79
BAB III TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI MEDAN 3.1. Sarana dan Prasarana Fisik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan pada tanggal 11 Agustus 1928 dan sejak tanggal 27 Desember 2001 dikelola oleh Pemerintah Kota Medan dengan status Rumah Sakit Swadana dengan nama Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan. RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah rumah sakit kelas B Pendidikan yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medis spesialis dasar, spesialis luas dan beberapa sub spesialis. RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan terletak di Jl. Prof. H. M. Yamin, kelurahan Perintis Kemerdekaan kecamatan Medan Timur. Kepegawaian RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan meliputi tenaga medis, tenaga non medis, apoteker, tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga umum, dan tenaga kesehatan lainnya. 3.2. Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh seorang Direktur RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 3 orang wakil direktur yaitu: 1. Wakil Direktur bidang administrasi umum 2. Wakil Direktur bidang pelayanan medis dan keperawatan 3. Wakil Direktur bidang sumber daya manusia dan pendidikan. Universitas Sumatera Utara

Farmasi Gagal Ginjal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

farmasi

Citation preview

  • BAB III

    TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

    Dr. PIRNGADI MEDAN

    3.1. Sarana dan Prasarana Fisik

    Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan pada

    tanggal 11 Agustus 1928 dan sejak tanggal 27 Desember 2001 dikelola oleh

    Pemerintah Kota Medan dengan status Rumah Sakit Swadana dengan nama

    Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.

    RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah rumah sakit kelas B Pendidikan yang

    mempunyai fasilitas dan kemampuan medis spesialis dasar, spesialis luas dan

    beberapa sub spesialis.

    RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan terletak di Jl. Prof. H. M. Yamin,

    kelurahan Perintis Kemerdekaan kecamatan Medan Timur. Kepegawaian RSUD

    Dr. Pirngadi Kota Medan meliputi tenaga medis, tenaga non medis, apoteker,

    tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga umum, dan tenaga kesehatan lainnya.

    3.2. Struktur Organisasi

    RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh seorang Direktur RSUD

    Dr. Pirngadi Kota Medan yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 3

    orang wakil direktur yaitu:

    1. Wakil Direktur bidang administrasi umum

    2. Wakil Direktur bidang pelayanan medis dan keperawatan

    3. Wakil Direktur bidang sumber daya manusia dan pendidikan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 31

    Selain itu direktur RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan juga dibantu oleh

    kelompok jabatan fungsional yang terdiri dari Staf Medik Fungsional dan Instalasi

    yang bertanggung jawab kepada Kepala RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Salah

    satu instalasi tersebut adalah Instalasi Farmasi yang bertugas mengatur dan

    menyelenggarakan semua kegiatan kefarmasian di rumah sakit.

    3.3. Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Medan

    Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan salah satu

    unit fungsional yang dipimpin oleh seorang apoteker dan dalam melaksanakan

    tugasnya bertanggung jawab secara langsung kepada direktur RSUD Dr. Pirngadi

    Kota Medan. Dalam melaksanakan tugasnya Instalasi Farmasi mempunyai motto;

    Obat Yang Bermutu dan Terjangkau Adalah Yang Utama. Instalasi Farmasi

    juga menetapkan visi dan misi untuk mencapai target yang diinginkan.

    Visinya yaitu: Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang cepat, tepat dan

    bermutu dalam menunjang RSU Dr. Pirngadi Kota Medan MANTAP TAHUN

    2010 (Mandiri, Tanggap dan Professional).

    Misinya yaitu:

    1. Melakukan pengelolaan Farmasi Produk yang meliputi :

    a. Melaksanakan pengelolaan dan pelayanan obat kepada pasien secara

    CERMAT, CEPAT dan TEPAT.

    b. Menyediakan dan memberi pelayanan akan obat-obatan yang bermutu

    dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat dengan mengutamakan

    pemakaian obat generik berlogo.

    Universitas Sumatera Utara

  • 32

    c. Menyediakan alat kesehatan yang bermutu baik dengan harga yang

    terjangkau bagi masyarakat terutama pasien di rumah sakit.

    2. Menyelenggarakan informasi obat kepada pasien dan tenaga medis yang

    membutuhkannya di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan sebagai salah satu

    bentuk pelayanan farmasi klinis.

    3. Mengembangkan pelayanan Farmasi Klinis sebagai berikut :

    (1) Melakukan konseling; (2) Monitoring Efek Samping Obat; (3)

    Pencampuran obat suntik secara aseptis; (4) Menganalisa efektivitas biaya;

    (5) Penentuan kadar obat dalam darah; (6) Penanganan obat sitostatika; (7)

    Penyiapan Parenteral Nutrisi; dan (8) Pengkajian penggunaan obat.

    4. Mengadakan perbaikan pelayanan Farmasi Produk dan Farmasi Klinis

    secara terus menerus dan berkesinambungan.

    3.3.1. Sub Instalasi Perbekalan

    Sub Instalasi Perbekalan Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang apoteker

    dan bertugas untuk membantu dan menunjang fungsi Instalasi Farmasi Rumah

    Sakit dalam hal perencanaan, pengadaan, dan penyimpanan perbekalan farmasi

    sesuai kebutuhan rumah sakit.

    Sub Instalasi Perbekalan farmasi dibagi atas 2 bagian, yaitu :

    a. Unit Perencanaan dan Pengadaan.

    Unit Perencanaan dan Pengadaan mempunyai tugas sebagai berikut, yaitu:

    Merencanakan seluruh kebutuhan rumah sakit mulai dari perbekalan farmasi serta alat kesehatan. Perencanaan ini dilakukan berdasarkan data

    Universitas Sumatera Utara

  • 33

    pemakaian periode yang lalu, sisa stok, pola penyakit dan kemudian

    ditambahkan sebesar 10%.

    Memesan dan menyediakan perbekalan farmasi sesuai permintaan untuk kebutuhan rumah sakit.

    Unit perencanaan dan pengadaan melakukan pemesanan kebutuhan bahan-

    bahan obat dan alat kesehatan untuk kebutuhan selama 1 bulan berdasarkan

    permintan dari gudang, kecuali ada permintaan kebutuhan khusus yang mendesak.

    Prinsip pengadaan perbekalan farmasi yaitu tersedianya seluruh kebutuhan

    perbekalan farmasi dengan jenis dan jumlah yang memadai. Proses pengadaan

    kebutuhan perbekalan farmasi dapat dijelaskan melalui tahap berikut:

    Sub instalasi distribusi meminta barang ke gudang dengan menyerahkan formulir B2 (Formulir Daftar Permintaan dan Pengeluaran farmasi). Jika

    barang yang diminta hampir habis (dilihat dari kartu stok gudang dan

    daftar permohonan pembelian dari gudang) maka gudang membuat

    Permohonan Pembelian Barang dan menyerahkannya pada unit

    pengadaan.

    Unit pengadaan memesan perbekalan farmasi dengan menggunakan surat pesanan/order pembelian kepada PBF setelah disetujui dan ditandatangani

    oleh Kepala Instalasi Farmasi dan disetujui oleh Kepala RSUD Dr.

    Pirngadi Kota Medan. Untuk obat Askes, surat pesanan selain

    ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi dan disetujui oleh Kepala

    RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan juga harus diketahui oleh pihak PT.

    Askes.

    Universitas Sumatera Utara

  • 34

    Untuk pengadaan obat golongan narkotika (seperti codein, pethidin) dan psikotropika (seperti diazepam, luminal) dilakukan oleh unit pengadaan

    menggunakan form N-9 kepada PT. Kimia Farma dengan surat pesanan

    yang ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi atau apoteker yang ada

    ditempat.

    Barang pesanan kemudian diantar oleh PBF ke gudang dengan membawa faktur pembelian. Oleh petugas unit gudang barang diperiksa

    kesesuaiannya dengan faktur dan surat pesanan, meliputi : jenis, jumlah,

    tanggal kadaluarsa, nomor batch, dan kondisi barang. Barang yang

    diterima dibukukan pada Buku Barang Masuk dan Kartu Stok, kemudian

    faktur ditandatangani oleh penerima barang di unit gudang. Jika barang

    yang diterima tidak sesuai dengan faktur maka barang akan dikembalikan.

    Setelah memasukkan barang pihak PBF menitipkan faktur untuk diperiksa. Sebelum jatuh tempo pihak PBF datang mengantar kwitansi. Unit

    pengadaan membuat pembukuan barang yang masuk.

    b. Unit Gudang

    Unit gudang bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan

    farmasi, yang dikelompokkan menjadi 2 jenis gudang yaitu:

    1. Gudang obat-obatan

    Bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi

    misalnya sediaan parenteral, sediaan oral, sediaan topikal dan lain-lain.

    Gudang obat-obatan terbagi dua yaitu gudang obat Askes dan gudang obat

    Universitas Sumatera Utara

  • 35

    swakelola. Penyusunan obat-obatan dilakukan berdasarkan bentuk sediaan dan

    diurutkan berdasarkan abjad.

    2. Gudang alat kesehatan habis pakai.

    Bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi dan

    alat-alat kesehatan habis pakai seperti plester, kapas, infuse set, dan lain-lain.

    Bahan-bahan cairan seperti alkohol, formalin, hidrogen peroksida, juga

    disimpan di gudang alat kesehatan habis pakai.

    Pihak gudang mencatat dan meminta perbekalan farmasi yang

    persediaannya hampir habis ke pengadaan setiap 1 bulan sekali yang ditulis dalam

    lembar Permohonan Pembelian Barang Medis (Formulir P.1) rangkap dua. Akan

    tetapi pada keadaan tertentu, permintaan perbekalan Farmasi ke pengadaan dapat

    dilakukan lebih dari satu kali dalam satu bulan. Setelah Permohonan Pembelian

    Barang Medis dikirim ke pengadaan, maka pengadaan membuat order pembelian.

    PBF mengantar barang yang diorder disertai faktur rangkap 7, yang ditujukan

    untuk:

    - Satu lembar untuk gudang

    - Satu lembar untuk pengadaan

    - Lima lembar untuk pembayaran.

    Oleh petugas gudang, barang diperiksa kesesuaiannya dengan faktur dan

    surat pesanan meliputi: jenis, jumlah, tanggal kadaluarsa, nomor batch, kondisi

    barang. Apabila telah sesuai maka barang yang diantar dicatat di buku barang

    masuk disertai potongan harganya, kemudian dicatat di kartu stok gudang. Harga

    Universitas Sumatera Utara

  • 36

    di buku barang masuk gudang sudah disesuaikan dengan Harga Pokok Penjualan

    (HPP) yaitu harga modal ditambah PPn 10%.

    Keluar masuknya perbekalan farmasi dari gudang harus dicatat dalam

    Buku Besar Barang Masuk dan Barang Keluar kemudian dicatat dalam kartu stok

    gudang. Gudang mengeluarkan barang berdasarkan permintaan dari sub Instalasi

    Distribusi dengan menggunakan Formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran

    Farmasi) rangkap 3.

    Penyimpanan dan pengeluaran perbekalan farmasi berdasarkan prinsip

    FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out). Obat-obat

    narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus yang terkunci. Obat-

    obat yang penyimpanannya pada suhu tertentu seperti serum, vaksin dan

    supositoria disimpan dalam lemari pendingin. Setiap akhir bulan petugas gudang

    membuat laporan sisa stok dan menghitung jumlah dan kondisi perbekalan

    farmasi dan alat kesehatan di gudang.

    3.3.2. Sub Instalasi Distribusi

    Sub Instalasi Distribusi di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh

    seorang apoteker. Distribusi obat dan alat kesehatan (perbekalan farmasi)

    merupakan fungsi utama pelayanan farmasi rumah sakit. Hal terpenting yang

    harus diperhatikan adalah menjamin pemberian obat yang benar dan tepat kepada

    pasien sesuai dengan dosis dan jumlah yang tertulis pada resep/kartu obat.

    Sistem distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan dan pasien

    rawat inap dilakukan berdasarkan resep perorangan (Individual Prescription).

    Untuk pasien rawat inap umum dilakukan berdasarkan pada kartu obat, sedangkan

    Universitas Sumatera Utara

  • 37

    untuk pasien rawat inap Askes, Jamkesmas, Medan Sehat dilakukan berdasarkan

    One Day Dose Dispensing (ODDD). Namun untuk memenuhi permintaan

    perbekalan farmasi pada sore dan malam hari (emergency) dilakukan sistem floor

    stock di setiap ruang rawat inap.

    One Day Dose Dispensing (ODDD) merupakan sistem distribusi sesuai

    dengan jumlah yang ditetapkan untuk satu hari pemakaian. Sistem ini melibatkan

    apoteker dalam memonitor penyampaian seluruh perbekalan farmasi kepada

    pasien sehingga penggunaan obat yang rasional dan efektif dapat tercapai.

    Secara umum sistem pemasukan dan pengeluaran perbekalan farmasi pada

    sub instalasi distribusi adalah sebagai berikut:

    Sub Instalasi Distribusi meminta perbekalan farmasi ke gudang berdasarkan besarnya kebutuhan rumah sakit dan keadaan stok barang setiap minggu

    melalui formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi). Formulir

    ini terdiri dari tiga rangkap, yaitu lembar berwarna putih untuk bagian

    adminitrasi, lembar kuning untuk bagian distribusi dan lembar merah untuk

    bagian gudang.

    Sub instalasi distribusi menerima barang dari gudang dan menyalurkannya ke ruangan. Ruangan meminta barang ke sub instalasi farmasi dengan

    menyerahkan formulir B2 (Daftar Permintaan dan Penggunaan Farmasi) yang

    terdiri dari tiga rangkap, yaitu lembar berwarna putih untuk bagian

    adminitrasi, lembar kuning untuk bagian ruangan yang bersangkutan dan

    lembar merah sebagai arsip bagi sub instalasi distribusi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 38

    Sistem pengawasan terhadap pemasukan dan pengeluaran barang ke dan

    dari sub instalasi distribusi dilakukan dengan cara cross check dengan pihak sub

    instalasi administrasi setiap bulan.

    Pelaksanaan pendistribusian perbekalan farmasi yang dilakukan meliputi :

    a. Pelayanan farmasi pada pasien Askes, Jamkesmas, Medan Sehat rawat inap

    dan rawat jalan.

    b. Pelayanan farmasi pasien umum rawat inap dan rawat jalan

    c. Apotek Satelit Instalasi Gawat Darurat (IGD)

    d. Apotek Satelit Central Operation Theatre (COT)

    e. Distribusi ruang perawatan/poliklinik

    3.3.2.1. Pelayanan Farmasi Rawat Jalan

    Pelayanan farmasi rawat jalan melayani pasien umum, pasien Askes,

    Jamkesmas dan Medan Sehat. Pasien ini berasal dari poliklinik seperti internis

    (penyakit dalam), THT, paru, mata, gigi, neurology, obgyn, dan lain-lain.

    a. Pelayanan farmasi pada pasien umum

    Pasien umum adalah masyarakat umum yang datang untuk berobat ke rumah sakit

    dan harus membayar pengobatannya sendiri karena tidak mempunyai jaminan

    kesehatan apapun.

    Prosedur pelayanan farmasi pada pasien umum sebagai berikut:

    1. Pasien memberi resep kepada asisten apoteker.

    2. Resep diberi harga, jika pasien setuju bayar maka obat segera disiapkan

    oleh asisten apoteker.

    Universitas Sumatera Utara

  • 39

    3. Obat diserahkan oleh apoteker kepada pasien serta diberikan pelayanan

    informasi obat yang dibutuhkan. Kemudian pasien juga diberikan kuitansi

    (rangkap dua) dimana lembar asli diberikan pada pasien dan lembar copy

    sebagai pertinggal di apotek.

    4. Resep asli dan kuitansi disimpan pihak apotek untuk diserahkan ke bagian

    administrasi agar diperiksa kembali dan diarsipkan. Nomor resep sesuai

    dengan nomor kuitansi. Uang yang diterima akan diambil oleh juru pungut

    keesokan harinya.

    b. Pelayanan farmasi pada pasien Askes

    Pelayanan farmasi pada peserta Askes adalah pasien yang berasal dari

    instansi pemerintahan seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang disebut Askes

    sosial. Untuk menjadi peserta Askes berlaku beberapa ketentuan lain diantaranya

    semua peserta Askes adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) beserta keluarga yang

    meliputi istri dan 2 orang anak. Untuk anak, maksimum sampai umur 21 tahun,

    kecuali masih kuliah bisa sampai umur 25 tahun dengan adanya surat keterangan

    masih aktif kuliah. Untuk pasien Askes tidak dipungut biaya langsung, tapi pihak

    rumah sakit akan menagih biaya tersebut pada PT. Askes, penagihan ini akan

    dilakukan sebulan sekali. Pemilihan jenis dan jumlah obat bagi pasien Askes

    berdasarkan standar DPHO, umumnya untuk obat oral diberikan untuk tiga hari

    pemakaian.

    Prosedur pelayanan farmasi pada pasien Askes sebagai berikut:

    Pasien yang datang dari poliklinik membawa kertas resep rangkap tiga serta fotocopy kartu peserta askes.

    Universitas Sumatera Utara

  • 40

    Resep askes akan diperiksa oleh tim legalisasi dari pihak askes Jika sudah diperiksa dan sesuai, obat akan disiapkan, dikemas dan diberi etiket Obat diberikan kepada pasien disertai dengan penjelasan cara pemakaian obat. Pasien menandatangani daftar peserta Askes c. Pelayanan farmasi pada pasien kredit

    Pasien kredit disebut juga dengan pasien Askes sukarela yang berasal dari

    perusahaan swasta atau BUMN. Syarat yang berlaku bagi peserta Askes sukarela

    sesuai dengan peraturan perusahaan. Untuk pasien kredit ini tidak dipungut biaya

    langsung, tapi pihak rumah sakit akan menagih biaya tersebut pada perusahaan

    yang bersangkutan dan penagihan ini akan dilakukan sebulan sekali. Bagi pasien

    kredit pemilihan obat tidak terkait dengan jenis dan merek.

    Prosedur pelayanan farmasi pada pasien kredit sebagai berikut:

    Pasien yang datang dari poliklinik membawa kertas resep rangkap tiga serta fotocopy kartu peserta anggota perusahaan.

    Resep kredit akan diperiksa oleh tim legalisasi dari pihak perusahaan Jika sudah diperiksa dan sesuai, obat akan disiapkan, dikemas dan diberi etiket Obat diberikan kepada pasien disertai dengan penjelasan cara pemakaian obat. Pasien menandatangani daftar peserta anggota. c. Prosedur pelayanan farmasi pada pasien Jamkesmas

    Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) adalah suatu program

    pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini

    diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka

    mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin.

    Universitas Sumatera Utara

  • 41

    Peserta Jamkesmas adalah semua anggota keluarga yang termasuk dalam kartu

    keluarga yang dinyatakan miskin oleh lurah setempat.

    Untuk pasien Jamkesmas, pemberian obat berdasarkan formularium

    Jamkesmas. Penagihan biaya dilakukan satu bulan sekali setelah semua berkas

    dan datadata terkumpul dan telah diperiksa oleh apoteker dan disetujui oleh

    Kepala Instalasi Farmasi.

    Ada beberapa syarat yang berlaku untuk pasien Jamkesmas diantaranya:

    Kertas resep rangkap tiga

    Membawa fotokopi kartu Jamkesmas atau Askeskin lama

    Memiliki SJP

    Protokol terapi untuk obat-obat khusus dan hasil pemeriksaan laboratorium.

    Berikut adalah prosedur pelayanan farmasi pasien Jamkesmas :

    1) Pasien Jamkesmas dari poliklinik datang ke pelayanan farmasi.

    2) Petugas farmasi memeriksa kelengkapan resep, memberi nomor pada resep,

    memberi nomor antrian pada pasien dan mencatat di buku.

    3) Legalisasi resep oleh tim legalisasi.

    4) Menyiapkan obat, memasukkan kedalam wadah dan memberi etiket.

    5) Petugas farmasi memberikan obat kepada pasien sambil menginformasikan

    cara pemakaian obat.

    6) Pasien menandatangani daftar peserta Jamkesmas

    d. Prosedur pelayanan farmasi pada pasien Medan Sehat

    Medan Sehat (MS) adalah salah satu program pemerintah daerah kota

    Medan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi warga kota Medan yang

    Universitas Sumatera Utara

  • 42

    tidak mempunyai jaminan kesehatan apapun seperti Jamkesmas atau Askes. Jika

    pasien mampu tidak diperbolehkan mengikuti program Medan Sehat ini

    contohnya seperti; pengusaha. Untuk pasien Medan Sehat, pemberian obat

    berdasarkan formularium Jamkesmas. Penagihan biaya dilakukan satu bulan

    sekali setelah semua berkas dan datadata terkumpul dan telah diperiksa oleh

    apoteker dan disetujui oleh Kepala Instalasi Farmasi. Selain itu ada beberapa

    syarat yang berlaku untuk pasien Medan Sehat diantaranya:

    Pasien membawa resep

    Membawa fotocopy KTP dan Kartu keluarga

    Memiliki Surat Jaminan Kesehatan (SJP)

    Protokol terapi untuk obat-obat khusus dan hasil pemeriksaan

    laboratorium.

    Prosedur pelayanan farmasi pada pasien Medan Sehat:

    1. Pasien Medan Sehat dari poliklinik datang ke pelayanan farmasi.

    2. Petugas farmasi memeriksa kelengkapan resep, memberi nomor pada resep,

    memberi nomor antrian pada pasien dan mencatat di buku.

    3. Legalisasi resep oleh tim legalisasi.

    4. Menyiapkan obat, memasukkan kedalam wadah dan memberi etiket.

    5. Petugas farmasi memberikan obat kepada pasien sambil menginformasikan

    cara pemakaian obat.

    6. Pasien menandatangani daftar peserta Medan Sehat.

    Universitas Sumatera Utara

  • 43

    3.3.2.2. Pelayanan Farmasi Rawat Inap

    Pelayanan farmasi rawat inap melayani pendistribusian obat untuk pasien

    umum, Askes, Jamkesmas, Medan Sehat, pasien kredit dan pasien yang tidak

    dikenal (Mr. X/Mrs.Y) dengan menggunakan kartu obat.

    Prosedur pelayanan farmasi bagi pasien rawat inap:

    a. Pasien Umum

    Perawat/keluarga pasien membawa resep ke pelayanan farmasi rawat inap Resep obat yang ditulis di kartu obat disalin kembali pada blanko copy

    resep. Obat tersebut diberi harga, diinformasikan harganya kepada pasien,

    disiapkan obatnya, distempel, diberi etiket, dikemas lalu diserahkan ke

    bagian kasir agar dibuat kuitansi (rangkap dua).

    Obat diserahkan kepada perawat/keluarga pasien atau obat yang dipesan diantar ke ruangan beserta kuitansi asli dan dilakukan penagihan biaya

    obat langsung kepada pasien atau keluarga pasien Sedangkan lembar copy

    kuitansi beserta copy resep sebagai pertinggal di apotek. Kartu obat

    diserahkan kepada perawat kembali dan setelah pasien pulang disimpan ke

    bagian administrasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Jika pasien belum

    memiliki dana yang cukup, maka biaya obat atau resep dimasukkan ke

    opname brief (khusus IGD) dilanjutkan ke bagian keuangan rumah sakit

    agar ditagih pada saat pasien akan keluar dari rumah sakit.

    b. Pasien Askes dan Kredit

    Ketentuan yang berlaku untuk pasien kredit dan Askes rawat inap pada

    dasarnya hampir sama dengan ketentuan pada pelayanan rawat jalan. Pelayanan

    Universitas Sumatera Utara

  • 44

    rawat inap pasien Askes dan pasien kredit meliputi semua unit pelayanan dan

    ruang rawat. Pemilihan jenis dan jumlah obat berdasarkan standar DPHO bagi

    pasien Askes dan bagi pasien kredit pemilihan obat dapat bebas merek dan

    jenisnya.

    Prosedur pelayanan farmasi pasien Askes dan pasien kredit:

    Perawat/keluarga pasien membawa kartu obat dan surat keterangan dari

    perusahaan atau kartu Askes bagi peserta Askes yang menjamin pasien ke

    pelayanan farmasi rawat inap.

    Obat yang tertulis di kartu obat disalin kembali pada blanko copy resep pasien

    Askes dan pasien kredit. Obat disiapkan, distempel, diberi etiket dan dikemas.

    Obat diserahkan kepada perawat/keluarga pasien atau obat yang dipesan

    diantar ke ruangan. Kartu obat diserahkan kepada perawat/keluarga pasien.

    Pelayanan obat bagi pasien Askes menggunakan sistem ODDD (One Day

    Dose Dispensing). Obat oral yang ditulis dalam resep maksimum untuk tiga hari

    dan untuk obat injeksi resep ditulis dan diberikan ke pasien setiap hari. Resep alat

    kesehatan ditulis terpisah dari resep obat dan dapat langsung dilayani, namun

    pasien Askes resep obat harus disetujui oleh Tim Legalisasi terlebih dahulu. Pada

    pasien Askes resep obat harus disetujui oleh apoteker. Setiap obat yang diberikan

    kepada pasien dicatat dalam formulir Catatan Pemberian Obat (CPO) yang

    gunanya agar farmasi mengetahui obat apa saja yang telah diberikan oleh dokter

    dan menganalisa kerasional obat yang diberikan pada pasien agar pengobatan

    pasien optimal. Resep untuk hari Minggu disiapkan sekaligus pada hari Sabtu.

    Sistem floor stock diberlakukan untuk mengantisipasi keadaan darurat, misalnya

    Universitas Sumatera Utara

  • 45

    pada waktu sore dan malam hari. Untuk pasien Askes pemilihan jenis dan jumlah

    obat yang diberikan berdasarkan standar DPHO.

    Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melayani resep Askes:

    1. Kertas resep rangkap tiga.

    2. Periksa status pasien.

    3. Dalam satu lembar resep maksimum tiga obat.

    4. Ditandatangani oleh dokter dan kepala ruangan di sebelah kanan.

    5. Ditandatangani oleh Tim legalisasi resep Askes.

    6. Mempunyai surat jaminan rawatan.

    7. Bila anak sudah berumur 21-25 tahun harus ada surat keterangan masih aktif

    kuliah.

    8. Obat-obat yang memerlukan protokol terapi yaitu obat-obat tertentu misalnya

    : albumin, insulin, injeksi sefalosporin maka protokol terapinya harus

    ditandatangani Kepala Staf Medik Fungsional (SMF), Komite Medis, dan

    Tim Legalisasi Resep.

    9. Pasien yang baru masuk pada sore dan malam hari dilayani di pelayanan

    farmasi IGD dengan menggunakan resep dan kartu obat hanya untuk satu kali

    pemakaian, kemudian pada hari kerja berikutnya dibuat resep obat yang

    dipakai dan obat diambil seperti prosedur pengambilan obat Askes yang

    tertera di bawah ini.

    Untuk obat yang perlu protokol terapi dan atau obat-obat lain yang resepnya

    belum memenuhi syarat di atas tetap dapat dilayani, namun perawat pasien

    tersebut perlu membuat surat pernyataan pada formulir yang sudah disediakan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 46

    Jalur pelayanan resep Askes untuk pasien rawat inap di Instalasi Farmasi RSUD

    Dr. Pirngadi Kota Medan dapat dilihat pada bagan berikut:

    Gambar 1. Jalur pelayanan resep Askes untuk pasien rawat inap di Instalasi

    Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

    diterima perawat

    dibawa oleh perawat ke Petugas Pelayanan Farmasi Askes Rawat Inap

    Resep, kartu obat, (protokol terapi jika

    perlu)

    Resep Obat Resep Alat Kesehatan habis pakai

    diambil oleh perawat

    diantar ke Tim Legalisasi Resep

    dicek kerasionalannya dan distempel

    dicek kerasionalannya

    Pasien Resep yang telah disetujui

    dibawa oleh perawat ke Pelayanan Farmasi Askes Rawat Inap

    dicatat no resep dan ruangan pasien

    dicatat di CPO

    resep dikerjakan dan diberi etiket

    Obat

    diterima perawat/ diantar oleh petugas

    Pasien

    diberi nomor resep dikerjakan

    diberi nomor

    Universitas Sumatera Utara

  • 47

    Pengklaiman yang diajukan pada PT. Askes dilakukan pada akhir bulan

    berdasarkan jumlah pemakaian obat per pasien berdasarkan pada Catatan

    Pemberian Obat (CPO) dengan melampirkan: resep pasien, protokol terapi, hasil

    pemeriksaan laboratorium (jika perlu), Surat Jaminan Perawatan (SJP) pasien.

    c. Pasien Jamkesmas dan Medan Sehat

    Pelayanan rawat inap untuk pasien Jamkesmas dan Medan Sehat adalah

    ruang rawat kelas tiga. Pemilihan jenis dan jumlah obat berdasarkan standar

    formularium Jamkesmas. Syarat pelayanan rawat inap untuk pasien Jamkesmas

    dan Medan Sehat harus membawa kartu anggota. Sedangkan prosedur pelayanan

    dan sistem pemberian obatnya sama seperti prosedur pelayanan pasien Askes.

    Adapun prosedur penagihan biaya dilakukan dengan cara:

    o Semua resep direkap per hari sesuai urutan tanggal resep

    o Semua data dalam resep tersebut diketik kembali dan di cetak

    o Data akan diperiksa ulang oleh apoteker dan diparaf, juga ditanda tangani oleh

    Kepala Instalasi Farmasi.

    o Lampiran resep yang berwarna merah jambu akan diserahkan kepada Tim

    verifikasi resep setiap sebulan sekali.

    o Setelah semuanya selesai, berkas akan diserahkan kepada bagian keuangan

    Rumah Sakit. Selanjutnya bagian keuangan akan membayar sejumlah tagihan

    kepada bendahara Instalasi Farmasi rumah sakit. Penagihan ini dilakukan

    setiap sebulan sekali.

    Semua pemakaian obat golongan narkotik untuk pasien rawat inap dicatat

    dalam Formulir Pemakaian Obat Golongan Narkotik yang ditandatangani oleh

    Universitas Sumatera Utara

  • 48

    dokter yang bersangkutan. Karena kartu obat pasien dikembalikan ke ruangan

    maka ditulis formulir sementara sebagai bukti pertinggal di sub instalasi distribusi

    (untuk keperluan administrasi dan pelaporan narkotik). Dimana pada Formulir

    Pemakaian Obat Golongan Narkotik tertera nama pasien, alamat pasien, nomor

    rekam medik pasien, ruang rawat, nama dokter, jumlah dan jenis narkotik yang

    digunakan.

    3.3.2.3 Pelayanan Farmasi di Instalasi Gawat Darurat (IGD)

    Pelayanan farmasi IGD buka 24 jam dan dipimpin oleh seorang apoteker.

    Petugas yang melayani farmasi IGD dibagi atas 3 shift yaitu pagi, siang dan

    malam hari serta dilakukan serah terima barang dan uang setiap pergantian shift.

    Pengadaan barang dilakukan dengan meminta ke bagian gudang menggunakan

    Formulir B2 (Permintaan dan Pengeluaran Farmasi).

    Tugas dan fungsi dari pelayanan farmasi di IGD:

    1. Pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien yang masuk dari IGD, baik pada

    jam kerja maupun diluar jam kerja dan hari libur. Pasien yang dilayani adalah

    pasien umum, pasien Askes, pasien Jamkesmas, pasien Medan Sehat, pasien

    kredit dan pasien yang tidak diketahui identitasnya (Mr.X/Mrs.Y).

    Fungsi pelayanan farmasi di IGD yaitu menyediakan perbekalan farmasi yang

    sering digunakan pada kejadian gawat darurat.

    Prosedur pelayanan farmasi di IGD :

    a) Pasien Umum

    Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan oleh pasien di kartu obat/ lembar resep.

    Universitas Sumatera Utara

  • 49

    Perawat IGD/pasien membawa kartu obat tersebut ke pelayanan perawat /keluarga pasien.

    Petugas pelayanan farmasi IGD menulis resep kembali sebagai pertinggal di IGD dan memberikan perbekalan farmasi yang diminta

    lalu menagih pembayarannya kepada keluarga pasien. Pembayaran

    langsung dilakukan, dibuat kuitansi rangkap dua, kuitansi asli

    diberikan kepada pasien dan satu rangkap lagi sebagai pertinggal di

    apotek.

    Jika keluarga pasien tidak membawa uang total biaya pemakaian perbekalan farmasi maka dicatat pada Opname Brief (OB) dan nomor

    OB dicatat oleh petugas farmasi dengan catatan pasien harus dirawat

    inap. Kemudian biaya perbekalan farmasi tersebut ditagih di ruangan

    oleh juru pungut ruangan. Selanjutnya juru pungut Instalasi Farmasi

    akan menghitung dan mengklaim jumlah biaya perbekalan farmasi

    yang dipakai ke pihak RSUD Pirngadi Kota Medan..

    b) Pasien Askes dan Kredit

    Persyaratan yang dipenuhi oleh pasien Askes yaitu pasien harus membawa

    kartu Askes atau kartu anggota perusahaan bagi pasien kredit. Perbekalan

    farmasi yang diberikan untuk pasien Askes harus sesuai dengan DPHO

    (Daftar Plafon Harga Obat) sedangkan pasien kredit pemilihan obat dapat

    bebas merek dan jumlahnya.

    Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan pada resep sementara yang dibawa oleh perawat atau keluarga pasien.

    Universitas Sumatera Utara

  • 50

    Bila dokter menuliskan diluar DPHO maka pihak farmasi IGD mengkonfirmasikan ke dokter untuk mengganti obat yang sesuai

    dengan DPHO.

    Petugas farmasi memberi perbekalan farmasi tersebut kepada perawat /keluarga pasien.

    Petugas penulis resep IGD (Medical Record) menulis kembali resep sementara ke blanko resep asli Askes rangkap tiga yang diperiksa lagi

    oleh apoteker dan ditanda tangani oleh dokter, kepala ruangan dan Tim

    Pengendali.

    Jika pasien tidak membawa kartu Askes maka pasien tersebut membayar sejumlah perbekalan farmasi seharga bon gantung. Apabila

    lewat dari 3 hari maka pasien dianggap pasien umum (harus membayar

    sesuai dengan jumlah biaya pengobatan pasien) dan bon gantung

    tersebut disetor ke penjualan.

    Penagihan biaya obat dilakukan oleh juru pungut ruangan dengan mengarsipkan kuitansi, copy resep dan surat resmi dari instansi, untuk

    diberikan kepada bagian keuangan rumah sakit. Oleh bendahara rumah

    sakit dilakukan pengklaiman ke perusahaan yang bersangkutan dan

    untuk pasien Askes dilakukan penagihan pada PT. Askes.

    c) Pasien Jamkesmas/ Medan Sehat

    Persyaratan yang dipenuhi oleh pasien Jamkesmas yaitu pasien harus

    membawa kartu Jamkesmas dan pasien Medan Sehat yaitu pasien harus

    Universitas Sumatera Utara

  • 51

    membawa kartu Medan Sehat. Perbekalan farmasi yang diberikan harus

    sesuai dengan formularium Jamkesmas.

    Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan pada resep sementara yang dibawa oleh perawat atau keluarga pasien.

    Petugas farmasi memberikan perbekalan farmasi tersebut kepada perawat IGD.

    Petugas penulis resep IGD (Medical Record) menulis kembali resep sementara ke blanko resep asli Jamkesmas/Medan Sehat rangkap tiga

    yang diperiksa lagi oleh apoteker dan ditanda tangani oleh dokter,

    kepala ruangan dan Tim Pengendali.

    Jika pasien tidak membawa kartu Jamkesmas/Medan Sehat maka pasien tersebut membayar sejumlah perbekalan farmasi seharga bon

    gantung. Apabila lewat dari 3 hari maka pasien dianggap pasien umum

    (harus membayar sesuai dengan jumlah biaya pengobatan pasien) dan

    bon gantung tersebut disetor ke penjualan.

    Penagihan biaya di IGD dilakukan sebulan sekali ke bagian keuangan rumah sakit sesuai dengan besarnya biaya unit cost yang ditetapkan.

    d) Pasien Mr. X/Mrs.Y

    Untuk pasien Mr.X/Mrs.Y pelayanan diberikan sama seperti pada pasien

    Jamkesmas. Petugas IGD melaporkan ke bagian pelayanan medis agar

    membuat surat keterangan miskin yang ditandatangani oleh direktur

    rumah sakit, sehingga pasien tersebut termasuk pasien Jamkesmas karena

    Universitas Sumatera Utara

  • 52

    tidak ada sanak saudaranya. Penagihan biaya dilakukan pada bagian

    keuangan rumah sakit.

    2. Melayani perbekalan farmasi untuk pasien yang memerlukan tindakan bedah

    darurat di KBE (Kamar Bedah Emergency).

    Fungsi KBE (Kamar Bedah Emergency) yaitu sebagai tempat untuk melakukan

    operasioperasi darurat (operasi tidak terencana).

    Prosedur pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien di KBE :

    a) Pasien Umum

    Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan termasuk obat anaestesi dan obat narkotika seperti petidin di form operasi.

    Petugas farmasi memberikan obat yang diminta tersebut. Untuk obat golongan narkotika, petugas farmasi IGD mencatat ke formulir

    pemakaian narkotika yang dilengkapi nama dokter, nama pasien dan

    ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan untuk keperluan pelaporan

    narkotika setiap bulannya. Pembuatan laporan seluruh narkotika yang

    digunakan di rumah sakit dilakukan oleh bagian administrasi Instalasi

    Farmasi rumah sakit RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

    Perbekalan farmasi yang dipakai untuk keperluan tindakan bedah ditagih oleh petugas apotek pada keluarga pasien. Pembayaran langsung di

    Apotek IGD, dibuat kuitansi, kuitansi asli diberikan kepada pasien dan

    satu rangkap lagi sebagai pertinggal di apotek.

    Jika keluarga pasien tidak membawa uang, total biaya pemakaian perbekalan farmasi dicatat pada Opname Brief (OB) dan Nomor OB

    Universitas Sumatera Utara

  • 53

    dicatat oleh petugas farmasi. Kalau pasien mau pulang, pembayaran

    perbekalan farmasi tersebut dipungut di ruangan KBE.

    b) Pasien Askes dan Kredit

    Persyaratan yang dipenuhi oleh pasien Askes yaitu pasien harus membawa

    kartu Askes atau kartu anggota perusahaan bagi pasien kredit. Perbekalan

    farmasi yang diberikan untuk pasien Askes harus sesuai dengan DPHO

    (Daftar Plavon Harga Obat) sedangkan pasien kredit pemilihan obat dapat

    bebas merek dan jumlahnya.

    Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan pada resep sementara yang dibawa oleh perawat atau keluarga pasien.

    Bila dokter menuliskan diluar DPHO maka pihak farmasi IGD mengkonfirmasikan ke dokter untuk mengganti obat yang sesuai dengan

    DPHO.

    Petugas farmasi memberi perbekalan farmasi tersebut kepada perawat IGD.

    Keesokkan harinya petugas penulis resep IGD (Medical Record) menulis kembali resep sementara ke blanko resep asli Askes rangkap tiga yang

    diperiksa lagi oleh apoteker dan ditanda tangani oleh dokter, kepala

    ruangan dan Tim Pengendali.

    Penagihan biaya obat untuk pasien Askes langsung dilakukan oleh IFRS ke PT. Askes. Sedangkan untuk pasien kredit biaya obat dihitung oleh juru

    pungut IFRS yang selanjutnya Rumah Sakit mengklaim ke perusahaan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 54

    c) Pasien Jamkesmas/Medan Sehat

    Persyaratan yang harus dipenuhi untuk pasien Jamkesmas yaitu harus

    membawa kartu Jamkesmas dan pasien Medan Sehat yaitu harus membawa

    kartu Medan Sehat.

    Perbekalan farmasi yang diperlukan ditulis oleh dokter pada form. operasi. Petugas farmasi memberikan perbekalan farmasi tersebut. Keesokan harinya petugas penulis resep IGD (Medical Record) menulis

    kembali resep sementara ke blanko resep asli Jamkesmas/ Medan Sehat

    rangkap tiga yang diperiksa lagi oleh apoteker dan ditanda tangani oleh

    dokter, kepala ruangan dan Tim Pengendali.

    Jika pasien tidak membawa kartu Jamkesmas/Medan Sehat maka pasien tersebut membayar sejumlah perbekalan farmasi seharga bon gantung.

    Apabila lewat dari 3 hari maka pasien dianggap pasien umum (harus

    membayar sesuai dengan jumlah biaya pengobatan pasien) dan bon

    gantung tersebut disetor ke penjualan.

    3. Pasien yang membutuhkan Observasi ODC (One Day Care)

    Fungsi ODC (One Day Care) yaitu sebagai tempat observasi pasien yang

    memerlukan penanganan khusus seperti pasien jantung, hipertensi, dll.

    Pemantauan keadaan pasien di ODC ini dilakukan 1 hari (12 jam). Jika

    pasien tidak diperbolehkan untuk pulang lebih dari 12 jam maka pasien

    dimasukkan ke ruang rawat inap. Pelayanan ini untuk pasien Umum, Askes,

    Jamkesmas maupun Medan Sehat. Perbekalan farmasi diterima dari IGD, bila dua

    Universitas Sumatera Utara

  • 55

    jam kemudian ada terapi tambahan maka petugas ruangan mengambil perbekalan

    farmasi di instalasi rawat inap.

    4. Mengisi perbekalan farmasi pada lemari emergensi

    Fungsi lemari emergensi yaitu lemari yang berisi obatobat emergensi

    yang sewaktuwaktu dapat digunakan sesuai dengan keperluan ruangan.

    Pelayanan farmasi IGD mendistribusikan permintaan perbekalan farmasi

    emergensi ke ruangan-ruangan pasien rawat inap dan kamar bedah emergensi

    dengan memakai sistem distribusi floor stock yang disimpan di lemari khusus.

    Sistem pengelolaan obat di ruangan dilakukan oleh kepala ruangan yang

    bersangkutan sedangkan untuk KBE dilakukan oleh petugas farmasi IGD. Setiap

    obat-obatan yang dipakai dari lemari emergensi harus diganti segera mungkin.

    Jenis obat dan alat emergensi yang disediakan di setiap ruangan berbeda-beda

    untuk masing-masing ruangan sesuai dengan kebutuhan dan jenis penyakit.

    Contoh obat-obat emergensi yaitu Lidocain 2% dan 10%, Magnesium sulfat,

    Ringer laktat, Dextrose 5%, Atropin sulfat, NaCl 0,9%, Phenobarbital injeksi,

    Papaverin injeksi, Aminofillin, Transamin 500mg, Oxytocin injeksi, Dexametason

    injeksi, Tramadol injeksi, Furosemid injeksi, Methergin, dan lain-lain. Sedangkan

    Pethidin dan Dobuject 500mg hanya tersedia di ruang khusus seperti unit ICU,

    ICCU, Stroke. Contoh alat-alat kesehatan emergensi seperti spuit, cateter, IV

    cateter, infuset, NGT, transfution set dan lain-lain.

    3.3.2.4. Pelayanan Farmasi di Central Operation Theatre (COT)

    Pelayanan farmasi COT bertugas melayani bagian Central Operation

    Theatre (COT). Pengelolaan obat-obat COT di bawah pengawasan pelayanan

    Universitas Sumatera Utara

  • 56

    farmasi COT. Pasien umum yang mengambil obat membayar secara tunai yang

    kemudian akan disetor ke bagian keuangan sedangkan untuk pasien Askes

    pengobatan ditanggung oleh PT. Askes, pasien Jamkesmas ditanggung oleh

    pemerintah, dimana obat-obat yang diresepkan harus sesuai dengan Formularium

    dan obat-obat di luar Formularium diatasi oleh pihak Rumah Sakit.

    Perbekalan farmasi yang terdapat di pelayanan farmasi COT adalah obat-

    obatan sediaan injeksi terutama obat bius dan alat kesehatan habis pakai.

    Pengadaan obat-obatan dan alat-alat kesehatan di unit-unit polifarmasi berasal dari

    unit gudang instalasi farmasi yang diminta sekali seminggu dengan menggunakan

    formulir B2. Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi. Demikian juga dengan

    pengadaan obat-obat narkotika menggunakan Daftar Permintaan dan Pengeluaran

    Narkotika. Pemasukan dan pengeluaran barang dicatat dalam Buku Pemasukan

    dan Pengeluaran, lalu dimasukkan ke kartu stok dan dicross check dengan sub

    instalasi administrasi setiap bulan.

    Untuk pengadaan obat anastesi dan perlengkapannya di kamar bedah,

    petugas apotek COT mendistribusikan berdasarkan Daftar Permintaan Obat

    Anastesi dan Perlengkapannya. Pada Formulir ini perawat mencatat dan meminta

    obat dan perlengkapan anstesi langsung sewaktu pasien sedang dioperasi. Dosis

    pemakaian obat anastesi dimonitor oleh petugas anastesi dalam kamar bedah yang

    dicatat dalam Daftar Dosis Pemakaian Obat/Alat Anestesi sebagai bukti

    pengeluaran bagi pasien. Jadi bila ada obat dan perlengkapan anastesi yang

    berlebih dalam Daftar Permintaabn Obat Anastesi dan Perlengkapannya akan

    Universitas Sumatera Utara

  • 57

    dikembalikan lagi ke apotek COT dan yang terpakai sesuai dengan yang tertulis

    pada Daftar Dosis Pemakaian Obat/Alat Anestesi.

    Pemakaian golongan obat narkotika di kamar bedah dicatat dalam Form

    Pemakaian Obat Golongan Narkotik contohnya pethidin, dicatat dalam Formulir

    Pemakaian Pethidin di Kamar Bedah yang ditandatangani oleh dokter yang

    bersangkutan. Formulir ini merupakan pertinggal di sub instalasi distribusi

    sebagai pengganti kartu obat. Dan ini akan memudahkan Instalasi Farmasi Rumah

    Sakit untuk mengetahui jumlah pemakaian obat Narkotik sehingga mudah untuk

    membuat laporan penggunaan obat-obat Golongan Narkotik.

    3.3.2.5 Pelayanan Farmasi Diruang Sitostatika

    Pelayanan farmasi di ruang sitostatika dipimpin oleh apoteker sebagai

    penanggung jawab. Sebelumnya pencampuran\pengoplosan obat suntik

    dilaksanakan oleh perawat di ruang perawat non steril, jadi tidak terjamin sterilitas

    produk akhir sitostatikanya. Sekarang sudah ada perubahan paradigma yang baru

    bahwa pada pencampuran/pengoplosan obat suntik dilaksanakan oleh apoteker

    atau asisten apoteker di Instalasi Farmasi di ruang steril secara aseptis, jadi tidak

    perawat lagi yang mencampurnya. Disini peran apoteker dan asisten apoteker

    dibutuhkan dalam menyiapkan obat sitostatik.

    Prosedur kerja diruang pencampuran sitostatik ( obat kanker ) yaitu :

    1. Petugas pencampuran obat kanker masuk kedalam ruang steril dengan

    memakai alat pelindung khusus yaitu : Baju pelindung, topi, masker,

    sarung tangan, sepatu khusus.

    2. Matikan lampu UV ( Ultra Violet ).

    Universitas Sumatera Utara

  • 58

    3. Hidupkan Exhaust system, AC dan lampu penerang ruangan sitostatika.

    4. Gunakan Desinfeksi untuk kotak aseptis dengan menyemprotkan

    Alkohol 70 % keseluruh permukaan dalam kotak aseptis tersebut.

    5. Pasang alas khemoterapi pada meja tempat mencampur obat kanker,

    pencampuran obat kanker dilakukan secara aseptis, setelah selesai

    mencampur, kotak tersebut dibersihkan, lalu buang alas khemoterapi

    bekas dan desinfeksi dengan menyemprot alkohol 70 %.

    6. Sampah-sampah dimasukkan dalam tong sampah yang dibagi dalam dua

    tempat, tong sampah khusus untuk tempat pembuangan sampah bekas obat

    sitostatika, tong sampah biasa untuk tempat pembuangan sampah yang

    tidak berbahaya.

    7. Matikan Exhaust system, AC dan lampu penerang kemudian hidupkan

    lampu UV.

    8. Tutup pintu.

    9. Antar sampah yang berbahaya dalam bag ke IPAL untuk dibakar dalam

    incinerator.

    Seharusnya di ruang sitostatika terdapat ruang steril, ruang antara, dan ruang cuci,

    Biological Safety Box, yang dilengkapi dengan Laminair Air Flow (LAF) dan

    udara disaring dengan HEPA Filter serta dilengkapi dengan Pass Box. Tetapi

    dengan keterbatasan ruang sitostatika RS. Pirngadi Medan hanya dimodifikasi

    dengan menggunakan Exhaust System sebagai pengganti Biological Safety Box

    dan HEPA Filter untuk menyedot partikel-partikel yang ada di kotak aseptis dan

    Universitas Sumatera Utara

  • 59

    tidak terdapat ruang cuci dan ruang antara, dan untuk proses sterilisasi ruangan

    menggunakan sinar Ultra Violet (UV).

    Contoh Obat-Obat Sitostatik yang ada di Instalasi farmasi, yaitu Doxorubin 10

    & 50 mg, Carbosin 50, 150, 500 mg, Vincristine pch 1,2 mg, Posyd 100 mg,

    Platosin 10 mg, 50 mg, Tamoplex 10, 20 mg, Rescuvolin, 15 & 50 mg,

    Cyclophosphamid, Melphalan, Chlorambucil dan lain-lain.

    Pelayanan farmasi diberikan untuk pasien Umum, Akses, dan Jamkesmas.

    Pasien Medan Sehat tidak dilayani untuk pengobatan kanker karena tidak ada

    program pemerintah daerah Kota Medan untuk pelayanan obat kanker, disamping

    harganya mahal, persediaannya juga di batasi.

    Prosedur pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien sitostatika :

    a. Pasien Umum

    Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan oleh pasien di status Perawat ruangan membawa status untuk dihitung dosis pemakaian obat

    kanker.

    Apoteker menuliskan kembali di lembar form di lantai tiga nama obat-obat sitostatika yang dibutuhkan, kemudian assisten apoteker menyiapkan obat

    dan mencampur obat sitostatika di lantai enam dengan di awasi oleh

    apoteker.

    Setelah selesai apoteker menyerahkan obat sitostatika ke perawat ruangan untuk diberikan kepada pasien.

    Perawat ruangan menyerahkan kwitansi asli kepada keluarga pasien dan dilakukan penagihan biaya obat langsung.

    Universitas Sumatera Utara

  • 60

    b. Pasien Askes

    Pada pasien Askes pemilihan jenis dan jumlah obat berdasarkan standar

    DPHO, dan pasien tidak di pungut biaya.

    c. Pasien Jamkesmas

    Pada pasien Jamkesmas pemberian obat berdasarkan formularium

    Jamkesmas dan pasien tidak di pungut biaya.

    3.3.2.6. Distribusi Ruangan

    Distribusi ruangan melayani permintaan dari poliklinik, ruang perawatan

    dan non perawatan misalnya nefrologi/hemodialisis. Obat dan alat-alat kesehatan

    yang didistribusikan dari distribusi ruangan ke poliklinik dan ruangan perawatan

    merupakan kebutuhan rutin seperti kapas, lisol, alkohol, kain kasa dan sebagainya.

    Perbekalan farmasi yang dibutuhkan didistribusikan ke ruangan/poliklinik

    adalah berdasarkan permintaan pemakai dengan memakai formulir Daftar

    Permintaan dan Penggunaan Farmasi yang ditandatangani oleh kepala ruangan

    dan dokter ruangan. Biaya perbekalan farmasi yang diambil pengembaliaannya

    berdasarkan sistem unit cost.

    3.3.3 Sub Instalasi Administrasi

    Merupakan bagian dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang bertugas

    melaksanakan kegiatan administrasi kefarmasian di Instalasi Farmasi.

    Dalam melaksanakan tugasnya Sub Instalasi Administrasi dibagi dua yaitu:

    1. Umum, kepegawaian dan rumah tangga

    Tugasnya antara lain:

    Universitas Sumatera Utara

  • 61

    - Mencatat surat-surat yang masuk ke Instalasi farmasi dan

    mengarsipkannya dengan rapi. Pada buku agenda, surat-surat yang masuk

    dicatat: tanggal, asal surat, isi ringkas dan sebagainya.

    - Mencatat surat-surat yang keluar dari Instalasi Farmasi dan menyampaikan

    ke alamat yang dituju dengan pertanggung jawaban yang jelas dan

    mengarsipkannya.

    - Mengarsipkan data-data pegawai di Instalasi Farmasi.

    - Membalas surat yang masuk ke Instalasi Farmasi.

    - Mengatur mutasi pegawai di Instalasi Farmasi bekerja sama dengan staf

    yang lain.

    - Mengarsip resep dan kuitansi penjualan resep

    - Mengurus permintaan keperluan rumah tangga di Instalasi Farmasi

    misalnya meja, alat-alat tulis dan mengurus kerusakan-kerusakan alat-alat

    rumah tangga.

    2. Akuntansi, Laporan dan Statistik

    Tugasnya antara lain :

    - Mencatat semua data-data pengeluaran dan pemasukan obat-obatan, dan

    kesehatan/alat kedokteran dalam suatu pola administrasi yang sesuai

    dengan kebutuhan Instalasi Farmasi.

    - Melakukan pemeriksaan silang (cross chek) dengan gudang dan sub

    instalasi distribusi setiap bulan dan menyesuaikannya dengan Kartu

    Administrasi Persediaan Farmasi yang dapat dilihat pada lampiran.

    Universitas Sumatera Utara

  • 62

    - Membuat laporan bulanan penjualan obat-obatan yang terjual melalui

    resep setiap bulan.

    - Membuat laporan pengeluaran obat-obatan, alat kesehatan /alat kedokteran

    yang dikeluarkan Instalasi Farmasi dalam bentuk laporan tahunan.

    - Menyesuaikan jumlah uang hasil penjualan dengan kuitansi penjualan

    resep yang akan disetor ke Bagian Keuangan Rumah Sakit setiap hari.

    - Neraca rugi laba dibuat dengan mengumpulkan data dari semua bagian

    tiap akhir tahun. Berdasarkan data yang dikumpulkan tersebut dapat

    diketahui Persediaan akhir setiap bulan dan setiap tahun. Harga Pokok

    Penjualan (HPP) kemudian dapat dihitung dengan menambahkan

    persediaan awal tahun dengan pembelian barang selama setahun lalu

    dikurangi dengan persediaan akhir tahun. Semua dana yang keluar dan

    masuk direkapitulasi. Kemudian dihitung rugi labanya setiap tahun. Dari

    hasil tersebut dilakukan evaluasi.

    Sub Instalasi Administrasi membuat, mengatur dan mengevaluasi

    perhitungan unit cost. Pada prinsipnya seluruh perbekalan farmasi yang

    didistribusikan harus dapat dikembalikan dananya, misalnya melalui prinsip unit

    cost.

    Unit cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh IFRS untuk keperluan

    pemeriksaan, perawatan, dan tindakan medis bagi pasien, yang dalam

    penggunaannya tidak dapat ditentukan jumlah satuannya seperti reagen, kapas,

    plester dan lain-lain. Penentuan besarnya biaya unit cost untuk pasien rawat jalan,

    operasi dan rawat inap dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

    Universitas Sumatera Utara

  • 63

    a. Pasien rawat jalan

    Unit cost perbekalan Farmasi

    = jumlah biaya perbekalan farmasi yang dikeluarkan setiap bulan

    jumlah pasien berkunjung setiap bulan

    Keterangan : Data diambil minimal selama 3 bulan kemudian diambil rata-

    ratanya.

    b. Pasien rawat inap

    Unit cost perbekalan Farmasi

    = Jumlah biaya perbekalan farmasi yang dikeluarkan setiap bulan

    Jumlah hari rawatan setiap bulan

    Biaya unit cost ini untuk pasien Askes dan Umum besarnya sama. Jumlah

    biaya unit cost ini dicatat oleh petugas ruangan melalui opname brief, dihitung

    jumlahnya oleh petugas Intalasi Farmasi dan pembayarannya langsung diklaim

    oleh Instalasi Farmasi ke RSUDPM.

    Setiap bulan dibuat neraca Rugi/Laba untuk unit cost sehingga dapat

    dievaluasi secara berkala dan dapat segera disesuaikan jika terdapat perubahan

    yang signifikan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 64

    Contoh lain biaya yang termasuk unit cost serta tindakannya:

    Perhitungan Besarnya Unit Cost pasien operasi untuk Instalasi Farmasi

    pada pasien Askes dan Jamkesmas untuk Partus Normal

    Rincian Perbekalan Farmasi-nya adalah sebagai berikut:

    N

    O

    NAMA

    PERBEKALAN

    FARMASI

    KEMASAN HARGA

    SATUAN

    PEMAKAIAN HARGA

    PEMAKAIAN

    1. Lidocain Amp Rp. 863,- 2 amp Rp. 1.726,-

    2. Kapas 1 kg Rp. 31.460,- 1 ons Rp. 3.146,-

    3. Iodin Povidon / 60 cc Botol Rp. 3.500,- botol Rp. 875,-

    4. Chromic 2/0 Sachet Rp. 11.477,- 2 bh Rp. 22.954,-

    Jumlah Rp. 28.801,-

    3.3.4 Farmasi Klinik

    Instalasi Farmasi RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan memilik Sub Instalasi

    Farmasi Klinik yang dipimpin oleh seorang Apoteker, yang merupakan

    koordinator Farmasi Klinik yang membawahi beberapa bidang, diantaranya

    clinical ward, Pelayanan Informasi Obat (PIO), pendidikan dan pengembangan

    serta konsultasi obat.

    Pelayanan farmasi klinis yang baik akan memberikan manfaat bagi pasien

    maupun pihak rumah sakit, namun hingga saat ini belum banyak pelayanan

    farmasi klinis yang dilakukan di rumah sakit. Hal ini dikarenakan adanya kendala-

    kendala seperti keterbatasan ilmu, sumber daya manusia dan sarana rumah sakit

    yang belum mendukung.

    Universitas Sumatera Utara

  • 65

    Adapun bagian dari farmasi klinis yang telah berjalan adalah Pemberian

    Informasi Obat (PIO) kepada pasien rawat jalan dan penanganan sitostatika.

    Pemberian informasi obat dilakukan terhadap pasien yang mengambil obatnya di

    Unit Pelayanan Farmasi Rawat Jalan. Dengan adanya informasi, diharapkan

    pasien mengerti tentang cara penggunaan obat, mewaspadai efek samping obat

    yang mungkin timbul selama penggunaan obat, mengetahui manfaat pengobatan

    sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan tujuan pengobatan yang

    optimal dapat tercapai.

    Farmasis juga melakukan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit

    (PKMRS) yang merupakan bagian dari Pelayanan Informasi Obat (PIO) di ruang

    tunggu rawat jalan. Materi penyuluhan yang kami berikan pada waktu PKMRS

    adalah :

    1. Pengetahuan tentang penyakit THT

    2. Cara penggunaan obat yang benar (obat tetes telinga, hidung, tenggorokan

    dan antibiotika)

    3. Pengetahuan tentang penyakit Tuberkulosis (TBC).

    Universitas Sumatera Utara

  • 66

    Contoh pelayanan informasi obat yang dilakukan pada Instalasi Farmasi

    Rawat Jalan

    A. Pelayanan Informasi Obat

    1. Amoxicillin

    a. Komposisi : tiap 5 ml sirup mengandung 125 mg Amoxicillin

    b. Indikasi : sebagai antibiotika

    c. Bentuk obat : sirup

    d.Cara Pemakaian : 3 kali sehari 1 sendok teh

    e. Hal-hal yang perlu diinformasikan :

    - Obat harus dihabiskan sesuai dengan petunjuk dokter walaupun kondisi

    badan telah membaik.

    RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

    INSTALASI RAWAT JALAN

    KARTU OBAT PASIEN RAWAT JALAN

    (KHUSUS UNTUK DILAYANI DI INSTALASI FARMASI)

    Poliklinik : Anak No :

    Nama Dokter : Tanggal : 4 Agustus 2009

    R/ Amoxicillin Syr No. I S3 dd cth 1

    R/ Paracetamol Syr No. I S3 dd cth I

    Tanda Tangan

    Dokter

    Pasien : Habib

    Umur : 4 tahun

    Alamat :

    Universitas Sumatera Utara

  • 67

    - Harus disiplin dan dimakan secara teratur, jangan terlupakan sekalipun.

    - Berikan obat sebelum makan, tetapi dapat diberikan sesudah makan jika

    terjadi gangguan lambung.

    2. Paracetamol

    a. Komposisi : tiap 5 ml sirup mengandung 120 mg Paracetamol

    b. Indikasi : sebagai antipiretika

    c. Bentuk obat : sirup

    d. Cara pemakaian : 3 kali sehari 1 sendok teh

    e. Hal-hal yang perlu diinformasikan

    - Obat diberikan 30 menit sebelum atau 2 jam sesudah makan.

    - Hentikan penggunaan obat jika demam sudah turun.

    3.4. Central Sterilization Supply Department (CSSD)

    Berdasarkan nota tugas kepala RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

    No.217/009/1/2005, sejak 7 Januari 2005 CSSD terpisah dari Instalasi Farmasi

    dan menjadi Instalasi CSSD yang dipimpin oleh Kepala Instalasi yang

    bertanggung jawab langsung kepada Kepala RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan.

    CSSD merupakan pusat pelayanan kebutuhan alat dan bahan (linent) steril

    untuk seluruh unit-unit rumah sakit yang membutuhkan.

    Sistem pelayanan yang dilakukan dibagi atas 2 kelompok yaitu:

    1. Sterilisasi alat kesehatan dari ruangan.

    Menerima alat kesehatan yang belum steril dari ruangan untuk disterilkan

    di CSSD, kemudian menyerahkan kembali dalam keadaan steril kepada ruangan

    Universitas Sumatera Utara

  • 68

    yang bersangkutan. Ruangan yang dilayani adalah pihak poliklinik atau ruangan

    perawatan yang membutuhkan.

    2. Sterilisasi kebutuhan operasi

    Memproses penyediaan dan kebutuhan alat atau perlengkapan bedah.

    Kamar bedah yang dilayani adalah COT, KBE, kamar bedah THT, kamar bedah

    mata dan kamar bedah kulit.

    Contoh pengesetan/pengepakan alat-alat untuk operasi Appendix :

    1. Alat dasar (Basic): Pinset joderen (Sterilisasi forceps) 1 buah

    Pinset tanpa gigi (Dressing forceps) 1 buah

    Pinset bergigi (Tissue forceps) 1 buah

    Doekklem (Towel forceps) 5 buah

    Gagang pisau (Scalpe Handles) 1 buah

    Arteri klem pean lurus 5 buah

    Arteri klem pean bengkok 5 buah

    Gunting lurus (Surgical scissors str) 1 buah

    Gunting bengkok (Surgical scissors cvd) 1 buah

    Hook kulit otot (Skin Retraktor) 2 buah

    Hook luka otot (Wound Retraktor) 2 buah

    Pemegang jarum (Neadles Holders) 1 buah

    Spatel (Tongue Depressors) 1 buah

    Kanula hisap dan pipanya 1 buah

    28 buah

    Alat-alat dasar (basic) untuk semua jenis operasi sama dan berjumlah 28 buah

    Universitas Sumatera Utara

  • 69

    2. Alat khusus: Klem 8 buah

    L bag 2 buah

    Pinset anatomi 1 buah

    Pinset cherugi 1 buah

    Gunting lurus 1 buah

    Gunting bengkok 1 buah

    Appendix klem 1 buah

    Alat-alat dasar untuk semua jenis operasi adalah sama, sedangkan alat-alat

    khusus tergantung jenis operasi.

    Kegiatan sterilisasi dibagi dalam lima tahap yaitu :

    1. Penerimaan barang yang akan disterilkan.

    2. Proses sterilisasi yang mencakup proses pencucian, pengeringan,

    pengemasan basic dan khusus dan penempelan label.

    3. Sterilisasi

    4. Penyimpanan

    5. Penyaluran

    Jenis barang yang akan disterilkan yaitu:

    1. Metal, alat alat bedah.

    2. Linen/katun/dressing, pakaian, masker, tutup kepala.

    3. rubber, sarung tangan

    Proses penyiapan alat :

    1. Alat kotor disortir dan dicek kelengkapannya kemudian dicuci dengan air

    mengalir untuk membuang darah yang melekat pada alat.

    Universitas Sumatera Utara

  • 70

    2. Direndam dengan larutan klorin 0,5% selama 5 menit.

    3. Dicuci dengan air bersih dan disikat sampai bersih

    4. Direndam di ultrasonik dengan larutan saflon selama 30 menit

    5. Dibilas di ultrasonik dengan air panas

    6. Dikeringkan di ultrasonik

    7. Alat dikeluarkan dan disusun (setting) sesuai tindakan operasi standar

    8. Diberi tanda (indikator paper)

    9. Sterilkan selama 15 menit, 1210C

    10. Dipacking dan dialurkan.

    Contoh perlengkapan untuk operasi :

    1. Baju operasi 4 buah

    2. Doek besar operasi 1 buah

    3. Doek kecil 5 buah

    4. Alat alat dasar 27 buah

    5. Alat alat khusus sesuai dengan jenis pembedahan yang akan dilakukan.

    Jenis-jenis pelayanan yang dilakukan oleh CSSD adalah :

    1. Dokumentasi, setting, packing, sterilisasi instrument, slang, tube anestesi

    dan lain-lain.

    2. Distribusi kasa steril, kapas steril dan lain-lain ke seluruh ruangan dan

    polliklinik.

    3. Sterilisasi linen, sarung tangan dan desinfeksi ruang operasi.

    4. Sterilisasi dan desinfeksi ruang operasi.

    5. Pendidikan, penelitian, dan pelatihan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 71

    Untuk mempermudah proses kerja CSSD, maka dibuat 4 jalur untuk menerima

    dan mendistribusikan alat yaitu :

    1. Alur dan pintu barang kotor.

    2. Alur dan pintu barang bersih.

    3. Alur dan pintu petugas.

    4. Alur dan pintu barang steril.

    Universitas Sumatera Utara

  • BAB IV

    PEMBAHASAN

    Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan rumah sakit

    milik pemerintah Medan yang telah swadana, dimana RSUD Dr. Pirngadi Kota

    Medan memiliki wewenang untuk menggunakan penerimaan fungsionalnya secara

    langsung demi perkembangan rumah sakit.

    Setelah beberapa kali mengalami perubahan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan

    termasuk Rumah Sakit Umum Kelas B Pendidikan dan sejak diubah statusnya

    menjadi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pimpinannya adalah Direktur Rumah Sakit

    Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu

    oleh 3 Wakil Direktur yaitu; Wakil direktur bidang administrasi umum, Wakil

    direktur bidang pelayanan medis dan keperawatan dan Wakil direktur bidang sumber

    daya manusia dan pendidikan.

    RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan telah memiliki Formularium Rumah Sakit

    (FRS) yang digunakan sebagai standar penulisan resep oleh dokter. Formularium

    Rumah Sakit ini disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) dibawah Komite

    Medis yang terdiri dari dokter dari Staf Medis Fungsional (SMF) dan Apoteker dari

    Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit ini disusun dan direvisi

    pada jangka waktu 3 tahun dengan mempertimbangkan perkembangan di bidang

    kedokteran dan farmasi. Formularium Rumah Sakit yang digunakan di RSUD Dr.

    Universitas Sumatera Utara

  • Pirngadi Kota Medan adalah Formularium Rumah Sakit tahun 2007. Instalasi

    Farmasi Rumah Sakit memiliki 4 sub instalasi yaitu: farmasi klinis, distribusi,

    administrasi dan perbekalan. Setiap sub instalasi mempunyai tugas dan fungsi

    masing-masing yang saling berkaitan satu sama lainnya.

    Pengelolaan administrasi di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

    telah dilaksanakan dengan baik, yaitu pengelolaan pembukuan dan pelaksanaan

    fungsi kontrol obat-obatan melalui sistem cross-check (pemeriksaan silang) pada

    setiap sub instalasi farmasi dengan membuat laporan rangkap tiga. Satu lembar

    sebagai pertinggal di administrasi, pertinggal di bagian penerimaan dan pembelian.

    Dalam mengelola perbekalan farmasi, Instalasi Farmasi Rumah Sakit

    menggunakan sistem dana bergulir (Revolving Fund System), artinya pemerintah

    memberikan modal awal sebagai pinjaman, selanjutnya instalasi farmasi akan

    mengelola dana tersebut untuk pengembangan Instalasi Farmasi. Pengelolaan

    perbekalan farmasi yang tidak dapat ditentukan jumlah satuannya seperti penggunaan

    plester, antiseptik, kapas, dan alat/bahan habis pakai dibuat dalam sistem unit cost. Ini

    diberlakukan pada pasien rawat inap, rawat jalan, tindakan medis, operasi dan lain-

    lain. Besarnya biaya unit cost yang ditentukan untuk tiap-tiap tindakan berbeda yang

    dibuat dalam satu surat keputusan.

    Hasil penghitungan unit cost setiap bulan akan dimasukkan ke dalam neraca

    Rugi/Laba bulanan. Selanjutnya dari neraca Rugi/Laba bulanan akan dibuat neraca

    tahunan sehingga dapat diketahui besarnya keuntungan atau kerugian yang diperoleh.

    Universitas Sumatera Utara

  • Apabila dari hasil penghitungan Rugi/Laba tersebut diketahui instalasi farmasi telah

    mendapat keuntungan maka sistem operasional yang sedang dijalankan dalam

    periode ini akan dipertahankan untuk periode selanjutnya. Tetapi jika mengalami

    kerugian maka akan dilakukan evaluasi dan revisi pada bagian yang mengalami

    kerugian. Revisi biaya unit cost perbekalan farmasi dilakukan untuk mengantisipasi

    kerugian, misalnya karena kenaikan harga perbekalan farmasi atau adanya pemakaian

    perbekalan farmasi yang berlebihan.

    Pelayanan rawat inap untuk peserta Askes dan pasien Jamkesmas

    menggunakan sistem pelayanan ODDD (One Day Dose Dispensing). Pada pasien

    umum rawat inap, sistem pelayanan ODDD belum dapat berjalan dengan baik. Hal

    ini disebabkan pasien harus setiap hari membayar perbekalan farmasi yang

    dipakainya karena belum adanya pembayaran biaya pasien rawat inap di rumah sakit

    secara sentral (Central Billing).

    Pembagian Pelayanan pasien Askes RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dibagi

    atas beberapa depo yang dimaksudkan untuk pendekatan pelayanan kepada pasien.

    Depo Farmasi lantai 3, 5 dan 7 melayani resep Askes dan Jamkesmas rawat inap.

    Instalasi Farmasi Rumah Sakit seharusnya merupakan satu-satunya unit di

    rumah sakit yang menyediakan dan mendistribusikan perbekalan farmasi serta

    menyajikan informasi obat pada pasien rawat jalan dan rawat inap. Sistem pelayanan

    farmasi seperti ini dikenal dengan sistem satu pintu. Tapi kenyataannya di RSUD Dr.

    Pirngadi Kota Medan belum sepenuhnya melaksanakan sistem pelayanan farmasi

    Universitas Sumatera Utara

  • satu pintu. Hal ini dapat dilihat dengan adanya apotek Kimia Farma di luar Instalasi

    Farmasi Rumah Sakit.

    Pada pelayanan resep Askes dan Jamkesmas serta Medan Sehat ada kalanya

    dokter menuliskan resep diluar DPHO dan Formularium Jamkesmas, bila hal ini tak

    terhindarkan maka pasien Askes harus membayar harga obat tersebut setelah pasien

    diberi informasi terlebih dahulu bahwa obat yang diresepkan diluar DPHO,

    sedangkan untuk pasien Jamkesmas jika obat diresepken di luar Formularium

    Jamkesmas maka Rumah Sakit yang membayar. Untuk pasien Askes dan Jamkesmas

    yang mendapat obat-obat khusus dokter harus membuat protokol terapi, misalnya

    albumin, derivat-derivat statin, obat epileptik.

    Pelaksanaan farmasi klinis di RSU Dr. Pirngadi Medan telah dilaksanakan

    dengan baik yang meliputi pemberian informasi dan konseling obat, pengkajian

    kerasionalan pemberian obat, penanganan obat sitostatika dan analisa efektivitas

    biaya. Namun pelaksanaan farmasi klinis lainnya belum seluruhnya terlaksana akibat

    keterbatasan sumber daya dan peralatan. Tetapi program ini akan terus dilaksanakan

    secara bertahap dan optimal.

    Sejak tahun 2005 CSSD telah terpisah dari Instalasi Farmasi menjadi Instalasi

    CSSD. Instalasi CSSD telah melakukan upaya sterilisasi alat-alat untuk operasi yang

    disesuaikan dengan tindakan operasi yang dilakukan. Alat-alat kesehatan habis pakai

    dan bahan-bahan keperluan sterilisasi dipesan dengan menggunakan surat pesanan

    yang disetujui oleh RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan kepada PBF. Sedangkan untuk

    Universitas Sumatera Utara

  • alat-alat inventaris disediakan oleh pihak rumah sakit. Penggantian alat-alat yang

    rusak dan alat baru akan terus dilakukan untuk memaksimalkan pelayanan.

    BAB V

    STUDI KASUS

    5.1 Studi Kasus Oleh Julia Budiani, S.Farm.

    Pengamatan data studi kasus dilakukan diruang Intensive Care Unit (ICU)

    Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.

    Gagal Ginjal Kronis + Post HD

    5.1.1 Identitas Pasien

    Nama : SN

    Jenis Kelamin/Umur : Perempuan / 40 tahun

    Agama/Suku : Islam / Jawa

    Status perkawinan : Kawin

    Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

    Universitas Sumatera Utara

  • Tanggal Masuk RS : 16 Agustus 2009

    Jenis Pelayanan : Medan Sehat

    No. Rekam Medik : 68-27-70

    Ruangan : ICU

    5.1.2 Keadaan Pasien Sewaktu Masuk RSU Dr. Pirngadi Kota Medan

    Pasien masuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan pada

    tanggal 16 Agustus 2009 jam 10.20 WIB melalui Instalasi Gawat Darurat (IGD)

    dalam keadaan lemah, muka pucat, mual, muntah, nyeri ulu hati, pening, tekanan

    darah menurun dan nafsu makan menurun.

    5.1.3 Pemeriksaan yang Dilakukan

    5.1.3.1 Pemeriksaan Fisik

    Pasien masuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan pada

    tanggal 16 Agustus 2009 jam 10.20 WIB melalui Instalasi Gawat Darurat (IGD)

    dalam keadaan lemah, muka pucat, mual, muntah, nyeri ulu hati, pening dan nafsu

    makan menurun. Lalu dilakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien.

    Hasil pemeriksaan ditunjukkan pada tabel dibawah ini :

    Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Fisik

    No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

    1. Sensorium Compos Mentis -

    2. Tekanan Darah (TD) 130 / 70 mmHg 120 / 80 mmHg

    3. Nadi (HR) 100 kali / menit 70-90 kali / menit

    Universitas Sumatera Utara

  • 4. Pernafasan (RR) 32 kali / menit 10-20 kali / menit

    5. Temperatur 36,5 0C 37 0,5 0C

    Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan pasien dalam keadaan sadar penuh

    (compos mentis), tekanan darah, denyut nadi, pernapasan dan suhu tubuh masih

    dalam batas normal.

    5.1.3.2 Pemeriksaan Laboratorium

    Pasien melakukan pemeriksaan hematologi di laboratorium Instalasi Patologi

    Klinik pada tanggal 16 Agustus 2009.

    Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik sub bagian

    Hematologi

    Pemeriksaan Hematologi Hasil Pemeriksaan Nilai Normal

    Leukosit (WBC) 27,1 H 103/mm3 4.00 11.00 H 103/mm3

    Eritrosit (RBC) 2,34 L 106/mm3 4.00 5.40 H 106/mm3

    Hemoglobin (HGB) 6,3 L g/dl 12.00 16.00 L g/dl

    Berdasarkan hasil pemeriksaan hematologi diatas menunjukkan bahwa jumlah

    leukosit pasien berada diatas normal, sedangkan jumlah sel eritrosit masih jauh

    berada dibawah nilai normal juga nilai hemoglobin pasien sangat rendah.

    Universitas Sumatera Utara

  • Bila jumlah leukosit meningkat, umumnya diindikasikan bahwa pasien sedang

    mengalami infeksi, karena sel leukosit berperan sebagai sistem pertahanan tubuh

    untuk melawan infeksi dan akan diproduksi lebih banyak apabila terjadi infeksi.

    Peningkatan sel leukosit melebihi nilai normal disebut leukositosis. Leukosit

    meningkat sebagai respons fisiologis untuk melindungi tubuh dari serangan

    mikroorganisme dan proses peradangan (Price and Wilson, 2005)

    Jumlah eritrosit dan hemoglobin yang rendah mengindikasikan bahwa pasien

    mengalami anemia berat sehingga pasien tampak pucat dan lemah. Anemia pada

    GGK akan timbul apabila kreatinin serum lebih dari 3,5 mg/dl atau Glomerular

    Filtration Rate (GFR) menurun sampai 30% dari normal (Corwin, 2000)

    Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik sub bagian Kimia

    Klinik

    Hasil Pemeriksaan

    16/8 19/8 20/8 22/8 25/8

    Nilai Normal

    Fungsi Hati

    - Bilirubin Total - - 0,54 - - 0,00-1,20 mg/dl

    - Bilirubin Direct - - 0,13 - - 0,05-0,3 mg/dl

    - SGOT - - 14 - - 0-40 U/I

    - SGPT - - 10 - - 0-40 U/I

    - Alkali Phosfatase - - 102 - - 64-306 U/I

    Total Protein

    - Albumin - 2,0 - 2,2 - 3,6-5,0 g/dl

    - Globulin - 2,5 - 2,9 - 1,9-32% g/dl

    Fungsi Ginjal

    Universitas Sumatera Utara

  • - Ureum 241 - - 119 93 10-50 mg/dl

    - Creatinin 16,43 - - 6,62 2,28 0,6-1,20 mg/dl

    - Uric Acid - - - - - 3,5-7,0 mg/dl

    Elektrolit

    - Natrium 126 - - 141 - 136-155 mmol/dl

    - Kalium 7,1 - - 3,7 - 3,5-5,5 mmol/dl

    - Chlorida 99 - - 112 - 95-103 mmol/dl

    Metabolisme Glukosa

    Darah Normal

    Adrandom 84 208 144 131 - < 140 mg/dl

    Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium di atas dapat dilihat bahwa

    fungsi hati pasien berada dalam nilai normal, sehingga dapat dipastikan bahwa fungsi

    hati pasien tidak mengalami gangguan. Pada tanggal 19 Agustus 2009, nilai albumin

    pasien berada dibawah normal yaitu 2,0 mg/dl, namun dalam terapi pasien tidak

    diberikan tambahan albumin dari luar, namun pada pemeriksaan tanggal 22 Agustus

    2009 nilai albumin sedikit meningkat namun tetap dibawah normal yaitu 2,2 mg/dl.

    Sedangkan fungsi ginjal pasien dalam keadaan tidak normal, dimana pada

    pemeriksaan awal pada tanggal 16 Agustus 2009 kadar ureum 241 mg/dl dan

    kreatinin 16,43 mg/dl yang melebihi nilai normal. Namun pada pemeriksaan tanggal

    22 Agustus dan 25 Agustus 2009, nilai ureum dan kreatinin murun walaupun masih

    melebihi nilai normalnya. Sehingga dapat disimpulkan pasien mengalami gangguan

    fungsi ginjal.

    Universitas Sumatera Utara

  • Ureum merupakan produk akhir metabolisme protein yang mengandung

    nitrogen . ginjal berperan dalam mengeleminasi urea dari tubuh. Pada penurunan

    fungsi ginjal, kadar urea nitrogen darah (Blood Urea Nitrogen, BUN) meningkat, dan

    juga peningkatan ini dapat menunjukkan kerusakan glomerulus. BUN diperoleh dari

    metabolisme protein normal dan dieksresikan didalam urin. Namun kadar BUN juga

    dapat dipengaruhi oleh kurangnya zat makanan dan hepatotoksisitas, yang merupakan

    efek umum dari beberapa toksikan, sehingga kenaikan nilai BUN tidak dapat

    dijadikan indikator terjadinya gangguan fungsi ginjal. Kreatinin adalah suatu

    metabolit keratin dan dieksresikan seluruhnya didalam urin melalui filtrasi

    glomerulus. Dengan demikian, meningkatnya kadar kreatinin di dalam darah

    merupakan indikasi rusaknya fungsi ginjal (Corwin, 2000).

    Kadar elektrolit dalam tubuh pasien dalam keadaan baik, pada awal

    pemeriksaan tanggal 16 Agustus 2009 nilai natrium berada dibawah normal

    sedangkan kalium berada diatas normal. Pada pemeriksaan kedua tanggal 22 Agustus

    2009 nilai natrium dan kalium sudah dalam nilai normal, namun nilai klorida yang

    berada diatas nilai normal. Nilai gula darah adrandom pasien pada pemeriksaan awal

    pada tanggal 16 Agustus 2009 dalam keadaan normal, namun pada pemeriksaan

    tanggal 19 dan 20 Agustus 2009 kadar gula darah pasien meningkat, namun pada

    tanggal 22 Agustus 2009 kadar gula pasien sudah kembali normal.

    5.1.3.3 Pemeriksaan Analisa Gas Darah

    Universitas Sumatera Utara

  • Pemeriksaan analisa gas darah dilakukan pada tanggal 16 dan 18 Agustus

    2008.

    Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Analisa Gas Darah

    Hasil Pemeriksaan Analisa Gas

    Darah 16 Agustus 2009 18 Agustus 2009 Nilai Normal

    PH 7,369 7,410 Arteri 7,35-7,45

    Vena 7,31-7,41

    P CO2 16,8 15,6 Arteri 35-45 mmHg

    Vena 41-51 mmHg

    P O2 113,9 106,3 80-105 mmHg

    T CO2 10,3 10,5 Arteri 23-27 mmol/L

    Vena 24-29 mmol/L

    HCO3 9,7 10,0 Arteri 22-26 mmol/L

    Vena 23-28 mmol/L

    Base Excess - 15,8 - 14,9 Arteri (-2) (+3)

    Vena (-2) (+3)

    O2 Saturasi 97,4 97,5 Arteri 95-98 %

    Vena 95-98 %

    Hasil diatas menunjukkan bahwa tekanan CO2 berada dibawah normal

    sementara tekanan O2 melebihi nilai normalnya. Sedangkan nilai Base Excess berada

    diatas nilai normal.

    Analisa gas darah adalah suatu pemeriksaan daya serap / interaksi darah

    dengan gas yang dihirup lewat pernafasan, sampel darah diambil langsung dari arteri.

    Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam

    Universitas Sumatera Utara

  • basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan

    kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara

    luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit

    berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan

    hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat

    menegakkan suatu diagnosa hanya dari

    penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus

    menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data

    laboratorium lainnya (http://elearning.unej.ac.id/AGD).

    Ginjal berperan penting dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa.

    Pada penderita gagal ginjal terjadi pengurangan pembentukan amonia dan ion

    hidrogen didalam tubulus serta kehilangan natrium yang mana disertai retensi asam-

    asam yang terikat (fosfat dan sulfat) dan asam-asam organik oleh glomerulus yang

    menyebabkan asidosis berat (Baron, 1995).

    Nilai HCO3 yang berada dibawah normal dapat menjadi indikator terjadinya

    asidosis metabolik dalam tubuh, yaitu terjadinya keasaman darah yang berlebihan,

    yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan

    keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.

    Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih

    cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan

    cara menurunkan jumlah karbondoksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha

    Universitas Sumatera Utara

  • mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam

    dalam air kemih. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk

    membuang asam dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang

    normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal.

    Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi

    pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan

    ginjal untuk membuang asam (http://analisa gas darah.blogspot.com)

    5.1.4 Riwayat Penyakit Pasien

    Pasien masuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan pada

    tanggal 16 Agustus 2009 jam 10.20 WIB melalui Instalasi Gawat Darurat (IGD)

    dalam keadaan lemah, muka pucat, mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Pada

    tanggal 17 Agustus 2009 pasien menjalani hemodialisa (proses cuci darah), setelah

    melakukan hemodialisa kondisi pasien memburuk, sehingga pasien dipindahkan

    keruangan ICU pada tanggal 18 Agustus 2009.

    5.1.5 Diagnosa Penyakit

    Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium Patologi Klinik dan kondisi

    pasien Dokter mendiagnosa pasien menderita Gagal Ginjal Kronis + Post

    Hemodialisa

    5.1.6 Terapi Obat

    Universitas Sumatera Utara

  • Setelah dilakukan pemeriksaan maka pasien diberikan terapi obat-obatan

    seperti tercantum pada tabel 5.5

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 6. Hasil diagnosa dan Terapi Pasien ( 16-26 Agustus 2009 )

    Keluhan 16/8 17/8 18/8 19/8 20/8 21/8 22/8 23/8 24/8 25/8 26/8 Keterangan Keadaan Umum Mual 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Nafsu makan menurun 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Sensorium CM CM CM CM CM CM CM CM SOM CM SOM CM= Compos Mentis SOM= Somnolen Pemeriksaan TD (mmHg) 130/70 130/70 130/70 90/40 127/76 181/88 181/88 172/97 116/83 147/86 118/60 TD=tekanan darah HR (kali/menit) 100 x 100 x 100 x 83 89 101 101 168 65 119 99 HR=Heart rate RR (kali/menit) 32 x 32 x 32 x 11 x 37 x 30 x RR=Respiratory rate Suhu tubuh(C) 36,5oC A A A A A A A A A A A = afebris Diagnosa Gagal Ginjal Kronik + Post Hemodialisa Terapi Dextrose 5% 3 3 3 3 20 tetes/menit Ceftriaxon 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 gr/24 jam *, 1 gr/12 jam Metoclopramid 3 3 3 3 3 ampul/8 jam Meylon 3 3 3 3 1 fls/ 12 jam Lansoprazole 3 3 3 1 x 1 (30 mg) Plasmanate 3 3 3 3 1 fls/hari RL 3 3 3 3 3 3 20 tetes/menit NaCl 0,9% 3 3 3 3 3 3 3 20 tetes/menit EAS Primer 3 3 3 3 3 3 3 1 fls/hari Ranitidin 3 3 3 3 3 3 3 1 ampul/12 jam Antasid Syr 3 3 x C II Asam Folat 3 3 3 x 1 Dopamin 3 3 200 mg/50 cc NaCl Furosemid 3 3 x 1

    Universitas Sumatera Utara

  • 5.1.7 Tinjauan Umum Penyakit

    5.1.7.1 Anatomi Ginjal

    Setiap manusia dewasa mempunyai berat ginjal 150 gram. Ginjal disuplai

    oleh pembuluh darah, walaupun kedua ginjal hanya 0,5 % dari total berat tubuh,

    ginjal menerima 2,5 % dari cardiac output. Kortex bagian paling ujung dari ginjal

    menerima 90 % dari total suplay darah ke ginjal. Arteri ginjal terbagi atas bagian

    anterior dan posterior pada hilum. Ginjal terbagi atas 4 point yaitu pembuluh

    darah, glomeruli, tubulus dan interstitium (Robins, 2005).

    5.1.7.2 Gagal Ginjal Kronis

    Gagal ginjal kronis adalah suatu kondisi di mana kedua ginjal mengalami

    kerusakan permanen dan tidak dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya.

    Biasanya ditandai dengan edema seluruh tubuh karena terjadinya hipertensi portal

    dan kadar klirens kreatinin < 25 (www.wikipedia.com). Gagal ginjal kronis dapat

    juga dikatakan sebagai kemunduran fungsi ginjal yang progresif dan tidak

    reversibel yang disebabkan oleh berbagai jenis penyakit (Stein dan Jay, 2001).

    Definisi lain dari gagal ginjal kronis yaitu kemunduran perlahan dari fungsi ginjal

    yang menyebabkan penimbunan limbah metabolik didalam darah (azotemia)

    (www.medicastore.com).

    a. Etiologi Gagal Ginjal kronis

    Beberapa faktor yang dapat memperburuk faal ginjal pada pasien gagal

    ginjal

    kronis tingkat ringan atau sedang dapat dilihat pada tabel 6

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel. 7. Beberapa faktor yang memperburuk faal ginjal

    No FAKTOR FAKTOR

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    Infeksi

    - Infeksi saluran kemih dan ginjal pielonefritis

    - Infeksi ekstra renal terutama bila disertai septikemi

    Hipertensi berat

    Gagal jantung kongestif

    Pembedahan/trauma

    Transfusi darah

    Obat-obatan nefrotoksik

    Gangguan elektrolit

    - Retensi air dan natrium

    - Hipokalemia

    - Hiperkalsemi

    Nefropati obstruktif

    Sebenarnya faktor-faktor tersebut dapat dicegah dan dapat diatasi dengan

    pengobatan konservatif sedini mungkin, sehingga stadium terminal dapat

    dihindarkan. Infeksi saluran kemih dan ginjal (pielonefritis) sering dijumpai

    walaupun tanpa keluhan atau gejala dan ditemukan pada pemeriksaan

    laboratorium rutin, misal lekosituri dan basituri. Biakan urin harus rutin pada

    setiap penyakit ginjal apapun juga sebabnya termasuk gagal ginjal kronis.

    Hipertensi berat yang tidak terkontrol terutama bila disertai gagal jantung

    kongestif paling sulit dikendalikan (Sukandar, 1997).

    b. Patofisiologis Gagal Ginjal Kronis

    Berbagai faktor etiologi merusak ginjal dengan berbagai cara. Faktor

    inisiasi menghasilkan hilangnya massa nefron. Sisa pertumbuhan nefron yang

    Universitas Sumatera Utara

  • tidak sehat menyebabkan hilangnya fungsi ginjal . Awalnya pertumbuhan yang

    tidak sehat ini bisa diadaptasi, namun dari waktu ke waktu berkembang menjadi

    mal adaptif dan menjadi pengembangan glomerular hipertensi oleh adanya

    angiotensin II yang bersifat vasokonstriksi sehingga meningkatkan tekanan di

    dalam kapiler glomerular. Tekanan intraglomerular yang tinggi merusak fungsi

    barier permeabel glomarular. Proteinuria mempercepat hilangnya nefron secara

    progresif. Protein yang disaring terdiri atas albumin, transferin, faktor-faktor

    komplemen, imunoglobulin-imunoglobulin, sitokin-sitokin, dan angiotensin II.

    Proteinuria dapat berhubungan dengan pengaktifan komponen komplemen pada

    tubulus. Kejadian ini berkembang samapi hilangnya struktur unit-unit nefron, dan

    pada akhirnya fungsi ginjal GFR berkurang (Dipiro, 2005)

    c. Gejala-Gejala Gagal Ginjal Kronis

    Pada gagal ginjal kronis, gejala-gejalanya berkembang secara perlahan.

    Pada awalnya tidak ada gejala sama sekali, kelainan fungsi ginjal hanya dapat

    diketahui dari pemeriksaan laboratorium. Pada gagal ginjal kronis ringan sampai

    sedang, gejalanya ringan meskipun terdapat peningkatan urea dalam darah.

    Pada stadium ini terdapat:

    Nokturia, penderita sering berkemih di malam hari karena ginjal tidak dapat menyerap air dari air kemih, sebagai akibatnya volume air kemih

    bertambah

    Tekanan darah tinggi, karena ginjal tidak mampu membuang kelebihan garam dan air. Tekanan darah tinggi bisa menyebabkan stroke atau gagal

    jantung.

    Universitas Sumatera Utara

  • Sejalan dengan perkembangan penyakit, maka lama-lama limbah

    metabolik yang

    tertimbun di darah semakin banyak. Pada stadium ini, penderita menunjukkan

    gejala-gejala:

    Letih, mudah lelah, kurang siaga Kedutan otot, kelemahan otot, kram Perasaan tertusuk jarum pada anggota gerak Hilangnya rasa di daerah tertentu Nafsu makan menurun, mual, muntah Penurunan berat badan.

    Pada stadium yang sudah sangat lanjut, penderita bisa menderita ulkus dan

    perdarahan saluran pencernaan. Kulitnya berwarna kuning kecoklatan dan kadang

    konsentrasi urea sangat tinggi sehingga terkristalisasi dari keringat dan

    membentuk serbuk putih di kulit (bekuan uremik). Beberapa penderita merasakan

    gatal di seluruh tubuh (www.mediscastore.com)

    d. Pengobatan Gagal Ginjal Kronis

    Tujuan pengobatan pada gagal ginjal kronis adalah untuk mengendalikan

    gejala,

    meminimalkan komplikasi dan memperlambat perkembangan penyakit. Penyebab

    dan berbagai keadaan yang memperburuk gagal ginjal harus segera dikoreksi.

    Pengobatan dapat dibagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama terdiri dari

    tindakan konservatif yang ditujukan untuk meredakan atau memperlambat

    gangguan fungsi ginjal yang progresif. Tahap kedua pengobatan terminal yaitu

    laju filtrasi glomerulus biasanya

    Universitas Sumatera Utara

  • dikurangi dari 2 ml/menit dan satu-satunya pengobatan yang efektif adalah

    intermitten atau transplantasi ginjal (Sukandar, 1997).

    Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik

    1. Terapi Nonfarmakologi

    Manajemen Nutrisi

    2. Terapi farmakologi

    a. Mengontrol kadar gula darah secara intensif (untuk pasien menderita

    diabetes)

    b. Mengontrol tekanan darah

    c. Mengurangi proteinuria

    3. Terapi Penggantian Ginjal

    a. Dialisis

    b. Transplantasi Ginjal

    5.1.7.3 Hemodialisa

    Hemodialisis adalah sebuah terapi medis. Kata ini berasal dari kata haemo

    yang berarti darah dan dilisis yang berarti dipisahkan. Hemodialisis merupakan

    salah satu dari Terapi Penggganti Ginjal, yang digunakan pada penderita dengan

    penurunan fungsi gingjal, baik akut maupun kronik. Perinsip dasar dari

    Hemodialisis adalah dengan menerapkan proses osmotis dan ultrafiltrasi pada

    ginjal buatan, dalam membuang sisa-sisa metabolisme tubuh. Hemodialisis dapat

    dikerjakan untuk sementara waktu (misalnya pada Gagal Ginjal Akut) atau dapat

    pula untuk seumur hidup (misalnya pada Gagal Ginjal Kronik)

    (www.wikipedia.com)

    Universitas Sumatera Utara

  • Hemodialisa juga dapat diartikan sebagai suatu prosedur dimana darah

    dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh

    yang disebut dialyzer. Prosedur ini memerlukan jalan masuk ke aliran darah.

    Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan buatan diantara

    arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan. Pada hemodialisa,

    darah penderita mengalir melalui suatu selang yang dihubungkan melalui fistula

    arteriovenosa dan dipompa kedalam dialyzer. Untuk mencegah pembekuan darah

    selama didalam dialyzer maka diberikan heparin.

    Di dalam dialyzer, suatu selaput buatan yang memiliki pori-pori

    memisahkan darah dari suatu cairan (dialisat) yang memiliki komposisi kimia

    yang menyerupai cairan tubuh normal. Tekanan didalam ruang dialisat lebih

    rendah dibandingkan dengan tekanan di dalam darah, sehingga cairan, limbah

    metabolik dan zat-zat racun didalam darah disaring melalui selaput dan masuk

    kedalam dialisat. Tetapi sel darah dan protein yang besar tidak dapat menembus

    pori-pori selaput buatan ini. Darah yang telah dicuci lalu dikembalikan kedalam

    tubuh penderita.

    Dialyzer memiliki ukuran dan tingkat efisiensi yang berbeda-beda. Mesin

    yang lebih bar