92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGGUNAAN METODE FERNALD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA PADA ANAK KESULITAN BELAJAR KELAS II SD DI SLB/ A YKAB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 Skripsi Oleh : ANIK MARYANI NIM K5107007 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ...eprints.uns.ac.id/7688/1/217120811201103521.pdfThis study belongs to a Classroom Action Research, that is, an observation on the learning activity

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGGUNAAN METODE FERNALD UNTUK MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR MEMBACA PADA ANAK KESULITAN

BELAJAR KELAS II SD DI SLB/ A YKAB SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2010/2011

Skripsi

Oleh :

ANIK MARYANI

NIM K5107007

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGGUNAAN METODE FERNALD UNTUK MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR MEMBACA PADA ANAK KESULITAN

BELAJAR KELAS II SD DI SLB/ A YKAB SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2010/2011

Oleh : ANIK MARYANI

NIM K5107007

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Anik Maryani. PENGGUNAAN METODE FERNALD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA PADA ANAK KESULITAN BELAJAR KELAS II SD DI SLB/ A YKAB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni , 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar membaca pada anak kesulitan belajar kelas II SD di SLB/ A YKAB Surakarta tahun ajaran 2010/2011.

Penelitian ini berbentuk Classroom Action Research/ Penelitian Tindakan Kelas merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian ini berupa kolaborasi atau kerjasama antara peneliti, guru, dan siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, tes, dan analisis dokumen. Untuk menguji validitas data, penulis menggunakan triangulasi data dan triangulasi metode. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif komparatif dan analisis kritis. Data kuantitatif berupa hasil tes dianalisis dengan menggunakan deskriptif komparatif yaitu dengan mencari nilai rerata dan persentase ketuntasan belajar, kemudian membandingkan nilai tes antar siklus dengan indikator ketercapain. Sedangkan data kualitatif yang berasal dari hasil observasi, wawancara, dan dokumen dianalisis dengan menggunakan analisis kritis.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan Metode Fernald dapat meningkatkan prestasi belajar membaca pada siswa kesulitan belajar kelas II SD di SLB/ A YKAB Surakarta tahun ajaran 2010/2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAC

Anik Maryani. THE USE OF FERNALD METHOD TO IMPROVE THE READING LEARNING ACHIEVEMENT IN II LEARNING DISABLED GRADERS OF ELEMENTARY SCHOOL IN SLB/A YKAB SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis. Surakarta. Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, June 2011.

The objective of research is to improve the reading learning achievement in II Learning Disabled Graders of Elementary School in SLB/A YKAB Surakarta in the School Year of 2010/2011.

This study belongs to a Classroom Action Research, that is, an observation on the learning activity in the form of action, deliberately emerged and occurring in a classroom simultaneously. This research is a collaboration of researcher, teacher, and students. Technique of collecting data used was research and observation, interview, test, and document analysis. In order to validate the data, the author employed data and method triangulations. Technique of analyzing data used was a descriptive comparative and critical analysis. The quantitative data containing the test result was analyzed using descriptive comparative, by looking for the mean value and percentage of learning passing, then comparing the inter-cycles test value with the achievement indicator. Meanwhile the qualitative data deriving from result of observation, interview and document was analyzed using critical analysis.

Considering the result of research conducted, it can be concluded that the use of Fernald Method can improve the reading learning achievement in II Learning Disabled Graders of Elementary School in SLB/A YKAB Surakarta in the School Year of 2010/2011.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

HALAMAN MOTTO

“Orang- orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu.

Orang- orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan”.

( Mario Teguh. www.google.com diakses tanggal 20 juni)

“ jika hanya mengerjakan yang sudah diketahui, kapankah kita akan

mendapat pengetahuan yang baru? Melakukan yang belum kita ketahui

adalah pintu menuju pengetahuan”.

(Mario Teguh. www.google.com diakses tanggal 20 juni)

“ Jangan pernah berkata tidak bisa sebelum mencobanya “

( penulis ))))

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi Ini Penulis Persembahkan

Kepada:

� Bapak ibu tercinta yang telah merawat

dan membimbingku hingga dewasa

� Keponakanku yang aku sayangi dan

cintai

� Teman- teman PLB ‘07

� Almamater

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT yang telah

memberi kenikmatan hidayah serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar

Sarjana Pendidikan. Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan

izin penulisan skripsi;

2. Drs. R. Indianto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah

memberikan persetujuan skripsi;

3. Drs. Gunarhadi, M.A, Ph.D, Ketua Program Pendidikan Luar Biasa yang

telah memberikan izin penulisan skripsi;

4. Drs. Rachmad Djatun, M.Pd., selaku pembimbing I yang selalu

memberikan bimbingan, arahan dan dorongan kepada penulis dalam

penyelesaian penyusunan skripsi;

5. Dra. Munzayanah, selaku pembimbing II yang senantiasa memberikan

bimbingan, arahan dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

penulis selesaikan dengan lancar;

6. Prof. Dr. Sunardi, M. Sc. Pembimbing Akademik, yang telah memberikan

arahan dan bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program Pendidikan

Luar Biasa FKIP UNS;

7. Bapak ibu dosen Program Pendidikan Luar Biasa yang secara tulus

memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis;

8. Drs. Bambang S., selaku Kepala Sekolah SLB/ A YKAB Surakarta yang

memberikan izin untuk melakukan penelitian di tempat tersebut;

9. Maryuni, S.Pd., selaku Guru Kelas II yang telah memberikan waktu dan

bantuan dalam melaksanakan penelitian;

10. Siswa kelas II SLB/ A YKAB Surakarta yang telah membantu pelaksanaan

penelitian;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

11. Teman- teman PLB 2007 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang

membantu dan memberikan semangat dan dukungan selama menjadi

mahasiswa dan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh Karena

itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap

semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi

pembaca.

Surakarta, Juni 2011

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI ....................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................. v

ABSTRAC ................................................................................................. vi

MOTTO ..................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ...................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ............................................................................... ix

DAFTAR ISI .............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv

DAFTAR GRAFIK .................................................................................... xvi

DAFTAR SKEMA ..................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ........................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 7

1. Tinjauan Kesulitan Belajar ...................................................... 7

a. Pengertian Kesulitan Belajar ............................................ 7

b. Karakteristik Anak Kesulitan Belajar ............................... 11

c. Gejala Kesulitan Belajar ................................................... 12

d. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar .................................. 12

e. Kesulitan Belajar Membaca ............................................. 14

f. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar Membaca ........................... 15

g. Ciri-Ciri Anak Berkesulitan Belajar Membaca ................ 15

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

2. Tinjauan Prestasi Belajar ......................................................... 16

a. Pengertian Belajar ............................................................ 16

b. Unsur- Unsur Belajar ....................................................... 17

c. Prinsip – Prinsip Belajar .................................................. 18

d. Jenis- Jenis Belajar ........................................................... 19

e. Prestasi Belajar ................................................................. 22

3. Tinjauan Membaca .................................................................. 23

a. Pengertian Membaca ........................................................ 23

b. Tujuan Membaca .............................................................. 25

c. Ciri-Ciri Membaca ........................................................... 26

d. Aspek-Aspek membaca .................................................... 27

e. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan

Membaca .......................................................................... 28

f. Tahap-Tahap Perkembangan Membaca ........................... 30

g. Jenis Kegiatan Membaca .................................................. 32

4. Tinjauan Metode Membaca Untuk Anak Berkesulitan

Belajar ..................................................................................... 33

a. Metode Fernald ................................................................ 33

b. Metode Gillingham .......................................................... 35

c. Metode Analisis Glass ..................................................... 36

B. Penelitian Relevan .......................................................................... 36

C. Kerangka Berfikir ........................................................................... 37

D. Hipotesis ......................................................................................... 38

BAB III METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian ............................................................................ 39

B. Metode Penelitian ........................................................................... 40

C. Subyek Penelitian ........................................................................... 41

D. Data dan Sumber Data ..................................................................... 42

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 42

F. Validitas Data ................................................................................. 46

G. Teknik Analisis Data ...................................................................... 48

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

H. Indikator Kinerja ............................................................................ 48

I. Prosedur Penelitian ......................................................................... 49

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 52

1. Diskripsi Kondisi Awal ........................................................... 52

2. Pelaksanaan Penelitian Siklus I ................................................ 54

a. Perencanaan ...................................................................... 54

b. Pelaksanaan Tindakan ...................................................... 56

c. Observasi .......................................................................... 57

d. Refleksi ............................................................................ 59

3. Pelaksanaan penelitian Siklus II ............................................... 59

a. Perencanaan ...................................................................... 59

b. Pelaksanaan Tindakan ...................................................... 61

c. Observasi .......................................................................... 62

d. Refleksi ............................................................................ 64

B. Hasil Penelitian .............................................................................. 64

C. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ..................................................................................... 71

B. Saran ............................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 73

LAMPIRAN- LAMPIRAN ........................................................................ 76

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kurikulum Pembelajaran ...................................................... 77

Lampiran 2 Soal Pretest/ Posttest ............................................................. 78

Lampiran 3 Format Penilaian ................................................................... 79

Lampiran 4 Lembar Observasi Kinerja Guru Dalam Pembelajaran

Membaca ............................................................................... 80

Lampiran 5 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Dalam Pembelajaran

Membaca ............................................................................... 82

Lampiran 6 RPP Siklus I .......................................................................... 83

Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Dalam Pembelajaran

Membaca pada kegiatan Siklus I ........................................... 89

Lampiran 8 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Dalam Pembelajaran

Membaca pada kegiatan Siklus I .......................................... 91

Lampiran 9 RPP Siklus II ......................................................................... 92

Lampiran 10 Lembar Observasi Kinerja Guru Dalam Pembelajaran

Membaca pada kegiatan Siklus II ......................................... 98

Lampiran 11 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Dalam Pembelajaran

Membaca pada kegiatan Siklus II ......................................... 100

Lampiran 12 Panduan Wawancara Dengan Guru Kelas II SLB/ A

YKAB Surakarta ................................................................... 101

Lampiran 13 Rekap Nilai Pada Kegiatan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II 102

Lampiran 14 Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ............................ 103

Lampiran 15 Surat Ijin Penyusunan Skripsi ............................................... 104

Lampiran 16 Surat Permohonan Ijin Research/ Penelitian ........................ 105

Lampiran 17 Surat Keterangan Kolaborasi ................................................ 106

Lampiran 18 Surat Keterangan Melakukan Research/ Penelitian .............. 107

Lampiran 19 Foto Pelaksanaan Penelitian Pra Siklus ................................ 108

Lampiran 20 Foto Pelaksanaan Siklus I ..................................................... 109

Lampiran 21 Foto Pelaksanaan Siklus II .................................................... 110

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3. 1 Rencana Pelaksanaan kegiatan Penelitian dan penyusunan

skripsi ...................................................................................... 39

Tabel 4. 1 Daftar Nama Siswa Berkesulitan Belajar Kelas II SD

Di SLB/ A YKAB Surakarta ................................................... 52

Tabel 4. 2 Daftar Nilai Membaca Pada Kegiatan Pra Siklus (Kemampuan

Awal) ....................................................................................... 53

Tabel 4. 3 Daftar Nilai Membaca Pada Kegiatan Siklus I ....................... 58

Tabel 4. 4 Daftar Nilai Membaca Pada Kegiatan Siklus II ...................... 63

Tabel 4. 5 Daftar Nilai Membaca Siswa Kelas II Pada Kemampuan Awal,

Siklus I, Dan Siklus II ............................................................. 65

Tabel 4. 6 Peningkatan Nilai Membaca Setiap Siklus ............................. 66

Tabel 4. 7 Peningkatan Ketuntasan Belajar Membacasetiap Siklus ........ 67

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 4. 1 Nilai Membaca Siswa Kelas II Pada Kegiatan Pra Siklus

(Kemampuan Awal) ................................................................ 54

Grafik 4. 2 Nilai Membaca Siswa Kelas II Pada Kegiatan Siklus I .......... 58

Grafik 4. 3 Nilai Membaca Siswa Kelas II Pada Kegiatan Siklus II ......... 63

Grafik 4. 4 Peningkatan Nilai Membaca Siswa Kelas II ........................... 66

Grafik 4. 5 Peningkatan Rata-Rata Nilai Membaca Setiap Siklus ............ 67

Grafik 4. 6 Peningkatan Ketuntasan Secara Klasikal ................................ 68

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 2.1 Kerangka Berfikir ...................................................................... 39

Skema 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas ............................................. 41

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang penting untuk setiap manusia. Dengan

pendidikan kita dapat meningkatkan pemikiran lebih maju serta dapat

meningkatkan kesejahteraan rakyat. Semua warga Negara Indonesia wajib

mendapatkan pendidikan dan pengayoman dari pemerintah.

Anak berkebutuhan khusus mempunyai hak- hak yang sama yang diatur

dalam Undang- Undang Dasar 1945. Pada buku Pendidikan Anak Berkebutuhan

Khusus, hak- hak yang dimiliki anak berkebutuhan khusus berdasar pada landasan

yuridis formal meliputi: UUD 1945 ( amandemen ), UU no 20 tahun 2003 sistem

pendidikan nasional dan UU no. 4 1997 tentang penyandang cacat.

Pada UUD 1945 (amandemen) tepatnya pada pasal 31 ayat 1 dan 2. Bunyi

pasal 33 ayat 1 yaitu : “ Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan”.

sedangkan pada ayat 2 yaitu: “Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan

berdasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Dengan demikian setiap warga

Negara Indonesia berhak untuk mendapatkan pendidikan dan dibiayai oleh

pemerintah.

Pada UU no. 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yang

berbunyi,

”Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis”.

Sedangkan pada UU no. 4 1997 tentang penyandang cacat pada pasal (5)

berbunyi: “ Setiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama

dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan”. Dari pernyataan tersebut semua

anak berkebutuhan khusus mempunyai hak dan kesempatan untuk mendapatkan

pendidikan ynag layak tanpa terkecuali.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa semua anak

berkebutuhan khusus maupun anak normal wajib dan mempunyai hak

mendapatkan pendidikan serta mempunyai hak yang sama dalam berbagai bidang.

Misalnya memperoleh hak milik, hak mengeluarkan pendapat, hak untuk

membela negara maupun hak mendapatkan pengayoman atau perlindungan.

Dalam bidang hukum juga mempunyai hak yang sama dengan anak normal. Anak

kesulitan belajar merupakan anak yang mempunyai kebutuhan khusus. Dengan

demikian anak kesulitan belajar mempunyai hak yang sama dalam segala bidang

seperti anak normal ataupun anak cacat. Sebagai contoh yaitu hak untuk

memperoleh pendidikan, hak untuk mendapatkan pengayoman maupun hak dalam

bidang politik, yaitu hak untuk mengeluarkan pendapat.

Dalam pendidikan maupun sekolah membaca merupakan hal yang sangat

penting dan juga merupakan sarana yang tepat untuk mempromosikan suatu

pembelajaran sepanjang hayat (life long learning). Mengajarkan membaca pada

anak berarti memberi anak tersebut sebuah masa depan, yaitu memberi cara

bagaimana mengerti atau mempelajari sesuatu dari buku, koran, majalah ataupun

dari sumber yang lain. Dengan kegiatan membaca dapat membuka jendela

pengetahuan dengan mudah. Karena hampir semua pengetahuan disajikan dalam

bentuk tulisan. Membaca juga dapat memberikan kesempatan untuk mendapatkan

tujuan hidupnya.

Selain itu membaca juga merupakan modal utama dalam setiap mata

pelajaran, tidak hanya pada pelajaran Bahasa Indonesia saja. Namun pembelajaran

membaca sebagian besar dapat dijadikan hal yang pasti atau mutlak dari bagian

mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tanpa membaca pembelajaran dalam kelas

tidak dapat terwujud dengan baik atau bahkan semua pelajaran tidak akan

dimengerti oleh siswa. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang

melibatkan banyak hal, tidak hanya sekadar melafalkan tulisan tetapi, juga

melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, metakognitif.

Menurut Soedarso (1983) dalam Mulyono Abdurrahman (1999 : 200)

“Membaca merupakan aktivitas komplek yang memerlukan sejumlah besar

tindakan terpisah- pisah mencakup penggunaan pengertian, khayalan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

pengamatan, dan ingatan”. Sedangkan menurut Sunardi (1997 : 1) “ Membaca

adalah aktifitas auditif dan visual untuk memperoleh makna dari simbol berupa

huruf dan kata. Aktivitas ini meliputi proses, yaitu proses decoding, yang dikenal

juga dengan istlah membaca teknis, dan proses pemahaman”. Menurut Syafe’ei

dalam Farida Rahim (2007:2) tiga istilah yang sering digunakan untuk

memberikan komponen dasar dari proses membaca, yaitu recording, decoding,

dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian

mengasosiasikanya dengan bunyi- bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang

digunakan, sedangkan proses decoding (penyandian) merujuk pada proses

penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata- kata. Proses recording dan

decoding biasanya berlangsung pada kelas awal, yang disebut dengan membaca

permulaan. Penekanan membaca pada tahap ini adalah proses prespektual, yaitu

pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi- bunyi bahasa. Proses

memahami makna disebut dengan istilah meaning. Pada tahap ini dikenalkan pada

kelas SD dengan jenjang kelas yang lebih tinggi. Dengan demikian membaca

sangatlah penting dalam setiap pembelajaran tidak hanya pada pelajaran Bahasa

Indonesia saja, tetapi pada semua mata pelajaran.

Prestasi membaca yaitu penguasaan pengetahuan keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjuk oleh nilai tes yang diberikan

oleh guru. Sedangkan prestasi adalah hasil yang ingin dicapai. Menurut Conny

Semiawan (2002 : 11) mengemukakan bahwa “Faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar adalah pemenuhan kebutuhan psikologis, intelegensi, faktor non

kognitif, pengembangan kreatifitas”.

Pada siswa kelas II SD di SLB/ A YKAB terdapat siswa yang mengalami

kesulitan belajar. Hampir semua mata pelajaran tidak dikuasai siswa dengan

sempurna. Namun pada kegiatan penelitian ini hanya dilakukan pada kesulitan

membaca pada pelajaran Bahasa Indonesia. Kesulitan pada anak yang jelas yaitu:

belum bisa membaca huruf dengung misalnya “ng”, “ny” pada kata, belum bisa

membaca dengan huruf konsonan ditengah maupun diakhir kalimat atau sering

disebut dengan huruf paten. Ada juga siswa yang belum bisa membedakan antara

huruf “d” dengan huruf “b”, huruf “f” dengan huruf “v”, huruf “f” dengan “p” dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

yang pasti kesulitan yang umum yaitu belum bisa membaca dengan lancar.

Kemampuan membaca mereka juga belum memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimal) meskipun nilai yang ditentukan juga sudah minimal.

Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya kurangnya

perhatian orang tua terhadap perkembangan anaknya, minat baca dari siswa

rendah, keadaan kelas yang tidak kondusif, serta kurang perhatian guru tehadap

peserta didik. Kemampuan membaca anak tergantung pada kemampuan dalam

memahami hubungan antara wicara, bunyi, dan simbol yang diminta. Menurut

Mulyono Abdurrahman (1999:13) “ Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor,

yaitu faktor internal, dan eksternal. Penyebab utama kesulitan belajar (lerarning

disabilities) adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi

neurologis, sedangkan penyebab utama problema belajar (learning problems)

adalah faktor eksternal, yaitu antara lain strategi pembelajaran yang keliru,

pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak,

dan pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak tepat, adalah faktor

eksternal”. Sedangkan menurut Muhibin Syah (2009 : 135) “faktor penyebab

kesulitan belajar adalah faktor intern siswa dan faktor ekstern siswa”. Faktor

intern siswa yaitu hal- hal atau keadaan- keadaan yang muncul dari dalam diri

siswa sendiri. Sedangkan faktor ekstern siswa yaitu hal-hal atau keadaan-

keadaaan yang datang dari luar diri sendiri.

Untuk memperbaiki kemampuan membaca anak dapat dilakukan dengan

berbagai cara. Pengajaran membaca pada anak dibedakan menjadi dua kelompok

besar yaitu metode pengajaran membaca bagi anak pada umumnya dan metode

pengajaran membaca khusus bagi anak berkesulitan belajar. Menurut Mulyono

Abdurrahman (1999 : 215) metode pengajaran membaca bagi anak pada

umumnya terdiri dari metode membaca sadar, fonik, lingusitik, SAS, alfabetik,

dan pengalaman bahasa. Sedangkan metode untuk anak berkesulitan belajar yaitu

Metode Fernald, Gilingham, dan Analisiss Glass.

Dalam metode pengajaran membaca pada anak berkesulitan belajar

terdapat Metode Fernald. Menurut Mulyono Abdurrahman (1999,217) “ Fernald

telah mengembangkan suatu metode pengajaran membaca multisensori yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

merupakan pengembangan dari metode multisensoris yang dikenal pula sebagai

metode VKAT (visual, auditory, kinesthetic, and tactile). Metode ini

menggunakan materi bacaan yang dipilih dari kata- kata yang diucapkan anak,

dan tiap kata yang diajarkan secara utuh”.

Dengan adanya beberapa hambatan dan masalah yang ada pada kelas

tersebut peneliti ingin mengadakan penelitian dengan mengambil judul

”PENGGUNAAN METODE FERNALD UNTUK MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR MEMBACA PADA ANAK KESULITAN BELAJAR

KELAS II SD DI SLB/ A YKAB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

” Apakah penggunaan Metode Fernald dapat meningkatkan prestasi belajar

membaca pada anak kesulitan belajar kelas II SD SLB/A YKAB tahun ajaran

2010/2011?”

C. Tujuan

Setiap kegiatan mempunyai tujuan yang ingin dicapai, begitu pula dengan

kegiatan penelitian ini. Dalam kegiatan penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan membaca dan prestasi belajar membaca pada siswa

kelas II SD SLB/ A YKAB Surakarta. Dengan menggunakan Metode Fernald

diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar membaca anak sehingga proses

kegiatan belajar mengajar dapat telaksana tanpa ada hambatan suatu apapun.

D. Manfaat

Dalam kegiatan penelitian diharapkan dapat memberikan beberapa

manfaat, antara lain yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada para

pembacanya dan juga dapat menambah wawasan untuk kita tentang cara yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

tepat untuk mendidik anak agar kemampuan membaca mereka meningkat dan

tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2. Manfaat Praktis

a. Guru

Dengan pengenalan Metode Fernald diharapkan dapat digunakan

oleh tenaga pendidik untuk meningkatkan prestasi membaca pada anak

kesulitan belajar. selain itu dapat juga dimanfaatkan oleh tenaga pendidik

atau guru untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran Bahasa

Indonesia. Dengan demikian diharapkan dapat memberikan perubahan

yang bermanfaat bagi peserta didik. Karena dapat meningkatkan

kemampuan membaca pada anak. Selain itu pula prestasi belajar anak

dapat meningkat sehingga memudahkan guru dalam menyampaikan materi

pelajaran yang lain, karena peserta didik sudah mampu membaca.

b. Diri Sendiri

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

pengalaman bagi diri sendiri yaitu untuk meningkatkan prestasi belajar

membaca pada siswa SD. Dan juga semoga dapat dijadikan modal dasar

untuk menjadi tenaga pendidik yang baik dan profesional dalam mengajar

di sekolah lain.

c. Siswa

Dengan penggunaan Metode Fernald dalam kegiatan pembelajaran

diharapkan memberikan manfaat pada siswa. Manfaat tersebut yaitu

prestasi belajar membaca siswa dapat meningkat. Dengan meningkatnya

prestasi tersebut diharapkan siswa dapat membaca dengan lancar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Kesulitan Belajar

a. Pengertian Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris

learning disability. Kesulitan belajar banyak ditemui pada peserta didik.

Tidak hanya anak sekolah dasar kadang juga ditemui pada peserta didik yang

jenjang pedidikannya sudah tinggi. Anak yang mengalami kesulitan belajar

biasanya memiliki tingkat kecerdasan atau IQ yang normal atau juga rata-rata.

Kesulitan belajar merupakan konsep multidisipliner yang digunakan

di lapangan pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran. Definisi

kesulitan belajar pertama kali ditemukan oleh the United states ofice of

Education (USOE) pada tahun 1977 yang dikenal dengan public law (pl),

yang hampir indentik dengan definisi yang dikemukakan oleh The National

Advisory Committe Of Handiccaped Children pada tahun 1967. Definisi

tersebut dikutip oleh Hallahan, Kaufman, Dan Lloyd (1985) dalam Mulyono

Abdurrahman (1999 : 6-7) seperti berikut:

Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, menulis, atau berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi- kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak- anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau motorik, hambatan karena tunagrahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi.

Sedangkan menurut NJCLD (National Joint Committee of Learning

Disabilities) dalam Mulyono Abdurrahman (1999: 7-8) mengemukakan

definisi sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Gangguan tersebut instrinsik dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi system syaraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang mengganggu (misalnya gangguan sensoris, tunagrahita, hambatan social dan ekonomi) atau berbagai pengaruh lingkungan (misalnya perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak tepat, faktor- faktor psikogenik), berbagai hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung.

The Board Of The Association For Children And Adulth With

Learning Disabilities (ACALD) dalam Mulyono Abdurrahman ( 1999: 8)

mengemukakan definisi seperti dikutip oleh Lovitt (1989) sebagai berikut:

Kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi kronis yang diduga bersumber neurologis yang secara selektif mengganggu perkembangan, intregrasi, dan/atau kemampuan verbal dan/atau kemampuan nonverbal.

Kesulitan belajar khusus tampil sebagai suatu kondisi ketidakmampuan yang nyata pada orang- orang yang memiliki intelegensi rata- rata hingga superior, yang memiliki sistem sensoris yang cukup, dan kesempatan untuk belajar yang cukup pula. Berbagai kondisi tersebut bervariasi dalam perwujudan dan derajatnya. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap harga-diri , pendidikan, pekerjaan, sosialisasi, dan/atau aktivitas kehidupan sehari- hari sepanjang kehidupan.

Munawir Yusuf, Sunardi, dan Mulyono Abdurrahman (2003 : 8)

mengemukakan bahwa, anak berkesulitan belajar adalah anak yang secara

nyata mengalami kesulitan dalam tugas- tugas akademik khusus maupun

umum, baik disebabkan oleh adanya disfungsi neurologis, proses, psikologis

dasar maupun sebab- sebab lainnya sehingga prestasi belajarnya rendah dan

anak tersebut beresiko tinggi tinggal kelas. Menurut Smith (1978 dalam

Schwartz, 1984) yang dikutip oleh Sunardi&Sunaryo ( 2007: 160- 161)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

mengemukakan telah mengelaborasi tipe khusus anak learning disabilities

atau anak kesulitan belajar sebagai berikut:

1) Tidak mampu melihat hubungan sebab akibat , khususnya penggunaan

kata- kata “ karena”. Tidak mampu berfikir antisinpatif dan melakukan penilaian.

2) Berfikir kaku 3) Mengalami kesulitan melihat persamaan dan perbedaan serta pemahaman

hubungan 4) Tidak dapat melihat pola- pola. Tak mampu mengelompokan pola- pola

yang sama untuk membentuk suatu pola pikir baru. 5) Miskin ingatan, tidak mampu mengingat nama- nama atau tempat juga

wajah 6) Tidak mampu mengorganisasikan fakta dan konsep yang sudah mereka

miliki dan akibatnya tidak mampu menggunakannya untuk pemecahan masalah, untuk memprediksikan atau memperkirakan konsekuensinya

7) Tidak mampu melakukan kategorisasi dalam klasifikasi. Masing-masing pengalaman terpisah satu dengan yang lain, tidak mampu membuat generalisasi dari kongret ke abstrak

8) Tidak mampu melakukan transfer belajar dari pelajaran yang satu ke pelajaran yang lain.

9) Pemahaman konsep terlalu sempit dan luas. Semua binatang berkaki empat adalah anjing. Kucing hanyalah berwarna hitam dan putih ( seperti pernah dilihatnya sendiri sebagai kucing) atau semua kucing dipanggilnya dengan siulan, seperti panggilan kucingnya sendiri.

Sedangkan Abdul Salim Choiri ( 1994 : 1) berpendapat bahwa “Anak

berkesulitan belajar adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan

belajar dalam tugas-tugas selama proses pendidikan, sehingga prestasi belajar

yang dicapai berada di bawah kemampuan anak yang sebenarnya”.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kesulitan

belajar adalah kesulitan dalam bentuk nyata dalam aktivitas mendengarkan,

bercakap- cakap, berbicara, membaca, menulis, menalar dan berhitung, dan

juga mengalami kesulitan dalam belajar sehingga mempunyai prestasi di

bawah rata-rata.. Selain itu anak kesulitan belajar dan berkesulitan belajar

adalah sama yaitu mempunyai kesulitan dalam menerima pelajaran disekolah

dalam bentuk apapun. Kesulitan belajar dapat disebabkan karena anak

tunagrahita, gangguan emosional, hambatan sensoris, ketidaktetapatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

pembelajaran, atau karena kemiskinan budaya. Anak kesulitan belajar

biasanya tidak mengalami kesulitan atau hambatan pada semua mata

pelajaran, tetapi hanya sebagian mata pelajaran saja, misalnya pada pelajaran

Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika , dan lain sebagainya. Namun ada

juga ada yang mengalami kesulitan belajar tidak hanya pada salah satu mata

pelajaran saja, melainkan lebih dari satu mata pelajaran. Dan anak tersebut

beresiko tinggi untuk tinggal kelas.

In addition, research has shown that low self-esteem is often a predictor for the use of maladaptive strategies, such as self-handicapping and learned helplessness, at school. Adolescents with low self-esteem tend to show high use of maladaptive strategies whereas those with high self-esteem use more adaptive achievement strategies (Aunola, Stattin & Nurmi, 2000). Learners with LD are particularly deemed to be at risk for low self-esteem because they experience significant difficulty in school, both in terms of academic performance and peer acceptance (Marcal, 1992; Martinez) dalam Sibusiso Ntshangase,Andile Mdikana dan Candice Cronk (International Journal Of Special Education Vol 23 No 2 2008.) Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut,”Selain itu, penelitian telah menunjukkan bahwa harga diri yang rendah sering merupakan prediktor untuk penggunaan strategi maladaptif, seperti self-handicapping dan ketidakberdayaan yang dipelajari, di sekolah. Remaja dengan harga diri yang rendah cenderung untuk menunjukkan tingginya penggunaan strategi maladaptif sedangkan dengan strategi pencapaian harga diri yang tinggi menggunakan lebih adaptif (Aunola, Stattin & Nurmi, 2000). Peserta didik dengan LD terutama dianggap beresiko rendah diri karena mereka mengalami kesulitan yang signifikan di sekolah, baik dari segi prestasi akademis dan penerimaan peer (Marcal, 1992; Martinez)”.

Menurut Sumarno Markam, H sudomo, Bambang Hartono yang

dikutip oleh Anton Sukarno (JRR, 2000 : 28) anak berkesulitan belajar

mempunyai kemampuan rata- rata keatas, bahkan orang jenius ada yang yang

berkesulitan belajar waktu kecil. Anak kesulitan belajar merupakan masalah

yang baru dan perlu mendapat penanganan. Salah satu jenis penanganan

adalah dengan model pelayanan kelas reguler, kelas khusus, dan kelas

konvensional.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Dari pernyataan tersebut dijelaskan bahwa anak kesulitan belajar

ditangani secara khusus dan diberikan peralatan ataupun penanganan yang

lebih dari anak normal pada umumnya agar mereka lebih berhasil. Hal ini

dapat dilakukan dengan memberikan layanan pendidikan yang khusus

ataupun bimbingan belajar yang lebih agar anak memamhami apa yang

didiajarkan oleh tenaga pendidik atau seorang guru.

b. Karakteristik Anak Kesulitan Belajar

Setelah mengamati penelitian tentang kesulitan belajar, menurut ahli

terkemuka Linda Siegel (2003) dalam John W. Santrock (2009 : 246)

menyimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar (learning disability)

diberikan hanya ketika anak:

1) Memiliki IQ diatas retardasi 2) Mengalami kesulitan yang signifikan dalam bidang yang berkaitan

dengan sekolah (terutama membaca atau matematika) 3) Tidak menunjukan gangguan emosional yang serius, mengalami

kesulitan karena mengguanakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, mempunyai kesulitan sensoris, atau mempunyai kekurangan neurologis tertentu.

Anak kesulitan belajar dapat ditinjau secara historis, teoritis dan

empiris. Anton Sukarno dalam jurnal Indonesia (2000 : 28) berpendapat

bahwa “secara historis kesulitan belajar dibedakan menjadi kesulitan

pengembangan atau kesulitan belajar psikologis, dan kesulitan belajar

akademis”. Secara teoritik kesulitan belajar mengacu pada konsep organism,

environment dan ecologi. Secara empirik anak kesulitan belajar adalah anak

yang memiliki potensi rata- rata kelas.

Dengan demikian anak yang mengalami kesulitan belajar belum tentu

mempunyai tingkat kecerdasan rendah. Anak berkesulitan belajar mempunyai

IQ diatas rata- rata, hanya saja mereka mempunyai prestasi rendah yang

disebabkan oleh beberapa faktor.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

c. Gejala Kesulitan Belajar

Menurut Munawir Yusuf, Sunardi&Mulyono Abdurrahman ( 2003 : 8)

Gejala kesulitan belajar adalah peserta didik yang mengalami kesulitan

belajar umum dengan gejala- gejala antara lain:

1) Tidak dapat mengikuti pelajaranseperti yang lain.

2) Sering terlambat atau tidak mau menyelesaikan tugas

3) Menghindari tugas- tugas yang agak berat

4) Ceroboh atau kurang teliti dalam banyak hal

5) Acuh tak acuh

6) Menampakan semangat belajar yang rendah

7) Tidak mampu berkonsentrasi, berubah- ubah

8) Perhatian terhadap suatu obyek singkat

9) Suka menyendiri, sulit menyesuaikan diri

10) Murung

11) Suka memberontak, agresif dan meledak-ledak dalam merespon

ketidakcocokan

12) Hasil belajar rendah

d. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut

Muhibin Syah (2009 : 135) Secara garis besar, faktor penyebab kesulitan

belajar dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1) faktor intern siswa, yaitu hal- hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari

dalam diri siswa sendiri.

2) faktor ektern siswa, yaitu hal-hal atau keadaan-keadaaan yang datang

dari luar diri sendiri.

Kedua faktor tersebut dijelaksan secara rinci sebagai berikut:

1) Faktor Intern Siswa Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekuranganmampuan

psiko-fisik siswa, yaitu:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

a) yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/ intelegensi siswa

b) yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap

c) yang besifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indra seperti terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga)

2) Faktor Ekstern Siswa Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan

sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini meliputi: a) Lingkungan keluarga, contohnya ketidakharmonisan hubungan

antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluaraga. b) Lingkungan perkampungan/masyarakat , contohnya : wilayah

perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.

c) Lingkungan sekolah, contonya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah.

Selain faktor- faktor yang telah disebutkan tadi masih ada faktor lain

yang mempengaruhi kesulitan belajar pada anak. Menurut Hallahan et al

dalam Mulyono Abdurrahman&Sudjadi (1994 : 146) banyak penyebab

kesulitan belajar, antara lain adalah:

a) Faktor genetik b) Luka pada otak (brain injuiry), yang disebabkan oleh trauma fisik atau

kekurangan oksigen sebelum, pada saat, atau segera sesudah kelahiran, c) Biokimia yang hilang, misalnya kimia ynag diperlukan untuk

memfungsikan sistem saraf pusat, d) Biokimia yang diberikan pada anak, misalnya zat pewarna e) Pencemaran lingkungan, misalnya pencemaran timah hitam, dan f) Pengaruh- pengaruh psikologis dan sosial, misalnya perbedaan latar

belakang budaya, pembelajaran yang tidak tepat, dan kemiskinan orang tua.

Menurut Abdul Salim Choiri ( 1994 : 2) secara garis besar ada dua faktor

penyebab kesulitan belajar, yaitu faktor yang berada dalam diri anak, dan faktor

yang berada diluar anak.

a) Faktor yang berada di dalam diri anak diantaranya yaitu: (1) Gangguan penglihatan, (2) Gangguan pendengaran,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

(3) Gangguan gerak tubuh, (4) Gangguan bicara dan bahasa, (5) Kelainan mental rendah, (6) Gangguan emosi, (7) Gangguan kesehatan dan gizi, dsb.

b) Sedangkan faktor yang berada dari luar diri anak antara lain: (1) Faktor guru, (2) Sifat bidang studi (3) Faktor sarana belajar (4) Faktor lingkungan keluarga (5) Tempat tinggal, dsb.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab kesulitan

belajar dibagi menjadi dua, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor

dari dalam yaitu faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri misalnya

ranah kognitif, ranah afektif, maupun ranah psikomotor. Sedangkan faktor dari

luar yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak. Misalnya faktor lingkungan

keluarga, faktor lingkungan masyarakat, faktor lingkungan sekolah, faktor guru,

faktor sarana belajar, dan faktor guru.

e. Kesulitan Belajar Membaca

Menurut Jamila K.A Muhammad (2008 : 140) “ Kesulitan belajar

membaca sering disebut juga disleksia”. Istilah disleksia sendiri berasal dari

bahasa Yunani, yaitu “dys” dan “lexia”. Dys berarti kesulitan dan lexia berarti

kata. Disleksia didefinisikan sebagai ketidakmampuan dalam memperoleh

pengetahuan dari proses pembelajaran akibat kesulitan dalam menafsirkan

kalimat. Ada nama-nama lain yang menunjuk kesulitan belajar membaca,

yaitu Corrective Readers, dan Remidial Readers. Sedangkan kesulitan belajar

membaca yang berat sering disebut Aleksia (alexia).

Anak- anak penderita disleksia adalah anak- anak yang mengalami

kesulitan dalam membaca, menulis, dan mengeja. Tetapi banyak anak yang

tidak menyadari hal ini, dan yang dirugikan adalah mereka sendiri karena

dianggap sebagai anak yang malas, bodoh, dan lamban. Hamper pada semua

sekolah terdapat anak- anak yang mempunyai ciri-ciri disleksia. Yang

membedakan adalah tingkat disleksia yang mereka hadapi, apakah ringan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

sedang, ataukah serius. Intervensi awal harus diberikan pada anak-anak

penderita disleksia untuk menghadapi kesulitan-kesulitan yang dialami.

f. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar Membaca

Menurut Jamila K.A Muhammad (2008 : 141), kesulitan belajar

membaca atau disleksia dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

1) Disleksia Visual Disleksia visual berkaitan dengan masalah anak-anak dalam menggunakan indra penglihatan. Walaupun anak-anak tersebut dapat melihat dengan baik, ia tidak dapat membedakan, mengintreprestasikan dan mengingat hal yang dilihatnya.

2) Disleksia Auditoris Disleksia auditoris berkaitan dengan masalah anak-anak dalam menggunakan indra pendengaran. Walaupun anak-anak tersebut dapat mendengar dengan bai, ia mengalami kesulitan dalam mendengar bunyi, menyimpulkan kesamaan dan perbedaannnya, mengenal dengan baik bunyi perkataan, dan juga bermasalah dalam membagi perkataan dalam kelompok suku kata.

3) Disleksia Visual-Auditoris Anak- anak pada tahap ini berada pada taraf yang serius, karena kedua indranya, yaitu penglihatan dan pendengarannya, tidak dapat membantunya mengintreprestasikan apa yang dilihat dan didengarnya.

g. Ciri - Ciri Anak Berkesulitan Belajar Membaca

Ott (1997) seperti yang dikutip oleh Jamila K.A Muhammad (2008 :

143-144) menguraikan ciri-ciri anak disleksia sebagai berikut :

1) Umum a) Perkembangan penuturan dan bahasa lambat b) Kemampuan mengeja lemah c) Kemampuan membaca lemah d) Keliru membedakan kata yang hamper sama e) Sulit mengikuti arahan f) Sulit dalam menyalin tulisan g) Sulit melewati jalan yang memiliki banyak belokan

2) Pengamatan dan tingkah laku a) Salah jika menentukan arah b) Bingung untuk menentukan waktu c) Sering merasa tertekan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

d) Sering salah dalam memakaikan sepatu pada kaki yang benar e) Kemampuan untuk mandiri yang lemah

3) Koordinasi antara pandangan dengan penglihatan a) Sulit mengeja dengan benar b) Sering melupakan huruf yang ada pada awal kata c) Sering menambah huruf pada akhir kata d) Bermasalah dalam penyusunan huruf e) Sulit untuk memahami perkataan f) Daya ingat lemah g) Sulit membuat abstraksi terhadap suatu kata

4) Kemampuan motorik a) Koordinasi yang lemah b) Selalu menggerakan tangan dengan terlampau cepat c) Lamban dalam menulis d) Tulisan buruk dan sulit dibaca e) Sulit memegang pensil dengan benar f) Kesulitan dalam menggunakan gunting g) Sulit keseimbangan badan h) Sulit menendang dengan benar i) Sulit untuk menaiki tangga dengan benar

2. Tinjauan Prestasi Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan untuk mengenal sesuatu hal lebih dalam

atau bisa dikatakan bahwa belajar menanamkan pengetahuan yang belum

diketahui orang lain. Belajar juga merupakan komponen ilmu pendidikan

yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat

eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Menurut M. Ngalim Purwanto

(2006 : 85) belajar ada beberapa definisi antara lain:

1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada juga mengarah tingkah laku yang lebih buruk.

2) Belajar merupakan suatu perbuatan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman.

3) Belajar merupakan suatu perubahan yang relative mantap, harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang.

4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut beberapa aspek kepribadi, baik fisik maupun psikis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Slameto ( 2003 : 7) berpendapat bahwa “Belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan dalam

tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri”.

Menurut Gage (1984) dalam Saiful Sagala ( 2009 : 13) “ Belajar

adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya

sebagai akibat dari pengalaman”. Abdillah (2002) yang dikutip oleh

Aunurrahman (2009 : 35) “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan

oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan

pengalaman yang menyangkut aspek- aspek kognitif, afektif dan psikomotor

untuk memperoleh tujuan tertentu”.

Dengan demikian belajar merupakan proses mengenal sesuatu hal,

dari hal yang belum dimengerti atau diketahui menjadi mengerti atau paham.

Belajar juga merupakan proses perubahan unutk mengenal perubahan-

perubahan dari segi pengalaman, pengetahuan, kebiasaan- kebiasaan dan

sikap- sikap dalam kehidupan sehari- hari.

b. Unsur- Unsur Belajar

Dalam belajar terdapat unsur- unsur yang mempengaruhinya. Menurut

Crobach (1954) seperti yang dikutip Nana Syaodih Sukmadinata (2003 : 157 -

158) unsur- unsur dalam belajar terdiri dari:

1) Tujuan. Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan ini muncul untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. Perbuatan belajar diarahkan kepada pencapaian sesuatu tujuan dan untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. Sesuatu perbuatan belajar akan efisien apabila terarah kepada tujuan yang jelas dan berarti bagi individu.

2) Kesiapan. Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau individu perlu memiliki kesiapan,baik kesiapan fisik dan psikis, kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan kecakapan- kecakapan yang mendasarinya.

3) Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam suatu situasi belajar. Dalam situasi belajar ini terlibat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, orang- orang yang turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta kondisi siswa yang belajar. Kelancaran dan hasil dari belajar banyak dipengaruhi oleh situasi ini, walaupun untuk individu dan pada waktu tertentu sesuatu aspek dari situasi belajar ini lebih dominan sedang pada individu atau waktu lain aspek lain yang lebih berpengaruh.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

4) Interprestasi. Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan interpretasi, yaitu melihat hubungan di antara komponen- komponen situasi belajar, melihat hubungan diantara komponen- komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan. Berdasarkan interpretasi tersebut mungkin individu sampai kepada kesimpulan dapat atau tidak dapat mencapai tujuan.

5) Respon. Berpegang kepada hasil dari interpretasi apakah individu mungkin atau tidak mungkin mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia memberikan respon. Respons ini mungkin berupa suatu usaha coba- coba (trial and error), atau usaha yang penuh perhitungan dan perencanaan ataupun ia menghentikan usahanya untuk mencapai tujuan tersebut.

6) Konsekuensi. Setiap usaha akan membawa hasil, akibat atau konsekuensi entah itu keberhasilan ataupun kegagalan, demikian juga dengan respon atau usaha belajar siswa. Apabila siswa berhasil dalam belajarnya ia akan merasa senang, puas, dan akan lebih meningkatkan semangatnya untuk melakukan usaha- usaha belajar berikutnya.

7) Reaksi terhadap kegagalan. Selain keberhasilan, kemungkinan lain yang diperoleh siswa dalam belajar adalah kegagalan. Perisyiwa ini akan menimbulkan perasaan sedih dan kecewa. Reaksi siswa terhadap kegagalan dalam belajar bisa bermacam- macam. Kegagalan bisa menurunkan semangat, dan memperkecil usaha- usaha belajar selanjutnya, tetapi bisa juga sebaliknya, kegagalan membangkitkan semangat yang berlipat ganda untuk menebus dan menutupi kegagalan tersebut.

Dengan demikian unsur-unsur belajar terdiri dari beberapa macam

aspek. Setiap aspek- aspek tersebut selalu ada dalam kegiatan belajar. bahkan

lebih dari satu unsur. Kelengkapan semua unsure dalam belajar dapat

mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar.

c. Prinsip – Prinsip Belajar

Slameto (2003 : 27- 28) berpendapat bahwa prinsip- prinsip belajar

dibagi menjadi empat yaitu:

1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan

a) dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif

meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan

instruksional

b) belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang

kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

c) belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat

mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan

efektif

d) belajar perlu adanya interaksi siswa dengan lingkungannya

2) Sesuai hakikat belajar

a) belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap menurut

perkembanganya

b) belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery

c) belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang

satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian

yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response

yang diharapkan

3) Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari

a) belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,

pengajaran yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap

pengertiannya

b) belajar harus mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan

tujuan instruksional yang harus dicapainya

4) Syarat keberhasilan belajar

a) belajar memerlukan saran yang cukup, sehingga dapat belajar

dengan tenang

b) repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar

pengertiannya, keterampilanya atau sikap itu mendalam pada siswa

d. Jenis- Jenis Belajar

Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam- macam kegiatan

yang memiliki corak yag berbeda antara satu dengan yang lainnya., baik

dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan

perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini

muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

manusia yang juga bermacam- macam. Menurut Muhibin Syah (2006 : 122-

124) jenis-jenis belajar dibagi menjadi delapan macam, diantaranya yaitu:

1) Belajar abstrak, adalah belajar yang menggunakan cara- cara berfikir

abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan

pemecahan masalah- masalah yang tidak nyata.

2) Belajar keterampilan, adalah belajar dengan menggunakan gerakan-

gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat- urat syaraf dan

oto-otot/ neuromuscular. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai

keterampilan jasmaniah tertentu.

3) Belajar sosial, adalah belajar memahami masalah- masalah dan teknik-

teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuanya adalah untuk

menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-

masalah social seperti masalah keluarga, masalah persahabatan,

masalah kelompok, dan masalah- masalah lain yang bersifat

kemasyarakatan.

4) Belajar pemecahan masalah, adalah belajar menggunakan metode-

metode ilmiah untuk berfikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti.

Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan siswa dalam

menguasai konsep- konsep, prinsip- prinsip, dan generalisasi serta

insight (tilikan akal) amat diperlukan.

5) Belajar rasional, adalah belajar dengan menggunakan kemampuan

berfikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya

ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-

prinsip dan konsep- konsep.

6) Belajar kebiasaan, adalah proses pembentukan kebiasaan- kebiasaan

baru atau perbaikan kebiasaan yang telah ada. Tujuanya agar siswa

memperoleh sikap- sikap dan kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat

dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu

(kontekstual).

7) Belajar apresiasi, adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti

penting atau nilai suatu objek. Tujuanya adalah agar siswa memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skills) yang dalam

hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap objek tertentu

misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, dan sebagainya.

8) Belajar pengetahuan (studi), adalah belajar dengan cara melakukan

penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Tujuan

belajar pengetahuan adalah agar siswa memperoleh atau menambah

informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya

lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya,

misalnya dengan menggunakan alat- alat laboratorium dan penelitian

lapangan.

Sedangkan menurut Slameto ( 2003 : 5- 8) jenis- jenis belajar dibagi

menjadi 11, diantaranya yaitu:

1) Belajar bagian (part learning, fractioned learning)

2) Belajar dengan wawasan (learning by insight)

3) Belajar diskriminatif (discriminatif learning)

4) Belajar global/ keseluruhan (global whole learning)

5) Belajar insidental (incidental learning)

6) Belajar instrumental (instrumental learning)

7) Belajar intensional (intentional learning)

8) Belajar laten (latent learning)

9) Belajar mental (mental learning)

10) Belajar produktif (productive learning)

11) Belajar verbal (verbal learning)

Dengan demikian belajar mempunyai jenis- jenis yang berbeda- beda.

Diantaranya yaitu belajar dengan wawasan, belajar social, belajar laten,

belajar bagian, belajar pengetahuan, belajar rasional, belajar memecahkan

masalah, belajar keterampilan, belajar abstrak, belajar mental, dll. Setiap

jenis- jenis belajar tersebut mempunyai tujuan yang berbeda pula.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

e. Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Prestasi belajar adalah

penguasaan pengetahuan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran lazimnya ditunjuk oleh nilai tes yang diberikan oleh guru. Nana

Syaodih Sukmadinata (2003 : 103-104) berpendapat bahwa “ Prestasi belajar

atau achievement merupakan realisasi dari kecakapan- kecakapan potensial

dimiliki seseorang. Prestasi belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya,

baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan , keterampilan berfikir

maupun motorik”.

Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Conny K Semiawan

(2008 : 11) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar antara lain:

1) Pemenuhan kebutuhan psikologis

2) Intelegensi

3) Faktor non kognitif

4) Pengembangan kreatifitas.

Sedangkan menurut R. Angkowo (2007 : 50-51) faktor- faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar adalah:

1) Faktor dari dalam hati anak menyangkut kemampuan siswa motivasi,

minat, perhatian, sikap kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial

ekonomi, kondisi fisik da psikis.

2) Faktor dari luar lingkungan: kualitas pengajaran

3) Pendekatan belajar : upaya belajar yang dilakukan siswa yang

meliputi strategi dan metode pembelajaran.

Menurut Carnol dalam R. Angkowo (2007 : 51) lima faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar yaitu

1) Bakat belajar

2) Waktu yang tersedia untuk belajar

3) Kemampun individu

4) Kualitas pengajaran

5) Lingkungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

3. Tinjauan Membaca

a. Pengertian Membaca

Membaca pada hakikatnya adalah suatu hal yang rumit yang

melibatkan banyak hal, tidak hanya sekadar melafalkan tulisan, tetapi juga

melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognotif.

Menurut Sunardi (1997 : 1) “ Membaca adalah aktivitas auditif dan visual

untuk memperoleh makna dari symbol berupa huruf dan kata. Aktivitas ini

meliputi proses, yaitu proses decoding, yang juga dikenal dengan istilah

membaca teknis, dan proses pemahaman”. Menurut syafe’ie (1999) dalam

Farida Rahim ( 2008 : 2) tiga istilah yang sering digunakan untuk

memberikan komponen dasar dari proses membaca, yaitu recording, decoding,

dan meaning. Recording merujuk pada kata- kata dan kalimat, kemudain

mengasosiasikannya dengan bunyi-bunyinya yang sesuai dengan system

tulisan yang digunakan, sedangkan proses decoding (penyandian) merujuk

pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata- kata. Proses

recording dan decoding biasanya berlangsung pada kelas awal, yang disebut

dengan membaca permulaan. Penekanan membaca pada tahap ini adalah

proses prespektual, yaitu pengenalan korespodensi rangkaian huruf dengan

bunyi- bunyi bahasa. Proses memahami makna disebut dengan istilah

meaning. Pada tahap ini dikenalkan pada kelas SD dengan jenjang kelas yang

lebih tinggi. As Broto (1975) seperti yang dikutip Mulyono Abdurrahman

(1999 : 200) mengemukakan bahwa “membaca bukan hanya mengucapkan

bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan

memahami isi bahasa tulisan”. Dengan demikian, membaca pada hakikatnya

merupakan suatu bentuk komunikasi tulis.

Menurut Vicky G Spencer dalam International Journal Of Special

Education vol 23 no 2 2008,

“According to Alexander (2000), this dichotomy does not represent

the reality of reading development. The process of learning to read,

which involves decoding and discovering the meanings within oral

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

and written language, and reading to learn, which involves using

reading abilities to seek knowledge, are inextricably tied together”.

Terjemahannya sebagai berikut,”Menurut Alexander (2000), dikotomi

ini tidak mewakili realitas perkembangan membaca. Proses belajar

membaca, yang melibatkan decoding dan menemukan arti dalam

bahasa lisan dan tertulis, dan membaca untuk belajar, yang melibatkan

menggunakan kemampuan membaca untuk mencari ilmu, yang diikat

erat”.

Membaca bukanlah kegiatan yang hanya memandangi lambang-

lambang tertulis semata, bermacam- macam kemampuan dikerahkan oleh

pembaca agar ia mampu memahami materi yang dibacanya. Soedarsono

(1983) seperti yang dikutip Mulyono Abdurrahman (1999 : 200)

mengemukakan bahwa “membaca merupakan aktivitas kompleks yang

memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah- pisah mencakup penggunaan

pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan”. Manusia tidak mungkin

dapat membaca tanpa menggerakan mata dan menggunakan pikiran . Bond

(1975) seperti yang dikutip Mulyono Abdurrahman (1999 : 200)

mengemukakan bahwa “membaca merupakan pengenalan simbol- simbol

bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat

tentang apa yang dibaca, untuk membangun suatu pengertian melalui

pengalaman yang telah dimiliki”.

Membaca merupakan proses psikologis. Ada banyak hal mendasar

yang berkaitan dengan proses membaca, antara lain: (1) intelegensia; (2) usia

mental; (3) jenis kelamin; (4) tingkat social ekonomi; (5) bahasa; (6) ras; (7)

kepribadian; (8) sikap; (9) pertumbuhan fisik; (10) kemampuan persepsi; (11)

tingkat kemampuan membaca.

Heilman dalam Suwaryono Wiryodijoyo (1989 : 1) berpendapat:

Membaca ialah pengucapan kata- kata dan perolehan arti dari barang cetakan/ kegiatan melibatkan analisis, dan pengorganisasian berbagai ketrampilan yang kompleks. Termasuk didalamnya pelajaran,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

pemikiran, pertimbangan, perpaduan, pemecahan masalah, yang berarti menimbulkan kejelasan informasi bagi pembaca.

Sedangkan menurut Klein, dkk (1996) yang dikutip oleh Farida Rahim

(2008 : 3) mengemukakan bahwa “Definisi membaca mencakup membaca

merupakan suatu proses, membaca adalah strategis, dan membaca merupakan

interaktif”. “Membaca merupakan proses memperoleh makna dari barang

cetak” menurut Spondek dan Saracho (1994) dalam Wahyu Sukartiningsih

(Jurnal Pendidikan Dasar,2004 : 52-53). Selanjutnya dikatakan bahwa dua

cara yang ditempuh pembaca dalam memperoleh makna cetak, yaitu langsung

(yakni menghubungkan ciri penanda visual dari tulisan dengan maknanya),

dan tidak langsung (yakni mengidentifikasi bunyi dalam kata dan

menghubungkannya dengan makna). Cara langsung digunakan oleh pembaca

lanjut. Sedangkan cara tidak langsung digunakan oleh pembaca permulaan.

Bertolak dari berbagai definisi membaca yang telah di kemukakan

diatas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah aktivitas auditif dan visual

untuk memperoleh makna dari simbol berupa huruf dan kata, melihat serta

memahami isi dari apa yang mencakup fisik dan mental. Membaca juga

merupakan suatu proses untuk memperoleh informasi. Aktivitas fisik yang

terkait dengan membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan.

Aktivitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca

dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu

menggerakan mata secara lincah, mengingat simbol-simbol bahasa dengan

tepat, dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan.

b. Tujuan Membaca

Menurut Blanton,dkk dan Irwin dalam Burns dkk (1996) seperti yang

dikutip oleh Farida Rahim ( 2008 : 11- 12) tujuan membaca mencakup:

1) Kesenangan 2) Menyempurnakan membaca nyaring 3) Menggunakan strategi tertentu 4) Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik 5) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya 6) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

7) Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi 8) Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang

diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks

9) Menjawab pertanyaan- pertanyaan yang spesifik

Suwaryono Wiryodijoyo ( 1989 : 57) berpendapat bahwa tujuan

membaca jika diperinci lebih lanjut dapat dibedakan sebagai berikut :

1) Kesenangan

2) Penerapan praktis

3) Mencari informasi khusus

4) Mendapatkan gambaran umum

5) Mengevaluasi secara kritis

Sedangkan menurut Sabarti Akhadiah ( 1991 : 25) tujuan membaca

dibedakan sebagai berikut:

1) Untuk mendapatkan informasi

2) Agar citra dirinya meningkat

3) Melepaskan diri dari kenyataan

4) Untuk tujuan rekreatif

5) Mencari nilai- nilai keindahan atau pengalaman estetis dan nilai-nilai

kehidupan lainnya.

Tujuan membaca dapat disimpulkan sebagai berikut, yaitu: untuk

mendapatkan informasi, mencari nilai- nilai keindahan atau pengalaman,

kesenangan, agar citra dirinya meningkat, rekreatif hiburan, melepaskan diri

dari kenyataan, dan memperbaharui pengetahuan tentang suatu topik.

c. Ciri-ciri membaca

Menurut Anderson dkk dalam (1985) dalam Sabarti Akhadiah

( 19991 : 23-24) mengemukakan lima ciri-ciri membaca yaitu:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

1) Membaca adalah proses konstruktif

Pengertian atau pemahaman membaca mengenai suatu tulisan mengenai

hasil pengolahan berdasarkan informasi yang terdapat dalam tulisan itu

dipadukan dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.

2) Membaca harus lancar

Kelancaran membaca ditentukan oleh kesanggupan membaca mengenai

kata-kata, membaca harus dapat menghubungkan tulisan dengan

maknanya.

3) Membaca harus dilakukan dengan strategi yang tepat

Pembaca yang terampil dengan sendirinya akan menyesuaikan strategi

membaca dengan taraf kesulitan tulisan, pengenalannya tentang topik

yang dibaca, serta tujuan membacanya

4) Membaca memerlukan motivasi

Membaca merupakan kunci keberhasilan dalam belajar membaca,

karena membaca pada dasarnya adalah sesuatu yang menyenangkan.

5) Membaca merupakan keterampilan yang harus dikembangkan secara

berkesinambungan

Keterampilan itu dapat diperoleh secara mendadak atau dalam waktu

singkat dan untuk selamannya. Keterampilan itu diperoleh melalui

belajar, tahap demi tahap, dalam waktu yang panjang secara terus-

menerus.

d. Aspek – Aspek Membaca

Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang

melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil. Menurut Broughton

(1978) dalam Henry Guntur Tarigan (2008 : 12- 13) berpendapat bahwa

terdapat dua aspek penting dalam dalam kegiatan membaca, yaitu:

1) Keterampilan yang bersifat mekanis ( mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah ( low order). Aspek ini mencakup:

a) pengenalan bentuk huruf b) pengenalan unsur-unsur linguistic (fonem/ grafem, kata, frase, pola

kalusa, kalimat, dan lain- lain)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

c) pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to back at print”)

d) kecepatan membaca ke taraf lambat 2) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang

dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (hinger order). Aspek ini mencakup:

a) memahami pengertian sederhana (leksikal, gram,atikal, retorikal) b) memahami signifikansi atau makna ( a.l. maksud dan tujuan

pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca) c) evaluasi atau penilaian (isi,bentuk) d) kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan

dengan keadaan.

e. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca

Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, baik

membaca permulaan maupun membaca lanjut (membaca pemahaman).

Faktor- faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca permulaan menurut

Lamb dan Arnold dalam Farida Rahim (2007 : 16) sebagai berikut :

1) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis,

dan jenis kelamin. Selain faktor tersebut, faktor lain yang juga

berpengaruh yaitu kelelahan. Kelelahan merupakan kondisi yang tidak

menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca.

Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan bisa

memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Siswa akan mengalami

hambatan dalam menganalisis bunyi jika terdapat permasalahan pada alat

pendengaran atau penglihatannya.

2) Faktor intelektual

Pendapat Heinz dalam Farida Rahim ( 2007 : 17) mengemukakan

bahwa istilah intelegensi didefinisikan sebagai suatu kegiatan berfikir yang

terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan

meresponsnya secara tepat.

3) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan ini mencakup latar belakang dan pengalaman siswa

di rumah, serta keadaan sosial ekonomi keluarga siswa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Rubin dalam Farida Rahim (2007 : 18) mengemukakan bahwa orang

tua yang hangat, demokratis, bisa mengarahkan anak-anak mereka pada

kegiatan yang berorientasi pendidikan, suka menantang anak untuk

berfikir, dan suka mendorong anak untuk mandiri merupakan orang tua

yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai persiapan yang baik

untuk belajar di sekolah.

Disamping itu, komposisi orang dewasa dalam lingkungan rumah juga

berpengaruh pada kemampuan membaca anak.

4) Faktor psikologis

a) Motivasi

Eanes dalam Farida Rahim (2007 : 19) mengemukakan bahwa

kunci motivasi itu sederhana, tetapi tidak mudah untuk mencapainya.

Kuncinya adalah guru haris mendemonstrasikan kepada siswa praktik

sehingga anak memahami belajar itu sebagai suatu kebutuhan.

Crawly dan Mountain dalam Farida Rahim (2007 : 20)

mengemukakan bahwa motivasi ialah sesuatu yang mendorong

seseorang belajar atau melakukan suatu kegiatan.

b) Minat

Minat baca menurut Farida Rahim (2007 : 28) ialah “keinginan

yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca”. Orang yang

mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam

kesediannya untuk mendapatkan bahan bacaan dan kemudian

membacanya atas kesadarannya sendiri.

c) Kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri

Terdapat tiga apsek kematangan emosi dan sosial yaitu stabilitas

emosi, kepercayaan diri dan kemampuan berpartisipasi dalam kelompok.

Anak-anak yang lebih mudah mengontrol emosinya akan lebih mudah

memusatkan perhatian pada teks yang dibacanya.

Glazer&Searfoss dala Farida Rahim (2007 : 30) mengemukakan

bahwa siswa perlu menghargai segi-segi positif dalam dirinya. Dengan

demikian, siswa akan menjadi yakin terhadap dirinya sendiri, penuh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

percaya diri, dan dapat mengerjakan tugas sesuai kemampuannya

dengan baik.

Faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan membaca

seseorang menurut Sabartini Akhadiah (1991 : 26-27) antara lain adalah

sebagai berikut:

1) Motivasi

Motivasi merupakan faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap

kemampuan membaca. Motivasi untuk membaca dibedakan

berdasarkan sumbernya. Motvasi bersifat instrinsik dan ekstrinsik.

2) Lingkungan keluarga

Pembicaraan orang tua serta anggota keluarga lainnya di rumah akan

mempengaruhi kemampuan anak dalam membaca.

3) Bahan bacaan

Bahan bacaan akan mempengaruhi seseorang dalam minat maupun

kemampuan memahaminya. Bahan bacaan yang terlalu sulit untuk

seseorang akhirnya akan mematahkan seleranya untuk membacanya.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kemampuan membaca antara lain, yaitu motivasi, faktor

fisiologis, faktor lingkungan, faktor intelektual, kematangan sosio dan emosi

serta penyesuaian diri dan bahan bacaan.

f. Tahap- Tahap Perkembangan Membaca

Menurut Rachel Goodchild (2004) dalam Ester Dwy K ( 2009 : 11-13)

ada enam kategori tahap perkembangan membaca, antara lain:

1) Bayi (0-15 bulan)

Kelompok usia ini menyukai buku yang dipenuhi dengan gambar-gambar

yang jelas dan besar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

2) Batita (13 bulan-3 tahun)

Anak- anak usia ini senang mempunyai buku yang dapat mereka sentuh

dan rasakan. Mereka senang jika mampu membolak-balik halaman dan

“membaca” buku itu sendiri dengan tenang. Mereka sudah mulai

mempelajari bahwa cerita mempunyai awal dan akhir. Mereka senang

mendengarkan dan berperan serta dalam sajak anak- anak dan lagu anak-

anak.

3) Prasekolah (2,5 – 5 tahun )

Pada tahap ini imajinasi anak mulai berkembang dan maju. Mereka mulai

mampu mengurutkan cerita-cerita sederhana dengan benar.

4) Pembaca Pemula (4-6 tahun)

Pada usia ini anak-anak menjadi bersemangat untuk mulai mengartikan

kata-kata dan kalimat-kalimat yang mereka lihat. Tahap-tahapannya

sebagai berikut:

a) Pengenalan kata

Anak-anak mulai mengenal jenis kata yang lebih banyak. Mereka

mulai berusaha menuliskan kata-kata dan meminta petunjuk

bagaimana cara menuliskan kata. Kemudian mereka mengenal bunyi

yang berkaitan dengan kata yang mereka tulis, menyuarakan kata itu

perlahan untuk mendengarkan bunyinya.

b) Kepercayaan diri yang melambung

Pada masa inilah anak-anak menjadi lebih percaya diri dalam

mengambil resiko. Saat mereka membaca sendiri, mereka

menggunakan jari-jari untuk menuntun pembacaan. Anak mulai

mengenali keluarga kata ( misalnya anjing, kucing, anting) dan

membuat kaitan sehingga kata- kata itu menjadi sajak.

c) Membaca tanpa bersuara

Sebagian anak mulai membaca tanpa bersuara pada tahap ini.

Membaca tanpa suara jauh lebih baik dari pada membaca keras-keras.

d) Prediksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Memprediksi apa yang akan terjadi berikutnya dalam suatu cerita

adalah penting dalam membaca untuk menangkap arti. Anak- anak

yang mebaca pada tingkatan ini mulai mampu menggunakan

keterampilan berfikir dengan tingkatan yang lebih tinggi, yang

berguna ketika menghadapi berbagai kata atau konsep baru.

5) Menjadi mandiri (5,5 – 6,5 tahun)

Pada tahap ini anak sudah mempunyai fondasi untuk mulai mengambil

lebih banyak resiko dengan kegiatan membaca mereka. Kecepatan

membaca mulai meningkat serta mampu membaca untuk menangkap arti.

6) Kefasihan Awal (6 – 8 tahun)

Pada tahap ini anak belum mempunyai keahlian dan perbendaharaan kata

yang cukup untuk disebut pembaca yang benar-benar fasih. Namun, pada

tahap ini pola membaca akan memastikan perkembangan membaca yang

berhasil.

g. Jenis Kegiatan Membaca

Kegiatan membaca dapat dibedakan berdasarkan tujuan, jenis wacana

yang dibaca, cara melakukan kegiatan. Beberapa jenis kegaiatan membaca

yang sering dilakukan antara lain yaitu:

1) Membaca teknik

2) Membaca dalam hati

3) Membaca indah

4) Membaca bahasa

5) Membaca cepat

6) Membaca pustaka

( Sabartini Akhadiah, 1991 : 31-32)

Sedangkan menurut Henry Guntur Tarigan ( 2008 : 13) jenis kegiatan

membaca dibagi menjadi:

1) membaca nyaring 2) membaca bersuara ( reading aloud; oral reading) 3) membaca dalam hati (silent reading) yang dapat pula dibagi atas:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

a) Membaca ekstensif (extensive reading) b) Membaca intensif (intensive reading)

Selanjutnya membaca ekstensif ini mencakup pula: a) Membaca survey b) Membaca sekilas c) Membaca dangkal

Sedangkan, membaca intensif dapat pula dibagi atas: a) Membaca telaah isi (content study reading ) yang mencakup pula:

(1) membaca teliti (close reading) (2) membaca pemahaman (comprehensive reading) (3) membaca kritis (critical reading) (4) membaca ide ( reading for ideas)

b) Membaca telaah bahasa (language study reading), yang mencakup pula: (1) membaca bahasa asing (foreign language reading) (2) membaca sastra ( literary reading)

Dengan demikian kegiatan membaca terdiri dari membaca teknik,

membaca nyaring, membaca bersuara, membaca bahasa, membaca cepat,

membaca pustaka,dan membaca dalam hati, yang masing- masing kegiatan

tersebut dibagi menjadi beberapa jenis kegiatan lagi. Diantaranya yaitu:

membaca ekstensif, membaca intensif, membaca survey, membaca sekilas,

membaca dangkal, membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis,

membaca ide dan telaah isi.

4. Tinjauan Metode Membaca Untuk Anak Berkesulitan Belajar

a. Metode Fernald

1) Pengertian Metode Fernald

Fernald telah mengembangkan suatu metode pengajaran membaca

multisensoris yang sering dikenal sebagai metode VKAT ( Visual,

auditory, kinesthetic, and tactile). Metode ini menggunakan materi bacaan

yang dipilih dari kata-kata yang diucapkan oleh anak, dan tiap kata

diajarkan secara utuh.

Menurut Mulyono Abdurrahman ( 1999 : 217) Metode ini memiliki

empat tahapan. Tahapan itu sebagai berikut:

Tahapan pertama, guru menuliskan kata yang hendak dipelajari di atas kertas dengan krayon. Selanjutnya anak menelusuri tulisan tersebut dengan jarinya ( tactile dan kinesthetic). Pada saat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

menelusuri tulisan tersebut, anak melihat tulisan (visual), dan mengucapkannya dengan keras (auditory). Proses seperti ini diulang- ulang terus sehingga anak mampu menulis ataupun membaca dengan benar tanpa melihat contoh. Pada tahapan kedua, anak tidak terlalu lama untuk menelusuri tulisan- tulisan dengan jari, tetapi mempelajari tulisan guru dengan melihat tulisan, sambil mengucapkannya. Pada tahap ketiga anak mempelajari kata – kata baru dengan melihat tulisan yang dicetak tebal dan mengucapkannya sebelum menulis. Pada tahapan ini anak mulai membaca tulisan dari buku. Pada tahap yang terakhir, anak mampu mengingat kata- kata yang dicetak atau bagian- bagian dari kata yang telah dipelajari. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa lankah- langkah

Metode Fernald adalah sebagai berikut: tahap pertama guru menulis kata.

Anak menelusuri kata tersebut dengan jarinya. Anak melihat tulisan

kemudian membaca. Ini dilakukan berulang- ulang. Tahap kedua anak

bebas mempelajari kata sendiri dengan cara menulis kemudian membac.

Tahap ketiga anak melihat tulisan yang dicetakkemudian mengucapkanya

sebelum menulis. pada tahap ini anak mulai membaca bacaan dari buku.

Pada tahap empat anak mampu mengingat kata-kata baru berdasar

kemiripan kata- kata yang telah dipelajarinya.

2) Langkah – Langkah Metode Fernald

Menurut Mulyono Abdurrahman (1999 : 244) Metode Fernald

merupakan pendekatan multisensory untuk mengajar membaca, menulis

dan mengeja. Secara singkat, langkah- langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Anak diberitahu bahwa mereka akan mempelajari kata- kata dan didorong untuk memilih sendiri kata yang ingin dipelajari.

2) Guru menulis kata yang dipilih oleh anak di atas selembar kertas berukuran 4 x 10 inci. Ketika anak memperhatikan tulisan tersebut, guru membacakannya secara oral.

3) Anak menelusuri bentuk kata dengan jarinya, mengucapkan kata tersebut berulang kali, kemudian menuliskan di kertas lain sambil mengucapkanya pula

4) Selanjutnya anak menuliskan kata tersebut dari ingatanya, tanpa melihat tulisan aslinya. Jika anak dapat melakukan, tambah dengan kata lain dengan mengikuti prosedur yang sama dengan sebelumnya. Jika anak juga berhasil, simpan hasil tulisan anak ke dalam kotak. Jika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

kata- kata tersebut sudah cukup banyak, selanjutnya dapat disusun menjadi suatu cerita.

5) Pada tahap yang lebih akhir, anak tidak lagi menelusuri bentuk kata dengan jarinya. Anak hanya dapat melihat kata yang ditulis oleh guru, mengucapkan kata tersebut, dan kemudain menulisnya. Selanjutnya, anak hanya melihat kata yang paling akhir, hanya dengan melihat saja.

Sedangkan menurut Munawir Yusuf,Sunardi&Mulyono

Abdurrahman ( 2003 : 169) empat tahapan Metode Fernald sebagai

berikut:

Tahap 1: Anak memilih kata yang akan dipelajarinya, guru menuliskannya besar-besar. Anak kemudian menelusuri kata dengan jarinya. Sambil menelusuri, anak mengucapkan kata itu keras-keras. Disamping itu, anak juga melihat kata dan mendengarkan suaranya sendiri saat membaca. Jika anak membuat kesalahan, ia harus mengulanginya dari depan lagi. Jika sudah benar, kata itu akan disimpan dalam bank kata anak. Anak dapat membuat cerita dari kata yang sudah dikuasainya. Tahap 2: Anak tidak lagi harus menelusuri kata. Ia belajar dengan melihat kata yang ditulis guru, mengucapkanya, dan menyalinnya. Anak terus didorong menyusun cerita dan mempertahankan bank kata. Tahap 3: Guru tidak lagi harus menulis kata. Anak belajar membaca dari kata-kata atau kalimat yang sudah dicetak. Ia melihat kata, mengucapkannya, dan menyalinnya. Guru harus memantau apakah semua kata masih diingatnya. Tahap 4: Anak sudah mampu mengenal kata-kata baru dengan membandingkannya dengan kata-kata yang sudah dipelajarinya. Anak dapat dimotivasi untuk memperluas materi bacaan.

Dengan demikian pembelajaran dengan metode Fernald yaitu dengan

anak dilatih membaca kata secara utuh yang dipilih anak dari cerita yang

dibuat oleh anak sendiri. dengan demikian tidak ada kegiatan

memperkenalkan nama huruf atau bunyi secara individual.

b. Metode Gillingham.

Metode ini merupakan pendekatan terstruktur taraf tinggi yang

memerlukan lima jam pelajaran selama dua tahun. Aktivitas pertama

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

diarahkan pada belajar berbagai bunyi huruf dan perpaduan huruf – huruf

tersebut. Anak menggunakan teknik menjiplak bentuk huruf satu per satu.

Yusuf (2003) dalam Lucky Ade Sessiami (2007 : 56) menyatakan

perbedaan metode ini dengan Metode Fernald, yaitu bahwa dalam metode

ini huruf diberikan secara individual, bukan dalam bentuk kata.

c. Metode Analisis Glass

Metode Analisis Glass merupakan suatu metode pengajaran melalui

pemecahan sandi kelompok huruf dalam kata. Metode ini memberikan

pengajaran membaca melalui pemecahan sandi kelompok huruf dalam kata.

Ada dua asumsi yang mendasari metode ini. Pertama, proses pemecahan

sandi (decoding) dan membaca merupakan kegiatan yang berbeda. Kedua,

pemecahan sandi mendahului proses membaca. Pemecahan sandi

didefinisikan sebagai menentukan bunyi yang berhubungan dengan suatu

kata tertulis secara tepat. Membaca didefinisikan sebagai menurunkan

makna dari kata- kata yang berbentuk tulisan. Jika anak tidak dapat

melakukan pemecahan sandi tulisan secara efisien, maka mereka tidak akan

belajar membaca.

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan mengunakan Metode

Fernald dan penelitian itu relevan dengan kegiatan penelitian ini yaitu:

Peneliti : Rita Maria Budi Krishartanti

Judul : Peningkatan Prestasi Membaca Braille Dengan Metode Fernald

Bagi Siswa Tunanetra Kelas II Semester Ganjil SDLB Negeri

Kota Pekalongan Tahun Pelajaran 2009/2010

Tahun : 2009

Hasil : Hasil penelitian menunjukan bahwa siswa mengalami

peningkatan prestasi membaca pada setiap siklus. Pada siklus I

nilai rata-rata siswa adalah 63,33. Pada siklus II mengalami

peningkatan nilai rata-rata menjadi 70,33.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

C. Kerangka Berfikir

Pada siswa kelas II SD di SLB/ A YKAB mengalami kesulitan belajar.

Hampir semua mata pelajaran tidak dikuasai siswa dengan sempurna. Namun

pada kegiatan penelitian ini hanya dilakukan pada kesulitan membaca pada

pelajaran Bahasa Indonesia. Kesulitan pada anak yang jelas yaitu: belum bisa

membaca dengan konsonan yang terletak diakhir maupun ditengah kata (huruf

paten) dan belum bisa membaca dengan lancar. Dan ada juga siswa yang tidak

dapat membaca huruf “ng” pada akhir kata.

Dengan beberapa kesulitan yang telah disebutkan diatas, penggunaan

Metode Fernald diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca maupun

prestasi membaca pada anak. Sehingga anak dapat membaca dengan lancar serta

dapat membaca dengan konsonan ditengah maupun diakhir kata yang sering

disebut dengan huruf paten (dalam istilah bahasa jawa

Skema 2. 1 Kerangka Berfikir

Keadaan awal Kemampuan membaca rendah

Tindakan: menggunakan Metode Fernald

Kondisi akhir: Kemampuan membaca meningkat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

D. Hipotesis

Penggunaan Metode Fernald dapat meningkatkan kemampuan membaca

maupun prestasi belajar membaca pada anak kesulitan belajar kelas II SD di SLB/

A YKAB Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Dengan kerjasama antara guru dan

orang tua, benar-benar dapat menghasilkan prestasi belajar yang baik. Tidak

hanya itu pula motivasi dan semangat belajar dari anak itu sendiri juga harus

ditingkatkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SLB/ A YKAB Surakarta di

Jln H.O.S Cokroaminoto No. 43, Jebres, Surakarta. Peneliti memilih tempat

tersebut dengan pertimbangan yaitu adanya anak yang mengalami kesulitan

belajar dalam sekolah tersebut, serta ingin meningkatkan prestasi belajar

membaca siswa kelas II SLB/ A YKAB Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

2010/2011. Penelitian akan dilaksanakan selama 2 bulan pada bulan April- Mei

tahun 2010-2011.

Tabel 3. 1 Rencana Pelaksanaan Kegiatan Penelitian dan Penyusunan Skripsi

No Waktu Februari Maret April Mei Juni

Jenis kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan Proposal X X

2 Revisi Proposal X X

3 Penyusunan BAB

I,II,III

X X X X

4 Pengajuan Surat Ijin X

5

Pelaksanaan :

A. Siklus I

B. Siklus II

X

X

X

X

X

X

6 Analisis Data X X X

7 Pembuatan

Laporan

X X X

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

B. Metode Penelitian

Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (Classrom Action

Research). PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau

disekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau

peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran. Selain itu definisi lain dari

PTK yaitu dikemukakan oleh Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama bahwa

Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru

dikelasnya sendiri dengan cara: 1) merencanakan, 2) melaksanakan,dan 3)

merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan

memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat

meningkat. Dengan demikian PTK merupakan penelitian secara kolaboratif yang

melibatkan peneliti, guru, siswa maupun karyawan sekolah lain yang bertujuan

untuk memperbaiki sistem serta kinerja guru dalam rangka memperbaiki atau

meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran dan meningkatkan kemampuan

membaca.

Dalam kegiatan penelitian ini menggunakan strategi tindakan kelas.

Menurut Suharsimi Arikunto, dkk (2007 : 16) model penelitian tindakan

divisualisasikan pada gambar berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Skema 3.1

Model Penelitian Tindakan Kelas

C. Subyek Penelitian

Subyek pada kegiatan penelitian ini yaitu siswa kelas II di SLB/ A

YKAB, Jebres, Surakarta yang berjumlah empat anak. Terdiri dari tiga siswa laki-

laki dan satu siswa perempuan.

perencanaan

refleksi

refleksi

pengamatan

?

pengamatan

Siklus II pelaksanaan

pelaksanaan

perencanaan

Siklus I

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

D. Data dan Sumber Data

1. Jenis Data

Data- data yang dikumpulkan berupa:

a. Daftar nilai siswa kelas II mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam

membaca sebelum diadakan tindakan.

b. Masukan, saran dari observer yang dilakukan sebelum, selama dan

sesudah tindakan penelitian.

c. Dokumen berupa kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran, hasil

prestasi siswa, dan foto proses pembelajan

2. Sumber Data

Data yang diambil berdasarkan dua sumber yaitu:

a. Siswa kelas II SLB/ A YKAB, Jebres, Surakarta. Berupa hasil belajar

siswa dalam mengikuti pembelajaran selama dua siklus.

b. Guru kelas II SLB/ A YKAB, Jebres, Surakarta. Berupa hasil wawancara

dengan guru kelas II SLB/ A YKAB, Jebres, Surakarta.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk

memotret seberapa jauh efek tindakan telah tercapai sasaran. Sedangkan menurut

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama ( 2009 : 66) “Pengamatan atau observasi

adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana peneliti atau pengamat

melihat situasi penelitian”.

Metode observasi ada beberapa macam. Menurut Wijaya Kusumah dan

Dedi Dwitagama ( 2009 : 70-71) metode observasi dibagi menjadi empat macam,

yaitu :

a. Observasi terbuka

Observasi terbuka secara harfiah dimulai dengan suatu halam kosong,

sehingga pengamat harus berimprovisasi dalam merekam “tonggak-tonggak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

penting” dalam penggelaran proses pembelajaran dalam rangka penerapan

tondakan.

b. Observasi terfokus

Observasi terfokus adalah observasi yang secara cukup speisifik diarahkan

kepada sesuatu aspek tindakan guru atau siswa dalam proses pembelajaran.

c. Observasi terstruktur

Observasi terstruktur ditandai dengan perekaman data yang relative

sederhana, berhubung dengan telah tersedikannya format yang telah rinci.

d. Observasi sitematik

Dalam observasi siasematik pengkategorian kemungkinan bentuk dan jenis

amanat disrukturkan secara lebih rinci lagi.

2. Tes

a. Pengertian Tes

Menurut Arikunto (1984) yang dikutip oleh Iskandarwassid dan

Dadang Suhendar (2008 : 179) “Tes adalah suatu alat atau prosedur yang

sistematis dan objektif untuk memperoleh data atau keterangan- keterangan

yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat

dan cepat”. Sedangkan menurut Anas Sudijono (2008 : 67) tes adalah “ cara

(yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka

pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian

tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus

dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga

(atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat

dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee; nilai

mana yang dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee

lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tes dalah suatu alat untuk

memperoleh keterangan- keterangan yang berupa pertanyaan yang harus

dijawab oleh seseorang sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah

laku atau prestasi orang tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Anas Sudijono (2008 : 67) berpendapat bahwa fungsi tes secara umum

dibagi menjadi dua, yaitu sebagai alat pengukur terhadap peserta didik dan

sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran. Tujuan tes adalah

untuk mengukur kemampuan, keterampilan, kecerdasan dan bakat yang

dimiliki anak atau seseorang.

b. Jenis- Jenis Tes

Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis

atau golongan. Menurut Anas Sudijono (2008 : 68) jenis- jenis tes antara lain

yaitu:

1) Penggolongan tes berdasarkan fungsinya Berdasarkan fungsinya tes dibagi menjadi:

a) tes seleksi b) tes awal c) tes akhir d) tes diagnostic e) tes formatif f) tes sumatif

2) Penggolongan tes berdasarkan aspek psikis yang diungkap Berdasarkan aspek psikis, tes dibagi menjadi:

a) Tes intelegensi (intelegensi test), yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau mengetahui tingkat keceradasan seseorang.

b) Tes kemampuan (aptitude test), yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee.

c) Tes sikap (attitude test), yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkapkan predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu.

d) Tes kepribadian (personality test), yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah, seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada suara, hobi atau kesenangan, dan lain-lain.

e) Tes hasil belajar (achievement test), yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkapkan tingkat pencapaian atau prestasi belajar.

3) Penggolongan lain a) Ditilik dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes digolongkan

menjadi: (1) Tes individual (individual test), yakni tes dimana tester hanya

berhadapan dengan satu orang testee saja.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

(2) Tes kelompok (group test), yakni tes dimana tester berhadapan dengan lebih dari satu orang testee.

b) Ditilik dari segi waktu yang disediakan tes digolongkan menjadi dua yaitu: (1) Power test, yakni tes dimana waktu yang disediakan buat testee

untuk menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi. (2) Speed test, yaitu tes dimana waktu yang disediakan buat testee

untuk menyelesaikan tes tersebut dibatasi. c) Ditilik dari segi bentuk responsnya, tes digoonkan menjadi:

(1) Verbal test, yakni suatu tes yang menghendaki respon (jawaban) yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun tertulis.

(2) Nonverbal test, yakni tes yang menghendaki respon (jawaban) dari testee bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku; jadi respon yang dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau gerakan-gerakan tertentu.

d) Ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya, tes digolongkan menjadi: (1) Tes tertulis (pencil and paper test), yakni jenis tes dimana tester

dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya juga secara tertulis.

(2) Tes lisan (nonpencil and paper test), yakni tes dimana tester di dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan, dan testee memberikan jawabannya secara lisan pula.

Jenis tes yang dipakai yaitu tes kemampuan. Tes tersebut digunakan

untuk mengukur kemampuan membaca siswa. Tes dilakukan berdasarkan

aspek-aspek untuk menilai kemampuan membaca yaitu lafal, intonasi,

kelancaran, dan kejelasan. Tes diberikan kepada siswa C II SLB/ A YKAB,

Jebres, Surakarta. Adapun tes yang digunakan dapat dilihat pada lampiran.

3. Wawancara

Anas Sudijono (2008 : 82) berpendapat wawancara adalah “ cara

menghimpun bahan- bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan

tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan

yang telah ditentukan”. Menurut Anas Sudijono ( 2008 : 82) wawancara dibagi

menjadi dua jenis yaitu wawancara terpimpin dan wawancara tidak terpimpin.

Dalam kegiatan penelitian ini menggunakan wawancara yang tidak terpimpin.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Wawancara dilakukan sebelum peneliti mengadakan tindakan. Hasil wawancara

digunakan untuk mencari keterangan yang jelas mengenai prestasi membaca anak.

4. Dokumen

Dokumen menurut Guba dan Lincoln dalam Lexy J. Moleong (2007:217)

ialah setiap bahan tertulis ataupun film. Dokumen dibagi menjadi dokumen

pribadi dan dokumen resmi.

Dokumen digunakan untuk menjaring data awal yang berupa daftar nilai

kemampuan membaca siswa kelas II dalam membaca kalimat. Serta nilai- nilai

ulangan harian yang diperoleh dari guru kelas. Untuk mengetahui perkembangan

siswa dokumen yang digunakan berupa foto proses pembelajaran yang dapat

dilihat pada lampiran.

F. Validitas Data

Validitas data merupakan hal yang pokok dalam setiap penelitian. Wijaya

Kusumah dan Dedi Dwitagama ( 2009 : 85) berpendapat bahwa “Validitas adalah

derajat yang menunjukan sejauh mana hasil tersebut berguna (relevan) sebagai

petunjuk untuk guru tertentu, serta kekuatanya untuk memberi informasi dan

argument tentang meningkatkan praktik pendidikan di masyarakat profesional

yang lebih luas”. Menurut Zamzam Muhajir (2007) dalam (Zamzam Muhajir.

Blogspot.com/2007/1 diakses tanggal 18 februari) Validitas data dibagi menjadi

empat macam, yaitu:

1. Face Validity

Secara garis besar face validity dapat diartikan dengan kesahihan atau

kebenaran yang tampak, namun yang dimaksud disini face validity adalah

pertimbangan subyektif mengenai validitas berdasarkan yang terlihat atau

tampak. Face validity digunakan untuk mengetahui seberapa jauh hasil

pembelajaran dapat menggambarkan konsep yang ingin diukur.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

2. Validitas Konstruk (Construct Validity)

Validitas konstruk berhubungan dengan pertanyaan: seberapa jauh

instrument yang kita susun mampu menghasilkan butir- butir pertanyaan yang

telah dilandasi oleh rasional dan konseptual yang didukung oleh teori yang

sudah mapan. Validitas konstruk menggambarkan seberapa jauh hasil satu

pengukuran sesuai dengan hasil pengukuran lain yang secara teoritis

menggambarkan konsep yang diukur.

3. Validitas Isi

Validitas isi berhubungan dengan kemampuan instrument untuk

menggambarkan atau melukiskan secara tepat mengenai domain perilaku

yang akan diukur. Misalnya instrument yang dibuat untuk mengukur aktivitas

siswa dalam belajar, maka instrument tersebut harus dapat melukiskan secara

benar mengenai aktivitas siswa sebagaimana diuraikan dalam deskripsi

kegiatan siswa dalam belajar.

4. Validitas Kriterion (criterion related validity)

Validitas kriterion yaitu validitas yang digunakan untuk mengukur

kemampuan suatu pengukuran sebagai indicator dari suatu tingkah laku atau

sifat yang spesifik. Hal yang penting adalah keakuratan indicator. Criterion

validity dinilai dengan membandingkan hasil satu pengukuran dengan

pengukuran menurut gold standard. Sebagai contoh yaitu intensi nyontek.

Dalam kegiatan penelitian ini cara yang digunakan untuk mengukur

validitas data yaitu menggunakan triangulasi.

Triangulasi menurut Lexy J. Moleong (2007 : 303) “merupakan teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain”.

Sedangkan menurut Basrowi dan Suwandi (2008 : 123) “triangulasi

merupakan proses memastikan sesuatu dari berbagai sudut pandang”.

Triangulasi yang digunakan yaitu:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

a. Triangulasi Data

Triangulasi data disebut juga triangualsi sumber. Menurut Lexy J.

Moleong (2007 : 330) berarti “membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda dalam penelitian kualitatif". Triangulasi data digunakan

dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

b. Triangulasi Metode

Menurut H. B. Sutopo (2006 : 95) triangulasi metode dilakukan

dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik

atau metode pengumpulan data yang berbeda. Misalnya wawancara dan

observasi. Penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda ini

diusahakan mengarah pada sumber data sama untuk menguji kemantapan

informasinya.

G. Teknik Analisis Data

Sarwiji Suwandi ( 2008 : 70) mengemukakan bahwa, “ Teknik analisis

yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan

antara lain dengan teknik deskriptif (statistik deskriptif ) dan teknik analisis

kritis”.

Teknik statistik deskriptif komparatif untuk mengalisis data kuantitatif,

misalnya membandingkan hasil tes siswa tiap siklus. Statistik deskriptif dapat

digunakan untuk mengolah karakteristik data yang berkaitan dengan menjumlah ,

merata-rata, mencari titik tengah, mencari presentase dan menyajikan data yang

menarik, mudah dibaca dan diikuti alur berfikirnya (grafik, tabel)

Teknik analisis kritis digunakan untuk menganalisis data kualitatif,

misalnya dari hasil wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Teknik analisis

kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja

siswa dan guru dalam proses pembelajaran berdasarkan kriteria normatif yang

diturunkan dari kajian teoritis maupun dari ketentuan yang ada.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

H. Indikator Ketercapaian

Pada bagian ini perlu dikemukakan tolok ukur keberhasilan penelitian

yang dilakukan. Dalam menentukan keberhasilan dan keefektifan penelitian akan

tercapai jika siswa memperoleh nilai 60 sebanyak 80% dari jumlah siswa

keseluruhan.

I. Prosedur Penelitian

1. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini peneliti menyusun rencana

tindakan yang didasarkan pada hasil studi pendahuluan yang telah

dilakukan. Dalam hal ini guru dan peneliti menyamakan persepsi

tentang permasalahan yang ditemui dan menjabarkannya secara rinci.

Bentuk penjabaran itu sebagai berikut:

1) Menentukan pokok bahasan tema lingkungan.

2) Mengembangkan silabus menjadi RPP.

3) Mempersiapkan sumber belajar buku pendamping.

4) Menyusun lembar kerja siswa menyatu dengan RPP.

5) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran

b. Tindakan

Setelah membuat rencana yang matang maka langkah

selanjutnya adalah melaksanakan rencana tersebut sebagai tindakan

yang mengacu pada langkah kegiatan pembelajaran.

Kegiatan awal yang dilaksanakan sebagai berikut :

1) Guru menentukan masalah yang berkaitan dengan materi

pembelajaran membaca.

2) Guru menyiapkan alat pembelajaran berupa kartu dan stereofom

yang nantinya akan digunakan untuk menuliskan kata-kata yang

akan dipelajari.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

3) Guru memberikan apersepsi dengan mengaitkan pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari dengan materi yang pembelajaran

bacaan lingkungan, misalnya tanya jawab mengenai lingkungan

sekitar sekolah, rumah dan lain-lain.

Kegiatan inti pembelajaran akan dilaksanakan sebagai berikut:

1) Guru menuliskan kata bunga lalu siswa menelusuri dengan jarinya

sambil mengucapkan huruf- hurufnya.

2) Guru membaca kata bunga tersebut kemudian siswa menirukannya.

3) Kata tersebut diulang- ulang hingga siswa hafal kemudian kata

tersebut disimpan dalam kotak.

4) Guru memberikan kata yang baru, kemudian setiap kata yang sudah

dimengerti di simpan dalam kotak.

5) Setelah semua kata sudah terkumpul kemudian kata tersebut

disusun menjadi kalimat yang benar dengan bimbingan guru.

6) Siswa mengeja huruf-huruf tersebut dan kemudian dibaca

berulang- ulang sampai anak bisa membaca dengan lancar kalimat

yang sudah dirangkai tersebut.

7) Guru memberikan bacaan pendek yang berjumlah kurang lebih ada

tiga atau empat kalimat.

Kegiatan akhir adalah guru memberikan kesempatan bertanya

pada siswa untuk menanyakan kalimat dalam bacaan yang masih sulit

untuk dibaca anak. Guru dan siswa bersama-sama membuat

kesimpulan dari pokok bahasan yang telah dipelajari. Guru

memberikan pesan moral kepada peserta didik.

c. Observasi

Kegiatan observasi dilaksankan bersama dengan pelaksanaan

tindakan. Kegiatan ini dilakukan dengan mengamati dan mencatat

secara cermat setiap gejala mengenai tindakan, pelaksanaan tindakan.

Maupun akibat dari tindakan-tindakan tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

d. Refleksi

Refleksi meliputi beberapa komponen yaitu: menganalisa,

mensintesa, dan menerangkan. Hasil refleksi ini digunakan sebagai

dasar pemikiran untuk tindakan berikutnya karena hasil yang

diperoleh belum maksimal.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus kedua ini dengan melakukan

identifikasi masalah dan penerapan alternatif pemecahan masalah.

Kegiatan ini dijabarkan sebagai berikut:

1) Mempelajari sumber-sumber belajar pokok bahasan membaca.

2) Menentukan pokok bahasan tema lingkungan.

3) Mengembangkan silabus menjadi RPP

4) Mempersiapkan sumber belajar buku pendamping.

5) Menyusun lembar kerja siswa yang menyatu dengan RPP

6) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran

b. Tindakan

Tindakan yang dilakukan adalah dengan memperbaiki tindakan

pada silkus pertama sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah

disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dan memantau

proses peningkatan kemampuan membaca permulaan pada siswa.

c. Observasi

Observasi dilakukan dengan mengkaji hasil pada siklus

pertama dan memonitor serta membantu siswa jika menemui

kesulitan.

d. Refleksi

Menganalisis hasil pengamatan untuk memperoleh gambaran

tentang dampak dari tindakan yang dilakukan, hal-hal yang perlu

diperbaiki dan yang harus menjadi perhatian agar diperoleh hasil yang

maksimal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

1. Diskripsi Kondisi Awal

SLB/ A YKAB tepatnya terletak di Jl. HOS. Cokroaminoto No.43 Jebres

Surakarta. Sekolah tersebut tidak hanya menerima anak yang mengalami

gangguan penglihatan saja tetapi juga menerima anak kesulitan belajar dan anak

tunagrahita ringan. Untuk anak kesulitan belajar kurikulum yang digunakan

disamakan dengan kurikulum anak tunagrahita ringan.

Anak berkesulitan belajar mempunyai ruang kelas tersendiri dan letak

kelas mereka terpisah dengan anak tunanetra. Hal ini dibuat sedemikian rupa agar

proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik. Kelas II untuk anak

berkesulitan belajar terletak didalam ruang aula atau satu gedung dengan aula

tetapi berada disebelah utara dan diberi sekat.

Jumlah siswanya ada empat orang siswa yang terdiri dari tiga siswa laki-

laki yang salah satunya menderita low vision tetapi masih menggunakan tulisan

awas tidak huruf Braille dan satu siswa perempuan. Daftar nama siswa tersebut

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4. 1. Daftar Nama Siswa Berkesulitan Belajar Kelas II SD di SLB/ A YKAB Surakarta

No Nama

1 BM

2 FB

3 OB

4 VN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Semua data siswa tersebut mengalami kesulitan belajar dalam bidang

akademik. Mereka mempunyai kesulitan dalam menerima pelajaran di sekolah.

Prestasi belajar membaca mereka sangat rendah dan bahkan ada salah satu siswa

yang sudah hafal huruf tetapi apabila dirangkai menjadi kata anak tersebut

mengalami kesulitan untuk membacanya. Cara yang dipakai guru untuk mengajar

membaca adalah cara- cara yang biasa saja yaitu mengeja, SAS, dan lain

sebagainya. Hal ini diketahui oleh peneliti dari hasil wawancara dengan guru

kelas maupun dari hasil tes kemampuan awal yang dilakukan oleh peneliti.

Kondisi awal pembelajaran membaca pada pelajaran Bahasa Indonesia

kelas II untuk anak berkesulitan belajar di SLB/A YKAB Surakarta menggunakan

metode yang biasa digunakan oleh guru pada umumnya. Prestasi belajar mereka

masih sangat rendah. Banyak siswa yang belum bisa membaca dengan lancar.

Berdasarkan gambaran pelaksanaan pembelajaran membaca dapat

disajikan dalam data dibawah ini. Prestasi belajar membaca mereka rendah dapat

dilihat dari daftar nilai membaca mereka yang dilaksanakan oleh peneliti. KKM

yang ditentukan adalah 60, namun prestasi belajar membaca mereka masih

rendah. Daftar nilai beberapa siswa tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut:

Tabel 4. 2 Daftar Nilai Membaca Pada Kegiatan Pra Siklus (Kemampuan Awal)

No Nama Nilai KKM Keterangan

1 BM 75 60 Tuntas

2 FB 55 60 Tidak Tuntas

3 OB 50 60 Tidak Tuntas

4 VN 52 60 Tidak Tuntas

Jumlah 232

Rata- rata kelas 58 Tidak Tuntas

Prosentase 25%

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Dari data diatas dapat dilihat bahwa nilai siswa yang memenuhi KKM

hanya satu dengan nilai 75. Sedangkan untuk siswa yang lain nilai membaca

belum memenuhi nilai KKM yang telah ditentukan. Nilai rata-rata kelas yang

dicapai juga belum memenuhi nilai KKM yang ditentukan yaitu hanya sebesar 58

dengan prosentase 25%.

Kondisi kelas pada saat pembelajaran kurang begitu terkondusif. Mereka

masih sering ramai sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan guru.

Berdasarkan data diatas dapat pula disajikan bentuk grafik sebagai

berikut:

0

10

20

30

40

50

60

70

80

BM FB OB VN

NILAI

KKM

Grafik 4. 1 Nilai Membaca Siswa Kelas II Pada Kegiatan Pra Siklus (Kemampuan Awal)

2. Pelaksanaan Penelitian Siklus I

Pada kegiatan pembelajaran ini peneliti bertindak sebagai guru

sedangkan siswa bertindak sebagai subjek penelitian. Adapun pelaksanaannya

sebagai berikut:

a. Perencanaan

Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi

kegiatan:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Sebelum menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, yang lebih dulu

dilakukan adalah mempelajari sumber-sumber belajar pokok bahasan

membaca. Kemudian menentukan pokok bahasan tema lingkungan. Dari

pokok bahasan tersebut, tindakan selanjutnya yaitu mengembangkan

silabus menjadi RPP. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus I

dirancang dengan empat jam pelajaran yang dilaksanakan dua kali

pertemuan. Alokasi waktu setiap pertemuan adalah 2 x 35 menit. RPP

mencakup ketentuan: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator,

Tujuan Pembelajaran, Materi Pokok, Metode, Langkah Pembelajaran,

Media dan Sumber Belajar serta Evaluasi.

2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung

Fasilitas yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah:

(a) Ruang kelas. Ruang kelas yang akan digunakan adalah ruang yang

biasa digunakan setiap hari. Kelas tidak didesain secara khusus. (b)

mempersiapkan kartu dan stereofom yang digunakan sebagai media

dalam kegiatan pembelajaran.

3) Menyiapkan Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala aktifitas selama

pelaksanaan pembelajaran yang berisi daftar isian yang mencakup

kegiatan siswa dan guru. Lembar pengamatan yang digunakan untuk

siswa meliputi bagaimana aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran

dengan aspek yang dinilai meliputi: memperhatikan penjelasan guru,

aktif dalam kegiatan pembelajaran, berani bertanya kepada guru, mampu

menjawab pertanyaan dari guru, dan mengerjakan tugas yang diberikan

guru berupa kegiatan membaca secara lisan. Sedangkan untuk lembar

pengamatan yang digunakan untuk guru meliputi bagaimana guru

mengajar, antara lain yaitu : menyiapkan RPP, pengkodisian kelas,

menyediakan materi dan sumber belajar, melakukan apersepsi,

penguasaan materi, menanggapi usulan siswa, membuat kesimpulan

materi dan memberikan evaluasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan di dalam kelas, sesuai

dengan rencana pelaksanaan yang telah disusun yaitu selama dua kali

pertemuan. Pada kegiatan awal dalam pembelajaran dimulai dengan kegiatan

sebagai berikut:

1) mengucap salam

2) memimpin berdo’a

3) mengabsen siswa

4) melakukan kegiatan apersepsi, yaitu: melalui kegiatan bertanya pada

siswa mengenai lingkungan disekitar rumah masing-masing.

Pada kegiatan awal tersebut waktu yang diperlukan kurang lebih

selama 10 menit.

Pada kegiatan inti pembelajaran waktu yang diperlukan sebanyak 50

menit, dengan kegiatan sebagai berikut:

1) Guru memberikan bacaan tentang lingkungan sekitar yaitu bacaan

Bunga Melati.

2) Guru menuliskan kata bunga dengan cara merangkaikan stereofom

membentuk kata bunga tersebut, lalu siswa mengeja dan menelusuri

dengan jarinya sambil mengucap huruf-hurufnya.

3) Guru membaca kata bunga tersebut kemudian siswa menirukannya.

4) Siswa membaca kata tersebut berulang-ulang hingga hafal dan mampu

membacanya sendiri kemudian disimpan dalam kotak.

5) Guru memberikan kata yang baru lalu siswa mengeja dan menelusuri

dengan jarinya sambil mengucap huruf-hurufnya.

6) Guru membacakan kata tersebut berulang-ulang hingga hafal dan anak

mampu membacanya sendiri kemudian disimpan didalam kotak.

7) Guru dan siswa merangkai semua kata yang sudah dibaca menjadi

kalimat.

8) Siswa secara bergantian membaca kata yang sudah dirangkai menjadi

kalimat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

9) Guru memberikan evaluasi pada siswa untuk mengetahui kemampuan

membaca siswa.

10) Guru menilai kemampuan membaca siswa.

Sedangkan pada kegiatan akhir, langkah yang dilakukan oleh guru

yaitu :

1) Guru dan siswa membaca kembali bacaan tersebut secara bersama-

sama.

2) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya.

3) Guru memberikan pesan moral kepada siswa.

4) Guru mengakhiri pelajaran dan mengucap salam.

Kegiatan ini berlangsung kurang lebih selama 10 menit.

c. Observasi

Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk menilai

situasi selama pelaksanaan pembelajaran membaca dalam kelas. Dalam

melaksanakan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran dari kegiatan awal

sampai dengan kegiatam akhir dengan menggunakan format observasi yang

telah disusun oleh peneliti. Hasil pengamatan pada siklus I dapat

didiskripsikan secara umum bahwa siswa kurang memperhatikan penjelasan

guru. Mereka lebih banyak bercanda dengan teman-teman dan tidak belajar

dengan serius. Selain itu memfokuskan siswa agar berkonsentrasi untuk

belajar juga masih agak sulit.

Apabila salah satu siswa sedang membaca, siswa yang lain

menggodannya sehingga anak sering mengalami kesalahan dalam membaca

teks bacaan yang dijadikan evaluasi. Tidak semua siswa aktif dalam kegiatan

pembelajaran. Hasil prestasi belajar membaca masing- masing siswa kelas II

pada siklus I disajikan dalam tabel berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Tabel 4. 3 Daftar Nilai Membaca Pada Kegiatan Siklus I

No Nama Nilai KKM Keterangan

1 BM 79 60 Tuntas

2 FB 63 60 Tuntas

3 OB 58 60 Tidak Tuntas

4 VN 59 60 Tidak Tuntas

Jumlah 259

Rata- rata kelas 64,75 Tuntas

Prosentase 50%

Dari data diatas bila disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

0

10

20

30

40

50

60

70

80

BM FB OB VN

Siklus I

KKM

Grafik 4. 2 Nilai Membaca Siswa Kelas II Pada Kegiatan Siklus I

Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa nilai yang diperoleh

siswa pada siklus I belum dinyatakan tuntas. Ada dua siswa yang nilainya masih

dibawah KKM yang telah ditentukan. Masing-masing nilai tersebut yaitu 58 dan

59. Sedangkan dua siswa yang lain sudah memenuhi nilai KKM yang ditentukan.

Masing- masing nilainya yaitu 79 dan 63.

Bila dilihat dari nilai rata-rata kelas, prestasi belajar membaca siswa

sudah melebihi nilai KKM. Besarnya nilai rata- rata kelas yaitu 64,75. Sedangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

nilai KKM yang ditentukan sebesar 60. Dengan demikian secara klasikal anak

sudah mampu membaca, namun secara individual nilai masing- masing siswa

belum memenuhi nilai KKM.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi diatas, dapat disimpulkan bahwa

sebagian siswa belum dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Untuk

menindak lanjuti keadaan yang seperti ini, pada pembelajaran siklus II perlu

ditekankan lagi bahwa waktu adalah sangat penting dalam kegiatan

pembelajaran sehingga anak tidak boleh menyia-nyiakan waktu dalam

kegiatan pembelajaran untuk bercanda. Selain itu siswa juga perlu dimotivasi

lagi agar semangat belajar mereka meningkat.

Jarangnya tanya jawab yang dilakukan siswa dalam kegiatan

pembelajaran dikarenakan oleh anak belum begitu paham dengan pentingnya

membaca. Selain itu siswa juga masih malu-malu untuk menyampaikan

tingkat kesukaran pada saat kegiatan evaluasi. Dengan latar belakang yang

demikian akan lebih memudahkan peneliti untuk memperbaiki kegiatan

pembelajaran pada siklus II.

Tingkat keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran masih sangat

rendah. Siswa masih perlu dibimbing dan diarahkan karena lafalnya masih

belum terdengar dengan jelas. Sehingga pada kegiatan siklus II pengucapan

lafal dan intonasi harus lebih ditekankan lagi agar siswa mampu membaca

dengan lafal dan intonasi yang jelas.

3. Pelaksanaan Penelitian Siklus II

a. Perencanaan

Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II meliputi

kegiatan sebagai berikut:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Pada kegiatan ini hal yang dilakukan sama dengan kegiatan pada siklus

I, yaitu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, yang lebih dulu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

dilakukan adalah mempelajari sumber-sumber belajar pokok bahasan

membaca. Kemudian menentukan pokok bahasan tema lingkungan.

Dari pokok bahasan tersebut, tindakan selanjutnya yaitu

mengembangkan silabus menjadi RPP. Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran pada siklus II dirancang dengan empat jam pelajaran

dengan empat jam pelajaran yang dilaksanakan selama dua kali

pertemuan. Alokasi waktu setiap pertemuan adalah 2 x 35 menit. RPP

mencakup ketentuan: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar,

Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Pokok, Metode, Langkah

Pembelajaran, Media dan Sumber Belajar serta Evaluasi.

2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung

Fasilitas yang perlu disiapkan sama dengan fasilitas yang dipakai pada

kegiatan pembelajaran siklus I yaitu : (a) Ruang kelas. Ruang kelas

yang akan digunakan adalah ruang yang biasa digunakan setiap hari.

Kelas tidak didesain secara khusus. (b) mempersiapkan kartu dan

stereofom yang digunakan sebagai media dalam kegiatan pembelajaran.

3) Menyiapkan lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala aktifitas selama

pelaksanaan pembelajaran yang berisi daftar isian yang mencakup

kegiatan siswa dan guru. Lembar pengamatan yang digunakan untuk

siswa meliputi bagaimana aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran

dengan aspek yang dinilai meliputi: memperhatikan penjelasan guru,

aktif dalam kegiatan pembelajaran, berani bertanya kepada guru,

mampu menjawab pertanyaan dari guru, dan mengerjakan tugas yang

diberikan guru berupa kegiatan membaca secara lisan. Sedangkan untuk

lembar pengamatan yang digunakan untuk guru meliputi bagaimana

guru mengajar, antara lain yaitu : menyiapkan RPP, pengkodisian kelas,

menyediakan materi dan sumber belajar, melakukan apersepsi,

penguasaan materi, menanggapi usulan siswa, membuat kesimpulan

materi dan memberikan evaluasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

b. Pelaksanaan Tindakan

Awal pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan didalam kelas

yang diawali dengan pemberian motivasi membaca, pengarahan kepada siswa

tentang langkah- langkah membaca sama dengan kegiatan pada siklus I.

Kegiatan itu terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Pada

kegiatan awal dalam pembelajaran dimulai dengan kegiatan sebagai berikut:

1) mengucap salam

2) memimpin berdo’a

3) mengabsen siswa

4) melakukan kegiatan apersepsi, yaitu: melalui kegiatan bertanya pada

siswa mengenai lingkungan disekitar rumah masing-masing.

Pada kegiatan awal tersebut waktu yang diperlukan kurang lebih

selama 10 menit.

Pada kegiatan inti pembelajaran waktu yang diperlukan sebanyak 50

menit, dengan kegiatan sebagai berikut:

1) Guru memberikan bacaan tentang lingkungan sekitar yaitu bacaan Bunga

Melati.

2) Guru menuliskan kata bunga dengan cara merangkaikan stereofom

membentuk kata bunga tersebut, lalu siswa mengeja dan menelusuri

dengan jarinya sambil mengucap huruf-hurufnya.

3) Guru membaca kata bunga tersebut kemudian siswa menirukannya.

4) Siswa membaca kata tersebut berulang-ulang hingga hafal dan mampu

membacanya sendiri kemudian disimpan dalam kotak.

5) Guru memberikan kata yang baru lalu siswa mengeja dan menelusuri

dengan jarinya sambil menucap huruf-hurufnya.

6) Guru membacakan kata tersebut berulang-ulang hingga hafal dan anak

mampu membacanya sendiri kemudian disimpan didalam kotak.

7) Guru dan siswa merangkai semua kata yang sudah dibaca menjadi

kalimat.

8) Siswa secara bergantian membaca kata yang sudah dirangkai menjadi

kalimat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

9) Pada kegiatan akhir pembelajaran,guru mengadakan evaluasi untuk

mengukur kemampuan membaca melalui tes lisan dengan membaca teks

bacaan.

10) Guru menilai kemampuan membaca siswa.

Sedangkan pada kegiatan akhir, langkah yang dilakukan yaitu :

1) Guru dan siswa membaca kembali bacaan tersebut secara bersama-

sama.

2) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya.

3) Guru memberikan pesan moral kepada siswa.

4) Guru mengakhiri pelajaran dan mengucap salam.

Kegiatan ini berlangsung kurang lebih selama 10 menit.

c. Observasi

Dalam melaksanakan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran

dimulai dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir dengan

menggunakan format observasi yang telah disiapkan pada siklus II. Aktivitas

dan konsentrasi anak sudah menampakan perubahan yang berarti jika

dibanding dengan siklus I. Sehingga proses pembelajaran membaca dapat

berjalan dengan baik dan efektif. Disamping itu siswa sudah mempunyai

bekal pengetahuan dan pengalaman pada siklus I, sehingga rasa percaya diri

siswa meningkat dari kegiatan pembelajaran sebelumnya. Hal ini dapat

diketahui dari perhatian, keaktifan dalam menerima pelajaran.

Pada saat pembelajaran siswa sudah mampu memanfaatkan waktu

dengan tepat. Siswa sudah mempersiapkan diri dengan baik, serta motivasi

untuk belajar membaca sangat tinggi. Pada akhir pembelajaran semua siswa

aktif bertanya tentang isi bacaan dan anak mampu menjawab pertanyaan yang

diajukan oleh guru yang berkaitan dengan isi bacaan. Siswa juga sudah

mampu membaca dengan lafal dan intonasi yang benar.

Prestasi belajar siswa kelas II pada kegiatan siklus II ini mengalami

peningkatan bila dibandingkan dengan hasil nilai pada kegiatan awal maupun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

pada pembelajaran siklus I. Hasil belajar masing-masing siswa tersebut

disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4. 4 Daftar Nilai Pada Kegiatan Siklus II

No Nama Nilai KKM Keterangan

1 BM 85 60 Tuntas

2 FB 72 60 Tuntas

3 OB 68 60 Tuntas

4 VN 68 60 Tuntas

Jumlah 293

Rata- rata kelas 73,25 Tuntas

Prosentase 100%

Bila disajikan dalam bentuk grafik adalah sebagai berikut:

0102030405060708090

BM FB OB VN

siklus II

KKM

Grafik 4. 3 Nilai Membaca Siswa Kelas II Pada Kegiatan Siklus II

Dari grafik maupun tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

prestasi belajar membaca siswa meningkat dan nilai dari masing-masing

siswa sudah memenuhi KKM yang ditentukan. Nilai tertinggi pada kegiatan

siklus II yaitu sebesar 85. Sedangkan nilai terendah yang diperoleh siswa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

sebesar 68, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 73,25. Ketuntasan klasikal

sebesar 100%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada kegiatan siklus

II nilai rata-rata yang dicapai sudah memenuhi indikator kinerja maupun nilai

KKM, serta secara klasikal maupun individual telah mencapai batas tuntas.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi diatas,dapat diketahui bahwa siswa telah

dapat memanfaatkan waktu lebih baik dari siklus I. Semangat anak dalam

kegiatan membaca meningkat. Semua siswa sudah terlihat aktif dalam

kegiatan pembelajaran. Anak sudah berani bertanya maupun menanggapi isi

bacaan yang dipelajari.

Peneliti memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya

keaktifan bertanya terhadap permasalahan yang belum jelas. Siswa semangat

untuk menyempurnakan lafal bacaan dengan bimbingan guru sehingga siswa

sudah dapat membaca bacaan pendek dengan jelas, lafal dan intonasi yang

benar.

Pada siklus II ini terjadi peningkatan hasil prestasi belajar membaca

siswa. Jika dilihat dari nilai hasil belajar semua siswa mendapat nilai diatas

nilai KKM yang telah ditentukan. Dengan demikian indikator dalam

penelitian ini telah tercapai. Agar kemampuan membaca anak semakin

meningkat maka kreasi guru dan motivasi yang guru berikan kepada murid

dalam mengajar sangat diperlukan.

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil observasi dan upaya-upaya perbaikan yang dilakukan

pada pembelajaran membaca Bahasa Indonesia dengan Metode Fernald, hasil

yang dicapai mengalami kenaikan secara signifikan. Data nilai kemampuan awal,

siklus I dan siklus II disajikan dalam tabel berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Tabel 4. 5 Daftar Nilai Membaca Siswa Pada Kemampuan Awal, Siklus I,

dan Siklus II

No Nama Siswa KKM Nilai Awal Siklus I Siklus II

1 BM 60 75 79 85

2 FB 60 55 63 72

3 OB 60 50 58 68

4 VN 60 52 59 68

Jumlah 232 259 293

Rata-rata 58 64,75 73,25

Ketuntasan Belajar 25% 50% 100%

Berdasarkan data awal nilai membaca, diketahui bahwa nilai rata-rata

kelas sebesar 58, terdapat 2 siswa yang mendapat nilai dibawah 60 dan hanya 1

siswa yang nilainya diatas 60. Ketuntasan klasikal sebesar 25%. Berdasarkan hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kelas belum memenuhi KKM dan

dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran belum tuntas.

Berdasarkan hasil tes siklus I, diketahui bahwa nilai rata-rata kelas

kegiatan membaca sebesar 64,75. Dua siswa yang mendapat nilai diatas KKM dan

dua siswa yang nilainya belum memenuhi KKM atau masih dibawah nilai 60.

Ketuntasan klasikal sebesar 50%. Berdasarkan data tersebut ketuntasan klasikal

masih belum tercapai. Karena ketuntasan klasikal yang diinginkan adalah 80%.

Sedangkan nilai tes pada siklus II diketahui nilai rata-rata kelas sebesar

73,25. Semua siswa mendapat nilai diatas nilai KKM yang telah ditentukan.

Dengan perolehan nilai tertinggi yaitu sebesar 85 dan nilai terendah sebesar 68.

Ketuntasan pada siklus II sebesar 100%. Berdasarkan data nilai tersebut secara

klasikal telah mencapai ketuntasan belajar.

Dari hasil nilai rata-rata secara individu dari setiap siklus dapat pula

disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

BM FB OB VN

nilai awal

siklus I

siklus II

KKM

Grafik 4. 4 Peningkatan Nilai Membaca Siswa Kelas II

Dari hasil nilai rata-rata secara klasikal dari setiap siklus dapat dibuat

tabel perbandingan sebagai berikut:

Tabel 4. 6 Peningkatan Nilai Membaca Setiap Siklus

Siklus Nilai Rata-Rata Peningkatan

Tes Awal 58 0

Siklus I 64,75 6,75

Siklus II 73,25 8,5

Dari peningkatan nilai membaca siswa kelas II diatas dapat disajikan

dalam bentuk grafik sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

0

10

20

30

40

50

60

70

80

NilaiAwalsiklus I

Siklus II

Grafik 4. 5 Peningkatan Rata-Rata Nilai Membaca Setiap Siklus

Dari ketuntasan belajar secara klasikal dari semua siklus dapat dibuat

tabel sebagai berikut:

Tabel 4. 7 Peningkatan Ketuntasan Belajar Membaca Setiap Siklus

Siklus Prosentase Ketuntasan (%) Peningkatan

Tes Awal 25 -

Siklus I 50 25

Siklus II 100 50

Dari data peningkatan nilai secara klasikal kelas II dapat digambarkan

dengan grafik sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Nilai Awal

Siklus I

Siklus II

Grafik 4. 6 Peningkatan Ketuntasan Secara Klasikal

Hasil penelitian melalui tes menunjukan bahwa rata-rata nilai membaca

pada siklus mencapai 73,25 dengan nilai terendah 68 dan tertinggi 85. Semua

siswa mendapat nilai diatas nilai KKM. Nilai KKM yang ditentukan adalah 60.

Dengan demikian ketuntasan klasikal mencapai 100%. Dari pernyataan tersebut

dapat diambil kesimpulan bahwa indikator kinerja secara kalsikal telah tuntas.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada kondisi awal pembelajaran Bahasa Indonesia, prestasi belajar

membaca siswa kelas II masih rendah. Nilai yang diperoleh siswa masih dibawah

nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah. Hanya ada satu siswa yang telah

memenuhi nilai KKM. Rata- rata kelas pada kondisi awal yaitu sebesar 58.

Kemudian peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas untuk

meningkatkan prestasi belajar membaca kelas tersebut. Penelitian tindakan kelas

ini dilaksanakan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Pada siklus I siswa

kurang aktif dalam pembelajaran, siswa kurang tanggap menangkap penyampaian

guru, siswa masih sering ramai dan bercanda dengan teman, bahkan mereka juga

belum bisa memanfaatkan waktu belajar dengan baik. Hasil nilai rata-rata kelas

yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu sebesar 64,75. Secara nilai sudah

memenuhi nilai KKM, namun secara klasikal belum tercapai. Karena KKM yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

ditentukan adalah apabila 80% dari siswa nilainya mencapai 60 bahkan lebih.

Masih ada dua anak yang nilainya belum memenuhi nilai KKM yang ditentukan.

Dan hanya 50% anak yang nilainya mencapai KKM. Dengan demikian perlu

diadakan tindakan lagi agar indikator kinerja tercapai tuntas. Hal ini bisa

dikarenakan oleh siswa yang belum bisa memanfaatkan waktu dengan tetap, siswa

kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan siswa masih sering bercanda

dengan teman pada saat kegiatan pembelajaran.

Kemudian peneliti melakukan tindakan lagi pada siklus II. Tindakan

pada siklus ini merupakan penyempurnaan dari kegiatan siklus sebelumnya. Pada

kegiatan siklus II ini siswa lebih aktif dan memperhatikan penjelasan guru, siswa

lebih bisa memanfaatkan waktu untuk belajar dan tidak ramai sendiri. Prestasi

hasil belajar pada siklus inipun telah memenuhi nilai KKM yang telah ditentukan.

Nilai rata-rata kelas sebesar 73,25 dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 68.

Dengan demikian secara klasikal maupun individual indikator kinerja dianggap

sudah tuntas. Bila dinyatakan dengan persen yaitu sebesar 100%.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil

kesimpulan bahwa penggunaan Metode Fernald dapat meningkatkan prestasi

belajar membaca siswa berkesulitan belajar kelas II SD SLB/ A YKAB Surakarta.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, Metode Fernald mempunyai beberapa

kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya antara lain yaitu :

1. Siswa lebih semangat dalam mengikuti pelajaran membaca karena media

yang digunakan berwarna- warni sehingga lebih menarik untuk siswa.

2. Semangat belajar membaca siswa juga meningkat.

3. Daya saing antar siswa lebih hidup, sehingga siswa mempunyai motivasi diri

untuk bisa membaca.

Dari beberapa kelebihan yang dikemukakan diatas ada juga kelemahan

yang dihadapi oleh peneliti, antara lain:

1. Siswa kurang begitu memanfaatkan indra perabaannya dalam pelaksanaan

pembelajaran.

2. Siswa merasa bosan bila disuruh mengeja setiap huruf dan diucapkan dengan

lafal yang lantang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Menurut Crobach (1954) seperti yang dikutip Nana Syaodih

Sukmadinata (2003:157) bahwa motivasi merupakan unsur-unsur dalam belajar.

Hal ini terbukti dalam kegiatan penelitian ini. Dengan menggunakan metode

fernald motivasi belajar siswa meningkat dari sebelumnya.

Tidak hanya pada unsur belajar saja motivasi pada siswa juga

berpengaruh terhadap kemampuan membaca seseorang. Hal ini diungkapkan oleh

Sabartini Akhadiah (1991:26-27) bahwa kemampuan membaca seseorang

dipengaruhi oleh faktor motivasi, lingkungan belajar, dan bahan bacaan.

Lingkungan keluarga atau pembicaraan orang tua serta anggota keluargablainnya

di rumah akan mempengaruhi kemampuan anak dalam membaca.

Selain itu pula menurut R. Angkowo (2007 :50-51) faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar ada lima macam, salah satunya yaitu kemampuan

individu. Kemampuan individu seseorang berbeda- beda. Hali ini dapat dilihat

dari hasil penelitian pada kegiatan pra siklus, siklus I, maupun siklus II. Namun

kemampuan dari individu tersebut dapat ditingkatkan lebih optimal. Peningkatan

kemampuan individu dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan yang

khusus serta latihan yang konsisten agar siswa lebih cepat mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan.

Dengan demikian perlu diadakan beberapa perbaikan dalam pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan Metode Fernald. Agar penggunaan Metode

Fernald dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan prestasi maupun kemampuan

membaca siswa pada sekolah umumnya. Serta juga pengkondisian kelas sangat

berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Kelas yang nyaman dan

kondusif akan membuat siswa belajar dengan tenang dan efisien. Serta konsentrasi

siswa lebih dapat terfokus dan tidak buyar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil

kesimpulan bahwa penggunaan Metode Fernald dapat meningkatkan prestasi

belajar membaca siswa kelas II SD pada anak berkesulitan belajar di SLB/A

YKAB Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Dengan diskripsi hasil sebagai

berikut: pada kegiatan awal kemampuan membaca siswa dibawah nilai KKM

yaitu dengan rata- rata kelas sebesar 58. Kemudian peneliti melakukan tindakan

atau perbaikan melalui kegiatan siklus I. Pada siklus I nilai siswa meningkat dari

sebelumnya. Nilai rata-rata pada siklus I yaitu 64,75. Secara nilai sudah

memenuhi nilai KKM namun secara klasikal belum dikatakan tuntas. Pada

kegiatan siklus II nilai yang diperoleh siswa memenuhi nilai KKM yang telah

ditentukan. Besarnya nilai rata-rata pada siklus II yaitu 73,25. Dengan demikian

kegiatan pembelajaran dikatakan tuntas karena indikator ketercapaian sudah

terpenuhi dengan nilai melebihi KKM yang ditentukan.

B. Saran

Dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya diperlukan beberapa perbaikan

dalam proses belajar mengajar agar kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana

dengan baik. Beberapa perbaikan itu antara lain:

1. Bagi Kepala Sekolah

Untuk kepala sekolah sebaiknya menyediakan sarana prasarana yang lebih

lengkap agar kegiatan belajar mengajar dalam kelas dapat terlaksana dengan

baik. Serta menjaga lingkungan belajar, memberikan tata tertib yang dapat

menjadikan siswa lebih disiplin dan tidak membuang waktu belajar dengan

kegiatan yang tidak bermanfaat.

2. Bagi Guru

Guru sebaiknya menata ruang kelas dengan sedemikian rupa agar

pelaksanaan kegiatan belajar dalam kelas terkondusif. Serta meningkatkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

motivasi siswa terhadap prestasi belajar membaca maupun pada pelajaran

yang lain. Memberikan semangat dan siap membantu siswa yang mengalami

kesulitan dalam menerima pelajaran di sekolah baik kegiatan membaca

maupun pada pelajaran yang lain. Selain itu guru sebaiknya memanfaatkan

Metode Fernald pada siswa dalam belajar membaca. Media yang digunakan

juga harus menggunakan huruf dengan warna yang mencolok dan berwarna

warni agar siswa lebih tertarik dan tidak bosan belajar membaca.

3. Bagi Siswa

Pada diri siswa harus diarahkan agar mereka lebih dapat memanfaatkan

waktu belajar dengan baik. Mengurangi bercanda dalam kelas.

Menumbuhkan sikap untuk berani bertanya apabila ada yang belum

dimengerti.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Salim Choiri. 1994. Buku Panduan Bimbingan Belajar Anak Kretin Dan

Gaki Berkesulitan Belajar. Surakarta : Pusat Penelitian Rehabilitasi dan Remediasi Lembaga Penelitian UNS

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta Anas Sudijono. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada Anton Sukarno. 2000. Model Pelayanan Anak Berkesulitan Belajar Di Sekolah

Dasar Negeri. JRR Basrowi dan Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor : Ghalia

Indonesia Conny K. Semiawan. 2002. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah

Dasar. Jakarta: Indeks, PT. Macanan Jaya Cemerlang Ester Dwy Kartikasari. 2010. “Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan

Melalui Media Pembelajaran Kartu Bergambar Pada Siswa Kelas I Sdn Jajar I No. 73 Laweyan Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010”. Surakarta : UNS

Farida Rahim. 2007. Pengajaran Membaca di SD. Jakarta : Bumi Aksara Henry Guntur Tarigan. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa

Indonesia. Jakarta : Dikti, Depdikbud Iskandarwassid dan Dadang Suhendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa.

Bandung : PT Rosdakarya Remaja Jamila K.A Muhammad. 2008. Special Education For Special Children, Panduan

Pendidikan Khusus Anak- Anak Dengan Ketunaan&Learning Disabilities. Jakarta : Hikmah

John W. Santrock. 2009. Psikologi Pendidikan Educational Psychology Edisi 3.

Jakarta : Salemba Humanika Lexy J. Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya Lucky Ade Sessiani. 2007. “ Pengaruh Metode Multisensory Dalam Meningkatkan

Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak TK (Studi Eksperimental

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Di TK ABA 52 Semarang)”. Semarang : Undip ( Online. e_prints. Undip.ac.id/10438/1/lucky_Ade_S_M2A.003_037.pdf diakses tanggal 18 februari 2011)

Muhibin Syah. 2006. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya . 2009. Psikologi Belajar. Jakarta : Fajar Grasindo Persada Mulyono Abdurrahman. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.

Jakarta : Rineka Cipta Mulyono Abdurrahman&Sudjadi. 1994. Pendidikan Luar Biasa Umum. Jakarta :

Depdikbud Nana Syaodih Sukmadinata. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya. Ngalim Purwanto, M. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya Ntshangase, Sibusiso,Andile Mdikana dan Candice Cronk. A Comparative Study

Of The Self-Esteem Of Adolescent Bous With And Without Learning Disabilities In An Inclusive School . www.InternationalJournalOfspecialeducationVol23no2. 2008 halaman 75- 81

Robertus Angkowo&A. Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta : Grasindo Sabarti Akhadiah MK. 1991/1992. Bahasa Indonesia 1. Jakarta : Dikti Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas ( PTK) Dan Penulisan Karya

Ilmiah. Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Slameto. 2001. Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT.

Cipta Rineka Spencer,Vicky G et al. 2008. If You Teach- You Teach Reading.

www.InternationalJournalOfSpecialEducationVol23No2. 2008 . Halaman 1-5

Suharsimi Arikunto, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara Sunardi. 1997. Mengenal Siswa Berkesulitan Belajar. Surakarta : UNS Press

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Sunardi&Sunaryo. 2007. Intervensi Dini Anak-Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta : Depdiknas

Sutopo, H. B . 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta : Depdikbud UNS Suwaryono Wiryodijoyo. 1989. Membaca, Strategi Pengantar&Tekniknya.

Jakarta : Depdikbud Syaiful Sagala. 2009. Konsep&Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta UUD 1945 ( Amandemen) UU No.2 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Munawir Yusuf, Sunardi, dan Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi

Anak Dengan Problematika Belajar. Solo : Tiga Serangkai Wahyu Sukartini. 2004. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Membaca Dan

Menulis Permulaan Di Kelas I Sekolah Dasar Melalui Media Kata Bergambar. Jurnal Pendidikan Dasar

Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan

Kelas. Jakarta : Indeks, PT Malta Pritindo Zamzam Muhajir. 2007. (http://Zamzam Muhajir. Blogspot.com/2007/1 diakses

tanggal 18 Februari 2011)