Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 5 Nomor 1 JanuariJuli 201815
ISSNISSNL
2337668623383321
FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELANJAPEMERINTAH FUNGSI KESEHATAN DI INDONESIA
Nurul Khomsatun Isnaeni dan Lia YulianaSekolah Tinggi Ilmu Statistik
Email: [email protected], [email protected]
ABSTRAK: Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan inti dari pembangunan dan kesejahteraan. Belanja pemerintahfungsi kesehatan dapat meningkatkan status kesehatan dan produktivitas, sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tujuanpenelitian ini untuk melihat gambaran kapasitas fiskal, Indeks Demokrasi Indonesia (IDI), persentase penduduk umur 65 tahun ke atas,dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), serta melihat pengaruh variabelvariabel tersebut terhadap besarnya belanjapemerintah fungsi kesehatan di Indonesia selama periode 20102014. Metode yang digunakan adalah studi kepustakaan denganpendekatan deskriptif analitis dan eksplanasi. Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dananalisis inferensia dengan regresi data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa belanja pemerintah fungsi kesehatan, kapasitasfiskal, dan IDI cenderung meningkat setiap tahun sedangkan persentase penduduk umur 65 tahun ke atas dan TPAK berfluktuasi dancenderung menurun selama periode 20102014. Hasil analisis menggunakan regresi data panel dengan model fixed effect menunjukkanbahwa kapasitas fiskal dan IDI berpengaruh signifikan dan positif terhadap belanja pemerintah fungsi kesehatan, namun persentasependuduk umur 65 tahun ke atas dan TPAK berpengaruh negatif. Pemerintah sebaiknya memperhatikan kapasitas fiskal, IDI,persentase penduduk umur 65 tahun ke atas, dan TPAK dalam menentukan alokasi anggaran belanja kesehatan.
Kata Kunci: belanja pemerintah fungsi kesehatan, kapasitas fiskal, IDI, regresi data panel
ABSTRACT: Health is a human right and the core of development and prosperity. Government expenditure on health can improve thehealth status and productivity, thereby increasing economic growth. The objective of this research is to see the description of fiscalcapacity, Indonesia Democracy Index (IDI), the percentage of population aged 65 years and over, and the Labor Force ParticipationRate (LFPR), and see the influence of these variables on government expenditure on health in Indonesia during the period 20102014.The method used is literature study with analitical descriptive and explanatory approach. Data analysis method is descriptive analysisand inferential analysis with panel data regression. The results showed that the government expenditure on health, fiscal capacity, andIDI tend to increase every year while the percentage of population aged 65 years and over and LFPR fluctuate and tend to declineduring the period 20102014. Results of analysis using panel data regression with fixed effect model showed that the fiscal capacityand IDI significant and positive impact on the government expenditure on health, but the percentage of population aged 65 years andover and LFPR have negative effect. Government should pay more attention to these variables in determining budget allocations forhealth.
Keywords: government expenditure on health, fiscal capacity, IDI, panel data regression
PENDAHULUANLatar belakang penelitian ini adalah kesehatan
merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupanseseorang. United Nations (1949) menyebutkanbahwa setiap orang berhak atas kesehatan danperawatan kesehatan. Selain itu, UndangUndangDasar 1945 Amandemen kedua (18 Agustus 2000)juga menyebutkan bahwa setiap orang berhakmendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehatserta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Halini menunjukkan bahwa pemerintah mengakui haksetiap orang untuk hidup sehat dan memperolehpelayanan kesehatan.
Deklarasi Tentang Pembangunan Kesehatan diRegional Asia Tenggara untuk Abad ke21menyebutkan bahwa kesehatan merupakan inti ataupusat untuk pembangunan dan kesejahteraan.Beberapa pengalaman sejarah membuktikan bahwaberhasilnya tinggal landas ekonomi sepertipertumbuhan ekonomi yang cepat didukung olehterobosan penting di bidang kesehatan masyarakat,
pemberantasan penyakit, dan peningkatan gizi(Atmawikarta, 2009). Mustawa (t.t.) mengatakanbahwa salah satu faktor yang memengaruhi tingkatpelayanan kesehatan adalah besarnya alokasianggaran yang diberikan untuk meningkatkanpelayanan kesehatan tersebut.
Salah satu sasaran dalam Rencana StrategisKementerian Kesehatan Tahun 20102014 yaitumeningkatkan penyediaan anggaran publik untukkesehatan dalam rangka mengurangi risiko finansialakibat gangguan kesehatan bagi seluruh penduduk,terutama penduduk miskin. Selain itu, KementerianKesehatan juga memandang perlu untuk memberikandukungan pada manajemen dalam peningkatanpelayanan kesehatan, yaitu good governance,desentralisasi bidang kesehatan, dan strukturorganisasi yang efektif dan efisien.
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untukmengetahui variabel yang perlu dipertimbangkan olehpemerintah provinsi dalam rangka menentukanbesarnya anggaran untuk kesehatan publik.
Nurul Khomsatun Isnaenidan Lia Yuliana,15 21
FaktorFaktor yang MempengaruhiBelanja Pemerintah Fungsi
Kesehatan di Indonesia
Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 5 Nomor 1 JanuariJuli 201816
METODOLOGI PENELITIANRuang lingkup penelitian ini adalah seluruh
provinsi di Indonesia pada periode 20102014,kecuali Provinsi Kalimantan Utara. Periode 20102014 dipilih sebagai periode penelitian, mengacupada salah satu sasaran strategis dalam RencanaStrategis Kementerian Kesehatan Tahun 20102014.Dengan demikian, total observasi untuk masingmasing variabel adalah 165.
Variabel yang digunakan dalam penelitian inimeliputi belanja pemerintah fungsi kesehatan,kapasitas fiskal, Indeks Demokrasi Indonesia (IDI),persentase penduduk umur 65 tahun ke atas, danTingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Datayang digunakan dalam penelitian ini yang berasal dariBadan Pusat Statistik (BPS) dan organisasi IndonesiaDemocracy Index yang diprakarsai oleh BadanPerencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) danUnited Nations Development Programme (UNDP).Jenis data yang digunakan adalah data panel dari 33provinsi di Indonesia selama periode 20102014.
Teknik pengolahan dan analisis data yangdigunakan adalah analisis deskriptif dan analisisinferensia. Analisis deskriptif digunakan untukmenggambarkan pola perkembangan belanjapemerintah fungsi kesehatan, kapasitas fiskal, IndeksDemokrasi Indonesia (IDI), persentase pendudukumur 65 tahun ke atas, dan Tingkat PartisipasiAngkatan Kerja (TPAK) setiap provinsi di Indonesiapada periode 20102014. Pengolahan data untukanalisis deskriptif ini menggunakan bantuan softwareMicrosoft Excel 2016. Sedangkan analisis inferensiadilakukan dengan analisis regresi data panel. Analisisini digunakan untuk menguji hipotesis penelitianyang sudah ditentukan mengenai pengaruh variabelindependen serta melihat pengaruh variasiantarprovinsi dalam rentang 20102014. Dalampengolahan analisis inferensia digunakan softwareMicrosoft Excel 2016 dan Eviews 8.
Kapasitas fiskal yang digunakan merupakan hasilperhitungan dengan rumusuntuk setiap provinsi. Perhitungan ini sesuai denganPeraturan Menteri Keuangan RI No. 226/PMK.07/2012 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah. Datakeuangan yang digunakan dalam perhitungan inimerupakan data keuangan provinsi dalam realisasiAPBD provinsi yang dikumpulkan oleh BPS darisetiap Pemerintah Daerah (Pemda).
IDI adalah alat ukur objektif dan empirikterhadap kondisi demokrasi politik provinsiprovinsidi Indonesia, disusun untuk mengukur perkembangandemokrasi provinsi di Indonesia dan sebagaiinstrumen perencanaan pembangunan politikIndonesia. IDI merupakan pengukuran yang countryspecific, dirancang untuk sensitif terhadap naikturunnya kondisi demokrasi, dan dibangun denganlatar belakang perkembangan sosial politik Indonesia.Oleh karena itu, dalam merumuskan konsepdemokrasi maupun metode pengukurannya, IDImempertimbangkan kekhasan persoalan Indonesia.Indeks Demokrasi Indonesia sebagai alat ukurperkembangan demokrasi yang mampu menggambarkan situasi dinamika demokrasi politik provinsiprovinsi di Indonesia. Capaian kinerja demokrasi inidikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu buruk(IDI < 60), sedang (IDI 6080), dan baik (IDI > 80).
Persentase penduduk umur 65 tahun ke atasmenggambarkan rasio jumlah penduduk umur 65tahun ke atas terhadap total penduduk pada suatudaerah. Persentase penduduk ini dapat digunakanuntuk mengetahui struktur umur tua (65 tahun keatas) pada suatu daerah. Semakin tinggi persentase iniberarti bahwa semakin banyak penduduk tua didaerah tersebut. Namun peningkatan/penurunanpersentase ini belum tentu disebabkan meningkat/menurunnya jumlah penduduk umur 65 tahun ke atas.Peningkatan/penurunan persentase ini bisa jugadisebabkan meningkat/menurunnya jumlah pendudukdi daerah tersebut.
TPAK adalah ukuran proporsi penduduk usiakerja yang terlibat secara aktif di pasar tenaga kerja,baik dengan bekerja, mencari pekerjaan, atau mempersiapkan usaha. Ukuran ini merupakan indikasirelatif dari pasokan tenaga kerja yang terlibat dalamproduksi barang dan jasa. Semakin tinggi nilai TPAKmenunjukkan semakin tingginya jumlah pendudukyang terlibat aktif dalam pasar tenaga kerja. TPAKdihitung dengan menyatakan jumlah orang dalamangkatan kerja sebagai presentase dari penduduk usiakerja (15 tahun ke atas). Secara matematis dapatdituliskan sebagai berikut:
HASIL DAN PEMBAHASAN
Belanja PemeringahKlasifikasi belanja pemerintah salah satunya
adalah menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan
Nurul Khomsatun Isnaenidan Lia Yuliana,15 21
FaktorFaktor yang MempengaruhiBelanja Pemerintah Fungsi
Kesehatan di Indonesia
Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 5 Nomor 1 JanuariJuli 201817
keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangannegara (Badrudin, 2012). Permendagri No. 13 tahun2006 mengatur pengelompokan anggaran belanjapemerintah daerah menjadi 11 fungsi, namun hanya 9fungsi yang pelaksanaannya dilakukan olehpemerintah daerah, meliputi: (1) fungsi pelayananumum; (2) fungsi ketertiban dan keamanan; (3)fungsi ekonomi; (4) fungsi lingkungan hidup; (5)fungsi perumahan dan fasilitas umum; (6) fungsikesehatan; (7) fungsi pariwisata dan budaya; (8)fungsi pendidikan; dan (9) fungsi perlindungan sosial.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja danAnggaran Kementerian Negara/Lembaga RepublikIndonesia menjelaskan bahwa pengeluaran fungsikesehatan adalah pengeluaran yang dilakukan olehpemerintah untuk program kesehatan, yaitupengeluaran untuk penyediaan obat dan perbekalankesehatan, pelayanan kesehatan perorangan,pelayanan kesehatan masyarakat, keluarga berencana,litbang kesehatan, dan kesehatan lainnya. Alokasianggaran pemerintah untuk kesehatan diatur dalamUndangUndang No. 36 tahun 2009 tentangKesehatan pasal 171.
Menurut Peraturan Menteri Keuangan RI No.226/PMK.07/2012 tentang Peta Kapasitas FiskalDaerah, kapasitas fiskal merupakan gambarankemampuan keuangan masingmasing daerah yangdicerminkan melalui penerimaan umum AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untukmembiayai tugas pemerintahan setelah dikurangiBelanja Pegawai dan dikaitkan dengan jumlahpenduduk miskin. APBD yang dimaksud dalamperaturan ini tidak termasuk Dana Alokasi Khusus,dana darurat, dana pinjaman lama, dan penerimaanlain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayaipengeluaran tertentu. Dapat dikatakan pula bahwakapasitas fiskal merupakan penerimaan umum APBDyang pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepadapemerintah daerah selaku pengguna anggaran setelahdikurangi Belanja Pegawai dan dikaitkan denganjumlah penduduk miskin. Dalam UU No. 33 Tahun2004 yang disebut kapasitas fiskal daerah adalahsumber pendanaan daerah yang berasal dari PAD danDana Bagi Hasil.
Belanja Pemerintah Fungsi KesehatanPada periode 20102014, belanja pemerintah
fungsi kesehatan cenderung meningkat setiap tahun.
Peningkatan ini sesuai dengan salah satu rencana dariDinas Kesehatan dalam Rencana Strategis (Renstra)tahun 20102014. Tahun 2014 baru ada 13 provinsidengan persentase anggaran kesehatan di atas 10persen, yaitu DKI Jakarta, Bengkulu, SulawesiSelatan, Sumatera Barat, Aceh, Bali, Gorontalo,Kepulauan Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat,Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, danBanten (Kemenkes, 2015), sebagaimana terlihat padaGambar 1 berikut. Data ini menunjukkan masihbanyaknya provinsi dengan belanja fungsi kesehatanyang minim.
Gambar 1. Belanja Pemerintah Fungsi KesehatanPeriode 20102014
Kapasitas FiskalSelama periode penelitian, kapasitas fiskal setiap
daerah umumnya meningkat seperti pada Gambar 2berikut. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuankeuangan daerah dalam membiayai tugaspemerintahan semakin baik.
Nurul Khomsatun Isnaenidan Lia Yuliana,15 21
FaktorFaktor yang MempengaruhiBelanja Pemerintah Fungsi
Kesehatan di Indonesia
Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 5 Nomor 1 JanuariJuli 201818
Gambar 2. Kapasitas Fiskal ProvinsiProvinsi diIndonesia Periode 20102014
Indeks Demokrasi Indonesia (IDI)Selama periode penelitian, umumnya nilai IDI
setiap provinsi di atas 60 seperti pada Gambar 3berikut.
Gambar 3. Indeks Demokrasi Indonesia Tahun 20102014
Hanya ada beberapa provinsi yang memiliki IDIkurang dari 60, namun pada tahun 2014 seluruh
provinsi di Indonesia memiliki IDI di atas 60. Hal inimenunjukkan adanya peningkatan kinerja demokrasidi Indonesia. Data penelitian juga menunjukkanadanya peningkatan kinerja demokrasi yang merata,sehingga tidak terjadi perbedaan yang terlalu besarantar provinsi selama periode penelitian.
Persentase Penduduk Umur 65 Tahun ke AtasSelama periode penelitian, persentase penduduk
umur 65 tahun ke atas berfluktuasi, namunmenunjukkan kecenderungan menurun seperti padaGambar 4 berikut.
Gambar 4. Persentase Penduduk Umur 65 Tahun keAtas Periode 20102014
Secara ekonomi, penurunan persentase penduduktua (tidak produktif) yang disertai denganpeningkatan persentase penduduk produktif akanmenurunkan beban ketergantungan (gini ratio).Semakin kecil gini ratio maka semakin kecil pulabeban penduduk produktif untuk menanggungpenduduk belum, kurang, dan/atau tidak produktif.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)Nilai TPAK setiap provinsi berfluktuasi, namun
nilai TPAK tahun 2014 secara umum lebih kecil dariTPAK tahun 2010 seperti pada Gambar 5 berikut.
Gambar 5. Tingkat Partisipasi Angkatan KerjaProvinsi di Indonesia Periode 20102014
Nurul Khomsatun Isnaenidan Lia Yuliana,15 21
FaktorFaktor yang MempengaruhiBelanja Pemerintah Fungsi
Kesehatan di Indonesia
Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 5 Nomor 1 JanuariJuli 201819
Hal ini menunjukkan adanya penurunan jumlahpenduduk usia 15 tahun ke atas yang terlibat dalampasar tenaga kerja. Selama periode penelitian, TPAKsetiap provinsi selalu diatas 60 persen, kecualiProvinsi Sulawesi Utara pada tahun 2013 dan 2014.Hal ini menunjukkan bahwa dari 100 orang tenagakerja (penduduk umur 15 tahun ke atas) minimalterdapat 60 orang yang menjadi angkatan kerja,terlibat dalam pasar tenaga kerja.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Faktor yang Memengaruhi Belanja PemerintahFungsi Kesehatan
Berikut persamaan estimasi belanja kesehatanpemerintah di Indonesia periode 20102014:
Keterangan:GGH = Belanja Pemerintah Fungsi KesehatanKF = Kapasitas FiskalIDI = Indeks Demokrasi IndonesiaUmur65 = Persentase Penduduk Umur 65 Tahun
ke AtasTPAK = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja* signifikan pada tingkat signifikansi 5 persen
Tabel 1. Estimasi Efek Individu
Sumber: Hasil pengolahan dengan Eviews 8
Dengan tingkat kepercayaan 95 persen dapatdisimpulkan bahwa dari keempat variabel independenminimal ada satu yang berpengaruh terhadap belanjapemerintah fungsi kesehatan. Secara parsial,pengaruh variabel independen terhadap belanja
pemerintah fungsi kesehatan adalah sebagaimanatertera pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Uji Parsial Pengaruh VariabelIndependen Terhadap VariabelDependen
Nilai probabilitas dari uji parsial untuk semuavariabel independen bernilai lebih kecil dari 0,05 ataudilihat dari nilai absolut tstatistic yang seluruhnyalebih besar dari ttabel. Hal ini menunjukkan bahwakeseluruhan variabel independen berpengaruh secarasignifikan terhadap belanja pemerintah fungsikesehatan.
Nilai R2adj model terbaik adalah sebesar
0,983122. Hasil ini menunjukkan bahwa 98,3122persen belanja pemerintah fungsi kesehatan dapatdijelaskan oleh keempat variabel independen dalammodel ini, dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
Interpretasi Model1. Pengaruh individu (provinsi) terhadap besarnyabelanja pemerintah fungsi kesehatan
Provinsi Jawa Timur memiliki efek individuterbesar, yaitu 3,688702, dibandingkan provinsi laindi Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa jikavariabel independen bernilai sangat kecil (mendekatinol) maka nilai belanja pemerintah fungsi kesehatandi Provinsi Jawa Timur akan tumbuh sebesar24,572702 persen.
2. Pengaruh kapasitas fiskal terhadap besarnyabelanja pemerintah fungsi kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitasfiskal berpengaruh signifikan dan positif terhadapbelanja pemerintah fungsi kesehatan. Tanda positifmenunjukkan bahwa semakin tinggi kapasitas fiskalsuatu daerah maka semakin tinggi pula belanjapemerintah fungsi kesehatannya. Nilai slope sebesar0,366419 artinya ketika kapasitas fiskal suatu daerahtumbuh 1 persen maka belanja pemerintah fungsikesehatan akan tumbuh sebesar 0,366419 persendengan asumsi variabel independen lain konstan.
Nurul Khomsatun Isnaenidan Lia Yuliana,15 21
FaktorFaktor yang MempengaruhiBelanja Pemerintah Fungsi
Kesehatan di Indonesia
Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 5 Nomor 1 JanuariJuli 201820
3. Pengaruh IDI terhadap besarnya belanjapemerintah fungsi kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa IDIberpengaruh signifikan dan positif terhadap belanjapemerintah fungsi kesehatan. Tanda positif inimenunjukkan bahwa semakin tinggi IDI suatu daerahmaka semakin tinggi pula belanja pemerintah fungsikesehatannya. Nilai slope sebesar 0,004355menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 poin IDI akanmenyebabkan belanja pemerintah fungsi kesehatantumbuh sebesar 0,004355 persen dengan asumsivariabel independen lain konstan.
4. Pengaruh persentase penduduk usia 65 tahunke atas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentasependuduk usia 65 tahun ke atas berpengaruhsignifikan dan negatif terhadap belanja pemerintahfungsi kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwatingginya persentase penduduk tua akan menurunkanbesarnya belanja pemerintah fungsi kesehatan. Hal inisesuai dengan analisis deskriptif yang menyatakanbahwa persentase penduduk umur 65 tahun ke atascenderung menurun sedangkan belanja pemerintahfungsi kesehatan selalu meningkat. Kemenkes (2014)menjelaskan bahwa besarnya jumlah pendudukgolongan tua dapat dimaknai dengan semakintingginya usia harapan hidup. Selain itu, dapat puladimaknai sebagai meningkatnya tingkat kesejahteraandan meningkatnya kondisi kesehatan, namun jugadapat dimaknai sebagai meningkatnya bebanketergantungan. Meningkatnya kesejahteraan dankondisi kesehatan inilah yang menjadi alasanmenurunnya belanja pemerintah fungsi kesehatan.Dari segi ekonomi, meningkatnya persentasependuduk tua menunjukkan adanya penurunanproduktivitas masyarakat, sehingga pendapatannasional akan menurun. Penurunan pendapatannasional ini akan menyebabkan penurunan belanjapemerintah secara umum, sehingga belanjapemerintah fungsi kesehatan juga akan menurun.Persentase penduduk tua memiliki slope negatifsebesar 0,377613, berarti bahwa penurunan 1 persenpenduduk tua akan menyebabkan belanja pemerintahfungsi kesehatan tumbuh sebesar 0,377613 persendengan asumsi variabel independen lain konstan.
5. Pengaruh TPAK terhadap besarnya belanjapemerintah fungsi kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa TPAKberpengaruh signifikan dan negatif terhadap besarnyabelanja pemerintah fungsi kesehatan. TingginyaTPAK menggambarkan besarnya proporsi pendudukusia 15 tahun ke atas yang terlibat dalam pasar tenagakerja, sehingga kesejahteraan masyarakat akanmeningkat. Kesejahteraan yang tinggi ini akanmendukung masyarakat untuk meningkatkan kondisikesehatannya. Selain itu, penduduk yang bekerja diperusahaan swasta akan memperoleh jaminankesehatan dari tempatnya bekerja, ia menggunakanlayanan kesehatan swasta, sehingga menurunkanpermintaan terhadap pelayanan publik bidangkesehatan. Turunnya permintaan pelayanan publik inimenyebabkan turunnya belanja pemerintah fungsikesehatan. TPAK memiliki slope negatif sebesar0,023789 berarti bahwa setiap penurunan 1 persenTPAK akan menyebabkan belanja pemerintah fungsikesehatan tumbuh sebesar 0,023789 persen denganasumsi variabel independen lainnya konstan.
PENUTUP
KesimpulanTerdapat peningkatan belanja pemerintah fungsi
kesehatan dan IDI hampir di setiap provinsi selamaperiode penelitian. Kapasitas fiskal setiap daerahumumnya mengalami peningkatan setiap tahun. Halini menunjukkan peningkatan kemampuan keuangandaerah dalam membiayai tugas pemerintahan.Sedangkan persentase penduduk tua berfluktuasisetiap tahunnya di setiap provinsi dan menunjukkankecenderungan menurun, yang mengindikasikanturunnya beban ketergantungan. Tingkat PartisipasiAngkatan Kerja berfluktuasi namun cenderungmenurun setiap tahunnya. Kapasitas fiskal dan IDIberpengaruh signifikan dan positif, sementarapersentase penduduk umur 65 tahun ke atas danTPAK berpengaruh signifikan dan negatif terhadapbesarnya belanja pemerintah fungsi kesehatan.
SaranSaranPemerintah sebaiknya memperhatikan kapasitas
fiskal, IDI, persentase penduduk umur 65 tahun keatas, dan TPAK dalam menentukan alokasi anggaranbelanja pemerintah fungsi kesehatan karena variabeltersebut berpengaruh signifikan terhadap belanja
Nurul Khomsatun Isnaenidan Lia Yuliana,15 21
FaktorFaktor yang MempengaruhiBelanja Pemerintah Fungsi
Kesehatan di Indonesia
Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 5 Nomor 1 JanuariJuli 201821
pemerintah fungsi kesehatan. Pemerintah daerahsebaiknya lebih memaksimalkan Pendapatan AsliDaerah (PAD) dengan memaksimalkan hasilpengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lainlain PAD yang sah, retribusi, pajak, Dana Bagi Hasilpajak dan bukan pajak (SDA), dan lainlainpendapatan daerah yang sah untuk meningkatkankapasitas fiskal agar tidak selalu bergantung padapemberian Dana Alokasi Umum dari pemerintahpusat untuk meningkatkan kapasitas fiskal daerah.
DAFTAR PUSTAKAAtmawikarta, A.. Investasi Kesehatan Untuk Pembangunan
Ekonomi. Dalam http://bappenas.go.id/id/datadaninformasiutama/makalah/artikelmajalahperencanaan/edisi30tahun2003/investasikesehatanuntukpembangunanekonomioleharumatmawikarta/. Diaksespada 30 Maret 2016.2009.
Badan Pusat Statistik. Pertumbuhan dan Persebaran PendudukIndonesia Hasil Sensus Penduduk 2010. Badan PusatStatistik.Jakarta. 2011.
Badan Pusat Statistik. Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) 2013.Berita Resmi Statistik.Jakarta. 4 Juli 2014.
Badan Pusat Statistik. Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) 2014.Berita Resmi Statistik. Jakarta. 13 Agustus 2015a.
Badrudin, R.. Ekonomika Otonomi Daerah. UPP STIMYKPN.Yogyakarta. 2012.
Dumairy. Perekonomian Indonesia. Erlangga..Jakarta. 1997.Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2014. Kemenkes RI.Jakarta. 2015.Kementerian Keuangan. Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 226/PMK.07/2012 tentang Peta KapasitasFiskal Daerah. Kemenkeu RI.Jakarta. 2012.