Upload
doandang
View
232
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan dan peningkatan pembangunan nasional pada umumnya dan
perkembangan kegiatan ekonomi pada khususnya menyebabkan berkembangnya
dunia usaha dan perusahaan. Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan
kesempatan kerja dan kehidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh
bagi pembangunan yang berkelanjutan adalah tujuan dari pembangunan nasional.
Tujuan pembangunan nasional berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar
1945 adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan,
berdaya saing maju, dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang didukung oleh manusia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak
mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi dan berdisiplin.
Setiap warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan
pemerintahan. Karena itu, negara harus memastikan agar tidak ada kelompok-
kelompok masyarakat yang tertinggal dalam proses pembangunan.
Negara harus melakukan pemberdayaan dalam masyarakat secara
keseluruhan, misalnya adalah dengan pengembangan ekonomi lokal di setiap daerah
guna membangun ekonomi domestik yang kuat secara nasional. Ekonomi domestik
yang kuat merupakan modal utama suatu bangsa untuk berjaya di tengah arus
2
globalisasi dan juga dapat menjamin kemandirian suatu bangsa dan menjadikan
masyarakat makmur dan sejahtera.
Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional terutama
ekonomi kecil, menengah dan koperasi harus lebih dikembangkan dengan
menggunakan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar
yang berkeadilan yang berbasis pada sumber daya manusia yang produktif, mandiri,
berdaya saing, dan berwawasan lingkungan.
Perusahaan sebagai salah satu tempat masyarakat untuk melakukan kegiatan
usaha merupakan wadah untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional.
Pasal 1 huruf b Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan ditentukan bahwa:
“Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha
yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta
berkedudukan.dalam wilayah Negara Republik Indonesia, untuk tujuan
memperoleh keuntungan dan atau laba”
Perkembangan dunia perusahaan yang makin pesat dapat menimbulkan
dampak positif dan negatif bagi pelaku usaha, masyarakat, dan pemerintah. Salah satu
dampak positif dari hal ini adalah makin meluasnya kesempatan kerja bagi
masyarakat yang dapat mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.
Dampak negatif yang dapat kita lihat dengan makin banyaknya perusahaan
yang muncul maka persaingan usaha akan semakin ketat dan dapat menyebabkan
3
persaingan yang tidak sehat apabila tidak diawasi dan diatur oleh pihak yang
berwenang.
Pemerintah selaku pihak yang berwenang membuat suatu peraturan yang
dapat membatasi kegiatan perusahaan yang sewenang-wenang dan merugikan pihak
lain. Adanya peraturan tersebut menimbulkan suatu kepastian hukum dalam berusaha.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan
merupakan salah satu produk dari pemerintah yang dapat memberikan perlindungan
kepada perusahaan-perusahaan yang menjalankan usahanya secara jujur dan terbuka.
Tujuan daftar perusahaan adalah pertama, mencatat secara benar keterangan
suatu perusahaan meliputi identitas, data serta keterangan lain tentang perusahaan.
Kedua, menyediakan informasi resmi untuk semua pihak yang berkepentingan.
Ketiga, menjamin kepastian berusaha bagi dunia usaha. Keempat, menciptakan iklim
dunia perjanjian perdagangan, yaitu menghubungkan pihak lain dengan perhitungan
memperoleh usaha yang sehat bagi dunia usaha. Kelima, terciptanya transparansi
dalam kegiatan dunia usaha.
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar
Perusahaan disebutkan:
( 1 ) Setiap perusahaan wajib didaftarkan dalam Daftar Perusahaan. ( 2 ) Pendaftaran wajib dilakukan oleh pemilik atau pengurus perusahaan yang
bersangkutan atau dapat diwakilkan kepada orang lain dengan memberikan surat kuasa yang sah.
( 3 ) Apabila perusahaan dimiliki oleh beberapa orang, para pemilik berkewajiban untuk melakukan pendaftaran. Apabila salah seorang daripada mereka telah memenuhi kewajibannya, yang lain dibebaskan daripada kewajiban tersebut.
4
( 4 ) Apabila pemilik dan atau pengurus dari suatu perusahaan yang berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia tidak bertempat tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia, pengurus atau kuasa yang ditugaskan memegang pimpinan perusahaan berkewajiban untuk mendaftarkan.
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar
Perusahaan juga menyebutkan bahwa tujuan dari Daftar Perusahaan adalah untuk
mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat secara benar dari suatu perusahaan dan
merupakan sumber informasi resmi untuk semua pihak yang berkepentingan
mengenai identitas, data, serta keterangan lainnya tentang perusahaan yang tercantum
dalam Daftar Perusahaan dalam rangka menjamin kepastian berusaha.
Pasal 7 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar
Perusahaan menyatakan bahwa Perusahaan yang wajib didaftar dalam Daftar
Perusahaan adalah setiap perusahaan yang berkedudukan dan menjalankan usahanya
di wilayah Negara Republik Indonesia menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, termasuk di dalamnya kantor cabang, kantor pembantu, anak
perusahaan serta agen dan perwakilan dari perusahaan itu yang mempunyai
wewenang untuk mengadakan perjanjian.
Arti penting daftar perusahaan bagi pemerintah yaitu memudahkan untuk
sewaktu-waktu dapat mengikuti secara seksama keadaan dan perkembangan
sebenarnya dari dunia usaha di Indonesia secara menyeluruh, untuk pengamanan
pendapatan negara karena wajib daftar perusahaan sekaligus dapat diarahkan dan
diusahakan terciptanya iklim usaha yang tertib dan sehat. Sedangkan arti penting bagi
dunia usaha adalah untuk mencegah dan menghindari praktek-praktek usaha yang
5
tidak jujur serta sumber informasi untuk kepentingan dunia usaha dan perusahaan
sehingga pelaksanaan pembangunan dapat berjalan dengan baik dan memberikan
manfaat dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Arti penting daftar perusahaan bagi masyarakat adalah sebagai perlindungan
bagi masyarakat yang tidak ingin dirugikan apabila ternyata perusahaan tersebut tidak
jujur yang dapat diketahui keadaan perusahaan tersebut melalui daftar perusahaan
pada Kantor Pendaftaran Perusahaan. Bagi masyarakat pada umumnya dan para
pengusaha pada khususnya, daftar perusahaan merupakan alat pembuktian yang
sempurna terhadap setiap pihak ketiga sepanjang tidak dibuktikan sebaliknya.
Berkaitan dengan hal tersebut di Kabupaten Banyumas sebagai salah satu kota
di Jawa Tengah, mengalami perkembangan yang pesat dalam tahun terakhir ini yaitu
dilihat dengan banyaknya investor yang masuk untuk menanamkan modalnya di
kabupaten ini.
Investasi di Kabupaten Banyumas mempunyai prospek yang menguntungkan
karena faktor lokasi yang cukup strategis, lahan yang relatif masih murah, layanan
birokrasi yang cepat dan familiar, serta infrastruktur yang telah tersedia cukup
lengkap. Selain itu, wilayah Banyumas dengan Kabupaten Purwokerto, merupakan
daerah yang sedang bangkit memasuki era global.
Maraknya aktifitas ekonomi sangat mempengaruhi wujud dan kehidupan kota.
Perkembangan kota tidak dapat dipisahkan dari pengaruh proses globalisasi dan
kemajuan teknologi informasi. Apalagi kota memiliki kecenderungan terjadinya
urbanisasi yang menyebabkan dinamika penduduk yang kompleks dan heterogen.
6
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Penerapan Pasal 5 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982
Tentang Wajib Daftar Perusahaan di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi
Kabupaten Banyumas.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
Bagaimanakah Penerapan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982
tentang Wajib Daftar Perusahaan di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Koperasi Kabupaten Banyumas?
C. Tujuan Penelitian
Penulisan ini mempunyai tujuan, untuk mengetahui penerapan Pasal 5
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan di Dinas
Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Banyumas.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan hukum
perdata dagang, khususnya kajian bidang hukum perusahaan dan investasi.
2. Kegunaan Praktis
- Untuk Pemerintah, diharapkan dapat sebagai masukan dalam menyusun dan
menetapkan kebijaksanaan dalam rangka memberikan bimbingan,
7
pembinaan dan pengawasan atas dunia usaha serta upaya menciptakan iklim
usaha yang sehat dan tertib terutama di Kabupaten Banyumas.
- Untuk Dunia Usaha, diharapkan agar dapat meningkatkan kepercayaan dari
masyarakat akan kredibilitas suatu perusahaan dan menimbulkan persaingan
yang sehat diantara pelaku usaha dan terlindungi dari praktek usaha yang
tidak jujur.
- Untuk Masyarakat, diharapkan agar menjadi lebih aman dalam berusaha dan
berinvestasi.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perusahaan
1. Pengertian Perusahaan
Perusahaan adalah istilah ekonomi yang dipakai dalam KUHD dan
perundang-undangan di luar KUHD. Tetapi dalam KUHD sendiri tidak dijelaskan
pengertian perusahaan itu sendiri.
Hal ini memang disengaja oleh pembentuk Undang-undang Hukum Dagang
agar pengertian “perusahaan” dapat berkembang dengan baik sesuai
perkembangan jaman.
Rumusan pengertian perusahaan terdapat dalam Pasal 1 huruf (b) Undang-
Undang No.3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan yang berbunyi:
“Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan.dalam wilayah Negara Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.”
Selain pengertian menurut undang-undang, pakar hukum juga berusaha
merumuskan mengenai pengertian perusahaan.
Menurut Abdulkadir Muhammad, berdasarkan ketentuan pasal 1 huruf (b)
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan
diperoleh kenyataan bahwa dalam pengertian perusahaan timbul 2 hal, yaitu:
9
1. Bentuk usaha yang berupa organisasi atau badan usaha, dalam bahasa
Inggris disebut “company”.
2. Jenis usaha yang berupa kegiatan dalam bidang perekonomian yang
dilakukan secara terus menerus oleh pengusaha untuk memperoleh
keuntungan dalam laba, dalam bahasa Inggris disebut “business”.
Perumusan dari pemerintah Belanda: Minister van Justice Nederland di
dalam memorie jawaban kepada Parlemen di Nederland menafsirkan pengertian
perusahaan itu sebagai berikut: “Keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara
tidak terputus-putus dengan terang-terangan dalam kedudukan tertentu dan untuk
mencari laba”.1
Sependapat dengan Minister van Justice Nederland, R Soekardono, juga
berpendapat bahwa perusahaan itu harus ada unsur terus-menerus atau tidak
terputus-putus, secara terang-terangan karena berhubungan dengan pihak-pihak
ketiga dalam kualitet tertentu, karena kita dalam lapangan memperniagakan,
menyerahkan barang-barang, mengadakan perjanjian-perjanjian perniagaan, harus
berniat memperoleh laba.2
Menurut Molengraaf, “perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang
dilakukan secara terus menerus, bertindak ke luar, untuk memperoleh
penghasilan, dengan cara memperdagangkan atau menyerahkan barang, atau
mengadakan perjanjian perdagangan”. Beliau memandang pengertian perusahaan
1 HMN.Purwosutjipto. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 1. Djambatan. Jakarta. 1984. hal. 14.
2 R. Soekardono. Hukum Dagang Indonesia I. Dian Rakyat. Jakarta. 1983. Halaman 21.
10
dari sudut ekonomi karena tujuan memperoleh penghasilan dilakukan dengan
cara:
1. Memperdagangkan barang, artinya membeli barang dan menjualnya lagi
dengan perhitungan memperoleh penghasilan berupa keuntungan atau laba;
2. Menyerahkan barang, artinya melepaskan penguasaan atas barang dengan
perhitungan memperoleh penghasilan, misalnya menyewakan barang;
3. Perjanjian perdagangan, yaitu menghubungkan pihak satu dengan pihak lain
dengan perhitungan memperoleh penghasilan berupa keuntungan atau laba
bagi pemberi kuasa, dan upah bagi penerima kuasa, misalnya makelar,
komisioner, agen perusahaan.3
Perbuatan ekonomi tersebut dilakukan secara terus menerus, tidak
insidental, bertindak keluar menghadapi pihak lain (pihak ketiga).
Rumusan Polak memandang perusahaan dari sudut komersial artinya baru
dikatakan perusahaan apabila diperlukan perhitungan laba dan rugi yang dapat
diperkirakan dan dicatat dalam pembukuan.
Unsur laba rugi sangat penting, karena dalam suatu usaha dimana tidak ada
kebutuhan untuk mengadakan perhitungan laba rugi maka aspek ekonominya jadi
hilang.
3 Abdulkadir Muhamad, S.H, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, halaman 8.
11
Berdasarkan rumusan yang dikemukakan oleh para ahli dan pembentuk
undang-undang maka dapat diidentifikasi unsur-unsur yang terdapat dalam
pengertian perusahan. Unsur-unsur tersebut adalah:
1. Badan Usaha
Badan usaha yang menjalankan kegiatan dalam bidang ekonomi itu
mempunyai bentuk tertentu, seperti perusahan dagang, firma, persekutuan
komanditer, perseroan terbatas, perusahaan umum, koperasi. Hal ini dapat
dilihat melalui akta pendirian perusahaan. Bagi perusahaan yang tidak
memiliki akta pendirian dapat diketahui melalui izin usaha seperti pada
perusahaan perseorangan.
2. Kegiatan dalam bidang ekonomi
Objek dalam kegiatan ekonomi adalah harta kekayaan, tujuannya adalah
memperoleh keuntungan dan atau laba. Kegiatan dalam bidang ekonomi
meliputi perdagangan, pelayanan, dan industri, yang dapat dirinci sebagai
berikut:
a. Perdagangan meliputi jual beli barang bergerak dan tidak bergerak,
misalnya ekspor-impor, bursa efek, restoran, toko swalayan, perumnas,
valuta asing.
b. Pelayanan meliputi penyediaan jasa, misalnya biro perjalanan, biro
konsultan, salon kecantikan, kursus ketrampilan menjahit, busana,
perbankan, pengangkutan, perbengkelan.
12
c. Industri meliputi mencari dan mengolah, serta mengadakan sumber daya
dan kekayaan, misalnya eksplorasi dan pengeboran minyak,
penangkapan ikan, usaha pertanian/perkayuan, makanan dalam kaleng,
barang kerajinan, obat-obatan, kendaraan bermotor, rekaman dan
perfilman, percetakan dan penerbitan.
3. Terus menerus
Baik Molengraf, Polak, maupun pembentuk undang-undang menentukan
bahwa kegiatan dalam bidang ekonomi itu dilakukan secara terus menerus
artinya tidak terputus-putus, tidak secara insidental, tidak sebagai sambilan,
bersifat tetap untuk jangka waktu lama. Jangka waktu tersebut ditentukan
dalam akta pendirian perusahaan atau dalam surat izin usaha.
4. Terang-terangan.
Terang-terangan artinya diketahui oleh umum dan ditujukan kepada umum,
tidak selundup-selundupan, diakui dan dibenarkan oleh masyarakat, diakui
dan dibenarkan oleh pemerintah berdasarkan undang-undang, dan bebas
berhubungan dengan pihak lain (pihak ketiga). Bentuk terang-terangan ini
dapat diketahui dan berupa akta pendirian perusahaan, surat ijin usaha, surat
ijin tempat usaha, akta pendaftaran perusahaan.
5. Keuntungan dan atau laba
Setiap kegiatan menjalankan perusahaan tentu berdasarkan sejumlah modal.
Dengan modal perusahaan itu keuntungan dan atau laba dapat diperoleh. Ini
adalah tujuan utama setiap perusahaan.
13
6. Pembukuan
Dalam rumusan Molengraaf tidak terdapat unsur pembukuan. Tetapi Polak
menambahkan unsur ini dalam pengertian perusahaan. Keuntungan dan atau
laba yang diperoleh hanya dapat diketahui dari pembukuan. Pembukuan
juga menjadi dasar perhitungan pajak yang wajib dibayar oleh pemerintah.
Berdasarkan unsur-unsur yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
definisi perusahaan dari segi hukum, yaitu “setiap badan usaha yang menjalankan
kegiatan dalam bidang ekonomi secara terus menerus dan terang terangan dengan
tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba yang dibuktikan dengan
pembukuan”. Supaya perusahaan dapat didaftarkan, perusahaan itu harus
didirikan, bekerja, dan berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia.4
Perusahaan dapat didirikan oleh seorang pengusaha atau lebih. Pada
umumnya perusahaan yang didirikan oleh seorang pengusaha adalah perusahaan
dagang, atau perusahaan jasa, atau perusahaan industri. Jika perusahaan didirikan
oleh seorang pengusaha, mereka mengadakan perjanjian mendirikan perusahaan
persekutuan. Supaya perjanjian tertulis itu sah menurut hukum perlu dipenuhi
ketentuan Pasal 1320 KUHPdt, yaitu:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
3. Suatu hal tertentu.
4. Suatu sebab yang halal.
4 Ibid , halaman 10-13.
14
2. Pengusaha
Pasal 1 huruf c Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan menyebutkan:
“Pengusaha adalah setiap orang perseorangan atau persekutuan atau badan hukum
yang menjalankan sesuatu jenis perusahaan”.
Pengusaha adalah orang yang menjalankan perusahaan atau menyuruh
menjalankan perusahaan. Menjalankan perusahaan artinya adalah mengelola
sendiri perusahaannya, baik dengan dilakukan sendiri maupun dilakukan dengan
bantuan pekerja.
Seorang pengusaha dapat menjalankan perusahaannya sendiri apabila
bentuk perusahaannya sangat sederhana dan semua pekerjaan dilakukan sendiri,
merupakan perusahaan perseorangan. Pengusaha yang dibantu oleh orang lain
tetapi pengusaha turut serta dalam melakukan perusahaan, jadi dia mempunyai
dua kedudukan yaitu sebagai pengusaha dan pemimpin perusahaan dan
merupakan perusahaan besar. Apabila pengusaha menyuruh orang lain melakukan
usaha sedangkan dia tidak ikut serta dalam melakukan perusahaan, pengusaha
hanya memiliki satu kedudukan sebagai seorang pengusaha dan merupakan
perusahaan besar.
3. Pembantu-Pembantu Perusahaan.
Seseorang yang menjalankan perusahaan yang besar tidak dapat bekerja
seorang diri, pengusaha memerlukan bantuan orang-orang yang bekerja padanya
sebagai bawahannya.
15
Akibat dari pertumbuhan perdagangan yang begitu pesat dewasa ini,
pengusaha-pengusaha kebanyakan tidak lagi berusaha seorang diri, melainkan
bersatu dalam persekutuan-persekutuan atau perseroan-perseroan yang
menempati gedung-gedung untuk kantornya dengan sedikit atau banyak pegawai.
Orang lalu membedakan antara perusahaan kecil yaitu perusahaan yang
mempunyai 1 sampai dengan 5 orang pekerja, perusahaan sedang yaitu
perusahaan yang mempunyai 5 sampai dengan 50 orang pekerja, dan perusahaan
besar yaitu yang mempunyai jumlah pekerja lebih dari 50 orang.5
Pembantu-pembantu perusahaan dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Pembantu di dalam perusahaan diantaranya adalah :
a. Pelayan Toko.
b. Pekerja Keliling.
c. Pengurus Filial.
d. Pemegang Prokurasi.
e. Pimpinan Perusahaan.
2. Pembantu di luar perusahaan misalnya adalah :
a.Agen Perusahaan
b. Pengacara.
c.Notaris.
d. Makelar.
5 Kansil,C.S.T dan Christine S.T.Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2002, halaman 43.
16
e.Komisioner.6
Jenis pembantu perusahaan tersebut pada umumnya tidak semuanya
dipergunakan oleh pengusaha dalam menjalankan perusahaannya. Hal ini
tergantung pada kebutuhannya.
Pembantu di dalam perusahaan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pelayan Toko.
Pelayan toko ialah semua pelayan yang membantu pengusaha dalam
menjalankan perusahaannya di toko. Misalnya pelayan penjual, pelayan
penerima uang (kasir), pelayan pembukuan, pelayan penyerah barang.
b. Pekerja Keliling.
Pekerja keliling ialah pembantu pengusaha yang bekerja keliling di
luar kantor untuk memperluas dan memperbanyak perjanjian-perjanjian jual
beli antara majikan (pengusaha) dan pihak ketiga.
c. Pengurus Filial.
Pengurus filial atau filiaalhoulder ialah petugas yang mewakili
penusaha mengenai semua hal, tetap terbatas pada satu cabang perusahaan
atau satu daerah tertentu.
d. Pemegang Prokurasi.
Pemegang prokurasi atau procuratiehouder ialah pemegang kuasa dari
perusahaan. Dia adalah wakil pimpinan perusahaan atau wakil manager dan
dapat mempunyai kedudukan sebagai kepala satu bagian besar dari
6 HMN.Purwosutjipto, Op.Cit, halaman 42.
17
perusahaan itu. Dia adalah orang kedua sesudah manager (pimpinan
perusahaan).
e. Pimpinan Perusahaan.
Pimpinan perusahaan atau bedrijfsleider atau yang biasa disebut
dengan manager adalah pemegang kuasa pertama dari perusahaan. Dialah
yang mengemudikan seluruh perusahaan, yang bertanggung jawab tentang
maju dan mundurnya perusahaan, dalam istilah sekarang pimpinan
perusahaan disebut dengan direktur utama, sedangkan dibawahnya adalah
direktur-direktur yang diberi wewenag untuk memegang salah satu bidang
perusahaan tertentu. Direktur inilah yang disebut pemegang prokurasi.7
Adapun pembantu di luar perusahaan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Agen Perusahaan.
Adalah orang yang melayani beberapa pengusaha sebagai perantara
dengan pihak ketiga. Mempunyai hubungan tetap dengan pengusaha dan
mewakilinya untuk mengadakan dan selanjutnya melaksanakan perjanjian
dengan pihak ketiga.
Hubungan dengan pengusaha bukan merupakan hubungan perburuhan,
dan juga bukan hubungan pelayanan berkala. Bukan hubungan perburuhan
karena hubungan antara agen perusahaan dengan pengusaha tidak bersifat
subordinasi, bukan merupakan hubungan seperti majikan dan buruh, tetapi
7 Ibid, halaman 42-43.
18
hubungan antara pengusaha dengan pengusaha, jadi sama tinggi sama
rendah.8
b. Pengacara.
Pengacara ialah orang yang mewakili pengusaha sebagai pihak dalam
berperkara di muka Hakim. Pengacara mewakili pengusaha tidak hanya
tebatas dim ka hakim saja tetapi juga mengenai segala persoalan hukum di
luar hakim. Dahulu ada “verplicthe procureurschap” (keharusan
menggunakan pengacara) bagi para pihak yang akan menghadap hakim.
Tetapi sekarang pengacara menggunakan langganannya sebagai kuasa.
Hubungan antara pengacara dengan pengusaha adalah hubungan tidak
tetap, sedangkan sifat hukumnya berbentuk pelayanan berkala dan
pemberian kuasa.9
c. Notaris.
Notaris diperlukan dalam hal pembuatan perjanjian atau akta-akta
lainnya bagi perusahaan dengan pihak ketiga.
Hubungan dengan pengusaha bersifat tidak tetap dan sebagaimana
sama dengan pengacara hubungan hukumnya bersifat pelayanan berkala dan
pemberian kuasa.
Notaris dan pengacara menjalankan perusahaan, karena perbuatan
mereka itu memenuhi criteria menjalankan perusahaan, yaitu:
8 Ibid, halaman 46.9 Ibid, halaman 47-48.
19
1. Melakukan kegiatan dalam bidang ekonomi berupa pemberian
pelayanan atau penyediaan jasa;
2. Berbentuk badan usaha yang mempunyai kantor, merk, surat ijin dengan
mana mereka bekerja;
3. Kegiatan itu mereka lakukan terus menerus, tidak terputus-putus, tidak
incidental, merupakan mata pencaharian;
4. Kegiatan itu mereka lakukan terang-terangan karena mereka mendapat
pengangkatan resmi, mendapat ijin praktek, dan diketahui umum melalui
nama dan kantor mereka;
5. Kegiatan tersebur bertujuan memperoleh keuntungan dan atau laba yang
mereka perhitungkan berdasarkan modal yang tersedia d kantr mereka;
6. Semua pelayanan yang diberikan dicatat dan ditagih pembayarannya
sesuai dengan tarif atau persetujuan yang telah dilakukan.10
d. Makelar.
Ketentuan Pasal 62 KUHD menyatakan bahwa Makelar adalah
seorang pedagang perantara yang diangkat oleh Pesiden atau oleh pembesar
yang oleh Presiden telah dinyatakan berwenang untuk itu. Makelar
menyelenggarakan perusahaannya dengan melakukan pekerjaan dengan
mendapat upah atau provisi tertentu, atas amanat dan perintah orang.
Makelar mempunyai ciri-ciri khusus yaitu:
1. Makelar harus mendapatkan pengangkatan resmi dari Pemerintah.
10 Abdulkadir Muhamad, Op.Cit, halaman 38.
20
2. Sebelum menjalankan tugasnya, makelar harus bersumpah dimika
Ketua Pengadilan Negeri bahwa dia akan menjalankan kewajibannya
dengan baik.11
Hubungan dengan pengusaha bersifat tidak tetap. Sifat hukum dari
hubungan itu adalah campuran yaitu sabagai pelayanan berkala dan
pemberian kuasa.
e. Komisioner.
Pasal 76 KUHD manyebutkan bahwa:
“Komisioner adalah seorang yang menyelenggarakan perusahaannya dengan melakukan perbuatan menutup persetujuan atas nama atau firma dia sendiri, tetapi atas amanat dan tanggungan orang lain dan dengan menerima upah atau provisi tertentu”.
Ciri-ciri dari komisioner adalah:
1. Tidak ada syarat pengangkatan resmi dan penyumpahan sebagaimana
makelar;
2. Komisioner menghubungkan komiten dengan pihak ketiga atas namanya
sendiri;
3. Komisioner tidak berkewajiban menyebutkan nama komiten. Dia disini
menjadi pihak dalam perjanjian;
4. Komisioner juga dapat bertindak atas nama pemberi kuasanya.12
11 HMN.Purwosutjipto, Op.Cit, halaman 49.12 Abdulkadir Muhamad, Op.Cit, halaman 53.
21
B. Klasifikasi/ Jenis Perusahaan
Dilihat dari jumlah pemilik, perusahaan diklasifikasikan menjadi perusahaan
perseorangan dan perusahaan persekutuan. Perusahaan perseorangan dimiliki oleh
seorang pengusaha saja. Perusahaan persekutuan dimiliki oleh beberapa orang
pengusaha yang bersamaan dalam satu persekutuan. Dilihat dari status pemilik
perusahaan diklasifikasikan menjadi perusahaan swasta dan perusahaan Negara.
Perusahaan swasta dimiliki oleh pengusaha swasta, dan perusahaan Negara dimiliki
oleh Negara yang lazim disebut Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dilihat dari
bentuk hukum, perusahaan diklasifikasikan menjadi perusahaan badan hukum dan
perusahaan bukan badan hukum. Perusahaan badan hukum selalu berupa persekutuan,
sedangkan perusahaan bukan badan hukum dapat berupa perusahaan perseorangan
dan perusahaan persekutuan.13
Menurut E Utrecht, badan hukum (rechtspersoon), yaitu badan yang
menurut hukum berkuasa (berwenang) menjadi pendukung hak, selanjutnya
dijelaskan, bahwa badan hukum ialah setiap pendukung hak yang tidak berjiwa, atau
lebih tepat yang bukan manusia. Badan hukum sebagai gejala kemasyarakatan adalah
suatu gejala yang riil, merupakan fakta benar-benar dalam pergaulan hidup, biarpun
tidak berwujud manusia atau benda yang dibuat dari besi, kayu, dan sebagainya.
Yang menjadi penting bagi pergaulan hukum adalah hal badan hukum itu mempunyai
kekayaan (vermogen) yang sama sekali terpisah dari kekayaan anggotanya, yaitu
13 Ibid, halaman 49.
22
dalam hal badan hukum itu berupa korporasi. Hak dan kewajiban badan hukum sama
sekali terpisah dari kekayaan anggotanya.14
Ada lagi suatu keuntungan adanya badan hukum itu. Badan hukum
menjamin kontinuitas. Badan hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban, tetap
ada, diteruskan, sedangkan pengurusnya yang menjadi wakil kontinuitas itu dapat
berganti-ganti.
Menurut R Subekti, badan hukum pada pokoknya adalah suatu badan atau
perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti seorang
manusia, serta memilik kekayaan sendiri, dapat menggugat dan digugat di depan
hakim.
Menurut J.J Dormeier istilah badan hukum diartikan sebagai berikut:
a. Persekutuan orang-orang, yang di dalam pergaulan hukum bertindak
selaku seorang saja;
b. Yayasan, yaitu suatu harta atau kekayaan yang dipergunakan untuk
suatu maksud tertentu; yayasan itu diperlukan sebagai oknum.
Melihat pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan tentang
pengertian badan hukum sebagai subyek hukum itu mencakup hal berikut, yaitu:
a. Perkumpulan orang (organisasi);
b. Dapat melakukan perbuatan hukum (rechtshandeling) dalam hubungan-
hubungan hukum (rechtbetrekking);
14 Chidir Ali, S.H, Badan Hukum, Penerbit Alumni, Bandung, 1999, Hal.18-19
23
c. Mempunyai harta kekayaan tersendiri;
d. Mempunyai pengurus;
e. Mempunyai hak dan kewajiban;
f. Dapat digugat dan menggugat di Pengadilan.15
C. Bentuk-bentuk Perusahaan
Bentuk hukum perusahaan dapat diketahui dari anggaran dasar yang disusun
oleh pengusaha dan dituangkan dalam akta notaris yang biasa disebut akta pendirian
perusahaan. Akta ini berisi identitas perusahaan, alat perlengkapan dan keanggotaan,
harta kekayaan perusahaan, hubungan hukum perusahaan, dasar dan tujuan
perusahaan, berakhir/ bubarnya perusahaan. Akta pendirian perusahaan tidak boleh
bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan.
Bentuk-bentuk perusahaan yang dimaksud antara lain:
a. Perusahaan Perseorangan.
Perusahaan Perseorangan adalah perusahaan yang dilakukan oleh satu orang
pengusaha. Jika dalam perusahaan itu banyak orang yang bekerja, itu adalah
pembantu pengusaha dalam perusahaan, yang hubungan hukumnya dengan
pengusaha bersifat perburuhan dan pemberi kuasa.16
Modal dalam perusahaan perseorangan adalah milik satu orang yaitu milik
pengusaha. Jumlah dari modal ini tidak besar termasuk dalam modal kecil atau
modal lemah.
15 Ibid, halaman 2116 HMN.Poerwosutjipto. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2. Djambatan. Jakarta,
1982, halaman 1.
24
Jenis dari perusahaan perseorangan yaitu:
1. Perusahaan Dagang.
Adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha dagang yaitu perbuatan
membeli dan menjual/ menyewakan barang dengan tujuan memperoleh
keuntungan atau laba.
2. Perusahaan Jasa.
Adalah perusahaan yang bergerak dalam usaha penggunaan jasa dengan alat
bantu yang bertujuan untuk memperoleh imbalan berupa uang.
3. Perusahaan Industri.
Adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha membuat atau
menghasilkan/ memproduksi barang-barang untuk memperoleh keuntungan
atau laba.17
Prosedur mendirikan perusahaan perseorangan:
- Pengusaha datang menghadap notaris untuk minta dibuatkan akta pendirian
yang isi pokoknya telah dirancang oleh pengusaha yang bersangkutan.
- Akta pendirian tidak perlu didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri
dan tidak perlu diumumkan dalam Berita Negara/ Tambahan Berita Negara.
- Setelah memperoleh akta pendirian dari notaris, pengusaha kemudian
menghadap Kepala Kantor Departemen Perdagangan dan Perindustrian
setempat untuk memperoleh ijin usaha.
17 Abdulkadir Muhamad, Op.Cit, halaman 54-55.
25
- Kemudian pengusaha menghadap Kepala Bagian Perekonomian Pemerintahan
Daerah setempat untuk memperoleh surat ijin tempat usaha jika diperlukan.
- Mendaftarkan perusahaannya pada Kantor Departemen Perdagangan
setempat.18
b. Persekutuan Perdata.
Persekutuan berarti persatuan orang-orang yang sama kepentingannya
terhadap suatu perusahaan tertentu, sedangkan sekutu artinya peserta pada suatu
perusahaan. Jadi persekutuan berarti perkumpulan orang-orang yang menjadi
peserta pada suatu perusahaan tertentu.19
Pasal 1618 KUHPdt, disebutkan persekutuan perdata adalah suatu
perjanjian, dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukan
sesuatu ke dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan atau
kemanfaatan yang diperoleh karenanya.
H.M.N Purwosutjipto menyimpulkan bahwa:
a. Persekutuan perdata adalah perserikatan perdata yang menjalankan
perusahaan;
b. Pasal 1618 KUHPdt menyatakan perserikatan perdata adalah perkumpulan
dalam arti luas ditambah dengan dua unsur lagi, yaitu pemasukan dan
pembagian keuntunganatau kemanfaatan.
18 Ibid halaman 55.19 HMN.Poerwosutjipto, Op.Cit, halaman 17.
26
c. Perkumpulan dalam arti luas adalah sekelompok orang yang merupakan
suatu badan yang merupakan suatu badan yang mempunyai 4 unsur, yaitu:
1) Adanya kepentingan bersama;
2) Adanya kesepakatan bersama;
3) Adanya tujuan bersama;
4) Adanya kerja sama.20
Berikut ini adalah prosedur mendirikan Persekutuan Perdata.
Pasal 1618 KUHPdt pesekutuan perdata itu didirikan atas dasar perjanjian.
Pasal 1618 KUHPdt tidak mengharuskan adanya syarat tertulis, maka perjanjian
yang dimaksud bersifat konsensual, yaitu cukup dengan persetujuan kehendak
atau kesepakatan (konsensus).21
Perjanjian untuk mendirikan persekutuan perdata selain harus memenuhi
syarat-syarat yang terdapat dalam pasal 1320 KUHPdt mengenai syarat sah
perjanjian, juga harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Tidak dilarang oleh hukum;
b. Tidak bertentangan dengan tata susila dan ketertiban umum;
c. Harus merupakan kepentingan bersama yang dikejar, yaitu
keuntungan.22
20 Ibid halaman 18-19.21 Ibid halaman 21.22 Ibid halaman 22.
27
Pasal 1619 ayat (2) KUHPdt menetapkan bahwa tiap-tiap sekutu dari
persekutuan perdata diwajibkan memasukan dalam kas persekutuan perdata yan
didirikan itu:
1. Uang, atau
2. Benda-benda lain apa saja yang layak bagi pemasukan, misalnya kredit,
rumah/ gedung, kendaraan bermotor/ truk, alat perlengkapan kantor dan
lain-lain.
3. Tenaga kerja, baik tenaga fisik maupun tenaga pikiran.
Ada dua jenis persekutuan perdata, yaitu:
a. Persekutuan Perdata Umum
Diperjanjikan suatu pemasukan yang terdiri dari seluruh harta kekayaan
masing-masing sekutu atau bagian tertentu dari harta kekayaan secara
umum artinya tanpa perincian.
Persekutuan perdata jenis ini dilarang oleh pasal 1621 KUHPdt karena
dengan adanya pemasukan seluruh atau sebagian harta kekayaan tanpa
perincian itu, orang tidak akan dapat membagi keuntungan secara adil
seperti yang ditetapkan dalam pasal 1633 KUHPdt.
Pasal 1633 KUHPdt menentukan bahwa bila bagian keuntungan dari
masing-masing sekutu tidak ditentukan dalam perjanjian pendirian
persekutuan perdata, maka pembagian keuntungan harus didasarkan atas
keseimbangan pemasukan dari masing-masing sekutu.
28
b. Persekutuan Perdata Khusus
Persekutuan perdata jenis khusus ini para sekutu masing-masing
menjanjikan pamasukan benda-benda tertentu atau sebagian dari pada
tenaga kerjanya.23
c. Persekutuan Firma (Fa).
Pasal 16 KUHD berbunyi:
“Yang dinamakan persekutuan firma ialah tiap-tiap persekutuan perdata yang
didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama”.
Jadi, persekutuan firma adalah persekutuan perdata khusus. Kekhususannya
terletak pada tiga unsur mutlak sebagai tambahan pada persekutuan perdata, yaitu:
a. Menjalankan perusahaan; (pasal 16 KUHD);
b. Dengan nama bersama atau firma; (pasal 16 KUHD);
c. Pertanggungan jawab sekutu yang bersifat pribadi untuk keseluruhan (pasal
18 KUHD), istilah Belanda: “Hoofdelijk voor het gehell”.24
Berikut ini adalah prosedur mendirikan Persekutuan Firma.
1. Menurut Pasal 22 KUHD disebutkan tiap-tiap persekutuan Firma harus
didirikan dengan akta otentik/ notaris.
2. Setelah ada akta pendirian, menurut Pasal 23 KUHD maka akta tersebut
didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri dimana Persekutuan Firma
tersebut berkedudukan.
23 Ibid halaman 23.24 Ibid halaman 45.
29
3. Setelah itu, menurut Pasal 28 maka akta pendirian harus diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia.
Pasal 26 KUHD menentukan isi ikhtisar resmi akta pendirian persekutuan
firma yang harus didaftarkan sebagai berikut:
- Nama lengkap, pekerjaan, dan tempat tinggal para sekutu;
- Penetapan nama bersama atau firma;
- Keterangan apakah Persekutuan Firma bersifat umum atau terbatas pada
menjalankan sebuah cabang perusahaan khusus;
- Nama-nama sekutu yang tidak diberi kuasa untuk menandatangani
perjanjian bagi Persekutuan Firma;
- Saat mulai dan berakhirnya persekutuan;
- Hal-hal lain dan klausula-klausula mengenai hak pihak ketiga terhadap para
sekutu.
Menurut Pasal 16 KUHD persekutuan firma adalah sebenarnya persekutuan
perdata maka bubarnya persekutuan firma berlaku juga peraturan yang sama
dengan persekutuan perdata yaitu dalam Bagian Kedelapan, Bab VII, Buku III
KUHPdt mulai Pasal 1646 s/d 1652, ditambah Pasal 31 s/d 35 KUHD.
Pasal 31 KUHD khusus mengatur kepentingan pihak ketiga. Pasal 31 ayat
(2) KUHD menetapkan bahwa kelalaian dalam pendaftaran dan pengumuman,
berakibat pada tidak berlakunya pembubaran, pengunduran diri, pemberhentian
atau perubahan tadi terhadap pihak ketiga.
30
d. Persekutuan Komanditer (CV).
Persekutuan komanditer ialah persekutuan firma yang mempunyai satu atau
beberapa orang sekutu komanditer. Sekutu komanditer adalah sekutu yang hanya
menyerahkan uang, barang, atau tenaga sebagai pemasukan pada persekutuan,
sedangkan ia tidak turut campur dalam pengurusan atau penguasaan persektuan.25
Persekutuan komanditer mempunyai dua macam sekutu, yaitu sekutu kerja
atau sekutu komplementer dan sekutu tidak kerja (stille vennoot). Sekutu kerja
adalah sekutu yang menjadi pengurus persekutuan sedangkan sekutu tidak kerja
adalah sekutu yang tidak mengurus persekutuan.
Perbedaan kedua sekutu tersebut adalah:
1. Sekutu komanditer wajib menyerahkan uang, benda atau tenaga kepada
persekutuan sebagai yang telah disanggupkan dan berhak menerima
keuntungan dari persekutuan. Tanggung jawab sekutu komanditer terbatas
pada jumlah pemasukan yang telah disanggupkan untuk disetor. Sekutu
komanditer tidak boleh mencampuri tugas sekutu kerja (komplementer),
yaitu pengurus persekutuan. Apabila dilanggar maka Pasal 21 KUHD
memperluas tanggung jawabnya sekutu komanditer sama dengan tanggung
jawab sekutu kerja (komplementer), yaitu tanggung jawab pribadi untuk
keseluruhan (Pasal 18 KUHD).
25 Ibid halaman 73.
31
2. Sekutu kerja berhak memasukan modal ke dalam persekutuan, bertugas
mengurus persekutuan dan bertanggung jawab secara pribadi untuk
keseluruhan.26
Persekutuan Komanditer dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Persekutuan komanditer diam-diam, yaitu persekutuan komanditer yang
belum menyatakan dirinya dengan terang-terangan kepada pihak ketiga
sebagai persekutuan komanditer.
b. Persekutuan komanditer terang-terangan, yaitu persekutuan komanditer
yang dengan terang-terangan menyatakan dirinya sebagai persekutuan
komanditer kepada pihak ketiga.
c. Persekutuan komanditer dengan saham, yaitu persekutuan komanditer
terang-terangan yang modalnya terdiri dari saham-saham.
Pendirian, pendaftaran dan pengumuman Persekutuan Komanditer tidak
diatur dalam KUHD jadi persekutuan komanditer dapat didirikan atas perjanjian
lisan. Tetapi meskipun demikian, praktek di Indonesia menunjukan suatu
kebiasaan bahwa orang yang mendirikan persekutuan komanditer berdasarkan
akta notaries, didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang berwenang dan
diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.27
26 Ibid halaman 74-75.27 Ibid halaman 79
32
e. Perseroan Terbatas (PT).
Perseroan Terbatas adalah persekutuan yang berbentuk badan hukum.
Badan hukum ini tidak disebut “persekutuan” tapi “perseroan” karena modal
badan hukum itu terdiri dari sero-sero atau saham-saham. Istilah terbatas tertuju
pada tanggung jawab pemegang saham atau pesero yang luasnya terbatas pada
nilai nominal saham yang dimilikinya.28
Perseroan Terbatas harus didirikan dengan akte notaris, dengan ancaman
tidak sah kalau tidak demikian. Apabila tidak tepenuhi maka Perseroan yang telah
didirikan tidak akan mendapat pengesahan dari Menteri kehakiman dan tidak
dianggap sebagai badan hukum. Sebelum akte dibuat beberapa orang yang berniat
mendirikan PT berunding dengan notaris yang mencatat maksud dan tujuan para
pendiri dan syarat-ayarat yang akan dicantumkan dalam akte pendirian. Setelah
akta dibuat dikirimkan kepada Menteri Kehakiman untuk mendapatkan
pengesahan.29
Ciri-ciri PT adalah:
1) Pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas
perikatan yang dibuat atas nama perseroan, dan
2) Pemegang saham tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi
nilai saham yang telah diambilnya dan tidak meliputi harta kekayaannya.
28 Ibid halaman 8729 Rochmat Soemitro. Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf. PT Eresco.
Bandung, 1993, halaman 6.
33
Perseroan Terbatas merupakan badan hukum mandiri yang mempunyai
karakteristik yang ditentukan oleh undang-undang yaitu:
1) Sebagai asosiasi modal;
2) Kekayaan dan utang perseroan adalah terpisah dari kekayaan dan utang
pemegang saham;
3) Tanggung jawab pemegang saham adalah terbatas pada yang disetorkan;
4) Adanya pemisahaan fungsi antara pemegang saham dan pengurus (Direksi);
5) Mempunyai komisaris yang berfungsi sebagai pengawas;
6) Kekuasaan tertinggi berada pada Rapat Umum Pemegang Saham atau yang
biasa disingkat dengan RUPS. 30
Perseroan terbatas mempunyai kekayaan sendiri terpisah dari kekayaan
masing-masing pemegang saham perseroan. Termasuk dalam harta kekayaan
perseroan terbatas adalah modal, yang terdiri dari:
a. Modal perseroan atau modal dasar, yaitu jumlah maksimum modal yang
disebut dalam akta pendirian.
b. Modal yag disanggupkan atau ditempatkan.
c. Modal yang disetor, yaitu modal yang benar-benar telah disetor oleh para
pemegang saham pada kas perseroan.
Kekayaan perseroan terdiri dari aktiva dan pasiva. Yang disebut aktiva
adalah:
30 Soejono Dirdjosisworo. Hukum Perusahaan Mengenai bentuk-Bentuk Perusahaan (Badab Usaha) Di Indonesia. CV Mandar Maju. Bandung. 1993. halaman 49.
34
1) Modal yang disetor;
2) Tagihan perseroan terhadap pemegang saham yang belum penuh melunasi
sahamnya;
3) Tagihan-tagihan terhadap pihak ketiga;
4) Benda bergerak dan tetap milik perusahaan;
Pasiva adalah hutang-hutang dan kewajiban-kewajiban lainnya atas
perseroan, yang setiap hari selalu berubah, bertambah dan mengurang. Begitu
pula dengan aktiva setiap hari selalu berubah, bertambah dan mengurang jadi
kekayaan perseroan itu selalu berubah.
Kekayaan perseroan terbatas yang sifatnya selalu berubah berbeda dengan
modal perseroan atau modal dasar yang sifatnya relative tetap, sebab jumlah
maksimal sudah ditetapkan dalam akta pendirian.31
Alat perlengkapan dari perseroan terbatas adalah:
1. Rapat umum pemegang saham.
2. Pengurus.
3. Komisaris.32
f. Koperasi.
Kata “koperasi” (coorperation-corperatie) berarti kerja sama. Koperasi
adalah suatu kerja sama antara orang-orang yang tidak bermodal untuk mencapai
31 HMN.Poerwosutjipto, Op.Cit, halaman 103.32 Ibid halaman 129.
35
suatu kemakmuran bersama. Kerja sama yang dilakukan oleh orang-orang
bermodal bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bersama.
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
menyebutkan:
( 1 ) Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
( 2 ) Perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan koperasi.( 3 ) Koperasi primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan
orang seoramg.( 4 ) Koperasi sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan
koperasi.( 5 ) Gerakan koperasi adalah keseluruhan organisasi Koperasi dan kegiatan
perkoperasian yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita bersama Koperasi.
Koperasi dari segi ekonomi adalah perkumpulan yang memiliki ciri-ciri
khusus sebagai berikut:
1. Beberapa orang yang disatukan oleh kepentingan ekonomi yang sama.
2. Tujuam mereka baik secara bersama-sama maupun secara individual adalah
memajukan kepentingan bersama dengan tindakan bersama secara
kekeluargaan dan gotong royong.
3. Alat untuk mencapai tujuan itu adalah badan usaha yang dimiliki bersam,
dibiayai bersama dan dikelola bersama.
4. Tujuan utama badan usaha itu ialah memajukan kepentingan ekonomi
semua anggota pekumpulan.
36
Apabila perkumpulan yang memiliki ciri-ciri tersebut didaftarkan, sehingga
memperoleh pengakuan resmi (sah) berdasarkan undang-undang maka
perkumpulan itu disebut koperasi dari segi hukum.33
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
menyebutkan:
( 1 ) Koperasi melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut:a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota.d. Pemberian balas jasa yang tebatas terhadap modal.e. Kemandirian.
( 2 ) Dalam mengembangkan Koperasi, maka Koperasi melaksanakan pula prinsip sebagai berikut:a. Pendidikan perkoperasian.b. Kerjasama antar Koperasi.
Syarat pembentukan Koperasi terdapat dalam Pasal 6 Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yaitu:
a. Koperasi Primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 (duapuluh) orang.
b. Koperasi sekunder dibentuk sekurang-kurangnya 3 (tiga) koperasi.
Pembentukan koperasi sebagaimana di atas dilakukan dengan akta pendirian
yang memuat Anggaran Dasar dan mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah
Negara Republik Indonesia.
Pasal 21 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
menyebutkan perangkat organisasi Koperasi terdiri dari:
33 Abdulkadir Muhamad, Op.Cit, halaman 80.
37
1. Rapat Anggota.
2. Pengurus.
3. Pengawas.
Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi
dan pelaksanaanya diatur dalam Anggaran Dasar.
Pasal 23 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
menyebutkan bahwa:
Rapat Anggota menetapkan:a. Anggaran Dasarb. Kebijakan umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha Koperasi.c. Pemilihan, pengangkatan, pemberhentian Pengurus dan Pengawas.d. Rencana kerja, rencana anggaran, pendapatan dan belanja koperasi, serta
pengesahan laporan keuangan.e. Pengesahan pertanggungjawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya.f. Pembagian sisa hasil usaha.g. Penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran Koperasi.
Pasal 29 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
menyebutkan bahwa Pengurus dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam
Rapat Anggota dengan masa jabatan paling lama 5 (lima) tahun.
Tugas pengurus yang tercantum dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian adalah:
a. Mengelola Koperasi dan usahanya.b. Memajukan rencana-rencana kerja serta rancangan rencana anggaran
dan pendapatan dan belanja Koperasi.c. Menyelenggarakan Rapat Anggota.d. Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan
tugas.e. Menyelenggarakan pembukuan keuamgam dan inventaris secara tertib.f. Memelihara daftar buku anggota dan pengurus.
38
Pengawas dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat Anggota
dengan tugas sebagai berikut:
a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan
pengelolaan Koperasi.
b. Membuat laporan tertulis tentang pengawasannya.
D. Daftar Perusahaan
1. Pengertian Daftar Perusahaan
Perumusan Pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982
tentang Wajib Daftar Perusahaan menyatakan bahwa:
“Daftar perusahaan adalah daftar catatan resmi yang diadakan menurut atau
berdasarkan ketentuan Undang-undang ini dan atau peraturan-peraturan
pelaksanaannya, dan memuat hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap
perusahaan serta disahkan oleh pejabat yang berwenang dari kantor pendaftaran
perusahaan.”
Adanya daftar perusahaan diharapkan dapat menciptakan iklim usaha
yang sehat dan tertib tanpa adanya kecurangan dalam berusaha. mencegah dan
menghindari praktek-praktek usaha yang tidak jujur.
2. Wajib Daftar Perusahaan
Pasal 5 Undang-Undang No. 3 Tahun 1982 menyebutkan:
( 1 ) Setiap perusahaan wajib didaftarkan dalam Daftar Perusahaan. ( 2 ) Pendaftaran wajib dilakukan oleh pemilik atau pengurus perusahaan yang
bersangkutan atau dapat diwakilkan kepada orang lain dengan memberikan surat kuasa yang sah.
39
( 3 ) Apabila perusahaan dimiliki oleh beberapa orang, para pemilik berkewajiban untuk melakukan pendaftaran. Apabila salah seorang daripada mereka telah memenuhi kewajibannya, yang lain dibebaskan daripada kewajiban tersebut.
( 4 ) Apabila pemilik dan atau pengurus dari suatu perusahaan yang berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia tidak bertempat tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia, pengurus atau kuasa yang ditugaskan memegang pimpinan perusahaan berkewajiban untuk mendaftarkan.
Daftar perusahaan bersifat terbuka maksudnya adalah daftar perusahaan
itu dapat dipergunakan oleh pihak ketiga sebagai sumber infoormasi. Setiap
orang yang berkepentingan dapat memperoleh salinan atau petikan resmi dari
keterangan yang tercantum dalam daftar perusahaan dari perusahaan tertentu.
Arti penting dari daftar perusahaan bagi badan usaha ialah
1. Sebagai ajang promosi bagi perusahaan sehingga memudahkan
memasarkan produknya,
2. Untuk kepastian usaha sehingga memudahkan perluasan usaha dengan
adanya penanaman modal dari pihak lain yang berminat atas kegiatan
perusahaan,
3. Membuat manajemen perusahaan lebih sehat karena masyarakat diajak
berperan serta secara tidak langsung untuk mengawasi perusahaan,
4. Mendapatkan pembinaan dan dukungan dari Pemerintah mengenai
permodalan dengan kredit-kredit prioritas, pameran-pameran produk di
dalam negeri maupun di luar negeri serta manajemen usaha,
5. Mendapatkan kemudahan dalam kemitraan dan kerjasama usaha merger
dan akuisisi, penyertaan modal dan lain-lain
40
6. Badan Usaha menjadi terlindungi dari praktek usaha yang tidak jujur.
Arti penting daftar perusahaan bagi pemerintah antara lain:
1. Merupakan langkah maju dalam menciptakan iklim usaha yang sehat dan
tertib,
2. Memudahkan mengikuti perkembangan dunia usaha secara menyeluruh
termasuk dalam pengawasan terhadap perusahaan asing yang berdiri dan
menjalin kerjasama di Indonesia.
3. Pengembangan usaha dengan penetapan kebijakan usaha dari pemerintah
yang terarah,
4. Memajukan bimbingan pembinaan dan pengawasan segala aktivitas usaha
karena setiap pendaftaran menjadi bahan acuan dalam menyusun
kebijakan-kebijakan dibidang investasi, pasal modal,
perbankan/perkreditan dan hutang luar negeri pihak swasta di masa
mendatang.
Arti penting daftar perusahaan bagi masyarakat adalah sebagai
perlindungan bagi masyarakat yang tidak ingin dirugikan apabila ternyata
perusahaan tersebut tidak jujur yang dapat diketahui keadaan perusahaan
tersebut melalui daftar perusahaan pada Kantor Pendaftaran Perusahaan.
Hal-hal yang wajib didaftarkan tergantung dari jenis perusahaan yang
akan dilakukan pendaftaran perusahaan apakah berbentuk Perseroan Terbatas,
Koperasi, Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma, perorangan, perusahaan
berbentuk usaha lainnya.
41
Ada juga beberapa jenis badan usaha yang tidak memerlukan izin usaha
atau tidak masuk ke dalam daftar badan usaha yang harus menjadi wajib daftar.
Menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan, perusahaan tersebut diantaranya ialah :
- Perusahaan Negara berbentuk Perusahaan Jawatan (PERJAN).
- Perusahaan kecil perorangan yang dijalankan sendiri atau hanya
mempekerjakan anggota keluarga terdekat dan benar-benar untuk
memperoleh keuntungan sekedar dan untuk memenuhi nafkah sehari-hari.
Kegiatan usaha tersebut tidak memerlukan izin usaha dan bukan merupakan
badan hukum atau suatu persekutuan. Anggota keluarga sendiri yang terdekat
adalah keluarga dalam hubungan sampai derajat ketiga, baik menurut garis
lurus maupun menurut garis kesamping termasuk menantu dan ipar.
- Perusahaan-perusahaan yang tidak bertujuan memperoleh keuntungan dan
atau laba.
Adapun bentuk badan usaha yang masuk dalam wajib daftar meliputi :
- Perseroan Terbatas
- Koperasi Persetujuan Komanditer atau CV
- Firma atau Fa
- Perusahaan Perorangan atau PO
- Bentuk usaha lain diluar yang tersebut diatas terdiri antara lain Perusahaan
Umum (PERUM), Perusahaan Daerah (PD), Perusahaan Perwakilan Asing.
42
Wajib daftar merupakan suatu keharusan atau prosedur hukum yang harus
ditaati oleh semua badan usaha dan perusahaan yang berkedudukan dan
menjalankan usahanya di wilayah Negara Republik Indonesia menurut
ketentuan perundangan yang berlaku, termasuk di dalamnya berlaku juga bagi
kantor cabang, kantor pembantu anak perusahaan, agen dan perwakilan dari
perusahaan yang mempunyai wewenang untuk mengadakan perjanjian.
Hal tersebut sesuai dengan perumusan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan menyatakan Perusahaan yang
wajib didaftar dalam Daftar Perusahaan adalah setiap perusahaan yang
berkedudukan dan menjalankan usahanya di wilayah Negara Republik
Indonesia menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
termasuk di dalamnya kantor cabang, kantor pembantu, anak perusahaan serta
agen dan perwakilan dari perusahaan itu yang mempunyai wewenang untuk
mengadakan perjanjian.
Pasal 9 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan menyebutkan tentang cara dan tempat serta waktu pendaftaran,
yaitu:
(1) Pendaftaran dilakukan dengan cara mengisi formulir pendaftaran yang ditetapkan oleh Menteri pada kantor tempat pendaftaran perusahaan.
(2) Penyerahan formulir pendaftaran dilakukan pada kantor pendaftaran perusahaan, yaitu : a. di tempat kedudukan kantor perusahaan; b. di tempat kedudukan setiap kantor cabang, kantor pembantu
perusahaan atau kantor anak perusahaan; c. di tempat kedudukan setiap kantor agen dan perwakilan perusahaan
yang mempunyai wewenang untuk mengadakan perjanjian.
43
(3) Dalam hal suatu perusahaan tidak dapat didaftarkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pasal ini, pendaftaran dilakukan pada kantor pendaftaran perusahaan di Ibukota Propinsi tempat kedudukannya.
Perusahaan yang tidak mendaftarkan perusahaannya dikenakan sanksi
berupa sanksi pidana kejahatan yang terdapat dalam Pasal 32 Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.
Pasal 32 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan menyebutkan:
( 1 ) Barang siapa yang menurut undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya diwajibkan mendaftarkan perusahaannya dalam Daftar Perusahaan yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya tidak memenuhi kewajibannya diancam dengan pidana penjara selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah).
( 2 ) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini merupakan kejahatan.
Perusahaan yang melakukan pendaftaran secara keliru dan tidak lengkap
dihukum dengan sanksi pidana pelanggaran yang terdapat dalam Pasal 33 dan
Pasal 34 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan.
Pasal 33 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan menyebutkan:
Pasal 33
( 1 ) Barang siapa melakukan atau menyuruh melakukan pendaftaran secara keliru atau tidak lengkap dalam Daftar Perusahaan diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah).
( 2 ) Tindak pidana tersebut dalam ayat (1) pasal ini merupakan pelanggaran.
44
Pasal 33 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan menyebutkan:
Pasal 34
( 1 ) Barang siapa tidak memenuhi kewajibannya menurut Undang-undang ini dan atau peraturan-peraturan pelaksanaannya untuk menghadap atau menolak untuk menyerahkan atau mengajukan sesuatu persyaratan dan atau keterangan lain untuk keperluan pendaftaran dalam Daftar Perusahaan diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 2 (dua) bulan atau pidana denda setinggitingginya Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah).
( 2 ) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini merupakan pelanggaran.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
normatif atau legal research yaitu pendekatan yang menggunakan konsepsi legisme
positivistis. Dalam konsepsi ini hukum dipandang identik dengan norma-norma
tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga dan pejabat yang berwenang.
Konsep ini memeandang hukum sebagai sistem normatif yang bersifat otonom.34
B. Spesifikasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian yang bersifat deskriptif,
yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau gejala dari
suatu objek yang diteliti secara menyeluruh dan sistematis. Suatu penelitian deskriptif
dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia,
keadaan atau gejala-gejala lainnya dengan membatasi permasalahan dan
pendekatannya.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi bertempat di perpustakaan (pusat informasi ilmiah) Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman dan Perpustakaan Pusat Universitas Jenderal
Soedirman dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten
Banyumas dan Badan Penanaman Modal Kabupaten Banyumas.
34 Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988, halaman 13.
46
D. Sumber Data
1. Sumber Data Sekunder
Data sekunder diperlukan dalam penelitian ini mengingat penelitian yang akan
digunakan adalah pendekatan yuridis normatif. Data sekunder di bidang hukum
dipandang dari sudut mengikat dapat dibedakan, yaitu :
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum yang sifatnya mengikat berupa peraturan perundangan yang
berlaku. Terdiri dari : Undang-undang Dasar (UUD) 1945, Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan.
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum yang merupakan penjelasan dari bahan hukum primer, yang
diperoleh di luar bahan hukum primer melalui dokumen-dokumen, literatur
atau data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas dan
Badan Penanaman Modal Kabupaten Banyumas serta dokumen yang
berhubungan dengan permasalahan yang menjadi obyek penelitian.
c. Bahan hukum tersier
Bahan hukum yang merupakan penjelasan dari bahan hukum primer dan
sekunder.35
35 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali, Jakarta, 1985. Halaman 13.
47
2. Sumber Data Primer
Data primer berupa keterangan-keterangan dari pihak-pihak atau staf yang
bidang kerjanya berkaitan dengan masalah yang diteliti di Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Banyumas dan Badan Penanaman Modal
Kabupaten Banyumas.
E. Metode Pengumpulan Data
1. Data sekunder
Data yang diperoleh dari studi pustaka yaitu mengumpulkan, mencatat bahan-
bahan kepustakaan yang berupa peraturan perundang-undangan, literature dan
dokumen yang terkait dengan permasalahan yang diteliti, untuk selanjutnya
dipelajari sebagai kesatuan yang utuh.
2. Data primer
Data yang diperoleh dari interview atau wawancara dengan pihak yang terkait
dengan masalah yang diteliti pada pejabat di Dinas Perindustrian, Perdagangan
dan Koperasi Kabupaten Banyumas dan Badan Penanaman Modal Kabupaten
Banyumas untuk melengkapi data sekunder.
F. Metode Penyajian Data
Metode penyajian data dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk
uraian yang disusun secara sistematis, logis, dan rasional. Dalam arti keseluruhan
data yang diperoleh akan dihubungkan satu dengan yang lainnya disesuaikan dengan
pokok permasalahan yang diteliti, sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh.
48
G. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis secara normatif kualitatif, yaitu dengan
melakukan penelaahan, penjabaran dan penafsiran data-data berdasarkan kaidah-
kaidah hukum atau norma hukum, teori-teori hukum serta pengertian-pengertian
hukum guna menjawab pokok permasalahan dan tujuan penelitian.
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan mengenai Wajib Daftar
Perusahaan di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Banyumas
dan Badan Penanaman Modal Kabupaten Banyumas didapatkan hasil penelitian
berupa data primer dan data sekunder yang merupakan data utama dari penelitian ini.
Data sekunder diperoleh dari peraturan perundang-undangan, arsip maupun
buku-buku. Data primer dalam penelitian ini didapatkan dengan cara wawancara
secara langsung dengan Wartono, Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Usaha
Perdagangan di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten
Banyumas serta Sulistyowati, Kepala Bidang Perijinan Badan Penanaman Modal
Kabupaten Banyumas.
Data-data tersebut oleh penulis disajikan dalam bentuk uraian yang disusun
secara sistematis.
1. Data Sekunder
1.1. Pengertian
1.1.1. Pengertian Tanda Daftar Perusahaan dalam Pasal 1 ayat (8) Peraturan
Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 4 Tahun 2005 tentang Tanda Daftar
Perusahaan adalah tanda daftar yang diberikan kepada setiap perusahaan
sebagai bukti bahwa perusahaan telah melaksanakan pendaftaran dalam
50
daftar perusahaan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku.
1.1.2. Pengertian Pengusaha dalam Pasal 1 ayat (16) Peraturan Daerah
Kabupaten Banyumas Nomor 4 Tahun 2005 tentang Tanda Daftar
Perusahaan adalah setiap orang perorangan atau persekutuan atau badan
hukum yang menjalankan suatu jenis perusahaan.
1.1.3. Pengertian Perusahaan dalam Pasal 1 ayat (17) Peraturan Daerah
Kabupaten Banyumas Nomor 4 Tahun 2005 tentang Tanda Daftar
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis
usaha yang bersifat tetap dan terus menerus yang didirikan, bekerja serta
berkedudukan di Kabupaten Banyumas, untuk tujuan memperoleh
keuntungan dan atau laba.
1.1.4. Pengertian Kantor Pendaftaran Perusahaan dalam Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 37/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penyelenggaraan
Pendaftaran Perusahaan adalah unit organisasi yang bertugas dan
bertanggung jawab sebagai penyelenggara wajib daftar perusahaan yang
ditetapkan Menteri.
1.1.5. Pengertian Pejabat Penerbit Tanda Daftar Perusahaaan dalam Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 37/M-DAG/PER/9/2007 tentang
Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan adalah Kepala Dinas yang tugas
dan tanggung jawabnya di bidang perdagangan di wilayah kerjanya atau
51
pejabat yang bertugas dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu atau pejabat lain yang ditetapkan.
1.1.6. Pengertian Perangkat Daerah Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu
Pintu dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006
tentang Pedoman Penyelenggaran Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah
perangkat Pemerintah Daerah yang memiliki tugas pokok dan fungsi
mengelola semua bentuk pelayanan perizinan dan non perizinan di daerah
dengan sistem satu pintu.
1.1.7. Pengertian Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyelenggaran Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah kegiatan
penyelenggaraan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya
mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen
dilakukan dalam satu tempat.
1.2. Keadaan Umum Kabupaten Banyumas.
1.2.1. Kondisi Wilayah
Kabupaten Banyumas merupakan salah satu bagian wilayah Propinsi Jawa
Tengah yang terletak diantara 108 39 17 sampai dengan 109 27 15
Bujur Timur dan 7 15 05 sampai dengan 7 37 10 Lintang Selatan.
Kabupaten Banyumas terdiri dari 27 Kecamatan dan berbatasan dengan
beberapa Kabupaten yaitu:
Sebelah Utara : Kabupaten Tegal dan Pemalang
52
Sebelah Timur : Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, dan
Kabupaten Kebumen
Sebelah Selatan : Kabupaten Cilacap
Sebelah Barat : Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes.
1.2.2. Luas Wilayah
Wilayah Banyumas mempunyai luas 132.759 ha. Luas wilayah tersebut
merupakan sawah seluas 32.782 ha, sawah dengan pengairan teknis seluas
10.313 ha, lahan bukan sawah 100.091 ha sedangkan 18.811 ha adalah
tanah untuk pemukiman, bangunan, pekarangan/ halaman. Dari 27
Kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas, kecamatan Cilongok
merupakan Kecamatan yang mempunyai wilayah paling luas yaitu sekitar
10.534 ha. Sedangkan Kecamatan Purwokerto Barat merupakan
Kecamatan wilayah yang paling sempit yaitu sekitar 740 ha.
1.2.3. Topografi
Kabupaten Banyumas merupakan wilayah dengan daerah dataran yang
tersebar di bagian Tengah dan Selatan serta membujur dari Barat ke
Timur. Ketinggian wilayah di Banyumas sebagian besar berada pada
kisaran 25-100 M dpl yaitu pada luas 42310,3 ha dan 100-500 dpl yaitu
pada luas 40385,3 ha. Berdasarkan kemiringan wilayah, Kabupaten
Banyumas mempunyai kemiringan yang terbagi dalam 4 kategori yaitu:
- 0 - 2 meliputi areal seluas 43.876,9 ha atau 33,15% yaitu
wilayah bagian Tengah dan Selatan.
53
- 2 - 15 meliputi areal seluas 21.294,5 ha atau 16,04% yaitu
sekitar Gunung Slamet.
- 15 - 40 meliputi areal seluas 35.141,3 ha atau 25,47% yaitu
daerah lereng Gunung Slamet.
- 40 meliputi areal seluas 32.446,3 ha atau 21,11% yaitu daerah
lereng Gunung Slamet.
1.2.4. Pembagian Wilayah Administrasi
Kabupaten Banyumas terdiri dari 331 Desa/Kelurahan yang tersebar di 27
kecamatan. Dari 331 Desa/Kelurahan di Kabupaten Banyumas jumlah
Kelurahan seluruhnya 30 Kelurahan, 27 kelurahan terletak di Kotip
Purwokerto dan 3 Kelurahan berada di Kecamatan Sumpiuh.
1.3. Visi dan Misi Kabupaten Banyumas
Visi dan Misi Kabupaten Banyumas tahun 2008-2013 yang tertuang dalam
Profil Peluang Potensi dan Investasi Kabupaten Banyumas yaitu:
1.3.1. Visi Kabupaten Banyumas
Mensejajarkan Kabupeten Banyumas dengan Kabupaten Lainnya yang
telah maju bahkan melebihi (Banyumas maju, Amanah, Bangkit dan
Sejahtera).
1.3.2. Misi Kabupaten Banyumas
a. Mensejahterakan Kabupaten Banyumas.
54
b. Meningkatkan Pembangunan berbasis kawasan disertai peningkatan
infrastuktur, pemanfaatan potensial sumber daya alam, pengelolaan
lingkungan hidup secara optimal dalam kerangka pmbagunan
berkelanjutan.
c. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan benar didukung
aparatur yang bersih dan berwibawa, pelayana prima, suasana
kondusif dan demokratis, serta penegakan hokum.
d. Meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi dengan
menekankan pada pengembangan investasi berbasis sector unggulan
daerah dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
e. Mewujudkan masyarakat yang cerdas, sehat, berbudaya, beriman dan
bertakwa sehingga mampu berpartisipasi dalam pelaksanaan
pembangunan.
1.4. Gambaran Umum Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten
Banyumas.
1.4.1. Visi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten
Banyumas tahun 2008-2013.
Terwujudnya industri, perdagangan, koperasi dan usaha kecil menengah
yang maju dan berdaya saing tinggi.
1.4.2. Misi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten
Banyumas tahun 2008-2013.
55
Memperdayakan usaha industri, perdagangan mikro, kecil, menengah dan
koperasi melalui peningkatan kelembagaan, pembinaan, pengembangan
fasilitasi pembiayaan dan kemitraan.
1.4.3. Tugas Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten
Banyumas.
Pasal 22 Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Banyumas menyebutkan:
“Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Banyumas mempunyai tugas melaksanakan teknis operasional urusan pemerintah daerah bidang perindustrian, bidang perdagangan serta bidang koperasi dan usaha kecil dan menengah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.”
1.5. Gambaran Umum Badan Penanaman Modal Kabupaten Banyumas.
1.5.1. Visi Badan Penanaman Modal adalah Terwujudnya Pelayanan Prima
untuk mendukung iklim dan daya tarik Penanaman Modal di Kabupaten
Banyumas.
1.5.2. Misi Badan Penanaman Modal adalah:
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia aparatur yang
profesional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan perijinan yang sederhana, cepat,
transparan dan berpekastian hukum.
3. Membuka peluang bagi investor untuk menanamkan dan
mengembangkan modal di Kabupaten Banyumas.
56
4. Melakukan kajian potensi daerah dan iklim usaha untuk meningkatkan
daya tarik penanaman modal.
1.5.3. Untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat
maka pada saat ini jumlah pegawai BPM Kabupaten Banyumas sebanyak
49 orang, untuk melayani 24 jenis layanan perijinan. Pegawai-pegawai
tersebut direkrut berdasarkan kompetensi pada bidangnya masing-masing,
sehingga telah berpengalaman dan ahli dibidang pelayanan yang akan
ditangani. Dengan demikian pegawai yang ditugaskan di BPM telah
dilakukan penilaian terhadap kinerjanya.
1.5.4. Badan Penanaman Modal Kabupaten Banyumas sebagai penyelenggara
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Setempat, berdasar Buku Panduan 24 Jenis
Perijinan Badan Penanaman Modal Kabupaten Banyumas melayani dan
memroses 24 perijinan yaitu sebagai berikut:
1. Izin Gangguan (HO).
2. Izin Membangun Bangunan.
3. Izin Usaha Perdagangan (IUP).
4. Izin Usaha Industri (IUI).
5. Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
6. Tanda Daftar Industri (TDI).
7. Tanda Daftar Gudang (TDG).
8. Izin Tempat Menjual Minuman Beralkohol.
9. Izin Penggunaan Lokasi Pedagang Kaki Lima.
57
10. Izin Penggunaan Tanah Kekayaan Pemda.
11. Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK).
12. Ijin Pemakaian Air Bawah Tanah (ABT).
13. Izin Bahan Galian Golongan C (BGGC).
14. Izin Usaha Pengilingan Padi, Huller dan Penyosohan Beras.
15. Izin Usaha Rumah Makan.
16. Izin Usaha Salon.
17. Izin Usaha Perjalanan Wisata.
18. Izin Usaha Angkutan.
19. Izin Reklame/ Pajak Reklame.
20. Izin Lokasi.
21. Izin Usaha Pasar Modern.
22. Persetujuan Prinsip dan Pendirian SPBU.
23. Persetujuan Prinsip dan Izin Usaha Hotel.
24. Persetujuan Prinsip dan Izin Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum
(URHU).
1.6. Gambaran Umum Wajib Daftar Perusahaan.
Data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Koperasi Kabupaten Banyumas yang didapat dari buku Rekapitulasi
Penerbitan Tanda Daftar Perusahaan adalah sebagai berikut:
1.6.1. Data pada tahun 2007 menerangkan bahwa jumlah perusahaan yang telah
terdaftar dan memperoleh Tanda Daftar Perusahaan pada tahun 2007
58
sebanyak 580 perusahaan, dengan rincian yang berbentuk PT berjumlah
45 perusahaan, Koperasi berjumlah 13, CV berjumlah 141 perusahaan dan
perusahaan Perorangan berjumlah 380 perusahaan. Pada tahun ini
perusahaan yang berbentuk Firma dan bentuk perusahaan lain tidak ada
yang mendaftarkan perusahaannya.
1.6.2. Data pada tahun 2008 menerangkan bahwa jumlah perusahaan yang telah
terdaftar dan memperoleh Tanda Daftar Perusahaan pada tahun 2008
sebanyak 705 perusahaan, dengan rincian yang berbentuk PT berjumlah
51 perusahaan, Koperasi berjumlah 10, CV berjumlah 177 perusahaan dan
perusahaan Perorangan berjumlah 467 perusahaan. Pada tahun 2008 sama
seperti tahun 2007 perusahaan yang berbentuk Firma dan bentuk
perusahaan lain tidak ada yang mendaftarkan perusahaannya.
1.6.3. Data pada tahun 2009 menerangkan bahwa jumlah perusahaan yang telah
terdaftar dan memperoleh Tanda Daftar Perusahaan pada tahun 2009
sebanyak 789 perusahaan, dengan rincian yang berbentuk PT berjumlah
72 perusahaan, Koperasi berjumlah 5, CV berjumlah 212 perusahaan,
perusahaan Perorangan berjumlah 487 perusahaan, dan bentuk perusahaan
lain berjumlah 10. Pada tahun ini perusahaan yang berbentuk Firma tidak
ada yang mendaftarkan perusahaannya.
1.6.4. Data pada tahun 2007 menerangkan bahwa jumlah perusahaan yang
memperharuai Tanda Daftar Perusahaannya sebanyak 373 perusahaan,
dengan rincian yang berbentuk PT berjumlah 30 perusahaan, Koperasi
59
berjumlah 12, CV berjumlah 78 perusahaan dan perusahaan Perorangan
berjumlah 248 perusahaan, Bentuk Perusahaan Lain berjumlah 4. Pada
tahun ini perusahaan yang berbentuk Firma tidak ada yang memperbaharui
tanda daftar perusahaannya.
1.6.5. Data pada tahun 2008 menerangkan bahwa jumlah perusahaan yang
memperharuai Tanda Daftar Perusahaannya sebanyak 373 perusahaan,
dengan rincian yang berbentuk PT berjumlah 30 perusahaan, Koperasi
berjumlah 10, CV berjumlah 91 perusahaan dan perusahaan Perorangan
berjumlah 270 perusahaan, Bentuk Perusahaan Lain berjumlah 2. Pada
tahun ini perusahaan yang berbentuk Firma tidak ada yang memperbaharui
tanda daftar perusahaannya.
1.6.6. Data pada tahun 2009 menerangkan bahwa jumlah perusahaan yang
memperharuai Tanda Daftar Perusahaannya sebanyak 324 perusahaan,
dengan rincian yang berbentuk PT berjumlah 28 perusahaan, Koperasi
berjumlah 11, CV berjumlah 86 perusahaan dan perusahaan Perorangan
berjumlah 197 perusahaan, Bentuk Perusahaan Lain berjumlah 2. Pada
tahun ini perusahaan yang berbentuk Firma tidak ada yang memperbaharui
tanda daftar perusahaannya.
1.7. Pengaturan tentang Wajib Daftar Perusahaan dalam Peraturan Daerah Nomor
4 Tahun 2005 sebagai peraturan pelaksana di Kabupaten Banyumas.
1.7.1. Pemerintah Daerah Kabuparen Banyumas dalam rangka pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan
60
mengeluarkan peraturan pelaksana berupa Peraturan Daerah Kabupaten
Banyumas Nomor 4 Tahun 2005 tentang Tanda Daftar Perusahaan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.
1.7.2. Pertimbangan Peraturan Daerah tersebut menjelaskan bahwa Peraturan
Daerah tersebut dibuat dalam rangka pembinaan, pengarahan, pengawasan
dan menciptakan dunia usaha yang sehat serta mencatat setiap kegiatan
usaha sehingga lebih menjamin perkembangan dan kepastian berusaha di
Kabupaten Banyumas.
1.8. Pelaksanaan Daftar Perusahaan
1.8.1. Tata cara permohonan Pendaftaran Perusahaan di Banyumas sebelumnya
diatur dalam Pasal 5 ayat (3) Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas
Nomor 4 Tahun 2005 tentang Tanda Daftar Perusahaan yang diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Bupati Banyumas Nomor 42 Tahun 2005 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 4
Tahun 2005 tentang Tanda Daftar Perusahaan yaitu apabila ada
permohonan baru, yang dilakukan adalah:
1. Pemohon mengajukan permohonan kepada Bupati, Kepala Dinas yang
menangani di bidang perdagangan, selaku Kepala KPP;
2. Pendaftaran wajib dilakukan oleh pemilik atau pengurus/ penanggung
jawab atau kuasa perusahaan yang sah;
3. Mengisi formulir pendaftaran secara lengkap dan benar;
61
4. Formulir pendaftaran perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT)
harus ditandatangani oleh Penanggung jawab/ Direktur Utama;
5. Formulir pendaftaran perusahaan untuk perusahaan berbentuk CV,
Firma, Perorangan, Perusahaan lain, Kantor Cabang, Kantor
Pembantu, dan Perwakilan Perusahaan harus ditandatagani oleh
Pengurus/ Penanggung jawab atau Pemilik;
6. Membayar Biaya Administrasi Tanda Daftar Perusahaan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
1.8.2. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 37/M-DAG/PER/9/2007 tentang
Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan dalam Pasal 5 ayat (5) yang
menyebutkan bahwa Bupati/Walikota, kecuali Provinsi DKI Jakarta
melimpahkan wewenang penerbitan Tanda Daftar Perusahaan kepada
kepala dinas yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang perdagangan
atau pejabat yang bertugas dan bertanggung jawab dalam Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Setempat.
1.8.3. Pelayanan Terpadu satu pintu atau one top service yang diatur berdasar
Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu pintu menyebabkan proses
perijinan Wajib Daftar Perusahaan diserahkan ke kantor Pelayanan
Terpadu Satu Pintu.
1.8.4. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu
Satu pintu di Bidang Penanaman Modal dalam Pasal 7 menyebutkan
62
bahwa penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dilaksanakan oleh
Badan Penanaman Modal.
1.8.5. Bagan Mekanisme Proses Perizinan di Badan Penanaman Modal adalah
sebagai berikut:
Keterangan:
1. Pemeriksaan berkas
Berkas lengkap dan benar diterima
2. Berkas untuk mendapat disposisi proses
3. Berkas diproses
4. Rapat dengan tim perizinan dan peninjauan lokasi
5. Konsep SK izin/ izin ditolak
6. Tanda tangan SK izin/ izin ditolak
KEPALA BPM
SUBBID PELAYANAN PERIZINAN
PEMOHON
LOKET Pembayaran dan
Pengambilan izin
SUBBID PEMEROSESAN
PERIZINAN
KABID PERIZINAN
TIM PERIZINAN
7
9
1
8
25 3
8
4
6
Izin Ditolak
63
7. SK izin/ izin ditolak diregistrasi
8. a. Izin ditolak dikembalikan
b. izin diterima diberi surat panggilan
9. pemohon membayar retribusi dan mengambil SK izin.
1.8.6. Buku Panduan 24 Jenis Perijinan Badan Penanaman Modal Kabupaten
Banyumas menyebutkan bahwa waktu standar pelayanan proses perijinan
sampai diterbitkan Tanda Daftar Perusahaan minimal 3 (tiga) hari kerja
apabila semua persyaratan dipenuhi dan benar.
1.8.7. Pengaturan tentang persyaratan yang harus dilengkapi untuk mengajukan
Tanda Daftar Perusahaan diatur dalam Pasal 5 ayat (3) yang diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Bupati Banyumas Nomor 42 Tahun 2005 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 4
Tahun 2005 tentang Tanda Daftar Perusahaan Tujuan Daftar Perusahaan,
yaitu Pendaftaran perusahaan dilakukan dengan cara mengisi Formulir
Pendaftaran Perusahaan dengan melampirkan dokumen-dokumen sebagai
berikut:
1. Apabila perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT):
a. Copy Akta Pendirian Perseroan;
b. Copy Akta Perubahan Pendiriaan Perseroan (apabila ada);
c. Copy Keputusan Pengesahan sebagai Badan Hukum dari Menteri
Hukum dan HAM;
64
d. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Paspor Direktur Utama
atau Penanggung Jawab;
e. Copy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan
itu, yang diterbitkan oleh Instansi yang berwenang;
f. Copy NPWP Perusahaan.
2. Apabila perusahaan berbentuk Koperasi:
a. Copy Akta Pendirian yang telah disahkan oleh Pejabat yang
berwenang;
b. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pimpinan atau Penanggung
Jawab Koperasi;
c. Copy Pengesahan sebagai Badan Hukum dari Pejabat yang
berwenang;
d. Copy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan
itu, yang diterbitkan oleh Instansi yang berwenang;
e. Copy NPWP Perusahaan.
3. Apabila perusahaan berbentuk Persekutuan Komanditer (CV):
a. Copy Akta Pendirian Perusahaan yang telah disahkan oleh Pejabat
yang berwenang;
b. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Paspor Penanggung
Jawab/ Pengurus;
c. Copy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan
itu, yang diterbitkan oleh Instansi yang berwenang;
65
d. Copy NPWP.
4. Apabila perusahaan berbentuk Persekutuan Firma (FA):
a. Copy Akta Pendirian Perusahaan yang telah disahkan oleh Pejabat
yang berwenang (apabila ada);
b. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Paspor Penanggung
Jawab/ Pengurus;
c. Copy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan
itu, yang diterbitkan oleh Instansi yang berwenang;
d. Copy NPWP.
5. Apabila perusahaan berbentuk Perorangan (PO):
a. Copy Akta Pendirian Perusahaan (apabila ada);
b. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Paspor Penanggung
Jawab/ Pengurus;
c. Copy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan
itu, yang diterbitkan oleh Instansi yang berwenang;
d. Copy NPWP.
6. Apabila perusahaan berbentuk Bentuk Perusahaan Lain:
a. Copy Akta Pendirian Perusahaan (apabila ada);
b. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Paspor Penanggung
Jawab/ Pengurus;
c. Copy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan
itu, yang diterbitkan oleh Instansi yang berwenang;
66
d. Copy NPWP.
7. Apabila perusahaan berbentuk Kantor Cabang, Kantor Pembantu dan
Perwakilan:
a. Copy Akta Pendirian Perusahaan, surat penunjukan atau surat
keterangan yang dipersamakan dengan itu, sebagai kantor cabang,
kantor pembantu atau perwakilan;
b. Surat Keputusan Pengangkatan Direktur Cabang;
c. Copy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan
itu, yang diterbitkan oleh Instansi yang berwenang atau Kantor
Pusat Perusahaan yang bersangkutan;
d. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Paspor Penanggung
Jawab Perusahaan;
e. Copy NPWP.
8. Apabila perusahaan berbentuk Kantor Agen atau Anak perusahaan,
persyaratannya sesuai dengan bentuk perusahaannya.
1.8.8. Pasal 7 Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 4 tahun 2005
tentang Tanda Daftar Perusahaan mengatur bahwa Tanda Daftar
Perusahaan berlaku untuk jangka waktu lima tahun terhitung mulai
diterbitkan dan wajib diperbaharui paling lambat tiga bulan sebelum masa
berlaku berakhir.
1.8.9. Mengenai biaya untuk mendapatkan Tanda Daftar Perusahaaan diatur
dalam Pasal 19 ayat (2) huruf a Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas
67
Nomor 4 tahun 2005 tentang Tanda Daftar Perusahaan yaitu besarnya tarif
biaya administrasi Tanda Daftar Perusahaan baru ditetapkan sebagai
berikut:
1. Perseroan Terbatas (PT) Rp. 500.000,00
2. Koperasi Rp. 100.000,00
3. Persekutuan Comanditer (CV) Rp. 250.000,00
4. Perusahaan Perseorangan Rp. 100.000,00
5. Persekutuan Firma (Fa) Rp. 250.000,00
6. Badan Usaha Lainnya (BUL) Rp. 250.000,00
7. Setiap Kantor Cabang, Kantor Pembantu, Anak Perusahaan, Agen
Perusahaan, Agen dan Perwakilan Perusahaan pada PT, Koperasi, CV,
Perusahaan Perseorangan, Fa, BUL dikenakan tarif sesuai dengan
bentuk perusahaannya.
8. Setiap Perusahaan Asing, Kantor Cabang, Kantor Pembantu, Anak
Perusahaan, Agen Kantor Pembantu, Agen dan Perwakilan Perusahaan
Asing Rp. 1000.000,00
1.8.10. Besarnya tarif biaya administrasi Perubahan, Penggantian dan
Pembaharuan Tanda Daftar Perusahaan baru diatur dalam Pasal 19 ayat
(2) huruf b, c, dan d Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 4
tahun 2005 tentang Tanda Daftar Perusahaan yaitu dipungut sebesar 50%
dari biaya administrasi yang ditetapkan untuk Tanda Daftar Perusahaan
yang bersangkutan.
68
1.8.11. Blangko yang diterbitkan sebagai Tanda Daftar Perusahaan sesuai dengan
bentuk perusahaan yang diatur dalam pasal 9 ayat (9) Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 37/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penyelenggaraan
Pendaftaran Perusahaan yang diatur lebih lanjut dalam lampiran Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 37/M-DAG/PER/9/2007 ini yaitu apabila:
a. PT berwarna merah muda;
b. Koperasi berwarna krem;
c. CV berwarna biru muda;
d. Fa berwarna hijau muda;
e. Perorangan berwarna putih; dan
f. Perusahaan lain berwarna ungu muda.
1.8.12. Pasal 6 Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 4 Tahun 2005
tentang Tanda Daftar Perusahaan Perusahaan mengatur apabila
perusahaaan telah menerima Tanda Daftar Perusahaan maka diwajibkan
untuk memasang ditempat yang mudah dibaca dan dilihat oleh umum
serta nomor Tanda Daftar Perusahaan wajib dicantumkan pada papan
nama dan dokumen-dokumen perusahaan yang dipergunakan dalam
kegiatan perusahaan.
1.9. Mengenai pembinaan daftar perusahaan, berdasarkan Pasal 6 Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 37/M-DAG/PER/9/2007 tentang
Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan menyebutkan bahwa pejabat yang
bertugas dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu
69
Pintu atau Pejabat lain yang ditetapkan berdasarkan peraturan menteri ini ,
dalam penerbitan Tanda Daftar Perusahaan harus berkoordinasi dengan Dinas
yang tugas dan wewenangnya di bidang perdagangan.
1.10. Berdasarkan Pasal 21 ayat (1) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 37/M-
DAG/PER/9/2007 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan
menyebutkan bahwa pengawasan terhadap perusahaan dilakukan oleh PPNS-
WDP dan/atau pegawai yang ditugaskan untuk melakukan pengawasan.
1.11. Pasal 21 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 4 Tahun
2005 tentang Tanda Daftar Perusahaan mengatur tentang ketentuan pidana
apabila melanggar Pasal 2 ayat (1), Pasal 6, Pasal 8 ayat (1), Pasal 10 ayat (1),
dan Pasal 11 ayat (1) diancam pidana kurungan paling lama 6 bulan atau
denda paling banyak Rp 50.000.000,-. Pasal 21 ayat (2) menyebutkan bahwa
tindak pidana sebagaimana dimaksut dalam ayat (1) termasuk dalam kategori
pelanggaran.
1.12. Pasal 22 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 4 Tahun
2005 tentang Tanda Daftar Perusahaan menjelaskan bahwa penyidikan tindak
pidana di bidang Pendaftaran Perusahaan dilakukan oleh Pejabat Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas yang
telah diberi wewenang khusus. Pasal 22 ayat (2) menyebutkan tentang
wewenang penyidik, yaitu:
70
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang Pendaftaran Perusahaan agar
keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau badan tentang perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana di bidang Pendaftaran Perusahaan;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan sehubungan
tindak pidana di bidang Pendaftaran Perusahaan;
d. Menerima buku-buku dan catatan-catatan dan dokumen lain berkenaan
dengan tindak pidana di bidang Pendaftaran Perusahaan;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan dan dokumen lain serta melakukan penyidikan terhadap bahan
bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di bidang Pendaftaran Perusahaan;
g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang melakukan,
meninggalkan ruangan atau tempat pemeriksaan siding berlangsung dan
memeriksa identitas seseorang dan atau dokumen yang dibawa
sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. Memeriksa seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang
Pendaftaran Perusahaan;
71
i. Memanggil seseorang untuk didengar keterangannya dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;
j. Menghentikan penyidikan;
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana di bidang Pendaftaran Perusahaan menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
1.13. Apabila ada perusahaan yang melakukan perubahan terhadap data yang
didaftarkan sesuai dengan Pasal 10 ayat (1) Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 37/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran
Perusahaan maka wajib melaporkan kepada Kantor Pendaftaran Perusahaan.
Kabupaten/Kota/Kotamadya setempat. Pasal 11 ayat (1) menyebutkan
perubahan tersebut antara lain:
a. Pengalihan kepemilikan atau kepengurusan perusahaan;
b. Perubahan nama perusahaan;
c. Perubahan bentuk atau status perusahaan;
d. Perubahan alamat perusahaan;
e. Perubahan kegiatan usaha pokok; atau
f. Khusus untuk PT termasuk perubahan anggaran dasar.
1.14. Perusahaan dan Tanda Daftar Perusahaan dinyatakan batal menurut Pasal 12
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 37/M-DAG/PER/9/2007 tentang
Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan apabila perusahaan yang
bersangkutan terbukti mendaftarkan data perusahaan secara tidak benar
72
dan/atau tidak sesuai dengan izin teknis maka diterbitkan Keputusan
Pembatalan.
1.15. Pasal 14 ayat (1) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
37/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan
mengatur tentang perusahaan dihapus dari daftar perusahaan apabila terjadi
hal-hal seperti berikut:
a. Perubahan bentuk perusahaan;
b. Pembubaran perusahaan;
c. Perusahaan menghentikan segala kegiatan usahanya;
d. Perusahaan berhenti akibat akta pendiriannya kadaluwarsa atau berakhir;
atau
e. Perusahaan menghentikan kegiatannya atau bubar berdasarkan Putusan
Pengadilan Negeri.
2. Data Primer
Berdasarkan wawancara dengan Kepala seksi Pembinaan dan Pengendalian
Usaha Perdagangan Kabupatem Banyumas dan Kepala Bidang Perijinan Badan
Penanaman Modal Kabupaten Banyumas tentang wajib daftar perusahaan di
Kabupaten Banyumas, maka diperoleh data sebagai berikut:
2.1. Menurut Wartono, Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Usaha
Perdagangan Kabupaten Banyumas, sebenarnya dalam pelaksanaan Wajib
Daftar Perusahaan tidak ada kendala, hanya kesadaran masyarakat saja yang
kurang, oleh karena itu sanksi yang tercantum dalam pasal 32 Undang-
73
Undang Nomor 3 Tahun 1982 belum dilaksanakan karena masih ada toleransi
akan kesadaran yang kurang dari masyarakat. Menurutnya pula, dalam
sosialisasi Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi yang dalam hal ini
bertugas melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap pendaftaran
perusahaan melakukan sosialisasi dengan mengumpulkan masyarakat dan
pelaku usaha serta BPM atau dilakukan pembinaan langsung ke lapangan.
Sosialisasi dilakukan secara bergilir per kecamatan. Dalam melakukan
sosialisasi Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi tidak melakukan
dengan paksaan kepada perusahaan. Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan
Koperasi memberikan penjelasan agar timbul kesadaran dari perusahaan
untuk melegalkan perusahaannya. Menurut Wartono, Pengawasan yang
dilakukan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi dilakukan
dalam hal mengecek masa berlakunya yaitu daftar ulang 5 tahun sekali.
Perusahaan setiap setengah tahun juga harus melapor jumlah tenaga kerja,
kondisi perusahaan, dan apabila ada masalah yang terjadi juga harus
dilaporkan ke Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi.
2.2. Sulistyowati, Kepala Bidang Perijinan Badan Penanaman Modal Kabupaten
Banyumas mengatakan bahwa walaupun kesadaran masyarakat kurang, tetapi
tidak ada satu haripun perusahaan yang tidak mendaftarkan perusahaannya.
Menurut beliau, meskipun telah diterbitkan Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 37/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran
Perusahaan, Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 4 Tahun 2005
74
tentang Tanda Daftar Perusahaan dan Peraturan Bupati Banyumas Nomor 42
Tahun 2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten
Banyumas Nomor 4 Tahun 2005 tentang Tanda Daftar Perusahaan masih
berlaku karena belum diterbitkan peraturan yang baru oleh dinas teknis yaitu
Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Banyumas.
B. Pembahasan
Data sekunder 1.1.3 menyebutkan tentang pengertian perusahaan. Definisi
Perusahaan juga disebutkan dalam Pasal 1 huruf (b) Undang-Undang No.3 Tahun
1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan yaitu setiap bentuk usaha yang menjalankan
setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan, bekerja
serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia, untuk tujuan
memperoleh keuntungan dan atau laba.
Menurut Molengraaf, perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang
dilakukan secara terus menerus, bertindak ke luar, untuk memperoleh penghasilan,
dengan cara memperdagangkan atau menyerahkan barang, atau mengadakan
perjanjian perdagangan.36
Melihat data sekunder 1.1.3 yang merupakan pengertian perusahaan dalam
lingkup Kabupaten Banyumas maka telah sesuai dengan pengertian perusahaan dari
rumusan Pasal 1 huruf (b) Undang-Undang No.3 Tahun 1982 dan pendapat dari
Molengraf.
36 Abdulkadir Muhamad, S.H, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, halaman 8.
75
Perumusan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan menyatakan Perusahaan yang wajib didaftar dalam Daftar Perusahaan
adalah setiap perusahaan yang berkedudukan dan menjalankan usahanya di wilayah
Negara Republik Indonesia menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, termasuk di dalamnya kantor cabang, kantor pembantu, anak perusahaan
serta agen dan perwakilan dari perusahaan itu yang mempunyai wewenang untuk
mengadakan perjanjian.
Adapun bentuk badan usaha yang termasuk dalam wajib daftar disebutkan
dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 meliputi :
- Perseroan Terbatas
- Koperasi Persetujuan Komanditer atau CV
- Firma atau Fa
- Perusahaan Perorangan atau PO
- Bentuk usaha lain diluar yang tersebut diatas terdiri antara lain Perusahaan
Umum (PERUM), Perusahaan Daerah (PD), Perusahaan Perwakilan Asing.
Dikaitkan dengan data sekunder 1.6.1 sampai dengan 1.6.6 perusahaan yang
telah melakukan wajib daftar perusahaan di Kabupaten Banyumas telah sesuai
dengan Pasal 7 dan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982.
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 menjelaskan bahwa Daftar
Perusahaan bertujuan untuk mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat secara
benar dari suatu perusahaan dan merupakan sumber informasi resmi untuk semua
pihak yang berkepentingan mengenai identitas, data, serta keterangan lainnya tentang
76
perusahaan yang tercantum dalam Daftar Perusahaan dalam rangka menjamin
kepastian berusaha.
Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar
Perusahaan menyebutkan bahwa setiap perusahaan wajib didaftarkan dalam Daftar
Perusahaan. Ayat (2) menyebutkan pendaftaran wajib dilakukan oleh pemilik atau
pengurus perusahaan yang bersangkutan atau dapat diwakilkan kepada orang lain
dengan memberikan surat kuasa yang sah. Ayat (3) menjelaskan apabila perusahaan
dimiliki oleh beberapa orang, para pemilik berkewajiban untuk melakukan
pendaftaran dan apabila salah seorang daripada mereka telah memenuhi
kewajibannya, yang lain dibebaskan daripada kewajiban tersebut. Ayat (4)
menyebutkan bahwa apabila pemilik dan atau pengurus dari suatu perusahaan yang
berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia tidak bertempat tinggal di
wilayah Negara Republik Indonesia, pengurus atau kuasa yang ditugaskan memegang
pimpinan perusahaan berkewajiban untuk mendaftarkan.
Melihat tujuan dan kewajiban daftar perusahaan di atas, maka daftar
perusahaan mempunyai arti penting untuk berbagai pihak yaitu bagi pemerintah,
masyarakat dan perusahaan. Bagi pemerintah dapat memudahkan untuk sewaktu-
waktu mengikuti secara seksama keadaan dan perkembangan sebenarnya dari dunia
usaha di Indonesia secara menyeluruh, untuk pengamanan pendapatan negara karena
wajib daftar perusahaan sekaligus dapat diarahkan dan diusahakan terciptanya iklim
usaha yang tertib dan sehat. Sedangkan arti penting bagi dunia usaha adalah untuk
mencegah dan menghindari praktek-praktek usaha yang tidak jujur serta sumber
77
informasi untuk kepentingan dunia usaha dan perusahaan sehingga pelaksanaan
pembangunan dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat dan kesejahteraan
bagi masyarakat. Arti penting daftar perusahaan bagi masyarakat adalah sebagai
perlindungan bagi masyarakat yang tidak ingin dirugikan apabila ternyata
perusahaan tersebut tidak jujur yang dapat diketahui keadaan perusahaan tersebut
melalui daftar perusahaan pada Kantor Pendaftaran Perusahaan. Bagi masyarakat
pada umumnya dan para pengusaha pada khususnya, daftar perusahaan merupakan
alat pembuktian yang sempurna terhadap setiap pihak ketiga sepanjang tidak
dibuktikan sebaliknya.
Data sekunder 1.6.1, 1.6.2, dan 1.6.3 menunjukan jumlah perusahaan yang
telah terdaftar dan memperoleh Tanda Daftar Perusahaan. Jika dikaitkan antara Pasal
2 dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 dan arti penting daftar
perusahaan maka pelaksanaan daftar perusahaan di Kabupaten Banyumas telah
sesuai yaitu dilihat dari banyaknya perusahaan yang telah mendaftarkan
perusahaannya. Tetapi, pada kenyataannya ada sebagian kecil perusahaan di
Kabupaten Banyumas yang belum melakukan pendaftaran perusahaan. Hal tersebut
didukung dengan data primer 2.1 yang menyebutkan bahwa pelaksanaan Wajib
Daftar Perusahaan tidak ada kendala, hanya kesadaran masyarakat yang kurang dan
didukung juga dengan data primer 2.2 yang menyebutkan bahwa walaupun
kesadaran masyarakat kurang, tetapi tidak ada satu haripun perusahaan yang tidak
mendaftarkan perusahaannya.
78
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 4 Tahun 2005 jika dikaitkan
dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 terdapat pengaturan dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 4 Tahun 2005 yang kurang sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982. Antara lain dalam data hasil penelitian 1.11
tentang ketentuan pidana.
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 4 Tahun 2005 menyebutkan
bahwa tindak pidana dalam pendaftaran perusahaan hanya termasuk dalam kategori
pelanggaran, sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 Tindak pidana
pendaftaran perusahaan termasuk dalam kategori pelanggaran dan kejahatan yang
tercantum dalam Pasal 32 ayat (1) dan (2), Pasal 33 ayat (1) dan (2), Pasal 34 ayat (1)
dan (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana membedakan pengaturan kejahatan
dan pelanggaran. Kejahatan diatur dalam buku II sedangkan pelanggaran diatur dalam
buku III. Berdasar penjelasan tersebut, ketentuan Pasal 21 ayat (1) dan (2) Peraturan
Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 4 Tahun 2005 kurang sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 1982.
Data sekunder 1.11 tentang ketentuan pidana dalam Pasal 21 ayat (1)
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 4 Tahun 2005 mengatur tentang
ketentuan pidana yaitu diancam pidana kurungan paling lama 6 bulan atau denda
paling banyak Rp 50.000.000,-(lima puluh juta rupiah). Pasal 32 ayat (1), Pasal 33
ayat (1), dan pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 menyebutkan
bahwa apabila tidak memenuhi kewajibannya diancam dengan pidana penjara
79
selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp. 3.000.000,-
(tiga juta rupiah).
Ketentuan pidana dalam Pasal 21 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten
Banyumas Nomor 4 Tahun 2005 tidak sesuai dengan Pasal 32 ayat (1), Pasal 33 ayat
(1), dan Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982. Tetapi berdasar
data primer 2.1 ketentuan pidana menjadi tidak berguna karena Pemerintah
Kabupaten Banyumas masih memberikan toleransi akan kesadaran wajib daftar
perusahaan yang kurang dari masyarakat.
Pasal 19 Undang Nomor 3 Tahun 1982 menyebutkan bahwa Menteri
menetapkan tempat-tempat kedudukan dan susunan kantor-kantor pendaftaran
perusahaan serta tatacara penyelenggaraan Daftar Perusahaan. Kabupaten Banyumas
sudah terdapat Kantor Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yaitu di
Kantor Badan Penanaman Modal, maka tata cara permohonan pendaftaran
perusahaan yang tadinya berdasar data sekunder 1.8.1 berada di bawah departemen
yang bertanggung jawab dalam bidang perdagangan sekarang menjadi urusan Badan
Penanaman Modal. Dasarnya adalah dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 37/M-DAG/PER/9/2007 yang disebutkan pada data sekunder
1.8.2. Jadi tata cara permohonan pendaftaran menurut data sekunder 1.8.1 sudah tidak
digunakan diganti dengan proses perijinan yang ada di data sekunder 1.8.4 yaitu di
Badan Penanaman Modal.
Data sekunder 1.8.6 tentang pengaturan persyaratan yang harus dilengkapi
untuk mengajukan Tanda Daftar Perusahaan dikaitkan dengan Pasal 11 sampai
80
dengan 16 Undang Nomor 3 Tahun 1982, maka terdapat beberapa ketentuan
persyaratan yang tidak dicantumkan dalam Pasal 5 ayat (3) Peraturan Daerah
Kabupaten Banyumas Nomor 4 Tahun 2005 yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati Banyumas Nomor 42 Tahun 2005 (data sekunder 1.8.6) tersebut.
Pasal 11 ayat (1) Undang Nomor 3 Tahun 1982 menyebutkan apabila
perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas, hal-hal yang wajib didaftarkan adalah :
a. 1. nama perseroan;
2. merek perusahaan;
b. 1. tanggal pendirian perseroan,
2. jangka waktu berdirinya perseroan;
c. 1. kegiatan pokok dan lain-lain kegiatan usaha perseroan;
2. izin-izin usaha yang dimiliki;
d. 1. alamat perusahaan pada waktu perseroan didirikan dan setiap
perubahannya;
2. alamat setiap kantor cabang, kantor pembantu dan agen serta
perwakilan perseroan;
e. berkenaan dengan setiap pengurus dan komisaris :
1. nama lengkap dan setiap alias-aliasnya;
2. setiap namanya dahulu apabila berlainan dengan huruf e angka 1;
3. nomor dan tanggal tanda bukti diri;
4. alamat tempat tinggal yang tetap;
81
5. alamat dan negara tempat tinggal yang tetap apabila tidak bertempat
tinggal tetap di wilayah Negara Republik Indonesia;
6. tempat dan tanggal lahir;
7. negara tempat lahir apabila dilahirkan di luar wilayah Negara Republik
Indonesia;
8. kewarganegaraan pada saat pendaftaran;
9. setiap kewarganegaraan dahulu apabila berlainan dengan huruf e angka
8;
10. tanda tangan;
11. tanggal mulai menduduki jabatan;
f. lain-lain kegiatan usaha dari setiap pengurus dan komisaris;
g. 1. modal dasar;
2. banyaknya dan nilai nominal masing-masing saham;
3. besarnya modal yang ditempatkan;
4. besarnya modal yang disetor;
h. 1. tanggal dimulainya kegiatan usaha;
2. tanggal dan nomor pengesahan badan hukum;
3. tanggal pengajuan permintaan pendaftaran.
Saham yang telah diterbitkan atas nama yang telah maupun belum disetor
secara penuh, di samping hal-hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), juga wajib
didaftarkan hal-hal mengenai setiap pemilik pemegang saham-saham itu yaitu:
1. nama lengkap dan setiap alias-aliasnya;
82
2. setiap namanya dahulu apabila berlainan dengan ayat (2) angka 1;
3. nomor dan tanggal tanda bukti diri;
4. alamat tempat tinggal yang tetap,
5. alamat dan negara tempat tinggal yang tetap apabila tidak bertempat tinggal
di wilayah Negara Republik Indonesia;
6. tempat dan tanggal lahir;
7. negara tempat lahir apabila dilahirkan di luar wilayah Negara Republik
Indonesia;
8. kewarganegaraan;
9. setiap kewarganegaraan dahulu apabila berlainan dengan ayat (2) angka 8;
10. jumlah saham yang dimiliki,
11. jumlah uang yang disetorkan atas tiap saham.
Pasal 11 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 menyebutkan bahwa
pada waktu mendaftarkan perusahaan wajib diserahkan salinan resmi akta pendirian.
Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 menyebutkan
apabila perusahaan berbentuk Koperasi, hal-hal yang wajib didaftarkan adalah:
a. 1. nama koperasi,
2. nama perusahaan apabila berlainan dengan huruf a angka 1;
3. merek perusahaan.
b. tanggal pendirian;
c. kegiatan pokok dan lain-lain kegiatan usaha;
d. alamat perusahaan berdasarkan akta pendirian;
83
e. berkenaan dengan setiap pengurus dan anggota badan pemeriksa
1. nama lengkap dan setiap alias-aliasnya;
2. setiap namanya dahulu apabila berlainan dengan ayat (2) angka 1;
3. nomor dan tanggal tanda bukti diri;
4. alamat tempat tinggal yang tetap;
5. tanda tangan;
6. tanggal mulai menduduki jabatan;
f. lain-lain kegiatan usaha dari setiap pengurus dan anggota badan pemeriksa;
g. 1. tanggal dimulainya kegiatan usaha;
2. tanggal pengajuan permintaan pendaftaran.
Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 menyebutkan bahwa
pada waktu pendaftaran juga wajib diserahkan salinan resmi akta pendirian koperasi
yang disahkan serta salinan surat pengesahan dari pejabat yang berwenang untuk itu.
Pasal 13 Undang Nomor 3 Tahun 1982 menyebutkan apabila perusahaan
berbentuk Persekutuan Komanditer, hal-hal yang wajib didaftarkan adalah :
a. tanggal pendirian dan jangka waktu berdirinya persekutuan;
b. 1. nama persekutuan dan atau nama perusahaan
2. merek perusahaan;
c. 1. kegiatan pokok dan lain-lain kegiatan usaha persekutuan;
2. izin-izin usaha yang dimiliki;
d. 1. alamat kedudukan persekutuan dan atau alamat perusahaan;
84
2. alamat setiap kantor cabang, kantor pembantu, dan agen serta
perwakilan persekutuan;
e. jumlah sekutu yang diperinci dalam jumlah sekutu aktif dan jumlah sekutu
pasif;
f. berkenaan dengan setiap sekutu aktif dan pasif;
1. nama lengkap dan setiap alias-aliasnya;
2. setiap namanya dahulu apabila berlainan dengan huruf f angka 1 ;
3. nomor dan tanggal tanda bukti diri;
4. alamat tempat tinggal yang tetap;
5. alamat dan negara tempat tinggal yang tetap apabila tidak bertempat
tinggal tetap di wilayah Negara Republik Indonesia;
6. tempat dan tanggal lahir;
7. negara tempat lahir apabila dilahirkan di luar wilayah Negara Republik
Indonesia,
8. kewarganegaraan pada saat pendaftaran;
9. setiap kewarganegaraan dahulu apabila berlainan dengan huruf f
angka 8;
g. Lain-lain kegiatan usaha dari setiap sekutu aktip dan pasip;
h. besar modal dan atau nilai barang yang disetorkan oleh setiap sekutu aktip
dan pasip;
i 1. tanggal dimulainya kegiatan persekutuan;
85
2. tanggal masuknya setiap sekutu aktip dan pasip yang baru bila terjadi
setelah didirikan persekutuan;
3. tanggal pengajuan permintaan pendaftaran;
j. tanda tangan dari setiap sekutu. aktip yang berwenang menanda tangani
untuk keperluan persekutuan;
Apabila perusahaan berbentuk Persekutuan Komanditer atas saham, selain
hal-hal di atas juga wajib didaftarkan hal-hal mengenai modal yaitu:
e. besarnya modal komanditer;
f. banyaknya saham dan besarnya masing-masing saham;
g. besarnya modal yang ditempatkan;
h. besarnya modal yang disetor.
Pasal 14 ayat (1) Undang-undang nomor 3 tahun 1982 menyebutkan apabila
perusahaan berbentuk Persekutuan Firma, hal-hal yang wajib didaftarkan adalah :
a. 1. tanggal pendirian persekutuan;
2. jangka waktu berdirinya persekutuan apabila ada;
b. 1. nama persekutuan atau nama perusahaan;
2. merek perusahaan apabila ada;
c. 1. kegiatan pokok dan lain-lain kegiatan usaha persekutuan;
2. izin-izin usaha yang dimiliki;
d. 1. alamat kedudukan persekutuan;
2. alamat setiap kantor cabang, kantor pembantu dan agen serta
perwakilan persekutuan;
86
e. berkenaan dengan setiap sekutu :
1. nama lengkap dan setiap alias-aliasnya;
2. setiap namanya dahulu apabila berlainan dengan huruf e angka 1;
3. nomor dan tanggal tanda bukti diri;
4. alamat tempat tinggal yang tetap;
5. alamat dan negara tempat tinggal yang tetap apabila tidak tinggal tetap
di wilayah Negara Republik Indonesia;
6. tempat dan tanggal lahir;
7. negara tempat lahir apabila dilahirkan di luar wilayah Negara Republik
Indonesia;
8. kewarganegaraan pada saat pendaftaran;
9. setiap kewarganegaraan dahulu apabila berlainan dengan huruf e angka
8;
f. lain-lain kegiatan usaha dari setiap sekutu;
g. jumlah modal (tetap) persekutuan;
h. 1. tanggal dimulainya kegiatan persekutuan;
2. tanggal masuknya setiap sekutu yang baru yang terjadi setelah didirikan
persekutuan;
3. tanggal pengajuan permintaan pendaftaran;
i. tanda tangan dari setiap sekutu (yang berwenang menanda tangani untuk
keperluan persekutuan).
87
Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 menyebutkan bahwa
apabila perusahaan berbentuk Persekutuan Firma memiliki akta pendirian, pada
waktu mendaftarkan wajib diserahkan salinan-salinan resmi akta pendirian yang
disahkan oleh pejabat yang berwenang untuk itu.
Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 menyebutkan apabila
perusahaan berbentuk perorangan hal-hal yang wajib didaftarkan adalah :
a. 1. nama lengkap pemilik atau pengusaha dan setiap alias-aliasnya;
2. setiap namanya dahulu apabila berlainan dengan huruf a angka 1;
3. nomor dan tanggal tanda bukti diri;
b. 1. alamat tempat tinggal yang tetap;
2. alamat dan negara tempat tinggal yang tetap, apabila tidak
bertempat tinggal tetap di wilayah Negara Republik Indonesia;
c. 1. tempat dan tanggal lahir pemilik atau pengusaha
2. negara tempat lahir apabila dilahirkan di luar wilayah Negara
Republik Indonesia;
d. 1. kewarganegaraan pemilik atau pengusaha pada saat pendaftaran;
2. setiap kewarganegaraan pemilik atau pengusaha dahulu apabila
berlainan dengan huruf d angka 1;
i. nama perusahaan dan merek perusahaan apabila ada;
j. 1. kegiatan pokok dan lain-lain kegiatan usaha;
2. izin-izin usaha yang dimiliki;
k. 1. alamat kedudukan perusahaan;
88
2. alamat setiap kantor cabang, kantor pembantu, dan agen serta
perwakilan perusahaan apabila ada;
l. jumlah modal tetap perusahaan apabila ada;
m. 1. tanggal dimulai kegiatan perusahaan;
2. tanggal pengajuan permintaan pendaftaran.
Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 menyebutkan
apabila perusahaan berbentuk usaha perorangan memiliki akta pendirian, pada waktu
mendaftarkan wajib menyerahkan salinan-salinan resmi akta pendirian yang disahkan
oleh pejabat yang berwenang untuk itu.
Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 menerangkan
bahwa perusahaan berbentuk usaha lainnya di luar dari pada sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11, 12, 13, 14 dan 15 undang-undang ini, hal-hal yang wajib didaftarkan
adalah:
a. nama dan merek perusahaan;
b. tanggal pendirian perusahaan;
c. 1. kegiatan pokok dan lain-lain kegiatan usaha perusahaan;
2. izin-izin usaha yang dimiliki;
d. 1. alamat perusahaan berdasarkan akta pendirian;
2. alamat setiap kantor cabang, kantor pembantu, dan agen serta perwakilan
perusahaan;
e. berkenaan dengan setiap pengurus dan komisaris atau pengawas :
1. nama lengkap dan setiap alias-aliasnya;
89
2. setiap namanya dahulu apabila berlainan dengan huruf e angka 1;
3. nomor dan tanggal tanda bukti diri;
4. alamat tempat tinggal yang tetap;
5. alamat dan negara tempat tinggal yang tetap, apabila tidak bertempat
tinggal tetap di wilayah Negara Republik Indonesia;
6. tempat dan tanggal lahir;
7. negara tempat lahir apabila dilahirkan di luar wilayah Negara Republik
Indonesia;
8. kewarganegaraan pada saat pendaftaran;
9. setiap kewarganegaraan dahulu apabila berlainan dengan huruf e angka
8;
10. tanda tangan;
11. tanggal mulai menduduki jabatan;
f. lain-lain kegiatan usaha dari setiap pengurus dan komisaris atau pengawas;
g. 1. modal dasar;
2. besarnya modal yang ditempatkan;
3. besarnya modal yang disetorkan;
h. 1. tanggal dimulainya kegiatan perusahaan;
2. tanggal pengajuan permintaan pendaftaran.
Pasal 15 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 menyebutkan
apabila pada waktu mendaftarkan wajib diserahkan salinan resmi akta pendirian dan
lain-lain surat pernyataan serta pengesahan dari pajabat yang berwenang untuk itu.
90
Data sekunder 1.8.6 telah sesuai dengan Pasal 11 sampai Pasal 16 Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 1982. Petugas pendaftaran perusahaan dalam hal ini Badan
Penanaman Modal Kabupaten Banyumas mengacu pada Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1982 dan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 4 Tahun 2005
sebagai peraturan pelaksana bersifat melengkapi peraturan yang ada dalam Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 1982.
Pasal 22 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 mengatur bahwa Perusahaan
yang telah disahkan pendaftarannya dalam daftar Perusahaan diberikan Tanda Daftar
Perusahaan yang berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal
dikeluarkannya dan wajib diperbaharui sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sebelum
tanggal berlakunya berakhir. Data sekunder 1.8.7 jika dikaitkan dengan ketentuan
pasal tersebut maka dapat dilihat bahwa pelaksanaan pembaharuan Tanda Daftar
Perusahaan di Kabupaten Banyumas sudah sesuai.
Pasal 38 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 meyebutkan bahwa hal-hal
yang belum atau belum cukup diatur dalam Undang-undang ini diatur lebih lanjut
oleh Menteri.
Apabila dikaitkan antara sekunder 1.9 dengan Pasal 38 Undang-undang
Nomor 3 Tahun 1982 dan didukung dengan data primer 2.1 maka pembinaan daftar
perusahaan di Kabupaten Banyumas telah sesuai. Pembinaan daftar perusahaan di
Kabupaten Banyumas dilakukan oleh Dinas perindusrian, perdagangan dan koperasi
dalam hal ini yang bertanggung jawab adalah Dinas Perdagangan Kabupaten
Banyumas.
91
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi telah menerapkan ketentuan
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 meskipun belum sepenuhnya. Hal
tersebut dilihat dengan banyaknya perusahaan yang telah mendaftarkan
perusahaannya walaupun pada kenyataannya tidak semua perusahaan, ada sebagian
kecil perusahaan di Kabupaten Banyumas yang belum melakukan pendaftaran
perusahaan. Pendaftaran perusahaan dilakukan di Badan Penanaman Modal
Kabupaten Banyumas dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi
melakukan pembinaan dengan melakukan sosialisasi kepada perusahaan agar
perusahaan tersebut sadar akan adanya kewajiban pendaftaran perusahaan.
B. Saran
1. PPNS-WDP dan/atau pegawai yang ditugaskan untuk melakukan pengawasan
harus benar-benar menerapkan sanksi yang ada dalam Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1982 agar perusahaan di Banyumas lebih sadar akan pentingnya
pendaftaran perusahaan.
2. Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi bersama Badan Penanaman
Modal agar melakukan pendataan perusahaan secara berkala agar jumlah
perusahaan yang ada di Kabupaten Banyumas dapat diketahui secara pasti jadi
92
akan mempermudah dalam hal pembinaan dan pengawasan dalam wajib daftar
perusahaan dan juga bagi pemerintah, masyarakat dan perusahaan dapat lebih
memahami tentang arti penting wajib daftar perusahaan.