Upload
tranhanh
View
212
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Sebagai konsekuensi
dianutnya negara hukum di Indonesia, maka segala hal yang terkait dengan
kesejahteraan masyarakat dan pencapaian tujuan nasional dilandaskan pada
hukum. Tujuan tersebut telah dirumuskan dan dicantumkan dalam alenia IV, yaitu
sebagai berikut:
1. Membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
2. Memajukan kesejahteraan umum;3. Mencerdaskan kehidupan bangsa;4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial;
Undang-Undang Dasar 1945 adalah merupakan konstitusi yang berbeda
dengan negara lain, perbedaan tersebut dapat dilihat dari pembukaan undang-
undang dasar itu, yang secara tegas menunjukkan kewajiban dan tanggung jawab
pemerintah terhadap warga negaranya.1 Tanggung jawab tersebut dapat
dijabarkan kedalam pasal-pasal yang ada di dalam Batang Tubuh Undang-Undang
Dasar 1945 yaitu pasal 27 dan 31. Kedua pasal tersebut mempunyai isi tentang
1 S. Silalahi, Dasar-Dasar Indonesia Merdeka Versi Para Pendiri Negara, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001, hal. 254.
1
usaha pengadaan penghidupan yang layak bagi setiap Warga Negara Indonesia
dan pasal yang selanjutnya adalah tentang pendidikan.
Pasal 27 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945 setelah amandemen
mengamanatkan bahwa:
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
Pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 setelah amandemen
mengamanatkan bahwa:
(1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan;(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional yang diatur dalam dalam undang-undang;(3) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya;
Pengertian yang terkandung dalam pasal di atas adalah keharusan bagi
warga negara untuk mengikuti pendidikan dasar minimal sebagaimana telah
diatur dalam undang-undang pelaksanaannya yaitu pendidikan dasar sembilan
tahun dan bagi pemerintah wajib menyediakan pembiayaan pendidikan dasar
tersebut.
Sistem pendidikan yang ada di Indonesia belum mampu mengakomodasi
kebutuhan-kebutuhan di masyarakat, sehingga menyebabkan rendahnya kualitas
sumber daya manusia Indonesia. Sistem pendidikan juga tidak akomodatif
terhadap potensi peserta didik, dan cenderung mengabaikannya sehingga
berakibat tidak optimalnya peningkatan potensi diri peserta didik. Oleh karena itu
2
sistem pendidikan yang ada harus diperbaiki, demikian pula kualitas dari pengajar
atau pendidik pun harus ditingkatkan.2
Peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut selanjutnya akan
mempermudah dan mempercepat tercapainya tujuan nasional Indonesia, yang
lebih khususnya lagi yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Adanya wajib belajar sembilan tahun diatas diharapkan generasi penerus
bangsa dapat menjadi sumber daya manusia yang profesional dan berkualitas. Hal
tersebut tentunya akan terwujud apabila tenaga pendidiknya yaitu guru yang
handal dan profesional. Salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalitas
guru adalah melalui sertifikasi sebagai sebuah proses ilmiah yang memerlukan
pertanggungjawaban moral dan akademis. Sertifikasi adalah suatu cara
pemerintah untuk mengoptimalkan kinerja dan kualitas guru, sehingga dengan ini
akan lebih mempercepat pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Sistem pendidikan nasional diatur dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003, dan diharapkan peraturan tersebut dapat menjamin pemerataan
kesempatan dalam memperoleh pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan dan
kualitas pendidiknya.
Pasal 39 ayat (2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional menyebutkan bahwa:
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
2 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, hal. 7.
3
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan melakukan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Konsideran bagian menimbang huruf b Undang-undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa:
Untuk menjamin perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu dan relevansi, serta tata pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu guru dan dosen secara terencana, terarah dan berkesinambungan.
Konsideran di atas menjelaskan bahwa pemerintah menyadari pentingnya
peningkatan kualitas guru. Salah satu tujuannya adalah untuk mewujudkan
profesionalitas guru karena hal itu merupakan kebutuhan yang sangat mendasar
yang harus diwujudkan agar dapat bersaing dalam persaingan di era globalisasi
sekarang ini.
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru, hal tersebut
dikarenakan guru mempunyai peranan yang sangat besar. Guru menjadi barisan
terdepan dalam pelaksanaan pendidikan, dan langsung berhadapan dengan peserta
didik untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi, sekaligus mendidik
dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan.
Profesionalisme guru kini menjadi sesuatu yang mengemuka ke ruang
publik seiring dengan tuntutan akan pendidikan yang bermutu. Hal ini dipertegas
lagi dengan respons positif dari pemerintah dengan mengeluarkan Undang-
undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dengan Undang-undang
4
tersebut harkat dan martabat guru semakin mendapat apresiasi karena dalam
Undang-undang tersebut diatur tentang penghargaan terhadap guru, baik dari segi
profesional maupun finansial serta perlindungan hukum dan keselamatan tugas.3
Salah satu upaya untuk meningkatkan profesional guru adalah melalui
sertifikasi. Sertifikasi guru merupakan pengakuan atas kedudukan guru sebagai
tenaga profesional, oleh karena itu perlu diberikan penghargaan tertentu atas
profesionalitas guru tersebut salah satunya adalah dengan memberikan
penghasilan yang memadai. Untuk mencapai profesionalisme, jaminan
kesejahteraan bagi para guru merupakan sutu hal yang tidak dapat diabaikan dan
dipisahkan.
Adanya pelaksanaan sertifikasi dan telah membuahkan hasil yang cukup
memuaskan bagi Guru Pegawai Negeri Sipil, maka profesionalisme Pegawai
Negeri Sipil harus terus ditingkatkan untuk menjadikan peserta didik lebih
berkualitas. Agar pelaksanaan sertifikasi dapat berjalan sesuai ketentuan maka
perlu adanya pengawasan. Dan pengawasan tersebut khusus ditujukan kepada
Pegawai Negeri Sipil yang sudah lulus sertifikasi.
Mengingat bahwa fungsi pengawasan bertujuan untuk mengadakan
penilaian dan penemuan kembali terhadap kemajuan maupun kendala
pelaksanaan rencana maka pengawasan harus berkaitan erat dengan fungsi
perencanaan. Dalam kaitan ini hasil-hasil pengawasan diumpan balikkan pada
bagian perencanaan agar dapat diadakan penyempurnaan terhadap rencana
3 Ibid, hal. 8
5
berikutnya. Umpan balik juga ditunjukan pada pimpinan organisasi untuk
menyempurnakan kebijaksanaan yang akan datang. Fungsi pengawasan bukannya
mengarahkan pelaksanaan rencana tetapi mengadakan koreksi, apabila ditemukan
adanya penyimpangan.
Pendidikan merupakan salah satu bidang yang pengaturannya diberikan
kepada pemerintah daerah, artinya pemerintah daerah mempunyai kewenangan
sendiri-sendiri dalam pelaksanaannya. Penyelenggaraan desentralisasi
mengisyaratkan adanya pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah
dengan daerah otonom. Terdapat urusan pemerintah yang bersifat concurrent
artinya urusan pemerintahan yang penanganannya dalam bagian atau bidang
tertentu dapat dilaksanakan bersama antara Pemerintah dengan Pemerintahan
Daerah. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
menggantikan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, terdapat perubahan yang
mendasar dalam pembagian kewenangan antara pemerintah Pusat dengan
Pemerintah Daerah. Perubahan kewenangan tersebut juga mengubah sebagian
kewenangan pengaturan kepegawaian daerah. Badan Kepegawaian Daerah
sebagai pelaksana teknis administrasi kepegawaian daerah yang bertugas
membantu tugas pokok Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah mengalami
perubahan fungsi akibat perubahan kewenangan pengaturan kepegawaian daerah.
Latar belakang tersebut untuk mengkaji bagaimana pengawasan
pemerintah melalui Dinas Pendidikan di Kabupaten Banyumas melakukan upaya
peningkatan profesionalitas guru setelah adanya sertifikasi. Terkait hal tersebut
6
penulis mencoba merumuskan bagaimana Pengawasan Pemerintah terhadap Guru
Pegawai Negeri Sipil setelah adanya Sertifikasi terutama dalam lingkup
Kabupaten Banyumas. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis
mengambil judul penulisan “PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP
GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL SETELAH SERTIFIKASI DI KABUPATEN
BANYUMAS”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan:
Bagaimanakah pengawasan pemerintah terhadap guru Pegawai Negeri Sipil
setelah adanya Sertifikasi di Kabupaten Banyumas?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitiannya adalah:
Untuk mengetahui pengawasan pemerintah terhadap guru Pegawai Negeri Sipil
setelah adanya Sertifikasi di Kabupaten Banyumas.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah:
1. Kegunaan Teoritis
7
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pengetahuan dan
menambah kepustakaan hukum administrasi negara, khususnya hukum
kepegawaian.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai
pengawasan pemerintah setelah sertifikasi guru di Dinas Pendidikan
Kabupaten Banyumas.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hukum Administrasi Negara
1. Pengertian Hukum Administrasi Negara
Di Indonesia pengkajian tentang administrasi negara mutlak
diperlukan, karena bangsa Indonesia memerlukan pengkajian tentang
bagaimana bermacam-macam badan pemerintahan diorganisasikan,
dimotivasi, dan dipimpin untuk mencapai tujuan pemerintahan dalam
melaksanakan kekuasaan.
Kata administasi berasal dari bahasa Inggris “administration”
yang pada awalnya dari bahasa latin “administrare” yang berarti to serve
atau melayani. Utrecht memberikan definisi yang sempit mengenai
administrasi negara, yaitu gabungan jabatan-jabatan (complex van
ambten), alat administrasi dibawah pimpinan pemerintah melakukan
sebagian dari pekerjaan pemerintah.4 Hukum administrasi negara dapat
dijadikan rumusan secara keseluruhan aturan hukum yang mengatur
hubungan hukum antar negara atau alat perlengkapannya yang mewakili
negara pada satu pihak dan rakyat merupakan pihak yang lainnya.
4 E. Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Jakarta: Ichtiar, 1990,hal.1
9
C.S.T. Kansil mendefinisikan Administrasi Negara meliputi tiga
arti yang penting. Secara terperinci C.S.T. Kansil mengemukakan tiga
hal arti Administrasi Negara, yaitu:
1. Sebagai Aparatur Negara, Aparatur Pemerintah, atau Instansi Politik (kenegaraan) artinya meliputi organ yang berada di bawah pemerintahan, mulai dari Presiden, Menteri (termasuk Sekjen, Dirjen, Gubernur, Bupati, dan sebagainya) pokoknya semua organ yang menjalankan Administrasi Negara.
2. Sebagai fungsi atau sebagai aktifitas, yakni sebagai kegiatan pemerintahan, artinya sebagai kegiatan mengurus kepentingan negara.
3. Sebagai proses teknis penyelenggaraan Undang-undang, artinya meliputi segala tindakan aparatur negara dalam menjalankan Undang-undang.5
Hukum Administrasi negara lazimnya memuat pendelegasian
atau pelimpahan wewenang kepada alat-alat perlengkapan administrasi
negara membentuk aturan hukum in concreto.
Van Vollenhoven memberikan ciri hukum administrasi negara,
yaitu sebagai berikut:
Untuk sebagian hukum administrasi negara merupakan pembatasan
terhadap kebebasan pemerintah, jadi merupakan jaminan bagi mereka,
yang harus taat kepada pemerintah, akan tetapi untuk sebagian besar
hukum administrasi mengandung arti pula, bahwa mereka yang harus taat
kepada pemerintah menjadi dibebani berbagai kewajiban yang tegas
5 C.S.T. Kansil, Hukum Tata Pemerintahan Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, Cetakan 1,1984, hal..2
10
bagaimana dan sampai dimana batasnya, dan berhubung dengan itu,
berarti juga bahwa wewenang pemerintah menjadi luas dan tegas.6
Deskripsi diatas menggambarkan tujuan hukum administrasi
negara berdasarkan latar belakang kelahirannya, hukum administrasi
memang diarahkan kepada perlindungan hukum bagi rakyat.
Peranan administrasi negara penting bagi para pengambil
kebijakan dalam menentukan strategi pengelolaan pemerintahan dalam
rangka penyelenggaraan otonomi daerah. Salah satu aspek penting
otonomi daerah adalah pemberdayaan masyarakat sehingga mereka dapat
berpartisipasi dalam proses perencanaan, pelaksanaan, penggerakan, dan
pengawasan dalam pengelolaan pemerintahan daerah dalam
menggunakan sumber daya pengelola dan memberikan pelayanan kepada
publik.
Prajudi Admosudirjo memberikan definisi administrasi negara
dalam arti luas, yaitu kombinasi dari pada:
a. Tata pemerintahan (bestuur, government)b. Tata usaha negarac. Administrasi (administratie, staats beheer), atau
pengurusan rumah tangga negarad. Pembangunan (ontwikkeling)e. Pengendalian lingkungan7
6 Philipus M. Hadjon, dkk , Pengantar Hukum Administrasi Negara, cetakan keenam, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994, hal. 257 Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994, hal.43
11
Prajudi Atmosudirjo berpendapat mengenai arti dari administrasi
negara yaitu:
a. Administrasi Negara sebagai aparatur negara, aparatur pemerintah, atau sebagai institusi politik (kenegaraan);
b. Administrasi Negara sebagai “fungsi” atau sebagai aktivitas melayani pemerintah yaitu sebagai kegiatan “pemerintah operasional” dan;
c. Administrasi Negara sebagai proses teknis penyelenggaraan Undang-undang8
Prajudi Atmosudirjo dalam bukunya Hukum Administrasi
Negara merumuskan definisi kerja Hukum Administrasi Negara adalah
hukum secara khas mengenai seluk beluk daripada administrasi negara
dan terdiri atas dua tingkatan, yaitu Hukum Administrasi Heteronom dan
Hukum Administrasi Otonom, yaitu sebagai berikut:
a. Hukum Administrasi Negara Heteronom, yakni hukum
mengenai seluk beluk daripada administrasi, meliputi:
1. Hukum tentang dasar-dasar dan prinsip-prinsip umum
daripada administrasi Negara;
2. Hukum tentang organisasi daripada administrasi negara,
termasuk pengertian dekonsentrasi dan desentralisasi;
3. Hukum tentang aktifitas-aktifitas daripada administrasi
negara;
4. Hukum tentang sarana daripada administrasi negara;
8 Loc cit
12
5. Hukum tentang peradilan administrasi negara.
b. Hukum Administrasi Negara Otonom, yakni hukum yang
diciptakan oleh administrasi negara.9
2. Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara
Menurut Ridwan HR, Hukum Administrasi adalah hukum yang
berkenaan dengan pemerintahan dalam arti sempit yaitu hukum yang
cakupannya secara garis besar mengatur hal-hal antara lain:
a. Perbuatan pemerintah (pusat dan daerah) dalam bidang politik;
b. Kewenangan pemerintah dalam melakukan perbuatannya
dibidang publik itu;
c. Akibat-akibat hukum yang lahir dari perbuatan atau
penggunaan kewenangan pemerintahan itu;
d. Penegakan hukum dan penetapan sanksi-sanksi dalam bidang
pemerintahan.10
Istilah dari Hukum Administrasi Negara dalam kepustakaan
Belanda disebut sebagai “Bestuursrecht” yang kemudian berkenalan
dengan unsur utama adalah “Bestuur”. Bestuur dirumuskan sebagai
lingkungan kekuasaan negara diluar lingkungan kekuasaan legislatif dan
lingkungan kekuasaan yudisial. Kemudian oleh Philipus M. Hadjon 9 SF. Marbun, dkk. Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi
Negara, Yogyakarta: UII Press, 2001, hal.2210 Ridwan. HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002, hal.44
13
bahwa bestuur berkenaan dengan “sturen” dan “sturing”. Dengan
rumusan tersebut maka, kekuasaan pemerintahan tidak hanya sekedar
melaksanakan Undang-undang. Namun juga kekuasaan yang aktif.11
Menurut A.M. Donner yang dikutip oleh E. Utrecht, hukum
administrasi merupakan hukum yang sulit pula untuk didefinisikan ruang
lingkupnya. Oleh karena itu, yang dapat dilakukan hanyalah membagi
bagian-bagian bidang dari hukum administrasi negara, yaitu adanya
pembagian hukum administrasi negara umum dan hukum administrasi
negara khusus.12
Hukum Administrasi Negara umum adalah hukum administrasi
negara yang berkenaan dengan peraturan-peraturan umum mengenai
tindakan hukum dan hubungan hukum administrasi atau peraturan-
peraturan dan prinsip-prinsip yang berlaku untuk semua bidang hukum
administrasi.
Hukum Administrasi Negara khusus adalah peraturan yang
berkaitan dengan bidang-bidang tertentu dari kebijakan penguasa,
sehingga hukum administrasi negara khusus tersebut telah dihimpun
dalam Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia
yang disusun berdasarkan bidang-bidang tertentu.
11 Setiadjeng Kadarsih, Sri Hartini, Buku Ajar Hukum Kepegawaian, Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman, 2004, hal. 5
12 Loc cit.
14
Berdasarkan keterangan tersebut tampak bahwa bidang hukum
administrasi negara itu sangat luas sehingga tidak dapat secara tegas
ditentukan ruang lingkupnya. Disamping itu, khusus bagi negara kesatuan
dengan sistem desentralisasi, terdapat pula hukum administrasi daerah
atau pemerintahan daerah. Ada yang menyebutkan hukum administrasi
negara mencakup hal-hal diantaranya:
a. Sarana-sarana (instrumen) bagi penguasa untuk mengatur,
menyeimbangkan, dan mengendalikan, berbagai kepentingan
masyarakat;
b. Mengatur cara-cara partisipasi warga masyarakat dalam proses
penyusunan dan pengendalian tersebut, termasuk proses
penentuan kebijaksanaan;
c. Perlindungan hukum bagi warga masyarakat;
d. Menyusun dasar-dasar bagi pelaksanaan pemerintahan yang
baik.13
3. Hubungan Hukum Kepegawaian dengan Hukum Administrasi
Negara
Hukum administrasi negara merupakan hukum publik, yang
mempelajari fungsi pemerintahan. Fungsi pemerintahan dirumuskan
sebagai segala macam kegiatan penguasa yang tidak termasuk kegiatan
13 Loc cit.
15
perundang-undangan atau peradilan. Kegiatan penguasa merupakan
kegiatan pemerintahan, dimana kegiatan ini sebagian besar dilaksanakan
oleh eksekutif.
Objek hukum administrasi negara adalah kekuasaan pemerintah,
jadi dalam hal ini yang dipelajari adalah pemerintah dan penyelenggara
pemerintah sebagian besar dilaksanakan oleh pegawai negeri.
Objek hukum kepegawaian adalah hukum kepegawaian yang
dipelajari dalam hukum administrasi negara, yaitu hukum yang berlaku
bagi pegawai negeri yang bekerja pada administrasi negara sebagai
pegawai negeri.14
Hubungan antara hukum kepegawaian dengan hukum administrasi
negara adalah:
a. Objek hukum administrasi negara adalah kekuasaan pemerintah.
b. Pemerintah dilakukan sebagian besar oleh Pegawai Negeri.c. Tugas dan wewenang pegawai negeri adalah memberikan
pelayanan kepada masyarakat sebagaimana tertuang dalam Pasal 3 angka 1 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
d. Hubungan antara Pegawai Negeri dengan Negara adalah hubungan dinas publik.
e. Sengketa kepegawaian merupakan sengketa Tata Usaha Negara.15
Dari hubungan antara hukum administrasi negara dengan hukum
kepegawaian dapat dilihat betapa pentingnya kedudukan pegawai negeri
14 Loc cit.15 Ibid, hal.4-5
16
yaitu yang sangat menentukan lancar tidaknya suatu penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan.
MF. Marbun dan Moh.Mahfud MD menyatakan bahwa:
Telah dikemukakan bahwa ciri khas yang melekat pada lembaga pegawai negeri itu adalah adanya hubungan dinas publik. Yang dimaksud hubungan dinas publik menurut Logemann adalah bilamana seseorang mengikat dirinya untuk tunduk pada perintah dari pemerintah untuk melakukan sesuatu atau beberapa macam jabatan itu dihargai dengan pemberian gaji dan beberapa keuntungan lain. Jadi, inti dari dinas publik itu adalah kewajiban bagi pegawai yang bersangkutan untuk tunduk pada pengangkatan dalam beberapa macam jabatan tertentu, yang berakibat bahwa pegawai yang bersangkutan tidak menolak (menerima tanpa syarat) pengangkatannya dalam 1 (satu) jabatan yang telah ditentukan oleh pemerintah.16
Hubungan dinas publik dalam hukum kepegawaian dikenal ada
beberapa macam. Hal ini dikemukakan oleh E. Utrecht yaitu:
Pokok (object) pelajaran ilmu pemerintahan adalah dinas publik
dalam arti kata seluas-luasnya, ada 2 (dua) hal yang khusus menarik
perhatian ilmu pemerintahan, yaitu:
a. Organisasi terbaik (birokrasi selancar-lancarnya) yang dapat
menjalankan selancar-lancarnya hubungan antara masing-masing
alat pemerintahan (betuursorganen) yang bersama-sama
merupakan dinas publik sebagai suatu kesatuan dan yang dapat
menjalankan selancar-lancarnya hubungan antara dinas publik
dengan masyarakat.
16 SF. Marbun dan Moh. Mahfud MD, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: Liberty, 1997, hal. 98.
17
b. Anasir perseorangan (persoonlijk) dalam dinas publik, seperti
pendidikan, latihan, dan peraturan mengenai tugas dan
penggajian serta jaminan-jaminan sosial lain bagi pejabat. Hanya
suatu “corps” (korps) pejabat yang mempunyai dasar pendidikan
dan latihan baik dari taraf penghidupan tercermin dapat
menjalankan dinas publik sebaik-baiknya dan bermanfaat bagi
masyarakat.17
B. Hukum Kepegawaian
Tujuan bangsa Indonesia adalah membentuk suatu pemerintah
Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Tujuan tersebut hanya dapat dicapai melalui pembangunan yang
direncanakan dengan terarah dan realistis serta dilaksanakan secara
bertahap, bersungguh-sungguh, berdaya guna dan berhasil guna. Untuk
tercapainya tujuan tersebut sangat tergantung pada kelancaran
penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan, yang
17 E. Utrecht dan Saleh Djindang, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baru, 1999. Cetakan kesembilan, hal. 25.
18
dalam hal ini tergantung pada kesempurnaan aparatur negara yaitu
Pegawai Negeri Sipil.
Dilihat dari sistem kepegawaian secara nasional, pegawai negeri
sipil mempunyai posisi penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
difungsikan sebagai alat pemersatu bangsa. Sejalan dengan kebijakan
desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka terdapat
sebagian kewenangan di bidang kepegawaian diserahkan kepada daerah
yang dikelola dalam sistem kepegawaian daerah.
Kekuasaan pemerintah merupakan objek kajian dari Hukum
Administrasi Negara. Pegawai Negeri sebagai pihak yang paling banyak
menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan dipelajari dalam hukum
kepegawaian sebagai bagian dari hukum administrasi negara. Hukum
Kepegawaian khusus mengatur tentang fungsi, kedudukan, kewajiban,
dan hak, serta pembinaan pegawai. Hukum Kepegawaian adalah hukum
yang berlaku bagi yang bekerja pada administrasi sebagai Pegawai
Negeri.
1. Pengertian Pegawai Negeri Sipil
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, karangan W.J.S.
Poerwadarminta (1951) kata pegawai berarti “orang yang bekerja pada
pemerintah (perusahaan dan sebagainya)”, sedangkan “negeri” berarti
19
“negara atau pemerintah”, Pegawai Negeri Sipil yaitu orang yang bekerja
pada pemerintah dan negara.
Dengan demikian pegawai negeri adalah orang yang bekerja pada
pemerintah atau negara yang berada diluar politik bertugas melaksanakan
administrasi pemerintahan berdasarkan perundang-undangan yang telah
ditetapkan.
Pengertian Pegawai Negeri menurut Undang-undang Nomor 43
Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dicantumkan dalam Pasal 1 angka 1
yaitu:
Pegawai Negeri adalah setiap Warga Negara Republik Indonesia
yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan, diangkat oleh
pejabat yang berwenang dan diserahi tugas Negara lainnya dan di
gaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kedudukan dan peranan dari pegawai negeri dalam setiap
organisasi pemerintahan sangatlah menentukan, sebab Pegawai Negeri
Sipil merupakan tulang punggung pemerintahan dalam melaksanakan
pembangunan nasional.
2. Kedudukan Pegawai Negeri Sipil
Kedudukan Pegawai Negeri didasarkan pada Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999 yang tercantum dalam pasal 3 ayat (1), yaitu
20
Pegawai Negeri sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil,
dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan
pembangunan. Rumusan kedudukan pegawai negeri didasarkan pada
pokok-pokok pikiran bahwa pemerintah tidak hanya menjalankan fungsi
umum pemerintahan, tetepi juga harus mampu melaksanakan fungsi
pembangunan atau dengan kata lain pemerintah bukan hanya
menyelenggarakan tertib pemerintahan, tetapi juga harus mampu
menggerakkan dan memperlancar pembangunan untuk kepentingan
rakyat banyak18.
Pegawai negeri mempunyai peranan sangat penting sebab pegawai
negeri merupakan unsur aparatur negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan dan pembangunan dalam rangka mencapai tujuan negara.
3. Kewajiban dan Hak Pegawai Negeri Sipil
Pegawai Negeri Sipil dalam menjalankan tugasnya, mempunyai
kewajiban dan hak. Kewajiban Pegawai Negeri Sipil tersebut menurut
Sastra Djatmika dan Marsono adalah segala sesuatu yang wajib
dilakukan atau tidak dilakukan oleh seorang pegawai negeri berdasar
18 C.S.T. Kansil, 1979, Pokok-Pokok Hukum Kepegawaian Republik Indonesia, Pradnya Paramitha, Jakarta, hlm.38.
21
sesuatu peraturan perundang-undangan.19 Kewajiban Pegawai Negeri
Sipil tersebut dapat dibagi menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:
1. Kewajiban-kewajiban yang ada hubungannya dengan tugas dalam
jabatan, yaitu suatu tugas pokok dan fungsi-fungsi kesatuan
organisasi yang sudah ditetapkan secara terperinci oleh masing-
masing Instansi/Departemen.
2. Kewajiban-kewajiaban yang berhubungan dengan kedudukan
pegawai negeri pada umumnya, kewajiban ini tidak langsung
berhubungan dengan tugas dalam jabatan, tapi lebih banyak
berhubungan dengan kedudukan pegawai negeri sebagai unsur
aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat. Undang-
undang Nomor 49 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
mengatur mengenai kewajiban pegawai negeri yang berhubungan
dengan kedudukan pegawai negeri pada umumnya, yaitu sebagai
berikut:
a. Pasal 4:
Setiap Pegawai Negeri wajib setia dan taat kepada Pancasila,
UUD 1945, Negara, dan Pemerintah, serta wajib menjaga
19 Sastra Djatmika, Marsono, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1995, hal. 163.
22
persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
b. Pasal 5:
Setiap Pegawai Negeri wajib mentati segala peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas
kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh
pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab.
c. Pasal 6:
(1) Setiap Pegawai Negeri wajib menyimpan rahasia jabatan.
(2) Pegawai Negeri hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan kepada dan atas peintah pejabat yang berwajib atas
kuasa undang-undang.
3. Kewajiban-kewajiban lain adalah kewajiban-kewajiabn yang tidak
ditetapkan dalam suatu peraturan dan yang berdasarkan atas adat
kebiasaan dalam sikap tingkah laku yang baik, dalam jabatan
negara maupun masyarakat umum.20
Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian mengatur juga mengenai hak Pegawai Negeri Sipil, yaitu
sebagai berikut:
20 Loc cit.
23
a. Pasal 7:
(1) Setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang adil
dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan
tanggungjawabnya.
(2) Gaji yang diterima oleh Pegawai Negeri harus mampu
memacu produktivitas dan menjamin kesejahteraannya.
(3) Gaji Pegawai Negeri yang adil dan layak sebagaimana
dimaksud ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan pemerintah.
Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
menyebutkan bahwa gaji adalah sebagai balas jasa dan penghargaan atas
prestasi kerja pegawai negeri yang bersangkutan. Pada umumnya sistem
penggajian dapat digolongkan dalam 2 (dua) sistem, yaitu sebagai
berikut:
1. Sistem skala tunggal
Adalah sistim penggajian yang memberikan gaji yang sama
kepada pegawai yang berpangkat sama dengan tidak atau kurang
memperhatikan sifat pekerjaan yang dilakukan dan beratnya
tanggungjawab yang dipikul dalam melaksanakan pekerjaan itu.
2. sistem skala ganda
Adalah sistem penggajian yang menentukan besarnya gaji bukan
saja didasarkan pada pangkat, tetapi juga didasarkan pada sifat
pekerjaan yang dilakukan, prestasi kerja yang dicapai, dan
24
beratnya tanggung jawab yang dipikul dalam melaksanakan
pekerjaan itu.
Selain kedua sistem penggajian yang dimaksud diatas, dikenal
pula sistem penggajian ketiga, yang biasa disebut sistem skala gabungan
yang merupakan perpaduan antara sistem skala tunggal dan sistem skala
ganda.
b. Pasal 8:
Setiap Pegawai Negeri berhak atas cuti.
Penjelasan Pasal 8 menyatakan bahwa cuti pegawai negeri terdiri
dari cuti tahunan, cuti sakit, cuti karena alasan penting, cuti besar, cuti
bersalin, dan cuti di luar tanggungan negara.
c. Pasal 9:
(1) Setiap Pegawai Negeri yang ditimpa oleh suatu kecelakaan
dalam dan karena menjalankan tugas dan kewajibanya
berhak memperoleh perawatan.
(2) Setiap Pegawai Negeri yang menderita cacat jasmani atau
cacat rohani dalam dan karena menjalankan tugas
kewajibannya yang mengakibatkan tidak dapat bekerja lagi
dalam jabatan apapun juga, berhak memperoleh uang duka.
(3) Setiap Pegawai Negeri yang tewas, keluarganya berhak
memperoleh uang duka.
Tewas yang dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) ini ialah:
25
a. Meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas
kewajibannya;
Meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubungannya
dengan dinasnya, sehingga kematian itu disamakan dengan
meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas
kewajibannya;
b. Meninggal dunia yang langsung diakibatkan oleh luka atau
cacat jasmani dan cacat rohani yang di dapat dalam dan
karena menjalankan tugas kewajibannya;
c. Meninggal dunia karena perbuatan anasir yang tidak
bertanggung jawab ataupun sebagai akibat tindakan terhadap
anasir itu.
d. Pasal 10:
Setiap Pegawai Negeri yang telah memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan berhak atas pensiun.
Penjelasan pasal 10 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
pensiun adalah jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap pegawai
negeri yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada negara.
4. Manajemen Pegawai Negeri Sipil
Pengertian manajemen Pegawai Negeri Sipil dinyatakan dalam
Pasal 1 angka 8 Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
26
Perubahan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian, yaitu sebagai berikut:
Manajemen Pegawai Negeri Sipil adalah keseluruhan upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi, dan kewajiban kepegawaian, yang meliputi perencanaan, pengadaan, pengembangan kualitas, penempatan, promosi, penggajian, kesejahteraan, dan pemberhentian
Istilah yang digunakan untuk menyebutkan administrasi
kepegawaian dalam hukum positif adalah manajemen kepegawaian, oleh
karena itu kedua istilah tersebut digunakan secara bersamaan dengan
pengertian yang sama.
Miftah Thoha menyatakan dalam bukunya bahwa:
Administrasi kepegawaian seringkali disebut manajemen kepegawaian, yang tidak asing lagi bagi kegiatan administrasi instansi pemerintah. Istilah administrasi kepegawaian merupakan peristilahan yang terancang secara umum, yang dapat diperbandingkan dengan istilah manajemen tenaga kerja atau manajemen sumber daya tenaga kerja (man power or human resources management). Dalam industri istilah yang sama ialah “industrial relation” dengan memberikan penekanan pada perencanaan kepegawaian atau personel programs.21
Manajemen Pegawai Negeri Sipil mencakup pembinaan Pegawai
Negeri Sipil yang menurut Pasal 12 Undang-undang Nomor 43 Tahun
1999 menentukan bahwa pembinaan Pegawai Negeri Sipil diarahkan
untuk menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan yang berdaya guna
21 Miftah Thoha, Administrasi Kepegawaian, Jakarta: Pradnya Paramita, 1994, hal. 39.
27
dan berhasil guna berdasarkan sistem karir dan sistem prestasi kerja.22
Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka diperlukan Pegawai Negeri
Sipil yang profesional, bertanggung jawab, jujur, dan adil melalui
pembinaan yang dilakukan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem
prestasi karier dengan lebih memprioritaskan sistem prestasi kerja.
Penjelasan Pasal 12 Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999
menjelaskan bahwa:
Dalam rangka usaha untuk meningkatkan mutu dan keterampilan serta memupuk gairah kerja, maka perlu dilaksanakan pembinaan Pegawai Negeri Sipil dengan sebaik-baiknya atas dasar sistem karier dan sistem prestasi kerja, dengan demikian dapat dikembangkan bakat dan kemampuan yang ada pada masing-masing Pegawai Negeri Sipil secara wajar.
Sistem karier terdari dari sistem karier tertutup dan sistem karier
terbuka. Sistem karier tertutup adalah bahwa pangkat dan jabatan yang
ada dalam suatu organisasi hanya dapat diduduki oleh pegawai yang telah
ada dalam organisasi itu, dan tertutup bagi orang luar. Sedangkan sistem
karier terbuka adalah bahwa pangkat dan jabatan dalam suatu organisasi
dapat diduduki oleh orang luar organisasi tersebut, namun harus
mempunyai kecakapan yang diperlukan, tanpa melalui pengangkatan
calon pegawai. Adapun yang dimaksud dengan sistem prestasi kerja
adalah sistem kepegawaian untuk pengangkatan seseorang dalam jabatan
22 Moh. Mahfud M.D, Hukum Kepegawaian Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 1998, hal.41
28
didasarkan atas kecakapan dan prestasi yang telah dicapai oleh pegawai
yang diangkat.23
C. Sertifikasi Guru
1. Guru
Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen dalam Pasal 1 angka (1) menyebutkan bahwa:
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada
jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak
usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun
2008 tentang Guru dalam Pasal 1 Ayat (1) juga memberikan definisi yang
sama dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 mengenai
pengertian guru dan sertifikasi.
Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah disebut sebagai
guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil dan diberi gaji sesuai dengan
perundang-undangan. Adapun kaitannya dengan sertifikasi guru,
23 Sastra Djatmika, Marsono, Op. Cit, hal. 51.
29
dijelaskan dalam Pasal 1 (1) Peraturan Menteri Pendidikan Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan
bahwa:
sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dalam jabatan.
2. Sertifikasi
Sertifikasi secara yuridis menurut ketentuan Pasal 1 angka (11)
Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 adalah proses pemberian sertifikat
pendidik untuk guru. Bagi guru agar dianggap baik dalam mengemban
tugas profesi mendidik, maka ia harus memiliki sertifikat pendidik.
Sertifikat pendidik tersebut diberikan kepada guru yang telah memenuhi
persyaratan.24 Sertifikasi pendidik tersebut merupakan bukti formal
sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru tenaga profesional.
Program sertifikasi merupakan konsekuensi dari disahkannya
produk hukum tentang pendidikan, yaitu:
a. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
b. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
24 Trianto, Titik Triwulan Tutik, Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kualifikasi, Kompetensi dan Kesejahteraan, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007, hal. 11
30
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun
2008 tentang Guru.
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan.
D. Pemerintahan Daerah
1. Pengertian Pemerintahan Daerah
Pemerintah sebagai subjek atau organ/aparat yang menjalankan
fungsi tertentu juga mempunyai arti luas dan sempit. Pemerintah dalam
arti luas adalah menunjuk kepada semua aparatur/alat perlengkapan
negara sebagai kesatuan yang menjalankan segala tugas dan
kewenangan/kekuasaan negara atau pemerintahan dalam arti luas. Dalam
pandangan Montesquieu pemerintahan dalam arti luas meliputi bidang
legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Sedangkan pemerintah dalam arti
sempit menunjuk kepada aparatur atau alat perlengkapan negara yang
melaksanakan tugas dan kewenangan pemerintahan dalam arti sempit,
yang diartikan hanya sebagai tugas dan kewenangan negara dalam bidang
eksekutif saja.
Pemerintah Daerah menurut Pasal 18 Ayat (1) Undang-Undang
Dasar 1945 hasil amandemen menyatakan bahwa: Negara Kesatuan
Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
31
kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur
dengan undang-undang.
Pengertian Pemerintahan Daerah menurut Pasal 1 angka 2
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan Prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
2. Asas-asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Pemerintahan daerah merupakan sub sistem dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Agar pelaksanaan tugas-tugas pemerintah
daerah dapat terselenggara dengan baik maka perlu diperhatikan asas-asas
yang menjadi landasan dan pedoman pengaturannya. Sesuai dengan jiwa
Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 setelah amandemen dan
berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Dalam bukunya Muhammad Fauzan yang berjudul Hukum
Pemerintahan Daerah Kajian Tentang Hubungan Keuangan antara Pusat
dan Daerah menjabarkan bahwa sistem penyelenggaraan pemerintahan
didasarkan pada 3 (tiga) asas yaitu:
a. Asas Desentralisasi dan Asas Dekonsentrasi.
32
Desentralisasi ialah penyerahan wewenang pemerintahan dari
pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Desentralisasi dimaksudkan untuk memperlancar
terlaksananya urusan pemerintahan agar tidak terjadi penumpukan
kekuasaan dan mampu menciptakan pelayanan masyarakat yang efektif,
ekonomis dan berkualitas.
Pada hakekatnya dekonsentrasi sama dengan desentralisasi, yang
membedakan adalah karakter atau sifat mekanisme pelaksanaannya. Pada
desentralisasi pemencaran kekuasaan terletak pada bidang kenegaraan
sedangkan dekonsentrasi pemencaran kekuasaan dibidang kepegawaian
atau administrasi. Pemegang kekuasaan dan wewenang dalam
dekonsentrasi masih ada pada pemerintah pusat, hal tersebut dikarenakan
konsep dekonsentrasi adalah konsep pelimpahan kekuasaan, berbeda
dengan konsep desentralisasi yang berupa penyerahan wewenang. Jadi
urusan pemerintahan yang dipencarkan dalam dekonsentrasi masih
menjadi kewenangan dan kekuasaan pemerintah pusat.
b. Asas Otonomi
Otonomi bukanlah sebuah proses pemerdekaan daerah yang
dalam arti kemerdekaan (kedaulatan yang terpisah), atau otonomi tidak
dapat diartikan sebagai adanya kebebasan penuh secara absolut dari suatu
daerah (absolute onafhankelijiksheid) karena otonomi adalah suatu proses
untuk memberikan kesempatan kepada daerah untuk bisa berkembang
33
sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Dengan demikian, otonomi
harus bermakna sebagai jalan untuk mengoptimalisasi segala potensi
lokal, baik alam, lingkungan maupun kebudayaan. Dan optimalisasi
bukanlah ekploitasi, melainkan sebuah proses yang memungkinkan
daerah bisa mengembangkan diri, dan mengubah kehidupan masyarakat
daerah menjadi lebih baik.
c. Asas Tugas Pembantuan
Tugas pembantuan merupakan terjemahan dari kosa kata
medebewind didefinisikan dalam Pasal 1 angka (9) Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai penugasan
dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi
kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah
kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. Hakikat
urusan yang dilaksanakan dalam konsep tugas pembantuan tetap menjadi
urusan pemerintahan yang menugaskan dan daerah yang melaksanakan
tugas bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas saja.
Pengelompokan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan
tersebut menimbulkan perbedaan menurut beberapa peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang pemerintahan daerah. Bagir Manan
34
berpendapat bahwa desentralisasi dan dekonsentrasi bukan asas
melainkan suatu proses.25
3. Kebijakan Daerah
Secara gramatikal, kebijakan berasal dari kata bijak. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua tahun 1994, kebijakan
memiliki beberapa arti yaitu:
a. Kepandaian, kemahiran, kebijaksanaan.
b. Rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan
dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
kepemimpinan dan cara bertindak (tentang pemerintahan dan
organisasi), pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud
sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha
mencapai sasaran, haluan.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, dapat dilihat
bahwa kebijakan mempunyai banyak arti, terkandung pula mengenai
kebijaksanaan. Kebijaksanaan lebih sering dipergunakan dalam kaitannya
dengan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan pemerintah.
25 Muhammad Fauzan, Hukum Pemerintahan Daerah Kajian Tentang Hubungan Keuangan antara Pusat dan Daerah, Yogyakarta: UII Press, hal.39
35
Prajudi Atmosudirjo memberikan penjelasan bahwa
kebijaksanaan adalah dasar, atau garis pedoman untuk pelaksanaan dan
pengambilan keputusan.26
Kebijaksanaan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan
yang harus dijadikan pedoman, pegangan, atau petunjuk bagi setiap usaha
dan kegiatan aparatur pemerintah, sehingga tercapai kelancaran dan
keterpaduan dalam upaya mencapai tujuan27.
E. Teori Pengawasan
Pemakaian pengertian pengawasan lebih sering dipergunakan
dalam hubungannya dengan manajemen, oleh karena itu secara
terminologis, istilah pengawasan disebut juga dengan istilah controlling,
evaluating, appraising, correcting.
Robert J. Mockler memberikan pengertian, bahwa pengawasan
adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan
dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi maupun
umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-
penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk
26 Prajudi Atmosudirjo,Op. cit, hal.8227 Lembaga Administrasi RI, Sistem Administrasi Negara RI, Jakarta: Toko
Gunung Agung, 1997, hal.2
36
menjamin bahwa semua sumber daya yang dipergunakan dengan cara
paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.28
Keberhasilan dalam perwujudan manajemen atau administrasi
harus ada penyusunan, perencanaan dan pelaksanaan secara baik.
Keberhasilan tersebut tidak bisa terlaksana apabila tidak adanya
pengawasan, untuk itulah fungsi pengawasan perlu dilaksanakan sedini
mungkin, agar diperoleh umpan balik (feed back) untuk melakukan
perbaikan apabila terjadi kekeliruan atau penyimpangan, sebelum terjadi
hal yang lebih buruk dan sulit diperbaiki.
1. Pengawasan Intern
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh
aparat dalam organisasi itu sendiri. Pada dasarnya pengawasan harus
dilakukan oleh pucuk pimpinan sendiri. Akan tetapi, dalam praktek hal ini
tidak selalu mungkin. Oleh karena itu, setiap pimpinan unit dalam
organisasi pada dasarnya berkewajiban membantu pucuk pimpinan
mengadakan pengawasan secara fungsional sesuai dengan bidang
tugasnya masing-masing. Pengawasan sebagai fungsi organik, built-in
pada setiap pimpinan; mereka harus mengawasi unit khusus yang
membantu dan atas nama pucuk pimpinan melakukan pengawasan
28 Robert J. Mockler, The Management Control Process, Dalam T. Hani Handoko, Manajemen, BPFE, Yogyakarta, 1991, hal.360.
37
terhadap keseluruhan aparat dalam organisasi itu, seperti oleh Inspektorat
Jenderal dalam Departemen.29
2. Pengawasan Ekstern
Pengawasan ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh
aparat dari luar organisasi sendiri, seperti pengawasan dibidang keuangan
oleh Badan Pemeriksa Keuangan sepanjang meliputi seluruh Aparatur
Negara dan Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara terhadap
departemen dan instansi pemerintah lain. Ditinjau dari segi keseluruhan
organisasi aparatur pemerintah (lembaga eksekutif).30
3. Pengawasan Pemerintah Setelah Sertifikasi
Pengawasan merupakan bagian yang penting untuk mengetahui
penggunaan dana operasional rutin dan pembangunan dalam pengertian
apakah penggunaannya telah sesuai dengan rencana pelayanan
administrasi kepegawaian, disamping pengawasan teknis kepegawaian
merupakan salah satu kegiatannya.31 Sedangkan Cleland et all dalam
bukunya Tayibnapis Burharudin yang berjudul Administrasi
Kepegawaian Suatu Tinjauan Analitik memberikan batasan sederhana
29 Victor M. Situmorang, Jusuf Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat Dalam Lingkungan Aparatur Pemerintahan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998, hal.28
30 Ibid, hal.2931 Tayibnapis Burhanudin, Administrasi Kepegawaian Suatu Tinjauan
Analitik, Jakarta:PT. Pradnya Paramita, 1995, hal.298
38
tentang pengawasan, yaitu kegiatan manajerial yang memberitahukan
tentang perkembangan pelaksanaan rencana. Kegiatannya meliputi
penetapan standar yang dipergunakan dalam pengawasan, pemeriksaan
dan pemantauan terhadap pelaksanaan rencana, memperbandingkan hasil
pemantauan terhadap standar, apabila ditemukan adanya penyimpangan
terhadap rencana maka segera diadakan koreksi.
Perkembangan setelah adanya sertifikasi, Dinas Pendidikan
Nasional harus menerapkan standar kompetensi guru yang berhubungan
dengan:
a. Komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran dan
wawasan kependidikan.
b. Komponen kompetensi Akademik/Vokasional sesuai
materi pembelajaran.
c. Pengembangan Profesi.
Komponen-komponen standar kompetensi guru ini mewadahi
kompetensi profesional, personal dan sosial yang harus dimiliki oleh guru
dan dosen. Pengembangan standar kompetensi guru diarahkan pada
peningkatan kualitas dan pola pembinaan yang terstruktur serta
sistematis.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah
metode pendekatan yuridis normatif, yaitu metode pendekatan yang
menggunakan konsepsi legis positivis. Berdasarkan konsepsi ini, hukum
dipandang identik dengan norma-norma tertulis yang dibuat dan
diundangkan oleh lembaga atau pejabat berwenang dan melihat hukum
sebagai suatu sistem normatif yang mandiri, bersifat tertutup dan terlepas
dari kehidupan masyarakat yang nyata.32
B. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
spesifikasi penelitian deskriptif. Spesifikasi penelitian deskriptif oleh
Soerjono Soekanto dalam bukunya Pengantar Penelitian Hukum
dijelaskan, sebagai berikut:
Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dimaksudkan
untuk memberikan data yang seteliti mungkin dengan manusia, keadaan
atau gejala-gejala lainnya, serta hanya menjelaskan keadaan objek
32 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Pers, Jakarta, 1985, hal. 14
40
masalahnya tanpa bermaksud mengambil kesimpulan yang berlaku
umum.33
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas Pendidikan Nasional
Kabupaten Banyumas.
D. Sumber Data
Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pokok atau utama yang
bersumber dari peraturan perundang-undangan, buku-buku literatur
maupun surat-surat resmi yang ada hubungannya dengan masalah yang
diteliti. Menurut Soerjono dan Sri Mamudji, data sekunder terdiri dari
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.34
Data sekunder meliputi:
a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan yang mengikat berupa
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penelitian ini
menggunakan bahan hukum primer berupa:
1. Undang-Undang Dasar 1945 Setelah Amandemen.
33 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1981, hal. 10
34 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op.cit, hal. 13.
41
2. Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian.
3. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
5. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun
2008 tentang Guru.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
2009 tentang Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan
Khusus Guru dan Dosen serta Tunjangan Kehormatan Profesor.
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan.
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2007 tentang Penyaluran Tunjangan Profesi
Bagi Guru.
10.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru
Dan Pengawas Satuan.
42
b. Bahan hukum sekunder, yaitu yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, meliputi hasil-hasil penelitian,
hasil karya dari kalangan hukum, buku-buku literatur, karya
ilmiah dari para sarjana, dan dokumen resmi yang berkaitan
dengan pokok permasalahan yang diteliti.
c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,
meliputi kamus, ensiklopedia dan seterusnya yang berkaitan
dengan pokok permasalahan yang diteliti.
E. Metode Pengumpulan Data
Data Sekunder
Data yang diperoleh dengan cara studi pustaka yaitu
mengumpulkan bahan-bahan kepustakaan yang berupa peraturan
perundang-undangan, literatur dan dokumen yang ada relevansinya
dengan permasalahan yang diteliti yang dilakukan di Dinas Pendidikan
Kabupaten Banyumas dan Pusat Informasi Ilmiah Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
F. Metode Penyajian Data
Metode penyajian data dalam penyusunan penelitian ini akan
disajikan dalam bentuk uraian yang disusun secara sistematis, logis, dan
43
rasional. Dalam arti keseluruhan bahan hukum yang diperoleh akan
dihubungkan satu sama lain disesuaikan dengan pokok permasalahan
yang diteliti, sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh didasarkan
pada norma hukum atau kaidah-kaidah hukum serta doktrin hukum yang
relevan dengan pokok permasalahan.
G. Metode Analisis Data
Seluruh data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan
metode normatif kualitatif.
Data yang diperoleh dianalisa secara normatif kualitatif, yaitu dengan menjabarkan data yang diperoleh berdasarkan norma-norma hukum atau kaidah yang relevan dengan pokok permasalahan. Kualitatif dimaksudkan analisis data yang bertitik tolak pada usaha-usaha penemuan asas-asas dan informasi-informasi dari responden.35
35 Soerjono Soekanto, Op.cit, hal. 250
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:
Data Sekunder
1. Bahan Hukum Primer
Bahan Hukum Primer yang digunakan dalam hasil penelitian ini adalah:
a. Undang-Undang Dasar 1945 setelah amandemen
Pasal 1 ayat (1): Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang
berbentuk Republik.
Pasal 27 ayat (2): Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak.
Pasal 31:
(1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional yang diatur dalam dalam undang-undang.
(3) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.
b. Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian:
45
Pasal 1 angka (1): Pegawai Negeri adalah setiap Warga Negara
Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan,
diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas Negara
lainnya dan di gaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 4: Setiap Pegawai Negeri wajib setia dan taat kepada Pancasila,
UUD 1945, Negara, dan Pemerintah, serta wajib menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 5: Setiap Pegawai Negeri wajib mentati segala peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan
yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran,
dan tanggung jawab.
Pasal 6:
(1) Setiap Pegawai Negeri wajib menyimpan rahasia jabatan.
(2) Pegawai Negeri hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan kepada
dan atas peintah pejabat yang berwajib atas kuasa undang-undang.
Pasal 7:
(1)Setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang adil dan layak
sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggungjawabnya.
(2)Gaji yang diterima oleh Pegawai Negeri harus mampu memacu
produktivitas dan menjamin kesejahteraannya.
46
(3)Gaji Pegawai Negeri yang adil dan layak sebagaimana dimaksud ayat
(1) ditetapkan dengan Peraturan pemerintah.
Pasal 8: Setiap Pegawai Negeri berhak atas cuti.
Pasal 9:
(1) Setiap Pegawai Negeri yang ditimpa oleh suatu kecelakaan dalam
dan karena menjalankan tugas dan kewajibanya berhak memperoleh
perawatan.
(2) Setiap Pegawai Negeri yang menderita cacat jasmani atau cacat
rohani dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya yang
mengakibatkan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga,
berhak memperoleh uang duka.
(3) Setiap Pegawai Negeri yang tewas, keluarganya berhak memperoleh
uang duka.
Pasal 10: Setiap Pegawai Negeri yang telah memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan berhak atas pensiun.
c. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Pasal 1 angka (1): Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008
tentang Guru.
47
Pasal 4 ayat (1): Guru mengatur Sertifikat Pendidik bagi Guru diperoleh
melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun masyarakat, dan ditetapkan oleh pemerintah.
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009
tentang Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru
dan Dosen serta Tunjangan Kehormatan Profesor Pasal 3 (1), (2), Pasal
4.
Pasal 3 Ayat (1): Guru dan Dosen yang telah memiliki sertifikat
pendidik dan memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan diberi tunjangan profesi setiap bulan.
Ayat (2): Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan kepada guru dan dosen pegawai negeri sipil dan bukan
pegawai negeri sipil.
Pasal 4 : Tunjangan profesi bagi guru dan dosen pegawai negeri sipil
yang menduduki jabatan fungsional guru dan dosen diberikan sebesar 1
(satu) kali gaji pokok pegawai negeri sipil yang bersangkutan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 36 Tahun 2007
tentang Penyaluran Tunjangan Profesi Bagi Guru Pasal 3 ayat (1):
Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) adalah
48
setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok pegawai negeri sipil (PNS) pada
tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama.
g. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39
Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru Dan Pengawas
Satuan Pendidikan Pasal 4 ayat (1), (2), (3), (4).
Pasal 4 ayat (1): Beban kerja guru yang diangkat dalam jabatan
pengawas satuan pendidikan, adalah melakukan tugas pembimbingan
dan pelatihan profesional guru dan pengawasan.
Pasal 4 ayat (2): Pembimbingan dan pelatihan profesional guru
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Membimbing dan melatih profesionalitas guru dalam melaksanakan
tugas pokok untuk merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses
pembelajaran/pembimbingan, dan membina tenaga kependidikan
lainnya, yaitu tenaga administrasi sekolah/madrasah, tenaga
laboratorium, tenaga perpustakaan, baik pada satuan pendidikan maupun
melalui Kelompok Kerja Guru/Musyawarah Guru Mata
Pelajaran/Musyawarah Kerja Kepala Sekolah atau bentuk lain yang
dapat meningkatkan kompetensi guru dan tenaga kependidikan lainnya;
b. Menilai kinerja guru dalam melaksanakan tugas pokok untuk
merencanakan, melaksanakan menilai proses pembelajaran/
pembimbingan, dan membina tenaga kependidikan lainnya yaitu tenaga
49
administrasi sekolah/madrasah, tenaga laboratorium, dan tenaga
perpustakaan pada satuan pendidikan.
Pasal 4 ayat (3): Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. Mengawasi, memantau, mengolah, dan melaporkan hasil pelaksanaan
8 (delapan) standar nasional pendidikan pada satuan pendidikan;
b. Membimbing satuan pendidikan untuk meningkatkan atau
mempertahankan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan.
Pasal 4 ayat (4): Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit 5 (lima) sekolah/madrasah binaan untuk daerah khusus
atau paling sedikit 10 (sepuluh) sekolah/madrasah binaan untuk daerah
yang bukan daerah khusus.
2. Bahan Hukum Sekunder
Dalam penelitian ini Bahan Hukum Sekunder diperoleh melalui data-data
Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, yaitu sebagai berikut:
a. Kondisi Umum Kabupaten Banyumas
Kabupaten Banyumas merupakan salah satu bagian wilayah
propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Banyumas terdiri dari 27 Kecamatan dan
berbatasan dengan beberapa wilayah Kabupaten, yaitu:
- Sebelah Utara dengan Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang
50
- Sebelah Timur dengan Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara dan
Kebumen
- Sebelah Selatan dengan Kabupaten Cilacap
- Sebelah Barat dengan Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes
Luas wilayah Kabupaten Banyumas sekitar 1.327,60 km2 atau
setara dengan 132.759,56 ha, dengan keadaan wilayah antara daratan &
pegunungan dengan struktur pegunungan terdiri dari sebagian lembah
Sungai Serayu untuk tanah pertanian, sebagian daratan tinggi untuk
pemukiman & pekarangan, dan sebagian pegunungan untuk perkebunan
dan hutan tropis terletak dilereng Gunung Slamet sebelah selatan. Bumi &
kekayaan Kabupaten Banyumas masih tergolong potensial karena terdapat
pegunungan Slamet dengan ketinggian puncak dari permukaan air laut
sekitar 3.400M & masih aktif.
b. Gambaran Umum Pendidikan di Kabupaten Banyumas
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten
Banyumas adalah mengenai kualitas pendidikan yang masih rendah dan
belum mampu memenuhi kebutuhan kompetensi peserta didik. Hal tersebut
terutama disebabkan oleh:
a. Ketersediaan pendidik yang belum memadai baik secara kuantitas
maupun kualitas.
b. Kesejahteraan pendidik yang masih rendah.
c. Fasilitas belajar belum mencukupi.
51
d. Biaya operasional pendidikan belum disediakan secara memadai.
Hasil pendataan pendidikan yang dilakukan Dinas Pendidikan
Kabupaten Banyumas tahun 2007/2008 menunjukkan bahwa rasio guru:
murid untuk SD adalah 19,31 dan MI adalah 15,37, sedangkan untuk SMP
dan MTs masing-masing 19,04 dan 14,68. Pada jenjang SMA rasio guru:
murid untuk SMA adalah 14,31, MA adalah 10,63 dan SMK adalah 17,39.
Belum semua pendidik memiliki kualifikasi pendidikan seperti yang
disyaratkan, proporsi guru SD yang berpendidikan S-1 keatas adalah
26,31% dan proporsi guru SMP yang berpendidikan S-1 keatas sebesar
74,85% dan proporsi guru SMA yang berpendidikan S-1 keatas sebesar
77,80%, proporsi guru SMK yang berpendidikan S-1 keatas sebesar
84,47%. Kondisi tersebut belum mencukupi untuk menyediakan pelayanan
pendidikan yang berkualitas. Disamping itu kesejahteraan pendidik baik
secara finansial dinilai masih rendah. Hal tersebut berdampak pada kinerja
guru sebagai pendidik.
c. Sertifikasi Guru
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Guru
Pasal 65 huruf b dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 10 Tahun 2009 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan, sertifikasi
bagi guru dalam jabatan untuk memperoleh sertifikat pendidik
dilaksanakan melalui pola:
52
a. Uji kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio
b. Pemberian sertifikat pendidik secara langsung
Penilaian portofolio dilakukan melalui penilaian terhadap kumpulan
dokumen yang mencerminkan kompetensi guru. Komponen penilaian
portofolio mencakup:
a. Kualifikasi akademik
b. Pendidikan dan pelatihan
c. Pengalaman mengajar
d. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
e. Penilaian dari atasan dan pengawas
f. Prestasi akademik
g. Karya pengembangan profesi
h. Keikutsertaan dalam forum ilmiah
i. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial
j. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
Pemberian sertifikat pendidik secara langsung dilakukan melalui
verifikasi dokumen.
Penilaian portofolio dan pemberian sertifikat pendidik secara
langsung kepada peserta sertifikasi guru dilakukan oleh Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) penyelenggara sertifikasi guru
dalam bentuk Rayon yang terdiri dari LPTK Induk dan LPTK Mitra
dikoordinasikan oleh Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG).
53
d. Peran dan Tugas Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Penyelenggaraan
Sertifikasi Guru
d.1 Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Menteri Pendidikan Nasional menetapkan Peraturan dan
Ketentuan tentang Sertifikasi Guru, antara lain sebagai berikut:
a. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Sertifikasi Guru dalam
Jabatan Melalui Penilaian Portofolio.
b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Sertifikasi Guru
Dalam Jabatan Melalui Jalur Pendidikan.
c. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tentang Penetapan Perguruan
Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Guru Dalam Jabatan.
d. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tentang Pembentukan
Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG).
e. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tentang Penetapan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) Penyelenggara Pendidikan
Profesi bagi Guru Dalam Jabatan.
f. Kuota sertifikasi guru dalam jabatan secara nasional.
g. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tentang Pedoman Sertifikasi
Guru Dalam Jabatan Melalui Penilaian Portofolio.
h. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tentang Panduan Penyusunan
Portofolio.
54
i. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tentang Pedoman Sertifikasi
Guru Dalam Jabatan Melalui Penilaian Portofolio untuk Guru.
j. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tentang Rambu-rambu
Pelaksanaan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG).
d.2 Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG)
Konsorsium Sertifikasi Guru diatur dalam Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional RI Nomor 056/P/2007. Konsorsium melakukan hal-
hal sebagai berikut:
a. Merumuskan standar proses dan hasil sertifikasi guru.
b. Melaksanakan harmonisasi dan sinkronisasi kebijakan sertifikasi guru.
c. Melakukan koordinasi antar LPTK Penyelenggara, LPTK dengan
Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
d. Mengumpulkan, mengolah dan mempublikasikan informasi sertifikasi
guru.
e. Mengelola sistem registrasi guru yang bersertifikat.
f. Mengembangkan dan mengelola sistem informasi sertifikasi guru.
g. Menampung, menganalisis, dan menindaklanjuti masukan masyarakat.
h. Merancang rayonisasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK) penyelenggara sertifikasi guru.
i. Melaksanakan penjaminan mutu penyelenggaraan sertifikasi guru.
55
d.3 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti)
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) melakukan
hal-hal sebagai berikut:
a. Mengembangkan naskah akademik sistem sertifikasi guru.
b. Melaksanakan seleksi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK) penyelenggara sertifikasi guru dan pendidikan profesi.
c. Menyusun naskah akademik Konsorsium Sertifikasi Guru.
d. Mengembangkan sistem dan mekanisme sertifikasi guru.
e. Mengembangkan pedoman sertifikasi guru dalam jabatan melalui
penilaian portofolio.
f. Mengembangkan panduan penyusunan portofolio.
g. Mengembangkan rambu-rambu pelaksanaan Pendidikan dan Latihan
Profesi Guru (PLPG).
h. Mengembangkan instrumen lain yang terkait dengan sertifikasi guru.
i. Menetapkan kabupaten/kota yang menjadi wilayah rayon Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).
d.4 Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (Ditjen PMPTK)
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (Ditjen PMPTK) melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Mengembangkan sistem dan mekanisme sertifikasi guru.
56
b. Mengidentifikasikan dan mengolah data untuk menetapkan kuota
peserta sertifikasi guru di setiap provinsi dan kabupaten/kota.
c. Memberi Nomor Registrasi Guru yang telah mendapat Sertifikat
Pendidik untuk ditetapkan sebagai penerima tunjangan profesi.
d. Mengolah dan menganalisis data sertifikasi guru.
e. Menyusun panduan penyaluran dan pelaksanaan sertifikasi guru.
d.5 Dinas Pendidikan Provinsi
Dinas Pendidikan Provinsi melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Membentuk Panitia Sertifikasi Guru (PSG) tingkat provinsi.
b. Bersama Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menghitung dan
menetapkan kuota peserta sertifikasi Kabupaten/Kota.
c. Mengkoordinasikan persiapan pelaksanaan sertifikasi guru di
wilayahnya.
d. Memproses dan menyalurkan tunjangan profesi bagi guru yang telah
lulus sertifikasi.
d.6 Dinas Pendidikan Kabupaten/kota
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota bertugas sebagai:
a. Membentuk Panitia Sertifikasi Guru Tingkat Kabupaten/Kota.
b. Memproses tunjangan profesi guru yang telah lulus sertifikasi
d.7 Rayon Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)
Rayon Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) terdiri
atas LPTK Induk dan LPTK Mitra dalam satu rayon membentuk Panitia
57
Sertifikasi Guru (PSG). Pembentukan LPTK Induk dan LPTK Mitra
didasarkan pada Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor
057/O/2007 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Penyelenggara
Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan. Sedangkan pembentukan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan berdasarkan pada Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional RI Nomor 122/2007 tentang Penetapan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) Penyelenggara Pendidikan
Profesi Bagi Guru Dalam Jabatan. Tugas dari Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK) adalah sebagai berikut:
a. Merencanakan penilaian portofolio.
b. Menerima dokumen portofolio dari dinas pendidikan kabupaten/kota.
c. Mengadministrasikan dokumen portofolio untuk dinilai oleh 2 (dua)
asesor.
d. Menetapkan hasil penilaian portofolio.
e. Memberikan Sertifikat Pendidik bagi guru yang telah lulus sertifikasi.
Sertifikasi ditandatangani oleh Rektor LPTK Ketua Rayon.
f. Melaporkan hasil sertifikasi kepada Ditjen Dikti, Ditjen PMPTK,
KSG, dengan tembusan Dinas Pendidikan Provinsi, dan Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota.
58
e. Guru PNS Yang Lulus Sertifikasi
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten
Banyumas guru yang sudah lulus sertifikasi di Kabupaten Banyumas
adalah berjumlah 3.975 orang.
Tabel e.1 Rekapitulasi Keadaan (Guru PNS) Yang Sudah Lulus
Sertifikasi Pada Tahun 2010 di Kabupaten Banyumas (Dalam Lampiran).
Penjelasan mengenai keadaan (Guru PNS) yang sudah lulus
Sertifikasi kuota tahun 2006-2009 Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas
adalah:
a. Jumlah keseluruhan peserta sertifikasi sesuai ketentuan tahun
yang disebutkan diatas dari guru TK, SD, SMP, SMA, SMK, SLB
dan Pengawas adalah 4.057 orang.
b. Jumlah peserta yang lulus sertifikasi lewat jalur pendidikan dan
tambahan lulus kuota tahun 2008 adalah 4.033 orang.
c. Dan keadaan saat ini jumahnya menjadi 3.975 orang, yang sudah
termasuk pengurangan karena pensiun dan meninggal dunia.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten
Banyumas, maka guru yang telah lulus sertifikasi adalah seperti yang telah
disebutkan dalam tabel diatas maka guru yang telah mengikuti sertifikasi
berhak dan wajib mengikuti prosedur sesuai yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
59
3. Bahan Tertier
Hasil wawancara tersebut adalah sebagai berikut:
a. Fasilitas Pelayanan Pendidikan Yang Tersedia Di Kabupaten
Banyumas.
Fasilitas pelayanan pendidikan yang tersedia di Kabupaten
Banyumas, belum tersedia secara merata. Keadaan fasilitas
pendidikan terutama dilihat dari jumlah sekolah yang ada
menunjukkan bahwa rata-rata tiap kelurahan atau desa di
Kabupaten Banyumas mempunyai 3-4 SD/MI dengan jumlah SD
keseluruhan 835 sekolah dan MI 171 madrasah sedangkan SLB
hanya terdapat di dua kecamatan. Jumlah SMP dan MTs secara
berurutan 2002 sekolah meliputi SMP Negeri/Swasta 135 sekolah,
SMP Terbuka 17 sekolah dan SMP Satu Atap 8 sekolah serta 42
madrasah dengan rata-rata setiap kecamatan 7-8 SMP/MTs.
Jumlah Sekolah Menengah Atas yang terdiri dari SMA, MA dan
SMK masing-masing 32 sekolah, 14 madrasah, dan 57 sekolah
dengan rata-rata setiap kecamatan mempunyai 1-2 unit SMA/MA
dan 2-3 unit SMK. Fasilitas pelayanan pendidikan di daerah
pedesaan, yang masih terbatas menyebabkan sulitnya anak-anak
untuk mendapatkan akses layanan pendidikan. Selain itu fasilitas
dan layanan pendidikan bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus
(kelainan fisik, emosional, mental, sosial), dan memiliki potensi
60
kecerdasan dan bakat istimewa yang juga belum tersedia secara
memadai. Distribusi sekolah untuk tiap jenjang pendidikan di
wilayah kota dan desa terutama untuk tingkat SD dan SMP cukup
merata, sedangkan untuk jenjang pendidikan menengah
(SMA/SMK/MA) di wilayah pedesaan masih timpang. Oleh
karena itu diperlukan penambahan jumlah sekolah menengah di
wilayah pedesaan atau memperbesar kesempatan belajar bagi
masyarakat desa untuk menikmati layanan pendidikan pada
jenjang SMA/SMK/MA.
b. Kualitas Semua Pendidik Memiliki Kualifikasi Pendidikan Seperti
Yang Disyaratkan.
Belum semua pendidik memiliki kualifikasi pendidikan seperti
yang disyaratkan. Proporsi guru SD yang berpendidikan S-1
keatas adalah 26,31% dan proporsi guru SMP yang berpendidikan
S-1 keatas sebesar 74,85% dan proporsi guru SMA yang
berpendidikan S-1 keatas sebesar 77,80% proporsi guru SMK
yang berpendidikan S-1 keatas sebesar 84,47%. Kondisi tersebut
belum mencukupi untuk menyediakan pelayanan pendidikan yang
berkualitas. Disamping itu kesejahteraan pendidik baik secara
financial maupun non financial dinilai masih rendah. Hal tersebut
berdampak pada kinerja guru sebagai pendidik.
61
c. Manajemen Pendidikan di Kabupaten Banyumas.
Manajemen pendidikannya belum berjalan secara efektif dan
efisien. Dengan dilaksanakannya desentralisasi pendidikan,
pemerintah Kabupaten Banyumas memiliki kewenangan yang
lebih luas dalam membangun pendidikan dimasing-masing
wilayah, mulai dari penyusunan rencana, penentuan prioritas
program serta mobilisasi seumberdaya untuk merealisasikan
rencana yang telah dirumuskan. Sejalan dengan itu, otonomi
pendidikan telah dilaksanakan melalui penerapan manajemen
berbasis sekolah dengan memberikan wewenang yang lebih luas
pada satuan pendidikan untuk mengelola sumberdaya yang
dimiliki termasuk mengalokasikan anggaran sesuai dengan
prioritas kebutuhan. Dengan pelaksanaan desentralisasi dan
otonomi pendidikan diharapkan daerah dan satuan pendidikan
lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat. Namun demikian
pelaksanaan desentralisasi dan otonomi pendidikan belum
sepenuhnya dapat dilaksanakan karena belum mantapnya
pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing tingkat
pemerintahan termasuk kontribusinya dalam penyediaan anggaran
pendidikan, serta belum terlaksananya standar pelayanan minimal
yang seharusnya ditetapkan oleh Kabupaten dengan acuan umum
dari pemerintah pusat dan propinsi. Disamping itu efektivitas
62
peran dan fungsi Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah masih
perlu dioptimalkan.36
d. Arti Tunjangan Profesi.
Tunjangan Profesi yaitu tunjangan yang diberikan kepada guru
dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas yang telah
memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya.
e. Besarnya Tunjangan Profesi Bagi Guru Pegawai Negeri Sipil.
Besarnya tunjangan profesi tersebut adalah setara dengan 1 (satu)
kali gaji pokok per bulan dipotong pajak penghasilan dengan tarif
15% bersifat final sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
f. Perubahan Data Individu Penerima Tunjangan Profesi.
Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas melaporkan perubahan
data guru dan guru yang diangkat dalam masa jabatan pengawas
penerima tunjangan profesi setiap bulan berdasarkan laporan
bulanan dari kepala sekolah. Jika ditemukan perubahan data
individu guru/pengawas yang berakibat pada perubahan nilai gaji
pokok (bertambah atau berkurang), maka Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota melaporkan perubahan data guru/pengawas
tersebut ke Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
36 Hasil Wawancara Dengan Bapak Fendy Rudianto Yang Mempunyai Jabatan Di Bidang Fungsional Umum Di Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas.
63
Tenaga Kependidikan Kementerian Dinas Pendidikan Nasional up
Direktorat Profesi Pendidik melalui Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan dengan tembusan ke Dinas Pendidikan Provinsi
selambat-lambatnya bulan Oktober tahun berjalan. Pembayaran
tunjangan profesi dengan nilai yang baru dilaksanakan terhitung
sejak perubahan gaji pokok tersebut.37
B. Pembahasan
Penjelasan Pasal 17 ayat (1) Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999
tentang Perubahan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan jabatan adalah
kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang
Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi negara.
Jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintah adalah Jabatan Karir.
Jabatan Karir adalah jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintah yang hanya
dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil. Jabatan Karir dapat dibedakan dalam 2
(dua) jenis, yaitu jabatan struktural dan jabatan fungsional. Jabatan struktural
adalah jabatan yang secara tegas ada dalam struktur organisasi. Jabatan fungsional
adalah jabatan yang tidak secara tegas disebutkan dalam struktur organisasi, tetapi
37 Hasil Wawancara Dengan Bapak Suratno Yang Mempunyai Jabatan di Bidang Ketenagaan di Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas.
64
dari sudut fungsinya diperlukan oleh organisasi, seperti peneliti, dokter,
pustakawan, guru, dan lain-lain yang serupa dengan itu.
Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan fungsional oleh pejabat
yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagi
Pegawai Negeri Sipil yang menduduki Jabatan Fungsional diprogramkan untuk
mengikuti pendidikan fungsional atau pendidikan lain yang berlaku bagi Pegawai
Negeri pada umumnya.38
Guru termasuk dalam jabatan fungsional, oleh karena itu untuk
mewujudkan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-
undang Nomor 43 Tahun 1999, maka Guru PNS perlu dibina dengan sebaik-
baiknya atas dasar sistem karir dan sistem prestasi kerja, dalam rangka pembinaan
karir dan peningkatan mutu profesionalisme. Dalam rangka peningkatan mutu
profesionalisme, maka guru harus memenuhi sejumlah persyaratan baik kualifikasi
akademik maupun kompetensi.
Program pemerintah dalam rangka peningkatan mutu profesionalisme
guru adalah melalui program sertifikasi. Program sertifikasi merupakan program
pemberian sertifikat bagi guru yang telah memenuhi sejumlah persyaratan menuju
guru profesional. Guru yang telah memperoleh sertifikat profesi akan
mendapatkan sejumlah hak yang antara lain berupa tunjangan profesi sebesar satu
kali gaji pokok guru tersebut.
38 Sastra Djatmika, Marsono, Op cit, hal. 89.
65
Setelah adanya program sertifikasi yang dilakukan oleh pemerintah, dan
telah berjalan dengan baik walaupun terkadang masih ada kekurangannya, langkah
selanjutnya adalah adanya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah.
Pengawasan pemerintah tersebut dilakukan melalui masing-masing sekolah
(tingkat paling bawah) sampai Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas (tingkat
Kabupaten). Itu dilakukan oleh semua Dinas Pendidikan diseluruh Indonesia.
1. Pengawasan Pemerintah Terhadap Guru Pegawai Negeri Sipil Setelah
Adanya Sertifikasi Di Kabupaten Banyumas
Istilah pengawasan dalam bahasa Inggris disebut controlling yang
diterjemahkan dengan istilah pengawasan dan pengendalian, sehingga istilah
controlling lebih luas artinya daripada pengawasan. Akan tetapi dikalangan ahli
atau sarjana telah disamakan pengertian “controlling” ini dengan pengawasan. Jadi
pengawasan adalah termasuk pengendalian. Pengendalian berasal dari kata
“kendali”, sehingga pengendalian mengandung arti mengarahkan, memperbaiki,
kegiatan, yang salah arah dan meluruskannya menuju arah yang benar. Kenyataan
dalam praktek sehari-hari bahwa istilah controlling itu sama dengan istilah
pengawasan dan istilah pengawasan ini pun telah mengandung pengertian luas,
yaitu tidak hanya sifat melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil
kegiatan mengawasi tadi tetapi juga mengandung pengendalian, dalam arti
menggerakkan, memperbaiki dan meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang
sesuai dengan apa yang direncanakan.
66
Pada prinsipnya pengawasan itu sangat penting dalam melaksanakan
pekerjaan dan tugas pemerintahan, pengawasan diadakan dengan maksud untuk:
a. Mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak;
b. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan
mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan
yang sama atau timbulnya kesalahan yang baru;
c. Mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam
rencana terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah
direncanakan;
d. Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase tingkat
pelaksanaan) seperti yang telah ditentukan dalam planning atau tidak;
e. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan
dalam planning, yaitu standard.
Menurut Arifin Abdul Rachman maksud dari pengawasan adalah:
a. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
b. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu telah berjalan sesuai dengan
instruksi serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
c. Untuk mengetahui apakah kelemahan-kelemahan serta kesulitan-
kesulitan dan kegagalan-kegagalannya, sehingga dapat diadakan
perubahan-perubahan untuk memperbaiki serta mencegah
pengulangan kegiatan-kegiatan yang salah.
67
d. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan apakah
tidak dapat diadakan perbaikan-perbaikan lebih lanjut, sehingga
mendapat efisiensi yang lebih benar.39
Tujuan pengawasan dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Agar terciptanya aparatur pemerintah yang bersih dan berwibawa
yang didukung oleh suatu sistem manajemen pemerintah yang
berdaya guna dan berhasil guna serta ditunjang oleh partisipasi
masyarakat yang konstruksi dan terkendali dalam wujud
pengawasan masyarakat (kontrol sosial) yang obyektif, sehat serta
bertanggung jawab.
b. Agar terselenggaranya tertib administrasi dilingkungan aparatur
pemerintah, tumbuhnya disiplin kerja yang sehat.
Selanjutnya, pengawasan itu secara langsung juga bertujuan untuk:
a. Menjamin ketetapan pelaksanaan sesuai dengan rencana,
kebijaksanaan dan perintah;
b. Menertibkan koordinasi kegiatan-kegiatan;
c. Mencegah pemborosan, dan penyelewengan;
d. Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas barang atau jasa
yang dihasilkan;
39 Victor M. Situmorang, Jusuf Juhir, Op cit, hal. 23.
68
e. Membina kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan
organisasi.
Pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen tidak dapat dilepaskan
dari faktor manusia, karena yang melakukan pemantauan, pemeriksaan dan
evaluasi atau yang mengawasi dan yang diawasi adalah manusia. Manusia yang
merencanakan, manusia juga yang melaksanakan rencana tersebut dan akhirnya
manusia tersebut yang harus melakukan pengawasan, sehingga kegiatan-
kegiatannya merupakan suatu rangkaian atau proses. Disamping itu dalam proses
yang dilakukannya, khususnya dilingkungan aparatur pemerintah, berlaku
ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan yang dibuat untuk meningkatkan
efesiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan. Ketentuan-
ketentuan atau peraturan-peraturan itu adalah juga hasil karya manusia.
Selanjutnya yang harus melaksanakan atau taat pada ketentuan itu adalah manusia,
yang berpredikat sebagai pegawai negeri, baik dalam menyusun perencanaan dan
melaksanakannya maupun melaksanakan pengawasannya.
Pengawasan Pemerintah terhadap Guru Pegawai Negeri Sipil setelah
Sertifikasi tersebut menggunakan Pengawasan Intern, yang mempunyai arti bahwa
pengawasan yang dilakukan oleh aparat dalam organisasi itu sendiri. Pada
dasarnya pengawasan harus dilakukan oleh pucuk pimpinan sendiri, tetapi didalam
praktek hal ini tidak selalu mungkin karena setiap pimpinan unit dalam organisasi
pada dasarnya berkewajiban membantu pucuk pimpinan mengadakan pengawasan
secara fungsional sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.
69
Implementasi dari Pengawasan Intern tersebut yaitu dilakukannya
pengawasan oleh pemerintah. Yang dimaksud pemerintah dalam pengawasan
setelah adanya sertifikasi tersebut adalah Dinas Pendidikan. Pengawasan
pemerintah itu melalui masing-masing sekolah (tingkat paling bawah) sampai
Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas (tingkat Kabupaten). Alasan pengawasan
tersebut hanya sampai tingkat Kabupaten karena adanya otonomi daerah yang
mempunyai arti bahwa hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengawasan yang seperti
itulah yang dilakukan oleh semua Dinas Pendidikan diseluruh Indonesia.
Hasil pengawasan tidak akan ada artinya tanpa tindak lanjut. Sehubungan
dengan itu, tindak lanjut dapat berupa dilakukannya kegiatan pembinaan dan
bimbingan dalam rangka memperbaiki kesalahan, kekeliruan dan penyimpangan.
Tindak lanjut itu bahkan tidak mustahil berupa penyampaian pujian dan
penghargaan terhadap pegawai yang berprestasi menonjol. Sedangkan tindak
lanjut lainnya terutama berkenaan dengan pemberian peringatan, sanksi dan
hukuman.40
Sehubungan dengan Sertifikasi yang dilakukan pemerintah terhadap guru
maka selanjutnya ada tindak lanjut dari pemerintah untuk melakukan pengawasan
terhadap guru Pegawai Negari Sipil tersebut. Sebelum pada tingkat pengawasan
terhadap guru maka dapat melihat pada ketentuan Pasal 42 ayat (1) Undang-
40 www.google.com, Sertifikasi Guru, diakses 20 Februari 2010.
70
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menuntut guru
dan dosen wajib memiliki sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Pasal 8 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengatur mengenai kewajiban bagi seorang guru untuk memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional. Dengan demikian
terdapat persamaan pengertian antara Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, yaitu bahwa guru harus memiliki sertifikat pendidik
untuk mencapai pendidikan nasional.
Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74
Tahun 2008 tentang Guru mengatur Sertifikat Pendidik bagi Guru diperoleh
melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi
yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik
yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat, dan ditetapkan oleh
pemerintah.
Pasca Sertifikasi dilakukannya pembinaan terhadap guru yang
berlangsung secara berkesinambungan, karena prinsip mendasar karena guru harus
merupakan a learning person, belajar sepanjang hayat masih dikandung badan.
Sebagai guru profesional dan telah menyandang sertifikat pendidik, guru
71
berkewajiban untuk terus mempertahankan profesionalitasnya sebagai guru.
Pembinaan profesi guru secara terus menerus (continuous profesional
development) menggunakan wadah guru yang sudah ada, yaitu Kelompok Kerja
Guru (KKG) untuk tingkat SD dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
untuk tingkat sekolah menengah. Aktifitas guru di KKG/MGMP tidak saja untuk
menyelesaikan persoalan pengajaran yang dialami guru, tetapi dengan strategi
mengembangkan kontak akademik dan melakukan refleksi diri.
Mengenai kewajiban Guru PNS yang telah bersertifikat tersebut lebih
lanjut diatur dalam Pasal 6 ayat (1) dan (2) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam
Masa Jabatan yaitu sebagai berikut:
Pasal 6 ayat (1): Guru PNS yang diangkat oleh Pemerintah Daerah yang
telah memiliki sertifikat pendidik, nomor registrasi guru dari Departemen
Pendidikan Nasional, melaksanakan beban kerja guru sekurang-kurangnya 24 (dua
puluh empat) jam tatap muka dalam satu minggu berhak atas tunjangan profesi
pendidik sebesar satu kali gaji pokok yang dibayarkan melalui Dana Alokasi
Umum terhitung mulai Januari pada tahun berikutnya setelah memperoleh
sertifikat pendidik.
Pasal 6 ayat (2): Guru PNS yang diangkat oleh Pemerintah yang telah
memiliki sertifikat pendidik, nomor registrasi guru dari Departemen Pendidikan
Nasional, melaksanakan beban kerja guru sekurang-kurangnya 24 (dua puluh
empat) jam tatap muka dalam satu minggu berhak atas tunjangan profesi pendidik
72
sebesar satu kali gaji pokok yang dibayarkan melalui APBN terhitung bulan
Januari pada tahun berikutnya setelah memperoleh sertifikat pendidik.
Pengawasan setelah sertifikasi sangat penting dilakukan terhadap guru,
karena agar dapat diketahui kinerja guru setelah sertifikasi. Pengawasan terhadap
guru dimulai dari tingkat terendah yaitu pengawas sekolah sampai paling tinggi di
kabupaten yaitu Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
Mengenai tugas Pengawas diatur dalam Pasal 4 ayat (1), (2), (3) dan (4)
Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2009 tentang
Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan, yaitu sebagai
berikut:
Pasal 4 ayat (1): Beban kerja guru yang diangkat dalam jabatan pengawas
satuan pendidikan, adalah melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan
profesional guru dan pengawasan.
Pasal 4 ayat (2): Pembimbingan dan pelatihan profesional guru
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
c. Membimbing dan melatih profesionalitas guru dalam melaksanakan tugas
pokok untuk merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses
pembelajaran/pembimbingan, dan membina tenaga kependidikan lainnya,
yaitu tenaga administrasi sekolah/madrasah, tenaga laboratorium, tenaga
perpustakaan, baik pada satuan pendidikan maupun melalui Kelompok
Kerja Guru/Musyawarah Guru Mata Pelajaran/Musyawarah Kerja Kepala
73
Sekolah atau bentuk lain yang dapat meningkatkan kompetensi guru dan
tenaga kependidikan lainnya;
d. Menilai kinerja guru dalam melaksanakan tugas pokok untuk
merencanakan, melaksanakan menilai proses pembelajaran/
pembimbingan, dan membina tenaga kependidikan lainnya yaitu tenaga
administrasi sekolah/madrasah, tenaga laboratorium, dan tenaga
perpustakaan pada satuan pendidikan.
Pasal 4 ayat (3): Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
c. Mengawasi, memantau, mengolah, dan melaporkan hasil pelaksanaan 8
(delapan) standar nasional pendidikan pada satuan pendidikan;
d. Membimbing satuan pendidikan untuk meningkatkan atau
mempertahankan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan.
Pasal 4 ayat (4): Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit 5 (lima) sekolah/madrasah binaan untuk daerah khusus atau paling sedikit
10 (sepuluh) sekolah/madrasah binaan untuk daerah yang bukan daerah khusus.
1.1 Kesejahteraan PNS Setelah Sertifikasi
Sesuai Pasal 32 Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Perubahan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian bahwa untuk meningkatkan kegairahan kerja,
diselenggarakan usaha kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil. Yang
74
dimaksud usaha kesejahteraan adalah kompensasi yang pemberiannya
tidak tergantung dari jabatan atau pekerjaan Pegawai Negeri Sipil dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil. Usaha
kesejahteraan tersebut meliputi program pensiun dan tabungan hari tua,
asuransi kesehatan, tabungan perumahan, dan asuransi pendidikan putra
dan putri Pegawai Negeri Sipil.
Setelah sertifikasi dan telah resmi memperoleh sertifikat
pendidik, guru akan memperoleh haknya yaitu tunjangan profesi. Hak
tersebut tertuang dalam Pasal 15 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen yaitu:
Ayat (1) menyatakan bahwa pemerintah memberikan tunjangan profesi kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Ayat (2) menyatakan tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama.
Ayat (3) Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Ayat (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tunjangan profesi guru sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas,
tunjangan profesi yang diberikan kepada guru yang telah bersertifikat
berasal dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang
75
kemudian dialokasikan melalui Dana Alokasi Umum berdasarkan
ketentuan Pasal 1 ayat (21) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan Pemerintah
Daerah merupakan dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk menandai
kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.41
Selain tertuang dalam Pasal 15 Undang-undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, tunjangan profesi juga terdapat dalam
Pasal 3 Ayat (1) dan (2), Pasal 4 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Profesi Guru dan
Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, serta Tunjangan Kehormatan
Profesor. Serta dalam Pasal 3 Ayat (1) Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2007 tentang Penyaluran
Tunjangan Profesi Bagi Guru.
Pasal-pasal yang menjelaskan mengenai Tunjangan Profesi
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan
Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, serta
Tunjangan Kehormatan Profesor yaitu:
41 Muhammad Fauzan, Op cit, hal. 257.
76
Pasal 3 Ayat (1): Guru dan Dosen yang telah memiliki sertifikat
pendidik dan memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan diberi tunjangan profesi setiap bulan.
Ayat (2): Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan kepada guru dan dosen pegawai negeri sipil dan bukan pegawai
negeri sipil.
Pasal 4 : Tunjangan profesi bagi guru dan dosen pegawai negeri
sipil yang menduduki jabatan fungsional guru dan dosen diberikan
sebesar 1 (satu) kali gaji pokok pegawai negeri sipil yang bersangkutan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Serta dalam Pasal 3 Ayat (1) Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2007 tentang Penyaluran
Tunjangan Profesi Bagi Guru, yang berbunyi: Tunjangan profesi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) adalah setara dengan 1
(satu) kali gaji pokok pegawai negeri sipil (PNS) pada tingkat, masa
kerja, dan kualifikasi yang sama.
Tunjangan profesi adalah tunjangan yang diberikan kepada guru
dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas yang telah memiliki
sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya. Guru dimaksud
adalah guru PNS dan guru bukan PNS yang oleh pemerintah, pemerintah
daerah atau yayasan/masyarakat penyelenggara pendidikan baik yang
mengajar disekolah negari maupun sekolah swasta. Tunjangan profesi
77
dibayarkan paling banyak 12 bulan dalam satu tahun berdasarkan prinsip
prestasi. Tunjangan profesi diberikan kepada guru dan guru yang diangkat
dalam jabatan pengawas terhitung mulai awal tahun anggaran berikut
setelah yang bersangkutan dinyatakan lulus sertifikasi dan memperoleh
Nomor Registrasi Guru. Tunjangan profesi melalui dana dekonsentrasi
diberikan kepada guru PNS Pendidikan Luar Biasa (PLB), guru yang
diangkat dalam jabatan pengawas yang satminkalnya di dinas pendidikan
provinsi dan guru bukan PNS.
Tunjangan profesi diberikan kepada guru dan guru yang diangkat
dalam jabatan pengawas yang telah mendapat Surat Keputusan Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan Nasional tentang Penetapan Penerima
Tunjangan Profesi dan melaksanakan tugas sesuai dengan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan
Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan yang berlaku sejak
30 Juli 2009.
Pemberian tunjangan profesi dihentikan apabila guru dan guru
yang diangkat dalam jabatan pengawas penerima tunjangan profesi
memenuhi salah satu atau beberapa keadaan sebagai berikut:
a. Meninggal dunia;
b. Mencapai batas usia pensiun (guru PNS dan bukan dengan
batas pensiun 60 tahun);
78
c. Tidak bertugas lagi sebagai guru atau pengawas;
d. Tidak memenuhi kewajiban melaksanakan tugas 24 (dua
puluh empat) jam tatap muka per minggu;
e. Tidak mengampu mata pelajaran yang sesuai dengan sertifikat
pendidik yang diperuntukannya;
f. Berakhirnya perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama
antara guru dan penyelenggara satuan pendidikan;
g. Melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja sama; atau
h. Dengan alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas yang telah
ditetapkan sebagai penerima tunjangan profesi dapat dibatalkan dan wajib
mengembalikan tunjangan profesi yang telah diterima kepada negara
apabila:
a. Sertifikat pendidik yang bersangkutan dinyatakan tidak sah
atau batal,
b. Data yang diajukan sebagai persyaratan mendapat Tunjangan
Profesi tidak sah.
Apabila terdapat perubahan status atau kondisi guru penerima
tunjangan profesi yang mengakibatkan guru yang bersangkutan tidak lagi
memenuhi syarat sebagai penerima tunjangan profesi, maka penghentian
pembayaran tunjangan profesi dilakukan melalui proses sebagai berikut:
79
a. Kepala sekolah menyampaikan laporan secara tertulis kepada
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota,
b. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota segera menyampaikan
laporan secara tertulis kepada Direktorat Jenderal Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan Nasional up Direktorat Profesi Pendidik dengan
tembusan kepada Dinas Pendidikan Provinsi,
c. Berdasarkan laporan dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota,
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Pendidikan Nasional membuat
surat penetapan penghentian pembayaran tunjangan profesi
bagi guru yang bersangkutan dan menyampaikannya kepada
Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota,
d. Berdasarkan surat penetapan Direktorat Jenderal Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan Nasional tentang penghentian pembayaran
tunjangan profesi tersebut, Dinas Pendidikan Provinsi
melakukan penghentian pembayaran tunjangan profesi bagi
guru yang bersangkutan pada bulan berikutnya.
Apabila ditemukan bukti-bukti bahwa sertifikat pendidik
penerima tunjangan profesi dinyatakan tidak sah atau batal, atau data
80
yang diajukan oleh penerima tunjangan profesi sebagai berkas
persyaratan mendapat tunjangan profesi tidak sah, maka pembatalan
pembayaran tunjangan profesi bagi guru dan guru yang diangkat dalam
jabatan pengawas melalui proses sebagai berikut:
a. Dinas Pendidikan Provinsi atau Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota segera menyampaikan laporan secara tertulis
kepada Ditjen PMPTK Kementerian Pendidikan Nasional up
Direktur Profesi Pendidik.
b. Berdasarkan laporan dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota,
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Dinas Pendidikan membuat surat
penetapan pembatalan pembayaran tunjangan profesi bagi
guru yang bersangkutan dan menyampaikannya kepada Dinas
Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kaupaten/Kota.
c. Berdasarkan surat penetapan Direktorat Jenderal Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kementerian Dinas
Pendidikan tantang pembatalan pembayaran tunjangan profesi
tersebut, Dinas Pendidikan Provinsi melakukan penghentian
pembayaran tunjangan profesi bagi guru yang bersangkutan
pada bulan berikutnya.
81
d. Guru yang bersangkutan wajib mengembalikan tunjangan
profesi yang telah diterima ke kas negara melalui Dinas
Pendidikan Provinsi.
Dalam rangka untuk mewujudkan penyaluran tunjangan profesi
transparan dan akuntabel, diperlukan pengawasan oleh aparat fungsional
internal dan eksternal. Pelaksanaan pengawasan terhadap
penyelenggaraan penyaluran tunjangan profesi ini sepenuhnya diserahkan
kepada lembaga fungsional yang berwenang.
Tunjangan profesi tersebut merupakan hak guru Pegawai Negeri
Sipil yang diberikan oleh pemerintah. Hak Guru Pegawai Negeri Sipil
setelah adanya Sertifikasi diatur dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen. Dan menurut Pasal 16 Undang-undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa
pemerintah akan memberikan tunjangan profesi kepada guru yang
besarnya setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok pada tingkat, masa kerja,
dan kualifikasi yang sama, terkait dengan guru yang berstatus Pegawai
Negeri Sipil setelah lulus sertifikasi untuk mengajukan haknya harus
melewati prosedur yaitu:
a. Melengkapi persyaratan identitas.
b. Menyerahkan nomor rekening BRI karena tunjangan profesi
tersebut akan langsung diberikan melalui rekening.
c. Foto copy SK pangkat terakhir dan masa kerja.
82
d. Surat pernyataan mengajar (jam/minggu).
1.2 Profesionalisme
Secara Gramatikal profesionalisme berasal dari kata profesional.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesional mempunyai makna
yaitu berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus
untuk menjalankannya. Sedangkan profesionalisme adalah tingkah laku,
keahlian atau kualitas dan seseorang yang profesional.
Pemahaman akan profesionalisme itu sendiri masih belum jelas
dan belum ada standar penilaiannya. Dari pengertian tersebut dapat
diartikan bahwa dalam suatu pekerjaan yang bersifat profesional
dipergunakan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan
intelektual, yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian secara
langsung dapat diabadikan bagi orang lain. Faktor penting dalam hal ini
adalah intelektualitas yang didalamnya tercakup satu atau beberapa
keahlian kerja yang dianggap mampu menjamin proses pekerjaan dan
hasil kerja yang profesional, atau tercapainya nilai-nilai tertentu yang
dianggap ideal menurut pihak yang menikmatinya.
Adanya profesionalisme pasti tidak lepas dari profesi seseorang,
sedangkan arti dari profesi itu adalah pekerjaan dalam arti khusus yaitu
pekerjaan bidang tertentu yang mengutamakan kemampuan fisik dan
83
intelektual, bersifat tetap, dengan tujuan memperoleh pendapatan. Dengan
kriteria sebagai berikut:
a. Meliputi bidang tertentu saja (spesialisasi);b. Berdasarkan keahlian dan ketrampilan khusus;c. Bersifat tetap atau terus-menerus;d. Lebih mendahulukan pelayanan daripada imbalan
(pendapatan);e. Bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan masyarakat;f. Terkelompok dalam suatu organisasi;42
Berdasarkan kriteria tersebut, profesi dapat dirumuskan sebagai
pekerjaan tetap bidang tertentu berdasarkan keahlian khusus yang
dilakukan sacara bertanggung jawab dengan tujuan memperoleh
penghasilan.
Salah satu bidang pekerjaan yang harus memiliki tanggung
jawab dan profesionalitas adalah guru. Setelah adanya sertifikasi, guru
diharapkan menjadi seorang guru yang profesional. Ada banyak persepsi
yang mucul sehubungan dengan arti profesionalisme guru. Salah satunya
adalah dengan kegiatan seminar, pembuatan makalah, penyusunan
portofolio sertifikasi, dan kenaikan pangkat.
Dalam kamus kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia,
karangan J.S. Badudu (2003) definisi profesionalisme adalah mutu,
kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau ciri
orang yang profesional. Sementara kata profesional sendiri berarti:
42 Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001, hal. 58
84
bersifat profesi, memiliki keahlian dan ketrampilankarena pendidikan dan
latihan, memperoleh bayaran karena keahliannya itu. Dari definisi
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa profesionalisme memiliki dua
kriteria pokok yaitu keahlian dan pendapatan. Kedua hal itu merupakan
satu kesatuan yang saling berhubungan, artinya seseorang dapat dikatakan
memiliki profesionalisme jika memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu
keahlian (kompetensi) yang layak sesuai bidang tugasnya dan pendapatan
yang layak sesuai kebutuhan hidupnya. Hal itu juga berlaku untuk
profesionalisme guru.
Sesuai pengertian tersebut maka pemerintah melakukan program
sertifikasi guru. Tujuan utama program sertifikasi adalah agar guru
mendapatkan tambahan penghasilan tetapi juga memiliki rekam jejak
(track record) yang handal dalam menjalankan profesinya sebagai guru
yang menandakan profesionalisme nya. Dengan itu maka guru yang telah
lulus sertifikasi dapat dikatakan guru yang profesional, karena telah
terbukti memiliki kompetensi yang layak dan telah mendapatkan
pendapatan yang layak pula.
Profesionalisme guru harus dibangun oleh dua pihak secara
bersama-sama yaitu antara guru sebagai pihak yang dituntut memiliki
keahlian dan pemerintah sebagai pihak yang dituntut untuk memberikan
penghasilan yang layak pada guru. Guru dan pemerintah harus
mempunyai kontribusi yang positif kearah perbaikan mutu pendidikan.
85
Bagi guru standar kompetensinya telah ditetapkan dalam Standar
Pendidikan Nasional yaitu:
a. Kompetensi kepribadian,
b. Profesional,
c. Kependidikan/akademik,
d. Sosial
Keempat butir kompetensi tersebut merupakan satu kesatuan
utuh yang harus dimiliki oleh semua guru. Dibutuhkan oleh guru adalah
kemauan yang kuat untuk menjadikan profesi guru sebagai profesi yang
dihargai dan sejajar dengan profesi lainnya. Dalam hal ini, guru harus
mampu membuktikan bahwa profesinya layak untuk dihargai dan
dihormati.
Pemerintah telah mengutarakan program prioritas dibidang
pendidikan yang salah satunya adalah peningkatan kualifikasi dan
sertifikasi guru sebagai implementasi dari Undang-undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dengan demikian sebenarnya telah
ada arah yang jelas, baik bagi guru maupun pemerintah untuk memaknai
arti profesionalisme yang sesungguhnya. Dibutuhkan sekarang adalah
sejauh mana guru mau dan mampu memacu potensi dirinya sesuai standar
yang telah ditetapkan dan pemerintah dengan segala kebijakannya mau
dan mampu mewujudkan standar penghasilan yang layak bagi guru.
86
87