7
Jurnal Peternakan Indonesia, I l(3): l8l-187, 2006 iSSN: 19CI7-t760 l8l Fotensi Sapi Lokal Sls[am] Upaya M$*waljudkan Kecukupan Daging Dan Pengenmbangam Kewftsan Fetermakan .&. Agustxr dan Jnswamdi Jurusan Froduksi Tennak Fakuitas Petemalcan l.lniversitas Andalas Kampus Lirnau irilanis Padang Ahstrac$ The present pnpey discussed tlre confrittuti*n *f *rcim"al pr*daction an protein consumption af the people af trnt{*nesin The quite {*w protein ifitak"€ is mrsinly csused the limited sources af food proteirc, wkic|t we.ss indir:at*d hy re{atively higk price of animal praduct for foad. In the c*nty$ry, Indonesis itsv* rn*ny &rn#s #"r#eginetxtzts {ivestock animals, which kave bec*me e part aj's*rio-ecarnie live aX tlre pwple, tike Beli and Pesisir cattle. Key words: Bali and Pesisir eauie, Fendahuluas! Pentingnya peranan ternak dalam mencapai tujuan pembangunan sudah banyak dibahas dan tidak diragukan lagi diberbagai negara. Sebagai kornoditi penghasil protein hewani, ternak memiliki andil penting dalam perbaikan gizi, yang menjadi salah satu faktor mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia pada suatu bangsa. Berbagai bukti empiris menunjukkan bahwa tingkat konsunnsi protein hewani suatu bangsa mern- punyai korelasi yang positif dengan kualitas sumberdaya manusia bangsa tersebut. Berbagai publikasi memper- lihatkan bahwa tingkat konsumsi protein hewani penduduk trndonesia masih sangat rendah, hanya sekitar 6 gram/kapita/tahun. Sementara rata - rata konsumsi penduduk dunia men- capai 26 gram/kapitaltahun (Han, 1999). Diantarb negara - negara di Asia Tenggarapun, Indonesia masih tergolong memiliki penduduk dengan konsumsi protein hewani yang rendah. Apalagi dibandingkan dengan negara- negara maju seperti AS, Ferancis, Inggris dan Jepang yang penduduknya mengkonsurnsi protein hewani yang berkisar antara 50 - 80 gramlkapita /tahun. Bil* ditinjau lebih jauh" rendahnya konsumsi protein hewani terlihat dari rendahnya kansurnsi daging, telur dan susu penduduk Indonesia. Konsumsi daging ayam rnisalnya pada tahun 2005 hanya 4,44 kg/kapitaitahun, sedangkan Philipina 8,02 kg/kapitaltahun; Thailand 15,28 kglkapita/tahun; Singapura 28,0 kg /kapita/tahun; dan Malaysia 36,74 kglkapitartahun (FAO, 2006). Konsumsi telur unggas penduduk Indonesia juga masih rendah, dimana hanya 2,7 kg/kapita /tahun, sedangkan Malaysia sudah mencapai angka 14,4 kg&apita/tahun, Thailand (9,9 kg), dan Filipina (6,2 kg). Bila setiap kg telur setara dengan 17 butir, maka penduduk Indonesia baru memakan 45,9 butir telur setiap orangnya setiap tahun. Penduduk Malaysia telal:r mengkonsumsi sebanyak 245 butir telur setiap orangnya setiap tahun. Ini berarti Agltst ar : P otens i SapiLokal dalaw Upoy o Meningkatkan Keeukupan Daging

*f - Unand

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: *f - Unand

Jurnal Peternakan Indonesia, I l(3): l8l-187, 2006 iSSN: 19CI7-t760 l8l

Fotensi Sapi Lokal Sls[am] Upaya M$*waljudkan KecukupanDaging Dan Pengenmbangam Kewftsan Fetermakan

.&. Agustxr dan Jnswamdi

Jurusan Froduksi Tennak Fakuitas Petemalcan l.lniversitas AndalasKampus Lirnau irilanis Padang

Ahstrac$

The present pnpey discussed tlre confrittuti*n *f *rcim"al pr*daction an proteinconsumption af the people af trnt{*nesin The quite {*w protein ifitak"€ is mrsinly csused thelimited sources af food proteirc, wkic|t we.ss indir:at*d hy re{atively higk price of animalpraduct for foad. In the c*nty$ry, Indonesis itsv* rn*ny &rn#s #"r#eginetxtzts {ivestockanimals, which kave bec*me e part aj's*rio-ecarnie live aX tlre pwple, tike Beli andPesisir cattle.

Key words: Bali and Pesisir eauie,

Fendahuluas!

Pentingnya peranan ternakdalam mencapai tujuan pembangunansudah banyak dibahas dan tidakdiragukan lagi diberbagai negara.Sebagai kornoditi penghasil proteinhewani, ternak memiliki andil pentingdalam perbaikan gizi, yang menjadisalah satu faktor mempengaruhikualitas sumberdaya manusia pada

suatu bangsa. Berbagai bukti empirismenunjukkan bahwa tingkat konsunnsiprotein hewani suatu bangsa mern-punyai korelasi yang positif dengankualitas sumberdaya manusia bangsatersebut.

Berbagai publikasi memper-lihatkan bahwa tingkat konsumsiprotein hewani penduduk trndonesiamasih sangat rendah, hanya sekitar 6gram/kapita/tahun. Sementara rata -rata konsumsi penduduk dunia men-capai 26 gram/kapitaltahun (Han,1999). Diantarb negara - negara diAsia Tenggarapun, Indonesia masihtergolong memiliki penduduk dengankonsumsi protein hewani yang rendah.Apalagi dibandingkan dengan negara-

negara maju seperti AS, Ferancis,Inggris dan Jepang yang penduduknyamengkonsurnsi protein hewani yangberkisar antara 50 - 80 gramlkapita/tahun.

Bil* ditinjau lebih jauh"rendahnya konsumsi protein hewaniterlihat dari rendahnya kansurnsidaging, telur dan susu pendudukIndonesia. Konsumsi daging ayamrnisalnya pada tahun 2005 hanya 4,44kg/kapitaitahun, sedangkan Philipina8,02 kg/kapitaltahun; Thailand 15,28kglkapita/tahun; Singapura 28,0 kg/kapita/tahun; dan Malaysia 36,74kglkapitartahun (FAO, 2006).

Konsumsi telur unggaspenduduk Indonesia juga masihrendah, dimana hanya 2,7 kg/kapita/tahun, sedangkan Malaysia sudahmencapai angka 14,4 kg&apita/tahun,Thailand (9,9 kg), dan Filipina (6,2kg). Bila setiap kg telur setara dengan17 butir, maka penduduk Indonesiabaru memakan 45,9 butir telur setiaporangnya setiap tahun. PendudukMalaysia telal:r mengkonsumsisebanyak 245 butir telur setiaporangnya setiap tahun. Ini berarti

Agltst ar : P otens i SapiLokal dalaw Upoy o Meningkatkan Keeukupan Daging

Page 2: *f - Unand

182 Agustar:Potensi SapiLokal dalam Upqya Meningkatkan Kecukupan Daging

bahwa orang Indonesia hanya makansebutir telur setiap 8 hari, sedangkanorang Malaysia sudah mengkonsumsi2butir telur setiap tiga hari.

Tingkat konsumsi proteinhewani asal ternak yang rendahberimplikasi terhadap tingkat kualitashidup bangsa Indonesia. Pada tahun2004 Indeks Pembangunan Manusia(HDI) berada pada peringkat I I I dari177 negaxa di dunia. SedangkanSingapura berada pada peringkat 25,Malaysia 59, Thailand 76.

Khusus untuk daging, sebagianbesar (56 %) dari total konsumsidaging penduduk Indonesia masihberasal dari daging ayam, diikutidaging sapi (23 Yo), babi (13 Ya),

kambing dan domba (5 Yo), dansisanya (3 o/o) berasal dari dagingternak lain-lain (Ditjennak, 2002).Untuk kebutuhan konsumsi dagingsapi, baru mampu dipenuhi dari ternaksapi yang ada sebanyak 70 % daritotalkebutuhan pasar domestik, sementarasisanya 30 % berasal dari impordaging dan sapi bakalan/potong.

Eksistensi Ternak Sapi SebagaiPenghasil Daging

Dalam Revitalisasi Pertanian,Perikanan dan Kehutanan (RPPK),sebagai salah satu dari strategi tigajalur (triple track strateg) yangdigunakan Pemerintahan KabinetIndonesia Bersatu pimpinan PresidenSusilo Bambang Yodhoyono (SBY),ternak sapi termasuk salah satu dari 5komoditas terpenting disamping padi,kedelai jagung dan gula.

Prediket komoditas terpentingditetapkan untuk ternak sapi diIndonesia karena sapi memiliki multi

fungsi yang strategis sebagai peng-hasil daging, susu'dan tenaga kerjapengolah'lahan. Selain itu, sapi jugaberperan sebagai sumber pendapatan,bio investasi, asset cultural danreligius, sumber gas bio untukmemenuhi kebutuhan energi danpupuk kandang. Multi flrngsi yangdimiliki ternak sapi tersebut, relevandengan tekad pemerintah disektorpertanian yang menjadi tujuan RPPKyaitu; meningkatkan kesejahteraanpetani dan mengurangi kemiskinan;menciptakan kesempatan usaha dankesempatan kerja baru; membangunketahanan pangan; meningkatkan dayasaing; dan melestarikan lingkungan.

Substansi dari setiap butir tekadtersebut melandasi apa yang di-canangkan Menteri Pertanian yaituProgram Kecukupan Daging khusus-nya daging sapi pada tahun 2010.

Bila dilihat kondisi eksistingpasokan daging sapi untuk memenuhiperminataan pasar domestik yang ad4maka disadari bahwa untuk jangkawaktu 3 tahun kedepan yang masihtersisa, apa yang dicanangkan ter-sebut merupakan tugas berat bagisetiap pemangku kepentingan yangberkaitan dengan produksi dagingsapi. Sejauh ini lebih kurang 30 % danpermintaan dalam negeri dipenuhidengan daging sapi (+ jeroan ) impordari negara-negara pengekspor sapiatau daging sapi, khususnya Australiadan AS. Bila dilihat data yangdipublikasikan oleh DepartemenPertanian (USDA) AS misalny4Indonesia merupakan negara tujuanekspor dengan jumlah terbesardiantara negara-negara tujuan lainnya.

Jurnq'l P eternqkan Indones ia, I I ( 3) : I 8 I - I 87, 2 006 ISSN: 1907-1760

Page 3: *f - Unand

A gust ar : P ot ens i S ap i L o kal dal am Up ay a Meni ngkatkan Ke cukup an D aging 183

Tabel l. Jumlah Import Daging Sapi dan Jeroan dari AS (ton)

Daging Jeroan

199920002001200220032004

Sumber: PPSKI,2004.

Dalam periode pelaranganimport daging dari US pun, PPSKImasih mencatat misalnya bulan April2005 lebih dari 1000 ton daging sapidiimport dari USA.

Tingginya jumlah importersebut selain menguras devisanegara juga bertentangan dengan apayang menjadi tekad pemerintah untukkomoditas ternak sapi seperti apa yangdikemukakan dalam strategi Revitali-sasi Peternakan Indonesia. Besarnyajumlah impor daging, sapi bakalan dansapi potong mencerminkan bahwaketersediaan ternak sapi domestikyang ada tidak mampu memenuhiperminkan, walaupun tingkat kon-sumsi daging sapi penduduk Indonesiamasih relatif rendah dibandingkandengan konsumsi penduduk negara-negara lain di Asia Tenggarasekalipun, terutama Singapura danMalaysia.

Pada tahun 2001 populasi ternaksapi_di Indonesia tercatat 11,9 jutaekorl, yang terdiri dari sapi asliAokal(sapi Bali, sapi Madur4 sapi Pesisir,sapi PO), dan sapi eksotik yangdiimpor dari luar negeri (Simmental,Brahman).

Kebijakan pembangunan Peter-nakan khususnya untuk ternak sapicendrung berpihak kepada sapi eksotikdibandingkan dengan sapi lokal,

walaupun susungguhnya kontribusisapi lokal yang dipelihara peternakanrakyat jauh lebih besar untukmencukupi kebutuhan daging sapidomestik. Sebagai penghasil daging,sapi lokal memiliki sejumlahkeunggulan, walaupun tidak dipung-kiri bahwa bangsa sapi lokal jugamempunyai sejumlah kekurangandibandingkan dengan jenis sapieksotik yang pada umumnyadidatangkan dari daerah sub-tropis.

Performans Sapi Lokal

Salatr satu pertimbangan pentingdalam pengembangan usaha peter-nakan sebagai proses produksi adalatrtingkat efisiensi ternak yang dipeliharamenggunakan sumberdaya untukmenghasilkan produk yang diha-rapkan. Misalnya pada situasi tertentujenis sapi tertentu memiliki tingkahlaku dan kebutuhan pakan yang tidakmampu didukung oleh sumberdayapakan yang ada pada wilayah dimanaia dipelihara. Kondisi yang demikianakan menyebabkan ia tidak dapatmenampilkan kemampuan produk-sinya secara optimal, dan bahkan adakemungkinan sulit untuk bertahan.

Sapi lokal memiliki kemam-puan yang lebih baik beradaptasidengan lingkungan tropis diban-dingkan dengan sapi-sapi eksotik.Selain itu, tingkat resistensi terhadappenyakit tropis juga lebih tinggi. Duahal tersebut merupakan keunggulan

2.7076.6676.7817.948

t2.2t87.1 58

746600,8

1.225742

1.5671.989

I pertumbuhan populasi tidak sigrifikansehingga saat ini popirlasi sapi lndonesiajugatidak berbeda sigrifikan dengan data tersebut.

Jurnal Peternakan Indonesia, I I (3) : I 8 I - t 87, 2006 ISSN: 1907-1760

Page 4: *f - Unand

184 Agustar:Potensi SapiLokal dqlam Upqya Meningkatkan Kecukupan DagW

utama sapi lokal yang tidak dimilikioleh sapi-sapi yang didatangkan darinegara-negara yang memiliki 4musim.

Percobaan pada sapisapi muda(berat badan 250 - 300 kg) dilaporkanHart and McDowell (1985) bahwajenis sapi Bos taurus (BT) lebihrendah efisiensi penggunaan pakantropis (hijauan + suplement) dibandingkan dengan jenis sapi Bosindicus (BI). Lebih baiknya efisiensipenggunaan pakan pada BI meng-hasilkan ADG yang lebih baikdibandingkan dengan BT. Selain lebihefisien dalam merubah pakan menjadidaging, BI juga dilaporkan memilikibentuk kepala dan perototan yangmemanjang sehingga menyebabkan iamemiliki tingkah laku merumput yangberbeda dengan BT.

Jenis sapi BI memiliki tingkahlaku mendapatkan hijauan dari pohon-pohon atau semak-semak, tidak hanyapada padang rumput. Tingkah lakuyang demikian sangat cocok dengankondisi lingkungan didaerah tropisyang pada urnumnya pemeliharaanternak sapi tidak dilakukan pada

Jenis Sapi dan TypePakan

padang rumput khusus sebagai sumberhijauan.

Dari aspek reproduksi, sudahbanyak laporan yang mengatakanbahwa jenis ternak sapi lokalIndonesia mempunyai potensi dayareproduksi yang tinggi. Sebagaicontoh sapi Bali yang telah lamadiketahui mempunyai fertilitas yangtinggi. Fertilitas sapi Bali berkisar 83 -86 yo,lebih tinggi dibandingkan sapiEropa hanya 60 %. Karakteristikreproduktif antara lain : periodekekebuntingan 280 - 294 hari, rata-rata persentase kebuntingan 86,56 ok,

tingkat kematian kelahiran anak sapihanya 3,65 Vo dan persentase kelahirant83 %.

Demikian juga halnya dengansapi lokal lainnya seperti sapi Pesisiryang mempunyai tingkat adaptasiyang baik pada kondisi lingkunganyang jelek. Namun demikian ke-unggulan - keunggulan tersebut belumdapat termanfaatkan secara optimalsehingga pilihan untuk memeliharasapi belum diberikan prioritasterhadap ternak lokal tersebut.

Supplement(ke)

Tabel 2. Pengaruh Type Pakan Suplement dan Intake Pucuk TebuSebagai Sumber Hijauan Terhadap ADG (kg) pada Jenis Sapi BT danBI

Intake/d*Pucuk Tebu

(kg)

ADG(kg)

Bos TaurusPucuk tebu* Molasses* Cassava,wet* Cottonseed meal

t715

t623

0,01,41,3

0,060,030,06

1.6 0-75tsos Indikus

Pucuk tebu* Molasses* Cassava,wet* Cottonseed meal

t6t2t42t

0,01,21,2

0,100,040,08

r.4 0.87* offered free choiceSumber : McDowell, 1985.

Jurial Peternakan Indonesia, I I (3):181-187, 2006 ISSN: 1907-1760

Page 5: *f - Unand

Agust ar : P otens i Sap ilokol dalam Upry a Meningkatknn Kecukup an D aging 185

Walaupun ternak lokal memilikipotensi daya reproduksi yang tinggi,kinerja reproduksi temak lokal yangdirepresentasikan oleh tingkat kelahir-an ternak belum menggembirakan.Hanya di daerah yang telah mene-rapkan perkawinan dengan inseminasibuatan tingkat kelahiran ternak yangsudah memadai sekitar 40 - 70 o/o

(Laboratorium Reproduksi FakultasPetenrakan, 2006), diluar daeratr itutingkat kelahiran ternak masih rendatrsekitar 30 Yo-

Tingkat kelahiran ternak lokalyang masih rendah disebabkan olehbeberapa faktor seperti manajemenyang diterapkan peternak dan kondisitemak itu sendiri. Faklor manajemenmisalnya dari aspek Skala usaha yangrelatif kecil serta orientasi pe-meliharaan sebagai usaha sambilan.Kondisi yang demikian menyebabkanintensitas pengamatan peternak padatemaknya relatif kurang, sehinggaberbagai fenomena biologis sepertistatus birahi sering terlewatkan. Di-samping itu saat perkawinan yangtepat waktu yang dapat menghasilkankeburtingan menjadi terabaikan. Halini menyebabkan perkawinart kembalisetelatr melahirkan mer{adi lebihpanjang dan sering menimbulkankawinberulang.

Hasil penelitian pada petemaksapi yang dikawinkan secaf,a Inse-minasi Buatan di berbagai Kabupatendi Propinsi Sumatera Barat menun-jukkan bahwa kawin kembali pascamelahirkan berkisar 2 - 6 bulan danjumlah service per conception (S/C)memiliki kisaran 1,3 1,8 sertacalving rste berkisar 38,06 - 70 o/o

(Lab. Reproduksi Fakultas Peternakan,204q.

Periode perkawinan pascamelahirkan berkorelasi langsungdengan jarak melahirkan (calvinginterva[). Jarak melahirkan sapi rakyat

Jurnal F eternakan Indonesia, t t (3) : I 8 I - I 87, 2 006

yang dikawinkan secara lB adalah 427

- 463 hari (Bestari et al., 1999),sedangkan pada sapi rakyat yangdikawinkan secara alam mempunyaijarak melahirkan yang lebih lamayaitu berkisar 360-720 hari.

Jarak melahirkan yang masihbelum optimal menyebabkan peternakbelum dapat untuk memperoieh satuanak per tahun dari setiap ekor induk.Akan tetapi kegagalan tersebut belumdianggap sebagai kerugian karenapemeliharaan ternak hanya sebagaiusaha sambilan dan peternak belumberperan sebagai producer bibit.Dalam skala nasional keadaan ini akanmenjadi kendala dalam penyediaanbibit atau bakalan untuk menunjangprogmm ketersediaan daging secaraberkelanjutan pada tahun 2010 sepertiyang telah dicanangkan.

Potensi Sapi Pesisir

Sapi pesisir merupakan jenissapi asli yang berkembang di kawasanpesisir Sumatera Barat. Saladin (1983)menduga sapi pesisir sebagai sisa sapiasli yang pada mulanya berkembangdi Kabupaten Pesisir Selatan,Sumatera Barat. Namun saat ini sapipesisir juga ditemukan di KabupatenPadang Pariaman dan KabupatenAgam serta beberapa daeratr lainnya diSumatera Barat dan Riau. Di SumateraBarat diperkirakan sapi pesisir 20 %dari total sapi penghasil daging yangada, dan memainkan peranan yangpenting sebagai penghasil daging.Sebanyak 75 % dari jumlah sapi yangdipotong pada Rumah Potong Hewan(RPH) kota Padang adalah jenis sapipesisir. Selain itu, sapi pesisir me-rupakan temak yang populer untukkebutuhan hewan qurban pada hariraya Idul Adha.

Sebagai sapi asli, sapi pesisirmemiliki karalteristik spesifik dan

ISSN: 1907-1760

Page 6: *f - Unand

186 Agustar:Potensi Sapilokal dalam Uprya Meningkatkan Kecukupan Dagtng

berbeda dengan jenis sapi lainnya.Bobot badan relatif kecil dimanajantan dewasa umur 4 6 tahunmemiliki bobot rala+ata 186 kg, jauhlebih rendah dari bobot badan sapi asliIndonesia lainnya seperti sapi Baliuntuk kisaran umur yang sama (310

kg), dan sapi Madura (2a8 kg) .

Meskipun tergolong memilikibobot kecil, sapi pesisir memilikipersentase karkas yang cukup tinggi.Menurut Saladin (1983), persentase

karkas sapi pesisir adalah 50,6 persen,

lebih tinggi dari persentase karkas sapi

Ongole (48,8 Yo), sapi Madura (47,2o ), PO (45 %). Namun sedikit lebihrendah dari persentase karkas sapi Bali(56,9 %). Tingginya persentase karkastersebut menunjukkan bahwa sapipesisir merupakan salah satu jenis sapilokal yang memiliki potensi yangtinggi untuk menghasilkan daging.

Sapi pesisir pada umwnnyadipelihara secara ekstensif-tradisional,dan bahkan tidak jarang dipeliharasecara bebas berkeliaran denganperhatian petemak pemelihara yangsangat minim dengan skala peme-

liharaan 2 - 5 ekor per peternak. Dayaadaptasi dengan kondisi lingkunganyang tidak memiliki sumber pakanyang baik terutama diwilayah pesisirtinggi. Selain itu dengan bobot yangkecil juga lebih efisien dalam me-manfaatkan ruang.

Dengan sejumlah keunggulantersebut, maka melirik sapi pesisiryang merupakan sapi lokal Indonesiasebagai penghasil daging terutamauntuk kawasan pesisir adalah sesuatuyang menjanjikan.

Negara Indonesia merupakannegara kepulauan yang terdiri dari17.506 buatr pulau besar dan kecil danmemililiki panjang garis pantai 81.000km. Dahuri (2004) memperkirakansekitar 60 % penduduk Indonesiabermukim di kawasan pesisir.

Tingginya konsentrasi permukimanpenduduk membuat kawasan inimenjadi amat penting dalam proses

pembangunan. Disisi lain, sebagian

besar masyarakat yang bermukimpada wilayah pesisir memiliki tarafhidup yang rendah dan rawan pangan.

Tidaklah mengherankan pada kawasanini sering menjadi kantong-kantongkemiskinan. Konsumsi protein hewanipenduduk rendah dan kasus malnutrisibanyak didapatkan pada kawasan ini.

Pengembangan sapi lokalPesisir pada kawasan pesisir pantaidan pulau-pulau kecil di seluruhIndonesia merupakan altematif ke-bijakan yang menjanjikan untukmeningkatkan produksi dan keter-sediaan daging nasional.

Penutup

Bertolak dari kondisi usahapeternakan untuk temak sapi diIndonesi4 peningkatan kinerja ternaklokal akan ikut menentukan ke-berhasilan pencapaian progftlm swa-

sembada daging. Usaha pemeliharaanternak sapi yang pada umuurnyabelum berorientasi bisnis secara penuhdan sering merupakan komponenusaha tani lainnya. Pemilihan ternaklokal seperti sapi pesisir yang mampuberadaptasi pada lingkungan yangkurang menguntungkan dan memilikisejumlah keunggulan terutama untukkawasan pesisir merupakan sesuatuyang menjanjikan.

Namun demikian perlu pe-ningkatan peran peternak pada aspeksosial ekonomi seperti peningkatanskala usaha dan perubahan peranpetenrak dari pemelihara menjadiproducer perlu dilakukan. Rendahnyaperhatian dalam hal reproduksimisalnya mengakibatkan sapi lokalbelum menampilkan sifat-sifat repro-duksinya yang optimal. Perkawinan

Juinal Peternakan Indonesia, I 1(3): l8I-187, 2006 ISSN: 1907-1760

Page 7: *f - Unand

A gus t ar : P ot ens i S ap i L o kal dal am Up ay a Meningkatkan Ke cukup an D a g ing 187

temak tepat waktu memberikanpeluang keberhasilan bunting yanglebih tinggi sehingga dapatmemperpendek periode kosong setelahmelahirkan sekaligus me-ngurangilamanya calving interval.

Perluasan cakupan wilayahmaupun peningkatan kinerja pene-rapan bioteknologi IB secara tidaklangsung akan meningkatkan kinerjareproduksi ternak sapi. Penerapanteknologi ini, akan mendorong pe-ternak untuk meningkatkan intensitaspengamatan pada ternaknya.

Daftar Pustaka

Agustar A. 2001. The IndogennousCattle and Its contribution to theRural Haousehold : WestSumatera Case. ISSAS Proc.Vo.VIII.200l.

Agustar A. 2004. PeningkatanProduktifitas Penduduk MelaluiUsaha Petemakan pada WilayahPedesaan. Seminar NasionalPengentasan Kemiskinan diWilayah Pedesaan. Bappenas.Jakarta.

Bestari, J., A.R. Siregar, Y. Sani danP. Situmorang. 2000. Produk-tifitas empat bangsa pedet SapiPotong hasil IB di Kabupaten

Agam Propinsi Sumatera Barat.Seminar Nasional dan ExpoHasil-Hasil Penelitian. BPTBogor.

Laboratorium Reproduksi FakultasPetemakan. 2006. KompilasiPenelitian Tingkat KeberhasilanInseminasi Buatan di BerbagaiKabupaten di Sumatera Barat.Fakultas Peternakan UniversitasAndalas.

McDowell. 1985. Meeting constraintsto Livestock Production systemin Asia. In : Proceedings ofregional Workshop on LivestockProduction Management, ADB,Manila.

Ryadi, M. 2006. Kebijakan danRencana Strategis PembangunanPeternakan 20A6-2A10. SeminarNasional. Peranan BioteknologiReproduksi Dalam PembangunanPeternakan dan Perikanan diIndonesia. Bogor.

Tappa, B. 2006. Aplikasi Bio-teknologi Reproduksi Temakdi Indonesia. Seminar Nasio-nal. Peranan BioteknologiReproduksi Dalam Pem-bangunan Petemakan danPerikanan di Indonesia. Bogor.

Alamat Korespondensi: Dr. Ir. Asdi Agustar, M.ScJurusan Produksi Ternak, Fakultas PetemakanUniversitas Andalas, Kampus Limau Manis, PadangHP:08126602162

Artikel diterima 25 September 2006, disetujui 9 Oktober 2006.

Jurnal ! eternakan Indonesia, I I (3) : I I I - I 87, 2006 ISSN: 1907-1760