Upload
trinhhuong
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TEKNIK MAKE A MATCH SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI
PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3
SALATIGA TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh
WINARNI
K1207007
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH SEBAGAI
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN
MENULIS NARASI PADA SISWA KELAS XI BAHASA
SMA NEGERI 3 SALATIGA TAHUN AJARAN
2010/2011
Disusun Oleh:
WINARNI
K1207007
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Winarni. K1207007. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 SALATIGA TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Juni 2011.
Tujuan penelitian ini meningkatkan: 1) kualitas proses; dan 2) kualitas hasil keterampilan menulis narasi siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga tahun ajaran 2010/2011 dalam pembelajaran menulis narasi dengan penerapan teknik Make a Match.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga yang berjumlah 34 siswa (7 putra dan 27 putri) dan guru Bahasa Indonesia kelas XI Bahasa. Sumber data yang digunakan yaitu: tempat dan peristiwa, informan, dan dokumen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan (observasi), wawancara, tes/pemberian tugas menulis, dan analisis dokumen. Prosedur penelitian meliputi tahap: identifikasi masalah, analisis masalah, penyusunan rencana tindakan, implementasi tindakan, pengamatan, dan penyusunan laporan. Pelaksanaan penelitian dimulai dari survei awal, siklus I, siklus II, sampai dengan siklus III. Setiap siklus terdiri atas empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi tindakan; dan (4) analisis dan refleksi. Dalam penelitian ini guru kelas bertindak sebagai fasilitator pembelajaran dan peran peneliti sebagai pengamat.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan adanya peningkatan: 1) kualitas proses; dan 2) kualitas hasil tulisan narasi siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga dalam pembelajaran menulis narasi melalui penerapan teknik Make a Match. Peningkatan kualitas proses pembelajaran terlihat dari meningkatnya keaktifan/semangat siswa selama pembelajaran, yakni: (1) mengikuti apersepsi, sebesar 32% pada siklus I, 47% pada siklus II, dan 67% pada siklus III; (2) memperhatikan penjelasan guru, sebesar 47% pada siklus I, 68% pada siklus II, dan 83% pada siklus III; (3) menyimak wacana dialog, sebesar 42% pada siklus I, 74% pada siklus II, dan 89% pada siklus III; (4) kegiatan diskusi, sebesar 26% pada siklus I, 37% pada siklus II, dan 56% pada siklus III; (5) membuat kerangka karangan, sebesar 47% pada siklus I, 74% pada siklus II, dan 94% pada siklus III; dan (6) mengembangkan kerangka karangan menjadi bentuk karangan narasi utuh, sebesar 44% pada siklus I, 71% pada siklus II, dan 89% pada siklus III. Peningkatan kemampuan menulis narasi siswa dapat dilihat dari nilai karangan siswa yang selalu meningkat pada setiap siklusnya. Pada siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sebesar 33% atau sebanyak 6 siswa. Pada siklus II sebesar 65% atau sebanyak 11 siswa dan pada siklus III sebesar 89% atau 16 siswa. Hal ini membuktikan bahwa penerapan teknik Make a Match meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran menulis narasi siswa kelas XI Bahasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
”Dengan aktivitas menulis, seseorang terlatih dalam menyusun pemikiran dan
argumen secara runtut, sistematis, dan logis.”
(Didik Komaidi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Saya mempersembahkan karya ini sebagai
rasa cinta, kasih sayang, dan terima kasih saya
kepada:
1. Suami saya, Wahyu Sugiyarto, S.T, M.Pd;
2. Kedua orang tua saya, Bapak Suyatno Juri
dan Ummi Tumirah;
3. Mertua saya, Bapak Slamet Raharjo dan
Ibu Agustini
4. Pembimbing skripsi saya, Bapak Slamet
Mulyono, M.Pd. dan Ibu Sri Hastuti, S.S,
M.Pd.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Peneliti memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Swt yang telah
memberikan nikmat dan karuniaNya kepada kita semua. Atas kehendakNya pula
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin
penyusunan skripsi;
2. Drs. Suparno, M. Pd. , Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
memberikan persetujuan dalam skripsi ini;
3. Drs. Slamet Mulyono, M. Pd. selaku Ketua Program Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta sekaligus pembimbing I yang telah memberikan persetujuan
dan pengarahan dengan begitu sabar, saran, semangat pada penulis serta
masukan yang tidak ternilai harganya;
4. Ibu Sri Hastuti, S.S, M.Pd., selaku pembimbing II yang dengan sabar
membimbing penulis dengan sebaik-baiknya serta memberikan dorongan dan
selalu meluangkan waktu bagi penulis sehingga menjadikan penulis semangat
dalam menyelesaikan skripsi;
5. Drs. Suyitno, M.Pd., selaku Penasehat Akademik yang telah banyak
memberikan solusi mengenai persoalan akademik.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang dengan tulus ikhlas memberikan ilmu yang bermanfaat pada
penulis;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
7. Drs. Sujit Mudjirno, S.IP, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 3
Salatiga yang telah memberikan izin peneliti terkait dengan penelitian yang
dilaksanakan;
8. Bapak Muhlasin, S. Pd. selaku guru Bahasa Indonesia kelas XI Bahasa SMA
Negeri 3 Salatiga sekaligus sebagai kolaborator yang dengan senang hati
membantu peneliti dalam melaksanakan penelitiannya; dan
9. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di atas mendapat
pahala dan imbalan dari Allah Swt, amin. Penulis berharap semoga karya ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan menambah khasanah keilmuan dalam
pelajaran Bahasa Indonesia.
Surakarta, Juni 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................ i
PENGAJUAN .................................................................................................. ii
PERSETUJUAN .............................................................................................. iii
PENGESAHAN ............................................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
MOTTO...............................................................................................................vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
D. Manfaat Hasil Penelitian ....................................................................... 7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR ........................ 9
A. Kajian Pustaka ...................................................................................... 9
1. Hakikat Menulis .............................................................................. 9
a. Pengertian Menulis ................................................................... 9
b. Tahap-tahap dalam menulis ..................................................... 10
c. Jenis-jenis Tulisan .................................................................. 11
d. Pengertian Menulis Narasi ...................................................... 12
e. Jenis-jenis Tulisan Narasi ....................................................... 13
2. Hakikat Pembelajaran Menulis Narasi .......................................... 16
a. Pengertian Pembelajaran .......................................................... 16
b. Proses Pembelajaran Menulis Narasi di SMA .......................... 21
c. Evaluasi Pembelajaran Menulis Narasi di SMA ....................... 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
3. Hakikat Metode Pembelajaran Kooperatif ..................................... 23
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ....................................... 23
b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif ........................................... 25
4. Hakikat Teknik Make a Match ....................................................... 25
B. Penelitian yang Relevan ...................................................................... 27
C. Kerangka Berpikir ............................................................................... 29
D. Hipotesis Tindakan .............................................................................. 31
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 32
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 32
1. Tempat Penelitian ......................................................................... 32
2. Waktu Penelitian .......................................................................... 32
B. Subjek dan Objek Penelitian ................................................................ 33
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................. 34
D. Sumber Data ....................................................................................... 35
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 35
F. Teknik Validitas Data .......................................................................... 37
G. Teknik Analisis Data .......................................................................... 37
H. Indikator Ketercapaian Tujuan ............................................................ 38
I. Prosedur Penelitian .............................................................................. 39
1. Tahap Perencanaan Penelitian ....................................................... 40
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ........................................................ 40
a. Rancangan siklus I ................................................................... 41
b. Rancangan Siklus II ................................................................. 43
c. Rancangan Siklus III ................................................................ 46
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 52
A. Kondisi Pratindakan ............................................................................ 52
B. Deskripsi Hasil Penelitian.................................................................... 55
1. Siklus I ........................................................................................... 55
2. Siklus II ........................................................................................ 62
3. Siklus III......................................................................................... 71
C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................ 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ......................................... 95
A. Simpulan .............................................................................................. 95
B. Implikasi .............................................................................................. 97
C. Saran .................................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 100
LAMPIRAN .................................................................................................... 103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian..................................... 33
Tabel 2. Indikator Ketercapaian Tujuan........................................................... 39
Tabel 3. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Siklus I .......................................... 60
Tabel 4. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Siklus II .......................................... 68
Tabel 5. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Siklus I ........................................... 76
Tabel 6. Rekapitulasi Ketercapaian Indikator Penelitian Siklus I,II dan III ...... 79
Tabel 7. Nilai Menulis Narasi Siswa Pratindakan dan Pascatindakan ............... 94
Tabel 8. Pedoman Penilaian Hasil Menulis Narasi Siswa ................................. 104
Tabel 9. Lembar Penilaian Sikap Siswa............................................................ 106
Tabel 10. Lembar Rekapitulasi Keaktifan Siswa .............................................. 108
Tabel 11. Lembar Penilaian Hasil Menulis Narasi Siswa .................................. 109
Tabel 12. Pedoman Observasi Keaktifan Siswa ................................................ 111
Tabel 13. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar ................................ 115
Tabel 14. Nilai Menulis Narasi Siswa Pratindakan ........................................... 128
Tabel 15. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar pada Prasiklus......... 129
Tabel 16. Nilai Sikap Siswa pada Siklus I ........................................................ 147
Tabel 17. Lembar Rekapitulasi Keaktifan Siswa pada Siklus I ......................... 149
Tabel 18. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Siklus I ......................................... 150
Tabel 19 Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar pada Siklus I ............ 154
Tabel 20. Nilai Sikap Siswa pada Siklus II ....................................................... 193
Tabel 21. Lembar Rekapitulasi Keaktifan Siswa pada Siklus II ........................ 195
Tabel 22. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Siklus II ........................................ 196
Tabel 23. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar Siklus II .................. 200
Tabel 24. Nilai Sikap Siswa pada Siklus III ...................................................... 237
Tabel 25. Lembar Rekapitulasi Keaktifan Siswa pada Siklus III ....................... 239
Tabel 26. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Siklus III ....................................... 240
Tabel 27. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar pada Siklus III........244
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir................................................................ 30
Gambar 2. Model Analisis Interaktif ................................................................ 38
Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ................................................ 49
Gambar 4. Perbandingan Peningkatan Keaktifan Siswa.................................. 89
Gambar 5. Perbandinga Peningkatan Skor Nilai Siswa pada Setiap Aspek
Penilaian Karangan ........................................................................ 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Pedoman Penilaian Hasil Menulis Narasi Siswa ........................... 104
Lampiran 2. Lembar Penilaian Sikap Siswa ..................................................... 106
Lampiran 3. Lembar Rekapitulasi Keaktifan Siswa .......................................... 108
Lampiran 4. Lembar Penilaian Hasil Menulis Narasi Siswa ............................. 109
Lampiran 5. Pedoma Rekapitulasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Menulis
Narasi ............................................................................................ 111
Lampiran 6.1 Pedoman Wawancara terhadap Guru Bahasa Indonesia .............. 112
Lampiran 6.2 Pedoman Wawancara terhadap Siswa (Pratindakan) ................... 113
Lampiran 6.3 Pedoman Wawancara terhadap Siswa (Pascatindakan) ............... 114
Lampiran 7. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar............................ 115
PRASIKLUS
Lampiran 8. Hasil Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia ........................ 118
Lampiran 9. Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas XI Bahasa ........................ 122
Lampiran 10. Catatan Lapangan Prasiklus ........................................................ 125
Lampiran 11. Nilai Menulis Narasi Siswa Pratindakan ..................................... 128
Lampiran 12. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar pada Prasiklus .. 129
Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Prasiklus ............................ 133
SIKLUS I
Lampiran 14. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus I ................................ 141
Lampiran 15. Nilai Sikap Siswa pada Siklus I .................................................. 147
Lampiran 16. Lembar Rekapitulasi Keaktifan Siswa pada Siklus I ................... 149
Lampiran 17. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Siklus I ................................... 150
Lampiran 18. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar pada Siklus I ..... 154
Lampiran 19. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I............................... 159
Lampiran 20. Kartu-kartu yang Berisi Kerangka Karangan Siklus I ................. 173
Lampiran 21. Foto-foto Pembelajaran Menulis Narasi pada Siklus I................. 179
Lampiran 22. Hasil Tulisan Narasi Siswa pada Siklus I .................................... 181
SIKLUS II
Lampiran 23. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus II ............................... 186
Lampiran 24. Nilai Sikap Siswa pada Siklus II ................................................. 193
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Lampiran 25. Lembar Rekapitulasi Keaktifan Siswa pada Siklus II .................. 195
Lampiran 26. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Siklus II .................................. 196
Lampiran 27. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar pada Siklus II ... 200
Lampiran 28. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II............................. 204
Lampiran 29. Kartu-kartu yang Berisi Kerangka Karangan Siklus II ................ 215
Lampiran 30. Foto-foto Pembelajaran Menulis Narasi pada Siklus II ............... 211
Lampiran 31. Hasil Tulisan Narasi Siswa pada Siklus II .................................. 223
SIKLUS III
Lampiran 32. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus III .............................. 233
Lampiran 33. Nilai Sikap Siswa pada Siklus III ............................................... 237
Lampiran 34. Lembar Rekapitulasi Keaktifan Siswa pada Siklus III................. 239
Lampiran 35. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Siklus III................................. 240
Lampiran 36. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar pada Siklus III .. 244
Lampiran 37. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III.............................247
Lampiran 38. Kartu-kartu yang Berisi Kerangka Karangan Siklus III ............... 257
Lampiran 39. Foto-foto Pembelajaran Menulis Narasi pada Siklus III .............. 263
Lampiran 40. Hasil Tulisan Narasi Siswa pada Siklus III ................................. 230
PERIZINAN
Lampiran 41. Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Dekan .......................... 272
Lampiran 42. Surat Putusan Izin Penyusunan Skripsi oleh Dekan FKIP ........... 273
Lampiran 43. Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Rektor .......................... 274
Lampiran 44. Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Kepala Sekolah SMA
Negeri 3 Salatiga...........................................................................275
Lampiran 45. Surat Keterangan Penelitian dari Kepala SMA Negeri 3
Salatiga........................................................................................ 276
Lampiran 46. Izin Menyusun Skripsi................................................................ 277
Lampiran 47. Surat Keterangan Penelitian ....................................................... 278
Lampiran 48. Surat Rekomendasi Penelitian .................................................... 279
Lampiran 49. Surat Permohonan Izin Penelitian Untuk Walikota Salatiga ........ 280
Lampiran 50. Surat Permohoman Izin Penelitian untuk Kepala Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga Salatiga .................................................... 281
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Winarni. K1207007. THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING TECHNIQUE ”MAKE A MATCH ” AS THE EFFORT TO IMPROVE NARRATIVE-WRITING SKILL OF XI BAHASA STUDENTS OF SMA NEGERI 3 SALATIGA YEAR 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Juni 2011.
The aim of this observation is to increase: 1) process quality; dan 2) product quality of narrative writing skill of XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga year 2010/2011 using Make a Match technique.
The type of this observation is classroom action research. The subject of this research are 34 students of XI Bahasa class of SMA Negeri 3 Salatiga and Indonesian teacher of XI Bahasa class. The data source that used were : place and phenomenon, informan, dan document.The data pool technique did by observation, interview, test/gave writing task, and document analysis. The step of observation’ procedures are : problem identification, problem analysis, arranging an action’s plan,action implementation, observation, and make a report. The research is start with first survey, first cycle, second cycle, until third cycle. Every cycle include of four step :(1) planing action; (2) action; (3) action research; and (4) analysis and reflection. In this research, teacher is a lesson facilitator and the researcher is an observetor.
Based on the result of researh, the researcher conclude that there are increase: 1) process quality; and 2) product quality of narrative writing skill of XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga using Make a Match technique. The increase of lesson process quality is known from the students who being more active and enthusiasm during the lesson, there are: (1) follow aperseption, 32% in first cycle, 47% in second cycle, and 67% in third cycle; (2) give an attantion for the teacher, 47% in first cycle, 68% in second cycle, and 83% in third cycle; (3) listening text dialogue, 42% in first cycle, 74% in second, and 89% in third cycle; (4) discussion, 26% in first cycle, 37% in second cycle, and 56% in third cycle; (5) make a text framework, 47% in first cycle, 74% in second cycle, dan 94% in third cycle; dan (6) develope the text framework to the complete narrative text, 44% in first cycle, 71% in second cycle, and 89% in third cycle. The increase of the student’s narrative writing skill can be known from the value of the student’s written which always increase in every cycles. In first cycle,the persentage of student’s study result completeness in the lesson is 33% or 6 students. In second cycle is 65% or 11 students and in third cycle 89% or 16 students. It prove that using Make a Match technique can increase process quality and the lesson’s result quality on writing narrative for the student of XI Bahasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan
diajarkan. Dengan bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan
dikembangkan serta dapat dituntunkan kepada generasi mendatang. Pengajaran
bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu sarana mengupayakan
pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia secara terarah. Maka dari itu
melalui proses pengajaran bahasa diharapkan siswa mempunyai kemampuan yang
memadai untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Dalam proses belajar mengajar guru memegang peran sebagai fasilitator,
artinya, guru memegang tugas dan tanggung jawab merencanakan dan
melaksanakan pengajaran di sekolah. Guru sebagai tenaga profesional harus
memiliki sejumlah kemampuan mengaplikasikan berbagai teori belajar dalam
bidang pengajaran, kemampuan memilih dan menerapkan metode pengajaran
yang efekif dan efisien, kemampuan melibatkan siswa berpartisipasi aktif dan
kemampuan membuat suasana belajar yang menunjang tercapainya pendidikan
(Usman, 2009:11). Pada prinsipnya tujuan akhir pembelajaran bahasa adalah agar
siswa mampu menguasai empat keterampilan berbahasa, yakni menyimak,
berbicara, membaca dan menulis. Empat keterampilan ini harus dikuasai oleh
siswa.
Menulis merupakan salah satu keterampilan dalam berbahasa. Melalui
kegiatan menulis siswa dapat mengkomunikasikan gagasan, penghayatan, dan
pengalamannya ke dalam bentuk tulisan. Banyak kegiatan yang berhubungan erat
dengan keterampilan menulis yang harus diselesaikan siswa, yaitu membuat
ikhtisar, membuat catatan, menulis notulen, menulis berbagai macam surat,
menulis proposal penelitian, menulis rancangan kegiatan, sampai pada
kemampuan menulis karya ilmiah. Akhadiah, Maidar G. Arsyad dan Sakura H.
Ridwan (2002:2) mengungkapkan bahwa menulis berarti mengorganisasikan
gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat. Tujuan yang
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
diharapkan dari kegiatan menulis adalah agar siswa mampu mengungkapkan ide
atau gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara tertulis serta mempunyai hobi
menulis. Melalui keterampilan menulis yang dimiliki, siswa dapat
mengembangkan kreativitas dan mempergunakan bahasa sebagai sarana
komunikasi. Selain itu, tidak semua orang mampu melaksanakan tugas menulis
dengan baik. Menulis bukan pekerjaan yang mudah karena merupakan
kemampuan yang kompleks serta menuntut sejumlah pengetahuan dan
keterampilan.
Nurudin (2010:50) berpendapat bahwa berdasarkan bentuknya, terdapat
lima jenis tulisan yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi dan persuasi.
Tulisan narasi adalah bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan,
merangkaikan tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuah cerita secara
kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu tertentu. Narasi
bisa saja dimulai dari peristiwa ditengah atau paling belakang, sehingga
memunculkan flashback. Narasi dapat bergaya kisahan orang pertama sehingga
terasa subjektivitas pengarangnya, atau orang ketiga sehingga lebih terkesan
objektif.
Mengacu pada hakikat tulisan narasi di atas, keterampilan menulis narasi
mengajak siswa menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dalam kehidupan
sehari-hari. Pengajaran menulis ditujukan agar siswa mampu memahami dan
mengkomunikasikan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Hal ini penting
karena kemampuan menulis seseorang merupakan gambaran dari penguasaan
bahasa yang digunakan.
Kemampuan menulis narasi siswa di Indonesia pada umumnya masih
rendah. Sebagian besar dari mereka membuat karangan dengan panjang tidak
maksimal dan kurang sesuai harapan. Barbara, dkk. (2009:360) menyatakan
bahwa keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat penting dalam
berkomunikasi, selain itu keterampilan menulis juga penting dan harus dikuasai di
setiap jenjang pendidikan. Akan tetapi, faktanya sekitar 14% hingga 26 % warga
atau penutur asli justru kesulitan dan tidak lolos dalam tes keterampilan menulis
tingkat paling dasar. Alfianto (2006:1) menyatakan bahwa hal tersebut disebabkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
anak-anak di banyak kelas jarang dilatih menulis dengan kata-kata mereka sendiri.
Mereka lebih sering dan terbiasa menyalin dari papan tulis dan buku pelajaran.
Permasalahan pembelajaran keterampilan menulis, khususnya menulis
narasi terjadi di kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga tahun 2010/2011.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia di
kelas tersebut, peneliti memperoleh fakta bahwa kemampuan menulis narasi siswa
masih rendah. Kelas XI Bahasa yang berjumlah 34 siswa, sebanyak 12 siswa
(35%) tidak mengikuti pelajaran bahasa Indonesia dan tidak mengerjakan tugas
menulis narasi yang diberikan oleh guru; 20 siswa (59%) memperoleh nilai di
bawah nilai batas ketuntasan minimal; dan hanya 2 siswa (6%) yang menulis
narasi dengan hasil yang cukup memuaskan.
Rendahnya kemampuan menulis narasi siswa di kelas ini dipengaruhi oleh
beberapa hal. Pertama, guru memakai dan menerapkan teknik mengajar yang
kurang tepat. Dalam pembelajaran menulis narasi, guru meninggalkan tahapan
menulis, yakni guru melupakan tahap prapenulisan dan pascapenulisan. Siswa
tidak diajak membuat kerangka karangan serta siswa tidak diajak menyunting
naskah karangan siswa. Siswa hanya mengumpulkan draf karangan. Selain itu,
salah satu contoh proses pembelajaran menulis narasi yang dilakukan oleh guru di
kelas XI Bahasa yakni sebagai berikut: a) guru masuk kelas dan membuka
kembali ingatan siswa mengenai menulis narasi; b) guru menjelaskan pokok
perbedaan menulis narasi dan deskripsi; c) guru meminta siswa berjalan ke masjid
sekolah, kemudian siswa diminta menceritakan perjalanan mereka dari kelas
hingga masjid dalam karangan naratif dan deskriptif yang disusun secara padu; d)
pekerjaan siswa dikumpulkan setelah jam usai. Guru menggabungkan
pembelajaran menulis narasi dan deskripsi hanya dalam alokasi waktu 2 jam
pelajaran. Berdasarkan hasil wawancara, guru cenderung mempersingkat
pembelajaran menulis karena guru beranggapan bahwa pembelajaran menulis
tidak masuk dalam UN, sehingga guru lebih memfokuskan pembelajaran ke
materi UN. Materi yang diperdalam guru yakni materi kebahasaan dan
keterampilan membaca. Selain itu, materi yang diajarkan oleh guru tidak sesuai
dengan Kompetensi Dasar kelas XI Bahasa. Kompetensi Dasar untuk kelas XI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Bahasa seharusnya adalah menulis narasi faktual berbentuk biografi, sedangkan
materi yang diajarkan oleh guru adalah menulis narasi secara umum. Hal tersebut
di atas mengindikasikan rendahnya kualitas proses pembelajaran menulis narasi di
kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga.
Hal lain yang mempengaruhi rendahnya kemampuan menulis narasi siswa
di kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga yakni siswa cenderung tidak
bersemangat dalam pembelajaran menulis narasi. Berdasarkan hasil wawancara,
siswa cenderung tidak bersemangat menjalani pembelajaran menulis narasi.
Berdasarkan hasil wawancara, siswa merasa kurang bersemangat dalam
pembelajaran menulis narasi karena siswa tidak dibimbing oleh guru. Selain itu,
guru membebaskan siswa ketika proses penulisan narasi sehingga siswa justru
memanfaatkan kesempatan untuk bergurau. Hal ketiga yang mempengaruhi
rendahnya kualitas hasil tulisan narasi siswa yakni hasil tulisan narasi siswa
kurang maksimal. Berdasarkan analisis terhadap hasil tulisan siswa pada
prasiklus, siswa cenderung menulis tanpa memperhatikan profil penilaian
karangan. Tulisan siswa kurang memperhatikan ejaan, penggunaan bahasa dan
organisasi isi. Berdasarkan hasil wawancara, guru hanya sekedar meminta siswa
menulis narasi dan deskripsi. Guru tidak memberi penekanan kepada siswa
mengenai aspek penilaian karangan seperti isi, organisasi isi, penggunaan bahasa,
kosakata dan mekanik. Contoh hasil tulisan siswa prasiklus dapat dilihat pada
lampiran 14 halaman 138.
Fakta di atas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran
keterampilan menulis narasi di kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga masih
kurang optimal. Selain itu, prosedur pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru
masih kurang ideal. BSNP (2007:1) dalam permendiknas nomor 41 tahun 2007
tentang standar proses satuan pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahwa
proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Berdasarkan paparan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
pembelajaran menulis narasi di kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga
memerlukan perbaikan yang dapat mendorong seluruh siswa mampu mengungkap
ide dengan bahasa yang baik dan benar. Pembelajaran akan lebih optimal jika
pendekatan atau metode yang digunakan tepat. Belz, dan Andreas Müller
Hartmann (2002:68-78) mengungkapkan ”in recent years with the advance of new
media technologies, innovative learning situations have arisen which have
potential for development in second language and intercultural learning”.
Semakin maju perkembangan teknologi dewasa ini, mampu memunculkan
berbagai macam situasi pembelajaran inovatif yang sangat potensial untuk
dikembangkan dalam pembelajaran bahasa kedua maupun budaya. Untuk
mengoptimalkan hasil belajar, terutama keterampilan menulis narasi, pendidik
membutuhkan pendekatan yang lebih menekankan kerjasama siswa, keaktifan dan
kreativitas siswa serta kesempatan mengolah informasi dan meningkatkan
informasi.
Lie (2008:6) mengungkapkan bahwa strategi yang paling sering
digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah melibatkan siswa dalam diskusi
dengan seluruh kelas. Akan tetapi, strategi ini tidak terlalu efektif walaupun guru
sudah berusaha dan mendorong siswa berpartisipasi. Banyak siswa yang hanya
sebagai penonton saja, sedangkan yang menguasai kelas hanya beberapa siswa.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang masih
kurang mengaktifkan seluruh siswa adalah dengan pembelajaran kooperatif. Lie
(2008: 17) juga menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif sering juga disebut
sistem pengajaran gotong-royong.
Salah satu teknik dalam model pembelajaran kooperatif adalah Make a
Match. Melalui model kooperatif teknik Make a Match siswa diharapkan mampu
menggabungkan antara gambar satu dengan yang lain menjadi runtut dan mampu
menggabungkan antara pertanyaan satu dengan jawaban tertentu sehingga hal
tersebut mampu membantu siswa mengungkap ide secara sistematis. Selain itu
konsentrasi siswa juga dapat lebih terfokus karena siswa sebelumnya sudah
terpancang berkompetisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Dalam model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match, siswa
bekerja secara berkelompok. Ketika siswa dalam satu kelompok dituntut mencari
pasangan jawaban pada kelompok lain tentu membutuhkan konsentrasi tinggi dan
kekompakan dalam kelompok. Dengan cara ini, konsentrasi siswa akan terjaga
dan siswa menjadi lebih fokus pada pembelajaran. Selain itu siswa mengalami dan
memahami semua alur yang ada. Kartu-kartu yang berisi kerangka karangan
narasi mampu membantu siswa menulis cerita secara runtut.
Banyak hal positif yang dapat diperoleh pendidik ketika menerapkan
teknik Make a Match. Guru dapat mengefektifkan waktu pembelajaran karena
siswa dalam satu kelas terbagi dalam tiga kelompok kemudian mereka diminta
mencari jawaban pada kelompok lain. Selain itu terdapat pula satu kelompok yang
bertugas menilai kinerja siswa yang lain (eksekutor) dan hal ini dapat dilakukan
secara bergantian. Tentu hal ini jauh lebih menarik jika dibandingkan siswa
diminta mencari ide sendiri yang sudah pasti memakan waktu lebih lama.
Keunggulan lain teknik Make a Match adalah siswa dikondisikan aktif
memahami setiap pertanyaan agar tidak terkecoh dalam mencari pasangan
jawaban yang tepat. Kinerja salah satu siswa mempengaruhi hasil yang
dieksekusikan kepada siswa tersebut, jika sampai salah maka siswa akan
memperoleh hukuman tentu dengan hal ini siswa menjadi lebih hati-hati.
Dalam model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match, salah satu
langkah yang harus dilalui oleh siswa adalah siswa diajak menjodohkan
pertanyaan dan jawaban serta menilai hasil karangan atau pekerjaan siswa yang
lain. Dua langkah ini mempunyai kemiripan dengan tahapan menulis, yakni tahap
prapenulisan dan pascapenulisan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti memandang penting melaksanakan
penelitian tindakan kelas sebagai usaha perbaikan kualitas proses dan hasil
pembelajaran keterampilan menulis narasi dengan judul: Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match Sebagai Upaya Meningkatkan
Keterampilan Menulis Narasi pada Siswa Kelas XI BAHASA SMA Negeri 3
Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis narasi pada
siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011?
2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match
dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran keterampilan menulis narasi
pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah disebutkan di atas, tujuan
dari penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan:
1. kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis narasi pada siswa kelas XI
BAHASA SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011?
2. kualitas hasil pembelajaran keterampilan menulis narasi pada siswa kelas XI
BAHASA SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011?
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan,
khususnya dalam hal pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di tingkat
SMA, terutama pada pembelajaran keterampilan menulis narasi dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1. Siswa termotivasi dalam pembelajaran keterampilan menulis narasi.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match pada
pembelajaran menulis narasi melatih dan membiasakan siswa bekerja
sama serta menjaga kekompakan kelompok dan terbiasa berkompetisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3. Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match
memungkinkan meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa.
b. Bagi Guru
1. Guru mendapatkan pengalaman menerapkan teknik Make a Match
dalam keterampilan menulis narasi.
2. Guru dapat menarik perhatian siswa ketika menerapkan teknik Make a
Match dalam pembelajaran menulis narasi.
3. Penerapan teknik Make a Match dalam pembelajaran menulis narasi
dapat mengefektifkan waktu pembelajaran.
4. Guru dapat meningkatkan kualitas hasil tulisan narasi siswa dengan
penerapan teknik Make a Match dalam pembelajaran.
c. Bagi Peneliti
1. Peneliti dapat memperluas wawasan dan pengetahuan tentang
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khusunya tentang
keterampilan menulis narasi dengan teknik Make a Match.
2. Peneliti mendapatkan fakta bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif teknik Make a Match meningkatkan keterampilan menulis
narasi siswa.
d. Bagi Sekolah
1. Sekolah dapat menjadikan hasil penelitian sebagai acuan pengadaan
inovasi pembelajaran bagi para guru dalam mengajarkan materi
menulis narasi.
2. Peningkatan kualitas hasil pembelajaran di sekolah, terutama hasil
pembelajaran menulis narasi dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif teknik Make a Match.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Menulis
a. Pengertian Menulis
Menulis merupakan salah satu aspek dari empat keterampilan berbahasa.
Nurgiyantoro (2010:283) berpendapat bahwa menulis adalah aktivitas aktif
produktif, yaitu aktivitas menghasilkan bahasa. Pendapat lain, Alek dan
Achmad H.P (2010:106) berpendapat bahwa menulis merupakan kegiatan
menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan
menggunakan aksara, sehingga dalam kegiatan menulis seseorang
menghasilkan sebuah karya berwujud tulisan. Slamet (2009:96)
mengungkapkan bahwa menulis merupakan serangkaian aktivitas (kegiatan)
yang terjadi dan melibatkan beberapa fase, yakni pramenulis, penulisan dan
pascapenulisan. Tarigan (2009:3) memberi batasan pengertian menulis dengan
berpendapat bahwa menulis merupakan keterampilan mekanistik, tidak
mungkin dikuasai melalui teori saja, tetapi hanya dapat dikuasai oleh orang
yang rajin berlatih. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, dapat kita
ketahui bahwa agar dapat menulis dengan baik, seseorang harus berlatih
secara terus menerus dan melewati fase penulisan untuk menyempurnakan
tulisan tersebut.
Menurut Lasa (2005:7), menulis merupakan proses penuangan gagasan
dan pemikiran dengan sistem tertentu dalam bentuk tulisan. Pendapat lain
mengenai menulis disampaikan oleh Wiyanto (2006:1-2) dengan membagi
pengertian menulis menjadi dua pengertian. Pertama, menulis berarti
mengubah bunyi yang dapat didengar menjadi tanda-tanda yang dapat dilihat.
Pengertian kedua adalah bahwa menulis merupakan kegiatan mengungkapkan
gagasan secara tertulis. Melengkapi pendapat tersebut, Wolsey (2010:194)
mengungkapkan “writing is much more than the mirror image of reading, and
composing may place greater demands on working memory than reading task
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
do”. Aktivitas menulis tidak hanya sekedar menuangkan kembali apa yang
telah dibaca, namun mengkomposisikan kembali apa yang telah kita peroleh
berdasarkan ingatan kita sehingga dalam aktivitas ini, ingatan kita dituntut
untuk memproduksi tulisan berdasarkan memori otak kita.
Bertolak dari beberapa pengertian menulis di atas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan mengungkapkan pikiran,
ide atau gagasan, dan pesan secara tertulis melalui lambang atau simbol grafik
yang teratur sebagai bentuk sarana komunikasi tidak langsung sehingga orang
lain dapat memahami isinya dengan mudah.
b. Tahap-tahap dalam Menulis
Tahap dalam menulis adalah suatu proses kreatif. Djauharie dan Suherli
(2005:57-60) berpendapat bahwa terdapat lima tahapan dalam membuat
karangan, yakni menentukan dan memilih tema/topik karangan, menentukan
tujuan penulisan, menyusun kerangka karangan, mengumpulkan bahan tulisan
dan mengembangkan kerangka karangan. Melengkapi pendapat tersebut,
Nurudin (2007:92) menjelaskan bahwa dalam menulis melalui tahap : 1)
pramenulis yang meliputi: a)memilih dan membatasi topik; b) brainstorming
yang terdiri atas mendaftar, menulis bebas dan pengelompokan. 2)
Merencanakan menulis yang meliputi: a) membuat subdaftar; b) menulis
kalimat topik; dan c) membuat outline. 3) Menulis dan merevisi draf yang
berupa: a) menulis draf kasar;b) merevisi dan mengorganisasikan tulisan; serta
c) menulis akhir.
Akhadiah, Maidar G. Arsyad dan Sakura H. Ridwan (1999:3-5)
menyebutkan tahapan menulis yakni 1) prapenulisan yang terdiri atas
penentuan topik, penentuan tujuan dan pemilihan bahan; 2) penulisan , yakni
berupa penyusunan paragraf dan kalimat, pemilihan kata dan teknik penulisan;
dan 3) revisi, yakni perbaikan buram pertama dan pembacaan ulang. Pendapat
lain disampaikan oleh Alek, dan Achmad H.P (2010:107) dengan berpendapat
bahwa menulis terdiri atas tiga langkah, yakni 1) persiapan, yang meliputi: a)
membuat kerangka karangan; b) menemukan idiom yang menarik; dan c)
menemukan kata kunci; 2) menulis yang terdiri atas a) mengingatkan diri agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
tetap logis; b) membaca kembali setiap memperoleh satu paragraf; dan c)
percaya diri akan apa yang ditulis; lalu 3) editing yang terdiri atas a)
memperhatikan kesalahan kata, tanda baca dan tanda hubung;
b)memperhatikan hubungan antarparagraf; dan c) membaca tulisan secara
menyeluruh.
Melengkapi pendapat di atas, Slamet (2008:112-120) menjelaskan
bahwa tahap penulisan terdiri atas 1) prapenulisan, yakni a) menentukan dan
membatasi topik tulisan; b) merumuskan tujuan, menentukan bentuk tulisan,
dan menentukan pembaca yang akan ditujunya; c) memilih bahan; dan d)
menentukan generalisasi dan cara-cara mengorganisasikan ide untuk
tulisannya; 2) pembuatan draf; 3) perevisian; 4) pengeditan/penyuntingan; 5)
pemublikasian. Penulisan karangan pada dasarnya meliputi tahap pramenulis,
menulis dan revisi. Dalam tahap pramenulis, seseorang mempersiapkan
tulisannya dengan menentukan topik tulisan, membuat kerangka, dan
menentukan bentuk tulisan. Berdasarkan kerangka yang telah dibuat,
seseorang menyusun draf tulisan, kemudian draf tulisan tersebut disunting
pada tahap revisi.
c. Jenis-jenis Tulisan
Akhadiah, Maidar G. Arsyad dan Sakura H. Ridwan (1997:14-15)
mengemukakan bahwa terdapat empat jenis tulisan, yakni deskripsi, narasi,
eksposisi dan persuasi. Wiyanto (2006:64-69) mengklasifikasikan tulisan
berdasarkan sifat dan tujuan menjadi lima jenis, yakni narasi, deskripsi,
eksposisi, argumentasi dan persuasi. Nurudin (2010:50) mengemukakan
bahwa deskripsi adalah penulisan dengan penggambaran obyek dengan
memanfaatkan panca indera. Fokus penulisan tergantung pada emosi
pembaca, hal panca indera mana, dan pembaca itu sendiri. Narasi adalah
bercerita, penulisan ini digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan,
melestarikan sejarah dan juga menghibur pembaca. Eksposisi adalah penulisan
untuk menjelaskan suatu proses atau ide. Dalam penulisan dibutuhkan hal
yang rinci tentang suatu penjelasan dari definisi. Jenis tulisan yang keempat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
adalah persuasi, yakni tulisan yang berisi bujukan terhadap seseorang untuk
melakukan sesuatu.
Menyambung pendapat di atas, Sudaryat (2009:169-172)
mengemukakan bahwa berdasarkan bentuknya, terdapat empat jenis wacana.
Wacana narasi adalah wacana yang isinya memaparkan terjadinya suatu
peristiwa, baik peristiwa rekaan maupun kenyataan. Wacana deskripsi yaitu
wacana yang isinya menggambarkan penginderaan (penglihatan, pendengaran,
penciuman, kehausan, kelelahan), perasaan, dan perilaku jiwa (harapan,
ketakutan, cinta, benci, rindu dan rasa tertekan). Wacana eksposisi adalah
wacana yang isinya menjelaskan sesuatu. Wacana argumentasi yakni wacana
yang memberikan alasan terhadap kebenaran atau ketidakbenaran sesuatu hal,
dengan maksud agar pesapa dapat diyakinkan sehingga terdorong untuk
melakukan sesuatu.
Berdasarkan pemaparan di atas, berdasarkan bentuknya terdapat lima
jenis wacana, yakni narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
Narasi adalah wacana yang berisi kisahan atau cerita dan di dalamnya terdapat
konflik antartokoh, sedangkan deskripsi adalah wacana yang berisikan
menggambarkan hasil penginderaan. Eksposisi adalah wacana yang berisikan
penjelasan mengenai suatu proses. Wacana argumentasi adalah wacana yang
bertujuan untuk meyakinkan pembaca, termasuk membuktikan pendapat atau
pendirian dirinya dan wacana persuasi adalah wacana yang berisikan ajakan
kepada pembaca untuk melakukan suatu hal dalam menyingkapi sesuatu.
d. Pengertian Menulis Narasi
Keraf (2007:136) menuliskan bahwa narasi merupakan suatu bentuk
wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan
dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan
waktu atau dapat pula dirumuskan bahwa narasi merupakan suatu bentuk
wacana yang yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada
pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi berusaha menjawab
pertanyaan “Apa yang telah terjadi?”. Melengkapi pendapat tersebut,
Djauharie dan Suherli (2005:47) mengungkapkan bahwa wacana narasi adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
karangan yang mengisahkan suatu peristiwa yang disusun secara kronologis
(sistematika waktu) dengan tujuan memperluas pengalaman seseorang. Isi
wacana narasi adalah cerita atas suatu peristiwa atau kisah seseorang.
Nurudin (2010:71) mengemukakan bahwa narasi adalah bentuk tulisan
yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak tanduk
perbuatan manusia dalam sebuah cerita secara kronologis atau berlangsung
dalam suatu kesatuan waktu tertentu. Narasi dapat dimulai dari peristiwa
ditengah atau paling belakang, sehingga memunculkan flashback. Narasi dapat
bergaya kisahan orang pertama sehingga terasa subjektivitas pengarangnya,
atau orang ketiga sehingga lebih terkesan objektif. Senada dengan pendapat
tersebut, Wiyanto (2006:65) mengatakan bahwa narasi merupakan kisah atau
cerita yang bertujuan mengisahkan atau menceritakan, kadang mirip dengan
paragraf deskripsi. Perbedaannya, narasi mementingkan urutan dan biasanya
ada tokoh yang diceritakan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa narasi
merupakan sebuah wacana atau tulisan yang memiliki berbentuk cerita atau
kisahan yang menonjolkan pelaku serta menurut perkembangan dari waktu ke
waktu dan disusun secara sistematis. Ciri-ciri karangan narasi menurut Keraf
(2007:136) yakni menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan, dirangkai
dalam urutan waktu, berusaha menjawab pertanyaan “apa yang terjadi?”, ada
konflik dan narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan
menarik jika tidak ada konflik.
e. Jenis-jenis Tulisan Narasi
Berikut adalah jenis tulisan narasi menurut Keraf (2007:136-138).
1. Narasi Ekspositorik (Narasi Teknis)
Narasi Ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian
informasi secara tepat mengenai suatu peristiwa dengan tujuan memperluas
pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik,
penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya.
Pelaku yang ditonjolkan biasanya satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari
kecil sampai saat ini atau sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku
pada penulisan narasi ekspositorik. Ketentuan ini berkaitan dengan
penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak
memasukan unsur sugestif atau bersifat objektif.
2. Narasi Sugestif
Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha memberikan suatu maksud
tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada pembaca atau
pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat. Perbedaan pokok antara
narasi ekspositoris dan narasi sugestif menurut Keraf (2007:138-139) adalah
sebagai berikut.
Narasi Ekspositoris Narasi sugestif
1. Memperluas pengetahuan. 1. Menyampaikan suatu makna
atau suatu amanat yang tersirat.
2. Menyampaikan informasi
mengenai suatu kejadian.
2. Menimbulkan daya khayal.
3. Didasarkan pada penalaran untuk
mencapai kesepakatan rasional
3. Penalaran hanya berfungsi
sebagai alat untuk menyampaikan
makna, sehingga kalau perlu
penalaran dapat dilanggar.
4. Bahasanya lebih condong ke
bahasa informatif dengan titi berat
pada penggunaan kata-kata
denotatif.
4. Bahasanya lebih condong ke
bahasa figuratif dengan menitik
beratkan penggunaan kata-kata
konotatif.
Pada intinya, narasi ekspositoris menyajikan cerita kepada pembaca,
berisi kisahan cerita yang dapat ditangkap secara rasional dan cerita tersebut
masuk akal. Suatu cerita narasi ekspositoris menyajikan kisahan yang bisa
ditemukan pembaca dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, narasi sugestif
menyajikan suatu kisahan yang akan mengajak pembaca berkhayal,
menemukan sesuatu di luar nalar dan tidak masuk akal. Umumnya cerita yang
disajikan dalam narasi sugestif tidak bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-
hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Sudaryat (2009:170) menjelaskan bahwa wacana narasi dapat bersifat
faktual maupun imajinatif seperti dongeng, novel, biografi, sketsa, dan
anekdot. Pendapat lain yakni Tarigan (2008:28) mengutip pendapat Weaver,
mengklasifikasikan narasi menjadi empat jenis, yakni narasi urutan waktu,
motif, konflik, titik pandangan, dan pusat minat. Melengkapi pendapat
tersebut, Tarigan (2008:35) berpendapat bahwa terdapat empat bentuk tulisan
narasi yang biasa dipergunakan, yakni buku catatan harian atau jurnal, cerita
otobiografis, lelucon otobiografis, dan esai pribadi. Senada dengan pendapat
tersebut, Djauharie dan Suherli (2005:47) menyatakan bahwa cerita atau kisah
yang diketengahkan di dalam narasi dapat berupa kisah fiktif maupun
imajinatif, dapat pula berupa kisah faktual atau nyata. Contoh kisah yang fiktif
diantaranya cerpen, novel dan hikayat sedangkan contoh kisah faktual
diantaranya sejarah, biografi, otobiografi dan cerita pengalaman.
Menyambung pendapat di atas, Keraf (2007:141-144) berpendapat
bahwa terdapat empat bentuk khusus dalam paragraf narasi, yakni biografi dan
otobiografi, anekdot, anekdot dan insiden, sketsa, dan profil. Biografi dan
otobiografi adalah penyampaian kisah menarik mengenai kehidupan dan
pengalaman-pengalaman pribadi. Perbedaannya, biografi dikisahkan oleh
orang lain sedangkan otobiografi dikisahkan oleh orang itu sendiri.
Selanjutnya, anekdot adalah semacam cerita pendek yang bertujuan
menyampaikan karakteristik yang menarik atau aneh mengenai seseorang atau
hal lain, sedangkan insiden merupakan cerita mengenai kejadian atau
peristiwa yang tengah terjadi. Sketsa adalah cerita yang menyajikan hal-hal
yang penting dari suatu peristiwa atau kejadian secara garis besar dan selektif
dan profil adalah suatu wacana modern yang berusaha menggabungkan narasi,
deskripsi dan eksposisi dalam berbagai porsi yang berbeda. Walaupun
demikian, pada kenyataannya keempat bentuk karangan narasi ini tidak dapat
dipisahkan satu sama lain, selalu ada kaitan antara bentuk satu dan yang
lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2. Hakikat Pembelajaran Menulis
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang
saling memengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2001:
57). Lebih lanjut Hamalik mengungkapkan bahwa material meliputi buku-
buku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape.
Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio
visual, dan komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian
informasi, praktik, belajar, ujian, dan sebagainya.
Ada lima pengertian pengajaran dan pembelajaran menurut Hamalik
(2001: 58), yaitu:
1. pengajaran ialah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta
didik/siswa di sekolah;
2. pengajaran adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui
lembaga pendidikan sekolah;
3. pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan
kondisi belajar bagi peserta didik;
4. pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi
warga masyarakat yang baik;
5. pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa mengahadapi
kehidupan masyarakat sehari-hari.
Suprijono (2009: 11) menjelaskan tentang perbedaan antara pengajaran
dan pembelajaran. Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning dan
pengajaran terjemahan dari teaching. Lebih lanjut, Suprijono mengungkapkan
bahwa pengajaran adalah proses perbuatan, cara mengajarkan. Perbuatan atau
cara mengajarkan diterjemahkan sebagai kegiatan guru mengajari peserta
didik; guru menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik dan peserta
didik sebagai pihak penerima. Pengajaran seperti ini merupakan proses
instruktif. Guru bertindak sebagai „panglima‟, guru dianggap paling dominan,
dan guru dipandang sebagai orang yang paling mengetahui.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Suprijono (2009: 13) menjelaskan tentang pembelajaran yang berarti
proses, cara, perbuatan mempelajari. Perbedaan esensial istilah ini dengan
pengajaran adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta
didik belajar, sedangkan pada pembelajaran, guru mengajar diartikan sebagai
upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru
mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru yang menyediakan
fasilitas belajar bagi anak didiknya untuk mempelajarinya sehingga subjek
pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif.
Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif, bukan mekanis
seperti halnya pengajaran.
Suatu pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang membuat
siswa mampu merekonstruksi pemahamannya dan berkualitas. Akan tetapi,
kondisi ideal pembelajaran sulit ditemukan di lapangan. Hadi (2008)
menyatakan bahwa pembelajaran yang berkualitas dipengaruhi oleh delapan
faktor. Tanpa kedelapan faktor tersebut, kualitas pembelajaran akan menjadi
rendah. Faktor pertama yang mempengaruhi kualitas pembelajaran yakni
tujuan. Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai
dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari perjalanan proses belajar
mengajar berpangkal dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran.
Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan pengajaran.
Faktor kedua yang mempengaruhi kualitas pembelajaran yakni faktor
guru. Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi
suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, suatu strategi yang bagus dan
idealnya tidak mungkin bisa diaplikasikan. Keberhasilan implementasi suatu
strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam
menggunakan metode, teknik dan taktik pembelajaran. Faktor selanjutnya
yang mempengaruhi yakni anak didik (siswa). Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi :
a. latar belakang siswa (pupil formative experience) : meliputi jenis kelamin
siswa, tempat kelahiran, tingkat sosial ekonomi, dari keluarga bagaimana
siswa berasal, kepribadian dan sebagainya;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
b. sifat yang dimiliki siswa (pupil properties) : meliputi kemampuan,
pengetahuan dan sikap.
Faktor keempat yang mempengaruhi kualitas pembelajaran yakni sarana
dan prasarana. Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung
terhadap kelancaran proses pembelajaran misalnya media pembelajaran, alat-
alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain-lain. Prasarana adalah segala
sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses
pembelajaran misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar
kecil dan lain-lain. Kelengkapan saran dan prasarana akan membantu guru
dalam menyelenggarakan proses pembelajaran dengan demikian sarana dan
prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran. Selain sarana dan prasarana, kegiatan pembelajaran juga
mempengaruhi kualitas pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar,
pendekatan yang dipakai oleh guru menghasilkan kegiatan anak didik yang
bermacam-macam. Guru yang menggunakan pendekatan individual, misalnya
berusaha memahami anak didik sebagai makhluk individual dengan segala
persamaan dan perbedaannya. Guru yang menggunakan pendekatan kelompok
berusaha memahami anak didik sebagai makhluk sosial, dengan tingkat
keberhasilan belajar mengajar yang tidak sama pula. Perpaduan dari kedua
pendekatan tersebut menghasilkan hasil belajar mengajar yang lebih baik.
Lingkungan merupakan faktor keenam yang mempengaruhi kualitas
pembelajaran. Dilihat dari dimensi lingkungan, terdapat dua faktor yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran.
a. Faktor organisasi kelas, yang di dalamnya meliputi jumlah siswa dalam
satu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses
pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar cenderung kurang
efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.
b. Faktor iklim sosial psikologis maksudnya, keharmonisan hubungan
antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini
dapat terjadi secara internal dan eksternal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Faktor ke tujuh yang mempengaruhi kualitas pembelajaran yakni bahan
dan alat evaluasi. Bahan evaluasi adalah suatu materi yang terdapat di dalam
kurikulum dan sudah dipelajari oleh anak didik. Materi tersebut pada
umumnya tersaji dalam bentuk buku paket. Pembelajaran di kelas umumnya
masih berpedoman dengan adanya buku paket tersebut. Arikunto (2008:3)
menyatakan bahwa evaluasi adalah membandingkan sesuatu dengan satu
ukuran yang bersifat kuantitatif lalu mengambil suatu keputusan terhadap
sesuatu dengan ukuran baik buruk yang bersifat kualitatif. Menyambung
pendapat diatas, Arikunto (2008:25-26) berpendapat bahwa alat evaluasi atau
biasa disebut instrumen, adalah sesuatu yang dapat dipergunakan oleh
seseorang untuk mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Alat evaluasi
dapat digolongkan menjadi dua, yakni teknik tes dan nontes. Teknik tes pada
umumnya berupa tipe soal benar-salah (true-false) dan pilihan ganda (multiple
choise), menjodohkan (matching), melengkapi (completion) dan esai.
Sedangkan teknik nontes mengukur sesuatu dengan skala bertingkat,
kuisioner, daftar cocok, wawancara, pengamatan dan riwayat hidup.
Masing-masing alat evaluasi mempunyai beberapa kelebihan dan
kekurangan. Benar-salah (B-S) dan pilihan ganda adalah bagian dari tes
objetif. Kekurangan tes objektif yakni apabila anak didik tidak dapat
menjawab, mereka cenderung melakukan tindakan spekulasi pengambilan
sikap untung-untungan daripada tidak menjawab. Alat tes dalam bentuk esai
dapat mengurangi sikap dan tindakan spekulasi pada anak didik sebab tes ini
hanya dapat dijawab bila anak didik betul-betul menguasai bahan pelajaran
dengan baik. Bila tidak, kemungkinan besar anak didik tidak dapat
menjawabnya dengan baik dan benar. Kelemahan alat test ini adalah dari segi
pembuatan item soal. Tidak semua bahan pelajaran dalam satu semester dapat
tertampung untuk disuguhkan kepada anak didik pada waktu ulangan. Selain
itu, subjektivitas guru terhadap tulisan siswa cenderung mendominasi
penilaian guru. Berbagai permasalahan yang telah dikemukaan tersebut
mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Validitas dan reliabilitas data
dari hasil evaluasi tersebut mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Apabila alat tes tersebut tidak valid dan tidak reliabel, maka tidak dapat
dipercaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar mengajar.
Suasana evaluasi merupakan faktor teakhir yang mempengaruhi kualitas
pembelajaran. Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas.
Semua anak didik dibagi menurut kelas dan tingkatan masing-masing. Besar
kecilnya jumlah anak didik yang dikumpulkan di dalam kelas akan
mempengaruhi suasa kelas sekaligus mempengaruhi suasana evaluasi yang
dilaksanakan. Sistem silang adalah teknik lain dari kegiatan mengelompokkan
anak didik dalam rangka evaluasi. Sistem ini dimaksudkan untuk
mendapatkan data hasil evaluasi yang benar-benar objektif karena sikap
mental anak didik belum semuanya siap untuk berlaku jujur, maka
dihadirkanlah satu atau dua orang pengawas atau guru yang ditugaskan untuk
mengawasinya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu
proses atau usaha untuk menjadikan siswa belajar dengan memberikan
stimulasi kepada siswa agar menimbulkan respons yang tepat untuk mencapai
tujuan belajar yang diinginkan.
b. Proses Pembelajaran Menulis Narasi di SMA
Proses pembelajaran bahasa secara umum adalah mengembangkan
kemampuan vertikal. Maksudnya siswa sudah dapat mengungkapkan pesan
secara lengkap meskipun belum sempurna. Semakin lama, kemampuan
tersebut menjadi semakin sempurna, misalnya strukturnya semakin benar
pilihan katanya semakin tepat, dan kalimat-kalimatnya semakin bervariasi.
Menulis narasi merupakan bagian dari keterampilan menulis yang harus
dikuasai oleh siswa Sekolah Menengah Atas, khususnya jurusan Bahasa.
Lindgren dan Sullivan (2002:566) menyatakan “the ability to write is not
innate and is generally learned in a formal setting”. Kemampuan menulis
bukan merupakan faktor bawaan dan umumnya menulis dipelajari pada tempat
formal
Pembelajaran menulis narasi merupakan bagian dari rangkaian
pembelajaran menulis lanjutan jenjang sekolah dasar dan jenjang sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
menengah pertama. Di kelas tiga SD semester II, siswa sudah diajari menulis
narasi. Pembelajaran ini berlanjut sampai jenjang SMP. Di kelas VII SMP,
menulis narasi berlanjut pada kompetensi dasar menulis buku harian dan
pengalaman pribadi, serta mengubah teks wawancara menjadi wacana narasi.
Pada jenjang sekolah menengah atas, menulis narasi diajarkan kembali di
kelas X semester I pada kompetensi dasar menulis gagasan dengan
menggunakan pola urutan waktu dan tempat dalam bentuk paragraf naratif.
Selanjutnya, khusus kelas XI program Bahasa, menulis narasi kembali
diajarkan pada kompetensi dasar menyusun beberapa paragraf naratif faktual
tentang riwayat tokoh (BSNP, 2006:233-235). Dari kurikulum tersebut, dapat
diketahui bahwa pembelajaran menulis narasi selalu dikembangkan sesuai
dengan tingkat perkembangan dan kematangan siswa.
Di SMA, pembelajaran menulis dituntut lebih kreatif. Alfianto (2006)
mengatakan bahwa pada masa ini siswa sudah mulai diperkenalkan dengan
dunia menulis (mengarang) yang lebih hidup dan bervariatif. Siswa telah
dilatih menunjukkan bakat dan kemampuannya dalam menulis esai, cerita
pendek, puisi, artikel, dan sebagainya. Akan tetapi, selama ini hal tersebut
dibiarkan mati karena pembelajaran bahasa Indonesia yang kurang berpihak
pada pengembangan bakat menulis siswa. Metode yang dipakai oleh guru
umumnya kurang menggiring siswa sampai pada tahap proses kreatif.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran menulis
narasi merupakan proses berkesinambungan mulai dari kelas III SD semester
II. Proses ini berlangsung hingga SMA, khususnya bagi siswa kelas XI
program Bahasa.
c. Evaluasi Pembelajaran Menulis Narasi di SMA
Nurgiyantoro (1988:291) menjelaskan bahwa cara mengukur
kemampuan menulis dapat dilakukan melalui berbagai tingkatan. Berikut
merupakan tingkatan-tingkatan dalam tes kemampuan menulis.
1. Tes Kemampuan Menulis Tingkat Ingatan
Tes kemampuan menulis pada tingkat ingatan umumnya lebih bersifat
teoretis, artinya tes lebih berhubungan dengan teori atau pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
tentang menulis yang sering diajarkan sebelum siswa diminta praktik
menulis. Pengetahuan yang dimaksud misalnya yang berhubungan dengan
masalah definisi, pengertian, konsep, fakta dan istilah-istilah yang biasa
ditemui dalam pembelajaran menulis.
2. Tes Kemampuan Menulis Tingkat Pemahaman
Tes menulis tingkat pemahaman pun seperti tingkat ingatan atas, yakni
masih lebih bersifat teoretis. Tes pada tingkat ini belum menugasi siswa
menghasilkan karya tulis secara sungguh-sungguh, artinya menghasilkan
karangan yang baik gagasan maupun bahasanya berasal dari siswa. Tes
yang diberikan kepada siswa seharusnya lebih dari sekadar pengetahuan
tentang seluk beluk tugas menulis.
3. Tes Kemampuan Menulis Tingkat Penerapan
Tes menulis pada tingkat penerapan telah menuntut siswa benar-benar
menghasilkan karya tulis. Guru hendaknya meminta siswa praktik menulis
dan menerapkan pengetahuannya dalam tugas menulis. Pada tahap ini,
siswa diminta untuk mengemukakan gagasan sendiri sekaligus
mengembangkan gagasan tersebut dengan bahasa siswa sendiri.
4. Catatan Tes Kemampuan Menulis Tingkat Analisis ke Atas.
Tes kemampuan menulis pada tingkat analisis, sintesis, dan evaluasi,
sesuai dengan tingkatannya yang di atas penerapan, juga menghendaki
siswa praktik menghasilkan sebuah karya tulis. Pemberian tugas menulis
tentu saja dapat dilakukan dengan memberikan penekanan pada aspek
tertentu, analisis, sintesis atau evaluasi. Jika penekanan pada tingkat
analisis, tugas yang diberikan lebih banyak menuntut siswa menganalisis
suatu masalah. Demikian juga halnya dengan penekanan pada tingkat
sintesis dan evaluasi. Penilaian terhadap hasil karangan siswa dapat
dilakukan dengan model-model penilaian seperti yang ada.
Dalam pembelajaran bahasa, tes kebahasaan merupakan hal yang krusial
dan wajib dilakukan. Melalui penilaian tersebut dapat dilakukan penilaian
secara objektif, khususnya terhadap hasil belajar siswa. Penilaian akan baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
jika aspek-aspek yang dinilai dalam tulisan disajikan secara rinci. Seluruh
aspek penilaian menulis narasi tersaji dalam lampiran.
3. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk
sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan
tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan
memanfaatkan kenyatan tersebut, pembelajaran kooperatif melatih siswa
saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab
serta saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena
kooperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari
kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Lie (2008: 12) menjelaskan bahwa sistem pembelajaran gotong royong
atau Cooperative Learning adalah sistem pengajaran yang memberi
kesempatan anak didik bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas
yang terstruktur. Donald R. Cruickshank, dkk. (1999: 205) menjelaskan
bahwa “Cooperative Learning is the term used to describe instructional
procedures whereby learners work together in small groups and rewarded for
their collective accomplishment”. Pada intinya pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran kelompok atau tim kecil yang saling membantu.
Menyambung pendapat di atas, Lie (2008: 31) mengutip pendapat Roger
dan David Johson mengungkapkan bahwa tidak semua kerja kelompok dapat
dianggap cooperative learning. Menurut Suprijono (2009: 58), ada unsur-
unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian
kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model
pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola
kelas lebih efektif. Lie menjelaskan untuk mencapai hasil yang maksimal,
terdapat lima unsur pembelajaran gotong royong yang harus diterapkan, yaitu:
(1) saling ketergantungan positif; (2) tanggung jawab perseorangan; (3) tatap
muka; (4) komunikasi antaranggota; dan (5) evaluasi proses kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Adapun tujuan dalam pembelajaran kooperatif ini yaitu: (1) kaitannya
terhadap hasil belajar akademik yaitu bertujuan untuk meningkatkan kinerja
siswa dalam tugas-tugas meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai
macam tujuan sosial; (2) kaitannya dalam pemerintahan terhadap perbedaan
individu yaitu memberi peluang kepada siswa dengan latar belakang dan
kondisi berbeda, bekerja saling bergantung satu sama lain atau tugas-tugas
bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar
menghargai satu sama lain; (3) kaitannya terhadap pengembangan
keterampilan sosial yaitu mengajarkan siswa keterampilan kerjasama dan
kolaborasi.
b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui
berbagai penelitian. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah meningkatkan
kerjasama akademik antarsiswa, membentuk hubungan positif,
mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik
melalui aktivitas kelompok. Lie (2008:21) menyatakan bahwa dalam
pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara
mahasiswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai
kesempatan yang sama untuk berprestasi. Aktivitas belajar berpusat pada
mahasiswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling
membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah.
Interaksi belajar yang efektif memicu mahasiswa lebih termotivasi,
percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi, serta
mampu membangun hubungan interpersonal. Model pembelajaran kooperatif
memungkinkan semua mahasiswa dapat menguasai materi pada tingkat
penguasaan yang relatif sama atau sejajar. Ciri-ciri model pembelajaran
kooperatif adalah (1) belajar bersama dengan teman; (2) selama proses belajar
terjadi tatap muka antar teman; (3) saling mendengarkan pendapat di antara
anggota kelompok; (4) belajar dari teman sendiri dalam kelompok; (5) belajar
dalam kelompok kecil; (6) produktif berbicara atau saling mengemukakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
pendapat; (7) keputusan tergantung pada mahasiswa sendiri; (8) mahasiswa
aktif (Lie, 2008:47).
4. Hakikat Teknik Make a Match
Teknik belajar Make a Match memberi kesempatan kepada kelompok
untuk bekerja sama dengan kelompok lain. Dewasa ini banyak kegiatan
belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa
bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain.
Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia
saling bergantung satu dengan yang lainnya. Hal ini tidak berlaku pada teknik
Make a Match.
Isjoni (2010:77-78) mengungkapkan bahwa salah satu keunggulan
teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu
konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini dapat
digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia. Lebih lanjut
lagi, Suprijono (2009: 94) menjelaskan cara menerapkan teknik Make a Match
yaitu:
1. guru mempersiapkan kartu-kartu yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan
kartu-kartu yang berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tadi sejumlah
siswa (jumlah kartu sama dengan jumlah siswa);
2. siswa diminta membagi kelas menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama
membawa kartu pertanyaan, kelompok kedua pembawa kartu jawaban dan
kelompok lainnya menjadi penilai atau eksekutor;
3. posisi tempat duduk dibuat seperti bentuk huruf U sehingga kelompok
pertama dan kedua berhadapan;
4. kelompok pertama dan kedua bertemu mencari pasangan setelah
dibunyikan peluit, kelompok tiga mengawasi;
5. setelah itu, masing-masing pasangan yang sudah bertemu menghadap
penilai untuk dieksekusi. Jika benar diberi reward jika kurang benar diberi
hukuman;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
6. kelompok tiga dipecah menjadi dua untuk melakukan seperti yang
dilakukan oleh kelompok pertama dan kedua, kelopok pertama dan kedua
gantian menjadi penilai;
7. kegiatan akhir adalah siswa berdiskusi secara bersama sama mengenai
hasil yang telah didapat masing-masing pasangan, apakah sudah benar
atau belum. Dari hasil tersebut, masing-masing pasangan mengembangkan
apa yang telah mereka dapat menjadi sebuh paragraf narasi.
Pada penelitian ini, model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match
akan diterapkan sebagai berikut: a) guru masuk kelas dan mempresensi siswa;
b) guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa mampu menulis
narasi faktual; c) guru menyampaikan materi menulis narasi; d)guru membagi
beberapa potongan kartu kepada masing-masing siswa yang berisi diantaranya
gambar, kerangka karangan, dan potongan biografi tokoh; e) guru meminta
siswa mencari pasangan kartu tersebut; f) guru meminta siswa menulis
paragraf narasi berdasarkan kartu-kartu yang mereka gabungkan, kemudian
menyunting tulisan masing-masing; g) guru membagi pekerjaan siswa secara
silang atau ditukarkan; h) guru mengajak siswa mengoreksi jawaban teman
mereka; i) siswa yang mengoreksi diminta memberikan hukuman pada setiap
kesalahan dengan menaburkan bedak bayi pada wajah mereka secara
bergantian; j) lima siswa dengan nilai tertinggi diberikan penghargaan oleh
guru. Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa langkah dalam teknik Make a
Match dapat diadaptasi dalam pembelajaran menulis, khususnya menulis
narasi sehingga dapat disimpulkan bahwa teknik Make a Match dapat dipakai
dalam pembelajaran menulis narasi.
B. Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
Pertama, penelitian Hayatun (2009) dengan tujuan mengetahui kualitas proses
dan hasil belajar menulis narasi sebelum dan sesudah diterapkan strategi
pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V
SDN 3 Punduhsari tahun ajaran 2008/2009. Latar belakang penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
adalah rendahnya nilai menulis narasi siswa dan kurangnya keaktifan siswa
kelas V SDN 3 Punduhsari tahun ajaran 2008/2009. Dalam pembelajaran
menulis narasi, siswa cenderung ramai dan kurang tertarik terhadap
pembelajaran. Oleh sebab itu, Hayyatun menerapkan model pembelajaran
kooperatif untuk menangani masalah tersebut. Dalam penelitian tersebut,
terdapat beberapa temuan penelitian diantaranya setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif, hasil belajar siswa meningkat, terdapat pembagian
kerja yang jelas pada saat siswa berkelompok sehingga siswa tidak lagi ramai
saat proses belajar mengajar berlangsung, siswa dapat mengungkapkan ide
secara runtut dengan bahasa yang baik dan benar.
Keterampilan berbahasa yang digunakan dalam penelitian di atas sama
dengan penelitian ini yaitu keterampilan menulis. Adapun perbedaaan
penelitian di atas dengan penelitian ini yaitu pada objek dan tindakan dalam
penelitian. Penelitian lain yang relevan adalah penelitian Susilowati (2009)
dengan tujuan mengetahui kualitas proses dan hasil belajar menulis narasi
sebelum dan sesudah diterapkan media buku cerita bergambar. Latar belakang
penelitian tersebut adalah ditemukannya masalah dalam pembelajaran menulis
narasi, yakni siswa kurang mampu membaca dengan lancar sehingga jam
pelajaran menulis dipakai untuk membaca, motivasi siswa menulis narasi
rendah dan nilai menulis narasi siswa rendah. Oleh karena itu, Susilowati
memilih media cerita bergambar untuk meningkatkan motivasi siswa dalam
pembelajaran menulis narasi. Dalam penelitian tersebut pada siklus I, rerata
nilai menulis narasi siswa mengalami penurunan 2,925 poin dari 60,425
menjadi 57,5. Pada siklus II mengalami peningkatan yakni 97,3% atau 37
siswa lulus dengan rerata nilai 78,5 sedangkan pada siklus III mengalami
peningkatan rerata nilai kelas menjadi 85,9, tetapi 10 siswa mengalami
penurunan nilai.
Berdasarkan kedua penelitian di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan kualitas
proses dan kualitas hasil pembelajaran menulis siswa, khususnya menulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
narasi. Selain itu, kerja sama antarsiswa dapat meningkatkan keaktifan dan
semangat siswa dalam proses pembelajaran menulis narasi.
Bertolak dari penelitian di atas diketahui bahwa peningkatan kualitas
pembelajaran menulis narasi diperlukan dalam pendidikan saat ini baik tingkat
dasar sampai pendidikan tingkat tinggi sehingga seringkali dilakukan
penelitian yang membahas keterampilan menulis narasi. Namun demikian,
penelitian keterampilan menulis dalam pelajaran bahasa Indonesia dengan
penerapan teknik Make a Match belum banyak diteliti. Oleh karena itu,
peneliti merasa penting melaksanakan penelitian mengenai menulis narasi
dengan teknik Make a Match.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA belum berlangsung
seperti yang diharapkan. Guru cenderung menggunakan teknik pembelajaran
yang bercorak teoretis dan monoton sehingga kegiatan pembelajaran
berlangsung kaku, monoton, dan membosankan. Selain itu, guru kurang
memperhatikan tahapan menulis, yakni prapenulisan, penulisan dan
pascapenulisan. Hal tersebut terjadi pada pembelajaran menulis, khususnya
menulis narasi.
Guru sering meminta siswa praktik menulis karangan berjenis narasi,
tetapi guru sebelumnya hanya memberikan materi dasar dan beberapa contoh
saja. Guru kurang mendorong siswa menggali ide untuk dituangkan dalam
pembelajaran menulis narasi. Selain itu, dalam menulis, siswa tidak diajak
membuat kerangka karangan serta pendalaman mengenai bahasa yang baik
yang benar. Di sisi lain, struktur kalimat juga cenderung diabaikan siswa
karena siswa terlanjur malas menjalani pembelajaran tersebut sehingga banyak
ide tertuang dengan bahasa yang kurang baik dan benar.
Pembelajaran akan lebih optimal jika pendekatan atau metode yang
digunakan tepat. Melalui metode kooperatif teknik Make a Match diharapkan
siswa dapat lebih menggali ide dan konsentrasi pada pembelajaran yang
tengah berlangsung dan siswa juga menjadi bersemangat menuang ide dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
bahasa yang baik dan benar dengan cara menerapkan tahap-tahap menulis
yang dikombinasukan dengan teknik tersebut. Dengan demikian kualitas
proses dan hasil pembelajaran keterampilan menulis narasi dapat meningkat.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan menjadi bagan di
bawah ini.
Kondisi awal pembelajaran menulis
narasi di SMA Negeri 3 Salatiga Siswa kurang bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran menulis narasi
Guru menerapkan model/teknik yang kurang tepat
dalam pembelajaran menulis narasi
Rerata nilai menulis narasi siswa rendah
Pelaksanaan Tindakan dengan
Penerapan Model Pembelajaran
kooperatif Teknik Make a Match
Guru mengajak siswa belajar menulis narasi dengan
bermain kartu yang berisi kerangka karangan, foto dan
biografi tokoh serta guru memberlakukan hukuman dan
hadiah.
Guru menerapkan kaidah-kaidah serta tahapan
penulisan dalam pembelajaran menulis narasi
Pascatindakan : Keterampilan menulis
narasi siswa meningkat
Siswa menjadi tertarik, bersemangat dan aktif
dalam pembelajaran menulis narasi
Hasil tulisan narasi siswa ditulis sesuai dengan
kaidah dan tahap penulisan
Guru menerapkan teknik pembelajaran Make a
Match dalam pembelajaran menulis narasi
Rerata nilai menulis narasi siswa meningkat
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, peneliti
merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut.
1. Model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis narasi pada siswa kelas
XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga tahun pelajaran 2010/2011.
2. Model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match dapat meningkatkan
kualitas hasil pembelajaran keterampilan menulis narasi pada siswa kelas XI
Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga tahun pelajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga
yang beralamat di Jalan Kartini nomor 34 Salatiga. Sekolah ini bernaung di
bawah Dinas Pendidikan Kota Salatiga. Sekolah yang dipimpin oleh Drs. Sujit
Mudjirno, S.IP, M.Pd ini memiliki 25 kelas dengan rincian 24 kelas regular
dan satu kelas Imercy. Fasilitas yang ada pada masing-masing kelas secara
umum adalah meja dan kursi sejumlah siswa, papan tulis dan papan data kelas.
Untuk fasilitas lain seperti LCD, komputer dan sejenisnya terdapat di
laboratorium. Jika berkepentingan dengan fasilitas tersebut, guru atau siswa
dapat menghubungi bagian sarana dan prasarana.
Alasan peneliti memilih sekolah ini adalah pertama, peneliti sudah
memiliki hubungan baik dengan Bapak Muhlasin, S.Pd., selaku guru bidang
studi Bahasa Indonesia kelas XI Bahasa di sekolah tersebut. Guru merupakan
lulusan S1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun
1998. Kedua, sekolah tersebut belum pernah menjadi objek penelitian yang
sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang. Ketiga, siswa
kelas XI Bahasa mempunyai permasalahan pada kemampuan keterampilan
menulis, khususnya tanda baca, ejaan serta struktur kalimat yang tidak sesuai
dengan EYD.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan yaitu mulai bulan
Oktober 2010 sampai dengan Juni 2011. Adapun rincian waktu dan kegiatan
penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut.
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No. Jenis
Kegiatan
OKT’10 NOV ‘10 DES ‘10 Januari – Mei 2011 Juni ‘11 Juli ‘11
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan survai awal
sampai penyusunan
proposal
2 Menentukan informan,
menyiapkan peralatan
dan instrumen
3 Pelaksanaan
Pembelajaran
1. Siklus I
a.Perencanaan
(RPP/skenario/media)
b.Pelaksanaan tindakan
c. Observasi
d.Analisis dan refleksi
2. Siklus II
a.Perencanaan
(RPP/skenario/media)
b.Pelaksanaan tindakan
c. Observasi
d.Analisis dan refleksi
3. Siklus III
a.Perencanaan
(RPP/skenario/media)
b.Pelaksanaan tindakan
c. Observasi
d.Analisis dan refleksi
4 Penyusunan Laporan
5. Pemublikasian Laporan
6. Revisi Laporan
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga
yang berjumlah 34 siswa. Adapun objek penelitian ini adalah pembelajaran
keterampilan menulis narasi di kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga tahun
ajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Penelitian ini merupakan penelitian kolaboratif antara peneliti, guru,
dan siswa serta staf sekolah untuk menciptakan kinerja sekolah yang lebih baik.
Menurut Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2008:3), penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah kegiatan,
yang sengaja dimunculkan dan terjadi di dalam sebuah kelas secara bersama.
Maksud kelas tersebut bukan hanya dalam ruangan, tetapi lebih pada kelompok
yang sedang belajar.
Suwandi (2004: 119) menyatakan bahwa PTK merupakan penelitian yang
bersifat reflektif. Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan riil yang
dihadapi guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan. Dalam
melaksanakan PTK, peneliti dapat memilih alternatif pemecahan masalah dan
menindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata (action) yang dilakukan oleh
guru lain untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam proses belajar
mengajar. Tindakan tersebut harus direncanakan dengan baik dan dapat diukur
tingkat keberhasilannya. Jika ternyata tindakan tersebut belum dapat
menyelesaikan masalah yang ada, maka perlu dilakukan penelitian siklus
berikutnya untuk mencoba tindakan lain (alternatif pemecahan yang lain sampai
permasalahan tersebut dapat diatasi).
PTK memiliki ciri khusus yang membedakan dengan jenis penelitian lain.
Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2008:62) menjelaskan ada beberapa
karakteristik PTK, antara lain: (1) adanya tindakan yang nyata yang dilakuakn
dalam situasi alami dan ditujukan untuk menyelesaikan masalah, (2) PTK
berfokus pada masalah praktis bukan problem teoretis atau bersifat bebas konteks,
(3) dimulai dari permasalahan sederhana, nyata, jelas, dan tajam mengenai hal-hal
yang terjadi di dalam kelas, (4) adanya kolaborasi antarpraktisi (guru, siswa, dan
lain-lain) dan peneliti, dan (5) menambah wawasan keilmiahan dan keilmuwan.
Penelitian ini bertujuan mengetahui ada tidaknya peningkatan kualitas
proses dan hasil pembelajaran keterampilan menulis narasi pada siswa kelas XI
Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011 dengan menerapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match. Strategi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Strategi ini bertujuan
menggambarkan serta menjelaskan kenyataan di lapangan. Kenyataan yang
dimaksud adalah proses pembelajaran menulis narasi sebelum dan sesudah diberi
tindakan berupa penerapan model kooperatif teknik Make a Match.
D. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Peristiwa proses belajar mengajar keterampilan menulis narasi
Data yang dikumpulkan yaitu data hasil pengamatan tentang proses
pembelajaran keterampilan menulis narasi yang dilaksanakan oleh guru di
kelas XI Bahasa SMA N 3 Salatiga pada prasiklus, siklus I, siklus II dan siklus
III. Peneliti melaksanakan pengumpulan data pelaksanaan prasiklus pada hari
Sabtu, 2 Oktober 2010, siklus I pada hari Rabu, 10 Nopember 2010 dan
Selasa, 16 Nopember 2010. Selajutnya peneliti melaksanakan siklus II pada
hari Sabtu, 20 Nopember 2010 dan Selasa, 23 Nopember 2010 kemudian
dilanjutkan dengan pelaksanaan siklus III pada hari Sabtu, 27 Nopember 2010.
2. Informan
Informan dalam penelitian ini adalah guru Bahasa Indonesia yang
bernama Bapak Muhlasin, S.Pd dan 10 siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3
Salatiga tahun ajaran 2010/2011. Mereka adalah Wesly Valentino, Selvi
Windiastuti, Primadinar Sekar R., Wening Indriyati, Lia Tarzuqia R., Tiara
Utari, Faizal Haryo, Petra Eka, Prahasdika Dhimas Y., dan Febriana R.
3. Dokumen
Dokumen yang akan dijadikan sumber data berupa catatan ujaran
pembicaraan guru dan murid dalam proses pembelajaran menulis narasi, serta
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru dan peneliti,
silabus yang ditentukan pihak sekolah, serta catatan wawancara baik kepada
guru maupun siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Observasi
Teknik ini digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang
berlangsung di kelas, baik kegiatan pembelajaran yang dilakukan seperti biasa
(tradisional) maupun dengan teknik Make a Match. Dengan demikian, tujuan
observasi ini adalah mengamati proses pembelajaran yang dilakukan siswa
dan guru sejak sebelum pelaksanaan tindakan, pada saat pelaksanaan tindakan,
sampai akhir tindakan.
Dalam observasi ini, peneliti sebagai partisipasi pasif. Peneliti tidak
melakukan tindakan yang dapat memengaruhi peristiwa yang sedang
berlangsung. Peneliti hanya bertindak sebagai partisipan yang mengamati
jalannya pembelajaran di kelas yang dipandu oleh guru. Peneliti mengambil
posisi tempat duduk paling belakang, mengamati jalannya proses
pembelajaran sambil mencatat segala sesuatu yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, peneliti dapat mengamati
seluruh peristiwa yang terjadi di dalam kelas.
Observasi terhadap siswa difokuskan pada kemampuan guru dalam
mengelola kelas serta memancing keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Observasi terhadap siswa difokuskan pada keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran dan minat siswa terhadap pembelajaran yang sedang
berlangsung terutama pembelajaran menulis narasi dengan model kooperatif
teknik Make a Match. Peneliti melaksanakan observasi pada prasiklus, siklus
I, siklus II dan siklus III. Peneliti melaksanakan observasi pelaksanaan
prasiklus pada hari Sabtu, 2 Oktober 2010, siklus I pada hari Rabu, 10
Nopember 2010 dan Selasa, 16 Nopember 2010. Selajutnya peneliti
melaksanakan siklus II pada hari Sabtu, 20 Nopember 2010 dan Selasa, 23
Nopember 2010 kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan siklus III pada hari
Sabtu, 27 Nopember 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Peneliti dan guru Bahasa Indonesia mendiskusikan hasil observasi
kemudian menganalisis untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada
dan mencari solusinya. Solusi dari hasil diskusi tersebut kemudian dibuat
dalam instrumen penelitian dan catatan lapangan dan selanjutnya diterapkan
dalam siklus.
2. Wawancara mendalam (in dept interview)
Wawancara bertujuan memperoleh data dari informan tentang
pelaksanaan pembelajaran menulis narasi, kesulitan yang dialami guru dan
siswa dalam pembelajaran menulis narasi, serta faktor penyebabnya.
Wawancara dilakukan kepada guru bahasa Indonesia kelas XI Bahasa, yakni
Bapak Muhlasin, S.Pd dan sepuluh siswa kelas XI Bahasa. Mereka adalah
Wesly Valentino, Selvi Windiastuti, Primadinar Sekar R., Wening Indriyati,
Lia Tarzuqia R., Tiara Utari, Faizal Haryo, Petra Eka, Prahasdika Dhimas Y.,
dan Febriana R. Peneliti menggunakan tes untuk mengetahui perkembangan
atau keberhasilan pelaksanaan tindakan pada setiap siklus. Analisis dokumen
dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis narasi siswa
kelas XI BAHASA, kesulitan yang ditemui siswa, dan sebagainya.
F. Teknik Validitas Data
Untuk mengkaji validitas data, peneliti menggunakan teknik triangulasi.
Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber
data dan triangulasi metode. Triangulasi sumber data adalah mengumpulkan data
yang sama atau sejenis yang digali dari berbagai sumber yang berbeda.
Triangulasi metode digunakan untuk mengumpulkan data dari hasil observasi dan
wawancara. Data yang merupakan dokumen akan lebih mantap kebenarannya
apabila didukung dengan tindakan observasi dan wawancara dengan informan
sebagai sumber lain. (Sutopo, 2006:93-96). Dalam hal ini peneliti
membandingkan hasil observasi dengan data yang berasal dari siswa diperoleh
melalui observasi dan wawancara. Triangulasi sumber data dilaksanakan oleh
peneliti dengan melakukan triangulasi sumber data siswa selaku informan dengan
sumber data dokumen yang berupa foto pembelajaran dan catatan lapangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Dengan demikian, triangulasi data mengarahkan peneliti agar dalam
mengumpulkan data, peneliti menggunakan beragam sumber data yang tersedia,
misalnya membandingkan nilai siswa dari survai awal sampai akhir atau dengan
indikator. Selain itu peneliti menggunakan teknik review informan. Teknik ini
digunakan untuk menanyakan kembali kepada informan, kevalidan data yang
diperoleh dari hasil wawancara.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskripsi
komparatif dan analisis interaktif. Teknik analisis deskripsi komparatif mencakup
analisis kritis terhadap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam
proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas selama penelitian
berlangsung, membandingkan nilai antarsiklus maupun indikator kinerja. Hasil
analisis tersebut kemudian dijadikan dasar menyusun tindakan selanjutnya sesuai
dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersama antara guru dan peneliti.
Dalam analisis model ini, peneliti dan guru mengatasi kekurangan atau
kelemahan yang terjadi akibat tindakan yang dilakukan. Hal ini dilakukan agar
menemukan cara atau strategi yang tepat untuk rencana pelaksanaan tindakan
yang berikutnya. Analisis ini bertujuan memperbaiki siklus yang sebelumnya agar
diperoleh pencapaian indikator yang telah direncanakan. Adapun perbaikan siklus
disusun berdasarkan hasil refleksi dari siklus sebelumnya.
Analisis model interatif merupakan interaksi dari empat komponen, yaitu:
pengumpulan data, penyajian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan
(verifikasi). Pada saat melakukan tahap pengumpulan data, peneliti sudah
melakukan reduksi dan displai data sekaligus sesuai kemunculan data yang
diperlukan. Proses analisis tersebut dapat digambarkan seperti pada gambar yang
tersaji pada halaman 39.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
(Miles dan Huberman dalam Sugiyono,2009:92)
Gambar 2. Model Analisis Interaktif
H. Indikator Ketercapaian Tujuan
Secara garis besar, indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran keterampilan menulis narasi
pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011.
Dalam indikator ketercapaian ini, peneliti menargetkan 75% siswa lulus dalam
menulis narasi. Hal ini disebabkan karena dalam pratindakan, hanya terdapat 9%
siswa yang memperoleh nilai sesuai KKM. KKM di Kelas XI Bahasa SMA
Negeri 3 Salatiga adalah 70. Selain itu, berdasarkan hasil diskusi dengan guru
Bahasa Indonesia, peneliti memperoleh kesepakatan untuk 75% persentase
kelulusan siswa dalam pembelajaran menulis narasi, sesuai dengan kurikulum
atau kebijakan sekolah. Untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian di atas,
peneliti merumuskan indikator seperti yang tertera pada halaman 40.
Pengumpulan Data
Reduksi
Data
Displai Data
Penarikan Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel 2. Tabel Indikator Ketercapaian Tujuan
(Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Menulis Narasi)
Aspek yang diukur Persentase
target
capaian
Cara mengukur
1. Tulisan sesuai dengan tema atau
ketentuan yang diberikan oleh guru
75 %
Peneliti mengamati pada saat
pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan lembar observasi
serta menilai hasil karangan siswa.
Peneliti menilai sesuai petunjuk
pada lembar observasi dan
pedoman penilaian .
2. Mampu mengorganisasikan tulisan /
karangan dengan baik, kerapian
tulisan
75 %
3. Tulisan menggunakan bahasa,
struktur kalimat yang baik dan benar
75 %
4. Kosakata 75 %
5. Ejaan 75 %
6. Siswa bersemangat dan aktif dalam
pembelajaran menulis narasi
75%
I. Prosedur Penelitian
Taniredja, Irma Pujiati dan Nyata (2010:37-42) menjelaskan bahwa
prosedur penelitian tindakan kelas dimulai dari tahap identifikasi masalah
dilanjutkan dengan menganalisis dan merumuskan masalah, kemudian menyusun
perencanaan berupa persiapan-persiapan yang diperlukan, pelaksanaan tindakan
dalam siklus pertama, diskusi yang bersifat analitik dilakukan sesudah
pelaksanaan tindakan, kemudian melakukan refleksi atas semua kegiatan yang
telah berlangsung dalam siklus pertama, untuk kemudian merencanakan tahap
modifikasi, koreksi atau pembetulan, ataupun penyempurnaan pembelajaran
dalam siklus kedua, dan seterusnya. Dalam penelitian ini, prosedur pengumpulan
data meliputi tahap-tahap sebagai berikut.
1. Tahap Perencanaan Penelitian
Berikut adalah tahapan perencanaan kegiatan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
a. Peneliti melakukan survei awal tentang pembelajaran menulis di kelas XI
Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga dengan melakukan analisis terhadap nilai
menulis narasi siswa serta melakukan pengamatan langsung terhadap proses
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
b. Peneliti mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada proses
pembelajaran menulis narasi yang terdapat di kelas XI Bahasa SMA Negeri
3 Salatiga. Langkah yang ditempuh guna mengetahui permasalahan tersebut
adalah dengan melakukan wawancara dengan siswa dan guru yang
bersangkutan kemudian mengaitkannya dengan hasil survei awal.
c. Peneliti menganalisis masalah secara mendalam dengan mengacu pada teori-
teori yang relevan.
d. Peneliti menyusun tindakan yang sesuai guna mengatasi permasalahan yang
ditemukan pada proses pembelajaran menulis yang telah diikuti sebelumnya.
Tindakan yang diambil peneliti adalah dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif teknik Make a Match pada siklus pertama, kedua,
dan ketiga.
e. Peneliti menyusun jadwal penelitian dan rancangan pelaksanaan tindakan.
f. Peneliti menyusun lembar observasi keaktifan siswa selama proses
pembelajaran, lembar kinerja guru saat mengajar, dan lembar evaluasi kerja
siswa yang berupa rubrik penilaian hasil kerja siswa berupa tulisan narasi.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya
keaktifan dan kemampuan menulis narasi siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3
Salatiga melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match.
Setiap tindakan menunjukkan peningkatan indikator yang dirancang dalam satu
siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu (1) tahap perencanaan
tindakan; (2) tahap pelaksaan tindakan; (3) tahap observasi; serta (4) tahap
analisis dan refleksi guna perencanaan siklus berikutnya. Penelitian ini terdiri dari
tiga siklus yang dilaksanakan dengan menempuh prosedur sebagai berikut.
a. Rancangan Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
1) Tahap Perencanaan Tindakan, Berikut adalah kegiatan yang
dilaksanakan pada tahap perencanaan tindakan.
a. Guru berdiskusi dengan peneliti untuk menyusun silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) menulis narasi untuk dua kali tatap
muka (2 x 2 x 45 menit).
b. Guru bersama peneliti merancang skenario pembelajaran menulis
narasi dengan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match
dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) guru masuk kelas dan
mengecek presensi siswa; b) guru menyampaikan tujuan pembelajaran
kali ini yaitu siswa mampu menulis narasi faktual; c) guru sedikit
menyampaikan materi tentang menulis narasi; d)guru membagi
beberapa potongan kartu kepada masing-masing siswa yang berisi
diantaranya gambar, kerangka karangan, dan potongan biografi tokoh;
e) guru meminta siswa untuk mencari pasangan kartu tersebut; f) guru
meminta siswa untuk menulis paragraf narasi berdasarkan kartu-kartu
yang mereka gabungkan, lalu memperbaiki atau menyunting tulisan
masing-masing di rumah; g) pada pertemuan selanjutnya, guru
membagi pekerjaan siswa secara silang atau ditukarkan; h) guru
mengajak siswa untuk mengoreksi jawaban teman mereka; i) siswa
yang mengoreksi diminta untuk memberikan hukuman pada setiap
kesalahan dengan menaburkan bedak bayi pada wajah mereka secara
bergantian.
c. Guru dan peneliti mendiskusikan aspek bahasa apa saja yang akan
disunting dan simbol yang digunakan untuk menandai letak kesalahan.
Berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dan guru ditetapkan bahwa
aspek bahasa yang akan disunting didasarkan pada kondisi karangan
siswa dan hasil diskusi dengan siswa. Adapun cara menandai
kesalahan dilakukan sesederhana mungkin, yaitu dengan memberi
lingkaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
b. Guru dan peneliti merancang tema pembelajaran dan
pengembangannya yang akan ditulis dan dibagikan kepada siswa
dalam bentuk kartu.
c. Guru dan peneliti menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan
nontes. Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam menulis
narasi. Untuk instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi
yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati keaktifan dan sikap
siswa selama proses belajar-mengajar berlangsung.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan. Peneliti melaksanakan tahap ini dengan
mengawasi pelaksanaan pembelajaran menulis narasi sesuai dengan
rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun
sebelumnya oleh guru dan peneliti. Siklus I dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan dan masing-masing pertemuan 2 x 45 menit. Pelaksanaan
tindakan sesuai skenario pembelajaran yang terdapat dalam tahap
perencanaan tindakan. Pembelajaran ini dilaksanakan oleh guru kelas
sekaligus yang mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tahap ini
dilakukan bersamaan dengan tahap observasi.
3) Tahap Observasi Tindakan. Peneliti melaksanakan tahap ini dengan
mengawasi pelaksanaan pembelajaran menulis narasi pada saat
pembelajaran berlangsung serta pada saat guru dan peneliti mengoreksi
hasil tulisan narasi siswa. Tindakan ini dilakukan guru maupun peneliti
dengan cara mengamati proses pembelajaran (keaktifan siswa). Peneliti
menginterpretasi aktivitas guru dan siswa saat pembelajaran dengan
penerapan teknik Make a Match. Selain itu, observasi juga dilakukan pada
hasil pembelajaran menulis narasi yang telah dilaksanakan guna
memperoleh data mengenai kekurangan ataupun kelebihan tindakan yang
telah dilaksanakan saat pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada
indikator-indikator yang telah ditentukan atau dipersiapkan sebelumnya
sebagai pedoman saat mengamati berlangsungnya pembelajaran. Untuk
memperoleh data yang akurat maka dilakukan wawancara dengan para
siswa. Pada saat observasi ini, peneliti bertindak sebagai pengamat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
melakukan observasi dari tempat duduk paling belakang dan mengamati
melalui pedoman observasi yang telah dibuat sebelumnya. Sesekali
peneliti berada di depan, di belakang atau di samping kelas untuk
mengambil gambar sebagai dokumentasi. Setelah itu, peneliti berdiskusi
dengan guru mengenai hasil akhir tindakan serta menyusun rancangan
tindakan berikutnya.
4) Tahap Analisis dan Refleksi. Tahap ini dilaksanakan oleh peneliti dan
guru dengan cara menganalisis hasil observasi, hasil pekerjaan siswa, serta
hasil wawancara dengan siswa sehingga diperoleh kesimpulan bagian
mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan bagian mana yang
telah memenuhi target. Hal-hal yang dilakukan guru dan peneliti adalah:
(1) menghitung rerata persentase siswa yang aktif selama proses
pembelajaran menulis narasi, persentase siswa yang mampu
mengembangkan ide ke dalam tulisan narasi serta prosentase siswa yang
dapat mencapai ketuntasan belajar (minimal memperoleh nilai 70); (2)
mengidentifikasi penyebab adanya siswa kurang aktif selama proses
pembelajaran, siswa yang belum mampu mengembangkan ide ke dalam
tulisan narasi secara runtut dan baik, serta siswa yang belum mampu
mencapai ketuntasan belajar menulis narasi, dan (3) mengidentifikasi
solusi atau tindak lanjut yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya
(siklus II) untuk meningkatkan keaktifan siswa dan kemampuan menulis
narasi siswa. Analisis dilakukan dengan meninjau kembali hasil observasi
dan interpretasi terhadap tindakan yang telah dilakukan. Selanjutnya
dilakukan refleksi guna mengetahui beberapa kelemahan yang terdapat
dalam pelaksanaan tindakan. Kemudian guru dan peneliti berdiskusi untuk
menentukan tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi kelemahan
yang muncul pada siklus sebelumnya sekaligus sebagai langkah perbaikan
pada pembelajaran berikutnya. Atau dengan kata lain, hasil refleksi
digunakan sebagai masukan untuk perbaikan pada siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
d. Rancangan Siklus II
Pada siklus kedua peneliti melakukan tahapan seperti pada siklus
pertama, yakni tahap pelaksanaan, observasi (pengamatan) serta analisis dan
refleksi. Akan tetapi, pada siklus kedua ini didahului dengan perencanaan
ulang berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada siklus pertama (refleksi),
sehingga kelemahan-kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada siklus
pertama tidak terjadi pada siklus kedua. Perbaikan tindakan pada siklus kedua
tetap menggunakan teknik Make a Match dalam pelatihan menulis narasi
sesuai dengan indikator dan tema pembelajaran yang berbeda.
1) Tahap Perencanaan Tindakan, meliputi kegiatan sebagai berikut.
a. Guru berdiskusi dengan peneliti untuk menyusun silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) menulis narasi untuk dua kali tatap
muka (2 x 2 x 45 menit).
b. Guru bersama peneliti merancang skenario pembelajaran menulis
narasi dengan teknik Make a Match dengan langkah-langkah sebagai
berikut: a) guru masuk kelas dan mempresensi siswa; b) guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa mampu menulis narasi
faktual; c) guru sedikit mengulang materi menulis narasi yang telah
disampaikan; d) lima siswa yang memperoleh nilai paling tinggi pada
siklus I diberi penghargaan oleh guru; e) guru membagi beberapa
potongan kartu kepada masing-masing siswa yang berisi diantaranya
gambar, kerangka karangan, dan potongan biografi tokoh; f) guru
meminta siswa mencari pasangan kartu tersebut; g) guru meminta
siswa menulis paragraf narasi berdasarkan kartu-kartu yang mereka
gabungkan, kemudian memperbaiki atau menyunting tulisan masing-
masing; h) pada pertemuan selanjutnya, guru membagi pekerjaan
siswa secara silang atau ditukarkan; i) guru mengajak siswa
mengoreksi jawaban teman mereka; j) siswa yang mengoreksi diminta
memberikan hukuman pada setiap kesalahan dengan menaburkan
bedak bayi pada wajah mereka secara bergantian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
c. Guru dan peneliti menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan
nontes. Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam menulis
narasi. Untuk instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi
yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati keaktifan dan sikap
siswa selama pembelajaran berlangsung.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan. Tahap ini dilaksanakan oleh peneliti
dengan mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pembelajaran
menulis narasi sesuai dengan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang telah disusun sebelumnya oleh guru dan peneliti. Siklus II
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dan masing-masing pertemuan 2 x
45 menit. Pelaksanaan tindakan sesuai skenario pembelajaran yang
terdapat dalam tahap perencanaan tindakan. Pembelajaran tetap
dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan. Tahap ini dilakukan
bersamaan dengan tahap observasi.
3) Tahap Observasi Tindakan. Tahap ini dilaksanakan oleh peneliti pada
saat pembelajaran berlangsung serta pada saat guru dan peneliti
mengoreksi hasil karangan narasi siswa. Tindakan ini dilakukan guru
maupun peneliti dengan cara mengamati keaktifan siswa saat
berlangsungnya proses pembelajaran. Peneliti tetap menginterpretasi
aktivitas guru dan siswa saat pembelajaran dengan penerapan teknik Make
a Match. Di samping itu, observasi juga dilakukan pada hasil
pembelajaran menulis narasi yang telah dilaksanakan guna memperoleh
data mengenai kelemahan atau kelebihan tindakan yang telah
dilaksanakan. Observasi diarahkan pada indikator-indikator yang telah
ditentukan sebelumnya sebagai pedoman saat mengamati berlangsungnya
pembelajaran. Lebih jelas, observasi ini difokuskan pada situasi
pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang dilakukan guru, dan aktivitas
siswa saat berlangsungnya pembelajaran. Guna memperoleh data yang
akurat maka dilakukan wawancara dengan siswa mengenai poin-poin
tertentu yang dirasa perlu ditanyakan pada siswa untuk mendapatkan data
selengkapnya. Peneliti tetap bertindak sebagai pengamat yang melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
observasi di bangku paling belakang. Peneliti mengamati aktivitas guru
dan siswa melalui pedoman observasi yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Sesekali peneliti berada di depan atau di samping kelas untuk
mengambil gambar sebagai dokumentasi. Selanjutnya peneliti dan guru
berdiskusi mengenai hasil akhir tindakan dan menyusun rancangan
tindakan berikutnya.
4) Tahap Analisis dan Refleksi, dilakukan oleh peneliti dengan cara
menganalisis hasil observasi, hasil pekerjaan siswa, serta hasil wawancara
dengan siswa sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana yang perlu
diperbaiki dan bagian mana yang telah memenuhi target. Hal-hal yang
dilakukan guru dan peneliti adalah: (1) menghitung rerata persentase siswa
yang aktif selama proses pembelajaran menulis narasi, persentase siswa
yang mampu mengembangkan ide ke dalam tulisan narasi dengan baik
serta persentase siswa yang dapat mencapai ketuntasan belajar (minimal
memperoleh nilai 70); (2) mengidentifikasi penyebab adanya siswa yang
masih menunjukkan kekurangaktifan saat pembelajaran, siswa yang belum
mampu mengembangkan ide kedalam tulisan narasi dengan baik, serta
siswa yang belum mampu mencapai ketuntasan belajar menulis narasi, dan
(3) mengidentifikasi solusi atau tindak lanjut yang perlu dilakukan pada
siklus berikutnya (siklus III) agar keaktifan siswa selama proses
pembelajaran dan kemampuan menulis narasi siswa lebih meningkat.
Analisis dilakukan dengan meninjau kembali hasil observasi dan
interpretasi terhadap tindakan yang telah dilakukan. Selanjutnya dilakukan
refleksi guna mengetahui beberapa kelemahan yang terdapat dalam
pelaksanaan tindakan. Guru dan peneliti kemudian berdiskusi dalam
menentukan tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi kelemahan
yang masih muncul pada siklus sebelumnya (siklus II) sekaligus sebagai
langkah perbaikan pada pembelajaran berikutnya (siklus III). Atau dengan
kata lain, hasil refleksi ini digunakan sebagai masukan untuk perbaikan
pada siklus III.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
2. Rancangan Siklus III
Pada siklus ketiga peneliti melakukan tahapan seperti pada siklus
pertama dan kedua, yakni tahap pelaksanaan, observasi (pengamatan) serta
analisis dan refleksi. Akan tetapi, pada siklus III ini didahului dengan
perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada siklus I dan
siklus II (refleksi), sehingga kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada
siklus I dan siklus II tidak terjadi pada siklus III ini. Perbaikan tindakan pada
siklus ketiga tetap menggunakan teknik Make a Match dalam pelatihan
menulis narasi sesuai dengan indikator dan tema pembelajaran yang berbeda.
1) Tahap Perencanaan Tindakan, meliputi kegiatan sebagai berikut.
a. Guru berdiskusi dengan peneliti untuk menyusun silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) menulis narasi untuk satu kali tatap
muka (2 x 45 menit).
b. Guru bersama peneliti merancang skenario pembelajaran menulis
narasi dengan teknik Make a Match dengan langkah-langkah sebagai
berikut: a) guru masuk kelas dan mempresensi siswa; b) guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa mampu menulis narasi
faktual; c) guru sedikit mengulang materi menulis narasi yang telah
disampaikan; d) lima siswa yang memperoleh nilai paling tinggi pada
siklus II diberi penghargaan oleh guru; e) guru membagi beberapa
potongan kartu kepada masing-masing siswa yang berisi diantaranya
gambar, kerangka karangan, dan potongan biografi tokoh; f) guru
meminta siswa mencari pasangan kartu tersebut; g) guru meminta
siswa menulis paragraf narasi berdasarkan kartu-kartu yang mereka
gabungkan, kemudian memperbaiki atau menyunting tulisan masing-
masing; h) guru membagi pekerjaan siswa secara silang atau
ditukarkan; i) guru mengajak siswa mengoreksi jawaban teman
mereka; j) siswa yang mengoreksi diminta memberikan hukuman pada
setiap kesalahan dengan menaburkan bedak bayi pada wajah mereka
secara bergantian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
c. Guru dan peneliti menyusun instrumen penelitian berupa tes dan
nontes. Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam menulis
narasi. Untuk instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi
yang dilakukan peneliti dengan mengamati keaktifan dan sikap siswa
selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan. Tahap ini dilaksanakan oleh peneliti
dengan mengawasi pelaksanaan pembelajaran menulis narasi sesuai
dengan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun
sebelumnya oleh guru dan peneliti. Siklus III dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan (2 x 45 menit). Pelaksanaan tindakan sesuai skenario
pembelajaran yang terdapat dalam tahap perencanaan tindakan. Tahap ini
dilakukan bersamaan dengan tahap observasi.
3) Tahap Observasi Tindakan. Tahap ini dilaksanakan oleh peneliti pada
saat pembelajaran berlangsung serta pada saat guru dan peneliti
mengoreksi hasil karangan narasi siswa. Hal ini dilakukan guru maupun
peneliti dengan cara mengamati keaktifan siswa saat pembelajaran
berlangsung. Peneliti masih tetap menginterpretasi kegiatan yang
dilakukan guru dan siswa saat pembelajaran dengan penerapan teknik
Make a Match. Observasi ini juga dilakukan dengan melihat hasil
pembelajaran menulis narasi yang telah dilaksanakan guna memperoleh
data mengenai kelebihan atau kekurangan tindakan yang telah
dilaksanakan. Observasi diarahkan pada pedoman pengamatan
pembelajaran yang berisi indikator-indikator yang telah ditentukan
sebelumnya. Lebih jelas, observasi difokuskan pada situasi pelaksanaan
pembelajaran, aktivitas guru, dan kegiatan siswa saat pembelajaran.
Pemerolehan data yang akurat dilakukan dengan mewawancarai siswa
mengenai poin-poin tertentu yang dirasa perlu ditanyakan pada siswa.
Dalam hal ini peneliti mengamati aktivitas guru dan siswa melalui
pedoman observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pada siklus III
ini, peneliti masih tetap mengambil gambar sebagai dokumentasi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
sesekali berada di depan, di belakang atau di samping kelas. Peneliti dan
guru kemudian berdiskusi mengenai hasil akhir tindakan.
4) Tahap Analisis dan Refleksi, dilakukan peneliti dengan cara menganalisis
hasil observasi, hasil pekerjaan siswa, serta hasil wawancara dengan siswa
sehingga diperoleh kesimpulan mengenai tindakan yang telah dilakukan.
Hal-hal yang dilakukan guru dan peneliti adalah: (1) menghitung rerata
persentase siswa yang aktif selama proses pembelajaran menulis narasi,
persentase siswa yang mampu mengembangkan ide ke dalam tulisan
narasi serta persentase siswa yang dapat mencapai ketuntasan belajar
(minimal memperoleh nilai 70); (2) mengidentifikasi penyebab adanya
siswa yang masih menunjukkan kekurangaktifan saat pembelajaran, siswa
yang belum mampu mengembangkan ide ke dalam tulisan narasi dengan
baik, serta siswa yang belum mampu mencapai ketuntasan belajar menulis
narasi, dan (3) mengidentifikasi solusi terkait dengan pembelajaran
menulis narasi yang telah dilakukan. Analisis dilakukan dengan meninjau
kembali hasil observasi dan interpretasi terhadap tindakan yang telah
dilakukan. Selanjutnya dilakukan refleksi untuk mengetahui tingkat
keberhasilan tindakan yang telah diterapkan dalam pelaksanaan
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
(Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2010: 17)
Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Berikut adalah penjelasan gambar di atas.
1. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil identifikasi dan penetapan masalah, peneliti kemudian
mengajukan alternatif pemecahan masalah, yakni dengan penerapan teknik
Make a Match dalam pembelajaran menulis narasi. Pada tahap ini peneliti
menyajikan data-data yang telah dikumpulkan kemudian bersama guru
menentukan solusi yang tepat berdasarkan masalah yang dihadapi. Tahap
perencanaan tindakan meliputi langkah-langkah:
a) peneliti dan guru menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP);
b) peneliti dan guru merancang skenario pembelajaran;
Permasalahan
Permasalahan
baru hasil
refleksi
Apabila
permasalahan
belum terselesaikan
Perencanaan
tindakan I
Refleksi I
Perencanaan
tindakan II
Refleksi II
Pelaksanaan
tindakan I
Pengamatan
Pelaksanaan
tindakan II
Pengamatan
Siklus I
Siklus II
Dilanjutkan ke siklus
berikutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
c) peneliti dan guru mendiskusikan macam-macam aspek bahasa yang akan
disunting dan simbol yang digunakan untuk menandai letak kesalahan
dalam karangan yang ditulis siswa;
d) peneliti dan guru merancang kerangka tema pembelajaran dan
pengembangannya yang akan ditulis guru pada kartu untuk dibagikan
kepada siswa;
e) peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian berupa tes dan nontes.
2. Pelaksanaan Tindakan
Guru melaksanakan tindakan dengan melaksanakan proses pembelajaran
menulis narasi dengan menerapkan teknik Make a Match. Dalam setiap
tindakan yang dilakukan selalu diikuti dengan kegiatan pengamatan dan
evaluasi serta analisis dan refleksi. Pada tahapan ini, peneliti mengadakan
pengamatan apakah tindakan yang telah dilakukan dapat mengatasi masalah
yang ada. Selain itu, pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data yang
nantinya diolah untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
3. Observasi
Peneliti melaksanakan observasi dengan mengamati dan menginterpretasikan
aktivitas penerapan teknik Make a Match. Dalam kegiatan ini, peneliti
bertindak sebagai pengamat yang berada dalam lokasi penelitian dan tidak
berperan aktif. Peneliti hanya mengamati dan mencatat segala aktivitas yang
dilakukan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran menulis narasi. Setelah itu
peneliti mengolah data untuk mengetahui apakah ada peningkatan kualitas
hasil pembelajaran menulis narasi dengan penerapan teknik Make a Match
tersebut, juga untuk mengetahui kelemahan yang muncul saat berlangsungnya
pelaksanaan tindakan.
4. Analisis dan Refleksi
Peneliti dan guru melaksanakan analisis dan refleksi dengan menganalisis atau
mengolah data hasil observasi dan interpretasi sehingga diperoleh kesimpulan
bagian mana yang perlu diperbaiki dan bagian mana yang telah mencapai
tujuan penelitian. Dalam melakukan refleksi, peneliti bekerjasama dengan
guru. Kemudian, peneliti dan guru mengadakan diskusi untuk menentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
langkah-langkah perbaikan (solusi pemecahan masalah yang dihadapi dalam
pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan). Setelah itu ditarik kesimpulan
apakah penelitian yang dilakukan berhasil atau tidak sehingga dapat
menentukan langkah berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menjawab rumusan masalah pada bab I. Dalam bab ini,
peneliti menguraikan kondisi pratindakan dan pascatindakan. Penelitian ini
dilakukan dalam 3 siklus dengan 4 tahap pada masing-masing siklus. Tahap
tersebut meliputi kegiatan: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta
analisis dan refleksi.
A. Kondisi Pratindakan
Sebelum mengadakan penelitian, peneliti melakukan survei awal dan
observasi proses pembelajaran menulis narasi yang dilakukan di kelas XI Bahasa
SMA Negeri 3 Salatiga. Peneliti melaksanakan survei awal pada hari Sabtu, 2
Oktober 2010 pukul 11.00-12.30 WIB (2 x 45 menit). Survei kondisi pratindakan
bertujuan mengetahui kondisi lapangan sebelum penelitian berlangsung. Kondisi
yang diteliti adalah proses dan kemampuan menulis narasi siswa kelas XI Bahasa
SMA Negeri 3 Salatiga. Hasil penelitian kondisi pratindakan selanjutnya
digunakan sebagai penentu tindakan yang akan dilakukan peneliti dalam
penelitian.
Peneliti melakukan observasi berupa analisis dokumen, observasi
lapangan, dan wawancara dengan siswa XI Bahasa dan guru pengampu mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Pada pratindakan, peneliti mengetahui kondisi riil
siswa dan ruang kelas yang ditempati. Jumlah siswa kelas XI Bahasa yang
merupakan objek tindakan adalah 34 orang, terdiri atas 9 siswa putra dan 25 siswa
putri. Ruang kelas XI Bahasa berada di antara kelas XI Imercy dan ruang TU serta
berhadapan dengan ruang kepala sekolah. Kondisi kelas cukup rapi, tetapi kurang
dilengkapi sarana pendukung pembelajaran jika dibandingkan dengan kelas
imersi. Kelas XI Bahasa dan kelas reguler lain dipersilakan memakai ruang
multimedia jika ingin menggunakan fasilitas seperti LCD, dan sejenisnya.
Guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI Bahasa
bernama Bapak Muhlasin, S.Pd., alumnus Program Pendidikan Bahasa dan Sastra
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Guru berhasil menyelesaikan masa studinya pada tahun 1998 dan
diangkat menjadi PNS pada tahun 2004. Guru memiliki pengalaman mengajar
sekitar 6 tahun. Kondisi ini menyebabkan guru mendukung penelitian ini karena
dapat membantu meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam menyelenggarakan
proses pembelajaran. Guru merasa model pembelajaran yang selama ini
diterapkan belum menerapkan model pembelajaran yang inovatif.
Pratindakan berupa pengamatan proses pembelajaran di dalam kelas,
wawancara dengan guru yang bersangkutan dan beberapa siswa serta analisis
dokumen berupa lembar nilai siswa mengenai menulis narasi dan deskripsi.
Berdasarkan wawancara dan analisis dokumen, peneliti memperoleh beberapa
simpulan mengenai kondisi yang terjadi saat pembelajaran menulis narasi
berlangsung. Permasalahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran menulis
narasi antara lain sebagai berikut.
1. Guru menerapkan model pembelajaran yang kurang tepat dalam
pembelajaran.
Siswa kurang optimal dalam menulis narasi karena ketika pembelajaran
menulis narasi berlangsung, guru meminta siswa keluar kelas kemudian
mencari ide dan menuliskan ide di luar kelas. Hal tersebut memicu hilangnya
konsentrasi siswa. Selain itu, di luar kelas guru tidak mengawasi siswa
sehingga mereka menghabiskan waktu dengan bergurau. Guru tidak
mengajarkan tahap penulisan kepada siswa. Siswa tidak memperbaiki tulisan
narasi dan deskripsi mereka pada akhir pembelajaran. Mereka mengumpulkan
hasil karangan masih dalam bentuk draf.
Dalam pembelajaran prasiklus, guru mengajarkan materi yang kurang
tepat. Materi menulis narasi kelas XI Bahasa adalah menulis narasi faktual
biografi tokoh. Pada saat pembelajaran berlangsung, guru mengulas materi
menulis narasi secara umum dan meminta siswa menulis narasi dengan tema
bebas. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara, penulis memperoleh informasi
dari guru bahwa RPP, program semester dan silabus yang dibuat oleh guru
hanya formalitas. Hal ini dapat dibuktikan dengan pelaksanaan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
menulis narasi yang digabung dengan menulis deskripsi dalam satu kali
pertemuan (2X45‟). Menulis narasi dan deskripsi seharusnya diajarkan dengan
alokasi waktu masing-masing 4 X 45 menit.
2. Siswa kurang aktif selama mengikuti pembelajaran menulis narasi.
Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa kurang aktif mengikuti
proses pembelajaran menulis narasi. Hal tersebut terindikasi dari sedikitnya
siswa yang berani bertanya dan menyampaikan pendapat kepada guru.
Kekurangaktifan siswa disebabkan oleh guru yang meminta siswa langsung
menulis narasi dan guru tidak mendampingi siswa selama berada di luar kelas.
Pembelajaran terpusat pada guru dan guru tidak menggali ide siswa ketika
guru menyampaikan materi. Selain itu, siswa kurang bersemangat terhadap
pelajaran menulis narasi. Siswa kurang serius dalam mengerjakan tugas
menulis narasi dan deskripsi. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru
Bahasa Indonesia, sebagian besar siswa sekadar menuliskan apa yang ada di
benak mereka. Siswa belum melewati tahap pengeditan dan kurang
memperhatikan tanda baca.
3. Rerata nilai menulis narasi siswa rendah.
Berdasarkan analisis peneliti terhadap nilai menulis narasi siswa, siswa
yang mampu menulis narasi dengan baik atau memperoleh nilai 70 ke atas
hanya 2 siswa (6 %), sedangkan 20 siswa (59 %) memperoleh nilai kurang
dari 70 dan 12 siswa(35%) tidak mengikuti pelajaran serta tidak
mengumpulkan tugas karena pada hari tersebut mereka mendapat tugas dari
sekolah mendampingi siswa kelas X dalam kegiatan pramuka tahunan (Long
March Smantisa). Penjelasan di atas mempertegas adanya permasalahan
dalam pembelajaran menulis narasi, baik secara proses maupun hasil di kelas
XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga.
Berdasarkan hasil observasi pratindakan, peneliti melakukan pembicaraan
dengan guru untuk menentukan langkah selanjutnya. Pembicaraan mengarah pada
upaya perbaikan proses pembelajaran menulis narasi yang dilakukan untuk
menuju pada kualitas hasil sesuai dengan standar kelulusan sekolah. Berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
pembicaraan tersebut, guru dan peneliti sepakat melaksanakan tindakan I pada
hari Rabu, 10 November 2010 dan Selasa, 16 November 2010.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri atas
empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi
dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi.
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan Tindakan I
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 9 Oktober 2010 di ruang
guru SMA Negeri 3 Salatiga. Peneliti dan guru bahasa Indonesia
mendiskusikan rancangan tindakan yang dilakukan dalam siklus I. Peneliti dan
guru antara lain mendiskusikan tentang: (1) peneliti menyamakan persepsi
dengan guru mengenai penelitian yang dilaksanakan pada siklus 1, (2) peneliti
mengusulkan penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Make a
Match dalam pembelajaran menulis narasi mengenai biografi tokoh serta
menjelaskan penerapan teknik Make a Match dalam pembelajaran, (3) guru
dan peneliti merancang RPP siklus I, (4) guru dan peneliti menyusun lembar
penilaian siswa, yaitu berupa instrumen penilaian proses (instrumen nontes)
dan hasil (instrumen tes), (5) guru dan peneliti menentukan jadwal
pelaksanaan tindakan dan menyepakati pelaksanaan tindakan siklus I
dilaksanakan pada hari Rabu, 10 November 2010 dan Selasa, 16 November
2010 dengan alokasi waktu tiga jam pelajaran (3 x 45 menit). Berikut adalah
tahap perencanaan tindakan I yang disepakati oleh guru dan peneliti.
1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menulis narasi
dengan teknik Make a Match. Sasaran pertama yang ingin dicapai yaitu
menerapkan tahap penulisan dalam pembelajaran menulis narasi.
Langkah-langkah pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut:
a) guru masuk kelas dan mempresensi siswa;
b) guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa mampu menulis
narasi faktual;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
c) guru menyampaikan materi tentang menulis narasi, khususnya
mengenai bentuk-bentuk tulisan narasi;
d) guru membagi beberapa potongan kartu kepada setiap siswa yang
berisi diantaranya gambar, kerangka karangan, dan potongan biografi
tokoh;
e) guru meminta siswa mencari pasangan kartu;
f) guru meminta siswa menulis paragraf narasi berdasarkan kartu-kartu
yang mereka gabungkan, kemudian menyunting tulisan masing-
masing di rumah.
Peneliti dan guru menyepakati skenario pembelajaran pada pertemuan
kedua sebagai berikut.
a) Guru meminta siswa mengumpulkan karangan narasi siswa yang telah
diperbaiki di rumah.
b) Guru membagi pekerjaan siswa secara silang.
c) Guru meminta siswa mengoreksi jawaban teman mereka.
d) Siswa yang mengoreksi diminta memberikan hukuman kepada siswa
yang melakukan kesalahan penulisan dengan menaburkan bedak bayi
pada wajah siswa.
e) Guru dan siswa melakukan refleksi atas proses belajar-mengajar yang
telah dilakukan.
2) Guru dan peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
menulis narasi berdasarkan silabus dari sekolah.
3) Peneliti dan guru mempersiapkan kartu-kartu yang berisi potongan
biografi beberapa pahlawan Republik Indonesia.
4) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian berupa instrumen tes
dan nontes. Instrumen tes dinilai berdasarkan tulisan narasi siswa
sedangkan instrumen nontes dinilai berdasarkan sikap siswa selama
pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan I
Tindakan I dilaksanakan pada hari Rabu, 10 November 2010 dan
Selasa, 16 November 2010. Alokasi waktu pertemuan pertama adalah dua jam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
pelajaran (2x45 menit) dan pertemuan kedua adalah satu jam pelajaran (45
menit), Pertemuan pertama dilaksanakan di ruang multimedia SMA Negeri 3
Salatiga. Berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pelaksanaan
pembelajaran dilakukan oleh guru kelas dan siswa. Sementara itu, peneliti
mengawasi jalannya proses pembelajaran dan menempatkan diri pada posisi
tempat duduk di paling belakang.
Berikut adalah urutan pelaksanaan tindakan pertemuan pertama yang
disepakati oleh guru dan peneliti.
1) Guru masuk kelas dan mempresensi siswa.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa mampu menulis
narasi faktual.
3) Guru mengadakan apersepsi dengan bertanya jawab terhadap siswa
mengenai biografi pahlawan.
4) Guru menyampaikan materi menulis narasi, khususnya mengenai bentuk-
bentuk karangan narasi.
5) Guru membagi kartu kerangka yang berisi gambar, kerangka karangan,
dan potongan biografi tokoh kepada setiap siswa.
6) Guru meminta siswa mencari pasangan kartu dan mendiskusikan hasil
gabungan kartu.
7) Guru memberikan contoh sepenggal tulisan yang kurang baik sebagai
berikut:
“Kau tahu „patah hati‟? Ya, itulah yg ku alami saat ini, sejak kemarin
hatiku tak tenang, makan tak enak, sekolah tak konsen, semua karena kata
– katanya yang sungguh menusuk hati ku, saat ia berpaling dan pergi
dariku…. Oh, sungguh aku tak berdaya di pagi itu seusai makan pagi.
Tuhaaaaaaaaan, jangan kau ciptakan dia untuk orang lain!!”
8) Guru dan siswa berdiskusi mengenai kesalahan pada paragraf tersebut.
9) Guru meminta siswa menulis paragraf narasi berdasarkan kartu yang
mereka gabungkan.
10) Guru meminta siswa menyunting tulisan masing-masing di rumah sesuai
dengan profil penilaian karangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
11) Guru melakukan refleksi dan menutup pelajaran.
Pembelajaran menulis narasi siklus I dilanjutkan pada Rabu, 16
November 2010 selama 45 menit (1 jam pelajaran) pukul 07.45-08.30 WIB.,
Berikut adalah urutan pelaksanaan tindakan siklus I pembelajaran menulis
narasi pada pertemuan kedua.
1) Guru meminta siswa mengumpulkan tulisan narasi yang telah diperbaiki di
rumah.
2) Guru membagi pekerjaan siswa secara silang.
3) Guru mengajak siswa mengoreksi jawaban teman berdasarkan profil
penilaian karangan. Selama proses ini berlangsung, guru mendampingi
siswa secara bergilir;
4) Siswa diminta memberikan hukuman dengan menaburkan bedak bayi pada
wajah siswa yang melakukan kesalahan.
5) Guru menutup pelajaran dengan melakukan refleksi. Guru melakukan
refleksi dengan cara bertanya jawab mengenai materi menulis narasi.
6) Guru memberikan tugas rumah kepada siswa.
c. Observasi dan Interpretasi
Peneliti melakukan pengamatan pembelajaran menulis narasi dengan
teknik Make a Match yang dilakukan oleh guru di kelas XI Bahasa SMA
Negeri 3 Salatiga pada Rabu, 10 November 2010 dan Selasa, 16 November
2010. Kegiatan observasi untuk mengetahui pelaksanaan tindakan pada siklus
I. Selain itu, peneliti ingin mengetahui apakah teknik Make a Match mampu
memecahkan permasalahan pembelajaran menulis narasi di kelas tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif. Peneliti tidak
melakukan tindakan yang dapat memengaruhi peristiwa yang sedang
berlangsung. Peneliti hanya bertindak sebagai partisipan yang mengamati
jalannya pembelajaran di kelas yang dipandu oleh guru. Peneliti mengambil
posisi tempat duduk paling belakang, mengamati jalannya proses
pembelajaran sambil mencatat segala sesuatu yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, peneliti dapat mengamati
seluruh peristiwa yang terjadi di dalam kelas(Sutopo, 2006:76-78).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Langkah pertama yang dilakukan guru berbeda dengan teknik yang
dilakukan pada pembelajaran prasiklus. Guru menjelaskan beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam menulis narasi. Hal ini disambut datar oleh siswa
karena mereka menganggap materi tersebut sering mereka terima. Perhatian
siswa mulai terfokus ketika guru mulai bertanya kepada beberapa siswa
mengenai pengertian narasi faktual, biografi, otobiografi, dan bentuk karangan
narasi yang lain. Siswa mulai antusias ketika guru memberikan beberapa
contoh bentuk karangan narasi. Beberapa siswa yang senang dengan kegiatan
menulis mulai antusias bertanya mengenai bentuk-bentuk karangan narasi.
Setelah guru selesai menjelaskan, guru membagikan kartu kepada tiap siswa.
Guru selanjutnya meminta siswa mencari pasangan kartu. Siswa terlihat cukup
bersemangat dalam mencari pasangan kartu dan menuliskan menjadi sebuah
karangan narasi. Hal ini terbukti saat siswa menulis kembali informasi yang
dianggap penting di dalam buku mereka. Mereka selanjutnya merangkai
informasi tersebut menjadi paragraf narasi. Saat proses penulisan, masih
terdapat 2 siswa laki-laki tidak mau mengerjakan tugas. Guru hanya sedikit
menegur, kurang peduli dengan fenomena tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada pertemuan pertama guru
menyampaikan materi kepada siswa. Guru mengarahkan dan membimbing
siswa dalam menulis karangan narasi. Selain itu, siswa juga mulai tertarik
terhadap materi yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa mulai aktif
bertanya. Siswa mulai antusias menjawab pertanyaan dan berdiskusi dengan
guru selama proses pembelajaran menulis narasi berlangsung.
Pada pertemuan kedua yakni hari Selasa, 16 November 2010, guru
mengajak siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar dengan
melibatkan siswa mengoreksi hasil karangan narasi. Guru meminta siswa
mengumpulkan hasil perbaikan karangan narasi siswa terlebih dahulu,
kemudian guru membagikan kembali pekerjaan siswa secara silang. Guru
selanjutnya mengajari siswa cara menilai karangan narasi dengan
menyampaikan beberapa poin penting penilaian karangan dan mempersilakan
siswa mengoreksi tulisan teman mereka berdasarkan profil penilaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
karangan. Setelah selesai mengoreksi, siswa diminta memberikan hukuman
kepada siswa lain atas hasil koreksinya. Guru menginstruksikan agar setiap
kesalahan, siswa dihukum dengan satu kali taburan bedak bayi. Dalam
pertemuan ini terdapat 10 siswa yang tidak mengerjakan tugas. Hukuman bagi
mereka yakni ditaburi bedak bayi oleh seluruh teman di kelas. Peneliti sedikit
mengalami hambatan saat akan mendokumentasikan pelaksanaan hukuman.
Sepuluh siswa yang tidak mengerjakan tugas merupakan siswa bermasalah
sehingga saat peneliti mengambil gambar, mereka justru berpose dan bergaya.
Guru sudah memperingatkan mereka tetapu sepuluh siswa tersebut tidak
memperhatikan peringatan guru.
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I, permasalahan kurangnya
semangat siswa dalam menulis narasi dapat sedikit teratasi. Siswa merasa
terbantu dalam menuangkan ide menjadi karangan narasi dengan adanya kartu
kerangka yang dibagikan oleh guru. Akan tetapi, konsentrasi siswa terganggu
dengan adanya dokumentasi sehingga dokumentasi pada pertemuan kedua ini
terbatas. Di sisi lain peneliti menghargai antusiasme siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran menulis narasi yang dianggap
sebagai kesempatan bercanda, tidak demikian pada siklus I. Beberapa siswa
menunjukkan perbaikan sikap. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari
keterangan di bawah ini.
1) Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebanyak 48 % atau sekitar
13 siswa, sedangkan 52 % lainnya tampak diam. Hal ini disebabkan
karena sejak awal siswa mengira bahwa proses pembelajaran menulis
akan sama dengan proses pembelajaran yang sebelumnya terjadi.
2) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar-mengajar (KBM) berlangsung
sebanyak 59 %, sedangkan 41 % lainnya kurang memperhatikan
penjelasan dari guru. Peningkatan ini disebabkan oleh perubahan pola
mengajar yang diterapkan guru dan pemberian model tanya jawab yang
memaksa siswa untuk lebih memperhatikan materi yang disampaikan
guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
3) Siswa yang antusias mencari pasangan kartu sebanyak 85 %, sedangkan
78 % siswa aktif dalam mendiskusikan isi kartu. Siswa lain kurang serius
dan acuh terhadap kegiatan diskusi tersebut.
4) Pada saat mengoreksi hasil karangan bersama-sama, 78% siswa aktif
mengoreksi dan memberikan hukuman kepada siswa yang lain,
sedangkan 22 % siswa masih sibuk mengobrol.
5) Pada siklus I, 85 % siswa mau mengerjakan tugas menulis narasi yang
diberikan oleh guru, sedangkan 15% siswa tidak mau mengerjakan.
6) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa didapat 44,12 % (15 dari 34) siswa
sudah mampu menulis narasi dengan perolehan nilai lebih dari 70,
sedangkan 55,88 % (19 orang) masih memperoleh nilai menulis narasi di
bawah 70. Penilaian ini didasarkan pada hasil karangan narasi siswa.
Hasil penilaian karangan narasi siswa siklus I tersaji dalam tabel 3 di
bawah ini.
Tabel 3. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Siklus 1
No Nama Siswa Aspek penulisan yang dinilai
Nilai Keterangan I II III IV V
1 Ahimsa Eka A. 20 12 14 14 2 62 Tidak Tuntas
2 Chitra Kusuma D. 0 0 0 0 0 0 Tidak Tuntas
3 Dilla Agusta V. 0 0 0 0 0 0 Tidak Tuntas
4 Dwi Sri L. 26 18 17 17 2 80 Tuntas
5 Erni Supriyanti 25 17 17 17 5 81 Tuntas
6 Faizal Haryo W. 0 0 0 0 0 0 Tidak Tuntas
7 Farras Alda H. 22 16 15 15 3 71 Tuntas
8 Fath Anissa H. 22 14 14 12 2 64 Tidak Tuntas
9 Febrian Bagus K. 20 17 17 16 2 72 Tuntas
10 Febriana C 24 17 16 14 3 74 Tuntas
11 Futria Ayu W. 20 14 14 13 2 53 Tidak Tuntas
12 Igga Swastika 0 0 0 0 0 0 Tidak Tuntas
13 Kusuma Asmara D. 0 0 0 0 0 0 Tidak Tuntas
14 Lia Tarzuqia R. 24 16 15 16 2 73 Tuntas
15 Maria Andya T. 22 17 16 16 3 74 Tuntas
16 Nabela Yeni S. 23 14 16 15 2 69 Tidak Tuntas
17 Petra Eka H. 0 0 0 0 0 0 Tidak Tuntas
18 Pradipta Angga S 0 0 0 0 0 0 Tidak Tuntas
19 Prahasdika Dhimas Y. 19 13 15 14 5 66 Tidak Tuntas
20 Primadinar Sekar R. 22 17 18 16 0 73 Tuntas
21 Ragil Kurniawan 20 15 15 15 4 61 Tidak Tuntas
22 Rahmadhani Osa I. 23 16 16 16 5 76 Tuntas
23 Retnaningtyas Diah P. 27 18 18 17 6 86 Tuntas
24 Roro Hanaliesia 22 17 16 16 5 76 Tuntas
25 Seline C 0 0 0 0 0 0 Tidak Tuntas
26 Selvi Windiastuti 26 18 18 18 7 87 Tuntas
27 Shevi Prima E. 25 17 16 16 4 78 Tuntas
28 Tafsiroh 0 0 0 0 0 0 Tidak Tuntas
29 Tessa C. 23 14 15 14 2 68 Tidak Tuntas
30 Tiara Utari 18 12 14 13 4 61 Tidak Tuntas
31 Venda Vista T. 23 17 15 14 5 74 Tuntas
32 Vivian Rheza AF. 22 16 14 15 2 69 Tidak Tuntas
33 Wening Indriyati 23 17 17 18 7 82 Tuntas
34 Wesly Valentino 0 0 0 0 0 0 Tidak Tuntas
Total 1749
Nilai rata-rata 51,44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Pada siklus pertama guru kurang memahami teknik Make a Match.
Guru kebingungan dan beberapa kali bertanya kepada peneliti. Hal ini
disebabkan karena perubahan cara mengajar. Guru biasa membebaskan siswa
dalam pembelajaran, kemudian pada siklus I ini guru beralih ke cara
mengajar yang bersifat unjuk kerja dengan pendampingan. Oleh karena itu,
guru akan mendapatkan penjelasan lebih mendalam mengenai metode ini agar
pembelajaran dan target pembelajaran dapat tercapai.
d. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada pelaksanaan
tindakan I, peneliti menganalisis dan merefleksikan hasil siklus I dengan
uraian sebagai berikut.
1) Hasil tulisan siswa masih terpaku pada kerangka yang tertulis dalam kartu.
Hasil tulisan siswa kurang mengembangkan kerangka.
2) Guru kurang tegas menghadapi siswa yang tidak memperhatikan selama
KBM berlangsung.
3) Guru kurang menyeluruh dalam mendampingi siswa. Perhatian guru
belum tertuju pada seluruh siswa, hanya beberapa siswa yang didampingi.
4) Siswa cukup hiperaktif, kurang menjaga sikap dan kurang menghormati
guru.
5) Guru diharapkan mampu memberikan motivasi dan menggerakkan siswa
agar lebih kreatif mengembangkan kerangka karangan yang terdapat pada
kartu menjadi karangan narasi yang utuh.
2. Siklus II
Berdasarkan hasil tindakan siklus I, peneliti dan guru mengetahui bahwa
hasil tindakan siklus I masih belum mencapai target. Oleh karena itu, peneliti dan
guru merencanakan adanya tindakan siklus II sebagai perbaikan atas siklus I yang
masih memiliki kekurangan. Pada siklus II, guru Bahasa Indonesia tetap bertindak
sebagai penyampai materi pada pembelajaran menulis narasi di dalam kelas,
sedangkan peneliti melakukan pengawasan terhadap proses pembelajaran antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
guru dan siswa. Dalam hal ini, peneliti bertindak sebagai pengamat yang berada di
belakang ruang kelas dan mengamati jalannya pembelajaran.
Tindakan pada siklus kedua tetap menggunakan teknik Make a Match.
Guru membagikan kartu yang berisi kerangka karangan kepada setiap siswa dan
meminta siswa mencari pasangan kartu tersebut. Selanjutnya, siswa diminta
mengembangkan kerangka karangan dalam kartu menjadi bentuk karangan narasi
yang utuh. Pembetulan kesalahan bahasa yang ditemukan dalam karangan siswa
tetap ditandai dengan pemberian lingkaran. Pada siklus II ini, materi pembelajaran
tetap mengenai menulis narasi faktual biografi tokoh dengan tema ”Guru
Kesayanganku”. Akan tetapi, sebelum pembelajaran siklus II dilaksanakan guru
dan peneliti mengadakan survei terlebih dahulu tentang guru yang disukai oleh
siswa. Selain itu, pada pertemuan sebelumnya guru memberi tugas agar siswa
mencari profil guru kesayangan mereka.
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti dan guru menyusun skenario
pembelajaran dengan memperhatikan perolehan hasil tindakan I. Pada dasarnya
langkah-langkah pembelajaran yang direncanakan pada siklus II sama seperti
langkah-langkah pembelajaran yang direncanakan pada siklus I. Pada siklus II
terdapat tambahan prosedur pembelajaran sebagai upaya perbaikan pelaksanaan
tindakan siklus I. Peneliti dan guru merencanakan skenario pertemuan pertama
siklus II dengan urutan sebagai berikut.
1) Guru membuka pelajaran dan memberikan apersepsi dengan menggali
pengetahuan siswa mengenai guru di SMA Negeri 3 Salatiga yang
berkesan di hati siswa.
2) Guru memberikan penghargaan kepada lima siswa dengan perolehan nilai
menulis narasi terbaik pada siklus I.
3) Guru mengulas materi mengenai bentuk-bentuk teks naratif.
4) Guru memberi contoh cara membetulkan kesalahan bahasa hasil karangan
siswa pada pertemuan sebelumnya.
5) Guru membagikan kartu yang berisi kerangka karangan bertema ”Guru
Kesayanganku”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
6) Siswa diminta mencari pasangan kartu, kemudian membuat kelompok
berdasarkan kelompok kartu tersebut.
7) Guru meminta siswa mendiskusikan isi gabungan kartu milik kelompok
masing-masing.
8) Guru meminta siswa mengembangkan kerangka karangan menjadi
karangan narasi utuh secara individu.
9) Guru meminta siswa menyunting hasil karangan sendiri atas bimbingan
guru dengan cara menemukan letak kesalahan bahasa pada karangannya
tersebut kemudian memperbaiki setiap kesalahannyang ditemukan.
10) Guru meminta siswa menulis kembali karangan yang telah disunting.
11) Guru meminta siswa mengumpulkan tulisan.
12) Guru melakukan refleksi dan menutup pelajaran.
Peneliti dan guru merencanakan skenario pertemuan kedua dengan
langkah-langkah:
1) guru membagikan pekerjaan siswa secara silang;
2) guru meminta siswa mengoreksi pekerjaan yang dipegang oleh setiap siswa
atas bimbingan guru dengan cara menemukan letak kesalahan bahasa pada
karangannya tersebut dan cara menandainya dengan memberi lingkaran
atau melingkari penulisan huruf atau pemakaian tanda baca yang salah;
3) guru membagikan bedak bayi kepada setiap siswa;
4) siswa yang mengoreksi diminta memberikan hukuman dengan menaburkan
bedak bayi pada wajah siswa yang melakukan kesalahan;
5) guru melakukan refleksi dengan bertanya jawab mengenai materi menulis
narasi dan menutup pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, yaitu
pada hari Sabtu, 20 November 2010 dan hari Selasa, 23 November 2010.
Pertemuan pertama berlangsung selama dua jam pelajaran (2 X 45 menit) mulai
pukul 11.00 hingga 12.30 dan pertemuan kedua berlangsung selama satu jam
pelajaran yakni pukul 09.45 hingga 10.00 (1 X 45 menit)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Proses pembelajaran siklus II dilaksanakan di ruang kelas tanpa di
lengkapi LCD. Pada siklus II, materi tidak disampaikan secara lengkap dengan
alasan materi mengenai menulis narasi sudah disampaikan secara detail pada
siklus I. Selain itu keterampilan menulis lebih menekankan produk dan hasil
unjuk kerja, bukan penilaian kognitif sehingga waktu yang tersedia lebih
dialokasikan untuk memperbaiki kualitas tulisan siswa, bukan pemahaman siswa
mengenai materi menulis narasi. Adapun urutan pelaksanaan tindakan II
pertemuan pertama meliputi langkah-langkah sebagai berikut.
a. Guru membuka pelajaran dengan memberikan salam siswa kemudian
dilanjutkan dengan pemberian apersepsi. Pemberian apersepsi dilakukan
guru dengan menanyakan pada siswa tentang beberapa sosok guru SMA
Negeri 3 Salatiga yang memiliki kesan khusus di hati siswa. Beberapa siswa
menjawab, guru yang berkesan di hati adalah Pak Rudi, karena Pak Rudi
pembina Pramuka yang terkenal dengan tegas. Siswa lain menjawab Miss
Ndaru karena masih muda dan selalu mengemas pembelajaran bahasa
Inggris secara menarik. Sebagian siswa lain menjawab Pak Riya kerena
memiliki idealisme yang tinggi dan cara mengajar pembelajaran Pkn yang
menyenangkan.
b. Guru memberikan penghargaan kepada lima siswa yang memperoleh nilai
tertinggi pada siklus I, yakni kepada Dwi Sri Lestari, Erni Supriyanti,
Retnaningtyas Diah P., Selvi Windiastuti dan Wening Indriyati.
c. Guru mengulas secara sekilas materi bentuk-bentuk teks naratif. Guru
bertanya pada siswa tentang bentuk teks naratif. Pertanyaan yang diberikan
guru meliputi pengertian, perbedaan antar bentuk, dan contoh dari setiap
bentuk teks naratif. Ketika guru melontarkan pertanyaan tersebut, sebagian
besar siswa mampu menjawab dengan baik walaupun mereka membuka
buku catatan.
d. Guru memberi contoh cara membetulkan kesalahan bahasa yang dituliskan
siswa pada hasil karangan sebelumnya. Berdasarkan hasil tulisan siswa pada
siklus I, guru menunjukkan kesalahan bahasa yang terdapat pada beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
karangan siswa kemudian memberi contoh cara membetulkan kesalahan
bahasa.
e. Guru selanjutnya membagikan kartu yang berisi kerangka karangan dengan
tema ”guru kesayanganku”. Biografi guru SMA Negeri 3 Salatiga yang
diangkat dalam kartu kerangka karangan tersebut adalah biografi Bapak
Riya, Bapak Novembri, Bapak Muhlasin, Miss Ndaru dan Bu Khotik.
f. Siswa diminta mencari pasangan kartu yang telah dibagikan dan membentuk
kelompok berdasarkan kartu.
g. Siswa diminta mendiskusikan dengan teman sekelompok mengenai isi kartu
kerangka karangan. Setelah itu, siswa dibebaskan untuk memilih masuk ke
dalam salah satu kelompok dengan alasan karena tokoh dalam kartu yang
dipegang oleh siswa belum tentu disukai oleh siswa.
h. Siswa kemudian diminta mengembangkan kartu yang berisi kerangka
karangan menjadi teks naratif yang utuh. Dalam hal ini, guru membebaskan
siswa menulis dalam bentuk tulisan tangan ataupun ketikan. Siswa yang
mengerjakan tugas berupa ketikan diminta untuk mengumpulkan hasil
karangan berupa soft file.
i. Selama membuat karangan, guru memberi bimbingan kepada siswa. Pada
siklus II ini masih ditemui kesalahan penggunaan bahasa, ejaan maupun
organisasi karangan pada karangan siswa.
j. Guru meminta siswa menyunting pekerjaan masing-masing berdasarkan
profil penilaian karangan.
k. Guru meminta siswa mengumpulkan karangan yang telah dibuat.
l. Guru menutup pelajaran dengan melakukan refleksi terhadap pembelajaran
yang telah dilakukan.
Pembelajaran menulis narasi dilanjutkan pada pertemuan kedua.
Pelaksanaan tindakan II pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 23
November 2010 selama dua jam pelajaran yaitu pukul 09.15 hingga 10.00 WIB.
Urutan pelaksanaan tindakan II pada pertemuan kedua sebagai berikut.
a. Guru membagikan karangan yang telah ditulis siswa secara tukar silang.
Guru kemudian meminta siswa mengoreksi tulisan yang telah dibagikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Pada pertemuan dua siklus II, guru masih menemukan kesalahan pada
tulisan siswa. Kesalahan sebagian siswa adalah penggunaan kalimat tanpa
subjek. Guru meminta siswa menandai kesalahan bahasa dengan cara
memberi lingkaran atau melingkari penulisan huruf atau pemakaian tanda
baca yang salah.
b. Guru membagikan bedak bayi kepada setiap siswa.
c. Guru meminta siswa menaburkan bedak bayi ke wajah siswa yang memiliki
karangan yang ia koreksi sesuai dengan banyaknya kesalahan yang diperbuat
dalam menulis narasi.
d. Siswa diminta mengumpulkan kembali hasil karangan narasi mereka.
e. Guru melakukan refleksi dan menutup pelajaran. Refleksi yang dilakukan
guru berupa penguatan dan simpulan mengenai materi pelajaran tentang
bentuk karangan narasi. Dalam memberikan penguatan dan simpulan, guru
mengingatkan siswa yang sebelumnya tidak masuk dan tidak mengumpulkan
tugas bahwa mereka akan memperoleh nilai nol. Setelah guru memberikan
refleksi berupa penguatan. guru menutup pelajaran dengan memberikan
salam pada siswa di akhir pelajaran.
c. Observasi dan Interpretasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap pelaksanaan
tindakan pada siklus II ini dapat diperoleh data berikut ini.
a. Pada siklus II ini, 15% siswa kurang bersungguh-sungguh dan kurang
aktif selama pembelajaran menulis narasi. Hal ini diindikatori oleh
keaktifan siswa dalam memberikan respon terhadap apersepsi yang
diberikan guru, memperhatikan ulasan materi yang diberikan guru,
mendiskusikan kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka
menjadi bentuk karangan narasi utuh. Perhitungan dilakukan dengan
lembar observasi yang telah disusun terhadap jumlah siswa yang tampak
aktif selama pembelajaran berlangsung, yakni sebesar 71% atau sebanyak
28 siswa. Dari 30 siswa yang hadir, siswa yang tidak menunjukkan
keaktifan selama pembelajaran berlangsung sebesar 29% atau 8 siswa.
Ketidakaktifan siswa disebabkan oleh sikap siswa yang terbiasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
menyepelekan guru, khususnya guru bahasa Indonesia. Selain itu,
ketidakaktifan siswa disebabkan karena diskusi sebagai ajang bertukarnya
pikiran kurang dimanfaatkan siswa dengan baik. Guru meminta siswa
berdiskusi, tetapi ada beberapa siswa tampak diam atau membicarakan hal
lain di luar pelajaran. Setelah peneliti bertanya, ternyata siswa tersebut
kurang termotivasi dan malas menulis narasi.
b. Pada saat mengoreksi hasil karangan bersama-sama, 89% siswa aktif
mengoreksi dan memberikan hukuman kepada siswa yang lain.
c. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa 73,53 % (25 dari 34) siswa mampu
menulis narasi dengan perolehan nilai lebih dari 70, sedangkan 26,47 %
(9 orang) memperoleh nilai menulis narasi di bawah 70. Penilaian ini
didasarkan pada hasil karangan narasi siswa.
d. Pada siklus II, 64,71 % siswa (22 siswa) mengalami peningkatan nilai, 3
siswa atau 8,8 % tetap memperoleh nilai nol karena tidak mengerjakan
tugas dan 9 siswa mengalami penurunan nilai (26,47%).
Nilai menulis narasi siswa pada siklus II disajikan pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Siklus II
No Nama Siswa
Aspek penulisan yang dinilai
Skor
Ket. I II III IV V
(Isi) (Organisasi) (Peng. Bhs) (Kosakata) (Mekanik)
1 Ahimsa Eka A. 20 15 15 15 5 70 Tuntas
2 Chitra Kusuma D. 25 17 15 16 7 80 Tuntas
3 Dilla Agusta V. 22 15 15 15 5 72 Tuntas
4 Dwi Sri L. 26 16 14 17 8 81 Tuntas
5 Erni Supriyanti 27 18 12 16 7 80 Tuntas
6 Faizal Haryo W. 27 16 15 16 3 77 Tuntas
7 Farras Alda H. 23 17 12 17 8 77 Tuntas
8 Fath Anissa H. 25 17 10 16 6 74 Tuntas
9 Febrian Bagus K. 0 0 0 0 0 0 Tidak Tuntas
10 Febriana C 23 16 10 16 5 70 Tuntas
11 Futria Ayu W. 22 15 8 16 5 66 Tidak Tuntas
12 Igga Swastika 0 0 0 0 0 0 Tidak Tuntas
13 Kusuma Asmara D. 20 15 15 13 5 68 Tidak Tuntas
14 Lia Tarzuqia R. 0 0 0 0 0 0 Tidak Tuntas
15 Maria Andya T. 26 17 16 17 8 84 Tuntas
16 Nabela Yeni S. 27 17 15 15 3 77 Tuntas
17 Petra Eka H. 0 0 0 0 0 0 Tidak Tuntas
18 Pradipta Angga S 25 16 16 16 4 77 Tuntas
19 Prahasdika Dhimas Y. 0 0 0 0 0 0 Tidak Tuntas
20 Primadinar Sekar R. 25 17 17 16 6 81 Tuntas
21 Ragil Kurniawan 24 16 16 17 5 78 Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
22 Rahmadhani Osa I. 20 15 15 15 5 70 Tuntas
23 Retnaningtyas Diah P. 25 16 10 18 8 77 Tuntas
24 Roro Hanaliesia 25 18 16 17 4 80 Tuntas
25 Seline C 25 16 15 16 6 78 Tuntas
26 Selvi Windiastuti 25 17 10 16 8 76 Tuntas
27 Shevi Prima E. 25 18 14 16 8 81 Tuntas
28 Tafsiroh 0 0 0 0 0 0 Tidak Tuntas
29 Tessa C. 27 17 15 17 6 82 Tuntas
30 Tiara Utari 25 17 16 16 6 80 Tuntas
31 Venda Vista T. 25 17 16 16 4 78 Tuntas
32 Vivian Rheza AF. 28 16 16 17 5 82 Tuntas
33 Wening Indriyati 25 17 15 16 7 80 Tuntas
34 Wesly Valentino 20 10 14 13 2 59 Tidak Tuntas
Total 682 454 393 447 159 2135
Rata-rata 20,1 13,4 11,6 13,2 4,7 62,79
d. Analisis dan Refleksi
Siklus II merupakan upaya perbaikan atas kekurangan yang terdapat pada
siklus I. Pada siklus II ini, guru dan peneliti berusaha meminimalisasi
kekurangan dan mengoptimalkan pembelajaran. Berkaitan dengan hasil
observasi pada siklus II, berikut ini adalah analisis dan refleksi yang dilakukan
peneliti dan guru.
1) Keaktifan siswa dari keseluruhan aktivitas pembelajaran menulis narasi
mengalami peningkatan, yaitu sebesar 7 poin dari 59% menjadi 85%.
Artinya, jumlah siswa yang aktif dalam siklus ini bertambah 5 siswa dari 17
siswa yang aktif pada siklus I. Siswa mulai tampak aktif dalam memberikan
respon terhadap apersepsi yang diberikan guru, memperhatikan materi yang
dijelaskan guru, mencari pasangan kartu yang berisi kerangka karangan,
melakukan diskusi, serta menulis dan mengembangkannya ke dalam bentuk
karangan narasi utuh.
2) Meningkatnya kemampuan siswa mengembangkan kerangka karanga yang
terdapat di dalam kartu ke dalam tulisan narasi. Pengembangan ide dalam
bentuk karangan sudah berkembang dan lebih dari informasi yang terdapat di
dalam kartu kerangka. Kemampuan siswa dalam mengembangkan kerangka
karangan menjadi karangan narasi utuh mulai tampak baik. Hal tersebut dapat
dilihat dari berkurangnya kesalahan bahasa tulis dalam karangan narasi siswa.
Pengorganisasian kata dan kalimat dalam tulisan siswa sudah membaik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Penggunaan kalimat tidak lengkap atau tanpa subjek mulai berkurang. Selain
itu, kesalahan penulisan pada pemakaian huruf besar, penggunaan tanda baca
mampu teratasi, walaupun belum benar semua. Jumlah siswa yang mau
mengerjakan tugas juga meningkat, terbukti pada siklus II ini hanya terdapat
6 siswa yang tidak mengumpulkan tugas. Meskipun terlihat agak setengah
hati, sebagian siswa tetap mengumpulkan karangan. Saat peneliti
menanyakan penyebab hal tersebut, mereka berargumen bahwa mereka tidak
mau dipolesi bedak bayi full body seperti pada pertemuan sebelumnya.
3) Siswa yang berhasil mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar atau
memperoleh nilai 70 ke atas mengalami peningkatan. Peningkatan yang
terjadi pada siklus II ini cukup signifikan, yakni sebesar 12 poin dari 51%
menjadi 63%. Artinya, jumlah siswa yang mencapai batas minimal
ketuntasan hasil belajar dalam siklus ini bertambah 10 siswa dari 15 siswa
yang telah berhasil mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar pada
siklus I. Identifikasi ketercapaian nilai ini tampak dari berkurangnya
kesalahan bahasa tulis yang terdapat pada karangan narasi siswa. Siswa telah
mampu mengembangkan isi/substansi tulisan yang sesuai dengan informasi
pada kartu kerangka karangan. Selain itu, pengorganisasian tulisan sudah
tepat. Mereka menuliskan kosakata dengan benar serta berkurangnya
penggunaan kata tidak lengkap, walaupun terdapat siswa yang menulis
kalimat tanpa subjek. Segala kelemahan dan kekurangan pada siklus I dapat
diatasi dengan melakukan penulisan ulang karangan narasi siswa pada siklus
II ini. Akhirnya pada siklus II kemampuan siswa dalam menulis narasi
mengalami peningkatan.
4) Keterampilan guru dalam mengelola kelas meningkat. Guru mampu
mengaktifkan siswa dengan tanya jawab dan menerapkan teknik
pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya, sehingga siswa tidak merasa
jenuh dan memacu mereka aktif dalam proses pembelajaran. Pada siklus II
perhatian guru telah menyeluruh ke semua siswa. Guru mencoba
mengaktifkan siswa yang berada di bangku belakang dengan berjalan keliling
ke seluruh kelas dan berusaha mendekati siswa yang berada di belakang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
tersebut. Selain itu, guru juga mulai tegas dalam menindak siswa yang malas
dan acuh.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, proses pembelajaran
menulis narasi dengan teknik Make a Match pada siklus II dikatakan berhasil
walaupun hasilnya belum maksimal. Pelaksanaan tindakan pada siklus ini berjalan
dengan lancar. Siswa merespons pembelajaran yang diberikan guru dengan
semangat dan antusias. Peningkatan terjadi bukan hanya pada proses
pembelajaran saja melainkan juga pada kemampuan siswa dalam menghasilkan
tulisan narasi. Segala kekurangan yang terjadi pada siklus I dapat teratasi di siklus
II. Kendati demikian, penelitian siklus II masih tetap memiliki kekurangan atau
kelemahan. Kekurangan yang ditemui dalam proses pembelajaran pada siklus II
ini adalah pada sikap siswa yang terkadang masih suka beraktivitas sendiri
ataupun bercanda saat diminta menulis narasi. Oleh sebab itu, peneliti dan guru
perlu meningkatkan interaksi yang baik antara guru dan siswa. Dari segi
kemampuan siswa menulis narasi, masih terdapat 9 siswa yang belum mencapai
nilai batas minimal ketuntasan hasil belajar. Beberapa siswa masih mengabaikan
penulisan huruf besar dan tanda baca yang tepat, serta penggunaan bahasa.
Dengan adanya kondisi yang demikian, maka peneliti merasa perlu melaksanakan
siklus III sebagai perbaikan dari pembelajaran menulis narasi pada siklus II.
3. Siklus III
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi siklus II, peneliti merasa perlu
melaksanakan siklus III untuk memperbaiki kekurangan pada siklus II. Peneliti
dan guru berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran menulis narasi dengan
memperbaiki segala kekurangan atau kelemahan yang terdapat pada siklus I dan
siklus II. Hasil pembelajaran yang diperoleh pada siklus I dan siklus II digunakan
sebagai acuan agar hasil pembelajaran di siklus III bisa meningkat dengan baik.
Pada siklus III, materi pelajaran masih mengenai menulis narasi faktual biografi
tokoh. Pembelajaran pada siklus III mengangkat tema ”selebriti”. Guru mencari
referensi biografi artis/selebriti dari internet, kemudian disajikan menjadi
kerangka karangan dalam kartu kerangka. Awal bulan Desember 2010, UT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
menggunakan lokasi SMA Negeri 3 Salatiga untuk ujian sehingga pelaksanaan
siklus III dipadatkan menjadi satu kali pertemuan atau 2 X 45 menit.
a. Perencanaan Tindakan
Peneliti dan guru merancang skenario pembelajaran pada tahap
perencanaan tindakan. Skenario pembelajaran yang disepakati oleh peneliti
dan guru yakni:
1) guru membuka pelajaran dengan mengulas materi pembelajaran yang telah
disampaikan pada pertemuan sebelumnya tentang bentuk karangan narasi,
khususnya biografi tokoh;
2) guru memberikan apersepsi dengan menggali pengetahuan siswa
mengenai ”artis/selebriti yang disukai oleh siswa”;
3) guru memberikan penghargaan kepada lima siswa yang memperoleh nilai
terbaik pada siklus II;
4) guru membandingkan pekerjaan siswa yang kurang baik dan baik dengan
menjelaskan letak kesalahan masing-masing karangan siswa;
5) guru membagikan kartu yang berisi kerangka karangan kepada setiap
siswa kemudian siswa diminta mencari pasangan kartu;
6) siswa diminta mendiskusikan dengan satu kelompok tentang isi dari
gabungan kartu, kemudian siswa diminta mengembangkan kerangka
menjadi sebuah teks naratif faktual berbentuk biografi;
7) siswa dipersilakan mengembangkan informasi yang terdapat di dalam
kerangka dengan mencari informasi lain dari berbagai sumber;
8) siswa diminta menyunting hasil karangan sendiri atas bimbingan guru
kemudian memperbaiki karangannya;
9) guru meminta siswa mengumpulkan tulisan;
10) guru membagikan pekerjaan siswa secara tukar silang kemudian meminta
siswa mengoreksi atas bimbingan guru dengan memberi lingkaran atau
coretan pada setiap kesalahan;
11) guru membagikan bedak bayi kepada setiap siswa dan meminta siswa
memberikan hukuman kepada siswa pemilik karangan dengan
menaburkan bedak bayi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
12) guru melakukan refleksi dengan bertanya jawab mengenai hal yang perlu
diperhatikan dalam menulis narasi kemudian menutup pelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam satu kali pertemuan.
Siklus III dilaksanakan pada hari Sabtu, 27 November 2010 selama dua jam
pelajaran yaitu pukul 11.00-12.30 WIB. Dalam pelaksanaan tindakan III, guru
masih bertindak sebagai penyampai materi pada pembelajaran menulis narasi di
dalam kelas, sedangkan peneliti melakukan observasi proses pembelajaran.
Peneliti bertindak sebagai pengamat yang berada di bangku paling belakang
ruang kelas sebagai pengamat jalannya pembelajaran.
Pelaksanaan siklus III berada di ruang kelas XI Bahasa tanpa
menggunakan LCD. Urutan pelaksanaan tindakan III yang dilakukan di dalam
kelas yakni:
1) guru membuka pelajaran dengan mengulas materi pembelajaran yang
telah disampaikan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya mengenai
bentuk karangan narasi. Pada pertemuan ini, guru mengulas penulisan
biografi tokoh, karakteristik dari setiap bentuk karangan narasi serta
kriteria karangan yang baik;
2) guru memberikan apersepsi dengan menggali pengetahuan siswa
mengenai ”artis/selebriti yang disukai oleh siswa”. Guru bertanya jawab
tentang artis yang disukai oleh siswa, sebagian siswa menjawab Irfan
Bachdim, Reza Herlambang, Rianti catwright, dan lain-lain. Pada sesi
tanya jawab guru terlihat sudah mampu mengkondisikan siswa sehingga
tidak terlalu ramai dan terkontrol dengan baik;
3) guru memberikan penghargaan kepada lima siswa yang memperoleh nilai
terbaik pada siklus II, yakni Maria Andya T., Primadinar Sekar R., Shevi
Prima E., Tessa Cuantryanti dan Vivian Rheza;
4) guru membandingkan pekerjaan siswa dengan menjelaskan letak
kesalahan masing-masing karangan siswa. Guru membandingkan
karangan milik Wesly Valentino dan Maria Andya. Wesly memperoleh
nilai kurang karena tulisan milik Wesly terlalu singkat, kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
memperhatikan penggunaan tanda baca (huruf besar dan huruf kecil),
serta penggunaan bahasa yang terlalu banyak memakai kalimat tak
lengkap. Sebaliknya, karangan milik Maria rapi, memperhatikan huruf
besar dan kecil, bahasa yang digunakan baik serta Maria mampu
mengembangkan kerangka karangan dengan baik;
5) guru membagikan kartu yang berisi kerangka karangan kepada setiap
siswa kemudian siswa diminta mencari pasangan kartu tersebut. Pada
pelaksanaan siklus III ini, siswa cukup tertib saat mencari pasangan kartu,
bahkan siswa langsung mendiskusikan dan mengerjakan;
6) siswa diminta mendiskusikan dengan teman satu kelompok isi gabungan
kartu, kemudian siswa diminta mengembangkan kerangka tersebut
menjadi sebuah teks naratif faktual berbentuk biografi. Guru
mengingatkan siswa bahwa waktu yang dimiliki oleh siswa hanya 40
menit. Selain itu, siswa dipersilakan mengembangkan informasi yang
terdapat di dalam kerangka dengan mencari informasi lain dari internet.
Setiap siswa terlihat sibuk menulis narasi sambil mencari informasi dari
internet dengan menggunakan telepon genggam maupunpun laptop;
7) siswa diminta menyunting hasil karangan sendiri atas bimbingan guru.
Sejak awal menulis, siswa terlihat sudah cukup berhati-hati dalam
menulis, sehingga memudahkan mereka dalam memperbaiki tulisan.
Beberapa siswa bahkan membuat draf terlebih dahulu, kemudian
menyalin karangan tersebut;
8) guru meminta siswa mengumpulkan tulisan narasi;
9) guru membagikan tulisan siswa secara tukar silang kemudian meminta
siswa mengoreksi atas bimbingan guru dengan memberi lingkaran atau
coretan pada setiap kesalahan;
10) guru membagikan bedak bayi kepada setiap siswa dan meminta siswa
memberikan hukuman kepada pemilik karangan dengan menaburkan
bedak bayi. Pada siklus III ini, terlihat tidak terdapat satupun siswa yang
dipoles bedak bayi full body karena seluruh siswa mengerjakan dengan
baik. Berdasarkan hasil observasi, peneliti melihat bahwa kesalahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
dibuat siswa dalam menulis narasi semakin berkurang. Hal ini diindikatori
oleh sedikitnya polesan yang terdapat pada wajah siswa;
11) guru melakukan refleksi dan menutup pelajaran. Selain itu, guru juga
memuji adanya peningkatan yang dialami oleh siswa selama tiga kali
mengikuti pembelajaran menulis narasi faktual berbentuk biografi.
c. Observasi dan Interpretasi
Hasil observasi yang dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan ketiga
pada siklus III ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut.
1) Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebanyak 87 % atau sekitar
27 siswa, sedangkan 13 % lainnya menjawab jika mereka ditanya. Hal ini
disebabkan karena setiap siswa memiliki pendapat yang berbeda
mengenai artis kesukaan dan guru tidak dapat menampung aspirasi
seluruh siswa karena keterbatasan waktu.
2) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar-mengajar (KBM) berlangsung
sebanyak 81 %, sedangkan 19 % lainnya kurang memperhatikan
penjelasan dari guru. Peningkatan ini disebabkan oleh materi yang sudah
diulang beberapa kali. Selain itu, 19 % siswa yang kurang aktif
beranggapan bahwa materi tersebut terlalu sering sehingga justu
membosankan.
3) Siswa yang antusias mencari pasangan kartu dan aktif mendiskusikannya
sebanyak 100 %. Siswa juga lebih terkontrol pada tahapan ini.
4) Pada saat mengoreksi hasil karangan bersama, 95% siswa aktif
mengoreksi dan memberikan hukuman kepada siswa yang lain,
sedangkan 5 % siswa kurang serius dalam mengoreksi karangan.
5) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa, 91 % (31 dari 34) siswa sudah mampu
menulis narasi dengan perolehan nilai lebih dari 70, sedangkan 9 % (3
siswa) masih memperoleh nilai menulis narasi di bawah 70. Penilaian ini
didasarkan pada hasil karangan narasi siswa.
Hasil karangan narasi siswa tersaji dalam tabel 5 di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 5. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Siklus III
No
Nama Siswa
Aspek penulisan yang dinilai
Nilai
Ket. I II III IV V
(Isi) (Organisasi) (Peng. Bhs) (Kosakata) (Mekanik)
1 Ahimsa Eka A. 25 16 18 15 6 80 Tuntas
2 Chitra Kusuma D. 27 17 15 16 6 81 Tuntas
3 Dilla Agusta V. 20 18 18 16 9 81 Tuntas
4 Dwi Sri Lestari 28 18 17 18 9 90 Tuntas
5 Erni Supriyanti 29 18 18 18 8 91 Tuntas
6 Faizal Haryo W. 28 18 16 17 7 86 Tuntas
7 Farras Alda H. 23 17 15 16 7 78 Tuntas
8 Fath Anissa H. 21 17 17 18 10 83 Tuntas
9 Febrian Bagus K. 25 18 17 19 10 89 Tuntas
10 Febriana C 28 17 17 18 8 88 Tuntas
11 Futria Ayu W. 24 15 10 16 9 74 Tuntas
12 Igga Swastika 23 17 16 18 9 83 Tuntas
13 Kusuma Asmara D. 20 5 17 17 5 64 Tidak Tuntas
14 Lia Tarzuqia R. 24 18 16 17 6 81 Tuntas
15 Maria Andya T. 30 19 18 19 10 96 Tuntas
16 Nabela Yeni S. 24 18 15 17 5 79 Tuntas
17 Petra Eka H. 22 18 18 19 6 83 Tuntas
18 Pradipta Angga S 20 14 18 15 7 74 Tuntas
19 Prahasdika Dhimas Y. 18 14 16 13 6 67 Tidak Tuntas
20 Primadinar Sekar R. 27 17 16 19 9 88 Tuntas
21 Ragil Kurniawan 24 17 17 16 9 83 Tuntas
22 Rahmadhani Osa I. 0 0 0 0 0 0 Tidak Tuntas
23 Retnaningtyas Diah P. 30 18 18 19 9 94 Tuntas
24 Roro Hanaliesia 22 17 17 17 7 80 Tuntas
25 Seline C 23 18 17 17 10 85 Tuntas
26 Selvi Windiastuti 27 18 11 18 10 84 Tuntas
27 Shevi Prima E. 24 18 19 18 8 87 Tuntas
28 Tafsiroh 26 17 15 16 8 82 Tuntas
29 Tessa C. 26 18 10 15 8 77 Tuntas
30 Tiara Utari 22 18 17 17 7 81 Tuntas
31 Venda Vista T. 23 18 17 17 8 83 Tuntas
32 Vivian Rheza AF. 28 18 16 17 7 86 Tuntas
33 Wening Indriyati 30 18 18 18 7 91 Tuntas
34 Wesly Valentino 24 18 16 17 4 79 Tuntas
Total 815 560 536 563 254 2728
Rata-rata 23,97 16,474 15,76 16,56 7,47 80,24
d. Analisis dan Refleksi
Peneliti dan guru melakukan analisis dan refleksi bersama dengan hasil
sebagai berikut.
a. Keaktifan siswa dari keseluruhan aktivitas pembelajaran menulis narasi
mengalami peningkatan, yaitu sebesar 9 poin dari 85% menjadi 94%.
Artinya, jumlah siswa yang aktif dalam siklus ini bertambah 11 siswa dari
20 siswa yang aktif pada pertemuan sebelumnya pada siklus II. Aktivitas
siswa yang menjadi indikator keaktifan telah dilakukan sebagian besar
siswa. Hampir semua siswa aktif memberikan respons terhadap apersepsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
yang diberikan guru, memperhatikan materi yang dijelaskan guru, mencari
pasangan kartu, melakukan diskusi, serta aktif mengembangkan kerangka
karangan ke dalam bentuk karangan narasi yang utuh.
Pada siklus III ini, terdapat tiga siswa yang tidak mengikuti pembelajaran
karena izin. Akan tetapi, dua siswa mengumpulkan tugas di lain hari. Hal
ini menunjukkan adanya peningkatan semangat siswa dalam mengerjakan
tugas menulis narasi. Sistem eksekusi dalam teknik Make a Match mampu
menyemangati siswa dalam menulis narasi dengan baik dan runtut.
b. Adanya peningkatan kemampuan siswa dalam mengembangkan ide tulisan
narasi meskipun tulisan yang dihasilkan belum sempurna. Kerangka
karangan yang diberikan oleh guru telah mampu ditulis dan dikembangkan
oleh siswa secara runtut. Kesalahan penulisan huruf besar dan tanda baca
yang terjadi pada siklus II telah mampu diminimalisasikan walaupun
belum benar seluruhnya. Pengorganisasian tulisan bisa dipahami oleh
pembaca. Penggunaan bahasa dalam tulisan sudah cukup baik, siswa
mampu menggunakan kalimat lengkap dengan baik. Peningkatan yang
terjadi pada siklus III ini cukup signifikan pada setiap aspek penulisan
karangan. Artinya, jumlah siswa yang mampu mengembangkan ide,
mengorganisasikan tulisan, penggunaan bahasa yang baik, kosakata dan
ejaan yang tepat ke dalam tulisan narasi dengan baik dalam siklus ini
bertambah dari siklus sebelumnya. Terbukti, skor dalam tiap aspek
penulisan karangan narasi mengalami peningkatan meskipun tulisan yang
dihasilkan belum sepenuhnya sempurna. Pada siklus ini, masing-masing
skor siswa meningkat.
Batas minimal ketuntasan hasil belajar pada siklus III ini telah berhasil
dicapai oleh siswa, walaupun masih terdapat 3 siswa yang belum mencapai nilai
minimal batas ketuntasan 70. Siswa yang telah berhasil mencapai nilai 70 ke atas
mengalami peningkatan, yakni sebesar 18 poin dari 73,5% menjadi 91%. Artinya,
jumlah siswa yang mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar dalam siklus
ini bertambah 6 siswa dari 25 siswa yang telah berhasil mencapai batas minimal
ketuntasan hasil belajar pada pertemuan sebelumnya dalam siklus II. Hal tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
tampak dari keruntutan mereka dalam menceritakan tokoh dalam bentuk biografi,
organisasi tulisan yang baik serta penggunaan bahasa yang baik. Beberapa
kesalahan yang masih dijumpai pada hasil karangan siswa berupa aspek
penggunaan bahasa. Siswa masih menggunakan kalimat tidak lengkap. Akan
tetapi, kesalahan tersebut hanya dilakukan oleh sebagian kecil siswa. Segala
kelemahan dan kekurangan yang terjadi pada siklus II pada aspek ini dapat diatasi
dengan tahap pengeditan yang dilakukan siswa setiap mereka selesai menulis
karangan narasi sebelum pada akhirnya dikumpulkan pada guru.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, peneliti dan guru
menyatakan bahwa tindakan III berhasil meningkatkan kualitas proses dan hasil
menulis narasi siswa. Peningkatan terjadi pada beberapa indikator dibandingkan
siklus sebelumnya. Siswa telah berhasil mencapai nilai batas minimal ketuntasan
belajar, walaupun masih terdapat tiga siswa yang belum mampu meraih nilai batas
ketuntasan. Mengingat capaian pada siklus III ini telah sesuai dengan indikator
yang dirumuskan, maka peneliti mengakhiri penelitian. Adapun hasil pelaksanaan
tindakan pada siklus I hingga III di atas dapat dibuat rekapitulasi seperti pada
tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6. Rekapitulasi Ketercapaian Indikator Penelitian Siklus I, II, dan III
No. Indikator Persentase yang Dicapai
Siklus I Siklus II Siklus III
1. Tulisan sesuai dengan tema atau
ketentuan yang diberikan oleh guru 53% 67% 80%
2. Mampu mengorganisasikan tulisan /
karangan dengan baik, kerapian tulisan 55% 67% 82%
3. Tulisan menggunakan bahasa struktur
kalimat yang baik dan benar 55% 66% 79%
4. Mampu menggunakan kosakata yang
sesuai 55% 58% 83%
5. Ejaan yang baik dan benar 30% 47% 75%
6. Siswa bersemangat dan aktif dalam
pembelajaran menulis narasi 72% 85% 97%
7. Ketuntasan hasil belajar menulis narasi 44,12% 73,53% 91%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Berdasarkan rekapitulasi di atas, dapat dinyatakan bahwa perbandingan
prosentase yang dicapai pada siklus I, II, dan III menunjukkan adanya
peningkatan pada ketiga indikator yang ditetapkan. Peningkatan yang signifikan
terjadi pada indikator 7, yaitu ketuntasan menulis narasi siswa sebesar 29,41 %
dari siklus I ke siklus II, serta peningkatan 18% dari siklus II ke siklus III. Secara
umum dapat dinyatakan bahwa peningkatan ketiga indikator dari siklus II ke III
lebih tinggi dibandingkan dari siklus I ke II. Secara keseluruhan terdapat
peningkatan persentase pada semua indikator dari satu siklus ke siklus berikutnya.
Banyaknya siswa yang belum mencapai batas minimal ketuntasan hasil
belajar menulis narasi pada siklus I disebabkan banyaknya kesalahan yang dibuat
siswa seperti organisasi isi yang kurang tepat, penggunaan bahasa yang
didominasi oleh kalimat tidak lengkap, serta ejaan seperti penggunaan tanda baca
yang salah. Selain itu, tema tugas menulis pada siklus ini mengenai pahlawan,
tema ini dianggap cukup berat oleh sebagian siswa sehingga dalam menuangkan
ide, mereka terlalu terpaku pada kartu kerangka. Mereka menjadi malas
mengerjakan tugas menulis. Selain itu, siswa masih beranggapan bahwa siklus I
sama dengan pembelajaran menulis sebelum-sebelumnya, sehingga terdapat
sepuluh siswa yang tidak mengerjakan tugas menulis.
Lain halnya dengan kondisi pada siklus II yang menunjukkan bahwa
sebagian siswa mampu mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar menulis
narasi. Sebagaimana diuraikan di depan, tema tugas menulis pada siklus ini adalah
”Guru Kesayanganku”. Tema tersebut memicu semangat siswa mengembangkan
tulisan. Selain itu, siswa juga dilibatkan mencari profil guru kesayangan mereka
sebelum pembelajaran berlangsung, sehingga siswa mempunyai modal informasi
dalam mengembangkan kerangka karangan. Di sisi lain, siswa yang tidak
mengerjakan tugas menulis narasi pada siklus I mendapat hukuman ditaburi bedak
bayi full body, sehingga mereka berusaha mengerjakan pada siklus II agar tidak
mendapat hukuman. Selain itu, guru telah memberikan banyak penjelasan
mengenai penulisan huruf besar dan tanda baca yang benar sehingga siswa
mengetahui letak kesalahan penulisan huruf besar dan tanda baca yang telah
mereka lakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Kondisi yang sama terjadi pada siklus III, yakni mayoritas siswa telah
mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar menulis narasi. Ketuntasan
dalam menulis narasi tersebut dilatarbelakangi oleh pengalaman siswa atas
kesalahan yang telah mereka alami sebelumnya. Kesalahan yang dilakukan siswa
berkurang pada siklus III. Dari 29 siswa, terdapat 3 siswa yang belum mencapai
batas minimal ketuntasan hasil belajar menulis narasi. Pada siklus III ini, terdapat
tiga siswa yang tidak mengikuti pembelajaran karena izin. Akan tetapi, dua siswa
mengumpulkan tugas di lain hari. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
semangat siswa dalam mengerjakan tugas menulis narasi.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, deskripsi hasil pengamatan tindakan,
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, dan paparan hasil penelitian, berikut
ini peneliti mengemukakan pembahasan hasil penelitian yang meliputi
peningkatan kualitas proses dan kualitas hasil menulis narasi dengan teknik Make
a Match pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga tahun ajaran
2010/2011. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap
siklus terdiri atas empat tahap. Tahap penelitian tersebut terdiri atas: (1) tahap
perencanaan tindakan; (2) tahap pelaksanaan tindakan; (3) tahap observasi
tindakan atau pengamatan; serta (4) tahap analisis dan refleksi.
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan survei awal terlebih
dahulu guna mengetahui kondisi yang terjadi di lapangan, yaitu di SMA Negeri 3
Salatiga. Berdasarkan hasil survei awal, peneliti menemukan bahwa kemampuan
menulis narasi siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga dapat dikatakan
rendah apabila dibandingkan dengan nilai keterampilan berbahasa dan bersastra
Indonesia lainnya (menyimak, berbicara, dan membaca). Oleh sebab itu, peneliti
berkolaborasi dengan guru kelas yang bersangkutan guna mencari solusi
mengatasi masalah tersebut. Setelah peneliti dan guru mengadakan diskusi,
akhirnya kedua belah pihak sepakat mengatasi masalah tersebut dengan teknik
Make a Match dalam proses pembelajaran menulis narasi di kelas XI Bahasa
SMA Negeri 3 Salatiga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Peneliti dan guru selanjutnya menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) siklus I. Siklus pertama merupakan tindakan awal
memperbaiki pembelajaran menulis narasi dengan teknik Make a Match. Hasil
pengamatan proses pembelajaran menulis narasi siklus I menunjukkan bahwa
dalam pelaksanaan siklus I masih memiliki kelemahan atau kekurangan.
Kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada siklus I tersebut berasal dari guru
dan siswa. Posisi guru yang lebih banyak berada di depan kelas mengakibatkan
perhatian kepada siswa tidak menyeluruh. Guru kurang berinteraksi dengan siswa
dan tidak maksimal dalam memonitor kondisi siswa yang duduk di belakang dan
di samping. Pada siklus I, guru belum mampu mengelola kelas dengan baik.
Selain itu, guru masih kurang menguasai teknik Make a Match, sehingga beberapa
kali guru justru bertanya kepada peneliti.
Di sisi lain, pada siklus I siswa masih kurang termotivasi dalam mengikuti
proses pembelajaran menulis narasi sehingga antusiasme dan minat belajar siswa
masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari aktivitas siswa yang belum
sepenuhnya aktif pada saat berlangsungnya proses pembelajaran menulis narasi.
Pada umumnya siswa mengabaikan materi. Mereka lebih banyak bercanda atau
melakukan aktivitas lain. Selain itu, hasil tulisan mereka masih terpaku pada
kerangka karangan yang diberikan guru dalam kartu kerangka. Hasil tulisan siswa
masih memiliki banyak kesalahan, khususnya dalam hal ejaan dan penggunaan
bahasa. Kesalahan penggunaan bahasa yang dilakukankan siswa yakni
penggunaan kalimat tidak lengkap. Hasil tulisan mereka masih banyak yang
belum mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar. Hal ini disebabkan siswa
masih belum terbiasa menerapkan kaidah-kaidah kebahasaan dalam menulis.
Kelemahan atau kekurangan tersebut dapat dimaklumi karena siklus yang
dilakukan merupakan siklus pertama dalam penelitian ini.
Siklus II dilaksanakan guna mengatasi kelemahan atau kekurangan yang
terjadi pada siklus I. Setelah peneliti berdiskusi dengan guru, akhirnya diperoleh
kesepakatan solusi yang dilakukan guru sebagai bahan perbaikan dari siklus I.
Solusi tersebut berupa perubahan posisi guru pada saat mengajar. Posisi guru yang
awalnya lebih banyak berada di depan kelas hendaknya diubah berkeliling kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
agar perhatian guru kepada siswa dapat menyeluruh. Selain itu, guru hendaknya
bersikap lebih tegas terhadap siswa, khususnya siswa yang malas dalam
mengerjakan tugas menulis. Selain itu, pada pertemuan sebelumnya guru
memberikan tugas terlebih dahulu kepada siswa agar mereka mencari materi yang
akan dipakai pada siklus II, sehingga pada siklus II tulisan siswa lebih
berkembang. Guru harus memberikan contoh yang lebih konkret mengenai
kesalahan berbahasa. Pemberian contoh tersebut bisa dengan membandingkan
antara pekerjaan siswa yang baik dan yang memperoleh nilai kurang.
Hasil pelaksanaan siklus II menunjukkan adanya peningkatan keaktifan
dan kemampuan menulis narasi siswa jika dibandingkan dengan siklus I. Pada
siklus I, jumlah siswa yang telah mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar
sebanyak 15 siswa, sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan signifikan
sebanyak 25 siswa. Kendati demikian, masih terdapat beberapa kelemahan atau
kekurangan. Kelemahan atau kekurangan tersebut adalah pada saat mengarang,
siswa mengabaikan pemakaian huruf besar dan tanda baca yang diajarkan guru
serta masih banyaknya siswa yang menggunakan kalimat tidak lengkap. Selain
itu, pada siklus II siswa yang lulus belum mencapai 75%. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, peneliti merasa perlu melaksanakan siklus III guna
memperbaiki kelemahan atau kekurangan yang terjadi dalam pembelajaran
menulis narasi siklus II.
Siklus III dilaksanakan untuk mengatasi kelemahan atau kekurangan siklus
II. Upaya meningkatkan kualitas tindakan siklus III yakni guru dan peneliti
mempersiapkan solusi mengatasi berbagai kelemahan atau kekurangan yang
terjadi pada siklus sebelumnya. Siklus III merupakan siklus terakhir dalam
penelitian ini. Pada siklus ini guru dan peneliti berupaya memperkecil segala
kelemahan atau kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan pembelajaran
menulis narasi. Pelaksanaan siklus terakhir dengan teknik Make a Match
merupakan siklus yang menguatkan hasil siklus I dan siklus II. Penerapan teknik
Make a Match dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan menulis narasi
siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga. Kartu kerangka karangan yang
digunakan sebagai sarana pendukung dalam menerapkan teknik Make a Match
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
dari siklus ke siklus dipersiapkan sebaik mungkin. Oleh karena itu, pada siklus III
diperoleh hasil yang cukup memuaskan walaupun terdapat beberapa siswa yang
belum berhasil mencapai batas ketuntasan hasil belajar. Dalam hal ini, dapat
dikatakan hampir semua siswa berhasil mencapai batas minimal ketuntasan hasil
belajar menulis narasi. Jumlah siswa tersebut adalah 31 orang atau 91%.
Berdasarkan tindakan yang telah disebutkan di atas, guru dikatakan telah
berhasil melaksanakan pembelajaran menulis narasi dengan teknik Make a Match.
Tindakan tersebut mampu membantu siswa dalam memunculkan ide sehingga
mampu mengembangkan kerangka yang diberikan oleh guru dalam bentuk
karangan narasi utuh dengan alur pemikiran yang runtut dan logis. Tindakan yang
dilakukan tersebut mampu menjadikan siswa aktif selama proses pembelajaran
sehingga kualitas hasil tulisan narasi mereka juga meningkat. Selain itu, siswa
juga menjadi antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis. Bentuk antusiasme
dan minat tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang aktif memberikan
respons terhadap apersepsi yang diberikan guru, memperhatikan penjelasan materi
yang diberikan guru, dan keaktifan mereka dalam mencari pasangan kartu serta
mendiskusikan isi kartu tersebut. Hasil pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan
pada setiap siklus menunjukkan bahwa penelitian ini bermanfaat meningkatkan
keterampilan guru mengelola kelas, khususnya dalam pembelajaran menulis
narasi. Guru dapat menggunakan teknik Make a Match sebagai sarana pendukung
meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran menulis narasi. Selain
itu, teknik ini juga mampu meningkatkan kualitas hasil tulisan narasi siswa.
Keberhasilan teknik Make a Match dalam meningkatkan kualitas prosas
dan kualitas hasil siswa dalam pembelajaran menulis narasi dapat pada uraian
indikator berikut.
1. Siswa aktif mengikuti pembelajaran menulis narasi.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis narasi mengalami
peningkatan. Hal ini terlihat dari indikator keaktifan siswa dalam
pembelajaran yang selalu mengalami peningkatan pada setiap siklusnya.
Tindakan berupa penerapan teknik Make a Match yang dilaksanakan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
setiap siklus mampu meningkatkan keaktifan siswa kelas XI Bahasa SMA
Negeri 3 Salatiga selama pembelajaran menulis narasi.
Hasil observasi peneliti menunjukkan keaktifan siswa pada siklus I
mencapai 72%. Pada siklus II, keaktifan siswa meningkat menjadi 85%
artinya siswa yang aktif dalam siklus II berjumlah sekitar 25 dari 28 siswa
yang hadir. Sementara itu, siklus III jika dibandingkan siklus II mengalami
peningkatan dari 85% menjadi 91%. Siswa yang aktif dalam siklus ini
mencapai 29 siswa dari 31 siswa.
Hasil analisis peneliti menunjukkan bahwa tindakan dalam penelitian ini
berhasil meningkatkan keaktifan siswa. Hal ini membuktikan bahwa Make a
Match memiliki peranan penting dalam meningkatkan keaktifan siswa pada
proses belajar mengajar. Peningkatan keaktifan siswa dapat dijabarkan
debagai berikut.
a. Respons siswa meningkat selama kegiatan apersepsi.
Apersepsi merupakan langkah awal yang dilakukan guru untuk
mengaktifkan siswa terkait dengan pokok penting sebelum masuk ke dalam
materi pelajaran. Pada apersepsi ini, guru selalu memberikan pertanyaan
sesuai dengan tema pelajaran yang dipelajari. Respons yang diberikan siswa
terhadap apersepsi yang diberikan guru selalu mengalami peningkatan dari
siklus ke siklus. Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi pada siklus I
sebanyak 13 siswa atau sekitar 48%. Pada siklus II siswa yang aktif selama
pemberian apersepsi sebesar 54% atau sebanyak 15 siswa. Pada siklus III
mengalami peningkatan signifikan menjadi 87% atau sebanyak 27 siswa yang
aktif selama apersepsi.
b. Perhatian siswa meningkatnya ketika guru menjelaskan materi/KBM
Perhatian siswa dalam proses pembelajaran merupakan hal yang sangat
penting. Untuk menumbuhkan perhatian tersebut, guru harus merangsang
siswa dengan menerapkan cara-cara yang sudah biasa maupun cara-cara baru
yang digunakan dalam proses pembelajaran. Salah satu cara yang dapat
diterapkan guru adalah melalui berbagai macam teknik meskipun dalam
koridor metode yang sama. Dalam penelitian ini, guru memanfaatkan teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Make a Match. Setelah tindakan tersebut dilaksanakan, perhatian siswa dalam
pembelajaran menulis narasi meningkat. Meningkatnya perhatian siswa dalam
pembelajaran juga telah membuktikan bahwa teknik Make a Match mampu
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Dalam
hal ini, siswa merasa mendapatkan teknik yang berbeda dari biasanya. Kartu
yang berisi kerangka karangan membantu siswa menuangkan gagasan secara
runtut. Siswa yang aktif memperhatikan penjelasan guru saat memberikan
materi pada siklus I sebanyak 16 siswa atau sekitar 59%. Pada siklus II siswa
yang aktif memperhatikan penjelasan guru sebesar 71% atau sebanyak 20
siswa. Pada siklus III mengalami peningkatan menjadi 81% atau sebanyak 25
siswa yang aktif memperhatikan penjelasan guru.
c. Siswa semakin aktif mencari pasangan kartu.
Salah satu bagian penting dalam pembelajaran dengan teknik Make a
Match adalah kartu-kartu. Dalam hal ini, guru membagikan kartu yang berisi
kerangka karangan kepada setiap siswa, kemudian siswa diminta mencari
pasangan kartu tersebut. Oleh karena itu, hendaknya siswa mencari pasangan
kartu dengan baik. Hal ini bertujuan agar siswa mengetahui isi keseluruhan
kerangka yang kemudian dikembangkan menjadi karangan narasi secara utuh.
Terkait dengan kartu kerangka karangan yang dibagikan, peneliti mengamati
bahwa siswa telah menampakkan keaktifan dalam mencari pasangan kartu
pada setiap siklusnya. Pada siklus I, siswa yang aktif mencari pasangan kartu
sebanyak 23 siswa atau sekitar 85%. Pada siklus II sebesar 100% atau
sebanyak 30 siswa dan pada siklus III tetap bertahan 100% atau sebanyak 31
siswa yang aktif mencari pasangan karu yang berisi kerangka karangan.
d. Siswa aktif mendiskusikan gabungan kartu
Siswa melakukan diskusi dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
tujuan agar siswa membicarakan kebenaran dan keruntutan isi kerangka
karangan yang terdapat dalam kartu kerangka. Dengan mendengarkan
beragam pendapat, siswa diharapkan berpikir dan saling menggali informasi
mengenai subjek yang dibahas pada karangan mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Peningkatan keaktifan siswa terjadi pada kegiatan diskusi ini.
Keaktifan selama berlangsungnya diskusi ini dapat dilihat dari peningkatan
yang terjadi di setiap siklusnya. Pada siklus I, siswa yang aktif dalam kegiatan
diskusi sebanyak 21 siswa atau sekitar 78%. Pada siklus II meningkat, sebesar
93% atau sebanyak 27 siswa dan pada siklus III menjadi 100% atau sebanyak
31 siswa yang aktif dalam melaksanakan kegiatan diskusi.
e. Siswa semakin baik dalam mengembangkan kerangka karangan menjadi
bentuk karangan narasi secara runtut.
Pengembangan sebuah karangan memerlukan sejumlah data atau
kebenaran peristiwa yang mendukung bahasan yang nantinya akan dituliskan
dalam sebuah karangan. Sejumlah data atau kebenaran peristiwa tersebut
biasanya dituliskan dalam bentuk kerangka karangan. Kerangka karangan
yang telah diberikan oleh guru, selanjutnya dikembangkan dalam bentuk
karangan narasi secara runtut dan logis sesuai dengan informasi mengenai
tokoh yang tersaji di dalam kartu. Kemampuan siswa dalam mengembangkan
kerangka karangan menjadi bentuk karangan narasi utuh mengalami
peningkatan, yakni sebesar 78% atau sebanyak 8 siswa pada siklus I, 89% atau
sebanyak 12 siswa pada siklus II, dan 94% atau sebanyak 16 siswa pada siklus
III.
f. Siswa mengerjakan tugas menulis narasi yang diberikan oleh guru.
Salah satu permasalahan yang terdapat pada kelas XI Bahasa adalah
siswa menyepelekan tugas yang diberikan guru. Dalam penelitian ini, peneliti
berusaha memecahkan masalah tersebut, yakni dengan teknik Make a Match,
guru memberlakukan hukuman kepada siswa yang memiliki nilai kurang dan
siswa yang tidak mengerjakan tugas menulis narasi. Teknik ini terbukti cukup
menggentarkan siswa sehingga kemauan siswa dalam menulis karangan narasi
mengalami peningkatan, yakni sebesar 85% atau sebanyak 23 siswa pada
siklus I, 100% atau sebanyak 30 siswa pada siklus II, dan 100% atau sebanyak
31 siswa pada siklus III.
g. Meningkatnya keterampilan guru dalam mengelola kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Kemampuan guru dalam mengelola kelas merupakan salah satu
penentu keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran. Pengelolaan kelas
yang dilakukan guru antara lain berupa tindakan memberikan perhatian
seluruh siswa, memilih pokok bahasan atau tugas yang diberikan kepada
murid, menyajikan materi dengan mengombinasikan metode ceramah dengan
metode lain yang menjadikan siswa tidak jenuh dalam mengikuti
pembelajaran, memanfaatkan teknik pembelajaran lain yang berbeda dari
teknik yang dilakukan sebelumnya, bergerak berkeliling guna mengawasi
kegiatan kelas, memberi penghargaan kepada murid yang kerjanya baik, serta
memotivasi siswa agar aktif dalam proses pembelajaran. Pengelolaan kelas
yang dilakukan guru jauh lebih baik dari yang dilakukan guru sebelumnya
pada saat survei awal.
Kelemahan atau kekurangan guru selama berlangsungnya proses
pembelajaran menulis narasi dengan teknik Make a Match sedikit demi sedikit
dapat diminimalisasi. Guru mampu meningkatkan peran sebagai fasilitator
dalam pembelajaran. Pada awalnya posisi guru saat mengajar hanya berada di
depan kelas. Seiring berjalannya waktu kelemahan yang dilakukan guru
tersebut dapat diperbaiki dengan cara dapat mengubah posisi mengajar dengan
berkeliling ke seluruh kelas. Pada saat itu, guru memberikan kesempatan agar
siswa aktif dalam proses pembelajaran. Di samping itu, perhatian yang
diberikan guru saat siswa mengerjakan tugas bertambah jika dibandingkan
survei awal. Oleh karena itu, siswa termotivasi mengerjakan tugas karena
merasa diperhatikan guru. Setelah tindakan dilakukan di setiap siklus dalam
proses kegiatan belajar mengajar, pembelajaran menjadi menyenangkan dan
dikakatakan inovatif sebab guru menampilkan pembelajaran yang berbeda dari
biasanya. Hal tersebut berimplikasi pada kemampuan menulis narasi siswa.
Peningkatan keaktifan siswa pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
0
5
10
15
20
25
30
35
SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III
APERSEPSI
KBM
MENCARI PASANGAN KARTU
MENDISKUSIKAN KARTU
MENGOREKSI DAN MEMBERI HUKUMAN
MENGERJAKAN TUGAS MENULIS
Gambar 4. Perbandingan Peningkatan Keaktifan Siswa
Berdasarkan gambar di atas, pembaca dapat mengetahui bahwa masing-
masing indikator keaktifan siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya.
Hal ini menunjukkan bahwa penerapan teknik Make a Match dalam pembelajaran
menulis narasi mampu meningkatkan keaktifan siswa. Siswa lebih termotivasi
dalam mengembangkan tema tulisan karena adanya diskusi kelompok. Selain itu,
teknik ini dapat mengurangi kebosanan siswa selama mengikuti pembelajaran
menulis narasi. Adanya sistem eksekusi dalam teknik ini mampu membuat siswa
takut bermalas-malasan dalam pembelajaran menulis narasi, bahkan pada siklus
III, siswa yang tidak hadir tetap berusaha mengumpulkan karangan narasi.
2. Hasil pembelajaran menulis narasi meningkat
Hasil pembelajaran yang berupa kemampuan siswa dalam menulis
narasi dapat meningkat setelah adanya tindakan berupa penerapan teknik
Make a Match. Kemampuan siswa dalam menulis narasi mengalami
peningkatan dari siklus ke siklus. Tulisan yang dihasilkan siswa mengalami
peningkatan dalam beberapa aspek penulisan, baik dari aspek isi/substansi,
pengorganisasian tulisan, pemanfaatan potensi kata (penggunaan kosakata),
penggunaan kaidah bahasa tulis maupun karakteristik tulisan.
a. Isi/substansi
Isi atau subtansi yang ditulis dalam suatu karangan diperoleh dari ide
atau gagasan. Gagasan atau ide yang ingin disampaikan penulis melalui
tulisannya disebut topik. Gagasan ini dapat berupa pendapat, pengalaman, atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
pengetahuan yang ada dalam pikiran seseorang (Nurudin, 2007: 5). Dalam hal
ini, siswa mampu menentukan ide tulisan dan mengembangkannya setelah
mencari urutan kartu dan mendiskusikannya dalam kelompok. Selain itu, ide
siswa lebih berkembang jika guru mengaktifkan siswa dalam mencari
informasi mengenai subjek sumber tulisan. Siswa lebih mudah
mengembangkan tulisan jika mereka mempunyai informasi yang dipakai
sebagai bahan untuk disampaikan.
Dengan adanya kartu yang berisi kerangka karangan, siswa menjadi
mudah dalam memunculkan ide karena siswa sudah dibantu dengan kerangka
karangan pada kartu tersebut sehingga mereka dapat mengembangkannya
dalam bentuk karangan narasi utuh dengan baik. Selain itu, siswa diberi
kesempatan untuk memiliki pengalaman khusus mengenai tokoh yang akan
diulas, baik lewat wawancara ataupun menggali informasi lewat internet.
Dengan demikian isi tulisan siswa menjadi berbobot dan berkembang. Aspek
isi/substansi dalam tulisan siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan
yang cukup berarti. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai siswa yang mengalami
peningkatan dari siklus ke siklus. Rerata nilai aspek isi yang diperoleh siswa
pada prasiklus adalah 10. Pada siklus I, rerata nilai aspek isi yang diperoleh
siswa adalah 16. Pada siklus II dan III mengalami peningkatan yakni menjadi
20 dan 24. Pada siklus III bahkan terdapat dua siswa yang memperoleh nilai
30 (sempurna) untuk aspek isi karena mereka mampu mengembangkan
kerangka menjadi tuliasan biografi yang lengkap dan dengan informasi yang
luas.
b. Pengorganisasian Tulisan
Hasil kerja siswa pada setiap siklus menunjukkan bahwa siswa sudah
dapat mengorganisasikan tulisan dengan baik. Hal tersebut menjadikan tulisan
siswa mudah dipahami oleh pembaca walaupun masih terdapat beberapa siswa
yang mengorganisasikan kalimat demi kalimat dalam tulisan mereka dengan
gagasan yang meloncat-loncat dan tidak sistematis.
Peningkatan kemampuan pada aspek ini terlihat pada nilai yang dicapai
oleh siswa. Pada saat pretes, kemampuan siswa dalam mengorganisasikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
tulisan masih tergolong rendah dengan rerata perolehan 9. Sebagian besar
siswa kurang lancar dalam menuangkan ide dalam tulisan mereka. Selain itu,
penyajian siswa masih kurang sesuai, paragraf yang disusun oleh siswa
sebagian besar tidak berbentuk paragraf, akan tetapi berupa baris-baris kata,
atau bahkan seluruh karangan hanya tersaji dalam satu paragraf saja. Siswa
mengalami peningkatan perolehan rerata nilai aspek organisasi isi pada siklus
I, yakni 11, pada siklus II mengalami peningkatan kembali dengan rerata 13
dan pada siklus III rerata nilai aspek organisasi isi karangan siswa menjadi 16.
c. Penggunaan Bahasa
Setelah adanya tindakan, siswa mampu menggunakan kaidah bahasa
tulis dengan baik jika dibandingkan dengan survei awal. Peneliti dapat
mengatakan demikian sebab kesalahan bahasa tulis yang dilakukan siswa pada
siklus III berkurang. Rerata perolehan nilai aspek penggunaan bahasa siswa
pada prasiklus adalah 5. Pada pertemuan berikutnya dalam siklus yang
berbeda guru selalu memberikan umpan balik atas kesalahan yang ditulis
siswa dalam karangan yang dihasilkan pada pertemuan sebelumnya. Pada
siklus I, rerata perolehan nilai aspek penggunaan bahasa siswa mencapai 11,
pada siklus II meningkat menjadi 12 dan pada siklus III menjadi 16. Pada
setiap pergantian siklus, secara berangsur-angsur siswa menyusun struktur
kalimat sesuai dengan aturan sintaksis yang benar sehingga maksud yang
terkandung dalam tulisan dapat dipahami dengan baik oleh pembaca.
Kesalahan penggunan bahasa yang dilakukan oleh sebagian besar siswa
adalah penggunaan kalimat tidak lengkap. Beberapa kalimat yang ditulis siswa
merupakan kalimat tidak bersubjek, atau kalimat yang hanya terdiri atas
subjek saja.
d. Kosakata
Pada survei awal, kosakata yang dipakai oleh siswa masih tampak
biasa. Selain itu, pada survei awal materi yang diberikan oleh guru adalah
menulis narasi secara umum. Perolehan rerata nilai aspek kosakata siswa pada
prasiklus adalah 11. Pada tahap tindakan, guru memberikan materi berupa
menulis narasi biografi. Dalam tulisan narasi biografi tokoh yang dibuat oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
siswa pada siklus I hingga III, siswa sudah mampu mengembangkan potensi
kosakata. Dari tema pada masing-masing siklus, siswa memperoleh kosakata
baru. Misalnya pada siklus I, siswa memperoleh kosakata baru yang berkaitan
dengan sejarah, karena pada tahap tersebut siswa menulis biografi pahlawan.
Pada siklus I, rerata nilai aspek kosakata siswa 11, kemudian pada siklus II
mengalami peningkatan menjadi 13 dan naik kembali pada siklus III menjadi
17.
e. Ejaan / Mekanik
Pada survei awal, peneliti banyak menemukan kesalahan dalam tulisan
narasi siswa. Hal ini dapat dibuktikan pada rerata nilai aspek mekanik siswa
pada prasiklus, yakni 2. Hal tersebut disebabkan guru yang kurang
menekankan kepada siswa mengenai pentingnya penggunaan ejaan dan tanda
baca yang benar dalam menulis. Setelah diberi penjelasan dan diberi contoh-
contoh tulisan narasi, nilai siswa dalam aspek ini selalu mengalami
peningkatan. Dalam hal ini, penerapan teknik Make a Match memiliki peranan
yang berarti, yakni dapat mendorong siswa untuk menulis dengan baik dan
benar dan memperhatikan ejaan serta tanda baca. Pada siklus I, rerata nilai
aspek mekanik siswa 3, kemudian pada siklus II mengalami peningkatan
menjadi 5 dan naik kembali pada siklus III menjadi 6.
Peningkatan rerata perolehan nilai siswa pada setiap aspek penilaian
hasil menulis narasi siswa dalam penelitian ini tersaji pada gambar berikut.
0
5
10
15
20
25
SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III
ISI
ORGANISASI ISI
PENGGUNAANBAHASAKOSAKATA
MEKANIK
Gambar 5. Perbandingan Peningkatan Skor Nilai Siswa Pada Setiap Aspek Penilaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Penerapan teknik Make a Match dalam pembelajaran menulis narasi
mampu meningkatkan kualitas hasil tulisan narasi siswa. Gambar di atas
merupakan bukti bahwa kualitas hasil karangan siswa dalam penelitian ini
senantiasa mengalami peningkatan. Rerata perolehan nilai siswa pada setiap aspek
penilaian senantiasa mengalami peningkatan pada setiap siklus. Dalam penelitian
ini, guru memperbaiki cara mengajar sehingga mampu memberikan pemahaman
yang lebih kepada siswa mengenai tulisan yang baik. Guru menerapkan tahapan
penulisan dalam penelitian ini. Selain itu, guru mengajarkan mengenai profil
penilaian karangan. Kedua hal ini tidak dilaksanakan pada prasiklus. Oleh karena
itu, perubahan cara mengajar mampu meningkatkan kualitas hasil karangan narasi
siswa.
Tabel 11. Nilai Menulis Narasi Siswa Pratindakan dan Pascatindakan
No. Nama Siswa PRASIKLUS SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III KETERANGAN
1 Ahimsa Eka A. 0 62 70 80 Tuntas
2 Chitra Kusuma D. 0 0 80 81 Tuntas
3 Dilla Agusta V. 55 0 72 81 Tuntas
4 Dwi Sri L. 54 80 81 90 Tuntas
5 Erni Supriyanti 0 81 80 91 Tuntas
6 Faizal Haryo W. 59 0 77 86 Tuntas
7 Farras Alda H. 57 71 77 78 Tuntas
8 Fath Anissa H. 60 64 74 83 Tuntas
9 Febrian Bagus K. 0 72 0 89 Tuntas
10 Febriana C 0 74 70 88 Tuntas
11 Futria Ayu W. 55 53 66 74 Tuntas
12 Igga Swastika 0 0 0 83 Tuntas
13 Kusuma Asmara D. 55 0 68 64 Tidak Tuntas
14 Lia Tarzuqia R. 63 73 0 81 Tuntas
15 Maria Andya T. 53 74 84 96 Tuntas
16 Nabela Yeni S. 67 69 77 79 Tuntas
17 Petra Eka H. 0 0 0 83 Tuntas
18 Pradipta Angga S 0 0 77 74 Tuntas
19 Prahasdika Dhimas Y. 58 66 0 67 Tidak Tuntas
20 Primadinar Sekar R. 74 73 81 88 Tuntas
21 Ragil Kurniawan 57 61 78 83 Tuntas
22 Rahmadhani Osa I. 47 76 70 0 Tidak Tuntas
23 Retnaningtyas Diah P. 0 86 77 94 Tuntas
24 Roro Hanaliesia 0 76 80 80 Tuntas
25 Seline C 64 0 78 85 Tuntas
26 Selvi Windiastuti 78 87 76 84 Tuntas
27 Shevi Prima E. 52 78 81 87 Tuntas
28 Tafsiroh 48 0 0 82 Tuntas
29 Tessa C. 54 68 82 77 Tuntas
30 Tiara Utari 57 61 80 81 Tuntas
31 Venda Vista T. 47 74 78 83 Tuntas
32 Vivian Rheza AF. 0 69 82 86 Tuntas
33 Wening Indriyati 0 82 80 91 Tuntas
34 Wesly Valentino 42 0 59 79 Tuntas
Total 1256 1730 2135 2524 LULUS = 85,3 %
TIDAK = 14,7% Rata-rata 36,94 50,88 62,79 74,24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV dapat disimpulkan bahwa
penerapan teknik Make a Match meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran menulis narasi siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga. Hal
tersebut terlihat pada keterangan berikut.
1. Siswa Aktif dalam Pembelajaran Menulis Narasi
Peningkatan keaktifan siswa selama pembelajaran tampak dalam aktivitas
siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran menulis narasi dengan teknik
Make a Match. Aktivitas siswa yang mengidentifikasikan keaktifan tersebut
antara lain:
a. jumlah siswa yang aktif memberikan respons terhadap apersepsi yang
diberikan guru terus mengalami peningkatan pada setiap siklus, yakni 38%
pada siklus I, 44% pada siklus II, dan 79% pada siklus III;
b. jumlah siswa yang aktif memperhatikan penjelasan materi pada saat KBM
mengalami peningkatan dari siklus ke siklus, yakni 47% pada siklus I, 59%
pada siklus II, dan 79% pada siklus III;
c. jumlah siswa yang aktif mencari pasangan kartu mengalami peningkatan pada
setiap siklus. Pada siklus I sebesar 68%, siklus II sebesar 88%, dan siklus III
sebesar 91%.
d. jumlah siswa yang aktif dalam kegiatan mendiskusikan meningkat di setiap
siklusnya, yakni 62% pada siklus I, 76% pada siklus II, dan 91% pada siklus
III;
e. jumlah siswa aktif mengoreksi bersama dan memberikan hukuman kepada
siswa yang melakukan kesalahan meningkat di setiap siklusnya, yaitu 62%
pada siklus I, 74% pada siklus II, dan 85% pada siklus III;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
f. jumlah siswa yang mau mengerjakan tugas menulis narasi secara utuh
mengalami peningkatan dalam setiap siklusnya, yakni 68% pada siklus I, 88%
pada siklus II, dan 91% pada siklus III.
Rerata peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis narasi
dengan teknik Make a Match secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut.
Pada siklus I prosentase keaktifan siswa mencapai 57%, meningkat 14 poin dari
survei awal. Pada siklus II siswa yang aktif selama pembelajaran sebesar 72% dan
pada siklus III mencapai 86%.
Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis narasi di atas
tidak terlepas dari peran guru. Dalam hal ini peningkatan kualitas proses
pembelajaran disebabkan adanya peningkatan keterampilan guru mengelola kelas.
Dengan diterapkannya teknik Make a Match memacu guru lebih terampil
mengelola kelas. Peningkatan keterampilan guru tampak pada tindakannya
memberikan perhatian pada seluruh siswa di kelas. Selain itu, guru menerapkan
metode atau teknik pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya yang hanya
memberikan tugas menulis. Pada pembelajaran kali ini guru mengombinasikan
ceramah dengan teknik lain sehingga siswa tidak bosan lagi mengikuti
pembelajaran. Selain itu, guru sudah mampu bersikap lebih tegas, sehingga sikap
siswa yang menyepelekan guru berkurang. Di samping itu, guru berperan dalam
memotivasi siswa agar aktif selama pembelajaran berlangsung. Kondisi yang
demikian jauh lebih baik daripada pengelolaan kelas yang dilakukan guru pada
survei awal. Secara perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit kelemahan guru dapat
teratasi setelah diterapkannya tindakan pada pembelajaran menulis narasi dengan
teknik Make a Match.
2. Kualitas Hasil Tulisan Narasi Siswa Meningkat
Penerapan teknik Make a Match meningkatkan kualitas hasil pembelajaran
menulis narasi. Hal ini ditandai dengan rerata nilai menulis narasi siswa yang
mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus I, nilai rata-rata siswa
50,9; siklus II 62,79; dan siklus III mencapai 74,24. Keefektifan penerapan teknik
Make a Match diidentifikasi dengan 31 siswa yang telah mampu mencapai nilai
ketuntasan hasil belajar (nilai 70 ke atas) pada siklus III.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Selain itu, peningkatan kualitas hasil tulisan narasi siswa dapat dicermati
pada indikator berikut.
a. Isi/substansi
Aspek isi/substansi dalam tulisan siswa pada setiap siklus mengalami
peningkatan. Rerata nilai aspek isi yang diperoleh siswa pada prasiklus adalah
10. Pada siklus I, rerata nilai aspek isi yang diperoleh siswa adalah 16. Pada
siklus II dan III mengalami peningkatan yakni menjadi 20 dan 24. Pada siklus
III bahkan terdapat dua siswa yang memperoleh nilai 30 (sempurna) untuk
aspek isi.
b. Pengorganisasian Tulisan
Peningkatan kemampuan pada aspek ini terlihat pada skor capaian yang
diperoleh siswa. Pada saat pretes, kemampuan siswa dalam
mengorganisasikan tulisan masih tergolong rendah dengan rerata perolehan 9.
Siswa mengalami peningkatan perolehan rerata nilai aspek organisasi isi pada
siklus I, yakni 11, pada siklus II mengalami peningkatan kembali dengan
rerata 13 dan pada siklus III rerata nilai aspek organisasi isi karangan siswa
menjadi 16.
c. Penggunaan Bahasa
Rerata nilai perolehan aspek penggunaan bahasa siswa pada prasiklus
adalah 5. Pada siklus I, rerata perolehan nilai aspek penggunaan bahasa siswa
mencapai 11, pada siklus II meningkat menjadi 12 dan pada siklus III menjadi
16.
d. Kosakata
Pada survei awal, kosakata yang dipakai oleh siswa masih tampak
biasa. Perolehan rerata nilai aspek kosakata siswa pada prasiklus adalah 11.
Pada siklus I, rerata nilai aspek kosakata siswa 11, lalu pada siklus II
mengalami peningkatan menjadi 13 dan naik kembali pada siklus III menjadi
17.
e. Ejaan / Mekanik
Pada survei awal, peneliti banyak menemukan kesalahan dalam tulisan
narasi siswa. Hal ini dapat dibuktikan pada rerata nilai aspek mekanik siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
pada prasiklus, yakni 2. Pada siklus I, rerata nilai aspek mekanik siswa 3,
kemudian pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 5 dan naik kembali
pada siklus III menjadi 6.
B. Implikasi
Implikasi yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi : (1) implikasi
teoretis; (2) implikasi pedagogis; (3) implikasi praktis. Penjelasan masing-masing
implikasi adalah sebagai berikut.
1. Implikasi Teoretis
Penelitian ini berimplikasi pada terbukanya wawasan dan khazanah ilmu
pengetahuan tentang peran model pembelajaran yang tepat dalam
pembelajaran menulis, khususnya menulis narasi. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran yang tepat mampu
meningkatkan kualitas proses maupun hasil menulis narasi siswa. Penerapan
teknik Make a Match dalam pembelajaran menulis narasi mampu memacu
antusiasme siswa dalam proses pembelajaran.
Teknik Make a Match memiliki ciri khas kartu serta adanya eksekusi.
Kelebihan teknik ini yakni kartu yang berisi kerangka karangan mampu
memicu semangat siswa dalam mengembangkan kerangka karangan menjadi
karangan yang runtut. Selain itu, sistem eksekusi dalam teknik ini mampu
memicu semangat siswa untuk mengerjakan tugas menulis narasi. Siswa
terpicu mengerjakan tugas menulis narasi dengan baik karena takut diberi
hukuman. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan oleh guru lain
dalam mengajarkan materi menulis narasi faktual biografi tokoh. Selain itu,
teknik Make a Match dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis narasi
pada kelas dengan kondisi siswa yang kurang semangat dalam kegiatan
menulis.
Kelemahan teknik Make a Match yakni membutuhkan banyak tenaga. Guru
harus mempersiapkan kartu dan kerangka karangan untuk dibagikan kepada
siswa. Selain itu, guru harus berperan aktif membimbing siswa selama proses
eksekusi karena siswa belum tentu paham terhadap profil penilaian karangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Dari beberapa hal yang berkaitan dengan teknik Make a Match, hasil
penelitian ini membuktikan bahwa teknik Make a Match dapat digunakan
sebagai alternatif cara bagi guru bahasa Indonesia dalam melaksanakan
pembelajaran menulis yang menarik dan efektif.
2. Implikasi Pedagogis
Keberhasilan pembelajaran membutuhkan peran serta dari berbagai pihak.
Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, guru sebagai fasilitator dalam
pembelajaran dituntut untuk bekerja keras menidentifikasi permasalahan yang
terjadi di kelas, bahkan mengidentifikasi permasalahan yang dialami oleh
setiap siswa kemudian mencari solusi yang tepat agar pembelajaran
berlangsung dengan baik dan efektif. Selain itu, pemecahan masalah
memerlukan bantuan dari pihak sekolah dalam menyediakan sarana dan
prasarana yang menunjang pembelajaran.
3. Implikasi Praktis
Setelah penelitian dilaksanakan, terlihat dengan jelas bahwa keberhasilan
proses pembelajaran dan peningkatan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh
beberapa hal. Dilihat dari sisi guru yaitu : keterampilan mengelola kelas,
kemampuan guru mengembangkan materi pembelajaran, kemampuan guru
dalam membangkitkan keaktifan, perhatian, dan ketertarikan siswa terhadap
pembelajaran, serta teknik yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran.
Pedoman penilaian yang tepat juga harus diterapkan oleh guru sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai. Dari sisi siswa, minat, motivasi,
pengalaman/background knowledge dan lingkungan yang kondusif sangat
berpengaruh terhadap proses dan hasil pembelajaran.
Kedua hal di atas berhubungan erat dan saling mempengaruhi satu dengan
yang lain. Oleh karena itu, kedua hal tersebut harus terjalin dengan baik guna
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis narasi.
Keterampilan guru mengelola kelas, memilih teknik yang sesuai serta tema
pembelajaran yang tepat akan disambut dengan baik oleh siswa jika siswa
dalam kondisi siap mengikuti pembelajaran serta didukung lingkungan yang
kondusif. Dari lingkungan yang kondusif ini, minat dan semangat siswa dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
mengikuti pembelajaran pun akan tumbuh, sehingga tercipta lingkungan
pembelajaran yang aktif dan interaktif.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian, peneliti mengajukan saran
sebagai berikut.
1. Bagi siswa
a. Siswa kelas Bahasa hendaknya lebih aktif bertanya, berdiskusi dan
mencari informasi dari sumber lain guna memperoleh informasi penjelas
yang cukup untuk mengembangkan ide dalam menulis, khususnya menulis
narasi;
b. Siswa kelas Bahasa lebih baik memperbanyak membaca contoh-contoh
tulisan narasi, khususnya biografi tokoh untuk mendalami materi yang
sedang dipelajari;
c. Siswa kelas Bahasa sebaiknya lebih berhati-hati dan memperhatikan profil
penilaian karangan dalam menulis;
d. Siswa kelas Bahasa hendaknya lebih hormat dan menjaga sikap ketika
guru mengajar dan mengikuti pembelajaran dengan penuh semangat.
2. Bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
a. Hendaknya guru menerapkan teknik Make a Match dalam pembelajaran
menulis narasi;
b. Guru sebaiknya menggunakan pedoman penilaian yang akurat setiap kali
menilai proses dan hasil pembelajaran menulis narasi;
c. Guru hendaknya menerapkan tahapan penulisan dalam pembelajaran
menulis;
d. Guru lebih baik mengaktifkan siswa dalam pembelajaran menulis dengan
melibatkan siswa dalam mencari informasi sebagai bahan
mengembangkan karangan;
e. Guru hendaknya memotivasi siswa kelas Bahasa agar lebih produktif
dalam kegiatan menulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
3. Bagi kepala sekolah
a. Kepala sekolah hendaknya memotivasi guru agar senantiasa melakukan
pembaharuan teknik mengajar dalam pembelajaran menulis karena setiap
kelas memiliki permasalahan yang berbeda;
b. Kepala sekolah hendaknya memotivasi guru untuk mengidentifikasi
permasalahan yang terjadi pada setiap kelas dan meminta guru mencari
solusi atas permasalahan tersebut, khususnya dalam pembelajaran menulis.