100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT BEKERJASAMA DENGAN KOLEGA DAN PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 (Penelitian Tindakan Kelas) SKRIPSI Oleh: SRI RETNO WULANSARI NIM X7407081 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED

HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR MATA DIKLAT BEKERJASAMA DENGAN KOLEGA

DAN PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN

SMK KRISTEN 1 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2010/2011

(Penelitian Tindakan Kelas)

SKRIPSI

Oleh:

SRI RETNO WULANSARI

NIM X7407081

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED

HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR MATA DIKLAT BEKERJASAMA DENGAN KOLEGA

DAN PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN

SMK KRISTEN 1 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2010/2011

(Penelitian Tindakan Kelas)

Oleh:

SRI RETNO WULANSARI

NIM X7407081

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan

gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Juli 2011

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I

Pembimbing II

Dra.C Dyah SI,M. Pd

NIP. 19611122 198903 2 001

Susantiningrum, S. Pd, SE, M.AB

NIP. 19761229 200501 2 002

Page 4: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

ABSTRAK

SRI RETNO WULANSARI. X7407081. PENERAPAN PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT BEKERJASAMA

dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI

PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2011.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada peningkatkan hasil

belajar Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan dengan metode

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) siswa kelas X

Administrasi Perkantoran SMK Kristen 1 Surakarta.

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Obyek penelitian ini adalah siswa kelas X Adminstrasi Perkantoran 1 SMK Kristen 1

Surakarta yang berjumlah 34 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi

antara guru kelas, peneliti dan melibatkan siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan

dengan observasi, dokumentasi, angket dan tes. Prosedur penelitian meliputi tahap: (1)

pengenalan masalah, (2) persiapan tindakan, (3) penyusunan rencana tindakan, (4)

implementasi tindakan, (5) pengamatan, dan (6) penyusunan laporan. Proses penelitian

ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu:

(1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)observasi dan interpretasi, dan

(4) analisis dan refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, masing-

masing siklus selama 6 x 45 menit.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat

peningkatan hasil belajar siswa kelas X AP 1 SMK Kristen 1 Surakarta dengan metode

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Hal tersebut terefleksi

dari beberapa indikator sebagai berikut : (1) Metode pembelajaran Numbered Heads

Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil pekerjaan

siswa pada siklus pertama diketahui bahwa sebanyak 25 siswa atau sebesar 73,52%

sudah memenuhi KKM dan sebanyak 31 siswa atau sebesar 91,17% pada siklus yang

kedua. Terjadi peningkatan sebanyak 17,65%. (2) Metode pembelajaran tipe Numbered

Heads Together (NHT) dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Hal ini

ditunjukkan dengan peningkatan persentase motivasi belajar siswa pada siklus pertama

sebesar 71,14% dan kemudian pada siklus kedua meningkat sebesar 9,7% menjadi

80,84%. (3) Metode pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat

meningkatkan partisipasi siswa. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan persentase

partisipasi belajar siswa pada siklus pertama sebesar 60,58% dan kemudian pada siklus

kedua meningkat sebesar 13,53% menjadi 74,14%. Peningkatan tersebut terjadi setelah

guru melakukan beberapa upaya, antara lain: (1) Guru sudah mengelola kelas dengan

baik, (2) Guru menyadari perlunya melakukan suatu evaluasi terhadap proses

pembelajaran, agar segala kelemahan yang ada dapat teratasi dengan baik, dan tidak

terulang dalam proses pembelajaran berikutnya.

Page 6: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

ABSTRACT

SRI RETNO WULANSARI. X7407081. THE APPLICATION COOPERATIVE

LEARNING TYPE OF NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TO IMPROVE

THE LEARNING ACHIEVEMENT OF BEING COOPERATIVE WITH

COLLEAGUE AND CUSTOMER SUBJECT IN THE OFFICE ADMINISTRATION

X GRADERS OF SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Thesis. Surakarta: Teacher Training

and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, July 2011.

The objective of research is to improve the learning achievement of being

cooperative with colleague and customer subject using Numbered Heads Together

(NHT) type of cooperative learning in the Office Administration X graders of SMK

Kristen 1 Surakarta.

This study is a Classroom Action Research. The object of research was the

Office Administration X graders of SMK Kristen 1 Surakarta consisting of 34 students.

This research was carried out in the collaboration between the class teacher, researcher

and involved the students. Techniques of collecting data used were observation,

documentation, questionnaire and test. The research procedure include: (1) problem

identification, (2) action preparation, (3) action plan arrangement, (4) action

implementation, (5) observation, and (6) report writing. The research process was

carried out in two cycles, each of which consisted of four stages: (1) planning, (2)

acting, (3) observing and interpreting, and (4) analyzing and reflecting. Each cycle was

done in three repetition, with 6 x 45 minutes duration for each cycle.

Considering the result of research, it can be concluded that there is an

improvement of learning achievement of XI P 1 graders of SMK Kristen Surakarta

using Numbered Heads Together (NHT) type of cooperative learning. It is reflected by

the following indicators: (1) Numbered Heads Together (NHT) learning method can

improve the student learning achievement. Based on the result of student work in the

first cycle, it can be found that 25 students or 73.5% has met the KKM and 31 students

or 91.17% in the second cycle. There is an increases by 17.65%. (2) the Numbered

Heads Together (NHT) learning method can improve the student achievement

motivation. It is indicated by the increase in percentage student learning motivation in

the first cycle of 71.14% and then in the second cycle it increases by 9.7% to 80.84%.

(3) The Numbered Heads Together (NHT) learning method can improve the student

participation. It is indicated by the increase in percentage student learning participation

in the first cycle of 60.58% and then in the second cycle it increases by 13.53% to

74.14%. The improvement occurs after teacher takes such attempts as: (1) Teacher has

managed the class well, (2) teacher realize the importance of an evaluation on learning

process to cope with well any weaknesses, and to prevent the weakness from occurring

in the next learning.

Page 7: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

MOTTO

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan sesuatu kaum, sehingga mereka

merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri

(Q. S AR RA’D: 11)

Apa yang anda pikirkan itulah yang akan anda dapatkan

(Peneliti)

Jangan pernah kau gagalkan cita-citamu hanya karna cinta, tapi jadikanlah cinta

itu sebagai pendorong cita-cita yang mulia

(Peneliti)

Page 8: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan sebagai wujud rasa sayang,

cinta kasih peneliti dan terima kasih penulis kepada :

- Ibu dan Ayahku tersayang, yang selalu mendoakan dan

menyayangiku dengan sepenuh hati.

- Adik-Adikku tercinta, terima kasih atas doa dan

semangatnya. Love you all.

- Dra. C. Dyah S.I, M.Pd dan Susantiningrum S.Pd, S.E,

M.AB. terima kasih untuk dorongan dan bimbingannya

selama ini.

- Teman seperjuangan di BKK Administrasi Perkantoran

2007.

- Almamater UNS.

Page 9: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT

karena berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya serta dengan usaha yang sungguh-

sungguh, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik oleh peneliti untuk memenuhi

sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hambatan dan kesulitan yang peneliti hadapi dalam menyelesaikan

penulisan skipsi ini dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,

atas segala bentuk bantuannya peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.

3. Drs. Ign. Wagimin M.Si, selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan

Administrasi Perkantoran yang telah memberikan bimbingan, pengarahan

dengan bijaksana.

4. Dra. C Dyah SI, M.Pd, selaku pembimbing I yang telah memberikan banyak

sekali motivasi, ilmu dan arahan dengan penuh kesabaran.

5. Susantiningrum, S.Pd, SE, M.AB, selaku pembimbing II yang telah memberikan

dorongan, semangat dan bimbingan dengan baik.

6. Andre N Rahmanto, S.Sos, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan banyak doa dan bimbingan serta semangat.

7. Drs. Siwi Widi Asmoro, selaku Kepala SMK Kristen 1 Surakarta, yang

memberikan ijin penelitian skripsi ini.

8. Magdalena Sri Ara, S. Pd, selaku guru Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega

dan Pelanggan yang membimbing dalam pelaksanaan penelitian ini serta guru dan

staff karyawan, dan siswa X AP 1 yang membantu penulisan skripsi ini.

9. Ibu Bapak tercinta, yang selalu memberikan dorongan baik moril maupun

spiritual, kasih sayang serta doa yang tak henti-hentinya mengiringi peneliti

hingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Adikku Yulis yang selalu memberikan do’a dan semangat.

Page 10: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

11. Mas Chandra yang selalu menemani dalam suka dan duka.

12. Umi, Tri, Wiwin, Yuni, Tika, Wika, yang selalu memberikan semangat,

pengertian, dan bantuan.

13. Semua teman-teman seperjuangan Pendidikan Ekonomi BKK PAP’07, terima

kasih buat senyum dan doanya.

14. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,

namun peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya.

Surakarta, Juli 2011

Peneliti

Page 11: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v

HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... vi

HALAMAN MOTTO ................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Perumusan Masalah ..................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6

F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7

BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................... 9

A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 9

1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together .... 9

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ............................... 10

b. karakteristik pembelajaran kooperatif ............................ 12

c. tujuan pembelajaran kooperatif ...................................... 13

d. model- model pembelajaran kooperatif ......................... 14

e. Metode Numbered Heads Together ................................ 15

2. Motivasi Berprestasi .............................................................. 17

3. Partisipasi Siswa .................................................................... 18

a. Pengertian Partisipasi Siswa ........................................... 18

b. Manfaat Partisipasi .......................................................... 19

4. Hasil Belajar siswa ................................................................. 20

Page 12: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

a. Pengertian Belajar ............................................................. 20

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ....................... 21

c. Hasil Belajar ..................................................................... 22

e. Hasil Belajar bekerjasama dengan kolega dan pelanggan. 24

B. Penelitian Yang Relevan ............................................................. 19

C. Kerangka Berpikir ....................................................................... 25

D. Hipotesis Tindakan ...................................................................... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 29

A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 29

B. Subyek dan Obyek Penelitian ...................................................... 30

C. Jenis Penelitian ............................................................................ 30

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 25

E. Prosedur Penelitian ...................................................................... 36

F. Proses Penelitian ........................................................................... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 42

A. Deskripsi Lokasi Penelitian .......................................................... 42

B. Identifikasi Masalah Pembelajaran bekerjasama dengan kolega dan

pelanggan Kelas X AP 1 di SMK Kristen 1 Surakarta ................ 47

C. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................... 50

1. Siklus I ................................................................................... 50

a. Perencanaan Tindakan Siklus I ........................................ 50

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ........................................ 54

c. Observasi dan Interpretasi ................................................. 57

d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I .......................... 58

2. Siklus II .................................................................................. 60

a. Perencanaan Tindakan Siklus II ....................................... 60

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ....................................... 63

c. Observasi dan Interpretasi ................................................. 66

d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II ......................... 67

D. Pembahasan .................................................................................. 73

Page 13: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...................................... 76

A. Simpulan ...................................................................................... 76

B. Implikasi ...................................................................................... 77

1. Implikasi Teoretis..................................................................... 77

2. Implikasi Praktis ...................................................................... 77

C. Saran ............................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 82

LAMPIRAN .................................................................................................... 84

Page 14: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir ................................................................ 26

Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ................................................ 32

Gambar 3. Prosedur penelitian ...................................................................... 37

Gambar 4. Grafik hasil penelitian ................................................................. 73

Page 15: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2. Indikator Ketercapaian Belajar Siswa ................................................ 39

Tabel 3. Nilai Kemampuan Awal Siswa ......................................................... 50

Tabel 4. Penerapan Metode Numbered Heads Together .................................. 69

Tabel 5. Motivasi Belajar Siswa ...................................................................... 69

Tabel 6. Partisipasi Belajar Siswa .................................................................... 70

Tabel 7. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ......................................................... 70

Tabel 8. Peningkatan Hasil Belajar Siswa ....................................................... 70

Page 16: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian 84

Lampiran 2 : Catatan Lapangan 1 85

Lampiran 3 : Lembar Observasi Penerapan Metode Numbered Heads

Together 87

Lampiran 4 : Angket Penilaian Motivasi 90

Lampiran 5 : Lembar Observasi Partisipasi 92

Lampiran 6 : Lembar Perolehan Hasil Belajar peserta didik 95

Lampiran 7 : Daftar Nama Kelompok 97

Lampiran 8 : Daftar Nama Siswa Kelas X AP 1 98

Lampiran 9 : Catatan Lapangan 2 100

Lampiran 10 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I 104

Lampiran 11 : Lampiran Materi 114

Lampiran 12 : Lembar Observasi Penerapan Metode NHT siklus 1 118

Lampiran 13 : Angket Penilaian Motivasi Siswa 123

Lampiran 14 : Angket Penilaian Motivasi Siswa 125

Lampiran 15 : Angket Penilaian Motivasi Siswa 127

Lampiran 16 : Lembar Penerapan metode NHT terhadap Motivasi

Belajar Siswa 129

Lampiran 17 : Lembar Observasi Partisipasi Siswa siklus 1 133

Lampiran 18 : Lembar Perolehan Hasil Belajar peserta didik Siklus 1 137

Lampiran 19 : Foto Siklus 1 140

Lampiran 20 : Catatan Lapangan 3 141

Lampiran 21 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II 145

Lampiran 22 : Lampiran Materi 161

Lampiran 23 : Lembar Observasi Penerapan Metode NHT siklus 2 165

Lampiran 24 : Angket Penilaian Motivasi Siswa 170

Lampiran 25 : Angket Penilaian Motivasi Siswa 172

Lampiran 26 : Angket Penilaian Motivasi Siswa 174

Page 17: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

Lampiran 27 : Lembar Penerapan metode NHT terhadap Motivasi Belajar

Siswa 176

Lampiran 28 : Lembar Observasi Partisipasi Siswa siklus 2 180

Lampiran 29 : Lembar Perolehan Hasil Belajar peserta didik Siklus 2 182

Lampiran 30 : Foto Siklus 2 186

Perijinan

Page 18: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran adalah sebuah proses yang dilakukan oleh siswa dengan

tujuan mengembangkan hasil belajar yang dimiliki siswa. Pembelajaran

hendaknya tidak lagi menempatkan siswa dalam posisi pasif sebagai penerima

materi pembelajaran, tetapi sebagai subjek yang aktif melakukan proses berpikir,

mencari, mengolah, mengurai, menggabung, menyimpulkan, dan menyelesaikan

masalah. Senada dengan pendapat Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 93)

yang menyatakan bahwa, “Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang

menuntut keaktifan siswa”. Bahan ajar dipilih, disusun, dan disajikan kepada

siswa sesuai dengan kebutuhan siswa. Kebutuhan siswa akan pemenuhan ilmu

pengetahuan harus didukung oleh beberapa faktor, antara lain: peran guru mata

pelajaran selama pembelajaran, penerapan model pembelajaran yang dapat

mengembangkan kemampuan siswa baik hasil belajar kognitif maupun hasil

belajar afektif dan psikomotorik, penggunaan media pembelajaran yang sesuai,

dan pengelolaan situasi belajar yang kondusif.

Guru mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran. Sebagai

fasilitator, guru hendaknya mampu menciptakan iklim belajar yang kondusif

untuk mendukung pemahaman materi pembelajaran yang dibutuhkan siswa. Peran

ini dapat dilaksanakan dengan baik apabila guru menguasai materi pembelajaran,

memahami karakteristik dan kebutuhan siswa, serta memberikan motivasi kepada

siswa untuk menemukan jawaban dari suatu masalah. Guru harus menyadari

bahwa adanya interaksi dalam proses pembelajaran dapat berlangsung dua arah,

baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa yang lain.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran adalah media

pembelajaran. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2005: 30),

“Pemanfaatan media pembelajaran sangat erat kaitannya dengan peningkatan

kualitas pembelajaran.” Pemanfaatan media pembelajaran menciptakan

pengalaman belajar yang lebih bermakna, memfasilitasi proses interaksi antara

1

Page 19: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, serta memperkaya pengalaman belajar

siswa. Penerapan media pembelajaran yang tepat diharapkan mampu mengubah

suasana belajar dari siswa yang pasif menunggu menjadi siswa yang aktif

berdiskusi. Penggunaan media pembelajaran juga dapat membantu siswa untuk

mencapai tujuan belajarnya. Selama proses pembelajaran guru harus mampu

memanfaatkan media pembelajaran dan mampu dalam mengelola kelas, jadi

siswa menjadi lebih semangat dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran

sehingga suasana belajar di kelas menjadi nyaman.

Pengelolaan situasi belajar atau iklim kelas menjadi kondusif juga

merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Menurut Depdiknas

(2005: 33), “Situasi belajar adalah suasana yang terjadi ketika pembelajaran

berlangsung, atau lebih luas lagi yaitu interaksi antara guru dengan siswa baik di

dalam kelas maupun di luar kelas karena belajar akan berlangsung secara efektif

dalam situasi yang kondusif.” Situasi belajar yang mendukung akan memunculkan

motivasi siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa akan merasa nyaman

untuk bertanya, mengerjakan tugas, mengungkapkan pendapat, maupun merespon

pembelajaran dari guru.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyatakan bahwa :

”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Konteks pembaruan pendidikan, ada tiga unsur utama yang perlu disoroti,

yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pendidikan, dan penggunaan

metode pembelajaran. Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah guna

meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan mengadakan

pembaharuan kurikulum. Melalui pembaharuan kurikulum diharapkan mampu

meningkatkan kualitas pendidikan yang secara menyeluruh mencakup

pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya. Selain pembaharuan

kurikulum hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di

Page 20: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Indonesia adalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran di kelas memiliki

peran yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam

hal ini guru memegang peranan yang sangat penting akan keberhasilan proses

pembelajaran tersebut disamping ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi

berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran. Selain itu, dalam mengajar guru

hendaknya lebih kreatif dalam memilih metode-metode pembelajaran yang sesuai

dengan keadaan serta kondisi lingkungan di mana dia mengajar. Pemilihan dan

penentuan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang

diajarkan diharapkan akan memudahkan siswa dalam memahami materi tersebut.

Selain itu siswa bisa lebih berperan aktif dalam proses belajar mengajar.

Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi pribadi antara siswa

satu dengan siswa lain, interaksi antara guru dengan siswa, serta interaksi antara

siswa dengan lingkungan. Dalam Proses belajar mengajar sebaiknya bersumber

pada pemikiran yang menyatakan bahwa pengetahuan itu ditemukan, dibentuk

dan dikembangkan oleh siswa. Guru sebagai pengajar juga harus berusaha untuk

mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa, sehingga siswa tidak pasif di

dalam kelas. Selama ini siswa selalu terkondisikan untuk menerima informasi dari

guru saja, sehingga siswa cenderung pasif dan menunggu diberi informasi tanpa

berusaha menemukan informasi tersebut. Hal tersebut juga menyebabkan siswa

hanya mampu untuk menghafal tanpa memahami materi yang telah diterima

dalam belajar di kelas. Oleh karena itu guru harus selalu berusaha untuk

memotivasi siswa agar bersemangat dalam mengikuti pelajaran, agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai yang salah satu indikatornya adalah tinggi rendahnya

hasil belajar yang diraih siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Tinggi

rendahnya hasil belajar akan memberikan sumbangan dalam mencapai kesuksesan

siswa di masa depan.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilkukan oleh peneliti

menunjukkan bahwa: 1) metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam

kegiatan belajar mengajar belum bervariasi, masih didominasi oleh guru sehingga

siswa cenderung bosan, 2) motivasi siswa dalam proses pembelajaran rendah, hal

ini bisa dilihat pada saat proses pembelajaran berlangsung masih banyak siswa

Page 21: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

yang tidak memperhatikan, 3) siswa kurang aktif dan kurang terlibat dalam proses

belajar mengajar yang ditandai dengan siswa jarang bertanya pada guru, 4) hasil

belajar yang rendah untuk mata pelajaran bekerjasama dengan kolega dan

pelanggan rendah, 5) sumber belajar siswa terbatas pada LKS, tidak semua siswa

mempunyai buku paket/pegangan dan jarang memanfaatkan perpustakaan sebagai

sumber belajar untuk menambah pengetahuan. Apabila dilihat dari hasil belajar

siswa, nilai Ujian Akhir Semester (UAS) untuk Mata Diklat Bekerjasama dengan

Kolega Dan Pelanggan pada semester pertama menunjukkan hasil yang kurang

maksimal. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 73, hanya

sebesar 57% (16 siswa dari 34 siswa) yang lulus dan sisanya masih berada di

bawah KKM. Bersumber dari beberapa permasalahan tersebut dapat disimpulkan

bahwa yang menjadi permasalahan utama adalah hasil belajar yang belum

optimal, yang disebabkan rendahnya motivasi berprestasi siswa dan kurangnya

partisipasi siswa dalam belajar.

Motivasi belajar yang rendah mengakibatkan melemahnya kegiatan belajar.

Dimyati Dan Mudjiono ( 2006:80 ) menyatakan bahwa “Siswa belajar karena

didorong oleh kekuatan mentalnya”. Motivasi berprestasi merupakan motivasi

yang paling utama kaitanya dengan proses belajar siswa. Sedangkan partisipasi

belajar siswa dapat berupa kehadiran dan keaktifan siswa baik secara fisik

maupun psikis seperti hadir, bertanya, dan atau menjawab pertanyaan yang

diberikan guru. Kurangnya partisipasi siswa dalam belajar mengakibatkan

pemahaman dan penguasaan yang kurang atau tidak sempurna terhadap materi

yang diberikan.

Hasil belajar siswa di kelas X SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Pelajaran

2010/ 2011 dapat ditingkatkan dengan penerapan sebuah model pembelajaran

yang sesuai dengan kondisi siswa dan iklim kelasnya, yaitu pembelajaran

kooperatif tipe numbered heads together (NHT ). Peneliti memilih pembelajaran

kooperatif karena pembelajaran tersebut berfokus pada penggunaan kelompok

kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar sehingga

tujuan belajar masing-masing siswa dapat tercapai. Sugiyanto (2008: 37-38)

mengungkapkan bahwa, “Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan interaksi

Page 22: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning

Community), yaitu siswa tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari sesama

siswa”, sehingga pembelajaran kooperatif akan meningkatkan kepedulian dan

tanggung jawab siswa kepada diri sendiri dan teman satu timnya.

Berdasarkan permasalahan yang timbul maka lahirlah gagasan dalam upaya

mengatasi permasalahan dalam pembelajaran tersebut yaitu dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif khususnya metode pembelajaran Numbered Heads

Together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Slavin (2008: 4)

mendefinisikan ”Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode

pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling

membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. cara

pengelompokannya secara heterogen. Pembelajaran dengan menggunakan metode

NHT membuat siswa dapat mengembangkan dirinya yaitu; 1) motivasi, adanya

motivasi berprestasi yang tinggi dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik;

2) daya ingat, siswa menggunakan daya ingatnya dalam mengingat materi yang

disampaikan guru maupun materi yang diperoleh dari hasil diskusi dengan

temannya; 3) pemusatan perhatian dan partisipasi siswa, didalam kelas siswa

memiliki kesempatan untuk aktif berpartisipasi, mengutarakan pendapatnya,

saling bertanya dan menyelesaikan masalah atau tugasnya dalam diskusi

kelompok. Sehingga perhatian siswa juga terpusat pada tugas dalam diskusi

kelompok masing-masing; 4) komunikasi, saat diskusi pada masing-masing

kelompok siswa telah mengembangkan potensi atau kemampuan berkomunikasi

antar teman atau sesama anggota kelompok, siswa akan terlatih dalam berbicara

dan berani menyampaikan gagasan dan pendapatnya; 5) bekerjasama, semangat

kerjasama siswa dalam kelompok untuk belajar dan menggali informasi

berkembang dengan baik. Siswa saling membantu dan bekerjasama dalam

mengatasi kesulitan belajar dan memecahkan masalah dalam diskusi. Siswa saling

berinteraksi mengembangkan pikirannya dan anggota kelompok lainnya akan

saling melengkapi.

Pemilihan metode NHT dikarenakan memiliki kelebihan antara lain siswa

menjadi lebih siap karena guru tidak memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan

Page 23: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

mewakili kelompoknya, siswa berdiskusi dengan sungguh-sungguh untuk

memastikan semua anggota kelompok menguasai tugas yang telah diberikan, dan

siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Metode NHT yang

digunakan sebagai metode pembelajaran dikelas mampu meningkatkan hasil

belajar siswa dan dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.

Berdasarkan uraian diatas maka dilaksanakan penelitian dengan judul:

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

(NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Diklat Bekerjasama dengan

Kolega dan Pelanggan Pada Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran 1 SMK

Kristen 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka

dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi yaitu:

Apakah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Kolega Belajar Mata Diklat

Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan Pada Siswa Kelas X Administrasi

Perkantoran 1 SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas maka tujuan

yang ingin dicapai adalah:

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

Dapat Meningkatkan Hasil Kolega Belajar Mata Diklat Bekerjasama dengan

Kolega dan Pelanggan Pada Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran 1 SMK

Kristen 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

Page 24: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi keilmuan yang bermanfaat

dalam dunia pendidikan khususnya mengenai pemilihan medel pengajaran

yang tepat dalam upaya meningkatkan hasil belajar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru

Memotivasi guru untuk menghasilkan output yang berkualitas dengan

menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT ).

b. Bagi siswa

Penelitian ini bermanfaat bagi siswa yang bermasalah di dalam kelas

supaya siswa berusaha meningkatkan aktivitas belajar mereka sehingga

hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan.

c. Bagi peneliti

Agar dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman mengenai

penggunaan model pembelajaran koopertatif untuk meningkatkan hasil

belajar.

Page 25: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

a. Model Pembelajaran

Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari strategi,

metode, atau prosedur. Pemilihan model pembelajaran harus disesuaikan

dengan situasi kelas yang dihasilkan dari kerja sama antara guru dan siswa.

Arends dalam Trianto (2007: 5-6) menyatakan bahwa, “The term teaching

model refers to a particular aprroach to instruction that includes its goals,

syntax, environment, and management system.” Artinya model pembelajaran

mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya,

sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Yang dimaksud

dengan sintaks dari suatu model pengajaran adalah pola yang

menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang disertai

serangkaian kegiatan pembelajaran. Hal tersebut senada dengan pendapat

Asep Jihad dan Abdul Haris (2009: 26) yang menyatakan, “model-model

pengajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan: tujuan pembelajaran, pola

urutan, dan sifat lingkungan belajar.”

Sukamto dalam Trianto (2007: 5) mengemukakan:

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai

pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam

merencanakan aktivitas belajar mengajar. Bersumber dari pendapat-pendapat tersebut di atas yang dimaksud

dengan model pembelajaran pada penelitian ini adalah sebuah kerangka

konseptual atau pola dalam merencanakan pembelajaran di kelas untuk

mencapai tujuan belajar siswa.

Isjoni (2009: 49) mengemukakan, “Dalam penerapannya, model

pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing-

8

Page 26: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama

yang berbeda-beda.” Hal tersebut senada dengan pendapat Nanang Hanafiah

dan Cucu Suhana (2009: 41) yang mengungkapkan, “Model pembelajaran

sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik (learning style) dan

gaya mengajar guru (teaching style).” Pendapat tersebut menjelaskan bahwa

penerapan model pembelajaran perlu memperhatikan kebutuhan siswa dan

apa yang dimiliki guru agar pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif.

Hasan dalam Isjoni (2009: 50) berpendapat, untuk memilih model

yang tepat perlu diperhatikan relevansinya dengan pencapaian tujuan

pengajaran. Dalam praktiknya semua model pembelajaran bisa dikatakan

baik jika memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Semakin kecil upaya yang dilakukan guru dan semakin besar aktivitas

belajar siswa, maka hal itu semakin baik;

2) Semakin sedikit waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifkan siswa

belajar juga semakin baik;

3) Sesuai dengan cara belajar siswa yang dilakukan;

4) Dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru; dan

5) Tidak ada satupun metode yang paling sesuai untuk segala tujuan, jenis

materi, dan proses belajar yang ada.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas yang dimaksud

dengan model pembelajaran dalam penelitian ini yaitu sebuah model

pembelajaran memiliki konsep masing-masing untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang sudah ditetapkan dengan menjadikan siswa sebagai

pelaku utama aktivitas belajar dalam sebuah proses pembelajaran.

Pendapat tersebut senada dengan yang diungkapkan Trianto (2007: 9):

Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus

dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang

akan dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model

pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya,

materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan saran atau

fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan dapat tercapai. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa pemilihan model pembelajaran

harus disesuaikan dengan gaya belajar siswa, gaya mengajar guru, kondisi

pembelajaran dan iklim pembelajaran di dalam kelas, dan faktor-faktor lain

Page 27: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

yang mendukung terjadinya pembelajaran. Hal tersebut tidak kalah penting

karena pemilihan metode pembelajaran yang sesuai juga akan memotivasi

siswa untuk berkembang.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka secara sederhana yang

di maksud dengan model pembelajaran adalah suatu pola yang dirancang

dalam merencanakan sebuah pembelajaran terutama aktivitas belajar

mengajar yang dipertimbangkan dari gaya belajar siswa, gaya mengajar guru,

dan beberapa faktor pendukung yang ada agar tujuan belajar siswa dapat

tercapai.

b. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Sugiyanto (2008: 35) mengemukakan bahwa, “Pembelajaran

kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan

kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi

belajar untuk mencapai tujuan belajar.” Hal senada juga diungkapkan oleh

Isjoni (2009: 16) yang menyatakan bahwa, “Cooperative Learning is the

instructional use of small groups that allows students to work together to

maximize their own and each other as learning.” Artinya pembelajaran

kooperatif mengandung arti bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama

dari kelompok-kelompok kecil yang dibentuk dalam sebuah kelas.

Nurhadi (2003: 60) menyatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif

adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling

terkait”. Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan

sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran

cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok

lain. Anita Lie (2005: 29) mengemukakan “Pembelajaran kooperatif

mempunyai anggota kelompok bersifat heterogen artinya kelompok dibentuk

berdasarkan perbedaan latar belakang, etnik, ras, agama, status sosial

ekonomi, serta kemampuan akademik”.

Nurhadi (2003: 60) mengemukakan bahwa “Unsur-unsur dasar

pembelajaran kooperatif terdiri dari: 1) saling ketergantungan positif, 2)

Page 28: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

interaksi tatap muka, 3) Akuntabilitas individual, 4) Keterampilan menjalin

hubungan antar pribadi”. Pembelajaran kooperatif mengharuskan guru

menciptakan suasana yang mendorong agar siswa saling membutuhkan.

Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling

ketergantungan yang positif. Saling ketergantungan positif menuntut adanya

interaksi promotif yang memungkinkan siswa saling memberikan motivasi

untuk meraih hasil belajar yang optimal. Keberhasilan suatu penyelesaian

tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan oleh setiap anggota

kelompok, dan perlu disadari oleh setiap anggota kelompok bahwa

keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja

masing-masing anggota.

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar

kelompok. Keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka

setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan

tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan

kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan

penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa

berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama.

Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat

saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya

dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi tatap muka akan

memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok

untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan

masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok

dalam pembelajaran kooperatif bersifat heterogen, yang berasal dari budaya,

latar belakang sosial, dan kemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan

tersebut menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar

anggota kelompok.

Slavin (2009: 4) mendefinisikan ”Pembelajaran kooperatif merujuk

pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam

Page 29: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

mempelajari materi pelajaran”. Dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan

dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk

mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat ini dan menutup

kesenjangan pemahaman mereka. Pembelajaran kooperatif melatih siswa

untuk mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Antara lain

keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,

mengkritik ide, dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran

logis, dan tidak mendominasi orang lain. Menjalin hubungan antar pribadi

tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak

dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari

guru tetapi juga sesama siswa.

c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin dalam Isjoni (2009: 21) terdapat tiga konsep sentral

yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Penghargaan kelompok

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk

memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh

jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan.

Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu dalam

menciptakan hubungan antarpersonal yang saling mendukung.

2) Pertanggungjawaban individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua

anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada

aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam proses

pembelajaran. Hal ini akan melatih kemandirian siswa ketika mengerjakan

tugas secara individu. Motivasi siswa juga akan tumbuh dan siswa tidak

takut untuk bersaing secara sehat dan jujur.

3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup

nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh

Page 30: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

siswa dari yang sebelumnya. Dengan menggunakan metode skoring ini

setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama

memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi

kelompoknya. Secara tidak langsung siswa akan termotivasi untuk

memberikan yang terbaik bagi kelompok mereka, karena masing-masing

anggota kelompok dapat menyumbangkan nilai untuk kelompok.

Berdasarkan pendapat yang telah diungkapkan tersebut secara

sederhana bahwa karakteristik pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini

adalah: (1) adanya penghargaan kelompok; (2) adanya tanggung jawab

individu; dan (3) adanya kesempatan yang sama untuk mencapai

keberhasilan.

d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Stahl dalam Isjoni (2009: 24) mengemukakan bahwa, “melalui model

cooperative learning siswa dapat memperoleh pengetahuan, kecakapan

sebagai pertimbangan untuk berpikir dan menentukan serta berbuat dan

berpartisipasi sosial. Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan oleh

Zaltman et al dalam Isjoni (2009: 24) yang berpendapat bahwa, “siswa yang

sama-sama bekerja dalam kelompok akan menimbulkan persahabatan yang

akrab, yang terbentuk di kalangan siswa, ternyata sangat berpengaruh pada

tingkah laku atau kegiatan masing-masing secara individual.”

Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan

pembelajaran penting, seperti yang dirangkum oleh Ibrahim dalam Isjoni

(2009: 27-28) yaitu:

1) Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif mencakup beragam tujuan sosial, baik untuk

memperbaiki prestasi siswa ataupun tugas akademik penting yang lain.

Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu

siswa memahami konsep-konsep sulit. Di samping itu, pembelajaran

kooperatif dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah

maupun kelompok atas yang bekerja bersama demi tugas-tugas akademik.

Page 31: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari

orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,

kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif

memberi-kan peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang untuk

bekerja sama pada tugas-tugas akademik. Struktur penghargaan

kooperatif juga akan menjadikan siswa belajar saling menghargai dan

saling menerima kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.

3) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada

siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan sosial

pada dasarnya penting dimiliki oleh siswa, sebab saat ini banyak anak

muda yang masih kurang dalam keterampilan sosial.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan tersebut maka yang

dimaksud tujuan pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini adalah

mengembangkan kemampuan siswa baik dari aspek pengetahuan maupun

dari sikap dan keterampilan sosialnya.

e. Model-model Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa variasi model yang dapat diterapkan dalam

cooperative learning, diantaranya :

a) Student Teams-Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu

pendekatan kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang

paling baik untuk permulaan bagi yang pertama kali menggunakan

pendekatan kooperatif. STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu

presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.

b) Jigsaw. Pendekatan kooperatif dengan metode jigsaw pertama kali

dikembangkan oleh Elliot Arronson di Universitas Texas dan merupakan

salah satu metode pembelajaran yang berhasil dikembangkan oleh Robert E.

Slavin. Pendekatan kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran

yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung

Page 32: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan

materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

c) Grup Investigation (Kelompok Investigasi). Dalam metode ini para siswa

dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua

sampai enam anggota. Kelompok ini kemudian memilih topik-topik dari

unit yang telah dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topik-topik ini

menjadi tugas-tugas pribadi dan melakukan kegiatan untuk

mempersiapkan laporan kelompok.

d) Rotating Trio Exchange. Pada model ini kelas dibagi ke dalam beberapa

kelompok yang terdiri dari 3 orang, kelas di tata sehingga setiap

kelompok dapat melihat kelompok lainnya di kiri dan di kanannya.

e) Group resume. Model ini akan menjadikan interaksi antar siswa lebih baik,

kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-6

orang siswa, kemudian guru memberikan penekanan bahwa mereka adalah

kelompok yang bagus, baik bakat maupun kemampuannya di dalam kelas dan

yang terakhir kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di

depan kelas.

f) Numbered heads together. model ini dikembangkan dengan melibatkan

para siswa dalam mereview bahan yang dicakup dalam suatu pelajaran

dan mengecek atau memeriksa mengenai isi pelajaran tersebut

Berdasar uraian macam- macam metode pembelajaran kooperatif di

atas maka metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode

Numbered Heads Together (NHT).

f. Metode Numbered Heads Together (NHT)

Metode berasal dari bahasa inggris method yang berarti cara. Menurut

Sanjaya (2006: 125) menyatakan bahwa “Metode adalah cara yang digunakan

untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan”. Lain lagi dengan Gulo

yang berpendapat bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai

tujuan pembelajaran”.

Page 33: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Metode Numbered Heads Together termasuk dalam metode

struktural. Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992), metode

sruktural ini menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk

mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Struktur-struktur Kagan

menghendaki agar para siswa bekerja sama saling bergantung pada

kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Ada struktur yang memiliki

tujuan umum (goal) untuk meningkatkan penguasaan isi akademik dan ada

pula struktur yang tujuannya untuk mengajarkan keterampilan sosial. Nurhadi

(2004: 121) mendefinisikan “Think Pair Share dan Numbered Heads

Together adalah struktur yang digunakan untuk meningkatkan penguasaan

akademik, sedangkan struktur Active Listening dan Time Tokens adalah

struktur yang digunakan untuk mengajarkan untuk mengajarkan keterampilan

sosial”.

Nurhadi (2003: 66) berpendapat bahwa “Metode Numbered Heads

Together dikembangkan dengan melibatkan para siswa dalam mereview

bahan yang dicakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa

mengenai isi pelajaran tersebut”. Sebagai pengganti pertanyaan langsung

kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur 4 langkah sebagai berikut:

1) Penomoran (Numbering) yaitu guru memberikan para siswa menjadi

beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 sampai 5 orang dan

memberikan mereka nomor sehingga setiap siswa dalam tim tersebut

memiliki nomor yang berbeda;

2) Pengajuan pertanyaan (Questioning) yaitu guru mengajukan pertanyaan

kepada siswa;

3) Berpikir Bersama (Heads Together) yaitu para siswa berpikir bersama

untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap anggota mengetahui

jawaban tersebut;

4) Pemberian jawaban (Answering) yaitu guru menyebut satu nomor dan

para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat

tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.

Page 34: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Nur (2005: 78) mengemukakan bahwa “Ciri khas metode Numbered

Heads Together adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili

kelompok tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili

kelompoknya itu”. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa, cara ini

juga merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab

individu dalam diskusi kelompok. Anita Lie (2005: 59) mengemukakan

bahwa “Numbered Heads Together adalah suatu teknik pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan

mempertimbangkan jawaban yang paling tepat”. Selain itu, teknik ini juga

mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Teknik

ini bisa digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan

usia anak didik.

Semua metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan,

tak terkecuali dengan metode Numbered Heads Together ini. Kelebihan

metode ini antara lain: 1) Siswa menjadi lebih siap, karena guru tidak akan

memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya; 2)

Siswa melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh untuk memastikan semua

anggota kelompoknya menguasai tugas yang telah diberikan; 3) siswa yang

pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Sedangkan kelemahannya

antara lain: 1) Kemungkinan nomor yang telah dipanggil, dipanggil lagi oleh

guru; 2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

2. Motivasi Berprestasi

Hamzah uno ( 2007 : 1 ) menyatakan bahwa “Motivasi adalah

dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku”.

Poerwadarminta (1995: 207) menyatakan bahwa “Motivasi adalah usaha-

usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu

tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki

atau mendapat kepuasan dengan pekerjaannya”.

Winkel (1991) menyatakan bahwa “Motivasi berprestasi atau

achievement motivation adalah daya penggerak dalam diri siswa untuk

Page 35: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

mencapai taraf prestasi belajar setinggi mungkin demi penghargaan kepada

diri sendiri”. Di dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi dapat dikatakan

sebagai seluruh daya penggerak dalam diri siswa yang dapat menimbulkan

kegiatan belajar yang menjamin kegiatan dalam belajar dan memberi arah

sehingga siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan sebaik-

baiknya. Dengan kata lain dengan adanya motivasi berprestasi yang tinggi

pada diri siswa dapat melahirkan hasil belajar yang baik.

Mc. Donald dalam Sardiman mendefinisikan bahwa “Motivasi adalah

perubahan energi pada diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Orang-

orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi memiliki tiga macam ciri

umum sebagai berikut:

a. Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat

kesulitan yang moderat.

b. Suka situas-situasi dimana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya

mereka sendiri dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran.

c. Mereka menginginkan lebih banyak umpan balik tentang keberhasilan

dan kegagalan mereka. (Winardi, 2002: 85)

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi

berprestasi adalah dorongan dari dalam diri siswa untuk melakukan

serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan proses belajar untuk mencapai

hasil belajar yang optimal. Dalam hal ini Hermans yang dikutip oleh W. S.

Winkel menyatakan bahwa siswa yang mempunyai motivasi berprestasi

tinggi menunjukkan ciri-ciri sebagai berkut:

a. Kecenderungan mengerjakan tugas-tugas belajar yang menantang,

namun tidak berada diluar batas kemampuannya.

b. Keinginan untuk bekerja dan berusaha sendiri serta menemukan

penyelesaian sendiri tanpa disuapi terus menerus oleh guru.

c. Keinginan kuat untuk maju dan mencari taraf keberhasilan yang

sedikit di atas taraf yang telah dicapai sebelumnya.

d. Orientasi pada masa depan. Kegiatan belajar dipandang sebagai

jalan menuju realisasi cita-cita.

Page 36: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

e. Pemilihan teman kerja atas dasar kemampuan teman itu untuk

menyelesaikan tugas belajar bersama, bukan atas dasar simpatik

atau perasaan senang terhadap teman itu.

f. Keuletan dalam belajar biarpun menghadapi rintangan.

W.S. Winkel (1991: 97)

Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi

indikator motivasi berprestasi dalam penelitian ini adalah keulatan,

kemandirian, mepertahankan pendapat, memecahkan masalah, ketekunan,

antusias, dan tidak cepat puas.

3. Partisipasi Siswa

a. Pengertian Partisipasi Siswa

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti

pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Kata partisipasi mempunyai

pengertian yang luas. Suryosubroto (1997: 278) mendefinisikan “Partisipasi

adalah penyertaan mental dan emosi seseorang di dalam situasi kelompok

yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir dan perasaan

mereka bagi tercapainya tujuan-tujuan, bersama bertanggung jawab terhadap

tujuan tersebut”.

Keith Davis dalam Suryosubroto (1997: 279) menyatakan bahwa

“Participation is defined as a mental and emotional involed at a person in a

group situation which encourager then contribut to group goal and share

responsibility in them”. Disini partisipasi dimaksudkan sebagai keterlibatan

mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung

jawab di dalamnya. Dalam definisi tersebut kunci pemikirannya adalah

keterlibatan mental dan emosional individu. Menurut Suharto dan Iryanto

(1999), “Pengertian partisipasi adalah hal turut berperan serta di suatu

kegiatan; keikutsertaan; peran serta” (http: //library.usu.ac.id, diakses tanggal

3 februari 2010). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa partisipasi

tersebut sama dengan peran serta.

Dimyanti dan Mudjino (1994: 26) menyatakan ”Partisipasi mencakup

kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu

Page 37: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

kegiatan”. Berdasarkan pendapat tersebut, partisipasi memiliki aspek-aspek

yaitu kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi atau keterlibatan dalam

suatu kegiatan. Kegiatan yang dimaksud disini adalah kegiatan siswa selama

proses pembelajaran. Secara lebih terperinci ciri-ciri siswa yang aktif, yaitu:

1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.

2) Terlibat dalam pemecahan masalah.

3) Bertanya pada siswa lain atau kepada guru apabila tidak

memahami persoalan yang dihadapinya.

4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk

pemecahan masalah.

5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.

6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.

7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.

8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang

diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang

dihadapinya.

(Nana Sudjana, 2009: 61)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa yang menjadi indikator partisipasi dalam penelitian ini dalah interaksi

dalam apersepsi, kerjasma kelompok dalam diskusi, mengemukakan

pendapat, mengajakukan pertanyaan, dan mengerjakan soal/ tugas.

b. Manfaat Partisipasi

Suryosubroto (1997: 282) mengemukakan manfaat prinsipil dari

partisipasi yaitu:

1) Lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar karena

banyaknya sumbangan pemikiran

2) Pengembangan potensi diri dan kreativitas

3) Adanya penerimaan yang lebih besar terhadap perintah yang

diberikan dan adanya perasaan diperlukan

4) Melatih untuk bertanggung jawab serta mendorong untuk

membangun kepentingan bersama

Heidjrachman dalam Suryosubroto (1997: 282) mengemukakan

“Dengan dijalankannya partisipasi akan bisa diperoleh beberapa manfaat

seperti bisa dibuatnya keputusan yang lebih baik (karena banyaknya

sumbangan pikiran), adanya penerimaan yang lebih besar terhadap perintah

Page 38: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

yang diberikan dan adanya perasaan diperlukan”. Partisipasi dalam proses

pembelajaran dapat mengembangkan potensi diri dan kreativitas siswa, serta

dapat melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap proses dan hasil

belajar yang dijalaninya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan

adanya partisipasi siswa dalam pembelajaran akan memberikan peranan yang

penting bagi keberhasilan tujuan dari proses pembelajaran yang terkait.

4. Hasil Belajar Bekerjasama Dengan Kolega Dan Pelanggan

a. Pengertian Belajar

Didalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu dekat dengan apa yang

disebut belajar. Belajar adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam

kehidupan manusia. Arief Sardiman (1995: 5) mengungkapkan “Belajar

adalah suatu aktivitas secara sadar untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang bersifat pengetahuan (kognitif), nilai dan sikap (afektif)

maupun yang menyangkut keterampilan (psikomotorik), secara integral dan

tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan”. Winkel (1996: 53)

mengungkapkan pula bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis,

yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

keterampilan dan sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas”.

Menurut Sumadi Suryabrata (1995: 249), ada beberapa hal pokok

belajar, yaitu:

1) Bahwa belajar itu membawa perubahan

2) Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan

baru.

3) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja.

Dari berbagai definisi di atas, maka yang dimaksudkan dengan

belajar dalam penelitian ini adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh

individu yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berupa

pengetahuan (aspek kognitif), sikap (aspek afektif), keterampilan (aspek

Page 39: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

psikomotorik), dimana perubahan tersebut terjadi karena usaha sadar dari

individu yang sedang belajar.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan suatu perubahan

pada diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, suatu keberhasilan dan

kegagalan merupakan suatu masalah yang selalu akan dihadapi oleh subyek

belajar. Keberhasilan dan kegagalan ini sendiri dapat dipengaruhi oleh

berbagai faktor. Muhibbin Syah (2009: 132) menyatakan bahwa “Faktor yang

mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam”. Faktor- faktor

tersebut adalah:

1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani

dan rohani siswa. Terdiri dari dua aspek yaitu:

(a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)

- Tonus jasmani

- Mata dan telinga

(b) Aspek psikologis

- Intelegensi

- Sikap

- Minat

- Bakat

- Motivasi

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di

sekitar siswa. Terdiri dua macam, yaitu:

(a) Lingkungan sosial

- Keluarga

- Guru dan staf

- Teman

(b) Lingkungan nonsosial

- Rumah

- Sekolah

Page 40: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

- Peralatan

- Alam

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya

belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa

untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

c. Hasil Belajar

Cronbach dalam Sardiman A.M. (2007: 20) menyatakan bahwa,

“Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.”

Artinya belajar ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam perilaku sebagai

hasil dari pengalaman. Hal ini senada dengan pendapat Slameto dalam Asep

Jihad dan Abdul Haris (2009: 2) yang mengungkapkan bahwa, “Belajar

sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”

Yasyin (1997: 202) mendefinisikan “Hasil adalah sesuatu yang

menjadi akibat dari usaha”. Sedangkan belajar adalah perubahan seluruh

tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan

interaksi dengan lingkungan. Ada juga yang berpendapat bahwa hasil belajar

sama dengan prestasi belajar.

Abdurrahman dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2009: 14)

berpendapat bahwa, “Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak

setelah melalui kegiatan belajar.” Hal tersebut senada dengan yang

diungkapkan oleh Juliah dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2009: 15)

bahwa, “Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai

akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya.”

“Setelah melalui proses belajar maka siswa diharapkan dapat

mencapai tujuan belajar yang disebut juga sebagai hasil belajar” (Asep Jihad

dan Abdul Haris, 2009: 15), yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menjalani proses belajar. Oleh karena itu, proses belajar perlu dilalui untuk

Page 41: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

mencapai tujuan belajar yaitu hasil belajar yang dicapai oleh siswa sehingga

proses belajar yang dilakukan oleh siswa akan mempengaruhi hasil belajar.

Nana Sudjana (2005: 3) mengungkapkan “Hasil belajar siswa pada

hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar

dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris”.

Syaodih (2003: 179) menyatakan ”Hasil belajar bukan hanya berupa

penguasaan pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan keterampilan dalam

melihat, menganalisis dan memecahkan masalah”. Menurut Bloom dalam

Angkowo dan Kosasih (2007: 53) mendefinisikan ”Hasil belajar mencakup

tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik”.

1) Ranah kognitif

Ranah kognitif ada enam aspek: pengetahuan yaitu mencakup ingatan

akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan; pemahaman

yaitu mencakup kemampuan untuk makna dan arti dari bahan yang dipelajari;

penerapan yaitu mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau

metode bekerja pada suatu kasus yang konkret dan baru; analisa yaitu

mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian,

sehingga struktur organisasinya dapat dipahami dengan baik; sintesa yaitu

mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru; dan

evaluasi yaitu mencakup kemampuan untuk membentuk sesuatu atau

beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat tersebut dengan

kriteria tertentu.

2) Ranah afektif

Ranah afektif ada lima aspek: penerimaan yaitu mencakup kepekaan

akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan

rangsangan itu; partisipasi yaitu mencakup kerelaan untuk memperhatikan

secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan; penilaian yaitu

mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan

membawa diri sesuai dengan penilaian itu; organisasi yaitu mencakup

kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan

pegangan dalam kehidupan; dan pembentukan pola hidup yaitu mencakup

Page 42: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sehingga menjadi milik

pribadi dan menjadi pegangan yang nyata dalam kehidupan.

3) Ranah psikomotor

Ranah psikomotorik meliputi; kesiapan yaitu kesediaan untuk melatih

diri tentang keterampilan tertentu: meniru; yaitu kemampuan untuk

melakukan sesuai dengan contoh yang dilihat walaupun belum tahu

maknanya; membiasakan yaitu mampu melakukan modifikasi untuk

disesuaikan dengan kebutuhan; dan menciptakan yaitu mampu membuat

sendiri suatu karya.

Jadi hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri

siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan

sikap dan keterampilan. Aspek - aspek yang digunakan untuk mengukur

kentutasan hasil belajar dalam penelitian ini adalah penerapan metode

pembelajaran Numbered Heads Together, motivasi berprestasi dan partisipasi

belajar siswa.

d. Hasil Belajar Bekerjasama Dengan Kolega Dan Pelanggan

Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada

diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan

pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan

terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan

dengan sebelumnya. Pengukuran hasil belajar dapat dilakukan dengan tes

atau evaluasi. Alat evaluasi yang obyektif, menyeluruh dan

berkesinambungan sangat diperlukan dalam kegiatan evaluasi hasil belajar.

Jadi hasil belajar bekerjasama dengan kolega dan pelanggan adalah

hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti pelajaran bekerjasama dengan

kolega dan pelanggan yang mengakibatkan perubahan pada diri siswa berupa

pengetahuan, pemahaman, kecakapan baru yang ditunjukkan dengan nilai.

Page 43: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

B. Penelitian Yang Relevan

1. Denistina Fajarrina (2009) Dalam Penelitiannya Yang Berjudul

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Heads Together

(NHT) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada

Mata Pelajaran Kewirausahaan Kelas X Jurusan Akuntansi SMK Islam

Batu Tahun Ajaran 2008/2009, menyimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif tipe NHT terbukti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran,

keaktifan siswa dalam pembelajaran dan pada akhirnya dapat

meningkatkan ketuntasan belajar siswa. ( www. karya-ilmiah.um.ac.id)

2. Endah Kusuma Dewi (2009) dalam penelitiannya yang berjudul

Penerapan Pembelajaran Kooperatif NHT (Numbered Head Together)

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Di Kelas VII E SMP

Negeri 10 Surakarta Tahun Pelajaran 2007/2008, menyimpulkan bahwa

pembelajaran dengan metode Numbered Heads Together dapat

meningkatkan hasil belajar biologi siswa dalam proses pembelajaran.

(www.digilib.uns.ac.id ).

Page 44: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan arah penalaran yang sesuai dengan

tema dan masalah, serta didasarkan pada kajian teoritis untuk dapat sampai

kepada pemberian jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan, dapat

dijabarkan dalam gambar berikut ini:

Gambar 1. Alur Kerangka Berfikir Penelitian Tindakan Kelas

Keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh

banyak faktor yaitu input (masukan) dan proses. Diantara keduanya, proses

pembelajaran menjadi hal yang penting untuk menentukan keberhasilan

dalam pembelajaran. Peran dari beberapa komponen (siswa, guru, kondisi

atau situasi belajar, metode pembelajaran, dan media pembelajaran) dalam

sebuah pembelajaran tidak dapat dipandang sebelah mata. Oleh karena itu

input dari sekolah asal, kondisi kelas yang acuh, motivasi belajar siswa yang

rendah, terlalu mendominasinya metode ceramah, partisipasi siswa yang

kurang, serta hasil belajar siswa yang rendah adalah permasalahan yang perlu

ditingkatkan secara bertahap.

Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT)Pada mata pelajaran

bekerjasama dengan kolega dan pelanggan

Motivasi Berprestasi siswa meningkat

Hasil belajar siswa meningkat

Partisipasi siswa meningkat

Page 45: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses yang dilakukan oleh

siswa dan didukung oleh guru yang bertujuan untuk mencukupi kebutuhan

siswa, baik dari aspek ilmu pengetahuan maupun aktivitas sosial siswa.

Pembelajaran hendaknya mengutamakan kebutuhan siswa akan ilmu

pengetahuan dan pengembangan kemampuan siswa dalam aspek lain, seperti

diskusi, memahami dan menerima pendapat teman lain, bekerja sama dalam

tim, setia kawan, dan berani mengemukakan pendapat. Apabila hal tersebut

dapat dipenuhi, maka kualitas pembelajaran secara tidak langsung akan

meningkat. Guru juga perlu menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan

kondisi siswa agar pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan

berkualitas.

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads together

(NHT ) Metode yang dapat digunakan sebagai variasi adalah Numbered

Heads Together. Langkah-langkahnya adalah Penomoran (Numbering) yaitu

guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim dengan anggota 3-

5 orang dan memberikan mereka nomor sehingga tiap siswa dalam tim

tersebut memiliki nomor berbeda; pengajuan pertanyaan (Questioning) yaitu

guru mengajukan pertanyaan kepada siswa; berpikir bersama (Heads

Together) yaitu para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan

meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut; pemberian

jawaban (Answering) yaitu guru menyebut salah satu nomor dan para siswa

dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan

menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. Pembelajaran kooperatif dapat

menjadikan siswa lebih mudah memahami dan menemukan jawaban atas

kesulitan-kesulitan yang dialami melalui diskusi mengenai masalah dengan

teman-teman kelompoknya. Setiap anggota kelompok memperoleh

kesempatan untuk berpartisipasi dalam kerja kelompok sehingga keaktifan

belajar siswa, rasa percaya diri, dan tanggung jawab siswa akan meningkat.

Siswa akan mendapatkan poin kemajuan individu yang diperoleh dengan

mengerjakan kuis atau tes pada akhir pembelajaran. Siswa terpacu untuk

memperoleh hasil yang maksimal dan tanggung jawab siswa akan terbentuk.

Page 46: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Oleh karena itu, motivasi siswa dan partisipasi siswa pada Mata Diklat

Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan akan meningkat sehingga hasil

pembelajaran Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan akan mengalami

peningkatan. Dengan penerapan metode Numbered Heads Together

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Bekerjasama dengan Kolega

dan Pelanggan siswa kelas X dapat memberikan kesempatan kepada siswa

untuk memahami kompetensi dasar secara kelompok dan individu.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan pendapat atau jawaban sementara terhadap

permasalahan yang diajukan dan masih diuji kebenarannya. Berdasarkan

uraian sebelumnya maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa “Model

pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan

hasil belajar Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan siswa kelas X AP 1

SMK Kristen 1 Surakarta”.

Page 47: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK Kristen 1 Surakarta khususnya di kelas X

AP 1, yang beralamat di Jalan Ahmad Yani No.2 Solo.

Adapun alasan yang mendasari pelaksanaan penelitian di lokasi ini

adalah:

a. SMK Kristen 1 Surakarta memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan

penelitian serta bersedia memberikan data yang diperlukan.

b. Dari pengamatan awal peneliti di kelas X AP 1 menunjukkan bahwa motivasi

berprestasi dan partisipasi belajar siswa rendah, akibatnya hasil belajar siswa

kurang optimal.

c. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang menarik sehingga siswa

cenderung bosan.

d. Sekolah belum pernah digunakan penelitian sejenis, sehingga terhindar dari

kemungkinan adanya penelitian ulang.

e. Antara peneliti dengan pihak sekolah sudah ada hubungan baik. Peneliti

pernah melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah ini

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan untuk kegiatan penelitian ini adalah pada bulan

Januari sampai bulan Juni 2011. Waktu tersebut meliputi kegiatan persiapan

sampai penyusunan laporan penelitian.

30

Page 48: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah adalah siswa kelas X AP 1 semester genap

di SMK Kristen 1 Surakarta sebanyak 31 siswa.

2. Obyek Penelitian

Objek penelitian merupakan berbagai kegiatan yang terjadi di dalam

kelas selama berlangsungnya proses belajar mengajaryang terdiri dari:

a. Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT) dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Pengukuran hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bekerjasama dengan

Kolega dan Pelanggan melalui metode pembelajaran tipe Numbered Heads

Together.

C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan oleh penulis adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Istilah dalam Bahasa Inggris adalah Classroom Action

Research (CAR) yang mengandung pengertian suatu kegiatan penelitian yang

dilakukan kelas. Pengertian kelas di sini tidak terikat pada pengertian ruang kelas,

namun sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran

yang sama dari guru yang sama pula.

Sarwiji Suwandi (2008: 16) mengungkapkan bahwa “Penelitian tindakan

kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif”. Kegiatan penelitian berangkat

dari permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar,

kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalahnya dan ditindaklanjuti

dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur. Hal penting dalam

PTK adalah tindakan nyata (action) yang dilakukan guru (dan bersama pihak lain)

untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar.

Tindakan itu harus direncanakan dengan baik dan dapat di ukur tingkat

keberhasilannya dalam pemecahan masalah tersebut. Jika ternyata program

tersebut belum dapat memecahkan masalah yang ada, maka perlu dilakukan siklus

Page 49: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

berikutnya (siklus kedua) sampai mencoba tindakan lain (alternatif pemecahan

yang lain sampai permasalahan dapat diatasi).

PTK memiliki tiga ciri pokok, yaitu (1) Inkuiri reflektif, (2) Kolaboratif,

dan (3) reflektif

1. Inkuiri reflektif

PTK berangkat dari permasalahan pembelajaran riil yang sehari-hari dihadapi

oleh guru dan siswa. Jadi kegiatan penelitian berdasarkan pada pelaksanaan

tugas (practice driven) dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah

yang dihadapi (action drive). Masalah yang dipilih adalah masalah yang

spesifik dan kontekstual. PTK bertujuan untuk memperbaiki praktis dan

langsung. Proses dan temuan hasil PTK didokumentasikan secara rinci dan

cermat.

2. Kolaboratif

Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri

oleh peneliti di luar kelas, tetapi harus berkolaborasi dengan guru. PTK

merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan

yang diinginkan.

3. Reflektif

Ciri khusus yang ketiga, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan. PTK secara

terus menerus bertujuan untuk mendapatkan penjelasan tentang kemajuan,

peningkatan, kemunduran, kekurangefektifan dari pelaksanaan sebuah

tindakan untuk dapat dimanfaatkan guna memperbaiki proses tindakan pada

siklus berikutnya.

Suharsimi Arikunto (2007: 2) menyebutkan bahwa ada tiga kata yang

membentuk pengertian Penelitian Tindakan Kelas, yaitu:

1. Penelitian

Menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan

suatu cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi

yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan

penting bagi si peneliti.

Page 50: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

2. Tindakan

Menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan

tertentu. Dalam bentuk penelitian rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

3. Kelas

Dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian

yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan

dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa

yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang

sama pula.

Secara garis besar terdapat empat kegiatan utama yang ada pada setiap

siklus, yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan,(c) pengamatan dan (d) refleksi yang

dapat digambarkan sebagai berikut:

Siklus I

Siklus II

Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

(Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto,dkk, 2008: 74)

Permasalahan

baru hasil

refleksi

Apabila

permasalahan

belum

terselesaikan

Refleksi I

Perencanaan

tindakan II

Refleksi II

Dilanjutkan

ke siklus

berikutnya

Pengamatan/

Pengumpulan data II

Pelaksanaan

tindakan II

Pengamatan/

pengumpulan data I

Permasalahan Perencanaan

tindakan I

Pelaksanaan

tindakan I

Page 51: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Keterangan :

a. Perencanaan

Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan

tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan

tersebut akan dilakukan. Secara rinci, pada tahapan perencanaan terdiri dari

kegiatan sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi dan menganalisis masalah, yaitu secara jelas dapat

dimengerti masalah apa yang akan diteliti. Masalah tersebut harus benar-

benar faktual terjadi di lapangan, masalah bersifat umum di kelasnya,

masalah cukup penting dan bermanfaat bagi peningkatan mutu hasil

pembelajaran dan masalah pun harus dalam jangkauan kemampuan

peneliti.

2) Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, yang akan

melatarbelakangi PTK.

3) Merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat tanya maupun

kalimat pernyataan.

4) Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa

rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan

berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih

tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan

oleh guru.

5) Menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan

indikator-indikator keberhasilan serta berbagai instrumen pengumpul data

yang dapat dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan itu.

6) Membuat secara rinci rancangan tindakan.

b. Tindakan

Rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan

diterapkan pada tahap ini. Skenario atau rancangan tindakan yang akan

dilaksanakan hendaknya dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian

tindakan tersebut menjelaskan antara lain:

Page 52: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

1) Langkah demi langkah kegiatan yang akan dilakukan dengan membuat

RPP yang mengacu dalam silabus.

2) Kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru.

3) Kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa.

4) Rincian tentang jenis media pembelajaran yang akan digunakan dan cara

menggunakannya.

5) Jenis instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan

data/pengamatan disertai dengan penjelasan rinci penggunaannya.

c. Pengamatan atau Observasi

Tahap ini sebenarnya bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pengamatan

dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. Jadi keduanya berlangsung

dalam waktu yang sama. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan

mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan

berlangsung. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan format

observasi/penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara

cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya

terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa

data kuantitatif (hasil tes, kuis, presentasi, nilai tugas, dan lain-lain) atau data

kualitatif yang menggambarkan kreatifitas siswa, antusias siswa, mutu diskusi

yang dilakukan, dan lain sebagainya. Data yang dikumpulkan hendaknya

dicek untuk mengetahui keabsahannya. Data yang telah terkumpul

memerlukan analisis, baik untuk mempermudah penggunaan maupun dalam

penarikan kesimpulan. Untuk hal ini berbagai teknik analisis statistika dapat

digunakan.

d. Refleksi

Tahapan ini bertujuan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang

telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan

evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi dalam PTK

mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas

tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi, maka

Page 53: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi

kegiatan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga

permasalahan dapat teratasi

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun

proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi

sebenarnya maupun situasi buatan. Melalui pengamatan dapat diketahui

bagaimana sikap dan perilaku siswa, kegiatan yang dilakukannya, tingkat

partisipasi siswa dalam suatu kegiatan, proses kegiatan yang dilakukannya,

kemampuan bahkan hasil yang diperoleh dari kegiatan. Teknik ini digunakan

untuk mengamati:

a. Tingkah laku siswa pada waktu belajar.

b. Tingkah laku guru pada waktu mengajar.

c. Kegiatan diskusi siswa.

d. Partisipasi aktif siswa saat pembelajaran.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan upaya untuk memberikan gambaran

bagaimana sebuah penelitian tindakan kelas dilakukan. Kegiatan ini

dilaksanakan dengan mengambil gambar kegiatan para siswa dan guru dalam

pelaksanaan pembelajaran saat penelitian dilaksanakan. Data yang dihasilkan

dari kegiatan ini berupa gambar atau foto kegiatan pembelajaran.

3. Angket Sederhana

Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket

sederhana, yaitu menyusun daftar pernyataan yang sesuai dengan data yang

dibutuhkan oleh peneliti yang ditujukan kepada responden. Dalam penelitian

ini angket yang digunakan adalah jenis angket tertutup dengan bentuk rating

scale, yaitu sebuah pernyataan yang diikuti oleh kolom-kolom yang

menunjukkan kriteria tingkat jawaban, seperti sangat setuju sampai sangat

Page 54: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

tidak setuju. angket ini di gunakan untuk mengukur motivasi berprestasi dan

partisipasi siswa.

4. Tes

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 32) test adalah serentetan pertanyaan

atau alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan yang dimiliki individu atau

kelompok. Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil

belajar siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan

tujuan pendidikan pengajaran. Oleh karena itu tes digunakan untuk mengukur

sejauh mana siswa telah menguasai materi pembelajaran yang disampaikan.

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar kognitif siswa. Jenis

soal tes yang digunakan pada penelitian ini lebih menekankan pada pemahaman

siswa tentang kompetensi dasar yang ingin dicapai sehingga bentuk soal yang

diberikan adalah bentuk soal kasus dalam sebuah perusahaan.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam

penelitian dari awal sampai akhir. Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa

tahap kegiatan, yaitu:

1. Tahap Pengenalan Masalah

Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah:

a. Mengidentifikasi masalah

b. Menganalisis masalah secara mendalam dengan mengacu pada teori-teori

yang relevan.

c. Menyusun bentuk tindakan yang sesuai dengan siklus pertama.

d. Menyusun alat monitoring dan evaluasi.

2. Tahap Persiapan Tindakan

Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan yang meliputi:

a. Penyusunan jadwal penelitian

b. Penyusunan rencana pembelajaran

c. Penyusunan soal eveluasi

Page 55: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

3. Tahap Penyusunan Rencana Tindakan

Rencana tindakan disusun dalam dua siklus yaitu: siklus I dan siklus II. Setiap

siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan

tindakan, observasi dan interpretasi, serta tahap analisis dan refleksi.

4. Tahap Implementasi Tindakan

Dalam tahap ini peneliti melaksanakan hipotesis tindakan, yakni untuk

meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan

pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam proses pembelajaran. Hipotesis ini

dimaksudkan untuk menguji kebenarannya melalui tindakan yang telah

direncanakan.

5. Tahap Pengamatan

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa yang sedang

melaksanakan kegiatan belajar mengajar dibawah bimbingan guru.

6. Tahap Penyusunan Laporan

Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang telah

dilakukan selama penelitian.

Lebih jelasnya prosedur penelitian dalam penelitian ini dapat di

gambarkan alur penelitian sebagai berikut :

Gambar 3. Prosedur penelitian

Tahap Persiapan Tindakan

Tahap Penyusunan Rencana

Tindakan

Tahap Pengamatan Tahap Penyusunan Laporan

Tahap Pengenalan Masalah

Tahap Implementasi

Tindakan

Page 56: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

F. Proses Penelitian

Proses Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilakukan oleh peneliti

direncanakan dalam dua siklus dan setiap siklus dilaksanakan dalam 2 kali

pertemuan. Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam masing-masing siklus adalah:

Siklus I

1. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti dan guru kelas menyusun:

1) Skenario pembelajaran sebagai berikut:

a) Guru membuka proses belajar mengajar dan mengabsen siswa.

b) Guru mempresentasikan metode Numbered Heads Together (NHT)

yang akan diterapkan dan membagi 31 siswa menjadi 6 kelompok

yang masing-masing kelompok terdiri 5 orang serta pemberian nomor

untuk setiap anggota kelompok.

c) Guru menyampaikan materi pelajaran sebelumnya kemudian

mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari.

d) Guru menugaskan dan memberi waktu tiap tim untuk mendiskusikan

dan menjawab soal-soal yang berkaitan dengan materi yang telah

diajarkan guru.

e) Guru mengawasi dan mengadakan observasi.

f) Guru memanggil nomor secara acak untuk menjawab pertanyaan

g) Guru dan siswa menyimpulkan materi

2) Instrumen untuk evaluasi yang berupa soal tes tertulis.

3) Menetapkan indikator ketercapaian.

Indikator ketercapaian ini dinilai dari beberapa komponen, seperti yang

disajikan dalam tabel berikut ini :

Page 57: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Tabel 3. 2. Indikator Ketercapaian Belajar Siswa

Aspek yang diukur Persentase Target

Capaian Cara mengukur

Kualitas pembelajaran

Numbered Heads Together

(NHT)

80% Nilai hasil diperoleh dari

lembar observasi kelas.

Motivasi berprestasi

selama proses

pembelajaran

70% Nilai hasil diperoleh dari

penyebaran angket sederhana

Partisipasi belajar siswa

selama proses

pembelajaran.

70% Nilai hasil diperoleh dari

lembar observasi pada siswa

Ketuntasan hasil belajar

(standar nilai 73)

80% Nilai diperoleh siswa dari tes

evaluasi yang dihitung dari

∑ siswa tuntas

∑seluruh siswa.

Sumber : Observasi Awal Tindakan Kelas

2. Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan, dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran

yang telah direncanakan yang dilakukan bersamaan dengan observasi terhadap

dampak tindakan.

Kegiatan ini dilaksanakan ke dalam dua siklus.

a. Rancangan Siklus Pertama

1) Pendahuluan

a) Menyampaikan salam dan memberitahukan kepada siswa bahwa

siswa akan melakukan pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT ).

b) Memperkenalkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT ). Dan apa yang akan diperoleh siswa melalui

pembelajaran ini.

x 100%

Page 58: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

c) Menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai dan apersepsi

dari pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya.

d) Menjelaskan peraturan pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT ). Siswa diminta untuk menaati peraturan

yang telah disepakati bersama.

e) Membentuk kelompok secara heterogen, dilakukan oleh guru

berdasarkan prestasi belajar siswa pada saat pretes.

2) Kegiatan inti

a) Guru mempresentasikan materi pembelajaran (Grooming) dan

meminta siswa memperhatikan karena materi yang disampaikan

adalah sebagai bahan untuk mengerjakan soal diskusi.

b) Membagikan soal diskusi kepada masing-masing kelompok dan

meminta siswa bekerja sama dalam menyelesaikan soal diskusi.

Guru berperan sebagai fasilitator bagi masing-masing kelompok.

c) Kelompok yang sudah siap diminta mempresentasikan hasil kerjanya

di depan kelas melalui media pembelajaran yang telah disiapkan.

d) Guru melakukan evaluasi dan menjadi fasilitator selama diskusi

kelas antarkelompok berlangsung.

e) Guru membimbing siswa membuat rangkuman dari hasil diskusi

yang telah dipresentasikan masing-masing kelompok.

3) Penutup

a) Memberikan kuis individu dan memastikan siswa benar-benar

mengerjakan sendiri.

b) Memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja

bagus, baik dari proses pembelajaran dan nilai postes.

c) Memberikan tugas kepada siswa untuk mempersiapkan materi

pembelajaran berikutnya.

Page 59: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

3. Observasi dan Evaluasi

Observasi dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran. Fokus

observasi adalah semua kegiatan siswa saat KBM berlangsung serta

penggunaan metode Numbered Heads Together terhadap hasil belajar siswa.

evaluasi hasil belajar siswa di lakukan setelah selesai melakukan tindakan.

4. Tahap Analisis Data dan Refleksi

Setelah proses pembelajaran pada siklus I berakhir, maka diadakan analisis

terhadap semua data yang diperoleh dilapangan. Pada kegiatan refleksi

ditelaah aspek-aspek mengapa, bagaimana, dan sejauh mana tindakan yang

dilakukan mampu memperbaiki masalah. Berdasarkan masalah-masalah yang

muncul pada siklus I, kemudian ditentukan tindakan selanjutnya yang akan

dilaksanakan sebagai pemecahan masalah sudah mencapai tujuan.

Siklus II

Pada siklus II perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah

dicapai pada tindakan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan

materi pembelajaran sesuai dengan silabus Mata Diklat Bekerjasama dengan

Kolega dan Pelanggan, termasuk perwujudan tahap pelaksanaan, observasi dan

evaluasi serta analisis dan refleksi yang juga mengacu pada siklus sebelumnya.

Pada siklus II ini apa yang menjadi koreksi pembelajaran pada siklus sebelumnya,

di kembangkan secara lebih mendalam.

Page 60: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat SMK Kristen 1 Surakarta

Bermula dari inisiatif beberapa orang Kristen di Surakarta untuk

mendirikan sekolah lanjutan atas dan kejuruan, maka dalam musyawarah telah

diputuskan memilih sekolah lanjutan atas ekonomi. Mengingat jika

pertimbangan keadaan ekonomi/perekonomian masyarakat perlu ada

peningkatan, maka beberapa orang Kristen tersebut dan masyarakat Surakarta

pada umumnya merasa wajib membantu pemerintah dalam meningkatkan

perekonomian. Disamping itu yang paling penting adalah untuk mendirikan

sekolah persetujuan pengurus. Perhimpunan Pendidikan Kristen Surakarta

(PPKS) dan dari Kepala Inspeksi Daerah Pendidikan Ekonomi Jawa Tengah,

yang ada di Semarang. Akhirnya pada tanggal 1 Agustus 1958, berdiri

Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) Kristen Surakarta yang bercorak

Kristen.

Pengelolaan SMEA Kristen Surakarta, di bawah bimbingan Panitia

yang diketuai oleh Bp. O. Rekso Darmojo dan staf, sedangkan jalannya

pelajaran diserahkan kepada Bp. Hartoyo, selaku Kepala Sekolah yang

dibantu oleh Bp. Sucipto, B.A, untuk mencari tenaga pengajar sekolah yang

beralamat di Jalan Bali No 142 Solo atau di SD Kristen Patihan. Tahun 1961

Drs. Hartoyo selaku Kepala Sekolah mendapat tugas yang baru yaitu menjadi

dosen UNDIP Semarang. Jabatan Kepala Sekolah selanjutnya diserahkan

kepada Bp. Sucipto, B.A yang waktu itu menjabat di SMEA Negeri 1

Surakarta.

Pada tahun 1964 karena adanya peraturan bahwa Kepala Sekolah

Negeri tidak diperkenankan merangkap jabatan Kepala Sekolah yang lain,

maka jabatan Kepala Sekolah diserahkan kepada Bp. Subarjo, B.A. Pada

tahun 1965 berdasarkan SK P dan K tertanggal 11 Februari 1965 No.

1757/BS/RI SMEA Kristen Surakarta mendapat bantuan pemerintah terhitung

Page 61: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

1 Agustus 1984. Pada tahun 1968, diadakan pembaharuan permohonan

bantuan. Melalui Surat Keputusan Menteri P dan K Republik Indonesia

tanggal 30 Agustus 1969 No 7160/Baum/Keu/OTSAB/1969; maka bantuan

pemerintah kepada SMEA Kristen Surakarta diperbaharui. Mulai tahun 1968,

tanggungjawab panitia diserahkan sepenuhnya kepada pengurus PPKS dalam

menangani kelangsungan hidup SMEA Kristen Surakarta. Pengurus

mengangkat seorang guru tetap dan 2 orang pegawai Tata Usaha yang digaji

langsung oleh PPKS, selain itu pengurus juga diberi subsidi sebagai

honorarium guru tidak tetap dan kelebihan jam mengajar.

Nama SMEA Kristen Surakarta berubah menjadi SMK Kristen

Surakarta berdasar Surat Kepeutusn Depatermen Pendidikan dan Kebudayaan

No 41007/AA/07/1997 tanggal 3 April 1997 dengan 3 jurusan yaitu

Akuntansi, Sekretaris dan Penjualan. Pada tanggal tersebut juga

mendatangkan perubahan nomor status. Nama SMEA Kristen Surakarta

berubah menjadi SMK Kristen 1 Surakarta dan sebagai catatan pada tanggal

10 Mei 1996 PPKS telah mengangkat Bp. Kledi Sunyoto, S.Pd menjadi

pelaksana harian kepala SMK Kristen 1 Surakarta, selama Ibu Dra. Kuminah

selaku Kepala Sekolah SMK Kristen 1 Surakarta berhalangan hadir. Sampai

saat ini yaitu pada tahun pelajaran 2010/2011 SMK Kristen Surakarta telah

memiliki 4 jurusan yaitu Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Penjualan dan

Multimedia sebagai program/jurusan baru di SMK Kristen 1 Surakarta di

bawah pimpinan/ Kepala Sekolah Ibu Dra. Sri Haryanti M.M.

Dari awal berdiri sampai sekarang SMK Kristen 1 Surakarta telah

mengalami pergantian kepala sekolah sebanyak 7 kali. Nama-Nama kepala

sekolah yang pernah dan sampai sekarang menjabat adalah:

1. Tahun 1958 sampai dengan tahun 1964, Bapak S. Sucipto, BA.

2. Tahun 1965 sampai dengan tahun 1969, Bapak Suparjo, BA.

3. Tahun 1970 sampai tahun 1974 Bapak Drs. Santosa Adi Kusumo.

4. Tahun 1975 sampai dengan tahun 1978 Bapak Bob Hadianto.

5. Tahun 1979 sampai dengan tahun 1991 dipegang oleh Dra. Kusminah.

Page 62: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

6. Tahun 1999 sampai sekarang oleh Ibu Dra. Sri Haryanti, M.M.

7. Tahun 2010 sampai sekarang oleh Bapak Drs. Siwi

Salah satu ciri yang membedakan antara sekolah Kristen dengan

lembaga pendidikan/sekolah yang lain adalah di Sekolah/Lembaga Kristen

setiap hari diadakan pembukaan diawal jam pelajaran yang pertama.

Pembukaan itu dilakukan dengan diadakan kebaktian singkat yang di dalam

meliputi pujian, pembacaan Ayat Alkitab, Renungan, Doa. Selain itu, pada

jam pelajaran yang terakhir diadakan doa penutupan secara bersama-sama.

Kegiatan tersebut dipusatkan dari ruang guru, dan siswa bisa mengikutinya

melalui speaker-speaker yang telah dipasang pada setiap sudut kelas. Semua

kegiatan di atas dilakukan oleh siswa secara bergiliran dibawah pengawasan

dan koordinasi guru piket.

a. Keadaan Lingkungan SMK Kristen 1 Surakarta

SMK Kristen 1 Surakarta sebagai salah satu lembaga pendidikan

kejuruan formal yang secara teknis memenuhi syarat sebagai lembaga

pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari letak lokasi yang strategis, sehingga

mudah dijangkau kendaraan umum. Selain itu, fasilitas dan kontruksi gedung

yang memiliki sirkulasi udara dan penerangan yang cukup, sarana dan

prasrana yang memadai. Formasi gedung SMK Kristen 1 Surakarta berbentuk

“U” sehingga tengahnya dapat dipakai sebagai tempat upacara, olahraga,

bermain siswa. Di sisi lain, SMK Kristen 1 Surakarta juga ada sedikit

kelemahan. Kelemahan itu yaitu, suara bising kendaraan karena letak SMK

Kristen yang berada di samping jalan besar.

SMK Kristen 1 Surakarta terletak satu lokasi dengan SMP Kristen 4

Surakarta, tepatnya berada di Jalan A. Yani No. 2 Tegalharjo, Jebres,

Surakarta.

Ruang-ruang yang ada di SMK Kristen 1 Surakarta adalah:

1) Ruang Kelas

Jumlah ruang kelas ada 19 terdiri dari 7 ruang di lantai bawah dan 12

ruang di lantai atas.

Page 63: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

2) Ruang Kepala Sekolah

Ruang kepala Sekolah ada 1 ruang berada di lantai atas menghadap ke

utara. Letak ruang kepala sekolah berada di sebelah barat ruang kelas

XI TKI 2 dengan luas 30,56 m2.

3) Ruang Guru

Ruang guru berjumlah 1 buah berada di lantai bawah di sudut

menghadap ke timur dengan luas 146 m2.

4) Ruang Penerimaan SPP

Berada di lantai bawah, sebelah barat pintu gerbang dan berbatasan

dengan Bank Mini.

5) Ruang Toko

Berada di lantai bawah, tepatnya di sebelah barat gerbang yang paling

luar. Ruang toko ini menghadap ke selatan berhadapan dengan Hotel

Asia.

6) Ruang Bank Mini

Terletak di lantai atas, di sebelah barat Ruang pembayaran SPP dan di

sebelah selatan Ruang kelas XII Tata Niaga. Luas ruang Bank Mini

adalah 55 m2.

7) Ruang Tata Usaha

Berada di lantai bawah di sebalh barat gerbang bagian tengah, ruang

tata usaha menghadap ke timur, dengan luas ruangan 32 m2.

8) Ruangn Kantin.

Kantin ada 1 ruang yang letaknya di sebelah selatan Smart, menghadap

ke timur dengan total luas ruangan 18 m2.

9) Ruang BK

Ruang BK ada 1 ruangan di sebelah barat ruang kelas Keuangan 1,

mengahadap ke utara dengan total luas ruangan 22,5 m2.

10) Ruang UKS

Ruang UKS ada 1 ruangan di sebelah selatan kelas 3 Tata Niaga,

menghadap ke timur dengan luas ruangan 21 m2.

Page 64: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

11) Ruang Laboratorium Mengetik

Ruang Laboratorium mengetik memiliki 1 ruang dengan luas ruangan

72 m2 dan total Luas ruangan 56 m

2.

12) Ruang Laboratorium Komputer

Ruang Laboratorium Komputer memiliki 1 ruang dengan luas ruangan

84 m2 dan total Luas ruangan 56 m

2

13) Ruang Perpustakaan

Memiliki 1 buah ruang perpustakaan yang berada di depan kelas X

administrasi 2. Ruang perpustakaan menghadap ke utara.

14) WC dan Kamar Mandi

Jumlah Toilet yang ada di SMK Kristen ada 13 buah, dengan luas

keseluruhan 26,1 m2.

Untuk kepentingan koordinasi, maka ruangan-ruangan yang dianggap

penting di pasang airphone, ruangan itu meliputi:

1. Ruang Kepala Sekolah

2. Ruang Guru

3. Ruang Tata Usaha

4. Ruang BP

5. Ruang Toko

6. Ruang Perpustakaan

b. Visi dan Misi

Visi

Mewujudkan Lembaga pendidikan dan pelatihan berstandar Nasional yang

menghasilkan tenaga kerja yang kompeten, mandiri serta memiliki iman,

pengharapan dan kasih.

Misi

1) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan yang berstandar dan berorientasi

pada mutu.

2) Melaksanakan kegiatan yang berorientasi pada pusat produksi dan

pemasaran.

Page 65: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

3) Menghasilkan Sumber Daya Manusia yang kompeten, mandiri dan

beriman.

Tujuan Dan Sasaran Program SMK Kristen 1 Surakarta

Tujuan :

1) Menyiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja serta mengembangkan

setiap potensinya.

2) Menyiapkan siswa mampu memilih karier maupun berpotensi untuk

mengembangkan dirinya di era globalisasi.

3) Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan

dunia usaha/industri pada saat ini maupun di masa mendatang.

4) Menyiapkan tamatan menjadi warga negara yang normatif, adaptif,

produkrif dan kreatif serta inovatif

Sasaran program SMK Kristen 1 Surakarta

1) Meningkatkan hasil PMB menjadi lebih mantap dari tahun sebelumnya.

2) Meningkatkan administrasi sekolah tenaga pendidikan serta PMB

3) Meningkatkan hubungan sekolah dengan dunia usaha/ industri dan

masyarakat untuk peningkatan pelaksanaan sistem ganda (PSG).

4) Meningkatkan Unit Produksi dalam rangka menggali Sumber dana dan

menjadi sasaran peningkatan ketrampilan.

B. Identifikasi Masalah Pembelajaran Administrasi Perkantoran

Kelas X AP 1di SMK Kristen 1 Surakarta

Kegiatan awal yang dilakukan pada penelitian ini adalah mengidentifikasi

permasalahan yang timbul dalam pembelajaran bekerjasama dengan kolega dan

pelanggan. Proses mengidentifikasi masalah dilakukan dengan observasi awal

pada kelas X AP 1 SMK Kristen 1 Surakarta. Observasi awal diperlukan untuk

mengetahui kondisi sesungguhnya di lapangan. Hal ini terkait dengan hal-hal

yang masih perlu diperbaiki atau ditingkatkan dalam proses pembelajaran.

Observasi awal dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada Hari Rabu tanggal 26

Page 66: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Januari 2011 dan pada Hari Selasa tanggal 8 Februari 2011. Adapun masalah yang

berhasil di identifikasi, dikelompokkan dalam dua tinjauan yaitu :

1. Ditinjau dari Segi Siswa

a. Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran Mata Diklat

Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan.

Siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran mata diklat

Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan. Hal ini disebabkan karena

pada umumnya pembelajaran dilakukan dengan metode konvensional.

Siswa cenderung tidak mempergunakan kesempatan untuk bertanya

tentang kesulitan yang mereka hadapi. Mereka memilih diam meskipun

sebenarnya mereka belum paham tentang materi yang sedang dibahas.

Sebagian siswa juga masih malu dan takut untuk mengerjakan soal di

depan kelas. Guru sering bertanya-tanya apakah siswa benar-benar paham

dengan materi yang disampaikan. Ketika diberi kesempatan bertanya,

siswa tidak ada yang bertanya dan ketika mengerjakan soal, nilai siswa

yang mencapai ketuntasan masih rendah. Hal tersebut dapat diatasi apabila

siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa

akan aktif mengungkapkan pendapatnya dan bertanya disaat mereka

mengalami kesulitan. Komunikasi timbal balik dalam pembelajaran

mutlak diperlukan

b. Rendahnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran.

Kejenuhan siswa pada pembelajaran salah satunya disebabkan

karena penggunaan metode ceramah yang terus-menerus oleh guru. Siswa

hanya diminta untuk mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan

guru, serta mengerjakan apa yang diperintahkan guru, sehingga siswa

menjadi bosan dan mengabaikan mata diklat Bekerjasama dengan Kolega

dan Pelanggan. Dampaknya, siswa kurang termotivasi untuk belajar dan

kurang memiliki motivasi berprestasi lebih tinggi, khususnya pada mata

diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan.

Page 67: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

c. Hasil belajar siswa kurang maksimal.

Dari observasi awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan

bahwa hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran bekerjasama dengan

kolega dan pelanggan masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

yaitu 73,00. Berdasarkan hasil nilai ulangan harian awal menunjukkan

bahwa sebanyak 18 siswa atau 62,07% telah memenuhi KKM sedangkan

sebanyak 16 siswa atau 37,93% belum memenuhi KKM. Dari data

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Mata Diklat

Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan belum optimal.

2. Ditinjau dari Segi Guru

a. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam mengajar.

Metode ceramah masih kuat diterapkan dalam pembelajaran di

dalam kelas. Lama kelamaan siswa merasa bosan dengan pembelajaran

tersebut karena tidak jarang metode tersebut mempersulit pemahaman

mereka terhadap mata diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan.

b. Guru merasa kesulitan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap

materi Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan.

Guru Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan telah

menerapkan berbagai cara untuk meningkatkan pemahaman siswa

terhadap materi yang diajarkan. Mulai dari menegur dan memberi

peringatan kepada siswa yang tidak memperhatikan sampai dengan

membawakan penggaris agar siswa dapat mengerjakan soal dengan

mempersingkat waktu. Hal tersebut dilakukan dengan harapan bahwa

siswa dapat memberikan sebagian besar perhatiannya untuk menyimak

penjelasan dari guru. Tetapi cara tersebut belum dapat meningkatkan

intensitas perhatian siswa kepada guru yang sedang memberikan

penjelasan, dan akibatnya pemahaman siswa kurang maksimal.

.

Page 68: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

C. Deskripsi Hasil Penelitian

Data awal penelitian diambil dari nilai ulangan harian yang terakhir yang

diperoleh siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa, seperti tercantum

dalam tabel berikut:

Tabel 3. Nilai Kemampuan Awal siswa Kelas X AP 1

Nilai Jumlah siswa Persentase

> 95 1 2,9

90-94 3 8,82

85-89 2 5,88

80-84 3 8,82

75-79 2 5,88

70-74 7 20,58

65-69 6 17,64

60-64 9 26,47

55-59 - -

Jumlah 34 100

Sumber : Nilai ulangan harian siswa

Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing

siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan

tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi tindakan

1. Siklus I

Penerapan pembelajaran Bekerjasama Dengan Kolega Dan Pelanggan

pada siklus I melalui model pembelajaran kooperatif Numbered Heads

Together (NHT) adalah:

a. Perencanaan Tindakan Siklus I

Perencanaan tindakan adalah proses awal yang dilakukan sebelum

melaksanakan penelitian. Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan

pada hari senin, 11 April 2011 diruang guru SMK Kristen 1 Surakarta

Guru bersama peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan

dilakukan dalam penelitian ini. Peneliti mengungkapkan bahwa peneliti

menemui permasalahan dalam membangun motivasi belajar siswa serta

Page 69: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

rendahnya tingkat partisipasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.

Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I akan

dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, yakni pada hari Selasa 26 April

2011, Rabu 27 April 2010 dan Selasa 3 Mei 2011.

Dalam pelaksanaan tindakan yang dilakukan, peneliti dan guru

berkolaborasi dalam Membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP). Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti bersama guru

mendiskusikan skenario pembelajaran bekerjasama dengan kolega dan

pelanggan dengan menggunakan metode pengajaran Numbered Heads

Together. Adapun tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai

berikut :

1) Peneliti bersama guru mendiskusikan skenario pembelajaran mata

diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan menggunakan

metode pembelajaran Numbered Heads Together dengan skenario

pembelajaran sebagai berikut:

a) Pertemuan pertama

(1) Salam pembuka dan mengabsen kehadiran siswa

(2) Menciptakan situasi yang kondusif untuk membangkitkan

semangat dan minat siswa dengan mengecek kondisi siswa

dan kondisi kelas.

(3) Mengulangi sedikit materi terdahulu yang masih ada kaitannya

dengan materi yang akan diajarkan melalui apersepsi dengan

cara memberikan pertanyaan kepada siswa (tanya jawab) untuk

mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa.

(4) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari yaitu

bekerjasama dalam satu tim.

(5) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

mengenai materi yang belum dipahami.

(6) Guru menetapkan siswa ke dalam kelompok-kelompok NHT

dan memberikan nomor kepala kepada siswa.

Page 70: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

(7) Guru memberikan Lembar Kegiatan kepada setiap kelompok

sebagai bahan yang akan dipelajari dan didiskusikan siswa.

Pada saat siswa melakukan diskusi, guru memonitor semua

aktivitas siswa dan mengisi lembar observasi mengenai

tingkat partisipasi siswa.

(8) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi

kelompok dengan cara memanggil siswa dengan menyebut

salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab soal

yang telah diberikan.

(9) Guru memberikan kesimpulan materi yang telah disampaikan

kemudian menutup pelajaran dengan salam penutup.

b) Pertemuan kedua

(1) Salam pembuka dan mengabsen kehadiran siswa.

(2) Menciptakan situasi yang kondusif untuk membangkitkan

minat siswa dengan mengecek kondisi siswa dan kondisi kelas.

(3) Guru mengulangi sedikit materi yang telah disampaikan pada

pertemuan sebelumnya.

(4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

mengenai materi yang belum dipahami.

(5) Guru meminta siswa untuk bergabung dengan kelompok

masing-masing.

(6) Guru memberikan Lembar Kegiatan kepada setiap kelompok

sebagai bahan yang akan dipelajari dan didiskusikan siswa.

(7) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi

kelompok dengan cara memanggil siswa dengan menyebut

salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab soal yang

telah diberikan.

(8) Guru memberikan kesimpulan materi yang telah disampaikan

dan memberikan penjelasan atas soal yang diberikan agar siswa

mengetahui letak kesalahannya, kemudian menutup pelajaran

dengan salam penutup.

Page 71: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

c) Pertemuan Ketiga

(1) Salam pembuka dan mengecek kehadiran siswa

(2) Guru menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan

dalam pembelajaran.

(3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa mempersiapkan

diri untuk mengerjakan soal kuis tentang materi yang

dipelajari.

(4) Guru membagikan soal untuk kuis berupa soal esai dan

meminta agar siswa mengerjakannya secara mandiri.

(5) Guru mengawasi dengan baik agar hasil dari kuis dapat

mencerminkan kemampuan mereka dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal dengan

tertib dan tenang.

(6) Guru meminta lembar jawab soal kuis.

(7) Guru membuat kesimpulan atas soal tersebut kemudian guru

menutup pelajaran dengan salam penutup.

2) Guru dan peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) untuk materi pada kompetensi bekerjasama dalam satu tim (

Pengertian Tim, Ciri dan Faktor Pembentukan Tim, Karakteristik,

Tugas dan Tanggung Jawab Tim dan Manfaat bekerja dalam satu tim)

dengan penggunaan metode NHT.

3) Peneliti menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan non tes.

Instrumen tes dari hasil pekerjaan siswa (evaluasi akhir siklus).

Sedangkan instrumen non tes dinilai berdasarkan pedoman observasi

yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati partisipasi (keaktifan)

siswa dalam pembelajaran, keterampilan siswa bekerjasama dengan

kelompoknya dan ketuntasan hasil belajar siswa terhadap mata diklat

Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan.

Page 72: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan dari

rancangan atau skenario pembelajaran yang telah dirumuskan.

Pelaksanaan tindakan 1 dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, seperti

yang telah direncanakan, yaitu pada Selasa 26 April 2011, Rabu 27 April

2011 dan Selasa 3 Mei 2011 di ruang kelas X AP 1. Pertemuan

dilaksanakan selama 6 x 45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran

dan RPP. Materi pada pelaksanaan tindakan 1 ini adalah Pengertian Tim,

Ciri dan Faktor Pembentukan Tim, Karakteristik, Tugas dan Tanggung

Jawab Tim dan Manfaat bekerja dalam satu tim.

Dalam tindakan ini guru dan peneliti berkolaborasi dalam membuat

RPP. Peneliti juga betindak sebagai pengamat mengenai partisipasi siswa

dalam pembelajaran dikelas. Dalam setiap pembelajaran, guru

menyediakan print out materi pelajaran, lembar kegiatan dan soal evaluasi.

Pada pertemuan pertama, guru menjelaskan semua materi untuk siklus satu

secara globlal yaitu mengenai Pengertian Tim, Ciri dan Faktor

Pembentukan Tim, Karakteristik, Tugas dan Tanggung Jawab Tim dan

Manfaat bekerja dalam satu tim. Guru mengelompokkan siswa ke dalam

kelompok NHT serta memberikan nomor kepala kepada siswa, kemudian

guru memberikan lembar kegiatan untuk didiskusikan secara kelompok.

Hasil diskusi dipresentasikan di depan kemudian dibahas bersama-sama.

Pada saat kegiatan diskusi berlangsung, guru memonitor aktivitas siswa.

Pada pertemuan pertama dan kedua diisi dengan diskusi kelompok. Pada

pertemuan ketiga diisi dengan tes evaluasi untuk mengetahui hasil dari

siklus 1.

Urutan pelaksanan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan Pertama (Selasa, 26 April 2011)

Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam

pembuka, kemudian melakukan presensi siswa. Pada hari tersebut

seluruh siswa hadir walaupun ada beberapa siswa yang masuk

terlambat. Seusai mengabsen, guru memberikan motivasi untuk

Page 73: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

membangkitkan semangat belajar siswa dan menfokuskan perhatian

siswa.

Selanjutnya guru memberikan beberapa pertanyaan mengenai

Tim dan hanya sedikit siswa yang mampu menjawab. Banyak siswa

yang kurang aktif dalam kelas sehingga guru perlu melempar

pertanyaan agar perhatian siswa menjadi fokus. Kemudian guru

memberikan print out materi. Setelah selesai menyampaikan materi,

guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan

pertanyaan.

Kemudian guru menetapkan siswa ke dalam kelompok NHT,

gru membagi 34 siswa menjadi 6 kelompok secara heterogen sehingga

masing- masing kelompok terdiri dari 5 siswa dan satu kelompok

terdiri dari 4 siswa. Guru memberikan lembar kegiatan untuk diskusi.

Setelah waktu diskusi usai guru menunjuk salah satu nomor, sesuai

nomor kepala yang di pakai masing – masing siswa untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Pada kesempatan ini

kelompok 1 yang diwakili oleh Adek Erma dan kelompok 5 yang

diwakili oleh Adynda Tefani diberikan kesempatan untuk

mempresentasikan hasil pekerjaannya. Sedangkan kelompok lain

diberikan kesempatan untuk menanggapi hasil pekerjaan temannya.

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, guru mengamati tingkat

keaktifan siswa untuk mengisi lembar partisipasi siswa.

Sebelum menutup pembelajaran, guru membuat kesimpulan

pembelajaran dan menjelaskan atas soal latihan agar siswa mengetahui

letak kesalahannya. Guru menutup pelajaran dengan salam.

2) Pertemuan Kedua (Rabu, 27 April 2011)

Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam

pembuka, kemudian melakukan presensi siswa. Siswa yang bernama

Bintang Aprilia Sutopo tidak bisa mengikuti pembelajaran karena

sakit. Seusai mengabsen, guru memberikan motivasi untuk

Page 74: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

membangkitkan semangat belajar siswa dan menfokuskan perhatian

siswa.

Selanjutnya guru mengulang sedikit materi yang sama pada

pertemuan seblumnya, dari data yang telah ada. Setelah selesai

menyampaikan materi, guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengajukan pertanyaan.

Kemudian guru meminta siswa bergabung ke dalam kelompok

NHT yang telah dibagi dan ditentukan pada pertemuan sebelumnya.

Guru memberikan lembar kegiatan untuk diskusi. Setelah waktu

diskusi usai guru menunjuk salah satu nomor untuk mempresentasikan

hasil diskusi kelompok. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung,

guru mengamati keaktifan siswa untuk mengisi lembar observasi

tingkat partisipasi siswa

Sebelum menutup pembelajaran, guru membuat kesimpulan

pembelajaran dan menjelaskan atas soal latihan agar siswa mengetahui

letak kesalahannya. Guru menutup pelajaran dengan salam.

3) Pertemuan ketiga (Selasa, 3 Mei 2011)

Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam

pembuka, kemudian melakukan presensi siswa. Semua siswa kelas X

AP 1 masuk semua. Seusai mengabsen, guru memberikan kesempatan

siswa untuk mempersiapkan diri untuk mengerjakan soal evaluasi.

Kemudian guru membagikan soal evaluasi kepada siswa.

Evaluasi harus dikerjakan siswa secara mandiri, tanpa kerja sama

dengan temannya. Namun masih ada beberapa siswa yang mencoba

berbuat curang seperti Erni Damayanti, Monika dan Dyah Sunaryo,

sehingga mengganggu konsentrasi teman lain. Namun guru berusaha

memberi teguran dan peringatan kepada siswa tersebut.

Siswa diberikan waktu 60 menit untuk mengerjakan soal

evaluasi. Setelah jam pelajaran berakhir guru meminta lembar jawab

siswa.

Page 75: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

c. Observasi dan Interpretasi

Peneliti mengamati proses pembelajaran mata diklat Bekerjasama

dengan Kolega dan Pelanggan dengan menggunakan metode Numbered

Heads Together di kelas X AP 1. Peneliti bertindak sebagai pengamat

dengan tujuan agar peneliti dapat secara jelas melihat (mengamati)

kegiatan belajar mengajar mata diklat Bekerjasama dengan kolega dan

pelanggan pada hari itu.

Pelaksanaan pertemuan pertama pada hari Selasa, 26 April 2011,

guru menyampaikan materi secara jelas dan diadakan diskusi intensif

sesuai kelompok masing-masing dengan metode Numbered Heads

Together. Pada pertemuan kedua Rabu, 27 April 2011 dilakukan diskusi

lanjutan untuk memantabkan materi. Pertemuan ketiga hari Selasa, 3 Mei

2011 digunakan peneliti untuk melakukan evaluasi akhir dari siklus 1 agar

hasil belajar dari siklus 1 dapat segera diketahui. Dari kegiatan tersebut,

deskripsi tentang jalannya proses pembelajaran mata diklat Bekerjasama

dengan Kolega dan Pelanggan dengan menggunakan metode Numbered

Heads Together sudah dijelaskan secara rinci dalam pelaksanaan tindakan

siklus 1.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan proses belajar

mengajar mata diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan,

diperoleh gambaran mengenai aktivitas siswa selama kegiatan belajar

mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut:

1) Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebesar 70,58%,

sedangkan 28,42% lainnya masih belum secara aktif dalam mengikuti

apersepsi pada awal pembelajaran.

2) Siswa yang aktif dalam kelompok selama kegiatan kerja kelompok

berlangsung sebesar 82,35%, sedangkan 17,65% lainnya tidak turut

serta dalam kerja kelompok. Hal ini disebabkan karena siswa merasa

tidak bisa mengerjakan dan tidak mau ikut berdiskusi karena

kurangnya motivasi dari dalam diri mereka.

Page 76: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

3) Siswa yang aktif dalam mengemukakan pendapat dan mengajukan

pertanyaan selama kerja kelompok sebesar 32,35% %, sedangkan

68,65% hanya menunggu dan melihat teman yang lainnya selesai

mengerjakan.

4) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dapat diidentifikasi bahwa siswa

yang mengalami peningkatan hasil belajar bekerjasama dengan kolega

dan pelanggan sebesar 73,52% sedangkan 26,48% belum

menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar. Hal tersebut

berdasarkan pada hasil belajar siswa yang berupa soal kuis yang

diberikan oleh guru pada akhir kegiatan siklus I.

d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I

Hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa

penerapan metode Numbered Heads Together mampu meningkatkan hasil

belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata

kelas. Sebelum penerapan metode Numbered Heads Together, rata-rata

kelas adalah 69,32% ( terlampir ) namun setelah diterapkannya metode ini,

rata-rata kelas menjadi 77,91% ( terlampir ). Jumlah siswa yang

mendapatkan nilai diatas kriteria kelulusan minimal (KKM) 73 sebanyak

25 siswa dari jumlah keseluruhan 34 siswa. Akan tetapi, indikator

ketercapaian pada siklus I belum tercapai dari 80% target yang

direncanakan, yaitu baru 73,52% siswa yang memperoleh nilai diatas 73

sedangkan 26,48% siswa yang lainnya masih belum tuntas.

Berdasarkan hasil observasi saat pelaksanaan Siklus I, peneliti

melakukan analisis sebagai berikut:

1) Beberapa kelemahan guru dalam Siklus I adalah :

(a) Guru terlalu cepat dalam menjelaskan materi sehingga siswa

terlalu sulit memahami materi.

(b) Guru belum dapat menjangkau seluruh siswa untuk dimonitoring

hasil pekerjaannya.

Page 77: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

(c) Guru kurang memberikan dorongan kepada siswa sehingga masih

banyak siswa kurang aktif dalam pembelajaran.

(d) Guru belum memberikan penghargaan kepada siswa yang mampu

menyelesaikan tugas dengan benar, teliti, dan lebih cepat

daripada siswa yang lain.

2) Dari segi siswa ditemukan beberapa kekurangan sebagai berikut:

(a) Beberapa siswa masih kurang konsentrasi dalam mengikuti

pembelajaran, saat pemberian apersepsi beberapa dari mereka

menopang dagu dan ramai sendiri.

(b) Saat kerja kelompok beberapa siswa mengabaikan tugas dalam

kelompoknya, terutama Dyah sunaryo, Martha, dan Hana Debita.

(c) Masih banyak siswa merasa segan bertanya langsung pada guru

pada saat pembelajaran, mereka baru mau bertanya atau

mengemukakan pendapat setelah ditunjuk langsung oleh guru.

(d) Dari segi ketuntasan belajar masih terdapat 9 siswa yang tidak

tuntas dalam mengerjakan ujian, disebabkan karena ada beberapa

siswa yang belum bisa maksimal dalam mengerjakan soal

sehingga mempengaruhi hasil akhir. Siswa yang sudah mencapai

standar nilai 73 ke atas sebanyak 25 siswa (73,52% dari 34 siswa)

dan siswa tersebut dapat dinyatakan sudah mencapai ketuntasan

hasil belajar. Nilai tertinggi adalah 95, nilai terendah adalah 50

dan nilai rata-rata kelas sudah cukup baik, yaitu 77,91%

dibanding sebelum diterapkannya siklus I yaitu sebesar 69,32%.

Tindakan refleksi yang dapat diambil berdasarkan pengamatan dan

analisis yang telah dilakukan adalah:

1) Guru masih harus meluangkan waktu untuk melakukan pendekatan

dan monitoring yang merata kepada semua siswa, sehingga setiap

siswa yang mengalami kesulitan akan mudah teratasi.

2) Guru lebih kreatif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang

kondusif sehingga siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi.

Page 78: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

3) Guru harus memberikan penghargaan kepada siswa yang bisa

bekerjasama dan menyelesaikan tugas dengan baik. Penghargaan ini

bertujuan untuk memacu semangat atau motivasi setiap siswa untuk

menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan rapi.

4) Guru lebih kreatif dan inovatif dalam menyajikan materi kepada siswa

supaya siswa tidak mudah jenuh/bosan dan siswa lebih mudah

memahami materi yang disampaikan.

2. Siklus II

Berdasarkan analisis dan refleksi pada siklus I, ternyata hasil dari

penelitian belum menunjukkan hasil yang maksimal mengenai motivasi,

partisipasi siswa dan hasil belajar mata diklat Bekerjasama dengan Kolega dan

Pelanggan sehingga dilakukan pembelajaran siklus II. Kegiatan pada siklus II

ini merupakan kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya yaitu untuk

mengulang kembali kegiatan yang sudah ada untuk melakukan perbaikan dari

kegiatan terdahulu. Kegiatan yang kan dilakukan pada siklus II adalah sebagai

berikut:

a. Perencanaan Tindakan II

Kegiatan perencanaan Tindakan II didiskusikan pada hari Jum’at

29 April 2011 di ruang guru SMK Kristen 1 Surakarta. Guru bersama

peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam

penelitian ini. Peneliti mengungkapkan permasalahan siswa dalam

membangun motivasi belajar, kurangnya partisipasi serta sulitnya

memahami materi. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada

siklus II akan dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, yakni pada hari

Rabu, 4 Mei 2011. Selasa, 10 Mei 2011 dan Rabu 11 Mei 2011.

Dalam pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan, peneliti dan

guru berkolaborasi dalam membuat Rancangan pelaksanaan pembelajaran

(RPP). Selain itu, peneliti yang bertindak sebagai guru juga melakukan

pengamatan terhadap partisipasi siswa di dalam kelas melalui lembar

observasi yang telah dibuat. Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti

Page 79: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

bersama guru mendiskusikan skenario pembelajaran mata diklat

Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan dengan menggunakan metode

pengajaran Numbered Heads Together. Adapun tahap perencanaan

tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut :

1) Peneliti bersama guru mendiskusikan skenario pengajaran mata diklat

Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan menggunakan metode

pengajaran Numbered Heads Together dengan skenario pembelajaran

sebagai berikut:

a) Pertemuan pertama

(1) Salam pembuka dan mengabsen kehadiran siswa

(2) Menciptakan situasi yang kondusif untuk membangkitkan

minat siswa dengan mengecek kondisi siswa dan kondisi kelas.

(3) Mengulangi sedikit materi terdahulu yang masih ada kaitannya

dengan materi yang akan diajarkan melalui apersepsi dengan

cara memberikan pertanyaan kepada siswa (tanya jawab) untuk

mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa.

(4) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari yaitu

Bekerjasama dalam satu tim (karakter budaya tim, hubungan

internal vertikal, hubungan internal horizonal dan komponen

interpersonal relationship).

(5) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

mengenai materi yang belum dipahami.

(6) Guru menetapkan siswa ke dalam kelompok-kelompok NHT

dan memberikan nomor kepala kepada siswa.

(7) Guru memberikan Lembar Kegiatan kepada setiap kelompok

sebagai bahan yang akan dipelajari dan didiskusikan siswa.

Pada saat siswa melakukan diskusi, guru memonitor tingkat

keaktifan siswa dan mengisi lembar observasi mengenai tingkat

partisipasi siswa.

(8) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi

kelompok dengan cara memanggil siswa dengan menyebut

Page 80: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab soal yang

telah diberikan.

(9) Guru memberikan kesimpulan materi yang telah disampaikan

kemudian menutup pelajaran dengan salam penutup.

b) Pertemuan kedua

(1) Salam pembuka dan mengabsen kehadiran siswa.

(2) Menciptakan situasi yang kondusif untuk membangkitkan

minat siswa dengan mengecek kondisi siswa dan kondisi kelas.

(3) Guru mengulangi sedikit materi yang telah disampaikan pada

pertemuan sebelumnya kemudian memberikan contoh soal dan

mendemonstrasikan jawabannya di depan kelas.

(4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

mengenai materi yang belum dipahami.

(5) Guru meminta siswa untuk bergabung dengan kelompok

masing-masing.

(6) Guru memberikan Lembar Kegiatan kepada setiap kelompok

sebagai bahan yang akan dipelajari dan didiskusikan siswa.

(7) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi

kelompok dengan cara memanggil siswa dengan menyebut

salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab soal yang

telah diberikan.

(8) Guru memberikan kesimpulan materi yang telah disampaikan

dan memberikan penjelasan atas soal yang diberikan agar siswa

mengetahui letak kesalahannya, kemudian menutup pelajaran

dengan salam penutup.

c) Pertemuan Ketiga

(1) Salam pembuka dan mengecek kehadiran siswa

(2) Guru menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan

dalam pembelajaran.

Page 81: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

(3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa mempersiapkan

diri untuk mengerjakan soal kuis tentang materi yang

dipelajari.

(4) Guru membagikan soal untuk kuis berupa soal esai dan

meminta agar siswa mengerjakannya secara mandiri.

(5) Guru mengawasi dengan baik agar hasil dari kuis dapat

mencerminkan kemampuan mereka dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal dengan

tertib dan tenang.

(6) Guru meminta lembar jawab soal kuis.

(7) Guru membuat kesimpulan atas soal tersebut kemudian guru

menutup pelajaran dengan salam penutup.

2) Guru dan peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) untuk materi Karakter Budaya Tim, hubungan internal-

horizontal, hubungan internal-vertikal dan komponen interpersonal

relationship dengan penggunaan metode NHT.

3) Peneliti menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan nontes.

Instrumen tes dari hasil pekerjaan siswa (evaluasi akhir siklus).

sedangkan instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi

yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati keaktifan siswa

selama pembelajaran, motivasi belajar siswa dan ketuntasan hasil

belajar siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan II

Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan implementasi dari

rancangan sebagai langkah perbaikan dari siklus I. Pelaksanaan tindakan II

dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, yaitu hari Rabu 4 Mei 2011. Selasa

10 Mei 2011 dan Rabu 11 Mei 2011 di ruang kelas X AP 1. Pertemuan

pertama dilaksanakan selama 2 x 45 menit, pertemuan kedua dilaksanakan

2 x 45 menit dan pertemuan ketiga dilaksanakan selama 2 x 45 menit

sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP. Pelaksanaan tindakan II

Page 82: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

hampir sama dengan pelaksanaan tindakan I. Materi pada pelaksanaan

tindakan II adalah Karakter budaya tim, hubungan internal-horizontal,

hubungan internal-vertikal dan komponen interpersonal relationship. Pada

pertemuan pertama, guru menjelaskan materi. Guru mengelompokkan

siswa ke dalam kelompok NHT, kemudian guru memberikan lembar

kegiatan untuk didiskusikan secara kelompok. Hasil diskusi

dipresentasikan di depan kemudian dibahas bersama-sama. Pada saat

kegiatan diskusi berlangsung, guru memonitor aktivitas siswa. Pada

pertemuan ketiga diisi dengan tes evaluasi untuk mengetahui hasil dari

siklus II.

Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan Pertama (Rabu, 4 Mei 2011)

Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam

pembuka, kemudian melakukan presensi siswa. Seusai mengabsen,

guru memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat belajar

siswa dan menfokuskan perhatian siswa.

Selanjutnya guru memberikan beberapa pertanyaan mengenai

materi yang telah dipelajari sebelumnya untuk mengingatkan.

Kemudian guru memberikan print out materi. Setelah selesai

menyampaikan materi, guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengajukan pertanyaan.

Kemudian guru menetapkan siswa ke dalam kelompok NHT,

tiap kelompok tediri dari 5 siswa. Guru memberikan lembar kegiatan

untuk diskusi. Setelah waktu diskusi usai guru menunjuk salah satu

nomor untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Pada siklus II

ini terjadi peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Pada saat

mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas ada beberapa siswa

yang mulai aktif menanggapi jawaban seperti Adelia, Arum.CK,

Melinda Rosita, Ambar dan Nina Marieta.

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti mengamati

aktivitas siswa dengan menggunakan lembar observasi partisipasi

Page 83: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

siswa dan memberikan angket motivasi untuk di isi siswa pada akhir

jam pelajaran.

Sebelum menutup pembelajaran, guru membuat kesimpulan

pembelajaran dan menjelaskan atas soal latihan agar siswa mengetahui

letak kesalahannya. Guru menutup pelajaran dengan salam.

2) Pertemuan Kedua (Selasa, 5 Mei 2011)

Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam

pembuka, kemudian melakukan presensi siswa. Seusai mengabsen,

guru memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat belajar

siswa dan menfokuskan perhatian siswa.

Selanjutnya guru melanjutkan penjelasan materi kemudian

Setelah selesai menyampaikan materi, guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan. Pada waktu guru

menjelaskan materi siswa sudah banyak yang aktif dalam mengikuti

pelajaran. Hal ini merupakan peningkatan dibandingkan dengan siklus

I.

Kemudian guru meminta siswa bergabung ke dalam kelompok

NHT, sesuai dengan kelompok pada siklus 1. Guru memberikan

lembar kegiatan untuk diskusi. Setelah waktu diskusi usai guru

menunjuk salah satu nomor untuk mempresentasikan hasil diskusi

kelompok. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti

mengamati tingkat keaktifan siswa untuk mengisi lembar observasi

tingkat partisipasi siswa. Guru pengamat melakukan pengamatan

terhadap proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.

Sebelum menutup pembelajaran, guru membuat kesimpulan

pembelajaran dan menjelaskan atas soal latihan agar siswa mengetahui

letak kesalahannya. Guru menutup pelajaran dengan salam.

3) Pertemuan Ketiga (Rabu, 11 Mei 2011)

Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam

pembuka, kemudian melakukan presensi siswa. Seusai mengabsen,

Page 84: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

guru memberikan kesempatan siswa untuk mempersiapkan diri untuk

mengerjakan soal evaluasi tindakan II.

Guru memberika waktu selama 20 menit kepada siswa untuk

belajar kembali dan persiapan untuk evaluasi. Kemudian guru

membagikan soal evaluasi kepada siswa. Evaluasi harus dikerjakan

siswa secara mandiri, tanpa kerja sama dengan temannya. Siswa sudah

mulai tenang dan tidak bertindak curang. Siswa diberikan waktu 60

menit untuk mengerjakan soal evaluasi. Setelah jam pelajaran berakhir

guru meminta lembar jawab siswa.

c. Observasi dan Interpretasi

Peneliti mengamati proses pembelajaran mata diklat Bekerjasama

dengan Kolega dan Pelanggan kompetensi dasar bekerjasama dalam satu

tim dengan menggunakan metode Numbered Heads Together di kelas X

AP 1. Peneliti bertindak sebagai pengamat dengan tujuan agar peneliti

dapat secara jelas melihat (mengamati) kegiatan belajar mengajar Mata

Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan pada hari itu.

Pelaksanaan pertemuan pertama, guru menyampaikan materi

tentang laporan perubahan modal dan neraca secara jelas. Sedangkan

pertemuan kedua, akan diadakan diskusi intensif sesuai kelompok masing-

masing dalam Numbered Heads Together dengan bimbingan guru secara

aktif. Pertemuan ketiga digunakan guru dan peneliti untuk melakukan

evaluasi akhir dari siklus 2 agar hasil belajar dari siklus 2 dapat segera

diketahui. Dari kegiatan tersebut, deskripsi tentang jalannya proses

pembelajaran Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan

dengan menggunakan metode Numbered Heads Together sudah dijelaskan

secara rinci dalam pelaksanaan tindakan II.

Page 85: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan proses belajar

mengajar Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan,

diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa selama kegiatan belajar

mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut:

1) Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebesar 88,23%,

sedangkan 11,77% lainnya masih belum secara aktif dalam mengikuti

apersepsi pada awal pembelajaran.

2) Siswa yang aktif dalam kelompok selama kegiatan kerja kelompok

berlangsung sebesar 91,17% , sedangkan 8,83% lainnya tidak turut

serta dalam kerja kelompok. Hal ini disebabkan karena siswa merasa

tidak bisa mengerjakan dan tidak mau ikut berdiskusi.

3) Siswa yang aktif dalam mengemukakan pendapat dan mengajukan

pertanyaan selama kerja kelompok sebesar 44,14%, sedangkan 55,8%

hanya menunggu dan melihat teman yang lainnya selesai mengerjakan.

4) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dapat diidentifikasi bahwa siswa

yang mengalami peningkatan hasil belajar bekerjasama dengan kolega

dan pelanggan sebesar 91,17% sedangkan 8,83% belum menunjukkan

adanya peningkatan hasil belajar. Hal tersebut berdasarkan pada hasil

belajar siswa yang berupa soal kuis yang diberikan oleh guru pada

akhir kegiatan siklus II.

d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II

Hasil observasi siklus II yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa

penerapan metode Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan

hasil belajar siswa pada mata diklat bekerjasama dengan kolega dan

pelanggan. Siswa sudah jelas dan paham mengenai bagaimana penerapan

metode Numbered Heads Together (NHT) karena siswa mulai terbiasa

dengan metode pembelajaran yang digunakan. Hal ini tentu saja

menyebabkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan

menggunakan metode Numbered Heads together menjadi lebih efektif.

Rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas X AP 1 pada siklus II

Page 86: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

mengalami peningkatan. Sebanyak 91,17% siswa dinyatakan tuntas,

karena pencapaian hasil belajar mereka siswa diatas standar batas tuntas

nilai, yaitu 73. Dari hasil refleksi tersebut dapat diketahui bahwa

penerapan metode Numbered Heads Together (NHT) pada siklus II dinilai

telah berhasil dan dianggap sudah memuaskan sehingga tidak perlu

dilanjutkan lagi ke siklus berikutnya.

Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus

II, peneliti melakukan analisis sebagai berikut:

1) Guru sudah lebih bisa menguasai kelas, perhatian siswa sudah merata

pada seluruh kelas.

2) Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar

mengalami peningkatan. Siswa tidak lagi melakukan hal-hal yang

tidak perlu dan jauh lebih bersemangat saat diskusi kelompok dan

presentasi berlangsung.

Tindakan refleksi yang dapat diambil berdasarkan pengamatan dan

analisis yang telah dilakukan adalah :

1) Guru harus bisa menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif

sehingga siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi dan lebih aktif

selama proses pembelajaran.

2) Guru lebih inovatif dalam menggunakan metode pembelajaran pada

saat mengajar sehingga siswa lebih bersemangat dalam mengikuti

pelajaran dan tidak cepat bosan

Setiap siklus yang diterapkan pada proses pembelajaran dengan

model Numbered Heads Together(NHT) mampu meningkatkan motivasi

belajar, partisipasi serta hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari

tabel berikut ini:

Page 87: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Tabel 4. Penerapan Metode Numbered Heads Together(NHT)

No

Aspek yang diteliti Persentase Capaian

Peningkatan Model Numbered Heads Together

(NHT)

Siklus I Siklus II

1 Pengajaran 80% 80% -

2 Penomoran 60% 80% 20%

3 Pengajuan Masalah 70% 90% 20%

4 Berfikir Bersama 60% 80% 20%

5 Pemberian jawaban 80% 80% -

6 Penghargaan 100% 100% -

7 Evaluasi dan Penutupan 66,66 80% 13,34%

Rata-rata 75,24% 82,14% 6,9%

(Sumber: data primer yang diolah, 2011)

Tabel 5. Motivasi Belajar Siswa

No

Aspek yang diteliti

Motivasi belajar siswa

Persentase Capaian

Peningkatan Siklus I Siklus II

1 Keuletan 71,10 % 82,94% 11,84%

2 Kemandirian 53,38% 65,88% 12,5%

3 Mempertahankan pendapat 80% 87,64% 7,64%

4 Memecahkan masalah 68,82% 85,29% 16,47%

5 Ketekunan 71,17% 79,41% 8,24%

6 Antusias 69,41% 81,17% 11,76%

7 Tidak cepat puas 76,47% 84,70% 8,23%

Rata-rata 71,14% 80,84% 9,7%

(Sumber: data primer yang diolah, 2011)

Page 88: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Tabel 6. Partisipasi Belajar Siswa

No

Aspek yang diteliti

Partisipasi belajar siswa

Persentase Capaian

Peningkatan Siklus I Siklus II

1 Interaksi dalam apersepsi 70,58% 88,23% 17,65%

2 Kerjasama Kelompok dalam Diskusi 82,35% 91,17% 8.82%

3 Mengemukakan Pendapat. 31,35% 44,11% 21,59%

4 Mengajukan pertanyaan mengenai

materi (pemahaman) 26,47% 47,05% 20,58%

5 Mengerjakan soal/tugas 91,17% 100% 8,83%

Rata-rata 60,58% 74,11% 13,53%

(Sumber: data primer yang diolah, 2011)

Tabel 7. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

No Kriteria

Jumlah Siswa Persentase

Sebelum

Penerapan

Siklus I Siklus II Sebelum

Penerapan

Siklus I Siklus

II

1 Tuntas 18 25 31 69,32% 77,91% 84,06 %

2 Tidak Tuntas 16 9 3 47,05% 26,47 % 8,82 %

(Sumber: data primer yang diolah, 2011)

Tabel 8. Peningkatan Hasil Belajar Siswa

No

Aspek yang dinilai

Persentase

Peningkatan

Siklus I Siklus II

Penerapan metode Numbered Heads Together

(NHT)

75,24% 82,14% 6,9%

1 Motivasi belajar siswa 71,14% 80,84% 9,7%

2 Partisipasi siswa 60,58% 74,14% 13,53%

3 Ketuntasan hasil belajar 73,53% 91,17 % 17,64 %

(Sumber: data primer yang diolah, 2011)

Berdasarkan tabel data yang disajikan pada siklus I dan siklus II di atas

diperoleh hasil belajar yang mengalami peningkatan. Model Numbered Heads

Page 89: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Together (NHT) berdampak positif terhadap kegiatan pembelajaran pada Mata

Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan. Sebelum melaksanakan siklus

I, peneliti melakukan survei awal untuk mengetahui kondisi yang ada di SMK

Kristen 1 Surakarta. Dari hasil survei ini, peneliti menemukan bahwa hasil belajar

Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan pada siswa kelas X AP 1

masih kurang optimal. Oleh karena itu, peneliti mengadakan diskusi dengan guru

kelas dan mencari solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut, yaitu dengan

menerapkan model Numbered Heads Together (NHT) Pembelajaran kelompok

dan kegiatan tanya jawab dalam presentasi diharapkan dapat membangun

interaksi edukatif antara siswa dengan guru serta meningkatkan pemahaman

melalui diskusi dalam memecahkan masalah.

Peneliti dibantu guru kelas kemudian menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) guna melaksanakan kegiatan siklus I. Materi pada

pelaksanaan tindakan siklus I ini adalah Bekerjasama Dalam Satu Tim yang di

khususkan pada karakter budaya tim, hubungan internal-horizontal, hubungan

inernal-vertikal dan komponen interpersonal realtionship. Guru memberikan

materi, kemudian siswa diminta mengerjakan soal dengan kelompok belajar

mengenai materi yang telah diajarkan. Setiap kelompok terdiri dari 3-5 siswa agar

siswa dapat belajar bekerjasama dengan siswa yang lain. Setelah selesai, siswa

diminta untuk dapat mempresentasikan hasil pekerjaannya, sehingga pengetahuan

yang diperoleh siswa tidak hanya dari guru, melainkan juga dari menyaksikan

secara langsung proses yang dicontohkan oleh teman sekelas.

Dari hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar pada siklus I

masih terdapat kekurangan dan kelemahan, yaitu siswa masih kurang aktif dalam

mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari respon siswa pada saat

apersepsi dan beberapa siswa dalam mengemukakan pendapatnya serta dalam

mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran berlangsung serta dapat

dilihat juga dalam kegiatan kerja kelompok, ada beberapa siswa yang belum

berpartisipasi. Selain itu, kesempatan presentasi untuk tanya jawab juga masih

diabaikan para siswa yang tidak maju. Karena itu, peneliti mencari solusi dan

menyusun rencana pembelajaran siklus II untuk mengatasi kekurangan dan

Page 90: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

kelemahan dalam pembelajaran Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan pada

siklus I.

Materi pembelajaran pada siklus II masih sama hanya saja dikhususkan

pada karakter budaya tim, hubungan internal-horizontal,hubungan inernal-vertikal

dan komponen interpersonal realtionship. Dalam pelaksanaan siklus II ini siswa

terlihat lebih antusias dengan metode Numbered Heads Together (NHT) yang

telah diterapkan sebelumnya, selain siswa menjadi aktif, siswa juga merasa tidak

segan bertanya dan berdiskusi dengan teman satu kelompoknya untuk mencari

masalah dan menemukan jawabannya.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar Mata

Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan pada siklus II, diperoleh hasil

adanya belajar siswa menunjukkan peningkatan. Dari segi motivasi belajar siswa

menunjukkan peningkatan dari 70,93% pada siklus I menjadi 80,84% pada siklus

II, sedangkan partisipasi siswa menunjukkan peningkatan dari 60,58% pada siklus

I menjadi 74,14% pada siklus II. Begitu pula pada pencapaian hasil belajar siswa

juga mengalami peningkatan, ini ditunjukkan dari banyaknya siswa yang sudah

mencapai batas ketuntasan minimal yaitu sebesar 73,52% atau sebanyak 25 siswa

pada siklus I dan 91,17 % atau sebanyak 31 siswa pada siklus II.

Siswa yang sebelumnya kurang aktif saat pembelajaran, sekarang menjadi

lebih antusias dan lebih merespon apersepsi yang diberikan oleh guru. Siswa yang

sebelumnya tidak bisa bekerjasama dalam kelompok, pada siklus II ini sudah

dapat bekerjasama dengan siswa lain dalam kelompok dengan baik. Kegiatan

presentasi dengan tanya jawab oleh guru juga lebih efektif. Meskipun begitu,

masih diperlukan juga motivasi dan pendekatan dari guru untuk mendukung

berhasilnya proses belajar mengajar bekerjasama dengan koelga dan pelanggan.

Masalah yang dihadapi pada pembelajaran bekerjasama dengan kolega dan

pelanggan sudah dapat teratasi dengan cara penerapan model Numbered Heads

Together (NHT) yang secara langsung dapat meningkatkan motivasi belajar siswa,

pemahaman siswa, partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, serta

meningkatkan hasil belajar siswa.

Page 91: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

bekerjasama dengan kolega dan pelanggan

dengan menerapkan dua siklus pembelajaran dengan metode yang sama pada tiap

siklusnya, yaitu metode

diterapkan pada proses pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar

Bekerjasama dengan Kolega dan Pelang

siswa

dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu :

(1)

dan (4) analisis dan refleksi tindakan.

pemikiran yang menyatakan bahwa pengetahuan itu ditemukan, dibentuk, dan

Penerapan

penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

bekerjasama dengan kolega dan pelanggan

dengan menerapkan dua siklus pembelajaran dengan metode yang sama pada tiap

siklusnya, yaitu metode

diterapkan pada proses pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar

Bekerjasama dengan Kolega dan Pelang

Peningkatan hasil belajar

siswa tersebut juga dapat

Penelitian Tindakan Kelas (

dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu :

(1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3

dan (4) analisis dan refleksi tindakan.

Proses

pemikiran yang menyatakan bahwa pengetahuan itu ditemukan, dibentuk, dan

Pre

sen

tase

%

Penerapan metode

penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

bekerjasama dengan kolega dan pelanggan

dengan menerapkan dua siklus pembelajaran dengan metode yang sama pada tiap

siklusnya, yaitu metode

diterapkan pada proses pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar

Bekerjasama dengan Kolega dan Pelang

Peningkatan hasil belajar

tersebut juga dapat

Penelitian Tindakan Kelas (

dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu :

perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3

dan (4) analisis dan refleksi tindakan.

Proses pembelajaran di sekolah sebaiknya bersumber pada pokok

pemikiran yang menyatakan bahwa pengetahuan itu ditemukan, dibentuk, dan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pre

sen

tase

%

D.

metode Numbered Heads Together (NHT)

penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

bekerjasama dengan kolega dan pelanggan

dengan menerapkan dua siklus pembelajaran dengan metode yang sama pada tiap

siklusnya, yaitu metode Numbered Heads Together (NHT).

diterapkan pada proses pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar

Bekerjasama dengan Kolega dan Pelang

Peningkatan hasil belajar Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan

tersebut juga dapat dilihat pada grafik berikut ini :

GRAFIK HASIL PENELITIAN

Gambar 3. Grafik Hasil Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (

dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu :

perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3

dan (4) analisis dan refleksi tindakan.

pembelajaran di sekolah sebaiknya bersumber pada pokok

pemikiran yang menyatakan bahwa pengetahuan itu ditemukan, dibentuk, dan

Siklus I

Pembahasan

Numbered Heads Together (NHT)

penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

bekerjasama dengan kolega dan pelanggan siswa

dengan menerapkan dua siklus pembelajaran dengan metode yang sama pada tiap

Numbered Heads Together (NHT).

diterapkan pada proses pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar

Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan siswa.

Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan

dilihat pada grafik berikut ini :

GRAFIK HASIL PENELITIAN

Gambar 3. Grafik Hasil Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research

dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu :

perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3

dan (4) analisis dan refleksi tindakan.

pembelajaran di sekolah sebaiknya bersumber pada pokok

pemikiran yang menyatakan bahwa pengetahuan itu ditemukan, dibentuk, dan

Pembahasan

Numbered Heads Together (NHT)

penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

siswa. Penelitian

dengan menerapkan dua siklus pembelajaran dengan metode yang sama pada tiap

Numbered Heads Together (NHT).

diterapkan pada proses pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar

siswa.

Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan

dilihat pada grafik berikut ini :

GRAFIK HASIL PENELITIAN

Gambar 3. Grafik Hasil Penelitian

Classroom Action Research

dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu :

perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi,

pembelajaran di sekolah sebaiknya bersumber pada pokok

pemikiran yang menyatakan bahwa pengetahuan itu ditemukan, dibentuk, dan

Siklus II

Numbered Heads Together (NHT) merupakan

penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

Penelitian yang dilakukan

dengan menerapkan dua siklus pembelajaran dengan metode yang sama pada tiap

Numbered Heads Together (NHT). Setiap siklus yang

diterapkan pada proses pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar

Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan

Classroom Action Research) ini dilaksanakan

dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu :

) observasi dan interpretasi,

pembelajaran di sekolah sebaiknya bersumber pada pokok

pemikiran yang menyatakan bahwa pengetahuan itu ditemukan, dibentuk, dan

Penerapan Metode

Motivasi

Partisipasi

Hasil Belajar

74

merupakan

penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

yang dilakukan

dengan menerapkan dua siklus pembelajaran dengan metode yang sama pada tiap

Setiap siklus yang

diterapkan pada proses pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar

Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan

) ini dilaksanakan

dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu :

) observasi dan interpretasi,

pembelajaran di sekolah sebaiknya bersumber pada pokok

pemikiran yang menyatakan bahwa pengetahuan itu ditemukan, dibentuk, dan

Penerapan Metode

Motivasi

Partisipasi

Hasil Belajar

Page 92: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

dikembangkan oleh siswa. Seorang guru selain berperan sebagai pengajar juga

harus berusaha untuk mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa

disamping peran aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri. Dengan

adanya penerapan Numbered Heads Together yang merupakan model

pembelajaran inovatif, peran guru sebagai pendidik harus bisa membangkitkan

motivasi belajar dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran sehingga hasil

belajar siswa akan mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelumnya

yang masih menerapkan metode konvensional ceramah.

Nurhadi mengemukakan bahwa metode Numbered Heads Together

merupakan salah satu teknik dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif, yaitu

metode struktural yang memiliki tujuan umum untuk meningkatkan penguasaan

materi. Metode ini dikembangkan untuk memberikan suatu cara dalam membantu

membangun kelas sebagai komunitas belajar yang menghargai semua kemampuan

siswa Oleh karena itu, siswa diharapkan dapat mengembangkan cara berfikir dan

keterampilan yang lebih tinggi. Penerapan model Numbered Heads Together

menghadapkan siswa pada suatu permasalahan sehingga mereka termotivasi untuk

mencari jawaban dengan cara berulang-ulang memecahkan masalah yang

dihadapinya yang pada akhirnya dapat menyelesaikan masalah tersebut sehingga

dapat meningkatkan tingkat keaktifan dan berpartisipatif dalam proses

pembelajaran karena siswa merasa tertantang untuk menyelesaikan setiap tugas

yang diberikan oleh guru dan membuat siswa menjadi lebih yakin dapat meraih

hasil belajar bekerjasama dengan kolega dan pelanggan yang lebih tinggi daripada

pencapaian sebelumnya. Hal ini terbukti pada pencapaian hasil belajar siswa yang

mengalami peningkatan sebesar 17,65 % (hasil belajar siswa pada siklus I sebesar

73,52% atau sebanyak 25 siswa yang tuntas sedangkan pada siklus II mengalami

peningkatan menjadi 91,17 % atau sebanyak 31 siswa yang dinyatakan tuntas).

Berdasarkan tindakan tersebut, guru dan peneliti berhasil melaksanakan

pembelajaran yang menyenangkan sehingga hasil belajar bekerjasama dengan

kolega dan pelanggan dapat meningkat. Selain itu, dapat meningkatkan kinerja

guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif dan menarik. Keberhasilan

pembelajaran pada mata diklat bekerjasama dengan kolega dan pelanggan dengan

Page 93: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

menggunakan model Numbered Heads Together dapat dilihat dari indikator-

indikator sebagai berikut :

1. Siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran baik dalam diskusi atau kerja

kelompok, presentasi, tanya jawab.

2. Motivasi berprestasi siswa meningkat. Siswa merasa senang mengerjakan soal

yang menantang dan sesuai dengan kemampuannya, keyakinan bahwa prestasi

belajar yang diperoleh karena usaha keras bukan karena keberuntungan cukup

tinggi, keinginan siswa untuk meraih prestasi belajar bekerjasama dengan

kolega dan pelanggan yang lebih baik cukup tinggi, siswa merasa senang

bekerja, berusaha dan menemukan penyelesaian soal yang diberikan oleh

guru, siswa senang belajar bersama teman yang dapat menyelesaikan

permasalahan dan soal yang diberikan bersama-sama, siswa berusaha

menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru meskipun tugas itu sulit,

keyakinan bahwa mereka dapat mengerjakan tugas dengan baik dan tepat

waktu cukup tinggi, mereka rajin belajar agar dapat mencapai cita-cita, siswa

merasa senang dengan umpan balik dan penghargaan yang diberikan oleh

guru. Hal tersebut sudah sesuai dengan ciri-ciri siswa yang mempunyai

motivasi berprestasi tinggi yang dikemukakan oleh W.S. Winkel dan Winardi.

3. Partisipasi siswa mengikuti pembelajaran bekerjasama dengan kolega dan

pelanggan meningkat. Keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah cukup

tinggi, siswa tidak enggan bertanya pada siswa lain atau kepada guru apabila

tidak memahami persoalan yang dihadapinya, siswa berusaha mencari berbagai

informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah meskipun masih ada

beberapa siswa yang kurang aktif dalam hal ini, siswa melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan petunjuk guru dan menggunakan kesempatan

menerapkan tugas dan persoalan yang dihadapinya. Hal tersebut sudah sesuai

dengan ciri-ciri siswa yang aktif, yang dikemukakan oleh Nana Sudjana.

Page 94: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

4. Penerapan metode Numbered Heads Together dalam proses belajar mengajar

dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa. Hasil belajar tersebut

dinyatakan tuntas karena secara umum pencapaian hasil belajar siswa berada di

atas standar batas tuntas yaitu 73 dan mengalami peningkatan dari siklus I

sampai siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum siswa telah

memahami materi yang disajikan dengan baik pada proses belajar mengajar

yang menggunakan model Numbered Heads Together(NHT).

Page 95: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 78

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Dari setiap tindakan yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka

dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini yaitu penerapan pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar Mata

Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan siswa kelas X AP 1 SMK

Kristen 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.

Hal tersebut terrefleksi dari beberapa indikator berikut ini:

1. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 17,65%. Peningkatan

tersebut di ketahui hasil evaluasi yang dikerjakan siswa pada siklus pertama

diketahui bahwa sebanyak 25 siswa atau sebesar 73,52% sudah memenuhi

KKM dan sebanyak 31 siswa atau sebesar 91,17% pada siklus yang kedua.

2. Motivasi berprestasi siswa meningkat sebesar 9,7%. Hal ini ditunjukkan

dengan persentase motivasi belajar siswa pada siklus pertama sebesar 71,14%

dan kemudian pada siklus kedua meningkat menjadi 80,84%.

3. Partisipasi siswa meningkat sebesar 13,56%. Hal ini ditunjukkan dengan

peningkatan persentase partisipasi belajar siswa pada siklus pertama sebesar

60,58% dan kemudian pada siklus kedua meningkat menjadi 74,14%.

Penerapan metode pembelajaran tipe Numbered Heads Together secara

rinci telah dapat meningkatkan motivasi belajar, partisipasi aktif siswa dan hasil

belajar siswa dalam pembelajaran. Siswa diajak untuk turut serta dalam semua

proses pembelajaran. Dengan variasi pembelajaran yang terdiri dari penomoran,

pengajuan masalah, berfikir bersama dan pemberian jawaban membuat siswa

merasakan suasana belajar yang lebih menyenangkan dan materi yang disajikan

dalam bentuk masalah yang harus dipecahkan menjadi lebih mudah dipahami

siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa.

Page 96: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah peneliti kemukakan di atas, maka

dapat dikaji implikasinya, baik implikasi teoretis maupun implikasi praktis, yaitu

sebagai berikut:

1. Implikasi Teoretis

Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa

pada mata diklat bekerjasama dengan kolega dan pelanggan siswa kelas X AP

SMK Kristen 1 Surakarta. Hasil belajar Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega

dan Pelanggan dalam penelitian ini dipengaruhi dari partisipasi / keaktifan siswa

selama pembelajaran dan motivasi berprestasi siswa. Dengan demikian ada suatu

gambaran yang jelas bahwa keberhasilan suatu proses pembelajaran tergantung

pada beberapa faktor yang saling berkaitan satu sama lain. Faktor-faktor tersebut

berasal dari pihak guru maupun siswa. Faktor dari guru antara lain kemampuan

guru dalam mengelola kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung,

kemampuan guru dalam mengembangkan dan menjelaskan suatu materi. Faktor

yang lainnya yaitu kemampuan guru dalam mengembangkan model dan metode

pembelajaran, serta kemampuan guru dalam meningkatkan motivasi dan

partisipasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan faktor yang

berasal dari siswa antara lain minat dan antusias belajar siswa serta keaktifan

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

2. Implikasi Praktis

Penelitian ini memberikan gambaran secara jelas bahwa penerapan

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil

belajar siswa pada mata diklat bekerjasama dengan kolega dan pelanggan. Hasil

penelitian tersebut menjadikan guru mata diklat bekerjasama dengan kolega dan

pelanggan termotivasi untuk melakukan peningkatan hasil pembelajaran di kelas

lain dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.

Oleh karena itu pembelajaran dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang

sederhana dan mudah diterapkan dalam bentuk kelompok-kelompok yang dibagi

Page 97: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

secara heterogen dan pemberian nomor kepala pada setiap siswa dalam masing-

masing kelompok. Selain itu, guru mata diklat bekerjasama dengan kolega dan

pelanggan juga menjadi lebih optimis dalam melakukan perbaikan dari metode

pembelajaran yang selama ini diterapkan. Menjadikan ceramah sebagai sebuah

sarana dan bukan yang utama dalam memberikan pemahaman materi

pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka dapat

dikemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi siswa :

a. Pada saat proses pembelajaran di dalam kelas, apbila siswa belum pahan

dengan penjelasan guru hendaknya siswa bertanya, mengemukakan

pendapat secara aktif selama proses pembelajaran.

b. Hilangkan perasaan malu dan takut untuk presentasi didepan kelas serta

memiliki motivasi internal untuk terus berkembang dan menjadi lebih baik

dari sebelumnya

c. Siswa harus dapat mengembangkan berkomunikasi yang positif dalam

mengerjakan soal pada diskusi kelompok, sehingga semua siswa dalam

kelompok itu saling bekerjasama tidak hanya dikerjakan seorang siswa

saja dan yang lain berpangku tangan.

d. Siswa hendaknya lebih mempersiapkan diri dengan membaca materi

sebelum dijelaskan oleh guru ketika dikelas sehingga mereka akan

semakin menguasai materi.

e. Siswa diharapkan lebih meningkatkan ketrampilan berkomunikasi,

terutama keberanian siswa dalam bertanya, mengemukakan pendapat dan

presentasi, dimana hal ini pada akhirnya akan sangat bermanfaat bagi

siswa terutama dalam meningkatkan rasa percaya diri.

2. Bagi Guru:

a. Guru diharapkan dapat selalu mengembangkan motivasi dan semangat siswa

selama mengikuti pembelajaran Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega

Page 98: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

dan Pelanggan yaitu dengan memberi penguatan, misalnya dengan memberi

pujian, sentuhan, dan hadiah kepada siswa agar siswa merasa mampu dan

percaya diri dengan materi pembelajaran yang siswa pelajari.

b. Guru hendaknya menggunakan metode Numbered Heads Together pada

Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan karena telah

terbukti bawa metode tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Guru hendaknya dapat memilih penerapan pembelajaran yang tepat dalam

proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

d. Guru diharapkan selalu mengembangkan pengetahuan tentang model

pembelajaran yang lebih inovatif agar pembelajaran dapat dikemas menjadi

lebih menarik bagi siswa dan proses pembelajaran di dalam kelas.

e. Guru perlu meningkatkan kemampuannya dalam pengelolaan kelas sehingga

pembelajaran apapun yang akan diterapkan dapat berjalan dengan baik dan

lancar.

3. Bagi Kepala Sekolah :

a. Kepala Sekolah hendaknya lebih memberikan kesempatan kepada guru-

guru mata pelajaran untuk mengikuti workshop yang berhubungan dengan

model dan metode pembelajaran inovatif.

b. Kepala sekolah hendaknya menyediakan fasilitas – fasilitas yang

digunakan untuk media pembelajaran yang lengkap, agar guru dapat

termotivasi untuk menggunakan metode – metode pembelajaran yang

menarik pada saat mengajar.

c. Kepala Sekolah hendaknya lebih mengintefsifkan dalam mendiskusikan

permasalahan dalam pendidikan dan pembelajaran dalam Musyawarah

Kerja Kepala Sekolah (MKKS) pada tingkat sekolah yang kaitannya

dengan penggunakaan model pembelajaran.

d. Kepala Sekolah hendaknya lebih mengusahakan fasilitas berupa buku-

buku dan sumber referensi lain yang dapat mendukung kelancaran

kegiatan belajar mengajar.

Page 99: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

82

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2008. Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Asep Jihad dan Abdul Haris. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi

Pressindo.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta : Bumi

Aksara.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Sisdiknas. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Peningkatan Kualitas Pembelajaran.

Jakarta: Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan

Perguruan Tinggi.

Endah Kusuma Dewi. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif NHT

(Numbered Head Together) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

Siswa Di Kelas VII E SMP Negeri 10 Surakarta Tahun Pelajaran

2007/2008

Isjoni. 2009. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar

Berkelompok. Bandung: Penerbit Alfabeta

Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning. Jakarta : PT. Grasindo.

Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran.

Bandung: PT. Refika Aditama

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: Gramedia

Widia Sarana Indonesia.

Nurhadi, Yasin, B dan Senduk, AG. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan

Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang Press.

Slavin. 1995. Cooperative Learning : Theory, Research and Practice. Boston:

Allyn and Bacon Publisher.

Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Sumadi Suryabrata. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Graffindo Persada.

Sugiyanto. 2008. Model- Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Panitia

Sertifikasi Guru ( PSG ) Rayon B

Page 100: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Syaodih, N. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik

Konsep Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta:

Prestasi Pustaka Publisher.

Uno,Hamzah.2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara

Winardi. 2002. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT.

Grafindo Persada.

Winkel, W. S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Wiriatmadja, Rochiati. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja

Rosdakarya.