fgf

  • Upload
    yozzie

  • View
    70

  • Download
    6

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hh

Citation preview

Kresna Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Ini adalah versi yang telah diperiksa dari halaman initampilkan/sembunyikan deta il "Krishna" beralih ke halaman ini. Untuk pengertian lain, lihat Krishna (disambig uasi). Kresna Dewa Hindu Awatara Wisnu sebagai putra kedelapan Basudewa dari Dinasti Yadu. Tuhan Yang Mahakuasa dalam perguruan Gaudiya Waisnawa. Ejaan Dewanagari ????? Ejaan IAST k???a Nama lain Acyuta; Basudewa; Bagawan; Gopala; Gowinda; Hari; Kesawa; Madawa ; Narayana; Wisnu; dan lain-lain. Golongan Dewa, Awatara Wisnu Senjata Cakra Sudarsana Wahana Garuda Pasangan Radha, Rukmini, Satyabama, Jambawati, dan 16.104 istri lainnya Mantra ? ??? ????? ????????? Om Namo Bhagavate Vasudevaya l b s Kresna (Dewanagari: ?????; IAST: k???a; dibaca ['kr????]) adalah salah satu dewa yang dipuja oleh umat Hindu, berwujud pria berkulit gelap atau biru tua, memaka i dhoti kuning dan mahkota yang dihiasi bulu merak. Dalam seni lukis dan arca, u mumnya ia digambarkan sedang bermain seruling sambil berdiri dengan kaki yang di tekuk ke samping. Legenda Hindu dalam kitab Purana dan Mahabharata menyatakan ba hwa ia adalah putra kedelapan Basudewa dan Dewaki, bangsawan dari kerajaan Suras ena, kerajaan mitologis di India Utara. Secara umum, ia dipuja sebagai awatara ( inkarnasi) Dewa Wisnu kedelapan di antara sepuluh awatara Wisnu. Dalam beberapa tradisi perguruan Hindu, misalnya Gaudiya Waisnawa, ia dianggap sebagai manifest asi dari kebenaran mutlak, atau perwujudan Tuhan itu sendiri,[1] dan dalam tafsi ran kitab-kitab yang mengatasnamakan Wisnu atau Kresna, misalnya Bhagawatapurana , ia dimuliakan sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.[2] Dalam Bhagawatapuran a, ia digambarkan sebagai sosok penggembala muda yang mahir bermain seruling, se dangkan dalam wiracarita Mahabharata ia dikenal sebagai sosok pemimpin yang bija ksana, sakti, dan berwibawa. Selain itu ia dikenal pula sebagai tokoh yang membe rikan ajaran filosofis, dan umat Hindu meyakini Bhagawadgita sebagai kitab yang memuat kotbah Kresna kepada Arjuna tentang ilmu rohani. Kisah-kisah mengenai Kresna muncul secara luas di berbagai ruang lingkup agama H indu, baik dalam tradisi filosofis maupun teologis.[3] Berbagai tradisi menggamb arkannya dalam berbagai sudut pandang: sebagai dewa kanak-kanak, tukang kelakar, pahlawan sakti, dan Yang Mahakuasa.[4] Kehidupan Kresna dibahas dalam beberapa susastra Hindu, yaitu Mahabharata, Hariwangsa, Bhagawatapurana, dan Wisnupurana. Pemujaan terhadap dewa atau pahlawan yang disebut Kresna dalam wujud Basudewa, Bal akresna atau Gopala dapat ditelusuri sampai awal abad ke-4 SM. Pemujaan Kresna seb agai Swayam Bhagawan, atau Tuhan Yang Mahakuasa, yang dikenal sebagai Kresnaisme , muncul pada Abad Pertengahan dalam situasi Gerakan Bhakti. Dari abad ke-10 M, Kresna menjadi subjek favorit dalam seni pertunjukan. Tradisi pemujaan di masing -masing daerah mengembangkan berbagai macam wujud/aspek Kresna seperti Jagadnata di Orissa, Witoba di Maharashtra dan Shrinathji di Rajasthan. Sekte Gaudiya Wai snawa yang terpusat pada pemujaan kepada Kresna didirikan pada abad ke-16, dan s

ejak tahun 1960-an juga telah menyebar di Dunia Barat, sebagian besar disebabkan oleh organisasi Masyarakat Internasional Kesadaran Kresna (International Societ y for Krishna Consciousness - ISKCON).[5] Daftar isi 1 2 3 4 Nama dan gelar Penggambaran Kepustakaan tentang Kresna Kehidupan 4.1 Kelahiran 4.2 Masa kanak-kanak dan remaja 4.3 Sang Pangeran 4.3.1 Permata Syamantaka 4.3.2 Para istri Kresna 4.3.3 Upacara Rajasuya 4.4 Baratayuda dan Bhagawadgita 4.5 Kehidupan di kemudian hari 5 Pemujaan 5.1 Aliran Waisnawa 5.2 Tradisi awal 5.3 Tradisi Bhakti 5.4 Penyebaran Gerakan Bhakti Kresna 5.5 Di Dunia Barat 6 Dalam kesenian 6.1 Adaptasi dalam budaya Indonesia 7 Dalam agama lain 7.1 Jainisme 7.2 Agama Buddha 7.3 Agama Bah' 7.4 Ahmadiyyah 7.5 Lainnya 8 Silsilah 9 Lihat pula 10 Catatan kaki 11 Daftar pustaka 12 Pranala luar Nama dan gelar Ejaan Kresna Dewanagari: ????? Jawa: Kresna-aksara Jawa.png Bali: Kresna - aksara Bali.png IAST (Latin): k???a IPA: ['kr????] Lihat pula: Daftar gelar dan nama lain dari Kresna Dalam aksara Dewanagari, K???a ditulis ????? (dibaca ['kr????]), dengan bunyi ko nsonan silabis ?, atau disebut pula vokal ? (dalam aksara Dewanagari disimbolkan dengan ?, sedangkan dalam alfabet Fonetis Internasional disimbolkan dengan huru f [r? ]*dengarkan contoh bunyi). Dalam aksara Jawa, huruf vokal ? tersebut diali haksarakan sebagai huruf Pa cerek (huruf Ra repa dalam aksara Bali) yang melamba ngkan bunyi /r?/ daripada /r?/ (ditulis dengan huruf Latin "Re"), karena bunyi k onsonan silabis ? seperti dalam bahasa Sanskerta tidak terdapat dalam bahasa Jaw a dan Bali. Maka dari itu kata ????? dialihaksarakan menjadi "Kresna" (dibaca [' kr?sna]). Arca Kresna di Mayapur, India. Pada arca ini, Kresna digambarkan berkulit hitam.

Kata k???a dalam bahasa Sanskerta pada dasarnya merupakan kata sifat yang berart i "hitam", "gelap" atau "biru tua". Kata tersebut berhubungan dengan kata c?rn? (crn, 'hitam') dalam rumpun bahasa Slavia. Sebagai kata benda feminin, kata k??? a digunakan dengan makna "malam, hitam, kegelapan" dalam kitab suci Regweda, dan sebagai iblis atau jiwa kegelapan dalam mandala (bab) IV Regweda. Untuk nama di ri, kata K???a muncul dalam mandala VIII sebagai nama seorang penyair. Sebagai s alah satu nama Wisnu, kata "K???a" terdaftar sebagai nama ke-57 dalam kitab Wisn u Sahasranama (Seribu Nama Wisnu). Berdasarkan nama tersebut, Kresna seringkali digambarkan dalam arca dengan kulit hitam maupun biru. Kresna juga dikenal dengan berbagai macam nama, julukan, dan gelar, yang mencerm inkan berbagai atribut dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Dalam kitab Mahabar ata dan Bhagawadgita, Kresna disebut dengan berbagai nama, sesuai karakteristikn ya. Beberapa nama tersebut diantaranya: Acyuta (yang kekal; teguh); Arisudana (p enghancur musuh); Bagawan (Yang Mahakuasa); Gopala (pelindung sapi); Gowinda (pe nggembala sapi); Hresikesa (penguasa indria); Janardana (juru selamat umat manus ia); Kesawa (yang berambut indah); Kesinisudana (pembunuh raksasa Kesi); Madawa (suami dewi keberuntungan); Madusudana (pembunuh raksasa Madhu); Mahabahu (yang berlengan perkasa); Mahayogi (rohaniwan agung); Purusottama (manusia utama, yang berkepribadian paling baik); Warsneya (keturunan Wresni); Basudewa; Wisnu; Yada wa (keturunan Yadu); Yogeswara (penguasa segala kekuatan batin). Di antara berbagai namanya, yang terkenal adalah Gowinda, "penggembala sapi", at au Gopala, "pelindung para sapi", merujuk kepada pengalaman masa kecil Kresna di Braj.[6][7] Beberapa nama lainnya dianggap penting bagi wilayah tertentu; misal nya, Jagatnata (penguasa alam semesta), terkenal di Puri, India Timur.[8] Penggambaran Berkas:Krishna.jpg Lukisan Kresna dengan atribut umumnya. Kresna dapat dikenali secara mudah dengan mengamati atribut-atributnya. Dalam wu jud arca, Kresna digambarkan berkulit hitam atau gelap, atau bahkan putih. Dalam budaya pewayangan Jawa, Kresna digambarkan berkulit hitam, sedangkan di Bali, i a digambarkan berkulit hijau. Dalam penggambaran umum misalnya lukisan modern, K resna biasanya digambarkan sebagai pemuda berkulit biru. Warna hitam merupakan w arna Dewa Wisnu menurut konsep Nawa Dewata, sedangkan biru melambangkan keberani an, kebulatan tekad, pikiran yang mantap dalam menghadapi situasi sulit, serta k esadaran yang sempurna.[9][10] Warna biru juga melambangkan langit dan laut, mas ing-masing bermakna luas dan dalam yang membentuk suatu ketidakterbatasan, sama halnya seperti Wisnu.[11] Dia seringkali tampil dengan dhoti (semacam kemben) berbahan sutra berwarna kuni ng, melambangkan cahaya yang melenyapkan kegelapan.[11] Kepalanya dihiasi mahkot a dengan bulu merak, melambangkan galaksi berwarna-warni dalam kegelapan,[11] at au pusat energi di atas indria.[12] Penggambaran umum biasanya menampilkannya se bagai anak kecil, atau seorang lelaki dalam gaya santai, sedang memainkan seruli ng.[13][14] Dalam wujud ini, ia biasanya ditampilkan berdiri dengan kaki yang di tekuk ke samping. Kadangkala ditemani para sapi, menegaskan posisinya sebagai pe nggembala ilahi (Govinda). Dalam agama Hindu, sapi dianggap suci karena melamban gkan Ibu Pertiwi.[9] Patung Kresna di Singapura yang menggambarkan adegan dalam Mahabharata, ketika i a menunjukkan wujud aslinya kepada Arjuna, sesaat sebelum perang di Kurukshetra dimulai. Patung Balakresna yang tersimpan di Museum Nasional, New Delhi, India. Peran Kresna sebagai kusir kereta Arjuna di medan perang Kurukshetra, seperti ya ng tergambar dalam wiracarita Mahabharata, adalah subjek umum lain dalam penggam baran Kresna. Dalam hal ini, ia ditampilkan sebagai sosok pria, seringkali denga n karakteristik dewa-dewi dalam kesenian Hindu, misalnya banyak lengan maupun ke pala, dan dengan atribut Wisnu, misalnya cakra. Sebagai seorang kusir biasa, ia

ditampilkan dengan dua lengan. Lukisan gua dari masa 800 SM di Mirzapur, Uttar P radesh, India Utara, yang menampilkan pertempuran kusir-kusir kereta kuda, salah satu di antaranya tampak akan melemparkan cakram yang kemungkinan besar dapat d ikenali sebagai Kresna.[15] Penggambaran dalam kuil seringkali menampilkan Kresna sebagai seorang pria yang berdiri tegak, dalam gaya formal. Dapat ditampilkan sendirian, dapat pula dengan figur terkait dengannya:[16] Balarama (Baladewa kakaknya) dan Subadra (saudari tirinya), atau istrinya yang utama yaitu Rukmini dan Satyabama. Seringkali Kresna digambarkan bersama dengan kekasihnya dari kaum gopi (wanita p emerah susu), Radha. Sekte Waisnawa di Manipur tidak memuja Kresna saja, tetapi juga aspeknya sebagai Radha Krishna,[17] kombinasi antara Kresna dan Radha. Hal ini juga merupakan karakteristik dari aliran Rudra Sampradaya[18] dan Nimbarka s ampradaya,[19] demikian pula aliran kepercayaan Swaminarayan. Tradisi tersebut m emuliakan Radha Ramana, yang dipandang oleh pengikut Gaudiya sebagai wujud Radha Krishna.[20] Kresna juga digambarkan dan dipuja sebagai anak kecil (Balakresna), dengan posis i merangkak atau menari, biasanya dengan mentega di tangannya.[21][22] Perbedaan di masing-masing daerah tentang penggambaran Kresna dapat teramati dalam wujudn ya yang bermacam-macam, misalnya Jagadnata di Orissa, Witoba di Maharashtra[23] dan Shrinathji di Rajasthan. Kepustakaan tentang Kresna Sastra terawal yang secara eksplisit menyediakan deskripsi terperinci tentang Kr esna sebagai seorang tokoh adalah kitab Mahabharata. Pada kitab tersebut ia diga mbarkan sebagai perwujudan Dewa Wisnu.[24] Kresna adalah tokoh yang muncul di be rbagai cerita utama dalam wiracarita tersebut. Delapan belas bab dalam jilid Mah abharata keenam (Bismaparwa) merupakan bagian istimewa yang menjadi kitab tersen diri yang disebut Bhagawadgita, mengandung kotbah Kresna kepada Arjuna, sepupuny a sendiri, dengan latar belakang sesaat sebelum perang Kurukshetra (Baratayuda) dimulai. Akan tetapi perincian kehidupan Kresna saat kanak-kanak dan remaja tida k terdapat dalam wiracarita tersebut, melainkan dalam Bhagawatapurana, Wisnupura na, Brahmawaiwartapurana, dan Hariwangsa. Kitab Bhagawatapurana dan Wisnupurana diagungkan oleh pengikut Waisnawa, sedangkan Hariwangsa adalah kitab pendukung y ang menjelaskan hal yang belum dibahas dalam wiracarita Mahabharata. Yasoda memandikan Kresna. Ilustrasi dari naskah Bhagawatapurana, sekitar abad ke -16. Chandogya Upanishad (3:17:6) yang ditulis sekitar masa 900 SM-700 SM menyebut Ba sudewa Kresna sebagai putra Dewaki dan murid dari Ghora Angirasa, ahli nujum yan g mengajari muridnya filsafat Chandogya. Dengan pengaruh filsafat Chandogya, Kre sna memberi kotbah kepada Arjuna tentang pengorbanan, yang dapat dibandingkan de ngan purusha atau individu.[25][26][27][28] Nama K???a muncul dalam kitab Buddha dengan ejaan "Ka?ha", secara fonetis sama d engan K???a.[29] Menurut bukti dari Megasthenes (ahli etnografi Yunani, sekitar 350-290 SM) dan d alam Arthasastra karya Kautilya (400-300 SM), Vasudeva (Basudewa) dipuja sebagai Tuhan Yang Mahakuasa dalam konsep monoteisme yang kuat.[30] Sekitar 150 SM, Patanjali dalam kitab Mahabhashya karyanya menulis sebuah sloka sebagai berikut: "Semoga kejayaan Kresna dengan ditemani oleh Sangkarsana mening kat!" Sloka-sloka lainnya disebutkan. Dalam salah satu sloka disebutkan "Janarda na bersama dirinya sebagai yang keempat" (Kresna dengan tiga rekannya, ketiganya adalah Sangkarsana, Pradyumna, dan Aniruda). Sloka lainnya menyebut tentang ala t musik yang dimainkan saat pertemuan di kuil Rama (Baladewa/Balarama) dan Kesaw a (Kresna). Patanjali juga menjelaskan pertunjukkan yang dramatis dan mimetis (K

rishna-Kamsopacharam) yang menggambarkan adegan terbunuhnya Kangsa oleh Basudewa (Kresna).[31] Pada abad ke-1 SM, tampaknya ada bukti pemujaan lima pahlawan bangsa Wresni (Bal adewa [Balarama], Kresna, Pradyumna, Aniruda dan Samba) dari sebuah prasasti yan g ditemukan di Mora dekat Mathura, India, yang tampaknya menyebutkan tentang put ra satrap Rajuwula yang Agung, mungkin satrap Sodasa. Sebuah citra tentang Wresn i, mungkin Basudewa, dan "Lima Kesatria".[32] Prasasti Mora bertuliskan aksara B rahmi tersebut kini disimpan di Museum Mathura.[33][34] Banyak kitab Purana menceritakan kehidupan Kresna atau beberapa hal penting dari nya. Dua Purana, yakni Bhagawatapurana (Srimadbhagawatam) dan Wisnupurana, yang mengandung kisah kehidupan dan ajaran Kresna secara terperinci, adalah kitab yan g paling dimuliakan secara teologis oleh aliran Gaudiya Waisnawa.[35] Sekitar se perempat Bhagawatapurana dihabiskan untuk memuji kehidupan dan filsafatnya. Kehidupan Riwayat Kresna dapat disimak dalam kitab Mahabharata, Hariwangsa, Bhagawatapuran a, Brahmawaiwartapurana, dan Wisnupurana. Latar belakang kehidupan Kresna pada m asa kanak-kanak dan remaja adalah India Utara, yang mana sekarang merupakan wila yah negara bagian Uttar Pradesh, Bihar, Haryana, sementara lokasi kehidupannya s ebagai pangeran di Dwaraka sekarang dikenal sebagai negara bagian Gujarat. Kelahiran Lukisan Basudewa menyeberangi sungai Yamuna untuk menyelundupkan Kresna ke Gokul a, dibuat sekitar abad ke-18, dari Himachal Pradesh, India. Menurut kepercayaan tradisional yang berdasarkan data-data dalam sastra dan perh itungan astronomi Hindu, hari kelahiran Kresna yang dikenal sebagai Janmashtami, [36] jatuh pada tanggal 19 Juli tahun 3228 SM.[37][38] Menurut Itihasa (wiracarita Hindu) dan Purana (mitologi Hindu), Kresna merupakan anggota keluarga bangsawan di Mathura, ibukota kerajaan Surasena di India Utara (kini kawasan Uttar Pradesh). Ia terlahir sebagai putra kedelapan Basudewa (put ra Raja Surasena) dan Dewaki (keponakan Raja Ugrasena). Orang tuanya termasuk ka um Yadawa atau keturunan Yadu, putra raja legendaris Yayati. Raja Kangsa, kakak sepupu Dewaki,[39] mewarisi tahta setelah menjebloskan ayahnya sendiri ke penjar a, yaitu Ugrasena. Pada suatu ketika, ia mendengar ramalan yang menyatakan bahwa ia akan mati di tangan salah satu putra Dewaki. Karena mencemaskan nasibnya, ia mencoba membunuh Dewaki, namun Basudewa mencegahnya. Basudewa menyatakan bahwa mereka bersedia dikurung dan berjanji akan menyerahkan setiap putra mereka yang baru lahir untuk dibunuh. Setelah enam putra pertamanya terbunuh, dan Dewaki keh ilangan putra ketujuhnya, maka lahirlah Kresna. Karena hidup Kresna terancam bah aya, maka ia diselundupkan keluar penjara oleh Basudewa dan dititipkan pada Nand a dan Yasoda, sahabat Basudewa di Vrindavan. Dua saudaranya yang lain juga selam at yaitu, Baladewa alias Balarama (putra ketujuh Dewaki, dipindahkan secara ajai b ke janin Rohini, istri pertama Basudewa) dan Subadra (putra dari Basudewa dan Rohini yang lahir setelah Baladewa dan Kresna). Menurut kitab Bhagawatapurana, Kresna lahir tanpa hubungan seksual, melainkan me lalui "transmisi mental" dari pikiran Basudewa ke rahim Dewaki. Umat Hindu meyak ini bahwa pada masa itu, jenis ikatan tersebut dapat dilakukan oleh makhluk-makh luk yang mencapainya.[36][40][41] Tempat yang dipercaya oleh para pemujanya untu k memperingati hari kelahiran Kresna kini dikenal sebagai Krishnajanmabhumi, dim ana sebuah kuil didirikan untuk memberi penghormatan kepadanya. Masa kanak-kanak dan remaja Lukisan Kresna mengangkat bukit Gowardhana, karya Shahadin dari India, dibuat se kitar akhir abad ke-17. Kresna dibesarkan oleh Nanda dan Yasoda, anggota komunitas penggembala sapi yang ada di Vrindavana. Kisah masa kanak-kanak dan remaja Kresna menceritakan bagaim

ana ia menjadi seorang penggembala sapi,[42] tingkah nakalnya sebagai makhan cho r (pencuri mentega), kegagalan Kangsa dalam membunuhnya, dan perannya sebagai pe lindung rakyat Vrindavana. Pada masa kecilnya, Kresna telah melakukan berbagai h al yang menakjubkan. Ia membunuh berbagai raksasa di antaranya Putana (raksasa wan ita), Kesi (raksasa kuda), Agasura (raksasa ular) yang diutus oleh Kangsa untuk me mbunuh Kresna. Ia juga menjinakkan naga Kaliya, yang telah meracuni air sungai Y amuna dan menewaskan banyak penggembala. Dalam kesenian Hindu, seringkali Kresna digambarkan sedang menari di atas kepala naga Kaliya yang bertudung banyak. Jej ak kaki Kresna memberi perlindungan kepada Kaliya sehingga Garuda musuh para naga ti dak akan berani menganggunya. Kresna dipercaya mampu mengangkat bukit Gowardhana untuk melindungi penduduk Vri ndavana dari tindakan Indra, pemimpin para dewa yang semena-mena dan mencegah ke rusakan lahan hijau Gowardhana. Indra dianggap sudah terlalu besar hati dan mara h ketika Kresna menyarankan rakyat Vrindavana untuk merawat hewan dan lingkungan yang telah menyediakan semua kebutuhan mereka, daripada menyembah Indra setiap tahun dengan menghabiskan sumber daya mereka.[43][44] Gerakan spiritual yang dim ulai oleh Kresna memiliki sesuatu di dalamnya yang melawan bentuk ortodoks penye mbahan dewa-dewa Weda seperti Indra.[45] Kisah permainannya dengan para gopi (wanita pemerah susu) di Vrindavana, khususn ya Radha (putri Wresabanu, salah seorang penduduk asli Vrindavana) dikenal sebag ai Rasa lila dan diromantisir dalam puisi karya Jayadeva, penulis Gita Govinda. Hal ini menjadi bagian penting dalam perkembangan tradisi bhakti Kresna yang mem uja Radha Krishna.[46] Sang Pangeran Kresna membunuh Kangsa sementara Baladewa membunuh seorang pegulat. Lukisan dari Rajasthan, India, dibuat sekitar abad ke-17. Kresna beserta Baladewa yang masih muda diundang ke Mathura untuk mengikuti pert andingan gulat yang diselenggarakan Kangsa. Tujuan sebenarnya adalah membunuh Kr esna dengan dalih pertandingan gulat. Setelah mengalahkan para pegulat Kangsa, K resna menggulingkan kekuasaan Kangsa sekaligus membunuhnya. Kresna menyerahkan t ahta kepada ayah Kangsa, Ugrasena, sebagai raja para Yadawa. Ia juga membebaskan ayah dan ibunya yang dikurung oleh Kangsa. Kemudian ia sendiri menjadi pangeran di kerajaan tersebut. Kunti bibi Kresna menikah dengan Pandu dari kerajaan Kuru dan memiliki tiga putra. B eserta dua putra dari Madri istri kedua Pandu kelima putra Pandu disebut Pandawa. Ma ka dari itu Kresna memiliki hubungan keluarga dengan para Pandawa, dan memiliki hubungan yang istimewa dengan Arjuna, salah satu Pandawa. Sebelum berdirinya kerajaan Dwaraka, kota Mathura kediaman keluarga Kresna (Yadawa ) diserbu oleh Jarasanda, Raja Magadha karena dendam pribadi. Penyerbuan tersebut berhasil diredam berkali-kali, namun Jarasanda tidak menyerah. Kemudian Jarasand a dibantu oleh Kalayawana, yang memiliki dendam pribadi terhadap klan Yadawa. Pe rsekutuan tersebut memaksa Kresna mengungsikan para Yadawa ke suatu wilayah di I ndia Barat yang menghadap Laut Arab (pada masa sekarang disebut Gujarat) dan men dirikan sebuah kerajaan di sana, bernama kerajaan Dwaraka[47] (secara harfiah be rarti "kota banyak gerbang").[48] Setelah Dwaraka didirikan, Kresna mengalahkan Kalayawana dengan suatu jebakan. Kresna menikahi Rukmini, putri dari kerajaan Widarbha, dengan cara kawin lari. D i tempat lain, Sisupala, sepupu Kresna yang berencana melamar Rukmini menjadi ke cewa setelah mengetahui berita tersebut sehingga ia membenci Kresna. Dari pernik ahannya dengan Rukmini, Kresna memiliki putra bernama Pradyumna. Permata Syamantaka Pada suatu ketika, Satrajit, kerabat jauh Kresna menerima permata Syamantaka dar i Dewa Surya. Kresna menyarankan agar permata itu diserahkan kepada Ugrasena raja

kaum Yadawa namun Satrajit menolaknya. Prasena, saudara Satrajit membawa permata i tu saat berburu dan tidak pernah kembali lagi. Satrajit menuduh Kresna telah mem bunuh Prasena karena menginginkan permata itu. Untuk membersihkan nama baiknya, Kresna melacak jejak Prasena. Akhirnya ia mendapati bahwa Prasena telah dibunuh seekor hewan buas, dan permata Syamantaka tidak ditemukan pada jenazahnya. Ia me ngikuti jejak hewan yang membunuh Prasena, hingga mendapati bangkai seekor singa . Ia tidak menemukan permata Syamantaka ada pada bangkai tersebut. Akhirnya ia m engikuti jejak pembunuh singa tersebut, dan sampai di kediaman seekor beruang be rnama Jembawan. Di tempat tersebut ia mendapati bahwa permata Syamantaka tersimp an di sana. Kresna meminta Jembawan menyerahkan permata Syamantaka, namun permintaannya dito lak sehingga mereka berkelahi. Setelah Jembawan menyadari siapa sesungguhnya Kre sna, ia menyerah dan menjelaskan bahwa ia mendapatkan permata itu dari seekor si nga. Ia pun menyerahkan permata Syamantaka beserta putrinya yang bernama Jambawa ti untuk dinikahi Kresna. Setelah Kresna kembali dari penyelidikannya, dan menye rahkan Syamantaka kepada Satrajit, maka Satrajit merasa malu karena sudah berpra sangka buruk terhadap Kresna. Untuk memperbaiki hubungan di antara mereka, ia me nikahkan putrinya yang bernama Satyabama kepada Kresna. Para istri Kresna Kresna mengalahkan pasukan Narakasura. Lukisan dari naskah Bhagawatapurana, dari abad ke-16. Dalam kitab Bhagawatapurana diceritakan bahwa Narakasura dari kerajaan Pragjyoti sha mengalahkan Indra, pemimpin para dewa. Indra mengadukan hal tersebut kepada Kresna sehingga Kresna menyerbu Pragjyotisha dengan angkatan perangnya. Kresna b erhasil mengalahkan Narakasura dan membebaskan 16.100 putri yang ditawan oleh Na rakasura. Menurut kitab Bhagawatapurana, Kresna menikahi 16.108 putri,[49][50] d an delapan di antaranya adalah yang terkemuka dan disebut dengan istilah Ashta B harya yaitu Rukmini, Satyabama, Jambawati, Kalindi, Mitrawrinda, Nagnajiti, Badr a dan Laksana.[51][52] Kresna menikahi 16.100 putri lainnya, yang merupakan tawa nan raksasa Narakasura, untuk mengembalikan kehormatan mereka. Kresna berjasa ka rena membunuh raksasa tersebut dan membebaskan mereka. Menurut adat sosial yang ketat pada masa itu, seluruh wanita tawanan memiliki martabat rendah, dan tidak memungkinkan untuk menikah, karena mereka di bawah kendali Narakasura. Akan teta pi Kresna menikahi mereka untuk mengembalikan status mereka di masyarakat. Perni kahan dengan 16.100 putri tawanan tersebut kurang lebih merupakan rehabilitasi w anita massal.[53] Dalam tradisi Waisnawa, dipercaya bahwa para istri Kresna meru pakan manifestasi Dewi Laksmi pasangan Dewa Wisnu atau merupakan jiwa istimewa yang melewati kualifikasi setelah menghabiskan banyak masa hidup dalam tapasya, sedan gkan Satyabama, merupakan ekspansi dari Radha.[54] Upacara Rajasuya Kresna memenggal Sisupala dengan cakranya saat upacara Rajasuya diselenggarakan oleh Yudistira. Lukisan karya Jnananjana Dasa. Dalam kitab Mahabharata, Yudistira, sepupu Kresna dari kerajaan Kuru ingin menga dakan upacara Rajasuya. Atas saran Kresna, ia mengerahkan saudara-saudaranya (pa ra Pandawa) untuk menaklukkan para raja di Bharatawarsha (India). Di antara para raja, yang sulit ditaklukkan adalah Jarasanda, raja Magadha. Bima salah satu Pand awa menantangnya untuk bertarung dengan gada. Mereka bertarung selama 27 hari. Set iap kali matahari terbenam, mereka beristirahat untuk melanjutkan pertarungan pa da hari berikutnya. Jarasanda sulit dibunuh. Pada hari ke-28, atas petunjuk Kres na, Bima membelah tubuh Jarasanda menjadi dua bagian (kanan-kiri), dan melempark annya ke arah berlawanan. Dengan demikian, Jarasanda dapat dibunuh. Setelah Jarasanda dikalahkan, upacara Rajasuya diselenggarakan oleh Yudistira da n para raja yang ditaklukkannya diundang untuk menghadirinya. Untuk menghormati para undangannya, Yudistira memutuskan untuk memberi hadiah kepada orang-orang y ang paling utama di antara mereka. Ia meminta saran Bisma, kakeknya untuk menent ukan siapa yang berhak diberikan hadiah terlebih dahulu. Bisma menyarankan agar

hadiah diberikan kepada Kresna, dan Yudistira pun menyetujuinya. Akan tetapi, ke putusan tersebut ditolak oleh Sisupala. Sisupala menghina Kresna secara bertubitubi, namun Kresna tetap bersabar. Sesuai janji Kresna kepada ibu Sisupala, ia t idak akan membunuh Sisupala kecuali bila makian yang diterimanya dari Sisupala s udah lebih dari seratus kali. Setelah Sisupala menghina Kresna lebih dari seratu s kali, Kresna mengeluarkan senjata cakranya kemudian memenggal kepala Sisupala. Menurut legenda, Sisupala beserta Dantawaktra, rekannya adalah reinkarnasi Jaya dan Wijaya, penjaga pintu gerbang Waikuntha, kediaman Wisnu. Karena melarang Caturs ana memasuki Waikuntha, mereka dihukum untuk turun ke bumi, dan atas keinginan m ereka sendiri, mereka dilahirkan sebagai musuh Wisnu dan dibunuh oleh Wisnu send iri. Tindakan Kresna (sebagai awatara Wisnu) membunuh Sisupala telah membebaskan jiwa Sisupala dari reinkarnasi yang harus dialaminya sehingga jiwanya kembali m enuju Waikuntha.[55] Baratayuda dan Bhagawadgita Lukisan Kresna sebagai juru damai, karya Raja Ravi Varma. Dalam lukisan, Kresna mencegah Satyaki, rekannya yang hendak menghadapi para Korawa yang tidak menyetu jui usulan damai yang diberikan Kresna. !Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perang di Kurukshetra Lihat pula: Bhagawadgita Perselisihan antara para Pandawa dan Korawa sepupu mereka dilatarbelakangi oleh keti dakpuasan para Pandawa atas sikap para Korawa yang menghalalkan segala cara agar tahta kerajaan Kuru tidak jatuh ke tangan Yudistira yang tersulung di antara Pand awa sebagai putra mahkota tertua. Kresna bertindak sebagai juru damai, namun upaya perundingan gagal karena para Korawa yang dipimpin Duryodana tidak mau mengalah. Di samping itu, Duryodana senantiasa dihasut oleh pamannya, Sangkuni. Saat keputusan perang tidak terelakkan lagi, hampir seluruh raja di Bharatawarsh a (India) diminta untuk berpartisipasi, dan akhirnya semuanya menjadi dua pihak, yaitu pihak Pandawa dan Korawa. Kresna menawarkan kesempatan kepada dua pihak u ntuk memilih pasukannya atau dirinya sendiri, namun dengan kondisi tidak membawa senjata apapun. Arjuna yang mewakili Pandawa memilih agar Kresna berada di piha knya, sedangkan Duryodana pemimpin para Korawa memilih pasukan Kresna. Saat tiba wak tunya untuk berperang, Kresna bertindak sebagai kusir kereta perang Arjuna, kare na sesuai dengan perjanjian bahwa ia tidak akan membawa senjata apapun. Kresna sebagai kusir kereta perang Arjuna dalam perang di Kurukshetra. Lukisan d ari India, dibuat sekitar abad ke-18 dan ke-19 Masehi. Saat meninjau angkatan perang dan mengamati pihak yang akan berperang, Arjuna me njadi ragu setelah menyaksikan keluarga, sepupu, kerabat, serta kawan-kawan yang dicintainya bersiap-siap untuk membunuh satu sama lain. Kemudian Kresna menasih ati Arjuna tentang perang yang akan dihadapinya. Percakapan tersebut meluas menj adi suatu wacana dan menjadi kitab tersendiri, dikenal sebagai Bhagawadgita 'Kid ung Ilahi'.[56] Dalam Bhagawadgita, Kresna menguraikan ajaran Iswara (ketuhanan) , jiwa, dharma (kewajiban), prakerti (alam semesta), dan kala (waktu).[57] Kresn a juga menjelaskan bahwa tujuannya berada di dunia adalah untuk menyelamatkan or ang saleh dan membinasakan orang jahat. Kutipan yang terkenal adalah: Kapanpun dan dimanapun kebajikan merosot, dan kejahatan merajalela, pada saat itulah aku menjelma, wahai keturunan Bharata (Arjuna). Untuk menyelamatkan orang saleh dan menghukum orang jahat, serta menegakkan kebenaran, aku lahir da ri zaman ke zaman. (Bhagawadgita, 4:7 8) Saat Yudistira merasa tertekan atas kekalahan yang diterima pihaknya pada hari p ertama, Kresna tetap optimis bahwa kemenangan sudah pasti akan diraih Yudistira karena ia bertindak di jalan yang benar dan telah mendapat restu dari Bisma kakekn ya sendiri, sekaligus kesatria tua yang harus dihadapinya dalam perang itu sesaat sebelum perang dimulai. Seperti halnya Kresna, Bisma juga berkata bahwa kemenang an pasti akan diraih Yudistira dan ia mendoakan cucunya itu agar mencapai kejaya an, meskipun mereka harus saling menyerang dalam perang.

Seringkali Kresna meminta Arjuna agar segera mengalahkan Bisma, kakek para Panda wa dan Korawa. Keraguan Arjuna membuat Kresna marah sehingga ia mencopot roda ke retanya sebagai pengganti cakram untuk membunuh Bisma. Akan tetapi tindakannya s egera dicegah oleh Arjuna yang berjanji bahwa ia akan mengalahkan kesatria tua t ersebut pada hari berikutnya. Setelah para Pandawa mengetahui kelemahan Bisma, p ada hari berikutnya, Kresna menginstruksikan Srikandi, putra Raja Drupada agar m enghadapi Bisma, dengan ditemani oleh Arjuna. Bisma, yang merasa bahwa Srikandi telah dilahirkan untuk membunuhnya, sulit menghindari serangan Arjuna yang berse mbunyi di belakang Srikandi. Akhirnya Bisma dikalahkan pada hari kesepuluh. Kesabaran Kresna habis sehingga ia ingin membunuh Bisma dengan tangannya sendiri , namun dicegah oleh Arjuna. Lukisan karya Pariksit Dasa. Kresna juga membantu Arjuna dalam membunuh Jayadrata, kesatria Korawa yang menah an para Pandawa dalam usaha menyelamatkan Abimanyu putra Arjuna yang terkurung dalam formasi Cakrabyuha dan terbunuh oleh serangan serentak yang dilancarkan delapan kesatria Korawa. Kresna juga meruntuhkan semangat Drona komandan tentara Korawa, pengganti Bisma setelah ia memberi isyarat pada Bima untuk membunuh seekor gajah p erang bernama Aswatama, nama yang serupa dengan nama putra semata wayang Drona. Pandawa berteriak bahwa Aswatama mati, namun Drona enggan mempercayainya sebelum ia mendengar langsung dari Yudistira yang dikenal sebagai orang yang tidak pern ah berbohong. Kresna tahu bahwa Yudistira tidak akan berdusta, maka ia mengatur siasat agar Yudistira tidak berbohong namun Drona menganggap putranya telah gugu r. Saat ditanya oleh Drona, Yudistira berkata, "Aswatama mati. Entah gajah, enta h manusia." Tetapi setelah Yudistira mengucapkan kalimat pertama, tentara Pandaw a yang telah diperintah oleh Kresna segera membuat kegaduhan dengan membunyikan genderang perang dan sangkakala, sehingga Drona tidak mendengar kalimat kedua ya ng diucapkan Yudistira dan percaya bahwa putranya telah gugur. Setelah dilanda d ukacita, Drona meletakkan senjatanya, dan kesempatan itu dimanfaatkan oleh Drest adyumna untuk memenggal kepalanya. Saat Arjuna bertarung melawan Karna, roda kereta Karna terperosok ke dalam genan gan lumpur. Saat Karna mencoba mengangkat keretanya dari lumpur, Kresna menginga tkan Arjuna tentang tindakan Karna dan Korawa lainnya yang telah melanggar perat uran dalam peperangan saat menyerang dan membunuh Abimanyu secara serentak, dan ia meyakinkan Arjuna untuk menempuh cara yang sama untuk membunuh Karna. Maka Ar juna memenggal kepala Karna saat kesatria itu sedang berusaha mengangkat keretan ya dari lumpur. Menjelang hari puncak peperangan, Duryodana menemui Gandari, ibunya untuk memint a anugerah agar seluruh tubuhnya kebal dari segala serangan. Untuk itu, ia harus datang dalam keadaan telanjang bulat. Kresna mengolok-oloknya sehingga ia menja di malu. Ia memutuskan untuk menutupi selangkangannya dengan kulit pisang saat m enemui ibunya. Setelah Duryodana tiba, Gandari membuka penutup matanya dan mencu rahkan kekuatan dari matanya ke tubuh Duryodana, tetapi ia kecewa setelah menget ahui bahwa Duryodana menutupi selangkangan dan paha sehingga daerah itu tidak ak an kebal. Ketika Duryodana bertarung dengan Bima, serangan Bima tidak berpengaru h bagi Duryodana. Untuk menyelesaikannya, Kresna mengingatkan Bima akan janjinya untuk membunuh Duryodana dengan cara memukul pahanya. Bima pun melakukannya, me skipun melanggar peraturan (mengingat bahwa Duryodana sendiri telah melanggar dh arma pada perbuatannya pada masa lalu). Dengan demikian, strategi Kresna telah m embantu Pandawa memenangkan perang dengan menjatuhkan seluruh pemimpin tentara K orawa, tanpa perlu mengangkat senjatanya. Ia juga menghidupkan kembali Parikesit , cucu Arjuna yang diserang dengan senjata Brahmastra oleh Aswatama saat berada di dalam janin ibunya. Di kemudian hari, Parikesit menjadi penerus Pandawa. Kehidupan di kemudian hari Kehancuran Wangsa Yadawa, lukisan karya Pariksit Dasa. Lihat pula: Mosalaparwa Setelah perang usai, Yudistira diangkat sebagai Raja Kuru, dengan pusat pemerint ahan di Hastinapura. Ia memerintah selama 36 tahun. Sementara itu Kresna tinggal

bersama kaumnya di Dwaraka. Karena Samba putra Kresna dan beberapa pemuda Yadawa te lah mengolok-olok para resi yang mengunjungi Dwaraka, maka kaum Yadawa dikutuk a gar hancur dengan menggunakan senjata gada yang dikeluarkan dari perut Samba. At as perintah Ugrasena, senjata tersebut dihancurkan hingga menjadi debu lalu dibu ang ke laut. Debu tersebut hanyut ke tepi pantai Prabasha dan tumbuh menjadi sem acam tanaman rumput, disebut eruka. Pada suatu perayaan, kaum Yadawa mengunjungi Prabasha dan berpesta pora di sana. Karena pengaruh minuman keras, mereka mabuk dan saling hantam. Perkelahian pun berubah menjadi pembunuhan masal. Saat menyaksikan kaumnya saling bunuh, Kresna menggenggam rumput eruka dan melemparkannya ke tengah percekcokan tersebut yang mengakibatkan ledakan hebat sehingga membunuh hampir seluruh kaum Yadawa yang ad a di sana. Setelah kehancuran kaumnya, Baladewa meninggalkan tubuhnya dengan car a melakukan Yoga. Sementara itu, Kresna memasuki hutan dan duduk di bawah pohon untuk bermeditasi. Mahabharata menyatakan bahwa seorang pemburu bernama Jara men gira sebagian kaki kiri Kresna yang tampak sebagai seekor rusa sehingga ia menem bakkan panahnya, menyebabkan Kresna terluka secara fana, sampai berujung ke kema tiannya. Saat jiwa Kresna mencapai surga, tubuhnya dikremasi oleh Arjuna.[58][59 ][60] Menurut sumber-sumber dari Purana,[61] kepergian Kresna menandai akhir zaman Dwa parayuga dan dimulainya Kaliyuga, yang dihitung jatuh pada tanggal 17/18 Februar i 3102 SM.[62] Para guru aliran Waisnawa, misalnya Ramanuja dan aliran Gaudiya W aishnawa memandang bahwa tubuh Kresna seutuhnya merupakan tubuh spiritual sehing ga tidak akan pernah membusuk karena hal ini tampaknya merupakan perspektif dala m Bhagawatapurana. Kresna tidak pernah disebut menua atau menjadi uzur dalam pen ggambaran secara historis dalam berbagai Purana, meskipun telah melewati beberap a dasawarsa, tetapi ada alasan untuk sebuah perdebatan apakah ini menunjukkan ba hwa ia tidak memiliki tubuh material, karena pertempuran dan deskripsi lain dari wiracarita Mahabharata jelas menunjukkan indikasi bahwa ia tampaknya tunduk pad a keterbatasan alam.[63] Sementara kisah pertempuran tampaknya menunjukkan keter batasan, Mahabharatha juga menceritakan berbagai kisah saat Kresna tidak tunduk pada keterbatasan, seperti cerita ketika Duryodana mencoba untuk menangkap Kresn a namun tubuhnya memancarkan api yang menunjukkan semua ciptaan ada dalam diriny a.[64] Pemujaan Aliran Waisnawa Arca Wisnu di Kolkata, India. !Artikel utama untuk bagian ini adalah: Waisnawa dan Kresnaisme Pemujaan terhadap Kresna merupakan suatu bagian dari aliran Waisnawa (Waisnawism e), aliran agama Hindu yang menganggap Wisnu sebagai Tuhan Yang Mahakuasa dan me muliakan berbagai awatara (penjelmaan) yang terkait dengannya, termasuk pasangan (sakti/dewi) dewa itu sendiri, serta orang suci maupun guru yang menyebarkan aj arannya. Secara istimewa Kresna dipandang sebagai penjelmaan Wisnu seutuhnya, at au sebagai wujud Wisnu itu sendiri.[65] Bagaimanapun juga, hubungan yang pasti a ntara Kresna dan Wisnu terasa kompleks dan bermacam-macam.[66] Kadangkala Kresna dianggap sebagai dewa tersendiri, yang memiliki kekuasaan penuh tanpa ketergant ungan.[67] Di antara berbagai macam dewa, Kresna sangat penting, dan tradisi dal am garis perguruan Waisnawa biasanya terpusat kepada Wisnu maupun Kresna, sebaga i dewa yang dipuja. Istilah Kresnaisme digunakan untuk meyebut sekte pemuja Kres na, sementara istilah Waisnawisme untuk sekte yang terpusat kepada Wisnu dan Kre sna dianggap sebagai awatara, daripada Tuhan Yang Mahakuasa.[68] Seluruh tradisi Waisnawa menganggap Kresna merupakan awatara Wisnu; kadangkala K resna disamakan dengan Wisnu; sementara beberapa tradisi lainnya, misalnya Gaudi ya Waisnawa,[69][70] Wallabha Sampradaya dan Nimbarka Sampradaya, menganggap Kre sna sebagai Swayam Bhagawan, wujud asli Tuhan, atau Tuhan itu sendiri.[71][72][7 3][74][75] Swaminarayan, pendiri aliran Swaminarayana Sampradaya juga memuja Kre sna sebagai Tuhan. "Kresnaisme Raya" (Greater Krishnaism) merupakan bentuk Waisn

awa yang kedua atau dominan, berkisar antara penyembahan Basudewa, Kresna, dan G opala pada Zaman Weda Akhir.[76] Di masa sekarang kepercayaan tersebut memiliki pengikut yang cukup banyak, termasuk di luar India.[77] Tradisi awal Arca Baladewa atau Balarama (kiri) dan Kresna (kanan) di Vrindavan, India. Secara historis, Dewa Kresna Basudewa (k???a vasudeva "Kresna, putra Basudewa") merupakan salah satu bentuk pemujaan tertua dalam aliran Kresnaisme dan Waisnawa .[78][79] Dipercaya bahwa pemujaan tersebut merupakan tradisi penting pada sejar ah awal pemujaan Kresna di zaman kuno.[80][81] Tradisi ini dianggap sebagai yang terawal di antara tradisi lainnya yang kemudian bergabung pada tahap selanjutny a dalam perkembangan sejarah. Tradisi lainnya meliputi Bhagawatisme dan penyemba han Gopala, yang bersama penyembahan Balakresna (Bala-Krishna) membentuk dasar t radisi pemujaan yang terpusat pada Kresna pada masa sekarang.[82][83] Beberapa a hli kuno akan menyamakannya dengan Bhagawatisme,[80] dan dipercaya bahwa pendiri tradisi religius ini adalah Kresna, yang merupakan putra Basudewa, sehingga nam anya adalah Basudewa (Vasudeva), termasuk ke dalam anggota suku Satvata, dan peg ikutnya menyebut diri mereka sendiri sebagai "Kaum Bhagawata" dan agama ini terb entuk pada abad ke-2 SM (zaman Resi Patanjali), atau sekurang-kurangnya pada aba d ke-4 SM menurut bukti-bukti Megasthenes dan dalam kitab Arthasastra karya Kaut ilya, ketika Basudewa dipuja sebagai Tuhan Yang Mahakuasa dengan cara monoteisti k yang kuat, dimana Yang Mahakuasa adalah sempurna, kekal, dan penuh karunia.[80 ] Dalam berbagai sumber di luar pemujaan, pemuja atau bhakta dianggap sebagai Ba sudewaka (Vasudevaka).[84] Kitab Hariwangsa menggambarkan hubungan yang rumit an tara Kresna Basudewa, Sangkarsana, Pradyumna dan Aniruda yang kemudian akan memb entuk konsep Waisnawa tentang empat manifestasi yang utama, atau awatara.[85] Tradisi Bhakti !Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bhakti Yoga Bhakti berarti ketaatan, yang tidak terbatas pada satu dewa saja. Akan tetapi Kr esna merupakan dewa yang penting dan populer dalam aspek kebaktian dan sukacita dalam agama Hindu, khususnya di antara sekte-sekte Waisnawa.[69][86] Penyembah K resna menganut konsep lila, yang berarti 'sandiwara ilahi', sebagai prinsip poko k di Alam Semesta. Para lila Kresna, dengan ungkapan kasih sayang mereka yang me lampaui batas-batas cara penghormatan secara resmi, berfungsi sebagai pengiring aksi-kasi yang dilakukan awatara Wisnu lainnya: Rama.[70] Gerakan Bhakti yang menyembah Kresna menjadi terkemuka di India Selatan selama a bad ke-7 sampai ke-9 Masehi. Karya-karya tertua meliputi syair-syair yang dituli s para Alvar (orang suci) di negara-negara berbahasa Tamil.[87] Kumpulan utama d ari karya-karya mereka adalah Divya Prabandham. Kumpulan lagu terkenal karya Alv ar Andal yaitu Tiruppavai, saat ia membayangkan dirinya sebagai seorang gopi (wa nita pemerah susu), adalah karya terkenal di antara karya-karya tertua dalam gen re ini.[88][89] [90] Mukundamala karya Kulasekaraazhvaar adalah karya terkenal l ainnya pada masanya. Penyebaran Gerakan Bhakti Kresna Ilustrasi dalam naskah Gita Govinda karya Jayadeva. Gerakan Bhakti menyebar secara cepat dari India Utara ke Selatan, dengan syair b erbahasa Sanskerta Gita Govinda karya Jayadeva (abad ke-12 M) sebagai pertanda k arya sastra dalam pemujaan Kresna. Syair tersebut menguraikan legenda Kresna ten tang gopi istimewa yang menjadi kekasihnya, yakni Radha, yang kurang dibahas dal am kitab Bhagawatapurana, namun dibahas sebagai tokoh penting dalam kitab lainny a, misalnya Brahmawaiwartapurana. Dengan pengaruh Gita Govinda, Radha menjadi as pek yang tak terpisahkan dalam pemujaan Kresna.[4] Arca Kresna (kiri) yang sedang memainkan seruling, didampingi Radha. Dari Bhakti vedanta Manor, Watford, Inggris. Saat sebagian masyarakat terpelajar yang fasih dalam bahasa Sanskerta bisa menik mati karya-karya seperti Gita Govinda atau Krishna-Karnamritam karya Bilwanggala

, massa juga menyanyikan lagu-lagu lain karya penyair pemuja Kresna, yang terdir i dalam berbagai bahasa daerah di India. Lagu-lagu ini mencerminkan pengabdian p ribadi yang kuat yang ditulis oleh pemuja Kresna dari seluruh lapisan masyarakat . Lagu-lagu karya Meera dan Surdas menjadi pertanda dari penyembahan Kresna di I ndia Utara. Pada abad ke-11 Masehi, aliran Waisnawa Bhakti dengan kerangka teologi yang rumi t tentang penyembahan Kresna didirikan di India Utara. Nimbarka (abad ke-11 M), Wallabhacharya (abad ke-15 M) dan Caitanya Mahaprabhu (abad ke-16 M) adalah pend iri aliran yang paling berpengaruh. Aliran-aliran ini, yaitu Nimbarka Sampradaya , Wallabha Sampradaya dan Gaudiya Waisnawa, memandang Kresna sebagai dewa tertin ggi, bukan awatara, seperti pada umumnya. Di Deccan, khususnya di Maharashtra, penyair dari sekte Varkari seperti Dnyanesh war, Namdev, Janabai, Eknath dan Tukaram mempromosikan pemujaan Witoba,[23] wuju d Kresna di daerah tertentu, dari awal abad ke-13 sampai akhir abad ke-18.[4] Di India Selatan, Purandara Dasa dan Kanakadasa dari Karnataka menggubah lagu yang didedikasikan untuk citra Kresna di Udupi. Rupa Goswami dari aliran Gaudiya Wai snawa, telah menyusun ringkasan umum tentang bhakti yang disebut Bhakti-rasamrit a-sindhu.[86] Di Dunia Barat Sejak tahun 1966, Gerakan Bhakti Kresna telah menyebar keluar India. Penyebab ut amanya adalah misi yang dilakukan oleh organisasi Masyarakat Internasional Kesad aran Krishna (International Society for Krishna Consciousness - ISKCON), lebih d ikenal sebagai Gerakan Hare Krishna.[91] Gerakan tersebut didirikan oleh Bhaktiv edanta Swami Prabhupada, yang diinstruksikan oleh guru Beliau, Bhaktisiddhanta S arasvati Thakura, untuk menulis tentang Kresna dalam bahasa Inggris dan menyebar kan filsafat Gaudiya Waisnawa kepada masyarakat di Dunia Barat.[92] Dalam kesenian Para penari Rasa Lila, yang menggambarkan sosok Kresna dan Radha. Dalam mendiskusikan asal mula seni pertunjukkan India, Horwitz menyinggung adany a kisah tentang Kresna dalam Mahabhashya karya Patanjali (sekitar 150 SM), yaitu saat episode terbunuhnya Kangsa (Kamsa Vadha) dan "pengikatan raksasa penyerbu surga" (Bali Bandha) dijelaskan.[93] Balacharitam dan Dutavakyam karya Bhasa (se kitar 400 SM) adalah lakon berbahasa Sanskerta yang terpusat pada Kresna. Mulany a hanya pembeberan masa kecilnya, dan kemudian lakon satu babak yang berdasarkan satu episode dalam Mahabharata, saat Kresna berusaha mendamaikan dua sepupu yan g bertikai.[94] Tokoh Kresna yang diperankan dalam Yakshagana, seni pertunjukkan dari Karnataka, India. Sejak abad ke-10 M, dengan berkembangnya Gerakan Bhakti, Kresna menjadi subjek f avorit dalam kesenian. Lagu-lagu Gita Govinda menjadi terkenal di antero India, dan terdapat banyak imitasi. Lagu tersebut disusun oleh penyair gerakan Bhakti, dimasukkan ke dalam kelompok lagu rakyat maupun klasik. Dalam legenda Hindu, tarian yang dilakukan Kresna bersama kekasihnya, Radha, dan para gadis pemerah susu dikenal sebagai "Rasa lila", atau "Tarian Kasih Sayang Ilahi".[95] Rasa lila menjadi tema populer dalam tari Bharatanatyam, Odissi dan Kuchipudi. Rasa lila menjadi bentuk seni pertunjukkan rakyat populer di Mathura, Vrindavan di Uttar Pradesh, khususnya selama hari raya Krishna Janmashtami dan Holi, dan di antara berbagai pengikut Gaudiya Waisnawa di wilayah tersebut. Rasa lila juga dihormati sebagai salah satu Fetival Nasional di Assam. Dalam kitab B hagawatapurana dinyatakan bahwa siapapun yang mendengarkan atau menggambarkan Ra sa lila dengan penuh keyakinan maka akan mencapai "pengabdian atas rasa cinta se jati" dari Kresna (Suddha-bhakti).[96] Tarian Sattriya, yang diciptakan oleh tokoh suci Waisnawa dari Assam, Sankardeva

, memuliakan kebajikan dari Kresna. Pada Abad Pertengahan, di Maharashtra tercip ta suatu bentuk seni bercerita yang dikenal sebagai Hari-Katha, yang menceritaka n kisah-kisah dan ajaran Waisnawa melalui musik, tarian, dan urutan narasi, dan kisah tentang Kresna adalah salah satu bagiannya. Tradisi ini berkembang hingga ke Tamil Nadu dan negara bagian India lainnya di sebelah selatan, dan kini popul er di seluruh India. Krishnalila Tarangini karya Narayana Tirtha (abad ke-17 M) yang menyediakan unsu r-unsur dari lakon musikal Bhagavata-Mela menceritakan kisah Kresna semenjak lah ir hingga pernikahannya dengan Rukmini. Tyagaraja (abad ke-18 M) menulis beberap a karya yang sama tentang Kresna, disebut Nauka-Charitam. Penuturan Kresna dari berbagai Purana dipentaskan dalam Yakshagana, seni pertunjukkan asli dari daerah Karnataka, India. Banyak film dalam berbagai bahasa di India telah dibuat berda sarkan cerita ini. Adaptasi dalam budaya Indonesia Sosok Kresna yang diadaptasi menjadi tokoh pewayangan Jawa. Wiracarita Mahabharata, yang memuat sebagian riwayat Kresna, terdiri dari delapa n belas buku yang disebut Astadasaparwa (18 parwa). Wiracarita tersebut tidak ha nya terkenal di Asia Selatan, namun juga menyebar ke Asia Tenggara, antara lain Indonesia. Di Indonesia, beberapa bagiannya, seperti Adiparwa, Wirataparwa, Bhis maparwa dan mungkin juga beberapa parwa yang lain, diketahui telah digubah dalam bentuk prosa berbahasa Kawi (Jawa Kuno) semenjak akhir abad ke-10 Masehi, pada masa pemerintahan raja Dharmawangsa Teguh (991-1016 M) dari Kediri. Pada masa it u, dikenal pula proyek penerjemahan dengan istilah "mangjawaken byasamata", yang bermakna membuat latar dalam cerita tersebut seolah-olah di pulau Jawa.[97] Wayang Kresna dalam seni pewayangan Bali, yang digambarkan sebagai sosok raja be rkulit hijau. Di Indonesia, kisah Kresna yang bersumber dari Mahabharata, Hariwangsa, maupun P urana telah diadaptasi lalu digubah menjadi kakawin, antara lain Kakawin Kresnay ana dan Kakawin Hariwangsa. Keduanya menceritakan kisah pernikahan Kresna dengan Rukmini, putri dari kerajaan Widarba. Selain itu, terdapat pula Kakawin Bhomant aka, yang menceritakan perang antara Kresna dengan raksasa Bhoma. Di Indonesia, Mahabharata juga diangkat ke dalam pertunjukkan wayang, dengan ada ptasi dan perubahan seperlunya. Dalam budaya pewayangan Jawa, tokoh Kresna diken al sebagai raja Dwarawati (Dwaraka), kerajaan para keturunan Yadu dan merupakan titisan Dewa Wisnu. Kresna adalah putra Basudewa, Raja Mandura (Mathura). Ia dil ahirkan sebagai putra kedua dari tiga bersaudara (dalam versi Mahabharata ia mer upakan putra kedelapan). Kakaknya bernama Baladewa (Balarama, alias Kakrasana) d an adiknya dikenal sebagai Sembadra (Subadra), yang dinikahi oleh Arjuna, sepupu nya dari pihak ibu. Kresna memiliki tiga orang istri dan tiga orang anak. Para i strinya yaitu Dewi Jembawati, Dewi Rukmini, dan Dewi Satyabama. Menurut pewayang an, anak-anaknya adalah Raden Boma Narakasura, Raden Samba, dan Siti Sundari. Pada lakon Baratayuda, yaitu perang antara Pandawa melawan Korawa, beliau berper an sebagai sais atau kusir kereta perang Arjuna. Ia juga merupakan salah satu pe nasihat utama pihak Pandawa. Sebelum perang melawan Karna, atau dalam babak yang dinamakan Karna Tanding, beliau memberikan wejangan panjang lebar kepada Arjuna . Wejangan beliau dikenal sebagai Bhagawadgita, yang berarti "Kidung Ilahi". Dalam budaya pewayangan, Kresna dikenal sebagai tokoh yang sangat sakti. Ia memi liki kemampuan untuk meramal, berubah bentuk menjadi raksasa, dan memiliki bunga Wijaya Kusuma yang dapat menghidupkan kembali orang mati. Ia juga memiliki senj ata yang dinamakan Cakrabaswara yang mampu digunakan untuk menghancurkan dunia. Pusaka-pusaka sakti yang dimilikinya antara lain senjata cakra, terompet kerang (sangkakala) bernama Pancajahnya, Kaca Paesan, Aji Pameling dan Aji Kawrastawan. Dalam agama lain Arca Neminatha, Tirthankara ke-22 dalam Jainisme. Menurut pandangan Jainisme, Ne

minatha adalah sepupu Kresna dari Sauripura. Ia lahir di kalangan Dinasti Hariwa ngsa. Jainisme Menurut ajaran Jainisme, terdapat tiga serangkai, yaitu seseorang yang bergelar Basudewa bersama kakaknya yang bergelar Baladewa, dan musuh mereka yang bergelar Pratibasudewa. Tiga serangkai tersebut lahir pada setiap zaman dan dengan nama yang berbeda-beda. Baladewa adalah penegak prinsip Jainisme tentang tindak tanpa kekerasan. Akan tetapi, Basudewa harus mengabaikan prinsip itu untuk membunuh P ratibasudewa demi menyelamatkan dunia. Kemudian Basudewa harus turun ke Naraka ( dunia bawah) sebagai hukuman atas tindak kekerasan yang dilakukannya. Setelah me njalani hukuman, ia dilahirkan sebagai seorang Tirthankara.[98][99] Dalam daftar 63 Shalakapursha atau tokoh termasyhur Jainisme, termasuk di antara nya adalah 24 Tirthankara dan 9 tiga serangkai tersebut. Salah satu tiga serangk ai tersebut adalah Kresna sebagai Basudewa, Balarama sebagai Baladewa, dan Jaras anda sebagai Pratibasudewa. Menurut Jainisme, ia merupakan sepupu Neminatha, Tir thankara ke-22. Kisah-kisah tiga serangkai tersebut dapat disimak dalam Hariwang sa karya Jinasena (bukan kitab Hariwangsa pendukung Mahabharata) dan Trishashtishalakapurusha-charita karya Hemachandra.[100] Agama Buddha Kisah Kresna muncul dalam cerita Jataka dalam agama Buddha,[101] terutama dalam Ghatapandita Jataka, sebagai seorang pangeran dan penakluk legendaris dan Raja I ndia.[102] Dalam versi agama Buddha, Kresna disebut Basudewa, Kanha dan Kesawa, dan Balarama merupakan adiknya, disebut pula Baladewa. Detailnya menyerupai ceri ta yang dimuat dalam kitab Bhagawatapurana. Basudewa, beserta sembilan saudarany a yang lain (semuanya merupakan pegulat yang kuat) beserta kakak perempuannya (A njana) merebut seluruh Jambudwipa (India) setelah memenggal paman mereka yang di anggap kejam, yakni Raja Kangsa, kemudian seluruh raja di Jambudwipa dengan meng gunakan Cakra Sudarsana miliknya. Sebagian besar cerita yang memuat kekalahan Ka ngsa mengikuti cerita yang terkandung dalam Bhagawatapurana.[103] Seperti yang diceritakan dalam Mahabharata, semua saudaranya pada akhirnya tewas karena kutukan Resi Kanhadipayana (Byasa), juga dikenal sebagai Kresna Dwipayan a). Kresna sendiri tertusuk oleh senjata pemburu karena suatu kesalahpahaman, me ninggalkan Anjanadewi, satu-satunya anggota keluarganya yang masih hidup. Setela h itu, riwayatnya tidak disebutkan lagi.[104] Karena Jataka merupakan cerita yang diberikan menurut sudut pandang Buddha Gauta ma di kehidupan sebelumnya (serta kehidupan sebelumnya dari para pengikut Buddha ), maka kisah Kresna pun dianggap sebagai salah satu kehidupan Sariputra, salah satu murid Buddha yang terkemuka, dan "Dhammasenapati" atau "Panglima Dharma" da n biasanya digambarkan sebagai "tangan kanan" Buddha dalam kesenian dan ikonogra fi Buddha.[105] Sang Bodhisattva, yang lahir dalam cerita ini sebagai salah satu adiknya bernama Ghatapandita, menyelamatkan Kresna dari dukacita karena kehilan gan putranya.[102] Kresna sebagai manifestasi kebijaksanaan dan tukang kelakar y ang disayangi juga disertakan dalam panteon agama Buddha di Jepang.[106] Agama Bah' Umat Bah' meyakini bahwa Kresna adalah seorang "Manifestasi Tuhan", atau salah seo rang dalam rangkaian para nabi yang telah mengungkapkan Firman Tuhan untuk umat manusia pada waktunya. Maka dari itu, Kresna berada pada posisi yang mulia bersa ma Nabi Ibrahim, Musa, Zarathustra, Buddha, Muhammad, Yesus Kristus, Sang Bb, dan pendiri agama Bah', Bah'u'llh.[107] Ahmadiyyah Mirza Ghulam Ahmad, pendiri Ahmadiyyah yang mengakui Kresna sebagai seorang Nabi . Di Asia Selatan, anggota komunitas Ahmadiyyah meyakini Kresna sebagai utusan Tuh

an, seperti yang diungkapkan oleh pendiri aliran tersebut, Mirza Ghulam Ahmad. G hulam Ahmad juga mengaku memiliki kesamaan dengan Kresna sebagai pembangkit agam a dan moralitas di zaman modern yang misinya adalah mendamaikan umat manusia den gan Tuhan.[108] Pengikut Ahmadiyyah mempertahankan istilah avatar (awatara) yang dianggap sama dengan istilah "nabi" dalam tradisi agama di Timur Tengah sebagai campur tangan Tuhan dengan manusia; seperti Tuhan yang menunjuk manusia sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Dalam Kuliah Sialkot, Ghulam Ahmad menulis: Jelaslah bahwa Raja Krishna, sesuai dengan apa yang telah diwahyukan kepadak u, adalah orang yang benar-benar agung yang sulit untuk menemukan orang sepertin ya di antara para Resi dan Awatara dalam Hindu. Dia adalah seorang Awatara yaitu , Nabi besar pada masanya yang kepadanya Roh Kudus turun dari Tuhan. Dia berasal dari Tuhan, jaya dan sejahtera. Ia membersihkan tanah Arya dari dosa dan ternya ta Nabi pada zamannya yang kemudian ajarannya diubah dalam berbagai cara. Dia pe nuh kasih kepada Tuhan, seorang teman kebajikan dan musuh kejahatan.[108] Lainnya Pemujaan atau penghormatan kepada Kresna telah diangkat dalam berbagai gerakan k eagamaan baru sejak abad ke-19, dan kadang-kadang diikutsertakan dalam panteon e klektik dalam kitab-kitab okultisme, bersama tokoh-tokoh dari mitologi Yunani, B uddha, Alkitab, dan bahkan tokoh sejarah.[109] Sebagai contoh, douard Schur, tokoh berpengaruh dalam filsafat abadi dan gerakan o kultisme, menganggap Kresna sebagai Inisiasi Agung; sementara itu para ahli teos ofi menghormati Kresna sebagai inkarnasi Maitreya (salah satu dari para Ahli Keb ijaksanaan Kuno), guru spiritual umat manusia yang terpenting sete