Fenomena Perpindahan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Fenomena Perpindahan

Citation preview

  • TUGAS FENOMENA PERPINDAHAN

    Disusun oleh:

    KELAS B (SELASA SIANG)

    JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    SEMARANG

    2014

  • APRILIA LAILA FAJRIN / 21030112130049

    Thermal Conductivity of Solids halaman 280

    Nilai konduktivitas thermal (k) dari padatan harus diukur secara experimental

    (percobaan) terlebih dahulu karena nilai k tergantung pada banyak faktor yang susah untuk

    diprediksi. Pada kristalin, ukuran dan bentuk menjadi faktor penting. Sedangkan pada material

    berpori, nilai thermal conductivitynya dipengaruhi oleh fraksi ruang kosong, ukuran pori, dan

    jenis fluida yang digunakan dengan material berpori tersebut.

    Secara umum, logam lebih baik dalam menghantarkan panas daripada non logam.

    Kristalin juga lebih cepat menghantrkan panas daripada material amorphous. Padatan berpori

    yang kering sangat lemah dalam menghantarkan panas, oleh karena itu cosck sebagai thermal

    insullation (isolator panas). Nilai konduktivitas logam menurun dengan peningkatan suhu, hal itu

    dikarenakan semakin tinggi suhu kerapatan molekul-molekul dalam logam akan merenggang

    menyebabkan kemampuan menghantarkan panasnya akan menurun, sehingga nilai k nya akan

    menurun.

    Hubungan antara nilai k dan nilai konnduktivitas electrical (ke) :

    Nilai L merupakan Lorentz-number yang besarnya 22-29.10-9

    volt2/K

    2. Besarnya bilangan

    ini untuk padatan murni pada 273 K dan berubah berdasarkan temperatur. Nilai ini akan

    meningkat 10-20% per 1273 K. Pada suhu yang sangat rendah, padatan akan menjadi

    superkoduktor terhadap listrik tapi tidak terhadap panas.

    Persamaan diatas hanya berguna untuk logam (padatan) murni karena elektron bebas nya

    merupakan pembawa panas utama. Persamaan diatas tidak sesuai untuk nonlogam (non padatan)

    karena konsentrasi elektron bebasnya rendah.

  • ASIH MUSTIKASARI / 21030112130064

    Aliran dekat permukaan datar digambarkan pada Gambar. 5,3-1. Hal ini mudah untuk

    membedakan empat daerah aliran:

    Viscous sublayer sangat dekat dinding, di mana viskositas memainkan peran kunci

    Buffer layer, di mana transisi terjadi antara viscous dan inersial sublayers

    inersial sublayer pada awal aliran turbulen utama, di mana viscosity bermain di sebagian

    besar peran kecil

    main turbulen stream, di mana distribusi waktu-kecepatan merata adalah hampir datar dan

    viskositas tidak penting

    Harus ditegaskan bahwa klasifikasi ini ke daerah aliran agak sewenang-wenang.

    (R. Byron Bird dkk. Transport Phenomena 2th

    ed. hal 159-160)

  • DIAS NATRASUARI / 21030112130031

    Bilangan Nusselt : rasio pindah panas konveksi dan konduksi normal terhadap batas dalam kasus

    pindah panas pada permukaan fluida

    Bilangan grashof : dapat dipandang sebagai sebuah kuran kekuatan relative daya apung dan gaya

    kental

    Bilangan Reynolds :adalah rasio antara gaya inersia (vs) terhadap gaya viskos (/L) yang

    mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran

    tertentu. Bilangan ini digunakan untuk mengidentikasikan jenis aliran yang

    berbeda, misalnya laminar dan turbulen

    Bilangan Prandt : Parameter yang menghubungkan ketebalan relative antara lapisan batas

    hidrodinamik dan lapisan batas termal.

  • JEFRI PANDU HIDAYAT / 21030112110033

    Jenis perpindahan panas secara konveksi.

    1. Konveksi Paksa (Forced Convection)

    2. Konveksi Bebas (Free Convection)

    Dalam perhitungan profil suhu pada perpindahan panas konveksi paksa, hal utama menghitung

    profil kecepatan pada sistem tersebut.

    Forced Convection

    1. Aliran yang terjadi ditentukan pula oleh gaya dari luar

    2. Profil kecepatan ditemukan untuk menentukan profil suhu pada sistem

    3. Nu = Re.Pr

    Free Convection

    1. Aliran dari gaya bouyant dari fluida yang dipanaskan

    2. Profil kecepatan dan profil suhu tidak saling berhubungan (interdependent)

    3. Nu = Gr.Pr

    Transfer Panas

    Konduksi

    Konveksi

    Radiasi

    = (Mixed

    Convection

    M F/Q

    M

  • MOCHAMMAD ARI R / 21030112130119

    Eddy Diffusifity

    Dengan menganalogikan dengan hukum pertama Ficks tentang diffusi, dapat kita tulis :

    Sebagai penjelasan dari persamaan untuk diffusivitas turbulen , atau biasa disebut eddy

    diffusivity. Sama kasusnya dengan viskositas eddy dan konduktivitas panas eddy, diffusivitas

    eddy juga bukan merupakan karakteristik sifat fisik dari fluida, tapi tergantung dari posisi, arah,

    dan aliran alaminya.

    Diffusivitas eddy

    dan viscositas kinematic eddy v(t)

    = u(t)/ mempunyai dimensi yang

    sama, yaitu kuadrat panjang dibagi dengan waktu. Rationya

    Adalah kuantitas tak berdimensi, diketahui sebagai bilangan Schmidt turbulen. Sama kasusnya

    dengan bilangan Prandtl turbulen, bilangan Schmidt turbulen merupakan urutan kesatuan. Maka

    diffusivitas eddy dapat diestimasikan diganti dengan viscositas kinematic

  • USYA RAHMATIKA / 21030112120015

    Viskositas Eddy

    Viskositas eddy adalah tegangan geser pada aliran turbulen. Nilainya berubah-ubah dari satu

    kondisi aliran turbulen ke kondisi lainnya dan dari satu daerah didalam aliran turbulen ke daerah

    lainnya. Viskositas molekuler adalah properti dari fluida, sedangkan viskositas eddy adalah

    properti dari suatu aliran.

    Ada 2 persamaan yang dipakai :

    Wall turbulence :

    0 <

    < 5

    Free turbulence : )

    Dimana y = R- r adalah jarak yang diukur dari dinding, = (/)1/2 yang disebut kecepatan gesekan, * bukan kecepatan sesungguhnya dari fluida melainkan hanya suatu besaran yang memikiki dimensi kecepatan, b adalah lebar daerah percampuran.

  • YESSI FRENDA PRAVITA / 21030112120014

    Pengaruh Tekanan dan Temperatur terhadap Viskositas

    Bird page 21-22

    Harga viskositas untuk gas dan likuid murni dapat ditemukan di berbagai buku. Namun harga

    viskositas juga dapat ditentukan melalui metode empiris menggunakan data dari zat terkait.

    Grafik di atas menunjukkan fenomena umum viskositas terhadap temperatur dan tekanan

    untuk fluida yang sering ditemui. Viskositas terreduksi diplotkan terhadap temperatur

    terreduksi, dalam berbagai nilai tekanan terreduksi. Terreduksi maksudnya adalah bilang tak

    berdimensi karena telah dibagi oleh nilai kritiknya. Grafik menunjukkan bahwa pada gas,

    semakin kecil tekanan maka gas mendekati limit (low-density limit), dimana kebanyakan gas

    limit ini berada pada kisaran 1 atm. Kenaikan temperatur pada gas akan meningkatkan

    viskositasnya, sedangkan pada cairan akan menurunkan viskositasnya.

    Grafik di atas juga bisa untuk menentukan harga viskositas zat campuran melalui persamaan

  • UDIN MABRURO / 21030112140037

    Kavitasi adalah pembentukan rongga uap dalam cairan - yaitu kecil zona bebas cairan ("gelembung" atau

    "void") - yang merupakan konsekuensi dari gaya yang bekerja pada cairan. Ini biasanya terjadi ketika

    cairan yang mengalami perubahan yang cepat tekanan yang menyebabkan pembentukan rongga di

    mana tekanan relatif rendah. Ketika mengalami tekanan yang lebih tinggi, rongga meledak dan dapat

    menghasilkan gelombang kejut yang intens.

    Kavitasi hidrodinamik menjelaskan proses penguapan, generasi gelembung dan gelembung ledakan yang

    terjadi pada cairan mengalir sebagai akibat dari penurunan dan peningkatan berikutnya dalam tekanan.

    Kavitasi hanya akan terjadi jika tekanan menurun ke beberapa titik di bawah tekanan uap jenuh cairan

    dan pemulihan selanjutnya atas tekanan uap. Jika tekanan pemulihan tidak atas tekanan uap kemudian

    berkedip dikatakan telah terjadi. Dalam sistem pipa, kavitasi biasanya terjadi baik sebagai akibat dari

    peningkatan energi kinetik (melalui penyempitan area) atau peningkatan elevasi pipa. Hal ini sesuai

    dengan persamaan Bernoulli.

    Kavitasi hidrodinamik dapat diproduksi dengan melewatkan cairan melalui saluran terbatas pada

    kecepatan tertentu atau oleh rotasi mekanik dari suatu obyek melalui cairan. Dalam kasus saluran

    terbatas dan didasarkan pada geometri tertentu (atau unik) dari sistem, kombinasi dari tekanan dan

    energi kinetik dapat menciptakan kavitasi hidrodinamik gua hilir penyempitan lokal menghasilkan tinggi

    gelembung kavitasi energi.Kavitasi adalah, dalam banyak kasus, kejadian yang tidak diinginkan. Dalam

    perangkat seperti baling-baling dan pompa, kavitasi menyebabkan banyak kebisingan, kerusakan pada

    komponen, getaran, dan hilangnya efisiensi. Kavitasi juga telah menjadi perhatian di sektor energi

    terbarukan karena dapat terjadi pada permukaan blade turbin arus pasang surut. Setelah permukaan

    awalnya dipengaruhi oleh kavitasi, ia cenderung untuk mengikis dalam tempo yang cepat. Lubang

    kavitasi meningkatkan turbulensi aliran fluida dan menciptakan celah-celah yang bertindak sebagai situs

    nukleasi gelembung kavitasi tambahan. Lubang-lubang juga meningkatkan luas permukaan komponen

    dan meninggalkan tegangan sisa. Hal ini membuat permukaan lebih rentan terhadap korosi dan stress.

    http://en.wikipedia.org/wiki/Cavitation

    R. Byron Bird et al : The integration of transport phenomena into chemical engineering

  • BARZAN MAULANA / 21030112140116

    Kecepatan Superfisial

    Kecepatan superfisial adalah laju alir udara pada kolom yang kosong,

    sedangkan kecepatan interstitial adalah kecepatan udara di antara partikel unggun.

    Pada kecepatan superfisial rendah, ungun mula-mula diam. Jika kecepatan

    superfisial dinaikkan maka pada suatu saat gaya seret fluida menyebabkan unggun

    mengembang dan menyebabkan tahanan terhadap aliran udara mengecil, sampai

    akhirnya gaya seret tersebut cukup untuk mendukung gaya berat partikel unggun.

    Hal ini menyebabkan unggun terfluidisasi dan sistem solid-fluida menunjukkan

    sifat-sifat seperti fluida.

    Kecepatan Superfisial dapat dinyatakan dalam:

    Dimana :

    us Kecepatan superfisial, m/s

    Q - volume aliran, m3/s

    A Luas permukaan, m2

    Menggunakan konsep porositas, ketergantungan antara kecepatan adveksi cairan

    dan kecepatan superfisial dapat dinyatakan sebagai :

    Dimana :

    = Porositas

    v = Kecepatan Adveksi, m/s.

    Jika suatu aliran udara melewati partikel unggun yang ada dalam tabung, maka

    aliran tersebut akan memberikan gaya seret (drag force) pada partikel dan

    menimbulkan pressure drop sepanjang unggun. Pressure drop akan naik jika

    kecepatan superficial naik

  • LUTHFI CHOIRULY /21030112130055

    Refferensi : Bird,R.B., W.E. Stewart, and E.N. Lightfoot,

    Transport Phenomena, John Wiley

  • CITRAWATI NUGRAHENI M / 21030112130045

    Perbandingan Aliran Laminar Dan Turbulen Pada Circular Tubes

    Dari fig 5.1-1. dapat disimpulkan :

    1. Pada

    yang sama, kecepatan turbulen lebih besar dibanding kecepatan laminer,

    kecuali pada

    kecepatannya sama.

    2. Selisih antara kecepatan pada bagian dinding (r=R) pada laminer lebih besar, sehingga

    impact dari friksi yang ditimbulkan pipa lebih significant pengaruhnya terhadap aliran.

    Distribusi kecepatan dan kecepatan rata-rata

    Pada laminer, alirannya steady-fully developed yang artinya kecepatan pada semua titik/

    bagian sama besarnya dan tidak ada perubahan terhadap waktu

    .

    Distribusi kecepatan dan kecepatan rata-rata pada laminer dapat dirumuskan :

    Sedangkan pada turbulen, alirannya unsteady state yang artinya kecepatannya berubah-

    ubah tergantung waktu

    .

    Distribusi kecepatan dan kecepatan rata-rata pada laminer dapat dirumuskan :

  • Pressure drop

    Pressure drop adalah penurunan tekanan pada aliran fluida di dalam pipa karena adanya

    friksi/ gesekan. Friksi sepanjang pipa entah alirannya laminer atau turbulen besarnya sama.

    Perbedaannya yaitu pengaruh friksi terhadap aliran tersebut. Pada aliran turbulen, alirannya

    bisa melawan friksi sedangkan pada laminer tidak bisa melawan friksi. Akibatnya, pressure drop

    pada aliran turbulen lebih kecil, tetapi membutuhkan energi yang lebih besar untuk melawan

    friksi tersebut. Energi ini dapat diperoleh dari blower, pompa atau kompresor.

    Pressure drop untuk aliran laminer :

    Pressure drop untuk aliran turbulen :

  • ABDUL AZIZ / 21030112130062

    Difusivitas Thermal

    Difusivitas thermal adalah konduktivitas thermal (k) yang dibagi dengan densitas () dan

    panas jenis spesifiknya (Cp) pada kondisi tekanan konstan. Difusivitas thermal digunakan untuk

    mengukur kemampuan material untuk menghantarkan energy panas relative terhadap

    kemampuannya menyimpan panas.

    Difusivitas thermal dapat di notasikan dengan :

    =

    Dimana Cp adalah kapasitas panas Volumetrik

    Dalam suatu zat atau material yang memiliki nilai difusivitas thermal yang tinggi, panas

    akan bergerak sangat cepat karena zat tersebut menghantarkan panas relative terhadap kapasitas

    panas volumetriknya.

    Selain Itu notasi Difusivitas thermal mirip dengan dimensi pada viskositas kinematik (v)

    yaitu (Satuan waktu)2/ Satuan Panjang. Dimana rasio antara V/ menunjukkan kerelativan

    momentum dan transport energy dalam system aliran.

  • INTAN MEDINAH / 21030112130081

    The Smoothed Equations of Change for Incompressible Fluids

    Suatu titik pada aliran turbulen dalam sebuah tabung dengan tekanan konstan, dapat

    dilihat bahwa kecepatan yang merupakan fungsi waktu membentuk suatu grafik yang tidak

    teratur seperti yang terlihat pada gambar berikut:

    Jika diambil pada satu waktu tertentu, kecepatan aktualnya merupakan jumlah dari

    kecepatan rata-rata dan fluktuasinya yang biasa disebut dengan fluktuasi Reynold. Misalnya pada

    komponen z:

    Sedangkan kecepatan rata-ratanya dapat diketahui dengan

    yang biasa disebut dengan kecepatan rata-rata atau time-smoothed velocity merupakan fungsi yang tidak dipengaruhi oleh waktu namun dipengaruhi posisi. Ketika kecepatan rata-rata

    tidak dipengaruhi waktu, atrinya bahwa alirannya merupakan aliran turbulen yang alirannya

    steady. Fungsi dari kecepatan dapat digunakan juga untuk tekanan.

    Untuk aliran turbulen dalam pipa yang bergantung pada waktu, harus sangat kecil dibandingkan dengan gradien tekanannya, namun tetap besar jika dibandingkan dengan

    fluktuasinya. Sehingga didapat hubungan:

    tidak akan bernilai 0 dan rasio

    dapat digunakan untuk menghitung besarnya fluktuasi

    turbulen. Kuantitas tersebut yang disebut juga intensitas turbulen dapatbernilai 1-10% pada

    aliran utama dan lebih dari 25% pada aliran dekat dinding. juga bernilai bukan 0. Hal ini terjadi karena pergerakan pada sumbu x dan sumbu y berhubungan. Fluktuasi pada sumbu x

    bergantung pada arah y

  • BRAMANTYA BRIAN SUWIGNJO / 21030112140169

    KONDUKTIVITAS TERMAL ZAT PADAT

    Konduktivitas termal zat padat bergantung pada banyak faktor yang sukar untuk diukur atau

    diprediksi. Konduktivitas termal pada bahan kristalin ditentukan oleh faktor fase dan ukuran

    kristalin. Untuk bahan amorf (amorphous) dipengaruhi oleh derajat orientasi molekul-

    molekulnya. Untuk bahan berpori sangat dipengaruhi oleh fraksi ruang kosong (void), ukuran

    pori, dan fluida yang terkandung dalam pori.

    (Tambahan: Sebenarnya faktor paling utama yang mempengaruhi adalah fraksi void dan fase.

    Apabila void semakin besar, konduktivitas termalnya semakin kecil.)

    Konduktivitas bahan logam murni akan turun seiring naiknya suhu (T), sedangkan konduktivitas

    bahan nonlogam justru akan naik, untuk konduktivitas bahan alloy bersifat intermediet/antara.

    Untuk bahan logam murni k (konduktivitas termal) dan ke (konduktivitas elektrik) diberikan oleh

    persamaan Wiedemann-Franz-Lorenz.

    L adalah bilangan Lorenz. Untuk logam murni L = 22 29 x 10-9 volt2/K2 pada suhu 0 oC dan

    berubah sedikit demi sedikit selama kenaikan suhu di atas 0 oC. Mengalami kenaikan 10%

    hingga 20% per 1000 oC. Logam pada suhu sangat rendah (-269.4

    oC

    untuktermometerraksa) bersifat superkonduktor terhadap listrik namun bukan terhadap

    panas, maka dari itu, L sangat bervariasi dengan suhu dekat daerah superkonduktor

    (superconducting region). Penggunaan persamaan di atas untuk alloy menjadi terbatas karena

    sangat bervariasi terhadap beda konsentrasi, dan beberapa kasus juga terhadap suhu. L sangat

    dapat berlaku untuk logam murni karena elektron bebas yang terkandung merupakan penghantar

    utama panas. Sehingga persamaan di atas tidak cocok untuk nonlogam yang miskin elektron

    bebas.

    (Bird, R. Byron, Stewart, Warren E. and Lightfoot, Edwin N., Transport Phenomena, Second

    Edition, John Willey & Sons, Inc., USA, 2002.)

  • IGNATIUS IVAN HARTONO / 21030112140047

    Molecular theory of the viscosity of liquids

    Dalam permukaan air yang tenang, atom atom H20 selalu bergerak. Molekul yang selalu

    bergerak tersebut menyebabkan getaran / vibran antar molekul molekulnya. Namun atom

    atom H20 tersebut tidak dapat bergerak terlalu bebas, karena adanya cage dari atom lainnya.

    Cage yang dimaksud disini adalah susunan atom H20 disebelah atom H20 yang ingin bergerak

    bebas, sehingga atom H20 tersebut tidak dapat bergerak bebas.

    Cage ini mempunyai rumus :

    , dimana disini adalah energi minimum yang diperlukan

    suatu atom untuk bisa lepas dari cage

    Dengan N adalah bilangan Avogadro

    Menurut Eyring, pergerakan molekul tersebut dapat kita hitung dengan cara :

    V =

    Dengan K adalah bilangan Boltzman,h adalah konstanta Plank, R adalah konstanta gas. Melalui

    rumus tersebut kita dapat mencari harga kecepatan atom H20

  • EGANANTA SANTOSO / 21030112130046

    Flow of Inviscid Fluid by use of The Velocity Potential

    Inviscid fluid adalah fluida yang tidak memiliki viskositas, sehingga dalam suatu aliran

    tidak menimbulkan gaya geser dan tanpa energy disipasi.

    Pada kenyataanya, tidak ada fluida yang tidak memiliki viskositas, yang ada adalah fluida

    yang memiliki viskositas yang sangat kecil sehingga tidak mempengaruhi aliran suatu fluida.

    Karena viskositas yang kecil maka fluida memiliki Bilangan Reynold yang besar.

    Untuk mengetahui profil aliran inviscid fluid, dapat diasumsikan = konstan dan , serta dianggap aliran dalam 2 dimensi yang berbeda sehingga terdapat boundary layer. Daerah di atas boundary layer dikenal sebagai daerah inviscid, dimana pada daerah

    tersebut efek viscous tidak ada, sehingga tegangan gesernya diabaikan. Tipe aliran ini dikenal

    dengan potential flow. Kemudian vortisitas (w) dianggap 0 maka disebut irrotational.

    Untuk mencari potential flow dapat menggunakan persamaan kontinyuitas untuk fluida

    tak termampatkan dan persamaan Euler untuk inviscid fluid

    (kontinyu)

    (motion)

    Pada persamaan motion kita menggunakan vector identity

    Persamaan untuk two dimentional, irrotational dimana

    Untuk aliran yang kontinyu

    Persamaan untuk gerakan yang steady dan irrotational dapat dinyatakan dalam

    Dari persamaan tersebut dapat dihubungkan dengan stream function dan velocity

    potential, sehingga :

    Sehingga persamaan untuk aliran kontinyu dan two-dimensional untuk menghitung profil

    kecepatan, menjadi :

    Transport Phenomena, Bird. Hal 126

    Mekanika fluida, Abdul Hamid

  • MAYKE PUTRI HASTA RANI / 21030112130128

    Solid mula-mula pada suhu T0

    Pelat bawah diberi panas secara mendadak sebesar

    T1

    Proses Unsteady.

    T = f(t)

    Proses Steady State

    T f(t) HUKUM FOURIER MENGENAI KONDUKSI

    PANAS

    Slab dari material padat dengan luas A yang terletak

    diantara dua pelat paralel dengan jarak satu sama

    lain Y . Asumsi pada keadaan awal (t

  • ANGGA MUHAMMAD KURNIA / 21030112130126

    Hukum Ficks Untuk Difusi Biner

    Konsep dari konduksi panas yang

    dikembangkan Fourier dapat diterapkan

    kedalam perpindahan massa yang

    ditemukan oleh Fick. Terdapat fused-

    sillica plate dengan luas penampang A dan

    ketebalan Y. Pada waktu t

  • BAGUS MULIAJAYA LUTFI / 21030112120001

    Difusivitas Eddy

    Difusi adalah proses perpindahan massa suatu dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.

    Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara merata atau mencapai

    keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan

    konsentrasi. Hal hal ang mempengaruhi proses difusi adalah perbedaan jumlah massa, luas,

    densitas, dan tipe aliran. Pada proses difusi terdapat 2 tipe aliran yaitu aliran laminer dan aliran

    turbulen yang umumnya sering digunakan dalam proses. Pada proses dengan aliran tubulen dan

    menggunakan rezim turbulen terdapat difusi yang sering disebut difusi pusaran atau difusi eddy

    sebagai akibat dari kecepatan aliran molekul pada pusat dengan gambar sebagai berikut :

    Difusi eddy sering digunakan dalam penentuan panjang kolom dalam alat kromatografi. Salah

    stau faktor yang mempengaruhi difusi eddy adalah difusivitas eddy. Difusivitas eddy tidak

    bergantung pada karakteristik fluida melainkan bergantung pada posisi fluida. Semakin dekat

    fluida dengan pusat maka semakin besar harga difusivitas eddynya. Difusivitas eddy dapat

    diperoleh melalui bilangan schmidt turbulen yang menyatakan hubungan antara difusivitas eddy

    dengan viskositas kinematis eddy sebagai berikut :

  • ARDHA ERI YULIANA / 21030112130069

    KONDUKTIVITAS TERMAL PADA CAIRAN

    Dibutuhkan teori kinetik yang sangat detail untuk menjelaskan konduktivitas termal pada cairan

    monoatomik. Teori kinetik telah dikembangkan setengah abad yang lalu, tetapi belum

    didapatkan perhitungan yang praktis. Teori yang menyatakan transport energi pada cairan murni

    adalah Teori Bridgman. Bridgman mengasumsikan bahwa molekul-molekul tersusun di dalam

    kisi kubik dengan jarakpusat ke pusat kisi dinyatakan dalam (

    dengan

    merupakan volume

    per molekul. Bridgman juga mengasumsikan bahwa energi yang akan ditransfer dari kisi satu

    menuju kisi yang lain dengan kecepatan sonic, v. Persamaannya dapat dinyatakan:

    k =

    v = v |y| ................. (9.4-1)

    Kapasitas panas pada volume konstan pada cairan monoatonik sama seperti pada padatan dengan

    temperatur tinggi, dari Dulang dan Petit formula v= 3

    . Kecepatan rata-rata molekul pada

    arah y, |y| diganti dengan kecepatan sonik (s). Jarak adalah energi yang melewati dua kisi

    yang berurutan diubah menjadi (

    . Sehingga didapatkan persamaan baru:

    k = 3 (

    s ................. (9.4-2)

    Dari data percobaan memperlihatkan hal yang sama dengan persamaan (9.4-2) di atas bahkan

    dengan menggunakan fluida poliatomic sekalipun, akan tetapi lebih teliti jika konstantanya

    diubah menjadi 2.8

    k = 2.8 (

    s ................. (9.4-3)

    Persamaan tersebut hanya terbatas untuk densitas kritis karena diasumsikan bahwa setiap

    molekul berosilasi di dalam sangkar yang terbentuk dari gabungan-gabungan molekul terdekat.

    Untuk menentukan s dapat dicari dengan rumus:

    s =

    ................. (9.4-4)

  • Sumber: Transport Phenomena 2nd

    Edition, Bird, R.B, et all

    Page 279-280, Chapter 9

  • YONATHAN NUSAPUTRA HANDOYO / 21030112130066

    BILANGAN PRANDTL

    Bilangan Prandtl adalah suatu bilangan tak berdimensi yang merupakan rasio dari momentum

    difusi (viskositas kinematik) dan difusivitas termal. Bilangan ini dinamai sesuai dengan nama

    penemunya, yaitu Ludwig Prandtl. Bilangan prandtl di definisikan sebagai berikut:

    Dimana,

    : kinematic viscosity, , (SI units : m2/s)

    : thermal diffusivity, , (SI units : m2/s)

    : dynamic viscosity, (SI units : Pa s = N s/m2

    : thermal conductivity, (SI units : W/(m K) )

    : specific heat, (SI units : J/(kg K) )

    : density, (SI units : kg/m3 ).

    Perlu diperhatikan bahwa pada bilangan prandtl tidak terdapat variabel skala panjang dan hanya

    bergantung pada properti fluida. Apabila nilai maka difusivitas termal mendominasi, jika

    maka momentum difusi yang mendominasi. Pada transfer panas, bilangan prandtl mengontrol

    ketebalan relatif momentum dan lapisan batas termal.

  • IRMA SAPUTRI / 21030112130048

    Gerakan Osilasi pada Amplitudo yang Kecil

    Metode yang biasa digunakan untuk mengukur respon keelastisan fluida atau viskositas

    fluida adalah dengan percobaan pengukuran gerakan osilasi jika dikenai amplitudo yang kecil.

    Plate bagian atas akan bergerak maju mundur, sehingga menimbulkan getaran dengan

    model seperti grafik sinus. Jika pergerakan plate sangat kecil dan fluida memilki viskositas yang

    tinggi, maka profil kecepatannya akan linier. Kecepatan ini dapat dirumuskan dengan :

    vx (y,t) = y cos t dimana : = tegangan geser

    (Transport Phenomena by Bird, page 238)

  • MINACO RINO / 21030112140043

    Hukum Wiedemann-Franz- Lorenz dan Lorenz Number

    Hukum Wiedemann-Franz adalah rasio kontribusi elektronik konduktivitas termal () dengan

    konduktivitas listrik (ke) dari logam, dan sebanding dengan suhu (T). Untuk logam murni,

    sebagai lawan paduan, konduktivitas termal k dan listrik konduktivitas k, terkait kira-kira sebagai

    berikut:

    L atau Lorenz Number bernilai sekitar 22 29. 10-9 volt2/K2 untuk logam murni pada suhu 0 C

    dan berubah tetapi sedikit dengan suhu di atas O C, kenaikan 10-20% per 1000 C yang khas.

    Salah satu penggunaan Lorenz Numberadalah untuk menghitung penurunan tegangan yang

    diperlukan ketika suhu logam naik.

  • REZA HARENA PUTRIADI / 21030111120004 (PERBAIKAN)

    FAKTOR FRIKSI DALAM ALIRAN FLUIDA

    Faktor friksi merupakan fungsi kekasaran relatif dari dinding pipa bagian dalam, yang

    tergantung dari jenis bahan pipa yang digunakan, serta merupakan fungsi turbulensi aliran yang

    dinyatakan sebagai bilangan Reynold. Faktor friksi dapat menyebabkan adanya hilang tekan

    (pressure drop) dalam suatu aliran.

    Aliran fluida dengan densitas konstan dapat dibedakan menjadi dua sistem atau 2 tipe,

    yaitu :

    a. Fluida mengalir pada saluran lurus dengan lintasan yang seragam.

    b. Fluida mengalir di sekitar objek yang terendam

    Ada dua jenis gaya yang terdapat pada fluida yaitu Fs, yaitu gaya yang akan diberikan

    oleh fluida walaupun tidak bergerak dan Fk, yaitu gaya tambahan yang terkait dengan gerakan

    dari fluida.

    Untuk kedua tipe tersebut, besarnya gaya Fk adalah proporsional dengan karakteristik

    luas daerah A dan karakteristik energi kinetik K per unit volume, sehingga :

    Fk= A. K. f (pers.1)

    Dimana proporsionalitas konstan dari f disebut faktor friksi. Dengan catatan bahwa

    persamaan (1) bukan hukum dari dinamika fluida, tetapi hanya difinisi untuk f. Definisi ini

    sangat penting, karena bilangan tidak berdimensi f dapat dinyatakan sebagai fungsi sederhana

    dari bilangan Reynolds dan bentuk sistem.

    Secara jelas, untuk setiap aliran sistem yang diberikan, f tidak didefinisikan sampai A dan

    K yang spesifik. Untuk lebih jelas lagi definisi dari faktor friksi akan dijelaskan sebagai berikut :

    a. Untuk aliran di dalam saluran

    A biasanya didapat dari permukaan yang basah, dan K didapat dari (v)2. Secara spesifik,

    untuk pipa silinder dengan jari-jari R dan panjang L , faktor friksi (f) dapat didefinisikan

    sebagai :

    Fk = (2 ).( (v)2) (pers. 2)

    Umumnya, yang dihitung bukanlah Fk, tetapi adalah perbedaan tekanan p0-pL dan perbedaan

    ketinggian h0-hL.

    Fk = [(p0-pL)+ g(h0-hL) R2 (pers. 3)

    = (P0-PL) R2

    Eliminasi Fk dari pers (2) dan (3) didapatkan :

  • (pers. 4)

    Dimana D= 2R adalah diameter tube. Persamaan 4 menunjukkan bagaimana menghitung

    f dari data eksperimen. Besarnya f terkadang disebut Faktor Friksi Fanning.

    b. Untuk aliran disekitar objek yang tenggelam (submerged object)

    Karakteristik luas daerah A biasanya diambil dari area yang didapat dengan

    memproyeksikan padatan ke bidang yang tegak lurus dengan kecepatan dari fluida.

    Besarnya K didapat dari (v)2 , dimana v merupakan kecepatan pendekatan dari fluida

    yang memiliki jarak besar dari objek. Contohnya, untuk aliran disekitar bola dengan radius

    R, sehingga didapatkan persamaan faktor friksi :

    Fk = ( .R2)( (v)

    2) (pers. 5)

    Jika tidak mungkin untuk menghitung Fk, maka dapat menghitung terminal velocity dari

    bola ketika bola jatuh melintasi fluida (dalam kasus ini, v memiliki interpretasi dengan

    terminal velocity dari bola). Untuk bola jatuh dalam keadaan steady-state pada fluida, gaya

    Fk hanya menjadi counterbalance oleh gaya gravitasi pada bola yang memiliki gaya ringan.

    (pers. 6)

    Eliminasi Fk antara persamaan (5) dan (6) didapat :

    Persamaan ini dapat digunakan untuk mendapatkan f dari data terminal velocity. Faktor

    friksi yang digunakan pada persamaan (5) dan (7) sering disebut dengan drag coefficient dan

    diberikan simbol cD.

    (Reff : Transport Phenomena (second edition) by R.Byron Warren E, Stewart and Edwin N,

    Lighfoot.)

  • SUAD FATIHATI / 21030112130050

    Heat Conduction With a Viscous Heat Source

    Jika suhu pada pipa bagian dalam dijaga pada T = To, dan pipa bagian luar T = Tb, maka fluida

    yang berada pada bagian antara dinding dalam dan dinding luar, T merupakan f(r).

    ketika pipa bagian luar diberikan gaya

    (digerakkan), maka akan terjadi transfer

    energi dan transfer momentum,dimana

    fluida pada bagian yang lebih dekat

    sumber gerakan maka

    kecepatannyalebih besar, sehingga

    distribusi kecepatan digambarkan

    sebagai fig.10.4-2.

    Ketika pipa berputar maka akan timbul friksi antara fluida dan pipa yang dapat menghasilkan

    panas, energi mekanik diubah menjadi energi pana. Volume sumber panas yang dihasilkan dari

    viscous dissipation dilambangkan Sv , yang secara otomatis muncul pada persamaan energi

    balance ketikamengkombinasikan vektor energi flux e yang sesuai dengan persamaan

    Dengan x adalah jarak pipa

    luar dan dalam, dan z adalah

    panjang pipa.

  • YULITA NURUL ISLAMI / 21030112120009

    Teori Difusi pada Polimer

    Pada suatu polimer A yang larut didalam solven B maka molekul pada polimer

    dimodelkan seperti rantai manik-manik, dimana setiap rantai tersebut tersusun secara linier. Pada

    setiap molekul polimer tersebut terdapat koefisien friksi () yang diuraikan dengan hukum Stoke

    yaitu ketahanan dari gerakan molekul polimer dalam solven.

    Pada setiap pergerakan molekul, molekul pada polimer akan menyenggol molekul solven

    disebelahnya dan begitu seterusnya. Hal ini disebut interaksi hidrodinamika. Teori untuk

    memprediksi difusivitas pada polimer dengan jumlah (N) harus proporsional dengan nilai N-1/2

    .

    Karena jumlah monomer sebanding dengan berat molekul polimer (M), maka didapatkan

    persamaan:

    Sedangkan untuk self diffusion:

  • INDRI WAHYUNINGTYAS / 21030112120005

    TEORI MOLEKUL PADA TEORI VISKOSITAS GAS DENSITAS RENDAH

    Dalam menentukan mekanisme perpindahan momentum pada gas dengan melihat secara

    sudut pandang molekular yaitu tiap satu molekul . Perhatikan gas murni berupa molekul

    bulat, (rigid) tidak ada tarikan antar melekul dengan diameter d dan massa m. Terdapat

    sejumlah n konsentrasi molekul per satuan volume. Konsentrasi molekul gas tersebut

    cukup sedikit sehingga jarak rata-rata antar molekul berkali lipat terhadap diameter (d).

    Pada keadaan setimbang gas, berdasarkan teori kinetik, kecepatan molekul relatif

    terhadap kecepatan fluida v, memiliki arah yang acak dan memiliki besaran rata-rata.

    K adalah konstanta Boltzmann

    Frekuensi/jumlah tabrakan molekul pada sebuah sisi permukaan diam adalah Z

    Untuk menentukan viskositas gas sebagai sifat molekul, kita perhatikan perilaku gas

    ketika mengalir paralel terhadap sumbu x dengan gradien kecepatan dvx/dy . Kita

    asumsikan persamaan diatas tetap valid pada situasi tak-setimbang, sehingga seluruh

    kecepatan molekul dihitung relatif terhadap kecepatan rata-rata v pada daerah tabrakan

    terakhir molekul tersebut

  • Fluks momentum sumbu x pada bidang konstan y adalah penjumlahan momentum x

    molekul yang melewati arah positif y dan dikurangi momentum x yang melewati arah

    yang berlawanan.

    ayxayxyxvZmvZm

    Kita asumsikan bahwa seluruh molekul memiliki kecepatan yang mewakili daerah

    terakhir tabrakan dan profil kecepatan vx(y) dasarnya berupa linier untuk jarak rata-rata

    beberapa jalur bebas.

    yx berhubungan dengan hukum Newton tentang viskositas

    adalah viskositas

    Viskositas gas berbentuk bulat keras dengan densitas rendah

    Nilai pengujian dibutuhkan untuk menentukan diameter d tabrakan tidak dipengaruhi

    tekanan, hal ini sesuai hingga pengujian 10 atm sehingga pengujian menunjukkan

    bergantung temperatur.

    22

    3

    3

    2

    3

    1

    3

    1

    3

    1

    d

    mkTuunm

    dy

    dvunm xyx

  • ATIQOH SABRINA DEWI / 21030112140166

    Fluida Newtonian dan Fluida Non-Newtonian

    Fluida Newtonian (istilah yang diperoleh dari nama Isaac Newton) adalah suatu fluida yang

    memiliki kurva tegangan/regangan yang linier. Contoh umum dari fluida yang memiliki

    karakteristik ini adalah air. Keunikan dari fluida newtonian adalah fluida ini akan terus mengalir

    sekalipun terdapat gaya yang bekerja pada fluida. Hal ini disebabkan karena viskositas dari suatu

    fluida newtonian tidak berubah ketika terdapat gaya yang bekerja pada fluida. Viskositas dari

    suatu fluida newtonian hanya bergantung pada temperatur dan tekanan. Viskositas sendiri

    merupakan suatu konstanta yang menghubungkan besar tegangan geser dan gradien kecepatan

    pada persamaan

    dengan

    adalah tegangan geser fluida [Pa]

    adalah viskositas fluida suatu konstanta penghubung [Pas]

    adalah gradien kecepatan yang arahnya tegak lurus dengan arah geser [s

    ]

    Fluida non-Newtonian adalah suatu fluida yang akan mengalami perubahan viskositas ketika

    terdapat gaya yang bekerja pada fluida tersebut. Hal ini menyebabkan fluida non-Newtonian

    tidak memiliki viskositas yang konstan. Berkebalikan dengan fluida non-Newtonian, pada fluida

    Newtonian viskositas bernilai konstan sekalipun terdapat gaya yang bekerja pada fluida. Contoh

    fluida non-Newtonian yaitu minyak dan oli.

  • ISTIQOMAH ANI SAYEKTI / 21030112140165

    Tegangan geser

    Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya yang berlawanan arah,

    tegak lurus sumbu batang, tidak segaris gaya namun pada penampangnya tidak terjadi momen.

    Sebagai gambaran, dapat dicontohkan dengan sebuah buku yang diletakan diatas meja.

    Kemudian geser permukaan buku tersebut paralel terhadap pemukaan meja (ini adalah contoh

    gaya yang bekerja tangential), kemudian punggung buku menahan gaya tersebut dengan

    sebuah sudut tertentu, selain itu pada bagian atas buku bergeser dengan jarak tertentu.

    Hubungan Gaya Geser (F) dengan Tegangan Geser () serta Luas Benda (A) dijabarkan dalam

    persamaan:

    Pada fluida newtonian, tegangan gesernya berbanding lurus secara linier

    dengan gradien kecepatan pada arah tegak lurus dengan bidang geser. Definisi ini memiliki arti

    bahwa fluida newtonian akan mengalir terus tanpa dipengaruhi gaya-gaya yang bekerja pada

    fluida.

    Konstanta yang menghubungkan tegangan geser dan gradien kecepatan secara linier dikenal

    dengan istilah viskositas. Persamaan yang menggambarkan perlakuan fluida Newtonian

    adalah:

    di mana

    adalah tegangan geser yang dihasilkan oleh fluida

    adalah viskositas fluida-sebuah konstanta proporsionalitas

    adalah gradien kecepatan yang tegak lurus dengan arah geseran

  • KIKI RIZKI FATIMAH / 21030112140157

    Hukum kekekalan massa disebut juga sebagai prinsip

    kontinuitas (Principle of Continuity). Prinsip tersebut

    menyatakan bahwa laju perubahan massa fluida yang

    terdapatdalam ruang yang ditinjau pada selang waktu dt harus

    sama dengan perbedaan antara laju massa yang masuk dan laju

    massa yang keluar ke dan dari elemen fluida yang ditinjau.

    Prinsip kontinuitas menyatakan kekekalan massa dalam

    ruang berisi fluida yang ditinjau. Hubungan kekontinuitasan

    diproleh dari pertimbangan bahwa perubahan massa fluida

    didalam suatu volume elemen fluida (dx dy dz) selama waktu dt

    sama dengan perbedaan antara laju massa yang masuk dan

    keluar, ke dan dari, elemen fluida yang sedang ditinjau dalam selang waktu yang sama (dt).

    Persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:

    Masuk:

    Pada sumbu x Pada sumbu y

    Pada sumbu z

    Keluar:

    Pada sumbu x Pada sumbu y

    Pada sumbu z

    Sehingga,

    Persamaan di atas dibagi dengan x y z t sehingga,

    Dengan menganggap bahwa y, x, ,z dan t mendekati nol, maka,

    Atau, dapat juga ditulis :

    Sedangkan, jika suatu fluida merupakan fluida incompressible, dimana densitasnya adalah tetap,

    maka persamaannya akan berubah menjadi,

    Catatan :

    Operator diferensial vektor, , dikenal sebagai nabla atau del ditentukan berdasarkan koordinat, yaitu sebagai berikut

    Gambar 1. Fixed volume elemen

    x y z ketika suatu fluida mengalir.

  • RIZKY ARDIAS D / 21030112140170

    Dialisis adalah proses perpindahan molekul terlarut dari suatu campuran larutan yang terjadi

    akibat difusi pada membran semi-permeabel Molekul terlarut yang berukuran lebih kecil dari

    pori-pori membran tersebut dapat keluar, sedangkan molekul lainnya yang lebih besar akan

    tertahan di dalam kantung membrane. Selulosa adalah salah satu jenis materi penyusun membran

    dialisis yang cukup umum dipakai karena bersifat inert untuk berbagai jenis senyawa

    atau molekul yang akan dipisahkan. Laju difusi ditentukan oleh beberapa kondisi:

    Konsentrasi molekul pelarut yang akan keluar dari kantung dialisis. Jika konsentrasi molekul

    terlarut di lingkungan lebih kecil dibandingkan dengan yang ada di dalam kantung dialisis

    maka laju difusi akan semakin cepat.

    Luas permukaan kantung dialisis. Semakin luas permukaan membran yang digunakan maka

    laju difusi akan semakin cepat

    Volume pelarut. Jika rasio luas permukaan membran dengan volume pelarut besar maka laju

    difusi akan berlangsung dengan cepat karena molekul terlarut dapat berdifusi dalam jarak

    yang dekat.[1]

  • ZAIDIR SYAH MAULANA / 21030112120002

    MACROSCOPIC MASS BALANCE For ISOTHERMAL FLOW SYSTEMS

    Pada sistem yang ditunjukkan pada buku Transport Phenomena oleh Bird, halaman 197 gambar

    7.0-1 menunjukkan bahwa fluida masuk ke sistem pada plane 1 dengan penampang S1 dan

    meninggalkan plane 2 dengan penampang S2. Dan kecepatan rata rata yaitu v1 ketika masuk dan

    v2 ketika keluar.

    Disini kita mengansumsi bahwa : pada plane 1 dan 2 waktu kecepatan dibuat tegak lurus dengan

    penampang dan pada plane 1 dan 2 densitas dan sifat fisik lainnya dibuat sama atau seragam

    terhadap penampang.

    Untuk persamaan umumnya diperoleh :

    Dari persamaan diatas dapat kita lihat bahwa untuk keadaan dimana unsteady-state macroscopic

    mass balance menjadi

    Namun untuk keadaan dimana steady state maka menjadi , dngan asumsi bahwa single input, single output, densitas konstan sepanjang permukaan

  • LASMARIA PESTA MELISA SINAGA / 21030112130125

    DIFUSI

    Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian

    berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah, difusi akan terus terjadi hingga

    seluruh partikel tersebar luas secara merata atau mencapai kesetimbangan dimana perpindahan

    molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsnetrasi.

    Contoh : pemberian gula pada cairan teh tawar, lama kelamaan akan menjadi manis.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi:

    1. Ukuran partikel, semakin kecil ukuran partikel semakin cepat partikel itu bergerak

    sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.

    2. Ketebalan membran. Semakin tebal membran semakin lambat kecepatan difusi.

    3. Perbedaan konsentrasi, semakin besar perbedaan 2 konsentrasi semakin lambat kecepatan

    difusinya.

    4. Suhu, semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak lebih cepat

    makan kecepatan difusinya besar.

  • PULUNG SAMBADHA / 21030112120023

    Transfer Massa Pada Media Berpori

    Media berpori merupakan suatu alat yang yang sangat penting dan banyak di aplikasikan pada

    transfer massa. Seperti pada peristitiwa katalisis, reaktan akan menembus, teradsorspsi di

    permukaan katalis. Dan hal itulah yang membuat terjadinya reaksi kimia dngan batuan katalis.

    Media berpori juga banyak digunakan pada industry makanan, farmasi, kemudian untuk

    merecovery minyak bumi. Porous media yang banyak dikembangkan saat ini ada membrane,

    dengan manfaat yang sangat banyak, dan propek ke depan yang sangat bagus.Kita perlu

    memahami proses transfer massa pada media berpori, dan diharapkan bisa mengembangkannya.

  • AININU NAFIUNISA / 21030112130076

    Perbandingan Aliran Turbulen Dan Laminer Pada Pipa Nonsirkular

    Bentuk pipa tidak semua berbentuk silinder bulat, ada juga pipa yang berbentuk nosirkular salah

    satunya bentuk segitiga. Fluida yang mengalir didalam pipa ini ada 2 jenis yaitu turbulen dan

    laminar. Bentuk aliran fluidanya akan menunjukan profil yang berbeda.

    Pada aliran laminar, fluida akan mengalir secara lurus ke arah z, aliran ini akan paralel dengan

    dinding pipa. Seperti dapat dilihat dalam gambar berikut.

    Gambar A. Profil aliran laminar pada pipa nonsirkular

    Sedangkan pada aliran turbulen terjadi perbedaan yang cukup kontras. Pada aliran

    turbulen akan terjadi superposisi pada aliran ke arah z (aliran primer) dimana terjadi aliran yang

    lain ke arah sumbu x dan y, yang disebut aliran sekunder. Aliran sekunder ini lebih lemah

    daripada aliran primernya dan tersusun secara geometris membentuk 6 pusaran simetris

    disekeliling pola pipa. Seperti dapat dilihat dalam gambar dibawah ini.

    Gambar B. profil aliran turbulen pada pipa nonsirkular

    QONITA ANGGRAINI / 21030112130112

    Konduktivitas Termal Efektif Pada Komposit Padat

  • Konduktivitas termal pada komposit padat adalah konduktivitas termal pada dua fase padat,

    dimana satu fasepadat menyebar pada fase padat lainnya, atau padatan memiliki pori seperti

    granula, dan plastic foam.

    Namun, untuk konduksi mantap bahan-bahan ini dapat dianggap sebagai bahan homogeneus

    dengan conductivty termal yang efektif (keff), dan suhu dan fluks komponen ditafsirkan kembali

    sebagai rata-rata jumlah analog atas volume yang besar terhadap skala heterogenitas tapi kecil

    terhadap keseluruhan dimensi sistem konduksi panas

    Pertama-tama memperkirakan konduktivitas dari heterogeneous solid dengan persamaan

    Maxwell. Ia mempertimbangkan material yang berbentuk bola dengan konduktivitas termal k1

    masuk secara kontinu ke fase solid dengan konduktivitas termal k0. Fraksi volume dari bola

    cukup kecil dan tidak berinteriksi termal. Satu hal tersebut Yang merupakan salah satu perlu

    mempertimbangkan hanya konduksi termal di sebuah media besar yang hanya berisi satu

    tertanam sphere. Kemudian dengan derivasi sederhana

    ARKHEI BENOID GINDI / 21030112130061

    Maxwell Model

  • Model ini merupakan equation yang bisa mendefinisikan suatu fluida yang viskositasnya tinggi

    dan elastis. Persamaannya sebagai berikut

    Dimana menggambarkan constanta waktu dan menggambarkan zero

    shear rate viscosity. Ketika tekanan berubah seiring dengan jalannya waktu, maka equation akan

    berubah menjadi persamaan Newtonian. Namun ketika terjadi perubahan yang sangat cepat di

    dalam tekanan, dan setelah diintegrasikan terhadap waktu maka persamaannya menjadi

    persamaan Hooke.

    Jadi dengan jelas bahwa persamaan ini dapat menggambarkan hubungan antara viskositas dan

    elastisitas.

    Salah satu contohnya adalah mainan anak-anak yaitu silly putty atau lilin-lilin. Apabila ditekan

    oleh telapak tangan dan jari maka ia bisa bersifat elastis namun ketika dibuat bola dan dilempar

    ke permukaan yang keras maka ia akan memantul yang menunjukkan sifat viskositasnya.

    RAY EDWIN SALIM / 21030112140182

    Viskositas dari Emulsi dan Suspensi

  • Viskositas pda sebuah larutan bersuspensi ataupun emulsi berbeda dengan viskositas dari

    model fluida Newtonian karena adanya dua phase dalam satu sistem. Namun dalam perhitungan

    dua fase ini seringkali diasumsikan bahwa fluida memiliki satu fase dimana hukum Newton

    tentang viskositas diberi beberapa perubahan yaitu viskositas dirubah menjadi viskositas efektif

    dan kecepatan dari komponen dibuat tanpa tanda perubahan yang menganalogikan sebuah

    jumlah yang dirata-ratakan pada volume yang besar.

    Viskositas ini dihitung dengan menganalisa pergerakan fluida dalam sebuah bola dan

    digunakan persamaan Einstein:

    Dimana adalah viskositas medium dan adalah fraksi volume. Untuk suspensi encer

    partikel yang bentuknya berbeda-beda konstanta 5/2 diganti dengan koofisien lain tergantung

    dari bentuknya. Sedang untuk suspense yang konsentrasinya tinggi ( ) interaksi partikel

    menjadi lebih tinggi dan digunakan persamaan Mooney:

    Dimana adalah konstanta empiris diantara 0.74 dan 0.52, tergantung dari jenis packing

    partikel.

    Cara lain untuk suspense berkonsentrasi tinggi adalah cell theory dimana ada analisa

    disipasi energy dari squeezing flow. Disini digunakan persamaan Graham:

    Dimana

    dan adalah volume fraksi yang didapat dari eksperimen yang

    paling dekat dengan packing bola tersebut. Hal ini memberi kondisi pada persamaan Einstein

    dimana .

    Dapat juga digunakan persamaan Krieger-Dougherty:

    Disini nilai A dan dapat dilihat dari table 1.6-1 pada buku Transport Phenomena oleh Bird halaman

    IMAM NOOR SAID / 21030112130068 Bilangan Grashof

  • Bilangan grashof merupakan grup tak berdimensi yang dapat dipandang sebagai sebuah

    ukuran kekuatan relative daya apung dan gaya kental. Pada konveksi alami biasanya ditekan

    pada Gr yang cukup kecil, mulai pada suatu nilai kritis dari Gr, yang bergantung pada system

    tersbut, maka kemudian menjadi semakin lebih efektif jika Gr bertambah besar. Hal ini dinamai

    oleh insinyur Jerman Franz Grashof.

    Bilangan Grashof didapat dari

    Dimana :

    g = percepatan gravitasi bumi

    = volumetrik koefisien ekspansi termal

    Tw = temperatur permukaan

    T = suhu massal

    L = panjang

    = viskositas kinematik

    Transisi ke aliran turbulen terjadi pada kisaran bilangan grashod 108

  • Natural convection

    Free convection/natural convection adalah perpindahan panas akibat aliran fluida tanpa bantuan

    alat (secar alami). Ciri-ciri konveksi bebas adalah :

    1. Pada aliran ditentuka oleh gaya buoyant (gaya apung).cara ini ini timbul dari adanya

    variasi masa jenis yang selalu diikuti dengan adanya perbedaan temperature fluida.

    2. Profil kecepatan aliran fluida dan profil suhu sangat tergantung karena penyebab aliran

    fluida adalah perbedaan suhu.

    3. Angka Nuselt pada natural convection tergantung pada graschoff dan prandalt

    Contoh konveksi bebas: perpindahan panas yang terjadi dari jalan aspal yang panas ke

    udara sekeliling tanpa angin. Udara yang berhubungan dengan aspal memiliki masa jenis

    lenih rendah daripada udara yang lebih dingin (jauh dari aspal) sehingga sirkulasi udara

    (fluida) udara lebih hangat bergerak ke aras dan udara lebih dingin bergerak ke bawah.

  • ANISSA GHAISANI SYAPUTRI

    21030111130046

    Perbaikan (Angkatan 2011)

    FLUIDA

    Fluida adalah sub-himpunan dari fasa benda, termasuk cairan, gas, plasma, dan padat. Fluida

    memiliki sifat tidak menolak terhadap perubahan bentuk dan kemampuan untuk mengalir

    (atau umumnya kemampuannya untuk mengambil bentuk dari wadah mereka). Sifat ini

    biasanya dikarenakan sebuah fungsi dari ketidakmampuan mereka mengadakan shear stress dalam equilibrium statik. Konsekuensi dari sifat ini adalah hukum Pascal yang menekankan

    pentingnya tekanan dalam mengkarakterisasi bentuk fluida.

    1. Newtonian Suatu fluida yang memiliki kurva tegangan/regangan yang linier. Fluida ini akan terus

    mengalir sekalipun terdapat gaya yang bekerja pada fluida karena viskositasnya tidak

    berubah ketika terdapat gaya yang bekerja terhadap fluida. Viskositas fluida

    newtonian hanya bergantung pada temperatur dan tekanan.

    2. Non-Newtonian Suatu fluida yang akan mengalami perubahan viskositas ketika terdapat gaya yang

    bekerja pada fluida tersebut menyebabkan fluida ini tidak memiliki viskositas yang

    konstan.

  • Nama : Deariska NIM : 21030112130085 Kelas : B

  • Nama : Siti Munfarida

    NIM : 21030112130127

    Kelas : B

    GAYA KONVEKSI

    Konveksi dibedakan menjadi dua,yaitu konveksi bebas dan konveksi paksaan. Masalah heat

    transfer di industri biasanya termasuk salah satu dari kedua proses,atau gabungan keduanya

    (konveksi campuran). Kali ini yang dibahas adalah konveksi pada tabung atau pipa,dengan

    pembatasan kondisi,akan membuat lebih mudah untuk diselesaikan secara analitis.

    Viskositas fluida dengan sifat fisika ( ,k , ,p ) diasumsikan konstan dalam aliran

    laminer yang berjari-jari R.

    Untuk Z < 0, temperatur fluida seragam,seperti inputnya,

    Untuk Z > 0, ada fluks panas radiasi yang dianggap konstan qr =-qo, di dinding.

    Contohnya ketika pipa dilapisi dengan pemanas elektrik,yaitu qo positif. Kemudian

    ketika pipa mengalami pendinginan,maka qo negatif.

    Perpindahan panas konveksi paksa Perpindahan panas konveksi bebas

    Pola aliran terutama ditentukan oleh

    gaya luar

    Pola aliran ditentukan oleh gaya yang

    terdapat pada panas fluida

    Awalnya, profil kecepatan ditemukan

    kemudian digunakan untuk menentukan

    profil temperatur (biasanya untuk fluida

    dengan sifat kimia konstan)

    Profil kecepatan dan profil temperatur

    adalah saling tergantung

    Bilangan Nusselt tergantung pada

    bilangan Reynold dan Prandtl

    Bilangan Nusselt tergantung pada

    bilangan Grashoft dan Prandtl

  • Nama: Muhamad Alif H

    NIM: 21030112130063

    Kelas B

    Aliran Laminer adalah aliran fluida yang ditunjukkan dengan gerak partikel-partikel fluidanya

    sejajar dan garis-garis arusnya halus. Dalam aliran laminer, partikel-partikel fluida seolah-olah

    bergerak sepanjang lintasan-lintasan yang halus dan lancar, dengan satu lapisan meluncur secara

    mulus pada lapisan yang bersebelahan.

    Aliran Turbulen merupakan aliran yang kecepatan alirnya relatif besar akan menghasilakan aliran

    yang komplek, lintasan gerak partikel saling tidak teratur antara satu dengan yang lain. Sehingga

    ciri dari aliran turbulen adalah tidak adanya keteraturan dalam lintasan fluidanya, aliran banyak

    bercampur, kecepatan fluida tinggi. Karakteristik aliran turbulen ditunjukkan oleh terbentuknya

    pusaran-pusaran dalam aliran, yang menghasilkan percampuran terus menerus antara partikel

    partikel cairan di seluruh penampang aliran.

    Untuk membedakan aliran apakah turbulen atau laminer, terdapat suatu angka tidak bersatuan yang

    disebut Angka Reynold (Reynolds Number). Angka ini dihitung dengan persamaan sebagai

    berikut:

    Re= ..

    Dimana:

    Re= Bilangan Reynold

    = densitas fluida

    D= diameter pipa

    V= kecepatan aliran fluida

    = viskositas fluida

  • Menurut hasil percobaan oleh Reynold, apabila angka Reynold kurang daripada 2000, aliran

    biasanya merupakan aliran laminer. Apabila angka Reynold lebih besar daripada 4000, aliran

    biasanya adalah turbulen. Sedang antara 2000 dan 4000 merupakan transisi antara aliran laminar

    dan turbulen.

  • Nama : Danugra Martantyo

    NIM : 21030112140054

    Kelas : B

    Tekanan Osmotik

    Osmosis adalah proses merembesnya atau

    mengalirnya pelarut ke dalam larutan melalui

    selaput semipermiabel. Proses perembesan hanya

    terjadi dari larutan yang mempunyai konsentrasi

    yang kecil ke dalam larutan berkonsentrasi besar.

    Selaput permeabel merupakan selaput yang hanya

    dapat dilewati oleh partikel-partikel dengan ukuran

    tertentu.

    Tekanan osmotik atau osmosa adalah tekanan yang diperlukan, sehingga terjadi penghentian

    aliran pelarut ke dalam larutan.

    Rumus untuk menghitung Tekanan Osmosis adalah :

    1. Untuk larutan non elektrolit

    = M. R. T atau M = n/V 2. Untuk larutan elektrolit

    = M. R. T. i

    Dengan :

    = tekanan osmosis larutan (atm)

    M = molaritas larutan

    R = 0,082 lt.atm.K-1

    T = suhu dalam Kelvin

    i = faktor Vant Hoff

    n = mol zat terlarut

    V = volume larutan

    http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/sifat-koligatif-dan-koloid/tekanan-

    osmotik/