61
1 TINJAUAN TENTANG FAKTOR PENYEBAB KEPAILITAN DALAM BUMN Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Organisasi Perusahaan Dosen: Prof.Dr.H.Man.S.Sastrawidjaja,S.H.,S.U. DIsusun Oleh: Nin Yasmine Lisasih (110120100040) MAGISTER HUKUM BISNIS

Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Faktor penyebab kepailitan dalam BUMN, sinkronisasi sistem BUMN di Indonesia dengan sistem perdagangan Internasional dan pembentukan organ BUMN dengan para pihak yang menjabat secara kompetitif belum transparan.

Citation preview

Page 1: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

1

TINJAUAN TENTANG FAKTOR PENYEBAB

KEPAILITAN DALAM BUMN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Hukum Organisasi Perusahaan

Dosen:

Prof.Dr.H.Man.S.Sastrawidjaja,S.H.,S.U.

DIsusun Oleh:

Nin Yasmine Lisasih (110120100040)

MAGISTER HUKUM BISNIS

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2011

Page 2: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

2

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….. 1

A. Latar Belakang……………………………………………… 1

B. Identifikasi Masalah……………………………………..… 7

BAB II TINJAUAN TENTANG KEPAILITAN DALAM BUMN………. 9

A. Tinjauan tentang BUMN…………………………………… 9

1. Sistem Kinerja BUMN………………………………… 9

2. Penunjukan dan Pembentukan Organ BUMN…….. 13

3. Mekanisme Seleksi Organ Direksi BUMN…………. 18

B. Tinjauan tentang Kepailitan………………………………. 20

1. Syarat Kepailitan………………………………………. 20

2. Akibat Hukum Kepailitan dan

Pengurusan Harta Pailit………………………………. 21

BAB III ANALISIS……………………………………………………….. 24

A. Sinkronisasi Sistem BUMN dengan Sistem

Hukum Perdagangan Internasional di Indonesia……… 24

B. Transparansi dalam Hal Penunjukan dan

Pembentukan Organ BUMN dengan Para

Page 3: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

3

Pihak yang Menjabat secara Kompetitif……………….. 31

BAB IV PENUTUP………………………………………………………. 35

A. Simpulan……………………………………………………. 35

B. Saran………………………………………………………… 36

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 38

Page 4: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Badan Usaha Milik Negara atau BUMN adalah suatu badan

hukum yang berbeda dengan badan hukum lainnya. Perbedaan

tersebut dapat dilihat dari definisi BUMN menurut Pasal 1 angka

1 Undang-Undang BUMN. Pasal tersebut mendefinisikan BUMN

sebagai badan usaha yang seluruh atau sebagian besar

modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara

langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

Modal BUMN berasal dari harta kekayaan negara yang

dipisahkan dan dipergunakan untuk pengelolaan dan

pengembangan BUMN.

Maksud dan tujuan pendirian BUMN diatur dalam Pasal 2

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003, Pertama, tujuan

pendirian BUMN adalah untuk memberikan sumbangan bagi

perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan

penerimaan negara pada khususnya. Kedua, untuk mengejar

keuntungan dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip

pengelolaan perusahaan yang sehat. Ketiga, BUMN

menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan

Page 5: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

5

barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai

pemenuhan bagi hajat hidup orang banyak. Keempat, tujuan

pendirian BUMN adalah menjadi perintis-perintis kegiatan usaha

yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi.

Kelima, tujuan pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan

bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi

lemah, koperasi, dan masyarakat. Kegiatan BUMN harus sesuai

dengan maksud dan tujuannya serta tidak bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan/atau

kesusilaan.1

BUMN mempunyai banyak keunggulan sebagai pelaku

ekonomi dalam sistem perekonomian nasional di samping usaha

swasta dan koperasi, salah satu keunggulan BUMN ialah BUMN

memungkinkan untuk melakukan kerjasama Internasional.

Kerjasama Internasional yang dijalin oleh BUMN meliputi segala

bidang dan memiliki keunggulan dibanding perusahaan swasta.

Misalnya di bidang pasar modal, BUMN dinilai unggul dibanding

perusahaan swasta, hal ini dapat dinilai dari pencatatan saham

BUMN di pasar modal yang dinilai mampu bersaing dengan

1 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal. 139-140

Page 6: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

6

perusahaan swasta baik dalam hal likuiditas saham, kapitalisasi

pasar maupun kinerja keuangan.

BUMN diharapkan dapat mencapai tujuan awal sebagai agen

pembangunan dan pendorong terciptanya korporasi, akan tetapi

tujuan tersebut dicapai dengan biaya yang relatif tinggi. Kinerja

perusahaanpun dinilai belum memadai, seperti tampak pada

rendahnya laba yang diperoleh dibandingkan dengan modal yang

ditanamkan. Hal tersebut dikarenakan berbagai kendala, BUMN

belum sepenuhnya dapat menyediakan barang dan/atau jasa

yang bermutu tinggi bagi masyarakat dengan harga yang

terjangkau serta belum mampu berkompetisi dalam persaingan

bisnis secara global. Selain itu, karena keterbatasan sumber

daya, fungsi BUMN baik sebagai pelopor/perintis maupun

sebagai penyeimbang kekuatan swasta besar, juga belum

sepenuhnya dapat dilaksanakan. Di lain pihak, perkembangan

ekonomi dunia berlangsung sangat dinamis, terutama berkaitan

dengan liberalisasi dan globalisasi perdagangan Internasional.2

Pelaksanaan progam kebijakan pemerintah oleh BUMN

seringkali menjumpai hambatan-hambatan yang menimbulkan

kesulitan yang besar terhadap perekonomian dan perdagangan

2 Penjelasan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik NegaraNegara, pada ketentuan Umum.

Page 7: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

7

nasional. Hambatan tersebut antara lain ialah BUMN tidak piawai

dalam menjalankan sistem yang ada, tidak seimbangnya situasi

dengan sistem yang ada, rendahnya kualitas SDM, dampak

krisis moneter bagi BUMN serta mengenai penggabungan,

peleburan, pengambilalihan dan pembubaran BUMN. Keadaan

tersebut berakibat timbulnya masalah-masalah yang berantai,

yang apabila tidak segera diselesaikan akan berdampak lebih

luas dan kondisi yang demikian dapat menyebabkan BUMN

dapat dipailitkan karena mengalami kerugian terus menerus

secara kronis / bangkrut.

Kepailitan ialah sita umum atas kekayaan Debitur Pailit yang

pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah

pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. BUMN yang paling

banyak mengalami kepailitan di Indonesia rata-rata disebabkan

karena terbentur oleh kebijakan moneter pemerintah, sistem yang

belum berjalan secara maksimal dalam sebuah BUMN

dikarenakan keterbatasan fasilitas ataupun SDM, tidak sehatnya

iklim kinerja di dalam BUMN karena kebiasaan kolusi dalam

menentukan tender proyek.

Page 8: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

8

Kebijakan moneter yang sering mempersulit BUMN antara

lain tingginya bea cukai terhadap barang-barang impor yang

menjadi komoditi BUMN, mengenai pembatasan kepemilikan

saham secara terbuka dan mengenai sistem privatisasi BUMN

yang tidak transparan. Ditambah dengan sistem pendataan dan

teknologi yang dimiliki rata-rata BUMN belum memadai dan tidak

disertai SDM lokal yang mampu dan layak sehingga masih

sangat bergantung kepada tenaga ahli asing dan sewa peralatan

dari luar negeri. Selain itu, kebiasaan kolusi yang merambah

sistem penentuan rekanan dalam hal tender proyek seringkali

membuat BUMN mendapat rekanan yang tidak layak / asal dalam

mengerjakan proyek-proyeknya, contohnya ialah pada proyek

pembangunan jalan, jembatan, gedung, pengadaan beberapa

bahan baku secara impor.

Sesuai UU Nomor 19 Tahun 2003 yang sudah mengatur

secara cukup lengkap seluruh sistem dan Undang-Undang yang

ada di BUMN, hanya sebenarnya ditilik dari berbagai kejadian

yang sering terjadi, sepertinya ada banyak masalah dalam BUMN

untuk menjalankan prosedur sesuai dengan Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2003. Akan lebih maksimal dan lebih bagus

berjalannya bilamana ada lembaga independen yang mengawasi

secara langsung sistem dan kinerja BUMN secara transparan

Page 9: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

9

mendampingi departemen dan atau pejabat kementrian yang

terkait.

Menilik dari beberapa hal di atas, cukup banyak BUMN di

Indonesia ini yang mengalami kepailitan, dan itu adalah hal yang

wajar karena hal-hal yang telah diulas di atas. Undang-Undang

Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang mengatur tentang Kepailitan

BUMN, mengingat BUMN mempunyai karakteristik yang unik

dibandingkan dengan badan usaha yang lainnya. Karena sifat

yang unik dari BUMN yang salah satunya adalah sebagian besar

saham atau bahkan seluruhnya saham dimiliki oleh Negara,

maka Putusan Pailit tersebut juga akan berkaitan dengan

kekayaan Negara. Sehingga menimbulkan akibat hukum bagi

para pihak atas putusan pailit tersebut. Dalam Undang-Undang

Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang hanya mengatur sepintas saja

mengenai Kepailitan BUMN, yaitu hanya mengatakan bahwa

yang berwenang mengajukan pailit pada BUMN yang bergerak

dibidang Publik adalah Menteri Keuangan, dalam Undang-

Undang ini tidak menjabarkan lebih detail lagi.

Hanya saja yang dimaksud dengan BUMN pada Undang-

Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan

Page 10: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

10

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang adalah BUMN yang

bergerak di bidang Pelayanan Publik, yang jika dihubungkan

dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan

Usaha Milik Negara, BUMN yang dimaksud adalah Perum,

sehingga untuk BUMN yang berbentuk Persero akan

diberlakukan pula Ketentuan Undang-Undang Perseroan

Terbatas selain juga Undang-Undang BUMN.

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 seringkali harus

diterapkan karena banyak BUMN yang perlu diselamatkan oleh

negara karena sifat Undang-Undang Kepailitan ini adalah

antisipasi maka alangkah baiknya melakukan pembenahan,

pengawasan, pendampingan dan kontrol secara mendasar dan

berkala terhadap BUMN-BUMN yang masuk dalam kategori

sehat dan sedang. Untuk kategori BUMN yang sudah sakit,

bilamana terlalu banyak pengorbanan yang dilakukan, jalan yang

terbaik ialah dengan merger atau privatisasi secara total.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditarik suatu

identifikasi masalah yaitu :

1. Sudah sesuaikah sistem BUMN dengan sistem hukum

perdagangan internasional di Indonesia?

Page 11: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

11

2. Sudahkah terjadi transparansi dalam hal penunjukan dan

pembentukan organ BUMN dengan para pihak yang menjabat

secara kompetitif?

Page 12: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

12

BAB II

TINJAUAN TENTANG KEPAILITAN DALAM BUMN

A. Tinjauan tentang BUMN.

1. Sistem Kinerja BUMN.

Sistem kinerja BUMN dijalankan berdasarkan

fondasi yang kokoh, fondasi itu adalah kebijakan publik

dalam bentuk Undang-Undang. Undang-undang Nomor

19 Tahun 2003 merupakan fondasi dalam pelaksanaan

peran BUMN dalam perekonomian nasional untuk

mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan

sistem kinerja BUMN harus sesuai dengan maksud dan

tujuan didirikannya BUMN sesuai dengan Pasal 2

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003. Selain UU

Nomor 19 Tahun 2003, Surat Keputusan Menteri BUMN

No. Kep-117/M-MBU/2002 juga merupakan peraturan

perundang-undangan yang mengatur mengenai

pelaksanaan system kinerja BUMN.

Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-

MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan

Praktek Good Corporate Governance (GCG) pada

Badan Usaha Milik Negara, menekankan kewajiban

Page 13: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

13

bagi BUMN untuk menerapkan GCG secara konsisten

dan atau menjadikan prinsip-prinsip GCG sebagai

landasan operasionalnya, yang pada dasarnya

bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan

akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai

pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap

memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, dan

berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-

nilai etika.

Corporate governance adalah suatu proses dan

struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk

meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas

perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham

dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan

kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan

peraturan perundangan dan nilai-nilai etika (Pasal 1

Surat Keputusan Menteri BUMN No.

Kep-117/M-MBU/2002).

Sesuai surat Nomor: S-359/MK.05/2001 tanggal 21

Juni 2001 tentang Pengkajian Sistem Manajemen

BUMN dengan prinsip-prinsip good corporate

governance, Menteri Keuangan meminta Badan

Page 14: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

14

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

untuk melakukan kajian dan pengembangan sistem

manajemen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

mengacu pada prinsip Good Corporate Governance

(GCG). Selanjutnya, BPKP telah membentuk Tim Good

Corporate Governance dengan Surat Keputusan Kepala

BPKP Nomor KEP-06.02.00-316/K/2000 yang

diperbaharui dengan KEP-06.02.00-268/K/2001. Tim

GCG tersebut mempunyai tugas untuk merumuskan

prinsip-prinsip pedoman evaluasi, implementasi dan

sosialisasi penerapan GCG serta memberikan masukan

kepada pemerintah dalam mengembangkan sistem

pelaporan kinerja dalam rangke penerapan GCG pada

BUMN/BUMD dan badan usaha lainnya.3

Prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang

dimaksud dalam Surat Keputusan Menteri BUMN No.

Kep-117/M-MBU/2002 meliputi:

a. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam

melaksanakan proses pengambilan keputusan dan

3 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan,Good Corporate Governance, www.bpkp.go.id/?idunit=21&idpage=326, diunduh pada Minggu, 13 Maret 2011 pukul 20.22

Page 15: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

15

keterbukaan dalam mengemukakan informasi

materiil dan relevan mengenai perusahaan;

b. Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana

perusahaan dikelola secara profesional tanpa

benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari

pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-

prinsip korporasi yang sehat;

c. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan

dan pertanggungjawaban Organ sehingga

pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif;

d. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam

pengelolaan perusahaan terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-

prinsip korporasi yang sehat;

e. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan

di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul

berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Kerangka kerja Good Corporate Governance ialah :

Page 16: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

16

a. Compliance (kepatuhan), yaitu sejauh mana

perusahaan telah mematuhi aturan-aturan yang ada

dalam memenuhi prinsip-prinsip GCG;

b. Conformance (kesesuaian dan kelengkapan), yaitu

sejauh mana perusahaan telah berperilaku sesuai

GCG ditinjau dari berbagai aspek yang menjadi

prinsip GCG;

c. Performance (unjuk kerja), yaitu sejauh mana

perusahaan telah menampilkan bukti (eviden) yang

menunjukkan bahwa perusahaan telah

mendapatkan manfaat yang nyata dari telah

diterapkannya prinsip GCG di dalam perusahaan.

2. Penunjukan dan Pembentukan Organ BUMN.

Pejabat atau organ BUMN dalam UU Nomor 19

Tahun 2003 ialah Direksi, Komisaris dan Dewan

Pengawas. Direksi bertanggung jawab penuh atas

pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan

BUMN serta mewakili BUMN, baik di dalam maupun di

luar pengadilan. Sedangkan mengenai pengawasan

BUMN dilakukan oleh Komisaris dan Dewan Pengawas.

Dalam melaksanakan tugasnya, anggota Direksi,

Komisaris dan Dewan Pengawas harus mematuhi

Page 17: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

17

anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang-

undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip

profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian,

akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran.

BUMN terdiri dari Persero dan Perum. Organ

Persero ialah RUPS, Direksi dan Komisaris. Sedangkan

organ Perum adalah Menteri, Direksi, dan Dewan

Pengawas. Dalam Persero, Pasal 16 UU BUMN

mengatur mengenai pengangkatan Direksi BUMN yaitu:

a. Anggota Direksi diangkat berdasarkan pertimbangan

keahlian, integritas, kepemimpinan, pengalaman,

jujur, perilaku yang baik, serta dedikasi yang tinggi

untuk memajukan dan mengembangkan Persero.

b. Pengangkatan anggota Direksi dilakukan melalui

mekanisme uji kelayakan dan kepatutan.

c. Calon anggota Direksi yang telah dinyatakan lulus

uji kelayakan dan kepatutan wajib menandatangani

kontrak manajemen sebelum ditetapkan

pengangkatannya sebagai anggota Direksi.

d. Masa jabatan anggota Direksi ditetapkan 5 (lima)

tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu)

kali masa jabatan.

Page 18: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

18

e. Dalam hal Direksi terdiri atas lebih dari seorang

anggota, salah seorang anggota Direksi diangkat

sebagai direktur utama

Pasal 28 UU Nomor 19 Tahun 2003 mengatur

mengenai pengangkatan anggota Komisaris yaitu :

a. Anggota Komisaris diangkat berdasarkan

pertimbangan integritas, dedikasi, memahami

masalah-masalah manajemen perusahaan yang

berkaitan dengan salah satu fungsi manajemen,

memiliki pengetahuan yang memadai di bidang

usaha Persero tersebut, serta dapat menyediakan

waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya.

b. Komposisi Komisaris harus ditetapkan sedemikian

rupa sehingga memungkinkan pengambilan

keputusan dapat dilakukan secara efektif, tepat dan

cepat, serta dapat bertindak secara independen.

c. Masa jabatan anggota Komisaris ditetapkan 5 (lima)

tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali

masa jabatan.

d. Dalam hal Komisaris terdiri atas lebih dari seorang

anggota, salah seorang anggota Komisaris diangkat

sebagai komisaris utama.

Page 19: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

19

e. Pengangkatan anggota Komisaris tidak bersamaan

waktunya dengan pengangkatan anggota Direksi,

kecuali pengangkatan untuk pertama kalinya pada

waktu pendirian.

Dalam hal BUMN yang berbentuk Perum, yang

dapat diangkat sebagai anggota Direksi adalah orang

perseorangan yang mampu melaksanakan perbuatan

hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi

anggota Direksi atau Komisaris atau Dewan Pengawas

yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu

perseroan atau Perum dinyatakan pailit atau orang

yang tidak pernah dihukum karena melakukan tindak

pidana yang merugikan keuangan negara

sebagaimana tertulis dalam Pasal 45 ayat (1) UU

BUMN. Selain kriteria sebagaimana dimaksud dalam

pasal 45 ayat (1) UU BUMN, anggota Direksi diangkat

berdasarkan pertimbangan keahlian, integritas,

kepemimpinan, pengalaman, jujur, perilaku yang baik,

serta dedikasi yang tinggi untuk memajukan dan

mengembangkan Perum. Selain itu, pengangkatan

anggota Direksi dilakukan melalui mekanisme uji

kelayakan dan kepatutan.

Page 20: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

20

Kriteria pengangkatan Dewan Pengawas dalam

Perum diatur dalam Pasal 57 ayat (1) dan (2), yaitu :

(1) Yang dapat diangkat menjadi anggota Dewan

Pengawas adalah orang perseorangan yang

mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak

pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota

Direksi atau Komisaris atau Dewan Pengawas yang

dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan

atau Perum dinyatakan pailit atau orang yang tidak

pernah dihukum karena melakukan tindak pidana

yang merugikan keuangan negara.

(2) Selain kriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1), anggota Dewan Pengawas diangkat

berdasarkan pertimbangan integritas, dedikasi,

memahami masalah-masalah manajemen

perusahaan yang berkaitan dengan salah satu

fungsi manajemen, memiliki pengetahuan yang

memadai di bidang usaha Perum tersebut, serta

dapat menyediakan waktu yang cukup untuk

melaksanakan tugasnya.

Page 21: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

21

3. Mekanisme Seleksi Organ Direksi BUMN.

Pemerintah melalui Kementerian BUMN memiliki

wewenang untuk melakukan rekrutmen calon direksi

dalam rangka mengisi kekosongan beberapa direksi

BUMN. Sumber perekrutan direksi BUMN selain usulan

dari komisaris BUMN dapat juga dilakukan melalui

perburuan orang (head hunter) secara langsung.

Mekanisme seleksi direksi BUMN dilakukan paling tidak

melalui 6 tahapan. Pertama, bakal calon masuk dalam

daftar (long list) pertama yang diusulkan oleh masing-

masing komisaris BUMN. Kedua, calon yang lulus

masuk dalam tahap long list kedua yang diuji oleh

konsultan dan departemen terkait melalui rapat tim

evaluasi. Ketiga, nama-nama calon diperingkat sesuai

hasil penilaian konsultan. Keempat, nama-nama calon

dimasukkan ke Tim Evaluasi di Kementerian BUMN.

Pada tahap ini para calon kembali dibuat ranking tahap

kedua untuk selanjutnya hasil fit & proper test

diserahkan ke Menteri BUMN. Kelima, hasil fit & proper

test diserahkan ke Tim Penilai Akhir (TPA). Keenam,

setelah diproses di TPA baru dapat ditetapkan siapa

yang berhak menjadi Direksi BUMN yang dituangkan

Page 22: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

22

melalui surat keputusan. Selain itu, Kementerian BUMN

juga membentuk Tim Evaluasi Calon Direksi yang

diketuai oleh Sekretaris Menteri BUMN, para deputi

menteri menjadi wakil ketua serta ditambah tiga orang

anggota yang ditunjuk langsung oleh Menteri BUMN.

Nama bakal calon (balon) direksi ditentukan hasil rapat

Tim dan akan dikirim ke konsultan independen untuk

diwawancarai melalui audio visual, bukan berhadapan

langsung. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga

independensi dan menghindari unsur subyektivitas. Dari

hasil tes wawancara akan diperoleh lima nama calon

direksi yang akan disampaikan ke Menteri BUMN.

Menteri BUMN mempunyai hak untuk mencoret dua

nama, sehingga menjadi tinggal tiga nama yang akan

diajukan kepada TPA yang diketuai oleh Presiden.

Sesuai Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 8 / 2005

tentang Pengangkatan Anggota Direksi dan Komisaris

Dewan atau Pengawas BUMN, untuk pengangkatan

calon direksi BUMN, sebelum dibawa dalam RUPS,

para calon itu sudah melewati satu penilaian akhir dari

TPA yang terdiri atas Presiden, Wakil Presiden, Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN), Menneg

Page 23: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

23

BUMN, Sekretaris Kabinet, dan Kepala Badan Intelijen

Negara (BIN), serta menteri teknis yang lingkup

tugasnya meliputi bidang kegiatan dari usaha BUMN

itu.4

B. Tinjauan tentang Kepailitan.

1. Syarat Kepailitan.

Syarat-syarat untuk mengajukan pailit terhadap

suatu perusahaan telah diatur dalam Pasal 2 ayat (1)

UU Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, dari syarat

pailit yang diatur dalam pasal tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa syarat yuridis agar dapat dinyatakan

pailit adalah :

a. Adanya Utang.

b. Minimal satu dari utang sudah jatuh tempo dan dapat

ditagih.

c. Adanya Debitor dan Kreditor

d. Kreditor lebih dari Satu

4 Muh. Arief Effendi, Prinsip GCG dalam Rekrutmen Direksi BUMN dalam Majalah Human Capital, Edisi 79 januari-Februari 2011.

Page 24: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

24

Syarat utama untuk dapat dinyatakan pailit

adalah bahwa seorang Debitor mempunyai paling

sedikit 2 (dua) Kreditor dan tidak membayar lunas

salah satu utangnya yang sudah jatuh waktu.

e. Pernyataan pailit dilakukan oleh Pengadilan Khusus

disebut dengan Pengadilan Niaga.

2. Akibat Hukum Kepailitan dan Pengurusan Harta

Pailit.

Putusan pailit mengakibatkan debitor kehilangan

hak perdata untuk menguasai dan mengurus harta

kekayaan yang telah dimasukkan ke dalam harta pailit.

Hal ini dikemukakan pada Pasal 24 UU No. 37 Tahun

2004, bahwa:

1) Debitor demi hukum kehilangan haknya untuk

menguasai dan mengurus kekayaan yang termasuk

dalam harta pailit, sejak tanggal putusan pernyataan

pailit dinyatakan.

2) Tanggal putusan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dihitung sejak pukul 00.00 waktu setempat.

3) Dalam hal sebelum putusan pernyataan pailit

diucapkan telah dilaksanakan transfer dana melalui

bank atau lembaga selain bank pada tanggal

Page 25: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

25

putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

transfer tersebut wajib diteruskan.

Dalam hal sebelum putusan pernyataan pailit

diucapkan telah dilaksanakan transaksi efek di bursa

Efek maka transaksi tersebut wajib

diselesaikan.Terhitung sejak tanggal putusan

pernyataan pailit ditetapkan, debitor pailit tidak lagi

diperkenankan untuk melakukan pengurusan atas harta

kekayaannya yang telah dinyatakan pailit (harta pailit).

Selanjutnya pelaksanaan pengurusan dan atau

pemberesan atas harta pailit tersebut diserahkan

kepada kurator yang diangkat oleh Pengadilan, dengan

diawasi oleh seorang Hakim Pengawas yang ditunjuk

dari Hakim Pengadilan. Pengangkatan tersebut harus

ditetapkan dalam putusan pernyataan pailit tersebut.

Pelaksanaan pengurusan harta pailit tersebut oleh

kurator bersifat seketika, dan berlaku saat itu pula

terhitung sejak tanggal putusan ditetapkan meskipun

terhadap putusan tersebut diajukan Kasasi atau

Peninjauan Kembali. Jika ternyata kemudian putusan

pernyataan pailit tersebut dibatalkan oleh, baik putusan

Kasasi atau Peninjauan Kembali, maka segala

Page 26: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

26

perbuatan yang telah dilakukan oleh kurator sebelum

atau pada tanggal Kurator menerima pemberitahuan

tentang putusan pembatalan, tetap sah dan mengikat

bagi debitor pailit. Menurut Pasal 15 UU Nomor. 37

Tahun 2004, dalam putusan pernyataan pailit harus

diangkat seorang Kurator dan Hakim Pengawas yang

ditunjuk dari hakim Pengadilan Niaga. Apabila debitor,

kreditor, atau pihak yang berwenang mengajukan

permohonan pernyatan pailit tidak mengajukan usul

pengangkatan kurator kepada pengadilan maka Balai

Harta Peninggalan dingkat selaku kurator.

Page 27: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

27

BAB III

ANALISIS

A. Sinkronisasi Sistem BUMN dengan Sistem Hukum

Perdagangan Internasional di Indonesia.

Sistem perdagangan yang ada di Indonesia sudah mulai

memasuki atau menggunakan sistem perdagangan bebas

(free trade). Sedangkan kondisi perdagangan Indonesia

secara umum dan secara khususnya BUMN belum siap untuk

mengikuti sistem perdagangan bebas yang berlaku

Internasional. Ada lima hal permasalahan pokok kesulitan

BUMN dalam menghadapi perdagangan bebas (faktor-faktor

penyebab pailit) yaitu :

1. Rendahnya Produktivitas Aset.

Beban yang terlalu berat bagi BUMN menyebabkan

perusahaan negara dimaksud tidak dapat lagi bersaing,

apalagi tantangan berusaha dan berkompetisi saat ini tidak

hanya datang dari perusahaan swasta dalam negeri yang

biasanya lebih efisien tetapi juga dari perusahaan global

dengan efisiensi yang sangat baik. Sekali BUMN tidak

dapat bersaing, artinya berkurang pula pembeli hasil

produknya, yang pada akhirnya mendorong BUMN tidak

Page 28: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

28

lagi dapat memproduksi optimal, sehingga kemanfaatan

yang dapat dinikmati masyarakatpun menjadi berkurang 5

Keterbatasan daya beli tidak hanya disebabkan karena

BUMN tidak mampu bersaing dengan perusahaan global

yang lebih efisien, namun BUMN juga belum dapat

menjamin ketersedian kebutuhan pokok rakyat dan

kestabilan harga-harga kebutuhan pokok tersebut. BUMN

belum sanggup menguasai dan memonopoli sentra-sentra

strategis sebagaimana yang diamanatkan dalam konstitusi.

Banyak komoditi-komoditi kebutuhan pokok rakyat yang

dikuasai swasta yang mengakibatkan harga-harga yang

ada tidak terkendali karena kendali tersebut yang

seharusnya terletak pada BUMN sudah berpindah pada

swasta. Dengan beralihnya komoditi-komoditi kebutuhan

pokok rakyat kepada swasta, harga menjadi tidak

terkendali, kebijakan-kebijakan pemerintah yang

seharusnya ditetapkan untuk komoditi kebutuhan pokok

rakyat yang diwakili oleh BUMNpun tidak dapat diterapkan

karena bukan BUMN yang menguasai dan memonopoli

komoditi-komoditi kebutuhan pokok tersebut.

5 Sugiarto, Riant Nugrogo Dwijowijoto & Ricky Siahaan, BUMN Indonesia : Isu, Kebijakan dan Strategi, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005, hal.115

Page 29: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

29

2. Rendahnya profit margin (laba) dan struktur keuangan

yang tidak memadai.

Konsep liberalisasi dalam perdagangan bebas konon

akan memberi kesempatan yang sama kepada setiap

orang untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya.

Namun pada prakteknya, hanya mereka yang memiliki

modal kuat dan kekuasaan politik yang besarlah yang

menang dalam persaingan. Rendahnya profit margin (laba)

perusahaan di Indonesia dikarenakan kalah bersaing

dengan perusahaan global yang lebih kuat, perusahaan

global memiliki modal yang kuat, sedangkan kebanyakan

struktur keuangan BUMN tidak memadai. Dalam sistem

perdagangan bebas, subsidi harus dicabut karena hanya

akan membebani biaya pemerintah. Di Indonesia tentu

belum dapat menerapkan hal tersebut, BUMN sebagai

perusahaan negara saat ini tidak dapat terlepas dari

kebiasaan subsidi. Hal ini berarti bahwa laporan keuangan

BUMN harus berada dalam kondisi rugi, jika laporan

keuangan BUMN dalam kondisi untung maka subsidi

ditiadakan oleh pemerintah, akibatnya terjadi kenaikan

harga dan rakyat mengeluh terhadap ketidakstabilan harga.

3. Masalah Sumber Daya Manusia (SDM).

Page 30: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

30

Pengaruh buruk yang ditimbulkan dari pengelolaan

BUMN yang tidak baik dapat mengakibatkan kondisi buruk

pada Indonesia. Masalah mendasar yang harus

diperhatikan ialah mengenai SDM. SDM merupakan

fondasi yang penting dalam pengelolaan BUMN,

kelemahan-kelemahan dalam managemen SDM dapat

berakibat fatal pada pengelolaan BUMN. Kelemahan-

kelemahan tersebut antara lain tidak memiliki SDM dengan

kompetensi yang memadai, tidak memiliki size atau

besaran SDM yang tepat, tidak memiliki sistem prosedur

dan monitoring kinerja yang tepat, tidak memiliki budaya

kerja yang tepat, dan tidak memiliki leadership yang tepat.

Padahal dalam suatu pengelolaan managemen BUMN

diperlukan tiga komponen utama yang diperlukan untuk

menunjang suksesnya suatu perusahaan yaitu SDM BUMN

tersebut harus memiliki mindset (pola pikir serta mental)

yang sesuai, memiliki skill dan kompetensi yang sesuai,

serta memiliki perilaku atau behaviour yang sesuai.

Manajemen SDM yang ada pada BUMN-BUMN di

Indonesia dan juga pemerintahan Indonesia adalah gaya

manajemen warisan penjajahan. Belanda yang secara

mudah kita lihat dari refleksi pola organisasi, pola sistem

Page 31: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

31

manajemen SDM, dan pola pengambilan keputusan yang

bercermin kepada manajemen SDM gaya personalia yang

berfokus kepada pengaturan perilaku. Sedangkan yang

dihadapi oleh Indonesia sekarang adalah masalah

persaingan global, masalah perubahan-perubahan baik

dari sisi IT maupun world best practices yang

membutuhkan adapatasi-adaptasi dan antisipasi yang luar

biasa cepat.

4. Birokrasi dan kebijakan-kebijakan pemerintah yang

mempersulit.

Birokrasi rumit di Indonesia juga menyebabkan tidak

sinkronnya sistem BUMN dengan sistem perdagangan

internasional. Hal ini dapat dilihat dari perijinan PMDN

(Penanaman Modal Dalam Negeri) lebih bertele-tele

melewati banyak birokrasi dibandingkan PMA sehingga

PMDN sulit untuk menguasai perdagangan di bidang-

bidang yang vital tanpa berkolusi dengan pejabat-pejabat

inti yang terkait termasuk pemilihan tender yang pada

umumnya terjadi intervensi dari pemerintah atau pejabat-

pejabat tinggi yang terkait sehingga sering tidak sesuai

dengan asas profesionalisme dalam hasil pengerjaannya,

Page 32: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

32

masalah penjualan saham juga menjadi masalah pelik

dalam sistem birokrasi BUMN di Indonesia.

Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam sistem

perdagangan bebas banyak membawa dampak yang

sangat merugikan bagi negara-negara berkembang

termasuk perusahaan yang ada di dalamnya karena

dengan penerapan sistem perdagangan internasional pada

kegiatan perdagangan akan semakin meningkatkan

ketergantungan teknologi pada negara-negara maju,

mengingat adanya jurang antara Negara kaya dan Negara

miskin karena struktur tata ekonomi dunia yang ada.

Kebijakan industrialisasi sebagai substitusi impor

(import-subtituting industrialization) yang dianjurkan kaum

trade pessimists banyak dipraktikkan negara-negara

berkembang antara tahun 1950-an dan 1960-an.

Dikarenakan perdagangan internasional dianggap sebagai

kelanjutan dari pengaturan kolonial dan dominasi asing,

maka kebijakan perdagangan demikian membawa daya

tarik kuat. Isolasi pasar domestik dari kompetisi

internasional serta peningkatan industri dalam negeri

dilaksanakan melalui proteksi tarif, hambatan kuantitatif,

larangan impor, sistem lisensi, persyaratan kandungan

Page 33: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

33

lokal (local content) bagi usaha perakitan domestik serta

berbagai macam insentif domestik.Kebijakan pemerintah

seperti ini membawa dampak yang sangat merugikan.

Industri-industri yang didirikan seringkali tetap tidak efisien

karena tingkat produksinya kecil (untuk pasar dalam negeri

saja), tidak adanya persaingan produk maupun harga.

Lebih dari itu, struktur proteksi yang dilakukan banya

Negara berkembang sangat tidak mendukung pembaruan

teknologi karena dikonsentrasikan pada industry-industri

barang konsumen yang ringan dan tidak adanya

perangsang untuk mengembangkan teknologi yang

disesuaikan dengan kondisi local.6

5. Belum terimplementasinya prinsip-prinsip Good Corporate

Governance (GCG).

Prinsip-prinsip GCG belum sepenuhnya dapat

diimplementasikan pada BUMN, hal ini dapat dilihat dari

banyaknya prinsip-prinsip CGC yang masih dilanggar oleh

BUMN.

Uraian hal-hal di atas yang menjadikan BUMN di

Indonesia ini tampak lambat berjalan maupun

6 Hata, Perdagangan Internasional dalam Sistem GATT dan WTO, Refika Aditama, 2006, Bandung, hal.22-23

Page 34: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

34

berkembangnya, bahkan seringkali pemerintah dipaksa

untuk memberikan subsidi secara terus menerus hanya

untuk menjaga agar BUMN tidak kolap dan atau jatuh.

B. Transparansi dalam Hal Penunjukan dan Pembentukan

Organ BUMN dengan Para Pihak yang Menjabat secara

Kompetitif.

Transparansi dalam hal penunjukan dan pembentukan

organ BUMN dengan para pihak yang menjabat secara

kompetitif dinilai belum sesuai dengan asas profesionalisme.

Hal ini dapat dilihat dari seringnya terjadi kolusi dan suap

dalam pemilihan organ BUMN atau terjadinya monopoli

jabatan.

Masalah seleksi (rekruitment) organ BUMN seringkali

dilakukan secara tertutup, beraroma kolusi dan nepotisme

yang menandakan bahwa tidak adanya transparansi dalam

rekrutmen pejabat BUMN, hal ini berarti bahwa BUMN belum

mengimplementasikan prinsip-prinsip GCG (Good Corporate

Governance). Prinsip-prinsip GCG tesebut sudah semesttinya

diterapkan pada BUMN sesuai dengan Surat Keputusan

Menteri Nomor KEP-117/M-MBU/2002 dengan tujuan agar

memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Organ,

Page 35: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

35

mendorong agar Organ dalam membuat keputusan dan

menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan

kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang

berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggungjawab sosial

BUMN, terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan

di sekitar BUMN. Rekruitment Organ yang tidak memenuhi

kelayakan karena tidak adanya transparansi dalam rekruitment

tersebut tentu berakibat pada lemahnya kinerja BUMN

tersebut dikarenakan Organ adalah penggerak atau pelaksana

kinerja BUMN yang menentukan efisiensi dari BUMN tersebut.

Kendala yang dihadapi oleh perusahaan yang masih

dalam proses penerapan GCG adalah kurangnya

pemahaman mereka tentang GCG dan bagaimana

mengimplementasikannya termasuk mengimpelementasikan

prinsip-prinsip GCG. Lemahnya pengimplementasian prinsip

transparansi dalam penunjukan dan pemilihan organ BUMN

berarti bahwa Compliance (kepatuhan) dan Conformance

(kesesuaian dan kelengkapan) belum terpenuhi.

Selain masalah kolusi dan suap dalam pemilihan organ

BUMN atau terjadinya monopoli jabatan, seringkali kita jumpai

banyak pejabat struktural departemen yang memegang

jabatan rangkap dalam organ BUMN.

Page 36: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

36

Data yang diperoleh dari Kementrian Keuangan Republik

Indonesia Direktorat Jenderal Anggaran, memberikan fakta

bahwa saat ini hampir semua pejabat eselon I di Depkeu

memegang jabatan rangkap di BUMN. Kepala Badan

Kebijakan Fiskal Anggito Abimanyu menjabat sebagai

komisaris di PT Telkom. Direktur Jenderal Bea dan Cukai

Anwar Suprijadi menjabat komisaris di PT Krakatau Steel.

Dirjen Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto menjadi

komisaris di PT Perusahaan Listrik Negara, PT Kliring

Penjaminan Efek Indonesia, dan PT Polytama Propindo. Dirjen

Perbendaharaan Negara Herry Purnomo menjadi komisaris di

PT Jamsostek. Sekjen Depkeu juga menjabat sebagai

komisaris utama PT Bank Permata Tbk. Dirjen Kekayaan

Negara Hadiyanto menjadi komisaris utama PT Garuda

Indonesia dan komisaris PT Bank Tabungan Pensiunan

Nasional. Dirjen Perimbangan Keuangan Mardiasmo menjadi

komisaris PT Jasa Raharja. Ketua Badan Pengawas Pasar

Modal dan Lembaga Keuangan Fuad Rachmany menjadi

komisaris PTPN IV dan PT Pelindo II. Adapun Dirjen Pajak

Darmin Nasution sempat terpilih sebagai komisaris utama PT

Page 37: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

37

Bursa Efek Indonesia, tetapi langsung melepaskan jabatannya

itu dalam waktu enam hari7

Masalah rangkap jabatan dapat mengakibatkan

kemungkinan terjadi konflik kepentingan pada pejabat

struktural di departemen yang mempunyai jabatan rangkap di

BUMN. Kesibukannya sebagai pejabat struktural di

departemen tak memungkinkan pejabat tersebut

berkonsentrasi penuh di BUMN sehingga asas

profesionalismenya tidak tercapai. Untuk mengatasi hal

tersebut, perlu dilakukan penertiban jabatan dalam rangka

profesionalisme dan sekaligus mengurangi faktor-faktor

penyebab resiko kepailitan BUMN di Indonesia.

7 www.anggaran.depkeu.go.id/web-content-list.asp?ContentId=440, diunduh pada Selasa, 8 Maret 2011

Page 38: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

38

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

1. Sistem BUMN dengan sistem hukum perdagangan internasional di

Indonesia belum sinkron, hal tersebut dapat dilihat dari lima

permasalahan pokok yang menyebabkan kesulitan BUMN dalam

menghadapi perdagangan bebas (faktor-faktor penyebab pailit)

yaitu :

a. Rendahnya produktivitas aset;

b. Rendahnya profit margin (laba) dan struktur keuangan yang

tidak memadai;

c. Masalah Sumber Daya Manusia (SDM);

d. Birokrasi dan Kebijakan-kebijakan pemerintah yang

mempersulit; dan

e. Belum terimplementasikannya prinsip-prinsip Good Corporate

Governance (GCG) dalam BUMN.

2. BUMN dalam hal penunjukan dan pembentukan organ BUMN

dengan para pihak yang menjabat secara kompetitif dirasa belum

transparan. Hal ini dapat dilihat dari seringnya terjadi kolusi dan

suap dalam pemilihan organ BUMN, terjadinya monopoli jabatan

atau terjadinya rangkap jabatan oleh pejabat struktural

Page 39: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

39

departement dalam organ BUMN. Hal ini berarti bahwa BUMN

belum mengimplementasikan prinsip-prinsip GCG (Good Corporate

Governance) yang menunjukkan bahwa Compliance (kepatuhan)

dan Conformance (kesesuaian dan kelengkapan) belum terpenuhi

dalam BUMN tersebut.

B. Saran

Saran yang dapat penulis berikan terkait permasalahan pokok

penyebab BUMN pailit ialah :

1. Dibentuknya lembaga independen sehingga mengurangi tidak

transparannya perekrutan dan mengurangi resiko pembagian

tender dan atau proyek secara tidak rata atau berpihak dengan

pemerintahan.

2. Dibentuknya Undang-Undang yang mengatur secara tegas

standarisasi sistem tata atur ataupun tata laksana di dalam tubuh

pejabat BUMN dan atau rekanan BUMN.

3. Pemerintah melakukan reshuffle kebijakan untuk lebih memihak

dan menguatkan sekaligus mempermudah sistem birokrasi

perijinan, permodalan dan fasilitas-fasilitas khusus yang diperlukan

sebagai sarana meningkatkan kinerja PMDN secara umum dan

BUMN secara khusus.

Page 40: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

40

Sedangkan dalam hal penunjukan dan pembentukan organ

BUMN yang tidak transparan, dapat diatasi dengan :

1. Pemerintah melakukan standarisasi dalam bidang sistem

pengujian secara metodis terhadap system pengujian baik

secara skill, mental, kejiwaan dan ideologi para calon organ

BUMN sehingga benar-benar dari seleksi professional akan

menimbulkan SDM yang layak, kompetitif dan professional.

2. Memutus mata rantai otorisasi terselubung dari pemerintah

terhadap keputusan yang diambil oleh BUMN terhadap situasi

pemilihan rekan kerja sehingga BUMN secara umum mampu

mandiri dan berkreasi dalam menjalankan aturan-aturan tata

laksana kinerja sesuai dengan situasi dan kondisi yang

diperlukan BUMN mencapai tahapan aman dalam menjalankan

produktivitas termasuk kinerja yang secara yang setara dengan

kebutuhan yang ada.

Page 41: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

41

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra

aditya Bakti, Bandung, 2006

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Kepailitan Seri Hukum Bisnis,

PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002

C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan tata Hukum Indonesia,

Balai Pustaka, Tahun 1989

Moch. Faisal Salam, Pemberdayaan BUMN di Indonesia, Pustaka,

Bandung, 2005

Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Citra Aditya

Bakti, Bandung, 1996

Rudhy A. Lontoh, Denny Kailimang, dan Benny Ponto, [Eds.].,

Penyelesaian Utang-Piutang: Melalui Pailit atau Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang, Penerbit Alumni, Bandung: 2001

Sugiarto, Riant Nugrogo Dwijowijoto & Ricky Siahaan, BUMN

Indonesia : Isu, Kebijakan dan Strategi, Elex Media Komputindo,

Jakarta, 2005

Page 42: Faktor Penyebab Kepailitan Dalam BUMN - Nin Yasmine Lisasih

42

Peraturan perundang-undangan

UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang.

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha

Milik Negara