Upload
others
View
9
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
EVALUASI PROGRAM PELAYANAN KESAHATAN JEMAAH HAJI DI
KEMENTERIAN AGAMA KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT
TAHUN 2014
Diajukan Oleh:
Ary Falwan Novriawinda
(11100531000031)
SKRIPSI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016/1437 H
i
EVALUASI PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN
JAMAAH HAJI DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA
ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk memenuhi persyaratan skripsi dalam
meraih gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Ary Falwan Novriawinda
NIM: 1110053100031
Dosen Pembimbing
H. Mulkanasir, BA, S.Pd, M.M
19550101 198302 1001
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU
KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2016 M
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul: EVALUASI PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN
JAMAAH HAJI DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA ADMIISTRASI
JAKARTA PUSAT TAHUN 2014, oleh: Ary Ffalwan Novriawinda, NIM:
1110053100031, telah diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Ilmu Dakwah
Dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari tanggal selasa,
28 oktober 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Konsentrasi Manajemen Haji Dan Umrah
Jurusan Manajemen Dakwah.
Jakarta, 26 Juni 2016
Sidang Munaqosah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
(Drs. Cecep Sastrawijaya, MA) (Drs. Sugiharto, MA)
Nip: 196720303 199203 2001 Nip: 19660806 199603 1001
Anggota
Penguji I Penguji II
(DR. H. Ahmadih Rojalih Jawab, MA) (Drs. H. M. Sungaidi, MA)
Nip: 19810526 201411 1002 Nip: 19600803 199703 1006
Pembimbing
(Drs. H. Mulkanasir, BA, Spd, MM) Nip: 19550101 198302 1001
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyarataan untuk memperoleh gelar strata 1 (S1) di
Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya
asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka
saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 Juni 2016
(Ary Falwan Novriawinda)
iv
ABSTRAK
Evaluasi Program Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji di Kementerian Kota
Administrasi Jakarta Pusat
Ibadah haji yang kini menjadi magnet di hati jutaan umat muslim. Baik dalam
kehidupan nyata ataupun dalam media masa ramai orang memperbincangkannya.
Beragaam permasalahan terjadi pada pelaksanaan ibadah haji, salah satunya pada
pelayanan kesehatan jemaah haji. Oleh karenanya perlu dievaluasi.
Evaluasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan
kualitas, kinerja atau produktifitas suatu lembaga dalam melaksanakan
prorgamnya. Melalui evaluasi ini akan diperoleh informasi tentang apa yang telah
dicapai dan apa yang belum dicapai. Selannjutnya informasi ini digunakan untuk
perbaikan suatu program.
Setelah menjalani evaluasi, kiranya ada beberapa penemuan yang perlu
dikemukakan oleh penulis. Dan penulis mengambil garis besar bahwa program
pelayanan kesehatan jamaah haji di kementerian agama kota administrasi jakarta
pusat mampu menjaga mutu pelayanan kesehatan dengan baik.
Program pelayanan kesehatan jamaah haji di kementerian agama kota
administrasi jakarta pusat mampu memberikan kepuasan bagi jamaah. Mulai dari
jadwal pemeriksaan yang jelas, pemeriksaan kesehatan dan sarana yang lengkap,
hingga tindakan medis yang tutas, semua itu diprioritaskan kepada jamaah haji di
lingkungan Kementerian Agama Kota Administrasi Jakarta Pusat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan menggunakan
pendekatan metode kualitatif deskriptif yaitu dengan melakukan penelitian
kepustakaan; yaitu teknik pengumpulan data melalui sumber tertulis. Penelitian
lapangan; yaitu teknik pengumpulan data dengan metode observasi (pengamatan
langsung), dan wawancara dengan Kasi Haji sehingga mendapatkan data-data
yang akurat yang dibutuhkan
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirrobil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT atas segala nikmat, anugrah serta kasih sayang-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Evaluasi Program Pelayanan
Kesehatan Jamaah Haji di Kementerian Agama Kota Administrasi Jakarta Pusat
Tahun 2014. Shalawat beriring salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, serta
umatnya yang selalu istiqomah menjalankan ajarannya.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat
memperoleh gelar sarjana komunikasi islam bagi mahasiswa program S1 pada
program studi Manajemen Haji dan Umrah di Universitas Islam Negri Jakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis dengan segala
kerendahan hati dan penuh rasa hormat mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun
materil secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini hingga selesai.
Dengan Segala Kerendahan Hati Penulis juga mengucapkan terimakasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Dan
Ilmu Komunikasi
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MM selaku ketua jurusan manajemen
dakwah
3. Drs. Sugiharto, MA selaku sekretaris jurusan manajemen dakwah
4. Drs. H. Mulkanasir, BA, S.Pd, MM selaku pembimbing skripsi
vi
5. Drs. H. Ahmad Rojalih Jawab, MA dan Drs. H. M. Sungaidi, MA
selaku penguji skripsi
6. Dosen manajemen haji dan umrah yang tidak bisa penulis sebutkan
satu-persatu namanya. Penulis mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga atas transformasi ilmu yang selama ini telah dilakukan
dengan amanah, baik dan bermanfaat.
7. Staf kantor Kementerian agama kota administrasi jakarta pusat,
terutama bapak Drs. H. Suyadi, S.Ag selaku kepala seksi pelayanan
haji dan umrah yang telah memberikan waktuya kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
8. Teman-teman kelas konsentrasi manajemen haji dan umrah angakatan
2010. Teman berjuang, bersama menekuni ilmu yang dari awal kuliah
menjadi bidang pilihan kita.
Tiada kata selain terimakasih, semoga Allah membalas kebaikan yang membuat
penulis mudah dalam menyeleseikan skripsi ini dengan sebaik-baik balsan. Dan
semoga Allah selalu melindungi dan memberikan rahmatNya. Amin...
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………………………………... . i
KATA PENGANTAR…………………………………………………....... ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..... v
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah ...................................................................... 1 B. Pembatasan danPerumusanMasalah .................................................. 7 C. TujuandanManfaatPenelitian.............................................................. 8 D. MetodePenelitian ............................................................................... 9
1. Metode Penelitian ......................................................................... 9 2. Lokasi penelitian ......................................................................... 9 3. Subjek dan Objek Penelitian ........................................................’ 9 4. Tehnik Pengambilan Data ............................................................. 10 5. Teknis Analisi Data....................................................................... 11
E. TinjauanPustaka................................................................................ 11 F. SistematikaPenulisan......................................................................... 13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Evaluasi Program ................................................................................ 15 1. Pengertian Evaluasi Program.......................................................... 15 2. Jenis-jenis Evaluasi Program ......................................................... 18 3. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi Program...................................... 21 4. Karakteristik Evaluasi Program..................................................... 24
B. Program............................................................................................... 24 1. Pengertian Program....................................................................... 24 2. Macam-Macam Program............................................................... 27 3. Tujuan Program............................................................................ 28
C. Pelayanan Kesehatan.......................................................................... 28 1. Pengertian Pelayanan Kesehatan.................................................. 28 2. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan............................................... 32 3. Mutu Pelayanan Kesehatan............................................................ 33
D. Jamaah Haji ........................................................................................ 36 1. Pengertian Jamaah Haji................................................................. 36 2. Hak dan Kewajiban Jamaah Haji.................................................. 40
BAB III Gambaran Umum Kantor Kementerian Agama Kota Administrasi
Jakarta Pusat
A. Profil Umum....................................................................................... 42 1. Sejarah Singkat Lahirnya Kementerian Agama............................ 42
viii
2. Sejarah Singkta Kementerian Agama Jakarta Pusat..................... 43 B. Visi dan Misi...................................................................................... 44 C. Tugas Pokok dan Fungsi..................................................................... 45 D. Struktur Kementerian Agama Kota Administrasi Jakarta Pusat........ 46 E. Penyelenggara Haji dan Umrah.......................................................... 47
1. Struktur Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah............................. 47 2. Tugas dan Fungsi Penyelenggara Haji dan Umrah....................... 47
a. Kepala Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah........................ 48 b. Pranata Haji............................................................................. 48 c. Pengelola Administrasi Keuangan........................................... 49 d. Pengelola Data Informasi......................................................... 49 e. Pengadministrasian Umum...................................................... 50 f. Pengelola Jamaah Haji............................................................. 50
BAB IV Evaluasi Program Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji di
Kementerian Agama Kota Administrasi Jakarta Pusat 2014
A. Program Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji......................................... 52 1. Program Pelayanan Kesehatan di Tanah Air.................................. 52
a. Program Pelayanan Kesehatan Tahap Pertama......................... 53 b. Program Pelayanan Kesehatan Tahap Kedua........................... 55
2. Program Pelayanan Kesehatan di Pesawat..................................... 57 3. Program Pelayanan Kesehatan di Tanah Suci................................ 58
a. Program Pelayanan Medis Petugas TKHI Kloter.................... 59 b. Program Pelayanan Medis di BPIH oleh PPIH Kesehatan..... 60
B. Analisa Evaluasi Program Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji.............. 61 1. Evaluasi Klient (Calon Jamaah Haji)............................................... 61
a. Calon Jamaah Haji Berdasarkan Kelamin................................. 62 b. Calon Jamaah Haji Berdasarkan Usia....................................... 63 c. Calon Jamaah Haji Berdasarkan Pendidikan............................ 65 d. Calon Jamaah Haji Berdasarkan Pekerjaan.............................. 66
2. Evaluasi Staff.................................................................................... 68 3. Evaluasi Program............................................................................. 71
a. Program Pelayanan Kesehatan di Tanah Air.............................. 71 b. Program Pelayanan Kesehatan di Tanah Suci............................ 73 c. Program Pelayanan Kesehatan Pasca Haji................................. 74
4. Evaluasi Tempat/ Sarana.................................................................. 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................. 77 B. Saran....................................................................................................... 79
Daftar Pustaka
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bulan dzulhijah merupakan waktu bergulirnya ibadah haji. Berduyun
hamburan jutaan manusia mengelilingi kabah. Seraya berteriak khusu’
melafadzkan talbiyah. Berputar tidak ada hentinya, selayaknya jarum jam yang
tidak pernah habis baterainya.
Hati yang diisi penuh oleh harapan, mengepul kepanasan tak sabar dilanda
antrian panjang untuk menuju Rumah Tuhan. Sesekali cemas datang
memikirkan umur yang semakin matang. Ketakutan kalau-kalau di waktu
giliran namun umur sudah menghilang. Na’udzubillah.
Dibalik kecemasan yang meluap dalam menunggu antrian panjang,
terdapat banyak orang yang berkali-kali menunaikan ibadah haji. Tak terhitung
jumlahnya, pemerintahpun enggan mengusiknya, mungkin karena pemerintah
memang tidak berwenang melarangnya. Padahal hakikat haji hanya wajib
dilaksanakan sekali seumur hidup. Sehingga tidak perlu melaksanakan haji
berkali-kali. Seperti dalam hadist Rasulallah dijelaskan bahwa ibadah haji
wajib dilaksanakan sekali seumur hidup. Hadist tersebut berbunyi:
َل َىا اهلُل َعََْهِه َعْن َأِبْي ُهَرْيَرَة، َرِضَي اهلُل َعْنُه، َقاَل : َخَطَبَنا َرُسوُل اهلِل
ُّوا"ف َفَقاَل َرُل : : َوَس َىَم، َفَقاَل: " َأيَُّها الن ىاُس إن ى اهلُل َقْد َفَرَض َعََْهُكُم الَحج ى فُح
2
َرُسوُل اهلل َل َىا اهلُل ف َفَكَكَ،، َت َىا َقاَلَها َلثَالا. ف َفَقاَلَأُك ى َعاٍم َيا َرُسوَل اهلل ِى
َََطْعَُْم ف ُلم ى َقاَل : َذُروِني َما َعََْهِه َوَس َىَم : " َلْو ُقَُْ، : َنَعْم َلَوَلَبْ، ف َوَلَما اسـْ
ِإَذا َِثَاِفِهْم َعََا َأْنِبَهاِِِهْم، َفاِلِهْم، َواْخَتَرْكَُُكْم، َفإن ىَما َهَََك َمْن َكاَن َقْبََُكْم ِبَكْثَرِة ُسَؤ
َُِْوا ِمْنُه َما اْسَََطْعَُم، َوِإَذا َنَهْهَُُكْم َعْن ُُ َأَمْرُتُكْم ِبَشيٍء َفا ََْيٍء َفَدُعوُُ " رَرَوا
فُمْكَِم(
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulallah shallallahu
alaihi wasallam berkhutbah dan bersabda: “Wahai sekalian manusia, sungguh
telah diwajibkan atas kalian berhaji maka berhajilah kalian. Lalu ada seorang
yang bertanya, “apakah wajib setiap tahun wahai Rasulallah?” beliau lalu
terdiam. Sampai ketika orang itu bertanya pada kali yang ketiga beliau
menjawab. “Seandainya saya katakan ‘ya’ maka haji akan menjadi wajib setiap
tahunnya dan kalian pasti tidak akan sanggup melakukannya.” (H.R. Muslim
no. 1337)1
Ibadah haji yang kini menjadi magnet di hati jutaan umat muslim mampu
menarik banyak perhatian. Baik dalam kehidupan nyata ataupun dalam media
masa ramai orang memperbincangkannya. Beragaam permasalahan terjadi
pada pelaksanaan ibadah haji, salah satunya pada pelayanan kesehatan jemaah
haji.
Untuk memaksimalkan rukun Islam yang kelima dipersyaratkan harus
mampu. Kata mampu ataupun sanggup di sini adalah mampu secara fisik
maupun finansial yang tentunya melibatkan kesiapan mental.2
Maksud mampu secara fisik di sini adalah mimiliki badan yang sehat
sehingga mampu melaksanakan ibadah haji dengan baik. Ibadah haji
1 M. Nashiruddin al-Albani, Ringkasan Shahih Muslim, Gema Insani, th. 2005, h. 306.
2Mulyadhi,Kartanegara. Filosofi haji. Dinamika dan presfektif Haji Indonesia. (jakarta :cv duta
veraga ,2010), hal 3
3
merupakan ibadah dengan ritual yang banyak menguras fisik. Sehingga
kualitas kesehatan sangat berpengaruh terhadap kualitas ibadah. Dan sulit
kiranya untuk mewujudkan haji yang mabrur andai ke-khusu’-an dalam
melaksanakan ibadah haji terganggu oleh kualitas kesehatan jemaah yang
lemah.
Ibadah haji mensyaratkan kesanggupan (istitho’ah) kesehatan secara fisik
dan jiwa, selain ekonomi dan ilmu. Untuk memenuhi ketentuan syar’i
dimaksud, diperlukan upaya perbaikan pelayanan kesehatan pada jemaah haji.
Pelayanan kesehatan jemaah haji merupakan rangkaian kegiatan terstruktur
dalam upaya meningkatkan status kesehatan dan kemandirian jemaah haji.3
Tujuan pelayanan kesehatan ini adalah meningkatkan kondisi kesehatan
jemaah haji sebelum keberangkatan, menjaga agar jemaah haji dalam kondisi
sehat selama menunaikan ibadah sampai tiba kembali ke Indonesia, serta
mencegah terjadinya transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa
keluar/masuk oleh jemaah haji.
Padatnya aktivitas disertai dengan perubahan suhu seringkali menjadi
faktor turunnya kondisi kesehatan. Biasanya, gangguan kesehatan yang dialami
oleh para jamaah yakni sengatan panas, dehidrasi hingga kelelahan berat. Hal
inilah yang juga diungkapkan Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Kepala Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan.4
Suhu di Tanah suci bisa mencapai 40 derajat celcius, kelembapannya
rendah sehingga bisa menimbulkan gangguan kesehatan. Lebih lanjut, pada
3Bapelkes.cikarang.or.id, 21.30, 04-12-2014. 4Health.okezone.com, 02 September 2014, pukul 20.18
http://health.okezone.com/read/2014/09/01/486/1032865/jangan-sepelekan-varises
4
pelaksanaan ibadah haji tahun 2014 para jamaah juga diperingatkan untuk
mewaspadai penyakit MERS yang mewabah di Arab Saudi sebelumnya. Selain
memang belum ada vaksin, pasien yang terserang penyakit tersebut, diketahui
memiliki riwayat penyakit tertentu. Karenanya, para calon jemaah haji harus
benar-benar diberi pelayanan kesehatan yang baik agar terhindar dari penyakit
ataupun virus yang beredar di Makkah.5
Program pelayanan kesehatan jemaah haji tidak hanya diberikan pada
akhir-akhir ini saja, jauh sejak dari awal pelaksanaan ibadah haji mulai
ditangani oleh pemerintah sudah dibuat program pelayanan kesehatan oleh
pemerintah Indonesia. Seperti saat pelaksanaan ibadah haji masih
menggunakan transportasi kapal haji Koan Maru 1 (1996), di atas kapal ini
menyediakan fasilitas kesehatan dengan menyediakan poliklinik.6
Seiring berkembangnya alat transportasi, penggunaan kapal laut sudah
tidak lagi digunakan dan beralih menggunakan transportasi udara. Dengan
demikian pelayanan kesehatan bisa lebih intens karena hanya dilakukan pada
saat sebelum keberangkatan dan saat tinggal di Saudi Arabia.
Walaupun demikian kondisinya, tidak serta-merta pelayanan kesehatan
jemaah haji berjalan dengan rapi sesuai program yang diatur oleh pemerintah.
Seperti apa yang dialami oleh Haryadi, jemaah haji yang menunaikan ibadah
haji pada tahun 2012 ini merasa ada keganjalan karena setiap jemaah dipungut
5Ibid 6 Med. Ahmad Ramali, Perjalanan Haji, Penerbit Tinta Mas, Jakarta, 1969, hal 11.
5
sebesar Rp.50.000 oleh petugas kesehatan setempat. Hal ini terjadi saat
melakukan tes kesehatan Tahap II di puskesmas daerahnya.7
Dan pada pelaksanaan ibadah haji pada tahun ini (2014) juga terjadi protes
oleh sebagian Calon Jemaah Haji karena ada pungutan liar saat pemeriksaan
kesehatan Tahap II di puskesmas. Untuk pemeriksaan Tahap ini jemaah
dipungut biaya sebesar Rp.558.000. Sedangkan SK bupati setempat jumlahnya
tidak sampai sebesar itu.8
Namun masalah tersebut ada pembelaan dari petugas setempat yang
mengatakan bahwa tidak kesesuaian besarnya biaya dengan SK bupati
disebabkan oleh adanya biaya tambahan untuk vaksin MERC atau imunisassi
Flubio yang biayanya dibebakan kepada masing-masing Calon Jemaah Haji,
sehingga setiap jemaah dikenakan biaya tambahan sebesar Rp.160.000.
Di luar benar atau salahnya alasan yang diberikan oleh petugas tersebut,
kasus yang penulis tulis di atas menandakan bahwa program-porgram yang
dibuat pemerintah masih terlihat ada kejanggalan dan belum sepenuhnya bisa
diterima oleh masyarakat, khususnya oleh para calon jemaah haji.
Atas dasar masalah-masalah di atas, maka penulis sangat tertarik untuk
melakukan penelitian lebih mendalam yang dituangkan dalam sebuah skripsi
dengan judul “EVALUASI PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN
JEMAAH HAJI DI KEMENTRIAN AGAMA JAKARTA PUSAT
TAHUN 2014”
7 SindoNews.com, 02 September 2014, pukul 22.36. 8 Suksesionline.com, 20 Oktober 2014, pukul 09.00
6
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikisikan
sebagai berikut:
a. Ibadah haji merupakan ibadah yang menguras fisik, dan kondisi fisik
jemaah haji Indonesia beragam, bahkan mayoritas adalah berusia lanjut.
b. Banyak jemaah yang kesehatannya terganggu saat melaksanakan ibadah
haji.
c. Program pelayanan kesehatan jemaah haji yang dilakukan oleh
pemerintah selalu mendapat kritikan dari masyarakat sehingga perlu
dievaluasi.
Dalam pembatasan masalah penulis hanya membatasi pada poin C
saja. Yaitu program pelayanan kesehatan jemaah haji di Kementerian
Agama Jakarta Pusat pada tahun 2014.
2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dijabarkan di atas maka
perumusan masalah dari penelitian ini yaitu:
1. Apa saja program-program pelayanan kesehatan yang diberikan
Kementerian Agama Jakarta Pusat kepada jemaah haji?
2. Apakah program pelayanan kesehatan jemaah haji di Kementerian Agama
Jakarta Pusat sudah memenuhi standar pemeriksaan kesehatan?
7
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka ada tujuan yang ingin di-
capai oleh peniliti yaitu :
a. Untuk mengetahui program-program pelayanan kesehatan yang dilakukan
oleh Kementerian Agama Jakarta Pusat kepada jemaah haji.
b. Untuk mengetahui apakah program pelayanan kesehatan jemaah haji di
Kementerian Agama Jakarta Pusat memenuhi standar pemeriksaan
kesehatan.
2. Manfaat Penelitian
a. Akademik
Pengembangan ilmu pengetahuan bidang manajemen haji dan
umrah, khususnya dalam pelayanan kesehatan jemaah haji. Dan menjadi
referensi khususnya jurusan manajemen haji dan umroh, Fakultas Ilmu
Dakwah Dan Ilmu Komunikasi yang sudah lebih dari empat tahun
mendidik mahasiswa untuk berkompeten dalam bidang haji dan umroh.
b. Praktis
Pengembangan wawasan khazanah ilmu pengetahuan dan juga
gagasan untuk Kementerian Agama yang telah ditugaskan sebagai
pelaksana ibadah haji, dan khususnya untuk jurusan manajemen haji dan
8
umroh, Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi yang kelak
alumninya akan turun ke lapangan untuk ikut mensukseskan pelaksanaan
ibadah haji.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan penulis yaitu menggunakan
metode penelitian kualitatif deskriptif. Dengan metode ini akan sangat tepat
untuk menghasilkan sebuah informasi mendalam terkait program pelayanan
kesehatan jemaah haji yang ada di Kementerian Agama Kota Administrasi
Jakarta Pusat, dengannya penulis akan menggambarkan secara cermat dan
sistematis semua fakta yang ada di Kementerian Agama Kota Administrasi
Jakarta Pusat dan memberi kemudahan untuk dipahami dan disimpulkan.
2. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini bertempat di Kantor Kementerian Agama
Kota Administrasi Jakarta Pusat Jl. Kyai Haji Mas Mansyur, No. 128,
Jakarta Pusat, 10230. Telp. (021) 3102377. Penelitian ini dilaksanakan
mulai tanggal 27 November 2014 sampai selesai.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah evaluasi program
pelayanan kesehatan jemaah haji di jakarta pusat. Untuk subjek dalam
penelitian ini adalah Kepala Biro Haji dan Umroh berserta pegawai lainnya.
9
4. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
dengan cara:
a. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan dalam metode survei
yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subjek peneliti.9
Dalam pengumpulan data peneliti melakukan wawancara kepada subjek
yang berkaitan kepada pejabat Kementerian Agama Jakarta Pusat.
Penulis memberikan pertanyaan langsung dengan melakukan 2 cara :
melalui tatap muka dan melalui alat elektronik seperti telepon dan email.
b. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung
agar data yang di dapatkan lebih akurat dan bebas terhadap objek yaitu
Kementerian Agama Jakarta Pusat tentang program program peningkatan
profesionalisme terhadap pembimbing manasik haji. Observasi
merupakan proses pencatatan pola prilaku subjek (orang), objek (benda),
atau kejadian yang sistematis tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi
dengan individu-individu yang di teliti.10
9 Sangadji etta memang dan sopiah, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian
(Yogyakarta : C.V. ANDI OFFSET, 2010), h.171
10 Sugiono, Metode penelitian pendidikan, h.171
10
c. Dokumentasi
Merupakan jenis data penelitian yang antara lain berupa : jurnal,
surat-surat atau data dalam bentuk laporan program.11 dalam hal ini
penulis melakukan pengumpulan data yang terdapat di Kementerian
Agama Jakarta Pusat.
5. Tehnik Analisa Data
Ketika data-data dikumpulkan, selanjutnya penulis mengolahnya
dengan menggunakan metode content analisys yaitu menganalisa dan
menguraikan secara jelas dan utuh hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang ada yaitu sesuai dengan judul skripsi penulis “Evaluasi
program pelayanan kesehatan jemaah haji di Kementerian Agama Kota
Administrasi Jakarta Pusat”. Untuk memperkuat analisis, penulis
membandingkan dengan informasi yang diberikan oleh informan.
Selanjutnya penulis membuat kesimpulan dengan pendekatan metode
induktif yaitu menyimpulkan kesimpulan dari yang bersifat khusus ke
umum.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan penelitian ini penulis banyak membaca skripsi yang
telah dibuat sebelumnya, agar mendapat pengetahuan dan sebagai
perbandingan. Di dalam proses pencarian data penulis menemukan skripsi yang
11 Sangadji etta memang dan sopiah, Metodelogi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian
(Yogyakarta: C.V. ANDI OFSET, 2010) , h. 176
11
memiliki judul- judul hampir sama dengan yang di teliti. Judul tersebut ada di
dalam karya :
1. Nama : Mar’atus Soleha, Nim : 108053000039 Jurusan : Manajemen
Dakwah, Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2010, Judul Skripsi
: Evaluasi Program Pemasaran Umrah PT Bimalyndo Hajar Aswad Tour
And Travel Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan, dalam penelitianyan
saudari Soleha mengevaluasi program pemasaran umrah yang ada di PT
Bimalyndo Hajar Aswad Tour and Travel.
Persamaan
Di dalam penelitian ini baik penulis dan saudari Mar’atus Soleha
membuat evaluasi terhadap program yang telah dibentuk oleh masing-
masing objek yang dievaluasi.
Perbedaan
Dalam skripsi saudari Mar’atus Soleha mengevaluasi program
pemasaran, sedangkan penulis mengevaluasi program pelayanan
kesehatan jemaah.
2. Nama : Hj. Nur Ahyani, Jurusan : Manajamen Dakwah, Fakultas : Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2006, Judul Skripsi :pelayanan haji dan
umrah PT. Nurul Amanah Sirindo Jakarta terhadap jemaah haji. Skripsi ini
menjelaskan tentang bagaimana pelayanan jemaah haji.
Persamaan
Di dalam skripsi ini persamaan penulis dan saudari Hj. Nur Ahyani
adalah tentang bagaimana member pelayanan terhadap jemaah haji.
Perbedaan
12
Skripsi yang ditulis oleh saudari Hj.Nur Ahyani menjelaskan tentang
pelayanan terhadap Jemaah haji secara umum, sedangkan penulis lebih
memfokuskan pelayanan kesehatan terhadap jemaah haji.
3. Nama: Ida Nur Aeni, Nim: 106054002040, jurusan: pengembangan
masyarakat Islam, fakultas: Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2010, judul
skripsi: program pelayanan kesehatan yayasan persada nurani dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat miskin di kebayoran lama jakarta
selatan.
Persamaan
Di dalam skripsi saudari Ida Nur Aeni dan penulis memiliki persamaan
dengan pembahasan, yaitu sama-sama membahas masalah pelayanan
kesehatan.
Perbedaan
Skripsi yang ditulis oleh Ida Nur Aeni hanya membahas pelayanan
kesehatan masyarakat di yayasan persada nuraini, sedangkan penulis
membahas pelayanan kesehatan jemaah haji di kementerian agama
jakarta pusat.
13
F. Sistematika Penulisan
Di dalam sistematiaka penulisan penulis menjadikanya terdiri dari lima
BAB, adapun rinciannya adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematiaka penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pengertian Evaluasi, macam-macam evaluasi, manfaat
evaluasi, Pengertian Program, pengertian pelayanan
kesehatan, mutu pelayanan kesehatan, pengertian jemaah
haji, dan dinamika jemaah haji di Indonesia.
BAB III :TINJAUAN UMUM TENTANG KEMENTERIAN
AGAMA JAKARTA PUSAT
Sejarah, visi dan misi, struktur organisasi.
BAB IV :ANALISIS TENTANG EVALUASI PROGRAM
KESEHATAN JEMAAH HAJI DI KEMENTERIAN
AGAMA JAKARTA PUSAT
Dalam bab ini berisikan hasil dari penelitian mengenai
bagaimana program pelayanan kesehatan jemaah yang
dilakukan oleh Kementerian Agama Jakarta Pusat.
14
Meliputi: prapelaksanaan ibadah haji dan ketika
pelaksanaan ibadah haji.
BAB V : PENUTUP Kesimpulan dan saran
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi Program
Secara etimologis evaluasi berarti penilaian.1 Sedangkan secara
terminologis evaluasi dapat diartikan sebagai proses bersistem dan obyektif
yang menganalisa sifat dan ciri pekerjaan di dalam perusahaan atau
organisasi.2
Pengertian evaluasi sudah banyak diterangkan oleh para pakar
manajemen, baik yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri.
Diantaranya sebagai berikut:
a. Nikto & Brookhart (2007) dalam Harun Rasydin dan Mansur
mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses penetapan nilai yang
berkaitan dengan kinerja dan hasil karya siswa.3
b. Mardapi (2004) dalam buku Harun Rasydin dan Mansur mendifinisikan
evaluasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan
kualitas, kinerja atau produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan
prodaknya.4
1 http://kbbi.wib.id/evaluasi, 10.56, 22 oktober 2014. 2 Lembaga pendidikan dan pembinaan manajemen, 1999, h. 40 3 Harun Rasydin & Mansur, Penilaian Hasil Belajar, (B andung: Wacana Prima, 2009), h.
2 4 Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen, 1999, h. 42
http://kbbi.wib.id/evaluasi
16
c. Tyler (1950), evaluasi adalah proses penentuan sejauh mana tujuan
pendidikan telah dicapai.5
d. Kirkendan, dkk (1980) mendefinisikan evaluasi adalah proses penentuan
nilai atau manfaat dari suatu data kolektif.6
e. Stuffelbeam (1971) mendifinisikan evaluasi adalah proses memperoleh,
menyajikan, dan menggambarkan informasi yang berguna untuk menilai
suatu alternatif pengambilan keputusan.7
f. Ebel (1986) mendefinisikan evaluasi merupakan kebutuhan dimana
evaluasi harus memberikan keputusan tentang informasi apa saja yang
dibutuhkan, bagaimana informasi tersebut dikumpulkan, serta bagaimana
informasi tersebut disintesiskan untuk mendukung hasil yang
diharapkan.8
g. Dr. Wirawan, MSL, Sp.A., M.M., M.Si. dalam bukunya “Evaluasi: teori,
model, standar, aplikasi, dan profesi” mendefinisikan evaluasi sebagai
riset untuk mengumpulkan, menganalisis, dan meyajikan informasi yang
bermanfaat mengenai objek evaluasi, menilainya dengan
membandingkannya dengan indikator evaluasi dan hasilnya
dipergunakan untuk mengambil keputusan mengenai objek evaluasi.9
h. M Chabib Thaha berpendapat bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang
terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan
5 Harun Rasydin & Mansur, Penilaian Hasil Belajar, h. 3. 6 Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen, 1999, h. 43 7 Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen, 1999, h. 43 8 Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen, 1999, h. 44 9 Wirawan, Evaluasi: teori, model, standar, aplikasi, dan profesi, (Jakarta: Rajawali Pres,
2012), h. 7.
17
suatu instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk
memperoleh kesimpulan.10
i. Arikunto berpendapat bahwa evaluasi merupakan salah satu rangkaian
kegiatan dalam meningkatkan kualitas, kinerja, atau produktifitas suatu
lembaga dalam melaksanakan programnya.11
Dari pendapat-pendapat mereka di atas yang saling melengkapi,
maka penulis mengambil kesimpulan bahwa evaluasi adalah suatu proses
untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana kegiatan tertentu telah
dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu
untuk mengetahui apakah ada selisih diatara keduanya, serta bagaimana
manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-
harapan yang ingin diperoleh.
Sedangkan pengertian program secara terminologis yaitu berasal dari
bahasa inggris yang artinya acara, rencana, buku acara. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia “Progam” mempunyai arti suatu rancangan
mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan.12
Secara etimologis program adalah pekerjaan yang dilakuan oleh
seorang manajer dalam menetapkan urutan tindakan yang diperlukan untuk
mencapai sasaran dan tujuan. Dalam program ditetapkan prioriitas dan
10 M. Chabib Thaha, Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta, Raja Grafindo Persada, th. 1996,
h. 1. 11 Arikunto Suharsini, Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis Bagi
Praktisi Pendidikan, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h.12 12Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1988), cet. ke-1, h. 278
18
mencantumkan langkah tindakan yang akan diambil menurut tingaktan atau
derajat kepentingan.13
Program menurut Andi Mappiare adalah kerangka dasar rancangan
aktifitas atau kegiatan yang dirancang untuk melaksanakan kebijakan yang
dilaksanakan untuk waktu yang tidak terbatas.14
Menurut Jhon L Herman (1989) program adalah segala sesuatu yang
dilakukan dengan harapan akan mendatangkan hasil atau manfaat.
Menurut Suharsimi Arikunto (2004) program dapat dipahami dalam
dua makna, yaitu secara umum dan khusus: secara umum, program diartikan
dengan rencara atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan oleh seseorang
dikemudian hari. Sedangkan pengertian program secara khusus, biasanya
program dikaitkan dengan evaluasi, yaitu suatu unit atau kesatuan kegitan
yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan,
berlangsung dalam proses berkesinambungan dan terjadi dalam satu
organisasi yang melibatkan sekelompok orang.
2. Jenis-jenis Evaluasi Program
Dalam melaksanakan evaluasi program, biasanya dikaitkan dengan
jenis-jenis evaluasi yang akan digunakan. Dalam konteks ini penulis akan
menggunakan jenis evaluasi program seperti yang dikemukakan oleh
13 B. N. Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005), h. 292. 14 Andi Mappiare, Kamus Istilah Konseling dan Terapi, (Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 2006), edisi 1, h. 254
19
Isbandi Rukminto yang mengutip pendapat Feuriskin yaitu : evaluasi input,
evaluasi proses, dan evaluasi hasil.15
a. Evaluasi Input
Evaluasi input memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk
dalam suatu pelaksanaan program. Menurut Isabndi terdapat tiga unsur
(variabel) utama yang terkait dengan evaluasi input adalah :
1) Klien (peserta), meliputi : usia, jenjang pendidikan, dan latar belakang
keluarga.
2) Staf (pelaksana), meliputi : aspek demografi, seperti latar belakang
pendidikan staf, dan pengalaman profesi staf
3) Program, meliputi : lama waktu layanan yang diberikan, materi,
sumber-sumber rujukan yang tersedia dan cara pelaksanaan program.
Terkait dengan evaluasi input program, ada 4 (empat) kriteria
yang dapat dikaji, baik sendiri-sendiri maupun secara keseluruhan.
Kriteria tersebut di antaranya :
1) Tujuan objektif
2) Penilaian terhadap kebutuhan klien
3) Standar dari suatu praktek yang baik
4) Biaya untuk pelaksanaan program.
b. Evaluasi proses
15 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
komunitas, (Jakarta : FEUI, 2001), h.128
20
Menurut Wirawan evaluasi proses merupakan evaluasi formatif
yang berfungsi mengukur kinerja program untuk mengontrol pelaksanaan
program. salah satu cangkupannya adalah mengukur apakah terjadi
penyimpangan atau tidak dalam pelaksanaan program.
Evaluasi proses memfokuskan diri pada aktivitas program yang
melibatkan interaksi langsung antara klien (peserta program) dan staf
(pelaksana). Evaluasi ini untuk menilai bagaimana proses kegiatan yang
sedang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana yang telah
dirumuskan.16
Sedangkan evaluasi proses menurut Isbandi yang mengutip
pendapat Pietrzak yaitu memfokuskan diri pada aktivitas program yang
melibatkan interaksi langsung antara klien dengan staf yang merupakan
pusat dari pencapaian tujuan program. Tipe evaluasi ini diawali dengan
analisis dari sistem pemberian layanan dari suatu program. Dalam upaya
mengkaji nilai komponen pemberian layanan, hasil analisi harus dikaji
bedasarkan kriteria yang relevan seperti: standar praktek terbaik,
kebijakan lembaga, tujuan proses dan kepuasa klien.17
c. Evaluasi Hasil
Evaluasi ini diarahkan pada evaluasi keseluruhan dampak (overall
impact) dari suatu progam terhadap penerimaan layanan (recipients).
16 Wirawan, Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi, (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2011), h. 2 17 Isbandi Rukminto, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: FEUI, 2001), h. 129
21
Pertanyaan utama yang muncul dalam evaluasi ini adalah: bila suatu
program telah berhasil mencapai tujuannya, bagaimana penerima layanan
akan menjadi berbeda setelah ia menerima layanan tersebut? Bedasarkan
pertanyaan ini seorang evaluator akan mengkonstruksikan kriteria
keberhasilan dari suatu program. Kriteria keberhasilan ini akan dapat
dikembangkan sesuai dengan kemajuan suatu program.18
Evaluasi hasil mengukur dan menginterpretasi pencapaian program
selama program dan akhir program. evaluasi ini dilakukan untuk
mengetahui tentang seberapa jauh tujuan yang di rencanakan telah dapat
dicapai dengan baik
3. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi
Dilansir oleh Dr. Wirawan bahwa evaluasi dilaksanakan untuk
mencapai berbagai tujuan sesuai dengan objek evaluasinya. Berikut ini adalah
tujuan melaksanakan evaluasi menurutnya:19
a. Mengukur pengaruh program terhadap masyarakat. Program dirancang
dan dilaksanakan sebagai layanan atau intervensi sosial (social
intervention) untuk menyelesaikan masalah dan keadaan yang dihadapi
masyarakat. Program juga diadakan untuk mengubah keadaan
masyarakat yang dilayani.
18 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi komunitas, (Jakarta : FEUI,2001), h.131 19 Wirawan, Evaluasi: teori, model, standar, aplikasi, dan profesi, (Jakarta: Rajawali Pres, 2012), h. 22-24.
22
b. Menilai apakah program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana.
Setiap program direncanakan dengan teliti dan pelaksanaanya harus
sesuai dengan rencana tersebut. Akan tetapi, pada pelaksanaannya suatu
program dapat melenceng.
c. Mengukur apakah pelaksanaan program sesuai dengan standar. Setiap
program dirancang dan dilaksanakan bedasarkan standar tertentu.
d. Evaluasi program dapat mengidentifikasikan dan menemukan mana
dimensi program yang jalan, dan mana yang tidak berjalan.
e. Pengembangan staf program. Evaluasi dapat dipergunakan
mengembangkan kemampuan staf garis depan yang langsung menyajikan
layanan kepada masyarakat. Evaluasi memberikan masukan kepada
manajer program mengenai kinerja staf dalam melayani masyarakat.
f. Memenuhi ketentuan undang-undang. Suatu program dirancang dan
dilaksanakan bedasarkan ketentuan undang-undang untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi masyarakat.
g. Mengukur cost effectiveness dan cost-efficiency. Untuk melaksanakan
suatu program diperlukan anggaran yang setiap organisasi mempunyai
keterbatasan jumlahnya.
h. Mengambil keputusan mengenai program. Salah satu tujuan evaluasi
program untuk mengambil keputusan mengenai program.
i. Accountabilitas. Evaluasi dilakukan juga untuk mempertanggung
jawabkan pimpinan dan pelaksana program. Apakah program telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana, sesuai dengan standar atau tolak
23
ukur keberhasilan atau tidak. Apakah program telah mencapai tujuan
yang direncanakan atau tidak. Semua hal tersebut perlu dipertanggung
jawabkan oleh penyelenggara program.20
Sedangkan tujuan evaluasi menurut Isbandi Rukminto, dengan
mengutip pendapat Feuriskin, ia menyatakan ada 10 alasan mengapa suatu
evaluasi program diperlukan :
a) Untuk melihat apa yang sudah dicapai
b) Melihat kemajuan, dikaitkan dengan objektif (tujuan) program
c) Agar tercapai manajemen yang baik
d) Mengidentifikasikan kekurangan dan kelebihan untuk memperkuat
program
e) Melihat perbedaan apa yang sudah terjadi setelah diterapkan suatu
program
f) Untuk merencanakan kegiatan program tersebut lebih baik
g) Melihat apakah usaha yang dilakukan secara efektif
h) Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup rasionable21
Jadi setelah dilihat dari tujuan yang telah disebutkan oleh masing-
masing pakar diatas, hampir memiliki kesamaan yang intinya melihat kepada
dampak atau hasil yang diperoleh setelah dilakukannya evaluasi program dan
apakah sudah sesuai dengan rencana yang diharapkan.
20 Wirawan, Evaluasi: teori, model, standar, aplikasi, dan profesi, (Jakarta: Rajawali Pres,
2012), h. 24 21Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas
Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, (Jakarta: FEUI Press, 2003), h.187-
188
24
4. Karakteristik Evaluasi Program
Menurut Steele (1977) Evaluasi program memiliki macam-macam
karakteristik, diantarnya sebagai berikut:22
a. Evaluasi program lebih mengutamakan proses program kegiatan yang
bersifat umum, bukan kegiatan yang bersifat kusus.
b. Evaluasi program lebih luas dari pemeriksaan terhadap pencapaian tujuan
program.
c. Evaluasi program lebih luas diri evaluasi hasil program.
d. Evaluasi program lebih luas diri evaluasi proses pembelajaran.
e. Evaluasi program berbeda dengan penelitian evaluatif terhadap program
(evaluative research) dan penelitian program (program research).
f. Evaluasi program merupakan alat dalam manajemen program.
g. Evaluasi program lebih berpusat pada manusia (people centered) yang
terlibat dalam dan terkait dengan program.
B. Program
1. Pengertian Program
Secara terminologis, program berasal dari bahasa inggris yang artinya
acara, rencana, buku acara. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
“Progam” mempunyai arti suatu rancangan mengenai asas serta usaha
yang akan dijalankan.23
22 Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan, h. 28 23Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1988), cet. ke-1, h. 278
25
Secara etimologis program adalah pekerjaan yang dilakuan oleh
seorang manajer dalam menetapkan urutan tindakan yang diperlukan untuk
mencapai sasaran dan tujuan. Dalam program ditetapkan prioriitas dan
mencantumkan langkah tindakan yang akan diambil menurut tingaktan
atau derajat kepentingan.24
Program menurut Andi Mappiare adalah kerangka dasar rancangan
aktifitas atau kegiatan yang dirancang untuk melaksanakan kebijakan yang
dilaksanakan untuk waktu yang tidak terbatas.25
Menurut Jhon L Herman (1989) program adalah segala sesuatu
yang dilakukan dengan harapan akan mendatangkan hasil atau manfaat.
Menurut Suharsimi Arikunto (2004) program dapat dipahami
dalam dua makna, yaitu secara umum dan khusus: secara umum, program
diartikan dengan rencara atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan
oleh seseorang dikemudian hari. Sedangkan pengertian program secara
khusus, biasanya program dikaitkan dengan evaluasi, yaitu suatu unit atau
kesatuan kegitan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu
kebijakan, berlangsung dalam proses berkesinambungan dan terjadi dalam
satu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.
Program menurut Wirawan adalah kegiatan atau aktivitas yang
dirancang untuk melaksanakan kebijakan dan dilaksanakan untuk waktu
24 B. N. Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005), h. 292. 25 Andi Mappiare, Kamus Istilah Konseling dan Terapi, (Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 2006), edisi 1, h. 254
26
yang tidak terbatas. Kebijakan bersifat umum dan untuk merealisasikan
kebijakan disusun berbagai jenis program. Misalnya, untuk melaksanakan
Kebijakan Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Manajemn Pendidikan
Dasar menyusun dan melaksanakan program pendidikan dasar, program
pendidikan sekolah menengah kejuruan. Untuk melakukan intervensi
kepada orang miskin yang sakit dan tidak mampu berobat, departemen
kesehatan merancang dan melaksanakan program Asuransi Kesehatan
Untuk Orang Miskin (ASESKIN). Untuk melindungi para pekerja di
Indonesia, Departemen Tenaga Kerja menyelenggarakan Program Jaminan
Social Tenaga Kerja. Untuk meyediakan fasilitas tranportasi massal,
Pemerintah Daerah Ibukota Jakarta menyelenggrakan program angkutan
massal busway.26
Program juga merupakan unsur pertama yang harus ada demi
terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek,
disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan mengenai:
1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.
2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.
3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.
4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.
5. Strategi pelaksanaan.
26 Wirawan, Evaluasi: teori, model, standar, aplikasi, dan profesi, (Jakarta: Rajawali Pres,
2012), h. 17.
27
Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih
terorganisir dan lebih mudah untuk diopersionalkan. Hal ini sesuai dengan
pengertian program yang diuraikan27
2. Macam-macam Program
Macam atau jenis program dapat bermacam-macam wujud dan dapat
dilihat dari berbagai aspek. Salah satunya, program dapat ditinjau dari:28
a. Tujuan, ada yang bertujuan mencari keuntungan. Maka ukurannya
dalah seberapa banyak program tersebut bermanfaat bagi orang lain.
b. Jenis, ada program pendidikan, program kemasyaarkatan dan
sebagainya. Klasifikasi tersebut tergantung dari program yang
bersangkutan.
c. Jangka waktu. Ada program jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang.
d. Keluasan. Ada program sempit dan ada program luas. Program sempit
hanya menyangkut program yang terbatas, sedangkan program luas
menyangkut banyak variabel.
e. Pelaksanaannya. Ada program kecil dan ada program besar. Program
kecil hanya dilaksankan beberapa orang, sedangkan program besar
dilaksanakan oleh banyak orang.
f. Sifatnya. Ada program penting dan ada program yang kurang penting.
Program penting yang dampaknya menyangkut orang banyak,
27 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29235/3/Chapter%20II.pdf, minggu,13 July 2014, 22:15 28 Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: Bina Aksara, 1988),
h. 23.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29235/3/Chapter%20II.pdf
28
menyangkut hal-hal yang vital, sedangkan kurang penting adalah
sebaliknya.
3. Tujuan Program
Tujuan program adalah sasaran atau maksud yang harus dicapai
dalam proses pelaksanaan kegaiatan yang direncanakan. Hal ini sesuai
denga apa yang dikemukakan oleh Arikunto bahwa “Tujuan program
merupakan suatu yang pokok dan harus dijadikan perhatian oleh
evaluator. Jika suatu program tidak mempunyai tujuan yang tidak
bermanfaat, maka program tersebut tidak perlu dilaksanakan karena
tujuan menentukan apa yang akan diraih”.29
Tujuan program dibagi menjadi dua bagian:
a. Tujuan umum, biasanya menunjukan out put dari program jangka
panjang.
b. Tujuan khusus, biasanya menunjukan out putnya jangka pendek.30
C. Pelayanan Kesehatan
1. Pengertian Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan terdiri dari dua kata, yaitu pelayanan dan
kesehatan. Secara etimologis, dalam kamus besar bahasa Indonesia
29 Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: Bina Aksara, 1988),
h. 24. 30 Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: Bina Aksara, 1988),
h. 35.
29
(KBBI) menyatakan pelayanan adalah kemudahan yang diberikan
sehubungan jual beli barang atau jasa.31
Secara terminologis, arti pelayanan sudah banyak dipaparkan oleh
para ahli, berikut ini adalah pengertian evaluasi menurut para ahli:
a. AS. Moenir menyatakan “pelayanan adalah proses pemenuhan
kebutuhan melalui aktifitas orang lain yang langsung diterima.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pelayanan merupakan
tindakan yang dilakukan orang lain agar masing-masing memperoleh
keuntungan yang diharapkan dan mendapatkan kepuasan”.32
b. Philip Kottler menyatakan “Pelayanan dapat diartikan sebagai suatu
aktifitas yang bermanfaat atau yang diberikan oleh satu atau beberapa
pihak kepada pihak lain untuk dapat memuaskan kebutuhan dan
keinginan yang pada dasarnya bersifat berwujud dan tidak akan
memimbulkan kepemilikan apapun kepada yang menerimanya”.33
c. Herbert N. Casson menyatakan “Pelayanan sebagai tindakan yang
dinyatakan atau dikerjakan untuk menyenangkan, mencari petunjuk
atau memberi keuntungan kepada pembeli dengan tujuan menciptakan
good will atau nama baik serta peningkatan penjualan dan
pendapatan”.34
31 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), edisi ke-3, cet. ke-2, h. 646. 32 AS. Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, (Jakarta: bumi aksara, 2000),
cet ke-4, h. 17. 33 Philip Kottler, Marketing Manajemen, analisis planning, implmentation and control,
(eight edition, new jersey, prentice hall,1994), h. 446. 34 Herbert N. Casson, Petunjuk Praktis dalam Berusaha, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981),
h 13.
30
d. Atep Adya Brata menyatakan “pelayanan adalah segala usaha
penyediaan fasilitas dalam rangka mewujudkan kepuasan para calon
pembeli atau pelanggan setelah atau sebelum terjadinya transaksi”.35
Dari beberapa definisi di atas, penulis memberi kesimpulan
tentang pengertian pelayanan sebagai usaha untuk memberikan sesuatu
yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh konsumen.
Sedangkan arti kesehatan adalah sebagai berikut; secara
etimologis, dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan
kesehatan sebagai kebaikan keadaan (badan dsb). Dan dalam Wikipedia
kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan social yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan
ekonomis.36
Secara terminologis, istilah kesehatan diartikan sebagai berikut:
Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 1992, yang dimaksud dengan
sehat ialah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis;
Menurut WHO tahun 1947, sehat adalah keadaan sejahtera, sempurna
dari
35 Atep Adya Brata, Bisnis dan Hukum Perdata dagas SMK, (Bandung: Armico, 1999), h.
93. 36 www.wikipedia.org/wiki/kesehatan , 20.06, rabu, 28-10-2014.
http://www.wikipedia.org/wiki/kesehatan
31
fisik, mental dan sosial yang tidak terbatas hanya pada bebas dari
penyakitatau kelemahan saja;37
Menurut Gede Muninjaya sehat adalah suatu keadaan yang
optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan tidak hanya terbatas pada
keadaan bebas dari penyakit atau kelemahan saja. Tujuan sehat yang
ingin dicapai oleh sistem kesehatan adalah peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Sesuai dengan tujuan sistem
kesehatan tersebut, administrasi (manajemen) kesehatan tidak dapat
disamakan dengan administrasi niaga (business administration) yang
lebih banyak berorientasi pada upaya untuk mencari keuntungan finansial
(profit oriented). Adminstrasi kesehatan lebih tepat digolongkan ke
dalam administrasi umum / publik (public administration) oleh karena
organisasi kesehatan lebih mementingkan pencapaian kesejahteraan
masyarakat umum.38
Setelah disebutkannya definisi pelayanan dan kesehatan di atas,
maka penulis mendefinisi pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan,
keluarga, kelompok dan/ataupun masyarakat.
37 Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, (Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo, 2006), h. 17 38 A. Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, 2004),
h. 45
32
2. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan
Azwar (1996) menyatakan syarat-syarat pokok pelayanan
kesehatan sebagai berikut:
a. Tersedia dan berkesinambungan. Syarat pokok pertama pelayanan
kesehatan yang baik adalah pelayanan tersebut harus tersedia di
masyarakat (available) serta bersifat berkesinambungan
(continuous). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan oleh masyarakat dan mudah dicapai oleh masyarakat.
b. Dapat diterima dan wajar. Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan
yang baik adalah apa yang dapat diterima (acceptable) oleh
masyarakat serta bersifat wajar (appropriate). Artinya pelayanan
kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan adat istiadat,
kebudayaan, keyakinan, kepercayaan masyarakat dan bersifat wajar.
c. Mudah dicapai. Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik
adalah yang mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian
ketercapaian yang dimaksud di sini terutama dari sudut lokasi.
Dengan demikian untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang
baik, maka pengaturan sarana kesehatan menjadi sangat penting.
d. Mudah dijangkau. Syarat pokok pelayanan kesehatan yang keempat
adalah mudah dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian
keterjangkauan di sini terutama dari sudut jarak dan biaya. Untuk
mewujudkan keadaan seperti ini harus dapat diupayakan pendekatan
33
sarana pelayanan kesehatan dan biaya kesehatan diharapkan sesuai
dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
e. Bermutu. Syarat pokok pelayanan kesehatan yang kelima adalah
yang bermutu (quality). Pengertian mutu yang dimaksud adalah yang
menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai
jasa pelayanan, dan pihak lain tatacara penyelenggaraannya sesuai
dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.39
3. Mutu Pelayanan Kesehatan
Untuk dapat menyelenggarakan program menjaga mutu perlulah
dipahami apa yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan. Untuk
ini banyak batasan yang dikenal, diantaranya: mutu adalah tingkat
kesempurnaan dan penampilan sesuatu yang sedang diamati; mutu adalah
sifat yang dimiliki oleh suatu program; mutu adalah totalitas dan wujud
serta ciri suatu barang atau jasa, yang di dalamnya terkandung sekaligus
pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para pengguna; mutu
adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.40
Yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan adalah kinerja
yang menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, tidak saja
yang dapat menimbulkan kepuasan bagi pasien sesuai dengan kepuasan
39 http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/04/mutu-pelayanan-kesehatan.html, 22.13, 29-
10-2014 40 Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, (Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirorahardjo, 2006). h. 21.
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/04/mutu-pelayanan-kesehatan.html
34
rata-rata penduduk tetapi juga sesuai dengan standar dan kode etik
profesi yang telah ditetapkan.41
Dalam menilai mutu pelayanan kesehatan diperlukan respon
berupa kepuasan pasien. Ada dua faktor utama yang mempengaruhi mutu
pelayanan kesehatan, yaitu pelayanan yang diharapkan (expected
services), dan pelayanan yang dirasakan (perceived services). Jika
harapannya terlampaui maka pelayanan tersebut dirasakan sebagai mutu
pelayanan yang ideal dan sangat memuaskan. Jika harapan sesuai dengan
pelayanan yang diterima maka mutu pelayanannya memuaskan, dan jika
harapannya tidak terpenuhi pada pelayanan yang diterima maka mutu
pelayanan tersebut dianggap kurang memuaskan.42
Penilaian mutu pelayanan kesehatan dapat ditinjau dari beberapa
sisi, yaitu sisi pemakai jasa pelayanan kesehatan dan penyelenggara
pelayanan kesehatan. Dari sisi pemakai, pelayanan kesehatan yang
bermutu adalah suatu pelayanan kesehatan yang dapat memenuhi
kebutuhan, diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat
waktu, tanggap dan mampu menyembuhkan keluhannya serta mencegah
berkembang atau meluasnya penyakit. Masyarakat menganggap
kemudahan mengakses pelayanan, baik itu akses jarak maupun akses
41 Ibid, h. 22. 42 Ibid, h. 23.
35
bahasa, serta hubungan interpersonal dengan petugas sebagai suatu
dimensi mutu yang sangat penting.43
Yusri Adam, SKM, MPH, Pemerhati Masalah Kesehatan,
menyatakan ada beberapa pertanyaan penting terkait indikator mutu
pelayanan, di antaranya: Berapa pasien yang akan diperiksa dalam
beberapa waktu tertentu? Tersediakah pemeriksaan laboratorium yang
akurat, efisien dan hasilnya dapat dipercaya? Tersediakah system rujukan
jika diperlukan? Apakah lingkungan kerja memadai dan bersih, privasi
pasien terjamin? Apakah tersedia obat yang diperlukan? Apakah
pelayanan dilakukan oleh petugas yang tepat, professional dan
kompeten? Apakah pelayanannya aman bebas dari tindakan-tindakan
yang membahayakan (unsafe action)?
Dari sisi penyelenggara, mutu pelayanan lebih terkait pada
dimensi kesesuaian pelayanan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi mutakhir.Otonomi profesi dalam menyelenggarakan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien. Penyelenggara pelayanan
kesehatan perhatiannya lebih terfokus terhadap kompetensi teknis,
efektifitas dan keamanan pelayanan.44
Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan juga meliputi
aspek ketelitian, kecermatan, keahlian dokter, kepercayaan terhadap
43 www.aceh.tribunnews.com, 15.56, 3-11- 2014 44 Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, (Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo, 2006). h. 27
http://www.aceh.tribunnews.com/
36
dokter, selektifitas dokter dalam memberi obat, keterbukaan dokter
dalam menjawab pertanyaan pasien dan memberi penjelasan tentang
penyakit pasien, keselektifan dokter dalam merujuk pasien, waktu tunggu
dan keramahan dokter serta petugas kesehatan lainnya. Mutu pelayanan
kesehatan akan selalu menyangkut aspek teknis dan aspek kemanusiaan,
yang timbul sebagai akibat hubungan yang terjadi antara pemberi dan
penerima pelayanan kesehatan.45
D. Jemaah Haji
1. Pengertian Jemaah Haji
Jemaah haji terdiri dari dua kata, yaitu jemaah dan haji. Secara
etimologis, kata jemaah berasal dari bahasa arab yang artinya: berkumpul,
berkelompok, bersama-sama dan berserikat. Definisi jama’ah menurut
bahasa berarti kumpulan sekelompok orang yang memilki tujuan dan
kepentingan yang sama, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi.
Jama’ah ini merupakan lawan kata dari perpecahan.
Dalam hadits banyak sekali disebutkan perintah untuk berjama’ah
dan larangan untuk berpecah belah. Seperti yang disebutkan dalam hadis
berikut ini:
ُسوَقَة َعْن َحدََّثَنا َأْحَمُد ْبُن َمِنيٍع َحدََّثَنا النَّْضُر ْبُن ِإْسَمِعيَل َأُبو اْلُمِغيَرِة َعْن ُمَحمَِّد ْبِن
َعْبِد اَّللَِّ ْبِن ِديَناٍر َعْن اْبِن ُعَمَر َقاَل َخَطَبَنا ُعَمُر ِباْلَجاِبَيِة َفَقاَل َيا َأيَُّها النَّاُس ِإنِّي
45 Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, (Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo, 2006). h. 29
37
ُقْمُت ِفيُكْم َكَمَقاِم َرُسوِل اَّللَِّ َصلَّى اَّللَُّ َعَلْيِه َوَسلََّم ِفيَنا َفَقاَل ُأوِصيُكْم ِبَأْصَحاِبي ُثمَّ
لَِّذيَن َيُلوَنُهْم ُثمَّ الَِّذيَن َيُلوَنُهْم ُثمَّ َيْفُشو اْلَكِذُب َحتَّى َيْحِلَف الرَُّجُل َوََل ُيْسَتْحَلُف ا
َوَيْشَهَد الشَّاِهُد َوََل ُيْسَتْشَهُد َأََل ََل َيْخُلَونَّ َرُجٌل ِباْمَرَأٍة ِإَلَّ َكاَن َثاِلَثُهَما الشَّْيَطاُن
َماَعِة َوِإيَّاُكْم َواْلُفْرَقَة َفِإنَّ الشَّْيَطاَن َمَع اْلَواِحِد َوُهَو ِمْن اَِلْثَنْيِن َأْبَعُد َمْن َعَلْيُكْم ِباْلَج
ِمُن َأَراَد ُبْحُبوَحَة اْلَجنَِّة َفْلَيْلَزْم اْلَجَماَعَة َمْن َسرَّْتُه َحَسَنُتُه َوَساَءْتُه َسيَِّئُتُه َفَذِلُكْم اْلُمْؤ
يَسى َهَذا َحِديٌث َحَسٌن َصِحيٌح َغِريٌب ِمْن َهَذا اْلَوْجِه َوَقْد َرَواُه اْبُن َقاَل َأُبو ِع
اْلُمَباَرِك َعْن ُمَحمَِّد ْبِن ُسوَقَة َوَقْد ُرِوَي َهَذا اْلَحِديُث ِمْن َغْيِر َوْجٍه َعْن ُعَمَر َعْن
النَِّبيِّ َصلَّى اَّللَُّ َعَلْيِه َوَسلَّمَ
“Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani'; telah
menceritakan kepada kami An Nadhr bin Isma'il Abul Mughirah dari
Muhammad bin Suqah dari 'Abdullah bin Dinar dari Ibnu 'Umar dia berkata;
Suatu ketika Umar menyampaikan pidato kepada kami di Jabiyyah. Umar
berkata, "Wahai sekalian manusia, aku berdiri di tengah-tengah kalian
sebagaimana posisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang ketika itu
juga berdiri di tengah-tengah kami dan bersabda: 'Aku berwasiat kepada
kalian dengan (melalui) para sahabat-sahabatku kemudian orang-orang
setelah mereka dan orang-orang yang datang lagi setelah mereka. Kemudian
merajalelalah kedustaan. Hingga seseorang bersumpah tanpa ia diminta untuk
bersumpah, kemudian seseorang memberi kesaksian padahal ia tidak diminta
untuk menjadi saksi. Sungguh, tidaklah seorang laki-laki berduaan dengan
seorang wanita, kecuali pihak ketiganya adalah setan. Hendaklah kalian selalu
bersama Al Jama'ah. Dan janganlah kalian berpecah belah, karena setan itu
selalu bersama dengan orang yang sendirian, sedangkan terhadap dua orang,
ia lebih jauh. Barangsiapa yang menginginkan Buhbuhata Al Jannah, maka
hendaklah ia komitmen untuk menetapi Al Jama'ah. Barangsiapa kebaikannya
yang ia lakukan membuatnya lapang dan bahagia, dan keburukannya
membuatnya penat dan susah, maka dia adalah seorang mukmin.'" Abu Isa
berkata; Ini adalah hadits hasan shahih gharib bila ditinjau dari jalur ini. Dan
hadits ini telah diriwayatkan pula oleh Ibnul Mubarak dari Muhammad bin
38
Suqah. Dan telah diriwayatkan pula lebih dari satu jalur dari Umar dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam.”46
Secara terminologis, Drs. E. Ayub dkk berpendapat bahwa yang
dimaksud dengan jemaah adalah sejumlah besar manusia atau sekelompok
manusia yang berhimpun utuk mencapai tujuan yang sama.47
Menurut Drs. Ibrahim Muhammad Bin Abdullah Al-Buraikan kirteria
jemaah ada empat, yaitu:48
a. Orang-orang yang berkumpul
b. Tidak terpecah belah
c. Manhaj atau konsep yang diikuti
d. Qudwah atau teladan
Sedangkan pengertian haji, secara etimologis haji berasal dari bahasa
Arab: Hajj atau hijj yang berarti menuju atau mengunjungi.49 Haji atau Al-
hajju memiliki arti al-Qasdu yaitu tujuan, maksud dan menyengaja.50
Secara terminologis haji dalam islam adalah sengaja mengunjungi
Mekah (ka’bah) untuk mengerjakan ibadah-ibadah tertentu pada bulan-bulan
yang telah ditentukan dengan mengharap keridaan Allah SWT.51
46 Muhammad bin Isa, Sunan at-Tirmidzi, (Penerbit Mustofa al-Yabi l-Hali Mesir, 1975), jilid 4, h. 465 47 Moh E Ayub, dkk, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani Pres, 1996), h. 128. 48 Ibrahim Muhammad Bin Abdullah Al-Buraikan alih bahasa M. Anis Mata, Pengantar
Studi Aqidah Islam, (Jakarta: Robbani Press, 1998), cet. 1, h. 114. 49 Muhammad Bagir, Fiqih Praktis 1, (Bandung: Penerbit Karisma, 2008), Jilid 1, Cet-1, h.
377. 50 Agus Arifin, Gus Arifin Tip & Trik Ibadah Haji dan Umrah, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2010), h. 6. 51 Dede Imadudin, Mengenal Haji, (PT MAPAN Mitra Aksara Panaitan, 2012), h. 14.
39
Haji merupakan rukun islam yang kelima atau terakhir dan sebagai
penutup, dalam arti lainnya haji merupakan penyempurna ke-islaman. Hukum
pelaksanaan ibadah haji wajib bagi yang mampu, sesuai dengan firman Allah
SWT dalam surah Ali Imran ayat 97.
َوَّللِِّ َعَلى النَّاِس ِحجُّ اْلَبْيِت َمِن اْسَتَطاَع ِإَلْيِه َسِبياًل َوَمن َكَفَر َفِإنَّ اَّلل َغِني َعِن
اْلَعاَلِميَن )ال عمران ٧٩(
Artinya: “dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah
melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu
mengadakan perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji),
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
semesta alam”. (Q.S. Ali Imran : 97)52
Pengertian” mampu” dalam pelaksanaan ibadah haji di sini meliputi
dua hal.
a. Pertama yaitu mampu mengerjakan haji dengan memiliki bekal yang
cukup untuk berangkat ke tanah suci dan untuk kembalinya ke tanah
air. Selain itu juga memiliki bekal untuk keluarga yang ditinggalkan di
tanah air agar tidak membebani orang lain.53
b. Kedua, yaitu memiliki kemampuan untuk melaksanakan ibadah haji
secara fisik (jasmani) maupun secara rohani (mental). Terutama
kemampuan dalam segi tenaga karena ibadah haji termasuk ibadah
52 Penerbit Sabiq, Depok, th. 2009, h. 62 53 Dede Imadudin, Mengenal Haji, (PT MAPAN: Mitra Aksara Panaitan, 2012), h. 16.
40
yang banyak mengeluarkan tenaga. Namun dengan niat dan tekad
yang baik ibadah haji dapat terlaksana.54
Setelah mengetahui apa makna jemaah dan haji di atas. Maka
Jemaah haji berarti suatu kelompok yang terdiri dari jemaah haji.55 Dan
penulis menyimpulkan bahwa Jemaah Haji adalah Warga Negara
Indonesia yang beragama Islam dan telah mendaftarkan diri untuk
menunaikan Ibadah Haji sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
2. Hak dan Kewajiban Jemaah Haji
Dalam undang-undang nomor 13 tahun 2008 disebutkan aturan
tentang penyelenggaraan ibadah haji. Diantaranya, yaitu menyangkut
masalah hak dan kewajiban warga negara untuk menunaikan ibadah haji.
Berdasarkan undang-undang di atas, setiap warga negara yang
beragama Islam berhak untuk menunaikan ibadah haji dengan syarat:
Berusia paling rendah 18 (delapan belas) tahun atau sudah menikah dan
mampu membayar BPIH. Dan setiap warga negara yang akan menunaikan
ibadah haji berkewajiban sebagai berikut: mendaftarkan diri kepada paitia
penyelenggara ibadah haji kantor departemen agama kabupaten/kota
setempat, kemudian membayar BPIH yang disetorkan melalui bank
54 Dede Imadudin, Mengenal Haji, (PT MAPAN: Mitra Aksara Panaitan, 2012), h. 16. 55 Arsikum Al Mashudi, Sepuluh Peristiwa Besar Menjelang Kiamat Kubra, (Jaktim: Al-
Ihsan Media Utama, 2006), h. 25.
41
penerima setoran dan memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku
dalam penyelenggaraan ibadah haji.56
Adapun hak-hak jemaah yang harus diberikan pemerintah adalah
sebagai berikut:57
a. Pembimbingan manasik haji dan/atau materi lainnya, baik di tanah air,
di perjalanan, maupun di arab saudi.
b. Pelayanan akomodasi, konsumsi, transportasi, dan pelayanan
kesehatan yang memadai, baik di tanah air, selama di perjalanan,
maupun di arab saudi.
c. Perlindungan sebagai Warga Negara Indonesia;
d. Penggunaan paspor haji dan dokumen lainnya yang diperlukan untuk
pelaksanaan ibadah haji.
e. Pemberian kenyamanan transportasi dan pemondokan selama di tanah
air, di arab saudi, dan saat kepulangan ke tanah air.
56 Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2008, Bab III, Pasal 4 dan 5, diterbitkan oleh Biro
Hukum dan Kerjasama Luar Negri Kemenag. 57 Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2008, Bab III, Pasal 7.
42
BAB III
GAMBARAN UMUM KEMENTERIAN AGAMA KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA PUSAT
A. Profil Umum
1. Sejarah Singkat Lahirnya Kementerian Agama
Lahirnya Kementerian Agama merupakan jawaban kongkrit atas
tuntutan sejarah bangsa. Dan lebih dari itu hal ini merupakan jaminan atas
pelaksanaan pancasila dan UUD 1945, terutama sila ketuhanan dan pasal
29 dari UUD 1945.1
Keberadaan Kementerian Agama yang ada mulanya diusulkan oleh
utusan Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) Kepresidenan
Banyumas (K.H. Abu Dardiri, H.M. Saleh Suaidy dan M. Sukeso Wirya
Saputra) pada sidang pleno Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) di
Jakarta pada tanggal 24-28 november 1945.
Usulan mereka disetujui oleh sidang, kemudian keputusan sidang
tersebut diproses. Dan pada tanggal 3 januari 1946 pemerintah
mengeluarkan ketetapan No. 1/S.D yang antara lain berbunyi: Presiden
Republik Indonesia, mengingat: usul Perdanan Menteri dan Badan Pekerja
Komite Nasional Pusat, memutuskan: mengadakan Departemen Agama.
Dan menteri agamanya yaitu H.M. Rasyidi, B.A. maka dari sejarah singkat
1 Dikutip dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kementerian _Agama_Republik_Indonesia
43
inilah pada tanggal 3 januari diperingati sebagai Hari Amal Bhakti (HAB)
Kementerian Agama.2
2. Sejarah Singkat Kementerian Agama Kota Administrasi Jakarta
Pusat
Kantor Kementerian Agama Kota Administrasi Jakarta Pusat
terletak di Jl. Kyai Haji Mas Mansyur, No. 128, Jakarta Pusat, 10230.
Pada tahun 2010 berdasarkan surat Peraturan Menteri Agama
Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2010, tanggal 28 Januari 2010
Tentang Perubahan Penyebutan “Departemen Agama” menjadi
“Kementerian Agama” maka Kantor Departemen Agama Kota
Administrasi Jakarta Pusat berubah menjadi Kantor Kementerian Agama
Kota Jakarta Pusat. Perubahan ini menjadi tindak lanjut Menteri Agama
dari Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2007. Sehingga semua
departemen berubah nama menjadi Kementerian termasuk Kementerian
Agama.3
Pada saat ini kantor kementerian agama kota administrasi jakarta
pusat dipimpin oleh Drs. H. Wahyudin, M. Pd menggantikan kepala kantor
yang lama yaitu Drs. Mahrus Ali, M.A.4
2 Dikutip dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kementerian _Agama_Republik_Indonesia 3 Dukutip dari file kantor Kementerian Agama Kota Administrasi Jakarta Pusat 4 Wawancara langsung dengan bagian humas kantor Kementerian Agama Kota Administrasi Jakarta Pusat
44
B. Visi dan Misi
Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian Agama Kota Administrasi
Jakarta Pusat mengacu pada visi dan misi yang sudah ditetapkan. Diantaranya
sebagai berikut:5
1. Visi
“Unggul dalam mewujudkan pelayanan kehidupan beragama di kota
Jakarta Pusat”
2. Misi
a. Meningkatkan kualitas pelayanan administrasi dan manajemen Bidang
Tata Usaha;6
b. Meningkatkan kualitas pelayanan dan pembinaan Pendidikan
Madrasah;
c. Meningkatkan kualitas pelayanan dan penyelenggaraan Bimbingan
Masyarakat Islam;
d. Meningkatkan kualitas pelayanan pembinaan dan bimbingan
Penyelenggaraan Haji dan Umrah;
e. Meningkatkan kualitas pelayanan dan pembinaan Pendidikan Diniyah
dan Pondok Pesantren;
f. Meningkatkan kualitas pelayanan dan pembinaan penyelenggaraan
Pendidikan Agama Islam;
g. Meningkatkan kualitas pelayanan Penyelenggaraan Syariah;
h. Meningkatkan kualitas bimbingan Penyelenggaraan Agama Kristen.
5 Dikutip dari file humas kantor Kementerian Agama Kota Administrasi Jakarta Pusat 6 Ibid
45
C. Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan PMA Nomor 13 Tahun 2012,7 Kantor Kementerian
Agama Kota Administrasi Jakarta Pusat mempunyai tugas melaksanakan
tugas pokok dan fungsi Kementerian Agama dalam wilayah kota berdasarkan
kebijakan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.8
Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, Kantor Kementerian Agama
Kota Administrasi Jakarta Pusat menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:9
1) Perumusan dan penetapan visi, misi, dan kebijakan teknis di bidang
pelayanan dan bimbingan kehidupan beragama kepada masyarakat di
kabupaten/kota.
2) Pelayanan, bimbingan dan pembinaan di bidang haji dan umrah.
3) Pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang pendidikan madrasah,
pendidikan agama dan keagamaan.
4) Pembinaan kerukunan umat beragama.
5) Pelaksanaan kebijakan teknis di bidang pengelolaan administrasi dan
informasi.
6) Pengkoordinasian perencanaan, pengendalian, pengawasan, dan evaluasi
program; dan
7) Pelaksanaan hubungan dengan pemerintah daerah, instansi terkait, dan
lembaga masyarakat dalam rangka pelaksanaan tugas kementerian di
kabupaten/kota.
7 Dikutip dari PMA Nomor 13 Tahun 2012 8 Dikutip dari PMA, Nomor 13, tahun 2012. 9 Dikutip dari file humas kantor Kementerian Agama Kota Administrasi Jakarta Pusat
46
Selanjutnya dalam rangka mencapai visi dan misi tersebut maka
menetapkan tujuan, sasaran, kebijakan program prioritas, hal ini sesuai
dengan Inpres No. 7 tahun 1999 tentang akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah. Kantor Kementerian Agama Kota Administrasi Jakarta Pusat
menyusun rencana stratejik melalui tahapan-tahapan kegiatan yang
merupakan rangkaian yang saling berkaitan untuk mencapai tujuann bersama
sebagaimana tercantum dalam visi dan misi organisasi.10
D. Struktur Kementerian Agama Kota Administrasi Jakarta Pusat
Dalam menjalankan tugas dan fungsi Kantor Kementerian Agama
Kota Administrasi Jakata Pusat didukung oleh struktur organisasi yang sudah
diatur dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 13 Tahun 2012
tentang organisasi dan tata kerja instansi vertikal Kementerian Agama.
Struktur Kantor Kementerian Agama Kota Administrasi Jakarta Pusat dapat
dilihat pada gambar 1.11
Sumber: KMA No. 13 tahun 2012
10 Dikutip dari file Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah Kantor Kementerian Agama Kota
Administrasi Jakarta Pusat 11 Struktur organisasi kementerian agama kota administrasi jakarta pusat
Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Administrasi Jakarta Pusat
Seksi
Pendidikan
Diniyah dan
Pontren
Seksi
Pendidikan
Madrasah
Sub
Bag
Tata
Usaha
Penyele
nggara
Kristen
Seksi
Pendidikan
Agama
Islam
Penyele
nggara
Syariah
Seksi
Penye.
Haji &
Umrah
Seksi
Bimas
Islam
47
E. Penyelengara Haji dan Umrah
1. Struktur Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah
Penyelenggara haji dan umrah terdiri dari pranata haji, pengelola
administrasi keuangan, pengelola data informasi, pengadministrasian
umum, pengelola jamaah haji. Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 2.12
Sumber: PMA No. 13 tahun 2012
2. Tugas dan Fungsi Penyelenggara Haji dan Umrah
Dalam melakukan kegiatannya sehari-hari, masing-masing seksi
penyelenggara haji dan umrah memiliki tugas dan fungsi. Adapun tugas
12 Struktur seksi penyelenggara haji dan umrah
Kepala Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah
Pengelola
Administarsi
Keuangan
Pranata
Haji
Pengelola
Data
Informasi
Pengadmin
istrasian
Umum
Pengelola
Jamaah
Haji
48
dan fungsi penyelenggara haji dan umrah di kantor kementerian agama
kota administrasi jakarta pusat dapat dilihat pada penjelesan berikut ini.13
a. Kepala Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah
1) Tugas
Melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan serta
pengelolaan data informasi di seksi penyelenggaraan umrah.
2) Fungsi
Penetapan visi dan misi, dan penetapan kebijakan teknis di
bidang pelayana dan bimbingan kehidupan beragama kepada
masyarakat di kota jakarta pusat. Pelayanan bimbingan dan
pembinaan di seksi penyelenggara haji dan umrah, pelaksanaan
hubungan dengan pemerintah daerah, instansi terkait, dan lembaga
masyarakat dalam rangka pelaksanaan tugas kementerian di kota
jakarta pusat.14
b. Pranata Haji
1) Tugas
Merencanakan dan melaksanakan pelayanan teknis di seksi
penyelenggara haji dan umrah. membantu pimpinan dalam
melaksakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
13 File seksi penyelenggara haji dan umrah 14 Dikutip dari file Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah
49
2) Fungsi
Pelayanan di seksi penyelenggara haji dan umrah sesuai
prosedur dan ketentuan yang berlaku.
c. Pengelola Administrasi Keuangan
1) Tugas
Menyusun program, mengendalikan dan mengkoordinasikan
serta memeriksa dan mengevaluasi keuangan di seksi
penyelenggara haji sesuai prosedur ketentuan berlaku. Membantu
pimpinan dalam melaksanakan tugas-tugas lain yang diberiakn
oleh pimpinan15
2) Fungsi
Mengelola keuangan di seksi penyelenggara haji dan umrah
sesuai prosedur dan ketentuan berlaku.
d. Pengelola Data Informasi
1) Tugas
Menyusun program, mengendalikan dan mengkoordinasikan
serta memeriksa dan mengevaluasi data calon jamaah haji di seksi
penyelenggara haji sesuai prosedur ketentuan