Upload
naufal-mudhofar
View
132
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
evaluasi semen
Citation preview
Evaluasi Semen• Ada 2 cara yang dapat dilakukan
1.Makroskopis
– Volume
– pH
– Konsistensi
– Warna
Evaluasi Semen
1. MakroskopisVolume
Setiap kali ejakulasi sapi jantan umumnya menghasilkan 5 – 8 ml, domba 0,8 – 1,2 ml, kambing 0,5 – 1,5 ml, babi 150 – 200 ml, kuda 60 – 100 ml, dan ayam 0,2 – 0,5 ml.
Perbedaan volume semen dipengaruhi oleh : perbedaan individu, umur , bangsa ternak, nutrisi, frekwensi ejakulat, libido dan kondisi ternak itu sendiri
Warna
Semen sapi umumnya berwarna putih sedikit krem, semen domba putih krem, semen babi dan kuda menyerupai larutan kanji (abu-abu encer), sedangkan semen ayam berwarna putih seperti air susu.
Warna kemerahan merupakan tanda bahwa semen terkontaminasi oleh darah segar, sedang apabila warnanya mendekati coklat merupakan tanda bahwa darah yang mengkontaminasi semen sudah mengalami dekomposisi. Warna kehijauan merupakan tanda adanaya bakteri pembusuk.
BAU• Semen yang normal, pada umumnya, memiliki bau
amis khas disertai dengan bau dari hewan itu sendiri. Bau busuk biasanya terjadi apabila semen mengandung nanah yang disebabkan oleh adanya infeksi organ atau saluran reproduksi hewan jantan.
• Ada yang menyatakan mirip dengan bau bunga akasia
KEKENTALAN• Kekentalan merupakan salah satu sifat semen yang memiliki
kaitan dengan kepadatan/konsentrasi sperma di dalamnya. Semakin kental semen dapat diartikan bahwa semakin tinggi konsentrasi
• Semen ayam, domba dan sapi umumnya merupakan semen yang sangat kental sampai kental , sedangkan kuda dan babi memiliki semen yang encer.
• Pada umumnya konsentrasi sejalan dengan perkembangan seksual dan kedewasaan, kualitas makanan yang diberikan, pengaruh kesehatan reproduksinya dan besar testis.
• Selain itu juga dipengaruhi oleh umur pejantan, perbedaan musim dalam tahun, perbedaan tempat geografis
pHSemen sapi normal memiliki pH 6,4 – 7,8;
domba 5,9 – 7,3; babi 7,3 – 7,8; kuda 7,2 – 7,8; dan ayam 7,2 – 7,6 (Garner dan Hafez, 2000).
Perbedaan nilai pH kemungkinan disebabkan oleh perbedaan ras, perbedaan complex buffer system yang terdapat pada plasma semen
2. Mikroskopis Motilitas
• Pemeriksaan motilitas merupakan cara pemeriksaan visual dengan bantuan mikroskop yang dinyatakan secara komparatif, sehingga memungkinkan terjadinya kesalahan dan perbedaan penafsiran setiap dilakukan pemeriksaan.
• Semen segar yang baru dikoleksi dan belum diencerkan dilakukan pemeriksaan motilitas massa dan individu.
• Motilitas spermatozoa dilakukan dengan menempatkan satu tetes semen pada gelas benda yang telah dihangatkan (36oC) kemudian ditutup dengan gelas penutup dan ditempatkan di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 40 kali.
• Persentase motilitas dinilai secara kuantitatif dengan membandingkan spermatozoa hidup bergerak kedepan (progresif) dengan yang tidak progresif. Penilaian yang diberikan dari angka 0% (mati semua) dan 100% (motil semua).
• Persentase motilitas disebut baik bila 50% atau lebih spermatozoa menunjukkan pergerakan yang sebagian besar adalah gerak yang cukup baik atau sangat baik (grade II/III).
• Gradasi menurut W.H.O. untuk pergerakan spermatozoa adalah sebagai berikut :
• 0 = spermatozoa tidak menunjukkan pergerakan• 1 = spermatozoa bergerak ke depan dengan lambat • 2 = spermatozoa bergerak ke depan dengan cepat• 3 = spermatozoa bergerak ke depan sangat cepat
Konsentrasi sperma
• Konsentrasi sperma atau kandungan sperma dalam setiap mililiter semen merupakan salah satu parameter kualitas semen yang sangat berguna untuk menentukan jumlah betina yang dapat diinseminasi menggunakan semen tersebut.
• Penentuan konsentrasi sperma dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:
1. pendugaan melalui warna dan kekentalan semen,
2. jarak antar kepala sperma,
3. penghitungan menggunakan haemacytometer dan kamar hitung Neubauer,
4. spektrofotometer dan perhitungan secara elektrik
Konsentrasi sperma berdasarkan warna dankekentalan semen
Skor Warna dan kekentalan semen
Konsentrasi (x109 sel) per ml
Rata-rata kisaran
5 Krem kental 5,00 4,50 – 6,00
4 Krem 4,00 3,50 – 4.50
3 Krem encer 3,00 2,50 – 3,50
2 Putih susu 2,00 1,00 – 2,50
1 Keruh 0,70 0,3 – 1,00
0 Bening encer Tidak nyata
Konsentrasi spermaa berdasarkan jarak antar kepalasperma
Kriteria KeteranganKonsentrasi
Sperma (x 106 sel)per ml
Densum
Jarak rata-rata antara satu kepala sperma dengan kepala sperma yang lain kurang daripanjang satu kepala sperma
1000 – 2000
SemiDensum
Jarak rata-rata antara satu kepala sperma dengan kepala sperma yang lain sama dengan panjang satu kepala sperma
500 – 1000
Rarum
Jarak rata-rata antara satu kepala sperma dengan kepala sperma yang lain mencapai satu setengah pan-jang kepala sampai satu panjang sperma keseluruhan
200 – 500
Oligospermia
Jarak rata-rata antara satu kepala sperma dengan kepala sperma yang lain lebih daripanjang satu sel sperma keseluruhan
< 200
NecrospermiaTidak ditemukan adanyasperma
0
Persentase Sperma Hidup
• Penentuan persentase sperma hidup semen dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu melalui penghitungan menggunakan pipet haemacytometer dan kamar hitung Neubauer, atau menggunakan metode pewarnaan diferensial yaitu suatu metode pewarnaan yang memberi kemungkinan pada kita untuk membedakan sperma yang hidup dan sperma yang mati.
• Persentase hidup spermatozoa dilakukan dengan metode Campbell et al., (1957) yang dimodifikasi menggunakan pewarna eosin 2%. Semen segar dicampur dengan eosin 2% dengan perbandingan 1 : 3 (semen : eosin 2%), kemudian dilakukan ulasan secara cepat dan difiksasi pada api bunsen (waktu yang diperlukan untuk mencampur hingga selesai fiksasi tidak boleh lebih dari 15 detik).
• Pemeriksaan dilakukan di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 40. spermatozoa dihitung dengan cara berurutan atau zik-zak sampai sepuluh lapang pandang (200 spermatozoa). Spermatozoa yang hidup tidak berwarna dan yang telah mati akan berwarna merah pada bagian kepalanya.
Gambar sperma hidup dan Gambar sperma hidup dan matimati
H : sperma hidupM : sperma mati
Abnormalitas Sperma
• Tingkat abnormalitas sperma dapat diketahui melalui preparat pewarnaan diferensial yang penilaiannya bisa bersamaan dengan pemeriksaan persentase sperma hidup
• Abnormalitas sperma terdiri dari dua kelompok, yaitu abnormalitas primer dan abnormalitas sekunder. Abnormalitas primer terjadi selama proses pembentukan sperma di dalam testes, sedangkan abnormalitas sekunder terjadi setelah proses pembentukan sperma, setelah keluar dari tubuh ternak jantan, serta akibat pengolahan semen.
Bentuk-bentuk abnormalitas primer adalah :
1.Ukuran kepala lebih besar (macrocephalic) atau lebih kecil
2.(microcephalic) dari ukuran normal.
3.Kepala ganda atau ekor ganda
4.Bentuk kepala tidak normal (penyok, benjol, pipih atau tidak beraturan)
Bentuk-bentuk abnormalitas sekunder adalah :1.Kepala pecah
2.Ekor putus (pada bagian leher atau tengah-tengah)
3.Ekor melipat, terpilin, atau tertekuk
Tugas
1.Perbedaan volume semen dipengaruhi oleh : perbedaan individu, umur , bangsa ternak, nutrisi, frekwensi ejakulat, libido dan kondisi ternak itu sendiri, coba jelaskan kenapa faktor-faktor diatas bisa mempengaruhi, dan tulis lengkap dengan sumber literaturnya
2.Pada umumnya konsentrasi spermatozoa sejalan dengan perkembangan seksual dan kedewasaan, umur pejantan , kualitas makanan yang diberikan, pengaruh kesehatan reproduksi dan besar testis,
Coba jelaskan kenapa faktor-faktor diatas bisa mempengaruhi, dan tulis lengkap dengan sumber literaturnya