3
9 MPA 305 / Februari 2012 Kasus “Syiah Sampang” bukanlah hal baru. Embrio pertikaian itu sudah muncul sejak awal tahun 2006. Pasalnya, ajaran yang dibawa Tajul Muluk dan kelompoknya diyakini bertentangan dengan ajaran Islam-Sunni yang dianut masyarakat Sampang. Sebulan kemudian, tepatnya pada tanggal 20 Pebruari 2006, para Ulama’ se-Madura melakukan rapat koordinasi membahas masalah itu. Pertemuan tersebut bahkan dihadiri Bupati Sampang waktu itu (Fadhilah Budiono). Tajul Muluk pun juga di- mintai klarifikasi mengenai ajaran yang disebarkannya. Dari pertemuan itulah, lantas para Ulama’ menyepa- kati untuk menyerahkan masalah ter- sebut ke pihak kepolisian. Penyerah- an itu dilakukan pada tanggal 26 Pe- bruari 2006. Ini demi mengantisipasi hal-hal yang bisa saja terjadi di kemu- dian hari. Tak hanya berhenti di situ saja. Beberapa hari kemudian juga diada- kan pertemuan di rumah KH. Ahmad Nawawi di desa Landeko’ Karangga- yam. KH. Abdul Wahab Adnan seba- gai perwakilan dari pihak Ulama’, Ketua MUI Sampang, Kapolsek Omben Sampang dan Tajul Muluk sendiri mengambil kesepakatan, bah- wa pihak Tajul Muluk dan kelompok- nya tidak lagi menyebarkan ajaran yang dianutnya di lingkungan masya- rakat Sampang. Untuk sementara waktu perti- kaian mereda. Aktivitas masyarakat pun kembali berjalan tenang. Setelah bulan berganti tahun, ternyata kese- pakatan itu mulai tercederai. Tajul Muluk beserta kelompomnya kembali melakukan aktivitas penyebaran aja- rannya. Maka pada tanggal 29 Okto- ber 2009, kembali Tajul Muluk me- nandatangani kesepakatan untuk menghentikan aktivitas dakwahnya. Penandatangan itu dilakukan di ha- dapan MUI Sampang, PCNU Sam- pang, Ketua DPRD Sampang, Kakan- depag Sampang dan Bakesbangpol Sampang. Lagi-lagi kesepakatan tersebut seakan tak bertuah. Hingga pada tanggal 11 April 2011, Tajul Mu- luk di hadapan Mabes POLRI te- lah menandatangani kesepakatan un- tuk meninggalkan Sampang dan ber- janji menghentikan aktivitas penye- baran ajarannya di seluruh Madura. Sedangkan para jamaah yang telah mengikutinya harus kembali ke pang- kuan ajaran Sunni. Dan terbukti pada bulan Agustus 2011 Tajul Muluk di- relokasi ke Malang atas biaya Pem- kab Sampang dan Pemprov Jatim. Tapi Tajul nyatanya masih terus menyebarkan ajarannya. Meskipun dirinya telah direlokasi ke Malang, namun masyarakat kerap melihat ke- datangan Tajul Muluk dengan tetap melakukan aktivitas dakwah di ru- mahnya. Dan itu terjadi secara ber- ulang-ulang. Barangkali inilah yang menyulut rasa kesal masyarakat se- hingga terjadilah peristiwa penge- pungan dan pembakaran rumah Tajul di penghujung Desember 2011. Tak hanya itu saja. dua rumah lainnya, yakni rumah Iklil dan Saiful Islam juga ikut terlibas dalam amuk massa tersebut. “Sebenarnya MUI sudah mencegahnya dan tidak mem- benarkan segala tindak anarkhisme. Tapi barangkali karena emosi masya- rakat yang tak terbendung akhirnya prestiwa itu pun terjadi,” beber kiai Buchori Maksum menyesalkan. Dari peristiwa itulah lantas ber- ujung dikeluarkannya fatwa sesat Fatwa Sesat Bagi Syiah Bermula dari Kesepakatan yang Tercederai Surat Pernyatan. Janji Tajul Muluk di hadapan para tokoh agama dan pemerintah untuk tidak menyebarluaskan ajarannya.

Fatwa Sesat Bagi Syiah Bermula dari Kesepakatan yang ...jatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar305/jdox1328598505.pdf · teria dari 10 indikator. Salah satunya, adalah mengingkari rukun

  • Upload
    hathien

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Fatwa Sesat Bagi Syiah Bermula dari Kesepakatan yang ...jatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar305/jdox1328598505.pdf · teria dari 10 indikator. Salah satunya, adalah mengingkari rukun

9MPA 305 / Februari 2012

Kasus “Syiah Sampang”bukanlah hal baru. Embrio

pertikaian itu sudah muncul sejakawal tahun 2006. Pasalnya,

ajaran yang dibawa Tajul Mulukdan kelompoknya diyakini

bertentangan dengan ajaranIslam-Sunni yang dianut

masyarakat Sampang.

Sebulan kemudian, tepatnyapada tanggal 20 Pebruari 2006, paraUlama’ se-Madura melakukan rapatkoordinasi membahas masalah itu.Pertemuan tersebut bahkan dihadiriBupati Sampang waktu itu (FadhilahBudiono). Tajul Muluk pun juga di-mintai klarifikasi mengenai ajaranyang disebarkannya. Dari pertemuanitulah, lantas para Ulama’ menyepa-kati untuk menyerahkan masalah ter-sebut ke pihak kepolisian. Penyerah-an itu dilakukan pada tanggal 26 Pe-bruari 2006. Ini demi mengantisipasihal-hal yang bisa saja terjadi di kemu-dian hari.

Tak hanya berhenti di situ saja.Beberapa hari kemudian juga diada-kan pertemuan di rumah KH. AhmadNawawi di desa Landeko’ Karangga-yam. KH. Abdul Wahab Adnan seba-gai perwakilan dari pihak Ulama’,Ketua MUI Sampang, KapolsekOmben Sampang dan Tajul Muluksendiri mengambil kesepakatan, bah-wa pihak Tajul Muluk dan kelompok-nya tidak lagi menyebarkan ajaranyang dianutnya di lingkungan masya-rakat Sampang.

Untuk sementara waktu perti-kaian mereda. Aktivitas masyarakatpun kembali berjalan tenang. Setelahbulan berganti tahun, ternyata kese-pakatan itu mulai tercederai. TajulMuluk beserta kelompomnya kembalimelakukan aktivitas penyebaran aja-rannya. Maka pada tanggal 29 Okto-ber 2009, kembali Tajul Muluk me-nandatangani kesepakatan untukmenghentikan aktivitas dakwahnya.Penandatangan itu dilakukan di ha-dapan MUI Sampang, PCNU Sam-pang, Ketua DPRD Sampang, Kakan-depag Sampang dan BakesbangpolSampang.

Lagi-lagi kesepakatan tersebut

seakan tak bertuah. Hingga padatanggal 11 April 2011, Tajul Mu-luk di hadapan Mabes POLRI te-lah menandatangani kesepakatan un-tuk meninggalkan Sampang dan ber-janji menghentikan aktivitas penye-baran ajarannya di seluruh Madura.Sedangkan para jamaah yang telahmengikutinya harus kembali ke pang-kuan ajaran Sunni. Dan terbukti padabulan Agustus 2011 Tajul Muluk di-relokasi ke Malang atas biaya Pem-kab Sampang dan Pemprov Jatim.

Tapi Tajul nyatanya masih terusmenyebarkan ajarannya. Meskipundirinya telah direlokasi ke Malang,namun masyarakat kerap melihat ke-datangan Tajul Muluk dengan tetapmelakukan aktivitas dakwah di ru-mahnya. Dan itu terjadi secara ber-

ulang-ulang. Barangkali inilah yangmenyulut rasa kesal masyarakat se-hingga terjadilah peristiwa penge-pungan dan pembakaran rumah Tajuldi penghujung Desember 2011.

Tak hanya itu saja. dua rumahlainnya, yakni rumah Iklil dan SaifulIslam juga ikut terlibas dalam amukmassa tersebut. “Sebenarnya MUIsudah mencegahnya dan tidak mem-benarkan segala tindak anarkhisme.Tapi barangkali karena emosi masya-rakat yang tak terbendung akhirnyaprestiwa itu pun terjadi,” beber kiaiBuchori Maksum menyesalkan.

Dari peristiwa itulah lantas ber-ujung dikeluarkannya fatwa sesat

Fatwa Sesat Bagi SyiahBermula dari Kesepakatan

yang Tercederai

Surat Pernyatan. Janji Tajul Muluk di hadapan para tokoh agama danpemerintah untuk tidak menyebarluaskan ajarannya.

Page 2: Fatwa Sesat Bagi Syiah Bermula dari Kesepakatan yang ...jatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar305/jdox1328598505.pdf · teria dari 10 indikator. Salah satunya, adalah mengingkari rukun

10 MPA 305 / Februari 2012

terhadap ajaran Tajul Muluk olehMUI Sampang. Fatwa yang dikeluar-kan pada tanggal 1 Januari 2012 inidiamini juga oleh PCNU Sampang.“Fatwa tersebut diambil demi mence-gah masalah yang lebih besar lagi,”tukas Ketua MUI Sampang ini.

Memang banyak pihak yang me-nyayangkan diambilnya fatwa terse-but. Toh MUI Pusat juga belum seca-ra tegas mengeluarkan fatwa tentangSyiah. Apalagi dalam Rapat Kerja Na-sional MUI pada tanggal 7 Maret1984, hanya semata mengeluarkan re-komendasi untuk mewaspadai ajaranSyiah.

Pada awalnya, kata kiai Buchori,sesungguhnya MUI Sampang me-mang tak ingin terjebak memasuki wi-layah sektarian lebih jauh. Apalagi

untuk memutuskan sesatnya sebuahajaran itu memang menjadi domainMUI pusat. “Tapi berdasarkan padafatwa MUI Pusat tentang pedomanuntuk mengetahui aliran sesat (ter-tanggal 6 Nopember 2007), tentuMUI daerah memiliki pedoman untukmencap sebuah aliran itu sesat atautidak,” simpulnya.

Tertera pada fatwa tersebut,bahwa sebuah aliran bisa dikatakansesat ketika memenuhi salah satu kri-teria dari 10 indikator. Salah satunya,adalah mengingkari rukun Iman yangberjumlah enam dan rukun Islam yagberjumlah lima. “Dari sini saja, setelahmelakukan wawancara dengan man-tan jamaah Tajul Muluk, ajaran yangdibawa alumni pesantren YAPI Ba-ngil itu sesat,” terangnya. “Sebab ru-kun iman dan islamnya berbeda isimaupun jumlah,” paparnya.

Apalagi baik pemerintah daerahmaupun ulama di Sampang termasukMUI, sudah memantau kegiatan dak-wah Tajul Muluk di dusun Nangkre-nang, Omben dan dusun GaddingLaok, Karang Penang sejak tahun2005. Bahkan ketika itu sudah mun-cul ketegangan antara jamaah Tajuldengan masyarakat terkait ajaran

yang dibawanya. “Setahun kemudianForum Masyarakat Ulama Pamekas-an-Sampang turun mengajak dialogdan klarifikasi ajaran Tajul Muluk,”ungkapnya. “Dan hasilnya, ternyataajaran Tajul itu memang menyimpangdari ajaran ahli sunnah wal jamaah,”tegasnya.

Lantas fatwa tersebut dibawa kepertemun MUI Sampang bersamaMUI se-Madura pada tanggal 14 Ja-nuari 2012. Dari pertemuan tersebutdiputuskan sebuah fatwa, bahwa alir-an Syiah Imamiyah Itsna Asyariyahsesat dan menyesatkan. Fatwa inipun lantas dibawa ke MUI Jatim. Danpada tanggal 21 Januari 2012 MUIJatim mengukuhkan keputusan sesatdari MUI se-Madura dan korda MUIdi Jatim lainnya, serta meminta MUIPusat untuk segera mengeluarkanfatwa sesat terhadap ajaran Syiah.

Dengan keluarnya fatwa MUItersebut, kata KH Abdussomad Bu-khori, diharapkan nantinya bisa dija-dikan sebagai pedoman bagi peme-rintah baik di daerah maupun pusat.Ini penting sebagai panduan agarkonflik horizontal tidak meluas. “Me-mang itu tugas MUI dan pemerintahberkewajiban untuk menciptakan rasa

Protes. Salah seorangjamaah Tajul Muluk menolak

jika dikatakan al-Qur’anmereka berbeda dengan al-

Qur’an umat Islam padaumumnya.

Page 3: Fatwa Sesat Bagi Syiah Bermula dari Kesepakatan yang ...jatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar305/jdox1328598505.pdf · teria dari 10 indikator. Salah satunya, adalah mengingkari rukun

11MPA 305 / Februari 2012

aman di tengah masayarakat,” tukas-nya. “Untuk pemerintah, kami meng-usulkan agar menuruti tuntutan ma-syarakat Sampang agar situasi amandi Sampang bisa segera tercipta,”pintanya.

Sebab menurutnya, aksi peno-lakan warga desa Karang GayamSampang terhadap penyebaran aliranSyiah di desanya merupakan salahsatu hal yang wajar. Apalagi masya-rakat Sampang merupakan basispenganut Sunni militan. Mestinyasejak awal ketika terjadi penolakanwarga, penganut Syiah yang men-dakwahkan keyakinannya itu meng-evaluasi diri. Sehingga kasus peno-lakan yang berujung pembakarantersebut tidak sampai terjadi.

Apalagi memang arus penolak-an atas kehadiran aliran yang meng-kalim sebagai pecinta ahlul bait itusudah mulai muncul sejak tahun 2006silam. Artinya memang gesekan itusudah ada jauh sebelum peristiwapembakaran yang terjadi pada tang-gal 29 Desember tersebut. “Peristiwaitu jelas-jelas menunjukkan kalau ajar-

an Syiah itu memang ditentang olehmasyarakat Sampang,” tandasnya.

Madura dan khususnya kabu-paten Sampang merupakan basismilitan warga Sunni. Jadi tak heranketika ada faham baru yang berusahamasuk pasti menimbulkan gesekan.Apalagi jika penyebarannya dengancara paksa seperti mengiming-imingidengan imbalan materi bagi wargaSunni yang mau masuk ke dalam Syi-

ah. “Itulah yang menyulut kemarah-an masyarakat Sunni Sampang,”tukas Ketua MUI Jatim ini.

Apalagi secara mendasar ajaranSyiah-Sunni ini berbeda tajam baikdari segi ushuliyah maupun ritualperibadatan. Misalnya rukun iman diSunni itu adalah iman kepada Allah,iman kepada malaikat, iman kepadapara rasul, iman kepada kitab Allah,iman kepada hari kiamat dan imankepada qadla dan qadar. Di Syiah ti-dak demikian. Mereka menyakini bah-wa rukun iman itu terdiri dari tauhid-ullah (pengesaan Allah), an-nubuw-wah (kenabian), al-imamah (kepemim-pinan para pemimpin yang berjumlah12 imam), al-adl (keadilan Tuhan) danma’aad (hari kiamat).

Jika Sunni meyakini rukun islamada lima, syiah tidak. Mereka justrumengimani delapan rukun iman yaitushalat, puasa, zakat, humus, haji (cu-kup ke Karbalah tidak ke Makkah),amar ma’ruf nahi munkar, jihad fi sa-bilillah dan wilayah (kekuasaan). Ti-dak itu saja bahkan mereka meng-anggap bahwa al-Qur’an yang ber-

edar saat ini tidak lengkap dan telahdirubah oleh sahabat Usman binAffan. Bahkan mereka juga sangatmembenci tiga sahabat utama Nabiyakni Abu Bakar, Umar bin Khattab,dan Usman bin Affan karena diang-gap kafir. “Paham seperti ini kan cu-kup meresahkan masyarakat Sunni.Apalagi jika ajaran itu didakwahkandengan cara provokatif,” tengarai-nya.

MUI baik daerah maupun pusatmemang sudah mengantisipasinyasejak awal. Bahkan sejak tahun 2006sudah berusaha mendamaikan ke-lompok massa masing-masing kubu.Bahkan juga sudah ada kesepakatan-kesepakatan yang dibuat. Tapi ter-nyata seringkali kelompok Syiahyang melanggar kesepakatan bahwamereka siap tidak menyebarluaskanpaham mereka di Sampang.

Maka munculnya aksi pemba-karan yang dilakukan massa Sunniterhadap rumah pemimpn Syiah ha-rus dilihat secara jernih. Sayangnya,sebagian publik maupun pengambilkebijakan di pusat seringkali mengo-mentari kasu Sampang ini hanya se-batas peristiwa pembakarannya saja.Sehingga yang diisukan adalah ada-nya pelanggaran HAM berat di Sam-pang. Padahal dalam HAM masing-masing pihak juga dilarang salingmenganggu. “Nah, di Sampang justrukaum Syiahlah yang mulai menggang-gu ketentraman warga Sunni selamaini,” terang Kiai Shomad.

Apalagi mayoritas muslim Indo-

nesia merupakan penganut Sunni.Jadi, janganlah berusaha menSyiah-kan muslim Indonesia. Apabila hal itutetap dilakukan, tentu akan mengaki-batkan benturan yang amat luar biasa.Jika itu terjadi tentu pembanguan ti-dak bisa berjalan karena stabilitasbaik ekonomi, politik, sosial dan bu-daya pasti bakal terguncang.

Laporan: Ahmad Suprianto(Surabaya).

KH. Buchori Maksum KH Abdussomad Bukhori