Upload
rosebhohell8628935
View
346
Download
39
Embed Size (px)
DESCRIPTION
LD 50 suatu sediaan obat batas keamanan suatu sediaan obatpemberian kafein 10% dalam dosis 600 mg/kg
Citation preview
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan kehidupan manusia seiring dengan berjalannya
waktu, manusia semakin pandai dan ahli dalam meneliti berbagai senyawa-
senyawa kimia yang baik ditujukan untuk pemeliharaan kesehatan ataupun hal
yang bersifat racun (toksik). Dalam ilmu penerapan sekarang, baik obat
maupun racun sama-sama dipelajari dan mulai didalami oleh manusia agar
diperoleh suatu pemahaman yang jelas tentang proses dan mekanisme aksi
yang terjadi di dalam tubuh manusia itu sendiri guna memberikan pertolongan
terbaik. Seperti contoh dengan mendalami ilmu penerapan tentang zat-zat
beracun yang berbahaya, manusia dapat memberikan penanganan yang terbaik
jika suatu hari terjadi keracunan baik karena obat, makanan, maupun zat kimia
lain yang bersifat toksik. Berbagai pengujian mulai dilakukan terhadap
senyawa-senyawa toksik baik dari alam maupun sintetik yang diujikan pada
hewan uji (in vivo).
Dari hasil pengujian ketoksikan, dapat menentukan batas keamanan
yang paling tepat dari suatu zat kimia jikalau digunakan sehingga
kemungkinan efek toksik yang timbul sedapat mungkin diminimalisir. Namun
batas keamanan yang didapatkan merupakan batas keamanan tunggal dari
senyawa kimia tersebut. Dimungkinkan terjadi terpapar 2 atau lebih zat kimia
berbahaya yang dapat menimbulkan efek toksik. Dengan terpapar 2 atau lebih
jenis zat kimia dimungkinkan terjadinya peningkatan efek toksik bisa dengan
timbulnya efek toksik yang lebih kuat atau bisa dengan terjadinya penurunan
dosis dari zat kimia dalam menimbulkan efek toksik. Dari percobaan kali ini
praktikan mengambil sampel zat beracun berupa baygon cair untuk
menentukan LD50 pada tikus.
Penentuan LD 50 Dengan Metode Thomson dan Weil | 1
1.2 Tujuan Percobaan Mempelajari ED dan LD 50 suatu sediaan obat
Mempelajari batas keamanan suatu sediaan obat
1.3 Hipotesis
Dengan pemberian kafein 10% dalam dosis 600 mg/kg secara subkutan pada
hewan coba yaitu katak, akan menimbulkan kematian setengah dari jumlah
kelompok dalam waktu 2 jam.
Penentuan LD 50 Dengan Metode Thomson dan Weil | 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Uji Toksisitas merupakan bagian dari toksikologi, adapun toksikologi
sendiri didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari aksi berbahaya zat kimia atas
system biologi (Loomis, 1978). Doull and Bruce (1986), mendefinisikan
toksikologi sebagai ilmu yang mempelajari berbagai pengaruh zat kimia yang
merugikan atas sistem biologi. Timbrell (1989), mendefinisikan toksikologi
sebagai ilmu yang mempelajari antaraksi antara zat kimia dan sistem biologi
(Loomis, 1978).
Uji Toksisitas dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu uji toksisitas
tak khas dan uji toksisitas khas.Uji toksisitas tak khas adalah uji toksisitas yang
dirancang untuk mengevaluasi keseluruhan efek toksik suatu senyawa pada aneka
ragam jenis hewan uji.Termasuk dalam golongan ini adalah uji toksisitas akut, uji
toksisitas subkronis, dan uji toksisitas kronis.Sedangkan yang dimaksud dengan
uji toksisitas khas adalah uji yang dirancang untuk mengevaluasi secara rinci efek
khas suatu senyawa pada aneka ragam hewan uji.Termasuk dalam golongan uji
potensiasi, uji kekarsinogenikkan, uji kemutagenikan, uji keteratogenikan, uji
reproduksi, uji kulit, dan uji perilaku (Donatus, 1990).
Uji Toksisitas Akut
Uji toksisitas akut merupakan uji toksisitas terhadap suatu senyawa yang
diberikan dengan dosis tunggal pada hewan uji serta diamati selama 24 jam atau
dalam hal tertentu selama 7-14 hari. Maksud uji tersebut adalah untuk
menentukkan gejala yang timbul sebagai akibat pemberian suatu senyawa dan
menentukkan tingkat letalitasnya (Loomis, 1978).
Uji toksisitas akut dilakukan untuk menentukkan efek toksik suatu
senyawa dalam waktu singkat setelah pemejanan.Uji ketoksikkan dikerjakan
dengan memberikan dosis tunggal senyawa uji pada hewan uji (sekurang-
kurangnya 2 jenis hewan uji roden atau miroden, jantan maupun betina).Takaran
dosis yang dianjurkan paling tidak 4 peringkat dosis dari dosis rendah yang tidak
mematikan hewan uji sampai dosis tertinggi yang mematikan seluruh hewan
uji.Pengamatan yang dilakukan meliputi gejala klinis, jumlah hewan yang mati
dan histopatologi organ (Donatus, 1990).Tujuan uji toksisitas akut suatu obat
Penentuan LD 50 Dengan Metode Thomson dan Weil | 3
adalah untuk menetapkan potensi toksisitas akut (LD50), menilai berbagai gejala
klinis, spektrum efek toksik, dan mekanisme kematian.Untuk uji toksisitas akut
obat perlu dilakukan pada sekurang-kurangnya satu spesies hewan coba biasanya
spesies pengerat yaitu mencit, dewasa atau muda dan mencakup kedua jenis
kelamin.Sampel hewan coba untuk masing-masing kelompok perlakuan perlu
mencukupi jumlahnya untuk memungkinkan estimasi insiden dan frekuensi efek
toksik.Biasanya digunakan 4-6 kelompok mencit yang masing-masing kelompok
terdiri dari 4 ekor mencit jantan dan 4 ekor mencit betina. Pengamatan aktivitas
biologi yang dilakukan pada uji toksisitas akut dapat berupa pengamatan gejala-
gejala klinis, kematian hewan uji, atau pengamatan histopatologi organ.Adapun
data yang diperoleh pada uji toksisitas dapat berupa data kuantitatif yang
dinyatakan dengan LD50 atau data kuantitatif yang berupa penampakan klinis dan
morfologi efek toksik senyawa uji. Data LD50 yang diperoleh digunakan untuk
potensi ketoksikan akut senyawa relatif terhadap senyawa lain dan untuk
memperkirakan takaran dosis uji toksikologi lainnya (Donatus, 1990).
LD50 didefinisikan sebagai dosis tunggal suatu zat yang secara statistik
diharapkan akan membunuh 50% hewan coba, juga dapat menunjukkan organ
sasaran yang mungkin dirusak dan efek toksik spesifiknya, serta memberikan
petunjuk dosis yang sebaiknya digunakan dalam pengujian yang lebih lama.
Evaluasi juga terhadap kelainan tingkah laku, stimulasi atau depresi SSP, aktivitas
motorik dan pernapasan untuk mendapat gambaran tentang sebab kematian
(Donatus, 1990).
Kondisi Efek Toksik Kondisi efek toksik adalah faktor yang dapat
mempengaruhi keefektifan absorpsi, distribusi dan eliminasi zat beracun di dalam
tubuh sehingga akan menentukkan keberadaan zat kimia utuh atau metabolitnya
dalam sel sasaran serta toksisitasnya, atau keefektifan antaraksinya dengan sel
sasaran. Kondisi efek toksik adalah kondisi pemejanan yang meliputi jenis
pemejanan (akut-kronis), jalur pemejanan (intravaskuler dan ekstravaskuler), lama
dan kekerapan pemejanan dan takaran atau dosis pemejanan.Selain ini termasuk
pula dalam kondisi efek toksik ialah subyek atau makhluk hidup yang meliputi
keadaan fisiologis (berat badan, umur, suhu tubuh, kecepatan pengosongan
lambung, kecepatan alir darah, status gizi, kehamiloan, genetika, jenis kelamin,
Penentuan LD 50 Dengan Metode Thomson dan Weil | 4
keadaan patologi seperti penyakti saluran cerna, kardiovaskular, hati dan ginjal)
(Donatus, 1990).
Mekanisme Aksi Efek Toksik Zat beracun setelah masuk ke dalam tubuh
akan mengalami distribusi sampai cairan ekstrasel atau intrasel. Karena itu,
berdasarkan atas sifat dan tempat kejadiannya, mekanisme aksi toksik zat kimia
dibagi menjadi dua yaitu mekanisme luka intrasel dan luka ekstrasel.Mekanisme
luka intrasel adalah luka sel yang diawali oleh aksi langsung zat beracun atau
metabolitnya pada tempat aksi tertentu di dalam sel sasaran.Karena itu,
mekanisme ini disebut juga mekanisme langsung atau mekanisme primer.
Mekanisme luka ekstrasel terjadi secara tidak lansung. Artinya, zat beracun pada
awalnya bereaksi di lingkungan luar sel dengan akibat terjadinya luka di dalam
sel. Karenanya, mekanisme ini disebut juga mekanisme tidak langsung atau
sekunder. Dengan memahami mekanisme aksi toksik zat beracun maka dapat
diketahui penyebab timbulnya keracunan berkaitan dengan wujud dan sifat toksik
yang terjadi (Donatus, 1990).
Sifat Efek Toksik
Terdapat 2 jenis sifat efek toksik zat beracun, yaitu sifat terbalikkan dan
tak terbalikkan. Sifat efek toksik terbalikkan yaitu mempunyai ciri-ciri :
Bila kadar beracun yang ada dalam tempat aksi atau reseptor tertentu telah habis,
maka reseptor tersebut akan kembali pada kedudukan semula. Efek toksik yang
ditimbulkan akan lebih cepat normal. Ketoksikkan racun tergantung pada takaran
serta kecepatan absorpsi, distribusi dan eliminasi racun. Sifat efek toksik tak
terbalikkan mempunyai ciri-ciri : Kerusakan yang terjadi sifatnya menetap.
Pemejanan berikutnya dengan racun akan menimbulkan kerusakkan yang sifatnya
sama sehingga memungkinkan terjadinya penumpukkan efek toksik. Pemejanan
dengan takaran yang sangat kecil dalam jangka panjang akan menimbulkan efek
toksik yang seefektif dengan yang ditimbulkan oleh pemejanan racun dengan
takaran besar dalam jangka pendek (Donatus, 1990).
Gejala Toksik
Gejala efek toksik yang diamati dalam praktikum ini meliputi : Gangguan
pada saraf pusat dan somatomotor
Penentuan LD 50 Dengan Metode Thomson dan Weil | 5
Tremor
Tremor terjadi tanpa disadari, merupakan gerakan bolak-balik beritme
yang mungkin mempengaruhi otot tubuh tertentu.Tremor disebabkan karena
adanya kontraksi dan relaksasi otot yang terjadi bolak-balik dan secara
cepat.Tremor merupakan gejala umum dari kelainan syaraf.
Konvulsi
Konvulsi adalah kondisi medik dimana otot tubuh dan berelaksasi dengan
cepat dan terulang yang menghasilkan goncangan tubuh.
Gangguan pernafasan
Dispnea
Dispnea berasal dari bahasa latindyspnoea, dari bahasa Yunani dyspnoos
yang artinya nafas yang pendek. Dispnea merupakan gejala umum dari semua
jenis penyakit.Dispnea adalah kondisi dimana seseorang mengalami nyeri saat
bernafas.
Bradipnea
Bradipnea berasal dari bahasaYunani bradys yang artinya lambat dan
pnoia yang artinya nafas. Jadi bradipnea dapat diartikan sebagai kondisi dimana
laju nafas lebih lambat disbanding laju nafas normal. Laju nafas pada bradipnea
tergantung dari usia pasien.
Diare
Diare terjadi ketika cairan yang tidak mencukupi diserap oleh usus besar.
Sebagai bagian dari proses digesti atau karena masukan cairan, makanan
tercampur dengan sejumlah besar air. Oleh karena itu makanan yang dicerna
terdiri dari cairan sebelum mencapai usus besar. Usus besar menyerap air,
meninggalkan material yang lain sebagai kotoran yang setengah padat. Bila usus
besar rusak atau mengalami inflamasi, penyerapan tidak terjadi secara sempurna
dan hasilnya adalah kotoran yang berair.
Penentuan LD 50 Dengan Metode Thomson dan Weil | 6
BAB IIIMETODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Enam belas ekor mencit berat 20 gram, dibagi empat kelompok
masing-masing terdiri dari atas empat ekor mencit.
Larutan Kafein 10%
Katak
Timbangan hewan
Alat suntik
3.2 Cara Kerja
Disuntikan kafein 10% secara subkutan pada katak berdasarkan
kelompok kerja.
Kelompok I : 400mg/kg bb
Kelompok II : 600mg/kg bb
Kelompok III : 900mg/kg bb
Kelompok IV : 1350mg/kg bb
Kelompok V : 400mg/kg bb
Kelompok VI : 600mg/kg bb
Kelompok VII : 900mg/kg bb
Kelompok VIII : 1350mg/kg bb
Kematian yang terjadi dalam waktu 2 jam dicatat kemudian dihitung
LD50nya.
Penentuan LD 50 Dengan Metode Thomson dan Weil | 7
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hewan coba : Katak
Dosis : 600 mg/kg bb
Konsentrasi kafein : 10%
Katak I
Berat = 24 gram
dosis1000 g
xx
bb hewan
0,61000 g
xx
24 gram
X=0,6 .241000
X=0,0144
Konsentrasi 10 % (kafein)
10 gram100 ml
x0,0144
y
Y=100 . 0,014410
Y=0,144 ml
Katak II
Berat = 25 gram
dosis1000 g
xx
bb hewan
0,61000 g
xx
25 gram
X=0,6 .251000
X=0,015
Konsentrasi 10 % (kafein)
10 gram100 ml
x0,015
y
Y=100 . 0,01510
Y=0,15 ml
Katak III
Berat = 24 gram
dosis1000 g
xx
bb hewan
0,61000 g
xx
24 gram
X=0,6 .241000
X=0,0144
Konsentrasi 10 % (kafein)
10 gram100 ml
x0,0144
y
Y=100 . 0,014410
Y=0,144 ml
Katak IV
Berat = 25 gram
dosis1000 g
xx
bb hewan
Penentuan LD 50 Dengan Metode Thomson dan Weil | 8
0,61000 g
xx
25 gram
X=0,6 .251000
X=0,015
Konsentrasi 10 % (kafein)
10 gram100 ml
x0,015
y
Y=100 . 0,01510
Y=0,15 ml
4.2 Perhitungan LD 50Hasil observasi setelah 2 jam :
Kelompok V : tidak ada yang mati
Kelompok VI : tidak ada yang mati
Kelompok VII : mati 2 ekor
Kelompok VIII : mati 4 ekor
Maka harga r adalah : 0,0,2,4
Log LD 50 = log D + d ( f + 1 )
D = 400 mg/kg
d=log600400
=log900600
=log1350900
=log 112=0.176
f = 1,0000
df = 0,28868
Log LD 50 = log 400 + log 112
( 1,0000 + 1)
= 2,602 + 0,352
= 2,954
LD 50 = 899,4975 mg/kg
Berarti LD 50 kafein yang diberikan secara subkutan pada katak adalah
899,4975 mg/kg berat badan.
Untuk mengetahui kisaran dari LD 50 dipakai rumus :
Log LD 50 ± 2 d . df
Penentuan LD 50 Dengan Metode Thomson dan Weil | 9
2,954 ± 2 log 112
x 0,28868
2,954 ± 2 . 0,176 x 0,28868
2,954 ± 0,1016
2,8524 ------- 3,0556
Dibuat anti log dari harga 2,8524 dan 3,0556, maka kisaran LD 50 adalah :
711,8688 mg/kg sampai 1.136,5799 mg/kg berat badan.
4.3 Pembahasan
Uji toksisitas akut adalah salah satu uji pra-klinik. Uji ini dirancang
untuk mengukur derajat efek toksik suatu senyawa yang terjadi dalam
waktu singkat, untuk pemberiannya dalam dosis tunggal. Tolak ukur
kuantitatif yang paling sering digunakan untuk menyatakan kisaran dosis
letal atau toksik adalah dosis letal tengah (LD50). Terdapat 3 metode yang
paling sering digunakan untuk menghitung harga LD50 yaitu metode
grafik Lithfield & Wilcoxon, metode kertas grafik probit logaritma Miller
dan Tainter, dan metode rata – rata bergerak Thompson-Weil yang
didasarkan pada kekerabatan antara peringkat dosis dan % hewan yang
menunjukan respon. Sedangkan data kualitatif yang diperoleh meliputi
penampakan klinis, morfologis, reaksi fisiologis, dan mekanisme efek
toksik.
LD50 (lethal dose 50) menunjukkan dosis dalam miligram tiap
kilogram berat badan yang miligram tiap kilogram berat badan yang
mengakibatkan kematian setengah (50%) dari mengakibatkan kematian
setengah (50%) dari populasi binatang percobaan pada waktu
tertentu.populasi binatang percobaan pada waktu tertentu. Bila tidak
terdapat kematian pada dosis tertentu yang diberikan maka disebut LD0.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, jumlah
kematian katak selama 2 jam dengan kafein konsentrasi 10 % adalah 0
ekor, sedangkan 4 lainnya masih hidup dengan reaksi fisiologis yang
sering ditimbulkan diam saja, kelihatannya lemas dan righting refleksnya
masih bagus. Tetapi pada kelompok lain yang perlakuannya menggunakan
Penentuan LD 50 Dengan Metode Thomson dan Weil | 10
dosis yang lebih tinggi terdapat kematian pada hewan coba. Yakni pada
kelompok VII dengan dosis 900 mg/kg dengan jumlah hewan coba yang
mati yaitu 2 ekor dan kelompok VIII dengan dosis 1350 mg/kg berat
badan dengan jumlah hewan coba yang mati yaitu 4 ekor. Bila dihitung
dengan mencari nilai dari LD 50 yaitu didapatkan nilai sebesar 899,4975
mg/kg dan kisaran dari LD 50 ini didapat 711,8688 mg/kg sampai
1.136,5799 mg/kg berat badan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi nilai letal dosis suatu zat, tingkat kematian hewan percobaan
semakin tinggi.
Penentuan LD 50 Dengan Metode Thomson dan Weil | 11
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, diperoleh
beberapa simpulan sebagai berikut.
LD 50 kafein yang diberikan secara subkutan pada katak adalah
899,4975 mg/kg berat badan.
Maka kisaran LD 50 adalah : 711,8688 mg/kg sampai 1.136,5799
mg/kg berat badan.
Dalam waktu 2 tidak terjadi kematian sama sekali pada hewan
coba membuktikan bahwa pada dosis tersebut masih belum
menunjukkan efek toksisitas dari kaffein 10%.
Penentuan LD 50 Dengan Metode Thomson dan Weil | 12
DAFTAR PUSTAKA
Atmojo, D.D. 2009. Uji ToksisitasAkut Penentuan LD50 Ekstrak Valerian
Valeriana officinalis) terhadap Mencit BAL B/C.
http://eprints.undip.ac.id/7861/1/danang_Dwi_Atmodjo.pdf . 14 Desember
2012
Lu, F. C., 1995, Basic Toxicology : Fundamentals, Target Organs, and Risk
Assesment, Edisi II, 85-89, VI Press, Jakarta.
Loomis, T.A., 1978, Toksikologi Dasar, diterjemahkan oleh Imono Argo Donatos,
Edisi III, IKIP Semarang Press, Semarang
Donatus, I. A., 1990, Toksikologi Pangan, Edisi I, 142-152, PAU Pangan dan
Gizi, UGM Press, Yogyakarta
Penentuan LD 50 Dengan Metode Thomson dan Weil | 13