29
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN PERAWATAN SALURAN AKAR MAKALAH OLEH : MILLY ARMILIA, drg.Sp.KG NIP : 130779423 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2006

FAKTOR KEGAGALAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR KEGAGALAN

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN

PERAWATAN SALURAN AKAR

MAKALAH

OLEH :

MILLY ARMILIA, drg.Sp.KG

NIP : 130779423

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2006

Page 2: FAKTOR KEGAGALAN

Mengetahui :

Ketua Jurusan Konservasi Gigi

FKG Unpad Bandung

Hj.Endang Sukartini. Sp.KG

NIP : 130809282

Page 3: FAKTOR KEGAGALAN

ABSTRAK

Perawatan endodontik dapat didefinisikan sebagai perawatan atau tindakan

yang diambil untuk mempertahankan gigi vital, gigi yang rusak atau non vital dalam

keadaan berfungsi di lengkung gigi.

Kegagalan terjadi bila pasien menghubungi karena mengeluhkan gejala nyeri

yang hebat. Gambaran radiologis terlihat lesi radiolusen yang telah membesar, telah

menjadi persisten atau telah berkembang dari semula.

Etiologi kegagalan dapat diklasifikasi sebagai berikut : praperawatan, selama

perawatan dan pasca perawatan. Penyebab kegagalan praperawatan dapat disebabkan

diagnosis yang salah, seleksi kasus yang buruk atau prognosis yang buruk. Penyebab

selama perawatan adalah kesalahan preparasi buka kamar pulpa, preparasi saluran

akar, misalnya instumentasi berlebih, instrumentasi kurang, preparasi berlebih,

preparasi kurang, pengisian saluran akar yang tidak sempurna, misalnya pengisian

berlebih atau pengisian kurang. Penyebab kegagalan pasca perawatan adalah desain

restorasi yang buruk, kerusakan restorasi, trauma dan fraktur, bukan karena perawatan

endodontik.

Kata kunci : endodontik, kegagalan, etiologi

Page 4: FAKTOR KEGAGALAN

ABSTRACT

Endodontic treatment can simply be defined as the precautions taken to

maintain the health of the vital pulp in tooth, or the treatment of a damaged or

necrotic pulp in a tooth to allow the tooth to remain functional in the dental arch.

Failure occurs if the patient contacts the dentist complaining of severe

symptoms. Radiogrphic findings, radiolucent lesion has enlarged, has persited, or has

developed when not originally present.

Etiologis for failure will be classified as preoperative causes, operative

causes, and postoperative causes. Failure of preoperative endodontic therapy can be

results of misdiagnosis, poor case selection, or poor prognosis. The operative causes

failure as ascces cavity preparation and canal shaping failure, for example

overinstrumentation, underinstrumentation, overextended, underextended, poorly

candensed obturation, for example overfilled or underfilled. Postoperative causes,

poorly designed final restorastion, lack of any restoration, trauma and fracture,

nonendodontic involvement.

Key word : endodontic, failure, etiology.

Page 5: FAKTOR KEGAGALAN

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala

rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan

harapan setelah membacanya akan menambah sedikit gambaran dan pengetahuan

tentang faktor-faktor penyebab kegagalan perawatan saluran akar.

Selama menyusun makalh ini, penulis telah banyak memperoleh bimbingan,

pengarahan dan bantuan, baik berupa ilmu pengetahuan maupun dukungan moril.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Eky S. Soeria soemantri, drg Sp.Ort. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Padjadjaran Bandung.

2. Hj. Endang Sukartini, drg. Sp.KG sebagai Ketua Jurusan Konservasi Gigi,

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung yang telah memberi

kesempatan kepada penulis dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya,

namun mudah-mudahan makalah ini ada manfaatnya.

Bandung, Oktober 2006

Penulis

Page 6: FAKTOR KEGAGALAN

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK ………………………………………………………. I

ABSTRACT …………………………………………………….. ii

PRAKATA ……………………………………………………… iii

DAFTAR ISI …………………………………………………… iv

BAB I : PENDAHULUAN ………………………………….. 1

BAB II : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN PERAWATAN SALURAN AKAR ………………………………………….. 3

2.1 Faktor Patologis ………………………………………. 3

2.2 Faktor Penderita ………………………………………. 5

2.3 Faktor Perawatan ……………………………………… 6

2.4 Faktor Anatomi Gigi ………………………………….. 7

2.5 Kecelakaan Prosedural ……………………………….. 8

BAB III : MACAM-MACAM PENYEBAB TERJADINYA KEGAGALAN PERAWATAN SALURAN AKAR ………. 11

Page 7: FAKTOR KEGAGALAN

3.1 Faktor Penyebab Kegagalan Perawatan Saluran Akar

Tahap Praperawatan ………………………………….. 11

3.2 Faktor Penyebab Kegagalan Selama Perawatan ……… 13

3.2.1 Kesalahan Pembukaan Kamar Pulpa ……….. 13

3.2.2 Kesalahan Selama Preparasi Saluran Akar …… 15

3.2.3 Kesalahan Saat Pengisisan Saluran Akar …….. 17

3.3 Faktor Penyebab Kegagalan Pasca Perawatan ………… 18

BAB IV : TANDA-TANDA KEGAGALAN PERAWATAN SALURAN AKAR ……………………………………… 19 4.1 Tanda-tanda Kegagalan secara Klinis ………………. 19

4.2 Tanda-tanda Kegagalan secara Radiologis …………. 20

4.3 Tanda-tanda Kegagalan secara Histologis (Mikroskopis)… 20

BAB V : KESIMPULAN ………………………………………………….. 22

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 23

Page 8: FAKTOR KEGAGALAN

BAB I

PENDAHULUAN

Perawatan saluran akar merupakan prosedur perawatan gigi yang bermaksud

mempertahankan gigi dan kenyamanannya agar gigi yang sakit dapat diterima secara

biologik oleh jaringan sekitarnya, tanpa simtom, dapat berfungsi kembali dan tidak

ada yanda-tanda patologik. Gigi yang sakit bila dirawat dan direstorasi dengan baik

akan bertahan seperti gigi vital selama akarnya terletak pada jaringan sekitarnya yang

sehat (Bence, 1990).

Tidak semua perawatan saluran akar berhasil dengan baik. Pasien harus selalu

diberi tahu mengenai kemungkinan terjadinya kegagalan perawatan. Prognosisnya

sering berubah pada waktu sebelum, selama dan sesudah perawatan bergantung

kepada apa yang terjadi dan apa yang ditemukan selama atau setelah perawatan.

Prognosis memuaskan pada permulaan perawatan dapat berubah menjadi prognosis

yang lebih buruk atau tidak memuaskan pada akhir prosedur.

Dokter gigi harus memberikan pandangan umum bahwa hasil yang mungkin

terjadi adalah memuaskan, meragukan atau tidak memuaskan. Mereka akan tahu

bahwa segala sesuatunya mungkin tidak akan berjalan seperti yang diharapkan. Pasien

akan lebih menerima jika kegagalan terjadi.

Interprestasi keberhasilan atau kegagalan berbeda-beda pada setiap klinisi.

Kriteria keberhasilan bagi seorang dokter gigi mungkin berupa lamanya hasil

perawatan bertahan dan kriteria kegagalannya mungkin kalau pasien mengeluhkan

gejala sakit pada gigi yang telah dirawat. Walaupun sudah banyak publikasi hail

Page 9: FAKTOR KEGAGALAN

penelitian mengenai prognosis yang menganalisis efek berbagai faktor terhadap

keberhasilan dan kegagalan, namun banyak variabel yang menyulitkan interpterasi

hasilnya. Kesulitan ini misalnya meliputi bias dari pengamat yang memiliki kriteria

keberhasilan berbeda, bias dalam menginterprestasikan radigraf, berbagai tingkat

kesediaan pasien dalam pemanggilan kembali atau subjektivitas respons pasien

terhadap perawatan.

Kegagalan yang terjadi dapat disebabkan oleh kesalahan dalam mendiagnosa

penyakit pulpa ataupun karena kesalahan dalam teknik perawatan yang dilakukan.

Agar perawatan yang dilakukan tidak menemui kegagalan, maka diperlukan beberapa

pemeriksaan yang dapat menunjang diagnosa penyakit pulpa dan menuntun operator

dalam melakukan perawatan saluran akar (Ingle, 1985; Walton & Torabinejab, 1996).

Page 10: FAKTOR KEGAGALAN

BAB II

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN

PERAWATAN SALURAN AKAR

Seperti halnya seluruh perawatan gigi, penggabungan beberapa faktor

mempengaruhi hasil suatu perawatan endodontik. Faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan dan kegagalan perawatan saluran akar adalah faktor patologi, faktor

penderita, faktor anatomi, faktor perawatan dan kecelakaan prosedur perawatan

(Ingle, 1985; Cohen & Burn, 1994; Walton & Torabinejab, 1996).

2.1 Faktor Patologis

Keberadaan lesi di jaringan pulpa dan lesi di periapikal mempengaruhi tingkat

keberhasilan perawatan saluran akar. Beberapa penelitian menunjukan bahwa tidak

mungkin menentukan secara klinis besarnya jaringan vital yang tersisa dalam saluran

akar dan derajat keterlibatan jaringan peripikal. Faktor patologi yang dapat

mempengaruhi hasil perawatan saluran akar adalah (Ingle, 1985; Walton &

Torabinejad, 1996) :

1. Keadaan patologis jaringan pulpa.

Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam

keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan jaringan

pulpa vital dengan pulpa nekrosis. Peneliti lain menemukan bahwa kasus dengan

pulpa nekrosis memiliki prognosis yang lebih baik bila tidak terdapat lesi

periapikal.

Page 11: FAKTOR KEGAGALAN

2. Keadaan patologis periapikal

danya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil perawatan

saluran akar. Secara umum dipercaya bahwa kista apikalis menghasilkan

prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan lesi granulomatosa. Teori ini

belum dapat dibuktikan karena secara radiografis belum dapat dibedakan dengan

jelas ke dua lesi ini dan pemeriksaan histologi kista periapikal sulit dilakukan.

3. Keadaan periodontal

erusakan jaringan periodontal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

prognosis perawatan saluran akar. Bila ada hubungan antara rongga mulut dengan

daerah periapikal melalui suatu poket periodontal, akan mencegah terjadinya

proses penyembuhan jaringan lunak di periapikal. Toksin yang dihasilkan oleh

plak dentobakterial dapat menambah bertahannya reaksi inflamasi.

4. Resorpsi internal dan eksternal

Kesuksesan perawatan saluran akar bergantung pada kemampuan

menghentikan perkembangan resorpsi. Resorpsi internal sebagian besar

prognosisnya buruk karena sulit menentukan gambaran radiografis, apakah

resorpsi internal telah menyebabkan perforasi. Bermacam-macam cara pengisian

saluran akar yang teresorpsi agar mendapatkan pengisian yang hermetis.

2.2 Faktor Penderita

faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu

perawatan saluran akar adalah sebagai berikut (Ingle, 1985; Cohen & Burns, 1994;

Walton &Torabinejad, 1996) :

Page 12: FAKTOR KEGAGALAN

1. Motivasi Penderita

Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan

melalaikannya, mempunyai risiko perawatan yang buruk. Ketidaksenangan yang

mungkin timbul selama perawatan akan menyebabkan mereka memilih untuk

diekstraksi (Sommer, 1961).

2. Usia Penderita

Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan

keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya

mengalami penyembuhan yang sama cepatnya dengan pasien yang muda. Tetapi

penting diketahui bahwa perawatan lebih sulit dilakukan pada orang tua karena

giginya telah banyak mengalami kalsifikasi. Hali ini mengakibatkan prognosis

yang buruk, tingkat perawatan bergantung pada kasusnya (Ingle, 1985).

3. Keadaan kesehatan umum

Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki risiko

yang buruk terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di bawah

normal. Oleh karena itu keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit jantung,

diabetes atau hepatitis, dapat menjelaskan kegagalan perawatan saluran akar di

luar kontrol ahli endodontis (Sommer, dkk, 1961; Cohen & Burns, 1994).

2.3 Faktor Perawatan

Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan

suatu perawatan saluran akar bergantung kepada :

1. Perbedaan operator

Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu

biologi serta pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan

Page 13: FAKTOR KEGAGALAN

menggunakan instrumen-instrumen yang dirancang khusus. Prosedur-prosedur

khusus dalam perawatan saluran akar digunakan untuk memperoleh keberhasilan

perawatan. Menjadi kewajiban bagi dokter gigi untuk menganalisa pengetahuan

serta kemampuan dalam merawat gigi secara benar dan efektif (Healey, 1960;

Walton &Torabinejad, 1996).

2. Teknik-teknik perawatan

Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagi

dokter gigi, namun keuntungan klinis secara individual dari masing-masing

ukuran keberhasilan secara umum belum dapat ditetapkan. Suatu penelitian

menunjukan bahwa teknik yang menghasilkan penutupan apikal yang buruk, akan

menghasilkan prognosis yang buruk pula (Walton & Torabinejad, 1996).

3. Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar.

Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar yang

ideal dan pasti. Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebih

pendek dari akar radiografis dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkat

keberhasilan yang rendah biasanya berhubungan dengan pengisian yang berlebih,

mungkin disebabkan iritasi oleh bahan-bahan dan penutupan apikal yang buruk.

Dengan tetap melakukan pengisian saluran akar yang lebih pendek dari apeks

radiografis, akan mengurangi kemungkinan kerusakan jaringan periapikal yang

lebih jauh (Walton & Torabinejad, 1996).

2.4 Faktor Anatomi Gigi

Faktor anatomi gigi dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu

perawatan saluran akar dengan mempertimbangkan :

1. Bentuk saluran akar

Page 14: FAKTOR KEGAGALAN

Adanya pengbengkokan, penyumbatan,saluran akar yang sempit, atau bentuk

abnormal lainnya akan berpengaruh terhadap derajat kesulitan perawatan saluran

akar yang dilakukan yang memberi efek langsung terhadap prognosis (Walton &

Torabinejad, 1996).

2. Kelompok gigi

Ada yang berpendapat bahwa perawatan saluran akar pada gigi tunggal

mempunyai hasil yang lebih baik dari pada yang berakar jamak. Hal ini

disebabkan karena ada hubungannya dengan interpretasi dan visualisasi daerah

apikal pada gambaran radiografi. Tulang kortikal gigi-gigi anterior lebih tipis

dibandingkan dengan gigi-gigi posterior sehingga lesi resorpsi pada apeks gigi

anterior terlihat lebih jelas.

Selain itu, superimposisi struktur radioopak daerah periapikal untuk gigi-gigi

anterior terjadi lebih sedikit, sehingga interpretasi radiografinya mudah dilakukan.

Radiografi standar lebih mudah didapat pada gigi anterior, sehingga perubahan

periapikal lebih mudah diobservasi dibandingkan dengan gambaran radiologi gigi

posterior (Walton & Torabinejad, 1989).

3. Saluran lateral atau saluran tambahan

Hubungan pulpa dengan ligamen periodontal tidak terbatas melalui bagian

apikal saja, tetapi juga melalui saluran tambahan yang dapat ditemukan pada

setiap permukaan akar. Sebagian besar ditemukan pada setengah apikal akar dan

daerah percabangan akar gigi molar yang umumnya berjalan langsung dari saluran

akar ke ligamen periodontal (Ingle, 1985).

Preparasi dan pengisian saluran akar tanpa memperhitungkan adanya saluran

tambahan, sering menimbulkan rasa sakit yang hebat sesudah perawatan dan

menjurus ke arah kegagalan perawatan akhir (Guttman, 1988).

Page 15: FAKTOR KEGAGALAN

2.5 Kecelakaan Prosedural

Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada hasil

akhir perawatan saluran akar, misalnya :

1. Terbentuknya ledge (birai) atau perforasi lateral.

Birai adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada permukaan

dinding saluran akar yang merintangi penempatan instrumen untuk mencapai

ujung saluran (Guttman, et all, 1992). Birai terbentuk karena penggunaan

instrumen yang terlalu besar, tidak sesuai dengan urutan; penempatan instrumen

yang kurang dari panjang kerja atau penggunaan instrumen yang lurus serta tidak

fleksibel di dalam saluran akar yang bengkok (Grossman, 1988, Weine, 1996).

Birai dan ferforasi lateral dapat memberikan pengaruh yang merugikan pada

prognosis selama kejadian ini menghalangi pembersihan, pembentukan dan

pengisian saluran akar yang memadai (Walton & Torabinejad, 1966).

2. Instrumen patah

Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan saluran

akar akan mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan perawatan.

Prognosisnya bergantung pada seberapa banyak saluran sebelah apikal patahan

yang masih belum dibersihkan dan belum diobturasi serta seberapa banyak

patahannya. Prognosis yang baik jika patahan instrumen yang besar dan terjadi

ditahap akhir preparasi serta mendekati panjang kerja. Prognosis yang lebih buruk

jika saluran akar belum dibersihkan dan patahannya terjadi dekat apeks atau diluar

foramen apikalis pada tahap awal preparasi (Grossman, 1988; Walton &

Torabinejad, 1996).

Page 16: FAKTOR KEGAGALAN

4. Fraktur akar vertikal

Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi yang

berlebihan pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan pasak.

Adanya fraktur akar vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap hasil

perawatan karena menyebabkan iritasi terhadap ligamen periodontal (Walton

&Torabinejad, 1996).

Page 17: FAKTOR KEGAGALAN

BAB III

MACAM-MACAM PENYEBAB TERJADINYA KEGAGALAN PERAWATAN SALURAN AKAR

Secara umum penyebab kegagalan dapat didaftar secara kasar dari yang

frekuensinya paling sering sampai ke yang paling jarang, yaitu kesalahan dalam

diagnosis dan rencana perawatan; kebocoran tambalan di mahkota; kurangnya

pengetahuan anatomi pulpa; debridement yang tidak memadai; kesalahan selama

perawatan; kesalahan dalam obturasi; proteksi tambalan yang tidak cukup; dan fraktur

akar vertikal.

Berbagai prosedur yang terkait dengan perawatan saluran akar dibagi menjadi

tiga tahap yaitu tahap praperawatan, selama perawatan dan pasca perawatan.

Mengingat kegagalan perawatan saluran akar terkait dengan tiap-tiap tahap tersebut,

maka penyebab kegagalannya pun diklasifikasi sesuai dengan tahap-tahap itu (Cohen

1994; Walton & Torabinejad, 1996).

3.1 Faktor Kegagalan Tahap Praperawatan

Kegagalan perawatan saluran akar pada tahap praperawatan sering disebabkan

oleh :

1. Diagnosis yang keliru

2. Kesalahan dalam perencanaan perawatan

3. Seleksi kasus yang buruk

4. Merawat gigi dengan prognosis yang buruk

Page 18: FAKTOR KEGAGALAN

Diagnosis yang tidak tepat, biasanya berasal dari kurangnya atau salahnya

interpretasi informasi, baik informasi klinis maupun radiografis. Radiograf merupakan

alat bantu utama dalam penilaian konfigurasi anatomik sistem saluran akar perawatan.

Tidak teridentifikasinya penyimpangan berbagai sistem saluran akar pada

radigraf sering menjadi penyebab kegagalan perawatan saluran akar. Fraktur dentin

akar atau didiagnosis keliru. Inflamasi kronis yang timbul akan menyebabkan defek

periodontal, defek ini sering baru terlihat di kemudian hari.

Dalam mendiagnosis suatu penyakit sangat diperlukan ketelitian dan

pemahaman dokter gigi akan gejala-gejala suatu penyakit. Karena keterbatasan

pengetahuan, peralatan ataupun karena kelalaian dokter gigi, tidak jarang terjadi

kesalahan dalam mendiagnosis penyakit yang dapat mengakibatkan timbulnya

masalah dalam proses penyembuhan.

Seleksi kasus menentukan apakah perawatan dapat dilakukan atau tidak.

Sebagian rencana perawatan adalah mengidentifikasi kasus-kasus mana yang

cenderung akan mengalami kegagalan walaupun baiknya perawatan yang dilakukan.

Sejumlah kegagalan yang disebabkan oleh seleksi kasus yang buruk akan

menimbulkan kekliruan dalam menilai kerjasama pasien serta kesukaran yang

mungkin timbul selama perawatan (Cohen, 1994; Ingle, 1985, Grossman, 1988,

Walton & Torabinejad, 1996).

Page 19: FAKTOR KEGAGALAN

3.2 Faktor Kegagalan Selama Perawatan

Banyak kegagalan perawatan saluran akar yang disebabkan oleh kesalahan-

kesalahan dalam prosedur perawatan, kesalahan dapat terjadi pada saat pembukaan

kamar pulpa, saat melakukan preparasi saluran akar dan saat pengisian saluran akar.

3.2.1 Kesalahan Pembukaan Kamar Pulpa

Tujuan utama pembukaan kamar pulpa adalah untuk mendapatkan jalan

langsung ke foramen apikal tanpa adanya hambatan serta untuk memudahkan

penglihatan pada semua orofis saluran akar. Pembukaan kamar pulpa untuk setiap gigi

mempunyai desain yang berbeda, suatu pembukaan yang dilakukan dengan baik akan

menghilangkan kesulitan-kesulitan teknis yang dijumpai dalam perawatan saluran

akar (Grossman, 1988; Cohen, 1994; Walton & Torabinejad, 1996).

Kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi selama melakukan pembukaan kamar

pulpa adalah :

1. Perforasi Permukaan akar

Perforasi dapat terjadi ke arah proksimal atau labial. Perforasi disebabkan

karena preparasi pembukaan dilakukan dengan sudut yang tidak mengarah ke

kamar pulpa. Hal ini terjadi karena waktu melakukan preparasi akses, ditemui

kesulitan menemukan lokasi kamar pulpa walaupun dari gambaran foto Rontgen

jelas.

2. Perusakan dasar kamar pulpa

Bor yang memotong dasar kamar pulpa dapat menyebabkan terjadinya

perforasi pada furkasi. Selai itu, pemakaian bor fisur yang berujung datar akan

membuat dasar kamar pulpa menadi datar sehingga merusak bentuk corong

Page 20: FAKTOR KEGAGALAN

alamiah orifis yang akan menyulitkan pemasukan instrumen, paper point serta

bahan pengisian ke dalam saluran akar.

3. Preparasi saluran melalui tanduk pulpa

Preparasi yang terlalu dangkal akan menyebabkan saluran akar dicapai melalui

tanduk pulpa, selain itu akan menyulitkan pembersihan kamar pulpa dan saluran

akar dengan baik.

4. Membuat pembukaan proksimal

Pembukaan yang dilakukan melalui karies yang ada proksimal akan

menyebabkan instrumen yang dipakai untuk saluran akar harus dibengkokkan,

akibatnya preparasi saluran akar tidak tepat dan instrumen dapat patah dalam

saluran akar.

5. Membuat pembukaan yang terlalu kecil

Pembukaan yang terlalu kecil akan mengakibatkan terperangkapnya jaringan

pulpa terutama yang berada dibawah tanduk pulpa, juga akan menyulitkan

pencarian orifis sehingga saluran akar tidak dapat ditemukan.

6. Preparasi pembukaan melebar ke arah dasar kamar pulpa

Pada preparasi yang melebar ke arah dasar kamar pulpa akan mengakibatkan

melemahnya kemampuan menerima daya kunyah sehingga dapat melepaskan

tambalan sementara dan akhirnya terjadi kebocoran.

3.2.2 Kesalahan Selama Preparasi Saluran Akar

Tahap preparasi saluran akar mencakup proses pembersihan (cleaning) dan

pembentukan (shaping). Pada tahap ini dapat terjadi kegagalan perawatan saluran akar

yang disebabkan oleh :

Page 21: FAKTOR KEGAGALAN

1. Instrumentasi berlebih (over instrumentasi)

Instrumen menembus ke luar melalui foramen apikal sehingga dapat

menyebabakan terjadinya inflamasi periapikal. Instrumentasi yang melewati

konstriksi apikal dapat mentransfer mikroorganisme dan mendorong bubuk dentin

dari saluran akar ke jaringan periapikal sehingga dapat memperburuk hasil

perawatan (Grossman, 1988; Walton & Torabinejad, 1996).

2. Instrumentasi kurang (underinstrumentasi)

Instrumen tidak mencapai panjang kerja yang benar sehingga pembersihan

saluran akar tidak sempurna, masih meninggalkan jaringan nekrotik di dalam

saluran akar (Grossman, 1988; Walton & Torabinejad, 1996).

3. Preparasi berlebihan

Yang dimaksud dengan preparasi berlebihan adalah pengambilan jaringan gigi

yang berlebih dalam arah mesio-distal dan buko-lingual. Hal ini dapat terjadi

dibagian koronal atau pertengahan saluran sehingga melemahkan akar dan dapat

menyebabkan fraktur akarselama berlangsungnya kondensasi (Gutmann et all,

1992).

4. Preparasi yang kurang

Preparasi yang kurang adalah kegagalan dalam pengambilan jaringan pulpa,

kikiran dentin dan mikroorganisme dari sistem saluran akar. Saluran dibentuk

sempurna sehingga pengisian kurang hermetis (Gutmann et all, 1992).

5. Terbentuknya birai (ledge) dan perforasi

Terbentuknya birai atau perforasi laterala dapat menghalangi proses

pembersihan, pembentukan dan pengisian saluran akar yang sempurna. Adanya

birai atau perforasi lateral akan meninggalkan bahan iritasi dan atau akan

Page 22: FAKTOR KEGAGALAN

menambah buruk keadaan pada ligamen perodontal sehingga prognosisnya

menjadi buruk (Gossman, 1988; Cohen, 1994, Walton & Torabinejad, 1996).

6. Instrumen patah dalam saluran akar

Instrumen patah dalam saluran menyebabkan kesulitan tahap perawatan

saluran akar selanjutnya. Prognosisnya buruk bila saluran akar disebelah apikal

patahan yang belum dibersihkan masih panjang atau fragmen patahan keluar dari

foramen apikal (Grossman, 1988; Weine, 1996).

7. Kesalahan pada waktu irigasi saluran akar

Bila bahan irigasi yang dipakai bersifat toksik, dapat menyebabkan iritasi pada

jaringan periapikal. Cara penyemprotan bahan irigasi terlalu keras atau

memasukkan jarumnya terlalu dalam dapat mendorong bubuk dentin dan

mikroorganisme keluar dari foramen apikal, sehingga dapat mengiritasi jaringan

periapikal.

8. Kesalahan dalam sterilisasi saluran akar

Mikroorganisme masih tersisa di dalam tubuli dentin, saluran lateral atau

ramifikasi saluran akar karena obat-obat disinfeksi yang digunakan kurang efektif,

sehingga dapat menyebabkan terjadinya reinfeksi (Ingle, 1985; Weine, 1996).

3.2.3 Kesalahan Saat Pengisian Saluran Akar

Kegagalan perawatan saluran akar dapat disebabkan karena kesalahan-

kesalahan yang terjadi saat pengisian saluran akar, yaitu (Ingle, 1985; Cohen, 1994;

Walton & Torabinejad, 1996: Weine, 1996) :

Page 23: FAKTOR KEGAGALAN

1. Pengisian yang tidak sempurna

Pengisian yang berlebih (overfilling), pengisian yang kurang (underfilling) atu

pengisian yang tidak hermetis, dapat memicu terjadinya inflamasi jaringan

periapikal, saluran akar dapat terkontaminasi bakteri dari periapikal sehingga

terjadi reinfeksi.

2. Pengisian saluran akar dilakukan pada saat yang tidak tepat.

Pengisian saluran akar dilakukan pada keadaan belum steril, masih terdapat

eksudat yang persisten atau masih terdapat sisa jaringan yang terinfeksi.

3. Pengisian saluran akar dilakukan pada keadaan tidak steril.

Keadaan rongga mulut maupun alat-alat yang digunakan pada waktu

dilakukan pengisian saluran akar, tidak steril.

3.3 Faktor Penyebab Kegagalan Pasca Perawatan

Kejadian pasca perawatan dapat menyebabkan kegagalan perawatan secara

langsung atau tidak langsung, misalnya (Ingle, 1985; Walton & Torabinejad, 1996).

1. Restorasi yang kurang baik atau desain restorasi yang buruk.

Restorasi yang baik akan melindungi sisa gigi dan mencegah kebocoran dari

rongga mulut kedalam sistem saluran akar. Restorasi pasca perawatan saluran akar

yang kurang baik akan menyebabkan terbukanya semen dan menyebabkan

terkontaminasinya kamar pulpa dan saluran akar oleh saliva dan bakteri, sehingga

mengakibatkan kegagalan perawatan saluran akar.

2. Trauma dan fraktur

Kesalahan preparasi padawaktu pembuatan pasak dapat menyebabkan

kegagalan perawatan. Pengambilan dentin saluran akar yang terlalu banyak akan

melemahkan akar gigi, sehingga dapat menyebabkan terjadinya fraktur vertikal.

Page 24: FAKTOR KEGAGALAN

3. Terkenanya jaringan periodontal

Kegagalan bisa disebabkan karena non endodontik, walaupun perawatan

saluran akar dilakukan dengan baik. Hal ini dapat disebabkan karena efek merusak

dari perawatan ortodontik atau penyakit periodontium.

Page 25: FAKTOR KEGAGALAN

BAB IV

TANDA-TANDA KEGAGALAN PERAWATAN SALURAN AKAR

Di samping kurangnya konsensus mengenai kriteria untuk menilai

keberhasilan atau kegagalan, rentang waktu yang diperlukan bagi tindak lanjut pasca

perawatan yang memadai juga masih kontroversial. Periode yang dianjurkan berkisar

6 bulan sampai 4 tahun. Keberhasilan yang nyata dalam kurun waktu satu tahun

bukan keberhasilan yang langgeng karena kegagalan mungkin terjadi setiap saat.

Penentuan berhasil atau tidaknya suatu perawatan diambil dari pemeriksaan

klinis dan radigrafis dan histologis (mikroskopis). Hanya temuan klinis dan

radiografis yang dapat dievaluasi dengan mudah oleh dokter gigi, pemeriksaan

histologis pada umumnya digunakan sebagai alat penelitian (Walton & Torabinejad,

1996; Mardewi, 2003).

4.1 Tanda-tanda Kegagalan secara Klinis

Kegagalan perawatan saluran akar yang dilihat secara klinis yang lazim dinilai

adalah tanda gejala klinis, yaitu : (Walton & Torabinejad, 1996; Mardewi, 2003) :

1. Rasa nyeri baik secara spontan maupun bila kena rangsang.

2. Perkusi dan tekanan terasa peka.

3. Palpasi mukosa sekitar gigi terasa peka.

4. Pembengkakan pada mukosa sekitar gigi dan nyeri bila ditekan.

5. Adanya fistula pada daerah apikal.

Page 26: FAKTOR KEGAGALAN

4.2 Tanda-tanda Kegagalan secara Radiografis

Kemungkinan kesalahan dalam interprestasi radiografis adalah faktor penting

yang dapat merumitkan keadaan. Konsistensi dalam jenis film dan waktu

pengambilan, angulasi tabung sinar dan film, kondisi penilaian radiograf yang sama

merupakan hal-hal yang penting untuk diperhatikan. Biasa perorangan juga akan

mempengaruhi interpretasi radiografis. Perubahan radiologis cenderung bervariasi

menurut orang yang memeriksanya sehingga pendapat yang dihasilkan pun berbeda.

Tanda-tanda kegagalan perawatan saluran akar secara radiografis adalah adanya

(Walton & Torabinejad, 1996; Mardewi, 2003) :

1. Perluasan daerah radiolusen di dalam ruang pulpa (internal resorption).

2. Pelebaran jaringan periodontium.

3. Perluasan gambaran radiolusen di daerah periapikal.

4.3 Tanda-tanda Kegagalan secara Histologis (Mikroskopis)

Karena kurangnya penelitian histologis yang terkendali dengan baik, ada

ketidakpastian mengenai derajat korelasi antara temuan histologis dengan gambaran

radiologisnya. Pemeriksaan histologis rutin jaringan periapikal pasien jarang

dilakukan. Tanda-tanda kegagalan secara histologis adalah (Walton & Torabinejad,

1996; Mardewi, 2003) :

1. Adanya sel-sel radang akut dan kronik di dalam jaringan pulpa dan periapikal.

2. Ada mikro abses.

3. Jaringan pulpa mengalami degeneratif sampai nekrotik.

Di dalam “washington Study” yang dipublikasikan oleh Ingle dan Beverige

(1976) dalam Tarigan (1994) dianalisa secara statistik sebab-sebab yang dapat

mengakibatkan terjadinya kegagalan perawatan saluran akar dua tahun setelah

Page 27: FAKTOR KEGAGALAN

selesainya perawatan. Dari 1229 kasus yang dirawat endodontik, ditemukan 91,5 %

berhasil tanpa keluhan dan yang mengalami kegagalan adalah 8,5 %. Sebab-sebab

terjadinya kegagalan tersebut dapat dikatagorikan dalam tiga hal, yaitu (Tarigan,

1994) :

1. Iritasi apikal oleh cairan jaringan yang terinfeksi pada saluran akar yang diisi tidak

hermetis adalah 63,46 %.

2. Kesalahan-kesalahan selama dilakukan perawatan, misalnya perforasi, pengisian

yang berlebih, instrumen patah, adalah 14,42 %.

3. Kesalahan pada waktu diagnosis, 22,12 %.

Dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa perawatan saluran akar yang

tidak sempurna dan pengisian saluran akar yang salah hampir meliputi du pertiga

penyebab kegagalan perawatan saluran akar yang dilakukan (Ingle, 1985; Tarigan,

1994).

Page 28: FAKTOR KEGAGALAN

BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik dari tulisan diatas adalah :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu perawatan

saluran akar adalah faktor patologi, faktor penderita, faktor perawatan, faktor

anatomi gigi dan faktor kecelakaan prosedural.

2. Macam-macam penyebab terjadinya kegagalan suatu perawatan saluran akar

adalah kesalahan yang terjadi pada tahap praperawatan, kesalahan selama

perawatan dan kegagalan pascaperawatan.

3. Tanda-tanda kegagalan perawatan saluran akar yang mudah ditentukan oleh

dokter gigi adalah dengan cara pemeriksaan klinis dan radiologis, cara histologis

jarang dilakukan.

4. Kegagalan perawatan saluran akar sebagian besar disebabkan oleh faktor

kesalahan selama perawatan dan pengisian saluran akar yang tidak sempurna.

Page 29: FAKTOR KEGAGALAN

DAFTAR PUSTAKA

Bence, R. 1990. Buku Pedoman Endodontik Klinik, terjemahan Sundoro. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Cohen, S. and Burns, R.C. 1994. Pathway of the pulp. 6 th ed. St. Louis : Mosby. Guttman, J.L. 1992. Problem Solving in Endodontics, Prevention, identification and

management. 2 nd ed., St louis : mosby Year Book. Grossman, L.I., Oliet, S. and Del Rio, C.E., 1988. Endodontics Practice. 11 th ed.

Philadelphia : Lea & febiger. Ingle, J.L. & Bakland, L.K. 1985. Endodontics. 3 rd ed. Philadelphia : Lea & Febiger. Mardewi, S. K.S.A. 2003. Endodontologi, Kumpulan naskah. Cetakan I. Jakarta :

Hafizh. Tarigan, R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (endodonti). Cetakan I, Jakarta : Widya

Medika. Walton, R. and Torabinejad, M., 1996. Principles and Practice of Endodontics. 2 nd

ed. Philadelphia : W.B. Saunders Co. Weine, F.S. 1996. Endodontics Theraphy. 5 th ed. St. Louis : Mosby Year Book. Inc.