Upload
james-gomez
View
9
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Kecap adalah makanan tradisional dari hasil fermentasi kedelai hitam atau kacang-kacangan lainnya yang menghasilkan cairan berwarna coklat hingga hitam. Kedelai dapat mencegah timbulnya penyakit degeneratif contohnya adalah penuaan dini, jantung koroner dan hipertensi.
Citation preview
0
FERMENTASI SUBSTRAT PADAT
FERMENTASI KECAP
LAPORAN RESMI PRAKTIKUMTEKNOLOGI FERMENTASI
Disusun Oleh :
Nama: Amadea Triputri Gunawan
NIM: 11.70.0064
Kelompok: A3
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG
2014
Acara II
1. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan mengenai analisa sensori kecap dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisa Sensori Kecap
Kel Perlakuan Aroma Rasa Warna Kekentalan
A1 0, Inokulum +++ + +++ +
A2 0, Inokulum ++ + +++ +
A3 0, Inokulum ++ ++ ++ +
A4 0, Inokulum ++ ++ ++ +
A 1 Inokulum + +++ ++ ++
Keterangan :
Aroma Rasa Warna Kekentalan+ : Kurang kuat Kurang manis Kurang hitam Kurang kental ++ : Kuat Manis Hitam Kental+++ : Sangat kuat Sangat manis Sangat hitam Sangat kental
Berdasarkan Tabel 1. diatas dapat dilihat hasil analisa yang telah dilakukan oleh
praktikan terhadap aroma, rasa, warna dan kekentalan. Perbedaan dari hasil pengujian
sensori diakibatkan karena perbedaan perlakuan inokulum yang ditambahkan. Pada
kelompok A1 dan A2 ditambahkan inokulum sebanyak 2, gram, pada kelompok A3
dan A4 diberikan sebanyak 3, gram dan untuk kelompok ditambahkan sebanyak
gram. Pada kelompok A1 dengan diberi perlakuan 0, inokulum menghasilkan aroma
sangat kuat, rasa kurang manis, berwarna sangat hitam dan kurang kental. Kelompok
A2 dengan perlakuan 0, inokulum memiliki aroma kuat, berasa kurang manis,
berwarna sangat hitam dan kurang kental. Kelompok A3 dengan perlakuan 0,
inokulum menghasilkan aroma kuat, berasa manis, berwarna hitam dan kurang kental.
Kelompok A4 dengan diberi perlakuan 0, inokulum menghasilkan kecap dengan
aroma kuat, berasa manis, berwarna hitam dan kurnag kental. Kelompok A dengan
perlakuan diberi 1 inokulum menghasilkan aroma kurang kuat, berasa sangat manis,
berwarna hitam dan kental.
1
2. PEMBAHASAN
Rahman 12 mengatakan bahwa kecap adalah makanan tradisional dari hasil
fermentasi kedelai hitam atau kacang-kacangan lainnya yang menghasilkan cairan
berwarna coklat hingga hitam. Proses fermentasi kecap melibatkan kapang, bakteri dan
khamir, termasuk organisme yang sudah ada secara alami di lingkungan tempat
pembuatan kecap. Kecap dapat digunakan sebagai penguat flavor dan memberikan
warna pada daging, ikan, sayuran dan bahan pangan lainnya. Umumnya masyarakat
lebih mengenal kecap sebagai bahan penyedap makanan. Rasa sedap yang dihasilkan
berasal dari asam glutamat pada kondisi bebas dalam kecap. pH kecap sekitar 4,9-5,0.
Berdasarkan teori Santoso (1994), perbedaan antara kecap asin dan kecap manis
terdapat pada banyak sedikitnya jumlah atau konsentrasi gula yang ditambahkan.
Konsentrasi gula yang ditambahkan banyak maka akan menghasilkan kecap manis,
begitu pula jika ditambahkan konsentrasi gula yang sedikit akan menghasilkan kecap
asin. Astawan & Astawan (1991) mengatakan bahwa kualitas kecap dipengaruhi oleh
varietas kedelai, lama fermentasi dalam larutan garam dan kemurnian biakan kapang.
Hendritomo ___ mengatakan bahwa produk fermentasi kecap ini memiliki nama yang
berbeda-beda tiap negara seperti di Cina bernama chiang-yu, di Jepang shoyu, di Korea
kanjang, di Filipina toyo, di Thailand seeiew, di Indonesia kecap dan di Negara Barat
disebut soy sauce.
Menurut Kurniawan 2008 dengan judul jurnal “pengaruh konsentrasi larutan garam
dan waktu fermentasi terhadap kwalitas kecap ikan lele” yang mengatakan bahwa bahan
penyedap hasil fermentasi yang sering digunakan sebagai bahan pemberi rasa, berwarna
coklat gelap dan berbau tajam disebut dengan kecap. Kecap digunakan sebagai flavor
enhancer atau pembangkit rasa pada makanan. Di Indonesia terdapat dua jenis kecap
yaitu kecap asin dan kecap manis. Kecap asin memiliki rasa asin sedangkan kecap
manis memiliki rasa manis dan lebih sering digunakan dibandingkan dengan kecap asin.
Hal yang penting dalam proses pembuatan kecap adalah bahan baku yang mengandung
protein tinggi. Pada umumnya kecap terbuat dari kedelai berjenis Glycine max tetapi
2
3
kecap juga dapat terbuat dari ikan seperti udang, keong sawah, ikan runcah, ikan lele
juga dapat digunakan seperti pada penelitian jurnal ini.
Menurut Septiani et al 2004, kecap dapat dibuat melalui tiga cara yaitu fermentasi,
hidrolisis asam dan gabungan antara fermentasi dan hidrolisis asam. Kecap yang dibuat
secara fermentasi memiliki rasa dan aroma yang lebih baik dibandingkan kecap yang
dibuat secara hidrolisis asam. Proses fermentasi kecap terdapat dua tahap yaitu
fermentasi kapang stage fermentation/tahap koji dan fermentasi dalam larutan garam
brine fermentation/tahap moromi. Prinsip pembuatan kecap secara fermentasi
berhubungan dengan pemecahan lemak, protein dan karbohidrat menjadi asam lemak,
asam amino dan monosakarida oleh aktivitas enzim jamur, khamir dan bakteri.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kecap kali ini adalah kedelai tepatnya jenis
kedelai biji kuning. Zanetta et al 2013 dengan judul jurnal “karakteristik fisik dan
kandungan kimia galur-galur harapan kedelai hitam unpad sebagai bahan baku kecap”
yang mengatakan bahwa kedelai adalah salah satu tanaman palawija yang memiliki
kandungan protein yang tinggi. Kedelai terdapat tiga kandungan nutrisi makro yaitu
protein, karbohidrat dan lipid serta kandungan vitamin dan mineral yang lengkap.
Kedelai memiliki kandungan lemak sebanyak 86 asam lemak tidak jenuh khususnya
asam linoleat dan oleat yang penting untuk kesehatan. Pada industri kecap, kedelai
hitam mempunyai peran yang penting. Kedelai hitam banyak diminati oleh produsen
kecap karena memberikan warna hitam yang alami dan kualitas yang lebih baik pada
produksi kecap. Produksi kedelai hitam yang terbatas maka produsen banyak
menggunakan kedelai berbiji kuning. Menurut Ginting et al 200 kedelai tidak hanya
digunakan sebagai sumber protein tetapi juga sebagai bahan pangan fungsional yang
memiliki manfaat untuk mencegah timbulnya penyakit degeneratif contohnya adalah
penuaan dini, jantung koroner dan hipertensi. Kedelai juga mengandung senyawa
isoflavon yang berguna sebagai antioksidan.
Menurut Ginting et al 200 dengan jurnal yang berjudul “varietas unggul kedelai
untuk bahan baku industri pangan” yang mengatakan bahwa contoh dari produk olahan
kedelai adalah tempe, tahu, kecap, tauco, susu kedelai dan taoge yang merupakan menu
penting dalam konsumsi karena mengandung sumber protein yang baik bagi kesehatan.
4
Tempe dan tahu paling banyak diminati dalam pemanfaatan kedelai sekitar 40-0 dan
sisanya digunakan untuk pengolahan susu kedelai, kecap, taoge, tepung dan olahan
lainnya.
Proses pembuatan kecap hal pertama yang harus dilakukan adalah kedelai yang masih
memiliki kulit ari direndam selama satu malam hingga semuanya terendam. Keesokan
paginya kedelai dicuci dan dibuang kulit arinya dan dibawa ke laboratorium untuk
direbus. Setelah direbus kedelai ditiriskan hingga suam kuku lalu diletakkan diatas
tampah yang sudah dilapisi dengan daun pisang yang dibawa oleh praktikan.
Sebelumnya daun pisang dibersihkan dengan menggunakan kain. Selanjutnya
ditambahkan dengan inokulum komersial untuk tempe atau ragi, tiap masing-masing
kelompok berbeda penambahannya. Pada kelompok 1 dan 2 ditambahkan sebanyak
0, inokulum komersial untuk tempe atau sekitar 2, gram, kelompok 3 dan 4
ditambahkan sebanyak 0, inokulum komersial untuk tempe sekitar 3, dan
kelompok ditambahkan 1 inokulum komersial untuk tempe atau sekitar gram.
Selanjutnya ditutup dengan tampah satunya dan diinkubasi selama 1 hari. Menurut
Santoso (1994), jumlah ragi yang digunakan mempengaruhi banyak sedikitnya
miselium yang terbentuk. Jumlah ragi yang digunakan semakin banyak maka semakin
banyak pula miselium yang terbentuk di permukaan kedelai. Berikut gambar-gambar
proses pemisahan kedelai dengan kulit ari dapat dilihat pada Gambar 1. dibawah ini:
Gambar 1. pemisahan kedelai dengan kulit ari
Menurut Tortora et al 1 yang mengatakan bahwa perendaman dilakukan dengan
tujuan untuk menghidrasi air ke dalam biji sehingga pemasakan kedelai berlangsung
singkat karena kedelai mudah lunak jika direndam terlalu lama. Pemasakan atau
perebusan dilakukan dengan tujuan untuk melunakkan biji kedelai sehingga protein
5
terpecah tetapi tidak mengalami kerusakan, menginaktifkan zat antiinutrisi,
menghilangkan bau langu, membunuh bakteri dipermukaan kedelai dan merusak protein
inhibitor. Pengeringan tidak dilakukan di bawah sinar matahari langsung tetapi hanya
diangin-anginkan saja agar kedelai tetap lembab, pernyataan ini diperkuat dengan teori
Atlas 184 yang mengatakan bahwa kedelai yang lembab dapat menumbuhkan jamur
dan mengakumulasi enzim proteinase dan amilase. Enzim proteinase digunakan untuk
menguraikan protein kedelai menjadi asam amino. Enzim amilase digunakann untuk
memecah karbohidrat menjadi gula sederhana yang dapat memudahkan fermentasi
berikutnya. Astawan & Astawan (1991) mengatakan bahwa penginkubasian bertujuan
agar proses fermentasi kapang dapat berlangsung secara sempurna.
Proses selanjutnya adalah proses perendaman. Hal pertama yang harus dilakukan adalah
kedelai yang sudah berjamur dipotong kecil-kecil dan dikeringkan di dehumidifier
selama 2-4 jam. Kedelai yang telah kering dimasukkan ke dalam toples plastik, lalu
ditambahkan dengan larutan garam sebanyak 20 200 gram dan direndam selama 1
minggu dimana setiap siang dijemur dan diaduk. Setelah 1 minggu, larutan disaring
menggunakan kain saring dan dimasak dengan bumbu seperti 20 gram kayu manis, 1
buah bunga pekak, 3 gram ketumbar, 1 jentik kelingking laos dan gula jawa dimana
setiap kelompok berbeda penambahannya. Kelompok 1 ditambahkan dengan 1000
gram, kelompok 2 100 gram, kelompok 3 2000 gram, kelompok 4 200 gram dan
kelompok 3000 gram. Pemasakan dapat dihentikan jika sudah tidak terdapat buih dan
jika sudah mencapai kekentalan yang diinginkan. Kemudian ditempatkan dalam wadah
steril dan dilakukan pengujian sensori seperti aroma, rasa, warna dan kekentalan.
Berikut gambar-gambar selama proses perendaman gambar:
Gambar 2. Kedelai yang sudah ditumbuhi miselia
6
Gambar 3. Tahap pemotongan koji
Gambar 4. Perendaman dalam larutan garam 20
Gambar . Tahap penjemuran dan pengadukan
Gambar 6. Bumbu-bumbu yang akanm ditambahkan selama proses pemasakan
7
Gambar . Prose penambahan bumbu
Gambar 8. Proses pemasakan
Gambar . Pengujian sensori
Menurut Santoso (1994),kedelai yang diselimuti miselium jamur berwarna putih
dinamakan koji. Peppler Perlman 1 mengatakan bahwa pengeringan
didehumidifier berfungsi untuk menurunkan kadar air sehingga kapang menjadi
terhambat pertumbuhannya. Menurut Septiani et al 2004, kapang yang berperan
dalam fermentasi kecap adalah Aspergillus oryzae, A. niger dan Rhizopus sp. Khamir
dan bakteri yang berperan dalam fermentasi moromi adalah Zygosaccharomyces sp.,
Hansenula sp., dan Lactobacillus sp. Garam yang ditambahkan berfungsi untuk bahan
pengawet dan memberikan rasa asin jika terlalu manis. Pengadukan dilakukan untuk
meratakan garam sehingga garam kontak dengan substrat dan memberi udara untuk
merangsang pertumbuhan khamir dan bakteri. Proses penyaringan bertujuan untuk
mendapatkan kecap yang bersih. Kasmidjo (1990) mengatakan bahwa penambahan gula
8
jawa bertujuan untuk memberikan rasa manis, warna coklat karamel dan viskositas yang
tinggi. Amalia (2008) mengatakan bahwa bunga pekak berfungsi memberikan aroma
dan rasa yang khas.
Berdasarkan hasil yang didapat dari uji sensori dilihat dari aroma pada kelompok 1
memiliki aroma sangat kuat, kelompok 2, 3 dan 4 memiliki aroma kuat dan kelompok
beraroma kurang kuat. Menurut Astawan & Astawan (1991) aroma kecap ditentukan
oleh jenis bumbu. Bumbu yang digunakan dapat menimbulkan bau dan cita rasa pada
kecap. Tortora et al. (1995) menambahkan aroma juga muncul karena reaksi kimia yang
terjadi selama pemanasan sehingga menghasilkan komponen nitrogen seperti kadaverin,
putresin, arginin, histidin dan amonia. Penambahan ragi juga berpengaruh terhadap
aroma dimana semakin banyak ragi yang ditambahkan maka aroma kecap akan semakin
kuat. Disebabkan karena mikroorganisme mendegradasi senyawa kompleks dan
menghasilkan senyawa-senyawa volatil selama fermentasi. Namun teori ini tidak sesuai
dengan hasil yang diperoleh seharunya jika sesuai dengan teori maka kelompok A
yang memiliki aroma yang sangat kuat karena ragi yang digunakan paling banyak
dibandingkan yang lain. Aroma yang dihasilkan juga dapat dipengaruhi karena adanya
bunga pekak yang ditambahkan.
Berdasarkan rasa yang dihasilkan kelompok 1 dan 2 memiliki hasil yanng sama yaitu
kurang manis, pada kelompok 3 dan 4 berasa manis dan kelompok berasa sangat
manis. Menurut Kasmidjo 1990) yang mengatakan bahwa semakin banyak gula jawa
yang ditambahkan maka rasa kecap akan semakin manis. Hasil dari perlakuan ini sesuai
dengan teori yang ada, karena kelompok yang ditambahkan 3000 gram gula jawa
meghasilkan rasa yang sangat manis. Penambahan ragi tidak ada pengaruhnya terhadap
rasa. Menurut Amalia (2008) yang mengatakan bahwa penambahan ragi yang
ditambahkan semakin banyak maka asam amino yang dihasilkan akan semakin banyak,
tetapi asam amino berhubungan dengan rasa umami, bukan rasa manis.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dilihat dari warna pada kelompok 1 dan 2 memiliki
warna sangat hitam sedangkan kelompok 3, 4 dan memiliki warna hitam. Kasmidjo
10 mengatakan bahwa penambahan gula jawa mempengaruhi warna yang
9
dihasilkan dimana gula jawa memberikan warna coklat karamel. Warna hitam kecap
berasal dari fermentasi moromi. Astawan & Astawan (1991) menambahkan bahwa
selama fermentasi moromi warna larutan kecap berubah karena reaksi browning antara
gula pereduksi dengan gugus amino dari protein. Dapat dikatakan bahwa semakin
banyak ragi yang ditambahkan maka warna kecap akan semakin hitam. Septiani et al
2004 menambahkan warna kecap juga dipengaruhi oleh lamanya fermentasi. Semakin
lama waktu fermentasi maka kecap yang dihasilkan akan berwarna coklat. Warna coklat
adalah warna yang dihasilkan dari asam amino dan gula reduksi. Menurut Nugraheni
2008 yang mengatakan bahwa warna coklat kehitaman dipengaruhi oleh rekasi
brwoning pada saat penjemuran.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dilihat dari kekentalan semua kelompok 1 hingga 4
sama yaitu kurang kental sedangkan untuk kelompok kental. Menurut Kasmidjo
(1990), beliau mengatakan bahwa penambahan gula jawa akan menghasilkan viskositas
tinggi. Sehingga semakin banyak gula jawa yang ditambahkan semakin tinggi viskositas
kecap. Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh dimana kelompok diperoleh kecap
yang kental dibandingkan kelompok lain karena penambahan gula jawa sebanyak 3000
gram.
Menurut Nugraheni 2008 dengan judul jurnal “teknologi pemanfaatan limbah padat
industri tahu untuk pembuatan kecap ampas tahu” yang mengatakan bahwa kualitas
kecap dipengaruhi oleh kandungan atau kadar protein. Kadar protein pada kecap
tergantung pada jumlah unsur N pada kedelai yang terurai. Jumlah unsur N yang terurai
akan semakin tinggi jika kelapukan kedelai pada saat fermentasi pertama sempurna dan
fermentasi kedua semakin lama. Kecap yang berkualitas memiliki karakteristik seperti
kadar protein terlarut dipengaruhi oleh bahan baku dan proses fermentasi yang
sempurna, kekentalan kecap manis yang terlalu encer dianggap kualitas rendah,
warna kehitaman warna cokelat kehitaman disebabkan dari kulit ari kedelai hitam yang
dibuat secara hidrolisis, dipengaruhi juga karena adanya karamelisasi gula aren dan
reaksi browning pada saat penjemuran fermentasi tahap kedua.
10
Menurut Purwoko Noor 200 dengan judul jurnal “kandungan protein kecap manis
tanpa fermentasi moromi hasil fermentasi Rhizopus oryzae dan R. oligosporus”
mengatakan bahwa proses fermentasi kecap dapat dibedakan dalam dua tahao yaitu
fermentasi padat fermentasi koji/tempe dan fermentasi cair fermentasi moromi.
Kapang yang digunakan dalam proses fermentasi padat adalah Aspergillus sp. dan
Rhizopus sp. Fermentasi padat membutuhkan waktu sekitar 3− hari. Jika hasil
fermentasi padat menggunakan Aspergillus sp. disebut dengan koji/tempe sedangkan
jika menggunakan Rhizopus sp. disebut dengan tempe. Proses moromi adalah proses
perendaman koji/tempe dalam air garam. Pada fermentasi moromi mikroba yang tahan
terhadap garam adalah Hansenula sp., Zygosaccharomyces sp., dan Lactobacillus sp.
Fermentasi moromi membutuhkan waktu selama 14-28 hari. Moromi sendiri merupakan
cairan hasil fermentasi moromi. Moromi yang ditambah dengan rempah-rempah dan
dikentalkan maka akan menghasilkan kecap. Parameter kualitas kecap manis adalah
kandungan proteinnya. Kecap manis dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik jika
mengandung protein minimal sebesar 6. Dikatakan kecap tanpa bumbu tanpa adanya
fermentasi moromi mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan kecap
tanpa bumbu dengan fermentasi moromi.
3. KESIMPULAN
Kecap adalah makanan tradisional dari hasil fermentasi kedelai hitam atau kacang-
kacangan lainnya yang menghasilkan cairan berwarna coklat hingga hitam.
Kualitas kecap dipengaruhi oleh varietas kedelai, lama fermentasi dalam larutan
garam dan kemurnian biakan kapang.
Kecap dapat dibuat melalui tiga cara yaitu fermentasi, hidrolisis asam dan gabungan
antara fermentasi dan hidrolisis asam.
Dua tahap proses fermentasi yaitu fermentasi kapang stage fermentation/tahap koji
dan fermentasi dalam larutan garam brine fermentation/tahap moromi.
Prinsip pembuatan kecap secara fermentasi berhubungan dengan pemecahan lemak,
protein dan karbohidrat menjadi asam lemak, asam amino dan monosakarida oleh
aktivitas enzim jamur, khamir dan bakteri.
Kedelai terdapat tiga kandungan nutrisi makro yaitu protein, karbohidrat dan lipid
serta kandungan vitamin dan mineral yang lengkap.
Kedelai dapat mencegah timbulnya penyakit degeneratif contohnya adalah penuaan
dini, jantung koroner dan hipertensi.
Jumlah ragi yang digunakan mempengaruhi banyak sedikitnya miselium yang
terbentuk.
Perendaman bertujuan untuk menghidrasi air ke dalam biji sehingga pemasakan
kedelai berlangsung singkat karena kedelai mudah lunak.
Pemasakan bertujuan untuk melunakkan biji kedelai sehingga protein terpecah tetapi
tidak mengalami kerusakan, menginaktifkan zat antiinutrisi, menghilangkan bau
langu, membunuh bakteri dipermukaan kedelai dan merusak protein inhibitor.
Pengeringan hanya diangin-anginkan agar kedelai lembab dan dapat ditumbuhi jamur
dan mengakumulasi enzim proteinase dan amilase.
Penginkubasian bertujuan agar proses fermentasi kapang dapat berlangsung secara
sempurna.
Pengeringan didehumidifier berfungsi untuk menurunkan kadar air sehingga kapang
menjadi terhambat pertumbuhannya.
Kapang yang berperan dalam fermentasi kecap adalah Aspergillus oryzae, A. niger
dan Rhizopus sp.
11
12
Khamir dan bakteri yang berperan dalam fermentasi moromi adalah
Zygosaccharomyces sp., Hansenula sp., dan Lactobacillus sp.
Garam berfungsi untuk bahan pengawet dan memberikan rasa asin jika terlalu manis.
Pengadukan dilakukan untuk meratakan garam sehingga garam kontak dengan
substrat dan memberi udara untuk merangsang pertumbuhan khamir dan bakteri.
Penyaringan bertujuan untuk mendapatkan kecap yang bersih.
Penambahan gula jawa bertujuan untuk memberikan rasa manis, warna coklat
karamel dan viskositas yang tinggi.
Bunga pekak berfungsi memberikan aroma dan rasa yang khas.
Aroma kecap ditentukan oleh jenis bumbu dan penambahan ragi.
Semakin banyak ragi yang ditambahkan maka aroma kecap akan semakin kuat.
Rasa kecap dipengaruhi oleh penambahan gula jawa.
Warna kecap dipengaruhi oleh penambahan gula dan penambahan ragi.
Semakin banyak ragi yang ditambahkan maka warna kecap akan semakin hitam
Kekentalan juga dipengaruhi oleh penambahan gula jawa.
Semarang, 13 Juni 2014
Praktikan, Asisten Dosen :
Katharina Nerissa A.A.
Amadea Triputri Gunawan
11.0.0064
4. DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Tika. (2008). Pengaruh Karakteristik Gula Merah dan Proses Pemasakan Terhadap Mutu Organoleptik Kecap Manis. [Skripsi].
Astawan, M. & Astawan W. M. (1991). Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna. Akademika Pressindo.
Atlas, R. M. (1984). Microbiology Fundamental and Application. Collier Mcmillan Inc. New York.
Ginting,E., Sri, S.A., Sri,W. 200. Varietas Unggul Kedelai untuk Bahan Baku Industri Pangan. Jurnal Litbang Pertanian, 28(3).
Kasmidjo, R. B. (1990). Tempe:mikrobiologi dan Biokimia Pengolahan serta Pemanfaatannya. PAU UGM. Yogyakarta.
Kurniawan, Ronny. (2008). Pengaruh Konsentrasi Larutan Garam dan Waktu Fermentasi Terhadap Kwalitas Kecap Ikan Lele. Jurnal Teknik Kimia 2(2):127-135.
Nugraheni, M. (2008). Teknologi Pemanfaatan Limbah Padat Industri Tahu untuk Pembuatan Kecap Ampas Tahu.
Purwoko, Tjahjadi; Noor S.H. (2007). Kandungan Protein Kecap Manis Tanpa Fermentasi Moromi Hasil Fermentasi Rhizopus oryzae dan R.oligosporus. Biodiversitas 8(2):223-227.
Rahman, A. (1992). Teknologi Fermentasi. Penerbit Arcan. Jakarta.
Santoso, H.B. (1994). Kecap dan Taoco Kedelai. Kanisius. Yogyakarta.
Tortora, G.J., R. Funke & C.L. Case. (1995). Microbiology. The Benjamin / Cummings Publishing Company, Inc. USA.
Zanetta, C.U., Budi, W., Agung, K. 2013. Karakteristik Fisik Dan Kandungan Kimia Galur-Glaur Harapan Kedelai Hitam UNPAD Sebagai Bahan Baku Kecap.
13
5. LAMPIRAN
.1. Laporan Sementara
.2. Jurnal Abstrak
14