149
i SKRIPSI FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT MEDISTRA JAKARTA Skripsi ini diajukan sebagai persyaratan untuk mendapatkan Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh RIANA PUSPA DEWI MARGHA 2009-31-103 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA 2011

Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

i

SKRIPSI

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA PERAWAT

DI RUMAH SAKIT MEDISTRA JAKARTA

 

 

Skripsi ini diajukan sebagai persyaratan untuk mendapatkan Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

RIANA PUSPA DEWI MARGHA

2009-31-103

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

JAKARTA

2011

Page 2: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

 

Page 3: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

iii

UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SKRIPSI, SEPTEMBER 2011 RIANA PUSPA DEWI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT MEDISTRA JAKARTA 6 Bab, 124 Halaman, 6 Tabel, 15 Gambar, 8 Grafik

ABSTRAK ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain kecuali vitamin, mineral dan obat pada bayi dibawah umur 6 bulan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010 hanya 15,3% bayi di Indonesia yang mendapat ASI eksklusif, sementara target nasional adalah 80%. Dilingkungan perawat RS Medistra sebagai tenaga kesehatan yang salah satu perannya sebagai role model bagi masyarakat, masih ada yang tidak memberikan ASI eksklusif dikarenakan harus kembali bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada perawat di RS Medistra. Metode penelitian ini adalah cross sectional. Populasi dan sampel adalah seluruh perawat wanita yang bekerja di RS Medistra, mempunyai suami (belum meninggal/bercerai), mempunyai anak berusia 7-24 bulan dengan riwayat umur kehamilan cukup bulan (37-41 minggu) sebanyak 70 orang. Faktor-faktor diteliti terbatas pada umur ibu, tingkat pendidikan ibu, sikap, lama waktu bekerja, sarana menyusui ditempat kerja, dukungan suami, dan dukungan atasan yang diukur melalui wawancara menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji chi square. Hasil penelitian ini menunjukkan 25,7% perawat yang memberikan ASI eksklusif. Hasil analisis bivariat diperoleh ada hubungan yang bermakna antara pendidikan (x2=11,609; p=0,003), sikap (x2=6,895; p=0,009), sarana menyusui di tempat kerja (x2=4,815; p=0,043) dan pemberian ASI eksklusif. Sedangkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu (x2=1,716; p=0,190), lama waktu bekerja (x2=0,041; p=0,840), dukungan suami (x2=2,715; p=0,092), dukungan atasan (x2=1,310; p=0,271) dan pemberian ASI eksklusif. Upaya meningkatkan prilaku ibu untuk memberikan ASI eksklusif harus terus dilakukan. Daftar bacaan : 43 (1982 – 2010)

Page 4: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

 

Page 5: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

 

Page 6: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala Rahmat dan Anugerah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat

pada waktunya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan yang

datang dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Idrus Jus’at, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan

Universitas Esa Unggul

2. Ibu Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH, sebagai pembimbing yang

telah menyediakan waktu untuk membimbing dan membagi

pengetahuannya.

3. Ibu Iskari Ngadiarti, SKM, MSc, sebagai pembimbing yang telah banyak

memberikan bantuan, pengarahan dan dukungan bagi penyelesaian skripsi

ini.

4. Ibu dr. Mayang Anggraeni, sebagai penguji yang telah memberikan banyak

masukan dan pengarahan untuk skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa

Unggul yang telah banyak memberi bantuan, pengarahan dan bimbingan

selama melaksanakan pendidikan.

6. RS Medistra, tempat penulis melakukan penelitian dan para perawat yang

telah bersedia menjadi responden.

7. Seluruh teman-teman Ekstensi angkatan 2010 terutama untuk Endang,

Channe, Dadan “dudul”, terima kasih untuk saling memberikan masukan,

dukungan satu sama lain, tetap semangat ya teman.

8. Teristimewa untuk suamiku, Dr. Robert J. Alief, MBBS, FRCS,

MRCOG(UK), SpOG, atas doa, dukungan, semangat, kasih sayang,

kesabaran yang tak pernah putus untuk penulis.

Page 7: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

viii

9. My beloved boys; Audric, Owen & Jason, yang selalu menjadi kebanggaan,

penghiburan dan sumber kekuatan penulis.

10. Ayah tercinta, Drs. Mohamad Margha, MSc (alm), atas semua motivasi dan

inspirasi hidup kepada penulis, semoga suatu hari bisa seperti babeh.

11. Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,

teimakasih telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, semuanya

sangat berarti.

Semoga Tuhan selalu menjaga dan memberkati kita semua.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan di dalam penyusunan skripsi

ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik sebagai

masukan bagi penulis guna perbaikan di kemudian hari. Penulis berharap skripsi

ini dapat memberi manfaat kepada siapa saja yang membacanya.

Jakarta, 16 September 2011

Penulis

Page 8: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN BUKAN PLAGIAT .......................................... ii

ABSTRAK……………………………………............................................ iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN……………………………………..... iv

PENGESAHAN SKRIPSI ……………………………………………..... v

RIWAYAT HIDUP……………………………………………………...... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................ vii

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv

DAFTAR GRAFIK ................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ....................................................... 6

1.3 Pembatasan Masalah ...................................................... 8

1.4 Perumusan Masalah ........................................................ 9

1.5 Tujuan Penelitian ........................................................... 9

1.6 Manfaat penelitian .......................................................... 10

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP 2.1 Kerangka Teori ............................................................... 11

2.1.1 Pengertian Air Susu Ibu (ASI) dan Asi Eksklusif 11

2.1.2 Anatomi Payudara & Fisiologi Laktasi ................. 14

2.1.3 Komposisi ASI ...................................................... 24

2.1.4 Kandungan Gizi ASI ............................................. 26

2.1.5 Manfaat ASI ........................................................... 31

2.1.6 Alasan Pemberian ASI eksklusif ........................... 37

2.1.7 Teknik Menyusui .................................................... 39

Page 9: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

ix

A. Posisi & pelekatan menyusui

B. Langkah-langkah menyusui yang benar

C. Lama & frekuensi menyusui

D. Pola menyusui bayi

E. Pengeluaran ASI / ASI perah

2.1.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI

Eksklusif .................................................................. 56

A. Umur

B. Pendidikan Ibu

C. Sikap

D. Lama Waktu Kerja

E. Keterpaparan terhadap Iklan Susu Formula

F. Dukungan Suami

G. Dukungan Atasan

H. Sarana menyusui di tempat kerja

2.1.9 Undang-Undang yang Melindungi Pemberian ASI 71

2.2 Kerangka Berfikir ............................................................ 74

2.3 Kerangka Konsep ............................................................ 76

2.4 Hipotesis .......................................................................... 77

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan waktu penelitian ......................................... 78

3.2 Metode Penelitian ........................................................... 78

3.3 Teknik Pengambilan Sampel........................................... 79

3.4 Instrumen Penelitian ....................................................... 79

3.5 Pengujian Hipotesis ........................................................ 86

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian .............................. 90

4.1.1 Deskripsi Umum .................................................... 90

Page 10: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

ix

4.1.2 Ketenagaan ............................................................ 91

4.2 Deskripsi Data ................................................................ 92

4.2.1 Analisa Univariat .................................................. 92

4.2.2 Analisa Bivariat .................................................... 102

4.2.3 Keterbatasan Penelitian ........................................ 109

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pemberian ASI Eksklusif pada perawat di RS

Medistra Jakarta ............................................................. 110

5.2 Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Pemberian

ASI Eksklusif pada perawat di RS Medistra Jakarta....... 112

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan .................................................................... 122

6.2 Saran ............................................................................... 123

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi kandungan ASI ............................................................. 25

Tabel 2.2 Ringkasan perbedaan ASI, susu sapi, susu formula ....................... 37

Tabel 3.1 Instrumen penelitian untuk variabel dependen .............................. 82

Tabel 3.2 Skoring untuk variabel dependen .................................................. 82

Tabel 3.3 Instrumen penelitian untuk variabel independen ........................... 85

Tabel 3.4 Skoring untuk variabel sikap ........................................................ 85

Tabel 4.1 Ketenagaan RS Medistra ............................................................... 91

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi umur responden perawat di RS Medistra ...... 92

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pendidikan responden perawat di RS

Medistra ......................................................................................... 93

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi lama waktu bekerja responden perawat di RS

Medistra ......................................................................................... 94

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi sikap ibu bekerja terhadap pemberian ASI

eksklusif pada responden perawat di RS Medistra ........................ 96

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi sikap responden perawat di RS Medistra ...... 97

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi dukungan suami responden perawat di RS

Medistra ......................................................................................... 98

Tabel 4.8 Distribusi frekuensi dukungan atasan responden perawat di RS

Medistra ......................................................................................... 99

Tabel 4.9 Distribusi frekuensi sarana menyusui di tempat kerja responden

perawat di RS Medistra ................................................................. 100

Tabel 4.10 Distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif responden perawat

di RS Medistra .............................................................................. 101

Tabel 4.11 Distribusi responden menurut umur dan pemberian ASI eksklusif

pada perawat di RS Medistra ...................................................... 102

Tabel 4.12 Distribusi responden menurut pendidikan ibu dan pemberian ASI

eksklusif pada perawat di RS Medistra ......................................... 103

Page 12: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

ix

Tabel 4.13 Distribusi responden menurut lama waktu bekerja dan pemberian

ASI eksklusif pada perawat di RS Medistra .................................. 104

Tabel 4.14 Distribusi responden menurut sikap dan pemberian ASI eksklusif

pada perawat di RS Medistra ........................................................ 105

Tabel 4.15 Distribusi responden menurut dukungan suami dan pemberian

ASI eksklusif pada perawat di RS Medistra ................................. 106

Tabel 4.16 Distribusi responden menurut dukungan atasan dan pemberian

ASI eksklusif pada perawat di RS Medistra ................................. 107

Tabel 4.17 Distribusi responden menurut sarana menyusui di tempat kerja

dan pemberian ASI eksklusif pada perawat di RS Medistra......... 108

Page 13: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Payudara tampak depan ......................................................... 15

Gambar 2.2 Struktur anatomi payudara ..................................................... 16

Gambar 2.3 Bentuk-bentuk puting susu ..................................................... 17

Gambar 2.4 Refleks aliran dan pengawasan hormonal terhadap laktasi .... 20

Gambar 2.5 Respon Penyusuan .................................................................. 22

Gambar 2.6 Diagram Perbedaan Komposisi Kolostrum, ASI awal dan

ASI akhir ................................................................................ 25

Gambar 2.7 Posisi menyusui....................................................................... 40

Gambar 2.8 Posisi pelekatan menyusui ...................................................... 40

Gambar 2.9 Teknik menyusui ..................................................................... 42

Gambar 2.10 Definisi menyusui ................................................................... 44

Gambar 2.11 Teknik memijat payudara dan memerah ASI .......................... 48

Gambar 2.12 Pompa tangan & pompa elektrik ............................................. 51

Gambar 2.13 Tempat penyimpanan ASI perah ............................................. 54

Gambar 2.14 Mencairkan ASI perah ............................................................ 55

Gambar 2.15 Hubungan sikap dan prilaku ................................................... 63

Page 14: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

ix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Responden Perawat di RS

Medistra ................................................................................. 93

Grafik 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Perawat di RS

Medistra ................................................................................. 94

Grafik 4.3 Distribusi Frekuensi Lama Waktu Bekerja Responden

Perawat di RS Medistra ......................................................... 95

Grafik 4.4 Distribusi Frekuensi Kelompok Sikap Responden Perawat

di RS Medistra ....................................................................... 97

Grafik 4.5 Distribusi Frekuensi Dukungan Suami Responden Perawat

di RS Medistra ....................................................................... 98

Grafik 4.6 Distribusi Frekuensi Dukungan Atasan Responden Perawat

di RS Medistra ...................................................................... 99

Grafik 4.7 Distribusi Frekuensi Sarana Menyusui di Tempat Kerja

Responden Perawat di RS Medistra ...................................... 100

Grafik 4.8 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif pada

Responden Perawat di RS Medistra ...................................... 101

Page 15: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Distribusi Hasil Jawaban Kuesioner

Lampiran 3 Output Analisa Data Statistik

Lampiran 4 Formulir Bimbingan Skripsi

Page 16: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan

protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

payudara ibu, sebagai makanan utama bayi. ASI bukan minuman, namun

ASI merupakan satu-satunya makanan tunggal paling sempurna bagi bayi

hingga usia 6 bulan. ASI mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan

bayi, secara alamiah ASI dibekali enzim pencerna susu, sehingga organ

pencernaan bayi mudah mencerna dan menyerap gizi. Sistem pencernaan

bayi usia dini belum memiliki cukup enzim pencerna makanan, oleh karena

itu memberikan ASI saja pada bayi sampai dengan umur 6 bulan, sangat

dianjurkan (Arief, 2009).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa

tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air

putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu,

biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat

(Roesli, 2001). Setelah usia bayi 6 bulan, bayi mulai diberikan makanan

pendamping ASI, sedangkan ASI terus diberikan sampai 2

tahun(Prasetyono, 2005).

Page 17: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

2

World Health Organization (WHO, 2005) mengatakan: “ASI

adalah suatu cara yang tidak tertandingi oleh apapun dalam menyediakan

makanan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi”. Oleh

karena pemberian ASI eksklusif dapat memberikan pertumbuhan bayi yang

optimal.

Target Millennium Development Goals (MDGs) ke-4 adalah

menurunkan angka kematian bayi dan balita (AKB) menjadi 2/3 dalam

kurun waktu 1990-2015 (AKB harus diturunkan dari 97 menjadi 32).

Penyebab utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan

lebih dari 50% kematian balita didasari oleh kurang gizi. Pemberian ASI

secara eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai usia 2 tahun

disamping pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) secara adekuat

terbukti merupakan salah satu intervensi efektif dapat menurunkan Angka

Kematian Bayi (AKB) (Sitaresmi, 2010).

Rendahnya pemberian ASI Eksklusif di keluarga menjadi salah

satu pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita. Prevalensi gizi kurang

pada balita juga mengalami penurunan dari 37,5% pada tahun 1989 menjadi

24,6% pada tahun 2000 dan meningkat kembali menjadi 31% pada tahun

2001, saat ini kasus gizi buruk (busung lapar) merebah, karena lemahnya

sistem kewaspadaan pangan dan gizi, serta menurunnya perhatian

pemerintah terhadap kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2004).

Page 18: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

3

Departemen Kesehatan telah mengadopsi pemberian ASI eksklusif

seperti rekomendasi dari WHO dan The United Nations Children’s Fund

(UNICEF), sebagai salah satu program perbaikan gizi bayi atau anak balita.

Pemberian ASI eksklusif dapat menyelamatkan lebih dari 30.000 balita di

Indonesia. Jumlah bayi di Indonesia yang mendapatkan ASI eksklusif terus

menurun karena semakin banyaknya bayi di bawah 6 bulan yang diberi susu

formula. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) dari 1997

hingga 2002, jumlah bayi dibawah usia enam bulan yang mendapatkan ASI

eksklusif menurun dari 7,9% menjadi 7,8%.dan jumlah bayi di bawah enam

bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% menjadi 27,9%

(Sutama, 2008). Hasil RISKESDAS tahun 2010 menunjukan jumlah bayi

dibawah umur 6 bulan yang diberi ASI eksklusif hanya 15,3%.

Menurut WHO (2000), bayi yang diberi susu selain ASI,

mempunyai risiko 17 kali lebih mengalami diare, dan tiga sampai empat kali

lebih besar kemungkinan terkena ISPA dibandingkan dengan bayi yang

mendapat ASI (Depkes RI,2005), karena adanya zat antibodi juga zat gizi

lain seperti asam amino, dipeptid, heksose yang menyebabkan penyerapan

natrium dan air lebih banyak, sehingga mengurangi frekuensi diare dan

volume tinja (Sidi,dkk, 2003).

Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrilon and

Health Surveilance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan

Helen Keller International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang,

Page 19: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

4

Makasar) dan 8 pedesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim,

NTB, Sulsel), menunjukan bahwa cakupan ASI eksklusif di perkotaan

antara 3-18%, sedangkan pedesaan 6-19%. Rendahnya cakupan ASI

diperkotaan dikarenakan peratutan cuti hamil/melahirkan belum sesuai

dengan masa pemberian ASI eksklusif berakhir (Kodrat,2010). Siregar

(2008) melaporkan bahwa 98 dari 290 orang (33,8%) ibu bekerja di

perusahaan swasta di Jakarta yang memberikan ASI eksklusif kepada

bayinya.

Ibu yang bekerja tetap dapat memberikan ASI eksklusif dengan

cara memerah ASI sebelum ibu pergi. ASI perah dapat tahan disimpan

selama 24 jam di dalam termos es yang diberi es batu atau dalam lemari es.

Tidak terdapat perbedaan kualitas maupun kuantitas ASI ibu yang bekerja

dengan ibu yang tidak bekerja (Roesli, 2001).

Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang termasuk

memberikan ASI eksklusif adalah pengetahuan. Pengetahuan didapat

melalui proses belajar yaitu proses perubahan perilaku yang dihasilkan dari

praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan yang didasari oleh perilaku

terdahulu (sebelumnya). Kurangnya pengetahuan ibu menyusui tentang

keunggulan ASI dan manfaat ASI juga menyebabkan ibu mudah

terpengaruh oleh promosi susu formula yang sering dinyatakan sebagai

pengganti air susu ibu, sehingga semakin banyak ibu menyusui memberikan

susu botol yang sebenarnya merugikan (Depkes,2008). Faktor lain yang

Page 20: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

5

menjadi bagian dari perilaku adalah sikap. Sikap adalah suatu

kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu obyek, dengan

suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau

tidak menyenangi obyek tersebut (Notoatmojo, 2003). Pengetahuan dan

sikap yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh dalam cerminan perilaku

seseorang, namun pembentukan perilaku itu sendiri tidak terjadi hanya

berdasarkan pengetahuan dan sikap, tapi masih banyak dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain (Sarwono, 1999).

RS Medistra adalah salah satu Rumah Sakit swasta terbaik di

Jakarta yang berlokasi di kawasan strategis Jenderal Gatot Subroto Jakarta

didirikan pada 1990 merupakan suatu organisasi yang memiliki SDM

sebanyak 953 orang dengan profesi yang beragam (medis dan non medis)

termasuk perawat wanita sebanyak 341 Orang. Survei pendahuluan yang

dilakukan oleh penulis pada 5 orang perawat yang mempunyai bayi umur 7-

24 bulan, hanya 1 orang perawat (20%) yang memberikan ASI eksklusif

karena harus kembali bekerja.

Di lingkungan tenaga kesehatan khususnya perawat di RS Medistra

yang dinilai mempunyai pengetahuan yang cukup tentang manfaat ASI

eksklusif juga sikap sebagai tenaga kesehatan yang memberikan penyuluhan

tentang pemberian ASI eksklusif ternyata masih dijumpai para ibu yang

tidak bisa memberikan ASI eksklusif, dikarenakan harus kembali bekerja

sebelum masa pemberian ASI eksklusif berakhir.

Page 21: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

6

Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

pemberian ASI Eksklusif pada perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

1.2 Identifikasi Masalah

Pemberian ASI eksklusif sangat penting, karena dengan ASI

eksklusif mampu menurunkan angka kematian bayi akibat berbagai

penyakit infeksi, diantaranya penyakit diare dan infeksi saluran pernapasan

akut. Berbagai penelitian juga melaporkan bahwa ASI dapat mengurangi

kejadian penyakit radang telinga tengah, radang selaput oak, infeksi saluran

kemih dan infeksi radang usus halus dan usus besar akibat jaringan

kekurangan oksigen atau akibat terapi antibiotik (Necrotizing Enterocolitis).

ASI memberikan perlindungan kepada bayi melalui beberapa

mekanisme, antara lain memperbaiki pertumbuhan mikroorganisme

nonpatogen (tidak berbahaya), mengurangi pertumbuhan mikroorganisme

patogen (berbahaya) saluran cerna, merangsang perkembangan barier

(pembatas) antara mukosa saluran cerna dan saluran nafas, mencegah

masuknya bakteri ke dalam aliran darah melalui mukosa (dinding) saluran

cerna, faktor spesifik (IgA sektori,zat kekebalan), mengurangi reaksi

inflamasi (peradangan) dan sebagai imunomodulator (perangsang

kekebalan). Karenanya bayi yang diberi ASI eksklusif lebih tahan penyakit

daripada yang diberi susu formula.

Page 22: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

7

Perilaku ibu yang memberikan ASI ekslusif dipengaruhi beberapa

faktor, baik yang berasal dari dalam individu maupun yang berasal dari luar

individu. Faktor yang berasal dari dalam individu, salah satunya yaitu

pengetahuan yang merupakan domain yang pertama dan sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang. Menurut Notoatmojo (2007)

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Faktor lain yang berperan penting bagi keberhasilan pemberian

ASI eksklusif dapat berasal dari luar individu misalnya dukungan atasan dan

dukungan suami dan sarana menyusui di tempat kerja. Dukungan emosional

suami sangat berarti dalam menghadapi tekanan ibu dalam menjalani proses

menyusui, agar ibu menjadi tenang sehingga memperlancar produksi ASI.

Agar proses menyusui lancar, diperlukan breastfeeding father, yaitu ayah

membantu ibu agar bisa menyusui dengan nyaman sehingga ASI yang

dihasilkan maksimal. Dan sering kali bekerja menjadi kendala untuk

memberikan ASI eksklusif, karena keterbatasan waktu untuk memberikan

ASI, sehingga diperlukan suatu sarana yang memungkinkan ibu memerah

ASI saat bekerja. Masalah lain belum adanya peraturan pemerintah yang

mengatur agar kantor atau pihak pengusaha menyediakan fasilitas bagi

kelangsungan pemberian ASI eksklusif bagi pekerja wanitanya, misalnya

tempat penitipan anak atau pojok laktasi yang dapat membantu keberhasilan

pemberian ASI eksklusif.

Page 23: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

8

1.3 Pembatasan Masalah

Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian

ASI eksklusif tetapi karena berbagai keterbatasan yang ada khususnya dari

segi pengetahuan, kemampuan, waktu, biaya dan tenaga, maka ruang

lingkup penelitian dibatasi pada faktor-faktor: umur, pendidikan, sikap,

lamanya waktu bekerja, dukungan suami, dukungan atasan dan sarana

menyusui ditempat kerja pada perawat di RS Medistra Jakarta.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah diatas maka permasalahan yang akan di teliti dapat dirumuskan

sebagai berikut: Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan pemberian

ASI Eksklusif pada perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta?.

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI

eksklusif pada perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta

1.5.2 Tujuan Khusus

A. Mengetahui prevalensi pemberian ASI eksklusif pada perawat di

Rumah Sakit Medistra Jakarta.

B. Menganalisis hubungan umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif

pada perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

Page 24: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

9

C. Menganalisis hubungan pendidikan ibu dengan pemberian ASI

eksklusif pada perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

D. Menganalisis hubungan sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif

pada perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

E. Menganalisis hubungan lama waktu bekerja dengan pemberian ASI

eksklusif pada perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

F. Menganalisis hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI

eksklusif pada perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

G. Menganalisis hubungan dukungan atasan dengan pemberian ASI

eksklusif pada perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

H. Menganalisis hubungan sarana menyusui di tempat kerja dengan

pemberian ASI eksklusif pada perawat di Rumah Sakit Medistra

Jakarta.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat bagi peneliti

Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan mengenai faktor-faktor

yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif pada perawat

di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

1.6.2 Manfaat Bagi Institusi

Sebagai bahan masukan bagi RS Medistra agar ikut berperan aktif

dalam mensukseskan program ASI eksklusif.

1.6.3 Manfaat bagi Universitas

Page 25: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

10

Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan

penelitian tentang pemberian ASI eksklusif pada tenaga kesehatan,

dan dapat menambah bahan referensi bagi kepustakaan Universitas

Esa Unggul.

Page 26: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

11

BAB II

KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Pengertian Air Susu Ibu (ASI) dan ASI Eksklusif

A. Pengertian ASI

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan

garam-garam organik yang desekresi oleh kedua belah payudara ibu,

sebagai makanan utama bagi bayi (Soetjiningsih, 1997). ASI adalah

cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses

menyusui. ASI merupakan makanan yang telah disiapkan untuk calon

bayi saat seorang ibu mengalami kehamilan. Semasa kehamilan,

payudara akan mengalami perubahan untuk menyiapkan produksi ASI

(Khasanah, 2011).

ASI adalah sebuah cairan ajaib yang tidak tertandingi. ASI dapat

memenuhi semua kebutuhan gizi bayi usia 0-6 bulan. ASI juga dapat

melindungi bayi untuk melawan segala kemungkinan serangan

penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam ASI memiliki kualitas

terbaik dibanding yang lain. Zat-zat yang terkandung dalam ASI

memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada

saat yang sama, ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang

Page 27: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

12

mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem

saraf (Kodrat, 2010).

ASI bukan minuman, namun ASI merupakan satu-satunya makanan

tunggal paling sempurna bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup

mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan bayi. Selain itu, secara

alamiah ASI dibekali enzim pencerna susu sehingga organ pencernaan

bayi mudah mencerna dan menyerap gizi ASI. Sistim pencernaan bayi

usia dini belum memiliki cukup enzim pencerna makanan, karena itu

yang terbaik adalah memberikan bayi ASI saja hingga usia 6 bulan,

tanpa tambahan minuman atau makanan apapun.

Kandungan zat gizi ASI yang sempurna membuat bayi tidak akan

kekurangan gizi tetapi, makanan ibu harus bergizi guna

mempertahankan kuantitas dan kualitas ASI. Memberikan susu

formula sebelum bayi berusia 6 bulan akan meningkatkan risiko diare,

dan sudah pasti memboroskan dana rumah tangga karena harga susu

formula tidak murah (Arif, 2009).

Page 28: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

13

B. Pengertian ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan

cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih,

serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu,

biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan

obat. ASI dapat diberikan sampai usia 2 tahun (Roesli, 2009).

ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI, tanpa memberikan

makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai bayi

berusia enam bulan, kecuali obat dan vitamin (Departemen Kesehatan

RI, 2004). ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin

setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan

makanan lain walaupun hanya air putih sampai bayi berumur enam

bulan (Purwanti, 2004).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman

tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air

putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini. Pada tahun 2001

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa ASI eksklusif

selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan

demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup

empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.

Page 29: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

14

2.1.2 Anatomi Payudara & Fisiologi Laktasi

A. Anatomi Payudara

Payudara ( mammae,susu) adalah kelenjar yang terletak dibawah

kulit, diatas otot dada dan fungsinya memproduksi susu untuk nutrisi

bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, dengan berat

kira-kita 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan.

Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram dan waktu

menyusui bisa mencapai 800 gram.

Ada 3 bagian utama payudara, yaitu:

1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar

2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah

3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara

Dalam korpus mammae terdapat alveolus, yaitu unit terkecil yang

memproduksi susu. Alveolus terdiri dari beberapa sel Aciner, jaringan

lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Beberapa

alveolus mengelompok membentuk lobulus, kemudian beberapa

lobulus berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. Dari

alveolus ASI disalurkan ke dalam saluran kecil (Duktulus), kemudian

beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran yang lebih

besar (duktus laktiferus).

Page 30: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

15

Gambar 2.1 Payudara tampak depan

(a. Badan b. Areola c. Papilla)

Dibawah areola saluran yang besar melebar, disebut sinus laktiferus.

Akhirnya semua memusat kedalam puting dan bermuara keluar. Di

dalam dinding alveolus maupun saluran, terdapat otot polos yang

apabila berkontraksi memompa ASI keluar.

Gambar 2.2 Struktur anatomi payudara

Page 31: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

16

Ada 4 macam bentuk puting, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar,

panjang dan terbenam. Namun bentuk-bentuk ini tidak terlalu

berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa puting

susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau “dot”

ke dalam mulut bayi. Kadang dapat terjadi puting tidak lentur,

terutama pada bentuk puting terbenam, sehingga butuh penanganan

khusus agar bayi bisa menyusu dengan baik

Gambar 2.3 Bentuk-bentuk puting susu

Pada papilla dan areola terdapat saraf peraba yang sangat penting

untuk refleks menyusui. Bila puting dihisap, terjadilah rangsangan

saraf yang diteruskan ke kelenjar hipofisis yang kemudian

merangsang produksi dan pengeluaran ASI.

B. Fisiologi Laktasi

Laktasi mempunyai dua pengertian, yaitu produksi dan pengeluaran

ASI. Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur 18-19 minggu

dan baru selesai ketika mulai menstruasi, dengan terbentuknya

Page 32: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

17

hormon estrogen dan progesteron yang berfungsi untuk maturasi

alveoli. Sedangkan hormon prolaktin adalah hormon yang berfungsi

untuk produksi ASI disamping hormon lain seperti insulin, tiroksin

dan sebagainya.

Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi

ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh dihambat oleh

kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca

persalinan, kadar estrogen dan progesteron turun drastis, sehingga

pengaruh Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang

masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air

susu yaitu:

1. Refleks prolaktin :

Dalam puting susu terdapat banyak ujung saraf sensoris. Bila ini

dirangsang, timbul impuls yang menuju hipotalamus selanjutnya ke

kelenjar hipofisis bagian depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan

hormon prolaktin. Hormon inilah yang berperan dalam produksi

ASI ditingkat alveoli. Dengan demikian mudah dipahami bahwa

makin sering rangsangan penyusunan makin banyak pula produksi

ASI.

Page 33: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

18

2. Refleks Aliran (Let Down Reflex)

Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai ke

kenjenjar hipofisis depan, tetapi juga ke kelenjar hipofisis bagian

belakang, yang mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini

berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding

alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI di pompa keluar.

Makin sering menyusui, pengosongan alveolus dan saluran makin

baik sehingga kemungkinan terjadinya bendungan susu makin

kecil, dan menyusui akan makin lancar. Saluran ASI yang

mengalami bendungan tidak hanya mengganggu penyusuan, tetapi

juga berakibat mudah terkena infeksi.

Oksitosin juga memacu kontraksi otot rahim sehingga involusi

rahim makin cepat dan baik. Tidak jarang perut ibu terasa mulas

yang sangat pada hari-hari pertama menyusui dan ini adalah

mekanisme alamiah untuk kembalinya rahim ke bentuk semula.

Gambar 2.4 Refleks aliran dan pengawasan hormonal terhadap laktasi

Page 34: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

19

Tiga refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi, adalah:

1. Refleks menangkap (Rooting Refleks)

Timbul bila bayi baru lahir tersentuh pipinya, bayi akan menoleh

ke arah sentuhan. Dan bila bibirnya dirangsang dengan papilla

mammea, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha untuk

menangkap puting susu.

2. Refleks menghisap

Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh,

biasanya oleh puting. Supaya puting mencapai bagian belakang

palatum, maka sebagian besar areola harus tertangkap mulut bayi.

Dengan demikian, maka sinus laktiferus yang berada di bawah

areola akan tertekan antara gusi, lidah dan palatum, sehingga ASI

terperas keluar.

3. Refleks menelan

Bila mulut bayi terisi ASI, ia akan menelannya.

Mekanisme menyusu pada payudara berbeda dengan mekanisme

minum dari botol, karena dot karetnya panjang dan tidak perlu

diregangkan, maka bayi tidak perlu menghisap kuat. Bila bayi telah

biasa minum dari botol/ dot akan timbul kesulitan bila bayi menyusu

pada ibu, karena ia akan menghisap payudara seperti halnya ia

menghisap dot. terjadilah bingung puting. Pada keadaan ini ibu dan

bayi perlu bantuan untuk belajar menyusui dengan baik dan benar.

Page 35: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

20

Gambar 2.5 Respon Penyusuan

a. Bibir bayi menangkap puting selebar areola

b. Lidah menjulur ke muka untuk menangkap puting

c. Lidah ditarik mundur, membawa puting menyentuh langit-langit

di dalam mulut

d. Timbul refleks menghisap pada bayi dan refleks aliran pada ibu

Menyusui bayi yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan bayi karena

secara alamiah bayi akan mengatur kebutuhannya sendiri. Semakin

sering bayi menyusu, payudara akan memproduksi ASI lebih banyak.

Demikian halnya bayi yang lapar atau kembar, dengan daya hisapnya

maka payudara akan memproduksi ASI lebih banyak, karena semakin

kuat daya hisapnya, semakin banyak ASI yang diproduksi.

Page 36: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

21

Produksi ASI selalu berkesinambungan, setelah payudara disusukan,

maka akan terasa kosong dan payudara melunak. Pada keadaan ini ibu

tidak akan kekurangan ASI, karena ASI akan terus diproduksi asal

bayi tetap menghisap, ibu cukup makan dan minum serta adanya

keyakinan mampu memberi ASI pada anaknya. Produksi ASI antara

600cc-1 Liter sehari. Dengan demiian ibu dapat menyusui bayi secara

eksklusif sampai 6 bulan, dan tetap memberikan ASI sampai anak

berusia 2 tahun bersama makanan lain.

Bila kemudian bayi disapih, refleks prolaktin akan terhenti. Sekresi

ASI juga akan terhenti. Alveolii mengalami apoptosis (kehancuran),

kemudian bersama siklus menstruasi dimana hormon estrogen dan

progesteron berperan, alveoli akan terbentuk kembali. Siklus berulang

ketika ibu hamil (alveoli matur, siap produksi) dan laktasi (alveoli

memproduksi ASI) kemudian penyapihan (alveoli gugur) disebut

siklus latasi dan selalu berulang selama wanita belum menopause

(Sidi,dkk 2003)

2.1.3 Komposisi ASI

Berdasarkan stadium laktasi komposisi ASI dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

A. Kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti

infeksi dan berprotein tinggi yaitu 10-17 kali lebih banyak dibanding

ASI matur, serta kadar karbohidrat dan lemak yang rendah. Volume

kolostrum antara 150-300 ml/24 jam, volume tersebut mendekati

Page 37: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

22

kapasitas lambung bayi yang baru berusia 1-2 hari dan kolostrum

harus diberikan pada bayi.

B. ASI transisi/ peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum

sebelum menjadi ASI yang matang, kadar protein semakin rendah

sedangkan karbohidrat dan lemak semakin tinggi dengan volume yang

makin meningkat (Roesli,2001). Biasanya ASI ini akan berakhir 2

minggu setelah kolostrum. Kandungan ASI peralihan ini memang

tidak selengkap kolostrum (Kodrat, 2010).

C. ASI matur merupakan ASI yang keluar sekitar hari ke 14 sampai

seterusnya, dengan komposisi yang relatif konstan. Pada ibu yang

sehat dengan produksi ASI yang cukup, ASI merupakan satu-satunya

makanan yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan

(Roesli,2001). ASI matur adalah cairan yang berisi 90% air yang

diperlukan untuk memelihara hidrasi bayi sedangkan 10%

kandungannya adalah karbohidrat, protein dan lemak yang diperlukan

untuk kebutuhan hidup dan perkembangan bayi (Kodrat, 2010).

Page 38: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

23

Tabel 2.1

Komposisi Kandungan ASI

dikutip dari : Sidi, Ieda Poernomo Sigit, Dra, dkk.2003. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi, Jakarta: Perkumpulan perinatologi Indonesia

Page 39: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

24

Gambar 2.6 Perbedaan Komposisi Kolostrum, ASI awal dan ASI akhir

2.1.4 Kandungan Gizi ASI

ASI mengandung banyak zat-zat gizi dan vitamin yang sangat dibutuhkan

oleh tubuh bayi, Zat-zat tersebut antara lain adalah:

A. LCPUFAs

ASI memang mengandung beberapa contoh zat gizi yang tinggi.

Contoh zat gizi yang dimiliki ASI dan tidak dimiliki oleh susu lain

adalah LCPUFAs (long chain polyunsaturated fatty). LCPUFAs

sangat diperlukan oleh bayi dalam membantu fungsi mental,

penglihatan dan perkembangan psikomotor bayi. Di dalam LCPUFAs

ada 3 komponen yaitu: Asam arakhidonat, Asam dokosaheksanoat,

merupakan komponen dasar korteks otak dan ARA (Arachidonic

Acid) yang berperan penting dalam proses tumbuh kembang otak.

Menurut studi selama 17 tahun pada tahun 1025 anak-anak yang

mengkonsumsi ASI terdapat peningkatan IQ dan keterampilannya.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan kemampuan reflek

kognitif merupakan efek dari LCPUFAs pada masa awal

perkembangan saraf bayi. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa

ASI dapat berperan sangat penting untuk pertumbuhan anak. Bahkan

dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Willats dan Forsyth pada 44

bayi yang sehat dan lahir normal dimana bayi-bayi tersebut secara

acak diberikan susu formula yang didalamnya ditambahkan LCPUFAs

dan sebagian lagi tidak ditambahkan. ternyata bayi-bayi yang

Page 40: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

25

diberikan susu formula dengan penambahan LCPUFAs menunjukan

kemampuan berpikir cepat.

B. Protein

Protein dalam ASI terdiri dari protein yang sulit dicerna dan protein

yang mudah dicerna. ASI lebih banyak mengandung protein yang

mudah dicerna dibandingkan protein yang tidak mudah dicerna

sedangkan pada susu sapi kebalikannya. ASI mempunyai kadar

protein yang paling rendah diantara air susu mamalia. Dibandingkan

dengan beberapa jenis mamalia lainnya. Walaupun demikian, protein

yang terkandung di dalam ASI merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan

oleh otot dan tulang bayi manusia, agar dapat berkembang baik dan

berfungsi optimal. Protein di dalam ASI benar-benar diciptakan

dengan tepat, sehingga sesuai dengan tingkat metabolisme yang

dijalankan oleh berbagai sistem organ di tubuh bayi, dengan demikian

tubuh bayi akan dengan mudah menerimanya.

C. Lemak

Lemak pada ASI merupakan lemak penghasil energi utama. ASI juga

merupakan komponen gizi yang sangat bervariasi. ASI lebih mudah

dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi. Penelitian OSBORN

membuktikan, bayi yang tidak mendapat ASI lebih banyak menderita

penyakit jantung koroner di usia muda. Lemak adalah zat gizi yang

berperan penting dalam proses metabolisme. Seperti juga protein

Page 41: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

26

dalam ASI, kadar lemak dalam ASI juga lebih mudah diuraikan dan

diserap oleh tubuh bayi dibandingkan lemak yang terdapat didalam air

susu sapi. Lemak ASI terdiri dari beberapa jenis antara lain; DHA,

ALA, AA, dan lain sebagainya. DHA merupakan zat yang penting

untuk membantu pertumbuhan, perkembangan serta mempertahankan

fungsi kerja jaringan otak. Jadi semakin lama menyusui semakin

tinggi pula kadar DHA di dalam otak bayi. ASI juga mengandung

kolesterol yang diperlukan untuk membangun sel-sel anak,

membentuk hormon, serta vitamin D. Selain itu, lemak yang terdapat

didalam ASI juga berpengaruh untuk membentuk kulit sehat.

D. Karbohidrat

Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa. Laktosa merupakan zat

gizi yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan jaringan

otak. Dari hasil penelitian yang dilakukan para ahli bahwa semakin

pintar jenis mamalia semakin banyak ditemukan laktosa dalam air

susunya, dan didalam ASI lah jumlah tertinggi diantara susu mamalia.

E. Laktosa

Laktosa merupakan karbohidrat utama pada ASI. Fungsinya sebagai

sumber energi. Fungsi lainnya meningkatkan absorbs kalcium dan

merangsang pertumbuhan lactobacillus bifidus.

Page 42: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

27

F. Zat besi

Meskipun ASI mengandung sedikit zat besi (0,5-1,0mg/liter), bayi

yang menyusui jarang kekurangan zat besi (anemia). Hal ini

dikarenakan zat besi pada ASI memang lebih mudah diserap.

G. Mineral

ASI memang mengandung mineral yang lebih sedikit daripada susu

sapi. Bahkan susu sapi mengandung empat kali lebih banyak daripada

ASI. Namun, jika bayi lebih banyak mengkonsumsi susu sapi maka

ginjal bayi akan bekerja semakin keras.

H. Sodium

Ternyata jumlah sodium pada ASI sangatlah cocok dengan kebutuhan

bayi. Sodium yang ada pada susu sapi lebih rendah daripada ASI

setelah mendapat proses modifikasi (proses perubahan dari susu segar

ke susu kaleng atau bubuk).

I. Kalsium Fosfor dan Magnesium

Pada dasarnya, Kalsium, Fosfor dan Magnesium pada susu botol

memang lebih tinggi dibandingkan dengan ASI. Namun akibat proses

modifikasi maka nilai ketiga zat dalam susu botol tersebut menjadi

menyusut atau berkurang. Oleh karenanya, meski secara umum

kandungan ketiga zat tersebut di dalam ASI lebih sedikit namun ASI

harus diberikan secara eksklusif selama 6 bulan.

Page 43: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

28

J. Vitamin

Kadar Vitamin A,B,C, D,E dalam ASI lebih tinggi jika dibandingkan

dengan kadarnya dalam susu sapi, namun dalam ASI kadar vitamin K

memang terdapat dalam jumlah yang sedikit.

K. Taurin

Fungsi taurin adalah berperan dalam perkembangan mata bayi. Pada

mata, taurin banyak terdapat di retina, terutama terkonsentrasi di epitel

pigmen retina dan lapisan fotoreseptor. Asupan taurin yang adekuat

dapat menjaga penglihatan sikecil dari gangguan retina. Selain itu,

juga berperan dalam perkembangan otak dan sistem saraf.

L. Lactobacillus

Lactobacillus dalam ASI berfungsi menghambat pertumbuhan

mikroorganisme seperti bakteri E.Coli yang sering menyebabkan diare

pada bayi.

M. Lactoferin dan Lisozim

Lactoferin dapat bermanfaat bagi kebutuhan nutrisi bayi. Lactoferin

berfungsi menghambat bakteri Staphylococcus dan jamur candida.

Sedangkan kandungan lizosim dapat memecah dinding bakteri

sekaligus mengurangi insidens caries dentis dan maloklusi (kebiasaan

Page 44: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

29

lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan dot atau

botol).

N. Air

Sebagian besar ASI mengandung air, karenanya ibu haus banyak

minum air saat sedang menyusui (Kodrat, 2010).

2.1.5 Manfaat ASI

Manfaat ASI adalah sebagai berikut:

A. Manfaat ASI bagi bayi :

1. Perlindungan terhadap infeksi dan diare, ASI mengandung

berbagai zat antibodi yang mampu melindungi tubuh terhadap infeksi

serta zat-zat lain yang dapat menghancurkan dinding sel bakteri.

2. Perlindungan terhadap alergi, salah satu zat yang terkandung dalam

ASI adalah immunoglobulin yang mampu melindungi tubuh

terhadap alergi. Sedangkan immunoglobulin pada tubuh manusia

baru terbentuk setelah bayi berusia beberapa minggu. Oleh sebab

itu apabila bayi lahir langsung diberi ASI, kemungkinan terserang

alergi relatif kecil.

3. Mempererat hubungan dengan ibu, ASI bagi seorang bayi selain

untuk memenuhi kebutuhan gizinya, juga untuk lebih bisa

mengenal ibunya dan mendapatkan rasa nyaman. Belaian ibu pada

saat menyusui anak akan membuatnya merasa aman dan

terlindung.

Page 45: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

30

4. Memperbagus gigi dan bentuk rahang, pemberian ASI dapat

mengurangi kerusakan pada gigi dan bentuk rahang.

5. Mengurangi kegemukan/obesitas, zat mineral yang terdapat dalam

ASI hanya sedikit, jika dibandingkan dengan mineral yang terdapat

pada susu sapi, sehingga bayi cenderung cepat haus dan orang tua

cenderung memberikan kembali susu botol/sapi. Akibatnya bayi

akan kelebihan kalori sehingga bayi tersebut menjadi gemuk

(obesitas).

6. Perlindungan dalam penyempurnaan otak, ASI mampu

memproduksi hormon tixoid yang dapat melindungi otak bayi.

Walaupun bayi mampu memproduksi hormon tersebut namun

kemampuannya terbatas. Selain hal tersebut asam lemak yang

terkandung pada ASI sangat berperan dalam proses pertumbuhan

dan penyempurnaan sel-sel otak.

7. Dengan ASI bayi selalu mendapat susu yang segar, ASI yang

masih tersimpan dalam payudara ibu, selalu bersih, aman, segar,

dan tidak pernah basi. Bagi ibu pekerja, sekembali dari bekerja,

ASI dapat diberikan langsung kepada bayi, ibu tidak perlu

membuang ASI terlebih dahulu.

8. Semakin sering menyusukan semakin banyak produksi ASI, beda

dengan susu bubuk apabila semakin sering diberikan kepada bayi

semakin cepat habis (mahal) justru sebaliknya, semakin sering

Page 46: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

31

dihisap semakin banyak ASI diproduksi, khususnya pada tahun

pertama menyusui.

B. Manfaat ASI bagi ibu

1. Memberi kepuasan batin, ibu-ibu yang berhasil menyusui anaknya

akan merasa senang dan puas karena dapat memenuhi kebutuhan

bayi dan melaksanakan tugas mulianya sebagai seorang ibu.

2. Lebih praktis dan ekonomis, pemberian ASI lebih praktis dan

murah, karena tidak merepotkan, yakni ibu tidak perlu

mensterilkan botol, menyiapkan air hangat dan sebagainya.

Disamping itu tidak perlu mengeluarkan biaya yang cukup mahal

untuk membeli susu kaleng.

3. Mengembalikan bentuk tubuh, apabila ibu-ibu menyusui bayinya

dengan baik dan teratur maka tubuh yang bertambah besar selama

kehamilan akan kembali seperti semula dengan cepat. Hari-hari

pertama saat menyusui maka rahim akan berkontraksi saat bayi

menghisap puting susu. Kontraksi tersebut akan mempercepat

pengembalian bentuk rahim dan mengeluarkan darah serta jaringan

yang tidak diperlukan dalam rahim.

4. Menunda masa subur (efek KB), pemberian ASI dapat membantu

menjarangkan kelahiran dengan cara menunda terjadinya evolusi

dan haid, namun itu tidak berarti bahwa dengan menyusui tidak

akan terjadi kehamilan, bila tanda-tanda haid muncul ibu tetap

dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi.

Page 47: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

32

5. Mencegah pembengkakan, pemberian ASI secara terus-menerus

akan membantu mencegah payudara membengkak dan sakit.

Untuk ibu yang sibuk selama bekerja, ASI dapat dipompa dan

disimpan ditempat yang aman (pada gelas dan disimpan dilemari

es atau termos), dan segera diberikan kepada bayi dengan sendok

setelah ibu tiba di rumah (UNICEF, 1994).

C. Manfaat ASI Bagi Negara

1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak

Adapun faktor protektif dan nutrien yag sesuai dalam ASI

menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak

menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa

ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya

diare, otitis media dan infeksi saluran pernapasan akut bagian

bawah.

Kejadian diare paling tinggi terdapat pada anak dibawah 2 tahun,

dengan penyebab rotavirus. Anak yang tetap diberikan ASI,

mempunyai volume tinja lebih sedikit, frekuensi diare lebih sedikit,

serta lebih cepat sembuh dibanding anak yang tidak mendapat ASI.

Manfaat ASI, seperti asam amino, dipeptid, heksose menyebabkan

penyerapan natrium dan air lebih banyak, sehingga mengurangi

frekuensi diare dan volume tinja. Bayi yang diberi asi ternyata juga

terlindungi dari diare karena Shigela, karena kontaminasi makanan

Page 48: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

33

yang tercemar bakteri lebih kecil, mendapatkan antibodi terhadap

Shigela dan imunisasi seluler dari ASI, memacu pertumbuhan flora

usus yang berkompetisi terhadap bakteri. Adanya antibodi terhadap

Helicobacter jejuni dalam ASI melindungi bayi dari diare oleh

mikroorganisme tersebut. Anak yang tidak mendapat ASI

mempunyai resiko 2-3 kali lebih besar menderita diare karena

Helicobacter jejuni dibanding anak yang mendapat ASI.

2. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gaung akan

memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi

persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang

diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapat ASI

lebih jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan anak yang

mendapat susu formula.

3. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu

menyusui, diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp.8,6

milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.

4. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa

Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal,

sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin (Sidi,dkk

2003).

Page 49: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

34

Tabel 2.2

Ringkasan Perbedaan ASI, Susu Sapi dan Susu Formula

Dikutip dari : Kodrat, Laksono, 2010. Dahsyatnya ASI & Laktasi. Yogyakarta: Media Baca.

Page 50: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

35

2.1.6 Alasan pemberian ASI eksklusif

A. ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat

putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan,

hormone, enzime, zat kekebalan, dan sel darah putih. Semua zat ini

terdapat secara proposional dan seimbang satu dengan yang lainnya.

Cairan hidup yang mempunyai keseimbangan biokimia yang sangat

tepat, yang tidak mungkin ditiru oleh buatan manusia. Komposisi ASI

sesuai secara alamiah dengan kebutuhan untuk tumbuh kembang

secara khusus bagi bayi .

B. Bayi dibawah usia 6 bulan belum mempunyai enzim pencernaan yang

sempurna belum mampu mencerna makanan dengan baik. ASI

mengandung beberapa enzim yang memudahkan pemecahan makanan

selanjutnya.

C. Ginjal bayi masih muda belum mampu bekerja dengan baik. Makanan

tambahan termasuk susu sapi biasanya mengandung banyak mineral

yang dapat memberatkan fungsi ginjal bayi yang belum sempurna.

D. Makanan tambahan mungkin mengandung zat tambahan yang

berbahaya bagi bayi, misalnya zat warna dan zat pengawet.

E. Makanan tambahan bagi bayi yang belum berumur 6 bulan mungkin

menimbulkan alergi.

F. ASI sudah didisain sedemikian rupa oleh Tuhan sehingga mudah

dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, ASI juga

disertai oleh zat- zat yang mengandung enzim-enzim yang berfungsi

untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. ASI

Page 51: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

36

mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk

pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi. Selain mengandung

protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara whei dan

kasein yang sesuai untuk bayi.

2.1.7 Teknik Menyusui

Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami

masalah ketika menyusui, yang sebenarnya hanya karena tidak tahu teknik

menyusui. Cara meletakan bayi pada payudara ketika menyusui

berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Bayi, walaupun sudah dapat

menghisap tetapi dapat mengakibatkan puting terasa nyeri. Selain itu

mungkin masih ada masalah lain, terutama pada minggu pertama setelah

persalinan, secara emosional lebih peka/ sensitif. Sebenarnya kepekaan

tersebut sangat membantu dalam proses pembentukan ikatan batin antara

ibu dan anak. Ibu menunjukan cintanya, kasih sayangnya kepada anak.

Disisi lain ibu baru menjalani proses pemulihan dan mungkin

menjadikannya mudah tersinggung. Dalam hal ini ibu memerlukan

pendamping, yang dapat membimbing untuk merawat bayi, termasuk

menyusui. Suami, keluarga, kerabat, atau kelompok ibu pendukung ASI,

juga tenaga kesehatan (dokter, bidan dan lain-lain).

A. Posisi & Pelekatan Menyusui

Ada berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong

biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring. Ada

Page 52: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

37

posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti pasca

oprasi sesar, bayi diletakan disamping kepala ibu dengan kaki diatas.

Menyusui bayi kembar dilakukan seperti memegang bola, kedua bayi

disusui bersamaan, dipayudara kanan dan kiri. Pada ASI yang

memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu

sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini maka bayi tidak akan

tersedak.

Gambar 2.7 Posisi menyusui

Page 53: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

38

Gambar 2.8 Posisi pelekatan menyusui

B. Langkah - langkah Menyusui

1. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan

pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai

manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.

2. Bayi diletakan menghadap perut ibu/ payudara.

3. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain

menopang di bawah. Jangan menekan puting susu atau areolanya

saja.

4. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex)

dengan cara:

- Menyentuh pipi dengan puting susu atau

- Menyentuh sisi mulut bayi

5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan

ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukan ke mulut

bayi.

Page 54: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

39

Gambar 2.9 Teknik menyusui

C. Lama dan frekuensi menyusui

Sebaiknya bayi disusui nir-jadwal (on demand), karena bayi akan

menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila

bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing,

kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah

merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan

satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan

kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi awalnya bayi akan

menyusu dengan jadwal yang tak teratur, dan akan mempunyai pola

tertentu setelah 1-2 minggu kemudian.

Page 55: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

40

Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan

bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya.

Dengan menyusui nir- jadwal, sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah

timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja diluar rumah

dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari.

Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka

sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara dan

sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik.

setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir

disusukan.

D. Pola Menyusui Bayi

Menurut WHO tahun 1991, pola menyusui bayi terdiri dari:

1. Menyusui secara eksklusif adalah memberikan hanya ASI tanpa

memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir

sampai bayi berusia 6 bulan, kecuali obat, vitamin dan mineral.

2. Menyusui secara predominan adalah menyusui ASI tapi pernah

diberi cairan/ makanan lain seperti air putih, teh, air manis, sari

buah, tetesan atau sirup, sebelum ASI keluar.

3. Menyusui secara parsial adalah menyusui ASI pada bayi tetapi

diberikan makanan buatan (susu formula, biskuit, bubur susu/

Page 56: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

41

makanan lain) sebelum bayi berumur 6 bulan, baik diberikan

secara kontinyu maupun diberikan sebagai makanan prelaktal.

Gambar 2.10 Definisi menyusui

E. Pengeluaran ASI/ ASI Perah

1. Tujuan memerah

- Meninggalkan ASI untuk bayi ketika ibu bekerja.

- Mengurangi bengkak atau sumbatan pada payudara.

- Memberi ASI sementara bagi bayi yang belajar menyusu dari

puting terbenam.

- Memberi ASI perah kepada bayi yang menolak menyusu.

- Memberi ASI perah kepada bayi dengan berat lahir rendah yang

tidak dapat menyusu.

Page 57: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

42

- Mencegah ASI menetes ketika ibu jauh dari bayinya.

- Mempertahankan pasokan ASI ketika ibu atau bayinya sakit.

2. Persiapan Dasar Sebelum memerah ASI

Sebelum memerah ASI, ada beberapa tahap dasar yang perlu

dipersiapkan, seperti:

- Pilih waktu yang tepat, yaitu saat payudara dalam keadaan yang

paling penuh terisi, padaumumnya terjadi di pagi hari.

- Semua peralatan yang akan digunakan telah dibersihkan terlebih

dahulu. Jika menggunakan breast pump (pompa payudara)

sebaiknya segera dibersihkan segera setelah digunakan agar sisa

susu tidak mengering sehingga sulit dibersihkan.

- Pilih tempat yang tenang dan nyaman pada saat memerah susu,

tempat yang tidak bising.

- Cuci tangan dengan sabun, sedangkan payudara dibersihkan

dengan air.

- Sebelum memulai, minumlah segelas air atau cairan lainnya,

misal susu, jus, teh atau sup. Disaran kan munuman hangat agar

membantu payudara mengeluarkan ASI.

- Usahakan untuk santai, jika bisa dengan kaki diangkat

- Kompres payudara kira-kira 5-10 menit atau mandi air hangat

sambil memijat payudara sehingga membantu air susu keluar

dengan lancar.

Page 58: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

43

3. Proses Memerah ASI

a. Memerah dengan tangan

Cara paling praktis dalam memerah ASI adalah dengan

tangan dan tidak menggunakan peralatan, sehingga ibu dapat

melakukannya kapan dan dimana saja. Berikut adalah teknik

memerah ASI dengan tangan:

1) Letakan cangkir di meja atau dipegang, sedangkan satu

tangan lain digunakan untuk menampung air susu yang ibu

peras (ASI).

2) Condongkan badan ke depan dan letakan ibu jari disekitar

areola diatas puting dan jari telunjuk pada areola bawah

puting

3) Lakukan pijatan halus dengan ibu jari dan telunjuk ke dalam

menuju dinding dada.

4) Tekan ibu jari dan jari telunjuk sedikit ke arah dada, tetapi

jangan terlalu kuat agar tidak menyumbat aliran susu.

kemudian, tekan sampai teraba pada tempat untuk

menampung ASI dibawah areola, yang bentuknya seperti

polong-polong atau kacang tanah. Bila ibu merasakannya, ibu

dapat menekan disitu.

5) Lakukan prosedur tekan dan lepas. Kalau terasa sakit, berarti

tekniknya salah. Apabila pada mulanya ASI tidak keluar,

Page 59: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

44

maka jangan berhenti. Lakukan proses ini beberapa kali

sehingga ASI akan keluar.

6) Tekan dengan cara yang sama disisi sampingnya untuk

memastikan memeras ASI di semua bagian payudara.

7) Sebaiknya, jangan memencet puting ataupun menggerakan

jari sepanjang puting payudara. Hal ini karena menekan atau

menarik puting payudara tidak dapat memeras ASI.

8) Perahlah ASI 3-5 menit sampai ASI berkurang pada satu

payudara, lalu pindah ke payudara satu lagi, demikian

seterusnya secara bergantian. Hal ini sama dengan yang

terjadi bila bayi menghisap dari puting payudara saja.

Memerah ASI perlu waktu sekitar 20-30 menit, dan usahakan

jangan terlalu cepat dari waktu tersebut. ASI yang diperah

harus dikeluarkan sebanyak mungkin.

(a)

Page 60: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

45

(b)

Gambar 2.11 Teknik memijat payudara (a) dan memerah ASI (b)

b. Memerah dengan pompa payudara

Pompa payudara bekerja dengan cara menyedot dan menarik keluar

air susu. Sedotan ini dibuat, baik secara manual ataupun dengan

tenaga listrik. Kekuatan sedotan biasanya bisa diatur.

Beberapa pompa lebih mudah dilepaskan dibandingkan yang lain.

Beberapa pompa biasanya dilengkapi dengan perisai plastik lunak

yang disebut flexishield yang dipasang ke dalam selang plastik

yang kaku, yang ditempatkan di area puting ibu. Perisai ini lentur

dan membungkus payudara dan ketika pompa bekerja, gerakannya

meniru penghisapan bayi. Oleh karenanya, perangsangan peyudara

dan air susu yang dikeluarkan akan lebih baik. Yang harus

diperhatikan, bagian-bagian dari pompa kontak langsung dengan

ASI harus dapat disterilkan. Pemerahan menggunakan pompa

biasanya lebih cepat dibandingkan menggunakan tangan.

Page 61: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

46

1) Jenis-jenis pompa

a) Pompa tangan

- Mudah disterilkan.

- Kebanyakan difungsikan dengan tuas tekan atau dengan

menarik tabung keluar masuk.

- Pompa yang bertuas tekan dirancang untuk penggunaan satu

tangan. Beberapa wanuta dapat menyusui beyi disatu sisi

dan memompa disisi yang lainnnya.

- Pompa tangan pada umumnya berukuran kecil, mudah

dibawa dan tidak mengeluarkan suara sehingga cocok untuk

memerah susu di tempat kerja.

- Namun, beberapa bagian plastik dari pompa tangan cepat

rusak jika sering digunakan.

- Hindari penggunaan pompa tangan yang terdiri dari bola

karet yang direkatkan pada tabung plastik yang dipasang

pada payudara, kadang-kadang disambung dengan botol

susu karena pompa ini tidak bisa di sterilkan secara

menyeluruh.

b) Pompa elektrik

- Pompa elektrik digerakan oleh beterai atau listrik atau

keduanya.

Page 62: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

47

- Pompa ini bervariasi dari yang kecil, ringan , bertenaga

baterai, portable (mudah dipindahkan) sampai model

elektrik yang lebih besar berat sekitar 2,5 kg (unportable).

- Pada penggunaan yang teratur, baterai akan cepat habis.

Sebaiknya membeli baterai yang bisa diisi ulang beserta alat

pengisinya (charger).

- Pompa listrik yang besar memiliki sambungan untuk

memompa dua payudara sekaligus (pemompaan ganda)

yang akan lebih cepat dan biasanya menambah jumlah susu

yang dihasilkan.

- Jenis pompa ini bersuara (berisik).

- Pompa elektrik yang besar biasanya bisa disewa dari rumah

sakit atau lembaga menyusui setempat.

(a)

(b)

Page 63: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

48

Gambar 2.12 Pompa tangan (a) dan pompa elektrik (b)

4. Penyimpanan ASI perah

a. Jika ruangan tidak ber AC, ASI perah sebaiknya disimpan

kurang dari 4 jam sebelum digunakan.

b. Jika ruangan ber AC, ASI perah bisa disimpan selama 6-8 jam.

Dengan syarat AC-nya stabil. Jika ragu maka tempatkan ASI

perah (ASper) didalam termos kecil yang diisi es batu.

c. ASI dapat disimpan dalam lemari es selama 2x24 jam. Simpan

di bagian paling belakang lemari es atau kulkas, jangan dibagian

pintu. ASI dalam freezer lemari es 1 pintu tahan 2 minggu. Bila

disimpan dalam freezer yang terpisah dari lemari es, ASI bisa

tahan selama 3-4 bulan. Jika memiliki freezer yang terpisah,

atau deep freezer (biasanya memiliki suhu lebih rendah dari

freezer biasa -200o C). ASper dapat disimpan 6-12 bulan.

d. ASper beku yang sudah dicairkan, tapi belum dihangatkan, bisa

disimpan dalam lemari es atau kulkas sampai dengan 24 jam.

Namun jika di dalam suhu ruangan, sebaiknya diminum

sebelum 4 jam setelah dicairkan.

e. Jika ASper sudah terlanjur dihangatkan, sebaiknya dihabiskan

sebelum 1 jam.

f. ASper yang sudah diminum oleh bayi dari botol yang sama,

sisanya tidak boleh diminum kembali.

Page 64: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

49

Cara menyimpan ASI Perah:

1) Simpan ASI di dalam wadah yang telah disterilkan terlebih

dahulu. Botol yang paling baik yang terbuat dari gelas atau kaca

yang bertutup cukup kedap. Jika menggunakan botol plastik,

pastikan plastiknya cukup kuat (tidak meleleh di dalam air

panas). Dapat juga menggunakan plastik khusus ASI yang

biasanya dijual di toko kesehatan.

2) Hindari pemakaian botol susu bergambar atau berwarna, karena

ada kemungkinan catnya meleleh jika terkena panas. Selain itu,

sebaiknya botol yang tertutup rapat, jangan ditutup dengan dot

karena masih ada peluang untuk terinfeksi dengan udara.

3) Jangan mengisi wadah yang terlalu penuh agar ada ruang bagi

ASI untuk memuai selama pembekuan.

4) ASper dibekukan dalam jumlah sekali minum dalam satu tempat

penyimpanan sehingga tidak ada ASper yang terbuang.

5) Jangan lupa bubuhkan label yang mencantumkan tanggal dan

jam ASI diperah pada setiap botol.

6) Jika dalam satu harimemompa atau memeras ASI beberapa kali,

bisa saja ASI digabungkan dalam botol yang sama, dengan

syarat suhu tempat botol stabil antara 0-15o C dan jangka waktu

tidak lebih dari 24 jam.

Page 65: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

50

7) ASI segar yang baru dikeluarkan dapat ditambah kedalam

ASper yang telah dikeluarkan atau dibekukan sebelumnya,

tetapi dinginkan susu segar terlebih dahuli secara terpisah, dan

jangan menambah lebih dari setengah ASper beku ke ASper

yang belum dibekukan.

8) Simpanlah ASper di tempat yang terdingin dalam lemari es,

letaknya biasanya di bagian belakang atau bawah, terpisah dari

bahan makanan lain. Jika tidak terdapat emari pendingin simpan

ASper dalam cooler box atau kantong yang diberi blue ice atau

es batu.

Gambar 2.13 Tempat penyimpanan ASI perah

Page 66: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

51

5. Penyajian ASI perah

a. Cairkan susu beku dengan cara menempatkan botol ASper di

dalam wadah yang berisi air dingin.

b. Lanjutkan dengan menggunakan air hangat hingga suhunya

seperti suhu tubuh, atau gunakan alat penghangat botol. Jangan

menggunakan microwave untuk mencairkan dan

menghangatkan ASper karena terlalu panas atau panas tidak

merata. Selain itu, penggunaan microwave bisa merusak

beberapa gizi pada ASI.

c. Berikan dengan menggunakan cangkir atau sendok. Sebaiknya

hindari penggunaan dot. Usahakan diberikan oleh orang lain,

bukan ibu, agar bayi terhindar dari ‘bingung puting’.

d. Jika selama penyimpanan, lemak susu terpisah, kocoklah sampai

merata.

Gambar 2.14 Mencairkan ASI perah

Page 67: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

52

6. Manfaat ASI perah

a. Bayi tetap memperoleh ASI walaupun ibu terpisah dengan bayi

(karena bekerja, bepergian atau sakit).

b. Ketika ibu membutuhkan istirahat, orang lain bisa memberikan

ASper pada bayi.

c. Sangat bermanfaat pada bayi dengan berat badan lahir rendah

(BBLR) atau bayi yang tidak dapat menyusu langsung pada

ibunya karena berbagai masalah.

d. Menghilangkan bendungan ASI, mencegah payudara bengkak.

e. Menjaga kelangsungan produksi ASI.

f. Memudahkan bayi minum jika ASI terlalu deras.

g. Menunjukkan kasih sayang dan memelihara ikatan khusus

(bonding) ibu terhadap bayi walaupun ibu tidak bersamanya.

2.1.8 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

Menurut Soetjiningsih (1997) faktor yang memghambat pemberian ASI

adalah:

- Faktor sosial budaya (ibu bekerja, meniru teman, tetangga atau orang

terkemuka yang memberi susu botol, merasa ketinggalan jaman jika

menyusui).

- Faktor psikologis (takut kehilangan daya tarik sebagai wanita,

tekanan batin).

Page 68: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

53

- Faktor fisik ibu (ibu yang sakit, misalnya mastitis, panas dan

sebagainya).

- Faktor kurangnya petugas kesehatan sehingga masyarakat kurang

mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI

eksklusif.

- Meningkatnya iklan susu formula.

- Perkembangan zaman yang menuntut segalanya serba praktis menjadikan

susu formula banyak dipilih para ibu, terutama mereka yang bekerja.

Menurut Laurence W. Green dalam Notoatmodjo (2007), perilaku

dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu:

1. Faktor predisposisi (predisposing factors)

yaitu faktor yang menjadi dasar atau motivasi terjadinya perilaku, yang

mencakup: pengetahuan, umur, sikap, tradisi, kepercayaan/ tradisi/ nilai,

tingkat pendidikan, pengalaman, kepercayaan, keyakinan, tingkat sosial

ekonomi, pekerjaan.

2. Faktor pendukung/ pemungkin (enabling factors)

yaitu faktor yang mendukung timbulnya perilaku seperti lingkungan

fisik, dana dan sumber-sumber yang ada di masyarakat misalnya

ketersediaan sumber daya manusia, pengetahuan petugas, peran petugas,

jarak ke pelayanan kesehatan, sarana dan prasarana, keterjangkauan

informasi kesehatan, ketersediaan waktu menyusui (lamanya waktu

bekerja)

Page 69: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

54

3. Faktor pendorong (reinforcing factors)

yaitu faktor yang memperkuat atau mendorong seseorang untuk

berperilaku yang berasal dari orang lain misalnya peraturan dan

kebijakan pemerintah, dukungan keluarga, dukungan suami, dukungan

atasan, sikap dan perilaku petugas kesehatan/tokoh masyarakat.

A. Umur

Umur adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan (Depdikbud, 2001).

Menurut Notoatmodjo (2003), terbentuknya perilaku dapat terjadi

karena proses interaksi dengan lingkungan. Oleh karena itu, semakin

cukup umur maka semakin dewasa dan matang dalam berfikir dan

bertindak. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih

dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup

kedewasaannya. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan semakin

bertambahnya umur ibu akan mempengaruhi pengetahuan ibu

tentang ASI eksklusif. Maka semakin tua umur ibu, semakin tinggi

kecenderungan menyusui bayinya dibandingkan dengan ibu-ibu

muda, hal ini disebabkan karena semakin tua seorang ibu maka

semakin banyak pengalaman dalam merawat dan menyusui bayi

(Daldjoni, 1982). Pengalaman ini akan memberikan pengetahuan,

pandangan dan nilai yang akan menberi sikap positif terhadap

pemberian ASI (Erlina, 2008).

Ibu yang masih muda keadaan psikologinya belum stabil dengan

sendirinya akan lebih banyak timbul benturan antara kasih sayang

Page 70: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

55

seorang ibu dengan egonya yang masih ingin bebas sebagai orang

muda. Hal inilah yang dapat berpengaruh terhadap motivasi untuk

memberikan ASI eksklusif.

Kemampuan mental yang diperlukan untuk mempelajari dan

menyesuaikan diri dari situasi-situasi baru seperti mengingat hal-

hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analogis dan berpikir

kreatif mencapai puncaknya serta kecepatan respon maksimal

dalam pelajaran dan menguasai atau menyesuaikan diri dari situasi-

situasi tertentu, terjadi pada masa dewasa dini, terutama pada usia

20-35 tahun.

Usia reproduksi wanita terjadi pada 18-40 tahun. Umur ibu sewaktu

hamil juga sangat penting untuk pembentukan ASI, kehamilan dan

kelahiran. Usia 16–20 tahun dianggap masih berbahaya secara fisik

dan secara mental dianggap masih belum cukup matang dan dewasa

untuk menghadapi kehamilan dan kelahiran. Umur 20–30 tahun

adalah kelompok umur yang paling baik untuk kehamilan sebab

secara fisik sudah cukup kuat juga dari segi mental sudah cukup

dewasa. Umur 31–35 tahun dianggap sudah mulai bahaya lagi sebab

secara fisik sudah mulai menurun apalagi jika jumlah kelahiran

sebelumnya cukup banyak atau lebih dari tiga (Depkes RI, 2008). Ibu

yang umurnya lebih muda lebih banyak memproduksi ASI dibanding

ibu yang sudah tua (Winarno, 1987).

Page 71: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

56

Ibrahim (2000), membuktikan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara umur ibu dengan pola menyusui namun demikian

penelitian Kristina (2003), memberikan hasil sebaliknya bahwa tidak

ada pengaruh antara umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif

(p>0,05).

B. Pendidikan Ibu

Pendidikan bertujuan untuk mengubah pengetahuan, pengertian,

pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi serta

menanamkan tingkah laku/kebiasaan baru kepada seseorang dengan

pendidikan rendah serta meningkatkan pengetahuan yang

cukup/kurang bagi seseorang yang masih memakai pengetahuan lama

(Notoatmodjo, 2003).

Pendidikan membantu seseorang untuk menerima informasi

tentang pertumbuhan dan perkembangan bayi, misalnya cara

memberikan ASI eksklusif hingga bayi berumur 6 bulan. Proses

pencarian dan penerimaan informasi ini akan cepat jika ibu

berpendidikan tinggi (Soetjiningsih, 1997). Sehingga pendidikan

juga dapat diartikan sebagai suatu proses belajar yang memberikan

latar belakang berupa mengajarkan kepada manusia untuk dapat

berpikir secara obyektif dan dapat memberikan kemampuan untuk

menilai apakah budaya masyarakat dapat diterima atau

mengakibatkan seseorang merubah tingkah laku.

Page 72: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

57

Pendidikan adalah segala usaha untuk membina kepribadian dan

mengembangkan kemampuan manusia baik jasmani maupun rohani

yang berlangsung seumur hidup baik di dalam maupun di luar sekolah

(Depdiknas, 2005). Secara luas, pendidikan mencakup seluruh proses

kehidupan individu berupa interaksi individu dengan lingkungannya,

baik secara formal maupun informal. Kegiatan formal maupun

informal berfokus pada proses belajar mengajar, dengan tujuan agar

terjadi perubahan perilaku, yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dari

tidak mengerti menjadi mengerti dan dari tidak dapat menjadi dapat.

Contoh: Individu yang berpendidikan S1 perilakunya akan berbeda

dengan yang berpendidikan SMP (Sunaryo, 2004). Pendidikan ibu

akan mempengaruhi pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif.

Penelitian Unika Atma Jaya (1995) memberikan hasil bahwa

pendidikan ibu merupakan merupakan faktor utama yang mempunyai

pengaruh kuat terhadap pemberian ASI. Namun bertolak belakang

dengan penelitian Maisni (1992) yang membuktikan bahwa tidak ada

hubungan antara pendidikan dengan pemberian ASI pada ibu bekerja.

C. Sikap

Sikap adalah suatu bangun psikologis seperti kepercayaan, opini,

minat, perlakuan, nilai dan perilaku (Myers, dalam

Gerungan,1996). Sikap adalah suatu kecenderungan untuk

mengadakan tindakan terhadap suatu obyek, dengan suatu cara

yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak

Page 73: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

58

menyenangi obyek tersebut. Sikap adalah bagian dari perilaku.

(Notoatmojo, 2007)

Ciri khas dari sikap adalah;

- Mempunyai objek tertentu (orang, prilaku, konsep, situasi, benda

dan sebagainya).

- Mengandung penilaian (setuju atau tidak setuju)

- Mengarahkan perilaku

Wirawan (1999) mengungkapkan bahwa sikap mengandung 3

bagian yaitu kognitif (kesadaran), affektif (perasaan) dan behavior

(perilaku).

Pengetahuan dan sikap yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh

dalam cerminan perilaku seseorang, namun pembentukan perilaku

itu sendiri tidak terjadi hanya berdasarkan pengetahuan dan sikap,

tapi masih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.

Misalnya, sikap yang positif terhadap pemberian ASI eksklusif

pada ibu bekerja belum tentu dapat memperkirakan perilaku

pemberian ASI eksklusif (Sarwono, 1999). Tetapi sikap dapat

menentukan perilaku jika dimunculkan dalam kesadaran seseorang

(Wirawan,1999)

Page 74: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

59

Gambar 2.15 Hubungan sikap dan perilaku

Penelitian Unika Atma Jaya (1995) memberikan hasil bahwa sikap

ibu berpengaruh positif terhadap perilaku menyusui.

D. Lama waktu bekerja

Seorang ibu terkadang tidak hanya menyusui dan mengurus suami

dan anak-anaknya, juga harus bekerja diluar rumah. Pekerjaan

merupakan segala usaha yang dilakukan atau dikerjakan untuk

mendapatkan hasil atau upah yang dapat dinilai dengan uang.

Salah satu kendala pemberian ASI ekslusif adalah meningkatnya

tenaga kerja wanita, sedangkan cuti melahirkan hanya 12 minggu,

dan 4 minggu harus diambil sebelum melahirkan. Sekitar 70 %

perempuan Indonesia adalah pekerja, baik sektor formal maupun

informal dan bekerja sering menjadi alasan seorang ibu untuk tidak

menyusui jika ibu mempunyai motivasi yang kuat dan pengetahuan

Page 75: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

60

yang cukup, maka pemberian ASI eksklusif dapat dilakukan sambil

bekerja (Ariani, 2009).

Menyusui paling baik dilakukan sesuai permintaan bayi (on

demand) termasuk pada malam hari, minimal 8 kali sehari.

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusui.

Makin jarang bayi disusui biasanya produksi ASI akan berkurang.

Produksi ASI juga dapat berkurang bila menyusui terlalu

sebentar(Badriul, 2008). Pada ibu bekerja, lamanya waktu bekerja

dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif karena semakin

lama waktu kerja seorang ibu maka semakin lama juga dia

meninggalkan bayinya di rumah sehingga ibu tersebut tidak dapat

menyusui bayinya (Roesli, 2009).

Menurut Marini (1998), ibu yang tidak bekerja selalu ada di rumah,

lebih memungkinkan untuk pemberian ASI eksklusif dibandingkan

dengan ibu yang bekerja, karena tidak selalu bersama bayinya

sehingga kurangnya waktu untuk menyusui. Hal ini sejalan dengan

penelitian Hartatik (2010) yang menyatakan ibu yang bekerja > 6

jam/hari mempunyai kemungkinan memberikan ASI eksklusif

1,182x lebih kecil dari ibu yang bekerja < 6 jam/ hari.

Page 76: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

61

E. Dukungan Suami

Dukungan suami pada pemberian ASI eksklusif adalah peran suami

yang mendukung pemberian ASI eksklusif. Pembuahan air susu

ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang gelisah,

kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan

emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya. Pada ibu

ada 2 macam reflek yang menentukan keberhasilan dalam

menyusui bayinya, reflek tersebut adalah reflek prolaktin

merupakan hormon laktogenik yang penting untuk memulai dan

mempertahankan sekresi susu. Jumlah prolaktin yang di sekresi dan

jumlah susu yang di produksi berkaitan dengan besarnya stimulus

isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lama bayi mengisap. Ejeksi

susu dari alveoli dan duktus susu terjadi akibat refleks let-down.

Akibat stimulus isapan, hipotalamus melepaskan oksitosin dari

hipofisis posterior. Let-down reflex mudah sekali terganggu,

misalnya pada ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa

dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let down reflex

mengakibatkan ASI tidak keluar.  

Karena itu peran suami sangat menentukan keberhasilan menyusui

karena suami akan turut menentukan kelancaran refleks

pengeluaran ASI (left down reflex) yang sangat dipengaruhi oleh

keadaan emosi atau perasaan ibu. Ayah dapat berperan aktif

dengan jalan memberikan dukungan secara emosional dan bantuan-

Page 77: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

62

bantuan praktis lainnya, seperti mengganti popok atau

menyendawakan bayi, menggendong bayi, atau memijat bayi.

Membesarkan dan memberi makan anak adalah tugas bersama

antara ayah dan ibu, dengan memberikan nafkah yang cukup untuk

memenuhi gizi ibu dalam menyusui juga merupakan bentuk

dukungan dalam pemberian ASI eksklusif (Roesli, 2001), maka

dengan dukungan suami yang tinggi akan meningkatkan

keberhasilan pemberian ASI eksklusif seperti yang dikatakan

Hartatik (2010) bahwa ibu yang tidak mendapat dukungan suami

mempunyai kemungkinan 35x lebih kecil memberikan ASI

eksklusif dari pada yang mendapat dukungan suami.

F. Dukungan Atasan

Dukungan atasan terhadap pemberian ASI eksklusif adalah

dukungan sosial atasan yang terwujud dalam perilaku atasan

terhadap pemberian ASI eksklusif. Hak menyusui dijamin dalam

pasal 99 dan 101 Undang-Undang ketenagakerjaan. Hak ini

termasuk waktu ekstra menyusui diluar jam istirahat dan fasilitas

atau ruang laktasi di kantor (pasal 105).

Ibu memerlukan dukungan dari orang-orang sekitar baik rekan

kerja dan atasan untuk mendukung kegiatan menyusui sambil

bekerja, kurangnya dukungan dari mereka dapat menyebabkan

gagalnya ibu menyusui (Ariani,2009). Namun penelitian Afriana

Page 78: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

63

(2004) menyatakan dukungan atasan tidak mempunyai hubungan

yang signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif.

Penelitian Raharjo dan Purnamasari (2005), mengatakan ada

hubungan yang signifikan antara dukungan atasan dan praktek

pemberian ASI eksklusif.

H. Sarana menyusui di tempat kerja

Masyarakat umumnya merasa tidak nyaman untuk menyusui di

depan umum dan juga agar bayi tidak terganggu saat menyusu

maka perlu disediakan suatu tempat atau fasilitas menyusui di

tempat umum misalnya kantor, mall, stasiun, bandara dan

sebagainya.

Salah satu kendala mensukseskan program ASi eksklusif adalah

meningkatnya tenaga kerja wanita, sehingga perlu disiapkan hal

seperti menjadikan tempat bekerja menjadi “mother-friendly

working place” dimana terdapat fasilitas untuk memerah dan

menyimpan ASI, bila mengizinkan disediakan tempat penitipan

anak. Seperti dikatakan dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36

tahun 2009 pasal 128 (ayat 2 dan 3) yaitu selama pemberian ASI,

pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat

harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu

dan fasilitas khusus. Penyediaan fasilitas diadakan ditempat kerja

Page 79: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

64

dan tempat sarana umum akan mendukung keberhasilan pemberian

ASI eksklusif.

Penelitian afriana mengatakan tidak ada hubungan yang bermakna

antara sarana menyusui di tempat kerja dengan pemberian ASI

secara eksklusif.

Selain faktor-faktor yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif tersebut,

menurut IDAI (2010) ada beberapa kendala yang menghambat pemberian

ASI eksklusif, yaitu:

1. Produksi ASI kurang.

2. Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar.

3. Ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi).

4. Bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air

gula/ dekstrosa, susu formula pada hari-hari pertama kelahiran).

5. Kelainan ibu: puting ibu lecet, puting ibu luka, payudara bengkak,

engorgement, mastitis dan abses.

6. Ibu hamil lagi padahal masih menyusui.

7. Ibu bekerja.

8. Kelainan bayi: bayi sakit, abnormalitas bayi.

Dan penggunaan susu formula yang makin marak disebabkan beberapa

faktor seperti:

1. Adanya perubahan struktur masyarakat dan keluarga

Page 80: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

65

Hubungan kerabat yang luas di daerah pedesaan menjadi renggang

setelah keluarga pindah ke kota, sehingga pengaruh orang tua (seperti

nenek, kakek, mertua, dan orang terpandang dilingkungan keluarga)

secara berangsur berkurang. Sebab, pada umumnya, mereka tetap tinggal

didesa sehingga pengalaman mereka dalam merawat bayi tidak dapat

diwariskan. Salah satu tradisi yang mulai memudar adalah ibu mulai

meninggalkan ASI dan lebih memilih susu formula.

2. Kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan teknologi

Berbagai merk dagang susu formula sebagai kemajuan teknologi yang

dianggap setara dengan ASI dan mudah didapatkan oleh ibu membuatnya

beranggapan bahwa pemberian ASI dan susu formula untuk bayi adalah

sama saja. Disamping itu pembuatan dan pemberian susu formula untuk

bayi yang dapat dilakukan orang lain juga membuat ibu beralih ke susu

formula.

3. Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu

botol

Persepsi masyarakat mengenai gaya hidup mewah membawa dampak

menurunnya kesediaan ibu meyusui, bahkan terdapat pandangan bagi

kalangan tertentu bahwa susu formula sangat cocok untuk bayi dan

merupakan nutrisi yang terbaik untuknya. Hal ini dipengaruhi oleh gaya

hidup yang selalu mau meniru orang lain atau hanya untuk prestise

(gengsi).

4. Meningkatnya promosi susu formula sebagai pengganti ASI

Page 81: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

66

Distribusi, iklan dan promosi susu formula berlangsung terus tidak hanya

di tv, radio, surat kabat, melainkan juga sudah dipromosikan di tempat-

tempat praktik swasta dan klinik-klinik kesehatan masyarakat.

2.1.9 Undang-Undang yang Melindungi Pemberian ASI

Setiap bayi mempunyai hak dasar atas makanan, kesehatan terbaik serta

kasih sayang untuk kebutuhan tumbuh kembang optimal. Hak anak adalah

bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi

oleh orang tua, keluarga, masyarakat dan negara. Hak tersebut mencakup:

1. Nondiskriminasi.

2. Kepentingan terbaik bagi anak.

3. Hak kelangsungan hidup.

4. Perkembangan dan penghargaan terhadap pendapat anak (Bab I pasal I

no.12 dan Bab II pasal 2 Undang-Undang RI no. 23 tentang Perlindungan

Anak tahun 2003).

Para ahli gizi mengatakan ASI adalah makanan terbaik bagi bayi dan

bermanfaat dari berbagai aspek, (untuk bayi dan ibu), sehingga

mendapatkan ASI merupakan salah satu hak azasi bayi yang harus dipenuhi.

Berbagai pasal dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009:

A. Pasal 128

(1) Setiap bayi berhak mendapat air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan

selama 6(enam) bulan, kecuali atas indikasi medis.

Page 82: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

67

(2) Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, pemerintah,

pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara

penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus.

(3) Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum.

B. Pasal 129

(1) Pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan dalam rangka

menjamin hak bayi untuk mendapatkan air susu ibu secara eksklusif.

(2) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

dengan Peraturan Pemerintah.

C. Pasal 200

Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian air

susu ibu eksklusif sebagaimana dimaksud dalam pasal 128 ayat (2)

dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp.

100.000.000 (seratus juta rupiah).

D. Pasal 201

(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 190 ayat

(1), pasal 191, pasal 192, pasal 196, pasal 197, pasal 198, pasal 199

dan pasal 200 dilakukan korporasi, selain dapat dijatuhkan pidana

penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat

dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda dengan

Page 83: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

68

pemberatan 3(tiga) kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud

dalam pasal 190 ayat (1), pasal 191, pasal 192, pasal 196, pasal 197,

pasal 198, pasal 199 dan pasal 200.

(2) Selain pidana denda sebagaimana pada ayat (1), korporasi dapat

dijatuhi pidana tambahan berupa:

a. Pencabutan izin usaha; dan/ atau

b. Pencabutan status badan hukum

Menurut undang-undang tersebut, ASI adalah hak setiap bayi yang

dilindungi undang-undang dan harus didukung semua pihak. Untuk

mendukung hal tersebut, telah dikeluarkan berbagai konvensi atau

kesepakatan yang bersifat regional maupun global yang bertujuan

melindungi, mempromosikan dan mendukung pemberian ASI. Dengan

ini, diharapkan setiap ibu di seluruh dunia dapat melaksanakan

pemberian ASI dan setiap bayi di seluruh dunia memperoleh haknya

mendapat ASI.

Berkaitan dengan hal tersebut, berikut kiranya hal yang perlu diperhaikan

bahwa ibu bekerja perlu upah selama cuti agar dapat menyusui secara

eksklusif (ILO,1997). WHO dan UNICEF (2001) menganjurkan proses

menyusui eksklusif selama 6 bulan sehingga wajar negara Eropa

misalnya Prancis, ibu diizinkan untuk cuti menyusui selama 6 bulan.

Page 84: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

69

Selanjutnya setelah kembali bekerja, ibu mendapat kesempatan menyusui

dengan fasilitas menyusui atau memerah ASI di tempat kerjanya.

Ternyata, hak menyusui dijamin dalam pasal 99 dan 101 Undang-

Undang Ketenagakerjaan. Hak itu termasuk waktu ekstra menyusui atau

memerah diluar jam istirahat dan mendapat fasilitas atau ruang menyusui

di kantor (Ariani,2010).

2.2 Kerangka Berfikir

Perilaku diartikan sebagai suatu tindakan nyata manusia yang terjadi apabila

ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan rangsangan, reaksi atau

tanggapan dan terwujud dalam bentuk sikap.

Perilaku ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya adalah tindakan

seorang ibu melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan berupa tindakan

memberi bayinya hanya ASI tanpa tambahan cairan lain, seperti susu

formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan

padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali

vitamin dan mineral dan obat sampai bayi berumur 6 bulan.

Pembentukan perilaku dapat dipengaruhi beberapa faktor, berdasarkan teori-

teori tentang perilaku salah satunya teori Green (2000) yang menyatakan

bahwa perilaku manusia, dipengaruhi oleh faktor predisposisi

(Predisposing) yang terdiri dari pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan,

sistem nilai, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, pekerjaan. Faktor

Page 85: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

70

pemungkin (enabling) yang terdiri dari ketersediaan sumber daya, sarana

dan prasarana, pengetahuan petugas, peran petugas, jarak ke pelayanan

kesehatan, keterjangkauan informasi kesehatan dan faktor penguat

(reinforcing) yang terdiri dari, undang-undang, peraturan, dukungan

keluarga, dukungan suami, sikap dan perilaku petugas/ pemerintah/ tokoh

masyarakat. Dengan demikian faktor-faktor tersebut berhubungan dengan

pemberian ASI eksklusif pada bayi, akan tetapi hal ini masih dibutuhkan

pembuktian-pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, oleh karena

itu penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan kebenaran mengenai

hubungan dari variabel-variabel tersebut.

Page 86: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

71

2.3 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini faktor predisposisi (predisposing) yang diteliti, terdiri

dari umur ibu, tingkat pendidikan ibu, sikap. Faktor pemungkin (enabling)

yang diteliti adalah lama waktu bekerja, sarana menyusui ditempat kerja dan

faktor penguat (reinforcing) yang akan diteliti adalah dukungan suami,

dukungan atasan. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemberian

ASI eksklusif. Gambaran konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 87: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

72

2.4 Hipotesis

Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan diatas, maka diajukan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

1. Ada hubungan umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada perawat

di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

2. Ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif

pada perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

3. Ada hubungan sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada perawat

di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

4. Ada hubungan lama waktu bekerja dengan pemberian ASI eksklusif

pada perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

5. Ada hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif pada

perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

6. Ada hubungan dukungan atasan dengan pemberian ASI eksklusif pada

perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

7. Ada hubungan sarana menyusui di tempat kerja dengan pemberian ASI

eksklusif pada perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

Page 88: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

73

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Medistra Jakarta Selatan pada

bulan Agustus - September 2011

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan studi deskriptif kuantitatif yaitu data yang

dikumpulkan dideskripsikan secara sistematis, dianalisa untuk melihat

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

menggunakan pendekatan observasional yaitu cross sectional, yaitu

penelitian yang menggambarkan suatu keadaan dalam waktu yang

bersamaan, artinya hasil pengamatan dan pengukuran dalam

penelitian dilakukan pada waktu yang bersamaan.

3.2.2 Jenis Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh langsung

dari subjek penelitian menggunakan alat ukur yaitu kuesioner yang

telah disediakan pada responden.

Page 89: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

74

3.3 Teknik Pengambilan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang

memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti

(bahan penelitian). Populasi dalam penelitian ini adalah para

perawat wanita yang bekerja di RS Medistra, mempunyai suami

(belum meninggal/bercerai), mempunyai anak berusia 7-24 bulan

dengan riwayat umur kehamilan cukup bulan (aterm/ 37-41

minggu) sebanyak 70 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel diambil secara sampling jenuh (sensus) yaitu semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel.

3.4 Instrumen Penelitian

Penelitian ini meliputi variabel-variabel independen: umur, pendidikan,

sikap, lama waktu bekerja, dukungan suami, dukungan atasan, sarana

menyusui ditempat kerja dan pemberian ASI eksklusif sebagai variabel

dependen.

Page 90: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

75

3.4.1 Variabel Dependen

A. Definisi konseptual

Pemberian ASI eksklusif adalah tindakan ibu yang memberikan

ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu

formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa

tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit,

bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat.

B. Definisi operasional

Pemberian ASI eksklusif diperoleh dari jawaban yang dibuat

khusus untuk mengukur pemberian ASI eksklusif atau tidak,

diukur dengan skala ordinal yang dikelompokan menjadi 2

kategori yaitu:

1. Memberi ASI eksklusif bila responden hanya memberi ASI

saja tanpa tambahan cairan/ makanan lain kecuali vitamin

dan mineral dan obat sampai bayi berumur 6 bulan.

2. Tidak memberi ASI eksklusif bila responden memberi

tambahan cairan/ makanan lain selain ASI, vitamin, kalsium

dan mineral seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air

putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang,

bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim atau sama sekali

tidak memberikan ASI pada bayi dibawah umur 6 bulan.

Page 91: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

76

C. Alat Ukur

Untuk mengukur pemberian ASI eksklusif, peneliti

menggunakan alat ukur kuesioner, responden menjawab sesuai

dengan keadaan. Pengolahan data dilakukan secara

komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:

- Data Editing

Setiap lembar kuesioner diperiksa untuk memastikan bahwa

setiap pertanyaan dan pernyataan yang terdapat dalam kuesioner

telah terisi semua.

- Data Coding

Pemberian kode pada setiap jawaban yang terkumpul dalam

kuesioner untuk memudahkan proses pengolahan data.

- Data Processing

Pemindahan atau pemasukan (entry data) dari kuesioner ke

dalam komputer untuk diproses. Entry data ke dalam komputer

dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak.

- Data Cleaning

Setelah data masuk ke komputer, dalam proses ini data akan

diperiksa apakah ada kesalahan atau tidak, jika terdapat data

yang salah, dibersihkan dalam proses cleaning ini.

Page 92: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

77

Tabel 3.1

Instrumen Penelitian Untuk Variabel Dependen

Variabel Dimensi Indikator Skala Ukur

Variabel Pemberian ASI eksklusif

Tindakan ibu yang hanya memberikan ASI sampai usia bayi 6 bulan

- Memberikan ASI saja pada bayi dibawah umur 6 bulan

Ordinal

- Tanpa tambahan makanan dan minuman lain kecuali obat, vitamin dan mineral

Tabel 3.2

Skoring Untuk Variabel Dependen

Umur bayi / makanan bayi

Bln ke-1

(0-1)

Bln ke-2

(1-2)

Bln ke-3

(2-3)

Bln ke-4

(3-4)

Bln ke-5

(4-5)

Bln ke-6

(5-6)

Hasil

ASI Kolom I

Makanan atau Minuman Tambahan lain

Kolom II

HASIL ASI eksklusif : Jika semua kolom I terisi tanpa ada kolom II yang terisi Tidak ASI eksklusif : - jika kolom I terisi sebagian/ tidak semua terisi/ tidak terisi sama sekali - jika kolom II terisi ≥ 1 kolom

3.4.2 Variabel Independen

A. Definisi konseptual dari variabel independen adalah sebagai

berikut:

1. Umur adalah lama hidup sejak dilahirkan.

Page 93: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

78

2. Pendidikan adalah suatu proses belajar yang memberikan

latar belakang untuk dapat berfikir objektif.

3. Lama waktu bekerja adalah lama waktu ibu bekerja di luar

rumah dalam 1 hari.

4. Sikap adalah suatu kecenderungan untuk mengadakan

tindakan terhadap suatu obyek dengan suatu cara yang

menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau

tidak menyenangi obyek tersebut.

5. Dukungan suami adalah peran suami yang mendukung

pemberian ASI eksklusif.

6. Dukungan atasan adalah dukungan sosial atasan yang

terwujud dalam sikap dan perilaku atasan.

7. Sarana menyusui di tempat kerja adalah suatu wahana

yang memungkinkan ibu dapat memberikan ASI kepada

bayinya atau memerah ASI.

B. Definisi operasional variabel independen adalah sebagai berikut:

1. Umur adalah lama hidup ibu sejak lahir sampai saat

dilakukan wawancara.

2. Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang

diselesaikan responden.

3. Lama waktu bekerja adalah lama waktu ibu bekerja di luar

rumah dalam 1 hari.

Page 94: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

79

4. Sikap adalah skor akhir yang diperoleh dari hasil

penjumlahan dari tangapan setuju atau tidak terhadap

pemberian ASI eksklusif pada ibu yang bekerja.

5. Dukungan suami adalah pernyataan responden tentang

suami yang mendukung pemberian ASI eksklusif.

6. Dukungan Atasan adalah pernyataan responden tentang

pandangan / dorongan atasan terhadap pemberian ASI

eksklusif dan kesempatan yang diberikan untuk menyusui/

memerah susu pada jam kerja.

7. Sarana menyusui ditempat kerja adalah pernyataan

responden mengenai tersedia atau tidaknya suatu wahana

di unit kerja yang memungkinkan ibu untuk menyusui

diwaktu kerja (memerah atau menyimpan ASI).

C. Alat Ukur

Untuk mengukur variabel-variabel independen, peneliti

menggunakan alat ukur kuesioner kepada responden. Kuesioner

terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang disertai dengan pilihan

jawaban. Responden memilih jawaban yang paling sesuai

dengan keadaan. Peneliti telah menentukan skor untuk setiap

jawaban, nilai skor kemudian dijumlahkan dan dicatat pada

setiap responden.

Page 95: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

80

Tabel 3.3 Instrumen Penelitian Untuk Variabel Independen

NO Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Butiran Skala

ukur + -

1 Umur Lama hidup ibu sejak lahir sampai saat dilakukan wawancara.

< 30 tahun - - Ordinal

> 30 tahun

2 Pendidikan Pendidikan formal terakhir yang diselesaikan responden.

SPK - - Ordinal

D III

Strata I

3 Lama waktu bekerja

Lama waktu ibu bekerja di luar rumah dalam 1 hari.

< 8 jam - - Ordinal

≥ 8 jam

4 Sikap Tanggapan ibu dalam bentuk pernyataan setuju/ tidak thd pemberian asi eksklusif oleh ibu bekerja

Negatif : bila skor < 30

1,2 5,6 9

10

3 4 7 8

Ordinal

Positif : bila skor > 30

5 Dukungan suami

Pernyataan responden tentang suami yang mendukung pemberian ASI eksklusif.

Mendukung - - Ordinal

Tidak Mendukung

7 Dukungan Atasan

Dukungan sosial atasan yang terwujud dalam sikap dan prilaku atasan thd pemberian ASI eksklusif

Mendukung - - Ordinal

Tidak Mendukung

8 Sarana menyusui di tempat kerja

Tersedianya suatu wahana yang memungkinkan ibu untuk menyusui diwaktu kerja (memerah atau menyimpan ASI)

Tersedia - - Ordinal

Tidak tersedia

Tabel 3.4 Skoring Untuk Variabel Sikap

Indikator Butiran

Positif Negatif

Sangat Setuju 5 1

Setuju 4 2

Page 96: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

81

Tidak Tahu 3 3

Tidak Setuju 2 4

Sangat Tidak Setuju 1 5

3.5 Pengujian Hipotesis

Data yang sudah terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi untuk

mengubah data menjadi informasi. Adapun langkah-langkah dalam

pengolahan data dimulai dari editing, yaitu memeriksa kebenaran data yang

diperlukan. Coding, yaitu memberikan kode numerik atau angka kepada

masing-masing kategori. Entry data yaitu memasukkan data yang telah

dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer.

3.5.1 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data pada penelitian ini menggunakan perangkat lunak

statistik dengan komputer. Teknik analisa data bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara variabel yaitu variabel dependen

(pemberian ASI eksklusif) dan variabel independen (umur, pendidikan,

lama waktu bekerja, sikap, dukungan suami, dukungan atasan, sarana

menyusui di tempat kerja).

A. Analisa Univariat

Uji statistik univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi

dari setiap variabel baik dependen maupun independen dengan

tujuan untuk mempermudah dalam pengelompokan data penelitian

dengan menggunakan uji statistik deskriptif analitik. Yang

Page 97: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

82

disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan persentase dengan rumus

sebagai berikut:

Keterangan: P = Kategori x = Jumlah kategori sampel yang diambil y = Jumlah sampel

B. Analisa Bivariat

Analisa ini digunakan untuk melihat hubungan antara 2 (dua)

variabel yaitu variabel dependen dengan variabel independen. Uji

yang dipakai adalah Chi Square dengan batas kemaknaan nilai ⍺=

0,05

3.5.2 Hipotesis Statistik

Berdasarkan pokok permasalahan dan kajian teoritis yang telah

dikemukakan diatas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

A. HO : P1 = P2

- Tidak ada hubungan umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada

perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

- Tidak ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI

eksklusif pada perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

- Tidak ada hubungan sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada

perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

P = X x 100 % Y

Page 98: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

83

- Tidak ada hubungan lama waktu bekerja dengan pemberian ASI

eksklusif pada perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

- Tidak ada hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI

eksklusif pada perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

- Tidak ada hubungan dukungan atasan dengan pemberian ASI

eksklusif pada perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

- Tidak ada hubungan sarana menyusui di tempat kerja dengan

pemberian ASI eksklusif pada perawat di Rumah Sakit Medistra

Jakarta.

B. Ha : P1 ≠ P2

- Ada hubungan umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada

perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

- Ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI

eksklusif pada perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

- Ada hubungan sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada

perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

- Ada hubungan lama waktu bekerja dengan pemberian ASI eksklusif

pada perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

- Ada hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif pada

perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

- Ada hubungan dukungan atasan dengan pemberian ASI eksklusif pada

perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

Page 99: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

84

- Ada hubungan sarana menyusui di tempat kerja dengan pemberian

ASI eksklusif pada perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

Page 100: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

85

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian (RS Medistra, Jakarta)

Rumah Sakit Medistra didirikan pada tahun 1990 dan mulai

berjalan pada tanggal 28 November 1991 melalui ijin

penyelenggaraan oleh Yayasan Surya Dian Kasih yang kemudian

beralih menjadi PT. Baktiparamita Putrasama. Rumah Sakit

Medistra memiliki terletak di Jl. Jendral Gatot Subroto Kav 59

Jakarta Selatan.

Rumah Sakit Medistra memiliki dua gedung yaitu Gedung A yang

dibangun delapan lantai yang sebagian besar dipergunakan untuk

fasilitas rawat inap dan penunjang medis, sedangkan gedung B

dibangun empat lantai yang digunakan untuk pelayanan poliklinik

umum dan spesialis. Fasilitas menyusui yang dimiliki RS Medistra

terletak di kamar perawatan bayi di gedung A lantai 5. Dimana

terdapat 1 pompa elektrik yang diperuntukan bagi karyawan dan

pasien yang ingin memerah ASI.

Peraturan di RS Medistra yang mendukung proses menyusui secara

eksklusif adalah adalah kebijakan cuti hamil bagi karyawan yang

telah berstatus karyawan tetap selama 3 bulan yang diambil 1 bulan

Page 101: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

86

sebelum tanggal taksiran lahir dan 2 bulan setelah taksiran lahir.

Waktu kerja untuk tenaga perawat adalah 7,5 jam/ hari (termasuk

waktu istirahat 30 menit) dan dibagi ke dalam 3 shift (kecuali untuk

poliklinik, medical check-up, Unit Hemodialisa terdapat 2 shift) .

4.1.2 Ketenagaan

Tabel 4.1 Ketenagaan Rumah Sakit Medistra Tahun 2010

Berdasarkan data tersebut jumlah karyawan di Rumah Sakit Medistra

adalah 953 karyawan dimana jumlah karyawan terbesar terdapat pada

divisi medik dan keperawatan sebesar 672 karyawan. Data per 14 Mei

2011 menunjukan jumlah tenaga perawat wanita adalah 341 orang dan

jumlah perawat wanita yang bekerja di RS Medistra, mempunyai suami

(belum meninggal/bercerai), mempunyai anak berusia 7-24 bulan dengan

riwayat umur kehamilan cukup bulan (aterm/ 37-41 minggu) yang

dijadikan sampel penelitian sebanyak 70 orang.

Page 102: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

87

4.2 Deskripsi Data

Hasil penelitian ini disajikan dalam dua bagian, yaitu analisa univariat dan

analisa bivariat.

4.2.1 Analisa Univariat

A. Umur

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Responden Perawat di RS Medistra

Umur Frekuensi Presentase (%)

< 30 tahun 26 37.2%

> 30 tahun 44 62.8%

Dari tabel 4.2 diatas diketahui bahwa responden berumur lebih

dari 30 tahun memiliki frekuensi tertenggi yaitu 44 orang

(62,8%). Sedangkan yang berumur kurang dari 30 tahun

memiliki jumlah frekuensi lebih rendah. Distribusi frekuensi

umur responden dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Grafik 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Responden Perawat di RS

Medistra

Page 103: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

88

B. Pendidikan

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Perawat di RS

Medistra

Pendidikan Frekuensi Presentase (%)

SPK 5 7.1%

D III 52 74.3%

Strata I 13 18.6%

Dari tabel 4.3 diatas diketahui bahwa 52 responden (74,3%)

berpendidikan Diploma III Keperawatan memiliki jumlah

frekuensi tertinggi. Sedang yang berpendidikan SPK dan Strata I

memiliki jumlah frekuensi lebih rendah. Distribusi frekuensi

pendidikan responden dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Grafik 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Perawat

di RS Medistra

Page 104: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

89

C. Lama Waktu Bekerja

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Lama Waktu Bekerja Responden Perawat

di RS Medistra

Lama Waktu Bekerja

Frekuensi Presentase (%)

< 8 jam 48 68.6%

≥ 8 jam 22 31.4%

Dari tabel 4.4 diatas diketahui bahwa 48 responden (68,6%)

memiliki waktu kerja kurang dari 8 jam. Sedang yang memiliki

waktu kerja lebih dari 8 jam frekuensinya lebih rendah yaitu

sebanyak 22 responden (31,4%). Distribusi frekuensi lama

waktu kerja responden dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Grafik 4.3 Distribusi Frekuensi Lama Waktu Bekerja Responden

Perawat di RS Medistra

Page 105: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

90

D. Sikap

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Bekerja Terhadap Pemberian ASI

Eksklusif pada responden Perawat di RS Medistra

Skor Sikap

Frekuensi

Persen (%)

Skor Sikap

Frekuensi Persen (%)

26 3 4.3% 40 4 5.8%

27 5 7.2% 42 3 4.3%

28 2 2.8% 43 1 1.4%

29 3 4.3% 44 6 8.6%

30 4 5.8% 45 1 1.4%

31 2 2.8% 46 1 1.4%

33 4 5.8% 47 2 2.8%

34 2 2.8% 48 5 7.2%

35 2 2.8% 49 1 1.4%

36 3 4.3% 50 8 11.4%

37 2 2.8%

38 6 8.6% Jumlah 70 100%

Mean : 37,93 Median : 38 Modus : 50

Standar Deviasi : 7,933 Minimum : 26 Maksimum : 50

Tabel 4.5 di atas menujukkan distribusi skor penilaian sikap ibu

bekerja terhadap pemberian ASI eksklusif, didapatkan nilai

median= 38 , standar deviasi (SD) = 7.933, nilai minimum = 26

dan nilai maximum =50. Nilai batas pengelompokan dengan

kategori sikap negatif jika skor < 30 dan kategori sikap positif

bila skor > 30.

Page 106: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

91

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kelompok Sikap Responden Perawat di RS

Medistra

Sikap Frekuensi Presentase (%)

Positif 43 61.4%

Negatif 27 38.6%

Dari tabel 4.6 diatas diketahui bahwa 43 responden (61,4%)

memiliki sikap yang positif terhadap pemberian ASI eksklusif

pada ibu bekerja. Sedang yang memiliki sikap negatif

frekuensinya lebih rendah yaitu sebanyak 27 responden (38.6%).

Distribusi frekuensi sikap dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Grafik 4.4 Distribusi Frekuensi Kelompok Sikap Responden Per

Negatif Positif

Page 107: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

92

E. Dukungan Suami

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Dukungan Suami Responden

Perawat di RS Medistra

Dukungan Suami Frekuensi Presentase (%)

Mendukung 57 81.4%

Tidak Mendukung 13 18.6%

Dari tabel 4.6 diatas diketahui bahwa 57 responden (81,4%)

mendapat dukungan dari suami untuk memberikan ASI

eksklusif sambil bekerja. Sedang yang tidak mendapat dukungan

suami frekuensinya lebih rendah yaitu sebanyak 13 responden

(18,6%). Distribusi frekuensi dukungan suami responden dapat

dilihat pada grafik dibawah ini:

Grafik 4.5 Distribusi Frekuensi Dukungan Suami Responden

Perawat di RS Medistra

Page 108: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

93

F. Dukungan Atasan

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Dukungan Atasan Responden Perawat di

RS Medistra

Dukungan Atasan Frekuensi Presentase (%)

Mendukung 66 94.3%

Tidak Mendukung 4 5.7%

Dari tabel 4.7 diatas diketahui bahwa 66 responden (94,3%)

mendapat dukungan dari atasan untuk memberikan ASI

eksklusif saat bekerja. Sedang yang tidak mendapat dukungan

atasan frekuensinya lebih rendah yaitu sebanyak 4 responden

(5,7%). Distribusi frekuensi dukungan atasan responden dapat

dilihat pada grafik dibawah ini:

Grafik 4.6 Distribusi Frekuensi Dukungan Atasan Responden

Perawat di RS Medistra

Page 109: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

94

G. Sarana Menyusui di Tempat Kerja

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Sarana Menyusui di Tempat Kerja

Responden Perawat di RS Medistra

Sarana Menyusui Frekuensi Presentase (%)

Tersedia 9 12.9%

Tidak tersedia 61 87.1%

Dari tabel 4.8 diatas diketahui bahwa 61 responden (87,1%)

menyatakan tidak tersedia sarana menyusui di unit kerjanya.

Sedang responden yang menyatakan tersedia sarana menyusui di

unit kerja lebih rendah yaitu sebanyak 9 responden (12,9%).

Distribusi frekuensi sarana menyusui di tempat kerja responden

dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Grafik 4.7 Distribusi Frekuensi Sarana Menyusui di Tempat Kerja

Responden Perawat di RS Medistra

Page 110: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

95

H. Pemberian ASI eksklusif

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif pada Responden

Perawat di RS Medistra

Pemberian ASI Eksklusif

Frekuensi Presentase (%)

ASI Eksklusif 18 25.7%

Tidak ASI Eksklusif

52 74.3%

Dari tabel 4.9 diatas diketahui bahwa 52 responden (74,3%)

tidak memberikan ASI eksklusif dan responden yang

memberikan ASI eksklusif lebih rendah yaitu sebanyak 18

responden (25,7%). Distribusi frekuensi pemberian ASI

eksklusif dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Grafik 4.8 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif pada

Responden Perawat di RS Medistra

Page 111: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

96

4.2.2 Analisis Bivariat

Uji chi square ini dilakukan untuk mengetahui hubungan umur,

pendidikan, lama waktu bekerja, sikap, dukungan suami, dukungan

atasan, sarana menyusui ditempat kerja dengan pemberian ASI

eksklusif pada perawat di RS Medistra Jakarta. Untuk melihat hasil

kemaknaan perhitungan statistik antara variabel independen dan

dependen digunakan batas kemaknaan 0,05 atau 5%. Hasil uji

statistik dikatakan bermakna (signifikan) apabila nilai hitung lebih

kecil dari alpha (p<0,05) dan sebaliknya dikatakan tidak bermakna

apabila nilai hitung lebih besar dari alpha (p>0,05).

A. Hubungan Umur Ibu dengan pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.11 Distribusi Responden menurut Umur dan Pemberian ASI

Eksklusif pada Perawat di RS Medistra

Umur

Pemberian ASI Eksklusif

TOTAL p value(

Uji X2)

ASI Eksklusif Tidak ASI Eksklusif

F % F % F %

< 30 Tahun 9 34.6 17 65.4 26 100

0.190 > 30 Tahun 9 20.5 35 79.5 44 100

Total 18 25.7 52 74.3 70 100

Proporsi responden yang memberikan ASI eksklusif lebih banyak

berusia kurang dari 30 tahun (34,6%) dibandingkan dengan

responden berusia lebih dari 30 tahun (20,5%).

Page 112: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

97

Hasil analisis menunjukan tidak ada hubungan antara umur

dengan pemberian ASI eksklusif (nilai p = 0,190) artinya

hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara umur dengan

pemberian ASI eksklusif ditolak.

B. Hubungan Pendidikan Ibu dengan pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.12 Distribusi Responden menurut Pendidikan Ibu dan

Pemberian ASI Eksklusif pada Perawat di RS Medistra

Pendidikan Ibu

Pemberian ASI Eksklusif

TOTAL p value(

Uji X2)

ASI Eksklusif Tidak ASI Eksklusif

F % F % F %

SPK 0 0 5 100 5 100

0.003 D III 10 19.2 42 80.8 52 100

S I 8 61.5 5 38.5 13 100

Total 18 25.7 52 74.3 70 100

Proporsi responden yang memberikan ASI eksklusif lebih

banyak berusia pada ibu yang berpendidikan S1 (61.5%), D III

(19,2%). Hasil analisis menunjukan ada hubungan yang

signifikan antara umur dengan pemberian ASI eksklusif (nilai p

= 0,003) artinya hipotesis yang menyatakan ada hubungan

antara umur dengan pemberian ASI eksklusif diterima.

C. Hubungan Lama Waktu Bekerja dengan pemberian ASI

Eksklusif

Page 113: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

98

Tabel 4.13 Distribusi Responden menurut Lama Waktu Bekerja dan

Pemberian ASI Eksklusif pada Perawat di RS Medistra

Lama Waktu Bekerja

Pemberian ASI Eksklusif

TOTAL p value(

Uji X2)

ASI Eksklusif Tidak ASI Eksklusif

F % F % F %

< 8 Jam 12 25 36 75 48 100

0.840 > 8 Jam 6 27.3 16 72.7 22 100

Total 18 25.7 52 74.3 70 100

Proporsi responden yang memberikan ASI eksklusif lebih

banyak pada ibu yang bekerja lebih dari 8 jam/ hari (27,3%)

dibandingkan dengan responden yang bekerja kurang dari 8 jam/

hari (25%).

Hasil analisis menunjukan tidak ada hubungan antara lama

waktu kerja dengan pemberian ASI eksklusif (nilai p = 0,840)

artinya hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara lama

waktu kerja dengan pemberian ASI eksklusif ditolak.

D. Hubungan Sikap Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja

Terhadap Dengan Pemberian ASI Eksklusif

Page 114: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

99

Tabel 4.14 Distribusi Responden menurut Sikap dan Pemberian ASI

Eksklusif pada Perawat di RS Medistra

Sikap

Pemberian ASI Eksklusif

TOTAL p value(

Uji X2)

ASI Eksklusif Tidak ASI Eksklusif

F % F % F %

Positif 17 34.7 32 65.3 49 100

0.009 Negatif 1 4.8 20 95.2 21 100

Total 18 25.7 52 74.3 70 100

Proporsi responden yang memberikan ASI eksklusif lebih

banyak yang memiliki sikap positif terhadap pemberian ASI

eksklusif pada ibu bekerja (34,7%) dibandingkan dengan

responden yang mempunyai sikap negatif (4.8%).

Hasil analisis menunjukan ada hubungan yang signifikan antara

sikap dengan pemberian ASI eksklusif (nilai p = 0,009) artinya

hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara sikap dengan

pemberian ASI eksklusif diterima

Page 115: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

100

E. Hubungan Dukungan Suami dengan pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.15 Distribusi Responden menurut Dukungan Suami dan

Pemberian ASI Eksklusif pada Perawat di RS Medistra

Dukungan Suami

Pemberian ASI Eksklusif

TOTAL p value(

Uji X2)

ASI Eksklusif Tidak ASI Eksklusif

F % F % F %

Mendukung 17 29.8 40 70.2 57 100

0.092 Tidak Mendukung 1 7.7 12 92.3 13 100

Total 18 25.7 52 74.3 70 100

Proporsi responden yang memberikan ASI eksklusif lebih

banyak pada responden yang didukung oleh suami (29,8%)

dibandingkan dengan responden yang tidak mendapat dukungan

suami (7.7%).

Hasil analisis menunjukan tidak ada hubungan antara dukungan

suami dengan pemberian ASI eksklusif (nilai p = 0,092) artinya

hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara dukungan

suami dengan pemberian ASI eksklusif ditolak.

Page 116: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

101

F. Hubungan Dukungan Atasan dengan pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.16 Distribusi Responden menurut Dukungan Atasan dan

Pemberian ASI Eksklusif pada Perawat di RS Medistra

Dukungan Atasan

Pemberian ASI Eksklusif

TOTAL p value(

Uji X2)

ASI Eksklusif Tidak ASI Eksklusif

F % F % F %

Mendukung 16 24.2 50 75.8 66 100

0.271 Tidak Mendukung 2 50 2 50 4 100

Total 18 25.7 52 74.3 70 100

Proporsi responden yang memberikan ASI eksklusif lebih

banyak pada responden yang tidak didukung oleh atasan (50%)

dibandingkan dengan responden yang mendapat dukungan

atasan (24,2%).

Hasil analisis menunjukan tidak ada hubungan antara dukungan

atasan dengan pemberian ASI eksklusif (nilai p = 0,271) artinya

hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara dukungan

atasan dengan pemberian ASI eksklusif ditolak.

Page 117: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

102

F. Hubungan Sarana Menyusui di Tempat Kerja dengan pemberian

ASI Eksklusif

Tabel 4.17 Distribusi Responden menurut Sarana Menyusui di Tempat

Kerja dan Pemberian ASI Eksklusif pada Perawat di RS Medistra

Sarana Menyusui

Pemberian ASI Eksklusif

TOTAL p value(

Uji X2)

ASI Eksklusif Tidak ASI Eksklusif

F % F % F %

Tersedia 5 55.6 4 44.4 9 100

0.043 Tidak Tersedia 13 21.3 48 78.7 61 100

Total 18 25.7 52 74.3 70 100

Proporsi responden yang memberikan ASI eksklusif lebih

banyak pada responden yang mempunyai sarana menyusui di

unit kerjanya (55.6%) dibandingkan dengan responden yang

mempunyai sarana menyusui (21.3%).

Hasil analisis menunjukan ada hubungan antara dukungan

sarana menyusui di unit kerja dengan pemberian ASI eksklusif

(nilai p = 0,043) artinya hipotesis yang menyatakan ada

hubungan antara sarana menyusui atasan dengan pemberian ASI

eksklusif diterima.

Page 118: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

103

4.2.4 Keterbatasan Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang bekerja sebagai

perawat di RS Medistra yang mempunyai bayi 7 bulan sampai 2

tahun. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui

wawancara menggunakan kuesioner. Kualitas data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini sangat tergantung dari

kemampuan pewawancara serta kemampuan mengingat kembali

peristiwa atau apa yang telah dilakukan selama menyusui, faktor

lupa bisa menjadi penyebab recall bias. Usaha memperkecil

kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi peneliti mempersempit

waktu untuk mengingat, sehingga sasaran penelitian dibatasi ibu

yang memiliki anak usia 7 bulan sampai 2 tahun. Peneliti juga tidak

bisa mengontrol jawaban responden dan mengoreksi

kesalahpahaman. Dari sisi responden, terdapat kemungkinan

dipengaruhi oleh rasa segan dan takut dalam menjawab kuesioner.

Page 119: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

104

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pemberian ASI Eksklusif pada Perawat di Rumah Sakit

Medistra Jakarta

Pemberian ASI diklasifikasikan menjadi 2 kategori yaitu pemberian ASI

eksklusif dan Tidak ASI eksklusif. Pengklasifikasian ini ditentukan dari

jawaban responden mengenai makanan/minuman yang diberikan pada

bayi dibawah usia 6 bulan. Distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel

4.10 yang menunjukan persentase pemberian ASI eksklusif pada perawat

yang bekerja di RS Medistra sangat rendah 25,7%, sangat jauh dari target

nasional yaitu 80% (Depkes, 2009). Responden diantaranya telah

memberikan makanan semi padat berupa pisang yang dihaluskan, atau

bubur susu pada usia bayi 4 bulan ataupun teh manis, madu dan air putih.

World Health Organization (WHO, 2005) mengatakan: “ASI adalah

suatu cara yang tidak tertandingi oleh apapun dalam menyediakan

makanan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi”.

Oleh karena pemberian ASI eksklusif dapat memberikan pertumbuhan

bayi yang optimal.

ASI eksklusif memiliki banyak manfaat, yang utama bagi bayi adalah

memberikan nutrisi terlengkap dan terbaik, juga melindungi bayi dari

Page 120: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

105

berbagai macam penyakit dan alergi serta meringankan kerja pencernaan

dan berbagai manfaat lainnya.

Pemberian ASI secara eksklusif sangat dianjurkan, karena ASI terbukti

dapat menurunkan atau meminimalkan angka kematian bayi. Salah satu

penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif di Indonesia adalah

dikarenakan bekerja sehingga para ibu sulit untuk bisa memberikan ASI

sepanjang hari, selain itu faktor sosial budaya dan juga kurangnya

kesadaran akan pentingnya ASI akan menyebabkan banyaknya ibu yang

tidak memberikan ASI kepada bayinya.

Rumah Sakit Medistra sebagai salah satu penyedia fasilitas kesehatan

merupakan suatu organisasi dengan profesi beragam, termasuk perawat.

RS Medistra memiliki tenaga perawat wanita sebanyak 341 orang.

Tenaga kesehatan khususnya perawat dinilai mempunyai pengetahuan

yang baik dan sikap yang positif terhadap pemberian ASI eksklusif,

tetapi masih saja dijumpai perawat yang tidak memberikan ASI eksklusif

pada bayinya dengan alasan bekerja.

5.2 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI

Eksklusif pada Perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta

A. Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif pada

perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta

Page 121: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

106

Berdasarkan hasil penelitian diketahui umur responden kurang dari

30 tahun sebanyak 26 responden dan lebih dari 30 tahun sebanyak

44 responden. Pemberian ASI eksklusif yang paling banyak pada

usia kurang dari 30 tahun yaitu sebanyak 34.6%. Dari hasil analisa

data diperoleh nilai p = 0,190 (> 0,05) artinya tidak terdapat

hubungan yang signifikan umur dengan pemberian ASI eksklusif.

Hal ini tidak sesuai dengan teori Daldjoni (1982) yang mengatakan

semakin tua umur ibu, semakin tinggi kecenderungan menyusui

bayinya dibandingkan dengan ibu-ibu muda, hal ini disebabkan

karena semakin tua seorang ibu maka semakin banyak pengalaman

dalam merawat dan menyusui bayi.

Umur merupakan salah satu faktor yang berperan dalam pemberian

ASI eksklusif, karena dengan bertambahnya umur akan

mempengaruhi pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, dimana

pengalaman akan memberikan pengetahuan dan sikap yang positif

terhadap pemberian ASI eksklusif. Usia reproduksi wanita terjadi

pada usia 18-40 dan usia 20-30 tahun adalah kelompok umur

paling baik untuk kehamilan, karena umur ibu sewaktu hamil juga

sangat penting untuk pembentukan ASI. Namun dalam penelitian

pada responden perawat ini, pengalaman dan pengetahuan tidak

hanya diperoleh dari pertambahan usia tetapi juga karena selama

menjalankan pendidikan sebagai perawat, materi ASI eksklusif

Page 122: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

107

yang telah dipelajari dan masuk kedalam kurikulum tenaga

kesehatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Kristina

(2003) yang menyatakan tidak ada hubungan umur dengan

pemberian ASI eksklusif, pengetahuan tentang ASI eksklusif yang

cukup akan memotivasi ibu untuk memberikan ASI secara

eksklusif.

B. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif pada

perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta

Berdasarkan hasil penelitian diketahui pendidikan responden

adalah SPK sebanyak 5 orang, D III sebanyak 52 orang dan S I

sebanyak 13 orang. Pemberian ASI eksklusif paling banyak

ditemukan pada ibu dengan pendidikan SI yaitu 61.5%. Dari hasil

analisa data diperoleh nilai p = 0,003 (< 0,05) artinya terdapat

hubungan yang signifikan pendidikan ibu dengan pemberian ASI

eksklusif. Hal ini sesuai dengan teori Soetjiningsih (1997) yang

mengatakan pendidikan akan membantu seseorang untuk menerima

informasi termasuk informasi tentang pertumbuhan dan

perkembangan bayi misalnya pemberian ASI eksklusif. Proses

penerimaan informasi ini akan lebih cepat jika seseorang

berpendidikan tinggi.

Page 123: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

108

Pendidikan bertujuan untuk mengubah pengetahuan, pengertian,

pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi serta

menanamkan tingkah laku/kebiasaan baru kepada seseorang

dengan pendidikan rendah serta meningkatkan pengetahuan yang

cukup/kurang bagi seseorang yang masih memakai pengetahuan

lama (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dapat mempengaruhi ibu

dalam memberikan ASI eksklusif. Semakin baik pengetahuan Ibu

tentang ASI eksklusif, maka semakin tinggi kecenderungan ibu

untuk memberikan ASI eksklusif. Begitu juga sebaliknya, semakin

rendah pengetahuan ibu tentang manfaat ASI eksklusif, maka

semakin sedikit pula peluang ibu dalam memberikan ASI eksklusif.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Unika Atma Jaya

(1995) yang memberikan hasil bahwa pendidikan ibu merupakan

merupakan faktor utama yang mempunyai pengaruh kuat terhadap

pemberian ASI Eksklusif.

C. Hubungan Lama Waktu Bekerja dengan Pemberian ASI Eksklusif

pada perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada responden yang

merupakan perawat di RS Medistra 22 responden mempunyai

waktu kerja > 8 jam diantaranya yaitu Kepala Unit Perawatan,

Ketua Tim Perawatan, Koordinator Pengembangan Perawat dan

Page 124: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

109

lain- lain yang merasa kesulitan untuk mendelegasikan tugasnya,

sehingga waktu kerja menjadi lebih panjang, 48 responden

mempunyai waktu kerja < 8 jam yaitu perawat pelaksana yang

bekerja dalam shift yaitu 7 jam per shift. Pemberian ASI eksklusif

paling banyak pada kelompok ibu bekerja dengan waktu kerja > 8

jam/ hari yaitu 27.3%.

Pekerjaan adalah segala usaha yang dilakukan untuk mendapatkan

hasil atau upah yang dapat dinilai dengan uang. Roesli

(2009)mengatakan lama waktu bekerja dapat mempengaruhi

pemberian ASI eksklusif karena semakin lama waktu kerja seorang

ibu maka semakin lama juga dia meninggalkan bayinya di rumah

sehingga ibu tersebut tidak dapat menyusui bayinya.

Dari hasil analisa data diperoleh nilai p = 0,840 (> 0,05) artinya

tidak terdapat hubungan yang signifikan lama waktu bekerja

dengan pemberian ASI eksklusif, Hal ini dikarenakan adanya

fasilitas memerah ASI di lingkungan kerja RS Medistra tepatnya di

unit perawatan bayi, sehingga memudahkan ibu untuk memerah

atau menyimpan ASI yang dapat ibu lakukan saat jam istirahat

bekerja. Bertolak belakang dengan penelitian Hartatik (2010) yang

menyatakan ada hubungan lama waktu kerja dengan pemberian

Page 125: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

110

ASI eksklusif, karena semakin lama ibu meninggalkan bayinya

untuk bekerja, maka waktu untuk menyusui menjadi terbatas.

D. Hubungan Sikap Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif pada

perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta

Berdasarkan hasil penelitian diketahui 49 orang mempunyai sikap

yang positif terhadap pemberian ASI eksklusif dan 21 orang

mempunyai sikap negatif. Pemberian ASI eksklusif lebih banyak

pada responden yang mempunyai sikap positif (34,7%). Dari hasil

analisa data diperoleh nilai p = 0,005 (<0,05) artinya terdapat

hubungan yang signifikan sikap ibu dengan pemberian ASI

eksklusif. Sesuai dengan Notoatmojo (2007) yang mengatakan

sikap dapat menentukan perilaku jika dimunculkan dalam

kesadaran seseorang. Sikap adalah suatu kecenderungan untuk

mengadakan tindakan terhadap suatu obyek, dengan suatu cara

yang menyatakan tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak

menyenangi obyek tersebut. Pengetahuan dan sikap yang dimiliki

seseorang sangat berpengaruh dalam cerminan perilaku seseorang,

termasuk sikap ibu bekerja terhadap pemberian ASI eksklusif akan

mempengaruhi pemberian ASI eksklusif, sikap ibu yang positif

akan memotivasi ibu sehingga meningkatkan keberhasilan

pemberian ASI eksklusif. Hal ini sejalan dengan penelitian Unika

Page 126: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

111

Atma Jaya (1995) yang memberikan hasil bahwa sikap ibu

berpengaruh positif terhadap perilaku menyusui.

E. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif pada

perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta

Berdasarkan penelitian diketahui 57 orang mendapat dukungan dari

suami dan 13 orang tidak mendapat dukungan dari suami.

Pemberian ASI eksklusif lebih banyak pada responden yang

mendapat dukungan suami (29,8%). Dari hasil analisa data

diperoleh nilai p = 0,092 (>0,05) artinya tidak terdapat hubungan

yang signifikan dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif,

tidak sesuai dengan teori Roesli (2001) yang menyatakan

pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan

sehingga peran suami sangat menentukan keberhasilan menyusui,

karena suami akan turut menentukan kelancaran refleks

pengeluaran ASI (left down reflex) yang sangat dipengaruhi oleh

keadaan emosi atau perasaan ibu. Let-down reflex mudah sekali

terganggu, misalnya pada ibu yang mengalami goncangan emosi,

tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let down

reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Hal ini dikarenakan adanya

dukungan dari pihak lain selain suami, misalnya keluarga, teman

dan lainnya yang dapat memberikan motivasi ibu untuk

memberikan ASI eksklusif dan masih banyak faktor yang

Page 127: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

112

mempengaruhi perilaku seseorang misalnya pengetahuan,

pengalaman, sikap dan lain sebagainya. Hasil penelitian ini

bertolak belakang dengan penelitian Hartatik (2010) yang

mengatakan bahwa ibu yang tidak mendapat dukungan suami

mempunyai kemungkinan 35x lebih kecil memberikan ASI

eksklusif dari pada yang mendapat dukungan suami.

F. Hubungan Dukungan Atasan dengan Pemberian ASI Eksklusif

pada perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta

Berdasarkan hasil penelitian diketahui 66 orang mendapat

dukungan dari atasan dan 4 orang tidak mendapat dukungan dari

atasan. Pemberian ASI eksklusif lebih banyak pada responden yang

mendapat dukungan atasan (50%). Dari hasil analisa data diperoleh

nilai p = 0,271 (>0,05) artinya tidak terdapat hubungan yang

signifikan dukungan atasan dengan pemberian ASI eksklusif. Tidak

sesuai dengan teori yang dikatakan Ariani (2009) yaitu ibu

memerlukan dukungan dari orang-orang sekitar baik rekan kerja

dan atasan untuk mendukung kegiatan menyusui sambil bekerja,

kurangnya dukungan dari mereka dapat menyebabkan gagalnya ibu

menyusui. Hal ini dikarenakan adanya dukungan dari pihak lain

selain atasan, misalnya teman-teman dan peraturan di tempat kerja

dan lain-lain yang dapat memberikan motivasi ibu untuk

memberikan ASI eksklusif. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

Page 128: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

113

Afriana (2004) yang mengatakan dukungan atasan tidak

mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pemberian ASI

eksklusif, karena pengetahuan yang menjadi motivasi utama bagi

ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

G. Hubungan Sarana Menyusui di Tempat Kerja dengan Pemberian

ASI Eksklusif pada perawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta

Berdasarkan hasil penelitian diketahui 61 orang tidak tersedia

sarana menyusui di unit kerjanya dan 9 orang yang mempunyai

sarana menyusui yaitu perawat yang bekerja dikamar perawatan

bayi. Dari hasil analisa data diperoleh nilai p = 0,043(<0,05)

artinya terdapat hubungan yang signifikan sarana menyusui di

tempat kerja dengan pemberian ASI eksklusif, seperti dikatakan

dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 128

(ayat 2 dan 3) yaitu selama pemberian ASI, pihak keluarga,

pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung

ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas

khusus. Penyediaan fasilitas diadakan ditempat kerja dan tempat

sarana umum akan mendukung keberhasilan pemberian ASI

eksklusif.

Salah satu kendala mensukseskan program ASI eksklusif adalah

meningkatnya tenaga kerja wanita, sehingga perlu disiapkan

Page 129: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

114

fasilitas untuk memerah dan menyimpan ASI di tempat kerja,

sehingga pemberian ASI eksklusif dapat dilakukan ibu sambil

bekerja yaitu dengan cara memerah dan menyimpan ASI. Di RS

Medistra terdapat satu tempat memerah ASI yaitu kamar perawatan

bayi, untuk semua karyawan dan pasien, sehingga dirasakan kurang

mendukung. Terutama jika karyawan tersebut berbeda lantai atau

berbeda gedung dengan kamar perawatan bayi, saat jam istirahat,

tempat menyusui dan memerah ASI penuh oleh ibu yang mengantri

menggunakan pompa ASI elektrik.

Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Afriana (2004)

yang mengatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara sarana

menyusui di tempat kerja dengan pemberian ASI eksklusif, karena

para ibu membawa alat memerah ASI dari rumah dan karena para

ibu diberikan waktu ekstra (kebijakan perusahaan) menyusui diluar

jam istirahat, sehingga dapat memerah ASI sewaktu-waktu.

Page 130: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

115

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Persentase pemberian ASI eksklusif pada perawat yang bekerja di RS

Medistra adalah 25,7%, masih jauh dari target nasional yaitu 80%.

2. Tidak ada hubungan umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada

perawat di RS Medistra.

3. Ada hubungan pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada

perawat di RS Medistra.

4. Tidak ada hubungan lama waktu bekerja dengan pemberian ASI

eksklusif pada perawat di RS Medistra.

5. Ada hubungan sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada

perawat di RS Medistra .

6. Tidak ada hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI

eksklusif pada perawat di RS Medistra.

7. Tidak ada hubungan dukungan atasan dengan pemberian ASI

eksklusif pada perawat di RS Medistra.

8. Ada hubungan sarana menyusui ditempat kerja dengan pemberian ASI

eksklusif pada perawat di RS Medistra

Page 131: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

116

6.2 Saran

6.2.1 Saran untuk RS Medistra

Keberhasilan pemberian ASI eksklusif perlu didukung dengan

penyediaan sarana dan prasarana menyusui, seperti pojok laktasi

yang di lengkapi pompa elektrik di setiap unit pelayanan atau di

setiap lantai. Selain itu kebijaksanaan mengenai tambahan waktu

istirahat kepada perawat yang sedang menyusui perlu diberikan

agar dapat memerah ASI.

6.2.2 Bagi Perawat

Perlu upaya meningkatkan pengetahuan dan motivasi perawat

mengenai pentingnya ASI eksklusif, dengan penekanan bahwa

dirinya bukan saja sebagai ibu tetapi juga sebagai contoh/ model

bagi masyarakat. Misalnya dengan dilakukan pelatihan manajemen

laktasi kepada para perawat.

6.2.3 Bagi Universitas

Diharapkan Universitas Esa Unggul dapat memberikan penyuluhan

tentang manfaat asi kepada seluruh mahasiswa, misalnya dengan

diadakan seminar tentang ASI eksklusif untuk mahasiswa atau

memasang iklan pentingnya ASI di lingkungan kampus. Juga

dilakukannya penelitian lebih lanjut tentang faktor lain yang

mempengaruhi pemberian ASI eksklusif, misalnya kebijakan cuti

melahirkan selama masa ASI eksklusif (6 bulan).

Page 132: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

DAFTAR PUSTAKA Arif, N, 2009. ASI dan Tumbuh Kembang Bayi. Penerbit. Yogyakarta: MedPress. Ariani, dr.,2010. Ibu, Susui Aku!. Bandung : Khazanah Intelektual. Afriana, Nia, 2004. Analisis Praktek Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja di Instansi Pemerintah DKI Jakarta. Tesis Program Pasca Sarjana UI. Badriul, Hegar dkk. 2008. Bedah Asi. Jakarta: Balai Pustaka FKUI. Depkes RI, 2008. Profil Depkes RI 2007. Jakarta : Depkes RI. Depkes RI, 2004. Rencana Strategis Departemen Kesehatan tahun 2005-2009. Jakarta : Depkes. Daldjoni, 1982. Seluk Beluk Masyarakat Kota Bandung. Bandung: Alumni. Depdikbud, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Depdiknas, 2005. Kumpulan Hasil Presentasi Unit Utama Depdiknas pada Rapat Kerja Nasional Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas Green, L.W. Kreuter, M.W, 2000. Health Promotion Planning an Educational and Environmental Approch; Second Edition, Mayfield Publishing Company. Houston. Gerungan,W.A.1996.Psikologi Sosial. edisi kedua).Bandung:PT Refika Aditama. Hartatik, 2010. Faktor yang Mempengaruhi Tenaga Kesehatan Wanita dalam Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Bahorok Kab. Langkat. Skripsi FKM UI. Ibrahim, Tilaili,2000. Analisis Pola Menyusui Bayi di Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar provinsi DI Aceh. Tesis FKM UI. Depok. IDAI, 2010. Kendala Pemberian ASI eksklusif. http://www.idai.or.id/asi.asp, diakses 24 Juni 2011 Khasanah, Nur, 2011. ASI atau Susu Formula ya?. Jogyakarta: Flashbooks. Kristina, 2003. Pemberian ASI Eksklusif kepada Bayi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi di Indonesia, Tesis FKM UI. Depok Kodrat, Laksono, 2010. Dahsyatnya ASI & Laktasi. Yogyakarta: Media Baca.

Page 133: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

Khasanah, Nur, 2011. ASI atau Susu Formula ya?.Yogyakarta: Flashbook. Labbok, Miriam H,MD,MPH.,Tessa Wardlaw, PhD.,Ann Blanc, PhD., David

Clark,LLB (Hons). and Nancy Terreri, MPH.2006. Trends in Exclusive Breastfeeding: Findings From the 1990s. http://www.sph.unc.eduimages/ stories/centers_institutes/CIYCFC/Documents/trends_in_exclusive_bf_2006.pdf, diakses 24 Juni 2011.

Notoatmodjo, S, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Marini, R., 1998, Hubungan antara Karakteristik dan Pengetahuan Ibu tentang ASI dengan Praktek Pemberian Kolostrum, Jawa Barat. Skripsi FKM UI. Depok. Maisni, Childa, 1992. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktek Pemberian ASI pada Pegawai Wanita Departemen Kesehatan, Tesis FKM UI, Depok. Prasetyono, Dwi sunar. 2005. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta : Diva Press Purwati, S., Hubertin, 2004. Konsep Penerapan ASI eksklusif, Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC. Unicef, 1994, Peranan Dokter Dalam Peningkatan Penggunaan Air Susu. Jakarta : Depkes RI. Unika Atma Jaya, 1995. Praktek Pemberian ASI di DKI Jakarta dan Sekitarnya, Jakarta: Pusat Penelitian Atma Jaya. Roesli, U, 2001. Mengenal ASI Eksklusif Seri 1. Jakarta : Trubus Agriwidya. Roesli, U, 2009. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Sarwono, Sarlito Wirawan, 1999. Psikologi Sosial: Individu & Teori Psikologi. Jakarta: Balai Pustaka. Siregar, A,M, 2008. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor yang Memengaruhinya. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-arifin.pdf, diakses 24 Juni 2011. Sidi, Ieda Poernomo Sigit, Dra, dkk.2003. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi, Jakarta: Perkumpulan perinatologi Indonesia

Page 134: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

Sitaresmi,M,N, 2010. Isu Kebijakan Tentang Pemberian ASI secara eksklusif, diakses 24 Juni 2011. Soetjiningsih, 1997. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan, Jakarta: EGC. Sutama,2008.Pemberian ASI Eksklusif Masih Rendah.http://asiku.wordpress-

.com/2008/08/07/pemberian-asi-eksklusif-masih-rendah/, diakses 24 Juni 2011.

Sunaryo, 2004. Psikologi untuk Perawatan. Jakarta: ECG Setyowati., Rahardjo, 2008, Fakor-faktor yang berhubungan dengan Pemberian ASI satu jam pertama setelah melahirkan”. Jurnal Kesmas Nasional, No.1, Vol 1. Sugiyono, Prof, DR. 2009. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta Saryono, SKp. M.Kes.,2008. Metodologi Penelitian Kesehatan, Yogyakarta:

Mitra Cendikia Wirawan, Sarlito, 1999. Psikologi Sosial, Individu dan teori-teori Psikologi

Sosial, Jakarta: Balai Pustaka. Winarno, F.G.,1987. Gizi dan Makanan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Wicitra, 2009. Faktor yang mempengaruhi lama pemberian ASI pada Ibu Bekerja

sebagai Pegawai Swasta di Jakarta. Skripsi Kedokteran Universitas Indonesia.

World Health Organization, United Nations Children’s Fund. 2003. Global strategy for infant and young child feeding. Geneva, Switzerland: World Health Organization

Page 135: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

LEMBAR KUESIONER

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN

ASI EKSKLUSIF PADA PERAWAT DI RS MEDISTRA, JAKARTA

Ibu yang terhormat, saat ini kami mahasiswa Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan

Universitas Esa Unggul sedang melakukan penelitian “Faktor-faktor yang

berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada perawat di RS Medistra”. Ibu

diharapkan untuk dapat berpartisipasi dalam pengisian kuesioner ini, meskipun

demikian ibu tetap memiliki hak untuk menolak keikutsertaan dalam penelitian ini

tanpa konsekuensi apapun.

Kami mengharapkan partisipasi ibu dalam penelitian ini dengan cara menjawab

seluruh pertanyaan yang diajukan secara jujur karena informasi yang diperoleh

dari anda sangat berguna bagi penulis. Adapun identitas pribadi maupun informasi

yang ibu berikan kepada kami akan tetap menjadi rahasia dan hanya akan

digunakan untuk kepentingan penelitian.

Sebelum menjawab pertanyaan, penulis mohon kesediaaan anda untuk membaca

terlebih dahulu petunjuk pengisian.

Terima Kasih

Riana Puspa Dewi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN

ASI EKSKLUSIF PADA PERAWAT DI RS MEDISTRA, JAKARTA

Page 136: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ...........................................................................

Usia : ...................tahun

Alamat : ..........................................No.telp..........................

Pekerjaan : .............................. Pendidikan :...........................

Telah mendapat informasi secara lengkap tentang penelitian ini menyetujui untuk

ikut dalam penelitian “Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI

eksklusif pada perawat di RS Medistra”.

Saya menyadari bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini dilakukan secara

sukarela dan tanpa dipungut bayaran. Saya menyadari bahwa segala informasi

pada penelitian ini adalah rahasia dan hanya akan digunakan untuk tujuan

penelitian. Saya juga menyadari bahwa saya dapat menarik keikutsertaan saya

dari penelitian ini tanpa adanya keharusan membayar ganti rugi.

Jakarta ............................... 2011

Yang membuat pernyataan,

( )

Petunjuk Pengisian:

Pilihlah jawaban yang sesuai dengan keadaan anda saat ini pada kolom yang telah

disediakan dengan tanda (�)

Page 137: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

A. Identitas Responden

NO. Urut : ............................ Nama Responden : ........................................................................ Umur : ............................. tahun Pendidikan : SPK Diploma III Strata I (SKp, SKM) Usia Bayi : ............................... bulan/ tahun Lama waktu bekerja di luar rumah per hari: ≥ 8 jam

< 8 jam B. Pemberian ASI eksklusif

Petunjuk Pengisian:

Berikan tanda (�) pada kolom yang tersedia

Umur bayi / makanan bayi

Bln I Bln 2 Bln 3 Bln 4 Bln 5 Bln 6

ASI

Makanan atau Minuman Tambahan lain **kecuali vitamin, mineral, obat

Sebutkan jenis makanan dan minuman tambahan, jika ada? ........................... C. Sikap ibu bekerja terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayinya

Petunjuk Pengisian:

Berikan tanda (�) pada kolom yang tersedia, pada jawaban yang paling sesuai dengan pilihan anda.

Page 138: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

NO PERNYATAAN SANGAT TIDAK

SETUJU

TIDAK SETUJU

TIDAK TAHU

SETUJU SANGAT SETUJU

1 Cuti melahirkan lebih dari 3 bulan seharusnya diberikan kepada wanita yang bekerja

2 Ibu yang bekerja harus diijinkan untuk menyusui bayinya atau memerah ASI dalam jam kerja

3 Ibu yang bekerja tidak perlu menyusui bayinya secara eksklusif (6 bulan)

4 Peran suami tidak terlalu penting dalam mendukung keberhasilan menyusui pada ibu bekerja

5 Menyusui memberikan citra keibuan dan kewanitaan bagi seorang ibu

6 Ibu yang bekerja harus menyusui sesering mungkin bila sedang berada di rumah

7 Ibu yang bekerja tidak mungkin dapat menyusui bayinya secara eksklusif karena keterbatasan waktu menyusui dan beban pekerjaan.

8 Ibu yang bekerja harus membiasakan bayi menyusu dari botol

9 Jika suami tidak membantu pekerjaan rumah tangga atau mengurus bayi, ibu yang bekerja akan mengalami kesulitan untuk memberikan ASI eksklusif

10 Saya akan merasa bahagia jika dapat bekerja dan tetap menyusui secara eksklusif

Petunjuk Pengisian:

Lingkarilah jawaban yang menurut anda paling benar pada pilihan yang telah

disediakan.

D. Dukungan Suami

Page 139: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

Apakah tanggapan suami ibu terhadap pemberian ASI eksklusif ketika ibu

harus kembali bekerja?

a. Mendukung (tetap memberikan hanya ASI)

b. Tidak mendukung (menganjurkan makanan/ minuman tambahan)

F. Dukungan Atasan

Apakah atasan ibu memberikan kesempatan pada ibu untuk menyusui pada

jam kerja?

a. Ya

b. Tidak

G. Sarana menyusui di tempat kerja

Apakah di unit kerja ibu ada pojok laktasi (tempat khusus untuk memerah

ASI)?

a. Ya

b. Tidak

Page 140: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

 

Page 141: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

 

 

Page 142: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kelompok umur * kelompok

pemberian ASI eksklusif

70 100.0% 0 .0% 70 100.0%

kelompok umur * kelompok pemberian ASI eksklusif Crosstabulation

kelompok pemberian ASI eksklusif

Total

Tidak ASI

eksklusif ASI eksklusif

kelompok umur >31 tahun Count 35 9 44

Expected Count 32.7 11.3 44.0

20-30 tahun Count 17 9 26

Expected Count 19.3 6.7 26.0

Total Count 52 18 70

Expected Count 52.0 18.0 70.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.716a 1 .190 Continuity Correctionb 1.054 1 .304 Likelihood Ratio 1.681 1 .195 Fisher's Exact Test .259 .152

Linear-by-Linear Association 1.691 1 .193 N of Valid Cases 70

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.69.

b. Computed only for a 2x2 table

 

 

 

Page 143: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pendidikan ibu * kelompok

pemberian ASI eksklusif

70 100.0% 0 .0% 70 100.0%

pendidikan ibu * kelompok pemberian ASI eksklusif Crosstabulation

kelompok pemberian ASI eksklusif

Total

Tidak ASI

eksklusif ASI eksklusif

pendidikan ibu SPK Count 5 0 5

Expected Count 3.7 1.3 5.0

D III Count 42 10 52

Expected Count 38.6 13.4 52.0

S I Count 5 8 13

Expected Count 9.7 3.3 13.0

Total Count 52 18 70

Expected Count 52.0 18.0 70.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 11.609a 2 .003

Likelihood Ratio 11.570 2 .003

Linear-by-Linear Association 10.667 1 .001

N of Valid Cases 70

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 1.29.

 

 

 

Page 144: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

lama waktu bekerja ibu *

kelompok pemberian ASI

eksklusif

70 100.0% 0 .0% 70 100.0%

lama waktu bekerja ibu * kelompok pemberian ASI eksklusif Crosstabulation

kelompok pemberian ASI eksklusif

Total

Tidak ASI

eksklusif ASI eksklusif

lama waktu bekerja ibu lebih/= 8 jam Count 16 6 22

Expected Count 16.3 5.7 22.0

kurang dari 8 jam Count 36 12 48

Expected Count 35.7 12.3 48.0

Total Count 52 18 70

Expected Count 52.0 18.0 70.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .041a 1 .840 Continuity Correctionb .000 1 1.000 Likelihood Ratio .041 1 .840 Fisher's Exact Test 1.000 .529

Linear-by-Linear Association .040 1 .841 N of Valid Cases 70

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.66.

b. Computed only for a 2x2 table

 

 

 

Page 145: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kelompok sikap * kelompok

pemberian ASI eksklusif

70 100.0% 0 .0% 70 100.0%

kelompok sikap * kelompok pemberian ASI eksklusif Crosstabulation

kelompok pemberian ASI eksklusif

Total

Tidak ASI

eksklusif ASI eksklusif

kelompok sikap negatif Count 25 2 27

Expected Count 20.1 6.9 27.0

positif Count 27 16 43

Expected Count 31.9 11.1 43.0

Total Count 52 18 70

Expected Count 52.0 18.0 70.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 7.712a 1 .005 Continuity Correctionb 6.230 1 .013 Likelihood Ratio 8.783 1 .003 Fisher's Exact Test .005 .005

Linear-by-Linear Association 7.601 1 .006 N of Valid Cases 70

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.94.

b. Computed only for a 2x2 table

 

 

 

Page 146: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Dukungan suami *

kelompok pemberian ASI

eksklusif

70 100.0% 0 .0% 70 100.0%

Dukungan suami * kelompok pemberian ASI eksklusif Crosstabulation

kelompok pemberian ASI eksklusif

Total

Tidak ASI

eksklusif ASI eksklusif

Dukungan suami Tidak mendukung Count 10 3 13

Expected Count 9.7 3.3 13.0

Mendukung Count 42 15 57

Expected Count 42.3 14.7 57.0

Total Count 52 18 70

Expected Count 52.0 18.0 70.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .058a 1 .809 Continuity Correctionb .000 1 1.000 Likelihood Ratio .059 1 .808 Fisher's Exact Test 1.000 .558

Linear-by-Linear Association .057 1 .811 N of Valid Cases 70

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.34.

b. Computed only for a 2x2 table

 

 

Page 147: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Dukungan atasan *

kelompok pemberian ASI

eksklusif

70 100.0% 0 .0% 70 100.0%

Dukungan atasan * kelompok pemberian ASI eksklusif Crosstabulation

kelompok pemberian ASI eksklusif

Total

Tidak ASI

eksklusif ASI eksklusif

Dukungan atasan Tidak mendukung Count 2 2 4

Expected Count 3.0 1.0 4.0

Mendukung Count 50 16 66

Expected Count 49.0 17.0 66.0

Total Count 52 18 70

Expected Count 52.0 18.0 70.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.310a 1 .252 Continuity Correctionb .308 1 .579 Likelihood Ratio 1.152 1 .283 Fisher's Exact Test .271 .271

Linear-by-Linear Association 1.291 1 .256 N of Valid Cases 70

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.03.

b. Computed only for a 2x2 table

 

 

Page 148: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Sarana menyusui di tempat

kerja * kelompok pemberian

ASI eksklusif

70 100.0% 0 .0% 70 100.0%

Sarana menyusui di tempat kerja * kelompok pemberian ASI eksklusif Crosstabulation

kelompok pemberian ASI eksklusif

Total

Tidak ASI

eksklusif ASI eksklusif

Sarana menyusui di tempat

kerja

Tidak tersedia Count 45 16 61

Expected Count 45.3 15.7 61.0

tersedia Count 7 2 9

Expected Count 6.7 2.3 9.0

Total Count 52 18 70

Expected Count 52.0 18.0 70.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .066a 1 .797 Continuity Correctionb .000 1 1.000 Likelihood Ratio .068 1 .795 Fisher's Exact Test 1.000 .580

Linear-by-Linear Association .065 1 .799 N of Valid Cases 70

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.31.

b. Computed only for a 2x2 table

 

Page 149: Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan