23
EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DI KELURAHAN BATU MERAH KECAMATAN BATU AMPAR KOTA BATAM NASKAH PUBLIKASI Oleh: FELDA NIM :110565201044 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017

EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN ... Batu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN ... Batu

EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN

2003 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN

LINGKUNGAN HIDUP DI KELURAHAN BATU MERAH KECAMATAN

BATU AMPAR KOTA BATAM

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

FELDA

NIM :110565201044

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2017

Page 2: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN ... Batu

1

EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN

2003 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN

LINGKUNGAN HIDUP DI KELURAHAN BATU MERAH KECAMATAN

BATU AMPAR KOTA BATAM

FELDA

Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan ilmu Politik Universitas

Maritim Raja Ali Haji

A B S T R A K

Peran suatu pemerintah salah satunya adalah menyelesaikan permasalahan yang

menyangkut dengan kepentingan masyarakat, salah satu contohnya adalah seperti

masalah kerusakan lingkungan. Kemajuan yang sangat pesat, khususnya dibidang

ekonomi telah menjadikan Kota Batam sebagai salah satu wilayah andalan bagi

pemacu pertumbuhan ekonomi, tidak saja bagi Kota Batam, namun juga bagi

nasional. Pantauan dilapangan, puluhan ton limbah berbahaya dan beracun jenis

serbuk warnah hitam sudah tercampur dengan tanah dan disimpan dalam karung di

area perusahaan. Tumpukan limbah yang dibungkus tersebut tampak terlihat jelas

berada di samping pos keamanan perusahaan yang berada di paling belakang. ada

pula perusahaan yang membuang limbah beracun tersebut langsung ke laut yang

dekat dengan pemukiman warga khususnya di Kelurahan Batu Merah.

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengevaluasi Peraturan Daerah Kota Batam

Nomor 8 Tahun 2003 terhadap dampak pencemaran limbah perusahaan di Kelurahan

Batu Merah Kecamatan Batu Ampar Kota Batam. Informan dalam penelitian ini

adalah pemerintah yaitu pihak Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah

Kota Batam, Lurah Batu Merah, Masyarakat serta perusahaan yang ada di Kelurahan

Batu Merah Kecamatan Batu Ampar Kota Batam. Analisis data yang di gunakan

dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa Peraturan

Daerah Kota Batam Nomor 8 Tahun 2003 Terhadap Dampak Pencemaran Limbah di

Kelurahan Batu Merah belum berjalan dengan baik khususnya pada pasal 30 tentang

pengawasan yang belum optimal sehingga pencemaran masih kerap terjadi. Pantauan

dilapangan, puluhan ton limbah berbahaya dan beracun (B3) jenis serbuk warnah

hitam sudah tercampur dengan tanah dan disimpan dalam karung di area perusahaan.

Kata Kunci : Limbah, Peraturan Daerah, Peran Pemerintah

Page 3: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN ... Batu

2

A B S T R A C T

The role of a Government one is solving that concern with the interests of the

community, one such example is the issue of environmental damage. Progress very

rapidly, particularly in the field of Economics has made the Batam city as one of the

region's flagship for the driver of economic growth, not just for the Batam city, but

also for the national. The radar field, dozens of tons of hazardous waste and toxic

type of black warnah powder already mixed with the ground and stored in sacks at

area companies. Stack the wrapped waste seem clearly visible next to the security

company that was in the back. There are also companies that dispose of the toxic

waste directly into the Sea close to the settlement of citizens especially in the Red

Rock Village.

The goal in this research to evaluate the Regulatory area of Batam city Number

8th in 2003 Against the impact of the pollution of waste companies in the Red Rock

Village sub district of Batu Ampar Batam city. Informants in this study is the

Government i.e. the environmental impact Control Agency of the party area of Batam

city, head of the Red Rock, the public and businesses that are in the Red Rock Village

sub district of Batu Ampar Batam city. The analysis of the data used in this study is

the analysis of qualitative data.

Based on the research results then can be drawn the conclusion that regulation

of Batam City Region no. 8 of 2003 Against the impact of waste Pollution in the Red

Rock Village have not run well especially in article 30 concerning control not

optimal so that pollution is still often the case. The radar field, dozens of tons of toxic

and hazardous waste (B3) type warnah black powder already mixed with the ground

and stored in sacks at area companies.

Keywords: Waste, Local Regulations, The Role Of Government

Page 4: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN ... Batu

3

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industrialisasi sebagai proses

dan pembangunan industri berada

pada satu jalur kegiatan, yaitu pada

hakekatnya berfungsi meningkatkan

kualitas hidup dan kesejahteraan

rakyat. Industrialisasi sendiri tidak

terlepas dari upaya peningkatan mutu

sumber daya manusia, dan

pemanfaatan sumber daya alam.

Semakin berkembangnya industri

diberbagai daerah, maka masalah

lingkungan hidup juga menjadi

perhatian yang sangat besar dan

harus mendapat perhatian yang lebih

dari pihak swasta tersebut. Dewasa

ini permasalahan lingkungan hidup

akan terus muncul secara serius

diberbagai pelosok bumi sepanjang

penduduk bumi tidak segera

memikirkan dan mengusahakan

keselamatan dan keseimbangan

lingkungan.

Terkait dengan permasalahan

pencemaran lingkungan akibat

industri membawa dampak yang luar

biasa terhadap kehidupan

masyarakat, karena bisa

menimbulkan kerusakan lingkungan.

Oleh karena itu, perlu penanganan

yang serius untuk mengatasinya.

Sehingga antara pemerintah,

masyarakat dan lingkungan

dibutuhkan hubungan timbal balik

yang selalu harus dikembangkan

agar tetap dalam keadaan yang serasi

dan dinamis. Untuk melestarikan

hubungan tersebut dibutuhkan

adanya peran serta dari masyarakat

maupun pemerintah itu sendiri. Hal

ini agar tidak terjadi gangguan,

masalah-masalah maupun perusakan

yaitu pencemaran itu sendiri.

Penelitian terdahulu oleh

Rizky W. Santosa (2013) tentang

Dampak Pencemaran Lingkungan

Laut Oleh Perusahaan Pertambangan

Terhadap Nelayan Tradisional

dijelaskan bahwa Jumlah limbah

semakin lama semakin besar, dan

hingga sekarang belum diketahui

pasti dampak lingkungannya secara

jangka panjang, selain dampak

estetikanya yang sudah jelas

merugikan. Industri pertambangan

merupakan industri yang tidak

berkelanjutan karena tergantung pada

sumber daya yang tidak terbarukan.

Perilaku lainnya adalah praktik

pembuangan limbah pertambangan

dengan cara-cara primitif,

membuang langsung limbah tailing

ke sungai, danau, dan laut. Nelayan

adalah suatu kelompok masyarakat

yang kehidupannya tergantung pada

hasil laut, baik secara melakukan

penanggkapan maupun secara budi

daya

Berdasarkan jurnal Syahril

Nedi (2012) tentang Stakeholders

Yang Berperan Dalam Pengendalian

Pencemaran Minyak Di Selat Rupat

diketahui bahwa pencemaran laut

dapat memberikan pengaruh yang

membahayakan terhadap kehidupan

biota, sumberdaya dan kenyamanan

ekosistem laut, kesehatan manusia

dan nilai guna lainnya dari ekosistem

laut. Salah satu polutan yang

berpotensi mencemari laut adalah

minyak. Pencemaran minyak dapat

membahayakan ekosistem laut

karena ekosistem dan biota perairan

sangat rentan terhadap minyak

Pemerintah harus berperan

aktif baik melalui perundang-

undangan ataupun dengan cara yang

lain dalam mencegah dan mengatasi

limbah industri. Pemerintah harus

Page 5: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN ... Batu

4

menggiatkan pembangunan yang

berkesinambungan yaitu sustainable

development dengan artian

pembangunan yang berwawasan ke

depan dengan maksud agar mampu

dimanfaatkan oleh generasi sekarang

maupun yang akan datang.

N.A.Dwi Putri (2011)

menjelaskan bahwa Peran suatu

pemerintah salah satunya adalah

menyelesaikan permasalahan yang

menyangkut dengan kepentingan

masyarakat, salah satu contohnya

adalah seperti masalah kerusakan

lingkungan tiap pemerintah daerah

dituntut untuk siap menerima

delegasi wewenang dari pemerintah

pusat atau pemerintah diatasnya

tidak hanya dalam hal

penyelenggaraan pemerintahannya,

tetapi juga dalam hal pemecahan

permasalahan dan pendanaan

kegiatan pembangunannya. Hal

tersebut membawa konsekuensi

perlunya pelaksanaan management

pembangunan daerah yang lebih

professional, bottom up dan mandiri.

Artinya, pemerintah daerah dituntut

untuk melaksanakan fungsi-fungsi

management yang lebih

komprehensif, yaitu adanya

keterkaitan proses antara

perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi kegiatan pembangunan

daerah yang berkesinambungan.

Pada pasal 15 dijelaskan

tentang wewenang pemerintah kota,

dijelaskan bahwa dalam rangka

pengendalian pencemaran dan

perusakan lingkungan hidup

Pemerintah Kota berwenang

menetapkan kebijakan pengendalian

pencemaran dari perusakan

lingkungan hidup menerbitkan

perizinan lingkungan dan atau yang

terkait dengan lingkungan hidup

membentuk tim penanganan kasus

lingkungan hidup, melakukan

pengawasan penaatan,

memerintahkan penanggung jawab

untuk melakukan pencegahan,

penanggulangan dan pemulihan

lingkungan hidup dan melakukan

upaya-upaya pengendalian

pencemaran dan atau perusakan

lingkungan hidup berdasarkan

arahan, pedoman, supervisi, dan

pengawasan dari pemerintah dan

atau pemerintah provinsi serta

melakukan penegakan hukum sesuai

dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Batam merupakan salah satu

kota di Indonesia yang menjadi

pilihan investor untuk membuka

usahanya. Saat ini Batam disebut

menjadi kota industri di Indonesia.

Batam sebagai Kota Industri,

terdapat banyak Kawasan Industri

(Industrial Park) seperti: Kawasan

Industri Batamindo (Batamindo

Industrial Park) adalah Kawasan

Industri yang pertama dan terbesar

untuk Industri Manufaktur di Kota

ini. Ada ratusan investor asing ber-

invest disini dengan ribuan

pekerjanya yang didominasi oleh

pekerja perempuan (Pekerja Industri

Manufaktur di Batam Didominasi

Perempuan). Selain Kawasan

Industri Batamindo, ada banyak

Kawasan Industri Manufaktur

lainnya seperti Kawasan Industri

Sekupang, Kawasan Industri Seraya,

Kawasan Industri Tunas, Kawasan

Industri Panbil, Kawasan Industri

Kara, Kawasan Industri Cammo dan

lain sebagainya.

Kemajuan yang sangat pesat,

khususnya dibidang ekonomi telah

menjadikan Kota Batam sebagai

salah satu wilayah andalan bagi

Page 6: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN ... Batu

5

pemacu pertumbuhan ekonomi, tidak

saja bagi Kota Batam, namun juga

bagi nasional. Pembangunan yang

tumbuh pesat tersebut tidak terlepas

dari posisi strategis dan adanya arah

serta kebijakan yang tepat, yaitu

meletakkan prioritas pembangunan

pada sektor industri, perdagangan,

jasa, pariwisata, dan alih kapal

melalui penyediaan infrastruktur

yang berkesinambungan.

Pemerintah Kota Batam

sudah memiliki Peraturan Daerah

Kota Batam Nomor 8 Tahun 2003

Tentang Pengendalian Pencemaran

Dan Perusakan Lingkungan Hidup.

Dimana dalam Perda ini dijelaskan

bahwa Kota Batam sebagai kawasan

strategis dalam kegiatan ekonomi

nasional dan daerah berpotensi untuk

terjadinya pencemaran dan

perusakan lingkungan hidup yang

diakibatkan oleh berbagai usaha dan

atau kegiatan, sehingga perlu

dilakukan upaya pengendaliannya.

Disatu pihak diharapkan

pertumbuhan industri terus

meningkat, tetapi dilain pihak

dampak negatif terhadap

perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup terus meningkat

dan bahkan menjadi ancaman bagi

masa depan Kota Batam. Karena itu,

untuk mencegah terjadinya dampak

negatif tersebut perlu ditetapkan

berbagai kebijakan perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup Kota

Batam.

Berdasarkan temuan dalam

penelitian ini, akan di fokuskan pada

pasal 30 tentang pengawasan,

Pemerintah wajib melakukan

pengawasan terhadap penaatan

penanggung jawab atas ketentuan

yang telah ditetapkan dalam

peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Pengawasan wajib

dilakukan secara periodik dan

sewaktu-waktu sesuai dengan

kebutuhan dalam rangka menentukan

tingkat penaatan. Pelaksanaan

pengawasan dilakukan oleh pejabat

pengawas lingkungan hidup yang

ditetapkan dengan Keputusan

Walikota. Apabila dalam

pelaksanaan pengawasan ditemukan

indikasi adanya tindak pidana

lingkungan, maka dilakukan

penyidikan oleh Pejabat Penyidik

Negeri Sipil atau Pejabat Penyidik

Polisi sesuai dengan perundang-

undangan yang berlaku.

Salah satu daerah yang

terkena dampak pencemaran adalah

Kelurahan Batu Merah Kecamatan

Batu Ampar Kota Batam. Di

Kelurahan ini pencemaran yang

disebabkan oleh perusahaan

membuat banyak penduduk

kehilangan mata pencahariannya

karena sebagian besar dari mereka

berprofesi sebagai nelayan. Laut

adalah tempat paling mudah

membuang limbah, hampir semua

industri di Batam membuang air

limbah ke perairan laut, sehingga

perlu kesadaran yang lebih tinggi

dari pengusaha untuk memperkecil

dampak negatif kegiatan industri.

Perusahaan harus lebih terlibat sebab

Data laboratorium Pusat Sarana

Pengendalian Dampak Lingkungan-

Kementerian Lingkungan Hidup juga

menunjukkan tingkat pencemaran

terhadap kualitas air laut di pesisir

Batam melewati angka baku.

(Sumber : Antara News, diakses

pada tanggal 5 Mei 2016)

Ada 4 perusahan yang ada di

Kelurahan Batu Merah yaitu PT.

Page 7: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN ... Batu

6

MEC DERMOT, PT. NOV, PT

WWE, dan PT TOYO KANETSU,

PT. PIPA MAS, PT PUTRA BINA

NS. Pantauan dilapangan, puluhan

ton limbah berbahaya dan beracun

(B3) jenis serbuk warnah hitam

sudah tercampur dengan tanah dan

disimpan dalam karung di area

perusahaan. Tumpukan limbah yang

dibungkus tersebut tampak terlihat

jelas berada di samping pos security

perusahaan yang berada di paling

belakang. ada pula perusahaan yang

membuang limbah beracun tersebut

langsung ke laut yang dekat dengan

pemukiman warga. Hal ini di

asumsikan bahwa kurangnya

pengawasan yang dilakukan

pemerintah berkaitan dengan

Peraturan Daerah Kota Batam

Nomor 8 Tahun 2003 Terhadap

Dampak Pencemaran Limbah

Perusahaan Di Kelurahan Batu

Merah Kecamatan Batu Ampar Kota

Batam.

Langkah yang harus

dilakukan dalam melaksanakan

pengawasan pada pasal 30 adalah,

pejabat pengawas lingkungan hidup

berwenang: melakukan pemantauan

yang meliputi pengamatan,

pemotretan, perekaman audio visual,

dan pengukuran; meminta

keterangan kepada masyarakat yang

berkepentingan, karyawan yang

bersangkutan, konsultan, kontraktor,

dan perangkat pemerintahan

setempat; membuat salihan dari

dokumen dan atau membuat catatan

yang diperlukan, yang meliputi

dokumen perizinan, dokumen

AMDAL, UKL, UPL, data hasil

swapantau, dokumen surat keputusan

organisasi perusahaan serta dokumen

lainnya yang berkaitan dengan

kepentingan pengawasan;. memasuki

tempat tertentu; mengambil contoh

dari limbah yang dihasilkan, limbah

yang dibuang, bahan baku, dan

bahan penolong; memeriksa

peralatan yang digunakan dalam

proses produksi, utilitas, dan instalasi

pengolahan limbah; memeriksa

instalasi, dan atau alat transportasi;

meminta keterangan dari pihak yang

bertanggung jawab atas usaha dan

atau kegiatan; dan. wewenang lain

sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Dalam pengelolaan

lingkungan hidup menjadi penting

diutamakan adalah upaya

pencegahan. Oleh karena itu

instrumen pencegahan tersebut perlu

terus dikembangkan strategi

pengelolaan lingkungan hidup yang

terpadu dengan berbagai sektor,

misalnya penataan ruang wilayah

Kota Batam, penerapan Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan

Hidup, penetapan baku mutu

lingkungan hidup dan kriteria baku

kerusakan lingkungan hidup daerah,

baku mutu limbah. Hal tersebut di

atas harus tercermin dalam perizinan

lingkungan hidup dan atau yang

terkait dengan lingkungan hidup.

Untuk kemudian dilakukan

pemantauan dan pengawasan serta

penegakan hukum. Selain itu perlu

pula dikembangkan pendekatan

ekonomi berupa pemberian insentif

dan disinsentif yang dapat

mendorong penaatan penanggung

jawab usaha dan atau kegiatan.

Berdasarkan latar belakang

pemikiran tersebut, maka peneliti

dapat menarik judul “EVALUASI

PERATURAN DAERAH KOTA

BATAM NOMOR 8 TAHUN 2003

TERHADAP DAMPAK

PENCEMARAN LIMBAH

Page 8: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN ... Batu

7

PERUSAHAAN DI

KELURAHAN BATU MERAH

KECAMATAN BATU AMPAR

KOTA BATAM”.

Perumusan Masalah

Pemerintah Kota Batam

sudah memiliki Peraturan Daerah

Kota Batam Nomor 8 Tahun 2003

Tentang Pengendalian Pencemaran

Dan Perusakan Lingkungan Hidup.

Dimana dalam Perda ini dijelaskan

bahwa Kota Batam sebagai kawasan

strategis dalam kegiatan ekonomi

nasional dan daerah berpotensi untuk

terjadinya pencemaran dan

perusakan lingkungan hidup yang

diakibatkan oleh berbagai usaha dan

atau kegiatan, sehingga perlu

dilakukan upaya pengendaliannya.

Namun peraturan ini juga masih

tidak bisa menekan pencemaran

limbah di Kota Batam. Salah satu

daerah yang terkena dampak

pencemaran adalah Kelurahan Batu

Merah Kecamatan Batu Ampar Kota

Batam. Di Kelurahan ini pencemaran

yang disebabkan oleh perusahaan

membuat banyak penduduk

kehilangan mata pencahariannya

karena sebagian besar dari mereka

berprofesi sebagai nelayan.

Berdasarkan latar belakang di atas,

maka peneliti dapat merumuskan

permasalahan sebagai berikut:

Bagaimana Evaluasi Peraturan

Daerah Kota Batam Nomor 8 Tahun

2003 Terhadap Dampak Pencemaran

Limbah Perusahaan Di Kelurahan

Batu Merah Kecamatan Batu Ampar

Kota Batam?

Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari

penelitian ini adalah : Untuk

mengetahui Evaluasi

Peraturan Daerah Kota Batam

Nomor 8 Tahun 2003

Terhadap Dampak

Pencemaran Limbah

Perusahaan Di Kelurahan

Batu Merah Kecamatan Batu

Ampar Kota Batam

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara akademik

penelitian ini diharapkan

mampu memberikan

referensi bagi penelitian-

penelitian yang berkaitan

dengan evaluasi

kebijakan terutama bagi

perkembangan Ilmu

Pemerintahan

b. Secara praktis untuk

menambah wawasan

mengenai Evaluasi

Peraturan Daerah Kota

Batam Nomor 8 Tahun

2003 Terhadap Dampak

Pencemaran Limbah

Perusahaan Di Kelurahan

Batu Merah Kecamatan

Batu Ampar Kota Batam

Konsep Operasional

a. Seberapa jauh kebutuhan,

nilai dan kesempatan telah

dapat dicapai melalui

tindakan kebijakan / program.

Dalam hal ini evaluasi

kebijakan mengungkapkan

seberapa jauh tujuan-tujuan

tertentu telah dicapai.

b. Tindakan yang ditempuh oleh

Implementing Agencies sudah

benar-benar efektif,

responsive, akuntabel dan

adil ini. Dalam bagian ini

evaluasi kebijakan harus juga

memperhatikan persoalan-

persoalan hak azasi manusia

ketika kebijakan

dilaksanakan. Hal ini perlu

dilakukan evaluator

Page 9: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN ... Batu

8

kebijakan karena jangan

sampai tujuan dan sasaran

dalam kebijakan 8 terlaksana,

tetapi ketika itu

diimplementasikan banyak

melanggar perikehidupan

warga.

c. Efek dan dampak dari

kebijakan itu sendiri. Dalam

bagian ini evaluator

kebijakan harus dapat

meberdayakan output dan

outcome yang dihasilkan dari

suatu implementasi

kebijakan. Ketajaman

penglihatan ini yang

diperlukan ketika melihat

hasil evaluasi kebijakan,

sehingga fungsinya untuk

member informasi yang valid

dapat dipercaya menjadi

realisasi dari perwujudan

right to know bagi warga

masyarakat.

MetodePenelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini di lakukan dengan

mengunakan penelitian Deskriptif

Kualitatif. Dimana peneliti berusaha

untuk menjelaskan dampak yang

nyata program Dampak Pencemaran

Limbah Perusahaan Bagi Nelayan Di

Kelurahan Batu Merah Kecamatan

Batu Ampar Kota Batam Menurut

Sugiyono (2012:11) “Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang di

lakukan untuk mengetahui variabel

mandiri, baik satu variabel atau lebih

tanpa membuat perbandingan atau

menghubungkan antara satu variabel

dengan variabel yang lain”. Dalam

kaitannya dengan penelitian ini, yang

dimaksud dengan mendapatkan

informasi yang seluas-luasnya dan

sedalam-dalamnya adalah untuk

mengungkapkan berbagai gambaran

dan Evaluasi Peraturan Daerah Kota

Batam Nomor 8 Tahun 2003

Terhadap Dampak Pencemaran

Limbah Perusahaan Di Kelurahan

Batu Merah Kecamatan Batu Ampar

Kota Batam.

2. Lokasi Penelitian Untuk mendapatkan hasil yang

sesuai dengan perumusan masalah

dalam penelitian ini, maka peneliti

memilih lokasi penelitian di

Kelurahan Batu Merah Kecamatan

Batu Ampar Kota Bata. Hal ini

karena Salah satu daerah yang

terkena dampak pencemaran adalah

Kelurahan Batu Merah Kecamatan

Batu Ampar Kota Batam. Di

Kelurahan ini pencemaran yang

disebabkan oleh perusahaan

membuat banyak penduduk

kehilangan mata pencahariannya

karena sebagian besar dari mereka

berprofesi sebagai nelayan.

3. Informan

Informan adalah objek penting

dalam sebuah penelitian.

Informan adalah orang-orang dalam

latar penelitian yang dimanfaatkan

untuk memberikan informasi tentang

situasi dan kondisi latar penelitian.

Oleh sebab itu kita sangat

membutuhkan Informan. tanpa

seorang Informan kita tidak mungkin

mendapatkan hasil atau inti dari

sebuah penelitian. Informan juga

harus berbentuk adjective, itu

dikarenakan akan

mempengaruhi valid atau tidaknya

data yang kita teliti, dan hal itu pun

mempengaruhi ke absahan data yang

kita teliti. Informan dalam penelitian

ini adalah pemerintah yaitu pihak

Badan Pengendalian Dampak

Lingkungan Daerah Kota Batam,

Lurah Batu Merah, Masyarakat serta

perusahaan yang ada di Kelurahan

Page 10: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN ... Batu

9

Batu Merah Kecamatan Batu Ampar

Kota Batam.

4. Sumber dan Jenis Data

Untuk memperoleh data yang

relevan atau yang sesuai dengan

tujuan penelitian ini, maka peneliti

mengambil dari dua sumber data:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang

diambil langsung dari responden

sebagai data untuk menganalisa

penelitian dan diperoleh melalui

tanya jawab secara langsung kepada

informan. Data primer ini meliputi

data tentang Peraturan Daerah Kota

Batam Nomor 8 Tahun 2003

Terhadap Dampak Pencemaran

Limbah Perusahaan Di Kelurahan

Batu Merah Kecamatan Batu Ampar

Kota Batam

b. Data Sekunder

Data skunder adalah data yang

diperoleh atau dikumpulkan oleh

peneliti dari sumber-sumber yang

telah ada atau data yang diambil

melalui keterangan atau informasi

yang diinginkan serta diperlukan

untuk memperjelas data atau

permasalahan yang akan diteliti yang

berkaitan dengan masalah Peraturan

Daerah Kota Batam Nomor 8 Tahun

2003 Terhadap Dampak Pencemaran

Limbah Perusahaan Di Kelurahan

Batu Merah Kecamatan Batu Ampar

Kota Batam

5. Teknik dan Alat Pengumpulan

Data

a. Observasi, yaitu

dilakukan dengan

pengamatan langsung

berkenaan dengan

Evaluasi Peraturan

Daerah Kota Batam

Nomor 8 Tahun 2003

Terhadap Dampak

Pencemaran Limbah

Perusahaan Di Kelurahan

Batu Merah Kecamatan

Batu Ampar Kota Batam

b. Wawancara, yaitu

melakukan tanya jawab

secara langsung terhadap

informan dalam

penelitian ini. Alat yang

digunakan adalah

pedoman wawancara.

c. Dokumentasi,Yaitu

pengumpulan data

melalui buku-buku

ataupun literatur-literatur

yang berkaitan dengan

penelitian yang

dilakukan.

6. Teknik Analisa Data

Analisis data yang digunakan

untuk menganalisa data-data yang

didapat dari penelitian ini adalah

analisis deskriptif kualitatif. Meleong

(2006:35), menyatakan bahwa ”

analisa data kualitatif adalah proses

pengorganisasian dan pengurutan

data kedalam pola dan kategori serta

satuan uraian dasar, sehingga dapat

dikemukakan tema seperti yang

disarankan oleh data”.

Sedangkan langkah-langkah

analisa yang dilakukan adalah :

menelaah semua data yang tersedia

dari berbagai sumber, reduksi data

yang dilakukan dengan membuat

abstraksi, menyusun kedalam satuan-

satuan, pengkategorian data sambil

membuat koding, mengadakan

pemeriksaaan keabsahan data dan

penafsiran data secara deskriptif.

Untuk itu data-data yang

terkumpul baik itu data primer

maupun data sekunder, maka akan

diorganisir dan disusun. Setelah

tersusun kemudian dilakukan

penafsiran dan pembahasan terhadap

data yang dikemukakan itu.

Page 11: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN ... Batu

10

LANDASAN TEORITIS

Kebijakan

Kebijakan adalah alat atau cara

untuk memecahkan masalah yang

ada. Kebijakan merupakan

sekumpulan keputusan yang dibuat

pemerintah atau lembaga yang

berwenang untuk memecahkan

masalah atau mewujudkan tujuan

yang ingin dicapai masyarakat.

Young dan Quinn (Suharto,2005:44)

menambahkan bahwa “kebijakan

publik merupakan tindakan yang

dibuat dan diimplementasikan oleh

badan pemerintah yang memiliki

kewenangan hukum, praktis dan

finansial untuk melakukannya”.

Pendapat ini juga menunjukan

bahwa ide kebijakan melibatkan

perilaku yang memiliki maksud dan

tujuan merupakan bagian yang

penting dari definisi kebijakan,

karena bagaimanapun kebijakan

harus menunjukan apa yang

sesungguhnya dikerjakan daripada

apa yang diusulkan dalam

beberapa kegiatan pada suatu

masalah.

Pada dasarnya kebijakan publik

dapat berupa aturan atau ketentuan

yang mengatur kehidupan

masyarakat yang mana aturan-aturan

tersebut disusun dalam beberapa

bentuk kebijakan. “Kebijakan publik

mempunyai sifat paksaan yang

secara potensial sah dilakukan,

sehingga kebijakan publik menuntut

ketaatan atau kepatuhan yang luas

dari masyarakat” (Winarno,

2007:21).

Kebijakan publik di Indonesia

juga disertai dengan sanksi-sanksi

yang akan diberikan ketika terjadi

pelanggaran terhadap ketentuan yang

telah ditetapkan. Hal ini semata-mata

sebagai upaya agar tercipta

kepatuhan masyarakat secara luas.

Oleh karena itu kebijakan publik di

Indonesia identik dengan hukum.

Kebijakan pada dasarnya merupakan

ketentuan-ketentuan yang harus

dijadikan pedoman, pegangan atau

petunjuk bagi setiap usaha dan

kegiatan dari aparatur pemerintah /

pegawai. Menurut Abidin

(Syafarudin 2008:75) menjelaskan

Kebijakan adalah keputusan

pemerintah yang bersifat umum dan

berlaku untuk seluruh anggota

masyarakat.

Menurut Dwiyanto (2009: 140):

“Proses politik kebijakan adalah

proses melegitimasi kebijakan publik

dengan menyandarkan pada proses

pembahasan kebijakan di lembaga

politik yang diakui sebagai

representative publik. Jika lembaga

politik yang representative dari

kebijakan benar-benar menampung

aspirasi publik, maka kebijakan yang

direkomendasikan tidak mengalami

hambatan untuk dilegitimasikan

menjadi sebuah kebijakan “

Edwards III dan Sharkansky

dalam Hariyoso (2002: 62)

mengartikan bahwa kebijakan publik

adalah pernyataan pilihan tindakan

pemerintah yang berupa tujuan dan

program pemerintah. Sedangkan

Thomas R. Dye (dalam Sumaryadi,

2005 :19). berpendapat bahwa

kebijaksanaan negara ialah pilihan

tindakan apapun yang dilakukan atau

tidak yang dilakukan oleh

pemerintah. Menurut Abidin

(2002:75) menjelaskan Kebijakan

adalah keputusan pemerintah yang

bersifat umum dan berlaku untuk

seluruh anggota masyarakat.

Kebijakan merupakan suatu tindakan

yang mengarah pada tujuan yang

Page 12: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN ... Batu

11

diusulkan dalam lingkungan tertentu

sehubungan dengan adanya

hambatan-hambatan tertentu untuk

mencapai tujuan atau mewujudkan

sasaran yang diinginkan.

Pada dasarnya kebijakan publik

dapat berupa aturan atau ketentuan

yang mengatur kehidupan

masyarakat yang mana aturan-aturan

tersebut disusun dalam beberapa

bentuk kebijakan. “Kebijakan publik

mempunyai sifat paksaan yang

secara potensial sah dilakukan,

sehingga kebijakan publik menuntut

ketaatan atau kepatuhan yang luas

dari masyarakat” (Winarno,

2007:21).

Robert Eyestone (dalam

Agustino: 2006 : 6) mendefinisikan

kebijakan publik sebagai “hubungan

antara unit pemerintah dengan

lingkungannya”. Banyak pihak

beranggapan bahwa definisi tersebut

masih terlalu luas untuk dipahami,

karena apa yang dimaksud dengan

kebijakan publik dapat mencakup

banyak hal. Setiap tahap dalam

pengambilan kebijakan harus

dilaksanakan dan dengan

memperhatikan sisi ketergantungan

masalah satu dengan yang lainnya.

Proses penetapan kebijakan atau

yang sering dikenal dengan policy

making process, menurut Shafrits

dan Russel dalam Keban (2004: 63)

adalah sebagai berikut :

1. agenda setting dimana isu-isu

kebijakan diidentifikasi,

2. keputusan untuk melakukan

atau tidak melakukan

kebijakan,

3. tahap implementasi

kebijakan,

4. evaluasi program dan analisa

dampak,

5. feedback yaitu memutuskan

untuk merevisi atau

menghentikan.

Proses kebijakan diatas bila

diterapkan akan menyerupai sebuah

siklus tahapan penetapan kebijakan.

Dengan demikian kebijakan public

adalah produk dari pemerintah

maupun aparatur pemerintah yang

hakekatnya berupa pilihan-pilihan

yang dianggap paling baik, untuk

mengatasi persoalan-persoalan yang

dihadapi public dengan tujuan untuk

dicarikan solusi pemecahannya

secara tepat, cepat dan akurat,

sehingga benar adanya apa yang

dilakukan ataupun tidak dilakukan

pemerintah dapat saja dipandang

sebagai sebuah pilihan kebijakan.

Menurut Woll (dalam

Tangkilisan: 2003:2) menyebutkan

bahwa kebijakan publik ialah

sejumlah aktivitas pemerintah untuk

memecahkan masalah di masyarakat,

baik secara langsung maupun

melalui berbagai lembaga yang

mempengaruhi kehidupan

masyarakat. Thomas R Dye

sebagaimana dikutip Islamy (2009:

19) mendefinisikan kebijakan publik

sebagai apapaun yang dipilih

pemerintah untuk dilakukan atau

untuk tidak dilakukan.

Begitupun dengan Chandler dan

Plano sebagaimana dikutip

Tangkilisan (2003: 1) yang

menyatakan bahwa kebijakan publik

adalah pemanfaatan yang strategis

terhadap sumberdaya-sumberdaya

yang ada untuk memecahkan

masalah-masalah publik atau

pemerintah. Selanjutnya dikatakan

bahwa kebijakan publik merupakan

suatu bentuk intervensi yang

dilakukan secara terus-menerus oleh

pemerintah demi kepentingan

Page 13: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN ... Batu

12

kelompok yang kurang beruntung

dalam masyarakat agar mereka dapat

hidup, dan ikut berpartisipasi dalam

pembangunan secara luas. David

Easton sebagaimana dikutip

Agustino (2006: 19) memberikan

definisi kebijakan publik sebagai “

the autorative allocation of values

for the whole society”. Definisi ini

menegaskan bahwa hanya pemilik

otoritas dalam sistem politik

(pemerintah) yang secara syah dapat

berbuat sesuatu pada masyarakatnya

dan pilihan pemerintah untuk

melakukan sesuatu atau tidak

melakukan sesuatu diwujudkan

dalam bentuk pengalokasian nilai-

nilai.

Evaluasi kebijakan

Evaluasi sebagai proses

umpan balik pada saat kegiatan

dilaksanakan, juga berarti tidak saja

dilakukan setelah pelaksanaan

kegiatan semata, namun juga pada

saat proses kegiatan sedang

berlangsung agar kegiatan dapat

berjalan lancar dan mencegah

terjadinya penyimpangan atau

pelanggaran sedini mungkin dan

sekecil mungkin. Evaluasi seperti ini

dimaksudkan sebagai umpan balik

dalam suatu proses kegiatan.

Suatu program yang telah

dijalankan perlu dievaluasi untuk

melihat sejauh mana program

tersebut mencapai sasaran sesuai

dengan tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya. Untuk itu suatu

program mempunyai pengaruh yang

sangat besar terhadap keberhasilan

suatu evaluasi dan sangat berguna

serta merupakan fungsi manajemen

yang menentukan tercapainya tujuan

didalam organisasi secara berdaya

guna dan berhasil guna. Evaluasi ini

dapat diketahui keberhasilan dan

kekurangnya pada suatu program

dalam rangka penyempurnaan

kebijakan yang terlebih dahulu,

mempertimbangkan nilai-nilai

positif, serta teknik yang digunakan

untuk melakukan penilaian demi

tercapainya tujuan di dalam

organisasi tersebut.

Pandangan yang tidak jauh

berbeda, kebijakan diterjemahkan

kedalam program dan proyek dengan

tindakan fisik, sehingga suatu

kebijakan menimbulkan konsekuensi

(hasil efek atau akibat) dan membagi

konsekuensi kebijakan menjadi dua

jenis, yaitu ; output dan outcome.

Arikunto (2010:292) menyebutkan

bahwa, setiap kegiatan evaluasi

biasanya dimaksudkan untuk

mengembangkan kerangka berpikir

dalam rangka pengambilan

keputusan Suatu evaluasi dalam

proses pengembangan dimaksudkan

sebagai perbaikan sistem dengan

tujuan, sebagai berikut :

a. Pertanggung jawaban

kepada pemerintah dan

masyarakat.

b. Penentuan tindak lanjut

hasil pengembangan.

Dari beberapa pendapat

para ahli di atas, evaluasi perlu

dilaksanakan terhadap suatu program

atau kegiatan, dalam hal ini bukan

untuk memberikan keseimbangan

nilai benar atau salah, namun untuk

melihat sejauh mana suatu program

atau kegiatan tersebut diadakan

penyempurnaan serta dapat mencapai

tujuan yang diharapkan. Dan pada

intinya tujuan utama evaluasi

tersebut adalah tidak mencari

kesalahan-kesalahan, tetapi

bagaimana untuk memperbaiki hasil

temuan-temuan yang diperoleh /

didapatkan dalam evaluasi tersebut

Page 14: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN ... Batu

13

pada suatu program atau kegiatan

lainnya.

Evaluasi bukan merupakan

hal baru dalam kehidupan manusia

sebab hal tersebut senantiasa

mengiringi kehidupan seseorang.

Seorang manusia yang telah

mengerjakan suatu hal, pasti akan

menilai apakah yang dilakukannya

tersebut telah sesuai dengan

keinginannya semula. Agustino

(2006:188) mengatakan bahwa

Kinerja kebijakan yang dinilai dalam

evaluasi kebijakan melingkupi :

a. Seberapa jauh kebutuhan,

nilai dan kesempatan telah

dapat dicapai.

b. Tindakan yang ditempuh oleh

Implementing Agencies sudah

benar-benar efektif,

responsif, akuntabel dan adil

ini.

c. Efek dan dampak dari

kebijakan itu sendiri.

Menurut Suchman (Arikunto

2014:1) memandang evaluasi sebagai

sebuah proses menetukan hasil yang

telah yang dicapai beberapa kegiatan

yang direncanakan untuk mendukung

tercapainya tujuan. Menurut

Worthen dan Sanders (Arikunto

2014:1) mengatakn bahwa evaluasi

adalah kegiatan mencari sesuatu

yang berharga tentang sesuatu dalam

mencari sesuatu tersebut,juga

termasuk mencari informasi yang

bermanfaat dalam menilai

keberadaan suatu

program,produksi,prosedur,serta

alternatif strategi yang diajukan

untuk mencapai tujuan yang sudah

ditentukan. Menurut Stufflebeam

(Arikunto 2014:2) mengatakan

bahwa evaluasi merupakan proses

penggambaran, pencarian, dan

pemberian informasi yang sangat

bermanfaat bagi pengambil

keputusan dalam menentukan

alternatif keputusan. Untuk dapat

menjadi evaluator , seseorang harus

memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

1. Mampu melaksanakan,

persyaratan pertama yang

harus dipenuhi oleh evaluator

adalah bahwa bahwa mereka

harus memiliki kemampuan

untuk melaksanakan evaluasi

yang didukung oleh teori dan

keterampilan praktik.

2. Cermat, dapat melihat celah-

celah dan detail dari program

serta bagian program yang

akan dievaluasi.

3. Objektif, tidak mudah

dipengaruhi oleh keinginan

pribadi, agar dapat

mengumpulkan data sesuai

dengan keadaannya,

selanjutnya dapat mengambil

kesimpulan sebagaimana

diatur oleh ketentuan yang

harus diikuti.

4. Sabar dan tekun, agar di

dalam melaksanakan tugas

dimulai dari membuat

rancangan kegiatan dalam

bentuk menyusun

proposal,menyusun

instrumen,mengumpulkan

data dan menyusun laporan,

tidak gegabah dan tergesa-

gesa.

5. Hati-hati dan bertanggung

jawab, yaitu melakukan

pekerjaan evaluasi dengan

penuh pertimbangan, namun

apabila masih ada kekeliruan

yang diperbuat, berani

menanggung resiko atas

segala kesalahannya.

Page 15: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN ... Batu

14

Dalam melakukan evaluasi,

Taylor-Powell, (Arikunto, 2014:86)

mengidentifikasi beberapa dimensi

umum yang biasanya ingin digali

dalam tujuan evaluasi suatu program,

yaitu:

1. Dampak/pengaruh program.

Dalam dimensi ini, evaluator

akan mengkaji seberapa jauh

program yang akan, sedang,

atau telah dijalankan

memiliki konsekuensi

terhadap konteks, partisipasi

dan subjek, sistem, atau

lainnya.

2. Implementasi program.

Evaluator melakukan kajian

terhadap seberapa jauh

pelaksanaan program ini akan

dan sedang dijlankan.

3. Konteks program. Evaluator

mengamati dan mengkaji

kondisi konteks (lingkungan)

dari program yang

akan,sedang, dan telah

dijalankan,seberapa jauh

keterkaitannya, dan apa

sajakah konteksnya.

4. Kebutuhan program.

Evaluator mengkaji tentang

faktor-faktor penentu

keberhasilan program dan

keberlanjutannya di masa

yang akan datang.

Evaluasi kebijakan

merupakan salah satu tahapan

penting dalam siklus kebijakan. Pada

umumnya evaluasi kebijakan

dilakukan setelah kebijakan publik

tersebut diimplementasikan. Ini

tentunya dalam rangka menguji

tingkat kegagalan dan keberhasilan,

keefektifan dan keefisienannya.

Menurut Dunn (2003:601)

menyatakan bahwa evaluasi memberi

sumbangan pada klarifikasi dan

kritik terhadap nilai-nilai yang

mendasari pemilihan tujuan dan

target. Pada dasarnya nilai juga dapat

dikritik dengan menanyakan secara

sistematis kepantasan tujuan dan

target dalam hubungan dengan

masalah yang dituju. Evaluasi

kebijakan adalah proses untuk

menilai seberapa jauh suatu

kebijakan membuahkan hasil, yaitu

membandingkan antara hasil yang

diperoleh dengan tujuan atau target

kebijakan yang ditentukan. Untuk

memudahkan tentang pengukuran

evaluasi kebijakan Badjuri &

Yuwono (2002:140-141) menyajikan

tabel indikator evaluasi kebijakan

sebagai berikut :

1. Input (masukan) adalah

Masalah kebijakan publik

ini timbul karena adanya

factor lingkungan

kebijakan publik yaitu

suatu keadaan yang melatar

belakangi atau peristiwa

yang menyebabkan

timbulnya masalah

kebijakan publik tersebut,

yang berupa tuntutan-

tuntutan, keinginan-

keinginan masyarakat atau

tantangan dan peluang,

yang diharapkan segera

diatasi melalui suatukebi

jakan publik. Masalah itu

dapat juga timbul justru

karena dikeluarkannya

suatu kebijakan publik

baru. Fokus penilaian

adalah sebagai berikut :

apakah sumber daya

pendukung dan

bahanbahan dasar yang

diperlukan untuk

melaksanakan kebijakan ?

berapakah SDM (sumber

Page 16: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN ... Batu

15

daya), uang atau

infrastruktur pendukung

lain yang diperlukan?

2. Process (proses) adalah

Analisis proses tidak begitu

berfokus pada isi

kebijakan, namun lebih

memfokuskan diri pada

proses politik dan interaksi

faktor-faktor lingkungan

luar yang kompleks dalam

membentuk sebuah

kebijakan. bagaimanakah

sebuah kebijakan

ditransformasikan dalam

bentuk pelayanan langsung

kepada masyarakat?

bagaimanakah efektivitas

dan efisiensi dari metode /

cara yang dipakai untuk

melaksanakan kebijakan

publik tersebut ?

3. Outputs (hasil) adalah

produk Kebijakan publik

berupa peraturan, Undang-

Undang dan Perda yang

hasilnya dapat dirasakan

oleh masyarakat. Fokus

penilaian adalah sebagai

berikut : apakah hasil atau

produk yang dihasilkan

sebuah kebijakan publik ?

berapa orang yang berhasil

mengikuti program /

kebijakan tersebut ?

4. Outcomes (dampak) adalah

Kebijakan Publik berisikan

hal yang positif dan negatif

terhadap target group.

Fokus penilaian adalah

apakah dampak yang

diterima oleh masyarakat

luas atau pihak yang

terkena kebijakan ? berapa

banyak dampak positif

yang dihasilkan ? adakah

dampak negatifnya ?

seberapa seriuskah ?

Dunn (2003;610)

menyatakan bahwa kriteria-

kriteria evaluasi kebijakan

publik yaitu :

a. Efektivitas berkenaan

dengan apakah suatu

alternatif mencapai

hasil (akibat) yang

diharapkan, atau

mencapai tujuan dari

diadakannya

tindakan. Yang secara

dekat berhubungan

dengan rasionalitas

teknis, selalu diukur

dari unit produk atau

layanan atau nilai

moneternya” (Dunn,

2003:429).

b. Efisiensi (efficiency)

berkenaan dengan jumlah

usaha yang diperlukan

untuk menghasilkan tingkat

efektivitas tertentu. Efisiensi

yang merupakan sinonim

dari rasionalitas ekonomi,

adalah merupakan hubungan

antara efektivitas dan usaha,

yang terakhir umumnya

diukur dari ongkos moneter.

Efisiensi biasanya

ditentukan melalui

perhitungan biaya per unit

produk atau layanan.

Kebijakan yang mencapai

efektivitas tertinggi dengan

biaya terkecil dinamakan

efisien” (Dunn, 2003:430).

c. Kecukupan dalam kebijakan

publik dapat dikatakan

tujuan yang telah dicapai

sudah dirasakan mencukupi

dalam berbagai hal. William

N. Dunn mengemukakan

Page 17: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN ... Batu

16

bahwa kecukupan

(adequacy) berkenaan

dengan seberapa jauh suatu

tingkat efektivitas

memuaskan kebutuhan,

nilai, atau kesempatan yang

menumbuhkan adanya

masalah (Dunn, 2003:430).

d. Perataan dalam kebijakan

publik dapat dikatakan

mempunyai arti dengan

keadilan yang diberikan dan

diperoleh sasaran kebijakan

publik. William N. Dunn

menyatakan bahwa kriteria

kesamaan (equity) erat

berhubungan dengan

rasionalitas legal dan sosial

dan menunjuk pada

distribusi akibat dan usaha

antara kelompok-kelompok

yang berbeda dalam

masyarakat (Dunn,

2003:434).

e. Responsivitas dalam

kebijakan publik dapat

diartikan sebagai respon

dari suatu aktivitas. Yang

berarti tanggapan sasaran

kebijakan publik atas

penerapan suatu kebijakan.

Menurut William N. Dunn

menyatakan bahwa

responsivitas

(responsiveness) berkenaan

dengan seberapa jauh suatu

kebijakan dapat memuaskan

kebutuhan, preferensi, atau

nilai kelompok-kelompok

masyarakat tertentu (Dunn,

2003:437).

f. Kriteria yang dipakai untuk

menseleksi sejumlah

alternatif untuk dijadikan

rekomendasi dengan

menilai apakah hasil dari

alternatif yang

direkomendasikan tersebut

merupakan pilihan tujuan

yang layak. Kriteria

kelayakan dihubungkan

dengan rasionalitas

substantif, karena kriteria

ini menyangkut substansi

tujuan bukan cara atau

instrumen untuk

merealisasikan tujuan

tersebut” (Dunn, 2003:499).

Selanjutnya, Howlett dan

Ramesh (2000:170) menyatakan

bahwa secara umum evaluasi

kebijakan dapat digolongkan dalam

tiga kategori, yaitu : At general level,

policy evaluations can be classified

in three broad categories

administrative evaluation, judicial

evaluation, dan political evaluation

which differ in the way they are

conducted, the actor they involve,

and their effects.

Evaluator kebijakan harus

mengetahui secara jelas aspek-aspek

apa yang perlu dikajinya. Disamping

itu harus mengetahui sumber-sumber

informasi yang perlu dikejarnya

untuk memperoleh data yang valid.

Selain mengetahui teknik analisis

yang tepat untuk melakukan

evaluasi. Sejumlah metode dapat

digunakan untuk membantu dalam

mengevaluasi kebijakan, namun

hampir semua teknik yang ada dapat

juga digunakan dalam hubungannya

dengan metode-metode evaluasi

lainnya.

GAMBARAN UMUM LOKASI

PENELITIAN

Kecamatan Batu Ampar

merupakan salah satu kecamatan

yang ada di Kota Batam yang berada

di titik koordinat 01o 07 Lintang

Page 18: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN ... Batu

17

Selatan dan 104 o Bujur Timur.

Kecamatan ini berbatasan : sebelah

Utara dengan Laut Selat Malaka,

sebelah selatan dengan Kecamatan

Lubuk Baja, sebelah barat dengan

Kecamatan Lubuk Baja, dan sebelah

timur dengan Kecamatan Bengkong.

Kecamatan Batu Ampar

terkonsentrasi dengan radius 7 Km,

dimana permukaan tanah umumnya

terdiri dari dataran 50 persen,

berbukit 35 persen, dan

bergelombang 15 persen.

Sejak tahun 2007 jumlah

kelurahan di Kecamatan Batu Ampar

ada 4 kelurahan, dan tidak terjadi

pemekaran wilayah sampai sekarang.

Pemekaran yang terjadi hanya pada

jumlah RT dan RW bertambah

seiring dengan peningkatan jumlah

rumah tangga di kecamatan ini.

Kelurahan yang ada adalah :

Kampung seraya, Sungai Jodoh,

Tanjung Sengkuang dan Batu Merah.

Untuk mempermudah tugas

pemerintahan, pada setiap kelurahan

terbagi menjadi, RW dan RT. Jumlah

RW dan RT di Kecamatan Batu

Ampar pada tahun 2014 yaitu terdiri

dari 45 RW dan 174 RT. Kelurahan

dengan jumlah RW dan RT

terbanyak adalah Kelurahan Tanjung

Sengkuang dengan 21 RW dan 82

RT. Persebaran penduduk di

Kecamatan ini juga tidak merata.

Ada kelurahan dengan kepadatan

penduduk kurang dari tiga ribu jiwa

per kilo meter persegi. Namun ada

juga kelurahan yang kepadatan

penduduknya lebih dari 13 ribu jiwa

per kilo meter persegi. Kelurahan

dengan kepadatan penduduk paling

tinggi adalah Kelurahan Kampung

Seraya, sementara itu kelurahan yang

kepadatan penduduknya paling

rendah adalah Kelurahan Batu

Merah.

ANALISA DAN PEMBAHASAN

a. Seberapa jauh kebutuhan, nilai

dan kesempatan telah dapat

dicapai

Berdasarkan hasil wawancara

dengan informan maka dapat

dianalisa bahwa Peraturan Daerah

Kota Batam Nomor 8 Tahun 2003

Terhadap Dampak Pencemaran

Limbah Perusahaan belum membawa

dampak apa-apa dalam permasalahan

limbah di Kelurahan Batu Merah.

Kondisi kerusakan akan menjadi

semakin parah dengan adanya

anggapan bahwa perairan pesisir dan

laut sebagai tempat pembuangan

limbah yang mudah dan murah

(bahkan tidak dikenakan biaya)

sehingga akan menimbulkan semakin

buruknya kualitas perairan sebagai

akibat terjadinya pencemaran

perairan pesisir dan laut yang

semakin meningkat. Akan sangat

berbahaya apabila kondisi ini tidak

segera diantisipasi mengingat

wilayah administrative kota Batam

merupakan pulau kecil dan terdiri

dari gugusan pulau- pulau kecil.

Sebagai kawasan yang termasuk

dalam kriteria pulau kecil, Kota

Batam tentunya memiliki banyak

keterbatasan yang harus diperhatikan

oleh segenap stakeholder dalam

melakukan pemanfaatan wilayah

tersebut.

b. Tindakan yang ditempuh oleh

Implementing Agencies (Pelaksana)

Pengawasan

Dari hasil wawancara dengan

seluruh informan maka dapat

dianalisa bahwa agar Tindakan yang

Page 19: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN ... Batu

18

ditempuh oleh Implementing

Agencies sudah benar-benar efektif,

responsive, akuntabel dan adil ini

mka BLH dan pihak terkait

melakukan pengawasan, namun

kenyataannya masih belum dapat

berperan dengan baik, pengelolaan

Lingkungan dan pembangunan

berkelanjutan, merupakan masalah

yang sangat penting dalam

hubungannya dengan pelaksanaan

pembangunan nasional yang

berwawasan lingkungan.

Pencemaran dan kerusakan

lingkungan dari tahun ke tahun terus

berlangsung dan semakin meningkat,

seperti pencemaran air, udara, laut

dan tanah. Permasalahan yang terjadi

saat ini adalah ketersediaan air yanng

semakin hari semakin berkurang. Hal

ini disebabkan salah satunya adalah

karena terjadinya pencemaran air

yang diakibatkan oleh kegiatan

industri yang dapat menyebabkan

penurunan kualitas air di beberapa

media air khususnya air sungai.

Sosialisasi

Setelah dilakukan wawancara

dengan seluruh informan dapat

ditarik kesimpulan bahwa untuk

sosialisasi Peraturan Daerah Kota

Batam Nomor 8 Tahun 2003

Terhadap Dampak Pencemaran

Limbah Perusahaan sudah di

lakukan. Sosialisasi sebenarnya

sudah cukup berhasil. Karena

sosialisasi yang dilakukan hanya

secara garis besar seperti

mengangangkat tema tentang

kebersihan dan perlindungan

lingkungan hidup belum fokus pada

penanganan limbah tersebut sehingga

pihak Perusahaan mengatakan tidak

terlalu mengetahui tentang peraturan

tentang limbah, mereka tahu hanya

efek atau dampaknya, tapi tidak tahu

tentang sanksi apa yang diterima

ketika perusahaan menghasilkan B3

yang dapat mengancam

kelangsungan lingkungan hidup.

Diperlukan prinsip dasar

dalam perlindungan dan pengelolaan

lingkungan, sehingga proses

pembangunan saat ini mampu

memenuhi kebutuhan generasi

sekarang, namun tanpa mengurangi

kemampuan generasi mendatang

untuk memenuhi kebutuhannya. Hal

yang paling penting dilakukan adalah

bagaimana menyamakan persepsi

tentang pengelolaan limbah B3 dan

meminimalisir dampak yang

ditimbulkan akibat limbah bahan

berbahaya dan beracun yang

dihasilkan, melalui pengelolaan

limbah B3 yang baik dan benar.

c. Efek dan dampak dari

kebijakan itu sendiri.

Berdasarkan hasil

penelitian maka dapat dianalisa

bahwa Peraturan Daerah Kota Batam

Nomor 8 Tahun 2003 Terhadap

Dampak Pencemaran Limbah

Perusahaan belum membawa

damapak positif bagi kehidupan

masyarakat khususnya di Kelurahan

Batu Merah, hal ini dikarenakan

masih banyak terjadi pencemaran

termasuk di Kelurahan Batu Merah,

hingga saat ini pemerintah seakan

tidak mengetahui apa yang terjadi di

Kelurahan tersebut. Pantauan

dilapangan, puluhan ton limbah

berbahaya dan beracun (B3) jenis

serbuk warnah hitam sudah

tercampur dengan tanah dan

disimpan dalam karung di area

perusahaan. Tumpukan limbah yang

dibungkus tersebut tampak terlihat

jelas berada di samping pos security

perusahaan yang berada di paling

Page 20: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN ... Batu

19

belakang. ada pula perusahaan yang

membuang limbah beracun tersebut

langsung ke laut yang dekat dengan

pemukiman warga.

Tingkat pencemaran lingkungan

di Kota Batam semakin tinggi.

Apalagi diperparah lambannya

penanganan dari instansi terkait,

seperti Badan Pengendalian

Lingkungan (Bapedal), dan BLH

kota Batam. Industrialisasi memang

merupakan konsep yang tepat untuk

mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Dengan adanya industrialisasi, selain

dapat meningkatkan produktifitas

dan efisiensi sebuah produk, ia juga

mampu menyerap tenaga kerja dalam

jumlah yang sangat besar. Namun

dibalik efek positif tersebut, tak

jarang juga industrialisasi justru

memberikan efek negatif kepada

lingkungan. Hal ini disebabkan

karena tak bisa dipisahkannya proses

produksi dengan limbah yang

dihasilkannya.

Industri umumnya langsung

membuang limbah cair ke badan air,

seperti: laut, sungai, atau danau.

Limbah cair industri merupakan

penyebab utama terjadinya

pencemaran air. Setiap industry yang

menghasilkan limbah cair wajib

melakukan pengolahan air limbah

agar memenuhi baku mutu yang

ditetapkan pemerintah sehingga

dapat langsung dibuang tanpa

mencemari lingkungan. Limbah yang

dibuang tanpa diolah terlebih dahulu

akan menghasilkan limbah yang

berbahaya bagi lingkungan.

Beberapa alasan pengusaha

membuang limbah tanpa diolah

terlebih dulu antara lain mahalnya

biaya pembuatan Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL),

biaya operasional, dan perawatan

IPAL yang rumit dan kompleks.

Lingkungan mempunyai daya

tampung limbah yang terbatas.

Ketika limbah yang dibuang tidak

melebihi ambang batas, lingkungan

masih dapat menguraikannya

sehingga tidak menimbulkan

pencemaran. Namun jika ambang

batas tersebut terlampaui, maka

lingkungan tidak dapat menetralisir

semua limbah yang ada sehingga

timbul masalah pencemaran dan

degradasi kondisi lingkungan.

Mayoritas industri di kota Batam

ternyata tidak melaporkan dokumen

pengelolaan lingkungan hidup.

Masih banyak industri yang tidak

memberikan dokumen pengelolaan

lingkungan setiap semester kepada

Badan Pengendalian Dampak

Lingkungan (Bapedal) kota Batam,

padahal mekanisme laporan per

semester ini merupakan cara yang

diterapkan pemerintah kota Batam

untuk mengawasi operasional setiap

industri terutama yang memiliki

potensi dampak lingkungan.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

maka dapat diambil kesimpulan

bahwa Peraturan Daerah Kota Batam

Nomor 8 Tahun 2003 Terhadap

Dampak Pencemaran Limbah di

Kelurahan Batu Merah belum

berjalan dengan baik khususnya pada

pasal 30 tentang pengawasan yang

belum optimal sehingga pencemaran

masih kerap terjadi. Hal ini dapat

dilihat dari indikator :

Peraturan Daerah Kota Batam

Nomor 8 Tahun 2003 Terhadap

Dampak Pencemaran Limbah

Perusahaan belum membawa

dampak apa-apa dalam permasalahan

Page 21: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN ... Batu

20

limbah di Kelurahan Batu Merah.

Kondisi kerusakan akan menjadi

semakin parah dengan adanya

anggapan bahwa perairan pesisir dan

laut sebagai tempat pembuangan

limbah yang mudah dan murah

(bahkan tidak dikenakan biaya)

sehingga akan menimbulkan semakin

buruknya kualitas perairan sebagai

akibat terjadinya pencemaran

perairan pesisir dan laut yang

semakin meningkat.

Agar Tindakan yang ditempuh

oleh Implementing Agencies sudah

benar-benar efektif, responsive,

akuntabel dan adil ini mka BLH dan

pihak terkait melakukan

pengawasan, namun kenyataannya

masih belum dapat berperan dengan

baik, apabila selalu diawasi tidak

mungkin ada permasalahan B3 yang

terus menerus dan tidak bisa

diselesaikan di Kelurahan Batu

Merah ini. Pengawasan limbah B3

adalah suatu upaya yang meliputi

pemantauan penataan persyaratan

serta ketentuan teknis dan

administratif oleh penghasil,

pemanfaat, pengumpul, pengolah

termasuk penimbun limbah B3.

Sedangkan yang dimaksud

pemantauan di sini adalah kegiatan

pengecekan persyaratan-persyaratan

teknisadministratif oleh penghasil,

pengumpul, pemanfaat, pengolah

termasuk penimbun limbah B3.

Peraturan Daerah Kota Batam

Nomor 8 Tahun 2003 belum

membawa dampak positif bagi

kehidupan masyarakat khususnya di

Kelurahan Batu Merah, hal ini

dikarenakan masih banyak terjadi

pencemaran termasuk di Kelurahan

Batu Merah, hingga saat ini

pemerintah seakan tidak mengetahui

apa yang terjadi di Kelurahan

tersebut. Pantauan dilapangan,

puluhan ton limbah berbahaya dan

beracun (B3) jenis serbuk warnah

hitam sudah tercampur dengan tanah

dan disimpan dalam karung di area

perusahaan. Tumpukan limbah yang

dibungkus tersebut tampak terlihat

jelas berada di samping pos security

perusahaan yang berada di paling

belakang. ada pula perusahaan yang

membuang limbah beracun tersebut

langsung ke laut yang dekat dengan

pemukiman warga.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian

dalam mengevaluasi Peraturan

Daerah Kota Batam Nomor 8 Tahun

2003, maka di berikan beberapa

saran agar permasalahan limbah

khususnya di Kelurahan Batu Merah

dapat diselesaikan :

a. Adanya pengawasan dari

pihak pemerintah, dan

masyarakat terhadap

perusahaan yang ada di

seluruh kota Batam

khususnya di Kelurahan Batu

Merah yang telah banyak

merasakan dampak negatif

dari pencemaran limbah

tersebut.

b. Harus ada sanksi yang tegas

bagi perusahaan yang

mengabaikan aturan-aturan

berkaitan dengan Peraturan

Daerah Kota Batam Nomor 8

Tahun 2003

Page 22: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN ... Batu

21

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Said Zainal. 2002. Kebijakan

Publik. Jakarta : Yayasan

Pancur Siwah.

Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar

Kebijakan Publik. Bandung :

CV Alfabetha

Badjuri, Abdulkahar & Yuwono,

Teguh, 2002, Kebijakan

Publik Konsep & Strategi,

Undip Press, Semarang.

Dunn, W William. 2000. Analisa

kebijakan. Jakarta: PT.

Bumi Aksara

Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik

Berbasis Dynamic

Analiysis. Gava Media:

Yogyakarta.

Ekowati, Mas Roro Lilik, 2005,

Perencanaan,

Implementasi dan Evaluasi

Kebijakan atau Program,

Edisi Revisi, PT

Rosdakarya, Bandung.

Hariyoso, S. 2002. Pembangunan.

Birokrasi dan Kebijakan

Publik. Bandung: Peradaban.

Islamy, Irfan. 2009. Prinsip- prinsip

Perumusan Kebijaksanaan

Negara. Bumi Aksara:

Jakarta

Keban, Yeremias. T. 2004. Enam

Dimensi Strategis

Administrasi Publik, Konsep,

Teori, dan Isu. Yogyakarta.

Gava Media

Nugroho, Riant D. 2003. Kebijakan

Publik Formulasi Implementasi

dan Evaluasi. Jakarta : PT.Elex

Media Komputindo

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi

Penelitian Kualitatif.

Bandung. Remaja

Rosdakarya.

Subarsono. 2008. Analisis Kebijakan

Publik. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Suharto, Edi. 2005. Analisis

Kebijakan Publik: Panduan

Praktis Mengkaji Masalah dan

Kebijakan Sosial. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&B.

Bandung: Alfabeta.

Syafarudin. 2008. Efectivitas

Kebijakan Pendidikan. Jakarta:

PT. Rineka Cipta

Tangkilisan, Hersel Nogi S. 2003.

Kebijakan Publik yang

Membumi. Yogyakarta:

YPAPI dan LukmanOffset.

Winarno, Budi. 2007. Kebijakan

Publik, Teori dan Proses.

Jakarta: PT. Buku Kita.

Jurnal :

N.A.Dwi Putri (2011) Kebijakan

Pemerintah Dalam Pengendalian

Pencemaran Air Sungai Siak ( Studi

pada Daerah Aliran Sungai Siak

Bagian Hilir ). Jurnal Ilmu Politik

dan Ilmu Pemerintahan, Vol. 1, No.

1, 2011

Page 23: EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EVALUASI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN ... Batu

22

Rizky W. Santosa (2013) Dampak

Pencemaran Lingkungan Laut Oleh

Perusahaan Pertambangan Terhadap

Nelayan Tradisional. Lex

Administratum, Vol.I/No.2/Apr-

Jun/2013

Syahril Nedi (2012) Stakesholder

Yang Berperan Dalam Pengendalian

Pencemaran Minyak Di Selat Rupat.

Jurnal Perikanan dan Kelautan 17,1

(2012) : 26-37