Upload
votram
View
250
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI
DAERAH (PAD) KOTA PALEMBANG TAHUN 2000-2011
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Disusun Oleh:
Febri Mandra 106084003601
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama Lengkap : Febri Mandra 2. Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 05 1987 3. Jenis Kelamin : Laki-Laki 4. Agama : Islam 5. Alamat : Jalan Lebak Rejo Lrg Berdikari No.
1094. Rt 017/ Rw 006 Sekip Jaya, Kecamatan Kemuning, Kota Palembang
6. No Telepon : 085777743983
7. Email : [email protected]
ll. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD : SD Negeri 415 Palembang 2. SMP : SMP Nurul Iman Palembang 3. SMA : SMA Nurul Iman Palembang 4. Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Usman 2. Tempat & Tanggal Lahir : Padang, 11 Maret 1965 3. Alamat : Jalan Lebak Rejo Lrg Berdikari No.
1094. Rt 017/ Rw 006 Sekip Jaya, Kecamatan Kemuning, Kota Palembang
4. Ibu : Fentriwati 5. Tempat & Tanggal Lahir : Padang, 2 Februari 1964 6. Alamat : Jalan Lebak Rejo Lrg Berdikari No.
1094. Rt 017/ Rw 006 Sekip Jaya, Kecamatan Kemuning, Kota Palembang
iii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis perkembangan dan pengaruh pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengolahan bahan galian golongan c, dan pajak parkir terhadap pendapatan asli daerah kota palembang secara simultan dan parsial dari tahun 2000-2011.
Penelitian ini mengunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan Metode eksplanatoris
yang sifat verifikatif. Data yang digunakan adalah data sekunder. Sektor yang diteliti adalah pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengolahan bahan galian golongan c, dan pajak parkir dan pendapatan asli daerah kota palembang
Hasil penelitian ini di ketahui pengaruh Pajak : pajak hotel 0,012, pajak restoran 0,047,
pajak hiburan 0,046, pajak reklame 0,011, pajak penerangan jalan 0,043, pajak pengolahan bahan galian golongan c 0,006, dan pajak parkir 0,022 berpengaruh secara signifikan baik secara parsial maupun secara simultan terhadap pendapatan asli daerah tahun 2000 sampai tahun 2011 di kota palembang.
Kata kunci: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan Bahan Galian Golongan C, Pajak Parkir dan Pendapatan Asli Daerah.
iv
ABSTRACT
This study to identify and analysis the development and influence of the hotel tax, restaurant tax, entertainment tax, advertisement tax, street lighting tax, tax mineral processing group c, and parking tax revenue to the city of Palembang simultaneously and partially from 2000 - 2011.
This research uses descriptive quantitative approach to the nature of the explanatory method of verification. The data used are secondary data. Sectors studied is the hotel tax 0,012, restaurant tax0,047 , entertainment tax 0,046, advertisement tax 0,011, street lighting tax 0,043, tax mineral
processing group c 0,006, and parking 0,022 and tax revenue the city of Palembang
Results of this study to know the effect of taxes: hotel tax, restaurant tax, entertainment tax, advertisement tax, street lighting tax, tax mineral processing group c, and parking taxes
significantly affect either partially or simultaneously to local revenues from 2000 to in 2011 in the city of Palembang.
Key words: hotel tax, restaurant tax, advertisement tax, street lighting tax, Tax Minerals
Processing Group C, Parking Tax and Regional Revenue.
v
KATA PENGANTAR
Ketidakpuasan mendorong seseorang untuk terus mencari sesuatu yang belum
diperolehnya. Ketidakpuasan dapat menjerumuskan, tetapi dapat pula mendorong ke arah
kebahagiaan. Sebagai makhluk yang lemah, manusia sering membuat kekeliruan dalam upaya
memperoleh sesuatu yang dicita-citakannya. Manusia senantiasa membutuhkan bimbingan-Nya
supaya tidak membuat kekeliruan. Alhamdulillah dalam menyelesaikan karya tulis ini, penulis
telah memperoleh bimbingan-Nya. Puji dan syukur penulis panjatkan kekhadirat Allah S.W.T.,
karena karya tulis ini dapat diselesaikan dan disajikan.
Karya tulis dalam bentuk Peneltian Skripsi ini berjudul " Analisis Pengaruh Pajak
Daerah Terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Palembang disusun dengan
tujuan untuk memenuhi salah satu syarat ujian, guna memperoleh gelar sarjana dalam Bidang
Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini merupakan sebuah karya yang tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Kedua orangtua saya untuk kasih sayang, dan kesabarannya selama ini, yaitu
ibundaku Pentriwati dan Ayahku Usman sebagai sumber motivasi bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan
pada saya sampai detik ini. Semoga suatu saat saya dapat membahagiakan Ibu dan
Bapak, Amin ya Allah.
2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah berusaha keras untuk memajukan FEB.
3. Dr. Lukman M.SI selaku ketua jurusan IESP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sekaligus dosen pembimbing 1 skripsi yang telah memberikan ilmu, bimbingan,
tuntunan, motivasi, dan pengarahan yang luar biasa kepada penulis, sehingga skripsi
vi
ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Yoghi Citra Pratama, M.SI selaku dosen pembimbing ll, yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis, sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Seluruh Dosen FEB atas ilmunya yang bermanfaat yang telah diberikan.
6. Adik saya Anton Wibowo, Merri Mandra Putri dan Anisa Usmawati, terima kasih
atas motivasi dan semangatnya yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
kuliah dan skripsi ini dan terima kasih atas perhatian juga doa kalian.
7. Teman-teman seperjuangan IESP, Ibnu Syeh Fajar, dan soraya semoga kita bias jadi
anak yang bermanfaat bisa bahagiain kedua orangtua kita dan mampu menerapkan
ilmu yang kita dapat dengan baik dan berguna.
8. Kepada seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
penulis dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan penulis dalam mencapai
kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi penulis dan pihak yang membutuhkan, Terima kasih.
Febri Mandra
penulis
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, ysng Telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih
sayang-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “ Analisis Pengaruh Pajak Daerah Terhadap Pendapatam Asli Daerah (PAD)
Kota Palembang Tahun 2000-2011” disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam bidang Ilmu Ekonomi Studi
Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Serta shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, sang pembawa risalah islam, pembawa syafaat bagi umatnya
dihari akhir kelak.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis sangat menyarankan saran dan
kritik yang dapat membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan skripsi
ini. Semoga menjadi amal baik dan dibalas Allah dengan balasan yang lebih baik.
Secara khusus, apresiasi dan terimakasih tersebut disampaikan kepada:
1. Kedua orangtuaku untuk kasih sayangnya yang tulus, ibu Fentriwati, dan
Bapak Usman sumber motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini. Terimakasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepadaku
sampai detik ini. Semoga suatu saat kelak aku dapat membahagiakan ibu
dan bapak ku yang tercinta. Amin Ya Allah.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, Ms Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Lukman, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
v
Jakarta dan Dosen Pembimbing pertama akademik, yang telah membantu
dan mengarahkan penulis selama penulisan skripsi ini.
4. Bapak Yoghi Citra Pratama M.Si, Dosen Pembimbing kedua akademik,
yang telah membantu membimbing dan mengarahkan penulis selama
penulisan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen-dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis : Bapak Abas, Bapak
Zuhairan, Bapak Suhenda, Bapak Heri, Bapak Yoghi, Bapak Nuerbelin,
Bapak Muchtar lamo, Bapak Roikhan, Ibu Fitri Amalia, dan Ibu
Rahmawati.
6. Seluruh Staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
7. Kepada adik saya Anton Wibowo, Merri Mandra Putri dan Anisa
Usmawati terimakasih telah memberikan semangat, pengertian dan doa
kalian setiap hari dan telah banyak membantu dalam perjalanan hidupku,
hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-temanku ‘ Ibnu Syech Fajar, Soraya, Kati panie, dan Fatia serta
anak-anak IESP lainnya khususnya IESP ‘A’ , yang selalu setia dalam
suka maupun duka bersama menyelesaikan studi S1 ini.
9. Dan keluarga besar IESP seperjuangan ( Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan ) seluruh angkatan 2006.
Ciputat, 16 September 2013
Febri Mandra
vi
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR RIWAYAT HIDUP i ABSTRACT ........................................................................................... ii
ABSTRAK .............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR.............................................................................. iv
DAFTAR ISI .......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................. 7
1.4.1 Untuk Pengembangan Ilmu Pengetahuan ......................... 7
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 9
2.1 Kajian Pustaka ......................................................................... 9
2.1.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) ..................... 9
2.1.2 Pajak Daerah ................................................................. 11
2.1.3 Retribusi Daerah ............................................................. 16
vii
2.1.4 Perusahaan Milik Daerah (BUMD) ................................. 21
2.1.5 Fungsi Pendapatan Asli Derah ....................................... 22
2.1.6 Pengertian Pajak ..................................................................... 22
2.1.7 Lingkungan Kota .............................................................. 36
2.1.8 Teori Pertumbuhan Kota ........................................................ 37
2.1.9 Pendapatan Regional ......................................................... 41
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................. 44
2.3 Kerangka Pemikiran .................................................................. 53
2.4 Hipotesis Penelitian .................................................................. 57
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 58
3.1 Metode Penelitian ..................................................................... 58
3.2 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 59
3.3 Operasional Variabel Penelitian ................................................ 59
3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................... 64
3.5 Jenis dan Sumber Data ............................................................. 64
3.6 Teknik Analisa Data ................................................................. 65
3.6.1 Analisis Perkembangan Pajak dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) ................................................................... 65
3.6.2 Analisis Pengaruh Pajak Terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) ................................................................... 65
3.6.3 Uji Statisoneriotas ............................................................. 67
3.6.4 Uji Asumsi Klasik ............................................................. 68
a. Uji Normalitas .............................................................. 68
viii
b. Uji Autokorelasi ........................................................... 69
c. Uji Heteroskedasitisitas ................................................. 69
d. Uji Multikolinearitas ..................................................... 70
3.6.5 Uji Statistik ....................................................................... 71
3.6.5.1 Uji Signifikansi Individual (Partial) Menggunakan Uji
t Statistik ...................................................................... 71
3.6.5.2 Uji Signifikansi Simultan Menggunakan Uji F-Statistik.. 72
3.6.5.3 Koefisien Determinasi (R2)………………………….... 73
BAB. IV. HASIL PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PEMBAHASAN 74
4.1 Perkembangan Pendapatan Kota Palembang .......................... 74
4.1.1 Perkembangan Pajak Daerah dan Hasil Pendapatan
Asli Daerah Kota Palembang ...................................... 76
4.2.2 Uji Model Penelitian .................................................... 80
4.2.2.1 Uji Kecocokan Model (Goodnes of Fit) ............. 80
4.2.2.2 Uji Multikolinier .............................................. 80
4.2.2.3 Uji Autokorelasi ............................................... 81
4.2.2.4 Uji Heteroskedasitisitas .................................... 83
4.2.2. Analisis Ekonomi ........................................................ 83
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 88
5.1. Kesimpulan ............................................................................ 88
5.2. Saran...................................................................................... 89
5.2.1. Saran bagi pengembangan ilmu (Akademik)................. 89
5.2.2. Saran bagi operasional kebijakan .................................. 91
ix
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 92
LAMPIRAN I DATA PAJAK DAN PAD KOTA PALEMBANG ........... 95
LAMPIRAN II ANALISIS PENGARUH PAJAK TERHADAP PAD
KOTA PALEMBANG .................................................... 96
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Menurunnya kemampuan pemerintah pusat dalam memberikan subsidi
pada pemerintah daerah maupun dalam membiayai proyek-proyek pemerintah di
daerah, maka pemerintah pusat bertekad untuk memberikan kebebasan kepada
pemerintah daerah dalam berusaha meningkatkan pendapatan asli daerah agar
melemahnya subsidi dari pemerintah pusat tidak meganggu perkembangan
ekonomi maupun jalannya roda kepemerintahan daerah. Dengan kata lain
penurunan penerimaan negara tersebut telah mendorong meningkatnya
pelaksanaan otonomi daerah yang dibarengi dengan sistem desentralisasi
pemerintah dan keuangan.
Berkaitan dengan pelaksanaan otonomi daerah ini tidak lepas dari kesiapan
masing-masing daerah yang menyangkut permasalahan pendanaan, maupun
masalah sumberdaya manusianya. Dengan adanya otonomi daerah dimana daerah
didorong untuk meningkatkan pendapatan asli daerah, banyak daerah yang
memikirkan bagaimana meningkatkan tarif pajak dan retribusi daerah serta
memikirkan untuk menciptakan obyek-obyek pajak dan retribusi yang baru.
Pemerintah didorong untuk meningkatkan kemampuannya dalam
mengumpulkan pendapatan asli daerah (PAD) dengan maksud agar subsidi dari
pemerintah pusat dapat dikurangi dan mengurangi APBN. Anggaran Pendapatan
2
dan Belanja Daerah maupun Negara selalu mempunyai dua sisi yaitu sisi
penerimaan dan sisi penguluaran.Selanjutnya sisi penerimaan ini dikelompokan
menjadi pengeluaran rutin dan pembangunan (Munawir 2001: 11).
Pemerintah pusat membagi bantuan keuangan ke daerah didasarkan pada
dua kategori yaitu pendapatan yang diserahkan kepada pemerintah daerah dan
subsidi kepada pemerintah daerah. Tujuannya adalah agar daerah otonom dapat
mengurus rumah tangganya sendiri dengan sebaik-baiknya.Namun tidak semua
sumber pembiayaan dapat diserahkan kepada daerah otonom, maka kepada daerah
otonom diwajibkan untuk menggali sumber-sumber keuangannya sendiri
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Seperti dinyatakan dalam UU NO.18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan
retribusi daerah bahwa pajak dan retribusi daerah merupakan sumber pendapatan
daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan daerah dan pembangunan
daerah itu sendiri.Bedasarkan UU NO.33 tahun 2004, yang merupakan merevisi
UU NO. 25 tahun 1999 tersebut, diatas menyatakan bahwa sumber penerimaan
daerah dikelompokan menjad: (i) Pendapatan asli daerah terdiri dari pajak daerah,
retribusi daerah, keuntungan perusahaan milik daerah, hasil pengolahan kekayaan
daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah seperti jasa giro, serta hasil penjualan
aset pemda, (ii) Dana perimbangan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah, (iii) Lain-lain pendapatan yang sah (Soedargo 2000: 13).
Sementara ini perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah tentang pembagian dana perimbangan tersebut akan
dilaksanakan dengan melihat pada sumber pendapatannya yaitu: (i) Penerimaan
3
dari pajak dan bukan pajak, (ii) Dana alokasi umum, (iii) dan Dana alokasi
khusus.
Pajak daerah merupakan bagian pendapatan asli daerah yang terbesar,
merupakan iuran wajib yang dikenakan baik pribadi atau badan kepala
pemerintahan (daerah) tanpa balas jasa langsung yang dapat ditunjukan, dan
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Penerimaan
dari hasil pajak ini dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah
dan pembangunan daerah.
Setiap pajak merupakan pendapatan dari pemerintah daerah meliputi unsur
keadilan, unsur kepastian, unsur kelayakan, efisiensi dan unsur ketepatan. Tolak
ukur untuk menilai keberhasilan pajak daerah dikaitkan dengan hasil, keadilan,
daya guna ekonomi, kemampuan melaksanakan dan kecocokan sebagai sumber
pendapatan daerah.
Ada beberapa jenis pajak daerah yang menjadi sumber pendapatan
pemerintah tingkat provinsi adalah pajak kendaraan bermotor, bea balik nama
kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor. Selanjutnya jenis
pajak yang dipungut di daerah kabupaten/kota yang menjadi sumber pendapatan
adalah pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan
jalan, pajak pengolahan bahan galian golongan C, dan pajak parkir.
Walaupun otonomi daerah diartikan sebagai pemberian hak dan wewenang
kepada pemerintah daerah untuk mengatur daerahnya, namun untuk berbagai
macam pajak daerah pemerintah pusat masih turut campur dalam menentukan
tinggi rendahnya tarif untuk masing-masing jenis pajak daerah.
4
Tabel I.I
Penerimaan Pajak Daerah dan hasil Pendapatan Asli Daerah Kota
Palembang dari Tahun 2002-2011 (Milyaran) Tahun PAD PHL PHI PR PPJ PPBG PRSTRN PP
2005 86100.1 4126.2 1553.3 3003.1 20561.8 550.6 7292.3 775.3
2006 97202.9 4535.8 1793.5 3628.4 24844.9 507.8 8693.9 1053.0
2007 142128.3 4954.3 2625.0 4121.0 26896.7 732.7 10762.8 1394.3
2008 171210.5 6826.1 3747.9 4138.4 37972.2 923.6 14044.1 1714.9
2009 170540.6 10353.7 4366.2 4225.3 47226.3 540.1 16095.4 1889.5
2010 255193.7 14094.7 5113.1 4603.5 58036.7 600.4 19226.0 2373.9 Sumber : Palembang Dalam Angka 2011
Struktur pajak daerah dan pendapatan asli daerah kota palembang, dapat
dilihat pada tabel diatas, dari tahun 2005 sampai pada tahun 2007 pendapatan
asli daerah kota palembang (PAD) mengalami kenaikan tajam sebesar Rp
142.128.319.304,47. dimana sektor pajak hotel sebesar (PHL) Rp
4.954.301974,00, pajak restoran (PRSTRN) Rp 10.762.760.474,00, pajak hiburan
(PHI) Rp 2.624.997.097,00, pajak reklame (PR) Rp 4.121.043,626,73, pajak
penerangan jalan (PPJ) Rp 26.896.727.353,33, pajak pengolahan bahan galian
golongan C (PPBG-C) Rp 732.704.132,00 dan pajak parkir (PP) Rp
1.394.332.950,00 dan seterusnya. Tetapi pada saat tahun 2009 sektor pajak daerah
terjadi fluktuasi atau penurunan yang tajam dimana pada tahun 2008 pajak
pengolahan bahan galian golongan C (PPBG-C) sebesar Rp 923.604.134,00
mengalami penurunan di tahun 2009 menjadi Rp 540.103.127,00. dan berganti
5
tahun 2010 sektor pajak daerah kembali normal relatif stabil.
Berdasarkan hal uraian diatas perlu dipertanyakan bagaimanakah
perkembangan dan pengaruh , Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan Bahan Galian Golongan C
dan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Palembang Dari
Tahun 2000-2011.maka penulis tertarik untuk membahas “ Analisis Pengaruh
Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Palembang 2000-
2011”.
1.2.Perumusan Masalah
Semakin menigkatnya pajak suatu daerah berarti akan semakin meningkat
pula pendapatan asli daerah (PAD) yang dialokasikan untuk menunjang roda
pemerintahan daerah khususnya baik untuk pembiayaan rutin anggaran maupun
pembiayaan anggaran pembangunan.Dalam suatu kegiatan penelitian apabila
tidak dibatasi permasalahannya tentu banyak sekali masalah-masalah yang
terkandung didalamnya, baik secara langsung maupun tidak langsung akan
menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda dalam pembahasan skripsi ini,
penulis hanya mengambil atau menyelidiki permasalahan secara simultan maupun
parsial untuk Kota Palembang, sehingga tidak menyimpang dari tujuan yang
diharapkan. Adapun perumusahan masalah dan pembatasannya adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD),Pajak Hotel,
Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak
6
Pengolahan Bahan Galian Golongan C Dan Pajak Parkir Kota Palembang Dari
Tahun 2000-2011
2. Seberapa Besarkah Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,
Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan Bahan Galian
Golongan C Dan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota
Palembang Secara Simultan Dari Tahun 2000-2011
3. Seberapa Besarkah Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,
Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan Bahan Galian
Golongan C Dan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota
Palembang Secara Parsial Dari Tahun 2000-2011
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan
Bahan Galian Golongan C, dan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli daerah
Kota Palembang secara Simultan dari tahun 2000-2011.
2. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan
Bahan Galian Golongan C, dan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli daerah
Kota Palembang secara Parsial dari tahun 2000-2011.
7
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1. Untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan
1. Secara ilmiah, diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan
pengembangan ilmu ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan pengaruh
pajak terhadap pendapatan asli daerah kota palembang, sehingga dapat
mengoptimalkan kinerja perekonomiannya dengan memanfaatkan potensi-
potensi pajak yang ada di daerah Kota Palembang.
2. Hasil penelitian ini diharapkan pula dapat dijadikan sebagai bahan informasi
untuk penelitian lebih lanjut, khususnya yang berkaitan dengan pengaruh pajak
terhadap pendapatan asli daerah kota palembang.
1.5. Sistematika Penulisan
Agar pembahas skripsi ini dapat dipahami secara jelas, maka penulis
membagi skripsi ini dalam 5 (lima) bab sebagai berikut:
1. Bab 1 Pendahuluan
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang dari studi ini yang
selanjutnya dirumuskan permasalahan penelitian yang berupa pertanyaan kajian.
Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka dikemukakan tujuan dan kegunaan
penelitian. Pada bagian terakhir dalam bab ini akan dijabarkan sistematika penulisan.
2. Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pikir dan Hipotesis
Bab ini ini akan dijelaskan tentang teori-teori dan penelitian terdahulu yang
melandasi penelitian ini. Berdasarkan teori dan hasil penelitian-penelitian terdahulu,
8
maka akan terbentuk suatu kerangka pemikir dan penentuan hipotesis awal yang
akan diuji.
3. Bab lll Metodelogi Penelitian
Bab ini akan menjelaskan mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian serta definisi operasionalnya, jenis dan sumbe data, metode pengumpulan
data, dan metode analisis data untuk mencapai tujuan penelitian.
4. Bab lV Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisi mengenai gambaran umum objek penelitian. Selain itu bab ini juga
menguraikan mengenai analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dan
pembahasan mengenai hasil analisis dari objek penelitian.
5. Bab V Penutup
Bab ini adalah bab terakhir, bab ini yang menyajikan secara singkat kesimpulan
yang diperoleh dalam pembahasan, serta saran.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
2.1. Kajian Pustaka
2.1.1. Pengertian pendapatan asli daerah (PAD)
Menurut Mardiasmo (2002:132), “pendapatan asli daerah adalah
penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah”. Dalam undang-undang No.33
Tahun 2004 Pasal 1 adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Sesuai dengan Undang-
Undang No.33 Tahun 2004 tentang Penerimbangan Keuangan dantara Pemerintah
Pusat dan Daerah pasal 6 bahwa Sumber Pendapatan Asli Daerah adalah sebagai
berikut:
a. Pendapatan Asli Daerah Sendiri yang sah :
Hasil pajak daerah
Hasil retribusi daerah
Hasil Perusahaan milik daerah dan hasil pengolahan kekayaan darah lainnya
yang dipisahkan
Lain-lain pendapatan daerah yang Sah
b. Pendapatan berasal dari pemberian Pemerintah yang terdiri dari :
Sumbangan dari pemerintah
Sumbangan lain yang diatur dengan peraturan perundangan
10
Pendapatan lain-lain yang sah
Dalam rangka melaksanakan wewenang sebagaimana yang diamanatkan oleh
Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-
Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan daerah, oleh karena itu daerah harus melakukan maksimalisasi
Pendapatan Daerah. Maksimalisasi Pendapatan daerah dalam pengertian luas
adalah kekayaan yang dimiliki oleh setiap daerah dapat dimanfaatkan secara
maksimal untuk meningkatkan Pendapatan daerah maupun untuk menggali
sumber-sumber penerimaan yang baru.
Peningkatan pendapatan daerah yang dilaksanakan melalui langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Intensifikasi, melalui upaya:
Pendapatan dan peremajaan objek dan subjek pajak dan retribusi daerah
Mempelajari kembali pajak daerah yang dipangkas guna mencari
kemungkinan untuk dialihkan menjadi retribusi.
Mengintensifikasi penerimaan retribusi daerah yang ada.
Memperbaiki prasarana dan sarana pungutan yang belum memadai.
b. Penggalian sumber-sumber penerimaan baru (ekstensifikasi). Penggalian
sumber-sumber pendapatan daerah tersebut harus ditekankan agar tidak
menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Sebab, pada dasarnya tujuan
meningkatkan pendapatan daerah melalui upaya ekstensifikasi adalah
untuk meningkatkan kegiatan ekonomi di masyarakat. Dengan demikian,
upaya ekstensifikasi lebih diarahkan kepada upaya untuk mempertahankan
11
potensi daerah sehingga potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan.
c. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Peningkatan pelayanan kepada
masyarakat ini merupakan unsur yang penting bahwa paradigma yang
bekembang dalam masyarakat ini adalah pembayaran pajak dan retribusi
sudah merupakan hak dari pada kewajiban masyarakat terhadap Negara,
untuk itu perlu dikaji kembali pengertian wujud layanan yang bagaimana
dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat.
2.1.2. Pajak Daerah
Berdasarkan undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang. Perubahan atas
Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak daerahdan Retribusi
Daerah, yang dimaskud dengan Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak,
adalah iuran wajib dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintah daerah dan pembangunan daerah”. Seperti halnya dengan pajak pada
umumnya, pajak daerah mempunyai peranan ganda yaitu:
1. Sebagai sumber pendapatan daerah (budgetary)
2. Sebgai alat pengatur (regulatory).
12
Sebagai sumber pendapatan dari pemerintah daerah, setiap pajak harus
memenuhi Smith’s Canons (Groves: 1951,11-15), yaitu:
a. Unsur keadilan (equality), yaitu bahwa pajak harus adil baik secara vertikal
maupun horizontal. Adil secara vertikal artinya pajak harus dikenakan
sedemikian rupa sehingga dirasakan diantara berbagai tingkat atau golongan
pendapatan yang berbeda. Adil secara horizontal artiya pajak dikenakan
sedemikian rupa sehingga dirasakan adil diantara berbagai sektor yang berbeda
pada tingkat atau golongan pendapatan atau pendapatan yagn sama.
b. Unsur kepastian (certaitny, yaitu pajak hendaknya dikenakan secara jelas pasti
dan tegas kepada setiap wajib pajak. Hal ini akan mendorong pemerintah
dalam membuat perkiraan mengenai rencana pendapatan daerah yang akan
datang dan juga akan ada keikhlasan dan usaha yang sungguh-sungguh bagi si
wajib pajak dalam membayar pajak.
c. Unsur kelayakan (convenience, yaitu bahwa wajib pajak harus dengan senang
hati membayar pajak kepada pemrintah karena pajak yang dibayarnya layak
dan tidak memberatkan para wajib pajak. Oleh karena pemerintah daerah harus
menggunakan uang pajak untuk menyediakan pelayanan kepada masyarakat
secara optimal dan masyarakat tau bahwa uang tidak diselewengkan
penggunanya.
d. Efisien (economy), artinya pajak daerah yang dipungut pemerintah daerah
jangan sampai menciptakan biaya pemungutan yang lebih tinggi daripada
13
pendapatan yang diterima pemerintah daerah. Pajak-pajak yang demikian
sebaiknya tidak dipungut lagi.
e. Unsur ketetapan (aduequence), artinya pajak tersebut dipungut tepat pada
waktnya dan jangan sampai memperbera anggatan pendapatan dan belanja
pemerinta daerah yang bersangkutan.
Jenis pajak daerah menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan PP Nomor 65 Tahun 2001
tentang Pajak Daerah :
Pajak Kabupaten/Kota:
Pajak hotel
Pajak restoran
Pajak hiburan
Pajak reklame
Pajak penerangan jalan
Pajak pengambilan bahan galian golongan C
Pajak parkir
14
Tabel II.1
Jenis Pajak Daerah Menurut UU Nomor 34 Tahun 2000
NO Pajak Kabupaten/Kota Tarif Maksimum (%)
1 Pajak hotel 10
2 Pajak restoran 10
3 Pajak hiburan 35
4 Pajak reklame 35
5 Pajak penerangan jalan 25
6 Pajak pengolahan bahan galian golongan C 10
7 Pajakparkir 10
Sumber : UU Nomor 34 Tahun 2000.
Disamping jenis atau objek pajak daerah seperti yang disebutkan diatas,
daerah juga diberi keleluasaan atau peluang untuk meciptakan pajak daerah
lainnya asal sesuai dengan ketentuan Undang –undang yang berlaku. Beberapa
kriteria yang harus dipenuhi dalam menciptakan pajak baru (Suparmoko: 2002,
59) adalah:
a. Pungutan itu harus bersifat pajak, artinya dapat dipaksakan dan balas jasanya
tidak dapat langsung ditunjuk.
b. Objek pajak dan besar pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum.
Yang dimaksud dengan kriteria ini adalah bahwa pajak tersebut dimaksudkan
untuk kepentingan bersama yang lebih luas antar pemerintah dan masyaraka
dengan memperlihatkan aspek ketentraman dan kestabilan politik.
c. Ekonomi, sosial, budaya serta pertahanan dan keamanaan. Contohnya: pajak
atas seluruh komoditi, pajak atas minuman beralkohol.
15
d. Potensi pajak tersebut memadai artinya biaya pemungutannya tidak akan
lebih besar daripada penerimaan pajak.
e. Pajak baru tidak berdampak ekonomi negatif, artinya tidak menyebabkan
alokasi faktor produksi yang salah dan menghambat pembangunan. Pajak
tidak meganggu alokasi sumber-sumber ekonomi dan tidak merintangi arus
sumber daya ekonomi antar daerah maupun kegiatan ekspor-impor.
f. Yang bertentangan dengan kriteria ini adalah pajak yang dipungut atas
kegiatan ekonomi tertentu tanpa alasan ekonomi atau sosial yang kuat,
contoh: pajak atas produksi garam, pajak atas hasil perkebunan, pajak atas
produksi semen, dan pajak atas lalu lintas barang.
g. Pajak dikenakan sedemikian rupa dengan memperhatikan aspek keadilan
(equity) dan kemampuan membayar(ability to pay) si wajib pajak.
h. Pajak yang dikenakan akan dapat menjaga kelestarian lingkungan. Pajak
harus bersifat netral terhadap lingkungan, yang berarti bahwa pengenaan
pajak tidak memberikan peluang kepada pemerintah daerah atau pemerintah
pusat atau masyarakat luas untuk merusak lingkungan. Contoh pajak
pengambilan hasil hutan lindung.
Objek pajak teletak di wilayah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan
dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di
wilayah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.Yang dimaksud mobilitas
rendah adalah objek pajak sulit untuk dipindahkan, misalnya pajak hotel, pajak
restoran.Yang dimaksud dengan melayani masyarakat diwilayah tertentu adalah
16
bahwa beban pajaknya ditanggung oleh masyarakat lokal, misalnya pajak
penerangan jalan.
Sistem pengenaan pajak
1. Pajak progresif, yaitu sistem pengenaan pajak dimana semakin tingginya
dasar pajak (tax base) seperti tingkat penghasilan pajak, harga barang
mewah dan sebagainya, akan dikenakan pungutan pajak yang semakin
tinggi persentasenya.
2. Pajak proporsional, yaitu sistem pengenaan pajak dimana tarif pajak (%)
yang dikenakan tetap sama besarnya walaupun nilai objek pajaknya
berbeda-beda.
3. Pajak regresif, yaitu sistem pengenaan pajak dimana walaupun nilai atau
objek pajak meningkat dan juga jumlah pajak yang dibayar itu semakin
kecil.
2.1.3. Restribusi Daerah
Disamping pajak daerah, sumber pendapatan asli daerah yang cukup besar
peranannya dalam menyumbang pada terbentuknya pendapatan asli daerah adalah
restribusi daerah.Restribusi daerah langsung atas pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah daerah kepada masyarakat. Menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun
1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan
restribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemda untuk kepentingan
orang pribadi atau badan.
17
Jadi dalam hal retribusi daerah balas jasa dengan adanya retribusi daerah
tersebut dapata langsung ditunjuk.Misalnya retribusi jalan, kendaraan terntentu
memang melalui jalan dimana retribusi jalan tersebut dipungut, retribusi pasar
dibayar karena ada pemakaian ruang pasar tertentu oleh si pembayar
retribusi.Tarif retribusi bersifat fleksibel sesuai dengan tujuan retribusi dan
besarnya biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah masing-masing untuk
melaksanakan atau mengelola jenis pelayanan publik di daerahnya.Semakin
efesien pengelolaan pelayanan publik di suatu daerah, maka semakin kecil tarif
retribusi yang dikenakan.
Dan sesungguhnya dalam hal pemungutan iuran retribusi itu dianut asas
manfaat (benefit prinsiples).Dalam asas ini besarnya pungutan ditentukan
berdasarkan manfaat yang diterima oleh si penerima manfaat dari pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah.Namun yang menjadi persoalannya ialah dalam
menentukan berapa besar manfaat yang diterima oleh orang yang membayar
retribusi tersebut dan menentukan berapa besar pungutan yang harus dibayarnya.
Untuk menilai manfaat harus ditempuh melalui beberapa langkah
(Suparmoko, 2002; 85-86), yaitu:
a. Di identifikasi manfaat fisik yang dapat diukur besarnya.
b. Diterapkan nilai rupiahnya dengan cara menggunakan harga pasar, atau harga
barang pengganti, atau dengan mengadakan survei tentang kesediaan
membayar.
Dalam penjelasan UU Nomor 18 Tahun 1997 disebutkan bahwa UU
Nomor 12 Tahun 1957 tentang peraturan Umum Pajak Daerah yang selama ini
18
berlaku telah menyebabkan daerah berpeluang untuk memungut pajak yang
beberapa diantaranya mempunyai biaya administrasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan hasilnya dan atau hasilnya tidak memadai. Beberapa
kelemahan dari UU Nonor 12 Tahun 1957 antara lain sebagai berikut:
a. Hasilnya kurang memadai bila dibandingkan dengan biaya penyediaan jasa
oleh Pemerintah Daerah.
b. Biaya pungutannya relatif tinggi.
c. Kurang kuatnya prinsip dasar retribusi, terutama dalam hal pengenaan,
penetapan, struktur, dan besarnya tarif.
d. Beberapa retribusi pada hakekatnya bersifat pajak, karena pemungutannya
tidak dikaitkan secara langsung dengan pelayanan Pemerintah Daerah
kepada pemyara retribusi.
e. Adanya jenis retribusi perizinan yang tidak efektif dalam usaha untuk
melindungi kepentingan umum dan kelestarian lingkungan.
f. Adanya retribusi yang mempunyai dasar pengenaan dan objek sama.
g. Oleh karena itu, pada tahun 1997 Pemerintah merasa perlu untuk
mengklarifikasikan berbagai jenis pungutan itu atas dasar kriteria tertentu
agar memudahkan prinsip-prinsip dasar pungutan retiribusi dengan
pelayanan atau jasa yang diberikan oleh Pemerintah.
19
Tabel II.2
Objek atau Jenis Retribusi Daerah menurut UU Nomor 34 Tahun 2000
NO Objek atau Jenis Retribusi Prinsip atau Kriteria Penerimaan
Tarif
1 Retribusi Jasa Umum Kebijakan daerah yang
bersangkutan besarnya biaya
Penyediaan jasa yang
bersangkutan kemampuan
masyarakat
Aspek keadilan
2 Retribusi Jasa Usaha Tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang layak
3 Retribusi Perizinan Tertentu Tujuna untuk menutup
sebagian /seluruh biaya
penyelenggaraan pemberian
izin yang bersangkutan
Sumber :UU Nomor 34 Tahun 2000
1. Retribusi Jasa Umum
Adapun yang termasuk dalam jasa pelayanan umum antara lain:
a. Pelayanan kesehatan
b. Pelayanan kebersihan dan persampahan
c. Penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan |Akta Catatan
Sipil.
d. Pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat
20
e. Pelayanan parkir di tepi jalan umum
f. Pelayanan pasar
g. Pelayanan air bersih
h. Pelayanan kendaraan bermotor
i. Pelayanan pemeriksaan alat pemadam kebakaran
j. Penggantian biaya cetak peta yang dibuat Pemerintah Daerah
k. Pengujian kapal Perikanan
2. Retribusi Jasa Usaha
Adapun yang termasuk dalam jasa usaha antara lain:
a. Pemakaian kekayaan daerah
b. Pasar grosir dan atau pertokoan
c. Pelayanan terminal
d. Pelayanan tempat khusus parkir
e. Penginapan/villa
f. Penyedotan kakus
g. Rumah potong hewan
h. Tempat penyandaran kapal
i. Tempat rekreasi dan olah raga
j. Penyeberangan diatas air
k. Pengelolaan air limbah
l. Penjualan usaha prodouksi daerah
21
3. Retibusi Perizinan tertentu:
Perizinan tertentu yang dipungut retribusinya antara lain:
a. Izin peruntukan penggunaan tanah
b. Izin mendirikan bangunan
c. Izin tempat penjualan minuman beralkohol
d. Izin trayek
e. Izin gangguan
f.Izin pengambilan hasil hutan
2.1.4. Perusahaan Milik Daerah (BUMD)
Penerimaan PAD lainnya yang menduduki peran penting setelah pajak
daerahdan retribusi daearah adalah bagian pemerintah daerah atas laba BUMD.
Tujuan didirikannya BUMD adalah dalam rangka menciptakan lapangan
kerja atau mendorong pembangunan ekonomi daerah. Setelah itu, BUMD juga
merupakan cara yang lebih efesien dalam melayani masyarakat, dan merupakan
salah satu sumber pendapatan daerah. Jenis pendapatan yang termasuk hasil-hasil
pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, antara lain laba, deviden,
dan penjualan saham milik daerah.
Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Hasilusaha daerah lain dan sah adalah pendapatan asli daerah yang tidak
termasuk kategori pajak, retribusi, dan perusahaan daerah (BUMD). Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah yang sah, antara lain hasil penjualan asset tetap daerah
dan jasa giro.
22
2.1.5. Fungsi Pendapatan Asli Daerah
Salah satu pendapatan asli daerah adalah berasal dari pendapatan asli
daerah.Dana-dana yang bersumber dari pendapatan asli daerah tersebut
merupakan salah satu faktor penunjang dalam melaksanakan kewajiban daerah
untuk membiayai belanja rutin serta biaya pembangunan daerah. Dan juga
merupakan alat untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas daerah guna
menunjang pelaksanaan pembangunan daerah. Serta untuk mengatur dan
meningkatkan kondisi sosial ekonomi pemakai jasa tersebut. Tentu dalam hal ini
tidak terlepas dari adanya badan yang menangani atau yang diberi tugas untuk
mengatur hal tersebut.
2.1.6.Pengertian Pajak
Sejarah pemungutan pajak mengalamin perubahan dari masa ke masa sesuai
dibidang sosial dan ekonomi.
Di dalam sistem dan hukum perpajakan nasional, ditentukan secara hukum
bahwa kewajiban perpajakan adalah merupakan perwujudan dari pengabdian,
kewajiban dan sarana peran serta wajib pajak secara langsung dan bersama-sama
melaksanakan perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan
pembangunan nasional.
Defenisi pajak yang dikemukakan oleh Prof. DR. Rochmat Soemitro, S.H
ialah pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik
( kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan digunakan untuk membayar
pengeluaran umum. Defenisi tersebut kemudian disempurnakan, menjadi:
23
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk
membiayai pengluaran rutin dan “surpus”-nya digunakan untuk public saving
yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
Defenisi pajak yang dikemukakan oleh S.I. Djajadiningrat:Pajak sebagai suatu
kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan
suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu,
tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah
serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara
langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.
Dan defenisi pajak yang dikemukakan oleh Dr.N.J. Feldmann:Pajak ialah
prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut
norma-norma yang ditetapkaknnya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi,
dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
Pengertian diatas bahwa pajak sebagai suatu spesies dalam genus pungutan
ialah memperoleh sejumlah uang atau barang oleh penguasaan publik dari rumah
tangga swasta dengan menggunakan kekuasaan politik dan atau kekuasaan
ekonomis yang timbul karena kekuasaan politik tersebut, menurut norma-norma
yang ditetapkan olehnya. Pungutan yang dimaksud dapat dibagi kedalam bentuk
pajak dan retribusi.
Namun ada keterbatasan dalam kedua defenisi tersebut di atas karena hanya
menonjolkan fungsi budgetair dari pajak, sedang fungsi pajak yang tidak kalah
pentingnya adalah fungsi regulerand (mengatur).
24
Istilah iuran wajib yang digunakan dalam defenisi tersebut, menghendaki
terpenuhinya ciri, bahwa pajak dipungut dengan bantuan dari dan kerjasama
dengan wajib pajak, sehingga perlu pula dihindari penggunaan istilah paksaan.
Bilamana suatu kewajiban harus dilaksanakan dengan undang-undang yang mana
kewajiban tersebut tidak dilaksanakan dengan undang-undang maka undang-
undang menunjukan cara pelaksanaannya yang lain. Disamping itu penggunaan
istilah paksaan seakan-akan mengandung makna bahwa tidak ada kesadaran
masyarakat untuk melakukan kewajibannya. Adapun mengenai kontra prestasi
yang tidak disebutkan dalam defenisi tersebut sebenarnya bahwa justru untuk
menyelenggarakan kontra prestasi itulah perlu dipungut pajak. Karena
pengeluaran-pengeluaran pemerintah bagi penyelenggaraan keamanan,
pembangunan, dan hal-hal lainnya merupakan pemberian kontra prestasi bagi
pembayar pajak selaku anggota masyarakat.
Prinsip atas pengorbanan pajak penghasilan dapat digolongkan menjadi
tiga macam yaitu”:
a. Kesamaan pengorbanan secara absolut, ialah bahwa pajak hendaknya
dibebankan kepada wajib pajak sedemikian rupa sehingga beban riil
atau kepuasan atau guna yang hilang dari masing-masing pembayar
pajak itu adalah sama besarnya.
b. Kesamaan pengorbanan, ialah pajak hendaknya didistribusikan kepada
wajib pajak sedemikian rupa sehingga jumlah kepuasaan atau guna
yang hilang yang diderita masing-masing wajib pajak itu sebanding
dengan seluruh kepuasaan total yang dimiliki oleh masing-masing
25
wajib pajak tersebut dari jumlah pendapatan yang dimilikinya.
c. Kesamaan pengorbanan secara marginal, menghendaki agar pajak itu
didistribusikan sedemikian rupa diantara wajib pajak sehingga masing-
masing akan memiliki sejumlah pendapatan setelah dikenai pajak yang
dapat memberikan guna batas yang sama.
Dengan membandingkan antara beban pajak dari setiap macam pajak dengan
seluruh jumlah pendapatan ditambah dengan nilai seluruh kekayaan setelah
dikurangin dengan kebutuhan pokok si wajib pajak, maka dapat digolongkan
beberapa struktur pajak sebagai berikut:
a. Pajak progresif, yaitu pajak yang dikenakan dengan persentase yang
semakin tinggi dengan semakin tingginya kemampuan membayar
pajak.
b. Pajak proporsional, yaitu pajak yang dikenakan dengan persentase
yang sebanding dengan perkembangan pendapatan setelah dikurangin
dengan kebutuhan-kebutuhan esensial.
c. Pajak regresif, yaitu pajak yang dikenakan dengan perkembangan yang
kurang sebanding dengan perkembangan kemampuan membayar
pajak.
Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa pajak adalah kewajiban pembayaran
berupa uang kepada negara atau daerah yang dikenakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang kontra prestasinya dari negara atau daerah atas setiap
pembayaran dimaksud tidak dapat ditunjukan secara langsung serta dipisah-
pisahkan secara khas.
26
Prinsip atas asas utama dalam pemungutan pajak di Indonesia tercantum
dalam Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 dan juga dalam Propernas 2004 yang
menyebutkan bahwa pelaksanaan sistem dan prosedur perpajakan untuk
meningkatkan pendapatan negara terus disempurnakan dan disederhanakan
dengan memperhatikan asas keadilan, pemerataan, manfaat, dan kemampuan
masyarakat.
Berdasarkan faktor yang sangat dominan dalam menentukan timbulnya
kewajiban pajak, pajak dapat dibedakan atas pajak subjektif dan pajak objektif.
Adapun yang dimaksud dengan pajak subjektif adalah suatu jenis pajak yang
kewajiban pajaknya sangat ditentukan pertama-tama oleh keadaan subjek pajak,
walaupun untuk menentukan timbulnya kewajiban membayar pajak tergantung
pada keadaan objek pajaknya. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah pajak
penghasilan. Sedangkan yang dimaksud dengan pajak objektif adalah suatu jenis
pajak yang timbul kewajiban pajaknya sangat ditentukan pertama-tama oleh objek
pajak. Keadaan subjektif pajak tidak relevan, walaupun dalam kasus-kasus
tertentu ikut dipertimbangkan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Kendaraan Bermotor dan
lain sebagainya.
Disamping pembagian tersebut di atas, pembagian pajak juga dapat didasarkan
pada mekanisme pemungutannya yaitu Pajak Langsung dan pajak Tidak
Langsung. Pajak langsung dalam pengertian ekonomis adalah pajak yang harus
dipukul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain, contohnya Pajak Penghasilan (PPh). Sedangkan Pajak Tidak
27
Langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada pihak lain, contohnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Tuntutan kepatuhan yang lebih tinggi tanggung jawab pendapatan pajak
sendiri dan kebutuhan yang makin besar dalam perencanaan pajak, mengharuskan
perusahaan mempunyai pengetahuan yang memadai tentang peraturan perpajakan.
Oleh karena itu setiap wajib pajak perlu mengetahui aspek-aspek penting
perpajakan, terutama kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhin. Setiap wajib
pajak harus memenuhi kewajiban administratif yang bersifat umum yang telah
ditentukan oleh undang-undang. Pelanggaran terhadap ketentuan ini dapat
mengakibatkan wajib pajak yang bersangkutan dikenakan denda atau kurungan
apabila diperoleh bukti bahwa pelanggaran tersebut dilakukan dengan sengaja.
Adapun kewajiban-kewajiban perpajakan yang bersifat umum terdiri dari:
1. Kewajiban mendaftarkan diri.
2. Kewajiban menyelenggarakan pembukuan.
3. Kewajiban menghitung dan membayar pajak.
4. Kewajiban melaporkan pajak terutang.
5. Kewajiban memberi keterangan.
Adanya peraturan perundang-undangan yang mengikat sebagai pedoman dan
landasan penarikan pajak, tentu saja bertolak belakang dari pemahaman bahwa
negara kita adalah negara yang berkedaulatan rakyat, dimana berarti bahwa segala
kegiatan dan kebijakan pemerintah yang menimbulkan akibat pembebanan bagi
rakyat, haruslah berdasarkan peraturan perundang-undangan.
28
Pengertian pajak daerah dikemukakan oleh Soedargo (2000:11) yang
menguntip Undang-Undang Darurat Nomor 11 tahun 1957 menyatakan bahwa:
“Yang dimaksud dengan pajak daerah adalah terdapat pada pasal 2 Undang-
Undang Darurat Nomor 1 Tahun 1957, tentang peraturan umum pajak daerah,
dinyatakan pajak daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai badan
publik”.Lebih lanjut Tjokroamidjojo (2000:11) mengemukakan:“Pajak daerah
adalah pajak juga, maka semua asas-asas pengertian-pengertian, norma-norma
hukumnya dan teknik pemungutannya yang berlaku bagi pajak negara,
dipergunakan pula bagi penyusunan dan pelaksanaan peraturan perundang-
undangan pajak daerah”.
Dari batasan pengertian di atas dapat diketahui bahwa pajak daerah adalah
pajak-pajak yang telah dilaksanakan pungutannya oleh pemerintah daerah
berdasarkan peraturan dan hasilnya dipergunakan untuk pembiayaan rumah
tangga daerah.
Disamping pemungutan atas pajak, pemerintah juga melaksanakan
pemungutan-pemungutan antara lain:
a. Restribusi adalah iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan
mendapat balas jasa yang langsung diterima dengan adanya
pembayaran restribusi tersebut, misalnya retribusi parkir, retribusi
pelelangan dan lain sebagainya. Dengan kata lain, retribusi adalah
pemungutan uang oleh pemerintah sebagai jasa atau milik bagi yang
berkepentingan karena yang tidak merasakan jasa balik dari
pemerintah tidak dikenakan pajak atau iuran tersebut.
29
b. Sumbangan iuaran kepada pemerintah (dapat dipaksakan yang ditunjuk
pada golongan tertentu dan kegunaannya dimaksukkan ke dalam
golongan tertentu).
c. Bea masuk adalah pungutan yang dikenakan atas jumlah, harga barang
yang dimasukkan (diimpor) ke dalam daerah pabean.
Selanjutnya ciri-ciri pajak yang mendasar sesuai yang dikemukakan
Brotodihardjo (2002:6-7) sebagai berikut:
a. Pajak dipungut berdasarkan dengan kekuatan undang-undang serta
aturan pelaksanaannya.
b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontra
prestasi individual oleh pemerintah.
c. Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun
daerah.
d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang
bila dari pemasukannya masih terdapat surplus dipergunakan untuk
membiayai publik investment.
e. Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang tidak budgeter, yaitu
mengatur.
Dalam hal fungsi budgeter, yaitu fungsi mengumpulkan sejumlah dana
bagi pembiayaan kegiatan-kegiatan pemerintah khususnya kegiatan rutin (belanja
pengeluaran). Sedangkan fungsi mengatur maksudnya dalam arti mengatur
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi negara yang antara lain meliputi:
Stabilitas ekonomi, mengadakan redistribusi pendapatan, tata kegiatan produsen
30
dan konsumen dalam aktivitas pasar dan sebagainya.
Adapun pengertian ciri tidak adanya prestasi kembali (kontra prestasi) dari
negara yang dapat ditunjuk secara langsung, terkandung makna bahwa dari hasil
pembayaran pajak oleh wajib pajak, tidak mendapat prestasi kembali dari negara
atau prestasi khusus yang erat hubungannya dengan pemungutan pajak tersebut.
Prestasi dari negara seperti hak untuk mempergunakan jalan-jalan umum,
perlindungan dan penjagaan dari pihak polisi atau tentara, diperolehnya tidak
secara individual dan tidak ada kaitan langsung sehubungan dengan pembayaran
itu, terbukti bahwa orang yang tidak membayar pajakpun dapat pula menikmati
fasilitas pelayanan umum seperti penggunaan jalan dan lain-lain.
Dalam kaitannya dengan penetapan pajak yang harus didasarkan atas
peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan jelas digariskan dalam UUD
1945 pada Pasal 23 ayat (2) bahwa : “Segala pajak untuk keperluan negara
berdasarkan undang-undang“. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Soetrisno (2000:21) bahwa :
Pajak harus ditetapkan dengan undang-undang (peraturan lain yang
sederajat dengan undang-undang) terlebih dahulu. Pungutan tersebut berdasarkan
hukum pajak, maka dari itu oleh karena berupa penarikan sumber daya ekonomi
dari perorangan (sebagai warga negara) harus ada dasar hukumnya. Dalam hal ini
maka dasar hukum yang paling pasti adalah undang-undang. Dalam kepentingan
yang mendesak karena alasan segera untuk membiayain atau menutup
pengeluaran pemerintah pengganti undang-undang”.
31
Berdasarkan uraian di atas dengan demikian juga berarti bahwa ciri pajak
daerah harus ditetapkan dalam suatu aturan, dalam hal ini melalui peraturan
daerah.
Asas-asas bagi pemungutan pajak antara lain yang terkenal dengan sebutan
“The four maximis”, sebagaimana yang ditentukan oleh Brotodihardjo (2002:27-
28) sebagai berikut:
a. Asas equality, yaitu bahwa tidak diperbolehkan suatu negara mengadakan
diskriminasi di antara semua wajib pajak. Dalam keadaan yang sama para
wajib pajak harus dikenakan yang sama pula.
b. Drangkratch beginsel, asas daya pikul bahwa setiap wajib pajak yang
beban pikulnya sama, hendaknya terkena beban yang sama. Asas ini
dilaksanakan dengan pengenaan pajak menurut tarif progresif.
c. Beginsel van de bevoorrechte verkrgin, bahwa seorang yang mendapat
keuntungan istimewa hendaknya dikenakan pajak yang istimewa pula. Asas ini
sesuai dengan asas keadilan.
d. Profyt Beginsel, bahwa pengenaan pajak oleh pemerintah didasarkan atas
asas alasan bahwa menerima manfaat barang-barang dan jasa yang disediakan
oleh pemerintah.
e. Welvaart beginsel, asas kesejahteraan bahwa dengan adanya tugas
pemerintah yang disatu pihak memberikan atau menyediakan barang dan jasa
bagi masyarakat di lain pihak menarik pajak untuk membiayai kegiatan
tersebut. Pelaksanaan tugas pemerintah itu adalah dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan umum
32
f. Beginsel vaan het minste leed, bahwa pengenaan pajak tetap merupakan
beban masyarakat, oleh sebab itu betapapun tingginya kesadaran masyarakat
untuk membayar pajak, akan tetapi hendaknya beban pajak diusahakan sekecil-
kecilnya.
g. Beginsel vaan geoorloof de uivoering, walaupun dalam melaksnakan
berbagai asas ini diaatas mungkin saling bertentangan tetapi diusahakan
keselarasannya .
Selanjutnya Soemitro (2002:120) mengemukakan bahwa ada 3 ( tiga) asas
perpajakan yakni:
a. Asas finansial dan ekonomis, Harus dipilh pajak yang dapat
memperbaiki neraca pembayaran disamping mencegah atau
mengurangi konsumsi yang tidak diharapkan.
b. Asas yuridis, yaitu pajak yang harus berdasarkan undang-undang
karena dengan demikian akan memberi jaminan hukum baik untuk
negara maupun untuk warganya.
c. Asas ekonomis, yaitu sebagai fungsi budgeter, pajak juga digunakan
sebagai alat untuk menentukan politik perekonomian.
d. Asas financial, yaitu sesuai dengan fungsi budgeternya, maka sudah
barang tentu bahwa biaya-biaya untuk mengenakan dan untuk
memungutnya harus sekecil-kecilnya, apalagi dalam bandingan dengan
pendapatannya.
Oleh karena pajak daerah adalah pajak juga, maka asas-asas pemungutan
pajak seperti asas recht filosofis yuridis, ekonomis dan finansial yang berlaku bagi
33
pajak negara berlaku pula terhadap pajak daerah. Demikian pula tentang dasar-
dasar pajak dan istilah-istilah yang digunakan pada pajak negara, seperti subyek
pajak, wajib pajak, utang pajak, surat ketetapan pajak, cara menagih pajak,
daluarsa dan cara-cara mengajukan keberatan yang berlaku pada pajak negara,
berlaku juga pada pajak daerah.
Dalam hukum pajak terdapat berbagai perbedaan jenis-jenis pajak yang
dibagi kedalam golongan-golongan besar. Perbedaan dan pembagian ini
mempunyai fungsi yang belainan pula. Ada yang fungsinya ditujukan untuk
memudahkan pekerjaan di dalam praktek, jadi hanya sekedar digunakan sebagai
alat untuk menunjukkan, terhadap pajak yang mana saja diperlakukan peraturan-
peraturan tertentu dalam sebuah undang-undang ada juga yang fungsinya
ditujukan kepada tujuan ilmiah. Hukum pajak harus memperhatikan ciri-ciri dan
sifat-sifat tertentu itu, tetapi yang lebih perlu ia harus selalu waspadai terhadap
prinsip yang menjadi dasar suatu pengenaan pajak, memegangnya erat-erat
sebagai pegangan yang tangguh dan mengawasi terjelmahnya prinsip-prinsip itu.
Berikut penggolongan pajak yang dibedakan menurut golongannya, sifatnya dan
menurut lembaga pemungutnya.
Mardiasmo (2001:6) menggolongkan pajak :
a. Menurut golongannya pajak dibagi atas :
1. Pajak langsung
2. Pajak tidak langsung
b. Menurut sifatnya, pajak terbagi atas:
1. Pajak subyek (bersifat perorangan)
34
2. Pajak obyektif (bersifat kebendaan)
c. Menurut lembaga pemungut, pajak di bagi atas:
1. Pajak negara (pajak pusat)
2. Pajak daerah
35
Gambar II.3 Pembagian Pajak
Sumber : Pajak Kota Palembang 2005
Hal yang sama juga di lakukan oleh Munawir (2002:22-23) bahwa :
Jenis-jenis pajak adalah:
a. Pajak langsung dan pajak tidak langsung
b. Pajak subyektif dan pajak objektif
c. Pajak daerah dan Pajak pusat
36
Dengan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap orang yang hidup
dalam suatu negara harus berurusan dengan pajak. Oleh karena itu, setiap orang
sebagai anggota masyarakat harus atau wajib mengetahui sebagai permasalahan
yang berhubungan dengan pajak, baik mengenai asas-asasnya, jenis atau macam-
macam yang berlaku dinegaranya, secara perhitungannya dan tata cara
pembayarannya, serta hak dan kewajibannya sebagai wajib pajak.
2.1.7. Lingkungan Kota
Lingkungan kota juga merupakan suatu pendekatan hipotesis dari biaya-
biaya minimum suatu bagian ruang kota, disesuaikan untuk mengangkat biaya-
biaya variabel non ekonomi, misalnya nilai tanah. Rumusan-rumusan distribusi
ekolgi dan unit-unit pasar cenderung menjadi sedemikian rupa, dimana biaya total
dari perolehan-perolehan kepuasan maksimum diminimalisir. Biaya tersebut telah
tertera di dalam suatu daftar, termasuk semua jenis kehilangan kegunaan
(Disutility) seperti halnya biaya ekonomi dan lain-lain bentuk biaya. Jelasnya,
karena kehilangan kegunaan tidak dapat diukur di dalam terminologi moneter,
maka hipotesis dalam bentuk ini tidak dapat diuji.
Suatu pembatasan kembali apa yang disebut terakhir dari teori
minimalisasi biaya dari bagian-bagian ruang kota telah pernah dicoba oleh
Guttenberg, tetapi dia menekankan pada pentingnya efisiensi transportasi di dalam
penentuan struktur tata ruang sebuah kota, dan rumusan-rumusan model ini
disajikan dalam terminologi yang dinamis. Dia melihat prinsip pengorganisasian
adalah “suatu upaya masyarakat dalam mengatasi jarak”. Guttenberg membagi
37
kenungkinan lokasi kegiatan kota ke dalam dua bagian, yaitu: bagian yang
fasilitasnya di sebarkan ke seluruh kota “penyebaran fasilitas-fasilitas”, dan
bagian yang fasilitasnya dipusatkan lebih banyak pada satu pusat tertentu
“pemusatan fasilitas-fasilitas”. Tingkat camput tangan pemerintah pada
disebarkan atau tidak disebarkannya fasilitas-fasilitas tergantung pada efisiensi
sistem transportasi. Biaya transpor adalah penentu utama tingkat biaya bagian-
bagian ruang kota, oleh karena itu suatu sistem transpor yang efisien sama dengan
keberhasilan usahan masyarakat mengatasi jarak, dan memungkinkan suatu
struktur kegiatan yang terpusat. Sebaliknya apabila transportasi terbatas, tempat-
temapt kerja, pusat-pusat pelayanan, lembaga-lembaga perdangan dan
pemerintahan dapat diasumsikan mengikuti suatu pola yang tersebar. Perubahan-
perubahan yang terjadi di dalam efisiensi transportasi akan merubah pola struktur
tata ruang oleh substitusi perizinan antara lokasi ruang pinggir (Periphery) dengan
lokasi pusat (Centre).
2.1.8. Teori Pertumbuhan Kota
Suatu kerangka kerja analisis yang disajikan secara umum untuk
kebutuhan sektor swasta, yang menjadi pegangan bagi pembangunan komplek-
komplek pemenuhan dan investasi, memiliki prosedur tertentu di dalam penelitian
terhadap Land Use perkotaan. Menurut R.M.Hurd, sebagai hasil studi muktahir
dari perkembangan nilai Land Use di lebih dari 50 kota di Amerika Serikat,
menghasilkan deskripsi klasik tentang proses pertumbuhan perkotaan dan
dipengaruhi oleh studi klasik R.M. Haig tentang kota New York (1972),
38
menjangkau 2 hal pokok penting tentang transportasi. Dua hal pokok yang
merupakan prinsip kunci pengaruh transport terhadap Land Use dan pertumbuhan
wilayah metropolitan tersebut adalah:
(a) Persaingan diantara pemakai lahan dan peruntukan lahan pada pematangan
lahan yang tertinggi aksessibilatasnya.
(b) Akibat keuntungan relatif kepuasan terhadap pelayanan transportasi pada dasar
kompleks perumahan bagi perusahaan-perusahaan dagang dan individu-individu.
Haig menyimpulkan proses pemilihan lokasi adalah sebagai berikut:
“bahwa suatu aktivitas ekonomi pada pencairan suatu lokasi ditemukan pada
kedekatan pusat pertumbuhan; jika sewa lokasi meningkat maka biaya transpor
menurun. Jika suatu lokasi menjauhi pusat pertumbuhan maka tingkat sewanya
akan menurun dan biaya transpor naik, tambahan jumlah dari 2 pos biaya tersebut
(bagian-bagian biayanya) akan berubah. Homer Hoyt, di dalam suatu studi
empiriknya, yang berjudul “The Structure and Growth of Residental
Neighborhoods” untuk administrasi perumahan Federal (1939) telah memperluas
prinsip Hurd tentang pertumbuhan kota yang diidentifikasikan sebagai Teori
Sektor. Prinsip tersebut adalah :
(a) Wilayah dengan perkembangan besar-besaran untuk pemukiman cenderung
dimulai dari titik given areal (Given Point) sepanjang garis yang mapan (terus
berkembang) dari perjalanan pulang pergi ke inti (pusat perdagangan).
(b) Zona wilayah yang yang bersewa tinggi cenderung berproses kepada
penurunan luas daerah yang bebas resiko banjir, dan akan menyebar sepanjang
jalur (seperti pelabuhan, sungai dan pantai-pantai laut, dimana batas-batas air
39
tidak digunakan untuk industri).
(c) Distrik-distrik perumahan dengan sewa tinggi cenderung mengalami
penurunan dan akan memperluas bagian-bagian kota yang memiliki kebebasan
pengembangannya sebelum lokasi pembuangan limbah dan pekuburan, yang
dibatasi oleh perbatasan-perbatasan alam atau perbatasan-perbatasan buatan
terhadap perluasan.
(d) Wilayah-wilayah pemukiman yang lebih tinggi harganya, cenderung
menurunkan perumahan bagi para pemimpin masyarakat.
(e) Perkembangan pergerakkan gedung-gedung kantor, perbankan, dan pusat-
pusat perbelanjaan akan menarik wilayah-wilayah pemukiman untuk wilayah
yang memiliki harga tinggi yang memiliki pengaruh-pengaruh umum yang sama
secara langsung.
Kecenderungan-kecenderungan perkembangan wilayah pemukiman
adalah:
(a) Wilayah-wilayah pemukiman kelas tinggi cenderung berkembang lebih cepat
di sepanjang jalur-jalur transpor.
(b) Pertumbuhan wilayah-wilayah pemukiman dengan mendapat pengaruh
langsung dari sewa yang tinggi dan intensitas yang sama akan terus berlanjut
sepanjang periode waktu.
(c) Wilayah-wilayah perumahan mewah dengan sewa yang tinggi cenderung akan
tumbuh berdekatan dengan pusat perdagangan dan wilayah-wilayah pemukiman
lama.
(d) Pegaruh para pengembang komplek perumahan dapat meliputi pertumbuhan
40
pemukiman kelompok berpendapatan tinggi.
Teori basis ekonomi (Economic Base), tidak dilahirkan oleh ahli-ahli
ekonomi geografi, pada awal-awal oleh kerjasama para ahli ekonomi geografi
lembaga-lembaga pengembangan industri, dan para sarjana ekonomi perkotaan.
Teori basis ekonomi ini dirumuskan sebuah teknik analisis oleh Weimer dan Hoyt
pada tahun 1930-an. Langkah-langkah pada perkiraan wilayah kota dengan
menggunakan metoda penduduk adalah sebagai berikut :
(a) Perkiraan pertumbuhan pada kesempatan kerja basis, yaitu kesempatan kerja
pada sektor industri, pertanian, pertambangan dan industri pengolahan serta jasa-
jasa yang pada umumnya diekspor pada wilayah tersebut.
(b) Perkiraan tersebut dihubungkan dengan pertumbuhan pada kersempatan kerja
sektor bukan basis.
(c) Memperhitungkan jumlah penduduk di masa yang akan datang yang
didasarkan pada para pekerja tiap keluarga dan jumlah anggota keluarga.
Setelah Perang Dunia II terjadi gelombang pertumbuhan urbanisasi.
Konsekuensinya adalah meningkatnya kebutuhan transportasi, pelayanan umum,
dan pelayanan lain-lainnya di wilayah perkotaan. Meningkatnya perhatian pada
kebutuhan penerapan teknologi pembangunan untuk wilayah-wilayah perkotaan
yang sebanding dengan perkembangan jumlah penduduknya. Pada awalnya,
perhatian lembaga ilmu pengetahuan pengaruhnya relatif kurang efektif bagi
pembangunan, terutama dalam teknik memprediksi kebutuhan-kebutuhan untuk
masa yang akan datang. Teori basis ekonomi dapat digunakan sebagai dasar
memperkirakan kebutuhan masa di masa yang akan datang, dihubungkan dengan
41
pertumbuhan kesempatan kerja di bidang pelayanan. Hasil prediksi dari
kecenderungan-kecenderungan yang diidentifikasi tersebut digunakan untuk
mengidentifikasi hal-hal yang berdisat umum yang menyangkut pertumbuhan
perkotaan di msada yang akan datang. Teori-teori yang menyangkut
pengembangan sektor-sektor industri, perdagangan dan lokasi pemukiman kota
sarat dengan kebijakan, hasilnya sangat terbatas, dan kebijakan-kebijakan tersebut
sama sekali tidak didasarkan pada hasil-hasil study yang bersifat empiris. Pada hal
pengembangan teknologi, khususnya teknologi transportasi dan peramalan
(Forcasting) bagi perencanaan tata guna lahan (Land Use) sangat penting.
2.1.9. Pendapatan Regional
Tujuan kebijakan ekonomi adalah menciptakan kemakmuran. Salah satu
ukuran kemakmuran terpenting adalah pendapatan. Kemakmuran tercipta karena
ada kegiatan yang menghasilkan pendapatan.
Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat
pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan
wilayah maupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut.
Menganalisis suatu region atau membicarakan pembangunan regional tidak
mungkin terlepas dari membahas tingkat pendapatan masyarakat di wilayah
tersebut. Ada beberapa parameter yang bisa digunakan untuk mengukur adanya
pembangunan wilayah. Salah satu parameter terpenting adalah meningkatnya
pendapatan masyarakat. Parameter lain, seperti peningkatan lapangan kerja dan
pemerataan pendapatan juga sangat terkait dengan peningkatan pendapatan
42
wilayah. Pembangunan wilayah haruslah bersangkut paut dengan peningkatan
pendapatan masyarakat di wilayah tersebut, yaitu yang dimaksud adalah
pendapatan rata-rata (income per capita) masyarakat, untuk itu perlu diketahui
alat ukur dan metode yang dipakai untuk menetapkan besarnya tingkat pendapatan
masyarakat. Tanpa alat ukur yang benar, data yang disajikan bisa saja
memberikan informasi yang keliru. Masyarakat awam bisa saja keliru dengan
mengganggap besarnya nilai produksi suatu wilayah adalah identik dengan
besarnya pendapatan masyarakat di wilayah tersebut. Hal ini tidak benar, karena
yang menjadi pendapatan untuk masyarakat setempat hanyalah yang bersifat nilai
tambah dari kegiatan produk tersebut. Nilai tambah inilah yang mengukur tingkat
kemakmuran masyarakat setempat dengan asumsi seluruh pendapatan itu
dinikmati masyarakat setempat.
Pendapatan regional neto adalah produk domestik regional neto atas dasar
biaya faktor dikurangi aliran dan yang mengalir keluar ditambah aliran dana yang
mengalir masuk. Produk domestik regional neto atas dasar biaya faktor ,
merupakan jumlah dari pendapatan berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan
keuntungan yang timbul, atau merupakan pendapatan yang berasal dari kegiatan
di wilayah tersebut. Akan tetapi, pendapatan yang dihasilkan tersebut, tidak
seluruhnya menjadi pendapatan penduduk daerah setempat. Hal itu disebabkan
ada sebagian pendapatan yang diterima oleh penduduk daerah lain, misalnya suatu
perusahaan yang modalnya dimiliki orang luar, tetapi perusahaan tadi beroperasi
di daerah tersebut. Dengan sendirinya keuntungan perusahaan itu sebagian akan
menjadi milik orang lain, yaitu milik orang yang mempunyai modal. Sebaliknya,
43
kalau ada penduduk daerah menanamkan modal di luar daerah maka sebagian
keuntungan perusahaan akan mengalir ke daerah tersebut, dan menjadi
pendapatan dari pemilik modal. Poduk domestik regional neto atas dasar biaya
faktor dikurangi pendapatan yang mengalir keluar dan ditambah pendapatan yang
mengalir masuk hasilnya merupakan produk regional neto, yaitu merupakan
jumlah pendapatan yang benar-benar diterima (income receipt) oleh seluruh
penduduk yang tinggi di daerah tersebut.
Akan tetapi, untuk mendapatkan angkat-angka tentang pendapatan yang
mengalir keluar/masuk suatu daerah (yang secara nasional dapat diperoleh dari
neraca pembayaran luar negeri) masih sangat sukar diperoleh pada saat ini.
Produk regional neto terpaksa belum dapat dihitung dan untuk sementara produk
domestik regional neto atas dasar biaya faktor dianggap sama dengan pendapatan
regional (tanpa kata neto). Pendapatan regional dibagi jumlah penduduk yang
tinggal di daerah itu, hasilnya adalah pendapatan per kapita.
Apabila pendapatan regional (regional income) dikurangi: pajak
pendapatan perusahaan (corporate income taxes). Keuntungan yang tidak
dibangikan (undistributed), iuran kesejahteraan social (social security
contribution), ditambah transfer yang diterima oleh rumah tanggap pemerintah,
sama dengan pendapatan perorangan (personal income). Apabila pendapatan
perorangan dikurangi pajak pendapatan perorangan, pajak rumah tangga/ PBB,
dan transfer yang dibayarkan oleh rumah tangga akan sama dengan pendapatan
yang siap dibelanjakan (disposable income) .
44
Dengan susunan ini terlihat bahwa pendapatan perorangan merupakan
pendapatan yang diterima oleh rumah tangga. Ternyata tidak seluruh pendapatan
regional diterima oleh rumah tangga. Pajak pendapatan perusahaan diterima oleh
pemerintah, keuntungan yang tidak dibagikan ditahan di perusahaan-perusahaan,
dan dana jaminan social dibayar kepada instansi yang berwenang. Akan tetapi,
sebaliknya, rumah tangga masih menerima tambahan berupa transfer payments
baik dari pemerintah maupun perusahaan dan bunga neto atas untang pemerintha.
Apabila pendapatan perorangan dkurangi dengan pajak yang langsung dibebankan
kapda rumah tangga dan hibah yang diberikan oleh rumah tangga, hasilnya
merupakan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income)
2.2. Penelitian-Penelitian Terdahulu
Fachri Rangkuti (2006) Melakukan penelitian “Analisa Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Terhadap Penerimaan Daerah Pada Era Otonomi Daerah di
Sumatera Utara pada tahun 1999-2004”.Pada penelitian yang dilakukannya
adalah untuk mengetahui berapa besar kontribusi PDRB, terhadap Pendapatan
Asli Daerah propinsi Sumatera Utara, hal tersebut mengidentifikasi distribusi
alokasi Pendapatan Asli Daerah terhadap penerimaan daerah.Model analisis yang
digunakan adalah model ekonometrika, dengan teknik analisis model kuadrat
terkecil biasa (Ordinary Least Square/OLS).Berdasarkan hasil penelitiannya
tersebut, efisiensi dari hasil perhitungan data dari tahun 1999-2004 tidak efisien
pada tahun 1999 dengan nilai keefisiennya sebesar 1,79% tetapi pada tahun 2000
tingkat keefisiennya meningkat menjadi 1,45%. Pada tahun 2004 tingkat
45
koefisienan meningkat menjadi 1,04% dari tahun-tahun sebelumnya.Komponen
yang paling berpengaruh pada PAD yaitu pajak daerah dengan tingkat
keefektifannya sangat efektif dari tahun 1999-2004. Berbeda dengan komponen
lainnya seperti retribusi daerah, laba BUMD, lain-lain pendapatan asli daerah
yang sah, tiap tahunnya mengalami perubahan tingkat, dari sangat efektif menjadi
tidak efektif.
Wali Aya Rumbia (2009) melakukan penelitian tinjauan tentang penerimaan
pajak bumi dan bangunan di kota Kendari tahun 2003-2008 dengan menggunakan
analisis tabulasi dan persentase. Hasil analisis menunjukan bahwa, penerimaan
pajak bumi dan bangunan di kota Kendari mengalami kenaikan meskipun pada
tahun 2006 sempat mengalami penurunan sebesar 9,20%. Rencana penerimaan
atau target yang ditetapkan setiap tahun juga meningkat. Penerimaannya selalu
melebihi rencana atau target yang ditetapkan. Secara umum dapat disimpulkan
bahwa persentase perkembangan penerimaan PBB di kota Kendari berfluktuasi.
Betta Sari Novalita (2004) melakukan penelitian peranan pajak daerah dalam
meningkatkan pendapatan asli daerah kabupaten bogor pada tahun 1998-2004
menggunakan alat analisis program olah data SPSS (Statistical Product And
Service Solution). Hasil penelitiannya menyimpulkan sebelum otonomi, hasil
perhitungan efektifitas pajak daerah tahun 1998/1999 adalah sebesar 101,15%,
tahun 1999/2000 101,43%, tahun 2000 115,68%, dan tahun 2001 sebesar
105,94%, setiap tahun memiliki tingkat efektifitas target terhadap pajak daerah
sangat efektif dengan efektifitas rata-rata setiap tahun adalah 106,05%. Hal ini
dikarenakan tujuan anggaran yang telah ditetapkan dalam bentuk pajak daerah
46
telah tercapai, bahkan melebihi target yang telah ditetapkan dengan efektifitas
tertinggi dicapai pada tahun 2000 sebesar 15,68%.
Purbayu Budi Santoso dan Retno Puji Rahayu (2004) melakukan penelitian
tentang analisis pendapatan asli daerah (PAD) dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya dalam upaya pelakasanaan otonomi daerah di kabupaten Kediri
pada tahun 1989-2002 model estimasi yang digunakan adalah regresi beganda
yang ditransformasikan ke bentuk logaritma.Hasil regresinya menunjukan bahwa
ternyata variabel pengeluaran pembangunan mempunyai koefisien regresi sebesar
0,398%. Hal ini bahwa setiap terjadi kenaikan pengeluaran pembangunan 1 persen
maka akan meningkatkan PAD 0,398% (faktor lain dianggap konstan). Variabel
penduduk mempunyai koefisien regresi sebesar 8,049. Hal ini berarti bahwa setiap
terjadi kenaikan variabel penduduk sebesar 1% maka akan meningkatkan PAD
sebesar 8,049%. Variabel PDRB mempunyai koefisien regresi sebesar 0,573%.
Hal ini berarti bahwa setiap terjadi kenaikan PDRB 1% maka akan meningkatkan
PAD sebesar 0,573%. dari hasil regresi, diperoleh F hitung sebesar 148,529%.
Tingkat signifikan 95% ( α = 5% ) maka diperoleh nilai F tabel untuk derajat
kebebasan (df) = 3 dan 10, F 0,05% (3,10) adalah 3,71. Ini berarti F hitung lebih
besar dari F tabel dengan demikian hipotesis nol dapat ditolak yang berarti secara
bersama-sama variabel pengeluaran pembangunan, penduduk, dan PDRB mampu
menerangkan dengan variabel dependen yaitu variabel PAD.
Amri Siregar (2009) melakukan penelitian tentang analisis tingkat efektivitas
pajak dan retribusi daerah sebagai pendapatan asli daerah (PAD) Sumatera Utara
pada tahun 1998-2007 dengan menggunakan pengolahan data Microsoft Excel
47
dan Eviews 4.1. maka diperoleh hasil yaitu bahwa tingkat efektivitas penerimaan
pajak dari tahun 2003 sampai 2007 adalah tinggi yaitu berada diatas 100%
sedangkan kontribusi penerimaan pajak dan retribusi daerah dari tahun 2003
sampai 2007 terus menunjukan angka penurunan yang berarti. Kemudian dari
hasil penelitian juga diketahui bahwa variabel PDRB memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap PAD, sedangkan variabel PMDN tidak memberikan pengaruh
yang signifikan.
Mohammad Riduansyah (2003) melakukan penelitian tentang Kontribusi
daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD) dan anggaran
pendapatan dan belanja daerah (APBD) guna mendukung pelaksanaan otonomi
daerah kota Bogor pada tahun 1993-2004 dengan menggunakan metode Time
Series Analysis. Hasil penelitiannya menyimpulkan total kontribusi komponen
pajak daerah terhadap penerimaan APBD dalam kurun waktu tahun anggaran
1993/1994-2000 berkisar antara 7,07%-8,79% dengan rata-rata kontribusi
pertahunnya sebesar 7,81% dengan pertumbuhan pertahun 22,89%. Kontribusi
pajak terbesar terhadap total penerimaan APBD diberikan oleh pajak hotel dan
pajak restoran serta pajak hiburan.pajak hotel dan restoran pada periode ini
memberikan rata-rata kontribusi sebesar 3,06% pertahunnya dan tumbuh rata-rata
sebesar 32,64% per tahun. Sedangkan pajak hiburan, pada kurun waktu yang sama
memberikan rata-rata kontribusi sebesar 1,96% pertahun dan tumbuh rata-rata
sebesar 8,58% pertahunnya. Untuk kontribusi komponen retribusi daerah terhadap
total penerimaan APBD dalam kurun waktu tahun anggaran 1993/1994-2000
berkisar antara 8,36% - 23,05%, dengan rata-rata kontribusi pertahunnya sebesar
48
23,05%, dengan rata-rata kontribusi pertahunnya sebesar 15,61% dengan
pertumbuhan pertahun 5,08%. Kontribusi retribusi terbesar terhadap total
penerimaan APBD diberikan oleh retribusi pasar dan retribusi terminal. Retribusi
pasar pada periode ini memberikan rata-rata kontibusi sebesar 3,25% pertahunnya
dan tumbuh rata-rata sebesar 1,44% per tahun. Sedangkan retribusi terminal, pada
kurun waktu yang sama memberikan rata-rata kontribusi sebesar 2,93% pertahun
dan tumbuh rata-rata sebesar 5,02 pertahunnya. Dapat dilihat bahwa kontribusi
komponen pajak daerah dan retribusi daerah terhadap penerimaan APBD
pemerintah kota Bogor sangat fluktuatif.
Mawar Dwi Putranty (2008)melakukan penelitian tentang Pengaruh
Penerimaan Pajak Reklame Dan Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah
(Pad) Di Jakarta Barat Pada Tahun 2003-2007 dengan menggunakan uji asumsi
klasik dan uji hipotesis seperti, persamaan regresi linier berganda, Uji F dan Uji t
dengan tingkat signifikan 5%. Dari hasil penelitiannya dapat diketahui bahwa
pajak reklame tidak berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah karena t hitung
1,490 < t tabel 1,943 dan untuk pajak restoran tidak berpengaruh pula terhadap
pendapatan asli daerah t hitung 0,823 < t tabel 1,943.Berdasarkan uji F secara
simultan pajak reklame dan pajak restoran tidak berpengaruh terhadap pendapatan
asli daerah karena masih ada faktor lainnya yang mempengaruhi pendapatan asli
daerah di Jakarta Barat.
Sa’ari (2006) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Penerimaan Retribusi
Pasar Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tanggamus” data yang
digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang terdiri dari laporan
49
kauangan.Metode yang dilakukan dengan rancangan penelitian berupa studi
kepustakaan, wawancara dan obersevasi serta dokumentasi. Adapaun sampe yang
digunakan adalah data retribusi pasar 7 kecamatan yang ada sebagai sampel dari
17 kecamatan secara time series selama enam tahun, yakni dari tahun 1999 sampai
dengan 2004. Hasil penelitiannya ialah adanya pengaruh yang signifikan antara
sewa toko dengan penerimaan retribusi pasar.Hal ini dapat dilihat dengan analisis
data regresi metode srepwise yaitu nilai P-value < 5%.Sedangkan variabel
kebersihan dan retribusi pasar tidak cukup bukti ada pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan retribusi pasar. Kontribusi pengaruh sewa toko sebesar
58,3% terhadap peningkatan retribusi pasar. Selain itu, ada pengaruh yang
signifikan antara retribusi pasar totol terhadap realisasi penerimaan PAD.Hal ini
terlihat dari hasil analisis data regresi yaitu P-value < 5%.Dengan kontribusi
pengaruhnya sebesar 85% terhadap variasi dari penerimaan PAD.
Indra Widhi Ardiansyah (2005) melakukan penelitian dengan judul analisis
kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kabupaten
Purworejo. Data yag digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari dua
variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen yang digunakan
adalah realisasi pajak hotel dan restoran, sedangkan variabel independen yang
digunakan adalah jumlah hotel dan restoran, tingkat inflasi, jumlah wisatawan
Nusantara.dari hasil penelitiannya jumlah wisatawan Nusantara. Hasil
penelitiannya ternyata jumlah hotel dan restoran berpengaruh positif signifikan,
tingkat inflasi berpengaruh positif tidak signifikan dan jumlah wisata nusantara
tidak signifikan terhadap realisasi pajak hotel dan restoran.
50
Tabel II.4 Penelitian Terdahulu
Tahun Peneliti Judul Metode Hasil
2006 Fachri Rangkuti Analisa Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Penerimaan Daerah Pada Era Otonomi Daerah di Sumatera Utara tahun 1999-2004
model ekonometrika dan Ordinary Least Square/OLS
Komponen yang paling berpengaruh pada PAD yaitu pajak daerah dengan tingkat keefektifitasannya sangat efektif dari tahun 1999-2004. Berbeda dengan komponen lainnya seperti retribusi daerah, laba BUMD, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, tiap tahunnya mengalami perubahan tingkat, dari sangat efektif menjadi tidak efektif.
2009 Wali Aya Rumbia
Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kota Kendari Tahun 2003-2008
Analisis tabulasi dan persentase
Persentase perkembangan penerimaan PBB di kota Kendari berfluktuasi.
2004 Betta Sari Novalita
Peranan Pajak Daerah Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor Pada Tahun 1998-2004
analisis program olah data spss (statistical product and service solution)
Pajak daerah telah tercapai, bahkan melebihi target yang telah ditetapkan dengan efektifitas tertinggi dicapai pada tahun 2000
51
2004 Purbayu Budi Santoso dan Retno Puji Rahayu
Analisis Pendapatan Asli Daerah (Pad) Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Dalam Upaya Pelakasanaan Otonomi Daerah Di Kabupaten Kediri Pada Tahun 1989-2002
Multiple Regression
Pengeluaran pembangunan, penduduk, dan PDRB mampu menerangkan dengan variabel dependen yaitu variabel PAD.
2009 Amri Siregar Analisis Tingkat Efektivitas Pajak Dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah (Pad) Sumatera Utara Pada Tahun 1998-2007
Microsoft Excel dan Eviews 4.1
PDRB memberikan pengaruh yang signifikan terhadap PAD, sedangkan variabel PMDN tidak memberikan pengaruh yang signifikan.
2003 Mohammad Riduansyah
Kontribusi daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD) dan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) guna mendukung pelaksanaan otonomi daerah kota Bogor pada tahun 1993-2004
metode Time Series Analysis
Kontribusi komponen pajak daerah dan retribusi daerah terhadap penerimaan APBD pemerintah kota Bogor sangat fluktuatif
2008 Mawar Dwi Putranty
Pengaruh Penerimaan Pajak Reklame Dan Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli
Uji Asumsi Klasik Dan Uji Hipotesis
Pajak reklame dan pajak restoran tidak berpengaruh terhadap pendapatan asli
52
Daerah (Pad) Di Jakarta Barat Pada Tahun 2003-2007
daerah karena masih ada faktor lainnya yang mempengaruhi pendapatan asli daerah di Jakarta Barat
2006 Sa’ari Pengaruh Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tanggamus
Data Regresi Metode Srepwise
Adanya pengaruh yang signifikan antara sewa toko dengan penerimaan retribusi pasar. Hal ini dapat dilihat dengan analisis data regresi metode srepwise yaitu nilai P-value <5%. Sedangkan variabel kebersihan dan retribusi pasar tidak cukup bukti ada pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan retribusi pasar. Kontribusi pengaruh sewa toko sebesar 58,3% terhadap peningkatan retribusi pasar. Selain itu, ada pengaruh yang signifikan antara retribusi pasar totol terhadap realisasi penerimaan PAD
2005 Indra Widhi Ardiansyah
Analisis Kontribusi Pajak Hotel Dan Restoran
Data Sekunder Yang Terdiri Dari Dua Variabel
Jumlah hotel dan restoran berpengaruh positif signifikan,
53
Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Purworejo
Dependen Dan Variabel Independen
tingkat inflasi berpengaruh positif tidak signifikan dan jumlah wisata nusantara tidak signifikan terhadap realisasi pajak hotel dan restoran
2.3. Kerangka Pemikiran
Prof. DR. Rochmat Soemitro, S.H ialah pajak merupakan iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan undang-undang ( yang dapat dipaksakan) dengan
tidak mendapatkan jasa timbal balik ( kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukan, dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Defenisi tersebut
kemudian disempurnakan, menjadi: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak
rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengluaran rutin dan “surpus”-nya
digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai
public investment.
Djajadiningrat:Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari
kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan
yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa
timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.
Dr.N.J. Feldmann:Pajak ialah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan
terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkaknnya secara
umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup
54
pengeluaran-pengeluaran umum.
Tjokroamidjojo (2000:11) mengemukakan:“Pajak daerah adalah pajak
juga, maka semua asas-asas pengertian-pengertian, norma-norma hukumnya dan
teknik pemungutannya yang berlaku bagi pajak negara, dipergunakan pula bagi
penyusunan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan pajak daerah”.Asas-
asas bagi pemungutan pajak antara lain yang terkenal dengan sebutan “The four
maximis”, sebagaimana yang ditentukan oleh Brotodihardjo (2002:27-28)
Selanjutnya Soemitro (2002:120) mengemukakan bahwa ada 3 ( tiga) asas
perpajakan yakni: Oleh karena pajak daerah adalah pajak juga, maka asas-asas
pemungutan pajak seperti asas recht filosofis yuridis, ekonomis dan finansial yang
berlaku bagi pajak negara berlaku pula terhadap pajak daerah. Demikian pula
tentang dasar-dasar pajak dan istilah-istilah yang digunakan pada pajak negara,
seperti subyek pajak, wajib pajak, utang pajak, surat ketetapan pajak, cara
menagih pajak, daluarsa dan cara-cara mengajukan keberatan yang berlaku pada
pajak negara, berlaku juga pada pajak daerah.
Dalam kaitannya dengan penetapan pajak yang harus didasarkan atas
peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan jelas digariskan dalam UUD
1945 pada Pasal 23 ayat (2) bahwa : “Segala pajak untuk keperluan negara
berdasarkan undang-undang“. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Soetrisno (2000:21) bahwa :Pajak harus ditetapkan dengan undang-undang
(peraturan lain yang sederajat dengan undang-undang) terlebih dahulu. Pungutan
tersebut berdasarkan hukum pajak, maka dari itu oleh karena berupa penarikan
sumber daya ekonomi dari perorangan (sebagai warga negara) harus ada dasar
55
hukumnya. Dalam hal ini maka dasar hukum yang paling pasti adalah undang-
undang. Dalam kepentingan yang mendesak karena alasan segera untuk
membiayain atau menutup pengeluaran pemerintah pengganti undang-undang”.
Dari batasan pengertian di atas dapat diketahui bahwa pajak daerah adalah
pajak-pajak yang telah dilaksanakan pungutannya oleh pemerintah daerah
berdasarkan peraturan dan hasilnya dipergunakan untuk pembiayaan rumah
tangga daerah.
Dengan demikian juga berarti bahwa ciri pajak daerah harus ditetapkan
dalam suatu aturan, dalam hal ini melalui peraturan daerah.Pengertian diatas
bahwa pajak sebagai suatu spesies dalam genus pungutan ialah memperoleh
sejumlah uang atau barang oleh penguasaan publik dari rumah tangga swasta
dengan menggunakan kekuasaan politik dan atau kekuasaan ekonomis yang
timbul karena kekuasaan politik tersebut, menurut norma-norma yang ditetapkan
olehnya. Pungutan yang dimaksud dapat dibagi kedalam bentuk pajak dan
retribusi.
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa pendapatan asli daerah
( PAD ) berasal dari pajak daerah yaitu :Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan Bahan Galian Golongan C,
dan Pajak Parkir. Maka pendapatan asli daerah secara matematika dapat di tulis
dalam bentuk funsi pendapatan asli daerah adalah sebagai berikut:
Y= ƒ ( x1, x2, x3, x4, x4, x5, x6, x7 ) …………………………… ( 2.1 )
dimana Y = Pendapatan Asli Daerah
X1 = Pajak Hotel
56
X2 =Pajak Restoran
X3 = Pajak Hiburan
X4 = Pajak Reklame
X5 = Pajak Penerangan Jalan
X6 = Pajak Pengolahan Bahan Galian Golongan C
X7 = Pajak Parkir
Kerangka pemikiran diatas secara ringkas dapat di lihat pada gambar kerangka
pemikiran di bawah ini
Gambar 2.1.Kerangka Pemikiran
Pajak Non Pajak
Pajak Hotel
Pajak Hiburan
Pajak Reklame
Pajak Penerangan
Jalan
Pajak.P.B.Galian GoL C
Pajak Restoran
Pajak Parkir
PENDAPATAN ASLI DAERAH ( PAD )
PENDAPATAN
57
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan penelitian-penelitian terdahulumaka dapat
diturunkan hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat Pengaruh yang signifikan antara Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak
Pengolahan Bahan Galian Golongan C Dan Pajak Parkir Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang Secara Parsial Dari Tahun
2000-2011
2. Terdapat Pengaruh yang signifikan antara Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak
Pengolahan Bahan Galian Golongan C Dan Pajak Parkir Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang Secara Simultan Dari Tahun
2000-2011
58
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1. Metode penelitian
Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian, metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian Eksploratif (exploratif research) yang
bersifat Deskriptif dan penelitian Eksplanatoris (explanatory research) yang
bersifat verifikatif. Metode penelitian ini relevan digunakan untuk penelitian
sosial yang mencoba melihat, mengukur dan menguji kausalitas antar variabel.
Metode penelitian ini juga sesuai digunakan bagi penelitian-penelitian yang
diarahkan untuk menguji hipotesis. Sekaran(2000 : 30) mengatakan bahwa
Metode Eksploratif (exploratif research) yang bersifat deskriptif yaitu
mengetahui situasi dan memahami fenomena yang terjadi dalam perolehan
pengertian yang lebih baik dengan maksud mengambarkan (mendiskripsikan)
fenomena empiric yang disertai penafsiran-penafsiran dengan tujuan memperoleh
gambaran yang sedalam-dalamnya tentang: Perkembangan pendapatan asli daerah
(PAD) Pemerintah dan pajak daerah yaitu Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan Bahan
Galian Golongan C Dan Pajak Parkir Kota Palembang dari tahun 2000- 2011 (12
tahun).
Metode Eksplanatoris (explanatory research) digunakan untuk menguji
hipotesis tentang adanya hubungan sebab akibat antara berbagai variabel yaitu
Pengaruh Pajak (pajak daerah yaitu Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,
Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan Bahan Galian
59
Golongan C Dan Pajak Parkir terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kota
Palembang dari tahun 2000- 2011, yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh
guna mendapatkan makna dan implikasi permasalahan yang ingin dipecahkan
secara sistematis, aktual, dan akurat. sifat verifikatif yaitu meneliti hubungan dan
pengaruh pajak terhadap pendapatan asli daerah kota palembang, keterkaitan
antara variable bebas (independent variable) terhadap variabel terikat
(dependentvariable) yang diteliti.
3.2.Ruang Lingkup Penelitian
Daerah atau region penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatra
Selatantepatnya di kantorDinas Pendapatan Daerah Pemerintah Kota Palembang.
Objek penelitian ini berhubungan dengan pajak daerah yaitu Pajak Hotel, Pajak
Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak
Pengolahan Bahan Galian Golongan C Dan Pajak Parkir dan Pendapatan Asli
Daerah Kota Palembang. Data waktu penelitian ini mulai pada tahun 2000 sampai
tahun 2011 di Provinsi Sumatra Selatan
3.3.Operasional Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan defenisi dari masing-masing variabel
penelitian yang digunakan, berikut operasional dan cara pengukurannya.
Penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain :
1. Variabel Terikat (Dependen Variabel)
60
Dalam penelitian ini, variabel dependen yang digunakan adalah Pendapatan
Asli Daerah Kota Palembang Tahun 2000-2011.
Y = Pendapatan Asli Daerah
2. Variabel Bebas (Indepeden Variabel)
Variabel bebas adalah variabel yang pengaruhnya terhadap variabel lain ingin
diketahui. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas antara lain perincian
pajak daerah yakni:
X1 = Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Hotel adalah bangunan
yang khusus disediakan bagi orang untuk memperoleh pelayanan, dan/atau
fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya
yang menyatu, dikelola, dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk
pertokoan, dan perkantoran.
X2 = Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran. Restoran adalah
tempat menyantap makanan dan/atau minuman yang disediakan dengan
dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga atau catering
X3 = Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggara hiburan. Hiburan
adalah semua jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan,
dan/atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau
dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk
penggunaan fasillitas untuk berolah raga
61
X4 = Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame
adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak
ragamnya dimaksudkan untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk
pemperkenalkan, mengajur atau suatu barang atau jasa ataupun menarik
perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan
atau dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum
kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah
X5 = Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik,
dengan kententuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan
jalan, yang rekeningya dibayar oleh Pemerintah Daerah.
X6 = Pajak Pengolahan Bahan Galian Golongan C adalah pajak atas kegiatan
pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
X7 = Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan
tempat parkir di luar badan jalan oleh pribadi atau badan baik yang
disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan
bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran.
62
Tabel III.3
Operasional Variabel
Variabel Defenisi Satuan
Pendapatan Asli Daerah
(PAD)
Penerimaan yang diperoleh dari sektor
pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah, hasil
pengeloalaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain pendapatan
asli daerah yang sah
Milyaran
Pajak Hotel ( PHL ) Pajak atas pelayanan hotel. Hotel
adalah bangunan yang khusus
disediakan bagi orang untuk
memperoleh pelayanan, dan/atau
fasilitas lainnya dengan dipungut
bayaran, termasuk bangunan lainnya
yang menyatu, dikelola, dan dimiliki
oleh pihak yang sama, kecuali untuk
pertokoan, dan perkantoran.
Milyaran
Pajak Restoran ( PRSTN ) Pajak atas pelayanan restoran.
Restoran adalah tempat menyantap
makanan dan/atau minuman yang
disediakan dengan dipungut
bayaran, tidak termasuk usaha jasa
boga atau catering
Milyaran
Pajak Hiburan ( PHI ) Pajak atas penyelenggara hiburan.
Hiburan adalah semua jenis
pertunjukan, permainan, permainan
ketangkasan, dan/atau keramaian
dengan nama dan bentuk apapun,
yang ditonton atau dinikmati oleh
setiap orang dengan dipungut
bayaran, tidak termasuk penggunaan
fasillitas untuk berolah raga
Milyaran
63
Pajak Reklame ( PR ) Pajak atas penyelenggaraan reklame.
Reklame adalah benda, alat,
perbuatan atau media yang menurut
bentuk dan corak ragamnya
dimaksudkan untuk tujuan
komersial, dipergunakan untuk
pemperkenalkan, mengajur atau
suatu barang atau jasa ataupun
menarik perhatian umum kepada
suatu barang, jasa atau orang yang
ditempatkan atau dapat dilihat,
dibaca, dan/atau didengar dari suatu
tempat oleh umum kecuali yang
dilakukan oleh Pemerintah
Milyaran
Pajak Penerangan Jalan
( PPJ )
Pajak atas penggunaan tenaga listrik,
dengan kententuan bahwa di
wilayah daerah tersebut tersedia
penerangan jalan, yang rekeningya
dibayar oleh Pemerintah Daerah.
Milyaran
Pajak Pengambilan Bahan
Galian Golongan C
( PPBG )
Pajak atas kegiatan pengambilan
bahan galian golongan C sesuai
dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Milyaran
Pajak Parkir ( PP ) Pajak yang dikenakan atas
penyelenggaraan tempat parkir di
luar badan jalan oleh pribadi atau
badan baik yang disediakan
berkaitan dengan pokok usaha
maupun yang disediakan sebagai
suatu usaha, termasuk penyediaan
tempat penitipan kendaraan
bermotor dan garasi kendaraan
bermotor yang memungut bayaran.
Milyaran
Sumber : Operasional Variabel
64
3.4.Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan data dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Kepustakaan (Liberary Research), yaitu pengumpulan data dengan
cara mengumpulkan buku-buku yang relevan dengan permasalahan yang
diteliti.
2. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu penelitian dengan menggunakan
beberapa teknik yaitu:
a. Observasi (Pengamatan), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
mengamati dan meninjau secara langsung kejadian yang terjadi dilapangan.
b. Dokumentasi, yaitu data tertulis yang dikeluarkan oleh instansi terkait, dalam
hal ini data yang dikeluarkan oleh Dinas Pemerintahan Kota Palembang.
3.5. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah data
sekunder yang diperoleh dari data dokumentasi laporan tahunan dari Dinas
Pendapatan Daerah Pemerintah Kota Palembang. Sedangkandata penelitian
tersebut bersifat data berkala (time series) yakni data pendapatan asli daerah
(PAD)Pemerintah dan pajak daerah yaitu Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan Bahan
Galian Golongan C Dan Pajak Parkir Kota Palembang dari tahun 2000- 2011 (12
tahun).
65
3.6. Teknik Analisis Data
3.6.1. Analisis Perkembangan Pajak dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Metode yang digunakan untuk Analisis Perkembangan Pajak dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD)adalah Metode Eksploratif (exploratif research)
yang bersifat deskriptif. Sekaran(2000 : 30) yaitu mengetahui situasi dan
memahami fenomena Pajak dan PAD yang terjadi dalam perolehan pengertian
yang lebih baik dengan maksud mengambarkan (mendiskripsikan) fenomena
empiric yang disertai penafsiran-penafsiran dengan tujuan memperoleh gambaran
yang sedalam-dalamnya guna mendapatkan makna dan implikasi permasalahan
yang ingin dipecahkan secara sistematis, aktual, dan akurat tentang:
Perkembangan pendapatan asli daerah (PAD) Pemerintah dan pajak daerah yaitu
Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan
Jalan, Pajak Pengolahan Bahan Galian Golongan C Dan Pajak Parkir Kota
Palembang dari tahun 2000- 2011.
3.6.2. Analisis Pengaruh Pajak Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Penelitian ini menggunakan model analisis regresi berganda (Multiple
Regression Linear) berasal dari persamaan ( 2.1 ) Pada kerangka pemikiran
maka dapat dirumuskan model penelitian ini sebagai berikut:
PAD = βo + β1PHL+ β2PRSTN + β3PH + β4PR + β5 PPJ+ β6 PPBG + β7PP+ ε
Keterangan :
66
PAD = Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang
PHL = Pajak Hotel
PRSTN = Pajak Restoran
PH = Pajak Hiburan
PR = Pajak Reklame
PPJ = Pajak Penerangan Jalan
PPBG GolC = Pajak Pengolahan Bahan Galian Golongan C
PP = Pajak Parkir
β0 = Konstanta
β1,β2, β3, β4, β5, β6, β7 = Koefisien penjelas masing-masing input nilai parameter
ε= Error term
menurut gujarati, setiap estimator regresi berganda harus memenuhi kriteria
BLUE, yaitu:
1. Best adalah yang terbaik
2. Linier adalah kombinasi linier dari data sampel
3. Unbiased adalah nilai rata-rata atau harapan estimasi sesuai dengan nilai yang
sebenarnya.
4. Efficient estimator yaitu memiliki varians minimum diantara pemerkira lain
yang tidak bias.
67
Sebelum melakukan interprestasi terhadap hasil regresi dari model penelitian
yang digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui apakah model
tersebut dianggap relevan atau tidak. Pengujian yang dilakukan melalui uji
stasioneritas, uji asumsi klasik, yang meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, uji
heteroskedastisitas, dan multikolinieritas, serta uji statistik, yang meliputi uji
signifikansi parameter individu (uji statistik t), uji signifikansi simultan (uji
statistik F), dan uji koefisien determinasi (R2).
3.6.3. Uji Statisoneriotas
Menurut Nachrowi (2006: 339) diketahui bahwa data time series
merupakan sekumpulan data nilai suatu variabel yang diambil pada waktu
berbeda. Setiap data ditampilkan berkala pada interval waktu tertentu, misalnya
harian, triwulan, tahunan, dan sebagainya.
Dalam studi ekonometrika, data time series banyak digunakan dan
Ternyata data time series juga mempunyai berbagai permasalahan yaitu salah
satunya masalah autokorelasi. Autokorelasi ini merupakan penyebab data tidak
stasioner, sehingga bila data distasionerkan maka autokorelasi akan hilang dengan
sendirinya.
Dengan kondisi seperti diatas, maka dapat dikatakan bahwa banyak
metode dalam membuat berbagai model ekonometrika dengan data time series
yang mengharuskan peneliti menggunakan data stasioner. Jadi dapat dikatakan
mengapa stasioneritas menjadi masalah penting dalam menganalisis data time
series.
68
Sekumpulan data yang dinyatakan stasioner jika nilai rata-rata dan varian
dari data time series tersebut tidak mengalami perubahan secara sistematik maka
sebagian ahli menyatakan rata-rata dan variannya konstan.
Stasioneritas dapat dilihat dengan menggunakan sebuah uji formal yang
dikenal dengan sebutan uji akar unit roor atau uji unit root (uji ADF). Uji ini
merupakan pengujian yang dilakukan oleh David Dickey dan Wayne Fuller
dimana uji tersebut adalah uji Augmented Dickey-Fuller (ADF) test
(Nachrowi,2006: 353).
Suatu data dapat dikatakan sudah stasioner jika nilai probabilitasnya lebih kecil
dari α = 5 persen atau 0,05. Dapat dilihat dari nilai absolut statistik t dengan nilai
kritis menurut table MacKinnon diberbagai tingkat kepercayaan. Jika nilai absolut
statistiknya lebih besar kepercayaan yang dipilih, maka data sudah stasioner
(Wing Wahyu Winarno, 2007: 10.6).
3.6.4. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka peneliti
melakukan uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskefastiditas, dan uji
multikolinieritas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakakh residual variabel
dependen dan independen berdistribusi normal atau tidak.Penguji normalitas ini
menggunakan normalitiy histogram (Insukindro, 2003:61).
69
Uji Jarque-Bera atau J-B test adalah uji menggunakan hasil estimasi residual
dan chisquare probability distribusi. Jika nilai J-B hitung < niilai X2 tabel, maka
hipotesis tersebut menyatakan residual berdistribusi normal. Atau juga dengan
nilai statistik JB didasarkan pada distribusi Chi Squares dengan tingkat derajat
(df) 2. Jika nilai probabilitas statisik JB lebih besar dari α = 5 persen maka tidak
terjadi permasalahan normalitas.
b. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual
obervasi lainnya.Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtun
waktu.Karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi data masa
sebelumnya.Jika data yang dianalisis mengandung autokorelasi maka
menyebabkan estimator bersifat BLUE, tidak lagi BLUE. Dan dapat dilakukan
dengan cara yaitu menggunakan Uji Breuseh-Godfrey, yang biasa disebut dengan
uji LM (Langrange Multiplier). Adapaun langkah pengujiannya dengan
membandingkan Obs*R2 dengan X2 pada derajat kebebasan dan derajat keyakinan
tertentu. Jika Obs*R2 < X2 tabel maka Ho di tolak (ada autokorelasi) atau jika nilai
probability > 0,05 atau α= 5 persen, maka tidak ada autokorelasi (Winarno,
2007:5,25).
c. Uji Heteroskedasitisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor peganggu tidak memiliki
varian yang sama (Winarno,2007:5,8). Dalam penelitian in, metode yang
70
digunakan untuk mengetahui masalah heteroskedastisitas adalah dengan uji white.
Asumsi yang digunakan ialah jika nilai X2 hitung (Obs* R-Squared) < X2 tabel
atau variabel peganggu dan persamaan regresi mempunyai varian yang sama
maka uji white test tidak memiliki masalah heteroskedastisitas. Dapat diketahui
dengan melihat nilai probability, jika nilai probability Obs* R-Squared > 0,05 atau
α= 5 persen, maka tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.
d. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linear antara variabel
independen. Kondisi terjadinya Multikolinearitas dapat dilihat dari berbagai
informasi yaitu:
1) Nilai R2 tinggi, tapi variabel independen banyak yang tidak signifikan.
2) Dengan menghitung koefisien korelasi antarvariabel independen apabila
koefisiennya rendah maka tidak terdapat multikolinearitas.
3) Dengan menggunakan regresi auxiliary. Regeresi dapat digunakan untuk
mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel, sebagai variabel
dependen dan variabel independen lain, tetap diperlakulan sebagai variabel
independen.
Pengujian multikolinearitas juga dapat dilakukan dengan metode deteksi
Klien, yaitu dengan menggunakan dan membandingkan koefisien determinasi
auxaliary dengan koefisien determinasi model regresi aslinya.Jika determinasi
auxaliary lebih besar dari koefisien determinasi model regresi aslinya, maka
71
terjadi permasalahan multikoliniearitas antara variabel independen yang
digunakan dalam model penelitian.
3.6.5. Uji Statistik
Penggunaan uji statistik ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel
independent secara individu (Partial) dan bersama-sama (Simultaneus)
memberikan pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependent. Uji
statistik ini terdiri dari 3 instrument pengujian yaitu
a. Uji t-statistik
b. Uji F-statistik
c. Koefisien Determinasi (R2).
3.6.5.1. Uji signifikansi individual (Partial) menggunakan Uji t Statistik
Uji ini digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel
individu terhadap variabel independen secara individual terhadap variabel
dependen dengan variabel yang lain konstan. Dalam pengujian tersebut maka
nilai t hitung harus dibandingkan dengan nilai t tabel.
Untuk nilai t tabel dapat diperoleh dengan melihat tabel distribusi untuk α
= 0,05 dan derajat n-k. Berdasarkan pengujian yang dilakukan maka diperoleh
hipotesis sebagai berikut :
H0 : βi ≠ 0 ( diasumsikan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen).
72
Selain menggunakan cara diatas, uji-t juga dapat dilakukan dengan
menggunakan Quick Look, yaitu melihat Probaibility dan derajat kepercayaan
yang ditentukan dalam penelitian atau bisa juga melihat nilai t-tabel dengan t-
hitungnya; jika nilai probability< 0,05 atau α=5% dan jika nilai lebih tinggi
dari t-tabel maka itu berarti H0 diterima dan H1 ditolak dan demikian pula
sebaliknya; jika t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka itu berarti H0 ditolak dan
H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen secara
individual (partial) mempengaruhi variabel depedennya dan sebaliknya
(Kuncoro, 2003:219).
3.6.5.2. Uji Signifikansi Simultan menggunakan Uji F-Statistik
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hubungan atau
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan
(bersama-sama). Dalam pengujian tresebut maka dapat diambil hipotesa
sebagai berikut :
Jika F-Hitung < F Tabel, maka H0 ditolak yang mengandung
pengertian bahwa variabel independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen secara simultan (bersama-sama).
jikaF-Hitung > F Tabel, maka H0 diterima yang mengandung
pengertian bahwa variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen secara simultan (bersama-sama).
73
3.6.5.3. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi adalah kemampuan model dalam menjelaskan
hubungan antar variabel (Winarno 2007:4’5). Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu, semakin angka mendekati satu maka semakin baik
garis regresi karena mampu menjelaskan data aktualnya. Sebaliknya jika
angka semakin mendekati nol maka kita mempunyai garis regresi yang kurang
baik. Koefisien determinasi merupakan konsep statistik, dengan kata lain
sebuah garis regresi dianggap baik jika nilai R2 tinggi.
74
BAB IV
HASIL PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PEMBAHASAN
4.1. Perkembangan Pendapatan Kota Palembang
Gambaran perekonomian Kota Palembang tahun 2005 selain dipengaruhi
oleh faktor internal juga dipengaruhi oleh lingkungan eksternal. Terjadinya
bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami di penghujung tahun 2004
yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam dan sebagian Sumatera Utara
memberikan dampak yang cukup berarti bagi perekonomianKota Palembang.
Demikian pula dengan kebijakan kenaikan BBM pada bulan Maret dan Oktober
2005 memberikan andil dalam situasi perekonomianKota Palembang. Beberapa
indikator menunjukkan indikasi yang kurang mengembirakan, seperti inflasi dan
nilai tukar rupiah. Namun laju perekonomian Kota Palembang tetap menunjukkan
pertumbuhan yang positif.
Struktur perekonomian Kota Palembang sejak tahun 2004 telah bergeser
dari dominasi sektor pertanian ke sektor industri pengolahan. Hal ini ditandai
dengan peranan sektor pertanian terhadap PDRB atas dasar harga berlaku yang
cenderung mengecil, sebaliknya peranan sektor industri semakin besar. Akan
tetapi pada saat terjadi krisis ekonomi pada tahun 2005 ternyata peranan sektor
pertanian kembali meningkat dimana tahun 2007 peranan sektor pertanian 24,71%
dan hingga tahun 2009 cenderung meningkat menjadi 30,23%, kemudian tahun
2010 sedikit melambat menjadi 27,71%. ( Laporan Kota Palembang 2011).
75
Meningkatnya permintaan akan produk barang jadi atau setengah jadi baik
regional maupun nasional dan internasional, telah mendorong peranan
sektorindustri dan pengelolaan menjadi peringkat utama dalam pembentukan
PDRB sejak tahun 2004. Namun sejak adanya krisis ekonomi pada tahun 2005
peranan sektor industri kembali menempati peringkat kedua setelah sektor
pertanian, dimana pada tahun 2007 menurun menjadi 24,71% dan hingga tahun
2008 menjadi 25,85%. Tetapi pada tahun 2010 kembali meningkat sebesar
27,50%.
Selanjutnya sektor-sektor lain yang cukup tinggi peranannya dalam
pembentukan PDRB pada tahun 2004 secara berturut-turut turut adalah sektor
perdagangan, hotel dan restoran sebesar 18,91%. Selanjutnya, sektor jasa-jasa
memberikan kontribusi sebesar 7,88%, sektor pengangkutan dan komunikasi
sebesar 5,95%, sektor bangunan sebesar 4,61%, sektor keuangan dan jasa-jasa
perusahaan sebesar 4,53%, sektor pertambangan sebesar 1,49% dan kontribusi
terkecil diberikan oleh sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 1,42%.
Wilayah Kota Palembang memiliki potensi ekonomi yang cukup baik dan
potensial untuk dikembangkan menjadi areal pariwisata bahari untuk menunjang
pertumbuhan industri. Laut, dan sungai merupakan potensi perikanan dan
perhubungan. Sedangkan keindahan alam daerah merupakan potensi energik
untuk pengembangan industri, perdagangan dan lain-lain.
Dalam wilayah Kota Palembang terkandung bahan energi seperti pupuk,
minyak dan gas bumi. Kegiatan perekonomian di kota palembang adalah pada
sektor perdagangan, pariwisata dan perindustrian yang menghasilkan bahan
76
pangan dan budidaya ekspor ikan , tanaman pangan, peternakan, perikanan dan
kehutanan. Sedangkan industri yang berkembang di kota palembang adalah
industri pengolahan yang menunjang sektor pertanian, industri yang memproduksi
barang-barang kebutuhan dalam negeri dan ekspor.
4.1.1. Perkembangan Pajak Daerah Dan Hasil Pendapatan Asli DaerahKota
Palembang
Pendapatan asli daerah Kota Palembang secara jumlah dari tahun-
ketahunnya mengalami peningkatan namun laju pertumbuhannnya berfluktuasi
dari tahun 2000 sampai tahun 2011 pada tabel dan gambar 4.1 di bawah ini
terlihat bahwa dari segi jumlah sumbangan penerimaan terhadap pendapatan asli
daerah kota palembang di mana pajak penerangan jalan terbesar yaitu 18,5 persen
menyumbang terhadap pendapatan asli daerah kota palembang di ikuti oleh pajak
restoran sebesar 6,5 persen, pajak hotel, pajak hiburan, pajak reklame, pajak
parkir korelasi danPajak pengolahan bahan galian pada tahun 2011. Sedangkan
pada tahun sebelumnya tahun 2010 penyumbang terbesar terhadap pendapapatan
asli daerah kota palembang tetap pajak penerangan jalan 22,74 persen terbesar
menyumbang terhadap pendapatan asli daerah kota palembang di ikuti oleh pajak
restoran sebesar 7,53 persen, pajak hotel, pajak hiburan, pajak reklame, pajak
parkir korelasi danPajak pengolahan bahan galian sebesar 0,24 persen pada tahun
2010. Hal ini sangat tergantung dari target penerimaan pajak oleh pemerintahan
untuk tahun berikutnya yang didukung oleh SDM dan teknologi yang efektif dan
efisien.
77
4.2.Hasil Analisis Penelitian dan Pembahasan
Analisa regresi merupakan suatu metode yang digunakan untuk
menganalisis hubungan – hubungan anta variabel. Hubungan tersebut dapat
diekspresikan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan variabel terikat (Y)
dengan variabel bebas (X). Penerimaan Daerah pada penelitian ini dilihat dari
indikator Pendapatan Asli Daerah (PAD).Pendapatan Asli Daerah (PAD) di
pengaruhi atau berasal dari oleh: PHL= Pajak Hotel, PHI=Pajak Hiburan
PR= Pajak Restoran, PPJ= Pajak Penerangan Jalan, PPBG=Pajak pengolahan
bahan galian, PRSTRN=Pajak restoran, PP=Pajak parkir
4.2.1. Hasil Estimasi
Dari hasil analisis regresi linier berganda dengan menggunakan OLS
(Ordinary Least Square), Pada tabel 4.1, maka akan diperoleh hasil
PAD = βo + β1PHL+ β2PRSTN + β3PH + β4PR + β5 PPJ+ β6 PPBG + β7PP+ ε
PAD = 0,13261 + 1,5566 PHL + 0,5822 PRSTN +1,9848PH + 0.9312 PR +
1,5415PPJ + 1,3050 PPBG + 1,3351 PP
78
Tabel. 4.1. REGRESSION: Indenvenden PHL PHI PR PPJ PPBG PRSTRN PP and Devenden PAD
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardize
d Coefficients
t Sig.
95% Confidence Interval for B Correlations
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Lower Bound
Upper Bound
Zero-order Partial Part
Tolerance VIF
1 (Constant) 0.13261 0.25691 .516 .633 -58068.308 84591.412
PHL 1.5566 8.056 .830 1.932 .012 -6.802 37.934 .980 .695 .050 .004 278.488
PHI 0.5822 57.150 -.829 -.802 .046 -204.495 112.851 .962 -.372 -.021 .001 1613.936
PR 1.9848 15.075 -.623 -1.98 .011 -71.704 12.008 .946 -.704 -.051 .007 149.332
PPJ 0.9312 5.747 -.950 -.858 .043 -20.888 11.026 .975 -.394 -.022 .001 1849.790
PPBG 1.5415 38.155 .269 2.501 .006 -10.519 201.350 .764 .781 .064 .057 17.503
PRSTRN 1.3050 37.520 1.545 .614 .047 -81.122 127.221 .981 .294 .016 .000 9550.445
PP 1.3351 51.022 .780 1.438 .022 -68.308 215.010 .994 .584 .037 .002 444.119
a. Dependent Variable: PAD Sumber : Lampiran 2 Hasil analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan menggunakan OLS
menghasilkan tingkat efektifitas yang berbeda pada masing-masing sektor yaitu :
1,5566 PHL , 0,5822 PRSTN, 1,9848PH, 0.9312 PR, 1,5415 PPJ, 1,3050 PPBG,
dan 1,3351 PP. Nilai konstanta dari PAD adalah Positif 0,13261.
Hasil uji signifikansi f pada tabel 4.2. dibawah ini menunjukkan bahwa
variabel PHI=Pajak Hiburan PR = Pajak Reklame, PPJ= Pajak Penerangan Jalan,
PPBG=Pajak pengolahan bahan galian, PRSTRN=Pajak restoran, PP=Pajak parkir
secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap PAD Palembang
pada alpa (α) 5% sebagaimana ditunjukkan oleh nilai F-statistik sebesar 215.209
atau prob F sebesar 0,00000 yang lebih kecil dari α 0,05. Dengan kata lain,
variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen.
79
Tabel. 4.2. REGRESSION: Indenvenden PHL PHI PR PPJ PPBG PRSTRN PP and Devenden PAD
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.096E11 7 1.565E10 215.209 .000a
Residual 2.909E8 4 7.274E7
Total 1.099E11 11
a. Predictors: (Constant), PP, PPBG, PHI, PR, PHL, PPJ, PRSTRN
b. Dependent Variable: PAD Sumber : lampiran 2
Pengujian secara parsial pada tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa hanya
variable PHI=Pajak Hiburan PR = Pajak Restoran, PPJ= Pajak Penerangan
Jalan, PPBG=Pajak pengolahan bahan galian, PRSTRN=Pajak restoran,
PP=Pajak parkir berpengaruh siginifikan terhadap PAD Palembang ditunjukan
oleh nilai t – statistik atau prob t sebesar 0,012, 0,046, 0,011, 0,043, 0,006,
0,047, 0,022, hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitanya yang lebih kecil
dari α = 5%.
Sementara itu hasil uji R2pada tabel 4.3 di bawah ini memperlihatkan
dimana nilai sebesar R Square Change0,797. Angka tersebut mengindikasikan
bahwa variasi perubahan variabel dependen mampu dijelaskan sekitar 79,7 persen
oleh variasi perubahan variabel independen. Dengan kata lain, masih terdapat
sekitar 0,21 persen variasi perubahan variabel dependen yang diakibatkan oleh
faktor-faktor lain diluar persamaan diatas.
80
Tabel. 4.3. REGRESSION:Indenvenden PHL PHI PR PPJ PPBG PRSTRN PP and Devenden PAD
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .799a .797 .793 8528.59895 .797 215.209 7 4 .000 2.672
a. Predictors: (Constant), PP, PPBG, PHI, PR, PHL, PPJ,
PRSTRN b. Dependent Variable: PAD
Sumber : Lampiran 2.1
4.2.2 Uji Model Penelitian
4.2.2.1 Uji Kecocokan Model (Goodnes of Fit)
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa pendekatan dengan regresi
linier berganda memberikan nilai R2 sebesar 0.797. Hal ini berarti menunjukkan
bahwa 79,7 % variasi yang terjadi padaPHI=Pajak Hiburan PR = Pajak Restoran,
PPJ= Pajak Penerangan Jalan, PPBG=Pajak pengolahan bahan galian,
PRSTRN=Pajak restoran, PP=Pajak parkirkorelasi terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) selama periode penelitian dapat dijelaskan oleh variabel-variabel
independen. Hal tersebut menunjukan kesesuaian model.
4.2.2.2. Uji Multikolinier
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya gejala
multikolinieritas di dalam tabel, yaitu terdapatnya hubungan yang sempurna atau
mendekati sempurna antara beberapa variabel bebas (variable independent).
Menurut Gujarati (2003:354), bahwa terdapat gejala multikolinieritas dalam suatu
81
model penelitian, apabila dalam suatu model tersebut terdapat korelasi parsial
yang tinggi (r2 = 0.8) diantara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas
atau dapat dikatakan sebuah model persamaan terdapat gangguan multikolinieritas
apabila salah satunya menunjukkan nilai R2yang tinggi, akan tetapi hanya sedikit
atau bahkan tidak ada variabel bebas yang signifikan pada pengujian t statistik.
Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinieritas pada model
penelitian ini, peneliti menggunakan matrik korelasi antar variabel bebas atau
korelasi antara satu variabel bebas dengan variabel bebas lainnya. Adapun hasil
korelasi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2 yang memperlihatkan hasil
hubungan atau korelasi masing-masing variabel bebas yang digunakan dalam
mengestimasi dengan model regresi linier berganda dengan metoda OLS.
Berdasarkan lampiran 2 tersebut, menunjukkan bahwa semua korelasi
antar variabel bebas tidak memiliki adanya korelasi masing-masing variabel yang
melebihi 0,8 atau semua variabel yang akan digunakan dalam mengestimasi tidak
memiliki hubungan yang kuat atau hampir sempurna. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa dalam model OLS menunjukkan tidak adanya gejala
multikolinieritas. Dengan demikian estimasi model OLS akan megnhasilkan hasil
estimasi yang tepat.
4.2.2.3. Uji Autokorelasi
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi
dalam model, yaitu adanya unsur gangguan yang berhubungan dengan observasi
yang dipengaruhi oleh unsur gangguan pada pengamatan lain atau unsur gangguan
82
pada suatu periode dalam penelitian dipengaruhi oleh gangguan pada periode
sebelumnya.
Untuk mengetahui ada tidak gejala autokorelasi dalam model
autoregressive Durbin mengembangkan apa yang dinamakan h statistic dengan
rumus sebagai berikut : (Gujarati, 2003 : 362)
)][var(1 4
nnh
dengan
)1(2 d , sehingga d211 maka
)][var(1)
211(
4nndh
Hasil uji autikorelasi untuk model tersebut sebagaimana dalam lampiran 2
memiliki nilai h statistic lebih kecil dari pada nilai Z table untuk tingkat
signifikansi sebesar 5%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dalam model
yang digunakan tidak ditemukan adanya indikasi gejala autokorelasi. Dengan
demikian bahwa dalam model autoregressive yang digunakan menunjukkan tidak
adanya gangguan pada periode tersebut yang dipengaruhi oleh gangguan pada
periode sebelumnya atau Selanjutnya Uji Durbin-Watson (DW) digunakan untuk
megetahui ada tidaknya autokorelasi atau serial korelasi. Hasil uji DW
menunjukkan nilai sebesar 2,672 yang mana nilai tersebut berada diwilayah h0
tidak ditolak atau terdapat pada daerah (du - < d < 4-du). hasil ini mengindikasikan
bahwa tidak terjadi gejala autokorelasi atau serial korelasi dalam residual. Hasil
lengkap uji autokorelasi dapat dilihat pada lampiran 2 .
83
4.2.2.4. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya gejala
heteroskedastisitas dalam model, yaitu apabila kesalahan (disturbance terms) atau
residual dari model penelitian yang diamati tidak memiliki varians yang konstan
(tetap) pada berbagai observasi.
Dengan menggunakan ujiParkdan Whitet, suatu model dapat dikatakan
mengandung gejala heteroskedastisitas, jika hasil dari regresi untuk semua
koefisien variabel bebas terhadap harga mutlak dari disturbance terms memiliki
nilai yang signifikan secara statistik. Sebaliknya bila semua dari koefisien tersebut
memiliki nilai yang tidak signifikan, maka model tersebut dikatakan terbebas dari
gejala heteroskedastisitas atau model regresi tersebut memenuhi asumsi
homoskedastisitas.
Berdasarkan Lampiran 2 menunjukkan bahwa koefisien regresi masing-
masing variabel bebas terhadap harga mutlak faktor residualnya memiliki nilai t
hitung yang signifikan secara statistik atau (thitung< ttable) pada tingkat signifikansi
5%. Hal tersebut memperlihatkan bahwa model regresi linier berganda di atas
tidak menunjukkan tidak adanya gejala heteroskedastisitas. Dengan kata lain
model yang digunakan tidak mengandung gejala heteroskedastisitas.
4.2.2. Analisiss Ekonomi
Hasil analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) menghasilkan tingkat
efektifitas yang berbeda pada masing-masing sektor yaitu : 1,5566 PHL, 0,5822
84
PRSTN, 1,9848PHI, 0.9312 PR, 1,5415 PPJ, 1,3050 PPBG, dan 1,3351 PP. Nilai
konstanta dari PAD adalah Positif 0,13261.Dari hasil tersebut secara berurut
tingkat keefektifannya adalah pajak hiburan, pajak hotel, pajak penerangan jalan,
pajak parkir korelasi, Pajak pengolahan bahan galian,lebih efektif dari Pajak
reklame.Kalau di naikan 1 persen pendapatan asli daerah kota palembang akan
berdampak kenaikan 1,5566 persen kenaikan pajak penghasilan dan begitu
seterusnya.
Hasil uji signifikansi f menunjukkan bahwa variabel Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak pengolahan bahan galian, Pajak restoran,
Pajak parkir secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap
pendapatan asli kota Palembang. Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa
variabbel bebasPajak Hiburan, Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan,
Pajak pengolahan bahan galian, Pajak restoran, Pajak parkir secara satu-persatu
berpengaruh siginifikan terhadap variabel terikat pendapatan asli kota
Palembang. Sementara itu korelasi variabel bebas Pajak Hiburan, Pajak Restoran,
Pajak Penerangan Jalan, Pajak pengolahan bahan galian, Pajak restoran, Pajak
parkir berkorelasi atau mempunyai hubungan secara bersama-sama terhadap
variabel terikat pendapatan asli kota Palembang yanng kuat yaitu sebesar 0,797.
Angka tersebut mengindikasikan bahwa variasi perubahan variabel dependen
mampu dijelaskan sekitar 79,7 persen oleh variasi perubahan variabel independen.
Dengan kata lain, masih terdapat sekitar 0,21 persen variasi perubahan variabel
dependen yang diakibatkan oleh faktor-faktor lain diluar persamaan diatas.
85
Hal tersebut diatas didukung oleh teori yang telah di ungkapkan pada
kerangka pikir pada bab II yaitu( Rochmat Soemitro, 2002; 85:86)bahwa pajak
daerah merupakan sumber pendapatan asli daerah yang besar dan merupakan
pengerak pembagunan daerahdan juga digunakan untuk public saving yang
merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
Djajadiningrat:Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari
kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan
yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa
timbal balik dari negara secara langsung, untuk meningkatkan pendapatan dan
untuk kesejahteraan umum.N.J. Feldmann:Pajak ialah prestasi yang dipaksakan
tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluaran-pengeluaran umum pemerintah.Pendapatan asli daerah (PAD) berasal
dari pajak daerah yaitu : Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan Bahan Galian Golongan C, Pajak Parkir dan
pendapatan lainnya yang sangat berpengaruh terhadap kondisi pendapatan asli
daerah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu Fachri
Rangkuti (2006)menyatakan bahwa Komponen yang paling berpengaruh terhadap
pendapatan asli daerah (PAD) SUMUT yaitu pajak daerah dengan tingkat
keefektifannya sangat efektif dari tahun 1999-2004. Berbeda dengan komponen
lainnya seperti laba BUMD, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, tiap
tahunnya mengalami perubahan tingkat efektifnya, dari sangat efektif menjadi
86
tidak efektif. Selanjutnya Wali Aya Rumbia (2009) melakukan penelitian tinjauan
tentang penerimaan pajak bumi dan bangunan di kota Kendari tahun 2003-2008
penerimaan pajak bumi dan bangunan di kota Kendari mempunyai hubungan yang
positif terhadap pendap pendapatan asli daerahnya dan mengalami kenaikan
meskipun pada tahun 2006 sempat mengalami penurunan sebesar 9,20%. Juga
hasil penelitian Betta Sari Novalita (2004) melakukan penelitian peranan pajak
daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah kabupaten bogor pada tahun
1998-2004, hasil perhitungan efektifitas pajak daerah tahun 1998/1999 adalah
sebesar 101,15%, tahun 1999/2000 101,43%, tahun 2000 115,68%, dan tahun
2001 sebesar 105,94%, setiap tahun memiliki tingkat efektifitas target terhadap
pajak daerah sangat efektif dengan efektifitas rata-rata setiap tahun adalah
106,05%. Seterusnya hasil penelitian PurbayuBudi Santoso dan Retno Puji
Rahayu (2004) di kabupaten Kediri pada tahun 1989-2002 Hasil regresinya
menunjukan bahwa ternyata variabel pengeluaran pembangunan mempunyai
koefisien regresi sebesar 0,398%. setiap terjadi kenaikan pengeluaran
pembangunan 1 persen maka akan meningkatkan PAD 0,398% (faktor lain
dianggap konstan). secara bersama-sama variabel pengeluaran pembangunan,
penduduk, dan PDRB mampu menerangkan dengan variabel dependen secara
positif yaitu variabel PAD. Hasil penelitian yang sama di lakukan oleh
Mohammad Riduansyah (2003). Kontribusi daerah dan retribusi daerah terhadap
pendapatan asli daerah (PAD) dan anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD) guna mendukung pelaksanaan otonomi daerah kota Bogor pada tahun
1993-2004. Mawar Dwi Putranty (2008) tentang Pengaruh Penerimaan Pajak
87
Reklame Dan Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Pad) Di Jakarta
Barat Pada Tahun 2003-2007. Indra Widhi Ardiansyah (2005) analisis kontribusi
pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kabupaten Purworejo.
Dari segi jumlah sumbangan penerimaan terhadap pendapatan asli daerah
kota palembang di mana pajak penerangan jalan 18,5 persen terbesar
menyumbang terhadap pendapatan asli daerah kota palembang di ikuti oleh pajak
restoran sebesar 6,5 persen, pajak hotel, pajak hiburan, pajak reklame, pajak
parkir korelasi danPajak pengolahan bahan galian pada tahun 2011. Sedangkan
pada tahun sebelumnya tahun 2010 penyumbang terbesar terhadap pendapapatan
asli daerah kota palembang tetap pajak penerangan jalan 22,74 persen terbesar
menyumbang terhadap pendapatan asli daerah kota palembang di ikuti oleh pajak
restoran sebesar 7,53 persen, pajak hotel, pajak hiburan, pajak reklame, pajak
parkir korelasi danPajak pengolahan bahan galian sebesar 0,24 persen pada tahun
2010. Hal ini sangat tergantung dari target penerimaan pajak oleh pemerintahan
untuk tahun berikutnya yang didukung oleh SDM dan teknologi yang efektif dan
efisien.
88
BAB. V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Sesuai dengan tujuan penelitian ini untuk menganalisis dan mengetahui
pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan Bahan Galian Golongan C, dan Pajak Parkir
Terhadap Pendapatan Asli daerah Kota Palembang secara Simultan dari tahun
2002-20011 dan untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Pajak Hotel, Pajak
Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak
Pengolahan Bahan Galian Golongan C, dan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan
Asli daerah Kota Palembang secara Parsial dari tahun 2002-20011. Maka
kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah:
1. Analisis regresi linier berganda PAD = 0,13261+ 1,5566 PHL + 0,5822
PRSTN +1,9848PH + 0.9312 PR +1,5415 PPJ + 1,3050 PPBG + 1,3351 PP.
Hasil uji signifikansi f pada tabel 4.2. dibawah ini menunjukkan bahwa
variabel PHI=Pajak Hiburan PR = Pajak Reklame, PPJ= Pajak
Penerangan Jalan, PPBG=Pajak pengolahan bahan galian, PRSTRN=Pajak
restoran, PP=Pajak parkir secara bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap PAD Kota Palembang pada alpa (α) 5% sebagaimana
ditunjukkan oleh nilai F-statistik sebesar 215.209 atau prob F sebesar
89
0,00000 yang lebih kecil dari α 0,05. Dengan kata lain, variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen.
2. Pengujian secara parsial pada t diatas menunjukkan bahwa hanya variable
PHI=Pajak Hiburan PR = Pajak Restoran, PPJ= Pajak Penerangan Jalan,
PPBG=Pajak pengolahan bahan galian, PRSTRN=Pajak restoran,
PP=Pajak parkir berpengaruh siginifikan terhadap PAD Palembang
ditunjukan oleh nilai t – statistik atau prob t sebesar 0,012, 0,046,
0,011, 0,043, 0,006, 0,047, 0,022, hal ini ditunjukkan dengan nilai
probabilitanya yang lebih kecil dari α = 5%.
3. Sementara itu hasil uji R2pada tabel 4.3 di bawah ini memperlihatkan
dimana nilai sebesar R Square Change0,797. Angka tersebut
mengindikasikan bahwa variasi perubahan variabel dependen mampu
dijelaskan sekitar 79,7 persen oleh variasi perubahan variabel independen.
Dengan kata lain, masih terdapat sekitar 0,21 persen variasi perubahan
variabel dependen yang diakibatkan oleh faktor-faktor lain diluar
persamaan diatas.
5.2 . Saran
5.2.1. Saran Bagi Pengembangan Ilmu (Akademik)
1. Penelitian ini mengunakan data kuantitatif guna menganalisis pengaruh
pajak terhadap pendapatan asli daerah kota palembang, namun perlu
90
dipertimbangkan untuk mengintroduksi beberapa variable kualitatif
kedalam model khususnya yang berkaitan dengan penerimaan pendapatan
daerah terutama pemerintahan daerah kota palembang seperti sosial
budaya, kualitas layannan public, transpotasi, inprastruktur, perisinan,
korupsi, kebijakan / regulasi, politik dan keamanan, dan lainnya. Variabel
tersebut diduga berperan dalam operasional kebijakan yang akan
berdampak pada penerimaan daerah.
2. Unit analisis dalam penelitian ini adalah daerah kota palembang tanpa
melakukan kalsifikasi terhadap hal-hal spesifik tingkat regional
kabupaten/kota. Untuk penyempurnaan penelitian ini dapat dilakukan
dengan mengklasifikasikan regional kabupaten/kota berdasarkan dominasi
sektor penerimaan pajak daerah sehingga lebih banyak informasi akurat
yang dapat dieksplorasi berkaitan dengan perencanaan penerimaan pajak
daerah di tingkat regional.
3. Karena semua variabel pajak (Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak pengolahan bahan galian, Pajak restoran, Pajak
parkir) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap PAD
Kota Palembang maka disarankan memberikan penyuluhan terhadap wajib
pajak agar pembayaran pajak tahun-tahun berikutnya lancar dan kecil
sekali yang menunggak.
91
5.2.2 Saran Bagi Operasional Kebijakan.
1. Guna meningkatkan dan mengembangkan penerimaan pajak sektor pajak
terutama sektor yang bukan pajak disamping sektor pajak, pemerintah
terutama pemerintahan daerah perlu melakukan pembinaan lebih lanjut dan
intensif agar sektor- sektor tersebut dapat tumbuh dan berkembang lebih baik
di kota palembang.
2. Karenakorelasi atau hubungan antara perimaan pajak (Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak pengolahan bahan galian, Pajak
restoran, Pajak parkir)mempunyai hubungan yang positif terhadap penerimaan
pendapatan asli Kota Palembang, maka di sarankan pemerintah dapat
memanfaatkan hasil penerimaan pajak dapat di pergunakan untuk masyarakat
umum melalui investasi yang riil dan transparan, sehingga masyarakat dapat
merasakan lansung hasil pembayaran pajak yang telah di bayarkan pada
pemerintah
92
DAFTAR PUSTAKA
Budiono, Teori Pertumbuhan Ekonomi, Seri Sinopsis, Edisi 1, Cetakan Keempat,
BPFE, Yogyakarta, 1999.
Gujarati, D, Ekonometrika Dasar Terjemahan, Erlangga, Jakarta, 1995.
Jhingan, M.L., Ekonomi Pembangunan dan perencanaan, PT. Raja Grafindo
Persada, 2000.
Badan Pusat Statistik, 2011, Data Penerimaan Pajak Daerah dan Hasil Pajak
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Palembang 2000-2011, Palembang.
Badan pusat statistik, 2000, Data Jenis Pajak Menurut UU Nomor 34 Tahun
2000.Palembang.
Badan pusat statistik, 2000, Data Objek Pajak atau Jenis Retribusi Daerah
Menurut UU Nomor 34 Tahun 2000.Palembang
NangaMuana, Makro Ekonomi: Teori, Masalah dan Kebijakan, Edisi kedua,
Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.
Nachrowi, D Nachrowi, Pendekatan Populer dan Praktis Bkonometrika untuk
Analisis Ekonomi dan Keuangan, Lembaga Penerbit FEUI,Jakarta, 2006.
Prathama dan Mandala, Teori Ekonomi Makro, Penerbit Erlangga , 2001.
Rahardja Pratama,Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar , Lembaga Penerbit
FEUI, Jakarta, 2001.
Samuelson, Paul. W, Dan Wiliam Nordhans, Makro Ekonomi, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 1997.
Saragih Juli, Desentaralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah Dalam Otonomi,
93
Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003.
Soekarwo, Berbagai Permasalahan Keuangan Daerah, Airlangga University
Press, Surabaya
Sukirno Sadono, Pengantar Teori Ekonomi Makro, Edisi Kedua, Penerbit PT.
Grafindo Persada, Jakarta, 1985.
Suparmoko M, Ekonomi Publik untuk keuangan dan Pembangunan Daerah,
Penerbit Andi Yogyakarta, 2002.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25, Tahun 1995,Tentang
Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah, dalam
Sepuluh Undang-Undang 199. C.V. Eko Jaya, Jakarta, 1999.
Siti Resmi, Perpajakan: Teori dan Kasus Edisi Keempat, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta 2008.
Hamid, Abdul. 2010. Buku Panduan Penulis Skripsi, UIN. Jakarta
Lukman.2007. Modum 1 PraktikumStatistik Lab. Alat Analisis Kuantitatif.
Semester Ganjil Tahun Akademik 200/2009. Jakarta. UIN.
Achmad Luthfi, 2008. “Penyempurnaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah”.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia: Jakarta.
Mawar Dwi Purtantry, 2008. “Pengaruh Penerimaan Pajak Reklame dan Pajak
Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)” tahun 2003-2007.
Jakarta.
Muhammad Riduansyah, 2003. “Kontribusi Daerah dan Retribusi Daerah
Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD)” Tahun 1993-2004, Bogor.
94
Indra Widhi Ardiansyah, 2005. “Analisis Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran
Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten purworejo”,
Purworejo.
Wali Aya Rumbia, 2009. “Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Kendiri
tahun 2003-2008, Kendiri.
Betta Sari Novalita, 2004.“Peranan Pajak Daerah Dalam Meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten Bogor Tahun 1998-2004”,
Bogor.
95
LAMPIRAN I
TABEL LAMPIRAN 1.1 Pajak Daerah Dan Hasil Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang
5.
Tahun PAD PHL PHI PR PPJ PPBG-GOL C PRSTRN PP
2000 38325.2 2032.8 909.7 898.7 11346.7 92.8 4028.7 312,9 2001 49035.7 2131.4 923.8 936.6 12527.3 99,3 4178.5 338,6
2002 54036.4 2291.6 983.9 962.5 13545.1 200.9 4276.7 342.2
2003 67151.8 2762.4 1031.2 1227.5 15292.9 230.7 5012.5 477.0
2004 66812.3 3200.1 1410.1 2158.5 18082.7 373.0 6148.8 530.0
2005 86100.1 4126.2 1553.3 3003.1 20561.8 550.6 7292.3 775.3
2006 97202.9 4535.8 1793.5 3628.4 24844.9 507.8 8693.9 1053.0
2007 142128.3 4954.3 2625.0 4121.0 26896.7 732.7 10762.8 1394.3
2008 171210.5 6826.1 3747.9 4138.4 37972.2 923.6 14044.1 1714.9
2009 170540.6 10353.7 4366.2 4225.3 47226.3 540.1 16095.4 1889.5
2010 255193.7 14094.7 5113.1 4603.5 58036.7 600.4 19226.0 2373.9
2011 372978.0 18596.7 5967.2 7937.8 69004.4 859.0 24303.4 3816.0
3 4 5 1 7 2 6
Sumber : BPS Sumatra Selatan dalam angka tahun 2011
96
LAMPIRAN II
TABEL 2.1 HASIL REGRESSION PENGARUH PAJAK TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PALEMBANG
REGRESSION /DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS CI BCOV R ANOVA COLLIN TOL CHANGE ZPP /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT PAD /METHOD=ENTER PHL PHI PR PPJ PPBG PRSTRN PP /SCATTERPLOT=(*ZPRED ,*SDRESID) /RESIDUALS DURBIN /CASEWISE PLOT(ZRESID) OUTLIERS(3).
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
PAD 130892.9583 99939.31420 12
PHL 6325.4833 5326.55316 12
PHI 2535.4083 1807.63438 12
PR 3153.4417 2084.43947 12
PPJ 29611.4750 19243.65370 12
PPBG 475.8833 281.96105 12
PRSTRN 10338.5917 6697.81503 12
PP 1251.3417 1062.12340 12
Correlations
PAD PHL PHI PR PPJ PPBG PRSTRN PP
Pearson
Correlation
PAD .760 .680 .762 .746 .775 .764 .781 .794
PHL .780 .790 .666 .707 .788 .672 .778 .776
PHI .762 .766 .700 .713 .792 .778 .794 .768
PR .746 .707 .713 .780 .721 .774 .745 .765
PPJ .775 .788 .792 .721 .780 .746 .796 .777
PPBG .764 .672 .778 .774 .746 .780 .792 .784
PRSTRN .781 .778 .794 .745 .796 .792 .670 .787
PP .794 .776 .768 .765 .777 .784 .787 .680
Sig. (1-tailed) PAD . .000 .000 .000 .000 .002 .000 .000
97
PHL .000 . .000 .000 .000 .008 .000 .000
PHI .000 .000 . .000 .000 .001 .000 .000
PR .000 .000 .000 . .000 .000 .000 .000
PPJ .000 .000 .000 .000 . .003 .000 .000
PPBG .002 .008 .001 .000 .003 . .001 .001
PRSTRN .000 .000 .000 .000 .000 .001 . .000
PP .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .
N PAD 12 12 12 12 12 12 12 12
PHL 12 12 12 12 12 12 12 12
PHI 12 12 12 12 12 12 12 12
PR 12 12 12 12 12 12 12 12
PPJ 12 12 12 12 12 12 12 12
PPBG 12 12 12 12 12 12 12 12
PRSTRN 12 12 12 12 12 12 12 12
PP 12 12 12 12 12 12 12 12
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered Variables Removed Method
1 PP, PPBG, PHI, PR, PHL,
PPJ, PRSTRNa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: PAD
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .799a .797 .793 8528.59895 .797 215.209 7 4 .000 2.672
a. Predictors: (Constant), PP, PPBG, PHI, PR, PHL, PPJ,
PRSTRN
b. Dependent Variable: PAD
98
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.096E11 7 1.565E10 215.209 .000a
Residual 2.909E8 4 7.274E7
Total 1.099E11 11
a. Predictors: (Constant), PP, PPBG, PHI, PR, PHL, PPJ, PRSTRN
b. Dependent Variable: PAD
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardize
d Coefficients
t Sig.
95% Confidence Interval for B Correlations
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Lower Bound
Upper Bound
Zero-order Partial Part
Tolerance VIF
1 (Constant) 0.13261 0.25691 .516 .633 -58068.308 84591.412
PHL 1.5566 8.056 .830 1.932 .012 -6.802 37.934 .980 .695 .050 .004 278.488
PHI 0.5822 57.150 -.829 -.802 .046 -204.495 112.851 .962 -.372 -.021 .001 1613.936
PR 1.9848 15.075 -.623 -1.98 .011 -71.704 12.008 .946 -.704 -.051 .007 149.332
PPJ 0.9312 5.747 -.950 -.858 .043 -20.888 11.026 .975 -.394 -.022 .001 1849.790
PPBG 1.5415 38.155 .269 2.501 .006 -10.519 201.350 .764 .781 .064 .057 17.503
PRSTRN 1.3050 37.520 1.545 .614 .047 -81.122 127.221 .981 .294 .016 .000 9550.445
PP 1.3351 51.022 .780 1.438 .022 -68.308 215.010 .994 .584 .037 .002 444.119
a. Dependent Variable: PAD
Coefficient Correlationsa
Model PP PPBG PHI PR PHL PPJ PRSTRN
1 Corre
lation
s
PP .670 .622 .672 .443 -.541 .765 -.733
PPBG .622 .730 .522 -.501 .489 .073 -.500
PHI .672 .522 .650 .762 -.606 .639 -.637
PR .443 -.201 .762 .630 -.788 .579 -.797
PHL -.541 .489 -.506 -.588 .701 -.606 .510
PPJ .765 .573 .639 .579 -.606 .770 -.653
99
PRSTR
N -.733 -.500 -.737 -.797 .510 -.853 .450
Covar
iance
s
PP 2603.225 236.645 1959.249 340.386 -222.384 253.596
-
1593.788
PPBG 236.645 1455.790 266.512 -115.356 150.305 15.900 -285.611
PHI 1959.249 266.512 3266.087 742.998 -2.633 209.730
-
2008.667
PR 340.386 -115.356 742.998 227.268 -10.741 50.141 -450.793
PHL -222.384 150.305 -2.633 -10.741 64.905 -28.048 63.404
PPJ 253.596 15.900 209.730 50.141 -28.048 33.030 -183.935
PRSTR
N
-
1593.788 -285.611
-
2008.667 -450.793 63.404 -183.935 1407.732
a. Dependent
Variable: PAD
Collinearity Diagnosticsa
Mod
el
Dime
nsion
Eigen
value
Condition
Index
Variance Proportions
(Constant) PHL PHI PR PPJ PPBG PRSTRN PP
1 1 7.551 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
2 .319 4.868 .02 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
3 .101 8.659 .01 .00 .00 .00 .00 .08 .00 .00
4 .024 17.864 .01 .00 .00 .03 .00 .04 .00 .00
5 .003 48.705 .05 .06 .00 .07 .01 .01 .00 .16
6 .003 53.739 .01 .18 .01 .19 .00 .80 .00 .01
7 .000 147.446 .12 .69 .12 .08 .23 .03 .00 .11
8 2.223
E-5 582.754 .78 .06 .86 .63 .76 .03 1.00 .72
a. Dependent Variable: PAD
100
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 44928.5352 374149.5312 130892.9583 99806.89708 12
Std. Predicted Value -.861 2.437 .000 1.000 12
Standard Error of Predicted
Value 4825.880 8440.708 6879.089 1129.506 12
Adjusted Predicted Value 42994.1289 430113.2188 136153.2338 1.11784E5 12
Residual -6716.16016 7408.48486 .00000 5142.93868 12
Std. Residual -.787 .869 .000 .603 12
Stud. Residual -1.418 1.587 -.092 1.095 12
Deleted Residual -
57135.22266 31243.87891 -5260.27543 23770.49955 12
Stud. Deleted Residual -1.742 2.258 -.062 1.307 12
Mahal. Distance 2.605 9.858 6.417 2.263 12
Cook's Distance .010 5.495 .799 1.533 12
Centered Leverage Value .237 .896 .583 .206 12
a. Dependent Variable: PAD Charts