7
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASI merupakan makanan yang pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Terkait itu, ada suatu hal yang perlu disayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi. Akibatnya, program pemberian ASI Eksklusif tidak berlangsung secara optimal (Prasetyono, 2009) Di Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui program perbaikan gizi. Masyarakat telah menargetkan cakupan ASI eksklusif 6 bulan sebesar 80%. Namun demikian angka ini sangat sulit untuk dicapai bahkan tren prevalensi ASI eksklusif dari tahun ke tahun terus menurun (BPS, 2007) Alasan yang menjadi penyebab kegagalan praktek ASI eksklusif bermacam-macam seperti misalnya budaya memberikan makanan pralaktal, memberikan tambahan susu formula karena ASI tidak keluar, menghentikan pemberian ASI karena bayi atau ibu sakit, ibu harus bekerja, ibu ingin mencoba susu formula serta kurangnya pengetahuan akan pentingnya asi eksklusif (Fikawati, 2009).

Evapro Eghamrin Bab 1,4

  • Upload
    egha

  • View
    16

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

evaluasi program ikm

Citation preview

Page 1: Evapro Eghamrin Bab 1,4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASI merupakan makanan yang pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang

bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan bayi. Terkait itu, ada suatu hal yang perlu

disayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai

pentingnya ASI bagi bayi. Akibatnya, program pemberian ASI Eksklusif tidak

berlangsung secara optimal (Prasetyono, 2009)

Di Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui program

perbaikan gizi. Masyarakat telah menargetkan cakupan ASI eksklusif 6 bulan sebesar

80%. Namun demikian angka ini sangat sulit untuk dicapai bahkan tren prevalensi

ASI eksklusif dari tahun ke tahun terus menurun (BPS, 2007)

Alasan yang menjadi penyebab kegagalan praktek ASI eksklusif bermacam-

macam seperti misalnya budaya memberikan makanan pralaktal, memberikan

tambahan susu formula karena ASI tidak keluar, menghentikan pemberian ASI karena

bayi atau ibu sakit, ibu harus bekerja, ibu ingin mencoba susu formula serta

kurangnya pengetahuan akan pentingnya asi eksklusif (Fikawati, 2009).

ASI memiliki kandungan gizi yang menguntungkan bagi bayi diantaranya protein

(alfa-laktalbumin, asam amino essensial taurin yang tinggi, kadar tirosin dan

fenilalanin yang rendah), karbohidrat (laktosa, galaktosa), lemak (lemak tak jenuh),

mineral (Fe, kalsium, fosfor, kalium, natrium), air (88%nya adalah air), dan vitamin

(A, D, C) (Soetjiningsih dan Staf Pengajar IKA FKUI, 2002).

Selain zat-zat yang terkandung di dalamnya, pemberian ASI juga mempunyai

beberapa keuntungan yaitu steril (aman dari pencemaran kuman), selalu tersedia

dengan suhu optimal, produksi disesuaikan dengan kebutuhan bayi, mengandung

antibodi yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh kuman atau virus,

dan tidak ada bahaya alergi (Siregar, 2004).

ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain

seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan

Page 2: Evapro Eghamrin Bab 1,4

padat seperti pisang, pepaya, bubuk susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Memberikan

ASI secara ekslusif berarti keuntungan untuk semua. Bayi akan lebih sehat, cerdas;

mengurangi perdarahan ibu setelah melahirkan, menurunkan risiko kanker payudara

bagi ibu, terjalinnya ikatan kasih sayang yang mesra antara ibu dan bayi; lebih

ekonomis, sehingga keluarga bisa melakukan penghematan. (Depkes, 2008).

Menurut Data Riset Kesehatan dasar di Indonesia tahun 2010 menunjukan

bahwa persentase bayi yang mendapat pemberian ASI ekslusif sampai dengan 6 bulan

hanya 15,3 %. Begitu pula di Puskesmas I Sokaraja, salah satu permasalahan yang

masih terdapat di wilayah kerja Puskesmas I Sokaraja adalah rendahnya angka

pemberian ASI ekslusif. Beberapa penelitian menyatakan besarnya manfaat

pemberian ASI eksklusif pada ibu maupun bayi, namun pemberian ASI eksklusif di

wilayah kerja Puskesmas I Sokaraja belum mencakup semua wilayah kerjanya.

Pengetahuan akan mempengaruhi sikap terhadap perilaku hidup sehat dan

dalam menanggulangi masalah yang kurang mengerti tentang manfaat pemberian ASI

Eksklusif tersebut. Begitu juga dalam kehidupan sehari-hari banyak ibu-ibu yang

mempunyai sikap dan kebiasaan yang dilakukan tanpa melalui penalaran apakah yang

dilakukannya baik atau tidak dalam pemberian ASI (Notoatmodjo, 2002).

Hal - hal tersebut menggambarkan bahwa program peningkatan pemberian

ASI ekskslusif di wilayah kerja Puskesmas I Sokaraja perlu dievaluasi dan

mendapatkan masukan-masukan sehingga dapat berjalan dengan lebih optimal.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengindentifikasi dan membahas isu strategis dari salah satu program pokok

Puskesmas I Sokaraja.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis potensi dan program pokok yang masih bermasalah di

Puskesmas I Sokaraja.

b. Mengidentifikasi permasalahan dan melakukan analisis SWOT terhadap isu

strategis pada salah satu proram pokok Puskesmas I Sokaraja.

Page 3: Evapro Eghamrin Bab 1,4

c. Memunculkan alternatif solusi untuk memecahkan permasalahan terhadap isu

strategis tersebut.

C. Manfaat

1. Manfaat Praktis

a. Menjadi pertimbangan bagi Puskesmas I Sokaraja dalam merancang strategi

untuk mencapai target SPM.

b. Membantu pemerintah dalam mewujudkan Indonesia Sehat.

2. Manfaat Teoritis

Menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya bagi pihak yang membutuhkan.

Page 4: Evapro Eghamrin Bab 1,4

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pemberian ASI eksklusif masih menjadi permasalahan di wilayah kerja

Puskesmas I Sokaraja.

2. Faktor yang menjadi penyebab rendahnya angka pemberian ASI eksklusif adalah:

a. Belum tercapainya angka kunjungan neonatus, persalinan oleh Nakes, dan

jumlah Posyandu aktif yang menjadi pendukung angka pemberian ASI

eksklusif

b. Terdapat Mitos dan Budaya di masyarakat yang beranggapan bahwa bayi

setelah lahir boleh diberikan makanan seperti bubur dan pisang ambon.

c. Kurangnya antusias masyarakat tentang kegiatan edukasi yang dilakukan

petugas

d. Luasnya wilayah Kecamatan I Sokaraja sehingga edukasi ke daerah pelosok

sulit dijangkau

B. Saran

Demi tercapainya program ASI eksklusif yang memenuhi SPM maka terdapat

beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan, diantaranya:

1. Edukasi tentang pemberian ASI eksklusif perlu ditingkatkan. Petugas pelayanan

kesehatan perlu menggiatkan edukasi pemberian ASI eksklusif, misalnya dengan

memanfaatkan event kunjungan neonatus, Posyandu, ibu yang melahirkan di

Nakes dan pemberdayaan dan pemberian materi pada kader posyandu balita.

2. Mengajak dan merangkul berbagai elemen masyarakat, termasuk perangkat desa

pada masing-asing desa untuk ikut turut serta mendukung dan membudayakan

pemberian ASI eksklusif di Kecamatan I Sokaraja.

3. Mempromosikan bahwa Persalinan dapat dilakukan di Puskesmas, terutama

Puskesmas menerima klaim Jampersal untuk keluarga tidak mampu. Sehingga

persalinan tidak dipungkut biaya. Dengan pasien melahirkan di Puskesmas,

informasi mengenai ASI Eklusif dapat disampaikan. Salah satu informasi yang

Page 5: Evapro Eghamrin Bab 1,4

disampaikan adalah isu yang beredar yang di masyarakat mengenai makanan

untuk bayi baru lahir dan informasi mengenai pemberian susu formula.

DAPUS

Badan Pusat Statistik, BKKBN. 2007. Departemen Kesehatan. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2006-2007. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Fikawati S, Syafiq A. 2009 . Praktik pemberian ASI eksklusif, penyebab-penyebab keberhasilan dan kegagalannya. Jurnal Kesmas Nasional. (120-131)

Depkes RI. 2008. Kebijakan Departemen Kesehatan Tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Pekerja Wanita. Available on URL: http://www. Linkagesproject. Org/ media/ publications /ENA. References/Indonesia.

Siregar, Arifin. 2004. Pemberian ASI eksklusif dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Available on URL: http:// www. Linkagesproject. Org/media/publications/ENA.references /Indonesia. Pdf.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2002. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Notodmojo, S . 2003 .Pendidikan dan perilaku Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta.

Prasetyono, D.S. 2009. ASI Eksklusif Pengenalan, Praktik dan Kemanfaatan - kemanfaatannya. Yogyakarta .