105
TESIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN PERTANIAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI ( Studi Kasus di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan ) I MADE MAHADI DWIPRADNYANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014

Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

TESIS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KONVERSI LAHAN PERTANIAN SERTA

DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI

( Studi Kasus di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan )

I MADE MAHADI DWIPRADNYANA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

Page 2: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

TESIS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KONVERSI LAHAN PERTANIAN SERTA

DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI

( Studi Kasus di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan )

I MADE MAHADI DWIPRADNYANA

NIM 1291161006

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

Page 3: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KONVERSI LAHAN PERTANIAN SERTA

DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI

( Studi Kasus di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan )

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

pada Program Magister, Program Studi Manajemen Agribisnis,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

I MADE MAHADI DWIPRADNYANA

NIM 1291161006

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

Page 4: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan

Yang Maha Esa, karena atas asung kerta wara nugraha-Nya/karunia-Nya, penulis

dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Konversi Lahan Pertanian serta Dampaknya Terhadap Kesejahteraan Petani

(Studi Kasus di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan)” tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Wayan Windia, SU., pembimbing I yang

dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan dorongan, semangat,

bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam

penyelesaian tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya pula penulis sampaikan

kepada Dr. Ir. I Made Sudarma, MS selaku Pembimbing II yang dengan penuh

perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof.

Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD.,KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan

kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di

Universitas Udayana. Ucapan terimakasih ini juga ditujukan kepada Direktur

Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr.dr.A.A. Raka

Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi

mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Ketut Suamba, MP

selaku Ketua Program Studi Magister Agribisnis Program Pascasarjana Universitas

Page 5: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Udayana atas izin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan progran

Magister. Ungkapan terimakasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis,

yaitu Dr. Ir. Ketut Suamba, MP., Dr. Ir. Ni Wayan Sri Astiti, MP., Dr. I Gede

Setiawan Adi Putra, SP.,MSi., yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan,

dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus

disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membingbing penulis

mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Kepada Ibu, Ayah dan seluruh

keluarga besar yang telah mengasuh dan membesarkan penulis serta selalu

mendukung baik finansial maupun moril. Kepada Pimpinan dan seluruh rekan-rekan

karyawan KPN Kamadhuk yang dengan penuh pengertian telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini. Tidak

lupa pula saya sampaikan terimakasih kepada Ni Putu Novita Diliani atas dorongan-

dorongan yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini dan

seluruh teman-teman Angkatan XV Program Studi Magister Agribisnis yang

senantiasa meluangkan waktu dalam menyelesaikan tesis ini.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu

melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan

penyelesaian tesis ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tesis

ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang disebabkan karena

keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Namun demikian skripsi ini

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan.

Page 6: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis lahir pada tanggal 25 April 1989 di Banjar Tunjuk Kelod, Desa

Tunjuk, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Anak kedua dari

tiga bersaudara dari pasangan Ayah Ir. I Wayan Sukasana, MP dan Ibu Ni Made

Laksanawati, S.Pd.

Jenjang pendidikan penulis dimulai dai TKK Widya Sastra Tunjuk pada tahun

1995 dan kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SD Negeri 4 Tunjuk yang lulus

pada tahun 2001. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Marga dan lulus

pada tahun 2004, setelah itu melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Tabanan dan

lulus pada tahun 2007. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan sarjana pada

Program Studi Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana yang

lulus pada tahun 2011.

Penulis bekerja dari tahun 2011 masih tercatat sebagai karyawan Koperasi

Pegawai Negeri Kamadhuk RSUP Sanglah Denpasar. Selain itu penulis juga

dipercaya sebagai Manager Koperasi Dana Shanti Desa Tunjuk dan masih aktif

tergabung dalam Kepengurusan Sanggar Seni Gita Jaya Swari Desa Tunjuk.

Atas dukungan keluarga pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan

Program Pascasarjana Magister Agribisnis di Universitas Udayana dengan harapan

dapat menjadi lebih baik dan akan bermanfaat pada masa yang akan datang.

Page 7: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KONVERSI LAHAN PERTANIAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP

KESEJAHTERAAN PETANI

( Studi Kasus di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan )

Konversi lahan adalah suatu proses perubahan penggunaan lahan dari bentuk

penggunaan tertentu menjadi penggunaan lain misalnya ke nonpertanian. Konversi

lahan pertanian ke nonpertanian merupakan isu sentral pembangunan pertanian yang

dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap produksi pangan, aspek sosial

ekonomi dan aspek lingkungan. Fenomena konversi lahan ini pada dasarnya terjadi

akibat adanya persaingan dalam pemanfaatan lahan antara sektor pertanian dengan

sektor nonpertanian yang muncul akibat adanya tiga fenomena ekonomi dan sosial

yaitu keterbatasan sumber daya alam, pertambahan penduduk dan pertumbuhan

ekonomi.

Melihat fenomena tersebut penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari

faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan baik sebagai faktor pendorong

maupun penghambat. Selanjutnya dari faktor-faktor tersebut dapat dianalisis untuk

melihat pengaruhnya terhadap kesejahteraan petani yang melakukan konversi lahan di

Subak Jadi Kecamatan Kediri, Tabanan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kuantitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan

sumber data primer yaitu dengan menyebarkan kuesioner langsung kepada petani dan

sumber data sekunder dengan mencari data dari BPS maupun sumber lain yang

terkait. Sampling terhadap populasi dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin.

Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis faktor, regresi linier

berganda dan Paired Sample t test dengan standar error sebesar 5% (α=0,05).

Hasil penelitian yang didapat adalah seluruh variabel berpengaruh secara

simultan dan signifikan terhadap konversi lahan. Secara parsial hanya faktor

pendorong konversi eksternal berpengaruh nyata terhadap konversi lahan. Faktor

pendorong yang berpengaruh terhadap konversi lahan adalah mutu tanah, kebutuhan

tempat tinggal dan kesempatan membeli lahan di tempat lain. Saran untuk

mengurangi konversi adalah pemerintah harus mempertegas regulasi di bidang

perizinan terutama untuk membangun di lahan basah. Pemerintah juga harus

memperketat peraturan jual beli lahan terutama lahan pertanian boleh dijual tetapi

tetap diperuntukkan untuk lahan pertanian.

Kata kunci: konversi lahan, lahan, kesejahteraan petani

Page 8: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

ABSTRACT

Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on Farmers

Welfare (Case Studies in Subak Jadi, District of Kediri, Tabanan)

Land conversion is a process of change in land use of a particular form of

usage become another example to non-agricultural use. Conversion of agricultural

land to non-agricultural agricultural development is a central issue that can have a

significant impact on food production, economic and social aspects of environmental

aspects. Conversion phenomenon is basically the result of the competition between

agricultural land use to non-agricultural sector arising from the three economic and

social phenomena are limited natural resources, population growth and economic

growth.

Viewing the phenomenon of this research was conducted in order to find the

factors that affect the conversion of land either as a motivating factor as well as

towing. Furthermore, of these factors can be analyzed to see its effect on the welfare

of farmers converting land in Subak Jadi District of Kediri, Tabanan.

The method used in this study is a quantitative method. Sources of data used

in this study using primary data source is by distributing questionnaires directly to

farmers and secondary data sources to find data from BPS and other relevant sources.

Sampling of the population is performed using Slovin formula. Data analysis method

used is the method of factor analysis, multiple linear regression and paired sample t

test with a standard error of 5% (α = 0.05).

Research results obtained are all variables simultaneously and significantly

affect the conversion. Partial conversion of the driving factors of land there are just

external push factors have a significant effect. The variable is the soil quality, housing

needs, and the opportunity to buy land elsewhere. Suggestion for reducing lan

conversion is the government should reinforce the regulations in the field of

licensing, especially to build in wetlands. Government should also tighten the rules of

buying and selling land, especially agricultural land should be sold but kept for

agricultural land.

Keywords: land conversion, land, farmer welfare

Page 9: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

RINGKASAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KONVERSI LAHAN PERTANIAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP

KESEJAHTERAAN PETANI

( Studi Kasus di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan )

Konversi lahan adalah suatu proses perubahan penggunaan lahan dari bentuk

penggunaan tertentu menjadi penggunaan lain yang dalam penelitian ini adalah ke

nonpertanian. Fenomena konversi lahan ini pada dasarnya terjadi akibat adanya

persaingan dalam pemanfaatan lahan antara sektor pertanian dengan sektor

nonpertanian yang muncul akibat adanya tiga fenomena ekonomi dan sosial yaitu

keterbatasan sumber daya alam, pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi.

Kebutuhan akan pangan dan papan akan bertambah seiring dengan pertambahan

penduduk. Permasalahan akan muncul manakala terjadi ketidakseimbangan

kepentingan antara pemenuhan kebutuhan pangan dan papan.

Permasalahan ini muncul karena keterbatasan sumberdaya lahan dimana untuk

memenuhi seluruh pangan penduduk diperlukan lahan sawah yang luas dan untuk

kebutuhan papan juga dibutuhkan lahan yang tidak sedikit. Persaingan penggunaan

lahan pada akhirnya akan menggeser ketersediaanya untuk pertanian karena

kebutuhan untuk tempat tinggal lebih penting dan tidak dapat dihindari lagi

permintaan lahan pertanian akan semakin banyak.

Tabanan yang merupakan lumbung berasnya Bali juga tidak luput dari

permasalahan konversi lahan. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Hortikultura

Kabupaten Tabanan diketahui bahwa dari Tahun 2008 sampai 2012 diketahui jumlah

konversi lahan mencapai 77ha. Jumlah tersebut sangat mungkin akan terus bertambah

apabila tidak ditanggulangi dengan tepat. Konversi lahan tidak hanya terjadi pada

lahan kering namun sudah merambah pada lahan basah yang notabene merupakan

lahan yang masih produktif.

Melihat fenomena tersebut maka penelitian ini memiliki tujuan adalah untuk

mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi petani melakukan konversi lahan.

Selain itu penelitian ini juga memiliki tujuan untuk mengetahui apakah konversi

lahan tersebut mampu untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

Penelitian ini dilakukan di Subak Jadi Kecamatan Kediri, Tabanan. Lokasi ini

dipilih secara purposive dengan pertimbangan Tabanan merupakan pusat pertanian di

Bali dan Subak Jadi merupakan subak yang memiliki lahan yang terkonversi terbesar.

Metode penghambatan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode Slovin dimana jumlah sampel yang didapat berjumlah 112

sampel. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif atau

data berbentuk angka dan data kualitatif atau data berbentuk keterangan. Sumber data

yang digunakan adalah data yang berasal langsung dari sumber asli atau data primer

dan data sekunder yang didapat melalui perantara. Metode analisis data yang

digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan di

Page 10: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Subak Jadi adalah analisi faktor dan analisis regresi linier berganda. Sedangkan untuk

mencari pengaruh konversi lahan terhadap kesejahteraan petani digunakan paired t-

test.

Hasil penelitian yang didapat adalah secara simultan seluruh faktor tersebut

berpengaruh signifikan terhadap konversi lahan di Subak Jadi Kecamatan Kediri

Tabanan dengan kontribusi sebesar 63,2 persen sedangkan sisanya 37,8 persen

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model. Secara parsial

hanya faktor pendorong konversi eksternal berpengaruh nyata terhadap konversi

lahan. Faktor pendorong yang berpengaruh terhadap konversi lahan adalah mutu

tanah, kebutuhan tempat tinggal dan kesempatan membeli lahan di tempat lain.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan petani Subak Jadi mengalami

penurunan setelah adanya konversi lahan yaitu dari Rp. 19.707.568,902 menjadi Rp.

16.241.197,991. Jadi dapat dikatakan bahwa konversi lahan tidak akan meningkatkan

kesejahteraan petani.

Melihat hasil penelitian yang didapat maka dapat dikemukakan saran untuk

seluruh pihak terkait baik pemerintah maupun prajuru subak harus mampu untuk

mengontrol laju konversi lahan dengan cara memperlemah faktor-faktor yang

mendorong konversi lahan baik yang bersifat internal maupun eksternal dan

memperkuat faktor-faktor yang menghambat konversi lahan.

Menanggulangi faktor pendorong internal seperti mutu tanah dan produktivitas,

pemerintah perlu meningkatkan pemberian subsidi pupuk untuk meningkatkan

produktivitas lahan sehingga mampu menghasilkan dengan baik. Untuk

menanggulangi faktor pendorong eksternal seperti kebutuhan untuk perumahan dan

kesempatan membeli lahan lain pemerintah harus mempertegas peraturan

mengeluarkan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) terutama untuk membangun di lahan

basah. Pemerintah juga harus memperketat peraturan jual beli lahan terutama lahan

pertanian boleh dijual tetapi tetap diperuntukkan untuk lahan pertanian.

Petani harus ditekankan bahwa konversi lahan bukan jalan terbaik bahkan dapat

merugikan petani itu sendiri dan secara luas seperti ketahanan pangan serta

lingkungan. Dampak konversi lahan terhadap kesejahteraan petani memerlukan

penelitian yang lebih lanjut. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengkaji

indikator-indikator lain selain pendapatan yang mempengaruhi kesejahteraan petani.

Hal ini terkait dengan perbedaan persepsi petani tentang kesejahteraan.

Page 11: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

DAFTAR ISI Halaman

SAMPUL DALAM ............................................................................... i

PRASYARAT GELAR ......................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................. iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI .................................................... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ..................................... v

UCAPAN TERIMAKASIH.................................................................. vi

RIWAYAT HIDUP PENULIS ............................................................. viii

ABSTRAK ............................................................................................. ix

ABSTRACT ........................................................................................... x

RINGKASAN ........................................................................................ xi

DAFTAR ISI .......................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 8

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 8

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 9

1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................... 9

1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konversi Lahan .............................................................................. 10

2.1.1 Pengertian Konversi Lahan ................................................. 10

2.1.2 Faktor Penyebab Konversi Lahan........................................ 13

2.1.3 Dampak Konversi Lahan Pertanian ..................................... 16

2.2 Kesejahteraan Petani ...................................................................... 17

2.2.1 Pengertian Kesejahteraan .................................................... 17

2.2.2 Indikator Kesejahteraan ....................................................... 19

2.4 Penelitian Sebelumnya ................................................................... 21

BAB III KERANGKA BERFIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

3.1 Kerangka Berfikir........................................................................... 24

3.2 Kerangka Konsep ........................................................................... 27

3.3 Hipotesis ............................................................................. 29

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian ..................................................................... 30

Page 12: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

4.2 Lokasi Penelitian ............................................................................ 30

4.3 Populasi dan sampel ....................................................................... 31

4.4 Jenis dan Sumber Data ................................................................... 32

4.4.1 Jenis Data ............................................................................. 32

4.4.2 Sumber Data ........................................................................ 33

4.5 Identifikasi Variabel ....................................................................... 33

4.6 Definisi Operasional Variabel ........................................................ 34

4.7 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 45

4.8 Pengujian Instrumen....................................................................... 45

4.8.1 Uji Validitas ......................................................................... 45

4.8.1 Uji Reliabilitas ..................................................................... 46

4.9 Teknik Analisi Data ....................................................................... 46

4.9.1 Analisis Faktor ..................................................................... 46

4.9.2 Uji Asumsi Klasik ............................................................... 50

4.9.3 Regresi Linier Berganda ...................................................... 51

4.9.4 Paires Sample t-Test ............................................................ 55

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Subak Jadi......................................................... 58

5.1.1 Sejarah Singkat Subak Jadi.................................................. 59

5.1.2 Struktur Organisasi .............................................................. 59

5.2 Karakteristik Responden ................................................................ 61

5.3 Pengujian Instrumen....................................................................... 62

5.4 Tingkat Persepsi Responden terhadap Konversi Lahan

di Subak Jadi .................................................................................. 64

5.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan...................... 74

5.6 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Konversi...................... 79

5.7 Pengaruh Konversi Lahan terhadap Kesejahteraan Petani............. 83

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan .................................................................................... 85

6.2 Saran ............................................................................................. 85

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 87

LAMPIRAN ............................................................................. 89

Page 13: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Konversi Lahan di Tabanan Per Kecamatan .................................... 7

5.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin ................................ 60

5.2 Distribusi Responden Menurut Umur .............................................. 60

5.3 Distribusi Responden Menurut Lama Pendidikan ........................... 61

5.4 Hasil Uji Validitas............................................................................ 62

5.5 Hasil Uji Reliabilitas ........................................................................ 64

5.6 Hasil Penelitian Responden atas Konversi Lahan di Subak Jadi ..... 65

5.7 Hasil Penelitian Responden atas Faktor Internal Pendorong

Konversi Lahan (X1.1) .................................................................... 67

5.8 Hasil Penelitian Responden atas Faktor Eksternal Pendorong

Konversi Lahan (X1.2) .................................................................... 69

5.9 Hasil Penelitian Responden atas Faktor Internal Penghambat

Konversi Lahan ............................................................................... 72

5.10 Hasil Penelitian Responden atas Faktor Eksternal Penghambat

Konversi Lahan ................................................................................ 74

5.11 Koefisien Matriks Korelasi .............................................................. 75

5.12 Hasil Uji Kaiser Meyer Olkin (KMO) ............................................. 76

5.13 Nilai Percentage of Variance........................................................... 77

5.14 Ketepatan Model .............................................................................. 78

5.15 Uji Multikolinearitas ........................................................................ 80

5.16 Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................... 80

5.17 Rangkuman Hasil Analisis Regresi ................................................. 81

5.18 Variabel yang Berpengaruh Nyata ................................................... 82

5.19 Paired Sample Statistic .................................................................... 84

5.22 Paires Samples Test ......................................................................... 84

Page 14: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

3.1 Skema Kerangka Berfikir ................................................................ 26

3.2 Kerangka Konsep ............................................................................. 28

4.1 Model Hubungan Antar Variabel ..................................................... 43

4.2 Daerah pengujian Penolakan dan Penerimaan Ho dengan uji F ...... 52

4.3 Daerah pengujian Penolakan dan Penerimaan Ho dengan uji t ....... 54

4.4 Daerah pengujian Penolakan dan Penerimaan Ho dengan uji t ....... 56

5.1 Struktur Organisasi Subak Jadi ........................................................ 59

5.2 Persepsi Responden Terhadap Konversi Lahan ............................... 65

5.3 Kecendrungan Faktor Pendorong Internal Terhadap Konversi

Lahan................................................................................................ 67

5.4 Kecendrungan Faktor Pendorong Eksternal Terhadap Konversi

Lahan................................................................................................ 69

5.5 Kecendrungan Faktor Penahan Internal Terhadap Konversi Lahan 71

5.6 Kecendrungan Faktor Penahan Eksternal Terhadap Konversi

Lahan................................................................................................ 73

Page 15: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1. Kuesioner Penelitian ................................................................. 89

2. Hasil Jawaban Responden......................................................... 96

3. Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................... 125

4. Analisis Faktor .......................................................................... 130

5. Uji Asumsi Klasik ..................................................................... 152

6. Analisis Regresi Linier Berganda ............................................. 153

7. Paired Sample t-Test ................................................................. 155

Page 16: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perjalanan waktu dari hari ke hari, kehidupan manusia akan

terus berkembang tidak hanya dari segi perekonomian semata namun juga dalam hal

pertambahan penduduk. Semakin lama jumlah penduduk akan terus bertambah

apalagi di negara berkembang seperti Indonesia yang belum dapat mengontrol

pertumbuhan penduduk. Pada tahun 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai lebih

dari 240 juta orang dan di Bali menurut sensus penduduk tahun 2011 jumlah

penduduk mencapai 3.643.472 orang yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di

Bali.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, jumlah

penduduk di Bali mengalami pertumbuhan yang signifikan. Tahun 2007 jumlah

penduduk di Bali adalah sebesar 3.372.880 dan tahun 2012 jumlah penduduk menjadi

3.643.472 orang yang berarti mengalami kenaikan sebesar 270.592 orang. Angka

tersebut semakin lama pasti akan terus berkembang dan kebutuhan akan sumberdaya

lahan pasti semakin besar.

Kebutuhan akan pangan dan papan akan bertambah seiring dengan

pertambahan penduduk. Permasalahan akan muncul manakala terjadi

ketidakseimbangan kepentingan antara pemenuhan kebutuhan pangan dan papan.

Permasalahan ini muncul karena keterbatasan sumberdaya lahan dimana untuk

Page 17: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

memenuhi seluruh pangan penduduk diperlukan lahan sawah yang luas dan untuk

kebutuhan papan juga dibutuhkan lahan yang tidak sedikit. Persaingan penggunaan

lahan pada akhirnya akan menggeser ketersediaanya untuk pertanian karena

kebutuhan untuk tempat tinggal lebih penting dan tidak dapat dihindari lagi

permintaan lahan pertanian akan semakin banyak.

Lahan dapat bermakna bermacam-macam tergantung pada sudut pandang dan

kepentingan terhadap lahan. Bagi petani lahan adalah tempat bercocok tanam dan

sumber kehidupan, sedangkan bagi penduduk perkotaan lahan adalah ruang untuk

mendirikan bangunan seperti rumah, toko dan lain sebagainya. Menurut

Notohadiprowiro (2006) secara spesifik lahan merupakan sumberdaya pembangunan

yang memiliki karakteristik ketersediaan atau luasnya relatif tetap karena perubahan

luas akibat proses alami (sedimentasi) dan proses artifisial (reklamasi) sangat kecil.

Selain itu kesesuaian lahan dalam menampung kegiatan masyarakat juga cenderung

bersifat spesifik karena lahan memiliki perbedaan sifat fisik seperti jenis batuan,

kandungan mineral, topografi dan lain sebagainya.

Permintaan lahan dipengaruhi oleh dua jenis permintaan yaitu direct demand

(permintaan langsung) dan derived demand (pendorong permintaan). Dalam direct

demand, lahan berfungsi sebagai barang konsumsi atau untuk pemukiman dan secara

langsung memberikan utilitas. Melalui derived demand, peningkatan jumlah

penduduk akan meningkatkan permintaan barang dan jasa sebagai alat pemuas

kebutuhan. Untuk memproduksi barang dan jasa tersebut diperlukan lahan sebagai

Page 18: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

faktor produksi dimana lahan ini tidak memberikan utilitas secara langsung tetapi

diperoleh dari konsumsi barang dan jasa.

Ketika permintaan lahan mengalami peningkatan padahal ketersediaannya

semakin terbatas, yang sering dilakukan masyarakat adalah merubah penggunaan

lahan dari satu penggunaan ke penggunaan yang lainnya atau yang biasa disebut

konversi lahan. Konversi lahan bersifat dinamis, dan perubahannya cenderung

mengarah kepada penggunaan lahan yang memberikan surplus lahan yang lebih

tinggi.

Konversi lahan adalah suatu proses perubahan penggunaan lahan dari bentuk

penggunaan tertentu menjadi penggunaan lain misalnya perubahan lahan pertanian

menjadi non pertanian. Konversi lahan akan terjadi terus menerus yang disebabkan

oleh semakin meningkatnya kebutuhan lahan untuk pemukiman, industri,

perkantoran, jalan raya dan infrastruktur lain untuk menunjang perkembangan

masyarakat.

Konversi lahan merupakan ancaman serius terhadap ketahanan pangan karena

dampak dari konversi lahan bersifat permanen. Lahan sawah yang telah dikonversi ke

penggunaan lain dipertanian sagat kecil peluangnya untuk berubah kembali menjadi

lahan sawah. Substansi masalah konversi lahan bukan hanya terletak pada boleh atau

tidaknya suatu lahan dikonversi tetapi lebih banyak menyangkut kepada kesesuaian

dengan tata ruang, dampak dan manfaat ekonomi dan lingkungan dalam jangka

panjang dan alternatif lain yang dapat ditempuh agar manfaatnya lebih besar daripada

dampaknya (Pakpahan et al., 2007).

Page 19: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Irawan (2005) mengungkapkan bahwa konversi lahan berawal dari

permintaan komoditas pertanian terutama komoditas pangan yang kurang elastis

terhadap pendapatan dibanding dengan komoditas non pertanian. Oleh karena itu

pembangunan ekonomi yang berdampak pada peningkatan pendapatan penduduk

cenderung menyebabkan naiknya permintaan komoditas non pertanian dengan laju

lebih tinggi dibandingkan dengan permintaan komoditas pertanian. Konsekuensi

lebih lanjut adalah karena kebutuhan lahan untuk memproduksi setiap komoditas

merupakan turunan dari permintaan komoditas yang bersangkutan, maka

pembangunan ekonomi yang membawa kepada peningkatan pendapatan akan

menyebabkan naiknya permintaan lahan untuk kegiatan di luar pertanian dengan laju

lebih cepat dibanding kenaikan permintaan lahan untuk kegiatan pertanian.

Perubahan penggunaan lahan dapat terjadi karena adanya perubahan rencana

tata ruang wilayah, adanya kebijaksanaan arah pembangunan dan karena mekanisme

pasar. Konversi lahan dari pertanian ke nonpertanian terjadi secara meluas sejalan

dengan kebijaksanaan pembangunan yang menekankan pada aspek pertumbuhan

melalui kemudahan fasilitas investasi kepada investor (Widjanarko, dkk, 2006).

Terjadinya konversi lahan juga dapat disebabkan oleh nilai tukar petani. Nilai tukar

petani yang rendah menyebabkan tidak ada insentif bagi petani untuk terus hidup dari

usaha pertaniannya, sehingga mereka cenderung untuk mengkonversi lahan sawahnya

(Ashari, 2003).

Faktor yang berperan penting yang menyebabkan proses konversi lahan

pertanian ke non pertanian menurut Nasoetion, dkk, (2000) adalah perkembangan

Page 20: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

standar tuntutan hidup, fluktuasi harga pertanian, struktur biaya produksi pertanian,

teknologi, aksesibilitas, resiko dan ketidakpastian dalam pertanian.

Lahan pertanian dapat memberikan banyak manfaat seperti dari segi ekonomi,

sosial, dan lingkungan. Namun, akibat konversi lahan tersebut sehingga menjadikan

semakin sempitnya lahan pertanian akan mempengaruhi segi ekonomi, sosial, dan

lingkungan tersebut. Jika konversi lahan pertanian ke non pertanian ini terus

dilakukan dan tidak terkendali, maka hal ini tidak hanya menjadi masalah bagi petani

di daerah, tetapi hal ini bisa menjadi masalah nasional bangsa Indonesia. Konversi

lahan pertanian akan sangat berkaitan dengan kesejahteraan petani karena lahan

merupakan sumber kehidupan para petani.

Perubahan fungsi lahan tersebut secara agregat mungkin akan meningkatkan

pendapatan wilayah, namun peningkatan tersebut tidak tersebar secara merata.

Apabila kenaikan output tersebut tersebar secara merata termasuk para petani yang

terkonversi lahannya, maka perubahan penggunaan lahan diduga akan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Namun apabila konversi lahan pertanian tidak disertai

dengan transformasi pekerjaan petani, kenaikan pendapatan wilayah tidak disertai

dengan pemerataan yang baik, kurang berjalannya transformasi pekerjaan petani

maka konversi lahan pertanian akan menurunkan kesejahteraan petani.

Perkembangan Kabupaten Tabanan yang cukup pesat baik dari perkembangan

perekonomian dan kependudukan dimana sampai tahun 2012 tercatat jumlah

penduduk sebesar 437.679 jiwa akan membawa implikasi terjadinya konversi lahan

pertanian yang cukup tinggi. Tabanan yang merupakan lumbung berasnya Bali

Page 21: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

sungguh sangat memperihatinkan. Lahan-lahan produktif yang dulunya merupakan

kebanggaan masyarakat Tabanan kini berubah fungsi menjadi puing-puing beton

perumahan dan pertokoan. Konversi lahan yang terjadi tidak hanya pada lahan kering

namun telah merambah ke lahan basah yang memiliki produktivitas tinggi. Kondisi

ini jelas mengkhawatirkan masa depan petani dan sistem pertanian yang terkenal di

Bali yang telah diakui sebagai warisan budaya dunia yaitu subak. Melihat fenomena

tersebut dalam penelitian ini akan secara khusus membahas konversi lahan yang

terjadi pada lahan basah.

Bersadarkan data dari Dinas Pertanian dan Holtikultura Kabupaten Tabanan,

luas lahan pertanian dari tahun 2008 - 2012 yang terkonversi mencapai 89 ha. Angka

tersebut bukan tidak mungkin akan terus mengalami peningkatan dan lahan pertanian

secara perlahan akan menghilang.

Kecamatan yang paling banyak mengalami konversi dari tahun 2008 - 2012

adalah Kecamatan Pupuan sebesar 33 ha dan Kecamatan Kediri sebesar 30 ha, namun

di Kecamatan Pupuan konversi tersebut dari lahan sawah menjadi perkebunan.

Karena dalam penelitian ini khusus akan membahas konversi lahan pertanian ke non

pertanian maka dari itu Kecamatan Kediri merupakan daerah yang paling banyak

mengalami konversi. Bahkan di Kediri konversi tersebut paling banyak terjadi dalam

kurun waktu 1 tahun terakhir ini yang mencapai 23 ha. Jumlah lahan pertanian yang

terkonversi sampai tahun 2012 di Kabupaten Tabanan dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Page 22: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Tabel 1.1 Konversi Lahan di TabananPer Kecamatan Tahun 2008 - 2012

No

Kecamatan

LuasSawah (Ha) AlihFungsi

(Ha)

Ket 2008 2009 2010 2011 2012

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Selemadeg Barat

Selemadeg

SelemadegTimur

Kerambitan

Tabanan

Kediri

Marga

Baturiti

Penebel

Pupuan

1.161

1.895

2.342

2.516

1.993

3.036

2.320

1.808

4.363

1.031

1.161

1.895

2.342

2.516

1.993

3.036

2.320

1.808

4.363

1.031

1.161

1.895

2.342

2.516

1.990

3.029

2.320

1.808

4.363

1.031

1.161

1.895

2.342

2.516

1.990

3.029

2.320

1.808

4.363

1.011

1.161

1.907

2.320

2.516

1.990

3.006

2.320

1.808

4.362

998

0

-12

22

0

3

30

0

0

1

33

Tetap

Bertambah

Berkurang

Tetap

Berkurang

Berkurang

Tetap

Tetap

Berkurang

Berkurang

Total 22.465 22.465 22.455 22.435 22.388 89

Sumber : Dinas Pertanian dan Holtikultura Kab. Tabanan

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Holtikultura Kabupaten Tabanan,

subak yang paling banyak mengalami konversi dari kurun waktu 2011 sampai 2012

di Kecamatan Kediri adalah Subak Jadi yaitu mencapai 5 ha yang semuanya menjadi

bangunan/rumah. Fenomena konversi lahan pertanian ini tentu akan sangat

berdampak terhadap masyarakat yang bermata pencaharian petani, dimana dengan

lahan yang semakin sempit petani akan kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan dan

akan mengurangi pendapatan petani yang nantinya diduga akan berpengaruh terhadap

kesejahteraan petani itu sendiri.

Berdasarkan permasalahan tersebut perlu dilakukan penelitian yang lebih

lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan pertanian pada

Page 23: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Subak Jadi serta mengetahui variabel-variabel yang mewakili setiap faktor yang

dimaksud sehingga dapat dicarikan jalan keluar untuk mengatasi konversi lahan

pertanian lebih lanjut. Konversi lahan di Subak Jadi yang terus berlanjut akan

menyebabkan teracamnya ketahanan pangan di daerah tersebut yang pada akhirnya

akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani di daerah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan

yaitu sebagai berikut.

1) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi konversi lahan pertanian di Subak

Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan?

2) Bagaimanakah dampak konversi lahan pertanian terhadap kesejahteraan

petani di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan?

1.3 Tujuan Penelitian

Bersadarkan perumusan masalah di atas, maka dikemukakan tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan

pertanian di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan.

2) Untuk mengetahui dampak konversi lahan pertanian terhadap kesejahteraan

petani di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan.

Page 24: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah penelitian ini diharapkan

memberikan kontribusi pada teori ilmu manajemen agribisnis terutama dalam

meneliti analisis faktor yang mempengaruhi konversi lahan pertanian dan dampaknya

terhadap kesejahteraan petani. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi

referensi bagi peneliti-peneliti lainnya yang melakukan penelitian dengan objek yang

sama.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi

pemerintah melalui dinas terkait dalam mengidentifikasi variabel yang dapat

mempengaruhi dampak konversi lahan pertanian terhadap kesejahteraan

petani.

2) Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi

pemerintah melalui dinas terkait untuk menentukan kebijakan yang berkaitan

dengan konversi lahan pertanian terhadap kesejahteraan petani dan.

Page 25: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konversi Lahan

2.1.1 Pengertian Konversi Lahan

Lahan sebagai salah satu faktor produksi merupakan sumber hasil-hasil

pertanian yang menjadi tempat proses produksi dan hasil produksi diperoleh. Dalam

pertanian terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, faktor produksi lahan

mempunyai kedudukan yang sangat penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa

yang diterima dari lahan dibandingkan dengan faktor-faktor produksi lainnya.

Bagi petani, lahan mempunyai arti yang sangat penting karena dari lahan

mereka dapat mempertahankan hidup bersama keluarganya melalui kegiatan

bercocok tanam dan beternak. Karena lahan merupakan faktor produksi dalam

berusaha tani, maka status penguasaan terhadap lahan menjadi sangat penting yang

berkaitan dengan keputusan jenis komoditas apakah yang akan diusahakan dan

berkaitan dengan besar kecilnya bagian yang akan diperoleh dari usaha tani yang

diusahakan.

Irawan (2005) mengungkapkan bahwa konversi lahan berawal dari permintaan

komoditas pertanian terutama komoditas pangan yang kurang elastis terhadap

pendapatan dibanding dengan komoditas non pertanian. Oleh karena itu

pembangunan ekonomi yang berdampak pada peningkatan pendapatan penduduk

cenderung menyebabkan naiknya permintaan komoditas non pertanian dengan laju

Page 26: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

lebih tinggi dibandingkan dengan permintaan komoditas pertanian. Konsekuensi

lebih lanjut adalah karena kebutuhan lahan untuk memproduksi setiap komoditas

merupakan turunan dari permintaan komoditas yang bersangkutan, maka

pembangunan ekonomi yang membawa kepada peningkatan pendapatan akan

menyebabkan naiknya permintaan lahan untuk kegiatan di luar pertanian dengan laju

lebih cepat dibanding kenaikan permintaan lahan untuk kegiatan pertanian.

Kuantitas atau ketersediaan lahan di setiap daerah relatif tetap atau terbatas

walaupun secara kualitas sumberdaya lahan dapat ditingkatkan. Pada kondisi

keterbatasan tersebut maka peningkatan kebutuhan lahan untuk memproduksi

komoditas tertentu akan mengurangi ketersediaan lahan yang dapat digunakan untuk

memproduksi komoditas lainnya. Oleh karena pembangunan ekonomi cendurung

mendorong permintaan lahan di luar sektor pertanian dengan laju lebih besar

dibanding permintaan lahan di sektor pertanian, maka pertumbuhan ekonomi

cenderung mengurangi kuantitas lahan yang dapat digunakan untuk kegiatan

pertanian. Pengurangan kunatitas lahan yang dialokasikan untuk kegiatan pertanian

tersebut berlangsung melalui konversi lahan pertanian yaitu perubahan pemanfaatan

lahan yang semula digunakan untuk kegiatan pertanian ke pemanfaatan lahan di luar

pertanian seperti kompleks perumahan, kawasan perdagangan, kawasan industri dan

seterusnya (Irawan, 2005).

Pengertian konversi atau alih fungsi lahan secara umum menyangkut

transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu penggunaan ke

penggunaan lainnya. Konversi lahan pertanian ini tidak terlepas dari situasi ekonomi

Page 27: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

secara keseluruhan. Di negara-negara berkembang konversi lahan umumnya

dirangsang oleh transformasi struktur ekonomi yang semula bertumpu pada sektor

pertanian ke sektor yang lebih bersifat industrial. Proses transformasi ekonomi

tersebut selanjutnya merangasang terjadinya migrasi penduduk ke daerah-daerah

pusat kegiatan bisnis sehingga lahan pertanian yang lokasinya mendekati pusat

kegiatan bisnis dikonversi untuk pembangunan kompleks perumahan.

Konversi lahan pertanian ke nonpertanian bukan semata-mata sebagai

fenomena fisik yang berpengaruh terhadap berkurangnya luas lahan pertanian,

melainkan sebuah fenomena yang bersifat dinamis mempengaruhi aspek-aspek

kehidupan masyarakat secara lebih luas, tidak hanya berkaitan dengana aspek

ekonomi, juga terkait dengan perubahan sosial dan budaya masyarakat. Menurut

Nasoetion, dkk., (2000) proses alih fungsi lahan pertanian secara langsung atau tidak

langsung ditentukan oleh dua faktor besar yaitu sistem kelembagaan yang

dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah dan sistem kelembagaan yang

berkembang secara alamiah dalam masyarakat. Sistem kelembagaan yang

dikembangkan pemerintah seperti melalui peraturan pertanahan dan tata ruang akan

berpengaruh terhadap konversi lahan. Demikian halnya dengan sistem kelembagaan

masyarakat seperti subak di Bali juga mempunyai pengaruh kuat terhadap alih fungsi

lahan pertanian. Jadi dengan demikian dorongan-dorongan terjadinya konversi lahan

pertanian ke nonpertanian baik yang mempercepat atau memperlambat tidak

sepenuhnya bersifat alamiah, tetapi ada juga secara langsung atau tidak langsing

dihasilkan dari proses kebijakan yang dihasilkan oleh pemerintah.

Page 28: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

2.1.2 Faktor Penyebab Konversi Lahan Pertanian

Kebutuhan akan lahan yang sangat besar mengakibatkan banyak terjadinya

konversi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian. Alih fungsi lahan pada

dasarnya merupakan hal yang wajar terjadi, namun kenyetaannya konversi lahan

menjadi masalah karena terjadi di lahan pertanian yang produktif. Faktor penyebab

konversi lahan ini dapat dibagi menjadi faktor tidak langsung dan faktor langsung.

Faktor tidak langsung antara lain perubahan struktur ekonomi, pertumbuhan

penduduk, arus urbanisasi dan konsestensi impementasi tata ruang. Sedangkan faktor

langsung dipengaruhi oleh pertumbuhan pembangunan sarana transportasi,

pertumbuhan kebutuhan lahan untuk industri, pertumbuhan sarana pemukiman dan

sebaran lahan sawah.

Berdasarkan kenyataan yang berkembang di masyarakat, pola konversi lahan

sawah dapat dibedakan menjadi 2 (dua) tipe yaitu secara bertahap (gradual) adalah

terjadi secara sporadis/terpencar yang dilakukan oleh perorangan dan secara seketika

(instant) bersifat massive, yaitu terjadi dalam satu hamparan luas dan terkonsentrasi

yang dilakukan oleh proyek pembangunan baik oleh pihak swasta maupun

pemerintah (Widjonarko, dkk., 2006).

Faktor penyebab konversi lahan pada tipe bertahap ada dua yaitu sebagai

berikut.

1) Lahan sawah dialihfungsikan/dikonversi karena fungsi sawah sudah tidak

optimal, misalnya karena telah terjadi degradasi mutu air irigasi dan

Page 29: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

degradasi mutu tanah sehingga usaha tani tidak dapat berkembang dengan

baik.

2) Alih fungsi oleh pemiliknya karena adanya desakan untuk pemenuhan

kebutuhan akan tempat tinggal dan keperluan tempat usaha untuk

meningkatkan pendapatan padahal dari segi fungsinya lahan lahan tersebut

masih optimal untuk usaha tani.

Pada tipe seketika dan massive, konversi terjadi biasanya diawali oleh alih

penguasaan kepada pihak lain yang akan memanfaatkannya untuk non-pertanian

terutama untuk lokasi perumahan. Alih fungsi melalui cara ini terjadi dalam

hamparan yang lebih luas dan terkonsentrasi pada satu wilayah yang berdekatan dan

pada umumnya berkorelasi positif dengan proses urbanisasi sehingga lebih banyak

terjadi di daerah perkotaan atau pinggiran kota.

Nasution, dkk., (2000) memaparkan beberapa faktor yang berperan penting yang

menyebabkan proses konversi lahan pertanian ke non pertanian yaitu sebagai berikut.

1) Perkembangan standar tuntutan hidup. Hal ini berhubungan dengan nilai land

rent yang mampu memberikan perkembangan standar tuntutan hidup petani.

2) Fluktuasi harga pertanian. Menyangkut aspek fluktuasi harga-harga komoditas

yang dapat dihasilkan dari pembudidayaan sawah.

3) Struktur biaya produksi pertanian. Biaya produksi dan aktivitas budidaya

lahan sawah yang semakin mahal dan cenderung memperkuat proses konversi

lahan.

Page 30: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

4) Teknologi. Terhambatnya perkembangan teknologi intensifikasi pada

penggunaan lahan yang memiliki tingkat pertanian yang terus meningkat akan

mengakibatkan proses ekstenfikasi yang lebih dominan, Proses ekstenfikasi

dari penggunaan lahan akan terus mendorong proses konversi lahan.

5) Aksesibilitas. Perubahan sarana dan prasarana transportasi yang berimplikasi

terhadap meningkatnya aksesibilitas lokal akan lebih mendorong

perkembangan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian.

6) Resiko dan ketidakpastian. Aktivitas pertanian dengan tingkat resiko

ketidakpastian yang tinggi akan menurunkan nilai harapan dari tingkat

produksi, harga dan keuntungan. Dengan demikian penggunaan lahan yang

mempunyai resiko dan ketidakpastian yang lebih tinggi akan cenderung

dikonversi ke penggunaan lain yang resikonya lebih rendah.

Menurut Lestari (2005) proses konversi lahan pertanian ke penggunaan non-

pertanian yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor. Tiga faktor penting yang

menyebabkan terjadinya konversi lahan pertanian yaitu sebagai berikut.

1) Faktor eksternal merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika

pertumbuhan perkotaan, demografi maupun ekonomi.

2) Faktor internal merupakan faktor yang lebih melihat sisi yang disebabkan oleh

kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan.

3) Faktor kebijakan merupakan aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah

pusat maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan

pertanian.

Page 31: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

2.1.3 Dampak Konversi Lahan Pertanian

Dampak konversi lahan pertanian menyangkut berbagai dimensi kepentingan

yang luas yaitu tidak hanya mengancam keberlanjutan swasembada pangan, tetapi

juga berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja, pemubaziran investasi irigasi,

pemerataan kesejahteraan, kualitas lingkungan hidup dan kemapanan struktur sosial

masyarakat. Adapun dampak konversi lahan pertanian adalah sebagai berikut.

1) Ancaman terhadap keberlangsungan swasembada pangan.

Berkurangnya produksi pangan akibat konversi lahan pertanian adalah

bersifat permanen, karena proses konversi lahan pertanian menjadi

nonpertanian sifatnya tidak dapat balik (irreversible) yaitu sekali lahan

pertanian tersebut berubah fungsi maka lahan tersebut tidak dapat lagi

digunakan sebagai sawah.

2) Ancaman terhadap kualitas lingkungan

Lahan pertanian tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk budidaya padi

tetapi dapat menjadi lahan yang efektif untuk menampung kelebihan air

limpasan, pengendali banjir dan pelestarian lingkungan. Apabila

sehamparan lahan sawah beralih fungsi untuk pembangunan kawasan

perumahan, hotel atau industri maka dengan sendirinya lahan disekitarnya

akan terkena pengaruh dari konversi tersebut. Lahan untuk menampung

kelebihan air akan semakin berkurang sehingga bencana seperti banjir akan

semakin sering terjadi. Selain itu harga lahan tersebut pada umumnya akan

meningkat dan apabila pemiliknya tetap untuk digunakan sebagai usaha tani

Page 32: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

maka dalam jangka panjang kualitas lingkungan ekologinya akan menurun

sehingga produktifitas juga menurun.

3) Ancaman terhadap penyerapan tenaga kerja

Konversi lahan pertanian pada hakikatnya tidak hanya menyangkut

hilangnya peluang memproduksi pangan tetapi juga menyangkut hilangnya

kesempatan kerja. Seperti diketahui usaha tani mempunyai kaitan dengan

berbagai usaha di bagian hulu dan hilir, maka dengan lahan terkonversi

akan hilang kesempatan untuk mendapat pekerjaan.

4) Ancaman terhadap organisasi subak

Sutawan (2008) menyatakan bahwa jika penyusutan areal lahan sawah

beririgasi terus berlanjut dikhawatirkan bahwa organisasi subak yang

merupakan warisan leluhur yang sudah terkenal sampai ke mancanegara

akan terancam punah. Kalau subak yang merupakan organisasi bersifat

sosio-agraris-religius hilang maka itu akan berimbas pada terdegradasinya

kebudayaan Bali dan dampaknya akan sangat besar bukan hanya bagi

pertanian juga akan berdampak terhadap pariwisata Bali.

2.2 Kesejahteraan Petani

2.2.1 Pengertian Kesejahteraan

Tingkat kesejahteraan (welfare) merupakan konsep yang digunakan untuk

menyatakan kualitas hidup suatu masyarakat atau individu di suatu wilayah pada satu

kurun waktu tertentu. Menurut Yosep seperti yang dikutip Maharani (2006),

Page 33: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

kesejahteraan itu bersifat luas yang dapat diterapkan pada skala social besar dan kecil

misalnya keluarga dan individu. Konsep kesejahteraan yang dimiliki setiap orang

bersifat relatif tergantung bagaimana penilaian masing-masing individu terhadap

kesejahteraan itu sendiri.

Menetapkan kesejahteraan serta cara pengukurannya merupakan hal yang sulit

untuk dirumuskan secara tuntas. Hal ini disebabkan permasalahan kesejahteraan

bukan hanya menyangkut permasalahan perbidang saja, tetapi menyangkut berbagai

bidang kehidupan yang sangat kompleks. Untuk itu diperlukan pengetahuan di

berbagai bidang disiplin ilmu di samping melakuakan penelitian atau melalui

pengamatan empirik berbagai kasus untuk dapat menemukan indikator keluarga

sejahtera secara umum dan spesifik.

Pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur kesejahteraan adalah melalui

pendekatan pengeluaran rumahtangga. Pengeluaran rata-rata per kapita per tahun

adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumahtangga selama setahun untuk konsumsi

semua anggota rumahtangga dibagi dengan banyaknya anggota rumahtangga.

Determinan utama dari kesejahteraan penduduk adalah daya beli. Apabila daya beli

menurun maka kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup menurun

sehingga tingkat kesejahteraan juga akan menurun.

Tingkat kesejahteraan suatu rumahtangga juga dapat diukur dengan jelas melalui

besarnya pendapatan yang diterima oleh rumahtangga tersebut. Semakin besar

pendapatan seseorang maka kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan juga akan

meningkat maka tingkat kesejahteraan juga akan menigkat.

Page 34: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

2.2.2 Indikator Kesejahteraan Masyarakat

Fahrudin (2012) menyatakan dimensi kesejahteraan disadari sangat luas dan

kompleks, sehingga suatu taraf kesejahteraan rakyat hanya dapat dilihat jika dari

suatu aspek tertentu. Berikut merupakan indikator-indikator dari kesejahteraan yaitu

sebagai berikut.

1) Kependudukan

Masalah kependudukan meliputi jumlah, komposisi dan distribusi penduduk

merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan.

Program perencanaan pembangunan social disegala bidang harus mendapat

prioritas utama yang berguna untuk peningkatan kesejahteraan penduduk.

2) Kesehatan dan Gizi

Salah satu aspek penting kesejahteraan adalah kualitas fisik penduduk yang

dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk dengan menggunakan indikator

utama angka kesakitan dan status gizi.

3) Pendidikan

Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subjek

sekaligus objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Faktor

kemiskinan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan belum semua

anal Indonesia dapat menikmati kesempatan pendidikan dasar. Dengan itu

dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai

suatu masyarakat maka dapat dikatakan masyarakat tersebut semakin

sejahtera

Page 35: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

4) Taraf dan Pola Konsumsi

Pola konsumsi rumahtangga secara umum dapat digunakan sebagai indikator

dalam menentukan kesejahteraan dengan melihat proporsi pengeluaran untuk

makanan dan bukan makanan.

5) Perumahan dan Lingkungan

Rumah dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kesejahteraan bagi

pemiliknya. Semakin baik fasilitas yang dimiliki dapat diasumsikan semakin

sejahtera rumahtangga yang menempati rumah tersebut. Berbagai fasilitas

yang dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan tersebut antara lain dapat

dilihat dari luar rumah, sumber air minum, fasilitas kebersihan rumahtangga.

6) Sosial dan Budaya

Pada umumnya semakin banyak seseorang memanfaatkan waktu luang untuk

melakukan kegiatan social budaya maka dapat dikatakn bahwa orang tersebut

memiliki tingkat kesejahteraan yang semakin meningkat. Pola kegiatan sosial

budaya yang mencerminkan aspek kesejahteraan seperti melakukan

perjalanan wisata dan akses pada informasi dan hiburan.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kesejahteraan adalah kondisi

yang digunakan untuk menyatakan kualitas hidup yang diukur dengan indikator

pendapatan dari sektor pertanian dan pendapatan di luar sektor pertanian. Pendapatan

petani merupakan suatu jumlah yang diterima dari hasil penjulan hasil usaha tani atau

jasa yang mereka lakukan baik di sektor pertanian maupun diluar pertanian. Jika

Page 36: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

pendapatan yang diterima petani bertambah maka kemungkinan petani tersebut akan

semakin sejahtera.

2.3 Penelitian Sebelumnya

Hasil-hasil penelitian sebelumnya yang digunakan untuk referensi dalam

penelitian ini meliputi hasil-hasil studi yang membahas dampak konversi lahan

pertanian terhadap kesejahteraan petanian adalah sebagai berikut.

1) Penelitian oleh Irawan (2005) dengan hasil penelitian yang diperoleh adalah

konversi lahan sawah di laur Jawa (132 ribu hektar per tahun) ternyata jauh lebih

tinggi daripada di pulau Jawa (56 ribu hektar per tahun). Sebesar 58,68 persen

konversi lahan sawah tersebut ditujukan untuk kegiatan nonpertanian dan sisanya

untuk usahatani bukan sawah. Sebagian besar konversi lahan untuk kegiatan

nonpertanian ditujukan untuk pembangunan perumahan (48,96 persen) dan

pembangunan sarana publik (28,29 persen). Keberadaan lahan sawah ternyata

dapat memberikan manfaat ekonomi, social, dan lingkungan yang bernilai tinggi.

Sebagian manfaat tersebut bersifat komunal. Jika terjadi konversi lahan sawah

maka kerugian yang ditimbulkan lebih dirasakan oleh masyarakat luas daripada

sebagian kecil masyarakat pemilik lahan. Bagi ketahanan pangan, konversi lahan

sawah juga dapat menimbulkan dampak yang lebih merugikan dibanding faktor

lain yang dapat menyebabkan turunnya produksi pangan seperti kekeringan,

serangan hama dan harga pangan yang rendah.

Page 37: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

2) Penelitian oleh Sihaloho dkk., (2007) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

menyebabkan konversi lahan di Kelurahan Mulyaharja dapat dibagi dua yaitu

aras makro yang terdiri dari kebijakan pemerintah yang memberikan iklim

kondusif bagi transformasi peruntukan suatu kawasan dan pertumbuhan

penduduk alamiah dan non-alamiah. (2) aras mikro yang terdiri dari keterdesakan

ekonomi, investasi pihak pemodal dan proses alih hak milik atas tanah. Konversi

lahan pertanian berimplikasi pada perubahan atau struktur agrarian yang

menghasilkan kerimpangan struktur agrarian lahan terhadap kehidupan

masyarakat menyangkut perubahan pola penguasaan lahan, pola nafkah dan

hubungan pola produksi.

3) Penelitian oleh Dewa Putu Arwan Suputra dkk., (2012) menyatakan bahwa ada

empat faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan di Subak Daksina, yaitu

faktor kondisi lahan, faktor ketergusuran (keterkaitan dengan kondisi penduduk),

faktor pemanfaatan lahan (untuk kepentingan sendiri) dan faktor ketidakefektifan

lahan. Variabel yang mewakili setiap faktor yang mempengaruhi alih fungsi

lahan di Subak Daksina ada 14 variabel yaitu variabel penghasilan lahan, fungsi

lahan, keadaan lahan kering, lokasi lahan, perbatasan pusat kota, keadaan lahan

basah mewakili faktor kondisi lahan; variabel terhimpit pemukiman,

pertumbuhan penduduk mewakili faktor ketergusuran (keterkaitan dengan

kondisi penduduk); variabel nilai jual lahan, biaya produksi, kebutuhan tempat

tinggal keluarga mewakili faktor pemanfaatan lahan (untuk kepentingan sendiri)

dan variabel digunakan sebagai sarana jalan, saluran irigasi, peluang kerja di

Page 38: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

sektor lain menjanjikan mewakili faktor ketidakefektifan lahan. Persamaan

dengan penelitian ini adalah sama-sama mengukur faktor-faktor yang

mempengaruhi konversi lahan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah objek

penelitian dan terdapat tambahan variabel terikat.

Page 39: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

BAB III

KERANGKA BERFIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berfikir

Jumlah penduduk Tabanan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang

berasal dari perkembangan penduduk lokal dan dari penduduk migrasi. Fenomena

tersebut tentu akan menambah permasalahan terutama di bidang pemenuhan

kebutuhan hidup baik pangan maupun papan. Dengan bertambahnya jumlah

penduduk kebutuhan akan pangan juga akan bertambah dan kebutuhan yang tidak

kalah penting pasti akan bertambah pula yaitu tempat tinggal. Bentrokan kepentingan

tidak akan bisa untuk dihindari karena sifat lahan yang terbatas. Semakin meningkat

jumlah penduduk maka kebutuhan lahan akan semakin meningkat terutama untuk

tempat tinggal sedangkan persediaan lahan bersifat terbatas. Maka dari itu keberadaan

lahan pertanian akan semakin terhimpit dan perubahan penggunaan lahan atau

konversi lahan ke non pertanian tidak akan dapat dihindari.

Perubahan penggunaan lahan secara besar-besaran menyebabkan ketersediaan

lahan bagi penggunaan sektor pertanian dan sebagai lapangan usaha bagi petani akan

semakin sempit. Pada penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan

akan dikelompokkan menjadi faktor pendorong dan faktor penghambat konversi

lahan. Faktor pendorong merupakan faktor-faktor yang mempercepat laju konversi

baik faktor pendorong dari internal maupun eksternal. Sedangkan faktor penghambat

adalah faktor-faktor yang memperlambat laju konversi lahan. Faktor-faktor yang

Page 40: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

diduga sebagai pendorong konversi lahan akan dibagi menjadi faktor internal

pendorong konversi lahan dan faktor eksternal pendorong konversi lahan.

Faktor internal pendorong konversi adalah lokasi lahan, produktivitas lahan,

saluran irigasi, mutu tanah, luas lahan yang dimiliki, biaya produksi, risiko usaha

tani, perubahan perilaku menganggap petani pekerjaan masyarakat miskin,

kemampuan penanganan pasca panen dan himpitan ekonomi untuk memenuhi

kebutuhan.

Faktor eksternal pendorong konversi adalah pertumbuhan penduduk,

pengaruh dari warga lain yang lebih dahulu mengkonversi lahan, pengaruh dari pihak

swasta, nilai jual lahan, kebutuhan tempat tinggal, pembangunan sarana dan prasarana

di sekitar subak, peluang kerja sektor non-pertanian, fluktuasi harga sektor pertanian,

pajak bumi dan bangunan, subsidi pemerintah, tenaga kerja, dan adanya kesempatan

membeli lahan lain.

Faktor penghambat juga dibagi menjadi dua yaitu faktor internal penghambat

konversi lahan dan faktor eksternal penghambat konversi lahan. Faktor internal

penghambat konversi lahan adalah lahan warisan, kepercayaan masyarakat,

ketersediaan sumberdaya air yang mencukupi, kondisi lahan yang masih subur dan

kesempatan kerja di sektor lain. Sedangkan faktor eksternal penghambat konversi

lahan adalah adanya regulasi dari pemerintah, adanya subsidi pemerintah, kepastian

harga hasil pertanian dan kompensasi dari pemerintah.

Pengaruh yang ditimbulkan dari konversi lahan tentu adalah berkurangnya

lahan-lahan pertanian sehingga akan berbanding lurus dengan produktivitas petani

Page 41: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

dan akan berpengaruh terhadap pendapatan petani. Jika pendapatan petani menurun

maka diduga akan berpengaruh terhadap kesejahteraan petani. Kerangka berfikir

penelitian ini dapat diilustrasikan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Skema Kerangka Berfikir Konversi Lahan Pertanian

Pertumbuhan penduduk meningkat

Permasalahan lahan

Konversi lahan pertanian

Permintaan terhadap lahan

meningkat, persediaan lahan terbatas

Faktor pendorong Faktor penghambat

Internal

- lokasi lahan

- produktivitas

lahan

- saluran irigasi

- mutu tanah

- luas lahan

- biaya prod.

- Risiko usaha tani

- Perubahan

perilaku masy.

- Penanganan pasca

panen

- Pemenuhan

kebutuhan

Eksternal

- Pertambahan

penduduk

- Warga lain

- Pihak swasta

- Nilai jual

- Kebutuhan tempat

tinggal

- Pembangunan

sarana prasarana

- Peluang kerja

- Fluktuasi harga

- Pajak

- Subsidi pemerintah

- Tenaga kerja

- Kesempatan

membeli lahan lain

Internal

- Warisan

- Kepercayaan

masyarakat

- Kondisi saluran

irigasi

- Kondisi lahan

masih subur

- Kesempatan kerja

di sektor lain

Eksternal

- Regulasi

pemerintah

tentang jalur hijau

- Subsidi

pemerintah

- Kepastian harga

hasil pertanian

- Kompensasi dari

pemerintah

Kesejahteraan petani

- Pendapatan sektor pertanian

- Pendapatan dari luar sektor pertanian

Saran/implikasi kebijakan

Page 42: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

3.2 Kerangka Konsep

Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian sebelumnya, variabel yang

mempengaruhi konversi lahan pertanian diantaranya adalah penghasilan petani, nilai

jual lahan, biaya produksi, kebutuhan tempat tinggal keluarga, lokasi lahan, variabel

terhimpit pemukiman, pajak tanah, pertumbuhan penduduk, saluran irigasi, mutu

lahan, dan peluang kerja di sektor lain menjanjikan. Dalam penelitian ini variabel-

variabel tersebut akan dikelompokkan sehingga dari variabel-variabel tersebut

terbentuk faktor pendorong dan faktor penghambat konversi lahan. Faktor pendorong

merupakan faktor-faktor yang mempercepat laju konversi baik faktor pendorong dari

internal maupun eksternal. Sedangkan faktor penghambat adalah faktor-faktor yang

memperlambat laju konversi lahan. Faktor-faktor tersebut tersebut diperkirakan akan

mempengaruhi jumlah konversi lahan pertanian.

Setelah melihat keterhubungan antar faktor pendorong konversi lahan dan

faktor penghambat konversi lahan maka selanjutnya dilihat pula pengaruh konversi

lahan pertanian tersebut terhadap tingkat kesejahteraan petani. Dalam penelitian ini

kesejahteraan petani diukur melalui indikator pendapatan pada sektor pertanian dan

pendapatan di luar pertanian dimana apabila indikator ini mengalami peningkatan

dapat dikatakan kesejahteraan petani mengalami peningkatan. Kerangka konsep

penelitian ini dapat diilustrasikan pada Gambar 3.2.

Page 43: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Gambar 3.2. Kerangka Konsep

Faktor Internal

Pendorong

Konversi (X1.1)

Konversi

Lahan

(Y1)

Kesejahteraan

Petani (Y2)

Faktor Eksternal

Pendorong

Konversi (X1.2)

Faktor Internal

Penghambat

Konversi (X2.1)

Faktor Eksternal

Penghambat

Konversi (X2.2)

Lokasi lahan

Produktivitas

Saluran irigasi

Mutu tanah

Luas lahan

Biaya prod.

Risiko

Perilaku masy

Pasca panen

Kebutuhan

Pert. penduduk

Warga lain

Pihak swasta

Nilai jual lahan

Keb tempat tinggal

Peluang kerja

Fluktuasi harga

Pajak

Subsidi

Tenaga kerja

Pemb. sarana Peluang membeli

lahan lain

Tanah warisan

Kepercayaan masy

Irigasi memadai

Tanah subur

Kesempatan kerja

sek. Lain tidak ada

Regulasi

Subsidi

Kepastian harga

Kompensasi

Page 44: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

3.3 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan pokok permasalahan yang telah diuraikan,

maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut.

1) Faktor pendorong dan penghambat konversi lahan berpengaruh

terhadap konversi lahan pertanian di Subak Jadi, Kecamatan Kediri,

Tabanan.

2) Konversi lahan pertanian berpengaruh terhadap kesejahteraan petani di

Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan.

Page 45: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian pada dasarnya merencanakan suatu kegiatan sebelum

kegiatan dilaksanakan yang mencakup komponen-komponen penelitian yang

diperlukan. Metode dalam penelitian merupakan cara memperoleh kebenaran ilmiah

yang sistematis, akurat dan berdasarkan fakta atau data empiris.

Mengacu pada tujuan penelitian, kemudian dirumuskan suatu kerangka proses

berfikir, konsep dan hipotesis sehingga didapat sebuah desain penelitian. Selanjutnya

dari desain tersebut dilaksanakan penelitian dan dirangkum suatu kesimpulan hasil

penelitian dan diajukan saran-saran yang dapat dimanfaatkan oleh pihak berwenang

dalam pengambilan kebijakan yang menyangkut faktor pendorong dan faktor

penghambat konversi lahan pertanian serta pengaruhnya terhadap kesejahteraan

petani khususnya di Kabupaten Tabanan.

4.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Subak Jadi Kecamatan Kediri, Tabanan. Pemilihan

lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Tabanan

merupakan pusat pertanian di Bali dan Subak Jadi merupakan subak yang memiliki

lahan yang terkonversi terluas di Tabanan serta didasarkan atas tersedianya data yang

memadai dan mampu untuk diolah peneliti sehingga lokasi ini dirasa relevan dengan

tujuan penelitian.

Page 46: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

4.3 Populasi dan Sampel

Sugiyono (2009:115) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini anggota populasi adalah seluruh petani

Subak Jadi Kecamatan Kediri, Tabanan sebesar 156 orang.

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil atau ditentukan mewakili

populasi untuk diamati. Teknik pengambilan sampel memberikan peluang yang sama

bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel Sugiyono

(2009:118).

Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

2 tipe yaitu adalah dengan menggunakan metode Slovin. Untuk menghitung

penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan, maka digunakan

rumus Slovin sebagai berikut.

1N

N

d2

n

. …………………………. (1)

Dimana n adalah jumlah sampel, N adalah jumlah populasi dan e adalah batas

toleransi kesalahan (5%). Dalam penelitian ini diketahui jumlah populasi Subak Jadi

adalah sebesar 156 petani sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut.

Page 47: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

105.0*156

1562

n = 112,23 ≈ 112

Jadi dari anggota populasi yang diambil sebagai sampel adalah sebanyak 112

orang responden.

Penarikan sampel untuk menganalisis pengaruh konversi lahan terhadap

kesejahteraan petani dilakukan secara purposive dengan mengambil petani yang

melakukan konversi lahan dari seluruh jumlah sampel. Jumlah sampel yang didapat

berjumlah 31 responden.

4.4 Jenis dan Sumber Data

4.4.1 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh melalui responden, dimana

responden akan memberikan respon verbal dan atau respon tertulis sebagai tanggapan

atas pernyataan yang diberikan.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh bersifat keterangan yang tidak

dapat dihitung yang dapat memberikan gambaran terhadap lahan yang

diteliti.

2) Data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh berbentuk angka-angka dan

dapat dihitung.

4.4.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Page 48: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

1) Data primer, adalah data penelitian yang berasal langsung dari sumber asli

atau tidak melalui media perantara. Data primer yang digunakan dalam

penelitian ini adalah mengenai faktor pendorong dan faktor penghambat

konversi lahan pertanian serta pengaruhnya terhadap kesejahteraan petani

yang diperoleh secara langsung dari responden dengan memberikan

tanggapan atas pernyataan kuisioner. Dalam penelitian ini kuesioner

dibagikan langsung pada responden.

2) Data sekunder, adalah data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain.

Dalam penelitian ini data sekunder hanya mendukung pengumpulan data awal

sebagai output penelitian. Data yang dimaksud adalah data yang didapat dari

Badan Pusat Statistik atau sumber lain.

4.5 Identifikasi Variabel

Terdapat dua jenis variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1) Variabel bebas atau independen variabel adalah variabel yang

mempengaruhi variabel lainnya. Dalam penelitian ini yang merupakan

variabel bebas adalah faktor internal pendorong konversi (X1.1), faktor

eksternal pendorong konversi (X1.2), faktor internal penghambat konversi

(X2.1) dan faktor eksternal penghambat konversi (X2.2).

Page 49: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

2) Variabel terikat atau dependen variabel adalah variabel yang dipengaruhi

oleh variabel lainnya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat

adalah konversi lahan pertanian(Y1) dan kesejahteraan petani (Y3).

4.5.1 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dengan indikatornya masing-masing dapat

dijelaskan sebagai berikut.

1) Kesejahteraan petani (Y2) adalah kondisi petani Subak Jadi yang digunakan

untuk menyatakan kualitas hidup. Indikator kesejahteraan dalam penelitian

ini diukur dari dua sumber adalah sebagai berikut.

(1) Pendapatan sektor pertanian (Y2.1), merupakan penghasilan yang

didapat petani Subak Jadi dari lahan pertaniannya yang dinyatakan

dalam rupiah.

(2) Pendapatan dari luar sektor pertanian (Y2.2), merupakan penghasilan

yang didapat petani Subak Jadi dari luar sektor pertanian yang

dinyatakan dalam rupiah.

2) Konversi lahan (Y1) adalah pengalihfungsian lahan yang dilakukan oleh

petani Subak Jadi untuk kegiatan non-pertanian baik sebagian maupun

keseluruhan yang dinyatakan dalam satuan skoring. Indikator dari konversi

lahan adalah sebagai berikut.

(1) Konversi gradual berpola sporadis (Y1.1), merupakan alih fungsi lahan

yang diakibatkan oleh lahan kurang produktif dan keterdesakan

Page 50: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

ekonomi yang diukur dari penilaian responden mengenai konversi

dilakukan petani Subak Jadi mampu mengatasi masalah ekonomi yang

diukur dengan sistem skoring.

(2) Konversi sistematis berpola enclave (Y1.2), merupakan konversi yang

mencakup wilayah secara serentak dalam waktu yang relative sama

yang diukur dari penilaian responden mengenai konversi untuk proyek

perumahan dengan sistem skoring.

(3) Konversi adaptasi demografi (Y1.3), merupakan konversi yang terjadi

karena kebutuhan tempat tinggal akibat pertambahan jumlah penduduk

yang diukur dari penilaian responden mengenai kebutuhanakan tempat

tinggal lebih penting dari pertanian dengan sistem skoring.

(4) Konversi karena masalah sosial (Y1.4), merupakan konversi yang terjadi

di Subak Jadi karena motivasi untuk berubah atau keluar dari sektor

pertanian yang diukur dari penilaian responden mengenai pertanian

tidak akan mampu memenuhi kebutuhan dengan sistem skoring.

(5) Konversi tanpa beban (Y1.5), merupakan konversi yang terjadi di Subak

Jadi yang dilakukan oleh petani untuk melakukan aktifitas menjual

lahan kepada pihak pemanfaat yang dimanfaatkan untuk peruntukan lain

yang diukur dari penilaian responden mengenai lahan pertanian

merupakan barang ekonomis yang mampu memberikan laba dengan

sistem skoring.

Page 51: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

(6) Konversi adaptasi agraris (Y1.6), merupakan konversi yang terjadi

karena keinginan meningkatkan hasil pertanian dengan menjual lahan

dan membeli lahan baru di tempat lain yang lebih produktif yang diukur

dari penilaian responden mengenai lahan sudah tidak mampu

menghasilkan produksi yang sesuai keinginan dengan sistem skoring.

(7) Konversi multi bentuk atau tanpa pola (Y1.7), merupakan konversi yang

terjadi oleh berbagai faktor khususnya untuk perkantoran, sekolah dan

lain-lain yang diukur dari penilaian responden mengenai fasilitas umum

lebih penting dari lahan pertanian dengan sistem skoring.

3) Faktor internal pendorong konversi lahan (X1.1) merupakan faktor-faktor

yang berasal dari kondisi petani itu sendiri yang mempercepat petani Subak

Jadi untuk melakukan konversi lahan. Indikator dari faktor internal

pendorong konversi lahan adalah sebagai berikut.

(1) Lokasi lahan (X1.1.1) merupakan posisi dimana lahan itu berada yang

diukur dari penilaian responden dari posisi lahan dekat dengan jalan

besar akan mudah terkonversi dengan sistem skoring.

(2) Produktivitas lahan (X1.1.2) merupakan pendapatan yang didapat oleh

petani Subak Jadi dari lahan yang diusahakan yang diukur dari penilaian

responden dari hasil yang didapat sudah sesuai dengan pengorbanan

dengan sistem skoring.

(3) Saluran irigasi (X1.1.3) merupakan saluran pengairan di Subak Jadi untuk

memenuhi kebutuhan air di seluruh lahan Subak Jadi yang diukur dari

Page 52: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

penilaian responden dari irigasi di Subak Jadi masih mampu untuk

memenuhi kebutuhan air dengan sistem skoring.

(4) Mutu tanah (X1.1.4) merupakan kualitas atau tingkat kesuburan dari

lahan pertanian Subak Jadi yang diukur dengan penilaian responden dari

kualitas tanah masih tetap berkualitas baik dengan sistem skoring.

(5) Luas lahan (X1.1.5) merupakan luas lahan yang dimiliki petani Subak

Jadi dalam berusaha tani yang diukur dari penilaian responden tentang

luas lahan yang dimiliki tidak mampu untuk memberikan hasil seperti

keinginan dengan sistem skoring.

(6) Biaya produksi (X1.1.6) merupakan jumlah biaya yang harus dikeluarkan

petani Subak Jadi dalam berusaha tani untuk membeli input yang

diperlukan dalam proses produksi yang diukur dengan sistem skoring.

(7) Risiko usaha tani (X1.1.7) merupakan suatu keadaan yang harus dihadapi

petani Subak Jadi dalam melakukan suatu usaha tani yang diukur

dengan sistem skoring.

(8) Perubahan perilaku petani (X1.1.8) merupakan perubahan pola pikir

petani Subak Jadi tentang pekerjaan menjadi petani yang diukur dari

penilaian responden menganggap petani merupakan pekerjaan untuk

rakyat miskin dengan sistem skoring.

(9) Penanganan pasca panen (X1.1.9) merupakan suatu keadaan yang harus

dihadapi petani Subak Jadi setelah panen raya, diukur dari penilaian

Page 53: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

responden tentang penanganan pasca panen sudah baik dengan sistem

skoring.

(10) Himpitan ekonomi (X1.1.10) merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi

oleh petani Subak Jadi baik kebutuhan pokok maupun kebutuhan

tambahan, diukur dari penilaian responden tentang kebutuhan semakin

hari semakin bertambah besar dengan sistem skoring.

4) Faktor eksternal pendorong konversi lahan (X1..2) merupakan faktor-faktor

yang berasal dari luar dimana petani tidak mampu untuk mengendalikannya

yang mempercepat petani Subak Jadi untuk melakukan konversi lahan.

Indikator dari faktor eksternal pendorong konversi lahan adalah sebagai

berikut.

(1) Pertambahan penduduk (X1.2.1) penambahan jumlah penduduk di

sekitar daerah Subak Jadi yang diukur dari penilaian responden tentang

perpindahan penduduk ke daerah yang dekat dengan kota diukur

dengan sistem skoring.

(2) Pengaruh warga lain (X1.2.2) merupakan kondisi petani Subak Jadi

yang terpengaruh untuk mengkonversi lahan karena dorongan dari

petani lain yang mengkonversi lahan terlebih dahulu diukur dengan

sistem skoring.

(3) Pengaruh pihak swasta (X1.2.3) merupakan kondisi petani Subak Jadi

yang terpengaruh untuk mengkonversi lahan karena dorongan dari

Page 54: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

pengembang swasta untuk proyek perumahan, diukur dengan sistem

skoring.

(4) Nilai jual lahan (X1.2.4) merupakan harga yang ditawarkan terhadap

lahan petani Subak Jadi yang diukur dari penilaian responden tentang

besaran harga yang ditawarkan dengan sistem skoring.

(5) Kebutuhan tempat tinggal (X1.2.5) merupakan kebutuhan petani Subak

Jadi dalam menyediakan tempat tinggal yang layak bagi anggota

keluarga yang diukur dengan penilaian responden dari tempat tinggal

merupakan kebutuhan paling penting.

(6) Pembangunan sarana dan prasarana (X1.2.6) merupakan pembangunan

sarana umum seperti jalan raya, pasar dan perkantoran yang dekat

dengan Subak Jadi yang diukur dari penilaian responden tentang

konversi dilakukan untuk kepentingan masyarakat dengan sistem

skoring.

(7) Peluang kerja di sektor lain (X1.2.7) merupakan kesempatan yang

diberikan oleh sektor lain di luar pertanian bagi petani Subak Jadi

untuk memperoleh pekerjaan yang diukur dari penilaian responden

dari sektor pertanian tidak mampu memberikan penghasilan yang

sesuai dengan sistem skoring.

(8) Fluktuasi harga pertanian (X1.2.8) merupakan hasil yang diterima petani

Subak Jadi dari periode ke periode selanjutnya yang tidak stabil yang

Page 55: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

diukur dari tingginya selisih harga yang diterima petani dari periode ke

periode selanjutnya dengan sistem skoring.

(9) Pajak (X1.2.9) merupakan iuran wajib atas lahan yang dimiliki yang

harus dibayar petani Subak Jadi kepada negara yang diukur dari

penilaian responden dari pajak yang diberikan terlalu tinggi tidak

sesuai hasil pertanian dengan sistem skoring.

(10) Subsidi pemerintah (X1.2.10) merupakan keringanan yang diterima oleh

petani Subak Jadi dari pemerintah baik untuk bibit, pupuk dan lain-lain

yang diukur dari penilaian responden tentang pemberian subsidi

dengan sistem skoring.

(11) Tenaga kerja (X1.2.11) merupakan semua orang yang bersedia dan siap

melakukan pekerjaan di sektor pertanian yang diukur dari penilaian

responden dari tersedianya tenaga kerja untuk pertanian sudah

memadai dengan sistem skoring.

(12) Kesempatan membeli lahan lain (X1.2.12) merupakan peluang petani

Subak Jadi untuk membeli lahan lain yang lebih murah sehingga

mendapat selisih jual dari lahan terdahulu yang diukur dari penilaian

responden tentang kesempatan membeli lahan lain sangat mudah

dengan sistem skoring.

5) Faktor internal penghambat konversi lahan (X2.1) merupakan faktor-faktor

yang berasal dari dalam petani yang dapat menarik niat petani Subak Jadi

Page 56: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

untuk melakukan konversi lahan. Indikator dari faktor internal penghambat

konversi adalah sebagai berikut.

(1) Tanah warisan (X2.1.1) merupakan lahan yang dimiliki oleh petani Subak

Jadi yang didapat dari warisan terdahulu yang secara turun temurun

yang diukur dari penilaian responden menganggap tanah warisan tidak

boleh untuk dijual atau dikonversi dengan sistem skoring.

(2) Kepercayaan (X2.1.2) merupakan keyakinan yang dimiliki oleh petani

Subak Jadi tentang keberadaan Pura Bedugul yang menyembah Bhatari

Sri yang diukur dari penilain responden menganggap Pura Bedugul

haris tetap ada dan lestari dengan sistem skoring.

(3) Ketersediaan air (X2.1.3) merupakan kebutuhan petani akan sumberdaya

air untuk usaha tani yang diukur dari penilaian responden mengenai

ketersediaan air masih cukup untuk mengairi lahan pertanian dengan

sistem skoring.

(4) Kondisi lahan masih subur (X2.1.4) merupakan kualitas lahan yang

digarap petani Subak Jadi yang diukur dari penilaian responden

mengenai kondisi lahan masih mampu untuk memproduksi sesuai

dengan keinginan dengan sistem skoring.

(5) Tidak ada kesempatan kerja di sektor lain (X2.1.5) merupakan

kemampuan petani Subak Jadi yang tidak mampu untuk bersaing

bekerja di sektor luar pertanian yang diukur dari penilaian responden

Page 57: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

tentang hanya sektor pertanian pekerjaan yang bisa dikerjakan dengan

sistem skoring.

6) Faktor eksternal penghambat konversi lahan (X2.2) merupakan faktor-faktor

yang berasal dari luar petani yang dapat menarik niat petani Subak Jadi

untuk melakukan konversi lahan. Indikator dari faktor eksternal

penghambat konversi adalah sebagai berikut.

(1) Regulasi pemerintah (X2.2.1) merupakan peraturan-peraturan yang

dikeluarkan oleh pemerintah terhadap petani yang diukur dari penilaian

responden tentang peraturan pemerintah harus diikuti dengan sistem

skoring.

(2) Subsidi pemerintah (X2.2.2) merupakan keringanan-keringanan yang

diberikan oleh pemerintah untuk pengadaan bibit, pupuk dan lain-lain

yang diukur dari penilaian responden pemberian subsidi akan mampu

untuk menarik niat petani untuk mengkonversi lahan dengan sistem

skoring.

(3) Kepastian harga (X2.2.3) merupakan kepastian jumlah rupiah yang

diterima petani Subak Jadi dalam setiap masa panen yang diukur dari

adanya kepastian harga dari pemerintah mampu menarik niat petani

untuk mengkonversi lahan dengan sistem skoring.

(4) Kompensasi (X2.2.4) merupakan insentif yang diberika pemerintah

kepada petani Subak Jadi baik berupa penetapan pajak yang sesuai

dengan hasil yang diterima yang diukur dari penilaian responden

Page 58: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

mengenai pemberian kompensasi akan mampu manarik niat petani

mengkonversi lahan dengan sistem skoring.

Seluruh indikator dalam penelitian ini diukur berdasarkan persepsi responden

terhadap indikator-indikator pendorong dan penghambat konversi lahan pertanian

baik yang bersifat internal maupun eksternal. Hubungan antar variabel dalam

penelitian ini dapat disajikan dalam bentuk Gambar 4.1 berikut.

Page 59: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Gambar 4.1 Model Hubungan Antarvariabel

X1.1.1

X1.1

X1.2

Y2 Y2.1

Y2.2

Y1

Y1.1

Y1.2

Y1.3

Y1.4

Y1.5

Y1.6

Y1.7

X1.2.1

X1.1.1 X1.1.1 X1.1.1 X1.1.1 X1.1.1 X1.1.1 X1.1.1 X1.1.1 X1.1.1

X1.2.2

X1.2.12

X1.2.11

X1.2.10

X1.2.9

X1.2.8

X1.2.7

X1.2.6

X1.2.5

X1.2.4

X1.2.3

X2.1.2 X2.1.1 X2.1.3 X2.1.4 X2.1.5 X2.2.1 X2.2.2 X2.2.3 X2.2.4

X2.1 X2.2

X2

X1

Page 60: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

4.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1) Observasi, adalah metode pengumpulan data dengan pengamatan langsung

terhadap lokasi penelitian.

2) Wawancara, adalah metode pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya

jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dalam hal ini

pengurus subak dan beberapa informan kunci dengan menggunakan kuesioner

yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang

disebarkan kepada responden mengenai analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi konversi lahan pertanian dan dampaknya terhadap

kesejahteraan petani. Pertanyaan-pertanyaan kuesioner diukur dengan

menggunakan skala likert dengan rentang nilai 1 sampai 4 yang diberi skor

sebagai berikut: 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = setuju, 4 = sangat

setuju.

4.8 Pengujian Instrumen

4.8.1 Uji Validitas

Validitas dalam penelitian menurut Umar (2004 : 127) dijelaskan sebagai suatu

derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang inti atau arti sebenarnya yang diukur.

Tinggi rendahnya validitas menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak

menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Validitas dapat

Page 61: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

dilakukan dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dengan skor total

seluruh item pertanyaan. Batas minimum dianggap memenuhi syarat validitas apabila

r = 0,3. Jadi untuk memenuhi syarat validitas, maka butir pertanyaan atau pernyataan

dalam penelitian harus memiliki koefisien korelasi lebih dari 0,3. Apabila korelasi

antara butir skor dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir pertanyaan atau

pernyataan dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.

4.8.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang ditunjukkan

oleh instrumen pengukuran dimana pengujiannya dapat dilakukan secara internal,

yaitu pengujian dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada (Umar,

2004:126). Menurut Nunnaly (Ghozali 2006:42) Variabel dikatakan reliable jika

memberikan nilai Cronbach Alpha lebih dari 0,6.

4.9 Teknik Analisis Data

4.9.1 Analisis Faktor

Analisis faktor digunakan untuk mengidentifikasi dimensi suatu struktur dan

kemudian menentukan sampai sebarapa jauh setiap variabel dapat dijelaskan oleh

setiap dimensi (Ghozali, 2006:267). Dalam penelitian ini, analisis faktor dilakukan

menggunakan komputer dengan paket program SPSS 19.0. Tahapan dalam

menggunakan analisis faktor adalah sebagai berikut.

Page 62: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

1) Merumuskan masalah

Merumuskan masalah perlu dilakukan perumusan secara jelas dari

analisis faktor tersebut dan variabel-variabel yang akan disertakan harus

diterapkan berdasarkan penelitian, teori dan pendapat peneliti. Variabel-

variabel dan data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan model

analisis faktor sebagai berikut.

Xi = Ai1F1+ Ai2F2+….+….+ AimFm + ViUi…………….(2)

Keterangan :

Xi = variabel ke i yang terstandarisasi

Aij = koefisien regresi berganda yang distandarisasi dari variabel (i)

pada common faktor j

F = Faktor umum

Vi = koefisien standar regresi dari variabel i pada faktor khusus

Ui = unique faktor untuk variabel (i)

m = jumlah dari faktor - faktor umum

Faktor-faktor umum (F) dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari

variabel-variabel yang dapat diamati dengan formula sebagai berikut.

Fi = Wi1X + Wi2X2 + Wi3X3 + ………..+ WikXk…………….(3)

Keterangan:

F = estimasi faktor ke-i

Wi = bobot atau koefisien nilai faktor ke-i

K = jumlah variabel

Page 63: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

2) Membuat matrik korelasi

Langkah awal dalam analisis faktor adalah membuat matrik korelasi

antar variabel. Dengan adanya matrik korelasi dapat diidentifikasikan

variabel-variabel yang tidak memiliki hubungan dengan variabel-variabel

yang lain, sehingga dapat dikeluarkan dari model. Matrik korelasi harus

matrik non singular atau dikatakan determinannya tidak nol dan matrik

korelasinya juga bukan matrik identitas (Anderson, 1984). Pada tahap ini

diketahui variabel-variabel yang menimbulkan multikolinearitas yaitu dua

variabel dengan koefisien korelasi tinggi dan variabel tersebut dijadikan

satu atau dipilih salah satu untuk dianalisis lebih lanjut (bariett’s test of

spehericity). Selanjutnya digunakan uji Kaiser Mayer Olkin (KMO) untuk

mengetahui kecukupan sampelnya. Analisis faktor dikatakan layak apabila

besaran KMO minimal 0,5.

3) Menentukan jumlah faktor

Variabel disusun kembali berdasarkan pada pola korelasi hasil langkah

di atas untuk menentukan jumlah faktor yang diperlukan untuk mewakili

data. Untuk menentukan jumlah faktor yang dapat diterima secara empirik

dapat dilakukan berdasarkan eigenvalue setiap faktor yang muncul.

Semakin besar eigenvalue setiap faktor semakin representatif faktor

tersebut untuk mewakili sekelompok variabel. Faktor yang dipilih adalah

faktor yang mempunyai eigenvalue lebih besar atau sama dengan 1.

Demikian juga didasarkan pada percentage of variance suatu faktor dapat

Page 64: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

menjadi pertimbangan konsumen apabila memilih nilai lebih besar dari 5

persen dan apabila didasarkan pada cumulative of variance ketentuannya

adalah nilai minimum sebesar 60 persen, maka faktor tersebut dapat

digunakan dalam model.

4) Rotasi faktor

Hasil penyederhanaan faktor dalam matrik memperlihatkan hubungan

antara faktor variabel individual, tetapi dalam faktor-faktor tersebut

terdapat banyak variabel yang berkorelasi sehingga sulit untuk

diinterpretasikan. Ada tiga pendekatan yang dapat dipakai untuk

melakukan rotasi, yaitu quartimax, varimax, dan equimax. Dari tiga

pendekatan tersebut akan dipilih salah satu metode rotasi yang paling

mudah diinterpretasikan.

5) Interpretasi faktor

Interpretasi faktor dapat dilakukan dengan mengelompokkan variabel–

variabel yang mempunyai faktor loading tinggi di dalam faktor tersebut.

Untuk interpretasi hasil penelitian ini, besarnya loading faktor yang dipakai

adalah minimum sama dengan nilai rata-rata faktor loading ditambah

dengan standar deviasi yang ada pada masing-masing faktor. Variabel yang

mempunyai faktor loading kurang dari nilai minimum tersebut di atas,

dikeluarkan dari model.

Page 65: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

6) Menentukan ketepatan model

Tahap terakhir dari analisis faktor adalah mengetahui mampu tidaknya

model yang menjelaskan dengan baik. Fenomena data yang ada perlu diuji

dengan teknik Principal Componen Analysis (PCA), yaitu dengan melihat

jumlah residual antara korelasi yang diamati dengan korelasi yang

diproduksi. Apabila nilai presentase residual semakin tinggi, berarti

semakin jelek kemampuan model dalam menjelaskan fenomena yang ada.

4.9.2 Uji Asumsi Klasik

Agar perhitungan dapat diinterprestasikan dengan akurat, maka digunakan uji

asumsi klasik.

1) Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam residual dari model

regresi yang dibuat berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik

adalah memiliki distribusi residual yang normal atau mendekati normal

(Suyana, 2007:87).

2) Uji multikolinearitas

Menurut Ghozali (Suyana, 2007:92), uji multikolinearitas bertujuan untuk

menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable

bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variable bebas.

Page 66: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

3) Uji heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (Suyana, 2007:93), uji heterokedastisitas bertujuan menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Metode yang digunakan untuk menguji

adanya heterokedastisitas adalah uji Glejser.

4.9.3 Regresi linear berganda

Model analisis yang dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan

penelitian ini adalah regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui

ketergantungan suatu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas. Analisis

ini juga dapat menduga besar dan arah hubungan tersebut serta mengukur derajat

keeratan hubungan antar satu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas.

Dalam analisis, peneliti akan dibantu dengan program komputer yaitu SPSS 19.0.

Adapun bentuk umum dari persamaan regresi linear berganda (Sugiyono, 2009:211)

dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut.

1) Uji regresi simultan (uji F)

Untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa faktor pendorong dan

penghambat memiliki pengaruh yang signifikan secara bersama-sama

(simultan) terhadap konversi lahan pertanian, maka digunakan Uji F. Dalam

pengujian ini Fhitung akan dibandingkan dengan Ftabel pada derajat signifikan

(α) 5 % atau dengan melihat probabilitasnya lebih kecil dari α berarti bahwa

faktor pendorong dan penghambat memiliki pengaruh yang nyata secara

Page 67: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

bersama-sama terhadap konversi lahan pertanian di Subak Jadi, Kecamatan

Kediri, Tabanan. Adapun rumus F hitung menurut Nata Wirawan (2002 : 304)

adalah sebagai berikut:

Fo =

kn

k

RR

/1

1/2

2

........................................................................... (4)

Keterangan :

n = Jumlah data

k = Jumlah variabel

Prosedur pengujian hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut.

(1) Merumuskan hipotesis.

Ho : ß1 = ß2 = ß3 = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan secara

simultan dari faktor pendorong dan faktor penghambat terhadap

konversi lahan pertanian.

Hi : ß1 ≠ ß2 ≠ ß3 ≠ 0, paling sedikit salah satu dari faktor pendorong

dan faktor penghambat berpengaruh terhadap konversi lahan

pertanian.

Menentukan taraf nyata (α) = 5 % dan df = (k-1) ; (n-k) untuk

mengetahui nilai Ftabel.

(2) Menentukan besarnya Fhitung, yang diperoleh dari hasil regresi.

(3) Membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel.

Jika Fhitung> Ftabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima.

Page 68: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Ftabel = k-1;n-k 0

F

f(F)

Daerah Terima H0

Daerah Tolak H0

Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak.

Daerah pengujian dapat dilihat pada Gambar 4.2

Sumber : Nata Wirawan (2002:221)

Gambar 4.2 Daerah pengujian Penolakan dan Penerimaan Ho dengan Uji F

(4) Membuat kesimpulan, yaitu jika Fhitung lebih kecil atau sama dengan

Ftabel maka Ho diterima sedangkan jika Fhitung lebih besar dari Ftabel

maka Ho ditolak dan H1 diterima.

2) Uji regresi parsial (uji t)

Untuk menguji hipotesis yang menyatakan faktor pendorong dan

penghambat memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap

konversi lahan pertanian di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan, maka

digunakan uji t. Adapun rumus thitung menurut Nata Wirawan (2002 : 304)

adalah sebagai berikut.

S

bt

bi

ii

i

............................................................................................ (5)

i = 1,2,3…….k

Page 69: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Keterangan :

bi = Koefisien regresi parsial yang ke-i dari regresi sampel

ßi = Koefisien parsial yang ke-i dari regresi populasi

Sbi = Kesalahan standar (standar arror) koefisien regresi sampel.

Adapun langkah-langkah untuk uji t yaitu sebagai berikut:

(1) Merumuskan hipotesis.

Ho : ßi = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial

dari variabel faktor pendorong dan penghambat terhadap

konversi lahan pertanian.

Hi : ßi 0, berarti ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari

variabel faktor pendorong dan penghambat terhadap konversi

lahan pertanian.

Menentukan taraf nyata (α/2) = 2,5 % dan df = (n-k) untuk

menentukan nilai ttabel.

(2) Menentukan besarnya thitung, yang diperoleh dari hasil regresi.

(3) Kriteria pengujian.

Apabila ttabel< thitung< -ttabel, maka Ho ditolak

Apabila ttabel thitung -ttabel, maka Ho diterima

Daerah pengujian dapat dilihat pada Gambar 4.3 yaitu sebagai berikut.

Page 70: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Gambar 4.3 Daerah pengujian Penolakan dan Penerimaan Ho dengan Uji t

Kesimpulan.

Jika thitung lebih kecil atau sama dengan ttabel maka Ho diterima

sedangkan jika thitung lebih besar dari ttabel maka Ho ditolak dan Hi

diterima.

3) Analisis Standardized Coefficients Beta

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing

variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Variabel bebas yang memiliki

nilai koefisien beta terbesar memiliki pengaruh yang lebih dominan

dibandingkan variabel bebas lainnya.

4.9.4 Paired Sample t Test

Untuk menguji hipotesis yang menyatakan konversi lahan pertanian memiliki

dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan petani di Subak Jadi, Kecamatan

Kediri, Tabanan, maka digunakan paired sample t test. Paired sample t test

Daerah penolakan Ho

Daerah penerimaan

Ho

ttabel = (/2;n-k)

Daerah penolakan Ho

-ttabel = (/2;n-k)

Sumber : Sugiyono (2004:116)

Page 71: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

merupakan analisis dengan melibatkan dua pengukuran pada subjek yang sama

terhadap suatu pengaruh atau perlakuan tertentu. Apabia suatu perlakuan tidak

memberi pengaruh, maka perbedaan rata-rata adalah nol. Adapun rumus thitung

menurut Nata Wirawan (2002 : 304) adalah sebagai berikut.

S

bt

bi

ii

i

............................................................................................ (6)

i = 1,2,3…….k

Keterangan :

bi = Koefisien regresi parsial yang ke-i dari regresi sampel

ßi = Koefisien parsial yang ke-i dari regresi populasi

Sbi = Kesalahan standar (standar error) koefisien regresi sampel.

Adapun langkah-langkah untuk uji t yaitu sebagai berikut.

(1) Merumuskan hipotesis.

Ho : ßi = 0, berarti tidak ada perbedaan yang signifikan pendapatan

petani sebelum dan sesudah konversi lahan.

Hi : ßi 0, berarti ada perbedaan yang signifikan pendapatan petani

sebelum dan sesudah konversi lahan.

Menentukan taraf nyata (α/2) = 2,5 % dan df = (n-k) untuk

menentukan nilai ttabel.

(2) Menentukan besarnya thitung, yang diperoleh dari hasil regresi.

(3) Kriteria pengujian.

Page 72: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Apabila ttabel < thitung < -ttabel, maka Ho ditolak

Apabila ttabel thitung -ttabel, maka Ho diterima

Daerah pengujian dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Daerah pengujian Penolakan dan Penerimaan Ho dengan

Uji t

(4) Kesimpulan.

Jika thitung lebih kecil atau sama dengan ttabel maka Ho diterima

sedangkan jika thitung lebih besar dari ttabel maka Ho ditolak dan Hi

diterima.

Daerah penolakan Ho

Daerah penerimaan

Ho

ttabel = (/2;n-k)

Daerah penolakan Ho

-ttabel = (/2;n-k)

Sumber : Sugiyono (2004:116)

Page 73: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Subak Jadi

5.1.1 Sejarah Singkat Subak Jadi

Zaman dahulu pada abad XVIII zaman Kerajaan Mengwi dan Kerajaan

Tabanan membicarakan tentang wilayah kekuasaan, batas barat Kerajaan Mengwi

Tukad Yeh Dati, batas timur Kerajaan Tabanan Tukad Yeh Panan. Di tengah-tengah

itu ada daerah yang diperebutkan. Lama kelamaan yang tinggal disana dinamakan

orang jada yang kemudian berubah menjadi orang Jadi. Desa Jadi sebelumnya

hanyalah berupa hutan dan kemudian ada membuat persawahan yang digunakan

untuk memenuhi kebutuhan hidup yang dinamakan dengan Subak Jadi. Sebagai bukti

ada yang bernama Banjaran Alas yang berasal dari hutan yang digunakan sebagai

sawah, ada juga pekarangan yang digunakan sebagai sawah yang dinamakan

Banjaran Pekarangan, ada perkebunan yang digunakan sebagai sawah yang

dinamakan Banjaran Kebon.

Dahulu di Subak Jadi hanya terdapat sawah tadah hujan.Setelah itu barulah

meminta izin kepada pemerintah Belanda untuk membuat saluran irigasi

subak.Tempat sumber air didapat di Tukad Yeh Panan sekitar 3 km menuju Utara

dari Subak Jadi di pinggiran timur Desa Buahan.Selanjutnya warga subak membuat

bendungan, membuat terowongan sepanjang 200 m yang dinamakan Kori Dawa dan

membuat saluran irigasi agar air dapat mengalir ke sawah mereka. Air tersebut dibagi

Page 74: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

secara adil dengan sistem sederhana berupa pembuatan temuku-temuku disetiap

sawah. Ajaran Tri Hita Karana yang digunakan sebagai dasar maka dibuatlah Pura

Bedugul sebagai tempat menyembah Ida Bathari Sri.

Pada tahun 1961 bendungan Subak Jadi diganti dengan bendungan yang

permanen yang selesai dikerjakan pada tahun 1962 yang kemudian dinamakan Dam

Subak Jadi. Luas sawah yang menggunakan air dari bendungan ini adalah sebesar 274

Ha yang meliputi Subak Tegal Jadi, Subak Jadi dan Subak Sanggulan.

Subak Jadi sendiri terbagi ke dalam lima tempek yaitu Tempek Kelaci dengan

luas 31,87 Ha, Tempek Panedekan dengan luas 16,33 Ha, Tempek Conto dengan luas

8,66 Ha, Tempek Puseh dengan luas 7,63 Ha dan Tempek Sesandan dengan luas

20,99 Ha.

5.1.2 Struktur Organisasi Subak Jadi

Struktur organisasi timbul karena adanya suatu proses pengorganisasian dan

sebagai kerangka acuan dalam pelaksanaan tugas-tugas, perintah dan tanggung jawab.

Oleh karena itu struktur dalam suatu organisasi mutlak diperlukan agar tidak terjadi

penyimpangan wewenang dan tanggung jawab, dan dapat bekerja sesuai dengan

fungsinya sehingga organisasi dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Struktur organisasi yang digunakan pada Subak Jadi adalah struktur yang

sederhana dengan Pekaseh sebagai pemimpin yang dibantu oleh beberapa pengurus

yang telah diatur. Adapun struktur organisasi Subak Jadi akan ditunjukkan oleh

Gambar 5.1.

Page 75: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Gambar 5.1 Struktur Organisasi Subak Jadi

Pekaseh

Wakil Pekaseh

Penyarikan

Patengen

Kelihan

Tempek

Kelaci

Kelihan

Tempek

Panedekan

Kelihan

Tempek

Conto

Kelihan

Tempek

Puseh

Kelihan

Tempek

Sesandan

KesinomanTe

mpek Kelaci

KesinomanT

empek

Panedekan

KesinomanT

empek

Conto

Kesinoman

Tempek

Puseh

Kesinoman

Tempek

Sesandan

Anggota

Subak

Page 76: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

5.2 Karakteristik responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Subak Jadi, dapat diketahui

gambaran tentang karakteristik responden. Uraian tentang karakteristik responden

menyangkut tiga aspek yaitu aspek jenis kelamin, umur dan lama pendidikan.

Adapun distribusi responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel

5.1.

Tabel 5.1

Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah

n (orang) % (persen)

1.

2.

Laki-laki

Perempuan

99

13

88,39

11,61

Jumlah 112 100

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

penelitian adalah responden laki – laki yaitu sebesar 88,39 persen dan responden

perempuan hanya sebesar 11,61 persen. Berdasarkan data yang diperoleh dapat

diketahui berdasarkan jenis kelamin bahwa responden laki-laki yang lebih banyak

melakukan konversi lahan yaitu 28 orang berbanding 3 orang. Rincian mengenai

distribusi responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada lampiran 2.

Sementara itu distribusi umur responden dapat dilihat pada Tabel 5.2. Dapat

diketahui bahwa sebagian besar responden penelitian berumur pada rentang 17-60

tahun yaitu sebesar 75 persen, diatas 60 tahun sebesar 25 persen, dan dibawah 17

tahun 0 persen. Berdasarkan hasil observasi lapangan didapat bahwa responden yang

Page 77: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

paling banyak melakukan konversi lahan adalah pada rentang umur 17 – 60 tahun

yaitu sebanyak 24 orang. Rincian mengenai distribusi responden menurut umur dapat

dilihat pada lampiran 2.

Tabel 5.2

Distribusi Responden Menurut Umur Tahun 2013

No. Umur Jumlah

n (orang) % (persen)

1.

2.

3.

< 17 tahun

17 – 60 Tahun

> 60 Tahun

0

84

28

0

75

25

Total 112 100

Distribusi responden menurut lama pendidikan dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3

Distribusi Responden Menurut Lama Pendidikan Tahun 2013

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

n (orang) % (persen)

1.

2.

3.

4.

Tidak sekolah

1 – 6 Tahun

7 – 12 Tahun

Diatas 12 Tahun

13

67

20

12

11,61

59,82

17,86

10,71

Total 112 100

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

memiliki tingkat pendidikan satu sampai enam tahun yaitu sebanyak 59,82 persen.

Sedangkan tingkat pendidikan diatas 12 tahun memiliki persentase yang paling

rendah yaitu 10,71 persen. Rincian mengenai distribusi responden menurut lama

pendidikan dapat dilihat pada lampiran 2.

Page 78: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

5.3 Pengujian instrumen

Pengujian instrument bertujuan untuk mengukur sejauh mana instrument

penelitian berfungsi dengan baik. Adapun uji tersebut adalah sebagai berikut.

1) Uji validitas

Suatu kuesioner dikatakan valid jika tiap butir pernyataan mampu

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner. Pengujian validitas

tiap butir digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir atau

faktor dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Biasanya syarat

minimum suatu kuisioner untuk memenuhi validitas adalah jika korelasi antara

butir dengan skor total tersebut positif dan nilainya lebih besar dari 0,30

(Sugiyono, 2004:115). Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa

instrumen-instrumen pada setiap variabel dalam penelitian ini adalah valid dan

dapat dipakai untuk melakukan penelitian atau menguji hipotesis penelitian,

karena nilai pada setiap instrumen berada diatas nilai signifikan pada tabel nilai r

product moment yaitu lebih dari 0,30. Untuk lebih jelas perhitungan uji validitas

dapat dilihat pada Lampiran 3.

2) Uji reliabilitas

Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pernyataan

adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk uji reliabilitas dilakukan

dengan membandingkan nilai Alpha Cronbach dengan r-tabel. Jika Alpha

Cronbach > r-tabel, maka butir atau variabel tersebut reliabel. Sedangkan jika

nilai Alpha Cronbach < r-tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak reliabel.

Page 79: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Uji reliabilitas dapat pula dilakukan melalui nilai Alpha Cronbach, yaitu jika lebih

besar dari 0,60 maka butir atau variabel tersebut reliabel. Hasil pengujian

reliabilitas dengan menggunakan SPSS 19.0 For Windows dapat dilihat pada

Tabel 5.5.

Tabel 5.5

Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Alpha Cronbach Keterangan

Konversi Lahan (Y1)

Faktor Internal Pendorong

Konversi Lahan(X1.1)

Faktor Eksternal Pendorong

Konversi Lahan (X1.2)

Faktor Internal Penghambat

Konversi Lahan (X2.1)

Faktor Eksternal Penghambat

Konversi Lahan (X2.2)

0,711

0,746

0,735

0,768

0,668

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa nilai Alpha Cronbach lebih besar dari r-

tabel dan lebih besar dari 0,60. Maka dapat diketahui bahwa butir-butir

kuesioner tersebut reliabel.

5.4 Tingkat Persepsi Responden terhadap Konversi Lahan di Subak Jadi

Teknik pengumpulan data melalui kuisioner yang digunakan terdiri atas

pernyataan yang dibuat berdasarkan masing-masing variabel, yaitu variabel konversi

lahan, faktor internal dan eksternal pendorong konversi lahan dan faktor internal dan

eksternal penghambat konversi lahan. Berikut adalah deskripsi data dari masing-

masing variabel yang diperoleh pada penelitian ini.

1) Konversi Lahan (Y1)

Page 80: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Konversi Lahan diukur berdasarkan persepsi responden terhadap indikator yang

sesuai dengan definisi operasional variabel. Hasil dari jawaban responden dapat

dilihat pada Tabel 5.6

Tabel 5.6

Persepsi Responden atas Konversi Lahan di Subak Jadi

No Indikator

Jawaban

SS S TS STS

Resp % Resp % Resp % Resp %

1 Mampu mengatasi masalah

ekonomi 17 15,18 68 60,71 25 22,32 2 1,79

2 Lahan untuk perumahan lebih

memberikan manfaat 16 14,29 60 53,57 31 27,68 5 4,46

3 Kebutuhan tempat tinggal

lebih penting dari pertanian 27 24,11 57 50,89 26 23,21 2 1,79

4

Bekerja di pertanian tidak

mampu untuk memenuhi

kebutuhan hidup

21 18.75 36 32,14 48 42,86 7 6,27

5 Lahan pertanian merupakan

barang ekonomi 27 24,11 58 51,79 21 18,75 6 5,36

6 Lahan tidak mampu

menghasilkan sesuai keinginan 9 8,04 86 76,79 16 14.29 1 0,89

7 Lahan diperuntukkan untuk

perkantoran/fasilitas umum 10 8,93 46 41,07 51 45,54 5 4,46

Jumlah total 127 411 218 28

Rata-rata 18 16,07 59 52,68 31 27,68 4 3,57

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden

yaitu 77 orang (68,75%) menyatakan setuju untuk melakukan konversi lahan

pertanian karena alasan lahan dianggap mampu untuk mengatasi masalah ekonomi,

lahan akan lebih bermanfaat untuk perumahan dan lahan dianggap tidak mampu

untuk menghasilkan sesuai dengan keinginan.

Page 81: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Lahan mampu mengatasi masalah ekonomi tidak terlepas dari permintaan

lahan itu sendiri. Semakin banyak permintaan akan lahan maka akan berpengaruh

terhadap nilai lahan tersebut, maka lahan akan menjadi komoditi yang menjanjikan

dan akan menghasilkan pemasukan yang banyak apabila dijual. Begitu pula dengan

persepsi masyarakat yang menganggap lahan merupakan barang ekonomi, apabila

persepsi tersebut tidak mampu dirubah maka lama-kelamaan lahan akan habis terjual.

Berdasarkan persepsi responden di atas untuk lebih jelas dapat ditunjukkan dengan

diagram pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2 Persepsi Responden Terhadap Konversi lahan

Berdasarkan Gambar 5.2 dapat dilihat bahwa persepsi responden terhadap

konversi lahan sebesar 68,75 persen menyatakan sangat setuju/setuju. Ini

menunjukkan bahwa keinginan responden untuk mengkonversi lahan sangat kuat

apabila ada kesempatan dan alasan yang kuat.

1) Faktor Pendorong Konversi Lahan (X1)

a) Faktor Internal Pendorong Konversi Lahan (X1.1)

Page 82: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Faktor internal pendorong konversi lahan diukur berdasarkan persepsi responden

terhadap indikator-indikator pendorong konversi sesuai dengan definisi

operasional variabel. Hasil dari jawaban responden dapat dilihat pada 5.7.

Tabel 5.7

Persepsi Responden atas Faktor Internal Pendorong Konversi Lahan

No. Indikator

Jawaban

SS S TS STS

Resp % Resp % Resp % Resp %

1 Lokasi lahan 11 9,82 62 55,36 38 33,93 1 0,89

2 Produktivitas menurun 12 10,71 73 65,18 24 21,43 3 2,68

3

Kesulitan mendapatkan

sumberdaya air

10 8,93 64 57,14 29 25,89 9 8,04

4 Mutu lahan menurun 6 5,36 56 50 42 37,50 8 7,14

5 Luas lahan yang sempit 14 12,50 63 56,25 33 29,46 2 1,79

6 Tingginya biaya produksi 19 16,96 80 71,43 12 10,71 1 0,89

7 Risiko usaha tani yang

tinggi 2 1,79 43 38,39 57 50,89 10 8,93

8

Perubahan perilaku yang

menganggap petani

merupakan pekerjaan

untuk rakyat miskin

5 4,46 16 14,29 55 49,11 36 32,14

9

Kurang memiliki

kemampuan dalam

penanganan pasca panen

3 2,68 50 44,64 46 41,07 13 11,61

10 Himpitan ekonomi untuk

memenuhi kebutuhan 28 25 76 67,86 7 6,25 1 0,89

Jumlah total 110 583 343 84

Rata-rata 11 9,82 58 51,79 34 30,36 8 8,03

Berdasarkan Tabel 5.7 dapat dijelaskan responden lebih banyak menyatakan

setuju yaitu 69 orang (61,61%) bahwa lokasi lahan yang strategis, produktivitas

Page 83: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

menurun, kesulitan mendapatkan sumberdaya air, mutu lahan menurun, luas lahan

yang sempit, tingginya biaya produksi, dan himpitan ekonomi akan menjadi

pendorong konversi lahan secara internal.

Lokasi lahan sangat menentukan cepat atau lambat lahan tersebut akan

terkonversi. Lokasi Subak Jadi yang strategis dekat dengan kota dan didukung oleh

infrastruktur jalan raya yang baik akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para

investor untuk membangun proyek perumahan. Selain itu melihat kondisi Subak Jadi

yang telah dikelilingi oleh perumahan sehingga menyebabkan petani kesulitan dalam

mendapatkan air juga akan semakin mendorong niat petani untuk melakukan

konversi. Untuk lebih jelas dapat ditunjukkan pada Gambar 5.3.

Gambar 5.3. Kecendrungan Faktor Pendorong Internal Terhadap Konversi Lahan

Gambar 5.3 menunjukkan bahwa responden sebagian besar yaitu 61,61 persen

akan melakukan konversi lahan apabila lahan berada di lokasi yang strategis,

produktivitas menurun, kesulitan mendapatkan sumberdaya air, mutu lahan menurun,

luas lahan yang sempit, tingginya biaya produksi, dan himpitan ekonomi. Apabila hal

Page 84: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

ini tidak dapat ditanggulangi maka cepat atau lambat persentase masyarakat yang

setuju untuk melakukan konversi lahan akan semakin besar.

b) Faktor Eksternal Pendorong Konversi Lahan (X1.2)

Faktor eksternal pendorong konversi lahan diukur berdasarkan persepsi

responden terhadap indikator-indikator pendorong konversi sesuai dengan definisi

operasional variabel. Hasil dari jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8

Persepsi Responden atas Faktor Eksternal Pendorong Konversi Lahan

No. Indikator

Jawaban

SS S TS STS

Resp % Resp % Resp % Resp %

1 Pertambahan penduduk 30 26,79 67 59,82 14 12,50 1 0,89

2

Pengaruh dari warga lain

yang terlebih dahulu

mengkonversi lahan

16 14,29 56 50 26 23,21 14 12,50

3

Pengaruh dari pihak

swasta yang membeli

lahan untuk proyek

perumahan

25 22,32 48 42,86 32 28,57 7 6,25

4 Harga lahan meningkat 55 49,11 39 34,82 16 14,29 2 1,79

5 Kebutuhan lahan untuk

perumahan meningkat 13 11,61 71 63,39 27 24,11 1 0,89

6

Pembangunan sarana dan

prasarana umum seperti

jalan raya dan pasar di

sekitar subak

21 18,75 57 50,89 28 25 6 5,36

7

Pekerjaan disektor lain

lebih menjanjikan dari

sektor pertanian

23 20,54 70 62,50 17 15,18 2 1,79

8 Fluktuasi harga sektor

pertanian tinggi 15 13,39 54 48,21 37 33,04 6 5,36

9 Tingginya pajak bumi dan

bangunan 23 20,54 65 58,04 22 19,64 2 1,79

Page 85: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

10

Kurangnya subsidi dari

pemerintah terhadap

sektor pertanian

30 26,79 58 51,79 21 18,75 3 2,68

11

Kesulitan dalam mencari

tenaga kerja yang mau

bekerja di sektor pertanian

27 24,11 63 56,25 19 16,96 3 2,68

12

Adanya kesempatan untuk

membeli lahan lain yang

lebih murah

26 23,21 61 54,46 19 16,96 6 5,36

Jumlah total 304 709 278 53

Rata-rata 25 22,32 59 52,68 23 20,54 5 4,46

Berdasarkan Tabel 5.8 dapat disimpulkan sebagian besar responden yaitu 84

orang (75%) menyatakan setuju bahwa terjadinya konversi lahan karena alasan

pertambahan penduduk, pengaruh warga lain, pengaruh pihak swasta, harga lahan

meningkat, pembangunan sarana prasarana, pekerjaan sektor lain lebih menjanjikan,

fluktuasi harga, pajak bumi dan bangunan, kurangnya subsidi pemerintah, kesulitan

mencari tenaga kerja di sektor pertanian dan adanya kesempatan membeli lahan lain

yang lebih murah.

Pertambahan penduduk yang semakin tinggi akan sangat mempengaruhi

terjadinya konversi lahan. Setiap orang pasti akan membutuhkan tempat untuk

mereka tinggal dan lahan untuk membangun tempat tinggal bersifat terbatas maka

konversi lahan merupakan jalan yang diambil karena menganggap tempat tinggal

lebih penting daripada untuk usaha tani. Semakin banyak permintaan terhadap lahan

juga akan menyebabkan harga lahan semakin tinggi dan hal ini akan mendorong

petani menjual lahan karena tergiur akan nilai rupiah yang akan diperoleh. Untuk

lebih jelas akan ditunjukkan pada Gambar 5.4.

Page 86: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Gambar 5.4. Kecendrungan Faktor Pendorong Eksternal Terhadap Konversi Lahan

Berdasarkan Gambar 5.4 dapat dijelaskan bahwa kecendrungan faktor

ekternal terhadap konversi lahan sangat kuat. Ini menunjukkan bahwa pendorong

konversi secara eksternal sangat kuat mempengaruhi masyarakat untuk melakukan

konversi lahan. Apabila pendorong eksternal ini tidak dapat dilemahkan maka

diyakini masyarakat yang masih bertahan tidak mengkonversi lahan akan ikut

tergerus untuk melakukan konversi lahan.

2) Faktor Penghambat Konversi Lahan (X2)

a) Faktor Internal Penghambat Konversi Lahan (X2.1)

Faktor Internal Penghambat Konversi Lahan diukur berdasarkan persepsi

responden terhadap indikator-indikator yang sesuai dengan definisi operasional

variabel. Hasil dari jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 5.9.

Page 87: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Tabel 5.9

Persepsi Responden atas Faktor Internal Penghambat Konversi Lahan

No. Indikator

Jawaban

SS S TS STS

Resp % Resp % Resp % Resp %

1 Tanah warisan tidak

boleh dijual/ dikonversi 22 19,64 37 33,04 34 30,36 19 16,96

2 Kepercayaan

masyarakat 14 12,50 81 72,32 13 11,61 4 3,57

3 Kondisi saluran irigasi

yang masih baik 18 16,07 74 66,07 18 16,07 2 1,79

4 Kondisi lahan yang

masih subur 29 22,89 77 68,75 5 4,46 1 0,89

5

Tidak adanya

kesempatan bekerja di

sector lain

23 20,54 77 68,75 11 9,82 1 0,89

Jumlah total 106 346 81 27

Rata-rata 21 18,75 69 61,60 16 14,29 6 5,36

Berdasarkan Tabel 5.9 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden

yaitu 90 orang (80,35%) setuju secara internal yang dapat menahan konversi lahan

adalah tanah warisan, kepercayaan masyarakat, kondisi saluran irigasi yang masih

baik, kondisi lahan masih subur dan tidak adanya kesempatan bekerja di sektor lain.

Tanah warisan saat ini diyakini masih mampu untuk menghambat laju

konversi namun hasil yang diperoleh tidak begitu besar, ini menunjukkan bahwa

tanah yang didapat dari warisan tidak akan selamanya mampu untuk menghambat

konversi lahan. Hal ini dipengaruhi oleh luas lahan yang diperoleh dari warisan

sempit karena dibagi dengan beberapa orang saudara sehingga dianggap lebih

Page 88: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

menguntungkan apabila dijual atau dikonversi. Untuk lebih jelas akan ditunjukkan

pada Gambar 5.5.

Gambar 5.5. Kecendrungan Faktor Penahan Internal Terhadap Konversi Lahan

Berdasarkan Gambar 5.5 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden

yaitu 80,35 persen menyatakan setuju jika tanah warisan, kepercayaan masyarakat,

kondisi saluran irigasi yang masih baik, kondisi lahan masih subur akan mampu

untuk menghambat konversi lahan. Faktor penghambat internal ini harus bisa

semakin dikuatkan untuk dapat mengurangi laju konversi lahan di Subak Jadi.

b) Faktor Eksternal Penghambat Konversi Lahan (X2.2)

Faktor Internal Penghambat Konversi Lahan diukur berdasarkan persepsi

responden terhadap indikator-indikator yang sesuai dengan definisi operasional

variabel. Hasil dari jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 5.10.

Page 89: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Tabel 5.10

Persepsi Responden atas Faktor Eksternal Penghambat Konversi Lahan

No. Indikator

Jawaban

SS S TS STS

Resp % Resp % Resp % Resp %

1

Regulasi pemerintah

tentang penetapan jalur

hijau

30 26,79 63 56,25 17 15,18 2 1,79

2 Subsidi pemerintah 16 14,29 87 77,68 7 6,25 2 1,79

3 Kepastian harga hasil

pertanian 45 40,18 63 56,25 3 2,68 1 0,89

4 Pemberian kompensasi

kepada petani 89 79,46 20 17,85 2 1,79 1 0,89

Jumlah total 180 233 29 6

Rata-rata 45 40,17 58 51,79 7 6,25 2 1,79

Berdasarkan Tabel 5.10 dapat disimpulkan bahwa responden menyetujui yang

dapat menahan konversi lahan dari faktor eksternal adalah regulasi pemerintah,

subsidi pemerintah, kepastian harga dan pemberian kompensasi.

Regulasi pemerintah tentang penetapan kawasan hijau diyakini mampu untuk

menghambat laju konversi lahan namun dengan catatan pengeluaran regulasi harus

dibarengi dengan pemberian subsidi dan pemberian kompensasi kepada petani.

Pemberian subsidi berupa bibit dan pupuk bagi petani diyakini akan mampu

menghambat konversi lahan karena dengan pemberian subsidi dan kompensasi tentu

akan menambah penghasilan petani. Untuk lebih jelas akan ditunjukkan dalam

Gambar 5.6.

Page 90: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Gambar 5.5. Kecendrungan Faktor Penahan Eksternal Terhadap Konversi Lahan

Gambar 5.5 menunjukkan bahwa faktor ekternal sangat kuat dalam menahan

laju konversi lahan. Ini ditunjukkan dari penilaian responden yang sebagian besar

yaitu 91,96 persen menyatakan regulasi pemerintah, subsidi, kepastian harga dan

pemberian kompensasi akan mampu untuk menahan konversi lahan.

5.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan di Subak Jadi

Analisis faktor dan analisi regresi linier berganda digunakan untuk mencari

faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan di Subak Jadi. Tujuan penggunaan

analisis faktor dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar variabel

yang diteliti dapat dijelaskan oleh setiap dimensi. Berikut ini disajikan hasil analisis

faktor berdasarkan tahapan yang ada dalam analisis faktor.

1) Determinant of Correlation matrix

Matriks Korelasi digunakan untuk mengidentifikasikan variabel-variabel

tertentu yang tidak mempunyai korelasi dengan variabel lain, sehingga dapat

Page 91: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

dikeluarkan dari analisis. Koefisien matriks korelasi disajikan dalam Tabel

5.11.

Tabel 5.11

Koefisien Matriks Korelasi

No Variabel Determinan

1

2

3

4

5

Konversi Lahan (Y1)

Faktor Internal Pendorong

Konversi Lahan(X1.1)

Faktor Eksternal Pendorong

Konversi Lahan (X1.2)

Faktor Internal Penghambat

Konversi Lahan (X2.1)

Faktor Eksternal Penghambat

Konversi Lahan (X2.2)

0,364

0,231

0,027

0,488

0,840

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa koefisien determinasi dari masing-masing

variabel sudah mendekati 0. Jadi dapat dinyatakan bahwa item instrument dari

masing-masing variabel memiliki korelasi yang kuat.

2) Kaiser Meyer Olkin (KMO)

Uji Kaiser Meyer Olkin (KMO) untuk mengetahui kecukupan sampel.

Analisis faktor dianggap layak jika besaran KMO nilainya minimal 0,5. Hasil

uji Kaiser Meyer Olkin (KMO) disajikan pada Tabel 5.12

Tabel 5.12

Hasil Uji Kaiser Meyer Olkin (KMO)

No Variabel KMO Signifikansi

1

2

3

4

Konversi Lahan (Y1)

Faktor Internal Pendorong

Konversi Lahan(X1.1)

Faktor Eksternal Pendorong

Konversi Lahan (X1.2)

Faktor Internal Penghambat

Konversi Lahan (X2.1)

0,623

0,645

0,816

0,709

Page 92: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

5

Faktor Eksternal Penghambat

Konversi Lahan (X2.2)

0,536

Tabel 5.12 menunjukkan bahwa nilai Kaiser Meyer Olkin (KMO) untuk

masing-masing variabel lebih besar dari 0,5 dengan signifikansi lebih kecil

dari alpha (α = 0,05). Jadi dapat dinyatakan bahwa masing-masing variabel

mempunyai kecukupan sampel untuk melakukan analisis faktor.

3) Measures of Sampling Adequacy (MSA)

Kelayakan model uji faktor untuk masing-masing variabel dapat dilihat dari

nilai Measures of Sampling Adequacy (MSA). Nilai MSA intrumen dari

masing-masing variabel dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil analisis

menunjukkan bahwa nilai MSA instrumen dari masing-masing variabel lebih

besar dari 0,5. Jadi dapat dinyatakan bahwa masing-masing model layak

digunakan dalam model uji faktor.

4) Percentage of Variance Percentage of

Variance menjelaskan kemampuan dari masing-masing faktor untuk

menjelaskan variasinya. Nilai percentage of variance untuk masing-masing

variabel disajikan pada Tabel 5.13.

Tabel 5.13

Nilai Percentage of Variance

No Variabel Percentage of Variance

(%)

1

2

3

Konversi Lahan (Y1)

Faktor Internal Pendorong Konversi

Lahan(X1.1)

Faktor Eksternal Pendorong

Konversi Lahan (X1.2)

52,357

63,241

56,331

Page 93: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

4

5

Faktor Internal Penghambat

Konversi Lahan (X2.1)

Faktor Eksternal Penghambat

Konversi Lahan (X2.2)

63,674

62,652

Tabel 5.13 menunjukkan bahwa Percentage of Variance untuk masing-

masing variabel memiliki kelayakan kemampuan untuk menjelaskan variasi

faktornya.

5) Rotasi faktor

Hasil penyederhanaan faktor dalam matriks memperlihatkan hubungan antara

faktor variabel individual, tetapi dalam faktor-faktor tersebut terdapat banyak

variabel yang berkorelasi sehingga sulit untuk diinterpretasikan. Hasil analisis

menunjukkan bahwa seluruh instrument dari masing-masing variabel telah

memenuhi syarat dan menunjukkan korelasi yang kuat. Ini ditunjukkan

dengan nilai rotasi yang lebih besar dari 0,4. Hasil perhitungan rotasi faktor

untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 4.

6) Ketepatan model

Tahap terakhir dari model ini adalah mengetahui apakah model mampu

menjelaskan dengan baik. Fenomena data yang ada perlu diuji dengan teknik

Principal Component Analysis (PCA) yaitu dengan melihat jumlah residual

antara korelasi yang diamati dengan korelasi yang direproduksi.

Berdasarkan hasil anasisi dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut.

(1) Tujuh faktor pada variabel Y1 dapat menjelaskan kondisi konversi

lahan di Subak Jadi sebesar 90,0 persen.

Page 94: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

(2) Sepuluh faktor pada variabel X1.1 dapat menjelaskan kondisi faktor

internal pendorong konversi lahan di Subak Jadi sebesar 57,0 persen.

(3) Dua belas faktor pada variabel X1.2 dapat menjelaskan kondisi faktor

eksternal pendorong konversi lahan di Subak Jadi sebesar 56,0 persen.

(4) Lima faktor pada variabel X2.1 dapat menjelaskan kondisi faktor

internal penghambat konversi lahan di Subak Jadi sebesar 70,0 persen.

(5) Empat faktor pada variabel X2.2 dapat menjelaskan kondisi faktor

eksternal penghambat konversi lahan di Subak Jadi sebesar 66,0

persen.

Tabel 5.14

Ketepatan Model

No Variabel Nonredundant

Residuals (%)

Ketepatan Model

(%)

1

2

3

4

5

Konversi Lahan (Y1)

Faktor Internal Pendorong

Konversi Lahan(X1.1)

Faktor Eksternal Pendorong

Konversi Lahan (X1.2)

Faktor Internal Penghambat

Konversi Lahan (X2.1)

Faktor Eksternal Penghambat

Konversi Lahan (X2.2)

10

43

44

30

34

90

57

56

70

66

Berdasarkan Tabel 5.14 semua variabel memiliki nilai residual korelasi yang

diamati yang lebih rendah daripada nilai residual yang diproduksi yang berarti bahwa

seluruh variabel mampu menjelaskan seluruh fenomena yang ada.

5.6 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Konversi Lahan

Page 95: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Sebelum data penelitian diuji dengan model uji regresi linear berganda maka

dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji nornalitas, uji multikolinearitas dan

heterokedastisitas.

1) Uji normalitas

Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati

normal. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan statistik

Kolgomorov-Smirnov. Hasil uji menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. adalah

sebesar 0,279 yang lebih besar dari alpha ( = 0,05). Jadi dapat disimpulkan

bahwa data dalam model uji telah berdistribusi normal.

2) Uji multikolinearitas

Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada atau

tidaknya hubungan yang linier (multikolinieritas) antara variabel bebas

(independen) satu dengan variabel bebas yang lain. Hasil uji multikolinearitas

ditunjukkan pada Tabel 5.15 di bawah ini.

Tabel 5.15

Uji multikolinearitas

No Variabel Tolerance VIF

1

2

3

4

Faktor Internal Pendorong Konversi

Lahan(X1.1)

Faktor Eksternal Pendorong Konversi Lahan

(X1.2)

Faktor Internal Penghambat Konversi Lahan

(X2.1)

Faktor Eksternal Penghambat Konversi Lahan

(X2.2)

0,724

0,667

0,799

0,927

1,382

1,499

1,252

1,078

Page 96: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Tabel 5.15 menunjukkan bahwa nilai Tolerance dan VIF untuk seluruh variabel

bebas telah lebih besar dari 0,1 dan lebih kecil dari 10. Jadi dapat disimpulkan

bahwa model uji tidak terdeteksi kasus multikolinearitas.

3) Uji heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui bahwa pada model regresi

terjadi ketidaksamaan varian. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heterokedastisitas digunakan model glejser. Hasil uji dengan model glejser

ditunjukkan pada Tabel 5.16.

Tabel 5.16

Hasil Uji Heterokedastisitas

No Variabel thitung Sig. Keterangan

1

2

3

4

Faktor Internal Pendorong

Konversi Lahan(X1.1)

Faktor Eksternal Pendorong

Konversi Lahan (X1.2)

Faktor Internal Penghambat

Konversi Lahan (X2.1)

Faktor Eksternal

Penghambat Konversi Lahan

(X2.2)

-1,720

-0,093

2,015

0,600

0,088

0,926

0,460

0,550

Tidak Signifikan

Tidak Signifikan

Tidak Signifikan

Tidak Signifikan

Tabel 5.16 menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikatnya (absolute ei). Jadi dapat disimpulkan

bahwa dalam model tidak terdeteksi kasus heterokedastisitas.

Setelah dinyatakan seluruh variabel tidak terdeteksi kasus normalitas,

multikolinearitas dan heteroskedastisitas maka selanjutnya hasil dari tabulasi dalam

bentuk data ordinal tersebut selanjutnya diberikan skor dan diubah menjadi data

interval bagi masing-masing variabel yang disajikan pada Lampiran 3. Berdasarkan

Page 97: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

data interval pada Lampiran 2 kemudian dilakukan pengolahan data dengan

menggunakan SPSS. Hasil pengolahan data tersebut disajikan pada Lampiran 6.

Hasil yang diperoleh dari data dengan menggunakan program SPSS dirangkum

pada Tabel 5. 17

Tabel 5. 17

Rangkuman Hasil Analisis Regresi

Faktor

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 12.679 3.161

4.011 .000

Pendorong internal -.161 .092 -.162 -1.753 .082

Pendorong eksternal .331 .052 .610 6.334 .000

Penarik internal .092 .122 .066 .751 .454

Penarik eksternal .051 .154 .027 .331 .741

R = 0,795 R Square = 0.632

Fhitung = 4,434 Sig. F hitung = 0,000

Tabel 5.17 menunjukkan bahwa R2 = 0,632 artinya secara simultan seluruh variabel

berpengaruh signifikan (Sig Fhitung = 0,000 < α = 0,05) terhadap konversi lahan

pertanian sebesar 63,2 persen sedangkan sisanya sebesar 37,8 persen dipengaruhi

oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model.

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai Fhtiung (4,434) lebih besar dari nilai Ftabel

(1,60) maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan secara simultan

dari faktor pendorong dan penghambat baik yang bersifat internal maupun eksternal

terhadap konversi lahan di Subak Jadi Kecamatan Kediri Tabanan.

Page 98: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh yang signifikan secara parsial dari

faktor pendorong dan penghambat baik yang bersifat internal maupun eksternal

berpengaruh terhadap konversi lahan di Subak Jadi Kecamatan Kediri Tabanan.

Apabila nilai thitung lebih besar dari ttabel (0,677) dengan tingkat Sig. 0,05 maka

variabel dinyatakan berpengaruh secara parsial. Tabel 5.19 menunjukkan bahwa

variabel yang berpengaruh signifikan terhadap konversi lahan adalah faktor

pendorong eksternal. Jadi dapat disimpulkan bahwa konversi lahan terjadi di Subak

Jadi disebabkan karena pengaruh variabel pendorong eksternal yang sangat kuat,

sedangkan faktor penghambat tidak memiliki kemampuan dalam menahan terjadinya

konversi lahan. Tabel 5.18 menunjukkan variabel yang berpengaruh parsial terhadap

konversi lahan.

Tabel 5.18

Variabel yang Berpengaruh Nyata

Variabel

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std.

Error Beta

Constant)

Lokasi lahan

Produktivitas

Irigasi

Mutu tanah

Luas lahan

Biaya produksi

Risiko usaha tani

Perubahan perilaku

Penanganan pasca panen

Himpitan ekonomi

Pertambahan penduduk

Pengaruh warga lain

Pengaruh pihak swasta

Nilai jual lahan

Keb. tempat tinggal

Pemb. Sarana prasarana

11.974

.394

.623

.398

-.910

.287

.463

.273

-.090

-.200

-.493

.362

-.235

.213

-.173

1.208

.100

3.171

.340

.329

.365

.343

.340

.340

.374

.353

.329

.400

.370

.402

.423

.409

.403

.379

.105

.164

.108

-.247

.077

.117

.073

-.025

-.054

-.125

.096

-.065

.060

-.046

.319

.028

3.777

1.161

1.892

1.090

-2.652

.843

1.360

.729

-.255

-.607

-1.232

.978

-.584

.504

-.424

3.000

.264

.000

.249

.062

.279

.010

.402

.178

.468

.799

.546

.221

.331

.561

.616

.673

.004

.793

Page 99: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Peluang kerja sek lain

Fluktuasi harga hasil tani

Pajak

Subsidi pemerintah

Tenaga kerja

Kesempatan membeli lahan lain

Tanah warisan

Kepercayaan masyarakat

Ketersediaan air

Lahan masih subur

Tidak ada kesempatan kerja di

sektor lain

Regulasi pemerintah

Subsidi pemerintah

Kepastian harga

Kompensasi

.065

-.171

.227

.353

.056

.906

-.217

-.331

-.083

-.068

.039

.166

.209

.006

-.406

.346

.347

.336

.358

.404

.335

.346

.418

.411

.411

.362

.330

.325

.359

.411

.017

-.047

.061

.096

.015

.248

-.061

-.085

-.022

-.017

.010

.045

.051

.001

-.088

.187

-.493

.676

.985

.138

2.700

-.628

-.793

-.202

-.166

.109

.503

.644

.016

-.988

.852

.624

.501

.327

.891

.008

.531

.430

.840

.868

.914

.616

.521

.987

.326

Berdasarkan Tabel 5.18 dapat dijelaskan bahwa yang berpengaruh secara

signifikan terhadap konversi lahan pertanian di Subak Jadi, Kecamatan Kediri,

Tabanan adalah sebagai berikut.

(1) Mutu tanah memiliki pengaruh signifikan terhadap konversi lahan

ditunjukkan dengan nilai thitung lebih besar dari ttabel (-2,652 > ±0,677) artinya

apabila persepsi petani Subak Jadi tentang mutu tanah sudah menurun maka

niat petani untuk mengkonversi lahan semakin tinggi.

(2) Kebutuhan tempat tinggal berpengaruh signifikan terhadap konversi lahan

pertanian yang ditunjukkan dengan nilai thitung lebih besar dari ttabel (3,000 >

±0,677) yang artinya semakin meningkat kebutuhan tempat tinggal akan

semakin banyak terjadi konversi lahan.

(3) Kesempatan membeli lahan lain yang lebih murah berpengaruh signifikan

terhadap konversi lahan yang ditunjukkan dengan nilai thitung lebih besar dari

ttabel (2,700 > ±0,677) yang artinya petani tidak akan menahan lahan mereka

apabila mendapatkan tawaran harga tanah yang menggiurkan di tempat lain

Page 100: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

yang lebih murah sehingga akan memperoleh surplus harga jual lahan

tersebut.

5.7 Pengaruh Konversi Lahan terhadap Kesejahteraan Petani

Paired-Sample t- Test digunakan untuk menguji pengaruh konversi lahan

terhadap kesejahteraan petani di Subak Jadi Kecamatan Kediri Tabanan. Hasil

analisis menunjukkan bahwa pendapatan petani Subak Jadi sebelum mengalami

konversi lahan sebesar Rp. 19.707.568,902 mengalami penurunan menjadi Rp. 16

241.197,991 setelah konversi lahan. Jadi dapat dikatakan bahwa konversi lahan justru

akan menurunkan kesejahteraan petani. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel

5.19 dan Tabel 5.20.

Tabel 5.19

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pendapatan petani

sebelum konversi 19,707,568.9029 31 13,367,057.63402 2,400,794.42357

Pendapatan petani

setelah konversi 16,241,197.9910 31 13,260,345.19491 2,381,628.30371

Tabel 5.20

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig.

(2-

taile

d)

Mean Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pai

r 1

Pendapatan

petani

sebelum

konversi -

Pendapatan

petani setelah

konversi

3,466,37

0.91194

2,286,178.

30621

4,106,09

.74517

2,627,793.

93908

4,304,94

7.88479

8.4

42

3

0

.00

0

Page 101: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Berdasarkan penjelasan dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan

bahwa nilai t hitung = 8,442 < dari t tabel = 0,677 dan nilai sig. 0,000 < 0,05 yang

artinya tolak H0 maka rata-rata pendapatan petani sebelum dan sesudah konversi

lahan adalah tidak sama atau berbeda secara nyata yang dalam penelitian ini

pendapatan petani setelah konversi lahan lebih rendah dari pendapatan sebelum

mengalami konversi lahan.

Page 102: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan di atas, maka diperoleh simpulan

sebagai berikut.

1) Secara simultan seluruh faktor pendorong dan penghambat baik yang bersifat

internal maupun eksternal berpengaruh signifikan terhadap konversi lahan di

Subak Jadi Kecamatan Kediri Tabanan dengan kontribusi sebesar 63,2 persen

sedangkan sisanya 37,8 persen dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak

dimasukkan dalam model.

2) Secara parsial dapat diketahui bahwa hanya faktor pendorong konversi

eksternal berpengaruh nyata terhadap konversi lahan di Subak Jadi,

Kecamatan Kediri, Tabanan sedangkan faktor penghambat internal dan

eksternal tidak berpengaruh terhadap konversi lahan. Faktor pendorong yang

berpengaruh terhadap konversi lahan adalah mutu tanah, kebutuhan tempat

tinggal dan kesempatan membeli lahan di tempat lain.

3) Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan petani Subak Jadi

mengalami penurunan setelah adanya konversi lahan yaitu dari Rp.

19.707.568,902 menjadi Rp. 16.241.197,991. Jadi dapat dikatakan bahwa

konversi lahan tidak akan meningkatkan kesejahteraan petani.

6.2 Saran

Page 103: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang ada maka dapat

dikemukakan saran adalah sebagai berikut.

1) Seluruh pihak terkait baik pemerintah maupun prajuru subak harus mampu

untuk mengontrol laju konversi lahan dengan cara memperlemah faktor-faktor

yang mendorong konversi lahan baik yang bersifat internal maupun eksternal

dan memperkuat faktor-faktor yang menghambat konversi lahan.

2) Menanggulangi faktor pendorong internal seperti mutu tanah dan

produktivitas, pemerintah perlu meningkatkan pemberian subsidi pupuk untuk

meningkatkan produktivitas lahan sehingga mampu menghasilkan dengan

baik. Untuk menanggulangi faktor pendorong eksternal seperti kebutuhan

untuk perumahan dan kesempatan membeli lahan lain pemerintah harus

mempertegas regulasi di bidang perizinan terutama untuk membangun di

lahan basah. Pemerintah juga harus memperketat peraturan jual beli lahan

terutama lahan pertanian boleh dijual tetapi tetap diperuntukkan untuk lahan

pertanian.

3) Petani harus ditekankan bahwa konversi lahan bukan jalan terbaik bahkan

dapat merugikan petani itu sendiri dan secara luas seperti ketahanan pangan

serta lingkungan. Dampak konversi lahan terhadap kesejahteraan petani

memerlukan penelitian yang lebih lanjut. Penelitian selanjutnya diharapkan

dapat mengkaji indikator-indikator lain selain pendapatan yang

mempengaruhi kesejahteraan petani. Hal ini terkait dengan perbedaan persepsi

petani tentang kesejahteraan.

Page 104: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Rolph. 1984. Multivariate Data Analysis. Prentice-Hall Internasional. Inc.

New Jersey

Ashari. 2003. Tinjauan Tentang Alih Fungsi Lahan Sawah Ke Non Sawah dan

Dampaknya di Pulau Jawa. Litbang Departemen Pertanian

Badan Pusat Statistik. 2013. Jumlah Penduduk di Indonesia

Benu, Noortje M, dkk. 2013. Analysis of Land Conversion and its Impacts and

Strategies in Managing Them in City of Tomohon, Indonesia. Asian

Transactions on Basic and Applied Sciences Vol. 03 Issue 02.

Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Tabanan. 2013. Jumlah Alih Fungsi

Lahan Per Kecamatan Tahun 2008-2012

Fahrudin, Adi. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Cetakan Kesatu. Bandung: PT

refika Aditama

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan

keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Hardjowigeno, Sarwono, Widiatmaka. 2011. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan

Perencanaan Tataguna Lahan. Cetakan kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

Irawan, Bambang. 2005. Konversi Lahan Sawah : Potensi Dampak, Pola

Pemanfaatannya dan Faktor Determinan. Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol.

23. No. 1. Tahun 2005. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial

Ekonomi Pertanian

Lestari, Tri. 2005. Dampak Konversi Lahan Pertanian Bagi Taraf Hidup Petani.

Makalah Kolokium. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan

Masyarakat. IPB Press. Bogor

Nasoetion, Lutfi Ibrahin, dan Winoto, Joyo. 2000. Masalah Alih Fungsi Lahan dan

Dampaknya Terhadap Keberlangsungan Swasembada Pangan. Pusat Penelitian

Sosial Ekonomi Pertanian. Jakarta

Pakpahan, Agus, Sumaryanto, N. Syafa’at, dan Rafael P. Somaji. 1993. Kelembagaan

Lahan dan Konversi Tanah dan Air. PSE. Bogor

Page 105: Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on

Pakpahan, Agus. 2012. Investing In Farmers’ Welfare. Cetakan pertama. Bogor: PT

Penerbit IPB Press

Pasandaran, Effendi. 2006. Alternatif Kebijakan Pengendalian Konvrersi Lahan

Sawah Beririgasi di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25. No. 4

Rai, I Nyoman, Gede Menaka Adnyana. 2011. Persaingan Pemanfaatan Lahan dan

Air. Denpasar: Udayana University Press

Sihaloho, Martua., Dharmawan, Arya Hadi, dan Rusli, Said. 2007. Konversi Lahan

Pertanian dan Perubahan Struktur Agraria (Studi Kasus di Kelurahan

Mulyaharaja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa barat). Sodality:

Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Vol. 1.

Tahun 2007. Jawa Barat

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Supardi. 2005. Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UII Press

Suputra, Dewa Putu Arwan, Ambarawati, I G AA, Tenaya, I Made Narka. 2012.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alih fungsi Lahan Studi Kasus di Subak

Daksina, Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. E-

Journal Agribisnis dan Agrowisata Vol. 1. Tahun 2012. Denpasar: Program

Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana

Sutawan, Nyoman. 2008. Organisasi dan Manajemen Subak di Bali. Denpasar: PT

Offset BP Denpasar

Suyana Utama, Made. 2007. Aplikasi Analisis Kuantitatif. Denpasar: Fakultas

Ekonomi Universitas Udayana

Widjanarko. 2006. Aspek Pertahanan Dalam Pengendalian Alih Fungsi Lahan

Pertanian (sawah). Prosiding Seminar Nasional Multifungsi Lahan Sawah:22-

23. Pusat Penelitian dan Pengembangan BPN. Jakarta

Wirawan, Nata. 2002. Cara Mudah Memahami Statistik 2 (Statistik Inferensial) untuk

Ekonomi dan Bisnis. Edisi Kedua. Denpasar: Keraras Emas