32
PRESENTASI KASUS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN THT RSUD TARAKAN Disusun Oleh: Muhammad Naufal Nordin 11-2011-261 Pembimbing : Dr. Riza Rizaldi, Sp.THT-KL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Faringitis-Kronis.docx

Embed Size (px)

Citation preview

PRESENTASI KASUSKEPANITERAAN KLINIKILMU KESEHATAN THTRSUD TARAKAN

Disusun Oleh:Muhammad Naufal Nordin11-2011-261

Pembimbing :Dr. Riza Rizaldi, Sp.THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANAJAKARTA2013KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan status beserta tinjauan pustaka ini tepat pada waktunya dengan judul Faringitis Kronik.Dalam makalah ini saya mencantumkan hal berkenaan penyakit yang sering terjadi di THT iaitu Faringitis kronik, terutama pada orang dewasa serta beberapa penyakit yang merupakan diagosis bandingnya dan cukup populer di masa kini. Makalah ini berisikan mengenai cara anamnesis, pemeriksaan, diagnosis, etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan, prognosis dan epidemiologi dari penyakit tersebut yang ditulis dalam bentuk tinjauan pustaka dan status pasien.Saya menyadari bahwa status dan tinjauan pustaka ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan status dan tinjuan pustaka ini.Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan status dan tinjauan pustaka ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan senantiasa merestui segala usaha kita. Amin. Jakarta, 24 Juli 2013

Muhammad Naufal Nordin

iBAB 1 : STATUS PASIEN

KEPANITERAAN KLINIKSTATUS ILMU PENYAKIT THTFAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDASMF ILMU PENYAKIT THTRUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN, JAKARTA

Nama : Muhammad Naufal bin Nordin Tanda Tangan:Nim : 11-2011-261

Dr Pembimbing / Penguji : dr Riza Rizaldi Sp.THT-KL

IDENTITAS PASIEN Nama : Ny SJenis Kelamin: Perempuan

Tempat/tanggal lahir : Lampung, 5 September 1964 ( 48 tahun )Kebangsaan : Indonesia

Status Perkawinan : Sudah MenikahAgama : Islam

Pekerjaan : Tidak bekerjaPendidikan : SMP

Alamat : Muara Baru , JakartaTanggal Masuk Rumah Sakit : 23 Juni 2013

ANAMNESISDiambil dari : AutoanamnesisTanggal : 22/07/2013 Jam : 1000 WIB

Keluhan utama : Sakit tenggorokan sejak 1 bulan SMRS

Riwayat perjalanan penyakit (RPS):Sejak 1 bulan SMRS pasien mulai merasakan sakit di tenggorokannya. Sakit yang dirasakan hilang timbul, terutama timbul selepas makan. Sakitnya seperti panas di tenggorokan dan menjalar ke dada. Sakit tenggorokannya juga sering timbul jika terpapar debu atau asap. Pasien juga merasakan seperti mengganjal di dalam tenggorokannya. Tidak ada riwayat sakit sewaktu menelan atau sulit menelan pada pasien, tenggorokan tidak gatal dan tidak ada nafas berbau. Tidak ada riwayat trauma pada tenggorokan pasien. 1 hari SMRS, pasien mulai batuk-batuk. Batuk yang dirasakan hilang timbul dan diperburuk oleh paparan debu dan asap. Batuk pada pasien tidak disertai dengan darah,batuk kering dan tidak beriak. Tidak ada riwayat penurunan berat badan yang mendadak pada pasien dalam 1 bulan ini. Suara pasien juga mulai serak dan sulit untuk berbicara. Kepala pasien juga sering sakit dalam 1 bulan ini dan badan terasa panas dingin. Tidak ada riwayat demam pada pasien dalam 1 bulan ini. Tidak ada pilek,mual muntah atau gangguan pendengaran pada pasien. Pasien tidak sulit untuk makan atau minum, masih bisa menggerakkan mulut untuk mengunyah dengan baik.Sebelum ini pasien pernah mengalami keluhan yang sama sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan membaik 3 bulan kemudian selepas mendapatkan pengobatan di rumah sakit. Pasien sering dan suka makan makanan yang pedas dan minum minuman bersoda, walaupun saat keluhan tenggorokan pasien timbul. Pasien juga kurang minum air terutama sewaktu bulan puasa ini. Pasien jarang mengkonsumsi minuman ber es atau kopi. Pasien tidak ada riwayat merokok, minum alkohol dan menyangkal adanya riwayat alergi sejak kecil dan maag. Kira-kira 20 tahun yang lalu, pasien pernah sakit amandel sehingga dioperasi dan dirawat di rumah sakit.Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)Riwayat alergi : Tidak adaRiwayat trauma : Tidak adaRiwayat lain: Kencing manis (-) darah tinggi (-) Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)Pasien menyatakan tidak ada riwayat alergi maupun asma dalam keluarganya.

PEMERIKSAAN FISIKStatus General Keadaan umum : tampak sakit ringan Kesadaran: compos mentis Status Gizi: cukup Nadi : 88 x/menit Tensi : 110/70 mmHg Suhu : 37,2 0 C RR: 22 x/menit

Kepala dan Leher Kepala : normosefali Wajah : simetris Leher anterior : KGB tidak teraba membesar Leher posterior: KGB tidak teraba membesar

TELINGAKANANKIRI

Bentuk daun telingaNormotia Normotia

Kelainan kongenitalTidak adaTidak ada

Radang, tumorTidak adaTidak ada

Nyeri tekan tragusTidak adaTidak ada

Penarikan daun telingaTidak adaTidak ada

Kelainan pre, infra, retroaurikulerAbses (-), hiperemis (-), nyeri tekan (-), benjolan (-)Abses (-), hiperemis (-), nyeri tekan (-), benjolan (-)

Region MastoidAbses (-),nyeri tekan (-)Abses (-), nyeri tekan (-)

Liang telingaLapang, furunkel (-), jaringan granulasi (-), serumen (-), sekret (-) hiperemis (-), edema (-).Sempit, furunkel (-), jaringan granulasi (-), serumen (-), sekret (-), darah (-), hiperemis (-), edema (-).

Membran timpaniUtuh, reflek cahaya (+), Hiperemis(-), perforasi (-)Utuh, reflek cahaya (+), Hiperemis(-), perforasi (-)

TES PENALAKANANKIRI

Rinne (-)(-)

WeberTidak ada lateralisasiTidak ada lateralisasi

SchwabachSama dengan pemeriksaSama dengan pemeriksa

Penala yang dipakai512 Hz512 Hz

HIDUNG

HIDUNGKANANKIRI

VestibulumTampak bulu hidungSekret (-)Furunkel (-)Krusta (-)Tampak bulu hidungSekret (-)Furunkel (-)Krusta(-)

Cavum nasiLapangSekret (-)LapangSekret (-)

Konka inferiorHiperemis (+)Edema (-)Hipertrofi (-)Sekret (-)Hiperemis (-)Edema (-)Hipertrofi (-)Sekret (-)

Konka mediusHiperemis (+)Edema (-)Sekret (-)Hiperemis (-)Edema (-)Sekret (-)

Meatus nasi mediusTidak tampakSulit dinilaiTidak tampakSulit dinilai

Sinus frontalis(nyeri tekan + nyeri ketuk)Tidak adaTidak ada

Sinus maksilaris( nyeri tekan + nyeri ketuk)Tidak adaTidak ada

Septum nasiSimetris , tidak ada deviasiSimetris , tidak ada deviasi

RHINOPHARYNX Koana : Tidak dilakukan Septum nasi posterior : Tidak dilakukan Muara tuba eustachius : Tidak dilakukan Tuba eustachius : Tidak dilakukan Torus tubarius : Tidak dilakukan Post nasal drip : Tidak dilakukanPEMERIKSAAN TRANSILUMINASI Sinus frontalis kanan : Negatif Sinus frontalis kiri: Negatif Sinus maxillaris kanan: Negatif Sinus maxillaris kiri, grade : Negatif

TENGGOROKFARING Dinding faring : Hiperemis (+), mukosa tidak rata, granul (+), post nasal drip (-) penebalan dinding lateral faring , lendir mukoid (-) Arcus : Hiperemis (+) simetris Tonsil : T0-T0 (operasi) Uvula : Bentuk normal, di garis median, hiperemis (-) Gigi : Semua gigi dalam batas normalLARING Epiglotis : hiperemis (+), tumor (-), kista (-), simetris, edema (-) Plica aryepiglotis : hiperemis (+), tumor (-), kista (-), simetris, edema(-) Arytenoids : hiperemis (+), tumor (-),granul (-), edema (-) Ventricular band : hiperemis (+), tumor (-),paralisis (-). polip (-) edema (-) Pita suara : hiperemis (+), tumor (-), paralisis/parese (-) Rima glotis : hiperemis (+), tumor (-), terbuka Sinus piriformis : hiperemis (+), tumor (-),korpus alineum (-) sekresi (-) Kelenjar limfe submandibula dan cervical : tidak membesar, tidak ada nyeri tekan

RESUMEDari anamnesa didapatkan keluhan : Sejak 1 bulan SMRS pasien mulai merasakan sakit di tenggorokannya. Sakit yang dirasakan hilang timbul, terutama timbul selepas makan. Sakitnya seperti panas di tenggorokan dan menjalar ke dada. Sakit tenggorokannya juga sering timbul jika terpapar debu atau asap. Pasien juga merasakan seperti mengganjal di dalam tenggorokannya. 1 hari SMRS, pasien mulai batuk-batuk. Batuk yang dirasakan hilang timbul dan diperburuk oleh paparan debu dan asap. Suara pasien juga mulai serak dan sulit untuk berbicara. Kepala pasien juga sering sakit dalam 1 bulan ini dan badan terasa panas dingin. Sebelum ini pasien pernah mengalami keluhan yang sama sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan membaik 3 bulan kemudian selepas mendapatkan pengobatan di rumah sakit. Pasien sering dan suka makan makanan yang pedas dan minum minuman bersoda, walaupun saat keluhan tenggorokan pasien timbul. Pasien juga kurang minum air terutama sewaktu bulan puasa iniDari pemeriksaan didapatkan pada :Telinga kananTidak ditemukan kelainanHidungTidak ditemukan kelainan.TenggorokDinding faring hiperemis, terlihat banyak granul di permukaan dinding faring dan post nasal drip (-) lendir mukoid (-) Arcus faring hiperemis. Pada pemeriksaan laring kelihatan epiglotis hingga sinus piriformis hiperemis.

WORKING DIAGNOSISFaringitis Kronik Hiperplastik dengan Eksaserbasi Akut ec LPR dan alergiDasar yang mendukung : Sakit tenggorokan hilang timbul dalam 1 bulan Pernah mengalami gejala yang sama 1 tahun yang lalu Dapat menyebabkan sakit kepala dan panas dingin Terdapat faktor predisposisi/ pencetus : debu, asap, makan pedas dan minum soda Pemeriksaan fisik : dinding dan arcus faring hiperemis, terlihat banyak granul dan post nasal drip (-) penebalan dinding lateral faring

Dasar yang tidak mendukung Tenggorokan tidak gatal dan tidak beriak Disertai batuk kering tidak berdahakLaringitis akut ( United Airway Disease)Peradangan dari faring menjalar ke laringPada pemeriksaan fisik ditemukan : Epiglotis, Arytenoid,Plica arytenoepiglotica, Ventricular band, Pita suara, Rima Glotis dan Sinus Piriformis hiperemis

DIFFERENTIAL DIAGNOSISFaringitis Kronik AtrofiDasar yang mendukung : Sakit tenggorokan hilang timbul dalam 1 bulan Pernah mengalami gejala yang sama 1 tahun yang lalu Tenggorokan terasa kering Dinding faring dan sekitar hiperemisDasar yang tidak mendukung: Mulut tidak berbau Tidak tampak lapisan lendir yang kental Dinding lateral faring tidak atrofi Mukosa tampak tebal dan bergranulFaringitis spesifik Tuberkulosis Nyeri tenggorokan disertai dengan batuk kering Faring dan sekitarnya hiperemis Faktor epidemiologi Yang tidak mendukung : tidak ada sakit menelan, batuk berdarah, penurunan berat badan dan nafsu makan yang mendadak.

PROGNOSISAd vitam : Ad BonamAd fungsionam : Ad BonamAd sanationam : Ad Bonam

PENATALAKSANAANFaringitis kronis hiperplastik1. Medikamentosaa. Antibiotik : Amoksisilin 3 x 500 mg selama 6-10 harib. Antiinflamasi : Kortikosteroid 2x5 mg/hari selama 14 haric. Antitusif :Mengurangi gejala batuk (Bromhexin)d. PPI inhibitor untuk mengontrol asam lambung : Omeprazole 1x20mg

2. Non-medikamentosaa. Terapi lokal : kaustik faring dengan memakai zat kimia larutan nitras argenti atau dengan listrik (electro cauter)b. Irigasi mukosa tenggorokan dengan larutan fisiologis NaCl untuk membersihkan mukosa oral tenggorokanc. Throat culture : mengetahui penyebab dari radang tenggorokan

ANJURAN Kontrol ke spesialis THT seminggu kemudian. Minum air yang banyak dan sering Diet lunak dan tidak keras Menghindari iritan seperti paparan debu atau asap dengan memakai masker di persekitarannya Mengurangkan makanan yang bisa merusak mukosa tenggorokan seperti makanan pedas, soda, atau minum es.

PEMBAHASAN

Sewaktu melakukan pemeriksaan fisik, rhinoskopi posterior tidak dapat dilakukan karena pasien menolak untuk dilakukan tindakan tersebut. Pada pemeriksaan transiluminasi,agak sulit untuk menilai hasil dikarenakan pencahayaan yang kurang baik dari senter.

TINJAUAN PUSTAKA1.1 Anatomi FaringFaring adalah suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corong dengan bagian atas yang besar dan bagian bawah yang sempit. Faring merupakan ruang utama traktus resporatorius dan traktus digestivus. Kantong fibromuskuler ini mulai dari dasar tengkorak dan terus menyambung ke esophagus hingga setinggi vertebra servikalis ke-6.Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa 14 cm dan bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular terdiri dari M.Konstriktor faring superior, media dan inferior. Otot-otot ini terletak ini terletak di sebelah luar dan berbentuk seperti kipas dengan tiap bagian bawahnya menutupi sebagian otot bagian atasnya dari belakang. Di sebelah depan, otot-otot ini bertemu satu sama lain dan di belakang bertemu pada jaringan ikat. Kerja otot konstriktor ini adalah untuk mengecilkan lumen faring dan otot-otot ini dipersarafi oleh Nervus Vagus.1,3

Gambar : Otot-otot Faring dan EsofagusBerdasarkan letaknya maka faring dapat dibagi menjadi Nasofaring, Orofaring dan Laringofaring (Hipofaring).

Gambar: Anatomi Nasofaring, Orofaring dan Hypoparing

Nasofaring merupakan bagian tertinggi dari faring, adapun batas-batas dari nasofaring ini antara lain : - batas atas : Basis Kranii- batas bawah : Palatum mole- batas depan : rongga hidung- batas belakang : vertebra servikalNasofaring yang relatif kecil mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa struktur penting seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus faring yang disebut fossa Rosenmuller, kantong ranthke, yang merupakan invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan kartilago tuba Eustachius, koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh Nervus Glossopharyngeus, Nervus Vags dan Nervus Asesorius spinal saraf cranial dan vena jugularis interna, bagian petrosus os temporalis dan foramen laserum dan muara tuba Eustachius.1,3Orofaring disebut juga mesofaring, karena terletak diantara nasofaring dan laringofaring. Dengan batas-batas dari orofaring ini antara lain, yaitu : - batas atas : palatum mole- batas bawah : tepi atas epiglottis- batas depan : rongga mulut - batas belakang : vertebra servikalis Struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatine, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum. Laringofaring (hipofaring) merupakan bagian terbawah dari faring. Dengan batas-batas dari laringofaring antara lain, yaitu : - batas atas : epiglotis - batas bawah : kartilago krikodea - batas depan : laring - batas belakang : vertebra servikalis1,3

1.2 Fisiologi FaringFungsi faring yang terutama adalah ialah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi suara dan artikulasi. 1.2.1. Fungsi MenelanMenurut kamus deglutasi atau deglutition diterjemahkan sebagai proses memasukkan makanan kedalam tubuh melalui mulut the process of taking food into the body through the mouth.Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam proses menelan ini diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal dan lebih dari 30 pasang otot menelan.Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke dalam lambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu terjadi kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung.2

Gambar : Proses Menelan1.2.2. Fungsi Faring Dalam Proses BicaraPercakapan digunakan untuk berkomunikasi antar individu Untuk menyempurnakan proses percakapan ini, diperlukan aktivitas otot. Bagian penting dalam percakapan dan bahasa adalah cerebral cortex yang berkembang sejak lahir dan memperlihatkan perbedaan pada orang dewasa. Perbedaan ini memperlihatkan bahwa pengalaman phonetic bukan hal yang perlu untuk perkembangan area pusat saraf dalam sistem percakapan.Otot-otot yang mengkomando organ bicara diatur oleh motor nuclei di otak, dengan produksi suara diatur oleh control pusat di bagian rostral otak.Respirasi. Proses bicara diawali oleh sifat energi dalam aliran dari udara. Pada bicara yang normal, aparatus pernapasan selama ekshalasi menyediakan aliran berkesinambungan dari udara dengan volume yang cukup dan tekanan (di bawah kontrol volunteer adekuat) untuk phonasi. Aliran dari udara dimodifikasi dalam fungsinya dari paru-paru oleh fasial dan struktur oral dan memberikan peningkatan terhadap simbol suara yang dikenal sebagai bicara.2

1.3. DefinisiFaringitis adalah peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksi maupun non infeksi. 1.4. EtiologiBanyak microorganism yang dapat menyebabkan faringitis, virus (40-60%) bakteri (5-40%). Respiratory viruses merupakan penyebab faringitis yang paling banyak teridentifikasi dengan Rhinovirus (20%) dan coronaviruses (5%). Selain itu juga ada Influenza virus, Parainfluenza virus, adenovirus, Herpes simplex virus type 1&2, Coxsackie virus A, cytomegalovirus dan Epstein-Barr virus (EBV). Selain itu infeksi HIV juga dapat menyebabkan terjadinya faringitis. Faringitis yang disebabkan oleh bakteri biasanya oleh grup S.pyogenes dengan 5-15% penyebab faringitis pada orang dewasa. Group A streptococcus merupakan penyebab faringitis yang utama pada anak-anak berusia 5-15 tahun, ini jarang ditemukan pada anak berusia