Faiz Ahsoul, Gelaran Ibuku, Buku Sejarah Kampung

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Faiz Ahsoul, putus sekolah tapi rajin membaca, mengedit, dan baik hati. Mungkin karena itu negara menganugerahinya sebagai pengelola TBM terbaik dengan program yang bagus. Kali ini, ia berada di TBM Gelaran Ibuku, Indonesia Buku.

Citation preview

PR0rrr

{dHffi-t:%t4?ijtu,

.,!1::!++::

) -r. :0I

) ==o \D

:o -(1)-@

::;=o -t

pn0ilLorum Taman Bacaan Masyarakat (Forum TBM) belum lama ini menggelar pelatihan menulis bagi pengelola21 -23 September lalu. Peserta yang diundang 25 orang wakil dari TBM di 20 provinsi. Narasumbernya sejumlah nama yang memiliki kompetensi di bidang penulisan. Di antaranya, Ali Muakhir, penulis buku bacaan anak sangat produktif, yang sudah menulis tak kurang dari 300 judul buku. Tahun 2010 lalu, MURI menahbiskan ALi Muakhir sebagai penulis bacaan anak paling produktif se-lndonesia.

TBM pada

Narasumber lain yang dihadirkan Forum TBM adalah Faiz Ahsoul, nama yang belakangan mencuat di kalangan PTK PAUDNI, terutama pada ajang Jambore 1000 PTK PAUDNI di Mataram, Juli lalu. Faiz adalah Juara I Lomba Karya NyataPengelola TBM. Sehari-hari Faiz adalah pengelola TBM Gelaran lbuku, Yogyakarta. Faiz menjadi narasumber penting lantaran ia dan teman-temannya di Yayasan lndonesia Buku, pemilik TBM Gelaran lbuku, sukses menggelar program Babersku alias Belajar Bersama Menulis Sejarah Kampung.

Babersku lahir, kata Faiz, karena keprihatinannya melihatbanyakpeneliti asing datang keYogya hingga menelisik kampungkampung. Namun masyarakat Yogya yang diwawancarai, lebihlebih masyarakat luas, tak pernah tahu publikasi atau tulisannya. Tim penulis adalah warga Kampung Patehan, tempat mangkal Yayasan lndonesia lbuku, termasukTBM Gelaran lbuku. Patehan

adalah nama kampung yang berada di sisi Barat Alun-Alun Kidul, Yogyakarta, atau masuk wilayah Jeron Beteng (dalamkeraton Yogyakarta). Faiz dan rekannya di lndonesia Buku hanya berfungsi sebagai fasilitator. Selebihnya, pewawancaram penulis, periset dan editor adalah warga Patehan sendiri. Hasilnya adalah buku setebal 529 halaman berjudul Ngeteh di Patehan.TRAUMA SEKOTAH Faiz, ayah satu anak kelahiran Cirebo, 20 Mei '1976, mungkin

terlahir dengan kecintaan pada dunia pendidikan nonformal.la menuntaskan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cirebon tahun 1995 dengan sejumlah catatan. "Saya punya problem dengan namanya pendidikan formal. Di masa SD, MTs, hingga MA, saya harus pindah beberapa sekolah. Saya orangnya enggak betah di kelas. Guru-guru menilai saya anak nakal," katanya. Ada kejadian waktu kelas ll MTs yang begitu membekas di memori Faiz. Ceritanya, waktu pelajaran bahasa Arab, ia sudah tiga kali absen. Ketika ia masuk. Pak Guru memintanya membaca materi pelajaran sebelumnya. Ketika itu, tidak semua siswa merniliki buku pelajaran. Sehingga siswa mencatat pelajaran yang dibacakan Pak Guru. Karena tidak masuk tiga kali, otomatis Faiz tidak memiliki catatan. "Ketika diminta membaca saya enggak bisa karena memang tidak mencatatnya. Saya pinjam catatan temen iatu bangku, tapi ketahuan Pak Guru. Saya diminta membaca catatan sendiri. Saya asal baca catatan yang ada. Pak Guru langsung marah dan mendekati saya. Tanpa memberi kesempatan saya memberikan penjelasan, Pak Guru menarik kerah baju. Saya kaget dan refleks menampik tangan Pak Guru. Dada saya sempat tergoras kuku, sehingga lukai'kata Faiz. Adegan berikutnya, Faiz langsung kaburdari kelas.

Episode buruk itu melekat kuat di memori Faiz yang menurutnya turut membentuk karakternya. Faiz masih bisa naik kelas karena tetap diperbolehkan ikut ujian. Namun syaratnya ia harus pindah sekol4h. Di MAN Cirebon pun Faizbermasalah dengan guru. Untungnya walikelasnya berbaik hati membantunya agar tetap bertahan dan menamatkan sekolah.

SEJAK KECIL PUNYA PROBLEM DFNGAN YANG NAMANYA PENDIDIKAN FORMAL. FA1Z PALING I]DAK BETAH BE.RLAMA-LAMA DI KELAS. PADAHAL.IA AMATMENCINTAI BUKU. DAR] CIREBON BERLABUH DI YOGYAKARTA: MENJADI PENGELOLA TAMAN

BACAAN MASYARAKAI

Majalah Pendidik dan Tenaga Kependidikan PAUD, Nonfotmal, dan lnfotmal

Angkringan Buku bertujuan mendekatkan masyarakat dengan dunia buku melalui pendekatan angkringan. Angkringan

adalah gerobak untuk jualan makanan yang biasa buka dari senja hingga larutmakan. Angkringan Buku pun menyajikan kuliner khas angkringan. Ada sego kucing, plus lauk pauk aneka macam. Fisik angkringan didesain perupa Dipo Andy,

sekaligus menjadi karya instalasi seni

publik yang bergerak dan ditempatkan

di tiga titik, yaitu di

Patehan, Kampung

Taman Sari, dan Ngadisuryan, lokasinya masih di seputaran Keraton Yogyakarta. Yang membedakan dengan angkringan

biasa, Angkringan Buku juga menjualbuku dengan harga sego kucingan yang murah meriah. Eragam judul buku dijual

hanya Rp

2000.

1.000-Rp. Buku-

buku ukuranBersama rekan satu tim Daerah istimewa Yogyakarta di ajang jambore

saku

itu

lt)(lt)

PTK

PAI]DN 701

1

PTruB!OIHAzu jALA$IAtr

Tamat dari MAN tak ada secuil keinginan untuk melanjutkan kuliah. Apalagi orangtuanya juga tak mampumembiayai hlngga perguruan tinggi. Faizmemutuskan merantau ke Jakarta. Sempat berjualan di pasar, berpindah ke Bogor menjadi buruh di pabrik roti. Pernah pula jualan jins di Bandung. Setahun berlalu,

melekat

di

benak

Faiz. Lagi-lagi ia tak

berlama-lama kuliah. Di kampus ia lebih suka terjun di kegiatan mahasiswa, khususnya

mampu

di

Lembaga

Pers

sebuah inspirasi menghampiri Faiz kala melihat televisi, menayangkan liputan tentang aktivitas anak-anak jalanan di Yogyakarta. Anak-anak jalanan mendapat

dan

Mahasiswa

Ekspresi

perpustakaan.

Akhirnya

ia

dropoutkuliah.

karena tak pernah masuk (I}ITAPACIA TUI{U

pendidikan keterampilanAnak Jalanan.

di

sebuah

lembaga bernama UAJ alias Universitas Dorongan mencari Universitas Anak Jalanan membawa Faiz ke Kota Gudeg. la bingung mencari alamat UAJ. la bertanya ke beberapa teman dari Cirebon yang kuliah di Yogya. Semua temannya tidak tahu. Singkatan UAJ sendiri sudah dipakai Universitas Atmajaya Yogyakarta. Tentu bukan itu yang dimaksud Faiz. Setelah 2 minggu mencari-cari, akhirnya bertemulah Didit, sang penggagas UAJ. Didit dikenal sebagai Bapaknya para Anak Jalanan. la membangun rumah singgah, tempat ia memberi banyak keterampilan bagi anak-anak jalanan. "Ternyata hanya istilah. Lembaganya tidak ada. Namun kami akhirnya ngobrol panjang. Mas DiditFaiz dengan

Keluar dari dunia kampus mengantarkan Faiz dalam duniapenulisan buku. la bergabung dengan Yayasan lndonesia Buku. lndonesia Buku atau sering pula ditulis l:boekoe oleh Taufik Rahzen, Galam Zulkifli, Dipo Andy Muttaqien, Eddy Susanto, dan Muhidin M. Dahlan, pada 23 April 2006. Ibuku sebenarnya merupakan pengembangandari Gelaran Budaya, galeri seni sekaligus bale budaya yang berdiri pada akhir '1999. Di lbuku, Faiz menemukan dunianya. lbuku memang kumpulan orang-orang yang mencintai buku. Dari awalnya hanya perpustakaan, kemudian berkembang

diterbitkan lndonesia Buku Kecil ataulbucil dengan tema-tema humor, sastra,sejarah, dan tokoh. Angkringan Buku juga dilengkapi televisi, CD player, dan jaringan internet nirkabel. Kedua piranti itu dipakai untuk memutar film, pidato atau rekaman lainnya. Program Radio Buku tampaknya merupakan radio pertama yang fokus pada info tentang buku. Radio buku memanfaatkan jaringan internet atau biasa juga dikenal dengan islilah radio streaming. Radio Buku menyiarkan Berita Buku, pembacaan puisi, cerpen, cerita,

pada sejumlah program yang

sudah

digulirkan. TBM Gelaran lbuku adalahsalah satunya. Selain itu mereka punya Balai Belajar Bersama Angkringan Buku, Radio Buku, juga Babersku. Angkringan Buku didukung Direktorat Pendidikan Masyarakat, Ditjen PAUDNI.

menyarankan saya kuliah," kata Faiz.

diskusi buku, juga menggelar temupenulis.

Tahun 1997, Faiz diterima

di

lKlP

SDLPO l]ANDOKO

Yogyakarta (sekarang Universitas Negeri Yogyakarta). Rupanya stigma tidak

menyukai pendidikan formal

sudah Edisi o?/Tahunr/nktober e0r

I

I

*dISI

ffi;t

Bank Simpan Bagi

hsebuah lini rintisan dalam perpustakaan "gelaranibulan" yang fokus pada pengarsipan fel