58
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang masih merupakan masalah kesehatan yang sangat kompleks bukan saja dari segi medisnya, tetapi juga masalah sosial, ekonomi, budaya, serta keamanan dan ketahanan sosial (Widiyono, 2005). Penyakit kusta menyebabkan cacat fisik yang memberi kontribusi yang besar terhadap timbulnya stigma sosial di masyarakat maupun pada para petugas kesehatan sendiri. Penyakit kusta pada umumnya terdapat di negara - negara yang sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara itu dalam memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan, pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan / pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang ditimbulkannya. 1,2 Penyakit kusta merupakan penyakit menular menahun disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang terutama menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh lain kecuali susunan saraf pusat. Mycobacterium leprae untuk pertama kali ditemukan oleh G.A. Hansen dalam tahun 1873 (Depkes, 2007). Penularan belum diketahui pasti namun menurut anggapan klasik melalui kontak antar kulit yang erat dan lama dan melalui droplet. 3,4 1

Evprog Munthe Bab 1-Dapus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

evprog bab 1

Citation preview

Page 1: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang masih merupakan

masalah kesehatan yang sangat kompleks bukan saja dari segi medisnya, tetapi juga masalah

sosial, ekonomi, budaya, serta keamanan dan ketahanan sosial (Widiyono, 2005). Penyakit

kusta menyebabkan cacat fisik yang memberi kontribusi yang besar terhadap timbulnya

stigma sosial di masyarakat maupun pada para petugas kesehatan sendiri. Penyakit kusta pada

umumnya terdapat di negara - negara yang sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan

kemampuan negara itu dalam memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan,

pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. Penyakit kusta sampai saat ini

masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan

masih kurangnya pengetahuan / pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat

yang ditimbulkannya. 1,2

Penyakit kusta merupakan penyakit menular menahun disebabkan oleh kuman

Mycobacterium leprae yang terutama menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh lain

kecuali susunan saraf pusat. Mycobacterium leprae untuk pertama kali ditemukan oleh G.A.

Hansen dalam tahun 1873 (Depkes, 2007). Penularan belum diketahui pasti namun menurut

anggapan klasik melalui kontak antar kulit yang erat dan lama dan melalui droplet.3,4

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, pada tahun 2008 ditemukan

249.007 penduduk di dunia menderita kusta, dan sebanyak 213.036 kasus terdeteksi selama

tahun 2010.5 Sedangkan tahun 2011 jumlah kasus baru kusta di dunia mencapai 219.075.

Penyakit kusta tersebar di seluruh dunia dengan endemisitas yang berbeda-beda.2

Data Kementerian Kesehatan Indonesia menyebutkan pada 2009 tercatat 17.260 kasus

baru kusta di Indonesia (7,49/100.000 penduduk). Jumlah kasus terdaftar sebanyak 21.026

orang dengan angka prevalensi: 0,91 per 10.000 penduduk. Sedangkan tahun 2010, jumlah

kasus baru tercatat 10.706 dan jumlah kasus terdaftar sebanyak 20.329 orang dengan

prevalensi 0.86 per 10.000 penduduk. Dari data tersebut menunjukkan jumlah penderita

Kusta/Leprosis di Indonesia merupakan yang tertinggi dan menduduki peringkat ketiga di

dunia (7%) setelah India(53,8%) dan Brazil(15,6%).1,5 Sedangkan data dari WHO

mengatakan 17 012 kasus penyakit kusta dilaporkan di Indonesia pada tahun 2013.

Menurut Depkes RI tahun 2011 Indonesia memiliki 19.371 penderita kusta, dengan

proporsi penderita PB 3.737 dan MB 15.384 dengan Case Detection Rate 8.03 per 100.000

1

Page 2: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

penduduk dan sudah lebih dari 10 juta penderita telah disembuhkan dan lebih 1 juta penderita

diselamatkan dari kecacatan. Prevalensi juga menurun sebesar 81% dari 107.271 penderita

pada tahun 1990 menjadi 21.026 penderita tahun 2009.5

Menurut data dinas kesehatan Jawa Barat penderita baru penyakit kusta pada tahun

2010 tercatat sebanyak 1.749 orang. Hal ini mengalami penurunan pada tahun 2011 jumlah

penderita penyakit kusta baru di Jawa Barat tercatat 1.499 orang, sementara itu yang sedang

berobat sampai September 2011 tercatat 2.107 orang. Lima daerah yang termasuk banyak

ditemukan penderita kusta baru adalah Kabupaten Cirebon sebanyak 237 orang, Kabupaten

Indramayu 211 orang, Kabupaten Bekasi 191 orang, Kota Bekasi 145 orang dan Kabupaten

Subang 126 orang. 6

Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, tahun 2011 Kabupaten

Karawang merupakan peringkat ke 3 penderita kusta terbanyak se-Jawa Barat dan tahun 2012

Karawang naik ke peringkat pertama. Data yang tercatat di Dinas Kesehatan pada tahun 2013

ada sekitar 384 penderita kusta baru yang berhasil terjaring di Kabupaten Karawang.

Keadaan ini sekaligus membuktikan bahwa setiap tahun penderita kusta di Karawang

mengalami kenaikan. Kadinkes Karawang mengatakan daerah yang diakui merupakan

endemis kusta adalah Sukatani, Cimalaya, Klari, dan Batu Jaya.7

Belum diketahui cakupan keberhasilan Program Pemberantasan Penyakit Kusta di

UPTD Puskesmas Kecamatan Wanakerta, Kabupaten Karawang pada periode Januari 2014

sampai dengan September 2014.8

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1.2.1 Menurut WHO pada 2011 jumlah kasus baru kusta di dunia mencapai 219.075.

1.2.2 Indonesia masih menjadi negara dengan jumlah penderita kusta tertinggi di dunia

dan menduduki peringkat ketiga di dunia setelah India dan Brazil sebanyak

213.036 kasus pada tahun 2010.

1.2.3 Pada tahun 2011, Indonesia memiliki 19.371 penderita kusta dengan Case

Detection Rate 8.03 per 100.000 penduduk

1.2.4 Pada tahun 2013, WHO melaporkan sebanyak 17 012 kasus penyakit kusta

dilaporkan di Indonesia

1.2.5 Pada tahun 2013 Kabupaten Karawang menduduki peringkat pertama penderita

Kusta terbanyak se-Jawa Barat sebanyak 384 kasus.

2

Page 3: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

1.2.6 Proporsi penderita MB di Kecamatan Wanakerta tahun 2013 mencapai 100%

(target <60%).

1.2.7 Belum diketahuinya cakupan keberhasilan Program Pengendalian Penyakit Kusta

di Puskesmas Wanakerta periode Januari 2013 – September 2014.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui tingkat keberhasilan dan masalah yang ada pada pelaksanaan Program

Penanggulangan Penyakit Kusta di Puskesmas Kecamatan Wanakerta Kabupaten Karawang

periode Januari 2014 hingga September 2014 dengan menggunakan pendekatan sistem dan

mencari penyelesaian masalah.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Diketahuinya angka penemuan penderita baru (CDR = Case Detection Rate) Kusta di

Puskesmas Wanakerta periode Januari 2014 hingga September 2014.

1.3.2.2 Diketahuinya angka kesembuhan (RFT = Release from Treatment) di Puskesmas

Wanakerta periode periode Januari 2014 hingga September 2014.

1.3.2.3 Diketahuinya prevalensi (PR = Prevalence Rate) di Puskesmas Wanakerta periode

Januari 2014 hingga September 2014.

1.3.2.4 Diketahuinya proporsi cacat tingkat 2 di Puskesmas Wanakerta periode Januari 2014

hingga September 2014.

1.3.2.5 Diketahuinya proporsi penderita anak (0-14 tahun) di Puskesmas Wanakerta periode

Januari 2014 hingga September 2014.

1.3.2.6 Diketahuinya proporsi MB di Puskesmas Wanakerta periode Januari 2014 hingga

September 2014.

1.3.2.7 Diketahuinya cakupan penyuluhan di Puskesmas Wanakerta periode Januari 2014

hingga September 2014.

1.3.2.8 Diketahuinya cakupan pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Wanakerta periode

Januari 2014 hingga September 2014.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi evaluator

3

Page 4: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

1.4.1.1 Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah.

1.4.1.2 Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya program

P2Kusta.

1.4.1.3 Mengetahui sedikit banyaknya kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah yang

harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.

1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi

1.4.2.1 Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi.

1.4.2.2 Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang

kesehatan.

1.4.2.3 Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) sebagai universitas yang

menghasilkan dokter yang berkualitas.

1.4.3 Bagi Puskesmas yang dievaluasi

1.4.3.1 Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam Program Pengendalian Penyakit

Kusta diwilayah kerjanya.

1.4.3.2 Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan, sebagai umpan balik agar

keberhasilan program dimasa mendatang dapat tercapai secara optimal.

1.4.4 Bagi masyarakat

1.4.4.1 Terciptanya pelayanan kesehatan yang bermutu, khususnya bagi penderita Kusta

diwilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wanakerta.

1.4.4.2 Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat memutuskan rantai

penularan Kusta diwilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wanakerta.

1.4.4.3 Diharapkan Kusta tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Wanakerta.

1.5 Sasaran

Semua penduduk yang bertempat tinggal di wilayah Puskesmas Wanakerta,

Kabupaten Karawang, periode Januari 2014 sampai dengan September 2014.

4

Page 5: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

Bab II

Materi dan Metode

1.5 Materi

Materi yang dievaluasi dalam program ini didapat dari laporan bulanan Program

Pengendalian Penyakit Kusta di Puskesmas Wanakerta periode Januari 2014 sampai

dengan September 2014, yang berisi kegiatan :

1. Penemuan tersangka penderita Kusta

2. Diagnosis

3. Penentuan regimen dan mulai pengobatan

4. Pemantauan pengobatan

5. Pemeriksaan kontak

6. POD dan perawatan diri

7. Penyuluhan

8. Pencatatan dan pelaporan

1.6 Metode

Evaluasi dilakukan dengan cara mengetahui cakupan program penanggulangan

penyakit kusta di Puskesmas Kecamatan Wanakerta, Kabupaten Karawang periode

Januari sampai dengan September 2014 yang kemudian dibandingkan dengan tolok ukur

yang ditetapkan dengan mengadakan pengumpulan data, pengolahan data, analisis data

dan interpretasi data dari masukan, proses, keluaran dan lingkungan dengan

menggunakan pendekatan sistem sehingga dapat ditemukan masalah yang ada dari

pelaksanaan program penanggulangan penyakit kusta di Puskesmas Kecamatan

Wanakerta kemudian dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan masalah tersebut

berdasarkan penyebab masalah yang ditemukan dari unsur-unsur sistem.

5

Page 6: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

Bab III

Kerangka Teoritis

3.1. Kerangka Teoritis

Menurut Ryans, sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling

dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan

organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.

Pendekatan sistem adalah prinsip pokok atau cara kerja sistem yang diterapkan pada

waktu menyelenggarakan pekerjaan administrasi. Tujuan dari pembentukan sistem adalah

untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Agar terbentuknya sistem

tersebut perlu dirangkai beberapa unsur atau elemen sedemikian rupa sehingga secara

keseluruhan membentuk suatu kesatuan dan secara bersama-sama yang berfungsi untuk

mencapai tujuan kesatuan.

Ada enam macam unsur yang saling berhubungan dan mempengaruhi pada sistem,

yaitu :

1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan

yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man),

dana (money), sarana (material), dan metode (method).

2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan

berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan, terdiri dari

unsur perencanaan (planning), organisasi (organizing), pelaksanaan (actuating) dan

pengawasan (controlling).

3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari

berlangsungnya proses dalam sistem.

Masukan (1)

Umpan balik (4)

Proses (2) Keluaran (3)

Lingkungan (5)

Dampak (6)

6

Page 7: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

4. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan

keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.

5. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.

6. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem

tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.

3.2. Tolok Ukur

Tolok ukur terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran, lingkungan, umpan

balik. Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program

penanggulangan penyakit kusta. (Lampiran I)

7

Page 8: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

Bab IV

Penyajian Data

4.1 Sumber Data

Pengumpulan data diperoleh dari data sekunder yang berasal dari:

4.1.1. Profil UPTD Puskesmas Wanakerta, Kecamatan Telukjambe Barat, tahun 2013.

4.1.2. Data Monografi UPTD Puskesmas Kecamatan Wanakerta, Kabupaten Karawang

periode Januari sampai dengan Desember 2013.

4.1.3. Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Wanakerta, Kecamatan Telukjambe Barat,

tahun 2013.

4.1.4. Laporan Bulanan Program Penanggulangan Penyakit Kusta UPTD Puskesmas

Kecamatan Wanakerta, Kabupaten Karawang periode Januari sampai dengan

September 2014.

4.1.5. Buku register / monitoring penderita kusta tipe PB/MB

4.2. Data Umum

4.2.1. Data Geografi (Lampiran II Tabel 1):

4.2.1.1. UPTD Puskesmas Wanakerta berjarak + 5 km dari kantor kecamatan

Telukjambe Barat dan + 15 km dengan Kantor Pemda Kabupaten Karawang

dengan waktu tempuh + 30 menit menggunakan roda empat.

4.2.1.2. UPTD Puskesmas Wanakerta terletak di desa Wanakerta Kecamatan

Telukjambe Barat, yang merupakan Puskesmas induk dengan luas wilayah

6.107 Ha yang terdiri dari tanah darat 4.064 Ha dan 2.043 Ha adalah

persawahan.

4.2.1.3. UPTD Puskesmas Wanakerta. mempunyai wilayah kerja terdiri dari 10

desa, 20 Dusun, 40 RW dan 112 RT dengan jarak desa terjauh 7,5 km dari

Puskesmas Wanakerta dengan waktu tempuh 45 menit dengan roda empat

dan 30 menit dengan roda dua, dan 10 desa dilalui sungai cibeet. salah satu

sungai yang memasok air ke saluran irigasi Tarum Barat atau biasa disebut

Kalimalang.

4.2.1.4. Secara Administrasif UPTD Puskesmas Wanakerta Kec. Telukjambe Barat

berbatasan dengan :

Sebelah utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Wadas

8

Page 9: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas

Kec.Pangkalan

Sebelah timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Kec.Ciampel

Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bekasi

4.2.2. Data Demografi (lampiran II Table 1,2 dan 3) :

4.2.2.1. Jumlah Penduduk wilayah kerja UPTD Puskesmas Wanakerta pada

tahun 2013 berdasarkan data proyeksi kependudukan kecamatan Telukjambe

Barat sebanyak 50.431 jiwa yang terdiri dari laki-laki 24.120 jiwa dan

perempuan 26.311 jiwa, dengan jumlah rumah sebanyak 12.313 rumah

dari 13.031 KK.

4.2.2.2. Jumlah penduduk miskin di Kecamatan Telukjambe Barat berjumlah 33.016

orang (65,4 %).

4.2.2.3. Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Telukjambe Barat terbanyak

adalah tamat sekolah dasar, berjumlah 19.907 orang (36,8%).

4.2.2.4. Mata pencarian terbanyak di Kecamatan Telukjambe Barat adalah serabutan

berjumlah 25.101 orang (67%)

4.2.2.5. Data rumah sehat di Kecamatan Wanakerta pada tahun 2013 sebanyak

33,3% dari total 14.989 rumah.

4.2.3 Data Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja Puskesmas kecamatan

Wanakerta adalah sebagai berikut:

4.2.3.1 Tamat SD / MI : 36,8 %

4.2.3.2 Tamat SMP / MTs : 15,4 %

4.2.3.3 Tamat SMA : 12,2 %

4.2.3.4 Tamat diploma : 0,4 %

4.2.3.5 Sarjana : 0,3 %

4.2.3.6 Tidak /belum pernah sekolah : 25 %

4.2.3.7 Tidak / belum tamat SD : 9,5 %

4.2.4 Data Mata Pencaharian

9

Page 10: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

Klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di wilayah kerja puskesmas

Wanakerta tahun 2013

4.2.4.1 Petani : 9,7 %

4.2.4.2 Karyawan Swasta / Pabrik : 6,1 %

4.2.4.3 Pedagang : 0,6 %

4.2.4.4 Pegawai Negeri Sipil/TNI/Polri : 4,8 %

4.2.4.5 Wiraswasta / serabutan : 67 %

4.2.4.6 Tukang dan lain – lain : 16,6 %

Data selengkapnya terdapat pada lampiran II

4.2.5 Data fasilitas pelayanan kesehatan( Lampiran II Tabel 6)

Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja Puskesmas Wanakerta

Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang antara lain: 3 Pustu, 5 Polindes plus, 10

Poskesdes, 2 Puskesmas Keliling (Pusling), 10 Pos Bindu, 57 Posyandu, 2 Balai Pengobatan

24 jam, 6 Klinik Bersalin, BP sore (Dokter Umum: 3, Perawat: 9, Bidan: 19, 30 Pengobatan

Tradisional, 1 laboratorium, 2 Toko Obat dan 3 Apotek.

4.3. Data Khusus

4.3.1. Masukan

4.3.1.1. Tenaga

Dokter umum : 3 orang

Dokter gigi : 1 orang

Petugas puskesmas : 40 orang

Koordinator P2kusta : 1 orang

4.3.1.2. Dana

APBD : ada

4.3.1.3. Sarana di Puskesmas

1. Object Glass : ada

2. Bambu/lidi : ada

3. Silet : ada

4. Persediaan obat Kusta : ada

5. Spuit : ada

10

Page 11: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

6. Mikroskop : ada

7. Lampu spiritus : ada

8. Pewarnaan BTA Ziehl Nielseen : ada

Non Medis

1. Ruang tunggu pasien yang terbuka : ada

2. Ruang pemeriksaan pasien : ada

3. Ruang administrasi : ada

4. Ruang obat : ada

5. Ruang laboratorium : ada

6. Tempat tidur untuk memeriksa pasien : ada

7. Lemari penyimpanan obat : ada

8. Rak obat : ada

Alat Administrasi

1. Buku register kunjungan pasien : ada

2. Alat tulis : ada

3. Komputer : ada

Alat Penyuluhan

4.1. Papan tulis : ada

4.2. Spidol : ada

4.3. Brosur : tidak ada

4.4. Poster : tidak ada

Formulir Pencatatan

1. Kartu Penderita : ada

2. Register/Monitoring KOHORT Penderita : ada

3. Pencatatan Pencegahan Cacat : ada

4. Form Evaluasi Pengobatan Prednison : ada

Formulir Pelaporan

1. Gambaran Data Pokok Pencapaian

Program Pemberantasan Penyakit Kusta : ada

11

Page 12: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

2. Laporan Program P2Kusta : ada

4.3.1.4. Metoda

4.3.1.4.1. Penemuan tersangka penderita Kusta : passive case finding yaitu

penemuan tersangka penderita Kusta yang datang ke Puskesmas.

4.3.1.4.2. Tanda-tanda tersangka Kusta (Suspek) :

Tanda-tanda pada kulit

Bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian tubuh

a. Kulit mengkilap

b. Bercak yang tidak gatal

c. Adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak

berambut

d. Lepuh tidak nyeri

Tanda-tanda pada saraf

a. Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota badan atau

muka

b. Gangguan gerak anggota badan atau bagian muka

c. Adanya cacat (deformitas)

d. Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh

4.3.1.3 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan Cardinal Sign :

Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa

Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf : gangguan

fungsi sensoris (mati rasa), gangguan fungsi motoris (parese atau

paralisis), gangguan fungsi otonom (kulit kering dan retak-retak).

Adanya bakteri tahan asam (BTA) di dalam kerokan jaringan kulit.

Seseorang dinyatakan sebagai penderita kusta jika terdapat satu dari

tanda-tanda utama di atas. Jika diagnosis kusta masih belum dapat

ditegakkan dan tidak ada petugas terlatih dan sarana pemeriksaan

apusan, tunggu 3-6 bulan dan periksa kembali adanya cardinal sign. Jika

ada cardinal sign, berikan MDT. Jika masih meragukan, suspek perlu

dirujuk.

12

Page 13: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

Pemeriksaan klinis dilakukan dengan pemeriksaan pandang,

pemeriksaan rasa raba pada kelainan kulit, dan pemeriksaan saraf (saraf

auriklaris magnus, saraf ulnaris, saraf radialis, saraf medianus, saraf

peroneus, dan saraf tibialis posterior).

4.3.1.4 Reaksi Kusta

Reaksi kusta dapat terjadi sebelum, selama dan sesudah pengobatan.

Reaksi kusta adalah suatu episode dalam perjalanan kronis penyakit

kusta yang merupakan suatu reaksi kekebalan (seluler respon) atau

antigen-antibodi (Humoral respon) dengan akibat dapat merugikan

penderita, terutama pada saraf tepi yang bisa menyebabkan gangguan

fungsi (cacat) yang ditandai dengan peradangan akut baik dikulit

maupun saraf tepi. Reaksi kusta dapat terjadi sebelum, selama dan

sesudah pengobatan.

4.3.1.5 Klasifikasi

4.3.1.5.1. Paucibacillary (PB): bercak kusta berjumlah 1-5, penebalan saraf tepi

yang disertai gangguan fungsi hanya pada satu saraf, BTA negatif.

4.3.1.5.2. Multibacillary (MB): bercak kusta berjumlah >5, penebalan saraf tepi

yang disertai gangguan fungsi pada lebih dari satu saraf, BTA positif.

Tanda lain yang dapat dipertimbangkan dalam penentuan klasifikasi penyakit kusta

adalah sebagai berikut :

Kelainan kulit & hasil

pemeriksaan

PB MB

1. Bercak (makula) mati rasa

Ukuran Kecil dan besar Kecil-kecil

Distribusi Unilateral atau bilateral

asimetris

Bilateral simetris

Permukaan bercak Kering dan kasar Halus, berkilat

Batas bercak Tegas Kurang tegas

Mati rasa pada bercak Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas, jika

ada, terjadi pada yang

13

Page 14: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

sudah lanjut

Kehilangan kemampuan

berkeringat, rambut, rontok

pada bercak

Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas, jika

ada, terjadi pada yang

sudah lanjut

2. Infiltrat

Kulit Tidak ada Ada, kadang-kadang

tidak ada

Membrane mukosa (hidung

tersumbat, perdarahan di

hidung)

Tidak pernah ada Ada, kadang-kadang

tidak ada

3. Ciri-ciri Central healing

(penyembuhan di tengah)

Punched out lesion (lesi

bentuk seperti donat),

madarosis, hidung

pelana, wajah singa

(facies leonina),

ginekomastia pada laki-

laki

4. Nodulus Tidak ada Kadang-kadang ada

5. Deformitas Terjadi dini Biasanya simetris, terjadi

lambat

Klasifikasi Internasional menurut Madrid (1953):

a. Indeterminate (I)

Terdapat kelainan kulit berupa makula berbentuk bulat yang berjumlah 1 atau 2.

Batas lokasi dipantat, kaki, lengan, punggung, pipi. Permukaan halus dan licin.

b. Tuberkuloid (T)

Terdapat makula atau bercak tipis bulat yang tidak teratur dengan jumlah lesi 1

atau beberapa. Batas lokasi terdapat di pantat ,punggung, lengan, kaki, pipi.

Permukaan kering, kasar sering dengan penyembuhan di tengah.

c. Borderline (B)

Kelainan kulit bercak agak menebal yang tidak teratur dan tersebar. Batas lokasi

sama dengan Tuberkuloid.

d. Lepromatosa (L)

14

Page 15: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

Kelainan kulit berupa bercak-bercak menebal yang difus, bentuk tidak jelas.

4.3.1.6 Penentuan regimen dan mulai pengobatan

Regimen Pengobatan MDT

Sesuai dengan regimen pengobatan yang direkomendasikan oleh WHO :

4.3.1.6.1 Pauci baciler (PB)

Hari pertama :

- 2 kapsul Rifampisin @300 mg (600 mg)

- 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg

Hari ke 2-28 :

- 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg

1 blister untuk 1 bulan ( 28 hari ). Lama pengobatan 6-9 bulan

4.3.1.6.2 Multi basiler (MB)

Hari pertama :

- 2 tablet Rifampisin @300 mg (600 mg)

- 3 tablet Lampren @100 mg (300 mg)

- 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg

Hari ke 2-28 :

- 1 tablet Lampren 50 mg

- 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg

1 blister untuk 1 bulan ( 28 hari ). Lama pengobatan 12-18 bulan

4.3.1.6.3 Dosis MDT menurut umur

Rifampisin : 10-15mg/kgBB

DDS : 1-2 mg/kgBB

Clofazimine : 1mg/kgBB

4.3.1.6.4 Obat-obatan penunjang

Sulfas ferosus

Vitamin A

Neurotropik

15

Page 16: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

4.3.1.6.5 Pengobatan Reaksi Kusta

Pengobatan Reaksi Kusta : Dengan memberikan Prednison .

Tabel Dosis Pemberian Prednison Dewasa

Pemberian Dosis / hari

2 minggu I 40mg/hari (1x8 tab) pagi hari sesudah makan

2 minggu II 30 mg/hari (1x6 tab) pagi hari sesudah makan

2 minggu III 20mg/hari (1x4 tab) pagi hari sesudah makan

2 minggu IV 15 mg/hari (1x3 tab) pagi hari sesudah makan

2 minggu V 10 mg/hari (1x2 tab) pagi hari sesudah makan

2 minggu VI 5 mg/hari (1x1 tab) pagi hari sesudah makan

Kasus reaksi berat pada wanita hamil atau penderita dengan komplikasi

penyakit lain harus dirujuk ke rumah sakit.

Tabel Dosis Pemberian Prednison Anak

Pemberian Dosis / hari

2 minggu I 20mg/hari (1x4 tab) pagi hari sesudah makan

2 minggu II 20 mg/ 2hari (1x4 tab) pagi hari sesudah makan

2 minggu III 15mg/ 2hari (1x3 tab) pagi hari sesudah makan

2 minggu IV 10 mg/ 2hari (1x2 tab) pagi hari sesudah makan

2 minggu V 5 mg/ 2hari (1x1 tab) pagi hari sesudah makan

Dosis maksimum prednison pada anak tidak boleh melebihi 1 mg/kgBB.

Minimal pengobatan 12 minggu/3 bulan.

4.3.1.7 Pemantauan pengobatan

1. Setiap petugas harus memonitor tanggal pengambilan obat

2. Apabila penderita terlambat mengambil obat, paling lama dalam 1 bulan

harus dilakukan pelacakan

3. RFT dapat dinyatakan setelah dosis dipenuhi tanpa diperlukan pemeriksaan

laboratorium. Setelah RFT pasien dikeluarkan dari register kohort.

4. Masa pengamatan: pengamatan dilakukan secara pasif

16

Page 17: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

1. Tipe PB selama 2 tahun

2. Tipe MB selama 5 tahun tanpa pemeriksaan laboratorium

5. Penderita PB yang telah mendapatkan pengobatan 6 dosis (blister) dalam

waktu 6-9 bulan dinyatakan RFT, tanpa harus pemeriksaan laboratorium.

6. Penderita MB yang telah mendapat pengobatan MDT 12 dosis (blister)

dalam waktu 12-18 bulan dinyatakan RFT, tanpa harus pemeriksaan

laboratorium.

7. Defaulter

Jika seorang pasien PB tidak mengambil/minum obatnya lebih dari 3 bulan

dan pasien MB lebih dari 6 bulan secara kumulatif (tidak mungkin baginya

untuk menyelesaikan pengobatan sesuai waktu yang ditetapkan), maka yang

bersangkutan dinyatakan default.

Tindakan bagi pasien defaulter :

- Dikeluarkan dari monitoring dan register kohort

- Bila kemudian datang kembali, maka harus dilakukan pemeriksaan klinis

ulang dengan teliti, bila hasil pemeriksaan :

Ditemukan tanda-tanda klinis yang aktif

(a) Kemerahan/peninggian dari lesi lama di kulit

(b) Adanya lesi baru

(c) Adanya pembesaran saraf yang baru

Maka pasien mendapat pengobatan MDT ulang sesuai klasifikasi

saat itu.

Bila tidak ada tanda-tanda aktif maka penderita tidak perlu diobati

lagi. Ada kalanya jika pasien yang setelah dinyatakan default

kemudian diobati kembali, tetapi tetap belum memahami tujuan

pengobatan sehingga ia berhenti atau tidak lagi mengambil obatnya

sampai lebih dari 3 bulan maka dinyatakan default kedua. Pasien

default kedua tidak dikeluarkan dari register kohort, dan hanya

dilanjutkan pengobatan yang tersisa hingga lengkap. Untuk pasien

dengan default lebih dari 2 kali, diperlukan tindakan dan penanganan

khusus.

8. Relaps/Kambuh

Penderita dinyatakan relaps bila setelah RFT timbul lesi baru pada kulit.

Untuk menyatakan relaps harus dikonfirmasikan kepada wasor atau

17

Page 18: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

dokter kusta yang memiliki kemampuan klinis dalam mendiagnosis

relaps. Untuk relaps MB, jika pada pemeriksaan ulang BTA setelah RFT

terjadi peningkatan Indeks Bakteri 2+ atau lebih dibandingkan dengan saat

diagnosis. Pasien tersangka relaps sebaiknya dikonsultasikan/dirujuk

untuk mendapatkan kepastian diagnosis sebelum diobati.

9. Indikasi pengeluaran penderita dari register adalah: RFT, meninggal,

pindah, salah diagnosis, ganti klasifikasi, default.

10. Pada keadaan-keadaan khusus (misalnya akses yang sulit ke pelayanan

kesehatan) dapat diberikan sekaligus beberapa blister disertai dengan

pesan penyuluhan lengkap mengenai efek samping, tanda-tanda reaksi dan

indikasi untuk kembali ke pelayanan kesehatan.

4.3.1.8 Pemeriksaan Kontak

a. Membawa kartu penderita yang sudah tercatat dan kartu penderita kosong.

Alat-alat untuk pemeriksaan serta obat MDT.

b. Mendatangi rumah penderita dan memeriksa semua anggota keluarga

penderita yang tercatat dalam kolom yang tersedia pada kartu penderita.

c. Mendatangi rumah tetangga dan memeriksa tetangga yang sering kontak

dengan penderita.

d. Dengan melakukan pemeriksaan fisik pada semua anggota keluarga atau

tetangga yang sering kontak dengan penderita.

e. Bila ditemukan penderita baru dari pemeriksaan itu, maka dibuatkan kartu

baru dan dicatat sebagai penderita baru, kemudian diberikan obat MDT dosis

pertama.

4.3.1.9 Prevention of Disability dan Perawatan Diri

Komponen pencegahan cacat:

a. Penemuan dini penderita sebelum cacat

b. Pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT

c. Deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin

d. Penanganan reaksi

e. Penyuluhan perawatan diri

f. Penggunaan alat bantu

g. Rehabilitasi medis

18

Page 19: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

Tingkat cacat menurut WHO:

Cacat Tingkat 0 : Tidak ada cacat

Cacat Tingkat 1 : Cacat yang disebabkan oleh kerusakan saraf sensoris yang

tidak terlihat seperti hilangnya rasa raba pada kornea mata,

telapak tangan, dan telapak kaki. Gangguan fungsi sensoris

pada mata tidak diperiksa di lapangan, oleh karena itu tidak

ada cacat tingkat 1 pada mata.

Cacat Tingkat 2 : Tidak mampu menutup mata dengan rapat (lagophtalmos),

kemerahan yang jelas pada mata (ulserasi kornea atau

uveitis), gangguan penglihatan berat atau kebutaan; luka dan

ulkus di telapak tangan dan kaki, deformitas yang

disebabkan oleh kelumpuhan otot kaki atau hilangnya

jaringan (atropi) atau reabsorbsi parsial dari jari-jari.

Perawatan diri penderita dapat diupayakan dengan

penyuluhan tentang perawatan diri yang diberikan kepada

penderita dan keluarga tentang cara-cara memeriksa,

melindungi mata, tangan yang mati rasa, kulit yang kering,

jari tangan yang bengkok, kaki yang simper, kulit kaki tebal

dan kering, kaki yang mati rasa, dan merawat luka agar dapat

melakukan pencegahan cacat di rumah. Selain itu, petugas

dapat melakukan kegiatan pencegahan cacat di Puskesmas

pada penderita dengan masalah khusus kecacatan seperti

memberikan tetes mata yang mengandung saline jika mata

sangat kering, antibiotik dan bebat mata bila terjadi

konjungtivitis, atau merujuk jika perlu.

4.3.1.10 Penyuluhan

a. Perorangan: penyuluhan langsung berupa tanya jawab atau konsultasi di

Puskesmas. Materi yang dijelaskan adalah semua informasi mengenai Kusta.

Penyuluhan diberikan pada awal pengobatan dan setiap pasien datang kembali

untuk mengambil obat ke Puskesmas.

19

Page 20: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

b. Kelompok: penyuluhan langsung melalui ceramah, seminar, dll. Materi yang

diberikan adalah semua informasi mengenai Kusta. Dilakukan 4x/tahun.

4.3.1.11 Pencatatan dan Pelaporan

4.3.1.11.1. Pencatatan:

a. Kartu penderita : diisi saat ada penderita baru

b. Register/Monitoring Penderita PB/MB : diisi tiap bulan saat pasien datang

mengambil obat

c. Formulir Pencatatan Pencegahan Cacat : diisi saat ada penderita baru.

Diulangi setiap bulan untuk mendeteksi reaksi kusta secara dini. Diulangi

setiap 2 minggu jika penderita mengalami reaksi. Juga diisi saat penderita

dinyatakan RF

d. Formulir Evaluasi Pengobatan Reaksi Berat

e. Data Pokok Program Eliminasi : diisi setiap tahun, merupakan rekapitulasi

data tribulan hasil kegiatan Puskesmas

f. Formulir Register Stok Obat MDT

g. Formulir Permintaan MDT-3, MDT-4

4.3.1.11.2. Pelaporan

Formulir laporan Puskesmas copy register kohort monitoring pengobatan

PB dan MB selanjutnya dikirim ke Kabupaten setiap tribulan.

4.4 Proses

4.4.1. Perencanaan

Ada perencanaan tertulis mengenai:

4.4.1.1.Penemuan Tersangka Penderita Kusta

Setiap hari Senin – Sabtu pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas

Kecamatan Wanakerta oleh dokter umum atau perawat maupun bidan

desa secara passive case finding berdasarkan gejala bercak/kelainan

kulit yang merah atau putih di bagian tubuh, kulit mengkilap, bercak

yang tidak gatal, adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat

atau tidak berambut, lepuh tidak nyeri, rasa kesemutan dan nyeri pada

anggota badan atau muka, gangguan gerak anggota badan atau bagian

20

Page 21: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

muka, adanya cacat (deformitas) serta luka (ulkus) yang tidak mau

sembuh.

4.4.1.2.Diagnosis Penderita Kusta

Setiap hari Senin – Sabtu pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas

Wanakerta oleh dokter berdasarkan gejala yang ada pada penderita,

dengan melakukan pemeriksaan fisik dan ditentukan tipe kusta:

Paucibacillary (PB): bercak kusta berjumlah 1-5, penebalan saraf tepi

yang disertai gangguan fungsi hanya pada satu saraf, BTA negatif;

Multibacillary (MB): bercak kusta berjumlah >5, penebalan saraf tepi

yang disertai gangguan fungsi pada lebih dari satu saraf, BTA positif.

4.4.1.3.Penentuan Regimen dan Mulai Pengobatan

Setiap hari Senin – Sabtu pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas

Wanakerta yang dilakukan oleh P2Kusta dengan menggunakan strategi

MDT sesuai dengan klasifikasi/tipe kusta.

4.4.1.4.Pemantauan Pengobatan

Setiap hari Selasa dan Jumat pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas

Wanakerta oleh petugas P2Kusta dengan memonitor tanggal

pengambilan obat, melakukan pelacakan jika penderita terlambat

mengambil obat minimal 1 bulan, menyatakan RFT, default atau

relaps.

4.4.1.5.Pemeriksaan Kontak

Dilakukan secepatnya saat ada penderita baru oleh petugas P2Kusta

dengan mendatangi rumah penderita dan memeriksa anggota keluarga

atau tetangga yang sering kontak dengan penderita. Jika ditemukan

penderita baru, maka dibuatkan kartu penderita baru dan diberikan

MDT dosis pertama.

4.4.1.6.Prevention of Disability dan Perawatan Diri

21

Page 22: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

Koo

rdin

ator

pen

cata

tan

& p

elap

oran

pro

gram

:H

j Ene

ng R

esm

iati

P2MAce Sasnita

Pemeriksaan pencegahan cacat dan perawatan diri dilakukan oleh

petugas P2Kusta setiap hari Senin - Sabtu pukul 08.00-14.00 WIB di

Puskesmas Wanakerta dengan penemuan dini penderita sebelum cacat,

pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT, deteksi dini adanya

reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin, penanganan

reaksi, penyuluhan perawatan diri, penggunaan alat bantu, dan

rehabilitasi medis.

4.4.1.7.Penyuluhan

4.4.1.7.1. Perorangan: dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari Senin -

Sabtu pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas Wanakerta dengan

cara tanya jawab serta memberi edukasi yang berisi semua

informasi tentang kusta.

4.4.1.7.2. Kelompok: penyuluhan langsung melalui ceramah, seminar dll.

Materi yang diberikan semua informasi tentang penyakit kusta.

Dilakukan 1x/3 bulan

4.4.1.8. Pencatatan dan Pelaporan

4.4.1.8.1. Pencatatan: setiap hari kerja di Puskesmas Wanakerta dengan

menggunakan formulir pengendalian penyakit kusta yang ada di

Puskesmas, dilakukan oleh petugas P2Kusta.

4.4.1.8.2. Pelaporan: dilaporkan triwulan ke Dinas Kesehatan Kabupaten

Karawang yang dilakukan oleh petugas P2Kusta.

4.4.2. Pengorganisasian

Pengorganisasian tertulis dan pemberian tugas yang teratur dalam

melaksanakan program Pengendalian P2Kusta dibawah ini berasal dari

wawancara dengan kepala Puskesmas.

Pengorganisasian Program Pengendalian Penyakit Kusta di UPTD

Puskesmas Kecamatan Wanakerta

Penanggung jawab program

dr.H Endang Brata 22

Page 23: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

Penanggung jawab program yaitu Kepala Puskesmas Kecamatan Cikampek

dr.H. Endang Brata Zatnika melakukan pengawasan langsung setiap 3 bulan

sekali. Koordinator pencacatan dan pelaporan program kusta oleh Ibu Hj

Eneng Resmiati. Petugas Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)

dan petugas Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) dan

sekaligus sebagai petugas pencatatan dan pelaporan adalah Bapak Ace Sasnita.

Petugas yang bertugas dibagian laboratorium adalah Ibu Titin Widiawati yang

bekerja untuk melakukan pemeriksaan laboratorium.

4.4.3. Pelaksanaan

4.4.3.1. Penemuan Tersangka Penderita Kusta

Setiap hari Senin – Sabtu pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas

Kecamatan Wanakerta oleh dokter umum atau perawat dan bidan secara

passive case finding berdasarkan gejala bercak/kelainan kulit yang merah

atau putih di bagian tubuh, kulit mengkilap, bercak yang tidak gatal,

adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak berambut,

lepuh tidak nyeri, rasa kesemutan dan nyeri pada anggota badan atau

muka, gangguan gerak anggota badan atau bagian muka, adanya cacat,

ulkus yang tidak mau sembuh.

4.4.3.2. Diagnosis Penderita Kusta

23

Page 24: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

Setiap hari Senin - Sabtu pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas

Wanakerta oleh dokter, perawat dan bidan berdasarkan gejala yang ada

pada penderita, dengan melakukan pemeriksaan fisik dan ditentukan tipe

kusta: Paucibacillary (PB) : bercak kusta berjumlah 1-5, penebalan saraf

tepi yang disertai gangguan fungsi hanya pada satu saraf, Multibacillary

(MB) : bercak kusta berjumlah >5, penebalan saraf tepi yang disertai

gangguan fungsi pada lebih dari satu saraf.

4.4.3.3. Penentuan Regimen dan Mulai Pengobatan

Setiap hari Senin - Sabtu pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas

Wanakerta yang dilakukan oleh P2Kusta dengan menggunakan strategi

MDT sesuai dengan klasifikasi/tipe kusta.

4.4.3.4. Pemantauan Pengobatan

Setiap Senin - Sabtu pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas Wanakerta

yang dilakukan oleh petugas P2Kusta dengan memonitor tanggal

pengambilan obat, melakukan pelacakan jika penderita terlambat

mengambil obat minimal 1 bulan, menyatakan RFT, default atau relaps.

4.4.3.5. Pemeriksaan Kontak

Dilakukan secepatnya saat ada penderita baru oleh petugas P2Kusta

dengan mendatangi rumah penderita dan memeriksa anggota keluarga

atau tetangga yang sering kontak dengan penderita. Jika ditemukan

penderita baru, maka dibuatkan kartu penderita baru dan diberikan MDT

dosis pertama.

4.4.3.6. Prevention of Disability dan Perawatan Diri

Dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari Senin - pukul 08.00-14.00

WIB di Puskesmas Wanakerta dengan penemuan dini penderita sebelum

cacat, pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT, deteksi dini

adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin,

penanganan reaksi, penyuluhan perawatan diri, penggunaan alat bantu,

dan rehabilitasi medis.

24

Page 25: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

4.4.3.7. Penyuluhan

4.4.3.7.1. Perorangan: dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari Senin – Sabtu

pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas Wanakerta dengan cara tanya jawab

yang berisi semua informasi tentang kusta.

4.4.3.7.2. Kelompok: tidak dilaksanakan.

4.4.3.8. Pencatatan dan Pelaporan

4.4.3.8.1. Pencatatan : Setiap hari kerja pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas

Wanakerta dengan menggunakan formulir yang ada di Puskesmas.

Dilakukan oleh petugas P2Kusta.

4.4.3.8.2. Pelaporan : dilaporkan bulanan dan tribulan ke Dinas Kesehatan

Karawang. Dilakukan oleh petugas P2Kusta.

4.4.3.9 Pengawasan

Pencatatan dan Pelaporan dilaksanakan 12x/tahun

Rapat Kerja Bulanan dilaksanakan 12x/tahun

Dari Kabupaten Karawang : 4x/tahun

Dari Propinsi Jawa Barat : 1x/tahun

Dari Kepala Puskesmas : 1x/bulan

4.5. Keluaran

4.5.1.Angka Penemuan Penderita Baru Kusta (CDR= Case Detection Rate)

Merupakan penderita yang baru ditemukan pada periode satu tahun per

100.000 penduduk

Rumus : Jumlah penderita baru yang ditemukan pada periode satu tahun

Jumlah penduduk pada tahun yang sama

=

= 5.95 per 100.000 penduduk (Target <5 per 100.000 penduduk)

4.5.2.Angka Kesembuhan (RFT= Release From Treatment)

X 100.000

3

50.431X 100.000

25

Page 26: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

Menunjukkan keberhasilan pengobatan dan kualitas pelaksanaan program

MDT.

a. RFT Rate MB

Jumlah penderita baru MB dari periode 1 tahun yang sama yang

menyelesaikan pengobatan tepat waktu (12 dosis dalam 12-18 bulan)

dinyatakan dalam persentase

Rumus:

= X 100 % = 66 % (target > 90%)

b. RFT Rate PB

Jumlah penderita baru PB dari periode 1 tahun yang sama yang

menyelesaikan pengobatan tepat waktu (6 dosis dalam 6-9 bulan)

dinyatakan dalam persentase.

Rumus:

= tidak ada data (target >90%)belum dapat dinilai

4.5.3. Prevalensi dan Angka Prevalensi (PR = Prevalence Rate)

Menunjukkan besar masalah, menentukan beban kerja sebagai dasar

perencanaan, sebagai alat evaluasi.

Prevalensi adalah jumlah penderita terdaftar pada suatu saat tertentu

Angka prevalensi adalah jumlah penderita kusta terdaftar PB dan MB pada

suatu saat tertentu per 10.000 penduduk

Jumlah penderita baru MB yang menyelesaikan 12 dosis dalam 12-18 bulan

Jumlah penderita MB yang mulai pengobatan pada periode yang sama

X 100%

Jumlah penderita baru PB yang menyelesaikan 6 dosis dalam 6-9 blbulan

Jumlah penderita PB yang mulai pengobatan pada periode yang sama

X 100%

2

3

26

Page 27: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

Rumus:

=

= 0, 60 per 10.000 penduduk (target <1 per 10.000 penduduk)

4.5.4. Proporsi Cacat Tingkat 2

Menunjukkan keterlambatan penemuan yang merupakan bagian dari

penampilan kerja (kinerja) dari petugas/efektifitas program kusta serta

pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kusta.

Jumlah penderita yang ditemukan telah mengalami cacat tingkat 2 diantara

penderita yang baru ditemukan pada periode satu tahun

Rumus:

=

= 25 % (Target < 3,75%)

4.5.5. Proporsi Penderita Anak (0-14 tahun)

Menggambarkan tingginya penularan di daerah tersebut mengingat masa

inkubasinya yang lama.

Jumlah penderita anak (0-14 tahun) diantara penderita yang baru

ditemukan pada periode satu tahun.

Rumus:

50.431

Jumlah penderita kusta tercatat pada waktu tertentu

Jumlah penduduk pada waktu tertentu

X 10.000

3 X 10.000

Jumlah kasus baru dengan cacat tingkat 2 dalam periode waktu tertentu

Jumlah penderita baru dalam periode waktu tersebut

X 100%

1

3

X 75 %

27

Page 28: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

=

= 25 % (Target <3,75 %)

4.5.6.Proporsi MB

Menggambarkan prosentase penderita kusta tipe MB diantara kasus baru.

Hal ini menunjukkan tingginya penularan dimasyarakat.

Jumlah penderita MB yang ditemukan diantara penderita yang baru

ditemukan pada periode satu tahun

Rumus:

=

= 100 % (Target < 45%)

4.5.7.Penyuluhan

Penyuluhan perorangan = 100% (target 100%).

Penyuluhan kelompok = 0% (target 100%).

4.5.8.Pencatatan dan Pelaporan

100 % dilakukan pencatatan kegiatan program.

100 % dilakukan pelaporan kegiatan program.

4.6 Umpan Balik

Jumlah penderita anak (0-14 tahun) yang baru ditemukan dalam periode tertentu

Jumlah penderita baru yang ditemukan dalam periode waktu yang sama

X 100%

1

3

X 75%

Jumlah penderita baru tipe MB dalam periode tertentu

Jumlah penderita baru dalam periode tersebut

X 100%

3

3X 100%

28

Page 29: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

Rapat kerja yang membahas laporan

kegiatan setiap bulannya untuk

mengevaluasi program yang telah

dijalankan

Ada

4.7 Lingkungan

4.4.2. Fisik

4.7.2.1. Lokasi Puskesmas: Mudah dijangkau oleh masyarakat di wilayah

kerja Puskesmas Wanakerta

4.7.2.2. Transportasi: Mudah didapat dan tersedia

4.7.2.3. Perumahan : sebagian besar lingkungan tempat tinggal warga sedikit

padat serta jarak antar rumah cukup dekat dan sedikit kumuh.

Sebagian besar rumah memiliki ventilasi dan pencahayaan yang

kurang baik, namun sanitasi yang kurang.

4.7.2.4. Fasilitas kesehatan lain: terdapat fasilitas kesehatan lain seperti

klinik dokter umum, rumah sakit umum yang dapat bekerjasama

dengan baik namun berlokasi sangat jauh.

4.5.2. Non fisik

4.7.2.1. Tingkat pendidikan : pendidikan mayoritas adalah tingkat

pendidikan rendah yaitu sebesar 19.907 orang (86,7%)

4.7.2.2. Sosial ekonomi : sebagian besar penduduk bekerja sebagai

serabutan yaitu sebesar 25.101 orang (67 %). dan sebagian besar

penduduk miskin sebanyak 33.016 penduduk (65,46%)

4.7.2.3. Sosial budaya : tidak menghambat keberhasilan program

4.7.2.4. Peran serta perilaku masyarakat: tidak semua masyarakat berperan

aktif dan saling mendukung dalam pemberantasan penyakit kusta.

4.8. Dampak

4.8.1 Langsung

4.8.1.1 Menurunkan jumlah penderita kusta : belum dapat dinilai

4.8.1.2 Terputusnya rantai penularan penyakit kusta : belum dapat dinilai

29

Page 30: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

4.8.2 Tidak langsung

4.8.2.1. Kusta tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat : belum dapat

dinilai

Indikator : Prevalence Rate < 1 : 10.000 penduduk.

4.8.2.2. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat secara optimal : belum dapat

dinilai

Bab V

Pembahasan

Masalah menurut variabel keluaran:

No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

30

Page 31: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

1. Angka penemuan penderita

baru

< 5:100.000 5.95 :100.000 (+)

2.

3.

Angka kesembuhan (RFT)

MB

Angka kesembuhan (RFT)

PB

> 90%

> 90%

66 %

Tidak ada data

(+)

(+)

4. Prevalence rate < 1:10.000 0,60 :10.000 ( - )

5. Proporsi cacat tingkat 2 < 3,75% 25 % (+)

6. Proporsi penderita anak < 3,75% 25 % (+)

7. Proporsi penderita MB < 45% 100 % (+)

8. Penyuluhan kelompok Dilakukan Tidak dilakukan (+)

Masalah menurut variabel masukan:

No Variabel Tolok ukur Pencapaian Masalah

1 Alat penyuluhan brosur Ada Ada ( - )

2 Alat penyuluhan poster Ada Tidak ada (+)

Masalah menurut variabel proses

No Variabel Tolok ukur Pencapaian Masalah

1 Penyuluhan Penyuluhan perorangan

dan kelompok dilakukan

Penyuluhan kelompok tidak

dilakukan

(+)

Masalah menurut variabel lingkungan

No Variabel Tolok ukur Pencapaian Masalah

31

Page 32: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

1 Perumahan Tidak kumuh, ventilasi

rumah dan pencahayaan

baik, sanitasi baik

Kumuh, ventilasi rumah dan

pencahayaan kurang, sanitasi

tidak baik

(+)

2 Pendidikan Tidak menjadi

hambatan dalam

pelaksanaan program

P2 kusta

Mayoritas penduduk

berpendidikan rendah

(+)

3 Peran serta

perilaku

masyarakat

Tidak menjadi

hambatan dalam

pelaksanaan program

P2 kusta

Tidak semua masyarakat

berperan aktif dan saling

mendukung dalam

pemberantasan penyakit kusta

(+)

Bab VI

32

Page 33: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

Perumusan Masalah

Dari pembahasan hasil evaluasi program kerja di Puskesmas Wanakerta terdapat

beberapa masalah:

6.1 Masalah Menurut Keluaran

1. Penemuan penderita baru kusta yang tercapai 5,95 : 100.000

2. Angka kesembuhan MB sebesar 66 %

3. Angka kesembuhan PB tidak diketahui data

4. Proporsi penderita cacat tingkat 2 sebesar 25 %

5. Proporsi penderita anak yang tercatat 25%

6. Proporsi penderita MB sebesar 100%

7. Tidak adanya penyuluhan kelompok dengan besar masalah 100%

7.2 Masalah Menurut Sistem lainnya

1. Masukan

Tidak adanya alat penyuluhan berupa poster mengenai program

pemberantasan kusta.

2. Proses

Penyuluhan kelompok tidak dilakukan, sehingga masyarakat kurang

mengetahui tentang penyakit kusta. Akibatnya jika ada penderita sekitar yang

terkena kusta dan tidak diobati dapat menjadi sumber penularan di lingkungan

tempat tinggal setempat.

3. Lingkungan

a. Fisik : Perumahan tempat tinggal warga termasuk padat dengan jarak

antar rumah yang dekat dan lingkungan yang kumuh. Sebagian besar

lingkungan tempat tinggal warga memiliki ventilasi dan pencahayaan,

sanitasi yang kurang.

b. Non fisik :

33

Page 34: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

- Mayoritas penduduk berpendidikan rendah, rendahnyanya pengetahuan

mengenai pentingnya pencegahan terhadap penyakit kusta dan menjadi

hambatan dalam program penanggulangan penyakit kusta.

- Tidak semua masyarakat berperan aktif dan mendukung sehingga

menghambat pengendalian kusta dan program penanggulangan

penyakit kusta.

34

Page 35: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

Bab VII

Prioritas Masalah

A. Penemuan penderita baru kusta yang tercapai 5,95 : 100.000

B. Angka kesembuhan MB sebesar 66 %

C. Proporsi penderita cacat tingkat 2 sebesar 25 %

D. Proporsi penderita anak yang tercatat 25 %

E. Proporsi penderita MB sebesar 100%

F. Tidak adanya penyuluhan kelompok dengan besar masalah 100%

Keterangan derajat masalah:

5 = Sangat penting

4 = Penting

3 = Cukup penting

2 = Kurang penting

1 = Sangat kurang penting

Yang menjadi prioritas masalah adalah:

1. Proporsi penderita cacat tingkat 2 sebesar 25%

2. Proporsi penderita anak yang tercatat sebesar 25%

35

Page 36: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

Bab VIII

Penyelesaian Masalah

Masalah I

Proporsi penderita cacat tingkat 2 sebesar 25%

Penyebab

a. Kurangnya pemberian informasi mengenai penyakit kusta kepada masyarakat

oleh petugas puskermas.

b. Kurangnya penjaringan penyakit kusta secara dini oleh petugas puskesmas

kepada di masyarakat sehingga banyak kasus yang baru ditemukan namun

sudah dalam komplikasi.

Penyelesaian Masalah

a. Melakukan upaya pencarian kasus dengan active case finding agar

penanganan kasus kusta menjadi lebih cepat dan tidak terlambat hingga

timbul komplikasi.

1. Melakukan pengamatan kontak kepada pasien baru

2. Melakukan rapid village survey di daerah yang ditemukan pasien

kusta baru

3. Melakukan lepra elimination campaign dengan bekerja sama dengan

bupati dan instansi diluar instansi kesehatan agar penyuluhan

penyakit kusta dapat tersebar luas

c. Melakukan rehabilitasi dan konseling kepada pasien kusta dengan cacat

tingkat 2 agar pasien tidak merasa rendah diri dalam aktivitasi sehari – hari

dan dalam pengobatan tetap percaya diri akan dapat sembuh secara

maksimal.

d. Memotivasi penderita yang telah terdiagnosa penyakit kusta untuk dapat

melakukan kegiatan – kegiatan yang dapat membantu proses kesembuhan

dengan makan makanan sehat dan berperilaku hidup sehat.

36

Page 37: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

Masalah II

Proporsi penderita anak yang tercatat sebesar 25%

Penyebab

a. Tidak adanya penyuluhan tentang penyakit kusta kepada masyarakat

sehingga masyarakat kurang mengetahui cara mencegah penularan penyakit

kusta.

b. Masih banyak penderita kusta (khususnya tipe MB) yang belum terjaring

sehingga menjadi sumber penularan ditengah masyarakat karena penemuan

penderita masih dilakukan secara pasif.

c. Kurangnya penjaringan penyakit kusta di sekolah

Penyelesaian masalah

Mengoptimalkan kegiatan pencarian pasien dengan cara active case finding agar

penemuan pasien dapat dilakukan secara maksimal.

o Melakukan pemeriksaan anak sd dan setingkat pada sekolah pasien baru

dengan melakukan penyeluruhan dan pemeriksaan.

o Melakukan pengamatan kontak kepada keluarga pasien, tetangga dan orang –

orang yang berada di wilayah tempat tinggal pasien baru.

Memotivasi penderita yang telah terdiagnosa penyakit kusta untuk dapat melakukan

kegiatan – kegiatan yang dapat membantu proses kesembuhan dengan makan

makanan sehat dan berperilaku hidup sehat.

Memberitahukan keluarganya agar melakukan pengawasan dalam minum obat kepada

pasien sehingga kepatuhan pasien dalam minum obat menjadi teratur.

Bekerja sama dengan instansi pemerintah lain dan pihak swasta untuk mepromosikan

tentang penyakit kusta agar informasi dapat sampai di masyarakat secara luas.

37

Page 38: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

Bab IX

Kesimpulan dan Saran

9.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi program Pemberantasan Penyakit Kusta di Puskesmas

Wanakerta Periode Januari 2014 hingga September 2014 belum berhasil, hal ini dapat dilihat

dari unsur keluaran yang belum seluruhnya mencapai target yang ditentukan.

1. Berdasarkan hasil evaluasi program Pemberantasan Penyakit Kusta di Puskesmas

Wanakerta Periode Januari 2014 hingga September 2014 dapat disimpulkan bahwa

angka penemuan penderita baru Kusta di Puskesmas Wanakerta Periode Januari 2014

hingga Desember 2014 adalah 5,95 : 100.000, sudah melebihi tolok ukur yang ditetapkan

yaitu < 5:100.000, oleh karena itu pemberantasan penyakit kusta harus lebih agresif.

2. Proporsi angka kesembuhan (RFT = Release from Treatment) tipe MB di Puskesmas

Wanakerta Periode Januari 2014 hingga September 2014 adalah 66 %, hal ini masih

dibawah tolok ukur yaitu > 90%.

3. Proporsi cacat tingkat 2 di Puskesmas Wanakerta Periode Januari 2012 hingga Desember

2012 adalah 25 %, melebihi tolak ukur yang ditetapkan yaitu < 3,75% sesuai dengan

tolok ukur.

4. Proporsi MB di Puskesmas Wanakerta Periode Januari 2014 hingga September 2014

adalah 100%, dimana hasil ini belum sesuai dengan tolok ukur yang ditetapkan yaitu <

45%.

5. Cakupan penyuluhan kelompok Puskesmas Wanakerta Periode Januari 2014 hingga

September 2014 tidak dilakukan. Hal ini menjadi masalah besar karena rendahnya

tingkat pengetahuan penduduk tentang penyakit kusta dan stigma sosial negatif tentang

penyakit kusta.

Dipilih dua prioritas masalah, yaitu:

1. Proporsi penderita cacat tingkat 2 sebesar 25%.

2. Proporsi penderita anak yang tercatat sebesar 25%.

1.2 Saran

Saran untuk Puskesmas:

38

Page 39: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

Mengadakan program child survey untuk menjaring penderita kusta usia 0-14 tahun

di sekolah-sekolah demi mengurangi kecacatan pada penderita tingkat lanjut.

Meningkatkan kegiatan penyuluhan kelompok untuk menambah pengetahuan

masyarakat oleh petugas promosi kesehatan puskesmas mengenai penyakit kusta dan

disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat, serta dilakukannya pencatatan

yang jelas pada setiap kegiatan penyuluhan yang dilakukan dan pentingnya untuk

merubah stigma masyarakat mengenai penyakit kusta.

Meningkatkan kerja sama dengan pihak-pihak luar, seperti pemuka desa, tokoh

agama, organisasi sosial, organisasi kesehatan lain dalam hal penyuluhan sehingga

dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit kusta.

Melakukan Rapid Village Survey untuk secara cepat dan menyeluruh dapat

menjaring penderita kusta.

Pelatihan kader kusta di masyarakat dalam hal pengawasan minum obat penderita

kusta sehingga dapat meningkatkan kesadaran penderita akan pentingnya menjalani

pengobatan kusta hingga tuntas .

Memberdayakan perilaku hidup bersih dan sehat kepada masyarakat baik melalui

penyuluhan perorangan ataupun penyuluhan kelompok

Saran untuk Masyarakat:

• Menjalankan program pengobatan sesuai dengan waktu yang ditentukan

• Mengikuti penyuluhan yang akan diberikan oleh Puskesmas

• Memberdayakan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari.

• Ikut berpartisipasi dalam program pemberantasan penyakit kusta oleh puskesmas.

Diharapkan dengan dilaksanakannya saran tersebut diatas maka permasalahan yang ada dapat

terselesaikan sehingga dengan demikian pada evaluasi yang akan datang tidak lagi ditemukan

permasalahan yang sama.

Daftar Pustaka

39

Page 40: Evprog Munthe Bab 1-Dapus

1. Program pemberantasan penyakit kusta. 2011. Diunduh dari:

http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1188

2. Kandun IN. Buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta. Departemen

Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan. 2007.

3. Kosasih, Wisnu, Emmy, Menaldi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Kusta. Jakarta:

FKUI ; 2007 .h. 73-88.

4. Smith, Darvin Scott . Leprosy. 2013. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/220455-overview .

5. Penderita kusta di dunia. Diunduh dari http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1

/134/jtptunimus-gdl-andrifirma-6653-2-babi.pdf, 12 April 2013.

6. Penderita kusta di Jawa Barat. 2013. Diunduh dari

http://www.pikiran-rakyat.com/node/163683

7. Karawang endemis kusta. 2013. Diunduh dari

http://www.jpnn.com/read/2013/04/03/165623/Karawang-Endemis-Penyakit-Kusta-

8. Buku Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Wanakerta Tahun 2013

9. Profil Puskesmas Wanakerta Tahun 2013

40