80
FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI DALAM MEMILIH BENIH UNGGUL KEDELAI DI KECAMATAN BANGSALSARI KABUPATEN JEMBER FAIRUS MAULIDA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI DALAM ... · Kabupaten Jember. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis ... 2009 722 791 974 512 13.48 2010 660

  • Upload
    hatuyen

  • View
    233

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN

PETANI DALAM MEMILIH BENIH UNGGUL KEDELAI DI

KECAMATAN BANGSALSARI KABUPATEN JEMBER

FAIRUS MAULIDA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Memilih Benih Unggul Kedelai di

Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember adalah benar karya saya dengan arahan

dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skrispsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Fairus Maulida

NIM H34100076

ABSTRAK

FAIRUS MAULIDA. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam

Memilih Benih Unggul Kedelai di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember.

Dibimbing oleh ANDRIYONO KILAT ADHI.

Kedelai merupakan tanaman palawija yang kaya sumber protein dengan

berbagai produksi turunan yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Benih

merupakan biji tumbuhan yang berasal dari bakal biji yang dibuahi dan digunakan

sebagai tujuan pertanaman untuk mencapai produksiyang maksimum. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik petani, menganalisis

proses keputusan pembelian, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan petani dalam memilih benih unggul kedelai di Kecamatan Bangsalsari

Kabupaten Jember. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif dan analisis faktor. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan

karakteristik konsumen dan proses keputusan pembelian. Analisis faktor digunakan

untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian

konsumen. Terdapat empat faktor utama yang mempengaruhi keputusan petani

dalam memilih benih unggul kedelai, yaitu faktor pengaruh lingkungan, faktor

proses psikologis, faktor pembelajaran, dan faktor produk. Faktor pengaruh

lingkungan adalah faktor utama yang mempengaruhi keputusan pembelian.

Kata kunci: Analisis faktor, keputusan pembelian, benih unggul

ABSTRACT

FAIRUS MAULIDA. The Factors that Influence Farmers Decision in Choosing

Superior Soybean Seed in District Bangsalsari Jember. Supervised by

ANDRIYONO KILAT ADHI.

Soybean is a rich source of protein with various derivatives of the soybean

product which consumed by the Indonesian society. Seed is the part of the plant

which from fertilized ovule is used for the purpose of cultivation, reaching

maximum production. This study aim to identify the characteristics of consumers,

analyze the purchase decision process, and analyze the factors that influence

farmers' decisions in choosing seed in Bangsalsari distric, Jember. The method of

this research is descriptive analysis and factor analysis. Descriptive analysis was

used to describe the characteristics of consumer and the process of purchasing

decision. Factor analysis was used to analyze the factors that influence the

consumers purchasing decision. There were four major factors that influence the

consumers purchasing that influence farmers decision in choosing superior soybean

seed they were the influence of environment factor, the psychological process

factor, learning factor and the product factor. Influence of environment factor was

the main factor influencing the purchasing decision.

Keywords: factors analysis, purchasing decisions, seed quality

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN

PETANI DALAM MEMILIH BENIH UNGGUL KEDELAI DI

KECAMATAN BANGSALSARI KABUPATEN JEMBER

FAIRUS MAULIDA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Judul Skripsi : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam

Memilih Benih Unggul Kedelai di Kecamatan Bangsalsari

Kabupaten Jember

Nama : Fairus Maulida

NIM : H34100076

Disetujui oleh

Dr Ir Andriyono Kilat Adhi

Pembimbing Skripsi

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih

dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah perilaku

konsumen, dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani

dalam Memilih Benih Unggul Kedelai di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten

Jember.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Andriyono Kilat selaku

dosen pembimbing skripsi dan Ibu Ratna Winandi selakudosen pembimbing

akademik, atas segala bimbingan, nasihat, dorongan, kritik, dan saran yang telah

diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Penulis ucapkan terimakasih

kepada Yayasan Karya Salemba Empat atas beasiswa dari Indofood Sukses

Makmur. Penulis sampaikan kepada Bapak Luhur selaku Ketua UPTD, Bapak Pur

selaku penyuluh lapang, Bapak Gatot Selaku Ketua Gapoktan Kecamatan

Bangsalsari, Mbak Dian, Ibu Ida, dan Ibu Yoyok atas bantuan, dorongan, masukan

selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasihdisampaikan kepada Abah

Taufiqurrahman, Bunda Husnawiyah, Mas Jaka, Mbak Ibanah, Dek Shabrina, Mas

Yusuf Jafar serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan, dan kasih sayang

yang diberikan selama ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada sahabat-

sahabat, teman-teman sebimbingan, teman seorganisasi Omda Jember, Pengurus

KSE, BEM TPB, BEM FEM maupun Hipma, teman–teman Wisma Melati,

kelompok Kajian Islam, dan teman-teman Agribisnis 47 lainnya, atas segala

semangat, bantuan, dan masukan yang telah diberikan dalam penulisan skripsi ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

Fairus Maulida

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 7

Benih unggul yang bermutu 7

Varietas unggul 8

Mutu Kedelai 8

Perbandingan dengan penelitian terdahulu 9

KERANGKA PEMIKIRAN 13

Kerangka Pemikiran Teoritis 13

Perilaku Konsumen 13

Karakteristik Konsumen 13

Petani Sebagai Konsumen Industri 13

Proses Keputusan Pembelian Konsumen 14

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen 15

Kerangka Pemikiran Operasional 19

Definisi operasional 22

METODE PENELITIAN 23

Lokasi dan Waktu Penelitian 23

Jenis dan Sumber Data 23

Metode Penentuan Sampel 23

Metode Pengumpulan data dan informasi 24

Metode Pengolahan dan Analisis Data 24

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 28

Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari 28

Karakteristik Penduduk 29

Keadaan Tanah 31

Keadaan Pertanian 31

HASIL DAN PEMBAHASAN 32

Karakteristik Umum Konsumen 32

Umur 32

Pendidikan 33

Pendapatan 33

Status kepemilikan lahan 34

Proses Keputusan Pembelian dan Pemilihan Benih Unggul 35

Pengenalan Kebutuhan 35

Pencarian Informasi 36

Evaluasi Alternatif 37

Keputusan Pembelian 37

Hasil setelah Pembelian 39

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Petani dalam

Memilih Benih Unggul 40

Faktor Pengaruh Lingkungan 44

Faktor Proses Psikologi 45

Faktor Pembelajaran 46

Faktor Produk 46

SIMPULAN DAN SARAN 47

Simpulan 47

Saran 48

DAFTAR PUSTAKA 49

LAMPIRAN 51

RIWAYAT HIDUP 62

DAFTAR TABEL

1 Luas panen, produksi, dan produktivitas kedelai di Indonesia pada

2008-2013 1 2 Lima provinsi Indonesia penghasil rata-rata produksi kedelai pada

tahun 2008-2013 3 3 Lima Kecamatan di Kabupaten Jember, Jawa Timur penghasil

produksi kedelai terbesar pada tahun 2008 – 2012 4 4 Ringkasan penelitian terdahulu 12 5 Keadaan Penduduk Menurut Golongan Usia Desa Sukorejo

Kecamatan Bangasalsari 2012 29

6 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Sukorejo 29

7 Nama dan Jumlah Anggota Kelompok Tani Desa Sukorejo

Kecamatan Bangsalsari Tahun 2012 30

8 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di

Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari Tahun 2012 30

9 Luas Wilayah Desa Sukorejo menurut Penggunaan Tahun 2012 31

10 Jenis dan Produktivitas Tanaman Pangan di Desa Sukorejo

Kecamatan Bangsalsari Tahun 2012 31

11 Karakteristik umur petani di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten

Jember pada Bulan Maret – April 2014 33

12 Karakteristik pendidikan petani di Kecamatan Bangsalsari

Kabupaten Jember pada Bulan Maret – April 2014 33

13 Karakteristik pendapatan petani Kecamatan Bangsalsari Kabupaten

Jember pada Bulan Maret – April 2014 34

14 Karakteristik status kepemilikan lahan petani di Kecamatan

Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret – April 2014 34

15 Motivasi petani dalam melakukan usahatani kedelai di Kecamatan

Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret – April 2014 35

16 Motivasi petani berdasarkan alasan menggunakan benih unggul

bersertifikat di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember

pada bulan Maret – April 2014 36

17 Sebaran presentase petani berdasarkan sumber mendapatkan

informasi benih kedelai bersertifikat di Kecamatan Bangsalsari

Kabupaten Jember pada bulanMaret- April 2014 36

18 Kriteria petani dalam mempertimbangkan pemilihan benih

bersertifikat di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember

pada Bulan Maret – April 2014 37

19 Presentase penggunaan produsen benih oleh petani di Kecamatan

Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret – April 2014 38

20 Cara melakukan pembelian benih kedelai di Kecamatan

Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret – April 2014 38

21 Tindakan petani terhadap kondisi kenaikan harga atas benih di

Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada Maret – April 2014 39

22 Tindakan petani terhadap kondisi ketersedian benih kedelai yang

digunakan di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada

Maret – April 2014 40

23 Sikap petani terhadap produk benih kedelai yang digunakan di Kecamatan

Bangsalsari Kabupaten Jember pada Maret-April 2014 40

24 Ringkasan Nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA) 42

25 Ringkasan nilai Communalities 43

26 Hasil analisis faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih

benih unggul kedelai pada produsen atau penangkaran Dewi Ratih 44

DAFTAR GAMBAR

1 Tahap-tahap proses keputusan pembelian 14 2 Model perilaku pengambilan keputusan konsumen dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya 16 3 Kerangka pemikiran operasional 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Nilai Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) berdasarkan output SPSS 17 analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih 51

2 Tabel Anti Image Matrices berdasarkan output SPSS 17 analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih 51

3 Tabel Communalities berdasarkan output SPSS 17

analisis faktor Penangkar benih Dewi Ratih 53 4 Tabel Total Variance Explained berdasarkan output SPSS 17

analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih 53

5 Tabel Component Matrixa berdasarkan output SPSS 17

analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih 54

6 Tabel Rotated Component Matrixa berdasarkan output SPSS 17

analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih 54

7 Uji Reliabilitas 55 8 Uji Validitas 56 9 Dokumentasi penelitian 59

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komoditas kedelai mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah dalam

kebijakan pangan nasional, karena sifatnya yang strategis di dunia perindustrian.

Kedelai merupakan tanaman palawija yang kaya sumber protein dengan berbagai

produksi turunan yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Beberapa produk

turunan kedelai terdiri dari olahan makanan (tempe, kecap, tauco, tahu dan

makanan ringanlainnya), minuman (susu kedelai), pupuk hijau dan pakan ternak

serta diambil minyaknya yang sering dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia.

Menurut Badan Pusat Statistika (2013), tingkat konsumsi kedelai rata-rata 8.12

kg/kapita/tahun dan total kebutuhan kedelai nasional mencapai 2.5-3 juta ton pada

september 2013. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya

industri pangan dan pakan. Namun, pada kenyataannya produksi dan produktivitas

Indonesia belum mampu mencukupi. Dapat dilihat pada Tabel 1 mengenai

perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas kedelai di bawah ini:

Data Tabel 1 memberikan informasi mengenai luas panen, produksi, dan

produktivitas kedelai yang berfluktuatif. Produksi kedelai dari tahun 2010

mengalami kecenderungan menurun. Laju produksi kedelai domestik yang sangat

kecil sebesar 0.01 persen per tahun tidak sebanding dengan kebutuhan nasional

yang sebesar 2.5 juta ton. Kondisi tersebut membuktikan bahwa produksi kedelai

di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, sehingga pemerintah

Indonesia terus tergantung pada impor yang mencapai 2.12 juta ton pada 2011

untuk memenuhi kebutuhan kedelai dan menghindari kerawanan pangan Indonesia.

Produksi dapat dipenuhi tidak hanya melalui impor, yaitu melalui kebijakan

dari pemerintah. Salah satu kebijakan pemerintah dalam peningkatan produksi dan

produktivitas adalah merencanakan swasembada kedelai 2010-2014. Upaya

pemerintah dalam pencapaian rencana ini melalui pembenahan bagian sistem hulu

dalam pemenuhan input. Hal ini berdasarkan ilmu usahatani pada buku Soekartawi

et al. (1986) yang menyatakan faktor input seperti, benih, tanah, pupuk, tenaga kerja

dan sebagainya mempengaruhi besar kecilnya produksi dan produktivitas yang

akan diperoleh. Menurut Sumarno (1999), beberapa penyebab rendahnya

produktivitas kedelai meliputi, alokasi modal dan tenaga umumnya minimal,

Tabel 1 Luas panen, produksi, dan produktivitas kedelai di Indonesia pada

2008-2013

Tahun Luas Panen(Ha) Produksi(ton) Produktivitas(Kw/Ha)

2008 590 956 775 710 13.13

2009 722 791 974 512 13.48

2010 660 823 907 031 13.73

2011 622 254 851 286 13.68

2012 567 624 843 153 14.85

2013* 554 132 807 568 14.57

Laju (%/Thn) -0.65 0.01 2.18 Sumber: Badan Pusat Statistik [BPS], 2013 (diolah)

* Data 2013 merupakan angka smentara

2

pengelolaan tanaman sub-optimal atau kurang intensif, gangguan hama yang masih

belum dapat dikendalikan dengan baik dan penyediaan benih bermutu dari varietas

unggul jarang terpenuhi akibat dari langkanya penangkar benih kedelai di daerah.

Menurut Badan Penelitian Pengembangan Pertanian (Balitkabi) 2014, saat

ini kebutuhan benih unggul sulit dipenuhi dikarenakan ketersediaan benih varietas

unggul masih sangat terbatas yang mengakibatkan produktivitas hasil kedelai masih

rendah. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam perbenihan kedelai saat ini

adalah belum semua varietas unggul yang dilepas dapat diadopsi petani atau

pengguna benih, ketersediaan benih sumber dan benih sebar yang tepat dalam

varietasnya, mutu, jumlah, waktu, lokasi, dan harga, belum optimalnya kinerja

lembaga produksi dan pengawasan mutu benih, dan belum semua petani

menggunakan benih unggul bermutu/ bersertifikat.

Benih bermutu varietas unggul merupakan salah satu faktor yang menentukan

produktivitas pertanaman kedelai (Balitkabi, 2014). Dalam mendukung penyediaan

benih bermutu, industri benih untuk komoditas kedelai belum berkembang dengan

baik. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2011) menyatakan, benih

bermutu adalah benih dengan tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (>85

persen). Pada umumnya benih bermutu dapat diperoleh dari benih berlabel yang

sudah lulus proses sertifikasi. Benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat

dengan akar yang banyak. Benih bermutu akan menghasilkan tanaman yang sehat,

pertumbuhan lebih cepat dan seragam, sehingga meningkatkan produksi.

Beberapa kebijakan pokok pemerintah dalam pembangunan pertanian yang

terkait langsung dengan benih meliputi, peningkatan produksi untuk mencapai

swasembada dan substitusi impor (termasuk kedelai), pengembangan agroindustri,

dan penerapan kewajiban sertifikasi untuk semua benih varietas unggul yang

diperdagangkan. Menurut Nugraha (1996), dengan melihat keberhasilan

peningkatan produksi tanaman lain (diantaranya padi dan jagung), penggunaan

varietas benih unggul merupakan komponen utama dalam meningkatkan suatu

produksi. Varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dengan tambahan beberapa

sifat unggul lainnya dikembangkan melalui program pemuliaan tanaman.

Salah satu misi kebijakan pemerintah yang telah diteliti Balai Penelitian

Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) adalah meningkatkan kualitas dan

kuantitas sistem pembenihan kedelai melalui program Bantuan Langsung Benih

Unggul (BLBU) pada 2007. Namun, Wakil Menteri Pertanian dalam Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanaman yang bersumber dari Balitkabi (2014)

menyatakan sistem BLBU masih menemui banyak kelemahan, sehingga harus

dibenahi karena kualitas benih yang diberikan kepada petani mengalami

kemerosotan. Hal ini disebabkan benih yang disalurkan sering mangalami

keterlambatan waktunya. Kelambatan distribusi benih kacang-kacangan terutama

kedelai akan menyebabkan penurunan viabilitas (daya kecambah) benih hingga 80

persen, karena biji kedelai tidak tahan lama dalam penyimpanan (hanya 3 bulan)

terutama kondisi alat simpan yang kurang baik.

Benih kedelai yang disalurkan pemerintah memiliki keterjaminan mutu yang

telah tersertifikasi, sehingga banyak petani yang mulai mencoba dan merasakan

hasil panen kedelai dari varietas benih unggul. Program BLBU yang tidak

sistematis dalam penyalurannya, menjadikan kendala bagi petani untuk

menggunakan benih unggul. Kebutuhan benih varietas unggul yang semakin

meningkat, membuat para penangkar benih lokal berlomba–lomba menjadi

produsen benih dan meningkatkan produksi benih yang berdaya saing terutama

3

benih sebar yang dapat didistribusikan ke daerah sentra produksi secara langsung

tanpa adanya keterlambatan penyaluran.

Penangkar benih unggul lokal sangat membantu petani dalam menyebarkan

varietas benih unggul yang sesuai dengan karakteristik daerah produksi.

Perbanyakan benih kedelai diawali dari penyediaan benih penjenis (BS) oleh Balai

Penelitian Bidang Komoditas, sebagai sumber untuk perbanyakan benih sebar yang

sangat berpengaruh terhadap ketersediaan benih sumber yang sesuai dengan

kebutuhan produsen/ penangkar benih dalam menentukan proses produksi benih

sebar. Kelancaran perbanyakan benih juga menentukan kecepatan penyebaran

varieteas benih unggul kepada petani. Hal ini menyebabkan petani harus tepat

dalam memilih varietas benih unggul yang sesuai dengan karakteristik daerah yang

dijadikan tempat usahataninya.

Hasil penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan konsumen yang dikaitan oleh petani dalam memilih varietas benih

kedelai. Faktor yang mempengaruhi ditentukan oleh faktor internal dan eksternal.

Faktor internal yang dimaksud adalah umur, luas usahatani, jumlah anggota

keluarga, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani dan tujuan berusahatani.

Sedangkan faktor eksternal meliputi pasar, kelembagaan, kebijakan dan

lingkungan.

Keselektifan petani dalam pemilihan benih unggul sangat mempengaruhi

hasil produksi kedelai. Keputusan petani dalam memilih benih unggul dari sentra-

sentra penangkaran lokal sangat berpengaruh terhadap keterjaminan produksi

kedelai yang baik. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu benih kedelai yang sesuai dengan

kebutuhan pengguna. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian untuk mengetahui

faktor–faktor keputusan apa saja yang mempengaruhi petani dalam memilih

varietas benih unggul yang nantinya sangat membantu dalam peningkatan

kemampuan penangkar untuk memproduksi dan mengembangkan benih yang

bermutu.

Perumusan Masalah

Secara nasional produksi kedelai terbesar ada di 5 provinsi, yaitu Jawa Timur,

Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Aceh, dan Jawa Barat. Tabel 2 merupakan data

perkembangan perkedelaian pada 5 provinsi sentra kedelai dalam kurun waktu

2008-2013 di Indonesia.

Tabel 2 Lima provinsi Indonesia penghasil rata-rata produksi kedelai terbesar pada

tahun 2008-2013

Kriteria Provinsi

Jawa

Timur Jawa

Tengah Nusa Tenggara

Barat Aceh

Jawa

Barat

Luas panen (ha) 235 581.83 97 274.00 79 002.83 36 908.20 33 519.50

Produksi (ton) 339 716.67 151 264.33 90 578.83 52 308.70 50 204.80

Produktivitas

(kg/ha) 1 442.03 1 555.03 1 146.57 1 417.27 1 497.78

Sumber: BPS, 2014 (diolah)

4

Tabel 2 memberikan informasi bahwa Provinsi Jawa Timur merupakan

provinsi yang memiliki rata-rata luas panen (ha) dan produksi (ton) kedelai terbesar

nasional pada kurun waktu 2008-2013. Rata-rata luas panen kedelai terluas adalah

di Provinsi Jawa Timur, yaitu 235 581.83 ha dengan rata-rata produksi terbesar

juga, yaitu 339 716 ton. Namun, rata-rata produktivitas kedelai terbesar berada di

Provinsi Jawa Tengah sebesar 1 555.03 (kg/ha) yang hanya memiliki rata-rata luas

panen 97 274 ha. Produktivitas tertinggi bukan pada luas areal tanaman kedelai di

Provinsi Jawa Timur. Hal ini membuktikan bahwa luas areal tanam tidak

memberikan keterjaminan terhadap hasil produktivitas. Beberapa penyebabnya

adalah faktor iklim dan topografi yang tidak sesuai, sosial budaya, serta pemilihan

input seperti, benih unggul yang digunakan tidak tepat dan tidak berkualitas.

Kebutuhan benih kedelai bermutu di Jawa Timur sekitar 34.000 ton/tahun

masih sulit dipenuhi (Ismail et al. 2002). Hal tersebut disebabkan antara lain

pertanaman perbenihan harus ditanam pada saat musim tanam yang tidak optimal,

resiko kegagalan besar, petani kedelai pada umumnya petani kecil yang enggan

membeli benih, benih yang tidak terjual dalam waktu 4 bulan akan rusak, tidak

dapat dijual lagi sebagai benih, harga benih kedelai umumnya kurang menarik

(Sumarno dan Widiati 1985).

Penyediaan benih unggul yang bermutu hendaknya memenuhi kriteria enam

tepat yaitu tepat varietas, tepat mutu, tepat waktu, tepat jumlah, tepat tempat, dan

tepat harga (Hadi dan Baran 1995).Pemenuhan kebutuhan benih kedelai bermutu

dalam upaya peningkatan produksi perlu dibina usaha penangkaran benih terutama

di sentra produksi kedelai. Kemampuan industri benih untuk memasok benih

bermutu sampai ke pedesaaan merupakan prasyarat dalam mempercepat

pengembangan varietas unggul.

Upaya pengembangan pemanfaatan benih bermutu ditempuh melalui,

peningkataan kemampuan petugas/penangkar untuk memproduksi benih sumber,

peningkatan pembinaan penangkar benih di daerah sentra produksi kedelai, dan

peningkatan produksi benih sumber dan penyebaran varietas-varietas unggul baru

kedelai di daerah sentra produksi.

Kabupaten Jember merupakan sentra produksi kedelai utama di Jawa Timur,

selain Banyuwangi dan Bojonegoro. Total produksinya 16 185 ton dan tingkat

produktivitasnya 12.75 kw/ha, tersebar di Kecamatan Bangsalsari, Umbulsari,

Balung, Ambulu, Rambipuji (Disperta Kabupaten Jember 2010). Dapat dilihat pada

Tabel 3 mengenai lima besar kecamatan sentra produksi kedelai di Kabupaten

Jember.

Tabel 3 Lima Kecamatan di Kabupaten Jember, Jawa Timur penghasil produksi

kedelai terbesar pada tahun 2008 – 2012

Kecamatan Produksi (ton) Rata- rata

2008 2009 2010 2011 2012 ( ton/thn)

Bangsalsari 3 696 4 486 5 176 5 600 6 245 5 040.6

Ambulu 1 769 1 424 1 109 1 117 603 1 204.4

Balung 1 548 1 604 2 263 2 417 2 665 2 099.4

Rambipuji 1 210 1 428 1 260 1 817 3 270 1 797.0

Umbulsari 1 022 1 382 1 449 2 405 3 628 1 977.2 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Jember ( diolah )

5

Data Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa dari lima kecamatan di Kabupaten

Jember, Kecamatan Bangsalsari menjadi penghasil produksi terbesar komoditas

kedelai dan mengalami peningkatan terus menerus dengan mencapai rata–rata

produksi 5040.6 ton/thn. Kecamatan Bangsalsari merupakan kecamatan yang

memiliki pertanaman kedelai cukup luas di antara kecamatan yang lain di

Kabupaten Jember.

Munculnya varietas-varietas unggul baru yang dikeluarkan pemerintah dalam

upaya meningkatkan produksi kedelai tentunya berdampak terhadap perilaku petani

dalam penggunaan varietas-varietas unggul baru mengingat perbedaan preferensi

petani kedelai terhadap varietas di masing-masing wilayah tidak sama. Sedangkan

pemerintah berupaya mendorong petani kedelai untuk menggunakan benih unggul

dalam upaya meningkatkan produksi kedelai. Peningkatan produktivitas kedelai di

wilayah-wilayah sentra produksi dapat dilakukan dengan (a) penyediaan benih

bermutu, varietas unggul, (b) pemupukan dilakukan sesuai dengan status hara

tanah, (c) ketersediaan pestisida sesuai target hama, (d) bimbingan dan pembinaan

langsung di lapang secara terus menerus, dan (e) penyediaan jatah air irigasi secara

terencana untuk tanaman kedelai musim kemarau (Ernawanto et al.2010).

Beberapa usaha yang dilakukan oleh petani kedelai di Kecamatan Bangsalsari

dalam penyediaan benih bermutu ialah dengan menggunakan benih dari produsen

Dewi Ratih sebagai penangkar lokal benih kedelai yang dibina oleh pemerintah

daerah. Peran penangkar benih Dewi Ratih sebagai satu–satunya penangkar yang

dibina langsung oleh pemerintah daerah, memiliki peranan dalam menjaga

konsistensi dan kontinyuitas untuk memproduksi kedelai unggul yang berkualitas

dan bersertifikat. Produsen Penangkar Kedelai Dewi Ratih memiliki peranan yang

berpengaruh atas benih kedelai yang bermutu, karena mendapat binaan dari

pemerintah dan pengawasan dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman

Pangan Hortikultura. Namun berdasarkan hasil survey lapang, tidak sepenuhnya

petani memilih benih Dewi Ratih binaan pemerintah. Hal tersebut dikarenakan

benih yang dipilih petani pada produsen Dewi Ratih dengan Jalinan Benih Antar

Lapang (Jabal) tidak jauh berbeda. Hal ini menjadi tantangan bagi Dewi Ratih untuk

terus meningkatkan daya saing dan mempertahankan eksistensi ditengah ketatnya

persaingan penangkar benih kedelai yang bersertifikat maupun tak bersertifikat.

Produksi benih kedelai Dewi Ratih sejumlah 5 ton masih belum mampu mencukupi

kebutuhan benih di Kabupaten Jember dengan total kebutuhan benih 578.960 ton

(Dispertan, 2010). Langkah yang dapat dilakukan oleh Dewi Ratih ialah dengan

mengetahui proses pengambilan keputusan dan faktor–faktor yang mempengaruhi

keputusan petani dalam memilih benih unggul yang digunakan. Hal ini sangat erat

kaitannya dengan kegiatan peningkatan swasembada kedelai terutama di daerah

sentra produksi untuk merepresentatifkan penelitian ini. Hal tersebut dapat

membantu pemerintah maupun pihak terkait dalam menerapkan strategi yang tepat

guna untuk mewujudkan strategi dalam pengadaan benih berkualitas baik dan

berkuantitas tinggi.

Dengan melakukan pengkajian tentang perilaku konsumen (petani) kedelai

maka, dapat diketahui bagaimana respon petani terhadap atribut benih unggul.

Sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan keputusan yang ada pada

varietas benih unggul kedelai dari penangkaran lokal Dewi Ratih yang dipilih oleh

petani kedelai di Kecamatan Bangsalsari dan akhirnya dapat terpenuhi sesuai

dengan harapan petani. Dengan mempelajari informasi mengenai karakteristik

6

petani dapat bermanfaat bagi pihak produsen terutama manajemen produksi dalam

hal penetapan segmentasi, target pasar, dan positioning yang tepat. Segmentasi

memberikan peluang bagi suatu usaha untuk menyesuaikan produk atau jasanya

dengan permintaan konsumen secara efektif. Sedangkan informasi mengenai proses

keputusan pembelian konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat

bermanfaat sebagai rekomendasi bauran pemasaran agar kinerja dapat ditingkatkan,

maka perusahaan (Penangkar Dewi Ratih) akan mendapatkan masukan dan

informasi untuk pengembangan produknya dan berimplikasi dengan keuntungan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan

yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik petani kedelai yang memilih varietas benih unggul?

2. Bagaimana proses keputusan pembelian petani kedelai terhadap pemilihan

varietas benih unggul?

3. Faktor–faktor apa saja yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan

petani kedelai terhadap pemilihan varietas benih unggul?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka tujuan

penelitian ini adalah :

1. Menganalisis karakteristik petani kedelai yang memilih varietas benih kedelai di

Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember

2. Menganalisis proses pengambilan keputusan petani kedelai terhadap varietas

benih unggul di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember

3. Menganalisis faktor–faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan

petani terhadap pemilihan varetas benih unggul kedelaidi Kecamatan

Bangsalsari Kabupaten Jember yang dapat digunakan sebagai strategi kebijakan

untuk produsen benih ataupun pemerintah.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai acuhan perbaikan bagi pemerintah, penangkar benih, dan pihak terkait

lainnya mengenai faktor–faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam

memilih benih varietas unggul guna menunjang program pemerintah.

2. Melatih kemampuan penulis dalam menganalisis dan mengidentifikasi masalah

berdasarkan fakta dan data yang tersedia yang disesuaikan dengan pengetahuan

yang diperoleh selama kuliah.

3. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya sebagai

referensi dan bahan penelitian khususnya terkait dengan masalah sikap dan

kepuasan konsumen.

7

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya terbatas pada varietas benih unggul kedelai kuning.

Petani yang menjadi objek penelitian adalah petani kedelai yang pernah, aktif

maupun tidak aktif dalam melakukan keputusan pembelian dan menggunakan

varietas benih kedelai bersertifikat (Dewi Ratih binaan pemerintah), dan Jalinan

Benih Antar Lapang. Data yang diperoleh merupakan usahatani kedelai pada

Musim Kemarau II (MK II) tahun 2013. Penelitian ini hanya difokuskan pada

analisis karakteristik konsumen, analisis proses keputusan konsumen (petani), dan

faktor pengambilan keputusan petani terhadap atribut Benih unggul dan dianalisis

berdasarkan teori perilaku konsumen.

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka merupakan salah satu cara untuk mengkaji penelitian

terdahulu yang dapat dijadikan referensi, suatu acuan, atau dasar perbandingan

dalam melakukan penelitian ini. Dengan mengkaji penelitian terdahulu dapat

memberikan informasi dan gambaran untuk melakukan suatu penelitian dengan

konsep yang serupa.

Benih Unggul yang Bermutu

Benih adalah biji tumbuhan yang berasal dari bakal biji yang dibuahi,

digunakan manusia untuk tujuan pertanaman, sebagai sarana untuk mencapai

produksi maksimum dan lestari melalui pertanaman yang jelas identitas genetiknya

dan homogen kinerja staminanya (Sadjad, 1993). Benih memiliki multifungsi yaitu

sebagai pelestari spesies sekaligus sebagai pembawa sifat karakteristik spesiesnya

dan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu baik untuk produksi maupun

kualitas hasilnya. Benih unggul adalah benih yang murni, sehat dan kering, bebas

dari penularan penyakit, bebas dari biji-biji rerumputan dan lainnya (Siregar 1981)

dalam Saheda (2008). Benih unggul yang bermutu harus memenuhi kriteria 6 tepat

yaitu tepat varietas, tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, tepat tempat, tepat harga,

dan tepat pelayanan (Sadjad, 1993).

Untuk menjaga kelangsungan dan keamanan hayati melalui SK Menteri

Pertanian No. 460/KPTS/II/1971, pemerintah membagi benih dalam empat kelas

benih (Sadjad,1993), yaitu:

1. Benih Penjenis atau Breeder Seed (BS)

Merupakan benih yang dihasilkan oleh instansi yang ditunjuk atau dibawah

pengawasan pemuliaan tanaman dan Lembaga Penelitian dan Perguruan Tinggi.

Benih ini jumlahnya sedikit dan merupakan sumber untuk perbanyakan benih

dasar. Khusus untuk benih penjenis tidak dilakukan sertifikasi. Benih ini masih

murni dan diberi label putih

2. Benih dasar atau Foundation Seed (FS)

Benih dari hasil perbanyakan benih penjenis (BS) yang diproduksi di bawah

bimbingan intensif dan pengawasan yang ketat, sehingga varietas yang tinggi

dan identitas genetisnya dapat dipelihara. Benih ini diproduksi oleh instansi atau

penangkar benih sesuai ketetapan Badan Benih Naional yang disertifikasi oleh

8

sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih Direktorat Tanaman Pangan dan diberi

label putih.

3. Benih Pokok atau Stock Seed (SS)

Benih pokok adalah benih yang diperbanyak dari benih dasar atau benih

penjenis. Perbanyakan ini dilakukan dengan memperhatikan tingkat kemurnian

varietas, memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan dan disertifikasi oleh

instansi yang berwenang dan diberi label ungu.

4. Benih Sebar atau Ekstension Seed (ES)

Benih sebar adalah hasil perbanyakan dari benih penjenis, benih dasar atau benih

pokok yang akan disebarkan kepada petani dengan menjaga tingkat kemurnian

varietas yang memenuhi standar mutu benih yang telah ditetapkan dan telah

disertifikasi sebagai benih sebar. Benih ini diberi label biru.

Varietas Unggul

Dalam upaya meningkatkan produktivitas usaha kedelai di Indonesia sangat

diperlukan ketersediaan varietas unggul dan benihnya yang bermutu tinggi.

Menurut Arsyad (2000) ketersediaan varietas unggul yang berpotensi hasil tinggi

dan responsif terhadap perbaikan dan sesuai dengan kondisi lingkungan, serta

memiliki sifat-sifat unggul lainnya sangat diperlukan. Sifat unggul itu dapat dilihat

dari benih yang memiliki daya hasil yang lebih tinggi, umur yang lebih pendek,

ketahanan terhadap gangguan hama dan penyakit. Biji dikendalikan secara genetik,

sehingga tergantung pada varietasnya. Berdasarkan umurnya, varietas unggul yang

ada dibedakan menjadi varietas berumur pendek (genjah) berumur kurang dari 80

hari, varietas sedang berumur 81-89 hari, dan varietas dalam berumur lebih dari 90

hari. Semua varietas kedelai unggul yang ada umumnya sesuai untuk ditanah di

lahan kering atau tegal. Namun, untuk lahan sawah hanya tepat ditanami kedelai

berumur genjah dan beberapa varietas yang berumur sedang (Adisarwanto2002).

Mutu Kedelai

Kenampakan biji sangat mempengaruhi preferensi konsumen danjenis

produk akhir. Hal ini dibuktikan oleh hasil survei Balittan Bogor (Iman et al. 1995)

dalam (Nugraha et al. 2000) yang menunjukkan bahwa perajin tempe khususnya di

Jawa Barat, selalu memilih biji kedelai yang berukuran besar dan berwarna kuning.

Dasar pemilihan mereka adalah pertimbangan mutu tempe sebagai produk akhir.

Biji besar akan menghasilkan tempe yang menarik. Menurut Nugraha et al. (2000)

mutu suatu bahan pangan menunjukkan karakteristik dari bahan. Mutu kedelai

dapat digolongkan sebagai mutu fisik, mutu gizi, dan mutu pasar. Standar mutu

pasar kedelai terutama ditentukan oleh kenampakan biji kedelai dan preferensi

konsumen. Satu-satunya panduan yang tersedia untuk menetapkan harga dan

tingkat mutu palawija adalah standar mutu yang dikeluarkan oleh BULOG. Standar

mutu BULOG mengutamakan pada tingkat kekeringan, kadar kotoran dan

kenampakan biji. Sedangkan menurut Adisarwanto (2002) kuantitas dan kualitas

hasil panen kedelai sangat ditentukan oleh mutu benih. Mutu genetik, mutu fisik,

mutu fisiologis, dan mutu kesehatan harus dipenuhi sebagai persyaratan benih yang

bermutu.

9

Perbandingan dengan Penelitian terdahulu

Ramadhan (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor–faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Pembelian Petani dalam Memilih Benih Padi

Bersertifikat PT SHS (Sang Hyang Seri) di Kabupaten Bogor. Berdasarkan

penelitian, pada tahap pengenalan kebutuhan, dimana alasan utama petani

melakukan penggunaan benih padi bersertifikat adalah hasil panen yang tinggi.

Tahap selanjutnya adalah pencarian informasi, dimana sumber informasi utama

petani diperoleh dari kios saprotan. Pada tahap evaluasi alternatif petani memiliki

kriteria utama yang terletak pada mutu benih. Tahap berikutnya adalah keputusan

pembelian, dimana petani lebih banyak melakukan pembelian secara perorangan di

kios/ toko saprotan terdekat, petani lebih banyak membeli benih padi dari

perusahaan SHS. Sedangkan Pada tahap terakhir yaitu evaluasi pembelian, petani

sudah merasa puas dan mau untuk melakukan pembelian ulang atas produk benih

padi yang petani gunakan.

Alat Analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah Analisis faktor

teknik tabulasis top two boxes dan Analisis Korespondensi. Top two boxes

digunakan untuk mengetahui perbandingan jumlah top option. Analisis

Korespondensi merupakan alat analisis multivariate yang mempelajari hubungan

antara dua atau lebih variabel dengan memperagakan baris dan kolom secara

serempak dari tabel kontingengsi. Hasil dari analisis korespondensi biasanya

mengikutkan dua dimensi terbaik untukmempresentasikan data. Pada penelitian ini

terdapat faktor–faktor yang paling mempengaruhi pemilihan benih padi

bersertifikat merek PT SHS oleh petani. Pada faktor pertama, atribut yang paling

berpengaruh adalah mutu benih. Pada faktor kedua adalah promosi. Pada faktor

ketiga adalah penampakan benih dalam kemasan. Pada faktor keempat adalah

resisten terhadap hama dan penyakit. Pada faktor yang ke lima adalah desain

kemasan benih dan faktor yang terakhir atauyang keenam adalah tanggal kadaluarsa

benih.

Persamaan penelitian yang dilakukan Ramadhan adalah topik dan judul

yang hampir sama pada topik penelitian yaitu faktor–faktor yangmempengaruhi

keputusan petani, Variabel yang digunakan dalam atribut secara general sama

mengenai variabel atribut benih. Sedangkan perbedaanya terletak pada responden

yang diteliti oleh peneliti ialah petani kedelai yang menggunakan varetas benih

unggul, lokasi penelitian dan industri penangkaran benih yang diteliti serta alat

nalisis yang digunakan.

Mujahidah (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor dan

Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Sayuran Organik di Yogya Bogor

Junction. Yogya Bogor Junction berusaha mengenal kebutuhan konsumen dengan

melakukan upaya pemasaran yang sesuai dan tepat sesuai dengan kebutuhan

dengan mengetahui karakteristik konsumen sayuran organik, proses pengambilan

keputusan pembelian sayuran organik dan faktor–faktor yang mempengaruhi

keputusan pembelian sayuran organik. Alat analisis yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan alat analisis deskriptif untuk mengetahui karakteristik

konsumen serta proses pengambilan keputusan. Sedangkan untuk mengetahui

faktor–faktor yang mempengaruhi pembelian menggunakan analisis faktor untuk

mengetahui urutan faktor–faktor yang dipertimbangkan atau mempengaruhi

konsumen serta hubungan antar variabel–variabel dalam faktor. Penelitian tersebut

mengembangkan beberapa indikator untuk mengukur variabel. Pengelompokan

10

indikator dapat berguna menentukan dimensi dari variabel. Faktor dalam hal ini

merupakan hasil pengelompokkan indikator berdasarkan teori yang ada seperti

faktor pengaruh lingkungan, faktor perbedaan individu, faktor psikologis serta

beberapa faktor pendukung lainnya. Beberapa atribut yang digunakan pada

penelitian Mujahidah diperoleh berdasarkan teori yang ada, penelitian terdahulu,

dan informasi yang diperoleh dari lokasi penelitian yaitu di Bogor Junction. Alat

analisis yang dilakukan dalam menguji Validitas dan Reliabilitasnya menggunakan

alat analisis faktor konfirmatory untuk melakukan konfirmasi berdasarkan konsep

dan teori yang sudah ada terhadap keakuratan instrumen yang peneliti buat. Peneliti

melakukan proses ekstraksi variabel hingga menjadi beberapa faktor yang disebut

komponen utama dengan menggunakan metode principal Component Analysis

(PCA) dan skala likert.

Persamaan dengan penelitian ini dengan penelitian Mujahidah ialah sama–

sama menggunakan alat analisis deskriptif dalam mencari karakteristik responden

serta proses pembelian dan teknik analisis faktor dalam mencari faktor – faktor yang

mempengaruhi keputusan Perbedaan penelitian ini terlihat dari komoditi dan tempat

penelitian

Melaty (2008) yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Keputusan Pembelian Oleh Konsumen Restoran Imah Hejo Kota Bogor

menggunakan analisis faktor dengan metode Principal Component Analysis (PCA).

Hasil yang diperoleh adalah terdapat enam faktor penyusun. Faktor pertama disebut

faktor daya tarik produk yang tersusun atas variabel kekhasan rasa menu,

kenyamanan, live music, jenis menu, dan kebersihan. Faktor kedua disebut daya

tarik pelayanan yang terdiri atas pramusaji, kecepatan penyajian pesanan, harga,

promosi, dan fasilitas. Faktor ketiga disebut kelas sosial yaitu pendapatan,

pekerjaan, dan gaya hidup. Faktor keempat disebut pengaruh lingkungan, yaitu

nama besar selebriti (Pasha), lokasi, dan budaya. Faktor kelima disebut pengaruh

kerabat, yaitu saudara/teman dan keluarga. Faktor keenam disebut kondisi individu,

yaitu waktu luang dan hobi.

Miranti (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor dan Proses

Keputusan Pembelian Produk Perawatan Tubuh Kendedes Princess Ritual di Marta

Tilaar Salon Day Spa Bogor. Berdasarkan penelitian pada tahap proses

pengambilan keputusan pembelian, dimulai dengan tahapan yaitu pengenalan

kebutuhan karena responden salon ingin mencoba untuk perawatan tubuh dan

memiliki manfaat yang dirasakan yaitu untuk kebersihan dan kecantikan tubuh.

Pada tahap pencarian informasi di dapatkan dari terapis. Pada tahap evaluasi

alternatif yang menjadi pertimbangan pengunjung ialah pelayanan yang cepat dan

tepat. Pada tahap keputusan pembelian 69 persen pengunjung datang secara sengaja

dan sudah direncanakan. Pada tahap yang terakhir yaitu perilaku pasca pembelian

sekitar 56 persen pengunjung melakukan perawatan tubuh kembali sebanyak 2-4

kali dalam sebulan.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Miranti (2011) sama-sama

meneliti proses keputusan pembelian dengan metode pengumpulan data yang

dilakukan oleh peneliti ialah analisis deskriptif dan analisis faktor. Analisis

deskriptif terdiri dari karakteristik responden serta analisis dalam proses keputusan

pembelian konsumen yang terdiri dari pengenalan kebutuhan konsumen, pencarian

informasi, evaluasi alternatif, konsumsi, serta evaluasi pasca pembelian serta

metode analisis faktor. Perbedaan pada penelitian miranti menggunakan atribut jasa

11

dan produk kecantikan, sedangkan pada penelitian ini atribut disesuaikan pada

peroduk benih varietas unggul.

Sari (2013) Dalam skripsinya yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Konsumen dalam Membeli Produk Industri Garment

menggunakan teknik analisis faktor dalam menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan pembelian produk industri garment. Hasil yang diperoleh

terdapat 8 faktor yang tersusun atas variabel bebas pada setiap faktornya. Faktor-

faktor tersebut adalah produk, harga, promosi, saluran distribusi, budaya, sosial,

pribadi, dan psikologi. Alat analisis yang digunakan pada penelitian Sari dan

penelitian tersebut sama–sama menggunakan alat analisis deskriptif dan analisis

faktor. Perbedaan dari penelitian terdahulu ialah responden yang dipakai ialah

responden dengan produk antara bukan responden akhir seperti konsumen yang

mengkonsumsi makanan.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu tersebut, variabel-variabel yang

akan dianalisis menggunakan analisis faktor ditentukan berdasarkan faktor-faktor

yang mempengaruhi keputusan pembelian menurut Engel et al. (1994 dan 1995),

bauran pemasaran, dan kondisi di lapangan. Penelitian yang penulis lakukan secara

keseluruhan masih terkait dengan penelitian terdahulu. Penelitian ini dibuat untuk

mengetahui dan mempelajari gambaran mengenai tahap proses keputusan

pembelian petani terhadap varietas benih unggul kedelai dan faktor–faktor yang

mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian petani dalam memilih

merek varietas benih unggul. Untuk menganalisis faktor–faktor yang

mempengaruhi proses keputusan pembelian petani, variabel yang digunakan dalam

penelitian ini diambil berdasarkan teori pada literatur dan penelitian terdahulu.

Variabel tersebut terdiri dari variabel internal dan eksternal. Variabel internal terdiri

dari pendidikan terakhir, pendapatan, usia, keluarga, tokoh yang disegani, dan

pengeluaran. Serta faktor eksternal yang terdiri dari persediaan benih, volume benih

dalam kemasan, mutu benih (genetik, fisik, fisiologis), tahan hama dan penyakit,

harga benih, promosi, desain kemasan, warna kemasan, kadaluarsa, penampakan

benih.

12

Tabel 4 Ringkasan penelitian terdahulu

Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Alat Analisis

Miranti 2011 Analisis Faktor dan

Proses Keputusan

Pembelian Produk

Perawatan Tubuh

Kendedes Princess Ritual

di Marta Tilaar Salon Day

Spa Bogor

Analisis deskriptif,

matriks korelasi,

Principal Component

Analysis (PCA)

Ramadhan 2013 Faktor–faktor yang

Mempengaruhi

Keputusan Pembelian

Petani dalam Memilih

Benih Padi Bersertifikat

PT SHS (Sang Hyang

Seri) di Kabupaten Bogor

Analisis deskriptif,

Analisis faktor teknik

tabulasis top two

boxes dan Analisis

Korespondensi

Mujahidah 2013 Analisis Faktor dan

Proses Pengambilan

Keputusan Pembelian

Sayuran Organik di

Yogya Bogor Junction

Analisis deskriptif,

metode Principal

Component Analysis

(PCA) dan skala

likert

Melaty 2008 Analisis Faktor-faktor

yang Mempengaruhi

Keputusan Pembelian

Oleh Konsumen Restoran

Imah Hejo Kota Bogor

Analisis deskriptif,

analisis faktor dengan

metode Principal

Component Analysis

(PCA).

Sari 2013 Analisis Faktor-faktor

yang Mempengaruhi

Keputusan Konsumen

dalam Membeli Produk

Industri Garment

Analisis deskriptif,

matriks korelasi,

Principal Component

Analysis (PCA)

Sumber: Skripsi FEM IPB

13

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal

dari penelusuran teori yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian ini yaitu

berkaitan dengan model perilaku pengambilan keputusan pembelian konsumen,

karakteristik, serta faktor–faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian

konsumen, dimana konsumen pada penelitian tersebut ialah petani sebagai

konsumen produk antara yaitu benih unggul kedelai.

Perilaku konsumen

Perilaku konsumen didefinisikan oleh Engel et al. (1994) sebagai tindakan

yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan

produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli

tindakannya. Motivasi dan perilaku konsumen dapat dipengaruhi melalui kegiatan

persuasif yang menanggapi konsumen secara serius sebagai pihak yang berkuasa

dan dengan maksud tertentu. Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk (1994)

dalam Sumarwan (2004) perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan

konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan

menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan

mereka. Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu , kelompok,

dan organisasi, memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide,

atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Perilaku

pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial dan pribadi (Kotler

2008).

Karakteristik konsumen

Menurut Sumarwan (2004) Karakteristik konsumen meliputi pengetahuan

dan pengalaman konsumen, kepribadian konsumen, dan karakteristik demografi

konsumen. Konsumen yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak

mengenai produk mungkin tidak termotivasi untuk mencari informasi, karena ia

merasa cukup dengan pengetahuannya untuk mengambil keputusan. Karakteristik

demografi konsumen dapat dapat dilihat dari faktor–faktor seperti usia, agama,

suku bangsa, pendapatan, jenis kelamin, status pernikahan, jenis keluarga,

pendidikan, pekerjaan, lokasi geografi, jenis rumah tangga, dan kelas sosial.

Pendidikan adalah salah satu karakteristik demografi yang penting. Sumarwan

(2004) juga menjelaskan karakteristik demografi sangat terkait dengan konsep yang

tumbuh dari adanya kelompok–kelompok di dalam suatu masyarakat.

Pengelompokkan masyarakat biasanya berdasarkan usia, jenis kelamin, lokasi

tinggal,pekerjaan, dan sebagainya. Perbedaan kelompok tersebut berdasarkan

kepada perbedaan karakteristik sosial, ekonomi, dan demografi konsumen.

Petani sebagai konsumen industri

Menurut Griffin dan Ebert (2003) Konsumen industri merupakan konsumen

yang melakukan pembelian output suatu perusahaan sebagai input dalam kegiatan

bisnisnya. Hal ini berbeda dengan konsumen pribadi yang membeli suatu produk

14

untuk penggunaan pribadi mereka sendiri. Petani membeli produk yang dibutuhkan

untuk mengoperasikan kegiatan bisnisnya. Sebagai konsumen industri, pemilihan

suatu input tertentu akan dilakukan oleh petani apabila akan memberikan nilai yang

tinggi untuk arus penerimaan, karna dalam setiap kegiatannya petani akan selalu

berusaha untuk memaksimalkan laba.

Perilaku pembelian bisnis hanya memiliki sedikit perbedaan dengan

praktek-praktek pembelian konsumen akhir lainnya. Adapun beberapa perbedaan

pembuat keputusan serta hubungan antara pembeli dan penjual (Griffin dan Ebert,

2003).

1. Perbedaan permintaan

Dua perbedaan besar permintaan antara produk konsumen dan produk bisnis

adalah permintaan turunan (derived demand) dan inelastisistas permintaan.

Istilah permintaan turunan merujuk ke fakta bahwa permintaan akan produk

bisnis seringkali berasal dari permintaan akan produk konsumen yang

terkait.

2. Perbedaan pembeli

Tidak seperti kebanyakan konsumen, pembeli bisnis merupakan para

profesional, spesialis, dan ahli (yang memiliki informasi lebih)

3. Perbedaan pembuatan keputusan

Proses keputusan organisasi berbeda dalam tiga hal penting, yaitu

pengembangan spesifikasi produk, pengevaluasian alternatif yang ada, dan

pembuatan evaluasi pasca pembelian.

Proses keputusan pembelian konsumen

Menurut Kotler (2008) proses keputusan pembeli terdiri dari lima tahap

yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan

pembelian dan perilaku pasca pembelian. Model proses pembelian dapat di lihat

pada Gambar 1

Gambar 1 Tahap–tahapan proses keputusan pembeliana

aSumber : Kotler (2008 )

1. Pengenalan kebutuhan

Pengenalan kebutuhan merupakan proses pertama timbulnya pemintaan, karena

adanya kebutuhan dan keinginan konsumen yang belum terpenuhi atau

terpuaskan. Menurut Engel et al. (1994), pengenalan kebutuhan disebabkan

karena konsumen mempersepsikan perbedaaan antara keadaan yang diinginkan

dan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan

proses keputusan. Hal senada dinyatakan oleh Kotler (2008) kebutuhan dapat

dipicu oleh rangsangan internal ketika salah satu kebutuhan normal seseorang

seperti, rasa lapar, haus timbul pada tingkat yang cukup tinggi, sehingga

menjadi dorongan. Kebutuhan juga dapat dipicu dari rangsangan eksternal.

Contohnya suatu iklan atau diskusi dengan teman. Pada tahap ini pemasar harus

meneliti dengan konsumen untuk menemukan jenis kebutuhan atau masalah apa

Pencarian

informasi

Pengenalan

kebutuhan

Evaluasi

alternatif

Keputusan

pembelian

Perilaku pasca

pembelian

15

yang timbul, apa yang menyebabkan, dan bagaimana masalah itu bisa mengarah

konsumen pada produk tertentu.

2. Pencarian informasi

Pencarian informasi merupakan tahap proses keputusan pemilih dimana

konsumen ingin mencari informasi lebih banyak dan hanya memperbesar

perhatian atau melakukan pencarian informasi secara aktif. Menurut Engel et

al. (1994) konsumen mencari informasi yang disimpan di dalam ingatan

(pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan

keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal). Sejalan dengan itu Kotler

(2008) menyatakan konsumen dapat mencari informasi dari berbagai sumber.

Sumber-sumber ini meliputi sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, rekan),

sumber komersial (iklan, wiraniaga, situs, web, penyalur, kemasan, tampilan),

sumber publik (media massa, organisasi, pemeringkat konsumen, pencarian

internet), dan sumber pengalaman (penanganan, pemeriksaan, pemakaian

produk).

3. Evaluasi Alternatif

Setelah melihat cara konsumen menggunakan informasi untuk sampai pada

sejumlah pilihan merek akhir maka konsumen butuh memilih diantara merek

alternatif. Menurut Engel et al. (1994) evaluasi alternatif didefinisikan sebagai

proses dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi

kebutuhan konsumen. Kriteria evaluasi tidak lebih daripada dimensi atau atribut

tertentu yang digunakan dalam menilai alternatif-alternatif pilihan. Evaluasi

alternatif yaitu bagaimana konsumen memproses informasi untuk sampai pada

pilihan merek (Kotler 2008).

4. Keputusan Pembelian

Konsumen menentukan peringkat merek dan membentuk niat pembelian dalam

tahap evaluasi. Kotler (2008) menyatakan keputusan pembelian konsumen

adalah membeli merek yang paling baik. Terdapat dua faktor yang berada antara

niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama sikap orang lain

sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif seseorang. Faktor kedua

yaitu faktor situasi yang tidak dapat terantisipasi yang dapat muncul dan

mengubah niat pembeli. Konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau

pengganti yang dapat diterima bila perlu.

5. Perilaku Pasca pembelian

Setelah terjadi pembelian, konsumen akan mengevaluasi hasli pembelian yang

telah dilakukan. Perilaku pasca pembelian merupakan tahap proses keputusan

pembeli di mana konsumen mengambil tindakan selanjutnya setelah pembelian,

berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan mereka. Konsumen mengevaluasi

apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah

digunakan. Jika mereka puas maka keyakinan dan sikap yang terbentuk akan

berpengaruh positif terhadap pembelian selanjutnya.

Faktor – faktor yangmempengaruhi perilaku Konsumen

Engel et al. (1994) mengungkapkan bahwa ada tiga faktor utama yang

mempengaruhi konsumen yaitu, faktor lingkungan yang terdiri dari budaya, kelas

sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi. Faktor perbedaan individu yang

terdiri dari sumberdaya dan konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan,

sikap, kepribadian, gaya hidup, demografi. Faktor psikologis yang terdiri dari

16

pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan dan sikap atau perilaku.

Pengolahan informasi manusia, pembelajaran, dan perubahan sikap semua

merupakan minat utama dari penelitian konsumen.

Gambar 2 Model perilaku pengambilan keputusan konsumen dan faktor

faktor yang mempengaruhinyaa

aSumber: Engel et al. (1994)

1. Pengaruh Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi proses keputusan konsumen. Menurut Engel et al.

(1994), konsumen hidup dalam lingkungan yang komplek. Terdapat lima faktor

yang mempengaruhi proses keputusan konsumen, yaitu:

a. Budaya

Faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh paling luas dan paling dalam

terhadap perilaku ialah budaya. Budaya adalah penyebab keinginan dan

perilaku seseorang yang paling dasar Kotler (2008). Budaya mengacu pada

kumpulan nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari oleh

anggota masyarakat dari keluarga dan institusi penting lainnya. Sedangkan

menurut Engel et al. (1994) budaya mengacu pada nilai gagasan, artefak, dan

simbol–simbol lain yang bermakna yang membantu individu untuk

berkomunikasi, melakukan penafsiran dan evaluasi bagi masyarakat.

b. Kelas Sosial

Kelas sosial tidak hanya ditentukan oleh pendapatan, tetapi juga ditentukan

oleh pekerjaan, prestasi, interaksi, pemilikan, orientasi, nilai, dan sebagainya.

Menurut Engel et al. (1994) kelas sosial mengacu pada pengelompokkan

orang yang sama dalam perilaku mereka beredasarkan posisi ekonomi mereka

di dalam pasar. Status kelas sosial kerap mengahasilkan bentuk–bentuk

perilaku konsumen yang berbeda. Mereka dibedakan oleh perbedaan status

sosioekonomi yang berjajar dari yang rendah hingga yang tinggi.

c. Pengaruh Pribadi

Pengaruh pribadi kerap memainkan peranan penting dalam pengambilan

keputusan konsumen, khususnya bila ada tingkat keterlibatan yang tinggi dan

risiko yang dirasakan dan produk atau jasa memiliki visibilitas publik. Hal ini

dapat dilihat dari kelompok acuhan maupun komunikasi lisan. Engel et al.

FaktorProses

Psikologis 1. Pengolahan

Informasi

2. Pembelajaran

3. Perubahan sikap dan

perilaku

Proses Keputusan

1. Pengenalan

Kebutuhan

2. Pencarian Informasi

3. Evaluasi Alternatif

4. Pembelian

5. Hasil

Pengaruh Lingkungan

1. Budaya

2. Kelas sosial

3. Pengaruh Pribadi

4. Keluarga

5. Situasi

Perbedaan Individu

1.Sumberdaya Konsumen

2.Motivasi dan

Keterlibatan

3.Pengetahuan

4.Sikap

5.Kepribadian, Gaya

hidup, Demografi

17

(1994), kelompok acuhan adalah jenis apa saja yang dapat mempengaruhi

sikap dan perilaku.

d. Keluarga

Anggota keluarga bisa sangat mempengaruhi perilaku pembeli. Menurut

Kotler (2008) keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling

penting dalam masyarakat, dan telah diteliti secara ekstensif. Berbeda dengan

Engel et al. (1994) yang menyatakan bahawa keluarga adalah kelompok yang

terdiri dari dua atau lebih orang yang berhubungan melalui darah,

perkawinan, atau adopsi dan tinggal bersama.

e. Pengaruh Situasi

Pengaruh situasi dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari faktor

yang khusus untuk waktu dan tempat yang spesifik yang lepas dari

karakteristik konsumen dan karakteristik objek. Engel et al. (1994)

mengusulkan bahwa situasi konsumen dapat didefinisikan sebagai lima

karakteristik umum yaitu; lingkungan fisik yang merupakan sifat nyata dari

situasi konsumen, lingkungan sosial menyangkut ada tidaknya orang lain

dalam situasi yang ada, waktu yaitu sifat sementara dari situasi seperti

moment tertentu ketika perilaku terjadi, tugas yaitu tujuan atau sasaran

tertentu yang dimiliki konsumen di dalam suatu situasi, dan keadaan yang

merupakan suasana hati atau kondisi sementara yang dibawa oleh konsumen

ke situasi tersebut.

2. Faktor Perbedaan Individu

Perbedaan individu merupakan faktor intenal yang menggerakan dan

mempengaruhi perilaku. Engel et al. (1994) memasukkan lima cara penting

dalam melihat perbedaan individu yaitu sumberdaya konsumen, motivasi dan

keterlibatan, pengetahuan, sikap, dan kepribadian seperti gaya hidup dan

demografi.

a. Sumberdaya konsumen

Setiap konsumen membawa tiga sumberdaya ke dalam setiap situasi

pengambilan keputusan yaitu Sumberdaya Ekonomi (pendapatan dan

kekayaan), sumberdaya temporal (waktu) dan sumberdaya kognitif (kapasitas

mental yang tersedia untuk menjalankan berbagai kegitan pengolahan

industri). Konsumen memiliki keterbatasan pada setiap sumberdaya yang

dimilikinya sehingga konsumen harus mampu mengalokasikannya secara

bijaksana.

b. Motivasi dan Keterlibatan

Perilaku yang termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan kebutuhan atau

pengenalan kebutuhan. Kebutuhan atau motif diaktifkan ketika ada

ketidakcocokan yang menandai antara keadaan aktual dan keadaan yang

diinginkan atau disukai. Menurut Engel et al. (1994) kebutuhan didefinisikan

sebagai perbedaan yang disadari antara keadaan ideal dengan keadaan yang

sebenarnya sehingga dapat mengaktifkan perilaku. Motivasi merupakan suatu

dorongan dari dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhannya dan

memperoleh kepuasan dari pemenuhan kebutuhan tersebut.

c. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil belajar yang didefinisikan secara sederhana

sebagai informasi yang disimpan di dalam ingatan. Pengetahuan konsumen

18

mencakupi susunan informasi, seperti ketersediaan dan karakteristik produk

dan jasa. Menurut Engel et al. (1994) pengetahuan dapat didefinisikan

sebagai informasi yang disimpan di dalam ingatan serta membagi

pengetahuan konsumen di dalam tiga bidang umum yaitu, (1) pengetahuan

produk mencakup atribut produki dan kepercayaan, (2) pengetahuan pembeli

yaitu dimana dan kapan membeli, (3) pengetahuan pemakaian dilihat dari

pengetahuan konsumen dan iklan.

d. Sikap

Sikap (attitude) sebagai suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan

orang berespons dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan

secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan. Sikap

di konseptualisasikan sebagi perasaan positif atau negatif terhadap merek dan

dipandang sebagai hasil dari penilaian merek bersama dengan kriteria atau

atribut evaluasi yang penting.

e. Kepribadian, Gaya Hidup dan Demografi

Kepribadian, nilai, dan gaya hidup merupakan sistem yang penting untuk

mengerti mengapa orang memperlihatkan perbedaan dalam konsumsi produk

dan preferensi merek. Menurut Engel et al. (1994) mendefinisikan

kepribadian sebagai respons yang konsisten terhadap stimulus lingkungan.

Gaya hidup adalah pola dimana seseorang hidup dan menghabiskan waktu

serta uang yang diekspresikan dalam aktifitas, minat, dan opini seseorang.

Faktor demografi akan menggambarkan karakteristik dari seseorang

konsumen.

3. Faktor Psikologis

Faktor keputusan yang terakhir ialah proses psikologis. Menurut Engel et al.

(1995) terdapat tiga proses prikologis sentral yang membentuk semua aspek

motivasi dan perilaku konsumen yaitu, pemrosesan informasi, pembelajaran,

dan perubahan sikap dan perilaku. Sedangkan menurut Kotler (2008)

menyebutkan bahwa pembelian yang dilakukan dipengaruhi oleh empat faktor

psikologis utama yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan

sikap.

a. Pemrosesan Informasi

Pemrosesan informasi mengacu pada proses suatu stimulus diterima,

ditafsirkan, di simpan di dalam ingatan, dan belakangan di ambil kembali.

Pemrosesan Informasi dapat dirinci menjadi lima tahap dasar yaitu (1)

pemaparan (exposure) pencapaian kedekatan terhadap suatu stimulus

sedemikian rupa sehingga muncul peluang diaktifkannya satu atau lebih dari

kelima indra manusia, (2) Perhatian sebagai alokasi kapasitas pemrosesan

untuk stimulus yang baru masuk, (3) pemahaman yang berarti tafsiran atau

stimulus, (4) penerimaan untuk mengukur tingkat sejauh mana stimulus

mempengaruhi pengetahuan dan atau sikap orang yang bersangkutan, (5)

retensi sebagai peminadahan tafsiran stimulus ke dalam ingatan jangka

panjang (Engel et al. 1995).

b. Pembelajaran

Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang yang

timbul dari pengalaman. Pembelajaran terjadi melalui interaksi dorongan,

rangsangan, pertanda, respons, dan penguatan (Kotler 2008). Menurut Engel

et al. (1995) terdapat empat jenis utama pembelajaran yaitu pembelajaran

kognitif yang berkenaan dengan proses mental yang menentukan retensi

19

informasi, pengkondisian klasik yang berfokus pada pembelajaran melalui

asosiasi,pengkondisian operant yang mempertimbangkan bagaimana

perilaku dimodifikasi oleh pengukuh dan penghukum, pembelajaran

vicarious menyangkut pembelajaran melalui observasi.

c. Perubahan Sikap dan Perilaku

Perubahan dalam sikap dan perilaku adalah sasaran pemasaran yang lazim.

Proses ini mencerminkan pengaruh psikologis dasar yang menjadi subjek dari

beberapa dasawarsa penelitian yang intensif.

Kerangka Pemikiran Operasional

Kebutuhan benih kedelai bermutu di Jawa Timur masih sulit dipenuhi. Hal

tersebut disebabkan antara lain, pertanaman perbenihan harus ditanam pada saat

musim tanam yang tidak optimal, resiko kegagalan besar, benih yang tidak terjual

dalam waktu 4 bulan akan rusak, tidak dapat dijual lagi sebagai benih, harga benih

kedelai umumnya kurang menarik (Sumarno dan Widiati1985).

Benih bersertifikat merupakan jaminan pemerintah untuk menyediakan benih

bermutu. Upaya pengembangan pemanfaatan benih bermutu ditempuh melalui,

peningkataan kemampuan petugas/penangkar untuk memproduksi benih sumber,

peningkatan pembinaan penangkar benih di daerah sentra produksi kedelai, dan

peningkatan produksi benih sumber dan penyebaran varietas-varietas unggul baru

kedelai di daerah sentra produksi. Kebutuhan benih varietas unggul yang semakin

meningkat membuat para penangkar benih lokal berlomba–lomba penjadi produsen

benih dan meningkatkan produksi benih terutama benih sebar yang dapat

didistribusikan ke daerah sentra produksi.

Beberapa usaha yang dilakukan oleh petani kedelai di Kecamatan Bangsalsari

dalam penyediaan benih bermutu ialah dengan menggunakan benih unggul kedelai

produsen pada penangkaran Dewi Ratih sebagai penangkar lokal benih kedelai dan

dibina oleh pemerintah daerah. Peran penangkar benih Dewi Ratih sebagai satu-

satunya penangkar yang dibina langsung oleh pemerintah daerah, memiliki peranan

dalam menjaga konsistensi dan kontinyuitas untuk memproduksi kedelai unggul.

Salah satu strategi pencapaian swasembada kedelai yaitu melalui pembenihan.

Dengan pemilihan benih yang tepat akan membantu dalam menunjang peningkatan

produksi kedelai, sehingga peningkatan produksi kedelai dalam negeri mencukupi

kebutuhan kedelai nasional. Proses dan faktor–faktor pengambilan keputusan

petani kedelai terhadap benih unggul, terutama di daerah sentra produksi kedelai

sangat diperlukan untuk keterjaminan produksi yang berkualitas baik dan

berkuantitas tinggi. Proses pengambilan keputusan dan faktor–faktor yang

mempengaruhi alasan pembelian petani terhadap benih yang digunakan, sangat erat

kaitannya dengan kegiatan peningkatan swasembada kedelai. Hal tersebut dapat

membantu pemerintah maupun pihak terkait dalam menerapkan strategi yang tepat

guna untuk mewujudkan strategi dalam pengadaan benih.

Penangkar benih kedelai varietas unggul Dewi Ratih binaan pemerintah

daerah sebaiknya memiliki pemahaman yang mendalam mengenai perilaku

konsumen petani karena masih banyak petani atau kelompok tani walaupun telah

mencoba menggunakan benih varietas unggul binaan pemerintah kembali

menggunakan benih unggul jalinan antar lapang. Dalam memilih benih varietas

unggul, petani cenderung dihadapkan pada dua atau lebih pilihan alternatif,

20

sehingga dalam proses pengambilan keputusan pembelian terhadap suatu produk,

petani akan dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor internal maupun eksternal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam memilih benih akan berbeda

dengan faktor-faktor yang umumnya mempengaruhi konsumen untuk pembelian

produk akhir/pembelian konsumen akhir. Hal ini dikarenakan benih merupakan

produk antara (pembeli bisnis) yang digunakan kembali oleh petani sebagai input

produksi dalam kegiatan usahataninya.

Pada penelitian ini diketahui bagaimana karakteristik petani dan proses

pengambilan keputusan petani kedelai dalam memilih varietas benih unggul milik

penangkar Dewi Ratih. Setelah itu diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan petani kedelai. Penelitian ini menggunakan dua alat analisis yaitu analisis

deskriptif dan analisis faktor. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis

karakteristik konsumen dan proses keputusan pembelian petani dalam memilih

benih unggul kedelai. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian akan

dianalisis menggunakan analisis faktor sehingga akan terbentuk faktor-faktor yang

dianggap mempengaruhi pembelian konsumen sesuai urutan kepentingannya. Hasil

dari penelitian ini akan digunakan oleh pihak penangkar / produsen benih untuk

meningkatkan kinerja dari faktor-faktor yang terbentuk serta sebagai pertimbangan

dalam perancangan atau perumusan strategi pemasarannya.

Masih berhubungan mengenai teori yang diberikanoleh Engel et al. (1994)

dan Kotler (2008), Faktor internal yang diduga mempengaruhi proses pengambilan

keputusan petani kedelai terdiri dari Faktor perbedaan individu yang diwakili oleh

Motivasi dalam memperoleh pendapatan, karena pengeluaran rumah. Sumberdaya

Konsumen yang diwakili oleh variabel pendidikan terakhir, pendapatan, dan

pengeluaran. Faktor Demografi yang diwakili oleh variabel usia. Faktor

pemrosesan Informasi yang diwakili oleh volume benih dalam kemasan, harga

benih, promosi, desain dan warna kemasan, serta tanggal kadaluarsa. Faktor

pembelajaran yang berhubungan dengan pengetahuan petani tehadap benih yang

tahan terhadap hama dan penyakit , mutu benih, penampakan benih dalam kemasan,

warna kulit, umur panen, bentuk biji, dan daya tumbuh.

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi dalam proses pengambilan

keputusan mengacu pada strategi pemasaran produsen yaitu bauran pemasaran yang

terdiri dari variabel produk, harga, tempat atau distribusi, dan promosi. Variabel

ekternal lainnya akan didapatkan dari penelitian terdahulu serta berbagai pihak

narasumber yang berhubungan dengan penelitian. Variabel eksternal yang diduga

antara lain terdiri dari Pengaruh Lingkungan diwakili oleh teman, keluarga, dan

tokoh masyarakat yang disegani. Pengaruh situasi yang berhubungan dengan

Ketersediaan benih. Faktor Budaya yang diwakili oleh variabel kebiasaan atau adat

dalam keluarga. Faktor eksternal yang diambil mengacu kepada penelitian-

penelitian terdahulu dan telah disesuaikan dengan objek penelitian. Kerangka

operasional secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 3

21

Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional

Informasi perilaku konsumen untuk meningkatkan

kinerja pada faktor-faktor yang terbentuk

Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan

Petani

Pengaruh Lingkungan (budaya, kelas sosial, situasi,

keluarga, dan pengaruh pribadi):

Keluarga, Tokoh yang disegani,

Teman sesama petani, Harga

Perbedaan Individu (gaya hidup, motivasi, sikap,

pengetahuan, kepribadian):

Pendapatan, Tanggal

Kadaluarsa, Mutu dan Kualitas,

Pengeluaran rumah tangga

Pengaruh Psikologis (pemrosesan informasi): Daya

tumbuh, Bentuk biji, Umur

panen, Penampakan benih,

Warna kulit biji Promosi,

Desain kemasan, Warna

kemasan

Karakteristik

Petani Kedelai 1.Pendidikan

2.Pendapatan

3.Umur

4.Status

Kepemilikan

Lahan

Produksi kedelai di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan dalam

negeri

Upaya peningkatan produksi kedelai Pemerintah mencanangkan

penanaman kedelai dengan benih unggul dan bersertifikat agar produksi

meningkat

Bantuan Langsung Benih Unggul masih banyak kekurangan mulai dari

kualitas dan ketersediaan

Dewi Ratih merupakan satu-satunya produsen / penangkar benih unggul

kedelai bersertifikat yang dibina oleh pemerintah daerah.

Banyak penangkar lokal mulai bermunculan dan bersaing dalam

penyediaan benih unggul yang belum tentu berkualitas.

Kebutuhan akan penilaian konsumen terhadap atribut-atribut pemilihan

benih unggul kedelai melalui perilaku konsumen

Proses Pengambilan

Keputusan Petani

Kedelai 1. Pengenalan

kebutuhan

2. Pencarian Informasi

3. Evaluasi Alternatif

4. Keputusan pembelian

5. Perilaku pasca

pembelian

Analisis Deskriptif Analisis Faktor

22

Definisi operasional

1. Benih adalah dasar dari proses bertani (foundation of farming), sebab pengaruh

dari penggunaan benih akan terlihat langsung dari produktivitas.

2. Benih penelitian benih yang digunakan pada penelitian tersebut ialah benih

kuning yang pernah digunakan petani di Kecamatan Bangsalsari terhadap

benih Penangkar Dewi Ratih dan Benih Jalinan Benih Antar Lapang.

3. Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan

biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim

tanam. Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai

akibat melakukan kegiatan diluar usahatani seperti berdagang, mengojek, dll.

4. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga

dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu

atap dalam keadaan saling ketergantungan.

5. Tokoh yang disegani dan berpengaruh adalah tokoh yang dapat mempengaruhi

keputusan secara bijaksana.

6. Pengeluaran rumah tangga pribadi pengeluaran yang dikeluarkan untuk

keperluan diri sendiri, bukan untuk keperluan pekerjaan atau instansi.

7. Teman sesama adalah teman yang memiliki karakteristik (usia, pendidikan,

pekerjaan) maupun tujuan yang sama.

7. Mutu dan kualitas benih adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat

dari suatu benih.

8. Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang

dinyatakan dalam satuan moneter, nilai tukar uang Indonesia ialah rupiah.

9. Promosi adalah upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau

jasa pada dengan tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau

mengkonsumsinya.

10. Kemasan Menarik terdiri dari warna kemasan dan desainkemasan dapat

diartikan sebagai suatu benda yang berfungsi untuk melindungi, mengamankan

produk tertentu yang berada di dalamnya serta dapat memberikan citra tertentu

pula untuk membujuk penggunanya atau konsumen agar membeli produk

walau hanya melihat dengan kemasannya.

11. Tanggal Kadaluarsa bagi produk makanan bisa melindungi kesehatan

konsumen, tetapi tanggal kadaluarsa itu lebih mengenai kualitas makanan

tersebut daripada soal keamanan untuk dikonsumsi, dan jika tidak dipahami

secara layak, tanggal itu bisa membuat para konsumen membuang makanan

yang sebenarnya masih aman untuk dimakan.

12. Penampakan benih dalam kemasan adalah kondisi benih yang terlihat walau

dalam kemasan yang tertutup.

13. Warna kulit biji adalah warna bisa berarti pantulan tertentu dari cahaya yang

dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di permukaan benda. Setiap warna

mampu memberikan kesan dan identitas tertentu sesuai kondisi sosial

pengamatnya.

14. Umur panen adalah masa tumbuhan ditanam sampai di panen.

15. Bentuk biji Rupa atau wujud yang ditampilkan macam rupa atau wujud sesuatu,

seperti bundar elips, bulat segi empat dan lain sebagainya.

16. Daya Tumbuh ialah seberapa besar tingkat tumbuh kembang, misalnya saja

petani lebih memilih benih dengan daya tumbuh 90 persen karena daya

tumbuhnya kedelai mendekati sempurna.

23

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. Lokasi ini

dipilih secara purpossive dengan mempertimbangkan bahwa Kabupaten Jember

merupakan salah satu daerah yang memproduksi kedelai di Jawa Timur dan

memiliki konsumen produk benih varietas unggul. Penelitian dilakukan pada pada

lokasi sentra produksi kedelai Kabupaten Jember yaitu Kecamatan Bangsalsari.

Desa yang menjadi penelitian adalah Desa Sukorejo yang menjadi sentra produksi

di Kecamatan Bangsalsari dengan responden kelompok tani yang pernah, aktif

maupun tidak aktif dalam melakukan keputusan pembelian dan menggunakan

varietas benih kedelai bersertifikat (Dewi Ratih), dan Jalinan Benih Antar Lapang

yang dapat dijadikan responden untuk mengetahui bagaimana perilakunya terhadap

merek benih kedelai varietas unggul milik penangkar Dewi Ratih sesuai dengan

tujuan dari penelitian ini. Pengumpulan data di lokasi penelitian dilakukan pada

bulan Maret-April 2014.

Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan sekunder. Data primer adalah materi informasi yang diperoleh secara langsung

di tempat penelitian. Pengumpulan data primer pada penelitian faktor–faktor yang

mempengaruhi keputusan diperoleh melalui pemberian kuisoner, yang dilakukan

dengan mewawancarai secara langsung para petani kedelai di Desa Sukorejo

Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember yang menjadi responden. Data Sekunder

adalah data yang dikumpulkan secara tidak langsung. Data sekunder diperoleh dari

studi literatur yang berhubungan dengan topik penelitian, yang bersumber pada

buku-buku (buku mengenai benih kedelai dan perilaku konsumen), hasil-hasil

penelitian (jurnal dan skripsi), website, serta lembaga-lembaga atau instansi

pemerintah yang terkait.

Metode Penentuan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Purpossive, Sampel diambil secara sengaja dari petani di Kecamatan Bangsalsari

Kabupaten Jember yang pernah, aktif maupun tidak aktif dalam melakukan

keputusan pembelian dan menggunakan varietas benih kedelai bersertifikat (Dewi

Ratih binaan pemerintah), dan Jalinan Benih Antar Lapang. Teknik sampling yang

digunakan dari metode non-probability sampling ini adalah metode convenience

sampling, yaitu elemen populasi dipilih berdasarkan kemudahan dan kesediaan

untuk menjadi sampel (Simamora 2005). Kelebihan dari convenience sampling

adalah biayanya lebih murah, kemudahan dalam mendapatkan responden, dan

waktu yang relatif lebih cepat. Kekurangan dari metode ini adalah dalam jumlah

yang besar bisa saja terjadi bias dan seringkali terjadi under-representation atau

over-representation. Untuk mengatasi hal tersebut,caranya adalah dengan

24

melakukan screening kepada calon responden dan melihat apakah responden sudah

sesuai dengan persyaratan yang ditentukan peneliti.

Dalam penelitian ini, responden yang diambil berjumlah 50 orang petani

dari empat kelompok gabungan kelompok tani di Kecamatan Bangsalsari. Nazir

(2011) mengemukakan bahwa 30 sampel responden dari populasi sudah dapat

mewakili karakteristik responden. Jumlah tersebut diambil melebihi jumlah

minimal untuk mengantisipasi adanya data yang tidak valid dan lebih

menggambarkan populasi. Jumlah responden sejumlah 50 orang petani pada

penelitian tersebut dianggap telah mewakili atau telah memenuhi syarat minimal

yang telah di tentukan.

Metode Pengumpulan Data dan Informasi

Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data

primer sebagai data utama dan data sekunder sebagai data penunjang. Data primer

diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner kepada pihak petani. Sampel

yang dipilih adalah anggota kelompok tani yang menggunakan benih kedelai

kuning yang pernah, aktif maupun tidak aktif dalam melakukan keputusan

pembelian dan menggunakan varietas benih kedelai bersertifikat (Dewi Ratih

binaan pemerintah), dan Jalinan Benih Antar Lapang Kecamatan Bangsalsari, Desa

Sukorejo. Responden diberi pertanyaan tertutup berupa pertanyaan yang alternatif

jawabannya sudah tersedia, sehingga responden hanya memilih satu dari beberapa

alternatif jawaban yang sudah ada. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan selain

memberikan pilihan juga menyediakan tempat untuk menjawab secara bebas

apabila jawaban responden ada di luar alternatif pilihan yang ada. Data Sekunder

diperoleh dari data perusahaan serta laporan dari beberapa pihak terkait.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis data menjelaskan bagaimana cara menganalisis atau teknik

dalam mengolah data untuk menarik simpulan dari hasil penelitian. Pengolahan dan

analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif disajikan

dalam uraian atau deskriptif, sedangkan untuk data kuantitatif disajikan dalam

bentuk tabulasi. Metode pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini adalah

analisis deskriptif dan analisis faktor yang diolah dengan menggunakan Software

SPSS 17.

Uji Validitas dan Reliabilitas Pengujian kuisoner dilakkukan dengan melakukan uji validitas dan

reliabilitas. Pengujian ini perlu dilakukan karena kuisoner merupakan instrument

penting dalam penelitian sehingga kuisoner penelitian harus dapat dipercaya.

Menurut Umar (2003), validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana data

yang ditampung pada suatu kuisoner akan mengukur apa yang ingin diukur. Oleh

karena itu, uji validitas digunakan untuk mengukur dan mengetahui tingkat

kebenaran alat ukur. Pengujian validitas dilakukan menggunakan korelasi

spearman. Nilai korelasi yang dipersyaratkan dalam uji validitas ini apabila lebih

besar atau sama dengan 0.30 (rxy ≥ 0.30) atau nilai signifikansinya ≤ α (α = 0.05),

maka indikator tersebut dianggap valid.

25

Sedangkan reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh

mana suatu hasil pengukuran relatif konsiten apabila alat ukur digunakan berulang

kali (Umar 2003). Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat ketepatan

alat ukur. Pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan nilai Cronbach Alpha(α).

Kriteria alpha (α) secara umum dinyatakan reliabel jika α ≥ 0.6. Penelitian ini

menggunakan teknik pengukuran reliabilitas Cronbach karena skala yang

digunakan adalah skala Likert (1-5). Skala Likert merupakan skala yang dapat

memperlihatkan tanggapan konsumen terhadap karakteristik suatu produk.

Informasi yang diperoleh dengan menggunakan skala Likert adalah skala

pengukuran ordinal sehingga hasilnya hanya dapat dibuat ranking tanpa mengetahui

berapa besar selisih antara satu tanggapan dengan tanggapan lainnya (Durianto et

al. 2001).

Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Software SPSS 17.

Reliabilitas suatu variabel dapat dilihat melalui hasil output SPSS berupa tabel

berjudul Reliability Statistics. Menurut Nugroho (2005), indikator reliabilitas atau

tidaknya variabel tersebut dapat dilihat dari Alpha sebagai berikut:

Alpha 0.81-1.00 = sangat reliabel

Alpha 0.61-0.80 = reliabel

Alpha 0.51-0.60 = cukup reliabel

Alpha 0.21-0.50 = kurang reliabel

Alpha 0.00-0.20 = tidak reliabel

Analisis Deskriptif

Berdasarkan penelitian ini analisis deskriptif digunakan dalam

penggambaran data karakteristik konsumen yang terdiri dari umur, jenis kelamin,

status, pendidikan terakhir, penerimaan rata–rata perbulan serta pengeluaran rata-

rata perbulan untuk makanan. Selain untuk menentukan karakteristik alat analisis

deskriptif digunakan dalam menganalisis proses keputusan pembelian yang terdiri

dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan

evaluasi pembelian yang dikumpulkan melalui kuesioner dan di analisis

menggunakan alat analisis deskriptif. Hasil jawaban kuesioner yang dinilai sama

akan diklasifikasikan serta dihitung presentasenya. Karakteristik konsumen dan

perilaku konsumen dalam proses keputusan pembelian dapat dilihat dari jawaban–

jawaban yang paling dominan. Menurut (Umar, 2003) dapat dirumuskan sebagai

berikut:

P =𝑓𝑖

∑𝑓𝑖x 100%

Keterangan:

P = Persentase responden yang memilih kategori tertentu

Fi = Jumlah responden yang memilih kategori tertentu

∑𝑓𝑖 = Total jawaban

Analisis Faktor

Pada umumnya seringkali terjadi, pendekatan suatu masalah bisnis harus

melibatkan banyak variabel yang saling berkorelasi satu sama lain. Variabel dalam

jumlah banyak tersebut dapat disederhanakan menjadi beberapa variabel saja,

dalam jumlah yang sedikit, namun informasi yang terkandung didalamnya relatif

26

tidak berubah dan hasilnya juga bisa menggambarkan dimensi-dimensi laten dari

interkolasi antarvariabel tersebut. Metode analisis yang dapat meringkas variabel

tersebut adalah analisis faktor (Firdaus 2011).

Analisis faktor merupakan salah satu teknik dalam analisis multivariat yang

digunakan untuk menjelaskan hubungan di antara banyak variabel dalam bentuk

beberapa faktor. Analisis faktor mencoba untuk menemukan hubungan antar

sejumlah variabel-variabel yang saling bebas satu sama lain sehingga dibuat satu

atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal

(Rahayu 2005).Adapun tujuan dari analisis faktor ada dua, yaitu:

1. Data Summarization, yaitu mengidentifikasi adanya hubungan antar variabel

dengan melakukan uji korelasi.

2. Data Reduction, yaitu setelah melakukan uji korelasi, dilakukan proses

membuat sebuah variable baru yang dinamakan faktor untuk menggantikan

sejumlah variabel tertentu.

Analisis faktor hampir menyerupai analisis regresi berganda apabila ditelaah

secara matematis. Hal tersebut dilihat dari adanya kombinasi linier yang

diperlihatkan setiap variabel pada faktor-faktor yang mendasarinya.Namun, tetap

memiliki perbedaan dimana dalam analisis regresi terdapat dependent variable

(variabel terikat) dan independent variable (variabel bebas). Oleh karena itu, dalam

analisis faktor merupakan teknik yang bersifat interpedensi, dimana keseluruhan

set dari hubungan yang bersifat interpedensi diperhatikan.

Pada penelitian ini, analisis faktor digunakan untuk dapat menjelaskan

hubungan antar variabel-variabel yang diduga mempengaruhi keputusan

konsumen. Variabel yang dievaluasi dalam penelitian ini adalah atribut-atribut yang

diduga menjadi pertimbangan konsumen dalam proses keputusan pembelian dan

dikelompokkan menjadi tiga faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor

lingkungan, faktor perbedaan individu, dan faktor psikologis.

Asumsi-asumsi dalam Analisis Faktor

Prinsip utama dalam analisis faktor adalah korelasi, artinya variabel yang

memiliki korelasi erat akan membentuk suatu faktor, sedangkan variabel yang ada

dalam suatu faktor akan memiliki korelasi yang lemah dengan variabel yang

terdapat pada faktor yang lain. Asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut.

1. Korelasi atau keterkaitan antarvariabel harus kuat. Hal ini dapat diidentifikasi

dari nilai determinannya yang mendekati nol.

2. Indeks perbandingan jarak antara koefisien korelasi dengan koefisien korelasi

parsialnya secara keseluruhan harus kecil. Hal ini dapat diidentifikasi dengan

melihat nilai Kaiser-Meyer-Olkin (K-M-O) yang dinyatakan cukup apabila

memiliki nilai KMO ≥ 0.5.

3. Indeks perbandingan jarak antara koefisien korelasi dengan koefisien korelasi

parsialnya secara parsial setiap item/variabel harus kecil. Hal ini dapat

diidentifikasi dengan melihat nilai Measures of Sampling Adequacy (MSA)

yang dinyatakan cukup apabila memiliki nilai MSA ≥ 0.5. Apabila item/

variabel tersebut tidak memiliki nilai MSA demikian, maka variabel tersebut

harus dikeluarkan dari analisis faktor secara bertahap atau satu per satu.

Penentuan Jumlah Faktor

Penentuan jumlah faktor pada penelitian ini menggunakan penentuan

berdasarkan eigenvalue dan persentase varian.

27

1. Penentuan berdasarkan eigenvalue, yaitu apabila suatu variabel memiliki

eigenvalue≥ 1, dianggap sebagai suatu faktor, sebaliknya apabila eigenvalue<

1, maka tidak dimasukkan kedalam model.

2. Penentuan berdasarkan persentase varian, menunjukkan jumlah variasi yang

berhubungan pada suatu faktor yang dinyatakan dalam persentase. Besarnya

nilai kumulatif persentase varian ≥ 60%.

Untuk mengetahui peranan masing-masing variabel dalam suatu faktor dapat

ditentukan dari besarnya loading variabel yang bersangkutan. Loading dengan nilai

terbesar berarti mempunyai peranan utama pada faktor tersebut.Variabel yang

memiliki nilai loading <0.5 dianggap tidak memiliki peranan sehingga dapat

diabaikan dalam pembentukan faktor.

Prosedur analisis faktor yang banyak digunakan adalah Principal Component

Analysis (PCA) dan Common Factor Analysis. Principal Component Analysis

(PCA) digunakan ketika peneliti ingin mengekstraksi sejumlah besar variabel

penelitian menjadi beberapa variabel saja agar lebih mudah ditangani. Common

Factor Analysis digunakan untuk mengidentifikasi struktur hubungan antar variabel

dengan mengungkapkan konstruksi (dimensi-dimensi) yang mendasari hubungan

tersebut.

Penelitian ini menggunakan analisis faktor dengan metode ekstraksi

Principal Component Analysis, yaitu merupakan model dalam analisis faktor yang

bertujuan untuk melakukan prediksi terhadap sejumlah faktor yang akan dihasilkan

(Suliyanto 2005). Faktor yang dibentuk oleh analisis faktor dengan metode

ekstraksi Principal Component Analysis disebut komponen utama.

Rotasi Faktor

Hasil dari analisis faktor adalah faktor matriks yang berisi koefisien bobot

kontribusi suatu variabel terhadap faktor atau yang sering disebut dengan factor

loading. Namun, output yang dihasilkan seringkali sulit untuk diinterpretasikan

karena satu faktor dapat berkorelasi dengan beberapa variabel. Untuk

mempermudah interpretasi, dilakukan proses rotasi faktor sehingga faktor matriks

yang tadinya kompleks menjadi lebih simpel.

Pada dasarnya, metode rotasi dalam analisis faktor digolongkan menjadi dua,

yaitu sebagai berikut.

a. Orthogonal Rotation

Orthogonal rotation adalah metode rotasi dengan cara memutar sumbu ke

kanan sampai 90˚. Metode ini menggunakan asumsi bahwa hubungan antarvariabel

tidak ada atau korelasi antarfaktor adalah nol. Metode ini terbagi menjadi metode

quartimax, varimax, dan equimax.

b. Oblique Rotation

Oblique rotation adalah metode rotasi dengan cara memutar sumbu ke kanan,

tetapi tidak harus sebesar 90˚. Metode ini menggunakan asumsi bahwa hubungan

antarvariabel atau korelasi antarfaktor tidak sama dengan nol. Metode ini terbagi

menjadi metode oblimin, promax, orthoblique, dan lainnya.

Penelitian ini menggunakan metode rotasi varimax karena dalam

perkembangannya, metode rotasi yang paling banyak digunakan dalam analisis

faktor adalah metode orthogonal rotation varimax.

28

Interpretasi Faktor yang Terbentuk

Dalam memberikan nama terhadap faktor yang terbentuk dapat dilakukan

dengan beberapa cara, yaitu cara pertama dengan memberikan nama faktor yang

dapat mewakili nama-nama variabel yang membentuk faktor tersebut, cara kedua

adalah dengan memberikan nama faktor berdasarkan variabel yang memiliki nilai

loading factor tertinggi. Hal ini dilakukan apabila tidak memungkinkan untuk

memberikan nama faktor yang dapat mewakili semua variabel yang membentuk

faktor tersebut.

Secara ringkas, tahapan atau prosedur analisis faktor adalah sebagai berikut:

1. Memilih atau menentukan variabel-variabel yang akan dianalisis

menggunakan analisis faktor.

2. Menyeleksi variabel yang telah ditentukan dengan menggunakan alat MSA

(Measure of Sampling Adequacy) dan Barlett test of sphericity untuk

memastikan apakah variabel-variabel yang telah ditentukan tersebut memiliki

korelasi yang kuat dan layak untuk melanjutkan analisis dengan analisis

faktor. Variabel yang layak untuk dianalisis dilihat dari nilai KMO yang lebih

dari 0.5 dengan signifikansi <0.05.

3. Melakukan proses factoring, yaitu menurunkan satu atau lebih faktor dari

variabel-variabel yang mempunyai korelasi kuat yang ditunjukkan oleh nilai

MSA ≥0.5 yang diperoleh dari proses sebelumnya, nilai MSA dapat dilihat

berdasarkan output pada Tabel Anti Image Matrices khususnya pada bagian

Anti Image Correlation secara diagonal dari kiri atas ke kanan bawah.

4. Melakukan proses ekstraksi dengan metode Principal Component Analysis

sehingga akan menghasilkan sejumlah komponen utama kemudian

melakukan proses rotation terhadap faktor yang telah terbentuk. Tujuan dari

proses rotasi adalah untuk memperjelas variabel yang masuk ke dalam faktor

tertentu (komponen utama).

5. Setelah komponen utama terbentuk, maka proses berikutnya adalah

menginterpretasikan faktor-faktor yang telah terbentuk dari analisis faktor

melalui loading factor (skor faktor).

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Desa Sukorejo Kecamatan Bangsasari

Desa Sukorejo merupakan desa di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten

Jember yang terletak 3 km dari pusat pemerintahan kecamatan, 22 km dari pusat

kabupaten. Batas-batas wilaya Desa Sukorejo berbatasan dengan Sebelah Utara

Desa Bangsalsari Kecamatan Bangsalsari, Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa

Karangsemanding Kecamatan Balung, Sebelah Barat berbatasan dengan Desa

Karangsono Kecamatan Bangsalsari, Sebelah Timur berbatasan dengan Desa

Curahlele Kecamatan Balung.

Keadaan Iklim

Desa Sukorejo termasuk daerah yang memiliki iklim tropis dengan rata-rata

suhu 29 oC. Curah hujan di wilayah Kecamatan Bangsalsari berkisar ≤ 1500

mm/tahun. Musim penghujan dimulai Januari sampai dengan Mei dan Oktober

29

sampai dengan Desember sedangkan musim kemarau terjadi bulan Juni sampai

dengan September.

KarakteristikPenduduk

Jumlah penduduk Desa Sukorejo pada tahun 2008 sebanyak 10 890 orang

dengan jumlah laki-laki sebanyak 5 434 orang dan perempuan sebanyak 5 456

orang.

a. Keadaan Penduduk Menurut Umur

Keadaan penduduk menurut golongan usia di Desa Sukorejo Kecamatan

Bangsalsari dapat dilihat pada tabel .

Tabel 5 Keadaan Penduduk Menurut Golongan Usia Desa Sukorejo Kecamatan

Bangsalsari 2012

No Golongan Usia (th) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 0 – 10 1 841 16.9

2 11 – 20 1 801 16.5

3 21 – 30 1 739 15.9

4 31 – 40 1 585 14.5

5 41 – 50 1 906 17.5

6 >50 2 018 18.5

Jumlah 10 890 100

Sumber: Profil Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari, 2012

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk Desa

Sukorejo Kecamatan Bangsasari berada pada kelompok usia >50 tahun, yaitu

sebesar 18.5%. Berdasarkan data diatas dapat dikategorikan bahwa penduduk di

Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari yang berada di luar usia kerja dengan jumlah

penduduk sebesar 2 018 sedangkan penduduk yang berada di usia kerja berada pada

kisaran golongan usia 21–50 yang berjumlah 5 230.

b. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor perkembangan sebuah

pembangunan, terutama pembangunan pertanian. Kecenderungan masyarakat yang

berpendidikan rendah berada di wilayah pedesaan. Berikut pada tabel 6

menunjukkan tingkat pendidikan di Desa Sukorejo.

Tabel 6 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Sukorejo

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Belum Sekolah 3 149 28.97

2 Buta huruf 86 0.79

3 Tidak tamat SD/sederajat 903 8.30

4 Tamat SD/sederajat 2 651 24.39

5 Tamat SLTP/sederajat 2 381 21.90

6 Tamat SLTA/sederajat 1 407 12.94

7 Penduduk tamat perguruan tinggi 293 2.69

Total 10 870 100

Sumber: Profil Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari, 2012

30

Sebagian besar penduduk Desa Sukorejo yang terlihat pada Tabel 6 adalah

berpendidikan tamat SD/sederajat. Rendahnya tingkat pendidikan akan

mempengaruhi respon masyarakat terhadap sebuah teknologi. Upaya meningkatkan

pengetahuan masyarakat dan meningkatkan respon terhadap teknologi dalam

berusaha tani masyarakat Desa Sukorejo membentuk kelompok-kelompok tani.

Kelompok-kelompok tani mendapat berbagai macam informasi melalui Petugas

Pembina Penyuluh Lapang (PPL) ataupun melalui hasil diskusi antar anggota

kelompok. Adanya kelompok tani membantu meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan teknologi dengan diperolehnya bantuan melalui kursus atau pelatihan.

Tabel 7 menyajikan nama kelompok tani di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari.

Tabel 7 Nama dan Jumlah Anggota Kelompok Tani Desa Sukorejo Kecamatan

Bangsalsari Tahun 2012

No Nama Kelompok Tani Jumlah Anggota

1 Sukotani 207

2 Sumber Tani 240

3 Sumber Rejeki 211

4 Gemah Ripah 85

Total 658

Sumber: UPTD Pertanian Kecamatan Bangsalsari, 2012

Kerjasama antara penyuluh dan petani di Desa Sukorejo sangat baik. Hal ini

dikarenakan penyuluh mampu mengkomunikasikan dengan baik informasi-

informasi yang perlu diberikan pada petani. Sehingga petani dengan berbagai

macam latar belakang pendidikan formal beberapa tetap mampu menyerap

informasi yang diberikan dari penyuluh.

c. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk Desa Sukorejo terdiri dari berbagai macam

mata pencaharian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 8 yang menjelaskan

status mata pencaharian penduduk tahun 2012.

Tabel 8. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Desa Sukorejo

Kecamatan Bangsalsari Tahun 2012

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Pegawai desa 19 0.32

2 PNS 109 1.85

3 ABRI 18 0.31

4 Guru 21 0.35

5 Pegawai Swasta 800 13.62

6 Wiraswasta/Pedagang 528 8.99

7 Buruh Tani/Petani 4 010 68.31

8 Pensiunan 116 1.97

9 Jasa 249 4.24

Total 5 870 100

Sumber: Profil Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari, 2012

31

Sektor pertanian memegang peranan penting di Desa Sukorejo, hal ini

terlihat pada tabel 8 bahwa 68.31% status mata pencaharian penduduk adalah

sebagai petani atau buruh tani.

Keadaan Tanah

Keadaan tanah di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari adalahsubur

dengan tingkat kesuburan sangat subur sebesar 6.2 ha dan tingkat kesuburan subur

sebesar 50 ha sedangkan keadaan umum penggunaan tanah di Desa Sukorejo

dijelaskan pada tabel 9

Tabel 9 Luas Wilayah Desa Sukorejo menurut Penggunaan Tahun 2012

No Penggunaan Luas (ha) Persentase

1 Pemukiman 177.0 17.82

2 Pertanian Sawah

a. Sawah irigasi

b. Sawah setengah teknis

612.0

50.0

61.64

5.03

3 Ladang/Tegalan 35.0 3.52

4 Bangunan 4.5 0.45

5 Rekreasi dan Olahraga 0.6 0.06

Total Luas Desa 992.8 100.00

Sumber: Profil Desa Sukorejo, 2012

Keadaan Pertanian

Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari mempunyai potensi besar dalam

usahatani tanaman pangan seperti padi, jagung dan terutama kedelai serta tanaman

buah-buahan seperti jeruk dan semangka. Pola tanam yang banyak dilakukan oleh

petani di Desa Sukorejo adalah Padi–padi–kedelai. Penanaman kedelai dilakukan

pada Musim Kering II (MK II), yaitu sekitar bulan Juni akhir/Juli awal sampai

dengan September akhir/Oktober awal.

Tabel 10 Jenis dan Produktivitas Tanaman Pangan di Desa Sukorejo Kecamatan

Bangsalsari Tahun 2012

No Pola Tanam Presentase (%)

1 Padi-padi-kedelai 93

2 Padi-padi-jagung 3.02

3 Tebu 3.02

4 Lainnya (Semangka, Jeruk) 0.96

Jumlah 662

Sumber: UPTD Bangsalsari, 2012

Pola tanam terbesar di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari adalah padi-

padi-kedelai atau 93% petani di Desa Sukorejo menanam kedelai. Sedangkan pola

tanam padi-padi-jagung adalah sebesar 3.02% dan tebu juga 3.02%. Lahan tebu

sebesar 20 ha adalah kepemilikan desa.

32

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, konsumen (petani) di Kecamatan Bangsalsari yang

diambil menjadi responden adalah sebanyak 50 orang petani. Petani yang menjadi

responden adalah Petani yang bersedia diwawancarai dengan pengisian kuesioner

dan memenuhi persyaratan pernah menggunakan benih kedelai penangkar Dewi

Ratih dan Jalinan benih antar lapang yang aktif menggunakan atau tidak aktif

menggunakan.Telah disinggung bahwa data penelitian di dalam proses

pengumpulannya seringkali membutuhkan biaya waktu, dan tenaga yang besar,

akan tetapi menurut Umar (2003) data itu menjadi tidak berguna bila alat pengukur

yang digunakan tidak memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Karena itu agar

hasil penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka diperlukan

pengujian validitas dan reliabilitas yang sudah dilakukan pada sejumlah responden.

Responden diminta untuk menyatakan apakah mereka setuju atau tidak setuju pada

faktor yang mempengaruhi atau tidak mempengaruhi pada skala likert. Responden

yang digunakan sejumlah 30 orang di luar responden penelitian. Menurut Umar

(2003) dengan jumlah minimal 30 orang, distribusi skor nilai akan mendekati kurve

normal. Pengujian validitas pada penelitian ini dilakukan menggunakan korelasi

spearman. Nilai korelasi yang dipersyaratkan dalam uji validitas ini apabila lebih

besar atau sama dengan 0.30 (rxy ≥ 0.30) atau nilai signifikansinya ≤ α (α = 0.05),

maka indikator tersebut dianggap valid.

Sedangkan reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan

sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsiten apabila alat ukur digunakan

berulang kali (Umar 2003). Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat

ketepatan alat ukur. Pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan nilai Cronbach

Alpha (α). Kriteria alpha (α) secara umum dinyatakan reliabel jika α ≥ 0.6.

Penelitian ini menggunakan teknik pengukuran reliabilitas Cronbach karena skala

yang digunakan adalah skala Likert (1-5). Skala Likert merupakan skala yang dapat

memperlihatkan tanggapan konsumen terhadap karakteristik suatu produk. Hasil

dari pengujian pada penelitian ini sudah dapat dibilang reliabel karena memiliki

nilai Cronbach Alpha (α) ≥ 0.6 yaitu sebesar 0.730. Hasil output uji validitas dan

reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8.

Karakteristik Umum Petani

Dengan mempelajari informasi mengenai karakteristik petani dapat

bermanfaat bagi pihak produsen terutama manajemen produksi dalam hal

penetapan segmentasi, target pasar, dan positioning yang tepat. Segmentasi

memberikan peluang bagi suatu usaha untuk menyesuaikan produk atau jasanya

dengan permintaan konsumen secara efektif.

Umur

Berdasarkan hasil penelitian usia petani di Kecamatan Bangsalsari

Kabupaten Jember didominasi oleh petani yang memiliki umur antara 46–65 dan di

atas 65 tahun sebanyak 30 orang atau sebesar 60 persen. Hal ini menunjukan

mayoritas petani di Kecamatan Bangsalsari merupakan yang sudah tua yang

cenderung memiliki karakteristik sulit dipengaruhi. Pada umumnya petani yang

33

lebih tua memiliki karakteristik dalam usahataninya dengan menggunakan persepsi

sendiri secara turun menurun sesuai dengan budayanya, sehingga sulit untuk

menerima teknologi atau budaya baru dari luar.

Tabel 11 Karakteristik umur petani di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jemer

pada Bulan Maret – April 2014

No Kategori Umur Jumlah Presentase (%)

1 20–45 Tahun 20 40

2 46–56 Tahun 17 34

2 57–65 Tahun 11 22

4 > 65 Tahun 2 4

Jumlah 50 100

Pendidikan Berdasarkan pada karakteristik pendidikan mayoritas petani di kecamatan

Bangsalsari telah mengikuti pendidikan secara formal. Akan tetapi, tingkat

pendidikan formal didominasi oleh lulusan Sekolah Dasar sekitar 21 orang atau 46

persen. Semakin banyak rendahnya pendidikan akan berpengaruh pada rendahnya

tingkat pengetahuan petani. Dibutuhkan tingkat pengetahuan dan tingkat

pengalaman yang tinggi agar petani dapat memilih benih unggul secara selektif.

Tingkat pendidikan petani berhubungan pada kecepatan dan tingkat pemahaman

informasi petani pada saat penyuluhan lapang dengan baik. Hal ini berdampak pada

kinerja dari pelaksanaan kegiatan usahatani.

Tabel 12 Karakteristik pendidikan petani di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten

Jember pada Bulan Maret – April 2014

No Kategori Pendidikan Jumlah Presentase (%)

1 Tidak Sekolah 3 6

2 SD / Sederajat 21 42

3 SMP / Sederajat 10 20

4 SMA / Sederajat 12 24

5 Perguruan Tinggi 4 8

Jumlah 50 100

Pendapatan

Karakteristik pendapatan merupakan suatu patokan bagi petani dalam

menjalankan kegiatan usahataninya. Tingkat pendapatan usahatani sangat

berhubungan dengan pengadaan input yang digunakan baik kualitas dan kuantitas.

Luas tanam dan produktivitas usahatani juga mempengaruhi tingkat pendapatan

petani. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian di Kecamatan Bangsalsari dapat

diketahui bahwa tingkat pendapatan usahatani pada tingkat pendapatan antara 5

Juta-10 Juta Rupiah yaitu sebanyak 19 orang atau 38 persen. Tingkat pendapatan di

bawah 5 Juta Rupiah sebanyak 11 orang atau 22 persen. Pada tingkat pendapatan

10 Juta–15 Juta rupiah dan pendapatan lebih dari 15 juta Rupiah sebanyak 20 orang

atau 40 persen. Petani dengan pendapatan di bawah 5 Juta Rupiah memiliki luas

lahan rata–rata 0.35 Ha dengan produktivitas 1.743 ton/ha. Petani dengan

pendapatan 5 Juta–10 Juta Rupiah memiliki rata–rata luas lahan 0.56 Ha dengan

34

produktivitas 1.772 ton/ha. Petani dengan pendapatan 10 Juta–15 Juta Rupiah

memiliki rata–rata luas lahan 0.93 Ha dan produktivitas 1.976 ton/ha. Sedangkan

pada tingkat pendapatan lebih dari 15 Juta Rupiah memiliki rata–rata luas lahan

1.78 Ha dengan produktivitas 1.595 ton/ha. Data informasi luas lahan dan

produktivitas yang dimiliki petani menunjukkan bahwa adanya manfaat

penggunaan benih kedelai berkualitas. Petani dengan luas lahan yang luas belum

tentu memiliki produktivitas yang tinggi juga. Sebaliknya, petani dengan luas lahan

yang kecil juga memiliki pendapatan dan produktivitas yang tinggi.

Tabel 13 Karakteristik pendapatan petani di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten

Jember pada Bulan Maret–April 2014

No Kategori Pendapatan Usahatani Jumlah Presentase (%)

1 < 5 Juta Rupiah 11 22

2 5 – 10 Juta Rupiah 19 38

3 10 – 15 Juta Rupiah 10 20

4 >15 Juta Rupiah 10 20

Jumlah 50 100

Status Kepemilikan Lahan

Karakteristik kepemilikan lahan merupakan suatu identitas lahan yang

dimiliki seseorang. Adanya status kepemilikan lahan ini akan berpengaruh pada

kegiatan pengelolaan lahan usahatani seperti persiapan pengadaan input pertanian

salah satunya yaitu dalam pemilihan benih unggul yang akan digunakan pada

masing–masing pemilik lahan. Dari hasil penelitian mayoritas petani di Kecamatan

Bangsalsari Kabupaten Jember yaitu sebanyak 38 orang atau 76 persen merupakan

pemilik lahan sendiri sekaligus penggarap. Petani yang memiliki lahan sendiri

sekaligus penggarap akan mempermudah dalam kegiatan usahataninya terutama

dalam pemilihan benih unggul. Petani akan lebih mengerti kondisi dan keadaan

lahan yang dimilikinya, sehingga saat memilih benih akan disesuaikan dengan

kondisi eksternal lahan seperti kadar tanah, suhu, cuaca, dan lain sebagainya.

Sedangkan sebanyak 5 orang atau 10 persen adalah menyewa dan sebanyak 4 orang

atau 8 persen ialah lahan milik sendiri sekaligus menggarap serta menyewa lahan

orang lain. Status kepemilikan lahan milik sendiri tanpa menggarap paling sedikit

yaitu 3 orang atau 6 persen.

Tabel 14 Karakteristik status kepemilikan lahan petani di Kecamatan Bangsalsari

Kabupaten Jember pada Bulan Maret–April 2014

No Kategori Status Kepemilikan Lahan Jumlah Presentase (%)

1 Milik Sendiri Sekaligus Penggarap 38 76

2 Milik Sendiri Tanpa Menggarap 3 6

3 Sewa 5 10

4 Milik Sendiri,Sekaligus menggarap dan

Sewa

4 8

Jumlah 50 100

35

Proses Keputusan Pembelian dan Pemilihan Benih Unggul Kedelai

Setelah mengetahui karakteristik konsumen (petani) yang memiliki

keberagaman juga diperlukan pengetahuan produsen terhadap petani saat menjalani

proses pengambilan keputusan dalam memilih benih unggul. Proses pengambilan

keputusan memiliki beberapa tahap yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian

informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan pasca pembelian. Produsen

benih harus mengetahui proses keputusan pembelian agar dapat mengetahui tujuan

dan motivasi konsumen (petani) untuk membeli benih kedelai. Produsen dapat

mengetahui kriteria utama apa yang dipilih, mengetahui sumber informasi utama

yang paling mempengaruhi, mengetahui sikap petani jika terdapat perubahan dari

produsen baik harga maupun ketersediaan, serta perilaku dan sikap petani setelah

melakukan pembelian dan penggunaan. Hal–hal seperti ini akan membantu

produsen benih baik penangkar maupun pemerintah dalam menyusun strategi

pemasaran dan kebijakan dalam memenuhi kebutuhan benih kedelai. Hasil dan

pembahasan pada proses pengambilan keputusan dapat dilihat dari uraian berikut.

Pengenalan Kebutuhan

Proses pengenalan kebutuhan perlu diketahui oleh pemerintah maupun

penangkar benih untuk mengetahui hal yang memicu dan yang paling

mempengaruhi petani dalam meningkatkan minat beli mereka. Proses pengambilan

keputusan tersebut juga dapat digunakan sebagai rencana strategi pemasaran untuk

pihak penangkar benih maupun pemertintah dalam memasarkan benih maupun

memenuhi kebutuhan benih petani yang sesuai dengan keinginannya.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa motivasi tertinggi

petani dalam melakukan usahatani kedelai di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten

Jember ialah untuk memperoleh keuntungan (Tabel 15) sejumlah 39 orang atau 78

persen. Walaupun alasan petani melakukan kegiatan usahataninya untuk

memperoleh keuntungan akan tetapi petani juga memperhitungkan sebagian

keuntungan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga pribadinya. Motivasi utama

petani dalam mencari keuntungan karena pada dasarnya petani melakukan usaha

dengan mencari keuntungan yang maksimal.

Tabel 15 Motivasi petani dalam melakukan usahatani kedelai di Kecamatan

Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret – April 2014

No Alasan atau Motivasi Jumlah Presentase (%)

1 Memperoleh Keuntungan 39 78

2 TurunMenurun 10 20

3 Memenuhi Kebutuhan Sendiri 1 2

Jumlah 50 100

Selain mendapatkan keuntungan, secara tidak langsung hasil dari kegiatan

usahatani digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup petani beserta keluarganya

dalam mencukupi kebutuhan pribadi. Kebutuhan pribadi sangat banyak, baik untuk

kebutuhan pendidikan, kebutuhan sandang, pangan, papan serta kebutuhan biaya

dalam berusahatani. Semakin besar keuntungan yang diperoleh petani, semakin

baik bagi kehidupan petani. Keputusan petani dalam memilih varietas unggul dan

36

bersertifikat pun menjadi hal yang penting bagi petani untuk memilih varietas benih

unggul yang bersertifikat dengan harapan memberikan hasil panen yang tinggi

(Tabel 16). Jika hasil panen tinggi kemungkinan besar pendapatanpun tinggi.

Tabel 16 Motivasi petani berdasarkan alasan menggunakan benih unggul kedelai

di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret–April

2014

No Alasan Menggunakan Benih Kedelai

Bersertifikat

Jumlah Presentase (%)

1 Hasil panen yang lebih tinggi 45 90

2 Waktu Panen lebih cepat 5 10

Jumlah 50 100

Pencarian Informasi

Setelah konsumen (petani) telah memahami kebutuhannya, konsumen akan

terpicu untuk mencari informasi lebih mendalam mengenai suatu produk. Informasi

yang didapatkan petani dapat melalui produsen, toko sarana produksi, keluarga,

ataupun teman sesama petani. Informasi yang didapatkan oleh petani akan

mempengaruhi psikologi petani dalam memilih benih kedelai. Hal tersebut juga

harus diketahui oleh produsen maupun pemerintah sebagai pengetahuan mereka

dalam pemilihan strategi pemasaran. Salah satu strategi pemasaran pada analisis

tersebut yaitu citra dari merek benih unggul yang dihasilkan produsen. Produsen

benih harus dapat mengkomunikasikan produk benih kepada sumber informasi agar

memiliki citra positif yang baik untuk digunakan melalui strategi promosi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 17 beberapa sumber

informasi yang didapatkan oleh petani dalam memilih benih unggul kedelai. Dari

data yang didapat terlihat bahwa 44 petani atau 88 persen petani mendapatkan

sumber informasi dari teman sesama petani maupun PPL (Pembina Penyuluh

Lapang). PPL dan teman sesama petani sangat mempengaruhi petani dalam

memilih varietas benih unggul. Petani akan memilih benih unggul baik dari mutu,

fitur dan kualitas, terlebih lagi benih memiliki sertifikasi sehingga meyakinkan

petani dalam memilih benih unggul. PPL dan teman sesama petani memiliki peran

utama dalam memberikan informasi terhadap petani untuk dijadikan pertimbangan

dalam memilih dan membeli merek benih unggul.

Tabel 17 Sebaran presentase petani berdasarkan sumber mendapatkan informasi

benih unggul kedelai di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada

BulanMaret- April 2014

No Sumber Informasi Jumlah Presentase (%)

1 Produsen benih 2 4

2 Toko/ Kios 2 4

3 PPL 22 44

4 Kelompok Tani 22 44

5 Teman 2 4

6 Keluarga 0 0

Jumlah 50 100

37

Evaluasi Alternatif

Setelah mendapatkan dan mengolah informasi mengenai produk benih

unggul yang didapat, tahap selanjutnya ialah melakukan proses penilaian dan

evaluasi. Proses penilaian dilakukan dengan melakukan pertimbangan dari sikap

petani yang telah mempengaruhinya. Petani akan menilai atribut produk dari

masing–masing beberapa atribut dari produk yang ada berdasarkan kriteria yang

dianggap relevan dengan kebutuhan yang diperlukan.

Petani yang memiliki pengalaman lebih banyak maka dia akan mudah untuk

menilai tahapan evaluasi alternatif. Salah satu penyebab mudahnya petani untuk

memilih karena pengaruh petani yang memiliki pengalam sebelumnya dan sampai

merekomendasikan benih yang dipakai untuk teman sesama petani yang baru

pemula. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat dilihat pada tabel 18 bahwa,

kriteria utama yang dilakukan oleh semua petani dalam memilih benih unggul ialah

mutu benih. Variabel pada mutu benih sangat mempengaruhi petani dalam

melakukan evaluasi alternatif. Mutu benih menjadi evaluasi pertimbangan utama

karena dalam penggunaan benih bermutu akan membuat hasil panen dan

pendapatan lebih tinggi. Sebanyak 44 petani atau 88 persen petani mengutamakan

kriteria benih bermutu dalam memilih. Sedangkan pada kriteria kedua yang

dijadikan pertimbangan oleh petani ialah untuk memilih benih unggul kedelai

Ketahanan hama penyakit sebesar 30 persen, Harga benih sebesar 9 orang atau 18

persen, serta kemudahan dalam mendapatkan benih sebesar 6 orang atau 12 persen,

sedangkan sisanya yaitu 5 petani atau 10 persen masih ada yang memilih benih

mutu benih kedelai sebagai kriteria kedua.

Tabel 18 Kriteria petani dalam mempertimbangkan pemilihan benih unggul kedelai

di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret–April

2014

No Kriteria

Pertama

Jumlah Presentase

(%)

Kriteria

Kedua

Jumlah Presentase

1 Mutu benih 44 88 Mutu Benih 5 10

2 Tahan hama 3 6 Tahan hama 30 60

3 Mudah

didapat

0 0 Mudah

didapat

6 12

4 Harga 2 4 Harga 9 18

5 Produsen 1 2 Produsen 0

Jumlah 50 100 Jumlah 50 100

Keputusan Pembelian

Setelah melakukan tahap evaluasi terhadap produk benih yang telah dicari,

konsumen (petani) akan membangun niatan untuk memilih merek atau produk dan

memutuskan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang disukai.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa petani yang

memilih produsen benih bersertifikat yaitu 28 petani atau 56 persen memilih

produsen benih unggul bersertifikat penangkar lokal merek Dewi Ratih dengan

binaan pemerintah daerah. Terdapat 2 petani atau 4 persen petani memilih produsen

benih unggul bersertifikat Sang Hyang Sri milik BUMN. Sedangkan sisanya,

sejumlah 20 petani atau 40 persen memilih benihunggul tetapi tidak berserifikat

atau yang disebut Jabal (Jalinan Benih Antar Lapang)

38

Tabel 19 Presentase penggunaan produsen benih oleh petani di Kecamatan

Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret–April 2014

No Produsen benih Jumlah Presentase (%)

1 Dewi Ratih 28 56

2 Sang Hyang Sri 2 4

3 Jabal 20 40

Jumlah 50 100

Pola tanam yang dilakukan oleh petani kedelai di Kecamatan Bangsalsari

hanya pada musim tanam ketiga dan pada saat kemarau dua. Sehingga pada saat

musim tanam banyak sekali para penangkar yang datang untuk menawarkan

benihnya. Baik benih unggul bersertifikat dari penangkar lokal maupun benih

unggul dari sesama petani, dan penangkar – penangkar benih lainnya. Dari hasil

penelitian (Tabel 20) yang telah dilakukan bahwa sejumlah 34 petani atau 69 persen

melakukan pembelianbenih unggul secara perorangan dan sekitar 15 petani atau 31

persen melakukan pembelian benih kedelai secara kolektif.

Tabel 20 Cara melakukan pembelian benih kedelai di Kecamatan Bangsalsari

Kabupaten Jember pada Bulan Maret–April 2014

No Cara Pembelian Jumlah Presentase (%)

1 Secara Kolektif 15 31

2 Perorangan 34 69

Jumlah 50 100

Petani yang melakukan pembelian secara kolektif ialah petani yang

memutuskan pembelian secara bersama-sama melalui kelompok tani. Petani yang

membeli secara kolektif melakukan pembelian yang dikoordinir oleh ketua

kelompok tani dan langsung membeli kepada penangkar. Biasanya petani telah

melakukan pemesanan terlebih dahulu sebelum musim tanam. Hal tersebut

dilakukan karena banyaknya pemesanan benih pada saat musim tanam, terkadang

beberapa petani tidak kebagian dan harus membeli pilihan lainnya. Petani yang

lebih memilih melakukan pembelian secara perorangan dikarenakan terkadang

pilihan tiap petani tidak sama dengan pilihan kelompok tani, karena beberapa petani

tidak kebagian benih unggul yang bermutu dan bersertifikat. Akan tetapi beberapa

petani melakukan pembelian secara perorangan karena petani lebih mempercayai

pada benih pilihan sendiri. Petani memilih membeli sendiri pada benih unggul yang

dapat di kualifikasi sendiri, selain itu petani juga lebih memilih membeli sendiri

karena ingin membeli benih di toko terdekat atau membeli kepada sesama petani.

Selain menghemat biaya transportasi, petani lebih percaya terhadap pilihan

benihnya sendiri.

39

Hasil Setelah Pembelian

Tahap proses keputusan petani dalam memilih benih unggul tidak hanya

berakhir pada proses keputusan pembelian. Setelah melakukan pembelian, petani

akan mengevaluasi hasil pembelian yang dilakukan. Petani akan mengalami level

kepuasan ataupun tidak puas kepada produk benih yang telah diputuskan untuk

dibeli. Pada saat inilah produsen benih seperti penangkar benih harus mengerti

bagaimana perilaku pembeli pasca pembelian. Apabila terjadi sesutu pada produk

kedelai apakah keadaan pasar akan konsisten. Kekonsistenan petani akan membeli

lagi juga dapat dipengaruhi oleh harga yang meningkat ataupun ketersediaan benih

yang tidak dapat dipenuhi. Harga dari suatu benih unggul kedelai yang bersertifikat

dan memiliki bukti fisik yang bermutu dan baik akan mempertahankan petani untuk

tetap membeli. Oleh karena itu jika ada kenaikan harga pada benih unggul kedelai

yang bersertifikat maupun tidak jika menghasilkan produksi yang tinggi dan baik,

akan membuat petani untuk melakukan pembelian ulang. Apabila benih kedelai

unggul yang digunakan tidak memberikan kepuasan baik dari segi produksi

maupun ketahanan, petani akan mencoba produk lain dan akan berpindah produsen.

Dari hasil peneliatan dapat dilihat pada Tabel 21 bahwa dengan kondisi kenaikan

harga atas benih yang di pilih oleh petani sebanyak 29 orang atau 58 persen tetap

membeli benih. Sedangkan pada 21 orang atau sebesar 42 persen petani lebih

memilih produsen lain. Petani yang memilih produsen lain biasanya memiliki rasa

kurang puas atas benih unggul yang telah digunakan sebagai bahan input

usahataninya.

Tabel 21 Tindakan petani terhadap kondisi kenaikan harga atas benih di Kecamatan

Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret–April 2014

No Tindakan Jumlah Presentase (%)

1 Tetap Membeli 29 58

2 Mencari Alternatif ProdusenLain 21 42

Jumlah 50 100

Tidak hanya pengaruh harga pada benih unggul, Pemerintah maupun

produsen benih juga harus mengetahui pengaruh jika persediaan dari benih unggul

susah didapatkan untuk memenuhi kebutuhan benih yang diinginkan oleh

konsumen. Petani bisa saja mencari benih unggul di tempat lain dengan produsen

benih unggul yang sama, atau lebih membeli benih dari produsen lain, karena benih

sangat dibutuhkan petani sebelum peralihan musim tanam kedelai. Dari hasil

penelitian pada tabel 22 dapat dilihat bahwa sejumlah 28 petani atau 56 persen

petani jika produsen benih unggul tidak dapat menyediakan benih unggul maka

petani akan membeli benih kepada produsen lain. Sedangkan sisanya yaitu 22

petani atau sebesar 44 persen petani akan tetap mencari produk benih yang biasanya

dibeli di tempat lain. Hal ini menjelaskan bahwa ketersediaan benih juga

mempengaruhi petani dalam memilih benih unggul. Petani yang membeli di

produsen lain kebanyakan petani yang ingin cepat mulai menanam kedelai pada

musim tanamnya, sehingga cepat panen tanpa melihat prediksi hasil produksi.

Sedangkan petani yang masih mencari produk benih yang biasa ditanam ialah

petani yang ingin hasil produknya sama dengan hasil panennya yang sebelumnya,

karena petani tahu bahwa kualitas benihnya akan menghasilkan produksi yang

40

tinggi dan mutu yang baik. Sehingga meskipun tidak cepat panen akan tetapi

produksi kedelai yang dihasilkan sesuai dengan keinginannya.

Tabel 22 Tindakan petani terhadap kondisi ketersedian benih kedelai yang

digunakan di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan

Maret–April 2014

No Tindakan Jumlah Presentase (%)

1 Mencari di Tempat Lain 22 44

2 Membeli Produsen Lain 28 56

Jumlah 50 100

Setelah melakukam proses pembelian, petani akan memberikan sikap

terhadap produk benih yang digunakan dengan harapan yang diinginkan petani,

dengan kinerja dari suatu produk. Kinerja suatu produk dan harapan dari petani

akan membentuk suatu sikap yang akan merangsang petani untuk membeli lagi atau

tidak.

Tabel 23 Sikap petani terhadap produk benih kedelai yang digunakan di Kecamatan

Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret–April 2014

No Sikap Jumlah Presentase (%)

1 Puas 45 90

2 Tidak Puas 5 10

Jumlah 50 100

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 23 menunjukkan bahwa sekitar 45

petani atau sebesar 90 persen telah puas menggunakan benih unggul terutama dari

penangkaran binaan Pemerintah Daerah yaitu Dewi Ratih. Kepuasan yang

dirasakan beberapa petani masih hanya sekedar kepuasan dari produk itu sendiri,

karena produk dari benih unggul dapat menghasilkan produksi yang baik. Tetapi

kepuasan belum tentu menentukan konsumen akan membeli kembali. Hal ini

dikarenakan ketersediaan benih dari penangkar yang masih kurang dan membuat

petani merasa kurang puas terhadap kinerja produsen benih. Ketersediaan benih

yang kurang membuat petani membeli dan mencoba produk lain, sehingga saat

konsumen mencoba dan dirasakan sesuai dengan harapan maka dia akan merasa

puas.

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Petani dalam

Memilih Benih Unggul Kedelai

Setelah mengetahui proses keputusan petani dalam memilih dan membeli

benih unggul kedelai, produsen harus mengetahui, faktor–faktor apa saja yang

mempengaruhi dalam proses pembelian. Perilaku petani dalam memilih benih

unggul ketika melakukan pembelian dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut

Engel et al.(1994), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian

yaitu faktor pengaruh lingkungan, perbedaan individu, dan proses psikologis.

Untuk itu dilaksanakan analisis faktor yang mempengaruhi petani dalam memilih

varietas benih unggul kedelai terutama yang membeli dan menggunakan benih

41

unggul kedelai milik penangkar atau produsen Dewi Ratih. Analisis ini digunakan

dengan tujuan untuk mengetahui urutan dari faktor yang paling mendasari

pemilihan petani terhadap benih unggul kedelai hingga faktor yang kurang

mempengaruhi. Dengan mengetahui informasi tersebut pihak penangkar dapat

memperbaiki atau memberikan strategi pada faktor yang kurang menjadi

pertimbangan, sehingga dapat secara efektif menyusun strategi pemasaran.

Variabel yang diduga sebagai pertimbangan bagi petani dalam proses

pemilihan dan pembelian benih unggul kedelai di analisis menggunakan analisis

faktor. Analisis tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi adanya hubungan

korelasi dari variabel yang saling berpengaruh, dapat mereduksi variabel-variabel

tersebut menjadi lebih sederhana yang dibentuk menjadi hanya beberapa faktor

utama tapi tetap menggambarkan variabel aslinya. Metode analisis tersebut

menggunakan metode ekstraksi Principal Component Analysis (PCA), sehingga

variabel-variabel keputusan pembelian benih unggul kedelai di penangkar Dewi

Ratih dapat diringkas dengan beberapa faktor yang penting dan yang paling

mempengaruhi keputusan.

Menurut Santoso (2006) sebelum melakukan analisis faktor lebih lanjut

terdapat asumsi-asumsi yang harus dipenuhi terlebih dahulu, yaitu :

1. Korelasi antar variabel independen. Korelasi antar variabel independen

harus cukup kuat yaitu > 0.5 yang dapa dilihat dari nilai KMO

2. Korelasi antar dua variabel dengan menganggap tetap variabel lain harus

kecil. Pada SPSS, deteksi terhadap korelasi tersebut dapat dilihat pada

Anti-image Matrices.

3. Pengujian seluruh matriks korelasi (korelasi antar variabel), diukur

dengan besaran Bartlett’s Test of Sphericity atau Measure Sampling

Adequecy (MSA). Pengujian ini mengharuskan adanya korelasi yang

signifikasi diantara paling sedikit beberapa variabel.

Variabel yang mempengaruhi keputusan dipengaruhi oleh beberapa

variabel yang dianggap berkaitan. Beberapa variabel yang dipertimbangkan diambil

menurut Engel et al. (1994) dan hasil survey turun lapang dari pihak terkait terdapat

16 variabel yang terdiri dari variabel pendapatan usahatani (X1), Keluarga (X2),

Tokoh yang disegani (X3), Pengeluaran Rumah Tangga Pribadi (X4), Teman

sesama petani (X5), Mutu dan Kualitas Benih (X6), Harga (X7), Promosi (X8),

Warna Kemasan (X9), Desain Kemasan (X10), Tanggal Kadaluarsa (X11),

Penampakan benih dalam kemasan (X12), Warna Kulit Biji (X13), Umur Panen

(X14), Bentuk Biji (X15), Daya Tumbuh (X16).

Langkah pertama yang dilakukan dalam mengolah data dengan

menggunakan analisis faktor ialah dengan menentukan terlebih dahulu variabel-

variabel yang akan dianalisis. Enam belas variabel yang telah ditentukan harus

diolah kelayakannya apakah telah memenuhi persyaratan. Hal ini dapat dilakukan

dengan melihat nilai Kaiser-Meyer-Olkim (K-M-O) Measure of Sampling

Adequacy (MSA) harus bernilai lebih dari 0.5 dengan signifikansi <0.05. Dilihat

dari hasil output pengolahan dari analisis faktor diperoleh nilai KMO sdebesar

0.675 dan signifikansi 0.000 yang dapat dilihat pada Lampiran 1, Data hasil output

tersebut telah memenuhi syarat sehingga dapat dilakukan analisis berikutnya.

Setelah melakukan analisis KMO dan signifikansi, enam belas variabel

yang telah ditentukan dianalisis untuk mengetahui variabel mana yang dapat

diproses lebih lanjut dan variabel mana yang harus dikeluarkan. Hail output

selanjutnya dapat dilihat pada Anti-image Correlation dan akan terlihat angka yang

42

memiliki tandan ‘a’ serta membentuk diagonal dari kiri atas ke kanan bawah yang

merupakan angka dari MSA dan harus diatas 0.5. Hasil pengolahan data

menunjukan bahwa 16 variabel telah memenuhi syarat nilai MSA yang harus di

atas 0.5 sehingga ke enam belas variabel tersebut telah layak dan dapat dilakukan

proses analisis faktor berikutnya. Hasil output Anti-image Matrices dapat dilihat

pada Lampiran 2 atau dapat dilihat pada ringkasan nilai MSA pada tabel 24.

Tabel 24 Ringkasan Nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA)

Variabel Nilai M-S-A

Pendapatan 0.733

Keluarga 0.812

Tokoh yang disegani 0.542

Pengeluaran Rumah Tangga Pribadi 0.762

Teman Sesama Petani 0.618

Mutu benih 0.631

Harga 0.675

Promosi 0.520

Warna Kemasan 0.763

Desain Kemasan 0.701

Tanggal Kadaluarsa 0.594

Penampakan benih dalam kemasan 0.718

Warna Kulit Biji 0.763

Umur Panen 0.560

Bentuk Biji 0.653

Daya Tumbuh 0.645

Langkah selanjutnya ialah dapat dilihat pada hasil output yaitu tabel

Communalities yaitu jumlah dari kuadrat masing-masing nilai Loading Factor.

Nilai Communalities menunjukkkan seberapa kuat hubungan atau korelasi dengan

faktor yang terbentuk. Semakin besar nilai Communalities maka akan semakin kuat

hubungannya, jika nilai semakin kecil maka akan semakin lemah hubungannya.

Pada hasil output yang didapatkan, nilai Communalities pada variabel desain

kemasan (X10) yaitu dengan nilai sebesar 0.790 yang dapat diartikan bahwa

variabel desain kemasan dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Sedangakan

nilai Communalities terkecil terdapat pada variabel teman sesama petani (X5)

dengan nilai hasil output sebesar 0.350 yang artinya dapat dijelaskan sebesar 35

persen. Hasil output dapat dilihat pada Lampiran 3 dan ringkasan nilai

Communalities pada tabel 25.

43

Tabel 25 Ringkasan nilai Communalities

Variabel Nilai Communalities

Desain Kemasan 0.790

Pengeluaran Rumah Tangga Pribadi 0.779

Warna Kemasan 0.775

Tanggal Kadaluarsa 0.773

Harga 0.750

Keluarga 0.748

Daya Tumbuh 0.717

Umur Panen 0.648

Penampakan Benih dalam Kemasan 0.587

Mutu 0.578

Bentuk Biji 0.566

Warna Kulit Biji 0.523

Pendapatan 0.522

Promosi 0.510

Tokoh yang disegani 0.437

Teman Sesama Petani 0.350

Langkah pengolahan berikutnya adalah pengelompokkan 16 variabel

tersebut menjadi beberapa faktor utama yang lebih ringkas dimana pada faktor yang

tiap faktor yang terbentuk memiliki sejumlah variabel yang berkorelasi positif. Hal

ini dapat dilihat pada tabel hasil output Total Variance Explained pada Lampiran 4.

Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa faktor yang terbentuk adalah sebanyak

empat faktor dengan nilai eigenvalues lebih dari satu. Eigenvalues menunjukkan

kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung varian pada 16

variabel yang dianalisis. Hal tersebut menunjukkan terdapat empat faktor utama

yang mempengaruhi keputusan petani dalam pembelian benih unggul kedelai.

Faktor-faktor tersebut dapat menjelaskan keragaman data sebesar 62.833 persen

dari total keseluruhan faktor-faktor yang mempengauhinya.

Dari empat faktor utama yang telah dihasilkan tersebut, maka dapat dilihat

hasil ekstraksi 16 variabel menjadi empat faktor pada tabel Component Matrixa

yang melalui nilai Loading factor. Loading factor menunjukkkan besarnya korelasi

antara masing-masing variabel pada Faktor 1, Faktor 2, Faktor 3, Faktor 4. Dengan

melihat nilai Loading factor, suatu variabel terlihat akan masuk ke dalam faktor

berapa. Namun hasil output yang diperlihatkan pada Tabel Component Matrixa

terlihat pada Lampiran 5, masih sangat sulit merepresentatifkan atau menyatakan

variabel-variabel tersebut dikarenakan adanya perbedaan yang tidak terlalu

signifikan antara beberapa nilai loading factor sehingga diperlukan perbesaran nilai

melalui proses rotasi.

Metode rotasi yang digunakan pada penelitian ini adalah varimax. Hasil dari

proses rotasi dapat menggambarkan korelasi dari variabel secara jelas dan

memberikan kemudahan dalam merpresentasikan faktor yang terbentuk. Variabel

yang akan masuk pada tiap-tiap faktor ditentukan dengan cara membandingkan

besarnya korelasi pada setiap baris. Nilai Loading factor diatas 0.5

mengindikasikan adanya korelasi yang kuat sedangkan jika dibawah 0.5 akan

mengindikasikan adanya korelasi lemah. Tiap variabel dari faktor yang terbentuk

sebaiknya memenuhi syarat angka pembatas (cut point) di atas 0.5 agar variabel

44

dapat secara nyata masuk kedalam sebuah faktor. Hasil output proses rotasi dapat

dilihat pada Lampiran 6.

Hasil rotasi yang di dapatkan, dari 16 variabel telah memenuhi syarat

sehingga seluruhnya dapat dimasukkan kedalam tiap-tiap faktor yang terbentuk.

Faktor 1 terdiri dari variabel X2, X3, X4, X9, X10. Faktor 2 terdiri dari variabel

X1, X7, X8, X11. Faktor 3 terdiri dari X5, X6, X16 dan Faktor 4 terdiri dari variabel

X12, X13, X14, X15. Hasil pengelompokkan variabel terhadap faktor dapat dilihat

pada tabel 26.

Tabel 26 Hasil analisis faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih

benih unggul kedelai pada produsen atau penangkaran Dewi Ratih

Nama Faktor Eigenvalue Varian

(%)

Variabel Nilai

Communalities

Pengaruh

Lingkungan

4.761 29.755 Desain Kemasan

(X10)

0.865

Pengeluaran Rumah

Tangga Pribadi (X4)

0.855

Warna Kemasan (X9) 0.798

Keluarga (X2) 0.782

Tokoh disegani (X3) 0.478

Proses psikologis 2.354 14.712 Tanggal Kadaluarsa

(X11)

0.857

Harga (X7) 0.769

Promosi (X8) 0.673

Pendapatan (X1) 0.543

Pembelajaran 1.817 11.354 Mutu (X6) 0.706

Daya tumbuh (X16) 0.652

Teman sesama petani

(X5)

0.520

Produk 1.122 7.013 Penampakan benih

dalam Kemasan

(X12)

0.711

Bentuk biji (X15) 0.704

Warna kulit biji (X13) 0.642

Umur panen (X14) 0.212

Pengaruh Lingkungan

Dari hasil data pengolahan analisis faktor, dapat diketahui bahwa faktor

pertama yang paling mempengaruhi proses keputusan petani dalam memilih dan

membeli benih unggul kedelai pada penangkaran Dewi Ratih terdapat lima variabel

yang saling berkorelasi positif. Faktor pertama dengan dengan nama faktor

Pengaruh lingkungan dengan memiliki nilai eigenvalue terbesar yaitu 6.862 serta

mampu menerangkan keragaman data sebesar 2.755 persen. Kelima variabel yang

saling berkorelasi positif ialah variabel desain kemasan (X10) dengan memiliki

nilai loading factor terbesar yaitu sebesar 0.865, variabel pengeluaran rumah tangga

pribadi (X4) dengan nilai loading factor sebesar 0.855, variabel warna kemasan

(X9) dengan nilai loading factor sebesar 0.798, variabel keluarga (X2) nilai loading

factor sebesar 0.782 dan variabel tokoh yang disegani dengan loading factor

sebesar 0.478.

45

Pengaruh lingkungan sangat mempengaruhi keputusan petani dalam

memilih keputusan karena salah satu yang mempengaruhi petani dalam pemilihan

benih kedelai yaitu dilihat dari desain kemasan dan warna kemasan. Pada

kenyataannya saat di lapang, ada beberapa petani yang sudah tua dan lupa atas

nama produsen atau penangkar benih yang sering digunakan oleh petani. Biasanya

petani lebih berkecenderungan menerangkan pembungkus benih dengan

menerangkan ciri-ciri kemasan milik Dewi Ratih yang memiliki ciri-ciri warna

bening atau karung berwarna putih dengan gambar Ratu Dewi Ratih. Ratu Dewi

Ratih ialah gambar Ratu Cantik yang berasal dari Lagenda Kota Banyuwangi.

Keikutsertaan keluarga dan tokoh yang disegani sebagai salah satu faktor pengaruh

pribadi yang dapat memberikan saran atau pengaruh dalam pemilihan benih unggul.

Proses psikologis

Faktor kedua yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih dan

membeli benih unggul kedelai pada penangkaran Dewi Ratih disebut dengan faktor

proses psikologi. Pada faktor kedua memiliki empat variabel yang saling

berkorelasi positif dengan nilai eigenvalue sebesar 2.354 dan mampu menerangkan

keragaman data sebesar 14.712 persen. Keempat variabel tersebut adalah Tanggal

Kadaluarsa (X11) dengan nilai loading factor terbesar yaitu 0.857, Harga (X7)

dengan nilai loading factor sebesar 0.769, Promosi (X8) dengan nilai loading factor

sebesar 0.673, Pendapatan (X1) dengan nilai loading factor sebesar 0.543.

Menurut Engel et al.(1994 dan 1995), salah satu faktor yang mempengaruhi

keputusan konsumen (petani) ialah proses psikologi terutama dalam pemrosesan

informasi. Tanggal Kadaluarsa umumnya diketahui oleh petani pada bungkus

kemasan benih, atau label yang tertera pada kemasan. Keunggulan benih unggul

bersertifikat ialah memiliki kejelasan design kemasan, memudahkan petani untuk

melihat merek maupun tanggal kadaluarsa. Akan tetapi banyak petani yang masih

tidak mengerti letak penulisan tanggal kadaluarsa, bahkan masih ada petani yang

belum bisa membaca atau mengerti letak tanggal kadaluarsa. Hal tersebut terkadang

membuat petani mengeluhkan hasil produksi kedelai. Jika petani tidak mengerti

tanggal kadaluarsa dari benih yang dijual, akan membuat hasil produksi rendah dan

pencitraan pada produsen yang berkurang. Karena meskipun benih tersebut

memiliki mutu tinggi dan memiliki citra tahan terhadap hama penyakit, benih tetap

tidak dapat tumbuh dengan baik.

Pada variabel harga jika harga tinggi maka sebagian petani akan tetap

membeli benih yang memiliki kualitas baik untuk meningkatkan hasil panen dan

pendapatannya. Sebagian petani juga mempertimbangkan bahwa jika ada benih

kedelai yang memiliki kualitas baik dengan harga yang lebih rendah maka petani

akan memilihnya. Situasi harga seperti ini akan mempengaruhi petani dalam proses

pengambilan keputusan dan sangat berhubungan dengan pendapatan usahatani

yang dihasilkan oleh petani. Setelah petani mendapatkan pendapatan yang tinggi

dari hasil usahataninya, petani cenderung membeli kembali benih yang digunakan

untuk berusahatani tanpa melihat harga inputnya demi menghasilkan output yang

semaksimal mungkin.

Petani lebih memilih mencoba benih sendiri agar lebih mantap dan percaya

untuk memutuskan pembelian. Promosi dapat dilakukan oleh penangkar melalui

media percobaan yang dapat ditunjukkan hasilnya langsung kepada petani. Hal

tersebut akan lebih meyakinkan petani dalam memilih benih. Strategi promosi

46

seperti pemberian benih percobaan secara cuma–cuma akan lebih meyakinkan

petani untuk memilih produk.

Pembelajaran

Faktor ketiga dinamakan dengan faktor pembelajaran yang memiliki nilai

eigenvalue sebesar 1.817 dan mampu menerangkan keragaman data sebesar 11.354

persen. Terdapat tiga variabel yang saling berkorelasi positif, yaitu variabel Mutu

(X6) dengan memiliki nilai loading factor terbesar yaitu sebesar 0.706, variabel

Daya tumbuh (X16) dengan nilai loading factor sebesar 0.652, variabel Teman

sesama petani (X5) dengan nilai loading factor sebesar 0.520.

Variabel yang paling berpengaruh pada faktor ini ialah variabel Mutu. Hal

ini dikarenakan pada variabel mutu benih sangat mempengaruhi petani dalam

melakukan evaluasi alternatif. Mutu benih menjadi evaluasi pertimbangan utama

karena dalam penggunaan benih bermutu akan membuat hasil panen dan

pendapatan lebih tinggi. Benih yang bermutu akan memiliki daya tumbuh yang

baik.

Daya tumbuh benih bisa dilihat dari ciri–ciri fisik benih dan kadar air yang

rendah. Saat dilapang, cara petani untuk mengetahui daya tumbuh suatu benih

dengan cara memilih benih yang memiliki kadar air rendah dengan cara menggigit

benih apabila benih keras dan renyah maka benih itu dapat ditanam karena memiliki

kadar air yang rendah. Jika Kadar air tinggi benih yang digigit tidak patah dan hanya

mengempis, ini menandakan bahwa benih memiliki kadar air tinggi yang

menyebabkan benih mudah membusuk dan tidak dapat ditanam. Semakin kering

benih akan semakin baik untuk di tanam dan diprediksi memiliki daya tumbuh

sekitar 90 persen. Biasanya petani menguji daya tumbuh benih dengan melakukan

uji tanam sebelum digunakan dan disebar.

Sumber informasi sesama teman petani mamiliki pengaruh yang penting

dalam memutuskan pembelian benih oleh petani. Hal ini disebabkan karena petani

yang satu dengan yang lain memiliki pembelajaran dari sebuah pengalaman yang

berbeda. Jika salah satu petani telah mencoba produksi benih dengan hasil dan

kualitas yang baik, maka teman sesama petani akan merekomendasikan kepada

konsumen (petani) untuk membeli. Jika petani memiliki pengalaman gagal panen

karna hasil yang kurang baik, menyebabkan petani enggan untuk membeli benih

sebelumnya. Hal ini menyebabkan produk dari merek benih yang membuat gagal

panen bisa menurun karena sumber informasi dengan pencitraan yang kurang baik.

Faktor Produk

Faktor keempat yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih dan

membeli benih unggul kedelai pada penangkaran Dewi Ratih disebut dengan faktor

Produk. Faktor ini memiliki milai eigenvalue sebesar 1.122 serta mampu

menerangkan keragaman data sebesar 7.013 persen. Faktor ini tersusun atas empat

variabel yang saling berkorelasi secara positif, yaitu variabel Penampakan benih

dalam Kemasan (X12) dengan memiliki nilai loading factor sebesar 0.711, variabel

Bentuk biji (X15) dengan nilai 0.704, variabel Warna kulit biji (X13) dengan nilai

0.642, variabel Umur panen (X14) dengan nilai 0.212.

Variabel yang menjadikan pertimbangan petani dalam memilih benih ialah

dengan melihat kenampakan benih saat di dalam kemasan. Petani lebih memilih

benih yang memiliki kemasan transparan, karena sebelum memilih petani bisa

melihat benih dari luar. Beda dengan benih yang memiliki kemasan dari karung

47

putih atau coklat, petani masih harus membuka kemasan hal ini memperlambat

petani dalam pemilihan benih. Penangkar Dewi Ratih menggunakan kemasan

transparan dan kemasan berwarna putih sehingga memudahkan petani dalam

melakukan pemilihan, namun terkadang mengalami kesusahan karena masih harus

membuka kemasan yang tidak transparan untuk melihat secara langsung fisik dari

benih kedelai.

Terkadang jika petani tidak terburu-buru untuk melakukan pembelian,

petani tidak hanya melihat penampakan benih hanya dalam kemasan tetapi melihat

mutu benih melalui mutu genetik, mutu fisik maupun fisiologis. Umur benih masuk

dalam variabel yang mempengaruhi petani dalam memilih benih. Benih yang biasa

digunakan oleh petani di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember ialah benih

kedelai berumur sekitar 80-90 hari. Petani mencari benih yang berumur sekitar 80

– 90 hari karena pola tanam kedelai dimulai pada musim kemarau dua yang di mulai

dari bulan Juni sampai Agustus. Variabel selanjutnya yaitu bentuk biji, bentuk biji

yang dipilih adalah yang rata. Bentuk biji yang bulat harus bulat penuh, jika lonjong

harus lonjong penuh dan mulus. Pada variabel warna kulit biji yang biasa digunakan

oleh petani ialah yang berwarna kuning cerah, bersih, dan mengkilat karena

dianggap benih yang memiliki ciri seperti ini memiliki daya tumbuh yang baik.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis dapat disimpulkan bahwa:

1. Karakteristik umum petani di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember

didominasi oleh kelompok petani yang memiliki umur antara 46 – 65 tahun yaitu

sebanyak 56 persen. Tingkat pendidikan petani masih rendah, dengan di

dominaasi oleh tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) yaitu sebanyak 21 orang

atau 42 persen. Tingkat pendapatan yang dimiliki oleh mayoritas petani kedelai

ialah 5 juta sampai 10 juta rupiah yaitu sebanyak 38 persen.

2. Proses keputusan pembelian konsumen dimulai dari tahap pengenalan

kebutuhan untuk memperoleh keuntungan sebesar 78 persen. Pada tahap

pencarian informasi yang didapat dari penyuluh lapang dan kelompok tani

sebesar 88 persen. Pada tahap evaluasi alternatif, pertimbangan utama yaitu

variabel mutu benih sebesar 88 persen, pertimbangan kedua yaitu ketahanan

benih terhadap hama dan penyakit sebesar 60 persen. Pada tahap pembelian,

mayoritas konsumen sebesar 56 persen menggunakan benih unggul bersertifikat

Dewi Ratih binaan pemerintah daerah. Pada tahap hasil pembelian, sebagian

besar konsumen merasa puas setelah menggunakan benih kedelai pada

penangkaran binaan pemerintahsebesar 90 persen. Petani tetap melakukan

pembelian meskipun mengalami kenaikan harga dengan presentase 58 persen,

sisanya sebesar 42 persen akan mencari altenatif produsen lain.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan petani dalam memilih benih

unggul kedelai pada produsen penangkaran benih Dewi Ratih terdiri atas empat

faktor. Faktor pertama disebut faktor pengaruh lingkungan yang terdiri atas

variabel desain kemasan, variabel pengeluaran rumah tangga pribadi, variabel

warna kemasan, variabel keluarga dan variabel tokoh yang disegani. Faktor

48

kedua disebut faktor proses psikologis yang terdiri dari variabel Tanggal

Kadaluarsa, Harga, Promosi, Pendapatan. Faktor ketiga disebut faktor

pembelajaran yang terdiri dari variabel Mutu, variabel Daya tumbuh, dan

variabel Teman sesama petani. Faktor keempat disebut faktor produk yang

terdiri atas empat variabel yang saling berkorelasi secara positif, yaitu variabel

Penampakan benih dalam Kemasan, variabel Bentuk biji, variabel Warna kulit

biji, dan variabel Umur panen.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran atau strategi kebijakan

yang dapat dijadikan bahan masukan produsen benih atau pemerintah yaitu,

1. Pihak produsen lebih fokus terhadap variabel-variabel yang menjadi faktor

utama. Dewi Ratih lebih memperbaiki Desain kemasan lagi. Sebaiknya Dewi

Ratih menggunakan kemasan yang transparan untuk semua benih, agar petani

dapat dengan mudah dan cepat dalam memilih serta melihat kenampakan benih.

mutu benih berupa keadaaan secara fisiologi benih, baik itu ketahanan terhadap

penyakit, penampakan benih secara fisik, dan masa dormansi benih yang lama

untuk disebarkan kepada para petani.

2. Produsen atau penangkar Dewi Ratih harus mampu memberikan tanggapan yang

cepat apabila terjadi keluhan dari petani terhadap benih agar citra produk tetap

baik dan petani tetap setia menggunakan produk.

3. Saran bagi pemerintah atau produsen benih untuk menyediakan benih unggul

terutama yang bersertifikat dan sesuai dengan keadaan lahan daerah. Menyusun

strategi kebijakan dan pemasaran salah satunya dengan melibatkan penyuluh

lapang dan promosi langsung pada kelompok tani. Promosi langsung dapat

dilakukan dengan cara memberikan contoh kedelai yang telah di tanam atau diuji

dengan media dan diperlihatkan hasilnya, agar petani mengetahui keunggulan

produk secara cepat dan tepat dalam memilih. Ketersediaan benih sangat

mempengaruhi petani dalam menggunakan benih unggul, produsen maupun

pemerintah perlu mengetahui benih yang di butuhkan agar tidak terjadi

kekurangan dan kekecewaan pada petani.

4. Untuk dapat terus melakukan perbaikan kinerja, peningkatan kualitas produk dan

pelayanan penangkaran Dewi Ratih, perlu adanya penelitian lanjutan untuk

mengetahui tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen sehingga Dewi Ratih

selaku penangkar benih satu-satunya yang dibina pemerintah dapat

mempertahankan eksistensi ditengah ketatnya persaingan penangkar benih

lainnya yang mulai bermunculan.

49

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto. 2002. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah-Kering-

Pasang Surut. Jakarta: PT Penebar Swadaya.

Arsyad. 2000.Varietas Unggul dan Strategi Pemuliaan Kedelai di Indonesia.

Prosiding Lokakarya. Jakarta.

[BPS] Badan Pusat Statistika. 2013. Perkembangan Beberapa Indikator Utama

Sosial-Ekonomi Indonesia. Katalog BPS : 3101015

[BPS] Badan Pusat Statistika. 2013. Tanaman Pangan. Data Statistika.

[Internet].[2014 01 05]. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3

[BPTP] Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2011. Petunjuk Teknis Pengelolaan

Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT). Kedelai. Jakarta: Kementerian

Pertanian.

[Balitkabi] Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. 2012. Rusman

Heriawan Wakil Menteri Pertanian Pacu Petani Jember Untuk Menanam

Kedelai. [Internet]. [2014 02 21].http://balitkabi.litbang.deptan.go.id/kilas-

litbang/993-rusman-heriawan-wakil-menteri-pertanian-pacu-petani-

jember-untuk-menanamkedelai.html

Dinas Pertanian Kabupaten Jember. 2010. Data Penghasil Produksi Kedelai

Kabupaten Jember 2008-2012. Jember

Direktorat Jenderal Ketahanan Pangan. 2004. Prospekdan Arah Pengembangan

Agribisnis Kedelai. Jakarta: Kementerian Pertanian.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2012. Data Statistika Kebutuhan Produksi

Tanaman Pangan. Jakarta: kemeneterian Pertanian.

Durianto et al. 2001. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan

Perilaku Merek. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

Engel J F,R D Blackwel, P W Miniard. 1994. Perilaku Konsumen Jilid I. Binarupa

Aksara. Jakarta.

Engel J F,R D Blackwel, P W Miniard. 1995. Perilaku Konsumen Jilid II. Binarupa

Aksara. Jakarta.

Ernawanto et al. 2010. Keragaan Produktivitas Kedelai Pada Agroekosistem Lahan

Sawah Irigasi Teknis Dataran Rendah. Jatim: Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian.

Firdaus M, Harmini dan Farid MA. 2011. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk

Manajemen dan Bisnis. Bogor (ID): IPB Press.

Griffin RW, dan Ebert RJ. 2003. Bisnis Edisi Keenam. PT.Prenhallindo. Jakarta

Hadi S,Baran W. 1995. Keterkaitan Dunia Pendidikan Tinggi dengan Industri

Perbenihan dalam Penyediaan Pangan Nasional. Prosiding Seminar Sehari

Perbenihan Menghadapi Tantangan Pertanian Abad XXI. Keluarga Benih

Vol VI(1): 25-34.

Ismail C, Rusmarkam R S, Sugiyarto M,Martono, Sutrisno. 2002. Pengkajian

Teknologi Perbenihan Kedelai Varietas Unggul Spesifik Jawa Timur. Jatim

Kotler P. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran Jilid I. Erlangga. Jakarta.

Melaty.2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Oleh Konsumen Restoran Imah Hejo Kota Bogor.Skripsi. Bogor. IPB (ID)

Miranti.2011. Analisis Faktor dan Proses Keputusan Pembelian Produk Perawatan

Tubuh Kendedes Princess Ritual di Marta Tilaar Salon Day Spa Bogor.

Skripsi.Bogor. IPB (ID).

50

Mujahidah. 2013. Analisis Faktor dan Proses Keputusan Pembelian Sayur Organik

di Yogya Bogor . Skripsi. Bogor : IPB (ID).

Nazir. 2011. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.

Nugraha. 1996. Produksi Benih Kedelai Bermutu Melalui Sistem JABAL dan

Partisipasi Petani. Jurnal Penelitian dan Pengembangan XV(2): 27-34.

Nugraha et al. 2000. Pengembangan Mutu Kedelai untuk Agoindustri. Prosiding

Lokakarya. Jakarta: Direktorat Teknologi Lingkungan.

Rahayu Sri. 2005. SPSS Versi 12.00 dalam Riset Pemasaran. Bandung (ID): CV.

Alfabeta.

Ramadhan. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Petani

dalam Memilih Benih Padi Bersertifikat PT SHS (Sang Hyang Seri) di

Kabupaten Bogor. Skripsi. Bogor : IPB (ID).

Sadjad S. 2003. Dari Benih Kepada Benih. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Jakarta.

Saheda A. 2008. Preferensi dan Kepuasa Petani Terhadap Benih Padi Varietas

Lokal Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur. Skripsi. Bogor: Faperta IPB

(ID)

Santoso, Singgih. 2006. Seri Solusi Bisnis Berbasis TI: Menggunakan SPSS Untuk

Statistik Multivariat. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo.

Sari. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen

dalam Membeli Produk Industri Garment. Skripsi. Bogor : IPB (ID).

Simamora B. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta (ID): PT Gramedia

Pustaka Utama

Soekartawi A S, John L D, dan J. Brian H. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian

untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit Universitas Indonesia.Jakarta.

Suliyanto. 2005. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. Bogor (ID): Ghalia

Indonesia.

Sumarno dan Widiati. 1985. Produksi dan Teknologi Benih Kedelai P.407-428

dalam Ismail C et al. Pengkajian Teknologi Perbenihan Kedelai Varietas

Unggul Spesifik. Jawa Timur.

Sumarno. 1999. Strategi Pengembangan Produksi Kedelai Nasional Mendukung

Gema Palagung 2001. Dalam Ernawanto et al. Keragaan Produktivitas

Kedelai Pada Agroekosistem Lahan Sawah Irigasi Teknis Dataran Rendah.

Jawa Timur.

Sumarwan U. 2002. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran. Ghalia Indonesia. Jakarta

Umar Husein. 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Jakarta (ID): Ghalia

Indonesia.

51

LAMPIRAN

Lampiran 1 Nilai Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) berdasarkan output SPSS 17

analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,675

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 339,477

Df 120

Sig. ,000

Lampiran 2 Tabel Output Anti Image Matrices berdasarkan output SPSS 17

analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih

Anti-image Covariance

52

Anti-image Correlation

53

Lampiran 3 Tabel Output Communalities berdasarkan output SPSS 17 analisis

faktor Penangkar benih Dewi Ratih

Communalities

Initial Extraction

VAR00001 1,000 ,522

VAR00002 1,000 ,748

VAR00003 1,000 ,437

VAR00004 1,000 ,779

VAR00005 1,000 ,350

VAR00006 1,000 ,578

VAR00007 1,000 ,750

VAR00008 1,000 ,510

VAR00009 1,000 ,775

VAR00010 1,000 ,790

VAR00011 1,000 ,773

VAR00012 1,000 ,587

VAR00013 1,000 ,523

VAR00014 1,000 ,648

VAR00015 1,000 ,566

VAR00016 1,000 ,717

Lampiran 4 Tabel Total Variance Explained berdasarkan output SPSS 17 analisis

faktor Penangkar Benih Dewi Ratih

54

Lampiran 5 Tabel Output Component Matrixa berdasarkan output SPSS 17

analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih

Component Matrixa

Component 1 2 3 4

VAR00001 ,400 ,429 -,421 ,030

VAR00002 ,711 -,251 ,424 ,014

VAR00003 ,430 -,433 -,070 ,242

VAR00004 ,670 -,377 ,428 -,072

VAR00005 ,418 ,366 -,047 -,196

VAR00006 ,427 ,491 ,173 -,352

VAR00007 ,736 -,060 -,434 ,128

VAR00008 ,488 -,179 -,438 ,219

VAR00009 ,697 -,450 ,009 -,294

VAR00010 ,713 -,462 ,202 -,166

VAR00011 ,579 ,077 -,635 ,165

VAR00012 ,472 ,161 ,376 ,444

VAR00013 ,453 ,478 ,164 ,250

VAR00014 -,479 -,182 ,315 ,536

VAR00015 ,472 ,425 ,204 ,348

VAR00016 ,337 ,690 ,326 -,149

Lampiran 6 Tabel Output Rotated Component Matrixa berdasarkan output SPSS

17 analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih

Rotated Component Matrixa

Component 1 2 3 4

VAR00001 -,164 ,543 ,402 ,198

VAR00002 ,787 ,037 ,100 ,342

VAR00003 ,478 ,359 -,270 ,075

VAR00004 ,855 -,007 ,066 ,210

VAR00005 ,073 ,190 ,520 ,193

VAR00006 ,117 -,031 ,706 ,254

VAR00007 ,334 ,769 ,160 ,143

VAR00008 ,223 ,673 -,070 ,046

VAR00009 ,798 ,288 ,189 -,143

VAR00010 ,865 ,176 ,097 ,025

VAR00011 ,062 ,857 ,162 ,086

VAR00012 ,278 ,055 -,031 ,711

VAR00013 ,025 ,155 ,294 ,642

VAR00014 -,187 -,352 -,667 ,212

VAR00015 ,069 ,160 ,200 ,704

VAR00016 -,043 -,152 ,652 ,516

55

Lampiran 7 Uji Reliabilitas Kuesioner

Correlations [DataSet0]

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.730 21

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.730 21

1

Lampiran 8 Hasil Uji Validitas Kuesioner

56

2

Lampiran 8 Hasil Uji Validitas Kuesioner (Lanjutan)

57

3

Lampiran 8 Hasil Uji Validitas Kuesioner (Lanjutan)

58

Lampiran 9 Dokumentasi penelitian

Lahan Kedelai Penangkar Dewi Ratih Pemilihan benih

Packaging Benih Kedelai Dewi Ratih

59

54

Lampiran 9 Dokumentasi penelitian (Lanjutan)

Lahan petani kedelai yang panen saat bukan musimnya

Lahan kedelai dengan sistem larikAliran air untuk tanam kedelai

Wawancara bersama petani di lahan kedelai

60

55

Lampiran 9 Dokumentasi penelitian (Lanjutan)

Label benih bersertifikat milik penangkar binaan pemerintah

61

56

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jember, Jawa Timur pada tanggal 22 September 1992 dari

pasangan Taufiqurrahman dan Husnawiyah yang merupakan putri ketiga dari empat

bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Kepatihan 2 Jember pada tahun

2004 dan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Jember pada tahun 2007.

Pada tahun 2010, penulis lulus dari SMA Negeri 2 Jember dan pada tahun yang sama

penulis lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru di Institut Pertanian Bogor melalui

jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Agribisnis,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama masa perkuliahan, penulis merupakan anggota Organisasi Mahasiswa

Daerah Ikatan Mahasiswa Jember di Bogor (IMJB), Badan Eksekutif Mahasiswa

Tingkat Persiapan Bersama (TPB), Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi

dan Manajemen (BEM FEM) di Departemen Budaya dan Seni, Anggota Himpunan

Mahasiswa Peminat Agribisnis, Pengurus Beswan KSE. Penulis pernah menjadi

Asisten Praktikum Dasar-dasar komunikasi pada tahun ajaran 2012/2013. Pada

Bulan Mei-Juni penulis pernah melaksanakan Praktik lapang dalam program

Gladikarya Departemen Agribisnis di Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor dengan

tema Pengembangan Komoditas Jambu Kristal. Penulis juga aktif dalam berbagai

kegiatan, kepanitiaan, perlombaan, seminar, menjadi moderator Talk Show, Master

of Ceremony formal maupun non Formal. Penulis pernah menjadi pengajar dalam

kegiatan Bina Desa HIPMA di Desa Cangkurawok tahun 2012-2013, Penanggung

Jawab Club Tari COAST FEM 2012. Selain itu, penulis juga pernah mendapat

penghargaan sebagai Harapan 1 Bisnis Idea Competition Sylvasari with Mandiri

TPB IPB 2011, Juara 1 lomba Repoter IPB Youth Journalist 2012 with RCTI Goes

to Campus, Juara 1 lomba tari Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011, Top Five

Finalist FEM Ambassador 2011, Juara 1 Lomba baca puisi Tingkat Mahasiswa

Forsia Islamic Festival 2011, Juara 1 Lomba Aerobic Group 5th Sportakuler 2011,

6th Sportakuler 2012, dan 7th Sportakuler 2013. Juara 1 Lomba Aerobic Group

Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) 2012, Juara 3 OMI 2013, dan Kembali Juara 1 di

OMI 2014. The best ten lomba baca Puisi Tingkat Institut Pertanian Bogor (IPB ART

Contest 2012), Nominasi Kelompok Terkreatif dalam Presentasi Bisnis

Communication Day Komunikasi Bisnis 2012, Nominasi Kelompok Tervavorit

dalam Presentasi Bisnis Communication Day Komunikasi Bisnis 2012.

62