88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMP SKRIPSI Oleh : NURROHMIYATUN K2305012 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

  • Upload
    vantram

  • View
    242

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI

KEMAMPUAN AWAL TERHADAP

KEMAMPUAN KOGNITIF

SISWA SMP

SKRIPSI

Oleh :

NURROHMIYATUN

K2305012

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI

KEMAMPUAN AWAL TERHADAP

KEMAMPUAN KOGNITIF

SISWA SMP

Oleh :

NURROHMIYATUN

K2305012

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Pada hari :

Tanggal :

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. Supurwoko, M.Si

NIP. 19630409 199802 1 001

Pembimbing II

Daru Wahyuningsih, S.Si, M.Pd

NIP. 19751003 200501 2 001

Page 4: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua

Sekretaris

Anggota I

Anggota I

:

:

:

:

Dra. Rini Budiharti, M. Pd

NIP. 19580728 198403 2 003

Dr. Sarwanto, S. Pd. M.Si

NIP. 19690901 199403 1 002

Drs. Supurwoko, M.Si

NIP. 19630409 199802 1 001

Daru Wahyuningsih, S.Si, M.Pd

NIP. 19751003 200501 2 001

( )

( )

( )

( )

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan

Prof. DR. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

NIP. 19600727 198702 1 001

Page 5: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Nurrohmiyatun. PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMP. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Januari 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya: 1) perbedaan

kemampuan kognitif Fisika antara model pembelajaran menggunakan kooperatif

tipe STAD dan diskusi siswa pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya; 2)

perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara kemampuan awal Fisika siswa

kategori tinggi dan rendah pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya; 3) interaksi

antara model pembelajaran dan kemampuan awal Fisika terhadap kemampuan

kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

dengan desain faktorial 2 x 2. Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII

semester I SMP Negeri 1 Playen tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri dari 6

kelas, yaitu kelas VIIA sampai dengan kelas VIIF. Sampel diambil dengan teknik

cluster random sampling sehingga diperoleh dua kelas, yaitu kelas VIIC sebagai

kelas eksperimen dan kelas VIIF sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data

yang digunakan adalah teknik tes. Teknik tes digunakan untuk memperoleh data

kemampuan awal Fisika siswa dan data kemampuan kognitif Fisika siswa. Teknik

analisis data yang digunakan adalah anava dua jalan dengan isi sel tak sama.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) ada perbedaan

kemampuan kognitif Fisika siswa antara penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan diskusi pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya (Fa =

12,828 > F0,05;1,62 = 4.00 pada taraf signifikasi 5%); 2) ada perbedaan kemampuan

kognitif Fisika siswa antara kemampuan awal Fisika siswa kategori tinggi dan

kategori rendah pada pokok bahasan zat dan wujudnya (Fb = 30,968 > F0,05;1,62=

4.00 pada taraf signifikasi 5%); 3) tidak ada interaksi antara model pembelajaran

dengan kemampuan awal Fisika siswa terhadap kemampuan kognitif siswa pada

pokok bahasan Zat dan Wujudnya (Fab= 0,501< F0,05;1,68 = 4.00 pada taraf

signifikasi 5%).

Page 6: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

Implikasi dari hasil penelitian adalah bahwa Pembelajaran Fisika dengan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membantu efektifitas belajar

mengajar. Selain itu kemampuan awal Fisika siswa yang baik, akan dapat

membantu siswa dalam memahami materi dalam proses belajar mengajar

sehingga dapat berpengaruh semakin baik pada kemampuan kognitif Fisika siswa.

Page 7: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRACT

Nurrohmiyatun. THE COOPERATIVE LEARNING MODEL BY USING STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) VIEWED FROM THE FIRST-ABILITY OF JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS TOWARD THEIR COGNITIVE ABILITY . Thesis. Surakarta: Faculty of Education and Teacher Training. University of Sebelas Maret. January 2011.

The purpose of this research to find out: 1) the difference of student’s

cognitive ability of Physics on the study between the model of cooperative

learning with STAD and discussion of Material and Its Existence; 2) the

difference of student’s cognitive ability of the students’ first-ability of Physics in

high and low classes of Material and Its Existence study; and 3) the interaction

between learning model and students’ first-ability of Physics toward their

cognitive ability of Material and Its Existence study.

This research method was experiment by factorial design 2x2. Population

of this research was the students of VII grade of SMP Negeri 1 Playen 2009/

2010. They were consisted of six classes, A to F. The technique used in this

research was cluster random sampling. In consequence, the classes conducted as

samples were class C and class F. Class C was conducted as an experimented

sample, whereas class F was a controlling sample. Through the test, the data

consisting of the first-ability and the cognitive ability of Physics were collected.

The data were analyzed by a two-way annava.

Based on the result of the research, it can be concluded that: (1) there is a

difference of student’s cognitive ability of Physics on the study between the

model of cooperative learning with STAD and discussion of Material and Its

Existence (Fa = 12,828 > F0,05;1,62 = 4.00 with significance level 5%). (2) There is

difference of student’s cognitive ability of the students’ first-ability of Physics in

high and low classes of Material and Its Existence study (Fb = 30,968 > F0,05;1,62 =

4.00 with significance level 5%). 3) There is not interaction between the learning

model with the students’ first-ability of Physics toward their cognitive ability of

Material and Its Existence study (Fab = 0,501< F0,05;1,68 = 4.00 with significance

level 5%).

Page 8: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

The implication of the result is that the Physics learning using the

cooperative model with (STAD) was able to help the effectiveness of teaching and

learning. Furthermore, the good first-ability of students would help them to

understand the study. Thus, it would give more positive effect to the students’

cognitive ability of Physics.

Page 9: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

MOTTO

Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia

akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Q.S Muhammad: 7)

Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu

pula Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada

(Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada

kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S At Taubah: 105)

Page 10: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

1. Ibu dan Bapak tercinta. Ya Allah, bukakan pintu

syurga untuk mereka. Amiin.…

2. Mbak Yanti, Mbak Lilik, Mas Sofyan, Dek Lia

dan Dek Amad, terima kasih dan sayang tak

bertepi untuk segalanya.

3. Keluarga besarku tercinta. Terima kasih tak

berhingga atas bantuan, dukungan, semangat, dan

do’anya.

Page 11: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur tak henti-hentinya terpanjatkan kepada Allah SWT, Rabb

semesta alam yang memegang kekuasaan di bumi dan di langit. Dia-lah Allah

yang senantiasa mencurahkan samudera kasih sayang-Nya kepada seluruh umat

manusia di hamparan dunia ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah

kepada Rasulullah Muhammad saw, keluarga, para sahabat, serta para

pengikutnya yang dengan sepenuh jiwa, raga, dan hartanya senantiasa istiqomah

memegang teguh agamanya.

Alhamdulillah, atas rahmat dan ridha Allah penulis mampu

menyelesaikan penyusunan Skripsi ini dengan baik untuk memenuhi sebagian

persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Semoga Skripsi ini menjadi

ladang amal ibadah bagi penulis, keluarga penulis, serta semua pihak yang telah

membantu terselesaikannya Skripsi ini.

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. DR. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si. Selaku Ketua Jurusan P. MIPA FKIP UNS.

3. Dra. Rini Budiharti, M.Pd. Selaku Ketua Program Pendidikan Fisika Jurusan

P. MIPA FKIP UNS.

4. Drs. Supurwoko, M.Si. Selaku Pembimbing I atas curahan pikiran, tenaga,

waktu, dan ketulusan bimbingannya dalam menyelesaikan Skripsi ini.

5. Daru Wahyuningsih, S.Si, M.Pd. Selaku Pembimbing II atas curahan pikiran,

tenaga, waktu, dan ketulusan bimbingannya dalam menyelesaikan Skripsi ini.

6. Drs. Edy Wiyono, M.Pd. Selaku Pembimbing Akademis atas bantuan dan

bimbingannya.

7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang secara tulus

mendidik dan memberikan ilmu yang sangat berharga.

8. Drs. Suharjono, MM. Selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 playen yang telah

Page 12: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

memberikan ijin penelitian.

9. Triyono, M.Pd. Selaku Guru Físika SMP Negeri 1 Playen atas bimbingannya

selama penelitian.

10. Siswa kelas VIIC dan VIIF SMP Negeri 1 Playen, atas kerja samanya.

11. Orang tua dan keluargaku tercinta, atas tetesan peluh, segenap pikiran dan

jiwa, yang telah menyertai langkahku, memberikan dorongan, dan do’a restu

yang teramat tulus.

12. Teman-teman Kos Salsabila, Mustika R.P, Estik S, Reni S, Ita J, Benty, Estia

R, F Resti S, S Sulistyani, Sita N, W Setyorini, K Khotimah, dan ex S B

Barida. Terima kasih untuk semuanya.

13. Ulfatun, Ika Sunu, dan Aviya atas bantuan, do’a, dan semangatnya.

14. Teman-temanku dan adik-adikku Fisika, atas segala bantuan, do’a, dukungan,

dan kebersamaannya.

15. Kawan seperjuangan di Fisika, JN UKMI UNS, FSLDK, dan saudaraku di

jalan dakwah dimanapun berada atas do’a, bantuan, dan dorongan

semangatnya.

16. Dan berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu–persatu.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat balasan dari

Allah SWT. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini,

namun demikian besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan. Amin.

Surakarta, Januari 2011

Penulis

Page 13: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR ISI

JUDUL……......................…………………………………………………

PENGAJUAN …………….....................………………………………….

PERSETUJUAN ….....................………………………………………….

PENGESAHAN……….....................……………………………………...

ABSTRAK ……………………………………………...............................

ABSTRACT …………….....................………………………………........

MOTTO ………......................……………………………………………..

PERSEMBAHAN ………….....................………………………………...

KATA PENGANTAR ……………………………………………………..

DAFTAR ISI ………………………………………………………………

DAFTAR TABEL …………………………………………………………

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………...

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………...

A. Latar Belakang Masalah………………………………..…....

B. Identifikasi Masalah…………………………………..….….

C. Pembatasan Masalah ………………………………..….…...

D. Perumusan Masalah………………………………………....

E. Tujuan Penelitian ……………………………..…………….

F. Manfaat Penelitian……………………………..……………

BAB II LANDASAN TEORI …………………………………………..

A. Tinjauan Pustaka …………………………………….……..

1. Belajar dan Pembelajaran..…………………………….

a. Pengertian Belajar…………………..……………….

b. Prinsip-prinsip Belajar………………………………

c. Tujuan Belajar…………………..………………….

d. Mengajar……………………………………………

e. Pembelajaran……………………………………….

2. Pengajaran Fisika di SMP.....……………………………

i

ii

iii

iv

v

vii

ix

x

xi

xiii

xvi

xvii

xviii

1

1

4

5

5

5

6

7

7

7

7

8

9

10

10

11

Page 14: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

a. Hakikat Fisika………………………………………

b. Tujuan Mata Pelajaran Fisika di SMP…

3. Model Pembelajaran…...………………………………

a. Pembelajaran Kooperatif……………………………

b. Pembelajaran Diskusi………………………………

4. Kemampuan Awal Siswa…………..……………………

5. Kemampuan Kognitif.……………….……..……………

6. Materi Zat dan Wujudnya…………………..…….…….

B. Penelitian yang Relevan …………………………………….

C. Kerangka Berpikir………………………………..………….

D. Perumusan Hipotesis…………….………………..…………

BAB III METODE PENELITIAN……………………………………....

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………….……...

1. Tempat Penelitian ………………………………………

2. Waktu Penelitian………………………………..………

B. Metode Penelitian ……………………………………..……

C. Populasi dan Sampel ………………………..........................

1. Populasi…………………………………..…….………..

2. Sampel ….….….……………………..…………………

3. Teknik Pengambilan Sampel……………………..…….

D. Variabel Penelitian…………….…………………………..

1. Variabel Bebas …..……………………………………..

2. Variabel Terikat ………………………….…………….

E. Teknik Pengumpulan Data………………….……………..

Teknik Tes ………………………………………….….….

F. Instrumen Penelitian ……………………..…………………

1. Uji Validitas ……………………………..………….….

2. Uji Reliabilitas ……………………………..……….….

3. Menentukan Derajat Kesukaran ….….….….….….….

4. Menentukan Daya Pembeda ……………………………

G. Teknik Analisis Data………………………………………...

11

13

13

15

22

26

27

29

34

35

38

39

39

39

39

39

40

40

41

41

41

41

42

42

42

43

43

44

45

46

48

Page 15: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

1. Uji Kesamaan Keadaan Awal Siswa………..............

2. Uji Prasyarat Analisis…………....………..……………..

a. Uji Normalitas ……………………………..………..

b. Uji Homogenitas ……………………………..……..

3. Uji Hipotesis……………………………………..….….

BAB IV HASIL PENELITIAN …………………………………………

A. Deskripsi Data …………………………..………………….

1. Data dan Distribusi Nilai Kemampuan Awal Fisika

Siswa…………………………..………………………

2. Data dan Distribusi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika

Siswa …………...............................................................

B. Uji Kesamaan Kemampuan Awal Fisika ……...……………

1. Uji Normalitas…………………………………………...

2. Uji Homogenitas……………………………….………..

3. Uji-t Dua Ekor……………………………..……………

C. Pengujian Prasyarat Analisis ……………………………….

1. Uji Normalitas………………………………..…….……

2. Uji Homogenitas……………………………..………….

D. Hasil Pengujian Hipotesis ……………………………….…

1. Analisis Variansi Dua Jalan……….………………..…..

E. Pembahasan Hasil Analisis………………..………..…..….

1. Uji Hipotesis Pertama……………………………….…..

2. Uji Hipotesis Kedua……………………………………..

3. Uji Hipotesis Ketiga…………………………………….

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN …….……………

A. Kesimpulan …………………………..………………..…...

B. Implikasi Hasil Penelitian……. …………………..………...

C. Saran ……………………………………………………..…

DAFTAR PUSTAKA ……………………………..………………………

LAMPIRAN ……………………………..………………………………...

48

49

49

50

51

57

57

57

59

61

61

62

62

62

62

63

63

63

65

65

66

67

68

68

68

69

70

73

Page 16: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1

Tabel 2.2

Tabel 2.3

Tabel 2.4

Tabel 2.5

Tabel 2.6

Tabel 3.1

Tabel 3.2

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Tabel 4.3

Tabel 4.4

Tabel 4.5

Tabel 4.6

Tabel 4.7

Tabel 4.8

Tabel 4.9

Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Kooperatif...........

Penentuan Skor Kuis dan Poin Perbaikan.....................................

Tingkat Penghargaan Tim Berdasarkan Skor Rata-Rata Tim.......

Langkah- Langkah dalam Model pembelajaran diskusi....………

Keuntungan dan Kelemahan Model pembelajaran diskusi ……

Volume dan Bentuk dari Wujud Zat…………………..………....

Rancangan Penelitian.....................................................................

Rangkuman Analisis......................................................................

Deskripsi Data Kemampuan Awal Fisika Siswa...........................

Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Fisika Kelas Eksperime.

Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Fisika Kelas Kontrol….

Deskrispi Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa........….

Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Fisika Kelas

Eksperimen……………………………..………………………..

Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Fisika Kelas

Kontrol..........………………………..…………………………...

Hasil Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Fisika Siswa.............

Harga Statistik Uji beserta Harga Kritik pada Uji Normalitas......

Rangkuman Anava Dua Jalan dengan Sel tidak Sama..................

18

22

22

24

24

30

40

56

57

57

58

59

59

60

61

62

63

Page 17: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Gambar 2.2

Gambar 2.3 (a)

Gambar 2.3 (b)

Gambar 2.4 (a)

Gambar 2.4 (b)

Gambar 2.5 (a)

Gambar 2.5 (b)

Gambar 2.6

Gambar 4.1

Gambar 4.2

Gambar 4.3

Gambar 4.4

Ciri-Ciri Model Mengajar ………………..………..……............

Skema Perubahan Wujud Zat........…..…………………………..

Meniskus Cekung ……………………………..…………….......

Meniskus Cembung ……………………………..…………........

Permukaan Raksa dalam Pipa Kapiler ……………………….....

Permukaan Air dalam Pipa Kapiler …………………………......

Permukaan Raksa dalam Bejana Berhubungan ……………........

Permukaan Air dalam Bejana Berhubungan ………………........

Paradigma Penelitian.......……………………..……………........

Histogram Nilai Kemampuan Awal Fisika Siswa Kelas

Eksperimen....................................................................................

Histogram Nilai Kemampuan Awal Fisika Siswa Kelas

Kontrol..........................................................................................

Histogram Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas

Eksperimen..................................................................................

Histogram Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas

Kontrol.........................................................................................

14

31

32

32

33

33

33

33

38

58

59

60

61

Page 18: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Jadwal Penelitian ……………………………..………………………….

2. Satuan Pembelajaran…………………………..………………………….

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……………………………..………

4. Lembar Kerja Siswa ……………………………..………………………

5. Soal-Soal STAD............... ……………………………..………………...

6. Kisi-Kisi Soal Tes Uji Coba Kemampuan Awal Siswa dan Kemampuan

Kognitif Zat dan Wujudnya .......................................................................

7. Soal Tes Uji Coba Kemampuan Awal Siswa dan Kemampuan Kognitif

Siswa ..........................................................................................................

8. Kunci Jawaban Soal Tes Uji Kemampuan Awal Siswa dan Kemampuan

Kognitif Siswa............................................................................................

9. Lembar Jawab Soal Tes Uji Coba Kemampuan Awal Siswa dan

Kemampuan Kognitif Siswa.......................................................................

10. Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Awal Siswa dan Kemampuan Kognitif

Zat dan Wujudnya .....................................................................................

11. Soal Tes Kemampuan Awal Siswa dan Kemampuan Kognitif Siswa.......

12. Kunci Jawaban Soal Tes Kemampuan Awal Siswa dan Kemampuan

Kognitif Siswa............................................................................................

13. Lembar Jawab Soal Tes Kemampuan Awal Siswa dan Kemampuan

Kognitif Siswa ...........................................................................................

14. Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Beda Soal Tes

Uji Coba Kemampuan Awal dan Kemampuan Kognitif Siswa.................

15. Data Nilai Kemampaun Awal Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol Siswa SMP Negeri 1 Playen ……………………………............

16. Uji Normalitas Kemampaun Awal Siswa Kelas Eksperimen....................

17. Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa Kelas Kontrol...........................

18. Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ……………………………..…………………………………….

73

74

79

110

135

139

140

149

150

151

152

159

160

161

165

166

167

168

Page 19: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

19. Uji Kesamaan Kemampuan Awal Siswa Dengan Uji-t Dua Ekor ............

20. Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperimen................

21. Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Kontrol......................

22. Uji Homogenitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol ……………………………..……………………………...

23. Data Induk Penelitian Kelas VII SMP Negeri 1 Playen....... .....................

24. Pengujian Hipotesis Analisis Variansi Dua Jalan dengan Frekuensi Sel

Tak Sama ……………………………..………………………………….

25. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Siswa Kelas

VII SMP N 1 Playen...................................................................................

26. Daftar Penilaian Kelompok STAD Kelas Eksperimen.……...........……...

27. Daftar Kelompok STAD Kelas Eksperimen..............……………………

28. Daftar Kelompok Diskusi Kelas Kontrol....................…………………...

29. Tabel-Tabel Statistik .................................................................................

30. Perijinan ................. ……………………………..……………………….

171

174

175

176

179

180

185

186

191

192

193

202

Page 20: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap orang. Proses

pendidikan merupakan upaya sadar manusia yang tidak pernah ada hentinya untuk

mengembangkan kemampuan dan potensi dalam dirinya. Pada Bab II Pasal 3

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UUSPN No. 20 Tahun 2003).

Berkaitan dengan tujuan tersebut, pendidikan perlu mendapatkan perhatian

dan penanganan yang lebih baik untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Hal

ini dikarenakan bahwa dengan proses pendidikan yang baik diharapkan akan

memperoleh hasil yang baik pula salah satunya adalah terbentuknya sumber daya

manusia yang berkualitas. Ujung pangkal proses pendidikan dapat dicermati dari

proses pembelajarannya.

Keberhasilan suatu proses pembelajaran ditandai dengan pencapaian

tujuan intruksional. Tujuan intruksional ini ditentukan oleh beberapa faktor yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam

diri individu yang sedang belajar. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang

ada diluar individu.

Faktor internal misalnya intelegensi, minat, sikap, keadaan jasmani,

motivasi dan kemampuan awal. Kemampuan awal merupakan prasyarat yang

diperlukan untuk mengikuti proses belajar mengajar. Untuk itu pada awal kegiatan

belajar mengajar seorang pengajar seharusnya mengetahui kemampuan awal

siswanya, sehingga diharapkan pengajar dapat menentukan bagaimana proses

belajar mengajar diatur dan apa metode yang tepat untuk digunakan sehingga

Page 21: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

kegiatan belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Faktor

eksternal meliputi keadaan keluarga, lingkungan belajar, kurikulum, alat-alat

pelajaran, pengajar dan cara mengajarnya atau yang biasa disebut dengan model

pembelajaran.

Menurut Nurulwati dalam Trianto (2007: 5):

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar-mengajar.

Ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli

dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Model tersebut antara lain

model pembelajaran langsung, model pembelajaran kontekstual, model

pembelajaran quantum, model pembelajaran inquiri, model pembelajaran

kooperatif, model pembelajaran diskusi dan lain-lain. Banyaknya model

pembelajaran yang dikembangkan para pakar tersebut harus dipilih model

pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai serta materi

yang akan diajarkan.

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah pengembangan teknis belajar

bersama, saling membantu dan bekerja sebagai sebuah tim (kelompok). Slavin

(1995: 2) mendefinisikan secara spesifik model pembelajaran kooperatif sebagai

”...model pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil

yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dan saling berinteraksi antar

anggota kelompok”.

Model pembelajaran kooperatif akan bisa membantu meningkatkan

pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang ada dikarenakan adanya

interaksi siswa di dalam kelompoknya dan juga adanya interaksi dengan guru

sebagai pengajar. Cara pengelompokannya adalah heterogen baik dari tingkat

prestasi belajar, jenis kelamin, maupun tingkat sosial ekonomi. Dalam kelas

kooperatif, siswa diharapkan mampu saling membantu berdiskusi, dan

berargumentasi sesuai dengan konsep yang dikuasainya. Di dalam setiap

kelompok, siswa yang berkemampuan lebih tinggi akan membantu dalam proses

Page 22: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

pemahaman terhadap siswa yang berkemampuan rendah sehingga akan dapat

segera menyesuaikan dalam proses pemahaman materi. Interaksi dalam setiap

kelompok akan dapat berjalan dengan baik jika setiap kelompok memiliki

kemampuan yang heterogen.

Belajar Fisika merupakan suatu proses yang komplek, sebab siswa tidak

hanya sekedar menerima dan menyerap informasi yang diberikan guru, tetapi

melibatkan diri dalam proses untuk mendapatkan ilmu sendiri. Semakin banyak

yang aktif dalam belajar maka prestasi belajar dimungkinkan makin tinggi. Dalam

usaha meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar maka perlu dikembangkan

melalui pembelajaran yang didasarkan pada teori kebersamaan dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement

Divisions (STAD).

Student Teams Achievement Divisions atau STAD merupakan salah satu

model pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran tipe STAD

diharapkan siswa aktif dalam belajar bersama kelompoknya dengan cara

berdiskusi, berdebat, menilai kemampuan pengetahuan dan mengisi kekurangan

anggota yang lainnya. Dengan model pembelajaran ini, proses belajar tidak

dikuasai oleh segelintir siswa saja tetapi setiap siswa mempunyai kesempatan

yang sama dalam proses belajar. Penyajian materi yang melibatkan siswa aktif

dalam belajar bersama kelompoknya akan memberi kontribusi pada peningkatan

prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar seperti yang dikatakan sebelumnya, salah satunya

dipengaruhi oleh kemampuan awal siswa. Namun tidak semua aspek dari

kemampuan awal siswa yang dimiliki oleh siswa pada awal proses belajar

berpengaruh besar terhadap prestasi belajar siswa. Kemampuan awal tersebut

harus relevan dengan tujuan yang telah ditentukan.

Kemampuan kognitif siswa merupakan salah satu aspek keberhasilan

atau prestasi belajar siswa, karena berkaitan dengan kemampuan siswa menguasai

materi pelajaran. Aspek ini terdiri atas kemampuan untuk mengingat, mengerti,

menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta.

Page 23: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Materi Zat dan Wujudnya merupakan pelajaran Fisika yang berhubungan

dengan kehidupan sehari-hari. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

diharapkan siswa lebih mudah belajar materi Fisika.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dilakukan penelitian untuk

membantu siswa dalam menguasai konsep-konsep ilmu Fisika. Adapun judul

penelitian “PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL

TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMP.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

penulis perlu mengidentifikasikan masalah-masalah yang mungkin muncul dalam

penelitian ini. Adapun identifikasi masalahnya sebagai berikut:

1. Pendidikan merupakan usaha memperbaiki kualitas sumber daya manusia.

2. Keberhasilan suatu proses pembelajaran ditandai dengan pencapaian tujuan

intruksional. Tujuan intruksional ini ditentukan oleh beberapa faktor yaitu

faktor internal dan faktor eksternal

3. Kemampuan awal merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mengikuti

proses belajar mengajar.

4. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran

kooperatif yang menekankan siswa aktif dalam belajar bersama kelompoknya

dengan cara berdiskusi, berdebat, menilai kemampuan pengetahuan dan

mengisi kekurangan anggota yang lainnya.

5. Penyajian materi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar bersama

kelompoknya akan memberi kontribusi pada peningkatan prestasi belajar

siswa.

Page 24: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang timbul, maka dalam penelitian

dibatasi pada :

1. Pembelajaran dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

untuk kelas eksperimen dan diskusi untuk kelas kontrol.

2. Kemampuan awal Fisika siswa yang dimaksud adalah kemampuan awal yang

diperoleh dari nilai pre-test pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya.

3. Pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan awal Fisika siswa dalam

kategori tinggi dan rendah.

4. Materi pelajaran yang diambil adalah pokok bahasan Zat dan Wujudnya di

SMP semester I tahun ajaran 2009/2010.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah dapat dirumuskan beberapa masalah

sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara model

pembelajaran menggunakan kooperatif tipe STAD dan diskusi pada pokok

bahasan Zat dan Wujudnya?

2. Adakah perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara kemampuan awal

Fisika siswa kategori tinggi dan rendah pada pokok bahasan Zat dan

Wujudnya?

3. Adakah interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal Fisika

terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Zat dan

Wujudnya?

E. Tujuan Penelitian

Setelah mengetahui perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan

dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kemampuan kognitif Fisika

siswa antara model pembelajaran menggunakan kooperatif tipe STAD dan

diskusi pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya.

Page 25: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kemampuan kognitif Fisika

siswa antara kemampuan awal Fisika siswa kategori tinggi dan rendah pada

pokok bahasan Zat dan Wujudnya.

3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya interaksi antara model pembelajaran dan

kemampuan awal Fisika terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada

pokok bahasan Zat dan Wujudnya.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat :

1. Memberi masukan kepada guru dan calon guru agar dapat memilih model yang

tepat dalam penyampaian materi.

2. Memberi masukan kepada guru dan calon guru yang mengadakan penelitian

selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini dalam ruang lingkup yang

lebih luas dan pembahasan yang lebih mendalam.

Page 26: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar

Belajar sebagai suatu kegiatan yang mencakup berbagai proses yang

terjadi dalam kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus

mengembangkan diri. Belajar memiliki makna yang sangat luas dan komplek,

sehingga pengertian belajar banyak dipengaruhi oleh teori-teori belajar yang

dianut oleh seseorang.

Menurut Tabrani Rusyan (1989: 78), “Belajar adalah proses yang

memungkinkan berbagai potensi yang ada pada diri peserta didik dalam

berinteraksi secara aktif dengan guru, peserta didik lain dengan konsep dan fakta

yang muncul dikelas, dan dengan lingkungan belajar sebagai satu kesatuan”.

Menurut Winkel (1996: 53) menyatakan, “Belajar adalah suatu aktivitas mental

atau spikis, berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai

sikap. Perubahan itu relatif konstan dan berbekas”. Kemudian menurut Nana

Sujana (1996: 5),” Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya

perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman,

sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan

aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar”.

Dari beberapa pendapat tentang definisi belajar dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku,

pemikiran maupun keterampilan. Perubahan itu membentuk kemampuan baru

yang dimiliki dalam waktu relatif lama, serta terjadi karena usaha sadar individu

yang sedang belajar.

Page 27: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

b. Prinsip-prinsip Belajar

H. J. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanti, dan Sutijan mengutip dari

pendapat S. Nasution menungkapkan bahwa:

Prinsip-prinsip belajar yaitu prinsip-prinsip yang terkait dalam proses belajar. Belajar itu sangat kompleks. Belajar membawa sesuatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang. (Gino et al, 1997: 51-52)

Ada beberapa prinsip-prinsip belajar yang dirangkum dari Slameto

(1995: 27-28) sebagai berikut:

1) Dalam belajar siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat

dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

2) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian

yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

3) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada

siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

4) Belajar itu adalah proses kontinu, maka harus tahap demi tahap menurut

perkembangannya.

5) Belajar adalah proses organisasi dan adaptasi.

6) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan

tujuan instruksional yang harus dicapainya.

7) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga anak dapat belajar dengan

tenang.

8) Belajar perlu lingkungan yang menantang, dimana anak dapat

mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.

9) Belajar itu perlu interaksi anak dengan lingkungannya.

10) Belajar adalah proses kontinuitas yaitu hubungan antara pengertian yang satu

dengan pengertian yang lain, sehingga mendapatkan pengertian yang

diharapkan.

11) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian itu

mendalam pada anak.

Page 28: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

c. Tujuan Belajar

Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat

penting, karena semua komponen yang ada dalam sistem pembelajaran

dilaksanakan atas dasar pencapaian tujuan belajar. Menurut Oemar Hamalik

(2003: 109), ”Tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku

yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran. Tujuan

belajar merupakan cara yang akurat untuk menentukan hasil pembelajaran.”

Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

lingkungan belajar yang baik. Sistem lingkungan yang baik itu terdiri dari

komponen-komponen pendukung antara lain tujuan belajar yang akan dicapai,

bahan pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan, guru dan siswa yang

memainkan peranan dalam pembelajaran, jenis kegiatan, dan sarana prasarana

yang tersedia.

Menurut Anderson L.W dan Krathwohl dalam Achmad Samsudin (2010

: 12-31) taksonomi Bloom yang direvisi meliputi ranah kognitif, afektif dan

spikomotorik. Pada ranah kognitif terdiri dari enam komponen yaitu mengingat

(remembering), mengerti (understanding), menerapkan (applying), menganalisis

(analyzing), mengevaluasi (evaluating), mencipta (creating). Pada ranah afektif

(sikap) terdiri dari lima komponen yaitu menerima (receiving), menanggapi

(responding), menilai (valuing), mengorganisasi (organization), menjadi karakter

(characterization). Sedangkan pada ranah psikomotor terdiri dari lima komponen

yaitu imitasi (imitation), manipulasi (manipulation), presisi (precision), artikulasi

(articulation), naturalisasi (naturalization).

Berdasar uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah

hasil yang hendak dicapai setelah pembelajaran. Sesuai tujuan belajar, yaitu

mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan ketrampilan, serta

pembentukan sikap, hasil belajar juga meliputi ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Page 29: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

d. Mengajar

Mengajar adalah membimbing kegiatan siswa belajar. Mengajar

merupakan suatu proses yang kompleks, tidak hanya sekedar menyampaikan

informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan yang harus

dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada seluruh

siswa.

Nana Sudjana (1996: 7) berpendapat bahwa “Mengajar adalah

membimbing siswa belajar. Mengajar adalah mengatur dan mengorganisasi

lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat mendorong dan

menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar “. Menurut Roestiyah (1998: 2)

“Mengajar adalah bimbingan kepada anak dalam proses belajar. Dalam definisi ini

menunjukkan bahwa yang aktif sekali adalah anak-anak, sedangkan guru hanya

membimbing, menunjukkan jalan dengan mengingatkan kepribadian anak yang

berbeda-beda”. Sedangkan Oemar Hamalik (2003: 11) mengatakan bahwa

“Mengajar adalah aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-

baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi anak-anak untuk melakukan

proses belajar mengajar secara efektif.”

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah cara

menyampaikan ilmu pengetahuan atau pemahaman kepada siswa dengan

mengatur, mengorganisasi lingkungan di sekitar siswa untuk berlangsungnya

kegiatan belajar yang efektif dalam membantu pemahaman siswa secara optimal.

Belajar dapat dikatakan berhasil bila subjek belajar mengalami proses belajar

sebagai akibat dari usahanya.

e. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan

proses belajar mengajar, terutama dalam hal cara mengajar. Pembelajaran adalah

sesuatu yang disengaja dan dengan usaha sadar agar siswa dapat belajar. Hal ini

dapat dilakukan dengan cara mengaktifkan faktor-faktor yang berkaitan dalam

proses belajar mengajar. Menurut Gino et al (1997: 32) “Pembelajaran adalah

usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan

mengaktifkan faktor ekstern dan faktor intern dalam kegiatan belajar mengajar”.

Page 30: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2003: 10), “pembelajaran adalah suatu

kombinasi yang tesusun meliputi unsur-unsur manusia, material, fasilitas,

perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan

belajar”. Tujuan jangka panjang dari proses pembelajaran adalah membantu siswa

mencapai kemampuan yang baik untuk dapat belajar lebih mudah dan efektif

sehingga siswa mempunyai kecakapan dan ketrampilan tertentu untuk menjadi

pribadi yang matang.

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa

komponen antara lain:

1) Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

2) Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar, katalisator belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

3) Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar mengajar. Perubahan perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotorik, dan afektif.

4) Isi pelajaran yakni segala informasi berupa fakta prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

5) Metode, yakni cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.

6) Media, yakni bahan pembelajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka mencapai tujuan.

7) Evaluasi, yakni cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya.

Gino et al (1997: 30-31)

2. Pembelajaran IPA di SMP

a. Hakikat IPA

IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara

sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan. Carin dan Sund dalam Herbert Druxes (1986: 21)

mendefinisikan IPA sebagai, “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara

teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan

Page 31: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

eksperimen”. Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik dan non manusia tentang

bumi dan alam sekitarnya.

Hakikat IPA meliputi tiga hal yaitu:

1) Produk IPA

Produk IPA adalah semua pengetahuan tentang gejala alam yang telah

dikumpulkan melalui pengamatan atau observasi. Produk IPA berupa fakta,

konsep, prinsip, hukum dan teori.

2) Proses IPA

Proses IPA sering disebut juga proses ilmiah atau metode ilmiah. Yang

disebut dengan metode ilmiah adalah gabungan antara penataran dan

pengujian secara empiris. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah

identifikasi masalah, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, melakukan

eksperimen, pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan.

3) Nilai dan sikap ilmiah

Selama melakukan metode ilmiah melalui proses observasi, eksperimen dan

berfikir logis harus digunakan sikap jujur, obyektif dan komunikatif agar

dapat mencapai hasil IPA yang benar.

Ketiga unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak

dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA unsur-unsur

tersebut diharapkan dapat muncul, sehingga siswa dapat mengalami proses

pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan

pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam

menemukan fakta baru.

b. Tujuan Mata Pelajaran IPA di SMP

Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan No. 22 tahun 2006 tentang KTSP

tujuan mata pelajaran IPA di SMP adalah agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut:

1) Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan ciptaan Nya.

Page 32: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

2) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep

dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat.

4) Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bersikap

dan bertindak serta berkomunikasi.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,

dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam.

6) Meningkatan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

Berdasarkan beberapa tujuan pembelajaran IPA di SMP tersebut

diharapkan siswa mampu berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mampu

mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup dengan mendapat

pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan

ketrampilan proses dan sikap ilmiah.

Bahan materi IPA untuk SMP merupakan kelanjutan bahan kajian IPA

SD yang meliputi aspek-aspek:

1). Makhluk hidup dan proses kehidupan

2). Materi dan sifatnya

3). Energi dan perubahannya

4). Bumi dan alam semesta

3. Model Pembelajaran

“Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dalam tutorial

dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya

buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.” (Joyce dalam Trianto,

Page 33: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

2007: 5). Menurut Nurulwati dalam Trianto (2007: 5), “Model pembelajaran

adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan

berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar

dalam merencanakan aktivitas belajar-mengajar”. Sedangkan menurut Richard I.

Arends (1997: 7) “The term teaching model refers to a particular approach to

instruction that includesits goals, syntax, environment, and management system.”

Istilah model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran

tertentu termasuk tujuan, sintak, lingkungan, dan sistem pengelolaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah

suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.

Model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas dari pada strategi,

metode atau prosedur. Model pembelajaran memiliki ciri khusus yang tidak

dimiliki oleh stategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut yaitu:

1) Landasan berfikir teoritis yang jelas dan masuk akal (coherent theoretical

rationale)

2) Titik pandang tentang apa dan bagaimana siswa belajar yang berorintasi pada

hasil belajar yang diinginkan (intended learning outcome)

3) Menuntut perilaku-perilaku mengajar yang membuat model bekerja (required

techer behavior), dan

4) Menuntut struktur kelas yang membawa menuju hasil belajar yang diinginkan

(required classroom structures).

Coherent Theoretical Rationale

Intended Learning Outcomes

Required Techer Behaviors

Required Classroom Structures

Gambar 2.1 Ciri-Ciri Model Mengajar

(Richard, I. Arends, 1997: 7)

Page 34: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Banyaknya model pembelajaran yang dikembangkan para pakar tersebut

tidaklah berarti semua pengajar menerapkan semuanya untuk setiap mata

pelajaran karena tidak semua model cocok untuk setiap topik atau mata pelajaran.

Trianto (2007: 9) mengungkapkan bahwa:

Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Sanjaya dalam Sugiyanto (2008: 8) menjelaskan ada 8 prinsip memilih

strategi pembelajaran, yaitu: berorientasi pada tujuan, mendorong aktivitas siswa,

memperhatikan aspek individual siswa, mendorong proses interaksi, menantang

siswa untuk berfikir, menimbulkan inspirasi siswa untuk membuat dan menguji,

menimbulkan proses belajar yang menyenangkan, serta mampu memotivasi siswa

belajar lebih maju.

Tidaklah setiap model pembelajaran mampu megembangkan delapan

penggunaan model pembelajaran yang diungkapkan tersebut. Setiap model

pembelajaran memberikan tekanan pada aspek tertentu. Oleh karena itu, setiap

pengajar dapat memilih model pembelajaran sesuai dengan pembelajaran yang

ingin dicapainya.

a. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah pengembangan teknis belajar

bersama, saling membantu dan bekerja sebagai sebuah tim (kelompok). Jadi

pembelajaran kooperatif berarti belajar bersama, saling membantu dalam

pembelajaran agar setiap anggota kelompok dapat mencapai tujuan atau

menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik.

Slavin (1995: 2) mendefinisikan secara spesifik model pembelajaran

kooperatif sebagai ”...model pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam

suatu kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dan saling

berinteraksi antar anggota kelompok”. Sedangkan menurut Zakaria et al (2007),

Page 35: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

”Cooperative learning is grounded in the belief that learning in sharing ideas and

work cooperatively to complete academic tasks”.

Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-

kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen,

kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan

dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada

siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar.

Dalam kegiatan belajarnya, siswa dituntut untuk dapat bekerjasama

dalam kelompok yang heterogen. Belajar kooperatif ini akan menampilkan

kemampuan individu tetapi tetap bergantung pada keadaan kelompok, dalam hal

ini siswa memperoleh suatu informasi kemudian mengajarkan informasi tersebut

kepada anggota kelompoknya ataupun keseluruhan dalam satu kelas jika

memungkinkan.

Menurut Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2002: 30-34)

menyebutkan bahwa ada 5 unsur yang terdapat dalam model pembelajaran

kooperatif, yaitu:

1) Saling ketergantungan positif. Keberhasilan kelompok sangat bergantung pada

usaha setiap anggota kelompok.

2) Tanggung jawab perseorangan. Artinya, setiap anggota kelompok harus

melaksanakan tugasnya dengan baik untuk keberhasilan tugas kelompok.

3) Tatap muka. Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap

muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan membentuk sinergi yang

menguntungkan bagi semua anggota.

4) Komunikasi antar anggota. Dalam hal ini siswa tentu harus dibekali dengan

teknik berkomunikasi.

5) Evaluasi proses kelompok. Perlu ada waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama kelompok agar

selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Page 36: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Johnson, Johnson dan Holubec (1994) dalam Zakaria et al (2007)

menjelaskan tentang lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu:

(a) Positive interdependence: The success of one learner is dependent on the success of the other learners.

(b) Promotive interaction : Individual can achieve promotive interaction by helping each other, exchanging resources, challenging each other’s conclusions, providing feedback, encouraging and striving for mutual benefits.

(c) Individual accountability: Teachers should assess the amount of effort that each member is contributing. These can be done by giving an individual test to each student and randomly calling students to present their group’s work.

(d) Interpersonal and small-group skills: Teachers must provide opportunities for group members to know each other, accept and support each other, communicate accurately and resolve differences constructively.

(e) Group processing: Teachers must also provide opportunities for the class to assess group progress. Group processing enables group to focus on good working relationship, facilitates the learning of cooperative skills and ensures that members receive feedback.

Adapun langkah-langkah dasar yang dilakukan dalam menerapkan

pembelajaran kooperatif antara lain adalah:

a. Presentasi tujuan dan maksud

Guru menerangkan tujuan pembelajaran dan maksud dari penerapan

model pembelajaran yang dilakukan serta semua proses pembelajaran yang

akan dilakukan bersama dengan siswa.

b. Presentasi informasi

Guru mempresentasikan informasi kepada siswa. Informasi tersebut

berisi tentang materi yang dipelajari sebelumnya maupun materi yang akan

dipelajari dalam proses belajar yang akan dilakukan serta keterkaitan antara

keduanya. Proses penjelasan tersebut dapat dilakukan melalui cara biasa

(menjelaskan secara manual) ataupun melalui demonstrasi alat dan lain- lain.

c. Mengorganisasikan siswa kedalam beberapa kelompok pembelajaran

Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok belajar dan membantu

mereka untuk berkelompok sesuai dengan kelompoknya sehingga proses

Page 37: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

transisi dari keadaan biasa (belum berkelompok) kedalam keadaan

berkelompok dapat berjalan efektif.

d. Membantu kerja tim dalam proses belajar

Guru memantau jalannya proses belajar pada masing-masing siswa

secara individu atau masing-masing kelompok belajar mempresentasikan hasil

pekerjaan mereka.

e. Evaluasi materi

Guru memberikan tes evaluasi kepada masing-masing siswa secara

individu atau masing-masing kelompok belajar mempresentasikan hasil

pekerjaan mereka.

f. Publikasi atau penguatan

Guru memberikan penghargaan ataupun penguatan kepada siswa atau

kelompok yang memperoleh prestasi terbaik.

Langkah-langkah tersebut sesuai dengan tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1 Langkah-langkah Dalam Model Pembelajaran Kooperatif SYNTAX OF THE COOPERATIVE LEARNING MODEL

Phase Teacher Behavior Phase 1 Present goals and set

Teacher goes over objectives for the lesson and established learning set

Phase Present information

Teacher present information to students with either demonstration or text.

Phase 3 Organize students into learning teams

Teacher explains to students how to form learning team and helps groups make efficient transition

Phase 4 Assist team work and study

Teacher assists learning teams as they do their work

Phase 5 Test over material

Teacher test over learning materials or groups present result of their work

Phase 6 Provide recognition

Teacher finds ways to recognize both individual and group efforts and achievement

(Richard, I. Arends, 1997:130)

Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa

kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama dalam

Page 38: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor

bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya,

yang memiliki orientasi bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, siswa

kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi

pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang

hubungan ide-ide yang terdapat dalam materi tertentu. Tujuan penting lain dari

pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan pada siswa keterampilan

kerjasama dan kolaborasi.

Slavin (1995: 16-17) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan suatu situasi sedemikian hingga keberhasilan anggota kelompok mengakibatkan keberhasilan kelompok itu sendiri. Oleh sebab itu mencapai tujuan kelompok, maka salah seorang anggota melakukan apa saja yang dapat membantu kelompok itu berhasil.

Slavin (1995: 5) membedakan pembelajaran kooperatif dalam beberapa

tipe yaitu Student Team Achievement Division (STAD), Teams Games

Tournaments (TGT), Team Assisted Individualization (TAI), Cooperative

Integrated Reading And Composition (CIRC), dan Jigsaw.

Kelebihan model pembelajaran kooperatif yaitu : a. Meningkatkan kemampuan siswa. b. Meningkatkan rasa percaya diri. c. Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian. d. Memperbaiki hubungan antar kelompok. Kelemahan model pembelajaran kooperatif yaitu: a. Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakan b. Bila terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk c. Bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa dalam kelompok

sehingga usaha kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya. (Slavin, 1995: 2)

Pembelajaran kooperatif membuat setiap siswa saling bekerja sama satu

lain, berdiskusi dan berpendapat, menilai kemampuan pengetahuan dan saling

mengisi kekurangan anggota lainnya. Apabila dapat diorganisasikan secara tepat

maka siswa akan lebih menguasai konsep yang diajarkan.

Tipe pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Student Teams Achievement Division (STAD).

Page 39: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Student Teams Achievement Division (STAD)

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu

model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model

pembelajaran secara tim.

Slavin 1990 dalam Micheal Van Wyk (2010) menjelaskan bahwa “STAD

is one of the simplest and most extensively researched forms of all cooperative

learning techniques, and it could be an effective instrument to begin with for

teachers who are new to the cooperative learning technique”.

Slavin (1990) dalam jurnal Micheal Van Wyk (2010) menjelaskan bahwa

Stipulated five major components of the STAD, namely class presentations, teams, quizzes, individual improvement scores, and team recognition. The researcher implemented a modified STAD during the contact sessions and focused on elements such as direct instruction, class demonstrations, student presentations through role play, simulations and group discussions.

Adapun langkah-langkah pembelajaran STAD menurut Slavin terdiri dari

lima komponen utama sebagai berikut :

1) Presentasi Kelas

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi kelas.

Ini merupakan pembelajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau

diskusi-pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan

presentasi audio-visual. Bedanya presentasi kelas dengan pembelajaran biasa

hanyalah bahwa presentasi tersebut harus benar-benar berfokus pada unit

STAD tersebut. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka

harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena

dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis dan skor

kuis mereka menentukan tim mereka.

2) Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari

kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi

utama tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar

belajar dan lebih khusus lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk

bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya,

Page 40: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang

paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan

bersama, membandingkan jawaban, dan mengkoreksi tiap kesalahan

pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.

Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya,

yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk

tim dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap

anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik

penting dalam pembelajaran dan itu adalah untuk memberikan perhatian dan

respek yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti

hubungan antarkelompok, rasa harga diri, penerimaan terhadap siswa-siswa

mainsterm.

3) Kuis

Setelah sekitar satu atau dua periode memberikan presentasi dan sekitar

satu atau dua praktek tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Siswa

tidak boleh untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga tiap

siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.

4) Skor Kemajuan Individual

Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan

kepada setiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka

bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada

sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal

kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat

melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberi

skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya

dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan

poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka

dibandingkan dengan skor awal mereka.

Page 41: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

5) Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila

skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga

digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

(Slavin, 2008 : 143-146)

Tabel 2.2 Penentuan Skor Kuis dan Poin Perbaikan Skor Kuis Poin Perbaikan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

10-1 poin di bawah skor awal 10

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20

Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

Kertas jawaban sempurna tidak (terlepas dari skor awal) 30

(Slavin, 2008: 159)

Tingkat penghargaan tim berdasarkan skor rata-rata tim seperti dalam

tabel 2.3 dibawah ini :

Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Tim Berdasarkan Skor Rata-Rata Tim Skor rata-rata tim Penghargaan

15 Tim Baik

16 Tim Sangat Baik

17 Tim Super

(Slavin, 2008: 160)

b. Pembelajaran Diskusi

Diskusi menurut Suryosubroto dalam Trianto (2007: 117) “Diskusi

adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang bergabung dalam satu

kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-

sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu

masalah”.

Arends dalam Classroom Intruction and Management (1997: 201)

menyatakan bahwa ”...discussions are situations in which teachers and students

and other students talk with one another and share ideas and opinions”. Diskusi

Page 42: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

adalah situasi guru dan siswa dan siswa dengan siswa yang lain berbincang satu

sama lain dan bertukar ide dan pendapat.

Dalam dikusi, unsur dialog antara dua orang atau lebih menjadi unsur

utama untuk membahas suatu permasalahan. Diskusi ini dapat menjadi bagian

atau fase dari model-model pembelajaran yang lain. Misalnya, diskusi

berlangsung pada pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran direct

intruction pada bagian akhir, guru mengecek pemahaman siswa dan membantu

siswa mengembangkan pemikiran siswa terhadap informasi atau perilaku tertentu.

Dalam pembelajaran kooperatif, diskusi dapat berlangsung pada kelompok-

kelompok kecil, sedangkan dalam problem based learning, diskusi diperlukan

untuk mencapai tujuan intruksional dari model.

Dalam penelitian ini yang dimaksud diskusi adalah model pembelajaran

yang berdiri sendiri yang disebut diskusi kelas, yang memiliki tahapan tertentu.

Arends dalam Classroom Intruction and Management (1997: 201)

menyebutkan tiga tujuan penggunaan diskusi kelas oleh guru, yaitu:

1) Discussion improves student thiking and help them construct their own understanding of academic content.

2) Discussion promotes student involvement and engangement. 3) Discussion is used by teachers to help students learn important

communication skills and thiking processes. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa tujuan diskusi

kelas yaitu: membantu daya berfikir siswa dan membantu mereka membentuk

pemahaman pribadi terhadap isi pelajaran, mempromosikan siswa untuk

melaksanakan penelitian dan reset, dan membantu siswa belajar tentang

ketrampilan komunikasi dan proses berfikir yang penting.

Adapun langkah-langkah dasar yang dilakukan dalam menerapkan Model

Pembelajaran Diskusi kelas antara lain adalah

1) Menyediakan tujuan dan seting

Guru menyampaikan tujuan diskusi dan menyiapkan siswa untuk ambil bagian

dalam diskusi.

Page 43: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

2) Fokus diskusi

Guru menjelaskan antara pokok diskusi, memberikan pertanyaan awal, dan

memberikan topik diskusi.

3) Pelaksanaan diskusi

Guru memantau interaksi siswa, mengajukan pertanyaan mendegarkan dan

merespon jawaban, membuat catatan selama diskusi, dan memberikan

gagasannya sendiri.

4) Mengakhiri diskusi

Guru membantu mengarahkan diskusi pada kesimpulan atau mencoba

mengekspesikan arti ungkapan siswa selama diskusi

5) Tanya jawab singkat tentang proses diskusi

Guru meminta siswa untuk menerungkan proses berfikir dan diskusi mereka.

Langkah-langkah tersebut sesuai dengan tabel sebagai berikut: Tabel 2.4 Langkah-Langkah Dalam Model Pembelajaran Diskusi

SYNTAX FOR HOLDING DISCUSSION Phase

Phase 1 Provide object and set

Teacher Behavior Teacher goes over the objectives for the discussion and gets student ready participate

Phase Focus discussion

Teacher provides a focus for discussion by describing ground rules, asking an initial question, presenting a puzzling situation or describing a discussion issue

Phase 3 Hold discussion

Teacher monitors students interactions, asks questions, listens to ideas, responds to ideas, enforces the ground reles own ideas

Phase 4 End the discussion

Techer helps bring the discussion to a close by summarizing or expressing to meaning the discussion has had for him or her

Phase 5 Debrief the discussion

Teacher asks student to examine their discussion and thiking processes

(Richard, I. Arends, 1997:202)

Menurut Suryosubroto dalam Trianto (2007: 127-128) Model

Pembelajaran Diskusi mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Tabel 2.5 Keuntungan dan Kelemahan Model Pembelajaran Diskusi Keuntungan Model Pembelajaran Diskusi Kelemahan Model Pembelajaran Diskusi a. Dikusi melibatkan semua siswa secara

langsung dalam KBM

a. Suatu diskusi dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya sebab tergantung kepada

Page 44: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

b. Setiap siswa dapat menguji tingkat

pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing

c. Diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah

d. Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan (kemampuan) diri sendiri

e. Diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa

kepemimpinan dan partisipasi anggota-anggotanya

b. Suatu diskusi memerlukan ketrampilan-ketrampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya

c. Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang ”menonjol”

d. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan

e. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak

f. Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalah

g. Jumlah siswa yang terlalu besar di dalam kelas akan mempengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya.

(Trianto, 2007: 127-128)

Trianto (2007: 121-122) membedakan model atau strategi pembelajaran

diskusi dalam beberapa tipe yaitu:

1) Berpikir-Berpasangan-Berbagi (Think-Pair-Share)

Terdapat tiga tahap dalam teknik ini, yaitu

a) Berpikir, guru menguji pertanyaan atau permasalahan dan kesempatan

berpikir sebelum siswa menjawab permasalahan yang diajukan.

b) Berpasangan, guru meminta siswa berpasangan untuk menjawab

permasalahan.

c) Berbagi, guru meminta siswa secara berpasangan menyampaikan jawaban

permasalahan pada yang lain.

2) Kelompok Aktif (Buzz Group)

Dalam kelompok aktif, guru meminta siswa membentuk kelompok-kelompok

yang terdiri atas 3-6 siswa untuk mendiskusikan tentang ide siswa pada materi

pelajaran. Setiap kelompok menetapkan seorang anggota untuk mendaftar

Page 45: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

semua gagasan yang muncul dalam kelompok. Selanjutnya guru meminta

setiap kelompok aktif menyampaikan hasil diskusi kelompok pada kelas.

3) Bola Pantai (Beach Ball)

Guru memberi bola kepada salah seorang siswa untuk memulai diskusi dengan

pengertian bahwa hanya siswa yang memegang bola yang boleh berbicara.

Siswa lain mengangkat tangan agar mendapat bola jika ingin mendapat giliran

berbicara.

Tipe pembelajaran diskusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kelompok aktif (Buzz Group).

4. Kemampuan Awal Siswa

Kemampuan awal adalah kemampuan dan ketrampilan yang relevan

yang dimiliki siswa pada saat akan mengikuti suatu program pembelajaran. Nana

Sudjana (1991:15) mengatakan bahwa: ”pengetahuan dan kemampuan baru

membutuhkan kemampuan sebelumnya dan kemampuan yang lebih rendah dari

kemampuan baru tersebut”.

Dalam proses belajar kemampuan awal sangat berpengaruh dalam

keberhasilan mengajar. Oleh karena itu, kemampuan awal sering diikutsertakan

sebagai titik tolak dalam perencanaan dan pengelolaan pembelajaran.

Untuk mengetahui kemampuan awal siswa digunakan beberapa metode

yaitu :

a. Menggunakan catatan atau dokumentasi yang tersedia

Dokumen yang dimaksud misalnya Surat Tanda Tamat Belajar (STTB),

nilai raport, nilai tes intelegensi, nilai tes masuk, catatan-catatan mengenai

prestasi dalam berbagai bidang kegiatan yang pernah diperoleh.

b. Mengunakan tes prasyarat dan tes awal

Tes prasyarat adalah tes untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki

pengetahuan ketrampilan yang diperlukan untuk mengikuti suatu pelajaran.

Sedang tes awal (pretes) adalah tes untuk mengetahui seberapa jauh telah

memiliki pengetahuan atau ketrampilan mengenai pelajaran yang hendak

diikuti.

Page 46: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

c. Mengadakan konsultasi individu

Dengan mengadakan konsultasi individu terhadap siswa, maka guru akan

lebih dapat mengadakan pendekatan personel untuk memperoleh informasi

mengenai minat, sikap, keinginan siswa dan lain-lain.

d. Menyampaikan angket

Abdul Ghafur (1982: 60)

Kemampuan awal dapat dilihat dari hasil tes yang dilaksanakan sebelum

siswa menerima pelajaran atau dari hasil tes materi sebelumnya. Hasil tes

digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dan penguasaan materi Fisika.

Jadi kemampuan awal yang dilihat dari hasil tes yang menjadi dasar untuk

mempelajari pengetahuan baru dan untuk mendapatkan kemampuan yang lebih

tinggi.

5. Kemampuan Kognitif

Siswa yang belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif

dan psikomotorik terhadap lingkungan. Ada beberapa ahli yang mempelajari

ranah-ranah tersebut dengan hasil penggolongan kemampuan pada ranah kognitif,

afektif dan pskikomotorik secara hierarkis.

Menurut Taksonomi Bloom revisi Anderson dan Krathwohl dalam

Achmad Samsudin (2010 : 22-31), ranah kognitif terdiri enam tingkatan yakni:

a. Mengingat (Remembering)

Mengingat adalah kemampuan memanggil kembali pengetahuan yang relevan

dari memori jangka panjang. Kemapuan ini merupakan kemampuan untuk

mengenal atau mengingat kembali sesuatu objek, ide, prosedur, prinsip atau

teori yang pernah ditemukan dalam pengalaman tanpa mengubah dalam bentuk

atau simbol lain.

b. Mengerti (Understanding)

Mengerti adalah kemampuan untuk membangun kembali pesan pembelajaran

lisan, tulisan dan komunikasi grafik. Kemampuan mengerti disebut juga

dengan istilah ”memahami”. Contohnya memahami fakta atau prinsip,

menafsirkan bahan lisan, atau menafsirkan bagan.

Page 47: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

c. Menerapkan (Applying)

Menerapkan adalah kemampuan untuk menggunakan bahan yang telah

dipelajari ke dalam situasi baru yang nyata meliputi aturan, metode, konsep,

prinsip, hukum, teori. Misalnya seseorang mampu untuk memberi contoh,

menggunakan, mengklasifikasikan, memanfaatkan, menyelesaikan, dan

mengidentifikasikan.

d. Menganalisis (Analyzing)

Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan materi ke dalam bagian-

bagiannya dan menentukan bagaimana bagian-bagian berhubungan satu

dengan yang lain. Kemampuan meliputi identifikasi bagian-bagian, mengkaji

hubungan antara bagian-bagian, mengenali prinsip-prinsip organisasi.

e. Mengevaluasi (Evaluating)

Mengevaluasi merupakan kemampuan untuk membuat pertimbangan

berdasarkan kriteria dan standar. Kemampuan ini meliputi mengecek dan

mengkritisi.

f. Mencipta (Creating)

Mencipta merupakan kemampuan untuk menggabungkan unsu-unsur secara

bersama untuk membentuk suatu hubungan yang fungsional, mengorganisasi

kembali bagian-bagian ke dalam pola atau strruktur yang baru. Kemampuan ini

meliputi membangun, merencakanan, dan menghasilkan.

Berdasarkan uraian di atas, tingkatan tersebut menunjukkan tingkatan

berfikir siswa yang semakin kompleks. Dalam proses pembelajaran Fisika pada

sekolah menengah, ranah kognitif sering dijadikan objek sebagai hasil belajar.

Hasil belajar siswa dapat diketahui jika diadakan penilaian melalui evaluasi.

Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai Fisika siswa merupakan hasil belajarnya.

Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) tingkat kognitif yang ditekankan adalah

pada tingkat mengingat, mengerti, menerapkan, dan menganalisis.

6. Materi Zat dan Wujudnya

a. Pengertian Zat dan Wujudnya

Semua benda terdiri atas zat atau materi. Walaupun zat-zat penyusun

benda itu berlainan jenis dan wujudnya, tetapi ada dua sifat yang yang sama

Page 48: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

pada zat-zat itu, yaitu menempati ruang dan memiliki massa. Jadi zat adalah

sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa.

b. Massa Jenis Zat

Hasil bagi massa dengan volum dari satu jenis zat menghasilkan sebuah

bilangan tetap bilangan tetap ini didefinisikan sebagai massa jenis benda. Jadi

massa jenis adalah massa benda dibagi dengan volum benda.

Di dalam perumusan, massa jenis dituliskan:

dengan:

m : massa benda, satuannya gram atau kilogram,

V : volum benda, satuannya cm3 atau m3,

ρ : massa jenis, satuannya g/cm3 atau kg/m3.

c. Wujud Zat

Zat-zat dikelompokkan menjadi tiga wujud yang berbeda,yaitu zat padat,

cair, dan gas.

� Padat, memiliki bentuk dan volume yang selalu tetap. Misalnya: batu,

kayu, tanah dan lain-lain.

� Cair, bentuk sesuai dengan tempatnya, volume tetap. Misalnya: air, bensin,

minyak dan lain-lain.

� Gas, bentuk dan volume berubah-ubah. Misalnya: gas, oksigen, uap air

dan lain-lain.

d. Sifat Zat

Zat padat, zat cair, dan gas memiliki sifat yang berbeda.

1) Zat Padat

Sifat Zat padat adalah memiliki bentuk dan volumenya selalu tetap.Besi,

kayu, karet, buku, merupakan contoh dari zat padat.

2) Zat Cair

Sifat zat cair adalah bentuknya berubah sesuai wadah yang ditempatinya

dan volumenya tetap.

V

m=ρ

Page 49: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

3) Gas

Pada saat air dipanaskan sampai 1000 C, akan terbentuk uap air. Uap air

merupakan gas. Dengan demikian terjadi perubahan wujud dari zat cair

menjadi gas. Jika uap air (gas) ini ditampung, uap air akan mengisi seluruh

ruangan wadah atau bentuknya menjadi seperti wadah yang ditempatinya.

Volume uap air tersebut juga berubah dan mengisi seluruh ruangan yang

ada. Sifat gas adalah bentuk dan volumenya selalu berubah sesuai wadah

yang ditempatinya.

Tabel 2.6. Volume dan Bentuk dari Wujud Zat Wujud Zat Volum Zat Bentuk Zat

Padat

Cair

Gas

Tetap

Tetap

Berubah- ubah

Tetap

Berubah- ubah

Berubah- ubah

e. Perubahan Wujud Zat

Air dapat berubah menjadi es jika dibekukan dan sebaliknya es dapat

berubah menjadi air kembali jika dipanaskan. Air dan es memiliki komponen

penyusun yang sama, tetapi memiliki wujud yang berbeda. Air juga dapat

menguap, hal ini berarti air dapat berubah menjadi gas. Air dapat berada pada 3

wujud zat yaitu: zat padat (es), zat cair (air), dan gas (uap air).

Dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat bahwa es dapat berubah wujud

menjadi air. Jika dipanaskan terus, air akan mendidih dan berubah menjadi uap

air. Zat dapat berubah wujud dari satu wujud ke wujud lainnya. Perubahan

wujud zat tersebut disertai dengan perubahan sifat zat.

Perubahan sifat zat berdasarkan perubahan wujudnya dibedakan menjadi:

1) Melebur (mencair): Perubahan wujud zat padat menjadi zat cair. Contohnya:

Es batu yang mencair, Coklat yang dipanaskan.

2) Membeku: Perubahan wujud zat cair menjadi zat padat. Contohnya: Air

yang dimasukkan ke dalam fresser berubah menjadi es batu.

3) Menguap: Perubahan wujud zat cair menjadi gas. Contohnya: Air yang

direbus terus menerus, lama-lama habis karena air berubah menjadi uap air.

Page 50: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

4) Mengembun: Perubahan wujud gas menjadi zat cair. Contohnya: Uap air di

udara menjadi titik- titik air di gelas.

5) Menyublim: Perubahan wujud zat padat menjadi gas. Contohnya: Kapur

barus yang diletakkan di almari lama kelamaan bentuknya semakin kecil

lalu habis (berubah jadi uap/ gas).

6) Mengkristal (mendeposisi): Perubahan wujud gas menjadi zat padat.

Contohnya: Proses pemurnian yodium.

Perubahan wujud zat dapat digambarkan secara skematik sebagai

berikut:

Gambar 2.2 Skema Perubahan Wujud Zat

Setiap benda mempunyai massa dan menempati ruang. Zat itu dapat

mengalami perubahan wujud karena pengaruh energi. Perubahan–perubahan

pada zat dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu perubahan Fisika dan

perubahan Kimia.

1) Perubahan Fisika

Perubahan zat yang tidak menyebabkan zat jenis baru disebut perubahan

fisika. Contoh: air menjadi uap air, es menjadi air.

2) Perubahan kimia

Perubahan wujud zat yang menghasilkan zat baru. Contoh: perkaratan,

peragian, dan pembusukan.

f. Gaya Kohesi dan Gaya Adhesi

Di antara partikel-partikel zat selalu ada gaya tarik-menarik, baik gaya

tarik-menarik antara partikel yang sejenis ataupun yang tidak sejenis. Gaya

Page 51: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

tarik-menarik antara partikel yang sejenis disebut gaya Kohesi. Contohnya :

gaya tarik-menarik antar partikel air dan gaya tarik-menarik antarpartikel gula.

Sedangkan gaya tarik-menarik antara partikel zat yang tidak sejenis

disebut gaya Adhesi. Contoh adhesi adalah:

a. Bedak menempel pada pipi, terjadi gaya tarik-menarik antara partikel bedak

dengan pipi

b. Air bercampur dengan sirup, terjadi gaya tarik-menarik antara partikel air

dengan sirup

c. Cat menempel di tembok, terjadi gaya tarik-menarik antara partikel cat

dengan tembok.

Ada dua macam meniskus, yaitu:

1) Meniskus cembung

Meniskus cembung adalah permukaan zat cair dalam tabung reaksi

adalah cekung. Bila air dituangkan ke dalam gelas yang telah diolesi dengan

minyak, akan tampak air tidak bisa membasahi gelas dan permukaan air di

dalam gelas akan menjadi cembung. Demikian juga bila air raksa dituangkan

ke dalam gelas (tanpa diolesi minyak), akan diperoleh meniskus cembung.

Hal ini terjadi karena gaya Kohesi lebih besar daripada gaya Adhesi.

2) Meniskus cekung

Meniskus cekung adalah permukaan zat cair dalam tabung reaksi adalah

cembung. Bila air dituangkan ke dalam sebuah gelas yang bersih, air tersebut

akan membasahi dinding gelas. Permukaan air di dalam gelas menjadi

cekung. Pada peristiwa ini gaya kohesi lebih kecil dibandingkan daripada

gaya adhesi.

(a) (b) Gambar 2.3 (a) Meniskus Cekung

(b) Meniskus Cembung

Page 52: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

g. Kapilaritas

Gejala kapilaritas dapat temukan dalam kehidupan sehari-hari.

Kapilaritas adalah gejala naiknya zat cair dalam pipa kapiler. Pipa kapiler yaitu

suatu celah atau pipa yang luas penampangnya kecil.

Hubungan antara kapilaritas dengan meniskus:

- Permukaan air dalam pipa kapiler lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena

gaya tarik-menarik antarpartikel air kurang kuat. Ini juga yang

menyebabkan meniskus cekung dan membasahi dinding.

- Permukaan raksa dalam pipa kapiler lebih rendah. Hal ini disebabkan karena

gaya tarik-menarik antarpartikel raksa sangat kuat. Ini juga yang

menyebabkan meniskus cembung dan tidak membasahi dinding.

(a) (b)

Gambar 2.4 (a) Permukaan Raksa dalam Pipa Kapiler (b) Permukaan Air dalam Pipa Kapiler

(a) (b)

Gambar 2.5 (a) Permukaan Raksa dalam Bejana Berhubungan (b) Permukaan Air dalam Bejana Berhubungan

Manfaat kapilaritas dalam kehidupan sehari-hari:

1) Kita dapat mengepel lantai yang kotor, setelah disiram air, lantai kemudian

dikeringkan dengan kain pel.

2) Setelah mandi mengeringkan badan menggunakan handuk.

3) Menyirami tanaman supaya subur, air dapat naik melalui pembuluh kayu ke

daun.

Selain bermanfaat kapilaritas juga dapat merugikan, misalnya:

1) Saat kehujanan, baju kita menjadi basah.

Page 53: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

2) Meresapnya air hujan pada dinding sehingga dinding rumah menjadi basah dan

lembab, akibatnya cat mengelupas dan dinding ditumbuhi lumut.

B. Penelitian yang Relevan

Berkaitan dengan penelitian ini, terdapat beberapa penelitian yang

relevan. Pada penelitian yang dilakukan pada Siti Fatimah, menerapkan model

pembelajaran direct instruction dan diskusi, didapatkan beberapa kesimpulan.

Diantara kesimpulan tersebut adalah “Terdapat pengaruh model pembelajaran

terhadap prestasi belajar”. (Siti Fatimah, 2005: 86). Hasil tersebut memperlihatkan

bahwa dengan menggunakan model yang intensif dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa. Penelitian penggunaan pendekatan kooperatif, sebelumnya juga

pernah dilakukan penelitian yang sama oleh Lestari Andika Sari tentang pengaruh

pembelajaran fisika model kooperatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa: ”Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat menjadi

model pembelajaran yang efektif daripada model pembelajaran kooperatif tipe

STAD terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa”. (Lestari Andika Sari, v).

Sedangkan pada penelitian ini, penulis menggunakan model pembelajaran

kooperatif dan diskusi terhadap kemampuan kognitif.

Dalam jurnal Micheal Van Wyk (2010) menjelaskan hasil bahwa:

The students who participated in the experimental group increased their

posttest mean of 9.06 percentile posttest score over the control group’s

mean. The findings reveal that the hypothesis testing for this study is

acceptable because STAD is a more effective teaching technique compared

to the traditional lecture method in economic literacy. Findings showed that

STAD had a significant impact on the achievement of the experimetal group.

While results were extremely powerful, there are some issues to consider

when interpreting them. Micheal Van Wyk (2010: 85)

Selain itu oleh Ben P. Dyson et all, 2005 dalam Journal of Teaching

Physical Education mengemukakan bahwa:

Page 54: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Research in general education has demonstrated that Cooperatif Learning

can improve academic achievement, active learning, social skill

development, and classroom equity suggested that Cooperative Learning

can provide instruction the student to more meaningful, and empowers

students to learn complex content. Cooperatif Learning has a dual learning

emphasis on social and academic goals. In addition to this dual focus, when

Cooperatif Learning is used in physical education, the psychomotor domain

of learning is added as a priority.( Ben P. Dyson et all, Journal of Teaching

Physical Education).

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian teori yang telah diterangkan di muka, maka dapat

disusun kerangka berfikir dalam penelitian ini.

1. Pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan diskusi

terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

Dalam proses belajar mengajar terdapat banyak faktor yang

mempengaruhi keberhasilan siswa baik faktor internal maupun faktor eksternal.

Faktor eksternal menjadi bahan pembahasan yang dirasa perlu diperhatikan.

Diantaranya model yang tepat dan efektif dilengkapi media yang mampu

meningkatkan prestasi belajar siswa.

Kemampuan kognitif merupakan salah satu hasil dari prestasi belajar

yang dicapai oleh seseorang setelah mengikuti proses belajar. Keberhasilan

belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor adalah

penggunaan model pembelajaran. Adapun model yang digunakan dalam

penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan diskusi.

Model pembelajaran kooperatif merupakan sebuah pengembangan teknis

belajar bersama, saling membantu dan bekerja sebagai sebuah tim (kelompok).

Model pembelajaran kooperatif membuat setiap siswa saling bekerja sama satu

lain, berdiskusi dan berpendapat, menilai kemampuan pengetahuan dan saling

mengisi kekurangan anggota lainnya.

Page 55: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Belajar dalam pembelajaran kooperatif tidak sama dengan belajar

kelompok biasa. Setiap siswa dituntut untuk belajar dalam kelompok melalui

rancangan tertentu yang sudah dipersiapkan oleh guru sehingga seluruh siswa

harus belajar secara aktif.

Terdapat beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif, salah satunya

adalah tipe Student Teams Achievement Division (STAD). STAD merupakan

salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan

model pembelajaran secara tim. Tipe STAD dapat menjadikan siswa bekerja

dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak

kesempatan untuk mengolah informasi serta meningkatkan ketrampilan

berkomunikasi. Dengan tipe ini, proses belajar tidak dikuasai oleh segelintir siswa

akan tetapi setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama dalam proses belajar.

Sehingga dengan penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan

dapat meningkatkan prestasi siswa daripada pembelajaran tradisional.

Diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang

bergabung dalam satu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu

masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan

kebenaran atas suatu masalah. Melalui diskusi akan terjalin komunikasi dimana

siswa saling membagi pendapat atau ide, dapat meningkatkan daya nalar,

ketertiban siswa dalam situasi pembelajaran dan kesempatan siswa untuk

mengungkapkan pendapatnya.

Dari penjelasan di atas, diduga bahwa penggunaan model pembelajaran

dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa yang tercermin dari prestasi

belajar siswa. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diduga

dapat menghasilkan kemampuan kognitif yang lebih baik dibandingkan dengan

model pembelajaran diskusi. Prestasi belajar dalam hal ini adalah prestasi belajar

Fisika siswa pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya.

2. Pengaruh kemampuan awal Fisika terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

Dalam proses pembelajaran setiap siswa memiliki kemampuan awal

Fisika yang berbeda-beda, ada yang mempunyai kemampuan awal Fisika tinggi

dan ada yang rendah. Perbedaan kemampuan awal dapat mempengaruhi

Page 56: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

kemampuan siswa dalam menerima dan memahami suatu materi (kemampuan

kognitif). Secara umum siswa yang mempunyai kemampuan awal Fisika tinggi

akan lebih mudah untuk menerima dan memahami pelajaran berikutnya. Sebab

pada umumnya siswa yang pernah mendapatkan atau bahkan menguasai suatu

materi yang akan disampaikan atau mempersiapkan diri dengan mempelajari

materi yang akan disampaikan maka siswa tersebut akan lebih mudah dan lancar

dalam mengikuti pelajaran tersebut.

Siswa yang mempunyai kemampuan awal Fisika tinggi dalam menguasai

pengetahuan dan ketrampilan sebelum mengikuti program pembelajaran,

diharapkan akan lebih mudah dalam menerima dan memahami materi yang

disampaikan apabila didukung oleh kualitas pembelajaran yang bagus, yang

mendorong siswa ingin tahu lebih dalam tentang materi yang dipelajari.

Kemampuan awal Fisika siswa dalam mengetahui pelajaran yang akan diikuti

akan berpengaruh besar terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa. Jadi siswa

yang mempunyai kemampuan awal Fisika tinggi diharapkan dapat memperoleh

kemampuan kognitif Fisika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang

mempunyai kemampuan awal Fisika rendah.

3. Interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan kemampuan awal Fisika

terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

Pembelajaran Fisika dengan menggunaan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD pada kelas eksperimen dan model pembelajaran diskusi pada kelas

kontrol bertujuan untuk membentuk pemahaman siswa sehingga berpengaruh

pada kemampuan kognitif Fisika siswa. Kemampuan awal merupakan salah satu

faktor yang diperlukan siswa dalam pembelajaran. Diharapkan siswa yang diberi

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model

pembelajaran diskusi dengan didukung kemampuan awal Fisika yang dimiliki

siswa akan berpengaruh terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa. Sebab model

pembelajaran tanpa disertai kemampuan awal Fisika yang baik tidak akan

mencapai kemampuan kognitif yang baik pula.

Dari penjelasan di atas, diduga bahwa terdapat interaksi antara model

pembelajaran kooperatif dengan kemampuan awal Fisika terhadap kemampuan

Page 57: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

kognitif Fisika siswa yang tercermin pada prestasi siswa. Penggunaan model

pembelajaran dan kemampuan awal Fisika menentukan tingkat kemampuan

kognitif Fisika siswa pada penguasaan mata pelajaran Fisika.

Berdasarkan pemikiran di atas dapat digambarkan alur paradigma

penelitiannya sebagai berikut:

Gambar 2.6 Paradigma Penelitian

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran serta perumusan

masalah, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara model pembelajaran

menggunakan kooperatif tipe STAD dan diskusi pada pokok bahasan Zat dan

Wujudnya.

2. Ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara kemampuan awal

Fisika siswa kategori tinggi dan rendah pada pokok bahasan Zat dan

Wujudnya.

3. Ada interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal Fisika siswa

terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Zat dan

Wujudnya.

Kemampuan kognitif Fisika

siswa Populasi Sampel

Kelompok eksperimen

Kelompok kontrol

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Model pembelajaran diskusi

Kemampuan awal Fisika siswa

kategori tinggi

Kemampuan awal Fisika siswa

kategori rendah

Kemampuan awal Fisika siswa

kategori tinggi

Kemampuan awal Fisika siswa

kategori rendah

Tes

Page 58: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Playen. Sebagai subyek

penelitian adalah siswa kelas VII semester I Tahun ajaran 2009/2010.

Pertimbangan yang mendasari untuk memilih SMP Negeri 1 Playen sebagai

tempat penelitian adalah karena SMP tersebut memiliki fasilitas yang mendukung

pelaksanaan penelitian, seperti ruang laboratorium yang mempunyai peralatan

beserta perlengkapan yang memadai dan mendukung terlaksananya proses

penelitian, adanya jumlah siswa dan kelas yang cukup mendukung.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2009/2010.

Secara operasional penelitian ini meliputi tiga tahap, yaitu:

a. Tahap persiapan

Meliputi: pengajuan judul skripsi, permohonan pembimbing, pembuatan

proposal, permohonan ijin, survai sekolah yang bersangkutan dan pembuatan

instrumen.

b. Tahap pelaksanaan

Meliputi: semua kegiatan penelitian yang berlangsung di lapangan, antara lain:

uji coba instrumen dan pelaksanaan pemakaian data.

c. Tahap penyelesaian

Meliputi: analisis data dan penyusunan laporan penelitian.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

dengan desain faktorial 2 X 2 dengan frekuensi isi sel tak sama, sesuai tabel 3.1

sebagai berikut :

Page 59: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Model Pembelajaran

(A)

Kemampuan Awal Fisika Siswa (B)

Tinggi (B1) Rendah (B2)

Kooperatif tipe STAD (A1) A1B1 A1B2

Diskusi (A2) A2B1 A2B2

Keterangan :

A : Model Pembelajaran

A1 : Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

A2 : Model Pembelajaran Diskusi

B : Kemampuan awal Fisika siswa

B1 : Kemampuan awal Fisika siswa kategori tinggi

B2 : Kemampuan awal Fisika siswa kategori rendah

Dalam penelitian ini melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa

model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (A1), sedangkan kelompok kontrol

diberi perlakuan berupa model Pembelajaran diskusi (A2). Kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol diukur tingkat kemampuan awal Fisika siswa (B). sehingga

diperoleh data siswa yang memiliki kemampuan awal Fisika kategori tinggi (B1)

dan siswa yang memiliki kemampuan awal Fisika kategori rendah (B2). Pada

akhir eksperimen, kedua kelompok tersebut diukur kemampuan kognitif Fisika

siswa pada sub pokok bahasan zat dan wujudnya dengan alat ukur yang sama

yaitu berupa tes akhir. Hasil kedua pengukuran tersebut digunakan sebagai data

eksperimen yang kemudian diolah dan dibandingkan dengan statistik yang

digunakan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII semester 1

tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri dari 6 kelas, yaitu kelas VIIA sampai

dengan kelas VIIF.

Page 60: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

2. Sampel

Dari populasi di atas diambil sampel yang terdiri dari 2 kelas yaitu kelas

VII C sebagai kelas eksperimen yang terdiri dari 34 siswa dan kelas VII F sebagai

kelas kontrol yang terdiri dari 32 siswa.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini sampel diambil secara acak/random tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Dari populasi diambil sampel

sebanyak dua kelas sebagai kelas subyek penelitian. Satu kelas sebagai kelompok

eksperimen dan satu kelas yang lain sebagai kelompok kontrol. Sebelum

eksperimen berlangsung, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diketahui

kemampuan awalnya. Hal ini dimaksudkan agar hasil eksperimen benar-benar

akibat dari perlakuan yang dibuat, bukan karena pengaruh lain. Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik cluster random sampling

sehingga semua anggota populasi mempunyai probabilitas yang sama untuk

terpilih sebagai anggota sampel sehingga diperoleh 2 kelas, yaitu kelas VIIC

sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah sampel 34 orang dan VIIF sebagai

kelompok kontrol dengan jumlah sampel 32 orang.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran dan

kemampuan awal Fisika.

a. Model Pembelajaran

1) Definisi Operasional : Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau

suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.

2) Kategori :

a. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

b. Model Pembelajaran diskusi

3) Skala Pengukuran : Nominal

Page 61: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

b. Kemampuan Awal Fisika siswa

1) Definisi Operasional : Kemampuan awal Fisika siswa adalah kemampuan

yang dimiliki siswa sebelum menerima materi, dalam hal ini adalah

kemampuan awal Fisika siswa pada pre-test pokok bahasan zat dan

wujudnya.

2) Skala Pengukuran : interval kemudian diubah menjadi skala nominal dengan

kategori :

a) Kemampuan awal Fisika siswa kategori tinggi

b) Kemampuan awal Fisika siswa kategori rendah

3) Indikator : Nilai pre-test pokok bahasan zat dan wujudnya.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif Fisika

siswa.

a. Definisi Operasional : Kemampuan kognitif Fisika siswa pada mata pelajaran

Fisika adalah hasil yang telah dicapai peserta didik pada aspek kognitif setelah

mengikuti proses pembelajaran dalam mata pelajaran Fisika pokok bahasan zat

dan wujudnya.

b. Skala Pengukuran : Interval

c. Indikator: Nilai tes kemampuan kognitif pada pokok bahasan zat dan wujudnya

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Tes

Teknik tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data

kemampuan kognitif Fisika siswa pada pelajaran Fisika pokok bahasan zat dan

wujudnya. Pengumpulan data dengan teknik tes ada 2 macam, yaitu :

a. Pre-Test

Pre-test dilakukan sebelum sampel diberi perlakuan. Nilai pre-test digunakan

untuk memperoleh data kemampuan awal Fisika siswa. Data kemampuan awal

Fisika siswa yang diperoleh digunakan untuk menguji keseimbangan kelas

eksperimen dan kelas kontrol serta untuk pembagian kelompok.

Page 62: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

b. Post-Test

Post-test dilakukan setelah sampel diberi perlakuan. Nilai post-test digunakan

untuk mengukur kemampuan kognitif Fisika siswa.

Pre-test maupun post-test menggunakan perangkat tes sama yaitu tes

yang dibuat penulis berupa tes obyektif sejumlah 30 butir soal dengan alternetif 4

jawaban dan telah diujicobakan untuk mendapatkan tes yang terstandar.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan saat penelitian meliputi, Satuan

Pelajaran (SP), Rencana Pembelajaran (RP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang

telah dikonsultasikan kepada pembimbing.

Instrumen saat pengambilan data yaitu tes yang digunakan untuk

mengetahui kemampuan kognitif Fisika siswa. Sebelum diteskan, instrumen tes

diujicobakan terlebih dahulu. Setelah uji coba tes tersebut selesai kemudian tiap

butir soal dianalisis. Analisis ini bertujuan untuk memilih butir soal yang baik

dan memenuhi syarat yaitu valid, reliabel, daya pembeda yang baik dan taraf

kesukaran yang baik. Langkah-langkah analisisnya yaitu:

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu item soal. Uji validitas digunakan untuk

mengetahui apakah instrumen tersebut valid atau tidak. Suatu instrumen valid

apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sedangkan

instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Untuk

menguji validitas instrumen dalam penelitian ini digunakan korelasi point biserial,

yang rumusnya sebagai berikut:

q

p

S

MM

t

tppbis

−=γ ( Suharsimi Arikunto, 1999: 79)

dimana :

pbiγ : koefisien korelasi biserial

Page 63: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Mp : rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari

validitasnya

Mt : rerata skor total

St : standar deviasi dari skor total

p : proporsi dari siswa yang menjawab benar

q : proporsi dari siswa yang menjawab salah (q=1- p)

Soal dinyatakan valid jika pbiγ ≥ rtabel

Soal dinyatakan invalid jika pbiγ < rtabel dengan taraf signifikan 0,05 %

Dari hasil perhitungan validitas item tersebut kemudian dikonsultasikan

dengan harga rtabel. Jika pbiγ lebih besar dari pada harga rtabel maka korelasi

tersebut signifikan berarti item tersebut valid. Apabila harga pbiγ lebih kecil dari

pada harga rtabel maka korelasi tersebut tidak signifikan berarti item tersebut

invalid.

Hasil tes uji coba tes kemampuan kognitif, dari 40 soal yang diujicobakan, setelah

dilakukan analisis untuk mengetahui kevalidan dari masing-masing item diperoleh

hasil sebagai berikut: 30 soal tergolong valid, yaitu nomor 1, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 11,

12, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 38 dan

39; 10 soal tergolong invalid, yaitu nomor 2, 7, 8, 13, 18, 21, 24, 29, 35 dan 40.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek

yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek yang tidak sama pada

waktu yang sama. Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes, dalam penelitian

ini digunakan rumus KR-20 yaitu:

r11 =

Σ−

− 2

2

1 S

pqS

n

n ( Suharsimi Arikunto, 1999: 100)

dimana :

r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan.

p : proporsi subyek yang menjawab item dengan benar

q : proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q =1-p)

Σpq : jumlah hasil perkalian antara p dan q

Page 64: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

n : banyaknya item soal

S : standar deviasi dari tes

Kriteria reliabilitasnya adalah:

0,00 ≤ r11 < 0,20 : sangat rendah

0.20 11r≤ < 0.40 : rendah

0.40 11r≤ < 0.60 : agak rendah

0.60 11r≤ < 0.80 : cukup

0.80 11r≤ < 1.00 : tinggi

Setelah dilakukan analisis untuk mengetahui reliabilitas dari keseluruhan

soal uji coba prestasi belajar (kemampuan kognitif) r11 lebih besar dari r tabel

(0,835 > 0,349), sehingga soal dikatakan reliabel dengan tingkat reliabilitas sangat

tinggi.

3. Menentukan Derajat Kesukaran

Soal yang baik untuk alat ukur prestasi adalah soal yang mempunyai

derajat kesulitan yang memadai. Untuk mengetahui taraf kesukaran masing-

masing soal digunakan rumus :

P = Js

B (Suharsimi Arikunto, 1999: 208)

dimana :

P : indeks kesukaran.

B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar.

JS : jumlah seluruh siswa peserta tes.

Klasifikasi indeks kesukaran :

0.00 P≤ < 0.30 : soal sukar

0.30 P≤ < 0.70 : soal sedang

0.70 P≤ < 1.00 : soal mudah

Hasil tes uji coba kemampuan kognitif Fisika siswa, dari 40 soal yang

diujicobakan, setelah dilakukan analisis untuk mengetahui tingkat kesukaran dari

masing-masing item diperoleh hasil sebagai berikut: 8 soal dikategorikan mudah,

yaitu nomor 1, 2, 12, 13, 16, 24, 35 dan 37; 28 soal dikategorikan mempunyai

Page 65: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

tingkat kesukaran sedang, yaitu nomor 3, 4 , 5, 6, 9, 10, 11, 14, 15, 18, 19, 20, 21,

22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 38 dan 40; 4 soal dikategorikan

sukar, yaitu nomor 7, 8, 17 dan 39.

Dari 40 soal tes prestasi belajar kemampuan kognitif yang telah

diujicobakan, dipakai 30 soal untuk digunakan data penelitian, yaitu nomor : 1, 3,

4, 5, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 32,

33, 34, 36, 37, 38 dan 39; dan soal yang dibuang adalah nomor 2, 7, 8, 13, 18, 21,

24, 29, 35 dan 40. Penggunaan item soal tanpa ada perbaikan, karena sesuai hasil

analisa masing-masing soal layak dipakai, dan sudah mencakup masing-masing

indikator pembelajaran.

Keputusan dipakai atau tidak dipakainya suatu soal tergantung pada

derajat kesukaran, daya pembeda, dan validitas soal. Dari uji instrumen yang

dilakukan diambil keputusan sebagai berikut :

1) Dipakai bila derajat kesukarannya sedang, daya pembeda baik, dan

validitasnya valid.

2) Dipakai bila derajat kesukarannya sedang, daya pembeda cukup, dan

validitasnya valid.

3) Dipakai bila derajat kesukarannya sukar, daya pembeda cukup, dan

validitasnya valid.

4) Dipakai bila derajat kesukarannya mudah, daya pembeda cukup, dan

validitasnya valid.

5) Tidak dipakai bila derajat kesukarannya mudah, daya pembeda jelek, dan

validitasnya invalid.

6) Tidak dipakai bila derajat kesukarannya sedang, daya pembeda jelek, dan

validitasnya invalid.

7) Tidak dipakai bila derajat kesukarannya sukar, daya pembeda jelek, dan daya

validitasnya invalid.

4. Menetukan Daya Pembeda

Daya pembeda soal memberikan gambaran tentang kemampuan butir-

butir soal membedakan antara mereka yang berkemampuan rendah dan mereka

yang berkemampuan tinggi, atau mereka yang pandai dan mereka yang kurang

Page 66: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

pandai. Makin tinggi nilai daya pembeda butir soal, makin mampu butir soal

tersebut membedakan mereka yang pandai dan mereka yang kurang pandai.

Angka yang menunjukkan daya beda disebut indeks diskriminasi.

Untuk menentukan daya pembeda, seluruh peserta tes dibagi dua sama

besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah. Seluruh peserta tes

diurutkan mulai dari skor teratas sampai terbawah. Untuk menghitung daya

pembeda setiap butir, dapat digunakan rumus sebagai berikut:

D = B

B

A

A

J

B

J

B− = PA - PB (Suharsimi Arikunto, 1999: 213)

dimana :

D : indeks diskriminasi (daya pembeda).

JA : banyaknya siswa kelompok atas.

JB : banyaknya siswa kelompok bawah.

BA : banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar.

BB : banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan bawah.

PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.

PA : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

P : indeks kesukaran.

Klasifikasi daya pembeda soal :

D : 0,00 - 0,20 : jelek (poor)

D : 0,20 - 0,40 : cukup (satisfactory)

D : 0,40 - 0,70 : baik (good)

D : 0,70 - 1,00 : baik sekali (excellent)

D : negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D

negatif sebaiknya dibuang saja.

Hasil tes soal uji coba kemampuan kognitif siswa, dari 40 soal yang

diujicobakan, setelah dilakukan analisis untuk mengetahui daya pembeda dari

masing-masing item diperoleh hasil sebagai berikut: 4 soal mempunyai daya

pembeda baik, yaitu nomor: 3, 11, 19 dan 27; 26 nomor mempunyai daya

pembeda cukup, yaitu nomor: 1, 4, 5, 6, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 17, 20, 22, 23, 25,

Page 67: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

26, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 38 dan 39 ; 10 soal mempunyai daya pembeda

jelek, yaitu nomor 2, 7, 8, 13, 18, 21, 24, 29, 35 dan 40.

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Kesamaan Kemampuan Awal Siswa

Sebelum diadakan perlakuan terhadap sampel yang akan diteliti, maka

dicari dahulu kesamaan kemampaun awal antara kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan awal sebelum perlakuan

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol digunakan uji t-dua ekor,

yaitu:

Hipotesisnya :

H0 : Tidak ada perbedaan kemampuan awal Fisika siswa antara kelas eksperimen

dan kelas kontrol.

H1 : Ada perbedaan kemampuan awal Fisika siswa antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

Adapun teknik uji yang digunakan adalah uji-t dua ekor, dengan rumus :

+

−+−

−=

∑∑baba

ba

NNNN

XbXa

MMt

11

2

)(22

(Sudjana, 2005: 239)

Dengan keterangan:

Ma = Nilai rata-rata hasil kelas eksperimen

Mb = Nilai rata-rata hasil kelas kontrol

N = banyaknya subyek

a = Nilai untuk kelas eksperimen

b = Nilai untuk kelas kontrol

Xa = Nilai untuk kelas eksperimen dikurangi nilai rata-rata kelas eksperimen

Xb = Nilai untuk kelas kontrol dikurangi nilai rata-rata hasil kelas kontrol

H0 diterima jika : t(1-1/2α) ;(dk) < thitung < t(1-1/2α) ; (dk)

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik analisis variansi

dua jalan. Teknik analisis variansi tersebut untuk menguji hipotesis yang diajukan

Page 68: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

dalam penelitian ini. Untuk menguji hipotesis dengan anava ini, sebelumnya harus

dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan homogenitas.

2. Uji Prasyarat Analisis

Dalam penelitian ini digunakan analisis data secara statistik agar

subyektifitas peneliti dapat dikurangi. Analisis statistik yang digunakan adalah

analisis variansi dua jalan dengan isi sel tak sama. Namun sebelum dilakukan uji

hipotesis dilakukan uji persyaratan terlebih dahulu.

a. Uji Normalitas

Syarat agar analisis dapat diterapkan adalah dipenuhinya sifat normalitas

pada distribusi populasinya. Untuk menguji apakah sampel yang diperoleh berasal

dari populasi berdistribusi normal atau tidak maka dilakukan uji normalitas.

Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah metode Lilliefors.

Langkah-langkah uji normalitas adalah:

1) Hipotesis

H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

2) Statistik uji

L = Maksimal ( ) ( )ii zSzF −

Dengan L : koefisien Lilliefors dari pengamatan

zi : skor standar, untuk s

XXz i

i

)( −=

s : standar deviasi

F(zi) : );( iZZP ≤

)1,0(~ NZ

S(zi) : proporsi cacah izz ≤ seluruh cacah iz

3) Tingkat signifikasi : 05,0=α

4) Daerah kritik

DK = { }nLLL ;α> dengan n adalah ukuran sampel.

Harga nL ;α dapat diperoleh dari tabel Lilliefors pada tingkat signifikasi α

dengan derajat kebebasan n.

Page 69: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

5) Keputusan uji

H 0 : diterima jika obsL ≤ daerah kritik

H1 : ditolak jika obsL > daerah kritik

(Budiyono, 2004: 170-171)

b. Uji Homogenitas

Uji untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi

sama atau tidak disebut uji homogenitas variansi populasi. Metode yang

digunakan adalah metode Bartlett dengan prosedur sebagai berikut:

1) Hipotesis

H0 : 22

32

22

1 ... kσσσσ ==== variansi populasi homogen

H0 : 22

21 σσ ≠ , atau 2

321 σσ ≠ , atau 2

421 α=α , atau 2

322 σσ ≠ , atau 2

422 σσ ≠ ;

tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen)

2) Komputasi

Dengan menggunakan rumus dari Metode Bartlett sebagai berikut :

1

/

11

)1(3

11

−=

=

−+=

jj

jerr

jj

nf

fSSMS

ffkC

j2

j2jj

j

j2 n/)X(XSS;1n

SSS ∑∑ −=

−=

dimana : k : cacah sampel

f : derajat bebas untuk MSerr = N-k

j : 1,2,3,……..k

nj : cacah pengukuran pada sampel ke-j

N : cacah semua pengukuran

3) Statistik Uji

Statistik uji yang digunakan :

( )∑−= 22 loglog303.2

jjerr SfMSfc

χ

Page 70: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

4) Daerah Kritik

DK = { }21;

22−> kαχχχ

5) Keputusan Uji

H0 diterima jika 2χ < 2

1; −kαχ

H0 ditolak jika 2χ > 2

1; −kαχ

Untuk α : 0.05

(Budiyono, 2004: 176-178)

3. Uji Hipotesis

Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data hasil

eksperimen dalam rangka menguji hipotesis penelitian adalah dengan uji analisis

variansi (ANAVA) dua jalan dengan frekuensi sel tak sama, hal ini sesuai dengan

desain eksperimen yang digunakan faktorial 2x2.

a. Tujuan

Prosedur ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan beberapa

perlakuan terhadap variabel terikat.

b. Asumsi Dasar

1) Populasi berdistribusi normal

2) Populasi homogen

3) Sampel dipilih secara acak

4) Variabel terikat berskala pengukuran interval

5) Variabel bebas berskala pengukuran nominal

c. Model

Xijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk .

dengan :

X ijk : Data (nilai) ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j.

µ : Rerata besar

αi : Efek faktor A kategori i

βj : Efek faktor B kategori j

αβij : Interaksi faktor A dan B

Page 71: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

εijk : Galat yang berdistribusi normal N (0, σε2)

i : 1,2, …, p ; p = cacah kategori A

j : 1,2, …, q ; q = cacah kategori B

k : 1,2, …, n ; n = cacah kategori pengamatan setiap sel

d. Hipotesis

1) H01 : 0=iα untuk semua i

Tidak ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan diskusi.

H11 : 0≠iα untuk paling sedikit satu harga i

Ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dan diskusi.

2) H02 : 0=jβ untuk semua j

Tidak ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara kemampuan

awal Fisika siswa kategori tinggi dan rendah.

H12 : 0≠jβ untuk paling sedikit satu harga j

Ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara kemampuan awal

Fisika siswa kategori tinggi dan rendah.

3) H03 : 0=ijαβ untuk semua pasang (ij)

Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal Fisika

siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

H13 : 0≠ijαβ untuk paling sedikit satu pasang harga (ij)

Ada interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal Fisika siswa

terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

e. Komputasi

a) Tabel Data

Model Pembelajaran

(A)

Kemampuan Awal Fisika Siswa (B)

Tinggi (B1) Rendah (B2)

Kooperatif tipe STAD (A1) A1B1 A1B2

Diskusi (A2) A2B1 A2B2

Page 72: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Keterangan :

A : Model Pembelajaran

A1 : Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

A2 : Model Pembelajaran Diskusi

B : Kemampuan awal Fisika siswa

B1 : Kemampuan awal Fisika siswa kategori tinggi

B2 : Kemampuan awal Fisika siswa kategori rendah

b) Tabel Data Sel

B1 B2

A1

ij

ij

ij

ij

ij

ij

SS

C

X

X

X

n

2

11

11

11

2

11

11

11

SS

C

X

X

X

n

12

12

12

2

12

12

12

SS

C

X

X

X

n

A2

pj

pj

pj

pj

pj

pj

SS

C

X

X

X

n

2

21

21

21

2

21

21

21

SS

C

X

X

X

n

22

22

22

2

22

22

22

SS

C

X

X

X

n

Dimana:

ijn = ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)

= banyaknya data amatan pada sel ij

= frekuensi sel ij

hn = rataan harmonik seluruh sel =

∑ji jin

pq

, ,

1

∑=ji

jinN,

, = banyaknya seluruh data amatan

Page 73: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

=

−=∑

∑ijk

kijk

kijkij n

X

XSS

2

2 jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij

=ijAB rataan pada sel ij

∑=j

iji ABA jumlah rataan pada baris ke-i

∑=i

iji ABB jumlah rataan pada baris ke-j

∑=ji

ijABG,

jumlah rataan semua sel

c) Tabel Rerata Sel AB

1B 2B Total

1A 11BA 21BA 1A

2A 12BA 22BA 2A

Total 1B 2B G

d) Komponen Jumlah Kuadrat

(1) = pq

G 2

(2) = ∑p

B j2

(3) = ∑i

21

q

A

(4) = ∑j

jB 2

(5) = ∑ji

yAB,

2

e) Jumlah Kuadrat

JKA = [ ])1()3( −hn

JKB = [ ])1()4( −hn

JKAB = [ ])1()3()4()5( +−−hn

JKG = (2) JKT = JK+ JK+ JK+ JK

Page 74: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

f) Derajat kebebasan

dkA = p – 1

dkB = q – 1

dkAB= (p – 1)(q – 1)

dkG = N – pq

dkT = N – 1

g) Rataan Kuadrat

dkG

JKGRKG

dkAB

JKABRKAB

dkB

JKBRKB

dkA

JKARKA

=

=

=

=

h) Statistik uji

1) Untuk H0A adalah RKG

RKAFa = yang merupakan nilai dari variabel random

yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p –1 dan N – pq;

2) Untuk H0B adalah RKG

RKBFb = yang merupakan nilai dari variabel random

yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q –1 dan N – pq;

3) Untuk H0AB adalah RKG

RKABFa = yang merupakan nilai dari variabel

random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p – 1)(q – 1);

i) Daerah Kritik

Daerah kritik untuk Fa adalah DK= {F F > Fα ; p – 1, N – pq}

Daerah kritik untuk Fb adalah DK= {F F > Fβ ; q – 1, N – pq}

Daerah kritik untuk Fab adalah DK= {F F > Fαβ ; (p – 1)(q – 1), N – pq}

j) Keputusan Uji

H0A ditolak jika Fa > Fα ; p – 1, N – pq}

H0B ditolak jika Fb > Fβ ; q – 1, N – pq}

Page 75: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

H0AB ditolak jika Fab > Fαβ ; (p – 1)(q – 1), N – pq}

(Budiyono, 2002:228-231)

k) Rangkuman analisis

Tabel 3.2 Rangkuman Analisis

Sumber Variansi

JK Db RK Statistik Uji Fα P

Efek Utama

A (Baris) JKA p – 1 RKA FA F* < α atau > α

B (Kolom) JKB q – 1 RKB FB F* < α atau > α

Interaksi AB JKAB (p – 1)(q – 1) RKAB FAB F* < α atau > α

Kesalahan JKG N – pq RKG - - -

Total JKT N – 1 - - - -

Keterangan:

p adalah probalilitas amatan, F* adalah nilai F yang diperoleh dari tabel.

Page 76: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari dua data yaitu data

kemampuan awal Fisika siswa dan data kemampuan kognitif Fisika siswa pada

pokok bahasan Zat dan Wujudnya. Data kemampuan awal Fisika siswa diperoleh

dari nilai pretes siswa sebelum diberi perlakuan dan data kemampuan kognitif Fisika

siswa diperoleh dari nilai post-tes siswa setelah diberi perlakuan. Berikut ini akan

disajikan deskripsi data dari kedua kelompok sampel penelitian.

1. Data dan Distribusi Nilai Kemampuan Awal Fisika Siswa

Dalam penelitian ini nilai kemampuan awal Fisika siswa diperoleh dari hasil

pretes kemampuan awal Fisika siswa sebelum pembelajaran. Deskripsi kemampuan

awal Fisika pada kelas eksperimen dan kelompok kontrol disajikan dalam tabel 4.1.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17 dan 18.

Tabel 4.1 Deskripsi Data Kemampuan Awal Fisika Siswa Kelompok Jumlah

data

Nilai

Tertinggi

Nilai

Terendah

Rata-rata Standar

Deviasi

Variansi

Eksperimen

Kontrol

34

32

70

70

43

43

57,5294

56,7500

7,8903

7,2823

62,2567

54,3871

Distribusi frekuensi kemampuan awal Fisika siswa pada kelas eksperimen

disajikan pada tabel 4.2. Distribusi frekuensi kemampuan awal Fisika siswa kelas

kontrol disajikan pada tabel 4.3.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Fisika Kelas Eksperimen

Interval Kelas

Titik Tengah Frekuensi

Mutlak Relatif

43-47 45 4 11,76%

48-52 50 5 14,71%

53-57 55 8 23,53%

58-62 60 7 20,59%

Page 77: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

63-67 65 6 17,65%

68-72 70 4 11,76%

Jumlah 34 100.00%

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Fisika Kelas Kontrol

Interval Kelas

Titik Tengah

Frekuensi

Mutlak Relatif

43-47 45 4 12,50%

48-52 50 6 18,75%

53-57 55 6 18,75%

58-62 60 8 25%

63-67 65 6 18,75%

68-72 70 2 6,25%

Jumlah 32 100.00%

Untuk memperjelas distribusi frekuensi nilai kemampuan awal Fisika siswa

tersebut, disajikan histogram pada gambar 4.1 dan 4.2.

Gambar 4.1 Histogram Nilai Kemampuan Awal Fisika Siswa Kelas Eksperimen

Page 78: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Gambar 4.2 Histogram Nilai Kemampuan Awal Fisika Siswa Kelas Kontrol

2. Data dan Distribusi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa

Distribusi data kemampuan kognitif Fisika siswa dari masing- masing kelas

disajikan dalam tabel 4.4. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 21

dan 22.

Tabel 4.4. Deskrispi Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelompok Jumlah

Data Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

Rata-rata Standar Deviasi

Variansi

Eksperimen

Kontrol

34

32

83

77

50

43

67,4706

61,1563

8,8085

8,5047

77,5900

72,3296

Distribusi frekuensi nilai kemampuan kognitif Fisika siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada tabel 4.5 dan tabel 4.6.

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Fisika Kelas Eksperimen

Interval Kelas

Titik Tengah Frekuensi

Mutlak Relatif

50-55 52,5 3 8,82%

56-61 58,5 6 17,65%

62-67 64,5 8 23,53%

68-73 70,5 9 26,47%

Page 79: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

74-79 76,5 5 14,71%

80-85 82,5 3 8,82%

Jumlah 34 100.00%

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Fisika Kelas Kontrol

Interval Kelas

Titik Tengah Frekuensi

Mutlak Relatif

43-48 45,5 3 9,38%

49-54 51,5 5 15,63%

55-60 57,5 7 21,88%

61-66 63,5 8 25,00%

67-72 69,5 5 15,63%

73-78 75,5 4 12,50%

Jumlah 32 100.00%

Untuk memperjelas distribusi frekuensi nilai kemampuan kognitif Fisika

tersebut, disajikan histogram pada gambar 4.3 dan 4.4.

Gambar 4.3 Histogram Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas

Eksperimen

Page 80: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Gambar 4.4 Histogram Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Kontrol

B. Uji Kesamaan Kemampuan Awal Fisika Siswa

Kesamaan kemampuan awal Fisika siswa antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol diperoleh dari data kemampuan awal Fisika siswa yang diambil

dari nilai pretes siswa. Untuk uji kesamaan kemampuan awal Fisika siswa digunakan

uji-t dua ekor. Sebelum uji-t dua ekor terlebih dahulu digunakan uji normalitas dan

uji homogenitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel penelitian

diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan

menggunakan metode Lilliefors. Rangkuman hasil uji Normalitas kemampuan

kognitif siswa pada materi Zat dan Wujudnya untuk kelas Eksperimen dan kelas

Kontrol disajikan pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Jumlah Data Lobs Ltabel Keputusan

Eksperimen 34 0,1275 0,1519 Ho diterima

Kontrol 32 0,1337 0,1566 Ho diterima

Dari tabel 4.7 tersebut di atas dapat dilihat Lobs lebih kecil dari Ltabel.

Dengan demikian diperoleh keputusan bahwa Ho dari masing-masing kelas diterima.

Page 81: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Hal ini berarti bahwa sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 18

halaman 166 dan lampiran 19 halaman 167.

2. Uji Homogenitas

Dari hasil uji homogenitas untuk nilai kemampuan awal Fisika kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh harga 2χ hitung sebesar 0,143 sedangkan

2χ (0.05 ; 1) = 3.84. Karena 2χ hitung lebih kecil dari 2χ tabel maka dapat disimpulkan

bahwa data kedua sampel berasal dari populasi yang homogen. Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 168.

3. Uji-t Dua Ekor

Uji kesamaan kemampuan awal Fisika antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol dilakukan dengan analisis uji-t dua ekor yang sebelumnya telah diuji dengan

uji normalitas dan uji homogenitas. Dari analisis terhadap data yang ada diperoleh

harga 414,0=Hitungt . Dari tabel distribusi t diketahui harga Tabelt pada taraf

signifikansi 0,05 dengan derajat kebebasan (db) = 64 adalah 1,995. Karena

tabelhitungtabel ttt <<− = -1,995 < 0,414< 1,995, atau hitungt terletak pada daerah

penerimaan 0H , maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol

mempunyai kemampuan awal Fisika yang sama sebelum diberi perlakuan.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 20 halaman 171.

C. Uji Prasyarat Analisis

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas dengan metode

Lilliefos diperoleh harga statistik uji Lobs untuk tingkat signifikansi 0.05 pada

masing-masing kelas yakni sebagai berikut:

Tabel 4.8 Harga Statistik Uji beserta Harga Kritik pada Uji Normalitas Kelompok Statistik Uji Lobs Harga Kritik

1. Kelas Eksperimen

2. Kelas Kontrol

0,0774

0,1317

0,1519

0,1566

Page 82: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Dari tabel 4.8 di atas tampak bahwa harga statistik uji Lobs dari masing-

masing kelompok tidak melebihi harga kritiknya. Dengan demikian diperoleh

keputusan bahwa Ho diterima. Ini berarti bahwa sampel-sampel dalam penelitian

berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 21 halaman 174 dan lampiran 22 halaman 175.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari

populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas menggunakan Uji Bartlett

diperoleh harga statistik uji 2χ = 0,039 untuk tingkat signifikan 05,0=α . Angka ini

tidak melebihi harga kritik yaitu 3.84. Dengan demikian diperoleh keputusan uji

bahwa Ho diterima, hal ini menunjukan bahwa populasi tersebut homogen.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 23 halaman 176.

D. Hasil Pengujian Hipotesis

Analisis Variansi Dua Jalan

Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian yang berupa nilai kemampuan

awal Fisika siswa dan nilai kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan

Zat dan Wujudnya dianalisis dengan analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel

tak sama. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat dilihat rangkuman

analisis variansinya pada tabel 4.9 di bawah ini

Tabel 4.9 Rangkuman Anava Dua Jalan dengan Sel tidak Sama Sumber Variansi JK db RK Fhit Ftab P A (Baris) 657,2652 1 657,2652 12,828 4,00 ditolak

B (Kolom) 1586,6516 1 1586,6516 30,968 4,00 ditolak Interaksi

(AB) 25,6819 1 25,6819 0,501 4,00 diterima Galat 3176,63 62 51,24 Total 5446,2273 65

Keterangan: Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 25 halaman 180.

Page 83: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Keputusan uji

Berdasarkan tabel 4.9. analisis variansi dua jalan didapatkan hasil-hasil

sebagai berikut :

a. Hipotesis 1

Fa = 12,828; Ftabel = 4.00 (df =1.62, p = 0.050)

Nampak bahwa Fhit > Ftabel, dengan demikian H0A ditolak (< 0,05).

b. Hipotesis 2

Fb = 30,968; Ftabel = 4.00 (df = 1.62, p = 0.050)

Nampak bahwa Fhit > Ftabel, dengan demikian H0B ditolak (< 0,05).

c. Hipotesis 3

Fab = 0,501; Ftabel = 4.00 (df = 1.62, p = 0.050)

Nampak bahwa Fhit < Ftabel dengan demikian H0AB diterima (> 0,05).

Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan yang terdiri dari dua efek

utama dan interaksi dapat disimpulkan bahwa :

1) Efek Utama

Efek utama yang berupa baris (model pembelajaran) perhitungan yang

ditunjukkan dengan harga statistik uji Fa = 12,828 melampaui harga Ftabel = 4.00 pada

taraf signifikansi 5 %, yang berarti bahwa ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika

siswa antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran

diskusi pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya di SMPN 1 Playen Kelas VII Tahun

Ajaran 2009/2010.

Efek utama yang berupa kolom (kemampuan awal Fisika siswa) perhitungan

yang ditunjukkan dengan harga statistik uji Fb = 30,968 melampaui harga Ftabel =

4.00 pada taraf signifikansi 5 %, yang berarti bahwa ada perbedaan kemampuan

kognitif Fisika siswa antara kemampuan awal Fisika siswa tinggi dan kemampuan

awal Fisika siswa rendah pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya di SMPN 1 Playen

Kelas VII Tahun Ajaran 2009/2010.

2) Interaksi

Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan dengan harga statistik uji

Fab = 0,501 kurang dari harga Ftabel = 4.00 pada taraf signifikansi 5 %, yang berarti

bahwa tidak ada interaksi antara faktor A (model pembelajaran) dan B (kemampuan

Page 84: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

awal Fisika siswa) terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan

Zat dan Wujudnya di SMPN 1 Playen Kelas VII Tahun Ajaran 2009/2010.

Berdasarkan hasil uji hipotesis, dapat dikemukakan bahwa :

1. Ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dan diskusi.

2. Ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara kemampuan awal Fisika

siswa tinggi dan kemampuan awal Fisika siswa rendah.

3. Tidak ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan kemampuan awal

fisika siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

E. Pembahasan Hasil Analisis

1. Hipotesis Pertama

H 01 : 0=iα : Tidak ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan diskusi

H11 : 0≠iα : Ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

diskusi.

Berdasarkan analisis variansi dua jalan untuk penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dan diskusi diperoleh harga Fa = 12,828. Nilai

ini kemudian dikonsultasikan dengan harga tabel sehingga untuk taraf signifikasi α

= 0,05 didapatkan Ftabel = 4.00. Karena Fa > FTabel maka H01 ditolak dan H11 diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan kognitif

Fisika siswa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan diskusi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Siti Fatimah yang

menunjukkan bahwa, “Model pembelajaran direct instruction lebih efektif daripada

model diskusi”. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran direct instruction

adalah model pembelajaran bertahap. Setiap satu tahap selesai, diadakan tes untuk

mengetahui sejauh mana hasil pembelajaran yang dilakukan. Dalam penelitian ini

model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga merupakan model pembelajaran

yang bertahap, melibatkan siswa untuk saling bekerjasama dalam pembahasan

permasalahan bersama, dan mengkoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota

Page 85: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

kelompok ada yang membuat kesalahan. Mempersiapkan anggotanya untuk bisa

mengerjakan kuis dengan baik. Selain itu adanya pemberian penghargaan pada akhir

pembelajaran menjadikan siswa lebih bersemangat untuk belajar Fisika, sehingga

setiap siswa akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mempelajari materi yang

disampaikan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Sedangkan pada model pembelajaran diskusi memicu siswa untuk berpikir

lebih keras karena dituntut untuk mempertahankan pendapatnya. Namun diskusi

menjadi kurang efektif apabila tidak dikendalikan dengan baik. Artinya siswa yang

melakukan diskusi karena pengetahuan yang dimiliki tentang materi tersebut masih

sangat terbatas maka diskusi yang dilakukan kurang dapat memecahkan persoalan.

Selain itu pembahasan materi kurang sistematis, sehingga siswa sulit untuk

mengambil kesimpulan dari setiap materi. Oleh karena itu hasil diskusi kurang

diserap oleh siswa.

2. Hipotesis Kedua

H 02 : 0=jβ : Tidak ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara

kemampuan awal Fisika siswa kategori tinggi dan rendah

H12 : 0≠jβ : Ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara

kemampuan awal Fisika siswa kategori tinggi dan rendah

Berdasarkan analisis variansi dua jalan untuk pengaruh kemampuan awal Fisika

siswa harga Fb = 30,968. Nilai ini kemudian dikonsultasikan dengan harga tabel

sehingga untuk taraf signifikasi α = 0,05 didapatkan Ftabel = 4.00. Karena Fb > FTabel

maka H02 ditolak dan H12 diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan

kemampuan awal Fisika siswa antara kemampuan kognitif Fisika kategori tinggi dan

kategori rendah pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya. Dari hasil tersebut dapat

dikatakan bahwa siswa yang memiliki kemampuan awal Fisika kategori tinggi

cenderung memperoleh prestasi belajar dalam hal ini kemampuan kognitif Fisika

yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan awal Fisika

kategori sedang dan rendah.

Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai kemampuan awal

Fisika siswa kategori tinggi lebih mudah menangkap materi dan juga lebih mudah

memahami materi selama pembelajaran terhadap mata pelajaran dalam hal ini mata

Page 86: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

pelajaran IPA Fisika pokok bahasan Zat dan Wujudnya. Siswa yang memiliki

kemampuan awal Fisika siswa tinggi akan lebih siap dalam menerima pelajaran

karena siswa cenderung mempunyai keinginan belajar tinggi sehingga menghasilkan

prestasi belajar yang tinggi pula.

3. Hipotesis Ketiga

H 03 : 0=ijαβ : Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan

awal Fisika terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa

H13 : 0≠ijαβ : Ada interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal

Fisika terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa

Berdasarkan analisis variansi dua jalan untuk interaksi antara model

pembelajaran dan kemampuan awal Fisika terhadap kemampuan kognitif Fisika

siswa harga Fab = 0,501. Nilai ini kemudian dikonsultasikan dengan harga tabel

sehingga untuk taraf signifikansi α = 0,05 didapatkan Ftabel = 4.00. Karena Fab <

FTabel maka H03 diterima dan H13 ditolak. Sehingga hipotesis nol diterima yaitu tidak

ada interaksi pengaruh kemampuan kognitif Fisika siswa dengan model

pembelajaran terhadap kemampuan awal Fisika siswa pada pokok bahasan zat dan

wujudnya. Antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan diskusi dan

kemampuan awal Fisika siswa memberikan pengaruh sendiri-sendiri terhadap

kemampuan kognitif Fisika pada pokok hahasan Zat dan Wujudnya. Tidak adanya

interaksi tersebut terjadi karena siswa yang memiliki kemampuan awal Fisika siswa

tinggi akan melakukan usaha yang maksimal sehingga memperoleh kemampuan

kognitif lebih baik dibanding siswa yang mempunyai kemampuan awal Fisika siswa

rendah walaupun digunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ataupun

model pembelajaran diskusi.

Page 87: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ada perbedaankemampuan kognitif Fisika siswa antara penggunaan model

pembelajaran Kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran diskusi.

Penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD lebih baik daripada

melalui model pembelajaran diskusi.

2. Ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara kemampuan awal

Fisika siswa tinggi dan kemampuan awal Fisika siswa rendah. Kemampuan

awal Fisika siswa tinggi memberikan kemampuan kognitif lebih baik dari

pada kemampuan awal Fisika siswa rendah.

3. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal Fisika

siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

B. Implikasi Hasil Penelitian

Dengan diperolehnya kesimpulan, penelitian ini sebagai implikasinya

adalah:

1. Kemampuan awal Fisika siswa kategori tinggi akan memberikan kemampuan

kognitif Fisika siswa yang lebih baik dibanding dengan kemampuan awal

Fisika siswa kategori rendah pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya pada

siswa SMP Negeri 1 Playen kelas VII semester I.

2. Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika ternyata model pembelajaran

Kooperatif tipe STAD memberikan pengaruh yang lebih baik daripada

menggunakan model pembelajaran diskusi sehingga faktor ini perlu

diperhatikan.

Dengan terbuktinya hal tersebut, maka guru dapat menggunakan model

pembelajaran yang sesuai dalam pembelajaran Fisika yang akan digunakan untuk

evaluasi hasil belajar siswa serta memperhatikan kemampuan awal Fisika siswa

Page 88: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … fileMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 . ... iii PERSETUJUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

sebagai pendukung mata pelajaran Fisika sehingga siswa mampu mencapai batas

tuntas dalam belajar.

C. Saran

Pada penelitian ini penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari

kesempurnaan baik dalam pelaksanaannya maupun penyusunannya. Demi

terselenggaranya sistem pembelajaran yang dapat mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dengan baik, maka dapat diajukan saran sebagai berikut:

1. Agar mengajar dapat berlangsung dengan baik, maka pada pelaksanaanya

diusahakan:

a. Guru harus mampu menguasai dan memimpin kelas dengan baik

sehingga jalannya eksperimen dapat berlangsung dengan tertib.

b. Guru harus sering membuat siswa aktif di dalam kegiatan belajar

mengajar.

c. Membatasi jumlah peserta diskusi, dengan membaginya menjadi

beberapa kelompok kecil, dimana makin sedikit jumlah peserta dalam

satu kelompok diskusi maka akan berlangsung lebih baik, karena

siswa akan dapat mengamati dengan jelas apa yang diajarkan.

d. Guru harus sering memberikan latihan soal dan tugas setiap akhir

pembelajaran agar siswa lebih mendalami materi yang telah

disampaikan.

2. Membekali kemampuan awal Fisika siswa yang cukup sebagai modal dasar

siswa untuk mentransformasikan gejala-gejala alam pada Fisika yang

bersifat kulitatif ke dalam bentuk kuantitatif.

3. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik hendaklah dipilih

model yang sesuai dengan materi pelajaran dan tingkat intelegensi siswa.