Upload
tranquynh
View
236
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EXECUTIVE SUMMARY
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENANGGULANGAN
WABAH PENYAKIT MENULAR DI KOTA DEPOK
PROVINSI JAWA BARAT DAN KABUPATEN
TANGERANG PROVINSI BANTEN
2018 Peneliti:
Rahmi Yuningsih
PUSAT PENELITIAN
BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
JAKARTA
1
A. Pendahuluan
Indonesia sedang mengalami masa transisi epidemiologi, yaitu keadaan terjadinya
perubahan pola penyakit, di mana saat ini penyakit menular masih belum teratasi dengan baik
namun di sisi lain penyakit tidak menular terus mengalami peningkatan. Di bawah ini
merupakan tabel perubahan beban penyakit (global burden of disease) pada tahun 1990, 2010
dan 2015:
Tabel 1 Perubahan Beban Penyakit
No. Tahun 1990 Tahun 2010 Tahun 2015
1. ISPA Strok Strok 2. Tuberkulosis Tuberkulosis Kecelakaan lalu lintas 3. Diare Kecelakaan lalu lintas Penyakit jantung iskemik 4. Strok Diare Kanker 5. Kecelakaan lalu lintas Penyakit jantung iskemik Diabetes 6. Komplikasi kelahiran Diabetes Tuberkulosis 7. Anemia zat besi Low back pain ISPA 8. Malaria Depresi Depresi 9. Neonatal encephalopaty ISPA Asfiksia dan trauma kelahiran
10. Depresi Neonatal encephalopaty Penyakit paru obstruksi kronis Sumber: Kementerian Kesehatan Tahun 2015.
Penanganan penyakit menular saat ini diperberat dengan munculnya kembali penyakit
menular yang sebelumnya telah dapat dikendalikan (re-emerging disease) dan penyakit menular
jenis baru yang sebelumnya belum ada (new emerging disease). Polio merupakan salah satu
penyakit yang sudah dapat dikendalikan pada tahun 1995. Namun selang satu dasawarsa
kemudian atau tahun 2005 muncul kasus polio di Sukabumi Jawa Barat lalu menyebar ke 10
provinsi di Indonesia. Setidaknya terdapat 302 anak yang belum pernah diimunisasi polio
menderita penyakit polio. Oleh karenanya, kasus tersebut menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di
Indonesia.1 Kemudian pada tahun 2014, Indonesia mendapatkan sertifikat bebas polio bersama-
sama negara asia tenggara lainnya.2 Sedangkan penyakit flu burung (H5N1) merupakan salah
satu penyakit jenis baru yang sebelumnya belum ada. Penyakit ini muncul pertama kali pada
tahun 2005 dan secara sporadis menyebar di 15 provinsi di Indonesia terutama di Pulau
Sumatera dan Pulau Jawa. Secara kumulatif jumlah kasus tertinggi ditemukan di Provinsi DKI
Jakarta sebanyak 53 kasus, Jawa Barat 51 kasus dan Banten 34 kasus. Hingga tahun 2015,
jumlah penderita penyakit flu burung mengalami penurunan menjadi 2 kasus. Sedangkan tahun
2016, tidak ditemukan kasus flu burung.3 Atas kasus flu burung tahun 2005 tersebut,
pemerintah menetapkan sebagai kondisi KLB dengan mengeluarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1372/Menkes/SK/IX/2005 tentang Penetapan Kondisi Kejadian Luar Biasa
1 “Polio: Kisah dari Jawa Barat”, https://www.unicef.org/indonesia/id/reallives_3189.html, diakses 26 Maret 2018. 2 Kementerian Kesehatan RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI,
hal. 176. 3 Kementerian Kesehatan RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI,
hal. 194.
2
(KLB) Flu Burung (Avian Influenza).
Istilah KLB atau wabah sering kali menyita perhatian publik dan tidak jarang
menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat. Kepala daerah pun sering kali berhati-hati
dalam memutuskan status KLB di wilayahnya. Terlebih pada daerah yang mengandalkan sektor
pariwisata sebagai objek utama pembangunan ekonomi, status KLB dapat menurunkan
kunjungan wisatawan. KLB penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
karena dapat menyebabkan jatuhnya korban kesakitan dan kematian, menyerap anggaran biaya
yang besar dalam penanggulangannya, berdampak pada pariwisata, ekonomi dan sosial,
sehingga membutuhkan penanganan dari semua pihak terkait.
Namun di berbagai daerah penanganan KLB dinilai lamban. Merebaknya KLB difteri di
170 kabupaten/kota di 30 provinsi selama Bulan Desember 2017 menunjukkan ada masalah
dalam upaya penanggulangannya. KLB kali ini merupakan KLB yang paling tinggi di dunia
karena belum pernah ada KLB, wabah ataupun pandemi yang meliputi 30 provinsi dalam satu
negara.4 Belum terbangunnya sistem Kewaspadaan Dini-Kejadian Luar Biasa (SDK-KLB)
membuat respons pemerintah dalam menangani KLB itu terkesan reaktif seperti
menggencarkan Outbreak Response Immunization (ORI) setelah terjadinya KLB.
Berdasarkan uraian di atas, pertanyaan penelitian dirumuskan menjadi “Bagaimana
implementasi kebijakan penanggulangan wabah penyakit menular di Kota Depok Provinsi Jawa
Barat dan Kabupaten Tangerang Provinsi Banten?”, dengan pertanyaan khusus:
1. bagaimana tujuan kebijakan, sumber daya, struktur birokrasi, komunikasi, karakteristik dan
sikap para agen pelaksana kebijakan, dan lingkungan ekonomi, sosial dan budaya dalam
penanggulangan wabah penyakit menular?
2. apa saja kendala yang dihadapi dalam implementasi kebijakan penanggulangan wabah
penyakit menular di Kota Depok Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Tangerang Provinsi
Banten?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis implementasi
kebijakan penanggulangan wabah penyakit menular beserta kendala yang dihadapi di Kota
Depok Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Sedangkan kegunaan
dari penelitian ini adalah untuk memberikan masukan terhadap fungsi pengawasan yang
dilakukan oleh DPR RI terkait upaya penanggulangan wabah penyakit menular terutama pada
kasus-kasus KLB yang sering terjadi beberapa tahun ini.
4 “IDAI: KLB Difteri di Indonesia Paling Tinggi di Dunia” https://news.detik.com/berita/3775351/idai-klb-difteri-
di-indonesia-paling-tinggi-di-dunia, diakses 4 April 2018.
3
B. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitik.
Teknik pengumpulan data primer melalui wawancara dan FGD (Forum Group Discussion).
Penelitian juga menggunakan teknik pengumpulan data sekunder melalui studi literatur baik
yang berasal dari buku, jurnal maupun artikel di internet, berita media massa, peraturan
perundang-undangan serta menggunakan data yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Penelitian di lokasi pertama dilaksanakan pada 7 - 14 Mei 2018 di Kota Depok, Provinsi
Jawa Barat. Kota Depok merupakan salah satu wilayah di Provinsi Jawa Barat dengan penderita
difteri terbanyak pada tahun 2017. Kota Depok juga mengalami KLB DBD pada tahun 2016.
Pada bulan Desember 2017, ratusan warga Kecamatan Sawangan menderita penyakit
chikungunya. Terkait masalah tersebut, Pemerintah Kota Depok dinilai lamban dalam upaya
mencegah penyebaran. Upaya pengasapan (fogging) dilakukan oleh masyarakat dan bukan oleh
Pemerintah Kota.5 Sedangkan penelitian di lokasi kedua dilaksanakan pada tanggal 16 - 23 Juli
2018 di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Penyakit DBD merupakan penyakit endemik di
Kabupaten Tangerang. Hampir setiap tahun di musim penghujan atau di awal tahun selalu
terjadi lonjakan kasus dan dinyatakan KLB oleh pemerintah daerah setempat, terutama pada
tiga tahun terakhir.
Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan melalui purposive sampling.
Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan, observasi langsung,
wawancara dan FGD. Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak yang berkepentingan seperti
kepala bidang penyakit menular, pengelola program pengendalian penyakit menular, tenaga
epidemiolog kesehatan, dan tenaga kesehatan masyarakat di Dinas Kesehatan Kota Depok dan
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, tenaga epidemiologi, tenaga medis dan staf di
Puskesmas serta akademisi epidemiologi di Universitas Indonesia dan Universitas
Muhammadiyah Jakarta. Proses analisis data kualitatif diawali dengan proses pengumpulan
data, input data, analisis data, penarikan kesimpulan dan verifikasi, dan diakhiri dengan
penulisan hasil temuan dalam bentuk narasi.
C. Kebijakan Penanggulangan Wabah Penyakit Menular di Kota Depok dan Kabupaten
Tangerang
Penetapan daerah tertentu dengan status KLB atau wabah memberikan berbagai
dampak di masyarakat seperti dampak psikologi, sosial, ekonomi, budaya, dan lainnya. Sehingga
penetapan status KLB atau wabah menjadi hal sensitif bagi daerah tertentu terutama pada
daerah yang mengandalkan pariwisata sebagai sektor pembangunan ekonominya. Begitupun
5 “Wabah Chikungunya Melanda Bedahan Depok”. http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-
barat/2017/12/06/wabah-chikungunya-melanda-bedahan-depok-415353, diakses 4 April 2018.
4
sebaliknya, seringkali penetapan status KLB oleh kepala dinas kesehatan tidak ditindaklanjuti
dengan cepat oleh SKPD terkait dikarenakan kurangnya kekuatan dari kepala dinas kesehatan
untuk mengerahkan SKPD terkait dalam bersama-sama menanggulangi KLB. Upaya
mengerahkan SKPD akan berjalan dengan optimal ketika pimpinan daerah yang
menginstruksikan penanggulangan KLB atau wabah. Sehingga diperlukan advokasi yang kuat
dari dinas kesehatan kepada pimpinan daerah.
1. Kota Depok Provinsi Jawa Barat
Status KLB ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan dan dilaporkan kepada walikota
untuk ditindaklanjuti dengan mengerahkan SKPD terkait. Pemerintah Kota Depok sangat
berhati-hati dalam menetapkan status KLB. Beberapa pertimbangannya antara lain (1) belum
tentu penderita secara laboratorium menderita penyakit yang berpotensi KLB; (2) status KLB
akan menyebabkan kepanikan di tengah masyarakat sehingga penanganan KLB yang dilakukan
oleh SKPD menjadi tidak fokus; (3) status KLB berlaku untuk satu kota padahal bisa saja kasus
hanya terjadi di satu kelurahan. Luasnya penetapan daerah KLB akan mempengaruhi jumlah
sumber daya yang dikerahkan untuk menanggulangi KLB; (4) penetapan status KLB yang
didukung oleh kebijakan hanya sebatas pada tingkat daerah kabupaten/kota dan provinsi.
Padahal dimungkinkan jika kasus KLB hanya terjadi di tingkat kecamatan, kelurahan, RT atau
RW.
Kebijakan penanggulangan wabah penyakit menular di Kota Depok menggunakan
pedoman dari pusat dan juga daerah seperti Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok
Nomor 440/0048/KPTS 2018 tentang Tim Gerak Cepat Penanggulangan Kejadian Luar
Biasa/Wabah/Bencana/Keracunan Makanan pada Dinas Kesehatan Kota Depok.
Implementasi kebijakan penanggulangan wabah penyakit menular di Kota Depok
mengalami beberapa kendala seperti minimnya jumlah SDM dalam melakukan kegiatan
penyelidikan epidemiologi di seluruh cakupan wilayah Kota Depok, terlalu banyak program
penanggulangan di bidang kesehatan, dan pendanaan kegiatan penanggulangan wabah penyakit
menular terbatas.
Pada tahun 2011 terjadi kasus KLB chikungunya di 8 kecamatan di Kota Depok. Kasus
tersebut sudah ditangani kurang dari 24 jam. Sebagaimana yang tertera dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1501 Tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang
Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan yang menyatakan bahwa upaya
penaggulangan secara dini dilakukan kurang dari 24 jam. Pada tahun 2011, dilaporkan
sebanyak 280 kasus chikungunya, tahun 2012 sebanyak 216 kasus, tahun 2014 sebanyak 1
kasus. Pada bulan Juli tahun 2018, ditemukan 30 orang suspek chikungunya. Kondisi
5
lingkungan yang tidak bersih, banyak sampah, banyak genangan dan saluran air yang tidak
mengalir menjadi penyebab penularan penyakit chikungunya.
Tahun 2017 KLB difteri menyerang Kota Depok. Terdapat 12 kasus suspek difteri. Dari
suspek tersebut, empat diantaranya positif difteri secara laboratorium dan 1 diantaranya
dinyatakan meninggal dunia. Dinas Kesehatan Kota Depok melakukan penyelidikan
epidemiologi terkait meninggalnya penderita difteri.
Dinas Kesehatan Kota Depok menetapkan status KLB diare atas adanya kasus 21 warga
di RT 7 RW 9 Kelurahan Jatijajar, Kecamatan Tapos yang mengalami sakit diare secara
bersamaan. Adapun metode epidemiologi seperti melacak penyebab penyakit diare, siapa
penderita pertama, sejak kapan, bagaimana riwayat penyebaran penyakit, apa saja sumber air
dan sumber makanan, dan lainnya.
2. Kabupaten Tangerang Provinsi Banten
Di Kabupaten Tangerang, KLB hanya boleh dinyatakan oleh Menteri Kesehatan untuk
tingkat nasional dan pejabat yang berwenang di daerah seperti Walikota, Bupati dan lainnya.
Kenyataannya banyak yang menghindari kata epidemi atau wabah dan biasanya digunakan
istilah KLB, letusan, lonjakan kasus, dan peningkatan kasus. Pertimbangan menyatakan KLB
pada suatu daerah dan pada suatu waktu tertentu adalah apakah di seluruh wilayah di daerah
tersebut akan dilakukan upaya penanggulangan? apakah semua wilayah di daerah tersebut
akan dilakukan intervensi? Mesti dipertimbangkan penggunaan sumber daya? Jangan sampai
mubazir seperti dalam hal anggaran imunisasi.
SDM pelaksana kebijakan penanggulangan KLB masih menjadi masalah seperti masih
kurangnya tenaga epidemiologi baik yang ada di tingkat Puskesmas maupun di tingkat
kedinasan. Hal ini berdampak pada tumpang tindih pekerjaan epidemiologi dan surveilans yang
dikerjakan oleh tenaga kesehatan lain seperti dokter, perawat dan bidan. Padahal pekerjaan
surveilans dan epidemiologi sangat menyita waktu, tenaga dan pikiran dalam menyelidiki suatu
kasus penyakit menular yang berpotensi KLB.
Terdapat hambatan dalam menjalankan program imunisasi terhadap penyakit yang
berpotensi menjadi KLB di Kabupaten Tangerang seperti kurangnya kerja sama antara bidan
desa dengan bidan praktek swasta. Hal tersebut berdampak pada berkurangnya informasi
mengenai cakupan pemberian imunisasi pada balita, dan masih banyaknya balita yang tidak
diizinkan oleh orang tuanya untuk diimunisasi khususnya dimunisasi yang diberikan secara
suntik. Walaupun penyuluhan terhadap orang tua sudah sering kali dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Tangerang dan Puskesmas.
6
Penyakit DBD di Kabupaten Tangerang biasanya terjadi di awal tahun dengan puncak
penemuan kasusnya pada minggu kelima atau akhir bulan Januari. Di bawah ini merupakan
kejadian DBD dari tahun 2007 - 2016:
Grafik 4 Jumlah Kejadian DBD Kabupaten Tangerang dari Tahun 2007-2016
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. (2017). Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2016.
Tangerang: Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dititikberatkan pada kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di semua wilayah, dan pemantauan jentik berkala untuk
mencapai angka bebas jentik, kegiatannya dilakukan dengan melakukan sosialisasi dan gerakan
desa bebas jentik bagi kader, melakukan penyelidikan epidemologi dan melaksanakan fogging
fokus sesuai kriteria dari hasil penyelidikan epidemologi. Selain itu, faktor perilaku dan
partisipasi masyarakat yang masih kurang dalam kegiatan PSN serta faktor pertambahan
jumlah penduduk dan faktor peningkatan mobilitas penduduk yang sejalan dengan semakin
membaiknya sarana transportasi menyebabkan penyebaran virus DBD semakin mudah dan
semakin luas.
Permasalahan lainnya adalah masyarakat kurang peduli terhadap kebersihan
lingkungan. jika terjadi lonjakan kasus DBD, masyarakat cenderung meminta pihak dinas
kesehatan dan Puskesmas untuk dilakukan upaya fogging. Selain itu, pelaksanaan kebijakan
penanggulangan KLB sangat bergantung dari komitmen pengurus lingkungan baik Kepala RT,
RW, lurah, dan camat. Terlebih pada kegiatan PSN yang bertujuan mengubah perilaku
masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Advokasi kepada pengurus lingkungan dapat
dipermudah melalui data-data kejadian penyakit menular sehingga kebijakan yang diambil
dapat tepat sasaran. Upaya advokasi dilakukan oleh kepala Puskesmas. Hal ini mengingat tidak
adanya SDM kesehatan di kecamatan.
Walaupun diare bukan termasuk ke dalam salah satu jenis penyakit menular yang dapat
menimbulkan KLB menurut Permenkes, namun kejadian diare di Kabupaten Tangerang sering
kali terjadi bahkan menjadi status KLB. Dari laporan Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang,
diketahui pada tahun 2015 angka kesakitan diare pada semua umur adalah 270 per 1.000
7
penduduk, angka kesakitan diare pada balita adalah 843 per 1.000 penduduk. Banyaknya
masyarakat yang memanfaatkan kali sebagai sarana mandi, cuci dan kakus di Desa Kampung
Kelor, Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang berpotensi rawan penyakit yang
disebabkan oleh kebersihan lingkungan seperti diare. Pada tahun 2007, wilayah tersebut
ditetapkan status KLB. Hingga kini potensi KLB terus mengancam wilayah tersebut6.
Tahun 2015 terdapat 6 penderita difteri dan tahun 2016 terdapat 5 penderita difteri.
Padahal cakupan imunisasi pada tahun 2016 lebih dari 100 persen yaitu 102,6 persen.
Sedangkan KLB difteri pada tahun 2017 sebanyak 73 orang dengan empat orang meninggal.
Pada 31 Oktober 2017, Bupati Tangerang menetapkan status KLB. Menurut Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Tangerang, difteri menyebar ke kecamatan lain yang sebelumnya tidak
ditemukan kasus difteri. Cakupan imunisasi difteri di Kabupaten Tangerang mencapai 99,8%
pada tahun 2017. Ternyata tingginya jumlah cakupan imunisasi difteri belum mampu
membentuk kekebalan populasi dari ancaman penyakit difteri. Hal ini dikarenakan terdapat
penurunan kekebalan tubuh pada anak yang telah mendapatkan imunisasi.
D. Kesimpulan
Kebijakan publik dalam bentuk undang-undang mengenai penanggulangan wabah
penyakit tertera dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
Namun hingga kini hanya ada satu peraturan pelaksana yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 40
Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular yang isinya merupakan
gabungan dari enam peraturan pemerintah tersebut dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1501 Tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah
dan Upaya Penanggulangan. Status KLB ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan dan dilaporkan
kepada Walikota/Bupati untuk ditindaklanjuti dengan mengerahkan SKPD terkait.
Penyakit endemis di Kota Depok antara lain chikungunya, difteri dan diare. Pada
dasarnya kejadian merebaknya penyakit menular di Kota Depok jarang ditetapkan sebagai KLB
atau pun wabah. Hanya sebatas pernyataan peningkatan kasus atau lonjakan kasus. Penetapan
status KLB mempertimbangkan berbagai aspek seperti menghindari kepanikan di tengah
masyarakat sehingga SKPD lebih fokus menanggulangi KLB. Tujuan kebijakan penetapan KLB
untuk meminimalkan penyebaran penyakit. Di Kota Depok pernah terjadi KLB chikungunya
pada tahun 2011 dan 2014; KLB difteri pada tahun 2017; dan KLB diare pada tahun 2018. Guna
menghadapi terjadi KLB di masa mendatang, pada tahun 2018 dibuat Tim Gerak Cepat
Penanggulangan KLB di Kota Depok. Implementasi kebijakan penanggulangan wabah penyakit
menular di Kota Depok mengalami beberapa kendala seperti minimnya jumlah SDM dalam
6 “Dinkes Sebut Desa Kampung Kelor Tangerang Rawan Penyakit Diare”, https://merahputih.com/post/read/dinkes-sebut-desa-kampung-kelor-tangerang-rawan-penyakit-diare, diakses 1 November 2018.
8
melakukan kegiatan penyelidikan epidemiologi di seluruh cakupan wilayah Kota Depok, terlalu
banyak program penanggulangan di bidang kesehatan, dan pendanaan kegiatan
penanggulangan wabah penyakit menular terbatas. Masih adanya kelompok antivaksin di
komunitas membuat kebijakan penanggulangan menjadi terhambat.
Kabupaten Tangerang menghindari kata epidemi atau wabah dan biasanya digunakan
istilah KLB, letusan, lonjakan kasus, dan peningkatan kasus. Hal ini mempertimbangkan
besarnya wilayah penanggulangan dan sumber daya yang akan dikerahkan dalam
menanggulanginya. Kabupaten Tangerang pernah ditetapkan dengan status KLB DBD pada
tahun 2013 dan 2016; KLB diare pada tahun 2007; dan KLB difteri pada akhir tahun 2017. SDM
pelaksana kebijakan penanggulangan KLB masih menjadi masalah seperti masih kurangnya
tenaga epidemiologi baik yang ada di tingkat Puskesmas maupun di tingkat kedinasan. Hal ini
berdampak pada tumpang tindih pekerjaan epidemiologi dan surveilans yang dikerjakan oleh
tenaga kesehatan lain seperti dokter, perawat dan bidan. Selain itu, kurangnya kerja sama
antara bidan desa dengan bidan praktek swasta menjadi masalah ketika implementasi
kebijakan pencegahan KLB seperti imunisasi. Implementasi kebijakan juga dipengaruhi oleh
lingkungan sosial seperti masih banyak balita yang tidak diizinkan oleh orang tuanya untuk
diimunisasi dengan berbagai alasan.
E. Saran
Beberapa saran yang diberikan antara lain (1) selain mempertimbangkan dampak
penularan penyakit, penetapan status KLB juga mempertimbangkan kondisi masyarakat,
besarnya wilayah dan sumber daya yang akan dikerahkan. Tujuan dari penetapan status KLB
agar SKPD lebih mudah dikoordinasikan. (2) perlu adanya koordinasi berbagai pihak terkait
penanggulangan KLB karena pelaksanaan kebijakan yang terkait dengan kebersihan dan
kesehatan lingkungan tergantung pada komitmen pengurus lingkungan. (3) untuk mengurangi
tumpang tindih pekerjaan epidemiologi yang biasanya dilakukan oleh tenaga medis, sebaiknya
pemerintah daerah lebih mendayagunakan tenaga epidemiolog kesehatan dan tenaga kesehatan
masyarakat di Puskesmas, fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dan di Dinas Kesehatan. (4)
DPR melalui fungsi legislasi perlu merevisi undang-undang wabah penyakit menular yang
sudah tidak sejalan dengan perkembangan penyakit menular baik jenis penyakit yang
berpotensi KLB maupun peran pihak terkait yang belum dilibatkan dalam UU tersebut. (5) DPR
perlu melakukan upaya pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan penanggulangan wabah
atau KLB agar tidak berulang.
9
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo. (2008). Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Creswell, John. W. (2015). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset: Memilih Di Antara Lima Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
“DBD Mewabah di Depok, Pemkot Cuek”, http://news.metrotvnews.com/read/2017/03/28/677712/dbd-mewabah-di-depok-pemkot-cuek, diakses 4 April 2018.
“DBD Mewabah, Dinkes Depok Cuek”, http://mediaindonesia.com/read/detail/98488-dbd-mewabah-dinkes-depok-cuek, diakses 4 April 2018.
“Depok Darurat Wabah DBD”, http://www.sketsaonline.com/depok-darurat-wabah-dbd/, diakses 4 April 2018.
“Depok KLB Difteri”, http://radardepok.com/2017/12/depok-klb-difteri/, diakses 4 April 2018.
“Diduga Sudah Kebal, Nyamuk Kabupaten Tangerang Diteliti Kemenkes”, http://tangerangnews.com/kabupaten-tangerang/read/16896/15-Warganya-Tewas-Bupati-Tangerang-Pelototi-RS-Balaraja, diakses 4 April 2018.
Dinas Kesehatan Kota Depok. (2017). Profil Kesehatan Kota Depok Tahun 2016. Depok: Dinas Kesehatan Kota Depok.
Dinas Kesehatan Kota Depok. (2018). Profil Kesehatan Kota Depok Tahun 2017. Depok: Dinas Kesehatan Kota Depok.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. (2017). Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2016. Tangerang: Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. (2018). Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2017. Tangerang: Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.
“Dinkes Sebut Desa Kampung Kelor Tangerang Rawan Penyakit Diare”, https://merahputih.com/post/read/dinkes-sebut-desa-kampung-kelor-tangerang-rawan-penyakit-diare, diakses 1 November 2018.
Dunn, William N. (2003). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
“IDAI: KLB Difteri di Indonesia Paling Tinggi di Dunia” https://news.detik.com/berita/3775351/idai-klb-difteri-di-indonesia-paling-tinggi-di-dunia, diakses 4 April 2018.
“Ini Hasil Investigasi Kemenkes Soal DBD di Kabupaten Tangerang”, http://tangerangnews.com/kabupaten-tangerang/read/17174/Ini-Hasil-Investigasi-Kemenkes-Soal-DBD-di-Kabupaten-Tangerang, diakses 4 April 2018.
“Ini Penyebab Kabupaten Tangerang Ditetapkan KLB Difteri”, https://metro.tempo.co/read/1040370/ini-penyebab-kabupaten-tangerang-ditetapkan-klb-difteri, diakses 4 April 2018.
Irianto, Koes. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular & Tidak Menular: Panduan Klinis. Bandung: Alfabeta.
10
“Kabupaten Tangerang Canangkan Program 1 Rumah 1 Jumantik”, http://dinkes.tangerangkab.go.id/cisoka/2017/09/28/kabupaten-tangerang-canangkan-program-1-rumah-1-jumantik/, diakses 4 April 2018.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Nugroho, Riant. (2012). Public Policy: Dinamika Kebijakan, Analisis Kebijakan, dan Manajemen Kebijakan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
“Penderita Difteri di Kabupaten Tangerang Melonjak Jadi 73 orang”,https://metro.tempo.co/read/1048013/penderita-difteri-di-kabupaten-tangerang-melonjak-jadi-73-orang/full&view=ok, diakses 1 Nobember 2018.
“Polio: Kisah dari Jawa Barat”, https://www.unicef.org/indonesia/id/reallives_3189.html, diakses 26 Maret 2018.
“Puluhan Orang di Jatijajar Diserang Diare, Dinkes Depok Tetapkan KLB”, http://wartakota.tribunnews.com/2018/01/14/puluhan-orang-di-jatijajar-diserang-diare-dinkes-depok-tetapkan-klb?page=2, diakses 1 November 2018.
Putra, Nusa & Hendarman. (2012). Metodologi Penelitian Kebijakan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Runge-Ranzinger, dkk. 2016. “Dengue Contingency Planning: From Research to Policy and Practice.” Plos Neglected Tropical Diseases. Vol. 10, No. 9.
Seorang Siswa Meninggal Karena Difteri, Dinkes Depok Lakukan Pendataan. https://megapolitan.kompas.com/read/2018/02/19/21194671/seorang-siswa-meninggal-karena-difteri-dinkes-depok-lakukan-pendataan diakses 1 November 2018.
“Sistem Informasi Kesehatan Lemah”, Kompas, 30 Desember 2017.
“Tangerang Waspada Siklus Tiga Tahunan DBD”, https://www.republika.co.id/berita/koran/urbana/16/02/03/o1ym4b-tangerang-waspada-siklus-tiga-tahunan-dbd, diakses tanggal 26 September 2018.
“Tertinggi, Kasus DBD di Tangerang Jadi Kejadian Luar Biasa”, https://metro.sindonews.com/read/1082774/170/tertinggi-kasus-dbd-di-tangerang-jadi-kejadian-luar-biasa-1454574261, diakses 4 April 2018.
“Wabah Chikungunya Melanda Bedahan Depok”. http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2017/12/06/wabah-chikungunya-melanda-bedahan-depok-415353, diakses 4 April 2018.
Weraman, Pius. (2010). Dasar Surveilans Kesehatan Masyarakat. Depok: Gramata.
Winarno, Budi. (2012). Kebijakan Publik: Teori, Proses, dan Studi Kasus. Yogyakarta: CAPS.
“8 Warga Limo Depok Terdiagnosa Virus Chikungunya” https://www.liputan6.com/news/read/3574911/8-warga-limo-depok-terdiagnosa-virus-chikungunya, diakses 1 November 2018.
“15 Warganya Tewas, Bupati tangerang Pelototi RS Balaraja”, http://tangerangnews.com/kabupaten-tangerang/read/16896/15-Warganya-Tewas-Bupati-Tangerang-Pelototi-RS-Balaraja, diakses 4 April 2018.
11
“355 Orang Terjangkit DBD, Tangerang Tetapkan Status KLB”, https://news.okezone.com/read/2016/02/04/338/1304722/355-orang-terjangkit-dbd-tangerang-tetapkan-status-klb, diakses 4 April 2018.