83
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI DI INDONESIA TAHUN 1990.1 – 2005.4 SKRIPSI Disusun Oleh : Nama : Angga Rahmat Ardiono No. Mahasiswa : 04 313 022 Jurusan : Ilmu Ekonomi UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA 2008

Faktor2 Inflasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Faktor2 Inflasi

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

INFLASI DI INDONESIA TAHUN

1990.1 – 2005.4

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Nama : Angga Rahmat Ardiono

No. Mahasiswa : 04 313 022

Jurusan : Ilmu Ekonomi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

FAKULTAS EKONOMI

YOGYAKARTA

2008

Page 2: Faktor2 Inflasi

LAMPIRAN

Page 3: Faktor2 Inflasi

i

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

INFLASI DI INDONESIA TAHUN

1990.1 – 2005.4

SKRIPSI

Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir

guna memperoleh gelar Sarjana jenjang strata 1

Program Studi Ilmu Ekonomi,

pada Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Indonesia

Oleh :

Nama : Angga Rahmat Ardiono

Nomor Mahasiswa : 04.313.022

Program Studi : Ilmu Ekonomi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

FAKULTAS EKONOMI

YOGYAKARTA

2008

Page 4: Faktor2 Inflasi

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

“ Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari terbukti

bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman / sangsi

apapun sesuai peraturan yang berlaku.”

Yogyakarta, 15 Februari 2008

Penulis,

Angga Rahmat Ardiono

Page 5: Faktor2 Inflasi

iii

PENGESAHAN

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

INFLASI DI INDONESIA TAHUN

1990.1 – 2005.4

Nama : Angga Rahmat Ardiono

Nomor Mahasiswa : 04.313.022

Program Studi : Ilmu ekonomi

Yogyakarta, 15 Februari 2008

Telah disetujui dan disahkan oleh

Dosen Pembimbing,

Diana Wijayanti,,SE.,M.S

Page 6: Faktor2 Inflasi

iv

PENGESAHAN UJIAN

Telah dipertahankan/diujikan dan disahkan untuk

memenuhi syarat guna memperoleh gelar

Sarjana jenjang Strata 1 pada Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Indonesia

Nama : Angga Rahmat Ardiono

Nomor Mahasiswa : 04313022

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Yogyakarta, 15 Februari 2008

Disahkan Oleh,

Pembimbing Skripsi : Diana Wijayanti,,SE.,M.Si. ………

Penguji I : ………

Penguji II : ………

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Indonesia

Drs. Asmai Ishak, M.Bus, Ph.D

Page 7: Faktor2 Inflasi

v

HALAMAN MOTTO

“Wahai orang yang melakukan perjalanan. Perjalanan ini hanya

bisa dilalui dan tercapai tujuannya dengan keseriusan yang tinggi

dan perjalanan di waktu malam. Andai ada seseorang yang tidak bisa

Bersungguh-sungguh di jalan ini, lalu ia tidur di waktu malam.

Kapankah ia akan mencapai tujuannya?”

( Ibnu Qayyim )

Lakukan semua kebajikan yang kau bisa Dengan segala sarana yang kau bisa Dalam segala cara yang kau bisa Disegala cara yang kau bisa Disegala waktu yang kau bisa

Kepada segala orang yang kau bisa Selama yang kau bisa

( John Wesley )

”Hai orang-orang yang beriman

berlakulah sabar dan perkuat sabar diantara kalian

dan bersiap-siaplah kalian serta bertaqwalah kepada Allah

supaya kalian memperoleh kemenangan.”

( Qs: Ali Imran 200 )

Page 8: Faktor2 Inflasi

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini Kupersembahkan untuk :

♦ Allah SWT yang telah memberiku kekuatan untuk

menyelesaikan amanah ini.

♦ (Alm) Ayahanda dan ketiga orangtua tercinta yang

telah memberikan do’a, cinta, kasih sayang,

dukungan moral, spiritual dan material yang

takkan pernah ternilai.

♦ Adikku tersayang.

♦ Semua keluarga dan sahabat yang selalu

mendoakan dan membantuku dalam segala hal.

Page 9: Faktor2 Inflasi

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah Rabb alam semesta. Shalawat dan salam

semoga senantiasa tercurah kepada junjungan dan tauladan, Muhammad Rasulullah,

keluarga dan para sahabatnya.

Alhamdulillah, Puji dan Syukur atas rahmat dan karunia kekuatan yang

diberikan Allah padaku, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

berjudul ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

INFLASI DI INDONESIA TAHUN 1990.1 – 2005.4. Skripsi ini tersusun sebagai

salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Sarjana Strata Satu (S1)

pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena

keterbatasan yang penulis miliki, karenanya penulis mengucapkan terima kasih untuk

saran dan kritik yang penulis telah terima maupun yang akan diterima. Penulis juga

menyadari bahwasanya penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa

bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Asmai Ishak, M.Bus, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Indonesia

2. Yth. Bapak Jaka Sriyana, Drs., M. Si. Selaku Ka-Prodi Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

Page 10: Faktor2 Inflasi

viii

3. Yth. Ibu Diana Wijayanti,,SE.,M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

ditengah kesibukannya dengan sabar dan penuh perhatian membimbing serta

memberikan dukungan moril sehingga skripsi ini selesai.

4. Yth. Ibu Diana Wijayanti,,SE.,M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik,

yang juga selalu meluangkan waktu ditengah kesibukannya, ketika aku ingin

menanyakan berbagai hal yang berkaitan dengan akademik, kuliah, dll.

5. Ayahanda (Alm) Drg Sukarsono dan ketiga orangtua hamba Drg Endang

Rachmiyati, Bpk Achmad Daud dan Ibu Marini yang selalu memberikan

semangat, doa dan kasih sayang mereka. Kalian adalah pembawa cahaya

dalam hidupku.

6. Adikku Anissa yang secara tidak langsung kujadikan motivator dalam setiap

langkahku.

7. Semua keluargaku yang ada di Jogja, Jakarta, terimakasih untuk dukungan

dan doa kalian semua.s

8. Sahabatku Erdi dan Wisnu yang selalu ada dalam susah maupun senang dan

selalu memberiku semangat untuk menyelesaikan skripsiku, Thanx ya.. keep

friendship forever.

9. Putri Suci Wulandari, kucingnya chelsea yang nakal dan keluarga yang

secara tidak langsung memberiku kekuatan, semangat dan membuatku

termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsiku. Terimakasih sudah

nemenin main bowling dan nonton film sewaktu aku baru suntuk ngerjain

Page 11: Faktor2 Inflasi

ix

skripsi sering banget tuh hehe... Terimakasih buat doa, semangat, serta semua

yang telah kamu berikan dengan tulus dan ikhlas.

10. Wiwit, Desty dan Hero, yang selalu mau meluangkan waktunya untuk

mengajari berbagai keperluan skripsi, memberi informasi literatur data serta

mendengar keluh kesahku dengan sabar, terimakasih buat kalian.

11. Teman-teman kuliah ( Dika, Andre, Mumun, Helmy, Udin, Kupret, Yocky,

Fadli, Vanda, Arip, Hendra, Bagus, Nino, Aan ) dan teman main ( Bolu,

Helmi, Nana ) yang gila-gila tapi selalu menjadi teman berbagi suka dan

duka. Aspac FC yang tiada hari tanpa sepakbola...thanx ya teman-teman dll

dech pokoknya yang tidak bisa disebutkan).

12. Semua pihak yang telah membantu baik selama penulis menjalani kuliah

maupun saat menulis skripsi, yang tidak dapat kusebutkan satu persatu, terima

kasih.

Yogyakarta, 15 Februari 2008

Penulis,

Angga Rahmat Adiono

04313022

Page 12: Faktor2 Inflasi

x

DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................... i

Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme ............................................................... ii

Halaman Pengesahan Skripsi ................................................................................ iii

Halaman Pengesahan Ujian................................................................................... iv

Halaman Motto ..................................................................................................... v

Halaman Persembahan .......................................................................................... vi

Halaman Kata Pengantar ....................................................................................... vii

Halaman Daftar Isi ................................................................................................ x

Halaman Daftar Tabel ........................................................................................... xiii

Halaman Daftar Gambar ....................................................................................... xiv

Halaman Abstraksi ................................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................. 5

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 5

1.5 Batasan Masalah...............................................................................................6

1.6 Sistematika Penulisan...................................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ............................... 9

2.1.Kajian Pustaka ................................................................................................. 9

2.2 Landasan Teori ................................................................................................ 15

2.2.1 Inflasi ........................................................................................................... 15

2.2.1.1 Jenis-jenis Inflasi....................................................................................... 16

2.2.1.2 Teori Inflasi............................................................................................... 21

Page 13: Faktor2 Inflasi

xi

2.2.1.3 Efek Inflasi................................................................................................ 23

2.2.2 Permintaan Uang (JUB) ............................................................................... 25

2.2.3 Tingkat Suku Bunga..................................................................................... 26

2.2.4 Teori Produk Domestik Bruto...................................................................... 27

2.2.5 Nilai Tukar Rupiah....................................................................................... 28

2.2.6 Penjelasan Teoritis Variabel Penelitian........................................................ 29

2.2.6.1 Pengaruh Permintaan Uang Terhadap Inflasi............................................ 29

2.2.6.2 Pengaruh Produk Domestik Bruto Terhadap Inflasi................................. 29

2.2.6.3 Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Inflasi...................................... 29

2.2.6.4 Pengaruh Kurs Dollar Terhadap Inflasi.................................................... 30

2.3.7 Hipotesis Penelitian...................................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 32

3.1 Jenis dan Sumber Data.................. ................................................................. 32

3.2 Devinisi Variabel............................................................................................ 32

3.2.1 Variabel Dependen....................................................................................... 32

3.2.2 Varaibel Independen .................................................................................... 33

3.3 Metode Analisis Data ...................................................................................... 34

3.3.1 Uji MWD ..................................................................................................... 34

3.3.2 Pengujian Hipotesis ...................................................................................... 35

3.3.2.1 Uji t ........................................................................................................... 36

3.3.2.2 Uji F .......................................................................................................... 37

3.3.2.3 R-Square (R2) ............................................................................................ 39

3.3.3 Uji Asumsi Klasik ........................................................................................ 39

3.3.3.1 Uji Multikolinieritas .................................................................................. 40

3.3.3.2 Uji Autokolerasi ........................................................................................ 40

3.3.3.3 Uji Heterosdasitisitas ................................................................................ 41

Page 14: Faktor2 Inflasi

xii

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN.......................................................42

4.1 Analisis Deskriptif .......................................................................................... 42

4.2 Uji MWD ........................................................................................................ 43

4.3 Analisis Kuantitatif ......................................................................................... 44

4.3.1 Pengujian Hipotesis ..................................................................................... 46

4.3.2 Interprestasi Hasil Penelitian........................................................................ 48

4.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik .................................................................. 52

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI...................................................... 56

5.1 Simpulan......................................................................................................... 56

5.2 Implikasi .......................................................................................................... 57

Daftar Pustaka

Lampiran

Page 15: Faktor2 Inflasi

xiii

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

4.1 Hasil Uji MWD .................................................................................................. 43

4.2 Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Variabel Bebas Terhadap

Inflasi.................................................................................................................. 45

4.3 Hasil Uji t ........................................................................................................... 46

4.4 Hasil Uji F .......................................................................................................... 47

4.5 Hasil Uji Heterokedasitas ................................................................................... 53

4.6 Hasil regresi dan penyembuhan Heterokedastisitas ........................................... 53

4.7 Hasil Uji Autokorelasi dengan metode LM ....................................................... 54

4.8 Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................................. 55

Page 16: Faktor2 Inflasi

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Inflationary Gap............................................................................................. 17

2.2 Demand Pull Inflation.................................................................................... 18

2.3 Cost Push Inflation......................................................................................... 20

3.1 Daerah Kritis Pengujian t-test Satu Sisi Positif.............................................. 36

3.2 Daerah Kritis Pengujian F-Test...................................................................... 38

Page 17: Faktor2 Inflasi

xv

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Analisis Faktor-Faktor yang memepengaruhi Inflasi di Indonesia Tahun 1990.1-2005.4. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang di peroleh dari BI (Bank Indonesia) dan BPS (Badan Pusat Statistik). Variabel yang di gunakan antara lain : permintaan uang, tabungan domestik, produk domestik bruto, tingkat suku bunga bank, dan kurs dollar terhadap rupiah.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode destkriptif dan kuantitatif, yaitu mendiskripsikan suatu permasalahan dengan menganalisis data dan hal-hal yang berhubungan dengan angka-angka atau rumus-rumus perhitungan yang digunakan untuk menganalisis masalah yang sedang diteliti. Adapun metode analisis yang digunakan peneliti yaitu dengan metode Mackinnon, white dan Davidson (uji MWD).

Hasil analisis ini menyebutkan bahwa permintaan uang, dan tingkat suku bunga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap inflasi, sedangkan produk domestik bruto berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap inflasi dan kurs tidak mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap inflasi di Indonesia pada kuartal tahun penelitian.

Page 18: Faktor2 Inflasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang Masalah

Inflasi merupakan penyakit ekonomi yang tidak bisa diabaikan, karena dapat

menimbulkan dampak yang sangat luas. Oleh karena itu inflasi sering menjadi target

kebijakan pemerintah. Inflasi tinggi begitu penting untuk diperhatikan mengingat

dampaknya bagi perekonomian yang bisa menimbulkan ketidakstabilan, pertumbuhan

ekonomi yang lambat, pengangguran yang selalu meningkat.

Seperti pengangguran, inflasi juga merupakan masalah yang selalu dihadapi

setiap perekonomian. Sampai di mana buruknya masalah ini berbeda di antara satu

waktu ke waktu yang lain, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lain. Tingkat

inflasi yaitu persentasi kenaikan harga – harga dalam suatu tahun tertentu, biasanya

digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai dimana buruknya masalah

ekonomi yang dihadapi. Dalam perekonomian yang pesat berkembang inflasi yang

rendah tingkatnya dinamakan inflasi merayap yaitu inflasi yang mencapai 2 sampai 4

persen.. Sering sekali inflasi yang lebih serius, yaitu yang tingkatnya mencapai 5

sampai 10 persen atau sedikit lebih tinggi, akan berlaku. Pada waktu peperangan atau

ketidakstabilan politik, inflasi dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi yang

kenaikan tersebut dinamakan hiperinflasi (Sukirno, 2004).

Page 19: Faktor2 Inflasi

2

Akibat buruk inflasi pada perekonomian yang oleh sebagian ahli ekonomi

berpendapat bahwa inflasi yang sangat lambat berlakunya dipandang sebagai

stimulator bagi pertumbuhan ekonomi. Kenaikan harga tersebut tidak secepatnya

diikuti oleh kenaikan upah pekerja, maka keuntungan akan bertambah. Pertambahan

keuntungan akan menggalakkan investasi di masa akan datang dan ini akan

menyebabkan percepatan dalam pertumbuhan ekonomi. Tetapi jika inflasi lebih

serius keadaannya perekonomian tidak akan berkembang seperti yang diinginkan.

Pengalaman beberapa Negara yang pernah mengalami hiperinflasi menunjukkan

bahwa inflasi yang buruk akan menimbulkan ketidakstabilan social dan politik, dan

tidak mewujudkan pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2004).

Baru – baru ini pada Agustus 2007 tingkat inflasi di indonesia mencapai 0,75

persen telah melampaui ekspektasi atau kenaikan harga – harga. Tingkat inflasi

Agustus 2007 dibanding bulan juli yang sama tahun lalu hanya 0,33 persen.

Sedangkan inflasi year on year (Agustus 2007 terhadap Agustus 2006) mencapai 6,51

persen. Inflasi year on year tersebut juga lebih tinggi dari bulan lalu yang mencapai

6,06 persen (Sri Mulyani, 2007).

Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan

dijumpai di hampir semua Negara di dunia. Inflasi adalah kecenderungan dari harga –

harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. , Kenaikan harga dari satu atau

dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas

kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari barang – barang lain

(Boediono, 1995).

Page 20: Faktor2 Inflasi

3

Menurut A.P. Lehner inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan

(Excess Demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan

(Anton H. Gunawan, 1991). Sementara itu Ackley mendefinisikan inflasi sebagai

suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang dan jasa secara umum (bukan

satu macam barang saja dan sesaat). Menurut definisi ini, kenaikan harga yang

sporadis bukan dikatakan sebagai inflasi (Iswardono, 1990). Besar dari barang-barang

lain.

Bank Indonnesia sebagai otoritas moneter memegang kendali yang sangat

strategis dalam menciptakan kebijakan moneter yang stabil dalam perekonomian

nasional, Namun dalam perjalanannya kebijakan Bank Indonesia yang dibuat atau

kebijakan yang diambil Bank Indonesia menjadi tidak efektif dan bahkan tidak efisien

sebagaimana yang dinginkan oleh bank Indonesia terhadap kebijakan tersebut untuk

perekonomian.

Bank Indonesia harus dapat mengukur peredaran uang, antara lain dengan

menentukan tingkat suku bunga SBI, selain itu pemerintah juga memegang peranan

penting dalam mengendalikan laju inlasi untuk itu salah satu kebijakannya adalah

mengatur pengeluaran untuk pengeluaran rutinnya (government expenditure). Dilain

pihak sektor luar negeri juga cukup memegang peranan dalam mengendalikan inflasi

diantaranya yaitu penerimaan export. Dengan demikian laju pertumbuhan inflasi

dapat dikendalikan ditekan atau bahkan kemunculannya dapat dicegah.

Oleh sebab itu dapat mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang rendah dan

stabil diperlukan adanya kerjasama dan kemitraan dari seluruh pelaku ekonomi baik

Page 21: Faktor2 Inflasi

4

bank indonesia, pemerintah maupun swasta inflasi tidak boleh diabaikan begitu saja,

karena dapat menimbulkan dampak yang sangat luas. Inflasi yang sangat tinggi

sangat penting diperhatikan mengingat dampaknya bagi perekonomian yang bisa

menimbulkan ketidakstabilan, pertumbuhan ekonomi yang lambat dan pengangguran

yang meningkat. Dengan hal tersebut, upaya mengendalikan inflasi agar stabil sangat

penting untuk dilakukan.

Dengan adanya permasalahan yang cukup rumit ini dan adanya perubahan

inflasi di Indonesia, sehingga dalam hal ini penulis tertarik melakukan penelitian

untuk menyelesaikan permasalahan ini secara ilmiah, untuk mewujudkan hal tersebut

maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini menjadi sebuah penelitian dalam

bentuk skripsi dengan judul : ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN LAJU INFLASI DI INDONESIA

TAHUN 1990.1 – 2005.4.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka permasalahan yang akan

diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah Jumlah uang beredar (M2) berpengaruh terhadap inflasi?

2. Apakah produk domestik bruto berpengaruh terhadap inflasi?

3. Apakah tingkat suku bunga berpengaruh terhadap inflasi?

4. Dan apakah nilai tukar kurs dollar US terhadap kurs rupiah berpengaruh

terhadap inflasi?

Page 22: Faktor2 Inflasi

5

I.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis pengaruh jumlah uang beredar (M2) terhadap inflasi.

2. Menganalisis pengaruh produk domestik bruto terhadap inflasi.

3. Menganalisis pengaruh tingkat suku bunga terhadap inflasi.

4. Menganalisis pengaruh kurs dollar US terhadap kurs rupiah

terhadap inflasi.

I.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Indonesia, dan juga menambah pengetahuan dan pengalaman

penulis agar dapat mengembangkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti

perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, selain itu

penulis dapat membandingkan antara teori dan praktek yang terjadi di lapangan.

2. Bagi Instansi Terkait

Penelitian merupakan syarat yang wajib bagi penulis dalam menyelesaikan

studi, maka penulis mengadakan penelitian ini dan hasilnya diharapkan mampu

memberikan informasi dan penambahan wawasan bagi pihak-pihak terkait dengan

permasalahan ekonomi, dengan demikian diharapkan dapat menentukan kebijakan

dengan tepat.

Page 23: Faktor2 Inflasi

6

3. Bagi Dunia Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran atau studi banding bagi

mahasiswa atau pihak yang melakukan penelitian yang sejenis. Di samping itu, guna

meningkatkan, memperluas dan memantapkan wawasan dan keterampilan yang

membentuk mental mahasiswa sebagai bekal memasuki lapangan kerja.

I.5 Batasan masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang dibahas, maka dalam menggunakan

variable penelitian ini akan dibatasi menggunakan hal – hal berikut dibawah ini :

1. Variabel - variabel yang dipakai dalam melakukan penelitian yaitu variabel

dependen menggunakan tingkat inflasi sedangkan variabel independennya

yaitu jumlah uang beredar (M2), produk domestik bruto, tingkat suku bunga

SBI, dan nilai tukar kurs rupiah terhadap kurs dollar US.

2. Penelitian ini menngunakan data kuartalan tahun 1990.1 – 2005.4.

I.6 Sistematika Penulisan.

BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian dan manfaat penelitian, batasan masalah, sistematika

penulisan, dan gambaran umum tentang penelitian yaitu :

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERKEMBANGAN LAJU INFLASI DI INDONESIA TAHUN

Page 24: Faktor2 Inflasi

7

1990.1 – 2005.4 yang berisi tentang tinjauan umum mengenai factor –

factor yang mempengaruhi inflasi serta kebijakan apa yang dapat

diambil pemerintah dalam upaya mengurangi tingginya inflasi di

Indonesia dan juga perkembangan perekonomian Indonesia

berdasarkan variable – variable yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Kajian pustaka berisikan tentang studi pustaka terhadap penelitian

sejenis yang telah dilakukan sebelumnya. Dari proses ini ditemukan

kelemahan atau kekurangan pada penelitian yang lalu, sehingga dapat

dijelaskan di mana letak hubungan, perbedaan maupun posisi

penelitian ini dengan penelitian-penelitian tersebut sekaligus

menghindari duplikasi. Serta berisi deskripsi teoritis mengenai teori-

teori yang digunakan sebagai dasar penelitian sesuai dengan masalah

yang diteliti.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisikan tentang data – data penelitian, sumber data dan metode

perhitungan serta model pengujian yang akan dilakukan terhadap data

– data yang diperoleh.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang analisis hasil pengolahan data yang terkait dengan

tujuan penelitian, pengujian hipotesis dan penerapan metode analisis.

Page 25: Faktor2 Inflasi

8

Analisis data dilakukan dengan cara analisis deskriptif sebagai

gambaran umum, serta analisis regresi linier berganda.

BAB V KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang simpulan dan implikasi dari penelitian ini setelah

melakukan analisis pada BAB IV.

Page 26: Faktor2 Inflasi

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Dalam kajian pustaka ini memuat berbagai penelitian yang telah di lakukan

peneliti lain, dan permasalahan yang di angkat juga pernah dilakukan oleh beberapa

peneliti lain, baik itu melalui penelitian biasa ataupun skripsi. Yang mana mendasari

pemikiran penulis dalam penyusunan skripsi ini, seperti oleh beberapa penelitian

yang terdahulu yang dijadikan kajian pustaka yaitu penelitian dari :

Penelitian dari Jaka Sriyana (2001) yang berjudul “Dampak Ekspansi Fiskal

Terhadap Inflasi”. Penelitian ini menelaah bagaimana dampak kebijakan fiskal

terhadap inflasi. Variabel yang digunakan antara lain jumlah uang beredar (Mt), nilai

kurs dollar US terhadap rupiah (Kt), dan pengeluaran pemerintah (Gt) terhadap inflasi

(F). Model analisis yang digunakan adalah Pendekatan Error Correction Model.

Penelitian tersebut menggunakan data runtut waktu dari tahun 1973 sampai dengan

tahun 1998. berdasarkan analisis hasil empiris diperoleh kesimpulan bahwa ekspansi

fiskal yang dilakukan oleh pemerintah selama ini telah membawa dampak pada

peningkatan laju inflasi. Oleh karena itu perlu dilakukan cara-cara untuk melakukan

fiscal deepening agar ekspansi fiskal tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap

kenaikan harga, pengendalian pengeluaran pemerintah sebagai instrumen kebijakan

fiskal untuk mengendalikan laju inflasi antara lain dilakukan dengan efisiensi alokasi

Page 27: Faktor2 Inflasi

10

anggaran dan memberikan bobot yang lebih besar pada pengeluaran pembangunan.

Artinya belanja barang yang bersifat konsumtif perlu ditinjau kembali. Pengelolaan

pengeluaran pemerintah ini juga harus diimbangi oleh kebijakan moneter yang

kontradiktif untuk mengurangi jumlah uang yang beredar serta deregulasi di sektor

riil, sehingga perekonomian menjadi lebih efisien.

Fungsi pengawasan yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun oleh

masyarakat harus berjalan dengan baik agar pengeluaran pemerintah efektif dan

efisien. Indonesia bisa menggunakan konsep planning programming and budgeting

system (PPBS) untuk mengelola pengeluaran pemerintahnya. Pemberantasan korupsi

dan kolusi merupakan masalah utama di lingkungan birokrat kita untuk mengurangi

kebocoran anggaran, sehingga bisa lebih menghemat anggran belanja negara. Hal ini

perlu ditekankan karena akan menyebabkan high cost economy (ekonomi biaya

tinggi).

Penelitian dari T.B Rully Ferdian (2001) yang berjudul ”Independensi Bank

Indonesia (BI) Dalam Mengendalikan inflasi”, penelitian ini menelaah tujuan Bank

Indonesia secara lebih terfokus dan spesifik, hal itu memberikan suatu implikasi dan

tantangan baru bagi Bank Indonesia. Tugas mencapai dan memelihara kestabilan nilai

rupiah terhadap barang dan jasa serta mata uang negara lain memberi implikasi

bahwa Bank Indonesia harus menjaga internal balance agar inflasi tetap rendah dan

pada saat yang bersamaan juga menjaga eksternal balance agar nilai tukar rupiah

cukup kuat dan stabil. Hal ini bukanlah merupakan suatu yang mudah. Pengendalian

jumlah uang yang beredar dan suku bunga memang akan mempengaruhi laju inflasi

Page 28: Faktor2 Inflasi

11

dan nilai tukar rupiah tapi masih banyak faktor lain yang mempengaruhinya. Metode

yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan data runtut waktu dari bulan

Februari 1998– bulan Agustus 2000. Variabel yang digunakan antara lain inflasi (Y),

Net International Reserve (X1), Tingkat suku bunga SBI 1 bulan (X2), Bantuan

likuiditas BI (X3), dan UU no 23 tahun 1999 (Dummy). Adapun kesimpulan yang

diperoleh dari penelitian tersebut yang pertama adalah variabel-variabel penjelas

yang terdiri dari tingkat suku bunga, NIR , BLBI, dan Dummy, menunjukkan bahwa

variabel penjelas cukup mampu untuk menjelaskan pengaruh yang terjadi pada

tingkat inflasi. Kedua pengaruh tingkat suku bunga terhadap variabel inflasi dari hasil

estimasi menunjukkan bahwa variabel tingkat suku bunga berpengaruh secara positif

artinya, jika tingkat suku bunga berubah satu satuan maka variabel inflasi akan

meningkat sebesar 0,26 %. Ketiga pengaruh variabel NIR terhadap variabel inflasi

dari hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel NIR berpengaruh secara negatif

artinya, jika NIR naik 1% maka variabel inflasi akan turun sebesar 0,52%. Keempat

pengaruh variabel BLBI terhadap variabel inflasi dari hasil estimasi menunjukkan

bahwa variabel BLBI berpengaruh secara negatif artinya, jika variabel BLBI naik 1%

maka variabel inflasi akan turun 0,01%. Kelima Pengaruh variabel Dummy terhadap

inflasi dari hasil estimasi untuk menunjukkan bahwa setelah diberlakukannya UU no

23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia inflasi menjadi meningkat

Bank Indonesia sebelum diberlakukannya Undang–Undang tentang

indepedensi, keputusan-keputusan kebijakan moneter selalu dipengaruhi oleh

pemerintah. Namun, saat ini setelah diberlakukannya UU no 23 tahun1999,

Page 29: Faktor2 Inflasi

12

diharapkan Bank Indonesia mampu berperan sebagaimana mestinya yaitu dalam

mengambil kebijakan moneter dan menstabilkan jumlah uang yang beredar

(JUB). Dari hasil penelitian tersebut dengan menggunakan variabel dummy,

menunjukkan bahwa setelah diberlakukannya UU no 23 tahun 1999 tentang Bank

Indonesia, inflasi menjadi meningkat.

Penelitian dari Yunan Ardhiansyah (2003) yang berjudul “Analisis Tingkat

Inflasi dan Peranan Bank Indonesia dalam Mengendalikannya”. Penelitian ini

menelaah bagaimana peranan BI dalam mengendalikan laju inflasi. Penelitian ini

menggunakan data runtut waktu bulanan dari tahun 1996 sampai 2003. Adapun

variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut antara lain inflasi (Y), tingkat suku

bunga SBI 1 bulan (SBI), Money Supply (M2), kredit likuiditas BI (KLBI), dan

Dummy (UU no 23 tahun 1999) tentang BI. Berdasarkan analisis hasil empiris

diperoleh kesimpulan yang pertama variabel penjelas terdiri dari money supply

(JUB), tingkat suku bunga SBI (sertifikat BI), kredit likuiditas BI (KLBI) dan dummy

menunjukkan hubungan yang signifikan dengan variabel dependen cukup mampu

untuk menjelaskan pengaruh yang terjadi pada tingkat inflasi antara tahun 1996

sampai dengan tahun 2003. hal ini dapat dilihat dari besarnya R2, berdasarkan hasil

analisis dihasilkan nilai R2 sebesar 0,904096, artinya 90% variabel independen

mampu mempengaruhi sebesar 90% dari variabel dependen sedangkan 10% adalah

faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengendalian Bank Indonesia dalam

mengendalikan inflasi yang tidak dimasukkan kedalam model tersebut. Kedua

pengaruh variabel money supply (JUB) terhadap variabel inflasi dari hasil estimasi

Page 30: Faktor2 Inflasi

13

menunjukkan bahwa variabel money supply (JUB) berpengaruh positif. Artinya jika

money supply (JUB) berubah satu satuan, maka variabel inflasi akan meningkat

sebesar 7,03%. Ketiga pengaruh variabel tingkat suku bunga terhadap variabel inflasi

dari hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel suku bunga Bank Indonesia (suku

bunga SBI) berpengaruh positif. Artinya jika tingkat suku bunga Bank Indonesia

berubah satu satuan, maka variabel inflasi akan meningkat sebesar 1,004%. Keempat

pengaruh variabel kredit dari hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel KLBI

berpengaruh positif. Artinya jika KLBI satu milyar rupiah, maka variabel inflasi akan

turun 0,297277%. Kelima pengaruh variabel dummy, terhadap variabel inflasi dari

hasil estimasi untuk menunjukkan bahwa setelah diberlakukannya UU no 23 tahun

1999 tentang Bank Indonesia, inflasi menjadi turun.

Penelitian Hadi Sasana (2004) yang berjudul ”Analisis Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Inflasi Di Indonesia dan Filipina (pendekatan Error Correction

Model)”. Penelitian tersebut menggunakan data runtut waktu dari tahun 1990

kuartalan I sampai 2001 kuartalan IV. Variabel yang digunakan antara lain inflasi

(INFt), jumlah uang beredar (M1t), produk domestik bruto (PDBt), nilai tukar (ERt),

dan tingkat suku bunga (Rt). Adapun hasil kesimpulan dari penelitian tersebut yang

pertama adalah jumlah uang beredar ternyata mempunyai hubungan yang positif

mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat inflasi di Indonesia baik dalam

jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Koefisien regresi sebesar 0.4476

dalam persamaan jangka pendek menunjukkan bahwa dengan naiknya jumlah uang

yang beredar sebesar 1%, akan menaikkan tingkat inflasi 0.4476 persen. Sedangkan

Page 31: Faktor2 Inflasi

14

dalam jangka panjang dimana koefisien regresi sebesar 0.9026 berarti kenaikan

jumlah uang beredar sebesar 1% akan menaikkan tingkat inflasi sebesar 0.9026

persen. Kedua PDB riil ternyata mempunyai hubungan negatif dan berpengaruh

secara signifikan terhadap tingkat inflasi di Indonesia baik dalam jangka pendek

maupun jangka panjang. Koefisien regresi variabel PDB sebesar -1.1933 dalam

jangka pendek, hal ini menunjukkan bahwa dengan naiknya PDB Indonesia sebesar

1% akan menurunkan tingkat inflasi sebesar 1.1933%. dalam jangka panjang

koefisien regresi sebesar -2.124. hal ini menunjukkan bahwa dengan naiknya PDB

sebesar 1% akan menurunkan tingkat inflasi sebesar 2.124%. ketiga nilai tukar

ternyata mempunyai hubungan positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap

tingkat inflasi dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Koefisien regresi

nilai tukar rupiah sebesar 2.2366 dalam jangka pendek menunjukkan bahwa dengan

naiknya nilai tukar dollar terhadap rupiah sebesar 1% dalam jangka pendek, akan

menaikkan tingkat inflasi sebesar 2.2366%. Sedangkan koefisien regresi nilai tukar

dollar terhadap rupiah dalam jangka panjang sebesar 1.776, berarti bahwa jika nilai

tukar dollar mengalami kenaikan (apresiasi) sebesar 1% dalam jangka panjang, maka

inflasi akan naik pula sebesar 1.776%. Keempat hasil penelitian menunjukkan bahwa

dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang terdapat hubungan negatif dan

signifikan antara tingkat suku bunga terhadap inflasi di Indonesia. Dalam jangka

pendek nilai koefisien tingkat suku bunga sebesar -0.2566. Hal ini berarti apabila

dalam jangka pendek tingkat suku bunga naik sebesar 1%, maka tingkat inflasi

Indonesia turun sebesar 0.2566%. Nilai koefisien regresi tingkat suku bunga

Page 32: Faktor2 Inflasi

15

Indonesia dalam jangka panjang sebesar -0.233. Hal tersebut berarti bahwa apabila

dalam jangka panjang tingkat suku bunga naik 1%, maka inflasi Indonesia akan turun

sebesar 0.233%. suku bunga merupakan variabel yang paling kecil pengaruhnya

terhadap laju inflasi di Indonesia. Oleh karena itu, bagi otoritas moneter kebijakan

meningkatkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi harus dilakukan dengan

sangat hati-hati mengingat efek samping yang kurang baik terhadap iklim investasi.

2.2 Landasan Teori

2.2.1. Inflasi

Merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh manusia yang hidup

dalam ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya

waktu mengalami erosi.

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan

terus menerus. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja

tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan

kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain. (Boediono, 1985:161).

Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus dengan persentase yang sama.

Bahkan mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan. Yang penting

kenaikan harga umum barang secara terus menerus selama suatu periode tertentu.

Kenaikan harga barang yang terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase

yang cukup besar, bukanlah merupakan inflasi. (Nopirin, 1987: 25). Atau dapat

dikatakan, kenaikan harga barang yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat

Page 33: Faktor2 Inflasi

16

dikatakan akan menyebabkan inflasi. Menurut A.P. Lehner inflasi adalah keadaan

dimana terjadi kelebihan permintaan (Excess Demand) terhadap barang-barang dalam

perekonomian secara keseluruhan (Anton H. Gunawan, 1991). Sementara itu Ackley

mendefinisikan inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang

dan jasa secara umum ( bukan satu macam barang saja dan sesaat ). Menurut definisi

ini, kenaikan harga yang sporadis bukan dikatakan sebagai Inflasi (Iswardono, 1990).

2.2.1.1 Jenis Inflasi

Inflasi dapat digolongkan menurut sifatnya, menurut sebabnya, parah dan

tidaknya inflasi tersebut dan menurut asal terjadinya (Nopirin, 1987).

1). Menurut Sifatnya

Inflasi menurut sifatnya digolongkan dalam tiga kategori(Nopirin, 1987 : 27-

31), yaitu :

a. Inflasi Merayap

Kenaikan harga terjadi secara lambat, dengan persentase yang kecil dan

dalam jangka waktu yang relatif lama (di bawah 10% per tahun).

b. Inflasi Menengah

Kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu

yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi

c. Inflasi Tinggi

Kenaikan harga yang besar bisa sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi

berkeinginan menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin

Page 34: Faktor2 Inflasi

17

ditukar dengan barang. Perputaran uang makin cepat, sehingga harga naik secara

akselerasi.

2) Menurut Sebabnya

a. Demand Pull Inflasion.

Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregat

demand). Sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh

atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Apabila kesempatan kerja penuh

(full employment) telah tercapai, penambahan permintaan selanjutnya hanyalah akan

menaikkan harga saja (sering disebut dengan Inflasi murni). Apabila kenaikan

permintaan ini menyebabkan keseimbangan GNP berada di atas/melebihi GNP pada

kesempatan kerja penuh maka akan terdapat adanya inflationary gap. Inflationary gap

inilah yang akan menyebabkan inflasi. Secara grafik digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.1.

Inflationary Gap

Inflationary Gap

Y Y1 YFE

C+I

C+I

C’+I’

A B

Page 35: Faktor2 Inflasi

18

Kenaikan pengeluaran total dari C + I menjadi C’ + I’ akan menyebabkan

keseimbangan pada titik B berada di atas GNP full employment (YFE). Jarak A – B

atau YFE – Y1 menunjukkan besarnya inflationary gap.

Dengan menggunakan kurva permintaan dan penawaran total proses

terjadinya demand-pull inflation dapat dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 2.2.

Demand-pull Inflation

Bermula dengan harga P1 dan output Q1, kenaikan permintaan total dari AD1

ke AD2 menyebabkan ada sebagian permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh

penawaran yang ada. Akibatnya, harga naik menjadi P2 dan output naik menjadi QFE.

Kenaikan AD2 selanjutnya menjadi AD3 menyebabkan harga naik menjadi P3, sedang

output tetap pada QFE. Kenaikan harga ini disebabkan oleh adanya inflationary gap.

Q QFE Q1

AD1

AD2

AD3

AD4

AS

P1

P2

P3

P4

P

Inflationary Gap

Page 36: Faktor2 Inflasi

19

Proses kenaikan harga ini akan berjalan terus sepanjang permintaan total terus naik

(misalnya menjadi AD4).

b. Cost Pust Inflation

Cost pust inflation ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi.

Jadi inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul dimulai dengan adanya

penurunan dalam penawaran total (agregat supply) sebagai akibat kenaikan biaya

produksi. Kenaikan produksi akan menaikkan harga dan turunnya produksi. Serikat

buruh yang menuntut kenaikan upah, manajer dalam pasar monopolistis yang dapat

menentukan harga (yang lebih tinggi), atau kenaikan harga bahan baku, misalnya

krisis minyak adalah faktor yang dapat menaikkan biaya produksi, atau terjadi

penawaran total (aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Jika

proses ini berlangsung terus maka timbul cost push inflation. Gambar 2.3

menjelaskan proses terjadinya cost-push inflation.

Page 37: Faktor2 Inflasi

20

Gambar 2.3.

Cost Push Inflation

Bermula pada harga P1 dan QFE. Kenaikan biaya produksi (disebabkan baik

karena berhasilnya tuntutan kenaikan upah oleh serikat buruh ataupun kenaikan harga

bahan baku untuk industri) akan menggeser kurva penawaran total dari AS1 menjadi

AS2. konsekuensinya harga naik menjadi P2 dan produksi turun menjadi Q1. kenaikan

harga selanjutnya akan menggeser kurva AS menjadi AS3, harga naik dan produksi

turun menjadi Q2.

Proses ini akan berhenti apabila AS tidak lagi bergeser ke atas. Proses

kenaikan harga ini (yang sering dibarengi dengan turunnya produksi) disebut dengan

cost-push inflation.

QFE Q1 Q2 Q

AD

AS1 AS2 AS3

P1

P2 P3

P

Page 38: Faktor2 Inflasi

21

3) Berdasarkan Parah Tidaknya Inflasi Tersebut

1. Inflasi ringan (dibawah 10% setahun)

2. Inflasi sedang (antara 10%-30% setahun)

3. Inflasi berat (antara 30%-100% setahun)

4. Hiperinflasi ( diatas 100% setahun )

4) Menurut Asalnya

Penggolongan Inflasi (Boediono, 1985 : 164-165) :

a. Domestic Inflation

Inflasi yang berasal dari dalam negeri sendiri ini timbul antara lain karena

defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan percetakan uang baru, atau bisa

juga disebabkan oleh gagal panen.

b. Imported Inflation

Inflasi yang berasal dari luar negeri ini timbul karena kenaikan harga-harga di

luar negeri atau negara-negara langganan berdagang. Penularan inflasi dari

luar negeri ke dalam negeri ini jelas lebih mudah terjadi pada negara-negara

yang menganut perekonomian terbuka, yaitu sektor perdagangan luar.

2.2.1.2. Teori Inflasi

Secara garis besar ada 3 kelompok teori mengenai inflasi yang masing-

masing menyoroti aspek-aspek tertentu.

1. Teori Kuantitas

Teori kuantitas ini menyatakan bahwa proses inflasi itu terjadi karena 2 hal,

yaitu jumlah uang beredar dan psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan

Page 39: Faktor2 Inflasi

22

harga-harga (expectations). Ada 2 hal penting dari teori Kuantitas ini, adalah bahwa,

pertama, laju inflasi terjadi jika ada penambahan volume uang beredar. Kedua, laju

inflasi oleh harapan masyarakat mengenai kenaikan harga di masa yang akan datang

(Boediono, 1985).

2. Teori Keynes

Teori ini menerangkan bahwa proses inflasi terjadi karena permintaan

masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia.

Hal ini yang disebut juga dengan inflationary gap. Inflationary gap terjadi apabila

jumlah dari permintaan-permintaan efektif dari semua golongan tersebut, pada tingkat

harga yang berlaku melebihi jumlah maksimum dari barang-barang yang dihasilkan

oleh masyarakat. Harga-harga akan naik, karena permintaan total melebihi jumlah

barang yang tersedia.

Adanya kenaikan harga-harga tersebut berarti bahwa kegiatan rencana

pembelian barang dari golongan-golongan tersebut tidak terpenuhi, selanjutnya

mereka akan berusaha untuk memperoleh dana yang lebih besar lagi, baik golongan

pemerintah melalui pencetakan uang baru, atau para pengusaha swasta melalui kredit

dari bank, atau pekerja kenaikan tingkat upah yang lebih besar. Proses inflasi akan

terus berlangsung selama jumlah permintaan efektif dari semua golongan masyarakat

melebihi jumlah output yang bisa dihasilkan pada tingkat harga yang berlaku.

3. Teori Strukturalis.

Teori Strukturalis lebih menekankan pada faktor-faktor struktural dari

perekonomian yang menyebabkan terjadinya inflasi, teori ini disebut juga teori inflasi

Page 40: Faktor2 Inflasi

23

jangka panjang karena yang dimaksud dengan faktor-faktor struktural di sini adalah

faktor-faktor yang hanya bisa berubah secara gradual dan dalam jangka yang panjang.

Teori ini memberi tekanan pada ketegaran dari struktur perekonomian negara-negara

sedang berkembang. Ada dua ketegaran yang menyebabkan inflasi, yaitu ketegaran

berupa ketidakelastisan dari penerimaan ekspor dan ketegaran berupa ketidakelastisan

dari penawaran bahan makanan dalam negeri. Kedua proses di atas pada umumnya

berkaitan dan memperkuat satu sama lain dalam menyebabkan inflasi.

Ketegaran yang merupakan “ketidakelastisan” dari penerimaan ekspor ini

adalah ketegaran di mana nilai dari ekspor tumbuh secara lamban dibanding dengan

pertumbuhan sektor-sektor lain. Dasar penukaran yang makin memburuk dan supply

barang-barang ekspor yang tidak elastis ini akan menyebabkan terjadinya kelambanan

tersebut. Kelambanan pertumbuhan penerimaan ekspor ini berarti kelambanan

pertumbuhan kemampuan untuk mengimpor barang-barang yang dibutuhkan.

Sedangkan bagi suatu negara untuk mencapai target pertumbuhannya mengambil

kebijaksanaan pembangunan “import substitution strategy”. Inflasi terjadi jika proses

substitusi impor ini makin meluas, sehingga menaikkan biaya produksi ke berbagai

barang, sehingga makin banyak harga-harga yang naik.

2.2.1.3. Efek Inflasi

Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor produksi

serta produk nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut dengan equity

effect, sedangkan efek terhadap alokasi faktor produksi dan pendapatan nasional

masing-masing disebut dengan efficiency dan output effects (Nopirin, 1987 : 32-34).

Page 41: Faktor2 Inflasi

24

a. Efek Terhadap Pendapatan (Equity Effect)

Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada

pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh

pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Demikian juga orang

yang menumpuk kekayaannya dalam bentuk uang kas akan menderita

kerugian karena adanya inflasi. Sebaliknya, pihak-pihak yang mendapatkan

keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan

pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau mereka

yang mempunyai kekayaan bukan uang dimana nilainya naik dengan

prosentase lebih besar dari pada laju inflasi. Dengan demikian inflasi dapat

menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian pendapatan dan

kekayaan masyarakat.

b. Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)

Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan

ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang

yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi

beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan akan barang

tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang

kemudian mendorong terjadinya kenaikan produksi barang tertentu.

c. Efek Terhadap Output (Output Effects)

Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi. Alasannya

dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan

Page 42: Faktor2 Inflasi

25

upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan

mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi ini cukup tinggi

(hyper inflation) dapat mempunyai akibat sebaliknya, yakni penurunan output.

Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang riil turun dengan drastis,

masyarakat cenderung tidak mempunyai uang kas, transaksi mengarah ke

barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara

inflasi dan output. Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan output, tetapi bisa

juga dibarengi dengan penurunan output.

2.2.2. Permintaan Uang (JUB)

Didalam menerangkan mengenai teori kuantitas, yang dilakukan oleh Irving

Fisher digunakan persamaan aljabar yang dinamakan persamaan pertukaran.

Persamaan pertukaran tersebut pada umumnya dinyatakan sebagai berikut :

MV = PT

Dimana :

M = jumlah uang beredar,

V = kelanjutan peredaran uang,

P = tingkat harga-harga, dan

T = jumlah barang dan jasa yang diperjual belikan dalam suatu tahun tertentu.

Teori kuantitas uang Teori ini, yang dikembangkan oleh Irving Fisher

mengatakan bahwa “pada hakikatnya berpendapat bahwa perubahan dalam jumlah

Page 43: Faktor2 Inflasi

26

uang beredar akan menimbulkan perubahan yang sama cepatnya ke atas harga-

harga”. Perubahan ini maksudnya jika uang yang beredar bertambah sebanyak lima

persen, maka tingkat harga-harga juga akan bertambah sebanyak lima persen atau

sebaliknya. Pandangan teori kuantitas yang demikian timbul sebagai akibat dari dua

permisalan penting teori itu mengenai kenyatan yang wujud dalam perekonomian.

2.2.3. Tingkat Suku Bunga.

Menurut Noprin (1996) suku bunga adalah biaya yang harus di bayar oleh

pemimjam atas pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan bagi pembari

pinjaman atas investasinya. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap

pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk

tabungan. Suku bunga juga merupakan sebuah harga yang menghubungkan masa kini

dengan masa depan, sebagaimana harga lainnya maka tingkat suku bunga ditentukan

oleh interaksi antara permintaan dan penawaran (suhedi, 2000).

Suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Suku Bunga Nominal.

Suku bunga nominal adalah rate yang dapat diamati pasar.

2. Suku Bunga Riil.

Suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat bunga yang

sesungguhnya setelah suku bunga nominal dikurangi dengan laju inflasi yang

diharapkan.

Page 44: Faktor2 Inflasi

27

Tingkat suku bunga juga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat

harga. Ketika tingkat harga tinggi dimana jumlah uang yang beredar di masyarakat

banyak sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi oleh pemerintah

dengan menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Dengan tingkat suku bunga

tinggi yang diharapkan kemudian adalah berkurangnya jumlah uang beredar sehingga

permintaan agregat pun akan berkurang dan kenaikan harga bisa diatasi.

2.2.4. Teori Produk Domestik Bruto.

Menurut pendekatan produksi, produk domestik bruto (PDB) adalah jumlah

nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah

suatu Negara dalam jangka waktu setahun (Dumairy,1990). Atau bisa dikatakan

produk domestik bruto (PDB) adalah konsep pengukuran tingkat kegiatan produksi

dan ekonomi aktual suatu negara. Transaksi dan output sangat berkaitan karena

semakin banyak barang yang dibeli dan dijual. Gross Domestic Product menilai

barang dan jasa pada harga berlaku, sedangkan Gross Domestic Product riil menilai

barang dan jasa pada harga konstan. Gross Domestic Product riil meningkat hanya

jika jumlah barang dan jasa meningkat sedangkan Gross Domestic Product nominal

bisa meningkat karena output naik atau karena dibeli oleh konsumen, seperti deflator

Gross Domestic Product yang nerupakan rasio Gross Domestic Product nominal atas

Gross Domestic Product riil, Consumer price indeks atau (CPI) mengukur seluruh

tingkat harga.

Page 45: Faktor2 Inflasi

28

2.2.5. Nilai Tukar Rupiah.

Nilai tukar Rupiah atau disebut juga kurs Rupiah adalah perbandingan nilai

atau harga mata uang Rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar negara

dimana masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan

adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang

disebut kurs valuta asing atau kurs (Salvatore,1998:8).

Disamping berperan dalam perdagangan internasional, kurs juga berperan

dalam perdagangan valuta asing pada suatu negara ataupun antar negara, sebab valuta

asing juga merupakan komoditas yang dapat diperdagangkan. Bagi negara yang

“kurang kuat” nilai mata uangnya, maka valuta asing merupakan salah satu alternatif

investasi bagi masyarakat yang tinggal di negara tersebut.

Kurs valuta asing akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan

dan penawaran valuta asing. Permintaan valuta asing diperlukan guna melakukan

pembayaran ke luar negeri (impor), diturunkan dari transaksi debit dalam neraca

pembayaran internasional. Suatu mata uang dikatakan “kuat” apabila transaksi

autonomous kredit lebih besar dari transaksi autonomous debit (surplus neraca

pembayaran), sebaliknya dikatakan lemah apabila neraca pembayarannya mengalami

defisit, atau bisa dikatakan jika permintaan valuta asing melebihi penawaran dari

valuta asing (Nopirin,1995:148).

Page 46: Faktor2 Inflasi

29

2.2.6. Penjelasan Teoritis Variable Penelitian.

2.2.6.1. Pengaruh Jumlah uang beredar (M2) Terhadap Inflasi .

Jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap inflasi. Peningkatan jumlah

uang beredar yang berlebihan dapat mendorong peningkatan harga melebihi tingkat

yang diharapkan sehingga dalam jangka panjang dapat menganggu pertumbuhan

ekonomi. Ini berarti terdapat korelasi positif antara pertumbuhan uang (JUB) dan

inflasi, yang dapat dijadikan prediksi teori kuantitas bahwa pertumbuhan uang yang

tinggi mengarah pada inflasi yang tinggi sehingga pertumbuhan dalam money supply

menentukan tingkat inflasi.

2.2.6.2. Pengaruh Produk Domestik Bruto Terhadap Inflasi.

Produk domestik bruto (PDB) adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang

dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu Negara dalam jangka waktu

setahun (Dumairy,1990). Besarnya Produk domestik bruto (PDB) dinyatakan dalam

satuan uang, namun nilai mata satuan uang berubah sepanjang waktu. Perubahan

yang terjadi pada umumnya berupa penurunan nilai uang akibat inflasi.

2.2.6.3. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Inflasi.

Apabila jumlah uang yang beredar dimasyarakat meningkat, maka Bank

Indonesia menaikkan tingkat suku bunga SBI, yang mana kenaikan tingkat suku

bunga SBI tersebut akan mempengaruhi tingkat bunga tabungan dan kredit pada bank

umum (suku bunga kredit meningkat diatas tingkat suku bunga SBI), sehingga

investasi pada sektor riil akan mengalami penurunan yang akan berdampak pada

penurunan output (dengan asumsi permintaan konstan) sehingga akan menyebabkan

Page 47: Faktor2 Inflasi

30

tingkat harga semakin tinggi (inflasi semakin tinggi). Sehingga tingkat suku bunga

mempunyai hubungan yang positif dengan tingkat inflasi. Inflasi yang terjadi karena

cost-push inflation.

2.2.6.4. Pengaruh Kurs Dollar Terhadap Inflasi.

Variabel kurs Dollar Amerika Serikat memiliki hubungan yang signifikan

positif terhadap inflasi di Indonesia. Melemahnya nilai rupiah terhadap mata uang

asing yang disebabkan oleh hutang luar negeri pemerintah maupun sektor swasta

yang membengkak maka berakibat pada penurunnya harga barang-barang ekspor kita

diluar negeri, sehingga barang ekspor kita menjadi lebih murah dibandingkan dengan

barang-barang dari negara lain. Penurunan harga tersebut menyebabkan peningkatan

pada penjualan (hukum permintaan ”apabila harga barang menurun maka jumlah

barang yang diminta akan bertambah”), sehingga penerimaan ekspor kita meningkat

serta kemampuan untuk mengimpor barang juga meningkat maka supply barang di

dalam negeri akan meningkat yang akan berdampak pada penurunan harga barang

tersebut. Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi, bertambahnya barang di

dalam negeri cenderung menurunkan harga.

Berarti setiap terjadi depresiasi rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat maka

akan meningkatkan permintaan uang di Indonesia, demikian juga sebaliknya. Hal ini

disebabkan ketika nilai rupiah terdepresiasi maka harga barang-barang impor menjadi

lebih mahal sehingga diperlukan rupiah yang lebih banyak guna untuk membeli

barang impor tersebut (Prasojo, 2003)

Page 48: Faktor2 Inflasi

31

2.2.7. Hipotesis Penelitian.

Hipotesis yang digunakan dalam melakukan penelitian ini antara lain :

a. Diduga Jumlah uang beredar (M2) berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap Inflasi.

b. Diduga Produk Domestik Bruto berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap Inflasi.

c. Diduga tingkat Suku Bunga Bank umum berjangka rupiah 3 bulan akan

berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap Inflasi.

d. Diduga nilai tukar kurs Dollar Amerika terhadap Rupiah akan berpengaruh

secara positif dan signifikan terhadap Inflasi.

Page 49: Faktor2 Inflasi

32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari lembaga-lembaga atau instansi-instansi antara lain Bank Indonesia

(BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS).

Adapun data yang digunakan adalah :

a. Data Inflasi di Indonesia tahun 1990.1-2005.4.

b. Data Jumlah uang beredar (M2) di Indonesia tahun 1990.1-2005.4.

c. Data Produk Domestik Bruto di Indonesia tahun 1990.1-2005.4.

d. Data tingkat suku bunga deposito di Indonesia tahun 1990.1-2005.4.

e. Data nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat tahun 1990.1-

2005.4.

3.2. Devinisi Variabel

3.2.1 Variabel Dependen

• Laju Inflasi (Y)

Data inflasi yang dipergunakan adalah data laju inflasi tahunan yang

telah dihitung dengan kuartalan yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik

(BPS) berbagai edisi dengan olahan dengan satuan persen (%).

Page 50: Faktor2 Inflasi

33

3.2.2 Variabel Independen, terdiri dari :

a. Jumlah uang veredar (X1)

Data Jumlah uang beredar (M2) untuk Indonesia. Data operasional yang

digunakan dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Badan

Pusat Statistik (BPS) berdasarkan perhitungan tahunan kemudian diolah menjadi

kuartalan dan dinyatakan dalam bentuk satuan juta rupiah.

b. Produk Domestik Bruto (X2)

Data Produk Domestik Bruto untuk Indonesia atas dasar harga belaku

2000. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data

yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik berdasarkan perhitungan tahunan

kemudian diolah menjadi kuartalan dan dinyatakan dalam bentuk satuan juta

rupiah.

c. Suku Bunga Bank Umum berjangka rupiah (X3)

Merupakan tingkat keuntungan minimum yang disyaratkan pemodal atau

tingkat keuntungan yang diharapkan pemodal dari investasi dalam bentuk

simpanan. Tingkat suku bunga yang dimaksud disini adalah rata-rata tertimbang

tingkat bunga deposito dari seluruh simpanan deposito pada berbagai waktu jatuh

tempo yang berlaku di bank umum dalam persen 3 bulan.

Page 51: Faktor2 Inflasi

34

d. Nilai tukar kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika (X4)

Merupakan nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS yang berarti nilai yang

mencerminkan harga mata uang Dollar AS dalam satuan Rupiah pertahun. Data

diperoleh dari Bank Indonesia dalam berbagai edisi.

3.3. Metode Analisis Data

3.3.1. Metode Mackinnon, white dan Davidson (uji MWD).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif,

yaitu mendiskripsikan suatu permasalahan dan menganalisis data dan hal-hal yang

berhubungan dengan angka-angka atau rumus-rumus perhitungan yang digunakan

untuk menganalisis masalah yang sedang diteliti.

Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan data runtut

waktu (time series). Dalam analisis ini, sebelum menentukan akan menggunakan

persamaan linier atau log linier maka harus mengetahui apakah prilaku data

menunjukkan hubungan linier atau log linier dengan metode Mackinnon, white dan

Davidson (uji MWD). Secara umum model persamaan linear dan log linier ditulis

sebagai berikut :

Linier Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 - β3 X3 + β4 X4

Log Linier lnY = β0 + β1 lnX1 + β2 lnX2 - β3 lnX3 + β4 lnX4

Adapun prosedur metode MWD adalah sebagai berikut :

Page 52: Faktor2 Inflasi

35

1. Estimasi model linier dan dapatkan nilai prediksinya (fitted value) dan

selanjutnya dinamai F1.

2. Estimasi model log linier dan dapatkan nilai prediksinya, dan selanjutnya

dinamai F2.

3. Dapatkan nilai Z1 = ln F1-F2 dan Z2 = antilog F2-F1

4. Estimasi persamaan berikut ini :

Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 - β3 X3 + β4 X4

Jika Z1 signifikan secara statistik melalui uji t maka kita menolak hipotesis nol

bahwa model yang benar adalah model linier dan sebaliknya jika tidak signifikan

maka kita menerima hipotesis nol bahwa model yang benar adalah model linier

5. Estimasi persamaan berikut :

lnY = β0 + β1 lnX1 + β2 lnX2 - β3 lnX3 + β4 lnX4

Jika Z2 signifikan secara statistik melalui uji t maka kita menolak hipotesis

alternatif dan model yang benar adalah model log linier dan sebaliknya jika tidak

signifikan maka kita menerima hipotesis alternatif dan model yang benar adalah

model log linier.

3.3.2 Pengujian Hipotesa.

Untuk menguji bisa atau tidak model regresi tersebut di gunakan dan untuk

menguji kebenaran hipotesis yang dilakukan, maka diperlukan pengujian statistik,

antara lain.

Page 53: Faktor2 Inflasi

36

3.3.2.1 Uji t

Hal ini dilakukan dengan cara pengujian variabel-variabel independent secara

parsial (individu), digunakan untuk mengetahui signifikasi dan pengaruh variabel

independent secara individu terhadap variasi terhadap variabel independent lainnya.

Disini peneliti menggunakan uji t melalui probabilitas, penjelasannya sebagai berikut:

t-hitung = βi

SE (βi)

dimana:

bi = nilai koefisien regresi

SE = nilai standar error dari bi

Gambar 3.1

Daerah Kritis Pengujian t-test Satu Sisi Positif

Dengan menggunakan tingkat keyakinan (level of signifikan) atau α tertentu,

df=n-k (df=degree of freedom). Apabila nilai t hitung > t tabel, maka Ho ditolak,

Ho ditolak

t -kritis

Ho diterima

t -hitung

Page 54: Faktor2 Inflasi

37

artinya variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan (Ari

Sudarman, 1984 : 124).

Hipotesis yang digunakan :

Ho : Bi < 0 ; berarti variabel independent tidak mempengaruhi variabel

dependent.

HI ; Bi > 0 ; berarti variabel independent mempengaruhi variabel dependent.

◊ Apabila probabilitas < dari 0.05, maka dapat dikatakan

signifikan.

3.3.2.2 Uji F

Hal ini dilakukan dengan cara pengujian terhadap variabel - variabel

independent secara bersama-sama yang dilakukan untuk melihat pengaruh variabel

independent secara individu terhadap variabel dependent. Disini peneliti melakukan

uji F dengan menggunakan probabilitas, perhitungannya adalah sebagai berikut :

F-hitung = R2 / (K – 1)

(1 – R2 )/(n – K)

dimana :

R2 = Adalah koefisien determinasi.

n = Adalah jumlah sampel (observasi).

K = Adalah banyaknya parameter/koefisien regresi plus constant.

Page 55: Faktor2 Inflasi

38

GAMBAR 3.2

Daerah Kritis Pengujian F-Test

Dengan tingkat keyakinan α tertentu df (n-k, k-1), jika F hitung > F tabel, maka

Ho ditolak, yang berarti bahwa uji secara serempak semua variabel independen yang

digunakan dapat menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen.

Hipotesis yang digunakan :

Ho : β1 = β2 = β3 = 0 , maka variabel independent secara bersama-sama tidak

mempengaruhi variabel dependent.

Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0 , maka variabel independent secara bersama-sama

mempengaruhi variabel dependent.

◊ Apabila probabilitas (F-Statistik) < dari 0.05 , maka bisa

dikatakan signifikan.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil keputusan dengan menggunakan

probabilitas.

Ho diterima Ho ditolak

F-tabel

Page 56: Faktor2 Inflasi

39

3.3.2.3 R-Square (R2)

Nilai R2 menunjukan besarnya variabel-variabel independent dalam

mempengaruhi variabel dependent. Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 ( 0 ≤ R2 ≤ 1 ).

Semakin besar nila R2, maka semakin besar variasi variabel dependent yang dapat

dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independent. Sebaliknya, makin kecil nilai

R2, maka semakin kecil variasi variabel dependent yang dapat di jelaskan oleh variasi

variabel independent.

Sifat dari koefisien determinasi adalah :

◊ R2 merupakan besaran yang non negatif.

◊ Batasnya adalah ( 0 ≤ R2 ≤ 1 ). (Damodar Gujarati)

Apabila R2 bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel-variabel

independent dengan variabel dependent. Semakin besar nilai R2 maka semakin tepat

garis regresi dalam menggambarkan nilai-nilai observasi.

3.3.3 Uji Asumsi Klasik

Pada prakteknya, beberapa masalah sering muncul pada saat analisis regresi

digunakan untuk mengestimasi suatu model dengan sejumlah data. Masalah tersebut

dalam buku ekonometrika termasuk dalam pengujian asumsi klasik yaitu ada

tidaknya masalah heterokedastisitas, autokorelasi, dan multikolinearitas. Terjadinya

penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut diatas akan menyebabkan uji statistik

Page 57: Faktor2 Inflasi

40

(uji t-stat dan f-stat) yang dilakukan menjadi tidak valid dan secara statistik akan

mengacaukan kesimpulan yang diperoleh.

3.3.3.1 Uji Multikolinearitas

Multikolineritas adalah tidak adanya hubungan hubungan linear antar variabel

independent dalam suatu model regresi. Suatu model regresi dikatakan terkena

multikolinearitas bila terjadi hubungan linear yang sempurna atau pasti di antara

beberapa atau semua varibel bebas dari suatu model regresi. Akibatnya akan kesulitan

untuk dapat melihat pengaruh variabel independent terhadap variabel dependentnya.

Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat dengan membandingkan

nilai koefisien determinasi parsial (r2) dengan nilai koefisien determinasi majemuk

(R2), jika r2 lebih kecil dari nilai R2 maka tidak terdapat multikolinearitas. Cara lain

untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan menggunakan korelasi

antar variabel dimana apabila kurang dari 0.85 maka tidak terdapat multikolinearitas

dan sebaliknya apabila hubungan variabel di atas 0.85 maka terdapat

multikolinieritas.

3.3.3.2 Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah adanya korelasi antar anggota serangkaian observasi yang

diurutkan menurut waktu (seperti dalam data runtut waktu atau time series) atau

ruang (seperti dalam data lintas sektoral atau cross section).

Pengujian terhadap gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-

Watson atau dengan uji LM Test yang dikembangkan oleh Bruesch-godfrey,dimana

Page 58: Faktor2 Inflasi

41

uji LM Test bisa dikatakan sebagai uji autokorelasi yang paling akurat, apalagi jika

sampel yang digunakan dalam jumlah yang besar (misalnya diatas 100). Uji ini

dilakukan dengan memasukkan lagnya, dari hasil uji autokorelasi Serial Correlation

LM Test Lag.

Dalam penelitian ini pengujian autokorelasi dilakukan dengan uji hipotesis nol

(Ho) yang mengatakan bahwa tidak ada autokorelasi, dengan pedoman :

◊ Apabila X2 hitung (obs R-Squared) > X2 tabel, maka menolak

hipotesis nol (Ho) yang mengatakan adanya autokorelasi.

◊ Apabila X2 hitung (obs R-Squared) < X2 tabel, maka menerima

hipotesis nol (Ho) yang mengatakan bahwa tidak ada

autokorelasi.

3.3.3.3 Uji Heteroskedasitisitas

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki

varian yang sama. Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan

dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat ( Ui2 )

dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas.

Pedoman dalam penggunaan model white test adalah jika nilai Chi-Square

hitung (n. R2) lebih besar dari nilai X2 kritis dengan derajat kepercayaan tertentu (α)

maka ada heteroskedasitisitas dan sebaliknya jika Chi-Square hitung lebih kecil dari

nilai X2 menunjukan tidak adanya heterokedasitisitas.

Page 59: Faktor2 Inflasi

42

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Deskriptif

Dalam bab ini penulis akan menganalisis data yang telah terkumpul. Data

yang telah dikumpulkan tersebut berupa data sekunder dari Badan Pusat Statistik

Laporan Keuangan Bank Indonesia dan Sumber-sumber lain yang mendukung

penelitian ini. Hasil pengolahan data berupa informasi untuk mengetahui apakah

Inflasi dipengaruhi oleh faktor jumlah uang beredar, PDB, Tingkat suku bunga SBI,

Nilai tukar US terhadap rupiah.

Sesuai dengan permasalahan dan perumusan model yang telah dikemukakan,

serta kepentingan pengujian hipotesis, maka teknik analisis yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi analisis deskriptif dan analisis statistik. Analisis statistik

merupakan analisis yang mengacu pada perhitungan data penelitian yang berupa

angka-angka yang dianalisis dengan bantuan komputer melalui program Eviews.

Sedangkan analisis deskriptif merupakan analisis yang menjelaskan gejala-gejala

yang terjadi pada variabel-variabel penelitian untuk mendukung hasil analisis

statistik.

Berdasarkan perumusan model yang telah dijelaskan pada bab 1, yang

digunakan untuk melihat kebenaran hipotesis, maka regresi yang digunakan adalah

regresi berganda dengan menggunakan data triwulan 1990.1 sampai 2005.4.

Page 60: Faktor2 Inflasi

43

Secara umum model persamaan linear ditulis sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 - β3X3 + β4 X4

Keterangan :

Y = inflasi (%)

X1 = JUB untuk M2 (milyar rupiah)

X2 = Produk Domestik Bruto (milyar rupiah)

X3 = tingkat suku bunga SBI 1 bulan (%)

X4 = kurs dollar US terhadap rupiah (Rp)

β1, β2, β3, β4 = koefisien penjelas masing-masing input nilai parameter.

4.2.Uji Mackinnon, White dan Davidson (MWD)

Dalam analisis ini, sebelum menentukan akan menggunakan persamaan linier

atau log linier maka harus mengetahui apakah prilaku data menunjukkan hubungan

linier atau log linier dengan uji sketergram. Hasil uji Mackinnon, white dan Davidson

(uji MWD) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.1

Uji MWD

Variabel t-hitung Probabilitas Z1 6.907595 0.0000 Z2 -6.650895 0.0000

Sumber : Hasil Eviews

Dari hasil uji MWD di atas, kita mendapatkan hasil berupa :

Page 61: Faktor2 Inflasi

44

Berdasarkan persamaan tanpa log diketahui nilai t hitung koefisien Z1 adalah

6.907 dan p value sebesar 0,000. Dengan demikian variabel Z1 signifikan pada tingkat

α < 0,05. Dan menerima hipotesis alternative bahwa model yang benar adalah log

linier.

Sedangkan pada persamaan log diketahui nilai t hitung koefisien Z2 adalah -

6.650895 dan p value sebesar 0,000. Dengan demikian variabel Z2 signifikan pada

tingkat α < 0,05. Dan menerima hipotesis nol bahwa model yang benar adalah linier.

Berdasarkan hasil uji MWD di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model yag

kita gunakan adalah dapat menggunakan model linier dan dapat pula menggunakan

model log linier. Dan dari sini peneliti memilih untuk menggunakan model linier.

4.3. Analisis Kuantitatif

Untuk mempermudah perhitungan dari data yang cukup banyak maka dalam

penelitian ini diselesaikan dengan bantuan perangkat lunak (soft were) komputer

program Eviews 3.

Analisis linier, alat ini digunakan untuk menguji kekuatan pengaruh jumlah

uang beredar (X1), PDB (X2), Tingkat suku bunga (X3) dan kurs dollar terhadap

rupiah (X4) terhadap Inflasi (Y) yang terjadi selama periode tahun 1990 sampai 2005,

dapat dilihat dalam tabel 4.2 berikut:

Page 62: Faktor2 Inflasi

45

Tabel 4.2

Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Variabel Bebas Terhadap

Inflasi Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 03/19/08 Time: 12:41 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1 -1.27E-05 6.17E-06 -2.051499 0.0447 X2 -0.000104 9.73E-05 -1.068984 0.2894 X3 0.709524 0.127225 5.576932 0.0000 X4 0.227519 0.052646 4.321715 0.0001 C -1032.409 287.6585 -3.589008 0.0007

R-squared 0.627100 Mean dependent var 597.3125 Adjusted R-squared 0.601819 S.D. dependent var 1239.327 S.E. of regression 782.0353 Akaike info criterion 16.23658 Sum squared resid 36083170 Schwarz criterion 16.40524 Log likelihood -514.5706 F-statistic 24.80485 Durbin-Watson stat 1.885328 Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber : Data hasil regresi

Pada penelitian ini digunakan model persamaan regresi linear sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Dengan memperhatikan model regresi dan hasil regresi linear berganda maka

didapat persamaan faktor-faktor yang mempengaruhi Inflasi di Indonesia selama

periode 1990.1 – 2005.4. sebagai berikut :

Y = -1032.409+ -1.27E-05 X1 – -0.000104X2 + 0.709524X3 + 0.227519X4

Berdasarkan berbagai parameter dalam persamaan regresi mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi Inflasi, maka pengujian hipotesis sebagai berikut:

Page 63: Faktor2 Inflasi

46

4.3.1 Pengujian Hipotesis

a. Uji Parsial (uji t)

Seperti telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, hasil dari perbandingan antara

thitung dengan ttabel akan dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan. Tabel 4.2 yang

berisi hasil persamaan regresi pada variabel-variabel penelitian akan memperlihatkan

hasil dari thitung yang dikeluarkan oleh output olah data dengan menggunakan Eviews

3. Dari tabel tersebut terlihat nilai thitung untuk masing-masing variabel bebasnya

telah diketahui dan dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dengan cara

membandingkannya dengan ttabel .

Hasil regresi linier ditampilkan pada tabel 4.3 adalah:

Tabel 4.3

Hasil uji t

Variabel t-hitung Probabolitas X1 -2.051499 0.0447 X2 -1.068984 0.2894 X3 5.576932 0.0000 X4 4.321715 0.0001

Sumber : hasil Eviews

Dari hasil interprestasi diatas, dapat disimpulkan bahwa:

• Variabel X1 jumlah uang beredar, signifikan pada tingkat α < 0.05 yang

berarti jumlah uang beredar berpengaruh terhadap inflasi.

• Variabel X2 Gross Domestik Bruto, tidak signifikan pada tingkat α < 0.05

yang berarti Gross Domestik Bruto tidak berpengaruh terhadap inflasi.

Page 64: Faktor2 Inflasi

47

• Variabel X3 tingkat suku bunga, signifikan pada tingkat α < 0.05 yang berarti

tingkat suku bunga berpengaruh terhadap inflasi.

• Variabel X4 kurs rupiah, signifikan pada tingkat α < 0.05 yang berarti kurs

rupiah berpengaruh terhadap inflasi.

b. Pengujian Secara Bersama – sama (Uji F)

F-statistik menggambarkan hasil analisa regresi variabel independent secara

bersama-sama terhadap variabel dependent.

Tabel 4.4

Hasil Uji F

F hitung Probabilitas 24.80485 0.000000

Sumber : hasil Eviews

Dari hasil analisa menunjukkan bahwa F hitung sebesar 24.80485 dan dengan

probabilitas 0.000000, dengan tingkat α = 0,05, dapat dilihat bahwa probabilitasnya

lebih besar dari α yaitu 0,000000 < 0,05 , dengan demikian variabel independent

secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent.

c. Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R2 koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar

variabel independent berpengaruh terhadap variabel dependen. Nilai R2 berkisar

antara 0 – 1. Nilai R2 makin mendekati 0 maka pengaruh semua variabel independent

terhadap variabel dependen makin kecil dan sebaliknya nilai makin R2 mendekati 1

maka pengaruh semua variabel independent terhadap variabel dependent makin besar.

Nilai R2 adalah 0.627100, yang berarti variasi variabel jumlah uang beredar,

Page 65: Faktor2 Inflasi

48

gross domestic produc, tingkat suku bunga, dan nilai kurs mempengaruhi variabel

inflasi sebesar 62,7%. Sedangkan sisanya 37,3% dijelaskan oleh variabel lain yang

tidak dianalisis dalam model regresi ini.

4.3.2 Interprestasi Hasil Penelitian

Berdasarkan berbagai parameter dalam persamaan regresi mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi Inflasi, maka dapat diberikan interpretasi sebagai berikut:

a. Koefisien Jumlah uang beredar (b1)

Jumlah uang beredar (X1) mempunyai pengaruh yang positif terhadap inflasi,

dengan koefisien regresi sebesar -1.27 yang artinya jika perubahan jumlah uang

beredar naik sebesar satu milyar, maka perubahan variabel inflasi akan meningkat

sebesar -1.27 persen (ceteris paribus)., Ini berarti terdapat korelasi positif antara

pertumbuhan uang (JUB) dan inflasi, yang dapat dijadikan prediksi teori kuantitas

bahwa pertumbuhan uang yang tinggi mengarah pada inflasi yang tinggi sehingga

pertumbuhan dalam money supply menentukan tingkat inflasi. Untuk mencegah

meningkatnya inflasi, JUB harus sesuai dengan kebutuhan (permintaan) agregat. Jika

terjadi kelebihan penawaran uang terhadap kebutuhan uang, maka uang akan jatuh

dan pada kondisi demikian akan terjadi inflasi. Sebaliknya, jika penawaran uang

(JUB) lebih kecil dari pada kebutuhan uang (permintaan) agregat, nilai uang akan

naik, yang disebut apresiasi. Untuk menstabilkan nilai uang, secara konvensional

instrumen yang digunakan dalam ekonomi moneter adalah dengan pengaturan tingkat

suku bunga. Jika tingkat suku bunga naik, maka JUB akan berkurang karena orang

Page 66: Faktor2 Inflasi

49

akan lebih senang menabung dari pada memutarkan uangnya pada sektor-sektor yang

dinilai produktif. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga terlalu rendah, JUB di

masyarakat akan bertambah karena orang lebih senang memutarkan uangnya pada

sektor-sektor yang dinilai produktif.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jaka Sriyana

(2001) yang berjudul “Dampak Ekspansi Fiskal Terhadap Inflasi”. Penelitian ini

menelaah bagaimana dampak kebijakan fiskal terhadap inflasi, yang menyatakan

bahwa jumlah uang beredar berpengaruh secara signifikan terhadap laju pertumbuhan

inflasi. Penelitian juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh TB. Rully Ferdian

(2001), Studi yang berjudul ”Independensi Bank Indonesia Dalam Mengendalikan

Inflasi, yang menyatakan bahwa pengendalian jumlah uang beredar dan atau suku

bunga akan mempengaruhi laju inflasi.

b. Koefisien PDB (b2)

PDB (X2) tidak signifikan terhadap inflasi, hal ini karena dalam periode 1998 –

1999 ekspektasi masyarakat sangat tinggi dan mengakibatkan kenaikan jumlah uang

beredar. Besarnya produk domestik bruto dinyatakan dalam satuan uang namun nilai

satuan berubah sepanjang waktu. Perubahan nilai produksi total dipengaruhi kuantitas

output yang diproduksi maupun tingkat harga. Nilai produk domestik bruto tidak

dipengaruhi oleh harga barang-barang. Nilai-nilai produk domestik bruto penting

karena mencerminkan pertumbuhan output atau produksi yang sesungguhnya terjadi.

Besarnya produk domestik bruto tidak mencerminkan pertumbuhan output yang

Page 67: Faktor2 Inflasi

50

sesungguhnya bila terjadi perubahan tingkat harga secara umum maka efeknya akan

menaikkan besarnya produk domestik bruto meskipun sebenarnya tidak terjadi

kenaikan output atau produksi.

c. Koefisien Tingkat Suku Bunga (b3)

Tingkat Suku Bunga (X3) mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan

terhadap Inflasi, dengan koefisien regresi sebesar 0.709 yang artinya apabila tingkat

suku bunga meningkat sebesar 1 %, maka Inflasi akan menurun sebesar 70.9%

dengan asumsi bahwa variabel Jumlah uang beredar, PDB, dan Kurs dalam kondisi

umlah uangberedar akan bertambah konstan. Berarti bahwa antara tingkat suku bunga

dan Inflasi menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik. Bank Sentral dapat

membuat perubahan ke atas jumlah uang beredar dengan cara melakukan jual beli

surat-surat berharga. Bentuk langkah yang akan dijalani tergantung pada masalah

ekonomi yang dihadapi. Pada waktu perekonomian mengalami resesi, untuk

mendorong perkembangan kegiatan perekonomian maka jumlah uang beredar perlu

ditambah. Bank Sentral dapat menciptakan keadaan seperti itu dengan membeli surat-

surat berharga, dengan itu jumlah uang beredar akan bertambah karena apabila Bank

Sentral melakukan pembayaran atas pembeliannya itu cadangan yang ada pada Bank-

bank umum telah menjadi bertambah tinggi. Dengan danya kelebihan cadangan

tersebut mereka dapat memberikan pinjaman yang lebih banyak. Begitu pula

sebaliknya apabila terjadi inflasi maka untuk mengurangi kegiatan ekonomi yang

berlebih-lebihan,jumlah uang berdar harus dikurangi. Tujuan ini dapat dicapai oleh

Page 68: Faktor2 Inflasi

51

Bank Sentral dengan membeli surat-surat berharga , karena dengan penjualan itu

tabungan giral masyarakat dan cadangan yang dipegang bank-bank umum akan

berkurang.

d. Koefisien Kurs Valuta Asing (b4)

Kurs Valuta Asing (X4) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap Inflasi, dengan koefisien regresi sebesar 0.227 yang artinya apabila nilai

tukar meningkat sebesar 1 %, maka Inflasi akan meningkat sebesar 22.7%

diperkirakan karena pada saat rupiah terdepresiasi terhadap dollar berdampak pada

kenaikan harga barang, hal ini dikarenakan oleh pergerakan antara dua mata uang

antar dua Negara bersumber dari tingkat harga masing-masing Negara. Ketika harga-

harga barang di luar negeri naik menyebabkan inflasi di indonesia semakin tinggi.

Hal ini dikaranakan barang-barang impor yang ada di indonesia. Kenaikan harga di

dalam negeri terjadi karena dipengaruhi oleh kenaikan harga dari luar negeri,

terutama barang-barang impor atau kenaikan bahan baku industri yang masih belum

dapat diproduksi di dalam negeri. Atau dapat disebut dengan imported inflation yaitu

inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan harga dari luar

negeri.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadi Sasana

(2004) yang berjudul ”Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Di

Indonesia dan Filipina (pendekatan Error Correction Model)” . Penelitian ini juga

mendukung penelitian dari Jaka Sriyana (2001) yang berjudul “Dampak Ekspansi

Page 69: Faktor2 Inflasi

52

Fiskal Terhadap Inflasi”. Penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif

dan signifikan antara nilai tukar terhadap inflasi. Untuk menjaga kestabilan harga di

dalam negeri maka otoritas moneter melalui kebijakannya diharapkan dapat menjaga

kestabilan rupiah terhadap dollar dalam batas wajar dan aman. Depresiasi nilai

rupiah sangat rentan dampaknya terhadap laju inflasi di Indonesia baik dalam jangka

panjang maupun jangka pendek.

4.4. Uji penyimpangan asumsi klasik

Selain dengan menggunakan pengujian secara statistik yaitu uji t dan uij F juga

dilakukan uji terhadap penyimpangan asumsi klasik. Pengujian ini dilakukan untuk

menguji validitas dari hasil analisis regresi linier berganda. Adapun pengujian yang

digunakan adalah heterokedastisitas, autokorelasi, dan multikolinearitas.

a. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki

varian yang sama. Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan

dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat ( Ui2 )

dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas. Hasil

perhitungan terlihat pada rincian pada tabel 4.5 sebagai berikut

Page 70: Faktor2 Inflasi

53

Tabel 4.5

Hasil Uji Heterokedasitas

White Heteroskedasticity Test: F-statistic 24.48148 Probability 0.000000

Obs*R-squared 55.99470 Probability 0.000001

Sumber: Hasil Eviews

Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji white test (cross term)

menunjukkan nilai probabilitas chi squares hitung adalah 0.000001 dan lebih kecil

dari α=5% yang berarti signifikan sehingga mengandung penyakit heterokedastisitas.

Untuk itu agar model tidak lagi terdapat masalah heterokesdatisitas, maka perlu

dilakukan penyembuhan heterokedastisitas sebagai berikut:

Tabel 4.6

Hasil Regresi dan Penyembuhan Heterokedastisitas.

C X1 X2 X3 X4

OLS se 287.6585 6.17E-06 9.73E-05 0.127225 0.052646 t -3.589008 -2.051499 -1.068984 5.576932 4.321715

White se 541.6426 6.56E-06 8.74E-05 0.300837 0.045259 t -1.906070 -1.930207 -1.190410 2.358497 5.027096

Newey- West

se 491.5821 4.83E-06 8.73E-05 0.264130 0.034743

t -2.100175 -2.623004 -1.192196 2.686271 6.548690 Sumber : hasil eviews

Berdasarkan metode White dan Newey-Test, standar error yang dihasilkan akan

semakin besar dari metode OLS sehingga nilai t hitungnya juga semakin kecil dari

statistik t hitung yang diperoleh dari metode OLS. Dengan demikian masalah

heterokedatisitas telah dihilangkan.

Page 71: Faktor2 Inflasi

54

b. Uji Autokorelasi

Asumsi ini terjadi apabila ada kesalahan pengganggu periode korelasi dengan

kesalahan penggangu pada periode sebelumnya, untuk menguji ada atau tidaknya

autokorelasi dalam penelitian ini digunakan Langrange Multiplier (LM).

Dengan metode uji Langrange Multiplier ini, keputusan ada/tidaknya

autokorelasi dalam model sangat bergantung pada panjangnya kelambanan.

Penentuan kelambanan yang dipilih didasarkan pada nilai Akaike Information

Criterion dan Schwarz Criterion yang paling minimum, mekanismenya adalah:

• Jika nilai hitung Obs*R-square (χ) > nilai tabel Obs*R-square (χ) atau

probability < 0,05 pada derajat kepercayaaan tertentu (α), maka hasil dari

model tersebut adalah menolak hipotesis nol. Hal ini menunjukkan adanya

masalah autokorelasi dalam model.

• Jika nilai hitung Obs*R-square (χ) < nilai kritis Obs*R-square (χ) atau

probability > 0,05 pada derajat kepercayaaan tertentu (α ), maka hasil dari

model tersebut menerima hipotesis nol. Hal ini menunjukkan tidak adanya

masalah autokorelasi.

Tabel 4.7

Hasil Uji Autokorelasi dengan Metode Langrange Multiplier

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.113058 Probability 0.893299

Obs*R-squared 0.252881 Probability 0.881227

Sumber: Lampiran, Hasil Olah Data Uji Autokorelasi

Page 72: Faktor2 Inflasi

55

Hasil uji Autokorelasi dengan menggunakan uji serial correlation LM test

dengan menggunakan lag 2, maka dapat disimpulkan nilai probabilitas chi squares

hitung adalah 0.881227 (88,1%) dan lebih besar dari α=5% yang berarti tidak

signifikan sehingga tidak mengandung penyakit Autokorelasi.

c. Uji Multikolinieritas

Multikolineritas adalah tidak adanya hubungan hubungan linear antar variabel

independent dalam suatu model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya

multikolinearitas yaitu dengan menggunakan korelasi antar variabel dimana apabila

kurang dari 0.85 maka tidak terdapat multikolinearitas dan sebaliknya apabila

hubungan variabel di atas 0.85 maka terdapat multikolinieritas. Hasil uji

multikolinieritas dapat ditunjukkan pada tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8

Uji Multikolinieritas X1 X2 X3 X4

X1 1.000000 0.741908 -0.361395 0.792954

X2 0.741908 1.000000 -0.180040 0.713666

X3 -0.361395 -0.180040 1.000000 -0.003320

X4 0.792954 0.713666 -0.003320 1.000000

Sumber : Hasil Eviews

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas nilai koefisien korelasi untuk masing – masing

variabel bebas memiliki nilai koefisien korelasi dibawah 0,85, sehingga model regresi

yang diajukan dalam penelitian ini tidak mengandung gejala Multikolinieritas.

Page 73: Faktor2 Inflasi

56

BAB V

KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan di Bab IV

terdahulu, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Variabel penjelas yang terdiri Jumlah uang beredar, Tingkat suku bunga, Kurs US

terhadap rupiah, menunjukkan hubungan yang signifikan dengan variabel

dependen dan cukup mampu untuk menjelaskan pengaruh yang terjadi pada

tingkat inflasi antara tahun 1990.1 sampai tahun 2005.4. Sedangkan produk

domestic bruto tidak berpengaruh signifikan dengan variabel dependen.

2. Variabel PDB tidak berpengaruh signifikan karena dalam periode 1998 – 1999

ekspektasi masyarakat sangat tinggi dan mengakibatkan kenaikan jumlah uang

beredar. Besarnya produk domestik bruto dinyatakan dalam satuan uang namun

nilai satuan berubah sepanjang waktu. Perubahan nilai produksi total dipengaruhi

kuantitas output yang diproduksi maupun tingkat harga. Nilai produk domestik

bruto tidak dipengaruhi oleh harga barang-barang.

3. Variabel jumlah uang beredar berpengaruh signifikan terhadap Inflasi. Artinya

terdapat korelasi positif antara pertumbuhan uang (JUB) dan inflasi, yang dapat

dijadikan prediksi teori kuantitas bahwa pertumbuhan uang yang tinggi mengarah

pada inflasi yang tinggi sehingga pertumbuhan dalam money supply menentukan

tingkat inflasi.

Page 74: Faktor2 Inflasi

57

4. Variabel tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Inflasi.

Artinya Tingkat suku bunga yang semakin meningkat mengakibatkan Inflasi

menurun, begitu juga sebaliknya dengan Tingkat suku bunga yang semakin

menurun maka Inflasi akan meningkat.

5. Variabel Nilai tukar mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap

tingkat inflasi. Artinya diperkirakan karena pada saat rupiah terdepresiasi

terhadap dollar maka akan berdampak pada kenaikan harga-harga barang, hal ini

dikarenakan oleh pergerakan antara dua mata uang antar dua Negara bersumber

dari tingkat harga masing-masing Negara.

5.2 Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang dapat diambil, ada beberapa implikasi dari

kebijakan yang harus diperhatikan dalam rangka menekan laju inflasi di Indonesia

1. Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa kenaikan jumlah uang

beredar cenderung menaikkan inflasi. Untuk mengurangi uang beredar dengan

menentukan tingkat suku bunga SBI, melalui instrumen politik pasar terbuka,

pemerintah harus lebih mengontrol volume uang yang beredar sesuai dengan

kebutuhannya di masyarakat, karena naik turunnya jumlah uang yang beredar

merupakan sumber utama inflasi untuk negara sedang berkembang seperti

halnya negara Indonesia.

2. Dengan naiknya tingkat suku bunga SBI merupakan implikasi dari tingginya

laju inflasi, karena jika inflasi tinggi maka akan diikuti pula oleh

Page 75: Faktor2 Inflasi

58

meningkatnya kebijakan terhadap sumber-sumber pembiayaan yang

menyebabkan naiknya tingkat suku bunga SBI Bank Indonesia. Untuk

menekan laju inflasi maka kebijakan yang diambil adalah menstabilkan

tingkat suku bunga SBI tetap stabil, sejalan dengan kondisi makro ekonomi

Indonesia yang terjadi saat ini.

3. Untuk meningkatkan PDB sehingga laju inflasi menjadi rendah kebijakan yang

diambil dengan efisiensi alokasi anggaran dan memberikan bobot yang lebih

besar pada pengeluaran pembangunan. Artinya belanja barang yang bersifat

konsumtif perlu ditinjau kembali, deregulasi di sektor riil, sehingga

perekonomian menjadi lebih efisien dan mendorong berkembangnya sektor

industri sehingga meningkatkan Pendapatn Asli Daerah yang mendorong

meningkatnya laju PDB.

4. Bedasarkan penelitian ini maka untuk menjaga kestabilan harga di dalam

negeri maka otoritas moneter melalui kebijakannya diharapkan dapat menjaga

kestabilan rupiah terhadap dollar dalam batas wajar dan aman

Page 76: Faktor2 Inflasi

DAFTAR PUSTAKA

Ardihansyah, Yunan : Analisis Tingkat Inflasi dan Peranan BI dalam Mengendalikannya, tidak dipublikasikan, Yogyakarta, FE UII.

Ascarya, 2002, Instrumen-instrumen Kebijakan Moneter, PPSK Bank Indonesia :

Jakarta. Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia, Yogyakarta, Beberapa Edisi. Bank Indonesia, Laporan Tahunan BI, Yogyakarta, Beberapa Edisi.

Boediono, 1985, Ekonomi Moneter, edisi 3, BPFE : Yogyakarta. Ferdian, Rully : 2001, Independensi BI dalam Mengendalikan Inflasi, tidak

dipublikasikan, Yogyakarta, FE UII. Gujarati, Damodar (1997), Ekonometrika Dasar, Alih Bahasa Sumarno Zain,

Erlangga, Jakarta. Iswardono :1990, Uang dan Bank, edisi 4, BPFE : Yogyakarta. Nopirin, 1992, Ekonomi Internasional, edisi 3, BPFE : Yogyakarta. ---------, 1987, Ekonomi Moneter, edisi 1, BPFE : Yogyakarta. Salvatore, 1998, Ekonomi Internasional, Erlangga : Jakarta. Samuelson, Paul dan William Nordhaus, 1994, Makro Ekonomi, edisi 14, Alih

Bahasa Drs Haris Munandar, Erlangga, Jakarta. Sasana, Hadi, 2004, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia

dan Filipina, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, vol 11, no 2, 207-220. Sinungan, Muchdarsyah, 1987, Uang dan Bank, PT Bina Aksara : Jakarta. Soehandjono, 2002, Studi Hukum Bantuan Likuiditas Bank Indonesia, Bank

Indonesia : Jakarta.

Page 77: Faktor2 Inflasi

---------------, 2002, Bank Indonesia Dalam Kasus BLBI, Bank Indonesia : Jakarta. Sriyana, Jaka, 2001, Dampak Ekspansi Fiskal Terhadap Inflasi : Studi Empiris

Dengan Pendekatan ECM, JEP, vol 6, no 2, 203-212. Sugiono, FX, 2005, Instrumen Pengendalian Moneter Operasi Pasar Terbuka, PPSK

Bank Indonesia : Jakarta Sukirno, Sadono, 2004, Makro Ekonomi Teori Pengantar, edisi 3, PT Raja Grafindo

Persada : Jakarta. Warjiyo, Perry, 2004, Bank Indonesia : Sebuah Pengantar, Pusat Pendidikan dan

Studi Kebanksentralan : Jakarta. Widarjono, Agus, 2007, Ekonometrika Teori dan Aplikasi, edisi 2, Ekonisia :

Yogyakarta. Wijaya, Faried, 1989, Ekonomikamakro, edisi 3, BPFE : Yogyakarta. Yuwono, Prapto, dkk, 2000, Kausalitas Uang Beredar dan Inflasi, Dian Ekonomi,

vol VI, no 2, 319-321 Mulyani, Sri, 2007,Laju Inflasi Lampaui Ekspektasi, Jawa Pos : Yogyakarta

Page 78: Faktor2 Inflasi

tahun inflasi JUB GDP tk. bunga kurs 1990 1,5 64366 46015.2 16.23 1823

3,3 70125 46933.3 16.08 1844 3,3 76907 5070.5 18.36 1864 1,4 84630 53270 21 1901

1991 1,1 81125 55124 24.21 1932 3,6 87756 54841.9 25.01 1954 7,5 93328 58813.7 22.61 1968 9,5 99058 58722.7 21.88 1992

1992 1,4 100798 61671.8 21.29 2017 1,7 106957 63755.8 20.09 2033 0,6 113510 67388.7 18.48 2038 6,44 119053 67068.2 16.72 2062

1993 6,44 123160 70066.7 15.71 2071 6,97 124540 73049.2 15.19 2088 8,24 136397 77764.2 13.76 2108 9,77 145202 77145.9 11.79 2110

1994 3,71 148829 87979 11.53 2144 4,59 152798 92988.4 12.07 2160 7,38 162900 99809.7 13.35 2181 9,24 174512 101442.5 14.27 2200

1995 3,04 181701 106244.7 15.92 2219 2,34 192126 110925.4 17.09 2246 1,41 206079 117137.3 17.6 2276 1,85 222638 118073.5 17.15 2308

1996 3,26 232493 123323.5 17.29 2336 0,77 249443 128788.1 17.35 2342 0,91 259926 137429.1 17.25 2340 1,53 288632 143090.2 17.03 2383

1997 1,96 294581 142947.9 16.47 2419 2,54 312839 148879.3 15.93 2450 5,37 329074 158043.5 26.22 3275 11,05 355642.86 175635.2 23.92 4650

1998 25,13 449824.29 211574.9 27.26 8325 46,55 565784.77 222809 40.63 14900 75,47 550404 264263.4 47.38 10700 77,63 577381.33 257106.1 49.23 8025

1999 4,08 603325.11 281051.6 34.85 8685 2,73 615411 279711.9 27.39 6726 0,02 652289 277583.2 15.88 8386

Page 79: Faktor2 Inflasi

2,01 646205 281095.3 12.95 7100 2000 -1,1 656451 324412 12.4 7590

2,1 684335 336266.2 11.69 8735 6,8 686453 360711.6 12.84 8780 9,4 747028 368380.5 13.24 9595

2001 10,6 766812 397956.4 14.86 10400 12,11 796440 424077.4 15 11440 13,01 783104 433905.2 16.16 9675 12,55 844053 428341.5 17.24 10400

2002 14,08 831411 449086.9 17.02 9655 11,48 838635 459993.4 15.85 8730 10,1 859706 480725 14.36 9015 10 883908 473769.4 13.63 8940

2003 7,1 877776 386743.9 12.9 8908 6,6 894213 394620.5 11.55 8285 6,2 911224 405607.6 8.58 8389 5,1 955692 390199.3 7.14 8465

2004 5,1 935247 402597.3 6.11 8587 6,8 975166 411935.5 6.31 9415 6,3 986806 423852.3 6.61 9170 6,4 1033527 418131.7 6.71 9290

2005 8,8 1020693 427003 6.93 9480 7,8 1073746 436110 7.19 9713 9,1 1150451 448492.5 8.51 10310 17,1 1203215 493050.6 11.75 9830

Page 80: Faktor2 Inflasi

White Heteroskedasticity Test: F-statistic 24.48148 Probability 0.000000 Obs*R-squared 55.99470 Probability 0.000001

Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 03/19/08 Time: 13:30 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1587024. 596383.0 2.661082 0.0105 X1 -0.024117 0.026743 -0.901814 0.3716

X1^2 -1.26E-09 3.70E-10 -3.410333 0.0013 X1*X2 1.83E-08 7.90E-09 2.312613 0.0250 X1*X3 1.44E-05 7.98E-06 1.803437 0.0775 X1*X4 1.61E-05 4.55E-06 3.525516 0.0009

X2 -0.618508 0.504955 -1.224877 0.2265 X2^2 -1.16E-08 1.17E-07 -0.099696 0.9210

X2*X3 0.000271 0.000226 1.197185 0.2370 X2*X4 -0.000155 6.31E-05 -2.459181 0.0175

X3 -1963.062 333.3560 -5.888783 0.0000 X3^2 0.712658 0.073087 9.750868 0.0000

X3*X4 -0.155658 0.085065 -1.829869 0.0734 X4 217.4286 314.6230 0.691077 0.4928

X4^2 -0.024143 0.023603 -1.022884 0.3114 R-squared 0.874917 Mean dependent var 563799.5 Adjusted R-squared 0.839179 S.D. dependent var 1489700. S.E. of regression 597406.1 Akaike info criterion 29.64027 Sum squared resid 1.75E+13 Schwarz criterion 30.14626 Log likelihood -933.4886 F-statistic 24.48148 Durbin-Watson stat 2.139796 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 81: Faktor2 Inflasi

Penyembuhan: whiite Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 03/19/08 Time: 13:39 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1032.409 541.6426 -1.906070 0.0615 X1 -1.27E-05 6.56E-06 -1.930207 0.0584 X2 -0.000104 8.74E-05 -1.190410 0.2387 X3 0.709524 0.300837 2.358497 0.0217 X4 0.227519 0.045259 5.027096 0.0000

R-squared 0.627100 Mean dependent var 597.3125 Adjusted R-squared 0.601819 S.D. dependent var 1239.327 S.E. of regression 782.0353 Akaike info criterion 16.23658 Sum squared resid 36083170 Schwarz criterion 16.40524 Log likelihood -514.5706 F-statistic 24.80485 Durbin-Watson stat 1.885328 Prob(F-statistic) 0.000000 Newey Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 03/19/08 Time: 13:42 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 Newey-West HAC Standard Errors & Covariance (lag truncation=3)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1032.409 491.5821 -2.100175 0.0400 X1 -1.27E-05 4.83E-06 -2.623004 0.0111 X2 -0.000104 8.73E-05 -1.192196 0.2380 X3 0.709524 0.264130 2.686271 0.0094 X4 0.227519 0.034743 6.548690 0.0000

R-squared 0.627100 Mean dependent var 597.3125 Adjusted R-squared 0.601819 S.D. dependent var 1239.327 S.E. of regression 782.0353 Akaike info criterion 16.23658 Sum squared resid 36083170 Schwarz criterion 16.40524 Log likelihood -514.5706 F-statistic 24.80485 Durbin-Watson stat 1.885328 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 82: Faktor2 Inflasi

Multiko X1 X2 X3 X4

1.000000 0.741908 -0.361395 0.792954 0.741908 1.000000 -0.180040 0.713666 -0.361395 -0.180040 1.000000 -0.003320 0.792954 0.713666 -0.003320 1.000000

autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.113058 Probability 0.893299 Obs*R-squared 0.252881 Probability 0.881227

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 03/19/08 Time: 15:02 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1 5.93E-08 6.27E-06 0.009451 0.9925 X2 5.13E-06 9.96E-05 0.051461 0.9591 X3 -0.000710 0.131009 -0.005416 0.9957 X4 -0.002535 0.053781 -0.047128 0.9626 C 2.559101 294.5709 0.008688 0.9931

RESID(-1) 0.057744 0.134091 0.430635 0.6684 RESID(-2) -0.029979 0.134742 -0.222492 0.8247

R-squared 0.003951 Mean dependent var 1.21E-13 Adjusted R-squared -0.100896 S.D. dependent var 756.8016 S.E. of regression 794.0635 Akaike info criterion 16.29512 Sum squared resid 35940596 Schwarz criterion 16.53125 Log likelihood -514.4439 F-statistic 0.037686 Durbin-Watson stat 1.988238 Prob(F-statistic) 0.999757

Page 83: Faktor2 Inflasi

LINIER Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 03/19/08 Time: 12:41 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1 -1.27E-05 6.17E-06 -2.051499 0.0447 X2 -0.000104 9.73E-05 -1.068984 0.2894 X3 0.709524 0.127225 5.576932 0.0000 X4 0.227519 0.052646 4.321715 0.0001 C -1032.409 287.6585 -3.589008 0.0007

R-squared 0.627100 Mean dependent var 597.3125 Adjusted R-squared 0.601819 S.D. dependent var 1239.327 S.E. of regression 782.0353 Akaike info criterion 16.23658 Sum squared resid 36083170 Schwarz criterion 16.40524 Log likelihood -514.5706 F-statistic 24.80485 Durbin-Watson stat 1.885328 Prob(F-statistic) 0.000000