Upload
debora-m-silalahi
View
106
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
farmasi
Citation preview
BAB III
TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr. PIRNGADI MEDAN
3.1. Sarana dan Prasarana Fisik
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan pada
tanggal 11 Agustus 1928 dan sejak tanggal 27 Desember 2001 dikelola oleh
Pemerintah Kota Medan dengan status Rumah Sakit Swadana dengan nama
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.
RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah rumah sakit kelas B Pendidikan yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan medis spesialis dasar, spesialis luas dan
beberapa sub spesialis.
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan terletak di Jl. Prof. H. M. Yamin,
kelurahan Perintis Kemerdekaan kecamatan Medan Timur. Kepegawaian RSUD
Dr. Pirngadi Kota Medan meliputi tenaga medis, tenaga non medis, apoteker,
tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga umum, dan tenaga kesehatan lainnya.
3.2. Struktur Organisasi
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh seorang Direktur RSUD
Dr. Pirngadi Kota Medan yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 3
orang wakil direktur yaitu:
1. Wakil Direktur bidang administrasi umum
2. Wakil Direktur bidang pelayanan medis dan keperawatan
3. Wakil Direktur bidang sumber daya manusia dan pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
31
Selain itu direktur RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan juga dibantu oleh
kelompok jabatan fungsional yang terdiri dari Staf Medik Fungsional dan Instalasi
yang bertanggung jawab kepada Kepala RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Salah
satu instalasi tersebut adalah Instalasi Farmasi yang bertugas mengatur dan
menyelenggarakan semua kegiatan kefarmasian di rumah sakit.
3.3. Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Medan
Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan salah satu
unit fungsional yang dipimpin oleh seorang apoteker dan dalam melaksanakan
tugasnya bertanggung jawab secara langsung kepada direktur RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan. Dalam melaksanakan tugasnya Instalasi Farmasi mempunyai motto;
Obat Yang Bermutu dan Terjangkau Adalah Yang Utama. Instalasi Farmasi
juga menetapkan visi dan misi untuk mencapai target yang diinginkan.
Visinya yaitu: Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang cepat, tepat dan
bermutu dalam menunjang RSU Dr. Pirngadi Kota Medan MANTAP TAHUN
2010 (Mandiri, Tanggap dan Professional).
Misinya yaitu:
1. Melakukan pengelolaan Farmasi Produk yang meliputi :
a. Melaksanakan pengelolaan dan pelayanan obat kepada pasien secara
CERMAT, CEPAT dan TEPAT.
b. Menyediakan dan memberi pelayanan akan obat-obatan yang bermutu
dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat dengan mengutamakan
pemakaian obat generik berlogo.
Universitas Sumatera Utara
32
c. Menyediakan alat kesehatan yang bermutu baik dengan harga yang
terjangkau bagi masyarakat terutama pasien di rumah sakit.
2. Menyelenggarakan informasi obat kepada pasien dan tenaga medis yang
membutuhkannya di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan sebagai salah satu
bentuk pelayanan farmasi klinis.
3. Mengembangkan pelayanan Farmasi Klinis sebagai berikut :
(1) Melakukan konseling; (2) Monitoring Efek Samping Obat; (3)
Pencampuran obat suntik secara aseptis; (4) Menganalisa efektivitas biaya;
(5) Penentuan kadar obat dalam darah; (6) Penanganan obat sitostatika; (7)
Penyiapan Parenteral Nutrisi; dan (8) Pengkajian penggunaan obat.
4. Mengadakan perbaikan pelayanan Farmasi Produk dan Farmasi Klinis
secara terus menerus dan berkesinambungan.
3.3.1. Sub Instalasi Perbekalan
Sub Instalasi Perbekalan Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang apoteker
dan bertugas untuk membantu dan menunjang fungsi Instalasi Farmasi Rumah
Sakit dalam hal perencanaan, pengadaan, dan penyimpanan perbekalan farmasi
sesuai kebutuhan rumah sakit.
Sub Instalasi Perbekalan farmasi dibagi atas 2 bagian, yaitu :
a. Unit Perencanaan dan Pengadaan.
Unit Perencanaan dan Pengadaan mempunyai tugas sebagai berikut, yaitu:
Merencanakan seluruh kebutuhan rumah sakit mulai dari perbekalan farmasi serta alat kesehatan. Perencanaan ini dilakukan berdasarkan data
Universitas Sumatera Utara
33
pemakaian periode yang lalu, sisa stok, pola penyakit dan kemudian
ditambahkan sebesar 10%.
Memesan dan menyediakan perbekalan farmasi sesuai permintaan untuk kebutuhan rumah sakit.
Unit perencanaan dan pengadaan melakukan pemesanan kebutuhan bahan-
bahan obat dan alat kesehatan untuk kebutuhan selama 1 bulan berdasarkan
permintan dari gudang, kecuali ada permintaan kebutuhan khusus yang mendesak.
Prinsip pengadaan perbekalan farmasi yaitu tersedianya seluruh kebutuhan
perbekalan farmasi dengan jenis dan jumlah yang memadai. Proses pengadaan
kebutuhan perbekalan farmasi dapat dijelaskan melalui tahap berikut:
Sub instalasi distribusi meminta barang ke gudang dengan menyerahkan formulir B2 (Formulir Daftar Permintaan dan Pengeluaran farmasi). Jika
barang yang diminta hampir habis (dilihat dari kartu stok gudang dan
daftar permohonan pembelian dari gudang) maka gudang membuat
Permohonan Pembelian Barang dan menyerahkannya pada unit
pengadaan.
Unit pengadaan memesan perbekalan farmasi dengan menggunakan surat pesanan/order pembelian kepada PBF setelah disetujui dan ditandatangani
oleh Kepala Instalasi Farmasi dan disetujui oleh Kepala RSUD Dr.
Pirngadi Kota Medan. Untuk obat Askes, surat pesanan selain
ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi dan disetujui oleh Kepala
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan juga harus diketahui oleh pihak PT.
Askes.
Universitas Sumatera Utara
34
Untuk pengadaan obat golongan narkotika (seperti codein, pethidin) dan psikotropika (seperti diazepam, luminal) dilakukan oleh unit pengadaan
menggunakan form N-9 kepada PT. Kimia Farma dengan surat pesanan
yang ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi atau apoteker yang ada
ditempat.
Barang pesanan kemudian diantar oleh PBF ke gudang dengan membawa faktur pembelian. Oleh petugas unit gudang barang diperiksa
kesesuaiannya dengan faktur dan surat pesanan, meliputi : jenis, jumlah,
tanggal kadaluarsa, nomor batch, dan kondisi barang. Barang yang
diterima dibukukan pada Buku Barang Masuk dan Kartu Stok, kemudian
faktur ditandatangani oleh penerima barang di unit gudang. Jika barang
yang diterima tidak sesuai dengan faktur maka barang akan dikembalikan.
Setelah memasukkan barang pihak PBF menitipkan faktur untuk diperiksa. Sebelum jatuh tempo pihak PBF datang mengantar kwitansi. Unit
pengadaan membuat pembukuan barang yang masuk.
b. Unit Gudang
Unit gudang bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan
farmasi, yang dikelompokkan menjadi 2 jenis gudang yaitu:
1. Gudang obat-obatan
Bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi
misalnya sediaan parenteral, sediaan oral, sediaan topikal dan lain-lain.
Gudang obat-obatan terbagi dua yaitu gudang obat Askes dan gudang obat
Universitas Sumatera Utara
35
swakelola. Penyusunan obat-obatan dilakukan berdasarkan bentuk sediaan dan
diurutkan berdasarkan abjad.
2. Gudang alat kesehatan habis pakai.
Bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi dan
alat-alat kesehatan habis pakai seperti plester, kapas, infuse set, dan lain-lain.
Bahan-bahan cairan seperti alkohol, formalin, hidrogen peroksida, juga
disimpan di gudang alat kesehatan habis pakai.
Pihak gudang mencatat dan meminta perbekalan farmasi yang
persediaannya hampir habis ke pengadaan setiap 1 bulan sekali yang ditulis dalam
lembar Permohonan Pembelian Barang Medis (Formulir P.1) rangkap dua. Akan
tetapi pada keadaan tertentu, permintaan perbekalan Farmasi ke pengadaan dapat
dilakukan lebih dari satu kali dalam satu bulan. Setelah Permohonan Pembelian
Barang Medis dikirim ke pengadaan, maka pengadaan membuat order pembelian.
PBF mengantar barang yang diorder disertai faktur rangkap 7, yang ditujukan
untuk:
- Satu lembar untuk gudang
- Satu lembar untuk pengadaan
- Lima lembar untuk pembayaran.
Oleh petugas gudang, barang diperiksa kesesuaiannya dengan faktur dan
surat pesanan meliputi: jenis, jumlah, tanggal kadaluarsa, nomor batch, kondisi
barang. Apabila telah sesuai maka barang yang diantar dicatat di buku barang
masuk disertai potongan harganya, kemudian dicatat di kartu stok gudang. Harga
Universitas Sumatera Utara
36
di buku barang masuk gudang sudah disesuaikan dengan Harga Pokok Penjualan
(HPP) yaitu harga modal ditambah PPn 10%.
Keluar masuknya perbekalan farmasi dari gudang harus dicatat dalam
Buku Besar Barang Masuk dan Barang Keluar kemudian dicatat dalam kartu stok
gudang. Gudang mengeluarkan barang berdasarkan permintaan dari sub Instalasi
Distribusi dengan menggunakan Formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran
Farmasi) rangkap 3.
Penyimpanan dan pengeluaran perbekalan farmasi berdasarkan prinsip
FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out). Obat-obat
narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus yang terkunci. Obat-
obat yang penyimpanannya pada suhu tertentu seperti serum, vaksin dan
supositoria disimpan dalam lemari pendingin. Setiap akhir bulan petugas gudang
membuat laporan sisa stok dan menghitung jumlah dan kondisi perbekalan
farmasi dan alat kesehatan di gudang.
3.3.2. Sub Instalasi Distribusi
Sub Instalasi Distribusi di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh
seorang apoteker. Distribusi obat dan alat kesehatan (perbekalan farmasi)
merupakan fungsi utama pelayanan farmasi rumah sakit. Hal terpenting yang
harus diperhatikan adalah menjamin pemberian obat yang benar dan tepat kepada
pasien sesuai dengan dosis dan jumlah yang tertulis pada resep/kartu obat.
Sistem distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan dan pasien
rawat inap dilakukan berdasarkan resep perorangan (Individual Prescription).
Untuk pasien rawat inap umum dilakukan berdasarkan pada kartu obat, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
37
untuk pasien rawat inap Askes, Jamkesmas, Medan Sehat dilakukan berdasarkan
One Day Dose Dispensing (ODDD). Namun untuk memenuhi permintaan
perbekalan farmasi pada sore dan malam hari (emergency) dilakukan sistem floor
stock di setiap ruang rawat inap.
One Day Dose Dispensing (ODDD) merupakan sistem distribusi sesuai
dengan jumlah yang ditetapkan untuk satu hari pemakaian. Sistem ini melibatkan
apoteker dalam memonitor penyampaian seluruh perbekalan farmasi kepada
pasien sehingga penggunaan obat yang rasional dan efektif dapat tercapai.
Secara umum sistem pemasukan dan pengeluaran perbekalan farmasi pada
sub instalasi distribusi adalah sebagai berikut:
Sub Instalasi Distribusi meminta perbekalan farmasi ke gudang berdasarkan besarnya kebutuhan rumah sakit dan keadaan stok barang setiap minggu
melalui formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi). Formulir
ini terdiri dari tiga rangkap, yaitu lembar berwarna putih untuk bagian
adminitrasi, lembar kuning untuk bagian distribusi dan lembar merah untuk
bagian gudang.
Sub instalasi distribusi menerima barang dari gudang dan menyalurkannya ke ruangan. Ruangan meminta barang ke sub instalasi farmasi dengan
menyerahkan formulir B2 (Daftar Permintaan dan Penggunaan Farmasi) yang
terdiri dari tiga rangkap, yaitu lembar berwarna putih untuk bagian
adminitrasi, lembar kuning untuk bagian ruangan yang bersangkutan dan
lembar merah sebagai arsip bagi sub instalasi distribusi.
Universitas Sumatera Utara
38
Sistem pengawasan terhadap pemasukan dan pengeluaran barang ke dan
dari sub instalasi distribusi dilakukan dengan cara cross check dengan pihak sub
instalasi administrasi setiap bulan.
Pelaksanaan pendistribusian perbekalan farmasi yang dilakukan meliputi :
a. Pelayanan farmasi pada pasien Askes, Jamkesmas, Medan Sehat rawat inap
dan rawat jalan.
b. Pelayanan farmasi pasien umum rawat inap dan rawat jalan
c. Apotek Satelit Instalasi Gawat Darurat (IGD)
d. Apotek Satelit Central Operation Theatre (COT)
e. Distribusi ruang perawatan/poliklinik
3.3.2.1. Pelayanan Farmasi Rawat Jalan
Pelayanan farmasi rawat jalan melayani pasien umum, pasien Askes,
Jamkesmas dan Medan Sehat. Pasien ini berasal dari poliklinik seperti internis
(penyakit dalam), THT, paru, mata, gigi, neurology, obgyn, dan lain-lain.
a. Pelayanan farmasi pada pasien umum
Pasien umum adalah masyarakat umum yang datang untuk berobat ke rumah sakit
dan harus membayar pengobatannya sendiri karena tidak mempunyai jaminan
kesehatan apapun.
Prosedur pelayanan farmasi pada pasien umum sebagai berikut:
1. Pasien memberi resep kepada asisten apoteker.
2. Resep diberi harga, jika pasien setuju bayar maka obat segera disiapkan
oleh asisten apoteker.
Universitas Sumatera Utara
39
3. Obat diserahkan oleh apoteker kepada pasien serta diberikan pelayanan
informasi obat yang dibutuhkan. Kemudian pasien juga diberikan kuitansi
(rangkap dua) dimana lembar asli diberikan pada pasien dan lembar copy
sebagai pertinggal di apotek.
4. Resep asli dan kuitansi disimpan pihak apotek untuk diserahkan ke bagian
administrasi agar diperiksa kembali dan diarsipkan. Nomor resep sesuai
dengan nomor kuitansi. Uang yang diterima akan diambil oleh juru pungut
keesokan harinya.
b. Pelayanan farmasi pada pasien Askes
Pelayanan farmasi pada peserta Askes adalah pasien yang berasal dari
instansi pemerintahan seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang disebut Askes
sosial. Untuk menjadi peserta Askes berlaku beberapa ketentuan lain diantaranya
semua peserta Askes adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) beserta keluarga yang
meliputi istri dan 2 orang anak. Untuk anak, maksimum sampai umur 21 tahun,
kecuali masih kuliah bisa sampai umur 25 tahun dengan adanya surat keterangan
masih aktif kuliah. Untuk pasien Askes tidak dipungut biaya langsung, tapi pihak
rumah sakit akan menagih biaya tersebut pada PT. Askes, penagihan ini akan
dilakukan sebulan sekali. Pemilihan jenis dan jumlah obat bagi pasien Askes
berdasarkan standar DPHO, umumnya untuk obat oral diberikan untuk tiga hari
pemakaian.
Prosedur pelayanan farmasi pada pasien Askes sebagai berikut:
Pasien yang datang dari poliklinik membawa kertas resep rangkap tiga serta fotocopy kartu peserta askes.
Universitas Sumatera Utara
40
Resep askes akan diperiksa oleh tim legalisasi dari pihak askes Jika sudah diperiksa dan sesuai, obat akan disiapkan, dikemas dan diberi etiket Obat diberikan kepada pasien disertai dengan penjelasan cara pemakaian obat. Pasien menandatangani daftar peserta Askes c. Pelayanan farmasi pada pasien kredit
Pasien kredit disebut juga dengan pasien Askes sukarela yang berasal dari
perusahaan swasta atau BUMN. Syarat yang berlaku bagi peserta Askes sukarela
sesuai dengan peraturan perusahaan. Untuk pasien kredit ini tidak dipungut biaya
langsung, tapi pihak rumah sakit akan menagih biaya tersebut pada perusahaan
yang bersangkutan dan penagihan ini akan dilakukan sebulan sekali. Bagi pasien
kredit pemilihan obat tidak terkait dengan jenis dan merek.
Prosedur pelayanan farmasi pada pasien kredit sebagai berikut:
Pasien yang datang dari poliklinik membawa kertas resep rangkap tiga serta fotocopy kartu peserta anggota perusahaan.
Resep kredit akan diperiksa oleh tim legalisasi dari pihak perusahaan Jika sudah diperiksa dan sesuai, obat akan disiapkan, dikemas dan diberi etiket Obat diberikan kepada pasien disertai dengan penjelasan cara pemakaian obat. Pasien menandatangani daftar peserta anggota. c. Prosedur pelayanan farmasi pada pasien Jamkesmas
Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) adalah suatu program
pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini
diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka
mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin.
Universitas Sumatera Utara
41
Peserta Jamkesmas adalah semua anggota keluarga yang termasuk dalam kartu
keluarga yang dinyatakan miskin oleh lurah setempat.
Untuk pasien Jamkesmas, pemberian obat berdasarkan formularium
Jamkesmas. Penagihan biaya dilakukan satu bulan sekali setelah semua berkas
dan datadata terkumpul dan telah diperiksa oleh apoteker dan disetujui oleh
Kepala Instalasi Farmasi.
Ada beberapa syarat yang berlaku untuk pasien Jamkesmas diantaranya:
Kertas resep rangkap tiga
Membawa fotokopi kartu Jamkesmas atau Askeskin lama
Memiliki SJP
Protokol terapi untuk obat-obat khusus dan hasil pemeriksaan laboratorium.
Berikut adalah prosedur pelayanan farmasi pasien Jamkesmas :
1) Pasien Jamkesmas dari poliklinik datang ke pelayanan farmasi.
2) Petugas farmasi memeriksa kelengkapan resep, memberi nomor pada resep,
memberi nomor antrian pada pasien dan mencatat di buku.
3) Legalisasi resep oleh tim legalisasi.
4) Menyiapkan obat, memasukkan kedalam wadah dan memberi etiket.
5) Petugas farmasi memberikan obat kepada pasien sambil menginformasikan
cara pemakaian obat.
6) Pasien menandatangani daftar peserta Jamkesmas
d. Prosedur pelayanan farmasi pada pasien Medan Sehat
Medan Sehat (MS) adalah salah satu program pemerintah daerah kota
Medan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi warga kota Medan yang
Universitas Sumatera Utara
42
tidak mempunyai jaminan kesehatan apapun seperti Jamkesmas atau Askes. Jika
pasien mampu tidak diperbolehkan mengikuti program Medan Sehat ini
contohnya seperti; pengusaha. Untuk pasien Medan Sehat, pemberian obat
berdasarkan formularium Jamkesmas. Penagihan biaya dilakukan satu bulan
sekali setelah semua berkas dan datadata terkumpul dan telah diperiksa oleh
apoteker dan disetujui oleh Kepala Instalasi Farmasi. Selain itu ada beberapa
syarat yang berlaku untuk pasien Medan Sehat diantaranya:
Pasien membawa resep
Membawa fotocopy KTP dan Kartu keluarga
Memiliki Surat Jaminan Kesehatan (SJP)
Protokol terapi untuk obat-obat khusus dan hasil pemeriksaan
laboratorium.
Prosedur pelayanan farmasi pada pasien Medan Sehat:
1. Pasien Medan Sehat dari poliklinik datang ke pelayanan farmasi.
2. Petugas farmasi memeriksa kelengkapan resep, memberi nomor pada resep,
memberi nomor antrian pada pasien dan mencatat di buku.
3. Legalisasi resep oleh tim legalisasi.
4. Menyiapkan obat, memasukkan kedalam wadah dan memberi etiket.
5. Petugas farmasi memberikan obat kepada pasien sambil menginformasikan
cara pemakaian obat.
6. Pasien menandatangani daftar peserta Medan Sehat.
Universitas Sumatera Utara
43
3.3.2.2. Pelayanan Farmasi Rawat Inap
Pelayanan farmasi rawat inap melayani pendistribusian obat untuk pasien
umum, Askes, Jamkesmas, Medan Sehat, pasien kredit dan pasien yang tidak
dikenal (Mr. X/Mrs.Y) dengan menggunakan kartu obat.
Prosedur pelayanan farmasi bagi pasien rawat inap:
a. Pasien Umum
Perawat/keluarga pasien membawa resep ke pelayanan farmasi rawat inap Resep obat yang ditulis di kartu obat disalin kembali pada blanko copy
resep. Obat tersebut diberi harga, diinformasikan harganya kepada pasien,
disiapkan obatnya, distempel, diberi etiket, dikemas lalu diserahkan ke
bagian kasir agar dibuat kuitansi (rangkap dua).
Obat diserahkan kepada perawat/keluarga pasien atau obat yang dipesan diantar ke ruangan beserta kuitansi asli dan dilakukan penagihan biaya
obat langsung kepada pasien atau keluarga pasien Sedangkan lembar copy
kuitansi beserta copy resep sebagai pertinggal di apotek. Kartu obat
diserahkan kepada perawat kembali dan setelah pasien pulang disimpan ke
bagian administrasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Jika pasien belum
memiliki dana yang cukup, maka biaya obat atau resep dimasukkan ke
opname brief (khusus IGD) dilanjutkan ke bagian keuangan rumah sakit
agar ditagih pada saat pasien akan keluar dari rumah sakit.
b. Pasien Askes dan Kredit
Ketentuan yang berlaku untuk pasien kredit dan Askes rawat inap pada
dasarnya hampir sama dengan ketentuan pada pelayanan rawat jalan. Pelayanan
Universitas Sumatera Utara
44
rawat inap pasien Askes dan pasien kredit meliputi semua unit pelayanan dan
ruang rawat. Pemilihan jenis dan jumlah obat berdasarkan standar DPHO bagi
pasien Askes dan bagi pasien kredit pemilihan obat dapat bebas merek dan
jenisnya.
Prosedur pelayanan farmasi pasien Askes dan pasien kredit:
Perawat/keluarga pasien membawa kartu obat dan surat keterangan dari
perusahaan atau kartu Askes bagi peserta Askes yang menjamin pasien ke
pelayanan farmasi rawat inap.
Obat yang tertulis di kartu obat disalin kembali pada blanko copy resep pasien
Askes dan pasien kredit. Obat disiapkan, distempel, diberi etiket dan dikemas.
Obat diserahkan kepada perawat/keluarga pasien atau obat yang dipesan
diantar ke ruangan. Kartu obat diserahkan kepada perawat/keluarga pasien.
Pelayanan obat bagi pasien Askes menggunakan sistem ODDD (One Day
Dose Dispensing). Obat oral yang ditulis dalam resep maksimum untuk tiga hari
dan untuk obat injeksi resep ditulis dan diberikan ke pasien setiap hari. Resep alat
kesehatan ditulis terpisah dari resep obat dan dapat langsung dilayani, namun
pasien Askes resep obat harus disetujui oleh Tim Legalisasi terlebih dahulu. Pada
pasien Askes resep obat harus disetujui oleh apoteker. Setiap obat yang diberikan
kepada pasien dicatat dalam formulir Catatan Pemberian Obat (CPO) yang
gunanya agar farmasi mengetahui obat apa saja yang telah diberikan oleh dokter
dan menganalisa kerasional obat yang diberikan pada pasien agar pengobatan
pasien optimal. Resep untuk hari Minggu disiapkan sekaligus pada hari Sabtu.
Sistem floor stock diberlakukan untuk mengantisipasi keadaan darurat, misalnya
Universitas Sumatera Utara
45
pada waktu sore dan malam hari. Untuk pasien Askes pemilihan jenis dan jumlah
obat yang diberikan berdasarkan standar DPHO.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melayani resep Askes:
1. Kertas resep rangkap tiga.
2. Periksa status pasien.
3. Dalam satu lembar resep maksimum tiga obat.
4. Ditandatangani oleh dokter dan kepala ruangan di sebelah kanan.
5. Ditandatangani oleh Tim legalisasi resep Askes.
6. Mempunyai surat jaminan rawatan.
7. Bila anak sudah berumur 21-25 tahun harus ada surat keterangan masih aktif
kuliah.
8. Obat-obat yang memerlukan protokol terapi yaitu obat-obat tertentu misalnya
: albumin, insulin, injeksi sefalosporin maka protokol terapinya harus
ditandatangani Kepala Staf Medik Fungsional (SMF), Komite Medis, dan
Tim Legalisasi Resep.
9. Pasien yang baru masuk pada sore dan malam hari dilayani di pelayanan
farmasi IGD dengan menggunakan resep dan kartu obat hanya untuk satu kali
pemakaian, kemudian pada hari kerja berikutnya dibuat resep obat yang
dipakai dan obat diambil seperti prosedur pengambilan obat Askes yang
tertera di bawah ini.
Untuk obat yang perlu protokol terapi dan atau obat-obat lain yang resepnya
belum memenuhi syarat di atas tetap dapat dilayani, namun perawat pasien
tersebut perlu membuat surat pernyataan pada formulir yang sudah disediakan.
Universitas Sumatera Utara
46
Jalur pelayanan resep Askes untuk pasien rawat inap di Instalasi Farmasi RSUD
Dr. Pirngadi Kota Medan dapat dilihat pada bagan berikut:
Gambar 1. Jalur pelayanan resep Askes untuk pasien rawat inap di Instalasi
Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.
diterima perawat
dibawa oleh perawat ke Petugas Pelayanan Farmasi Askes Rawat Inap
Resep, kartu obat, (protokol terapi jika
perlu)
Resep Obat Resep Alat Kesehatan habis pakai
diambil oleh perawat
diantar ke Tim Legalisasi Resep
dicek kerasionalannya dan distempel
dicek kerasionalannya
Pasien Resep yang telah disetujui
dibawa oleh perawat ke Pelayanan Farmasi Askes Rawat Inap
dicatat no resep dan ruangan pasien
dicatat di CPO
resep dikerjakan dan diberi etiket
Obat
diterima perawat/ diantar oleh petugas
Pasien
diberi nomor resep dikerjakan
diberi nomor
Universitas Sumatera Utara
47
Pengklaiman yang diajukan pada PT. Askes dilakukan pada akhir bulan
berdasarkan jumlah pemakaian obat per pasien berdasarkan pada Catatan
Pemberian Obat (CPO) dengan melampirkan: resep pasien, protokol terapi, hasil
pemeriksaan laboratorium (jika perlu), Surat Jaminan Perawatan (SJP) pasien.
c. Pasien Jamkesmas dan Medan Sehat
Pelayanan rawat inap untuk pasien Jamkesmas dan Medan Sehat adalah
ruang rawat kelas tiga. Pemilihan jenis dan jumlah obat berdasarkan standar
formularium Jamkesmas. Syarat pelayanan rawat inap untuk pasien Jamkesmas
dan Medan Sehat harus membawa kartu anggota. Sedangkan prosedur pelayanan
dan sistem pemberian obatnya sama seperti prosedur pelayanan pasien Askes.
Adapun prosedur penagihan biaya dilakukan dengan cara:
o Semua resep direkap per hari sesuai urutan tanggal resep
o Semua data dalam resep tersebut diketik kembali dan di cetak
o Data akan diperiksa ulang oleh apoteker dan diparaf, juga ditanda tangani oleh
Kepala Instalasi Farmasi.
o Lampiran resep yang berwarna merah jambu akan diserahkan kepada Tim
verifikasi resep setiap sebulan sekali.
o Setelah semuanya selesai, berkas akan diserahkan kepada bagian keuangan
Rumah Sakit. Selanjutnya bagian keuangan akan membayar sejumlah tagihan
kepada bendahara Instalasi Farmasi rumah sakit. Penagihan ini dilakukan
setiap sebulan sekali.
Semua pemakaian obat golongan narkotik untuk pasien rawat inap dicatat
dalam Formulir Pemakaian Obat Golongan Narkotik yang ditandatangani oleh
Universitas Sumatera Utara
48
dokter yang bersangkutan. Karena kartu obat pasien dikembalikan ke ruangan
maka ditulis formulir sementara sebagai bukti pertinggal di sub instalasi distribusi
(untuk keperluan administrasi dan pelaporan narkotik). Dimana pada Formulir
Pemakaian Obat Golongan Narkotik tertera nama pasien, alamat pasien, nomor
rekam medik pasien, ruang rawat, nama dokter, jumlah dan jenis narkotik yang
digunakan.
3.3.2.3 Pelayanan Farmasi di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Pelayanan farmasi IGD buka 24 jam dan dipimpin oleh seorang apoteker.
Petugas yang melayani farmasi IGD dibagi atas 3 shift yaitu pagi, siang dan
malam hari serta dilakukan serah terima barang dan uang setiap pergantian shift.
Pengadaan barang dilakukan dengan meminta ke bagian gudang menggunakan
Formulir B2 (Permintaan dan Pengeluaran Farmasi).
Tugas dan fungsi dari pelayanan farmasi di IGD:
1. Pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien yang masuk dari IGD, baik pada
jam kerja maupun diluar jam kerja dan hari libur. Pasien yang dilayani adalah
pasien umum, pasien Askes, pasien Jamkesmas, pasien Medan Sehat, pasien
kredit dan pasien yang tidak diketahui identitasnya (Mr.X/Mrs.Y).
Fungsi pelayanan farmasi di IGD yaitu menyediakan perbekalan farmasi yang
sering digunakan pada kejadian gawat darurat.
Prosedur pelayanan farmasi di IGD :
a) Pasien Umum
Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan oleh pasien di kartu obat/ lembar resep.
Universitas Sumatera Utara
49
Perawat IGD/pasien membawa kartu obat tersebut ke pelayanan perawat /keluarga pasien.
Petugas pelayanan farmasi IGD menulis resep kembali sebagai pertinggal di IGD dan memberikan perbekalan farmasi yang diminta
lalu menagih pembayarannya kepada keluarga pasien. Pembayaran
langsung dilakukan, dibuat kuitansi rangkap dua, kuitansi asli
diberikan kepada pasien dan satu rangkap lagi sebagai pertinggal di
apotek.
Jika keluarga pasien tidak membawa uang total biaya pemakaian perbekalan farmasi maka dicatat pada Opname Brief (OB) dan nomor
OB dicatat oleh petugas farmasi dengan catatan pasien harus dirawat
inap. Kemudian biaya perbekalan farmasi tersebut ditagih di ruangan
oleh juru pungut ruangan. Selanjutnya juru pungut Instalasi Farmasi
akan menghitung dan mengklaim jumlah biaya perbekalan farmasi
yang dipakai ke pihak RSUD Pirngadi Kota Medan..
b) Pasien Askes dan Kredit
Persyaratan yang dipenuhi oleh pasien Askes yaitu pasien harus membawa
kartu Askes atau kartu anggota perusahaan bagi pasien kredit. Perbekalan
farmasi yang diberikan untuk pasien Askes harus sesuai dengan DPHO
(Daftar Plafon Harga Obat) sedangkan pasien kredit pemilihan obat dapat
bebas merek dan jumlahnya.
Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan pada resep sementara yang dibawa oleh perawat atau keluarga pasien.
Universitas Sumatera Utara
50
Bila dokter menuliskan diluar DPHO maka pihak farmasi IGD mengkonfirmasikan ke dokter untuk mengganti obat yang sesuai
dengan DPHO.
Petugas farmasi memberi perbekalan farmasi tersebut kepada perawat /keluarga pasien.
Petugas penulis resep IGD (Medical Record) menulis kembali resep sementara ke blanko resep asli Askes rangkap tiga yang diperiksa lagi
oleh apoteker dan ditanda tangani oleh dokter, kepala ruangan dan Tim
Pengendali.
Jika pasien tidak membawa kartu Askes maka pasien tersebut membayar sejumlah perbekalan farmasi seharga bon gantung. Apabila
lewat dari 3 hari maka pasien dianggap pasien umum (harus membayar
sesuai dengan jumlah biaya pengobatan pasien) dan bon gantung
tersebut disetor ke penjualan.
Penagihan biaya obat dilakukan oleh juru pungut ruangan dengan mengarsipkan kuitansi, copy resep dan surat resmi dari instansi, untuk
diberikan kepada bagian keuangan rumah sakit. Oleh bendahara rumah
sakit dilakukan pengklaiman ke perusahaan yang bersangkutan dan
untuk pasien Askes dilakukan penagihan pada PT. Askes.
c) Pasien Jamkesmas/ Medan Sehat
Persyaratan yang dipenuhi oleh pasien Jamkesmas yaitu pasien harus
membawa kartu Jamkesmas dan pasien Medan Sehat yaitu pasien harus
Universitas Sumatera Utara
51
membawa kartu Medan Sehat. Perbekalan farmasi yang diberikan harus
sesuai dengan formularium Jamkesmas.
Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan pada resep sementara yang dibawa oleh perawat atau keluarga pasien.
Petugas farmasi memberikan perbekalan farmasi tersebut kepada perawat IGD.
Petugas penulis resep IGD (Medical Record) menulis kembali resep sementara ke blanko resep asli Jamkesmas/Medan Sehat rangkap tiga
yang diperiksa lagi oleh apoteker dan ditanda tangani oleh dokter,
kepala ruangan dan Tim Pengendali.
Jika pasien tidak membawa kartu Jamkesmas/Medan Sehat maka pasien tersebut membayar sejumlah perbekalan farmasi seharga bon
gantung. Apabila lewat dari 3 hari maka pasien dianggap pasien umum
(harus membayar sesuai dengan jumlah biaya pengobatan pasien) dan
bon gantung tersebut disetor ke penjualan.
Penagihan biaya di IGD dilakukan sebulan sekali ke bagian keuangan rumah sakit sesuai dengan besarnya biaya unit cost yang ditetapkan.
d) Pasien Mr. X/Mrs.Y
Untuk pasien Mr.X/Mrs.Y pelayanan diberikan sama seperti pada pasien
Jamkesmas. Petugas IGD melaporkan ke bagian pelayanan medis agar
membuat surat keterangan miskin yang ditandatangani oleh direktur
rumah sakit, sehingga pasien tersebut termasuk pasien Jamkesmas karena
Universitas Sumatera Utara
52
tidak ada sanak saudaranya. Penagihan biaya dilakukan pada bagian
keuangan rumah sakit.
2. Melayani perbekalan farmasi untuk pasien yang memerlukan tindakan bedah
darurat di KBE (Kamar Bedah Emergency).
Fungsi KBE (Kamar Bedah Emergency) yaitu sebagai tempat untuk melakukan
operasioperasi darurat (operasi tidak terencana).
Prosedur pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien di KBE :
a) Pasien Umum
Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan termasuk obat anaestesi dan obat narkotika seperti petidin di form operasi.
Petugas farmasi memberikan obat yang diminta tersebut. Untuk obat golongan narkotika, petugas farmasi IGD mencatat ke formulir
pemakaian narkotika yang dilengkapi nama dokter, nama pasien dan
ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan untuk keperluan pelaporan
narkotika setiap bulannya. Pembuatan laporan seluruh narkotika yang
digunakan di rumah sakit dilakukan oleh bagian administrasi Instalasi
Farmasi rumah sakit RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.
Perbekalan farmasi yang dipakai untuk keperluan tindakan bedah ditagih oleh petugas apotek pada keluarga pasien. Pembayaran langsung di
Apotek IGD, dibuat kuitansi, kuitansi asli diberikan kepada pasien dan
satu rangkap lagi sebagai pertinggal di apotek.
Jika keluarga pasien tidak membawa uang, total biaya pemakaian perbekalan farmasi dicatat pada Opname Brief (OB) dan Nomor OB
Universitas Sumatera Utara
53
dicatat oleh petugas farmasi. Kalau pasien mau pulang, pembayaran
perbekalan farmasi tersebut dipungut di ruangan KBE.
b) Pasien Askes dan Kredit
Persyaratan yang dipenuhi oleh pasien Askes yaitu pasien harus membawa
kartu Askes atau kartu anggota perusahaan bagi pasien kredit. Perbekalan
farmasi yang diberikan untuk pasien Askes harus sesuai dengan DPHO
(Daftar Plavon Harga Obat) sedangkan pasien kredit pemilihan obat dapat
bebas merek dan jumlahnya.
Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan pada resep sementara yang dibawa oleh perawat atau keluarga pasien.
Bila dokter menuliskan diluar DPHO maka pihak farmasi IGD mengkonfirmasikan ke dokter untuk mengganti obat yang sesuai dengan
DPHO.
Petugas farmasi memberi perbekalan farmasi tersebut kepada perawat IGD.
Keesokkan harinya petugas penulis resep IGD (Medical Record) menulis kembali resep sementara ke blanko resep asli Askes rangkap tiga yang
diperiksa lagi oleh apoteker dan ditanda tangani oleh dokter, kepala
ruangan dan Tim Pengendali.
Penagihan biaya obat untuk pasien Askes langsung dilakukan oleh IFRS ke PT. Askes. Sedangkan untuk pasien kredit biaya obat dihitung oleh juru
pungut IFRS yang selanjutnya Rumah Sakit mengklaim ke perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
54
c) Pasien Jamkesmas/Medan Sehat
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk pasien Jamkesmas yaitu harus
membawa kartu Jamkesmas dan pasien Medan Sehat yaitu harus membawa
kartu Medan Sehat.
Perbekalan farmasi yang diperlukan ditulis oleh dokter pada form. operasi. Petugas farmasi memberikan perbekalan farmasi tersebut. Keesokan harinya petugas penulis resep IGD (Medical Record) menulis
kembali resep sementara ke blanko resep asli Jamkesmas/ Medan Sehat
rangkap tiga yang diperiksa lagi oleh apoteker dan ditanda tangani oleh
dokter, kepala ruangan dan Tim Pengendali.
Jika pasien tidak membawa kartu Jamkesmas/Medan Sehat maka pasien tersebut membayar sejumlah perbekalan farmasi seharga bon gantung.
Apabila lewat dari 3 hari maka pasien dianggap pasien umum (harus
membayar sesuai dengan jumlah biaya pengobatan pasien) dan bon
gantung tersebut disetor ke penjualan.
3. Pasien yang membutuhkan Observasi ODC (One Day Care)
Fungsi ODC (One Day Care) yaitu sebagai tempat observasi pasien yang
memerlukan penanganan khusus seperti pasien jantung, hipertensi, dll.
Pemantauan keadaan pasien di ODC ini dilakukan 1 hari (12 jam). Jika
pasien tidak diperbolehkan untuk pulang lebih dari 12 jam maka pasien
dimasukkan ke ruang rawat inap. Pelayanan ini untuk pasien Umum, Askes,
Jamkesmas maupun Medan Sehat. Perbekalan farmasi diterima dari IGD, bila dua
Universitas Sumatera Utara
55
jam kemudian ada terapi tambahan maka petugas ruangan mengambil perbekalan
farmasi di instalasi rawat inap.
4. Mengisi perbekalan farmasi pada lemari emergensi
Fungsi lemari emergensi yaitu lemari yang berisi obatobat emergensi
yang sewaktuwaktu dapat digunakan sesuai dengan keperluan ruangan.
Pelayanan farmasi IGD mendistribusikan permintaan perbekalan farmasi
emergensi ke ruangan-ruangan pasien rawat inap dan kamar bedah emergensi
dengan memakai sistem distribusi floor stock yang disimpan di lemari khusus.
Sistem pengelolaan obat di ruangan dilakukan oleh kepala ruangan yang
bersangkutan sedangkan untuk KBE dilakukan oleh petugas farmasi IGD. Setiap
obat-obatan yang dipakai dari lemari emergensi harus diganti segera mungkin.
Jenis obat dan alat emergensi yang disediakan di setiap ruangan berbeda-beda
untuk masing-masing ruangan sesuai dengan kebutuhan dan jenis penyakit.
Contoh obat-obat emergensi yaitu Lidocain 2% dan 10%, Magnesium sulfat,
Ringer laktat, Dextrose 5%, Atropin sulfat, NaCl 0,9%, Phenobarbital injeksi,
Papaverin injeksi, Aminofillin, Transamin 500mg, Oxytocin injeksi, Dexametason
injeksi, Tramadol injeksi, Furosemid injeksi, Methergin, dan lain-lain. Sedangkan
Pethidin dan Dobuject 500mg hanya tersedia di ruang khusus seperti unit ICU,
ICCU, Stroke. Contoh alat-alat kesehatan emergensi seperti spuit, cateter, IV
cateter, infuset, NGT, transfution set dan lain-lain.
3.3.2.4. Pelayanan Farmasi di Central Operation Theatre (COT)
Pelayanan farmasi COT bertugas melayani bagian Central Operation
Theatre (COT). Pengelolaan obat-obat COT di bawah pengawasan pelayanan
Universitas Sumatera Utara
56
farmasi COT. Pasien umum yang mengambil obat membayar secara tunai yang
kemudian akan disetor ke bagian keuangan sedangkan untuk pasien Askes
pengobatan ditanggung oleh PT. Askes, pasien Jamkesmas ditanggung oleh
pemerintah, dimana obat-obat yang diresepkan harus sesuai dengan Formularium
dan obat-obat di luar Formularium diatasi oleh pihak Rumah Sakit.
Perbekalan farmasi yang terdapat di pelayanan farmasi COT adalah obat-
obatan sediaan injeksi terutama obat bius dan alat kesehatan habis pakai.
Pengadaan obat-obatan dan alat-alat kesehatan di unit-unit polifarmasi berasal dari
unit gudang instalasi farmasi yang diminta sekali seminggu dengan menggunakan
formulir B2. Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi. Demikian juga dengan
pengadaan obat-obat narkotika menggunakan Daftar Permintaan dan Pengeluaran
Narkotika. Pemasukan dan pengeluaran barang dicatat dalam Buku Pemasukan
dan Pengeluaran, lalu dimasukkan ke kartu stok dan dicross check dengan sub
instalasi administrasi setiap bulan.
Untuk pengadaan obat anastesi dan perlengkapannya di kamar bedah,
petugas apotek COT mendistribusikan berdasarkan Daftar Permintaan Obat
Anastesi dan Perlengkapannya. Pada Formulir ini perawat mencatat dan meminta
obat dan perlengkapan anstesi langsung sewaktu pasien sedang dioperasi. Dosis
pemakaian obat anastesi dimonitor oleh petugas anastesi dalam kamar bedah yang
dicatat dalam Daftar Dosis Pemakaian Obat/Alat Anestesi sebagai bukti
pengeluaran bagi pasien. Jadi bila ada obat dan perlengkapan anastesi yang
berlebih dalam Daftar Permintaabn Obat Anastesi dan Perlengkapannya akan
Universitas Sumatera Utara
57
dikembalikan lagi ke apotek COT dan yang terpakai sesuai dengan yang tertulis
pada Daftar Dosis Pemakaian Obat/Alat Anestesi.
Pemakaian golongan obat narkotika di kamar bedah dicatat dalam Form
Pemakaian Obat Golongan Narkotik contohnya pethidin, dicatat dalam Formulir
Pemakaian Pethidin di Kamar Bedah yang ditandatangani oleh dokter yang
bersangkutan. Formulir ini merupakan pertinggal di sub instalasi distribusi
sebagai pengganti kartu obat. Dan ini akan memudahkan Instalasi Farmasi Rumah
Sakit untuk mengetahui jumlah pemakaian obat Narkotik sehingga mudah untuk
membuat laporan penggunaan obat-obat Golongan Narkotik.
3.3.2.5 Pelayanan Farmasi Diruang Sitostatika
Pelayanan farmasi di ruang sitostatika dipimpin oleh apoteker sebagai
penanggung jawab. Sebelumnya pencampuran\pengoplosan obat suntik
dilaksanakan oleh perawat di ruang perawat non steril, jadi tidak terjamin sterilitas
produk akhir sitostatikanya. Sekarang sudah ada perubahan paradigma yang baru
bahwa pada pencampuran/pengoplosan obat suntik dilaksanakan oleh apoteker
atau asisten apoteker di Instalasi Farmasi di ruang steril secara aseptis, jadi tidak
perawat lagi yang mencampurnya. Disini peran apoteker dan asisten apoteker
dibutuhkan dalam menyiapkan obat sitostatik.
Prosedur kerja diruang pencampuran sitostatik ( obat kanker ) yaitu :
1. Petugas pencampuran obat kanker masuk kedalam ruang steril dengan
memakai alat pelindung khusus yaitu : Baju pelindung, topi, masker,
sarung tangan, sepatu khusus.
2. Matikan lampu UV ( Ultra Violet ).
Universitas Sumatera Utara
58
3. Hidupkan Exhaust system, AC dan lampu penerang ruangan sitostatika.
4. Gunakan Desinfeksi untuk kotak aseptis dengan menyemprotkan
Alkohol 70 % keseluruh permukaan dalam kotak aseptis tersebut.
5. Pasang alas khemoterapi pada meja tempat mencampur obat kanker,
pencampuran obat kanker dilakukan secara aseptis, setelah selesai
mencampur, kotak tersebut dibersihkan, lalu buang alas khemoterapi
bekas dan desinfeksi dengan menyemprot alkohol 70 %.
6. Sampah-sampah dimasukkan dalam tong sampah yang dibagi dalam dua
tempat, tong sampah khusus untuk tempat pembuangan sampah bekas obat
sitostatika, tong sampah biasa untuk tempat pembuangan sampah yang
tidak berbahaya.
7. Matikan Exhaust system, AC dan lampu penerang kemudian hidupkan
lampu UV.
8. Tutup pintu.
9. Antar sampah yang berbahaya dalam bag ke IPAL untuk dibakar dalam
incinerator.
Seharusnya di ruang sitostatika terdapat ruang steril, ruang antara, dan ruang cuci,
Biological Safety Box, yang dilengkapi dengan Laminair Air Flow (LAF) dan
udara disaring dengan HEPA Filter serta dilengkapi dengan Pass Box. Tetapi
dengan keterbatasan ruang sitostatika RS. Pirngadi Medan hanya dimodifikasi
dengan menggunakan Exhaust System sebagai pengganti Biological Safety Box
dan HEPA Filter untuk menyedot partikel-partikel yang ada di kotak aseptis dan
Universitas Sumatera Utara
59
tidak terdapat ruang cuci dan ruang antara, dan untuk proses sterilisasi ruangan
menggunakan sinar Ultra Violet (UV).
Contoh Obat-Obat Sitostatik yang ada di Instalasi farmasi, yaitu Doxorubin 10
& 50 mg, Carbosin 50, 150, 500 mg, Vincristine pch 1,2 mg, Posyd 100 mg,
Platosin 10 mg, 50 mg, Tamoplex 10, 20 mg, Rescuvolin, 15 & 50 mg,
Cyclophosphamid, Melphalan, Chlorambucil dan lain-lain.
Pelayanan farmasi diberikan untuk pasien Umum, Akses, dan Jamkesmas.
Pasien Medan Sehat tidak dilayani untuk pengobatan kanker karena tidak ada
program pemerintah daerah Kota Medan untuk pelayanan obat kanker, disamping
harganya mahal, persediaannya juga di batasi.
Prosedur pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien sitostatika :
a. Pasien Umum
Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan oleh pasien di status Perawat ruangan membawa status untuk dihitung dosis pemakaian obat
kanker.
Apoteker menuliskan kembali di lembar form di lantai tiga nama obat-obat sitostatika yang dibutuhkan, kemudian assisten apoteker menyiapkan obat
dan mencampur obat sitostatika di lantai enam dengan di awasi oleh
apoteker.
Setelah selesai apoteker menyerahkan obat sitostatika ke perawat ruangan untuk diberikan kepada pasien.
Perawat ruangan menyerahkan kwitansi asli kepada keluarga pasien dan dilakukan penagihan biaya obat langsung.
Universitas Sumatera Utara
60
b. Pasien Askes
Pada pasien Askes pemilihan jenis dan jumlah obat berdasarkan standar
DPHO, dan pasien tidak di pungut biaya.
c. Pasien Jamkesmas
Pada pasien Jamkesmas pemberian obat berdasarkan formularium
Jamkesmas dan pasien tidak di pungut biaya.
3.3.2.6. Distribusi Ruangan
Distribusi ruangan melayani permintaan dari poliklinik, ruang perawatan
dan non perawatan misalnya nefrologi/hemodialisis. Obat dan alat-alat kesehatan
yang didistribusikan dari distribusi ruangan ke poliklinik dan ruangan perawatan
merupakan kebutuhan rutin seperti kapas, lisol, alkohol, kain kasa dan sebagainya.
Perbekalan farmasi yang dibutuhkan didistribusikan ke ruangan/poliklinik
adalah berdasarkan permintaan pemakai dengan memakai formulir Daftar
Permintaan dan Penggunaan Farmasi yang ditandatangani oleh kepala ruangan
dan dokter ruangan. Biaya perbekalan farmasi yang diambil pengembaliaannya
berdasarkan sistem unit cost.
3.3.3 Sub Instalasi Administrasi
Merupakan bagian dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang bertugas
melaksanakan kegiatan administrasi kefarmasian di Instalasi Farmasi.
Dalam melaksanakan tugasnya Sub Instalasi Administrasi dibagi dua yaitu:
1. Umum, kepegawaian dan rumah tangga
Tugasnya antara lain:
Universitas Sumatera Utara
61
- Mencatat surat-surat yang masuk ke Instalasi farmasi dan
mengarsipkannya dengan rapi. Pada buku agenda, surat-surat yang masuk
dicatat: tanggal, asal surat, isi ringkas dan sebagainya.
- Mencatat surat-surat yang keluar dari Instalasi Farmasi dan menyampaikan
ke alamat yang dituju dengan pertanggung jawaban yang jelas dan
mengarsipkannya.
- Mengarsipkan data-data pegawai di Instalasi Farmasi.
- Membalas surat yang masuk ke Instalasi Farmasi.
- Mengatur mutasi pegawai di Instalasi Farmasi bekerja sama dengan staf
yang lain.
- Mengarsip resep dan kuitansi penjualan resep
- Mengurus permintaan keperluan rumah tangga di Instalasi Farmasi
misalnya meja, alat-alat tulis dan mengurus kerusakan-kerusakan alat-alat
rumah tangga.
2. Akuntansi, Laporan dan Statistik
Tugasnya antara lain :
- Mencatat semua data-data pengeluaran dan pemasukan obat-obatan, dan
kesehatan/alat kedokteran dalam suatu pola administrasi yang sesuai
dengan kebutuhan Instalasi Farmasi.
- Melakukan pemeriksaan silang (cross chek) dengan gudang dan sub
instalasi distribusi setiap bulan dan menyesuaikannya dengan Kartu
Administrasi Persediaan Farmasi yang dapat dilihat pada lampiran.
Universitas Sumatera Utara
62
- Membuat laporan bulanan penjualan obat-obatan yang terjual melalui
resep setiap bulan.
- Membuat laporan pengeluaran obat-obatan, alat kesehatan /alat kedokteran
yang dikeluarkan Instalasi Farmasi dalam bentuk laporan tahunan.
- Menyesuaikan jumlah uang hasil penjualan dengan kuitansi penjualan
resep yang akan disetor ke Bagian Keuangan Rumah Sakit setiap hari.
- Neraca rugi laba dibuat dengan mengumpulkan data dari semua bagian
tiap akhir tahun. Berdasarkan data yang dikumpulkan tersebut dapat
diketahui Persediaan akhir setiap bulan dan setiap tahun. Harga Pokok
Penjualan (HPP) kemudian dapat dihitung dengan menambahkan
persediaan awal tahun dengan pembelian barang selama setahun lalu
dikurangi dengan persediaan akhir tahun. Semua dana yang keluar dan
masuk direkapitulasi. Kemudian dihitung rugi labanya setiap tahun. Dari
hasil tersebut dilakukan evaluasi.
Sub Instalasi Administrasi membuat, mengatur dan mengevaluasi
perhitungan unit cost. Pada prinsipnya seluruh perbekalan farmasi yang
didistribusikan harus dapat dikembalikan dananya, misalnya melalui prinsip unit
cost.
Unit cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh IFRS untuk keperluan
pemeriksaan, perawatan, dan tindakan medis bagi pasien, yang dalam
penggunaannya tidak dapat ditentukan jumlah satuannya seperti reagen, kapas,
plester dan lain-lain. Penentuan besarnya biaya unit cost untuk pasien rawat jalan,
operasi dan rawat inap dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Universitas Sumatera Utara
63
a. Pasien rawat jalan
Unit cost perbekalan Farmasi
= jumlah biaya perbekalan farmasi yang dikeluarkan setiap bulan
jumlah pasien berkunjung setiap bulan
Keterangan : Data diambil minimal selama 3 bulan kemudian diambil rata-
ratanya.
b. Pasien rawat inap
Unit cost perbekalan Farmasi
= Jumlah biaya perbekalan farmasi yang dikeluarkan setiap bulan
Jumlah hari rawatan setiap bulan
Biaya unit cost ini untuk pasien Askes dan Umum besarnya sama. Jumlah
biaya unit cost ini dicatat oleh petugas ruangan melalui opname brief, dihitung
jumlahnya oleh petugas Intalasi Farmasi dan pembayarannya langsung diklaim
oleh Instalasi Farmasi ke RSUDPM.
Setiap bulan dibuat neraca Rugi/Laba untuk unit cost sehingga dapat
dievaluasi secara berkala dan dapat segera disesuaikan jika terdapat perubahan
yang signifikan.
Universitas Sumatera Utara
64
Contoh lain biaya yang termasuk unit cost serta tindakannya:
Perhitungan Besarnya Unit Cost pasien operasi untuk Instalasi Farmasi
pada pasien Askes dan Jamkesmas untuk Partus Normal
Rincian Perbekalan Farmasi-nya adalah sebagai berikut:
N
O
NAMA
PERBEKALAN
FARMASI
KEMASAN HARGA
SATUAN
PEMAKAIAN HARGA
PEMAKAIAN
1. Lidocain Amp Rp. 863,- 2 amp Rp. 1.726,-
2. Kapas 1 kg Rp. 31.460,- 1 ons Rp. 3.146,-
3. Iodin Povidon / 60 cc Botol Rp. 3.500,- botol Rp. 875,-
4. Chromic 2/0 Sachet Rp. 11.477,- 2 bh Rp. 22.954,-
Jumlah Rp. 28.801,-
3.3.4 Farmasi Klinik
Instalasi Farmasi RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan memilik Sub Instalasi
Farmasi Klinik yang dipimpin oleh seorang Apoteker, yang merupakan
koordinator Farmasi Klinik yang membawahi beberapa bidang, diantaranya
clinical ward, Pelayanan Informasi Obat (PIO), pendidikan dan pengembangan
serta konsultasi obat.
Pelayanan farmasi klinis yang baik akan memberikan manfaat bagi pasien
maupun pihak rumah sakit, namun hingga saat ini belum banyak pelayanan
farmasi klinis yang dilakukan di rumah sakit. Hal ini dikarenakan adanya kendala-
kendala seperti keterbatasan ilmu, sumber daya manusia dan sarana rumah sakit
yang belum mendukung.
Universitas Sumatera Utara
65
Adapun bagian dari farmasi klinis yang telah berjalan adalah Pemberian
Informasi Obat (PIO) kepada pasien rawat jalan dan penanganan sitostatika.
Pemberian informasi obat dilakukan terhadap pasien yang mengambil obatnya di
Unit Pelayanan Farmasi Rawat Jalan. Dengan adanya informasi, diharapkan
pasien mengerti tentang cara penggunaan obat, mewaspadai efek samping obat
yang mungkin timbul selama penggunaan obat, mengetahui manfaat pengobatan
sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan tujuan pengobatan yang
optimal dapat tercapai.
Farmasis juga melakukan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit
(PKMRS) yang merupakan bagian dari Pelayanan Informasi Obat (PIO) di ruang
tunggu rawat jalan. Materi penyuluhan yang kami berikan pada waktu PKMRS
adalah :
1. Pengetahuan tentang penyakit THT
2. Cara penggunaan obat yang benar (obat tetes telinga, hidung, tenggorokan
dan antibiotika)
3. Pengetahuan tentang penyakit Tuberkulosis (TBC).
Universitas Sumatera Utara
66
Contoh pelayanan informasi obat yang dilakukan pada Instalasi Farmasi
Rawat Jalan
A. Pelayanan Informasi Obat
1. Amoxicillin
a. Komposisi : tiap 5 ml sirup mengandung 125 mg Amoxicillin
b. Indikasi : sebagai antibiotika
c. Bentuk obat : sirup
d.Cara Pemakaian : 3 kali sehari 1 sendok teh
e. Hal-hal yang perlu diinformasikan :
- Obat harus dihabiskan sesuai dengan petunjuk dokter walaupun kondisi
badan telah membaik.
RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN
INSTALASI RAWAT JALAN
KARTU OBAT PASIEN RAWAT JALAN
(KHUSUS UNTUK DILAYANI DI INSTALASI FARMASI)
Poliklinik : Anak No :
Nama Dokter : Tanggal : 4 Agustus 2009
R/ Amoxicillin Syr No. I S3 dd cth 1
R/ Paracetamol Syr No. I S3 dd cth I
Tanda Tangan
Dokter
Pasien : Habib
Umur : 4 tahun
Alamat :
Universitas Sumatera Utara
67
- Harus disiplin dan dimakan secara teratur, jangan terlupakan sekalipun.
- Berikan obat sebelum makan, tetapi dapat diberikan sesudah makan jika
terjadi gangguan lambung.
2. Paracetamol
a. Komposisi : tiap 5 ml sirup mengandung 120 mg Paracetamol
b. Indikasi : sebagai antipiretika
c. Bentuk obat : sirup
d. Cara pemakaian : 3 kali sehari 1 sendok teh
e. Hal-hal yang perlu diinformasikan
- Obat diberikan 30 menit sebelum atau 2 jam sesudah makan.
- Hentikan penggunaan obat jika demam sudah turun.
3.4. Central Sterilization Supply Department (CSSD)
Berdasarkan nota tugas kepala RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
No.217/009/1/2005, sejak 7 Januari 2005 CSSD terpisah dari Instalasi Farmasi
dan menjadi Instalasi CSSD yang dipimpin oleh Kepala Instalasi yang
bertanggung jawab langsung kepada Kepala RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan.
CSSD merupakan pusat pelayanan kebutuhan alat dan bahan (linent) steril
untuk seluruh unit-unit rumah sakit yang membutuhkan.
Sistem pelayanan yang dilakukan dibagi atas 2 kelompok yaitu:
1. Sterilisasi alat kesehatan dari ruangan.
Menerima alat kesehatan yang belum steril dari ruangan untuk disterilkan
di CSSD, kemudian menyerahkan kembali dalam keadaan steril kepada ruangan
Universitas Sumatera Utara
68
yang bersangkutan. Ruangan yang dilayani adalah pihak poliklinik atau ruangan
perawatan yang membutuhkan.
2. Sterilisasi kebutuhan operasi
Memproses penyediaan dan kebutuhan alat atau perlengkapan bedah.
Kamar bedah yang dilayani adalah COT, KBE, kamar bedah THT, kamar bedah
mata dan kamar bedah kulit.
Contoh pengesetan/pengepakan alat-alat untuk operasi Appendix :
1. Alat dasar (Basic): Pinset joderen (Sterilisasi forceps) 1 buah
Pinset tanpa gigi (Dressing forceps) 1 buah
Pinset bergigi (Tissue forceps) 1 buah
Doekklem (Towel forceps) 5 buah
Gagang pisau (Scalpe Handles) 1 buah
Arteri klem pean lurus 5 buah
Arteri klem pean bengkok 5 buah
Gunting lurus (Surgical scissors str) 1 buah
Gunting bengkok (Surgical scissors cvd) 1 buah
Hook kulit otot (Skin Retraktor) 2 buah
Hook luka otot (Wound Retraktor) 2 buah
Pemegang jarum (Neadles Holders) 1 buah
Spatel (Tongue Depressors) 1 buah
Kanula hisap dan pipanya 1 buah
28 buah
Alat-alat dasar (basic) untuk semua jenis operasi sama dan berjumlah 28 buah
Universitas Sumatera Utara
69
2. Alat khusus: Klem 8 buah
L bag 2 buah
Pinset anatomi 1 buah
Pinset cherugi 1 buah
Gunting lurus 1 buah
Gunting bengkok 1 buah
Appendix klem 1 buah
Alat-alat dasar untuk semua jenis operasi adalah sama, sedangkan alat-alat
khusus tergantung jenis operasi.
Kegiatan sterilisasi dibagi dalam lima tahap yaitu :
1. Penerimaan barang yang akan disterilkan.
2. Proses sterilisasi yang mencakup proses pencucian, pengeringan,
pengemasan basic dan khusus dan penempelan label.
3. Sterilisasi
4. Penyimpanan
5. Penyaluran
Jenis barang yang akan disterilkan yaitu:
1. Metal, alat alat bedah.
2. Linen/katun/dressing, pakaian, masker, tutup kepala.
3. rubber, sarung tangan
Proses penyiapan alat :
1. Alat kotor disortir dan dicek kelengkapannya kemudian dicuci dengan air
mengalir untuk membuang darah yang melekat pada alat.
Universitas Sumatera Utara
70
2. Direndam dengan larutan klorin 0,5% selama 5 menit.
3. Dicuci dengan air bersih dan disikat sampai bersih
4. Direndam di ultrasonik dengan larutan saflon selama 30 menit
5. Dibilas di ultrasonik dengan air panas
6. Dikeringkan di ultrasonik
7. Alat dikeluarkan dan disusun (setting) sesuai tindakan operasi standar
8. Diberi tanda (indikator paper)
9. Sterilkan selama 15 menit, 1210C
10. Dipacking dan dialurkan.
Contoh perlengkapan untuk operasi :
1. Baju operasi 4 buah
2. Doek besar operasi 1 buah
3. Doek kecil 5 buah
4. Alat alat dasar 27 buah
5. Alat alat khusus sesuai dengan jenis pembedahan yang akan dilakukan.
Jenis-jenis pelayanan yang dilakukan oleh CSSD adalah :
1. Dokumentasi, setting, packing, sterilisasi instrument, slang, tube anestesi
dan lain-lain.
2. Distribusi kasa steril, kapas steril dan lain-lain ke seluruh ruangan dan
polliklinik.
3. Sterilisasi linen, sarung tangan dan desinfeksi ruang operasi.
4. Sterilisasi dan desinfeksi ruang operasi.
5. Pendidikan, penelitian, dan pelatihan.
Universitas Sumatera Utara
71
Untuk mempermudah proses kerja CSSD, maka dibuat 4 jalur untuk menerima
dan mendistribusikan alat yaitu :
1. Alur dan pintu barang kotor.
2. Alur dan pintu barang bersih.
3. Alur dan pintu petugas.
4. Alur dan pintu barang steril.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
PEMBAHASAN
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan rumah sakit
milik pemerintah Medan yang telah swadana, dimana RSUD Dr. Pirngadi Kota
Medan memiliki wewenang untuk menggunakan penerimaan fungsionalnya secara
langsung demi perkembangan rumah sakit.
Setelah beberapa kali mengalami perubahan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan
termasuk Rumah Sakit Umum Kelas B Pendidikan dan sejak diubah statusnya
menjadi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pimpinannya adalah Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu
oleh 3 Wakil Direktur yaitu; Wakil direktur bidang administrasi umum, Wakil
direktur bidang pelayanan medis dan keperawatan dan Wakil direktur bidang sumber
daya manusia dan pendidikan.
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan telah memiliki Formularium Rumah Sakit
(FRS) yang digunakan sebagai standar penulisan resep oleh dokter. Formularium
Rumah Sakit ini disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) dibawah Komite
Medis yang terdiri dari dokter dari Staf Medis Fungsional (SMF) dan Apoteker dari
Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit ini disusun dan direvisi
pada jangka waktu 3 tahun dengan mempertimbangkan perkembangan di bidang
kedokteran dan farmasi. Formularium Rumah Sakit yang digunakan di RSUD Dr.
Universitas Sumatera Utara
Pirngadi Kota Medan adalah Formularium Rumah Sakit tahun 2007. Instalasi
Farmasi Rumah Sakit memiliki 4 sub instalasi yaitu: farmasi klinis, distribusi,
administrasi dan perbekalan. Setiap sub instalasi mempunyai tugas dan fungsi
masing-masing yang saling berkaitan satu sama lainnya.
Pengelolaan administrasi di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
telah dilaksanakan dengan baik, yaitu pengelolaan pembukuan dan pelaksanaan
fungsi kontrol obat-obatan melalui sistem cross-check (pemeriksaan silang) pada
setiap sub instalasi farmasi dengan membuat laporan rangkap tiga. Satu lembar
sebagai pertinggal di administrasi, pertinggal di bagian penerimaan dan pembelian.
Dalam mengelola perbekalan farmasi, Instalasi Farmasi Rumah Sakit
menggunakan sistem dana bergulir (Revolving Fund System), artinya pemerintah
memberikan modal awal sebagai pinjaman, selanjutnya instalasi farmasi akan
mengelola dana tersebut untuk pengembangan Instalasi Farmasi. Pengelolaan
perbekalan farmasi yang tidak dapat ditentukan jumlah satuannya seperti penggunaan
plester, antiseptik, kapas, dan alat/bahan habis pakai dibuat dalam sistem unit cost. Ini
diberlakukan pada pasien rawat inap, rawat jalan, tindakan medis, operasi dan lain-
lain. Besarnya biaya unit cost yang ditentukan untuk tiap-tiap tindakan berbeda yang
dibuat dalam satu surat keputusan.
Hasil penghitungan unit cost setiap bulan akan dimasukkan ke dalam neraca
Rugi/Laba bulanan. Selanjutnya dari neraca Rugi/Laba bulanan akan dibuat neraca
tahunan sehingga dapat diketahui besarnya keuntungan atau kerugian yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
Apabila dari hasil penghitungan Rugi/Laba tersebut diketahui instalasi farmasi telah
mendapat keuntungan maka sistem operasional yang sedang dijalankan dalam
periode ini akan dipertahankan untuk periode selanjutnya. Tetapi jika mengalami
kerugian maka akan dilakukan evaluasi dan revisi pada bagian yang mengalami
kerugian. Revisi biaya unit cost perbekalan farmasi dilakukan untuk mengantisipasi
kerugian, misalnya karena kenaikan harga perbekalan farmasi atau adanya pemakaian
perbekalan farmasi yang berlebihan.
Pelayanan rawat inap untuk peserta Askes dan pasien Jamkesmas
menggunakan sistem pelayanan ODDD (One Day Dose Dispensing). Pada pasien
umum rawat inap, sistem pelayanan ODDD belum dapat berjalan dengan baik. Hal
ini disebabkan pasien harus setiap hari membayar perbekalan farmasi yang
dipakainya karena belum adanya pembayaran biaya pasien rawat inap di rumah sakit
secara sentral (Central Billing).
Pembagian Pelayanan pasien Askes RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dibagi
atas beberapa depo yang dimaksudkan untuk pendekatan pelayanan kepada pasien.
Depo Farmasi lantai 3, 5 dan 7 melayani resep Askes dan Jamkesmas rawat inap.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit seharusnya merupakan satu-satunya unit di
rumah sakit yang menyediakan dan mendistribusikan perbekalan farmasi serta
menyajikan informasi obat pada pasien rawat jalan dan rawat inap. Sistem pelayanan
farmasi seperti ini dikenal dengan sistem satu pintu. Tapi kenyataannya di RSUD Dr.
Pirngadi Kota Medan belum sepenuhnya melaksanakan sistem pelayanan farmasi
Universitas Sumatera Utara
satu pintu. Hal ini dapat dilihat dengan adanya apotek Kimia Farma di luar Instalasi
Farmasi Rumah Sakit.
Pada pelayanan resep Askes dan Jamkesmas serta Medan Sehat ada kalanya
dokter menuliskan resep diluar DPHO dan Formularium Jamkesmas, bila hal ini tak
terhindarkan maka pasien Askes harus membayar harga obat tersebut setelah pasien
diberi informasi terlebih dahulu bahwa obat yang diresepkan diluar DPHO,
sedangkan untuk pasien Jamkesmas jika obat diresepken di luar Formularium
Jamkesmas maka Rumah Sakit yang membayar. Untuk pasien Askes dan Jamkesmas
yang mendapat obat-obat khusus dokter harus membuat protokol terapi, misalnya
albumin, derivat-derivat statin, obat epileptik.
Pelaksanaan farmasi klinis di RSU Dr. Pirngadi Medan telah dilaksanakan
dengan baik yang meliputi pemberian informasi dan konseling obat, pengkajian
kerasionalan pemberian obat, penanganan obat sitostatika dan analisa efektivitas
biaya. Namun pelaksanaan farmasi klinis lainnya belum seluruhnya terlaksana akibat
keterbatasan sumber daya dan peralatan. Tetapi program ini akan terus dilaksanakan
secara bertahap dan optimal.
Sejak tahun 2005 CSSD telah terpisah dari Instalasi Farmasi menjadi Instalasi
CSSD. Instalasi CSSD telah melakukan upaya sterilisasi alat-alat untuk operasi yang
disesuaikan dengan tindakan operasi yang dilakukan. Alat-alat kesehatan habis pakai
dan bahan-bahan keperluan sterilisasi dipesan dengan menggunakan surat pesanan
yang disetujui oleh RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan kepada PBF. Sedangkan untuk
Universitas Sumatera Utara
alat-alat inventaris disediakan oleh pihak rumah sakit. Penggantian alat-alat yang
rusak dan alat baru akan terus dilakukan untuk memaksimalkan pelayanan.
BAB V
STUDI KASUS
5.1 Studi Kasus Oleh Julia Budiani, S.Farm.
Pengamatan data studi kasus dilakukan diruang Intensive Care Unit (ICU)
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.
Gagal Ginjal Kronis + Post HD
5.1.1 Identitas Pasien
Nama : SN
Jenis Kelamin/Umur : Perempuan / 40 tahun
Agama/Suku : Islam / Jawa
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Universitas Sumatera Utara
Tanggal Masuk RS : 16 Agustus 2009
Jenis Pelayanan : Medan Sehat
No. Rekam Medik : 68-27-70
Ruangan : ICU
5.1.2 Keadaan Pasien Sewaktu Masuk RSU Dr. Pirngadi Kota Medan
Pasien masuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan pada
tanggal 16 Agustus 2009 jam 10.20 WIB melalui Instalasi Gawat Darurat (IGD)
dalam keadaan lemah, muka pucat, mual, muntah, nyeri ulu hati, pening, tekanan
darah menurun dan nafsu makan menurun.
5.1.3 Pemeriksaan yang Dilakukan
5.1.3.1 Pemeriksaan Fisik
Pasien masuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan pada
tanggal 16 Agustus 2009 jam 10.20 WIB melalui Instalasi Gawat Darurat (IGD)
dalam keadaan lemah, muka pucat, mual, muntah, nyeri ulu hati, pening dan nafsu
makan menurun. Lalu dilakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien.
Hasil pemeriksaan ditunjukkan pada tabel dibawah ini :
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Fisik
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1. Sensorium Compos Mentis -
2. Tekanan Darah (TD) 130 / 70 mmHg 120 / 80 mmHg
3. Nadi (HR) 100 kali / menit 70-90 kali / menit
Universitas Sumatera Utara
4. Pernafasan (RR) 32 kali / menit 10-20 kali / menit
5. Temperatur 36,5 0C 37 0,5 0C
Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan pasien dalam keadaan sadar penuh
(compos mentis), tekanan darah, denyut nadi, pernapasan dan suhu tubuh masih
dalam batas normal.
5.1.3.2 Pemeriksaan Laboratorium
Pasien melakukan pemeriksaan hematologi di laboratorium Instalasi Patologi
Klinik pada tanggal 16 Agustus 2009.
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik sub bagian
Hematologi
Pemeriksaan Hematologi Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
Leukosit (WBC) 27,1 H 103/mm3 4.00 11.00 H 103/mm3
Eritrosit (RBC) 2,34 L 106/mm3 4.00 5.40 H 106/mm3
Hemoglobin (HGB) 6,3 L g/dl 12.00 16.00 L g/dl
Berdasarkan hasil pemeriksaan hematologi diatas menunjukkan bahwa jumlah
leukosit pasien berada diatas normal, sedangkan jumlah sel eritrosit masih jauh
berada dibawah nilai normal juga nilai hemoglobin pasien sangat rendah.
Universitas Sumatera Utara
Bila jumlah leukosit meningkat, umumnya diindikasikan bahwa pasien sedang
mengalami infeksi, karena sel leukosit berperan sebagai sistem pertahanan tubuh
untuk melawan infeksi dan akan diproduksi lebih banyak apabila terjadi infeksi.
Peningkatan sel leukosit melebihi nilai normal disebut leukositosis. Leukosit
meningkat sebagai respons fisiologis untuk melindungi tubuh dari serangan
mikroorganisme dan proses peradangan (Price and Wilson, 2005)
Jumlah eritrosit dan hemoglobin yang rendah mengindikasikan bahwa pasien
mengalami anemia berat sehingga pasien tampak pucat dan lemah. Anemia pada
GGK akan timbul apabila kreatinin serum lebih dari 3,5 mg/dl atau Glomerular
Filtration Rate (GFR) menurun sampai 30% dari normal (Corwin, 2000)
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik sub bagian Kimia
Klinik
Hasil Pemeriksaan
16/8 19/8 20/8 22/8 25/8
Nilai Normal
Fungsi Hati
- Bilirubin Total - - 0,54 - - 0,00-1,20 mg/dl
- Bilirubin Direct - - 0,13 - - 0,05-0,3 mg/dl
- SGOT - - 14 - - 0-40 U/I
- SGPT - - 10 - - 0-40 U/I
- Alkali Phosfatase - - 102 - - 64-306 U/I
Total Protein
- Albumin - 2,0 - 2,2 - 3,6-5,0 g/dl
- Globulin - 2,5 - 2,9 - 1,9-32% g/dl
Fungsi Ginjal
Universitas Sumatera Utara
- Ureum 241 - - 119 93 10-50 mg/dl
- Creatinin 16,43 - - 6,62 2,28 0,6-1,20 mg/dl
- Uric Acid - - - - - 3,5-7,0 mg/dl
Elektrolit
- Natrium 126 - - 141 - 136-155 mmol/dl
- Kalium 7,1 - - 3,7 - 3,5-5,5 mmol/dl
- Chlorida 99 - - 112 - 95-103 mmol/dl
Metabolisme Glukosa
Darah Normal
Adrandom 84 208 144 131 - < 140 mg/dl
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium di atas dapat dilihat bahwa
fungsi hati pasien berada dalam nilai normal, sehingga dapat dipastikan bahwa fungsi
hati pasien tidak mengalami gangguan. Pada tanggal 19 Agustus 2009, nilai albumin
pasien berada dibawah normal yaitu 2,0 mg/dl, namun dalam terapi pasien tidak
diberikan tambahan albumin dari luar, namun pada pemeriksaan tanggal 22 Agustus
2009 nilai albumin sedikit meningkat namun tetap dibawah normal yaitu 2,2 mg/dl.
Sedangkan fungsi ginjal pasien dalam keadaan tidak normal, dimana pada
pemeriksaan awal pada tanggal 16 Agustus 2009 kadar ureum 241 mg/dl dan
kreatinin 16,43 mg/dl yang melebihi nilai normal. Namun pada pemeriksaan tanggal
22 Agustus dan 25 Agustus 2009, nilai ureum dan kreatinin murun walaupun masih
melebihi nilai normalnya. Sehingga dapat disimpulkan pasien mengalami gangguan
fungsi ginjal.
Universitas Sumatera Utara
Ureum merupakan produk akhir metabolisme protein yang mengandung
nitrogen . ginjal berperan dalam mengeleminasi urea dari tubuh. Pada penurunan
fungsi ginjal, kadar urea nitrogen darah (Blood Urea Nitrogen, BUN) meningkat, dan
juga peningkatan ini dapat menunjukkan kerusakan glomerulus. BUN diperoleh dari
metabolisme protein normal dan dieksresikan didalam urin. Namun kadar BUN juga
dapat dipengaruhi oleh kurangnya zat makanan dan hepatotoksisitas, yang merupakan
efek umum dari beberapa toksikan, sehingga kenaikan nilai BUN tidak dapat
dijadikan indikator terjadinya gangguan fungsi ginjal. Kreatinin adalah suatu
metabolit keratin dan dieksresikan seluruhnya didalam urin melalui filtrasi
glomerulus. Dengan demikian, meningkatnya kadar kreatinin di dalam darah
merupakan indikasi rusaknya fungsi ginjal (Corwin, 2000).
Kadar elektrolit dalam tubuh pasien dalam keadaan baik, pada awal
pemeriksaan tanggal 16 Agustus 2009 nilai natrium berada dibawah normal
sedangkan kalium berada diatas normal. Pada pemeriksaan kedua tanggal 22 Agustus
2009 nilai natrium dan kalium sudah dalam nilai normal, namun nilai klorida yang
berada diatas nilai normal. Nilai gula darah adrandom pasien pada pemeriksaan awal
pada tanggal 16 Agustus 2009 dalam keadaan normal, namun pada pemeriksaan
tanggal 19 dan 20 Agustus 2009 kadar gula darah pasien meningkat, namun pada
tanggal 22 Agustus 2009 kadar gula pasien sudah kembali normal.
5.1.3.3 Pemeriksaan Analisa Gas Darah
Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan analisa gas darah dilakukan pada tanggal 16 dan 18 Agustus
2008.
Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Analisa Gas Darah
Hasil Pemeriksaan Analisa Gas
Darah 16 Agustus 2009 18 Agustus 2009 Nilai Normal
PH 7,369 7,410 Arteri 7,35-7,45
Vena 7,31-7,41
P CO2 16,8 15,6 Arteri 35-45 mmHg
Vena 41-51 mmHg
P O2 113,9 106,3 80-105 mmHg
T CO2 10,3 10,5 Arteri 23-27 mmol/L
Vena 24-29 mmol/L
HCO3 9,7 10,0 Arteri 22-26 mmol/L
Vena 23-28 mmol/L
Base Excess - 15,8 - 14,9 Arteri (-2) (+3)
Vena (-2) (+3)
O2 Saturasi 97,4 97,5 Arteri 95-98 %
Vena 95-98 %
Hasil diatas menunjukkan bahwa tekanan CO2 berada dibawah normal
sementara tekanan O2 melebihi nilai normalnya. Sedangkan nilai Base Excess berada
diatas nilai normal.
Analisa gas darah adalah suatu pemeriksaan daya serap / interaksi darah
dengan gas yang dihirup lewat pernafasan, sampel darah diambil langsung dari arteri.
Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam
Universitas Sumatera Utara
basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan
kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara
luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit
berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan
hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat
menegakkan suatu diagnosa hanya dari
penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus
menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data
laboratorium lainnya (http://elearning.unej.ac.id/AGD).
Ginjal berperan penting dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa.
Pada penderita gagal ginjal terjadi pengurangan pembentukan amonia dan ion
hidrogen didalam tubulus serta kehilangan natrium yang mana disertai retensi asam-
asam yang terikat (fosfat dan sulfat) dan asam-asam organik oleh glomerulus yang
menyebabkan asidosis berat (Baron, 1995).
Nilai HCO3 yang berada dibawah normal dapat menjadi indikator terjadinya
asidosis metabolik dalam tubuh, yaitu terjadinya keasaman darah yang berlebihan,
yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan
keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih
cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan
cara menurunkan jumlah karbondoksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha
Universitas Sumatera Utara
mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam
dalam air kemih. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk
membuang asam dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang
normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal.
Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi
pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan
ginjal untuk membuang asam (http://analisa gas darah.blogspot.com)
5.1.4 Riwayat Penyakit Pasien
Pasien masuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan pada
tanggal 16 Agustus 2009 jam 10.20 WIB melalui Instalasi Gawat Darurat (IGD)
dalam keadaan lemah, muka pucat, mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Pada
tanggal 17 Agustus 2009 pasien menjalani hemodialisa (proses cuci darah), setelah
melakukan hemodialisa kondisi pasien memburuk, sehingga pasien dipindahkan
keruangan ICU pada tanggal 18 Agustus 2009.
5.1.5 Diagnosa Penyakit
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium Patologi Klinik dan kondisi
pasien Dokter mendiagnosa pasien menderita Gagal Ginjal Kronis + Post
Hemodialisa
5.1.6 Terapi Obat
Universitas Sumatera Utara
Setelah dilakukan pemeriksaan maka pasien diberikan terapi obat-obatan
seperti tercantum pada tabel 5.5
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Hasil diagnosa dan Terapi Pasien ( 16-26 Agustus 2009 )
Keluhan 16/8 17/8 18/8 19/8 20/8 21/8 22/8 23/8 24/8 25/8 26/8 Keterangan Keadaan Umum Mual 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Nafsu makan menurun 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Sensorium CM CM CM CM CM CM CM CM SOM CM SOM CM= Compos Mentis SOM= Somnolen Pemeriksaan TD (mmHg) 130/70 130/70 130/70 90/40 127/76 181/88 181/88 172/97 116/83 147/86 118/60 TD=tekanan darah HR (kali/menit) 100 x 100 x 100 x 83 89 101 101 168 65 119 99 HR=Heart rate RR (kali/menit) 32 x 32 x 32 x 11 x 37 x 30 x RR=Respiratory rate Suhu tubuh(C) 36,5oC A A A A A A A A A A A = afebris Diagnosa Gagal Ginjal Kronik + Post Hemodialisa Terapi Dextrose 5% 3 3 3 3 20 tetes/menit Ceftriaxon 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 gr/24 jam *, 1 gr/12 jam Metoclopramid 3 3 3 3 3 ampul/8 jam Meylon 3 3 3 3 1 fls/ 12 jam Lansoprazole 3 3 3 1 x 1 (30 mg) Plasmanate 3 3 3 3 1 fls/hari RL 3 3 3 3 3 3 20 tetes/menit NaCl 0,9% 3 3 3 3 3 3 3 20 tetes/menit EAS Primer 3 3 3 3 3 3 3 1 fls/hari Ranitidin 3 3 3 3 3 3 3 1 ampul/12 jam Antasid Syr 3 3 x C II Asam Folat 3 3 3 x 1 Dopamin 3 3 200 mg/50 cc NaCl Furosemid 3 3 x 1
Universitas Sumatera Utara
5.1.7 Tinjauan Umum Penyakit
5.1.7.1 Anatomi Ginjal
Setiap manusia dewasa mempunyai berat ginjal 150 gram. Ginjal disuplai
oleh pembuluh darah, walaupun kedua ginjal hanya 0,5 % dari total berat tubuh,
ginjal menerima 2,5 % dari cardiac output. Kortex bagian paling ujung dari ginjal
menerima 90 % dari total suplay darah ke ginjal. Arteri ginjal terbagi atas bagian
anterior dan posterior pada hilum. Ginjal terbagi atas 4 point yaitu pembuluh
darah, glomeruli, tubulus dan interstitium (Robins, 2005).
5.1.7.2 Gagal Ginjal Kronis
Gagal ginjal kronis adalah suatu kondisi di mana kedua ginjal mengalami
kerusakan permanen dan tidak dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya.
Biasanya ditandai dengan edema seluruh tubuh karena terjadinya hipertensi portal
dan kadar klirens kreatinin < 25 (www.wikipedia.com). Gagal ginjal kronis dapat
juga dikatakan sebagai kemunduran fungsi ginjal yang progresif dan tidak
reversibel yang disebabkan oleh berbagai jenis penyakit (Stein dan Jay, 2001).
Definisi lain dari gagal ginjal kronis yaitu kemunduran perlahan dari fungsi ginjal
yang menyebabkan penimbunan limbah metabolik didalam darah (azotemia)
(www.medicastore.com).
a. Etiologi Gagal Ginjal kronis
Beberapa faktor yang dapat memperburuk faal ginjal pada pasien gagal
ginjal
kronis tingkat ringan atau sedang dapat dilihat pada tabel 6
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 7. Beberapa faktor yang memperburuk faal ginjal
No FAKTOR FAKTOR
1
2
3
4
5
6
7
8
Infeksi
- Infeksi saluran kemih dan ginjal pielonefritis
- Infeksi ekstra renal terutama bila disertai septikemi
Hipertensi berat
Gagal jantung kongestif
Pembedahan/trauma
Transfusi darah
Obat-obatan nefrotoksik
Gangguan elektrolit
- Retensi air dan natrium
- Hipokalemia
- Hiperkalsemi
Nefropati obstruktif
Sebenarnya faktor-faktor tersebut dapat dicegah dan dapat diatasi dengan
pengobatan konservatif sedini mungkin, sehingga stadium terminal dapat
dihindarkan. Infeksi saluran kemih dan ginjal (pielonefritis) sering dijumpai
walaupun tanpa keluhan atau gejala dan ditemukan pada pemeriksaan
laboratorium rutin, misal lekosituri dan basituri. Biakan urin harus rutin pada
setiap penyakit ginjal apapun juga sebabnya termasuk gagal ginjal kronis.
Hipertensi berat yang tidak terkontrol terutama bila disertai gagal jantung
kongestif paling sulit dikendalikan (Sukandar, 1997).
b. Patofisiologis Gagal Ginjal Kronis
Berbagai faktor etiologi merusak ginjal dengan berbagai cara. Faktor
inisiasi menghasilkan hilangnya massa nefron. Sisa pertumbuhan nefron yang
Universitas Sumatera Utara
tidak sehat menyebabkan hilangnya fungsi ginjal . Awalnya pertumbuhan yang
tidak sehat ini bisa diadaptasi, namun dari waktu ke waktu berkembang menjadi
mal adaptif dan menjadi pengembangan glomerular hipertensi oleh adanya
angiotensin II yang bersifat vasokonstriksi sehingga meningkatkan tekanan di
dalam kapiler glomerular. Tekanan intraglomerular yang tinggi merusak fungsi
barier permeabel glomarular. Proteinuria mempercepat hilangnya nefron secara
progresif. Protein yang disaring terdiri atas albumin, transferin, faktor-faktor
komplemen, imunoglobulin-imunoglobulin, sitokin-sitokin, dan angiotensin II.
Proteinuria dapat berhubungan dengan pengaktifan komponen komplemen pada
tubulus. Kejadian ini berkembang samapi hilangnya struktur unit-unit nefron, dan
pada akhirnya fungsi ginjal GFR berkurang (Dipiro, 2005)
c. Gejala-Gejala Gagal Ginjal Kronis
Pada gagal ginjal kronis, gejala-gejalanya berkembang secara perlahan.
Pada awalnya tidak ada gejala sama sekali, kelainan fungsi ginjal hanya dapat
diketahui dari pemeriksaan laboratorium. Pada gagal ginjal kronis ringan sampai
sedang, gejalanya ringan meskipun terdapat peningkatan urea dalam darah.
Pada stadium ini terdapat:
Nokturia, penderita sering berkemih di malam hari karena ginjal tidak dapat menyerap air dari air kemih, sebagai akibatnya volume air kemih
bertambah
Tekanan darah tinggi, karena ginjal tidak mampu membuang kelebihan garam dan air. Tekanan darah tinggi bisa menyebabkan stroke atau gagal
jantung.
Universitas Sumatera Utara
Sejalan dengan perkembangan penyakit, maka lama-lama limbah
metabolik yang
tertimbun di darah semakin banyak. Pada stadium ini, penderita menunjukkan
gejala-gejala:
Letih, mudah lelah, kurang siaga Kedutan otot, kelemahan otot, kram Perasaan tertusuk jarum pada anggota gerak Hilangnya rasa di daerah tertentu Nafsu makan menurun, mual, muntah Penurunan berat badan.
Pada stadium yang sudah sangat lanjut, penderita bisa menderita ulkus dan
perdarahan saluran pencernaan. Kulitnya berwarna kuning kecoklatan dan kadang
konsentrasi urea sangat tinggi sehingga terkristalisasi dari keringat dan
membentuk serbuk putih di kulit (bekuan uremik). Beberapa penderita merasakan
gatal di seluruh tubuh (www.mediscastore.com)
d. Pengobatan Gagal Ginjal Kronis
Tujuan pengobatan pada gagal ginjal kronis adalah untuk mengendalikan
gejala,
meminimalkan komplikasi dan memperlambat perkembangan penyakit. Penyebab
dan berbagai keadaan yang memperburuk gagal ginjal harus segera dikoreksi.
Pengobatan dapat dibagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama terdiri dari
tindakan konservatif yang ditujukan untuk meredakan atau memperlambat
gangguan fungsi ginjal yang progresif. Tahap kedua pengobatan terminal yaitu
laju filtrasi glomerulus biasanya
Universitas Sumatera Utara
dikurangi dari 2 ml/menit dan satu-satunya pengobatan yang efektif adalah
intermitten atau transplantasi ginjal (Sukandar, 1997).
Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik
1. Terapi Nonfarmakologi
Manajemen Nutrisi
2. Terapi farmakologi
a. Mengontrol kadar gula darah secara intensif (untuk pasien menderita
diabetes)
b. Mengontrol tekanan darah
c. Mengurangi proteinuria
3. Terapi Penggantian Ginjal
a. Dialisis
b. Transplantasi Ginjal
5.1.7.3 Hemodialisa
Hemodialisis adalah sebuah terapi medis. Kata ini berasal dari kata haemo
yang berarti darah dan dilisis yang berarti dipisahkan. Hemodialisis merupakan
salah satu dari Terapi Penggganti Ginjal, yang digunakan pada penderita dengan
penurunan fungsi gingjal, baik akut maupun kronik. Perinsip dasar dari
Hemodialisis adalah dengan menerapkan proses osmotis dan ultrafiltrasi pada
ginjal buatan, dalam membuang sisa-sisa metabolisme tubuh. Hemodialisis dapat
dikerjakan untuk sementara waktu (misalnya pada Gagal Ginjal Akut) atau dapat
pula untuk seumur hidup (misalnya pada Gagal Ginjal Kronik)
(www.wikipedia.com)
Universitas Sumatera Utara
Hemodialisa juga dapat diartikan sebagai suatu prosedur dimana darah
dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh
yang disebut dialyzer. Prosedur ini memerlukan jalan masuk ke aliran darah.
Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan buatan diantara
arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan. Pada hemodialisa,
darah penderita mengalir melalui suatu selang yang dihubungkan melalui fistula
arteriovenosa dan dipompa kedalam dialyzer. Untuk mencegah pembekuan darah
selama didalam dialyzer maka diberikan heparin.
Di dalam dialyzer, suatu selaput buatan yang memiliki pori-pori
memisahkan darah dari suatu cairan (dialisat) yang memiliki komposisi kimia
yang menyerupai cairan tubuh normal. Tekanan didalam ruang dialisat lebih
rendah dibandingkan dengan tekanan di dalam darah, sehingga cairan, limbah
metabolik dan zat-zat racun didalam darah disaring melalui selaput dan masuk
kedalam dialisat. Tetapi sel darah dan protein yang besar tidak dapat menembus
pori-pori selaput buatan ini. Darah yang telah dicuci lalu dikembalikan kedalam
tubuh penderita.
Dialyzer memiliki ukuran dan tingkat efisiensi yang berbeda-beda. Mesin
yang lebih bar