek adalah selama 16 minggu atau 112 hari dengan total biaya sebesar Rp.
1.809.701.725,55. Dari data tersebut akan dibuat dua bentuk penjadwalan proyek baru dengan
metode CPM dan metode PERT. Dan jika proyek diprediksi akan terjadi keterlambatan dalam
penyelesaiaanya maka dibuatlah suatu percepatan proyek dengan alternative penambahan 1 jam
dan 3 jam waktu kerja.
Jaringan Kerja Dengan Metode CPM
Sebelum membuat sebuah jaringan kerja, maka perlu diketahui dahulu ketergantungan
setiap itempekerjaan pada proyek. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pekerjaan mana yang harus
dikerjakan dahulu sebelum di pekerjaan lain dikerjakan atau pekerjaan mana yang dapat
dikerjakan bersamaan. Maka dari data time schedule proyek yang telah didapat diketahui logika
ketergantungan seperti pada table dibawah ini
Tabel 3.1 Logika Ketergantungan
Item Pekerjaan Simbol KetergantunganDurasi
(Hari)A. Pekerjaan Pendahuluan A - 14B. Pekerjaan Lantai II. Pekerjaan Galian Dan Timbunan B1 - 21Ii. Pekerjaan Pondasi / Beton (Mutu K-175) B2 A 35Iii. Pekerjaan Bata / Plesteran B3 A,B1 35Iv. Pekerjaan Lantai Dan Keramik B4 B10,C1,C2 21V. Pekerjaan Pintu Dan Jendela B5 B1,B2 21Vi. Pekerjaan Atap Fiber Glass B6 B5,B10,C2,C6 7Vii. Pekerjaan Plafond B7 B1,B2 21Viii. Pekerjaan Pengecatan B8 B4,C3,C4,C5,C8,C9 14Ix. Pekerjaan Electrikal B9 B10,C1 21X. Pekerjaan Sanitair B10 B1,B2 14C. Pekerjaan Lantai IiI. Pekerjaan Beton (Mutu K-175) C1 A,B1 35Ii. Pekerjaan Bata / Plesteran C2 B1,B2 21Iii. Pekerjaan Lantai Dan Keramik C3 B10,C1,C2 21Iv. Pekerjaan Pintu Dan Jendela C4 B10,C1,C2 14V. Pekerjaan Atap / Kuda-Kuda C5 B1,B2 28Vi. Pekerjaan Plafond C6 B1,B2 21Vii. Pekerjaan Pengecatan C7 B4,B6,B9,C3,C4,C5 21Viii. Pekerjaan Electrikal C8 B5,B10,C2,C6 21Ix. Pekerjaan Sanitair C9 B10,C1,C2 21
7
D. Pekerjaan Lain - Lain 112
Gambar 3.1 Diagram Jaringan Kerja Dengan Metode CPM
Adapun bentuk jaringan kerja yang dibuat dengan metode CPM adalah seperti gamar diatas.
Dengan jalur kritis berada pada kegiatan A-B1-C1-C5-B8.
Jaringan Kerja Dengan Metode PERT
Penjadwalan proyek dengan metode PERT, dimulai dengan mengestimasi waktu
penyelesaian setiap item kegiatan proyek kedalam 3 jenis estimasi waktu yaitu waktu optimis (a),
waktu yang paling mungkin (m), dan waktu pesimis (b). Dimana estimasi ini didapat dari hasil
wawancara dari responden yang memiliki pengalaman dalam pengerjaan proyek.
Adapun hasil analisa keseluruhan proyek untuk estimasi durasi optimis (a), durasi paling
memungkinkan (m) dan durasi pesimis (b) dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3.2 Estimasi waktu pada metode PERT
Item
Pekerjaan
Simbol
Dura Dura DuraOptim
is
Yang
Paling
Pesimis
(B)(Hari (Hari (HariA. Pekerjaan Pendahuluan A 14 14 17B. Pekerjaan Lantai II. Pekerjaan Galian Dan Timbunan B1 14 21 25Ii. Pekerjaan Pondasi / Beton (Mutu K- B2 31 35 43Iii. Pekerjaan Bata / Plesteran B3 33 35 47Iv. Pekerjaan Lantai Dan Keramik B4 18 21 24V. Pekerjaan Pintu Dan Jendela B5 19 21 23Vi. Pekerjaan Atap Fiber Glass B6 5 7 9Vii. Pekerjaan Plafond B7 17 21 26Viii. Pekerjaan Pengecatan B8 10 14 21
8
Ix. Pekerjaan Electrikal B9 18 21 24X. Pekerjaan Sanitair B10 10 14 20C. Pekerjaan Lantai IiI. Pekerjaan Beton (Mutu K-175) C1 30 35 43Ii. Pekerjaan Bata / Plesteran C2 17 21 23Iii. Pekerjaan Lantai Dan Keramik C3 18 21 24Iv. Pekerjaan Pintu Dan Jendela C4 11 14 16V. Pekerjaan Atap / Kuda-Kuda C5 25 28 30Vi. Pekerjaan Plafond C6 17 21 26Vii. Pekerjaan Pengecatan C7 17 21 25Viii. Pekerjaan Electrikal C8 18 21 24Ix. Pekerjaan Sanitair C9 17 21 26
Setelah membuat estimasi waktu maka dicari niali te (waktu yang diharapkan) dengan
menggunakan rumus : te = a+4m+b
6
Dimana:
te = waktu yang diharapkan
a = waktu optimis
b = waktu pesimis
m = waktu paling mungkin
maka didapat nilai te untuk masing-masing kegiatan dalam bentuk tabel
Tabel 3.3 Nilai waktu yang diharapkan (te)
Item Pekerjaan te (hari)A. Pekerjaan Pendahuluan 11.8B. Pekerjaan Lantai II. Pekerjaan Galian Dan Timbunan 17II. Pekerjaan Pondasi / Beton (Mutu K-33.7III. Pekerjaan Bata / Plesteran 35.7IV. Pekerjaan Lantai Dan Keramik 19.5V. Pekerjaan Pintu Dan Jendela 20VI. Pekerjaan Atap Fiber Glass 6VII. Pekerjaan Plafond 19.2VIII. Pekerjaan Pengecatan 12.5IX. Pekerjaan Electrikal 19.5X. Pekerjaan Sanitair 12.3C. Pekerjaan Lantai III. Pekerjaan Beton (Mutu K-175) 33II. Pekerjaan Bata / Plesteran 18.7III. Pekerjaan Lantai Dan Keramik 19.5IV. Pekerjaan Pintu Dan Jendela 12.3V. Pekerjaan Atap / Kuda-Kuda 26.3
9
VI. Pekerjaan Plafond 19.2VII. Pekerjaan Pengecatan 19VIII. Pekerjaan Electrikal 19.5
Dengan menggunakan nilai te ( durasi waktu yang diharapkan ) maka dibuatlah sebuah diagram
jaringan kerja proyek. Dimana prinsip pembuatan jaringan kerja ini sama seperti pada metode
CPM.
Gambar 3.2 Diagram Jaringan Kerja Dengan Metode PERT
Dari hasil analisa penjadwalan dengan metode PERT dengan nilai te sebagai durasi yang
digunakan dalam perhitungan, maka diketahui penyelesaian proyek (TE) selama 103.7 hari dan
diperoler jalur kritis pada diagram jaringan kerja pada kegiatan A-B2-B5-C9-C7 .
Berdasarkan lintasan kritis yang telah didapat pada perhitungan, kemudian tentukan nilai
deviasi standard dan varians pada proyek secara keseluruhan.
Nilai deviasi standard dapat dicari dengan rumus
S = 16 (b –a)
Dan nilai varians kegiatan dapat dicari dengan rumus
V(te) = S2
Maka kedua variable ini dapatdilihat dalam bentuk table sebagai berikut
Tabel 3.4 Nilai Standard Deviasi dan Varians Kegiatn pada metode PERT
ITEM PEKERJAAN SIMBOL a (hari) b (hari) S V(te)
PEKERJAAN PENDAHULUAN A 10 17 1.2 1.36PEKERJAAN PONDASI / BETON (MUTU K-175) B2 31 43 2.0 4.00
PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA B5 19 23 0.7 0.44
10
PEKERJAAN SANITAIR C7 17 25 1.3 1.78PEKERJAAN PENGECATAN C9 17 26 1.5 2.25
Z V(te) 9.83Standard Deviasi 3.14
Dari tabel diatas dapat diketahui nilai total varians ( € V(te) ) = 9.83 dan deviasi standar ( S
) = 3.14. Dari sifat kurva distribusi normal dimana 99,7 % area berada dalam interval (TE - 3S)
dan (TE + 3S) maka besar rentang 3S adalah 3 x 3.14 = 9.41. Maka kurun waktu penyelesaian
proyek adalah 103.7 ± 9.41 hari. Perkiraan penyelesaian proyek paling cepat adalah 103.7 – 9.41 =
94.29 hari ~ 95 hari. Dan perkiraan penyelesaian proyek paling lambat adalah 103.7 + 9.41 =
113.11 hari ~ 114 hari. Jika dalam hal ini target yang ingin dicapai adalah kurun waktu yang
paling cepat, maka nilai T(d) = 95 hari.
Kemungkinan/ketidakpastian mencapai target jadwal pada metode PERT dinyatakan dengan z
Deviasi Z = T (d )−TE
S
= 95−103,7
3,14 = -2,77
Dengan menggunakan tabel distribusi normal komulatif dengan harga z = -2,77 maka
diperoleh hasil 0,0028. Ini kemungkinan proyek untuk selesai dalam jangka watu 95 hari hanya
sekitar 0,28%. Untuk analisis selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3.5 Target dan Kemungkinan Penyelesaiaan Proyek
No Target
Penyelesaian
Deviasi
z
Distribusi Normal
Komulatif
Probabilitas/kemungkinan
Proyek Dapat Selesai 100%
hari (%)1 95 -2.77 0.0028 0.282 96 -2.45 0.0071 0.713 97 -2.13 0.0164 1.644 98 -1.82 0.0344 3.445 99 -1.5 0.0643 6.436 100 -1.18 0.119 11.97 101 -0.86 0.1949 19.498 102 -0.54 0.2946 29.469 103 -0.22 0.4129 41.2910 103.47 -0.07 0.4721 47.2111 104 0.1 0.5398 53.9812 105 0.41 0.6591 65.9113 106 0.73 0.6443 64.4314 107 1.05 0.8531 85.3115 108 1.37 0.9147 91.4716 109 1.69 0.9545 95.4517 110 2.01 0.9778 97.7818 111 2.32 0.9898 98.98
11
19 112 2.64 0.9959 99.5920 113 2.96 0.9985 99.8521 114 3.28 0.99948 99.95
Menghitung Percepatan Waktu dan Biaya Proyek
Dalam percepatan proyek untuk alternative penambahan jam kerja ini hanya berlaku pada
kegiatan- kegiatan yang berada pada lintasan kritis karena kegiatan pada lintasan kritis adalah
kegiatan yang tidak boleh tertunda. Maka akan diambil salah satu lintasan kritis yang didapat dari
pembuatan penjadwalan proyek dengan 2 metode sebelumnya.
Jika dibandingkan dengan metode PERT yang menggunakan konsep probabilitas
(kemungkinan), metode CPM lebih valid digunakan untuk dipercepat penyelesaiannya. Adapun
lintasan kritis yang didapat pada metode CPM tersebut terletak pada kegiatan A-B1-C1-C5-B8.
Hanya kelima kegiatan yang berada pada lintasan kritis diatas yang dipercepat dengan
alternative penambahan 1 jam dan 3 jam waktu kerja.
Tabel 3.5 hasil percepatan waktu proyek dengan penambahan 1 jam dan 3 jamwaktu kerja sebagai
berikut
ITEM PEKERJAAN
DURASI
NORMAL
(Hari)
CRASH DURATION
Dengan Penambahan 1 Jam
Kerja (Hari)
CRASH DURATION
Dengan Penambahan 3 Jam
Kerja (Hari)A. PEKERJAAN PENDAHULUAN 14 12.41 10.77
B. PEKERJAAN LANTAI II. PEKERJAAN GALIAN DAN TIMBUNAN 21 18.61 16.15
II. PEKERJAAN PONDASI / BETON 35 35 35III. PEKERJAAN BATA / PLESTERAN 35 35 35
IV. PEKERJAAN LANTAI DAN KERAMIK 21 21 21V. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA 21 21 21VI. PEKERJAAN ATAP FIBER GLASS 7 7 7
VII. PEKERJAAN PLAFOND 21 21 21VIII. PEKERJAAN PENGECATAN 14 12.41 10.77
IX. PEKERJAAN ELECTRIKAL 21 21 21X. PEKERJAAN SANITAIR 14 14 14
C. PEKERJAAN LANTAI III. PEKERJAAN BETON (MUTU K-175) 35 31.01 26.92II. PEKERJAAN BATA / PLESTERAN 21 21 21
III. PEKERJAAN LANTAI DAN KERAMIK 21 21 21IV. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA 14 14 14V. PEKERJAAN ATAP / KUDA-KUDA 28 24.81 21.54
VI. PEKERJAAN PLAFOND 21 21 21VII. PEKERJAAN PENGECATAN 21 21 21VIII. PEKERJAAN ELECTRIKAL 21 21 21
IX. PEKERJAAN SANITAIR 21 21 21Durasi Penyelesaian Proyek
(jumlah durasi kegitan kritis pada proyek)
112 99.25
dibulatkan menjadi 100 hari
86.15
dibulatkan menjadi 87 hari
12
Tabel 3.6 Perhitungan Biaya Tambahan Penambahan 1 Jam Kerja
ITEM PEKERJAAN
Biaya Tanpa
Penambahan Jam
Kerja (Rp.)
Biaya Dengan
Penambahan 1 jam
kerja (Rp.)
Biaya Dengan
Penambahan 3 jam
kerja (Rp.)
A. PEKERJAAN PENDAHULUAN 23,762,440.00 23,996,950.38 24,916,093.63B. PEKERJAAN LANTAI I
I. PEKERJAAN GALIAN DAN TIMBUNAN 22,156,584.75 22,589,430.12 24,285,930.30II. PEKERJAAN PONDASI / BETON (MUTU 279,866,199.85 279,866,199.85 279,866,199.85
III. PEKERJAAN BATA / PLESTERAN 365,964,892.46 365,964,892.46 365,964,892.46IV. PEKERJAAN LANTAI DAN KERAMIK 86,329,983.65 86,329,983.65 86,329,983.65
V. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA 94,649,500.00 94,649,500.00 94,649,500.00VI. PEKERJAAN ATAP FIBER GLASS 3,181,600.00 3,181,600.00 3,181,600.00
VII. PEKERJAAN PLAFOND 31,992,907.30 31,992,907.30 31,992,907.30VIII. PEKERJAAN PENGECATAN 38,263,208.80 39,310,018.38 43,412,898.42
IX. PEKERJAAN ELECTRIKAL 43,750,500.00 43,750,500.00 43,750,500.00X. PEKERJAAN SANITAIR 35,985,435.00 35,985,435.00 35,985,435.00
C. PEKERJAAN LANTAI III. PEKERJAAN BETON (MUTU K-175) 391,568,526.06 394,416,766.15 405,580,198.04II. PEKERJAAN BATA / PLESTERAN 90,844,075.65 90,844,075.65 90,844,075.65
III. PEKERJAAN LANTAI DAN KERAMIK 63,332,863.33 63,332,863.33 63,332,863.33IV. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA 59,933,600.00 59,933,600.00 59,933,600.00V. PEKERJAAN ATAP / KUDA-KUDA 69,642,738.15 70,093,491.53 71,860,180.62
VI. PEKERJAAN PLAFOND 27,442,468.30 27,442,468.30 27,442,468.30VII. PEKERJAAN PENGECATAN 35,245,085.76 35,245,085.76 35,245,085.76VIII. PEKERJAAN ELECTRIKAL 29,780,500.00 29,780,500.00 29,780,500.00
IX. PEKERJAAN SANITAIR 11,158,616.50 11,158,616.50 11,158,616.50D. PEKERJAAN LAIN-LAIN 4,850,000.00 4,850,000.00 4,850,000.00
TOTAL 1,809,701,725.55 1,814,714,884.36 1,834,363,528.80Dari hasil analisa dan perhitungan maka diperoleh nilai cost slope untuk masing-masing
penambahan jam kerja seperti table dibawah ini
Tabel 3.7 Cost Slope Penambahan Jam KerjaNo Keterangan Waktu
Penyelesaian Proyek
(hari)
Jumlah Waktu
Yang Dipercepat
(hari)
Besar Biaya Proyek
(Rp)
Biaya Tambahan
(Rp)
Cost Slope
(Rp)
1 waktu normal 112 0 1,809,701,725.55 0 -2 penambahan 1 jam 100 12 1,814,714,884.36 5,013,158.81 417,763.233 penambahan 3 jam 87 25 1,834,363,528.80 24,661,803.25 986,472.13
13
ANALISIS
Bentuk jaringan kerja yang dibuat dengan metode CPM adalah seperti gamar 3.1 memiliki
jalur pada kegiatan A-B1-C1-C5-B8.
Berdasarkan metode PERT dengan nilai te sebagai durasi yang digunakan dalam
perhitungan, maka diketahui penyelesaian proyek (TE) selama 103.7 hari dan diperoler
jalur kritis pada diagram jaringan kerja pada kegiatan A-B2-B5-C9-C7 .
Kemungkinan proyek dapat diselesaiakan dalam waktu 95 hari adalah 0.28%.
Kemungkinan proyek dapat diselesaiakan dalam waktu 103.47 harhari atau 104 adalah
47.21%.
kemungkinan proyek dapat diselesaiakan dalam waktu 114 hari adalah 99.95 %.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap proyek pembangunan gedung Badan
Pusat Statistik kota Medan yang terletak di jalan Gaperta Medan maka didapat disimpulkan
Dengan menggunakan metode CPM proyek pembangunan gedung Badan Pusat Statistik
kota Medan dapat selesai dalam jangka waktu 112 hari, dan lintasan kritis terletak pada
kegiatan A-B1-C1-C5-B8. Dengan menggunakan metode PERT, proyek pembangunan
Gedung Badan Pusat Statistik kota Medan paling cepat dapat diselesaikan selama 95 hari
dengan kemungkinan 0,28 %, paling lambat dapat diselesaiakn selama 114 hari dengan
kemungkinan 99,98 %, paling mungkin diselesaikan selama 103,47 hari ~ 104 hari
dengan kemungkinan 47,21 %.
Dengan alternatif penambahan 1 jam waktu kerja maka proyek dapat diselesaikan selama
100 hari atau dapat di percepat selama 12 hari dengan penambahan biaya sebesar Rp.
5,013,158.81 dan besar cost slope Rp.417.763.23/hari. Dengan alternatif penambahan 3
jam waktu kerja maka proyek dapat diselesaikan selama 87 hari atau dapat di percepat
selama 25 hari dengan penambahan biaya sebesar Rp. 24,661,803.25 dan besar cost slope
Rp.986,472.13/hari.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ridho, M.,R. Dan Syahrizal, 2013, EVALUASI PENJADWALAN WAKTU DAN BIAYA PROYEK DENGAN METODE PERT DAN CPM, Jurnal Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara, Vol. 3, No. 1, http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jts/article/view/6294.
15