8
FARTOK FROM BLOG Definisi:Uji Praklinik Uji praklinik, atau disebut juga studi / pengembangan/ penelitian praklinik/ non-klinik, adalah tahap penelitian yang terjadi sebelum uji klinik atau pengujian pada manusia. Uji praklinik memiliki satu tujuan utama yaitu mengevaluasi keselamatan produk baru. Ada banyak produk yang menjalani uji praklinik. Beberapa produk yang paling umum menjalani uji praklinik adalah obat- obatan, peralatan medis, kosmetik, dan solusi terapi gen. Penting untuk dicatat bahwa obat juga melalui banyak serangkaian pengujian lainnya ketika menjalani uji praklinik. Informasi yang diperoleh dengan menafsirkan data dalam uji praklinik sangat bermanfaat untuk mendeteksi untuk mencegah produk berbahaya dan beracun agar tidak memasuki lingkungan dan masyarakat. Melalui penelitian ini, peneliti dapat mempercepat penemuan obat dan meringkas proses pengembangan obat. Kebanyakan uji praklinik melibatkan penggunaan hewan. Binatang seperti tikus, ayam, monyet, dan kelinci percobaan (guinea pig) biasanya digunakan dalam uji praklinik. Para peneliti menguji produk pada hewan dan kemudian mengamati efeknya pada kesehatan hewan. Produk hanya lulus uji praklinik jika tidak memengaruhi hewan dengan cara yang berbahaya. Pengujian pada manusia hanya disetujui jika produk tidak memiliki efek berbahaya yang teramati pada hewan. Definisi:Uji Klinik Uji klinik adalah tes untuk mengevaluasi efektivitas dan keamanan obat atau alat medis dengan memantau efek mereka

FARMAKOLOGI TOKAIKOLOGI 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PHARMACY

Citation preview

Page 1: FARMAKOLOGI TOKAIKOLOGI 1

FARTOK FROM BLOG

Definisi:Uji PraklinikUji praklinik, atau disebut juga studi/ pengembangan/ penelitian praklinik/ non-klinik, adalah tahap penelitian yang terjadi sebelum uji klinik atau pengujian pada manusia. Uji praklinik memiliki satu tujuan utama yaitu mengevaluasi keselamatan produk baru.

Ada banyak produk yang menjalani uji praklinik. Beberapa produk yang paling umum menjalani uji praklinik adalah obat-obatan, peralatan medis, kosmetik, dan solusi terapi gen. Penting untuk dicatat bahwa obat juga melalui banyak serangkaian pengujian lainnya ketika menjalani uji praklinik.

Informasi yang diperoleh dengan menafsirkan data dalam uji praklinik sangat bermanfaat untuk mendeteksi untuk mencegah produk berbahaya dan beracun agar tidak memasuki lingkungan dan masyarakat. Melalui penelitian ini, peneliti dapat mempercepat penemuan obat dan meringkas proses pengembangan obat.

Kebanyakan uji praklinik melibatkan penggunaan hewan. Binatang seperti tikus, ayam, monyet, dan kelinci percobaan (guinea pig) biasanya digunakan dalam uji praklinik. Para peneliti menguji produk pada hewan dan kemudian mengamati efeknya pada kesehatan hewan. Produk hanya lulus uji praklinik jika tidak memengaruhi hewan dengan cara yang berbahaya. Pengujian pada manusia hanya disetujui jika produk tidak memiliki efek berbahaya yang teramati pada hewan.

Definisi:Uji KlinikUji klinik adalah tes untuk mengevaluasi efektivitas dan keamanan obat atau alat medis dengan memantau efek mereka pada sekelompok besar orang. Uji klinik adalah salah satu tahapan akhir dari proses penelitan yang panjang dan hati-hati. Ada empat jenis uji klinik yang dapat dilakukan:

Page 2: FARMAKOLOGI TOKAIKOLOGI 1

Uji coba pengobatan baru (seperti obat baru, pendekatan baru untuk operasi atau terapi, kombinasi baru dari perawatan, atau metode baru seperti terapi gen).

Uji coba pencegahan dengan pendekatan baru, seperti obat-obatan, vitamin, mineral, atau suplemen lain yang dipercaya dapat menurunkan risiko penyakit tertentu.

Uji coba tes skrining baru untuk menemukan penyakit, terutama pada tahap awal.

Uji coba peningkatan kualitas hidup (juga disebut percobaan perawatan pendukung) mengeksplorasi cara untuk meningkatkan kenyamanan dan kualitas hidup bagi pasien.

Sebagian besar uji klinik yang melibatkan pengujian obat baru berlangsung dalam serangkaian langkah-langkah teratur yang disebut fase. Hal ini memungkinkan peneliti untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dengan cara yang menghasilkan informasi yang dapat dipercaya tentang obat dan keselamatan pasien.

Beberapa alasan yang melatarbelakangi ilmu dan pengembangan farmaklogi klinik, antara lain :

Jenis obat yang tersedia untuk pengobatan semakin banyak

Pemakaian obat yang tidak tepat dan rasional

Terjadinya bencana-bencana pengobatan

Termasuk juga masalah penggunaan obat didalam klinik yang

harus betul-betul memperhatikan prinsip-prinsip pemilihan dan pemakaian

obat di klinik secara benar. Hal ini tidak lepas diperlukannya pengetahuan

yang baik tentang obat yang didapatkan melalui penelitian yang benar

pula. Dari permasalahan dan aspek-aspek tersebut sangatlah dibutuhkan

adanya pengetahuan mengenai ilmu tentang farmakologi klinik.Sedangkan

maksud dan tujuan farmakologi klinik pada prinsipnya adalah penelitian

ilmiah terhadap penggunaan obat pada manusia.Jurnal dari Kelompok kerja Farmakologi Klinik WHO-Eropa (1988) memberikan definisi farmakologi klinik merupakan "disiplin ilmu yang berdasarkan prinsip-

Page 3: FARMAKOLOGI TOKAIKOLOGI 1

prinsip ilmiah menyatukan keahlian farmakologi dan keahlian klinik dengan tujuan akhir untuk meningkatkan manfaat dan keamanan pemakaian klinik obat".

Apakah beda antara Farmakologi Dasar dan Farmakologi Klinik ?Gambaran mengenai farmakologi dasar antara lain :

mempelajari interaksi antara obat dan sistem biologis, meliputi

farmakodinamik dan farmakokinetik.

mempelajari sifat-sifat obat, efek obat, mekanisme terjadinya efek,

dan nasib obat dalam tubuh.

fokus kepada : hubungan antara dosis dan efek biologis obat,

pengikatan obat pada tempat aksi, mekanisme aksi obat, absorpsi,

distribusi, metabolisme dan eksresi obat dan hubungan antara

struktur kimia obat dengan aktivitas biologis.

disiplin ilmu berbasis laboratorium.

Sedangkan farmakologi klinik adalah

penerapan ilmu farmakologi dalam klinik, yakni bagaimana

mempelajari efek obat dan nasib obat pada sistem biologik manusia

dan bagaimana memakai obat-obat tersebut dengan prinsip-prinsip

ilmiah dalam klinik untuk pencegahan dan pengobatan penyakit.

memberikan dasar untuk pemakaian obat secara benar/rasional dalam

klinik.

bertujuan agar pemakaian klinik obat dapat efektif, aman dan rasional

pada pasien.

Sejarah Perkembangan Farmakologi KlinikRudolph Bucheim (1820 – 1879 M)

“Fortunately a surgeon who uses the wrong side of the scalpel cuts his

own fingers and not the patient; if the same applied to drugs they

would have been investigated very carefully a long time ago.”

Placing emphasis on therapeutic technique and rational prescribing.

Rudolph Bucheim : Beitrage zur Arzneimittellehre (1849).

Page 4: FARMAKOLOGI TOKAIKOLOGI 1

Harry Gold & Walter Moddel  (1930-an)

Founder of American Clinical Pharmacology

1937 – Introduced Double-Blind Clinical Trial Design 1

1939 – Initiated Cornell Conference on Therapy

1953 – Analized Digoxin Effect Kinetics to Estimate Absolute

Bioavailability as well as Time-Course of Chronotropic Effects2

1960 - Founded Clinical Pharmacology and Therapeutics

Paul Martini  (1930-an)

Founder of Europe Clinical Pharmacology

Methodology In Therapeutic Investigation

Menggambarkan penggunaan ”placebo”, kelompok kontrol, sistem

pengelompokan, skala peringkat, dan desain percobaan ”N of 1” dan

penekanan terhadap pentingnya perkiraan jumlah sample yang

mencukupi dan untuk menegakkan kondisi dasar sebelum dimulainya

percobaan klinik suatu calon obat baru.

Evaluasi dan Pengembangan ObatProses evaluasi dan pengembangan obat merupakan proses yang rumit dan kompleks. Rata-rata biaya yang diperlukan dari mulai isolasi atau sintesis senyawa kimia sampai diperoleh obat baru lebih kurang US$ 500 juta per obat. Melalui proses yang panjang dan membutuhkan waktu lama baru didapat obat baru. Bahkan obat baru tersebut hanya lolos 1 dari lebih kurang 10.000 senyawa yang disintesis karena resikonya lebih besar dari manfaatnya atau kemanfaatannya lebih kecil dari obat yang sudah ada.

Page 5: FARMAKOLOGI TOKAIKOLOGI 1

Pengembangan uji praklinik hingga uji klinik

Uji Pra-KlinikUji Pra-Klinik dimaksudkan untuk mengetahui apakah obat menimbulkan efek toksik pada dosis pengobatan ataukah tetap aman dipakai.Karena itulah penelitian toksisitas merupakan cara potensial untuk mengevaluasi berbagai aspek antara lain: 

Toksisitas yang berhubungan dengan pemberian obat akut atau kronis

Kerusakan genetik

Pertumbuhan tumor

Kejadian cacat waktu lahir.

Dari pengamatan uji pra klinik dengan subyek hewan uji ini dapat dipakai

acuan untuk menentukan apakah obat dapat diteruskan dengan uji pada

manusia atau tidak.

Untuk mengurangi penggunaan hewan percobaan telah dikembangkan pula

berbagai uji in vitro untuk menentukan khasiat obat contohnya uji aktivitas

enzim, uji antikanker menggunakan cell line, uji anti mikroba pada

perbenihan mikroba, uji antioksidan, uji antiinflamasi dan lain-lain untuk

menggantikan uji khasiat pada hewan.

Dengan demikian dimasa yang akan datang perlu dikembangkan uji

Page 6: FARMAKOLOGI TOKAIKOLOGI 1

toksisitas secara in vitro. 

Fase Uji Klinik

Ada beberapa tahapan/fase uji klinik mulai dari fase I sampai dengan fase IV.

Fase-fase uji klinik yang harus dilalui adalah sebagai berikut :

1. Uji Klinik Fase I

Pada fase ini calon obat diuji pada sukarelawan sehat (dalam jumlah

terbatas) untuk mengetahui apakah sifat yang diamati pada hewan

percobaan juga terlihat pada manusia. 

Untuk selanjutnya harus ditentukan pula hubungan dosis dengan efek yang

ditimbulkannya dan profil farmakokinetik obat pada manusia. 

2. Uji Klinik Fase II 

Pada fase ini calon obat diuji pada pasien tertentu kemudian diamati efikasi

pada penyakit yang diobati. Fase ini mempunyai maksud untuk menentukan

efek potensial calon obat karena yang diharapkan dari obat adalah

mempunyai efek yang potensial dengan resiko efek samping rendah atau

tidak toksik. 

Pada fase ini mulai dilakukan pengembangan dan uji stabilitas bentuk

sediaan obat. 

3. Uji Klinik Fase III 

Tahapan ini sudah melibatkan kelompok besar pasien. Pada fase ini, obat

yang duji dibandingkan efek dan keamanannya terhadap obat pembanding

yang sudah diketahui. Contoh : Obat dengan kandungan nifedipin diuji efek

dan keamanannya dengan pembanding yang sudah ada di pasaran seperti

Adalat, Cordalat atau Vasdalat. 

 Setelah calon obat dapat dibuktikan berkhasiat sekurang-kurangnya sama

Page 7: FARMAKOLOGI TOKAIKOLOGI 1

dengan obat yang sudah ada dan menunjukkan keamanan bagi si pemakai

maka obat baru diizinkan untuk diproduksi oleh industri sebagai legal drug

dan dipasarkan dengan nama dagang tertentu serta dapat diresepkan oleh

dokter. 

4. Uji Klinik Fase IV 

Uji ini merupakan studi pasca pemasaran (post marketing surveillance) yang

diamati pada pasien dengan berbagai kondisi, berbagai usia dan ras. 

Studi ini dilakukan dalam jangka waktu lama untuk melihat nilai terapeutik

dan pengalaman jangka panjang dalam menggunakan obat. 

Setelah hasil studi fase IV dievaluasi masih memungkinkan obat ditarik dari

perdagangan jika membahayakan sebagai contoh cerivastatin suatu obat

antihiperkolesterolemia yang dapat merusak ginjal, Entero-vioform

(kliokuinol) suatu obat antidisentri amuba yang pada orang Jepang

menyebabkan kelumpuhan pada otot mata (SMON disease), dan lain

sebagainya.