15

F Ilmu Penya kit Mata FK Unair

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Terakreditasi (Acredited) Nomor: 55/DIKTI/Kep/2005

No.2

F Ilmu Penya kit Mata FK Unair I RSU Dr. Soetomo, Surabaya

Sumida (Bag./SMF llmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universftas Airlangga) Anlndita Rae mah, S.KM (Bag./SMF llmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga)

Evelyn omaratih, dr., Sp.M (Divisi Glaukoma Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga) lsmi Zuhrla, di'., Sp.M (Divis! lnfeksi dan lmunofogi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga)

Harijo Wahjudi, r., Sp.M (Divlsi Bedah Plastik dan Rekonstruksi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga) Eddyant , dr., Sp.M (Divisi fnfeksi dan lmunologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga)

I•

Moegfono M. Oetomo, dr., Sp.M (Divlsi Oftalmologi Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga) Luki Inc riaswati, dr., Sp.M (Divisi Strabismus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga)

ISSN 1693-2587

Surabaya Agustus 2007 Hal. 85 - 170

Prof. Wi!lnujono Soewono, dr., Sp.Ni1(K) (Divisi lnfeksi clan lmunologi Fakultas Kedokteran UniversitasAirlangga); Prof. DianyYogiantoro, dr., SpM (K) (Divisi Neuro Oftaltnologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); Prof. N.K. Niti Susila, dr., Sp.M (Divisi lnfeksi dan lmunologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana); Prof. Suhardjo, dr., SU., Sp.M(K) (Divisi Katarak dan Bedah Refraktif Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada); Prof. Dr. H.H.Bi Mailangkay, dr., Sp.M(K) (Divisi Glaukoma Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia); Prof. Dr. Gatut Suhendro, dr., Sp.M(K)(Divisi Vitreo-Retina Fakultas Kedokteran UniversitasAirlangga); Prof. Rowena Ghazali Hoesin, dr., Sp.M(K), MARS (Divisi Bedah Plastik dan Rekonstruksi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); Trisnowati Taib Saleh, dr., Sp.M(K) (Divisi Refraksi dan Lensa Kontak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); Prof. Hamidah M. Ali, dr., Sp.M(K) (Divisi Strabismus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); Prijanto, dr., Sp.M(K) (Divisi Onkologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); Sjamsu Budiono, dr., Sp.M(K) (Divis! Katarak dan Bedah Ref aktif Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); Gatot Suhartono, dr., Sp.M (Divisi Neuro Oftalmologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); Djiwatmo, dr., Sp.M (Divisi Katarak dan Bedah Refraktif Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); Eddyanto, dr., Sp.M (Divisi lnfeksi dan lmunologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); Harijo Wahjudi, dr., Sp.M (Divisi Bedah Plastik dan Rekonstruksi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); Wimbo Sasono, dr., Sp.M (Divisi Vitreo-Retina Fakultas Kedok!eran Unlversltas Airfangga). Nurwasis, dr., Sp.M (Divisi Glaukoma Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); Evelyn Komaratih, dr., Sp.M (Divis! Glaukoma Fakultas Ke9okteran Unlversitas Airlangga); Hendrian Dwikoloso, dr., Sp.M (Divisi Onkologi Pakultas Kedokteran Unfversitas Airlangga); Jamaludd~n. dr, Sp.M (Divis! Oftalmologi Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); fsmi Zuhria, dr., Sp.M (Divis I Penyaklt Mala Luar Fakuf ~s Kedokteran UniversitasAirfangga).

Moestidjab, a ., Sp.M(K) (Divisi Vitreo-Retina Fakultas Kedokteran Universitas Airfangga) Prillia Tri Suryani, dr. Sp.M (Divisi Refraksi dan Lensa Kontak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga)

Ratna Doemilah, dr., S .M (Divisi Bedah Plastik dan Rekonstruksi Fakultas Kedokteran Universitas Alrlanqqa)

• f Prof. Dr. Suharto, d ., Sp.PD.,MSc.,DTM&H (Pembantu Dakan I Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga)

H. Prap o Sutjfpto, dr. (Pembantu Dakan 11 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga) H. Bamb ng Subagjo (Pembantu Dekan Ill Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga).

Prof. Diany Yogi toro, dr., SpM (K) (Ketua Bag./SMF llmu Penyakit Mata FK. UNAIR/RSU Dr. Soetomo)

Prof. Wisnujono Soewono, dr., p.M(K) (Divis! lnfeksi dan lmunologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); Prof. M.N.E. Gumansalangl, dr., SpM (K) (Divis! Glaukoma Fakultas Kedokteran UniversitasAirlangga) (Almarhumah); Prof. DianyYogiantoro, dr., SpM (K) (Divis! Neuro Oftalmologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); Prof. Dr. Gatut Suhendro, dr., Sp.M(K)(Divisi Vitreo-Retina Fakultas Kedokteran Universltas Airlangga~Trlsnowati Taib Saleh, dr., Sp.M(K) (Divisi Refraksi dan Lensa Kontak Fakultas Kedokteran Universitas Afrlangga): TJuk Suparjadi, dr., Sp,M (Divlsi Vitreo-Retina Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga) (Almarhum); Prof. Rowena Ghazali Hoesir'I, dr., Sp.M(K), MARS (Divis1 Bed ah Plastfk dan Rekonstruksi Fakultas Kedokteran UniversitasAirlangga)

.S. Wiyadi, dr., Sp.THT(K) (Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga) et R. Yuwono, dr., DTM&H, MARS (Direktur RSU Dr. Soetomo Surabaya)

Jurnal Oftalmologi Indonesia

__ __,

166 - 170

163 - 165

160 - 162

156 - 159

147 - 155

141 - 146

137 -140

124 - 137

116 - 123

104 - 115

92 - 103

85 - 91

........ ~---- .. --Z;;;.c •

Delfitri Lutfi, Abdul Choliq, Luki lndriaswati, Hamidah M Ali IN BILATERAL PJ\RALYTIC ESOTROPIA

LAPORAN KASUS • PENATALAKSAI\IAAN BEDAH UNTUK SINDROMA BLEFAROFIMOSIS

(PROSEDUR SA U TAHAP) Harijo Wahjudi, M. Ferdian, /mama Qosida

• MANAGEMENT OF BLEPHAROCHALASIS AND CONJUNCTIVAL CYSTS INDUCED BY ALLERGIC PROCESS Erni lndraswati, Baswara Nandhiwardhana Eka Wijaya, Ratna Doemilah

• HYPERTENSIVE OP.TIC NEUROPATHY AFTER PRE-ECLAMPSIA Heni Wijayanti, Lukisiari Agustini, Diany Yogiantoro

• ONE STEP JENSl::N AND HUMMELSHEIM PROCEDURES

• THE OUTBREAK ACUTE POSTOPERATIVE CATARACT ENDOPHTHALMITIS AT Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO GENERAL HOSPITAL MAKASSAR Rukiah Syawal

• PERUBAHAN ME:TAPLASIA SEL EPITEL KONJUNGTIVA DAN DENSITAS BEL GOBLET AKIBAT PEMAKAIAN TIMOLOL MALEAT 0,5% DENGAN PRESERVATIF JANGKA LAMA Daddy Armand, Sjamsu Budiono, Juliati H Alsagaff

• GAMBARAN RETINOPATI DIABETIK PADA KUNJUNGAN PERTAMA PENDERITA DIABETES MELITUS DI UNIT RAWAT JALAN MATA RSU DR. SOETOMO SURABAYA Kitriastuti, Moesticljab

LAPORAN PENELl1rlAN • THE ROLE OF IL-10 CYTOKINE IN INCREASED INTRAOCULAR

PRESSURE ON PRIMARY OPEN ANGLE GLAUCOMA Admadi Soeroso

Elisabeth Srisub,~kti, Nurwasis

• TATA CARA PENGELOLAAN STERILITAS KAMAR OPERAS! Reni Prastyani, Ec.1dyanto

Ariesanti Tri Handayani, Gatot Soehartono

SUDUT TERTUTLIP PRIMER AKUT

SYARAT PENULISAN

EDITORIAL

TINJAUAN PUSTAL(A • ADAMANTIADES-BEHGET DISEASE

Wlsnujono Soew.1>no • ATROFI PAPIL SJ\RAF OPTIK

DAFTAR 151 : , . I ISSN. 1693-2587

I~ Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 2, Agustus 2007

tt)t ct4 I n

. I I I ! ! i l

l I

sudut tertutup primer meskipun akhir-akhir ini iris plateau dan blok lensa juga berperan pada sudut tertutup primer kronis. Sudut tertutup primer hanya terjadi karena predisposisi anatomi tanpa ada kelainan patologi yang menclasari. Sudut Tertutup Primer Akut terjadi bila ada peningkatan TIO mendadak karena terjadi blok dari trabekular meschwork oleh iris.'

Sudut Tertutup Primer Akut merupakan salah satu kegawatdaruratan di t idang mata. Ada pun terapi definitif pada Sudut Tertutup Primer Akut adalah iridektomi baik laser rnaupun pembedahan. Namun pada 60% mata yang telah dilakukan lridotomi Laser dilaporkan terjadi peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang memerlukan terapi lebih lanjut, sedangkan pada beberapa mata

PENDAHULUAN Sudut tertutup primer merupakan keadaan

kompleks yang dapat memicu terjadinya glaukoma. Prevalensi sudut tertutup primer lebih tinggi di Asia Timur dibanding Eropa. Diperkirakan 91 % kebutaan bilateral di China disebabkan glaukoma sudut tertutup primer. Tingginya pervalensi ini didukung oleh perbedaan struktur anatomi sudut dan bilik mata depan. Beberapa study menunjukkan bahwa kedalaman bilik mata depan lebih dangkal pada Asia Timur daripada Eropa, serta mekanisme blok pupil sangat dominan untuk terjadinya penutupan sudut pada masyarakatAsia, meskipun secara umum tidak semua menerimanya.'·2

Blok pupil relatif menjadi penyebab tersering dan yang mendasari lebih dari 90% kasus terjadinya

Korespondensi: Elisabeth Srisubekti, c/o: Bag./SMF llmu Penyokit Mata Fakultas Kedokterar Universitos Airlangga I RSU Dr. Soetamo. JI. Mayjend. Prof. Dr. Moeslopo 6-8 Surabaya 60286

Keyword: pupillary block, gonioscopic, APA(, irideclomy.

Primary Angle Closure (PAC) is complex disease enlily as a leading cause of glaucoma. In P,\C !here is no underlying pathology, only an anatomic predisposilion. An eye tho! is anatomically predisposed to develop ungle closure has several faclors to precipilale an attack. Pu pillory block is the most frequent cause of angle closure and i:; the underlying co use of most cases of primary angle closure. Acute Primary Angle Closure (APAC) occurs when intra ocular pressure (IOP) rises rapidly as a result of relatively sudden blockage of trobeculor meschwork by iris. The rise of 10) lo relatively high levels causes corneal epithelial edema, which is responsible for the visual symptoms. APAC is one of the most important ophthalmic emergencies and con co use blindness rapidly. Definitive diagnosis depends on the gonioscopic verification of ongle closure. The definitive treatment for APAC is irideclomy, laser or surgical. Thus, proph-lcctic iridectomy should be performed in the contrnlaterol eye.

ABSTRACT

Elisabeth Srisubekti, Nurwasis Bog./SMF llmu Penyokil Mala Fakultas Kedokteron Universilas Airlngga/RSU Dr. Soetomo, SL rabaya

SUDUT TERTUTUP PRIMER AKUT

ISSN. 1693-2587 Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 2, Agustus 2007: Hal. 104 - 115

105

FAKTOR RESIKO Ada beberapa faktor resiko yang berpengaruh

pada konfigurasi bilik mata depan untuk berkembang menjadi sudut tertutup primer yaitu : Ras

Prevalensi glaukoma sudut tertutup primer meningkat pada usia lebih dari 40 tahun dengan variasi terbesar tergantung pada ras. Pad a kulit putih 0.1 %-0.6%, 0.1 %-0.2% pada ras Afrika, 2.1 %-5% ras Inuit, 0.4%-1.4% pada ras Asia Timur, 0.3% Jepang Bentuk akut lebih sering pada ras kulit putih sedangkan bentuk kronis lebih sering pada Afrika danAsian.19

Biometri Pasien dengan sudut tertutup primer

mempunyai segmen anterior yang kecil dan padat serta axial length pendek. Faktor presdisposisi yang penting untuk terjadi sudut tertutup adalah bilik mata depan dangkal, lensa tebal dan kurvatura anterior lensa meningkat, axial length pendek dan diameter serta radius kurvatura kornea kecil. Kedalaman bilik mata depan kurang dari 2.5 mm cenderung untuk menjadi sudut tertutup primer dan sebagian besar pasien dengan sudut tertutup primer mempunyai kedalaman bilik mata depan kurang dari 2.1 mm.' Usia

Sudut tertutup primer jarang terjadi pada usia kurang dari 40 tahun. Prevalensi meningkat dengan usia dekade lebih dari 40 tahun. I Peningkatan insiden dengan usia dapat dijelaskan karena dengan

salah satu faktor resiko primer. Menurut Kanski (2003) Glaukoma sudut tertutup primer akut didefinisikan sebagai suatu keadaan peningkatan TIO yang disebabkan penutupan sudut sebagian atau seluruhnya oleh iris perifer sehingga terjadi obstruksi aliran humor akuos. Sampai saat ini Glaukoma sudut tertutup primer tidak didefinisikan adanya kerusakan saraf optik, hal ini yang membedakan dengan definisi glaukoma pada umumnya. Namun kecenderungan akhir-akhir ini perbedaan terminologi tergantung ada tidaknya neuropati optik. Kecenderungan ini khususnya pada sudut tertutup primer dimana beberapa penelitian mencoba membuat terminologi tersebut rmrrp dengan yang digunakan pada sudut terbuka primer. '·1·8·9

I~

______ .. ·- --IIU;i1lt:!; .. ,

• --.... _......,_ ,_.. •=+ fi!!EZ ~.·• ... ·•· ·-··~··

1 ·1

' ..

Sudut tertutup mernpunyai karakteristik adanya aposisi iris perifer ke trabekular meschwork sehingga mengakibatkan obstruksi aliran humor akuos. Menurut European Glaucoma Society (EGS), Sudut tertutup primer sebaga i aposisi a tau sinekia yang menutup bilik mata depan yang disebabkan oleh sejumlah mekanisme. Keadaan ini dapat menyebabkan peninql.atan TIO dan perubahan struktur pada mata. Pc,da sudut tertutup akut, bilik mata depan tertutup oleh aposisi iridokorneal yang reversibel. Simmons 2006 mendefinisikan sudut tertutup sebagai aposis iris perifer dengan trabekular meschwork dan menyebabkan penurunan aliran humor akuos ke bilik mata depan. Pada sudut tertutup primer tidak ada kelainan patologi yang mendasari, yang ada hanya predisposisi anatomi. Sudut Tertutup Primer· Akut terjadi bila ada peningkatan TIO yang cepat akibat blok mendadak dari trabekular meschwork oleh trts."

Terminologi qlaukorna sudut tertutup khususnya glaukoma sudut tertutup primer masih kurang ada keseragaman. Secara umum terminologi glaukoma merupakan penyakit yang mempunyai karakteristik neuropati optik dengan hilangnya defek lapang pandangan dimana peningkatan TIO merupakan

I

r

I

TERMINOLOGI TERMINOLOGI DAN 1:AKTOR RESIKO

Sudut Tertutup Primer Jl.kut yang disertai katarak dilakukan fakoemulsifikc.si didapatkan TIO yang rendah dan sudut lebih terbuka. Akan tetapi hal ini masih mengundang kc ntroversi. Trabekulektomi juga merupakan terapi pada sudut tertutup primer akut terutama pada serangan akut yang terbengkalai a tau epis ode akut yang refrakter terhadap medikamentosa dan disertai tertutupnya sudut lebih dari 75% .. l\khir-akhir ini parasintesa disertai obat anti glaukcma juga menjadi alternatif pilihan untuk menurunka 1 TIO inisial meskipun perlu penelitian lebih lanjut.1•2•3·'·5

Dalam praktek se-iari-narl tidak jarang kita menemukan pasien serangan akut sudut tertutup primer dan seharusnya ~ endekatan klinik emergensi kita terapkan untuk mencegah kerusakan saraf optik lebih lanjut yang pada akhirnya dapat mencegah kebutaan. Dengan alasan diatas maka penulis tertarik untuk menulis rnakalah ini.

I •

Sudut Tcrtutup Prirrier Akut · I Jurnal Oftalmologi lndone sla Vol. 5, No. 2, Agustus 2007

Gambar l. Mekonisme sudut tertutup: o. blok pupil relotif; b. iris bombe; c. kontok iridokorneol."

kontraksi muskulus dilator oupil akan meningkatkan aposisi iris dan anterior, lensa, mempertinggi tingkat blok pupil fisiologis yang s ecara simultan membuat iris perifer lebih flaccid sehinqqa mengakibatkan tekanan bilik mata belakanq meningkat dan iris perifer terdorong lebih ke anterior, akhirnya iris kontak dengan permukaan kornea posterior dan TIO meningkat (gambar 1 ). Sedangkan .eori muskulus sphincter mengatakan bahwa kekuai an blok pupil terbesar dari muskulus sphincter saat diameter pupil sekitar 4 mm."

Blok pupil merupakan penyebab tersering penutupan sudut dan ycing mendasari sebagian besar kasus sudut tertutup primer. Adanya blok pupil, aliran humor akuos dari bilik mata belakang ke bilik mata depan melalui pupil terganggu dan sumbatan tersebut menciptakan perbedaan tekanan pada bilik mata depan dan belakang dimana TIO bilik mata belakang lebih besar daripada bilik mata depan. Jika blok pupil ini meningkat, iris akan lebih terdorong kedepan atau sering disebut iris bombans (iris bombe). Hal ini diakibatkan iris perifer yang lebih ti pis dibanding central iris terd )rong ke depan menutup trabekular meshwork. Jika keadaan ini terjadi mendadak dan berat maka terjadi serangan akut yang disebut sudut tertutup akut, bila penutupan sudut partial dan agak ber.at maka akan timbul sudut tertutup intermitten atau subakut dan bila terjadi gradual serta peningkatar nya TIO meningkat pelan maka akan berkembang ;adi sudut tertutup kronis. Pada sudut tertutup akut bilik mata depan tertutup oleh aposisi iridokorneal dan dapat reversibel, sedangkan sudut tertutuo kronis penutupan bilik mata depan oleh sinekia anterior perifer sehingga irreversibel.1•5•5•9

OIC{t2J

PATOFISIOLOGI MEKANISME SUDUT TERTUTUP PRIMER

Pada sudut tertutup primer jaringan trabekular meshwork normal dan peningkatan TIO disebabkan oleh sumbatan mekanik pada sudut sempit yang menghambat aliran humor akuos ke trabekular meshwork. Situasi ini hanya berlaku pada sudut sempit (menurutArthur Lim, 2002 disebut dangerous angle). Dan penting untuk dimengerti bahwa bila sudut tidak sempit tetapi terbuka dan luas, iris perifer tidak akan kontak dengan perifer kornea, sudut tidak tertutup. Juga penting untuk diketahui bahwa tidak semua mata dengan sudut sempit akan berkembang menjadi SudutTertutup Primer Akut, h anya sebagian kecil saja.5

Patogenesa yang mendasari terjadinya sudut tertutup primer akut belum sepenuhnya dapat dijelaskan. Menurut Kanski (2003) terdapat dua teori yakni teori muskulus dilator yang mengatakan bahwa

bertambah usia kedalaman dan volume bilik mata depan berkurang, terjadi peningkatan ketebalan lensa yang dapat mendorong lensa ke depan sehingga mengakibatkan peningkatan kontak iridolentikular. '·9·'0

Gender Sudut tertutup primer dikatakan 2-4 kali lebih

sering terjadi pada wanita dibanding pria. Tetapi perbedaan ini tidak cukup besar dapat menjelaskan predileksi seksual .11·9·10

Riwayat keluarga lnsiden sudut tertutup primer meningkat pada

first degree relatives. Pada kulit putih prevalensi tersebut dilaporkan 1 %-12%, sedangkan di China survey menunjukkan resiko 6 kali lebih besar pada pasien dengan riwayat keluarga sudut tertutup primer 1. Refraksi

Sudut tertutup primer lebih sering terjadi pada pasien dengan hipermetropia terlepas dari golongan ras. Kedalaman dan volume bilik mata depan lebih kecil pada hipermetropia. 1 7·9·10

Kelainan Sistemik Satu studi menunjukkan ada korelasi diabetes

tipe 2 atau gangguan toleransi glukosa dengan kedalaman bilik mata depan. Akan tetapi belum sepenuhnya mekanisme tersebut dapat dijelaskan .9

Sudut Tertutup Primer Akut : ,

106 Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 2, Agustus 2007

If

.J • J

DIAGNOSA Gejala Klinik

Secara umum gejala klinik sudut tertutup primer terbagi atas akut, intermitten atau subakut serta kronis. Serangan akut sudut tertutup primer secara klinis oleh Salmon, 2004 disebut juga sudut tertutup akut kongestif. Sebagian besar serangan akut hanya tejadi pada satu mata, sedangkan kurang dari 10% dapat menyerang kedua mata. Serangan akut tersering pada usia 55-56 tahun dan dilaporkan tiga kali lebih sering terjadi pada wanita. 1•55

FAKTOR PENCETUS SUDUT TERTUTUP PRIMER AKUT

Pada mata yang secara anatomi dapat berkembang menjadi sudut tertutup primer menurut Allingham (2005) mempunyai faktor-faktor pencetus untuk terjadinya serangan akut yaitu : Faktor penyebab midriasis Dim Illumination

Umumnya serangan blok pupil terjadi pada keadaan pasien didalam ruang gelap seperti di teater, restoran, dll. Stres emosional

Biasanya serangan akut terjadi pada keadaan stres emosional yang berat. Hal ini dapat dikaitkan midriasis terjadi akibat rangsangan saraf simpatik meskipun mekanisme yang sebenarnya belum dapat dijelaskan. Obat-obatan

Midriatikum dapat mencetuskan serangan akut glaukoma sudut tetutup yang secara anatomi mempunyai resiko. Obat-obat antikolinergik dan adrenergik mempunyai resiko untuk dapat menimbulkan serangan akut.

Faktor penyebab miosis Miotik terapi dapat juga mencetuskan serangan

akut dimana bila miosis terangsang dengan membaca atau cahaya terang. Mekanisme ini memungkinkan terjadinya blok pupil relatif.

dapat terdorong ke depan yang mengakibatkan terjadinya kontak dengan trabekular meschwork. Pada posisi ini aposisi lensa dan iris maksimal sehingga terjadilah blok pupil dan penutupan sudut. 1·5

__ .,.,._ ... _,......_ __ _,,. . a.clt4s,r!.Ge;; ,;»,-~-....,-. ·-··' ·• .• ..,..,....~.,~.,.

Faktor predisposisi in, akan meningkatkan blok pupil relatif. Peningkatan usia merupakan resiko tinggi untuk terjadinya blok pupil relatif seperti pertumbuhan lensa dan peningkatan kontak iridolentikular. Serangan sudut tertutup sering dipresipitasi oleh keadaan-keadaan minor antara lain dilatasi pupil. Perlu dicurigai bila mata middilatasi 3.0-4.5 mm akan terjadi kecenderungan blok pupil. Dilatasi tersebut merelaksasi iris perifer sehingga

Gambar4. a. pada sudut terbuka, aliran humor akuos ke trabe kular meschwork bebas, b. mekanisme blok pupil pada sudut sempit akan mengakibatkan suduttertutup.11

Menurut Lim (2002) pasien dengan Sudut Tertutup Primer Akut rnempunyai beberapa karakteristik struktur antara lain diameter kornea yang kecil, radius kurvatura anterior dan posterior kornea kecil, bilik mata depan dangkal, axial length lebih pendek, lensa yang lebih tebal, radius kurvatura anterior lensa kecil ser1a situasi relatif lensa terdorong ke depan.5

Gambar 3. UBM dengon £1ambaran iris bornbons."

Gambar 2. Gambaran iris bombons."

01~ I Sudut Tertutup PrimerAkut .

107 Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 2, Agustus 2007

-----------1-lr&l:J,...,.,

Dengan pemeriksaan lampu celah biomikroskop kedalaman bilik mata depan perifer bisa ditentukan dengan teknik Van Herick yakni membandingkan kedalaman bilik mata depan perifer dengan ketebalan kornea terdekat. Bila kedalaman bilik mata depan perifer l<urang dari seperempat ketebalan kornea maka sudut bilik mata depan kemungkinan potensial untuk tertutup. Pemeriksaan ini menjadi parameter diagnostik penting untuk sudut tertutup dengan sensltifttas 61.9% dan spesifisitas 89.3%.9,12

Gambar 6. Gamba ran kli 1ik Sudut Tertutup Primer Akut.12

Lampu Celah Biomikroskop: 1•5

Kongesti pembuluh doroh episklero don konjungtivo Edema epitel korneo Bilik mato depon dangkal, Her» don cells Pupil iregulor, middilotosi Lenso membesor don lebih terdorong kedepon

Gambar 5. Pemeriksoon ilu ninosi penlight.12

Pemeriksaan dengan penlight Bila lampu celah biomikroskop dan goniolens

tidak tersedia, kedalaman bilik mata depan dapat dinilai dengan iluminasi penlight pada permukaan iris melalui sinar dari sisi temporal mata. Bila iris datar akan diiluminasikan pada sisi temporal dan nasal pupil sedangkan bila iris lebih terdorong kedepan maka akan tampak bayangan pada sisi nasal atau disebut Eclipse Sign. Pemeriksaan ini mempunyai sensitifitas 80-86% dan spesifisitas 69- 70%.1•9·12

Tanda Klin ik Sudut Tertutup Primer Akut Tekanan Intra Okuler

Pada serangan akut sudut tertutup primer TIO meningkat cepat. Peningkatan TIO relatif tinggi sehingga mampu menyebabkan edema epitel kornea yang sangat sesuai dengan keluhan klinik. Hoskins (1989) mengatakan TIO biasanya sekitar 45-75 mmHg. Sedangkan metode pengukuran sebagian besar menggunakan Tonometer Aplanasi. '·26

Serangan tersebut mendadak ketika tekanan intraokuler meningkat cepat, karena terjadi blok relatif trabekular meshwork oleh iris. 1•1'1 dengan manifestasi klinik berupa: nyeri mata mendadak, sakit kepala, kabur, melihat cahaya pelangi, mual, muntah.

Gejala yang berat sering ditunjukkan dengan nyeri mata mendadak dan sakit kepala. Nyeri tersebut dapat radier sepanjang distribusi cabang oftalmik saraf trigeminal yang ditandai nyeri di sinus, telinga, kepala dan gigi. Nyeri yang hebat karena tingginya TIO dapat menimbulkan gejala mual dan muntah. Kadang nyeri dada dan abdomen serta berkeringat dapat terjadi. Hal ini sering menimbulkan misdiagnosa.5

Kabur dan melihat seperti pelangi disebabkan edema epitel kornea karena tingginya TIO. Edema kornea dapat memisahkan cahaya putih menyebabkan cincin berwarna mengelilingi cahaya lampu pijar dengan warna merah kuning di tengah dan biru hijau di perifer. Gejala ini merupakan gejala awal serangan akut.'

Sudut Tertutup Primer Akut . •,,,

108 Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 2, Agustus 2007

-·--· --·-- -··------·-----------· ........ ic:m ..... 11111:!lt'..~~-~------------------ ..... --~~

Gorn bar 9. UBM podo moto norrncl."

Ultrasound Biomicroscope Ultrasound Biomicroscope (UBM) merupakan

teknik diagnosis non invasif dengan menggunakan transducers berfrekuensi tinggi untuk memberikan resolusi tinggi sehingga dapat menggambarkan segmen anterior dan struktur sekeliling bilik mata belakang termasuk badan siliar, hubungan iridolentikuler, dan apparatus zonula zinnii serta hubungan anatominya. Dengan UBM kelainan patologi arsitektur segmen anterior dapat dievaluasi secara kualitatif dan kuantitatif.Y'"

Pada mata normal hubungan iris pada margin pupil tampak ada celah dengan lensa dan area tersebut dapat diukur. Pada keadaan terjadi blok pupil UBM menunjukkan celah iris-lensa kecil, sudut terbuka sempit, sulkus siliaris terbuka dan peningkatan kedalaman bilik mata belakang antara iris dan zonulla atau lensa perifer, bilik mata depan dangkal dengan permukaan lensa lebih anterior kearah akar iris.10·116

Gombor 8. Gonioskopi menunjukkon sudut terlutup totol."

sudut tertutup akutnya. Gonioskopi mata jiran pada pasien dengan sudut tertutup primer biasanya menunjukkan sudut sempit dan mata yang terkena menunjukkan kontak iridokorneal perifer komplet (Shaffer grade 0-gambar 4 ).1

Gonioskopi Diagnosa definitif tergantung pada pembuktian

sudut tertutup pada !JOnioskopi. Oleh karena itu pemeriksaan sebaikrya harus dilakukan pada serangan akut meskipun obat-obat untuk menurunkan dan mengurangi edema kornea diperlukan untuk dapat mengevaluasi sudut bilik mata depan. Goniosl<opi Dinamik (compression! indentation) dapat rnernbantu untuk menentukan blok iris dan trabekular meschwork reversibel atau irreversibel dan dapat sebagai terapi untuk merusak

Pemerilcsaan Saraf Optik dan Lapang Pandangan

Pad a Sudut Tertutup Primer Akut biasanya tidak terjadi perubahan atau perubahan relatif dari saraf optik dan lapang pan:langan. Papil saraf optik hiperemi sampai perdarahan dan lapang pandangan normal atau sedikit konstriksi. Permasalahannya pada serangan akut edema kornea dapat mempersulit visualisasi :lari papil dan pada keadaan akut penurunan TIO lebih emergensi untuk menghindari kerusakan saraf optik lebih lanjut daripada kehilangan waktu untuk evaluasi papil dan lapang pandangan.5·9•13

Selama serangan akut, TIO yang cukup tinggi bisa menyebabkan ylaucomatous optic nerve damage, kerusakan saraf akibat iskemia, tetapi bila ratio cup disc besar ju stru mengindikasikan bahwa serangan akut tersebut berkembang dari creeping closed angle glauconia. Hal ini penting karena penatalaksanaannya berbeda. '·5

Gambar 7. Teknik Von -ierick."

, I Sudut Tertutup Primer Akut .

109 Jurnal Oftalmologi lndone sia Vol. 5, No. 2, Agustus 2007

Gambar 13. Skemo Terop pada Sudut Tertutup Primer Akut.18

Addltional treatment to lower IOP (medica' treatment and/or surgery)

( Follow-Up )

<=-~~~-IO_P_c_o_nt_ro_l ~~~-:) / "~ Favorable Unfavorable

l l

( =>eripheral iridectomy

i

( Laser iridotomy) /~ Succ sful Unsuccesful

or not possible

i

Lowering IOP Me.dical Treatment Reducing Inflammation Opening chamber angle

PENATALAKSANAAN Sudut Tertutup Prime, Akut merupakan satu

yang terpenting pada kedaruratan mata. Serangan akut dapat sembuh spontan atau berulang dan bila tidak diterapi dapat mengakibatkan hilangnya penglihatan permanen atau kebutaan. Terapi definitif pada Sudut Tertutup Primer Akut adalah iridektomi baik secara laser atau pernbedahan.':"

Berdasarkan Japan Glaucoma Society Guideline of Glaucoma (2 )04) terapi pada Sudut Tertutup Primer Akut dapa1 dijelaskan pada skema dibawah ini.

pada afakia atau pseudofakia, Tumor atau cysta iris dan badan siliar, G/aucomatocyclitis crises (Posner­ Sch/ossman syndrome). '

OIC{il]

DIAGNOSIS BANDING1•9•15'16

Glaukoma Neovaskuler, Glaukoma Fakomorfik, Iris Plateau, Ectopia Lentis, Glaukoma sudut tertutup

Gambar 12. AS OCT podo wonito usio 40 tahun dengon sudut sempil don bilik moto depan dongkal. 16

Gambar 11. AS OCT podo molo normal. 17

I

Anterior Segment Optical Coherence Tomography

Anterior Segment Optical Coherence Tomography (AS OCT) merupakan suatu alat alternatif yang dapat untuk mengevaluasi kondisi segmen anterior dengan cepat dan tan pa kontak. AS OCT dapat mengukur struktur segmen anterior mata, termasuk kedalaman bilik mata depan (Anterior Chamber Depth), sudut bilik mata depan, dan diameter bilik mata depan (jarak dari sudut ke sudut). Dengan mengukur sudut bilik mata depan diperoleh data untuk dapat mengevaluasi keadaan sudut yang sempit."

Gambar l 0. UBM poda sudut sempit dengon blok pupil."

Sudut Tertutup Primer Akut .

110

~~w-...... --,-,.---~• --.--, .. ,-• T ~ .. ' --....---

Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 2, Agustus 2007

.. --·------ ... ·- ------

Dari skema-skema diatas maka penatalaksanaan Sudut Tertutup Primer Akut secara umum terbagi menjadi: Terapi medikamentosa, Terapi Laser, Bedah inslsi, Penatalaksanaan pada Mata Jiran.

Terapi Medikamentosa Pada serangan akut diperlukan sekali penanganan pertama dengan medikamentosa yang bertujuan mempersiapkan penderita untuk tindakan definitif. Akhir-akhir ini terapi medikamentosa sistemik menjadi prioritas utama sedangkan topikal merupakan prioritas sekunder. '·5·9

Terapi sistemik Prosedur terpenting menurunkan TIO

secepatnya dengan asetasolamid 500 mg dapat diberikan intravena. Biasanya dikombinasi dengan 500 mg oral. Bila injeksi intravena tidak memungkinkan 1000 mg asetasolamid oral dapat diberikan. Bila TIO lebih dari 60 mmhg sebaiknya dipertimbangkan pemberian hyperosmotic agent. Yakni Glicerin oral dosis 1.0-1.5 g/kgBB, kadang mannitol 20% dengan dosis 1.0-1.5 g/kgBB intravena.5·5·9

Topikal Pada serangan akut ringan, obat kolinergik (pilocarpin 1 %-2%) 2-3 kali perjam menyebabkan miosis yang dapat mendorong iris perifer menjauh dari trabekular meschwork. Tetapi pada TIO yang cukup tinggi, miotik sering tidak efektif karena tingginya TIO menyebabkan iskemia pada iris yang mengakibatkan paralisa dari muskulus sphincter pupil dan diperburuk oleh mekanisme lain dari pilocarpin yakni kontraksi muskulus siliaris yang menurunkan jalur uveosklera. Obat topikal lain yang umum digunakan adalah 13 adrenergik antagonis (Timolol), a 2 adrenergik agonis.1•55·9

Tera pi suportif Pada serangan yang berat terapi suportif

penting untuk mengurangi stress pasien misalnya analgetik, antiemetik. Bila inflamasi iris cukup berat diberikan steroid topikal.'

Pendekatan terapi serangan akut sudut tertutup primer menurut Salmon, 2004 sesegera mungkin diberikan Asetasolamid 500 mg i.v dan dilanjutkan 500 mg oral, Pilocarpin 2% dua tetes pada kedua mata dan 13 bloker serta dexametason topikal. Analgetik dan anti emetik bila diperlukan serta pasien

Gambar 15. Algoritma penatolaksanaan sudut tertutup primerakutdengan blok pupil."

Rernember. lrtdotomy for fellow oye

IRIOOTOMY (or lrtdoctomy)

CLEAR CORNEA

-1.v./oral Acotazola~t.E~l~hral osmou ~ • topical • Pilocarplne 2%

• B·blockera ··--· • a, egonlst (Apraclonidlne/Brimon dlno) • steroids

• oomoel lndontatlon using 4 rnrror lens

1·2HOI~ .--_c==::::;---====-~-;::===-~~ ATTACK BROKEN

OPTIONAi. • keep pallenl supine • analgesia • anu-emeuce

Berdasar algoritma EGS (2004) bahwa penatalaksanaan Sudu: Tertutup Primer Akut dengan mekanisme blok pupil adalah sebagai berikut:

Gambar 14. Algoritma penatalaksaan Sudut Tertutup Primer Aht.13

Fotlow as in POAG

Asc~':t'~~:~~ued ... patency of iridotomy

Gonioscopy as indicated

Follow as in POAG PPP Ascertain continued patency of iridotomy

Gonioscopy as indicated

Ye, ~enceof glaucon iatous optic

neur iphaty ?

Medical treatment lo lower IOP Gonioscopy lo assess other angle closure mechanism

Ascertain conltnued patency of iridolomy Gonioscopy as indicated

Persitent, Progressive lntraocular pressure

elevation ? 'fo/

Svccesful

I . . I u ' fl E luccesful lridotomy in follow eye ncisiona ~" Laser ridotomy 1-----•1 if chamber angle is I ridectomy No, ''"b" at risk for closure

Medical therat y to break attack and prepare iatient for laser

iridotorny

Pafriont with Acute Primary Angle Closure

Sedangkan rnenurut Preferred Practice Pattern AAO (2005) algoritma untuk penatalaksaan pasien dengan Sudut Tertutup Primer Akut sebagai berikut:

Sudut Tertutup Primer Akut ,,

111 Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 2, Agustus 2007

-- .. --~ ·"'·!l!!®mamw••• f.ii!illi:5ElilEBll'iill181•111ill!III

Bedah lnsisi Pembedahan sebaiknya dipertimbangkan bila lridotomi Laser dan lridoplasti Laser tidak tepat dan tidak berhasil. Pembedahan dapat berupa iridektomi perifer, ekstraksi lens a, parasintesa dan trabekulektomi meskipun jarang. Bila mata masih inflamasi tetapi TIO sudah menurun sebaiknya ditunggu sampai mata \ebih tenang.' lridektomi perifer Pembedahan iridektomi dilakukan hanya bila lridotomi Laser paten tidal. tercapai. Situasi-situasi tertentu juga menqindikaslkan untuk dilakukan iridektomi secara bedah yaitu kornea yang keruh, bilik mata depan datar dan penderita kurang kooperatif. '·5

Ekstraksi lensa Ekstraksi lensa saja dapat memperdalam bilik

mata depan, rnemperluas sudut filtrasi serta rnenurunkan TIO. Ekst·aksi lensa sebaiknya dilakukan tiga bulan setelah lridotomi Laser karena mata sudah tenang, adesi iridokorneal tidak tetap dan lebih aman. Pendapat lain, lridotomi Laser perifer merupakan prosedur yang cepat, mudah dan efektif untuk terminasi sebaqlan besar serangan

Gombor 18. lridoplosti l.ose r.20

tidak dapat dilakukan atau secara fisik tidak mampu mengeliminasi aposisi • sudut tertutup karena mekanisme lain selain blok pupil serta diperlukan pada kegagalan terapi medikamentosa maka laser argon iridoplasti perifer (AL Pl) merupakan pilihan yang simple dan efektif untuk membuka aposisi tertutupnya sudut. ALPI merupakan tindakan laser untuk mengkontraksi stroma iris perifer sehingga mampu melepaskan kontak dengan trabekular meschwork.Tujuan iridoplasti adalah mendorong iris menjauh dari sudut denqan contracting burn. lridoplasti dapat d i k o rn b i n a s i dengan pupiloplasty.':":" ·

Tindakan lridotomi Laser tidak lepas dari komplikasi-komplikasi yang ditimbulkan, adapun komplikasi-komplikasi tersebut adalah:9·'° Kabur, Abnormalitas pupil, Diplopia dan glare, Kerusakan kornea, Uveitis anterior, Sinekia posterior, Perdarahan, Peningkatan TIO, Opasitas lensa.

Pada situasi tertentu dimana lridotomi Laser

(A) (B) Gamborl 7. A. UBM blok pupil, B. UBM po ska

lridotomi l.oser.'

Gomborl 6. lridotomi Loser kombinosi argon dilonjutkon Nd:YAG.12

Terapi Laser lridotomi merupakan tindakan laser untuk

membuat hole fullthickness pada iris untuk melepaskan blok pupil. Ideal dilakukan pada iris perifer antara jam 11-1, tertutup oleh palpebra superior sehingga dapat meminimalisasi efek diplopia dan glare serta dilakukan tepat pada dasar crypta iris dimana stroma area tersebut lebih tipis sehingga penetrasi laser lebih mudah.8 '0

19

Adapun teknik iridotomi dapat berupa: lridotomi Laser Argon, lridotomi Laser Neodynium (YAG), lridotomi kombinasi.

dalam posisi supinasi se\ama satu jam. Setelah itu Pilocarpin sebaiknya diulang setengah sampai satu jam. Setelah 30 men it bila TIO masih diatas 35 mmhg diberikan oral gliserol 50% 1 g/KgBB atau mannitol 20% 1-2 g/KgBB intravena.1810

01m Sudut Tertutup Primer Akut ·

112 Jurnal Oftalmo\ogi Indonesia Vol. 5, No. 2, Agustus 2007

--···--·------- ----- .......... .,..._~~,.~weMOo ... ..., ........ ~--~~

RINGKASAN Sudut tertutup primer merupakan keadaan

komplek yang dapat memicu untuk terjadinya

Parasintesa bilik mata depan Parasintesa bilik mata depan merupakan

modalitas lain dalam rangka menurunkan TIO inisial. Parasintesa dapat dilakukan dengan menggunakan surgical blade steril 0.75 mm pada temporal limbus dengan sebelumnya diberikan anestesi topikal dan antibiotika topikal sebelum dan setelah parasintesa. Parasintesa bilik mata depan dapat pula menggunakan jarum 30 G atau spuit tuberkulin jarum 30 G dengan terlebih dahulu melakukan clear corneal incision dengan wheeler knife .2•

Mata jiran Pada mata jiran mempunyai predisposisi

anatorn' untuk terjadi blok pupil dan beresiko untuk berkembang menjadi sudut tertutup akut. Serangan akut pada mata yang terkena dapat meningkatkan efek simpatik pada mata jiran untuk terjadi dilatasi pupil. Untuk itu maka lridotomi Laser pada mata jiran penting dilakukan setelah serangan akut. lridektomi perifer diindikasikan bila lridotomi Laser tidak dapat dilakukan. '·5

Mata jiran yang tidak diterapi 40%-80% akan berkembang menjadi serangan akut 5-10 tahun kemudian. Bahkan penelitian di Singapore Hospital menunjukkan bahwa dua minggu setelah serangan akut sudut tertutup primer, sekitar 27.3% mata jirannya terdapat neuropati optik dan gangguan lapang pandangan. Dan pemberian pilocarpin jangka panjang tidak efektif untuk mencegah kemungkinan serangan akut pad a mata jiran. '·25

Garn bar 20. Trabekulektomi A ornix based flap, B. limbus based flap.23

trabekulektomi. Di China bila serangan akut sudah terbengkalai trabekulektomi bisa dilakukan.5·22

W >«.t!IOO-JW~~ ~""'"'" .. t' ,.,m.,..~ ... -."l". •1•

Trabekulektomi Karena komplik.asl durante dan paska

trabekulektomi maka biasanya tidak dilakukan pada keadaan akut, akan tetapi trabekulektomi dapat disarankan bila serangan terjadi lebih dari 36 atau 72 jam. Pada paska ser anqan akut sudut tertutup primer, trabekulektomi diindikasikan bila sudah terdapat PAS lebih dari 70 %, sedangkan apabila PAS yang terjadi masih sekttar 50 % iridektomi masih mungkin untuk dilakukan dan bila paska episode akut dengan medikamentosa maksimal sudut masih tetap tertutup lebih dari 75% meskipun dengan gonioskopi indentasi dan atau TIO masih lebih 45 mmhg. Pada keadaar in'i keberhasilan iridektomi perifer hanya 43% _3·5·'6·21

Pada mata Asian serangan akut kadang refrakter terhadap terapi standar. Trabekulektomi biasanya dilakukan pada mata yang tidak respon terhadap terapi rnedlkarnentosa atau mata yang berespon terhadap terapi medikamentosa tetapi diperkirakan mempunyai dasar untuk berkembang menjadi kronis. Pada kasus yang seperti ini iridotomi perifer tidak dilakukan sebelum dilakukan

. ' i .,,, - I ' i I , \ I /~\ after cataract \ 1,( •uro ,ry .. l•n• Implant I In p< ,tllon !

I , aque, •u• flow i

i Gambar 19. Skematis oliron humor okuos setelah

ekstraksi kotorok."

sudut tertutup primer akut. Fakoemulsifikasi bukan prosedur yang mudah. Oleh karena itu pertama sebaiknya dilakukan laser perifer iridotomi dan atau plasty. Dievaluasi kemudian dan bila diperlukan dapat dilakukan ekstraks i katarak pad a mata yang lebih tenang dan TIO sudah menurun.1·5•9

Namun akhir-akr ir ini ekstraksi lensa (Fakoemulsifikasi) dan penanaman lensa intraokuli posterior chamber dilak .ikan pada keadaan akut, beberapa penelitian menunjukkan hasil yang efektif, meskipun masih kontroversi karena pada keadaan akut kemungkinan adesi iridokorneal permanen sehingga ekstraksi lensa menjadi kurang efektif.1·2·5·9

f . Sudut Tertutup Primer Akut .. I

113 Jurnal Oftalmologi lndonesta Vol. 5, No. 2, Agustus 2007

DAFTAR PUSTAKA 1. Simmons ST, Cioffi GA, Gross RL et al, 2006,

Basic and Clinical Science Course, Glaucoma, section 10, American Academy of Ophthalmology, pp 11-15 and 119-146

2. Zhi ZM, Um A, Wong TY, 2003, Brief Report, A Pilot Study of Lens Extraction in the Management of Acute Primary Angle Closure Glaucoma, available from: Elsevier Science Inc, American Journal of Ophthalmology, Vol 135 no.4, download date: 16 Sept 2006.

3. Boyd Bf, Luntz M, 2(102, Innovation in The Glaucomas Etiology, Diagnosis and Management, English Edition, Highlights of Ophthalmology lntemational. Colombia, pp 269- 278.

Optik dan La pang Pandangc n Sudut Tertutup Primer Akut biasanya tidak ·terjadi perubahan atau perubahan relatif dari saraf optik dan lapang pandangan. Papi! saraf optik hiperemi sampai perdarahan dan lapang pandanqan normal atau sedikit konstriksi. Diagnosa ·:lefinitif tergantung pada pembuktian sudut tertutup pada gonioskopi.

Sudut Tertutup Primer Akut merupakan satu yang terpenting pada kedaruratan mata karena bila tidak diterapi dapat mengakibatkan hilangnya penglihatan permanen atau xebutaan, Terapi definitif pada Sudut Tertutup Prime· Akut adalah iridektomi baik secara laser atai, pembedahan. Terapi medikamentosa intensif u 1tuk menurunkan TIO, sebaiknya dimulai seseuera mungkin karena tingginya TIO akan merusak saraf optik lebih lanjut.

Pembedahan dipertimbangkan bila lridotomi Laser dan lridoplasti Laser tidak tepat dan tidak berhasil. Pembedahan dapat berupa iridektomi perifer, ekstraksi lensa, trabekulektomi dan parasintesa bilik mata depan meskipun masih perlu penelitian lebih lanjut. Bila mata masih inflamasi tetapi TIO sudah menunrn sebaiknya ditunggu sampai mata lebih tenang. Penting untuk diperhatikan mengobati rr ata jiran, baik dengan iridotomi laser atau iridektorni perifer dan perawatan paska tindakan pernbedah.an merupakan hal yang esensial.

glaukoma. Blok pupil relatif menjadi penyebab tersering dan yang mendasari lebih dari 90 % kasus terjadinya sudut tertutup primer.

Simmons (2006) mendefinisikan sudut tertutup sebagai aposisi iris perifer dengan trabekular meschwork dan menyebabkan penurunan aliran humor akuos ke bilik mata depan. Pada sudut tertutup primer tidak ada kelainan patologi yang mendasari, yang ada hanya predisposisi anatomi. Sudut Tertutup Primer Akut terjadi bila ada peningkatan TIO yang cepat akibat blok mendadak dari trabekular meschwork oleh iris.

Namun kecenderungan akhir-akhir ini terminologi khususnya sudut tertutup primer mencoba dibuat mirip yang digunakan pada sudut terbuka primer.

Ada beberapa faktor resiko, berpengaruh pada konfigurasi bilik mata depan yang dapat berkembang menjadi sudut tertutup primer yakni ras, gender, refraksi, biometri, usia, riwayat keluarga serta kelainan sistemik.

Patofisiologi pada sudut tertutup primer, jaringan trabekular meschwork normal dan peningkatan TIO disebabkan oleh sumbatan mekanik pada sudut sempit yang menghambat aliran humor akuos ke trabekular meschwork. Pada mata yang secara anatomi dapat berkembang menjadi sudut tertutup primer menurut Allingham, 2005 mempunyai faktor-faktor pencetus untuk terjadinya serangan akut yakni faktor penyebab midriasis ataupun miosis. Sedangkan patogenesa sudut tertutup primer akut belum sepenuhnya dapat dijelaskan tetapi terdapat dua teori menurut Salmon (2004) yakni teori muskulus dilator dan teori muskulus sphincter.

Serangan akut sudut tertutup primer biasanya mendadak ketika tekanan intraokuli meningkat cepat karena terjadi blok relatif trabekular meshwork oleh iris, berupa nyeri mata mendadak, sakit kepala, kabur, melihatcahaya pelangi, mual, muntah.

Adapun tanda klinik Sudut Tertutup Primer Akut didapatkan TIO yang tinggi (biasanya 45-75 mmhg) dan pada pemeriksaan Lampu Celah Biomikroskop didapatkan kongesti pembuluh darah epiklera dan konjungtiva, edema epitel kornea, bilik mata depan dangkal, pupil iregular, middilatasi, lensa membesar dan lebih terdorong kedepan.Pemeriksaan Saraf

Sudut Tertutup Primer Akut .. · "'

114 Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 2, Agustus 2007

.. ··------- --- ___::J

15. Duane TD, Jaeger EA, 1988, Primary Angle Closure Glaucoma, Clinical ophthalmology, Lippincott Company, Philadelphia, chapter 53, pp.1-31.

16. Grehn F, Stamper, 2004, Glaucoma, Springer, New York, pp 93- 103 and 193-207.

17. Visante OCT,2006, Anterior Segment OCT Color, available from http/www.meditec.zeiss.com, download date 23 Septembe 2006.

18. Abe H, Kitazawa Y, Kuwayama et al, Japan Glaucoma Society, 2004,Guidelines for Glaucoma, Gaitama Japan, pp 13-18 and 41-47.

19. Krupin K, 1988, Manual of Glaucoma Diagnosis and Management, Churchill Livingstone Inc, pp. 167-230.

20. Ritch . 2006, Angle Closure Glaucoma Concepts and Treatment, PIT Perdami,Medan.

21. Jackson, Leland, Barry et al, 2001, Optometric Clinical Practice Guideline, Care of The Patient Primary Angle Closure Glaucoma, American OptometricAssociation, pp 15-23.

22. Garg Ashok, Melamed S, Mortensen et al, 2006, Mastring The Techniques of Glaucoma Diagnosis and Management, section 28, Trabeculectomy en Evidence Base Up Date, first edition, Jaypee Brother Med. Publish.

23. Podos S, Yanoff M, 1988, Filtration Surgery, Glaucoma, Textbook of Ophthalmology, section V, Mosby, Europ, p9.46

24. Hersh PS, 1988, Ophthalmic Surgical Procedures, first edition, Little Brown, USA, pp. 45-47; 139-160.

25. Hooi L, Husain et al, 2006, Glaucoma Status of Fellow Eyes of Acute Primary Angle Closure, The 21 •• Cong res of The Asia-Pacific Academy of Ophthalmology 2006, p 319.

26. Hoskins HD, Kass M, 1989, Becker-Shaffer's Diagnosis and Therapy of the Glaucomas, sixth edition, pp 209-276.

14. Goldberg I, Abe H,Agulto M et al, 2004, Asia Pasific Glaucoma Guidelines, South East Asia Glaucoma Interest Group- SEAGIG, pp 67-83.

ICD2]

4. Congdon Nathan, 2005, Angle Closure Glaucoma: How to Approach the World's Leading Cause of Irreversible Blindness, Glaucoma Service Foundation to Prevent Blindness, availe ble from Ophthalmic Hyperguide. Down load date: 23 September 2006.

5. Arthur Lim, 2002, Acute Glaucoma, Acute Primary Closed Anqle Glaucoma, Singapore Univercity Press, pp. :~-65.

6. Hitchings R, Miqdal C, Bechetoille et al, European Glaucoma Society, Terminology and Guidelines for Glaucoma,11 edition, ch1. 9-14 and ch.2-13-20.

7. Kanski JJ, 2003, Glaucoma, Clinical Ophthalmology A Systemic Approach, fifth edition, Butterworth-Heinemann, pp. 223-234.

8. Salmon JF, Kanski JJ, 2004, Glaucoma A Colour Manual of [)iagnosis and Treatment, third edition, Butterworth-Heinemann, pp., 13-20, 69-

9. Allingham RR, Damji K, Freedman S, et al, 2005, Pupilary Block Claucoma and Surgical Approaches for Coexisting Glaucoma and Cataract, Shields' Textbook of Glaucoma, Lippincott Williams and Wilkins, pp 217-234 and pp 662-671.

10. Rieth R, Shields MB, Krupin T, 1996, Ultrasound Biomicroscopy in Glaucoma, The Glaucomas Basic Science, second edition, Mosby, pp 471- 490.

11. Kinshuck D, 2006, Angle Closure Glaucoma and Prevention of Acute Glaucoma, Eye Department, available from http/www.goodhope com, download date 1 Juli 2006.

12. Atlas of Ophthalmology, 2006, Primary Angle Closure available from nttp.www.atlasopht'ialrnoloqy.corn, download date 1 Juli 2006.

13. Gaasterland DE, Allingham RR, Gross RL et al, 2005, Preferred Practice Pattern, Primary Angle Closure, American Academy of Ophthalmology, pp2-16.

115 Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 2, Agustus 2007

•••••••••••••••m11~~;11;; ::