75
1 FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN URIN, DAN NERACA NITROGEN DOMBA LOKAL CALON INDUK YANG DIBERI SUMBER ASAM LEMAK TAK JENUH BERBEDA SKRIPSI DARA OKTI SARI DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

1

FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN

URIN, DAN NERACA NITROGEN DOMBA LOKAL

CALON INDUK YANG DIBERI SUMBER

ASAM LEMAK TAK JENUH BERBEDA

SKRIPSI

DARA OKTI SARI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 2: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

i

RINGKASAN

DARA OKTI SARI. D24080122. 2012. Fermentabilitas, Populasi Protozoa,

Alantoin Urin, dan Neraca Nitrogen Domba Lokal Calon Induk yang Diberi

Sumber Asam Lemak Tak Jenuh Berbeda. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan

Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Komang G. Wiryawan

Pembimbing Anggota : Ir. Lilis Khotijah, M.Si

Domba lokal merupakan ternak yang memiliki sifat prolifik, yang

mempunyai kemampuan melahirkan anak lebih dari satu ekor dalam sekali kelahiran.

Akan tetapi, persentase kematian pada anak domba prasapih semakin meningkat

seiring dengan semakin banyaknya jumlah anak yang dilahirkan. Minyak jagung dan

minyak ikan lemuru merupakan sumber asam lemak tak jenuh (Poly Unsaturated

Fatty Acid/PUFA), yang mempunyai pengaruh yang positif terhadap percepatan

birahi dan kualitas reproduksi. Penggunaan minyak dapat meningkatkan lemak

ransum yang dikhawatirkan dapat menggangu aktivitas mikroba rumen yang pada

akhirnya mempengaruhi sistem fermentasi dalam rumen. Biohidrogenasi asam lemak

tak jenuh diduga dapat merubah pola fermentasi, yang akan mempengaruhi produk

fermentasi yang dihasilkan. Lemak juga dapat memberikan efek negatif dengan

membatasi sintesis yang dilakukan oleh mikroba rumen. Pemberian minyak ke dalam

pakan juga harus ditinjau, apakah telah memenuhi energi yang dibutuhkan oleh

ternak ataukah ternak harus merombak protein tubuhnya menjadi sumber energi.

Kecukupan asam lemak esensial yang termasuk dalam asam lemak tak jenuh juga

harus diperhatikan karena defiensi asam lemak esensial dalam pakan dapat

menurunkan nilai retensi nitrogen (N) dalam tubuh. Oleh karena itu, tujuan dari

penelitian ini adalah untuk membandingkan pengaruh pemberian berbagai sumber

asam lemak tak jenuh terhadap populasi protozoa, konsentrasi volatile fatty acid

(VFA) dan amonia (NH3), kadar alantoin urin, serta neraca N domba lokal calon

induk yang diberi sumber asam lemak tak jenuh berbeda.

Penelitian ini menggunakan 12 ekor domba lokal lepas sapih berumur 2-3

bulan dengan bobot badan rata-rata 9,32±2,28 kg. Rancangan percobaan

menggunakan rancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan, yakni M0 = pakan

kontrol (tanpa minyak); MJ = pakan yang mengandung 1,5% minyak jagung; MIL =

pakan yang mengandung 1,5% minyak ikan lemuru; dan MILT = pakan yang

mengandung 1,5% minyak ikan lemuru terproteksi. Tiap perlakuan terdiri dari 3 ekor

domba sebagai ulangan. Pengelompokan dilakukan berdasarkan bobot badan domba.

Parameter yang diukur adalah populasi protozoa, konsentrasi VFA, konsentrasi

amonia, kadar alantoin dalam urin, serta neraca nitrogen N dalam tubuh. Data

dianalisis menggunakan sidik ragam ANOVA lalu jika terdapat perbedaan yang

nyata diuji menggunakan uji lanjut kontras orthogonal.

Berdasarkan penelitian ini, pakan dengan penambahan sumber asam lemak

tak jenuh (minyak jagung, minyak ikan lemuru, dan minyak ikan lemuru terproteksi)

menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) pada parameter populasi

protozoa, konsentrasi amonia, alantoin urin, dan neraca N dalam tubuh domba.

Penambahan tersebut sangat nyata (P<0,01) mempengaruhi konsentrasi VFA dalam

rumen. Konsentrasi VFA minyak jagung (171,49 mM) dan minyak ikan lemuru

Page 3: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

ii

(141,42 mM) lebih tinggi dibandingkan ransum kontrol (118,59 mM). Dari penelitian

ini dapat disimpulkan bahwa penambahan minyak jagung dan minyak ikan lemuru

pada level 1,5% mampu memperbaiki nilai VFA, tanpa mengganggu populasi

protozoa dan produksi NH3 dalam rumen, alantoin urin, serta neraca N dalam tubuh.

Kata-kata kunci : Alantoin, Fermentabilitas, Neraca N, Protozoa, PUFA

Page 4: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

iii

ABSTRACT

Fermentability, Protozoa Population, Alantoin Urine, and Nitrogen Balance

of Local Lamb Prospective Parent Given by Different Sources of

Unsaturated Fatty Acid

D. O. Sari, K. G. Wiryawan and L. Khotijah

The addition of poly unsaturated fatty acid (PUFA) in feed is needed for

energy source and reproductive function. However, fat supplementation to the diet

can disrupt the fermentation system, microbial population in the rumen, and limit the

synthesis by rumen microbes. The objective of this research was to study the

influences of feed containing different sources of unsaturated fatty acid on protozoa

population, rumen fermentability, the urinary allantoin excretion rate, and the

nitrogen (N) balance in the body. Twelve three-months old post weaning local

female sheep were used in this study. The sheep were allocated in a Randomized

Block Design and divided into three groups based on body weight and subjected to

four treatments. Four treatments were M0 = control diet, MJ = diet containing 1.5%

corn oil, MIL = diet containing 1.5% lemuru fish oil, MILT = diet containing 1.5%

protected lemuru fish oil. Data were analyzed using analysis of variance and any

significant differences were further tested using contrast orthogonal. The results

showed that the protozoa population, ruminal NH3 level, excretion of allantoin, and

N retention were not affected (P>0.05) by dietary supplementation, but the volatile

fatty acid (VFA) level was very significantly (P<0.01) increased with the addition of

corn oil (171.49 mM) and lemuru fish oil (141.42 mM). It is concluded that different

sources of unsaturated fatty acid supplementation had no influence in protozoa

population, rumen activity, and urinary allantoin, but could improve the rate of VFA.

Keywords: allantoin, fermentability, N balance, protozoa, PUFA

Page 5: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

iv

FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN

URIN, DAN NERACA NITROGEN DOMBA LOKAL

CALON INDUK YANG DIBERI SUMBER

ASAM LEMAK TAK JENUH BERBEDA

DARA OKTI SARI

D24080122

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 6: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

v

Judul : Fermentabilitas, Populasi Protozoa, Alantoin Urin, dan Neraca Nitrogen

Domba Lokal Calon Induk yang Diberi Sumber Asam Lemak Tak Jenuh

Berbeda

Nama : Dara Okti Sari

NIM : D24080122

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Prof. Dr. Ir. Komang G. Wiryawan) (Ir. Lilis Khotijah, M.Si)

NIP. 19610914 198703 1 002 NIP. 19660703 199203 2 003

Mengetahui:

Ketua Departemen

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

(Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr)

NIP. 19670506 199103 1 001

Tanggal Ujian: 9 Agustus 2012 Tanggal Lulus :

Page 7: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari dua

bersaudara yang dilahirkan di Wonogiri, 4 Oktober 1990

dari pasangan Bapak Sugiharto dan Ibu Sunarni. Riwayat

pendidikan formal penulis dimulai sejak menempuh

pendidikan di TK Kusuma Djaya pada tahun 1995-1996.

Penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Negeri

Larangan 09 Tangerang tahun 1996-2002. Pendidikan

lanjut tingkat pertama dilanjutkan tahun 2002-2005 di

SLTP Negeri 110 Jakarta. Pada tahun 2005 Penulis

melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 90 Jakarta dan selesai pada tahun 2008.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa pada

Program Studi Mayor Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan dan

tercatat sebagai mahasiswa pada Program Studi Minor Kewirausahaan Agribisnis,

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Penulis selama tiga

tahun aktif menjadi anggota Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Agria Swara IPB dan

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), antara lain BEM TPB (Tingkat Persiapan

Bersama) sebagai anggota Departemen Kewirausahaan periode 2008-2009 dan BEM

Fakultas Peternakan sebagai anggota Departemen Budaya, Olahraga, dan Seni

periode 2009-2010 dan 2010-2011. Penulis merupakan salah satu penerima beasiswa

Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) tahun 2010-2012. Penulis pernah mengikuti

kegiatan magang di Laboratorium Biokimia dan Mikrobiologi Nutrisi tahun 2009

serta Balai Embrio Ternak, Cipelang, Bogor tahun 2010. Penulis juga berkesempatan

menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Kimia Dasar tahun 2011 dan Integrasi Proses

Nutrisi tahun 2012. Penulis pernah mendapatkan kesempatan menjadi salah satu

Finalis dalam kegiatan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-XXIV di

Universitas Hasanuddin, Makasar pada tahun 2011.

Bogor, Juni 2012

Dara Okti Sari

D24080122

Page 8: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat, karunia, hidayah, dan inayah-Nya

penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian, dan penyusunan skripsi yang berjudul

“Fermentabilitas, Populasi Protozoa, Alantoin Urin, dan Neraca Nitrogen

Domba Lokal Calon Induk yang Diberi Sumber Asam Lemak Tak Jenuh

Berbeda” ini dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan untuk

memperoleh gelar Sarjana Peternakan dari Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Bogor.

Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan dari bulan Juli

2011 hingga April 2012. Pemeliharaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Lapang B Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja; sementara analisis berbagai

parameter dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja,

Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Ternak Perah, dan Laboratorium Biokimia dan

Mikrobiologi Nutrisi, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Peternakan, serta Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU) Institut Pertanian

Bogor. Penelitian ini diharapan dapat memberikan informasi mengenai populasi

protozoa dan karakteristik fermentasi dalam rumen, kadar alantoin dalam urin, serta

neraca nitrogen dalam tubuh domba lokal calon induk yang mendapat ransum dengan

perlakuan sumber asam lemak tak jenuh berbeda.

Penulis berharap semoga karya ini menjadi salah satu sumber ilmu

pengetahuan dan bermanfaat secara umum dalam dunia peternakan Indonesia,

khususnya dalam upaya perbaikan aspek reproduksi yang akan berdamapak pada

peningkatan produktivitas dan populasi ternak domba lokal.

Bogor, Juni 2012

Dara Okti Sari

D24080122

Page 9: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

viii

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN .............................................................................................. i

ABSTRACT. ................................................................................................ iii

RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................. vii

DAFTAR ISI ................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii

PENDAHULUAN....................................................................................... 1

Latar Belakang ................................................................................. 1

Tujuan .............................................................................................. 2

TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 3

Domba Lokal ................................................................................... 3 Domba Ekor Tipis ................................................................ 4 Domba Ekor Gemuk ............................................................ 4 Domba Garut ........................................................................ 4

Kebutuhan Pakan Domba ................................................................ 5 Bahan Pakan .................................................................................... 6

Rumput Lapang .................................................................... 6 Bungkil Kelapa .................................................................... 6 Onggok ................................................................................. 7 Urea ...................................................................................... 7 Minyak Jagung ..................................................................... 8 Minyak Ikan Lemuru ........................................................... 9

Asam Lemak .................................................................................... 9 Sistem Pencernaan Ruminansia ....................................................... 10 Metabolisme Lemak ........................................................................ 11 Proteksi terhadap Lemak ................................................................. 13 Protozoa ........................................................................................... 13 Volatile Fatty Acid (VFA) ............................................................... 15

Amonia (NH3) .................................................................................. 17 Alantoin Urin ................................................................................... 18

Neraca Nitrogen (N) pada Ruminansia ............................................ 20

MATERI DAN METODE........................................................................... 22

Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 22 Materi ............................................................................................... 22

Ternak Percobaan ................................................................ 22 Kandang ............................................................................... 23

Page 10: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

ix

Alat dan Bahan ..................................................................... 23 Pakan .................................................................................... 24

Metode ............................................................................................. 26 Rancangan Percobaan .......................................................... 26 Prosedur Pemeliharaan ........................................................ 26 Pengambilan Cairan Rumen ................................................ 26 Pengumpulan Sampel Urine ................................................ 27 Pengukuran Populasi Protozoa ............................................ 27 Pengukuran Konsentrasi VFA ............................................. 27 Pengukuran Konsentrasi NH3 .............................................. 28 Pengukuran Alantoin Urin ................................................... 28 Analisis Konsentrasi Nitrogen ............................................. 29 Pengukuran Konsumsi Nitrogen .......................................... 29

Pengukuran Nitrogen Feses ................................................. 29 Pengukuran Nitrogen Urin ................................................... 30 Pengukuran Nitrogen Tercerna ............................................ 30 Pengukuran Kecernaan Nitrogen ......................................... 30 Pengukuran Retensi Nitrogen .............................................. 30 Perhitungan Ekskresi Derivat Purin ..................................... 30 Perhitungan Efisiensi Pemanfaatan N .................................. 30 Perlakuan ............................................................................. 30 Peubah yang diamati ............................................................ 31

Analisis Data .................................................................................... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 32

Populasi Protozoa ............................................................................ 32 Fermentabilitas ................................................................................. 33

Volatile Fatty Acid (VFA) ................................................... 33 Amonia (NH3) ...................................................................... 35 Rasio VFA dan Amonia (NH3) ............................................ 36

Alantoin ........................................................................................... 37 Neraca Nitrogen (N) ........................................................................ 38

Konsumsi Nitrogen (N) ....................................................... 38

Nitrogen (N) Feses ............................................................... 40 Nitrogen (N) Urin ................................................................ 41 Kecernaan Nitrogen (N) ....................................................... 42 Retensi Nitrogen (N) ............................................................ 42

Efisiensi Penggunaan Nitrogen ............................................ 46

KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 47

Kesimpulan ...................................................................................... 47

Saran ................................................................................................ 47

UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 49

LAMPIRAN................................................................................................ 56

Page 11: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

x

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Sifat-sifat Domba Prolifik........................................................................ 3

2. Kandungan Nutrien Rumput Lapang....................................................... 6

3. Komposisi Bahan Pakan.......................................................................... 25

4. Kandungan Nutrien Pakan....................................................................... 25

5. Populasi Protozoa Dalam Rumen............................................................ 32

6. Produksi VFA dan NH3 Dalam Rumen................................................... 33

7. Rataan Alantoin Domba Perlakuan......................................................... 37

8. Nilai Neraca Nitrogen Domba Perlakuan................................................ 39

Page 12: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Struktur Asam Lemak......................................................................... 10

2. Proses Metabolisme Lemak................................................................ 12

3. Proses Metabolisme Karbohidrat........................................................ 15

4. Proses Metabolisme Nitrogen............................................................ 18

5. Proses Pembentukan Derivat Purin..................................................... 19

6. Contoh Domba Penelitian................................................................... 22

7. Kandang Penelitian............................................................................. 23

8. Perlengkapan Penelitian...................................................................... 24

9. Regresi dari Retensi N dan N Konsumsi............................................ 45

Page 13: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Sidik Ragam Konsentrasi VFA........................................................... 57

2. Uji Lanjut Kontras Orthogonal Konsentrasi VFA.............................. 57

3. Sidik Ragam Konsentrasi NH3............................................................ 57

4. Sidik Ragam Rasio VFA/NH3............................................................. 58

5. Sidik Ragam Total Populasi Protozoa................................................. 58

6. Sidik Ragam Konsentrasi Alantoin..................................................... 58

7. Sidik Ragam Konsumsi N (g/e/h)....................................................... 59

8. Sidik Ragam Konsumsi N (g/kg BB0,75

/h).......................................... 59

9. Sidik Ragam Ekskresi N Feses (g/e/h)................................................ 59

10. Sidik Ragam Ekskresi N Feses (g/kg BB0,75

/h)................................. 60

11. Sidik Ragam Ekskresi N Urin (g/e/h)................................................ 60

12. Sidik Ragam Ekskresi N Urin (g/kg BB0,75

/h)................................... 60

13. Sidik Ragam N Tercerna (g/e/h)........................................................ 61

14. Sidik Ragam N Tercerna (g/kg BB0,75

/h)........................................... 61

15. Sidik Ragam Kecernaan N (%).......................................................... 61

16. Sidik Ragam Retensi N (g/e/h)........................................................... 62

17. Sidik Ragam Retensi N (g/kg BB0,75

/h).............................................. 62

18. Sidik Ragam Efisiensi Penggunaan N (%)........................................... 62

Page 14: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan populasi masyarakat berdampak pada tuntutan akan ketersediaan

sumber pangan yang juga semakin meningkat. Hal tersebut merupakan peluang untuk

mengembangkan potensi domba lokal di Indonesia. Domba lokal merupakan ternak

yang memiliki sifat prolifik, yang mempunyai kemampuan melahirkan anak lebih dari

satu ekor dalam sekali kelahiran. Akan tetapi menurut Tiesnamurti (1992), persentase

kematian pada anak domba prasapih semakin meningkat seiring dengan semakin

banyaknya jumlah anak yang dilahirkan. Hal tersebut merupakan suatu permasalahan

dalam meningkatkan jumlah ternak domba lokal di Indonesia.

Pemberian asam lemak, terutama asam lemak tak jenuh dalam pakan sangat

dibutuhkan oleh domba betina calon induk. Asam lemak tak jenuh rantai panjang

EPA (asam eikosapentaenoat) dan AA (asam arakhidonat) merupakan prekursor dari

prostaglandin, prostacycline, thromboxane, dan leukotriene. Prostaglandin memiliki

peran yang penting dalam beberapa aspek reproduksi, antara lain ovulasi, estrus,

kelangsungan hidup embrio dan proses kelahiran (Abayasekara dan Wathles, 1999).

Wathes et al. (2007) menyatakan bahwa pemberian pakan yang mengandung asam

lemak tak jenuh yaitu asam linoleat akan meningkatkan produksi prostaglandin

endometrial dan plasenta pada domba, serta pemberian asam linolenat menurunkan

level progesteron pada sapi. Prostaglandin yang diproduksi akan melisiskan corpus

luteum (CL), sehingga level progesteron menurun. Pada saat tersebut, hipotalamus

akan mensekresikan folicle stimulating hormone (FSH) yang akan mengakibatkan

berkembangnya folikel di ovarium. Perkembangan folikel mengakibatkan

diproduksinya hormon estrogen, yang akan mempercepat birahi pada domba.

Penambahan minyak dalam pakan akan turut meningkatkan kandungan lemak pakan,

yang berfungsi untuk mencukupi kebutuhan ternak akan pemberian sumber energi

(Parakkasi, 1999). Pada domba betina, pemberian energi yang cukup sangat penting

dalam meningkatkan bobot badan yang akan berdampak pada percepatan pencapaian

bobot dewasa kelamin. Kekurangan energi pada ternak muda akan menghambat

pertumbuhan dan pencapaian dewasa kelamin (Sudarman et al., 2008).

Minyak jagung dan minyak ikan lemuru merupakan sumber asam lemak tak

jenuh dari minyak nabati dan hewani. Minyak jagung mengandung 57,47% asam

Page 15: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

2

linoleat (Ducket et al., 2002), sementara minyak ikan lemuru mengandung 20,72%

asam linolenat dan 22,83% asam eikosapentanoat (EPA) (Yogaswara, 2008). Pada

hewan ruminansia yang memiliki sistem pencernaan fermentatif, terjadi proses

biohidrogenasi oleh mikroorganisme rumen, yang mengubah asam lemak tak jenuh

(sempurna maupun sebagian) dari pakan menjadi asam lemak jenuh (Parakkasi,

1999). Untuk mencegah terjadinya biohidrogenasi oleh mikroba rumen maka perlu

dilakukan proteksi terhadap pakan yang diberikan (Tiven et al., 2011).

Pemberian lemak pada pakan ruminansia perlu diperhatikan, karena menurut

Adawiah et al. (2007), lemak yang tinggi akan mengganggu sistem fermentasi dan

populasi mikroba dalam rumen. Proses biohidrogenasi asam lemak tak jenuh menjadi

asam lemak jenuh di dalam rumen juga diduga akan merubah pola fermentasi dalam

rumen. Terganggunya sistem dan berubahnya pola fermentasi di rumen juga

dikhawatirkan dapat menyebabkan produk fermentasi VFA dan NH3 dalam rumen

ikut terhambat. Jalč et al. (2006) menyebutkan bahwa penggunaan lemak dalam

pakan ruminansia perlu diwaspadai karena lemak dapat memberikan efek negatif

yaitu membatasi sintesis yang dilakukan oleh mikroba rumen. Pemberian minyak ke

dalam pakan dapat digunakan untuk menilai efisiensi penggunaan nitrogen (N),

apakah energi yang dibutuhkan oleh ternak telah tercukupi ataukah ternak harus

merombak protein tubuhnya menjadi sumber energi. Kecukupan asam lemak esensial

yang termasuk dalam asam lemak tak jenuh juga harus diperhatikan karena

McDonald et al. (2002) menyatakan bahwa defisiensi asam lemak tak jenuh dalam

pakan dapat menurunkan nilai retensi N dalam tubuh. Adanya N yang tersimpan

dalam tubuh diharapkan dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang akan

mempercepat bobot dewasa kelamin. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu

pengamatan mengenai pengaruh pemberian sumber asam lemak tak jenuh yang

berbeda terhadap populasi protozoa dan produk fermentasi dalam rumen, besarnya

ekskresi turunan purin (alantoin) dalam urin, dan neraca N dalam tubuh.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan pengaruh pemberian

berbagai sumber asam lemak tak jenuh terhadap populasi protozoa, fermentabilitas

(konsentrasi VFA, NH3, dan rasio VFA/NH3), kadar alantoin urin, dan neraca N

domba lokal calon induk.

Page 16: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

3

TINJAUAN PUSTAKA

Domba Lokal

Domba lokal merupakan domba asli Indonesia yang mempunyai daya

adaptasi yang baik terhadap iklim tropis dan makanan yang kualitasnya rendah, serta

dapat beranak sepanjang tahun (FAO, 2002). Menurut Blakely dan Bade (1998),

domba dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia (hewan)

Phylum : Chordata (hewan bertulang belakang)

Kelas : Mammalia (hewan menyusui)

Ordo : Artiodactyla (hewan berkuku genap)

Family : Bovidae

Genus : Ovis

Spesies : Ovis aries

Domba memiliki sifat prolifik, yaitu mempunyai kemampuan melahirkan

anak hingga empar ekor dalam satu kali kelahiran (Inounu, 1991). Sifat-sifat prolifik

pada domba menurut Tiesnamurti (1992) tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Sifat-sifat Domba Prolifik

Sifat Tunggal Kembar Dua Kembar > 3

Rata-rata bobot lahir (kg) 2,6 1,8 1,2

Rata-rata bobot sapih per ekor (kg) 15,2 10,3 8,1

Kematian prasapih (%) 10 17 30

Laju pertumbuhan prasapih (g/e/h) 130 95 75

Laju pertumbuhan lepas sapih (g/e/h) 119 124 135

Umur pubertas betina (hari) 359,1 359,2 312

Rata-rata bobot badan setahun (kg) 25 20 18

Sumber: Tiesnamurti (1992)

Erlita (2006) melakukan perbandingan antara penampilan umum dan

kecernaan pakan domba dan kambing lokal. Hasil yang didapatkan adalah domba

lokal betina memiliki konsumsi bahan kering dan bahan organik sebesar

527,65±89,36 g/e/h dan 427,24±72,35 g/e/h, kecernaan bahan kering dan bahan

organik sebesar 59,67%±2,79% dan 62,35%±2,66%, serta pertambahan bobot badan

Page 17: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

4

harian sebesar 59,03±12,57 g/e/h. Terdapat tiga jenis domba lokal di Indonesia, yaitu

domba Javanese thin-tailed (domba ekor tipis), Javanese fat-tailed (domba ekor

gemuk), dan domba priangan atau dikenal juga sebagai domba garut.

Domba Ekor Tipis

Domba ekor tips banyak ditemukan di Jawa Barat. Bobot rata-rata domba

ekor tipis betina dewasa sekitar 20 kg, tetapi dengan banyak variasi. Domba yang

diternakkan di dataran tinggi lebih tinggi bobotnya (rata-rata 27 kg) dibandingkan

dengan domba yang diternakkan di daerah dataran rendah (rata-rata 16 kg) pada jenis

ini. Tinggi pundak dari seekor domba betina dewasa sekitar 55 cm. Kebanyakan dari

jenis domba ini berwarna putih dengan bercak gelap (Gatenby, 1991).

Domba ekor tipis memiliki sifat prolifik, sehingga induk dapat menghasilkan

keturunan yang banyak dalam waktu yang singkat. Jumlah anak per kelahiran secara

alami pernah dicatat sampai enam ekor, dan di peternakan kembar dua dan kembar

tiga merupakan hal yang umum (Gatenby, 1991).

Domba Ekor Gemuk

Domba ekor gemuk (DEG) ditemukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur dan

di beberapa pulau lain di bagian tengah dan barat Indonesia. Domba ini sedikit lebih

besar daripada jenis ekor tipis, memiliki wol yang sangat sedikit, dan mempunyai

ekor yang gemuk dan panjang. Diduga domba ini dibawa oleh pedagang dari

Pakistan atau Timur Tengah. Warna bulu normal adalah putih. Baik domba betina

maupun domba jantan keduanya tidak bertanduk (Gatenby, 1991).

Yusran dan Komarudin-Ma’sum (1990) menyatakan bahwa berat badan

induk DEG di saat kawin berkisar antara 19–33 kg, dengan umur induk yang kawin

1–4 tahun. Proporsi induk yang beranak kembar dua atau lebih meningkat dari 34,2%

pada waktu beranak pertama naik menjadi 55,9% pada waktu beranak ketiga. Pada

penelitian tersebut juga diperoleh rata-rata jumlah anak per kelahiran per induk untuk

induk-induk DEG berkisar antara 1,0 ekor sampai 2,4 ekor dengan rata-rata 1,7 ekor;

sehingga cenderung terjadi tipe kelahiran kembar dua.

Domba Garut

Salah satu keturunan dari domba ekor tipis dikenal sebagai domba priangan

atau domba garut. Domba ini digunakan untuk pertarungan domba. Jenis domba ini

Page 18: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

5

besar, memiliki telinga sangat kecil, dan sering berwarna hitam (Gatenby, 1991).

Nurasa (2006) memperoleh hasil rataan lama birahi pada domba garut adalah

33,96±15,32 jam dengan angka service per conception (SPC) sebesar 1,53±0,73.

Laju ovulasi pada penelitian tersebut sebesar 2,05±1,06 buah/ekor. Jumlah ovum

yang terbuahi adalah 94,23%±6,56% dengan daya hidup embrio 89,23%±5,67%.

Jumlah anak rata-rata dalam sekali kelahiran pada domba garut yaitu 1.63±0,85

ekor/induk dengan total bobot lahir 3,88±1,64 kg/induk.

Kebutuhan Pakan Domba

Nutrien atau zat-zat pakan adalah substansi kimia dalam bahan pakan ternak

yang dapat dimanfaatkan untuk hidup pokok dan bila ketersediaannya cukup, maka

digunakan untuk pertumbuhan, gerak dan kerja oleh otot ternak, reproduksi, serta

laktasi (Purbowati, 2001). Pakan pada hewan ruminansia terbagi atas konsentrat dan

hijauan. Menurut Ensminger et al. (1990), konsentrat adalah pakan yang tinggi

kandungan Beta-N dan rendah kandungan SK-nya, yaitu lebih rendah dari 18%.

Menurut Haryanto dan Djajanegara (1993), energi dan protein merupakan

kebutuhan nutrisi utama yang harus terpenuhi secukupnya, setelah kebutuhan bahan

kering terpenuhi. Kebutuhan energi tergantung pada ukuran ternak, status fisiologis

ternak, dan kondisi lingkungan, sementara protein penting untuk efisiensi

penggunaan energi dan untuk pertumbuhan otot (Purbowati, 2001).

Menurut Prakoso et al. (2009), untuk dapat memberikan produk yang efisien

dan optimal pada ternak domba, diperlukan imbangan protein kasar (PK) dan total

digestible nutrients (TDN) yang tepat dalam pakan. Menurut Haryanto dan

Djajanegara (1993), kebutuhan PK dan TDN untuk domba yang digemukkan adalah

14%–15% dan 45%–65%. Sementara Umberger (1997) menyebutkan bahwa untuk

domba berbobot badan 13,5–31,5 kg yang sedang digemukkan memiliki kebutuhan

PK sebesar 15% serta domba berbobot badan 22,5–33,75 kg memiliki kebutuhan

TDN sebesar 70%–75%.

NRC (2007) menyatakan bahwa kebutuhan asam linoleat sebagai asam lemak

esensial untuk ternak ruminansia kecil dalam fase pertumbuhan berkisar antara 0,055

g/kg BB0,75

hingga 0,043 g/kg BB0,75

, dengan kebutuhan asam linoleat maksimum

untuk ternak ruminansia kecil lepas sapih diperkirakan sebesar 0,055 g/kg BB0,75

.

Page 19: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

6

Bahan Pakan

Rumput Lapang

Hijauan merupakan pakan utama sumber serat bagi ternak ruminansia.

Hijauan yang umum digunakan sebagai pakan ternak terdiri atas leguminosa dan

rumput. Menurut Maulidina (2011), rumput lapang merupakan campuran dari

beberapa jenis rumput lokal yang tumbuh alami dan mudah didapat, tetapi memiliki

daya produksi dan kualitas nutrien yang rendah. Komposisi zat makanan rumput

lapang berdasarkan bahan kering dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 2. Kandungan Nutrien Rumput Lapang Berdasarkan Bahan Kering

Nutrien Komposisi*

--------------------%BK--------------------

Abu (%) 6,46

Protein Kasar (%) 8,78

Lemak Kasar (%) 1,83

Serat Kasar (%) 27,78

Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (%) 55,15

Keterangan: *Hasil analisis Laboratorium PAU IPB

Bungkil Kelapa

Salah satu manfaat dari upaya pembudidayaan tanaman kelapa adalah untuk

memproduksi minyak kelapa yang berasal dari daging buah, yang menghasilkan hasil

samping berupa bungkil kelapa. Bungkil kelapa diperoleh dari sisa kopra setelah

proses pengepresan. Berdasarkan prosesnya, bungkil kelapa dibedakan menjadi

bungkil kelapa yang diekstraksi dengan uap air dan tekanan (bungkil kelapa expeller)

dan bungkil kelapa yang diekstraksi dengan pelarut organik (bungkil kelapa solvent)

(Hamid et al., 1999).

Bungkil kelapa merupakan bahan baku pakan yang tergolong sebagai sumber

protein. Bungkil kelapa mengandung bahan kering 90,6%; protein kasar 23,38%;

lemak kasar 6,5%; kalsium 0,01%; dan 0,66% fosfor (Sinurat et al., 1998).

Komposisi asam lemak pada bungkil kelapa sama dengan yang ada di minyak

kelapa, hanya saja berbeda dalam persentase jumlah lemak dalam kedua bahan

tersebut. Menurut Barus (2006), komposisi dari asam lemak minyak kelapa terdiri

Page 20: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

7

antara lain asam lemak jenuh (0,54% C6; 7,88% C8; 6,43% C10; 48,96% C12; 18,51%

C14; 8,46% C16; dan 2,75% C18) serta asam lemak tak jenuh (5,18% C18:1 dan 1,15%

C18:2).

Jordan et al. (2006) melaporkan bahwa terjadi penurunan gas metan harian

(P<0,001) ketika dihitung per liter per hari maupun per kg konsumsi bahan kering

dan nilai GE (gross energy) rata-rata yang lebih besar dengan penambahan bungkil

kelapa dan minyak kelapa suling. Konsentrat dari bungkil kelapa menghasilkan

fraksi NDF dan ADF lebih besar karena tingginya konsentrasi NDF (649 g/kg BK)

dan ADF (331 g/kg BK) pada bungkil kelapa.

Onggok

Onggok merupakan hasil samping berupa padatan dari industri pengolahan

ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) menjadi tepung tapioka. Onggok memiliki

kandungan kadar air 12,73%; abu 9,1%; serat kasar 8,1%; protein kasar 2,5%; lemak

kasar 1%; dan karbohidrat 65,9% (Kurniadi, 2010) serta 0,31% kalsium dan 0,05%

fosfor (Wizna et al., 2008). Menurut Dixon (1986), onggok merupakan suatu bahan

pakan yang mengandung gula dan pati yang mudah terfermentasi, yang akan

memenuhi kebutuhan mikroorganisme rumen secara cepat setelah pemberian pakan,

sehingga onggok termasuk sumber energi yang tergolong karbohidrat mudah terpakai

(readily available carbohydrate/RAC).

Menurut FSANZ (2004), asam sianida (HCN) yang terdapat pada onggok

dapat menyebabkan rendahnya kebuntingan, menurunkan bobot fetus, bobot lahir

yang dihasilkan rendah, kematian anak yang tinggi, dan rusaknya fungsi tiroid.

Tetapi penggunaan onggok dalam ransum mampu menurunkan biaya ransum

(Rasyid, 1996) karena harganya murah, tersedia cukup dalam jumlah banyak, mudah

didapat, dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia.

Urea

Urea merupakan salah satu sumber nitrogen (N) bukan protein (Non Protein

Nitrogen/NPN) yang paling banyak digunakan pada ternak ruminansia. Ternak

ruminansia dapat memanfaatkan urea sebagai sumber NPN karena mikroorganisme

dalam rumen ruminansia memiliki kemampuan untuk mengubah NPN yang

terkandung dalam pakan menjadi protein (McDonald et al., 2002). Penggunaan urea

Page 21: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

8

dalam ransum memiliki keuntungan karena harganya yang relatif murah untuk setiap

unit protein ekuivalen (N 6,25), sehingga memungkinkan biaya pembuatan ransum

yang relatif murah pula. Faktor konversi dari N ke protein kasar adalah konsentrasi N

dikalikan dengan 6,25; karena protein rata-rata mengandung 16% N (Freer dan Dove,

2002). Urea megandung 46,7% N yang setara dengan 291,875% protein kasar (46%

nitrogen 6,25). Penggunaan urea sebagai bahan pakan ternak maksimal 1% dari

ransum atau 5% dari konsentrat, atau jangan menggunakan urea melebihi ¼ bagian

dari seluruh kebutuhan N untuk ransum pertumbuhan. Selain itu, hendaknya

pemberian urea disertai dengan penambahan mineral (Parakkasi, 1999).

Penggunaan urea dapat pula merugikan dan menyebabkan keracunan jika

penggunaannya tidak semestinya. Tanda-tanda klinis keracunan urea antara lain

kesukaran respirasi, salivasi, tetani urat daging, dan kadar urea atau amonia yang

tinggi dalam darah (Parakkasi, 1999).

Minyak Jagung

Minyak jagung adalah minyak yang berasal dari lembaga biji jagung (Zea

mays L) yang telah mengalami proses pemurnian dengan atau tanpa penambahan

bahan tambahan yang diizinkan (SNI, 1998).

Menurut Ducket et al. (2002), minyak jagung merupakan sumber asam lemak

tak jenuh (Poly Unsaturated Fatty Acid/PUFA) yang tinggi, dengan konsentrasi

sebesar 86,05%. Komposisi asam lemak pada minyak jagung terdiri dari asam lemak

jenuh yakni 10,59% asam palmitat; 1,96% asam stearat; 0,43% asam arakhidat;

0,14% asam beheneat; dan 0,18% asam tetrakosanoat; serta asam lemak tak jenuh

antara lain 0,1 asam palmitoleat; 27,27% asam oleat; 57,47% asam linoleat; 0,97%

asam linolenat; 0,24% asam eikosenoat; dan sebanyak 0,22% merupakan asam lemak

yang tidak teridentifikasi.

Penggunaan minyak jagung dalam ransum menghasilkan gas CH4 sebesar

20,8% dan efisiensi penggunaan energi (VFA) sebesar 81% (Sutardi, 1997). Min et

al. (2007) menyatakan bahwa penambahan minyak jagung pada sapi jantan yang

digembalakan berbasis pakan gandum, tidak berpengaruh terhadap pertambahan

bobot badan harian dan aliran protein mikroba rumen, namun dapat menurunkan

total hari bloat. Level maksimum pemberian minyak jagung dalam sekali pemberian

adalah 15 gram minyak jagung per kg asupan bahan kering per hari.

Page 22: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

9

Minyak Ikan Lemuru

Minyak ikan lemuru merupakan hasil samping yang cukup banyak dari

industri pengalengan ikan dan kaya akan asam lemak tidak jenuh dan omega-3 yang

baik untuk kesehatan (Sudarman et al., 2008). Minyak ikan lemuru (Sardinella

lemuru) merupakan sumber asam lemak tak jenuh ganda (Poly Unsaturated Fatty

Acid/PUFA) yang mengandung 21,95% asam arakhidonat (Hartati, 2008). Sementara

hasil penelitian dari Yogaswara (2008), menunjukkan bahwa ikan lemuru

mengandung 90,88% asam lemak tak jenuh, antara lain 19,77% asam oleat; 22,89%

asam linoleat; 20,72% asam linolenat; 22,83% asam eikosapentanoat

(eicosapentaenoic acid/EPA); dan 4,67% asam dekosahexanoat (decosahexaenoic

acid/DHA) dengan kandungan lemak sebesar 36,48%.

Doreau dan Chilliard (1997) mengemukakan bahwa pemberian 200 gram

minyak ikan dalam sekali pemberian per hari tidak berpengaruh terhadap pola

fermentasi rumen, sedangkan pemberian 400 gram minyak ikan merubah produk

akhir fermentasi rumen (rasio asetat dan propionat).

Asam Lemak

Asam lemak adalah asam monokarboksilat yang berantai lurus dengan rantai

asam mulai dari C1 sampai C3 (yang biasanya tidak terdapat dalam lemak tapi

ditemukan sebagai hasil hidrolisis dari lemak) dan atom C4 (yang terdapat dalam

lemak) (Barus, 2006).

Klasifikasi asam lemak dapat didasarkan pada beberapa hal. Menurut ada

atau tidaknya ikatan rangkap pada rantai atom C, asam lemak dibedakan atas asam

lemak jenuh (Saturated Fatty Acid/SFA), asam lemak tidak jenuh tunggal (Mono

Unsaturated Fatty Acid/MUFA), dan asam lemak tidak jenuh ganda (Poly

Unsaturated Fatty Acid/PUFA). Jika didasarkan atas panjang pendeknya rantai, asam

lemak terdiri atas asam lemak rantai pendek (Short Chain Fatty Acid/SCFA), asam

lemak rantai sedang (Medium Chain Fatty Acid/MCFA), serta asam lemak rantai

panjang (Long Chain Fatty Acid/LCFA). Berdasarkan isomer geometriknya terdapat

isomer cis dan trans dari UFA (Barus, 2006).

Asam lemak jenuh dituding sebagai pemacu berbagai masalah kesehatan,

seperti kolesterol, atherosclerosis (penyempitan pembuluh darah), atau jantung

koroner. Asam lemak yang diklasifikasikan sebagai asam lemak jenuh antara lain

Page 23: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

10

asam kaprilat (C8:0), asam kaprat (C10:0), asam laurat (C12:0), asam miristat (C14:0),

asam palmitat (C16:0), dan asam stearat (C18:0) (McDonald et al., 2002). Asam lemak

tak jenuh dikenal memiliki peran yang penting dan positif yang berkaitan dengan

aspek reproduksi (Abayasekara dan Wathles, 1999). Asam lemak yang

diklasifikasikan sebagai asam lemak tak jenuh antara lain asam palmitoleat (C16:1),

asam oleat (C18:1), asam linoleat (C18:2), asam α-linolenat (C18:3), asam arakhidonat

(C20:4), asam timnodonat (eicosapentaenoat) (C20:5), serta asam docosahexaenoat

(C22:5) (McDonald et al., 2002).

Asam lemak esensial adalah asam lemak yang tidak dapat disintesis oleh

tubuh ternak, sehingga harus terdapat dalam pakan ternak. Contoh dari asam lemak

esensial adalah asam linolet, asam linolenat, dan asam arakhidonat. Struktur dari

asam lemak dapat dilihat pada Gambar 1.

O

R - C - OH

Gambar 1. Struktur Asam Lemak (McDonald et al., 2002)

Penelitian dari Encinias et al. (2004) mendapatkan hasil peningkatan daya

tahan hidup anak domba yang induknya disuplementasi oleh 5,7% biji safflower

yang mengandung asam linoleat tinggi. Lebih banyak anak domba yang dilahirkan

oleh induk yang disuplementasi oleh level biji safflower yang lebih rendah (2,8%)

yang mengalami kematian akibat kelaparan dan pneumonia.

Sistem Pencernaan Ruminansia

Proses pencernaan adalah suatu proses perubahan yang dialami bahan

makanan baik secara fisik maupun kimiawi di saluran pencernaan menjadi zat-zat

yang lebih sederhana yang dipersiapkan untuk diabsorbsi dan digunakan oleh ternak

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Puastuti, 2005). Saluran pencernaan

merupakan sebuah sistem kompleks yang dimulai dari organ mulut dan berakhir di

rektum dan anus, dimana semua pakan yang tertelan mengalami mastikasi,

fermentasi oleh mikroba, dan pencernaan enzimatis (NRC, 2007). Proses pencernaan

pada ruminansia terjadi secara mekanis (proses pencernaan yang terjadi di mulut),

fermentatif (proses pencernaan oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroba

Page 24: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

11

rumen), dan hirolisis (proses pencernaan oleh enzim-enzim hewan induk semang

(Puastuti, 2005).

Ternak ruminansia memiliki sistem pencernaan yang lebih kompleks

dibandingkan ternak non-ruminansia, karena memiliki empat buah perut, yaitu perut

handuk (rumen), perut jala (retikulum), perut buku atau perut kitab (omasum), dan

perut sejati (abomasum). Retikulum merupakan bagian dimana bolus pakan masuk

dari kerongkongan dan memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan

pencampuran dan pergerakan pakan menuju rumen, regurgitasi digesta dari rumen

kembali ke mulut, dan pengeluaran isi omasum. Rumen adalah bagian yang terbesar

dari keempat kompartemen. Rumen berfungsi sebagai tempat penyimpanan, tempat

proses fermentasi, dan tempat hunian bagi populasi mikroba yang jumlahnya besar

dan beragam. Omasum merupakan perut yang mengeluarkan air dan mineral dari

ingesta sebelum mencapai abomasum, walaupun aktivitas pencernaan yang terjadi di

sini cukup sedikit. Abomasum dikatakan sebagai perut sejati, karena abomasum

memiliki fungsi yang serupa dengan perut pada hewan non-ruminansia (NRC, 2007).

Metabolisme Lemak

Pada ternak ruminansia, lemak pakan di dalam rumen akan mengalami proses

lipolisis dan biohidrogenasi. Menurut NRC (2007), langkah awal perubahan lipida

pakan dalam rumen adalah proses hidrolisis ikatan ester oleh enzim lipolitik mikroba

yang melepaskan gliserol dan asam lemak bebas (free fatty acid/FFA). Gliserol

kemudian dimetabolis oleh mikroorganisme dalam rumen menjadi untuk

menghasilkan VFA.

Proses biohidrogenasi di dalam rumen selanjutnya akan mengubah FFA asam

lemak tak jenuh yang terbentuk dari proses lipolisi menjadi asam lemak jenuh oleh

rumen bakteri (NRC, 2007). Modifikasi lipid bahan pakan tersebut menyebabkan

semua lipid yang memasuki duodenum terdiri dari asam lemak jenuh, yang sebagian

besar adalah asam stearat (Parakkasi, 1999). Hidrogenasi merupakan proses dimana

hidrogen ditambahkan pada ikatan rangkap dari asam lemak tak jenuh, dengan

demikian mengubahnya menjadi bentuk jenuh (McDonald et al., 2002).

Biohidrogenasi tidak hanya menghasilkan produksi asam lemak jenuh, tetapi juga

menghasilkan dalam bentuk isomer terkonjugasi dari asam linoleat dan linolenat

Page 25: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

12

Galaktosil Asil Gliserol Triasil Gliserol

Lipolisis

Asam Lemak Galaktosa

& Gliserol

18:3

(Cis. 9 Cis. 12 Cis. 15) 18:2

(Cis. 9 Cis. 12) 18:1

(Cis. 9)

18:3

(Cis. 9 Trans. 11 Cis. 15)

18:2

(Cis. 9 Trans. 11)

18:1

(Trans. 11)

18:0

(Stearat)

sebagai hasil dari proses biohidrogenasi tidak lengkap (NRC, 2007). Skema proses

metabolisme lemak dalam rumen ternak ruminansia dapat dilihat pada Gambar 2.

+

Gambar 2. Proses Metabolisme Lemak dalam Rumen Ternak Ruminansia (Scott dan

Ashes, 1993)

Menurut NRC (2007), bakteri merupakan mikroorganisme yang paling

bertanggung jawab untuk proses biohidrogenasi di dalam rumen. Beberapa faktor

dari pakan yang mempengaruhi proses biohidrogenasi antara lain rasio

konsentrat:hijauan dalam pakan, kandungan nitrogen pakan, umur hijauan, spesies

hijauan, metode panen dan pengolahan, dan penambahan ionophore.

VFA

Lemak Pakan

Page 26: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

13

Kebanyakan lipida di dalam pakan memasuki lacteal dalam bentuk

chylomicron, yang memasuki pembuluh darah vena melalui saluran thorac. Bagian

dari triasilgliserol pakan sangat sedikit yang dihidrolisis menjadi gliserol dan asam

berbobot molekul rendah dan kemudian langsung diserap ke aliran darah.

Chylomicron yang beredar lalu diserap oleh hati dan triasilgliserol dihidrolisis. Asam

lemak yang dihasilkan oleh mikroba rumen, bersama dengan asam lemak bebas

diserap dari darah oleh hati, lalu dimasukkan kembali ke aliran darah dalam bentuk

lipoprotein dan dibawa menuju ke berbagai organ dan jaringan (McDonald et al.,

2002).

Proteksi terhadap Lemak

Proses biohidrogenasi yang terjadi di dalam saluran pencernaan ruminansia

mengakibatkan semua lipida pakan yang memasuki duodenum didominasi oleh asam

lemak jenuh, yang menyebabkan lemak ruminansia menjadi lebih keras dan

meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular pada konsumennya. Untuk mencegah

terjadinya biohidrogenasi oleh mikroba rumen terhadap asam lemak tidak jenuh

maka perlu dilakukan proteksi terhadap pakan yang diberikan (Tiven et al., 2011).

Lemak yang diproteksi dapat menghindari efek negatif lemak pada mikroba rumen

dan memasok asam lemak esensial pada pascarumen (Adawiah et al., 2007).

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan proteksi

terhadap lemak, antara lain proteksi dengan formaldehida (Tiven et al., 2011),

proteksi dengan sabun mineral (Adawiah et al., 2007), dan proteksi dengan

campuran garam karboksilat kering (CGKK) (Tasse, 2010). Hasil yang diperoleh

pada proses proteksi menggunakan CGKK (Tasse, 2010) adalah peningkatan

konsentrasi VFA total dan penurunan konsentrasi amonia.

Protozoa

Protozoa merupakan mikroorganisme yang jumlahnya terbanyak kedua di

dalam rumen, yang perkiraan konsentrasinya sekitar 1×106 sel/ml cairan rumen untuk

sebagian besar sapi dan domba (Dehority, 2004). Populasi protozoa lebih sedikit dari

bakteri rumen, namun karena ukuran tubuhnya yang lebih besar, konsentrasinya

sebesar 60% dari biomassa rumen (McDonald et al., 2002). Biomassa protozoa

Page 27: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

14

dalam rumen bervariasi, tergantung jenis ransum yang dimakan ternak induk semang

(Erwanto, 1995).

Menurut Freer dan Dove (2002), protozoa adalah mikrobiota rumen yang

terbesar, anaerob obligatif, motil, dan mikroba eukariotik. Protozoa ciliata

merupakan protozoa yang terbanyak, dan family Ophryoscolecidae adalah ciliata

utama di rumen, dengan lebih dari 100 spesies (Freer dan Dove, 2002).

Menurut Brock dan Madigan (1991), protozoa lebih menggemari substrat

yang mudah difermentasi seperti pati dan gula, walaupun protozoa juga

menghidrolisis selulosa dan menghasilkan produk fermentasi seperti asam asetat,

asam butirat, asam laktat, CO2, dan H2.

Protozoa mengandung 55% protein kasar, dan susunan asam aminonya tidak

dipengaruhi oleh ransum (Parakkasi, 1999). Sementara menurut Dehority (2004),

nilai biologis, kecernaan sejati, dan utilisasi protein netto protozoa rumen masing-

masing sebesar 82%, 87%–91%, dan 71%.

Hasil penelitian dari Adawiah et al. (2007) menunjukkan bahwa suplementasi

1,5% minyak jagung dan 1,5% minyak ikan menghasilkan populasi protozoa

sebanyak 6,5×104 sel/ml dan 10,4×10

4 sel/ml. Populasi protozoa dari domba yang

diberi perlakuan minyak ikan yang diproteksi oleh sabun kalsium adalah 8×104

sel/ml. Menurut Tiven et al. (2001), minyak dapat berperan sebagai agen defaunasi

bagi protozoa dalam rumen. Menurut Adawiah et al. (2007), penurunan jumlah

populasi protozoa dalam rumen disebabkan karena protozoa tidak dapat

memproduksi enzim lipolisis. Lemak yang diberikan akan menyelimuti protozoa dan

tidak dapat dirombak, sehingga tegangan permukaan dalam sel protozoa lebih rendah

dibandingkan dengan luar sel, yang berakibat protozoa mengalami lisis (Adawiah et

al., 2007).

Menurut Suharti et al. (2010), tingginya populasi protozoa dalam rumen

diduga dapat meningkatkan produksi gas metan. Di dalam rumen, protozoa

merupakan inang bagi archaea methanogen pada proses transfer hidrogen, sehingga

archaea methanogen menggunakan H2 yang dihasilkan oleh protozoa dan kemudian

mengubahnya menjadi CH4 (metan) (Suharti et al., 2010).

Page 28: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

15

Selulosa Pati

Selobiosa

Glukosa-1-phosphate

Pektin Asam Uronat

Fruktosa-6-phosphate

Hemiselulosa

Pentosan

Pentosa Fruktosa-1,6-phosphate

Glukosa-6-phosphate

Maltosa Isomaltosa

Glukosa

Sukrosa

Fruktosa Fruktan

Format

CO2 H2

Metan

Asetil phospate

Asetat

Malonil

CoA

Piruvat

Asetil CoA

Asetoasetil

CoA

-hidroksibutiril

CoA

Krotonil CoA Suksinil CoA

Metilmalonil

CoA

Suksinat

Fumarat

Malat

Oksalasetat

Propionat

Propionil

CoA

Akrilil

CoA

Laktil

CoA

Laktat

Butirat

Butiril CoA

Volatile Fatty Acid (VFA)

Volatile Fatty Acid (VFA) atau asam lemak terbang yang dihasilkan dari

fermentasi dalam rumen digunakan sebagai sumber energi utama pada ternak

ruminansia. Skema proses metabolisme karbohidrat dalam rumen ternak ruminansia

dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Proses Metabolisme Karbohidrat dalam Rumen Ternak Ruminansia

(McDonald et al., 2002).

Dari total VFA rumen, proporsi molar asetat, propionat dan butirat sekitar

95% (Sun dan Zhao, 2009). Lebih lanjut Schlegel (1994) menyatakan proses

fermentasi dalam rumen menghasilkan asam asetat (C2) paling banyak sekitar 50-

Page 29: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

16

70%, diikuti oleh asam propionat (C3) berkisar antara 17-21%, asam butirat (C4)

diproduksi sekitar 14-20% dari VFA total, serta asam valerat (C5) dan asam format

hanya terbentuk dalam jumlah kecil.

Menurut McDonald et al. (2002), di dalam rumen karbohidrat pakan dipecah

melalui dua tahap. Tahap pertama adalah proses pencernaan karbohidrat kompleks

menjadi gula-gula sederhana, seperti glukosa, fruktosa, dan pentosa yang dihasilkan

oleh enzim ekstraselular mikroba. Tahap kedua, gula-gula sederhana tersebut

kemudian didegradasi, sehingga menghasilkan hasil akhir utama dari proses

pencernaan karbohidrat dalam rumen, antara lain VFA (asam asetat, asam propionat,

dan asam butirat), CO2 (karbon dioksida), serta CH4 (metana). Selain dihasilkan dari

pencernaan karbohidrat, VFA juga dapat dihasilkan dari deaminasi asam amino,

yakni asam isobutirat yang dihasilkan dari valine, asam valerat dari proline, asam 2-

metilbutirat dari isoleucine, serta asam 3-metil butirat dari leucine (McDonald et al.,

2002).

Parakkasi (1999) menyatakan bahwa sebagian besar VFA langsung diserap

melalui dinding rumen; hanya sedikit asetat, beberapa propionat, dan sebagian besar

butirat yang termetabolisme dalam dinding rumen. Lebih lanjut McDonald et al.

(2002) merinci sekitar 75% dari total VFA yang diproduksi akan diserap langsung

oleh retikulo-rumen yang lalu masuk ke dalam darah, sekitar 20% diserap di

abomasum dan omasum, dan sekitar 5% sisa dari total VFA diserap di usus halus.

Konsentrasi VFA yang dihasilkan di dalam rumen sangat bervariasi,

dipengaruhi oleh pakan ternak dan waktu setelah pemberian pakan (McDonald et al.,

2002). Konsentrasi VFA total yang mencukupi untuk pertumbuhan mikroba rumen

sebesar 80-180 mM (Fathul dan Wajizah, 2010). Pemberian konsentrat yang tinggi

akan meningkatkan proporsi propionat, sementara pemberian hijauan akan

meningkatkan proporsi asetat (McDonald et al., 2002).

Hasil penelitian dari Adawiah et al. (2007) menunjukkan bahwa konsentrasi

VFA yang didapatkan dari ransum perlakuan yang diberikan minyak jagung dan

minyak ikan pada domba adalah 105±28 mM dan 95±23 mM. Perlakuan minyak

ikan yang diproteksi dalam bentuk sabun mineral yang ditambahkan dengan kalsium

menghasilkan VFA sebesar 118±2 mM.

Page 30: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

17

Proses biohidrogenasi asam lemak tak jenuh dapat merubah pola fermentasi

yang terjadi di dalam rumen. Proses biohidrogenasi yang terjadi berdampak pada

penambahan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak tak jenuh untuk

mengubahnya menjadi ikatan tunggal dalam bentuk asam lemak jenuh (McDonald et

al., 2002). Inkorporasi (penggabungan) dua buah atom hidrogen ke asam lemak tak

jenuh dapat menurunkan suplai hidrogen yang dibutuhkan oleh archaea methanogen

untuk membentuk metan, sehingga asam lemak tak jenuh dapat dijadikan sebagai

suplementasi dalam pakan yang dapat menurunkan emisi gas metan dari proses

enteric fermentation ternak ruminansia. Penurunan gas metan diharapkan dapat

meningkatkan kadar VFA dalam rumen karena kehilangan energi dalam proses

fermentasi dapat dikurangi serta meningkatkan efisiensi penggunaan energi.

Amonia (NH3)

Protein yang berasal dari pakan dipecah menjadi peptida dan asam amino

oleh mikroorganisme dalam rumen. Beberapa asam amino kemudian dipecah

menjadi asam organik, amonia, dan CO2.

Kadar amonia dalam rumen merupakan petunjuk antara proses degradasi dan

proses sintesis protein oleh mikroba rumen. Jika pakan defisien akan protein atau jika

proteinnya tahan terhadap proses degradasi, maka konsentrasi amonia dalam rumen

akan rendah dan pertumbuhan mikroba rumen akan rendah, yang menyebabkan

terganggunya pemecahan karbohidrat (McDonald et al., 2002).

Menurut Ørskov (1992), efisiensi pemanfaatan NH3 untuk sintesis protein di

dalam rumen tergantung pada ketersediaan energi. Apabila terjadi kekurangan energi

maka protein akan berlebihan dan tidak dapat dimanfaatkan oleh mikroba rumen.

Soepranianondo (2005) menyatakan bahwa 60% protein pakan akan diubah menjadi

amonia N, sedangkan 40% akan diteruskan ke abomasum dan usus halus untuk

dicerna dan diabsorbsi dan sebagian dibuang ke feses.

Amonia dibutuhkan sebagai sumber nitrogen untuk pertumbuhan dan

pembentukan sel-sel mikroba yang hidup di dalam rumen, terutama bakteri untuk

mengoptimalkan fermentasi hijauan (Leng, 1991). Menurut McDonald et al. (2002),

kisaran konsentrasi optimum amonia dalam cairan rumen antara 85–300 mg/l, atau

5–17,65 mM. Menurut Bata dan Suwandyastuti (2005), produksi amonia dalam

rumen dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain level protein dalam ransum, waktu

Page 31: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

18

setelah pemberian pakan, laju penyerapan oleh dinding rumen, level dan laju

degradasi protein, dan penyerapan oleh mikroorganisme. Skema proses metabolisme

komponen nitrogen dalam tubuh ternak ruminansia dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Proses Pencernaan dan Metabolisme Komponen Nitrogen dalam Rumen

(McDonald et al., 2002)

Hasil penelitian dari Adawiah et al. (2007) menunjukkan bahwa konsentrasi

amonia yang didapatkan dari ransum perlakuan yang diberikan minyak jagung dan

minyak ikan pada domba adalah 8,3±0,6 mM dan 8,0±2,6 mM. Perlakuan minyak

ikan yang diproteksi dalam bentuk sabun mineral yang ditambahkan dengan kalsium

menghasilkan NH3 sebesar 9,3±3,8 mM.

Alantoin Urin

Menurut Chen et al. (1992), purin merupakan asam amino bersifat basa yang

terdapat di dalam inti sel mikroba yang terdapat dalam digesta yang masuk ke dalam

usus halus. McDonald et al. (2002), menyatakan asam nukleat adalah senyawa

Protein Nitrogen Bukan Protein

Protein

Tidak Terdegradasi

Protein

Terdegradasi

Peptida

Asam Amino Amonia

Protein Mikroba

Pakan

Nitrogen

Bukan Protein

Dicerna di Usus Halus

Hati

NH3 Urea

Kelenjar

Ludah

Ginjal

Dikeluarkan di Urin

Page 32: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

19

5-Nucleotidase AMP Aminohydrolase

5-nucleotidase Deaminasi Adenosine

Adenosine Inosine 5’-Phospate (IMP)

Inosine

Nucleosida Phosphorylase

Oksidasi

Xanthine

Asam Urat

Uricase

Alantoin

Adenosine 5’-phospate (AMP)

Oksidasi

Xanthine

berbobot molekul tinggi yang memiliki peran pokok di makhluk hidup sebagai

penyimpan informasi genetik. Protein dari organisme sel tunggal seperti bakteri

rumen mengandung banyak asam nukleat (80-160 g/kg BK bakteri) (McDonald et

al., 2002). Salah satu senyawa yang dihasilkan dalam proses hidrolisis asam nukleat

adalah purin. Skema proses degradasi purin nukleotida dan pembentukan derivat

purin pada ternak ruminansia dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Degradasi Purin Nukleotida dan Pembentukan Derivat Purin (Chen dan

Gomes, 1995)

Asam nukleat yang meninggalkan rumen pada dasarnya berasal dari mikroba

(Chen dan Gomes, 1995). Hal ini dikarenakan pakan ruminan biasanya memiliki

kadar purin yang rendah, yang kebanyakan mengalami degradasi ekstensif di dalam

rumen sebagai hasil dari fermentasi mikroba. Asam nukleat mikroba yang

meninggalkan rumen mengalami pencernaan ekstensif di usus halus. Di usus halus,

Adenine

Deaminasi Adenine

Guanine

Deaminasi Guanine

Guaninosine

Hypoxanthine

Xanthine

Page 33: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

20

purin nukleotida dihidrolisis menjadi purin nukleosida dan basa bebas. Kedua bentuk

dapat diabsorbsi dari usus. Purin nukleosida dan basa bebas yang diserap dari lumen

usus mengalami degradasi serta pemanfaatan di mukosa usus. Purin asam nukleat

yang diabsorbsi didegradasi dan diekskresikan di urin sebagai derivatnya, antara lain

hypoxanthine, xanthine, asam urat, dan alantoin. Ekskresi derivat purin berhubungan

langsung dengan absorbsi purin (Chen dan Gomes, 1995). Menurut Arora (1989),

sintesis protein mikroba tergantung pada kecepatan absorpsi amonia, kecepatan

pemecahan nitrogen pakan, kebutuhan mikroba akan asam amino, kecepatan bahan

keluar dari rumen, dan jenis fermentasi mikroba berdasarkan jenis pakan.

Ekskresi derivat purin di urin ruminansia dapat digunakan untuk

mengestimasi suplai protein mikroba rumen ke tubuh ternak (Chen et al., 1990). Hal

tersebut dapat dilakukan dengan melakukan perhitungan (Chen dan Gomes, 1995)

terhadap absorpsi purin mikroba (X) melalui derivat purin yang diekskresikan (Y)

dengan hubungan berupa: Y = 0,84 X + (0,150 W0,75

e-0,25X

). Selanjutnya N mikroba

yang mengalir dalam usus dihitung dari nilai purin yang diabsorpsi (X) berdasarkan

persamaan: N Mikroba = X × 70 = 0,727 X.

0,116 × 0,83 × 1000

Neraca Nitrogen (N) pada Ruminansia

Neraca N digunakan untuk mengevaluasi apakah N dalam pakan yang

diberikan ke ternak telah cukup untuk memenuhi kebutuhan ternak ataukah ternak

harus merombak jaringan tubuhnya untuk memenuhi kebutuhan sebagai konsekuensi

atas kehilangan pada proses pencernaan pakan. Keseimbangan (neraca) N dapat pula

digunakan untuk menentukan kebutuhan protein ternak untuk mencukupi hidup

pokok, pertumbuhan dan produksi, serta dapat digunakan untuk mengetahui kualitas

protein atau nilai biologis protein pakan (Purbowati, 2001). Imbangan N dapat

dipakai untuk menentukan kebutuhan protein guna keperluan pertumbuhan (Tahuk et

al., 2008). Takaran minimal protein yang memberi retensi maksimal untuk

pertumbuhan ternak dalam prinsip imbangan N adalah kebutuhan protein bagi ternak

(Tillman et al., 1991).

Retensi N merupakan selisih antara N yang dikonsumsi, yang berada dalam

makanan, dengan N yang keluar dari dalam tubuh. Nitrogen yang dikeluarkan dari

tubuh terdiri dari N dalam feses dan N dalam urin. Nitrogen feses terdiri dari N

Page 34: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

21

makanan yang tidak di absorbsi serta N yang berasal dari tubuh seperti sel-sel epitel

usus yang rusak (Parakkasi, 1999). Peningkatan laju deposisi protein (N) dalam

jaringan pada ternak sangat dipengaruhi oleh suplai protein (N) ransum (Rimbawanto

dan Iriyanti, 2000). Meningkatnya konsumsi N tidak selalu disertai dengan

peningkatan bobot badan terutama jika energi dalam ransum rendah (Parakkasi,

1999).

Penambahan minyak ke dalam pakan dapat digunakan untuk menilai efisiensi

penggunaan N (Sun dan Zhao, 2009), apakah energi yang dibutuhkan oleh ternak

telah tercukupi ataukah ternak harus merombak protein tubuhnya menjadi sumber

energi (Purbowati, 2001). Penambahan minyak juga dapat digunakan sebagai sumber

asam lemak esensial. Kecukupan asam lemak esensial yang termasuk dalam asam

lemak tak jenuh juga harus diperhatikan karena menurut McDonald et al. (2002),

defisiensi asam lemak tak jenuh dalam pakan dapat menurunkan nilai retensi N

dalam tubuh.

Page 35: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

22

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang (Kandang) B Ilmu Nutrisi

Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisis kimia dilaksanakan di Laboratorium

Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja; Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan

Mikrobiologi Nutrisi; Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Ternak Perah, Fakultas

Peternakan; serta Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU), Institut Pertanian

Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli 2011 sampai Maret 2012.

Materi

Ternak Percobaan

Ternak yang digunakan adalah 12 ekor domba lokal betina lepas sapih

berumur sekitar 2-3 bulan dengan bobot badan rata-rata 9,32±2,28 kg. Domba yang

digunakan adalah domba milik Laboratorium Lapang B Ilmu Nutrisi Ternak Daging

dan Kerja, yang merupakan persilangan antara domba lokal asal Unit Pendidikan dan

Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor

yang berada di daerah Jonggol, Jawa Barat dengan domba garut. Domba UP3J

sendiri merupakan persilangan dari domba garut dengan domba ekor tipis. Contoh

domba penelitian ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Contoh Domba Penelitian

Page 36: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

23

Kandang

Kandang yang digunakan dalam penelitian adalah kandang individu sebanyak

dua belas buah, berukuran 125 55 110 cm3 yang dilengkapi dengan tempat pakan

dan tempat air minum dari bahan plastik. Alas kandang dibuat dari kayu papan, antar

satu kayu papan dengan yang lainnya diberikan jarak ±2 cm. Hal tersebut

dimaksudkan agar kotoran yang dikeluarkan oleh ternak dapat jatuh ke tempat

penampungan yang berada di bawah bangunan kandang. Suhu dan kelembaban rata-

rata di dalam kandang pada pagi hari sebesar 21,5 ºC dan 91% serta pada siang hari

33,5 ºC dan 46%.

Pada minggu-minggu awal penelitian di beberapa kandang individu, alas

kayu papan tersebut ditutupi oleh rerumputan kering untuk mencegah kaki domba

yang berukuran kecil tidak terperosok ke dalam alas kayu papan. Pada minggu akhir

penelitian, yaitu saat pengambilan sampel feses dan urin, digunakan kandang

panggung. Tempat pakan dan minum juga dinaikkan menyesuaikan kondisi

ketinggian kandang panggungnya. Kandang yang digunakan pada penelitian

ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Kandang Penelitian

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian antara lain timbangan gantung

kapasitas 50 kg untuk menimbang bobot badan domba, serta timbangan digital untuk

menimbang pakan dan sisa pakan. Untuk pengambilan sampel urin dan rumen

peralatan yang digunakan adalah kandang metabolis yang dimodifikasi, gelas ukur,

termos, tabung film dan wadah penampung. Peralatan yang digunakan dalam

melakukan analisis di laboratorium antara lain sentrifugasi, tabung reaksi, alat

Page 37: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

24

destilasi uap, labu erlenmeyer, cawan Conway, alat-alat titrasi, counting chamber,

Vortex, alkohol bath, spektrofotometer, serta labu Kjeldahl.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain HgCl2; H2SO4 7%;

H2SO4 15%, NaOH 0,5 N; Phenol Pthalin; HCl 0,5 N; larutan Na2CO3 jenuh;

larutan asam borat berindikator; vaselin; H2SO4 0,005 N; Tryphan Blue Formaline

Salin (TBFS); NaOH 0,5 M; HCl 0,5 M; Penylhydrazine; HCl pekat; potassium;

Selenium mixture; H2SO4 pekat; NaOH 40%; H3BO3 2%; Brom Cresol Green-

Methyl Red; HCl 0,1 N; es batu; aquades; serta air. Contoh peralatan yang digunakan

di lapang dan di laboratorium ditunjukkan pada Gambar 8.

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 8. Perlengkapan Penelitian berupa: (a) timbangan digital, (b) timbangan

gantung kapasitas 50 kg, (c) cawan Conway, (d) peralatan destilasi uap,

(e) peralatan titrasi.

Pakan

Pakan yang diberikan sebesar 3%–4% bobot badan dengan rasio

hijauan:konsentrat adalah 30%:70%, dengan penyusunan pakan berdasarkan kadar

protein kasar (PK) sebesar ±15% dan kadar total digestible nutrient (TDN) ±72%.

Air minum diberikan ad libitum. Komposisi bahan pakan yang digunakan dalam

Page 38: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

25

ransum tercantum pada Tabel 3 dan kandungan nutrien zat makanan tercantum pada

Tabel 4.

Tabel 3. Komposisi Bahan Pakan

Bahan Pakan Perlakuan

M0 MJ MIL MILT

-----------------------------%BK-----------------------------

Rumput 30,00 30,00 30,00 30,00

Onggok 17,00 17,00 17,00 17,00

Bungkil Kelapa 50,50 49,00 49,00 49,00

CaCO3 1,50 1,50 1,50 1,50

Garam 0,25 0,25 0,25 0,25

Premix 0,15 0,15 0,15 0,15

Urea 0,60 0,60 0,60 0,60

Minyak Jagung - 1,50 - -

Minyak Ikan Lemuru - - 1,50 -

Minyak Ikan Terproteksi - - - 1,50

Keterangan: M0 = pakan kontrol (tanpa minyak); MJ = pakan yang mengandung 1,5%

minyak jagung; MIL = pakan yang mengandung 1,5% minyak ikan lemuru;

MILT = pakan yang mengandung 1,5% minyak ikan lemuru terproteksi.

Tabel 4. Kandungan Nutrien Pakan Perlakuan (Konsentrat + Hijauan)

Kandungan Nutrien Ransum Penelitian

M0 MJ MIL MILT

-----------------------------%BK-----------------------------

Abu 8,68 7,70 8,08 7,53

Protein Kasar 18,27 16,79 16,33 16,32

Lemak Kasar 3,84 5,21 6,37 9,33

Serat Kasar 14,91 15,50 15,24 15,03

Beta-N 54,30 54,81 53,98 51,80

Total Digestible Nutrien* 72,47 74,82 74,07 74,07

Keterangan: Hasil analisis Laboratorium PAU, IPB (2012). *) Perhitungan TDN menurut

Wardeh (1981). M0 = pakan kontrol (tanpa minyak);

MJ = pakan yang mengandung 1,5% minyak jagung;

MIL = pakan yang mengandung 1,5% minyak ikan lemuru;

MILT = pakan yang mengandung 1,5% minyak ikan lemuru terproteksi.

Page 39: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

26

Metode

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan

Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Pengelompokan pada

penelitian ini didasarkan pada bobot badan domba, yakni bobot badan besar (11,80 ±

1,82 kg), bobot badan sedang (9,15 ± 0,53 kg), dan bobot badan kecil (7,00 ± 0,33

kg). Model matematik yang digunakan adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie,

1993):

Yij = µ + i + βj + ij

Keterangan:

Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

= Nilai rataan umum

i = Pengaruh perlakuan ke-i

βj = Pengaruh kelompok ke-j

ij = Pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Prosedur Pemeliharaan

Pemeliharaan domba dilakukan selama ±3 bulan. Sebelum digunakan domba

ditimbang terlebih dahulu, untuk mendapatkan bobot badan awal sebelum perlakuan.

Domba ditimbang setiap dua minggu sekali agar diketahui perubahan bobot

badannya. Konsentrat diberikan setiap pagi, sementara hijauan berupa rumput lapang

diberikan dua jam setelah pemberian konsentrat dan sore hari. Pakan yang diberikan

3% dari bobot badan, tetapi seiring bertambahnya bobot badan maka konsumsi

ransum dinaikkan sampai 4%. Konsumsi dan sisa pakan ditimbang setiap hari.

Pengambilan Cairan Rumen

Pengambilan sampel cairan rumen dilakukan dengan menggunakan alat bantu

selang yang dimodifikasi, dalam waktu empat jam setelah pemberian pakan. Sampel

rumen yang disimpan dalam termos lalu diberikan HgCl2 untuk menghentikan

aktivitas mikroba, kemudian ditutup rapat. Sementara sampel yang akan digunakan

untuk perhitungan populasi protozoa disimpan dalam tabung film tetapi tidak

diberikan merkuri klorida (HgCl2), kemudian ditutup rapat.

Page 40: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

27

Pengumpulan Sampel Urine

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan penampungan urin

yang dipasang pada bagian bawah tiap kandang panggung ternak. Sampel urin

ditampung dengan menggunakan wadah yang telah ditetesi H2SO4 7% sekitar 10 ml

untuk mencegah terjadinya penguapan nitrogen (N). Koleksi urin dilakukan selama

tiga hari. Urin yang telah terkumpul lalu dikompositkan dan diambil sampel untuk

kemudian disimpan dalam freezer dan dapat digunakan sebagai contoh dan dianalisis

kandungan N dan alantoinnya.

Pengukuran Populasi Protozoa Rumen (Ogimoto dan Imai, 1981)

Populasi protozoa dihitung berdasarkan pewarnaan dengan larutan Tryphan

Blue Formaline Salin (TBFS). Tahapan perhitungan adalah cairan rumen dicampur

dengan larutan TBFS dengan perbandingan 1:1. Dua tetes campuran tersebut

ditempatkan pada counting chamber setebal 0,2 mm, luas kotak terkecil 0,0625 mm2.

Perhitungan jumlah protozoa dilakukan dengan mikroskop pada pembesaran 100

kali. Protozoa per ml cairan rumen dihitung dengan rumus:

Protozoa/ml cairan rumen = 1×1000×C×FP

0,2×0,00625×16×5

Keterangan: C = jumlah protozoa terhitung dalam counting chamber

FP = faktor pengenceran

Pengukuran Konsentrasi VFA (Steam Destilation Methode)

Pengukuran konsentrasi volatile fatty acid (VFA) dalam rumen dilakukan

menurut metode destilasi uap (Department of Dairy Science, 1966). Sampel

supernatan yang akan dianalisis diambil sebanyak 5 ml, kemudian dimasukan ke

dalam tabung destilasi. Labu erlenmeyer yang berisi 5 ml NaOH 0,5 N ditempatkan

di bawah selang tampungan. Sebanyak 1 ml H2SO4 15% ditambahkan ke tabung

destilasi yang di dalamnya telah berisi larutan sampel, kemudian penutup kacanya

segera ditutup, dan dibilas dengan aquadest secukupnya. VFA akan didesak oleh uap

air dan akan terkondensasi dalam pendingin. Air yang terbentuk kemudian

ditampung oleh labu erlenmeyer yang telah berisi 5 ml NaOH 0,5 N sampai

volumenya mencapai 300 ml. Indikator PP (Phenol Pthalin) ditambahkan sebanyak

2-3 tetes pada air yang ditampung tersebut. Air tampungan tersebut lalu dititrasi

Page 41: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

28

dengan HCl 0,5 N sampai warna titrat berubah dari merah menjadi merah muda

seulas. Konsentrasi VFA total yang dihasilkan dihitung dengan menggunakan rumus:

mM VFA total = (a b) N HCl

Keterangan: a = volume titran blangko

b = volume titran contoh

Pengukuran Konsentrasi NH3 (Conway Micro Diffusion Methode)

Pengukuran konsentrasi amonia (NH3) dilakukan menurut metode mikro

difusi Conway (Department of Dairy Science, 1966). Sebelum sampel diletakkan

dalam cawan Conway, terlebih dahulu bibir cawan diolesi dengan vaselin. Sampel

supernatan diambil sebanyak 1 ml, kemudian ditempatkan pada salah satu ujung

cawan Conway. Sebanyak 1 ml larutan Na2CO3 jenuh ditempatkan pada ujung lain

dari cawan Conway yang berseberangan dengan supernatan. Sebanyak 1 ml larutan

asam borat berindikator ditempatkan dalam bagian yang terletak di tengah cawan

Conway. Cawan Conway yang telah diolesi vaselin ditutup rapat hingga tidak ada

udara yang masuk. Larutan Na2CO3 dicampurkan dengan supernatan hingga merata,

yakni dengan cara cawan tersebut digoyang–goyangkan dan dimiringkan. Setelah itu

dibiarkan selama 24 jam dalam suhu kamar. Setelah 24 jam cawan tersebut dibuka.

Asam borat berindikator dititrasi dengan H2SO4 0,005 N hingga terjadi perubahan

warna dari biru menjadi merah. Hasil titrasi dicatat dan konsentrasi amonia (NH3)

dihitung dengan mengggunakan rumus:.

N NH3 (mM) = ml H2SO4 N H2SO4 1000

Pengukuran Alantoin Urin (Chen dan Gomes, 1995)

Pengukuran konsentrasi amonia (NH3) dilakukan menurut metode

kolorimeter (Colorimetric Methode). Sebanyak 1 ml sampel, standar, dan blanko

dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 5 ml aquades dan 1 ml NaOH

0,5 M. Larutan diaduk dengan menggunakan Vortex, lalu disimpan di tabung reaksi

dalam air mendidih selama tujuh menit. Tabung diangkat kemudian dinginkan dalam

air es. Setiap tabung ditambahkan dengan 1 ml HCl 0,5 M sampai pH mendekati 2 –

3. Ditambahkan pula 1 ml Penylhydrazine, diaduk kembali menggunakan Vortex,

kemudian dimasukkan kembali ke dalam air mendidih selama 7 menit. Tabung

diangkat dari air mendidih kemudian dimasukkan ke dalam alkohol bath beberapa

Page 42: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

29

menit. Sebanyak 3 ml HCl pekat dan 1 ml potassium ditambahkan. Absorbansi

dibaca pada 522 nm setelah 20 menit.

Analisis Konsentrasi Nitrogen (AOAC, 1980)

Sampel kering sebanyak 0,25 g ditempatkan dalam labu Kjeldahl dan

ditambahkan 0,25 g Selenium mixture dan 20 ml H2SO4 pekat. Selanjutnya dilakukan

destruksi (pemanasan dalam keadaan mendidih) selama 1 jam hingga larutan jernih.

Setelah dingin, larutan tersebut ditambahkan aquadest hingga 120 ml. Sebanyak 5 ml

sampel diambil dan 10 ml NaOH 40%, lalu didestilasi. Hasil destilasi tersebut

ditampung dalam labu erlenmeyer yang berisi campuran antara 10 ml H3BO3 2% dan

2 tetes indicator Brom Cresol Green-Methyl Red yang berwarna merah muda.

Setelah volume hasil destilat mencapai 40 ml dan berwarna hijau kebiruan, destilasi

dihentikan. Hasil destilasi dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga berwarna merah muda.

Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap blanko. Kadar nitrogen total dihitung

dengan rumus:

% Kadar N =

100%

Keterangan: S = volume titran sampel (ml);

B = volume titran blanko (ml);

w = bobot sampel kering (mg).

Pengukuran Konsumsi Nitrogen

Konsumsi Bahan Kering × % Protein Kasar Pakan

Konsumsi Nitrogen (g/e/h) =

6,25

Konsumsi Nitrogen

Konsumsi Nitrogen (g/kg BB0,75

/h) =

Bobot Badan0,75

Pengukuran Nitrogen Feses

Feses yang Keluar × % Protein Kasar Feses

Nitrogen Feses (g/e/h) =

6,25

Nitrogen Feses

Nitrogen Feses (g/kg BB0,75

/h) =

Bobot Badan0,75

Page 43: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

30

Pengukuran Nitrogen Urin

Nitrogen Urin (g/e/h) = % N Urin × Volume Urin × Berat Jenis Urin

Nitrogen Urin

Nitrogen Urin (g/kg BB0,75

/h) =

Bobot Badan0,75

Pengukuran Nitrogen Tercerna

Nitrogen Tercerna (g/e/h) = Konsumsi Nitrogen Nitrogen Feses

Nitrogen Tercerna

Nitrogen Tercerna (g/kg BB0,75

/h) =

Bobot Badan0,75

Pengukuran Kecernaan Nitrogen

Nitrogen Tercerna

Kecernaan Nitrogen (%) =

Konsumsi Nitrogen

Pengukuran Retensi Nitrogen

Retensi Nitrogen (g/e/h) = Konsumsi Nitrogen Nitrogen Feses Nitrogen Urin

Retensi Nitrogen

Retensi Nitrogen (g/kg BB0,75

/h) =

Bobot Badan0,75

Perhitungan Ekskresi Derivat Purin (Chen dan Gomest, 1995)

Ekskresi Alantoin

Ekskresi Derivat Purin (mmol/l) =

0,85

Perhitungan Efisiensi Pemanfaatan Nitrogen (Sun dan Zhao, 2009)

Retensi Nitrogen

Efisiensi Pemanfaatan Nitrogen (%) = × 100%

Konsumsi Nitrogen

Perlakuan

Perlakuan yang diberikan pada domba yaitu pemberian berbagai macam

minyak sebagai sumber asam lemak tak jenuh. Perlakuan yang diberikan antara lain:

M0 = Pakan kontrol (tanpa minyak)

MJ = Pakan yang mengandung 1,5% minyak jagung

MIL = Pakan yang mengandung 1,5% minyak ikan lemuru

Page 44: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

31

MILT = Pakan yang mengandung 1,5% minyak ikan lemuru terproteksi

Peubah yang diamati

1. Populasi Protozoa Rumen

2. Pengukuran Konsentrasi VFA

3. Pengukuran Konsentrasi NH3

4. Pengukuran Alantoin Urin

5. Analisis Konsentrasi Nitrogen

6. Pengukuran Konsumsi Nitrogen

7. Pengukuran Nitrogen Feses

8. Pengukuran Nitrogen Tercerna

9. Pengukuran Kecernaan Nitrogen

10. Pengukuran Nitrogen Urin

11. Pengukuran Retensi Nitrogen:

12. Perhitungan Ekskresi Derivat Purin

13. Efisiensi Pemanfaatan Nitrogen

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance. Jika perlakuan

berpengaruh nyata terhadap peubah yang diukur maka dilanjutkan dengan uji lanjut

kontras orthogonal (Steel dan Torrie, 1993).

Page 45: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

32

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi Protozoa

Protozoa merupakan jenis mikroorganisme yang menempati populasi kedua

terbesar di dalam rumen. Berdasarkan hasil sidik ragam, tidak ada pengaruh yang

nyata (P>0,05) antar perlakuan terhadap populasi protozoa dalam rumen. Populasi

protozoa yang dihasilkan dari perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Populasi Protozoa Dalam Rumen

Perlakuan Total Protozoa

( 104 sel/ml )

M0 9,10

MJ 6,92

MIL 7,31

MILT 12,95

SEM 1.37

Keterangan: M0 = pakan kontrol (tanpa minyak),

MJ = pakan yang mengandung 1,5% minyak jagung,

MIL = pakan yang mengandung 1,5% minyak ikan lemuru,

MILT = pakan yang mengandung 1,5% minyak ikan lemuru terproteksi.

SEM = standard error of mean

Populasi protozoa dalam rumen yang tidak berbeda secara nyata menandakan

bahwa pemberian minyak yang berbeda sebagai sumber asam lemak tak jenuh pada

level 1,5% memiliki pengaruh yang sama terhadap populasi protozoa dalam rumen.

Populasi protozoa yang diperoleh pada penelitian ini antara 6,92–12,95 (×104 sel/ml),

masih rendah dibandingkan standar populasi protozoa menurut Ogimoto dan Imai

(1981) yang menyatakan populasi protozoa optimal adalah 105–10

6 sel/ml. Populasi

protozoa pada penelitian ini sejalan dengan populasi protozoa yang diperoleh oleh

Adawiah et al. (2007), yakni 6,5–10,4 (×104 sel/ml). Hasil yang diperoleh Zain et al.

(2008) menunjukkan bahwa penggunaan minyak jagung mampu mengeliminasi

protozoa rumen secara signifikan sampai 11,72% dari 1,45 105 sel/ml menjadi 1,28

105 sel/ml dan mengakibatkan peningkatan populasi bakteri rumen dari 8,80 10

10

koloni/ml menjadi 11,40 1010

koloni/ml, atau naik sebesar 29,5%.

Page 46: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

33

Fermentabilitas

Volatile Fatty Acid (VFA)

Pengaruh perlakuan terhadap konsentrasi VFA dalam rumen yang tertera di

Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan berbagai jenis minyak yang digunakan pada

penelitian ini sangat nyata mempengaruhi produksi VFA dalam rumen (P<0,01).

Rataan produksi VFA pada perlakuan MJ dan MIL sangat berbeda nyata (P<0,01)

meningkat dibandingkan dengan M0 dan MILT. Hal ini menggambarkan bahwa

pemberian MJ dan MIL dapat meningkatkan efisiensi metabolisme energi di dalam

rumen. Menurut Sutardi (1997), penggunaan minyak jagung dalam ransum

menghasilkan efisiensi penggunaan energi (VFA) sebesar 81% dan gas CH4 sebesar

20,8%. Hartati (1998) juga menyatakan konsentrasi VFA total meningkat secara

linear apabila ransum mendapat penambahan minyak ikan lemuru. Rataan produksi

VFA pada penelitian ini berkisar dari 110,24–171,49 mM. Rataan yang dihasilkan

masih berada dalam kisaran normal, sesuai dengan pernyataan Fathul dan Wajizah

(2010) yang mengatakan bahwa konsentrasi VFA total yang mencukupi untuk

pertumbuhan mikroba rumen adalah 80–180 mM.

Tabel 6. Produksi VFA dan NH3 Dalam Rumen

Parameter Perlakuan

SEM M0 MJ MIL MILT

VFA (mM) 118,59c 171,49

a 141,42

b 110,24

c 8,40

NH3 (mM) 6,49 7,48 6,90 5,47 0,48

Rasio VFA/NH3 18,40 25,66 21,28 21,19 1,53

Keterangan: M0 = pakan kontrol (tanpa minyak),

MJ = pakan yang mengandung 1,5% minyak jagung,

MIL = pakan yang mengandung 1,5% minyak ikan lemuru,

MILT = pakan yang mengandung 1,5% minyak ikan lemuru terproteksi.

SEM = standard error of mean

Rataan dengan superskrip huruf kecil dalam baris yang sama menunjukkan

perbedaan yang nyata (P<0,05)

Kedua pemberian lemak pada perlakuan MJ dan MIL sangat nyata (P<0,01)

meningkatkan VFA dalam rumen domba. Hal tersebut dikarenakan populasi

protozoa yang diperoleh pada domba yang diberi perlakuan MJ dan MIL cenderung

menurun (Tabel 5). Penurunan jumlah protozoa akibat penambahan minyak sebagai

sumber asam lemak tak jenuh diduga akan meningkatkan populasi bakteri dalam

Page 47: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

34

rumen. Zain et al. (2008) menyatakan bahwa penggunaan minyak jagung sebagai

agen defaunasi mampu mengeliminasi protozoa rumen dari 1,45 105 sel/ml menjadi

1,28 105 sel/ml dan mengakibatkan peningkatan populasi bakteri rumen dari 8,80

1010

koloni/ml menjadi 11,40 1010

koloni/ml, atau naik sebesar 29,5%. Menurut

Fathul dan Wajizah (2010), bertambahnya jumlah bakteri rumen sebanyak satu

milyar sel/ml akan meningkatkan produk VFA sebanyak 0,1592 mM. Jumlah bakteri

mempengaruhi produk VFA sebanyak 85%, sedangkan sebanyak 15% oleh faktor

lain.

Produksi VFA pada MJ nyata lebih tinggi (P<0,05) daripada VFA yang

diproduksi oleh MIL. Tingginya VFA yang diperoleh oleh MJ dibandingkan MIL

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Adawiah et al. (2007), yang

mendapatkan nilai VFA pada ransum yang diberi minyak jagung lebih tinggi 10 mM

dibandingkan yang diberi minyak ikan ((MJ = 105±28 mM; MIL = 95±23 mM).

Lebih tingginya konsentrasi VFA yang dihasilkan oleh MJ dibandingkan MIL diduga

disebabkan selain karena populasi protozoa yang dihasilkan perlakuan MIL lebih

rendah dari yang dihasilkan perlakuan MJ (Tabel 5), namun dapat juga disebabkan

oleh konsumsi pakan domba. Konsumsi bahan kering konsentrat MJ (348,05 g/e/h)

cenderung lebih tinggi dibandingkan konsumsi bahan kering konsentrat MIL (336,59

g/e/h) (Ici, 2012). Konsumsi yang cenderung lebih rendah dengan pemberian MIL

dibandingkan dengan MJ mungkin disebabkan oleh bau amis dari MIL yang kurang

disukai oleh ternak.

Lemak juga diketahui mengandung energi yang lebih tinggi daripada

karbohidrat atau protein dan menghasilkan panas metabolis yang lebih rendah

(Sudarman et al., 2008). Akan tetapi, hal tersebut tidak terjadi pada pemberian pakan

yang mengandung minyak ikan lemuru terproteksi (MILT). Produksi VFA pada

minyak yang terproteksi (MILT) nyata lebih rendah jika dibandingkan dengan yang

tidak terproteksi (MIL) (P<0,01). Produksi VFA MILT tidak berbeda secara nyata

dengan perlakuan pakan kontrol (M0) yang tanpa penambahan minyak (P>0,05),

bahkan nilainya cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut diduga disebabkan

oleh proses perlindungan dengan saponifikasi minyak ikan lemuru menjadi garam

karboksilat. Proses saponifikasi tersebut ikut berperan dalam melindungi lemak,

terutama asam lemak tak jenuh dari proses hidrogenasi di dalam rumen. Dalam

Page 48: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

35

rumen sabun garam karboksilat itu belum mencair karena sabun yang terbentuk

berupa kristal padat dan kompak tersebut mudah mencair pada pH 3. Pada kondisi

lingkungan yang netral seperti rumen, sabun dapat melewati rumen tanpa

mengganggu aktifitas rumen. Saat melewati omasum sampai usus halus (yang

memiliki pH 4-3) sabun akan terurai menjadi asam lemak bebas. Selanjutnya asam

lemak diserap melalui usus halus untuk digunakan sebagai energi (Joseph, 2007).

Penurunan kadar VFA pada lemak yang diproteksi juga dilaporkan oleh Tiven et al.

(2011), yang melaporkan terjadinya penurunan terhadap kadar asetat, propionat,

butirat, serta total VFA pada perlindungan sumber lemak dari crude palm oil (CPO)

dengan formaldehida.

Amonia (NH3)

Amonia (NH3) merupakan sumber nitrogen utama yang penting untuk sintesis

protein mikroba. Pemberian berbagai minyak sebagai sumber asam lemak di pakan

yang tertera pada Tabel 6 tidak mempengaruhi konsentrasi NH3 dalam rumen secara

nyata (P>0,05). Hal tersebut menandakan bahwa pemberian minyak yang berbeda

sebagai sumber asam lemak tak jenuh pada level 1,5% memiliki pengaruh yang sama

dalam proses degradasi protein dalam rumen, sehingga tidak mempengaruhi pasokan

nitrogen untuk mikroba rumen.

Kadar NH3 yang dihasilkan oleh domba yang diberi minyak lemuru yang

diproteksi cenderung menghasilkan nilai NH3 yang terendah. Konsentrasi NH3 pada

minyak lemuru terproteksi sejalan dengan yang hasil penelitian Tiven et al. (2011),

yang mendapatkan kenaikan level formaldehida sebagai agen perlindungan terhadap

CPO menyebabkan kadar amonia mengalami penurunan. Hal tersebut karena partikel

minyak dikelilingi oleh ikatan antara protein dengan formaldehida. Ikatan tersebut

tidak terpecah pada kondisi pH yang netral (6–7) di dalam rumen, sehingga minyak

tidak mengganggu aktivitas fermentasi di dalamnya.

Kisaran konsentrasi yang didapat (5,47–7,48 mM) masih berada dalam

kisaran normal konsentrasi NH3, menurut McDonald et al. (2002) yaitu 5–17,65 mM.

Walaupun kisaran NH3 yang dihasilkan masih berada dalam kisaran normal, tetapi

konsentrasi NH3 dari keempat perlakuan ini dapat dikatakan rendah. Adawiah et al.

(2007) mendapatkan nilai NH3 pada perlakuan 1,5% minyak jagung sebesar 8,3 mM

dan perlakuan 1,5% minyak ikan sebesar 8,0 mM. Cenderung rendahnya konsentrasi

Page 49: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

36

NH3 tersebut diduga disebabkan sumber protein utama yang dipakai pada penelitian

ini adalah bungkil kelapa sebesar 49%–50,50% dari total ransum. Hal tersebut

dikarenakan menurut Sampath (1990), bungkil kelapa tergolong sebagai bahan pakan

dengan kandungan undegradable dietary protein (UDP) tinggi, yakni 70%–81%,

dengan nilai rata-rata yakni 76% dari protein kasar. Protein sulit terdegradasi (UDP)

merupakan protein pakan yang tidak terdegradasi dalam rumen sehingga menjadi

protein bypass lalu sampai ke usus halus untuk diserap. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan McDonald et al. (2002) yang menyatakan jika protein pakannya sulit

didegradasi dalam rumen, maka konsentrasi NH3 dalam rumen akan rendah.

Penelitian ini menggunakan onggok sebagai sumber karbohidrat yang mudah

terfermentasi. Ranjhan (1977) menyatakan bahwa peningkatan jumlah karbohidrat

yang mudah difermentasi akan mengurangi produksi NH3, karena terjadi kenaikan

penggunaan NH3 untuk pertumbuhan protein mikroba. Kondisi yang ideal adalah

sumber energi tersebut difermentasi sama cepatnya dengan pembentukan NH3,

dengan cara menyediakan karbohidrat nonstruktural atau readily available

carbohydrate (RAC) dan nitrogen secara seimbang (Syahrir et al., 2009). Diharapkan

pada saat NH3 terbentuk, terdapat produk fermentasi asal karbohidrat (VFA) yang

akan digunakan sebagai sumber kerangka karbon dari asam amino protein mikroba

yang prekursor utamanya berasal dari NH3. Mikroba rumen memiliki kemampuan

untuk mengubah urea sebagai sumber non protein nitrogen (NPN) menjadi protein,

karena ketika memasuki rumen urea segera dihidrolisis menjadi NH3 oleh enzim

urease dari bakteri (McDonald et al., 2002).

Rasio VFA dan Amonia (NH3)

Rasio VFA dan NH3 merupakan perbandingan antara konsentrasi VFA dan

konsentrasi NH3 yang dihasilkan di dalam rumen. Tidak terdapat perbedaan yang

nyata (P>0,05) antar sumber asam lemak tak jenuh, baik yang diproteksi maupun

yang tidak diproteksi dengan kontrol terhadap rasio VFA dan NH3. Hal tersebut

menandakan bahwa pemberian minyak yang berbeda sebagai sumber asam lemak tak

jenuh pada level 1,5% memiliki pengaruh yang sama terhadap produk fermentasi

yang terjadi di dalam rumen. Rasio VFA dan NH3 yang dihasilkan dari perlakuan

dapat dilihat pada Tabel 6.

Page 50: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

37

Menurut Prayuwidayati dan Widodo (2007), rasio antara VFA terhadap NH3

mempengaruhi kecukupan kebutuhan mikroba rumen untuk metabolisme optimal di

dalam rumen. Pada penelitian Prayuwidayati dan Widodo (2007), didapatkan rasio

VFA dan NH3 sebesar 9,75–14,55. Rasio antara VFA dan NH3 yang dihasillkan dari

penelitian ini berkisar antara 18,40–25,66. Rasio pada penelitian ini lebih tinggi jika

dibandingkan hasil Prayuwidayati dan Widodo (2007). Hal tersebut dikarenakan

konsentrasi VFA yang dihasilkan pada penelitian ini (110,24–171,49 mM) lebih

tinggi dibandingkan hasil Prayuwidayati dan Widodo (2007) (70,00–90,00 mM),

sementara konsentrasi NH3 yang dihasilkan (5,47–7,48 mM) lebih rendah

dibandingkan konsentrasi NH3 yang dihasilkan Prayuwidayati dan Widodo (2007)

yang berkisar antara 5,84–9,36 mM. Konsentrasi VFA yang tinggi sementara

konsentrasi NH3 yang rendah diduga mengurangi efisiensi pembentukan protein

mikroba, karena banyak tersedianya kerangka karbon bagi pembentukan protein

mikroba tidak diimbangi dengan sumber nitrogen utama bagi sintesis protein

mikroba.

Alantoin

Alantoin dapat digunakan untuk memperkirakan produksi protein mikroba

rumen, karena alantoin dikeluarkan oleh ternak dalam jumlah yang lebih konstan dari

derivat purin lainnya (Orellana-Boero et al., 2001). Lebih lanjut Chen dan Gomes

(1995) menyatakan bahwa dalam 100% derivat purin yang diekskresikan di urin,

85%-nya merupakan senyawa alantoin. Kadar alantoin dalam urin yang dihasilkan

dari perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Alantoin Domba Perlakuan

Parameter Perlakuan

SEM M0 MJ MIL MILT

Ekskresi Alantoin (mmol/l) 0,19 0,15 0,17 0,25 0,02

Ekskresi Derivat Purin (mmol/l) 0,22 0,18 0,20 0,30 0,02

Keterangan: M0 = pakan kontrol (tanpa minyak),

MJ = pakan yang mengandung 1,5% minyak jagung,

MIL = pakan yang mengandung 1,5% minyak ikan lemuru,

MILT = pakan yang mengandung 1,5% minyak ikan lemuru terproteksi.

SEM = standard error of mean

Page 51: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

38

Pada Tabel 7, alantoin yang diekskresikan oleh domba tidak dipengaruhi

secara nyata (P>0,05) perlakuan sumber asam lemak tak jenuh yang diberikan.

Ekskresi alantoin yang tidak berbeda secara nyata menandakan bahwa pemberian

minyak yang berbeda sebagai sumber asam lemak tak jenuh pada level 1,5% masih

termasuk dalam level yang aman dan memiliki pengaruh yang sama terhadap proses

pembentukan derivat purin pada ternak. Walaupun tidak berbeda secara statistika,

namun pemberian sumber asam lemak tak jenuh cenderung menurunkan ekskresi

alantoin dibandingkan kontrol. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Jalč et al.

(2006) yang menyatakan pemberian lemak yang tinggi dapat membatasi sintesis

yang dilakukan oleh mikroba rumen. Asam lemak tidak jenuh memiliki efek toksik

bagi bakteri.

Nilai kisaran yang didapatkan dari penelitian ini (0,15–0,25 mmol/l) lebih

rendah dibandingkan penelitian Nurlaela (2006) yang membandingkan derivat purin

antara domba dan kambing lokal, dengan nilai yang diperoleh pada alantoin domba

lokal adalah 0,22–0,24 mM. Perbedaan nilai ekskresi alantoin ini diduga karena

kecepatan bahan keluar dari rumen, kecepatan absorpsi amonia, kecepatan

pemecahan nitrogen pakan, dan jenis fermentasi mikroba berdasarkan jenis

pakannya. Besarnya mikroba yang tersedia untuk ternak kemungkinan sangat

dipengaruhi oleh tingkat pemberian pakan (Chen et al., 1992).

Neraca Nitrogen (N)

Konsumsi Nitrogen (N)

Hasil pengukuran konsumsi nitrogen (N) dapat dilihat pada Tabel 8. Ransum

perlakuan yang diberikan tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05), saat

nilainya dihitung per gram per ekor per hari maupun per bobot badan metabolis

terhadap konsumsi N ternak percobaan.

Konsumsi N yang tidak berbeda pada penelitian ini menunjukkan bahwa

pemberian minyak yang berbeda sebagai sumber asam lemak tak jenuh pada level

1,5% memiliki pengaruh yang sama terhadap palatabilitas ternak terhadap bahan

pakan. Nilai konsumsi N yang didapatkan pada penelitian ini berkisar antara 11,59–

13,56 g/e/h. Pada penelitian yang dilaporkan oleh Khoerunnisa (2006) yang

membandingkan metabolisme N pada domba dan kambing lokal, didapatkan hasil

Page 52: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

39

konsumsi protein domba lokal betina sebesar 72,87±15,92 g/e/h. Jika konsumsi

protein tersebut dikonversikan menjadi konsumsi N, akan dihasilkan nilai konsumsi

N sebesar 11,66±2,55 g/e/h. Nilai tersebut serupa dengan yang dihasilkan dari

penelitian tersebut.

Tabel 8. Nilai Neraca Nitrogen Domba Perlakuan

Parameter Perlakuan

SEM M0 MJ MIL MILT

Konsumsi N

g/e/h 13,56 13,16 12,42 11,59 0,86

g/kg BB0,75

/h 1,62 1,52 1,44 1,45 0,03

Ekskresi N

Feses

g/e/h 3,77 3,81 3,87 3,19 0,32

g/kg BB0,75

/h 0,46 0,44 0,44 0,40 0,02

Urin

g/e/h 0,79 0,98 1,13 0,88 0,10

g/kg BB0,75

/h 0,09 0,11 0,13 0,11 0,01

N Tercerna

g/e/h 9,78 9,35 8,55 8,40 0,64

g/kg BB0,75

/h 1,17 1,08 1,00 1,05 0,03

Kecernaan N (%) 71,76 70,99 69,25 72,65 1,45

Retensi N

g/e/h 9,00 8,37 7,42 7,52 0,59

g/kg BB0,75

/h 1,07 0,97 0,86 0,95 0,04

EPN (%) 65,93 63,64 59,87 65,36 1,72

Keterangan: M0 = pakan kontrol (tanpa minyak),

MJ = pakan yang mengandung 1,5% minyak jagung,

MIL = pakan yang mengandung 1,5% minyak ikan lemuru,

MILT = pakan yang mengandung 1,5% minyak ikan lemuru terproteksi.

SEM = standard error of mean, EPN = efisiensi pemanfaatan N.

Menurut Purbowati et al. (2007), faktor yang mempengaruhi konsumsi

protein kasar adalah kandungan protein kasar dalam pakan dan konsumsi bahan

kering. Nilai konsumsi N berbanding lurus dengan nilai konsumsi protein, karena

Page 53: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

40

nilai konsumsi N didapatkan dari hasil perkalian antara konsumsi N dengan 0,16;

yang merupakan kandungan N rata-rata dalam protein. Jika dilihat dari kandungan

protein kasar hasil analisis laboratorium, pola konsumsi N dalam gram per ekor per

hari mengikuti pola kandungan protein kasar ransum, walaupun hasilnya tidak

berbeda secara statistika. Konsumsi N tertinggi penelitian ini diperoleh oleh domba

kontrol, dengan kandungan protein kasar yang tertinggi. Sementara konsumsi N

terendah diperoleh domba MILT, dengan kandungan protein kasar yang terendah.

Tidak berbeda nyatanya konsumsi N dapat disebabkan karena tidak berbedanya

konsumsi bahan kering yang diperoleh. Rataan konsumsi bahan kering yang

didapatkan antara lain M0 458,09 g/e/h; MJ 482,91 g/e/h; MIL 470,48 g/e/h; dan

MILT 437,78 g/e/h (Ici, 2012).

Nitrogen (N) Feses

Perlakuan yang diberikan tidak menimbulkan perbedaan yang nyata (P>0,05)

terhadap jumlah N dalam feses dihitung per gram per ekor per hari maupun per bobot

badan metabolis ternak (Tabel 8). Ekskresi N dalam feses yang tidak berbeda pada

penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian minyak yang berbeda sebagai sumber

asam lemak tak jenuh pada level 1,5% memiliki pengaruh yang sama terhadap proses

pencernaan nitrogen ternak.

Kandungan N dalam feses yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu 3,19–

3,87 g/e/h. Kandungan N tersebut masih berada dalam kisaran kadar N yang

dikeluarkan dari feses domba lokal betina pada penelitian Khoerunnisa (2006) yang

membandingkan metabolisme N antara domba dan kambing lokal, yakni 3,05±1,25

g/e/h.

Pengeluaran N melalui feses dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

tipe makanan yang dikonsumsi, tipe saluran pencernaan (Pond et al., 1995), hasil

pencernaan oleh mikroba, dan efisiensi pemeliharaan bakteri (Van Soest, 1982).

Sehingga tidak berbedanya ekskresi N dalam feses pada penelitian ini mungkin

dipengaruhi oleh tidak berbedanya kecernaan N. Van Soest (1982) juga menyatakan

bahwa N yang hilang dalam feses ruminansia ±0,6% dari konsumsi bahan kering

atau ±4% dari protein ransum. Sementara pada penelitian ini didapatkan hasil N yang

hilang dan terkandung dalam feses lebih tinggi dibandingkan pernyataan Van Soest

(1982), yakni 0,84% pada perlakuan kontrol, 0,79% pada perlakuan MJ, 0,81% pada

Page 54: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

41

perlakuan MIL, dan 0,72% pada perlakuan MILT dari konsumsi bahan kering

domba. Hal tersebut diduga karena pemakaian bungkil kelapa sebagai bahan yang

sulit didegradasi dalam pakan penelitian ini. Swanson et al. (2000) yang melaporkan

adanya kecenderungan untuk kehilangan N melalui feses lebih banyak pada

tambahan yang lambat didegradasi dibandingkan dengan tambahan yang cepat

didegradasi.

Nitrogen (N) Urin

Berdasarkan hasil sidik ragam, tidak ada pengaruh yang nyata (P>0,05)

terhadap nilai nitrogen (N) urin per gram per ekor per hari atau per bobot badan

metabolis dari perlakuan yang diberikan. Ekskresi N dalam urin yang tidak berbeda

pada penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian minyak yang berbeda sebagai

sumber asam lemak tak jenuh pada level 1,5% memiliki pengaruh yang sama

terhadap proses metabolisme nitrogen ternak. Nitrogen yang diekskeresikan dalam

urin tertera di Tabel 8.

Pengeluaran N melalui urin memiliki korelasi linier dengan tingkat konsumsi

ransum dan pengeluaran N feses (Smith et al., 1992). Hasil samping dari proses

metabolisme protein di dalam tubuh dikeluarkan di urin dalam bentuk kreatinin,

amonia, asam amino, urea, (Banerjee, 1982), dan derivat purin (asam urat, alantoin,

xanthine, dan hipoxanthine) (Chen dan Gomes, 1995). Menurut Roy (1970), faktor-

faktor yang mempengaruhi kadar N dalam urin antara lain tingkat konsumsi N,

penyerapan nitrogen dalam tubuh, sumber N, tingkat protein ransum, koefisen cerna

protein, bentuk fisik dan macam bahan pakan, tingkat energi ransum, serta fase

pertumbuhan ternak.

Nitrogen yang terkandung dalam urin di penelitian ini berkisar antara 0,79–

1,13 g/e/h. Jumlah N urin tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan studi

komparatif yang dilakukan Khoerunnisa (2006) yang menghasilkan jumlah N dalam

urin domba lokal betina sebesar 0,029±0,013 g/e/h. Hal tersebut diduga disebabkan

karena penambahan urea pada pakan. Karena Mehrez dan Ørskov (1978) melaporkan

suplementasi urea pada pakan jerami-gandum menghasilkan efek yang sedikit

terhadap ekskresi N dalam feses, namun meningkatkan ekskresi N dalam urin, yang

dihubungkan dengan degradasi urea yang tinggi dalam rumen.

Page 55: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

42

Kecernaan Nitrogen (N)

Nilai nitrogen (N) tercerna per gram per ekor atau per bobot badan metabolis

serta nilai kecernaan N yang diperoleh pada penelitian ini tidak berbeda nyata

(P>0,05). Hal tersebut menandakan bahwa pemberian minyak yang berbeda sebagai

sumber asam lemak tak jenuh pada level 1,5% memiliki pengaruh yang sama

terhadap proses pencernaan nitrogen ternak.

Kecernaan N dipengaruhi oleh ransum perlakuan yang diberikan, karena

McDonald et al. (2002) menyebutkan bahwa kecernaan protein tergantung pada

banyaknya kandungan protein di dalam pakan. Secara lengkap nilai N yang tercerna

dan persentase kercernaan N disajikan pada Tabel 8. Dari tabel tersebut diketahui

bahwa nilai kecernaan N berkisar antara 69,25%–72,65%. Hasil tersebut serupa

dengan yang dilaporkan oleh Khoerunnisa (2006), yang menyatakan bahwa

kecernaan protein pada domba lokal betina memiliki nilai 69,45%±6,53%.

Retensi Nitrogen (N)

Retensi nitrogen N merupakan selisih perhitungan antara N yang dikonsumsi

dengan N yang diekskresikan melalui feses dan urin. Perhitungan retensi N dapat

digunakan untuk menilai kualitas pakan yang diberikan, apakah pakan tersebut telah

memenuhi kebutuhan hidup pokok bagi ternak ataukah ternak harus merombak N

yang berada di jaringan tubuhnya untuk menutupi kekurangan dari pakan.

Pengaruh ransum perlakuan terhadap retensi N disajikan pada Tabel 8, yang

menunjukkan ransum perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) mempengaruhi N

yang teretensi dalam tubuh ternak. Retensi N yang tidak berbeda pada penelitian ini

menunjukkan bahwa pemberian minyak yang berbeda sebagai sumber asam lemak

tak jenuh pada level 1,5% memiliki pengaruh yang sama terhadap proses

pemanfaatan nitrogen dalam tubuh ternak.

Retensi N yang tidak berbeda dapat disebabkan karena tidak terjadi

perbedaan tingkat konsumsi N dan tingkat ekskresi N dalam feses dan urin pada

keempat ransum. Peningkatan laju deposisi protein (N) dalam jaringan pada ternak

sangat dipengaruhi oleh suplai protein (N) ransum (Rimbawanto dan Iriyanti, 2000),

dengan hubungan yang positif (Melaku et al., 2004). Walaupun tidak terdapat

perbedaan secara statistika, tetapi nilai retensi N domba yang diberi perlakuan asam

lemak tak jenuh cenderung turun dibandingkan nilai retensi N kontrol. Hal tersebut

Page 56: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

43

mungkin dapat menjadi suatu indikator bahwa level 1,5% penambahan sumber asam

lemak tak jenuh masih kurang untuk kebutuhan ternak. Tidak berbedanya nilai

retensi N menandakan defisiensi tersebut tidak terlalu besar. Menurut McDonald et

al. (2002), defisiensi asam lemak tak jenuh dalam pakan dapat menurunkan nilai

retensi nitrogen dalam tubuh. Hal tersebut dikarenakan MJ yang banyak mengandung

asam linoleat dan asam linolenat serta MIL yang banyak mengandung asam

arakhidonat, merupakan prekursor dari prostaglandin yang berfungsi dalam

penyerapan nutrien (Adawiah et al., 2006). Khoerunnisa (2006) mendapatkan nilai

retensi N bagi ternak domba lokal berjenis kelamin betina yakni 8,00±1,23 g/e/h.

Pada penelitian ini didapatkan nilai retensi N domba yang diberi perlakuan tidak

berbeda dari retensi N yang diperoleh Khoerunnisa (2006), yakni antara 7,42–9,00

g/e/h.

Pemberian minyak sebagai sumber asam lemak tak jenuh dalam pakan dapat

digunakan untuk menilai efisiensi penggunaan N. Pemberian lemak yang tinggi

kalorinya akan meningkatkan kandungan energi di dalam pakan. Jika energi yang

terdapat dalam pakan telah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan

produksi ternak, maka ternak dapat mendepositkan nitrogen dan nutrien lainnya ke

dalam jaringan tubuh. Namun jika energi dalam pakan masih kurang untuk

memenuhi kebutuhan ternak, kemungkinan ternak akan merombak protein tubuhnya

menjadi sumber energi.

Pemberian sumber asam lemak tak jenuh berbeda ke dalam pakan domba

perlakuan menghasilkan nilai retensi N yang positif. Jumlah retensi N yang positif

menunjukkan banyaknya N yang tertahan di dalam tubuh ternak karena

dimanfaatkan oleh ternak (Prayuwidayati dan Widodo, 2007). Hermon (2009)

menyatakan jika energi dari karbohidarat dan lemak cukup tersedia dalam tubuh,

asam amino akan ditimbun dalam tubuh yang dikenal dengan retensi N. Tetapi jika

suplai energi dari karbohidat dan lemak kurang, maka asam amino akan dioksidasi

dan kadar asam amino plasma darah akan meningkat (Hermon, 2009). Nilai retensi N

yang dihasilkan pada keempat perlakuan bernilai positif, maka dalam penelitian ini

mengindikasikan adanya pengaruh yang positif dari perlakuan sumber asam lemak

tak jenuh yang berbeda. Hal tersebut juga menandakan bahwa N dalam pakan yang

diberikan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan ternak, sehingga ternak tidak

Page 57: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

44

perlu merombak jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhannya sebagai konsekuensi

atas kehilangan pada proses pencernaan (Purbowati, 2001). Ternak mengalami

penyimpanan protein di dalam jaringan, yang ditandai dengan adanya peningkatan

bobot badan harian pada domba perlakuan sebagai akibat dari penambahan urat

daging atau deposit lemak tubuh, serta mengalami pertumbuhan jaringan baru.

Melaku et al. (2004) melaporkan adanya hubungan antara N yang dikonsumsi

gram per hari dengan N yang teretensi gram per hari dalam tubuh. Pada

penelitiannya tersebut, didapatkan hasil hubungan tersebut memiliki korelasi yang

positif, dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,89 dengan nilai persamaan garis

regresi adalah NR (Nitrogen Retention) = -1,38 + 0,49 NI (Nitrogen Intake). Pada

penelitian ini didapatkan pula korelasi yang positif antara konsumsi N, yang

dianggap sebagai faktor yang independen, dengan retensi N tubuh (faktor dependen).

Korelasi positif bermakna jika terjadi peningkatan pada nilai konsumsi N, maka nilai

N yang teretensi dalam tubuh pun akan ikut meningkat, begitu pula sebaliknya.

Korelasi tersebut memiliki nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,922, atau dengan

kata lain 92,2% jumlah N yang tersimpan dalam jaringan tubuh berhubungan dengan

jumlah N yang dikonsumsi. Menurut Hasan (2003), nilai korelasi antara 0,90–<1,00

memiliki kekuatan nilai korelasi yang sangat tinggi atau kuat sekali. Korelasi

tersebut sangat signifikan pada level 0,01 (P<0,01). Persamaan garis regresi yang

dihasilkan adalah Y = 0,632 X + 0,070, atau NR = 0,632 NI + 0,070. Regresi antara

retensi N dengan konsumsi N ditampilkan pada Gambar 9.

Page 58: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

45

Gambar 9. Regresi dari Retensi N dan N Konsumsi

Kemapuan ternak untuk meretensi N ke dalam jarimgan tubuh dipengaruhi

oleh pasokan protein dan energi dalam pakan. Adanya proses deposisi nutrien ke

dalam jaringan tubuh merupakan suatu indikator terjadinya pertumbuhan ternak yang

ditandai dengan adanya pertambahan bobot badan harian (PBBH). Adawiah et al.

(2006) melaporkan adanya peningkatan bobot badan yang disebabkan oleh

peningkatan retensi N ternak dan efisiensi penggunaan lemak. Nilai PBBH yang

dihasilkan dari penelitian ini antara lain 84,98 g/e/h (M0); 88,64 g/e/h (MJ); 82,05

g/e/h (MIL); dan 81,32 g/e/h (MILT) (Nopita, data belum dipublikasikan). Walaupun

hasil pengujian statistika menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) baik

terhadap nilai N yang teretensi ataupun PBBH ternak, namun terdapat

kecenderungan tidak terdapat pola hasil yang sama antara retensi N dengan PBBH.

Perlakuan yang cenderung memiliki nilai retensi N tertinggi (MJ) tidak

menghasilkan PBBH yang tertinggi, dan perlakuan yang cenderung memiliki nilai

retensi N terendah (MIL) tidak lantas menghasilkan PBBH yang terendah pula. Hal

tersebut diduga disebabkan oleh perbedaan kebutuhan energi dan protein untuk

keperluan hidup pokok. Nutrien yang dibutuhkan untuk keperluan produksi dapat

dimanfaatkan jika keperluan nutrien untuk hidup pokoknya sudah terpenuhi.

Purbowati (2001) menyatakan bahwa hasil pengurangan N dalam pakan dengan N

Y = 0,632 X + 0,070

Retensi N

(g/e/h)

X

Y

Page 59: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

46

yang hilang selama pencernaan merupakan N yang tersedia untuk hidup pokok dan

produksi. Adanya nitrogen yang tersimpan dalam tubuh dapat menghasilkan

pertambahan bobot badan yang akan mempercepat bobot dewasa kelamin. Hasil

penelitian dari Puastuti (2005) menunjukkan bahwa nilai retensi yang positif, antara

9,2–11,8 g/e/h menghasilkan pertambahan bobot badan harian sebesar 92–151 g/e/h.

Efisiensi Penggunaan Nitrogen (Efficiency N Utilization/EPN)

Nilai efisiensi penggunaan nitrogen (EPN) merupakan persentase antara

nitrogen yang teretensi dalam tubuh per nitrogen yang dikonsumsi oleh ternak.

Rataan nilai EPN yang dihasilkan dalam penelitian ini tidak berbeda secara nyata

(P>0,05) antar perlakuan yang diberikan. Efisiensi penggunaan N yang tidak berbeda

pada penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian minyak yang berbeda sebagai

sumber asam lemak tak jenuh pada level 1,5% memiliki pengaruh yang sama

terhadap efisiensi penggunaan N oleh ternak.Kisaran EPN yang didapatkan, yakni

59,87%–65,93% lebih tinggi dibandingkan kisaran yang diperoleh oleh Puastuti

(2005), yaitu 44,1%–56,3%.

Page 60: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

47

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pakan dengan penambahan minyak jagung dan minyak ikan lemuru sebagai

sumber asam lemak tidak jenuh pada level 1,5% mampu memperbaiki nilai VFA,

tanpa mengganggu produksi amonia dan populasi protozoa dalam rumen, alantoin

urin, serta neraca nitrogen dalam tubuh.

Saran

Perlu adanya pengujian terhadap produk fermentasi lainnya, yakni

konsentrasi VFA parsial dan produksi gas metan serta pengujian terhadap aspek

reproduksi secara lengkap terhadap domba yang diberi perlakuan pada penelitian ini.

Perlu dilakukan penelitian serupa dengan menggunakan sumber asam tak jenuh lain

untuk melihat keefektifannya.

Page 61: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

48

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat,

karunia, dan hidayah -Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir.

Komang G. Wiryawan selaku pembimbing utama dan pembimbing akademik serta

Ir. Lilis Khotijah, M. Si selaku pembimbing anggota yang telah banyak membimbing

Penulis dalam menyelesaikan tugas akhir. Ucapan terima kasih juga disampaikan

kepada Prof. Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS dan Dr. Ir. Mohammad Yamin, M. Agr.

Sc. sebagai dosen penguji sidang dan Dr. Ir. Suryahadi, DEA sebagai dosen penguji

seminar, serta Ir. Dwi Margi Suci, MS dan Ir. Lidy Herawati, MS sebagai panitia

sidang dan seminar atas sumbangan pemikirannya untuk skripsi ini. Rasa terima

kasih juga tak lupa disampaikan kepada Dr. Ir. Kartiarso, M. Sc yang sempat menjadi

pembimbing akademik atas segala arahannya selama penulis berkuliah di IPB.

Ucapan terima kasih spesial Penulis tujukan untuk rekan-rekan sepenelitian:

Indari Ici, Indri Nopita, Andrew Dharmawan, Ponam L. Wahyuni, dan Ermana S.

Dini atas kerjasama dan kebersamaannya selama ±5 bulan di lapang, serta Mang

Asep, Mang Sugi, Ka Tantry, Ka Ikka, Ka Fatmi, Ka Faris, Bapak Djaja, Devide, dan

Maha atas bantuannya selama di kandang. Terima kasih untuk Pak Wawan, Ibu Dian,

Ibu Adriyani, Dewi, Putri, Prastiwi, Dea, serta Nurul H. (Bio’45) atas bantuannya di

laboratorium. Terima kasih kepada Yolanda, Feri, Meta, Liza A., Tekad, Fredi, serta

seluruh warga ‘Genetic 45’ lainnya atas segala kebersamaan dan diskusinya. Terima

kasih teruntuk Tanti, Niear, Dina, Yuni, Nisa, Eka, dan Kanti atas kebersamaannya

di ‘Citra Ayu’, serta terima kasih pula teruntuk Jundi dan Adit (Biokim’45).

Terima kasih tulus dan tak berhingga teruntuk orang tua Bapak Sugiharto dan

Ibu Sunarni serta adik Boston Bilardo atas segala dukungan baik moril maupun

materi yang telah diberikan. Terima kasih kepada Ayu, Lek Ati, dan keluarga yang

lain, serta pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir namun

belum dapat Penulis sebutkan satu persatu.

Page 62: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

49

DAFTAR PUSTAKA

Abayasekara, D. R. & D. C. Wathes, 1999. Effects of altering dietary fatty acid

composition on prostaglandin synthesis and fertility. Prostaglandins Leukot.

Essent. Fatty Acids 61: 275–287.

Adawiah, T. Sutardi, T. Toharmat, W. Manalu, Nahrowi, & U. H. Tanuwiria. 2006.

Suplementasi sabun mineral dan mineral organik serta kacang kedelai sangrai

pada domba. Med. Pet. 29(1): 27-34.

Adawiah, T. Sutardi, T. Toharmat, W. Manalu, N. Ramli, & U. H. Tanuwiria. 2007.

Respons terhadap suplementasi sabun mineral dan mineral organik serta

kacang kedelai sangrai pada indikator fermentabilitas ransum dalam rumen

domba. Med. Pet. 30: 63-70.

Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Penerjemah: R. Muwarni.

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Association of Official Anylitical Chemist (AOAC). 1980. Official Methodes of

Analysis. 13th

Edition, Washington DC.

Badan Standardisasi Nasional. 1998. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3394-

1998: Minyak Jagung sebagai Minyak Makan. Jakarta.

Baneerjee, G.C. 1982. Animal Husbandry. Oxford dan IBH Publishing Co., New

Delhi, Bombay, Calcuta.

Barus, P. 2006. Studi reaksi interesterifikasi antara RBDPS dengan minyak kelapa

atau minyak kemiri menjadi CBS atau margarin yang mengandung asam

lemak omega-3 dan omega-6. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Bata, M. & S. N. O. Suwandyastuti. 2005. The improving quality of concentrate diet

with fibrolytic enzyme and it’s effect on rumen metabolism and blood

parameter of fattening holstein male. Animal Production. 7(3): 127-134.

Blakely, J. & D. H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Edisi ke-4. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

Brock, T. D. & M. T. Madigan. 1991. Biology of Microorganism. 6th

Edition.

Prentice-Hall International, London.

Chen, X. B., F. D. Deb. Hovell, E. R. Ørskov, & D. S. Brown. 1990. Excretion of

purine derivatives by ruminant: effect of exogenous nucleic acid supply on

purine derivative excretion by sheep. British Journal of Nutrition 63: 131-

142.

Chen, X. B., G. Grubic, R. Ørskov, & P. Osuji. 1992. Effect of feeding frequency on

diurnal variation in plasma and urinary purine derivatives in steers. Anim.

Prod. 55: 185-191.

Chen, X. B. & M. J. Gomest. 1995. Estimation of microbial protein supply to sheep

and cattle based on urinary excretion of purin derivatives – An overview of

the technical detail. International Feed Resources Unit. Rowett Research

Institute, Bucksburn, Aberdeen, United Kingdom.

Page 63: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

50

Dehority, B. A. 2004. Rumen Microbiology. Nottingham University Press.

Nottingham, United Kingdom.

Department of Dairy Sci. 1966. General Laboratory Procedures. University of

Wisconsin, Madinson.

Dixon, R. M. 1986. Maximazing the Rate of Fibre Digestion in the Rumen.

Proceeding of the 7th

annual workshop of the Australian-Asian Ruminant

Feeding Systems Utilizing Fibrous Agricultural Residues Research Network.

Chiang Mai University, Thailand.

Doreau, M. & Y. Chilliard. 1997. Digestion and metabolism of dietary fat in farm

animals. Br. J. Nutr. 78(Suppl.). S15-S35.

Ducket, S. K., J. G. Andrae, & F. N. Owens. 2002. Effect of high-oil corn or added

corn oil in ruminal biohydrogenation of fatty acid and conjugated linoleic

acid formation in beef steers fed finishing diet. J. Anim. Sci. 80: 3353-3360.

Encinias, H. B., G. P. Lardy, A. M. Encinias, & M. L. Bauer. 2004. High linoleic

acid safflower seed supplementation for gestating ewes: Effects on ewe

performance, lamb survival, and brown fat stores. J. Anim. Sci. 82: 3654-

3661.

Ensminger, M. E., J. E. Oldfield, & W. W. Heinemenn. 1990. Feeds and Nutrition.

2nd

Edition. Ensminger Publishing Co. Clovis, California.

Erlita, A. S. 2006. Studi perbandingan penampilan umum dan kecernaan pakan pada

kambing dan domba lokal. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Erwanto. 1995. Uji banding gamal dan angsana sebagai sumber protein, daun

kembang sepatu dan minyak kelapa sebagai agensia defaunasi dan

supelementasi, analog hidroksi methionin dan amonium sulfat dalam ransum

pertumbuhan sapi perah. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Fathul, F. & S. Wajizah. 2009. Penambahan mikromineral Mn dan Cu dalam ransum

terhadap biofermentasi rumen domba secara in vitro. JITV. 15(1): 9-15.

Food and Agricultural Organization (FAO). 2002. Conserving and Developing Farm

Animal Diversity. Secretariat of the Report on the State of the World’s

Animal Genetic Resource, Rome.

Food Standards Australia New Zealand (FSANZ). 2005. Cyanogenic Glycosides In

Cassava and Bamboo Shoots. A human health risk assessment. Technical

report series no. 28. Canberra, Australia.

Freer, M. & H. Dove. 2002. Sheep Nutrition. CABI Publishing, Australia.

Gatenby, R. M. 1991. The Tropical Agriculturalist: Sheep. Macmillan Education Ltd,

London.

Hamid, H., T. Purwadaria, T. Haryati, & A. P. Sinurat. 1999. Perubahan nilai

bilangan peroksida bungkil kelapa dalam proses penyimpanan dan fermentasi

dengan Aspergillus niger. JITV. 4(2): 101-107.

Page 64: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

51

Hartati, E. 1998. Suplementasi minyak lemuru dan seng ke dalam ransum yang

mengandung silase pod coklat dan urea untuk memacu pertumbuhan sapi

holstein. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Haryanto, B. & A. Djajanegara. 1993. Pemenuhan Kebutuhan Zat-Zat Makanan

Ternak Ruminansia Kecil. Di dalam: Wodzicka-Tomaszewska, M., I. M.

Mastika, A. Djajanegara, S. Gradier, & T. R. Wiradaya (Eds.). Produksi

Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press,

Surakarta.

Hasan, I. 2003. Pokok-Pokok Materi Statistik I. Statistik Deskriptif. Edisi Kedua. PT

Bumi Aksara, Jakarta.

Hermon. 2009. Indeks sinkronisasi pelepasan N-protein dan energi dalam rumen

sebagai basis formulasi ransum ternak ruminansia dengan bahan lokal.

Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ici, I. 2012. Daya cerna ransum yang ditambah minyak jagung dan minyak ikan

lemuru pada domba lokal calon induk. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Inounu, I. 1991. Production performance of prolific javanese sheep. Tesis. Sekolah

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Jalč, D., A. Potkański., M. Szumacher-Strabel, J. Kowalczyk, & A. Cieślak. 2006.

The effect of a high concentrate diet and different fat sources on rumen

fermentation in vitro. J. Anim. Feed Sci. 15: 137–140.

Jordan, E., D. K. Lovett, F. J. Monahan, J. Callan, B. Flynn, & F. P. O’Mara. 2006.

Effect of refined coconut oil or copra meal on methane output and on intake

an performance of beef heifers. J. Anim. Sci. 84: 162-170.

Joseph, G. 2007. Suplementasi sabun kalsium dalam pakan ternak ruminansia

sebagai sumber energi alternatif untuk meningkatkan produksi daging yang

berkualitas. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Khoerunnisa. 2006. Studi komparatif metabolisme nitrogen antara domba dan

kambing lokal. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kurniadi, T. 2010. Kopolimerisasi grifting monomer asam akrilat pada onggok

singkong dan karakteristiknya. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Leng, R. A. 1991. Application of Biotechnology to Nutrition of Animals in

Developing Countries. FAO, Rome.

Mathius, I-W & A. P. Sinurat. 2001. Pemanfaatan bahan pakan inkonvensional untuk

ternak. Wartazoa. 11(2): 20-31.

Maulidina, A. 2011. Hubungan level energi ransum dengan percepatan perkawinan

calon induk domba lokal. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

McDonald, P., R. A. Edwards, & J. F. D. Greenhalgh. 2002. Animal Nutrition. 6th

Edition, New York.

Page 65: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

52

Melaku, S., K. J. Peters, & A. Tegegne. 2004. Microbial nitrogen supply, nitrogen

retention, and rumen function in menz sheep supplemented with dried leaves

multipurpose trees, their mixtures of wheat bran. Small Ruminant Research.

52: 25-36.

Mehrez, A. Z. & Ørskov, E. R. 1978. Protein degradation and optimum urea

concentration in cereal based diets for sheep. Br. J. Nutr. 40: 337-345.

Min, B. R., W. E. Pinchak, D. Mathews, & J. D. Fulford. In vitro rumen fermentation

and in vivo bloat dynamics of steers grazing winter wheat to corn oil

supplementation. Anim. Feed Science and Technology. 133: 192-205.

National Research Council. 2007. Nutrient Requirements of Small Ruminants. Natl.

Acad. Press., Washington, DC.

Nopita, I. 2012. Pengaruh penambahan minyak jagung dan minyak ikan lemuru

dalam ransum pertumbuhan terhadap penampilan produksi calon induk

domba ekor tipis. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor,

Bogor. (Sedang Proses Publikasi).

Nurasa, R. V. 2006. Performa reproduksi domba priangan betina dan hasil

persilangannya dengan domba st. croix dan charollais. Skripsi. Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nurlaela. 2006. Studi perbandingan mikroba rumen antara domba dan kambing lokal.

Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ogimoto, K. & S. Imai. 1981. Atlas of Rumen Microbiology. Japan Science. Societes

Press, Tokyo.

Orellana-Boero, P., J. Balcells, S. M. Martín Orue, J. B. Liang, & J. A. Guada. 2001.

Modelling purine derivative excretion in cows: endogenous condition and

recovery of exogenous purine baases. Livest. Prod. Sci. 68: 243-250.

Ørskov, E. R. 1992. Protein Nutritional in Ruminant. Academic Press, London.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas

Indonesia Press, Jakarta.

Pond, W. G., D. E. Church, & K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and

Feeding. 4th

Edition. John Willey & Sons, New York.

Prakoso, M. R. B., F. Mulia, F. A. Setyawatie, S. Dartosukarno, S. Mawati, E.

Rianto, R. Adiwinarti, & Soedarsono. 2009. Pengaruh imbangan protein dan

total digestible nutrients yang berbeda terhadap presentase karkas, edible

portion, meat bone ratio dan yield grade domba lokal jantan. Seminar

Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Fakultas Peternakan,

Universitas Diponegoro, Semarang.

Prayuwidayati, M. & Y. Widodo. 2007. Penggunaan bagas tebu teramoniasi dan

terfermentasi dalam ransum ternak domba. Maj. Ilmu Petern. Fakultas

Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar. 10(1): 9-12.

Puastuti, W. 2005. Tolak ukur mutu protein ransum dan relevansinya dengan retensi

nitrogen dengan retensi nitrogen serta pertumbuhan domba. Disertasi.

Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Page 66: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

53

Purbowati, E. 2001. Balance energi dan nitrogen domba yang mendapat berbagai

aras konsentrat dan pakan dasar yang berbeda. Prosiding Seminar Nasional

Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Peternakan. Bogor.

Purbowati, E., C. I. Sutrisno, E. Baliarti, S. P. S. Budhi, & W. Lestariana. 2007.

Pengaruh pakan komplit dengan kadar protein dan energi yang berbeda pada

penggemukan domba lokal jantan secara feedlot terhadap konversi pakan.

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

Ranjhan, S. K. 1977. Animal nutrition and feeding practises in India. Vikas

Publishing House PVT. Ltd., New Delhi, Bombay.

Rasyid, G., A. B. Sudarmadji & Sriyana. 1996. Pembuatan dan Pemanfaatan Onggok

sebagai Pakan Ternak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Karangploso,

Malang.

Rimbawanto, E. A. & N. Iriyanti. 2000. Pengaruh penggunaan kulit biji kedelai

sebagai pengganti jagung dalam ransum terhadap kecernaan energi, protein,

dan kinerja domba. Anim. Prod. 2 (2): 98-103.

Roy, J. H. B. 1970. The Calf: Nutrition and Health. Vol. 2. 3rd

Edition. Iliffe Books

Ltd., London.

Sampath, K. T. 1990. Rumen degradable protein and undegradable crude protein

content of feeds and fooders – a review. Indian J. Dairy. Sci. 43: 1-10.

Sartika, R. A. D. 2009. Pengaruh suhu dan lama proses menggoreng (deep frying)

terhadap pembentukan asam lemak trans. Makara Sains. 13(1): 23-28.

Scott, T. W. & J. R. Ashes. 1993. Dietary lipids for ruminants: protection, utilization,

and effect on remodeling of skeletal muscle phospholipids. Aust. J. Agric.

Res. 44: 495-508.

Sinurat, A. P., T. Purwadaria, A. Habibie, T. Pasaribu, H. Hamid, J. Rosida, T.

Haryati, & I. Sutikno. 1998. Nilai gizi bungkil kelapa terfermentasi dalam

ransum itik petelur dengan kadar fosfor yang berbeda. JITV. 3(1): 15-21.

Smith, S. B., B. L. Prior, L. J. Koong, & H. J. Mersmann. 1992. Nitrogen and lipid

metabolism in heifers fed at increasing levels of intake. J. Anim. Sci. 70: 152-

160.

Soepranianondo, K. 2005. Dampak isi rumen sapi sebagai substitusi rumput raja

terhadap produk metabolit pada kambing Peranakan Etawa. Med. Kedok.

Hewan. 21: 94-96.

Steel, R. G. D. & J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta.

Sudarman, A., K. G. Wiryawan & H. Markhamah. 2008. Penambahan sabun-kalsium

dari minyak ikan lemuru dalam ransum: 1. Pengaruhnya terhadap tampilan

produksi domba. Med. Pet. 31(3): 166-171.

Page 67: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

54

Suharti, S., A. Kurniawati, D. A. Astuti, & E. Wina. 2010. Microbial population and

fermentation characteristic in response to Sapindus rarak mineral block

supplementation. Med. Pet. 33(3): 150-154.

Sun, Y & G. Zhao. 2009. The relationship between the volatile fatty acids supply and

the nitrogen retention in growing sheep nourished by total intragastric

infusions. Small Rum. Res. 81: 8-12.

Sutardi, T. 1997. Peluang dan tantangan pengembangan ilmu-ilmu nutrisi ternak.

Orasi Ilmiah. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Swanson, K. C., J. S. Caton, D. A. Redmer, V. I. Burke, & L. P. Reynolds. 2000.

Influence of undegraded intake protein on intake, digestion, serum hormones

and metabolites, and nitrogen balance in sheep. Small Rum. Res. 5: 225-233.

Syahrir, S., K. G. Wiryawan, A. Parakkasi, M. Winugroho, & O. N. P. Sari. 2009.

Efektivitas daun murbei sebagai pengganti konsentrat dalam sistem rumen in

vitro. Med. Pet. 33(2): 112-119.

Tahuk, P. K., E. Baliarti, & H. Hartadi. 2008. Keseimbangan nitrogen dan

kandungan urea darah kambing bligon pada penggemukan dengan level

protein pakan berbeda. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 33(4): 290-298.

Tasse, A. M. 2010. Tampilan asam lemak dalam susu sapi hasil pemberian ransum

mengandung campuran garam karboksilat atau metil ester kering. Disertasi.

Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirakusumo & S.

Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Dasar. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Tiesnamurti, B. 1992. Alternatif pemilihan jenis ternak ruminansia kecil untuk

wilayah Indonesia bagian timur. Potensi ruminansia kecil Indonesia bagian

timur. Prosiding Lokakarya Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat. BPT

Bogor.

Tiven, N. C., L. M. Yusiati, Rusman, & U. Santoso. 2011. Ketahanan asam lemak

tidak jenuh dalam crude palm oil terproteksi terhadap aktivitas mikrob rumen

domba in vitro. Med. Pet. 34(1): 42-49.

Umberger, S. H. 1997. Whole grain diet for finishing lamb. Knowledge for the

Common Wealth. Virhinia. Cooperative Extension, Virginia

Van Soest, P. J. 1982. Nutrition Ecology of the Ruminant. Cornell University,

Oregon.

Wardeh, M. F. 1981. Models for estimating energy and protein utilization for feed.

Ph. D. Dissertation. Utah State Univ, Logan.

Wathes, D. C., D. R. E. Abayasekara, & R. J. Aitken. 2007. Polyunsaturated fatty

acids in male and female reproduction. Biology of Reproduction. 77: 190-

201.

Wizna, H. Abbas, Y. Rizal, A. Dharma & I. P. Kompiang. 2008. Improving the

quality of tapioca by product (onggok) as poultry feed through fermentation

Page 68: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

55

by Bacillus amyloliquefaciens. Makalah Seminar Internasional Bioteknologi

The 4th

Indonesian Biotechnology Conference.

Yogaswara, G. 2008. Mikroenkapsulasi minyak ikan dari hasil samping industri

penepungan ikan lemuru (Sardiniella lemuru) dengan metode pengeringan

beku (freeze drying). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Yusnan, M. A. & Komarudin-Ma’sun. 1990. Tipe kelahiran domba ekor gemuk

ditinjau dari perbedaan umur dan berat badan induk di Desa Toyaning

Pasuruan. J. Ilmiah Penelitian Ternak Grati. 1(1): 31-34.

Zain, M., T. Sutardi, Suryahadi, & N. Ramli. 2008. Effect of defaunation and

supplementation methionine hydroxy analogue and branched chain amino

acid in growing sheep diet based on palm press fiber ammoniated. Pakistan J.

Nut. 7(6): 813-816.

Page 69: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

56

LAMPIRAN

Page 70: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

57

Lampiran 1. Sidik Ragam Konsentrasi VFA Rumen

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 11 9304,46

Perlakuan 3 6761,83 2253,94 11,73 4,76 9,78

Kelompok 2 1389,89 694,95 3,62 5,14 10,92

Error 6 1152,74 192,12

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah;

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data;

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05);

F0,01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01)

Lampiran 2. Uji Lanjut Kontras Orthogonal Konsentrasi VFA Rumen

Sumber

Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,01 Keterangan

Total 11 9304,46

Perlakuan 3 6761,83 2253,94 11,73 4,76 9,78

1, 2 vs 0, 3 1 5301,26 5301,26 27,59 5,99 13,75 **

1 vs 2 1 1355,95 1355,95 7,06 5,99 13,75 *

0 vs 3 1 104,63 104,63 0,55 5,99 13,75 NS

Kelompok 2 1389,89 694,95 3,62 5,14 10,93

Error 6 1152,74 192,12

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah;

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data;

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05);

F0,01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01)

** = sangat berbeda nyata pada selang kepercayaan 1% (α = 0,01)

* = berbeda nyata pada selang kepercayaan 5% (α = 0,05)

NS = non signifikan (tidak ada perbedaan nyata)

Lampiran 3. Sidik Ragam Konsentrasi NH3 Rumen

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 11 22,97

Perlakuan 3 4,09 1,36 0,57 4,76 9,78

Kelompok 2 4,58 2,29 0,96 5,14 10,92

Error 6 14,30 2,38

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah;

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data;

Page 71: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

58

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05);

F0,01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01)

Lampiran 4. Sidik Ragam Rasio VFA/NH3 Rumen

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 11 303,33

Perlakuan 3 80,89 26,96 0,99 4,76 9,78

Kelompok 2 64,35 32,18 1,18 5,14 10,92

Error 6 163,08 27,18

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah;

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data;

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05);

F0,01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01)

Lampiran 5. Sidik Ragam Total Populasi Protozoa Rumen

Sumber

Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 11 24658530571,99

Perlakuan 3 6828155818,54 2276051940 1,14 4,76 9,78

Kelompok 2 5838264299,80 2919132150 1,46 5,14 10,92

Error 6 11992110453,65 1998685076

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah;

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data;

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05);

F0,01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01)

Lampiran 6. Sidik Ragam Konsentrasi Alantoin Urin

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 11 2,90

Perlakuan 3 1,54 0,51 2,68 4,76 9,78

Kelompok 2 0,21 0,10 0,54 5,14 10,92

Error 6 1,15 0,19

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah;

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data;

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05);

F0,01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01)

Page 72: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

59

Lampiran 7. Sidik Ragam Konsumsi Nitrogen (g/e/h)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 11 97,64

Perlakuan 3 6,78 2,26 0,71 4,76 9,78

Kelompok 2 71,67 35,84 11,21 5,14 10,92

Error 6 19,19 3,20

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah;

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data;

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05);

F0,01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01)

Lampiran 8. Sidik Ragam Konsumsi Nitrogen (g/kg BB0,75

/h)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 11 0,15

Perlakuan 3 0,06 0,02 0,007 4,76 9,78

Kelompok 2 0,07 0,03 0,01 5,14 10,92

Error 6 0,02 0,003

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah;

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data;

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05);

F0,01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01)

Lampiran 9. Sidik Ragam Ekskresi Nitrogen Feses (g/e/h)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 11 13,61

Perlakuan 3 0,90 0,30 0,31 4,76 9,78

Kelompok 2 6,97 3,49 3,65 5,14 10,92

Error 6 5,74 0,96

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah;

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data;

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05);

F0,01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01)

Page 73: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

60

Lampiran 10. Sidik Ragam Ekskresi Nitrogen Feses (g/kg BB0,75

/h)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 11 0,07

Perlakuan 3 0,01 0,001966 0,002 4,76 9,78

Kelompok 2 0,01 0,005 0,005 5,14 10,92

Error 6 0,06 0,010

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah;

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data;

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05);

F0,01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01)

Lampiran 11. Sidik Ragam Ekskresi Nitrogen Urin (g/e/h)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 11 1,25

Perlakuan 3 0,19 0,06 2,40 4,76 9,78

Kelompok 2 0,89 0,44 16,67 5,14 10,92

Error 6 0,16 0,03

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah;

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data;

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05);

F0,01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01)

Lampiran 12. Sidik Ragam Ekskresi Nitrogen Urin (g/kg BB0,75

/h)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 11 0,010

Perlakuan 3 0,002 0,0008 0,03 4,76 9,78

Kelompok 2 0,003 0,0016 0,06 5,14 10,92

Error 6 0,004 0,0007

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah;

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data;

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05);

F0,01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01)

Page 74: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

61

Lampiran 13. Sidik Ragam Nitrogen Tercerna (g/e/h)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 11 54,12

Perlakuan 3 3,90 1,30 0,48 4,76 9,78

Kelompok 2 33,94 16,97 6,25 5,14 10,92

Error 6 16,29 2,71

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah;

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data;

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05);

F0,01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01)

Lampiran 14. Sidik Ragam Nitrogen Tercerna (g/kg BB0,75

/h)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 11 0,15

Perlakuan 3 0,05 0,02 1,17 4,76 9,78

Kelompok 2 0,03 0,01 1,03 5,14 10,92

Error 6 0,08 0,01

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah;

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data;

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05);

F0,01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01)

Lampiran 15. Sidik Ragam Kecernaan Nitrogen (%)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 11 276,72

Perlakuan 3 18,82 6,27 0,15 4,76 9,78

Kelompok 2 3,70 1,85 0,04 5,14 10,92

Error 6 254,19 42,37

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah;

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data;

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05);

F0,01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01)

Page 75: FERMENTABILITAS, POPULASI PROTOZOA, ALANTOIN … · 1 fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin . urin, dan neraca nitrogen domba lokal . calon induk yang diberi sumber . asam

62

Lampiran 16. Sidik Ragam Retensi Nitrogen (g/e/h)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 11 45,79

Perlakuan 3 5,03 1,68 0,60 4,76 9,78

Kelompok 2 23,92 11,96 4,26 5,14 10,92

Error 6 16,83 2,81

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah;

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data;

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05);

F0,01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01)

Lampiran 17. Sidik Ragam Retensi Nitrogen (g/kg BB0,75

/h)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 11 0,17

Perlakuan 3 0,07 0,022 1,42 4,76 9,78

Kelompok 2 0,01 0,006 0,38 5,14 10,92

Error 6 0,09 0,016

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah;

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data;

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05);

F0,01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01)

Lampiran 18. Sidik Ragam Efisiensi Penggunaan Nitrogen (%)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 11 389,01

Perlakuan 3 67,15 22,38 0,44 4,76 9,78

Kelompok 2 15,41 7,70 0,15 5,14 10,92

Error 6 306,45 51,08

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah;

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data;

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05);

F0,01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01)