Upload
duongkiet
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN AGAMA DALAM
MENINGKATKAN PERILAKU KEAGAMAAN REMAJA
DI IKATAN REMAJA MASJID AGUNG AL-IKHLAS (IRMA)
PONDOK CABE ILIR – TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Sosial ( S.Sos )
Oleh :
KHOIRUL MUSLIM MUKHLISUN
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/2018 M
NIM. 1111052000032
i
ABSTRAK
Khoirul Muslim Mukhlisun, NIM : 1111052000032, Evaluasi Program
Bimbingan Agama dalam Meningkatkan Perilaku Keagamaan Remaja di
Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA), Pondok Cabe Ilir –
Tangerang Selatan, Tasman, M,Si. NIP :19730201 201411 1 003
Evaluasi program merupakan bentuk upaya dalam mengkritisi suatu
program dengan melihat kekurangan dan kelebihan dalam konteks input, proses
dan output. kemudian evaluasi digunakan untuk mempersiapkan serta
merencanakan pelaksanaan program agar program dapat terkendali dan mengarah
pada upaya peningkatan demi keberhasilan program.
Penelitian ini memiliki satu batasan masalah yaitu titik fokus pada satu
pelaksanaan program dan evaluasi program yang diteliti. Berikutnya ada tiga point
rumusan masalah untuk yang pertama dan yang kedua yaitu Pelaksanaan dan
Evaluasi Program Bimbingan Agama dalam Meningkatkan Perilaku Keagamaan
Remaja di Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA), Pondok Cabe Ilir –
Tangerang Selatan. Ketiga Faktor Pendukung serta Faktor Penghambat
Pelaksanaan Program Bimbingan Agama dalam Meningkatkan Perilaku
Keagamaan Remaja di Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA), Pondok
Cabe Ilir – Tangerang Selatan.
Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori evaluasi input,
evaluasi proses, dan evaluasi output, disertai penerapan nilai-nilai perilaku
keagamaan dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi para remaja.
Metodologi yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah
kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode
observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian dimulai
dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber kemudian di
reduksi, dirangkum, dipilih-pilih hal yang pokok dan dianalisis dengan
menggunakan analisis SWOT.
Hasil penelitian menggambarkan sejauhmana pencapaian serta proses dari
program bimbingan agama terhadap remaja guna meningkatkan perilaku
keagamaan di Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA), Pondok Cabe Ilir
– Tangerang Selatan.
Kata Kunci : Evaluasi Program, Bimbingan Agama, Peningkatan Perilaku
Keagamaan.
ii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الّر حمن الّر حيم
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa ta’ala,
atas berkat rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan judul “Evaluasi Program Bimbingan Agama dalam Meningkatkan
Perilaku Keagamaan Remaja di Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas
(IRMA), Pondok Cabe Ilir – Tangerang Selatan”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat
memperoleh gelar sarjana Sosial bagi mahasiswa program S1 pada program studi
Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga
pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa
hormat mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung maupun
tidak langsung kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai,
terutama kepada yang saya hormati:
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Suparto, M.Ed., Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta Dr. Roudhonah, M.Ag
selaku Wakil Dekan Bidang Adkum Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
iii
iii
Komunikasi, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
3. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
4. Tasman, M,Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang sudah sangat
membantu penulis menyelesaikan karya ilmiah skripsi ini.
5. Bapak/Ibu Dosen dan staff dilingkungan Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan banyak ilmu.
6. Teristimewa kepada orang tua penulis yang selalu mendo’akan,
memberikan motivasi dan pengorbanannya dari segi moril dan materi
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Terima kasih kepada seluruh keluarga besar penulis yang ada di Jatipulo
Jakarta Barat, Bekasi, Lenteng Agung, atas doa dan dukungannya.
8. Buat sahabat–sahabat penulis Zulfahmi, Mujahidin, Al-muzani, Harry Han
Dhimonk, Taufiq, Aswad, Niko, Abdul Haisman, M. Sabri, Koen Arief P,
Aswad Harahap, Safaruddin dan tidak lupa juga seluruh teman-teman,
kakak dan adik seperjuangan penulis terima kasih atas dukungan dan
doanya.
9. Terima kasih juga kepada Pak Edy, Wina Juniawan, Aisyah, Teh Santi,
Coby, Janjan, Ahmad dan Keluarga Besar yang berada di Nanggung –
Bogor atas do’a dan dukungannya.
iv
iv
10. Seluruh keluarga besar BPI terimakasih buat dukungan dan doanya
kepada penulis semoga persaudaraan yang kita jalin selama ini dapat terus
terjaga dengan baik.
11. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Ciputat, 2 April 2018
Khoirul Muslim Mukhlisun
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................. 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 9
D. Metodologi Penelitian ....................................................... 11
E. Tinjauan Kepustakaan ........................................................ 16
F. Sistematika Penulisan ........................................................ 17
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Evaluasi Program ............................................................... 19
1. Pengertian Evaluasi Program ....................................... 19
2. Model Evaluasi............................................................. 21
3. Tujuan Evaluasi Program ............................................ 23
B. Pengertian Bimbingan ........................................................ 23
1. Syarat dan Kriteria Pembimbing .................................. 25
2. Metode dan Teknik Bimbingan .................................... 27
C. Pengertian Agama ............................................................. 29
D. Tujuan Bimbingan Agama ................................................ 31
E. Pengertian Perilaku Keagamaan ...................................... 32
1. Perilaku ...................................................................... 32
2. Keagamaan ................................................................. 33
F. Analisis SWOT ................................................................. 34
BAB III GAMBARAN UMUM IKATAN REMAJA MASJID
AGUNG AL-IKHLAS (IRMA)
A. Sejarah IRMA .................................................................... 36
B. Visi dan Misi IRMA .......................................................... 40
C. Letak Geografis Masjid Agung Al-Ikhlas .......................... 41
D. Struktur Organisasi dan Program Kerja ............................. 42
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA
A. Pelaksanaan Program Bimbingan Agama dalam
Meningkatkan Perilaku Keagamaan Remaja di
Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA),
Pondok Cabe Ilir- Tangerang Selatan ........................... 49
1. Aspek Program .................................. ........................... 50
2. Aspek Waktu ................................................................ 54
3. Aspek Materi ................................................................ 55
vi
4. Aspek Metode Penyampaian ....................................... 58
B. Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan Agama
dalam Meningkatkan Perilaku Keagamaan Remaja di
Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA),
Pondok Cabe Ilir- Tangerang Selatan ........................... 60
1. Evaluasi Input .............................................................. 60
2. Evaluasi Proses ........................................................... 65
3. Evaluasi Output ........................................................... 70
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Program
Bimbingan Agama dalam Meningkatkan Perilaku
Keagamaan Remaja di Ikatan Remaja Masjid Agung
Al-Ikhlas (IRMA), Pondok Cabe Ilir- Tangerang
Selatan .............................................................................. 73
D. Analisis SWOT Ikatan Remaja Masjid Agung Al-
Ikhlas (IRMA) ................................................................. 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... 86
B. Saran .................................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja disebut juga masa yang dikenal dengan istilah masa
pancaroba. Pada masa ini si anak seolah-olah diserang badai dan tidak
merasa aman. Pada saat ini si remaja tampak kurang menyadari dirinya.
Ketidaksadaran akan diri ini menghadapkan dia pada masalah-masalah
yang merepotkan. Kemudian ia kadang-kadang kehilangan pengendalian
diri, suka berontak, menentang otoritas orang tua atas emosi yang meluap-
luap, atau atas pertentangan-pertentangan dalam hal pendapat dan selera.
Masa remaja ini sering pula disebut sebagai masa belasan tahun
yang penuh pergolakan jiwa. Hidup anak terasa seolah-olah diliputi
berbagai macam ketegangan, sehingga sampai membuat diri anak itu
kurang keseimbangan. Kemudian remaja tampak gelisah dan cemas,
seolah-olah kehilangan pegangan.1
Menurut Mappiare, masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun
sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi
pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia
12/13 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir.2
1E.H. Tambunan. Remaja sahabat kita, (Indonesia Publishing House:Bandung Indonesia,
1981).h.25-26. 2 Mohammad Ali, Mohammad Asrori, Psikologi Remaja perkembangan peserta didik
(Jakarta: PT Bumi Aksar,2011). Cet. Ke-7 h, 8.
2
Penulis dapat menyimpulkan dari pendapat diatas bahwa remaja
adalah masa peralihan dari tahap perkembangan fase kanak-kanak menuju
dewasa. Artinya pada tahap remaja ini banyak kegelisahan serta
kecemasan dalam menghadapi masalah-masalah diri remaja yang
ditemukan di kehidupan sehari-hari.
Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescene, berasal
dari bahasa latin adolescene yang artinya “Tumbuh atau tumbuh untuk
mencapai kematangan”. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala
memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode
lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah
mampu mengadakan reproduksi.3
Memahami karakteristik remaja pada umumnya memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi sehingga seringkali mencoba-coba, mengkhayal,
dan merasa gelisah, serta berani melakukan pertentangan jika dirinya
merasa disepelekan atau “tidak dianggap”. Untuk itu mereka sangat
memerlukan keteladanan, konsistensi, serta komunikasi yang tulus dan
empatik dari orang tua juga orang dewasa.4
Penulis berpendapat bahwa remaja juga ingin mendapatkan
tempatnya yakni tempat dimana mereka dapat diakui dikalangan
sekitarnya juga mereka butuh akan nasihat serta bimbingan dari orang tua
dan orang dewasa agar dapat menuntun mereka dengan baik dan benar
3Mohammad Ali, Mohammad Asrori, Psikologi Remaja perkembangan peserta didik
.............. h. 9. 4Mohammad Ali, Mohammad Asrori, Psikologi Remaja perkembangan peserta didik
.............. h.11.
3
terutama pada aspek pendidikan agama, akan tetapi saat ini banyak remaja
yang lepas akan tuntunan sehingga mereka berperilaku menyimpang di
lingkungan masyarakat.
Pada hakikatnya remaja telah menerima sebagian konsep yang
telah ada pada saat kanak-kanak dan puber, mereka menerima segala
sesuatunya dengan murni seperti ilmu-ilmu agama maupun umum yang
telah diajarkan oleh guru maupun orang tua mereka masing-masing
sehingga mereka dapat menerapkan dengan apa – apa yang diterimanya
sesuai dengan kemampuan mandiri mereka masing – masing. Seperti
halnya mereka shalat, puasa, dan beramal. Namun pada saat remaja ini
mereka yang masih dilanda dengan kenyamanan lingkungan bergaul,
bermain, dan berkumpul membuatnya lupa akan ibadah-ibadah dan
perilaku keagamaan yang sebagaimana mereka sudah ketahui. Maka dari
itu mereka sebagai remaja harus dibimbing serta dibekali ilmu agama agar
tetap tertanam dibenak mereka.
Oleh karena itu perlu adanya organisasi seperti ikatan remaja
masjid yang dapat memberikan bimbingan agama tentunya agar dapat
memberikan dampak perilaku keagamaan yang baik. Dalam upaya
pembentukan perilaku keagamaan bagi remaja dapat dimulai dari
lingkungan tempat tinggal. Patut diketahui bahwa bimbingan agama yang
dapat dibangun melalui pola yang baik agar dapat memberikan pengaruh
yang kuat didalam jiwa dan lingkungan mereka.
4
Ikatan remaja masjid merupakan organisasi pemuda yang bergerak
dibidang agama di dalamnya terdapat program dan kegiatan seperti
pembinaan ibadah, majelis ta’lim dan tuntunan akhlak remaja, kajian
islami, pendidikan Al-Qur’an, kesenian islam dan tafakur alam. Ikatan
remaja masjid merupakan wadah yang harus dikembangkan karena
berimplementasi pada masyarakat tentunya dalam hal menata kehidupan
dan memberikan wawasan baik sosial maupun agama di masyarakat
khususnya untuk kalangan remaja.
Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas adalah organisasi pemuda
yang didirikan oleh Dewan Kepengurusan Masjid (DKM) Masjid Agung
Al-Ikhlas, berlokasi di Pondok Cabe Ilir - Tangerang Selatan.
Adapun yang menjadi titik masalah di Masjid Agung Al-Ikhlas
yakni sudah sedemikian rupanya bimbingan agama dilakukan oleh Ikatan
Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas, akan tetapi belum membawakan
perubahan bagi para remaja di lingkungan Pondok Cabe Ilir, sebab
berkurangnya para remaja sekitar masjid dalam mengikuti program serta
aktifitas keagamaan yang diadakan di Ikatan Remaja Masjid Agung Al-
Ikhlas yaitu para remaja di sekitar Pondok Cabe Ilir, Tangerang Selatan.
Banyak dari mereka yang terpengaruh dampak negatif globalisasi seperti
budaya asing dan teknologi canggih (Gadget).5
Saat ini organisasi Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas
dihadapkan pada masalah yang besar seperti pengaruh negatif dari
5 Observasi lapangan di Masjid Agung Al-ikhlas, Pondok Cabe Ilir – Tangerang Selatan,
Rabu, 12/10/2016.
5
teknologi masa kini dan pergaulan masa kini yang cenderung mengikuti
budaya luar, dampak pengaruh negatif dari globalisasi dirasa mampu
mempengaruhi kepribadian dan kesadaran beragama pada remaja sekitar.
Semakin majunya teknologi canggih dan bebasnya pergaulan saat ini
mampu mengubah pola pikir juga sikap dan tindakan remaja dalam
kesadaran beragama.
Tidak cukup jika hanya dilihat dari sudut pandang kemajuan
teknologi saja akan tetapi dapat dilihat dari sudut pandang keadaan remaja
yang ada pada lingkungan masyarakatnya yang dimana saat ini juga
kebanyakan dari pada remaja mengalami krisis akhlak, terpengaruh
budaya asing, dan juga pergaulan bebas yang sering terjadi. Hal ini dapat
disebabkan karena kurangnya pantauan dari orang tua juga guru
pendidikan, serta terpengaruhnya remaja akan lingkungan luar yang
cenderung bebas.
Selain itu program bimbingan agama yang diberikan kepada para
remaja yang selama ini dibimbing kurang mendapati respon yang optimal
dari remaja yang ada di wilayah Masjid Agung Al-Ikhlas dikarenakan
kurang adanya daya tarik dan pendekatan yang lebih komunikatif antara
pembimbing dengan jama’ah remaja.6
Salah satu cara untuk kembali memupuk akidah dan bekal
keagamaan para remaja, dalam hal ini sangat diperlukan evaluasi terhadap
6 Observasi lapangan, di Pondok Cabe Ilir – Tangerang Selatan, Selasa, 17/10/2016.
6
program bimbingan agama yang diberikan oleh Ikatan Remaja Masjid
Agung Al-Ikhlas (IRMA) kepada para jama’ah remaja.
Oleh karena itu butuh upaya untuk peningkatan kualitas program
kegiatan, khususnya kegiatan pembinaan umat melalui majelis ta’lim atau
pengajian yang disesuaikan dengan kebutuhan dan problematika yang
dihadapi. Disamping itu hal ini ditujukan untuk pembaruan program
bimbingan agama yang nantinya dapat dilaksanakan dengan baik agar
memberikan daya tarik yang positif bagi jama’ah khususnya para remaja.
Sehingga diharapkan kegiatan keagamaan yang dilakukan dapat
memberikan daya tarik dan tepat sasaran serta efektif.7
Pelaksanaan program bimbingan Ikatan Remaja Masjid Agung Al-
Ikhlas (IRMA), perlu diadakan evaluasi karena penting sekali untuk
menjadikan tolak ukur pencapaian dan juga sebagai acuan dalam
meningkatkan kualitas bimbingan agama, selain itu penting untuk
mengidentifikasi mengenai kelebihan dan juga kekurangan yang ada, serta
faktor apa sajakah yang mendukung pelaksanaan dan penerapan program
bimbingan agama tersebut. Agar mampu memberikan solusi untuk
meningkatkan kualitas program.
Pentingnya diadakan evaluasi program guna mengukur tingkat
keberhasilan dari pelaksanaan program dan untuk mengetahui pengaruh
dan perubahan serta manfaat bagi sasaran program yakni jamaah remaja.
Demi memperbaiki program bimbingan agama, yang utama yakni
7 Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah, (Jakarta; Almawardi Prima 2002). h.8
7
meningkatkan kualitas program pengajian kitab akhlak karena dirasa baik
untuk diberikan kepada remaja agar dapat mendidik mereka memahami
diri mereka sendiri dalam memasuki dunia kedewasaan. tentunya agar
ibadah serta perilaku keagamaan remaja dapat ditingkatkan. Terlebih pada
nilai-nilai akhlak yang dapat direalisasikan di lingkungan masyarakat.
Dengan pengetahuan yang mendalam kita sebagai orang tua atau
pembimbing dapat memisahkan secara cermat manakah kesulitan-
kesulitan perkembangan yang normal bagi adolesen (remaja), dan
manakah masalah yang pathologis. Kita dapat mengarahkan kesadaran
mereka kepada potensi perkembangan yang ada didalam diri mereka
sendiri lebih mengkhususkan dan riil, bukan secara umum dan hipotetis.
Kita dapat secara lebih sistematis mengaktualisasikan situasi-situasi
pedagogis sehingga mereka dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan
mereka yang menjadi kondisi untuk perkembangan selanjutnya. 8
Sesungguhnya banyak yang kita dapat lakukan. Namun pada
akhirnya bukanlah kita, tetapi remaja itu sendirilah yang diharapkan
melangsungkan proses perkembangan mereka sebagai manusia dewasa.
Disana diambang pintu kedewasaan, menanti tugas-tugas baru yang
mereka harus penuhi, tugas sebagai orang dewasa, tugas sebagai suami
atau isteri, tugas sebagai orang tua, tugas sebagai manusia budaya, tugas
sebagai warganegara, tugas sebagai insan beragama.
8 Suryono Sukanto, Psikologi Pemuda “Problem Pengantar dalam Perkembangan
Pribadi dan Interaksi Sosial” (Pusat Perpustakaan UIN Jakarta) h.12
8
Sebagai organisasi pemuda yang baik, para remaja masjid sudah
seharusnya merencanakan program dan melakukan evaluasi demi
memenuhi tujuan bimbingan yang berkualitas. Agar meningkatnya
program bimbingan agama yang baik. disamping itu agar dapat mencetak
jamaah remaja yang baik yaitu remaja yang sehat jasmaninya serta
rohaninya, memiliki perilaku dan akhlak yang baik, beriman dan terampil.
Dengan kata lain bahwa program bimbingan agama memiliki pengaruh
yang cukup besar dalam meningkatkan perilaku dan akhlak seseorang.
Dari alasan inilah penulis berinisiatif meneliti tentang “Evaluasi
Program Bimbingan Agama dalam Meningkatkan Perilaku Keagamaan di
Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA), Pondok Cabe Ilir -
Tangerang Selatan”. Organisasi IRMA adalah sebagai mediator dakwah
serta sarana menimba ilmu agama untuk para remaja guna meningkatkan
perilaku keagamaan remaja yang islami dan juga sebagai bekal dalam
menghadapi pengaruh negatif dari era globalisasi yang selama ini semakin
jauh dari kaidah dan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar dapat mempermudah penulis supaya lebih fokus dalam
melakukan penelitian, maka penulis hanya membatasi masalah
yang akan dibahas meliputi satu pelaksanaan program bimbingan
agama beserta evaluasi program bimbingan agama.
9
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah mengenai Evaluasi Program
Bimbingan Agama dalam Meningkatkan Perilaku Keagamaan
Remaja di Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA),
Pondok Cabe Ilir - Tangerang Selatan. sebagai berikut:
a. Bagaimana Pelaksanaan Program Bimbingan Agama dalam
Meningkatkan Perilaku Keagamaan Remaja di Ikatan Remaja
Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA), Pondok Cabe Ilir -
Tangerang Selatan?
b. Bagaimana Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan Agama
dalam Meningkatkan Perilaku Keagamaan Remaja di Ikatan
Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA), Pondok Cabe Ilir -
Tangerang Selatan?
c. Apa Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanakan
Program Bimbingan Agama di Ikatan Remaja Masjid Agung
Al-Ikhlas (IRMA), Pondok Cabe Ilir -Tangerang Selatan?
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dan manfaat Penelitian ini adalah untuk
mengetahui :
a. Untuk mengetahui proses berjalannya Program Bimbingan Agama
dalam Meningkatkan Perilaku Keagamaan Remaja di Ikatan
10
Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA), Pondok Cabe Ilir -
Tangerang Selatan.
b. Untuk mengetahui Evaluasi Program Bimbingan Agama dalam
Meningkatkan Perilaku Keagamaan Remaja di Ikatan
Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA) Pondok Cabe Ilir -
Tangerang Selatan.
c. Untuk Menganalisis Faktor Pendukung dan Penghambat
Pelaksanaan Program Bimbingan Agama dalam Meningkatkan
Perilaku Keagamaan Remaja di Ikatan Remaja Masjid Agung Al-
Ikhlas (IRMA) Pondok Cabe Ilir - Tangerang Selatan.
2. Manfaat Penelitian
Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat berupa:
a. Manfaat Akademik
Untuk dijadikan tambahan wawasan pengetahuan dalam bidang
Evaluasi Program, khususnya Bimbingan dan Penyuluhan Islam
serta dapat memperkaya wawasan dalam bidang Ilmu Dakwah dan
Komunikasi.
b. Manfaat Praktis
Diharapkan dapat menjadi Informasi bagi Ikatan Remaja Masjid
Agung Al-ikhlas (IRMA), Pondok Cabe Ilir - Tangerang Selatan.
Untuk dapat membantu dalam mengelola program bimbingan
agama yang ditujukan agar program bimbingan agama dapat lebih
baik lagi.
11
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan
jenis pendekatan deskriptif. Deskriptif yang dimaksud adalah sebagai
salah satu pendekatan yang berupaya untuk menggambarkan suatu
peristiwa, gejala, atau temuan dalam penelitian. Sehingga memudahkan
bagi si penerima hasil penelitian untuk dipelajari lebih lanjut. Pendekatan
ini juga mencakup penjelasan mengenai sebuah peristiwa yang terjadi,
bagaimana, dan sejauh mana.9
Kualitatif yang dimaksud adalah penelitian ilmu sosial yang
berupaya menghimpun data, mengolah data, dan menganalisa secara
kualitatif. Penelitian metode ini lebih mendalam dalam mengungkapkan
masalah sebagai sumber yang komprehensif secara penjelasan dekriptif.
Sehingga dari hasil penelitian ini memiliki kelebihan tersendiri dibanding
dengan penelitian metode lain.10
Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor seperti
yang dikutip Lexy J Meleong yaitu sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau dari lisan orang-
orang dan perilaku yang diamati.11
9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-12, h. 29. 10
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2005),
Cet Ke-1, h.13. 11
Lexy J Meleong, Metode Penelitian Kualitatif,......., h. 3.
12
Dalam hal ini, penelitian yang penulis lakukan pada metodologi
penelitian ini adalah sebagai berikut :
2. Penetapan Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, dimulai dari 22 Februari
2017 sampai dengan 22 Agustus 2017. Bertempat di Masjid Agung Al-
Ikhlas, Pondok Cabe Ilir - Tangerang Selatan.
Adapun alasan pemilihan tempat ini didasarkan pada alasan sebagai
berikut:
1. Lokasi penelitian ini strategis karena mudah dijangkau terletak di
wilayah Tangerang Selatan.
2. Ketertarikan peneliti untuk mengetahui bagaimana pergerakan Ikatan
Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA) dalam membimbing pemuda
remaja yang ada di lingkungan masyarakat sekitar Masjid Agung Al-
Ikhlas, Pondok Cabe Ilir - Tangerang Selatan.
3. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian ini adalah narasumber yang dapat memberikan
informasi yaitu pelindung (pengasuh), pembimbing dan anggota
Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA) Pondok Cabe Ilir -
Tangerang Selatan.
b. Objek Penelitian
Sedangkan objek penelitian yaitu pelaksanaan program bimbingan
agama yang dilakukan oleh pembimbing dan anggota di Ikatan
13
Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA), Pondok Cabe Ilir -
Tangerang Selatan.
4. Sumber Data
Sumber data ialah unsur utama yang dijadikan sasaran dalam
penelitian untuk memperoleh data-data kongkret dan yang dapat
memberikan informasi untuk memperoleh data yang diperlukan dalam
penelitian.
Adapun sumber data terdiri dua jenis, yaitu :
a. Data primer, yakni data yang diperoleh secara langsung dari subjek
peneliti perorangan, kelompok, dan organisasi.
b. Data sekunder, yakni data yang sudah diperoleh dalam bentuk yang
sudah jadi (tersedia) melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan
di berbagai organisasi atau perusahaan, termasuk majalah, dan jurnal.12
5. Teknik dan Pengumpulan Data
Teknik dan pengumpulan data adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran yang dipandang secara ilmiah dalam suatu
penelitian terhadap hal yang diperoleh keseluruhan, teknik yang
digunakan sebagai pendukung penelitian adalah beberapa instrumen
penelitian. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan.
12
Rosadi Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), h. 29.
14
a. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan
secara sistematis dengan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan
terhadap gejala objek yang diteliti langsung di lapangan.13
Observasi yang dilakukan yaitu dengan menulis serta
melakukan pengamatan secara langsung terhadap program bimbingan
agama yang diadakan oleh Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas
(IRMA). Meliputi pelaksanaan program tersebut.
b. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan dan tanya jawab yang
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif
dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan
tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan
dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi
terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat dilakukan melalui
pendekatan lain.14
Termasuk sebagai suatu proses interaksi dan komunikasi.
Sebelum melakukan wawancara, penulis terlebih menyusun serta
mempersiapkan alat perekam agar segala sumber dari objek wawancara
tidak terlewatkan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal – hal atau
variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, dan arsip – arsip.
13
Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000), Cet Ke-2, h.21
14 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia
(Depok: LPSP3UI,2013) h.146.
15
Untuk melengkapi data – data yang diperoleh melalui pengamatan dan
wawancara dalam penelitian, peneliti melakukan dokumentasi berupa
catatan lapangan, biografi atau dokumen Ikatan Remaja Masjid Agung
Al-Ikhlas (IRMA).
6. Analisa Data
Pengolahan dan analisis data sesungguhnya dimulai dengan
mengorganisasikan data. dengan data kualitatif yang sangat beragam
banyak, menjadi kewajiban peneliti untuk mengorganisasikan datanya
dengan rapi, sistematis dan selengkap mungkin. tentang hal ini
Hoghlen dan Finley telah mencoba merangkum berbagai tulisan.
Mereka mengatakan bahwa organisasi data yang sistematis
memungkinkan peneliti untuk (a) Memperoleh kualitas data yang baik;
(b) Mendokumentasikan analisis yang dilakukan, seta (c) Menyimpan
data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian.15
Pengolahan tersebut memiliki tujuan agar data dapat
disederhanakan, sehingga semua data yang terkumpul dan
menyajikannya sudah tersusun dengan baik dan rapih kemudian data
dapat teranalisa dengan mudah.
8. Teknik Penulisan
Dalam penelitian ini penulis berpedoman kepada buku
pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Thesis, dan Disertasi) yang
15 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia
........................................ h. 168.
16
disusun oleh tim penulis UIN Jakarta dan diterbitkan oleh CEQDA UIN
Jakarta pada tahun 2007. Cet. Ke-2.
E. Tinjauan Kepustaka
Dalam melakukan tinjauan pustaka, ditemukan beberapa skripsi
sebelumnya yang memiliki kesamaan dengan judul skripsi ini diantaranya
adalah :
1. “Evaluasi Program Public Relations PT. TELKOM REGIONAL IV
JATENG dan DIY”, yang ditulis oleh saudara (Andreas Pramudya W.
NIM 06 09 03053) Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Skripsi ini menjelaskan
tentang penilaian dari kelancaraan kegiatan Public Relations yang telah
berlangsung di PT. TELKOM REGIONAL IV JATENG dan DIY, dan
evaluasi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas program dalam hal
teknologi dan informasi. Ini jelas berbeda sedangkan judul penulis
“Evaluasi Program Bimbingan Agama dalam Meningkatkan Perilaku
Keagamaan Remaja di Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA),
Pondok Cabe Ilir. Tangerang Selatan”. Lebih kepada evaluasi program
yang difokuskan pada bimbingan agama yang ditujukan untuk
meningkatkan perilaku keagamaan remaja di Pondok Cabe Ilir. Tangerang
Selatan.
2. “Evaluasi Pelaksanaan Program Terapi Wicara dalam Meningkatkan
Perkembangan Anak Terlantar Di Yayasan Sayap Ibu Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan”. Sri Rahayu. Dalam skripsi tersebut Sri Rahayu
17
membahas Evaluasi Pelaksanaan Terapi Wicara dalam Meningkatkan
Perkembangan Anak Terlantar. Keterkaitan antara skripsi penulis dengan
skripsi saudari Sri Rahayu adalah sama dalam artian satu bahasan evaluasi
program dan difokuskan pada proses evaluasi saja. Kemudian yang akan
penulis susun lebih kepada hasil program bimbingan agama yakni perilaku
keagamaan remaja di Pondok Cabe Ilir - Tangerang Selatan.
3. “Evaluasi Pelayanan Umroh Angkatan Ke -6 Tahun 2011 PT. Mulia Utama Tour
Jakarta” yang disusun oleh Nadiatul Khairiyah, Jurusan Menejemen Dakwah
Fakulatas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Penelitian ini hampir sama
dengan penelitian yang penulis lakukan , karena memiliki pembahasan
yang sama tentang evaluasi. Hal yang membedakan adalah evaluasi yang
dilakukan penulis berupa evaluasi program bimbingan agama pada remaja
di Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA) Pondok Cabe Ilir -
Tangerang Selatan. Sedangkan skripsi yang disusun Nadiatul Khairiyah
adalah bagaimana Evaluasi Pelayanan Umrah di PT. Mulia Utama Tour
Jakarta.
F. Sistematika Penulisan
Adapun skripsi ini terdiri dari 5 bab yang masing-masing bab terdiri
atas beberapa sub bab yang saling berkaitan. Sehingga menjadi kesatuan yang
utuh. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan : Latar Belakang, Pembatasan dan Perumusan
masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,
Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
18
BAB II Landasan Teori : Berisikan tentang pengertian Evaluasi Program,
Model Evaluasi, Tujuan Evaluasi, Pengertian Bimbingan Agama,
dan Pengertian Perilaku Keagamaan.
BAB III Gambaran Umum Lembaga : Berisikan tentang sejarah berdirinya
Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas, Pondok Cabe Ilir -
Tangerang Selatan. serta VISI dan MISI, Program Kerja, dan
Struktur Pengurus Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas, Pondok
Cabe Ilir - Tangerang Selatan.
BAB IV Temuan Lapangan dan Analisis Data : Pelaksanaan Program
Bimbingan Agama, Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan
Agama, dan Faktor Pendukung dan Penghambat Program
Bimbingan Agama Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA)
yang dilaksanakan oleh anggota Ikatan Remaja Masjid Agung Al-
Ikhlas (IRMA) Pondok Cabe Ilir. Tangerang Selatan, Analisis
SWOT.
BAB V Penutup : Kesimpulan dan Saran.
Daftar Pustaka
Lampiran
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi Program
Evaluasi program terdiri dari dua suku kata yaitu evaluasi dan
program, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia evaluasi adalah penilaian,
hasil, mengevaluasi berarti memberikan penilaian, menilai.1 Secara
etimologi pengertian dari evaluasi menurut Kamus Ilmiah Popular adalah
Penaksiran, Penilaian, Perkiraan keadaan penentu nilai.2 Sedangkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia kata (a) program adalah rencana (b)
program adalah kegiatan yang dilakukan dengan seksama.3 Sedangkan
melakukan evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang
direncanakan.4
Ada dua istilah “program”, yaitu pengertian secara khusus dan
umum. Menurut pengertian secara umum, “program” dapat diartikan
sebagai “rencana”. Sedangkan secara khusus “kegiatan yang dilakukan
dengan seksama”. Apabila program langsung dikaitkan dengan evaluasi
program maka program didefinisikan dari suatu unit atau kesatuan
1 Departemen Pendidikan Nasional,. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.384 2 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry.Kamus Ilmiah Popular. (Surabaya: Arkola
1994), h.163 3 Departemen Pendidikan Nasional,. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
..........................................., h,998. 4 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009) h,24
20
kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan,
berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam
suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.5
Definisi terkenal untuk evaluasi program dikemukakan oleh Ralph
Tyler, yang mengatakan bahwa evalusai program adalah proses untuk
mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah dapat terealisasikan. Definisi
yang lebih diterima masyarakat luas dikemukakan oleh dua orang ahli
evaluasi, yaitu Cronbbach dan Stufflebeam. Mereka mengemukakan
bahwa evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk
disampaikan kepada pengambil keputusan.6
Sedangkan tentang evaluasi menurut para ahli mengemukakan
pendapat yang berbeda-beda satu sama lain. Diantara para ahli yang
mengemukakan pendapat mengenai evaluasi yaitu sebagai berikut :
Menurut Nurul Hidayati dalam bukunya yang berjudul metodologi
penelitian dakwah mencoba mendefinisikan evaluasi sebagai upaya untuk
mengkritisi suatu program dengan melihat kekurangan, kelebihan, pada
konteks input, proses, dan produk pada sebuah program.7
Seperti yang dikutip Kreitnerr dan Kinicki evaluasi kinerja
merupakan pendapat yang bersifat evaluatif atas sifat, perilaku seseorang,
5 Sudjana, Djudju, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. (Bandung:PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), h,5. 6 Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT:Rineka Cipta, 2012), h,6.
7 Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan Kualitatif,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. Desember 2006), h. 124
21
atau prestasi sebagai dasar untuk keputusan dan rencana pengembangan
personil.8
Dari beberapa para ahli yang mengemukakan evaluasi maka
penulis berasumsi bahwa evaluasi merupakan suatu proses kinerja yang
dapat dikatakan selesai apabila telah mencapai target tertentu yang telah
direncanakan dan ditetapkan sebelumnya, atau bisa dikatakan suatu kinerja
yang selesai berdasarkan pada suatu batasan waktu tertentu sehingga dapat
dilihat dan diukur tingkat keberhasilan serta pencapaian pelaksanaannya
melalui pengaruh dan perubahan baik program yang dilaksanakannya
maupun personil yang berkontribusi dalam pelaksanaannya.
2. Model Evaluasi
Ada berbagai macam model-model evaluasi program, model-
model tersebut merupakan rangkaian alternatif yang dipilih oleh evaluator
sesuai dengan masalah dan tujuan evaluasi, salah satu diantaranya yaitu
model sistem evaluasi analisis.
Menurut Stewart I Donaldson pada Theory-Driven Evaluation
yang dikutip Wirawan dalam bukunya yang berjudul Evaluasi Kinerja
Sumber Daya Manusia, Teori, Aplikasi dan Penelitian.9 Dalam
manajemen, sistem diformulasikan dalam bentuk model linier proses
produksi yang terdiri dari : Masukan (input), Proses (process), Keluaran
(output), Akibat (outcome), dan Pengaruh (impact). Dari model linier
tersebut, setiap segmen perlu dievaluasi untuk menentukan nilai dan
8 Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Teori, Aplikasi dan Penelitian
(Jakarta:Salemba Empat, 2009), h. 11 9 Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2011) h. 70
22
manfaat keseluruhan sistem. Oleh karena itu dalam model evaluasi sistem
analisis terdapat empat jenis evaluasi, yaitu : Evaluasi masukan (Input
evaluation); Evaluasi proses (Process evaluation); Evaluasi keluaran
(Output evaluation); Evaluasi akibat (Outcome evaluation); dan Evaluasi
pengaruh (Impact evaluation). Berikut penjelasan mengenai model
evaluasi sistem analisis : 10
a) Evaluasi masukan (Input evaluation). Tujuan dari evaluasi
masukan adalah menjaring, menganalisis, dan menilai kecukupan
kuantitas dan kualitas masukan yang diperlukan untuk merencanakan dan
melaksanakan program.
b) Evaluasi proses (Process evaluation). Evaluasi proses
memfokuskan pada pelaksanaan program dan sering menyediakan
informasi mengenai kemungkinan program diperbaiki.
c) Evaluasi keluaran (Output evaluation). Evaluasi keluaran
mengukur dan menilai keluaran dari pada program, yaitu produk yang
dihasilkan program.
d) Evaluasi akibat (Outcome evaluation). Evaluasi akibat mengukur
apakah klien yang mendapat layanan program berubah.
e) Evaluasi pengaruh (Impact evaluation). Evaluasi pengaruh menilai
perubahan yang terjadi terhadap klien atau para pemangku kepentingan
sebagai akibat dari intervensi yang dilakukan program.
Dengan model-model evaluasi diatas penulis dapat menyimpulkan
bahwa evaluasi harus menyesuaikan dengan masalah serta tujuan evaluasi
10
Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2011) h. 109-110.
23
tersebut. Adapun setiap model evaluasi memiliki segmentasi sistem yang
berbeda dan perlu dievaluasi untuk menentukan nilai dan manfaat
keseluruhan sistem.
3. Tujuan Evaluasi Program
Seperti yang disebutkan oleh Sudjana, tujuan evaluasi program
terdapat 6 (enam) hal, yaitu untuk :
1.) Memberikan masukan bagi perencanaan program.
2.) Menyajikan masukan bagi pengambil keputusan yang berkaitan
dengan tindak lanjut, perluasan atau penghentian program.
3.) Memberikan masukan bagi pengambil keputusan tentang modifikasi
atau perbaikan program.
4.) Memberikan masukan yang berkenaan dengan faktor pendukung dan
penghambat program.
5.) Memberikan masukan untuk kegiatan motivasi dan pembinaan
(supervise dan monitoring) bagi penyelenggara, pengelola, dan
pelaksana program.11
B. Pengertian Bimbingan
Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance”.
Bimbingan dalam arti “guidance”. Menunjukkan pada dua hal, yang
masing-masing berdiri sendiri, yaitu sebagaimana dikatakan oleh W.S
Wingkel adalah:
11
Sudjana Djuju, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2005). h.48.
24
1.) Memberi informasi, yakni memberikan petunjuk, bahkan memberikan
nasihat kepada seseorang atau kelompok. Maka atas dasar pengetahuan
tersebut, orang dapat menentukan pilihan dan mengambil keputusan.
2.) Menuntun atau mengarahkan kepada sesuatu tujuan yang akan dituju, yang
mungkin tempat tersebut hanya diketahui orang yang menuntun saja.12
Secara etimologi (harfiah), kata bimbingan merupakan terjemah
bahasa Inggris “guidance” yang berarti; menunjukkan, memberikan jalan,
menuntun, mempedomani, menjadi penunjuk jalan, dan mengemudikan.13
Bimo Walgito memberikan batasan mengenai bimbingan adalah
bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekelompok
individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan
didalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu
itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.14
Berdasarkan pengertian bimbingan yang dipaparkan diatas, penulis
dapat menyimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses bantuan
kepada seseorang maupun kelompok agar dapat memahami dirinya,
sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya sesuai dengan lingkungannya
dan dapat memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang.
Bimbingan yang dilaksanakan dalam rangka menuntun seseorang ke arah
kehidupan yang bermanfaat, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat
12
W.S. Wingkel, FKIP, IKIP, Senata Darma, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,
(Jakarta: P.T Gramedia, 1999), h. 18 13
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syahid, 2008), h. 6 14
Elfi Mu’awanah dan Fifa Hidayah, Bimbingan Konseling Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2009), Cet2. h. 53-54
25
ditinggalkan karena dalam kehidupan ini tidak ada manusia yang hidup
dengan sempurna.
1. Syarat dan Kriteria Pembimbing
Ada beberapa syarat dan kemampuan yang harus dimiliki seorang
pembimbing agama (Islam) tersebut, maka M. Arifin menyatakan di dalam
buku Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan yang dikutip oleh M. Lutfi
merumuskan syarat-syaratnya sebagai berikut:
a) Pembimbing meyakini akan kebenaran agama yang dianutnya, menghayati
dan mengamalkan, karena ia menjadi pembawa norma agama (religious)
yang konsekuen, serta menjadikan dirinya idola (tokoh yang dikagumi)
sebagai muslim sejati, baik lahir maupun batin dikalangan orang yang
dibimbingnya.
b) Memiliki sikap dan kepribadian yang menarik, terutama bagi orang yang
dibimbingnya dan lingkungan kerja atau masyarakat sekitarnya. Memiliki
rasa tanggung jawab, rasa berbakti yang tinggi dan loyalitas terhadap
profesi yang ditekuninya, sekalipun berhadapan dengan kondisi
masyarakat yang selalu berubah-ubah.
c) Memiliki kematangan jiwa dalam menghadapi permasalahan yang
memerlukan pemecahan (dalam berfikir dan emosional).
d) Mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan berbagai pihak, terutama
dengan kliendan pihak lain dalam kesatuan tugas atau profesinya.
e) Mempunyai sikap dan perasaan terkait dengan nilai-nilai keislaman dan
kemanusiaan, klien harus ditempatkan sebagai individu yang normal yang
memiliki harkat dan martabat sebagai mahluk tuhan.
26
f) Memiki keyakinan bahwa setiap klien yang dibimbing memiliki
kemampuan dasar (potensi) yang mungkin bisa dikembangkan menjadi
lebih baik.
g) Memiliki rasa cinta dan kasih sayang yang mendalam terhadap terbimbing,
sehingga selalu berupaya untuk mengatasi dan memecahkan masalahnya.
h) Memiliki ketangguhan, kesabaran, dan keuletan dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya, sehingga tidak mudah menyerah dalam
menghadapi kesulitan-kesulitan tugas.
i) Memiliki sikap yang tanggap dan jiwa yang peka terhadap semua kesulitan
yang disampaikan terbimbing.
j) Memiliki watak dan kepribadian yang familiar, sehingga setiap orang yang
menggunakan jasanya merasa nyaman, terkesan dan kagum dengan cara
pelayanannya.
k) Memiliki jiwa yang progresif (ingin maju) dalam profesinya, sehingga ada
upaya untuk meningkatkannya sesuai dengan perkembangan yang ada
dalam masyarakat.
l) Memiliki kepribadian yang bulat dan utuh, sehingga mempunyai
kemampuan dalam menangkap dan menyikapi masalah-masalah mental
atau rohaniyah yang dirasakan terbimbing.
m) Memiliki pengetahuan dan pengalaman teknis yang dibutuhkan dalam
menjalankan tugas atau profesinya.15
Penulis menyimpulkan bahwa syarat pembimbing harus menguasai
kondisi masyarakat serta berpengalaman dalam menghadapi masalah-
15
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syahid, 2008), h. 156-158.
27
masalah yang terjadi di masyarakat, dan pembimbing harus
berpengalaman secara profesi.
2. Metode dan Teknik Bimbingan
Metode dapat diartikan jalan yang harus dilalui. Pengertian yang
lebih luas lagi, adalah segala sesuatu atau cara yang digunakan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Selain kata metode ada kata teknik dan
pendekatan, keduanya dipahami sebagai cara ilmiah yang dipakai sebagai
instrument dalam melakukan pekerjaan yang sifatnya lebih fokus kepada
subyek atau obyek yang dijadikan sasaran pelayanan. Maka pemahaman
istilah teknik atau pendekatan sering disebut dengan kata strategi dan
teknik khusus dalam melakukan sesuatu sesuai dengan fokus atau pokok
permasalahannya.
Secara khusus dalam pendekatan Islam ada metode atau teknik yang
biasa digunakan, termasuk dalam pelaksanaan dakwah pada umumnya.
Berikut ini secara ringkas akan dijelaskan:
1. Teknik bil-hikmah: adalah cara bijaksana, bersifat akademis. Teknik ini
biasa digunakan untuk orang terbimbing yang terpelajar, intelek yang
memiliki rasional tinggi, tetapi ragu atau kurang yakin terhadap kebenaran
agama, sehingga menjadi masalah baginya.
2. Teknik bil-mujadalah: teknik melalui perdebatan yang digunakan dalam
menunjukkan dan membuktikan kebenaran ajaran agama, dengan dalil-
dalil. Penggunaan teknik ini lebih tepat untuk orang yang kritis, yang tidak
mudah menerima apa saja yang disampaikan pembimbing.
28
3. Teknik bil-mauidzoh: menunjukkan contoh yang benar, supaya orang
mengikuti dengan mudah, dikarenakan kemampuan logikanya sulit
menerima bila hanya berupa penjelasan atau teoriyang masih baku
(tekstual).
4. Teknik ceramah: penjelasan yang bersifat umum, cara ini lebih efektif
diberikan dalam bimbingan kelompok (group guidance). Tetapi konselor
harus menyesuaikan apa yang akan disampaikan sesuai dengan kondisi
orang yang beragam
5. Teknik diskusi atau tanya jawab: kelebihan teknik ini, orang bisa
menyampaikan semua yang dirasakan secara luas, sehingga pembimbing
mampu memberikan jawaban yang tepat.
6. Teknik persuasif: yaitu berupa dorongan yang positif, santai, hiburan yang
mendidik, sehingga orang termotivasi untuk melaksanakan saran dan
nasihat dari pembimbing dengan senang hati.
7. Teknik lisan: melalui pesan langsung yang disampaikan dengan ucapan
atau kata-kata, dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
8. Teknik tulisan: adalah cara bimbingan atau bantuan yang diberikan
pembimbing pada orang yang terbimbing melalui tulisan, bisa dengan
pesan yang mengandung hikmah maupuncerita-cerita. Ada sebagian orang
yang terkesan dengan membaca tulisan karena bisa lebih menghayati dan
meresapi secara mendalam, dibanding mendengarkan kata-kata langsung
(lisan).
29
9. Teknik bil-yadi (kekuasaan): adalah melalui wibawa karismatik atau
pengaruh personal yang dimiliki pembimbing. Ada sebagian orang yang
memperhatikan siapa konselornya, baru mau patuh dengan arahannya.
10. Teknik do’a (dengan hati): dalam Islam setiap permasalahan tidak
mungkin diatasi sendiri tanpa melibatkan Allah SWT. (Tuhan). Karena itu
konselor mengajak klien untuk memohon pertolongan dari Allah SWT.
Sebab terapi terapis terbaik adalah Allah SWT., Kesembuhan yang haq
dan sejati hanya dari-Nya. Hal ini sekaligus menyadarkan, memberitahu
orang bahwa pembimbing hanyalah fasilitator, sahabat yang membantu
untuk menemukan akar permasalahan (solusi).16
Dengan demikian, puncak dari semua teknik yang sudah dipaparkan
di atas ialah menjadikan orang sadar terhadap potensi dan kemampuan diri
mereka, serta menyadarkan bahwa tugas dan kewajiban meraka terhadap
Sang Pencipta (Al-Khaliq).
C. Pengertian Agama
Agama adalah kebutuhan jiwa (psikis) manusia, yang akan mengatur
dan mengendalikan sikap, pandangan hidup, kelakuan, cara menghadapi
tiap-tiap masalah.17
Agama sebagai sebuah keyakinan, diyakini sebagai
sebuah sarana bagi manusia dalam berhubungan dengan Tuhan (Allah).
Seperti yang dikatakan William James, sebagaimana dikutip oleh Zakiah
Daradjat: “Agama adalah perasaan dan pengalaman bani insan secara
16
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syahid, 2008), h. 120-137 17
Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1982), Cet. Ke-3 h. 52
30
individu, yang menganggap bahwa mereka berhubungan dengan apa yang
dipandangnya sebagai Tuhan”.18
H.M. Arifin menjelaskan pengertian agama sebagai istilah yang
sering dipakai sehari-hari dapat dilihat dari dua aspek, yaitu:
a. Aspek Subjektif: agama mengandung pengertian tentang tingkah laku
manusia, yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan, berupa gerakan
batin, yang mengatur, dan mengarahkan tingkah laku tersebut, kepada
pola hubungan dengan masyarakat serta alam sekitarnya.
b. Aspek Objektif: agama dalam hal ini mengandung nilai-nilai ajaran
tuhan yang bersifat menuntun manusia ke arah tujuan yang sesuai
dengan kehendak ajaran tersebut. Agama dalam hal ini belum masuk
ke dalam batin manusia, atau belum membudaya dalam tingkah laku
manusia. Oleh karena itu secara formal agama dilihat dari aspek
objektif dapat diartikan sebagai peraturan yang bersifat Ilahi, yang
menuntun orang berakal budi, kearah ikhtiar untuk mencapai
kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.19
Secara jelas telah dipaparkan diatas, mengenai agama menurut
para ahli. Penulis berasumsi bahwa agama dapat dilihat dari sudut
pandang subyektif (Pribadi Manusia). Bahwa agama mengandung
pengertian tingkah laku manusia yang dijiwai oleh nilai-nilai
keagamaan yakni berupa getaran batin yang mengatur dan
menggerakkan tingkah laku tersebut kepada pola hubungan dengan
masyarakat serta alam sekitarnya.
18
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. Ke-5, h.18 19
H.M Arifin., Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Agama, (Jakarta: Golden Terayon
Press), h. 1.
31
D. Tujuan Bimbingan Agama
Tujuan dari bimbingan agama dapat dipaparkan secara umum yaitu
untuk meningkatkan dan menumbuh-suburkan kesadaran manusia tentang
eksistensinya sebagai makhluk Allah. Di samping itu pula tujuan yang
lainnya untuk membantu pihak yang dibimbing agar mempunyai
kesadaran untuk mengamalkan ajaran agama islam.20
Kemudian tujuan agama yang masih bersifat umum tersebut, dapat
lebih dijelaskan menjadi lebih khusus, yaitu :
a) Menanamkan rasa keagamaan
b) Memperkenalkan ajaran-ajaran Islam
c) Melatih untuk menjalankan ajaran-ajaran islam
d) Membiasakan berakhlak mulia
e) Mengajarkan Al-Qur’an.21
Tujuan lain dari bimbingan keagamaan adalah :
1) Bimbingan keagamaan dimaksudkan untuk untuk membantu
pihak yang terbimbing agar mempunyai religious reference
(sumber pegangan) dalam pemecahan masalah-masalah
kehidupan.
2) Bimbingan keagamaan yang ditujukan kepada pihak yang
melakukan bimbingan agar dengan kesadaran dan kemauan
bersedia mengamalkan ajaran keagamaan.
Dari sekian penjelasan yang dipaparkan diatas mengenai
tujuan bimbingan agama, penulis mencoba menyimpulkan
20
HM. Arifin, Pokok-Pokok tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1976), h. 29. 21
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Al Ikhlas, (tt), Surabaya, hal.60
32
bahwa tujuan bimbingan agama yakni untuk memberikan
tuntunan kepada individu atau sekelompok individu-individu
tentang ajaran agama (Islam) sebagai sumber pedoman atau
pegangan hidup dengan demikian individu atau sekelompok
individu-individu tersebut dapat terhindar dari perbuatan buruk
dan sesat. Sehingga pada akhirnya mereka mampu mengatasi
kesulitan-kesulitan dalam hidupnya.
F. Pengertian Perilaku Keagamaan
1. Perilaku
Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa perilaku atau tingkah laku
sebagai berikut :
a. Tingkah laku mempunyai penggerak (Motivasi), pendorong dan tujuan.
b. Motivasi itu bersifat dari dalam yang muncul dari diri manusia itu
sendiri, tetapi ia rangsang dengan rangsangan-rangsangan dari luar atau
rangsangan-rangsangan dari dalam yang berhubungan dengan
kebutuhan-kebutuhan jasmani dan kecenderungan-kecenderungan
alamiah, seperti rasa lapar, cinta dan takut kepada Allah.
c. Menghadapi motivasi-motivasi manusia mendapati dirinya terdorong
untuk mengerjakan sesuatu.
d. Tingkah laku ini mengandung rasa kebutuhan dengan perasaan tertentu
dan kesadaran akal terhadap suasana tersebut. Ini semua disertai oleh
aktivitas jenis tertentu yang tidak terpisah dari rasa, perasaan dan
kesadaran dari suasana itu.
33
e. Kehidupan psikologi adalah suatu perbuatan dinamis, dimana perilaku
interaksi terus menerus antara tujuan atau motivasi dengan tingkah
laku.
f. Tingkah laku bersifat individual yang berada menurut perbedaan faktor-
faktor keturunan dan perolehan atau proses belajar.
g. Tingkah laku ada dua tingkatan. Tingkatan pertama pertama manusia
berdekatan dengan semua makhluk hidup, yang dikuasai oleh motivasi-
motivasi sedangkan pada tingkatan yang kedua ia mencapai cita-cita
idealnya dan mendekatkan pada makna-makna ke-tuhanan dengan
tingkah laku malaikat, tingkat ini dikuasai oleh keimanan dan akal.22
2. Keagamaan
Sedangkan kata keagamaan berasal dari kata agama yang berarti
sistem, prinsip kepercayaan kepada tuhan dengan ajaran kebaktian dan
kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Kata keagamaan itu
sudah mendapat awalan “ke” dan akhiran “an” yang mempunyai arti
sesuatu (segala tindakan) yang berhubungan dengan agama.23
Penulis berasumsi bahwa perilaku keagamaan berarti suatu
implementasi yang ada dalam diri seseorang yang memiliki nilai-nilai
agama. Tindakan (tingkah laku) maupun ucapan yang dilakukan seseorang
yang didalamnya berkaitan tentang agama yakni nilai-nilai yang ada pada
Agama ditanamkan didalam jiwa seseorang serta unsur lingkungan yang
mendukung, sehingga tindakan (tingkah laku) atau perbuatan serta ucapan
yang dilakukan dikarenakan sebab adanya kepercayaan kepada tuhan,
22
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam (Jakarta: Al-husna, 2000), h.306 23
Pusat Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
BalaiPustaka,1990), h.11
34
maka dengan nilai-nilai atau ajaran agama dan kewajiban-kewajiban itulah
semuanya bertalian dengan kepercayaan.
Oleh sebab itu dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung
banyak aktivitas yang telah kita lakukan baik itu yang ada hubungannya
antara makhluk agama dengan pencipta, maupun hubungan antara
makhluk dengan sesama makhluk, itu pada dasarnya sudah diatur oleh
agama.24
Dapat disimpulkan bahwasannya perilaku keagamaan yaitu suatu
tindakan atau aktivitas yang memiliki nilai-nilai agama yang dilakukan
dalam berinteraksi sosial.
G. Analisis SWOT
SWOT adalah akronim untuk kekuatan (Strengths), kelemahan
(Weakness), dan peluang (Opportunities), ancaman (Threats) dari
lingkungan eksternal perusahaan.25
Menurut Jorgiyanto, SWOT digunakan
untuk menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-
sumber daya yang dimiliki perusahaan dan kesempatan-kesempatan
eksternal dan tantangan-tantangan yang dihadapi.26
Menurut Rangkuti, matriks SWOT dapat menggambarkan secara
jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan
dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
24
Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h.204 25
David, Fred R. Manajemen Strategis (Jakarta: PT. Salemba Empat, 2006), h.34 26
Jorgiyanto, Sistem Informasi Strategik untuk keunggulan Kompetitif, (Yogyakarta: PT.
Andi Offset, 2005), h.15
35
Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif
strategis.27
Matriks SWOT
IFAS
EFAS
Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weakness)
Peluang
(Opportunity)
STRATEGI SO
Ciptakan strategi yang
menggunaka kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang.
STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan
peluang.
Ancaman (Threats) STRATEGI ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi
ancaman
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
dan menghindari
ancaman.
Berikut ini keterangan dari matriks SWOT diatas :
1. Strategi SO (Strength and Opportunity). Strategi ini dibuat berdasarkan
jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan
untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
2. Strategi ST (Strength and Threat). Strategi dalam menggunakan kekuatan
yang dimliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
27
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 28.
36
3. Strategi WO (Weakness and Opportunity). Strategi ini diterapkan
berdasarkan pemanfaatan pekuang yang ada dengan cara meminimalkan
kelemahan yang ada.
4. Strategi WT (Weakness and Threats). Strategi ini berdasarkan kegiatan
yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada
serta menghindari ancaman.28
Tujuan utama dari analisis SWOT adalah untuk mengidentifikasi
Strategi yang selaras.Menyesuaikan atau mencocokkan sumberdaya dan
kemampuan organisasi dengan tuntutan lingkungan di mana organisasi
bersaing.
28
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 29-30.
36
BAB III
GAMBARAN UMUM IRMA
(IKATAN REMAJA MASJID AGUNG AL-IKHLAS)
A. Sejarah Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA)
Sejarah berdirinya organisasi Ikatan Remaja Masjid Agung Al-
Ikhlas (IRMA) didirikan pada bulan agustus 1980 / Jumadil Akhir 1401 H.
dibentuk atas dasar musyawarah DKM (Dewan Kepengurusan Masjid) dan
beberapa tokoh pemuka agama salah satunya adalah Drs. Junaedi Abiyan
S.H. merupakan tokoh pemuka agama sekaligus pencetus berdirinya
(IRMA) dalam perkembangan syi’ar islam untuk menggalang pemuda
islam agar tergabung didalam masjid secara makro (luas). Organisasi
Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas menjadi perintis dibentuknya
organisasi remaja masjid pertama kali di Pondok Cabe Ilir. Menjadi kiprah
remaja islam umumnya bagi masyarakat Pondok Cabe Ilir, khususnya bagi
masjid-masjid serta mushallah-mushallah yang terdapat di Pondok Cabe
Ilir, dan memiliki tujuan utama diantaranya adalah :
1. Berkarakter Islami
2. Mencintai Masjid
3. Mengaplikasikan Akhlaqul Karimah
4. Menjadi regenerasi islam bagi ulama-ulama sebelumnya.1
1 Observasi dan wawancara pribadi dengan Drs. Junaedi Abiyan S.H. Pondok Cabe Ilir,
14 maret 2017, Pukul.13:25 – 14:40 WIB.
37
Organisasi Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA)
berlokasi di Masjid Agung Al-Ikhlas yang mana Masjid Agung Al-Ikhlas
itu sendiri memiliki sejarah panjang pada saat berdirinya hingga dikenang
sampai saat ini.
Pertama kali masjid agung ini berdiri diperkirakan sekitar abad ke
15 yang merupakan atas dasar Hibbah dari pemerintahan belanda. Awal
masjid ini berdiri nama pertamanya adalah Al-Kholik, nama keduanya Al-
Ikhlas dan sekarang menjadi Masjid Agung Al-Ikhlas. Karena masjid ini
termasuk tertua atau terbesar di wilayah Pondok Cabe dan sekitarnya.
Maka sekarang sudah ada sembilan masjid di wilayah Pondok Cabe Ilir.
Masjid Agung Al-ikhlas ini dulu bentuknya seperti mushallah atau
dikenal surau yang beratapkan ijuk yang dianyam juga terdapat mimbar,
disisi serambi bagian selatan dan timur terdapat sembilan pohon kurma
dan juga terdapat batu besar sebanyak sembilan buah, serta beberapa
posisi dilengkapi sembilan.
Masjid Agung Al-Ikhlas ini dibangun dari hasil Shalat Istikharah
para Ulama Pondok Cabe, sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia.
Dengan shalat istikharah ini mendapatkan petunjuk agar masjid ini
dibangun atau diperluas sesuai kebutuhan umat. Sebagai bukti petunjuk
tersebut adalah tiga bahan bangunan :
1. Batu berwarna merah
2. Ubin (Keramik) berwarna merah
3. Genteng berwarna merah
38
Semua bahan material ini dapat menggali radius 1-2 kilo meter ke
timur atau sebelah timur masjid. Dan radius 500 meter dari sungai
pesanggrahan. Maka ketiga bahan material tersebut dapat digalinya
sedalam 30 cm – 50 cm, ternyata sudah tersedia dan tersusun dengan rapi
seperti bahan material yang kita kenal sekarang. Maka dengan singkat tiga
barang bahan bangunan tersebut digali dan diangkut dan digunakan untuk
membangun Masjid Agung Al-Ikhlas di atas dengan gotong royong
masyarakat. Maka berdirilah Masjid Agung Al-Ikhlas.
Kemudian setelah dua tahun kemerdekaan Republik Indonesia,
para ulama meminta kembali agar diberi lagi untuk menyelesaikan
pembangunan masjid dan sekaligus perluasannya di atas tanah 2900 M
yang sekarang ini sudah mencapai 5000 M. perluasan ini sekitar tiga tahun
setelah Indonesia merdeka, yaitu 1947. Sampai saat ini di tahun 2017,
terhitung sejak 1947 sudah 5 kali direnovasi sesuai kebutuhan kuantitas
umat, ini pun masih belum tertampung jama’ah waktu shalat jum’at.
Terakhir masjid direnovasi pada maret 1987-1988 dan menara masjid
dibangun pada februari tahun 2000.
Mengenai organisasi sejak 1980 IRMA dibangun sudah memiliki
program kegiatan pada waktu itu yakni seperti Syi’ar Islam melalui hari-
hari besar islam dan pembinaan tadarus pada bulan ramadhan, pembinaan
tadarus ini dilakukan selama 30 hari penuh.
Untuk anggota Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA)
angkatan pertama yakni angkatan tahun 1980 terdapat sepuluh orang enam
diantaranya adalah :
39
1. Drs. Junaedi Abiyan S.H.
2. Jayadi Abdullah
3. Dadang Syarif
4. Zainul Abidin
5. Siti Dahlia
6. Siti Fatimah
Pembina anggota pada saat itu di antaranya ada tiga pembina yakni
Ustadz Haji Jaelani, Haji Tirmidzi, dan Haji Syari. Berikut nama-nama
yang menjabat sebagai ketua organisasi Ikatan Remaja Masjid Agung Al-
Ikhlas (IRMA) serta masa periode jabatan pertama sampai saat ini di
antaranya adalah :
Drs. Junaedi Abiyan S.H. 1980-1984
Dadang syarif 1984-1987
Agus Suryadi S,Psi 1987-2002
Ade Ali 2002-2011
Zulfahmi 2011-
Mengenai perkembangan pada saat ini jama’ah cukup mengalami
peningkatan karena semakin padatnya penduduk. Tetapi walaupun
demikian pembinaan para remaja belum bisa mencapai tingkat kondusif
dan cukup baik. Catatan pentingnya yakni harus dilakukan pembenahan
mengenai bimbingan agama khususnya untuk para remaja.
Pengurus masjid dan IRMA sudah ada rencana untuk
pembangunan mental spiritual untuk mencapai masyarakat yang islami
40
dalam artian masyarakat yang mengaplikasikan nilai-nilai islam. Agar
terwujudnya masyarakat yang islami dan madani.2
B. Visi dan Misi Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA)
Visi adalah Tunjukkan, Aplikasikan, serta kedepankan Akhlakul
Karimah.
Misi, untuk mencapai visi tersebut maka diperlukannya misi. Misi
itu sendiri adalah suatu pernyataan tentang aktivitas dari organisasi.
diantaranya yaitu :
1. Menegakkan kalimat tauhid melalui faham Ahlu Sunah Wal Jama’ah.
2. Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah sesama masyarakat.
Misi dari Organisasi Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas
(IRMA) adalah mengembangkan Syari’at Islam dengan tidak menyimpang
dari Al-Qur’an dan Hadits serta Ijma dan Qiyas.
Tujuan, adapun tujuan yang ingin dicapai dari Organisasi Ikatan
Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA) adalah menjadikan masyarakat
Pondok Cabe dan sekitarnya untuk menjadi yang istiqomah dengan
akidahnya serta menjadikan masyarakat yang madani dan agamis.
2 Observasi dan Wawancara Pribadi dengan Drs. Junaedi Abiyan S.H. Pondok Cabe Ilir,
14 maret 2017, Pukul.13:25 – 14:40 WIB.
41
C. Letak Geografis Masjid Agung Al-Ikhlas
Adapun letak geografis Masjid Agung Al-Ikhlas tepatnya berada di
lingkungan Jalan Cabe 1 Rt. 06 Rw. 07 Kelurahan Pondok Cabe Ilir,
Kecamatan Pamulang, Tangerang, berdasarkan dengan :
a. Sebelah timur berbatasan dengan pemukiman penduduk
b. Sebelah barat berbatasan dengan Pondok Pesantren Ummul Qura’
c. Sebelah utara berbatasan dengan pemukiman penduduk
d. Sebelah selatan berbatasan dengan jalan raya
Letak Masjid Agung Al-Ikhlas ini sangat strategis, sebab dapat
dijangkau dengan mudah oleh para jama’ahnya atau para pejalan kaki
yang lewat karena letaknya pas di pinggir jalan.3
3 Obeservasi dan Wawancara Pribadi dengan Drs. Junaedi Abiyan S.H. Pondok Cabe Ilir,
14 maret 2017, Pukul.13:25 – 14:40 WIB.
42
D. Struktur Organisasi dan Program Kerja Ikatan Remaja Masjid
Agung Al-Ikhlas (IRMA).
SUSUNAN KEPENGURUSAN DAN PROGRAM
IKATAN REMAJA MASJID AGUNG AL-IKHLAS
PONDOK CABE ILIR-PAMULANG-TANGERANG SELATAN
PELINDUNG : H. Yahman. HS
DR. H. Supriano. M. ed
H. Suniat
Drs. Junaidi Abyan. SH
H. Satiman R. Ilyas
H. Kasta Tarmidzi S. Pd
H. Junaidi Jumadi
Drs. Elyadi, S. Pd
PENASEHAT : Fadillah, SE
Agus Suryadi, S.Psi
Ade Syaefudin Ali, SE
Jaya Budiyanto
43
Ketua IRMA : Zulfahmi
Sekretaris I : Nurul Fitrah Fauziah
Sekretaris II : Muhammad Iqbal
Bendahara I : Muhammad Fajar Subhan
Bendahara II : Vina Martini
Departemen Dakwah dan Peribadatan
KetuaKoordinator : Ibnu Hibban
Sekertaris : Abdul Basit
Anggota : Muhamamd Sauki Albana
: Muhammad Azzril
: Dio Prayogo
: Ruliana
: Lutfi Sarah
Departemen Pendidikan dan Pengkaderan
Ketua Koordinator : Aar Apriadillah
Sekertaris : Leo Kristianto
Anggota : Adam Malik
: Adim NurIfandi
: Fahdiyas
: Latifah Hidayanti
: Dania Septiani
44
Departemen Kesenian dan Olah Raga
KetuaKoordinator : Rizki Avel Wibowo
Sekertaris : Andi Mahardika
Anggota : Ekky Prabowo
: Faul Ramadhan
: Muhammad Ragil
: Rayyan Syakur
: Tyas Tihana
:Talita Indriyani
Departemen Lingkungan dan Sosial
KetuaKoordinator : Tri Prihadi
Sekertaris : Hadi Yusuf
Anggota : Aldo Prayoga
: Muhammad Fadli
: Ahmad Suhaimi
: Rios Syawal
: Nabela Mutiara
: Irsya Octaviany
Departemen Komunikasi dan Info
Ketua Koordinator : Adji Praktikto
Sekertaris : Andy Septiandi
45
Anggota : Muhammad Fathurrahman
: Sony Ramadhan
: Ferlin Arianto
: Adwa Fauzia
: Mai Stevani
Departemen An nisa’
KetuaKoordinator : Firda Amalia
Sekertaris : Putri Adelia
Anggota : Ayu Annisa
: Difa Raisa
: Indah Ayu
: Uswatun
: Prastini
: Dhanti Mulyani
Program Kerja IRMA
Program kegiatan masjid merupakan penjabaran secara teknis dalam upaya
merealisir peran dan fungsi sebagai organisasi ikatan remaja masjid sekaligus
sebagai upaya mencapai tujuan dari keberadaan masjid itu sendiri. Untuk
memudahkan pemahaman terhadap program yang harus dicanangkan (IRMA) dan
dilaksanakan oleh pengurus serta anggota. Program yang dicanangkan ada
beberapa program diantaranya program harian, mingguan dan bulanan, terasa
perlu mengklasifikasi program kegiatan, sesuai dengan bidang-bidangnya.
46
Program Departemen Dakwah dan Peribadatan
Program:
Pengajian ahad subuh (konten umum).
Pengajian minggu pagi khusus ibu-ibu.
Pengajian selasa malam Riyadhus Shalihin.
Pengajian rabu malam pengajian kitab Akhlakul
Banin
Pengajian malam jumat yasinan.
Pengajian jumat pagi kitab kuning, nashoihul ibad, kasyifatunnajjah, fathul
amin.
Pengajian jumat malam kitab shibtud dhuror.
Pengajian sabtu malam kitab tafsir munir, jalalain.
Maulid Nabi.
Isra Miraj.
Qiyamul Lail 10 hari terakhir bulan ramadhan
Program Departemen Pendidikan dan Pengkaderan
Program:
SIR (studi islam ramadhan) dalam bentuk pesantren kilat di bulan
ramadhan.
IRMA family gathering setahun sekali.
47
Program Departemen Kesenian dan Olahraga
Program:
Latihan hadroh dan marawis setiap malam kamis.
Latihan futsal setiap sabtu dan minggu.
Latihan sepak bola setiap hari senin, rabu dan jumat.
Program Departemen Lingkungan dan Sosial
Program :
Kerja bakti setiap jum’at pagi.
Keamanan parkiran.
IRMA adventure (tadabaur alam) setiap setahun sekali.
Program Departemen Komunikasi dan Informasi
Program :
Mading 1 bulan sekali.
Membuat buletin 1 bulan sekali.
Medsos Dakwah seminggu sekali.
Program Departemen An nisa’
Program :
Pengajian minggu pagi.
Kajian Seputar Wanita setiap jum’at.4
4 Data Dokumen Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas Pondok Cabe Ilir - Tangerang
Selatan.
48
Dalam menjalani program serta kegiatan butuh pendanaan organisasi
Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA) menyelenggarakan kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan di masjid maupun sekitar wilayah masjid sudah tentu
memerlukan sejumlah dana. Tanpa adanya dana, kegiatan mereka tidak berjalan
sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu disamping memberikan
sumbangan pemikiran, pengurus, anggota, dan jama’ah diharapkan terlibat dalam
partisipasi dana. Donasi dari pengurus, anggota, dan jama’ah berupa :
a. Sumbangan insidentil, yaitu sumbangan yang diberikan sewaktu-waktu
ketika ada kegiatan masjid.
b. Donatur tetap, yaitu anggota yang memberikan sumbangannya secara rutin
untuk menunjang program dan kegiatan yang di adakan IRMA. Dalam
menggali dana tetap melalui program uang kas.
c. Infak dan Sodakoh, sebagian bagi para jama’ah atau masyarakat yang lain
setiap mengikuti kegiatan dan setiap shalat jum’at pasti ada yang
memberikan infak dan sodakoh berupa uang untuk membantu kas
organisasi dan masjid.
Sayangnya untuk donatur tetap di Organisasi IRMA belum cukup
terlaksana dengan baik karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam
membantu dan memberikan sumbangan dana yang dikarenakan
masyarakat pada ekonomi kelas menengah ke bawah. Sedangkan masalah
kekurangan yang lain yang menyangkut dana organisasi tersebut mayoritas
ditanggung oleh para pengurus masjid dan anggota Ikatan Remaja Masjid
Al-Ikhlas (IRMA).
49
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA
A. Pelaksanaan Program Bimbingan Agama dalam Meningkatkan
Perilaku Keagamaan Remaja di Ikatan Remaja Masjid Agung Al-
Ikhlas (IRMA), Pondok Cabe Ilir – Tangerang Selatan
Pelaksanaan program bimbingan agama sebagai proses dari
rangkaian kegiatan yang diperlukan untuk mengetahui usaha-usaha yang
dilakukan dalam program baik mengenai materi kegiatan, waktu, dan
tempat.
Sebelum melakukan evaluasi penulis mencoba mendeskripsikan
pelaksanaan program bimbingan agama yang dilaksanakan di Ikatan
Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA), agar dapat dilihat proses yang
terdapat pada program, melalui aspek-aspek yang akan dibahas, maka
penulis mencoba menggali informasi mengenai pelaksanaan melalui
wawancara terhadap beberapa informan yang menjadi sumber data di
lapangan. Para informan meliputi Pengurus (IRMA) dan Pembimbing
Agama (IRMA).
Agar lebih jelas penulis mengidentifikasi pelaksanaan program
dengan membagi menjadi empat bagian yaitu aspek program, aspek
waktu, aspek materi dan aspek metode penyampaian. Pada empat aspek
tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan serangkaian pelaksanaan
program yang telah ditetapkan.
50
Mengenai aspek program yang berkaitan dengan pelaksanaan yaitu
digunakan untuk mengetahui serangkaian proses informasi pendukung
pada masukan dalam perencanaan kegiatan. Sehingga data dapat diketahui
melalui wawancara Pembimbing dan jama‟ah.
Aspek materi yang berkaitan dengan program disini adalah sumber
atau pedoman yang dipakai sebagai rujukan dari bimbingan atau
pembelajaran. Tujuannya untuk mengetahui nilai-nilai materi melalui isi
atau pesan yang disampaikan oleh pembimbing kepada jama‟ah atau
peserta.
Selain itu materi pada program, yaitu untuk mengukur dalam segi
kualitas maupun kuantitas sumber atau pedoman yang dipakai oleh
pembimbing selama berjalannya program bimbingan.
Mengenai aspek waktu yaitu untuk melihat saat ketika proses
bimbingan itu dilaksanakan dalam menggambarkan berlangsungnya
kejadian yang ada pada program bimbingan. yakni digunakan untuk
melihat tingkat efisiensi daripelaksanaan program.
Mengenai aspek metode penyampaian disini digunakan untuk
mengetahui tingkat ke-efektifan yang ada pada program dan juga untuk
mengukur tingkat penyesuaian metode yang diberikan oleh pembimbing
kepada jama‟ah.
1. Aspek Program
Program bimbingan agama Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas
yang diselenggarakan terdapat lima program, masing – masing program
dalam bentuk pengajian diantaranya yaitu.
51
“Semua program pengajian (IRMA) yang berkaitan tentang
bimbingan agama diantaranya adalah Akhlak, Fiqih, Aqidah, dan
Muamalah tergabung dan terjadwal.
a. Malam sabtu atau jum‟at malam khusus diadakannya pengajian
Remaja. (Program tidak berbeda dengan tahun sebelumnya).
b. Rabu Malam pengajian kitab Akhlakul Banin.
c. Jum‟at pagi pembahasan Fiqih.
d. Malam minggu atau sabtu malam khusus kajian Tafsir.
e. Minggu pagi di isi dengan kajian subuh (Tematik).
Untuk materi yang diberikan dan dibahas adalah Tafsir
Munir, Tafsir Jalalain, Kitab-kitab Fiqih seperti Riyadhus Shalihin,
Fathul Mu‟in, Fiqh Sunnah, Minhajutholibin, Nasho‟ihul „Ibad.
Untuk mengenai Akhlak atau perilaku keagamaan yakni mengkaji
kitab Akhlakul Banin.”1
Program bimbingan agama Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas
merupakan program dalam bentuk pengajian formal yaitu ada beberapa
macam program pengajian, secara garis besar program bimbingan agama
yang diadakan masing-masing berkaitan dengan Akhlak, Fiqih, Akidah
dan Mu‟amalah.
Sebelum menggali informasi mengenai program, penulis
memfokuskan untuk meneliti satu pelaksanaan program bimbingan agama
yakni mengenai program bimbingan agama yang berkaitan dengan
perilaku keagamaan.
Pada program bimbingan agama Ikatan Remaja Masjid Agung Al-
Ikhlas (IRMA), disini telah disebutkan bahwa program bimbingan agama
mengenai perilaku keagamaan adalah program pengajian kitab Akhlakul
Banin.
1Wawancara pribadi dengan Drs. Junaedi Abyan.S.H. Masjid Agung Al-Ikhlas, Pondok
Cabe Ilir, 18/05/2017, Jum‟at Pukul 19:45-20:35 WIB.
52
Ust. Endang Husna Hadi S,Ag, adalah pembimbing agama pada
program pengajian kitab Akhlakul Banin. Sebagaimana telah dikutip pada
wawancara berikut.
“Untuk pembimbing pengajian Saya sendiri dan spesifiknya
kegiatan pengajian atau bimbingan agama yang berkaitan dengan
perilaku keagamaan yaitu pengajian kitab, dan kitab yang dipakai
adalah kitab Akhlakul Banin dan Riyadhus Shalihin.Untuk lebih
intensifnya dalam pengajian kitab akhlak terfokus pada satu kitab
yaitu kitab Akhlakul Banin”.2
Mengenai latar belakang program pengajian kitab Akhlakul Banin
ini dibentuk melalui dukungan masyarakat serta peran aktif para tokoh
agama dalam membentuk kajian islami.Sebagaimana yang telah
disebutkan dalam wawancara pengasuh (IRMA).
“Antusias serta dukungan masyarakat menjadi bagian dari latar
belakang dibentuknya program Bimbingan Agama ini
diadakan.juga upaya-upaya para tokoh agama juga ikut berperan
aktif untuk menjalankan program tersebut. seperti program kajian
islami dan kajian kitab-kitab Kuningkhususnya kitab tentang
akhlak.” 3
Dukungan masyarakat serta upaya-upaya tokoh agama merupakan
peran penting bagi awal mula perencanaan program bimbingan agama
terutama bimbingan agama yang berkaitan dengan akhlak.
Selain itu tujuan diadakannya program pengajian kitab Akhlakul
Banin yakni guna menunjukkan, mengaplikasikan serta mengedepankan
Akhlakul Karimah.Sebagaimana telah dituturkan oleh pembimbing
sebagai berikut.
2Wawancara pribadi dengan Ustadz H. Endang Husna Hadi, S.Ag., Masjid Agung Al-
Ikhlas, Pondok Cabe Ilir, 18/05/ 2017, Kamis,pukul 21:35-22:10 WIB. 3Wawancara pribadi dengan Drs. Junaedi Abyan.S.H. Masjid Agung Al-Ikhlas, Pondok
Cabe Ilir, 18/05/2017, Jum‟at Pukul 19:45-20:35 WIB.
53
“tujuan dari program pengajian kitab Akhlakul Banin yaitu
Tunjukkan, Aplikasikan, Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas
denganmengedepankan Akhlakul Karimah, menegakkan kalimat
tauhid melalui faham Ahlu Sunah Wal Jama‟ah dan Meningkatkan
Ukhuwah Islamiyah sesama masyarakat.”4
Sedangkan mengenai alasan mengapa program bimbingan agama
yang dilaksanakan menggunakan sumber rujukan kitab Akhlakul Banin,
alasannya adalah kitab Akhlakul Banin merupakan kitab yang dipakai oleh
berbagai kalangan dan semua faham.Sebagaimana ungkapan pada
wawancara berikut.
“karena kitab Akhlakul Banin itu adalah suatu kitab yang memiliki
kelebihan diantaranya dipakai oleh semua faham kemudian lagi
yang dikaji di pesantren modern dan pesantren tradisional,
kemudian mindsetnya tentang akhlak, ada kaitannya tentang
Akidahnya, Fiqihnya, dan banyaknya itu tentang Akhlak.”5
Adapun mengenai jama‟ahpada program pengajian kitab Akhlakul
Banin disini sifatnya terbuka untuk umum dalam artian semua tergabung,
bagi siapapun boleh mengikuti pengajian baik masyarakat yang ingin
mengikuti pengajian seperti bapak-bapak, ibu-ibu, anak-anak maupun
remaja. Hal ini sesuai dengan apa yang diutarakan oleh Ust. Endang
Husna Hadi S.Ag, selaku pembimbing agama.
“Para remaja yang mengikuti program pengajian kitab Akhlakul
Banin untuk tergabung dalam IRMA, mayoritas mereka yang
tinggal dirumah didaerah atau lingkungan yang dekat dari Masjid
Agung Al-Ikhlas rata-rata mereka masih SMA dan SMP.”6
4Wawancara pribadi dengan Drs. Junaedi Abyan.S.H. Masjid Agung Al-Ikhlas, Pondok
Cabe Ilir, 18/05/2017, Jum‟at Pukul 19:45-20:35 WIB. 5Wawancara pribadi dengan Ustadz H. Endang Husna Hadi, S.Ag., Masjid Agung Al-
Ikhlas, Pondok Cabe Ilir, 18/05/ 2017, Kamis,pukul 21:35-22:10 WIB. 6Wawancara pribadi dengan Ustadz H. Endang Husna Hadi, S.Ag., Masjid Agung Al-
Ikhlas, Pondok Cabe Ilir, 18/05/ 2017, Kamis,pukul 21:35-22:10 WIB
54
Hal senada juga dipaparkan oleh ketua Ikatan Remaja Masjid
Agung Al-Ikhlas (IRMA), mengenai jama‟ah yang mengikuti program
pengajian kitab Akhlakul Banin.
“Pengajian kitab Akhlakul Banin dihadiri bersama para Anggota
IRMA dan jama‟ah anak remaja”.7
Begitu juga Pengasuh IRMA menuturkan hal senada mengenai
jama‟ah yang mengikuti program pengajian kitab Akhlakul Banin.
“Bagi yang mengikuti program tersebut diantaranya ada Pemuda-
pemudi Anggota Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas Pondok
Cabe Ilir dan umumnya remaja sekitarnya.”8
Dari beberapa wawancara diatas bahwa jama‟ah atau peserta
pengajian kitab Akhlakul Banin IRMA dibuka untuk remaja, rata-rata di
antara mereka yaitu anak-anak SMP dan SMA.
2. Aspek Waktu
Program pengajian kitab Akhlakul Banin terhadap jama‟ah yang
dilakukan di Masjid Agung Al-Ikhlas, Pondok Cabe Ilir, dilaksanakan
pada hari rabu. Tepatnya setelah Shalat Maghrib berjama‟ah sampai
dengan menjelang waktu adzan isya. Sebagaimana yang dikutip pada
pawancara dengan pembimbing.
“Kalau mengenai waktu pengajian kitab Akhlakul Banin yaa
waktunya memang sedikit, karena dimulainya pengajian itu setelah
Shalat maghrib berjama‟ahdan selesainya itu sebelum masuk
waktu adzan isya”.9
7Wawancara Pribadi dengan Zulfahmi, Masjid Agung Al-Ikhlas Pondok Cabe Ilir,
Jum‟at, 19/05/2017 Pukul 16:30 – 16:50 WIB. 8Wawancara pribadi dengan Drs. Junaedi Abyan.S.H. Masjid Agung Al-Ikhlas, Pondok
Cabe Ilir, 18/05/2017, Jum‟at Pukul 19:45-20:35 WIB. 9Wawancara pribadi dengan Ustadz H. Endang Husna Hadi, S.Ag., Masjid Agung Al-
Ikhlas, Pondok Cabe Ilir, 18/05/ 2017, Kamis,pukul 21:35-22:10 WIB.
55
“Jadi manfaatnya para jama‟ah yang mengikuti Shalat Maghrib di
masjid Agung Al-ikhlas dapat mengikuti pengajian Kitab Akhlakul
Banin.jadi disela-sela waktu maghrib sampai isya dapat diisi
dengan pengajian yang bermanfaat”.10
Hal senada juga diutarakan oleh Zulfahmi selaku jama‟ah
terbimbing sekaligus Ketua Organisasi Ikatan Remaja Masjid Agung Al-
ikhlas (IRMA).
“Pengajian Kitab Akhlakul Banin itu di masjid Agung Al-Ikhlas
setiap rabu malam kamis ba‟da maghrib selesai sebelum masuk
waktu adzan isya. Dengan Ust.Endang.”11
Dari beberapa kutipan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa
waktu pengajian kitab Akhlakul Banin dilaksanakan setelah maghrib
sampai dengan sebelum memasuki waktu adzan isya dengan tujuan agar
para jama‟ah yang mengikuti shalat maghrib berjama‟ah mendapatkan
manfaat pengetahuan atau ilmu tentang Akhlak melalui Pengajian Kitab
Akhlakul Banin,pada jeda waktu antara shalat maghrib dan shalat isya.
3. Aspek materi
Beberapa materi yang diberikan kepada jama‟ah bersumber dari
kitab Akhlakul Banin yang dikorelasikan dengan beberapa fenomena yang
terjadi pada masa kini dengan tujuan agar para jama‟ah dapat memahami
materi kitab Akhlakul Banin secara keseluruhan, selain dari kitab
Akhlakul Banin sumber materi lain yaitu berasal dari Al-qur‟an dan Hadits
sebagai penguat dasar materi yang disampaikan, sehingga mereka benar-
benar terhubung dengan kehidupannya sehari-hari serta memahami
10
Wawancara pribadi dengan Ustadz H. Endang Husna Hadi, S.Ag., Masjid Agung Al-
Ikhlas, Pondok Cabe Ilir, 18/05/ 2017, Kamis,pukul 21:35-22:10 WIB. 11
Wawancara Pribadi dengan Zulfahmi, Masjid Agung Al-Ikhlas Pondok Cabe Ilir,
Jum‟at, 19/05/2017 Pukul 16:30 – 16:50 WIB.
56
landasan ayat-ayat dan hadist pada materi tersebut.Seperti yang
diungkapkan pada wawancara sebagai berikut.
“jadi kita mencari yang lebih efektif yang lebih menarik, jadi
dalam waktu yang terbatas bagaimana caranya mereka tertarik jadi
selain isi materi, lebih membahas juga ayat dan hadits dibacakan.
Saya terus terang mencari contoh kekinian, apa contohnya
dikehidupan sekarang ini ni. Sehingga mereka merasa bener-bener
nyambung dengan kehidupannya.12
Materi yang disampaikan melalui korelasi fenomena yang terjadi
saat ini dengan ayat-ayat Al-Qur‟an dan Hadits, bertujuan agar para
jama‟ah dapat memahami secara keseluruhan dan dapat mengambil
contoh-contoh yang berkaitan dengan nilai-nilai perilaku keagamaan yang
terdapat pada lingkungan masyarakat. Sebagaimana pembimbing
mengutarakan pada wawancara berikut.
“Misalnya begini, pembahasan mengenai berbakti kepada orang
tua. Ada ayat Al-Qur‟an surah Luqman yang artinya “dan kami
perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orang
tuanya“terus disambung juga dengan Hadits Shohih seperti, amalan
yang dicintai oleh Allah salah satunya adalah memuliakan kedua
orang tua”. Umpamanya ketika orang tua menyuruh kebaikan
kepada anaknya kaya disuruh ngaji, seharusnya anak ketika
mendengarkan ajakan dari orang tua, langsung bergegas
melaksanakannya.Kalau sekarang kan banyak kejadiannye anak
yang susah dibilangin orang tuanya, kalo disuruh ngaji, ada aje
alesannye. Nah yang kaya gitu sama sekali tidak menyenangkan
hati orang tua dan kita sebagai anak tidak boleh bersikap seperti
itu. Ketika orang tua menyuruh kepada kebaikan, sebagai anak
harus patuh dan memenuhinya. karena itu semua demi kebaikan
anak dan menyenangkan hati orang tua. Nah anak yang berbakti
12Wawancara pribadi dengan Ustadz H. Endang Husna Hadi, S.Ag., Masjid Agung Al-
Ikhlas, Pondok Cabe Ilir, 18/05/ 2017, Kamis,pukul 21:35-22:10 WIB.
57
harus seperti itu. Nah!!! Sekarang contohnya dan saya ajak mereka
untuk cari contohnya apa?, ternyata berkembang, kata mereka
misalnya ketika orang tua ada perlu kepada anaknya seperti minta
tolong belikan sesuatu ke warung tiba-tiba anaknya diminta tolong
jawabnya ahh ntar dulu terus langsung pergi dari hadapannya dan
lama kembalinya lagi. Nah, yang ini contoh-contoh yang mereka
temukan. Nah ini berati anak yang kaya gitu ga memahami ayat
ini. Nah dari sini dibentuklah pemikiran remaja bahwa mereka
jangan sampe seperti itu.”13
Penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan materi
yang disampaikan pembimbing, memiliki pelajaran akhlak yang dapat
difahami melalui korelasi kitab Akhlakul Banin, ayat suci Al-Qur‟an dan
Hadits serta dikombinasikan dengan fenomena-fenomena sosial yang ada
pada lingkungan masyarakat. Seperti contoh yang telah dijelaskan pada
wawancara diatas Bahwa Perilaku anak kepada orang tua harus patuh dan
taat, pembimbing menyampaikan juga untuk tidak mengikuti sifat-sifat
membangkang kepada orang tua, karena ciri seperti itu bukanlah akhlak
yang baik dan tidak patut dicontoh.
Selanjutnya mengenai target pada materi yang diberikan oleh
pembimbing agama program pengajian kitab Akhlakul Banin bersifat
fleksibel. Dalam artian target disini menyesuaikan dengan tanggapan dan
antusias para jama‟ah. Sebagaimana yang telah disebutkan pada
wawancara pembimbing berikut.
“Mengenai target pencapaian materi ada, hanya saja bersifat
fleksibel. Terkadang kita menyiapkan suatu materi ternyata mereka
13
Wawancara pribadi dengan Ustadz H. Endang Husna Hadi, S.Ag., Masjid Agung Al-
Ikhlas, Pondok Cabe Ilir, 18/05/ 2017, Kamis,pukul 21:35-22:10 WIB.
58
begitu antusias sehingga berkembang, maka nanti bisa berlanjut
dalam 1,2, dan 3 pertemuan.Tapi terget secara umum tetap ada kita
tetapkan hanya pencapaiannya fleksibel karena kita menyesuaikan
dengan tanggapannya.”14
Target yang ditentukan oleh pembimbing bersifat fleksibel yakni
apabilaterdapat tanggapan dan antusias yang bagus dari para jama‟ah
maka materi yang diberikan dapat disambung dengan materi selanjutnya
dalam artian satu materi yang diberikan sudah tercapai.
4. Aspek Metode Penyampaian
Materi yang diberikan pelaksanaannya membutuhkan strategi yang
baik agar mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan oleh pembimbing.
Aspek penting dalam strategi tersebut yaitu adalah aspek metode
penyampaian.
Metode penyampaian yang digunakan pembimbing dalam
menyampaikan materi ada dua metode.yang pertama metode ceramah
umum, yang kedua menggunakan metode tanya jawab. Sebagaimana yang
diungkapkan pada wawancara berikut.
“yang pertama adalah ceramah umum, kemudian ada bentuknya
dialog interaktif, mengenai teknisnya jadi tidak dengan cara
pegang kitab masing-masing. Kalaupun pegang paling mereka
pegang dengan kitab terjemahannya saja.Karena kita tidak
menuntut mereka untuk menerjemahkan atau mengartikan kitabnya
jadi kita lebih kepada isi penjelasan kitab tersebut.dan kalaupun
mengartikan juga yang ada mereka bisa kehabisan waktu”.15
14
Wawancara pribadi dengan Ustadz H. Endang Husna Hadi, S.Ag., Masjid Agung Al-
Ikhlas, Pondok Cabe Ilir, 18/05/ 2017, Kamis,pukul 21:35-22:10 WIB. 15
Wawancara pribadi dengan Ustadz H. Endang Husna Hadi, S.Ag., Masjid Agung Al-
Ikhlas, Pondok Cabe Ilir, 18/05/ 2017, Kamis,pukul 21:35-22:10 WIB.
59
Hal senada juga dipaparkan oleh Ketua Ikatan Remaja Masjid
Agung Al-Ikhlas (IRMA). Mengenai pelaksanaan program pengajian kitab
Akhlakul Banin.
“Pengajian kitabnya biasanya jama‟ah itu dengerin ceramah
(Metode Ceramah) lalu setelah ceramah atau setelah materi yang
disampaikan dari pengajian kitab Akhlakul Banin, ada sesi
pertanyaan. Jadi ceramah dulu setelah itu Pertanyaan”.16
Dalam hal ini pembimbing menggunakan dua metode, yaitu
metode ceramah dari pembimbing kemudian dilanjutkan dengan
menggunakan metode dialog interaraktif atau tanya jawab. Tujuannya agar
program pengajian kitab Akhlakul Banin ini dapat dilaksanakan secara
efektif dan waktu pelaksanaan dapat digunakan dengan maksimal.
16
Wawancara Pribadi dengan Zulfahmi, Masjid Agung Al-Ikhlas Pondok Cabe Ilir,
Jum‟at, 19/05/2017 Pukul 16:30 – 16:50 WIB.
60
B. Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan Agama dalam Meningkatkan
Perilaku Keagamaan Remaja di (IRMA) Pondok Cabe Ilir – Tangerang
Selatan.
Penulis mencoba menganalisa tingkat pencapaian program secara
informatif dan evaluatif dengan observasi berikut mewawancarai beberapa
informan yang dapat memberikan gambaran saat berjalannya program
bimbingan agama, Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA).
Dalam hal ini penulis juga melakukan penelitian evaluasi atau tingkat
pencapaian program bimbingan agama menggunakan dokumentasi serta
wawancara yakni melalui tanya jawab agar data yang didapat lebih jelas
dan akurat.
Model evaluasi yang dilakukan menggunakan model evaluasi
input, evaluasi proses, dan output. yakni agar dapat diketahui seberapa
besar tingkat pencapaian pelaksanaan program yang telah berjalan. Dan
agar dapat dilihat secara keseluruhan hasil-hasil yang telah dicapai selama
pelaksanaan program dari segi relevansi, efektivitas, efisensi, dan dampak.
1. Evaluasi Input
Evaluasi input yang digunakan adalah menjaring informasi serta
spesifikasi pada program bimbingan agama yang dilaksanakan (IRMA),
identifikasi pembimbing agama dan jama‟ah program.
a. Spesifikasi Program Bimbingan Agama
Masukan yang terdapat pada informasi program Bimbingan Agama
Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA), yang pertama yaitu
61
spesifikasi program lalu tujuan dibentuknya program, kemudian mengenai
jama‟ah yang mengikuti program.
Disini dijelaskan bahwaprogram bimbingan agama yang
diselenggarakan berkaitan dengan perilaku keagamaan adalah program
pengajian kitab Akhlakul Banin. Sebagaimana yang diutarakan oleh
pembimbing pada wawancara berikut.
“spesifiknya kegiatan pengajian atau bimbingan agama yang
berkaitan dengan perilaku keagamaan yaitu pengajian kitab, dan
kitab yang dipakai adalah kitab Akhlakul Banin dan Riyadhus
Shalihin. Untuk lebih intensifnya dalam pengajian kitab akhlak
terfokus pada satu kitab yaitu kitab Akhlakul Banin”.17
Pada kutipan wawancara diatas dijelaskan bahwa program
bimbingan agama yang berkaitan dengan perilaku keagamaan remaja
diselenggarakan melalui pengajian, dengan memfokuskan pada satu
program pengajianyang menggunakan sumber pembahasan kitab Akhlakul
Banin.Hal ini diperkuat melalui wawancara pribadi dengan pembimbing
agama yaitu Ust.Endang Husna Hadi S.Ag sebagai berikut.
“Terfokus pada satu kitab yang sebagaimana landasan Bimbingan
Agama diberikan yakni untuk meningkatkan Perilaku Keagamaan
dengan kajian kitab Akhlakul Banin yakni suatu kitab yang
memiliki kelebihan diantaranya dipakai oleh semua faham
kemudian lagi yang banyak dikaji di pondok pesantren modern
atau tradisional, kemudian mindset nya yaitu tentang akhlak ada
tentang aqidahnya, fiqihnya, dan mayoritas bahasan tentang
akhlak.”18
Kitab Akhlakul Banin ini dijadikan pedoman pada program
Bimbingan Agama (IRMA), karena pembahasannya cukup sederhana
17
Wawancara pribadi dengan Ustadz H. Endang Husna Hadi, S.Ag., Masjid Agung Al-
Ikhlas, Pondok Cabe Ilir, 18/05/ 2017, Kamis,pukul 21:35-22:10 WIB. 18
Wawancara pribadi dengan Ustadz H. Endang Husna Hadi, S.Ag., Masjid Agung Al-
Ikhlas, Pondok Cabe Ilir, 18/05/ 2017, Kamis,pukul 21:35-22:10 WIB.
62
sehingga banyak dipakai oleh semua faham, contohnya seperti pesantren
modern dan tradisional banyak yang menggunakan kitab Akhlakul Banin
sebagai pedoman pengajian khususnya dalam pembinaan akhlak. Jadi
kitab Akhlakul Banin disini menjadi tolak ukur dari sumber materi
mengenai bimbingan agama karena dapat di nilai cukup relevan bagi
perilaku remaja.
b. Evaluasi Pembimbing Program
Pembimbing merupakan hal penting dalampelaksanaan program,
sebab pembimbing disini adalah seorang guru (Ustadz) yang sangat
dibutuhkan oleh para jama‟ah untuk menyampaikan pesan materi pada
pengajian kitab Akhlakul Banin, agar para jama‟ah dapat mengetahui
ilmu-ilmu tentang akhlak.
Ust. Endang Husna Hadi S,Ag beliau adalah seorang pembimbing
pengajian kitab Akhlakul Banin (IRMA) selain itu beliau merupakan salah
satu ustadz (Guru Agama) sekaligus Pimpinan Pondok Pesantren Al-
Qur‟an Nurmedina di Pondok Cabe, pamulang, mengenai latar belakang
pendidikan dan profesibeliau yakni sebagai berikut.
Pendidikan yang dicapai oleh beliau adalah S1 IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang sekarang berubah nama menjadi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, kemudian S2 di Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Saat ini beliau berprofesi sebagai pembimbing haji dan umroh di Travel
Arofah Tour yang beralamat di Radio Dalam Jakarta Selatan.Selain
63
menjadi pembimbing Haji dan Umroh juga sebagai guru mengaji, di
pesantren, di perumahan komplek, maupun di perkantoran.19
Syarat dari kriteria pembimbing diatas sudah dapat terpenuhi sebab
dilihat dari pengalaman dunia pendidikan serta pengalaman pembimbing
dalam halkeagamaan yang sudah beberapa kali mengajar dalam kegiatan
bimbingan agama, baik Bimbingan Haji dan Umroh maupun sebagai guru
mengaji sehingga dapat menjadi tolak ukur sebagai kriteria pembimbing
agama.
c. Evaluasi Jama’ah Program
Jama‟ah yang mengikuti program pengajian kitab Akhlakul Banin
disini tergabung.Remaja semuanya tergabung dalam pelaksanaan
program.Sebagaimana yang diutarakan pada wawancara pembimbing
sebagai berikut.
“Para remaja yang mengikuti program pengajian kitab Akhlakul
Banin untuk yang tergabung dalam (IRMA), mayoritas mereka
yang tinggal dirumah didaerah atau lingkungan yang dekat dari
Masjid Agung Al-Ikhlas rata-rata mereka masih SMA dan SMP.”20
Hal senada juga diutarakan pada wawancara dengan Pengasuh.
“yang mengikuti program tersebut Anggota IRMA dan Pemuda-
pemudi Islam Pondok Cabe Ilir.”21
19Wawancara pribadi dengan Ustadz H. Endang Husna Hadi, S.Ag., Masjid Agung Al-
Ikhlas, Pondok Cabe Ilir, 18/05/ 2017, Kamis,pukul 21:35-22:10 WIB. 20
Wawancara pribadi dengan Ustadz H. Endang Husna Hadi, S.Ag., Masjid Agung Al-
Ikhlas, Pondok Cabe Ilir, 18/05/ 2017, Kamis,pukul 21:35-22:10 WIB. 21
Wawancara pribadi dengan Drs. Junaedi Abyan.S.H. Masjid Agung Al-Ikhlas, Pondok
Cabe Ilir, 18/05/2017, Jum‟at Pukul 19:45-20:35 WIB.
64
d. EvaluasiJama'ah Remaja Berdasarkan Latar belakang
Pendidikan.
1. Leo Christianto
Leo Christianto adalah seorang anggota (IRMA), berkediaman di
Jalan Cabe I Rt005/04 Pondok Cabe Ilir-Tangerang Selatan.Pendidikan
yang pernah ditempuh yakni Pesantren Modern di Tangerang. Dalam
bidang organisasi Leo pernah menjabat sebagai Ketua SIR (Studi Islam
Ramadhan).22
2. Ibnu Hibban
Ibnu Hibban adalah seorang guru privat di Pondok Cabe Ilir,
bertempat tinggal di Jalan Cabe I Pondok Cabe Ilir. Pendidikanyang baru
saja dituntaskan adalah Program Studi Strata satu (SI) di Universitas
Muhammadiyah Jakarta, Fakultas Tarbiyah.23
3. Zulfahmi
Zulfahmi adalah sebagai ketua Organisasi IRMA (Ikatan Remaja
Masjid Agung Al-Ikhlas) Yang berkediaman di Jalan Cabe 1 No.II Rt
01/07 Pondok Cabe Ilir, pendidikan yang sudah dituntaskan yakni SDN
Pisangan II Ciputat Timur, lalu diteruskan di Pondok Pesantren Ulumul
Qur‟an, Bojongsari – Depok.24
22
Wawancara Pribadi dengan Leo Christianto, Masjid Agung Al-Ikhlas Pondok Cabe
Ilir, Jum‟at, 19/05/2017 Pukul 10:55 – 11:24 WIB. 23
Wawancara Pribadi dengan Ibnu Hibban, Masjid Agung Al-Ikhlas Pondok Cabe Ilir,
Juma‟at, 19/05/2017 Pukul 13:45 – 14:15 WIB. 24
Wawancara Pribadi dengan Zulfahmi, Masjid Agung Al-Ikhlas Pondok Cabe Ilir,
Jum‟at, 19/05/2017 Pukul 16:30 – 16:50 WIB.
65
Para anggota ikatan remaja yang memiliki latar belakang
pendidikan agama yang baik sehinggga para anggota ikatan remaja dapat
memahami materi-materi pengajian dengan baik. Disamping itu sebagian
remaja yang tergabung dalam pengajian, mayoritas mereka yang tinggal di
rumah, di daerah atau di lingkungan sekitar masjid dan rata- rata mereka
masih duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama sampai dengan
Sekolah Menengah Akhir.
2. Evaluasi Proses
Evaluasi Proses memfokuskan pada pelaksanaan program dan
sering menyediakan informasi mengenai kemungkinan program
diperbaiki.Dalam hal ini penulismencobamendeskripsikan evaluasi Proses
sebagai bagian daripelaksanaanyang telah dilakukan program bimbingan
agama pengajian kitab Akhlakul Banin, melalui wawancara pembimbing.
a. Waktu Pelaksanaan
Dalam programpengajian kitabAkhlakul Banin, waktu pelaksanaan
kegiatan sangat berpengaruh untuk merealisasikan tujuan dari program
pengajian kitab Akhlakul Banin dalam membentuk perilaku keagamaan
pada remaja di Masjid Agung Al-Ikhlas, Pondok Cabe. Adapun waktu
pengajian kitabAkhlakul Banin yang saat ini berjalan adalah antara waktu
maghrib dan isya.Sesuai dengan kutipan wawancara dengan Ust.Endang
Husna Hadi selaku pembimbing.
“Kalau mengenai waktu pengajian kitab Akhlakul Banin yaa
waktunya memang sedikit, karena dimulainya pengajian itu setelah
shalat maghrib berjama‟ah dan selesainya itu sebelum masuk
waktu adzan isya”.“Jadi manfaatnya para jama‟ah yang mengikuti
66
Shalat Maghrib di Masjid Agung Al-Ikhlas dapat mengikuti
pengajian kitab Akhlakul Banin.jadi disela-sela waktu maghrib
sampai isya dapat diisi dengan pengajian yang bermanfaat”.25
`Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa waktu
pengajian Akhlakul Banin yang dilaksanakan di Masjid Agung Al-Ikhlas
Pondok Cabe sangat sedikit karena pelaksanaan kegiatan tersebut
dilaksanakan pada jeda waktu antara shalat maghrib dan shalat isya. hal ini
merupakan kelemahan pada program pengajian kitab Akhlakul Banin
karena dengan demikian itu kurang efisien dalam pembelajaran. Hal ini
memungkinkan program untuk dapat diperbarui dengan memindahkan
jadwal serta menambahkan jam program agar Program dapat terlaksana
secara efisien dan optimal.
b. Materi
Materi dalam pengajian ini menjadi kekuatan internal pada
program, karena bersumber dari kitab Akhlakul Banin yang dikorelasikan
dengan ayat-ayat Al-Qur‟an dan Hadist.dan setiap penjelasan diberikan
contoh berupa fenomena yang terjadi saat ini. Sehingga apa yang
disampaikan dapat dengan mudah dimengerti oleh terbimbing dan
memiliki daya tarik. Seperti yang diungkapkan dalam wawancara pribadi
sebagai berikut:
“jadi kita mencari yang lebih efektif yang lebih menarik, jadi
dalam waktu yang terbatas bagaimana caranya mereka tertarik jadi
selain isi materi, lebih membahas juga ayat dan hadits dibacakan.
Saya terus terang mencari contoh kekinian, apa contohnya
25
Wawancara pribadi dengan Ustadz H. Endang Husna Hadi, S.Ag., Masjid Agung Al-
Ikhlas, Pondok Cabe Ilir, 18/05/ 2017, Kamis,pukul 21:35-22:10 WIB.
67
dikehidupan sekarang ini ni. Sehingga mereka merasa bener-bener
nyambung dengan kehidupannya.”26
Hal ini merupakan kekuatan internal dari program yang
diselenggarakan, karena dengan materi yang disajikan selain
menggunakan kitab Akhlakul Banin Pembimbing mampu menyelaraskan
dengan Ayat Suci Al-qur'an dan Hadits. serta memberikan contoh yang
berkaitan dengan fenomena saat ini. hal tersebut dilakukan dengan efektif
padaprogram pengajian kitab Akhlakul Banin.
Dapat disimpulkan bahwa materi yang disampaikan cukup efektif
karena para jama‟ah remaja dapat memahami serta mengaplikasikan isi
materi dengan baik.Seperti yang dikutip pada wawancara Ketua Anggota
Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas selaku jama‟ah sebagai berikut.
“Kalau berbicara pemahaman materi alhamdulillah sedikit
banyaknya saya sendiri secara pribadi paham karena materi-materi
yang disampaikan lewat terjemahan dari kitabnya aja.bukan
dengan cara menerjemahkan kitab seperti dipondok pesantren.
Disamping itu materi yang diberikan disampaikan dengan metode
yang mudah dipahami oleh saya pribadi dan orang banyak, mulai
dari segi bahasanya dan penyampaiannya disesuaikan dengan
jama‟ahyang ikut di program pengajian Akhlakul Banin.”27
Mengenai pemahaman materi juga diutarakan oleh Saudara Leo
Christianto selaku jama‟ah terbimbing.
“Saya memahami materi-materi yang dipelajari di dalam kitab
Akhlakul Banin karena setelah dipelajari setelah itu diaplikasikan
di kehidupan sehari-hari.”28
26
Wawancara pribadi dengan Ustadz H. Endang Husna Hadi, S.Ag., Masjid Agung Al-
Ikhlas, Pondok Cabe Ilir, 18/05/ 2017, Kamis,pukul 21:35-22:10 WIB. 27
Wawancara Pribadi dengan Zulfahmi, Masjid Agung Al-Ikhlas Pondok Cabe Ilir,
Jum‟at, 19/05/2017 Pukul 16:30 – 16:50 WIB. 28
Wawancara Pribadi dengan Leo Christianto, Masjid Agung Al-Ikhlas Pondok Cabe
Ilir, Jum‟at, 19/05/2017 Pukul 10:55 – 11:24 WIB.
68
Materi yang diberikan juga memiliki dampak positif bagi remaja, seperti
yang dikutip oleh wawancara Saudara Ibnu Hibban, sebagai berikut.
“Dampaknya bagi saya, lebih keberhati-hatian seperti saya jadi
lebih berhati-hati pada tingkah laku saya, yang tadinya tingkah
laku saya kurang baik, jadi ketika saya mendapatkan materi tentang
akhlak dan itu bisa memotivasi saya jadi lebih bisa hati-hati
maksudnya dalam bergaul khususnya dalam hal berbicara”29
Mengenai evaluasi proses pada materi program cukup berhasil
karena para jama‟ah dapat memahami serta mengaplikasikan nilai-nilai
yang terkandung dari isi materi tersebut.
c. Metode Penyampaian
metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Metode dalam program pengajian Akhlakul Banin
sangat diperlukan agar materi yang disaampaikan dapat dimengerti oleh
para jama‟ah.
Metode yang digunakan dalam pengajian Akhlakul Banin yaitu
menggunakan metode ceramah dan dialog interaktif. Kedua metode diatas
merupakan cara yang efektif dilakukan oleh pembimbing dalam
memanfaatkan waktu yang terbatas. Seperti yang diungkapkan oleh Ust.
H. Endang Husna Hadi S.Ag dalam wawancara pribadi. Sebagai berikut.
“Yang pertama adalah ceramah umum, kemudian ada bentuknya
dialog interaktif, mengenai teknisnya jadi tidak dengan cara
pegang kitab masing-masing. Kalaupun pegang paling mereka
pegang dengan kitab terjemahannya saja.Karena kita tidak
menuntut mereka untuk menerjemahkan atau mengartikan kitabnya
29
Wawancara Pribadi dengan Ibnu Hibban, Masjid Agung Al-Ikhlas Pondok Cabe Ilir,
Jum‟at, 19/05/2017 Pukul 13:45 – 14:15 WIB.
69
jadi kita lebih kepada isi penjelasan kitab tersebut.Dan kalaupun
mengartikan juga yang ada mereka bisa kehabisan waktu”.30
Dari kutipan wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
metode penyampaian yang digunakan melalui metode ceramah dan tanya
jawab cukup efektif karena dengan kedua metode tersebut pembimbing
mampu memanfaatkan waktu dengan maksimal.
Selanjutnya mengenai target pencapaian materi yang diberikan
pembimbing, dapat diukur melalui hasil wawancara pembimbing agama
Ust. H. Endang Hadi Husna S.Ag. Sebagai berikut.
“Mengenai target pencapaian materi ada, hanya saja bersifat
fleksibel. Terkadang kita menyiapkan suatu materi ternyata mereka
begitu antusias sehingga berkembang maka nanti bisa berlanjut
dalam 1,2, dan 3 pertemuan. Tapi target secara umum tetap ada
kita tetapkan hanya pencapaiannya fleksibel karena kita
menyesuaikan dengan tanggapannya.”31
Penulis mencoba menjelaskan dari hasil wawancara (Ust. H.
Endang Hadi Husna S,AG) mengenai evaluasi atau mengukur tingkat
pencapaian tujuan (target) bahwa target yang dicapai belum menghasilkan
gambaran yang jelas bagi ketentuan Materi secara keilmuan. Hal ini
Target memungkinkan untuk dapat diperbarui secara kompetitif dan
efektif .
30
Wawancara pribadi dengan Ustadz H. Endang Husna Hadi, S.Ag., Masjid Agung Al-
Ikhlas, Pondok Cabe Ilir, 18/05/ 2017, Kamis,pukul 21:35-22:10 WIB. 31
Wawancara pribadi dengan Ustadz H. Endang Husna Hadi, S.Ag., Masjid Agung Al-
Ikhlas, Pondok Cabe Ilir, 18/05/ 2017, Kamis,pukul 21:35-22:10 WIB.
70
3. Evaluasi Output
Mengenai evaluasi output yaitu mengukurkeluaran atau hasil dari
pelaksanaan serta pencapaian program, dapat dilihat dari hasil wawancara
yang telah dipaparkan oleh Pembimbing Agama (IRMA) dalam program
pengajian kitab Akhlakul Banin (Ust.H. Endang Hadi Husna S,Ag)
didalam wawancaranya pembimbingjuga memaparkan mengenai hasil dari
program bimbingan agama pengajian kitab Akhlakul Banin yang menjadi
salah satu tolak ukur perkembangan para remaja atau jama‟ah yang
mengikutinya. Seperti yang dikutip dari-hasil wawancara beliau.
“Jadi outputnya kita bisa lihat keaktifan mereka dimasjid
juga keaktifan mereka terhadap kegiatan-kegiatan keagamaan
mereka dimasjid dan kemudian mereka juga aktif dimasyarakat,
yakni di Rt-nya dan di Rw-nya kemudian kita bisa lihat juga dari
apresiasi yang diberikan oleh orang tua-nya dan keluarga-nya.Jadi
untuk program ini Anak-anak kudu pintar dan siap bimbingan dan
memiliki semangat belajar yang tinggi jadi itu menggambarkan
program yang telah mereka ikuti sebagai program yang efektif.”32
Selain pembimbing, mengenai output dari anggota (IRMA) juga
memaparkan sebagai berikut.
“Hasil yang didapat yang baru bisa saya rasakan itu jalinan
silaturahmi, jadi komunikasi antara Remaja Masjid Agung Al-
Ikhlas sama para kakak-kakak senior (IRMA) yang dulu lalu
dengan orang tua – orang tua yang ada di masjid. Kemudian
jama‟ah sekitar masjid tuh kita komunikasinya lebih terbuka,
silaturahminya lebih terbuka, Khususnya kalau kita ngadain
acara.”33
“karena seringnya kita bertemu di pengajian kitab Akhlakul Banin,
jadi kalau mau ngadain acara itu bisa bareng-bareng sama orang
32
Wawancara pribadi dengan Ustadz H. Endang Husna Hadi, S.Ag., Masjid Agung Al-
Ikhlas, Pondok Cabe Ilir, 18/05/ 2017, Kamis,pukul 21:35-22:10 WIB. 33
Wawancara Pribadi dengan Ibnu Hibban, Masjid Agung Al-Ikhlas Pondok Cabe Ilir,
Jum‟at, 19/05/2017 Pukul 13:45 – 14:15 WIB.
71
tua kemudian IRMA-IRMA yang dulu. Kalau dulu kan pernah
kaya gitu biasanya remaja-remaja. Kemudian Anak-anak remaja
jadi sering banget nongkrongnya di masjid.”34
Hal senada juga disampaikan oleh Zulfahmi selaku ketua IRMA (Ikatan
Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas sebagai berikut.
“Kalau hasil yang bisa di ambil buat di masyarakat
khususnya remaja seperti saya ya lebih mengetahui tentang akhlak.
Akhlak pada orang tua, akhlak remaja gitu kan. Kemudian orang
tua juga yaa paham gimana menyikapi mungkin kenakalan-
kenakalan remaja.Jadi lebih tau, jadi secara secara teori dapet
kemudian di praktekan juga dapet apalagi kalau dalam pengajian
kitab jadi Prakteknya juga secara Islami.”35
Dari output yang didapat berdasarkan wawancara pembimbing dan
para jama‟ah atau remaja terbimbingyaitu dimulai dari keaktifan remaja
dapat dilihat ketika apa – apa yang mereka dapat dari pengajian kitab
Akhlakul Banin sehingga, dapat di aplikasikan di mulai dari keaktifan
mereka di masjid maupun di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka.
hanya saja mengenai keterbukaan komunikasi dalam hal pengadaan acara
belum dapat dilaksanakan secara optimal bagi pengembangan program
pengajian kitab Akhlakul Banin itu sendiri.
a. Tujuan Program
Program pengajian kitab Akhlakul Banin diadakan dengan tujuan
mencetak remaja yang mengedepankan Akhlakul karimah (Akhlak yang
Mulia), dan mensyiarkan dakwah melalui faham Ahlu sunah Wal Jama‟ah
serta meningkatkan tali persaudaraan sesama umat islam dilapisan
34
Wawancara Pribadi dengan Leo Christianto, Masjid Agung Al-Ikhlas Pondok Cabe
Ilir, Jum‟at, 19/05/2017 Pukul 10:55 – 11:24 WIB. 35
Wawancara Pribadi dengan Zulfahmi, Masjid Agung Al-Ikhlas Pondok Cabe Ilir,
Jum‟at, 19/05/2017 Pukul 16:30 – 16:50 WIB.
72
masyarakat.Sebagaimana yang diutarakan oleh Pengurus IRMA dengan
wawancaranya sebagai berikut.
“tujuan dari program pengajian Akhlakul Banin yaitu: yang
pertama Tunjukkan, Aplikasikan, Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas
dengan mengedepankan Akhlakul Karimah, Menegakkan kalimat
tauhid melalui faham Ahlu Sunah Wal Jama‟ah dan Meningkatkan
Ukhuwah Islamiyah sesama masyarakat.”36
Dari beberapa output yang telah dijelaskan telah dapat
menggambarkan dari tujuan program pengajian kitab Akhlakul Banin yang
mana Kitab tersebut berisikan nilai-nilai yang membentuk perilaku
keagamaan yaitudengan menunjukkan serta mengaplikasikan akhlak yang
baik.Isi dari tujuan tersebut merupakanunsur-unsur dari pada kandungan
kitab Akhlakul Banin yang mencakup beberapa materi-materi tentang
pembentukan ciri-ciri sikap atau akhlak yang dapat di tauladani bagi
jama‟ah atau para penuntut ilmu khususnya untuk remaja terbimbing
dalammeningkatkan perilaku keagamaan berdasarkan dengan prinsip
Ahlussunah Wal Jama‟ah.
36
Wawancara pribadi dengan Drs. Junaedi Abyan.S.H. Masjid Agung Al-Ikhlas, Pondok
Cabe Ilir, 18/05/2017, Jum‟at Pukul 19:45-20:35 WIB.
73
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Bimbingan Agama
dalam MeningkatkanPerilaku Keagamaan Remaja diIkatan Remaja
Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA),Pondok Cabe Ilir – Tangerang
Selatan
Dalam sebuah program yang terdapat di lembaga maupun
organisasi pasti tidak terlepas dari faktor pendukung dan faktor
penghambat. Begitu pula para pembimbing dan anggota yang menjadi
bagian dari berjalannya program pengajian kitab Akhlakul Banin di Ikatan
Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas, Pondok Cabe Ilir, juga merasakan apa-
apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan yang terjadi dalam
berjalannya program (Bimbingan Agama).
Mengenai faktor pendukung dan penghambat adalah menjadi salah
satu bagian darievaluasi yang dilakukan dan juga merupakan suatu bagian
dari proses perkembangan program yang telah dijalankan.
Di awali dengan faktor pendukung dalam kegiatan bimbingan
agama yang disampaikan oleh Pengasuh sekaligus Penasihat (IRMA) Drs.
Junaedi Abyan S.H. yaitu dukungan masyarakat dan antusias masyarakat
dalam mengikuti kegiatan bimbingan agama.Adapun faktor penghambat
dari kegiatan bimbingan agama adalah masih banyak sarana dan prasarana
yang kurang memadai.
Hal ini terungkap dari hasil wawancara pribadi yang dilakukan
oleh penulis kepada BapakDrs. Junaedi Abyan S.H, adapun hasil
wawancara tersebut adalah sebagai berikut.
74
Ada beberapa faktor yang menjadi pendukungnya program
ini berjalan dan juga ada beberapa faktor yang menjadi
penghambat program ini berjalan.Untuk faktor pendukungnya ialah
jama‟ah yang ikut serta dan masyarakat Antusias yang sangat
minat.Dan juga faktor yang ditinjau dari sarana prasarana yang
dapat dilengkapi.Dan faktor penghambat yakni masih ada beberapa
fasilitas sarana prasarana yang kurang mendukung.37
Dalam sebuah program yang di adakan Organisasi Ikatan Remaja
Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA) bahwa Jama‟ah atau masyarakat yang
ada di lingkungan sekitar masjid merupakan bagian dari faktor pendukung
bagi berjalannya program pengajian kitab Akhlakul Banin. Karena mereka
memiliki dukungan dan antusias yang sangat minat dalam mengikuti
program pengajian kitab Akhlakul Banin. Dukungan dan antusias itu dapat
dilihat dari mereka-mereka yang turut serta hadir khususnya bagi para
remaja dan mereka sebagian tidak hanya sekedar hadir atau turut serta saja
akan tetapi mereka juga membantu dalam perihal kebutuhan yang ada
dalam program.
Apabila terdapat faktor pendukung dalam suatu Organisasi maka
adakalanya terdapat juga faktor penghambat.Seperti yang dikutip dari hasil
wawancara diatas bahwa mengenai faktor penghambat berjalannya
program yaitu berkaitan dengan fasilitas yang kurang mendukung. maksud
dari fasilitas kurang mendukung ialah seperti halnya kebutuhan dalam
program yang berkaitan tentang media penyampaian materi, yaitu berupa
Infocus dan layar yang mana sampai saat ini penyampaian materi dirasa
kurang menunjang.
37
Wawancara Pribadi dengan Drs. Junaedi Abyan S.H. di Kediaman Beliau, Pondok
Cabe Ilir, Jum‟at 19/05/2017, Jum‟at, pukul 19:45-20:35 WIB.
75
Pada faktor pendukung dan penghambat selanjutnya tidak jauh
berbeda dengan apa yang disampaikan pada wawancara Bapak Drs.
Junaedi AbyanS.H, dalam hal ini Ust. H. Endang Hadi Husna S.Ag selaku
pembimbing agama program pengajian kitab Akhlakul Banin, juga
mengatakan bahwa faktor pendukung dalam kegiatan ini adalah antusias
dari tokoh agama beserta masyarakat, dan ada sarana prasarana yang
cukup untuk yang bisa digunakan dalam pelaksanakan bimbingan agama.
Adapun faktor penghambat dari kegiatan bimbingan agama yaitu
komunikasi yang belum intensif dengan orang tua dari adik-adik remaja.
Pernyataan tersebut dapat diperkuat dan diuraikan sesuai dengan
hasil wawancara pribadi bersama Ust. Endang Husan Hadi S. Ag, berikut
ini.
Berbicara mengenai faktor pendukung dan penghambat
bahwa untuk faktor pendukung adalah para tokoh agama dan
masyarakat sangat mendukung dan memberikan dukungan penuh
kemudian fasilitas yang tersedia juga kita biasa gunakan yakni
seperti menggunakan fasilitas tempat di Masjid Agung Al-ikhlas
bahkan Musholla yang lain juga ikut menyediakan tempatnya dan
itu menjadikan faktor pendukung yang sangat utama. Dan faktor
penghambatnya adalah komunikasi yang belum terjalin intensif
dengan orang tua dari adik-adik Remaja ini sehingga kita belum
bisa sepenuhnya menselaraskan dengan kebutuhan masing-masing
dari Remaja ini.
Kemudian yang lain adalah meskipun kita tidak
menaruhkan dukungan dari pemerintah tapi itu memang belum
lebih cepat tindak pemerintah andai kata mendukung maka
hidupnya akan jauh lebih baik lagi.38
38
Wawancara pribadi dengan Ustadz H. Endang Husna Hadi, S.Ag., Masjid Agung Al-
Ikhlas, Pondok Cabe Ilir, 18/05/ 2017, Kamis,pukul 21:35-22:10 WIB.
76
Dari hasil wawancara yang telah disampaikan oleh beliau (Ust.H.
Endang Husna Hadi S,Ag) mengenai faktor pendukung. penulis
berpendapat bahwa salah satu yang menjadi potensi bergeraknya program
ini adalah adanya dukungan dari tokoh agama dan masyarakat Pondok
Cabe Ilir. Karena dukungan tokoh agama dan masyarakat menjadi peran
penting dalam berjalannya program pengajian kitab Akhlakul
Banin.Karena tanpa adanya dukungan dari tokoh agama dan masyarakat
maka program tidak dapat berjalan dengan maksimal.
Dari bentuk faktor pendukung tersebut seperti halnya masyarakat
menyediakan tempat diluar masjid seperti mushalla yang itu dapat
digunakan untuk pengajian dan ta‟lim bersama. Dan juga masyarakat
mengikuti program yang ada seperti para remaja mengikuti program
pengajian kitab Akhlakul Banin, Talim Qur‟an, Kajian Tematik. Dengan
itu semua menjadi dorongan demi tercapainya tujuan Ikatan Remaja
Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA), yakni agar meningkatnya perilaku
keagamaan masyarakat Pondok Cabe Ilir khususnya bagi para remaja.
Sedangkan faktor pendukung dan penghambat yang di sampaikan
oleh ketua anggota Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA),
Zulfahmi, mengenai program bimbingan agama pengajian kitab Akhlakul
Banin sebagai berikut.
“Menjadi kelebihan (faktor pendukung) bagi saya buat program ini
berjalan dengan dukungan dari masyarakat yang selalu
memberikan support satu sama lain agar terus berjalannya program
ini dan juga para ustadz yang memberikan ilmunya kepada saya,
apalagi dengan cara mengajarnya yang dikaitkan dengan cerita atau
kisah-kisah Nabi dan juga dikesinambungkan dengan realita yang
77
ada pada saat ini yang menjadikan daya tarik juga bagi saya selaku
yang terbimbing. Diluar itu yang menjadi kelebihan program ini
ada sarana prasarana yang selalu didukung juga oleh para anggota
(IRMA) dan Dewan Kepengurusan Masjid.”39
“Faktor kekurangan atau bisa dibilang faktor penghambat yaitu
adakalanya dari segi lemahnya dukungan support teman-teman
anggota yang ditujukan kepada remaja-remaja yang tinggal di
lingkungan sekitar masjid sehingga sampai saat ini mulai
berkurang bagi para remaja untuk mengikuti program pengajian
kitab akhlakul banin ini. Biasanya dulu ada banyak temen-temen
remaja yang ikut dimulai dari para pemuda dan remaja-remaja
Pondok Cabe Ilir sampai ikatan Pemuda Pancasila Pondok Cabe,
sampai juga remaja-remaja yang suka ikut ngaji di pondok
pesantren Nurmedina juga menyempatkan waktu untuk ikut hadir
di program pengajian kitab Akhlakul Banin ini.40
Adanya dukungan atau suport masyarakat menjadi faktor
pendukung yang sangat kuat dalam berjalannya pelaksanaan program
pengajian kitab Akhlakul Banin apalagi dengan adanya support dari
masyarakat yang ditujukan kepada anggota (IRMA).
Berbicara mengenai support adakalanya kurang terbangunantar
sesama angggota karena support merupakan pemicu semangat antar
anggota satu sama lain seperti yang di utarakan dalam wawancara tersebut.
Yakni penjelasannya bahwa jika didalam organisasi tak ada jalinan erat
antar satu sama lain, adakalanya organisasi tersebut sulit untuk
berkembang dalam menjalankan programnya karena tidak adanya
hubungan emosional dan supportifitas antar sesama. Maka dari itu
pentingnya support antar sesama anggota dapat mengatasi kendala-kendala
yang terjadi dalam berjalannya program tersebut.
39
Wawancara Pribadi dengan Zulfahmi, Masjid Agung Al-Ikhlas Pondok Cabe Ilir,
Jum‟at, 19/05/2017 Pukul 16:30 – 16:50 WIB.. 40
Wawancara Pribadi dengan Zulfahmi, Masjid Agung Al-Ikhlas Pondok Cabe Ilir,
19/05/2017 Jum‟at Pukul 16:30-17:50 WIB.
78
Menurut anggota Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA),
( Leo Christanto ) bahwa faktor pendukung dan penghambat dapat dilihat
dari lokasi atau tempat pengajian kitab Akhlakul Banin itu dilaksanakan.
Seperti yang di jelaskan pada wawancara tersebut.
“Dan yang menjadi faktor keunggulan atau kelebihan bahwa
program pengajian kitab Akhlakul Banin ini peserta yang
mengikuti berjalan kondusif dan efisien hanya saja yang menjadi
tolak ukur kekurangannya adalah seorang pengajar yang
memberikan penyampaiannya kurang luwes dan juga kondisi
tempat pengajian yang diadakan di masjid Agung Al-Ikhlas
persisnya terletak di pinggir jalan raya yang kadang terganggu
dengan kebisingan suara knalpot motor lalu lalang.”41
Dari sekian penjelasan mengenai faktor pendukung dan
penghambat yang telah disampaikan oleh saudara (Leo Christanto) yang
merupakan Anggota IRMA Ikatan Remaja Masjid Agung Al-
ikhlas.Penulis mencoba menjelaskan mengenai hal tersebut.bahwa yang
menjadikan faktor pendukungnya adalah terciptanya suasana kondusif
dalam artian dimana program pengajian kitab Akhlakul Banin berjalan,
semua para jama‟ah yang mengikuti program pengajian tersebut. Mereka
dapat mengikuti dengan fokus ( tidak ada yang bercanda atau mengobrol ).
Sedangkan penjelasan penulis mengenai faktor penghambat yang
telah diwawancarai tersebut.Yaitu adakalanya seorang ustadz atau
pembimbing agama pengajian kitab Akhlakul Banin harus bisa
mempresentasikan dengan luwes atau bisa disebut juga dengan
penyampaian yang mudah dipahami serta menarik.Karena hal itu termasuk
menjadi bagian pendukung para jama‟ah atau remaja yang selaku
41
Wawancara Pribadi dengan Leo Christianto, Masjid Agung Al-ikhlas Pondok Cabe
Ilir, Jum‟at, 19/05/2017 Pukul 10:55 – 11:24 WIB.
79
mengikuti pengajian Akhlakul Banin tersebut.Apabila keluwesan tidak
didapat oleh pembimbing maka daya tarik dan dorongan jama‟ah untuk
mengikuti pengajian Akhlakul Banin tersebut dapat berkurang karena
terjadinya kebosanan atau kurang dapat pemahaman yang lebih jelas serta
menarik untuk dimengerti.
Mengenai faktor yang kedua bahwa tempat atau lokasi pengajian
dapat menjadi salah pengaruh bagi kekondusifan pelaksanaan program
pengajian Akhlakul Banin. Yaitu lokasi pengajian yang di adakan di
Masjid Agung Al-Ikhlas yang tepatnya berlokasi di pinggir jalan raya ini
dapat terganggu dengan adanya kebisingan akibat suara knalpot
kendaraan.karena seiring pengajian dimulai disamping itu banyak juga
kendaraan yang berlalu-lalang didepan masjid sehingga bisingan suara
knalpot kendaraan sampai ke telinga para jama‟ah dan pembimbing agama
sehingga mengganggu aktifitas program yang sedang dilaksanakan.
Bersambung dengan hasil wawancara yang di jelaskan juga oleh
anggota (IRMA) Saudara Ibnu Hibbban, yang mengikuti program
pengajian kitab Akhlakul Banin kurang lebih sudah mencapai satu
tahun.Hal ini masih berkaitan dengan faktor pendukung dan penghambat
pada pelaksanaan program pengajian kitab Akhlakul Banin. Dalam
wawancara Saudara Ibnu Hibban menjelaskan sebagai berikut.
“Mengenai kelebihan dan kekurangan program pengajian kitab
Akhlakul Banin sangat luar biasa untuk anak-anak khususnya
untuk saya pribadi untuk membenahi atau untuk memantapkan
akhlak saya. Kemudian kekurangan itu mungkin dari pengajarnya
yakni dalam memberikan penjelasannya kurang detail karna kalau
80
masalah tentang akhlak itu luas, perlu dikaji dengan jelas dan
dalam-dalam.”42
Penjelasan dari apa yang disampaikan oleh saudara Ibnu Hibban
mengenai faktor pendukung bahwa salah satunya adanya program
Pengajian Kitab Akhlakul Banin itu sendiri yang membuat Ibnu Hibban
dan anak-anak remaja lainnya selalu terdukung untuk ikut serta dan juga
dapat bermanfaat untuk pribadinya masing-masing karena pengajian kitab
Akhlakul Banin luar biasa sebab dari beberapa manfaatnya diantanya
dapat memantapkan akhlak atau meningkatkan perilaku keagamaan demi
menjalani hidup yang lebih baik.
Sedangkan mengenai faktor penghambat atau kekurangannya yaitu
terdapat pada pengajarnya atau pembimbing agama pengajian Kitab
Akhlakul Banin, yang belum dapat menguasai penyampaiannya karena
pada wawancara tersebut Ibnu Hibban memaparkan bahwa segi
penyampaian yang diberikan oleh pengajarnya kurang detail. Dalam hal
ini dapat menjadi suatu evaluasi untuk pengajar bahwa berbicara Ilmu
Akhlak itu harus dipaparkan dengan detail atau jelas. Karena berbicara
mengenai akhlak maka berbicara menyangkut kehidupan banyak orang
yang dilihat dari sudut pandang perilaku atau cerminan jiwa sehari-
hari.Maka penting sekali untuk menguasai penyampaian dalam mengajar
agar para jama‟ah atau para remaja yang mengikuti pengajian kitab
Akhlakul Banin dapat memahami dan juga mengaplikasikan ilmunya
sehari-hari di lingkungan tempat tinggal mereka masing-masing.
42
Wawancara Pribadi dengan Ibnu Hibban, Masjid Agung Al-Ikhlas Pondok Cabe Ilir,
Juma‟at, 19/05/2017 Pukul 13:45 – 14:15 WIB.
81
D. Analisis SWOT Program Pengajian Kitab Akhlakul Banin Ikatan
Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA)
1. Analisis SWOT
SWOT adalah akronim untuk kekuatan (Strengths), kelemahan
(Weakness), dan peluang (Opportunities), ancaman (Threats) dari
lingkungan eksternal perusahaan.43
Tujuan utama dari analisis SWOT adalah untuk mengidentifikasi
Strategi yang selaras.Menyesuaikan atau mencocokkan sumberdaya dan
kemampuan organisasi dengan tuntutan lingkungan di mana organisasi
bersaing.
Analisis SWOT
Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weakness)
1.Kualitas metode program pengajian
kitab Akhlakul Banin.
2. Kualitas materi program pengajian
kitab Akhlakul Banin.
3. Dukungan erat dari pembimbing
dan juga pengurus dalam
meningkatkan kinerja program.
1. Target program pengajian kitab
Akhlakul Banin kurang optimal.
2. Waktu penyelenggaraan program
yang masih minim (Sebentar).
3. Pengembangan program pengajian
kitab Akhlakul Banin.
Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats)
43
David, Fred R. Manajemen Strategis (Jakarta: PT. Salemba Empat, 2006), h.34.
82
1. Dukungan masyarakat terhadap
program pengajian kitab Akhlakul
Banin.
2. Kerjasama dengan lembaga atau
organisasi lain.
1. Kurangnya minat remaja dalam
mengikuti Program pengajian kitab
Akhlakul Banin.
2. pengaruh negatif Globalisasi di
bidang teknologi yang mampu
mengubah gaya hidup para remaja
saat ini.
Eksternal
Internal
Peluang (O)
Ancaman (T)
Kekuatan (S) Memanfaatkan kualitas
materi program pengajian
kitab Akhlakul Banin
untuk meningkatkan
dukungan masyarakat
(remaja) terhadap
program pengajian kitab
Akhlakul Banin. (SO)
Memanfaatkan kualitas
metode penyampaian
program kitab Akhlakul
Banin untuk
menghindari penurunan
minat remaja dalam
mengikuti program
tersebut. (ST)
Kelemahan (W) Mengatasi kesulitan-
kesulitan
dalampengembangan
programyaitu dengan
bekerja sama antar
lembaga luar atau
Mengatasi permasalahan
minimnya waktu
pelaksanaan program
serta target yang belum
cukup menunjang untuk
mengoptimalkan
83
organisasi luar untuk
memanfaatkan peluang.
(WO)
program pengajian kitab
Akhlakul Banin (WT)
Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal organisasi
maka dapat diformulasikan pada alternatif strategi yang dapat
dilaksanakan. formulasi strategi ini dilakukan dengan analisis SWOT.
Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT, maka alternatif yang dapat
diperoleh adalah :
1. Strategi S.O
Memanfaatkan dukungan dan kerjasama antar pembimbing dan
pengurus agar kinerja pelaksanaan Program dapat dilakukan dengan
efektif. Agar meningkatkan dukungan masyarakat melalui metode dan
materi yang disajikan pada program pengajian kitab Akhlakul Banin.
2. Strategi W.O
memanfaatkan kerjasama antar lembaga atau organisasi lain agar
pengembangan program dapat dilakukan dengan efektif dan dapat
ditingkatkan lagi.serta mampu mengukur pencapaian-pencapaian yang
telah dilaksanakan pada program tersebut.
3. Strategi S.T
Memanfaatkan metode penyampaian beserta materi yang inovatif
sebagai suatu bentuk kekuatan internal program pengajian kitab Akhlakul
84
Banin agar para jama'ah yang mengikuti dapat tertarik dan antusias
dikarenakan materi dan metode penyampaian yang diberikan lebih inovatif
dan cenderung tidak monoton.
4. Strategi W.T
Mengatasi kelemahan internal dalam hal keminiman waktu pada
pelaksanaan yang diadakan dan juga target yang masih belum dapat di
perbarui, sebab target yang diberikan pembimbing dalam program
pengajian kitab Akhlakul Banin disini masih bersifat fleksibel dalam
artian target yang diberikan hanya sebatas melihat dari respon para
jama'ah.Strategi ini dapat dilakukan dengan memindahkan serta
menambahkan waktu pelaksanaan program dan memperbarui target dari
program tersebut.
2. Pemilihan Strategi
Pemilihan strategi ini merupakan suatu bentuk tujuan untuk
menentukan strategi yang dapat dijalankan oleh organisasi serta strategi
mana yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan dengan tujuan
pengambangan program pengajian kitab Akhlakul Banin. strategi yang
bisa dijalankan oleh Organisasi Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas
secara berurutan :
a. Meningkatkan dukungan masyarakat melalui metode dan materi yang
lebih inovatif.
b.Mengganti waktu pelaksanaan program dan memperbarui target program
agar dapat berjalan dengan efisien dan relevan.
85
c.Bekerjasama dengan lembaga atau organisasi lain terhadap
pengembangan program.
d.Dukungan pembimbing dan pengurus dalam meningkatkan antusias
anggota pada program pengajian kitab Akhlakul Banin.
107
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan pada pembahasan sebelumnya maka
penulis memberi kesimpulan bahwa :
1. Mengenai pelaksanaan program pengajian kitab Akhlakul Banin, yang
pertama diselenggarakan di Masjid Agung Al-Ikhlas, Pondok Cabe
Ilir, yakni dilaksanakan pada hari rabu ba’da shalat maghrib
berjama’ah sampai dengan sebelum masuk waktu isya. Dipimpin oleh
Pembimbing Agama Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA),
yaitu Ust. Endang Husna Hadi S.Ag. yang yang kedua diikuti oleh
berbagai jama’ah seperti orang tua, dewasa, dan remaja.mayoritas
jama’ah yang mengikuti pengajian yaitu Anak SMP dan SMA.
Sedangkanjama’ah remaja pada objek penelitian disini yakni memiiki
latar belakang pendidikan agama yang baik.
Metode penyampaian yang digunakan pembimbing yaitu ada dua
metodediantaranya yang pertama adalah metode ceramah umum dan
yang kedua menggunakan metodetanya jawab antara pembimbing
dengan para jama’ah. Sedangkan kitab Akhlakul Banin merupakan
pedoman materi yang dipakai oleh pembimbing sebagai sumbermateri
pengajian yang korelasikan dengan Ayat Suci Al-qur’an dan Hadits
juga disertai dengan contoh-contoh yang ada pada fenomena saat ini,
serta target yang ditentukan oleh pembimbing secara fleksibel.
108
2. Mengenai evaluasi atau mengukur hasil pencapaian dari pelaksanaan
program yang didapatkan melalui para informan dengan
menggunakanmetodewawancara, penulis menjelaskan bahwa Evaluasi
Program Bimbingan Agama (IRMA) dalam Meningkatkan Perilaku
Keagamaan Remaja yakni dievaluasi melalui Model Evaluasi Input,
Evaluasi Proses dan Evaluasi Output.
a. Evaluasi Input meliputi spesifikasi programbimbingan
agamayang dilaksanakan yaitu program pengajian kitab
Akhlakul Banin, berikut identifikasilatar belakang pembimbing
agama yang telah sesuai dengan pengalaman yang memadai
dalam hal bimbingan agama, mengenai jama’ah remaja yang
mengikutipengajianyaitu rata-rata lulusan Pondok Pesantren
maka saat mengikuti, mereka dapat memahami materi yang
diberikan oleh pembimbing agama dengan baik.serta
tercapainya tujuan dilaksanakannnya programpengajian yaitu
untuk menegakkan kalimat tauhid dengan faham Ahlus sunnah
wal Jama'ah serta mempererat tali ikatan sesama ukhuwah
islamiyah.
b. Evaluasi proses meliputi pelaksanaan program diantaranya
mengenaiminimnya waktu pelaksanaanprogrampengajian yaitu
waktu pelaksanaannya dapat diperkirakan sekitar 35-40 menit
yang dimulai setelah shhalat maghrib sampai dengan sebelum
masuknya waktu adzan isya,sumber materi yang dipakai pada
program pengajian yaitu kitab Akhlakul Banin yang
109
dikesinambungkan dengan Ayat Suci Al-qur’an dan Hadits,
hanya sajatarget pencapaian Materi Pengajian ditentukan
sebatas melalui penyesuaian tanggapan serta perkembangan
jama’ah dinilai cukup berhasil karena selain efektif materi dapat
memberikan manfaat yang dapat dirasakan remaja diantaranya
yaitu remaja termotivasi untuk bersikap taat kepada orang tua
dan menghormati guru. kemudian remaja dapat mengetahui
bagaimana menyikapi pergaulan di masyarakat dengan akhlak
yang baik.. kemudian mengenaimetode
penyampaianpembimbing yakni menggunakanmetode ceramah
umum dan dialog interaktif ( tanyajawab ) antara pembimbing
dan jama’ah.
c. Evaluasi output yaitu hasil keluaran yang didapat jama’ah
remaja dari pengajian kitab Akhlakul Banin. hasil yang didapat
yakni meliputikeaktifan remaja terhadap kegiatan pengajian di
masjid maupun kegiatan masyarakat,terjalinnya kedekatan
emosional serta komunikasi antar sesama
Anggota(IRMA)maupun remaja di lingkungan Pondok Cabe Ilir
dan juga mengenai ketaatan remaja terhadap orang tua.
Mengenai hasil dari evaluasi program dapat diketahui sebagaimana
yang telah di kemukakan diatas. bahwa evaluasi pelaksanaan program
pengajian kitab Akhlakul Banin terbilang cukup maksimal, karena adanya
dampak positif bagi perilakukeagamaan remaja yang mengikuti program
110
pengajian kitab Akhlakul Banin ini. Serta memberikan perubahan dan
manfaat bagi remaja sebagai jama’ah terbimbing.
3. Faktor pendukung yang dikemukakan yaitu diantaranya adalah
dukungan masyarakat dan antusias yang baik, pembimbing yang
memiliki pengetahuan dan pengalamanyang luas dalam menjalankan
program pengajian kitab Akhlakul Banin.
Faktor penghambat yaitu diantaranya yang petama adalah kondisi
tempat pengajian yang diselenggarakan di Masjid Agung Al-Ikhlas
persisnya di pinggir jalan raya yang kadang terganggu dengan
kebisingan suara kendaraan, sertakurang detailnya pembimbing dalam
hal menyampaikan penjelasan materi.
B. Saran
Berikut beberapa saran mengenai Evaluasi Program Bimbingan
Agama dalam Meningkatkan Perilaku Keagamaan Remaja
di(IRMA)Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas, Pondok Cabe Ilir –
Tangerang Selatan. yaitu :
1. Mengadakanevaluasi rutin dalam Setahun sekali atau per-periode, dan
evaluasi bulanan. Agar program – program yang ada dapat diukur tingkat
keberhasilan program-program yang telah ditetapkan dan juga
dilaksanakan.
2. Paraanggota remaja (IRMA) membuat data dan dokumentasi yang dapat
menunjukkan situasi dan kondisi para remaja dan jama’ah yang aktif
dalam mengikuti program-program yang ditetapkan.
111
3. Pengasuh diusahakan untuk lebih aktif dalam mengadakan pertemuan
dengan para anggota untuk mengevaluasi.
4. Pembimbing harus lebih dekat lagi dengan para jama’ahnya khusunya
remaja.
5. Waktu program pengajian dapat ditambah dengan memindahkan jadwal
yang sudah ditentukan melalui musyawarah berdasarkan kesepakatan
bersama.Agar pelaksanaan program pengajian dapat dilakukan dengan
optimal.
6. Pengurus harus dapat memberikan support kepada anggota agar anggota
dapat lebih aktif lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Yatimin, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an (Jakarta: Amzah
2007).
Agustini, Hendriati, Pikologi Perkembangan (Bandung:Refika Aditama, 2006).
Ali, Mohammad, Asrori, Mohammad. Psikologi Remaja perkembangan peserta
didik (PT Bumi Aksara, 2011). Cet. Ke-7.
Alwisol . Psikologi Kepribadian edisi revisi. Malang : UUM Press, 2011
Arifin H.M., Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Agama, (Jakarta: Golden Terayon
Press).
Arikunto, Suharsimi dkk, Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis bagi
Praktisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).
_________, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2002).
Daradjat, Zakiyah, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996).
Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT:Rineka Cipta, 2012).
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008).
Departemen Agama RI, Al-„Alliy Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung:
CV.Penerbit Diponegoro,2011).
Djuju, Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. (Bandung:PT.
Remaja Rosdakarya, 2008).
E.H, Tambunan. Remaja sahabat kita, (Indonesia Publishing House:Bandung
Indonesia, 1981).
Faojah dan Gazi, Psikologi Agama Memahami Pengaruh Agama Terhadap
Perilaku Manusia, (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta : 2010).
Faqih, Ainur Rokhim, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII
Pres, 2001).
Fred R. David, Manajemen Strategis (Jakarta: PT. Salemba Empat, 2006).
Hawi, Akmal, Seluk Beluk Ilmu Jiwa Agama ,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2014) Cet. Ke-1.
Hidayati, Nurul, Metodologi Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan Kualitatif,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. Desember 2006).
Jorgiyanto, Sistem Informasi Strategik untuk keunggulan Kompetitif, (Yogyakarta:
PT. Andi Offset, 2005).
Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam (Jakarta: Al-husna, 2000).
Lutfi, M., Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syahid, 2008).
Mu’awanah, Elfi dan Hidayah, Fifa, Bimbingan Konseling Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), Cet Ke-2.
Muchtarom, Zaini, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakata: Al-Amin
Press dan IKFA, 1996).
Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosda Karya,
2005), Cet Ke-1.
Partanto, Pius A dan Al-Barry, M. Dahlan. Kamus Ilmiah Popular. (Surabaya:
Arkola 1994).
Poerwandari, E. Kristi, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia,
(Depok: LPSP3UI).
Pusat Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
BalaiPustaka,1990).
Rangkuti, Freddy, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2006).
Rukmana, Nana, Masjid dan Dakwah, (Jakarta; Almawardi Prima, 2002).
Ruslan, Rosadi, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2003).
Sartono, Sukardi Dewa Ketut, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: P.T. Bina
Aksara, 1988), Cet. Ke-1.
Sarwono, Sarlito W, Psikologi Remaja (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2011).
Sujanto, Agus, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Rineka Cipta, 1996).
Sukanto, Suryono, Psikologi Pemuda “Problem Pengantar dalam Perkembangan
Pribadi dan Interaksi Sosial” (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002).
Sukardi, M. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara,2009), Edisi1, cet. Ke-3.
Sururin, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004).
Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Al Ikhlas, (tt), Surabaya.
Walgito, Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Andi
Offset, 1993).
Winkel, W.S., FKIP, IKIP, Senata Darma, Bimbingan dan Penyuluhan di
Sekolah, (Jakarta: P.T Gramedia, 1999).
Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Teori, Aplikasi dan Penelitian
(Jakarta:Salemba Empat, 2009).
.
PEDOMAN WAWANCARA
BIOGRAFI PENGASUH IKATAN REMAJA MASJID AGUNG AL-IKHLAS (IRMA)
Nama Lengkap : Drs. Junaedi Abyan S.H.
Tempat Tgl Lahir : Tangerang, 10 April 1958
Alamat :Jalan Cabe 1 No.13 Rt001/07 Pondok Cabe Ilir, Pamulang –
Tangerang Selatan.
Pendidikan :Strata 1 di Universitas Padjajaran
Pengalaman Organisasi :Ketua Organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Aktifitas :Pembimbing DKM dan Pengasuh IRMA di Masjid Agung Al-
ikhlas Pondok Cabe Ilir
KOLOM PERTANYAAN UNTUK PENGASUH (IRMA)
1. Program bimbingan agama seperti apa yang diadakan (IRMA) terkait tentang
perilaku keagamaan (Akhlak)?
Semua Program pengajian (IRMA) yang berkaitan tentang bimbingan agama
diantaranya adalah Akhlak, Fiqih, Aqidah, dan Muamalah tergabung dan terjadwal.
a. Malam sabtu atau jum‟at malam khusus diadakannya pengajian remaja. (Program tidak
berbeda dengan tahun sebelumnya).
b. Rabu Malam pengajian Kitab Akhlakul Banin.
c. Jum‟at pagi pembahasan Fiqih.
d. Malam minggu atau Sabtu malam khusus kajian Tafsir.
e. Minggu pagi di isi dengan Kajian Subuh (Tematik).
Untuk materi yang diberikan dan dibahas adalah Tafsir Munir, Tafsir Jalalain,
Kitab-kitab Fiqih seperti Riyadhus Shalihin, Fathul Mu‟in, Fiqh Sunnah,
Minhajutholibin, Nasho‟ihul „Ibad. Untuk menegnai Akhlak atau Perilaku Keagamaan
yakni mengkaji Kitab Akhlakul Banin.
2. Apa yang melatar belakangi program dibentuk?
Antusias serta dukungan masyarakat menjadi bagian dari latar belakang
dibentuknya program Bimbingan Agama ini diadakan serta upaya-upaya para tokoh
agama juga ikut berperan aktif untuk menjalankan program tersebut.Seperti program
kajian islami dan kajian kitab-kitab kuning khususnya kitab tentang akhlak.
3. Sudah berapa lama program dilaksanakan?
Program Bimbingan Agama dilaksanakan sejak periode tahun 1972-1973 dan
pemberi materi para alim ulama atau para ustadz, sesuai dengan keahliannya masing-
masing. Umpamanya Pembahasan Tafsir, Pembahasan Al-hadits dan Kitab Akhlak
(Akhlakul Banin), sesuai dengan prinsip Ahlussunah Wal Jama‟ah.
4. Masukan dan tujuan berdirinya program?
Selaku Penasehat, Pembimbing serta Pengasuh IRMA (Ikatan Remaja Masjid
Agung Al-Ikhlas) Khususnya :
1. Tunjukkan dan aplikasikan remaja Masjid Agung Al-Ikhlas Putra dan Putri
kedepankan Akhlakul Karimah.
2. Harus melaksanakan dan Aktifitas Kegiatan Keagamaan sesuai dengan jadwal
yang sudah ditetapkan, disepakati.
3. Wajib mengikuti kegiatan yang dilakukan bapak-bapak ibu-ibu. Artinya :
menyontoh kepada yang tua atau para alim ulama sehinngga menjadi
tuntunan.
5. Siapa pemateri dan siapa saja yang mengikuti program tersebut?
pemberi materi para alim ulama atau para ustadz, sesuai dengan keahliannya
masing-masing.Bagi yang mengikuti Program tersebut diantaranya ada pemuda-pemudi
Anggota Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas Pondok Cabe Ilir dan umumnya
Remaja sekitarnya.
6. Apa saja yang menjadi faktor pendukung serta penghambat berjalannya program
tersebut?
Ada beberapa faktor yang menjadi pendukungnya program ini berjalan dan juga
ada beberapa faktor yang menjadi penghambat program ini berjalan.Untuk faktor
pendukungnya ialah jama‟ah yang ikut serta dan masyarakat antusias yang sangat
minat.Dan juga faktor yang ditinjau dari sarana prasarana yang dapat dilengkapi.Dan
faktor penghambat yakni masih ada beberapa fasilitas sarana prasarana yang kurang
mendukung.
7. Disamping faktor pendukung dan penghambat program, apa yang menjadi kendala
pada pelaksanaan program?
Dimulainya dari menurunnya tingkat keseriusan para remaja dalam mengikuti
program pengajian kitab Akhlakul banin dikarenakan dapat dilihat dari dua faktor yaitu
yang pertama adalah kurangnya pendekatan para pembina (Anggota IRMA) kepada
remaja-remaja lingkungan masjid agung raya al-Ikhlas sehingga banyak para remaja
mulai berkurangnya antusias dari mereka, dan yang kedua dikarenakan kurangnya
persuasi pembina (Anggota IRMA) sehingga berkurangnya ketertarikan remaja dalam
mengikuti program yang berjalan, dalam artian remaja belum menemukan daya tarik
yang ada dalam kegiatan IRMA khususnya dalam bidang pengajian kitab Akhlakul
Banin.
8. Bagaimana pendapat anda mengenai cara untuk merealisasikan dan memperlancar
program kedepannya?
Masukan untuk merealisasikan dan memperlancar program dari setiap bimbingan
agama seperti perilaku keagamaan atau Akhlak yakni harus dapat diberdayakan seperti.
1.) Membangkitkan semangat para jama‟ah yang ada.
2.) Menghimbau jama‟ah yang belum aktif ke majlis ta‟lim agar mengikuti ta‟lim
rutinitas.
3.) Merangsang jama‟ah dengan bervariasi para ustadz yang menyajikan materi dari
berbagai tempat, lulusan, dan pengalaman masing-masing sehinggga sistem
penyampaian kepada para jama‟ah sangat bervariatif dan tidak membosankan.
Tangerang Selatan, 19 Mei 2017
Drs. Junaedi Abyan S.H.
\
PEDOMAN WAWANCARA
BIOGRAFI PEMBIMBING AGAMA PENGAJIAN KITAB AKHLAQUL BANIN
(IRMA)
Nama Lengkap : Ustadz H. Endang Husna Hadi, S.Ag
Tempat Tgl Lahir : Bogor, 02 Mei 1975
Alamat :PPA Nur Medina di Jl. Cabe III No 79A Rt/Rw 004/004
Pondok Cabe Ilir Pamulang Tangerang Selatan Banten
Pendidikan :S1 IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi :
Aktifitas :Pembimbing haji dan umroh di Travel Arofah Tour yang
beralamat di Radio Dalam Jakarta Selatan. Selain menjadi pembimbing Haji dan Umroh
juga sebagai guru mengaji, di pesantren, di perumahan komplek, maupun di perkantoran.
KOLOM PERTANYAAN UNTUK PEMBIMBING AGAMA KITAB
AKHLAKUL BANIN (IRMA)
1. Program bimbingan agama seperti apa yang diadakan (IRMA) terkait tentang
perilaku keagamaan / (Akhlak) ?
Untuk spesifik kegiatan bimbingan yang berkaitan dengan sikap keagamaan yakni
melalui pengajian kitab, dan kitab yang dipakai yaitu kitab Akhlakul Banin dan
Riyadhus Shalihin. Untuk lebih intensif nya dalam pengajian kitab akhlak yakni satu
kitab yang terfokus adalah kitab Akhlakul Banin.Peserta yakni digabung dalam artian
siapapun boleh ikut mengaji. Seperti bapak-bapak, ibu-ibu, dan anak-anak remaja,
namun mayoritas yang mengikuti ini adalah anak-anak remaja.
Terfokus pada satu kitab yang sebagaimana landasan bimbingan agama diberikan
yakni untuk meningkatkan sikap keagamaan dengan kajian kitab Akhlakul Banin
yakni suatu kitab yang memiliki kelebihan diantaranya dipakai oleh semua faham
kemudian lagi yang banyak dikaji di pondok pesantren modern atau tradisional,
kemudian mindset nya yaitu tentang Akhlak ada tentang aqidahnya, fiqihnya, dan
mayoritas bahasan tentang akhlak.
2. Bagaimana pelaksanaan program bimbingan agama yang diadakan (IRMA)
terkait perilaku keagamaan (Akhlak)?
Yang pertama adalah Program Ceramah Umum kemudian bentuknya ada
kelompok-kelompok kecil juga ada bimbingan yang sifatnya personal (Bimbingan
Individu) seperti : Bimbing remaja (yang masih menghadapi permasalahan yang
berkaitan dengan sikap keagamaan atau Akhlak).
Dan kemudian ada dialog secara interaktif kemudian ada kelas-kelas kecil. Kalau
umum ada materi-materi yang sifatnya umum dan mereka dibikin seperti diskusi.
Kemudian yang pribadi yaitu ada dialog individu semacam menyampikan persoalan
pribadinya dan kita masukan bimbingan disana, bimbingan tentang keagamaan.
3. Apa yang melatarbelakangi program dibentuk?
Mengenai latar belakang program pengajian kitab Akhlak yakni menjadi suatu
kebutuhan dari kedua belah pihak yaitu dari saya (Ust. H. Endang Husna Hadi S,Ag.)
dan pengurus. Karena semua butuh untuk mengajarkan ilmu yang bermanfaat demi
keebutuhan kita.
4. Materi apa saja yang ada pada program?
Untuk tiap-tiap materi yang diberikan yakni dikorelasikan dengan ayat Al-qur‟an,
contohnya : ada ayat dalam Al-qur‟an Surah Luqman yang artinya “Sesungguhnya
kami ini memberikan makan kepada kalian”. Umpamanya seperti memberikan
bantuan yang lainnya seperti uang dan lain-lain. Itu harusnya tidak sama sekali tidak
mengharapkan balasan dan tidak mengharapkan seperti ucapan “Terima Kasih” itu
orang beriman harus seperti itu.
5. Berapa lama durasi waktu pelaksanaan program?
Kalau mengenai waktu Pengajian Kitab Akhlakul Banin yaa waktunya memang
sedikit, karena dimulainya pengajian itu setelah Shalat maghrib berjama‟ah dan
selesainya itu sebelum masuk waktu adzan isya. Jadi manfaatnya para jama‟ah yang
mengikuti Shalat Maghrib di masjid Agung Al-ikhlas dapat mengikuti pengajian
Kitab Akhlakul Banin. jadi disela-sela waktu maghrib sampai isya dapat diisi dengan
Pengajian yang bermanfaat.
6. Siapa saja yang mengikuti (sasaran/objek) program tersebut?
Para remaja yang mengikuti program pengajian Kitab Akhlakul Banin untuk yang
tergabung dalam Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA) mayoritas mereka
yang tinggal dirumah didaerah atau lingkungan yang dekat dari Masjid Agung Al-
Ikhlas rata-rata mereka masih SMA dan SMP.
7. Seberapa besar dampak program terhadap perilaku keagamaan peserta?
Mengenai dampak dari program kegiatan bimbingan agama dalam meningkatkan
Perilaku Keagamaan melalui pengajian Kitab Akhlakul Banin yakni ada, jadi mereka
punya semangat lagi yang tumbuh. Jadi outputnya kita bisa lihat keaktifan mereka
dimasjid juga keaktifan mereka terhadap kegiatan-kegiatan keagamaan mereka
dimasjid dan kemudian mereka juga aktif dimasyarakat, yakni di Rt-nya dan di Rw-
nya kemudian kita bisa lihat juga dari apresiasi yang diberikan oleh orang tua-nya dan
keluarga-nya. Jadi untuk program ini Anak-anak kudu pintar dan siap Bimbingan dan
memiliki semangat belajar yang tinggi jadi itu menggambarkan program yang telah
mereka ikuti sebagai program yang efektif.
8. Seberapa besar efisiensi materi program diberikan?
Sangat besar karena dalam menerangkan Kitab Akhlakul Banin (Ust. H. Endang
S,Ag.) terus terang mencari contoh kekinian tentang apa-apa contohnya yang
berkaitan dengan kehidupan yang sekarang ini. Sehingga mereka merasa benar-benar
tersambung dengan kehidupannya.
9. Seberapa tingkat relevansi atau kebermanfaatan program dilaksanakan?
Jadi mereka membutuhkan Bimbingan Perilaku Keagamaan atau Bimbingan
Akhlak dan mereka sangat membutuhkan Bimbingan ini demi kebutuhan kita dan
remaja serta orang tua dan masyarakat juga dengan latar belakang itu berjalannya
program dan kegiatan ini dan hasilnya akan sangat baik.
10. Sejauh mana tujuan dan target program dilaksanakan?
Mengenai target pencapaian materi ada, hanya saja bersifat fleksibel. Terkadang
kita menyiapkan suatu materi ternyata mereka begitu antusias sehingga berkembang
maka nanti bisa berlanjut dalam 1,2, dan 3 pertemuan. Tapi target secara umum tetap
ada kita tetapkan hanya pencapaiannya fleksibel karena kita menyesuaikan dengan
tanggapannya.
11. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang ada dalam program?
Berbicara mengenai faktor pendukung dan penghambat bahwa untuk faktor
pendukung adalah para tokoh agama dan masyarakat sangat mendukung dan
memberikan dukungan penuh kemudian fasilitas yang tersedia juga kita biasa
gunakan yakni seperti menggunakan fasilitas tempat di Masjid Agung Al-Ikhlas
bahkan Musholla yang lain juga ikut menyediakan tempatnya dan itu menjadikan
faktor pendukung yang sangat utama. Dan faktor penghambatnya adalah komunikasi
yang belum terjalin intensif dengan orang tua dari adik-adik remaja ini sehingga kita
belum bisa sepenuhnya menselaraskan dengan kebutuhan masing-masing dari remaja
ini.
Kemudian yang lain adalah meskipun kita tidak menaruhkan dukungan dari
pemerintah tapi itu memang belum lebih cepat tindak pemerintah andai kata
mendukung maka hidupnya akan jauh lebih baik lagi.
Tangerang Selatan, 18 Mei 2017
Ust.H. Endang Husna Hadi, S.Ag
PEDOMAN WAWANCARA
BIOGRAFI KETUA ANGGOTA (IRMA)
Nama Lengkap : Zulfahmi
Tempat Tgl Lahir :Tangerang, 25 Agustus 1991
Alamat :Jalan Cabe 1 No.II Rt 01/07 Pondok Cabe Ilir
Pendidikan : - SDN Pisangan II Ciputat Timur
- Pondok Pesantren Ulumul Qur‟an Bojongsari – Depok
- Universitas Islam Negeri (Syarif Hidayatullah Jakarta)
Pengalaman Organisasi : - (OSPA-UQ) Organisasi Santri Putra – Ulumul Qur‟an sebagai
anggota bidang Keamanan
- Ketua IRMA (Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas)
Aktifitas :Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Anggota FKMB
(Forum Komunikasi Mahasiswa Betawi) Tangerang- Selatan.
KOLOM PERTANYAAN UNTUK ANGGOTA (IRMA)
1. Apa yang mendorong anda tertarik mengikuti program pengajian kitab Akhlakul
Banin?
Saya mengikuti pengajian kitab Akhlakul Banin sudah lama kira-kira sekitar 5
tahun yang lalu dan ketertarikan saya untuk mengikuti program atau kegiatan pengajian
ini adalah menjadikan sesuatu yang memiliki nilai tambah bagi saya sendiri khususnya
dibidang akhlak atau perilaku. Dan menariknya pengajian kitab akhlakul banin yaitu
disajikan dengan pembahasan yang dikaitkan dengan situasi yang terjadi disaat ini.
2. Sudah berapa lama dan Seberapa besar tingkat konsisten anda dalam mengikuti
program ini?
Saya mengikuti pengajian kitab Akhlakul Banin sudah lama kira-kira sekitar 5
tahun yang lalu saya sudah mengikuti program. Alhamdulilah selama ini saya mengikuti
program pengajian kitab Akhlakul Banin secara konsisten (istiqomah) hanya saja ada
beberapa waktu lalu yang terbentur dengan acara diluar kegiatan sehingga satu, dua, dan
tiga kali saya tidak bisa mengikuti pengajian. Tapi kebanyakan saya mengikuti pengajian
ini secara konsisten.
3. Seberapa besar manfaat yang anda terima setelah mengikuti program ini?
Yang saya rasakan manfaat dari program pengajian kitab akhlakul banin ini
dimulai dari menambah ilmu pengetahuan tentang keagamaan serta manfaat dalam wujud
nyata yaitu dapat dipakai atau dipraktikan dikehidupan sehari-hari saya dari cara saya
menghormati orang tua, dari saya bergaul dengan teman-teman saya mulai dari teman
dilingkungan pendidikan sampai teman sepergaulan dilingkungan tempat tinggal saya
sendiri. Tentang bagaimana menghargai sikap kita kepada sesama dan tolong menolong
kepada sesama.
4. Berapa lama durasi waktu pelaksanaan program dan siapa saja yang mengikuti
program?
Pengajian Kitab Akhlakul Banin itu di masjid Agung Al-ikhlas setiap rabu malam
kamis Ba‟da Maghrib selesai sebelum masuk waktu adzan isya. Dengan Ust.
Endang.Pengajian Kitab Akhlakul Banin dihadiri bersama para Anggota IRMA dan
Jama‟ah Anak Remaja.
5. Pada materi apa yang anda suka mengenai program pengajian kitab Akhlakul
Banin?
Materi yang saya suka yaitu materi tentang akhlak seorang anak kepada orang tua
dan akhlak seorang anak untuk ta‟dzhim kepada gurunya. Karena sangat penting sekali
apalagi materi itu dikaitkan dengan seputar kejadian-kejadian saat ini. Itu yang membuat
saya memantapkan diri pribadi saya sendiri dalam mengikuti program pengajian akhlakul
banin di Ikatan Remaja Masjid Agung Al-ikhlas (IRMA) ini. Sehingga Alhamdulillah
sedikit banyak nya sudah saya praktekan dikehidupan sehari-hari.
6. Bagaimana anda mengatur waktu anda dalam mengikuti aktifitas program, agar
tidak terbentur dengan jadwal aktifitas keseharian anda?
Untuk mengatur waktu alhamdulillah saya dikit demi sedikit dapat menyesuaikan
dikegiatan saya sehari-hari antara jadwal di Ikatan Remaja Masjid Agung Al-ikhlas
(IRMA) dengan jadwal di organisasi luar kampus atau acara-acara lain. Alhamdulillah
waktu saya dalam mengikuti pengajian ini dapat berjalan secara efisien dan efektif.
7. Menurut anda apa kelebihan dan kekurangan program pengajian kitab Akhlakul
Banin?
Menjadi kelebihan (Faktor Pendukung) bagi saya akan program ini berjalan
dengan dukungan dari masyarakat yang selalu memberikan support satu sama lain agar
terus berjalannya program ini dan juga para ustadz yang memberikan ilmunya kepada
saya, apalagi dengan cara mengajarnya yang dikaitkan dengan cerita atau kisah-kisah
Nabi dan juga dikesinambungkan dengan realita yang ada pada saat ini yang menjadikan
daya tarik juga bagi saya selaku yang terbimbing. Diluar itu yang menjadi kelebihan
program ini ada sarana prasarana yang selalu didukung juga oleh para Anggota IRMA
dan Dewan Kepengurusan Masjid.
Faktor kekurangan atau bisa dibilang faktor penghambat yaitu adakalanya dari segi
lemahnya dukungan support teman-teman anggota yang ditujukan kepada remaja-remaja
yang tinggal di lingkungan sekitar masjid sehingga sampai saat ini mulai berkurang bagi
para remaja untuk mengikuti program pengajian kitab akhlakul banin ini. Biasanya dulu
ada banyak temen-temen remaja yang ikut dimulai dari para pemuda dan remaja-remaja
pondok cabe ilir sampai ikatan pemuda pancasila pondok cabe, sampai juga remaja-
remaja yang suka ikut ngaji di pondok pesantren Nurmedina juga menyempatkan waktu
untuk ikut hadir di program pengajian kitab akhlakul banin ini.
8. Seberapa besar tingkat pemahaman anda mengenai materi-materi yang ada pada
program pengajian kitab Akhlakul Banin?
Kalau berbicara pemahaman materi alhamdulillah sedikit banyaknya saya sendiri
secara pribadi paham karena materi-materi yang disampaikan melalui ulasan terjemahan
dari kitabnya aja bukan dengan cara menerjemahkan kitab seperti dipondok pesantren.
Disamping itu materi yang diberikan disampaikan dengan metode yang sedikit mudah
dipahami oleh banyak orang mulai dari segi bahasanya dan penyampaiannya disesuaikan
dengan anak-anak remaja yang ikut di program pengajian akhlakul banin.
9. Seberapa besar pengaruh secara emosional anda dalam mengikuti program
pengajian kitab Akhlakul Banin?
Pengaruh secara emosionalnya bagi saya sendiri itu datang ketika saya
dihadapkan dengan situasi tertentu yang membuat saya sendiri faham untuk
mengaplikasikan nilai-nilai perilaku yang sebagaimana pernah disampaikan di pengajian
kitab akhlakul banin.
10. Seberapa besar pengaruh program pengajian kitab Akhlakul Banin yang berkaitan
dengan perilaku anda sehari-hari?
Kalau pengaruh menurut saya 95% itu bener-bener ada dalam sehari-hari pribadi
saya sendiri maksudnya ketika saya ikut pengajian saya dapat ilmu nya bagaimana
tentang berperilaku secara agama dan ketika seusai pengajian nah disitu saya ingat apa-
apa pesan dari pengajian tentang akhlak itu bener-bener bawa pengaruh sampai saya inget
ketika saya sama orang tua adab saya harus sopan, patuh, taat, dan ketika saya dikampus
juga bagaimana ketika saya ada dilingkaran pergaulan dikampus harus bisa jaga sikap
dengan baik ya seperti itu menurut saya.
11. Apa hasil yang didapatkan dari pengajian Akhlakul Banin yang dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari?
Kalau hasil yang bisa di ambil buat di masyarakat khususnya Remaja seperti saya
ya lebih mengetahui tentang Akhlak. Akhlak pada Orang tua, Akhlak Remaja gitu kan.
Kemudian Orang tua juga yaa paham gimana menyikapi mungkin kenakalan-kenakalan
remaja.Jadi lebih tau, jadi secara secara teori dapet kemudian di praktekan juga dapet
apalagi kalau dalam pengajian Kitab jadi Prakteknya juga secara Islami.
12. Apa yang menjadi harapan anda dalam program pengajian kitab Akhlakul Banin?
Harapan saya untuk kedepannya program ini harus dijalani lagi sebaik mungkin
dan intropeksi masing-masing anggota maupun pembimbing. Agar dapat lebih maju lagi
kedepannya. Lebih jelasnya para pembimbing dan pengurus atau anggota (IRMA) coba
lebih dekat lagi dengan lingkungan masyarakat supaya dapat ditingkatkan kembali
dukungan-dukungan yang ada. Seperti dukungan para pemuda dan remaja yang dulu ikut
serta disini di (IRMA) ini. Maksud saya jangan sampai lepas atau berhenti.
Karena mereka juga butuh bimbingan agama dan ilmu-ilmu dari pembimbing
(IRMA) ini dan itu semua demi kebaikan bersama selaku masyarakat di pondok cabe ilir.
Dan juga (IRMA) di pondok cabe ilir ini Sebagai ruang peran remaja-remaja muslim
untuk berkembang secara islami mengajak pemuda-pemudi untuk gabung ikut bersama
agar lebih baik lagi khususnya dalam Perilaku keagamaannya.
Tangerang Selatan, 19 Mei 2017
Zulfahmi
PEDOMAN WAWANCARA
BIOGRAFI ANGGOTA (IRMA)
Nama Lengkap : Leo Christianto
Tempat Tgl Lahir :Jakarta 05 Agustus 1997
Alamat :Jalan Cabe I Rt005/04 Pondok Cabe Ilir-Tangerang Selatan
Pendidikan :Pesantren Modern Tangerang
Pengalaman Organisasi :Ketua SIR( Studi Islam Ramadhan )
Aktifitas :Bekerja di suatu perusahaan
KOLOM PERTANYAAN UNTUK ANGGOTA (IRMA)
1. Apa yang mendorong anda tertarik mengikuti program pengajian kitab Akhlakul
Banin?
Saya telah mengikuti kegiatan program pengajian kitab Akhlaqul Banin sekitar
satu tahun terakhir 2016-2017. Yang membuat saya tertarik untuk mengikuti Program
Pengajian Kitab Akhlakul Banin adalah bahwa saat ini pengajian Akhlakul Banin yang
begitu penting dan dibutuhkan sekali karena menurut saya banyak anak-anak muda saat
ini yang sedang krisis akhlak seperti yang dikatakan oleh saya bahwa sikap anak muda
zaman sekarang ini banyak mengalami keburukan diantaranya melawan orang tua, dan
membangkang. positifnya Program Pengajian Kitab Akhlakul Banin ini membuat saya
bisa mempelajari juga memahami bagaimana sikap atau perilaku seorang anak kepada
orang Tua dan juga Memahami apa arti tata krama serta sopan santun antara sikap yang
muda terhadap yang tua itulah yang membuat saya tertarik mengikuti Program Pengajian
Akhlakul Banin.
2. Sudah berapa lama dan seberapa besar tingkat konsisten anda dalam mengikuti
program ini?
Saya mengikuti Program Pengajian Kitab Akhlakul Banin secara konsisten karena
saya memanfaatkan waktu yang diluangkannya untuk mengaji di Ikatan Remaja Masjid
Agung Al-Ikhlas (IRMA).
3. Seberapa besar manfaat yang anda terima setelah mengikuti program ini?
begitu juga Banyak Manfaat yang telah dirasakan oleh saya bahwa Perilaku
Keagamaan ini Mengajarkan saya untuk memahami bagaimana perilaku pribadi kepada
orang tua dan bagaimana perilaku pribadi di lingkungan masyarakat.
4. Pada materi apa yang anda suka mengenai program pengajian kitab Akhlakul
Banin?
Dan materi yang menarik menurut saya adalah materi akhlak yang dikaitkan
kepada hal-hal yang banyak terjadi saat ini.
5. Bagaimana anda mengatur waktu anda dalam mengikuti aktifitas program, agar
tidak terbentur dengan jadwal aktifitas keseharian anda?
saya memanfaatkan waktu yang diluangkannya untuk Mengaji di Ikatan Remaja
Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA).
6. Menurut anda apa kelebihan dan kekurangan program pengajian kitab Akhlakul
Banin?
Faktor keunggulan atau kelebihan bahwa program pengajian kitab akhlakul banin
ini peserta yang mengikuti berjalan kondusif dan efisien hanya saja yang menjadi tolak
ukur kekurangannya adalah seorang pengajar yang memberikan penyampaiannya kurang
luwes dan juga kondisi tempat pengajian yang di adakan di masjid Agung Al-Ikhlas
persisnya terletak di pinggir jalan raya yang kerap terganggu dengan kebisingan suara
knalpot motor lalu lalang.
7. Seberapa besar tingkat pemahaman anda mengenai materi-materi yang ada pada
program pengajian Kitab Akhlakul Banin?
Saya memahami Materi-materi yang dipelajari di dalam Kitab Akhlakul Banin
karena setelah dipelajari setelah itu diaplikasikan di kehidupan sehari-hari.
8. Seberapa besar pengaruh secara emosional anda dalam mengikuti program
pengajian kitab Akhlakul Banin?
Program Pengajian Kitab Akhlakul Banin ini menurut saya memberikan Pengaruh
secara emosional sendiri seperti yang dirasakan oleh saya pengaruh emosional yang
sering terjadi ketika saat bersama teman-teman dan di lingkungan sekitar bahwa pribadi
saya faham dengan bagaimana menghormati yang tua dan juga bagaimana memberikan
contoh yang baik kepada yang lebih muda.
9. Seberapa besar pengaruh program pengajian kitab Akhlakul Banin yang berkaitan
dengan perilaku anda sehari-hari?
membuat saya berubah untuk selalu ingat dengan apa-apa yang telah dipelajari di
Akhlakul Banin bahwa seorang anak harus mematuhi orang tuanya saat diperintah dan itu
semua murni demi kebaikan pribadinya sendiri.
10. Apa hasil yang didapatkan dari pengajian Akhlakul Banin yang dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari?
karena seringnya kita bertemu di Pengajian Kitab Akhlakul Banin, jadi kalau mau
ngadain acara itu bisa bareng-bareng sama orang tua kemudian (IRMA) yang dulu. Kalau
dulu kan pernah kaya gitu biasanya Remaja-remaja. Kemudian Anak-anak remaja jadi
sering banget nongkrongnya di masjid.
11. Apa yang menjadi harapan anda dalam program pengajian kitab Akhlakul Banin?
Harapan bagi saya untuk kedepannya Program Pengajian Kitab Akhlakul Banin
yakni waktunya kalau bisa dilebihkan lagi dari 60 menit menjadi 90 menit dan untuk
teknis tempat harus dapat dikondusifkan dan yang paling penting bagi pembimbingnya
harus lebih dekat lagi kepada pemuda yang ada di lingkungan masyarakat agar kembali
mengikuti Kegiatan di Ikatan Remaja Masjid Agung Al-Ikhlas (IRMA).
Tangerang Selatan, 19 Mei 2017
Leo Christianto
PEDOMAN WAWANCARA
BIOGRAFI REMAJA PONDOK CABE ILIR ANGGOTA (IRMA)
Nama Lengkap :Ibnu Hibban
Tempat Tgl Lahir :Tangerang, 25 Mei 1996
Alamat :Jalan Cabe I Pondok Cabe Ilir
Pendidikan :Pesantren Modern Depok
Pengalaman Organisasi :BEM
Aktifitas :Kuliah dan Guru Privat Agama
LEMBAR PERTANYAAN UNTUK ANGGOTA (IRMA)
1. Apa yang mendorong anda tertarik mengikuti program pengajian kitab Akhlakul
Banin?
saya, tertarik mengikuti pengajian akhlak (Kitab Akhlakul Banin) yaitu biasanya
ada pembahasan yang dikaitkan dengan cerita-cerita berkaitan tentang anak shaleh yang
mematuhi kedua orang tuanya. Memang ada beberapa kisah-kisah dari kitab Akhlakul
Banin itu yang sengaja tidak ditulis oleh Mu‟alifnya ( Pengarang Kitab ) yaitu berupa
perumpamaan cerita anak shaleh yang berbakti kepada orang tua dan itu yang membuat
saya tertarik mempelajari kitab itu.
2. Sudah berapa lama dan Seberapa besar tingkat konsisten anda dalam mengikuti
program ini?
saya sendiri telah mengikuti kegiatan pengajian Kitab Akhlak sudah satu tahun.
saya pribadi kurang konsisten karena terkadang saya juga memiliki kesibukan yang lain
contohnya dalam waktu seminggu itu saya memiliki jadwal mengajar anak-anak ngaji
serta jadwal privat dan jadwal itu ada 3 kali dan itulah yang terkadang terbentur dengan
jadwal Pengajian Kitab Akhlakul Banin jadi tidak begitu maksimal.
3. Seberapa besar manfaat yang anda terima setelah mengikuti program ini?
manfaat yang saya dapatkan itu buat pribadinya sendiri untuk membenahi setiap
perilaku dan akhlak saya, dan dirasakan bagaimanasaya membenahi akhlak saya terhadap
seorang guru dan orang tua. Disitu walaupun kitab itu sederhana akan tetapi memberikan
pelajaran yang sangat luar biasa. Kenapa dikatakan luar biasa karena motivasinya itu bisa
mengenai jiwa saya sendiri, yang membuat-nya untuk bagaimana Ibnu Hibban hormat
kepada guru dan bagaimana saya hormat kepada orang tua dan bagaimana saya itu
bergaul dengan teman-teman yang baik itu seperti sebagaimana mestinya.
4. Pada materi apa yang anda suka mengenai program pengajian kitab Akhlakul
Banin?
saya menyukai materi anak shaleh yang berbakti kepada orang tuanya.
5. Bagaimana anda mengatur waktu anda dalam mengikuti aktifitas program, agar
tidak terbentur dengan jadwal aktifitas keseharian anda?
mungkin kalau saya mengikuti setengah jam pengajian kitab ini, kalau waktu saya
luangkan.
6. Menurut anda apa kelebihan dan kekurangan program pengajian kitab Akhlakul
Banin?
Mengenai kelebihan dan kekurangan Program Pengajian Kitab Akhlakul Banin
menurut saya Program Pengajian Kitab Akhlakul Banin sangat luar biasa untuk anak-
anak khususnya untuk saya pribadi untuk membenahi atau untuk memantapkan akhlak
saya. Kemudian kekurangan itu mungkin dari pengajarnya yakni dalam memberikan
penjelasannya kurang detail karna kalau masalah tentang akhlak itu luas, perlu dikaji
dengan jelas dan dalam-dalam.
7. Seberapa besar tingkat pemahaman anda mengenai materi-materi yang ada pada
program pengajian kitab Akhlakul Banin?
Dan dalam hal pengajian kitab saya pribadi pernah mengikuti kajian kitab kuning,
salah satunya yaitu dipondok pesantren dan sebelumnya sudah mulai mengerti dan
memahami dalam memahami sebuah kalimat dasar saya mengerti sedikit demi sedikit.
8. Seberapa besar pengaruh secara emosional anda dalam mengikuti program
pengajian kitab Akhlakul Banin?
Untuk mengenai pengaruh emosional sangat luar biasa kalau saya lihat dengan
ukuran mungkin sekitar 90%.Karena Akhlakul Banin itu memberikan dampak dan
pengaruh kepada orang yang mempelajari itu menurut saya 90%.
9. Seberapa besar pengaruh program pengajian kitab Akhlakul Banin yang berkaitan
dengan perilaku anda sehari-hari?
Dampak yang dirasakan Ibnu Hibban dalam mengikuti pengajian Kitab Akhlakul
Banin. Dampaknya bagi saya ( Ibnu Hibban ) lebih keberhati-hatian seperti saya jadi
lebih berhati-hati pada tingkah laku saya, yang tadinya tingkah laku saya ( Ibnu Hibban )
kurang baik, jadi ketika saya mendapatkan materi tentang akhlak dan itu bisa memotivasi
saya (Ibnu Hibban) jadi lebih bisa hati-hati maksudnya dalam bergaul khususnya dalam
hal berbicara.
10. Apa hasil yang didapatkan dari pengajian Akhlakul Banin yang dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari?
Hasil yang didapat yang baru bisa saya rasakan itu Jalinan Silaturahmi, jadi
komunikasi antara Remaja Masjid Agung Al-ikhlas sama para Kakak-kakak senior
(IRMA) yang dulu lalu dengan orang tua – orang tua yang ada di masjid. Kemudian
jama‟ah sekitar masjid tuh kita komunikasinya lebih terbuka, silaturahminya lebih
terbuka, Khususnya kalau kita ngadain acara.
11. Apa yang menjadi harapan anda dalam program pengajian kitab Akhlakul Banin?
Harapan untuk kedepannya mengenai program pengajian kitab kuning menurut
saya yakni salah satunya mungkin adanya suatu dukungan dari masyarakat.Yakni
masyarakat itu memiliki antusias dan semangat untuk mengajak anak-anak nya ke masjid
agar supaya mereka dapat mengikuti pengajian Akhlakul Banin. Karna kalau seandainya
tidak ada dukungan dari masyarakat berarti ada salah satu yang tidak sepakat seperti
adanya pro-kontra dan itu bisa menyebabkan tidak berkelanjutan program ini berjalan,
maka dari itu penting adanya dukungan dari masyarakat.
Tangerang Selatan, 19 Mei 2017
Ibnu Hibban
DOKUMENTASI
Pelaksanaan Program Pengajian Kitab Akhlakul Banin
Wawancara Pribadi dengan Pengasuh IRMA Drs. Junaedi Abyan, S.H.
Diskusi Santai bersama Pengurus dan Pembimbing IRMA
Wawancara Pribadi dengan Pembimbing Ust. H. Endang Husna Hadi S,Ag
Wawancara Pribadi dengan anggota IRMA, Leo Christianto.
Wawancara Pribadi dengan Ketua IRMA, Zulfahmi
Wawancara Pribadi dengan Anggota IRMA, Ibnu Hibban
Observasi dan Wawancara dengan Pengurus IRMA Drs. Junaedi Abyan, S.H.