Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TANGGAPAN PEMBACA TERHADAP
NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD
TOHARI
Oleh :
Muhammad Ishom Khadziq
J1B015029
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
2019
A. Judul Penelitian : Tanggapan Pembaca Terhadap Novel Bekisar
Merah Karya Ahmad Tohari
B. Ruang Lingkup : Ilmu Budaya/Sastra
C. Latar Belakang :
Sastra merupakan sebuah ringkasan mengenai gambaran
dunia dan seisinya yang diwakili oleh kata-kata sederhana tetapi
perlu pemaknaan mendalam. Sapardi berpendapat, bahwa sastra itu
adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium.
Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan
gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu
kenyataan sosial (1979:1). Sastra dapat berupa tiruan murni atau
berupa tiruan halus dengan proses suntingan penulis, atau bahkan
berupa tiruan sifat manusia yang tercermin dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam Sastra, yang disebut sebagai sastra tidak hanya
karya yang berupa prosa, puisi atau pun drama. Tetapi juga sebuah
lagu, musik, pentas tari, film, cerita masyarakat, hingga bahkan
sebuah cerita sejarah yang diceritakan secara turun-temurun. Sastra
tak hanya bermain pada hal-hal yang sifatnya tertulis, tetapi
sesuatu yang berwujud sebuah kebudayaan yang dibaliknya tersirat
sebuah cerita atau segala sesuatu yang melatarbelakanginya.
Dalam KBBI novel memiliki arti, salah satu bentuk karya
sastra yang berbentuk prosa yang panjang mengandung rangkaian
cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan
menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Novel merupakan
gambaran kehidupan penulis yang dituangkan kedalam tulisan
yang mengandung makna dan pesan yang pernah dialami oleh
pengarang. Latar belakang penulisan novel harus memiliki unsur-
unsur seperti, unsur intrinsik (alur, tokoh, waktu, penokohan,
makna, dan sebagainya), juga harus mengandung unsur ekstrinsik
yaitu penulis dan pembaca. Salah satu novel yang memenuhi
karakteristik tersebut adalah Bekisar merah karya Ahmad Tohari,
yang merupakan salah satu sastrawan Indonesia yang banyak
menciptakan karya dengan latar belakang permasalahan-
permasalahan sosial yang ada di lingkungan. Ia selalu menulis dari
pengalaman hidupnya di desa. Maka dari itu sebagaian besar
karyanya adalah kehidupan masyarakat lapisan bawah dengan latar
alam pedesaan.
Beberapa karya dari Ahmad Tohari juga diterbitkan dalam
beberapa bahasa asing seperti, bahasa Spanyol, Tionghoa, Belanda,
dan Jerman.1 Novel Ronggeng Dukuh Paruk juga pernah
diterbitkan dalam bahasa Banyumasan dan mendapatkan
penghargaan Rancage di Bandung pada tahun 2007 dari Yayasan
Rancage.2 Novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari merupakan
1 Murdaningsih, Dwi. 2015. Novel Karya Ahmad Tohari Diterbitkan dalam Bahasa Spanyol(daring) https://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/15/08/27/ntq2z9368-novel-karya-ahmad-
tohari-diterbitkan-dalam-bahasa-spanyol (diakses pada tanggal 11 Mei 2019).2 Budiasri, Trisno.2016. Ahmad Tohaii (daring) . http://bpad.jogjaprov.go.id/coe/jateng/view?
id=434&slug=ahmad-tohari (diakses pada tanggal 11 Mei 2019).
refleksi dari penggambaran kehidupan sehari-hari di kehidupan
penulis. Dalam novel ini menggambarkan kehidupan di desa yang
mayoritas penduduknya bekerja sebagai penyadap nira., yang di
lain sisi terdapat sekelompok orang pemilik modal selalu
memandang rendah para buruh tersebut.
Bagian awal dari novel ini menceritakan kehidupan di desa
yang bernama Karangsoga, dimana mayoritas warganya adalah
penyadap nira dengan penghasilan di bawah layak. Para
penyadapan memproses nira tersebut menjadi gula merah.
Kemudian menjualnya ke pengepul dengan harga sangat murah,
sehingga membuat masyarakat hidup dalam kemiskinan. Para
tengkulak mempermainkan harga dengan semena-mena.
Pada bagian lain dari isi cerita novel ini terdapat tokoh Lasi
yang memiliki wajah rupawan dan tubuh mempesona. Tetapi
sungguh malang nasibnya karena ia dikhianati oleh suaminya yang
bernama Darsa. Sehingga ia pun memutuskan pergi ke kota, dan
bertemu dengan para pejabat yang menjadikan Lasi sebagai istri
simpanan. Seperti ayam bekisar, yang menjadi penghias rumah-
rumah mewah. Lasi menjadi penghias bergilir bagi rumah-rumah
pejabat ternama.
Penggambaran dari keseluruhan cerita membuktikan bahwa
novel Bekisar Merah mengandung nilai-nilai kehidupan sosial,
kultural, sejarah dan berhubungan dengan penelitian sebelumnya
yagn disebut Repertoire. Iser menyatakan bahwa realitas yang
menjadi rujukan dalam sebuah karya untuk melakukan
pembangunan situasi disebut Repertoire.3
Repertoire terdiri dari semua batas wilayah yang dikenali
dalam teks. Maksud dari wilayah adalah karya-karya terdahulu,
norma sosial dan sejarah, atau berupa fenomena kebudayaan yang
dimunculkan dalam teks. (1978: 69). Repertoire digunakan untuk
mengungkapkan bahwa setiap karya sastra merupakan kumpulan
teks sastra. Maka dari itu menunjukan bahwa karya sastra tidak ada
yang orisinil. Pertemuan antara realitas dan refrensi karya
terdahulu menunjukan adanya realitas di luar teks yang
digabungkan dengan proses kreativitas dan imajiner, sehingga
memunculkan realitas baru.4
Iser dalam bukunya menyatakan “Karya sastra memiliki
sifat estetik, sebab karya sastra lahir dari perpaduan antara relitas
dan imajinasi sehingga menghasilakan kebaruan” (1978: 22). Peran
pembaca teks sastra dengan melibatkan ilmu pengetahuan dan
pengalaman pembaca sangatlah penting sebagai bekal untuk
pemaknaan teks yang dibaca. Pembaca juga memiliki peran yagn
sangat penting, karena teks sastra akan memiliki arti jika dibaca.
Tetapi pembaca harus mengetahui norma-norma yagn dimunculkan
3 Diintisari oleh Dr. Fadlil Munawwar Manshur, M.S. point ke 57 dari buku The Act of Reading,Theory as Aesthetic Response (1978).
4 Diintisari oleh Dr. Fadlil Munawwar Manshur, M.S. point ke 22 dari buku The Act of Reading,Theory as Aesthetic Response (1978).
dalam karya agar mengetahui konflik yang terdapat dalam teks
sastra tersebut.
Pembaca terbagi menjadi tiga kelompok, seperti apa yang
diungkapkan Segers (2000:47) yait pembaca ideal, pembaca
implisit, dan pembaca riil. Pembaca ideal adalah pembaca yang
satu pemahaman dengan hipotesis yang dibuat oleh ahli teori
dalam proses interpretasi. Pembaca implisit merupakan faktor
imanen teks yang memiliki satu tanda yang sering mendapat
tanggapan riil dengan cara yang berbeda-beda. Sedangkan
pembaca riil adalah pembaca yang biasanya memberi penilaian
secara indvidu, dalam penilitian ini pembaca riil menjadi objek
yang diutamakan karena proses pemaknaan yang individual
tersebut.
Dari deskripsi diatas dapa disimpulkan, novel Bekisar
Merah mengandung norma-norma yang dibutuhkan untuk menjadi
syarat repertoire. Hal itu menjadikan novel Bekisar Merah terdapat
objek estetik sebagai pembangkit respon pembaca. Adapun
penelitian sebelumnya tentang novel Bekisar Merah yang
dilakukan oleh Khatib Lubis (2014), dengan judul skripsi Konflik
dan Watak Tokoh Utama Novel Bekisar Merah karya Ahmad
Tohari.5 Kemudian penelitian yang lain dilakukan oleh Mansyur
Yusuf mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri
5 http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/51057/Khatib%20Lubis.p;jsessionid=384E9DCA939E7252037408E12BEE16D0?sequence=1 (diakses pada tanggal 11 Mei 2019).
Makasar pada tahun 2017 dengan judul Hegemoni Dalam Novel
Bekisar Merah karya Ahmad Tohari.6
6 http://eprints.unm.ac.id/4267/1/MANSYUR%20YUSUF%20%28SKRIPSI%29%201251141018%20.pdf (diakses pada tanggal 11 Mei 2019).
D. Rumusan Masalah
4.1 Bagaimana gambaran norma sosial dan budaya sebagai repertoire
dalam novel Bekisar Merah karya Ahamad Tohari?
4.2 Bagaimana tanggapan pembaca terhadap novel Bekisar Merah?
E. Tujuan Penelitian
5.1 Mendeskripsiskan gambaran norma sosial-budaya sebagai
repertoire yang terdapat dalam novel Bekisar Merah karya Ahmad
Tohari.
5.2 Mengetahui tanggapan pembaca terhadap teks sastra novel Bekisar
Merah karya Ahmad Tohari.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terbagi menjadi manfaat teoritis dan manfaat
praktis, adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
6.1 Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat :
6.1.1 Memberikan sebuah alternatif penelitian sastra dengan
menerapkan teori respon estetik, yaitu untuk mengetahui
gambaran repertoire dalam Bekisar Merah.
6.1.2 Memberikan acuan untuk memahami makna melalui
pembacaan teks dalam novel Bekisar Merah.
6.2 Secara praktis penelitian ini diharapkan :
6.2.1 Memberikan sarana bagi masyarakat untuk memperkaya
wawasan mengenai kehidupan masyarakat desa dengan
penggambaran sosial-budaya.
6.2.2 Memberikan gambaran konflik-konflik yang terjadi di
masyarakat yang digambarkan dalam novel Bekisar Merah.
G. Tinjauan Pustaka
7.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terhadap novel Bekisar Merah sudah banyak
dilakukan. Penelitian- penelitian tersebut dijadikan sebagai studi
pustaka.
Adapun penelitian tersebut adalah :
Skripsi dari Mansyur Yususf dengan judul Hegemoni dalam
novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari tahun 2017 dari
Universitas Negeri Makasar.7 Novel Bekisar Merah merupakan
karya yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan penulis, yaitu
Ahmad Tohari. Alur ceritanya menggambarkan detail kehidupan
pedesaan dengan konflik-konflik yang sering terjadi. Mansyur
Yusuf melakukan kajian dengan fokus penelitian adalah hegemoni
atau kekuasaan terjadi di desa. Ketimpangan sosial adalah hal yang
paling menjadi sorotan dalam penelitiannya. Ia juga melakukan
7 http://eprints.unm.ac.id/4267/1/MANSYUR%20YUSUF%20%28SKRIPSI%29%201251141018%20.pdf (diakses pada tanggal 11 Mei 2019).
penggambaran hegemoni budaya yang terjadi dalam masyarakat
Karangsoga, dimana secara tidak langsung kehidupan masyarakat
dipengaruhi kebudaan jawa, modern ataupun kepercayaan
masyarakat desa.
Novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari merupakan kisah
yang diangkat dari kondisi yang ada di lingkungannya. Dalam
novel ini, mengisahkan tentang para orang-orang desa yang
bekerja sebagai penyadap nira yang mengalami suatu penindasan
yang secara halus dengan persetujuan oleh para pemilik modal dan
dapat terlihat penggambarkan kondisi masyarakat desa yang
miskin dan tak berpenghasilan tetap, yang dikuasai oleh pemilik
modal dengan bentuk persetujuan dan dominasi yang disebut
hegemoni.
Penelitian berikutnya adalah tesis oleh Dwi Setiyawan
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta program studi
magister pengkajian bahasa. Judul penelitiannya Perspektif Gender
Dalam Novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari : Sastra Feminis
dan Implementasinya Pada Pembelajaran Sastra di SMA pada
tahun 2017.8 Dalam penelitiannya ia bertujuan untuk mengetahui
deskripsi, pandangan feminis, serta pengaruh novel Bekisar Merah
dalam pendidikan sastra di SMA. Teknik analisis data
8 http://eprints.ums.ac.id/50827/14/Naskah%20Publikasi.pdf (diakses pada tanggal 12 Mei 2019)
menggunakan teknik pembacaan semiotik yang terdiri dari
pembacaan heuristik dan hermeneuitik.
7.2 Landasan Teori
Penelitian ini merupakan kajian respons estetik terhadap novel
Bekisar Merah karya Ahmad Tohari lebih khusus yang berkaitan
dengan repertoire. Teori yang relevan digunakan untuk penelitian
ini ialah teori respons estetik Wolfgang Iser yang ada dalam buku
The Act of Reading Theory of Aesthetic Respons (1978). H.R Jauss
dan Wolfgang Iser adalah kedua tokoh yang mempelopori teori
resepsi estetik ini. Teori resepsi dibagi kedalam dua golongan,
yaitu teori pertama yang dicetuskan Jauss dengan pokok pemikiran
adalah tanggapan pembaca dari waktu ke waktu, kemudian teori
tersebut di perbaharui oleh Wolfgang Iser dengan berfokus pada
tanggapan pembaca secara umum terhadap teks serta pemaknaan
secara individu terhadap teks sastra.9
Teori yang dikemukakan oleh Wolfgang Iser pada dasarnya
membicarakan tentang repertoire. Repertoire dapat disebut gudang
pengetahuan (Munawwar, 2007:35). Repertoire tidak dapat lepas
dari eksistensi estetika resepsi. Repertoire berkaitan dengan
bagaimana kemampuan pembaca dalam memberikan tanggapan
9 Diintisari oleh Dr. Fadlil Munawwar Manshur, M.S. point ke 17 dari buku The Act of Reading,Theory as Aesthetic Response (1978).
berupa pemberian makna melalui perolehan efek terhadap teks
sastra yang dibacanya.10
Dasar dari respon estetik ialah pernyataan yang menyangkut
proses pemaknaan teks yang dihasilkan dari interaksi antara
pembaca dan teks sastra, yaitu bagaimana teks tersebut memiliki
makna bagi pembacanya. Iser tentang struktur-struktur yang
digunakan untuk mendeskripsikan kondisi interaksi harus
dilakukan secara menyeluruh. Karena struktur-struktur tersebut
tidak dapat memenuhi fungsinya sebelum memberikan pengaruh
terhadap pembaca. Struktur dalam fiksi memiliki dua aspek yaitu
verbal dan afektif (1978:20-21). Aspek verbal ialah ungkapan atau
reaksi dan mencegah terjadinya yang tidak sesuai (arbitrer). Aspek
afektif adalah pemenuhan terhadap dari apa yang telah terstruktur
oleh bahasa. Deskripsi tentang apapun tentang interaksi antara
keduanya harus menyatukan, baik struktur efek teks ataupun
struktur respons (Iser, 1978:20-21).
Interpretasi harus dapat menjelaskan makna yang potensial
dalam teks dan tidak membatasi dengan satu makna. Makna adalah
hasil dari ekspresi atau mungkin representasi dari nilai-nilai yang
diakui secara kolektif (Iser, 1978:22). Iser berpendapat tentang
teori yang berkaitan antara pembaca.
Teori yang berorientasi pada pembaca sejak awal membuka kritik terhadap bentuk subjektivisme yang terkontrol. Seperti yang
10 Diintisari oleh Dr. Fadlil Munawwar Manshur, M.S point ke 6 dari buku The Act of Reading, Theory as Aesthetic Response (1978).
disampaikan oleh Hobsbaum (dalam Iser) bahwa terdapat adanya perbedaan dalam teori ini. Teori seni berbeda menurut tingkat subjektivnya, dengan tanggapan penerima. Teori tanggapan estetis ini memiliki permasalahan, karena teori ini mengorbankan teks pada kesewenangan pemahaman yang subjektif dan menguji aktualisasinya dan menolak identitasnya sendiri (1978:23).
Iser menjelaskan bahawa teks sastra berisi tentang perintah
variabel intersubjektif untuk mendapatkan makna, tetapi makna yang
didapat bisa membawa pada pengalaman-pengalaman yang berbeda
dan karena pertimbangan bersifat subjektif bukan objektif (1978:25).
Iser menambahkan tentang teks sastra melahirkan “performance”
makna. Performance serta peran pembaca yang menyebabkan teks
sastra bersifat estetis. Dengan menghilangkan subjektifitas dan
objektivitas dapat menetapkan satu kerangka refrensi intersubjektif,
dan dinilai daripada pertimbangan nilai (1978:27). Pembaca hanya
akan mencari makna jika dia ingin mengetahuinya, serta terdapat
faktor yang tidak diketahui dalam di dalam teks yang mendorong
pembaca untuk mencari makna. Respons terhadapa teks bersifat
subjektif, tetapi teks tersebut tidak sepenuhnya milik pembaca.
Karena terdapat pihak ketiga, yaitu analisis intersubjektif (Iser,
1978:43).
“Peran pembaca berbeda dengan pembaca fiktif yang digambarkan dalam teks. Pembaca fiktif hanya merupakan bagian dari pembaca, karena penulis mengharap ada modifikasi guna mendapat pemaknaan baru dari pembaca” (iser, 1978:36).
“proses pengumpulan makna bukan kegiatan tertutup, meskipun makna teks menggerakkan subjektivitas pembaca, namun hal itu tidak membawa khayalan (day-dreaming) pembaca, tetapi
disesuaikan dengan kondisi yang ada dalam teks” (iser, 1978:49-50).
Repertoire merepresentasikan norma yang ada dalam suatu
keadaan khayal, karena terdapat ruang kosong antara masa lampau
dan masa mendatang. Di sinilah hubungan antara teks sastra dalam
keadaan realitas, bentuk pola pikir atau model-model realitas.
“Bahwa teks tidak menjiplak sistem pemikiran realitas tetapi tidak
juga menyimpang dari realitas. Berbeda dengan teks sastra yang
menggambarkan suatu tanggapan terhadap pola pikir yang telah
dipilih dan terdapat dalam repertoire itu sendiri”(Iser, 1978:73).
Iser juga berpendapat tentang repertoire yang terdapat di dalam
novel.
Repertoire dalam novel dikatan satu hubungan horizontal jika repertoire menggabungkan dan menyetarakan norma-norma serta sistem yang berbeda dalam kehidupan nyata, repertoire memberi informasi tentang gambaran sifat manusia diabangun (1978:76).
Karya sastra memungkinkan pembaca untuk memberi pemaknaan
sendiri dan melampaui batas-batas kenyataan yang merupakan
representasi dari pembaca itu sendiri. Teks sastra sebagai karya dan
seni menggambarkan kehidupan nyata karena tidak dapat dibagi, dan
bersamaan membentuk realitas.
Nilai estetik menurut Iser tidak diciptakan oleh teks dan tidak semuanya diberikan dalam bentuk repertoire. Keberadaan estetik dipengaruhi dua faktor yang mengarah ke tujuan berbeda, tetapi akhirnya bertemu pada satu titik yang sama. Nilai estetik
menyiapkan seleksi repertoire dan mengubah sifat yang dipilah untuk menentukan kesamaan yang terdapat dalam teks (1978: 82).
Repertoire merupakan kerangka komunikasi sebagai pengirim dan
pembaca penerima. Berkenaan dengan repertoire Iser menyatakan,
Fungsi komunikasi repertoire bergersk bersama fokus dan kemudian berkembang menjadi tema: pertama, ketiadaan refrensi penghubung apapun menimbulkan gap (ruang kosong) antara elemen yang berbeda dan ruang kosong hanya dapat diisi oleh imajinasi pembaca; kedua, hubungan yang berbeda amtara gaya yang berubah-ubah dari ruang kosong membuat satu perubahan secara kontinuitas dalam arah imajiner dari masing individu, hal ini merupakan bagian dari komunikasi intrasubjektif (1978: 84)
Iser berpendapat bahwa norma-norma sosial dapat dipilih dan
disederhanakan dalam teks.
Secara otomatis akan membentuk kerangka refrensi dalam bentuk sistem pemikiran dan norma sosial untuk dipilih. Proses pemilihan ini menciptakan sebuah hubungan anatra latar belakang (background) dan latar depan (foreground). Melalui hubungan foreground-background ini dapat mengetahui makna yang tidak dapat dipahami lantaran jarang terdapat dalam background. Background teks sastra tidak memiliki sifat melebih-lebihkan, karena tidak secara langsung dituliskan oleh teks itu sendiri, melainkan kuantitas dan kualitas yang terdapat dalam pembaca (1978: 93).
Makna teks muncul karena diciptakan oleh tindakan dan interaksi
antara latar depan dan latar belakang yang kemudian menghadirkan
pemahaman teks secara personal. Objek estetik dapat dibentuk dari
kombinasi dari perspektif teks dan pandangan penulis tentang dunia.
Pembangunan unsur perspektif teks dipengaruhi oleh tema dan
horizon yang menjadi dasar penggabungan semua perspektif, dan
dimungkinkan teks sastra untuk memenuhi fungsi komunikasinya.11
Dari proses tersebut dapat disimpulkan reaksi teks terhadap dunia
nyata akan mendapat respons yang seusai dari pembaca. Iser
menyatakan bahwa pembaca harus menciptakan sendiri objek estetik.
Keberhasilan komunikasi dipengaruhi oleh dimana posisi teks menempatkan diri dalam kesadaran pembaca. Hal tersebut menyatakan teks memberi tuntunan tentang apa yang diproduksi, karena teks tidak dapat menjadi produk. Keberhasilan teks mempengaruhi pembaca dipengaruhi oleh pemaknaan dan persepsi dari pembaca individual. Meskipun teks dapat menggabungkan beberapa norma dan teks pembaca potensial, tetapi fungsi teks bukan hanya menjabarkan data semacam itu, melainkan data untuk menjamin adanya kualitas itu sendiri (1978: 107).
Pembaca dan pengarang akan terlibat dalam permainan imajinasi
yang dimunculkan dalam teks, permainan ini akan lebih menarik jika
teks tersebut memiliki lebih dari satu pengatur. Kebiasaan membaca
akan membuat pembaca itu sendiri lebih produktif.12 Tetapi pembaca
memiliki batasannya sendiri ketika membaca teks sastra. Mengenai
pembaca Iser berpendapat.
Tampak jelas bahwa sepanjang proses membaca akan dipengaruhi oleh harapan yang telah diperbaharui dan ingatan yang tergantikan. Teks tidak memberikan harapan atau merubah harapan, juga tidak menetapkan bagaimana harus mengartikan hubungan dari ingatan. Hal ini adalah kekuasaan dari pembaca itu sendiri dan dapat diketahui bagaimana kegiatan yang dibuat oleh pembaca, sehingga memungkinkan teks untuk dicerna oleh pemikiran pembaca itu sendiri. Proses ini merupakan bagian hermeneutika dasar pembaca (Iser, 1978: 111-112).
11 Diintisari oleh Dr. Fadlil Munawwar Manshur, M.S. point ke 19 dari buku The Act of Reading,Theory as Aesthetic Response (1978).
12 Diintisari oleh Dr. Fadlil Munawwar Manshur, M.S. point ke 31 dari buku The Act of Reading,Theory as Aesthetic Response (1978).
Makna dalam proses pembacaan tidak dapat diwujudkan dalam
kata-kata dan proses pembacaan. Karenanya tugas pembaca untuk
membuat sinyal-sinyal ini terus ada. Kemungkinan besar bahwa
hubungan yang ditetapkan akan datang sendiri menjadi sinyal-sinyal
untuk hubungan yang lebih lanjut.
H. Metode Penelitian
8.1 Metode Penelitian
Metode penelitian resepsi sastra mendasarkan pada pendapat
(Abdullah, 2001:119) karya sastra selalu mendapat tanggapan dari
pembacanya. Hal yang sama juga diugkapkan oleh Teeuw (2003: 195)
pembaca mempunyai kedudukan yang sangat penting, karena pembaca
yang nantinya akan menilai, menikmati, menafsirkan karya sastra, dan
menentukan karya sastra dari segi estetik.
Penelitian dengan metode resepsi sastra terbagi menjadi tiga jenis
pendekatan, yaitu (1) metode resepsi sastra secara eksperimental, (2)
metode resepsi sastra melalui kritik sastra, (3) analisis resepsi sastra
dengan pendekatan intertektualitas (Teeuw, 2003: 171-175).
Metode penelitian ini menggunakan analisis resepsi sastra dengan
metode eksperimental yang dilakukan dengan cara studi lapangan.
Juga diperkuat dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Metode
eksperimental adalah dimana sebuah karya sastra disajikan kepada
penbaca, baik individu maupun kelompok agar mereka memberikan
tanggapan yang kemudian dianalisis dari segi tertentu. Analisis
eksperimental ini juga dapat dilakukan dengan daftar pertanyaan,
kemudian jawaban responden dianalisis dengan sistematis dan
kuantitatif. Penelitian ini juga dapat dilakukan dengan cara memancing
analisis yang tidak terarah dan bebas kemudian diberikan analisis
kualitatif (Teeuw, 2003: 171)
Metode resepsi melalui kritik sastra dilakukan dengan cara meneliti
tanggapan-tanggapan para kritikus terhadap karya sastra pada kurun
waktu tertentu. Kritikus dianggap memiliki konkretisasi terhadap karya
sastra, karena kritikus memberikan penilaian dan penempatan karya
sastra (Teeuw, 2003: 210).
Metode intertektualitas dalam resepsi sastra dapat diterapkan untuk
mengetahui resepsi pembaca yang terwujud dalam hubungan antara
dua karya sastra atau lebih. Karya sastra tertentu merupakan bentuk
tanggapan atau transformasi terhadap karya sastra sebelumnya.
Untuk mendukung penelitian ini digunakan juga metode deskriptif
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain dengan cara
mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus alamiah dengan
memanfaatkan metode ilmiah.13 Metode ini dilakukan dengan
cara mencari sample dari anggota populasi yang kemudian untuk
mendapatkan tanggapan dari proses pembacaan karya sastra. Populasi
adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. Anggota populasi dapat
berupa benda hidup ataupun benda mati. Populasi terbagi menjadi dua,
yaitu Populasi Infinit (tak diketahui jumlahnya) dan Populasi finit (
13 Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa.
yang dapat diberi nomor atau terhitung). Sedangkan sample adalah
bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (secara harfiah
berarti contoh).14 Pengambilan sample dibutuhkan karena keterbatasan
waktu, tenaga dan biaya. Kemudian lebih cepat dan memberi informasi
lebih banyak serta mendalam. Teknik pengambilan sampel dibagi
menjadi dua yaitu Propabillity Sampling (sampel acak) dan Non-
propability Sampling (sampel terpilih), tujuannya untuk mendapatkan
sampel yang representatif (mewakili).15
Rancangan pengambilan sampel dalam penelitian ini digunakan
metode Sample Random Sampling yaitu proses pengambilan sampel
dengan menentukan terlebih dahulu ruang lingkup masalah yang akan
menjadi fokus kajian, kemudian responden dipilih secara acak oleh
peneliti. Responden didapat dari metode penelitian Non-propabillity
Sampling. Dimana pada akhirnya peneliti dapat menentukan analisis
dari tanggapan pembaca tentang novel Bekisar Merah karya Ahmad
Tohari.
8.2 Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada analisis tanggapan pembaca tentang
novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari di mana pada akhirnya
ditemukan pemaknaan yang baik.
14 http://library.usu.ac.id/fkm/fkm-rozaini.pdf&ved+2ahUKEwilz6Oss45jiAhWPfSsKHWBbBQQFjABegQIBRAB&usg=AOvVaw3ZmE1BpCB8HJU7UHDzdtH_ (diakses pada tanggal 13 Mei 2019).
15 http://library.usu.ac.id/fkm/fkm-rozaini.pdf&ved+2ahUKEwilz6Oss45jiAhWPfSsKHWBbBQQFjABegQIBRAB&usg=AOvVaw3ZmE1BpCB8HJU7UHDzdtH_ (diakses pada tanggal 13 Mei 2019).
8.3 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas dua,
yakni:
8.3.1 Data Primer
Sumber data primer dari membaca secara intensif novel Bekisar
Merah karya Ahmad Tohari.
8.3.2 Data Sekunder
Sumber data sekunder dari penelitian ini adalah artikel, makalah
ataupun jurnal ilmiah yang terdapat pada media cetak serta penelitian
secara langsung dengan responden acak.
8.4 Teknik Pengumpulan Data
8.4.1 Membaca novel secara intensif.
8.4.2 Studi Pustaka dengan cara mengumpulkan data yang
berhubungan dengan materi repertoire dalam novel Bekisar Merah
karya Ahmad Tohari, selain itu juga mengumpulkan ulasan dan
penelitian terdahulu dari buku, jurnal, internet, dan lain sebagainya.
8.5 Teknik Analisis Data
8.5.1 Analisis data adalah cara untuk memilih dan mengelompokan
data kualitatif yang kemudian ditetapkan relasi-relasi tertentu antara
data-data yang telah didapatkan (Ahimsa-Putra, 2009: 19). Data yang
telah didapatkan kemudian dilakukan analisis dengan pembacaan,
pengelompokan, dan diakhiri dengan menarik kesimpulan. Penelitian
ini berdasar pada metode analisis data pada respon estetik Wolfgang
Iser. Teori Iser tentang repertoire digunakan dalam kajian ini untuk
mendapatkan gambaran proses interaksi antara teks dengan pembaca
sehingga menghasilakan respons pemaknaan.
Teks yang dibaca akan mempengaruhi pengalaman pembaca,
dan menimbulkan ruang-ruang kosong dalam teks yang kemudian
membuat pembaca ingin memberikan penafsiran terhadapnya.
Pernafsiran tersebut berdasarkan pengalaman oleh pembaca, dan
menyebabkan komunikasi. Komunikasi tersebut yang akan mengatur
background dan foreground pembaca. Kemudian repertoire pembaca
akan menciptakan kesepakatan dengan harapan pembaca setara
kemampuan pembaca dalam berimajinasi, yang akhirnya akan
mendapatkan makna dari teks tersebut.16
Setelah melakukan pembacaan teks, maka dilakukan
kategorisasi data. Teknik kategorisasi data digunakan untuk
mengelompokan data yang berkaitan repertoire mengenai norma
sosial, budaya, dan sejarah. Dengan demikian dapat diketahui
repertoire dalam novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari. Langkah
terakhir adalah inferensi untuk menyimpulkan hasil penelitian.
16 Ahimsa_Putra, MA, M. Phil (2009: 32).
Daftar Pustaka
Iser, Wolffgang.1978. The Act Of Reading : A Theory Of Aesthetic Response.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Setiyawan, Dwi. 2017. Perspektif Gender dalam Novel Bekisar Merah Karya Ahmad Tohari Tinjauan : Sastra Feminis dan Implementasinya Pada Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi. Solo: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sumardjo, Jakob dan Saini K. M. 1991. Apresiasi Kesusatraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tohari, Ahmad. 2013. Bekisar Merah. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Teeuw. 1984. Sastra dan Imu Sastra (pengantar Ilmu Sastra). Bandung: Pustaka Jaya.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
Wijayanti, Dwi Nureny. 2014. Tindak Tutur Tokoh dalam Novel Bekisar Merah Karya Ahmad Tohari. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Yusuf, Mansur. 2017. Hegemoni dalam Novel Bekisar Merah Karya Ahmad Tohari. Skripsi. Makasar : Universitas Negeri Makasar.
LAMPIRAN
Lasiyah adalah anak dari sepasang suami istri Wiyarji. Ia biasa dipanggil Lasi. Ayah kandung Lasi sebenarnya adalah orang Jepang, namun ia telah pergi ketika Lasi masih usia lima bulan dalam kandungan. Tidak aneh rasanya jika Lasi cantik dan putih layaknya gadis Jepang yang sebenarnya. Waktu kecil ia sering di ganggu anak-anak nakal seusianya, namun ia selalu di bantu Kanjat. Ia adalah teman yang baik untuk Lasi.
Lasi tinggal di Karangsoga. Karangsoga adalah sebuah desa di kaki pegunungan vulkanik yang terlalu subur untuk tanaman selain kelapa, sehingga pohon kelapa itu tak berpeluang mengembangkan pelepah-pelepahnya. Di Karangsoga, pohon kelapa tumbuh dengan pelepah agak kuncup, karena tak sempat mengembang dalam bulatan penuh sehingga tak bisa menghasilkan buah yang banyak. Boleh jadi karena keadaan itu, orang Karangsoga pada generasi terdahulu memilih menyadap pohon-pohon kelapa mereka daripada menungguhasil buahnya yang tak pernah memuaskan. Lasi mulai beranjak dewasa, ia dilamar oleh salah satu gurunya namun ia menolak. Akhirnya Lasi tertarik kepada Darsa, ia adalah pemuda penyadap nira kelapa di desa Karangsoga tersebut. Setelah menikah, Lasi dan Darsa tinggal di rumah bambu yang kecil yang terasa sepi dan dingin. Pagi itu, Darsa melakukan aktivitasnya yaitu menyadap nira kelapa. Ketika sedang di atas pohon yang tinggi, pikiran Darsa melayang. Di satu sisi Darsa sangat beruntung mempunyai istri cantik seperti Lasi, namun ada pertanyaan dalam hati, mengapa menikah 3 tahun mereka belum di karuniai momongan. Itu semua membuat Darsa kehilangan keseimbangan sehingga ia jatuh.
Beruntung ada Mukri tetangganya yang mengetahui hal itu langsung berbuat sesuatu. Ia mengencingi Darsa yang dipercayai sebagai penanganan yang tepat. Lasi hanya bisa menangis melihat suaminya tergeletak lemah tak berdaya. Darsa di bawa ke rumah sakit setelah kejadian itu, sebenarnya ia di sarankan untuk di bawa ke rumah sakit yang lebih besar untuk dilakukan bedah syaraf karena air kencingnya masih terus menetes, namun karena keterbatasan biaya akhirnya dirawat di rumah saja. Di panggilah dukun bayi yang juga bisa mengurut Darsa namanya Bunek. Setelah setengah tahun beristirahat, Darsa mulai kembali beraktivitas yang ringan-ringan untuk melemaskan ototnya yang sekian lama terpaksa harus diistirahatkan.
Akhirnya Darsa sembuh dari penyakitnya. Lasi pun sangat bahagia. Namun setelah kesembuhan Darsa, Lasi justru di hadapkan dengan masalah yang sangat melukai hatinya. Sipah anak bungsu Bunek bersikeras meminta agar Darsa menikahinya. Ini semua adalah rencana busuk Bunek, Bunek memancing Darsa agar tertarik kepada Sipah, dengan tujuan agar kelak Bunek dapat menuntut Darsa untuk menikahi Sipah. Bunek tidak mau melihat anaknya yang cacat selalu digunjingkan tetangga sebagai perawan tua. Lasi merasa sakit karena perbuatan Darsa dan lebih-lebih sakit karena merasa dirinya tidak lagi berharga sebagai seorang suami, membuat tekadnya lebih pekat. Ia meninggalkan desa itu dan menuju Jakarta, meskipun ia tak tahu akan arah tujuannya.
Setelah tiba di Jakarta, Lasi singgah di rumah Bu Lanting, sebelumnya ia tinggal di warung Bu Koneng. Ibu Lanting menganggap Lasi sebagai anaknya, awalnya terlihat baik namun ternyata ada maksud lain. Secara tidak langsung Bu Lanting menjual Lasi kepada Handarbeni. Handarbeni adalah orang kaya yang sudah tua bahkan sudah punya dua istri. Bu Lanting berusaha meracuni pikiran Lasi, Bu Lanting terus meminta agar Lasi mau menikah dengan Handarbeni. Di Jakarta ia pernah di kunjungi Kanjat, ia mengajak Lasi pulang namun Lasi menolaknya.
Sejak pertemuan itu Lasi jadi sering memikirkan Kanjat. Setelah 6 bulan berlalu dan Lasi resmi menjadi janda atas Darsa, akhirnya Handarbeni pun menikahi Lasi. Setelah setahun menikah, Lasi merasa sangat kecewa ketika menyadari bahwa perkawinannya dengan Handarbeni memang benar main-main. Lasi merasa dirinya hanya dijadikan pelengkap untuk sekadar kesenangan dan gengsi. Lasi kembali pulang ke kampung halamannya, di sana ia kembali dekat dengan Kanjat. Lasi pun menaruh harapan kepada Kanjat agar kelak ketika Lasi sudah menjanda untuk kedua kalinya, ia ingin agar Kanjat menikahinya.
Ternyata selama ini Kanjat tidak pernah dekat dengan wanita manapun, karena ia masih setia menunggu Lasi. Lasi yang dinikahi oleh Bambung setelah perceraian dengan Handarbeni yang secara terpaksa dan menjalani kehidupannya dengan Bambung yang menjadi orang yang memiliki pengaruh besar di negeri ini. Hingga suatu saat Bambung yang terjerat kasus korupsi yang dipanggi oleh kejaksaan. Mengakibatkan seluruh orang yang memiliki hubungan dengan Bambung diperiksa dan menjadi tahanan sementara termasuk Lasi.