28
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Praktik Kerja Industri (Prakerin) 2.1.1 Konsep Praktik Kerja Industri (Prakerin) Hamalik (2001) menyatakan bahwa praktik kerja industri merupakan suatu tahap persiapan professional dimana seorang siswa yang hampir menyelesaikan studi secara formal bekerja di lapangan dengan supervisi seorang administrator yang kompeten dalam jangka waktu tertentu, yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan melaksanakan tanggung jawab dalam bidangnya. Dari pengertian tersebut tersirat bahwa prakerin sangatlah penting dalam melatih siswa mengembangkan keahliannya di dunia kerja yang nyata. Setiap sekolah mempunyai aturan sendiri- sendiri. Pengaturan pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin) dilakukan dengan mempertimbangkan dunia usaha/ dunia industri (DU/ DI) untuk dapat menerima siswa serta jadwal praktik sesuai dengan kondisi setempat. Sehingga Praktik Kerja Industri (Prakerin) memerlukan perencanaan secara tepat oleh pihak sekolah dan pihak dunia usaha/ dunia indusri (DU/DI), agar dapat terselenggara dengan efektif dan efisien. Menurut Soewarni dalam Wena (1996: 228), proses pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin) dilakukan

Evaluasi Praktik Kerja Industri di SMK Negeri 1 Sayung · 2018. 7. 20. · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Praktik Kerja Industri (Prakerin) 2.1.1 Konsep Praktik Kerja Industri (Prakerin)

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Praktik Kerja Industri (Prakerin)

2.1.1 Konsep Praktik Kerja Industri (Prakerin)

Hamalik (2001) menyatakan bahwa praktik kerja

industri merupakan suatu tahap persiapan professional

dimana seorang siswa yang hampir menyelesaikan studi

secara formal bekerja di lapangan dengan supervisi

seorang administrator yang kompeten dalam jangka

waktu tertentu, yang bertujuan untuk mengembangkan

kemampuan melaksanakan tanggung jawab dalam

bidangnya. Dari pengertian tersebut tersirat bahwa

prakerin sangatlah penting dalam melatih siswa

mengembangkan keahliannya di dunia kerja yang nyata.

Setiap sekolah mempunyai aturan sendiri- sendiri.

Pengaturan pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin)

dilakukan dengan mempertimbangkan dunia usaha/

dunia industri (DU/ DI) untuk dapat menerima siswa

serta jadwal praktik sesuai dengan kondisi setempat.

Sehingga Praktik Kerja Industri (Prakerin) memerlukan

perencanaan secara tepat oleh pihak sekolah dan pihak

dunia usaha/ dunia indusri (DU/DI), agar dapat

terselenggara dengan efektif dan efisien.

Menurut Soewarni dalam Wena (1996: 228), proses

pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin) dilakukan

11

oleh siswa di industri, baik berupa industri besar,

menengah maupun kecil atau industri rumah tangga.

Dalam pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) ini

proses atau langkah- langkah pelaksanaan praktik kerja

industri (Prakerin) harus tetap mengacu pada desain

pembelajaran yang telah ditetapkan. Selain itu,

pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) dapat

berupa “day release” atau “block release” atau kombinasi

keduanya.

Program Prakerin yang dilakukan di industri/

perusahaan menurut Dikmenjur (2008: 8) meliputi:

1) Praktik Dasar Kejuruan, dapat dilaksanakan sebagian di sekolah dan sebagian lainnya di industri, apabila industri memiliki fasilitas pelatihan di industrinya. Apabila industri tidak memiliki fasilitas pelatihan, maka kegiatan praktikdasar kejuruan sepenuhnya dilakukan di sekolah;

2) Praktik Keahlian Produktif, dilaksanakan di industri dalam bentuk “on job training”, berbentuk kegiatan mengerjakan pekerjaan produksi atau jasa di industri/ perusahaan sesuai dengan program keahliannya;

3) Pengaturan program harus disepakati pada awal program oleh kedua belah pihak.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

program Prakerin harus dilaksanakan dengan

perencanaan yang matang, karena tidak hanya

berhubungan dengan kesiapan siswa, tetapi juga

berhubungan dengan instansi atau industri lain. Hal ini

juga mengindikasikan bahwa peran dunia usaha/ dunia

industri (DU/DI) dalam Prakerin sangat penting.

Lebih dari itu, kemitraan sekolah dengan DU/DI

menjadi salah satu faktor keberhasilan Prakerin.

12

Kemitraan antara sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

dengan dunia usaha/ dunia industri (DU/DI) menurut

Napitupulu, E.L (2008) perlu dibangun secara sinergi

sehingga lulusan yang dihasilkan mampu beradaptasi

dengan kebutuhan pasar dunia usaha/ dunia industri.

Djojonegoro dalam Anwar (1997:7) menegaskan,

kemitraan SMK dengan dunia usaha/ dunia industri

bukan lagi merupakan hal penting, tetapi merupakan

keharusan. Pendapat lain dari Muliati (2007:7)

menjelaskan untuk mendapat ketrampilan tidak cukup

peserta didik belajar di sekolah tetapi harus didapat

melalui on the job training yaitu belajar dari pekerja yang

sudah berpengalaman di industri. Oleh karena itu, sulit

diharapkan dapat membentuk keahlian profesional pada

diri peserta didik tanpa partisipasi industri.

Selanjutnya, Wena (1996:228) mengungkapkan

bahwa pada dasarnya tahapan pelaksanaan Praktik Kerja

Industri (Prakerin) meliputi:

1) Perencanaan Praktik Kerja IndustriPerencanaan melibatkan beberapa pihak, yaitu sekolah, siswa, orang tua, dan institusi pasangan (Dunia Usaha/ Dunia Industri). Perencanaan Prakerin meliputi: a) penentuan tujuan Praktik Kerja Industri (Prakerin); b) Metode Praktik Kerja Industri (Prakerin);c) Pendataan Siswa Peserta Praktik Kerja Industri; d) Sosialisasi Praktik Kerja Industri (Prakerin) kepada orang tua dan guru; e) Materi praktik kerja industri (Prakerin)

2) Pengorganisasian Praktik Kerja IndustriPengorganisasian Praktik Kerja Industri adalah salah satu upaya untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada di sekolah dan di institusi pasangan (Dunia Usaha/ Dunia Industri). Pengorganisasian Praktik

13

Kerja Industri ini meliputi: a) Tenaga pengajar/ pembimbing dari pihak sekolah; b) Tenaga instruktur dari pihak Dunia Usaha/ Industri; c) Penempatan Siswa.

3) Penyelenggaraan Praktik Kerja IndustriPenyelenggaraan Praktik Kerja Industri meliputi: a) Model penyelenggaraan Praktik Kerja Industri; b) Metode Pembelajaran; c) Standar Profesi

4) Pengawasan Praktik Kerja IndustriPelaksanaan Praktik Kerja Industri tidak dapat terlepas dari pengawasan pelaksanaan itu sendiri, karena untuk menjamin mutu praktik kerja tersebut diperlukan pelaksanaan pengawasan yang meliputi: a) control keselamatan kerja; b) bimbingan dan monitoring pihak sekolah; c) Penilaian hasil belajar dan keahlian; d) sertifikasi; dan e) evaluasi.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat

disimpulkan bahwa pelaksanaan Praktik Kerja

Industri (Prakerin) dapat berhasil apabila tahapan-

tahapan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.

2.1.2 Tujuan Praktik Kerja Industri (Prakerin)

Selanjutnya, Praktik Kerja Industri (Prakerin)

adalah bagian dari Pendidikan sistem Ganda (PSG)

sebagai bentuk penyelenggaraan pendidikan dan

pelatihan keahlian kejuruan yang memadukan

secara sistematis dan sinkron antara program

pendidikan di sekolah dan program penguasaan

keahlian yang diperoleh melalui praktik langsung di

dunia kerja. Dengan demikian para siswa SMK

dengan program Prakerin ini akan memiliki tingkat

professional yang sesuai dengan dunia kerja yang

dibutuhkan.

14

Menurut Juliyanti (2013:44), penyelenggaraan

Praktik Kerja Industri (Prakerin) secara umum

bertujuan untuk menjawab tantangan industri.

Namun secara rinci Prakerin bertujuan: 1)

menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian

professional, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat

kemampuan, kompetensi, dan etos kerja yang sesuai

dengan tuntutan lapangan kerja; 2) meningkatkan

dan memperkokoh keterkaitan dan kesepadanan

antara lembaga pendidikan pelatihan kejuruan dan

dunia kerja; 3) meningkatkan efisiensi proses

pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas

professional; 4) memberi pengakuan dan

penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai

bagian dari proses pendidikan.

Lebih lanjut diungkapkan pula bahwa Prakerin

adalah program wajib yang harus diselenggarakan

oleh sekolah, khususnya sekolah menengah

kejuruan dan pendidikan luar sekolah serta wajib

diikuti oleh siswa/ warga belajar (Dikmenjur: 2008).

Dari pengertian Prakerin tersebut, penyelenggaraan

Praktik Kerja Industri (Prakerin) akan membantu

siswa untuk memantapkan hasil belajar yang

diperoleh di sekolah serta membekali siswa dengan

pengalaman nyata sesuai dengan program studi yang

dipilihnya.

Depdiknas (2003: 2) menjelaskan tujuan

pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin)

dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan

15

tujuan khusus. Secara umum Praktik Kerja Industri

(Prakerin) bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh tamatan yang berkompeten;

2. Dapat memperkokoh link and match antara sekolah dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas profesional;

3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas professional;

4. Memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat

disimpulkan bahwa tujuan praktik kerja industri

(Prakerin) secara umum adalah untuk menghasilkan

tamatan yang berkompetensi, memperkokoh link and

match antara sekolah dengan pelatihan tenaga kerja,

meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan

pelatihan tenaga kerja, dan memberikan pengakuan

serta penghargaan terhadap pengalaman kerja

melalui proses pendidikan.

Selain itu, tujuan khusus dari praktik kerja

industri (Prakerin) menurut Depdiknas (2003: 2-3)

adalah:

1. Menghasilkan tamatan yang siap kerja di berbagai bidang pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan tertentu;

2. Untuk mendapatkan keterpaduan yang saling mengisi antara pendidikan di sekolah dengan dunia usaha/ industri;

3. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan teori;

16

4. Membentuk pribadi agar percaya diri dan mandiri;

5. Memperkokoh masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan menyempurnakan serta mengembangkan pendidikan di sekolah dan dunia usaha/ dunia industri.

Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan

Prakerin secara khusus adalah untuk menghasilkan

tamatan SMK yang siap kerja, mendapatkan

keterpaduan yang saling mengisi antara pendidikan

di sekolah dan dunia usaha/ dunia industri (DU/DI),

mengembangkan kemampuan siswa, membentuk

kepribadian siswa yang mandiri, memberikan

masukan bagi sekolah dalam mengembangkan

pendidikan yang berorientasi pada ketrampilan dan

pengetahuan.

2.1.3 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Praktik

Kerja Industri (Prakerin)

Dalam praktik kerja industri (Prakerin),

siswa diharapkan mampu menerapkan kompetensi

keahliannya dalam dunia kerja yang nyata.

Depdikbud (1997:7) menyatakan bahwa dalam

pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) bagi

siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti

persiapan bagi siswa yang akan melaksanakan

praktik kerja industri (Prakerin) dan pelaksanaan

penilaian. Sedangkan menurut Indra Jati Sidhi

(2001: 67) dalam pelaksanaan praktik kerja industri

(Prakerin) membutuhkan perbaikan konsep,

17

program serta personalisasinya, mulai dari

pengarahan, bimbingan siswa serta dukungan

terhadap proses maupun hasil kinerja praktik kerja

industri (Prakerin).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa banyak faktor yang bisa

mempengaruhi keberhasilan atau keterlaksanaan

tujuan praktik kerja industri (Prakerin). Faktor dari

dalam (faktor internal) seperti intelegensi siswa,

perhatian dari siswa, bakat siswa, motivasi,

kematangan dan kesiapan siswa. Sedangkan faktor

dari luar (faktor eksternal) seperti konsep praktik

kerja industri (Prakerin), program, serta

pelaksanaannya mulai dari pengarahan atau

pembekalan, bimbingan, serta dukungan terhadap

proses maupun hasil kinerja praktik kerja industri

(Prakerin).

2.1.4 Penilaian Praktik Kerja Industri (Prakerin)

Depdikbud (1995), “Tercapai atau tidaknya

suatu tujuan pelaksanaan praktik kerja industri

(Prakerin) sangat tergantung mulai dari pembekalan

dan pelaksanaan prakerin, peraturan prakerin, dan

penilaian dalam melaksanakan prakerin. Sesuai

dengan uraian di atas, dalam pelaksanaan praktik

kerja industri (Prakerin) perlu memperhatikan

pembekalan pelaksanaan, pengaturan tata tertib

pelaksanaan dan proses penilaian dalam

pelaksanaan. Pelaksanaan praktik kerja industri

18

(Prakerin) dalam rangka mencapai tujuan yang

dirancang bersama melibatkan beberapa unsur

yang terkait, seperti guru, siswa, instruktur atau

dunia usaha/ dunia industri (DU/ DI).

Berdasarkan uraian di atas, dapat

disimpulkan bahwa untuk mengetahui

keterlaksanaan pelaksanaan praktik kerja industri

(Prakerin) dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu: (1)

pembekalan pelaksanaan, (2) pelaksanaan dan (3)

proses penilaian dalam praktik kerja industri

(Prakerin).

1. Pembekalan

Dalam pelaksanaan praktik kerja industri

(Prakerin), setiap siswa harus diberikan

pembekalan yang baik. Melalui pembekalan, para

siswa akan mendapatkan pengarahan dari guru BK,

panitia prakerin, dan guru produktif masing-

masing program keahlian. Pembekalan sebelum

pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) juga

bertujuan untuk menambah materi yang telah

diperoleh dari proses belajar mengajar atau materi –

materi yang sudah dilakukan di lapangan tetapi

belum pernah diperoleh pada kegiatan yang

dilaksanakan di institusi baik pengetahuan,

ketrampilan, maupun cara- cara pemecahan

masalah melalui diskusi.

Tujuan pembekalan dalam prakerin adalah

agar para siswa mendapatkan pengetahuan materi

sesuai dengan kerangka acuan yang telah disusun.

19

Selain itu, siswa diberikan masukan dan

pengarahan mengenaitata tertib yang harus

dipatuhi selama pelaksanaan.

2. Pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin)

Praktik kerja industri (Prakerin) dapat

terlaksana sesuai dengan apa yang telah

direncanakan apabila aturan atau tata tertib

praktik kerja industri (Prakerin) dipatuhi oleh

siswa. Siswa merupakan subjek pelaksanaan

praktik kerja industri (Prakerin), sehingga perlu

adanya tugas dan tanggung jawab tertentu, selain

itu siswa harus bersedia untuk mematuhi

peraturan internal dunia usaha/ dunia industri

(DU/DI).

3.Proses Penilaian

Muharnas (2003) menyatakan bahwa penilaian

adalah salah satu tindakan menentukan nilai

sesuatu pengukuran terarah pada tindakan proses

untuk menentukan kuantitas sesuatu dengan

membandingkannya terhadap suatu standar atau

patokan tertentu. Penilaian merupakan ukuran

untuk menentukan kualitas atau nilai sesuatu

apakah telah terjadi perubahan perilaku yang lebih

baik. Selanjutnya menurut Depdiknas (2003),

penilaian dalam pelaksanaan praktik kerja industri

(Prakerin) adalah proses memperoleh informasi

untuk pengambilan keputusan tentang penampilan

peserta didik di tempat praktik. Uraian di atas

menunjukkan bahwa penilaian merupakan hal

20

penting dalam pelaksanaan praktik kerja industri

(Prakerin).

Selanjutnya, menurut Nana (1989:141),

terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan dalam

tahap penilaian pembelajaran, yaitu:

1) Melaksanakan penilaian melalui instrumen yang telah dipersiapkan terhadap sumber data sesuai dengan program yang telahdirencanakan;

2) Menyusun dan mengolah data hasil penilaian baik data yang dihasilkan berdasarkan persepsi pelaksanaan pengajaran maupun berrdasarkan pengamatan dan monitoring penilaian;

3) Penilaian dilakukan dengan dua macam kriteria mutlak dan kriteria relatif. Kriteria mutlak adalah membandingkan hasil penilaian dengan kriteria yang sudah pasti, sedangkan criteria relatif membandingkan hasil penilaian antar kelompok;

4) Menyusun laporan hasil penelitian termasuk rekomendasi, impilkasi pemecaha masalah dan tindakan korektif bagi penyempurnaan hasil belajar.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat

dikatakan bahwa penilaian terhadap siswa dalam

pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin)

merupakan evaluasi kemampuan dan

kompetensinya setelah melakukan suatu tugas di

tempat praktik atau di dunia usaha/ dunia industri

(DU/DI).

21

2.1.5 Pengelolaan Praktik Kerja Industri (Prakerin)

Pengelolaan praktik kerja industri (Prakerin)

atau yang biasa disebut dengan magang (on job

training) dijabarkan Hamalik dalam Juliyanti (2013)

sebagai berikut:

(1) Praktik kerja industri merupakan bagian integral dalam pendidikan professional yang bertujuan mengembangkan keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang yang sedang dipelajari;

(2) Para peserta yang melaksanakan kegiatan sudah menguasai kompetensi yang berhubungan dengan mata pelajaran produktif sesuai dengan materi yang diajarkan;

(3) Bentuk pelaksanaan adalah bekerja di lingkungan kerja pada perusahaan, institusi pasangan (DU/DI) sebagaimana yang dilakukan oleh karyawan lain namun tetap bertindak sebagai siswa praktik yang memerlukan bimbingan dari pembimbingannya;

(4) Peserta bekerja dalam jangka waktu tertentu terus menerus, tidak terganggu oleh kegiatan pelatihan lainnya selama praktik kerja, lamanya praktik kerja ditentukan berdasarkan jadwal yang ditetapkan;

(5) Peserta praktik dibimbing oleh pembimbing di dunia usaha/ dunia industri sesuai dengan kompetensi keahliannya masing- masing dan guru pembimbing sekolah;

(6) Tujuan praktik kerja adalah untuk meningkatkan kemampuan melaksanakan tanggung jawab dalam pekerjaan yang berarti mampu melaksanakan peran dan kegiatan-kegiatan dalam pekerjaan tersebut, yang ditentukan oleh terjadinya peningkatan kualitas pengetahuan, ketrampilan, sikap dan pengalaman;

(7) Proses pembelajaran mengikuti siklus berkelanjutan;

22

(8) Antara instruktur dunia usaha/ dunia industri dengan pihak lembaga pendidikan senantiasa berkoordinasi dan ada keterpaduan dalam menentukan kebijakan, kegiatan dan tindakan lainnya, sehingga terjadi kesepakatan dan satu arah dalam pemberian bimbingan kepada peserta praktik kerja industri tersebut. Koordinasi dan keterpaduan ini juga mengikutsertakan wakil- wakil dari peserta praktik.

Dari uraian di atas, pengelolaan praktik kerja

industri (Prakerin) memerlukan perencanaan yang

matang dan melibatkan beberapa aspek penting

dalam praktik kerja industri (Prakerin).Praktik kerja

industri (Prakerin) juga melatih ketrampilan (skill)

siswa yang merupakan tujuan pokok kegiatan

pembelajaran praktik.Sehingga dalam praktik kerja

industri (Prakerin), siswa dituntut untuk bisa

bekerja tidak hanya belajar mencari pengalaman.

Selanjutnya, terdapat beberapa tahapan dalam

pengelolaan pelaksanaan praktik kerja industri

(Prakerin) oleh Dikmenjur (1996), meliputi tahapan

kegiatan sebagai berikut:

(1) Pembekalan: pembekalan dilakukan oleh pihak internal (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua program keahlian, wali kelas, guru) dan pihak eksternal (dunia usaha/ dunia industri) yaitu mengenai sikap, mental, dan kompetensipada masing- masing keahlian;

(2) Pelepasan: pelapasan dilaksanakan oleh Kepala Dinas Pendidikan atau yang mewakili;

(3) Penyerahan: pelaksanaan penyerahan oleh petugas dari sekolah ke tempat dimana siswa peserta praktik kerja industri (Prakerin) ditempatkan sesuai dengan program keahlian

23

masing- masing dengan dibekali buku dan jurnal sebagai sarana untuk mencatat semua kegiatan di lapangan;

(4) Monitoring: monitoring bertujuan untuk mengevaluasi perkembangan dalam melaksanakan kegiatan dan mengevaluasi, mencari solusi atas hambatan- hambatan serta masalah yang dialami siswa;

(5) Evaluasi kegiatan: penilaian praktik kerja industri dilakukan dengan cara penilaian langsung dalam proses kerja, tes praktik di akhir kegiatan, dan uji kompetensi yang memenuhi syarat. Penilaian siswa dilakukan bersama antara sekolah dengan dunia usaha/ dunia industri, dimana nilai praktik diperoleh dari akumulasi seluruh kegiatan, sedangkan uji kompetensi merupakan bukti bahwa siswa tersebut telah memiliki kemampuan dan ketrampilan.

Dari uraian di atas, tahapan dalam

pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) harus

dilaksanakan secara runtut sesuai dengan urutan,

sehingga pelaksanaan praktik kerja industri

(Prakerin) berjalan lancar.

Manfaat praktik kerja industri (Prakerin) bagi

peserta didik menurut Hamalik (2003:98) dapat

dibagi menjadi lima , yaitu sebagai berikut:

(1) Para peserta dapat mengembangkan pandangan secara menyeluruh tentang pendidikan professional, memahami lebih mendalam, memahami lebih mendalam perbedaan yang ada antara teori dan praktik;

(2) Peserta memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan tanggung jawab, dimana mereka memperoleh pengalaman langsung sebagai tenaga semi atau professional;

24

(3) Peserta dapat memetik pelajarandari hal- hal yang terjadi dan dialami oleh pimpinan dan tenaga pelaksana lapangan yang dapat diperoleh dari berbagai sumber;

(4) Memberikan kesempatan pada peserta untuk menguji kemampuan sendiri;

(5) Peserta memperoleh kode etik professional melalui pengalaman langsung dalam kegiatan-kegiatan praktik kerja.

Dapat dijelaskan bahwa manfaat praktik kerja

industri (Prakerin), siswa memperoleh pengalaman

yang bisa meningkatkan kompetensi professional,

ketrampilan sosial dan tanggung jawab pribadi. Pada

akhirnya, melalui praktik kerja industri (Prakerin),

siswa memperoleh pengalaman yang akan

membentuk tanggung jawab pada diri sendiri. Hal ini

akan berpengaruh pada pengembangan dan

peningkatan kompetensi yang dimiliki siswa setelah

melakukan proses belajar di tempat kerja (dunia

usaha/ dunia industri).

2.2 Pengembangan Kompetensi Lulusan

SMK

Hubungan dimensi ekonomi dengan

pendidikan kejuruan secara langsung dapat

dijelaskan dari kerangka hasil pendidikan

kejuruan. Di samping itu, hasil pendidikan

kejuruan seharusnya memiliki peluang kerja lebih

cepat dibandingkan dengan pendidikan umum.

Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan

25

isi pendidikan kejuruan dirancang sejalan dengan

perkembangan masyarakat,baik menyangkut

tugas-tugas pekerjaan maupun pengembangan

karir peserta didik.

Pendidikan kejuruan berkembang sesuai

dengan perkembangan tuntutan masyarakat,

melalui dua institusi sosial. Pertama, institusi

sosial yang berupa struktur pekerjaan dengan

organisasi, pembagian peran atau tugas, dan

perilaku yang berkaitan dengan pemilihan,

perolehan dan pemantapan karir. Institusi sosial

yang kedua, berupa pendidikan dengan fungsi

gandanya, yaitu sebagai media pelestarian

budaya sekaligus media terjadinya perubahan

sosial. Kebijakan ini menuntut kedua belah pihak

yaitu sekolah dan industri secara bersama

menyusun konsep. Hal ini dimaksudkan agar ada

kesesuaian antara sekolah dan industri.

Kesesuaian yang dimaksud adalah agar

kompetensi yang didapat oleh siswa disekolah

merupakan kompetensi yang dibutuhkan di

dunia industri. Industri juga harus berperan aktif

dalam menyampaikan kemajuan teknologi ke

pihak sekolah agar terjadi sinkronisasi antara

dunia industri dengan dunia pendidikan.

Kebijakan pendidikan sistem ganda yang dalam

Suartika (2013), dioperasionalkan dalam bentuk

pelaksanaan Program Praktik Kerja Industri

(Prakerin). Penerapan kebijakan praktek kerja

26

industri tersebut menggambarkan perubahan

mendasar dari model penyelenggaraan pendidikan

sebelumnya yaitu sistem sekolah (schooling

system) ke arah sistem ganda

(dualresponsibility), dimana perusahaan atau

institusi kerja lainnya menjadi institusi pasangan

dari SMK. Dalam pelaksanaannya institusi

pasangan merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari sistem penyelenggaraan

pendidikan kejuruan.

Pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin)

merupakan upaya sekolah agar mampu memberikan

layanan pendidikan secara optimal dalam memenuhi

dinamisasi kebutuhan pendidikan masyarakat.

Upaya untuk mencapai kualitas lulusan

pendidikan kejuruan yang sesuai dengan tuntutan

dunia kerja tersebut, perlu didasari dengan

kurikulum yang dirancang dan dikembangkan

dengan prinsip kesesuaian dengan kebutuhan

stakeholders. Kurikulum pendidikan kejuruan

secara spesifik memiliki karakter yang mengarah

kepada pembentukan kecakapan lulusan yang

berkaitan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan

tertentu. Kecakapan tersebut telah diakomodasi

dalam kurikulum SMK yang meliputi

kelompok Normatif, Adaptif dan kelompok

Produktif.

Link and Match (keterkaitan dan kesepadanan)

memberi kesempatan bagi peserta didik Sekolah

27

Menengah Kejuruan (SMK) untuk mengembangkan

kreativitas belajar pada wahana pendidikan yang

lebih realistis. Pihak Sekolah Menengah Kejuruan

harus dapat memanfaatkan Dunia Usaha/ Dunia

Industri ini sebagai wahana pelatihan yang paling

efektif bagi pembentukan ketrampilan dan sikap

profesional para lulusan. Pengembangan

kompetensi keahlian lulusan SMK harus menjadi

prioritas bagi sekolah untuk dikelola.Karena masih

banyaknya lulusan SMK yang bekerja tidak sesuai

dengan keahliannya.

2.3 Evaluasi CIPP dalam Prakerin

Menurut Badrujaman (2011) bahwa dalam

implementasinya ternyata evaluasi dapat berbeda

satu sama lain, hal ini tergantung dari maksud

dan tujuan dari evalusi tersebut dilaksanakan.

Dari beberapa model evaluasi yang ada, secara

khusus dalam konteks penelitian ini, penulis

menggunakan model evaluasi yang dikembangkan

oleh Stufflebeam dalam Sugiyo (2011), yaitu model

evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product).

Model ini terdiri dari empat komponen, yaitu:

kontek, input, proses, dan produk. Masing-

masing komponen perlu penilaian sendiri.

Model CIPP berorientasi pada suatu

keputusan. Tujuannya adalah untuk membantu

mengevaluasi pelaksanaan prakerin meliputi

Context, Input, Process, Product.

28

a. Evaluasi Konteks (Context Evaluation)

Evaluasi konteks dilakukan untuk mengetahui

apakah program yang disusun sudah sesuai

dengan kebutuhan. Di dalam evaluasi konteks

ini dilakukan untuk mendefinisikan konteks

program yang dilaksanakan, mengidentifikasi

kebutuhan semua individu yang terlibat dalam

program, mendiagnosis hal-hal yang mendasari

kebutuhan dan mendesain tujuan program.

Pelaksanaan evaluasi konteks dapat dilakukan

dengan menggunakan metode survey,

wawancara, analisis dokumen dan tes

diagnostik. Keputusan penting yang dapat

diambil sebagai hasil dari evaluasi konteks

adalah tujuan program yang diarahkan untuk

memenuhi kebutuhan individu, memecahkan

masalah dan bentuk perubahan yang

diinginkan (Sugiyo, 2011). Dalam hal ini,

evaluasi konteks sebagai hasil upaya untuk

menggambarkan dan merinci lingkungan serta

tujuan proyek. Dalam pelaksanaan program

prakerin, hal pertama yang harus dilakukan

adalah menentukan tujuan dari

penyelenggaraan program tersebut.

b. Evaluasi Input (Input Evaluation)

Evaluasi input dilaksanakan untuk

mempertimbangkan atau mengidentifikasi

kapabilitas sumber daya manusia. Selain itu,

29

evaluasi input juga digunakan untuk

mengidentifikasi dan mencari tahu

kemampuan atau daya dukung sistem,

alternatif strategi program, desain prosedur

implementasi program, pengelolaan

anggaran dan penjadwalan program praktik

kerja industri (Prakerin). Metode evaluasi

input diantaranya menginventarisir dan

menganalisi sumber daya manusia dan

material, studi literatur, studi banding, dan

tim advokat. Evaluasi input dapat

menghasilkan keputusan yang berkaitan

dengan pemilihan sumber daya pendukung,

strategi pemecahan masalah, desain

prosedur dan memberikan landasan

informasi implementasi program (Sugiyo,

2011). Sumber daya manusia pada program

prakerin di SMK Negeri 1 Sayung pada

umumnya sama dengan SMK Negeri lainnya

yaitu adanya panitia prakerin, Ketua

Kompetensi Keahlian, guru produktif masing-

masing jurusan, dan guru normatif adaptif

yang terlibat. Siswa yang dipersiapkan untuk

prakerin serta institusi pasangan (DU/DI) juga

salah satu komponen penting dalam

penyelenggaraan prakerin di SMK Negeri 1

Sayung. Setiap jurusan mempunyai unit

produksi, sehingga bisa saja institusi pasangan

yaitu di sekolah kita sendiri.

30

c. Evaluasi Proses (Process Evaluation)

Evaluasi proses dilakukan untuk mengetahui

apakah proses dal pelaksanaan program sudah

sesuai dengan tujuan dalam program. Di dalam

evaluasi proses ini yang perlu dilakukan yaitu

mengidentifikasi atau memprediksi proses-

proses yang menghambat desain prosedur atau

implementasinya, merekam dan menilai

keterlaksanaan prosedur kegiatan dan

menyediakan bahan- bahan informasi untuk

penyusunan program di masa depan. Metode

yang dapat digunakan untuk evaluasi program

diantaranya memantau potensi- potensi

penghambat pelaksanaan prosedur,

mengantisipasi situasi yang tidak terduga,

pendiskripsian proses implementasi program

dan observasi. Keputusan yang dapat diambil

dari evaluasi proses diantaranyaperbaikan atau

revisi dan implementasi desain program serta

prosedur, catatan lapangan implementasi

program guna menginterpretasi keberhasilan

program (Sugiyo, 2011). Dalam hal ini, selama

proses pelaksanaan program praktik kerja

industri (Prakerin) dipantau pelaksanaaannya.

d. Evaluasi Produk (Product Evaluation)

Evaluasi produk atau hasil diselenggarakan

untuk mengetahui apakah produk sudah sesuai

dengan tujuan program. Yang perlu dilakukan

31

yaitu mengumpulkan deskripsi dan penilaian

mengenai hasil yang dicapai dan

membandingkannya dengan tujuan; informasi

tentang konteks, input, proses; menginterpretasi

nilai unggul dari program. Metode yang dapat

digunakan dalam evaluasi produk diantaranya:

pendefinisian kriteria hasil yang hendak dicapai,

pengumpulan penilaian hasil program dari

stakeholder dan analisis kuantitatif serta

kualitatif. Berbagai keputusan yang dapat

diambil dari evaluasi produk diantaranya

melanjutkan, menghentikan, memodifikasi atau

melakukan pemfokusan ulang desain program

(Sugiyo, 2011). Dalam hal ini, Program praktik

kerja industri (Prakerin) merupakan program

tahunan yang harus ada, sehingga perlu adanya

perbaikan atau evaluasi hasil dari pelaksanaan

program praktik kerja industri (Prakerin).

Tabel 2.1

Tabel CIPP untuk mengevaluasi praktek kerja

industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung

Context Input Process Product

1.Visi dan Misi sekolah2. Definisi konteks Prakerin3.Tujuan program prakerin

1.Strategi pelaksanaan program Prakerin2. Prosedur penempatan siswa3.Penjadwalan program

1.Identifikasi proses pelaksanaanprakerin2.Keterlaksanaan program prakerin3. Informasi

1.Penilaian hasilcapaian dengan tujuanprogram prakerin 2.Interpretasi

32

4.Identifikasi kebutuhan kompetensi sekolah dan kompetensi pasar5. Peserta program prakerin

Prakerin4.Pengelolaan anggaran

perbaikan program prakerin

keunggulan dan kelemahan program prakerin

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian A. Muliati A.M (2007) tentang

“Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda (Suatu

Penelitian Evaluatif berdasarkan Stake’s Countenance

Model Mengenai Program Pendidikan Sistem Ganda

pada sebuah SMK di Sulawesi Selatan (2005/2007)”

menunjukkan bahwa : (1) Masukan (antecedents)

menunjukkan bahwa berdasarkan sub evaluasi

masukan, terdapat 6 aspek dari 12 sub aspek yang

dievaluasi, terdiri dari: rekruitmen calon siswa,

persyaratan administrasi guru, kurikulum, kalender

pendidikan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan.

(2) Proses (transactions) menunjukkan bahwa ada

tujuh aspek yang dievaluasi yaitu penguasaan guru

dalam penyiapan administrasi/ bahan pembelajaran,

penugasan guru dalam kegiatan pembelajaran yang

mencakup penguasaan guru dalam penyajian materi

berdasarkan kompetensi. Aspek yang ketiga yaitu

interaksi guru dengan siswa dalam pembelajaran

mencakup memberikan perhatian kepada semua

33

siswa, pemberian umpan balik dan intensitas umpan

balik yang harus ditingkatkan. Aspek ke empat yaitu

pengelolaan praktik kerja siswa. Aspek ke lima yaitu

identitas industri (institusi pasangan). Aspek ke enam

yaitu kompetensi instruktur serta aspek yang terakhir

yaitu proses praktik kerja siswa di industri. (3) Hasil

(outcomes) menunjukkan bahwa dari hasil studi

dokumen ujian nasional tahun 2005/2006 sudah

mencapai criteria atau standar objektif yang telah

ditetapkan. Yang kedua, hasil analisis dokumen ujian

nasional komponen produktif dengan pendekatan

project work untuk siswa kelas III sudah memenuhi

standar objektif.

Penelitian Suartika (2013) tentang “Studi

Evaluasi Pelaksanaan Program Praktek Kerja Industri

(Prakerin) dalam Kaitannya dengan Pendidikan Sistem

Ganda di SMK Negeri 1 Susut” menunjukkan bahwa

hasil penelitian berdasarkan analisis T-Skor

menghasilkan variabel konteks kategori negatif (-),

variabel input kategori negatif (-), variabel proses

kategori negatif (-) dan variabel produk kategori negatif

(-). Artinya, pelaksanaan program praktik kerja

industri di SMK Negeri 1 Susut ditinjau dari keempat

variabel menunjukkan negatif (-). Dengan demikian

dapat disimpulkan berdasarkan hasil analisis data

masing- masing variabel menunjukkan bahwa

pelaksanaan program praktik kerja industri dalam

kaitannya dengan Pendidikan Sistem Ganda di SMK

34

Negeri 1 Susut ditinjau dari variabel konteks, input,

proses dan produk sangat tidak efektif.

Penelitian Arfandi(2009) tentang “Pelaksanaan

Praktek Kerja Industri Siswa SMK Program Keahlian

Teknik Bangunan di Kota Makasar” menunjukkan

bahwa (1) komponen masukan, hasil evaluasi

menunjukkan siswa SMK program keahlian Teknik

Bangunan siap melakukan praktik kerja industri.Hal

ini didukung oleh pengetahuan siswa mengenai

maksud, tujuan, manfaat, dan harapan dari

pelaksanaan prakerin.Hasil evaluasi juga

menunjukkan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) yang menyelenggarakan program keahlian

Teknik Bangunan sangat siap melakukan praktik

kerja industri.Hal ini didukung oleh tingkat

pengetahuan sekolah yang sangat mengetahui

maksud, tujuan, manfaat, dan harapan dari

pelaksanaan prakerin dan telah berpengalaman

menyelenggarakan prakerin selama 12 tahun.Hasil

evaluasi juga menunjukkan bahwa industri pasangan

prakerin siap melakukan praktik kerja industri.(2)

Komponen Proses menunjukkan bahwa aktivitas siswa

melaksanakan praktik kerja industri memuaskan.(3)

Komponen Hasil menunjukkan bahwa perolehan nilai

akhir siswa pada praktik kerja industri sangat

memuaskan dengan tingkat kelulusan 100%.

Penelitian Susanti (2012) tentang “Evaluasi dan

Desain Hipotetik Program Praktik Kerja Industri

(Prakerin) Siswa SMK Negeri 2 Padang Panjang”

35

menunjukkan bahwa pelaksanaan prakerin belum

sepenuhnya berjalan dengan baik. Tempat

pelaksanaan prakerin siswa kurang sesuai dengan

bidang keahlian yang dipelajari. Berdasarkan analisis

data dan hasil wawancara, diperlukan desain hipotetik

program prakerin SMK Negeri 2 Padang Panjang.

Penelitian Anramus (2012) tentang “Kontribusi

Praktik Kerja Industri dan Motivasi Belajar Terhadap

Sikap Wirausaha” menunjukkan bahwa hasil praktik

kerja industri dan motivasi siswa mempunyai

kontribusi yang tinggi terhadap sikap wirausaha

siswa.Kesimpulan dari penelitian ini yaitu untuk

meningkatkan kualitas lulusan SMK, sekolah harus

menempatkan siswa pada industri yang tepat dan

relevan.Selain itu, memberikan pemahaman terhadap

siswa agar memacu motivasi siswa untuk memiliki

sikap wirausaha dan mampu menghadapi berbagai

tantangan dalam dunia kerja dan kehidupan.

Penelitian Aditya (2013) tentang “Analisis

Pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) pada

Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas XI

SMK Negeri 4 Surabaya” menunjukkan bahwa

mayoritas siswa yang melaksanakan prakerin senang

karena bisa mendapatkan pengalaman yang tidak bisa

didapatkan di sekolah dan berkurangnya jam belajar

di sekolah. Implementasi prakerin masih kurang

karena siswa masih merasa baru untuk mengenal

dunia kerja dan masih harus belajar beradaptasi

dengan lingkungan yang baru. Penempatan siswa juga

36

belum sesuai antara institusi pasangan dengan

keahliannya.

Penelitian Komang (2010) tentang “Efektivitas

Pelaksanaan Praktek Kerja Industri Di SMK Negeri 3

Kelompok Pariwisata Kota Malang” menunjukkan

bahwa efektifitas pelaksanaan praktik kerja industri di

SMK Negeri 3 kelompok pariwisata kota Malang

sebagai berikut: a) perencanaan program prakerin di

SMK Negeri 3 Malang berada pada kategori baik/

efektif, b) pelaksanaan program prakerin di SMK

Negeri 3 Malang berada pada kategori baik/ efektif,

dan c) evaluasi program prakerin di SMK Negeri 3

Malang berada pada kategori baik/ efektif.

Berdasarkan beberapa penelitian tersebut,

penelitian terdahulu memberikan gambaran dan

referensi tentang pelaksanaan praktik kerja industri

(Prakerin) yang sudah berjalan efektif atau belum

efektif. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti-

peneliti terdahulu sebagian besar menggunakan jenis

penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian terdahulu

diharapkan bisa memberikan referensi untuk

mengembangkan penelitian ini.

2.6 Kerangka Pikir

Sekolah mempunyai tanggung jawab dalam

memenuhi kebutuhan siswa dalam hal

pengembangan kompetensi keahlian. Maka program

Prakerin penting untuk dilaksanakan secara

sungguh- sungguh dengan perencanaan yang

37

matang oleh pihak sekolah. Evaluasi manajemen

program Prakerin bertujuan untuk mengetahui

keberhasilan program secara menyeluruh perlu

dijalankan secara terencana.

Berdasarkan kepentingan dan urgensi tersebut,

penulis melakukan penelitian evaluasi manajemen

program Prakerin menggunakan pendekatan model

evaluasi CIPP. Pendekatan ini menitikberatkan pada

analisis kritis variabel context, input, process, dan

product. Dengan demikian dapat diketahui capaian

tujuan baik dari proses dan hasil program Prakerin

mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan hasil

program. Stelah itu dapat dilihat prioritas- prioritas

apa yang dibutuhkan bagi perbaikan manajemen

program Prakerin ke depan, baik oleh panitia

Prakerin maupun kebijakan sekolah, serta institusi

pasangan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

kerangka pikir seperti tabel di bawah ini:

Gambar 2.1Kerangka Pikir CIPP

Evaluasi Program Prakerin

Perencanaan, proses dan hasil Program Prakerin

Hasil evaluasi program Prakerin CIPP