50
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN ACEH SELATAN SKRIPSI MURIATI 09C10104116 PROGRAM STUDI ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI …repository.utu.ac.id/514/1/I-V.pdf · selam ini. Kepuasan kerja tersebut di pengaruhi oleh berbagai factor, dimana

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUASAN

    KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA DINAS KESEHATAN

    KABUPATEN ACEH SELATAN

    SKRIPSI

    MURIATI

    09C10104116

    PROGRAM STUDI ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN

    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS TEUKU UMAR

  • MEULABOH, ACEH BARAT

    2014

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Di indonesia banyak terdapat kantor pemerintahan yang memiliki

    berjuta pegawai. Dimana jumlah keseluruhan pegawai yang ada di Indonesia

    sekitar 4,7 juta Pegawai Negeri Sipil (PNS). Di dalam kenyataannya di Indonesia

    atau juga negara-negara lainnya, kepuasan kerja secara menyeluruh belum sampai

    pada tingkat yang maksimal. Kepuasan dalam melaksanakan pekerjaannya

    sebagai PNS, merupakan bagian penting dalam manajemen Sumber Daya

    Manusia (SDM) baik secara langsung ataupun tidak.

    Kepuasan kerja yang didapat PNS, akan memacu untuk melakukan

    fungsi tersebut dengan sebaik-baiknya. Penurunan kinerja PNS dapat dilihat dari

    banyaknya para PNS yang pergi meninggalkan kantor (pada jam kantor) tanpa

    alasan yang pasti, bekerja hanya asal saja, hal tersebut akan mengurangi tingkat

    pengembangan profesionalisme sebagai PNS itu sendiri, di samping itu juga akan

    mencerminkan kurangnya tanggungjawab dan lemahnya menghayati peranannya

    sebagai PNS.

    Gaji seorang PNS yang berada di Pusat Pemerintahan tidak cukup untuk

    membiayai kebutuhan hidup untuk 1 bulan. Walau gaji PNS berkali-kali telah

    dinaikkan oleh pemerintah, dibandingkan dengan karyawan pada profesi lain

    dengan tingkat pendidikan yang sama, gaji PNS tetap lebih rendah. Jadi

    1

  • 2

    diperlukan adanya insentif tambahan dari instansi masing-masing untuk

    merangsang kembali semangat kerja para PNS tersebut.

    Kepuasan kerja merupakan hasil dari berbagai macam sikap (attitude)

    yang dimiliki seorang pegawai. Kepuasan kerja sendiri merupakan variabel yang

    dilatar belakangi faktor kepercayaan dalam organisasi. Pada sisi lain, “kepuasan”

    merupakan salah satu kunci utama dalam dunia bisnis ataupun institusi pelayanan

    publik. Keberhasilan suatu organisasi untuk dapat tumbuh dan berkembang sangat

    dipengaruhi oleh kepuasan yang muncul pada seluruh kegiatan organisasinya.

    (Church, 2001).

    Kepuasan terjadi apabila kebutuhan-kebutuhan individu sudah terpenuhi

    dan terkait dengan derajat kesukaan dan ketidaksukaan dikaitkan dengan pegawai,

    merupakan sikap umum yang dimiliki oleh pegawai yang erat kaitannya dengan

    imbalan-imbalan yang mereka yakini akan mereka terima setelah melakukan

    sebuah pengorbanan. Apabila dilihat dari pendapat Robin (2006) tersebut

    terkandung dua dimensi, pertama adalah kepuasan yang dirasakan individu yang

    titik beratnya individu anggota masyarakat, dimensi lain adalah kepuasan yang

    merupakan sikap umum yang dimiliki oleh pegawai. Faktor-faktor yang dapat

    mempengaruhi kepuasan kerja adalah: (1) pekerjaan itu sendiri, (2) Atasan, (3)

    Teman sekerja, (4) Promosi, (5) Gaji/ Upah.

    Masalah kepuasan kerja PNS juga terjadi di provinsi Aceh, hal ini terlihat

    dari pemecatan dan penurunan pangkat PNS yang terjadi di beberapa Kabupaten

    yang ada di Provinsi Aceh. Hal tersebut terjadi sebagai gambaran bahwa banyak

    PNS di Provinsi Aceh yang merasa tidak puas dengan hasil kerja yang dicapainya

  • 3

    selam ini. Kepuasan kerja tersebut di pengaruhi oleh berbagai factor, dimana salah

    satunya adalah gaji, promosi dan faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja

    pegawai negeri sipil di Provinsi Aceh (harian orbit, 2011).

    Survey awal di bulan Desember 2013 bahwa jumlah PNS di kantor Dinas

    Kesehatan Aceh Selatan sebanyak 84 orang, dengan tingkat absensi kehadiran

    sebesar 80%. Secara umum tingkat kehadiran yang dilihat dari absensi kehadiran

    kerja sudah lumayan tinggi, akan tetapi jumlah PNS yang berada di kantor untuk

    melaksanakan tugasnya kurang dari 80% jumlah absensi. Dari hasil survey hanya

    terlihat sekitar 40% PNS yang berada di kantor Dinas Kesehatan untuk siap

    menjalankan tugasya, sedangkan sisanya ada yang berada di warung kopi, belum

    hadir, keluar untuk keperluan yang tidak diketahui dan berbagai hal lainnya (Data

    Absensi Dinas Kesehatan Aceh Selatan, 2014).

    Setiap hari PNS pada kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan di

    wajibkan hadir bekerja pada pukul 08.00 WIB, dan pulang siang pada pukul 12.00

    WIB, kemudian kembali hadir bekerja pada pukul 14.00 WIB hingga pukul 17.00

    WIB, jam kerja ini berlaku dari hari senin hingga jumat. Akan tetapi jam kerja

    yang telah di tentukan sering sekali hanya menjadi peraturan tanpa di patuhi oleh

    sebagian oknum PNS yang ada di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh

    Selatan.

    Berkaitan dengan pelaksanaan otonomi daerah yang menitikberatkan

    pada kabupaten/kota seperti diamanatkan oleh Undang-undang No. 32 Tahun

    2004 tentang Otonomi Daerah dan Undang-undang No.36 tahun 2004 tentang

    APBN telah terjadi banyak perubahan dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah

    http://www.harianorbit.com/

  • 4

    baik dibidang Kesehatan yang intinya memberikan otonomi bagi daerah untuk

    mandiri. Hal yang menjadi permasalahan untuk saat ini adalah tingkat

    kedisiplinan dan kemangkiran yang merupakan tindakan yang paling sering dan

    berulang-ulang dilakukan para pegawai pada jam kerja kantor. Kondisi seperti ini

    memperlihatkan kurang adanya tanggung jawab dalam mengemban tugas sebagai

    pegawai negeri yang menjabat baik secara struktural maupun fungsional, dimana

    berperan sebagai pengambil kebijakan dan keputusan di semua lini.

    Guna mendapatkan solusi terutama yang berkaitan dengan pengelolaan

    sumber daya manusia dengan harapan para pegawai tersebut memiliki derajad

    kepuasan kerja tinggi terhadap institusinya untuk saat sekarang dan dimasa yang

    akan datang, maka pemerintah pusat secara tegas wajib menegakkan PP 30 Tahun

    1980 tentang penegakan disiplin dan sanksi pegawai sebagai salah satu alternatif

    solusi.

    Dengan demikian pembenahan kerja pegawai melalui variabel kepuasan

    kerja dapat ditata dan dibina dengan lebih baik sesuai peraturan perundangan yang

    berlaku. Input data yang diperoleh sebagai pertimbangan masih adanya pegawai

    yang absen dan mangkir dalam bekerja di Dinas Kesehatan. Semua hal diatas

    terjadi karena tidak adanya kepuasan kerja yang baik pada setiap pegawai, hal ini

    dikarenakan faktor kepemimpinan kepala dinas Kesehatan yang terlalu monoton,

    dimana adanya rasa takut pegawai terhadap atasan, adanya rasa kesenjangan

    antara atasan dan bawahan sehingga terciptanya hubungan kerja yang kaku, selain

    itu ketidak puasan juga diakibat oleh faktor gaji dimana masih ada pegawai yang

    merasa gaji yang diterima kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,

  • 5

    ataupun gaji yang didapat tidak sebanding dengan pekerjaan yang dilakukannya,

    hal lain yang membuat ketidak puasan pegawai adalah adanya promosi yang tidak

    setara di kalangan pegawai, dimana pegawai yang mendapatkan promosi

    kebanyakan adalah pegawai yang memiliki kenalan, saudara atau rekan dibagian

    kepromosian sehingga pegawai yang lain harus sabar untuk mendapatkan giliran

    promosi kerja (Sumber: Dinas Kesehatan Aceh Selatan. 2013).

    Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis tertarik

    untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang diberi judul: “Faktor-

    faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja Pegawai Negeri Sipil

    pada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan.”.

    1.2 Rumusan Masalah

    Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut: “Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kepuasan

    kerja pegawai negeri sipil pada dinas kesehatan kabupaten Aceh Selatan.”

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan

    kepuasan kerja pegawai negeri sipil pada dinas kesehatan kabupaten Aceh

    Selatan.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1. Untuk melihat hubungan Faktor Pimpinan terhadap kepuasan kerja

    pegawai negeri sipil pada dinas kesehatan kabupaten Aceh Selatan.

  • 6

    2. Untuk mengetahui hubungan Faktor Gaji/upah terhadap kepuasan kerja

    pegawai negeri sipil pada dinas kesehatan kabupaten Aceh Selatan.

    3. Untuk mengetahui hubungan Faktor promosi terhadap kepuasan kerja

    pegawai negeri sipil pada dinas kesehatan kabupaten Aceh Selatan.

    1.4 Hipotesis Penelitian

    Ha : Adanya hubungan antara Pimpinan, gaji/upah, dan Promosi terhadap

    kepuasan kerja pegawai negeri sipil pada dinas kesehatan kabupaten

    Aceh Selatan.

    Ho : Tidak adanya hubungan antara Pimpinan, gaji/upah, dan Promosi

    terhadap kepuasan kerja pegawai negeri sipil pada dinas kesehatan

    kabupaten Aceh Selatan.

    1.5 Manfaat Penelitian

    1.5.1 Manfaat Teoritis

    1. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dalam melakukan penelitian

    khususnya Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja

    pegawai negeri sipil pada dinas kesehatan kabupaten Aceh Selatan.

    2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar sebagai

    salah satu bahan masukan atau informasi guna menambah bahan

    perpustakaan yang dapat digunakan bagi pihak-pihak yang

    berkepentingan.

  • 7

    1.5.2 Manfaat Praktis

    1. Bagi masyarakat sebagai bahan informasi mengenai kepuasan kerja

    pegawai negeri sipil pada dinas kesehatan kabupaten Aceh Selatan.

    2. Bagi kantor dinas kesehatan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan

    kepuasan kerja pegawai negeri sipil pada dinas kesehatan kabupaten Aceh

    Selatan.

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN KEPUSTAKAAN

    2.1 Kepuasan Kerja

    2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja

    Menurut Keith Davis dalam Anwar (2004) mengemukakan bahwa “job

    satisfaction is the favorableness or unfavorableness with employees view their

    work” (kepuasan kerja adalah perasaan suka atau tidak suka yang dialami pegawai

    dalam bekerja).

    Wexly dan Yuki (dalam Robbins. 2006); mendefinisikan kepuasan kerja

    “is the way an employee feels about his or this job” (adalah cara pegawai

    merasakan tentang pekerjaannya).

    Pegawai akan merasa puas dalam bekerja apabila faktor pekerjaan dan

    faktor dirinya mendukung dan sebaliknya jika faktor tersebut tidak mendukung,

    pegawai akan merasa tidak puas. Seiring dengan perkembangan tekhnologi yang

    berkembang sangat pesat, dimana segala macam peralatan kerja telah diciptakan

    oleh manusia untuk mempercepat dan mempermudah pekerjaan untuk dapat

    menghasilkan produk yang lebih berkualitas, tetapi sumber daya manusia tetap

    memegang peranan penting karena sekalipun peralatan tersebut sangat modern,

    namun peralatan tersebut tetap tidak akan berjalan dan bahkan hanya merupakan

    benda mati dan dapat pula rusak apabila manusianya tidak mempunyai

    kemampuan atau tidak cermat mengoperasikannya.

    8

  • 9

    Menurut Albert, dkk (2009), mengatakan bahwa : “Unsur manusia

    memegang peranan penting dalam proses suatu pekerjaan, ia menyatakan bahwa

    betapapun sempurnanya rencana-rencana, organisasi, dan pengawasan serta

    penelitiannya, bila mereka tidak dapat menjalankan tugasnya dengan minat dan

    gembira maka suatu perusahaan tidak akan mencapai hasil sebanyak yang

    sebenarnya dapat dicapai”.

    Pada dasarnya kepuasan kerja bersifat individual, setiap individu akan

    memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan nilai-nilai yang

    berlaku pada dirinya. Hal ini ada karena perbedaan masing-masing individu

    tersebut, semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan

    individu tersebut, semakin tinggi pula tingkat kepuasan yang diperoleh, dan akan

    memperoleh tingkat kepuasan yang rendah jika terjadi sebaliknya. Karyawan

    melewatkan sebagian besar waktunya untuk bekerja dan bagian dari hidupnya ini

    harus dibuat sedemikian rupa sehingga menyenangkan dan memuaskan. Kepuasan

    kerja juga merupakan perasaan seseorang terhadap pekerjaan yang ditekuninya.

    Jadi kepuasan kerja itu sendiri berkaitan antara harapan karyawan dan apa yang

    diperoleh dari pekerjaan.

    Menurut Handoko (2003), menyebutkan bahwa : “Kepuasan kerja (Job

    satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak

    menyenangkan dengan mana karyawan memandang pekerjaan mereka”

    Pendapat tersebut dipahami bahwa karyawan harus ditempatkan pada

    pekerjaan yang sesuai dengan kemampuandan latar belakang keterampilannya.

    Praktek semacam ini tentu dimaksudkan agar tercapainya kepuasan kerja

  • 10

    karyawan dalam pekerjaannya. Pendapat Handoko tersebut dapat disimpulkan

    bahwa kepuasan seseorang adalah tergantung bagaimana seseorang meyikapi

    pekerjaan yang dikerjakannya.

    Seperti yang dikemukakan oleh Tiffin yang dikutip oleh As’ad (2003),

    bahwa kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap

    pekerjaan itu sendiri, situasi kerja, kerja sama dengan pimpinan dan dengan

    sesama karyawan. Dan batasan-batasan mengenai kepuasan kerja di atas berarti

    bahwa konsepsi kepuasan kerja semacam ini, melihat kepuasan kerja itu sebagai

    interaksi manusia dan lingkungan kerjanya yang sekaligus merupakan refleksi

    dari sikapnya terhadap pekerjaan.

    Strauss dan Sayles dalam Albert, dkk (2009), mengatakan bahwa :

    “Karyawan yang tidak mendapatkan kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai

    kematangan psikologis dan pada gilirannya akan menjadi frustasi, sebab karyawan

    seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat kerja rendah, cepat lelah

    dan bosan, emosinya tidak stabil, sering mencari dan melakukan kesibukan yang

    tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang sering dilakukannya”.

    Berdasarkan pemikiran tersebut, berarti kepuasan kerja mengandung arti

    yang sangat penting, baik dari sisi pekerja maupun perusahaan serta bagi

    masyarakat secara umum. Oleh karena itu, maka menciptakan keadaan yang

    bernilai positif dalam lingkungan kerja suatu perusahaan mutlak merupakan

    kewajiban dari setiap jajaran pimpinan perusahaan yang bersangkutan. Konsep

    pemikiran diatas apabila dihubungkan dengan kenyataan yang ada pada Dinas

    Kesehatan, maka pada dasarnya pimpinan selalu berusaha menciptakan keadaan

  • 11

    yang bernilai positif dalam lingkungan kerja para pegawainya, seperti membuat

    situasi kerja yang menyenangkan dengan menciptanya dan hubungan baik antara

    dosen dengan karyawan secara struktural atau fungsional, juga antara sesama

    karyawan disamping juga selalu memperhatikan kesejahteraan karyawan dan

    sebagainya.

    Kepuasan kerja di luar pekerjaan adalah kepuasan kerja karyawan yang

    dinikmati di luar pekerjaan dengan besarnya balas jasa yang akan diterima dari

    hasil kerjanya agar dia dapat membeli kebutuhan-kebutuhannya. Karyawan yang

    lebih suka menikmati kepuasannya di luar pekerjaan lebih mempersoalkan balas

    jasa daripada pelaksanaan tugas-tugasnya. Kepuasan kerja kombinasi dalam dan

    luar pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dicerminkan oleh sikap emosional

    yang seimbang antara balas jasa dengan pelaksanaan pekerjaannya. Karyawan

    yang menikmati kepuasan kerja kombinasi dalam dan luar pekerjaan akan merasa

    puas jika hasil kerja dan balas jasanya dirasa adil dan layak. Tidak ada tolok ukur

    tingkat kepuasan yang mutlak karena setiap individu karyawan berbeda standar

    kepuasannya. Indikator kepuasan kerja hanya dapat diukur dengan kedisiplinan,

    moral kerja, dan pergantian (turnover) kecil maka secara relatif kepuasan kerja

    karyawan baik. Sebaliknya jika kedisiplinan, moral kerja, dan turnover karyawan

    besar maka kepuasan kerja karyawan di dalam organisasi berkurang (Hasibuan,

    2001).

    Pada dasarnya kepuasan kerja itu menunjukkan kesesuaian antara

    harapan seseorang yang timbul dengan apa yang dia harapkan. Harapan tersebut

    dapat merupakan seperangkat kebutuhan, hasrat, keinginan dan pengalaman masa

  • 12

    lalu yang menyatu dan membentuk harapan kerja. Kepuasan kerja dapat dijadikan

    suatu ukuran proses pembangunan iklim yang berkelanjutan dalam suatu

    organisasi. Dalam hal ini, kepuasan kerja yang tinggi diinginkan oleh para

    manajer karena dapat dikaitkan dengan hasil positif yang mereka harapkan. Dan

    kepuasan kerja yang tinggi juga merupakan tanda organisasi yang dikelola dengan

    baik dan pada dasarnya mencerminkan fungsi manajerial yang efektif.

    2.1.2 Manfaat Kepuasan Kerja

    Kepuasan kerja menjadi hal penting karena dapat mempengaruhi

    produktivitas karyawan sebab karyawan yang memiliki kepuasan yang tinggi akan

    memandang pekerjaannya sebagi hal yang menyenangkan, berbeda dengan

    karyawan yang memiliki kepuasan kerja rendah, ia akan melihat pekerjaannya

    sebagai hal yang menjemukan dan membosankan sehingga karyawan tersebut

    bekerja dalam keadaan terpaksa. Karyawan yang bekerja dalam keadaan terpaksa

    akan memiliki hasil kerja (performance) yang buruk dibanding dengan karyawan

    yang bekerja dengan semangat yang tinggi. Apabila perusahaan memiliki

    karyawan yang mayoritas kepuasannya rendah, dapat dibayangkan tingkat

    produktivitas perusahaan secara keseluruhan, dan ini akan merugikan perusahaan.

    Itulah sebabnya perusahaan perlu memperhatikan derajat kepuasan karyawannya

    dengan cara mengkaji ulang aspek-aspek yang dapat mempengaruhi kepuasan

    kerja.

    Selanjutnya Siagian (2002), menyatakan bahwa : “Karyawan yang

    produktif adalah mereka yang merasa bahagia dalam pekerjaannya. Dari teori

    sumber daya manusia diketahui bahwa terdapat 4 variabel yang menjadi indikator

  • 13

    bahagia tidaknya karyawan dalam berkarya yaitu, tingkat produktivitas yang

    tinggi, tingkat kemangkiran yang rendah, tingkat perpindahan pegawai yang

    rendah dan tingkat kepuasan kerja yang tinggi. Kepuasan kerja mencerminkan

    perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini nampak dalam sikap positif

    karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan

    kerjanya. Manajemen harus senantiasa memonitor kepuasan kerja, karena hal itu

    mempengaruhi tingkat absensi, perputaran tenaga kerja, keluhan-keluhan, dan

    masalah-masalah personalia lainnya.

    2.1.3 Variasi-variasi Kepuasan Kerja

    Komponen kepuasan kerja penting untuk dibahas khususnya guna

    memenuhi pertanyaan apa yang diukur dalam variabel kepuasan kerja. Banyak

    penulis memperlihatkan sejumlah aspek situasi tertentu yang berbeda sebagai

    sumber penting dari kepuasan kerja. Wexly dan Yuki (dalam Robbins. 2006),

    berpendapat bahwa : “Terdapat ratusan karakteristik pekerjaan yang

    dipertimbangkan seorang pekerja yang pada umumnya ditemukan dalam sikap,

    meliputi : gaji/upah, kondisi kerja, pengawasan, teman kerja, isi pekerjaan,

    jaminan kerja serta kesempatan promosi”.

    Pengertian kepuasan kerja di belakang menjelaskan bahwa kepuasan

    kerja seseorang tergantung kepada selisih antara harapan, kebutuhan atau nilai

    yang seharusnya dengan apa yang menurut perasaannya atau persepsinya telah

    diperoleh melalui pekerjaan. Harapan pegawai adalah mencakup jaminan, kondisi

    kerja yang baik, teman sejawat yang cocok, jam kerja yang masuk akal, kerja

  • 14

    yang berarti, pengakuan, peluang untuk maju, kebebasan bertindak dan pimpinan

    yang cakap.

    Pendapat yang dikemukakan oleh Ghiselli dan Brown adalah sebagai

    berikut : Kedudukan (posisi), pangkat (golongan), umur, jaminan finansial dan

    jaminan sosial serta mutu pengawasan. Burt telah memasukkan faktor-faktor yang

    bersifat umum meliputi faktor keluarga dan rekreasi, hal ini mencerminkan

    kemanusiaan yang seutuhnya dibandingkan dengan hanya memperhatikan faktor-

    faktor yang ada dalam perusahaan saja seperti yang dikemukakan oleh Ghiselli

    dan Brown.

    Setiap organisasi memperkerjakan sumber daya manusia yang memiliki

    berbagai tingkat kebutuhan. Organisasi perlu mengantisipasi kepuasan kerja yang

    bisa diciptakan pada tenaga kerja dilokasi tertentu. Kepuasan kerja dinilai penting

    karena dapat meningkatkan motivasi kerja yang berpengaruh pada produktivitas

    kerja (working life quality), mengurangi turn over tenaga kerja, mengurangi

    absensi, mengurangi keletihan/kebosanan kerja dan mengurangi keluhan.

    Konsekwensi ketidakpuasan kerja disebut oleh French dalam Dessler

    (2005), akan berakibat timbulnya tindakan defensif (devensif behavior), keinginan

    memberontak (sabotage), absensi (absenteeism) dan menurunnya turn over.

    Dessler (2005), menyebutkan pula bahwa : “Ketidakpuasan kerja

    mempunyai arti penting bagi pegawai maupun perusahaan, terutama karena

    menciptakan keadaan positif di dalam lingkungan kerja organisasi”. Prestasi

    (kinerja) kerja yang mendapatkan penghargaan sesuai dengan persepsi individu

    bersangkutan akan dapat menimbulkan kepuasan kerja, namun bila penghargaan

  • 15

    tersebut tidak sesuai dengan persepsi pada dirinya akan berakibat timbulnya

    ketidakpuasan.

    2.1.4 Pengukuran Kepuasan Kerja

    Pengukuran kepuasan kerja pada prakteknya sangat bervariasi, sampai

    saat ini dirasakan belum ada kesempatan tentang model terbaik yang digunakan

    untuk mengukur kepuasan kerja seseorang. Dari teori ketidaksesuaian

    (discrepancy theory) telah disebutkan bahwa pengukuran kepuasan kerja adalah

    dengan menghitung selisih antara nilai harapan (expectation) dengan apa secara

    nyata diproses seseorang melalui pekerjaan. Bila selisih nilai tersebut positif maka

    orang tersebut dapat dinyatakan puas akan apa yang diperoleh dari pekerjaannya

    dan sebaliknya.

    Pendekatan lainnya dikemukakan oleh Robbins (2006), menurutnya ada

    dua macam metode yaitu : metode angkaangka global tunggal dan metode

    penjumlahan. Dale (2003), meningkat sikap seseorang dengan skala likert yaitu

    menempatkan posisi pada suatu kontinum efektif berkisar dari sangat positif

    sampai dengan sangat negatif atau sebaliknya. Kategori sikap tersebut bisa setuju,

    tidak setuju, sangat setuju, sangat tidak setuju ataupun sedang. Model lain dikutip

    oleh As’ad (2003), bahwa pengukuran kepuasan kerja menggunakan suatu skala

    tetap terhadap setiap anggapan yang disebut dengan indeks diskripsi tugas (job

    discription index) atau Smith Kendall, Hulin oleh lembaga riset sosial “Minnesota

    Satisfaction Questionnaire”.

  • 16

    2.2 Penelitian Terdahulu

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Daryatmi (2004),

    menyebutkan bahwa motivasi, pengawasan dan disiplin kerja secara bersama-

    sama mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja

    karyawan pada Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit Desa

    Kabupaten Karanganyar. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa

    variabel motivasi mempunyai pengaruh dominan terhadap peningkatan

    produktivitas kerja karyawan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Badan

    Kredit Desa Kabupaten Karanganyar dengan diperoleh nilai thitung = 4.639 >

    ttabel = 2.392 pada taraf = 1%, sedangkan variabel pengawasan dan disiplin kerja

    mempunyai nilai thitung lebih kecil daripada variabel motivasi.

    Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Parwanto dan Mahyuddin,

    (2007), Uji signifikansi simultan (Uji statistik F) untuk menganalisis apakah

    semua variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh

    secara bersamasama terhadap variabel terikat. Dengan metode OLS hasil print out

    SPSS diperoleh nilai F sebesar 4,986 dengan signifikansi 0,05 maka dengan

    derajat kepercayaan 95 % atau N = 0,05. Jika menggunakan metode LPM

    diperoleh nilai F sebesar 2812,102 dengan signifikansi 0,01 pada derajat

    keyakinan 99% atau N = 0,01 sehingga yang memasukkan tiga variabel tersebut

    di atas adalah sama-sama terbukti berpengaruh secara signifikan. Uji koefisien

    determinasi (R2) untuk mengukur seberapa jauh variabel kinerja yang dijelaskan

    oleh tiga variabel yaitu gaji, kepemimpinan, dan sikap rekan sekerja. Hasil

    perhitungan dengan metode OLS menunjukkan bahwa nilai R yaitu 0,267. Ini

  • 17

    artinya 26.7% dari tiga variabel tersebut dapat menjelaskan variabel kinerja dan

    yang 73,3% dijelaskan oleh variabel di luar model. Jika dengan metode LPM hasil

    perhitungan SPSS menunjukkan nilai R2 sebesar 0,995%. Ini artinya, 99,5% tiga

    variabel bebas yang dimasukkan dapat menjelaskan variabel terikat yaitu kinerja

    sedangkan yang 0,5% dijelaskan oleh variabel di luar model.

    Penelitian yang pernah dilakukan oleh Aldar AB, (2004), menyebutkan

    bahwa Variabel kepuasan kerja yang mempunyai hubungan dominan dalam

    mencipatakan prestasi kerja pegawai Dinas Kehutanan Kabupaten Aceh Tengah

    adalah variabel ganjaran yang pantas dengan diperoleh nilai Chi-Square (29.260,)

    dan Chi Square Tabel (15.507) sedangkan variabel lainnya mempunyai nilai Chi-

    Square hitung yang lebih kecil, sedangkan variabel kerja yang secara mental

    menantang, rekan kerja yang mendukung, dan kondisi lingkungan kerja

    mempunyai nilai Chi-Square yang lebih kecil dibandingkan dengan variabel

    ganjaran yang pantas yang diterima oleh pegawai. Sedangkan dalam rangka untuk

    lebih meningkatkan prestasi kerja pegawai hendaknya pimpinan dapat membuat

    kondisi lingkungan kerja menjadi lebih nyaman, sehingga dalam melaksanakan

    pekerjaan pegawai, dapat melaksanakan pekerjaan dengan tenang tanpa

    dipengaruhi oleh suasana yang kurang menyenangkan.

    Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Rita Johan (2002),

    menyebutkan bahwa locus of control, tipe perilaku dan harapan penggajian

    berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan dalam

    lingkungan institusi pendidikan pada Universitas Katolik Atmajaya Jakarta.

  • 18

    2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pegawai

    Menurut Robin (2006) Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan

    kerja adalah:

    1. Pekerjaan itu sendiri

    Pekerja cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi

    mereka kesempatan menggunakan ketrampilan dan kemampuan mereka

    dan menawarkan beragam tugas, kebebasan, dan umpan balik mengenai

    betapa baik mereka bekerja. Adanya kesesuaian pekerjaan dengan

    ketrampilan dan kemampuan pekerja diharapkan mampu mendorong

    pekerja untuk menghasilkan kinerja yang baik

    2. Atasan

    Atasan atau piminan dalam organisasi dapat menciptakan integrasi yang

    serasi dan mendorong gairah kerja pekerja untuk mencapai sasaran yang

    maksimal. Oleh sebab itu aktivitas pekerja di perusahaan sangat

    tergantung dari gaya kepemimpinan yang diterapkan serta situasi

    lingkungan di dalam perusahaan tempat mereka bekerja. Perlunya

    pengarahan, perhatian serta motivasi dari pemimpin diharapkan mampu

    memacu pekerja untuk mengerjakan pekerjaannya secara baik.

    3. Teman sekerja

    Teman sekerjaan adalah sumber kepuasan kerja bagi pekerja secara

    individual. Sementara kelompok kerja dapat memberikan dukungan,

    nasehat atau saran, bantuan kepada sesama rekan kerja. Kelompok kerja

    yang baik mambuat pekerjaan lebih menyenangkan. Baiknya hubungan

  • 19

    antara rekan kerja sangat besar artinya bila rangkaian pekerjaan tersebut

    memerlukan kerja sama tim yang tinggi. Tingkat keeratan hubungan

    mempunyai pengaruh terhadap mutu dan intensitas interaksi yang terjadi

    dalam suatu kelompok. Kelompok yang mempunyai tingkat keeratan yang

    tinggi cenderung menyebabkan para pekerja lebih puas berada dalam

    kelompok. Kepuasan timbul terutama berkat kurangnya ketegangan,

    kurangnya kecemasan dalam kelompok dan karena lebih mampu

    menyesuaikan diri dengan tekanan pekerjaan.

    4. Promosi

    Promosi akan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan pribadi,

    tanggung jawab yang lebih banyak, dan status sosial yang meningkat.

    Apabila promosi dibuat dengan cara yang adil diharapkan mampu

    memberikan kepuasan kepada pekerja. Promosi mengakibatkan pengaruh

    yang berbeda terhadap kepuasan kerja karena adanya perbedaan balas jasa

    yang diberikan.

    5. Gaji/ Upah.

    Bila upah dilihat sebagai adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan,

    tingkat ketrampilan individu, dan standar pengupahan komunitas,

    kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan”. Semakin tinggi tingkat

    pendidikan pekerja, maka semakin tinggi pula tingkat kemungkinan

    pekerja tersebut melakukan perbandingan sosial dengan pekerja bandingan

    yang sama di luar perusahaan. Jika gaji yang diberikan perusahaan lebih

    rendah dibandingkan dengan gaji yang berlaku di perusahaan yang sejenis

  • 20

    dan memiliki tipe yang sama, maka akan timbul ketidakpuasan kerja

    pekerja terhadap gaji. Oleh karena itu gaji harus ditentukan sedemikian

    rupa agar kedua belah pihak (pekerja dan perusahaan) merasa sama-sama

    diuntungkan. Karena pekerja yang merasa puas dengan gaji yang

    diterimanya, maka dapat menciptakan kepuasan kerja yang diharapkan

    berpengaruh pada kinerja pekerja.

    Sedangkan menurut Blum (dalam As'ad, 2003), menyatakan faktor-faktor

    yang memberikan kepuasan kerja adalah:

    a. Faktor psikologis

    Faktor psikologis merupakan faktor yang behubungan dengan kondisi

    kejiwaan karyawan/ pegawai, yang meliputi; minat, ketentraman dalam

    bekerja, sikap terhadap kerja, bakat dan ketrampilan. Berdasarkan teori

    yang dikembangkan oleh As’ad (2003), menunjukkan bahwa faktor

    psikologis mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan,

    karena adanya minat yang tinggi dari karyawan, adanya ketentraman

    dalam bekerja maupun sikap pegawai dalam menjalankan pekerjaan.

    Faktor ini meliputi: minat, ketentraman dalam bekerja, sikap terhadap

    kerja, bakat dan ketrampilan.

    b. Faktor sosial

    Faktor sosial merupakan salah satu faktor yang behubungan tercapainya

    kepuasan kerja seorang karyawan. Dimana faktor sosial berhubungan

    dengan adanya interaksi sosial yang baik antara sesama karyawan, dengan

    atasan maupun dengan karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya.

  • 21

    Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh As’ad (2003), menunjukkan

    bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kinerja

    karyawan, karena adanya suasana dan kegiatan sosial yang ada di

    lingkungan organisasi tersebut. Faktor ini meliputi: interaksi sosial, baik

    antara sesama karyawan, dengan atasannya, maupun dengan karyawan

    yang berbeda jenis pekerjaannya

    c. Faktor fisik

    Faktor fisik merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik

    karyawan, meliputi; jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja, dan waktu

    istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruang, suhu, penerangan, ventilasi,

    kondisi kesehatan karyawan, umur, dan sebagainya Berdasarkan teori

    As’ad (2003), menunjukkan bahwa faktor fisik juga mempunyai pengaruh

    terhadap peningkatan kepuasan kerja karyawan, karena adanya jenis

    pekerjaan yang dilakukan maupun sistem pengaturan waktu serta

    perlengkapan kantor. Faktor ini meliputi, jenis pekerjaan, pengaturan

    waktu kerja, dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruang, suhu,

    penerangan, ventilasi, kondisi kesehatan karyawan, maupun umur.

    d. Faktor finansial

    Faktor finansial merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta

    kesejahteraan karyawan, meliputi; sistem dan besarnya pemberian gaji,

    jaminan sosial, macam-macam tunjangan, bonus, promosi dan sebagainya.

    Berdasarkan teori As’ad (2003), menunjukkan bahwa faktor finansial juga

    mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kepuasan kerja karyawan,

  • 22

    karena adanya faktor kompensasi yang diterima oleh karyawan baik secara

    langsung maupun tidak langsung.

    meliputi sistem dan besarnya pemberian gaji, jaminan sosial, macam-

    macam tunjangan, bonus, promosi dan sebagainya.

    2.4 Dinas Kesehatan

    Susunan Organisasi Dinas Kesehatan menurut peraturan pemerintah RI

    Tahun 2000, terdiri dari :

    1. Kepala.

    Kepala adalah jabatan struktural suatu kedudukan yang menunjukkan tugas,

    tanggung jawab, wewenang, dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam

    rangka memimpin suatu satuan organisasi negara.

    Kepala Dinas mempunyai tugas memimpin, membina, mengoordinasikan,

    merencanakan serta menetapkan program kerja, tata kerja dan

    mengembangkan semua kegiatan di bidang kesehatan serta bertanggung

    jawab atas terlaksananya tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan.

    Untuk melaksanakan tugas Kepala Dinas Kesehatan, menyelenggarakan

    fungsi :

    a. Perumusan kebijaksanaan teknis dibidang kesehatan sesuai perumusan

    kebijakan teknis pelaksanaan dan pengendalian, pembinaan dan

    perijinan di bidang kesehatan yang dipilah kedalam kelompok:

    pengendalian masalah kesehatan, pelayanan kesehatan, pengembangan

    SDM kesehatan, sarana, prasarana dan informasi kesehatan

    b. Pengkoordinasian dan pelaksanaan kegiatan dibidang kesehatan

  • 23

    c. Pengawasan dan pembinaan pelaksanaan kegiatan kesehatan

    d. Pengembangan, sosialisasi dan evaluasi pencapaian standar pelayanan

    minimal kesehatan

    e. Pengevaluasian pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Kesehatan

    f. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas

    g. Melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh

    Bupati.

    2. Sekretaris

    Sekretaris dalam kedudukannya untuk membantu anggota badan pemerintah

    harian dalam segala hal untuk kelancaran menjalankan pekerjaan yang

    ditugaskan. Sekretaris mempunyai tugas pokok merencanakan, menyusun,

    melaksanakan, mengatur, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan

    pelayanan umum, kepegawaian dan perlengkapan, keuangan, perencanaan

    dan pengendalian program, serta mengkoordinasikan penyelenggaraan,

    evaluasi dan pelaporan tugas bidang secara terpadu.

    Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sekretaris,

    menyelenggarakan fungsi :

    a. Mengkoordinasikan penyusunan rencana program kegiatan dan

    anggaran SKPD

    b. Mengatur pelaksanaan urusan umum, kepegawaian dan perlengkapan

    SKPD

    c. Mengatur pelaksanaan administrasi pengelolaan keuangan SKPD

    d. Menyusun evaluasi dan pelaporan kegiatan SKPD

  • 24

    e. Mengkoordinasikan dan membina pelaksanaan tugas bidang secara

    terpadu

    f. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan

    2.4.1 Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan

    1. Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan

    pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di

    bidang kesehatan.

    2. Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud bahwa Dinas

    Kesehatan mempunyai fungsi:

    a. Perumusan kebijaksanaan teknis di bidang kesehatan

    b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

    kesehatan

    c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kesehatan

    d. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

    e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas

    dan fungsinya.

    3. Kepala Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok memimpin dan

    mengoordinasikan pelaksanaan urusan pemerintahan daerah berdasarkan

    asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang penyelenggaraan kesehatan.

    4. Penjabaran tugas pokok sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut:

    a. Merumuskan kebijakan teknis di bidang kesehatan

    b. Menyusun rencana, program kerja, kegiatan, laporan kinerja dan

    pertanggungjawaban pelaksananaan tugas

  • 25

    c. Memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas Dinas Kesehatan.

    d. Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada atasan,

    e. Mendistribusikan tugas, memberikan petunjuk, dan arahan kepada

    bawahan

    f. Merencanakan, mengoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan

    pelaksanaan tugas bidang kesehatan

    g. Menyelenggarakan pelayanan perizinan di bidang kesehatan sesuai

    kewenangannya

    h. Melaksanakan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan

    penyelenggaraan pelayanan kesehatan

    i. Melaksanakan pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas di

    bidang kesehatan

    j. Melaksanakan pembinaan terhadap unit pelayanan kesehatan

    pemerintah dan swasta

    k. Mengoordinasikan pelaksanaan pelayanan Kesehatan

    l. Mengoordinasikan pelaksanaan pencegahan, pemberantasan penyakit

    dan penyehatan lingkungan

    m. Mengoordinasikan pelaksanaan peningkatan kesehatan keluarga

    n. Mengoordinasikan pelaksanaan promosi dan kesehatan institusi

    o. Melaksanakan konsultasi, koordinasi, komunikasi dan kerjasama

    dengan dinas terkait, atau pihak lain dalam upaya peningkatan upaya

    pelayanan kesehatan, kesehatan keluarga, pencegahan, pemberantasan

    penyakit dan penyehatan lingkungan, promosi kesehatan dan kesehatan

  • 26

    institusi, terutama kewaspadaan pangan gizi, survailans epidemiologi

    dan penanggulangan kejadian luar biasa

    p. Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja Dinas

    q. Membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahan serta memberikan

    Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3)

    r. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai bidang

    tugasnya.

    2.5 Kerangka Teoritis

    Kerangka teori ini disimpulkan berdasarkan tinjauan kepustakaan diatas

    yaitu menurut (Robin, 2006):

    1. Faktor Pekerjaan itu sendiri

    2. Faktor Pimpinan

    3. Faktor Teman Sekerja

    4. Faktor Promosi

    5. Faktor Gaji/Upah

    Gambar 2.1 Kerangka Teiritis

    Kepuasan Kerja

    Pegawai Negeri Sipil

  • 27

    2.6 Kerangka Konsep

    Variabel Independen Dependen

    1. Faktor Pimpinan

    2. Faktor Gaji/Upah

    3. Faktor Promosi

    Gambar 2.2 Kerangka Konsep

    Kepuasan Kerja

    Pegawai Negeri Sipil

  • 28

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan Cross

    Sectional, dimana variabel bebas dan terikat diteliti pada saat yang bersamaan saat

    penelitian dilakukan, yang bertujuan untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja

    yang berhubungan dengan kepuasan kerja pegawai negeri sipil pada dinas

    kesehatan Tapak Tuan kabupaten Aceh Selatan. (Notoatmodjo, 2005)

    3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan

    dari 17 Mei 2014 sampai dengan 28 Mei 2014.

    3.3 Populasi dan Sampel

    3.3.1 Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pegawai Negeri Sipil

    yang bekerja di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan yang berjumlah

    84 orang.

    3.3.2 Sampel

    Cara pengambilan sampel dilakukan dengan cara menggunakan pendapat

    (Arikunto. 2005) bahwa jika jumlah subjek kecil atau kurang dari 100 orang,

    maka populasi dalam suatu penelitain sekaligus menjadi sampel dalam penelitian

    tersebut (Total Sampling). Maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah

    84 orang PNS orang PNS di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan.

    28

  • 29

    3.4 Metode Pengumpulan Data

    Setelah data dikumpulkan penulis melakukan pengolahan data dengan

    langkah-langkah sebagai berikut:

    1. Editing (memeriksa), yaitu data yang telah didapatkan diedit untuk

    mengecek ulang atau mengoreksi untuk mengetahui kebenaran.

    2. Coding, dimana data yang telah didapat dari hasil penelitian dikumpul

    dan diberi kode.

    3. Tabulating data, data yang telah dikoreksi kemudian dikelompokkan

    dalam bentuk tabel.

    3.5 Jenis dan Sumber Data

    1. Data Primer

    Data yang diperoleh dari peninjauan langsung kelapangan melalui

    wawancara dan observasi dengan menggunakan kuisioner yang telah

    disusun sebelumnya.

    2. Data Skunder

    Yang dijadikan data skunder dalam penelitian ini adalah data yang

    diperoleh dari Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan.

  • 30

    3.6 Definisi Operasional

    Tabel 1. Definisi Operasional

    Variabel Bebas (Independen)

    NO Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

    1 Faktor Kepala atau Wawancara Kuisioner 1. Baik Ordinal

    Pimpinan pimpinan 2. Tidak

    pada suatu Baik

    lembaga

    pemerintahan

    daerah

    2 Faktor Besarnya Wawancara Kuisioner 1. Besar Ordinal

    Gaji jumlah gaji 2. Kecil

    atau upah

    kerja yang

    diterima oleh

    setiap pegawai

    3 Faktor Penghargaan Wawancara Kuisioner 1. ada Ordinal

    Promosi yang diberikan 2. Tidak

    kepada pegawai ada

    untuk dapat

    menaikkan

    pangkat atau

    golongan

    Variabel Terikat

    (Dependen)

    1 Faktor Keadaan Wawancara Kuisioner 1. Puas Ordinal

    Kepuasa emosional 2. Tidak

    Kerja yang menye- puas

    nangkan dan

    tidak menye-

    nangkan terhadap

    Pekerjaan mereka

  • 31

    3.7 Aspek Pengukuran Variabel

    Aspek pengukuran yang digunakan dalam pengukuran variabel dalam

    penelitian ini adalah skala Guddman yaitu memberi skor dari nilai tertinggi ke

    nilai terendah berdasarkan jawaban responden (Notoatmodjo, 2003.).

    1. Faktor Pimpinan

    Baik: jika responden mendapat skor nilai > 5

    Tidak baik: jika responden mendapat skor nilai ≤ 5

    2. Faktor Gaji

    Besar: jika responden mendapat skor nilai > 5

    Kecil: jika responden mendapat skor nilai ≤ 5

    3. Faktor Promosi

    Ada: jika responden mendapat skor nilai > 5

    Tidak ada: jika responden mendapat skor nilai ≤ 5

    4. Kepuasan Kerja Pegawai

    Puas : jika jawaban responden menunjukkan senang terhadap

    pekerjaannya atau responden mendapat skor nilai > 5

    Tidak Puas : jika jawaban responden tidak menunjukkan senang

    terhadap pekerjaannya atau responden mendapat skor

    nilai ≤ 5

  • 32

    3.8 Teknik Analisis Data

    3.8.1 Analisis Univariat

    Analisis Univariat dilakukan untuk mendapat data tentang distribusi

    frekuensi dari masing-masing variabel, kemudian data ini di sajikan dalam bentuk

    tabel distribusi frekuensi.

    3.8.2 Analisis Bivariat

    Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan menentukan

    hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel dependen

    (variabel terikat) dengan menggunakan uji statistik Chi-square (X2) (Budiarto,

    2001).

    Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut

    akan di hitung nilai odd ratio (OR). Bila tabel 2 x 2, dan dijumpai nilai expected

    (harapan) kurang dari 5, maka yang digunakan adalah “Fisher’s Exact Test”

    Analis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer

    untuk membuktikan yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (H0 ditolak) sehingga

    disimpulkan ada hubungan yang bermakna.

  • 33

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    4.1.1 Geografi

    Kabupaten Aceh Selatan adalah salah satu Kabupaten dalam wilayah

    Provinsi Aceh yang terletak pada posisi 02022`36`` - 04

    06` Lintang Utara dan

    96035`40`` - 90

    035`34 Bujur Timur. Daerah dengan luas 4.005,10 Km

    2. Batas-

    batas wilayah Kabupaten Aceh Selatan adalah:

    Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara

    Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

    Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Subussalam dan Kabupaten

    Singkil

    Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya

    Secara administrasi pemerintahan, Kabupaten Aceh Selatan terbagi

    dalam 18 Kecamatan, 43 mukim dan 248 desa yang saat ini telah berubah menjadi

    gampong.

    4.1.2 Demografi

    Penduduk Kabupaten Aceh Selatan pada tahun 2012 berjumlah 206.746

    jiwa, terdiri dari 104.865 jiwa penduduk perempuan dan 102.062 penduduk laki-

    laki, dengan sexratio 97,5. Kepadatan penduduk adalah 51,62 orang per Km2.

    Kecamatan dengan penduduk terpadat adalah Labuhan Haji (276,47 orang/Km2),

    sedangkan yang paling jarang penduduknya adalah kecamatan Trumon (9,44

    orang/Km2).

    33

  • 34

    4.1.3 Visi Misi

    Kantor Dinas Kesehatan Tapak tuan beralamat pada alamat: Jl Teungku

    Raja Angkasah, kota: Tapaktuan, kode_pos: 23715, phone (0655) 21829,

    Kabupaten: Aceh Selatan. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Aceh Selatan adalah

    sebagai berikut:

    a. Visi

    Aceh Selatan sehat yang Islami dan berkeadilan

    b. Misi

    1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan disetiap unit pelayanan

    kesehatan

    2. Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional serta

    tersebar secara proporsional diseluruh fasilitas kesehatan

    3. Pengelolaan administrasi dan manajemen kesehatan sesuai peraturan

    4. Meningkatkan fungsi dan ketersediaan sarana jaminan kesehatan dan

    kefarmasian

    5. Meningkatkan pelaksanaan kegiatan pencegahan, penaggulangan dan

    pengendalian penyakit melalui penyehatan lingkungan dan promosi

    kesehatan

    4.2 Analisis Univariat

    Sebelum dilakukannya analisis bivariat untuk meihat hubungan antar

    variabel maka terlebih dahulu dibuat analisi univariat dengan tabel distribusi

    frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti:

  • 35

    1. Faktor Pimpinan

    Tabel 2. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Faktor Pimpinan pada

    Dinas Kesehatan Aceh Selatan Tahun 2014.

    NO Faktor Pimpinan Frekuensi %

    1 Baik 18 21,4%

    2 Tidak Baik 66 78,6%

    Total 84 100

    Sumber: dari data primer (diolah tahun 2014)

    Dari tabel 2. diketahui bahwa Faktor Pimpinan terhadap terhadap

    kepuasan kerja pegawai Negeri Sipil pada Dinas Kesehatan Aceh Selatan

    terhadap yang baik sebanyak 18 orang (21.4%) sedangkan yang tidak baik hanya

    66 orang (78,6%).

    2. Faktor Gaji

    Tabel 3. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Faktor Gaji pada Dinas

    Kesehatan Aceh Selatan Tahun 2014..

    NO Faktor Gaji Frekuensi

    %

    1 Besar 64 76,2%

    2 Kecil 20 23,8%

    Total 84 100

    Sumber: dari data primer (diolah tahun 2014)

    Dari tabel 3. diketahui bahwa Faktor Gaji terhadap terhadap kepuasan

    kerja pegawai Negeri Sipil pada Dinas Kesehatan Aceh Selatan yang

    mrndapatakan gaji besar sebanyak 64 orang (76,2%) sedangkan yang

    mendapatkan gaji kecil sebanyak 20 orang (23,8%).

  • 36

    3. Faktor Promosi

    Tabel 4. Jawaban Responden Terhadap Faktor Promosi pada Dinas

    Kesehatan Aceh Selatan Tahun 2014..

    NO Faktor Promosi Frekuensi %

    1 Ada 11 13,1%

    2 Tidak Ada 73 86,9%

    Total 84 100

    Sumber: dari data primer (diolah tahun 2014)

    Dari tabel 4. diketahui bahwa Faktor Promosi terhadap terhadap

    kepuasan kerja pegawai Negeri Sipil pada Dinas Kesehatan Aceh Selatan yang

    ada promosi sebanyak 11 orang (13,1%) sedangkan yang tidak ada promosi hanya

    73 orang (86,9%).

    4. Tingkat Kepuasan kerja

    Tabel 5. Jawaban Responden Terhadap Faktor Tingkat Kepuasan kerja

    pegawai Negeri Sipil pada Dinas Kesehatan Aceh Selatan Tahun

    2014.

    NO Tingkat Kepuasan kerja Frekuensi %

    1 Puas 67 79,8%

    2 Tidak Puas 17 20,2%

    Total 84 100

    Sumber: dari data primer (diolah tahun 2014)

    Dari tabel 5. diketahui tingkat kepuasan kerja pegawai Negeri Sipil pada

    Dinas Kesehatan Aceh Selatan yang puas sebanyak 67 orang (79,8%) sedangkan

    yang tidak puas hanya 17 orang (20,2%).

  • 37

    4.3 Analisis Bivariat

    Analisi bivariat untuk mengetahui hubunbgan variabel independen dan

    dependen. Pengujian ini menggunakan uji chi-square. Dikatakan ada hubungan

    dengan bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p < 0,05.

    a. Hubungan Faktor Pimpinan dengan Tingkat Kepuasan Kerja

    Tabel 6. Faktor Pimpinan dengan Tingkat Kepuasan kerja pegawai Negeri

    Sipil pada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan.

    Pimpinan Tingkat Kepuasan Total

    Puas Tidak Puas p

    n % n % n %

    OR

    Baik 18 21,5 0 0 18 21,5 0,017 0,742

    Tidak Baik 49 58,3 17 20,2 66 78,5 (0,644-0,856)

    Jumlah 67 79,8 17 20,2 84 100

    Sumber: Data Primer (diolah tahun 2014).

    Dari tabel 6. di atas diketahui bahwa dari 18 responden yang merasa

    pimpinan baik 21,5% yang mengalami tingkat kepuasan kerja dengan kategori

    puas, sedangkan dari 66 responden yang yang merasa pimpinan tidak baik 58,3%

    yang mengalami tingkat kepuasan kerja dengan kategori puas atau sebanyak 49

    orang yang merasa puas dan 20,2% yang mengalami tingkat kepuasan kerja

    dengan kategori tidak puas atau 17 orang merasa tidak puas. Dari hasil uji chi

    square didapat nilai p Value = 0,017 hal ini dapat disimpulkan bahwa nilai p Value

    tersebut lebih kecil dari alpa (α) = 0,05 sehingga diartikan bahwa terdapatnya

    hubungan yang signifikan antara faktor pimpinan dengan tingkat kepuasan kerja

    Pegawai Negeri Sipil Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan.

  • 38

    Dilihat dari OR 0,742 maka dapat diartikan bahwa karyawan yang

    merasa faktor pimpinan baik tidak mempunyai peluang untuk mengalami ketidak

    puasan dalam bekerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan.

    b. Hubungan Faktor Gaji dengan Tingkat Kepuasan Kerja

    Tabel 7. Faktor Gaji dengan Tingkat Kepuasan kerja pegawai Negeri Sipil

    pada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2014.

    Faktor Gaji Tingkat Kepuasan Total

    Puas Tidak Puas p

    n % n % n % OR

    Besar 47 56,0 17 20,2 64 76,2 0,009 1,362

    Kecil 20 23,8 0 0 20 23,8 (1,175-1,578)

    Jumlah 67 79,8 17 20,2 84 100

    Sumber:Data Primer (diolah tahun 2014)

    Dari tabel 7. di atas diketahui bahwa dari 64 responden yang mendapat

    gaji besar 56,0% yang mengalami kepuasan kerja dan 20,2% yang mengalami

    ketidakpuasan kerja, sedangkan dari 20 responden yang mendapat gaji kecil

    23,8% yang mengalami tingkat kepuasan kerja dengan kategori puas. Dari hasil

    uji chi square didapat nilai p Value = 0,009 hal ini dapat disimpulkan bahwa nilai p

    Value tersebut lebih kecil dari alpa (α) = 0,05 sehingga diartikan bahwa adanya

    hubungan yang signifikan antara faktor Gaji dengan tingkat kepuasan kerja

    Pegawai Negeri Sipil Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan

    Dilihat dari OR 1,362 maka dapat diartikan bahwa karyawan dengan gaji

    besar mempunyai peluang 1 kali untuk mengalami kepuasan dalam bekerja pada

    Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan.

  • 39

    c. Hubungan Faktor Promosi dengan Tingkat Kepuasan Kerja

    Tabel 8. Faktor Promosi dengan Tingkat Kepuasan kerja pegawai Negeri

    Sipil pada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2014.

    Faktor Promosi Tingkat Kepuasan Total

    Puas Tidak Puas p

    n % n % n % OR

    Ada 6 7,1 5 6,0 11 13,2 0,041 0,236

    Tidak Ada 61 72,6 12 14,3 73 86,8 (0,62-0,900)

    Jumlah 67 79,7 17 20,3 84 100

    Sumber:Data Primer (diolah tahun 2014)

    Dari tabel 8. di atas diketahui bahwa dari 11 responden yang mendapat

    mendapatkan promosi 7,1% yang mengalami tingkat kepuasan dengan kategori

    puas, 6,0% yang mengalami tingkat kepuasan dengan kategori tidak puas,

    sedangkan dari 73 responden yang tidak mendapatkan promosi 72,6% yang

    mengalami tingkat kepuasan dengan kategori tidak puas dan 14,3% yang

    mengalami tingkat kepuasan dengan kategori puas. Dari hasil uji chi square

    didapat nilai p Value = 0,041 hal ini dapat disimpulkan bahwa nilai pValue tersebut

    lebih kecil dari alpa (α) = 0,05 sehingga diartikan bahwa adanya hubungan yang

    signifikan antara faktor promosi dengan tingkat kepuasan kerja Pegawai Negeri

    Sipil Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan.

    Dilihat dari OR 0,236 maka dapat diartikan bahwa karyawan yang

    mendapatkan promosi tidak mempunyai peluang untuk mengalami ketidak puasan

    dalam bekerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan.

  • 40

    4.4 Pembahasan

    4.4.1 Hubungan Faktor Pimpinan terhadap Tingkat Kepuasan Pegawai

    Sejalan dengan penelitian yang telah di Kantor Dinas Kesehatan Tapak

    Tuan Kabupaten Aceh Selatan, diketahui bahwa terdapatnya hubungan antara

    factor pimpinan terhadap kepuasan kerja pegawai negeri sipil pada Kantor Dinas

    Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan dimana hasil pvalue menunjukkan nilainya

    lebih kecil dari α = 0,05 yaitu 0,017. Selain itu dari 18 responden yang merasa

    pimpinan baik 21,5% yang mengalami tingkat kepuasan kerja dengan kategori

    puas, sedangkan dari 66 responden yang yang merasa pimpinan tidak baik 58,3%

    yang mengalami tingkat kepuasan kerja dengan kategori puas dan 20,2% yang

    mengalami tingkat kepuasan kerja dengan kategori tidak puas.

    Hasil penelitian ini didukung oleh hasil terdahulu yang dilakukan oleh

    Wahyu Mirza (2008), Penelitian ini menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan

    terhadap kepuasan kerja dan komitmen organisasi untuk meningkatkan kinerja

    karyawan. Hasil penelitian ini menunjukkan diantaranya bahwa gaya

    kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja. Kepuasan kerja

    berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Gaya kepemimpinan berpengaruh

    positif terhadapkomitmen organisasi. Komitmen organisasi berpengaruh positif

    terhadap kinerja karyawan. Gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap

    kinerja karyawan.

    4.4.2 Hubungan Faktor Gaji Terhadap Tingkat Kepuasan Pegawai

    Hasil penelitian menunujukkan bahwa terdapatnya hubungan antara

    Faktor gaji terhadap kepuasan kepuasan kerja pegawai negeri sipil pada Kantor

  • 41

    Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan dimana hasil pvalue menunjukkan

    nilainya lebih kecil dari α = 0,05 yaitu 0,009. Selain itu dari 64 responden yang

    mendapat gaji besar 66,0% yang mengalami ketidak puasan kerja dan 20,2% yang

    mengalami tingkat kepuasan dengan kategori puas, sedangkan dari 20 responden

    yang mendapat gaji kecil 23,8% yang mengalami tingkat kepuasan kerja dengan

    kategori tidak puas.

    Hasil penelitian ini didukung oleh hasil terdahulu yang dilakukan oleh

    Rita Andini (2006). Berdasarkan hasil analisis disimpulkan kepuasan kerja

    berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi terbukti melalui pengujian

    yang menghasilkan nilai OR = 6,066. Kepuasan gaji berpengaruh negative

    terhadap turnover terbukti melalui pengujian yang menghasilkan nilai OR = -

    4,308. Kepuasan kerja berpengaruh negative terhadap turnover terbukti melalui

    pengujian yang menghasilkan nilai OR = -4,875 serta komitmen organisasi

    berpengaruh negative terhadap turnover terbukti melalui pengujian yang

    menghasilkan nilai OR = 2,852. Dalam upayanya menurunkan turnover implikasi

    yang dapat dilakukan Rumah Sakit Roemani adalah Meningkatkan nilai gaji yang

    diberikan kepada karyawannya, Memberikan tunjangan yang dapat meringankan

    beban kebutuhan karyawan, Meningkatkan hubungan antara sesama karyawan

    maupun antara karyawan dan pimpinan, Memberikan kesempatan kepada

    karyawan untuk meningkatkan kemampuaannya memalui pendidikan formal,

    Meningkatkan loyalitas karyawan terhadap perusahaan dengan memberikan setiap

    kebutuhan dan keinginan karyawan dan Meningkatkan kesadaran kepada

  • 42

    karyawan bahwa karyawan memiliki peran yang sangat penting dalam

    memajukan perusahaan.

    4.3.2 Hubungan Faktor Promosi Terhadap Tingkat Kepuasan Pegawai

    Hasil penelitian menunujukkan bahwa terdapatnya hubungan antara

    Faktor promosi terhadap kepuasan kepuasan kerja pegawai negeri sipil pada

    Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan dimana hasil pvalue menunjukkan

    nilainya lebih kecil dari α = 0,05 yaitu 0,041. Selain itu dari 11 responden yang

    mendapat mendapatkan promosi 7,1% yang mengalami tingkat kepuasan dengan

    kategori puas dan 6,0% yang mengalami tingkat kepuasan dengan kategori tidak

    puas, sedangkan dari 73 responden yang tidak mendapatkan promosi 72,6% yang

    mengalami tingkat kepuasan dengan kategori tidak puas dan 14,3% yang

    mengalami tingkat kepuasan dengan kategori puas.

    Hasil penelitian ini didukung oleh hasil terdahulu yang dilakukan oleh

    Purba, Jonny Davitson (2013). Berdasarkan hasil analisis disimpulkan dengan t

    hitung untuk promosi jabatan (X2) sebesar 2,904 > dari t tabel yaitu 1,674 dan

    nilai signifikan 0,005 < 0,05 dapat disimpulkan bahwa promosi jabatan

    berpengaruh postitif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan.

  • 43

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    1. Hubungan Faktor Pimpinan terhadap kepuasan kerja pegawai negeri sipil

    yang tidak meuaskan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan, hal

    ini dibuktikan dengan hasil ( PValue (0,017)

  • 44

    5.2 Saran

    1. Hal ini diharapkan kepada pegawai agar lebih menjalin hubungan

    yang baik dengan pimpinan agar pekerjaan yang dijalankan dapat

    berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan bersama.

    2. Selain itu para pegawai juga harus lebih giat dan lebih efektif dalam

    melaksanakan tugasnya sehingga ada pertimbangan dari pihak

    pemerintah untuk menaikkan gaji pegawai kedepannya.

    3. Kurangnya perhatian pimpinan kepada para pegawai dalam hal

    promosi kenaikan pangkat, gaji pegawai dan sebagainya sehingga

    kepuasan kerja tidak tercipta dengan baik, karena itu hal ini perlu

    untuk lebih diperhatikan lagi.

  • 45

    DAFTAR KEPUSTAKAAN

    Albert, dkk. 2009. Buku Pintar Pekerja Sosial. Edisi 2. Penerbit: gunung Mulia.

    Jakarta.

    Aldar A.B., 2004. Hubungan Kepuasan Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai

    Dinas Kehutanan Kabupaten Aceh Tengah. Tesis. Program Magister

    Manajemen Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh.

    Allan H. et al, 2001. “Evolution or Revolution in the Values of Organization

    Development: Commentary on the State of the Field”, Journal of

    Organizational Change Management.

    Andini. 2006. Analisis pengaruh kepuasan gaji, Kepuasan kerja, komitmen

    organisasional Terhadap turnover intention (Studi Kasus Pada Rumah

    Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang). Universitas di Ponegoro.

    Semarang.

    Anwar P. Mangkunegara. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.

    Bandung: Renaja Rosdakarya.

    Daryatmi. 2004. Pengaruh Motivasi, Pengawasan, dan Budaya Kerja Terhadap

    Daryatmi. 2012. Produktivitas Kerja Karyawan Perusahaan Daerah Bank

    Perkreditan Rakyat Badan Kredit Desa. http://eprints.ums.ac.id.

    Garry. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Indeks.

    Hani. 2003. Manajemen Personalia SDM, Edisi Ketiga, BPFE, Yogyakarta

    Lamri. 2000. Mutu Pelayanan Kesehatan. Penerbit: Press. Surakarta

    Mirza, 2008, Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja

    Dan Komitmen Organisasi Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan

    (Studi Pada Rsud Kota Semarang, Universitas Diponegoro Semarang)

    Moh. 2003. Psikologi Industri. Yogyakarta: Penerbit Liberti.

    Notoatmodjo, 2003. Pendidikan Prilaku Kesehatan. Indonesia: Rineka Cipta.

    Parwanto dan Mahyuddin, 2007. Pengaruh Faktor-Faktor Kepuasan Kerja

    Terhadap Kinerja Karyawan Pusat Pendidikan Komputer Akuntansi

    IMKA Dl Surakarta. Jurnal Manajemen dan Bisnis. Program

    Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

    Peraturan Pemerintah RI. 2000. Peraturan Pemerintah tentang Dinas Kesehatan

    Indonesia. Jakarta.

  • 46

    Purba, Davitson. 2013. Pengaruh gaya kepemimpinan dan promosi jabatan

    terhadap kepuasan kerja pada pt. Pelabuhan indonesia i (persero) pusat.

    Unimed.

    Rita, J., 2002. Pengaruh Locus of Control, Tipe Perilaku dan Harapan Penggajian

    Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan. Jurnal Manajemen dan Bisnis.

    Universitas Katolik Atmajaya Jakarta.

    Robbins, 2006. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontraversi. Yogyakarta: PT.

    Prihallindo.

    Siagian, Sondang P. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi

    Aksara.

  • 47

    Masalah kepuasan kerja PNS juga terjadi di provinsi Aceh, hal ini terlihat

    dari pemecatan dan penurunan pangkat PNS yang terjadi di Kabupaten Aceh jaya,

    dimana Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya pada Senin (19/12/2011) telah memecat

    dua orang Pegawai Negeri Sipil (PNS), Aceh Jaya, masing-masing berinisial H

    dan S keduanya staf di Dinas Kesehatan Aceh Jaya. Keduanya dipecat akibat

    melanggar disiplin PNS. Sementara seorang guru SD Negeri CM, Kecamatan

    Sampoiniet, dengan inisial R dijatuhkan hukuman disiplin berupa penurunan

    pangkat setingkat lebih rendah selama tiga tahun.

    Kejadian serupa juga terjadi pada PNS di Kabupaten Aceh Barat, dimana

    pengawai Dinas Kesehatan yang bertugas di pukesmas Woyla Barat berinisial

    dr.MD tidak pernah masuk tugas bahkan kini tidak tahu dimana rimbanya, PNS

    dipukesmas Johan Pahlawan berinisial dr. F sibuk kerja sama di klinik

    perusahaan batu bara, PNS di rumah sakit Cut Nyak Dhien berinisial dr.KH pada

    awalnya cuti melahirkan dan sudah dua tahun tidak masuk dinas juga tercatat

    sebagai direktris perusahaan HGU di Aceh Barat, PNS dikantor Camat Meureubo

    berinisial SP setiap hari lalu lalang jadi sopir labi labi Meulaboh Nagan Raya,

    Guru PNS di Sekolah Dasar negeri Gunong Tarok berinisial RD juga tercatat

    sebagai komisaris diperusahaan HGU di Kabupaten Aceh Barat. Banyak PNS Di

    Aceh Barat berbulan bulan tidak masuk tugas, PP No 53 Tahun 2010 Kurang

    Tegas Atau Lemah. (http://gsfaceh.com, 2013)

    http://gsfaceh.com/

  • 48

    -Unlicensed-COVER-Unlicensed-Skirpsi