Upload
haris-fadjar
View
15
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
silahkan
Citation preview
MAKALAH TENTANG STRES ADAPTASI
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Fundamental of Nursing
Yang dibimbing oleh Ns. Heni Dwi Windarwati M.Kep, S.KepJ
Oleh :
Haris Fadjar S 125070218113056
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya
2015
1.1. ANATOMI SISTEM PENRNAPASAN
Membawa oksigenisasi melalui respirasi. Ini merupakan fungsi tak disadari
(involuntar), diataur neuron khusus batang otak , meliputi upaya membawa udara
luar ke bagian dalam paru-paru melalui saluran bercabang- cabang sistem aliran
udara. Ramifikasi yang banak ini mengisi seluruh massa paru-paru, organ
respirasi ( pernapasan) utama.
Organ respirasi:
Sistem respirai terdiri dari serangkaian salurn yang dirancang khusus untuk
mengalirkan udara luar ke alveoli paru-paru, tempat terjadinya pertukaran gas.
Saluran udara bagian atas terdiri dari rongga hidung dan pharynx
( kerongkongan). Yang termasuk saluran bagian bawah adalah larnx (tenggorok),
trachea, brochus, dan pura-pura . rongga hidung, dipisahkan oleh septum
nasi,beruhubungan dengan paryxng, di belakang hidung. Cochae, lipatan tulang
dilapis selaput lendir, mengatur udara melalui ruangan (meatus) yang menangkap
debu.
Saluran penapasan:
Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam lubang hidung. Saluran-saluran itu
bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga) hidung.
Vestibulum ini dilapisi dengan epitelium bergaris yang bersambung dengan kulit.
Lapisan nares anterior memuat sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi oleh
bulu kasar. Kelenjar-kelenjar itu bermuara ke dalam rongga hidung
Rongga hidung dilapisi lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan
bersambung dengan lapisa farinx dan dengan selaput lendir semua sinus yang
mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Daerah pernapasan dilapisi
dengan epitelium silinder dan epitel berambut yang mengandung sel cangkir dan
sel lendir. Di atas septum nasalis dan konkha selaput lendir ini paling tebal, yang
diuraikan di bawah. Adanya tiga tulang kerang (konkhae) yang diselaputi
eptelium pernapasan dan menjorok dari dinding lateral hidung kedalam rongga,
sangat memperbesar permukaan selaput lendir tersebut.ngkorak sampai l
Sewaktu udara melalui hidung, udara disaring oleh bulu-bulu yang terdapat di
dalam vestibulum, dan karena kontak dengan permukaan lendir yang dilaluinya
maka udara menjadi hangat, dan oleh penguapan air dari permukaan selaput
lendir menjadi lembab
1.1.2 Hidung
Hidung menghubung lubang-lubang dari sinus udara para-nasalis yang masuk
kedalam rongga-rongga hidung, dan juga lubang –lubang naso-lakri-mal yang
menyalurkan air mata dari mata ke dalam bagian bawah rongga nasalis, ke dalam
hidung
1.1.3 Faring
Farinx (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar yang berjalan dari
dasar tengkorak sampai persambungannya dengan usofagus pada ketinggian
tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang hidung (naso-farinx) di
belakang mulut (oro-farinx) dan dibelakang larinx (farinx-laringeal),
Nares posterior adalah muara rongga-rongga hidung naso-farinx
1.1.4 Larinx
Larinx(tenggorok) terletak di depan bagian terendah farinx yang memisahkannya
dari kolumna vetebra, berjalan dari farinx sampai ketinggian vertebra servikalis
dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya, larinx terdiri dari atas kepingan.
Tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen dan membran. Yang terbesar
diantaranya ialah tulang rawan tiroid, dan disebelah depannya terdapat benjolan
subkutaneus yang dikenal sebagai jakun, yaitu disebelah depan leher. Larinx
terdiri atas dua lempengan berupa V. Tulang rawan krikoid terletak dibawah
tiroid, bentuknya seperti cincin mohor dengan mohor cincinnya di sebelah
belakang ( ini adalah tulang rawan satu-satunya yang berbentuk lingkaran
lengkap) tulang rawan lainnya ialah kedua tulang rawan aritenoid yang menjulang
disebelah belakang krikoid, dan kanan kanan kiri tulang rawan kuneiform dan
tulng rawan kornikulata, yang sangat kecil.
Terkait di puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglotis, yang berupa katup tulang
rawan dan membantu menutup larinx sewaktu orang menelan. Laring dilapisi
oleh jenis selaput lendir yang sama dengan yang di trakea, kecuali pita suara dan
bagian epiglotis yang dilapisi sel epitelium berlapis
Pita suara terletak di sebelah dalam larinx, berjalan dair tulang rawan tiroid
disebelah depan sampai di kedua tulang rawan aritenoid. Dengan gerakan dari
tulang rawan aritenoid yang ditimbulkan oleh berbagai otot laringela, pita suara
ditegangkan atau dikendorkan. Dengan demikian lebar sela-sela antara pitaatau
rima glottidis, berubah-rubah sewaktu benapas dan bebicara.
Karena getaran pita yang disebabkan udara yang melalui glottis maka suara
dihasilkan. Berbagai otot terkait pada laring mengendalikkan suara, dan juga
menutup lubang atas laring sewaktu menelan
1.1.5 Trakhea
Trakhea. Trakhea atau batang tenggorokkan kira-kira sembilan sentimeter
panjangnya. Trakea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra
torakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronkhus (bronki).
Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tak lengkap berupa
cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang
melengkapi lingkaran di sebelah belakang trakhea ; selain itu juga memut
beberapa jaringan otot. Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas
epitelium bersilia dan bercangkir, jurusan silia ini bergerak ialah keatas ke arah
larinx, maka dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang turut
masuk bersama dengan pernapasan, dapat dikeluarkan. Tulang rawan yang
gunanya mempertahankan agar trakhea tetap terbuka, di sebelah belakangnya
tidak tersambung, yaitu di tempat trakhea menempel pada usofaus,yang
memisahkan dari tulang belakang
Trakea servikalis yang berjalan melalui leher, disilang oleh istmus kelenjar tiroid,
yaitu belahan dari kelenjar yang melingkari sisi-sisi trakhea, trakhea torasika
berjalan melintasi mediastinum, di belakang sternum, menyentuh arteri inominata
dan arkus aorta. Usofagus terletak di belakang trakhea
Kedua bronkus yang terbentuk dari kedua belahan trakhea pada ketinggia kira-
kira vertebra torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trahea dan
dilapisi oleh jenis sel sama. bronkus-bronkus itu berjalan kebawah dan kesamping
ke arah tumpuk paru-paru. Bronkhus kanan lebih pendek danlebih lebar dari pada
yang kiri; sedikit lebih tinggi dari pada arteri pulmonalis dan mengeluarkan
sebuah cabang yang disebut ; bronkus lobus atas; cabang kedua tmbul setelah
cabang utama lewat di bawah arteri, di sebut bronkhus lobus bawah. Bronkhus
lobus tengah keluar dari bronkus lobus bawah
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dab berjalan di
bawah arteru pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan
ke lobus atas dan bawah
1.1.6 Rongga torax
Batas-batas yang membentuk rongga di dalam torax ialah:
Sternum dan tulang iga-iga di depan
Kedua belas ruas tulang punggung beserta cakram antartuas
(dikusintervetrebralis) yang terbuat dari tulang rawan di belakang, diafragma di
bawah dan dasar leher diatas
Isi:
Sebelah kanan dan kiri rongga dada terisi penuh oleh paru-paru beserta
pembungkus pleuranya; pleura ini membungkus setiap belah, dan membentuk
batas lateral pada mediastinum
Mediastinum ialah ruangan di dalam rongga dada antara kedua paru-paru. Isinya
jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar, usofagus, duktus torasika, aorta
desendends dan vena kava superior, saraf vagus dan frenikus dan sejumlah besar
kelenjar limfe
1.1.7 Paru-paru
Paru-paru ada dua , merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi rongga
dada, terletak di sebelah kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan oleh jantung
beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak di dalam
mediastinum. Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan
apex(puncak) di atas dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula di dalam dasar
leher. Pangkal paru-paru duduk di atas landai rongga torax, diatas diafragma.
Paru-paru mempunyai permukaan luar yang menyetuh iga-iga, permukaan dalam
yang memuat tampuk paru-paru, sisi belakang yang menyentuh tulang belakan
dan sisi depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung
Lobus paru-paru (belahan paru-paru) paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan
atau lobus oleh fisura. Paru-paru kanan mampunyai tiga lobus dan paru-paru kiri
dua lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Sebuah pipa bronkhial kecil masuk
kedalam setiap lobula dan semakin ia bercabang. Semakin menjadi tipis dan
akhirnya berakhir menjadi kantong kecil-kecil, yang merupakan kantong-kantong
udara paru-paru. Jaringan paru-paru adalah elastik, berpori dan seperti spon. Di
dalam air paru-paru mengapung karena udara yang ada di dalamnya
Bronkus pulmonaris. Trakhea terbelah menjadi dua bronkus utama, bronkhus ini
bercabang lagi sebelum masuk paru-paru. Dalam perjalanannya menjelajahi paru-
paru bronkhus-bronkhus pulmonaris bercabgan dan beranting lagi banyak sekali.
Saluran yang besar empertahankan struktur serupa dengan yang dari trakhea,
mempunyai dinding fibrusa berotot yang mengandung bahan tulang rawan dan
dilapisi epitelium bersilia. Makin kecil salurannya, main berkurang tulang
rawannya dan akhirnya tinggal dinding fibrosa berotot dan lapisan silia, bronkhus
terminalis masuk kedalam saluran yang agak lain yang disebut vestibula, dan di
sini membrane pelapisannya mulai berubah sifatna; lapisan epitelium bersilia
diganti dengan sel epitelium yang pipih. Dari vestibula berjalan beberapa
infundibula dan di dalam dindingnya di jumpai kanting-kantong udara itu.
tKantong udara atau alveoli itu trdiri atas satu lapis tunggal sel epitelium pipih
dan disinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara-suau jaringan
pembuluhdarah kapiler mengitari alveoli dan pertukaran gas pun terjadi
Pembuluh darah dalam paru-paru . arteri pulmonalis membawa darah yag sudah
tidak mengandung oksigen dari ventrikel kanan jantung ke paru-paru; cabang-
cabangnya menyentuh saluran-saluran bronkhial, bercabang dan bercabang lagi
sampai menjadi arteriola halus; arteriola itu membelah-belah dan membentuk
jaringan kapiler dan kapiler itu menyen tuh dinding alveoli atau gelembung udara.
Kapiler halus itu hanaya dapat memuat sedikit, maka praktis dapat dikatakan sel-
sel darah merah membuat baris tunggal . alirannya bergerak lambat dan
dipisahkan dari udara dalam alveoli hanaya oleh dua membrane yang sangat tipis,
maka pertukaran gas berlangsung dengan difusi, yang merupakan fungsi
pernapasan
Kapiler paru-paru bersatu dan bersatu lagi sampai menjadi pembuluh darah lebih
besar dan akhirnya dua vena pulmonaris meninggalkan setiap paru-paru
membawa darah berisi oksigen ke atrium kiri jantung untuk distribusikan ke
saluran tubuh melalui aorta
Pembuluh darah yang dilukiskan sebagai arteria bronkhialis membawa darah
berisi oksigen langsung dari aorta torasika ke paru-paru guna memberi makan dan
mengantarkan oksigen ke dalam jaringan paru-paru sendiri. Cabang akhir arteri-
arteri ini membentuk plexus kapiler yang tampak jelas dan terpisah dari yang
terbentuk oleh cabang akhir arteri pulmonalis dan darah itu kemudian di bawa
masuk ke dalam vena pulmonaris . sisa darah itu diantarkan dari setiap paru-paru
oleh vena bronkhialis dan ada paru mempunyai persediaan darah ganda
Hilus (tampuk) paru-paru dibentuk oleh struktur berikut:
- Arteri pulmonalis, yang mengembalikkan darah tanpa oksigen ke dalam paru-
paru untuk diisi oksigen
- Vena pulmonalis, yang mengembalikkan darah berisi oksigen dari paru-paru ke
jantung
- Bronkhus yang bercabang dan beranting membentuk pohon bronkhial,
merupakan jalan udara utama
- Arteri bronkhialis, keluar dari aorta dan mengantarkan darah arteri ke jaringan
paru-paru
- Vena bronkhialis, mengembalikkan sebagian darah dari paru-paru ke vena kava
superior
- Pembuluh limfe, yang masuk-keluar paru-paru, sangat banyak
- Persarafan. Paru-paru mendapat pelayanan dari saraf vagus dan saraf simpati
- Kelenjar limfe. Semua pembuluh limfe yang menjelajahi struktur paru-paru dapat
menyalurkan kedalam kelenjar yang ada di tampuk paru-paru
1.1.8 Pleura
Pleura. Seiapa paru-paru dilapisi oleh membrane serosa rangkap dua, yaitu
pleura. Pleura viseralis erat melapisi paru-paru, masuk kedalam fisura dan dengan
demikian memisahkan lobus satu dari yang lain. Membran ini kemudian dilipat
kembali di sebelah tampuk paru-paru dan membentuk pleura pariestalis, dan
melapisi bagian dalam dinding dada. Pleura melapisi iga-iga ialah pleura kostalis,
bagian yang menutupi diafragma ialah pleura diafragmatika, dan bagian yang
terletak di leher ialah servikalis. Pleura ini diperkuat oleh membran yang kuat
bernama membran suprapleuralis (fasia sibson) dan di atas membran ini terletak
arteri subklavia
Di antara kedua lapisa pleura itu terdapat sedikit eksudat untuk meminyaki
permukaannnya dan menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada
yang sewaktu bernapas bergerak. Dalam keadaan sehat kedua lapisan itu satu
dengan yang lain erat bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu hanyalah ruang
yang tidak nyaa; tetapi dalam keadaan tidak normal, udara atau cairan
memisahkan kedua pleura itu dan ruang di antaranya menjadi jelas
1.2. FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN
System pernapasan dapat disebut dengan system respirasi yang berarti bernapas
kembali. System ini berperan menyediakan oksigen (O2) yang diambil dari
atmosfer dan mengeluarkan karbon dioksida (CO2) dari sel-sel tubuh menuju ke
udara bebas. Proses bernapas berlangsung dalam beberapa langkah dan
berlangsung dengan dukungan system daraf pusat dan system kardiovaskuler.
Pada dasarnya system pernapasan terdiri atas rangkaian saluran udara yang
mengantarkan udara luar agar dapat bersentuhan dengan membrane kapiler
alveoli yang memisahkan antara system pernapasan dan system kardiovaskuler.
Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen
ke dalam tubuh (inspirasi) serta mengeluarkan udara yang mengandung karbon
dioksida sisa oksidasi ke luar tubuh (ekspirasi). Proses respirasi terjadi karena
adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru. System saraf pusat
memberikan dorongan ritmis dari dalam untuk bernapas dan secara reflex
merangsang otot diafragma dan otot dada yang akan memberikan tenaga
pendorong bagi gerakan udara.
Proses pergerakan gas ke dalam dan keluar paru di pengaruhi oleh tekanan dan
volume. Agar udara dapat mengalir ke dalam paru, tekanan intrapleural harus
menjadi negative untuk dapat menentukan batas atas gradient tekanan antara
atmosfer dan alveoli sehingga udara masuk dengan mudah ke dalam paru.
Volume normal pada paru diukur melalui penilaian fungsi paru. Sebagai dari
pengukuran ini dapat direkam dengan spirometer, di mana parameter yang diukur
adalah volume udara yang memasuki atau meninggalkan paru. Bervariasinya nilai
normal volume paru bergantung pada beberapa keadaan seperti adanya
kehamilan, latihan, obesitas, atau kondisi-kondisi mengenai penyakit obstruktif
dan restriktif. Factor-faktor seperti jumlah sulfaktan, complains, dan kelumpuhan
pad aotot pernapasan dapat mempengaruhi tekanan dan volume paru. Fungsi
utama dari sirkulasi pulmonal adalah mengalirkan darah dari dank e paru agar
dapat terjadi pertukaran gas.
Fungsi anatomi yang cukup baik dari semua system ini penting untuk
respirasi sel. Malfungsi dari setiap komponen dapat mengganggu petukaran dan
pengangkutan gas sertaa sapat sangat membahayakan proses kehidupan. Proses
pernapasan tersebut terdiri atas tiga bagian, yaitu ventilasi, difusi gas dan
transportasi gas. Berikut adalah table Volme Normal Paru
1.2.1 Ventilasi Mekanis Pulmonal
Udara mengalirkan dari bagian bertekanan tinggi ke bagian bertekana
rendah. Namun demikian bila taka da lairan udara masuk atau keluar paru, itu
berarti tekanan alveolar dan atmosfer berada dalam keadaan seimbang. Untuk
memulai pernapasan, aliran udara ke dalam paru harus dicetuskan oleh turunnya
tekanan dalam alveoli, ini melibatkan proses yang rumit dan berhubungan dengan
banyak variabel. Ventilasi mekanis melibatkan adanya daya recoil elastisitas,
komplians, tekanan, dan gravitasi.
1. Daya recoil elastisitas
Paru dan dada bersifat elastis, mememrlukan energy untuk bergerak tetapi
dapat dengan cepat kembali ke bentuk awalnya bila energy tidak efektif lagi.
Gerakan ke atas dan kebawah diafragma, memanjangkan dan memendekkan
kapasitas dada. Gerakan itu juga dikombinasikan dengan naik dan turunnya
tulang rusuk yang mampu meningkatkan dan menurunkan diameter rongga
anteroposterior sehingga menyebabkan ekspansi dan kontraksi paru. Diperkiakan
kurang lebih 70% ekspansi dan kontraksi paru diselesaikan oleh perubahan
ukuran anteroposterior dan kurang lebih 30%-nya dicapai melalui perubahan
panjang karena gerakan diafragma.
Ventilasi adalah proses inspirasi dan ekspirasi yang merupakan proses aktif
dan pasif yang melibatkan kontraksi otot-otot interkosta interna dan mendorong
dinding dada sedikit kea rah luar. Akibatnya, diafragma turun dan otot diafragma
berkontraksi. Pada saat ekspirasi, diafragma dan otot-toot interkosta eksterna
berelaksasi sehingga rongga dada kembali mengecil dan udara terdorong keluar.
Selama proses nspirasi, diafgrama dan otot interkontraksi dan meningkatkan
volume rongga dada. Paru mengembang dan tekanan dalam kantung alveolar
(tekanan intra-alveolar) menjadi lebih negative dari tekanan atmosfer . yekanan
negative ini menghisap udara ke dalam kantung alveolar melalui jalan napas.
Setelah inspirasi, otot yang digunakan untuk inspirasi akan berelaksasi dan
rongga dada kembali ke posisi istirahat. Dengan penurunan ukuran dada ini, maka
tekanan yang dihasilkan paru dan tekanan intra-alveolar menjadi kurang lebih + 3
mmHg dapat mendorong udara keluar melewati jalan napas. Selama upaya
pernapasan maksimal, tekanan intra-alveolar bervariasi dari -80 mmHg selama
inspirasi sapai + 100 mmHg.
Selama ekspirasi, satu siklus pernapasan terdiri atas satu inhalasi dan satu
ekshalasi. Pada saat istirahat, inhalasi normal memerluakn kurang lebih 1 detk,
yang berarti lebih sedikit dari ekshalasi. Ekshalasi berakhir kurang lebih 2 detik.
Paru secara terus-menerus cenderung untuk mengempis. Ada dua factor yang
bertanggung jawab pada fenomena ini. Pertama, benyaknya serat elastis yanga da
dalam jaringan paru. Kedua, tekanan tinggi pada permukaan lapisan cairan alveoli
. bila tekanan permukaan tinggi, permukaan anterior, alveoli sulit untuk terpisah
satu sama lain. Ini akan meningkatkan energy yang diperlukan untuk membuka
dan mengisi alveoli dengan udara selama inspirasi, bila tekanan permukaan
rendah, dinding alveoli menjadi lebih mudah terpisah. Hal ini membuat pengisian
alveolar selama inspirasi hanya memerlukan sedikit upaya.
*proses ventilasi, (kiri) proses selama inspirasi: rongga iga terangkat, otot
diafrgma berkontraksi dan turun, tekanan intrapulmonal menurun, (kanan) proses
selama ekspirasi: rongga iga turun, otot diafragma berlelaksasid an terangkat ke
atas tekanan intrapulmonal meningkat*.
2. Complians
Komplians bukti dari pembahasan sebelumnya meunjukkan bahwa paru dan
thoraks sendiri mempunyai karakteristik elastis dan menunjukkan kemampuan
mengambang. Kemampuan ini di sebut komplian atau ukuran elastis paru.
Komplian ditunjukkan sebagai peningkatan volume dalam paru untuk tiap unit
peningkatan tekanan intra-alveolar
Komplians total paru normal, pada kedua paru dan thoraks adalah 0,131 l/cm
H2O. Dengan kata lain, setiap tekanan ditingkatkan sampai jumlah tertentu untuk
meningkatkan tinggi kolom air 1 cm, di perlukan pengembangan paru denfan
volume hingga 130 ml (hudak dan gall, 1997).
Mekanisme inspirasi memerlukan kontraksi otot, aktivitas ini merupaka proses
aktif yang memerlukan energi. Energi juga diperlukan untuk menghasilkan dua
faktor lain yang cenderung untukmencegah ekspansi paru, yaitu tahanan jaringan
tak elastis dan tahanan jalan napas. Hal ini berarti energi tersebur dibutuhkan
untuk mengatur besar molekul jaringan liat paru itu sendiri sehingga saling
bergesekan satu sama lain selama gerakan ekspirasi. Pada kondisi normal,
ekshalasi adalah proses pasif yang tidak ememrlukan energi. Paru dengan dinding
dada, rekoil sederhana ke posisi semula
Orang normal pada saat istirahat menggunakan kurang dari 6% oksigen total
tubuhnya pada waktu bernapas. Persentase ini meningkatkan sesuai penurunan
diameter jalan napas atau penurunan komplians. Kondisi atau situasi yang
merusak jaringan paru menyebabkan menjadi fibrosis, menghasilkan edema paru,
blok alveoli, atau menganggu ekspansi paru dan kemampuan pengembangan
thoraks sehingga menurunkan komplians paru. Bila komplians menurun, akan
lebih sulit bagi paru untuk mengembang pada saat inspirasi ( bila komplians
meningkat, jaringan paru lebih mudah mengembang). Pada kejadian adanya
edema jaringan, paru akan kehilangan banyak kualitas elastisitasnya, sifat liat
jaringan menjadi meningkat, serta adanya cairan yang dapat meningkatkan
tahanan. Kerja pernapasan meningakat dan energi yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas juga meningkat. Energi diperlukan lebih banyak untuk
ekshalasi bila elastisitas hilang (emfisema) atau jalan napas tersumbat (asma).
3. Tekanan
Udara yang ditangkap jalan napas adalah campuran nitrogen dan oksigen
(99,5%) sertaa sejumlah kecil karbon dioksida dan uap air (0,5%). Molekul dari
berbagai gas bekerja bagai dalam larutan. Namun demikian, campuran gas-gas
seperti udara mempunyai semua jenis molekul dan tersebar melalui volume yang
ada. Pelepasan molekul yang konstan membuat volume gas menimbulkan tekanan
terhadap dinding penampung. Tekanan ini dapat didefinisikan sebagai kekuatan
dimana gas atau campuran gas berusaha untuk bergerak dari batas lingkungan
yang ada. Oleh karena itu, tiap komponen dari campuran seperti udara
bertanggung jawab atas bagian tekanan total dari seluruh campuran. Akibatnya,
bila kita mengambil 100 volume udara dan menaruhnya dalam wadah dibawah
tekanan 1 atmosfer (760 mmHg), hasil analisis akan mengetahui bahwa nitrogen
merupakan 79 dari 100 volume (79%) dan volume oksigen 21 dari 100 volume
(20%).
Kedua gas ini di tampung dalam satu wadah pada tekanan 760 mmHg.
Jika diambil pada volume yang sama dan membiarkannya membiarkannya
menyebar sampai seluruh volume terisi (100%), maka akan terlihat tekanan
dalam wadah kedua menurun dari 760 menjadi 600 mmHg. Jika hal yang sama
dilakukan pada 21 volume oksigen dan membiarkannnya menyebar sampai
seluruh volume terisi (100%), maka akan terlihat tekanan pada wadah ketiga yang
merupakan wadah asal bagian dari tekanan total nitrogen menjadi 600 mmHg dan
bagian oksigen menjadi 160 mmHg . tekanan nitrogen ini disebut tekanan parsial
dari nitrogen (PN2) dan tekanan parsial oksigen (PO2). Tekanan parsial dari gas
untuk menciptakan volume adalah memaksakan gas ini keluar melawan dinding
wadah . bila dinding wadah permeabel seperti dinding membran paru, maka
kekuatan penetrasi atau difusi gas akan langung dengan proporsial terhadap
tekanan parsial (hudak dan gallo,1997)
4. Gravitasi
Pada orang dewasa normal saat berdiri tegak, kekuatan gravitasi meningkatkan
tekanan intapleural (dan juga tekanan intra-alveolar) pada dasar paru. Akibatnya,
semakin banyak pertukaran udara yang terjadi pada bagian atas paru daripada di
dasar paru. Pada berbagai posisi tubuh, kekuatan gravtasi meningkat jumlah
upaya yang dibutuhkan untuk ventilasi bagian paru yang menggantung. Ini
menyebabkan pertukaran dalam ventilasi dimana ventilasi bagian ini menurun
dan ventilasi lain dari area yang menggantung meningkat.
1.2.2 Difusi Gas
Untuk memenuhi kebutuhan oksigen di jaringan, proses difusi gas pada
saat respirasi haruslah optimal. Difusi gas adalah bergeraknya gas O2 dan CO2
atau partikel lain dari area yang bertekanan tinggi ke arah bertekanan rendah. Di
dalam alveoli, O2 melintas membran alveoli-kapiler dari alveoli ke darah karena
adanya perbedaan tekanan PO2 yang tinggi di alveoli (100mmHg) dan tekanan
pada kepiler yang lebih rendah (PO2 40 mmHg), CO2berdifusi dengan arah
berlawanan akibat perbedaan tekanan PCO2 darah 45mmHg dan di alveoli 40
mmHg (simon 2003) (dapat dilihat pada gambar 1-22a)
Proses difusi dipengaruhi oleh faktor ketebalan,luas permukaan, dan
komposisi membran; koefisien difusi O2 dan CO2 serta perbedaan tekanan gas O2
dan CO2. Dalam difusi gas ini, organ pernapasan yang berperan penting adalah
alveoli dan darah. Adanya perbedaan tekanan parsial dan difusi pada sistem
kapiler dan cairan intersisial akan menyebabkan pergerakan O2 dan CO2 yang
kemudian akan masuk pada zona respirasi untuk melakukan difusi resirasi (poter
dan prry, 1983)
2 Transportasi Gas
Transporatasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari
jaringan ke paru dengan bantuan darah (aliran darah). Masuknya O2 ke dalam sel
darah yang bergabung dengan hemoglobin yang kemudian membentuk
oksihemoglobin sebanyak 97% dan sisanya 3% ditransportasikan ke dalam cairan
plasma dan sel.
Agar oksigen dapat disuplai ke sel-sel tubuh secara optimal maka diperlukan
hemoglobin dalam jumlah dan fungsi yang optimal untuk mengangkut dari
sirkulasi yang efektif ke jaringan tubuh. Jumlah dan fungsi yang optimal untuk
mengangkut sirkulasi yang efektif ke jaringan tubuh. Jumlah O2 yang dikirim
setiap sama dengn jumlah curah jantung perliter dalam satu menit dikalikan
dengan jumlah milimeter O2 yang tekandung dalam 1 liter darah arteri. Dalam
keadaan istirahat 5x 200 atau 1000 mlO2/ menit, sekitr ¼ digunakan jaringan dan
¾ sisanya bercampur kembali dengan darah vena. Selama melakukan latihan
fisik, jumlah O2 dalam arteri tetap, tetapi curah jantung akan meningkat. Dengan
curah jantung sebesar 24 l/menit, oksigen yang diangkut adalah 24x200 atau 4900
ml/menit akan digunakan jaringan sebesar 3/4n dari total darah yang tersirkulasi
dan ¼ sisanya akan kembali ke jantung dan bercampur dengan darah vena (potter,
1983)
1. Inspirasi
Inspirasi terjadi bila tekanan intrapulmonal (intra-alveoli) lebih renf=dah dari
tekanan udara luar. Pada inspirasi biasa tekanan ini berkisar antara-1mmHg
sampai-3mmHg. Pada inspirasi dalam,tekanan intra-alveoli mencapai- 30mmHg
2. Ekspirasi
Ekspirasi berlangsung bila teknan intrapulmonal lebih tinggi daripada tekanan
udara luar, sehingga udara bergerak ke luar paru. Meningkatnya tekanan dalam
rongga paru terjadi apabila volume ronggaparu mengecil akibat proses
penguncupan yang disebabkan daya elastisitas jaringan paru. Penguncupan paru
terjadi bila otot-otot inspirasi mulai berelaksasi. Pada proses ekspirasi biasa
tekanan intra-alveoli sekitar + 1cmHg sampau +3 cmHg
Daftar pustaka
Pearce evelyn C. 2000. Anatomi dan fissiologi untuk paramedis. Jakarta:
Gramedika
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan. Sistem
Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.