Evaluasi,Assesmen Dan Penelitian

  • Upload
    ma-wix

  • View
    286

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

h Wakhinuddin S Tes adalah alat untuk memperoleh data tentang perilaku individu ( Allen dan Yen, 1979: 1). Karena itu, didlam tes terdapat sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan, yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu ( sampel perilaku ) berdasarkan jawaban yang diberikan individu yang dikenaites tersebut ( anastari, 1982:22 ). Pada buku psychological Testing, Anastari, ( 1982:22 ) menyatakan tes merupakan pengukuran yang obyektif dan standard. Cronbach menanbahkan bahwa tes adalah prosedur yang sitematis guna mengopservasi dan member deskripsi sejumblah atau lebih cirri seseorang dengan bantuan skala numerik atau suatu system kategoris. Dengan demikian cepat dinyatakan bahwa tes adalah prosedur yang sistematis. Ini berarti butir tes disusun berdasarkan cara dan aturan tertentu, pemberian skor harus jelas dan dilakukukan secara yrtperinci, serta individu yang menempuh tes tersebut harus mendapat butir tes yang sama dan dalam kondisi yang sebanding. Selain itu tes berisi sampelm perilaku, yang berarti kelayakan tes tergantung pada sejauh mana butir tes siswa adalah tes pelajaran matematika yang pada umumnya disusun oeh guru sendiri. Peranan tes prestasi belajar paling signifikan adalh padaa program pengajaran di sekolah. Jadi tes prestasi menjadi bagian integral PBM dan berpengaruh langsung rehadap perkembangan belajar siswa. Dalam hal ini, baik tes prestasi belajar buatan guru maupun standar, keduanya mengukur prestasi siswa di kelas. Tetapi tes buatan guru paling dominan dan banyak digunakan ( Gronlund, 1968:1 ) . Selanjutnya, Gronlund ( 1968: 4-11 ) merumusakan beberapa prinsip sasar pengukuran prinsip pelajaran, yaitu tes harus mengukur hasil belajar yang sesuai deengantujuan instruksional, merupakan sampel yang respresentataif dari materi pelajaran, berisi butuir tes dengan tipe yang paling tepat, dirancang sesuai tujuan, mempunyai reliabilitas dan validitas yang baik sehingga hasilnya ditafsirkan dengan tepat guna meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu alat penilaian kemapuan mengajar guru di sekolah adalah kemampuan guru untuk melaksanakan evaluasi belajar siswa dalam PBM yang dilaksanakan. Pada umumnya, evaluasi yang dilaksanakan berupa evaluasi formatif, sumatif, dan remedial/her ( perbaikan). Evaluasi formatif digunakan oleh guru dan siswa. Untuk guru, formatif merupakan umpan balik untuk mengetahui penguasan siswa akan pelajaran yang diberikan (indikator) menilai keberhasilan metode mengajar, meramalkan nilai penilaian sumatif. Untuk siswa, membantu merencanakan urutan belajar dan perbaikan kelemahan penguasan pelajaran. Evaluasi ini menitikberatkan pad pengukura ketercapaian indikator yang telah ditentukan, dan system yang digunakan adalah Criterion Referencedtest (CRT) atau penilaian Acuan Patokan (PAP) (Woolfolk dan nicolich, 1984:566). Evaliasi sumatif digunakan untuk menentukan nilai siswa, keterangan tentang keterampilan dan kecakapan, keberhasilan belajar siswa, titik tolak peljaran berikutnya, indicator prestasi siswa dalam kelompoknya. Evaluasi ini menitik beratkan pada status individu siswa alm kelompok. Pada umumnya, sitem penilaian adalah norm referenced Test (NRT) atau Penilaian Acuan Norma (PAN) (Woolfolk dan Nicolich, 1984:570). Sedangkan her (perbaikan) digunakan memperbaiki skor siswa yang diperoleh dalm tes sumatif. Dengan mempertimbangakan prinsip dasar tes prestasi dan fungsinya dalm evaluasi belajar siswa di sekolah maka jelas bahwa tes buatan guru yang digunkan (formatif, sumatif, dan her) penting peranananya menentukan prestasi siswa, keberhasialn PBM yang dikelola guru, program

pengajran di sekolah dan selakigus menentukan mutu pendidikan. Karena itu, dalam membuat dan mengembangka tes, guru harus menyusunnya dengan baik. Dengan demikian mempertimbangkan hal itu maka guru harus mengetahui kriteia tes yang baik, pedoman pengembanhan tes, dan teknik pemberian skor.

PENGERTIAN TES, JENIS-JENIS TES,16 Dec

DAN KRITERIA SUATU INSTRUMEN TES YANG BAIK

Penilaian pendidikan bukanlah semata-mata penilaian hasil belajar, tetapi mencangkup aspek yang lebih luas yaitu input/komponen, proses, produk dan program pendidikan. Untuk dapat menilai aspek-aspek tersebut dengan komponen-komponen yang menyertainya, maka instrumeninstrumen penilaian pendidikan yang digunakan harus terkait dengan aspek yang dinilai dan tujuan pada masing-masing aspek tersebut. Secara garis besar instrumen evaluasi dapat diklasifikasikan atas dua bagian yaitu tes dan non tes. Perbedaan yang prinsip antara tes dan non tes, terletak pada jawaban yang diberikan. Dalam suatu tes hanya ada kemungkinan benar atau salah, sedangkan untuk non tes tidak ada jawaban benar atau salah, semuanya tergantung kepada keadaan seseorang. Selanjutnya akan diuraikan lebih rinci mengenai tes sebagai sebagai alat evaluasi hasil belajar.

A. Pengertian Tes Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes hasil belajar adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar siswa.

B. Jenis-Jenis Tes 1. a. Dari segi bentuk pelaksanaannya Tes Tertulis ( paper and pencil test)

Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan pencil sebagai instrumen utamanya, sehingga tes mengerjakan soal atau jawaban ujian pada kertas ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun menggunakan komputer. b. Tes Lisan ( oral test)

Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara guru dan murid. c. Tes Perbuatan (performance test)

Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam melakukan sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta didik. 2. a. Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya Tes Essay (uraian)

Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri. Tes essay ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri. b. Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah disediakan alternatif jawabannya. Tes ini terdiri dariberbagai macam bentuk, antara lain ; Tes Betul-Salah (TrueFalse) Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice) Tes Menjodohkan (Matching) Tes Analisa Hubungan (Relationship Analysis) 3. a. Dari segi fungsi tes di sekolah Tes Formatif

Tes Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikankan dalam tiap satuan unit pembelajaran. Manfaat tes formatif bagi peserta didik adalah : Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap unit pembelajaran. Merupakan penguatan bagi peserta didik.

Merupakan usaha perbaikan bagi siswa, karena dengan tes formatif peserta didik mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya. Peserta didik dapat mengetahui bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasainya. b. Tes Summatif

Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau akhir semester. c. Tes Penempatan

Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam belajar. d. Tes Diagnostik

Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan yang dihadapi seseorang baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu kegiatan belajarnya.

C.

Ciri-ciri Tes Yang Baik

Sebuah tes dikatakan baik jika memenuhi persyaratan: 1. Bersifat valid atau memiliki validitas yang cukup tinggi. Suatu tes dikatakan valid bila tes itu isinya dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur, artinya alat ukur yang digunakan tepat 2. Bersifat reliable, atau memiliki reliabelitas yang baik. Reliabelitas sering diartikan dengan keterandalan. Suatu tes dikatakan relliabel jika tes itu diberikan berulang-ulang memberikan hasil yang sama. 3. Bersifat praktis atau memiliki kepraktisan. Tes memiliki sifat kepraktisan artinya praktis dari segi perencanaan, pelaksanaan tes dan memiliki nilai ekonomi tetapi harus tetap mempertimbangkan kerahasiaan tes. Namun syarat minimum yang harus dimiliki oleh sebuah tes yang baik adalah valid dan reliable.

D. Langkah-langkah Pengembangan Tes Ada enam tahap dalam merencanakan dan menyusun tes agar diperoleh tes yang baik,yaitu:

1)

Pengembangan spesifikasi tes

Spesifikasi tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan keseluruhan kualitas tes dan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah : a) Menentukan tujuan, tujuan pembelajaran yang baik hendaklah berorientasi kepada peserta didik, bersifat menguraikan hasil belajar, harus jelas dan dapat dimengerti, mengandung kata kerja yang jelas (kata kerja operasional), serta dapat diamati dan dapat di ukur. b) Menyusun kisi-kisi soal, penyusunan kisi-kisi soal bertujuan untuk merumuskan setepat mungkin ruang lingkup, tekanan dan bagian-bagian tes sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi penyusun tes. c) Memilih tipe soal, dalam memilih tipe soal perlu diperhatikan kesesuaian antara tipe soal dengan materi, tujuan evaluasi, skoring, pengelolaan hasil evaluasi, penyelenggaraan tes, serta ketersediaan dana dan kepraktisan. d) Merencanakan tingkat kesukaran soal, untuk soal objektif dapat diketahui melalui uji coba atau dapat juga diperkirakan berdasarkan berat ringannya beban penyeleaian soal tersebut e) f) 2) Merencanakan banyak soal Merencanakan jadwal penerbitan soal Penulisan soal

3) Penelaahan soal, yaitu menguji validitas soal yang bertujuan untuk mencermati apakah butir-butir soal yang disusun sudah tepat untuk mengukur tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan, ditinjau dari segi isi/materi, kriteria dan psikologis. 4) Pengujian butir-butir soal secara empiris, kegiatan ini sangat penting jika soal yang dibuat akan dibakukan. 5) 6) Penganalisisan hasil uji coba. Pengadministrasian soal

E. Menganalisis Tes Menganalisis instrument (alat evaluasi) bertujuan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan atau yang akan digunakan sudah memenuhi syarat-syarat sebagai alat ukur yang baik, tepat mengukur sesuatu sesuai tujuan yang telah dirumuskan. Sebuah instrument dikatakan baik jika memenuhi syarat validitas, reliabelitas dan bersifat praktis.

1. Validitas Tes Suatu tes dikatakan valid jika tes itu dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Valid disebut juga sahih, terandalkan atau tepat. Tes hasil belajar yang valid, harus dapat menggambarkan hasil belajar yang di ukur Macam-macam validitas 1). Validitas isi (content validity) Validitas isi sering juga disebut validitas logis atau validitas rasional. Validitas isi dapat dianalisis dengan bantuan kisi-kisi tes dan pedoman penelaahan butir soal.

Penelaahan butir soal secara umum ditinjau dari tiga aspek yaitu: 1. 1. Aspek materi 2. Aspek bahasa 3. Aspek konstruksi 2). Validitas ramalan (predictive validity) Suatu tes dikatakan memiliki validitas ramalan, apabila hasil pengukuran yang dilakukan dengan tes itu dapat digunakan untuk meramalkan, atau tes itu mempunyai daya prediksi yang cukup kuat. Untuk mengetahui apakah suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang memiliki validitas ramalan dapat dilakukan dengan mengkorelasikan tes hasil belajar yang sedang diuji dengan kriterium yang ada. 3) Validitas bandingan (concurent validity) Suatu tes dikatakan memiliki validitas concurrent, apabila tes tersebut mempunyai kesesuaian dengan hasil pengukuran lain yang dilaksanakan saat itu. Misalnya, membandingkan hasil tes dari soal yang sedang dicari validitasnya dengan hasil tes dari soal standar. Jika terdapat korelasi yang positif antara kedua tes tersbut, berarti soal tes yang dibuat mempunyai validitas concurrent. 4).Construct validity (validitas konstruk) Validitas konstruk artinya butir-butir soal dalam tes tersebut membangun setiap aspek berpikir seperti yang tercantum dalam tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Penganalisisan validitas ini dapat dilakukan dengan jalan melakukan pencocokan antara aspek berpikir yang dikehendaki diungkapkan oleh tujuan pembelajaran, yaitu melalui penelaahan butir-butir soal.

Meski terdapat beberapa jenis validitas, dalam periode terakhir validitas dianggap sebagai suatu konsep utuh, tidak dipilah-pilah sebagai jenis validitas.

Cara menentukan validitas instrumen

Validitas instrument dapat diketahui dengan mencari korelasi hasil instrument dengan dengan kriterium atau melakukan analisis butir. Apabila data yang digunakan adalah data interval maka dapat digunakan rumus Product Moment Korelasi, sebagai berikut :

v Rumus Angka Kasar

Keterangan : = Koefisien korelasi antara instrument X dan instrument Y

v Rumus untuk skor deviasi

Kriteria- kriteria hasil validitas : Antara sangat tinggi Antara tinggi Antara cukup Antara rendah Antara sangat rendah (Yusuf, 2005:75).

Cara menentukan validitas tiap butir soal

Tinggi rendahnya validitas soal secara keseluruhan berhubungan dengan validitas tiap butir soal. Validitas butir soal dapat dicari dalam hubungannya dengan skor total tiap individu yang ikut serta dalam evaluasi. Langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut : 1. Skor suatu instrument dengan baik dan teliti

Untuk individu yang benar diberi angka 1, sedangkan yang salah diberi angka nol. 2. 3. Jumlahkan skor total untuk tiap individu. Gunakan rumus product moment correlation atau korelasi biserial.

2.

Reliabilitas

Suatu alat ukur dikatakan reliabel, apabila alat ukur itu dicobakan kepada objek yang sama secara berulang-ulang maka hasilnya akan tetap sama, konsisten, stabil atau relatif sama.

Faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas

a. Konstruksi item yang tidak tepat, sehingga tidak dapat mempunyai daya pembeda yang kuat. b. c. d. e. f.

Panjang/pendeknya suatu instrumen Evaluasi yang surjektif akan menurunkan reliabilitas Ketidaktepatan waktu yang diberikan Kemampuan yang ada dalam kelompok Luas/tidaknya sampel yang diambil. Teknik pengujian reliabilitas tes hasil belajar Bentuk objektif Metode Belah dua

a. 1)

Dalam pelaksanaanya,seorang penilai hanya melakukan ujian satu kali terhadap sejumlah peserta, sehingga tidak ada pengaruh dari instrumen yang terdahulu. Jumlah butir soal yang diberikan harus genap sehingga dapat dibagi dua dan tiap kelompok mempunyai jumlah butir yang sama. Koefisien reliabilitas akan menunjukkan internal konsistensi dari pada butir soal

dalam keseluruhan instrumen. Cara membelah dua instrumen tersebut dapat dilakukan dengan cara nomor genap dan ganjil, awal dan akhir. Untuk menentukan reliabilitas kedua bagian instrumen tersebut dapat digunakan Product Moment Coorelation, sedangkan untuk mencari reliabilitas keseluruhan instrumen dapat digunakan rumus Spearman Brown, sebagai berikut :

Keterangan : : koefisien reliabilitas r : korelasi antara bagian instrumen 2) Metode Ulangan

Pelaksanaannya dilakukan dua kali kepada sejumlah subjek yang sama, dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas metode ulangan ini untuk melihat bagaimana stabilnya skor setiap individu apabila dilakukan pengujian dalam waktu yang berbeda, dengan kondisi dan perlengkapan yang sama/ hampir bersamaan. Rumus yang digunakan untuk menentukan metode ulangan ini adalah Product Moment Correlation. 3) Metode Bentuk Paralel

Bentuk ini dapat digunakan untuk memperkirakan reliabilitas dari semua tipe, tetapi koefisien yang dihasilkan hanya menggambarkan ekivalensi antara kedua instrumen. Tidak akan menunjukkan ekivalensi dalam kesukaran butir dan isi. Kedua bentuk instrumen yang diberikan mengukura hal yang sama, dengan memiliki tingkat kesukaran yang sama, pengetahuan dan keterangpilan yang sama dengan sistematika yang tidak berbeda antara kedua bentuk instrumen tersebut, tetapi dalam bentuk pertanyaan yang berbeda. Rumus yang dapat digunakan untuk menentukan reliabilitas instrumen dalam bentuk paralel ini adalah product moment correlation dan Rank order correlation. b. Bentuk essay

Rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas tes berbentuk uraian dinamakan rumus Alpha, yaitu :

Dimana: : Koefisien reliabilitas tes n : banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

: Jumlah variansi skor dari tiap-tiap butir item

:Variansitotal Interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut: 0,80 < r11 1,00 0,60 < r11 0,80 0,40 < r11 0,60 0,20 < r11 0,40 0,00 < r11 0,20 reliabilitas sangat tinggi reliabilitas tinggi reliabilitas sedang reliabilitas rendah reliabilitas sangat rendah

Nilai r yang diperoleh dibandingkan dengan rtabel. Jika rhitung > rtabel maka dapat disimpulkan bahwa soal tes reliabel.

3. Analisis soal tes Untuk mendapatkan kualitas soal yang baik, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Daya pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang bodoh. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indek diskriminan. Untuk menentukan daya pembeda soal dapat dilakukan seperti yang dikemukakan oleh Prawironegoro (1985:11): Terlebih dahulu dicari degress of freedom (df) dengan rumus: df = (nt 1) + (nr 1) dimana: nt = nr = 27% x N kemudian digunakan rumus:

dimana: Ip = daya pembeda soal

Mt = rata-rata skor dari kelompok tinggi Mr = rata-rata skor dari kelompok rendah = jumlah kuadrat deviasi skor kelompok tinggi = jumlah kuadrat deviasi skor kelompok rendah n N = 27% x N = banyak pengikut tes

Soal mempunyai daya pembeda yang berarti (signifikan) jika Ip hitung Ip tabel pada derajat kebebasan yang sudah ditentukan. 2) Indek kesukaran.

Agar tes dapat digunakan secara luas, setiap soal harus diselidiki tingkat kesukarannya yaitu apakah soal tersebut termasuk soal yang mudah, sedang atau sukar. Untuk menentukan indek kesukaran digunakan rumus yang dikemukakan Prawironegoro (1985:14) yaitu:

dimana: Ik = indeks kesukaran Dt = jumlah skor dari kelompok tinggi Dr = jumlah skor dari kelompok rendah m = skor setiap soal jika benar n = 27% x N

N = banyak pengikut tes Soal dinyatakan sukar, jika sedang, jika mudah, jika 3) Penerimaan soal 27% Ik 73% Ik > 73% 0% Ik < 27%

Setiap soal yang telah dianalisa perlu diklasifikasikan menjadi soal yang tetap dipakai, direvisi atau dibuang. Menurut Prawironegoro (1985:16) tentang klasifikasi soal: a) b) i. ii. c) Soal yang baik akan tetap dipakai jika Ip signifikan dan 0% < Ik 100%. Soal diperbaiki jika: Ip signifikan dan Ik = 100% atau Ik = 0%. Ip tidak signifikan dan 0% < Ik < 100%. Soal diganti jika Ip tidak signifikan dan Ik = 100% atau Ik = 0%.

Macam - Macam Tes 1. Macam-macam tes berdasar tujuan dan fungsinya Sesuai dengan fungsinya ada bermacam tes. a. Tes diagnostic b. Tes formatif c. Tes Sumatif d. Tes Akhir tahun pembelajaran Test Diagnostik. Untuk mengetahui kesulitan belajar siswa yang secara terus menerus ada padanya.Evaluasi ini lebih mendetail dari pada tes formatif. Test Formatif. Test untuk mengetahui kemajuan belajar siswa selama pengajaran berlangsung. Test Sumatif. Untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mencapai mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Test Akhir tahun Pembelajaran. Untuk mengetahui pencapaian kompetensi yang telah ditentukan / yang minimal harus di kuasai siswa 2. Macam-macam tes menurut waktu diberikannya test terbagi atas:

Pra test (pre test), yaitu test yang diberikan sebelum proses pembelajaran. Test ini bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Jenis-jenis pra test antara lain:

1. Test persyaratan (Test of entering behavior), yaitu tes yang dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan dasar yang menjadi syarat guna memasuki suatu kegiatan tertentu.

2. Input test (test of input competence), yaitu test yang digunakan menentukan kegiatan belajar yang relevan, berhubungan dengan kemampuan dasar yang telah dimiliki oleh peserta didik.

Test akhir (Post test), yaitu test yang diberikan setelah dilaksanakan proses pembelajaran. Tes tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan intelektual (tingkat penguasaan materi) peserta didik. Biasanya test ini berisi pertanyaan yang sama dengan pra test.

3. Macam-macam tes berdasar pelaksanaannya dalam praktek test terbagi atas:

Tes tulisan (written tes), yaitu test yang mengajukan butir-butir pertanyaan dengan mengharapkan jawaban tertulis. Biasanya test ini digunakan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik. Test lisan (oral test), yaitu tes yang mengajukan pertanyan-pertanyaan dengan menghendaki jawaban secara lisan. Test ini juga dilakukan untuk aspek kognitif peserta didik. Test perbuatan (performance test), yaitu tes yang mengajukan pertanyan-pertanyaan dengan menghendaki jawaban dalam bentuk perbuatan. Test ini digunakan untuk menilai aspek psikomotor/ keterampilan peserta didik. kelemahan dan kelebihan tes objektif TEST OBJEKTIF 1. TEST OBJEKTIF 1. Kelebihan Test Objektif yaitu:v Untuk menjawab test objektif tidak banyak memakai waktu.v Reabilitynya lebih tinggi kalau di bandingkan dengan test Essay, karena penilainnya bersifatobjektif.v Pemberian nilai dan cara menilai test objektif lebih cepat dan mudah karena tidak menuntutkeahlian khusus dari pada si pemberi nilai.v Objekti test tidak memperdulikan penguasaan bahasa, sehingga mudah dilaksanakan.v Validity test objektif lebih tinggi dari essay test, karena samplingnya lebih luas.2. Kelemahan Test Objektif yaitu :v Murid sering menerka-nerka dalam memberikan jawaban, karena mereka belum menguasai bahan pelajaran tersebut.v Memang test sampling yang diajukan kepada murid- murid cukup banyak, dan hanyamembutuhkan waktu yang relative singkat untuk menjawabnya.v Tidak biasa mengajak murid untuk berpikir taraf tinggi.v Banyak memakan biaya, karena lembaran item- item test harus sebanyak jumlah pengikut test.B. SALAH- BENAR atau True- False (T- F)1. Kelebihan S- B yaitu :v Soal ini baik untuk hasil- hasil, dimana hanya ada dua alternative jawaban.v Tuntutan kurang ditekankan pada kemampuan baca.v Sejumlah soal relative dapat dijawab dalam tipe test secara berkala.v Penilaian mudah, objektif dan dapat dipercaya.2. Kelemahan S- B yaitu : v Sulit menuliskan soal diluar tingkat pengetahuan yang bebas dari maksud ganda.v Jawaban soal tidak memberikan bukti bahwa siswa mengetahui dengan baik.v Tidak ada informasi diagnostic dari jawaban yang salah.v Memungkinkan dan mendorong siswa

untuk menerka-nerka.C. PILIHAN BERGANDA atau Multiple Choise ( M- Ch)1. Kelebihan Pilihan Berganda yaitu:v Hasil belajae yang sederhana sampai yang komplek dapat diukur.v Terstruktur dan petunjuknya jelas.v Alternatif jawaban yang salah dapat memberikan informasi diagnostik.v Tidak dimungkinkan untuk menerka jawaban.v Penilaian mudah, objektif dan dapat dipercaya.2. Kelemahan Pilihan Berganda yaitu:v Menyusunnya membutuhkan waktu yang lama.v Sulit menemukan pengacau.v Kurang efektif mengukur beberapa tipe pemecahan masalah, kemampuan untuk mengorganisir dan mengekspresikan ide.v Nilai dapat dipengaruhi dengan kemampuan baca.D. ISIAN atau Completion1. Kelebihan Isian atau Completion yaitu :v Sangat mudah dalam penyusunannya.v Lebih menghemat tempat ( menghemat kertas ).v Persyaratan komprehensif dapat dipenuhi oleh test model ini.v Digunakan untuk mengukur berbagai taraf kompetensi dan tidak sekedar mengungkap taraf pengenalan atau hafalan saja. 2. Kelemahan Isian atau Completion yaitu :v Lebih cenderung mengungkap daya ingat atau aspek hafalan saja.v Butir- butir item dari test model ini kurang relevan untuk diajukan.v Tester kurang berhati-hati dalam menyusun kalimat dalam soal.E. JAWABAN SINGKAT atau SHORT ANSWER 1. Kelebihan Jawaban Singkat yaitu :v Mdah dalam perbuatanv Kemungknan menebak jawaban sangat sulitv Cocok untuk soal- soal hitunganv Hasil- hasil pengetahuan dapat diukur secara luas2. Kelemahan Jawaban Singkat yaitu:v Sulit menyusun kata- kata yang jawabannya hanya satu.v Tidak cocok untuk mengukur hasil- hasil belajar yang komplek.v Penilaian menjemukan da memerlukan waktu banyak.F. MENJODOHKAN atau MATCHING1. Kelebihan Menjodohkan yaitu:v Suatu bentuk yang efisien diberikan dimana sekelompok respon sama menyesuaikan denganrangkaian isi soal.v Waktu membaca dan merespon relative singkat.v Mudah untuk dibuat.v Penilaian mudah, objektif dan dapat dipercaya.2. Kelemahan Menjodohkan yaitu:v Materi soal dibatsi oleh factor ingatan/ pengetahuan yang sederhana dan kurang dapat dipakaiuntuk mengukur penguasaan yang bersifat

pengertian dan kemampuan membuat tafsiran

.

1. TES ESSAI Keunggulan dan kelemahan tes bentuk essai. 1.1 Keunggulan tes bentuk essai, dapat dikemukakan sebagai berikut : a. Jawabannya berupa uraian yang disusun sendiri oleh siswa (testee); b. Menurut testi maupun pengajaran mengenal kembali dan mampu mengintegrasikan segala apa yang telah dipelajari;

c. Kemungkinan testee menebak sangat kecil; d. Hasil belajar yang kompleks, tidak dapat dievaluasi dengan bentuk tes yang lain; e. Penyusunan relatif mudah; f. Proses berfikir testi dapat dialack; g. Soal tes bentuk essai, lebih menekankan pada pengintegrasian/pengaplikasian berfikir dan pemecahan masalah;

1.2 Kelemahan tes bentuk essai. a. Mutu jawaban sangat tergantung pada kemampuan siswa (testee) dalam memilih kata-kata atau kalimat; b. Jumlah soal relatif sedikit, namun penyelesaiannya memerlukan waktu dan energi yang relatif besar; c. Tingkat kebenaran jawaban relatif subyektif; d. kemungkinan testi mengemukakan hal-hal tidak relevan dengan pernyataan; e. Umumnya hanya dapat dikoreksi oleh penyusunan sendiri; f. Skor soal tes bentuk essai kurang reliabel; g. Testi lebih mementingkan panjang jawaban dari pada mutu jawaban;

2. TES OBYEKTIF 2.1 Keunggulan tes bentuk obyektif. a. Mengundang lebih banyak segi-segi positifnya, karena lebihrepresentatif mewakili isi dan luasnya materi pembelajaran dan dapat menghindari campur tangan unsur-unsur suubyektif, baik dari segi siswa maupun dari segi guru yang memeriksanya. b. Cara memeriksanya lebih mudah dan relatif cepat, karena menggunakan kunci jawaban, bahkan alat-alat dari hasil kemajuan teknologi. c. Dalam pemeriksaan soal unsur-unsur subyektif dapat ditekan sekecil mungkin. d. Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain.

2.2 Kelemahan soal tes obyektif a. Persiapan dalam penyusunan soal jauh lebih rumit, dibandingkan dengan tes essai,karena jumlah item soal relatif banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.

Item soal cenderung mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi. c. Banyak kesempatan untuk main untung-untungan. d. Kerja sama antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.

Mengukur hasil belajarDecember 5th, 2009 by catur

Penulis : Eri Sarimanah (http://eri-s-unpak.blogspot.com) Tes hasil belajar adalah salah satuan alat ukur yang paling banyak digunakan untuk mengetahui hasil belajar seseorang dalam proses belajar-mengajar atau suatu program pendidikan. Karena sedemikian banyak tes itu digunakan dalam dunia pendidikan, maka ada baiknya bila kita mengetahui kelemahan dan kekurangan tes sebagai alat ukur hasil belajar. Kelemahan tersebut antara lain : 1. Hampir semua tes hanya dapat mengukur hasil belajar yang bersifat kognitif dan keterampilan sederhana. Kalaupun ia dapat mengukur hasil belajar yang esensial, maka kontruksi tesnya membutuhkan waktu dan keterampilan yang tinggi. Misal, dalam pelajaran agama. Tes hasil belajar sangat sukar untuk dapat mengukur tingkat keimanan dan ketakwaan seseorang. 2. Hasil tes acapkali disalahgunakan. Hasil tes kerap dianggap sebagai gambaran yang sahih dari kemampuan dan pengetuan seseorang. Sedangkan butir soal tes hanya mengukur suatu serpihan pengetahuan atau keterampilan yang sangat kecil dari suatu keutuhan pengetahuan dan keterampilan seseorang. Disamping itu hasil tes acapkali dianggap sebagai suatu yang permanen. Sedagkan sesungguhnya hasil tes selalu berubah, dapat berkembang atau berkurang. Karena memang pada hakikatnya hasil tes itu selalu berubah. 3. Dalam proses pelaksanaannya, tes selalu menimbulkan kecemasan. Sungguhpun kadar kecemasan yang timbul pada setiap orang tidak sama., namun tetap saja kecemasan tersebut dapat mengakibatkan hasil tes yang diperoleh dalam tes menyimpang dari kenyataan yang ada dalam diri peserta tes. Adapun dasar-dasar penyusunan tes hasil belajar adalah sebagai berikut : 1. Tes hasil belajar harus dapat mengukur hasil belajar yang diperoleh setelah proses balajarmengajar sesuai dengan tujuan instruksional yang tercantum dalam kurikulum. 2. Butir tes hasil belajar harus disusun sedemikian rupa sehingga perangkat tes yang terbentuk benar-benar mewakili keseluruhan bahan yang tekah dipelajari. 3. Perangkat tes hasil belajar hendaknya mengukur keseluruhan aspek kompetensi yang diharapkan dan keseluruhan tingkat kemampuan hasil belajar yang diharapkan. 4. Perangkat tes hasil belajar hendaknya disusun dari berbagai bentuk dan tipe butir soal sesuai dengan hakikat hasil belajar yang diharapkan. 5. Interpretasi hasil belajar disesuaikan degan pendekatan pengukuran yang dianut apakah mengacu pada norma kelompok (norm reference) ataukah mengacu pada patokan criteria tertentu (criterion reference)

6. Hasil tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajarmengajar. Setelah anda memahami dasar-dasar penyusunan tes, selanjutbya Anda harus memahami bentuk dan bagaimana penulisan butir soal. Secara garis besar bentuk tes dibagi dalam dua kelompok besar yaitu tes uraian dan tes objektif. Lebih jauh tentang keduan tes tersebut akan dijelaskan dibawah ini. Tes Uraian/esai Pengertian tes uraian adalah butiran soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes secara naratif. Cirri khas tes uraian ialah jawaban terhadap soal tersebut tidak disediakan oleh orang yang mengkontruksi butir soal, tetapi dipasok oleh peserta tes. Peserta tes bebas untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Setiap peserta tes dapat memilih, menghubungkan, dan atau menyampaikan gagasan dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Jadi perbedaan utama tes objektif dan uraian dalah siapa yang menyediakan jawaban atau alternative jawaban sudah disediakan oleh pembuat soal. Dengan pengertian diatas maka pemberian skor terhadap soal uraian tidak mungkin dilakukan secara objektif. Setiap bentuk butir soal memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan soal uraian adalah : 1. Tes uraian dapat dengan baik mengukur hasil belajar yang kompleks. Hasil belajar yang kompleks artinya hasil belajar yang tidak sederhana. Hasil belajar yang kompleks tidak hanya membedakan yang benar dari yang salah, tetapi juga dapat mengekspresikan pemikiran peserta tes serta pemilihan kata yang dapat memberi arti yang spesifik pada suatu pemahaman tertentu. Apabila yang diukur adalah kemampuan hasil bekajar yang sederhana, yaitu memilih suatu yang lebih benar atau yang lebih tepat, maka sebaiknya menggunakan tes objektif. 2. Tes bentuk uraian terutama menekankan kepada pengukuran kemampuan dan kemampuan mengintegrasikan berbagi buah pikiran dan sumber informasi kedalam suatu pola berpikir tertentu, yang disertai dengan keterampilan pemecahan masalah. Integrasi buah pikiran itu membutuhkan dukungan kemampuan untuk mengekspresikannya. Tanpa dukungan kemampuan mengekspresikan buah pikiran secara teratur dan taat asas, maka kemampuan tidak terlihat secara utuh. Bahkan kemampuan itu secara sederhana sudah akan dapat kelihatan dengan jelas dalam pemilihan kata, penyusunan kalimat, penggunaan tanda baca, penyusunan paragraf dan susunan rangkain paragraf dalam suatu keutuhan pikiran. 3. Bentuk tes uraian lebih meningkatkan motivasi peserta didik untuk melahirkan kepribadiannya dan watak sendiri, sesuai dengan sifat tes uraian yang menuntut kemampuan siswa untuk mengekspresikan jawaban dalam kata-kata sendiri. Untuk dapat mengekspresikan pemahaman dan penguasaan bahan dalam jawaban tes, maka bentuk tes uraian menuntut penguasaan bahan secara utuh. Penguasaan bahan yang tanggung atau parsial dapat dideteksi dengan mudah. Karena itu untuk menjawab tes uraian dengan baik peserta tes akan berusaha menguasai bahan yang diperkirakannya akan diujikan dalam tes secara tuntas. Seorang peserta tes yang mengerjakan tes uraian dengan penguasaan bahan parsial akan tidak mampu menjawab soal dengan benar atau akan berusaha dengan cara membual. 4. Kelebihan lain tes uraian ialah memudahkan guru untuk menusun butir soal. Kemudahan ini

terutama disebabkan oleh dua hal, yaitu pertama, jumlah butir soal tidak perlu banyak dan kedua, guru tidak selalu harus memasok jawaban atau kemungkinan jawaban yang benar sehingga akan sangat menghemat waktu konstruksi soal. Tetapi hal ini tidak berarti butir soal uraian dapat dikontruksikan secara asal-asalan. Kaidah penyusunan tes uraian tidaklah lebih sederhana dari kaidah penyusunan tes objektif. 5. Tes uraian sangat menekankan kemampuan menulis. Hal ini merupakn kebaikan sekaligus kelemahannya. Dalam arti yang positif tes uraian akan sangat mendorong siswa dan guru untuk belajar dan mengajar, serta menyatakan pikiran secara tertulis. Dengan demikian diharapkan kemampuan para peserta didik dalam menyatakan pikiran secara tertulis akan meningkat. Tetapi dilihat dari segi lain, penekanan yang berlebihan terhadap penggunaan tes uraian yang sangat menekankan kepada kemampuan menyatakan pikiran dalam bentuk tulisan yang dapat menjadikan tes sebagai alat ukur yang tidak adil dan tidak reliable. Bagi siswa yang tidak mempunyai kemampuan menulis, akan menjadi beban. Tes uraian di samping memiliki kelebihan terdapat pula kelemahan-kelemahannya, yaitu : 1. Reliabilitasnya rendah artinya skor yang dicapai oleh peserta tes tidak konsisten bila tes yang sama atau tes yang parallel yang diuji ulang beberapa kali. Menurut Robert L. Ebel A. Frisbie (1986 : 129) terdapat tiga hal yang menyebabkan tes uraian realibilitasnya rendah yaitu pertama keterbatasan sampel bahan yang tercakup dalam soal tes. Kedua, batas-bayastugas yang harus dikerjakan oleh peserta tes sangat longgar, walaupun telah diusahakan untuk menentukan batasan-batasan yang cukup ketat. Ketiga, subjektifitas penskoran yang dilakukan oleh pemeriksa tes. 2. Untuk menyelesaikan tes uraian guru dan siswa membutuhkan waktu yang banyak. 3. Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai bualan-bualan. 4. Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang paling membedakan prestasi belajar siswa. Setelah Anda memahami kelemahan dan kelebihan bentuk tes uraian. Anda harus mempertimbangkan bagaimana tes uraian digunakan. Sebaiknya tes uraian digunakan apabila : 1. Jumlah siswa atau peserta tes terbatas. 2. Waktu yang dipunyai guru untuk mempersiapkan soal sangat terbatas. 3. Tujuan instruksional yang ingin dicapai adalah kemampuan mengekspresikan pikiran dalam bentuk tertulis, menguji kemampuan dengan baik, atau penggunaan kemampuan penggunaan bahasa secara tertib. 4. Guru ingin memperoleh informasi yang tidak tertulis secara langsung di dalam soal ujian tetapi dapat disimpulkan sari tulisan peserta tes, seperti : sikap, nilai, atau pendapat. Soal uraian dapat digunakan untuk memperoleh informasi langsung tersebut, tetapi harus digunakan dengan sangat hati-hati oleh guru. 5. Guru ingin memperoleh hasil pengalaman belajar siswanya. Bentuk tes uraian dapat diklasifikasi ke dalam dua tipe yaitu tes uraian bebas (extended response) dan tes uraian terbatas (restricted response). Pembedaan kedua tipe tes uraian ini adalah atas dasar besarnya kebebasan yang yang diberikan kepada peserta tes untuk mengorganisasikan, menulis dan menyatakan pikiran dan gagasannya. Selanjutnya akan dijelaskan kedua tipe tes uraian tersebut. Sebagaimana telah dikemukakan, perbedaan utama antara tes uraian bebas dan uraian terbatas tergantung kepada kebebasan

memberikan jawaban. Jawaban yang diberikan oleh peserta tes dalam tes uraian bebas hampirhampir tidak ada pembatasan. Peserta tes memiliki kebebasan yang luas sekali untuk mengorganisasikan dan mengekspresikan pikiran dan gagasannya dalam menjawab soal tersebut. Jadi jawaban siswa bersifat terbuka, fleksibel, dan tidak tersrtuktur. Contoh uraian bebas : Uraikanlah perlawanan-perlawanan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia terhadap penjajah Belanda pada masa sebelum abad ke-20. Dalam uraian ini Anda hendaknya disertai dengan latar belakang dan contoh para pemimpinnya. Uraian anda hendaknya tidak melebihi 2 halaman folio. Untuk menjawab contoh soal tersebut dibutuhkan kemampuan belajar siswa yang kompleks. Dalam menjawab soal tersebut siswa diberikan kebebasan untuk menjawab. Jawaban yang diberikan oleh siswa mulai pengetahuan fakta sampai mengevaluasi terhadap fakta-fakta yang diketahuinya, kemudian mengorganisasikan dalam pikiran dan bahasanya sendiri kedalam bentuk yang logis dan argumentative dalam bentuk narasi. Kemampuan membuat narasi dengan kata-katanya sendiri merupakan kemampuan dalam kategori jenjang yang tinggi. Dengan demikian kompleksitas jawaban pada soal uraian bebas terletak pada tercakupnya berbagai jenjang kemampuan. Pembatasan jawaban hanya terletak pada banyaknya uraian yang harus dibuat untuk mempertimbangkan waktu yang digunakan dalam tes. Tes Objektif Pengertian tes objektif adalah tes atau butir soal yang telah mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes. Peserta tes hanya harus memilih jawaban dari alternatif jawaban yang disediakan. Bentuk tes objektif secara umum memiliki 3 tipe yaitu a. Benar-salah (true false) b. Mejodohkan (matching) c. Pilihan ganda (multiple choice) Tipe butir soal benar-salah adalah butir soal yang terdiri dari pernyataan yang disertai dengan alternative menyatakan pernyataan tersebut salah atau benar, atau keharusan memilih satu dari dua alternatif jawaban lainnya. Butir soal benar-salah memiliki kekuatan antara lain : 1. Mudah dikontruksi. 2. Perangkat soal dapat mewakili seluruh pokok bahasan. 3. Mudah diskor. 4. Alat yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung terutama berkenaan dengan ingatan. Adapun kelemahan butir soal tipe benar-salah adalah : 1. Mendorong peserta tes untuk menebak jawaban. 2. Terlalu menekankan kepada ingatan. 3. Peserta tes harus selalu memberikan penilaian absolut. Beberapa petunjuk yang merupakan persyaratan dalam penulisan butir soal benar-salah yaitu : 1. Setiap butir soal harus menguji atau mengukur hasil belajar peserta tes yang penting dan

bermakna, tidak menanyakan hal yang remeh (trivial). Misalnya: Lemah : Haji Samanhudi seorang pedagang batik dari solo Lebih baik : Haji Samanhudi adalah pendiri Syarekat Dagang Islam. 2. Setiap soal haruslah menguji pemahaman, tidak hanya pengukuran terhadap daya ingat. Butir soal tidaklah dianjurkan untuk menguji kemampuan mengingat kata atau frase yang terdapat dalam buku ajar atau bacaan lainya. Misalnya: Lemah : B-S : Bila penawaran banyak sedangkan permintaan sedikit maka harga akan turun. Lebih baik : B-S : Pak udi membeli pakaian sangat murah karena di pasar barang itu tersedia banyak sedangkan yang membeli sangat jarang. 3. Contoh, soal pertama hanya menguji ingatan tentang hokum penawaran dan permintaan dalam ekonomi. Sedangkan dalam soal berikutnya peserta tes diuji dengan penerapan dari hokum permintaan dan penawaran. 4. Kunci jawaban yang ditentukan haruslah benar. 5. Butir soal yang baik haruslah jelas bagi seseorang peserta tes yang belajar dan jawaban yang salah kelihatan seakan-akan benar bagi peserta tes yang tidak belajar dengan baik. 6. Pernyataan dalam butir soal harus dinyatakan secara jelas dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. 7. Butir soal benar-salah dapat dimodifikasi sehingga dapat meningkatkan daya bedanya dan mengurangi kelemahan utamanya yaitu mendorong penerkaan.. Jenis-jenis Tes 1. Tes Intelegensi Tes kemampuan intelektual, mengukur taraf kemampuan berfikir, terutama berkaitan dengan potensi untuk mencapi taraf prestasi tertentu dalam belajar di sekolah (Mental ability Test; Intelegence Test; Academic Ability Test; Scholastic Aptitude Test). Jenis data yang dapat diambil dari tes ini adalah kemampuan intelektual atau kemampuan akademik. 2. Tes Bakat Tes kemampuan bakat, mengukur taraf kemampuan seseorang untuk berhasil dalam bidang studi tertentu, program pendidikan vokasional tertentu atau bidang pekerjaan tertentu, lingkupnya lebih terbatas dari tes kemampuan intelektual (Test of Specific Ability; Aptitude Test ). Kemampuan khusus yang diteliti itu mencakup unsur-unsur intelegensi, hasil belajar, minat dan kepribadian yang bersama-sama memungkinkan untuk maju dan berhasil dalam suatu bidang tertentu dan mengambil manfaat dari pengalaman belajar dibidang itu. 3. Tes Minat Tes minat, mengukur kegiatan-kegiatan macam apa paling disukai seseorang. Tes macam ini bertujuan membantu orang muda dalam memilih macam pekerjaan yang kiranya paling sesuai baginya (Test of Vocational Interest).

4. Tes Kepribadian Tes kepribadian, mengukur ciri-ciri kepribadian yang bukan khas bersifat kognitif, seperti sifat karakter, sifat temperamen, corak kehidupan emosional, kesehatan mental, relasirelasi social dengan orang lain, serta bidang-bidang kehidupan yang menimbulkan kesukaran dalam penyesuaian diri. Tes Proyektif, meneliti sifat-sifat kepribadian seseorangmelalui reaksi-reaksinya terhadap suatu kisah, suatu gambar atau suatu kata; angket kepribadian, meneliti berbagai ciri kepribadian seseorang dengan menganalisa jawaban-jawaban tertulis atas sejumlah pertanyaan untuk menemukan suatu pola bersikap, bermotivasi atau bereaksi emosional, yang khas untuk orang itu. Kelemahan Tes Proyektif hanya diadministrasi oleh seorang psikolog yang berpengalaman dalam menggunakan alat itu dan ahli dalam menafsirkannya. 5. Tes Perkembangan Vokasional Tes vokasional, mengukur taraf perkembangan orang muda dalam hal kesadaran kelak akan memangku suatu pekerjaan atau jabatan (vocation); dalam memikirkan hubungan antara memangku suatu jabatan dan cirri-ciri kepribadiannya serta tuntutan-tuntutan social-ekonomis; dan dalam menyusun serta mengimplementasikan rencana pembangunan masa depannya sendiri. Kelebihan tes semacam ini meneliti taraf kedewasaan orang muda dalam mempersiapkan diri bagi partisipasinya dalam dunia pekerjaan (career maturity). 6. Tes Hasil Belajar (Achievement Test) Tes yang mengukur apa yang telah dipelajari pada berbagai bidang studi, jenis data yang dapat diambil menggunakan tes hasil belajar (Achievement Test) ini adalah taraf prestasi dalam belajar. II. B. Pengumpulan Data Dengan Metode Non Test Untuk melengkapi data hasil tes akan lebih akurat hasilnya bila dipadukan dengan data- data yang dihasilkan dengan menggunakan tehnik yang berbeda, berikut disajikan alat pengumpul data dalam bentuk non tes. A. Observasi Observasi diartikan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Berikut alat dan cara melaksanakan observasi : Keunggulan metode ini adalah : Banyak gejala yang hanya dapat diselidiki dengan observasi, hasilnya lebih akurat dan sulit dibantah. Banyak objek yang hanya bersedia diambil datanya hanya dengan observasi, misalnya terlalu sibuk dan kurang waktu untuk diwawancarai atau menisci kuisioner. Kejadian yang serempak dapat diamati dan dan dicatat serempak pula dengan memperbanyak observer. Banyak kejadian yang dipandang kecil yang tidak dapat ditangkap oleh alat pengumpul data yang lain, yang ternyata sangat menentukan hasil penelitian.

Kelemahan metode ini adalah : Observasi tergantung pada kemampuan pengamatan dan mengingat. Kelemahan-kelemahan observer dalam pencatatan. Banyak kejadian dan keadaan objek yang sulit diobservasi, terutama yang menyangkut kehidupan peribadi yang sangat rahasia. Oberservasi sering menjumpai observee yang bertingkah laku baik dan menyenangkan karena tahu bahwa ia sedang diobservasi. Banyak gejala yang hanya dapat diamati dalam kondisi lingkungan tertentu, sehingga dapat terjadi gangguan yang menyebabkan observasi tidak dapat dilakukan. 1. Catatan Anekdot (Anecdotal Record ) Alat untuk mencatat gejala-gejala khusus atau luar biasa menurut urutan kejadian, catatan dibuat segera setelah peristiwa terjadi. Pencatatan ini dilakukan terhadap bagaimana kejadiannya, bukan pendapat pencatat tentang kejadian tersebut. Keuntungan : Catatan ini menggambarkan perilaku individu, biasanya dalam berbagai situasi yang berbeda, sehingga dapat menyumbangkan pemahaman yang lebih besar tentang kepribadian individu tersebut. Catatan tentang perilaku yang jelas akan menghasilkan pemahaman yang lebih tepat mengenai subyek, daripada generalisasi yang tidak jelas, terlalu luas, dan tidak dilengkapi bukti kuat. Catatan ini mendorong guru untuk tertarik dan mendapatkan informasi tentang individu. Catatan ini melengkapi data kuantitatif dan memperkaya penafsiran perilaku. Kelemahan : Catatan ini dapat berguna hanya jika penggambaran pengamatannya akurat dan komprehensif. Catatan ini bisa menciptakan masalah serius bagi personel sekolah berkaitan dengan undang-undang yaitu (Undang-Undang dan Privasi Pendidikan Keluarga 1974) yang diciptakan untuk melindungi hak privasi siswa. Pencatatan data tentang orang tua atau anak dpat berdampak sangat berbahaya. Beberapa kejadian yang dialami subyek sehari-hari cenderung menjadi bahan observasi dan dicatat. Kejadian ini menimbulkan kesan tentang subyek itu diluar proporsi kepentingannya. Pencatatan dan penggambaran perilaku yang tidak representative mungkin akan mempengaruhi perilaku individu yang lain. Catatan anecdotal banyak memakan waktu dalam penulisan dan pemrosesannya. Hal ini jelas menambah beban konselor, guru, dan petugas sekolah. 2. Catatan Berkala (Incidental Record) Pencatatan berkala walaupun dilakukan berurutan menurut waktu munculnya suatu gejala tetapi tidak dilakukan terus menerus, melainkan pada waktu tertentu dan terbatas pula pada jangka waktu yang telah ditetapkan untuk tiap-tiap kali pengamatan.

3. Daftar Chek (Check List ) Penataan data dilakukan dengan menggunakan sebuah daftar yang memuat nama observer dan jenis gejala yang diamati. 4. Skala Penilaian (Rating Scale) Pencatatan data dengan alat ini dilakukan seperti chek list. Perbedaannya terletak pada kategorisasi gejala yang dicatat. Dalam rating scale tidak hanya terdapat nama objek yang diobservasi dan gejala yang akan diselidiki akan tetapi tercantum kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan atau jenjang setiap gejal tersebut. Keuntungan : Kelebihan skala pengukuran adalah karena merupakan alat perhitungan observasi dan merupakan alat yang bagi pengamat dapat digunakan untuk menilai individu yang sama, dengan demikian akan memperbesar reliabilitas penilaian. Penilaian yang sama dari beberapa penilai, asalkan mereka memiliki pengetahuan yang sama tentang individu yang sedang dinilai, biasanya hasilnya lebih baik daripada penilaian yang hanya dilakukan satu orang. Kelemahan: Kesalahan bias personal, efek halo, kecenderungan sentral, dan kesalahan logis. Karena skala penilaian telah digunakan secara luas selama bertahun-tahun, kekurangan itu cukup dikenal oleh mereka yang merancang dan menggunakannya. Namun, jenis-jenis kesalahan itu bisa saja terjadi dengan berbagai bentuk berdasarkan observasi yang dilakukan. 5. Peralatan Mekanis (Mechanical Device) Pencatatan dengan alat ini tidak dilakukan pada saat observasi berlangsung, karena sebagian atau seluruh peristiwa direkan dengan alat elektronik sesuai dengan keperluan. B. Angket Tertulis Alat ini memuat sejumlah item atau pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa secara

PROSEDUR PENYUSUNAN HASIL BELAJARPosted on 30 Juni 2008 by Abdul Majid

1. Langkah-Langkah dalam Penyusunan Tes Hasil Belajar Adapun beberapa Langkah-langkah dalam penyusunan tes hasil belajar adalah : 1. mendefinisikan tujuan-tujuan pembelajaran dan lingkup bahan ajar yang mestinya diungkap 2. menyusun kisi-kisi 3. membuat atau menulis soal sekaligus dengan kunci jawaban. Mengadakan pemeriksaan terhaadap butir soal secara rasional. 4. mengorganisasikan tes menurut tipe-tipe soal yang dibuat. 5. membuat petunjuk pengerjaan soal. 6. mengadakan uji coba (try out) 7. merevisi soal 8. mengorganisasikan kembali soal dalam bentuk final 9. memperbanyak soal 2. Jenis Tes Hasil Belajar Secara garis besar terdapat tiga jenis hasil belajar yakni : tes tertulis, tes lisan dan tes tindakan. Dalam tes tertulis ada dua perangkat alat yang harus disediakan yakni lembar soal yang sudah lengkap dengan petunjuk pegerjaannya dan lembar jawaban yang akan diisi oleh siswa. Sedangakan didalalam tes lisan dilakukan dalam suatu komunikasi langsung antara tester dan testi. Pada tes ini tester mengajukan persoalan secara lisan dan testi harus menjawab pertanyaan-pertanyaan secara lisan pula. Perangkat yang digunakan adalah pokok-pokok pertanyaan yang akan diajukan dan pedoman penyekoran jawaban. Berdeda dengan kedua tes diatas, isi uji dalam tes tindakan tidak disajikan dalam bentuk pertannyaan melainkan dalam bentuk tugas. Dalam hal ini testi melakukan suatu kegiatan berdasarkan intruksi atau petunjuk tertentu dan tester mengamati keterampilan testi dalam menyelesaikan tugas tersebut. Hal yang harus disiapkan disini adalah petunjuk atau intruksi tentang kegiatan yang harus dilakukan, dan

perlengkapan atau alat-alat praktek yang diperlukan, serta pedoman pengamatan (pedoman penilaian). Lazimnya tes tindakan ini disebut ujian praktek. Pemiihan jenis-jenis ts yang harus digunakan tergantung pada banyak factor yang perlu dipertimbangkan: Pertama : pertimbangan terhadap aspek perilaku atau bahan ajar yang akan diungkap. Kedua : pertimbangan terhadapa waktu yang tersedia. Ketiga : pertimbangan jumblah peserta tes. Keempat : pertimbangan terhadap kelengkapan fasilitas yang dibutuhkan. 3. Penyusunan Tes Hasil Belajar a. Peryusunan Tes Tertulis Pada dasarnya ada dua bentuk soal tes tertulis yang lazim kita gunakan yakni: tes uraian dan tes objektif. 1. Tes Uraian Tes uraian merupakan suatu bentuk soal yang harus dijawab atau dipecahkan oleh testi dengan cara mengemukan pendapat secara terurai. Dalam tes ini memungkinkan timbulnya variasi dalam jawaban yang diberikan oleh testi (siswa) karena jawaban yang diberikan bersifat subjektif. Tes uraian biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif yang relative tinggi dan kompleks. Adapun keunggulan dan kelemahan tes uraian yaitu: Keunggulan : a. b. c. d. e. Dapat mengungkap aspek-aspek pengetahuan atau perilaku yang kompleks secara leluasa Menuntut siswa untuk mengintegrasikan pengetahuan dalam menjawab persoalan Menunutut kreatifitas siswa untuk mengorganisasikan sendiri jawabannya. Dapat melihat jalan pikiran siswa dalam menjawab persoalan. Tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk menebak jawaban.

Kelemahan: a. Ruang lingkup yang diungkap sangat terbatas. b. Memungkinkan timbulnya keragaman dalam memberikan jawaban sehingga tidak ada rumusan benar yang pasti. c. Lebih memberikan peluang untuk bersifat subjektif d. Proses penyekoran sering terganggu oeh factor-faktor lain diluar maksut pengukuran, misalnya keindahan dan kerapian tulisan. 2. Tes Objektif Berbeda dengan tes uraian, tugas-tugas dan persoalan-pesoalan dalam tes objektif sudah terstruktur, sehingga jawaban terhadap soal-soal tersebut sudah dapat ditentukan secara pasti. Adapun keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan tes objektif adalah : Keunggulan : a. Waktu yang dibutuhkan relative lebih singkat b. Panjang pendeknya suatu tes (banyak sedikitnya butir soal) bisa berpengaruh terhadap kadar reliabilitas c. Proses pensekoran dapat dilakukan secara mudah karena kunci jawaban dapat dibuat secara pasti d. Proses penilaian dapat dilakukan secara objektif karena kunci jawaban sudah dapat ditentukan secara pasti. Kelemahan : a. Terdapat kemungkinan untuk dapat menebak jawaban dengan tepat. Tidak dapat mengetahui jalan pikiran testi dalam menjawab suatu pesoalan. b. Membatasi kreativitas siswa dalam menyusun jawaban sendiri. c. Bahan ajar yang diungkap dengan ts objektif, pada umumnya lebih terbatas pada hal-hal yang factual. b. Penyusunan Tes Lisan Pada dasarnya tes lisan sama dengan tes uraian, perbedaannya terletak pada pelaksanaannya. Tes lisan dilakukan dalam suatu komunikasi langsung antara tester dan testi. Tes lisan digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar berupa kemampuan untuk mengemukakan pendapat-pendapat atau gagasan-gagasan secara lisan. Jika bahan ajar yang diajukan sama maka ideal

sekali kalau siswa mendapat perangkat soal yang sama, tetapi hal ini sulit untuk dilakukan secara serempak terhadap semua testi oleh tester yang sama. Adapun keunggulan-keunggulan dan kelemahan dari tes lisan adalah : Keunggulan : a. 1. Mengukur kemampuan berpikir taraf tinggi secara lebih leluasa. 2. Memungkinkan untuk melakukan pengecekan 3. Tak ada kesempatan untuk menyontek Kelemahan : 1. 2. 3. 4. 5. Lebih memungkinkan untuk terjadinya ketidakadilan Memungkinkan penguji untuk menyimpang dari lingkup bahan ajar yang diujikan Membutuhkan waktu yang relative lebih lama Memerlukan banyak format intrumen Peluang subjektivitas dalam penilaian lebih terbuka.

c. Penyusunan Tes Tindakan Tes tindakan dimaksutkan untuk mengukur keterampilan siswa dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam tes tindakan persoalan disajikan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan oleh testi. Pada intinya ada dua unsur yang yang bisa dijadikan bahan penilaian dalam tes tidakan yaitu: proses dan produk. Adapun keunggulan dan kelemahan dari tes tindakan ini adalah : Keunggulan : 1. Cocok untuk mengukur aspek perilaku psikomotor 2. Dapat digunakan untuk mengecek kesesuaian antara pengetahuan, teori, dan keterampilan mempraktekkannya. 3. Tak ada kesempatan untuk menyontek Kelemahan : 1. Lebih sulitdalam mengadakan pengukuran 2. Memerlukan biaya yang relative lebih besar 3. Memerlukan waktu yang relatif.

Pengertian Tes

1. Prosedur yang digunakan dalam penyusunan tes adalah sistematis. Prosedur yang sistematis itu sendiri bermakna ada aturan-aturan tertentu yang harus dipenuhi dalam penyusunan tes mencakup pengertian obyektif, standar dan syarat-syarat kualitas lainnya. 2. Isi tes merupakan sample dari hal yang hendak diukur. Hal ini bermakna, tidak semua yang ingin diukur dapat tercakup dalam tes. Karenanya kelayakan sebuah tes ditentukan oleh sejauhmana butirbutir soal yang terdapat dalam tes tersebut mewakili kawasan (domain) yang hendak diukur. 3. Hal yang ingin diukur oleh tes adalah prilaku. Hal ini bermakna bahwa butir-butir yang terdapat dalam tes bermaksud menunjukkan apa yang diketahui peserta tes. Jawaban peserta tes merupakan sumber utama untuk menemukan apa yang sebenarnya diinginkan oleh tes. Sebagai salah satu alat ukur dalam bidang ilmu sosial khususnya pendidikan, tes merupakan alat untuk menaksir tingkat kemampuan seseorang secara tidak langsung melalui respon yang diberikannya atas soal-soal yang terdapat dalam tes. Hasil tes kemudian biasa digunakan untuk memantau perkembangan mutu pendidikan. 2. Klasifikasi Tes Ada dua cara yang sering digunakan untuk mengukur aspek psikologi seseorang termasuk belajar yaitu dengan tes dan nontes. Sebagai salah satu alat untuk mengkuantifikasi sampel prilaku, maka para ahli memberikan berbagai macam klasifikasi tes yang berbeda tergantung perspektif sang ahli tersebut. Beberapa klasifikasi tersebut disebutkan di bawah ini. Cangelosi (1995: 23) membedakan tes menjadi 2 buah yaitu tes baku dan tes buatan guru. Sumadi Suryabrata (2005: 14) membuat penggolongan tes berdasarkan atribut psikologis menjadi : (1) tes kepribadian, (2) tes intelegensi, (3) tes potensi intelektual dan (4) tes hasil belajar. Cronbach (1970) sebagaimana dikutip Saifuddin Azwar (2004: 5) membedakan tes menjadi dua kelompok besar yaitu tes yang mengukur performansi maksimal (maximal performance) dan tes yang mengukur performansi tipikal (typical performance). Klasifikasi tes yang lebih lengkap disampaikan oleh Anas Sudijono (2005: 68 - 75) yang mengklasifikasikan tes berdasarkan perspektif tertentu. Jika tes digolongkan berdasarkan fungsi sebagai alat ukur perkembangan, maka ada 6 jenis tes yaitu : tes seleksi, tes awal, tes akhir, tes diagnostik, tes formatif dan tes sumatif. Berdasarkan aspek psikis yang ingin dinilai, tes dibedakan menjadi tes intelegensi, tes kemampuan, tes sikap, tes kepribadian dan tes hasil belajar. Berdasarkan banyaknya orang yang mengikuti maka tes dibedakan menjadi tes individu dan tes kelompok. Jika digolongkan berdasarkan waktu yang disediakan, maka akan ada dua jenis tes yaitu power test dan speed test. Ditinjau dari segi respon tes dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu tes verbal dan tes non verbal. Dan jika ditinjau dari cara mengajukan pertanyaan, akan ada dua tes yaitu tes tertulis dan tes lisan.

Dari sekian banyak pengklasifikasian tes yang telah dilakukan, maka jika dikaitkan dengan penelitian ini, maka jenis tes yang akan dikaji dan digunakan adalah jenis tes prestasi hasil belajar (achievement test). 3. Teknik Penulisan Tes Setiap kegiatan belajar harus diketahui sejauhmana proses belajar tersebut telah memberikan nilai tambah bagi kemampuan siswa. Salah satu cara untuk melihat peningkatan kemampuan tersebut adalah dengan melakukan tes. Tes yang berkaitan dengan tujuan ini sering disebut tes prestasi hasil belajar (TPHB). Saifuddin Azwar (2003: 9) menyatakan bahwa tes prestasi hasil belajar adalah tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap informasi subyek atas bahan-bahan yang telah diajarkan. Menurut Anas Sudijono (2005: 73) tes prestasi hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian belajar. Dari beberapa pengertian di atas, ada satu benang merah yang sepertinya disepakati yaitu bahwa tes prestasi hasil belajar merupakan salah satu cara untuk menelusuri kemampuan-kemampuan yang telah dimiliki siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar selama waktu tertentu. Meskipun tes bukanlah satu-satunya cara untuk mengungkap hasil belajar siswa, tetapi ia merupakan alat yang paling sering digunakan karena kepraktisan penggunaannya serta biaya yang murah. Tidak seperti alat pengukur ilmu alam yang tunggal, alat pengukur dalam ilmu-ilmu sosial dapat terdiri lebih dari satu macam. Tes sendiri jika ditinjau dari bentuk soalnya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tes hasil belajar dalam bentuk uraian (non obyektif dan tes hasil belajar bentuk obyektif. Disebut tes obyektif karena siapapun yang memeriksa hasil tes akan menghasilkan skor yang sama sedangkan tes uraian hasilnya dipengaruhi oleh pemberi skor. Tes bentuk uraian dapat digolongkan kedalam dua bagian yaitu tes uraian bentuk terbuka dan tes uraian terbatas. Pada tes uraian terbuka setiap peserta tes sepenuhnya memiliki kebebasan untuk menjawab sesuai dengan yang dipikirkannya. Sedangkan tes uraian terbatas jawaban yang dikehendaki adalah jawaban yang sifatnya sudah dibatasi. Tes bentuk obyektif memiliki model yang lebih banyak dan variatif dibandingkan tes bentuk uraian. karena itulah tes obyektif lebih sering digunakan dalam tes prestasi hasil belajar dibandingkan tes bentuk uraian. ada beberapa penggolongan tes obyektif yaitu : a. Tes benar salah Tes benar salah adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa pernyataan yang bernilai benar atau salah. Biasanya ada dua pilihan jawaban yaitu huruf B yang berarti pernyataan tersebut benar dan S yang berarti pernyataan tersebut salah. Tugas peserta tes adalah menentukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah. Contoh salah satu tes bentuk uraian adalah :

B S : Ibukota Peru berjumlah lima buah. B S : Manado adalah Ibukota propinsi Sulawesi Utara b. Tes Menjodohkan Tes menjodohkan ini memiliki satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Tugas peserta tes adalah mencari pasangan setiap pertanyaan yang terdapat dalam seri pertanyaan dan seri jawaban. Contoh bentuk tes menjodohkan adalah :

c. Tes Isian Tes bentuk isian dapat digunakan dalam bentuk paragraf-paragraf yang merupakan rangkaian cerita atau karangan atau berupa satu pernyataan. Beberapa bagian kalimatnya yang merupakan kata-kata penting telah dikosongkan terlebih dahulu. Tugas peserta tes adalah mengisi bagian-bagian yang kosong dengan jawaban yang sesuai. Salah satu contoh tes isian adalah sebagai berikut : 1. Yang merupakan nama asli dari Sultan Hamengkubuwono X adalah .. 2. Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran .. beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran , sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran . yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu. d. Tes Pilihan ganda Tes bentuk pilihan ganda merupakan tes yang memiliki satu pemberitahuan tentang suatu materi tertentu yang belum sempurna serta beberapa alternatif jawaban yang terdiri dari kunci jawaban dan pengecoh. Tugas peserta tes adalah memilih jawaban dari pilihan yang tersedia dan paling sesuai dengan pernyataan yang ada dalam soal. Pedoman utama dalam pembuatan butir soal bentuk pilihan ganda adalah:

1) Pokok soal harus jelas 2) Pilihan jawaban homogen dalam arti isi 3) Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama 4) Tidak ada petunjuk jawaban benar 5) Hindari menggunakan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah 6) Pilihan jawaban angka diurutkan 7) Semua pilihan jawaban logis 8) Jangan menggunakan negatif ganda 9) Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes 10) Bahasa Indonesia yang digunakan baku 11) Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak. Contoh bentuk soal pilihan ganda adalah : 1. Pemilihan Presiden di Indonesia dilaksanakan setiap berapa tahun? a. 3 tahun b. 4 tahun c. 5 tahun d. 6 tahun Dari beberapa bentuk tes yang tersedia, tidak semuanya dapat digunakan secara bersamaan dalam satu kesempatan. Ada beberapa pertimbangan yang diperlukan untuk memilih bentuk tes yang paling sesuai. Menurut Djemari Mardapi (2004: 73) pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta, waktu yang tersedia untuk pemeriksaan lembar jawaban, cakupan materi tes dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan.

VARIABEL PENELITIAN By: Darmawan Soegandar* A. Pengertian

Pemahaman terhadap variabel dan hubungan antar variabel merupakan salah-satu kunci penting dalam penelitian kuantitatif. Posisi variabel yang senteral menempatkannya sebagai dasar dari semua proses peneltian; mulai dari perumusan masalah, perumusan hipotesis, pembuatan instrumen pengumpul data, sampai pada analisisnya. Sehubungan dengan posisi penting ini, variabel menjadi penting artinya untuk menentukan bermututidaknya suatu hasil penelitian.

Secara leksikal, istilah variabel dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat beragam (bervariasi). Arti kata ini menunjukkan bahwa variabel merupakan sesuatu yang di dalamnya terdapat atribut-atribut, unit-unit, dimensidimensi atau nilai-nilai yang beragam. Kerlinger mendefinisikan variabel sebagai suatu sifat yang dapat memiliki bermacam nilai, atau simbol/lambang yang padanya dilekatkan bilangan atau nilai.

Pada hakikatnya, setiap variabel adalah suatu konsep, yaitu konsep yang bersifat khusus yang mengandung variasi nilai. Banyak ahli yang menyebutnya dengan konsep variabel. Yang dimaksud dengan konsep variabel di sini adalah konsep yang bersifatobservati bl e, maksudnya konsep yang sudah sangat dekat dengan fenomena-fenomena atau obyek-obyek yang teramati. Jadi konsep variabel itu merupakan sebutan umum yang mewakili semua atribut, dimensi atau nilai yang perlu diamati. Karena itu tidak semua konsep disebut variabel, karena masih terdapat konsep-konsep yang tidak mengandung memenuhi ciri seperti itu. B. Variabel Kategori dan Dimensi

Sebagai konsep yang mengandung nilai, variabel dapat dikelompokkan pada variabel kategori dan variabel dimensi. Kedua jenis variabel ini dapat dijelaskan sebagai berikut;

Variabel kategori adalah konsep yang memiliki beberapa gejala yang dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan label, atribut atau unsur formal dari gejala itu. Variabel kategori adalah variabel mengandung nilai-nilai yang tidak dapat diutarakan dalam bentuk angka, tetapi dalam bentuk kategori-kategori.

Karena itu, variabel ini disebut juga variabel kualatitatif. Included terms atau idividu-individu yang terdapat pada konsep itu dikelompokkan berdasarkan ciri tertentu, tanpa melihat peringkatnya. Jadi, pada dasarnya tidak ada

kelebihan peringkat nilai satu sub-himpunan dari sub-himpunan lainnya. Mengkategorisasikan berarti menempatkan suatu obyek ke dalam sub- himpunan, sebagai bagian dari himpunan. Karena itu, individu-individu yang termasuk dalam sub-kategori hanya mungkin dihitung secara nominal, dan perbedaan antara satu sama lain hanya karena ciri atributnya (bukan harganya). Contoh variabel kategori ini adalah jenis kelamin (memiliki dua gejala; laki-laki dan perempuan).

Pembuatan kategori yang terbaik adalah dengan merujuk teori yang sudah ada. Tetapi jika sistem kategori yang baku belum ditemukan, maka seorang peneliti dapat membentuk kategori sendiri. Ada dua ketentuan dalam membentuk kategori dari suatu variabel; 1) bersifatexhaustive; artinya semua unsur dari variabel tersebut harus dapat dimasukkan ke dalam salah satu kategori, dan 2) bersifat mutually exlusive, artinya satu usnur hanya dapat dimasukkan ke dalam salah satu kategori.

Pada era perkembangan ilmu yang pesat belakangan ini, para peneliti telah berusaha untuk mengkuantifikasi variabel-variabel kualitatif. Menurut para ahli ini, terdapat beberapa jenis variabel kualitatif yang dapat dihitung dengan angka-angka, sekalipun tetap menyadari bahwa tidak semuanya dapat diangkakan. Cara yang lazim digunakan untuk mengkuantifikasi vaiabel kualitatif adalah dengan membentuk indeks dan skala.

Variabel dimensi adalah konsep yang menunjukkan suatu gejala berdasarkan nilai atau tingkatan. Ini berarti bahwa variabel dimensi itu mengandung dimensi-dimensi yang dapat diukur dan diberi skore dengan angka. Karena itu variabel dimensi ini disebut juga variabel kuantitatif.

Pada penelitian kuantitatif, umumnya yang dipilih sebagai variabel adalah konsep berdimensi tunggal. Konsep berdimensi tunggal (unidimensional) adalah konsep yang spesifik (bukan bersifat general) yang hanya mengandung satu jenis gejala. Sebagai contoh, pelaksanaan shalat fardhu. Konsep ini sudah spesifik, karena tidak bercampur aduk dengan shalat sunat, zikir dan sebagainya. Jika variabel penelitian adalah seperti pengamalan agama, maka konsep ini termasuk kategori berdimensi majemuk (multidimensional). Konsep pengamalan agama mengandung banyak jenis gejala, seperti pelaksanaan shalat fardhu, pelaksanaan shalat sunat,

pelaksanan puasa, pelaksanaan zakat, kepatuhan kepada orangtua, hubungan antara sesama dan banyak lagi yang lain. Setiap jenis gejala pada pengamalan agama adalah satu variabel, karena itu sangat kompleks dan sulit untuk

diuji dengan metoda statistik. Karena itu, konsep multidimensional hanya mungkin dijadikan variabel dalam penelitian yang berskala besar dan bermaksud untuk menperoleh hasil yang mendalam.

Variabel dimensi dapat dibedakan pada dua jenis;diskret dankontinu. Secara umum, perbedaan antara kedua jenis variabel ini adalah bahwa, variabel diskret merupakan hasil perhitungan sedangkan variabel kontinu merupakan hasil pengukuran. Secara literal, diskret berarti tidak mempunyai pecahan (utuh). Maksudnya, dalam variabel kuantitatif diskret (discrete quantitative variables), tiap nilai variabel dipisahkan oleh satu kesatuan

tententu. Jadi, variabel diskret hanya dapat dinyatakan dalam satuan-satuan (satu, dua, enam), dan satuan-satuan itu tidak dapat dibagi lagi ke dalam satuan yang lebih kecil. Dengan demikian, data yang diperoleh dari variabel ini adalah data nominal. Sedangkan variabel kuantitatif kontinu (continuous quantitative variables) adalah variabel yang bersambungan, artinya di antara

dua unit ukuran masih terdapat unit-unit ukuran lain yang secara teoritik tidak terhingga banyaknya. Contohnya, di antara 1,5 meter dan 1,6 meter masih terdapat ukuran 1,51, 1,52 dan seterusnya. Data yang diperoleh dari variabel kontinu ini terdiri dari data skala rasio, skala interval, dan skala ordinal. Kerlinger menyatakan; bahwa variabel kontinu itu memiliki sehimpunan harga yang teratur dalam suatu cakupan (range) tertentu. Ini menunjukkan;pertama, harga-harga suatu variabel kontinu mencerminkan suatu urutan peringkat (rank order). Harga yang lebih besar menunjukkan lebih banyak sifat tertentu yang dimilikinya dibanding dengan harga yang lebih kecil, danke dua, ukuran-ukuran kontinu termuat dalam suatu range dan setiap individu mendapat skor yang ada dalam range itu.

Dalam penelitian kuantitatif, variabel yang paling baik adalah konsep dimensi. Alasannya, adalah karena 1) konsep dimensi dapat diterapkan untuk semua budaya, dan 2) konsep dimensi akan menghasilkan data berbentuk skala sehingga lebih mungkin untuk dianalisis dengan metode-metode statistik yang lebih akurat. Hal ini bukan berarti konsep kategori tidak berguna, sebab konsep ini juga masih dapat dianalisis dengan statistik non- prametrik dengan hasil perhitungan kasar atau dapat juga diubah dengan cara-cara tertentu menjadi konsep dimensi.

3. 4. Populasi dan Sampel

3.4.1. Populasi Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang dapat digunakan untuk membuat beberapa kesimpulan (Cooper dan Emory, 1997:214). Anggota populasi adalah elemen populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaaan automotive and allied product yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun alasan pemilihan perusahaan Automotive dan allied product Go Publik pada Bursa Efek Indonesia sebagai populasi dalam penelitian di karnakan laba dan harga saham perusahaanperusahaan ini sangat fluktuatif selain itu perusahaan Automotive dan allied product Go Publik merupakan 43

perusahaan yang berkembang pesat pada akhir dekade ini serta data perusahaan Automotive dan allied product Go Publik memenuhi kriteria dalam penelitian ini. 3.4.2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi (Nazir, 1999:137). Proses pengambilan sampel harus dapat menghasilkan sampel yang akurat dan tepat. Sampel yang tidak akurat dan tidak tepat akan memberikan simpulan riset yang tidak diharapkan atau dapat menghasilkan simpulan yang salah dan menyesatkan (Hartono, 2005:73). Ide dasar pengambilan sampel (sampling) adalah bahwa dengan menyeleksi bagian dari elemen-elemen populasi sehingga diperoleh simpulan tentang keseluruhan populasi (Cooper dan Emory, 1997:214). Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan metode purposive sampling (pengambilan sampel bertujuan), yaitu penentuan sampel dari populasi yang ada berdasarkan kriteria tertentu. Penentuan kriteria sampel ini diperlukan untuk menghindari timbulnya miss-spesifikasi dalam penentuan sampel penelitian yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap hasil analisa. Penelitian ini menggunakan judgment sampling. Judgment sampling adalah purposive sampling yang tipe pemilihannya secara tidak acak. Sampel diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu, umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian. Faktor kepraktisan merupakan pertimbangan pokok dalam pemilihan metode ini. Meskipun demikian, kelemahan metode ini adalah pada hasil analisis yang 44

Definisi : Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Sedang sampel adalah bagian dari jumlah dan karkateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono,2006:90) Teknik sampling Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian antara lain : A. Probabiliy sampling Teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) opulasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. a. Simple random sampling. Teknik pengambilan sampel dari populasi sangat sederhana dengan cara mengambil acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Dengan sayarat anggota populasi homogen. b. Proportionate stratified random sampling Teknik pengambilan sampel bila populasi tidak homogen dan berstrata secara proporsional c. Disproportionate staratified ramdom sampling Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrtata tapi kurang proporsional d. Cluster sampling Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek ayang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk suatu negara. B. Non-probability sampling. Teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. a. Sampling sistematis

Teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. b. Sampling kuota Teknik menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah yang diinginkan. c. Sampling insidental Teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel. d. Sampling purposive Teknik penetuan sampel dengan pertimbangan tertentu, penelitian tentang kualitas makanan maka sampelnya orang ahli makanan. e. Sampling jenuh Teknik pennetuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel f. Snowball sampling Teknik penentuan sampel yang mula-muala jumlahnya kecil, kemudian membesar. Menentukan ukuran sampel Ketentuan : 1. Jumlah sampel diharapkan 100% mewakili populasi atau sama dengan populasi itu sendiri. 2. makin besar jumlah sampel mendekati populasi maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil. 3. Berapa jumlah sampel tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki selain tergantung pada dana, tenaga dan wak 4. 5. KONSEP DASAR POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 6. 7. Populasi atau sering juga disebut universe adalah keseluruhan atau totalitas objek yang diteliti yang ciri-cirinya akan diduga atau ditaksir (estimated). Ciri-ciri populasi disebut parameter. Oleh karena itu, populasi juga sering diartikan sebagai kumpulan objek penelitian dari mana data akan dijaring atau dikumpulkan. Populasi dalam penelitian (penelitian komunikasi) bisa berupa orang (individu, kelompok, organisasi, komunitas, atau masyarakat) maupun benda, misalnya jumlah terbitan media massa, jumlah artikel dalam media massa, jumlah rubrik, dan sebagainya (terutama jika penelitian kita menggunakan teknik analisis isi (content analysis). 8. 9. Populasi penelitian terdiri dari populasi sampling dan populasi sasaran. Populasi sampling adalah keseluruhan objek yang diteliti, sedangkan populasi sasaran adalah populasi yang benar-benar dijadikan sumber data. Sebagai contoh, misalnya kita akan meneliti bagaimana rata-rata tingkat prestasi akademik mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad dan kita hanya akan memokuskan penelitian kita pada mahasiswa yang aktif di lembaga-lembaga kemahasiswaan, maka seluruh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad adalah populasi sampling, sedangkan seluruh mahasiswa yang aktif dalam lembaga kemahasiswaan adalah populasi sasaran.

10. 11. Konsep lainnya yang harus dipahami-dan tidak boleh dikelirukan- adalah jumlah populasi (population numbers) dan ukuran populasi (population size). Jumlah populasi adalah banyaknya kategori populasi yang dijadikan objek penelitian yang dinotasikan dengan huruf K. Misalnya, ketika kita meneliti tingkat rata-rata prestasi akademik mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad (Fikom Unpad), maka jumlah populasinya adalah satu, yakni kategori mahasiswa. Sementara itu, jika kita meneliti sikap sivitas akademika Fikom Unpad terhadap kebijakan rektor dalam menaikkan biaya pendidikan, maka jumlah populasinya sebanyak kategori yang terkandung dalam konsep sivitas akademika, misalnya terdiri dari kategori mahasiswa, dosen, dan staf administratif. Jadi, jumlah populasinya ada tiga. Ukuran populasi adalah banyaknya unsur atau unit yang terkandung dalam sebuah kategori populasi tertentu, yang dilambangkan dengan huruf N. Misalnya, ketika kita meneliti bagaimana rata-rata tingkat prestasi akademik mahasiswa Fikom Unpad, maka jumlah populasinya adalah satu dan ukuran populasinya 8.236 orang (sesuai dengan jumlah mahasiswa yang terdaftar resmi di Fikom Unpad). 12. 13. Jika kita menggunakan seluruh unsur populasi sebagai sumber data, maka penelitian kita disebut sensus. Sensus merupakan penelitian yang dianggap dapat mengungkapkan ciri-ciri populasi (parameter) secara akurat dan komprehensif, sebab dengan menggunakan seluruh unsur populasi sebagai sumber data, maka gambaran tentang populasi tersebut secara utuh dan menyeluruh akan diperoleh. Oleh karena itu, sebaikbaiknya penelitian adalah penelitian sensus. Namun demikian, dalam batas-batas tertentu sensus kadang-kadang tidak efektif dan tidak efisien, terutama jika dihubungkan dengan ketersedian sumber daya yang ada pada peneliti. Misalnya, bila dikaitkan dengan fokus penelitian, keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya yang dimiliki oleh peneliti. 14. 15. Dalam keadaan peneliti tidak memungkinkan untuk melakukan sensus, maka peneliti boleh mengambil sebagian saja dari unsur populasi untuk dijadikan objek penelitiannya atau sumber data. Sebagian unsur populasi yang dijadikan objek penelitian itu disebut sampel. Sampel atau juga sering disebut contoh adalah wakil dari populasi yang ciricirinya akan diungkapkan dan akan digunakan untuk menaksir ciri-ciri populasi. Oleh karena itu, jika kita menggunakan sampel sebagai sumber data, maka yang akan kita peroleh adalah ciri-ciri sampel bukan ciri-ciri populasi, tetapi ciri-ciri sampel itu harus dapat digunakan untuk menaksir populasi. Ciri-ciri sampel disebut statistik. Sama halnya dengan populasi, dalam sampel pun ada konsep jumlah sampel dan ukuran sampel. Jumlah sampel adalah banyaknya kategori sampel yang diteliti yang dilambangkan dengan huruf k, yang jumlahnya sama dengan jumlah populasi (k=K). Sedangkan ukuran sampel (dilambangkan dengan huruf n) adalah besarnya unsur populasi yang dijadikan sampel, yang jumlahnya selalui lebih kecil daripada ukuran populasi (n