85
SENI ARSITEKTUR MASJID SYUHADA DESA DUSUN TERUSAN KECAMATAN MARO SEBO ILIR KABUPATEN BATANG HARI SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Dalam Ilmu Sejarah Kebudayaan Islam Oleh AL FADLI NIM: AS.110989 FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2018/2019

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

SENI ARSITEKTUR MASJID SYUHADA DESA DUSUN

TERUSAN KECAMATAN MARO SEBO ILIR

KABUPATEN BATANG HARI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1)

Dalam Ilmu Sejarah Kebudayaan Islam

Oleh

AL FADLI

NIM: AS.110989

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2018/2019

Page 2: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …
Page 3: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …
Page 4: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …
Page 5: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

MOTTO

1

18. hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang

yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan

shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain

kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan

Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.

1 Tafsir.com

Page 6: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

PEMSEMBAHAN

UNTUK AYAH DAN IBUKU

(Semoga Mereka Selalu Dalam Keadaan Sehat)

Amiin Ya Rabbal’Alamin

Page 7: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah SWT yang senantiasa melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis diberikan kekuatan dan

kekurangan dalam menyelesaikan skripsi ini dengan judul. “Seni Arsitektur Masjid As-

Suhada Desa Dusun Terusan Kecamatan Maro Sebo Ilir Kabupaten Batang Hari”.

Shalawat teriring salam selalu tercurahkan kepada Rasullah Muhammad SAW bererta

para sahabat, keluarga dan umatnya sepanjang zaman, Amin ya rabbal ‘alamin.

Selama penyusunan dan penulisan ini, penulis banyak mendapat bantuan,

dukungan dan masukan, baik berupa ide ataupun saran dari berbagai pihak. Untuk itu,

dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimah kasih yang teristimewa

kepada orang tuaku yang selalu memberikan cinta, do’a dan motivasinya yang luar

biasa. Selanjutnya, ucapan terimahkasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan

terutama kepada Bapak Drs. Sayuti, S. M. Pd. I selaku Pembimbing Skripsi I dan Bapak

Muhammad Nur, S.Sos, M. Sy selaku Pembimbing Skripsi II yang selalu memberikan

koreksi dan masukan kesempurnaan skripsi ini, terimah kasih sekali saya ucapkan.

Selanjutnya tak lupa pula penulis menyampaikan rasa terimah kasih yang sebesar-

besarnya kepada Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor IAIN Jambi, Selanjutnya

Ibu Prof. Dr. Hj. Maisah. M. Pd. I selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Wakil

Dekan I, Wakil Dekan II, Wakil Dekan III, Bapak Aliyas, M. Fil. I, yang luar biasa selaku

Ketua Jurusan dan Bapak Agus Fiadi, M. Si selaku Sekretaris Jurusan Sejarah Kebudayaan

Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, serta para

karyawan dan karyawati Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin

Page 8: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

Jambi yang telah bersusah payah memberikan pelayanan dan berbagi urusan bagi

penulis dalam penyelasain dan penyusunan skripsi.

Akhir kata, penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam

penyusunan skripsi ini, Kritik dan Saran sangat diharapkan untuk hasil yang lebih baik

dikemudian hari. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin ya rabbal

‘alamin.

Jambi, 23 Jaunuari 2018

Penulis

Al Fadli

NIM: AS.110989

Page 9: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

ABSTRAK

Al Fadli, Seni Arsitektur Masjid Syuhada Desa Dusun Terusan, Kecamatan Maro

Sebo, Kabupaten Batanghari, Skripsi, Jurusan Sejarah

Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN

Sulthan Thaha Jambi. Pembimbing (1) Drs. Sayuti, S.

M.Pd. I(II) Muhammad Nur, S.Sos, M.Sy.

Penelitian ini dilatar belakangi tentang keinginan penulis untuk meneliti

lebih mendalam mengenai seni arsitektur masjid Syuhada di Desa Dusun

Terusan, Kecamatan Maro Sebo Ilir, Kabupaten Batanghari, selain pola arsitektur

yang unik. Masjid ini juga tertua di desa dusun Terusan yang berdiri pada tahun

1918 dan yang lebih menarik lagi masjid As-suhada ini dibangun tepat di tepi

sungai Batanghari, sungai terpanjang di Sumatera, dimana pada saat itu sungai

Batang hari dahulu menjadi peradaban dan sebagai jalur primadona transportasi

air pada saat itu.

Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan bagaimana sejarah masjid

Syuhada di desa dusun Terusan, Bagaiamana seni arsitektur bangunan masjid Syuhada,

dan bagaimana pola desain masjid Syuhada desa dusun Terusan, Kecamatan Maro Sebo

Ilir Kabupaten Batanghari.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kebudayaan dan kualitatif deskriptif, menggambarkan dan menceritakan apa saja yang

dialami penulis dengan mendeskripsikan dalam sebuah tulisan, mengenai seni arsitektur

masjid Syuhada, data yang diperoleh adalah hasil wawancara mendalam bertempat di

desa dusun Terusan, Kecamatan Maro Sebo Ilir, Kabupaten Batanghari.

Hasilnya adalah masjid Syuhada di desa dusun terusan, Kecamatan Maro Sebo

Ilir, Kabupaten Batanghari adalah masjid tertua di desa dusun terusan yang dibangun

pada tahun 1918 kemudian di renovasi pada tahun 1933 dengan tukang kebangsaan

China dari Singapore pada masa Belanda. Arsitektur masjid Syuhada ini mengalami

akulturasi budaya, kebudayaan melayu bahkan dari menara dan kubah ada kemiripan

dengan kubah masjid yang ada di Turki dan Persia. Mengenai pola desain, bentuk, ruang

dan kubah masjid Syuhada di desa dusun terusan kecamatan maro sebo ilir kabupaten

Batanghari ini adalah yaitu secara umum adalah perwujudan rasa syukur, kepasrahan,

dan penyerahan diri terhadap kebesaran Allah SWT, dan jika melihat secara keseluruhan

betapa megahnya masjid ini merupakan anugrah dari Allah SWT.

Kata Kunci: Seni, Arsitektur, Banguna Masjid

Page 10: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................................

NOTA DINAS ............................................................................................................

PENGESAHAN ..........................................................................................................

SURAT PERYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ................................................................

MOTTO ....................................................................................................................

PERSEMBAHAN ........................................................................................................

KATA PENGANTAR ...................................................................................................

ABSTRAK .................................................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

b. Batasan Masalah ................................................................................................... 8

c. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 9

d. Manfaat Penelitan ................................................................................................. 9

e. Tinjaun Penelitian Sebelumnya ............................................................................ 10

f. Kajian Teori .......................................................................................................... 11

BAB II METOLOGI PENELITIAN

1. Seting Penelitian ................................................................................................... 20

2. Jenis dan Sumber Data .......................................................................................... 20

3. Penelitian Informan .............................................................................................. 22

4. Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 23

5. Teknik Analisis Data ............................................................................................ 27

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................................... 30

7. Penyusunan Laporan ............................................................................................. 31

8. Jadwal Penelitian .................................................................................................. 32

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

a. Sejarah dan Letak Geografis Dusun Terusan ........................................................ 34

Page 11: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

b. Mata Pencaharian .................................................................................................. 34

c. Agama dan Sarana Pendidikan ............................................................................. 36

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELTIAN

a. Sejarah Masjid As-suhada Desa Dusun Terusan ....................................... 40

b. Arsitektur Bangunan Masjid As-suhada Desa Dusun Terusan .................. 43

c. Pola Desain Masjid As-suhada Desa Dusun Terusan ................................ 50

a) Pola Desain Masjid As-Suhada ...................................................... 50

b) Bentuk Masjid As-Suhada ............................................................. 52

c) Ruang dalam dan Ornamen Masjid As-suhada .............................. 54

d) Kubah Masjid As-suhada ............................................................... 55

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 57

B. Kata Penutup .............................................................................................. 58

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 59

LAMPIRAN ............................................................................................................... 60

Page 12: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu bentuk arsitektur2 yang umum nya di kenal bagi masyarakat

islam adalah bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan

tidak dapat di pisahkan dari segala aspek sosial dan budaya masyarakat. Fungsi

masjid tidak lagi hanya sekedar tempat untuk melakukan hubungan ritual3 antara

manusia dan tuhan nya, tetapi juga berfungsi sebagai tempat melakukan hubungan

antar manusia, bahkan dapat digunakan untuk mencari ilmu4. Hakikat dari masjid

itu merupakan tempat melakukan segala aktifitas yang berkaitan dengan

kepatuhan dengan Allah SWT sesuai dengan ajaran Islam. Lebih jauhnya masjid

itu bukan hanya khusus sebagia tempat shalat beserta rangakaian aktifitas yang

berkaitan dengan shalat tetapi lebih jauh diartikat sebagai tempat melaksanakan

segala aktifitas kaum muslimin berkaitan dengan kepatuhan kepada Tuhan.5

1Menurut Abdul Rochym adalah salah sutu segi kebudayaan yang menyeruh segi

kemanusiaan secara langsung, yang dengan sendirinya mengandung faktor pelaksanaan kehidupan

manusia. Hal tersebut dapat berupa gambaran dari corak kehidupan mayarakat dari segala

kelengkapannya seperti masa kehidupannya, latar belakangnya, pembentukan kebudayaan serta

bagaimana kehidupan tersebut direalisasikan ke dalam bentuk-bentuk fisik bangunan, karya seni

dan bentuk kepercayaan. Abdul Rochym. Sejarah Arsitektur Islam: Sebuah Tinjauan, (Bandung:

Angkasa, 1983), hlm. 2.

2Hornby mengemukakan, ritual adalah kata sifat (adjective) dari rites. Sebagai kata sifat

ritual berarti segala yang dihubungkan atau disangkutkan dengan upacara keagamaan, seperti

ritual dance, ritual laws. Sedangkan sebagai kata benda adalah segala yang bersifat upacara

keagamaan, seperti upacara gereja Katolik. Bustanuddin Agus, Agama dalam kehidupan

masyarakat : Pengantar Antropologi Agama, ( Jakarta : PT. RajaGrafindoPersada, 2006 ), hlm.96. 4 Zein M. Wiryoprawiro, Perkembangan Arsitektur Masjid di Jawa Timur, ( surabaya:

PT. Bina Ilmu, 1989 ), hlm.155. 5 Yulianto Sumalyo, Arsitektur Masjid dan monumen Sejarah Islam ( Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press, 2006 ), hlm. 1.

Page 13: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

Masjid juga diartikan sebagai tempat syiar Islam yang bertujuan memajukan umat

Islam dalam segala aspek kehidupan sosial budaya seperti kegiatan kegiatan

pengajian dan ceramah agama yang rutin dilaksanakan pihak pengelola masjid

maupun politik.6

Begitu luas dan pentingnya peran masjid tersebut tentunya menjadikan

masjid sendiri memiliki nilai arsip visual dari gambaran kehidupan manusia yang

melahirkannya sesuai dengan zamannya.7

Sebagai aspek kultural yang

melengkapi suatu wujud dari segala aktifitas manusia, masjid telah mengisi

sejarah perkembangan para sulthan yang kaya dan penuh kharisma dalam

kekuasaannya juga berhasil pada bangunan – bangunan masjid dan arsitektur

lainnya.8

Masjid merupakan salah satu peninggalan arkeologi masa Islam yang

merupakan simbol dari adanya pemukiman muslim di suatu tempat. Tak hanya

itu, masjid dengan berbagai gaya bentuk bangunannya serta seni arsitekturnya

juga mewakili suatu kebudayaan9 bagi masyarakat sekitarnya.

Masuknya Islam dan sejalan dengan perkembangannya di Indonesia telah

memberikan pengaruh pada pola dan alam pikiran kehidupan masyarakatnya.

6 A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1983 ), hlm. 143.

7 Berkaitan dengan nilai arsip visual dan masjid itu sendiri, M. Syaom Barliana

menerangkan bahwa dalam arsitektur masjid mengandung dua unsur, yaitu sebagai kristalisasi

nilai dan pandangan hidup masyarakat Muslim, dan sekaligus sebagai pembentuk manusia-

manusia yang sesuai dengan nilai dan pandangan hudup masyarakatnya itu sendiri. Lihat M.

Syaom Barliana, Perkembangan Arsitektur Masjid: Suatu transformasi Bentuk dan Ruang, (

Bandung, 2008), hlm. 5. Lihat juga Jurnal HISTORIA, Vol IX, No. 2, Desember208. 8 Abdul Rochym, Sejarah Arsitektur Islam: Sebuah tinjauan, hlm.16.

9 Kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa Koentjaraningrat menambahkan

bahwa kebudayaan itu ada tiga wujud, yaitu (1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari

ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, dan sebagainya. (2)Wujud

kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas dan serta tindakan berpola dari manusia dalam

masyarakat. (3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Koentjaraningrat,

Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990 ), hlm. 181, dan hlm. 186-187.

Page 14: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

Pengaruh tersebut tidak hanya terbatas pada bidang mental spiritual saja, tetapi

juga masuk dalam pola pikir serta kreatifitas yang dilakukan masyarakat. Salah

satu bentuk pengaruh itu ditandai dengan munculnya seni bangunan Islam berupa

bangunan masjid.

Masjid muncul sebagai pusat kegiatan keislaman yang merupakan

perpaduan dari fungsi bangunan sebagai unsur arsitektur islam yang berpedoman

pada ketentuan – ketentuan yang diperintahkan oleh tuhan sebagai tempat

pelaksanaan ajaran Islam, dengan bangunan sebagai ungkapan tertinggi dari nilai

– nilai luhur dari suatu kehidupan manusia yang juga melaksanakan ajaran Islam,

sehingga wujud nyata bangunan masjid sebagai aplikasi dari seni arsitektur Islam

menjadi kian lengkap, dengan bentuk gaya, corak, dan penampilannya di setiap

kurun waktu, setiap daerah, lingkungan kehidupan dengan adat dan kebiasaan,

serta latar belakang manusia yang menciptakannya.

Pada awalnya masjid tidak dibentuk bangunan khusus sebagai karya

arsitektur tertentu. Berdasarkan sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Muslim RA

menyebutkan, bahwa : “Kepada Jabir bin Abdullah Al-Anshary, Nabi

menerangkan bahwa bumi ini bagiku bersih dan boleh dijadikan tempat untuk

sembahyang, maka dimanapun seseorang berada bolehlah ia sembahyang

apabila waktunya tiba, 10

maka masjid bisa berarti sekedar sebuah batu atau

hamparan rumput savana, atau lapangan padang pasir yang dikelilingi bangunan

serambi seperti “Masjid lapangan”11

yang pertama kali dibangun oleh Nabi

10

Hussein Bahreisj, Hadist Sahih Bukhari Muslim, ( Karya Utama , 1982). 11

Lihat M. Syaom Barliana, Perkembangan Arsitektur Masjid: Suatu Transformasi

bentuk dan ruang, hlm. 3. Oloan Situmorang, Seni Rupa IslamPertumbuhan dan

Perkembangannya ( Bandung: Angkasa), hlm. 22.

Page 15: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

Muhammad SWA sebagai lambang syiar Islam yang dikenal dengan masjid An-

Nabawi di Madinah. Tetapi perkembangan berikutnya, pola masjid lapangan

tersebut justru diikuti oleh banyak bangunan masjid terutama di kawasan timur

tengah seperti pasjid Damaskus (Suriah), masjid Qairawan atau Kairouan

(Tunisia) yang di bangun oleh Uqbah bin Nafi’ pada tahun 670-675 M, Masjid

Sammara (Irak), dan Masjid Ibnu Tulun (Kairo, Mesir). Maka pola masjid

lapangan inilah yang kemudian menjadi pola dasar susunan arsitektur bagi masjid-

masjid di masa berikutnya.12

Perkembangan bangunan masjid selanjutnya, beberapa masjid yang telah

disebutkan diatas ternyata memiliki bangunan yang ramping yang menjulang

tinggi dan difungsikan sebagai tempat mengumandangkan adzan dan dikenal

dengan sebutan menara atau minaret (Arab: ma’zan). Padahal pada awal pendirian

masjid Nabi belum mengenal menara sebagai tempat adzan. Barulah disekitar

tahun 45 H (665-666 M) untuk pertama kalinya dibangun sebuah menara sebagai

tempat adzan, berupa bangunan ramping dan tinggi yang dimasukkan sebagai

bagian dari bangunan masjid. Bangunan menara yang pertama kalinya di bangun

di Masjid Besar Basrah.13

Begitupun dengan pemakaian kubah atau qubhat.

Kubah sebagai salah satu bagian dalam arsitektur masjid sebagai penutup bagian

atas ataupun atap masjid yang secara umum berupa atap setengah lingkaran dan

pada umumnya juga pada bagian puncak tengah lingkaran kubah tersebut terdapat

12

Oloan Situmorang, Seni Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya, hlm.22. 13

Gagasan utama timbulnya ide membangun sebuah menara sebagai bagian yang integral

dengan bangunan masjid ini adalah melihat dari oerilaku seorang sahabat, Bilal bin Rabah,

seorang kulit hitam berasal dari Abbesenia yang masuk Islam, ia dikenal sebagai Muadzin-nya di

zaman Rasulullah. Kalau hendak mengumandangkan adzan, ia selalu mencari tempat yang tinggi

dan dengan memanjat atap bangunan yang berada di sekitar masjid. Oloan Situmorang, Seni rupa

Islam Pertumbuhan dan Perkembanganya, hlm. 21.

Page 16: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

lambang bulan sabit dan ditengahnya terdapat bintang : keduanya ditopang oleh

sebuah tongkat.14

Sebagainama penuturan K.A.C Cresswell mengatakan “ bentuk

pertama masjid madinah (Masjid Nabawi) belum menggunakan kubah. Desain

masjid pertama umat islam itu sangat sederhana, “hanya berbentuk segi empat

dengan dinding pembatas di sekelilingnya. Penerapan bentuk atap kubah baru

pertama kali ditemukan pada bangunan Qubhat Al-Sakhra (Dome Of The Rock) di

Jerussalem (687 M) dan Kubah pada bangunan masjid Jami’ Damaskus.15

Seiring berkembangnya Islam dalam masa dan kurun waktu yang ikut

bergulir ternyata membawa perkembangan dan pengaruh yang makin meluas pula

terutama di masa Dinasti Umayyah yang menggalakkan pembangunan-

pembanguna baik istana maupun masjid ataupun bangunan penting lainnya

lengkap dengan taman-taman yang indah. Beberapa bangunan tersebut memiliki

gaya campuran yang pengaruhnya berasal dari Syiria-Bizantium dan Persia-

Sassania seperti bangunan Masjid Ummayah yaitu Masjid Jama’al Umawi di

Damaskus dan Qubhat al-Sakharadi Jerussalem.16

Begitu pula di Indonesia

pengaruh terhadap gaya bangunan masjidnya kebanyakan dari corak Persia-

Sassania. Hal ini dapat terlihat pada gaya kubahnya yang khas antara kubah

Masjid Istiqlal dan bangunan Cut Amir di Samarkand (1405 M).17

14

Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembanganya, hlm. 25. 15

Dalam sejarah Islam, pemakaian bentuk kubah ini pertama kali ditemukan pada makam

istri Nabi Muhammad bernama Maimunah binti Harist, yang meninggal pada 65 H atau Tahun 680

M. Penemuan ini adalah suatu bukti munculnya suatu pemakaian bentuk atap kubah sebagai salah

satu corak bangunan Islam. Tetapi dikutip dari tulisan Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam

Pertumbuhan dan Perkembangannya, hlm. 25-26. 16

Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya, hlm. 25-26. 17

Ibid., hlm. 25-26.

Page 17: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

Munculnya arsitektur masjid di Indonesia, tentu berhubungan erat dengan

munculnya masyarakat Muslim. Jika ada teori yang mengatakan, bahwa

kedatangan Islam dan terbentuknya kelompok Muslim yang pertama di Indonesia

adalah abad VII atau VIII Masehi, maka seharusnya jejak saat itu pula lah sudah

ada bangunan masjid yang didirikan. Begitu pula, jika ada pendapat bahwa

adanya pemukiman Muslim di Indonesia pada abad XIII Masehi, tentu waktu itu

sudah ada masjid-masjid yang didirikan. Tetapi Uka Tjandrasasmita menjelaskan

“sampai sekarang belum ditemukan sisa-siasa peninggalan bangunan masjid di

masa itu, sehingga arsitekturnya pun tidak bisa dibicarakan”.18

Uka juga

menambahkan dalam penjelasannya tersebut “Masjid terkuno19

di Indonesia,

dilihat dari segi arsitekturnya, menunjukan ciri-ciri abad XVI, XVII, dan XVIII

Masehi.

Masjid masjid di Indonesia didirikan selain karena dorongan dari tauhid

dan iman, tentu juga disebabkan oleh faktor-faktor alam. Hujan lebat, panas terik,

dan gangguan binatang sebagaimana berlaku juga pada pendirian bangunan

tempat tinggal serta faktor-faktor yang bisa mengganggu kekhusyukan saat

beribadah, merupakan faktor-faktor yang lain yang tidak dapat diabaikan sebagai

hasrat dalam mendirikan bangunan masjid tersebut. Dengan kata lain, yang

demikian itu dapat dianggap sebagai munculnya pengertian masjid yang sekunder,

berupa bangunan, sebagai karya arsitektur. Maka wajar saja jika di Indonesia

dengan segala kondisi alam dan lingkungannya, bangunan bangunan masjidnya

18

Uka Tjandrasasmita, “Masjid-masjid di Indonesia”, (dalam nafas Islam: Kebudayaan

Indonesia, Joop Ave, Jakarta: Jayakarta Agung Offset, 1991, hlm. 48). 19

Di Indonesia mengenal istilah untuk benda-benda peninggalan sejarah dengan istilah

kuno, maka masjid-masjid yang tergolong dalam umur yang cukup lama, juga termasuk dalam

istilah tersebut yaitu masjid kuno.

Page 18: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

tentu memiliki khas gaya arsitektur sendiri yang merupakan hasil dari tradisi

masyarakat pribumi seperti yang kita kenal dengan bangunan atap yang

berundak20

. Hal ini dapat dilihat pada masjid-masjid kuno di Indonesia yang

masih memiliki konsep bujur sangkar atau persegi panjang menyerupai Joglo21

.

Bangunan luar tampak tertutup dengan atap berbentuk limas tunggal atau besusun

ganjil, contohnya pada Masjid Kudus dan Masjid Pancasila yang dibangun pada

masa Soeharto.

Pada dasarnya dalam Islam tidak memiliki konsep arsitektur baku

(memaksa) dan harus memiliki ciri seragam seperti harus ada pemakaian kubah

baru dapat dikatakan itu adalah bangunan masjid atau bentuk lainnya,22

bahkan

karena sifatnya yang universal, umat Islam bebas membangun masjid dengan

coraknya masing-masing. Tak ada bentuk arsitektur atau ornamental baku kecuali

kiblatnya. Namun bagi umat Islam masjid adalah “Rumah Allah” yang harus

dimuliakan dan inilah yang menjadi faktor kenapa harus ada curahan yang

optimal baik dalam hal keterampilan teknologi, estetika, dan falsafah ketika

masjid itu dibangun dan sepanjang rangkaian sejarah arsitektur Islam tidak hanya

20

Salah satu bangunan peninggalan budaya Nusantara berbentuk susunan tumpang tindih

atau bertingat-tingkat. Atap yang berundak adalah bentuk atap yang bersusun keatas, makin keatas

makin kecil dengan bagian atasnya yang berbentuk limas. Jumlah susunannya ganjil atau gasa,

biasanya tiga atau lima undak seperti yang terdapat pada masjid Banten. Sekali-kali terdapat pula

atap yang bersusun dua undak, tetapi yang demikian ini dinamakan tumpang satu, jadi tetap gasal.

Dikutip dari Abdul Rochym, Masjid Islam dalam karya arsitektur Nasional Indonesia, (Bandung:

Angkasa, 1995), hlm. 55. Lihat juga Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3,

(Yogyakarta: Yayasan Kanisius, 1973) hlm. 75 21

Rumah adat faerah Jawa Tengah. 22

Hal ini sejalan dengan pernyataan Mangunwijaya, bahwa meski buah (hasil karya)

arsitektur yang tumbuh dari pohon penghayatan keagamaan biasanya menampakan arti sejati yang

di ilhami oleh kedalaman jiwa manusia yang peka dimensi kosmologis, namun kita harus hati-hati

dikala menghubungkan suatu predikat “ciri keagamaan” tertentu pada suatu perwujudan bentuk-

bentuk arsitektur tertentu dengan predikat Islam atau Kristen misalnya, baru boleh disebut

arsitektur dengan predikat Islam atau Kristen jika setiap kepada suatu rangkaian bentuk-bentuk

arsitektur. Y. B. Mangunwijaya, Wastu Citra, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013), hlm. 84.

Page 19: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

bangunan masjid melainkan juga bangunan-bangunan penting lainnya seperti

istana para sultan.

Melihat dari beberapa khasanah seni arsitektur khususnya pada bangunan

masjid di Indonesia sungguh menunjukan suatu kebudayaan yang sangat penuh

apresiasi sehingga menunjukan betapa Islam berkembang tak hanya membawa

ajaran-ajaran yang bersipat kajian keagamaan saja melainkan juga pengaruh

terhadap ide-ide, meskipun ide-ide tersebut juga hasil dari gabungan konsep-

konsep yang telah ada, dalam hal ini di Desa Dusun Terusan, memiliki salah satu

bangunan masjid yang tua yang dikenal dengan nama masjid Syuhada di bangun

pada tahun 1933 dan merupakan peninggalan pada masa kolonial Belanda. Selain

masjid tersebut merupakan peninggalan kolonial belanda bahwa dari bentuk dan

arsitektur masjid tersebut berbeda dengan masjid secara umum yang berada

dikecamatan maro sebo ilir khususnya Berangkat dari ketertarikan inilah peneliti

ingin menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul “seni arsitektur masjid

Syuhada Desa Dusun Terusan Kecamatan Maro Sebo Ilir Kabupaten Batang

Hari”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi fokus pada penelitan ini

yaitu memetakan pola seni arsitektur masjid yang ada di Desa Dusun Terusan.

Untuk itu masalahnya dibatasi kepada arsitektur bangunan yang mendominasi dari

ciri bentuk baik itu bentuk atap atau kubah, dan lengkungan yang ada pada masjid

Dusun Terusan. Maka bertitik tolak dari batasan tersebut pemasalahan dalam

penelitian ini dapat dirumuskan menjadi sebagai berikut:

Page 20: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

1. Bagaimana sejarah masjid Syuhada di Desa Dusun Terusan ?

2. Bagaimana seni arsitektur bangunan masjid Syuhada di Desa Dusun

Terusan ?

3. Bagaimana pola desain arsitektur masjid Syuhada di Desa Dusun Terusan

?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara umum bagaimana

pola seni arsitektur bangunan masjid di Desa Dusun Terusan. Selain itu, tujuan

penelitian ini dapat diketahui nya unsur-unsur (lokal atau asing) yang

mempengaruhi arsitektur masjid. Tujuan penelitian ini diharapkan juga untuk

mengetahui kultur masyarakat sekitar yang berperan aktif dalam pendirian masjid

tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini pada dasarnya tetap terkait dengan tujuan penelitian

itu sendiri. Adapun manfaatnya sebagai berikut :

1. Secara teoritis untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan

mengenai sejarah dan kebudayaan Islam serta peninggalannya di

jambi yang harus dilestarikan keberadaannya, khususnya masjid

yang ada di Desa Dusun Terusan yang merupakan salah satu

perwujudan seni budaya Islam.

2. Secara praktis untuk menambah bahan informasi bagi penulis

khususnya dan pembaca pada umumnya yang ingin mengetahui

Page 21: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

bagaimana seni arsitektur bangunan masjid yang ada di Desa

Dusun Terusan.

E. Tinjauan Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang terkait dengan seni arsitektur bangunan masjid belum

banyak dilakukan terutama di daerah jambi khususnya, terlebih yang memakai

konsep memetakan tipologi bentuk bangunan di suatu kawasan. Namun ada

sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdul Basid berjudul Kecenderungan

Tipologi Arsitektur Majid di Kota Malang23

yang membahas berbagai macam

bentuk bangunan masjid Kota Malang, bentuk dasar dari tipologi arsitektur masjid

di Kota Malang, dan seberapa jauh pengaruh arsitektur dunia melalui teknologi

informasi dan bangunan terhadap kecenderungan arsitektur masjid di Kota

Malang. Penelitian tersebut tentu berbeda dengan penelitian ini, meskipun konsep

pemetaan terhadap seni arsitektur bangunan masjid tetapi hanya khusus di Kota

Malang bukan di jambi apalagi di Desa Dusun Terusan.

Karya Oloan Situmorang dengan judul Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan

Perkembangannya.24

Buku ini memuat pembahasan tentang perkembangan seni

rupa Islam dan salah satu yang luas adalah seni bangunan dalam kesenian Islam.

Secara spesifik menjabarkan bagaimana perkembangan seni arsitektur baik berupa

masjid dan monumen sejarah muslim di dunia. Buku ini di gunakan dalam

penelitian sebagai alat bantu untuk menganalisa seni arsitektur bangunan Masjid

di Desa Dusun Terusan.

23

Abdul Basid, Kecenderungan Tipologi Arsitektur Majid di Kota Malang, (artikel

Malang: Lemlitbang UIN Malang,2012lemlitbang.uin-malang.ac.id). 24

Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya.

Page 22: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

F. LANDASAN TEORI

a. Seni Islam dan Arsitektur

1. Pengertian Seni

Seni adalah penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia,

dilahirkan dalam perantaraan alat komunikasi ke bentuk yang dapat ditangkap

oleh indera pendengaran (seni suara), penglihatan (seni rupa, lukis), atau

dilahirkan dengan perantara gerak (seni tari, drama). 25

Terkait dengan

pembahasan ini tentang masjid adalah sebagai bagian dari umat Islam maka seni

disini mengarah pada pengertian kesenian Islam.

Seni Islam26

merupakan karya seniman yang mengandung dan

mengungkapkan keindahan, nilai arsistik dan estetika yang pada sutu segi

mengekspresikan pandangan dunia dan pandangan hidup islami dalam ruang dan

waktu.27

Proses penciptaan seni Islam itu sendiri adalah bagian dari proses

pengabdian atau ibadah kepada Allah SWT yang pada dasarnya mengandung

unsur-unsur pengagungan (tahmid), dan penyucian (tasbil) terhadap nya, serta

penghormatan (Sholawat) untuk Muhammad SWA sekaligus penyebaran

kedamaian (salam) bagi seluruh mahluk-Nya. Dengan kata lain proses penciptaan

25

Abdurrahman Al-Bagdhadi, Seni Dalam Pandangan Islam, (Jakarta, Gema Insani

Press, 2001), hlm. 13. Disadur dari Ensiklopedia Indonesia, Jilid V, (Jakarta: PT. Ikhtiar Baru-Van

Houve), hlm. 3080-3081. 26

Tokoh-tokoh Islam turut menerangkan pengertian seni melalui pandangan Islam

diantaranya: Menurut Quraish Shihab, seni adalah keindahan yang merupakan ekspresi ruh dan

budaya manusia dan lahir dari sisi terdalam manusia dan didorong oleh kecenderungan seniman

kepada yang indah, apapun jenis keindahan itu. Dorongan tersebut merupan naluri manusia, atau

fitrah yang dianugerahkan Allah SWT kepada hamba-hamba Nya. Lihat M. Quraish Shihab,

Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 385. Menurut Yusuf Al-Qardhawi, seni

adalah merasakan dan mengungkapkan keindahan. Lihat Yusuf Qardhawi, Islam Bicara Seni,

Terj,Wahid Ahmadi, dkk, (Solo: Intermedia, 1998), hlm. 13. 27

Yusiono, Islam dan Kebudayaan Indonesia, Cet I, (Jakarta: Yayasan Festifal Astiqlal,

1993), hlm. 34. Lihat juga pendapat anshori dalam Sutiono, Pribumisasi Islam Melalui Seni

Budaya Jawa, (Yogyakarta: Insan Persada, 2010).

Page 23: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

seni Islam harus mengandung proses tazkiah (pembersihan spiritual) yang

merupakan esensi ibadah.28

Harmoto membagi seni berdasarkan sifatnya kedalam tiga jenis yaitu:

a) Seni rupa, yang artinya adalah penciptaan keindahan yang mampu

berkomunikasi dengan penikmatnya terutama melalui mata. Termasuk di

dalam seni rupa adalah jenis lukis, seni patung, arsitektur, dan kerajinan.

b) Seni gerak meliputi seni tari dan seni panggung atau teater.

c) Seni suara meliputi seni vokal dan seni musik.29

Dari pembagian tersebut maka arsitektur adalah termasuk dalam ruang

lingkup seni rupa dan masjid menjadi objek bangunan yang di kaji sehingga ini

adalah penelitian tentang khasanah kesenian Islam yang berfokus pada arsitektur

bangunan masjid sebagai objek kajiannya.

2. Pengertian Arsitektur

Seni Bangunan (arsitektur) menurut Abdul Rochym adalah salah satu segi

kebudayaan yang menyentuh segi kemanusiaan secara langsung yang dengan

sendirinya mengandung faktor pelaksanaan kehidipan manusia. Hal tersebut dapat

berupa gambaran dari corak kehidupan masyarakat dari segala kelengkapannya

seperti masa kehidupannya, latar belakangnya, pembentukan kebudayaan serta

bagaimana kehidupan tersebut direalisasikan kedalam bentuk-bentuk fisik

bangunan, karya seni dan bentuk kepercayaan.30

Hal ini tentu dalam suatu karya

fisik tersebut akan mengandung duatu makna secara simbolik baik pada bentuk

28

Armahedi Mazhar, Islam Masa Depan, (Bandung:Penerbit Pustaka, 1993), hlm. 17. 29

Hartomo, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), hlm. 40. 30

Abdul Rochym. Sejarah Arsitektur Islam: Sebuah Tinjauan, hlm. 2.

Page 24: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

atau bagian tertentu maupun struktur bangunan tersebut secara keseluruhan.

Begitu pula arsitektur Islam31

yang juga merupakan salah satu gaya arsitektur

yang tak hanya menampilan keindahan namun juga kaya akan makna.

Berikut gagasan para tokoh intlektual yang mengerti tentang sejarah

arstiketur masjid di Indonesia. Sutjipto mengemukakan gagasan bahwa model

masjid kuno di Indonesia berasal dari bangunan tradisional Jawa yang bernama

pendopo (Dendapa). Istilah pendopo berasal dari kata mandapa dalam bahasa

Sangsekerta yang mengacu pada suatu bagian dari kuil Hindu di India yang

berbentuk persegi dan dibangun langsung di atas tanah. Di Indonesia, arsitektur

mandapat tersebut dimodifikasi menjadi sebuah ruang besar dan terbuka yang

sering digunakan untuk menerima tamu yang kemudian dinamakan pendopo.

Denah pendopo yang bujur sangkar itulah yang menjadi alasan bagi Sutjipto

untuk menduganya sebagai model masjid-masjid tua di Indonesia

3. Pengertian Pola Dalam Arsitektur

Berkaitan dengan pola arsitektur, pola yang dimaksudkan disni lebih

kepada suatu model dari bentuk arsitektur itu. Biasanya diterjemahkan ke dalam

tipe-tipe atau mazhab-mazhab berdasarkan pengaruh dari perkembangan zaman

dan kondisi arsitektur di daerah atau negara dimana masjid tersebut berada. Perlu

diingat sebagaimana keterangan diatas bahwa arsitektur sangat terkait dan

menyentuh segi kemanusiaan secara langsung, yang dengan sendirinya

31

Menurut Achmad Noe’man ketika diwawancarai oleh Agus S. Ekomadyo tentang

Islamic Architecture, Noe’man menjawab, “Islamic architecture is architecture that doesn’t have

no contradiction with Qur’an and Sunnah”. Dikuti dari Agus S. Ekomadyo, Islam

Indonesianity,and moderenity in architecture og Achmad Noe’man: Representing modern Islamic

Movoment Narration Beyond the modern Islamic architecture Heritage in Indonesia, makalah

disampaikan dalam internasional Symposium of modern Asia architecture Network: (mAAN III),

Surabaya: Petra Universit, 2003, hlm. 1.

Page 25: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

mengandung faktor pelaksanaan kehidupan manusia. Dengan demikian, selain

foktor alam suatu karya arsitektur tersebut akan berwujud sebagaimana keadaan

dari masyarakatnya, mka sudah tentu disetiap suatu daerah atau negara-negara

yang mendapat pengaruh Islam khususnya di luar negara-negara Arab, memiliki

corak atau pola bentuk arsitektur bangunan masjid tersendiri bahkan berberda

dengan daerah asalnya Islam itu (Arab).

Dalam dinamika perkembangan kebudayaan, umat muslim sangat

memegang peran penting dalam bentuk universal dari pola arsitektur Islam

terutama pada sosok tampilan masjid. Ciri universal tersebut menurut Achmad

Fanani adalah kubah, minaret atau menara, lengkungan, dan kaligrafi.32

Bila

diamati dari bentuk dan ciri-ciri tersebut mengandung ciri pembeda antara satu

wilayah sengan wilayah lainnya. Untuk mempermudah kajian ini pengelompokan

dari ciri universal tersebut memakai penjelasan dari Oloan Situmorang yang telah

membagi berbagai pola bentuk bangunan masjid menjadi beberapa aliran atau

madzhab yang sesuai dengan kondisi dari masing-masing daerahnya. Beberapa

aliran atau madzhab tersebut adalah :

1) Aliran Arab : daerah pengembangannya adalah Arab Saudi, Kuait, Mesir,

Yaman, Yordania, Palestina, Libya, Syiria.

2) Aliram Moor : daerah pengembangannya adalah Maroko, Tunisia,

Algeria/Aljazair dan Spanyol.

32

Unsur kubah, minaret, kelengkungan, dan kaligrafi telah menyatukan tampilan

arsitektur masjid seakan menjadi sama corak. Semua itu bukan semata-mata benda sucu yang perlu

diistimewakan. Keberadaannya memiliki peran dan fungsi serta petanda. Lihat Achmad Fanani,

Arsitektur Masjid, (Yogyakarta:Bentang, 2009), hlm. 18.

Page 26: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

3) Aliran Turki : daerah pengembangannya adalah Turki, Semenanjung

Balkan, sebagian Eropa Timur, beberapa bagian Selatan Uni Soviet seperti

Balusistan, Kirgistan, dan Turkistan.

4) Aliran Persia : daerah pengembangannya adalah Irak dan Iran.

5) Aliran India : daerah pengembangannya adalah India, Pakistan,

Afganistan, Bangladesh.

6) Aliran Indonesia : daerah pengembangannya adalah Indonesia, Malaysia,

Brunai Darussalam, daerah Filipina, bagian Selatan atau disebut denga

Kepulauan Mindanao.

7) Aliran Tiongkok : daerah pengembangannya adalah Tiongkok (Cina),

Korea, dan Jepang.33

Dalam proses pengelompokan ini Oloan Sitimorang membaginya berdasarkan

bentuk kubah, menara, dan lengkungan.34

a) Atap/Kubah

Atap atau Kubah bagi masjid menjadi salah satu item bangunan yang

sangat penting dan sudah terasosiasi sebagai bagian dari pada arsitektur masjid.

Meskipun ditinjau dari segi sejarah penggunaan kubah sebelumnya telah lebih

dulu digunakan oleh Bangsa Romawi dan Yunani.

b) Menara

Bentuk menara masjid terkait pada aliran-aliran yang ada dalam

pengelompokan kubah masjid. Meskipun demikian menara-menara tersebut

secara umum banyak yang terpengaruh satu sama lain. Kalau pun ada yang

33

Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya, hlm. 18. 34

Ibid., hlm. 28-58.

Page 27: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

berbeda, itu hanyalah sekedar penyelesaian dengan selera arsitektur modern masa

kini. Terutama di Indonesia, menurut Mangunwijaya, “manusia Indonesia

seumumnya bersifat ekliktik (suka campuran), maka tak heran jika bentuk masjid-

masjid kita pun begaya campuran.”35

jadi wajar saja ketika melihat bentuk dari

menara Kudus kelihatan ada akulturasi budaya Hindu dengan atap tumpang

merupakan asal dari pola candi.

35

Y. B . Mangunwijaya, Wastu Citra, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013), hlm. 93.

Page 28: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

c) Lengkungan

Disamping kubah sebagai bentuk atap lengkungan (setengah lingkaran)

masjid, kita dapat menemukan pula pentuk pintu atau jendela masjid yang

berbentuk lengkung. Oloan menyebutnya dalam istilah lengkung tapak kuda.36

Bentuk lengkung pintu atau jendela tapak kuda setengah lingkaran ini telah lama

dipakai sebagai ciri khusus bentuk pintu, jendela maupun portal (lengkungan-

lengkungan dalam masjid), sebagai ciri khusus dalam unsur arsitektur masjid yang

tersapat disemua negara-negara Islam maupun negara lainyang ada bangunan

masjidnya. Lengkung-lengkung tersebut memiliki bentuk yang bervariasi sesuai

dengan daerah asal bangunan masjid tersebut. Jadi, perbedaan tersebut

berdasarkan aliran atau Madzhab daerah perkembangannya, sehingga bentuk

lengkung-lengkung tersebut bercorak Arab, Moor, Turki, Persia, India, dan lain

sebagainya. Dan biasanya lengkung-lengkung pintu atau jendela ini memiliki

keserasian dengan bentuk kubahnya. Dikatakan demikian bahwa kubah

memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap bentuk lengkungan tersebut,

bahkan memiliki kebersamaan bentuk yang searah. Karena kebersamaan tersebut

maka melahirkan suatu keselarasan pandangan yang menyatu dalam sebuah

bangunan masjid dan menimbulkan sinar keagungan dan keindahan dari masjid

tersebut.

Oloan mengamati keseluruan pola bentuk baik pintu maupun jendela

bangunan masjid dari setiap daerah sesuai dengan aliran atau madzhab daerah

36

Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya, hlm. 38.

Page 29: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

perkembangannya,37

maka ia menyimpulkan bahwa corak lengkungan masjid itu

dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

a. Corak Lengkung Tunggal

Corak lengkung tunggal dapat ditemui pada bangunan masjid beraliran,

Arab, Turki, Persia, India, dan Indonesia, misalnya : Masjid Ibnu Tulun, Al-

Azhar, Khirbet al-Mafraj.

b. Corak Lengkung Ganda

Corak ini umumnya ditemukan pada aliran Moor, pada corak ini terlihat

kombinasi lengkungan-lengkungan yang amat sangat bervariasi, misalnya :

Masjid Alcazar, Sevilla, dan Al-Hambra, Andalusia.

4. Pengertian Masjid

Masjid sebagai suatu bangunan tentunya merupan arsip visual dari

gambaran kehidupan manusia yang melahirkannya sesuai dengan zamannya.38

Pendefinisia kata masjid disini di ambil dari pendapat Yulianti Sumalyo yang

memaknai hakikat dari masjid itu merupakan tempat melakukan segala aktifitas

yang berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah SWT. Sehingga pengertian lebih

jauhnya masjid itu bukan hanya khusus tempat shalat beserta rangkaian aktifitas

yang berkaitan dengan shalat tetapi lebih jauh diartikan sebagai tempat

melaksanakan segala aktifitas kaum muslimin berkaitan dengan kepatuhan kepada

Tuhan.39

Berkaitan dengan arsitektural, menurut Pijper, konsep bangunan masjid

di Indonesia mulanya memiliki ciri-ciri khusus seperti berdenah persegi panjang,

37

Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya, hlm. 39. 38

Abdul Rochym. Sejarah Arsitektur Islam : Sebuah Tinjauan, hlm. 16. 39

Yulianto Sumalyo, Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Islam, hlm. 1.

Page 30: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

mempunyai serambi di depan atau di samping ruang utama, mempunya mihrab di

sisi Barat, mempunyai pagar keliling dengan satu pintu dan berapa tumpang.40

5. Pengertian Kebudayaan

Arsitektur terkait sekali dengan segi kehidupan manusia, dan berupakan

bagian dari kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa.41

Koentjaraningrat mengatakan bahwa kebudayaan itu ada tiga wujud yaitu (1)

Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,

norma-norma, peraturan-peraturan, dan sebagainya. (2) Wujud kebudayaan

sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam

masyarakat. (3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.42

Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa kebudayaan dapat

dikaitkan denga wujud bangunan karena dengan adanya kebudayaan yang bersifat

nyata dapat mewujudkan suatu kelakuan yang berfungsi untuk memahami dan

menafsirkan lingkungan yang dihadapi. Kelakuan ini menghasilkan benda-benda

kebudayaan, seperti bangunan-bangunan lama berupa candi atau masjid tua.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotika. Teori

semiotika adalah teori yang dimana sebagai sebuah sistem tanda sign) yang

memiliki dimensi tata susunan (structure atau syntactic) dan dimensi makna

(meaning). Teori ini merupakan jalan yang ditempuh oleh arsitektur dalam

pengkajian arsitektur sebagai sebuah medan kegiatan memproduksi

pengetahuan (arsitektur) dalam arti mengenal lebih jauh dari makna filosofis

40

G. F. Pijper, Beberapa Studi Tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-1959 (Jakarta: UI Press,

1984), hlm. 27. Lihat juga Uka Tjandrasasmita, “Masjid-masjid di Indonesia”, (dalam Nafas

Islam: Kebudayaan Indonesia, Joop Ave, Jakarta Agung Offset, 1991, hlm. 57). 41

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta Rineka Cipta, 1990), hlm. 181 42

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, hlm. 186-187

Page 31: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

yang terkandung dari suatu bangunan. Teori ini yang dianggap cocok untuk

menganalisis pola desain arsitektur masjid as-suhuda di desa terusan.

Page 32: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

BAB II

METODE PENELITIAN

1. Seting Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Maro Sebo di Desa Terusan. Metode penelitian

ini merupakan metode penelitian kualitatif atau penelitian lapangan Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode budaya dengan pendekatan historis.

Mengkaji lebih mendalam tentang pola seni arsitektur masjid yang ada di Desa

Dusun Terusan.

2. Jenis dan Sumber Data

A. Jenis Data

Data yang penulis kumpulkan terdiri dari data primer dan data skunder.

1. Data Primer

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai

merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis

atau melalui perekaman video, pengambilan foto atau film. Data atau sumber

primer antara lain meliputi dokumen meliputi dokumen historis dan legal, hasil

dari suatu eksperimen, data statistik, lembaran-lembaran penulisan kreatif, dan

objek-objek seni.43

Data primer mempunyai keuntungan karena sesuai dengan tujuan peneliti

dan dikumpulkan dengan prosedur-prosedur yang ditetapkan dan dikontrol oleh

peneliti. Data primer yang penulis maksud adalah meminta langsung dengan

43

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kulitatif :Edisi Revisi, (Remaja Rosdakarya,

2005), hlm. 157.

Page 33: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

orang yang bersangkutan atau orang yang terlibat dalam objek penelitian ini

seperti kepala pengurus masjid Syuhada di desa dusun Terusan.

2. Data Skunder

Data skunder merupakan data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau

dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan. Data

yang dikumpulkan melalui sumber-sumber lain yang tersedia dinamakan data

skunder. Sumber skunder meliputi komentar, interpretasi, atau pembahasan

tentang materi original.44

Bahan-bahan sekunder dapat berupa artikel-artikel dalam surat kabar atau

majalah popular, buku atau telaah gambar hidup atau artikel-artikel yang

ditemukan dalam jurnal-jurnal ilmiah yang mengevaluasi atau mengkritisi suatu

penelitian yang lain. Buletin statistik, laporan-laporan atau arsip organisasi,

publikasi pemerintah, informasi yang di publikasikan dan tersedia dari dalam atau

luar organisasi, analisis-analisis yang dibuat oleh para ahli, hasil survei terdahulu

yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan, data base yang ada di penelitian

terdahulu, catatan-catatan publib mengenai peristiwa-peristiwa resmi dan catatan

perpustakaan juga merupakan sumber data skunder. Sedangkan data skunder yang

di maksud adalah data yang telah terdokumentasikan dan memilki hubungan

dengan pokok permasalahan yang akan di teliti atau data yang di ambil dari arsip

berita, yang membahas tentang arsitektur masjid di Desa Dusun Terusan dan juga

peneliti mengambil data-data dari buku-buku, jurnal, skripsi, yang telah ada yang

44

Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung : Refika Aditama, 2012), hlm. 289

Page 34: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

bersangkutan dengan penelitian ini, sehingga memperbanyak data agar menjadi

akurat.

B. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan

tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber

data adalah subjek di mana data yang bersangkutan dengan penelitian itu di

dapatkan. dalam proposal ini sumber datanya adalah:

a) Buku-buku yang bersangkutan dengan proposal ini seperti skiripsi-

skiripsi, jurnal, koran media online dan tulisan lainnya yang berhubungan

dengan skripsi ini.

b) Data yang di peroleh dari informan yaitu: kepala, staff, pengurus,

pengelola Masjid As-syuhada, dan tetua desa Terusan di desa dusun

terusan.

1. Datuk Saleh sselaku tetua Desa Terusan

2. Datuk Husin selaku tetua Desa Terusan

3. Datuk Asnawi Selaku Imam Masjid

4. Pak Salamudin selaku Sekretaris Desa Terusan

c) Dokumentasi, sumber data ini di ambil dari dokumentasi yang terdapat di

lapangan, lokasi masjid As-syuhada di desa dusun Terusan.

Page 35: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

Gambar masjid shuhada saat di lihat dari luar

Gambar masjid as_shuhada di lihat dari dalam

3. Penelitian Informan

Informan adalah orang yang memberikan informasi. Dalam penelitian ini

seseorang informan merupakan orang nomor satu setelah peneliti. Karena, tanpa

informan, penulis mungkin akan buta dan akan kebingungan untuk mendapatkan

informasi yang berkaitan dengan penelitian ini.

Page 36: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

Informannya adalah orang-orang yang terlibat seperti pengelola Masjid

Syuhada desa dusun terusan, selain orang yang terlibat penulis juga mencoba

mengali informasi kepada orang-orang atau masyarakat yang dianggap faham

dengan penelitian ini.

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

sebegai berikut:

a. Observai

Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.45

Dengan

Observasi kita dapat peroleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial,

yang sukar diperoleh dengan metode lain. Obeservasi juga dilakukan karena

masih banyak keterangan yang kurang dalam masalah yang saya selidiki.

Mungkin dari hasil observasi ini saya dapat memperoleh gambaran yang lebih

jelas tentang masalah pada penelitian ini dan dari observasi ini saya mendapat

petunjuk-petunjuk tentang cara memecahkannya.

Dengan Observasi sebagai alat pengumpulan data dimaksud observasi

yang dilakukan secara sistematis bukan observasi sambil-sambilan atau secara

kebetulan saja,dan data observasi harus valid serta menurut kenyataan,

melukiskannya dengan kata-kata secara cermat dan tepat mengenai apa yang

diamati, mencatatnya dan kemudian mengolahnya.46

45

Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian, (Jakarta :Bumi Aksara, 2007), Hlm 70. 46

Nasution, Metode Research Penelitian Ilmiah, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2007),hlm. 106.

Page 37: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

Dalam Pelitian ini penulis mencoba meneliti secara Partisipasif.

Maksudnya, pengamatan terlibat merupakan jenis pengamatan yang melibatkan

peneliti dalam kegiatan orang yang menjadi sasaran penelitian, tanpa

mengakibatkan perubahan pada kegiatan atau aktifitas yang bersangkutan dan

tentu saja dalam hal ini peneliti tidak menutupi dirinya selaku peneliti. Untuk

menyempurnakan aktifitas pengamatan aktifitas persipatif ini, peneliti harus

mengikuti kegiatan keseharian yang dilakukan informan dalam waktu tertentu,

memerhatikan apa yang terjadi, mendengarkan apa yang dikatakannya,

mempertanyakan informasi yang menarik, dan mempelajari dokumen yang

dimiliki.47

Metode ini berguna sebagai data untuk memperlengkap penelitian

tentang Arsitektur masjid yang di Desa dusun Terusan.

Ada beberapa pengertian dan pembagian yang perlu diketahui bersama

tentang pengamatan dalam penelitian kualitatif. Di dalam buku Lexy J. Moleong

dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi tentang

macam-macam pengamatan. Dari penjelasannya di dalam buku tersebut dapatlah

ditarik kesimpulan, diantaranya yaitu (1) pengamatan secara peranan, (2)

pengamatan secara sudut pandang subjek penelitian dan (3) pengamatan secara

latar penelitian.

47

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta : Erlangga, 2009), hlm.

101.

Page 38: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya

jawab lisan yang berlansung satu arah, artinya pertanyaan datang dari

pihak yang mewawancarai dan jawaban di berikan oleh yang di

wawancara.48

Interview atau wawancara merupakan alat pengumpulan data yang

sangat penting dalam penlitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia

sebagai subjek (Pelaku, aktor) sehubungan dengan realitas atau gejala yang

dipilih untuk diteliti. Dalam penelitian kualitatif dikenal setidaknya ada tiga

jenis wawancara: (a) wawancara percakapan informal, (b) wawancara dengan

menggunakan pedoman wawancara, dan (c) wawancara dengan menggunakan

open-ended standart (lihat, misalnya, Patton, 2002:342-347). Wawancara

percakapan informal menunjuk pada kecendrungan sifat sangat terbuka dan

sanggat longgar (tidak tersruktur) sehingga wawancara memang benar-benar

mirip dengan percakapan. Wawancara dengan menggunakan pedoman

wawancara pada umumnya dimaksudkan untuk kepentingan wawancara yang

lebih mendalam dengan lebih memfokuskan pada persoalan yang menjadi

pokok dari minat penelitian. Wawancara dengan menggunakan standar

opended sangat membutuhkan kecermatan dalam kaitan dengan susunan item

pertanyaan beserta bagian-bagian yang akan dicakup di dalamnya maupun

dalam pilihan kalimat atau kata-kata. Pertanyaan-pertanyaan pada jenis

48

Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan teknik penyusunan skripsi, (

Jakarta : Rineka Cipta, 2011), hlm. 104.

Page 39: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

wawancara ini bersifat lebih terstruktur dibandingkan dengan kedua jenis

wawancara ini. Hal demikian dikarenakan bahwa peneliti memang bermaksud

memperoleh kepastian bahwa kepada setiap sabjek ( informan ) telah

disampaikan pertanyaan-pertanyaan yang sama, dengan cara yang sama,

termasud standar yang digunakan.49

Pada penelian ini peneliti mencoba

memakai teknik wawancara yang ketiga yaitu teknik standar opended, agar

hasil wawancara lebih jelas dan data yang didapat dari yang diwawancari

lebih valid.

Penulis mengadakan wawancara untuk memperoleh informasi yang

tujukan kepada kepala pengurus Masjid Syuhada di desa dusun terusan, sesekali

penulis coba mewawancarai masyarakat yang tau tentang Masjid Syuhada di desa

terusan.

Adapun pedoman dasar dalam melakukan proses wawancara ini, secara

umum dijelaskan sebagai berikut:

a) Peneliti akan menentukan siapa orang pertama yang akan diwawancari

terlebih dahulu.

b) Kemudian barulah peneliti menjajaki kepada informan-informan lainnya

untuk diwawancarai.

c) Proses wawancara berdasarkan kesepakatan dari kedua belah pihak

(pewawancara dan yang akan diwawancarai).

d) Waktu wawancara tidak dibatasi dan dianggap selesai ketika tidak ada lagi

informasi baru yang didapatkan dari seorang informan.

49

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LKiS, 2007), hlm. 134.

Page 40: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

e) Bahasa yang digunakan pada saat wawancara menggunakan bahasa bahasa

Indonesia.

f) Suasana dalam proses wawancara pun akan dibuat senyaman-nyaman

mungkin.

g) Alat rekam yang digunakan dalam proses wawancara ini yaitu

menggunakan tape recorder/handycam/hand phone.

Page 41: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mempelajari

catatan-catatan mengenai data pribadi responden.50

Di dalam sebuah

pendokumentasian, sering dikenal istilah dokumen, record, foto, dan video/film.

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk

tulisan, gambar, atau karya-karya menumental dari seseorang yang berfungsi

sebagai bukti bahwa hasil penelitian dari observasi/pengamatan dan wawancara

mengandung nilai yang kredibel.

Pengumpulan data dalam bentuk dokumentasi seperti dokumen, record,

foto dan video/film dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber, yaitu sumber

internal dan eksternal. Sumber internal yang dimaksudkan di sini yaitu sumber

data yang merupakan hasil catatan lapangan dari pengamatan, catatan wawancara,

koleksi foto dan video yang dibuat oleh peneliti sendiri. Sumber eksternal yaitu

sumber data yang bukan merupakan hasil catatan lapangan dari pengamatan,

catatan wawancara, koleksi foto dan video yang dibuat oleh peneliti, melainkan

data yang berasal dari pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini yang telah ada

sebelumnya. Metode ini penulis gunakan untuk mengupulkan data yang

berhubungan dengan arsitektur masjid di desa dusun Terusan.

5. Teknik Analisis Data

Pada bagian analis data diuraikan proses pelacakan dan pengaturan secara

sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain

50

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LKiS, 2007), hlm 112.

Page 42: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

agar dapat menyajikan temuannya.51

Analis data adalah kegiatan mengatur,

mengurutkan, mengelompokkan, member kode atau tanda dan mengkategorikan

data sehingga dapat di temukan dan dirumuskan hipotesis kerja berdasarkan data

tersebut, dan analisis data ini berguna untuk meruduksi data menjadi perwujudan

yang dapat di pahami melalui pendeskripsian secara logis dan sistematis sehingga

fokus studi dapat di telaah, di uji, dan di jawab secara cermat dan teliti. .

Menurut Miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri dari tiga alur

kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan/verifikasi. Terjadi secara bersamaan berarti reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu yang jalin

menjalin merupakan proses siklus dan interaktif pada saat sebelum, selama, dan

sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar untuk membangun wawasan

umum yang disebut “analisis”.

a. Reduksi Data

Reduksi data bukannlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Ia

merupakan bagian analis. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyerderhaan, pengabstraksian dan transformasi data

kasar yang muncul dari catatan yang tertulis dilapangan. Kegiatan melakukan

reduksi data yang berlangsung terus menerus, terutama selama proyek yang

berorientasi kualitatif berlangsung atau selama pengumpulan data. Selama

pengumpulan data berlangsung, terjadi tahapan reduksi (membuat ringkasan,

mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi, dan

51

Sylvia Saraswati, Cara muda menulis Proposal, Skripsi,Tesis dan Disertasi,

(Jogjakarta :Ar-Ruzz Media, 2009),hlm. 72.

Page 43: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

menulis memo). Pilihan-pilihan peneliti tentang bagian mana yang dikode, mana

yang dibuang, pola-pola mana yang meringkas sejumlah bagian yang tersebar,

cerita-cerita apa yang sedang berkembang, semuanya itu merupakan pilihan-

pilihan analisis.52

b. Penyajian Data

Penyajian data yang dimaknai oleh Miles dan Huberman 1992 sebagai

sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan mencermati penyajian data ini,

peneliti akan lebih muda memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus

dilakukan. Artinya apakah peneliti meneruskan analisisnya atau mencoba untuk

mengambil sebuah tindakan dengan memperdalam temuan tersebut.

Kegiatan reduksi data dan proses penyajian data adalah aktivitas-aktivitas

yang terkait langsung dengan proses analis data model interaktif. Dengan begitu,

kedua proses ini pun berlangsung selama proses penelitian berlangsung dan belum

berakhir sebelum laporan hasil akhir penelitian disusun sehingga jangan terburu-

buru untuk menghentikan kegiatan display data sebelum yakin bahwa semua yang

seharusnya diteliti telah dipaparkan atau disajikan.53

c. Menarik Kesimpulan

Kegiatan analis yang ketiga adalah menarik kesimpulan dan verifikasi.

Ketika pengumpulan data dilakukan, seorang penganalis kualitatif mulai mencari

arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-

52

Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung : Refika Aditama, 2012), hlm 339.

53

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta : Erlangga, 2009), hlm 151.

Page 44: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Mula-mula

keseimpulan belum jelas, tetapi kemudian kian meningkat menjadi lebih

terperinci. Kesimpulan-kesimpulan “final” mungkin tidak muncul sampai

pengumpulan data berakhir, bergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan

catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan, dan metode pencarian ulang

yang digunakan, kecakapan peneliti, dan tuntutan pemberi dana, tetapi sering kali

kesimpulan itu telah dirumuskan sebelumnya sejak awal, sekalipun seorang

peneliti menyatakan telah melanjutkannya “secara induktif”.54

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau

pembanding suatu data. Triangulasi merupakan persoalan penting, dan juga sangat

bersifat krusial, dalam upaya pengumpulan data dalam konteks penelitian

kualitatif. Peneliti, siapapun dia, selalu menginginkan agar data yang berhasil

dikumpulkan bersifat valid. Validitas data dalam penelitian kualitatif lebih

menunjuk pada tingkat sejauh mana data yang diperoleh telah akurat mewakili

realitas atau gejala yang diteliti. Kemudian realibitas berkenaan dengan tingkat

konsistensi hasil dari pengunaan cara pengumpulan data. 55

Trigulasi data bertujuan untuk memeriksa kembali kebenaran dan

keabsahan data-data yang diperolah di lapangan tentang Arsitektur masjid

Syuhada di desa terusan. Hal itu di dapat perlu di adakan pengecekan ulang

terhadap sumber-sumber data dengan cara:

54

Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung : Refika Aditama, 2012), hlm 341.

55 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LKiS, 2007), hlm 97.

Page 45: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dengan apa yang

dikatakannya secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang

berpendidikan menengah, atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

7. Penyusunan Laporan

Bagian akhir sebuah proses penelitian adalah menyusun laporan. Kegiatan

penyusunan laporan ini sangat penting karena merupakan bukti konkrit telah

selesainya satu aktivitas penelitian hal yang harus diingat dalam proses

penyusunan laporan ini adalah menyajikan hasi-hasil temuan sebagaimana adanya

dan jangan pernah berfikir bahwa hasil penelitian ini hanya untuk peneliti. Artinya

buatlah laporan dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti oleh mereka yang

akan membacanya. Penggunaan bahasa Indonesia yang baku menjadi syarat

mutlak suatu penelitian.56

Dan juga penulis berusaha menyajikan secara sistematis

agar mudah dimengerti dan mudah di pahami oleh pembaca.

56

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta : Erlangga, 2009), hlm 205.

Page 46: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

8. Jadwal Penelitian

Penelitian dilakukan dengan pembuatan proposal, kemudian dilanjutkan

dengan perbaikan hasil seminar proposal skripsi. Setelah pengesahan judul dan

riset, maka penulis mengadakan pengumpulan data, verifikasi data dan analis data

dalam waktu yang berurutan. Hasilnya penulis melakukan konsultasi dengan

pembimbing sebelum diajukan kepada siding munaqosah. Hasil sidang

munaqosah dilanjutkan dengan perbaikan dan pengadaan laporan skripsi.

Page 47: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

Tabel 1.

JADWAL PENELITIAN

NO

TAHAP

PENELITIAN

BULAN DAN TAHUN

Agust

2017

Sep

2017

Okt

2017

Nov

2017

Des

2017

Jan

2018

Feb

2018

1 Obeservasi awal dan

pencarian data

X

2 Pembuatan Proposal

Skripsi

X

3 Penunjukkan Dosen

Pembimbung

X

4 Konsultasi dengan

Dosen Pembimbing

X

5 Seminar Proposal X

6 Perbaikan Hasil

Seminar Proposal

X

7 Pengesahan Judul dan

Permohonan Riset

X

8 Pengumpulan Data X

9 Penyusuan Data X

10 Analisis Data X

11 Penyususna Draf

Skripsi

X

12 Penyusunan dan

Penggandaan

X

13 Ujian Skripsi

(Munaqosah)

X

Page 48: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah dan letak Geografis Dusun Terusan

Desa Terusan adalah sebuah desa yang terletak di pinggir sungai

Batanghari dan termasuk dalam wilayah Kecamatan Marosebo Ilir, Desa Terusan

sendiri sebelumnya merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Muara Bulian.

Menurut keterangan pihak Pemerintahan Desa Terusan, tahun 1980

merupakan awal terbentuknya Desa terusan menjadi sebuah Desa yang diakui

oleh pemerintahan Kabupaten, Desa Terusan sudah ada akan tetapi masih

berbentuk sebuah dusun atau perkampungan.

Desa Terusan saat ini memiliki luas wilayah seluas 4.500 Ha, mayoritas

penduduk asli, semenjak berdiri, Desa Terusan telah di pipmpin oleh 14 Kepala

Desa dimana eman orang antaranya hanya menjabat sebagai pejabat (Pjs) Kepala

desa. Kepala Desa pertama Desa Terusan Yakni hambali yang merupakan kepala

desa yang paling lama.

Berdasarkan letak Geografisnya desa Terusan berbatasan dengan desa-

desa tetangga, di sebelah utara berbatasan dengan Desa Danau Embat, sebelah

Selatan berbatasan denga Desa Tenam dan terakhir sebelah barat berbatasan

dengan Desa Pasar Terusan. Mayoritas penduduk Desa Terusan beragama Islam

dan bermata pencaharian sebagai petani dan penambang motor sebrangan.

Sejarah berdirinya Desa Terusan tidak lepas dari sejarah perkembangan

Islam di Kabupaten Batanghari, hal ini dapat dilihat adanya masjid tertua yang

Page 49: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

berada di wilayah Desa Terusan. Masjid tersebut bernama Syuhada yang di

bangun pada tahun 1931 saat masa penjajahan belanda.

Untuk nama Desa Terusan sendiri banyak versi yang mengatakan bahwa

nama Terusan diambil dari daratan yang mencolok kearah yang dibelah oleh

sunga kecil, selain itu versi lain juga mengatakan bahwa dahulu kala di tepian

sungai Batanghari ada dua ekor angsa yang hanyut dari hulu ke hilir akan tetapi

sesaat sampai di daerah Desa Terusan angsa tersebut tidk singgah untuk mencari

makan melainkan terus mengikuti arus sungai sehingga muncul lah istilah terusan.

Untuk budaya dan adat istiadat masyarakat Desa Terusan hingga kini juda

sangat dipengaruhi unsur-unsur adat melayu jambi.

Adapun kebiasaaan masyarakat Desa Terusan yang masih di budidayakan

hingga kini antaranya, ngadang duren, bekarang lumbung jawi, dan terakhir

lomba perahu yang diadakan saat menyambut hari-hari besar Islam maupun hari

besar Nasional.

B. Mata Pencarian

Desa Terusan Terletak di Kecamatan Maro Sebo Ilir Kabupaten

Batanghari, masyarakat Desa Terusan mayoritas bermata pencarian sebagai

petani, seperti karet, kelapa sawit, dan perahu ketek/penyebrangan untuk

memenuhi kehidupan sehari-hari ada juga yang berdagang atau warung kecil

kecilan.

Page 50: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

C. Agama dan Sarana Pendidikan

1. Agama

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah lepas dari hubungan

sesama manusia dan hubungan kepada sang pencipta, oleh karena itu harus ada

keserasian antara keduanya dalam menjalani kehidupan. Manusia sebagai mahluk

tuhan yang mempunyai kedudukan dan martabat yang sama dimata sang khalik

dan semua manusia mempunyai hak dalam menentukan hidupnya sendiri

diantaranya hak azazi untuk memeluk agama yang di yakini.

No Sarana Jumlah

1. Masjid 1 Buah

2. Mushollah 4 Buah

Jumlah 5 Buah

Tabel : Keadaan sarana Masyarakat Desa Terusan.

Menurut data yang peneliti dapatkan dari penduduk bahwa Desa Terusan

mayoritas memeluk Agama Islam. Dalam kehidupan beragama kesadaran

melaksanakan ibadah keagamaan khususnya agama Islam sangat berkembang

baik, hal ini antara lain ditandai dengan adanya sarana peribadatan seperti Masjid,

Desa Terusan memiliki satu Masjid dan lima Musollah untuk beribadah.

2. Pendidikan.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk kemajuan bangsa,

sebab maju mundurnya suatu bangsa dapat diukur dari segi mutu dari pendidikan

bangsa itu sendiri terutama dari generasi muda, bebab itu pemerintahan selalu

berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini selaras dengan tujuan

Page 51: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

peningkatan pengetahuan serta proses terciptanya masyarakat yang cerdas dalam

rangka meningkatkan harkat dan martabat manusia.

Keadaan pendidikan di Desa Terusan begitu baik dan berkembangkarena

Desa Terusan memiliki fasilitas pendidikan diantaranya.

NO. Fasilitas Pendidikan jumlah

1. SD 1 Buah

2. SMP N 1 buah

3. SMA N 1 buah

4. TK 1 buah

5. Paud 1 buah

3. Jumlah penduduk.

Jumlah penduduk Desa Terusan berdasarkan wawancara penulis dengan

Staf Kontor Desa Terusan Kecamatan Maro Seboilir, jumlah penduduk Desa

Terusan adalah 2.305 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 674 KK. Agar dapat

menjadi dasar pembangunan perkembangan disuatu tempat maka keinginan

jumlah penduduk yang besar harus disertai dengan kealitas SDM yang tinggi.

Penanganan kependudukan sangat besar sehingga potensi yang di miliki mampu

menjadi pendorong dalam pembangunan, khususnya pembanguan Desa Terusan.

Berkaitan dengan kependudukan, aspek yang penting antara lain perkembangan

jumlah penduduk, kepadatan dan pembesaran serta strukturnya.

Page 52: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

Laki-laki Perempuan Jumlah Total

1.160 jiwa 1.145 jiwa 2.305wa

Tabel : Jumlah penduduk 674 KK dengan jumlah jiwa

3. Struktur Desa

Suatu pemerintahan merupakan salah satu faktor berhasilnya suatu

pemerintahan dan kepemimpinan suatu organisasi harusnya mempunyai susunan

kepengurusan secara sistematis, hal ini juga merupakan gambaran aktifitas

objektif. Organisasi yang baik dan terartur merupakan ujung tombak dari

keberhasilan pembangunan.

Suatu wilayah desa mempunyai 3 (tiga) persyaratan yaitu adanya rakyat,

pemimpin, dan daerah. Maka demikian juga dengan Desa Terusan. Desa Terusan

dipimpin oleh Kepala Desa. Berjalan atau tidaknya suatu pemerintahan desa

sangat bergantung pada kemampuan, kemauan, dan ketegasan dari pemimpinnya.

Sebagaimana pada umumnya masyarakat desa belum begitu maju, sehingga

kepala desa serta aparat desa lainnya harus bekerja keras dalam memerintah

sehati-hari maka Kepala Desa di bantu oleh sekretaris Desa, 4 (empat) orang

Kepala Urusan (kaur) dan Kepala Dusun.

Desa Terusan merupakan salah satu bagian dari Kecamatan Maro Seboilir.

Dalam menjalankan roda pemerintahan, Desa Terusan tengah bergantung pada

Kepala Desa. Di dalam menjalankan tugasnya Kepala Desa dibantu oleh

sekretaris desa, 3 (tiga) orang kepala urusan (kaur), dan kepala dusun.

Page 53: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

Untuk melancarkan kerja sama mereka masing- masing diberi tugas sesuai

dengan jabatannya. Dengan adanya kerja sama yang baik maka roda pemerintahan

tentu berjalan dengan baik pula sesuai dengan apa yang diharapkan seleruh

lapisan masyarakat Desa Terusan.

Page 54: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah masjid Syuhada

Masjid ini telah berdiri pada masa penjajahan belanda tepatnya pada tahun

1918 M oleh tokoh-tokoh pada masa itu yang secara bahu membahu menyumbang

dengan tenaga dan pikiran dan harta bendanya untuk tegak dan berdirinya sebuah

rumah ibadah (masjid). Pada awalnya masjid Syuhada ini dibangun bertiang atau

panggung, namun pada tahun 1933 M dipugar dan menjadi bentuk bangunan

seperti sekarang ini.

Syahid (kata tunggal Bahasa Arab: شَهيد, sedangkan kata jamaknya adalah

Syuhada, Bahasa Arab: شُهدَاء) merupakan salah satu terminologi dalam Islam yang

artinya adalah seorang Muslim yang meninggal ketika berperang atau berjuang di

jalan Allah membela kebenaran atau mempertahankan hak dengan penuh

kesabaran dan keikhlasan untuk menegakkan agama Allah. Demikian arti dari

masjid ini terinspirasi oleh para-para pejuang Allah yang telah syahid.

57Para tokoh yang menjadi penggerak dan penyandang dana yang untuk

masjid Syuhada antara lain : H. Abdullah (dolah) menyumbang 20 suku emas, H.

Zainuddin (Din) 15 suku emas, H. Mu’in 5 suku emas, H. Sa’ib 5 suku emas, H.

Syafi’i menyumbang 3 ekor kerbau dan Jago Bidin 2 ekor kerbau.

Pada awalnya masjid panggung ini di berinama Masjid Imam Ahmad,

selanjutnya berubah nama menjadi masjid Syuhada karena salah satu tokoh

pejuang yang ada di Desa Terusan yaitu H. JALIL gugur sebagai syuhada saat

57

Wawancara bersama dengan tua tengganai Desa Terusan dan pengurus masjid

Page 55: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda dan dimakamkan di samping

masjid, sehingga tokoh-tokoh masyarakan pada tahun 1973 M bermufakat untuk

mengganti nama masjid menjadi Masjid Syuhada sebagai penghormatan kepada

H. Jalil yang gugur sebagai syuhada melawan kezaliman penjajah belanda.

Masjid dengan bangunan panggung dengan nama Imam Ahmad yang

didirikan pada tahun1918, saat ini hanya tinggal cacatan sejarah, bukti

keberadaannya dapat dilihat dari sepotong tiang yang ada disamping masjid

syuhada sekarang, namaun demikian masjid yang ada sekarang keberadaan tetap

diatas bekas masjid yang dulunya di bangun dengan bangunan panggung.

Pemugaran Masjid diawali pada tahun 1929, dimana pada masa itu,

masyarakat Desa Terusan yang bermukim dipinggiran batang hari ini melakukan

musyawarah karena tempat ibadah mereka tidak dapat menampung banyaknya

jamaah yang akan melakukan sholat jum’at, sehingga muncullah gagasan untuk

melakukan pemugaran dan membangun Masjid yang lebih besar lagi. Rencana ini

baru terwujud 4 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1933 M Masjid yang

bangunannya panggung dibongkar, sehingga pada saat itu untuk melakukan sholat

berjamaah warga melakukannya di tanah lapang halaman depan masjid.

Pemugaran ini dilakukan oleh tukang cina dari singapura yang dikenal H.

Jalil kepada Saman Betet yang diutus oleh warga Terusan untuk mencari tukang

ke kota Jambi. Dari perkenalan ini Saman Betet dan H. Jalil membawa orang Cina

dari Singapura itu ke Desa Terusan, untuk mengecek perencanaa dan lokasi

pembanguanan.

Page 56: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

Sampai di Desa terusan tukang dari singapura berkebangsaan cina ini

menyarankan agar masjid dibangun 50 meter dari tebing sungai batang hari yang

kebetulan tempat berada di lokasi masjid panggung yang telah di bongkar. Untuk

membangun masjid ini Bilal Penek mewakafkan tanah seluas 10 Depo Jago Pati

Binin, sehingga dabangun masjid pada awalnya berukuran panjang 15,80 meter

dengan lebar 16 meter dengan mihrab atau tempat imam berukuran 3,20 meter

dan lebar 3,20 meter.

Dalam perkembanganya masjid kembali di perluas dengan bangunan

tambahan di belakang masjid asal, berukuran panjang 17,80 meter dengan lebar

18 meter dan dilengkapi dengan halaman pada kiri kanan masjid, yang tanahnya

merupakan hasil swadaya masyarakat untuk menambah tanah yang telah

diwakafkan Bilal Penek.

Masjid Tertua Sekabupaten Batang Hari yang beraa di Desa Terusan ini di

disain oleh K. H. A. Majid Hamzah dari Tanjung Johor Jambi, begitu pula bahan-

bahan bangunan sebagian besar berasal dari Jambi yang pada saat itu untuk

sampai ke Desa Terusan diangkut menggunakan kapal uap dan kapal kincir.

Terusan merupakan salah satu Desa yg ada di pinggir sungai batang hari.

Sungai yang pada zamannya menjadi arus utama transportasi barang dan jasa,

sehingga tidak heran bila Desa ini selalu disinggahi para pedagang, baik lokal

maupun manca Negara. Sungai terpanjang di Sumatera ini sampai dengan dekade

tahin 1970an masih merupakan jalur utama transportasi dan urat nadi

perekonomian. Tercatat dalam sejarah saat pembangunan Masjid di Desa ini

seorang saudagar yang diketahui bernama Nurdin Hamzah dalam pelayarannya

Page 57: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

singgah dan berinfak sebesar 1 ringgit atau setara dengan Rp. 700.000- pada masa

itu.

Masjid Syuhada sudah mengalami beberapa renovasi, namun demikian

beberapa bukti peninggalan sejarah dapat dilihat dari bangunan masjid yang

merupakan perpaduan arsitek Melayu dan Cina, dengan beberapa keunikan yang

dapat kita lihat seperti lantai dan bagian dinding dari keramik tua, pintu besar dan

jendela, tiang induk 17, tangga di dalam masjid yang pada saat itu di pergunakan

untuk naik ke atas guan mengumandangkan adzansetiap datang waktu sholat.

Keaslian masjid juga dapat dilihat dari bentuk plafon (dek) dan lubang

angin (ventilasi) bentuk kubah dan adanya pagar kubah dibagian atas, serta bentuk

Mimbar Khatib. Baik Masjid panggung maupun masjid sekarang, sangat berguna

bagi masyarakat dengan tempat ibadah Sholat berjamaah, Pengajian, dan kegiatan

keagamaan lainnya.

B. Arsitektur Masjid Syuhada

Berkaitan dengan pola arsitektur, pola yang dimaksudkan disini lebih

kepada suatu model dari bentuk arsitektur itu. Biasanya diterjemahkan ke dalam

tipe-tipe atau mazhab-mazhab berdasarkan pengaruh dari perkembangan zaman

dan kondisi arsitektur di daerah atau negara dimana masjid tersebut berada. Perlu

diingat sebagaimana keterangan diatas bahwa arsitektur sangat terkait dan

menyentuh segi kemanusiaan secara langsung, yang dengan sendirinya

mengandung faktor pelaksanaan kehidupan manusia. Dengan demikian, selain

foktor alam suatu karya arsitektur tersebut akan berwujud sebagaimana keadaan

dari masyarakatnya, mka sudah tentu disetiap suatu daerah atau negara-negara

Page 58: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

yang mendapat pengaruh Islam khususnya di luar negara-negara Arab, memiliki

corak atau pola bentuk arsitektur bangunan masjid tersendiri bahkan berberda

dengan daerah asalnya Islam itu (Arab).

Dalam dinamika perkembangan kebudayaan, umat muslim sangat

memegang peran penting dalam bentuk universal dari pola arsitektur Islam

terutama pada sosok tampilan masjid. Ciri universal tersebut menurut Achmad

Fanani adalah kubah, minaret atau menara, lengkungan, dan kaligrafi.58

Bila

diamati dari bentuk dan ciri-ciri tersebut mengandung ciri pembeda antara satu

wilayah sengan wilayah lainnya. Untuk mempermudah kajian ini pengelompokan

dari ciri universal tersebut memakai penjelasan dari Oloan Situmorang yang telah

membagi berbagai pola bentuk bangunan masjid menjadi beberapa aliran atau

madzhab yang sesuai dengan kondisi dari masing-masing daerahnya. Beberapa

aliran atau madzhab tersebut adalah :

8) Aliran Arab : daerah pengembangannya adalah Arab Saudi, Kuait, Mesir,

Yaman, Yordania, Palestina, Libya, Syiria.

9) Aliram Moor : daerah pengembangannya adalah Maroko, Tunisia,

Algeria/Aljazair dan Spanyol.

10) Aliran Turki : daerah pengembangannya adalah Turki, Semenanjung

Balkan, sebagian Eropa Timur, beberapa bagian Selatan Uni Soviet seperti

Balusistan, Kirgistan, dan Turkistan.

11) Aliran Persia : daerah pengembangannya adalah Irak dan Iran.

58

Unsur kubah, minaret, kelengkungan, dan kaligrafi telah menyatukan tampilan

arsitektur masjid seakan menjadi sama corak. Semua itu bukan semata-mata benda sucu yang perlu

diistimewakan. Keberadaannya memiliki peran dan fungsi serta petanda. Lihat Achmad Fanani,

Arsitektur Masjid, (Yogyakarta:Bentang, 2009), hlm. 18.

Page 59: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

12) Aliran India : daerah pengembangannya adalah India, Pakistan,

Afganistan, Bangladesh.

13) Aliran Indonesia : daerah pengembangannya adalah Indonesia, Malaysia,

Brunai Darussalam, daerah Filipina, bagian Selatan atau disebut denga

Kepulauan Mindanao.

14) Aliran Tiongkok : daerah pengembangannya adalah Tiongkok (Cina),

Korea, dan Jepang.59

Dalam proses pengelompokan ini Oloan Sitimorang membaginya berdasarkan

bentuk kubah, menara, dan lengkungan.60

d) Atap/Kubah

Atap atau Kubah bagi masjid menjadi salah satu item bangunan yang

sangat penting dan sudah terasosiasi sebagai bagian dari pada arsitektur masjid.

Meskipun ditinjau dari segi sejarah penggunaan kubah sebelumnya telah lebih

dulu digunakan oleh Bangsa Romawi dan Yunani.

e) Menara

Bentuk menara masjid terkait pada aliran-aliran yang ada dalam

pengelompokan kubah masjid. Meskipun demikian menara-menara tersebut

secara umum banyak yang terpengaruh satu sama lain. Kalau pun ada yang

berbeda, itu hanyalah sekedar penyelesaian dengan selera arsitektur modern masa

kini. Terutama di Indonesia, menurut Mangunwijaya, “manusia Indonesia

seumumnya bersifat ekliktik (suka campuran), maka tak heran jika bentuk masjid-

59

Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya, hlm. 18. 60

Ibid., hlm. 28-58.

Page 60: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

masjid kita pun begaya campuran.”61

jadi wajar saja ketika melihat bentuk dari

menara Kudus kelihatan ada akulturasi budaya Hindu dengan atap tumpang

merupakan asal dari pola candi.

f) Lengkungan

Disamping kubah sebagai bentuk atap lengkungan (setengah lingkaran)

masjid, kita dapat menemukan pula pentuk pintu atau jendela masjid yang

berbentuk lengkung. Oloan menyebutnya dalam istilah lengkung tapak kuda.62

Bentuk lengkung pintu atau jendela tapak kuda setengah lingkaran ini telah lama

dipakai sebagai ciri khusus bentuk pintu, jendela maupun portal (lengkungan-

lengkungan dalam masjid), sebagai ciri khusus dalam unsur arsitektur masjid yang

tersapat disemua negara-negara Islam maupun negara lainyang ada bangunan

masjidnya. Lengkung-lengkung tersebut memiliki bentuk yang bervariasi sesuai

dengan daerah asal bangunan masjid tersebut. Jadi, perbedaan tersebut

berdasarkan aliran atau Madzhab daerah perkembangannya, sehingga bentuk

lengkung-lengkung tersebut bercorak Arab, Moor, Turki, Persia, India, dan lain

sebagainya. Dan biasanya lengkung-lengkung pintu atau jendela ini memiliki

keserasian dengan bentuk kubahnya. Dikatakan demikian bahwa kubah

memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap bentuk lengkungan tersebut,

bahkan memiliki kebersamaan bentuk yang searah. Karena kebersamaan tersebut

maka melahirkan suatu keselarasan pandangan yang menyatu dalam sebuah

bangunan masjid dan menimbulkan sinar keagungan dan keindahan dari masjid

tersebut.

61

Y. B . Mangunwijaya, Wastu Citra, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013), hlm. 93. 62

Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya, hlm. 38.

Page 61: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

Oloan mengamati keseluruan pola bentuk baik pintu maupun jendela

bangunan masjid dari setiap daerah sesuai dengan aliran atau madzhab daerah

perkembangannya,63

maka ia menyimpulkan bahwa corak lengkungan masjid itu

dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

c. Corak Lengkung Tunggal

Corak lengkung tunggal dapat ditemui pada bangunan masjid beraliran,

Arab, Turki, Persia, India, dan Indonesia, misalnya : Masjid Ibnu Tulun, Al-

Azhar, Khirbet al-Mafraj.

d. Corak Lengkung Ganda

Corak ini umumnya ditemukan pada aliran Moor, pada corak ini terlihat

kombinasi lengkungan-lengkungan yang amat sangat bervariasi, misalnya :

Masjid Alcazar, Sevilla, dan Al-Hambra, Andalusia.

Arsitektur masjid Syuhada yang ada di Maro Sebo ini jika dibandingkan

dengan asritektur masjid yang ada di Provinsi Jambi secara umum adalah sangat

sederhana dalam konteks seni arsitektur.64

Sehingga keberadaannya kurang

mendapat perhatian akibatnya baik literatur maupun sumber tertulis sangat sulit

penulis jumpai sehingga penulis mengambil opsi metode wawancara atau oral

history dalam bahasa sekarang wawancara lisan tentunya secara terstruktur seperti

metode yang ada pada bab II diatas.

63

Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya, hlm. 39. 64

Masjid ini telah berdiri pada masa penjajahan belanda tepatnya pada tahun 1918 M

oleh tokoh-tokoh pada masa itu yang secara bahu membahu menyumbang dengan tenaga dan

pikiran dan harta bendanya untuk tegak dan berdirinya sebuah rumah ibadah (masjid). Pada

awalnya masjid As-Suhada ini dibangun bertiang atau panggung, namun pada tahun 1933 M

dipugar dan menjadi bentuk bangunan seperti sekarang ini. (Wawancara, dengan pak Rokib,

selaku ketua pengurus masjid As-suhada).

Page 62: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

Namun sedikit demi sedikit penulis ingin mencoba mengali secara

mendalam tentang gaya arsitektur masjid Syuhada yang ada di desa terusan ini,

mengingat jika mengakaji seni arsitektur, menurut penulis kontribusi budaya

nenek moyang terdalu tidak bisa dilepaskan. Pasti secara akulturasi budaya sedikit

banyak telah mengambil peran tentang baik bentuk, corak maupun pola

didalamnya. Fenomena ini sangat menarik menurut penulis untuk di kaji secara

mendalam, sebab arsitektur masjid disuatu tempat atau wilayah sering kali

dipengaruhi oleh kondisi setempat, atau dengan kata lain dipengaruhi arsitektural

terdahulu bahkan bisa dikatan jauh sebelum Islam masuk yaitu Hindu dan Budha..

Mengenai atap yang bertingkat, rupanya dapat diwakili oleh bangunan

Jawa lainnya, yang disebut rumah joglo. Tipe atap rumah joglo ini menjadi benih

Bari atap tumpang pada masjid. Alasan estetika kemudian menjadikan bentuk atap

rumah joglo pada masjid memakai bentuk tingkat untuk mengimbangi ukuran

ruangnya yang besar.

Sedangkan menurut C.F. Pijper (1992: 24), Indonesia memiliki arsitektur

masjid kuno yang khas yang membedakannya dengan bentuk-bentuk masjid di

negara lain. Tipe masjid Indonesia berasal dari Pulau Jawa, sehingga orang dapat

menyebut masjid tipe Jawa. Ciri khas masjid tipe Jawa ialah:

1. Fondasi bangunan yang berbentuk persegi dan pejal (massive) yang agak

tinggi;

2. Masjid tidak berdiri di atas tiang, seperti rumah di Indonesia model kuno

dan langgar, tetapi di atas dasar yang padat.

Page 63: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

3. Masjid mempunyai tambahan ruangan di sebelah barat atau barat laut,

yang dipakai untuk mihrab;

4. Masjid mempunyai serambi di depan maupun di kedua sisinya;

5. Halaman di sekeliling masjid dibatasi oleh pagar dengan satu pintu masuk

di depan, disebut gapura.

6. Denahnya berbentuk segi empat;

7. Arah mihrab tidak tepat ke kiblat

8. Terdapat pant, di sekelilingnya atau di depan masjid;

9. Dahulu dibangun tanpa serambi (intinya saja).

Secara tidak langsung point-point diatas hampir memenuhi syarat dan tipe-

tipe arsitektur yang ada di masjid Syuhada disamping bangunannya berbentuk

segi empat, masjid ini juga dahulunnya pada tahun 1918 dibangun dengan

seadanya saja bahkan tanpa serambi atau intinya saja, asal bisa dijadikan untuk

tempat beribadah barulah pada tahun 1933 Masjid Syuhada dipugar dan dibangun

sebagai mana mestinya65

. Uniknya masjid Syuhada ini berdiri tepat di pingiran

sungai, dikatakan oleh para terua desa Terusan yang merupakan informan dahulu

pada tahun 1918 bahkan sampai jauh sebelumnya peradaban orang-orang di desa

dusun terusan berada di pinggir sungai, hal ini dikarenakan sungai pada saat itu

merupakan alat transportasi bagi mereka yang menghubungkan dengan sistem

ekonomi dan pendapatan warga yang ada di desa dusun terusan.

65

Bangunan ini dipugar atau direkontruksi pada tahun 1933. Para tokoh yang menjadi

penggerak dan penyandang dana yang untuk masjid As-Suhada antara lain : H. Abdullah (dolah)

menyumbang 20 suku emas, H. Zainuddin (Din) 15 suku emas, H. Mu’in 5 suku emas, H. Sa’ib 5

suku emas, H. Syafi’i menyumbang 3 ekor kerbau dan Jago Bidin 2 ekor kerbau, (wawancara

dengan pak Najid, selaku wakil ketua pengurus masjid As-suhada).

Page 64: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

Sama seperti semenjak awal. Masjid Syuhada ini terdiri atas satu lantai

dan berbentuk persegi empat. menara masjid terbuat dari bahan seng. Di bagian

bawah menara terdapat jendela yang di cat warna kuning mas yang

melambangkan kemegahan. Serta bagian bawah bangunan masjid Syuhada diberi

cat warna seperti kebanyakan warna dan bangunan siri khas orang melayu.

Di bagian luar, terdapat anak tangga yang langsung menyambung ke teras.

Satu berada di sebelah kiri mesjid atau yang mengarah ke bawah sungai,

Page 65: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

berjumlah tiga anak tangga. Kini terbuat dari batu cor dan diberi warna merah.

Satunya lagi berada di bagian belakang. Berjumlah lima anak tangga dan masih

menggunakan cor. Tak seberapa jauh di bawah bagian anak tangga sebelah ini

terdapat tempat mengambil air wudhu. Terbuat dari tangga berundak dan

langsung menuju tepian sungai.

Kembali kebagian-bagian masjid Syuhada, masjid ini dikelilingi pagar warna

hijau, dengan beberapa pohon taman didekatnya,

Page 66: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

Di ruang utama mesjid, keseluruhan lantai tanpa ditutupi dengan hamparan

sajadah atau bagaian shaff depan saja yang diberi sajadah. Pilar-pilar masjid ini

Page 67: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

terdiri dari tiang beton yang cukup besar, yang kini dilapisi dengan keramik

dengan warna gelap serta cat warna putih. Dinding-dinding interiornya juga

terbuat dari dinding semen dengan jendela kayu. Dibagian dalam didekat mimbar

khatib terdapat ukurin-ukiran unik berwarna kuning emas melambangkan

kemegahan masjid tua yang dibangun pada tahun 1918 dan di pugar pada tahun

1933.

Di bagian depan, terdapat sebuah mimbar sebagai tempat khatib

menyampaikan khotbah. Disebelah kanan mighrab terdapat ruangan kecil yang

diperuntukkan menyimpan barang-barang keperluan mesjid. Ada pula rak buku

tempat menyimpan mushaf di salah satu sisi masjid.

Mengingat letaknya di tepian dekat dengan Sungai Batanghari, dari

jendela masjid Syuhada, kita bisa menyaksikan lalu lintas perahu ketek atau

perahu penyebrangan yang kebetulan melintas. Jendelanya pun dibuat dengan

ukuran yang besar. Sekitar 1 x 1,5 m. Tentunya sebagai bagian dari ventilasi udara

agar di dalam ruangan mesjid tetap berasa sejuk.

Sebagai masjid tertua yang ada di desa dusun terusan . Bentuk, cerita, dan

sejarah masjid Syuhada, tentu telah menjadi bagian yang tak mungkin terpisahkan

dari sejarah desa ini. Untuk itu sudah sepatutnya ia di jaga. Bukan hanya menjaga

bangunannya saja. Namun juga menjaga sejarah yang menyertainya.

C. Pola Desain Arsitektur Masjid Syuhada Di Desa Dusun Terusan

a. Pola desain Masjid Syuhada

Page 68: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

Pada masa lampau sebelum masjid Syuhada di renovasi bangunannya

terlihat sangat sederhana66

terdiri dari kolom dan balok atau seperti persegi empat

dengan bentuk seadanya tanpa menara semegah seperti sekarang. Tetapi tentunya

sesuai dengan tuntutan sholat bahwa shaf atau barisan dalam sholat harus lurus

dan rapat, maka pada saat itu KH. Majid selaku Arsitektur masjid Syuhada

mencari pola dan bentuk kubah yang tidak banyak tiang-tiang penganggu

didalamnya. Maka tak heran kalau muncul dua kubah dengan satu ruangan di

masjid Syuhada ini. Tetapi dengan bentuk kubah seperti itu dan gaya-gaya yang

disalurkan melalui lengkungan unik di kubah inipun tidak banyak mengganggu

aktivitas didalam masjid/kebanyak tiang.

Seperti yang sama-sama kita ketahui kubah adalah adalah cirri dan

identitas masjid, dengan kubah cat warna kuning mas di masjid Syuhada penulis

seolah-olah merasakan keagungan apalagi masjid ini berdiri tetap disamping

sungai batang hari dan dapat merasakan semilir angin yang berasal dari sungai.

Bila kita berada tepat dibawah kubah kita seakan-akan merasakan ketenangan dan

66

Wawancara dengan Pak Amir, selaku pengurus masjid tanggal 20 Neovember 2017

Page 69: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

orang sedang melaksanakan sholatpun merasa kecil, demikian kualitas ruang yang

tercipta sangat agung.

Untuk mendesain sebuah masjid, diperlukan tiga prasyarat, yang

maksudnya untuk dapat menstimulir kekhusukan dalam beribadat. Ketiga

prasyarat itu adalah, pertama: harus selalu bersih, dalam arti mudah dibersihkan

dan mudah pemeliharaannya. Kedua, adalah tenang, yaitu menciptakan “suasana”

yang dapat mendorong lahirnya ketenangan. Dan ketiga, adalah “sakral tapi

ramah”.67

Tujuannya menciptakan suasana yang ramah, agar setiap orang yang

memasuki masjid dapat duduk sama rendah tanpa perbedaan derajat.

b. Bentuk

67 Wawancara dengan Pak Ridwan, selaku pengurus masjid tanggal 25 Neovember 2017

Page 70: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

Sejak awal dibangunnya sebuah masjid Syuhada, denah yang ada

berbentuk segi empat. Hal ini dilakukan secara logis sesuai dengan kebutuhan

shaf-shaf dalam shalat berjamaah.68

Bentuk persegi akan membuat ruang-ruang

yang terbentuk dapat dimanfaatkan seluruhnya, sedangkan denah yang berbentuk

sudut-sudut tertentu (lancip) akan membuat ruangan banyak yang terbuang. Ini

berarti, berlebih-lebihan atau mubazir. Arah kiblat yang tidak tepat juga dapat

mengakibatkan ruang-ruang terbuang percuma, sehingga dalam perencanaan

sebuah masjid hal ini harus benar-benar diperhatikan.

Denah segi empat, dapat berarti bujur sangkar atau empat persegi panjang.

Empat persegi panjangpun ada dua jenis, sisi panjangnya searah dengan arah

kiblat atau tegak lurus arah kiblat. Bentuk bujur sangkar membuat arah kiblat

menjadi lemah karena bentuk yang cenderung memusat itu akan menimbulkan

kesan ke atas yang kuat, paradoks dengan arah kiblat yang semestinya ditekankan.

Untuk denah segi empat yang sisi panjangnya searah dengan arah kiblat, para

jemaah dapat dengan mudah melihat khatib (pemberi khotbah).

Bentuk lain adalah segi empat yang sisi panjangnya tegak lurus arah kiblat

atau sisi terpendek searah dengan arah kiblat. Shaf yang terjadi tidaklah banyak,

walau jamaah agak sulit melihat khatib pada waktu khotbah. Namun dengan

sedikit menyerong, jemaah dapat melihat khatib dan hal ini tidak ada larangannya

dalam Islam.

68

Wawancara dengan Pak Amir, selaku pengurus masjid tanggal 20 Neovember 2017

Page 71: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

Pembagian denah untuk ruang shalat bagi wanita biasanya ditempatkan

dibelakang. Dengan pembatas biasanya berupa tirai ataupun dinding kerawang

yang transparan. Beberapa masjid ada juga yang menempatkan wanita di lantai

atas, yang dibuat semacam balkon sehingga jemaah wanita masih dapat melihat

imam.

c. Ruang dalam dan Ornamen

Jika masuk bagian ruang dalam masjid Syuhada sangat terlihat konsep dan

suasana sakral serta perasaan diri ini sangat kecil dihadapan sang pencipta, apalagi

dekorasi khaligrafi yang glamour sangat menimbulkan rasa sakral didalamnya.

Perlu diketahui pada zaman dahulu pada masa-masa dinasti Islam ornamen

atau gambar manusia dilarang dipajang di dinding masjid karena menyerupai

kaum sebelumnya. Ada beberapa corak ornamen atau ornamentik, diantaranya

corak abstrak sebagai “ornamen arabesk” yang terdiri dari corak geometris dan

Page 72: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

corak “stilasi” dari tumbuh-tumbuhan dan bunga-bungaan.69

Hal ini adalah jalan

keluar dimana adanya larangan dalam Islam untuk tidak boleh menampilkan

gambar-gambar atau lukisan sebagai hiasan dengan motif manusia, binatang atau

makhluk bernyawa lainnya secara realistis di dalam ruangan masjid.

Jika dilihat dari gaya ornamen di masjid Syuhada para khaligrafer

menvisuaalisasikan huruf-huruf arab menjadi begitu indah dengan tulisan lafazh

al-Qur’an sebagi hiasan masjid didalam ruangan, sehingga para jamaah yang

masuk dan sholat bisa merasakan ketenangan.70

d. Kubah Masjid As-syuhada

Kubah Masjid As-suhada Kubah Onion Turki

69

Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya, hlm. 30 70

Wawancara dengan Pak Amir, selaku pengurus masjid tanggal 20 Neovember 2017

Page 73: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

Kubah masjid As-syuhada Kubah Onion Persia

Dalam buku karya Olan Situmorang dengan judul, seni rupa Islam,

pertumuhan dan perkembangannya penulis menemukan beberapa sumber yang

menyatakan kubah-kubah masjid yang ada di Indonesia kebanyakan meniru

arsitektur luar negeri.

Karya seni arsitektur masjid Syuhada memiliki tiga nilai yaitu nilai aqidah,

syari’ah dan akhlaq. Dimana nilai aqidah dan makna terkandung didalmnya

memiliki nilai ajaran-ajaran Islam yang berkembang sesuai dengan konteks

budaya dan pengalaman seni yang berkembang pada budaya setempat, begitu juga

nilai syari’ah terdapat nilai dan hukum syara’ Islam dalam ornament ini dimana

pada saat itu ada terjadi akulturasi budaya antara arsitektur budaya lama dan

budaya baru yang sesuai dengan ajaran Islam tetap diambil dan dipakai, nilai

akhlak sangat mencolok dalam masjid ini karena sesuai dengan kriteria bangunan

dan falsafah umat muslim yang diwajibkan sholat di masjid bagi kaum laki-laki.

Terlepas dari mana karya ini terinpirasi yang jelas kubah dan menara

masjid sangat berguna untuk mendengarkan kumandang adzan. Jika pada zaman

dahulu adzan dilakukan di tempat-tempat yang tinggi sehingga radius

penyampainnya cukup terdengar jauh, untuk sekarang kubah dan menara masjid

Page 74: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

digunakan dan dipasang toa untuk penyebaran suara yang lebih jauh lagi,

demikian perkembangan teknologi memudahkan semua. Dari sini kita melihat

bahwa fungsi menara tidak hanya sebagai simbol saja tetapi juga fungsional, dan

kemudian karena letak dan bangunannya yang tinggi maka dapat saja dijadikan

ikon atau simbol pada suatu masjid contonya masjid Syuhada ini.

Page 75: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarakan sumber-sumber yang diperoleh selama penelitian ini, maka

kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan rumusan masalah mengenai seni

arsitektur masjid Syuhada Desa Dusun Terusan Kecamatan Maro Sebo Kabupaten

Batanghari:

1. Masjid ini telah berdiri pada masa penjajahan belanda tepatnya pada

tahun 1918 M oleh tokoh-tokoh pada masa itu yang secara bahu

membahu menyumbang dengan tenaga dan pikiran dan harta bendanya

untuk tegak dan berdirinya sebuah rumah ibadah (masjid). Pada

awalnya masjid Syuhada ini dibangun bertiang atau panggung, namun

pada tahun 1933 M dipugar dan menjadi bentuk bangunan seperti

sekarang ini.

2. Arsitektur masjid Syuhada yang ada di dusun desa terusan ini,

mengalami akulturasi budaya dan sedikit banyak telah mengambil

peran tentang baik bentuk, corak maupun pola didalamnya. Terlihat

dari bentuk ruang masjid, bahkan catnya yang berwarna hijaunya

sangat menunjukkan eksistentensi melayu, dibagian kubah atau menara

ada sedikit sentuhan gaya arsitektur luar negeri yaitu Persia dan Turki.

3. Mengenai pola desain, bentuk, ruang dan kubah masjid Syuhada di

desa dusun terusan kecamatan maro sebo ilir kabupaten Batanghari ini

adalah yaitu secara umum adalah perwujudan rasa syukur, kepasrahan,

Page 76: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

dan penyerahan diri terhadap kebesaran Allah SWT. Ada nilai dan

tafsiran sendiri mengapa masjid ini dahulu dibangun ditepi sungai

Batanghari yang sudah dijelaskan di bab-bab sebelumnya.

B. Kata Penutup

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah

memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya serta hidayah-Nya berupa

kesehatan dan kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini tentunya banyak sekali terdapat

kekurangan dan kesalahan serta jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, dengan

kerendahan hati penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi.

Akhirnya, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam menyelesaikan skripsi

ini.semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk dan rahmat-Nya kepada

kita semua. Amin ya rabbal’alamin.

Jambi, 23 Januari 2018

Penulis,

Al Fadli

NIM: AS. 110989

Page 77: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rochym Sejarah Arsitektur Islam: Sebuah Tinjauan, Bandung: Angkasa,

1983

Bustanuddin Agus, Agama dalam kehidupan masyarakat : Pengantar Antropologi

Agama, Jakarta : PT. RajaGrafindoPersada, 2006

Zein M. Wiryoprawiro, Perkembangan Arsitektur Masjid di Jawa Timur,

surabaya: PT. Bina Ilmu, 1989

Yulianto Sumalyo, Arsitektur Masjid dan monumen Sejarah Islam Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 2006

A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1983

M. Syaom Barliana, Perkembangan Arsitektur Masjid: Suatu transformasi Bentuk

dan Ruang, Bandung, 2008

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta, 1990

Hussein Bahreisj, Hadist Sahih Bukhari Muslim, Karya Utama , 1982

Oloan Situmorang, Seni Rupa IslamPertumbuhan dan Perkembangannya

Bandung: Angkasa

Uka Tjandrasasmita, “Masjid-masjid di Indonesia”, dalam nafas Islam:

Kebudayaan Indonesia, Joop Ave, Jakarta: Jayakarta Agung Offset, 1991

. Y. B. Mangunwijaya, Wastu Citra, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013

Abdul Basid, Kecenderungan Tipologi Arsitektur Majid di Kota Malang, (artikel

Malang: LEMLITBANG UIN Malang,2012lemlitbang.uin-malang.ac.id).

Page 78: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

Abdurrahman Al-Bagdhadi, Seni Dalam Pandangan Islam, Jakarta, Gema Insani

Press, 2001. Disadur dari Ensiklopedia Indonesia, Jilid V, Jakarta: PT. Ikhtiar

Baru-Van Houve

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1996

Yusuf Qardhawi, Islam Bicara Seni, Terj,Wahid Ahmadi, dkk, Solo: Intermedia,

1998

Yusiono, Islam dan Kebudayaan Indonesia, Cet I, Jakarta: Yayasan Festifal

Astiqlal, 1993

Sutiono, Pribumisasi Islam Melalui Seni Budaya Jawa, Yogyakarta: Insan

Persada, 2010

Armahedi Mazhar, Islam Masa Depan, Bandung:Penerbit Pustaka, 1993

Hartomo, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 1999

Y. B . Mangunwijaya, Wastu Citra, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta Rineka Cipta, 1990

Page 79: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …
Page 80: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …
Page 81: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

DAFTAR INFORMAN

NO NAMA KETERANGAN

1

2

3

4

5

Asnawi Muhamad

Ihwani

Salamudin

Salamudin

muklis

Imam Masjid Syuhada

Kepala Desa Dusun Terusan

Pengurus Masjid Syuhada

Lembaga Syarak

Pengurus Remaja Masjid syuhada

Page 82: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

LAMPIRAN

Keterangan: Masjid di lihat dari luar

Keterangan : Keadaan mimbar masjid

Page 83: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

Keterangan : Ruangan tengah masjid

Keterangan : masjid di lihat Dari serambi masjid

Page 84: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

Keterangan : Bentuk Kubah masjid

Keterangan : bentuk total masjid di lihat dari depan

Page 85: FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Al Fadly

Tempat/Tanggal Lahir : Pasar Terusan 15-01-1994

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Mendalo,Valencia, Block Q, no. 05,

Ayah : Ahmad Syam

Ibu : Maryani

Anak : ke (1)

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

No Hp : 082284512709

Email : [email protected]

Hobi : Olahraga, Menonton, dan Membaca

RIWAYAT PENDIDIKAN

a. 2001-2006 : SDN 110 Desa Tenam

b. 2006-2009 : MTSN Terusan

c. 2009-2011 : MAN 1 Bulian

d. 2011-2018 : Strata Satu (S.1) Universitas Islam Negeri Suthan

Thaha Sifuddin Jambi Fakultas Adab Jurusan

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)