95
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) SKRIPSI VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA H34050921

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

Citation preview

Page 1: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KELANCARAN PENGEMBALIAN

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis,

Cabang Pasar Minggu)

SKRIPSI

VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA

H34050921

Page 2: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Page 3: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

RINGKASAN

VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA. H34050921. 2009. Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR)

(Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu).

Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI).

Lebih dari 80 persen usaha yang ada di Indonesia adalah usaha mikro.

Sektor usaha mikro mampu memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional,

khususnya dalam hal menyediakan kesempatan kerja dan merupakan sumber yang

cukup besar bagi penerimaan negara (BPS 2007). Walaupun sektor usaha mikro

memberikan kontribusi besar terhadap PDB nasional dan dapat menyediakan

lapangan pekerjaan bagi masyarakat namun hal ini belum dapat mendorong

pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat. Faktor internal yang diduga menjadi

salah satu penyebabnya adalah kurangnya permodalan. Salah satu langkah nyata

pengembangan sektor usaha mikro adalah melalui peningkatan permodalan

berupa kredit.

Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang merupakan kredit bagi usaha mikro

maupun bagi usaha kecil, dan menengah dengan pola penjaminan diharapkan

akan dapat memberikan kemudahan akses serta kesempatan yang lebih besar

terhadap kredit, terutama pada usaha mikro. PT Bank Rakyat Indonesia

merupakan bank penyalur yang paling banyak menyalurkan KUR. Meskipun

KUR merupakan hasil dari kebijakan pemerintah, tidak membuat kegiatan

penyaluran pinjaman ini lepas dari risiko kredit. Risiko kredit dalam kegiatan

pembiayaan melalui pemberian KUR ini diindikasikan dengan tingkat kredit

macet atau tingkat Non Performing Loan (NPL), seperti yang terjadi pada BRI

Unit Cimanggis yang nilainya cenderung meningkat seiring dengan peningkatan

jumlah debiturnya. Sehingga penelitian yang bertujuan mengidentifikasi

karakteristik debitur berdasarkan kelancaran pengembaliannya serta menganalisis

faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian KUR

pada BRI Unit Cimanggis diharapkan akan bermanfaat untuk mengantisipasi

risiko kredit tersebut sedini mungkin.

Penelitian ini dilakukan pada PT Bank BRI Unit Cimanggis Cabang Pasar

Minggu pada bulan Maret hingga April 2009. Data yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Metode penentuan sampel

dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja dan disproporsional. Jumlah sampel

yang diambil sebanyak 65 orang dengan jumlah sampel untuk masing-masing

subpopulasi yaitu 40 orang mewakili subpopulasi dengan pengembalian lancar

dan 25 orang mewakili subpopulasi yang menunggak. Pengolahan data di dalam

penelitian ini menggunakan dua metode pengolahan data yaitu analisis kualitatif

dan analisis kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi logistik.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa karakteristik responden

debitur KUR BRI Unit Cimanggis baik responden debitur lancar maupun

menunggak sebagian berjenis kelamin pria dengan tingkat pendidikan yang

rendah. Jumlah tanggungan dalam keluarga sebagian besar berjumlah empat

orang. Mereka sebagian besar mengakses kredit dengan masa pengembalian 12

Page 4: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

bulan. Antara responden debitur lancar dengan responden debitur menunggak

dapat dibedakan berdasarkan ada tidaknya pinjaman lain yang sedang diakses

responden debitur bersamaan dengan KUR pada BRI Unit Cimanggis,besarnya

jumlah pinjaman, serta besarnya omzet usaha. Responden debitur menunggak

sebagian besar ditemukan sedang dalam pinjaman lain, sementara pada responden

debitur lancar sebaliknya. Jumlah pinjaman pada responden debitur lancarn

sebagian besar sejumlah Rp 5.000.000, sementara pada responden debitur

menunggak sebagian besar meminjam sejumlah Rp 3.000.000 dan Rp 5.000.000.

Besarnya omzet usaha pada responden debitur lancar cenderung lebih besar jika

dibandingkan dengan besarnya omzet usaha responden debitur menunggak.

Faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap kelancaran

pengembalian KUR adalah omzet usaha, besarnya jumlah pinjaman, dan pinjaman

lain pada selang kepercayaan 90 persen (α = 0,1). Omzet usaha memiliki

pengaruh (p-value= 0,025) dan keterkaitan positif (koefisien = 0,0628) dengan

kelancaran pengembalian kredit. Artinya, semakin tinggi omzet usaha maka

peluang dan kecenderungannya untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar

semakin tinggi. Odds ratio sebesar 1,06 mengartikan bahwa peningkatan omzet

usaha sebesar satu satuan (juta rupiah) akan meningkatkan peluang tingkat

kelancaran pengembalian kredit sebesar 1,06 kali lebih besar.

Jumlah pinjaman memiliki pengaruh (p-value= 0,06) dan keterkaitan

positif (koefisien = 0,71) dengan kelancaran pengembalian kredit. Artinya,

semakin tinggi jumlah pinjaman maka peluang dan kecenderungannya untuk

dapat mengembalikan kredit dengan lancar semakin tinggi. Odds ratio sebesar

2,04 mengartikan bahwa peningkatan jumlah pinjaman sebesar satu satuan (juta

rupiah) akan meningkatkan peluang tingkat kelancaran pengembalian kredit

sebesar 2,04 kali lebih besar.

Berbeda dengan pinjaman lain yang memiliki (p-value = 0,015) dan

keterkaitan negatif (koefisien = -1,747) dengan kelancaran pengembalian kredit,

dimana jika debitur memiliki atau sedang terlibat dengan pinjaman pada pihak

lain selain pada BRI Unit Cimanggis maka peluang dan kecenderungannya untuk

dapat mengembalikan kredit dengan lancar semakin kecil. Nilai odds ratio sebesar

0,17 mengartikan bahwa nasabah yang memiliki pinjaman pada pihak lain akan

berpeluang lebih 0,17 kali lebih kecil untuk mengembalikan kredit secara lancar.

Berdasarkan faktor yang berpengaruh nyata tersebut, pihak BRI Unit

Cimanggis diharapkan lebih selektif dalam memutuskan calon debitur yang akan

menerima pinjaman (KUR) dengan mempertimbangkan berbagai hal khususnya

mengenai ada tidaknya pinjaman lain yang sedang diakses calon debitur, besarnya

jumlah pinjaman, dan besar omzet usaha yang dimiliki calon debitur. Kondisi

usaha calon debitur di masa yang akan datang harus diprediksi karena terdapat

kemungkinan keberhasilan atau kegagalan usaha di masa yang akan datang

dimana kondisi tersebut berpengaruh pada jumlah omzet di masa yang akan

datang.

Selain menambahkan kriteria penilaian, BRI juga perlu membantu nasabah

dalam memecahkan permasalahan penurunan omzet dengan memberikan

masukan manajerial dalam upaya penguatan capacity building di bidang

pemasaran dan manajemen usaha nasabah. Bersaman dengan hal tersebut, bagi

nasabah sendiri dapat melakukan upaya-upaya agar omzet usaha berkembang.

Page 5: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KELANCARAN PENGEMBALIAN

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis,

Cabang Pasar Minggu)

VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA

H34050921

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

Page 6: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian

Kredit Usaha Rakyat (Studi Kasus pada PT Bank BRI

Unit Cimanggis Cabang Pasar Minggu)

Nama : Virgitha Isanda Agustania

NIM : H34050921

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si

NIP. 19640921 199003 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :

Page 7: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR),

Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu” adalah

karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan

tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2009

Virgitha Isanda Agustania

H34050921

Page 8: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 28 Agustus 1987. Penulis adalah anak

pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Haris Kaswara dan Ibunda Hj.

Etna Solihati (alm). Penulis menunaikan wajib belajar sembilan tahun di SD Swata

Pupuk Iskandar Muda (lulus tahun 1999) dan SMP Negeri 41 Ragunan (lulus tahun

2002). Penulis kemudian menyelesaikan pendidikan lanjutan menengah atas di SMA

Negeri 28 Pasar Minggu dan lulus pada tahun 2005.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) di

Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada

tahun 2005. Pada tahun 2006, penulis diterima untuk melanjutkan pendidikan di

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen melalui seleksi umum yang

dilakukan terhadap seluruh mahasiswa TPB-IPB angkatan 42. Selama mengikuti

pendidikan di IPB, penulis aktif pada Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis

(HIPMA), Himpunan Mahasiswa Peminat Sosial Ekonomi (MISETA), serta

International Association of Students in Agriculture and Related Sciences Local

Committee IPB (IAAS-LC IPB).

Pada tahun 2007, penulis bersama dengan dua rekan mahasiswa lainnya tercatat

sebagai juara 2 LKTM Bidang Pendidikan tingkat IPB. Pada tahun 2008, penulis

kembali bersama dengan dua rekan mahasiswa lainnya tercatat sebagai penerima hibah

DIKTI untuk Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat. Pada

tahun 2009, penulis memperoleh beasiswa Prestasi Pengembangan Akademik dari

DIKTI yang disalurkan melalui Direktorat Kemahasiswaan IPB.

Page 9: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan rahmatNya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR), Studi

Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kelancaran pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada

PT Bank BRI Unit Cimanggis. Penulis menyadari masih terdapat banyak

kekurangan, baik dari aspek teknis penulisan maupun substansi, karena

keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran

dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan sehingga penulis dapat

menyusun penelitian yang lebih baik di masa mendatang. Kekurangan-kekurangan

maupun kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalam skripsi ini juga dapat

dijadikan pembelajaran oleh peneliti yang menjadikan skripsi ini sebagai

referensi, agar kekurangan maupun kesalahan tersebut tidak terulang lagi.

Bogor, September 2009

Virgitha Isanda A

Page 10: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik atas bantuan dan partisipasi dari

berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis memberikan

penghargaan dan ucapan terima kasih atas semua dukungan, bimbingan, dan arahan

yang telah diberikan kepada penulis. Penghargaan dan ucapan terima kasih tersebut

penulis sampaikan kepada :

1. Orang tua, adik, dan saudara tercinta untuk setiap dukungan dan doa yang diberikan,

untuk kasih sayang yang tidak pernah henti. Almarhum Mamih, Papih, Risha, Ninik,

serta Uwa Ewin karya kecil ini dipersembahkan dengan sepenuh hati untuk kalian.

2. Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si selaku dosen pembimbing dan juga figur ibu bagi

kami anak bimbingannya. Terima kasih atas bimbingan, arahan, masukan, koreksi,

waktu, dukungan, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama proses

pra-penelitian hingga penyusunan skripsi.

3. Ibu Ir Dwi Rachmina, M.Si selaku dosen penguji utama dan Ibu Etriya, SP,MM

selaku dosen penguji Komisi Pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta

memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini pada ujian sidang penulis.

4. Bapak Hadi di Kantor Pusat BRI, Mas Maulana di Kantor Cabang Pasar Minggu,

Mas Indra dan Bapak Joko di BRI Unit Cimanggis, beserta rekan-rekan di BRI Unit

Cimanggis yang telah banyak membantu sebelum hingga selama proses penelitian

berlangsung.

5. Seluruh nasabah BRI Unit Cimanggis yang telah bersedia menjadi responden dalam

penelitian.

6. Staf pelayanan akademik (Mba Dian dan Bu Ida) yang telah membantu penulis

menyelesaikan semua urusan administrasi serta seluruh staf Departemen Agribisnis

lainnya.

7. Bapak Yusuf yang selalu sigap mempersiapkan segala keperluan seminar hingga

keperluan sidang dengan baik.

8. Anisa Dwi Utami yang telah meluangkan waktu dan menyumbangkan pikiran

melalui pertanyaan, kritik, serta saran yang diberikan saat menjadi pembahas

seminar penulis.

Page 11: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

x

9. Dicky Satria yang senatiasa mengingatkan dan memberi semangat tanpa pernah

bosan.

10. Dina Wening, Rika Kemala, Lizna Seftiana, Wiwi Heryawati, Retno Suandari, Gusri

Ayu Farsa, M. Reza, Resha Adriansyah, Wiyanto, Alessandro Ginting, Marlinda

Sari, dan rekan-rekan mahasiswa Agribisnis lainnya serta tidak lupa Gina Almirani,

Intan Tanjung, Ika Novi, Diajeng Sagita yang selalu memberi dukungan dan

semangat.

11. Teman-teman kecilku, Diah Ayu, Yulia Prihandini, Halina Amanda, Yusna Ayu,

Nurani Agustina, Meilani Martini, Riesa Eka, Astatine Sunardi, dan Qisha Quarina,

yang selalu mendukung, memberi warna, dan inspirasi dalam hidup.

12. Mba Anis, Ratna MS dan Novy, rekan-rekan satu bimbingan yang selalu saling

mendukung.

13. Teman-teman Perwira 41, Intan, Adek, Rani, Lina, Mei, Rini, Tita, Amma, yang

memberikan kehangatan dan kenyamanan seperti sebuah keluarga kedua.

14. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas seluruh

bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Bogor, September 2009

Virgitha Isanda Agustania

Page 12: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xv

I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................ 5

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 7

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 8

II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 9

2.1 Usaha Mikro ............................................................................ 9

2.2 Pengertian,Fungsi,dan Tujuan Kredit ..................................... 13

2.3 Lembaga Keuangan Bank ....................................................... 16

2.4 Lembaga Penjaminan .............................................................. 19

2.5 Kredit Usaha Rakyat (KUR) ................................................... 19

2.6 Pasar Kredit pada Usaha Mikro .............................................. 20

2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kelancaran

Pengembalian Kredit ............................................................... 20

III KERANGKA PEMIKIRAN ...................................................... 24

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................. 24

3.1.1 Permintaan dan Penawaran Kredit ................................. 24

3.1.2 Risiko Kredit .................................................................. 25

3.1.3 Strategi Penghindaran Kredit Bermasalah ..................... 27

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ........................................... 29

IV METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 35

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 34

4.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................ 34

4.3 Metode Pengambilan Sampel .................................................. 35

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................... 36

4.4.1 Analisis Kualitatif .......................................................... 37

4.4.2 Analisis Kuantitatif ........................................................ 38

4.5 Definisi Operasional................................................................. 43

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ..................................... 44

5.1 Sejarah Singkat PT Bank BRI ................................................. 44

5.1 Visi, Misi, Tujuan BRI dan Sasaran Jangka Panjang ............. 45

5.2 Budaya Perusahaan .................................................................. 46

5.3 Organisasi dan Jaringan Kerja BRI ......................................... 46

5.4 Bidang Usaha BRI ................................................................... 47

5.5 Macam-MacamKredit BRI ..................................................... 48

5.6 Gambaran Umum Kantor Cabang BRI Pasar Minggu ............ 50

5.7 Gambaran Umum BRI Unit Cimanggis ................................. 51

5.8 Mekanisme Penyaluran KUR pada BRI Unit Cimanggis ....... 54

Page 13: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP

TINGKAT KELANCARAN PENGEMBALIAN KUR PADA BRI UNIT CIMANGGIS ............................................... 57

6.1 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Kelancaran

Pengembalian Kredit .............................................................. 57

6.1.1 Karakteristik Personal .................................................... 57

6.1.2 Karakteristik Usaha ........................................................ 62

6.1.3 Karakteristik Kredit ........................................................ 64

6.2 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat

Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) ........ 66

6.2.1 Karakteristik Personal .................................................... 67

6.2.2 Karakteristik Usaha ........................................................ 69

6.2.3 Karakteristik Kredit ........................................................ 70

6.3 Implikasi Manajerial ............................................................... 72

VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 76

LAMPIRAN .......................................................................................... 79

Page 14: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Jumlah Unit Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja

menurut Skala Usaha Tahun 2006 .............................................. 2

2 Nilai Produk Domestik Bruto Sektor Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Nasional

Tahun 2005-2007 atas Dasar Harga Berlaku .............................. 2

3 Pertumbuhan Kredit di Indonesia Tahun 2005 - 2008 ............... 4

4 Realisasi Penyaluran KUR hingga Februari 2009 ..................... 5

5 Stastistika Deskriptif Responden ............................................... 57

6 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....................... 58

7 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan................ 59

8 Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ............. 60

9 Sebaran Responden Berdasarkan Pinjaman Lain ....................... 61

10 Sebaran Responden Berdasarkan Omzet Usaha ........................ 63

11 Sebaran Responden Berdasarkan Lama Usaha ........................... 64

12 Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Pinjaman .................. 65

13 Sebaran Responden Berdasarkan Jangka Waktu

Pengembalian ............................................................................. 66

14 Logistic Regression Table ......................................................... 67

Page 15: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR)

BRI Unit Cimanggis Tahun 2008 – 2009 .................................. 6

2 Keragaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bermasalah

BRI Unit Cimanggis Tahun 2008 – 2009 .................................. 7

3 Produksi Total ............................................................................ 24

4 Permintaan dan Penawaran Kredit ............................................. 25

5 Kerangka Risiko Kredit ............................................................. 26

6 Bagan Alur Kerangka Pemikiran Penelitian .............................. 33

7 Transformasi Logit ..................................................................... 39

8 Struktur Organisasi BRI Unit Cimanggis .................................. 52

Page 16: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Pelaporan Data Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro

BRI Unit Cimanggis .................................................................. 80

2 Struktur Organisasi BRI Pusat ................................................... 81

3 Struktur Organisasi Kantor Wilayah BRI ................................. 82

4 Struktur Organisasi Kantor Cabang BRI ................................... 83

5 Struktur Organisasi Kantor Cabang Pembantu BRI .................. 84

6 Data Debitur Responden Berdasarkan

Variabel-Variabel Amatan ......................................................... 85

7 Output Analisis Regresi Logistik ............................................... 86

Page 17: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan dan pertumbuhan usaha mikro merupakan salah satu

penggerak yang penting bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di

berbagai negara dunia. Salah satu karakteristik negara dengan dinamika dan

kinerja ekonomi yang baik dan laju pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto

(PDB) yang tinggi di negara-negara Asia Timur dan Tenggara seperti Korea

Selatan, Singapura, dan Taiwan adalah kinerja usaha mikro mereka yang sangat

efisien, produktif, dan memiliki daya saing global yang sangat tinggi. Usaha

mikro di negara-negara tersebut sangat responsif terhadap kebijakan-kebijakan

pemerintahnya dalam pembangunan sektor swasta dan peningkatan pertumbuhan

ekonomi yang berorientasi ekspor. Pada negara-negara berkembang dengan

tingkat pendapatan menengah dan rendah, peranan usaha mikro juga sangat

penting. Di India, sektor ini menyumbang sekitar 32 persen dari total nilai ekspor

dan 40 persen dari nilai output dari sektor industri manufaktur di negara tersebut.

Di beberapa negara di kawasan Afrika, perkembangan dan pertumbuhan sektor

usaha mikro juga berperan penting dalam meningkatkan keluaran (output) agregat

dan kesempatan kerja (Tambunan 2002).

Di Indonesia, lebih dari 80 persen unit usaha yang ada merupakan usaha

mikro. Usaha mikro mendominasi dari total usaha yang ada di Indonesia

sementara sektor usaha menengah dan besar hanya mengambil sebagian kecil dari

jumlah unit usaha keseluruhan. Sektor usaha mikro mampu memberikan

kontribusi bagi perekonomian nasional khususnya dalam hal menyediakan

kesempatan kerja. Pada tahun 2006, tenaga kerja banyak diserap oleh usaha mikro

(Tabel 1). Sektor usaha ini mampu memberi sumber kehidupan bagi masyarakat,

bahkan di saat kondisi perekonomian negara sulit sekalipun. Hal ini dibuktikan

pada saat krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, sektor usaha mikro

terbukti telah membuat perekonomian nasional bertahan dan menjadi katup

Page 18: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

2

pengaman bagi dampak krisis, seperti pengangguran dan pemutusan hubungan

kerja 1.

Tabel 1. Jumlah Unit Usaha dan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja menurut Skala

Usaha Tahun 2006

Skala Usaha

Jumlah

Usaha

(Unit)

Persentase

Jumlah Usaha

(%)

Jumlah

Tenaga Kerja

(Orang)

Persentase

Jumlah Tenaga Kerja

(%)

Usaha Besar 45.313 0,2 4.943.083 9,6

Usaha

Menengah 158.597 0,7 3.037.936 5,9

Usaha Kecil 3.579.761 15,8 11.276.408 21,9

Usaha Mikro 18.873.043 83,3 32.181.529 62,5

Total 22.656.714 100 51.438.956 100

Sumber: BPS (2007)

Selain itu, usaha mikro juga merupakan sumber yang cukup besar bagi

penerimaan negara. Hal ini dapat dilihat dari nilai persentase PDB yang

disumbangkan usaha mikro pada tahun 2007 sebagai bagian dari sektor usaha

mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terhadap nilai PDB nasional yakni sebesar

53,6 persen (Tabel 2).

Tabel 2. Nilai Produk Domestik Bruto Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

(UMKM) dan Nasional Tahun 2005-2007 atas Dasar Harga Berlaku

Keterangan 2005

(Miliar Rupiah)

2006

(Miliar Rupiah)

2007

(Miliar Rupiah)

UMKM 1.941,10 1.778,70 2.121,31

Nasional 3.164,10 3.338,20 3.957,66

Persentase UMKM 61,35 53,30 53,60

Sumber: BPS (2008)

Walaupun sektor usaha mikro memberikan kontribusi besar terhadap PDB

nasional dan dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat namun hal

ini belum dapat mendorong pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat. Faktor

internal yang diduga menjadi salah satu penyebabnya adalah kurangnya

permodalan untuk mengembangkan suatu unit usaha. Padahal berdasarkan rantai

1 Hurustyadi I. 2007. Analisis kelayakan investasi usaha mikro, kecil, dan menengah: studi kasus

pada CV Bersaudara Jaya [abstrak]. http://www.jurnalskripsi.co.id. [2 Agustus 2009].

Page 19: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

3

ekonomi, modal akan menghasilkan pendapatan. Apabila modal rendah, maka

akan menyebabkan rendahnya tingkat produktifitas baik input maupun tenaga

kerja yang pada akhirnya akan menghasilkan tingkat pendapatan dan investasi

yang rendah, dan begitu pula sebaliknya. Dengan demikian maka keberadaan

kredit bagi sektor usaha mikro sangat dibutuhkan mengingat kebutuhan untuk

pembiayaan modal kerja dan investasi diperlukan guna menjalankan usaha dan

meningkatkan akumulasi pemupukan modal mereka.

Salah satu langkah nyata pengembangan sektor usaha mikro adalah

melalui bantuan permodalan berupa kredit. Perkembangan aliran modal kepada

sektor usaha mikro ini ditunjukkan dengan rata-rata pertumbuhan total kredit

usaha mikro, kecil, dan menengah pada tahun 2005 hingga tahun 2008 yang

menunjukkan tren kenaikan sebesar 12,3 persen. Bank Swasta Nasional tercatat

sebagai pemberi kredit usaha mikro, kecil, dan menengah terbesar dengan

proporsi rata-rata sebesar 48 persen dari total keseluruhan kredit usaha mikro,

kecil, dan menengah pada tahun 2005 hingga tahun 2008 (Tabel 3).

Meskipun sejumlah kredit telah mengalir kepada usaha mikro, kecil, dan

menengah, namun jumlah usaha yang telah memperoleh kredit dari perbankan

hanya sekitar 39,06 persen. Sisanya belum tersentuh oleh perbankan dan

mayoritas diantaranya merupakan usaha mikro yang berbentuk usaha rumah

tangga, pedagang kaki lima, dan berbagai jenis usaha mikro lain yang bersifat

informal. Berdasarkan latar belakang tersebut, kebijakan Kredit Usaha Rakyat

(KUR) khususnya KUR Mikro yang diperuntukkan bagi usaha mikro yang sudah

feasible namun belum bankable dengan memberikan pola penjaminan digulirkan.

Kebijakan penjaminan kredit ini diharapkan akan dapat memberikan kemudahan

akses serta kesempatan yang lebih besar terhadap kredit, terutama pada usaha

mikro 2.

Kredit Usaha Rakyat (KUR) tidak disalurkan langsung oleh pemerintah,

melainkan disalurkan oleh bank-bank yang telah ditunjuk pemerintah sebagai

bank penyalur KUR. Enam bank yang ditunjuk pemerintah sebagai penyalur KUR

adalah Bank Rakyat Indonesia, Bank Nasional Indonesia, Bank Tabungan Negara,

2 Osa, Stefanus. 2008. Apa kabar pemberdayaan UMKM. www.kompas.com. [28 April 2009].

Page 20: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

4

Tabel 3. Pertumbuhan Kredit UMKM di Indonesia Tahun 2005 - 2008

Kelompok

Bank

2005 2006

Growth

(%)

2007

Growth

(%)

Januari 2008

Growth

(%)

Rata-Rata

Nilai

(Milyar

Rupiah)

Share Nilai

(Milyar

Rupiah)

Share Nilai

(Milyar

Rupiah)

Share

(%)

Nilai

(Milyar

Rupiah)

Share

(%)

Share

(%) Growth

(%) (%) (%)

Bank

Persero

122.189 34.43 144.935 35.31 18.62 176.74 35.15 21.94 172.797 34.77 -2.23 34.92

12.78

Bank BPD 42.462 11.96 52.859 12.88 24.49 67.774 13.48 28.22 67.508 13.59 -0.39 12.98 17.44

Bank Swasta

Nasional

176.421 49.71 195.326 47.59 10.72 238.211 47.38 21.96 235.961 47.48 -0.94 48.04

10.58

Bank Asing

dan

Campuran

13.836 3.9 17.322 4.22 25.2 20.073 3.99 15.88 20.658 4.16 2.91 4.07

14.66

Total Kredit

UMKM

354.908 100 410.442 100 15.65 502.798 100 22.5 496.924 100 -1.17 100

12.33

Jenis

Penggunaan

Modal Kerja 142.633 40.19 171.118 41.69 19.97 204.765 40.73 19.66 197.067 39.66 -3.76 40.57

11.96

Investasi 33.049 9.31 37.147 9.05 12.4 44.578 8.87 20 43.898 8.83 -1.53 9.02 10.29

Konsumsi 179.225 50.5 202.177 49.26 12.81 253.453 50.41 25.36 255.959 51.51 0.99 50.42 13.05

Sumber: Bank Indonesia, diolah (2008)

Page 21: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

5

Bank Mandiri, Bank Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri. Di antara keenam bank

tersebut, bank yang paling banyak menyalurkan KUR adalah BRI yang

menyalurkan hingga 76,69 persen dari total dana KUR yang telah disalurkan

(Tabel 4). Tingginya penyaluran KUR oleh BRI disebabkan telah luasnya jaringan

kantor BRI Unit (4300 unit) yang dapat menjangkau hingga masyarakat di

pedalaman3.

Tabel 4. Realisasi Penyaluran KUR hingga Februari 2009

Bank Kredit Debitur Rata-Rata Kredit

(Juta Rupiah) (Orang) (Juta Rupiah/Orang)

BRI 9.681.322 1.717.666 5,64

-BRI KUR 3.009.856 26.711 112,68

-BRI KUR Mikro 6.671.466 1.690.955 3,95

BNI 1.153.303 8.821 130,75

Mandiri 1.168.285 37.087 31,50

BTN 176.541 1.112 158,76

Bukopin 612.730 2.918 209,98

BSM 344.394 4.350 79,17

TOTAL 13.136.575 1.771.954 7,41

Sumber: Kantor Menko Perekonomian dalam Bank Rakyat Indonesia (2009)

Adapun fungsi PT Bank BRI sebagai lembaga intermediasi antar pihak

yang memiliki dana berlebih dengan pihak yang kekurangan dana, menimbulkan

adanya risiko dalam kegiatan pembiayaan bank. Pentingnya pengelolaan risiko

menjadi salah satu faktor keberhasilan PT Bank BRI dalam meningkatkan

kualitas dan kuantitas pembiayaan serta menyokong pengembangan sektor usaha

mikro melalui penyaluran KUR.

1.2. Perumusan Masalah

Kredit Usaha Rakyat (KUR) khususnya KUR Mikro merupakan kredit

bagi usaha mikro yang telah feasible namun membutuhkan modal baik dalam

menjalankan usaha maupun untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya sehingga

akan dapat memperlancar dan meningkatkan produktivitas usahanya dengan pola

3 [Asia Securities]. 2008. Bank Rakyat Indonesia: Kinerja yang Bersinar Ditopang Jaringan yang

Kuat. www.asiasecurities.co.id. [28 April 2009].

Page 22: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

6

penjaminan hingga 70 persen dari plafon kredit. Penjaminan diharapkan akan

memberikan usaha mikro akses yang lebih luas kepada perbankan.

Adanya aspek kelayakan usaha sebagai salah satu persyaratan untuk dapat

mengakses KUR diharapkan calon debitur akan memiliki kemampuan dalam

penegmbalian kredit dengan teratur. Namun di dalam pengembalian kredit ini

masih terdapat permasalahan yang timbul, yaitu keterlambatan

pengembalian/pelunasan kredit. Hal ini menunjukkan bahwa usaha mikro yang

feasible ternyata tidak menjamin kelancaran pengambalian kredit. Masih terdapat

faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian selain

aspek kelayakan usaha tersebut.

PT. Bank BRI merupakan salah satu bank pelaksana Kredit Usaha Rakyat

(KUR) dan hingga kini telah menyalurkan paling berperan dalam penyaluran

KUR terutama pada KUR Mikro. Adanya risiko dalam kegiatan pembiayaan

melalui pemberian KUR ini diindikasikan dengan tingkat kredit macet atau

tingkat Non Performing Loan (NPL). Hingga Februari 2009, secara nasional rasio

kredit bermasalah (NPL) KUR mencapai 2,63 persen dan tingkat NPL pada dua

bank penyalur seperti Mandiri dan BNI masing-masing adalah sebesar 0,44

persen dan 1,96 persen. Adapun tingkat NPL KUR PT. Bank BRI sendiri adalah

sebesar 2,58 persen (Kantor Menko Perekonomian dalam Bank Rakyat Indonesia

2009). Jika dibandingkan dengan tingkat NPL KUR pada dua bank penyalur

tersebut, maka persentase NPL PT Bank BRI masih dapat ditekan dengan

berupaya meningkatkan kinerja penyaluran KUR ini menuju arah yang lebih baik.

Gambar 1. Debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR)

BRI Unit Cimanggis Tahun 2008 - 2009

Sumber: Bank Rakyat Indonesia (2009)

Page 23: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

7

BRI Unit Cimanggis Cabang Pasar Minggu merupakan salah satu dari

kantor unit yang dibuka oleh BRI untuk melayani masyarakat termasuk di

dalamnya adalah memberikan pelayanan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Di antara

unit-unit BRI yang berada dibawah Kantor Cabang Pasar Minggu, BRI Unit

Cimanggis memiliki peluang terhadap sektor usaha mikro. Sejak

direalisasikannya penyaluran KUR oleh BRI, jumlah debitur yang mengakses

KUR pada BRI Unit Cimanggis secara umum cenderung memperlihatkan adanya

peningkatan (Gambar 1).

Namun seiring dengan peningkatan penyaluran KUR, peningkatan rasio

kredit bermasalah (NPL) KUR juga terjadi seperti ditunjukkan pada Gambar 2.

Selain menunjukkan adanya penurunan kinerja, tingkat NPL tersebut juga

menunjukkan kinerja penyaluran KUR pada BRI Unit Cimanggis masih berada di

bawah tingkat NPL KUR pada BRI secara keseluruhan. Per Februari 2009, tingkat

NPL KUR PT Bank BRI, adalah sebesar 2,58 persen sementara tingkat NPL KUR

pada BRI Unit Cimanggis mencapai 4,7 persen.

Gambar 2. Keragaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bermasalah

BRI Unit Cimanggis Tahun 2008 - 2009

Sumber: Bank Rakyat Indonesia, 2009

Tingginya angka kredit bermasalah merupakan salah satu indikasi kurang

berhasilnya suatu unit kerja BRI. Oleh karena itu, PT Bank BRI harus terus

melakukan pengembangan salah satunya dengan terus mengembangkan

pengelolaan risiko kredit, terutama dalam hal penyeleksian calon debitur agar

dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pembiayaan serta menyokong

pengembangan usaha mikro. Dengan demikian faktor-faktor yang berpengaruh

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

AGT '08 SEPT '08 OKT '08 NOV '08 DES '08 JAN '09 FEB '09

NP

L (%

)

Bulan

Page 24: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

8

terhadap tingkat kelancaran pengembalian oleh debitur perlu menjadi hal yang

diperhatikan oleh PT Bank BRI agar angka kredit bermasalah dapat ditekan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik debitur KUR pada BRI Unit Cimanggis berdasarkan

tingkat kelancaran pengembaliannya?

2. Faktor-faktor apa yang berpengaruh nyata terhadap tingkat kelancaran

pengembalian KUR pada BRI Unit Cimanggis?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi karakteristik debitur KUR pada BRI Unit Cimanggis

berdasarkan tingkat kelancaran pengembalian.

2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat

kelancaran pengembalian KUR pada BRI Unit Cimanggis.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi manajemen PT Bank BRI

terutama bagi BRI Unit Cimanggis sebagai masukan dan solusi untuk dapat

mengetahui karakteristik debiturnya serta faktor-faktor yang berpengaruh

nyata terhadap tingkat kelancaran pengembalian KUR oleh debiturnya

sehingga bank dapat mengantisipasi faktor tersebut untuk meningkatkan

kualitas kredit dan PT Bank BRI menjadi bank yang handal dalam

menjalankan perannya.

2. Bagi penulis penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan teori-teori yang

pernah dipelajari untuk mengkaji berbagai fakta yang terjadi di lembaga

perbankan.

3. Bagi pembaca, dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kelancaran pengembalian

KUR oleh debitur serta dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi

untuk penelitian lebih lanjut.

Page 25: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Mikro

Usaha mikro merupakan suatu unit usaha yang banyak memiliki

keterbatasan dibandingkan perusahaan besar. Keterbatasan ini tampak dalam hal

skala usaha sesuai dengan namanya yaitu usaha “mikro” yang sangat jelas

mencerminkan ruang lingkup usahanya yang cukup terbatas (Muhammah 2008)

Pada umumnya usaha ini belum memiliki legalitas usaha yang sah

sehingga sektor usaha ini sering disebut dengan sektor informal. Ciri dari sektor

informal antara lain tidak mempunyai badan hukum, tidak tercatat dalam daftar

resmi, menciptakan kegiatan sendiri, tidak mempunyai jenis organisasi formal,

jenis dan tempat usaha tidak permanen, untuk melakukan kegiatan usaha tidak

memerlukan keahlian dan keterampilan berdasarkan pendidikan formal dan lain

sebagainya.

Batasan atau ruang lingkup usaha mikro sangat beragam bergantung pada

pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2008,

usaha mikro didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi rakyat berskala mikro yang

modal usahanya tidak lebih dari Rp 50.000.000,-. tidak termasuk tanah dan

bangunan usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp

300.000.000,- . Usaha tersebut merupakan milik warga Negara Indonesia yang

berdiri sendiri dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung ataupun tidak langsung

dengan usaha menengah atau besar, dan berbentuk perseorangan badan usaha

yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk

koperasi. Ciri lain yang juga sering digunakan berbagai instansi sebelum

keluarnya Undang-Undang Nomor 20 tersebut adalah jumlah tenaga kerjanya

maksimal lima orang dan sebagian besar menggunakan anggota keluarga/kerabat

atau tetangga, pemiliknya bertindak secara alamiah dengan mengandalkan insting

dan pengalaman sehari-hari.

Dalam menjalankan usahanya, usaha mikro ini belum disertai analisis

kelayakan usaha dan rencana bisnis yang sistematis, melainkan hanya ditunjukkan

oleh kerja keras pemilik yang sekaligus pemimpin usaha. Kegiatan usahanya

menggunakan teknologi sederhana dengan sebagian besar bahan baku lokal,

Page 26: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

10

dipengaruhi faktor budaya, jaringan usaha terbatas, tidak memiliki tempat

permanen, usahanya mudah ditinggalkan, modal relatif kecil,serta menghadapi

persaingan ketat karena hambatan masuk (entry barrier) usaha mereka sangat

lonnggar.

Berbeda pula dengan Departemen Koperasi yang menetapkan batasan

yaitu usaha mikro adalah usaha dengan total kekayaan maksimum sebesar

Rp 100.000.000 usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan total Rp 200.000.000

dan usaha menengah adalah usaha dengan total kekayaan lebih besar dari Rp

200.000.000 hingga Rp 10.000.000.000 (Departemen Koperasi 2008)

Pihak perbankan umumnya memandang pelayanan terhadap sektor ini

mendatangkan biaya transaksi tinggi dan penuh dengan risiko. Tingginya biaya

disebabkan skala kredit yang dibutuhkan terlalu kecil untuk bank komersial,

kemudian tidak mampu memberikan agunan, ditambah lagi dengan pendapatan

yang menjadi jaminan juga rendah (Kusmuljono 2009). Hal ini sejalan dengan

karakteristik usaha mikro secara umum yakni:

1) Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti

kaidah administrasi pembukuan standar

2) Marjin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi

3) Modal terbatas

4) Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih terbatas

5) Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan penekanan

biaya untuk mencapai efisiensi jangka panjang

6) Kemampuan pemasaran dan negosiasi terbatas

7) Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal yang rendah

karena keterbatasan sistem administrasi.

Karakteristik yang dimiliki oleh usaha mikro mengisyaratkan adanya

kelemahan-kelemahan yang potensial menimbulkan masalah. Hal ini telah

menyebabkan berbagai masalah internal, terutama berkaitan dengan pendanaan,

walaupun pemerintah telah mengeluarkan berbagai kemudahan dengan paket-

paket kebijakan untuk mendorong sektor usaha kecil tersebut. Atas dasar potensi

dan karateristik tersebut, maka pemberdayaan usaha kecil ini masih strategis dan

sangat penting dalam mendukung perekonomian nasional.

Page 27: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

11

Di samping itu, usaha mikro menghadapi pula faktor-faktor yang masih

menjadi kendala dalam peningkatan daya saing dan kinerja usaha mikro, yaitu:

1) Lemahnya sistem pembiayaan dan kurangnya komitmen pemerintah bersama

lembaga legislatif terhadap dukungan permodalan usaha mikro, sehingga

keberpihakan lembaga-lembaga keuangan dan perbankan masih belum

seperti yang diharapkan

2) Kurangnya kemampuan usaha mikro untuk meningkatkan akses pasar

3) Terbatasnya informasi sumber bahan baku dan panjang jaringan distribusi

4) Belum terciptanya “blue print” platform teknologi dan informasi, yang

meliputi masalah regulasi, pembiayaan, standarisasi, lisensi jenis teknologi

tepat

5) Proses perizinan pendirian badan usaha, paten, merek, hak cipta, investasi,

izin yang masih birokratis, biaya tinggi, dan waktu yang lama.

Namun demikian jika mendapatkan sokongan dari berbagai pihak yang

saling terintegrasi sebenarnya sektor usaha mikro akan dapat berkembang lebih

baik. Pertama, pemerintah memberikan regulasi dan supervisi yang tepat, dalam

hal ini peran pemerintah. Kedua, tersedianya sumber permodalan dan pembiayaan

yang mudah dijangkau dan sustainable, yang perannya diperankan oleh perbankan

dan lembaga keuangan mikro. Dan ketiga, adanya pendampingan untuk capacity

building yang diperankan oleh kalangan akademisi termasuk lembaga

pemeringkat, konsultan manajemen, dan sebagainya (Kusmuljono 2009).

2.2. Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Kredit

Kredit berasal dari bahasa latin credere yang artinya mempercayai.

Adapun berbagai definisi kredit menurut beberapa pandangan adalah sebagai

berikut:

1) Menurut UU Perbankan No. 14 Tahun 1967, kredit adalah penyediaan uang

atas tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan

pinjam meminjam antar bank dan pihak lain dalam hal dimana pihak

peminjam wajib melunasi utang setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah

bunga yang ditetapkan.

2) Dalam ensiklopedia umum, kredit dijelaskan sebagai sistem keuangan untuk

memudahkan pemindahan modal dari pemilik kepada pemakai dengan

Page 28: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

12

harapan akan mendapatkan keuntungan. Kredit diberikan berdasarkan

kepercayaan orang lain yang memberikannya terhadap kecakapan dan

kejujuran si peminjam.

Seseorang akan dikenai beban bunga apabila ia menggunakan jasa kredit.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kredit merupakan bentuk kegiatan yang

bermotif saling mendapatkan keuntungan antara pihak kreditur dan debitur,

dimana pihak kreditur akan mendapatkan keuntungan dari penagihan bunga

periodik kepada debitur dan debitur mendapatkan keuntungan dari manfaat modal

yang diperoleh dari kredit.

Selain saling menguntungkan, kredit juga memberikan konsekuensi

penanggungan risiko bersama, baik oleh kreditur maupun debitur. Risiko yang

mungkin ditanggung oleh kreditur adalah apabila jasa kredit yang diberikan

mempunyai masalah dalam pengembaliannya. Sedangkan risiko yang mungkin

ditanggung oleh debitur adalah jika ia tidak mampu membayar lunas kredit yang

ia terima sesuai dengan perjanjian jatuh tempo maka debitur dapat dituntut dan

akan kehilangan agunan yang menjadi jaminan dalam pemberian kredit.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan unsur-unsur yang terdapat dalam

kredit yaitu:

1) Kepercayaan, keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang

diberikan,baik dalam bentuk uang, barang, ataupun jasa akan benar-benar

diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

2) Waktu, yaitu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dan

kontraprestasi yang diterima pada masa yang akan datang. Dalam hal ini

terkandung nilai waktu dari uang yang mencerminkan sejumlah uang dengan

nominal tertentu nilainya akn lebih besar pada waktu sekarang dibandingkan

dengan nilai pada waktu yang akan dating.

3) Degree of Risk, yaitu tingkat risiko yang dihadapi akibat jangka waktu yang

memisahkan antara pemberian prestasi dan kontraprestasi yang akan diterima

di masa yang akan dating. Semakin lama jarak waktu tersebut maka tingkat

risikonya semakin tinggi. Adanya risiko inilah yang menimbulkan perlunya

jaminan pemberian kredit.

Page 29: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

13

Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan

menurut Suyatno (1995) antara lain sebagai berikut:

1) Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang

Para pemilik uang/modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya

kepada para pengusaha yang membutuhkannya untuk meningkatkan produksi

atau untuk meningkatkan usahanya. Selain itu para pemilik uang/modal juga

dapat menyimpan uangnya pada lembaga-lembaga keuangan. Keuangan

tersebut diberikan sebagai pinjaman kepada perusahaan-perusahaan untuk

meningkatkan usahanya.

2) Kredit dapat meningkatkan peredaran lalu lintas uang

Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan

pembayaran baru seperti cek, giro bilyet, dan wesel. Sehingga apabila

pembayaran dilakukan dengan cek, giro bilyet, dan wesel maka peredaran

uang giral akan dapat meningkat. Di samping itu, kredit perbankan yang

ditarik secara tunai dapat pula meningkatkan peredaran uang kartal sehingga

lalu lintas uang akan berkembang pula.

3) Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang

Dengan kredit, para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang

jadi sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat. Di samping itu

kredit dapat pula meningkatkan peredaran barang, baik melalui penjualan

secara kredit maupun dengan membeli barang-barang di satu tempat dan

menjualnya ke tempat lain. Pembelian tersebut berasal dari kredit. Hal ini

juga berarti bahwa kredit tersebut dapat pula meningkatkan manfaat suatu

barang.

4) Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi

Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, kebijakn diarahkan kepada

usaha-usaha seperti pengendalian inflasi, peningkatan ekspor, dan

pemenuhan kebutuhan pokok rakyat. Untuk menekan laju inflasi pada tahun

1966 yang lebih kurang sebesar 650 persen, pemerintah memberlakukan

kebijakan uang ketat melalui pemberian kredit usaha yang selektif dan

terarah untuk melindungi usaha-usaha yang bersifat non-spekulatif. Arus

kredit diarahkan pada sektor-sektor yang produktif dengan pembatasan

Page 30: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

14

kualitatif dan kuantitatif. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi dan

memenuhi kebutuhan dalam negeri agar dapat diekspor. Kebijakan tersebut

telah berhasil dengan baik.

5) Kredit dapat meningkatkan kegairahan usaha

Setiap orang yang berusaha selalu ingin meningkatkan usaha tersebut.

Namun ada kalanya keinginan tersebut dibatasi oleh kemampuan

permodalan. Bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat mengatasi

kekurangmampuan para pengusaha di bidang permodalan sehingga para

pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya.

6) Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan

Dengan bantuan kredit dari bank, para pengusaha dapat memperluas

usahanya dan mendirikan proyek-proyek baru. Peningkatan usaha dan

proyek-proyek baru memerlukan tenaga kerja untuk melaksanakan proyek

tersebut. Dengan demikian mereka akan mendapatkan pendapatan. Dengan

tertampungnya tenaga kerja tersebut, maka pemerataan pendapatan akan

meningkat pula.

Berdasarkan tujuan pengunaannya menurut Suyatno (1995), kredit dapat

dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1) Kredit Konsumtif

yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai pembelian barang-barang atau

jasa-jasa yang dapat memberikan kepuasan langsung kepada konsumen. Jenis

kredit ini digunakan untuk membiayai hal-hal yang bersifat konsumtif seperti

kredit perumahan, kredit kendaran, serta kredit untuk pembelian makanan.

Secara tidak langsung kredit konsumtif akan memberikan efek produktif

dengan cara meningkatkan dari barang atau jasa yang dibeli pelanggan.

2) Kredit Produktif

yaitu kredit yang digunakan dengan tujuan untuk memperlancar jalannya

proses produksi.

3) Kredit Perdagangan, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membeli

barang-barang untuk dijual kembali

Page 31: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

15

2.3. Lembaga Keuangan Bank

Lembaga keuangan merupakan suatu lembaga yang bertugas memberikan

layanan keuangan termasuk di dalamnya pemberian jasa bantuan permodalan dan

pembiayaan. Lembaga keuangan ini dibedakan menjadi lembaga keuangan bank

dan lembaga keuangan bukan bank.

Bank merupakan salah satu lembaga penyedia jasa keuangan. Pengertian

bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah

“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”.

Adapun pengertian Bank menurut Global Association of Risk Proffesional

(GARP) dan Badan Sertifikasi Manajemen Risiko adalah suatu lembaga yang

telah memperoleh izin untuk melakukan kegiatan utama menerima deposito,

memberikan pinjaman, menerima dan menerbitkan cek.

Bank merupakan satu-satunya lembaga keuangan depositori. Sebagai

lembaga keuangan depositori, bank memiliki izin untuk menghimpun dana secara

langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan, yaitu berupa giro, tabungan,

dan deposito. Dana yang diperoleh kemudian dapat dialokasikan ke dalam aktiva

dalam bentuk pinjaman dan investasi. Kekhususan kegiatan yang dilakukan oleh

bank inilah yang membedakan bank dari lembaga keuangan lain. Di samping

kekhususan dalam menghimpun dana masyarakat atau dana pihak ketiga tersebut,

bank diperbolehkan untuk menjalankan usaha yang sama dengan lembaga

keuangan lain.

Adapun jenis-jenis bank dapat digolongkan menjadi beberapa macam

berdasarkan formalitas undang-undang, kepemilikan, penekanan kegiatan usaha,

dan pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha (Dendawijaya 2001)

Jenis bank berdasarkan formalitas undang-undang dilandaskan oleh

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yaitu bank umum dan bank perkreditan

rakyat. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya dibedakan menjadi lima jenis

yaitu bank milik Negara (BUMN), bank milik pemerintah daerah (BUMD), bank

milik swasta nasional, bank milik swasta campuran (nasional dan asing), dan bank

milik asing.

Page 32: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

16

Penggolongan jenis bank berdasarkan penekanan kegiatan usahanya yaitu

bank retail, bank korporasi, bank komersial, bank pedesaan, bank pembangunan,

dan lain-lain. Sedangkan jenis bank berdasarkan pembayaran bunga atau

pembagian hasil usaha dibedakan menjadi bank konvensional yang menetapkan

bunga sebagai biaya modal dalam penyetoran simpanan serta penyaluran kredit

dan bank berdasarkan prinsip syariah yang menerapkan konsep bagi hasil dalam

penyetoran simpanan serta pemberian kredit.

Produk bank merupakan bentuk kegiatan jasa yang dihasilkan bank.

Produk bank dipisahkan ke dalam dua sisi, yaitu sisi pasiva dan sisi aktiva.

Produk-produk bank dari sisi pasiva meliputi:

1) Giro. Merupakan simpanan dari pihak ketiga atau nasabah kepada bank yang

penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet

giro, surat perintah pebayaran, atau dengan pemindabukuan.

2) Tabungan. Adalah simpanan dari nasabah kepada bank yang penarikannya

hanya dapat dilakukan menurut ketentuan atau syarat-syarat tertentu yang

disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan/atau lainnya

yang dapat dipersamakan dengan itu.

3) Deposito. Merupakan simpanan dari nasabah kepada bank yang penarikannya

hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian

antara nasabah dengan bank yang bersangkutan

Produk-produk bank dari sisi pasiva ini biasa dikenal dengan sebutan

kredit pasif. Produk-produk bank dari sisi aktiva atau yang biasa disebut kredit

aktif meliputi:

1) Kredit modal kerja. Pemberian kredit dari bank (kreditur) kepada nasabah

(debitur) untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan debitur.

2) Kredit investasi. Kredit yang digunakan untuk membeli barang modal

(investasi).

3) Kredit off shore. Fasilitas kredit yang diberikan kepada debitur domestik

dalam bentuk valuta asing dan dilaksanakan melalui cabang bank yang

bersangkutan di luar negeri.

Page 33: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

17

4) Kredit on shore. Fasilitas kredit yang diberikan oleh unit kredit dalam negeri

(kantor wilayah, cabang, atau divisi korporasi) yang diberikan kepada debitur

dalam negeri dalam bentuk valuta asing.

5) Kredit cash collateral. Merupakan kredit khusus yang diberikan kepada

pemegang deposito berjangka bank yang bersangkutan, bank pemerintah, atau

bank asing/swasta nasional yang bonafid dan pemegang tabungan bank yang

bersangkutan.

6) Kredit profesi. Kredit yang diberikan oleh bank dalam rangka membantu para

profesional (dokter, akuntan publik, pengacara, konsultan, dan sebagainya)

untuk mengembangkan profesinya.

7) Kredit konsumsi. Kredit yang diberikan oleh bankkepada debitur untuk

keperluan membeli barang-barang konsumsi yang dibutuhkannya.

8) Kredit sindikasi. Kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur (biasanya

nasabah korporasi atau perusahaan) secara bersama-sama dengan bank lain

berdasarkan kesepakatan bersama atas beberapa ketentuan, seperti

porsivolume kredit dan agunan masing-masing bank, tingkat suku bunga, dan

lain-lain.

9) Kredit-kredit program. Berbagai jenis kredit yang dibeerikan oleh bank dalam

rangka memenuhi ketentuan untuk mengikuti suatu program pemerintah

seperti kredit canda kulak, kredit usaha kecil (KUK), dan sebagainya.

Selain berbagai jenis produk yang dihasilkan bank di atas, bank juga

memberikan berbagai pelayanan jasa yang mencakup jasa perbankan dalam negeri

dan luar negeri seperti pemindahbukuan (transfer), surat keterangan bank,

delegasi kredit, dan lain sebagainya.

2.4. Lembaga Penjaminan

PT Askrindo didirikan oleh Pemerintah Republik Indonesia dan Bank

Indonesia pada tahun 1971. Askrindo bergerak pada bidang asuransi kredit bank

dan juga usaha-usaha lainnya, khusus di bidang penjaminan. Visi dari Askrindo

adalah menjadi perusahaan asuransi nasional terpercaya dan kompetitif yang

mengutamakan pelayanan prima dengan dukungan sumber daya dan lembaga

keuangan yang kuat di dalam dan di luar negeri untuk pihak-pihak yang

berkepentingan, dengan misi mendukung program pemerintah di bidang ekonomi

Page 34: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

18

dalam menciptakan UMKM yang tangguh melalui kegiatan usaha asuransi

dan/atau penjaminan.

Perum Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) merupakan Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) yang didirikan berdasarkan peraturan pemerintah Nomor

95 Tahun 2000 tanggal 7 November 2000. Perusahaan ini didirikan untuk

meneruskan Perusahaan Umum Pengembangan Keuangan Koperasi (Perum PKK)

dengan sasaran dan lingkup usaha diperluas. Perluasan sasaran dan lingkup usaha

tersebut antara lain dengan memberikan pelayanan tidak hanya kepada koperasi

melainkan juga kepada UMKM. Pelayanan yang diberikan Jamkrindo di

antaranya berupa kegiatan penjaminan kredit bank atau bukan bank, penjaminan

atas pembiayaan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen dan

pembiayaan pola bagi hasil,penjaminan atas pembelian barang secara angsuran,

penjaminan atas transaksi kontrak jasa, pemberian pinjaman dengan pola bagi

hasil, bantuan manajemen dan konsultasi, penerbitan surety bond, dan kegiatan

lain yang menunjang tercapainya visi dan misi perusahaan.

2.5. Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah Kredit Modal Kerja (KMK) dan atau

Kredit Investasi (KI) dengan plafon kredit sampai dengan Rp500 juta. Di samping

itu, terdapat pula KUR Mikro dengan plafon kredit maksimal Rp. 5 juta. Pinjaman

ini diberikan kepada usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi yang memiliki

usaha produktif yang layak (feasible) namun belum bankable. Pinjaman tersebut

sebagian dijamin dengan program penjaminan kredit oleh pemerintah melalui

PT. Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan Perum Jaminan Kredit Indonesia

(Jamkrindo).

Besarnya coverage penjaminan maksimal yang diberikan Askrindo dan

Jamkrindo adalah sebesar 70 persen dari nilai kredit. Selebihnya harus disediakan

oleh pihak debitur yang menjadi risiko bank penyalur karena dana yang disalurkan

melalui KUR tersebut adalah sepenuhnya berasal dari bank penyalur. Bunga

pinjaman dalam pengembalian kredit ini adalah sebesar 1,125 persen per bulan.

Page 35: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

19

2.6. Pasar Kredit pada Usaha Mikro

Jika kredit diartikan sebagai barang ekonomi, maka permintaan terhadap

kredit akan sangat dipengaruhi oleh harga kredit yang ditunjukkan dengan tingkat

bunga kredit. Sehingga semakin tinggi tingkat bunga maka jumlah permintaan

kredit akan turun. Selain itu pendapatan dan bank pemberi kredit juga

mempengaruhi permintaan terhadap kredit (Rachmina 1994).

Secara garis besar terdapat dua sumber kredit, yaitu sumber formal dan

sumber non-formal. Maka dengan demikian terdapat dua pasar kredit bagi usaha

pada sektor mikro ini, yaitu pasar kredit formal dan pasar kredit non-formal.

Kedua pasar kredit tersebut mempunyai karakteristik dan struktur yang berbeda,

sehingga dalam batas-batas tertentu kedua pasar tersebut bersifat independen.

Demikian juga dengan tingkat bunga yang ditetapkan pada kedua pasar berbeda

cukup besar, dimana tingkat bunga pasar kredit formal relatif lebih rendah dari

pasar kredit non-formal (Rachmina 1994).

2.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit telah diteliti pada

berbagai penelitian terdahulu. Alamsyah (2007) yang meneliti tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit macet pada kredit usaha

pedesaan (Kupedes) dalam sektor agribisnis di BRI Unit Ciomas, Bogor

mengemukakan bahwa jumlah tanggungan keluarga, jarak rumah debitur dengan

bank sertaomzet usaha memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat

pengembalian Kupedes. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga dan

semakin jauhnya jarak rumah dengan bank serta semakin kecilnya omzet usaha

yang diperoleh maka kemungkinan timbulnya kredit macet semakin besar. Hal

tersebut menunjukkan bahwa faktor yang sebelumnya diduga berpengaruh

terhadap tingkat pengembalian kredit seperti usia, tingkat pendidikan, pengalaman

berusaha, jangka waktu pengembalian, serta beban bunga ternyata tidak berperan

dalam menentukan kemampuan pengembalian kredit. Adapun model analisis yang

digunakan dalam penelitian tersebut adalah model regresi logistik.

Adapun penelitian Handoyo (2009) yang mengkaji faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan syariah untuk UMKM

agribisnis pada KBMT Wihdatul Ummah Kota Bogor dengan menggunakan

Page 36: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

20

model analisis regresi logistik mengemukakan bahwa omzet usaha, pengalaman

usaha, serta frekuensi peminjaman memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat

pengembalian pinjaman tersebut. Sementara itu faktor yang sebelumnya diduga

berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit seperti tingkat pendidikan,

besarnya jumlah pinjaman, jangka waktu pengembalian, pola penagihan pinjaman

serta penggunaan pinjaman ternyata tidak berperan dalam menentukan

kemampuan pengembalian kredit.

Hermawan (2007) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan pengembalian kredit umum pedesaan (Kupedes) untuk usaha mikro,

kecil, dan menengah di Kabupaten Bogor dengan menggunakan model analisis

logistik biner. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa karakteristik individu yang

berpengaruh nyata dan negatif terhadap pengembalian Kupedes adalah jarak

rumah debitur dengan BRI. Sedangkan berdasarkan analisis deskriptif diketahui

bahwa pengembalian kredit bermasalah paling banyak terjadi pada tingkat usia

tertentu. Karakteristik usaha yang berpengaruh nyata dan positif terhadap

pengembalian Kupedes adalah omzet, pengalaman kredit, dan jangka waktu

pengembalian pinjaman. Berdasarnya analisis deskriptif disimpulkan bahwa

pengembalian kredit, dan jangka waktu pengembalian bahwa pengembalian

kredit bermasalah terjadi pada nasabah yang mempunyai nilai agunan di bawah

nilai tertentu.

Muhammah (2008) menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

tingkat pengembalian kredit oleh UMKM studi kasus nasabah Kupedes pada

PT. Bank Rakyat Indonesia,Tbk Unit Cigudeg Cabang Bogor. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa faktor omzet usaha serta frekuensi peminjaman kredit

memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat pengembalian Kupedes. Hal

tersebut menunjukkan bahwa faktor yang sebelumnya diduga berpengaruh

terhadap tingkat pengembalian kredit seperti usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jarak rumah dengan kantor unit lama

usaha, jangka waktu pengembalian, serta beban bunga ternyata tidak berperan

dalam menentukan kemampuan pengembalian kredit.

Secara umum, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengembalian

kredit pada penelitian-penelitian terdahulu tersebut mewakili karakteristik

Page 37: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

21

personal, karakteristik usaha, dan karakteristik kredit. Karakter personal meliputi

usia, jenis kelamin, jarak rumah nasabah dengan bak, jumlah tanggungan, serta

pembinaan. Karakter usaha meliputi pengalaman usaha, omzet usaha, serta

pengalaman/frekuensi peminjaman kredit. Sedangkan karakter kredit meliputi

jumlah peminjaman, beban bunga, jangka waktu pengembalian, agunan, serta

peggunaan kredit dan pola penagihan. Masing-masing penelitian tidak

menggunakan seluruh faktor, melainkan hanya faktor-faktor yang dianggap

peneliti relevan terhadap objek penelitian.

Walaupun berbagai penelitian dengan objek kredit kepada golongan

ekonomi lemah ini telah banyak dilakukan, penelitian terkait dengan objek serupa

akan perlu terus dilakukan. Hal ini berkaitan dengan berkembangnya inisiatif

pemerintah untuk terus mendukung pengembangan golongan ekonomi lemah

tersebut dan kajian serta evaluasi mengenai keadaan yang terjadi di lapangan akan

dapat menjadi masukan bagi berbagai pihak untuk melakukan perbaikan secara

terus-menerus.

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian terdahulu. Kesamaan

terdapat pada beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap pengembalian

kredit. Faktor-faktor yang di dalam penelitian ini diduga mempengaruhi tingkat

pengembalian kredit (KUR) terdiri dari jenis kelamin sebagai variable dummy,

tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dalam keluarga, serta pinjaman yang

dilakukan pada pihak lain yang merupakan karakteristik personal. Karakteristik

usaha yang diduga berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit adalah

pendapatan/omzet usaha serta lama usaha. Sementara itu, Karakteristik kredit

meliputi besarnya jumlah pinjaman serta lamanya masa pengembalian yang

disepakati. Kesamaan juga terdapat pada alat analisis yang digunakan dalam

penelitian terdahulu, yaitu penggunaan analisis regresi logistik untuk menganalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi yang mempengaruhi yang mempengaruhi

tingkat pengembalian kredit.

Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu selain lokasi

yang masih tergolong baru dan belum pernah ada yang meneliti di BRI unit

Cimanggis, penelitian ini juga meneliti mengenai program pemerintah terkini

mengenai pembiayaan sektor ekonomi lemah dari pemerintah yakni Kredit Usaha

Page 38: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

22

Rakyat (KUR). Selain itu, penelitian ini juga menambahkan variabel pinjaman

lain. Variabel ini dipilih berdasarkan fenomena di lapangan yang menunjukkan

bahwa masih kredit informal masih sering menjadi andalan bagi sektor ini ketika

membutuhkan dana dengan segera meskipun dengan bunga yang harus dibayar

tinggi kemudian. Selain kredit informal, fenomena menjamurnya kredit

kepemilikan motor juga mengambil peranan dalam menambah beban berat

kewajiban pembayaran angsuran dan bunga setiap bulan. Hal ini ditunjang dengan

pengalaman beberapa petugas/pejabat kredit yang menuturkan bahwa nasabah

yang memiliki pinjaman lain selain pada BRI Unit Cimanggis cenderung lalai

dalam mengembalikan pinjaman (KUR).

Page 39: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

Input (unit)

Total Produksi (unit)

Total Produksi

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Permintaan dan Penawaran Kredit

Setiap usaha memerlukan input (faktor produksi) yang terdiri dari input

tetap dan input tidak tetap (variabel) untuk dapat menghasilkan produk. Bila ingin

meningkatkan produksi, salah satunya adalah dengan meningkatkan penggunaan

input (Gambar 3). Kredit yang diperoleh oleh pelaku usaha dapat digunakan

sebagai penambah modal untuk membiayai input produksi sehingga pelaku usaha

tersebut dapat meningkatkan produknya pada tingkat yang lebih tinggi.

Gambar 3. Produksi Total

Sumber: Lipsey (1995)

Faktor produksi modal dalam ilmu ekonomi disebut sebagai faktor

produksi turunan. Sehingga permintan pada kredit merupakan permintaan turunan

atas adanya permintaan input sebagai faktor produksi. Pemerintah dalam usahanya

untuk membantu permodalan usaha mikro telah melaksanakan dan mengeluarkan

berbagai kebijakan di bidang perbankan. Dimulai dengan adanya bantuan berupa

Kredit Investasi Kecil/Kredit Modal Kerja, Kredit Canda Kulak, Kredit Usaha

Rakyat sampai dengan kemudahan beroperasinya lembaga perbankan. Kebijakan-

kebijakan tersebut bertujuan untuk menggeser kurva penawaran dana modal ke

arah kanan (Gambar 4).

Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa pada saat modal langka, keseimbangan

di titik E0 dimana jumlah dana yang ditawarkan adalah Q0 pada suku bunga r0.

Keluarnya kebijakan pemerintah diharapkan dapat menggeser kurva penawaran

Page 40: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

25

r0

r1

Suku bunga (r)

jumlah

D

S1

S0

dari S0 keS1 (E0 ke E1). Jika E1 dapat dicapai maka jumlah dana yang ditawarkan

akan lebih banyak dengan harga yang lebih rendah (Q1>Q0 dan R1<R0) serta dapat

menjangkau lebih banyak pelaku usaha mikro. Dampak bertambahnya permintaan

diharapkan akan dapat menyerap pasar kredit informal dan mengurangi pelaku

usaha yang terjerat kredit berbunga tinggi tersebut.

Gambar 4. Permintaan dan Penawaran Kredit Sumber: Lipsey (1995)

3.1.2. Risiko Kredit

Perkembangan suatu usaha dipengaruhi ketersediaan modal. Modal sendiri

umumnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan suatu usaha. Oleh karena itu,

ketersediaan modal dari pihak luar (kredit) sangat diperlukan. Sumber modal yang

berasal dari luar tersebut dapat berasal baik dari sumber formal maupun informal.

Sebagai salah satu lembaga formal yang menyalurkan kredit, kredit adalah

bagian terbesar dari sumber penghasilan bank dan juga merupakan bagian terbesar

dari seluruh harta suatu bank. Berkaitan dengan penyaluran kreditnya, bank

menghadapi suatu risiko yang disebut risiko kredit.

Risiko kredit adalah kegagalan debitur (default to clearing) untuk

memenuhi kewajibannya. Risiko kredit dapat timbul baik dari kinerja nasabah

maupun faktor luar nasabah. Hal ini dapat dijelaskan melalui Gambar 5. Risiko

kredit adalah risiko yang paling mengancam bank karena merupakan aktivitas

utamanya. Oleh karena itu, risiko kredit merupakan suatu masalah besar bagi

dunia perbankan dan lembaga keuangan pada umumnya karena menurunkan

likuiditas dan profitabilitas bank. Perputaran uang di bank menjadi terhambat dan

Q0 Q1

E0

E1

Page 41: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

26

dan laba menjadi menurun akibat nasabah yang bermasalah dalam pengembalian

atau pengangsuran kredit. Jika ini terjadi maka akan diikuti hilangnya

kepercayaan (default trust) dan sebagai lanjutannya adalah terjadinya rush

(penarikan secara besar-besaran secara serempak) atas semua hutang/kewajiban

lancar oleh semua nasabah.

Tingkat kegagalan debitur untuk memenuhi kewajibannya oleh Bank

Indonesia digolongkan ke dalam empat kategori berdasarkan tingkat kelancaran

pengembalian kredit, yaitu lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet.

Penggolongan ini secara umum digunakan oleh lembaga keuangan baik yang

berbentuk bank maupun non bank, meskipun pada beberapa lembaga keuangan

terdapat perbedaan yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing lembaga

keuangan.

Gambar 5. Kerangka Risiko Kredit

Sumber: Sutoyo (2000)

Pada PT. Bank Rakyat Indonesia menggolongkan kreditnya ke dalam dua

kelompok besar, yakni kredit lancar dan tidak lancar (menunggak). Sebuah

pengembalian kredit dikatakan lancar apabila pembayaran angsuran dan bunga

dilakukan tepat waktu dan pelunasan kredit tidak mengalami penundaan

berdasarkan pinjaman. Sedangkan pengembalian kredit digolongkan tidak lancar

jika pembayaran angsuran dan bunga mengalami penundaan dari waktu yang

Kebangkrutan nasabah

Kesulitan keuangan nasabah

Ambang batas kriteria

kesehatan tidak dipenuhi

Penurunan kinerja nasabah

Kelemahan kontrak kredit

Gagal bayar

Potensi gagal bayar

Penurunan peringkat

nasabah

Pelanggaran kontrak

Potensi pelanggaran

kontrak

Page 42: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

27

diperjanjikan. Pengembalian kredit yang tidak lancar ini digolongkan kembali ke

dalam lima tingkatan yaitu:

1) Dalam Pengawasan Khusus

Status ini diberikan pada debitur yang menunda pembayaran angsuran

selama satu minggu hingga 60 hari dari tanggal yang ditentukan.

2) Kurang Lancar

Apabila pembayaran angsuran oleh debitur sedikit terhambat karena ada

kecenderungan usaha nasabah mulai mengalami kesulitan, namun tingkat

kesulitan tersebut masih tergolong ringan dan menyangkut salah satu aspek

usaha saja. Status ini diberikan kepada debitur yang menunggak pembayaran

angsuran selama lebih dari 60 hari hingga 90 hari.

3) Meragukan

Terhambatnya pengembalian kredit diindikasikan dengan kemerosotan yang

tajam dalam usahanya dan biasanya permasalahan yang terjadi mencakup

berbagai aspek usaha. Status ini diberikan pada debitur yang menunggak

selama lebih dari 90 hari hingga 120 hari.

4) Macet

Status ini dikenakan kepada debitur yang tidak dapat membayar angsuran dan

bungan kredit dalam jangka waktu yang lama antara labih dari 120 hari hingga

270 hari.

5) Daftar Hitam

Pengembalian kredit yang sudah termasuk dalam daftar hitam yaitu debitur

yang benar-benar sudah tidak mampu membayar pelunasan kredit karena

usahanya sudah bankrut dan kemungkinan asetnya tidak dapat dicairkan atau

tidak ada sama sekali. Batasan seorang nasabah dimasukkan dalam daftar

hitam adalah ketika pelunasan kreditnya mengalami penundaan lebih dari 270

hari.

3.1.3.Strategi Penghindaran Kredit Bermasalah

Tindakan terpenting dari strategi ini adalah analisa kredit. Analisa kredit

atau penilaian kredit adalah suatu proses yang dimaksudkan untuk menganalisa

atau menilai suatu permohonan kredit sehingga dapat memberikan keyakinan pada

bank bahwa proyek yang akan dibiayai dengan kredit bank cukup layak (feasible).

Page 43: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

28

Adanya analisa yang mempertimbangkan berbagai faktor ini dimaksudkan untuk

mencegah sedini mungkin terjadinya default oleh calon debitur. Dua jenis prinsip

yang umumnya diterapkan dalam mempertimbangkan pengajuan kredit yaitu

prinsip ‘6C’ dan prinsip ‘6A’. Prinsip ‘6C’ (Dendawijaya 2001) meliputi:

1) Character (kepribadian), yaitu menyangkut sifat, kepribadian, dan citra calon

debitur dalam masyarakat. Hal ini terkait dengan kemauan dan kesungguhan

membayar angsuran kredit yang tentunya sangat berpengaruh terhadap

integritas dalam memenuhi kewajiban pembayaran kredit dan pemanfaatan

pemberian kredit dengan benar.

2) Capital (modal) merupakan kepemilikan terhadap modal dan kemampuan

nasabah dalam membiayai perusahaannya. Perbandingan besarnya

pembiayaan dari bank dengan modal sendiri dapat dilihat berdasarkan laporan

keuangan perusahaan atau ditinjau langsung oleh petugas kredit.

3) Capacity (kemampuan) terkait dengan kesanggupan dan kemampuan calon

debitur untuk melunasi pokok pinjaman diserta dengan bunga dan syarat-

syarat lain dalam perjanjian. Kemampuan ini diukur antara lain dari kondisi

usaha, pendapatan/omzet usaha. Semakin likuid dan semakin tinggi tingkat

profitabilitasnya maka kemampuan membayar kembali pinjaman dan

kewajiban lain semakin besar.

4) Condition of economy (kondisi ekonomi), pertimbangan atas situasi ekonomi

yang sedang terjadi dalam suatu wilayah atau negara yang berpengaruh

terhadap usaha calon debitur dan pada akhirnyamempengaruhi keberhasilan

pemanfaatan dan pengembalian kredit.

5) Collateral (agunan) yakni berupa ketersediaan jaminan yang sesuai dan

seimbang dengan jumlah kredit yang diberikan sehingga pihak bank tidak

perlu merasa khawatir ketika terjadi kemacetan dalam pengembalian pinjaman

karena agunan tersebut dapat menjadi pengganti pengembalian kredit

6) Constrain (keterbatasan) merupakan faktor-faktor yang menjadi penghambat

berupa faktor-faktor sosial psikologis dalam suatu wilayah tertentu yang

menyebabkan suatu usaha tidak mungkin untuk dijalankan.

Sedangkan prinsip ‘6A’ mencakup:

Page 44: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

29

1) Aspek yuridis bertujuan untuk mengkaji ketentuan-ketentuan legalitas

perusahaan calon penerima kredit.

2) Aspek pasar dan pemasaran mengkaji kemungkinan pangsa pasar yang dapat

diraih bagi produk/jasa perusahaan yang akan dibiayai oleh kredit serta

meneliti tentang strategi pemasaran yang akan dilakukan pengusaha dalam

menghadapi persaingan.

3) Aspek teknis bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan pengusaha

dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan usaha serta seberapa

besar kesiapan teknik dalam menjalankan operasi usahanya sebagai suatu

entitas bisnis.

4) Aspek manajemen mengukur kemampuan dan kecakapan dalam mengelola

usaha atau manajemen perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya.

5) Aspek keuangan bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

mengelola keuangannya.

6) Aspek sosial ekonomi merupakan suatu kajian terhadap nilai tambah yang

dimiliki perusahaan dari sudut pandang sosial dan makro ekonomi terutama

manfaat sosial ekonomi yang diterima oleh pemerintah maupun masyarakat

seperti perluasan lapangan kerja dan pendapatan pajak pemerintah.

Setelah pencairan kredit dilaksanakan, selanjutnya dilaksanakan

pengawasan oleh pihak bank sebagai salah satu upaya menghindari kredit

bermasalah di kemudian hari. Pengawasan ini meliputi beberapa aspek meliputi

keberadaan administrasi kredit yang memadai, kewajiban debitur menyampaikan

laporan-laporan usaha yang dibutuhkan, kewajiban bagi pihak bank untuk

melakukan kunjungan sewaktu-waktu ke perusahaan yang dibiayai oleh kredit,

adanya konsultasi yang terstruktur antara pihak bank dengan debitur, dan aspek

adanya suatu peringatan.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Kredit Usaha Rakyat (KUR) khususnya KUR Mikro merupakan kredit

bagi usaha mikro yang telah feasible namun membutuhkan modal baik dalam

menjalankan usaha maupun untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya sehingga

akan dapat memperlancar dan meningkatkan produktivitas usahanya dengan pola

Page 45: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

30

penjaminan hingga 70 persen dari plafon kredit. Penjaminan diharapkan akan

memberikan usaha mikro akses yang lebih luas kepada perbankan.

Adanya aspek kelayakan usaha sebagai salah satu persyaratan untuk dapat

mengakses KUR diharapkan calon debitur akan memiliki kemampuan dalam

penegmbalian kredit dengan teratur. Namun di dalam pelaksanaan penyaluran

kredit ini masih terdapat permasalahan yang timbul, yakni keterhambatan

pengembalian/pelunasan kredit. Keterhambatan pengembalian kredit akan

merugikan pihak bank,modal bank menjadi beku dan menurun serta berkurangnya

pendapatan yang semestinya diperoleh dari hasil pemberian kredit. Untuk itu

penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat

kelancaran pengembalian oleh debitur perlu dilaksanakan agar permasalahan

tersebut dapat diantisipasi sedini mungkin.

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat pengembalian kredit

(KUR) pada BRI Unit Cimanggis diturunkan berdasarkan prinsip-prinsip yang

diterapkan dalam mempertimbangkan pengajuan kredit yaitu Character

(kepribadian), Capital (modal), dan Capacity (kemampuan). Prinsip Collateral

(agunan) dalam skim kredit ini dianggap telah terpenuhi dengan adanya

penjaminan dari pemerintah. Sementara prinsip Condition of economy (kondisi

ekonomi) dan Constrain (keterbatasan) diasumsikan tidak mengalami perubahan

(ceteris paribus) karena di dalam dalam penelitian ini kedua prinsip tersebut

dianggap sebagai faktor di luar kendali debitur.

Faktor-faktor seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, serta lama usaha

merupakan faktor yang diduga mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit

berdasarkan peran aktifnya dalam pembentukan kepribadian debitur (character),

yaitu terkait dengan kemauan dan kesungguhan membayar angsuran kredit yang

tentunya sangat berpengaruh terhadap integritas dalam memenuhi kewajiban

pembayaran kredit dan pemanfaatan pemberian kredit dengan benar. Faktor

adanya pinjaman lain yang dilakukan bersamaan dengan pinjaman KUR serta

besarnya jumlah pinjaman dan jangka waktu pengembalian diduga mempengaruhi

kelancaran pengembalian kredit sehubungan dengan kepemilikan debitur terhadap

modal dan berpengaruh terhadap besarnya perbandingan pembiayaan dari

pinjaman dengan modal sendiri (capital). Sementara faktor-faktor seperti jumlah

Page 46: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

31

tanggungan dalam keluarga, dan besarnya omzet usaha, diduga mempengaruhi

kelancaran pengembalian kredit sehubungan dengan kesanggupan dan

kemampuan debitur untuk melunasi pokok pinjaman diserta dengan bunga dan

syarat-syarat lain dalam perjanjian (capacity).

Jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dalam keluarga,

serta pinjaman yang dilakukan pada pihak lain yang di dalam penelitian ini

dikelompokkan ke dalam karakteristik personal debitur. Pendapatan/omzet usaha

serta lama usaha dikelompokkan ke dalam karakteristik usaha debitur. Sementara

itu besarnya jumlah pinjaman serta lamanya masa pengembalian yang disepakati

dikelompokkan ke dalam karakteristik kredit. Pemilihan semua faktor tersebut

berdasarkan referensi hasil studi literatur penelitian terdahulu serta hasil diskusi

dengan pihak manajemen yang menangani bidang perkreditan,khususnya KUR.

Secara terinci mengenai pengaruh yang diduga berasal dari ketiga

karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Karakter personal

Jenis kelamin wanita umumnya lebih serius, bertanggung jawab, dan

memiliki visi ke depan dengan strategi yang lebih terencana untuk

memperbaiki kondisi kehidupan bila dibandingkan pria (Thoha 2000). Oleh

sebab itu, diduga wanita memiliki peluang pengembalian kredit dengan

kelancaran lebih besar daripada pria karena diduga wanita memiliki loyalitas

yang lebih besar dan lebih mampu menjaga kepercayaan yang diberikan bank

dalam memenuhi kewajiban angsuran kredit dibandingkan pria.

Kemajuan peradaban suatu bangsa sangat ditentukan oleh tingkat

pendidikan masyarakatnya. Pada tingkat individual, pendidikan juga

merupakan sarana yang sangat efektif untuk mobilitas vertikal baik dalam

aspek sosial, ekonomi, bisnis, maupun politik. Semakin tinggi pendidikan

seseorang, semakin luas wawasan berpikir dan semakin besar pula

kemampuan mengaktualisasikan potensi dirinya, termasuk dalam kemampuan

berbisnis dan mengelola usaha (Thoha 2000). Terkait dengan kemampuan

pengembalian kredit, semakin tinggi pendidikan diharapkan dengan

kemampuan pengelolaan usaha yang lebih baik maka akan semakin baik pula

kemampuan pengambalian kreditnya. Namun berdasarkan pengalaman pihak

Page 47: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

32

manajemen BRI Unit Cimanggis, semakin tinggi tingkat pendidikan debitur

maka mereka akan semakin berani dalam melakukan penunggakan

pengembalian kredit sehingga di dalam penelitian ini tingkat pendidikan

diduga berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit.

Semakin besar jumlah tanggungan keluarga maka semakin berat pula

beban ekonomi keluarga tersebut (Firmansyah 2000). Semakin banyak

tanggungan dalam keluarga maka akan semakin besar pengeluaran untuk

memenuhi kebutuhan keluarga sehingga menghabiskan sejumlah besar

proporsi pendapatannya. Hal ini menyebabkan adanya peluang

ketidakmampuan debitur yang memiliki jumlah tanggungan keluarga banyak

dalam pengembalian kredit. Oleh sebab itu, jumlah tanggungan dalam

keluarga diduga berpengaruh negatif dalam kelancaran pengembalian kredit.

Sehingga semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka peluang

pengembalian kredit dengan baik akan semakin kecil.

Adanya pinjaman pada pihak lain berarti bahwa nasabah memiliki

kewajiban pembayaran angsuran lain. Semakin banyak pinjaman yang

dilakukan, maka akan semakin banyak pula kewajiban pembayaran angsuran

dalam setiap bulannya. Kondisi meningkatnya beban pengeluaran yang harus

ditanggung ini menyebabkan meningkatnya risiko ketidaklancaran dalam

pembayaran angsuran kredit, terlebih jika pinjaman dilakukan pada sumber

kredit informal yang membebankan bunga tinggi (Wahyono 2000). Sehingga

pinjaman pada pihak lain diduga berpengaruh negatif dalam kelancaran

pengembalian kredit.

2) Karakter usaha

Omzet usaha menentukan tingkat pendapatan pengusaha dari usaha yang

dijalankannya. Semakin tinggi omzet usaha akan meningkatkan pendapatan

usaha, sehingga akan meningkatkan penghasilan yang dialokasikan untuk

membayar kredit (Alamsyah 2007). Oleh sebab itu, omzet usaha diduga

berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin

besar pendapatan usaha maka kemampuan membayar angsuran dan beban

bunga akan semakin besar peluang pengembalian kredit secara lancar juga

semakin besar.

Page 48: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

33

Lama usaha terkait dengan pengalaman usaha. Pengalaman usaha

mempengaruhi kemampuan dan keterampilan dalam mengambil keputusan

dari berbagai alternatif terbaik. Berdasarkan pengalamannya, pengusaha dapat

menghindari dan mengurangi risiko yang dapat menyebabkan kegagalan

usahanya (Alamsyah 2007). Oleh sebab itu, lama usaha debitur diduga

berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena

pengalaman usaha yang semakin lama dapat meningkatkan pemahaman dan

kemampuan mengelola usaha sehingga mendukung keberhasilan usaha yang

digeluti. Keberhasilan usaha tersebut dapat menjamin perolehan

pendapatan/keuntungan sebagai sumber biaya hidup dan memberikan peluang

kemampuan pengembalian kredit secara lancar.

3) Karakter kredit

Semakin besar jumlah pinjaman yang diberikan oleh bank maka semakin

besar beban yang harus ditanggung oleh debitur dalam pelunasannya sehingga

pemberian jumlah pinjaman yang besar menimbulkan risiko terhambatnya

pengembalian kredit oleh debitur (Muhammah 2008). Oleh sebab itu jumlah

pinjaman diduga berpengaruh negatif terhadap pengembalian kredit.

Jangka waktu pinjaman dapat mencerminkan besar kecilnya angsuran

yang harus dibayar nasabah kepada bank setiap bulannya. Semakin lama

jangka waktu pinjaman maka angsuran bulanannya relatif lebih ringan

(Hermawan 2007). Oleh sebab itu, jangka waktu pengembalian kredit diduga

berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit.

Semua karakteristik di atas diduga memiliki pengaruh yang nyata terhadap

perbedaan tingkat kelancaran pengembalian kredit (KUR) sehingga pihak bank

perlu memperhatikan karakteristik nasabah dalam mengabulkan suatu

permohonan kredit. Kebijakan mengenai penyaluran KUR perlu direncanakan dan

ditetapkan dengan baik agar hal itu dapat menjadi simbiosis mutualisme bagi

debitur dan pihak bank. Di lain sisi pihak debitur merasa diuntungkan dengan

adanya bantuan modal dalam menyokong keberhasilan usahanya dan di sisi lain

pihak BRI memperoleh keuntungan dari pendapatan bunga kredit yang diberikan

dan pengembalian kredit dari debitur berjalan lancar tanpa adanya kasus

penunggakan.

Page 49: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

34

Bank Rakyat Indonesia (BRI) tidak hanya berharap dan berupaya menekan

angka kredit bermasalah tetapi juga berupaya untuk sebisa mungkin penyaluran

KUR dapat mencapai tujuan yang diharapkan yaitu dimanfaatkan sebaik-baiknya

dalam rangka meningkatkan produktifitas dan pengembangan usaha rakyat kecil.

Untuk menjamin bahwa kredit yang diberikan kepada debitur dimanfaatkan

sebagaimana mestinya, pihak BRI juga melakukan pengawasan kepada debitur

tersebut khususnya menyangkut aktivitas usaha debitur.

Pembahasan pada penelitian ini akan dibatasi berdasarkan pada kerangka

operasional. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 6.

Tingkat Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI Unit Cimanggis

Lancar Non-Lancar Jumlah pinjaman

lama pengembalian

Pinjaman Lain

Capital

omzet usaha

jumlah tanggungan

Capacity

tingkat pendidikan

jenis kelamin

lama usaha

Character

Gambar 6. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Penelitian

Condition of Economy

Constrain

Page 50: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga April 2009 pada PT Bank

Rakyat Indonesia.Tbk Unit Cimanggis Cabang Pasar Minggu. Pemilihan tempat

ini dilakukan secara sengaja, yakni sehubungan dengan aksesibilitas peneliti

kepada responden sehingga informasi yang terkait dengan debitur dapat tergali

dengan baik untuk keperluan penelititan ini.

BRI Unit Cimanggis merupakan salah satu dari kantor unit yang dibuka

oleh BRI untuk melayani masyarakat termasuk di dalamnya adalah memberikan

pelayanan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Di antara unit-unit BRI yang berada

dibawah Kantor Cabang Pasar Minggu, BRI Unit Cimanggis memiliki peluang

terhadap pangsa sektor usaha mikro karena banyaknya unit kegiatan usaha di

daerah ini yang pada umumnya berskala mikro serta letak kantor BRI unit

Cimanggis yang tidak jauh dari dengan pasar tradisional (Pasar Cisalak) sebagai

salah satu pusat perdagangan semakin mendukung penyaluran KUR bagi sektor

tersebut. Hal ini dapat terlihat dengan adanya kecenderungan peningkatan jumlah

debitur yang mengakses KUR pada BRI Unit Cimanggis yang terjadi pada bulan

Agustus 2008 hingga Februari 2009 (BRI 2009). Namun di pada sisi lain,

peningkatan dalam penyaluran KUR tersebut ternyata juga diikuti dengan adanya

peningkatan rasio kredit bermasalah. Sehingga penelitian yang bermanfaat dalam

pengembangan pengelolaan risiko kredit ini, terutama dalam hal penyeleksian

calon debitur diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak manajemen BRI

Unit Cimanggis.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Penelitian dilakukan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

kemampuan pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang diberikan oleh BRI

Unit Cimanggis. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data

sekunder. Data primer bersumber dari hasil wawancara dengan nasabah/debitur

KUR dengan bantuan kuesioner agar pertanyaan dalam wawancara lebih

sistematis dan diskusi dengan pihak manajemen BRI Unit Cimanggis.

Page 51: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

35

Sedangkan data sekunder merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari

data terkait debitur UMKM dan laporan BRI Unit Cimanggis dari jangka waktu

Agustus 2008 hingga Februari 2009 menyangkut Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Pencarian literatur untuk mencari data penelitian yang telah dipublikasikan, buku-

buku yang relevan, makalah, jurnal, laporan penelitian, majalah, maupun internet

juga dilakukan sebagai kelengkapan bahan penelitian.

4.3. Metode Pengambilan Sampel

Sampel adalah kelompok kecil yang kita amati dan populasi adalah

kelompok besar yang merupakan sasaran generalisasi penelitian. Gay (1976)

dalam Sevilla et al (1993) mendefinisikan populasi sebagai kelompok di mana

peneliti akan menggeneralisasikan hasil penelitiannya. Menurut Ferguson (1973)

yang diacu dalam Sevilla et al (1993), sampel adalah beberapa bagian kecil atau

cuplikan yang ditarik dari populasi. Proses yang meliputi pengambilan sebagian

dari populasi, melakukan pengamatan pada populasi secara keseluruhan disebut

sampling atau pengambilan sampel (Ary, Jacob, dan Razavieh 1981, diacu dalam

Sevilla et al 1993).

Seringkali dalam pengambilan sampel penelitian tidak dapat dihindari

untuk mempertimbangkan waktu, biaya, dan tenaga. Akan tetapi sepanjang

sampel yang digunakan porsinya cukup mewakili populasi, maka kita dapat

menggeneralisasikannya dan yakin bahwa generalisasi yang diambil dapat

menggambarkan populasi, sehingga penemuan dan kesimpulan yang diperoleh

dari sampling tersebut adalah sah (valid). Langkah-langkah yang digunakan dalam

pengambilan sampel termasuk pengidetifikasian populasi, penetapan ukuran

sampel yang disyaratkan, dan pemilihan sampel.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua usaha mikro yang menjadi

debitur KUR BRI unit Cimanggis dan masih tergolong aktif hingga bulan

Februari 2009 dan telah memperoleh pinjaman KUR sekurang-kurangnya enam

bulan berjalan. Jumlah anggota populasi ini sebanyak 328 debitur yang terbagi

dalam dua subpopulasi yaitu debitur dengan pengembalian lancar sebanyak 300

orang dan debitur dengan pengembalian tidak lancar sebanyak 28 orang.

Heterogenitas populasi yang menjadi sasaran sangat penting dalam

menetapkan besarnya sampel. Semakin besar heterogenitasnya,semakin besar

Page 52: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

36

sampel yang diperlukan untuk mewakili populasi (Bruce et al 1991) yang diacu

dalam Chadwick B, Bahr HM, dan Albrecht SL (1991). Dua pertimbangan yang

sering kali dianggap penting dalam menentukan besarnya sampel adalah waktu

dan dana yang tersedia bagi peneliti. Menurut Bailey (1982) yang diacu dalam

Chadwick B, Bahr HM, dan Albrecht SL (1991) banyak orang menganggap 30

satuan sebagai jumlah sampel minimal.

Metode penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja

dan disproporsional sehingga semua anggota tidak memiliki peluang yang sama

untuk dijadikan sampel dan jumlah sampel yang mewakili kelompok-kelompok

dalam populasi tidak bersifat proporsional. Pemilihan sampel secara sengaja dan

tidak proporsional ini dilakukan karena keterbatasan jangkauan terhadap debitur

yang tempat tinggalnya cukup jauh sehingga debitur sampel yang diambil adalah

debitur yang relatif lebih mudah dijangkau dan lebih komunikatif berdasarkan

referensi petugas BRI Unit Cimanggis. Sehingga konsukuensi dari penggunaan

metode pemilihan sampel tersebut adalah responden yang diambil kemungkinan

tidak merepresentasikan sebagian dari populasi secara keseluruhan.

Jumlah sampel yang diambil sebanyak 65 orang yang berdasarkan pada

metode Gay (1976) dalam Sevilla et al (1993) yang menyatakan bahwa jumlah

responden yang dinilai cukup mewakili keseluruhan populasi yaitu minimal 10

persen dari total populasi. Dengan jumlah sampel untuk masing-masing

subpopulasi yaitu 40 orang mewakili subpopulasi dengan pengembalian lancar

dan 25 orang mewakili subpopulasi yang menunggak. Penentuan jumlah sub

sampel ini mengikuti pendapat dari Hair (1998) bahwa terdapat beberapa

kesamaan antara analisis Diskriminan dengan analisis Regresi Logistik

diantaranya adalah populasi terbagi menjadi kelompok-kelompok tertentu dan

untuk dapat mewakili masing-masing kelompok dibutuhkan minimal 20 observasi

sebagai sampel dari masing-masing kelompok tersebut.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan komputerisasi. Pengolahan

data dilakukan dengan melalui tiga tahap yaitu penyuntingan (editing),

pengkodean (coding), dan tabulasi (tabulating).

Page 53: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

37

Editing dilakukan dengan memeriksa kembali setiap lembar kuisioner

untuk memastikan bahwa setiap pertanyaan di dalam kuisioner telah diisi dengan

baik oleh setiap responden. Setelah itu, coding dilakukan dengan memberi kode

pada setiap jawaban responden dalam kuisioner. Data-data yang telah di-coding

kemudian dimasukkan ke dalam bentuk tabel-tabel (tabulating) untuk diolah

dengan Microsoft Excel dan Minitab 14.

Pengolahan data dilakukan untuk menjawab setiap pertanyaan yang

tercantum dalam tujuan penelitian. Di dalam penelitian ini digunakan analisis

kualitatif dan analisis kuantitatif.

4.4.1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif.

Statistika deskriptif merupakan suatu metode yang berkaitan dengan pengumpulan

dan pengujian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna.

Analisis deskriptif yakni analisis yang merangkum atau “meringkas” hasil

pengamatan yang telah dilakukan (Faisal 2005). Analisis ini memberikan

informasi hanya mengenai data yang dipunyai dan sama sekali tidak menarik

inferensia atau kesimpulan apapun dari gugus data induknya yang lebih besar.

Penyusunan tabel, diagram, grafik, dan besaran-besaran lain di suatu media,

termasuk ke dalam statistika deskriptif (Walpole 1995).

Data mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat

pengembalian KUR oleh debitur BRI Unit Cimanggis yang diolah melalui analisis

deskriptif dikelompokkan berdasarkan kesamaan jawaban. Informasi yang

diperoleh dipresentasekan berdasarkan jumlah responden untuk kemudian

disajikan baik dalam bentuk tabel sederhana ataupun dalam tabel distribusi

frekuensi bagi data yang disajikan dalam beberapa kelompok. Melalui analisis

deskriptif, informasi dikelompokkan berdasarkan kesamaan jawaban. Informasi

yang diperoleh dipresentasekan berdasarkan jumlah responden untuk kemudian

disajikan dalam bentuk tabel. Adapun langkah-langkah membuat Tabel Distribusi

Frekuensi menurut Husaini dan Purnomo (2006) yaitu:

1) Mengurutkan data dari yang terkecil ke data terbesar

2) Hitung rentang yaitu data tertinggi dikurangi data terendah dengan rumus:

R = Data Tertinggi – Data Terendah

Page 54: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

38

3) Hitung banyak kelas dengan aturan Sturges:

Banyak kelas = 1+ 3,3 log n

n=banyaknya data, hasil akhirnya dibulatkan. Banyak kelas paling sedikit lima

kelas dan paling banyak lima belas kelas, dipilih menurut keperluan.

4) Hitung panjang kelas interval dengan rumus:

5) Tentukan ujung bawah kelas interval pertama.Biasanya diambil dari data

terkecil atau data yang lebih kecil dari data terkecil tetapi selisihnya harus

kurang dari panjang kelas interval yang didapat.

6) Selanjutnya kelas interval pertama dihitung dengan cara menjumlahkan ujung

bawah kelas dengan nilai P setelah dikurangi satu. Demikian seterusnya.

4.4.2. Analisis Kuantitatif

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat

kelancaran pengembalian KUR oleh nasabah BRI Unit Cimanggis digunakan

analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan model

Analisis Regresi Logistik sehingga dapat diketahui variabel-variabel penduga

yang secara nyata berpengaruh terhadap tingkat kelancaran pengembalian KUR.

Regresi logistik atau yang dikenal dengan LOGIT merupakan bagian dari

analisis regresi. Analisis regresi mengkaji hubungan pengaruh variabel-variabel

penjelas terhadap variabel respon melalui model persamaan matematis tertentu

(Firdaus dan Farid 2008).

Variabel penjelas atau variabel bebas atau variabel prediktor adalah

variabel yang menjadi dasar dari perkiraan atau estimasi. Di dalam diagram

pencar analisis regresi, variabel penjelas diskalakan ke dalam sumbu-X. Variabel

respon atau variabel terikat adalah variabel yang sedang diprediksi atau

diperkirakan. Di dalam diagram pencar analisis regresi, variabel respon diskalakan

ke dalam sumbu-Y (Lind et.al 2007).

Apabila variabel respon (Y) dalam analisis regresi berupa variabel

ketegorik, maka analisis regresi yang dapat digunakan antara lain yaitu regresi

logistik. Berdasarkan tipe kategorik pada variabel responnya, analisis regresi

logistik dapat dibagi menjadi tiga yaitu (1) biner, dengan regresi logistik biner; (2)

Page 55: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

39

nominal, dengan regresi logistik nominal; dan (3) ordinal, dengan regresi logistik

ordinal.

Secara umum, analisis regresi logistik menggunakan variabel penjelasnya

(X) untuk menduga besarnya peluang kejadian tertentu dari kategori variabel

respon (Y). Dalam analisis regresi logistik, pemodelan peluang kejadian tertentu

dari kategori variabel respon dilakukan melalui transformasi dari regresi linier ke

logit (Gambar 7). Transformasi tersebut dapat dirumuskan dalam formula :

dimana pi adalah peluang munculnya kejadian kategori sukses dari variabel

respon untuk orang ke-i dan loge adalah logaritma dengan basis bilangan e.

Gambar 7. Transformasi Logit Sumber : Firdaus dan Farid (2008)

Kategori sukses secara umum merupakan kategori yang menjadi perhatian

dalam penelitian. Dalam penelitian ini, variabel respon (Y) bersifat biner yaitu

jika pengembalian kredit lancar atau jika pengembalian kredit tidak lancar

(menunggak); maka kejadian sukses adalah kejadian saat pengembalian kredit

oleh responden lancar dengan pengaruh variabel tertentu.

Dengan demikian, maka model yang digunakan dalam analisis regresi

logistik adalah Logit(pi) = β0 + β1*X dengan logit (pi) adalah nilai transformasi

logit untuk peluang kejadian sukses; β0 adalah intersep model garis regresi; β1

adalah slope model garis regresi; dan X adalah variabel penjelas.

Dalam penelitian ini analisis regresi logistik dilakukan dengan Microsoft

Excel dan Minitab 14. Hasil analisis regresi menjawab tujuan penelitian yaitu

menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat kelancaran

pengembalian KUR oleh nasabah BRI Unit Cimanggis.

pi

pipiLogit e

1log

pi

predictor

pi

predictor

LOGIT

transform

Page 56: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

40

1) Penentuan Variabel

Variabel respon

Y= 1; jika pengembalian kredit lancar

Y= 0; jika pengembalian kredit menunggak

Variabel penduga

X1 = jenis kelamin, sebagai variabel dummy (1=wanita dan 0=pria)

X2 = tingkat pendidikan (tahun)

X3 = jumlah tanggungan dalam keluarga (orang)

X4 = pinjaman dengan pihak lain (1=ada dan 0=tidak)

X5 = pendapatan/omzet usaha (juta rupiah)

X6 = lama usaha (tahun)

X7 = besarnya pinjaman (juta rupiah)

X8 = jangka waktu pengembalian (bulan)

Variabel-variabel tersebut dipilih karena diduga mampu mewakili

karakteristik dari calon responden yang dapat mempengaruhi tingkat

pengembalian kredit (KUR).

2) Estimasi Fungsi Regresi Logistik

Regresi Logistik merupakan merupakan suatu model analisis untuk

mengetahui pengaruh variabel-variabel penduga berskala metrik (kontinu) atau

kategorik (nominal) terhadap variabel respon yang berskala kategorik. Estimasi

model tersebut yaitu (Gujarati 1997):

Li = ln = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 +…+ βk Xk

Keterangan:

Li = Variabel respon

β0 = Konstanta

β1 = Koefisien variabel penduga ke-1

βk = Koefisien variabel penduga ke-k

X1= Variabel penduga ke-1

Xk= Variabel penduga ke-k

Page 57: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

41

Dengan demikian, maka estimasi model yang digunakan dalam analisis regresi

logistik pada penelitian ini yaitu:

Li = ln = β0 + β1 X1 + β2 X2 + …+ β8 X8

Keterangan:

Li = Variabel respon

Li = 1;jika pengembalian kredit lancar

Li = 0;jika pengembalian kredit tidak lancar (menunggak)

Β0 = Konstanta

Β1 = Koefisien variabel penduga ke-1

Βi = Koefisien variabel penduga ke-i

X1= Jenis kelamin, sebagai variabel dummy (1=wanita dan 0=pria)

X2= Tingkat pendidikan (tahun)

X3= Jumlah tanggungan dalam keluarga (orang)

X4= Pinjaman dengan pihak lain (1=ada dan 0=tidak)

X5= Pendapatan/omzet usaha (juta rupiah)

X6= Lama usaha (tahun)

X7= Besarnya pinjaman (juta rupiah)

X8= Jangka waktu pengembalian (bulan)

3) Uji Kelayakan Model

Pengujian terhadap kelayakan model menggunakan statistik G yang

merupakan nisbah kemungkinan maksimum untuk mengetahui peran variabel-

variabel penduga dalam model secar simultan. Rumus uji G adalah sebagai

berikut:

G= -2 ln

Keterangan:

lo = likelihood tanpa variabel penduga

li = likelihood dengan variabel penduga

Hipotesis: H0 = β1 = β2= … = βk= 0

H1 = minimal ada satu nilai β ≠ 0

Page 58: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

42

Jika nilai G > x2 p(α) atau p-value dari statistik G lebih kecil dari taraf nyata

(α=0.05) maka keputusannya adalah tolak H0 , atau setidaknya ada satu variabel

penduga yang berpengaruh nyata terhadap variabel respon.

4) Uji Kebaiksuaian Model

Uji kebaiksuaian model dilakukan dengan memperhatikan nilai sebaran

chi-square dari metode Pearson, Deviance, dan Hosmes & Lemeshow.

Hipotesis: H0 = tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi

dengan prediksi model

H1 = terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan

dengan prediksi model

Jika p-value dari ketiga statistik tersebut lebih besar dari taraf nyata

(α=0.05) maka keputusannya adalah menerima H0 , yang artinya model tersebut

cukup layak untuk digunakan dalam prediksi.

5) Uji Signifikansi Variabel Prediktor secara Individu

Pengujian terhadap signifikansi masing-masing variabel penduga secara

individu dilakukan dengan uji Wald (Wj), dengan rumus:

Wj =

Keterangan:

= Penduga β

= Penduga standard error dari β

βk = Koefisien variabel penduga ke-k

Hipotesis: H0 = β1 = β2= … = βk= 0

H1 = βk ≠ 0, k=1,2..,k

Statistik Wj mengikuti sebaran normal (Z), jika nilai Jika nilai Wj > Zα/2

atau two tailed p-value dari statistik Wj lebih kecil dari taraf nyata (α=0.05) maka

keputusannya adalah tolak H0 , artinya variabel penduga ke-k tersebut berpengaruh

nyata terhadap variabel respon.

Page 59: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

43

4.5. Definisi Operasional

1) Kredit lancar yaitu kredit yang tidak mengalami penundaan/penunggakan

dalam pembayaran pokok pinjaman dan bunga dari waktu yang ditetapkan.

2) Kredit tidak lancar (menunggak) kredit yang mengalami

penundaan/penunggakan dalam pembayaran pokok pinjaman dan bunga dari

waktu yang ditetapkan selama satu minggu atau lebih.

3) Tingkat pendidikan yaitu tingkat pendidikan formal yang pernah dijalani oleh

debitur, dihitung dalam satuan tahun (tidak lulus SD = 0, lulus SD = 6, lulus

SMP = 9, lulus SMA = 12, lulus D3 = 15, lulus S1 = 16, lulus S2 = 18).

4) Jenis kelamin yaitu jenis kelamin dari debitur penerima kredit sekaligus

pengelola usaha (1=wanita dan 0=pria).

5) Jumlah tanggungan dalam keluarga yaitu banyaknya orang yang menjadi

tanggungan debitur dalam keluarganya termasuk debitur sendiri dan dihitung

dalam satuan orang.

6) Pinjaman dengan pihak lain yaitu mengenai apakah debitur memiliki atau

sedang terlibat dalam pinjaman dengan pihak lain selain pihak BRI Unit

Cimanggis (1=ada dan 0=tidak).

7) Pendapatan/omzet usaha yaitu jumlah penerimaan kotor rata-rata per bulan

dari hasil usaha debitur, dihitung dalam satuan juta rupiah.

8) Lama usaha yaitu lama usaha yang digeluti debitur, dihitung dalam satuan

tahun.

9) Besarnya pinjaman yaitu jumlah pinjaman yang diterima oleh debitur melalui

pinjaman Kredit Usaha Rakyat BRI Unit Cimanggis, dihitung dalam satuan

juta rupiah.

10) Jangka waktu pengembalian yaitu lamanya masa pengembalian yang

disepakati baik oleh pihak BRI Unit Cimanggis maupun oleh pihak debitur,

dihitung dalam satuan bulan.

Page 60: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah Singkat PT Bank BRI

PT Bank BRI adalah salah satu bank komersial milik pemerintah. Bank ini

pada awal mulanya didirikan oleh Raden Bei Aria Wiraatmadja di Purwokerto,

Jawa Tengah pada tanggal 16 April 1895 dengan nama De Purwokertosche Hulp

en Spaarbank der Inlandsche Hoofdeen yang pada kegiatannya menampung uang

kas masjid untuk kemudian digunakan untuk pinjaman bagi masyarakat sekitarnya

dengan angsuran yang ringan.

PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk mengalami beberapa kali perubahan nama

yang erat kaitannya dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, berturut-turut

berubah menjadi Hulp en Spaarbank der Inlandsche BestuursAmbtenaren, De

Poerwokertosche Hulp Spaar-en Landbouw Credietbank (Volksbank). Pada tahun

1912, nama tersebut kembali mengalami perubahan menjadi Centrale Kas Voor

Het Volkscredietwezen, Algemene Volkscredietwezen, dan perubahan nama

terakhir pada masa colonial Belanda terjadi pada tahun 1934 menjadi Algemene

Volkcredietbank (AVB). Pada masa kependudukan Jepang, nama tersebut

kemudian diubah menjadi Syonim Ginko pada tahun 1942. Selanjutnya setelah

kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan, secara resmi pengakuan

Syonim Ginko menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI) terjadi pada tanggal 22

Februari 1946 melelui Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 1946, Bank Rakyat

Indonesia (BRI) menjadi bank pemerintah pertama dengan wilayah kerja seluruh

Indonesia.

Sebagian bank yang tumbuh dan berkembang dengan pesat, berdasarkan

Surat Dewan Moneter No. SEKR/BRI/328 tanggal 25 September 1956 Bank

Rakyat Indonesia (BRI) ditetapkan sebagai Bank Devisa, sehingga dapat

memberikan pelayanan yang lebih merata kepada para nasabah yang bergerak di

bidang perdagangan luar negeri. Kemudian menjelang Orde Baru, Bank Rakyat

Indonesia (BRI) dilebur ke dalam Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang

merupakan peleburan tiga buah bank yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank

Tani dan Nelayan (BTN), serta Nerderlandsche Handels Maatschappij (NHM).

Adanya perubahan struktur kelembagaan pada bank-bank milik pemerintah pada

Page 61: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

45

tahun 1956, maka Bank Koperasi Tani dan Nelayan diinterasikan ke dalam Bank

Indonesia (BI) Bank Indonesia Urusan Tani dan Nelayan (BI-UKTN).

Selanjutnya berdasarkan Peraturan Presiden No. 17 tanggal 27 Juli 1965

dibentuk bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia (BNI) dan BI-UKTN

dilebur ke dalamnya dengan nama BNI Unit II bidang rural.Berdasarkan UU No.

14 tahun 1967, tentang Pokok Perbankan, BNI Unit II bidang rural diubah

kembali menjadi Bank Rakyat Indonesia.

Berdasarkan UU No. 7 tahun 1992 tentang UU Perbankan dan Peraturan

Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 telah terjadi perubahan kepemilikan BRI, yang

semula Bank Pemerintah diubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero). Perubahan ini dimaksudkan agar BRI menjadi

lebih profesional untuk mengantisipasi persaingan perbankan yang semakin ketat.

Pada tanggal 10 Novenber 2003, BRI melakukan go public dan pemerintah

melepas 30 persen kepemilikan sahamnya kepada publik sehingga dalam

kepemilikannya BRI telah menjadi perusahaan public dan namanya ditambah

menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Harga saham BRI di pasar

modal Indonesia sejak tercatat sampai dengan saat ini selalu menunjukkan

peningkatan dan termasuk ke dalam kelompok saham blue chip yang tergabung

dalam LQ45.

5.2. Visi, Misi, Tujuan BRI dan Sasaran Jangka Panjang

Visi BRI adalah menjadi bank komersial yang selalu mengutamakan

kepuasan nasabah. Untuk mewujudkan visi tersebut BRI menetapkan tiga misi

yang harus dilaksanakan:

1) Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan memprioritaskan

pelayanan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk menunjang

perekonomian masyarakat.

2) Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerha yang

tersebar luas dan didukung sumber daya manusia (SDM) yang professional

dengan melakukan praktek tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate

Governance).

3) Memberikan keuntungan dan manfaat seoptimal mungkin kepada berbagai

pihak yang berkepentingan.

Page 62: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

46

5.3. Budaya Perusahaan

PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk memiliki nilai-nilai perusahaan (Good

Corporate Governance)yang menjadi landasan berpikir, bertindak, serta

berperilaku bagi setiap insan BRI dimana pun berada,yaitu:

1) Integritas

2) Profesionalisme

3) Kepuasan nasabah

4) Keteladanan

5) Penghargaan kepada SDM

Kesadaran akan nilai-nilai tersebut menjadi kekuatan filosofi bisnis BRI

dan menjadi budaya kerja perusahaan (corporate culture) yang solid dan

berkarakter. Sebagai salah satu wujud penerapan budaya kerja dan kode etik

banker, BRI mematuhi seluruh ketentuan dan perundang-undangan yang terkait

deng mematuhi seluruh ketentuan dan perundang-undangan yang terkait dengan

kegiatan operasional bank. Hal ini mendorongan kegiatan operasional bank. Hal

ini mendorong BRI untuk selalu mengedepankan asas kehati-hatian (prudential

banking) dan komoitmen terhadap kepentingan stakeholders, dengan mewujudkan

bentuk tata kelola perusahaan sebagai berikut:

1) Mengintensifkan program budaya sadar risiko dan kepatuhan kepada setiap

pekerja di seluruh unit kerja

2) Mengintensifkan peningkatan kualitas pelayanan di seluruh unit kerja

3) Menjabarkan dan memonitor setiap kemajuan yang dicapai perusahaan ke

dalam rencana tindakan yang terukurdan dapat dipertanggungjawabkan oleh

setiap unit kerja.

5.4. Organisasi dan Jaringan Kerja BRI

PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk dipimpin oleh seorang direktur utama

dan seorang wakil direktur utama yang dibantu oleh enam direktur yang

membidangi bisnis. Masing-masing direktur membawahi bidang bisnis mikro dan

retail, bisnis menengah, bidang pengendalian kredit, bidang keuangan dan

internasional, bidang operasional, dan bidang kepatuhan. Secara structural direksi

membawahi para kepala divisi di kantor pusat dan pemimpin wilayah di kantor

wilayah BRI. Struktur organisasi BRI Pusat dapat dilihat pada Lampiran 2.

Page 63: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

47

Unit kerja di kantor pusat BRI meliputi berbagai bidang bisnis operasional

dan penunjang, yang masing-masing dipimpin oleh para kepala divisi dibantu oleh

wakil kepala divisi yang membawahi para kepala bagian dan staf. Unit kerja di

tingkat wilayah BRI dipimpin oleh pemimpin wilayah yang dibantu oleh wakil

pemimpin wilayah, yang membawahi kepala bagian dan pemimpin cabang yang

ada di wilayah tersebut. Struktur organisasi kantor wilayah BRI dapat dilihat pada

Lampiran 3. Unit kerja di kantor cabang BRI dipimpin oleh pemimpin cabang

yang dibantu oleh wakil pemimpin cabang yang membawahi para officer, kepala

seksi, serta seluruh kantor cabang pembantu yang ada di wilayah kantor tersebut

(Lampiran 4).

Unit kerja kantor cabang pembantu (KCP) dipimpin oleh pemimpin

cabang pembantu (Pincapem) yang membawahi para supervisor, teller, dan unit

pelayanan nasabah (UPN) atau sering disebut dengan Customer Service (CS).

Struktur organisasi kantor cabang pembantu dapat dilihat pada Lampiran 5. Unit

kerja di tingkat BRI Unit dipimpin oleh seorang kepala unit (Kaunit) yang

membawahi mantri, deskman, dan teller di BRI Unit tersebut.

5.5. Bidang Usaha BRI

Bank BRI mempunyai berbagai bidang usaha yang secara garis besar

dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bidang usaha simpanan, pinjaman, dan

jasa bank lainnya.

1) Bidang Simpanan

Meliputi Giro BRI (Girobri), Deposito BRI (Depobri) baik dalam mata

uang Rupiah maupun US Dollar, Sertifikat BRI (Sertibri), Tabungan Britama

baik Britama Rupiah maupun Britama Dollar, Tabungan Simaskot, Tabungan

Simpedes, dan Tabungan Haji.

2) Bidang Pinjaman

Melipuit Kredit Prioritas atau Kredit Program, Kredit Non Program,

Kredit Komersial, Kredit Kepemilikan Rumah, Kredit Kendaraan Bermotor,

Kredit Profesi, Kredit Ekspres, KreditPembinaan Peningkatan Pendapatan

Petani atau Nelayan (P4K), Kupedes, Kredit Golongan Berpenghasilan Tetap,

Kredit Pensiun, Kredit Cash Collateral, dan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Page 64: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

48

3) Usaha Jasa Bank

Meliputi transfer, Inkaso, Safe Deposit Box, Automatic Teller Machine

(ATM), Cek Perjalanan BRI (Cepebri), Kliring, dan jual beli Bank Notes atau

mata uang asing. Selain itu juga, jasa bank juga meliputi biaya

penyelenggaraan ibadah haji, penerimaan Surat Tanda Kendaraan Bermotor

(STNK), Surat Izin Mengemudi (SIM), Buku Kepemilikan Kendaraan

Bermotor (BPKB), penerimaan setoran tagihan telepon dan listrik,

pembayaran utang pension PT Taspen dan PT Asabri, pembayaran Pajak Bea

Cukai KPKN, pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Subsidi

Pembangunan Inpres (P2KP), pelayanan Setoran PT Pusri, pelayanan

pembayaran Pertamina dan pelayanan setoran Pegadaian.

5.6. Macam-Macam Kredit BRI

Kredit-kredit yang dilayni BRI terdiri dari Kredit Kepada Golongan

Berpenghasilan Tetap (Kretap), Kredit Pensiun (Kresun), Kredit Umum Pedesaan

(Kupedes), Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), dan

Kredit Kepemilikan Rumah (KPR).

1) Kredit Kepada Golongan Berpenghasilan Tetap (Kretap)

Kredit Kepada Golongan Berpenghasilan tetap yang selanjutnya disebut

Kretap merupakan kredit yang diberikan kepada para pegawai instansi

pemerintah atau pegawai negeri sipil (PNS), Badan Usaha Milik Negara

(BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Tentara Nasional Indonesia

(TNI), Polisi Republik Indonesia (POLRI) dan pegawai swasta yang telah

diangkat menjadi pegawai tetap. Kretap dilayani oleh BRI Kantor Cabang dan

Kantor Cabang Pembantu.

Pemberian Kretap dilakukan secara kolektif dengan rekomendasi dan

adanya perjanjian bersama dengan pimpinan instansi atau perusahaan tempat

pegawai yang bersangkutan bekerja. Kretap diberikan atas dasar penghasilan

atau gaji bulanan pegawai dan pembayaran angsurannya dilakukan dengan

mengadakan kerja sama pemotongan gaji dengan instansi atau perusahaan

dimana pegawai tersebut bekerja. Kredit diberikan dalam bentuk persekot

dengan angsuran bulanan secara tetap dan bunga.

Page 65: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

49

2) Kredit Pensiun (Kresun)

Kredit Pensiun yang selanjutnya disebut Kresun adalah kredit yang

diberikan kepada pensiunan pegawai negeri sipil (PNS), pusat maupun daerah

ataupun jandanya, pensiunan pegawai BUMN dan BUMD ataupun jandanya,

pensiunan TNI dan POLRI ataupun jandanya, dan pensiunan pegawai swasta

yang instansinya mempunyai Yayasan Dana Pensiun ataupun jandanya,

pensiunan pegawai lainnya ataupun jandanya yang menerima pension secara

tetap dari perusahaan asuransi ataupun perusahaan dana pension yang dapat

dipercaya BRI. Kresun dilayani di Kantor Cabang dan Kantor Cabang

Pembantu.

Pemberian Kresun atas dasar penghasilan pensiunnya dan pembayarannya

dilakukan dengan mengadakan kerja sama pemotongan pension dengan

lembaga yang membayarkan pension. Kresun diberikan dalam bentuk persekot

dengan angsuran bulanan.

3) Kredit Umum Pedesaan (Kupedes)

Kupedes adalah fasilitas kredit yang bersifat umum, individual, selektif,

dan berbunga wajar yang bertujuan untuk mengembangkan atau meningkatkan

usaha mikro yang layak (eligible) Kupedes merupakan kredit yang dilayani di

BRI Unit dan diberikan dalam mata uang rupiah.

4) Kredit Usaha Rakyat (KUR)

KUR adalah fasilitas kredit atau pembiayaan yang khusus diperuntukkan

bagi usaha mikro, kecil, dan menengah serta koperasi yang usahanya layak

namun tidak memiliki agunan yang cukup sesuai persyaratan yang ditetapkan

BRI yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian di tingkat usaha

mikro, kecil, dan menengah dan juga koperasi. KUR merupakan kredit yang

dilayani saat ini hanya di BRI Unit dan diberikan dalam bentuk mata uang

rupiah.

5) Kredit Kendaraan Bermotor (KKB)

Kredit Kendaraan Bermotor merupakan kredit yang diberikan untuk

keperluan pembelian kendaraan bermotor. Kendaraan bermotoryang dimaksud

adalah kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat baik yang masih

Page 66: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

50

baru maupun yang sudah bekas. Pasar sasarannya yaitu perorangan maupun

badan usaha atau instansi. Kredit kendaraan bermotor ini dilayani di BRI

Kantor Cabang.

6) Kredit Kepemilikan Rumah (KPR)

Kredit Kepemilikan Rumah adalah fasilitas kredit yang diberikan oleh BRI

kepada perorangan baik yang berpenghasilan tetap, professional, dan

wiraswasta untuk keperluan pembelian, pembangunan, maupun renovasi

rumah. Kredit Kepemilikan Rumah ini dilayani di BRI Kantor Cabang.

5.7. Gambaran Umum Kantor Cabang BRI Pasar Minggu

Kantor Cabang (Kanca) BRI Pasar Minggu merupakan salah satu dari 23

Kanca BRI yang berada di wilayah Kanwil Jakarta II yang berlokasi di Gatot

Subroto. Kanca BRI Pasar Minggu dipimpin oleh seorang Pemimpin Cabang

(Pinca) yang mebawahi kegiatan pelayanan kepada sektor mikro dan ritel. Dalam

kegiatannya Pinca dibantu oleh tiga orang manajer, yaitu:

1) Manajer Pemasaran (MP)

Manajer Pemasaran bertanggung jawab terhadap bisnis ritel baik kredit

maupun dana. Kredit merupakan sejumlah dana BRI yang dipinjamkan kepada

nasabah (debitur). Sedangkan dana adalah pemasukan yang diterima oleh BRI,

dan sebagainya.Manajer Pemasaran membawahi para Account Officer (AO).

2) Manajer Operasional (MO)

Manajer Operasional bertanggung jawab terhadap kelancaran proses

kegiatan operasional Kanca.Manajer Operasional membawahi Asisten

Manajer Operasional (AMO) serta Supervisor Kas dan Supervisor Dana dan

Jasa.

3) Manajer Bisnis Mikro (MBM)

Manajer Bisnis Mikro bertanggung jawab terhadap bisnis baik kredit

maupun dan dan operasional mikro di BRI Unit. MBM dibantu oleh Asisten

Manajer Bisnis Unit (AMBM) yang membawahi pemilik BRI Unit. Selain itu,

MBM juga membawahi Petugas Administrasi Unit (PAU) dan Petugas

Rekonsiliasi Unit (RKU).

Kantor Cabang BRI Pasar Minggu membawahi 12 unit. BRI Unit yang

dinaungi Kantor Cabang BRI Pasar Minggu yaitu BRI Unit Kalibata, BRI Unit

Page 67: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

51

Kalisari, BRI Unit Jatijajar, BRI Unit Pejaten, BRI Unit Cibubur, BRI Unit

Cilangkap, BRI Unit Ciracas, BRI Unit Lenteng Agung, BRI Unit Pasar Minggu,

BRI Unit Pasil Gunung, BRI Unit Cijantung serta BRI Unit Cimanggis.

5.8. Gambaran Umum BRI Unit Cimanggis

BRI Unit berdiri atas dasar gagasan dari Dr.Soedarso Hadisaputro dan

disahkan berdasarkan Surat keputusan Direksi BRI Nokep: S.34-31/ 9/69 tanggal

9 September 1969 tentang proyek pengembangan ekonomi wilayah Unit Desa.

Realisasi gagasan ini kemudian diawali di wilayah D.I.Yogyakarta dengan 18 BRI

Unit dengan 54 orang pegawai. Dalam pilot proyek pengembangan ekonomi

wilayah pedesaan ini, BRI Unit berperan sebagai penyalur kredit untuk para

petani.

Selanjutnya tahun 1970 proyek ini dikembangkan ke seluruh pulau Jawa,

hingga sampai menjangkau wilayah Jawa Barat dimana salah satu BRI Unit yang

ada adalah BRI Unit Cimanggis Cabang Pasar Minggu. BRI Unit Cimanggis pada

mulanya bukan merupakan bagian dari Kantor Cabang Pasar Minggu, melainkan

bagian dari Kantor Cabang Bogor. Namun seiring dengan pengefektifan

pengawasan maka BRI Unit Cimanggis kini berada di wilayah cabang Pasar

Minggu.

BRI Unit Cimanggis merupakan salah satu di antara 12 BRI Unit yang

berada di wilayah Kantor Cabang Pasar Minggu. BRI Unit Cimanggis terletak di

Kecamatan Cimanggis, tepatnya di Jalan Raya Bogor Km 31,5. Ruang lingkup

BRI Unit Cimanggis yaitu hanya di Kecamatan Cimanggis. Mayoritas nasabah

BRI Unit Cimanggis berdomisili di Kecamatan Cimanggis. Untuk peminjaman

dikhususkan (sebagian besar) untuk nasabah di Kecamatan Cimanggis dan

adapula beberapa berasal dari wilayah lain.

Page 68: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

52

BRI Unit Cimanggis dipimpin oleh seorang Kepala Unit (Kaunit) yang

membawahi Mantri, Deskman, dan Teller (Gambar 8).

Gambar 8. Struktur Organisasi BRI Unit Cimanggis

Masing-masing bagian mempunyai tugas yang berbeda antara satu dengan

lainnya, yaitu:

1) Kepala Unit (Kaunit)

Bertugas sebagai pemimpin kantor BRI Unit dan bertanggung jawab atas

seluruh kegiatan operasional yang dilakukan oleh BRI Unit tersebut. Di

samping itu juga mempunyai wewenang untuk melakukan putusan kredit

sebatas Kuasa Memutus Permohonan Pinjaman (KMPP) yang dimilikinya.

Kaunit mempunyai wewenang untuk memutuskan kredit sebesar 10.000.000

rupiah, lebih dari nilai tersebut harus diproses di Kantor Cabang. Plafon

maksimum KUR di BRI Unit Cimanggis sebesar lima juta rupiah

2) Mantri

Bertugas sebagai tenaga pemasar yang berfungsi ganda sebagai lending

atau funding officer. Khusus untuk pinjaman, mantri berfungsi sebagai

seorang analis kredit yang melakukan analisis dan merekomendasi putusan

kredit sekaligus berfungsi sebagai pembina nasabah kredit.

3) Deskman

Bertugas melayani kebutuhan nasabah dalam melakukan transaksi di BRI

Unit yang bersifat administratif. Selain itu berfungsi untuk memberikan

informasi

Teller Teller Deskman Deskman

Kepala Unit

Mantri Mantri Mantri

Page 69: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

53

5.9. MekanismePenyaluran KUR pada BRI Unit Cimanggis

BRI Unit Cimanggis dalam menyalurkan KUR tidak terlepas dari syarat-

syarat maupun prosedur yang harus dipenuhi oleh debitur. Dalam hal ini, KUR

tidak langsung diberikan oleh pihak BRI Unit Cimanggis sebelum mengenal

karakteristik calon debitur secara lebis jelas.

Secara umum prosedur pengembilan KUR melewati dua tahap, yaitu tahap

pengajuan permohonan atau tahap pemberian kredit dan tahap pembayaran

kembali. Tahap pengajuan permohonan atau pemberian kredit diawali dengan

formulir yang tersedia di BRI Unit Cimanggis. Kemudian penilaian kredit

dilakukan oleh Mantri BRI Unit Cimanggis. Kaunit Cimanggis meneliti data

kredit yang telah dikumpulkan dan mengambil keputusan. Apabila usaha tersebut

dinilai layak, maka Kaunit dapat langsung memutuskan pemberian kredit. Plafond

KUR di BRI Unit Cimanggis adalah maksimal lima juta rupiah.Bila permohonan

kredit tersebut dinilai tidak layak, maka Kaunit dapat langsung memberikan

keputusan penolakan.

Semua prosedur penyaluran kredit tidak lepas dari prinsip Lima C

(Character, Capacity, Collateral, dan Condition of Economy). Proses pencairan

kredit di BRI Unit Cimanggis memakan waktu kurang lebih satu minggu setelah

pengajuan permohonan kredit. Secara lebih jelas prosedur penyaluran kredit yang

dilakukanoleh BRI Unit Cimanggis adalah:

1) Persyaratan Awal

Pendaftaran awal harus dilakukan di kantor BRI Unit Cimanggis pada jam

kerja dan petugas yang melayani adalah Deskman. Calon nasabah

harusmembawa kelengkapan identitas diri untuk permohona pinjaman yaitu:

- Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) suami isteri bila sudah

menikah.

- Fotokopi Kartu Keluarga (KK)

- Pas Foto (4x6) sebanyak 1 lembar

- KUR tidak diwajibkan menggunakan agunan akan tetapi tidak

menutup kemungkinan pihak bank meminta jaminan atau agunan

ringan.

- Minimal usaha yang dilakukan telah berjalan selama enam bulan.

Page 70: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

54

Calon nasabah dapat memilih jumlah serta jangka waktu pengembalian

KUR sesuai dengan kemampuannya berdasarkan prosedur KUR yang berlaku.

Jangka waktu angsuran KUR yang dapat dipilih calon debitur yaitu selama 12,

18, dan 24 bulan. Pada saat itu, deskman turut membantu nasabah dalam

memberikan alternative pilihan pinjaman sesuai dengan kemampuan

usahanya.

2) Pendaftaran

Setelah proses pengajuan kredit dilakukan,selanjutnya dilaksanakan proses

administrasi. Dalam hal ini, deskman bertugas untuk memeriksa apakah calon

debitur termasuk dalam daftar hitam atau tidak. Selain itu, deskman juga

harus mempersiapkan pemeriksaan di tempat nasabah sesuai dengan besar

KUR dan memastikan pinjaman lama dengan memeriksa berkas pinjaman

yang lalu dan kartu pelunasannya, apabila pernah atau sedang meminjam di

BRI. Setelah itu, seluruh berkas diberikan kepada Kaunit untuk diproses lebih

lanjut.

Kaunit akan memeriksa kelengkapan persyaratan yang diperlukan dan

berkas pengajuan dari deskman. Sebelum memutuskan permohonan, Kaunit

harus menugaskan Mantri atau Kaunit sendiri yang melakukan pemeriksaan

kebenaran laporan usaha yang diberikan oleh calon debitur. Dalam hal ini

diharapkan Kaunit lebih mengenal karakter calon debitur.

3) Pemeriksaan terhadap usaha calon debitur

Pemeriksaan terhadap aspek-aspek usaha calon debitur juga sangat

diperlukan untuk meminimalkan risiko terjadinya penunggakan pada

pinjaman. Pemeriksaan dapat dilakukan secara langsung oleh Mantri terhadap

keadaan usahacalon debitur.Untuk memperoleh informasi tersebut, Mantri

dapat melakukan wawancara baik langsung terhadap calon nasabah maupun

tetangga atau relasinya.

Prinsip Lima C perlu diperhatikan dalam pemeriksaan ini. Oleh karena itu,

Mantri harus giat mengamati dan mewawancarai orang-orang yang tepat guna

mendapatkan data yang akurat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam

menganalisis usaha calon nasabah. Kriteris pemeriksaan tersebut meliputi:

Page 71: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

55

- Usaha benar-benar sesuai dengan surat keterangan Kecamatan atau

Kelurahan yang diberikan.

- Domisili calon debitur sesuai dengan KTP yang telah diberikan.

- Calon nasabah mempunyai sifat baik. Ini dapat diketahui dari hasil

wawancara para tetangga,relasi, ataupun perangkat desa yang

berhubungan.

- Calon nasabah memiliki prospek usaha yang baik.

Pemeriksaan terhadap usaha calon nasabah dapat dibagi atas aspek

pemasaran, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi. Aspek

pemasaran dianalisis untuk mengetahui prospek usaha dan laba yang dapat

menjamin kelangsungan usaha tersebut. Aspek ini mencakup keadaan pasar,

baik permintaan maupun penawaran yang sudah ada untuk jenis usaha yang

direncanakan dan produksi.

Pemeriksaan terhadap aspek keuangan dilakukan dengan cara melihat data

keuangan calon nasabah dari kegiatan di masa lau. Dari data tersebut dapat

diperkirakan sejauh mana keuntungan dari usaha yang dijalankan di masa

yang akan datang. Dengan demikian pihak BRI Unit dapat mengukur

kesehatanusah dan dapat mempertimbangkan seberapa besarjumlah pinjaman

yang akan disalurkan.

Aspek manajemen dapat mencerminkan bagaimana hubungan antara

kemampuan, pengalaman, dan cara mengelola usaha. Hal ini berkaitan dengan

bagaimana karakter calon debitur dengan kemampuannya dalam

mengembalikan pinjaman kredit.

Penilaian terhadap aspek hukum dapat dilihat dari kelengkapan data legal

yang dimiliki calon nasabah, seperti akte pendirian usaha maupun surat ijin

usaha lainnya dari instansi berwenang. Hal ini diperlukan untuk melihat

kebenaran usaha yang dilaporkan calon debitur. Sedangkan aspek sosial

ekonomi dapt dilihat dari pengaruh usaha calon nasabah terhadap lingkungan

masyarakat sekitar.

Page 72: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

56

4) Teller

Bertugas melayani nasabah untuk transaksi tunai,yaitu penerimaan dan

pembayaran kas. Adapun beberapa contohnya yaitu penerimaan setoran

tabungan, pembayaran pinjaman, dan sebagainya.

Produk yang ditawarkan oleh BRI Unit Cimanggis adalah Simpedes,

Kupedes, KUR, tabungan Britama, Deposito BRI (Depobri), tabungan haji, dan

Simaskot (Simpanan Masyarakat Kota, pada akhir tahun 2005 ditiadakan dan

dilebur menjadi satu dengan Simpedes). Untuk lebih menarik minat nasabah

terhadap produk-produk yang dotawarkan BRI Unit Cimanggis, maka BRI Unit

Cimanggis memberikan fasilitas-fasilitas yang memudahkan nasabah, yaitu:

1) Untuk produk peminjaman, tidak ada persyaratan khusus hanya surat izin

usaha yang otentik dan jelas serta layak dan juga identitas diri.

2) Untuk produk simpanan, dalam pembuatan simpanan hanya memerlukan KTP

dan saldo awal untuk setiap simpanan tidak terlalu besar, untuk Simpedes

saldo awal sebesar 100 ribu rupiah, sedangkan untuk Britama saldo awal

sebesar 200 ribu rupiah. Dalam penarikan uang, nasabah dapat melakukannya

di ATM BRI dimana saja, selain itu BRI Unit Cimanggis sudah on line

sehingga nasabah dapat melakukan transaksi di BRI mana pun. BRI Unit

Cimanggis juga melayani pembayaran listrik, telepon, angsuran motor, dan

sebagainya.

Page 73: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP

TINGKAT KELANCARAN PENGEMBALIAN KUR PADA

BRI UNIT CIMANGGIS

6.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit

Karakteristik responden diidentifikasi berdasarkan karakteristik personal,

karakteristik usaha, dan karakteristik kredit. Karakteristik personal terdiri atas

jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dalam keluarga, serta ada

tidaknya pinjaman pada pihak lain. Karakteristik usaha mencakup omzet usaha

serta lama usaha. Sedangkan karakteristik kredit meliputi jumlah pinjaman dan

jangka waktu pengembalian pinjaman yang disepakati.

Responden terdiri dari pria dan wanita dengan jumlah tanggungan antara

tiga hingga sembilan orang, dan sebagian memiliki pinjaman pada pihak lain

sementara sebagian lagi tidak. Karakteristik usaha, kisaran omzet respeonden

antara Rp 1,5 juta hingga Rp 100 juta per bulan dengan lama usaha antara 1 tahun

hingga 38 tahun. Sedangkan karakteristik kredit, nilai pinjaman debitur responden

antara Rp 1 juta hingga Rp 5 juta dengan jangka waktu pelunasan 12 hingga 24

bulan (Tabel5).

Tabel 5. Statistika Deskriptif Responden

Variabel Mean SE Mean St Dev Min Max

Jenis Kelamin 0,369 0,060 0,486 0,000 1,000

Tingkat Pendidikan 8,862 0,332 2,674 6,000 15,000

Jumlah Tanggungan 4,738 0,188 1,513 3,000 9,000

Kredit Lain 0,385 0,061 0,490 0,000 1,000

Omzet Usaha 23,750 2,600 20,930 1,500 100,000

Lama Usaha 10,260 1,120 9,030 1,000 38,000

Jumlah Pinjaman 4,177 0,135 1,091 1,000 5,000

Jangka Waktu 16,892 0,572 4,610 12,000 24,000

6.1.1. Karakteristik Personal

Seluruh responden dari masing-masing kategori kelancaran pengembalian

kredit diidentifikasi karakteristik personalnya berdasarkan variabel jenis kelamin,

tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan adanya pinjaman dengan

pihah lain.

Page 74: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

58

1) Jenis Kelamin

Perbedaan gender terkadang melatarbelakangi perilaku dan tindakan

seseorang. Tidak jarang wanita lebih mengedepankan perasaan daripada

pikiran dalam melakukan suatu tindakan, sedangkan pria sebaliknya.

Kaitannya dengan pengembalian kredit (KUR BRI Unit Cimanggis) diduga

bahwa perilaku pengembalian kredit ini (lancar maupun menunggak)

berkaitan dengan perbedaan gender tersebut.

Tabel 6. Sebaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin responden secara keseluruhan didominasi oleh pria

(Tabel 6). Hal ini mencerminkan karakteristik debitur yang mampu

mengembalikan kredit dengan baik dan menunggak tidak dapat dibedakan

oleh jenis kelamin.

2) Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin luas kemampuan dalam

kemampuan mengaktualkan potensi dirinya, termasuk kemampuan dalam

berbisnis atau pengelolaan usaha. Demikian pula kemampuan pengelolaan

usaha para nasabah diduga dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Adapun

kaitannya dengan pengembalian kredit ialah semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang diharapkan semakin berdisiplin dan bertanggung jawab

dalam memenuhi kewajiban membayar angsuran kredit. Selain itu semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuan dan wawasannya

semakin bertambah sehingga akan mendukung kemampuan mengelola usaha

dengan baik. Namun hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar

responden tergolong berpendidikan rendah, yakni pendidikan setingkat SD.

Begitu pula pada masing-masing kategori kelancaran pengembalian

(Tabel 7).

Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi

(Orang) (%) (Orang) (%) (Orang) (%)

Pria 24 36,92 17 26,15 41 63,08

Wanita 16 24,62 8 12,31 24 36,92

Total 40 61,54 25 38,46 65 100,00

Lancar Menunggak Total

Jenis Kelamin

Page 75: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

59

Tabel 7. Sebaran Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

3) Jumlah Tanggungan dalam Keluarga

Jumlah anggota dalam keluarga yang harus ditanggung kebutuhan

hidupnya oleh seorang kepala keluarga mempengaruhi besarnya pengeluaran

dalam keluarga tersebut. Asumsinya, semakin banyak tanggungan dalam

keluarga secara langsung akan membuat kebutuhan hidup keluarga tersebut

semakin besar sehingga biaya yang harus dikeluarkan juga akan semakin

besar. Semakin besar jumlah tanggungan dalam keluarga maka akan semakin

besar pula proporsi dari pendapatan yang harus dibelanjakan. Hal tersebut

diduga dapat mengurangi kemampuan seseorang dalam membayar angsuran

kredit.

Tabel 8. Sebaran Responden berdasarkan Jumlah Tanggungan

Sebagian besar jumlah tanggungan keluarga dari keseluruhan responden

sebanyak empat orang (Tabel 8). Tidak terdapat perbedaan yang berarti

antara debitur yang lancar dan menunggak, karena baik responden lancar

maupun responden menunggak sebagian besar juga memiliki jumlah

tanggungan dalam keluarga sebanyak empat. Hal ini mencerminkan

karakteristik debitur yang mampu mengembalikan kredit dengan baik dan

Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi

(Orang) (%) (Orang) (%) (Orang) (%)

SD 18 27,69 8 12,31 26 40,00

SLTP 8 12,31 9 13,85 17 26,15

SLTA 14 21,54 7 10,77 21 32,31

D III 0 0,00 1 1,54 1 1,54

Total 40 61,54 25 38,46 65 100,00

Pendidikan

Lancar Menunggak Total

Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi

(Orang) (Orang) (%) (Orang) (%) (Orang) (%)

3 8 12,31 3 4,62 11 16,92

4 17 26,15 9 13,85 26 40,00

5 9 13,85 5 7,69 14 21,54

6 1 1,54 3 4,62 4 6,15

7 2 3,08 2 3,08 4 6,15

8 2 3,08 3 4,62 5 7,76

9 1 1,54 0 0,00 1 1,54

Total 40 61,54 25 38,46 65 100,00

Tanggungan

Lancar Menunggak Total

Page 76: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

60

menunggak tidak dapat dibedakan berdasarkan jumlah tanggungan dalam

keluarga.

4) Pinjaman pada Pihak Lain

Sejumlah tertentu pinjaman yang dilakukan responden pada pihak lain

bersamaan dengan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang mereka akses

melalui BRI Unit Cimanggis diduga mengurangi kemampuan responden

dalam melakukan pengembalian kepada BRI. Hal ini didasarkan pada asumsi

bahwa semakin banyak pinjaman yang dilakukan, maka akan semakin

banyak pula kewajiban pembayaran angsuran dalam setiap bulannya. Kondisi

meningkatnya beban pengeluaran yang harus ditanggung ini menyebabkan

meningkatnya risiko ketidaklancaran dalam pembayaran angsuran kredit.

Tabel 9. Sebaran Responden berdasarkan Pinjaman Lain

Terlihat pada Tabel 9 bahwa sebagian besar responden yang terlibat

peminjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada BRI Unit Cimanggis tidak

sedang terlibat dalam pinjaman pada pihak lain. Namun ditemukan bahwa

sebagian besar debitur dengan kategori pengembalian kredit menunggak

sedang terlibat dalam pinjaman dengan pihak lain. Kenyataan ini sangat

berbeda bila dibandingkam sebagian besar responden lancar yang tidak

sedang dalam pinjaman dengan pihak lain. Kondisi ini mencerminkan

perbedaan yang sangat berarti sehingga dapat disimpulkan bahwa antara

responden yang lancar dan menunggak, dapat dibedakan berdasarkan status

responden yang sedang dalam pinjaman lain atau tidak.

6.1.2. Karakteristik Usaha

Karakteristik usaha responden baik dengan kategori pengembalian lancar

maupun menunggak diklarifikasikan berdasarkan nilai omzet/pendapatan usaha

per bulan dan lama usaha yang dijalankan.

Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi

(Orang) (%) (Orang) (%) (Orang) (%)

Ada 8 12,31 17 26,15 25 38,46

Tidak Ada 32 49,23 8 12,31 40 61,54

Total 40 61,54 25 38,46 65 100,00

Lancar Menunggak Total

Pinjaman Lain

Page 77: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

61

1) Omzet Usaha

Omzet usaha merupakan suatu sumber pemenuhan kebutuhan hidup bagi

pelaku usaha dan keluarganya. Semakin tinggi tingkat pendapatan usaha

seseorang maka akan semakin tinggi pula kemampuannya dalam membiayai

kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan kata lain, pendapatan seseorang

berkorelasi positif dengan tingkat kemakmurannya. Kaitannya dengan

pengembalian kredit, pendapatan usaha seorang debitur dapat mencerminkan

kemampuannya dalam memenuhi kewajiban pengembalian kredit dengan

baik karena pendapatannya tersebut sebagai sumber dalam membayar

angsuran kredit. Semakin besar pendapatan usaha debitur maka

kemampuannya dalam membayar angsuran kredit hingga lunas semakin

terjamin.

Tabel 10. Sebaran Responden berdasarkan Omzet Usaha

Sebagian besar responden cenderung memiliki omzet usaha yang rendah

(Tabel 10). Hal ini dikarenakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada BRI Unit

ini memang diperuntukkan bagi usaha yang tergolong lemah secara ekonomi

namun telah feasible. Namun terdapat perbedaan antara responden debitur

lancar dengan responden debitur menunggak dimana seluruh debitur

menunggak memiliki omzet tidak lebih dari Rp 45.000.000, sementara pada

sebagian responden lancar ada yang memiliki omzet hingga lebih dari jumlah

tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa seluruh responden yang menunggak

memiliki omzet usaha yang relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan

responden dengan pengembalian lancar. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa karakteristik debitur yang mampu mengembalikan kredit dengan baik

Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi

(Juta Rupiah) (Orang) (%) (Orang) (%) (Orang) (%)

≤ 15 16 24,62 17 23,15 33 50,77

≤ 15 - 30 8 12,31 10 15,38 18 27,69

≤ 30 - 45 1 1,54 8 12,31 9 13,85

≤ 45 - 60 0 0,00 2 3,08 2 3,08

≤ 60 - 75 0 0,00 0 0,00 0 0,00

≤ 75 - 90 0 0,00 2 3,08 2 3,08

> 90 0 0,00 1 1,54 1 1,54

Total 25 38,46 40 61,54 65 100,00

Menunggak Lancar Total

Omzet

Page 78: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

62

dan menunggak dapat dibedakan berdasarkan besarnya omzet usaha per

bulannya.

2) Lama Usaha

Lama usaha dapat menunjukkan keandalan seorang dalam menjalankan

usahanya. Semakin lama pengalaman seseorang dalam berusaha maka

kemampuannya dalam mengelola usaha akan semakin baik. Lama usaha juga

mencerminkan kemapanannya dalam bidang usaha yang ditekuni.

Harapannya, semakin lama seorang debitur telah bergelut dalam usaha

tersebut maka akan diikuti oleh peluang keberhasilan usaha yang akan

semakin besar sehingga secara tidak langsung dapat menjamin kemampuan

pengembalian kredit oleh debitur.

Tabel 11. Sebaran Responden berdasarkan Lama Usaha

Sebagian besar responden telah menjalankan usahanya hingga selama

sebelas tahun (Tabel 11). Begitu pula pada debitur dengan kategori

pengembalian kredit lancar maupun pada responden yang tergolong

menunggak. Kondisi seperti ini mencerminkan bahwa sebaran lama usaha

responden antara yang lancar dan menunggak tidak jauh berbeda.

6.1.3. Karakteristik Kredit

Perbandingan karakteristik kredit masing-masing responden diidentifikasi

berdasarkan besarnya jumlah pinjaman serta jangka waktu pengembalian kredit

yang disepakati antara debitur dengan pihak BRI Unit Cimanggis.

1) Jumlah Pinjaman

Adapun batas maksimum peminjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) di

setiap tingkat unit BRI adalah sebesar Rp 5.000.000,-. Besarnya jumlah

pinjaman yang diberikan oleh pihak bank hingga batas maksimum tersebut

Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi

(Tahun) (Orang) (%) (Orang) (%) (Orang) (%)

≤ 5 14 21,54 12 18,46 26 40,00

> 5 - 11 3 4,62 15 23,08 18 27,69

> 11 - 17 4 6,15 6 9,23 10 15,38

> 17 - 23 2 3,08 4 6,15 6 9,23

> 23 - 35 2 3,08 1 1,54 3 4,62

> 35 0 0,00 2 3,08 2 3,08

Total 25 38,46 40 61,54 65 100,00

Menunggak Lancar Total

Lama Usaha

Page 79: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

63

tergantung dari jumlah permintaan dan penilaian kemampuan pembayaran

seorang debitur. Usaha yang cukup berhasil dan memberikan pendapatan

yang besar berpeluang untuk memperoleh jumlah pinjaman yang lebih besar.

Namun jumlah pinjaman yang besar secara langsung akan memberikan beban

angsuran yang besar pula kepada debitur. Dengan demikian, semakin besar

jumlah pinjaman yang diberikan oleh bank, maka beban yang harus

ditanggung debitur dalam pelunasannya akan semakin besar pula sehingga

pemberian jumlah pinjaman yang besar akan menimbulkan risiko

terhambatnya pengembalian kredit oleh debitur.

Tabel 12. Sebaran Responden berdasarkan Jumlah Pinjaman

Berdasarkan Tabel 12, sebagian besar responden memperoleh kredit

sebesar Rp 5.000.000. Begitu pula pada responden dengan tingkat kelancaran

pengembalian lancar yang sebagian besar mengakses pinjaman sebesar Rp

5.000.000. Berbeda pada responden yang menunggak, sebaran pinjaman

selain pada jumlah Rp 5.000.000 juga pada pinjaman sejumlah Rp 3.000.000.

Hal tersebut mencerminkan bahwa debitur yang lancar dan responden yang

menunggak dapat dibedakan berdasarkan jumlah kredit yang mereka peroleh.

2) Masa Pengembalian

Jangka waktu pengembalian kredit merupakan waktu jatuh tempo seorang

debitur dalam membayar seluruh nilai pinjaman yang diberikan termasuk di

dalamnya pembayaran bunga pinjaman. Bagi pihak bank, semakin lama

jangka waktu pengembalian ini akan meringankan beban angsuran yang

harus dibayar debitur per bulannya sehingga memperkecil risiko

penunggakan kredit. Sehingga semakin panjang jangka waktu pengembalian

maka beban debitur dalam membayar angsuran akan semakin ringan. Di sisi

Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi

(Juta Rupiah) (Orang) (%) (Orang) (%) (Orang) (%)

1 2 3,08 0 0,00 2 3,08

2 1 1,54 1 1,54 2 3,08

3 8 12,31 7 10,77 15 23,08

3,5 1 1,54 0 0,00 1 1,54

4 2 3,08 6 9,23 8 12,31

5 11 16,92 26 40,00 37 56,92

Total 25 38,46 40 61,54 65 100,00

Lancar TotalMenunggak

Jumlah Pinjaman

Page 80: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

64

lain, semakin lama jangka waktu pengembalian kredit ini akan menurunkan

tingkat perputaran dana dan likuiditas bank sehingga pihak bank akan

melakukan pertimbangan penuh dalam menentukan jangka waktu

pengembalian tersebut.

Umumnya, BRI memberikan jangka waktu tempo pelunasan kreditdalam

waktu 12 bulan, 18 bulan, dan 24 bulan. Pemberian jangka waktu ini

disesuaikan antara permintaan debitur dengan penilaian bank terhadap

kemampun pembayaran angsuran oleh debitur tersebut.

Tabel 13. Sebaran Responden berdasarkan Jangka Waktu Pengembalian

Lama Usaha

Menunggak Lancar Total

Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi

(Bulan) (Orang) (%) (Orang) (%) (Orang) (%)

12 11 16,92 15 23,08 26 40,00

18 10 15,38 15 23,08 25 38,46

24 4 6,15 10 15,38 14 21,54

Total 25 38,46 40 61,54 65 100,00

Berdasarkan Tabel 13, sebagian besar responden mengakses pinjaman

kredit dengan jangka waktu pengembalian 12 bulan. Demikian juga pada

masing-masing kelompok responden baik yang lancar dalam pengembalian

maupun yang menunggak, masing-masing sebagian besar mengakses kredit

dengan jangka waktu pengembalian 12 bulan. Hal ini mencerminkan bahwa

debitur yang lancar tidak dapat dibedakan berdasarkan jangka waktu

pengembalian kredit.

6.2. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Kelancaran

Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Kebaikan model ditunjukkan pada nilai uji statistik G sebesar 28,950

dengan p-value sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa pada selang kepercayaan

90 persen (α = 0,1) terdapat cukup bukti untuk menolak H0 bahwa tidak ada satu

pun variabel prediktor berpengaruh nyata terhadap variabel respon. Artinya,

paling tidak terdapat satu variabel prediktor yang secara signifikan berpengaruh

terhadap variabel respon. Kesimpulannya bahwa dari semua faktor yang diduga

Page 81: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

65

mempengaruhi tingkat pengembalian kredit, terdapat satu atau lebih faktor yang

secaranyata berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit. Selain itu,

Standard Error (SE) pada masing-masing faktor memiliki besar yang nyaris

sama, tidak ada nilai SE yang terlalu tinggi. Dengan demikian, model ini dapat

dinyatakan stabil secara statistik dan tidak terdapat multikolinearitas di dalamnya

(Tabel 14).

Selanjutnya untuk mengetahui kebaiksuaian model dapat dilakukan

dengan Uji kebaiksuaian atau Goodness-of-Fit Test yang memperlihatkan nilai

Pearson, deviance, dan Hosmer-Lemeshow. Uji ini menunjukkan p-value masing-

masing 0,566; 0,413 ;dan 0,624. Nilai-nilai tersebut menunjukkan nilai yang lebih

besar dari taraf nyata (α = 0,1), sehingga disimpulkan bahwa pada selang

kepercayaan 90 persen (α = 0,1) bahwa model layak dan dapat diinterpretasikan

karena tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan

nilai prediksi dari model.

Pengujian yang lebih spesifik difokuskan pada signifikansi masing-masing

variabel prediktor dalam mempengaruhi variabel respon secara individu dengan

menggunakan nilai uji statistik Z yang diindikasikan dengan nilai p-value. Jika p-

value pada suatu variabel lebih kecil dari α maka dapat disimpulkan bahwa faktor

tersebut berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumsi. Pada selang

kepercayaan 90 persen (α = 0,1) dapat disimpulkan bahwa variabel yang secara

signifikan berpengaruh pada tingkat pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR)

oleh nasabah BRI Unit Cimanggis adalah pinjaman pada pihak lain, jumlah

pinjaman, dan besarnya omzet usaha sedangkan jenis kelamin, tingkat pendidikan,

jumlah tanggungan dalam keluarga, lama usaha, serta lamanya masa

pengembalian yang disepakati tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat

kelancaran pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh nasabah BRI Unit

Cimanggis.

6.2.1. Karakteristik Personal

Karakteristik personal yang diduga berpengaruh terhadap tingkat

pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) terdiri dari faktor jenis kelamin,

tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dalam keluarga, pasangan yang bekerja,

Page 82: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

66

kepemilikan rumah, serta ada tidaknya pinjaman pada pihak lain. Pengaruh

masing-masing variabel tersebut diuraikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Logistic Regression Table

Variabel Coef SE Coef P Value Odds Ratio

Jenis Kelamin 0,53 0,72 0,46 1,71

Tingkat Pendidikan -0,14 0,13 0,27 0,86

Jumlah Tanggungan -0,34 0,27 0,20 0,71

Kredit Lain -1,74 0,72 0,01 1,17

Omzet Usaha 0,06 0,02 0,02 1,06

Lama Usaha 0,01 0,04 0,76 1,01

Jumlah Pinjaman 0,71 0,38 0,06 2,04

Jangka Waktu 0,03 0,07 0,67 1,03

Log-Likelihood = -28.833

Test that all slopes are zero: G = 28.950, DF = 8, P-Value = 0.000

1) Jenis Kelamin

Jenis kelamin tidak memiliki pengaruh nyata dalam kelancaran

pengembalian kredit. Hasil tersebut juga didukung oleh hasil analisis

deskriptif sebelumnya bahwa sebagian besar debitur baik yang lancar

maupun menunggak adalah pria. Hal ini sehubungan dengan peran pria

sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab dalam memenuhi

kebutuhan hidup anggota keluarganya. Sehingga pengelola usaha yang

menjadi debitur penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini sebagian besar

adalah pria, Maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin tidak memberi

pengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit.

2) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh nyata dalam kelancaran

pengembalian kredit. Hasil tersebut juga didukung dengan hasil analisis

deskriptif sebelumnya bahwa tidak terdapat perbedaan yang berarti antara

debitur responden lancar dengan menunggak bila dilihat berdasarkan tingkat

pendidikan. Baik responden debitur lancar maupun menunggak keduanya

sebagian besar masih berpendidikan rendah. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa kelancaran pengembalian kredit tidak dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan.

Page 83: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

67

Tingkat pendidikan sebagian besar responden yang masih tergolong

rendah ini sehubungan dengan lokasi BRI Unit Cimanggis yang terletak di

Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Depok. Kota Depok

merupakan merupakan daerah pinggiran kota (urban fringe/ sub urban) yang

letaknya tidak jauh dari pusat kota, tempat atau area di mana para penglaju

tinggal. Daerah pinggiran kota pada umumnya memiliki dua wajah: di satu

sisi modern, melalui pembangunan kompleks perumahan yang diikuti oleh

kawasan perdagangan baru. Disisi lain tradisional, diwakili oleh kawasan

perumahan penduduk asli dan daerah pertanian1. Kelurahan Cisalak Pasar,

Kecamatan Cimanggis adalah salah satu wilayah dengan pola kehidupan

tradisional dimana di daerah ini masih terdapat beberapa wilayah dengan

tingkat pendidikan penduduknya yang masih relatif rendah bila dibandingkan

dengan wilayah lain di Kota Depok dengan pola kehidupan modern yang

umumnya sudah menyadari pentingnya pendidikan tinggi sebagai bekal

kehidupan.

3) Jumlah Tanggungan dalam Keluarga

Jumlah tanggungan dalam keluarga tidak memiliki pengaruh nyata dalam

kelancaran pengembalian kredit. Hal ini juga didukung dengan hasil analisis

deskriptif sebelumnya bahwa baik debitur yang lancar maupun menunggak

keduanya sebagian besar memiliki jumlah tanggungan dalam keluarga yang

relatif sedikit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelancaran pengembalian

kredit tidak dipengaruhi oleh banyaknya jumlah tanggungan dalam keluarga.

Jumlah tanggungan dalam keluarga sebagian besar responden tergolong

sedikit dikarenakan budaya untuk memiliki keturunan banyak saat ini sudah

cenderung ditinggalkan oleh masyarakat yang bermukim di wilayah

perkotaan dan sekitarnya (wilayah sub urban). Hal ini seiring tuntutan

kebutuhan biaya hidup di wilayah Cimanggis yang sudah semakin meningkat

dengan semakin pesatnya pembangunan yang terjadi2.

1 Buchholz AS. 2005. Jender di periurban. Di dalam Koesmapardi, editor. Jurnal Dinamika

Periurban: Periurban sebagai Perhatian Kualitas Hidup I (Mei): 11. 2 Loc.cit

Page 84: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

68

4) Pinjaman pada Pihak Lain

Adanya pinjaman lain memberi pengaruh nyata dalam kelancaran

pengembalian kredit. Hal ini juga didukung oleh hasil analisis deskriptif

sebelumnya bahwa sebagian besar debitur dengan kategori pengembalian

kredit menunggak terlibat dalam pinjaman dengan pihak lain, sangat berbeda

bila dibandingkam sebagian besar responden yang tergolong lancar yang

sedang dalam kondisi tidak berada dalam pinjaman dengan pihak lain. Kondisi

ini mencerminkan perbedaan yang sangat berarti sehingga dapat disimpulkan

bahwa antara responden yang lancar dan menunggak, dapat dibedakan

berdasarkan status responden yang sedang dalam pinjaman lain atau tidak.

Responden yang sebagian besar merupakan pedagang di pasar-pasar

tradisional, pengrajin kecil, pedagang keliling, dan lain-lain seringkali sering

kali terjerat oleh para rentenir dengan pembebanan bunga yang sangat tinggi

(biasanya 30 persen per bulan). Sebagai akibat dari terbebani oleh beban

bunga yang sangat tinggi tersebut, seringkali mengakibatkan responden lalai

dalam memenuhi kewajiban untuk melunasi kredit (KUR) pada BRI Unit

Cimanggis. Mereka cenderung lebih memprioritaskan untuk melunasi kredit

pada rentenir demi menjaga hubungan baik dengan para rentenir. Adapun

kredit lain yang menjadi penghambat dalam pengembalian KUR adalah

kredit kepemilikan motor. Ketiadaan agunan pada KUR membuat responden

cenderung lebih memilih untuk melunasi kredit motor tersebut daripada

motor yang digunakan sebagai jaminan dalam kredit tersebut disita karena

lalai membayar.

Pembayaran anguran KUR yang belum menjadi prioritas jika

dibandingkan dengan kredit lain antara lain juga disebabkan adanya

kesalahan pemahaman terhadap kredit pemerintah ini. Berdasarkan

pengamatan di lapangan serta pengalaman pihak BRI Unit Cimanggis sendiri,

responden cenderung melihat KUR sebagai dana kucuran pemerintah seperti

halnya pada kredit program sebelumnya.

Koefisien ini variabel negatif (-1,747). Artinya adalah bahwa adanya

pinjaman pada pihak lain akan berbanding terbalik dalam mendukung

kelancaran pengembalian kredit sebagai variabel respon. Nilai odds ratio

Page 85: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

69

sebesar 0,17 mengartikan bahwa nasabah yang memiliki pinjaman pada pihak

lain akan berpeluang lebih 0,17 kali lebih kecil untuk mengembalikan kredit

secara lancar.

6.2.2. Karakteristik Usaha

Karakteristik usaha yang diduga berpengaruh terhadap tingkat

pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada BRI Unit Cimanggis terdiri dari

faktor omzet usaha serta lamanya usaha tersebut sudah dijalankan oleh pemilik.

Adapun output hasil olahan dan pengaruh masing-masing faktor dipaparkan

sebagai berikut:

1) Omzet Usaha

Besarnya omzet usaha memiliki pengaruh nyata dalam kelancaran

pengembalian kredit. Pada analisis deskriptif sebelumnya ditemukan bahwa

karakteristik debitur yang mampu mengembalikan kredit dengan baik dan

menunggak dapat dibedakan berdasarkan besarnya omzet usaha per bulan.

Responden debitur lancar cenderung memiliki omzet usaha yang lebih besar

jika dibandingkan dengan responden debitur menunggak. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa besarnya omzet usaha memberi pengaruh terhadap

kelancaran pengembalian kredit.

Adapun nilai koefisien variabel ini adalah bertanda positif, mencerminkan

omzet usaha memiliki pengaruh positif dalam mendukung kelancaran

pengembalian kredit sebagai variabel respon. Odds ratio sebesar 1,06

mengartikan bahwa peningkatan omzet usaha sebesar satu satuan (juta rupiah)

akan meningkatkan peluang tingkat kelancaran pengembalian kredit sebesar

1,06 kali lebih besar.

Kesimpulan ini sejalan dengan kesimpulan pada hasil-hasil penelitian

terdahulu yang menyatakan bahwa besarnya omzet usaha berpengaruh nyata

terhadap kelancaran pengembalian kredit. Pada penelitian yang dilakukan oleh

Hermawan (2007), omzet usaha memberi pengaruh nyata dan positif terhadap

tingkat pengembalian Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES) untuk usaha

mikro,kecil, dan menengah di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Studi Kasus BRI

Unit Leuwiliang. Begitu pula halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh

Page 86: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

70

Handoyo (2009) yang juga menemukan bahwa omzet usaha memberi

pengaruh nyata dan positif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan

syariahuntuk UMKM Agribisnis pada KBMT Ummah Kota Bogor

sehubungan dengan profitabilitas usaha yang tinggi yang ditunjukkan dengan

nilai omzet usaha yang besar.

2) Lama Usaha

Lama usaha tidak memiliki pengaruh nyata dalam kelancaran

pengembalian kredit. Berdasarkan pengamatan lapangan, pada umumnya

pelaku usaha mikro di wilayah Cimanggis bergerak pada bidang perdagangan

dan telah menjalankan usaha tersebut cukup lama. Perdagangan yang mereka

jalankan sebagian besar tidak memiliki lama usaha yang panjang. Hal ini

terkait dengan karakteristik entry barrier yang mudah ditembus sehingga

ketika pasar sudah jenuh mereka akan beralih pada usaha perdagangan yang

lain.

Hal ini didukung dengan hasil analisis deskriptif sebelumnya yang

menunjukkan bahwa kedua kategori tingkat pengembalian kredit tersebut

tidak dapat dibedakan kategori tingkat pengembaliannya berdasarkan lama

usaha. Baik responden debitur lancar maupun responden debitur menunggak

sebagian besar telah menjalankan usahanya tidak lebih dari sebelas tahun.

Sehingga lama usaha menjadi tidak member pengaruh terhadap kelancaran

pengembalian kredit.Kesimpulan ini sejalan dengan kesimpulan pada hasil-

hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa lamanya usaha tidak

berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian kredit seperti pada

penelitian Hermawan (2007) serta Handoyo (2009).

6.2.3. Karakteristik Kredit

Karakteristik kredit yang diduga mempengaruhi tingkat pengembalian

Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada BRI Unit Cimanggis terdiri dari faktor besarnya

pinjaman serta lamanya jangka waktu pengembalian pinjaman yang disepakati.

Adapun output hasil olahan dan pengaruh masing-masing faktor dipaparkan

sebagai berikut:

1) Besarnya Jumlah Pinjaman

Page 87: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

71

Besarnya jumlah pinjaman merupakan sejumlah nominal pinjaman yang

diberikan oleh bank. Besarnya nilai pinjaman ini tergantung pada permintaan

debitur yang disesuaikan dengan pendapatannya. Semakin besar nilai

pinjaman ini secara langsung akan meningkatkan beban angsuran yang harus

dibayar, sehingga besarnya jumlah pinjaman diduga berpengaruh negatif

terhadap kelancaran pengembalian kredit.

Besarnya jumlah pinjaman yang diduga berpengaruh terhadap tingkat

kelancaran ternyata menunjukkan hasil yang serupa. Hasil analisis

menemukan bahwa variabel ini memiliki pengaruh nyata dalam tingkat

kelancaran pengembalian kredit. Pada responden dengan tingkat kelancaran

pengembalian lancar yang sebagian besar mengakses pinjaman sebesar

Rp 5.000.000. Berbeda pada responden yang menunggak, sebaran pinjaman

selain pada jumlah Rp 5.000.000 juga pada pinjaman sejumlah Rp 3.000.000.

Kondisi tersebut mencerminkan bahwa besarnya jumlah kredit yang diterima

memberi pengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit. Hal ini

dikarenakan besarnya jumlah kredit yang diperoleh debitur telah melalui

analisa mendalam yang dilakukan oleh petugas kredit yang mengestimasi

seberapa besar jumlah dana yang dibutuhkan dan mampu dikembalikan oleh

debitur. Sehingga jumlah kredit yang besar hanya dapat diperoleh oleh usaha

yang dianggap telah memiliki kapabilitas dan profitabilitas yang

memungkinkan.

Nilai koefisien variabel ini positif (0,713) menunjukkan bahwa besarnya

jumlah pinjaman memiliki pengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian

kredit. Semakin besar jumlah pinjaman yang diperoleh debitur maka

peluangnya untuk dapat mengambalikan secara lancarakan semakin besar.

Nilai odds ratio sebesar 2,04 mengartikan bahwa peningkatan jumlah

pinjaman sebesar satu satuan (Rp 1 juta) akan meningkatkan peluang

lancarnya pengembalian menjadi 2,04 jika tidak terjadi peningkatan jumlah

pinjaman.

2) Masa Pengembalian

Penentuan jangka waktu pengembalian kredit ditentukan berdasarkan

kesepakan antara pihak bank dengan debitur. Kesepakatan tersebut

Page 88: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

72

berdasarkan permintaan debitur yang disesuaikan dengan pertimbangan dari

pihak bank.

Jangka waktu pengembalian yang diduga berpengaruh positif terhadap

kelancaran pengembalian kredit oleh debitur, Namun berdasarkan hasil

analisis ditemukan bahwa jangka waktu tidak memiliki pengaruh nyata dalam

kelancaran pengembalian kredit. Sebagian besar responden lebih memilih

jangka waktu pengembalian yang paling sebentar untuk menghindari besarnya

jumlah beban bunga yang harus ditanggung meskipun dengan konsekuensi

adanya beban angsuran bulanan yang akan lebih tinggi.

Selain itu, hasil tersebut juga didukung oleh hasil analisis deskriptif

sebelumnya bahwa sebagian besar debitur baik yang lancar maupun

menunggak adalah mengakses kredit dengan jangka waktu pengembalian yang

sama, yakni 12 bulan. Hal ini mencerminkan bahwa kelancaran pengembalian

kredit tidak dipengaruhi oleh lamanya jangka waktu pengembalian kredit yang

telah disepakati.

6.3. Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

pengembalian tunggakan KUR diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang

memiliki pengaruh nyata terhadap pengembalian tunggakan KUR pada BRI Unit

Cimanggis. Ketiga faktor tersebut adalah pinjaman lain, besarnya jumlah

pinjaman, dan omzet usaha debitur. Dengan demikian, untuk mengantisipasi

terjadinya penunggakan kredit ketiga hal tersebut perlu dipertimbangkan lebih

dalam lagi dalam proses pemberian KUR kepada calon debitur.

Tindakan yang dapat dilakukan oleh BRI Unit Cimanggis berkaitan

dengan debitur yang memiliki atau sedang terlibat dengan pinjaman pada pihak

lain selain pada BRI Unit Cimanggis adalah perlu menambahkan kriteria

penelitian yang dapat dilakukan pada analisa awal. Selain itu BRI perlu menggali

informasi mengenai watak kepribadian (character) calon debitur. Apakah debitur

berkelakuan baik, selalu berupaya untuk memenuhi janji, serta mempunyai

reputasi yang baik. Informasi tersebut dapat diperoleh dari masyarakat dan pejabat

daerah setempat.

Page 89: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

73

Analisa mendalam mengenai besarnya jumlah kredit yang dapat disalurkan

juga perlu lebih diperhatikan akibat pengaruhnya yang nyata. Besarnya jumlah

kredit harus terus disesuaikan dengan kebutuhan modal dan kemampuan yang

dimiliki oleh calon debitur. Tindakan yang dapat dilakukan oleh BRI Unit

Cimanggis berkaitan dengan debitur berkaitan dengan omzet usaha adalah bekerja

sama dengan masyarakat dan instansi atau pejabat setempat untuk memperoleh

informasi mengenai omzet usaha nasabah dari waktu ke waktu. Selain itu, BRI

juga perlu membantu nasabah dalam memecahkan permasalahan penurunan

omzet dengan memberikan masukan manajerial dalam upaya penguatan capacity

building di bidang pemasaran dan manajemen usaha nasabah, mulai dari masukan

mengenai tata cara mengelola usaha yang baik, administrasi pembukuan, cara

memecahkan berbagai masalah, cara menyusun perencanaan usaha yang

sistematis, serta berbagai strategi menghadapi pesaing agar produk tetap

mempunyai pasar (Kusmuljono 2009).

Sementara itu, bagi nasabah sendiri dapat melakukan upaya-upaya agar

omzet usaha berkembang yakni antara lain dengan meningkatkan profesionalisme,

membangun jaringan usaha sesama usaha mikro, melakukan kemitraan usaha,

memanfaatkan jaringan informasi bisnis yang ada baik secara horizontal antara

usaha mikro maupun secara vertikal dengan usaha besar bersamaan dengan upaya

peningkatan keahlian untuk mencapai efisiensi dan produktifitas yang lebih tinggi

serta perbaikan, penyempurnaan, dan peningkatan kualitas terus-menerus terhadap

produk dan pelayanan sebagai kunci menghadapi pesaing. Baik pengembangan

produk, pengembangan pemasaran, serta pengembangan dalam kemampuan

mengatur keuangan perlu terus diupayakan (Sembiring 2002).

Page 90: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa karakteristik responden debitur KUR BRI Unit Cimanggis, baik responden debitur

lancar maupun menunggak sebagian berjenis kelamin pria dengan tingkat pendidikan yang

rendah. Jumlah tanggungan dalam keluarga sebagian besar berjumlah empat orang. Mereka

sebagian besar mengakses dengan masa pengembalian 12 bulan. Antara responden debitur

lancar dengan responden debitur menunggak dapat dibedakan berdasarkan ada tidaknya

pinjaman lain yang sedang diakses responden debitur bersamaan dengan KUR pada BRI Unit

Cimanggis, besarnya jumlah pinjaman serta besarnya omset usaha.

Responden debitur menunggak sebagian besar memiliki pinjaman lain, sementara

pada responden debitur lancar sebaliknya. Responden debitur lancar sebagian besar memiliki

kemampuan mengakses pinjaman sebesar Rp 5.000.000, berbeda pada responden debitur

menunggak yang memiliki kemampuan mengakses pinjaman sebesar Rp 5.000.000 dan Rp

3.000.000. Besarnya omzet usaha pada responden debitur lancar cenderung lebih besar jika

dibandingkan dengan besarnya omzet usaha responden debitur menunggak.

Faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap tingkat kelancaran

pengembalian KUR adalah omzet usaha, jumlah pinjaman, dan pinjaman lain. Omzet usaha

memiliki pengaruh dan keterkaitan positif dengan kelancaran pengembalian kredit. Artinya,

semakin tinggi omzet usaha maka peluang dan kecenderungannya untuk dapat

mengembalikan kredit dengan lancar semakin tinggi. Begitu pula dengan besarnya jumlah

pinjaman pengaruh dan positif terhadap kelancaran pengembalian kredit. Artinya, semakin

besar jumlah pinjaman maka peluang dan kecenderungannya untuk dapat mengembalikan

kredit dengan lancar semakin tinggi. Hal ini disebabkan pemberian sejumlah pinjaman telah

melalui analisis mendalam mengenai estimasi besar modal yang benar-benar dibutuhkan oleh

calon debitur. Berbeda dengan pinjaman lain yang memiliki pengaruh dan keterkaitan negatif

dengan tingkat pengembalian kredit, dimana jika debitur memiliki atau sedang terlibat

dengan pinjaman pada pihak lain selain pada BRI Unit Cimanggis maka peluang dan

kecenderungannya untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar semakin kecil.

Faktor-faktor yang tidak berpengaruh nyata antara lain jenis kelamin, tingkat

pendidikan, jumlah tanggungan dalam keluarga, lama usaha, serta jangka waktu

Page 91: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

75

pengembalian. Faktor-faktor ini tidak memberi pengaruh nyata disebabkan adanya kesamaan

karakteristik responden yang berada pada wilayah yang sama sehingga keadaan sosial

ekonomi, kultur, serta nilai-nilai yang dianut besar kemungkinan menunjukkan

kecenderungan serupa.

7.2. Saran

Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelancaran

pengembalian KUR pada BRI Unit Cimanggis diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang

memiliki pengaruh nyata. Ketiga faktor tersebut adalah pinjaman lain, besarnya jumlah

pinjaman, dan omzet usaha debitur. Dengan demikian, ketiga hal tersebut perlu

dipertimbangkan lebih dalam lagi dalam proses pemberian KUR kepada calon debitur untuk

mengantisipasi terjadinya penunggakan kredit.

Kriteria penelitian yang dilakukan pada analisa awal dapat ditambahkan sehubungan

dengan ada tidaknya pinjaman lain yang sedang diperoleh calon debitur. Analisa mendalam

mengenai besarnya jumlah kredit yang dapat disalurkan juga perlu lebih diperhatikan akibat

pengaruhnya yang nyata. Besarnya jumlah kredit harus terus disesuaikan dengan kebutuhan

modal dan kemampuan yang dimiliki oleh calon debitur. Selain menambahkan kriteria

penilaian, BRI juga perlu membantu nasabah dalam memecahkan permasalahan penurunan

omzet dengan memberikan masukan manajerial dalam upaya penguatan capacity building di

bidang pemasaran dan manajemen usaha nasabah. Bersaman dengan hal tersebut, bagi

debitur sendiri dapat melakukan upaya-upaya agar omzet usaha berkembang yakni antara lain

dengan meningkatkan profesionalisme, membangun jaringan usaha sesama usaha mikro,

melakukan kemitraan usaha, memanfaatkan jaringan informasi bisnis yang ada baik secara

horizontal antara usaha mikro maupun secara vertikal dengan usaha besar bersamaan dengan

upaya peningkatan keahlian untuk mencapai efisiensi dan produktifitas yang lebih tinggi serta

perbaikan, penyempurnaan, dan peningkatan kualitas terus-menerus terhadap produk dan

pelayanan.

Namun berdasarkan metode pemilihan sampel yang digunakan, hasil penelitian

memiliki kemungkinan tidak merepresentasikan seluruh debitur KUR BRI Unit Cimanggis,

sehingga diperlukan penelitian lanjutan dengan metode pemilihan sampel secara acak. Selain

itu penelitian dengan menggunakan alat analisis lain juga dianjurkan agar dapat melihat

permasalah dari sudut pandang lain sehingga dapat ditemukan solusi terbaik.

Page 92: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah T. 2007. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pengembalian kredit macet pada Kredit Usaha Pedesaan (Kupedes): studi

kasus PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Ciomas, Cabang Bogor [skripsi].

Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

[BI] Bank Indonesia. 2008. Statistik Perbankan Indonesia. http://www.bi.go.id.

[2 Agustus 2009].

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Perkembangan Indikator Makro Tahun 2006.

Sensus Ekonomi. Jakarta: Biro Pusat Statistik.

Chadwick B, Bahr HM, dan Albrecht. 1991. Metode Penelitian Ilmu Sosial.

Sulistia, Yan M, Sofwan A, Suhardjito, penerjemah; Jakarta: IKIP

Semarang Press.

Djianarto B. 2000. Banking Asset Liability Management. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Dendawijaya L. 2001. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Faisal S. 2005. Format-Format Penelitian Sosial: Dasar-Dasar dan Aplikasi,

edisi 1.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Firdaus M dan MA Farid. Seri Metode Kuantitatif : Aplikasi Metode Kuantitatif

Terpilih untuk Manajemen dan Bisnis. 2008. Bogor : Penerbit Institut

Pertanian Bogor, IPB-Press.

Firmansyah. 2000. Implementasi Model Grameen Bank di Kabupaten Magetan.

Di dalam Thoha M, editor. Pemberdayaan Usaha Kecil melalui Model

Grameen Bank. Jakarta: Puslitbang Ekonomi Pembangunan, Lembaga

Pengetahuan Indonesia. Hlm 103.

Gujarati. 1997. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hair, J, et al. 1998. Multivariate Data Analysis. New Jersey: Prentice Hall

Handoyo M. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian

pembiayaan syariah untuk UMKM agribisnis pada KBMT Wihdatul

Ummah Kota Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Institut Pertanian Bogor.

Hermawan A.R. 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

pengembalian kredit umum pedesaan (Kupedes) untuk usaha mikro dan

menengah di Kabupaten Bogor: kasus BRI Unit Leuwiliang [skripsi].

Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Kadir F. 1985. Faktor-faktor penghambat bagi perkebunan besar swasta nasional

dalam hubungannya dengan kesempatan memeproleh kredit investasi

[Laporan Penelitian]. Makasar: Universitas Hasanudin

Page 93: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

77

Kusmuljono B.S. 2009. Menciptakan Kesempatan Rakyat Berusaha: Sebuah

Konsep Baru tentang Hybrid Microfinancing. Bogor: IPB Press.

Lind DA, Marchal WG, Wathen SA. 2007. Teknik-Teknik Statistika dalam Bisnis

dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data Global Jilid 2. Edisi ke-13.

Chriswan Sungkono, penerjemah; Shelvy DC, editor. Jakarta :Salemba

Empat. Terjemahan dari : Statistical Techniques in Business and

Economics with Global Data Sets, 13rd

Edition.

Lipsey RG, Courant PN, Purvis DD, dan Steiner PO. 1995. Pengantar

Mikroekonomi. Edisi ke-10. Jakarta : Binarupa Aksara.

Muhammah E. 2008. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pengembalian kredit oleh UMKM: studi kasus nasabah kupedes PT. Bank

Rakyat Indonesia, Tbk (Persero) Unit Cigudeg, Cabang Bogor [skripsi].

Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Nazir Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.

Rachmat B. 2005. Modal Ventura: Cara Mudah Meningkatkan Usaha Kecil dan

Mengengah, Bogor: Ghalia Indonesia.

Rachmina D. 1994. Analisis permintaan kredit pada industri kecil: kasus Jawa

Barat dan Jawa Timur. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut

Pertanian Bogor.

Retnadi D. 2008. Kredit Usaha Rakyat (KUR), Harapan, dan Tantangan.

Economic Review, No. 212, Juni 2008.

Sembiring I. 2002. Menumbuhkan Usaha dan Keusahawanan. Di dalam Barus

SW, editor. Strategi Memajukan Usaha Kecil dan Menengah. Bekasi:

Pustaka Sora Mido. Hlm 1-6.

Sevilla C, Ochave JA, Punsalan TG, Regala BP, dan Uriarte GG. 1993. Pengantar

Metode Penelitian. Tuwu A, penerjemah; Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia

Suyatno T. 1995. Dasar-Dasar Perkreditan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Tambunan T. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia; Beberapa Isu

Penting, Jakarta: Salemba Empat.

Thoha M, editor. 2000. Pemberdayaan Usaha Kecil melalui Model Grameen

Bank. Jakarta: Puslitbang Ekonomi Pembangunan, Lembaga Pengetahuan

Indonesia.

Usman H dan Akbar PS. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.

Wahyono A. 2000. Kekuatan dan Kelemahan Grameen Bank dan Kredit Usaha

Keluarga Sejahtera (KUKESRA) sebagai Model Pengentasan Kemiskinan.

Di dalam Thoha M, editor. Pemberdayaan Usaha Kecil melalui Model

Page 94: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

78

Grameen Bank. Jakarta: Puslitbang Ekonomi Pembangunan, Lembaga

Pengetahuan Indonesia. Hlm 68.

Walpole R. 1995. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama.

Page 95: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur)

79

Sharma, 1998 dalam DL

Sutoyo, 2000 dalam Demak

Buku Mikro yang di rumah apa dah namanya??

Tampubolon R. 2004. Manajemen Risiko: Pendekatan Kualitatif untuk Bank

Komersial. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo-Gramedia.

Untoro. 2004. Default Risk dan Penjaminan Kredit UKM, Jakarta: Bank

Indonesia.

Mulyarto E.P. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi Kredit Usaha

Rakyat (KUR) di Bank Rakyat Indonesia Unit Leuliang Kabupaten Bogor

[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Marsaulina D. 2006. Analisis pengelolaan risiko kredit nasabah Kupedes dengan

metode creditrisk + portofolio: studi kasus BRI Unit Cipanas, Kecamatan

Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas

Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Hakam S. 1984. Kredit Investasi Kecil Nelayan Tradisionil [Laporan Penelitian.

Proyek], Malang: Universitas Brawijaya.

Rodjak A. 1984. Struktur permodalan petani kecil hubungannya dengan

kemampuan pengembalian kredit produksi pertanian [laporan penelitian].

Jatinangor: Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Padjadjaran.

Haryogyo. 1982. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan modal bagi

pengembangan usaha ekonomi lemah di Kecamatan Ambulu Kabupaten

Jember [laporan penelitian]. Jember: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,

Universitas Jember.

Sukirno S. 1985. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia