Upload
fareed84
View
475
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kacang tunggak yang dikenal pula sebagai kacang tolo atau kacang dadap
merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang sudah lama ditanam di
Indonesia, tetapi belum dibudidayakan secara luas dan belum dijadikan komoditas
komersial oleh petani (Rukmana dan Oesman, 2000). Tanaman ini mampu
tumbuh dan berproduksi pada kisaran lingkungan yang luas, yaitu dari daerah
yang beriklim kering-basah, dataran rendah-dataran tinggi, daerah subtropis-
tropis dan keragaman lingkungan lainnya.
Kacang tunggak merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang
mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan di NTT, sebab adaptasinya
sangat sesuai dengan karakteristik agroklimat yang ada. Sifat-sifat unggul kacang
tunggak jika dibandingkan dengan jenis kacang-kacangan lainnya adalah mudah
dibudidayakan, toleran terhadap kekeringan, cepat menghasilkan, tahan terhadap
hama penyakit, dan dapat digunakan sebagai pemenuh kebutuhan akan kacang-
kacangan (Rukmana dan Oesman, 2000).
Kondisi NTT yang sebagian besar adalah daerah lahan kering sehingga
efisiensi penggunaan air sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan kacang tunggak.
Tanaman sangat memerlukan air yang cukup pada periode perkecambahan benih,
pembungaan dan pembesaran buah. Kadar air tanah tidak boleh kurang dari 50%.
Penyiraman merupakan salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut dan
1
meningkatkan produksi kacang tunggak. Penyiraman air akan sangat menentukan
Kandungan air tanah yang akan diserap oleh tanaman sangat ditentukan oleh
penyiraman air dan selang waktu penyiraman sangat mempengaruhi kualitas hasil
buah kacang tunggak (Pitojo, 2004).
Produktivitas kacang tunggak ditentukan oleh beberapa faktor penentu
yakni faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan diantaranya adalah
tingkat pemberian air yang belum merata. Kondisi demikian dapat dibantu dengan
teknologi penyiraman guna memenuhi kebutuhan air tanaman kacang tunggak.
Kebiasaan petani NTT melakukan penanaman kacang tunggak masih
diusahakan dalam skala kecil atau hanya sebagai tanaman sampingan, umumnya
ditanam dalam sistem tanam tumpangsari dengan tanaman-tanaman lain tanpa
input teknologi yang memadai sehingga pemberian air pada tanaman tidak merata
dan tidak mencukupi kebutuhan tanaman kacang tunggak, untuk itu dibutuhkan
pemanfaatan air bagi tanaman kacang tunggak selama masa pertumbuhan dan
perkembangannya. Penyiraman dengan interval waktu yang berbeda penting
untuk diterapkan di daerah NTT guna mengetahui kebutuhan air bagi tanaman
kacang tunggak. Pengetahuan masyarakat tentang “Pengaruh Interval Waktu
Penyiraman Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tunggak” masih
sangat kurang, sehingga perlu kiranya penelitian ini untuk dilakukan.
2
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh interval
waktu penyiraman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tunggak serta
mendapatkan pemberian air yang memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik dari
kacang tunggak.
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan menjadi bahan informasi
tambahan bagi pengemban budidaya tanaman kacang tunggak, penelitian lanjutan,
pemulia tanaman dan semua pihak yang membutuhkannya.
1.3 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat satu perlakuan dari interval waktu
penyiraman yang memberikan pertumbuhan dan hasil kacang tunggak terbaik.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kacang tunggak berasal dari Afrika. Di Afrika barat, kacang
tunggak dimanfaatkan sebagai bahan sayuran. Saat ini penanaman kacang tunggak
meluas ke daerah-daerah tropis dan subtropis.
2.1 Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak
Kedudukan tanaman kacang tunggak dalam tata nama (taksonomi)
menurut Hanum (1997) dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom
plantarum, Phyllum spermatophyta, Kelas angiospermae, Sub kelas dcotyledonae
dan Ordo leguminales. Tanaman ini termasuk dalam Famili leguminoceae
(papilionaceae), Genus vigna, dan Spesies Vigna unguiculata (L.) Walp.
Kacang tunggak memiliki ciri polongnya tegak ke atas dan kaku.
Penampilan visual kacang tunggak hampir sama dengan tanaman kacang panjang,
namun beberapa dijumpai tidak merambat. Batangnya lebih pendek dan berbuku-
buku. Daunnya agak kasar, melekat pada tangkai daun yang agak panjang, dengan
posisi daun bersusun tiga. Bunga berbentuk seperti kupu-kupu, terletak pada
ujung tangkai yang panjang. Buah kacang tunggak berukuran lebih kurang 10 cm,
berbentuk polong berwarna hijau, dan kaku. Biji kacang tunggak berbentuk
bulat panjang, agak pipih dengan ukuran 4 mm - 6 mm x 7 mm - 8 mm, dan
berwarna kuning kecokelat-cokelatan (Rukmana dan Oesman, 2000).
Akar tanaman kacang tunggak menyebar pada kedalaman tanah antara
30 cm - 60 cm. Sifat penting dari akar tanaman kacang tunggak adalah dapat
4
bersimbiosis dengan bakteri rhizobium sp., untuk mengikat nitrogen bebas (N2)
dari udara yang kemudian di bentuk menjadi nodula-nodula (bintil-bintil) akar.
Menurut Rukmana dan Oesman (2000), bahwa hasil penelitian para ahli pertanian
menunjukan tiap hektar kacang tunggak dapat menghasilkan 198 kg nodula/tahun,
setara dengan 440 kg urea. Menanam kacang tunggak dapat memberikan dua
manfaat bagi tanah yaitu sebagai penutup tanah (vegetasi) tanah pengendali erosi
dan penghasil nodulu akar sebagai sumber nitrogen penyubur tanah. Penelitian
dan pengembangan kacang tunggak antara lain untuk menghasilkan varietas
unggul, yaitu varietas yang memiliki daya hasil tinggi, berumur pendek (genjah),
dan toleran terhadap penyakit bercak daun serta virus CMMV (Cowpea Mild
Mottle Virus). Perbaikan varietas kacang tunggak dilakukan melalui persilangan,
seleksi dan evaluasi terhadap varietas introduksi maupun varietas lokal.
2.2 Syarat Tumbuh Kacang Tunggak
Tanaman kacang tunggak mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap
lingkungan tumbuh. Tanaman kacang tunggak dapat tumbuh dan berproduksi baik
di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian kurang lebih 1500 m di
atas permukaan laut (dpl). Meski demikian, daerah yang paling cocok untuk
menghasilkan produksi yang optimal adalah dataran rendah sampai ketinggian
500 m dpl. Keadaan daerah yang mendukung pertumbuhan dan optimalisasi
produksi kacang tunggak adalah yang mempunyai suhu udara 200 C-250 C,
kelembaban udara 50%-80%, curah hujan antara 600 mm-1.500 mm/tahun, dan
cukup mendapat sinar matahari (Rukmana dan Oesman, 2000).
5
Tanaman kacang tunggak tahan terhadap kekeringan, sehingga cocok
dikembangkan di lahan kering (tegalan) dan lahan sawah tadah hujan,
dibandingkan dengan jenis kacang-kacangan lainnya. Tanaman kacang tunggak
memiliki kelebihan, yaitu dapat tumbuh diberbagi jenis tanah, termasuk tanah
yang asam dan kering. namun, kondisi tanah yang paling ideal bagi pertumbuhan
kacang tunggak adalah tanah yang porus, banyak mengandung bahan organik
(humus), dapat menahan kelembapan tanah, dan mempunyai pH tanah 5,5 - 6,5
(Rukmana dan Oesman, 2000).
2.3 Manfaat dan Kandungan Gizi Kacang Tunggak
Kacang tunggak dapat dikonsumsi pada setiap tahap pertumbuhannya
sebagai sayuran. Daunnya yang bertekstur lembut merupakan sumber makanan
penting di Afrika dan disajikan sebagai sayuran hijau seperti bayam. Polong
mudanya seringkali dicampur dengan bahan makanan lainnya. biji kacang tunggak
yang berwarna hijau biasa direbus sebagai sayuran segar, atau juga dapat dikemas
dalam kaleng atau dibekukan. Biji kering yang telah matang pun dapat direbus
ataupun diolah sebagai bahan-bahan makanan kalengan (Davis, 1991)
Biji kacang tunggak yang telah matang pada pengukuran 100 g
mengandung 10 g air, 22 g protein, 1,4 g lemak, 51 g karbohidrat, 3,7 g vitamin,
3,7 g karbon, 104 mg kalsium dan nutrisi lainnya. Energi yang dihasilkannya
sekitarnya sekitar 1420 kj/100 g. Pada biji yang masih muda dalam 100 g
mengandung 88,3 air, 3 g protein, 0,2 g lemak, 7,9 g karbohidrat, 1,6 vitamin, 0,6
karbon, dan energi yang dihasilkannya sekitar 155 kj/100 g (Van der Maesen dan
Somaatmaja, 1993).
6
2.4 Hubungan Air dengan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang baik tidak terlepas dari
sifat genetiknya dan faktor lingkungan dimana tanaman itu tumbuh. Faktor
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
dibedakan atas lingkungan biotik dan abiotik. Lingkungan abiotik dapat dibagi
atas beberapa faktor, yaitu : suhu, air, cahaya, tanah dan atmosfir (Ismal,1979).
Air merupakan faktor utama yang sangat penting. Tanaman tidak akan
dapat hidup tanpa air, karena air adalah matrik dari kehidupan, bahkan makhluk
lain akan punah tanpa air (Haryati, 2003).
Pentingnya air bagi tumbuh-tumbuhan yakni bagian dari protoplasma (85-
90%) dari berat keseluruhan bagian hijau tumbuh-tumbuhan (jaringan yang
sedang tumbuh) adalah air. Air merupakan reagen yang penting dalam proses-
proses fotosintesa dan dalam proses-proses hidrolik serta pelarut dari garam-
garam, gas-gas dan material-material yang bergerak kedalam tumbuh-tumbuhan,
melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin adanya turgiditas,
pertumbuhan sel, stabilitas bentuk daun, proses membuka dan menutupnya
stomata, kelangsungan gerak struktur tumbuh-tumbuhan (Ismal, 1979).
Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis,
sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terus-
menerus akan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada
gilirannya tanaman akan mati. Kebutuhan air bagi tanaman dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain jenis tanaman dalam hubungannya dengan tipe dan
perkembangannya, kadar air tanah dan kondisi cuaca (Fitter dan Hay, 1981).
7
Air tanah harus tersedia pada saat tanaman memerlukannya, karena air
memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Air
dalam tubuh tanaman merupakan komponen terbesar penyusun jaringan tanaman
yang berperan dalam mempengaruhi kebutuhan fisiologisnya. Disamping itu air
dalam tanah berfungsi sebagai pelarut dalam mengangkut unsur hara bagi tubuh
tanaman (Hakim, dkk, 1986).
Tanaman akan mampu tumbuh dengan baik bila kebutuhan airnya dapat
terpenuhi dalam jumlah dan waktu yang tepat, serta unsur hara, CO2, temperatur
dan sinar matahari yang tersedia mencukupi. Jika tanaman kekurangan air, maka
proses pertumbuhan terhambat dan hasil akan menurun (Lubis, 2000).
Pertumbuhan dan perkembangan kacang tunggak pada masa vegetatif
menuju fase generatif perlu diperhatikan untuk mendapatkan produksi yang
maksimal. Fase vegetatif sangat menentukan hasil panen yang akan dicapai,
beberapa komponen pertumbuhan vegetatif perlu dikaji dalam kaitannya dengan
sumbangan masing-masing komponen terhadap pertumbuhan biomassa, masa
transisi, dan memasuki fase generatif. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
kita melakukan perlakuan-perlakuan untuk menstabilkan hasil dan meningkatkan
produktivitas tanaman dengan mengatur pertumbuhan yang disesuaikan dengan
pola tumbuh, kondisi iklim dan tuntutan terhadap kebutuhan air (Rita, 1998).
Tanaman apabila mendapatkan cekaman air berkepanjangan maka
tanaman tersebut akhirnya akan mati, tetapi jika memperoleh air kembali sebelum
mencapai titik layu permanen, maka tanaman masih mungkin dapat melanjutkan
pertumbuhannya (Sutoro, Iskandar dan Susanto, 1989).
8
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan kering milik petani di Kelurahan
Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang dan penelitian ini
berlangsung pada bulan Juli – bulan November 2008.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang tunggak
lokal, Pestisida (Furadan 3G, Curacron dan BayCarb) air, pupuk kandang, pupuk
Urea, SP-36 dan KCl.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah parang, linggis, hand
traktor, cangkul, ember, gembor, alat tugal, tali rafia, meteran, knapsack,
timbangan analitik, papan label, plastik sil/plastik obat, ajir dan alat tulis menulis.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Rancangan Rencana Penelitian
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan rancangan dasar acak kelompok
(RAK) yang merupakan perlakuan yang dikaji dalam paket pemberian air.
Adapun perlakuan yang dicobakan adalah sebagai berikut :
A1 = Penyiraman setiap hari
A2 = Penyiraman setiap dua hari sekali
9
A3 = Penyiraman setiap tiga hari sekali
A4 = Penyiraman setiap empat hari sekali
A5 = Penyiraman setiap lima hari sekali
Dengan demikian terdapat lima perlakuan. Masing-masing perlakuan
dikelompokkan ke dalam lima kelompok atas dasar arah datangnya sinar matahari,
sehingga total satuan percobaan menjadi 25 petak percobaan yang mana
penempatan perlakuannya dilakukan secara acak dengan penarikan lotre.
3.3.2 Model dan Analisis Data
Model linear yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK)
menurut Yitnosumarno (1993) adalah :
Yij = µ + σi + ßj + εij
Keterangan :
Yij : Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan kelompok ke-j.
µ : Nilai tengah populasi
σi : Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i (i = 1, 2, 3, 4 dan 5)
ßj : Pengaruh dari kelompok ke-j (j = 1, 2, 3, 4 dan 5)
εij : Pengaruh galat percobaan untuk perlakuan ke-i dan kelompok
ke-j
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam mengikuti
rancangan percobaan yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
perlakuan. Jika ada pengaruh yang signifikan maka dilanjutkan dengan uji
Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %.
10
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Persiapan Lahan
Lahan yang digunakan adalah lahan kering yang sebelumnya telah
ditanami beberapa sayuran. Pengolahan lahan dilakukan dengan pembersihan
lokasi penanaman yang diikuti dengan pembuatan bedeng dengan ukuran 0,75 m x
4 m dengan jumlah bedeng sebanyak 25 unit. Jarak antara petak satu dengan petak
yang lainnya adalah 50 cm.
3.4.2 Penanaman
Penanaman dilakukan setelah pengolahan lahan. Tanaman kacang tunggak
yang diteliti merupakan tanaman asal pulau Timor yang belum diteliti secara
lanjut. Pada setiap petak terdiri dari 20 lubang tanam. Benih kacang tunggak
ditanam dengan cara ditugal sedalam 3-4 cm, jumlah benih tiap lubang tanam 2-3
biji, sebelum biji ditanam terlebih dahulu lubang tanam diberi furadan 3G. Jarak
tanam dalam baris adalah 40 cm x 40 cm.
3.4.3 Pemeliharaan
1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada sore hari dengan volume air yang dibutuhkan
tanaman sesuai fase pertumbuhan tanaman kacang tunggak. Waktu
penyiramannya disesuaikan dengan perlakuan. Adapun kebutuhan air tanaman
ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
ETm = ETo x Kc x Luas Petak,
Dimana :
11
ETm : Evapotranspirasi maksimum (kebutuhan air tanaman)
Eto : Nilai Evaporasi panci selama musim kemarau yang dicatat pada
Stasiun Klimatologi Lasiana.
Kc : Koefisien Tanaman
Luas Petak : Panjang x Lebar
Hasil perhitungan kebutuhan air tanaman disajikan pada (Lampiran 2).
2. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik kotoran sapi 5
ton/ha atau setara dengan 1,5 kg/petak dan pupuk anorganik dengan dosis pupuk
urea 50 kg/ha atau setara 15 g/petak, SP-36 100 kg/ha atau setara 30 g/petak dan
KCl 100 kg/ha setara dengan 30 g/petak. Pemupukan diberikan pada saat 14 hari
setelah tanam (HST). Pemberian pupuk Urea, SP-36 dan KCl dilakukan sesuai
dosis yang dibutuhkan oleh tanaman dengan cara di benamkan dalam larikan
setiap tanaman sedalam 3 cm.
3. Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada interval waktu tujuah hari setelah tanam
dengan melihat kondisi tanaman yang mati ataupun tanaman kurang subur/sehat.
4. Penjarangan
Penjarangan dilakukan pada saat tanaman telah berumur 14 hari setelah
tanam (HST). Penjarangan dilakukan dengan menggunting tanaman pada pangkal
batang yang berada di atas tanah dan menyisakan satu tanaman terbaik sehingga
tidak mengganggu perakaran tanaman yang tersisa.
5. Penyiangan
12
Penyiangan dilakukan ketika gulma terlihat mulai tumbuh yaitu dengan
mencabut tanaman pengganggu yang berada di sekitar tanaman kacang tunggak
yang dapat menghambat laju pertumbuhan tanaman kacang tunggak.
6. Pengajiran (Tiang rambat)
Pengajiran dilakukan pada umur 28 hari setelah tanam (HST). Pengajiran
bertujuan untuk menopang tanaman kacang tunggak yang tumbuh menjalar.
7. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan
pestisida yang disesuaikan dengan hama dan patogen yang menyerang tanaman
kacang tunggak. Pestisida yang digunakan adalah Curacron dan Bay-Carb sebagai
pengendali hama kutu hitam (Aphis carccivora) yang menyerang tanaman kacang
tunggak dan Furadan 3G digunakan untuk menghindari dari serangan semut.
Pestisida Curacron diberikan pada saat tanaman berumur 28 HST dan 42 HST,
sedangkan Bay-Carb digunakan pada saat tanaman berumur 49 HST.
3.4.4 Pemanenan
Pemanenan kacang tunggak dilakukan pada umur 77 HST dimana polong
tanaman telah matang yang ditandai dengan warna polong yang berwarna coklat
muda.
3.4.5 Pengamatan
Pengamatan pertumbuhan dimulai pada saat tanaman berumur 21 hari setelah
tanam (HST) yang berlangsung sampai umur berbunga yaitu 49 HST. Pengamatan
jumlah polong, bobot biji per petak dan bobot 100 biji per petak diamati saat
tanaman berumur 49 HST.
13
Adapun yang menjadi variabel pengamatan pada penelitian kacang tunggak ini
meliputi:
a) Tinggi tanaman (cm)
Menghitung mulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh. Pengukuran
dilakukan pada umur 21 hingga 49 HST dengan interval pengamatan dua
minggu sekali.
b) Jumlah daun (helai)
Menghitung jumlah daun dari setiap tanaman. Saat pengukuran dan interval
pengamatannya sama dengan pengamatan tinggi tanaman.
c) Jumlah cabang
Menghitung jumlah cabang dari setiap tanaman. Saat pengukuran dan interval
pengamatannya sama dengan pengamatan tinggi tanaman
d) Jumlah polong per tanaman.
Menghitung jumlah polong matang dari masing-masing tanaman pada setiap
petak.
e) Bobot biji per petak (g)
Menimbang bobot biji yang dihasilkan dari setiap petak.
f) Bobot 100 biji per petak (g)
Menghitung bobot 100 biji kering dari setiap petak.
3.4.6 Analisis tanah awal dan akhir penelitian
14
Analisis tanah awal dan analisis tanah akhir merupakan analisis kandungan
hara tanah (N,P,K) yang dilakukan sebelum penelitian dan sesudah penelitian.
Tanah yang digunakan adalah tanah vertisol, diambil secara komposit lalu
dianalisis pada laboratorium kimia tanah dan BPTP Naibonat. Hasil analisis tanah
awal dan akhir penelitian akan digunakan untuk mengamati kandungan air yang
ada di dalam tanah.
BAB IV
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengamatan Umum
Benih kacang tunggak yang ditanam mulai tumbuh secara merata ke
permukaan tanah pada umur 4 hari setelah benih di tanam (HST). Setelah berumur
14 hari setelah tanam (HST) nampak bahwa pertumbuhannya mulai membaik,
dimana secara visual mulai adanya perbedaan pertumbuhan sesuai dengan
perlakuan-perlakuan yang diberikan.
Benih kacang tunggak yang tidak tumbuh ataupun yang tumbuh tidak
normal dilakukan penyulaman yang dilakukan pada interval waktu dua minggu
setelah tanam. Penjarangan dilakukan dengan menyisakan 1 tanaman yang
terbaik.
Pertumbuhan dan perkembangan kacang tunggak berlangsung secara baik
dan normal, namun pada saat tanaman berumur 28 HST dan 42 HST terserang
hama kutu hitam (Aphis carccivora), untuk mengatasinya diberi pestisida
Curacron sesuai dengan dosis anjuran 10 cc untuk 15 liter air sebanyak 2 kali
dengan interval penyemprotan 14 hari. Kemudian pada saat menjelang panen
hama kutu hitam semakin merajalela, sehingga diberi lagi pestisida Bay-Carb 12
cc untuk 15 liter air sebanyak 1 kali penyemprotan, hingga akhir panen tidak ada
lagi gangguan hama yang sangat berarti pada tanaman kacang tunggak..
Tanaman memasuki fase generatif pada umur 49 HST yang ditandai
dengan munculnya bunga dengan persentase 60%. Pada umur 56 HST tanaman
kacang tunggak telah berbunga 100%. Pemanenan mulai dilakukan pada umur 77
HST.
16
4.2. Pengamatan Utama
4.2.1. Tinggi tanaman (cm)
Hasil analisis varians interval waktu penyiraman terhadap rata-rata tinggi
tanaman kacang tunggak pengamatan I (21 HST) dapat dilihat pada lampiran 3a,
pengamatan II (35 HST) pada lampiran 4a dan pengamatan III (49 HST) pada
lampiran 5a. Pengaruh interval waktu penyiraman tidak mempengaruhi tinggi
tanaman secara nyata pada pengamatan 21 HST, sedangkan pada pengamatan 35
HST dan 49 HST berpengaruh nyata. Rata-rata hasil pengamatan tinggi tanaman
setiap perlakuan disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman kacang tunggak
PerlakuanTinggi Tanaman (cm)
21 HST 35 HST 49 HST
Penyiraman setiap hari 7.91 a 33,79 c 89,40 d
Penyiraman 2 hari sekali 8,10 a 26,47 bc 56,20 c
Penyiraman 3 hari sekali 8,59 a 20,97 ab 43,40 b
Penyiraman 4 hari sekali 8,99 a 17,64 ab 34,60 a
Penyiraman 5 hari sekali 8,69 a 15,03 a 28,00 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji DMRT 0.05
Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil uji lanjut DMRT 5% tidak memberikan
pengaruh yang nyata pada umur 21 HST disebabkan karena pada masa
pertumbuhan tersebut akar-akar tanaman kacang tunggak masih relatif kecil,
sehingga tidak membutuhkan suplai air dalam jumlah yang banyak. Kebutuhan air
pada tanaman kacang tunggak yang relatif sedikit memungkinkan tanaman
17
tersebut tidak berpengaruh besar terhadap interval waktu penyiraman. Penyiraman
yang diberikan dalam jumlah yang banyak hanya akan mengakibatkan terjadinya
evaporasi yang tinggi. Keadaan tersebut nampak terlihat pada perlakuan
penyiraman setiap hari tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan
penyiraman setiap lima hari sekali terhadap pertumbuhan tinggi tanaman pada
umur 21 HST.
Pengamatan 35 HST dan 49 HST telah memberikan pengaruh yang nyata
terhadap tinggi tanaman. Kenyataan ini dipengaruhi oleh semakin bertambah
besar tanaman, maka semakin besar pula kebutuhan air dalam proses pertambahan
tinggi tanaman. Terlihat perlakuan penyiraman lima hari sekali pada pengamatan
35 HST dan 49 HST memberikan pengaruh paling kecil, walaupun tidak berbeda
dengan penyiraman empat hari sekali. Harjadi (1979) menyatakan bahwa
ketersediaan air sangat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman dan
perkembangan jaringan-jaringan meristem pada titik tumbuh tanaman. Keadaan
ini berarti dengan semakin panjang interval waktu penyiraman menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan tinggi tanaman seperti pada penyiraman empat dan
lima hari sekali.
4.2.2. Jumlah daun
Hasil analisis varians interval penyiraman terhadap rata-rata jumlah daun
kacang tunggak pengamatan pertama (21 HST) dapat dilihat pada lampiran 6a,
pengamatan kedua (35 HST) pada lampiran 7a dan pengamatan ketiga (49 HST)
pada lampiran 8a. Pengaruh interval waktu penyiraman tidak mempengaruhi
jumlah daun secara nyata pada pengamatan 21 HST dan 35 HST, sedangkan pada
18
pengamatan 49 HST berpengaruh nyata. Rata-rata hasil pengamatan jumlah daun
setiap perlakuan disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata jumlah daun (helai)
PerlakuanJumlah daun
21 HST 35 HST 49 HST
Penyiraman setiap hari 2,40 a 12,20 a 28,80 b
Penyiraman 2 hari sekali 2,30 a 8,80 a 26,60 b
Penyiraman 3 hari sekali 2,30 a 9,80 a 23,80 b
Penyiraman 4 hari sekali 2,18 a 7,60 a 12,40 a
Penyiraman 5 hari sekali 1,86 a 7,22 a 11,40 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata pada uji DMRT 0.05
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada umur 21 HST dan 35 HST tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun kacang tunggak. Hal ini
mengindikasikan bahwa tanaman tersebut tidak membutuhkan air yang banyak
pada masa pertumbuhan umur 21 HST dan 35 HST dalam proses pembentukan
daun. Kacang tunggak tergolong dalam tanaman yang mempunyai pertumbuhan
yang relatif sedang memungkinkan tanaman tersebut tidak membutuhkan volume
air yang banyak pada masa awal pertumbuhan dalam pembentukan helaian daun.
Pertumbuhan kacang tunggak pada umur 49 HST sudah mulai bertambah,
sehingga pada fase tersebut tanaman membutuhkan suplai air yang cukup dalam
proses fotosintesis untuk membentuk helaian-helaian daun yang baru. Hal ini
terlihat pada perbandingan antara perlakuan penyiraman setiap hari yaitu 28,80
helai yang berbeda nyata dengan perlakuan penyiraman setiap empat hari (12,40
helai) dan lima hari sekali (11,40 helai). Menurut Soemartono (1990) bahwa air
19
sangat dibutuhkan oleh tanaman dalam semua proses fisiologis tanaman termasuk
pembelahan sel dan proses pembentukan daun. Hal ini terlihat pada umur 49 HST
yang berbeda dengan pertumbuhan umur 21 HST dan 35 HST dengan
bertambahnya tinggi tanaman maka semakin besar pula kebutuhan airnya.
4.2.3. Jumlah cabang
Hasil analisis varians interval waktu penyiraman terhadap rata-rata jumlah
cabang kacang tunggak pengamatan pertama (21 HST) dapat dilihat pada
lampiran 9a, dan pengamatan kedua (35 HST) pada lampiran 10a. Pengaruh
interval waktu penyiraman ternyata tidak mempengaruhi jumlah cabang secara
nyata pada umur 21 HST, sedangkan pada umur 35 HST berpengaruh nyata. Rata-
rata hasil pengamatan jumlah cabang setiap perlakuan disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata jumlah cabang
PerlakuanJumlah cabang
21 HST 35 HST
Penyiraman setiap hari 1,20 a 7,20 c
Penyiraman 2 hari sekali 1,00 a 5,70 b
Penyiraman 3 hari sekali 1,20 a 2,80 a
Penyiraman 4 hari sekali 1,20 a 1,80 a
Penyiraman 5 hari sekali 1,00 a 2,00 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata pada uji DMRT 0.05
Data pengamatan di atas menunjukan bahwa pada awal masa pertumbuhan
kebutuhan air oleh tanaman kacang tunggak tidak terlalu besar dalam melakukan
fotosintesis untuk membentuk cabang-cabang yang baru sehingga pada umur 21
HST tanaman kacang tunggak belum memberikan respon terhadap interval waktu
20
penyiraman yang diberikan. Terbukti pada perlakuan penyiraman setiap hari
dengan perlakuan penyiraman yang lain memberikan notasi yang sama.
Disamping itu, kacang tunggak merupakan tanaman yang tahan akan kekeringan
dan pertumbuhannya yang relatif sedang sehingga kebutuhan akan air yang
banyak dalam pembentukan cabang-cabang baru tidak menjadi prioritas utama.
Setelah bertambahnya umur tanaman, maka kebutuhan air pun menjadi
besar dalam membantu proses fotosintesis untuk pembentukan cabang-cabang
baru sehingga pada umur 35 HST sudah memberikan pengaruh yang nyata
terhadap interval waktu penyiraman. Hal ini terlihat pada perlakuan penyiraman
setiap hari, penyiraman dua hari sekali dan penyiraman tiga hari sekali dimana
jumlah cabang yang terbentuk bertambah banyak dibandingkan dengan
pertambahan jumlah cabang pada penyiraman lima hari sekali. Sedangkan pada
perlakuan penyiraman empat dan lima hari sekali persentase pertumbuhan jumlah
daunnya sangat lambat. Sesuai dengan pernyataan Wien dan Summerfield (1980)
dalam Goldworthy dan Fisher (1996) bahwa semakin tinggi tanaman, makin
besar pula kecenderungan tanaman tersebut untuk membentuk cabang dan
membutuhkan air lebih banyak.
4.2.4 Jumlah polong per tanaman
Hasil analisis varians interval waktu penyiraman terhadap rata-rata jumlah
polong per tanaman kacang tunggak dapat dilihat pada lampiran 11a. Pengaruh
interval waktu penyiraman ternyata memberikan hasil terbesar pada penyiraman
21
setiap hari dan hasil terkecil pada perlakuan penyiraman lima hari sekali.. Rata-
rata hasil pengamatan jumlah polong per tanaman setiap perlakuan disajikan pada
tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata jumlah polong per tanaman
Perlakuan Jumlah polong
Penyiraman setiap hari 15.20 d
Penyiraman 2 hari sekali 10.00 c
Penyiraman 3 hari sekali 6.20 b
Penyiraman 4 hari sekali 4.60 ab
Penyiraman 5 hari sekali 3.00 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata pada uji DMRT 0.05
Tabel 4 di atas mengindikasikan bahwa pada perlakuan penyiraman setiap
hari memberikan pengaruh jumlah tertinggi terhadap interval waktu penyiraman
sedangkan perlakuan penyiraman dua hari sekali lebih kecil dibandingkan dengan
perlakuan penyiraman setiap hari. Hal ini terjadi karena jumlah polong yang
dibentuk sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air.
Perlakuan yang memberikan kandungan air tanah yang tinggi akan
mempercepat perkembangan vegetatif serta hasil yang lebih baik. Penyiraman
yang dilakukan setiap hari menyebabkan kandungan air tanah meningkat
sehingga terjadi peningkatan tinggi tanaman, luas daun dan jumlah daun yang
terbentuk dimana hal ini erat hubungannya dengan aktivitas pembelahan sel yang
cukup aktif karena air di dalam tanah cukup tersedia. Dengan adanya ketersediaan
air, maka penyerapan air menjadi baik sehingga meningkatkan laju fotosintesis.
22
Tanaman yang mempunyai laju fotosintesis yang tinggi mengakibatkan
karbohidrat yang dihasilkan tidak hanya untuk pertumbuhan batang dan daun
tetapi juga untuk perkembangan bunga, buah dan biji (Harjadi, 1998). Selain itu,
berkaitan pula dengan mekanisme penyerbukan dimana tanaman yang
ketersediaan airnya mencukupi bagi pertumbuhan dan perkembangannya
menyebabkan muncul bunga jantan dan bunga betina secara bersamaan dengan
demikian proses penyerbukan dapat berjalan dengan baik sehingga jumlah polong
tanaman kacang tunggak yang diperoleh menjadi lebih baik.
Interval waktu penyiraman yang panjang pada perlakuan penyiraman tiga
hari sekali, empat hari sekali dan lima hari sekali mengakibatkan kurangnya
kandungan air tanah sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat.
Kurangnya kandungan air tanah menyebabkan stomata menutup, laju pergerakan
CO2 berkurang dan karbohidrat yang terbentuk semakin rendah pula. Pada kondisi
ini, ketersediaan air tanah kurang menjamin terselenggaranya semua proses
fisiologi tanaman secara baik, terutama untuk proses pembentukan polong
tanaman. Hal ini berkaitan pula dengan mekanisme penyerbukan yakni munculnya
bunga jantan terlebih dahulu sehingga proses penyerbukan menjadi terhambat
karena di saat bunga betina muncul, kemampuan serbuk sari untuk melakukan
pembuahan mulai menurun, dengan demikian jumlah polong tanaman kacang
tunggak yang terbentuk menjadi berkurang. Hal ini dipertegas oleh Harjadi (2002)
yang menyatakan bahwa tanaman yang sedang tumbuh cepat memerlukan banyak
air guna pembentukan buah secara maksimal.
4.2.5 Bobot biji per petak (g)
23
Hasil analisis varians interval waktu penyiraman terhadap rata-rata bobot
biji per petak kacang tunggak dapat dilihat pada lampiran 12a. Pengaruh interval
waktu penyiraman ternyata memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot biji
per petak. Rata-rata hasil pengamatan bobot biji per petak setiap perlakuan
disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata bobot biji per petak (g)
PerlakuanBobot biji per petak (g)
Penyiraman setiap hari 159.28 a
Penyiraman 2 hari sekali 277.36 b
Penyiraman 3 hari sekali 116.42 a
Penyiraman 4 hari sekali 141.04 a
Penyiraman 5 hari sekali 96.24 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata pada uji lanjut DMRT 0.05
Tabel diatas menunjukkan bahwa perlakuan penyiraman setiap dua hari
lebih baik dibandingkan dengan perlakuan penyiraman setiap hari maupun
interval waktu penyiraman tiga, empat dan lima hari sekali. Hal ini disebabkan
oleh perlakuan dengan interval waktu penyiraman dua hari sekali merupakan
penyiraman dengan tingkat kebutuhan air tanaman yang cukup dalam proses
pembentukan bobot biji kacang tunggak tunggak. Tingginya bobot biji kacang
tunggak pada perlakuan penyiraman dua hari sekali merupakan bukti bahwa untuk
mendapatkan hasil yang optimal air harus diberikan dalam jumlah yang
mencukupi kebutuhan tanaman artinya tidak terlalu banyak dan tidak terlalu
sedikit. Efisiensi pemberian air pada tanaman juga dapat berjalan dengan baik dan
tidak terjadi evaporasi yang tinggi, sehingga dapat menyebabkan rendahnya bobot
24
biji seperti halnya yang terjadi pada perlakuan penyiraman setiap hari. Kurangnya
pemberian air pun akan menyebabkan rendahnya ketersediaan air tanah, sehingga
dapat menurunkan bobot biji tanaman seperti pada perlakuan penyiraman tiga,
empat dan lima hari sekali.
Pengaruh perlakuan penyiraman tiga dan empat hari sekali menyebabkan
rendahnya ketersediaan air tanah yang mengakibatkan berkurangnya laju
fotosintesis yang berdampak pada rendahnya bobot biji tanaman kacang tunggak.
Menurut Jurgen et al dalam Kasim (1994), selama pengisian biji berlangsung,
karbohidrat yang telah terakumulasi dalam daun ditranslokasikan ke dalam biji
yang sedang berkembang.
Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang paling sensitif terhadap
kekurangan air. Pada gilirannya hal ini menyebabkan pengurangan dalam hal
sintesis protein, sintesis dinding sel, dan pengembangan sel. Rendahnya
pemberian air pada perlakuan lima hari sekali mengakibatkan potensial air di
dalam larutan lebih rendah sehingga air yang masuk ke dalam tanaman relatif
sedikit, sedangkan air yang dibutuhkan harus cukup untuk proses perkembangan
biji. Perlakuan penyiraman lima hari sekali dapat mengurangi pembentukan
senyawa-senyawa baru yang mengakibatkan produksi polong berkurang, dimana
semakin sedikit jumlah polong maka bobot biji juga semakin menurun, Harjadi
(2002) menyatakan bahwa air juga diperlukan sebagai hara untuk pembentukan
persenyawaan baru.
4.2.6 Bobot 100 biji (g)
25
Hasil analisis varians interval waktu penyiraman terhadap rata-rata bobot
100 biji kacang tunggak dapat dilihat pada lampiran 13a. Pengaruh interval waktu
penyiraman ternyata tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot 100
biji. Rata-rata hasil pengamatan bobot 100 biji setiap perlakuan disajikan pada
tabel 6.
Tabel 6. Rata-rata bobot 100 biji (g)
PerlakuanBobot 100 biji (g)
Penyiraman setiap hari19.12
Penyiraman 2 hari sekali19.44
Penyiraman 3 hari sekali14.90
Penyiraman 4 hari sekali14.38
Penyiraman 5 hari sekali13.88
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata pada uji DMRT 0.05
Tabel di atas menunjukkan bahwa penyiraman yang berbeda tidak
berpengaruh terhadap bobot 100 biji. Hal ini di duga karena tanaman di pengaruhi
oleh gen yang merupakan bentuk adaptasi genetik suatu tanaman dalam
mempertahankan hasil dalam berbagai kondisi. Salah satunya adalah kondisi
jumlah air yang diberikan berbeda pada setiap perlakuannya, namun memberikan
bobot 100 biji yang sama. Sebagaimana Mugnisyah (1990) yang menyatakan
bahwa besar dan beratnya benih dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah adanya pengaruh faktor genetik dan lingkungan.
26
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
27
Hasil penelitian pengaruh interval waktu penyiraman terhadap
pertumbuhan dan hasil kacang tunggak yang telah dilaksanakan menunjukkan
bahwa :
1. Pengaruh interval waktu penyiraman pada masa pertumbuhan vegetatif
yang terdiri dari pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun memberikan
respon tertinggi pada perlakuan penyiraman setiap hari.
2. Fase generatif yang meliputi jumlah cabang, jumlah polong pertanaman
dan bobot 100 biji memberikan respon yang paling besar pada perlakuan
penyiraman setiap hari namun dalam hal untuk mendapatkan bobot biji
terbaik, maka penyiraman dua hari sekali merupakan perlakuan terbaik
dalam pemanfaatan air yang optimal.
5.2 Saran
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka disarankan untuk dilakukan
penyiraman setiap hari sekali guna mendapatkan pertumbuhan dan hasil kacang
tunggak yang terbaik. Sedangkan untuk menghasilkan bobot biji tanaman
sebaiknya penyiraman dilakukan setiap dua hari sekali.
DAFTAR PUSTAKA
Davis, 1991. Dalam Proposal Penelitian 1 Universitas Padjajaran Bandung dengan Universitas Nusa Cendana Kupang, 2007.
28
Fitter, A.H. dan R.K.M. Hay. 1994. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press, yogyakarta.
Gardner, P. Franklim, Pearce B. R, Michell L. R. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia, Jakarta.
Goldsworthy, P. R. dan N.M. Fisher, 1996. Fisiologis Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hakim, N., M. Lubis, S. G. Nugroho, dan M. R. Diha. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Hanum, F. 1997. Plant Resources of South East Asia. Prosea, Bogor
Harjadi, S. S. M. M., 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Haryati, 2003. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Ismal, G. 1979. Ekologi Tumbuh-tumbuhan dan Tanaman Pertanian. Universitas Andalas, Padang.
Jumin, H. B., 1988. Dasar-Dasar Agronomi. Rajawali, Jakarta.
Liubana, S. 2008. Uji Daya Hasil Beberapa Aksesi Kacang Tunggak Lokal Asal Maumere Yang Ditumpangsarikan Dengan Jagung Di Tarus Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang. Skripsi Faperta Undana, Kupang.
Lubis, K. 2000. Tanggapan Tanaman Terhadap Kekurangan Air. Makalah Seminar. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Mugnisyah, W. 1990. Pengantar Produksi Benih. Rajawali Press, Jakarta.
Pitojo, S. 2005. Bertanam Tomat. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rita, I, R. 1998. Pengaruh Jumlah Cabang Utama Terhadap Efisiensi Penggunaan Air pada Tanaman Tomat Selama Fase Vegetatif. Skripsi Faperta Undana, Kupang.
Rukmana, R. dan Y. Y. Oesman. 2000. Kacang Tunggak, Budi Daya dan Prospek Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta.
29
Soemartono, 1990. Genetika Kuantitaif dan Biologi Molekuler. PAU-UGM. Yogyakarta.
Sutoro, Iskandar, S. dan Susanto, T. 1989. Pengaruh Cekaman Air dan Reaksi Pemulihan Tanaman Jagung ( Zea mays L. ) dan Sorgum (Shorgum bicolor L. ) pada Fase Pertumbuhan Vegetatif. Penelitian Pertanian Volume 9 No. 4. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor.
Van der Maesen, L, J, G. dan Somaatmadja S. 1993. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara I. Kacang-Kacangan, PROSEA. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Yitnosumarno. 1993. Perancangan Percobaan, Analisis Interpretasi. Gramedia, Jakarta.
Lampiran 1 : Denah Percobaan
30
BLOK I BLOK II BLOK III BLOK IV BLOK V
A2 A3 A4 A5 A1
A3 A4 A5 A1 A2
A5 A2 A1 A4 A3A4 A1 A2 A3 A5A1 A5 A3 A2 A4
B
U
T
S
Keterangan :
A1 = Perlakuan Penyiraman setiap hari
A2 = Perlakuan Penyiraman dua hari sekali
A3 = Perlakuan Penyiraman tiga hari sekali
A4 = Perlakuan Penyiraman empat hari sekali
A5 = Perlakuan Penyiraman lima hari sekali
Lampiran 2. Data Evaporasi Rata-rata Bulanan (mm) untuk sepuluh tahun Terakhir
Bulan
Tahun Rata-rata Eto(mm/hari)
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Agustus 7.5 6.8 7.1 7.3 7.7 7.5 7.5 7.2 6.9 7.4 7.29
31
September 6.8 7.3 7.2 7 6.9 7.1 6.5 6.7 6.8 6.6 6.89Oktober 5.6 5.5 5.6 5.3 5.4 5.7 5.3 5.4 5.6 6.0 5.54November 4.7 5.7 5.5 5.6 5.3 5.4 5.6 5.2 5.0 5.4 5.34
Sumber : Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang.
Luas Petak = Panjang x Lebar
= 0.75 m x 4 m
= 3 m2
= 300 dm2
Nilai Kc Tanaman :
- Periode Pertumbuhan Awal = 0.4
- Periode Vegetatif Aktif = 0.8
- Periode Pertumbuhan Maksimum = 1.15
- Periode Panen = 0.5
Fase Pertumbuhan Awal Etm = ETo x Kc mm/hari
= 7.29 x 0.4
= 2.916 mm/hari
= 0.02916 dm/hari
Kebutuhan Air tanaman Etm x Luas Petak
= 0.02916 dm/hari x 300 dm2
= 8.748 liter/petak/hari
Fase Vegetatif Aktif Etm = ETo x Kc mm/hari
= 6.89 x 0.8
= 5.512 mm/hari
= 0.05512 dm/hari
32
Kebutuhan Air tanaman Etm x Luas Petak
= 0.05512 dm/hari x 300 dm2
= 16.536 liter/petak/hari
Fase Pertumbuhan Maksimum Etm = ETo x Kc mm/hari
= 5.54 x 1.15
= 6.371 mm/hari
= 0.06371 dm/hari
Kebutuhan Air tanaman Etm x Luas Petak
= 0.06371 dm/hari x 300 dm2
= 19.113 liter/petak/hari
Fase Panen Etm = ETo x Kc mm/hari
= 5.34 x 0.5
= 2.67 mm/hari
= 0.0267 dm/hari
Kebutuhan Air tanaman Etm x Luas Petak
= 0.0267 dm/hari x 300 dm2
= 8.01 liter/petak/hari
Lampiran 3a. Data pengamatan/pengukuran tinggi tanaman kacang tunggak (cm) pengamatan I
Perlakuan Kelompok Total Rerata I II III IV V
A1 7.40 7.60 7.35 8.65 8.55 39.55 7.91A2 7.20 7.95 7.75 8.10 9.50 40.50 8.10A3 6.75 8.65 7.50 10.20 9.85 42.95 8.59
33
A4 7.20 8.95 12.40 6.20 10.20 44.95 8.99A5 7.60 7.40 13.20 6.60 8.65 43.45 8.69
T o t a l 36.15 40.55 48.20 39.75 46.75 211.40 8.46Ket. : A1 = Penyiraman tiap hari
A2 = Penyiraman 2 hari sekaliA3 = Penyiraman 3 hari sekaliA4 = Penyiraman 4 hari sekaliA5 = Penyiraman 5 hari sekali
Lampiran 3b. Analisis varians untuk tinggi tanaman kacang tunggak pengamatan I
Sumber DB JK KT
F hit F tabelVariasi 0.05 0.01Kelompok 4 20.400 5.100 Perlakuan 4 3.914 0.978 0.35 tn 3.01 4.77Galat 16 44.543 2.784 Total 24 68.857
Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 19.73%** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).
Lampiran 3c. Uji Lanjut DMRT 0,05 untuk tinggi tanaman kacang tunggak pengamatan I
DMRT 0,05 = 0.75Jarak 2 3 4 5
p (16 ; 0,05) 3.00 3.15 3.23 3.30Rp 2.24 2.35 2.41 2.46
34
Perlakuan Rerata & Notasi Rank.A1 7.91 A 1A2 8.10 A 2A3 8.59 A 3A4 8.99 A 5A5 8.69 A 4
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada Uji DMRT 0.05.
Lampiran 4a. Data pengamatan/pengukuran tinggi tanaman kacang tunggak (cm) pengamatan II
Perlakuan Kelompok Total Rerata I II III IV V
A1 19.05 19.20 29.05 48.10 53.56 168.96 33.79A2 11.00 23.50 27.70 27.10 43.05 132.35 26.47A3 13.05 18.70 25.06 18.95 29.10 104.86 20.97A4 12.50 17.85 25.05 14.25 18.55 88.20 17.64A5 11.10 14.00 17.65 15.65 16.75 75.15 15.03
T o t a l 66.70 93.25 124.51 124.05 161.01 569.52 22.78 Ket. : A1 = Penyiraman tiap hari
A2 = Penyiraman 2 hari sekaliA3 = Penyiraman 3 hari sekaliA4 = Penyiraman 4 hari sekaliA5 = Penyiraman 5 hari sekali
Lampiran 4b. Analisis varians untuk tinggi tanaman kacang tunggak (cm) pengamatan II
Sumber DB JK KT F hit F tabelVariasi 0.05 0.01Kelompok 4 1017.842 254.460 Perlakuan 4 1123.156 280.789 5.41 ** 3.01 4.77Galat 16 830.528 51.908
35
Total 24 2971.526
Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 31.63 %** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).
Lampiran 4c. Uji Lanjut DMRT 0,05 untuk tinggi tanaman kacang tunggak pengamatan II
DMRT 0,05 = 3.22
Jarak 2 3 4 5p (16 ; 0,05) 3.00 3.15 3.23 3.30
Rp 9.67 10.15 10.41 10.63
Perlakuan Rerata & Notasi Rank.A1 33.79 C 5A2 26.47 Bc 4A3 20.97 Ab 3A4 17.64 Ab 2A5 15.03 A 1
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada Uji DMRT 0.05.
Lampiran 5a. Data pengamatan/pengukuran tinggi tanaman kacang tunggak (cm) pengamatan III
Perlakuan Kelompok Total Rerata I II III IV V
A1 82.00 77.00 96.00 91.00 101.00 447.00 89.40A2 60.00 55.00 56.00 47.00 63.00 281.00 56.20A3 29.00 44.00 54.00 36.00 54.00 217.00 43.40A4 21.00 26.00 49.00 26.00 51.00 173.00 34.60
36
A5 20.00 22.00 36.00 21.00 41.00 140.00 28.00T o t a l 212.00 224.00 291.00 221.00 310.00 1258.00 50.32
Ket. : A1 = Penyiraman tiap hari
A2 = Penyiraman 2 hari sekaliA3 = Penyiraman 3 hari sekaliA4 = Penyiraman 4 hari sekaliA5 = Penyiraman 5 hari sekali
Lampiran 5b. Analisis varians untuk tinggi tanaman kacang tunggak pengamatan (cm) III
Sumber DB JK KT F hit F tabelVariasi 0.05 0.01Kelompok 4 1645.840 411.460 Perlakuan 4 11775.040 2943.760 82.84 ** 3.01 4.77Galat 16 568.560 35.535 Total 24 13989.440
Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 11.85 %** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).
Lampiran 5c. Uji Lanjut DMRT 0,05 untuk tinggi tanaman kacang tunggak pengamatan III
DMRT 0,05 = 2.67
Jarak 2 3 4 5p (16 ; 0,05) 3.00 3.15 3.23 3.30
Rp 8.00 8.40 8.61 8.80
37
Perlakuan Rerata & Notasi Rank.A1 89.40 D 5A2 56.20 C 4A3 43.40 B 3A4 34.60 A 2A5 28.00 A 1
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada Uji DMRT 0.05.
Lampiran 6a. Data pengamatan/perhitungan jumlah daun kacang tunggak (helai) pengamatan I
Perlakuan Kelompok Total Rerata I II III IV V
A1 2.0 2.0 2.5 3.0 2.5 12.0 2.40A2 2.0 2.0 2.5 2.0 3.0 11.5 2.30A3 2.0 2.0 2.0 2.5 3.0 11.5 2.30A4 2.0 2.5 1.4 2.0 3.0 10.9 2.18A5 1.0 2.0 1.0 2.3 3.0 9.3 1.86
T o t a l 9.0 10.5 9.4 11.8 14.5 55.2 2.21 Ket. : A1 = Penyiraman tiap hari
A2 = Penyiraman 2 hari sekaliA3 = Penyiraman 3 hari sekaliA4 = Penyiraman 4 hari sekaliA5 = Penyiraman 5 hari sekali
Lampiran 6b. Analisis varians untuk jumlah daun kacang tunggak pengamatan I
Sumber DB JK KT F hit F tabelVariasi 0.05 0.01Kelompok 4 3.93840 0.98460 Perlakuan 4 0.87840 0.21960 1.25 tn 3.01 4.77Galat 16 2.80160 0.17510 Total 24 7.61840
38
Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 18.95 %** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).
Lampiran 6c. Uji Lanjut DMRT 0,05 untuk jumlah daun kacang tunggak pengamatan I
DMRT 0,05 = 0.19
Jarak 2 3 4 5p (16 ; 0,05) 3.00 3.15 3.23 3.30
Rp 0.56 0.59 0.60 0.62
Perlakuan Rerata & Notasi Rank.A1 2.40 A 5A2 2.30 A 3A3 2.30 A 3A4 2.18 A 2A5 1.86 A 1
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada Uji DMRT 0.05.
Lampiran 7a. Data pengamatan/perhitungan jumlah daun kacang tunggak (helai) pengamatan II
Pengamatan Kelompok Total Rerata I II III IV V
A1 7.0 8.0 6.0 18.0 22.0 61.0 12.20A2 6.0 9.0 8.0 8.0 13.0 44.0 8.80A3 6.0 9.0 11.0 7.0 16.0 49.0 9.80A4 6.0 8.0 10.0 6.0 8.0 38.0 7.60A5 6.0 6.5 7.6 7.0 9.0 36.1 7.22
39
T o t a l 31.0 40.5 42.6 46.0 68.0 228.1 9.12 Ket. : A1 = Penyiraman tiap hari
A2 = Penyiraman 2 hari sekaliA3 = Penyiraman 3 hari sekaliA4 = Penyiraman 4 hari sekaliA5 = Penyiraman 5 hari sekali
Lampiran 7b. Analisis varians untuk jumlah daun kacang tunggak pengamatan II
Sumber DB JK KT
F hit F tabelVariasi 0.05 0.01Kelompok 4 150.018 37.504 Perlakuan 4 79.858 19.964 1.89 tn 3.01 4.77Galat 16 168.950 10.559 Total 24 398.826
Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 35.62 %** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).
Lampiran 7c. Uji Lanjut DMRT 0,05 untuk jumlah daun kacang tunggak pengamatan II
DMRT 0,05 = 1.45
Jarak 2 3 4 5p (16 ; 0,05) 3.00 3.15 3.23 3.30
Rp 4.36 4.58 4.69 4.80
Perlakuan Rerata & Notasi Rank.
40
A1 12.20 A 5A2 8.80 A 3A3 9.80 A 4A4 7.60 A 2A5 7.22 A 1
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada Uji DMRT 0.05.
Lampiran 8a. Data pengamatan/perhitungan jumlah daun kacang tunggak (helai) pengamatan III
Perlakuan Kelompok Total Rerata I II III IV V
A1 21.0 26.0 27.0 32.0 38.0 144.0 28.80A2 33.0 17.0 18.0 23.0 42.0 133.0 26.60A3 15.0 16.0 21.0 24.0 43.0 119.0 23.80A4 8.0 12.0 15.0 10.0 17.0 62.0 12.40A5 9.0 12.0 10.0 11.0 15.0 57.0 11.40
T o t a l 86.0 83.0 91.0 100.0 155.0 515.0 20.60 Ket. : A1 = Penyiraman tiap hari
A2 = Penyiraman 2 hari sekaliA3 = Penyiraman 3 hari sekaliA4 = Penyiraman 4 hari sekaliA5 = Penyiraman 5 hari sekali
Lampiran 8b. Analisis varians untuk jumlah daun kacang tunggak pengamatan III
Sumber DB JK KT
F hit F tabelVariasi 0.05 0.01Kelompok 4 709.200 177.300 Perlakuan 4 1326.800 331.700 10.53 ** 3.01 4.77Galat 16 504.000 31.500 Total 24 2540.000
Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 27.25 %
41
** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).
Lampiran 8c. Uji Lanjut DMRT 0,05 untuk jumlah daun kacang tunggak pengamatan III
DMRT 0,05 = 2.51
Jarak 2 3 4 5p (16 ; 0,05) 3.00 3.15 3.23 3.30
Rp 7.53 7.91 8.11 8.28
Perlakuan Rerata & Notasi Rank.A1 28.80 b 5A2 26.60 b 4A3 23.80 b 3A4 12.40 a 2A5 11.40 a 1
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada Uji DMRT 0.05.
Lampiran 9a. Data pengamatan/perhitungan jumlah cabang pengamatan I
Perlakuan Kelompok Total Rerata I II III IV V
A1 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0 6.0 1.20A2 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 5.0 1.00A3 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 6.0 1.20A4 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 6.0 1.20A5 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 5.0 1.00
T o t a l 5.0 5.0 7.0 6.0 5.0 28.0 1.12 Ket. : A1 = Penyiraman tiap hari
42
A2 = Penyiraman 2 hari sekaliA3 = Penyiraman 3 hari sekaliA4 = Penyiraman 4 hari sekaliA5 = Penyiraman 5 hari sekali
Lampiran 9b. Analisis varians untuk jumlah cabang pengamatan I
Sumber DB JK KT F hit F tabel
Variasi 0.05 0.01Kelompok 4 0.640 0.160 Perlakuan 4 0.240 0.060 0.55 tn 3.01 4.77Galat 16 1.760 0.110 Total 24 2.640
Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 29.61 %** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).
Lampiran 9c. Uji Lanjut DMRT 0,05 untuk jumlah cabang kacang tunggak pengamatan I
DMRT 0,05 = 0.15
Jarak 2 3 4 5p (16 ; 0,05) 3.00 3.15 3.23 3.30
Rp 0.44 0.47 0.48 0.49
Perlakuan Rerata & Notasi Rank.A1 1.20 a 3A2 1.00 a 1
43
A3 1.20 a 3A4 1.20 a 3A5 1.00 a 1
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada Uji DMRT 0.05.
Lampiran 10a. Data pengamatan/perhitungan jumlah cabang pengamatan II
Perlakuan Kelompok Total Rerata I II III IV V
A1 6.0 9.0 8.0 6.0 7.0 36.0 7.20A2 4.0 5.0 7.0 6.0 6.5 28.5 5.70A3 3.0 3.0 3.0 2.0 3.0 14.0 2.80A4 2.0 2.0 2.0 1.0 2.0 9.0 1.80A5 2.0 2.0 1.0 3.0 2.0 10.0 2.00
T o t a l 17.0 21.0 21.0 18.0 20.5 97.5 3.90 Ket. : A1 = Penyiraman tiap hari
A2 = Penyiraman 2 hari sekaliA3 = Penyiraman 3 hari sekaliA4 = Penyiraman 4 hari sekaliA5 = Penyiraman 5 hari sekali
Lampiran 10b. Analisis varians untuk jumlah cabang pengamatan II
Sumber DB JK KT F hit F tabel
Variasi 0.05 0.01Kelompok 4 2.800 0.700 Perlakuan 4 116.800 29.200 34.87 ** 3.01 4.77Galat 16 13.400 0.837 Total 24 133.000
Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 23.47 %** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).
44
Lampiran 10c. Uji Lanjut DMRT 0,05 untuk jumlah cabang kacang tunggak pengamatan II
DMRT 0,05 = 0.41
Jarak 2 3 4 5p (16 ; 0,05) 3.00 3.15 3.23 3.30
Rp 1.23 1.29 1.32 1.35
Perlakuan Rerata & Notasi Rank.A1 7.20 c 5A2 5.70 b 4A3 2.80 a 3A4 1.80 a 1A5 2.00 a 2
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada Uji DMRT 0.05.
Lampiran 11a. Data pengamatan/perhitungan jumlah polong kacang tunggak
Perlakuan Kelompok Total Rerata I II III IV V
A1 12.0 15.0 17.0 17.0 15.0 76.0 15.20A2 10.0 11.0 9.0 9.0 11.0 50.0 10.00A3 8.0 6.0 7.0 5.0 5.0 31.0 6.20A4 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 23.0 4.60A5 3.0 3.0 3.0 3.0 3.0 15.0 3.00
T o t a l 38.0 40.0 41.0 38.0 38.0 195.0 7.80 Ket. : A1 = Penyiraman tiap hari
A2 = Penyiraman 2 hari sekaliA3 = Penyiraman 3 hari sekali
45
A4 = Penyiraman 4 hari sekaliA5 = Penyiraman 5 hari sekali
Lampiran 11b. Analisis varians untuk jumlah polong kacang tunggak
Sumber DB JK KT F hit F tabel
Variasi 0.05 0.01Kelompok 4 1.600 0.400 Perlakuan 4 477.200 119.300 70.18 ** 3.01 4.77Galat 16 27.200 1.700 Total 24 506.000
Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 16.72 %** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).
Lampiran 11c. Uji Lanjut DMRT 0,05 untuk jumlah polong kacang tunggak
DMRT 0,05 = 0.58
Jarak 2 3 4 5p (16 ; 0,05) 3.00 3.15 3.23 3.30
Rp 1.75 1.84 1.88 1.92
Perlakuan Rerata & Notasi Rank.A1 15.20 d 5A2 10.00 c 4A3 6.20 b 3A4 4.60 ab 2
46
A5 3.00 a 1Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada Uji DMRT 0.05.
Lampiran 12a. Data pengamatan/pengukuran bobot biji per petak kacang tunggak
Perlakuan Kelompok Total Rerata I II III IV V
A1 82.4 104.0 150.8 116.4 342.8 796.4 159.28A2 306.4 254.4 253.6 300.0 272.4 1386.8 277.36A3 86.4 69.6 138.8 172.4 114.9 582.1 116.42A4 57.2 124.8 106.0 168.0 249.2 705.2 141.04A5 64.8 84.0 65.6 142.4 124.4 481.2 96.24
T o t a l 597.2 636.8 714.8 899.2 1103.7 3951.7 158.07 Ket. : A1 = Penyiraman tiap hari
A2 = Penyiraman 2 hari sekaliA3 = Penyiraman 3 hari sekaliA4 = Penyiraman 4 hari sekaliA5 = Penyiraman 5 hari sekali
Lampiran 12b. Analisis varians untuk bobot biji per petak kacang tunggak
Sumber DB JK KT
F hit F tabelVariasi 0.05 0.01Kelompok 4 35325.77 8831.444 Perlakuan 4 100396.30 25099.076 9.05 ** 3.01 4.77Galat 16 44380.22 2773.764 Total 24 180102.29
Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 33.32 %** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).
47
Lampiran 12c. Uji Lanjut DMRT 0,05 untuk bobot biji per petak kacang tunggak
DMRT 0,05 = 23.55
Jarak 2 3 4 5p (16 ; 0,05) 3.00 3.15 3.23 3.30
Rp 70.66 74.19 76.08 77.73
Perlakuan Rerata & Notasi Rank.A1 159.28 a 4A2 277.36 b 5A3 116.42 a 2A4 141.04 a 3A5 96.24 a 1
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada Uji DMRT 0.05.
Lampiran 13a. Data pengamatan/pengukuran bobot 100 biji kacang tunggak Perlakuan Kelompok Total Rerata
I II III IV V A1 20.2 18.8 17.6 19.4 19.6 95.6 19.12A2 17.2 18.5 17.0 19.4 25.1 97.2 19.44A3 13.9 10.8 15.7 15.9 18.2 74.5 14.90A4 5.1 20.6 20.9 7.0 18.3 71.9 14.38A5 8.3 16.5 12.6 8.9 23.1 69.4 13.88
T o t a l 64.7 85.2 83.8 70.6 104.3 408.6 16.34 Ket. : A1 = Penyiraman tiap hari
A2 = Penyiraman 2 hari sekaliA3 = Penyiraman 3 hari sekaliA4 = Penyiraman 4 hari sekaliA5 = Penyiraman 5 hari sekali
48
Lampiran 13b. Analisis varians untuk bobot 100 biji kacang tunggak
Sumber DB JK KT
F hit F tabelVariasi 0.05 0.01Kelompok 4 187.926 46.981 Perlakuan 4 146.526 36.631 2.12 tn 3.01 4.77Galat 16 276.790 17.299 Total 24 611.242
Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 25.45 %** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01) tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).
Lampiran 13c. Uji Lanjut DMRT 0,05 untuk bobot 100 biji kacang tunggak
DMRT 0,05 = 1.86
Jarak 2 3 4 5p (16 ; 0,05) 3.00 3.15 3.23 3.30
Rp 5.58 5.86 6.01 6.14
Perlakuan Rerata & Notasi Rank.A1 19.12 a 4A2 19.44 a 5A3 14.90 a 3A4 14.38 a 2A5 13.88 a 1
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah
49
tidak berbeda nyata pada Uji DMRT 0.05.
50