Upload
others
View
19
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Universitas Sumatera Utara
Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id
Fakultas Kesehatan Masyarakat Tesis Magister
2018
Hubungan Antara Pengawasan,
Prosedur Kerja dan Kondisi Fisik
dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
pada Perawat di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Permata Bunda Medan
Tahun 2017
Azizah, Nur
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/7072
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
HUBUNGAN ANTARA PENGAWASAN, PROSEDUR KERJA DAN KONDISI FISIK DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PADA PERAWAT
DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA MEDAN TAHUN 2017
TESIS
Oleh
NUR AZIZAH 157032105
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
CORRELATION OF MONITORING, WORK PROCEDURE AND PHYSICAL CONDITION ON THE PRAVALENCE OF OCCUPATIONAL ACCIDENT
IN THE NURSES IN INPATIENT ROOMS AT PERMATA BUNDA HOSPITAL,
MEDAN, IN 2017
THESIS
By
NUR AZIZAH 157032105
MASTER IN PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM
FACULTY OF PUBLIC HEALTH UNVERSITY OF SUMATERA UTARA
MEDAN 2018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN ANTARA PENGAWASAN, PROSEDUR KERJA DAN KONDISI FISIK DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PADA PERAWAT DI
RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA MEDAN TAHUN 2017
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
NUR AZIZAH 157032105
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : Hubungan Antara Pengawasan, Prosedur Kerja dan Kondisi Fisik dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja pada Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda Medan Tahun 2017
Nama Mahasiswa : Nur Azizah Nomor Induk Mahasiswa : 157032105 Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Setiawan, S.Kp. M.NS. Ph.D) (Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes) Ketua Anggota
Ketua Program Studi S2 Dekan (Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D) (
Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)
Tanggal Lulus : 26 Juni 2018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Telah diuji
Pada Tanggal : 26 Juni 2018
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Setiawan, S.Kp. MNS. Ph.D Anggota : 1. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si 3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
HUBUNGAN ANTARA PENGAWASAN, PROSEDUR KERJA DAN KONDISI FISIK DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PADA PERAWAT
DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA MEDAN TAHUN 2017
T E S I S
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 26 Juni 2018 Peneliti
Nur Azizah 157032105
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Rumah sakit merupakan salah satu tempat kerja yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi pekerjanya. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, dan penyakit infeksi lainnya. Rumah Sakit Permata Bunda terdapat beberapa kasus kecelakaan kerja pada perawat seperti HNP (Hernia Nukleus Pulposus), tertusuk jarum, tergores tutup ampul dan terpeleset yang di survei pada saat awal tahun 2017.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan pengawasan, prosedur kerja, dan kondisi fisik dengan terjadinya kecelakaan kerja pada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Permata Bunda Medan. Analisis data dengan uji chi square. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah consecutive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 96 perawat pelaksana.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebesar 17,7% perawat mengalami kecelakaan kerja yang terdiri dari HNP (14,6%), tertusuk jarum (15,6%) dan tepeleset (10,4%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapati bahwa dari ke tiga variable yaitu pengawasan (p=0,000), prosedur kerja (p=0,005) dan kondisi fisik (p=0,000) memeliki hubungan yang signifikan dengan kecelakaan kerja perawat.
Disarankan kepada pihak manajemen rumah sakit Permata Bunda untuk meningkatkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja pada perawat melalui pelatihan-pelatihan mengenai bahaya kerja perawat dan keselamatan dan kesehatan kerja.
Kata Kunci : Pengawasan, Prosedur Kerja, Kecelakaan Kerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
A hospital is one of the work place with potential to endanger its employees. The frequently found case is needle punctures, sprains, back pain and other infectious diseases. There are many occupational accident cases, such as HNP (Hernia Nucleus Pulpous), needle punctures, getting scraped by the ampoule cap and getting slipped, are found in the nurses at Permata Bunda Hospital, Medan as stated in a survey in 2017. The objective of the research was to analyze the correlation of monitoring, work procedure, and physical condition to the prevalence of the occupational accidents in the nurses in inpatient rooms at Permata Bunda Hospital, Medan. The data were analyzed with Chi-Square tests. There were 96 nurses taken by consecutive sampling technique. The results of the research demonstrated that 17.7% of the nurses experienced occupational accidents such as HNP (14.6%), needle punctures (15.6%) and getting slipped (10.4%). The statistical tests with Chi-Square tests found that the three variables i.e. monitoring (p=0.000), work procedure (p=0.010) and physical condition (p=0.000), were significantly correlated with the occupational accidents in the nurses. It is suggested that the management of Permata Bunda Hospital improve the efforts of occupational safety and health for the nurses by conducting trainings about the dangers of nursing work as well as the occupational safety and health. Keywords: Monitoring, Work Procedure, Occupational Accident
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Alla SWT, atas segala Rahmat dan
KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul
“Hubungan Antara Pengawasan, Prosedur Kerja dan Kondisi Fisik dengan
Terjadinya Kecelakaan Kerja pada Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Permata Bunda Medan Tahun 2017”
Penulisan Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan
Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari penulisan Tesis ini tidak dapat terlaksana tampa bantuan
dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan banyak terima kasih yang tidak terhingga kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
3. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Destanul Aulia, S.K.M, M.B.A, M.Ec, Ph.D selaku Sekretaris Program Studi S2
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Setiawan, S.Kp. MNS. Ph.D dan Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Komisi
Pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing,
mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari
pengajuan judul hingga penulisan Tesis ini selesai.
6. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si dan Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes selaku Dewan
Penguji yang telah bersedia menguji dan mengarahkan guna penyempurnaan
Tesis ini.
7. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berarti
selama penulis mengikuti pendidikan.
8. Rumah Sakit Permata Bunda Medan telah bersedia membantu peneliti dalam
mengumpulkan data atau pun informasi terkait dengan penelitian yang di
butuhkan dengan penuh perhatian dan kesabaran.
9. Secara khusus ucapan terima kasih yang tulus penulis tujukan kepada suami dr.
Achmad Farhan Azhar Tanjung tercinta juga kedua putra tersayang Ichsan
Achmad Farhan dan Rizky Achmad Farhan yang sangat penuh pengertian juga
untuk kesabarannya, serta yang penulis banggakan kedua orang tua tercinta Ayah
dan Ibunda tersayang abang, kakak dan adik penulis, atas do’a nya, perhatian,
semangat, waktu dan dukungan moral juga materil yang telah di berikan secara
iklas.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10. Terima kasih kepada mertua saya Ayahanda Prof. dr. H. Azhar Tanjung, Sp.PD,
KAI-KP, Sp.MK (K) dan Ibunda Hj. Zurni atas do’a nya, perhatian, semangat,
waktu dan dukungan moral juga materil yang telah di berikan secara ikhlas
11. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan
2015 secara umum dan Peminatan Kesehatan Kerja, untuk sahabat penulis Diana
Nasir, Citra Dewi, Masni, Henita Sari Ginting atas semangat dukungan dan
kebersamaannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk
itu kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga Tesis ini dapat bermanfaat.
Medan, 26 Juni 2018
Penulis
Nur Azizah 157032105
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Nur Azizah yang dilahirkan pada tanggal 25 Maret 1983 di
Medan. Beragama Islam, tinggal di Utama No. 126/124 A. Penulis merupakan anak
dari pasangan Bapak H. Taufiqurrahman, SH, MAP dan Ibu Hj. Aswita Lubis. Saat
ini penulis telah menikah dan mempunyai dua putra tersayang ku Ichsan Achmad
Farhan dan Rizky Achmad Farhan.
Pendidikan formal penulis di mulai dari Sekolah Dasar Negeri 0604017 Medan
pada tahun 1989 dan selesai tahun 1995, SMP Negeri 11 Medan pada tahun 1995 dan
selesai 1998, SMA Kemala Bhayangkari Medan pada tahun 1998 dan selesai tahun
2001, pada tahun 2001 melanjutnya Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera
Utara dan selesai tahun 2008. Kemudian pada tahun 2015 penulis melanjutkan
pendidikan di Pasca Sarjana Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Peminatan Kesehatan Kerja.
Pengalaman bekerja penulis yaitu pada tahun 2008 bekerja di Harapan Bunda
sampai dengan 2012, dan pada tahun 2012 sampai sekarang penulis bekerja di
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara sebagai staff pengajar.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ...................................................................................................... i ABSTRACT ..................................................................................................... ii KATA PENGANTAR .................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vi DAFTAR ISI .................................................................................................. vii DAFTAR TABEL ......................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... xiv BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1 1.2 Permasalahan ......................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................... 6 1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 8
2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) . 8 2.2 Kecelakaan Kerja ................................................................... 10
2.2.1 Klasifikasi Kecelakaan Kerja ....................................... 11 2.2.2 Penyebab Kecelakaan Kerja ........................................ 15 2.2.3 Pencegahan Kecelakaan Kerja ..................................... 18 2.2.4 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja ............................. 23
2.3 Kecelakaan Kerja dalam Perawat di Rumah Sakit ................ 24 2.3.1 Risiko Kerja pada Perawat ........................................... 26 2.3.2 Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja
pada Perawat ................................................................ 28 2.4 Landasan Teori ...................................................................... 31 2.5 Kerangka Konsep ................................................................... 32 2.6 Hipotesis ................................................................................ 34
BAB 3. METODE PENELITIAN ............................................................. 33
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................... 35 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 35 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................. 35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.3.1 Populasi Penelitian ........................................................ 35 3.3.2 Sampel Penelitian ......................................................... 36
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................... 36 3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................. 36
3.5.1 Uji Validitas .................................................................. 36 3.5.2 Uji Reliabilitas .............................................................. 37
3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian .............................. 40 3.7 Aspek Pengukuran ................................................................. 41 3.8 Prosedur Pengumpulan Data .................................................. 42 3.9 Metode Analisa Data ............................................................ 42
BAB 4. HASIL PENELITIAN ................................................................... 44
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................... 44 4.1.1. Sejarah Rumah Sakit Permata Bunda .......................... 44 4.1.2. Visi dan Misi ................................................................ 45 4.1.3. Tujuan Pelayanan ......................................................... 45 4.1.4. Struktur Organisasi ...................................................... 45 4.1.5. Sumber Daya Manusia ................................................. 46
4.2 Karakteristik Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda ....................................................................... 46
4.3 Masa Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda ....................................................................... 47
4.4 Pengawasan Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda ....................................................................... 48
4.5 Prosedur Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda ...................................................................... 49
4.6 Kondisi Fisik Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda ...................................................................... 50
4.7 Kecelakaan Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda ............................................................. 51
4.8 Hubungan Pengawasan dengan Kecelakaan Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda .............. 52
4.9 Hubungan Prosedur Kerja dengan Kecelakaan Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda 52
4.10 Hubungan Kondisi Fisik dengan Kecelakaan Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda .............. 53
BAB 5. PEMBAHASAN ............................................................................. 55
5.1 Hubungan Pengawasan Hubungan Pengawasan dengan Kecelakaan Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda .............................................................. 55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.2 Hubungan Prosedur Kerja dengan Kecelakaan Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda 58
5.3 Hubungan Kondisi Fisik dengan Kecelakaan Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda 61
5.4 Keterbatasan Penelitian ......................................................... 63 5.5 Implikasi Penelitian ............................................................... 64
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 67
6.1 Kesimpulan .............................................................................. 67 6.2 Saran ......................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 70
LAMPIRAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
2.1 Bahaya-bahaya Pontensial di Rumah Sakit ....................................... 27 3.1 Hasil Uji CVI ..................................................................................... 38
3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pengawasan ............................... 39
3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Prosedur Kerja .......................... 39
3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kondisi Fisik ............................. 39
3.5 Hasil Uji Reliabilitas Pengawasan, Prosedur Kerja, dan Kondisi Fisik 40 3.6 Aspek Pengukuran Variabel .............................................................. 41
4.1 Sumber Daya Manusia ....................................................................... 46
4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda Tahun 2017 ......................................... 47
4.3 Masa Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata
Bunda Tahun 2017 ............................................................................. 48 4.4 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Mengenai Pengawasan Perawat ..... 48 4.5 Pengawasan Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata
Bunda Tahun 2017 ............................................................................. 49 4.6 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Mengenai Prosedur Kerja Perawat 49 4.7 Prosedur Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata
Bunda Tahun 2017 ............................................................................. 50 4.8 Distribusi Frekuensi Pernyataan Mengenai Kondisi Fisik Perawat ... 50 4.9 Kondisi Fisik Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata
Bunda Tahun 2017 ............................................................................. 51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.10 Kejadian HNP, tertusuk Jarum, dan Terpeleset pada Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda Tahun 2017 .......... 51
4.11 Kecelakaan Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata
Bunda Tahun 201 ............................................................................... 52 4.12 Hubungan Pengawasan dengan Kecelakaan Kerja Perawat di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda Tahun 2017 ...................... 52 4.13 Hubungan Prosedur Kerja dengan Kecelakaan Kerja Perawat di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda Tahun 2017 ...................... 53 4.14 Hubungan Kondisi fisik dengan Kecelakaan Kerja Perawat di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda Tahun 2017 ...................... 54
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman 2.1 The International Loss Control Institute Loss Causation Model
(modified from Bird and Germain, 1985) .......................................... 31 2.2 Kerangka Konsep Penelitian .............................................................. 33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman 1. Kuesioner Penelitian .......................................................................... 74
2. Master Data ........................................................................................ 77
3. Output SPSS ....................................................................................... 85
4. Dokumentasi ...................................................................................... 94
5. Keputusan Dosen Pembimbing .......................................................... 100
6. Kesediaan Komisi Pembimbing ......................................................... 101
7. Persetujuan Komisi Etik Penelitian .................................................. 102
8. Surat Permohonan Izin Penelitian ...................................................... 103
9. Surat Izin Penelitian RSU Permata Bunda ......................................... 104
10. Surat Selesai Penelitian RSU Permata Bunda ................................... 105
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISTILAH
APD : Alat Pelindung Diri
HNP :Hernia Nukleus Pulposus
ILCI : International Loss Control Institute
ILO : International Labour Organitation
K3 : Kesehatan dan Keselamatan Kerja
K3RS : Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
KAK : Kecelakaan Akibat Kerja
OSHA : Occupational Safety and Health Administration
PAK : Penyakit Akibat Kerja
SOP : Standar Operasional Prosedur
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit adalah sebuah industri jasa tempat penyediaan layanan kesehatan
untuk masyarakat. Rumah sakit merupakan salah satu tempat kerja yang berpotensi
menimbulkan bahaya. Rumah sakit di Amerika Serikat mencatat rata-rata 6,8 cedera
atau kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan dan penyakit untuk setiap 100
karyawan penuh pada tahun 2011 (OSHA, 2013). Kasus yang sering terjadi adalah
tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores, luka bakar dan penyakit infeksi
lainnya. Di Australia, pada 813 perawat, 87% pernah mengalami low backpain
(Sholihah, 2013). Di Indonesia, penelitian dari Joseph tahun 2005-2007 mencatat
bahwa angka kecelakaan needle stick injury atau tertusuk jarum mencapai 38-73%
dari total petugas kesehatan (Idayanti, 2008). Banyaknya kasus kecelakaan kerja yang
terjadi maka berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 165, pengelola tempat kerja di rumah sakit mempunyai kewajiban untuk
menjaga keselamatan para pekerja yaitu dengan menerapkan keselamatan dan
kesehatan kerja di rumah sakit.
Perawat merupakan salah satu profesi kesehatan profesional yang sangat
dibutuhkan oleh rumah sakit karena kunci keberhasilan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh terdapat pada pelayanan keperawatan. Hal ini terbukti dengan melihat
unit–unit pelayanan di rumah sakit, dimana tenaga kesehatan yang selama 24 jam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
berada di sisi pasien adalah perawat, sehingga sangat berisiko dengan pekerjaannya,
namun banyak perawat tidak menyadari terhadap risiko yang mengancam dirinya
(Nursalam, 2011).
Penelitian terhadap perawat perinatologi di RSUD Tugurejo Semarang, dalam
satu tahun terakhir perawat mengalami kecelakaan kerja (tertusuk jarum) tertinggi 14
kali (Kurniawati, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Sarastuti pada Tahun 2016
menunjukkan bahwa klasifikasi kecelakaan kerja menurut jenis cedera paling banyak
kontak dengan benda tajam dan kasar, seperti kontak dengan jarum, pisau, dan benda
tajam sejenisnya yaitu sebanyak 16 kasus (69,6%). Secara spesifik, kecelakaan kerja
di RS UGM sebagian besar berupa kontak dengan jarum atau tertusuk jarum (needle
stick injuries) yang dapat menyebabkan transmisi penularan darah dan cairan tubuh
(bloodborne pathogen) (Sarastuti, 2016).
Kecelakaan kerja pada perawat dianggap sebagai suatu masalah serius karena
mengancam kesehatan dan kesejahteraan pasien dan petugas kesehatan secara global
(Maria, 2015). Kecelakaan tersebut yang pada akhirnya dapat mempengaruhi
produktivitas kerja perawat. Produktivitas kerja yang rendah pada akhirnya
berdampak terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit. Pada
laporan Bureau Labor Statistics USA cedera yang sering terjadi rumah sakit antara
lain terpeleset (slip), tersandung (trip) dan terjatuh (fall) (STF) adalah 38,2 per 10.000
karyawan, yang berakibat hari kerja hilang, produktivitas berkurang, klaim
kompensasi yang mahal dan kemampuan berkurang dalam merawat pasien
(NIOSH, 2010).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kecelakaan kerja di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan
di Indonesia belum terekam dengan baik. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi
karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang
kurang memadai. Menurut International Labour Organitation (ILO) setiap tahun
sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja yang disebabkan
oleh faktor kelelahan. Dalam penelitian tersebut dijelaskan dari 58.115 sampel,
18.828 diantaranya (32,8%) mengalami kelelahan (Sedarmayanti, 2011).
Keelakaan kerja juga disebabkan oleh tindakan tidak aman (unsafe action),
seperti tidak menggunakan APD, tidak tidak mengikuti prosedur kerja, tidak
mengikuti peraturan keselamatan kerja dan bekerja tidak hati-hati, dimana dari setiap
300 tindakan tidak aman, akan terjadi 1 (satu) kali kecelakaan yang mengakibatkan
kehilangan hari kerja (Maria, 2015).
Tindakan tidak aman yang banyak pekerja lakukan seperti meremehkan risiko
kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia
seperti halnya penggunaan pada Alat pelindung diri (APD) yang merupakan suatu
alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya
kecelakaan kerja. Risiko infeksi nosokomial selain dapat terjadi pada pasien yang
dirawat di Rumah Sakit, dapat juga terjadi pada petugas di rumah sakit yaitu perawat
(Rara, 2008).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tukatman (2015) tentang keselamatan
dan kesehatan kerja pada perawat dalam penanganan pasien di Rumah Sakit
Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka dipengaruhi oleh faktor predisposing
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(pengetahuan, sikap, nilai dan kepercayaan), faktor enabling (fasilitas keamanan/
keselamatan, hukum/aturan) juga dipengaruhi oleh faktor care (hubungan
interpersonal, peduli) berpengaruh terhadap (Tukatman, 2015). Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Junaidi (2015) tentang kejadian kecelakaan kerja pada tenaga
keperawatan Di Ruang Rawat Klas III RSUD Aceh Tamiang berhubungan dengan
pengetahuan, sikap dan tindakan perawat.
Rumah Sakit Permata Bunda merupakan salah satu rumah sakit kelas B yang
berada di Kota Medan dan merupakan salah satu rumah sakit rujukan dari rumah sakit
kabupaten. Rumah Sakit Permata Bunda memiliki 126 tempat tidur inap, yang
tersedia rata-rata 80 tempat tidur inap. Sumber daya manusia rumah Sakit Permata
Bunda terdiri dari 132 tenaga medis mayoritas yaitu dokter spesialis sebanyak 97
orang, dokter subspesialis 22 orang, dokter umum 10 orang dan dokter umum
perusahaan 3 orang. Tenaga keperawatan sebanyak 195 orang, mayoritas Akper
sebanyak 76 orang, SPK sebanyak 7 orang dan sarjana keperawatan sebanyak 48
orang.
Berdasarkan data kecelakaan kerja di Rumah Sakit Permata Bunda kasus
kecelakaan kerja pada Bulan Mei 2017 perawat banyak ditemukan seperti HNP
(Hernia Nukleus Pulposus), tertusuk jarum, tergores tutup ampul, terpeleset. Data
kasus kecelakaan kerja tersebut antara lain di ruangan Berlian Prima ada 5 orang, di
ruangan berlian eksekutif sebanyak 8 orang, di ruangan kelas utama A dan B (VIP)
sebanyak 5 orang, di ruangan Zamrud tidak ditemukan kasus kecelakaan kerja, di
ruangan Topaz sebanyak 5 orang yang mengalami kecelakaan kerja dan pada ruangan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Delima sebanyak 5 orang dan hanya pada ruangan Delima yang ditemukan kasus
perawat yang terpelesat.
Kecelakaan kerja pada perawat ini menimbulkan kerugian bagi perawat itu
sendiri maupun pihak rumah sakit. Tingginya kasus kecelakaan kerja perawat di
Rumah Sakit Permata Bunda juga berakibat pada terganggunya proses pelayanan
kesehatan di rumah sakit, oleh karena itu perlu diketahui faktor risiko penyebab
kecelakaan tersebut sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan. Berdasarkan latar
belakang tersebut membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang hubungan antara
pengawasan, prosedur kerja dan kondisi fisik dengan terjadinya kecelakaan kerja
pada perawat di ruang rawat inap di Rumah Sakit Permata Bunda Medan Tahun
2017.
1.2 Permasalahan
Kecelakaan kerja pada perawat merupakan masalah serius karena mengancam
kesehatan dan kesejahteraan pasien dan perawat itu sendiri. Kecelakaan tersebut yang
pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas kerja perawat. Produktivitas kerja
yang rendah pada akhirnya berdampak pula terhadap pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh rumah sakit. Berdasarkan keterangan di atas maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara
pengawasan, prosedur kerja, dan kondisi fisik perawat terhadap terjadinya kecelakaan
kerja pada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Permata Bunda Medan Tahun
2017?
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pengawasan,
prosedur kerja, dan kondisi fisik dengan terjadinya kecelakaan kerja pada perawat di
ruang rawat inap Rumah Sakit Permata Bunda Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk menganalisis hubungan pengawasan dengan terjadinya kecelakaan kerja
pada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Permata Bunda Medan
2. Untuk menganalisis hubungan prosedur kerja dengan terjadinya kecelakaan kerja
pada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Permata Bunda Medan
3. Untuk menganalisis hubungan kondisi fisik dengan terjadinya kecelakaan kerja
pada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Permata Bunda Medan
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini di harapkan akan memberikan manfaat kepada
berbagai pihak yaitu :
1. Sebagai masukan bagi Rumah Sakit Permata Bunda tentang penyebab kecelakaan
kerja yang terjadi pada perawat sehingga Direktur Rumah Sakit Permata Bunda
dapat menentukan langkah perbaikan dalam penerapan kesehatan dan
keselamatan kerja maka kecelakaan yang sama tidak terulang kembali dengan
menerapka Sistem Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
2. Meningkatkan pengetahuan perawat bahwa bekerja harus sesuai dengan prosedur
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kerja dan meningkatkan kondisi fisik untuk mencegah potensi bahaya kecelakaan
kerja pada saat bekerja di Rumah Sakit Permata Bunda.
3. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam rangka memperdalam dan
mengembangkan ilmu pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja khususnya
dalam menganalisis hasil investigasi kecelakaan kerja.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Rumah sakit termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman
bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para
pelaku langsung yang bekerja di rumah sakit, tapi juga terhadap pasien maupun
pengunjung rumah sakit. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola rumah sakit
menerapkan K3 di rumah sakit. Seperti yang tercantum dalam Pasal 7 ayat 1 Undang-
Undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa “Rumah Sakit harus
memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia,
kefarmasian, dan peralatan”, yang mana persyaratan-persyaratan tersebut salah
satunya harus memenuhi unsur K3 di dalamnya bagi Rumah Sakit yang tidak
memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut tidak diberikan izin mendirikan, dicabut
atau tidak diperpanjang izin operasional Rumah Sakit (Undang No.44 Tahun 2009 ).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 432 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) termasuk pengertian dan
ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit, K3 adalah upaya
untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja
dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya
di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi (Kepmenkes RI
No.432, 2007).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes RI No 66, 2016). Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat K3RS adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber
daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun
lingkungan rumah sakit melalui upaya pencegahan kecelakan kerja dan penyakit
akibat kerja di rumah sakit (Permenkes RI No 66, 2016).
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang
selanjutnya disebut SMK3 Rumah Sakit adalah bagian dari manajemen Rumah Sakit
secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan aktifitas
proses kerja di Rumah Sakit guna terciptanya lingkungan kerja yang sehat, selamat,
aman dan nyaman bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping
pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit (Permenkes RI No 66, 2016).
Adapun manfaat K3RS antara lain (Permenkes RI No 66, 2016) :
1. Untuk rumah sakit
a. Meningkatkan mutu pelayanan.
b. Mempertahankan kelangsungan operasional rumah sakit.
c. Meningkatkan citra rumah sakit.
2. Untuk karyawan rumah sakit
a. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK).
b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Untuk pasien dan pengunjung
a. Mutu layanan yang baik.
b. Kepuasan pasien dan pengunjung.
2.2 Kecelakaan Kerja
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak
dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan
dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Menurut
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03 /MEN/1998 tentang Tata Cara
Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan kecelakaan
kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang
dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan
yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap
proses (Tarwaka, 2008). Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu kejadian
yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban
manusia dan atau harta benda (Suma‟mur, 2009). Pengertian kecelakaan kerja
berdasarkan Frank Bird Jr adalah kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi dan
menyebabkan kerugian pada manusia dan harta benda. Ada tiga jenis tingkat
kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan (Frank, 1990):
1. Accident adalah kejadian yang tidak diinginkan yang menimbulkan kerugian baik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bagi manusia maupun terhadap harta benda.
2. Incident adalah kejadian yang tidak diinginkan yang belum menimbulkan
kerugian.
3. Near miss adalah kejadian hampir celaka dengan kata lain kejadian ini hampir
menimbulkan kejadian incident ataupun accident.
Kecelakaan dapat disebabkan dari sisi majikan, buruh atau keduanya. Akibat
yang ditimbulkan dapat memunculkan trauma bagi keduanya yaitu bagi pekerja
kecelakaan kerja dapat berpengaruh terhadap pribadi, keluarga dan kualitas hidupnya.
Bagi majikan kecelakaan kerja dapat mengurangi hasil produksi, waktu terbuang dan
yang terburuk biaya untuk proses hukum. Kecelakaan kerja bukanlah sesuatu
peristiwa yang tunggal, kecelakaan merupakan rangkaian penyebab yang saling
berkaitan. Teori domino menggambarkan rangkaian penyebab (kejadian atau situasi)
yang mengawali kecelakaan yang menimbulkan cidera atau kerusakan. Jika suatu
domino jatuh maka akan menimpa domino domino yang lain sehingga domino yang
lain jatuh artinya jika salah satu dari domino dihilangkan maka kita akan melakukan
tindakan keselamatan kerja yang benar maka tidak akan ada kecelakaan (Ridley,
2008).
2.2.1 Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut Organisasi Perburuhan
Internasional tahun 1962 adalah:
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
1) Terjatuh.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2) Tertimpa benda jatuh.
3) Tertumpuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh.
4) Terjepit oleh benda.
5) Gerakan-gerakan melebihi kemampuan.
6) Pengaruh suhu tinggi.
7) Terkena arus listrik.
8) Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi.
9) Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan-kecelakaan yang data-datanya tidak
cukup atau kecelakaan-kecelakaan lain yang belum masuk klasifikasi tersebut.
2. Klasifikasi menurut penyebab
1) Mesin (pembangkit tenaga terkecuali motor-motor listrik, mesin penyalur
atau transmisi, mesin-mesin untuk mengerjakan logam, mesin-masin
pengolah kayu, mesin-mesin pertanian, mesin- mesin pertambangan, mesin
- mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut).
2) Alat angkut dan alat angkat (mesin angkat dan peralatannya, alat angkutan
diatas rel, alat angkutan lain yang beroda terkecuali kereta api, alat angkutan
udara, alat angkutan air, alat-alat angkutan lain).
3) Peralatan lain (bejana bertekanan, dapur pembakar dan pemanas, instalasi
pendingin, instalasi listrik termasuk motor listrik tetapi dikecualikan alat-alat
listrik atau tangan, alat-alat kerja dan perlengkapannya kecuali alat-alat
listrik, tangga, perancah atau steger, peralatan lain yang belum termasuk
klasifikasi tersebut).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4) Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi (bahan peledak, debu, gas, cairan, dan zat-
zat kimia terkecuali bahan peledak, benda-benda melayang, radiasi, bahan-
bahan dan zat-zat lain yang belum termasuk golongan tersebut).
5) Lingkungan kerja (di luar bangunan, didalam bangunan, di bawah tanah)
6) Penyebab- penyebab lain yang belum termasuk golongan- golongan tersebut
(hewan, penyebab lain).
7) Penyebab-penyebab yang belum termasuk golongan tersebut atau data tidak
memadai.
3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan
1) Patah tulang
2) Dislokasi atau keseleo
3) Regang otot atau urat
4) Memar dan luka dalam yang lain
5) Amputasi
6) Luka - luka lain
7) Luka dipermukaan
8) Gegar dan remuk
9) Luka bakar
10) Keracunan-keracunan mendadak atau akut
11) Akibat cuaca dan lain-lain
12) Mati lemas
13) Pengaruh arus listrik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14) Pengaruh radias
15) Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya
4. Lain-lain.
5. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka ditubuh
1) Kepala, 2) Leher, 3) Badan, 4) Anggota atas, 5) Anggota bawah, 6) Banyak
tempat, 7) Kelainan umum; 8) Letak lain yang tidak dapat dimasukkan klasifikasi
tersebut.
Trisnaningsih (2007) mengemukakan beberapa contoh kecelakaan kerja
terjadi di laboratorium yang merupakan salah satu sarana dimiliki rumah sakit yaitu:
1. Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi
dilaboratorium. Terpeleset biasanya karena lantai licin, akibatnya: ringan
(memar), dan berat (fraktura, dislokasi, memar otak, dan lain lain). Pencegahan:
a. Pakai sepatu anti slip.
b. Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar.
c. Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau
tidak rata konstruksinya.
d. Pemeliharaan lantai dan tangga.
2. Cedera pada punggung oleh karena mengangkat beban yang cukup berat,
terutama bila mengabaikan kaidah ergonomi. Pencegahan:
a. Beban jangan terlalu berat.
b. Jangan berdiri terlalu jauh dari beban.
c. Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi pergunakanlah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tungkai bawah sambil berjongkok.
d. Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat.
3. Tertusuk jarum suntik saat mengambil sampel darah/cairan tubuh lainnya,
akibatnya tertular virus HIV.
2.2.2 Penyebab Kecelakaan Kerja
Menurut Ramli (2010) kecelakaan kerja merupakan salah satu masalah yang
besar di perusahaan dan banyak menimbulkan kerugian. Menurut statistik 85%
penyebab kecelakaan adalah tindakan yang berbahaya (unsafe act) dan 15%
disebabkan oleh kondisi yang berbahaya (unsafe condition). Secara garis besar sebab-
sebab kecelakaan adalah (Ramli, 2010) :
1. Kondisi yang berbahaya (unsafe condition)
Kondisi tidak aman (unsafe condition) merupakan kondisi di lingkungan kerja
yang tidak aman dan dapat membahayakan pekerja baik alat, material, bahan
baku. Kondisi tidak aman disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
a. Peralatan yang sudah tidak layak pakai
Misalnya tangga yang sudah bolong digunakan untuk memanjat tentunya akan
berbahaya jika terpleset.
b. Ada api di tempat yang berbahaya
Misalnya terdapat api yang menyala di dekat area yang mudah meledak
ataupun terbakar.
c. Pencahayaan dan ventilasi yang kurang atau pun berlebihan
Misalnya pada ruang mesin yang suhunya panas harus membutuhkan ventilasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang cukup banyak.
d. Tidak adanya pengaman pada mesin
Misalnya pada mesin yang berputar harus diberi pengaman agar tidak
mengenai pekerja.
e. Kondisi suhu yang melebihi ambang batas normal
Misalnya suhu di dalam ruangan melebihi 450
f. Pengaman gedung yang kurang standar
C pekerja harus di isolasi.
Misalnya pada gedung tidak terdapat peta hazard.
2. Tindakan yang berbahaya (unsafe act) yaitu perilaku atau kesalahan-kesalahan
yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti cerobah, tidak memakai alat
pelindung diri, dan lain-lain, hal ini disebabkan oleh gangguan kesehatan,
gangguan penglihatan, penyakit, cemas serta kurangnya pengetahuan dalam
proses kerja, cara kerja, dan lain-lain. Banyak faktor yang dapat menjadi
penyebab kecelakaan kerja. Ada faktor yang merupakan unsur tersendiri dan
beberapa diantaranya adalah faktor yang menjadi unsur penyebab bersama-sama.
Menurut Suma’mur (2009) menyatakan bahwa kecelakaan kerja yang terjadi
dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
1. Faktor manusia meliputi aturan kerja, kemampuan pekerja (usia, masa kerja /
pengalaman, kurangnya kecakapan dan lambatnya mengambil keputusan),
disiplin kerja, perbuatan-perbuatan yang mendatangkan kecelakaan, ketidak
cocokan fisik dan mental. Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pekerja dan
karena sikap yang tidak wajar seperti terlalu berani, sembrono, tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengindahkan instruksi, kelalaian, melamun, tidak mau bekerja sama, dan kurang
sabar. Kekurangan kecakapan untuk mengerjakan sesuatu karena tidak mendapat
pelajaran mengenai pekerjaan. Kurang sehat fisik dan mental seperti adanya
cacat, kelelahan dan penyakit.
2. Faktor mekanik dan lingkungan, letak mesin, tidak dilengkapi dengan alat
pelindung, alat pelindung tidak pakai, alat-alat kerja yang telah rusak. Lingkungan
kerja berpengaruh besar terhadap moral pekerja. Faktor-fakto keadaan lingkungan
kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari pemeliharaan rumah tangga
(house keeping), kesalahan disini terletak pada rencana tempat kerja, cara
menyimpan bahan baku dan alat kerja tidak pada tempatnya, lantai yang kotor dan
licin. Ventilasi yang tidak sempurna sehingga ruangan kerja terdapat debu,
keadaan lembab yang tinggi sehingga orang merasa tidak enak kerja.
Pencahayaan yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap, terdapat kesilauan
dan tidak ada pencahayaan setempat.
3. Peraturan
Prosedur kerja adalah suatu rangkaian dari tata kerja yang saling berhubungan
satu dengan yang lain dimana terlihat adanya suatu urutan tahap demi tahap dan
jalan yang harus ditempuh dalam rangka menyelesaikan suatu bidang tugas.
Peraturan merupakan ketentuan yang harus dipatuhi mengenai hal-hal yang
seperti kondisi kerja umum, perancangan, kontruksi, pemeliharaan, pengawasan,
pengujian dan pengoperasian peralatan industri, kewajiban para pengusaha dan
pekerja, pelatihan, pengawasan kesehatan, pertolongan pertama, dan pemeriksaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kesehatan.
4.
Untuk meningkatkan keselamatan kerja perlu dilakukan pengawasan yang berupa
usaha penegakan peraturan yang harus dipatuhi (ILO, 1989). Pengawasan pada
dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan
penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. Melalui
pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah
ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien.
Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan
penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan.
Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan
sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut
Kron dan Gray (1987). Bagi yang melanggar peraturan tersebut sebaiknya diberikan
sanksi ataupun ishment.
Pengawasan
2.2.3 Pencegahan Kecelakaan Ker ja
Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang penyebab
kecelakaan. Sebab-sebab kecelakaan pada suatu perusahaan diketahui dengan
mengadakan analisis setiap kecelakaan yang terjadi. Metode analisis penyebab
kelakaan harus benar-benar diketahui dan diterapkan sebagai mana mestinya. Selain
analisis mengenai penyebab terjadinya suatu peristiwa kecelakaan, untuk pencegahan
kecelakaan kerja sangat penting artinya dilakukan identifikasi bahaya yang terdapat
dan mungkin menimbulkan insiden kecelakaan di perusahaan serta mengases
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
besarnya risiko bahaya.
Pencegahan kecelakaan kerja menurut Suma’mur (2009) ditujukan kepada
lingkungan, mesin, peralatan kerja, perlengkapan kerja dan terutama faktor
manusia.
1. Lingkungan
Syarat lingkungan kerja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Memenuhi syarat aman, meliputi higiene umum, sanitasi, ventilasi udara,
pencahayaan dan penerangan di tempat kerja dan pengaturan suhu udara
ruang kerja.
b. Memenuhi syarat keselamatan, meliputi kondisi gedung dan tempat kerja
yang dapat menjamin keselamatan.
c. Memenuhi penyelenggaraan ketata rumah tanggaan, meliputi pengaturan
penyimpanan barang, penempatan dan pemasangan mesin, penggunaan
tempat dan ruangan.
2. Mesin dan peralatan kerja
Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan pada perencanaan yang baik dengan
memperhatikan ketentuan yang berlaku. Perencanaan yang baik terlihat dari
baiknya pagar atau tutup pengaman pada bagian-bagian mesin atau perkakas yang
bergerak, antara lain bagian yang berputar. Bila pagar atau tutup pengaman telah
terpasang, harus diketahui dengan pasti efektif tidaknya pagar atau tutup
pengaman tersebut yang dilihat dari bentuk dan ukurannya yang sesuai terhadap
mesin atau alat serta perkakas yang terhadapnya keselamatan pekerja dilindungi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Perlengkapan kerja
Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus terpenuhi bagi
pekerja. Alat pelindung diri berupa pakaian kerja, kacamata, sarung tangan, yang
kesemuanya harus cocok ukurannya sehingga menimbulkan kenyamanan dalam
penggunaannya.
4. Faktor manusia
Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia meliputi peraturan kerja,
mempertimbangkan batas kemampuan dan ketrampilan pekerja, meniadakan hal-
hal yang mengurangi konsentrasi kerja, menegakkan disiplin kerja, menghindari
perbuatan yang mendatangkan kecelakaan serta menghilangkan adanya ketidak
cocokan fisik dan mental.
Pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan: (Budiono 2011)
1. Diterapkan sistem manajemen kesehatan kerja.
a. Menerapkan prosedur standar kerja.
b. Petunjuk cara kerja yang berkaitan dengan keselamatan kerja.
Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan pedoman
yang harus dipatuhi dan dilakukan dengan benar dan berurutan sesuai
instruksi yang tercantum dalam SOP, perlakuan yang tidak benar akan
menyebabkan kegagalan proses produksi, kerusakan peralatan dan
kecelakaan.
2. Identifikasi potensi bahaya yang dilakukan secara intern oleh perusahaan,
komisi kesehatan dan keselamatan kerja serta pekerja. Pengukuran risiko
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bahaya kecelakaan kerja yaitu mengindikasi sumber pencemaran, faktor bahaya
yang menyebabkan lingkungan kerja, tingkat kerusakan dan kecelakaan yang
terjadi.
3. Pengujian dan pemantauan lingkungan kerja :
a. Mengetahui tingkat kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang didengar sebagai suatu rangsangan pada
telinga dan manakala bunyi tersebut tidak dikehendaki maka disebut
kebisingan. Pengendalian kebisingan pada prinsipnya adalah mengurangi
tingkat intensitas kebisingan atau mengurangi lamanya paparan selama
kerja.
b. Mengetahui suhu udara
Suhu udara yang tidak nyaman dapat menurunkan produktivitas kerja. Suhu
udara yang tinggi biasanya berkaitan dengan berbagai penyakit antara lain
heatcramp, heat eschauster, heat stroke dan miliaria.
c. Mengetahui getaran
Getaran terdiri dari getaran seluruh badan dan efek terhadap tubuh
dipengaruhi oleh getaran dengan intensitas tinggi. Pekerja yang
menggunakan alat-alat yang bergetar secara terus menerus dapat tejadi
kelainan peredaran darah, syaraf, kerusakan pada persendian dan tulang.
d. Mengetahui kadar debu, serat atau partikel yang berasal dari debu.
e. Mengetahui konsentrasi gas seperti O2, CO2, CO, SO2, NO2
f. Mengetahui bahan kimia.
.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan semakin banyaknya pemakaian bahan kimia di dalam perusahaan maka
sering terlihat pula pengarunya terhadap pekerja sehingga dapat menimbulkan
kurangnya produktivitas kerja.
4. Pengujian kesehatan tenaga kerja secara berkala :
a. Menilai pengaruh pekerjaan pada pekerja.
b. Mendeteksi kemungkinan adanya penyakit akibat kerja.
Tenaga kerja yang sehat adalah tenaga kerja yang produktif, karena hanya
tenaga kerja yang sehat yang sanggup dan siap untuk bekerja dengan baik dan
maksimal serta menghasilkan produktivitas yang tinggi.
5. Penerapan teknologi pengendalian dari faktor lingkungan kerja :
a. Eliminasi : menghilangkan faktor penyebab kecelakaan kerja.
b. Substitusi : mengganti penyebab faktor kecelakaan kerja.
c. Pengendalian tehnis : penerapan secara teknis guna meminimalkan
kecelakaan kerja.
d. Pengendalian administratif : pengatura shift kerja untuk mengurangi kontak
langsung guna meminimalkan risiko kecelakaan kerja/PAK.
e. Penggunaan alat pelindung diri.
6. Pelatihan yang teratur dan berkelanjutan mengenai :
a. Penyakit akibat kerja
b. Hygiene perusahaan
c. Ergonomik
d. Kesehatan kerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
e. Berbagai segi keselamatan kerja.
7. Pemantauan dan evaluasi
Untuk mengetahui apakah efektif pengendalian yang telah dilakukan atau perlu
dilakukan perbaikan upaya pengendalian
2.2.4 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja
Menurut Ramli (2010), kerugian akibat kecelakaan kerja dikategorikan atas
dua kerugian, yaitu:
1. Kerugian Langsung
Kerugian langsung adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan
dan membawa dampak terhadap organisasi atau perusahaan. Kerugian langsung
dapat berupa :
a. Biaya Pengobatan dan Kompensasi
Kecelakaan mengakibatkan cedera, baik cedera ringan, berat, cacat atau
menimbulkan kematian. Cedera ini akan mengakibatkan seorang pekerja tidak
mampu menjalankan tugasnya dengan baik sehingga mempengaruhi
produktivitas. Jika terjadi kecelakaan perusahaan harus mengeluarkan biaya
pengobatan dan tunjangan kecelakaan sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Kerusakan Sarana Produksi
Kerusakan langsung lainnya adalah kerusakan sarana produksi akibat
kecelakaan seperti kebakaran, peledakan, dan kerusakan.
2. Kerugian Tidak Langsung
Di samping kerugian langsung, kecelakaan juga menimbulkan kerugian tak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
langsung antara lain :
a. Kerugian jam kerja
Jika terjadi kecelakaan, kegiatan pasti akan terhenti sementara untuk
membantu korban yang cedera, penanggulangan kejadian, perbaikan
kerusakan atau penyelidikan kejadian. Kerugian jam kerja yang hilang akibat
kecelakaan jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi produktivitas.
b. Kerugian produksi
Kecelakaan juga membawa kerugian terhadap proses produksi akibat
kerusakan atau cedera pada pekerja. Perusahaan tidak bisa berproduksi
sementara waktu sehingga kehilangan peluang untuk mendapat keuntungan.
c. Kerugian Sosial
Kecelakaan dapat menimbulkan dampak sosial bagi keluarga korban yang
terkait langsung maupun lingkungan sosial sekitarnya.
2.3 Kecelakaan Kerja dalam Perawat di Rumah Sakit
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
keperawatan baik didalam maupun luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik
Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Undang-Undang RI Nomor
38, 2014). Kini, pengertian perawat merujuk pada posisinya sebagai bagian dari
tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional.
Perawat merupakan tenaga professional mempunyai kemampuan, tanggung jawab,
dan kewenangan dalam melaksanakan dan/atau memberikan perawatan kepada pasien
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang mengalami masalah kesehatan (Rifiani dkk, 2013).
Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit tempat bekerja perawat
telah diidentifikasi sebagai sebuah lingkungan di mana terdapat aktivitas yang
berkaitan dengan ergonomik antara lain mengangkat, mendorong, menarik,
menjangkau, membawa benda, dan dalam hal penanganan pasien. Petugas kesehatan,
terutama yang bertanggung jawab untuk perawatan pasien, memiliki potensi bahaya
lebih rentan yang dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal dibandingkan
berbagai bidang lainnya (OSHA, 2013).
Hasil laporan National Safety Council tahun 1988 menunjukkan bahwa
terjadinya kecelakaan kerja di rumah sakit 41% lebih besar dari pekerja industri
lainnya. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang,
tergores, luka bakar dan penyakit infeksi lainnya. Di Amerika Serikat lebih dari 8 juta
petugas kesehatan di rumah sakit terpajan darah atau cairan tubuh lainnya,
diantaranya melalui jenis kontak luka dengan instrumen tajam yang terkontaminasi
seperti jarum dan pisau bedah (82%), kontak dengan selaput lendir mata, hidung atau
mulut (14%), terpajan dengan kulit yang terkelupas atau rusak (3%), dan gigitan
manusia (1%) (Sahara, 2011).
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya perlindungan
kepada tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja terhadap bahaya dari
akibat kecelakaan kerja (Tarwaka, 2008). Tujuan K3 adalah mencegah, megurangi,
bahkan menihilkan risiko penyakit dan kecelakaan akibat kerja (KAK) serta
meningkatkan derajat kesehatan para perawat sehingga produktivitas kerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
meningkat.
2.3.1 Risiko Kerja pada Perawat
Potensi bahaya dan risiko pada perawat di rumah sakit perawat berisiko
terhadap bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit yang dapat menyebabkan penyakit
akibat kerja maupun kecelakaan kerja disebabkan oleh faktor biologi, faktor kimia,
faktor ergonom, faktor fisik dan faktor psikososial yang dapat mengakibatkan
penyakit dan kecelakaan akibat kerja (Permenkes Nomor 66 Tahun 2016).
Tabel 2.1 Bahaya-bahaya Pontensial di Rumah Sakit
Bahaya Fisik Diantaranya : radiasi pengion, radiasi non -pengion, suhu panas, suhu dingin, bising, getaran, pencahayaan.
Bahaya Kimia Diantaranya Ethylene Oxide, Formaldehyde, Glutaraldehyde, Ether, Halothane, Etrane, Mercury, Chlorine
Bahaya Biologi Diantaranya Virus (misal : Hepatitis B, Hepatitis C, Influenza, HIV), Bakteri (misal : S. Saphrophyticus, Bacillus sp., Porionibacterium sp., H.Influenzae, S.Pneumoniae, N.Meningitidis, B.Streptococcus, Pseudomonas) Jamur (misal : Candida) dan Parasit (misal : S. Scabiei)
Bahaya Ergonomi Cara kerja yang salah, diantaranya posisi kerja (membungkuk, mengangkat,dll)
Bahaya Psikososial Diantaranya kerja shift, stress beban kerja, hubungan kerja, post traumatik
Bahaya Listrik Diantaranya sengatan listrik, hubungan arus pendek, kebakaran, petir, listrik statis
Kecelakaan Diantaranya kecelakaan benda tajam, terpeleset Limbah Rumah Sakit Diantaranya limbah medis (jarum suntik,vial obat, nanah,
darah) limbah non medis, limbah cairan tubuh manusia (misal : droplet, liur, sputum).
Sumber : Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Occupational Safety and Health Administration (OSHA) Prinsip
Bahaya untuk perawat antara lain: (OSHA, 2009)
1. Patogen melalui darah
2. Bahan kimia berbahaya : (misalnya, etilen oksid, obat tumpah, bahan karsigonen,
asap berbahaya, dan cairan mudah terbakar).
3. Slips/jatuh.
4. Alergi lateks : (misalnya, reaksi terhaap sarung tangan terbuat dari lateks alam
dan atau bahan yang digunakan untuk membuat sarung tangan.
5. Bahaya peralatan : misalnya kejutan listrik, defribilator, tertusuk jarum.
6. Stess kerja :
a. Faktor-faktor : shift kerja, Jam kerja yang panjang, kelelahan, situasi
emotional yang kuat (penderitaan dan kematian), keselamatan pasien
(kesalahan pengobatan). Risiko yang dihadapi : penyakit jantung, gangguan
psikologis, cidera di tempat kerja dan masalah kesehatan lainnya).
b. Peringatan dini : sakit kepala, gangguan tidur, kesulitan konsentrasi, ketidak
puasan kerja dan semangat kerja yang turun.
7. Infeksi Methicilin Resistant Staphylococcus.
8. Workplace violence: serangan fisik luar (memaki,ancaman).
9. Terorisme : misalnya menerima korban dari sebuah insiden teroris yang tidak
diketahui identitasnya.
10. Bahaya fisik : misalnya flying obyects, cidera mata.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.3.2 Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja pada Perawat
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja antara lain
(International Loss Control Institute (ILCI), (Budiono, 2011):
1. Faktor Usia
Faktor usia merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan, mengingat hal
tersebut mempengaruhi kekuatan fisik dan psikis seseorang. Umur adalah lamanya
kehidupan seseorang. Kondisi fisik seperti penglihatan, pendengaran, dan kecepatan
reaksi menurun sesudah usia 30 tahun atau lebih. Tenaga kerja yang ada usia atau tua
mungkin lebih berhati-hati, lebih dapat dipercaya dan lebih menyadari akan bahaya
dari pada tenaga kerja muda usia.
2. Faktor pendidikan
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi kualitas kerja seseorang, semakin
tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi kemampuan dalam bekerja karena
dengan pendidikan tinggi akan meningkatkan kemampuan intelektual, interpersonal
dan teknikal. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan dapat
mempengaruhi cara berpikir dan cara bekerja dengan aman (Millah, 2008).
3. Masa kerja
Masa kerja biasanya dikaitkan dengan waktu mulai bekerja dimana masa kerja
juga ikut menentukan kinerja seseorang. Semakin lama masa kerja maka kecakapan
akan lebih baik karena sudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. Masa kerja
biasanya dikaitkan dengan waktu mulai kerja pada saat ini. Diasumsikan bahwa
semakin lama seseorang bekerja pengalamannya semakin luas atau semakin banyak.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lama kerja berkaitan erat dengan pengalaman-pengalaman yang didapat selama
menjalankan pekerjaannya. Mereka yang berpengalaman dipandang lebih mampu
dalam melaksanakan pekerjaannya (Tarwaka, 2010).
4. Fisik yang tidak mendukung
Lemahnya kondisi fisik sesorang berpengaruh pada penurunan tingkat
konsentrasi dan motivasi dalam bekerja. Sedangkan kita tahu bahwa konsentrasi dan
motivasi sangat dibutuhkan ketika bekerja (Budiono, 2011).
5. Stress Kerja
Stress kerja sering kali dialami oleh pekerja. Stress dapat disebabkan oleh
berbagai hal yaitu kelelahan kerja, lingkungan kerja yang tidak aman, yang dapat
mempengaruhi tingkat konsentrasi dan menyebabkan turunnya produktifitas kerja dan
meningkatnya kejadian kecelakaan kerja. Menurut hasil penelitian Suprapto bahwa
ada hubungan antara stress kerja dengan kejadian kecelakaan kerja dari hasil korelasi
analisis menunjukkan adanya hubungan antara resiko kecelakaan kerja dengan stres
kerja. Risiko kecelakaan kerja merupakan salah satu faktor yang menunjukkan tinggi
rendahnya angka kejadian kecelakaan kerja (Tom Cox, 2000).
6. Tidak cukup kepemimpinan atau pengawasan
Tidak cukupnya kepemimpinan dan pengawasan dapat menyebabkan pekerja
untuk melakukan pelanggaran sehingga kecelakaan kerja dapat terjadi. Penelitian
yang dilakukan oleh Siregar (2014), terdapat hubungan antara pengawasan dengan
kejadian kecelakaan kerja.
7. Tidak cukup standar-standar kerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Standar kerja digunakan untuk melakukan penilaian kinerja, apabila standar
kerjanya kurang atau tidak cukup maka penilaian kinerja karyawan tidak maksimal.
Penelitian Riyadi (2007), menyatakan bahwa pekerja yang menggunakan APD yang
tidak sesuai, berisiko 2,2 kali mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan
pekerja yang tidak memakai APD
8. Posisi kerja yang tidak tepat
Posisi kerja yang tidak tepat misalnya melakukan pekerjaan dengan sikap
membungkuk, jongkok harus dihindari untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi
darah dan sensibilitas pada paha (Budiono,2010).
9. Lingkungan kerja yang tidak memenuhi standart
Faktor-faktor keadaan lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan kerja
terdiri dari pemeliharaan rumah tangga (house keeping), kesalahan terletak pada
rancangan tempat kerja, cara menyimpan bahan baku dan penempatan alat kerja tidak
diletakkan pada tempatnya, lantai yang kotor dan licin. Ventilasi yang tidak sempurna
sehingga ruangan kerja terdapat debu, keadaan lembab yang tinggi sehingga orang
merasa tidak nyaman dalam bekerja. Pencahayaan yang tidak sempurna misalnya
ruangan gelap, terdapat kesilauan dan tidak ada pencahayaan setempat. Lingkungan
kerja yang tidak aman dan nyaman dapat menyebabkan pekerja tidak nyaman dalam
melakukan pekerjaanya sehingga dapat menyebabkan timbulnya kejadian kecelakaan
kerja. Faktor lingkungan kerja yang berpotensi meningkatkan risiko kecelakaan kerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
adalah faktor fisik (kebisingan, pencahayaan, suhu), faktor kimia dan faktor biologi
(Triwibowo dkk, 2013).
2.4 Landasan Teori
Secara umum ada dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja yaitu penyebab
langsung (immediate causes) dan penyebab dasar (basic causes), tercantum pada
International Loss Control Institute (ILCI) Loss Causation Model (OHS Body of
Knowledge Models of Causation : Safety, 2012).
Gambar 2.1 The International Loss Control Institute Loss Causation Model
(Modified from Bird)
Teori ini terdiri dari lima faktor domino kecelakaan kerja yang berurutan
dengan susunan sebagai berikut :
1. Kurangnya pengawasan manajemen (Lack of control)
Pengawasan merupakan salah satu di antara fungsi manajemen yang penting,
selain perencanaan, pengorganisasian, dan kepemimpinan. Ada beberapa hal yang
menyebabkan kurangnya pengawasan manajememen yaitu kurangnya program
keselamatan dan kesehatan kerja, standar kerja yang tidak sesuai dan kepatuhan
terhadap standar yang berlaku.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Penyebab dasar (basic cause)
Penyebab dasar adalah sesuatu yang menyebabkan timbulnya tindakan dan
kondisi tidak aman. Ada dua penyebab dasar yaitu faktor manusia dan faktor
pekerjaan. Adapun faktor manusia diantaranya adalah kemampuan fisik yang
tidak memadai, kemampuan mental/psikologi yang tidak memadai, minimnya
pengetahuan, motivasi kerja yang kurang, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor
pekerjaan meliputi tidak memadainya peralatan dan perlengkapan.
3. Penyebab langsung (immediate cause). Penyebab langsung dari suatu kecelakaan
adalah tindakan tidak aman (unssafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe
condition). Tindakan tidak aman berupa mengabaikan prosedur keamanan,
mengoperasikan alat tanpa izin, menggunakan peralatan yang tidak sesuai atau
rusak. Kondisi tidak aman meliputi ventilasi yang tidak memadai, kebisingan dan
panas yang berlebihan, penerangan yang tidak memadai atau berlebihan, dan lain
sebagainya.
4. Kejadian/ kontak dengan energi atau benda (Incident)
Kecelakaan dapat timbul apabila kondisi-kondisi seperti di atas tidak diberi
tindakan. Oleh karena itu peluang kontak dengan sumber energi dari bahan atau
struktur yang ada harus dicegah. Energi yang dimaksud adalah energi kinetik,
energi listrik, panas, sumber radiasi dan kimia.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Kerugian (Loss)
Kerugian yang dimaksud adalah kerugian yang dapat berupa cidera pada pekerja
yang bahkan dapat menyebabkan kematian, kerusakan harta benda, dan kerugian
proses kerja (waktu).
2.5 Keranga Konsep
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja pada perawat.
Bird dan Germain menyadari bahwa diperlukan manajemen untuk mencegah dan
mengendalikan kecelakaan. Mereka mengembangkan teori domino baru yang
mencerminkan hubungan langsung manajemen dengan penyebab dan dampak dari
kerugian kecelakaan. Teori domino baru dari Bird dan Germain sekarang ini lebih
dikenal dengan sebutan The ILCI Loss Causation Model (OHS Body of Knowledge
Models of Causation : Safety, 2012).
Penyebab langsung dalam kecelakaan adalah suatu keadaan yang biasanya bisa
dilihat dan dirasakan langsung terdiri dari tindakan tidak aman dan kondisi tidak
aman. Pada penelitian ini variabel penyebab langsung antara lain faktor manajemen
yang terdiri dari pelatihan, pengawasan dan prosedur kerja. Penyebab dasar (basic
cause) yaitu faktor manusia/ pribadi (personal factor) dalam penelitian ini termasuk
variabel usia, pendidikan, masa kerja dan fisik yang tidak mendukung. Perilaku tidak
aman dalam penelitian ini termasuk pengetahuan, sikap dan tindakan OHS Body of
Knowledge Models of Causation : Safety, 2012). Kerangka konsep dari penelitian ini
sebagai berikut :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel independen dalam penelitian ini pengawasan, prosedur kerja dan
kondisi fisik. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecelakaan kerja pada
perawat terdiri dari Hernia Nukleus Pulposus (HNP), tertusuk jarum dan terpeleset.
2.6 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka maka hipotesis pada
penelitian ini antara lain:
1. Terdapat hubungan antara pengawasan dengan terjadinya kecelakaan kerja pada
perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Permata Bunda Medan Tahun 2017.
2. Terdapat hubungan antara prosedur kerja dengan terjadinya kecelakaan kerja pada
perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Permata Bunda Medan Tahun 2017.
3. terdapat hubungan antara kondisi fisik dengan terjadinya kecelakaan kerja pada
perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Permata Bunda Medan Tahun 2017.
Kecelakaan Kerja Perawat
Pengawasan
Prosedur Kerja
Kondisi fisik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode
deskriptif korelasional yaitu untuk menguji sejauh mana hubungan antara dua
variabel atau lebih (Polit dan Beck, 2012). Penelitian korelasi bertujuan untuk
menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta
berarti atau tidak hubungan itu. Dalam penelitian korelasional biasanya hanya
mendasarkan pada penampilan variabel sebagaimana adanya, tanpa mengatur kondisi
atau memanipulasi variabel tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
hubungan variabel pengawasan, prosedur kerja, dan kondisi fisik dengan terjadinya
kecelakan kerja pada perawat di ruang rawat inap RSU Permata Bunda.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RS Permata Bunda, dengan pertimbangan karena
didapatkan kasus kecelakaan kerja pada perawat setiap bulannya. Waktu penelitian
dilakukan selama 6 bulan yang dimulai bulan Januari 2017 hingga September 2017.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh perawat di ruang rawat inap dewasa di Rumah Sakit
Permata Bunda yang berjumlah 96 orang.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian atau elemen dari populasi yang diharapkan dapat
mewakili karakteristik populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana
jumlah sampel sama dengan populasi (Polit dan Beck, 2012), dalam penelitian ini
sampel sebanyak 96 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data menggunakan metode angket yang meliputi hubungan
pengawasan, prosedur kerja dan kondisi fisik dan untuk memperdalam dan untuk
melengkapi peneliti juga membutuhkan dokumen-dokumen yang tersedia di RS
Permata bunda digunakan sesuai dengan tujuan penelitian. Metode pengumpulan
data terdiri dari:
1. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan melalui
wawancara dan observasi, Data primer meliputi data karakteristik responden,
pengawasan, prosedur kerja, kondisi fisik dan kecelakaan kerja yang pernah
dialami oleh perawat.
2. Data sekunder diperoleh dari catatan atau dokumen dari Rumah Sakit Permata
Bunda serta data-data lainnya yang mendukung data hasil penelitian.
3.5. Uji Validitas dan Reliabilitas
3.5.1 Uji Validitas
Menurut Arikunto (2010), validitas adalah suatu ukuran untuk menunjukan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Untuk uji validitas dan reliabilitas
data, peneliti akan menguji valid kuisioner dan reliabel kuisioner pengawasan,
prosedur kerja dan kondisi fisik menggunakan Content Validity Index atau CVI yang
digunakan untuk memperbaiki alat ukur dengan memeriksa item - item pengukuran
dalam instrumen.
Uji validitas bertujuan mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang
menunjukan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Dalam penelitian ini
pengujiian validitas pengawasan, prosedur kerja dan kondisi fisik sebanyak 17
pertanyaan dilakukan oleh 3 orang ahli yaitu dokter spesialis, dokter umum dan
perawat dimana ahli memberikan penilaian baik yaitu 3 atau 4 (dengan demikian
dikotomisasi skala ordinal menjadi relevan = 1 dan tidak relevan= 0), dibagi dengan
jumlah total ahli.
3.5.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas suatu instrumen menggambarkan stabilitas dan konsistensi suatu
instrumen dalam suatu konteks yang diberikan. Suatu kuesioner dinyatakan reliabel
atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten dan stabil dari
waktu ke waktu. Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsisten hasil
sebuah jawaban tentang tanggapan responden. Pengujian reliabilitas dapat
menggunakan uji statistik cronbach alpha. Cronbach alpha yang baik adalah yang
semakin mendekati 1. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner pengawasan, prosedur
kerja dan kondisi fisik dilakukan di Rumah Sakit Islam Malahayati terhadap 30 orang
perawat dengan taraf signifikan 95%. Suatu konstruk pertanyataan dikatakan reliabel
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,80 (Polit dan Beck, 2012).
Tabel 3.1 Hasil Uji CVI Kuesioner item Expert 1 Expert 2 Expert 3 Jumlah
Kesetujuan I-CVI
Pengawasan 1 0 1 1 2 2/3 = 0,67 2 1 0 1 2 2/3 = 0,67 3 1 1 0 2 3/3 = 1,00 4 1 1 1 3 3/3 = 1,00 5 1 1 1 3 3/3 = 1,00 6 1 1 1 3 3/3 = 1,00 7 1 1 1 3 3/3 = 1,00
Prosedur Kerja 1 1 1 1 3 3/3 = 1,00 2 1 1 1 3 3/3 = 1,00 3 1 1 1 3 3/3 = 1,00 4 0 1 1 2 2/3 = 0,67 5 1 1 1 3 3/3 = 1,00
Kodisi Fisik 1 1 0 1 2 3/3 = 1,00 2 1 1 1 3 3/3 = 1,00 3 1 1 0 2 3/3 = 1,00 4 1 1 1 3 3/3 = 1,00 5 1 1 1 3 3/3 = 1,00 Mean I-VCI 0.902
Hasil uji content validity terhadap 17 pertanyaan pada kuesioner. Nilai CVI
kuesioner adalah 0,902 yang berarti kuesioner tersebut sesuai digunakan untuk penelitian.
karena mengindikasikan tingkat persetujuan ahli yang mana disarankan nilai CVI
yaitu 0.80 atau lebih tinggi.
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pengawasan
Pengawasan Corrected item-Total Correlation
Keterangan
Pernyataan 1 0,738 Valid
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 3.2 (Lanjutan)
Pengawasan Corrected item-Total Correlation
Keterangan
Pernyataan 2 0,462 Valid Pernyataan 3 0,367 Valid Pernyataan 4 0,525 Valid Pernyataan 5 0,738 Valid Pernyataan 6 0,269 Tidak Valid Pernyataan 7 0,650 Valid
Hasil uji menunjukkan bahwa pernyataan yang nilai Corrected item-Total
Correlation>0,361 sebanyak 6 pernyataan dan satu pernyataan yang tidak valid.
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Prosedur Kerja
Prosedur Kerja Corrected item-Total Correlation
Keterangan
Pernyataan 1 0,731 Valid Pernyataan 2 0,600 Valid Pernyataan 3 0,866 Valid Pernyataan 4 0,206 Tidak Valid Pernyataan 5 0,857 Valid
Hasil uji menunjukkan bahwa pernyataan yang nilai Corrected item-Total
Correlation>0,361 sebanyak 4 pernyataan dan satu pernyataan yang tidak valid.
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Kondisi Fisik
Kondisi Fisik Corrected item-Total Correlation
Keterangan
Pernyataan 1 0,794 Valid Pernyataan 2 0,602 Valid Pernyataan 3 0,411 Valid Pernyataan 4 0,591 Valid Pernyataan 5 0,773 Valid
Hasil uji menunjukkan bahwa pernyataan yang nilai Corrected item-Total
Correlation>0,361 sebanyak 5 pernyataan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Pengawasan, Prosedur Kerja, dan Kondisi Fisik Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan
Pengawasan 0,808 Reliabel Prosedur Kerja 0,847 Reliabel Kondisi Fisik 0,831 Reliabel
Pengawasan nilai Cronbach Alpha 0,808, maka dapat disimpulkan bahwa
seluruh pertanyaan variabel pengawasan reliabel, prosedur kerja nilai Cronbach
Alpha 0,847, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel prosedur
kerja reliable dan kondisi fisik nilai nilai Cronbach Alpha 0,831, maka dapat
disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel kondisi fisik reliabel.
3.6. Variabel dan Definisi Operasional
3.6.1 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel
dependen. Untunk variabel independen dalam penelitian ini adalah pengawasan,
prosedur kerja dan kondisi fisik, sedangkan variabel dependen yaitu kecelakaan kerja
perawat di ruang rawat inap rumah sakit permata bunda medan
3.6.2 Definisi Operasional
Definisi operasional variabel penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa perawat melakukan
pekerjaan sesuai dengan standart yang telah diberlakukan. Diukur dengan
indikator pengarahan, pengawasan kinerja perawat, pengawasan pemakaian
sarung tangan, pengawasan pemakaian sepatu, pengawasan posisi kerja.
Pengawasan dikatakan baik apa bila skor angket ≥80%, cukup baik ≥ 60% dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kurang baik < 60%
2. Prosedur kerja adalah Tahapan dalam tata kerja seorang perawat. Diukur
dengan indikator cara menutup jarum suntik, memakai sarung tangan,
memakai sepatu dan posisi saat mengangkat pasien. Prosedur kerja dikatakan
baik apa bila skor angket ≥80%, cukup baik ≥ 60% dan kurang baik < 60%
3. Kondisi fisik adalah Keadaan fisik perawat pada saat bekerja. Diukur dengan
indikator rasa lelah, sakit kepala,sakit punggung rasa mengantuk dan jantung
berdedar, Kondisi fisik dikatakan baik apa bila skor angket ≥80%, cukup
baik ≥ 60% dan kurang baik < 60%
4. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan oleh perawat yang menimbulkan kerugian akibat pekerjaannya.
Diukur dengan indikator HNP, tertusuk jarum suntik dan terpeleset. Dikatakan
terdapat kecelakaan kerja apabila terdapat salah satu indikator.
3.7 Aspek Pengukuran
Pengukuran variabel disajikan pada Tabel 3.6
Tabel 3.6 Aspek Pengukuran Variabel
Variabel Bobot Nilai 1variabel=1 indikator
Bobot Nilai 1variabel=6 indikator
1. Pengawasan a. Baik b. Cukup Baik c. Kurang Baik
3 2 1
18 12 6
2. Prosedur Kerja a. Baik b. Cukup Baik c. Kurang Baik
Bobot Nilai 1 variabel = 1 indikator
3 2 1
Bobot Nilai 1 variabel = 4 indikator
12 8 4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 3.6 (Lanjutan)
Variabel Bobot Nilai 1 variabel = 1 indikator
Bobot Nilai 1 variabel = 5 indikator
3. Kondisi Fisik a. Baik b. Cukup Baik c. Kurang Baik
3 2 1
15 10 5
3.8 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan pengisian kuesioner.
Kuesioner pada penelitian ini terdiri dari pengawasan, prosedur kerja, kondisi fisik
dan kecelakaan kerja. Kuesioner tersebut diberkan dan diisi langsung oleh perawat di
Rumah Sakit Permata Bunda.
Tahap pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mendapat surat ijin
penelitian yang diperoleh dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeritas Sumatera
Utara dan selanjutnya menyampaikan surat izin tersebut ke rumah sakit lokasi
penelitian. Selanjutnya peneliti memperkenalkan diri kepada responden serta
menjelaskan tujuan penelitian dan prosedur-prosedur intrvensi dan meminta
kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian tersebut. Setelah, meminta
responden mengisi kuesioner yang telah disiapkan dan klarifikasi jawaban responden
jika diperlukan. Melibatkan asisten dalam menjelaskan kuesioner pada responden dan
cara pengisian lembar kuesioner. Mengumpulkan hasil pengumpulan data untuk
selanjutnya diolah dan dianalisa.
3.9 Metode Analisa Data
Data primer yang telah diperoleh dianalisis melalui proses pengolahan data
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
2.
Ananlis data dilakukan untuk mengetahun hubungan antara variabel
pengawasan, prosedur kerja, dan kondisi fisik dengan kecelakaan kerja.
Analisi ini dilaukan untuk memperoleh distribusi masing-masing variabel
yang diteliti, sehingga kumpulan data tersebut dapat disederhanakan dan
diringkaskan menjadi informasi yang berguna. Dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase.
Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah ada
hubungan
faktor pengawasan, prosedur kerja, dan kondisi fisik dengan
kecelakaan kerja pada perawat. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui
hubungan masing-masing variabel independen dengan variabel dependen. Uji
statistik yang digunakan adalah chi square karena jenis data dalam penelitian
ini adalah data katagori dengan sakla ordinal dengan tingkat kemaknaan
p<0,05.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1. Sejarah Rumah Sakit Permata Bunda
Cikal bakal RS. Permata bunda dimulai dari FIRMA MADJU yang
merupakan usaha yang dimiliki oleh Alm. Bapak. H. M. Arbie yang bergerak dalam
jasa penerbitan dan percetakan dan telah dirintis beliau sejak tahun 1955 sampai saat
ini dengan lokasi Jl. Amaliun No. 37 Medan. Berkat kepemimpinan beliau usaha ini
terus berkembang setiap tahun sehingga dapat membangun usaha – usaha lain seperti
Pesantren Modern, Perhotelan, Klinik Spesialis Bunda dan Rumah Sakit Permata
Bunda Medan.Rumah Sakit Permata Bunda (RSBP) dibangun pada Bulan Juli 1987
dan selesai pada Bulan Juli 1988 peresmian sekaligus mulai operasionalnya Rumah
Sakit Permata Bunda Medan oleh Gubernur Sumatera Utara. Sesuai dengan fungsi
Rumah Sakit pada umumnya Rumah Sakit Permata Bunda mempunyai tujuan visi
dan misi serta pelayanan kesehatan yang meliputi:
a. Pembinaan/ Promotif
b. Pencegahan/ Preventif
c. Pengobatan/ Kuratif
d. Pemulihan/ Rehabilitatif
Rumah Sakit Permata Bunda Medan terletak di Jalan Sisingamangaraja No. 7
Medan inti Kota Medan, mudah di jangkau oleh masyarakat. RS Permata Bunda
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dengan pelayanan paripurna, peralatan, memadai didukung tenaga ahli berdedikasi
tinggi serta ditunjang oleh tenaga para medis yang terampil profesional etis, dan
berwawasan nasional diharapkan memberikan persepsi, penampilan rumah sakit yang
bermutu efisien dan efektif. Perkembangan RS Permata Bunda sejak berdiri tahun
1988 sampai dengan tahun 2010 dari jumlah tempat tidur yaitu berjumlah 220 tempat
tidur dengan luas Area 2.965,80 m2 dan luas bangunan 4.320 m2
4.1.2. Visi dan Misi
serta terdiri dari
bangunan utama 4 lantai dan bangunan penunjang lainnya 3 lantai.
Adapun visi dari RS Permata Bunda yaitu menyelenggarakan pelayanan
spesialistik dan sub Spesialistik yang lengkap, bermutu, aman, terjangkau dan
berazaskan kekeluargaan. Sedangkan misi dari RS Permata Bunda yaitu
menyelenggarakan pelayanan Prima, meningkatkan kualitas seluruh aspek pelayanan
dan meningkatkan pendidikan / pelatihan tenaga kesehatan.
4.1.3. Tujuan Pelayanan
Tujuan pelayanan RS Permata Bunda yaitu mewujudkan derajat kesehatan
yang setinggi – tingginya bagi semua lapisan masyarakat secara menyeluruh sesuai
dengan peraturan perundang – undangan serta tidak memandang suku, agama dan
kedudukan.
4.1.4. Struktur Organisasi
Susunan Struktur Organisasi Rumah Sakit Permata Bunda Medan terdiri atas:
a. Direktur Utama
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Wakil Direktur Pelayaan Medis
c. Wakil Direktur Keuangan
d. Wakil Direktur Adm & Umum
e. Unit-unit Non Struktural
4.1.5. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia yang ada di Rumah Sakit Permata Bunda Medan
sebanyak 524 orang yang terdiri atas :
Tabel 4.1 Sumber Daya Manusia
No Sumber Daya Manusia Jumlah (Orang) A Tenaga Medis 1. Dokter Spesialis 97 2. Dokter Sub Spesialis 22 3. Dokter Umum 10 4. Dokter Umum Koordinator Perusahaan
Total 3
132 B. Keperawatan 1. Sarjana Keperawatan 48 2. Akper 76 4. SPK 7 5. 6.
S2 Keperawatan Total
3 195
C. Non Keperawatan 1. D-II Analis 6 2. SPRA (Sekolah Pengatur Rawat A ) 1 3. D-III Radiologi 3 Akbid 25 Bidan 25
4.2 Karakteristik Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik perawat di ruang rawat inap rumah
sakit permata bunda dilihat meliputi umur, jenis kelamin, status perkawainan,
pendidikan dan masa kerja.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Untuk kategori umur berdasarkan peraturan Kemenkes RI Nomor 25 Tahun
2016, proporsi umur responden terbanyak berusia 24-55 tahun sebesar 94,8%. jenis
kelamin terbanyak perempuan sebesar 71,9% dan laki-laki sebesar 28,1%. Status
perkawinan terbanyak sudah menikah sebesar 72,9% dan belum menikah 27,1%.
Pendidikan perawat terbanyak D3 keperawatan sebesar 69,8% dan masih ditemukan
perawat yang bependidikan SPK sebesar 2,1%, dapat (Lihat Tabel 4.2)
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda Tahun 2017
4.3 Masa Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda
Untuk kategori masa kerja berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan yaitu masa Kerja perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Permata
Bunda terbanyak sudah bekerja selama 2-8 tahun sebesar 64,6%, masa kerja selama
9-15 tahun sebesar 27,1%, masa kerja 16-23 tahun sebesar 4,2% dan masa kerjanya
sudah 32-38 tahun sebesar 1,0%, (Lihat Tabel 4.3)
Karakteristik n % Usia 24-45 tahun (Dewasa) 91 94,8 46-55 tahun (Pra Lanjut Usia) 5 5,2 Jenis Kelamin laki-laki 27 28,1 Perempuan 69 71,9 Status Pernikahan belum menikah 26 27,1 Menikah 70 72,9 Pendidikan SPK 2 2,1 D3 keparawatan 67 69,8 S1-Keperawatan 24 25,0 S2 Keperawatan 3 3,1 Jumlah 96 100,0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.3 Masa Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda Tahun 2017
Masa Kerja Jumlah (n) Persentase (%)
2-8 tahun 62 64.6 9-15 tahun 26 27.1 16-23 tahun 4 4.2 24-31 tahun 32 -38 tahun
3 1
3.1 1.0
Jumlah 96 100,0
4.4 Pengawasan Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda
Hasil penelitian terhadap 96 responden diketahui paling banyak menyatakan
selalu melakukan pergantian shift dilakukan pengarahan terlebih dahulu sebanyak 93
responden (96,9%), paling banyak responden menyatakan kadang-kadang kepala
perawat melakukan pengawasaan saat perawat melakukan pelayanan kepada pasien
sebanyak 80 responden (83,3%) dan paling banyak responden menyatakan tidak
pernah ada pengawasan penggunaan sepatu sebanyak 2 responden (2,1%).
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Mengenai Pengawasan Perawat
Pernyataan Selalu Kadang-
kadang Tidak pernah
n % n % n % Sebelum melakukan pergantian shift dilakukan pengarahan terlebih dahulu
93 96,9 3 3,1 0 0
Saat melakukan pelayanan kepada pasien kepala perawat melakukan pengawasan
80 83,3 16 16,7 0 0
Pengawasan kinerja perawat berdasarkan SOP
93 96,9 3 3,1 0 0
Pengawasan Penggunaan sarung tangan 91 94,8 5 5,2 0 0 Pengawasan penggunaan sepatu 88 91,7 6 6,3 2 2,1 Pengawasan posisi kerja menangani pasien 92 95,8 4 4,2 0 0
Hasil penilaian pengawasan perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit
Permata Bunda sebanyak 90 responden (93,7%) menyatakan baik dan yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menyatakan cukup baik sebanyak 6 responden (6,3%).
Tabel 4.5 Pengawasan Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda Tahun 2017
Pengawasan Jumlah (n) Persentase (%)
Baik 90 93,7 Cukup Baik Kurang Baik
6 0
6,3 0
Jumlah 96 100,0 4.5 Prosedur Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata
Bunda
Hasil penelitian terhadap 96 responden diketahui paling banyak menyatakan
sering, setelah menyuntik jarum suntik ditutup kembali sebanyak 93 responden
(96,9%), responden menyatakan kadang-kadang menggunakan saruung tangan dan
sepatu safety masing-masing sebanyak 79 responden (82,3%) dan paling banyak
responden menyatakan tidak pernah berposisi jongkok saat mengangkat pasien
sebanyak 13 responden (13,5%).
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Mengenai Prosedur Kerja Perawat
Pernyataan Sering Kadang-
kadang Tidak pernah
n % n % n % Setelah menyuntik jarum suntik ditutup kembali
93 96,9 3 3,1 0 0
Menggunakan sarung tangan 79 82,3 17 17,7 0 0 Menggunakan sepatu safety 79 82,3 16 16,7 1 1,0 Posisi perawat saat mengangkat pasien poisis jongkok
73 76,0 10 10,4 13 13,5
Hasil penilaian prosedur kerja perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit
Permata Bunda sebagian besar perawat dengan prosedur kerja baik yaitu 83
responden (86,5%), perawat dengan prosedur kerja cukup baik yaitu sebanyak 12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
responden (12,5%) dan prosedur kerja kurang baik 1 responden (1,1%).
Tabel 4.7 Prosedur Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda Tahun 2017
Prosedur Kerja Jumlah (n) Persentase (%)
Baik 83 86.5 Cukup Baik Kurang Baik
12 1
12.5 1,1
Jumlah 96 100,0 4.6 Kondisi Fisik Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda
Hasil penelitian terhadap 96 responden diketahui paling banyak menyatakan
selalu mengantuk pada saat bekerja sebanyak 5 responden (5,2%), responden
menyatakan kadang-kadang mengalami sakit punggung dan merasa lelah pada saat
bekerja masing-masing sebanyak 15 responden (15,6%) dan paling banyak responden
menyatakan tidak pernah merasa jantung berdebar pada saat bekerja sebanyak 84
responden (87,5%).
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pernyataan Mengenai Kondisi Fisik Perawat
Pernyataan Selalu Kadang-kadang
Tidak pernah
n % n % n % Merasa lelah pada saat bekerja 1 1,0 15 15,6 80 83,3 Merasa sakit kepala pada saat bekerja 1 1,0 13 13,5 82 85,4 Jantung berdebar pada saat bekerja 3 3,1 9 9,4 84 87,5 Pada saat bekerja mengantuk 5 5,2 16 16,7 75 78,1 Pada saat bekerja mengalami sakit punggung
2 2,1 15 15,6 79 82,3
Hasil penilaian kondisi fisik perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit
Permata Bunda sebagian besar kondisi fisik yang baik pada perawat sebanyak 77
orang (80,2%), kondisi fisik yang cukup baik pada perawat sebanyak 16 responden
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(16,7%) dan kondisi fisik yang kurang baik yaitu sebanyak 3 orang perawat (3,1%).
Tabel 4.9 Kondisi Fisik Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda Tahun 2017
Kondisi Fisik Jumlah (n) Persentase (%)
Baik 77 80,2 Cukup Baik Kurang Baik
16 3
16,7 3,1
Jumlah 96 100,0 4.7 Kecelakaan Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata
Bunda Kecelakaan kerja perawat di ruang rawat ianap Rumah Sakit Permata Bunda
selama 2 bulan terakhir terdiri dari
Tabel 4.10 Kejadian HNP, tertusuk Jarum, dan Terpeleset pada Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda Tahun 2017
HNP, tertusuk Jarum dan terpeleset. Kejadian
HNP pernah dialami 14 perawat (14,6%), tertusuk jarum pernah dialami oleh 15
perawat (15,6%) dan kejadian terpeleset pernah dialmi oleh 10 perawat (10,4%).
Kejadian Jumlah (n) Persentase (%) HNP Ya 14 14,6 Tidak 82 85,4 Tertusuk Jarum Ya 15 15,6 Tidak 81 84,4 Tepeleset Ya 10 89,6 Tidak 86 10,4 Jumlah 96 100,0
Kecelakaan kerja perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Permata Bunda
selama 2 bulan terbanyak tidak mengalami kecelakaan kerja sebesar 82,3% dan yang
mengalami kejadian kecelakaan kerja sebesar 17,7%.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.11 Kecelakaan Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda Tahun 2017
Kecelakaan Kerja Jumlah (n) Persentase (%)
Tidak 79 82,3 Ya 17 17,7 Jumlah 96 100,0
4.8 Hubungan Pengawasan dengan Kecelakaan Kerja Perawat di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Permata Bunda
Penilaian hubungan antara pengawasan dengan kecelakaan kerja perawat di
ruang rawat inap Rumah Sakit Permata Bunda menunjukkan bahwa dari 90 perawat
yang menyatakan pengawasan baik, yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 11
orang (12,2%). Pada 6 perawat yang menyatakan pengawasan kerja cukup baik yang
mengalami kecelakaan kerja sebanyak 6 orang (100,0%). Hasil uji bivariat dengan
menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p=0,000<0,05 yang artinya
ada hubungan yang signifikan antara pengawasan dengan kecelakaan perawat di
ruang rawat inap Rumah Sakit Permata Bunda.
Tabel 4.12 Hubungan Pengawasan dengan Kecelakaan Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda Tahun 2017
Pengawasan Kecelakaan Kerja Jumlah p. Tidak Ya
n % n % n % Cukup Baik 0 0,0 6 100,0 6 100,0 0,000 Baik 70 87,8 11 12,2 90 100,0
4.9 Hubungan Prosedur Kerja dengan Kecelakaan Kerja Perawat di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda
Berdasarkan penilaian hubungan antara prosedur kerja dengan kecelakaan
perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Permata Bunda menunjukkan bahwa dari
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
83 perawat dengan prosedur kerja baik yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak
11 orang (13,3%) dan yang tidak mengalami kecelakaan kerja sebanyak 72 orang
(86,7%). Pada 12 perawat dengan prosedur kerja cukup baik yang mengalami
kecelakaan kerja sebanyak 5 orang (41,7%) dan yang tidak mengalami kecelakaan
kerja sebanyak 7 orang (53,8%). Hasil uji bivariat dengan menggunakan uji Chi-
square menunjukkan bahwa nilai p=0,005<0,05 yang artinya ada hubungan yang
signifikan antara prosedur kerja dengan kecelakaan perawat di ruang rawat inap
Rumah Sakit Permata Bunda.
Tabel 4.13 Hubungan Prosedur Kerja dengan Kecelakaan Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda Tahun 2017
Prosedur Kerja Kecelakaan Kerja Jumlah p. Tidak Ya
n % n % n % Kurang Baik 0 0,0 1 100,0 1 100,0
0,005 Cukup Baik Baik
7 72
53,8 86,7
5 11
41,7 13,3
12 83
100,0 100.0
4.10 Hubungan Kondisi Fisik dengan Kecelakaan Kerja Perawat di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda
Berdasarkan penilaian hubungan antara kondisi fisik perawat dengan
kecelakaan perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Permata Bunda menunjukkan
bahwa dari 76 perawat yang menyatakan kondisi fisiknya baik yang mengalami
kecelakaan kerja sebanyak 5 orang (6,6%) dan yang tidak mengalami kecelakaan
kerja sebanyak 71 orang (93,4%). Pada 16 perawat yang menyatakan kondisi
fisiknya cukup baik yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 10 orang (62,4%)
dan yang tidak mengalami kecelakaan kerja sebanyak 6 orang (37,5%). Hasil uji
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bivariat dengan menggunakan uji Chi-square menunjukkan bahwa nilai
p=0,000<0,05 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara kondisi fisik dengan
kecelakaan perawat di ruang rawat ianap Rumah Sakit Permata Bunda.
Tabel 4.14 Hubungan Kondisi fisik dengan Kecelakaan Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda Tahun 2017
Kondisi Fisik Kecelakaan Kerja Jumlah p Tidak Ya
n % n % n % Kurang Baik 2 50,0 2 50,0 4 100,0
0,000 Cukup Baik Baik
6 71
37,5 93,4
10 5
62,4 6,6
16 76
100,0 100,0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 5
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa variabel pengawasan,
prosedur kerja dan kondisi fisik memiliki hubungan dengan kecelakaan kerja perawat
di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda. Penjelasan tentang tiap variabel
dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut:
5.1 Hubungan Pengawasan Hubungan Pengawasan dengan Kecelakaan Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda
Pengawasan adalah kegiatan yang merencanakan, mengarahkan,
membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai dan
mengevaluasi secara berkesinambungan anggota secara menyeluruh sesuai dengan
kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki anggota. Dalam rumah sakit seorang
perawat pelaksana biasanya diawasi oleh perawat kepala ruangan. Perawat kepala
ruangan inilah yang berfungsi untuk memperhatikan, mengarahkan, mengevaluasi
setiap pekerjaan yang dilakukan oleh perawat termasuk dalam mengawasi kesehatan
dan keselamatan perawat pelaksana.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, terbanyak perawat menyatakan
pengawasan baik dari kepala perawat sebesar 93,7%. Pengawasan yang dilakukan
antara lain yaitu sebelum melakukan pergantian shift dilakukan pengarahan terlebih
dahulu, pengawasan juga dilakukan pada saat perawat memberikan pelayanan kepada
pasien, pengawasan kinerja berdasarkan SOP dan juga pengawasan terhadap posisi
pada saat bekerja melayani pasien.
55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penilaian hubungan antara pengawasan dengan kecelakaan kerja perawat di
ruang rawat inap Rumah Sakit Permata Bunda menunjukkan bahwa nilai
p=0,000<0,05 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara pengawasan dengan
kecelakaan perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Permata Bunda. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anshari (2016) yang
menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara Pengawasan dengan
kecelakaan kerja. di PT. Kunango Jantan Tahun 2016. Penelitian yang dilakukan oleh
Harpeni (2015) juga menyatakan hal yang sama bahwa terdapat hubungan antara
Hasil didapatkan bahwa pengawasan berkolerasi positif dengan kecelakaan
kerja pada perawat, semakin baik pengawasan yang dilakukan kepala perawat maka
semakin kecil resiko terjadinya kecelakan kerja pada perawat, oleh karena itu
pengawasan yang dilakukan oleh kepala perawat penting dalam menjaga keselamatan
dan kesehatan para perawat pelaksana.
pengawasan dengan kecelakaan kerja pada pekerja bagian produksi PT Lutvindo
Wijaya Perkasa Pekanbaru.
Hasil wawancara dan hasil observasi atas pengawasan yang dilakukan oleh
kepala ruangan dilakukan setiap hari pada setiap ruangan pada pagi hari. Kemudian
saat shift siang dan malam melakukan pengawasan kepada supervisi yang
bertanggung jawab pada shift tersebut. Tugas supervisi atau penanggung jawab pada
saat jam dinas, yang dilakukan adalahg melihat kondisi ruangan dan melihat
pekerjaan dari perawat yang melakukan dinas pada jam tersebut yang pada intinya
semua kegiatan dan kondisi diawasi dengan benar. Kemudian juga dari hasil
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
wawancara yang dilakukan terhadap perawat pelaksana yang sedang melakukan dinas
bahwa mereka menyatakan pengawasan selalu dilakukan setiap hari pada saat jam
dinas, yang dilakukan oleh kepala perawat dan supervisi. Kemudian dari hasil telaah
dokumen, peneliti menemukan sebuah dokumen terkait pengawasan yang dilakukan
oleh tim supervisi dalam bentuk buku yang berisi mengenai hasil pengawasan pada
setiap ruangan yang dilakukan setiap hari. Isi buku laporan tersebut terdapat beberapa
kolom yang terdiri dari nama ruangan, nama pengawas, jumlah perawat yang
bertugas, jumlah pasien, sarana, prasarana, keterangan dan tanda tangan pengawas
yang bertugas.
Pengawasan merupakan salah satu kunci dalam mengatur perilaku manusia.
Pengawasan tentang keselamatan dan kesehatan kerja menjadi factor penting dalam
mengatur perilaku pekerja agar tetap aman sehingga tidak terjadi atau mengurangi
risiko penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja. Pengawasan yang dilakukan
oleh kepala perawat maupun supervisi dalam mengatur perawat pelaksana di Rumah
Sakit Permata Bunda sudah cukup baik, akan tetapi masih ada beberapa hal yang
pengawasannya masih kurang seperti pengawasan penggunaan sepatu dan posisi
kerja.
Sebuah penelitian dalam Hadiopetra (2014) persepsi keselamatan pada
supervisor banyak difokuskan area berikut: kepemimpinan (contoh perilaku,
tanggung jawab), komunikasi (meeting, pengakuan / recognition, penghargaan/
reward), masalah (perilaku tidak aman, identifikasi masalah), alat pelindung diri
(jumlah, penggunaan, kesesuaian standard), prosedur (peraturan, kebijaksanaan,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
standard, petunjuk), pelatihan (modul, jatah pelatihan, pengakuan), dan personel
pekerja (asesmen, penghasilan). Kondisi yang ditemukan saat melakukan penelitian
adalah pengawasan yang dilakukan sehari-hari oleh kepala perawat di Rumah Sakit
Permata Bunda telah diterapkan langsung ataupun tidak langsung. Peran kepala
perawat sebagai pengawasa perawat pelaksana antara lain seperti melakukan
pengarahan pada waktu pergantian shift, melakukan pengawasan pada saat perawat
pelaksana melakukan pelayanan kepada pasien, menjalankan SOP, melakukan
pengawasan sarung tangan, sepatu dan posisi kerja perawat saat menangani pasien.
Selain itu, pengawasan tidak hanya berkutat pada monitoring saja melainkan
memberikan bimbingan, pengarahan
observasi, dan pemberian motivasi serta evaluasi
terhadap pendokumentasian tiap-tiap proses keperawatan.
5.2 Hubungan Prosedur Kerja dengan Kecelakaan Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda Prosedur kerja merupakan rangkaian langkah yang dilaksanakan untuk
menyelesaikan kegiatan atau aktivitas, sehingga dapat tercapai tujuan yang
diharapkan secara efektif dan efisien serta dapat dengan mudah menyelesaikan suatu
masalah yang terperinci menurut waktu yang telah ditetapkan. Perawat juga memiliki
prosedur kerja yang sudah ditetapkan dimana prosedur tersebut digunakan untuk
melindungi perawat dan juga melindungi pasien.
Prosedur kerja yang diobservasi pada penelitian ini adalah prosedur menyuntik,
penggunaan sarung tangan, penggunakan sepatu safety dan prosedur posisi perawat
saat mengangkat pasien. Prosedur kerja yang sering dipatuhi oleh perawat adalah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
prosedur dalam menyuntik, prosedur ini memang harus sangat diperhatikan oleh
perawat karena faktor risiko dalam penularan penyakit sangatlah tinggi seperti
penularan virus HIV dan Hepatitis B, jika perawat tertusuk jarum suntik. Prosedur
kerja yang jarang dipatuhi oleh perawat pelaksana adalah posisi kerja seperti
mendorong, mengangkat, menarik, menunduk dan lain sebagainya. Hal ini yang
menyebabkan tingginya risiko perawat mengalami low back pain.
Penilaian hubungan antara prosedur kerja dengan kecelakaan perawat di ruang
rawat inap Rumah Sakit Permata Bunda menunjukkan nilai p=0,010<0,05 yang
artinya ada hubungan yang signifikan antara prosedur kerja dengan kecelakaan
perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Permata Bunda.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2014)
yang menyatakan bahwa ada hubungan prosedur kerja dengan kecelakaan di PT Aqua
Golden Missisippi Bekasi dimana semakin tidak patuh pekerja dengan prosedur kerja
maka akan semakin tinggi risiko kecelakaan kerja dan begitu juga sebaliknya
semakin patuh pekerja maka akan semakin rendah risiko kecelakaan kerja. Kemudian
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2017) menyatakan bahwa
praktik penerapan SOP berhubungan dengan risiko kecelakaan kerjadi PT. X
Tangerang.
Berdasarkan hasil penjabaran wawancara dan hasil observasi atas prosedur
kerja, terhadap kepala ruangan bahwa hampir semua perawat yang bertugas selalu
melakukan pekerjaan atau tindakan sesuai dengan standar yang diterapkan. Adanya
beberapa perawat yang terlupa atau tidak sesuai dengan prosedur dalam melakukan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tindakan mungkin disebabkan karena buru-buru atau sedang dalam kondisi yang tidak
sehat. Kepala perawat menyatakan bahwa seorang perawat harus memiliki sikap yang
baik seperti mengikuti prosedur kerja dan harus peduli terhadap bahaya yang ada
dirumah sakit, karena perawat tidak hanya bertanggung jawab terhadap
keselamatannya sendiri tetapi yang terutama itu harus memperhatikan keselamatan
pasien juga karena jika mereka bersikap yang buruk hal ini menyangkut mutu
pelayanan rumah sakit juga. Tetapi masih adanya perawat yang bersikap kurang
sesuai, seperti masih ada perawat yang tidak memakai sarung tangan saat menyuntik
yang mungkin karena agar lebih gampang pada saat akan melakukan tindakan.
Prosedur Kerja keselamatan dan kesehatan kerja merupakan prosedur standar
yang mesti dimiliki serta senantiasa diperhatikan oleh semua perusahaan yang
bergerak di semua bidang termasuk juga rumah sakit. Tujuannya dibuat prosedur ini
yaitu untuk menjamin kenyamanan dan keamanan semua pihak. Sehingga dengan
adanya prosedur kerja K3 memberikan rasa aman kepada setiap pekerja dalam
menjalankan pekerjaannya, memberi keuntungan bagi erusahaan sebab tak perlu lagi
adanya pengeluaran tambahan sebagai kompensasi cedera ataupun sakit yang dialami
pekerja dan Dengan adanya prosedur K3 pekerjaan akan menjadi lebih efisien,
terarah, dan efektif (Ridley, 2008).
Prosedur Kerja K3 di rumah sakit digunakan untuk melindungi perawat. Pada
dasarnya perawat di Rumah Sakit Permata Bunda sudah mengetahui tujuan dan
manfaat jika mereka menerapkan prosedur kerja dengan baik, seperti mengurangi
kesalahan atau kegagalan dalam proses kerja. Namun, beberapa dari perawat masih
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ada yang belum memiliki kesadaran untuk menerapkan prosedur kerja dalam
melakukan pekerjaannya karena belum ada sanksi yang tegas, hanya berupa teguran
saja, ada juga pekerja merasa terbebani dengan beberapa prosedur kerja, dan ada juga
menyatakan prosedur kerja membuat pekerjaan merela lebih lambat.
Dalam penelitian ini ketidakpatuhan perawat terhadap peosedur kerja
merupakan salah satu bentuk perbuatan tidak aman. Dalam prakteknya perbuatan
tidak aman pada perawat antara lain Pada saat setelah menyuntik pasien, jarum suntik
ditutup kembali dengan cara menutup langsung nal dengan menggunakan tangan,
tidak menggunakan sarung tangan, tidak menggunakan sepatu safety, dan posisi salah
saat bekerja. Perilaku tidak aman perawat saat bekerja tanpa menggunakan alat
peindung diri sesuai dengan standart dapat mengakbatkan kecelakaan kerja dan
menimbulkan penyakit akibat kerja.
Peningkatan kepatuhan perawat dalam melaksakan prosedur kerja dapat
dilakukan dengan cara meningkatan kesadaran perawat untuk bertindak aman dalam
upaya meningkatkan keselamatan dan kesehatan saat bekerja. Kesadaran perawat
dapat ditumbuhkan dengan cara pelatihan-pelatihan guna meningkatkan pengetahuan
perawat mengenai keselamatan dan kesehatan kerja dan juga pengetahuan mengenai
bahaya kerja pada perawat sehingga perawat secara mandiri dapat berperilaku aman
saat bekerja.
5.3 Hubungan Kondisi Fisik dengan Kecelakaan Kerja Perawat di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Permata Bunda
Kondisi fisik yang tidak prima dapat mengurangi kapasitas kerja dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ketahanan tubuh pekerja. Penurunan konsisi fisik pada perawat ditandai dengan
ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang sebabnya adalah
persyaratan psikis. Penyebab kelelahan umum adalah monotoni, intensitas, dan
lamanya kerja mental dan fisik, keadaan lingkungan. Para perawat pelaksana di
Rumah Sakit Permata Bunda menyatakan sering mengantuk pada saat bekerja
terkhusunya pada shift malam, ada juga yang menyatakan jantung berdebar akibat
kelelahan pada saat bekerja, beberapa perawat juga mengeluh mengalami sakit
punggung sehingga menggangu proses bekerja karena keluhan tersebut.
Penilaian hubungan antara kondisi fisik perawat dengan kecelakaan perawat
di ruang rawat inap Rumah Sakit Permata Bunda menunjukkan nilai p=0,000<0,05
yang artinya ada hubungan yang signifikan antara kondisi fisik dengan kecelakaan
perawat di ruang rawat ianap Rumah Sakit Permata Bunda. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sandewa (2014) menyatakan ada hubungan
antara kondisi fisik dengan resiko kecelakaan kerja pada perawat diruang rawat inap
RSUD Labuang Baji Makassar. Penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2017) juga
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kelelahan kerja dengan kejadian
kecelakaan kerja pada pekerja bagian lambung di sebuah perusahaan konstruksi
Semarang
Hasil observasi atas kondisi fisik, banyak disimpulkan bahwa banyaknya
pasien, jam kerja dan kondisi lingkungan yang mengakibatkan kondisi fisik mereka
terganggu. Pasien-pasien di ruangan sering memanggil perawat seperti meminta agar
pasien mengganti cairan, infus, pasien yang mengeluh kesakitan dan cenderung
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
marah-marah terhadap perawat, sehingga perawat cepat lelah hingga stress dan sakit
kepala apabila sering di panggil-panggil dan bolak-balik ke ruangan rawat inap
pasien. Jam kerja yang cenderung lama pun membuat mereka jadi bosan dalam
bekerja dan mudah mengantuk dan terkadang kondisi lingkungan kerja yang kurang
baik. Lemahnya kondisi fisik perawat menyebabkan perawat kurang berkonsentrasi
dalam mengerjaan tugas dan tanggung jawabnya dan terkadang lalai dalam
mengerjakan tugas tersebut yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan
kerja.
Kecelakaan kerja juga timbul sebagai hasil gabungan dari beberapa faktor.
Faktor yang paling utama adalah faktor perlatan teknis, lingkungan kerja, dan pekerja
itu sendiri (Ridley, 2008). Kecelakaan kerja pada perawat juga terjadi karena
lingkungan kerja yang buruk seperti Memperpanjang waktu kerja berlebih ataupun
beban kerja yang berlebih dan tidak disertai efesiensi yang tinggi, biasanya terlihat
penurunan produktivitas serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan pada
perawat. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan
kerja. meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya
kecelakaan kerja.
5.4. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian antara lain
sebagai berikut:
1. Penelitian ini menggunakan kuisioner sebagai media pengumpulan data,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dimana pendekatan memiliki kelemahan dan keterbatasan, seperti terjadinya
pembiasan perseptual antara seseorang dalam memandang sesuatu variabel
penelitian, dimana peneliti tidak dapat mengendalikan jawaban dari masing-
masing jawaban responden dan terkadang jawaban yang diberikan oleh
sampel tidak menunjukkan keadaan sesungguhnya.
2. Penelitian ini hanya dilakukan pada 1 (satu) rumah sakit dimana sampel
penelitian kurang dari 100 responden sehingga penelitian berdasarkan jumalah
sampel masih belum optimal.
3. Penelitian ini hanya difokuskan pada variable pengawasan, prosedur kerja dan
kondisi fisik dalam menentukan penyebab kecelakaan kerja pada perawat
dengan tidak memperhatikan faktor perilaku kerja, lingkungan kerja maupun
beban kerja perawat.
5.5. Implikasi Penelitian
5.5.1 Implikasi terhadap Perawat
Hasil penelitian ini adalah ada hubungan pengawasan, prosedur kerja dan
kondisi tubuh dengan kecelakaan kerja. Bagi perawat implikasi dari penelitian ini
adalah sebagai upaya diri dalam peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja
perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Permata Bunda. Terjadinya kecelakaan
kerja pada perawat akan menyebabkan kerugian baik seperti hilang waktu kerja,
produktivitas kerja turun, kecacatan, mengalami penyakit akibat kerja bahkan dapat
mengalami kematian. Perawat mempunyai andil yang besar dalam memberikan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pelayanan terhadap pasien di ruang rawat inap karena itu mereka butuh dukungan
yang optimal dari pihak manajemen Rumah Sakit Permata Bunda Medan agar
kedepannya mereka tidak lagi mengalamai kecelakaan kerja saat melakukan
pekerjaanya. Perawat juga harus mempunyai kesadaran diri dalam melindungi dirinya
sendiri dalam mengjadapi bahaya kerja seperti menjalankan prosedur kerja dan
menjaga kondisi tubuh. Kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh kondisi fisik yang
tidak baik, jika dibiarkan berlarut-larut akan mengancam keselamatan dan kesehatan
para perawat yang bekerja.
5.5.2 Implikasi terhadap Manajemen Rumah Sakit Permata Bunda
Hasil penelitian dikemukakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara
pengawasan, prosedur kerja dan kondisi tubuh dengan kecelakaan kerja pada perawat
di Rumah Sakit Permata Bunda. Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa Rumah
Sakit Permata Bunda agar dapat meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerjanya
agar dapat mengurangi risiko kecelakaan kerja pada perawat ruang rawat inap Rumah
Sakit Permata Bunda.
Peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja yang baik dapat dilakukan
dengan peningkatan sistem pengawasan, mengevalusi prosedur kerja, memperhatikan
masalah yang ada di dalam diri manusia seperti fisik dan mental, pengetahuan dan
keterampilan dan sikap dalam bekerja. Kemudian pihak rumah sakit juga harus dapat
meningkatkan fasilitas beristirahat yang baik bagi para perawat guna mencegah
terjadinya kelelahan serta menghilangkan rasa lelah perawat sehabis bekerja. Hal
yang perlu dilakukan karyawan adalah mengurangi rasa lelah mereka dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menggunakan jam waktu beristirahat sebaik mungkin.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan
merupakan ringkasan hasil penelitian dan saran merupakan tindak lanjut dari
penelitian ini.
6.1 Kesimpulan
1. Jumlah Kecelakaan kerja perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Permata
Bunda selama 2 bulan terakhir yang mengalami kecelakaan kerja sebesar
mengalami kejadian kecelakaan kerja sebesar 17,7% dari 96 perawat pelaksana.
2. Adanya hubungan yang signifikan antara pengawasan dengan kecelakaan kerja
perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Permata Bunda.
3. Adanya hubungan yang signifikan antara prosedur kerja dengan kecelakaan kerja
perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Permata Bunda.
4. Adanya hubungan yang signifikan antara kondisi fisik dengan kecelakaan kerja
perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Permata Bunda.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara pengawasan, prosedur kerja dan
kondisi fisik dengan terjadinya kecelakaan kerja pada perawat di ruang rawat inap
Rumah Sakit Permata Bunda Medan, maka penulis menyarankan beberapa hal
sebagai berikut:
67
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Bagi Rumah Sakit Permata Bunda
a. Disarankah agar pihak manajemen Rumah Sakit Permata Bunda dapat
meningkatkan upaya pengawasan, karena berdasarkan hasil penelitian
pengawasan penggunaan safety shoes dan pengawasan posisi kerja perawat
masih kurang diperhatikan. Oleh katena itu diharapakan Rumah Sakit
Permata Bunda dapat melakukan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja
kepada perawat terkhusunya mengenai penggunaan APD dan ergonomi.
b. Pihak manajemen rumah sakit juga harus dapat meningkatkan fasilitas
beristirahat yang baik bagi para perawat guna mencegah terjadinya kelelahan
serta menghilangkan rasa lelah perawat sehabis bekerja.
2. Bagi Perawat
a. Kepala perawat diharapkan sebagai pelaksana aktif dalam mengawasi perawat
dengan cara melakukan pengarahan setiap terjadi pergantaian jam kerja,
mengingatkan perawat jika mereka melakukan kesalahan, memotivasi
perawat untuk bertindak aman dan menciptakan lingkungan kerja yang aman
dan nyaman sehingga dpata meningkatkan derajat kesehatan perawat.
b. Perawat diharapkan untuk meningkatkan kesadaran diri untuk dapat
berperilaku aman seperti mengikuti prosedur kerja yang ditetapkan,
menggunakan APD, dan melaporkan setiap kecelakaan kerja untuk
selanjutnya dapat dievaluasi agar kejadian kecelakaan kerja tidak terulang
kembali
c. Perawat agar meningkatkan derajat kesehatan kerja dengan memanfaatkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
waktu istirahat sebaik mungkin sehingga tidak menggangu kondisi fisik dan
dapat fokus melaksakan segala tugas dan tanggungjawab sebagai perawat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama Anshari, Luthfil.
2017 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja pada Karyawan PT Kunanggo Jantan Kota Padang Tahun 2016. Prosiding Seminar Nasional IKAKESMADA “Peran Tenaga Kesehatan dalam Pelaksanaan SDGs”
Aryanto, Lambang. 2016. Hubungan Pelatihan, Status Kerja, Latar Belakang Pendidikan, dan Penggunaan APD Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada Total E&P Indonesie. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Universitas Diponegoro
Barizqi, Inna. 2015. Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD dengan Kejadian
Kecelakaan Kerja pada Pekerja Bangunan PT. Adhi Karya Tbk Proyek Rumah Sakit Telogorejo Semarang. Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. 2015
Budino A, Jusuf R, dan Pusparini A. 2011. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan
Kerja, Higiene Perusahaan, Ergonomi, Kesehatan Kerja dan Keselamatan Kerja.Semarang :Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang
Frank Bird and George L. 1990. Practical Loss Control Leadership. Georgia: Institute
Publishing (A Division of International Loss Control Institute)
Harpeni, Silvia. 2015. Hubungan Unsafe Action, Unsafe Conditon, dan Pengawasan dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bagian Produksi PT. Lutvindo Wijaya Perkasa Pekanbaru
Harrianto, Ridwan
. 2010. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC
Hastuti, Erlina Dwi. 2017. Hubungan Kelelahan Kerja dengan Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pekerja Bagian Lambung di Sebuah Perusahaan Konstruksi Semarang. Departemen Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Idayanti. 2008. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat terhadap Penerapan SOP
Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, Medan: Tesis, Pascasarjana, USU
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Junaidi. 2015. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan, Keselamatan Kerja dengan Kejadian Kecelakaan Kerja pada Tenaga Keperawatan di Ruang Rawat kelas II I RSUD Aceh Tamiang. Tesis: FKM USU
Kepmenkes RI, No. 432 Tahun 2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di Rumah
Sakit. Jakarta. Kemenkes RI. 2010. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasilitas Pelayanan Kesehatn lainnya. Jakarta: Kementrian Kesehatan Kurniawati, W. 2013. Hubungan Praktik Penerapan SOP dan Pemakaian alat
Pelindung Diri (APD) dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Perawat Unit Perinatologi di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal: Fakultas Kesehatan Universitas Dian Semarang
Maria, Silvia. 2015. Kejadian Kecelakaan Kerja Perawat Berdasarkan Tindakan
Tidak Aman. Jurnal: Care Vol. 3 No 2 hal: 9-17 Millah, I. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menggunakan Sabuk
Keselamatan pada Pengemudi Angkutan Umum di Terminal Bus Pulo gadung Tahun 2008. Jakarta: Skripsi Program Kesmas UIN Syahid Jakarta
NIOSH. 2010. Slip, Trip And Fall Prevention For Healthcare Workers. Atlanta:
Centers for Disease Control and Prevention Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Medika OHSA. 2013. Caring for Our Caregivers-Facts about Hospital Worker Safety. USA.
Departement of Labour. Amerika. OHS Body of Knowledge. 2012. Models of Causation Safety. Austaralia: Safety
Institute of Australia Ltd, Tullamarine Permenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66
Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit. Jakarta Permenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 2016 tentang Rencana Aksi Kesehatan Nasional Kesehatan Lanjut usia Tahun 2016-2019, Jakarta
Polit, D. F., & Beck, C. T. 2012.. Nursing: Generating and Assessing Evidence for
Nursing Practice. Ninth Edition
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Putri, Farah Avianti, 2017. Hubungan antara Pengetahuan, Praktik Penerapan SOP, Praktik Penggunaan APD dan Komitmen Pekerja dengan Risiko Kecelakaan Kerja di PT X Tangerang.Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
OHSAS 18001. Jakarta. Dian Rakyat Rara, Ayu. 2008. Penerapan SOP untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerjadi PT.
Wijaya Karya Beton Medan. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan. Indonesia.
Ridley, Jhon. 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : Penerbit Airlangga Rifiani, Nisya dan Sulihandar. 2013. Prinsip-Prinsip Dasar Keperawatan. Jakarta:
Dunia Cerdas. Robbins. 2004. Manajemen, Edisi Ketujuh, Edisi Indonesia, Jilid Kesatu. Jakarta :
PT. Indeks Group Gramedia. Riyadi,S. 2007.Faktor internal dan Eksternal yang Berhubungan dengan Kepatuhan
Operator dalam Mengikuti Prosedur Operasi di industry http://www.binakesehatankerja.com/detail_berita_h.php?id=6
Sahara, A. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Perawat dan
Bidan dalam Penerapan Kewaspadaan Universal/ Kewaspadaan Standar di Rumah Sakit Palang Merah Indonesia Bogor Tahun 2011. lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20288831-S-Ayu%20Sahara.pdf
Sandewa, Shyeila. 2014. Hubungan Perilaku dengan Resiko Kecelakaan Kerja pada
Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Labuang Baji Makassar.STIKES Nani Hasanuddin Makassar
Sarastuti, Dewi. 2016. Analisis Kecelakaan Kerja di Rumah Sakit Universitas Gajah
Mada. Yogyakarta: Publikasi Ilmiah Faklutas Ilmu Kesehatan UGM Sarwono, Jonathan. 2006.Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.Yogyakarta
:Graha Ilmu Sedarmayanti. 2011. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja. Bandung : Mandar Maju Sholihah, Q, Djohan AJ. 2013. K3 RS-Meminimalisasi Kecelakaan dan Penyakit
Akibat Kerja di Rumah Sakit. Malang. Universitas Brawijaya Press
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Siregar, Sari. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Ringan di PT Aqua Golden Missisippi Bekasi. Jakarta: Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : PT
Alfabeta Suma’mur. 2009
. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: CV. Sagung Seto
Tarwaka, 2010. Ergonomi Industri. Surakarta : HARAPAN PRESS Triwibowo dan Pusphandani. 2013. Kesehatan Lingkungan dan K3. Yogyakarta:
Nuha Medika. Tom Christian. 2000. Work Related Sress, Journal Work-Health Organization
University of Nottingham Trisnaningsih, Sri. 2010. Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai
Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Auditor. SNA 10 Makassar
Tukatman. 2015. Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perawat Dalam
Penanganan Pasien di Rumah Sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka. Jurnal: Ners Vol. 10 No. 2 hal 343–347
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Jakarta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, Jakarta. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 2009. Jakarta
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
HUBUNGAN ANTARA PENGAWASAN, PROSEDUR KERJA, DAN KONDISI FISIK TERHADAP TERJADINYA KECELAKAAN KERJA
PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA
TAHUN 2017
I. Identitas Responden
Umur : .........................................................
Jenis Kelamin : ………………………………………
Status Perkawinan : ………………………………………
Pendidikan :……………………………………….
Masa Kerja :……………………………………….
1. Pernyataan Pengawasan
No Pertanyaan Sering Kadang-Kadang
Tidak pernah
1 Sebelum melakukan pergantian shift dilakukan pengarahan terlebih dahulu
2 Pada saat melakukan pelayanan kepada pasien kepala perawat melakukan pengawasan
3 Pengawasan kinerja perawat berdasarkan SOP
4 Pengawasan penggunaan sarung tangan
5 Pengawasan penggunaan sepatu 6 Pengawasan posisi kerja dalam
menagani pasien
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Pernyataan Prosedur Kerja
No Pertanyaan Sering Kadang-Kadang
Tidak pernah
1 Pada saat setelah menyuntik pasien, jarum suntik ditutup kembali dengan cara mengaitkan langsung tutup nal ke jarum suntik
2 Menggunakan sarung tangan
3 Menggunakan sepatu safety
4 Posisi perawat saat mengangkat pasien posisi jongkok
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Pernyataan Kondisi Fisik (Selama 2 bulan terakhir)
No Pertanyaan Sering Kadang-Kadang
Tidak pernah
1 Saya merasa lelah pada saat bekerja
2 Saya merasa sakit kepala pada saat bekerja
3 Jantung berdebar saat saya bekerja
4 Pada saat bekerja saya mengantuk
5 Pada saat bekerja saya mengalami sakit punggung
4. Pernyataan Kecelakaan Kerja (Selama 2 bulan terakhir)
No Pertanyaan Ya Tidak 1 Apakah anda pernah terkilir (keseleo) saat bekerja 2 Apakah anda pernah tertusuk jarum saat menyuntik 3 Apakah anda pernah terpeleset saat bekerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TABEL MASTER DATA HUBUNGAN ANTARA PENGAWASAN, PROSEDUR KERJA DAN KONDISI FISIK
TERHADAP TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA TAHUN 2017
KARAKTERISTIK RESPONDEN
No umur Umur kategori Jenis kelamin Status perkawinan pendidikan Masa kerja Masa kerja kategori 1 38 1 2 2 1 17 3 2 40 1 2 2 1 20 3 3 30 1 2 1 1 2 1 4 45 1 2 2 1 10 2 5 40 1 2 2 1 8 1 6 39 1 2 2 1 8 1 7 37 1 2 2 1 8 1 8 44 1 2 2 3 10 2 9 35 1 2 1 1 5 1 10 39 1 2 2 2 7 1 11 38 1 1 1 1 4 1 12 35 1 2 2 1 5 1 13 29 1 2 2 1 7 1 14 35 1 2 2 1 5 1 15 39 1 2 2 1 10 2 16 34 1 2 2 1 5 1 17 50 2 2 2 0 26 4 18 38 1 2 2 1 5 1 19 35 1 2 2 1 5 1 20 31 1 2 2 1 10 2 21 37 1 2 2 2 8 1 22 40 1 2 2 1 19 3 23 30 1 2 1 1 5 1 24 38 1 2 2 2 7 1 25 45 1 2 2 1 20 3 26 49 2 2 2 1 15 2 27 30 1 2 1 1 4 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28 40 1 1 2 1 10 2 29 28 1 2 1 1 2 1 30 30 1 1 1 1 3 1 31 45 1 1 2 1 10 2 32 55 2 2 2 3 25 4 33 32 1 2 1 1 2 1 34 24 1 1 1 1 2 1 35 37 1 1 2 2 5 1 36 45 1 2 2 2 15 2 37 47 2 2 2 3 25 4 38 37 1 1 1 1 5 1 39 52 2 2 2 0 38 5 40 30 1 2 1 1 3 1 41 45 1 1 2 1 10 2 42 30 1 1 1 1 3 1 43 39 1 1 2 1 9 2 44 37 1 1 1 1 10 2 45 35 1 1 2 2 5 1 46 40 1 2 2 1 12 2 47 34 1 2 2 2 8 1 48 27 1 2 2 2 2 1 49 45 1 2 2 1 8 1 50 30 1 2 1 1 5 1 51 27 1 2 2 1 2 1 52 37 1 2 2 1 10 2 53 33 1 1 1 1 3 1 54 33 1 1 1 1 10 2 55 43 1 2 2 1 15 2 56 39 1 1 2 2 8 1 57 42 1 2 2 1 14 2 58 32 1 1 1 1 7 1 59 39 1 2 2 1 7 1 60 33 1 2 2 1 5 1 61 36 1 2 2 2 7 1 62 38 1 2 2 2 10 2 63 35 1 1 2 1 8 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64 37 1 2 2 1 10 2 65 41 1 2 2 1 12 2 66 37 1 2 2 1 8 1 67 32 1 1 1 2 9 2 68 28 1 1 1 1 3 1 69 38 1 2 2 2 8 1 70 31 1 2 2 1 4 1 71 37 1 1 2 1 9 2 72 29 1 2 2 1 4 1 73 36 1 2 2 1 5 1 74 38 1 2 2 1 7 1 75 39 1 1 2 2 6 1 76 37 1 2 2 2 4 1 77 35 1 2 2 1 8 1 78 35 1 1 2 1 6 1 79 36 1 2 2 2 11 2 80 37 1 2 2 2 8 1 81 38 1 2 2 1 8 1 82 32 1 1 1 2 5 1 83 30 1 2 2 1 4 1 84 35 1 1 2 1 9 2 85 33 1 2 1 1 8 1 86 36 1 2 2 2 5 1 87 45 1 1 1 1 14 2 88 29 1 2 1 1 4 1 89 25 1 1 1 2 2 1 90 37 1 2 2 2 4 1 91 37 1 1 1 1 5 1 92 35 1 2 2 2 8 1 93 38 1 2 2 2 10 2 94 36 1 2 2 1 8 1 95 36 1 2 2 2 9 2 96 33 1 2 1 1 4 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JAWABAN KUESIONER PENGAWASAN, PROSEDUR KERJA, KONDISI FISIK, KECELAKAAN no Pengawasan Prosedur Kerja Kondisi Fisik Keseleo tertusuk Terpleset Kecelakaan 1 2 3 4 5 6 T Kat S 1 2 3 4 T Kat S 1 2 3 4 5 T Kat S 1 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 2 3 2 3 3 3 3 17 B 3 3 3 3 1 7 B 3 3 3 3 2 2 10 B 1 1 1 1 1 3 3 2 3 3 3 3 17 B 3 3 3 2 1 9 CB 2 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 4 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 5 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 2 3 3 11 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 6 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 7 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 8 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 2 3 3 11 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 9 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 10 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 2 3 3 11 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 11 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 2 3 11 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 12 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 13 3 2 3 3 3 3 17 B 3 3 3 3 2 11 B 3 2 3 2 2 2 11 CB 2 2 2 2 2 14 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 2 3 11 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 15 3 2 3 3 3 3 17 B 3 3 2 3 2 10 B 3 3 2 3 2 3 13 B 3 1 1 1 1 16 3 2 3 3 3 3 17 B 3 3 3 2 1 9 CB 2 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 17 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 2 2 2 2 2 10 CB 2 1 1 1 1 18 3 2 3 3 3 3 17 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 19 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 2 3 3 11 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 20 3 3 3 3 2 3 17 B 3 3 3 2 2 10 B 3 3 2 2 2 3 11 CB 2 2 2 2 2 21 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 2 3 2 2 2 11 CB 2 2 2 1 2 22 3 2 3 3 3 3 17 B 3 3 3 2 1 9 CB 2 2 3 3 3 3 14 B 3 1 1 1 1 23 3 2 3 3 3 3 17 B 3 3 3 2 1 9 CB 2 3 2 3 3 2 13 B 3 1 1 1 1 24 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 2 3 3 11 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 25 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 2 11 B 3 2 2 2 2 2 10 CB 2 2 2 2 2 26 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 2 3 3 11 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 27 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 2 3 2 10 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 28 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 2 3 3 11 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 29 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 30 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 2 3 3 11 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 32 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 33 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 34 3 2 3 3 3 3 17 B 3 3 3 3 2 11 B 3 2 3 2 2 2 11 CB 2 2 2 2 2 35 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 2 2 10 B 3 3 3 3 2 2 13 B 3 1 1 1 1 36 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 37 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 38 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 1 1 3 3 11 CB 2 2 2 1 2 39 3 2 3 3 3 3 17 B 3 3 3 3 1 10 B 3 2 3 3 3 3 14 B 3 1 1 1 1 40 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 2 11 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 41 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 1 1 11 CB 2 1 1 1 1 42 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 2 3 3 11 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 43 3 3 3 3 3 3 18 B 3 2 3 3 3 11 B 3 2 2 2 2 2 10 CB 2 1 1 1 1 44 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 2 2 2 2 45 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 46 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 47 3 2 3 2 2 3 14 CB 2 3 2 2 1 8 CB 2 2 2 3 1 2 10 CB 2 2 1 2 2 48 3 2 3 3 3 3 17 B 3 3 3 2 1 9 CB 2 3 3 3 2 3 14 B 3 1 1 1 1 49 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 50 3 2 3 3 3 3 17 B 3 3 3 2 1 9 CB 2 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 51 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 2 3 3 11 B 3 3 3 1 1 3 11 CB 2 1 1 1 1 52 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 53 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 54 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 55 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 56 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 57 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 58 3 3 3 2 1 2 14 CB 2 3 2 2 1 8 CB 2 2 2 3 2 2 11 CB 2 2 2 2 2 59 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 60 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 61 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 62 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 63 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 64 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
65 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 66 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 67 3 3 3 3 2 3 17 B 3 3 3 3 1 10 B 3 2 2 2 2 2 10 CB 2 2 2 1 2 68 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 69 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 2 2 1 2 70 3 3 2 2 1 2 14 CB 2 2 2 1 1 6 KB 1 1 2 1 1 2 5 KB 1 2 2 2 2 71 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 72 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 73 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 74 3 3 3 3 3 2 17 B 3 3 3 3 2 11 B 2 2 2 2 2 2 10 CB 2 1 1 1 1 75 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 76 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 77 2 2 2 2 2 2 12 CB 2 2 2 2 3 9 CB 2 1 2 1 2 1 7 KB 1 2 1 1 2 78 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 79 2 2 2 2 2 2 12 CB 2 2 2 2 3 9 CB 2 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 2 2 80 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 81 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 2 3 11 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 82 2 2 2 2 2 2 12 CB 2 3 1 2 2 8 CB 2 3 3 3 3 3 15 B 3 1 2 1 2 83 3 2 3 3 3 3 17 B 3 3 3 3 1 10 B 3 2 2 3 2 2 11 CB 2 1 1 1 1 84 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 85 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 86 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 87 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 88 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 2 2 1 2 89 3 2 3 3 3 3 17 B 3 3 3 3 3 12 B 3 2 3 3 1 3 12 CB 2 2 1 1 2 90 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 91 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 92 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 93 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 94 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 95 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1 96 3 3 3 3 3 3 18 B 3 3 3 3 3 12 B 3 3 3 3 3 3 15 B 3 1 1 1 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Keterangan: B: Baik CB: Cukup Baik KB: Kurang Baik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
OUTPUT SPSS Univariat
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 24-45 tahun 91 94.8 94.8 94.8
46-55 tahun 5 5.2 5.2 100.0 Total 96 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Laki-laki 27 28.1 28.1 28.1
Perempuan 69 71.9 71.9 100.0 Total 96 100.0 100.0
Status Pernikahan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Belum menikah 26 27.1 27.1 27.1
Menikah 70 72.9 72.9 100.0 Total 96 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid SPK 2 2.1 2.1 2.1
D3 Keperawatan 67 69.8 69.8 71.9 S1-Ners 24 25.0 25.0 96.9 S2-Keperawatan 3 3.1 3.1 100.0 Total 96 100.0 100.0
Masa Kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 2-8 tahun 62 64.6 64.6 64.6
9-15 tahun 26 27.1 27.1 91.7 16-23 tahun 4 4.2 4.2 95.8 24-31 tahun 3 3.1 3.1 99.0 32-38 tahun 1 1.0 1.0 100.0 Total 96 100.0 100.0
Pertanyaan Pengawasan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sebelum melakukan pergantian shift dilakukan pengarahan terlebih dahulu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Kadang 3 3.1 3.1 3.1
Selalu 93 96.9 96.9 100.0 Total 96 100.0 100.0
Pada saat melakukan pelayanan kepada pasien kepala perawat melakukan
pengawasan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Kadang 16 16.7 16.7 16.7
Selalu 80 83.3 83.3 100.0 Total 96 100.0 100.0
Pengawasan kinerja perawat berdasarkan SOP
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Kadang 3 3.1 3.1 3.1
Selalu 93 96.9 96.9 100.0 Total 96 100.0 100.0
Pengawasan Penggunaan sarung tangan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Kadang 5 5.2 5.2 5.2
Selalu 91 94.8 94.8 100.0 Total 96 100.0 100.0
Pengawasan penggunaan sepatu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Tidak Pernah 2 2.1 2.1 2.1
Kadang 6 6.3 6.3 8.3 Selalu 88 91.7 91.7 100.0 Total 96 100.0 100.0
Pengawasan posisi kerja dalam menangani pasien
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Kadang 4 4.2 4.2 4.2
Selalu 92 95.8 95.8 100.0 Total 96 100.0 100.0
Katagori Pengawasan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pengawasan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Cukup Baik 6 6.3 6.3 6.3
Baik 90 93.8 93.8 100.0 Total 96 100.0 100.0
Pertanyaan Prosedur Kerja
Setelah menyuntik jarum suntik ditutup kembali
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Kadang-kadang 3 3.1 3.1 3.1
Sering 93 96.9 96.9 100.0 Total 96 100.0 100.0
Menggunakan sarung tangan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Kadang-kadang 17 17.7 17.7 17.7
Sering 79 82.3 82.3 100.0 Total 96 100.0 100.0
Menggunakan sepatu safety
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Tidak pernah 1 1.0 1.0 1.0
Kadang-kadang 16 16.7 16.7 17.7 Sering 79 82.3 82.3 100.0 Total 96 100.0 100.0
Posisi perawat saat mengangkat pasien poisis jongkok
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Tidak pernah 13 13.5 13.5 13.5
Kadang-kadang 10 10.4 10.4 24.0 Sering 73 76.0 76.0 100.0 Total 96 100.0 100.0
Katagori Prosedur Kerja
Prosedur Kerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Kurang Baik 1 1.0 1.0 1.0
Cukup Baik 12 12.5 12.5 13.5 Baik 83 86.5 86.5 100.0 Total 96 100.0 100.0
Pertanyaan Kondisi Kerja
Merasa lelah pada saat bekerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Selalu 1 1.0 1.0 1.0
Kadang-kadang 15 15.6 15.6 16.7 Tidak Pernah 80 83.3 83.3 100.0 Total 96 100.0 100.0
Merasa sakit kepala pada saat bekerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Selalu 1 1.0 1.0 1.0
Kadang-kadang 13 13.5 13.5 14.6 Tidak Pernah 82 85.4 85.4 100.0 Total 96 100.0 100.0
Jantung berdebar pada saat bekerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Selalu 3 3.1 3.1 3.1
Kadang-kadang 9 9.4 9.4 12.5 Tidak Pernah 84 87.5 87.5 100.0 Total 96 100.0 100.0
Pada saat bekerja mengantuk
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Selalu 5 5.2 5.2 5.2
Kadang-kadang 16 16.7 16.7 21.9 Tidak Pernah 75 78.1 78.1 100.0 Total 96 100.0 100.0
Pada saat bekerja mengalami sakit punggung
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Valid Selalu 2 2.1 2.1 2.1 Kadang-kadang 15 15.6 15.6 17.7 Tidak Pernah 79 82.3 82.3 100.0 Total 96 100.0 100.0
Pada saat bekerja mengalami sakit punggung
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Selalu 2 2.1 2.1 2.1
Kadang-kadang 15 15.6 15.6 17.7 Tidak Pernah 79 82.3 82.3 100.0 Total 96 100.0 100.0
Katagori Kondisi Fisik
Kondisi Fisik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Kurang Baik 4 4.2 4.2 4.2
Cukup Baik 16 16.7 16.7 20.8 Baik 76 79.2 79.2 100.0 Total 96 100.0 100.0
Pertanyaan Kecelakaan Kerja
Pernah keseleo saat bekerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Tidak 82 85.4 85.4 85.4
Ya 14 14.6 14.6 100.0
Total 96 100.0 100.0
Pernah tertusuk jarum saat menyuntik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Tidak 81 84.4 84.4 84.4
Ya 15 15.6 15.6 100.0
Total 96 100.0 100.0
Pernah terpleset saat bekerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Tidak 86 89.6 89.6 89.6
Ya 10 10.4 10.4 100.0
Total 96 100.0 100.0
Kecelakaan Kerja
Freque
ncy Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
Valid Tidak Kecelakaan 79 82.3 82.3 82.3
Kecelakaan Kerja 17 17.7 17.7 100.0
Total 96 100.0 100.0
Bivariat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pengawasan * Kecelakaan Kerja
Crosstab
Kecelakaan Kerja
Total Tidak
Kecelakaan Kecelakaan
Kerja Pengawasan Cukup
Baik Count 0 6 6 % within Pengawasan 0.0% 100.0% 100.0% % within Kecelakaan Kerja 0.0% 35.3% 6.3% % of Total 0.0% 6.3% 6.3%
Baik Count 79 11 90 % within Pengawasan 87.8% 12.2% 100.0% % within Kecelakaan Kerja 100.0% 64.7% 93.8% % of Total 82.3% 11.5% 93.8%
Total Count 79 17 96 % within Pengawasan 82.3% 17.7% 100.0% % within Kecelakaan Kerja 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 82.3% 17.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic Significance (2-
sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 29.741 1 a .000 Continuity Correction 24.023 b 1 .000 Likelihood Ratio 22.814 1 .000 Fisher's Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear Association 29.431 1 .000
N of Valid Cases 96 a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.06. b. Computed only for a 2x2 table
Prosedur Kerja * Kecelakaan Kerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Crosstab
Kecelakaan Kerja
Total Tidak
Kecelakaan Kecelakaan
Kerja Prosedur Kerja
Kurang Baik Count 0 1 1 % within Prosedur Kerja 0.0% 100.0% 100.0% % within Kecelakaan Kerja 0.0% 5.9% 1.0% % of Total 0.0% 1.0% 1.0%
Cukup Baik Count 7 5 12 % within Prosedur Kerja 58.3% 41.7% 100.0% % within Kecelakaan Kerja 8.9% 29.4% 12.5% % of Total 7.3% 5.2% 12.5%
Baik Count 72 11 83 % within Prosedur Kerja 86.7% 13.3% 100.0% % within Kecelakaan Kerja 91.1% 64.7% 86.5% % of Total 75.0% 11.5% 86.5%
Total Count 79 17 96 % within Prosedur Kerja 82.3% 17.7% 100.0% % within Kecelakaan Kerja 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 82.3% 17.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic Significance (2-
sided) Pearson Chi-Square 10.504 2 a .005 Likelihood Ratio 8.418 2 .015 Linear-by-Linear Association 9.943 1 .002
N of Valid Cases 96 a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .18.
Kondisi Fisik * Kecelakaan Kerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Crosstab
Kecelakaan Kerja
Total Tidak
Kecelakaan Kecelakaan
Kerja Kondisi Fisik
Kurang Baik Count 2 2 4 % within Kondisi Fisik 50.0% 50.0% 100.0% % within Kecelakaan Kerja 2.5% 11.8% 4.2% % of Total 2.1% 2.1% 4.2%
Cukup Baik Count 6 10 16 % within Kondisi Fisik 37.5% 62.5% 100.0% % within Kecelakaan Kerja 7.6% 58.8% 16.7% % of Total 6.3% 10.4% 16.7%
Baik Count 71 5 76 % within Kondisi Fisik 93.4% 6.6% 100.0% % within Kecelakaan Kerja 89.9% 29.4% 79.2% % of Total 74.0% 5.2% 79.2%
Total Count 79 17 96 % within Kondisi Fisik 82.3% 17.7% 100.0% % within Kecelakaan Kerja 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 82.3% 17.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic Significance (2-
sided) Pearson Chi-Square 31.350 2 a .000 Likelihood Ratio 26.061 2 .000 Linear-by-Linear Association 24.829 1 .000
N of Valid Cases 96 a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .71.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA