13
FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KECAMATAN PONTIANAK SELATAN 1 2 2 Annisa Putriani , Ismael Saleh , Andri Dwi Hernawan ENVIRONMENTAL RISK FACTORS ASSOCIATED WITH PNEUMONIA CASES AMONG INFANTS AT WORK AREA OF PUSKESMAS KECAMATAN PONTIANAK SELATAN 1 Peminatan Epidemiologi Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak tahun 2014 ([email protected] ) 2 Dosen Tetap Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak ABSTRAK Latar Belakang:Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Pneumonia sangat berpotensi menular didalam rumah dengan kondisi yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Pneumonia dapat muncul karena beberapa faktor risiko seperti faktor lingkungan meliputi kepadatan hunian kamar, kelembaban, luas ventilasi, polusi udara didalam dan luar rumah, penggunaan racun nyamuk, serta keberadaan sekat dapur.Persentase penyakit Pneumonia pada tahun 2010 di Kalimantan Barat terdapat 4,77% dan tahun 2011 terdapat 4,71%, sementara UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Selatantahun 2013bulan Januari-Juli terdapat 124balitaPneumonia. Tujuan : penelitian ini adalahuntuk mengetahui faktor risiko lingkungan yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Selatan. Metode :penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian Case Control dengan jumlah sampel sebanyak 68 responden terdiri dari 34 responden kelompok kasus dan 34 pada kelompok kontrol. Hasil : penelitian menunjukkan bahwatidak ada hubungan antara kepadatan hunian kamar (p value = 0,327), polusi udara (p value = 0,183), luas ventilasi (p value = 0,186), tingkat kelembaban (p value = 0,051), penggunaan racun nyamuk (p value = 0,709), keberadaan sekat dapur (p value = 0,045; OR = 0,244) dan polusi asap rokok (p value = 0,242) dengan kejadian Pneumonia pada balita di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Selatan. Saran :kepada orangtua balita agar menghindarkan anak dari paparan polusi asap rokok, membangun rumah atau memilih rumah sesuai peraturan pemerintah sertamemperbaiki kondisi fisik dapur agar memenuhi syarat. Kata kunci : Faktor Risiko Lingkungan; Pneumonia Balita ABSTRACT Pneumonia is a lung infection that causes inflammation. It is has potential infection in the home environment for the condition of the house doesn't meet the health standards. Pneumonia may arise due to several risk factors, such as bed room occupancy density, humidity, extensive ventilation, inside and outside air pollution, the use of chemical mosquito repellents, and the condition of kitchen divider. In 2010, 4,77 % cases of pneumonia occurred in West Kalimantan . Then, in 2011, the cases still existed and reached 4,71%. Whereas, in 2013 (January-July), as many as 124 infants at work area of Puskesmas Pontianak Selatan suffered from pneumonia. This study is aimed at discovering the environmental risk factors associated with pneumonia cases among 103 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik

FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN …

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN …

FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA

UPTD PUSKESMAS KECAMATAN PONTIANAK SELATAN

1 2 2Annisa Putriani , Ismael Saleh , Andri Dwi Hernawan

ENVIRONMENTAL RISK FACTORS ASSOCIATED WITH PNEUMONIA

CASES AMONG INFANTS AT WORK AREA OF PUSKESMAS

KECAMATAN PONTIANAK SELATAN

1Peminatan Epidemiologi Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak

tahun 2014 ([email protected] )2 Dosen Tetap Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak

ABSTRAK

Latar Belakang:Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Pneumonia sangat berpotensi menular didalam rumah dengan kondisi yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Pneumonia dapat muncul karena beberapa faktor risiko seperti faktor lingkungan meliputi kepadatan hunian kamar, kelembaban, luas ventilasi, polusi udara didalam dan luar rumah, penggunaan racun nyamuk, serta keberadaan sekat dapur.Persentase penyakit Pneumonia pada tahun 2010 di Kalimantan Barat terdapat 4,77% dan tahun 2011 terdapat 4,71%, sementara UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Selatantahun 2013bulan Januari-Juli terdapat 124balitaPneumonia.

Tujuan : penelitian ini adalahuntuk mengetahui faktor risiko lingkungan yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Selatan.

Metode :penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian Case Control dengan jumlah sampel sebanyak 68 responden terdiri dari 34 responden kelompok kasus dan 34 pada kelompok kontrol.

Hasil : penelitian menunjukkan bahwatidak ada hubungan antara kepadatan hunian kamar (p value = 0,327), polusi udara (p value = 0,183), luas ventilasi (p value = 0,186), tingkat kelembaban (p value = 0,051), penggunaan racun nyamuk (p value = 0,709), keberadaan sekat dapur (p value = 0,045; OR = 0,244) dan polusi asap rokok (p value = 0,242) dengan kejadian Pneumonia pada balita di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Selatan.

Saran :kepada orangtua balita agar menghindarkan anak dari paparan polusi asap rokok, membangun rumah atau memilih rumah sesuai peraturan pemerintah sertamemperbaiki kondisi fisik dapur agar memenuhi syarat.

Kata kunci : Faktor Risiko Lingkungan; Pneumonia Balita

ABSTRACT

Pneumonia is a lung infection that causes inflammation. It is has potential infection in the home environment for the condition of the house doesn't meet the health standards. Pneumonia may arise due to several risk factors, such as bed room occupancy density, humidity, extensive ventilation, inside and outside air pollution, the use of chemical mosquito repellents, and the condition of kitchen divider. In 2010, 4,77 % cases of pneumonia occurred in West Kalimantan . Then, in 2011, the cases still existed and reached 4,71%. Whereas, in 2013 (January-July), as many as 124 infants at work area of Puskesmas Pontianak Selatan suffered from pneumonia.

This study is aimed at discovering the environmental risk factors associated with pneumonia cases among

103Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik

Page 2: FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN …

infants at work area of Puskesmas Kecamatan Pontianak Selatan.A case control design was carried out in this study. As many as 68 respondents consisting of 34 case group and

34 control group were selected as the samples.The study revealed that there were no correlation of bedroom occupancy density (p value=0,327), air

pollution (p value=0,183), ventilation's width (p value=0,186), humidity level (pvalue=0,051), the use of chemical mosquito repellent (p value=0,709), kitchen divider (p value =0,045; OR=0,244), cigarette smoke (p value= 0,242), and pneumonia cases among infants at work area of Puskesmas Kecamatan Pontianak Selatan.

Based on the findings, parents are encouraged to keep their children away from the exposure of air pollution. They are also suggested to build or select the government-standard houses and enhance the condition of the kitchen based on the health standard.

Key words : environmental risk factors

PENDAHULUAN

Pneumonia adalah infeksi yang

menyebabkan paru-paru meradang.

Pneumonia sangat berpotensi menular

didalam rumah dengan kondisi yang tidak

memenuhi syarat kesehatan. Penyebab

pneumonia yang sebagian besar dan paling

s e r i n g m e n y e r a n g b a l i t a a d a l a h

pneumokokus, Hib, S.aureus dimana bakteri

ini secara alami hidup di rongga hidung dan

tenggorok manusia ditularkan lewat lendir

hidung misalnya melalui percikan ludah saat

bicara, batuk, atau bersin dan masuk ke

dalam tubuh melalui udara. Diperkirakan

75% pneumonia pada anak balita di Negara

berkembang termasuk Indonesia disebabkan 1oleh pneumokokus dan Hib.

Penyebab utama terbesar kematian

balita di seluruh dunia dan membunuh sekitar

1,2 juta anak di bawah usia lima tahun 2

sebanyak 18%.

Di Indonesia, pneumonia adalah

penyebab kematian kedua pada balita setelah

diare (15,5% diantara semua balita).Proporsi

kasus pneumonia balita pada tahun 2007-

2009 lebih besar dibandingkan proporsi 3kelompok umur > 5 tahun.

Berdasarkan hasil survei yang

dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kalimantan

Barat menyebutkan bahwa Kota Pontianak

menduduki urutan pertama yang banyak

mengalami kejadian pneumonia dengan

jumlah penderita balita pada tahun 2011 4berjumlah 1.033 (18,8%).

Sedangkan Kota Pontianak tahun 2011

kejadian pneumonia yang paling banyak

ditemukan dan ditangani yaitu Kecamatan

Pontianak Selatan dengan penderita

penderita sebanyak 370 (42,1%) dari 6

kecamatan yang ada di kota Pontianak,

diantaranya Pontianak Kota sebesar 11,95%,

Pontianak Barat sebesar 11,78%, Pontianak

Tenggara sebesar 27,55%, Pontianak Timur

sebesar 22% dan Pontianak Utara sebesar

24,94%.Ditemukan puskesmas dengan kasus

terbanyak berada di UPTD Puskesmas 5Kecamatan Pontianak Selatan.

Pneumonia merupakan penyakit

menular dimana penyakit dapat ditularkan

baik secara langsung maupun melalui

perantara yang ditandai dengan hadirnya

agent (penyebab penyakit) yang akan tetap

hidup dengan adanya reservoir (habitat, 6

tempat hidup dan berkembang). Suatu

penyakit (infeksi) yang disebabkan oleh

agent tergantung host (faktor induk semang),

104 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik

Page 3: FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN …

dengan kata lain suatu penyakit dapat terjadi

pada seseorang tergantung kekebalan/

resistensi orang yang bersangkutan.

Environment merupakan tempat penyebaran

agent sehingga terjadi penularan. Konsep

dasar terjadinya penyakit yaitu model

segitiga epidemiologi (the epidemiologic

triangle) dengan adanya interaksi antara

komponen agent, host dan environment.

Berubahnya salah satu komponen meng-

akibatkan keseimbangan terganggu sehingga 7terjadi pneumonia.

Faktor risiko yang mempengaruhi

insidens pneumonia pada anak diantaranya

gizi kurang, BBLR, pemberian ASI, polusi 8

udara dan pemukiman padat.

Sedangkan faktor risiko lingkungan

meliput i kepadatan hunian kamar,

kelembaban, luas ventilasi, polusi udara

didalam dan luar rumah, penggunaan racun

nyamuk, serta keberadaan sekat dapur.

Berdasarkan hasil indept interview

terhadap 10 responden yaitu keberadaan

sekat dapur sebesar 80%, keberadaan

keluarga merokok di dalam rumah sebesar

100% dan penggunaan racun nyamuk sebesar

70% serta dalam 1 tahun terakhir terdapat

kasus tertinggi yang terjadi pada bulan

Februari, balita yang mengalami kejadian

pneumonia di Wilayah Kerja UPTD

Puskesmas Kecamatan Pontianak Selatan,

membuat peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Faktor Risiko

Lingkungan yang Berhubungan Dengan

Kejadian Pneumonia Pada Balita di Wilayah

Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan

Pontianak Selatan”.

Metode

Jenis dalam penelitian ini bersifat

observasional analitik, yaitu penelitian yang

mengamati dan menganalisis hubungan

antara faktor risiko dan efek melalui

pengujian hipotesis dengan desain kasus

kontrol (case control).

Populasi dalam penelitian ini terdiri

dari dua kelompok yaitu kasus dan kontrol.

Kelompok kasus adalah semua balita yang

sedang rawat jalan UPTD Puskesmas

Kecamatan Pontianak Selatan yang

dinyatakan menderita pneumonia dari bulan

Januari sampai Juli 2013 yang berjumlah 124

balita. Sedangkan kelompok kontrol adalah

semua balita yang tidak menderita

pneumonia, berjenis kelamin sama dengan

kasus di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas

Kecamatan Pontianak Selatan. Sampel

dalam penelitian ini berjumlah 68 reponden,

yang terdiri dari 34 kasus dan 34 kontrol.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan

ada lah purpos ive sampl ingdengan

menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi.

Data diperoleh melalui wawancara

langsung dan observasi. Analisis data

dilakukan secara bertahap meliputi analisis

univariat dan bivariat diuji secara statistik

Chi Square dengan derajad ketepatan 95% (á = 0,05).

HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum

UPTD Puskesmas Kecamatan

Pontianak Selatan berada di Wilayah

Kecamatan Pontianak Selatan, Kota

Pontianak. Luas wilayah bina UPTD

Puskesmas Kecamatan Pontianak Selatan 2

sekitar 8,73 km yang meliputi 245 RT dan 54

RW. Tahun 2012, jumlah balita sebanyak

5.299 jiwa dan pada tahun 2013 dari bulan

105Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik

Page 4: FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN …

Januari hingga Mei berjumlah total 4.299

jiwa di UPTD Puskesmas Kecamatan

Pontianak Selatan.

Distribusi Karakteristik Responden

Dari table diatas diketahui bahwa

sebagian besar responden pada kelompok

kasus responden berumur 20-34 tahun yaitu

sebesar 70,6%, sedangkan pada kelompok

kontrol responden berumur 20-34 tahun

yaitu sebesar 64,7%. Karakteristik

pendidikan diketahui bahwa sebagian besar

responden pada kelompok kasus responden

paling banyak berpendidikan SLTA yaitu

sebesar 58.8%. Sedangkan pada kelompok

kont ro l responden pa l ing banyak

berpendidikan SLTA yaitu sebesar 41,2%.

Karakteristik penghasilan diketahui bahwa

sebagian besar responden pada kelompok

kasus yang paling banyak berpenghasilan Rp

1.000.000 - Rp 2.500.000 yaitu sebesar

64,7% dan pada kelompok kontrol responden

yang paling banyak berpenghasilan Rp

1.000.000 - Rp 2.500.000 yaitu sebesar 50%.

Kasus Kontrol

N % N %

Umur 20 – 34 tahun

24

70,6

22

64,7

35 – 49 tahun 10 29,4 12 35,3

Pendidikan TS SD

SLTP SLTA

Akademik/PT

0 5 8

20 1

0

14,7 23,5 58,8 2,9

2 7 7 14 4

5,9

20,6 20,6 41,2 11,8

Penghasilan Rp 1.000.000

< Rp1.000.000 >Rp2.500.000 Rp1.000.000-Rp2.500.000

3 7 2

22

8,8

20,6 5,9

64,7

6 7 4 17

17,6 20,6 11,8 50

Total 34 100 34 100

Sumber : data primer

Distribusi Karakteristik Balita

1. Umur

Rata-rata umur balita yang menderita

pneumonia adalah 38,00 bulan (SD 14,502

bulan), sedangkan rata-rata umur balita yang

tidak menderita pneumonia adalah sebesar

36,91 bulan (SD 14,882 bulan), dengan umur

minimum 12 bulan dan umur maksimum 60

bulan. Hasil uji statistik didapatkan nilai p =

0,761, artinya tidak ada perbedaan yang

signifikan rata-rata umur antara balita yang

menderita pneumonia dengan balita yang

tidak menderita pneumonia.

2. Jenis Kelamin

Diketahui bahwa sebagian besar pada

kelompok kasus dan kelompok kontrol balita

paling banyak berjenis kelamin laki-laki

yaitu masing-masing sebesar 55,9%.

Analisa Univariat

Umur N Mean SD Min Max Pvelue

Pneumonia 34 38,00 14,50

12 60 0,761 Tidak

Pneumonia 34 36,91 14,88

Sumber : data primer

Jenis Kelamin

Kasus Kontrol

N % N %

Laki-laki 19 55,9 19 55,9 Perempuan 15 44,1 15 44,1

Total 34 100 34 100

Sumber : data primer

Variabel Kasus Kontrol

N % N %

Kepadatan Hunian Kamar Padat 12 35,3 17 50 Tidak Padat 22 64,7 17 50

Polusi Udara (Outdoor) Terpapar 27 79,4 21 61,8 Tidak Terpapar 7 20,6 13 38,2

Luas Ventilasi Tidak Memenuhi Syarat 26 76,5 31 91,2 Memenuhi Syarat 8 23,5 3 8,8

Tingkat Kelembaban Tidak Memenuhi Syarat 14 41,2 23 67,6 Memenuhi Syarat 20 58,8 11 32,4

106 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik

Page 5: FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN …

Penggunaan Racun Nyamuk

Menggunakan 29 85,3 31 91,2 Tidak Menggunakan 5 14,7 3 8,8

Sekat Dapur Tidak Ada 22 64,7 30 88,2 Ada 12 35,3 4 11,8

Polusi Asap Rokok Terpapar 24 70,6 29 85,3 Tidak Terpapar 10 29,4 5 14,7

Sumber : data primer

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui

bahwa distribusi frekuensi pada kelompok

kasus paling banyak hunian kamar tidak

padat yaitu sebesar 64,7% dan kelompok

kontrol yang kamar hunian padat dan tidak

padat yaitu sebesar 50%.Distribusi frekuensi

berdasarkan polusi udara, responden pada

kelompok kasus yang terpapar yaitu sebesar

79,4% sedangkan yang tidak terpapar sebesar

20,6%. Pada kelompok kontrol yang terpapar

yaitu sebesar 61,8% sedangkan yang tidak

terpapar sebesar 38,2%.Distribusifrekuensi

berdasarkan luas ventilasiresponden pada

kelompok kasus tidak memenuhi syarat yaitu

sebesar 76,5% sedangkan yang memenuhi

syarat sebesar 23,5%. Pada kelompok

kontrol responden yang tidak memenuhi

syarat yaitu sebesar 91,2% sedangkan yang

memenuhi syarat sebesar 8,8%. Distribusi

frekuensi berdasarkan tingkat kelembaban

responden pada kelompok kasus yang tidak

memenuhi syarat yaitu sebesar 41,2%

sedangkan yang memenuhi syarat sebesar

58,8%. Pada kelompok kontrol responden

yang tidak memenuhi syarat yaitu sebesar

67,6% sedangkan yang memenuhi syarat

sebesar 32,4%.Distribusi frekuensi

berdasarkan penggunaan racun nyamuk

diperoleh responden pada kelompok kasus

paling banyak yang menggunakan racun

nyamuk yaitu sebesar 85,3% sedangkan

kelompok kontrol sebesar 91,2%.Distribusi

frekuensi berdasarkan sekat dapurdiperoleh

responden pada kelompok kasus dan

kelompok kontrol sebagian besar tidak

mempunyai sekat dapur yaitu 64,7% dan

88,2%.Distribusi frekuensi berdasarkan

polusi asap rokokdiperoleh responden pada

kelompok kasus yang terpapar yaitu sebesar

70,6% sedangkan yang tidak terpapar

sebesar 29,4%. Pada kelompok kontrol yang

terpapar yaitu sebesar 85,3% sedangkan

yang tidak terpapar yaitu sebesar 14,7%.

Analisa Bivariat

Hasil analisis variabel kepadatan

hunian kamar dengan kejadian pneumonia

berdasarkan uji statistik Fisher's Exact Test

diperoleh nilai p = 0,327 lebih besar dari value

á =0,05 sehingga dinyatakan bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara

kepadatan hunian kamar dengan kejadian

pneumonia yang berarti Ha diterima (Ho

ditolak).

Hasil analisis variabel polusi udara

(Outdoor) dengan kejadian pneumonia

berdasarkan uji statistik Fisher's Exact Test

diperoleh nilai p = 0,183 lebih besar dari value

á =0,05 sehingga dinyatakan bahwa tidak

terdapat hubungan antara polusi udara

dengan kejadian pneumonia yang berarti Ha

diterima (Ho ditolak).

Hasil analisis variabel luas ventilasi

dengan kejadian pneumonia berdasarkan uji

Variabel P

ValueOR 95% CI

Kepadatan Hunian Kamar

0,327 0,545 0,206 – 1,443

Polusi Udara (Outdoor)

0,183 2,388 0,810 – 7,041

Luas Ventilasi 0,186 0,315 0,076 – 1,308 Tingkat Kelembaban

0,051 0,335 0,124 – 0,902

Penggunaan Racun Nyamuk

0,709 0,561 0,123 – 2,562

Sekat Dapur 0,045 0,244 0,069 – 0,860 Polusi Asap Rokok 0,242 0,414 0,124 – 1,377

Sumber : data primer

107Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik

Page 6: FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN …

statistik Fisher's Exact Test diperoleh nilai

p = 0,186 lebih besar dariá =0,05 sehingga value

dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara luas ventilasi dengan

kejadian pneumonia yang berarti Ha diterima

(Ho ditolak).

Hasil analisis variabel tingkat

kelembabandengan kejadian pneumonia

berdasarkan uji statistik Fisher's Exact Test

diperoleh nilai p = 0,051 lebih besar value

dariá =0,05 sehingga dinyatakan bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara

tingkat kelembaban dengan kejadian

pneumonia yang berarti Ha diterima (Ho

ditolak).

Hasil analisis variabel penggunaan

racun nyamuk dengan kejadian pneumonia

berdasarkan uji statistik Fisher's Exact Test

diperoleh nilai p = 0,709 lebih besar value

dariá =0,05 sehingga dinyatakan bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara

penggunaan racun nyamuk dengan kejadian

pneumonia yang berarti Ha diterima (Ho

ditolak).

Hasil analisis variabel keberadaan

sekat dapurdengan kejadian penumonia

berdasarkan uji statistikChi Square diperoleh

nilai p = 0,045 lebih kecil dariá =0,05 value

sehingga dinyatakan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara keberadaan

sekat dapur dengan kejadian pneumonia

dengan yang berarti Ho diterima (Ha

ditolak). Hasil analisis diperoleh nilai

OR=0,244dengan nilai kemaknaan 95%

CI=0,069-0,860 (confidence interval tidak

mencakup angka 1), maka dapat disimpulkan

bahwa keberadaan sekat dapur merupakan

faktor protektif.

Hasil analisis variabel polusi asap

rokokdengan ke jad ian pneumonia

berdasarkan uji statistikFisher's Exact Test

diperoleh nilai p = 0,242 lebih besar value

dariá =0,05 sehingga dinyatakan bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara

polusi asap rokok dengan kejadian

pneumonia yang berarti Ha diterima (Ho

ditolak).

PEMBAHASAN

Pneumonia adalah infeksi yang

menyebabkan paru-paru meradang. Proses

peradangan pada jaringan paru-paru berupa

kantung udara dapat dipenuhi cairan.

Kantung-kantung kemampuan menyerap

oksigen menjadi kurang atau terganggu.

Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh

tidak bisa bekerja, sehingga bila tidak diatasi 1

pneumonia akan menyebabkan kematian.

Pneumonia umumnya disebabkan oleh

mikroorganisme “bakteri, virus, mikoplasma

(bentuk peralihan antara bakteri dan virus)

dan protozoa”. Penyebab tersering

p n e u m o n i a a d a l a h S t re p t o c o c c u s

pneumoniae, Haemophilus influenza tipe b,

RSV (Respiratory Syncial Virus) dan 1

Staphylococcus aureus yang mencapai 75%.

a. Hubungan Kepadatan Hunian

K a m a r d e n g a n K e j a d i a n

Pneumonia pada Balita

Berdasarkan uji statistik Uji statistik

Fisher's Exact Test diperoleh nilai p = value

0,327 lebih besar dari á =0,05 sehingga

dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara kepadatan hunian

kamar dengan kejadian pneumonia yang

berarti Ha diterima (Ho ditolak).

Penelitian yang telah dilakukandan

hasilpenelitian sebelumnya yang men-

108 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik

Page 7: FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN …

dukung yakni tidak terdapathubungan yang

signifikan antara kepadatan hunian dengan 9

kejadian pneumonia pada balita.

Secara teori, kepadatan hunian

mempunyai kaitan erat dengan kejadian

pneumonia pada balia. Secara ideal satu 2ruang kamar tidur dengan luas minimal 8 m

dihuni oleh dua orang. Kepadatan hunian

rumah merupakan salah satu faktor penting

yang mempunyai asosiasi dengan kejadian

pneumonia karena keberadaan banyak orang

dalam suatu rumah akan mempercepat

transmisi organisme bibit penyakit dari

seseorang ke orang lain. Bakteri penyebab

pneumonia yang banyak macam akan mudah 10

menyebar di lingkungan hunian yang padat.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa

meskipun berdasarkan uji statistik me-

nunjukkan tidak adanya hubungan antara

kepadatan hunian kamar dengan kejadian

pneumonia pada balita di wilayah kerja

UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak

Selatan, hal ini dikarenakan responden pada

kelompok kasus lebih banyak yang tidak

padat hunian (64,7%) dibandingkan dengan

yang padat hunian (35,3%). Meskipun rata-

rata responden kelompok kasus lebih banyak

yang tidak padat hunian perlu diperhatikan

jumlah orang yang tinggal dirumah sehingga

tidak terjadi kepadatan yang merupakan pre-

requisite untuk penularan penyakit. Kondisi

fisik bangunan rumah merupakan penyebab

padatnya penghuni rumah, sehingga dalam

membangun rumah perlu memperhatikan

luas ruangan maupun kamar.

b. Hubungan Polusi Udara (Outdoor)

dengan Kejadian Pneumonia pada

Balita

Berdasarkan uji statistik Uji statistik

Fisher's Exact Test diperoleh nilai p = value

0,183 lebih besar dari á =0,05 sehingga

dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan

antara polusi udara dengan kejadian

pneumonia yang berarti Ha diterima (Ho

ditolak).11Pada dasarnya polusi udara terutama

yang jarak rumahnya dekat dengan jalan,

dapat memungkinkan untuk terpapar oleh

asap kendaraan bermotor, debu jalanan serta 12kabut asap. Sumber polusi yang utama

berasal dari transportasi hampir 60%

dihasilkan dari karbon monokside dan 15%

terdiri dari hidrokarbon. Partikel debu dapat

menyebabkan gangguan sistem pernapasan,

iritasi mata, alergi, bronchitis khronis. Kabut

asap terjadi karena adanya pembakaran baik

itu pembakaran sampah maupun pembakaran

lahan atau hutan.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa

meskipun berdasarkan uji statist ik

menunjukkan tidak adanya hubungan antara

polusi udara dengan kejadian pneumonia

pada balita di wilayah kerja UPTD

Puskesmas Kecamatan Pontianak Selatan,

tetapi dari hasil penelitian didapatkan bahwa

responden pada kelompok kasus yaitu balita

yang menderita pneumonia cenderung lebih

banyak yang terpapar polusi udara sebanyak

27 responden (79,4%). Oleh karena itu perlu

diperhatikan dalam membangun rumah atau

memilih rumah sebaiknya memperhitungkan

jarak rumah dengan jalan sesuai peraturan

pemerintah.

c. Hubungan Luas Ventilasi dengan

Kejadian Pneumonia pada Balita

Berdasarkan Uji statistik Fisher's

Exact Test diperoleh nilai p = 0,186 lebih value

besar dariá =0,05 sehingga dinyatakan bahwa

109Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik

Page 8: FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN …

tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara luas ventilasi dengan kejadian

pneumonia yang berarti Ha diterima (Ho

ditolak).

Penelitian yang telah dilakukandan

h a s i l p e n e l i t i a n s e b e l u m n y a y a n g

mendukung yakni tidak terdapathubungan

yang signifikan antara luas ventilasi dengan 9 13

kejadian pneumonia pada balita.10Secara teori tidak tersedianya

ventilasi yang baik pada suatu ruangan

makin membahayakan kesehatan, jika

kebetulan dalam ruangan tersebut terjadi

pula pencemaran oleh bakteri ataupun oleh

berbagai zat kimia (organik atau anorganik).

Keberadaan bakteri di udara dikarenakan

adanya debu, uap air yang mengandung

kuman. Setiap gram debu jalanan

mengandung kira-kira 50 juta bakteri,

sedangkan bakteri yang terdapat di dalam

ruangan mengandung sekitar 5 juta bakteri

per gram. Bakteri yang sering melayang di

udara adalah bakteri yang hidup pada saluran

pernapasan manusia yang dikeluarkan

melalui bersin, batuk, bernapas ataupun saat

berbicara. Pneumonia dan tuberculosis

sangat berpotensi menular di dalam rumah

dengan kondisi yang tidak memenuhi syarat

kesehatan.10Dampak dari ventilasi yang tidak

memenuhi syarat dapat menyebabkan

suburnya pertumbuhan mikroorganisme,

yang mengakibatkan gangguan terhadap

kesehatan manusia. Luas ventilasi minimal

10% dari luas lantai. Tidak akan berarti,

suatu luasan ventilasi rumah yang telah

memenuhi syarat sesuai Peraturan Menteri

Kesehatan, kalau rumah tersebut mempunyai

volume-volume ruang yang sempit atau

ruang/rumah dihuni oleh anggota keluarga

yang berlebih (overcrowding).

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa

meskipun berdasarkan uji statistik

menunjukkan tidak adanya hubungan antara

luas ventilasi dengan kejadian pneumonia

pada balita di wilayah kerja UPTD

Puskesmas Kecamatan Pontianak Selatan,

tetapi dari hasil penelitian didapatkan bahwa

responden dengan luas ventilasi yang lebih

banyak tidak memenuhi syarat pada

kelompok kasus (76,5% ) dan kelompok

kontrol (91,2%). Oleh karena untuk

mengurangi kasus pneumonia dan tidak

terjadinya kasus pneumonia maka perlu

diperhatikan luas ventilasi dengan ukuran

10% dari luas lantai.

d. Hubungan Tingkat Kelembaban

dengan Kejadian Pneumonia pada

Balita

Berdasarkan Uji statistik Fisher's

Exact Test diperoleh nilai p = 0,051 lebih value

besar dari á =0,05 sehingga dinyatakan bahwa

tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara tingkat kelembaban dengan kejadian

pneumonia yang berarti Ha diterima (Ho 14

ditolak).

Secara teori, ventilasi merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi tingkat

kelembaban, selain i tu suhu juga

berpengaruh karena suhu dan kelembaban

sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan

dan perkembangbiakan faktor etiologi

pneumonia berupa virus, bakteri dan jamur.

Suhu dalam ruang rumah yang terlalu rendah

dapat menyebabkan gangguan kesehatan

hingga hypothermia, sedangkan pada suhu

yang tinggi dapat menyebabkan dehidrasi

sampai dengan heat stroke. 14Kelembaban yang tinggi dapat

110 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik

Page 9: FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN …

menyebabkan membrane mukosa hidung

menjadi kering sehingga kurang efektif

dalam menghadang mikroorganisme. Pada

suhu dan kelembaban tertentu memungkin-

kan pertumbuhannya terhambat bahkan tidak

tumbuh sama sekali atau mati. Tapi pada

suhu dan kelembaban tertentu dapat tumbuh

dan berkembang biak dengan sangat cepat.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa

meskipun berdasarkan uji statistik

menunjukkan tidak adanya hubungan antara

tingkat kelembaban dengan kejadian

pneumonia pada balita di wilayah kerja

UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak

Selatan, hal ini dikarenakan rata-rata

responden pada kelompok kasus tingkat

ke lembabannya memenuhi syara t ,

pengukuran kelembaban juga yang

dilakukan pada satu waktu serta terdapat

perbedaan luas ventilasi rumah tiap

responden. Selain itu kemungkinan pada

tingkat kelembaban tertentu memungkinkan

pertumbuhan bakteri terhambat bahkan tidak

tumbuh sama sekali atau mati.

e. Hubungan Penggunaan Racun

N y a m u k d e n g a n K e j a d i a n

Pneumonia pada Balita

BerdasarkanUji statistik Fisher's

Exact Test diperoleh nilai p = 0,709 lebih value

besar dari á =0,05 sehingga dinyatakan bahwa

tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara penggunaan racun nyamuk dengan

kejadian pneumonia yang berarti Ha diterima

(Ho ditolak).

Penelitian yang telah dilakukandan

hasilpenelitian sebelumnya yang men-

dukung yakni tidak terdapathubungan yang

signifikan antara penggunaan obat nyamuk 15 16dengan kejadian pneumonia pada balita.

17Secara teori, polutan pencemar udara

yang biasanya sering digunakan dalam

rumah tangga seperti obat nyamuk bakar.

Obat nyamuk terutama obat nyamuk bakar

dan semprot merupakan salah satu sumber

polusi dalam rumah yang dapat mengganggu

pernapasan manusia. Semua obat nyamuk

berkhasiat sama yaitu membunuh dan

mengusir nyamuk, dan perbedaannya adalah

kemasan serta konsentrasi bahan aktif atau

zat racunnya. Obat nyamuk dikatakan

bahaya bagi manusia karena kandungan

bahan aktif yang termasuk golongan

organofosfat. Bahan aktifnya adalah

dichlorovynil dimethyl phosfat (DDVP),

propoxur (karbamat) dan diethyltoluamide

yang merupakan jenis insektisida pembunuh

serangga. Efek terbesar akan dialami oleh

organ sensitif karena obat nyamuk lebih

banyak mengenai hirupan, maka organ tubuh

yang kena adalah pernapasan.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa

meskipun berdasarkan uji statistik

menunjukkan tidak adanya hubungan antara

penggunaan racun nyamuk dengan kejadian

pneumonia pada balita di wilayah kerja

UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak

Selatan, tetapi dari hasil penelitian

didapatkan bahwa responden pada kelompok

kasus lebih banyak yang menggunakan racun

nyamuk (85,3%) dibandingkan dengan yang

tidak menggunakan racun nyamuk (14,7%)

karena jenis racun nyamuk yang digunakan

bervariasi. Selain racun nyamuk bakar yang

menimbulkan polusi didalam ruangan,

responden juga menggunakan racun nyamuk

jenis lain seperti racun nyamuk elektrik dan

semprot.Semua jenis racun nyamuk

mengandung bahan kimia beracun dan

berbahaya bagi kesehatan terutama pada

111Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik

Page 10: FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN …

balita yang masih rentan. Agar terhindar dari

bahan kimia yang beracun maupun polusi

dalam rumah, dapat digunakan alternatif

untuk menghindar dari gigitan nyamuk yaitu

dengan memakai kelambu.

f. Hubungan Keberadaan Sekat

Dapur dengan Kejadian Pneumonia

pada Balita

BerdasarkanUji statistik Chi Square

diperoleh nilai p =0,045lebih kecil value

dariá =0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara

keberadaan sekat dapur dengan kejadian

pneumonia yang berarti Ho diterima (Ha

ditolak). Hasil analisis diperoleh nilai

OR=0,244dengan nilai kemaknaan 95%

CI=0,069-0,860 (confidence interval tidak

mencakup angka 1), maka dapat disimpulkan

bahwa keberadaan sekat dapur merupakan

faktor protektif.

Penelitian yang telah dilakukandan

hasilpenelitian sebelumnya yang men-

dukung yakni terdapathubungan yang

signifikan antara keberadaan sekat dapur 18dengan kejadian pneumonia pada balita.

18Tata ruang dalam rumah bisa menjadi

faktor risiko kejadian pneumonia pada balita.

Salah satu diantaranya adalah letak dapur

yang digunakan untuk aktivitas memasak

keluarga dalam memenuhi kebutuhan makan

setiap hari. Keberadaan asap hasil aktivitas

memasak di dapur berdampak terhadap

kesehatan terutama penghuni di dalam

rumah. Letak dapur yang menyatu dengan

rumah induk tanpa adanya sekat merupakan

salah satu penyebab meningkatnya cemaran

udara dalam rumah. Cemaran udara dalam

rumah apabila terjadi secara terus menerus

dapat menyebabkan penghuni rumah juga

terpapar terus menerus termasuk balita.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa

berdasarkan uji statistik menunjukkan

adanya hubungan antara keberadaan sekat

dapur dengan kejadian pneumonia pada

balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas

Kecamatan Pontianak Selatan, meskipun

dari hasil penelitian didapatkan bahwa

responden pada kelompok kontrol lebih

banyak yang tidak memiliki sekat dapur

(88,2%) dibandingkan responden pada

kelompok kasus (64,7%). Oleh karena itu

agar tidak terjadinya kasus pneumonia dan

dalam rangka menurunkan angka kejadian

pneumonia pada balita, kondisi udara dalam

rumah yang tercemar perlu dicegah terutama

didapur. Diperlukan lubang pengeluaran

asap atau cerobong asap untuk mengurangi

pencemaran udara di dalam rumah. Lubang

pengeluaran asap dapur dapat berupa

ventilasi yang berada di bagian atas dinding

dekat dengan tempat masak.

g. Hubungan Polusi Asap Rokok

dengan Kejadian Pneumonia pada

Balita

Berdasarkan Uji statistik Chi Square

diperoleh nilai p = 0,242 lebih besar dari value

á =0,05 sehingga dinyatakan bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara

polusi asap rokok dengan kejadian

pneumonia yang berarti Ha diterima (Ho

ditolak).

Penelitian yang telah dilakukandan

hasilpenelitian sebelumnya yang men-

dukung yakni tidak terdapathubungan yang

signifikan antara kebiasaan merokok dengan 15

kejadian pneumonia pada balita.19Secara teori, pada dasarnya asap

112 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik

Page 11: FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN …

rokok mengandung zat beracun yang

berbahaya bagi kesehatan terutama pada

balita. Beberapa bahan kimia asap rokok

yang terkandung didalamnya yaitu nikotin,

gas karbon monoksida, nitrogen oksida,

hydrogen cianida, ammonia, acrolein,

acetilen, benzoldehide, urethane, methanol,

conmarin, 4-ethyl cathecol, orteresor

peryline, dan lain-lain. Berbagai bahan kimia

tersebut dapat merangsang silia yaitu bulu-

bulu halus yang terdapat pada permukaan

saluran napas, sehingga sekret mukus

meningkat menjadi 30-50%. Hal ini

mengakibatkan silia akan mengalami

kerusakan dan mengakibatkan menurunnya

fungsi ventilasi paru. Asap rokok dapat

mengakibatkan menurunnya imun.

Kerusakan dari saluran napas disertai dengan

menurunnya imuni tas tubuh dapa

menyebabkan mudahnya terjadi infeksi pada

saluran pernapasan.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa

meskipun berdasarkan uji statistik

menunjukkan tidak adanya hubungan antara

polusi asap rokok dengan kejadian

pneumonia pada balita di wilayah kerja

UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak

Selatan, tetapi dari hasil penelitian

didapatkan bahwa responden pada kelompok

kasus lebih banyak yang terpapar polusi

udara (70,6%) dibandingkan dengan yang

tidak terpapar polusi udara (29,4%).

Meskipun hasil penelitian menunjukkan

bahwa banyak responden yang tidak

m e r o k o k k e t i k a b e r s a m a b a l i t a .

Keterpaparan asap rokok sangat tinggi pada

saat berada didalam rumah. Anak dan

anggota keluarga yang berada di dalam

rumah lebih mudah dan lebih sering

menderita gangguan pernapasan dibanding

orang yang merokok. Asap rokok yang

ditimbulkan akan terhirup oleh anak secara

langsung.

SIMPULAN

1. Tidak ada hubungan antara kepadatan

hunian kamardengan kejadian

pneumonia di Wilayah Kerja UPTD

Puskesmas Kecamatan Pontianak

Selatan.

2. Tidak ada hubungan antara polusi

udara dengan kejadian pneumonia di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas

Kecamatan Pontianak Selatan.

3. Tidak ada hubungan antara luas

ventilasi dengan kejadian pneumonia

di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas

Kecamatan Pontianak Selatan.

4. Tidak ada hubungan antara tingkat

ke lembaban dengan ke jad ian

pneumonia di Wilayah Kerja UPTD

Puskesmas Kecamatan Pontianak

Selatan.

5. Ti d a k a d a h u b u n g a n a n t a r a

penggunaan racun nyamuk dengan

kejadian pneumonia di Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas Kecamatan

Pontianak Selatan.

6. Ada hubungan antara keberadaan sekat

dapur dengan kejadian pneumonia

dengan nilai P = 0,045 dan OR = value

0,244 (95% CI=0,069-0,860).

7. Tidak ada hubungan antara polusi asap

rokok dengan kejadian pneumonia di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas

Kecamatan Pontianak Selatan.

113Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik

Page 12: FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN …

SARAN

1. Bagi Puskemas perlu meningkatkan

keberhasilan upaya tatalaksana

penderita pneumonia (MTBS) yaitu

suatu strategi yang digunakan untuk

menurunkan angka kesakitan, maka

keterampilan petugas kesehatan perlu

lebih ditingkatkan lagi (selain dokter

dan bidan, petugas kesehatan lain juga

bisa memeriksa dan menangani pasien

asalkan sudah dilatih).Selain petugas

kesehatan, peran kader perlu

ditingkatkan dalam pelaksanaan

praktek keluarga, sehingga MTBS

berbasis masyarakat dapat diterapkan.

2. Bagi masyarakat dalam membangun

rumah atau memilih rumah sebaiknya

memperhitungkan jarak rumah dengan

jalan sesuai peraturan pemerintah

sehingga dapat mengurangi polusi

udara.Selain itu perlu memperbaiki

kondisi rumah yang baik yaitu suhu

dan tingkat kelembaban serta fisik

dapur yang memenuhi syarat.

3. Hasil penelitian ini dapat menjadi

bahan referensi untuk melakukan

penelitian lanjutan yaitu pada

dasarnya masih terdapat faktor lain

yang menyebabkan kejadian penyakit

pneumonia yaitu mengenai suhu,

cerobong asap didapur, perilaku

membuka jendela serta hyhiene

sanitasi.

DAFTAR PUSTAKA

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran

Napas Pneumonia Pada Anak Balita,

Orang Dewasa, Usia Lanjut. Pustaka

Populer Obor : Jakarta.

WHO. 2013. Pneumonia. [serial online]

[disitasi tanggal 19 Juni 2013].

Diakses dari URL :http://www.who.

int/mediacentre/factsheets/fs331/en/i

ndex.html.

Soepardi, Jane. 2010. Situasi Pneumonia

Balita di Indonesia. Buletin Jendela

Epidemiologi, volume3, September

2010.

Dinkes Kalbar. 2010. Profil Dinas

Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat

2010. Pontianak.

UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak

Selatan. Profil UPTD Puskesmas

Kecamatan Pontianak Selatan 2011.

Pontianak.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan

Masyarakat. PT Rineka Cipta :

Jakarta.

Noor, Nur Nasry. 2008. Epidemiologi. PT

Rineka Cipta : Jakarta.

Said, Marjdanis. 2007. Pengendalian

Pneumonia Anak-Balita dalam

Rangka Pencapaian MDG 4. Buletin

Jendela Epidemiologi, volume 3,

September 2010.

Rachmawati, Diah A. 2013. Faktor Risiko

yang Berhubungan dengan Kejadian

Pneumonia pada Balita Umur 12-48

bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas

Mijen Kota Semarang. Jurnal

114 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik

Page 13: FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN …

Kesehatan Masyarakat 2013 Vol. 2

No. 1 Tahun 2013. FKMUNDIP.

Kepmenkes. 2011. Peraturan Menkes RI

tentang Pedoman Penyehatan Udara

dalam Ruang Rumah.

Fardiaz, Srikandi. 2006. Polusi Air & Udara.

Kanisius : Yogyakarta.

Padmonobo, Heru., dkk. 2012. Hubungan

Faktor-Faktor Lingkungan Fisik

Rumah dengan Kejadian Pneumonia

pada Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Jatibarang Kabupaten

Brebes. Jurnal Kesehatan Lingkungan

Indonesia Vol. 11 No. 2. FKM UNDIP.

Rianti, Emy, dkk. 2007. Hubungan

Lingkungan Fisik dan Tingkat

Ekonomi dengan Kejadian Pneumonia

Balita di Puskesmas Sawangan tahun

2007. Jurnal Kesehatan Volume 1,

Nomor 4, November 2008.

Saputra, Hadi. 2011. Kesehatan Lingkungan.

[serial online] [disitasi pada tanggal

18 Juni 2013]. Diakses dari URL:

http://lubmazresearch.blogspot.com/2

011/04/kesehatan-lingkungan.html.

Kaunang, Yohanna C. N. 2012. Faktor-

Faktor Risiko Kejadian Pneumonia

pada Anak Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Kawangkoan Kabupaten

Minahasa. Skripsi. Manado : Program

Pascasarjana Universi tas Sam

Ratulangi.

Pramudiyani, Novita A., Prameswari, Galuh

N. 2011. Hubungan Antara Sanitasi

Rumah dan Perilaku dengan Kejadian

Pneumonia Balita. Jurnal Kesehatan

Masyarakat 6 (2) (2011) 71-78.

Mukono, H. J. 2008. Pencemaran Udara dan

Pengaruhnya Terhadap Gangguan

Saluran Pernapasan. Airlangga

University Press : Surabaya.

Nurjazuli., Widyaningtyas, Retno. 2006.

Faktor Risiko Dominan Kejadian

Pneumonia Pada Balita. Article of

Disrict Health. FKM UNDIP.

Pradono, Julianty., Kristanti, Ch. M. 2003.

Perokok Pasi f Bencana yang

Terlupakan. Bul. Penel. Kesehatan

Vol.31 No.4.

115Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik