Upload
lecong
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
PENGGUNAAN INFORMASI OLEH DOKTER LAYANAN PRIMER
DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN MEDIS
DI KOTA SURAKARTA
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pelayanan Profesi Kedokteran
Oleh
Andy Sulianto
S520908003
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PENGGUNAAN INFORMASI OLEH DOKTER LAYANAN
PRIMER DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN MEDIS DI KOTA SURAKARTA
Disusun oleh:
Andy Sulianto
S520908003
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, M.Sc, Ph.D ..................... ............ NIP. 19551021 199412 1 001
Pembimbing II Balgis, dr., M.Sc, CM-FM, AIFM ...................... ............ NIP. 19640714 199903 1 003
Mengetahui
Ketua Program Studi
Magister Kedokteran Keluarga
Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr., MM., M.Kes, PAK NIP. 19480313 197610 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PENGGUNAAN INFORMASI OLEH DOKTER LAYANAN
PRIMER DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN MEDIS DI KOTA SURAKARTA
Disusun oleh:
Andy Sulianto
S520908003
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Pada tanggal : 19 Februari 2010
Dewan Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr., MM., M.Kes, PAK NIP. 19480313 197610 1 001
..............................
Sekretaris Ruben Dharmawan, dr., Ir., Ph.D., SpParK, SpAk NIP. 19511120 198601 1 001
..............................
Anggota Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, M.Sc, Ph.D NIP. 19551021 199412 1 001
..............................
Balgis, dr., M.Sc, CM-FM, AIFM NIP. 19640714 199903 1 003
..............................
Mengetahui,
Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 22 Februari 2010
Ketua Program Studi
Magister Kedokteran Keluarga
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D
NIP. 19570820 198503 1 004
Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr., MM., M.Kes, PAK
NIP. 19480313 197610 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawan ini, peneliti :
Nama : Andy Sulianto
NIM : S520908003
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Penggunaan Informasi oleh Dokter Layanan Primer
dalam Mengambil Keputusan Medis di Kota Surakarta” adalah betul-betul karya
penulis sendiri. Hal-hal yang bukan merupakan karya penulis, dalam tesis tersebut
diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan penulis tidak benar, maka penulis
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang penulis
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Februari 2010
Yang membuat pernyataan,
Andy Sulianto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas karunia-
Nya tesis ini akhirnya dapat diselesaikan oleh penulis. Tesis yang disusun untuk
memenuhi persyaratan untuk mencapai derajat Magister Kedokteran Keluarga dengan
judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Penggunaan Informasi oleh
Dokter Layanan Primer dalam Mengambil Keputusan Medis di Kota Surakarta ini
dapat diselesaikan atas kasih dan berkat-Nya Yang Maha Baik dan juga atas bantuan
dari semua pihak.
Rasa hormat dan terima kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan
kepada pembimbing penulis yaitu beliau Bapak Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, M.Sc,
Ph.D, dan beliau Ibu Balgis, dr., M.Sc, CM-FM, AIFM, yang di sela-sela kesibukan
tidak kenal lelah dan waktu, senantiasa membimbing dan memberi dorongan
semangat serta nasehat kepada penulis.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Moch. Samsulhadi, dr.,
SpKJ(K) selaku Rektor UNS, Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D selaku Direktur
Program Pascasarjana UNS, dan Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr., MM., M.Kes, PAK
selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis mengikuti pendidikan untuk mencapai derajat Magister
Kedokteran Keluarga di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
Terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada guru-guru penulis
yang lain yakni segenap staf pengajar di Magister Kedokteran Keluarga Pascasarjana
UNS yang tidak bisa penulis sebutkan satu demi satu, atas ilmu, pengetahuan,
wawasan dan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan.
Rasa hormat dan sujud syukur dan terima kasih yang setinggi-tingginya
penulis sampaikan kepada kedua orang tua terkasih, Bapak Sumarno (almarhum) dan
Ibu Pinangsari yang telah memberikan dukungan, kasih sayang, dan kesabarannya
dalam membesarkan, membimbing, mendidik dan memberikan nasehat serta doa
yang tiada henti-hentinya.
Kepada istri tercinta, Lucia Sincu, penulis sampaikan rasa terima kasih dan
hormat atas kesediaannya mendampingi, memberikan dorongan dan motivasi kepada
penulis untuk menyelesaikan pendidikan ini dengan baik. Juga kepada Nonik kecil,
sang permata hati, Jessie Vania, untuk segala kesabaran dan pengertianmu di saat-
saat papah sedang sibuk.
Terima kasih penulis sampaikan pula kepada para staf pendukung di Bagian
Akademik Program Pascasarjana UNS, khususnya bagi Ibu Indri, untuk segala
bantuan dan dukungannya selama penulis menjalani pendidikan ini.
Kepada adik-adik mahasiswa Akademi Analis Kesehatan Nasional Surakarta,
yang telah membantu pelaksanaan pengumpulan data, penulis mengucapkan banyak
terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan sejawat rekan
dokter layanan primer yang telah bersedia menjadi responden penelitian, atas segala
bantuan dan kerjasamanya sehingga terwujud hasil penelitian ini. Penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya apabila ada sesuatu hal yang kurang berkenan selama
pengumpulan data penelitian ini.
Akhirnya, seperti kata pepatah, tiada gading yang tak retak, dengan segala
kerendahan hati penulis sangat menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna.
masih banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran sehingga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dokter layanan primer dalam memberikan pelayanan kesehatan yang lebih
baik kepada masyarakat.
Surakarta, Februari 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ...................................................... iii
PERNYATAAN ............................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii
ABSTRAK .................................................................................................... xiv
ABSTRACK ................................................................................................. xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Persepsi ........................................................................................... 7
B. Perilaku ............................................................................................ 7
C. Perilaku Penggunaan Informasi ....................................................... 21
D. Kerangka Berpikir ........................................................................... 30
E. Hipotesis .......................................................................................... 30
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................ 31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 31
C. Populasi dan Sampel ....................................................................... 31
D. Identifikasi Variabel Penelitian ...................................................... 32
E. Instrumen Penelitian......................................................................... 32
F. Definisi Operasional Variabel ......................................................... 33
G. Sumber Data ................................................................................... 35
H. Ijin Penelitian .................................................................................. 35
I. Analisis Data .................................................................................... 35
J. Alur Penelitian.................................................................................. 36
K. Desain Analisis Data ....................................................................... 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Uji Reliabilitas …………...……...………………………… 38
B. Hasil Penelitian ............................................................................... 39
C. Pembahasan ……………………………………………………… 49
D. Kelemahan Penelitian ……………………………………………. 54
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ...................................................................................... 55
B. Saran ................................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 57
LAMPIRAN .................................................................................................. 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Hasil Test-Retest Reliability Variabel-Variabel Penelitian ............. 39
Tabel 4.2 : Karakteristik Subyek Penelitian ...................................................... 40
Tabel 4.3 : Masalah dalam Praktek .................................................................. 42
Tabel 4.4 : Jenis Masalah yang Sering Dijumpai dalam Praktek ...................... 43
Tabel 4.5 : Perilaku Pencarian Informasi Medis ............................................... 44
Tabel 4.6 : Urutan Prioritas Pencarian Informasi oleh Dokter Layanan Primer
guna Mengambil Keputusan Medis ................................................
45
Tabel 4.7 : Penerapan Hasil Pencarian Informasi Guna Membantu Proses
Pengambilan Keputusan Medis.......................................................
46
Tabel 4.8 : Hambatan-hambatan yang Dijumpai dalam Upaya Pencarian
Informasi ........................................................................................
47
Tabel 4.9 : Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Pengaruh Lama Praktek,
Jumlah Pasien, Aktivitas Profesional dan Strata Akademik
terhadap Perilaku Menggunakan Informasi dari Situs Internet
Ilmiah ..............................................................................................
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Asumsi Determinan Perilaku Manusia ..................................... 9
Gambar 2 Technology Acceptance Model ................................................. 25
Gambar 3 Kerangka Berpikir ...................................................................... 30
Gambar 4 Alur Penelitian ........................................................................... 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penjelasan penelitian ............................................................... 60
Lampiran 2 Kuesioner penelitian ................................................................ 62
Lampiran 3 Ijin penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta ................ 66
Lampiran 4 Ijin penelitian dari IDI Cabang Kota Surakarta......................... 68
Lampiran 5 Data dasar hasil penelitian ........................................................ 70
Lampiran 6 Hasil pengolahan data (Uji Reliabilitas).................................... 80
Lampiran 7 Hasil pengolahan data (Uji Regresi Logistik) ........................... 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRAK
Andy Sulianto, S520908003. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Penggunaan Informasi oleh Dokter Layanan Primer dalam Mengambil Keputusan Medis di Kota Surakarta. Tesis: Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Latar belakang : Situs internet ilmiah bagi profesional medis adalah sumber informasi terpercaya yang seharusnya menjadi sumber informasi bagi dokter layanan primer. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi penggunaan informasi dari situs internet ilmiah, dan pengaruh lama praktek, jumlah pasien, aktivitas profesional sebagai dosen dan strata akademik terhadap perilaku mencari informasi menggunakan situs internet ilmiah . Metode : Dilakukan penelitian potong lintang untuk mengetahui pengaruh lama praktek, jumlah pasien, aktivitas profesional sebagai dosen dan strata akademik terhadap perilaku mencari informasi menggunakan situs internet ilmiah di Kota Surakarta pada bulan Desember 2009 sampai Januari 2010. Sampel diambil secara acak sederhana untuk memperoleh 80 dokter layanan primer. Pengolahan data dilakukan dengan SPSS 15 menggunakan model analisis regresi logistik ganda untuk mengetahui pengaruh keempat faktor tersebut terhadap perilaku mencari di situs internet ilmiah dengan OR sebagai ukuran hubungan dan CI 95%. Hasil : Sebanyak 61,3% dokter layanan primer menggunakan informasi dari situs internet ilmiah, tetapi hanya 8,8% yang memilihnya sebagai langkah pertama pencarian informasi. Analisis regresi logistik ganda menunjukkan faktor yang mempengaruhi perilaku penggunaan informasi dari situs internet ilmiah adalah lama praktek lebih dari 10 tahun dengan OR 0,280 (CI 95% 0,10 s.d. 0,80; p 0,017). Terdapat juga pengaruh jumlah pasien (OR 1,16; CI 95% 0,43 s.d. 3,08; p 0,772), aktivitas profesional sebagai tenaga pengajar (OR 2,22; CI 95% 0,79 s.d. 6,22; p 0,129) dan strata akademik (OR 1,21; CI 95% 0,34 s.d. 4,36; p 0,771) terhadap perilaku mencari di situs internet ilmiah, tetapi tidak signifikan. Simpulan : Penggunaan informasi dari situs internet ilmiah dilakukan oleh 61,3% dokter layanan primer. Lama praktek berpengaruh terhadap perilaku mencari informasi menggunakan situs internet ilmiah. Kata kunci : lama praktek, situs internet ilmiah, perilaku pencarian informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRACT
Andy Sulianto, S520908003. 2010. Factors affecting information-seeking behaviour by primary-care physicians in making medical decision in Surakarta. Thesis: Master Program in Family Medicine, Post-Graduate Program, Sebelas Maret University. Background : The medical-professional internet sites are reliable sources of information that should be used by primary-care physicians to make a medical decision. The objective of this study is to determine the prevalence of using these sites by primary-care physicians, and the effect of length of practice, number of patients, professional activities as a lecturer and academic degree on information-seeking behaviour using medical-professional internet sites. Methods : A cross-sectional study was carried out to examine the effect of length of practice, number of patients, professional activities as a lecturer and academic degree on information-seeking behaviour on the use of medical-professional internet sites in Surakarta. The study was conducted from December 2009 to January 2010. Simple random sampling was employed to obtain a sample of 80 primary-care physicians. Data were analysed on SPSS 15 by multiple logistic regression model with OR as the effect measure and its 95% confidence interval. Results : Sixty-one point three percents primary-care physicians used medical-professional internet sites as a source of information, but only 8,8% chose it as the first step in seeking information. Multiple logistic regression analysis showed the OR of the length of practice more than 10 years was 0,28 (95% CI 0,10 to 0,80). There were also the effect of number of patients (OR 1,16; CI 95% 0,43 s.d. 3,08; p 0,772), professional activities as a lecturer (OR 2,22; CI 95% 0,79 s.d. 6,22; p 0,129) and academic degree (OR 1,21; CI 95% 0,34 s.d. 4,36; p 0,771) on information-seeking behaviour on medical-professional internet sites, but not significant. Conclusion : Information-seeking behaviour among primary-care physicians on medical-professional internet sites was 61,3%. There was the effect of length of practice on information-seeking behaviour. Keywords : length of practice, medical-professional internet sites, information-seeking behaviour
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebutuhan profesi dokter akan informasi terus bermunculan dalam praktek
melayani pasien sehari-hari (Hung dkk, 2008). Adanya kesenjangan informasi
yang dipunyai dokter dengan informasi terkini dan terbaik yang tersedia akan
mempengaruhi proses pengambilan keputusan medis yang terbaik bagi pasien
(Hung dkk, 2008). Dokter tidak akan dapat melakukan praktek dengan standar
tinggi tanpa secara berkala dan terus-menerus memperbarui ilmu dan pengetahuan
klinisnya (Gonzales, 2007). Dokter yang berpengalaman dapat menggunakan
hingga dua juta potongan informasi dalam memeriksa dan mengobati pasiennya,
yang mana kebanyakan informasi ini berasal dari ingatan, pengetahuan atau
pengalaman mereka dahulu, yang beberapa sudah ketinggalan jaman atau sudah
tidak tepat dan relevan lagi (Dwiprahasto, 2008; Gonzales, 2007).
Hal sama juga berlaku bagi dokter layanan primer (primary care
physician) atau dokter praktek umum yang tidak mengetahui segalanya (Coumou,
2006). Meski akrab dengan sekitar 400 penyakit yang lazim dijumpai di praktek,
dokter layanan primer sering tidak siap bilamana menemui sebuah kasus yang
jarang terjadi, masalah atau keluhan yang bersifat spesialistik dan perkembangan
ilmu dan tehnologi kedokteran yang demikian pesat (Coumou, 2006). Dengan
lebih dari 500 topik klinis dalam setahun, kebutuhan informasi seorang dokter
layanan primer lebih luas dari kebutuhan informasi dokter spesialis (Gonzales,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
2007; Bennett, 2005). Walau demikian, dokter layanan primer tetap berharap
dapat mengikuti bukti-bukti klinis terkini demi diri mereka sendiri, demi pasien
mereka dan demi komunikasi dengan rekan sejawat (Coumou, 2006).
Dalam menetapkan jenis intervensi pengobatan, selain pengetahuan yang
dipunyainya, seorang dokter umumnya menggunakan pendekatan abdikasi
(didasarkan rekomendasi dari dokter senior atau dokter ahli) dan pendekatan
induksi (didasarkan pengalaman diri sendiri). Hal ini bukannya keliru tetapi
berbagai penelitian membuktikan bahwa pendekatan abdikasi dan induksi
tidaklah selalu memberikan hasil terbaik bagi pasien (Dwiprahasto, 2008).
Terdapat kesepakatan umum bahwa para dokter, untuk tetap memperoleh ilmu
kedokteran terkini beserta perkembangannya, harus lebih memanfaatkan jurnal
dan literatur ilmiah, namun bukti menunjukkan bahwa hanya sedikit dokter yang
memanfaatkan jurnal ini untuk memenuhi kebutuhan informasi medis yang
diperlukan (Gorman dkk, 1993). Poisson dan Wiliamson (1986) menemukan
bahwa tidak lebih dari 8-10 persen dokter yang mengaku memanfaatkan jurnal
dan literatur ilmiah ini. Sebaliknya para dokter ini, bila menjumpai masalah yang
tidak bisa dijawab, mereka lebih sering bertanya atau berdiskusi dengan sejawat
dokter, atau mencarinya di buku-buku teks, jurnal dan literatur ilmiah (Coumou,
2006; Gorman dkk, 1993).
Penelitian tentang bagaimana para dokter mencari informasi ini
menunjukkan bahwa secara intuitif dokter membandingkan sumber-sumber
informasi yang potensial dan memilih sumber informasi yang memberikan
manfaat potensial terbesar, khususnya dalam hal waktu, usaha dan biaya (Gorman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dkk, 1993). Selain ketiga faktor waktu, usaha dan biaya, penentu lain yang juga
berpengaruh adalah ketersediaan informasi tersebut dan penerapan klinisnya.
Selain faktor waktu terbatas yang lazim dimiliki para dokter, kesulitan atau
hambatan lain dalam mencari informasi medis dari jurnal atau literatur cetak
adalah banyaknya materi-materi yang tidak relevan, kesulitan mencari kata kunci
yang tepat, indeks-indeks yang tidak efisien di banyak buku dan jurnal, serta
buruknya pengaturan buku jurnal di tempat praktek (Coumou, 2006).
Kemajuan tehnologi informasi turut membantu dunia kedokteran. Sebagai
sumber informasi global, internet menyediakan banyak pilihan dalam mencari
informasi medis (Bennett dkk, 2005). Selain situs internet yang menyediakan
informasi medis untuk kalangan awam (situs internet populer), ada situs yang
dikhususkan bagi kalangan profesional medis (situs internet ilmiah). Namun
demikian, meski situs-situs informasi kesehatan tersebut berkembang sangat
pesat, dan para dokter juga menganggap internet sebagai satu sumber informasi
yang penting, hambatan penggunaan internet juga tinggi (Hung dkk, 2008).
Pengalaman dokter akan terus-menerus diperbarui dan berkembang seiring
dengan semakin lamanya dokter melakukan praktek klinis dan semakin
banyaknya jumlah pasien yang berarti pula semakin sering dokter menghadapi
kasus-kasus klinik yang beraneka ragam. Ini dengan catatan, dokter dalam
menghadapi setiap permasalahan medis berupaya mencari jawaban atau
penyelesaiannya. Karena itu sangat mungkin dokter yang berpraktek lebih lama
dan mempunyai pasien lebih banyak akan berperilaku berbeda dalam mencari
informasi medis yang diperlukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Pengetahuan yang dimiliki dokter, dalam hal ini dokter layanan primer,
juga bertambah luas sejalan dengan semakin tingginya tingkat pendidikan dokter.
Dokter layanan primer yang telah menyelesaikan pendidikan akademik strata dua
tentu memiliki wawasan dan pengetahuan yang berbeda dari dokter yang
berpendidikan akademik strata satu, sehingga diduga mempunyai perilaku berbeda
pula dalam mencari informasi yang diperlukan guna mengambil keputusan medis.
Selain melakukan praktek klinis, banyak dokter yang juga memiliki
aktivitas profesional lain sebagai tenaga pengajar atau dosen di institusi-institusi
pendidikan. Sebagai tenaga pengajar, sangat penting memberikan materi belajar
yang benar dan terkini, sesuai dengan perkembangan ilmu kedokteran. Maka
tuntutan yang muncul dari aktivitas sebagai tenaga pengajar ini adalah agar dokter
selalu juga mengikuti perkembangan ilmu kedokteran, yang berarti dokter harus
aktif dan terus-menerus belajar dan mencari informasi guna memperkaya
pengetahuannya. Dokter yang juga memiliki aktivitas profesional lain sebagai
tenaga pengajar, diduga berbeda perilakunya dalam mencari informasi medis
dengan dokter yang tidak berprofesi sebagai tenaga pengajar.
Di Kota Surakarta, sejauh penulis ketahui, belum diketahui bagaimana
perilaku penggunaan informasi pada dokter layanan primer guna mengambil
keputusan medis, terutama pada dokter yang telah lama praktek, yang memiliki
banyak pasien, yang berprofesi sebagai tenaga pengajar dan yang memiliki strata
pendidikan akademik lebih tinggi. Karena itu, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui gambaran dan pengaruh faktor-faktor tersebut di atas terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
perilaku penggunaan informasi oleh dokter layanan primer dalam mengambil
keputusan medis.
B. Rumusan Masalah
Apakah lama praktek, jumlah pasien, aktivitas profesional sebagai tenaga pengajar
dan strata akademik berpengaruh terhadap perilaku penggunaan informasi oleh
dokter layanan primer dalam mengambil keputusan medis?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penggunaan informasi
oleh dokter layanan primer dalam mengambil keputusan medis.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengaruh lama praktek terhadap perilaku penggunaan informasi
oleh dokter layanan primer dalam mengambil keputusan medis
b. Mengetahui pengaruh jumlah pasien terhadap perilaku penggunaan
informasi oleh dokter layanan primer dalam mengambil keputusan medis
c. Mengetahui pengaruh aktivitas profesional dokter sebagai tenaga pengajar
terhadap perilaku penggunaan informasi oleh dokter layanan primer dalam
mengambil keputusan medis
d. Mengetahui pengaruh strata akademik pendidikan dokter terhadap perilaku
penggunaan informasi oleh dokter layanan primer dalam mengambil
keputusan medis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh faktor lama
praktek, jumlah pasien, aktivitas profesional dan strata akademik dokter
terhadap perilaku penggunaan informasi oleh dokter layanan primer dalam
mengambil keputusan medis
2. Manfaat Praktis
a. Mengetahui prevalensi dan gambaran bagaimana dokter layanan primer
mencari informasi dan menggunakannya guna mengambil sebuah
keputusan medis
b. Mengetahui hambatan-hambatan yang mungkin ada yang menghalangi
dokter layanan primer dalam mencari informasi dari sumber terbaik guna
mengambil sebuah keputusan medis.
c. Sebagai satu dasar pengambilan kebijakan oleh para pemangku
kepentingan guna mendorong dokter layanan primer mencari informasi
dari sumber yang paling berkualitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persepsi
Persepsi dalam psikologi didefinisikan sebagai suatu proses di mana
organisme mengumpulkan, menginterpretasikan dan mengorganisasikan sensasi
untuk memperoleh pengalaman yang berarti tentang sekitarnya (Clarke, 2009;
Hugh, 2002). Sensasi umumnya merujuk ke hasil stimulasi sensoris organ-organ
indera (terutama mata dan telinga) yang bersifat segera dan belum terproses
(masih mentah), sedangkan persepsi lebih ke arah bagaimana seorang mengenali
dan mengartikan dunia sekitarnya (Clarke, 2009). Proses persepsi memungkinkan
kita mengenali hasil panca indera sebagai sebuah obyek, orang maupun kejadian
(Hugh, 2002). Pada proses persepsi mutlak dibutuhkan kognisi, yaitu sekelompok
aktivitas mental yang berupa berpikir, memahami dan mengingat. Maka dari itu
pengetahuan dan pengalaman adalah faktor yang sangat penting, karena berdasar
kedua hal tersebut seorang dapat menganalisa hasil-hasil sensoris panca indera
(Hugh, 2002).
B. Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme. Perilaku manusia pada dasarnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu
sendiri, oleh karena itu bentangan perilaku manusia sangat luas, bisa mencakup
semua hal, termasuk berjalan, berbicara, berpakaian, dan lain sebagainya. Bahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
kegiatan-kegiatan internal seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan
bentuk perilaku manusia (Notoatmodjo, 2003).
Faktor penentu atau determinan perilaku sulit untuk dibatasi karena
perilaku merupakan resultante dari berbagai faktor, baik internal dan eksternal.
Faktor internal misalnya adalah kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, dan mosi.
Faktor eksternal adalah obyek, orang, kelompok dan hasil-hasil kebudayaan yang
dijadikan sasaran dalam mewujudkan perilaku (Notoatmodjo, 2003).
Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yakni
aspek fisik, psikis dan sosial. Akan tetapi batas antara tiga aspek tersebut sulit
ditarik batasnya dengan tegas. Secara lebih terinci, perilaku manusia sebenarnya
merupakan refleksi dari berbagai gejala psikologis, seperti pengetahuan,
keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2003).
Namun pada kenyataannya sulit dibedakan atau diketahui gejala psikologis
mana yang menentukan perilaku seseorang. Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala
psikologis tersebut juga ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor lain
seperti pengalaman, keyakinan, sosial budaya masyarakat, dan lain sebagainya.
Proses terbentuknya perilaku menurut Notoatmodjo (2003) digambarkan pada
Gambar 1 di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
WHO (dikutip oleh Notoatmodjo, 2003) menganalisis ada empat faktor
yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu.
a. pemikiran dan perasaan (thought and feeling)
Pemikiran dan perasaan dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap
(menggambarkan suka atau rasa tidak suka terhadap suatu obyek, yang
bisa diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain), kepercayaan-
kepercayaan dan penilaian-penilaian seseorang terhadap obyek tertentu.
b. personal reference, adalah berdasar kata atau pendapat orang lain,
terutama yang memiliki otoritas tertentu, seperti orang tua, tokoh
masyarakat, pakar atau ahli di sebuah bidang keilmuan.
c. resources, mencakup semua hal yang bisa mendukung terjadinya perilaku
seseorang, termasuk di sini adalah waktu, uang atau biaya, tenaga, sarana
dan prasarana pendukung, dan sebagainya
d. cultures atau kebudayaan adalah perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai
dan penggunaan sumber-sumber daya dalam masyarakat yang
menghasilkan sebuah pola hidup. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu
yang lama akibat dari kehidupan bersama suatu masyarakat, yang akan
Pengalaman Keyakinan Fasilitas Sosial budaya
Pengetahuan Persepsi Sikap Keinginan Kehendak Motivasi Niat
PERILAKU
Gambar 1. Asumsi Determinan Perilaku Manusia (Notoatmodjo, 2003)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
senantiasa berubah, lambat atau cepat sesuai dengan perkembangan
peradaban manusia.
Lawrence Green membagi faktor-faktor yang mempengaruhi bagaimana
seseorang melakukan perilaku tertentu menjadi tiga, yakni apa yang disebut faktor
predisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor) dan faktor
penguat (reinforcing factor). Meski pada mulanya konsep ini diterapkan pada
bidang kesehatan masyarakat, banyak ahli mencoba menerapkannya pada bidang-
bidang ilmu lain (Notoatmodjo, 2003; Mercer, 2009).
1. Faktor Predisposisi
Didefinisikan sebagai faktor yang mencetuskan efek sebelum sebuah
tindakan dilakukan, dengan mengubah motivasi seseorang untuk melakukan
tindakan khusus tersebut. Faktor ini umumnya berada dalam bidang kajian
psikologi, seperti pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), keyakinan atau
kepercayaan (belief), nilai-nilai (value), efikasi diri (self-efficacy), tujuan atau
maksud berperilaku (behavioral intention), dan keterampilan yang telah ada atau
dipunyai (existing skill) (Green dan Mercer, 2009).
Macam-macam faktor predisposisi diutarakan di bawah ini: (Green dan
Mercer, 2009; Notoatmodjo, 2003)
a. Awareness and knowledge (kesadaran dan pengetahuan). Pengetahuan
memang penting sebagai dasar orang berperilaku, tetapi biasanya tidak
selalu menjadi penyebab utama perubahan perilaku. Yang umumnya
menggerakkan orang ialah adanya rasa kesadaran bahwa ada sesuatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
yang tidak diketahui, bahwa harus ada sebuah kebutuhan (need)
sebelum tindakan dilakukan. Namun demikian, perilaku tidak akan
terjadi apabila tidak ada tanda kuat yang memicu motivasi bertindak
berdasar pengetahuan yang dimiliki, dan bahwa perilaku ini mungkin
juga tidak akan terlaksana tanpa dukungan faktor pemungkin berupa
ketrampilan-ketrampilan baru atau ketersediaan berbagai sumber daya
yang diperlukan.
b. Belief (keyakinan dan kepercayaan). Adalah pemikiran bahwa sesuatu
hal benar atau nyata. Dalam berperilaku, orang sedikit banyak akan
dipengaruhi oleh apa yang diyakini dan dipercayainya, yang mungkin
diperolehnya dari pengalamannya.
c. Values (nilai-nilai). Adalah latar belakang moral dan etik yang
digunakan orang dalam melakukan sesuatu. Nilai-nilai ini menentukan
bagaimana orang mempertimbangkan berbagai tindakan atau perilaku
sebagai hal yang benar atau hal yang salah.
d. Attitude (sikap). Sikap adalah sebuah perasaan yang relatif tetap, yang
diarahkan langsung ke sesuatu yang selalu mengandung aspek
evaluasi. Sikap ini dapat dikategorikan menjadi sikap positif dan
negatif. Sikap berbeda dari nilai, karena sikap mengarah langsung ke
orang, subyek atau tindakan tertentu. Sikap berbeda dengan keyakinan
atau kepercayaan, karena sikap selalu melingkupi dimensi evaluasi dari
apa yang dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
e. Self-efficacy and cognitive learning theory (efikasi diri dan teori
belajar kognitif). Mengetahui bagaimana perilaku tertentu bisa
bermanfaat atau tidak bermanfaat adalah prasyarat untuk dapat
melaksanakan dan terus-menerus mempertahankan perilaku yang
bermanfaat tersebut. Teori kognisi sosial (social cognitive theory)
mempostulasikan sejumlah prinsip di mana proses belajar diperoleh
dan dilakukan. Satu syarat penting dalam mempertahankan sebuah
perilaku yang menguntungkan adalah adanya efikasi diri, yakni
persepsi orang seberapa berhasil ia dalam melaksanakan perilaku
tertentu tersebut nantinya. Konsep ini berperan penting dalam perilaku
yang bersifat adiktif dan kompulsif yang mudah sekali terulang.
f. Behavioral Intention (intensi atau tujuan berperilaku). Adalah sebuah
konsep di mana orang dalam berperilaku tertentu sebagai akibat
langsung dari kecenderungan (intention) untuk melakukan perilaku itu.
Konsep ini mengasumsikan bahwa semua variabel lain yang
mempengaruhi perilaku juga mempengaruhi tujuan berperilaku.
g. Existing skills (keterampilan yang telah ada atau yang dipunyai). Bila
seseorang tidak punya ketrampilan yang diperlukan guna melakukan
sebuah tindakan, maka dia tentu tidak akan berminat melakukan
tindakan tersebut. Ini berarti ketrampilan yang dipunyai menjadi faktor
predisposisi. Sebaliknya bila orang tidak mempunyai ketrampilan yang
diperlukan tetapi ia mau mempelajarinya, maka ketrampilan dalam
konteks ini berubah menjadi faktor pemungkin (enabling factor).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2. Faktor Pemungkin
Faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang membuat sebuah tindakan
menjadi mungkin atau lebih mudah dilakukan. Faktor pemungkin ini meliputi
ketersediaan sumber daya (resources), lingkungan (environment), dukungan sosial
(social support) dan keterampilan (skill) yang memfasilitasi dilakukannya suatu
tindakan (Green dan Mercer, 2009).
Macam-macam faktor yang termasuk dalam faktor pemungkin adalah:
(Mercer, 2009; Notoatmodjo, 2003)
a. Skill (ketrampilan). Seorang memerlukan sejumlah ketrampilan dalam
melaksanakan sebuah tindakan agar berhasil baik. Seperti telah
dijelaskan di atas, ketrampilan yang telah dipunyai bisa menjadi faktor
predisposisi sejauh orang itu termotivasi olehnya. Di sisi lain,
ketrampilan yang masih perlu dikembangkan lebih lanjut dianggap
sebagai faktor pemungkin. (Mercer, 2009) Ketrampilan dalam upaya
mencari informasi misalnya adalah mampu menggunakan komputer
dan internet, mampu mengubah keluhan pasien dan dugaan klinis
menjadi kalimat tanya sebagai kata kunci pencarian.
b. Resources (sumber daya). Dalam pencarian informasi medis
menggunakan situs internet ilmiah, ketersediaan sumber daya sarana
dan prasarana menjadi faktor yang sangat penting. Agar
berkesinambungan, sumber daya ini harus selalu tersedia (available),
mudah diakses (accesibility) dan terjangkau biayanya (affordable).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
c. Community and Environmental Conditions (Dukungan Masyarakat dan
Lingkungan). Melakukan tindakan tertentu kadang lebih mudah bila
kondisi lingkungan mendukung. Dalam konteks mencari informasi
medis, keberadaan perkumpulan atau organisasi yang mendukung tentu
akan memudahkan dokter memperoleh informasi, atau mudah beralih
ke alternatif sumber lain apabila dari satu sumber tidak tersedia.
3. Faktor Penguat
Faktor-faktor dalam faktor penguat ini umumnya muncul setelah sebuah
tindakan dilakukan, berupa “hadiah” atau insentif, yang berperan membuat orang
mengulangi atau mempertahankan perilakunya tersebut. Yang termasuk dalam
faktor penguat ini misalnya dukungan sosial, kepuasan diri, pelatihan-pelatihan,
kemudahan-kemudahan komunikasi, dan lain sebagainya (sesuai dengan
Notoatmodjo, 2003).
Skinner (1938), dikutip oleh Notoatmodjo (2003), mengemukakan bahwa
perilaku merupakan hasil hubungan antara stimulus (rangsangan) dan respon
(tanggapan). Ia membedakan dua macam respon :
a. Respondent response atau reflexive response, yaitu respon yang
ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan
semacam ini disebut eliciting stimuli karena menimbulkan respon-
respon yang relatif tetap, misalnya makanan lezat akan menimbulkan
keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan menyebabkan mata tertutup,
dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Respondent response ini juga mencakup emosi respon atau emotional
behaviour, yaitu yang timbul karena adanya hal yang tidak
mengenakkan atau sebaliknya karena ada hal yang menyenangkan.
b. Operant response atau instrumental response, adalah respon yang
timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu.
Perangsangan semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer,
karena perangsangan ini akan memperkuat respon yang telah dilakukan
sehingga respon selanjutnya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi.
Dalam kehidupan sehari-hari, respondent response sangat terbatas
keberadaannya pada manusia, mengingat hubungan yang telah pasti antara
stimulus dan respon membuatnya sulit untuk diubah. Sedangkan operant response
merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia, dan kemungkinan
modifikasinya sangat besar (Notoatmojo, 2003).
Untuk membentuk jenis perilaku perlu diciptakan adanya kondisi tertentu
yang disebut operant conditioning, yang menurut Skinner sebagaimana dikutip
Notoatmodjo (2003) adalah sebagai berikut:
a. melakukan identifikasi tentang hal-hal yang menjadi penguat berupa
hadiah atau insentif bagi perilaku yang akan dilakukan
b. melakukan analisis untuk identifikasi komponen-komponen kecil yang
membentuk perilaku yang dikehendaki. Lalu komponen ini disusun
dalam urutan yang tepat menuju terbentuknya perilaku dimaksud
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
c. dengan menggunakan secara urut komponen-komponen tersebut
sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau insentif
untuk tiap-tiap komponen
d. melakukan pembentukan perilaku dengan memakai urutan komponen
yang telah tersusun, bertahap mulai dari yang pertama.
Karena perilaku manusia sangat kompleks dan memiliki ruang lingkup
yang amat luas, Benyamin Bloom (1908), dikutip oleh Notoatmodjo (2003)
membagi perilaku dalam 3 domain, yakni kognitif (knowledge), afektif (attitude)
dan psikomotor (practice).
Terbentuknya suatu perilaku baru dimulai pada domain kognitif, dalam arti
subyek (orang) tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau
obyek di luarnya. Kemudian ini menimbulkan pengetahuan baru dalam diri
subyek, yang selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subyek
terhadap obyek yang diketahui tersebut (afektif). Akhirnya rangsangan (obyek)
yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya itu akan menimbulkan respon lebih
jauh berupa tindakan atau aksi yang berhubungan dengan stimulus atau obyek tadi
(psikomotor). Namun dalam kenyataannya, orang dapat bertindak atau berperilaku
baru tanpa harus mengetahui terlebih dahulu makna stimulus yang diterimanya
(Notoatmodjo, 2003).
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil “tahu”, yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
terjadi melalui panca indera manusia, yang sebagian besar melalui indera
penglihatan dan indera pendengaran.
Pengetahuan ini merupakan domain yang sangat penting dalam
terbentuknya tindakan seseorang, karena ternyata perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Sebelum orang mengadopsi sebuah perilaku baru, dalam diri orang
itu terjadi proses sebagai berikut: (Notoatmodjo, 2003)
1) awareness (kesadaran), di mana orang ini menyadari atau mengetahui
terlebih dahulu keberadaan stimulus
2) interest, merasa tertarik terhadap stimulus. Pada tahap ini sudah mulai
muncul sikap.
3) evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus
tersebut baginya. Ini menandakan sikapnya sudah lebih baik lagi.
4) trial, di mana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dikehendaki stimulus
5) adoption, di mana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif ini mempunyai 6
tingkat sebagai berikut: (Notoatmodjo, 2003)
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam tingkat pengetahuan ini adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. “Tahu” adalah
tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikannya secara benar
juga. Orang yang telah paham akan dapat menjelaskan dan
menyimpulkan materi yang dipunyainya.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan atau menerapkan
materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya.
4) Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau obyek ke dalam
komponen-komponen, namun masih dalam satu struktur dan terkait
satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
kata-kata seperti “menggambarkan”, “membedakan”, “memisahkan”,
“mengelompokkan”, dan sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada kemampuan meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis
adalah kemampuan menyusun sebuah formulasi baru dari sejumlah
formulasi yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian ini
berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau dengan kriteria-
kriteria yang telah ada.
b. sikap (attitude)
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap sebuah stimulus atau obyek. Sikap tidak dapat langsung dilihat,
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan
untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu, atau
dengan kata lain, sikap bukanlah sebuah tindakan, melainkan predisposisi
dari tindakan atau perilaku (Notoatmodjo, 2003).
Allport (1954), dikutip oleh Notoatmodjo (2003), menerangkan
bahwa terdapat 3 komponen utama sikap, yaitu :
· kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu obyek
· kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek
· kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh (total attitude). Dalam konsep sikap yang utuh ini, pengetahuan,
berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Seperti halnya dengan pengetahuan di atas, terdapat beberapa
tingkatan sikap, yakni: (Notoatmodjo, 2003)
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
2) Merespon (responding)
Contoh dari sikap merespon ini adalah menjawab apabila ditanya,
menyelesaikan tugas yang diberikan, dan lain-lain.
3) Menghargai (valuing)
Indikasi sikap pada tingkat ini adalah mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu tugas atau masalah.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Contohnya adalah bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya sendiri.
c. Praktek (practice)
Sebuah sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan.
Untuk membantu mewujudkan sikap menjadi tindakan atau praktek
diperlukan faktor pendukung seperti fasilitas sarana dan prasarana.
Tahap praktek ini juga dibagi menjadi beberapa tingkatan sebagai
berikut: (Notoatmodjo, 2003)
1) Persepsi (perception)
Persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) Respon terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar adalah contoh
tindakan pada tahap kedua ini.
3) Mekanisme (mechanism)
Tahap ini tercapai apabila orang telah dapat melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis dan telah menjadi kebiasaan.
4) Adaptasi (adaptation)
Adaptasi adalah suatu tindakan atau perilaku yang sudah berjalan dan
berkembang dengan baik, di mana dimungkinkan juga adanya
modifikasi terhadap perilaku itu tanpa mengurangi kebenarannya.
C. Perilaku Penggunaan Informasi Guna Mengambil Keputusan Medis
Dari sudut pandang psikologi kognitif, pencarian informasi guna
menjawab sebuah masalah adalah titik tengah suatu proses yang dinamis dan
multidimensional, yang diawali dari pengakuan adanya masalah yang tak terjawab
dan diakhiri dengan penyelesaian masalah itu (Haug, 1997).
Wilson (1999), dikutip oleh Hung dkk (2009) membedakan perilaku ber-
informasi (information behaviour) dengan pencarian informasi (information
seeking). Perilaku berinformasi adalah sebuah aktivitas yang dilakukan dalam
upaya mengidentifikasi kebutuhan akan informasi, melakukan pencarian
informasi dengan segala cara yang mungkin dan tersedia, dan menggunakan
informasi tersebut. Pencarian informasi adalah sejumlah metode atau cara yang
digunakan untuk menemukan dan memperoleh akses terhadap sumber-sumber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
penyedia informasi (Hung dkk, 2008).
Spencer (2006) berpendapat bahwa dalam situasi tertentu, orang seringkali
tidak tahu apa yang mereka butuhkan supaya menjadi tahu. Ia mengelompokkan
empat cara orang mencari informasi sebagai berikut :
1. Tahu (known item)
Mencari informasi pada tahap ini adalah yang paling mudah untuk
dipahami. Orang tahu apa yang mereka butuhkan dan tahu di mana
harus mencari atau mulai mencari. Pada umumnya, orang sudah puas
dengan hasil yang pertama diperoleh (meski tidak selalu demikian)
2. Eksplorasi (exploration)
Pada cara ini, orang mempunyai gagasan atau ide tentang apa yang
mereka perlu ketahui. Namun mereka mungkin tidak tahu bagaimana
menerjemahkannya untuk menjadi suatu awal pencarian. Mereka tidak
tahu di mana harus memulai, tetapi mereka akan segera tahu apabila
sudah menemukan jawabannya, meski juga mereka tidak tahu apakah
mereka telah mempunyai cukup informasi yang diperlukan.
3. Tidak tahu apa yang perlu diketahui (don’t know what you need to know)
Dalam konsep ini, orang kadang tidak tahu persis apa yang sebenarnya
mereka cari atau yang perlu untuk diketahui. Tidak ada latar belakang
pengetahuan atau informasi yang seharusnya mereka punyai. Mereka
berpikir bahwa mereka hanya membutuhkan satu hal saja, tetapi terus
muncul hal-hal berikutnya yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
4. Menemukan kembali (re-finding)
Pada tahap ini, orang mencari informasi tentang apa yang sebelumnya
telah mereka lihat, mereka ingat atau mereka ketahui. Mereka tahu
persis harus mencari di mana, atau setidaknya memiliki sedikit gagasan
tentangnya.
Dewasa ini, kebutuhan akan informasi yang cepat dan akurat sudah
menjadi satu kebutuhan yang utama bagi setiap orang. Mekanisme beserta sarana
dan prasarana yang mendukung pencarian dan penyampaian informasi tersebut
perlu senantiasa diupayakan untuk menjadi semakin baik. Oleh karena itu
perkembangan tehnologi komunikasi dan informasi yang amat pesat dibanding
perkembangan bidang tehnologi lain juga perlu dimanfaatkan oleh dunia medis
guna membantu dalam proses pencarian dan penggunaan informasi (Kusumadewi,
dkk, 2009).
Di sisi lain, perkembangan di dunia medis juga tak kalah pesat.
Pengetahuan di bidang medis telah berkembang secara eksponensial dalam
beberapa tahun terakhir ini. Hal ini menyebabkan banyaknya informasi yang harus
diterima oleh para dokter, hingga dua juta potongan informasi (Kusumadewi, dkk,
2009; Gonzales, 2007). Aplikasi tehnologi komunikasi dan informasi yang
dikembangkan di dunia medis antara lain adalah sistem informasi medis, yang
diharapkan mampu memenuhi kebutuhan para praktisi medis dalam memberikan
pelayanan dan perawatan kesehatan seoptimal mungkin (Kusumadewi, dkk,
2009). Sistem informasi semacam ini haruslah mampu memberikan informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
yang akurat, tepat waktu dan relevan (Kusumadewi, dkk, 2009). Akurat berarti
informasi tidak mengandung kesalahan, bias atau menyesatkan. Tepat waktu
berarti informasi diterima tepat pada waktunya atau tidak terlambat. Relevan
berarti informasi harus memberikan manfaat bagi para pemakainya (Kusumadewi,
dkk, 2009). Karena itu menguasai tehnologi dan menggunakannya dengan trampil
menjadi sangat penting bagi seorang dokter (Bennett dkk, 2005).
Davis (1989), dikutip oleh Kusumadewi dkk (2009), mengembangkan
teori TAM (Technology Acceptance Model) yang mulanya ditujukan untuk
menjelaskan perilaku penggunaan komputer dan internet. TAM ini dikembangkan
dari Theory of Reasoned Action (TRA) dari Ajzen dan Fishbein (1980) yang
masih bersifat umum. TRA dirancang untuk menjelaskan perilaku manusia yang
terdiri dari dua faktor yang mempengaruhi intensi perilaku, yakni sikap (attitude)
terhadap perilaku dan norma subyektif (subjective norm). Sikap didefinisikan
sebagai perasaan atau penilaian positif atau negatif seseorang terhadap sebuah
perilaku. Norma subyektif adalah persepsi seseorang terhadap tekanan sosial
untuk melakukan sebuah perilaku (Kusumadewi, dkk, 2009).
TAM terdiri dari dua bangunan, yaitu kemudahan penggunaan yang
dirasakan (perceived ease of use) dan manfaat yang dirasakan (perceived
usefulness), yang keduanya ini menentukan intensi perilaku (behavioral intention)
seseorang untuk menggunakan sebuah tehnologi. Intensi perilaku adalah ukuran
seberapa besar keinginan seseorang untuk melakukan sebuah tindakan tertentu
(Kusumadewi, dkk, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Dalam model TAM ini ditunjukkan bahwa manfaat yang dirasakan akan
dipengaruhi oleh kemudahan penggunaan yang dirasakan, karena jika kondisi
yang lain tetap, jika semakin mudah sebuah tehnologi digunakan, maka tehnologi
tersebut akan dirasa semakin bermanfaat (Kusumadewi, dkk, 2009).
Model TAM juga mengasumsikan adanya efek variabel eksternal terhadap
intensi perilaku yang diperantarai oleh manfaat yang dirasakan dan kemudahan
yang dirasakan. Variabel eksternal ini bisa berupa karakteristik rancangan sistem,
pelatihan-pelatihan, dokumentasi, karakteristik pengambil keputusan yang
mungkin mempengaruhi penggunaan. Menurut Legris dkk (2003), variabel
eksternal bisa pula berwujud jender, pengalaman, dukungan transisi dan norma
subyektif (Kusumadewi, dkk, 2009).
Proses penggunaan sistem informasi yang berbasis komputer dan internet,
dalam penelitian terhadap para perawat yang dilakukan Alqurani dkk (2007), yang
dikutip oleh Kusumadewi dkk (2009), di Kuwait, ternyata dipengaruhi oleh jenis
kelamin, kebangsaan, pendidikan dan keahlian dalam mengoperasikan komputer.
Perawat perempuan, perawat yang tidak berkebangsaan Kuwait, perawat yang
berpendidikan lebih tinggi dan perawat yang mahir menggunakan komputer
SIKAP KE ARAH PENGGUNAAN
INTENSI PERILAKU
UNTUK MENGGUNAKAN
PENGGUNAAN VARIABEL EKSTERNAL
kemudahan penggunaan
yang dirasakan
manfaat yang dirasakan
Gambar 2. Technology Acceptance Model (dikutip dari Kusumadewi, dkk, 2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
memiliki tingkat penggunaan atau tingkat adopsi yang lebih tinggi (Kusumadewi,
dkk, 2009).
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi tingkat penggunaan sistem
informasi berbasis komputer dan internet, menurut Yusof (2007) yang dikutip
Kusumadewi dkk (2009) adalah :
1. Tehnologi, berupa kemudahan penggunaan sistem, manfaat sistem,
fleksibilitas sistem, dukungan tehnis, waktu tanggap, aksesibiltas
informasi, revelansi informasi dan kejelasan tujuan sistem.
2. Manusia, berwujud keterlibatan pengguna dalam pengembangan, pelatihan
untuk pengguna, persepsi pengguna, keahlian pengguna dan peran
pengguna.
3. Organisasi, berupa proses klinis, dukungan, kepemimpinan, komunikasi
internal dan ketersediaan sumber daya
Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengetahui bagaimana pola
pencarian informasi oleh dokter apabila mereka menjumpai sebuah masalah
medis. Haug (1997) dalam penelitiannya melaporkan bahwa dokter akan mencari
informasi di buku (buku teks atau buku panduan), berkonsultasi dengan rekan
sejawat, mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah, melihat kompendium obat atau
informasi obat dari perusahaan farmasi, melihat jurnal dan mencari di internet.
Andrews (2005) melaporkan dari penelitiannya bahwa buku teks masih
menjadi sumber informasi para dokter (58 persen), dibandingkan hanya 18 persen
yang mencari literatur di MedLine, atau hanya 13 persen untuk pencarian hingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
evidence-based medicine seperti di Cochrane Library. Dalam hal kebutuhan
mencari informasi, Andrews (2005) melaporkan bahwa 58 persen respondennya
melakukannya beberapa kali seminggu, 18 persen mengaku melakukannya setiap
hari, 22 persen jarang dan 2 persen tidak pernah. Dan 68 persen mengaku
melakukan pencarian informasi ini sementara pasiennya menunggu.
Dalam membandingkan pentingnya informasi dari internet dengan sumber-
sumber informasi medis lainnya, dokter keluarga di Amerika Serikat dalam
penelitian Bennett (2005) lebih memilih membaca jurnal terlebih dahulu,
selanjutnya hasil-hasil pendidikan kedokteran berkelanjutan (CME, continuing
medical education), baru yang terakhir dari situs-situs di internet. Meski
demikian, sebagian besar (73 persen) percaya bahwa internet adalah bermanfaat
dan penting sebagai satu sumber informasi medis, dan lebih dari separo (54
persen) dokter keluarga tersebut merasa yakin menggunakan internet untuk
mencari informasi medis (Bennett, 2005).
Banyak penelitian yang telah mengidentifikasi sejumlah hambatan dalam
upaya mencari penyelesaian masalah medis ini. Dalam sebuah laporan kasus,
Schneeweiss, dikutip oleh Ely dkk (2005), melaporkan seorang dokter yang ingin
tahu berapa lama amenore pasca menyusui diharapkan berakhir, dan ternyata
jawaban masalah tersebut tidak ditemukan dalam tiga buku teks, tidak terindeks
dalam Medline dan tidak dijawab secara langsung dalam beberapa literatur.
Hambatan dalam mencari jawaban penyelesaian masalah medis dapat
dikelompokkan menjadi dua, yakni yang terkait dengan dokter dan yang terkait
dengan ketersediaan sumber daya (Ely, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Hambatan yang terkait dokter, menurut Ely dkk (2005) dan Andrews
(2005) adalah (1) keterbatasan waktu, (2) biaya, (3) ketrampilan dalam
melakukan pencarian, (4) tidak mampu mengenali informasi apa yang dibutuhkan,
(5) memutuskan hanya mencari jawaban apabila diduga jawaban tersebut ada, (6)
kecenderungan mencari ke sumber yang paling nyaman daripada sumber yang
paling tepat atau seharusnya, dan (7) kecenderungan merumuskan pertanyaan
yang sulit dijawab dengan sumber-sumber yang biasa. Contoh, dokter umumnya
lebih suka bertanya “Apakah saya sebaiknya melakukan tes A pada pasien ini?”,
daripada bertanya “Apa indikasi melakukan tes A?”
Hambatan yang terkait dengan ketersediaan sumber daya adalah (1)
ketiadaan atau kekurangan akses ke sumber-sumber informasi, (2) kesulitan
mencari di lautan literatur untuk mencari informasi spesifik yang dibutuhkan, (3)
ketidakmampuan teknologi pencarian literatur untuk secara langsung menjawab
pertanyaan klinis, dan (4) kurangnya bukti yang dapat menjawab pertanyaan
klinis yang muncul di praktek (Ely dkk, 2005).
Dalam kaitannya dengan jurnal atau literatur ilmiah sebagai satu sumber
informasi, Greer (1987) melaporkan bahwa para dokter menganggap literatur
sering tidak memberikan informasi yang dicari, melainkan, menurut mereka,
hanyalah semacam diskusi di antara para penelitinya (penulisnya) sendiri, dan
bahwa literatur bukanlah semacam pedoman kerja (guideline) yang praktis
(Gorman, 1993).
Selain faktor waktu terbatas yang lazim dimiliki para dokter, kesulitan atau
hambatan lain dalam mencari informasi medis adalah banyaknya materi-materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
yang tidak relevan, kesulitan mencari kata kunci yang tepat, indeks-indeks yang
tidak efisien di banyak buku dan jurnal, serta buruknya pengaturan buku jurnal di
tempat praktek (Coumou, 2006). Namun hambatan yang utama , menurut Coumou
(2006) adalah (1) banyaknya waktu yang diperlukan untuk mencari informasi, (2)
reformulasi masalah klinis menjadi pertanyaan, yang kadang sangat samar dan
bisa menimbulkan multi interpretasi, (3) ketiadaan strategi pencarian yang
optimal, (4) kurangnya sumber informasi yang baik, (5) ketidakpastian, apakah
semua informasi yang relevan telah ditemukan, dan (6) ketidakmampuan
menyatukan semua hasil pencarian informasi tadi ke sebuah pendekatan klinis
yang bermanfaat bagi pasien.
Menurut Ely dkk (2005), secara teoritis, proses membentuk pertanyaan
dan mencari jawaban sebuah masalah klinis dapat dibagi menjadi enam langkah,
yakni (1) mengenali ketidaktahuan, (2) memformulasi sebuah pertanyaan, (3)
berupaya mencari jawabannya, (4) menemukan penyelesaiannya, (5)
menerapkannya kepada pasien, dan (6) melakukan evaluasi.
Para profesional medis perlu diberi tahu, dimotivasi dan mungkin perlu
dilatih untuk selalu menyertakan hasil penelitian berbasis bukti ke dalam praktek
mereka sehari-hari (Grol dan Wensing, 2004).
Pendekatan terapi berdasar abdikasi dan induksi seperti yang umum
diterapkan para dokter sekarang ini setidaknya harus sudah digantikan dengan
pendekatan ilmiah berbasis bukti (evidence-based medicine), yang didasarkan
pada bukti-bukti ilmiah terkini yang valid dan dapat dipercaya. Setiap upaya
medik yang dilakukan terhadap pasien harus didukung oleh bukti-bukti ilmiah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
yang memadai yang diambil dari hasil-hasil uji klinik acak terkendali (RCT,
randomized controlled trial), kajian-kajian dalam bentuk meta analisis ataupun
telaah sistematik (systematic review). Dengan berbasis hasil-hasil studi terbaik
(best evidence), akan diperoleh pilihan intervensi yang terbaik pula (best outcome)
yang paling efikasius, aman dan terjangkau (Dwiprahasto, 2008).
D. Kerangka Berpikir
E. Hipotesis Ada pengaruh lama praktek, jumlah pasien, aktivitas profesional sebagai tenaga
pengajar dan strata akademik terhadap perilaku penggunaan informasi oleh dokter
layanan primer dalam mengambil keputusan medis.
= diteliti = tidak diteliti
PERSEPSI DOKTER
Predisposing factors · keyakinan/kepercayaan · sikap · motivasi · nilai-nilai
Situs internet ilmiah
Buku teks
Bertanya ke spesialis
Bertanya ke sejawat
Situs internet populer
Kompendium obat
Jurnal / literatur cetak
PERILAKU PENGGUNAAN INFORMASI GUNA PENGAMBILAN
KEPUTUSAN MEDIS
SIKAP INTENSI PERILAKU
Gambar 3. Kerangka Berpikir
Reinforcing factors · lama praktek · jumlah pasien · aktivitas profesional
(sebagai tenaga pengajar) · pelatihan · tuntutan profesi · manfaat yang dirasakan
Enabling factors · pendidikan lanjutan · pengetahuan · pengalaman · keterampilan · pendapatan · ketersediaan sumber daya
(perpustakaan, komputer, internet)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi observasional analitik dengan pendekatan
potong lintang (cross sectional)
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Surakarta pada bulan Desember
2009 sampai dengan Januari 2010
C. Populasi dan Sampel
Populasi sasaran adalah dokter layanan primer atau dokter umum yang
melakukan praktek pelayanan dan perawatan kesehatan
Populasi sumber adalah dokter layanan primer atau dokter umum yang
melakukan praktek pelayanan dan perawatan kesehatan, yang memiliki ijin
praktek di wilayah Kota Surakarta, yang menurut data dari Sekretariat IDI Cabang
Kota Surakarta berjumlah 644 dokter layanan primer.
Sampel penelitian diambil dengan cara simple random sampling, yang
dalam penelitian ini diambil sebanyak 80 dokter layanan primer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
D. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel dependen
Dalam penelitian ini adalah perilaku penggunaan informasi dengan
mencari di situs internet ilmiah
2. Variabel independen
Dalam penelitian ini ada empat variabel independen :
a. Lama praktek
b. Jumlah pasien
c. Aktivitas profesional sebagai tenaga pengajar
d. Strata akademik
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan
wawancara oleh peneliti atau pengisian langsung oleh responden.
Untuk mengetahui reliabilitas kuesioner, dilakukan uji test-retest
reliability, yakni kuesioner yang sama diberikan pada 10 (sepuluh) subyek
penelitian dengan selang waktu 2 minggu, kemudian dilakukan uji statistik dengan
korelasi Spearman untuk data yang bersifat kontinu dan kesepakatan Kappa untuk
data yang bersifat kategorikal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
F. Definisi Operasional
1. Lama praktek
Lama praktek adalah berapa lama dalam tahun seorang dokter melakukan
prakteknya.
Alat ukur : kuesioner penelitian, yang dibuktikan dengan surat ijin praktek
Ada 2 kelompok :
a. dokter yang melakukan praktek kurang dari median lama praktek
b. dokter yang melakukan praktek lebih atau sama dengan median lama
praktek
Skala : kategorikal
2. Jumlah pasien
Jumlah pasien dokter adalah jumlah seluruh pasien yang ditangani dokter
dalam satu hari praktek, merupakan jumlah dari pasien praktek pagi dan atau
pasien praktek sore, termasuk pasien di klinik atau rumah sakit apabila dokter
juga berpraktek di klinik atau rumah sakit tersebut.
Alat ukur : kuesioner penelitian
Dibedakan menjadi 2 kelompok :
a. jumlah pasien kurang dari median jumlah pasien
b. jumlah pasien lebih atau sama dengan median jumlah pasien
Skala : kategorikal
3. Aktivitas Profesional sebagai Tenaga Pengajar
Aktivitas profesional adalah aktivitas yang dilakukan dokter selain
memberikan perawatan dan pelayanan kesehatan langsung kepada pasien, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
sebagai tenaga pengajar di institusi pendidikan.
Alat ukur : kuesioner penelitian
Dibedakan 2 kelompok :
a. dokter yang juga sebagai tenaga pengajar
b. dokter yang bukan sebagai tenaga pengajar
Skala : kategorikal
4. Strata Akademik
Strata akademik adalah gelar akademik tertinggi yang dimiliki oleh dokter
layanan primer.
Alat ukur : kuesioner penelitian
Dibedakan dua kelompok :
a. dokter dengan strata akademik Strata-1 (S1)
b. dokter dengan strata akademik Strata-2 dan atau Strata-3 (S2 dan atau S3)
Skala : kategorikal
5. Perilaku Penggunaan Informasi dengan Mencari di Situs Internet Ilmiah
Perilaku penggunaan informasi dengan mencari di situs internet ilmiah adalah
kegiatan dokter layanan primer menggunakan komputer dan jaringan
komunikasi internet untuk masuk ke situs-situs internet kesehatan dan
kedokteran khusus untuk kalangan profesional medis yang ilmiah dan
terpercaya, misalnya PubMed, MedLine, Cochrane, BioMedCentral, Lancet,
JAMA, dan melakukan pencarian informasi di dalam situs-situs tersebut guna
membantu mengambil keputusan medis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Alat ukur : kuesioner penelitian
Dibedakan dua kelompok :
a. dokter yang mencari informasi di situs internet ilmiah
b. dokter yang mencari informasi selain di situs internet ilmiah
Skala : kategorikal
G. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer berupa wawancara langsung oleh peneliti berdasarkan
kuesioner
2. Data sekunder berupa daftar dokter layanan primer yang tercatat memiliki
ijin praktek di wilayah Kota Surakarta, yang diperoleh dari Sekretariat
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kota Surakarta
H. Ijin Penelitian
Pelaksanaan pengumpulan data untuk keperluan penelitian ini dilakukan
setelah memperoleh ijin dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta dan Ketua
IDI Cabang Kota Surakarta.
I. Analisis Data
Data-data yang diperoleh akan ditampilkan secara deskriptif dan dianalisis
dengan analisis regresi logistik dan diolah menggunakan program SPSS v.15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
J. Alur Penelitian
Gambar 4. Alur Penelitian * Besar sampel yang dikatakan cukup memadai pada analisis regresi logistik adalah 15-20 kali
jumlah faktor yang hendak diteliti (Murti, 2006), maka dalam penelitian ini diambil 80 sampel.
K. Desain Analisis Data
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penggunaan informasi pada
dokter layanan primer dalam mengambil keputusan medis ini akan dianalisis
dengan analisis regresi logistik ganda sebagai berikut :
p ln -------- = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4
1 - p
POPULASI Dokter layanan primer (dokter umum) yang tercatat memiliki ijin praktek di
wilayah Kota Surakarta
SAMPEL (n=80)*
LAMA PRAKTEK
ANALISA REGRESI LOGISTIK
AKT4ITAS PROFESIONAL
JUMLAH PASIEN
STRATA AKADEMIK
PENCARIAN INFORMASI DI
SITUS INTERNET ILMIAH
KESIMPULAN
Variabel-variabel penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
di mana :
p = probabilitas penggunaan informasi dengan mencari di situs internet ilmiah
1 – p = probabilitas tidak menggunakan informasi dengan mencari di situs internet
ilmiah
X1 = lama praktek (dalam tahun)
0 = lama praktek kurang dari median lama praktek
1 = lama praktek lebih dari atau sama dengan median lama praktek
X2 = jumlah pasien
0 = jumlah pasien kurang dari median jumlah pasien
1 = jumlah pasien lebih dari atau sama dengan median jumlah pasien
X3 = aktivitas profesional
0 = bukan sebagai tenaga pengajar
1 = sebagai tenaga pengajar
X4 = strata akademik pendidikan dokter
0 = strata 1
1 = strata 2 dan atau strata 3
Pengaruh dari masing-masing faktor yakni lama praktek, jumlah pasien,
aktivitas profesional dan strata akademik terhadap perilaku penggunaan informasi
dengan mencari di situs internet ilmiah akan ditunjukkan dengan OR (odds ratio)
di mana OR = exp(b) dan CI 95%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan sejak pertengahan bulan Desember 2009 hingga
pertengahan bulan Januari 2010 terhadap dokter layanan primer (dokter umum)
yang memiliki ijin praktek di wilayah Kota Surakarta.
Berdasarkan perhitungan dari jumlah faktor yang akan diteliti, dibutuhkan
80 (delapan puluh) sampel responden yang dipilih secara acak dari daftar dokter
layanan primer yang diperoleh dari Sekretariat Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
Cabang Kota Surakarta.
A. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner
Untuk mengetahui reliabilitas kuesioner, sebelum pelaksanaan penelitian
dilakukan uji reliabilitas kuesioner terlebih dahulu, yakni berupa test-retest
reliability. Uji dilakukan terhadap 10 responden, yakni responden mengisi
kuesioner yang sama sebanyak dua kali dengan selang waktu dua minggu.
Kemudian terhadap variabel-variabel penelitian dilakukan uji statistik yang
hasilnya tercantum pada tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa subyek penelitian memberikan data tentang
variabel-variabel lama praktek, jumlah pasien, aktivitas profesional sebagai tenaga
pengajar, strata akademik dan mencari informasi di situs internet ilmiah dengan
konsisten. Konsistensi tersebut ditunjukkan oleh koefisien korelasi Spearman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
(untuk data kontinu) maupun koefisien kesepakatan Kappa Cohen (untuk data
kategorikal) yang tinggi dan secara statistik signifikan.
Tabel 4.1. Hasil Test-Retest Reliability dari Variabel-Variabel Penelitian
Variabel Data Kontinu Data Kategorikal
r p Kappa p
Lama praktek 0,99 0,000 - -
Jumlah pasien 0,99 0,000 - -
Aktivitas profesional (tenaga pengajar) - - 1,00 0,002
Strata akademik - - 1,00 0,002
Mencari informasi di situs internet ilmiah - - 0,74 0,016
Diolah dengan SPSS dari data primer Januari 2010
B. Hasil Penelitian
Tabel 4.2 di bawah ini menggambarkan karakteristik dasar subyek
penelitian. Dari deskripsi data didapatkan subyek laki-laki sebanyak 47 orang
(58,8%) dan perempuan 33 orang (41,2%), dengan rentang usia 26-71 tahun
(mean 42,94 tahun, median 38 tahun). Pembagian menurut kelompok umur
menunjukkan terdapat 21 dokter yang berumur di atas 50 tahun (26,3%), 46 orang
(57,6%) berumur antara 31 sampai 50 tahun, dan 13 orang (16,3%) berumur
kurang dari 30 tahun. Sebanyak 64 dokter layanan primer yang menjadi subyek
penelitian (80%) memiliki pendidikan akademik strata 1 dan 16 dokter (20%)
memiliki pendidikan strata 2. Dari sampel yang diteliti tidak dijumpai responden
yang berpendidikan strata 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tabel 4.2. Karakteristik Subyek Penelitian (n = 80)
JUMLAH
n % Jenis kelamin
Laki-laki Perempuan
47 33
58,8 41,2
Umur < 30 tahun
31 – 40 tahun 41 – 50 tahun 51 – 60 tahun
> 61 tahun
13 33 13 10 11
16,3 41,2 16,3 12,5 13,7
Strata akademik tertinggi Strata - 1 Strata - 2 Strata - 3
64 16
0
80,0 20,0 0,0
Jenis praktek Praktek perorangan
Praktek berkelompok Praktek perorangan dan di RS
Praktek perorangan dan berkelompok
37
3 35
5
46,3 3,7
43,7 6,3
Lama praktek < 5 tahun
6 – 10 tahun 11 – 15 tahun 16 – 20 tahun
> 20 tahun
21 21 11 7
20
26,3 26,3 13,7 8,7
25,0 Aktivitas profesional
Tenaga pengajar Bukan tenaga pengajar
31 49
38,7 61,3
Tenaga struktural Tenaga struktural
Bukan tenaga struktural
27 53
33,7 66,3
Jumlah pasien < 10
11 – 20 21 – 30 31 – 40 41 – 50
> 50
26 22 17
2 10
3
32,5 27,5 21,3 2,5
12,5 3,7
Data primer Januari 2010
Menurut jenis praktek yang dilakukan, 37 dokter (46,3%) praktek swasta
perorangan (solo practice), 35 orang (43,7%) praktek swasta perorangan dan
praktek di rumah sakit atau puskesmas. Tiga orang (3,7%) melakukan praktek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
bersama atau berkelompok (group practice) dan lima orang (6,3%) berpraktek
perorangan dan juga praktek berkelompok.
Lama praktek subyek penelitian bervariasi dari 1 tahun sampai 40 tahun
dengan rerata (mean) 13,91 tahun dan median 10 tahun. Dari tabel 4.2 di atas
terlihat sebanyak 42 dokter (52,6%) yang melakukan praktek kurang dari 10
tahun. Dan dokter yang telah praktek lebih dari 20 tahun ada 20 orang (25%).
Dari penelitian ini jumlah subyek penelitian yang memiliki aktivitas
profesional sebagai tenaga pengajar (dosen) adalah sebanyak 31 orang (38,7%),
dan sisanya 49 orang (61,3%) tidak berprofesi sebagai tenaga pengajar.
Dari tabel juga terlihat sebanyak 27 orang dokter (27%) mempunyai
kedudukan struktural, baik di institusi kesehatan ataupun di institusi pendidikan,
dan 53 orang sisanya (66,3%) tidak memiliki posisi struktural.
Mengenai jumlah pasien, baik di tempat praktek sendiri maupun di rumah
sakit atau puskesmas, subyek penelitian mengaku mempunyai dan menangani
pasien sebanyak 3 hingga 80 orang sehari (mean 23,79 dan median 20). Dari tabel
terlihat bahwa sebagian besar subyek penelitian (65 orang, 81,3%) mempunyai
pasien kurang dari 30 orang setiap harinya, dan hanya 3 orang dokter (3,7%) yang
mengaku mempunyai pasien lebih dari 50 orang dalam sehari.
Tabel 4.3 berikut ini menyajikan masalah medis yang dijumpai dokter
layanan primer dalam prakteknya dan pencarian informasinya. Menjawab
pertanyaan apakah subyek penelitian ketika berpraktek menjumpai sebuah
masalah medis yang saat itu belum diketahui jawaban atau penyelesaiannya, 17
subyek penelitian (21,3%) mengaku tidak pernah menjumpai masalah medis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dalam satu bulan terakhir ini, 43 responden (53,7%) mengaku menjumpai kurang
dari 5 masalah, dan 19 responden (23,7%) mengaku menjumpai lebih dari 5
masalah dalam satu bulan terakhir ini.
Tabel 4.3. Masalah dalam Praktek (n=80)
JUMLAH n %
Masalah medis yang dijumpai dalam satu bulan terakhir
Tidak ada < 5 ≥ 5
Tidak menjawab
17 43 19
1
21,3 53,7 23,7 1,3
Pencarian informasi apabila menjumpai masalah medis
Tidak, dibiarkan saja Ya, saat itu juga
Ya, setelah ada waktu luang Tidak menjawab
4 20 48
8
5,0 25,0 60,0 10,0
Pencarian informasi medis dalam satu bulan terakhir
Tidak ada < 5 ≥ 5
Tidak menjawab
14 44 20
2
17,5 55,0 25,0 2,5
Data primer Januari 2010 Berkaitan dengan masalah medis yang ketika itu belum diketahui jawaban
dan penyelesaiannya, dalam menjawab pertanyaan apakah responden kemudian
berupaya mencari jawabannya, sebanyak 4 subyek penelitian (5%) tidak merasa
perlu mencari informasi yang dibutuhkan. Dua puluh responden (20%) menjawab
akan langsung mencari jawabannya saat itu juga dengan segala upaya yang
mungkin dan sumber-sumber yang tersedia. Dan sebagian besar (48 orang, 60%)
mengaku akan mencari informasi tersebut setelah ada waktu dan kesempatan
memungkinkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tabel 4.4 berikut ini menggambarkan jenis-jenis kelompok masalah yang
mungkin ditemui dokter layanan primer dalam prakteknya. Dari tabel 4.4 bisa
dilihat bahwa kira-kira seperempat subyek penelitian (22 orang, 27,5%) mengaku
lebih sering menjumpai masalah atau membutuhkan informasi yang terkait
dengan penegakan diagnosis, dibandingkan dengan tata laksana dan komplikasi
(masing-masing 12 orang, 15%). Informasi tentang masalah-masalah non klinis
seperti misalnya perkiraan biaya sebuah tindakan terapi, fasilitas rumah sakit yang
akan menjadi rujukan, informasi tentang tehnik-tehnik dan tehnologi-tehnologi
kedokteran terbaru, dan lain-lain, menjadi kebutuhan 8 subyek penelitian (10%).
Tabel 4.4. Jenis Masalah yang Sering Dijumpai dalam Praktek JUMLAH
n % Gejala klinis 7 8,8 Epidemiologis 4 5,0 Diagnosis 22 27,5 Tata laksana atau terapi 12 15,0 Dosis obat 2 2,5 Komplikasi 12 15,0 Non klinis 8 10,0 Lain-lain 7 8,8 Tidak menjawab 6 7,5
Data primer Januari 2010
Tabel 4.5 berikut menggambarkan bagaimana perilaku seorang dokter
layanan primer ketika membutuhkan informasi medis, yakni apakah ia akan
bertanya ke sejawat dokter umum atau sejawat dokter spesialis, mencari informasi
di buku teks, jurnal atau literatur cetak, kompendium obat, ataukah masuk ke situs
internet, baik situs populer seperti Wikipedia atau situs ilmiah seperti PubMed,
MedLine, Cochrane, BioMedCentral, Lancet dan JAMA, dan lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Dari tabel 4.5 di bawah ini terlihat bahwa sebagian besar subyek
penelitian masih mengandalkan buku teks dan konsultasi dengan sejawat dokter
umum sebagai sumber informasi utama, yakni masing-masing sebanyak 83,7 dan
78,7 persen. Berikutnya berturut-turut adalah mencari di kompendium obat,
bertanya ke dokter spesialis dan melihat jurnal atau literatur cetak, masing-masing
sebanyak 75, 73,7 dan 70 persen. Pencarian informasi ke situs internet populer
dilakukan oleh 66,3 persen subyek penelitian, dan subyek penelitian yang masuk
ke situs internet ilmiah khusus bagi profesional medis seperti PubMed dan
sejenisnya adalah sebanyak 61,3 persen.
Tabel 4.5. Perilaku Pencarian Informasi Medis (n=80)
JUMLAH n %
Bertanya ke dokter umum Tidak
Ya
17 63
21,3 78,7
Bertanya ke dokter spesialis Tidak
Ya
21 59
26,3 73,7
Mencari di buku teks Tidak
Ya
13 67
16,3 83,7
Mencari di jurnal/literatur cetak Tidak
Ya
24 56
30,0 70,0
Mencari di kompendium obat Tidak
Ya
20 60
25,0 75,0
Mencari di situs internet populer Tidak
Ya
27 53
33,7 66,3
Mencari di situs internet ilmiah Tidak
Ya
31 49
38,7 61,3
Data primer Januari 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel berikut ini, tabel 4.6, menunjukkan urutan langkah-langkah subyek
penelitian dalam upaya mencari informasi guna membantu mengambil keputusan
medis. Dari tabel dapat dilihat bahwa langkah pertama yang dilakukan adalah
mencari di buku teks (dipilih oleh 32,5% responden) dan bertanya kepada sejawat
dokter umum (dipilih 30% responden). Tentang pencarian di situs internet ilmiah
sebagai langkah pertama pencarian informasi, hanya dipilih oleh 7 responden
(8,8%). Juga sebanyak 7 subyek penelitian (8,8%) mengaku mencari di situs
internet ilmiah sebagai langkah terakhir.
Tabel 4.6. Urutan Prioritas Pencarian Informasi oleh Dokter Layanan Primer guna Mengambil Keputusan Medis (%, n=80)
Urutan Prioritas Pencarian Informasi
Tanya Dokter Umum
Tanya Dokter
Spesialis
Lihat Buku Teks
Lihat Jurnal Cetak
Lihat Buku Obat
Lihat Situs
Populer
Lihat Situs
Ilmiah 1
(pertama) 30,0
13,7
32,5
2,5
3,7
6,3
8,8
2 6,3 20,0 23,8 16,2 5,0 15,0 10,0
3 8,8 11,2 11,2 17,5 23,7 10,0 10,0
4 12,5 8,8 7,5 16,2 12,5 10,0 12,5
5 6,3 8,8 7,5 8,8 15,0 10,0 10,0
6 10,0 7,5 1,3 11,2 7,5 10,0 7,5
7 (terakhir)
3,7
7,5
2,5
3,8
6,3
8,7
8,8
Tidak menjawab
22,4
22,5
13,7
23,8
26,3
30,0
32,4
Jumlah 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Data primer Januari 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 4.7 berikut menunjukkan seberapa sering subyek penelitian
menerapkan informasi dari hasil pencarian tadi ke dalam praktek sehari-hari guna
membantu proses pengambilan keputusan medis. Terlihat bahwa sebagian besar
(37 subyek penelitian, 46,3%) mengaku sering menerapkan informasi hasil
pencarian ke dalam praktek sehari-hari. Dua puluh lima subyek penelitian (31,2%)
kadang-kadang menerapkannya, dan 6 responden (7,5%) mengaku jarang
menerapkan informasi yang diperoleh guna membantu proses pengambilan
keputusan medis. Dari tabel terlihat pula tidak ada subyek penelitian yang tidak
pernah menerapkan informasi yang diperolehnya.
Tabel 4.7. Penerapan Hasil Pencarian Informasi Guna Membantu Proses Pengambilan Keputusan Medis (n=80)
JUMLAH
n % Tidak pernah 0 0,0
Jarang 6 7,5
Kadang-kadang 25 31,2
Sering 37 46,3
Selalu 12 15,0
Data primer Januari 2010
Selanjutnya dari tabel 4.8 di bawah ini bisa dilihat hambatan-hambatan
yang dialami subyek penelitian dalam upaya pencarian informasi medis.
Hambatan nomer satu dan terbanyak dialami adalah keterbatasan waktu, yakni
diakui oleh 61 responden (76,3%). Hambatan berikutnya adalah keterbatasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
sarana dan prasarana (buku-buku teks, jurnal-jurnal, perangkat komputer yang
terhubung dengan internet dan lain sebagainya), yang dialami 38,7% subyek
penelitian. Berikutnya adalah keterbatasan ketrampilan dalam mencari informasi
dengan sumber daya yang tersedia, sebanyak 23,7 persen. Dan hambatan berupa
ketidaktahuan harus mencari di mana ditempatkan sebagai hambatan terakhir oleh
31 responden (38,7%).
Tabel 4.8. Hambatan-hambatan yang Dijumpai dalam Upaya Pencarian Informasi (%, n=80)
Urutan Prioritas Hambatan yang
Dijumpai
Keterbatasan Waktu
Keterbatasan/ Kurangnya
Ketrampilan
Keterbatasan Sarana atau Prasarana
Ketidaktahuan Harus Mencari
di Mana 1
(pertama) 76,3
7,5
7,5
1,3
2 5,0 17,5 38,7 5,0
3 2,4 23,7 22,5 7,5
4 (terakhir)
1,3
10,0
2,5
38,7
Tidak menjawab
15,0
41,3
28,8
47,5
Jumlah 100% 100% 100% 100% Data primer Januari 2010
Pengaruh faktor-faktor lama praktek, jumlah pasien, aktivitas profesional
sebagai tenaga pengajar dan strata akademik terhadap perilaku menggunakan
informasi dari situs internet ilmiah dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Tabel 4.9. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Pengaruh Lama Praktek, Jumlah Pasien, Aktivitas Profesional sebagai Dosen dan Strata Akademik terhadap Perilaku Menggunakan Informasi dari Situs Internet Ilmiah
Variabel OR 95% CI
Nilai p Batas bawah Batas atas
Lama praktek 0,28 0,10 0,80 0,017
Jumlah pasien 1,16 0,43 3,08 0,772
Aktivitas profesional (dosen) 2,22 0,79 6,22 0,129
Strata akademik 1,21 0,37 4,36 0,771
Diolah dengan SPSS dari data primer Januari 2010 (OR= odds ratio, CI = confidence interval)
n observasi : 80 Log likelihood : 97,96 Adj R2 : 0,142 p : 0,000
Analisis multivariat regresi logistik ganda pengaruh lama praktek, jumlah
pasien, aktivitas profesional sebagai dosen dan strata akademik terhadap perilaku
menggunakan informasi dari situs internet ilmiah (Tabel 4.9), menunjukkan
pengaruh lama praktek (OR 0,28; CI 95% 0,10 s.d. 0,80) terhadap perilaku
penggunaan informasi dari situs internet ilmiah guna mengambil keputusan medis.
Analisis juga menunjukkan pengaruh aktivitas profesional sebagai dosen terhadap
perilaku pencarian informasi di situs internet ilmiah (OR 2,22; CI 95% 0,79 s.d.
6,22, p 0,129). Dari tabel terlihat ada pengaruh jumlah pasien yang lebih banyak
(OR 1,16; CI 95% 0,43 s.d. 3,08) dan strata akademik yang lebih tinggi terhadap
perilaku mencari di situs internet ilmiah, dengan OR 1,21 (CI 95% 0,34 s.d. 4,36),
tetapi tidak signifikan (p>0,05).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
C. Pembahasan
Penelitian ini mengikutsertakan 80 subyek penelitian dokter layanan
primer (dokter umum) yang memiliki ijin praktek di wilayah Kota Surakarta. Data
penelitian berasal dari data primer berupa kuesioner untuk mengetahui bagaimana
dokter layanan primer berperilaku dalam mencari dan menggunakan informasi
medis, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu lama praktek, jumlah
pasien, aktivitas profesional sebagai tenaga pengajar dan strata akademik.
Perkembangan terakhir dalam dunia kedokteran adalah pendekatan ilmiah
yang berbasis bukti (evidence-based). Setiap upaya dan tindakan medik terhadap
pasien harus selalu didukung oleh bukti-bukti ilmiah memadai yang diperoleh dari
hasil-hasil uji klinik acak terkendali (RCT, randomized controlled trial) yang
terkini (Dwiprahasto, 2008). Sehingga mutlak bagi para dokter untuk senantiasa
mengikuti perkembangan dan kemajuan ilmu kedokteran.
Tehnologi internet yang berkembang pesat memungkinkan setiap orang
termasuk praktisi medis memperoleh informasi dengan cepat, namun informasi
dari internet pun tidak bisa sepenuhnya dipercaya. Hanya informasi yang
bersumber dari situs-situs tertentu yang bisa menjadi dasar pengambilan
keputusan medis terhadap pasien, yaitu dari situs ilmiah yang dikhususkan bagi
profesional medis, antara lain seperti PubMed, Cochrane, MedLine,
BioMedCentral, Lancet, JAMA, atau dari situs-situs organisasi resmi seperti
WHO (World Health Organization, www.who.int), US CDC (United States
Centers for Disease Control and Prevention, www.cdc.gov), US FDA (United
States Food and Drug Administration, www.fda.gov) dan lain sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Penelitian ini menunjukkan perilaku menggunakan informasi dari situs
internet ilmiah dijumpai pada 61,3% subyek, meskipun hanya 8,8% subyek yang
memilihnya sebagai urutan langkah pertama dalam tahap pencarian informasi.
Hal ini hampir sama dengan hasil penelitian Bennett dkk (2005) yang
menyebutkan pencarian literatur di internet (literature searching) sebesar 61,5
persen, dan yang mengakses jurnal secara online sebanyak 57,6 persen.
Tetapi sumber informasi utama adalah masih dari buku teks dan teman
sejawat, yakni masing-masing oleh 83,7 dan 78,7 persen. Ini sesuai dengan
pernyataan Gorman (1993) dan Gonzales (2007) bahwa lebih dari setengah
jumlah informasi yang diperoleh berasal dari buku-buku teks dan hasil konsultasi
dengan sejawat dokter layanan primer.
Prioritas langkah pertama mencari informasi adalah mencari di buku teks
(32,5%) dan bertanya kepada sejawat dokter umum (30%), dibandingkan 8,8%
pada situs internet ilmiah. Ely dkk (2005) dalam penelitiannya menemukan bahwa
31 persen subyek penelitiannya memilih buku teks sebagai sumber informasi
pertama, disusul konsultasi dengan sejawat sebesar 18 persen. Kemungkinan
penyebab keduanya menjadi tujuan pertama subyek penelitian adalah faktor
kemudahan, meski informasi yang diperoleh belum tentu bisa dipercaya. Ini
sesuai dengan pendapat Haug (1997) dan Gonzales (2007) bahwa para dokter
lebih cenderung mencari informasi dari sumber-sumber yang paling mudah dan
paling nyaman (most convenience), daripada yang paling tepat (most appropriate).
Penelitian Ely dkk (2005) menunjukkan hanya 3-7% subyek penelitiannya yang
mencari dan menggunakan informasi dari situs-situs internet ilmiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Hasil analisis regresi logistik ganda faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku penggunaan informasi dari situs internet ilmiah, menunjukkan lama
praktek yang lebih dari 10 tahun menurunkan kemungkinan mencari di situs
internet ilmiah menjadi sekitar 30 persennya dari yang lama prakteknya kurang
dari 10 tahun (OR 0,28; CI 95% 0,10 s.d. 0,80; p 0,017). Atau dengan kata lain,
dokter yang telah lama praktek memiliki kemungkinan 3 kali lebih jarang
menggunakan informasi dari situs internet ilmiah daripada dokter yang belum
lama berpraktek. Berarti, semakin lama dokter melakukan praktek, semakin kecil
kemungkinannya ia akan melakukan pencarian informasi di situs internet ilmiah
guna membantu mengambil keputusan medis. Jumlah pasien yang lebih banyak,
aktivitas profesional sebagai tenaga pengajar dan strata akademik yang lebih
tinggi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku penggunaan
informasi dari situs internet ilmiah.
Keberadaan situs internet ilmiah adalah seiring dengan kemajuan dan
perkembangan di bidang komunikasi dan tehnologi informasi. Untuk dapat
menggunakan dan memanfaatkan situs tersebut dibutuhkan sumber daya berupa
perangkat komputer lengkap termasuk perangkat lunaknya (software) dan jaringan
komunikasi internet, dan juga ketrampilan (skill) guna mengakses dan mencari
informasi yang diperlukan. Salah satu hambatan dalam menggunakan informasi
dari situs internet ilmiah yang dialami oleh dokter yang berpraktek lebih lama
adalah kemungkinan merasa sudah tahu dan merasa sudah berpengalaman,
sehingga merasa tidak perlu harus repot mencari di situs internet ilmiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Kemungkinan penyebab yang lain adalah ketrampilan dalam penggunaan
komputer, yakni kesenjangan penggunaan tehnologi bila dibandingkan dengan
dokter yang lebih muda (yang belum lama berpraktek). Hambatan kedua ini
seharusnya tidak boleh terjadi karena bagaimanapun dokter dituntut untuk selalu
mengikuti perkembangan dan kemajuan ilmu kedokteran, antara lain juga dengan
kemampuan menggunakan komputer dan internet.
Mengenai pengaruh jumlah pasien, sebelumnya diduga dokter layanan
primer yang memiliki lebih banyak pasien akan cenderung melakukan pencarian
di situs internet ilmiah, karena pasien yang lebih banyak berarti lebih banyak
kasus atau masalah medis yang mungkin belum diketahui penyelesaiannya. Dalam
penelitian ini, jumlah pasien ternyata tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
perilaku penggunaan informasi dari situs internet ilmiah. Berarti dokter yang
memiliki pasien sedikit atau banyak tidak berbeda perilakunya dalam mencari dan
menggunakan informasi dari situs ilmiah. Kemungkinan penyebabnya adalah
keterbatasan waktu karena kesibukan sehingga tidak sempat lagi mengakses situs
internet ilmiah. Penelitian Andrews (2005) menunjukkan bahwa dengan rentang
jumlah pasien 4-45 orang per hari, 73% subyek penelitiannya mengatakan tidak
memiliki cukup waktu untuk melakukan pencarian di situs ilmiah. Hasil ini serupa
dengan penelitian Ely dkk (2005), di mana kekurangan waktu menjadi alasan 19%
subyek penelitiannya untuk tidak mencari di situs ilmiah, selain faktor
ketersediaan sumber informasi lain yang lebih mudah diperoleh (misalnya buku-
buku teks atau konsultasi dengan sejawat).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Aktivitas profesional dokter sebagai tenaga pengajar atau dosen membuat
dokter 2,2 kali lebih sering mencari dan menggunakan informasi dari situs ilmiah
dibandingkan dokter yang tidak berprofesi sebagai tenaga pengajar, tetapi
pengaruh faktor ini tidak signifikan (OR 2,22; CI 95% 0,79 s.d. 6,22; p 0,129).
Meskipun sebenarnya dokter sebagai tenaga pengajar dituntut untuk memberikan
bahan ajar yang berkualitas, yang sesuai dengan perkembangan terkini dunia
kedokteran, namun kesibukan dokter mungkin membuatnya tidak mempunyai
cukup waktu untuk melakukan pencarian di situs ilmiah.
Strata akademik dokter dalam penelitian ini tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap perilaku menggunakan informasi dari situs internet ilmiah
(OR 1,21; CI 95% 0,34 s.d. 4,36; p 0,771). Berarti dokter layanan primer yang
berpendidikan akademik lebih tinggi, strata 2 atau strata 3, tidak berbeda
perilakunya dalam mencari dan menggunakan informasi dari situs ilmiah
dibandingkan dengan dokter yang berpendidikan akademik strata 1. Terdapat dua
kemungkinan yang bisa saling bertolak belakang. Pertama, bahwa sekarang ini
dokter layanan primer strata 1 sudah tidak asing lagi dengan upaya dan langkah
pencarian informasi di situs internet ilmiah, sehingga perilakunya sama dengan
dokter yang berstrata akademik lebih tinggi. Di sisi lain, seperti pada lama
praktek, terdapat kemungkinan dokter yang sudah strata 2 atau strata 3 merasa
telah banyak mengetahui, sehingga tidak merasa perlu harus melakukan pencarian
di situs ilmiah. Tetapi bila menilik hasil penelitian di mana 61,3 persen dokter
layanan primer mengaku mencari dan menggunakan informasi dari situs ilmiah,
tampaknya dugaan yang pertama lebih mungkin daripada yang kedua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
D. Kelemahan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian untuk mencari faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku penggunaan informasi dari situs internet ilmiah, dengan
penghitungan besar sampel berdasarkan rumus rule of the thumb, yaitu 15-20 kali
jumlah faktor yang diteliti (Murti, 2006). Pada penelitian ini terdapat 4 faktor
risiko yang ingin dicari hubungannya, maka diperlukan sampel sebanyak 80
subyek. Jumlah ini sudah memadai tetapi hasil dan kesimpulan yang dapat ditarik
akan lebih baik lagi jika jumlah sampel diperbanyak.
Selama pengisian kuesioner oleh subyek penelitian, terdapat kemungkinan
bias informasi berupa attention bias atau yang sering disebut sebagai efek
Hawthorne, yakni subyek penelitian sengaja tidak memberi jawaban yang
sebenarnya karena mereka tahu sedang diteliti, tetapi memberi jawaban yang
paling ideal.
Hasil penelitian ini berdasar dari pengisian kuesioner oleh dokter layanan
primer yang menjadi subyek penelitian. Karena penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif, alasan-alasan atau latar belakang beberapa pertanyaan kuesioner tidak
digali secara lebih mendalam untuk memberikan data dan hasil yang terperinci
guna menggambarkan perilaku penggunaan informasi dari situs internet ilmiah
secara lengkap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa prevalensi penggunaan informasi dari
situs internet ilmiah pada dokter layanan primer yang berpraktek di Kota
Surakarta adalah 61,3%, tetapi hanya 8,8% yang memilih situs internet ilmiah
sebagai langkah pertama pencarian informasi guna membantu mengambil
keputusan medis. Dari keempat faktor yang diduga mempengaruhi, lama praktek
berpengaruh secara bermakna terhadap perilaku penggunaan informasi dari situs
internet ilmiah. Dokter yang praktek lebih dari 10 tahun memiliki kemungkinan 3
kali lebih jarang mencari dan menggunakan informasi dari situs internet ilmiah
daripada dokter yang berpraktek kurang dari 10 tahun (OR 0,28; CI 95% 0,10 s.d.
0,80; p 0,017).
B. Saran
Situs internet ilmiah sebagai sumber informasi berkualitas harus menjadi
sumber informasi utama dan pertama bagi para dokter layanan primer dalam
membantu mengambil keputusan medis, maka segala hambatan yang ada harus
diatasi dan disingkirkan, mulai dari keterbatasan atau ketiadaan sarana dan
prasarana hingga kemampuan dan ketrampilan pencarian yang diperlukan.
Karena itu perlu dilaksanakan pelatihan-pelatihan secara teratur agar dokter
layanan primer menjadi semakin akrab dengan situs internet ilmiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Para dokter harus selalu mengingat dan diingatkan bahwa situs internet
ilmiah mampu memberikan informasi medis yang terkini dan terpercaya, dan
berkat kemajuan tehnologi komunikasi dan informasi, upaya pencarian informasi
dari situs internet ilmiah ini menjadi semakin mudah dilakukan. Demi
kepentingan pasien, dokter harus senantiasa menerapkan hasil-hasil ilmiah medis
yang berbasis bukti ke dalam praktek sehari-hari.
Untuk lebih mengetahui pengaruh faktor-faktor yang lain dan juga
langkah-langkah dokter melakukan upaya pencarian informasi, perlu dilakukan
penelitian lain guna memperoleh gambaran bagaimana dokter mengatasi
hambatan-hambatan yang mungkin dijumpai dan tingkat kepuasan terhadap
masing-masing sumber informasi yang berbeda-beda.