Evaluasi Sakit Perut Jambi

Embed Size (px)

Citation preview

SAKIT PERUT PADA ANAK

Evaluasi anak dengan sakit perut

Badriul Hegar

Departemen Ilmu Kesehatan Anak - Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sakit perut merupakan salah satu keluhan yang paling sering menyebabkan seorang anak dibawa berobat ke dokter. Sakit perut akut umumnya lebih sering dihubungkan dengan kelainan organik, sedangkan sakit perut kronis atau berulang lebih merupakan suatu kelainan fungsional.1 Evaluasi sakit perut pada anak masih merupakan suatu masalah, karena kriteria diagnosis yang digunakan saat ini masih belum terdapat keseragaman.2PenyebabBerbagai gejala klinis yang diperlihatkan dapat disebabkan oleh berbagai kelainan atau merupakan variasi gejala klinis dari penyebab yang sama. Gangguan fungsional merupakan penyebab tersering sakit perut pada anak berusia 4-15 tahun.3 Prevalens sakit perut fungsional sebesar 70% dari seluruh kejadian sakit perut pada anak.4 Gangguan motilitas dan hipersentivitas saluran cerna merupakan dua hal yang dianggap berperan dalam sakit perut fungsional.3,5 Pada sakit perut fungsional terlihat peningkatan kontraksi otot usus dan melambatnya waktu singgah di dalam usus. Keterlibatan hipersensitivitas visera terlihat dengan adanya perubahaan ambang pada reseptor dinding saluran cerna dan hantar impuls sensorik. Pada sakit perut fungsional juga ditemukan proses inflamasi nonspesifik.5,6Gangguan pada sistem saluran cerna dan sistem urogenital merupakan penyebab organik tersering sakit perut pada anak. Beberapa penyebab organik yang sering ditemukan, yaitu intoleransi laktosa, gastritis, infeksi saluran kemih, refluks gastroesofagus, infeksi Helicobacter pylori. Meskipun jarang, alergi makanan, bakteri tumbuh lampau, Inflammatory bowel disease, hepatitis, pankreatitis, kolelitiasis, apendisitis, malrotasi dilaporkan pada beberapa sakit perut.6,7EvaluasiLangkah awal dalam menangani anak dengan sakit perut adalah membedakan sakit perut organik atau fungsional.5,8 Sakit perut fungsional bila kita tidak dapat membuktikan adanya kelainan struktural atau biokimia sebagai penyebab sakit perut. Dengan demikian, penentuan organik sangat bergantung kepada kemampuan kita menemukan gangguan organ. Begitu ditemukan gangguan organ sebagai penyebab sakit perut, maka sakit perut bukan lagi fungsional. Untuk mengevaluasi keterlibatan organ, dokter perlu memahami gejala klinis spesifik dari masing-masing gangguan organ yang dapat menyebabkan sakit perut. Di lain pihak, menyingkirkan gangguan organ seringkali menjadi kendala terutama pada negara berkembang dengan keterbatasan fasilitas diagnostik dan ekonomi. Modifikasi evaluasi pada keadaan yang mempunyai keterbatasan tersebut sangat diperlukan.10Sakit perut fungsional umumnya bersifat kronis atau rekuren. Ketepatan evaluasi sangat bergantung kepada kemampuan anak mengemukakan keluhannya, sehingga evaluasi memang sulit dilakukan pada anak usia tertentu dan diperlukan keterlibatan orangtua sebagai orang terdekat sehari-hari. Adanya gangguan emosi tidak boleh digunakan sebagai satu-satunya pedoman dalam mengevaluasi sakit perut fungsional, karena gangguan organ berkepanjangan dapat pula menyebabkan gangguan emosi pada anak.2Anamnesis dan pemeriksaan fisis yang rinci sangat diperlukan dalam melakukan evaluasi sakit perut. Gangguan organ perlu dipikirkan bila pada anamnesis dan pemeriksaan fisis ditemukan alarm symptoms, sebagai berikut : nyeri yang menetap pada kuadran kanan atas dan bawah, disfagia, muntah persisten, diare pada malam hari, perdarahan saluran cerna, kelainan pada perirectal, keluarga menderita inflammatory bowel diseases, penyakit seliak, dan ulkus peptikum, nyeri yang membangunkan tidur, penurunan berat badan, pubertas terlambat, artritis, dan demam yang tidak dapat diterangkan penyebabnya.

Evaluasi sakit perut fungsional Evaluasi sakit perut fungsional menggunakan Kriteria Rome yang mempunyai 5 kategori, yaitu2 : (1) Functional dyspepsia, (2) Irritable bowel syndrome, (3) Functional abdominal pain, (4) Abdominal migraine, dan (5) Aerophagia.Functional dyspepsia

Kriteria evaluasi : Functional dispepsia adalah rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian atas (di atas umbilikus). Keluhan dirasakan paling sedikit selama 12 minggu, tidak perlu berurutan, dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Rasa sakit tidak berhubungan dengan pola defekasi dan bentuk tinja. Functional dyspepsia dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu (1) Ulcer like dyspepsia, bila yang dirasakan adalah rasa nyeri (2) dysmotility like dyspepsia, bila yang dirasakan adalah rasa tidak nyaman, dan (3) Unspecified (non specific) dyspepsia, bila keluhan tidak memenuhi kedua kriteria di atas. Rasa tidak nyaman berupa rasa penuh, cepat kenyang, sering sendawa, mual, atau muntah.11 Pemeriksaan endoskopi untuk menyingkirkan esofagitis, gastritis, duodenitis, atau ulkus peptikum.12 Pemeriksaan laboratorium amilase, lipase, fungsi hati dan USG perut dapat membantu mengetahui adanya kelainan pada pankreas, hati dan sistem bilier. Irritable bowel syndrome (IBS)Kriteria evaluasi : nyeri perut atau rasa tidak nyaman yang berhubungan dengan perubahan pola defekasi dan bentuk tinja. Rasa sakit dialami selama paling sedikit 12 minggu, tidak perlu berurutan, dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Keluhan akan hilang setelah defekasi. Kemungkinan adanya kelainan organik perlu dipikirkan bila ditemukan rasa sakit pada malam hari, diare, perdarahan perektum, demam, atau penurunan berat badan dan riwayat Inflamatory bowel diseases dalam keluarga. Analisis tinja untuk melihat adanya infeksi bakteri atau parasit dan malabsorpsi karbohidrat. Pemeriksaan kolonoskopi dan radiologi untuk kasus yang tidak memperlihatkan respons terhadap upaya yang telah diberikan.2,4,10Functional abdominal pain

Kriteria evaluasi : nyeri di daerah periumbilikus berlangsung terus menerus pada anak usia sekolah atau remaja, tidak berhubungan dengan keadaan fisiologis seperti makan, defekasi, atau menstruasi. Episod nyeri berlangsung kurang dari 1 jam, kadangkala hanya berlangsung beberapa menit. Rasa nyeri umumnya tidak sampai membangunkan anak pada saat tidur, tetapi nyeri yang dirasakan pada malam hari seringkali menyebabkan anak tidak dapat tidur. Anak umumnya mempunyai masalah emosi, sifat perfeksionis, kesulitan belajar, dan orangtua mempunyai harapan yang terlalu besar kepada anak. Anak sering pula mengeluh sakit kepala, mual (tanpa muntah), dan letih. Faktor psikologis berupa kecemasan atau depresi, gejala somatisasi, serta fobia sekolah harus pula ditelaah.12 Pemeriksaanurinalisis, LED, darah perifer, analisis tinja untuk melihat eritosit, leukosit, bakteri, dan parasit. Pemeriksaan kimia darah, uji hydrogen napas, dan USG perut memperlihatkan hasil normal. Pemeriksaan endoskopi dan radiologi dikerjakan apabila gejala klinis tidak memperlihatkan perbaikan dan masih dipikirkan keterlibatan organ. Abdominal migraine

Kriteria evaluasi : rasa nyeri bersifat paroksismal di daerah garis tengah perut, berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari, diselingi periode tidak sakit selama beberapa minggu hingga beberapa bulan. Disertai keluhan lain (minimal 2 keluhan), yaitu sakit kepala, takut terhadap cahaya, riwayat migren di dalam keluarga, sakit kepala pada satu sisi, dan aura sebagai prodomal serangan sakit (visual, sensorik, atau motorik). Keluhan sakit perut telah berlangsung dalam kurun waktu 12 bulan dengan minimal 3 kali serangan.

AerophagiaKriteria evaluasi : distensi perut berlebihan akibat tertelan udara secara berlebihan sehingga menyebabkan gangguan masukan minum/makan anak. Keluhan telah berlangsung selama minimal 12 minggu, tidak perlu berurutan, dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Didapatkan sendawa berulang kali, sering flatus, dan suara menelan berulang kali akibat kecemasan yang dirasakan anak. Keluhan dan gejala klinis akan hilang pada saat tidur. Kriteria evaluasi tambahan : Pada sakit perut fungsional, rasa nyeri tidak bertambah, rasa nyeri tidak timbul pada malam hari. Orangtua atau anak mempunyai perilaku berambisi, anak mempunyai masalah di sekolah, stres emosi dalam keluarga, dan keluhan yang sama pada anggota keluarga.

Tata laksana

Oleh karena sebagian besar kasus sakit perut pada anak merupakan keadaan fungsional, maka dianjurkan untuk tidak segera melakukan pemeriksaan penunjang invasif. Pemeriksaan penunjang tidak menjadi urutan pertama pada sakit perut tanpa alarm symptoms. Anamnesis dilakukan bersama-sama anak dan orangtua. Pengisian buku harian oleh orangtua dan anak yang mencatat jenis makanan, derajat sakit (skor), pola defekasi, dan keluhan spesifik lainnya. Dengan pemantauan tersebut diharapkan anak akan lebih memberikan perhatian terhadap keluhan yang dirasakan. Interaksi orangtua dan anak selama wawancara perlu diperhatikan. Beberapa data perlu diketahui seperti prestasi belajar, stress emosi di keluarga maupun di sekolah, aktivitas sosial, dan perkembangan aktivitas dalam beberapa bulan terakhir. Pemeriksaan fisis dilakukan secara menyeluruh dan cermat. Pemeriksaan colok dubur diperlukan pada keadaan yang dicurigai adanya kelainan pada sigmoid, rektum, dan anus.13 Sesuai dengan data epidemiologi, maka sakit perut pada anak berumur di bawah 4 dan di atas 15 tahun, perlu dipertimbangkan adanya gangguan organ. Alarm symptoms dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menentukan arah tata laksana.

Pada dispepsia, obat dan makanan yang dianggap dapat menimbulkan keluhan sebaiknya dihentikan. Agonis reseptor H2 dan PPI dapat diberikan pada dispepsia.2 Kerjasama yang erat antara dokter dan keluarga apabila faktor stres psikologis sangat menonjol. Pada IBS, penjelasan kepada anak dan orangtua tentang penyakitnya sangat diperlukan. Anak perlu tahu bahwa keluhan yang sangat mengganggu tersebut bukan hal yang serius. Pencatatan harian tentang keluhan yang dialalmi sangat membantu dalam proses penyembuhan. Faktor psikologis sebagai pencetus keluhan perlu diketahui. Obat-obat anti-depresi seperti imipramin atau amitriptilin digunakan pada orang dewasa, sedangkan pada anak belum ada laporan studi kontrol. Pada kasus dengan konstipasi dianjurkan pemberian diet tinggi serat (diet yang direkomendasikan adalah umur dalam tahun + 5 g).14Pada functional abdominal pain, penjelasan tentang penyakitnya sangat membantu penyembuhan. Anak ikut mengevaluasi penyakitnya dengan mencatat keluhan dan sesuatu yang dirasakan/pikirkan dalam buku catatan harian. Pada abdominal migraine, Cyproheptadine mungkin memberikan hasil efektif pada kasus dengan sakit kepala migren dan muntah siklus. Pada aerophagia diperlukan penjelasan tentang penyebab keluhan tersebut. Penggunaan permen karet atau minuman yang mengandung bikarbonat harus dihentikan. Begitu pula dengan faktor stres dan cemas perlu segera diatasi.2Kesimpulan

Sakit perut merupakan keluhan yang sering ditemukan pada anak dan sebagaian besar adalah keadaan fungsional. Alarm symptoms sangat berguna untuk penapisan gangguan organ sebagai penyebab sakit perut.Daftar Pustaka1. Plunkett A, Beattie RM. Recurrent abdominal pain in childhood R Soc Med. 2005; 98(3): 101-6.2. Weber AR, Hyman PE, Cucchiara S, Flesischer DR, Hyams JS, Milla PJ, Staiano A. Childhood functional gastrointestinal disorders. Gut 1999; 45: 1160-83. Leung AKC, Lemay JF, Barker CC. Recurrent abdominal pain in children. Can J Diag 2002; 2 : 68-774. Hyams JS, Patricia D, Francisco A.S, Donna KZ, Christopher JJ, Trudy L. Dyspepsia in Children and Adolescents: A Prospective Study. JPGn; 2000; 30(4): 413-8

5. Tack J, Caeepeel P, Arts J, Lee KJ, Sifrim D, Janssens J. Prevalence of acid reflux in functional dyspepsia and its association with symptom profile. Gut. 2005; 54(10): 13706. 6. Mavromichalis MD, Zaramboukas T. Recurrent abdominal pain. J Pediatric 1999;135(3): 1-37. Wald A, Chandra R, Fisher SE, Gartner JC, Zitelli B. Lactose malabsorption in recurrent abdominal pain of childhood 1992; 100: 65-8

8. Rasquin A, Di Lorenzo, Forbes D, et al. Childhood functional gastrointestinal disorders: child/adolescent. Gastroenterology 2006;130 (5) :1527-37.

9. Leung AKC, Lemay JF, Barker CC. Recurrent abdominal pain in children. Can J Diag 2002; 2 : 68-7710. Hegar B. Rome II Criteria in developing country. Acta Gastroenterologica Belgica 2003; 8: 11

11. Kleomenis S, Gregory C, George P, Vasiliki D, Olga G, Nick N. Functional Dyspepsia in Children. JPGN 2001; 33(4) :51912. Hegar B, Kadim M. Helicobacter pylori infection in children with recurrent abdominal pain. Indones J Gastroenterol Hepatol Digest Endos 2001; 2(2); 1-413. Anbar RD. Self-hypnosis for the treatment of functional abdominal pain in childhood. Clin Pediatr 2001; 40: 447-5114. Miranda AL, Felix CT. Diet and Functional Abdominal Pain in Children and Adolescents. JPGN 2013; 57 (2): 141-8