Upload
adhi-ardiansyah
View
1.802
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FAKTOR PENYEBAB LOSSES
Secara umum, ada tiga kategori faktor penyebab losses, yaitu: faktor alam, faktor teknis,
dan faktor manusia.
1. Faktor Alam
Seperti yang kita tahu, suhu dan tekanan merupakan faktor yang kuat dalam
mempengaruhi kualitas dan kuantitas BBM, dalam hal ini BBM jenis premium. Setiap
perubahan suhu 1 oC akan mempengaruhi 0,12 % dari volume BBM tersebut dan
mempengaruhi 0,001 – 0,003 dari massa jenisnya, dan tekanan yang kuat akan lebih
mempercepat proses penguapan. Suhu dan tekanan tidak dapat dipisahkan, karena setiap
kenaikan suhu akan membuat tekanan bertambah. Hal ini bisa terlihat dari jenis bahan
bakar lain yang lebih ringan, misalnya gas dalam tabung, yang akan meledak jika
dipanaskan.
Jika terdapat stok sebanyak 10.000 liter di dalam tangki pendam, kemudian terjadi
kenaikan/penurunan suhu sebanyak 1 oC maka volume BBM di dalam tangki pendam
akan bertambah/berkurang sebanyak = 0,12 % x 10.000 liter = 12 liter. Bertambah 12
liter jika suhu naik 1 oC dikarenakan massa partikel yang menjadi lebih renggang.
Berkurang 12 liter jika suhu turun 1oC di karenakan massa partikel yang menjadi lebih
rapat. Yang masih menjadi pertanyaan saya adalah berapa jumlah BBM yang menguap
dari kenaikan/penurunan suhu 1 oC? Saya sendiri belum bisa jawab, mungkin ada rekan-
rekan yang bisa menjelaskan.
Menurut informasi dari WP/SR pada tahun 2000-an, ada seorang pengusaha SPBU
dengan title insinyur yang merancang SPBU-nya untuk menekan losses dan berhasil.
Beliau melakukan hal-hal berikut, yaitu menjaga suhu di sekitar lokasi tangki pendam
agar selalu sejuk sehingga penguapan dapat dikurangi, dengan cara menggunakan water
sprinkle (air mancur putar) taman dan mengoperasikannya pada saat tertentu dimana suhu
meninggi. Selain itu, beliau juga membangun tembok beton sebagai pondasi tangki
pendam, sehingga tangki pendam akan lebih rigid dan tidak mudah miring karena
pergeseran tanah.
Hal krusial berkaitan dengan suhu adalah perbedaan suhu rata-rata di SPBU dengan
suhu rata-rata di depot pengisian BBM. Mengapa? Kebetulan, SPBU tempat saya bekerja
(wilayah Sukabumi) mempunyai suhu rata-rata 25 oC pada pagi hari, data ini diperoleh
dari pengukuran density pagi hari. Kami mendapat supply dari Depot Plumpang (Jakarta
Utara) dengan suhu rata-rata pada saat pengisian siang adalah 32 oC dan pengisian malam
adalah 28 oC, data ini diperoleh dari Surat Pengantar Pengiriman yang divalidasi oleh
depot. Selisih suhu pada saat pengisian di depot dengan suhu pada saat pengukuran
tangki pendam di pagi hari sudah mencapai -3 oC s.d. -7 oC, ini berarti -58 liter s.d. -134
liter. Walaupun pada saat penerimaan BBM dilakukan pengukuran dengan hasil:
- permukaan BBM berada tepat pada posisi ijk bout (benar 16.000 liter)
- perbedaan suhu tidak terlalu jauh (2 o – 3 oC) tetap saja SPBU harus kehilangan
senilai 58 s.d. 134 liter pada pagi harinya, karena faktor suhu.
2. Faktor Teknis
a. Kebocoran
Kebocoran ini seringkali terjadi pada bagian-bagian berikut :
- Instalasi pipa dari pompa ke dispenser unit
Jika SPBU anda mengalami losses tinggi dan masih menggunakan pipa besi untuk
instalasi pipa di atas, anda harus melakukan pemeriksaan terhadap kebocoran yang
mungkin terjadi. Pipa besi yang digunakan sebagai jalur dari pompa ke dispenser unit
akan mengalami korosi, terutama jika BBM-nya adalah Premium. Dari proses korosi ini,
semakin lama ketebalan pipa akan semakin berkurang dan semakin rapuh. Dengan
tekanan yang kuat, apalagi bila kita menggunakan pompa dorong, kemungkinan akan
terjadinya kebocoran pipa semakin besar.
Hal ini yang terjadi di SPBU kami (kalau tidak salah didirikan sekitar tahun ‘89).
Indikasi kebocoran pertama kali diketahui pada bulan Mei 2008, kebetulan pada waktu
itu saya baru saja masuk sebagai karyawan baru. Dalam 1,5 bulan SPBU kami kehilangan
11.000 liter BBM karena kebocoran pada pipa. Akhirnya pipa besi diganti dengan pipa
dari semacam plastik fleksible dengan alasan lebih tahan korosi.
Untuk melakukan test apakah instalasi pipa mengalami kebocoran atau tidak, ada
beberapa langkah mudah yang harus dilakukan :
1. Tentukan terlebih dahulu jalur mana yang diduga mengalami kebocoran, kemudian
ketahui jalur tersebut menghubungkan tangki pendam yang mana, ke dispenser unit
yang mana.
2. Hentikan penjualan yang dilayani oleh dispenser unit bersangkutan.
3. Ukur stok BBM di tangki pendam, tapi sebelumnya biarkan selama 10 – 15 menit agar
permukaan BBM di dalam tangki pendam benar-benar diam tanpa ada riak
gelombang, kemudian catat hasil pengukurannya.
4. Jalankan pompa pada tangki pendam dengan cara enarik/mengangkat nozzle pada
dispenser hingga menunjukkan angka 0, lalu biarkan selama 5 – 10 menit. Proses ini
akan mengalirkan BBM dari tangki pendam ke mesin dispenser. Jangan
mengeluarkan BBM dari nozzle, biarkan saja nozzle tergeletak, hal ini mungkin
akan menyebabkan dispenser berbunyi bip berulang-ulang.
5. Hentikan mesin pompa dengan cara kembalikan nozzle pada tempatnya (dispenser
unit) sehingga dispenser kembali pada posisi semula (idle).
6. Diamkan selama 10 – 15 menit sehingga permukaan BBM pada tangki pendam benar-
benar dalam posisi diam dan tidak ada riak gelombang.
7. Ukur kembali stok BBM di tangki pendam dan bandingkan dengan hasil pengukuran
awal yang disebutkan pada langkah ke 3. Jika terdapat selisih dalam pembandingan
hasil pengukuran awal dengan hasil pengukuran akhir, maka dapat dipastikan bahwa
pipa jalur mengalami kebocoran.
- Tangki pendam
Cara pertama untuk mengetahui kebocoran pada tangki pendam adalah dengan
mengambil sample air yang terdapat pada sumur pantau. Logikanya, jika tangki pendam
mengalami kebocoran, BBM akan meresap ke dalam tanah dan resapan ini akan
tertampung dalam sumur pantau. Karena massa jenis BBM lebih kecil dari massa jenis air
(massa jenis air =1; massa jenis premium = 0,7; massa jenis solar = 0,8) maka BBM akan
mengapung di atas air. Untuk itulah perlu diambil sample air dari sumur pantau dan
dilihat apakah terdapat lapisan BBM pada permukaannya.
Cara kedua adalah dengan mengetahui kadar air dalam tangki pendam. Jika tangki
pendam mengalami kebocoran, air di dalam tanah akan dengan mudah masuk ke dalam
tangki pendam. Cara untuk mengukur kadar air adalah dengan menggunakan pasta air.
- Pipa saluran filling pot ke tangki pendam (pipa lossing)
Setiap tangki pendam biasanya memiliki satu filling pot atau pipa lossing. Pipa lossing
ini merupakan saluran masuk BBM dari mobil tangki pada saat penerimaan BBM. Cara
untuk mengetahui kebocoran pada pipa lossing adalah sebagai berikut :
1. Buka sambungan pipa lossing dengan tangki pendam, biasanya di atas manhole tangki
pendam terdapat sambungan pipa dari pipa yang keluar dari dalam tanah dengan pipa
yang menjulur masuk ke dalam tangki pendam. Nah, sambungan ini-lah yang dibuka.
2. Tutup ujung pipa yang keluar dari dalam tanah dengan plendes yang dilapisi paking
karet dan pastikan tutup plendes ini terpasang dengan baik tanpa mengeluarkan tetesan
BBM sedikit pun.
3. Isikan BBM ke dalam pipa lossing (dari filling pot) hingga BBM meluap keluar dari
filling pot bertanda pipa lossing telah terisi penuh.
4. Tutup dan biarkan untuk beberapa lama (1/2 – 1 hari).
5. Periksa apakah permukaan BBM pada filling pot berkurang atau masih dalam kondisi
penuh. Pada kondisi normal tanpa kebocoran, BBM mungkin akan berkurang sedikit
saja karena pengaruh suhu dan penguapan.
b. Tera
Tera adalah takaran pengeluaran nozzle yang biasanya di ukur dengan menggunakan
bejana 20 liter yang telah disertifikasi oleh Dinas Metrologi. Dari hasil pengeluaran
nozzle sebanyak 20 liter ke dalam bejana akan terlihat nilai pengeluaran sebenarnya.
Toleransi takaran yang dianjurkan untuk SPBU Pasti Pas adalah 0, namun dalam
kenyataannya -60 ml/20 liter adalah batas maksimal yang diperbolehkan. Tera dilakukan
setiap 6 bulan sekali dengan disaksikan oleh petugas dari Dinas Metrologi, dan dengan
biaya yang lumayan tinggi.
Pada kondisi Tera mesin yang tidak stabil, bisa terjadi loncatan Tera dari
-30/20 ke 0/20 s.d. +30/20. Misalkan saja penjualan dari 1 nozzle dengan nilai Tera
tersebut mencapai 8.000 liter, berarti kita hanya kehilangan sebanyak 12 liter saja. Tapi,
yang namanya mesin memang tidak bisa ditebak dan tidak bisa dipaksa untuk terus
konsisten. Walupun kita telah melakukan setting Tera ke nilai -, namun menurut
keterangan dari teman-teman di SPBU lain, mesin dispenser tertentu memiliki
kecenderungan untuk berubah Tera-nya ke nilai +.
Belum lagi teknik pengeluaran BBM-nya itu sendiri, apakah melalui preset atau
manual. JIka anda melihat berkas laporan hasil audit Intertek, terdapat salah satu
lembaran yang memuat hasil Tera dari nozzle yang diuji (minimal 50% dari jumlah
nozzle yang ada). Disitu tertulis dua nilai untuk 1 nozzle yang di tes, yaitu preset dan
manual. Perlu diketahui, bahwa pengeluaran nozzle dengan methode manual cenderung
memberikan nilai (-) yang lebih kecil daripada dengan methode preset, jika kedua
methode ini digabungkan dengan teknik pengaturan speed pada nozzle. Yang dimaksud
pengaturan speed pada nozzle adalah banyaknya keluaran BBM dari besar kecilnya
bukaan klep di dalam nozzle.
Satu hal yang sangat penting adalah pengaturan speed di nozzle pada saat pengeluaran
BBM. Mungkin teman-teman juga sudah mengetahui, bahwa untuk BBM jenis Premium,
untuk memperoleh nilai (-) yang minimal, speed pengeluaran BBM pada nozzle harus di
set rendah atau lambat. Sedangkan untuk BBM jenis Solar/Bio Solar, pengeluaran BBM
pada nozzle harus di set tinggi atau cepat.
Tindakan ini bisa digunakan pada saat menghadapi Audit yang dilakukan oleh
Intertek, supaya hasil keluaran nozzle cenderung memiliki nilai (-) yang rendah. Jika
anda masih bingung, akan saya berikan rumusnya sebagai berikut :
- Premium : speed rendah + manual terlebih dahulu
- Solar : speed tinggi + manual terlebih dahulu
Hal lain yang menentukan besar kecilnya nilai Tera adalah seberapa sering nozzle
yang diuji digunakan oleh operator. Semakin lama nozzle tidak digunakan, semakin besar
kemungkinannya untuk mengeluarkan BBM dalam nilai (-) yang tinggi. Ini dikarenakan
BBM pada selang nozzle dan di dalam mesin mengalami penyusutan, akibat jarang
digunakan sehingga ruangan terisi oleh angin.
Cara terbaik untuk menjaga nilai Tera agar stabil adalah dengan melakukan test rutin
dan melakukan pengaturan ulang jika didapat nilai Tera yang mengalami perubahan ke
(+) atau (-). Kondisi Tera seperti yang dijelaskan di atas, juga berlaku untuk Depot
pengisian. Seperti yang kita tahu, Depot juga menggunakan mesin dispenser, hanya saja
bentuk, ukuran dan mekanismenya berbeda. Maksud saya, apakah keluaran dari filling
point depot benar-benar 8.000 liter/kompartemen? Kalau lebih, sih, tidak jadi masalah.
Yang jadi masalah’kan kalau kurang?
Toleransi untuk SPBU saja 60 ml /20 liter atau -0,3%…. lalu toleransi untuk depot
pengisian berapa? Oleh karena itu, seharusnya ada proses Audit juga untuk depot
pengisian, jangan cuma SPBU saja yang di Audit.
3. Faktor Manusia
Jika kita telusuri dari awal, proses distribusi BBM hingga sampai ke konsumen adalah
sebagai berikut: Depot – Transportir – SPBU. Berapa banyak manusia yang dilibatkan
untuk menyelesaikan proses tersebut? yang jadi kendala utama adalah, yang namanya
manusia ada saja yang berbuat "nakal" dan kita tidak tahu pasti pada proses yang mana
"kenakalan" itu terjadi.
Keterangan yang saya tulis dibawah ini adalah bentuk "kenakalan" pada umumnya, ada
yang benar-benar terjadi, ada juga yang belum. Tapi ini patut menjadi bahan masukan
dan dicari tindak lanjut penyelesaiannya.
- Depot
Dengan semakin canggihnya teknologi saat ini, keterlibatan manusia dalam proses
pengisian BBM ke mobil tangki dibatasi. Sekarang, tidak ada lagi petugas pengisian di
Depot, para sopir/kernet yang akan mengisi mobil tangki tinggal menekan tombol tertentu
di filling point dan otomatis BBM akan tercurah senilai 8.000 liter pada setiap
kompartemen mobil tangki mereka. Namun, katanya (baru katanya, lho) keluaran BBM
dari filling point depot tersebut masih bisa dirubah/di set oleh petugas yang berada di
kontrol room Depot. Nah, lho?…….
Caranya, sebelum melakukan pengisian, para sopir/kernet akan menghubungi kontrol
room (atau sebaliknya, kontrol room menghubungi sopir/kernet) dan sim salabim….
kapasitas pengeluaran BBM pada filling point pun sesuai dengan yang mereka kehendaki.
Bagi anda pekerja SPBU, pernahkah anda mendapati mobil tangki yang membawa BBM
ke SPBU anda dalam kondisi yang penuh pada setiap kompatemennya? (mereka
menyebutnya dengan istilah "stok"). Saya pernah mendapati mobil tangki dengan
stok sebanyak 200 liter/kompartemen, total 400 liter!!!! dan mereka (sopir/kernet)
meminta pihak SPBU untuk membayar stok 400 liter tersebut senilai Rp. 1.200.000,-
Ketika ditanya dari mana stok sebanyak itu, mereka menjawab ini titipan "orang dalam".
"Kenakalan" lainnya adalah, mereka memotong kapasitas BBM yang akan dikirim ke
SPBU. Modusnya begini :
- mobil A akan mengirim BBM ke SPBU C, dengan tips (uang curah, DB, uang makan)
yang rendah atau bahkan tidak ada tips sama sekali.
- mobil B akan mengirim BBM ke SPBU D, dengan tips yang besar (> Rp. 50.000)
- mobil A akan memotong kapasitas keluaran BBM di filling point, yang seharusnya
8.000 liter/kompartemen menjadi, misalkan, 7.900 liter/kompartemen.
- mobil B akan diisi sebanyak 8.000 liter/kompartemen + 100 liter/kompartemen (dari
hasil pemotongan mobil A).
Bagaimana mana sistem jualbeli-nya, saya sendiri kurang paham, tapi yang pasti,
begitulah informasi yang saya dapat dari para sopir/kernet mobil. Mungkin, masih
banyak lagi kecurangan lainnya yang terjadi di Depot, tapi hanya itu yang saya dengar,
mungkin teman-teman punya informasi lain mengenai hal ini.
- Transportir
Dulu, sering ada istilah "kencing". Kencing ini maksudnya para sopir/kernet menjual
BBM pada mobil tangki yang seharusnya dikirim ke SPBU, sebelum mereka sampai di
SPBU yang dituju. Entah sekarang, apakah masih terjadi atau tidak, yang pasti untuk
mencegah terjadinya hal seperti ini, perlu juga sekali-kali petugas SPBU mengawal
tangki yang akan menuju ke SPBU mereka.
- SPBU
Pengawas/supervisor atau foreman, ya, mereka-lah yang berbuat nakal. Ada beberapa
modus yang saya ketahui :
1. Pada saat lossing, petugas SPBU akan memeriksa kuantitas BBM, dengan methode
yang sudah saya jelaskan pada postingan sebelumnya. Seharusnya, petugas SPBU
memeriksa dengan teliti dan membuat Berita Acara Penerimaan, jika diketahui
kuantitas BBM pada mobil tangki yang bersangkutan tidak sesuai, dalam hal ini selisih
kurangnya lebih dari 12 liter/kompartemen. Dengan membiarkan terjadinya
kekurangan tersebut, petugas SPBU akan mendapat "tips" dari sopir/kernet.
2. Sopir/kernet yang telah bekerja sama dengan petugas SPBU, akan menghentikan
proses lossing pada saat BBM belum benar-benar habis/kosong. Salah satu dari
mereka akan menutup kran pada mobil tangki, padahal proses lossing masih berjalan.
Sisa BBM yang belum tercurah di dalam mobil tangki, (mungkin) akan dijual oleh
sopir/kernet, dan untuk memperlancar aksi tersebut sopir/kernet akan memberi "tips"
atau "uang tutup mulut" kepada petugas SPBU yang bersangkutan.
Kedua modus ini benar-benar terjadi di SPBU kami, akibatnya losses Bio Solar mencapai
1% pada saat itu, yang seharusnya 0,1% – 0,3% saja rata-rata per bulannya.
Untuk mengatasi "kenakalan" seperti ini :
- Petugas lossing tidak boleh dibiarkan sendiri dalam menjalankan tugasnya. Dia harus
ditemani oleh petugas SPBU lainnya yang dedikasi dan loyalitasnya sudah terbukti,
artinya benar-benar bisa dipercaya.
- Setelah selesai lossing, pastikan untuk memeriksa kondisi di dalam mobil tangki,
apakah sudah benar-benar kosong.
- Usahakan untuk tidak lossing pada malam hari (kecuali benar-benar terpaksa)
- Jalin hubungan yang baik dengan sopir/kernet sehingga mereka segan untuk melakukan
"kenakalan" seperti di atas.
3. Pengawas/supervisor SPBU akan berusaha mendapatkan kode untuk mesin dispenser
yang bisa merubah totalizer/nomerator digital penjualan pada masing-masing nozzle.
Perlu diketahui, kode ini hanya dimiliki oleh teknisi dari vendor yang bersangkutan,
tapi entah bagaimana caranya, toh kode ini bisa bocor ke tangan yang tidak
bertanggungjawab.
Untuk menjalankan modus ini, pengawas harus bekerja sama dengan operator, karena
operator yang menerima uang di lapangan hasil dari penjualan. Sebelum masa shift
kerja berakhir, pengawasnya sendiri atau operator yang telah diberi kode tersebut,
akan merubah nilai totalizer/nomerator penjualan seharusnya, dengan nilai totalizer
yang mereka kehendaki. Misalnya, totalizer seharusnya dari hasil
penjualan adalah 192.480,123 mereka rubah ke 192.400,123 sebanyak 80 liter mereka
kurangi dari totalizer seharusnya. Berkurangnya totalizer ini tentu akan mengurangi
jumlah setoran penjualan seharusnya, tapi karena BBM nya benar-benar terjual, maka
yang terjadi adalah losses sebanyak -80 liter.
Selain kode untuk merubah totalizer, ada lagi kode untuk menghentikan totalizer pada
saat penjualan. Maksudnya, totalizer tidak akan bertambah walaupun nozzle
mengeluarkan BBM. Kalau yang ini, operator pelakunya, namun tidak menutup
kemungkinan, pengawas/supervisor berada di balik aksi mereka.
Saat ini, (lagi-lagi baru katanya) salah satu vendor mesin dispenser sedang menyelidiki
para staff dan teknisinya, mengenai bocornya kode rahasia tersebut. Bocornya kode
tersebut diketahui oleh managemen vendor dari komplain yang dilakukan pengusaha
SPBU.
Untuk mencegah aksi "nakal" seperti pada poin 3 di atas, yang perlu dilakukan adalah :
- Catatlah selalu tolalizer analog pada setiap berakhirnya masa kerja shift. Totalizer
analog ini biasanya terletak di bawah display digital pada mesin dispenser. Pencatatan
ini dilakukan untuk membandingkan hasil pengeluaran totalizer digital dengan totalizer
analog, apakah terdapat selisih yang terlalu besar atau tidak.
- Untuk mencegah "diutak-atiknya" totalizer analog, buatlah sabuk pengaman yang
mengelilingi tutup samping mesin dispenser, sehingga kap mesin dispenser tidak mudah
dibuka. Selain itu, lapisi bagian penutup totalizer analog (biasanya penutupnya dari
plastik) dengan kaca bening.
Untuk sementara, hanya itu yang bisa saya uraikan,… pusing juga nulisnya. Jadi, harap
dimaklum kalau banyak kekurangannya.
Metode Pengukuran Tangki BBM
Bagi seorang pekerja di SPBU seperti saya, bau bensin dan bau solar (bau keduanya
sama-sama melekat) sudah menjadi santapan tiap hari, terutama pada saat proses bongkar
BBM (lossing). Biasanya, saya ditemani oleh seorang asisten dalam proses ini, tugasnya
adalah memasang peralatan lossing seperti selang 4", leher angsa, mulut babi, dan
membuka kunci pada setiap dombak yang akan diisi. Sedangkan tugas saya adalah
memeriksa kualitas dan kuantitas dari muatan BBM pada tangki tsb.
Untuk mengukur kuantitas BBM dari mobil tangki, yang saya tahu, ada 4 macam alat
yang biasa digunakan, yaitu:
1. Salib ukur
Salib ukur ini berbentuk 2 ‘penggaris’ pada umumnya dimana tertera skala (biasanya
dalam cm) pada masing-masing penggaris. Hanya saja salah satu dari ‘penggaris’ itu
mempunyai bentuk seperti sepatu. Untuk dapat menggunakan salib ukur, kita harus
menyilangkan kedua penggaris pada dudukan yang telah disediakan sehingga menyerupai
salib. Metode yang digunakan jika kita menggunakan salib ukur adalah dengan mengukur
jarak t1 terhadap permukaan minyak. t1 adalah jarak dari bibir lubang tangki (manhole)
terhadap ijk bout. Ijk bout merupakan penunjuk dimana permukaan minyak seharusnya
berada. Posisi Ijk bout ini ditentukan oleh Dinas Metrologi pada saat dilakukannya tera
tangki, dan untuk mencegah agar posisi ijk bout tidak berubah naik/turun, Dinas
Metrologi akan memasangkan segel timah pada ijk bout tersebut. Hal-hal yang harus di
perhatikan dalam menggunakan salib ukur adalah :
- Mengetahui nilai t1 tangki mobil dari buku TUM (Tangki Ukur Mobil) yang di
keluarkan oleh BPLK.
- Mengetahui nilai kepekaan tangki mobil dari buku TUM (Tangki Ukur Mobil) yang di
keluarkan oleh BPLK.
- Mengetahui tebal tutup tangki (dilakukan dengan melakukan pengukuran sendiri secara
manual).
- Menggunakan waterpass untuk mendapatkan posisi datar pada tutup tangki pada saat
pengukuran
2. Tongkat ukur
Tongkat ukur ini mirip dengan tongkat yang digunakan untuk dipping, hanya saja
ukurannya lebih pendek, karena disesuaikan dengan tinggi tangki mobil pada umumnya.
Pada bagian tongkat tertera skala dalam cm dan terdapat sebuah klem sebagai penunjuk
dimana posisi minyak seharusnya berada
Metode yang digunakan jika kita menggunakan tongkat ukur adalah dengan mengukur
jarak t2 terhadap permukaan minyak. t2 adalah jarak dari dasar tangki terhadap ijk bout.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan tongkat ukur adalah:
- mengetahui nilai t2 tangki mobil dari buku TUM
mengetahui nilai kepekaan tangki mobil dari buku TUM
memastikan dasar tangki tidak penyok, atau tidak terdapat tumpukan karat, yang akan
mengurangi keakuratan hasil pengukuran.
- memastikan posisi tongkat ukur agar berada tegak lurus terhadap dasar tangki, karena
ini juga akan mempengaruhi hasil pengukuran.
3. Flowmeter
Flowmeter adalah alat yang digunakan untuk mengetahui nilai kuantitas BBM pada
proses lossing dengan cara membaca arus yang melalui corong pada flowmeter tersebut.
Menggunakan flowmeter lebih gampang dan tidak memerlukan perhitungan, seperti dua
methode yang telah dituliskan di atas. Kita hanya harus memasangkan flowmeter pada
kran tangki dan membaca hasilnya pada saat proses lossing selesai. Namun, menurut
keterangan yang saya dengar dari teman-teman yang menggunakan flowmeter (saya
sendiri belum pernah menggunakan alat ini), jika dalam 1 kompatemen terdapat 8.000
liter BBM, maka pada saat proses lossing selesai (sisa BBM mencapai ratusan liter),
flowmeter sudah tidak bisa lagi membaca arus BBM yang dikeluarkan. Mungkin hal ini
dipengaruhi oleh faktor gravitasi.
4. ATG (Automatic Tank Gauge)
ATG adalah perangkat terintegrasi, di dalamnya terdapat alat pengukur suhu, pengukur
permukaan minyak, dan pengukur tekanan. Semua alat-alat tersebut ditanam di dalam
tangki pendam SPBU dan dibaca secara digital untuk kemudian hasilnya dikirim ke
sebuah layar dan atau printer. ATG bisa memberikan data suhu, stok, dan pressure secara
realtime.
Sebelum proses lossing, petugas hanya perlu mengeluarkan struk dari printer ATG
yang mencatat posisi awal stok sebelum lossing. Pada saat proses lossing selesai, petugas
kembali mengeluarkan struk dari printer ATG untuk mengetahui stok setelah lossing dan
menghitung selisihnya untuk mengetahui berapa jumlah BBM yang masuk ke tangki
pendam bersangkutan.