27
i JURNAL KARYA ILMIAH PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI RESIDIVIS CURANMOR DI POLRES MATARAM Oleh: Arsyi Hidayatullah D1A 010 112 FAKULTAS HUKUM

fh.unram.ac.id · Web viewYang mana dari faktor-faktor tersebut di atas yang sangat mempengaruhi seorang residivis curanmor adalah faktor Ekonomi, karena sebagian besar mereka melakukan

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

JURNAL KARYA ILMIAH

PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI RESIDIVIS CURANMOR DI POLRES MATARAM

Oleh:

Arsyi Hidayatullah

D1A 010 112

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2017

HALAMAN PENGESAHAN

JURNAL KARYA ILMIAH

PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI RESIDIVIS CURANMOR DI POLRES MATARAM

Oleh:

Arsyi Hidayatullah

D1A 010 112

Menyetujui,

Pembimbing I,

Abdul Hamid, SH.,MH

NIP. 19590731 198703 1 001

PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI RESIDIVIS CURANMOR DI POLRES MATARAM

Arsyi Hidayatullah

NIM: D1A 010 112

Fakultas Hukum

Universitas Mataram

ABSTRAK

Untuk mengetahui dan memahami apa yang menjadi faktor penyebab munculnya residivis curanmor di Kota Mataram. Untuk mengetahui dan memahami upaya yang dilakukan peran kepolisian dalam mencegah munculnya residivis curanmor di Polres Mataram. Adapun Metode Penelitian yang digunakan adalah empiris yaitu suatu penelitian dengan cara mengkaji dan melihat secara langsung fenomena dalam masyarakat dan penerapan Peraturan Perundang-Undangan dilapangan.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran peran kepolisian dalam menagulangi residivis curanmor yang terlalu meresahkan masyarakat di kota mataram. Berdasarkan ketetentuan Undang-undang Kitab Hukum Pidana Pasal 362 sampai dengan 367 tentang pencurian, Bahwa adanya peran kepolisian ini membantu untuk menanggulangi residivis curnmor di kota Mataram.

Kata kunci : Peran Kepolisian, Residivis dan Curanmor.

The Role Of Police In Tanckling Curanmor Residivis In Mtaram City

ABSTRACT

To know and understand what is the factor causing the emergence of curanmor residivis in Mataram City. To know and understand the efforts performed by the police role in preventing the emergence of curanmor residivis in Polres Mataram. The research method used is empirical. The results showed that the role of police in responding to curanmor recidivists is too disturbing for people in the city of mataram. Based on the provisions of the Criminal Code Law Articles 362 to 367 concerning theft, That existence of this police role helps to overcome the recidivist curnmor in Mataram city.

Keywords: Role of Police, Residivist and Curanmor.

iii

I. PENDAHULUAN

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini banyak membawa peerubahan. Disatu sisi perkembangan ini sangat membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan seperti gerak pindah manusia dari satu tempat ketempat lain.

Hal ini banyak didukung oleh sarana transportasi modern dan relatif nyaman, yang mampu bergerak dengan sangat cepat sehingga mampu menekan interval waktu yang dibutuhkan contohnya kendaraan bermotor, tetapi disisi lain dengan adanya tranportasi modern seperti sepeda motor memiliki dampak negatif seperti munculnya kejahatan di bidang kendaraan bermotor.

Kendaraan bermotor adalah sesuatu yang merupakan kendaraan yang menggunakan mesin atau motor untuk menjalankannya. Kendaraan bermotor yang sering menjadi sasaran kejahatan pencurian kendaraan bermotor yaitu sepeda motor roda dua dan kendaraan bermotor roda empat. Tindak pidana pencurian yang dimaksud dalam KUHP diatur dalam Pasal 362, Pasal 363, Pasal 364, Pasal 365, Pasal 366, dan Pasal 367. Apabila dikaitkan dengan Pasal 362 KUHP maka kejahatan pencurian kendaraan bermotor adalah perbuatan pelaku kejahatan dengan mengambil suatu barang berupa kendaraan bermotor yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk memiliki kendaraan bermotor tersebut secara melawan hukum.

Sebagian besar pelaku tindak pidana pencurian bermotor ini mengulangi perbuatannya setelah selesai menjalani masa hukumannya, permasalahan ini yang kerap kali timbul dari kasus-kasus tindak pidana pencurian yang terjadi di kalangan masyarakat menengah kebawah. Pelaku yang mengulangi kejahatan yang sama setelah selesai menjalani pidananya, dalam teori hukum disebut sebagai residivis.

Berdasarkan dari apa yang telah dipaparkan di atas, maka akan dilakukan penelitian terkait dengan Residivis curanmor karena penyusun menganggap perlu untuk melakukan penelitian ini agar muncul gambaran mengenai Peran Kepolisian Dalam Menanggulangi Residivis Curanmor Di Polres Mataram.

Dari uraian tersebut maka permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apakah yang menjadi penyebab munculnya residivis curanmor di kota Mataram? 2. Bagaimana peran kepolisian dalam mencegah munculnya residivis curanmor di Polres Mataram?

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan : a. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab munculnya residivis curanmor di Kota Mataram b. Untuk mengetahui peran kepolisian dalam mencegah munculnya residivis curanmor di Polres Mataram.

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya hukum Pidana tentang residivis curanmor. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran serta dijadikan rujukan oleh para praktisi yang bergelut dibidang hukum dalam rangka penegakan hukum pidana, khususnya peran kepolisian dalam menanggulangi residivis curanmor di Polres Mataram.

Sesuai dengan judul dan rumusan masalah, maka jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian hukum empiris yaitu penelitian yang mengkaji hukum berdasarkan fakta- fakta dilapangan.

II. PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kota Matara

Lokasi Penelitian ada di Kota Mataram sebagai salah satu Kota di Propinsi Nusa Tenggara Barat, letaknya diapit antara Kabupaten Lombok Barat dan Selat Lombok. Letaknya antara 08° 33’ dan 08° 38’ Lintang Selatan dan antara 116° 04’ – 116° 10’ Bujur Timur. Luas wilayah Kota Mataram adalah 61,30 Km2, yang terbagi dalam 3 (Tiga) kecamatan.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Mataram; Nomor : 3 Tahun 2007, Tentang Pemekaran Kecamatan dan Kelurahan di Kota Mataram maka kecamatan yang sebelumnya berjumlah 3 (tiga) kecamatan dimekarkan menjadi 6 (enam) dengan 50 (lima puluh) kelurahan dan 298 lingkungan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Selaparang yaitu sebesar 10,7653 Km2, disusul Kecamatan Mataram dengan luas wilayah 10,7647 Km2. Sedangkan wilayah terkecil adalah Kecamatan Ampenan dengan luas 9,4600 Km2.

Dapat diketahui bahwa Kota Mataram terdapat 6 (enam) kecamatan dan 50 (lima puluh) kelurahan, dengan rincian sebagai berikut: 1. Kecamatan Ampenan terdiri dari 10 (sepuluh) kelurahan yaitu: Bintaro, Ampenan Utara, Dayan Pekan, Ampenan Tengah, Banjar, Ampenan Selatan, Taman Sari, Pejeruk, Kebun Sari, Pejarakan Karya. 2. Kecamatan Sekarbela terdiri dari 5 (lima) kelurahan yaitu: Kekalik Jaya, Tanjung Karang Permai, Karang Pule,Jempong Baru. 3. Kecamatan Mataram terdiri dari 9 (sembilan) kelurahan yaitu: Pejanggik, Punia, Pegesangan Barat, Pegesangan, Pegesangan Timur, Pagutan, Pagutan Timur, Pagutan Barat, Mataram Timur. 4. Kecamatan Selaparang terdiri dari 9 (sembilan) kelurahan yaitu: Rembiga, Karang Baru, Monjok Timur, Monjok, Monjok Barat, Mataram Barat, Gomong, Dasan Agung, Dasan Agung Baru. 5. Kecamatan Cakranegara terdiri dari 10 (sepuluh) kelurahan yaitu: Cakranegara Barat, Cilinaya, Sapta Marga, Mayura, Cakranegara Timur, Cakranegara Selatan, Cakranegara Selatan Baru, Cakranegara Utara, Krang Taliwang, Sayang Sayang. 6. Kecamatan Sandubaya terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan yaitu: Selagalas,Bertais, Mandalika, Babakan, Turida, Abian Tubuh Baru, Dasan Cermen.

Batas wilayah Administratif dari letak Kota Mataram, antara lain: a. Sebelah Utara, berbatasan dengan Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat. b. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kecamatan Labu Api, Kabupaten Lombok Barat. c. Sebelah Barat, berbatasan dengan Selat Lombok d. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat

Gambaran Umum Lembaga Yang Menjadi Informan

Pada penulisan skripsi penulis mendapatkan data dari :

1. POLRES Mataram (Jalan langko No. 17, Mataram, Nusa Tenggara Barat)

Jumlah Angka Kasus Pencurian

Jumlah kasus Tindak pidana Curanmor yang terjadi pada tahun 2014 awalnya berjumlah 656 (Enam Ratus Lima puluh Enam) kasus, kemudian pada Tahun 2015 menurun menjadi 401 (Empat Ratus Satu) kasus, pada tahun 2016 mengalami Peningkatan menjadi 505 (Lima Ratus Lima) kasus. Total jumlah kasus Tindak Pidana Curanmor selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah berjumlah 1.562 (Seribu Lima Ratus Enam Puluh Dua) kasus.

Pola waktu terjadinya curanmor yaitu pada pukul 00:00 s/d 03:00 terdapat 35 (tiga puluh lima kasus, pukul 03:00 s/d 06:00 terdapat 46 (empat puluh enam) kasus, pukul 06:00 s/d 12:00 terdapat 78 (tujuh puluh delapan) kasus, pukul 12:00 s/d 18.00 terdapat 116 (seratus enam belas) kasus, pukul 18:00 s/d 21:00 terdapat 96 (Sembilan puluh enam) kasus, pukul 21:00 s/d 24:00 terdapat 30 (tiga puluh) kasus. Dari tabel di atas yang menunjukkan pola waktu curanmor terbanyak yaitu pukul 12:00 s/d 18:00.

Pola tempat kejadian perkara yaitu: Mall/toko terdapat 6 (enam) kasus, pasar 9 (Sembilan) kasus, sekolah 8 (delapan) kasus, jalan 1 (satu) kasus, perumahan 166 (seratus enam puluh enam) kasus, tempat pasrkir 40 (empat puluh) kasus, hotel tidak ada kasus, kost 127 (seratus dua puluh tujuh) kasus, perkantoran 11 (sebelas) kasus, lapangan tidak ada kasus, lain-lain 33 (tiga puluh tiga) kasus. Dari tabel pola tempat kejadian terbanyak yaitu di perumahan yang menunjukkan angka 166 (seratus enam puluh enam) kasus.

Jumlah kasus Tindak pidana Curanmor pelakunya yang merupakan Residivis terjadi pada tahun 2014 yang awalnya berjumlah 59 (Lima puluh Sembilan) kasus, kemudian pada Tahun 2015 meningkat menjadi 73 (Tujuh Puluh Tiga) kasus, pada tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 66 (Enam Puluh Enam) kasus. Total jumlah kasus Tindak Pidana Curanmor pelaku merupakan Residivis selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah berjumlah 198 (Seratus Sembilan Puluh Delapan) kasus.

Menurut keterangan dari bapak Haris Dinsah selaku Kasat Reskrim Polres Mataram, menurut data di atas dari 1.562 (Seribu Lima Ratus Enam Puluh Dua) kasus terdapat 198 (Seratus Sembilan Puluh Delapan) kasus yang pelakunya adalah Residivis[footnoteRef:1]. [1: Wawancara dengan AKP Haris Dinsah, SH. S.I.K selaku Kasat Reskrim Polres Mataram ]

Berdasarkan wawancara dengan Haris Dinsah selaku Kasat Reskrim Polres Mataram, bahwa penyebab munculnya residivis curanmor adalah sebagai berikut :

1. Faktor Internal; Kejahatan merupakan bakat manusia yang dibawa sejak lahir. Berdasarkan pendapat ini, bahwa sifat-sifat jahat seseorang dapat diturunkan sehingga mereka sering melakukan kejahatan yang tidak berprikemanusiaan. Faktor Internal ini dapat terjadi karena beberapa hal :a. Faktor Pendidikan Pendidikan bagi manusia adalah perlu walaupun sangat sederhana. Dengan adanya pendidikan menjadikan manusia dapat memahami diri serta potensi yang dimiliki juga dapat memahami orang lain. Pada tingkatan yang lain pendidikan memberikan pembaharuan bagi manusia untuk mencapai kesejahteraan. Dari sini pendidikan mampu mempengaruhi manusia secara utuh. Rendahnya pendidikan seseorang akan menjadikan seseorang mudah untuk berlaku jahat.

Demikian pula dengan pencurian kendaraan bermotor, maka dari dari hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak Reskrim Polres Mataram dapat dipahami bahwa lebih banyaknya kasus pencurian kendaraan bermotor khususnya pelaku merupakan residivis dari latar belakang pendidikan rendah. b. Faktor Individu Seseorang yang tingkah lakunya baik akan mengakibatkan seseorang tersebut mendapatkan penghargaan dari masyarakat, akan tetapi sebaliknya jika seseorang bertingkah laku tidak baik maka orang itu akan menimbulkan kekacauan dalam masyarakat. Maka yang dapat mengontrol dan mengembangkan kepribadiannya yang positif akan dapat menghasilkan banyak manfaat baik itu bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Sedangkan mereka yang tidak dapat mengontrol kepribadiannya dan cendrung terombang ambing oleh perkembangan akan terus terseret arus kemana akan mengalir. Entah itu baik atau buruk mereka akan tetap mengikuti hal tersebut.

2. Faktor Ekstern; Faktor ini lebih menitik beratkan pada situasi masyarakat yang terjadi akhir-akhir ini. Faktor ini menjadi sangat berpengaruh ketika kondisi masyarakat secara umum semakin sulit. Faktor tersebut adalah : a. Faktor Ekonomi Hampir setiap tahun harga kebutuhan pokok terus meningkat, sedangkan pendapatan tiap individu belum tentu mampu untuk mencukupi peningkatan tersebut. Sehingga hal tersebut mengakibatkan alasan bagi seseorang untuk melakukan tindak pidana.

Kondisi perekonomian inilah yang membuat seseorang dengan terpaksa melakukan pencurian demi memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, seseorang melakukan pencurian tersebut tanpa fikir panjang. b.Faktor Lingkungan Selain faktor ekonomi, faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh atas terjadinya tindak pengulangan tindak pidana pencurian, Seseorang yang hidup/tinggal di dalam lingkungan yang mendukung untuk dilakukannya pencurian, maka disuatu waktu ia juga akan melakukan tindak pidana pencurian tersebut. Banyak hal yang membuat lingkungan menjadi faktor penyebab terjadinya suatu tindak kejahatan (curanmor). Misalnya kebutuhan dalam pergaulan dengan teman sebaya, kontrol dari lingkungan yang kurang dan pergaulan dengan seseorang yang memiliki pekerjaan sebagai pencurian.

Kedua faktor di atas baik faktor intern intern maupun ekstern, tidak selalu berjalan dengan sendiri-sendiri, tetapi dapat pula berjalan secara bersama sehingga mempengaruhi sebagai penyebab penyalahgunaan pencurian.

Peran Kepolisian Dalam Mencegah Munculnya Residivis Curanmor di Polres Mataram

Fungsi kepolisian yang dimaksud adalah tugas dan wewenang kepolisian secara umum, artinya segala kegiatan pekerjaan yang dilaksanakan oleh polisi yang meliputi kegiatan pencegahan (preventif) dan penegakan hukum atau represif. Perumusan fungsi ini didasarkan pada tipe Kepolisian yang tiap Negara berbeda-beda, ada tipe Kepolisian yang ditarik dari kondisi sosial yang menempatkan Polisi sebagai tugas yang sama-sama dengan rakyat, dan Polisi yang hanya menjaga status quo dan menjalankan hukum saja. Menurut Satjipto Rahardjo tipe Polisi yang pertama yang berada bersama-sama dengan rakyat disebut Polisi yang “Protagenis” dan tipe kedua yakni pemolisian sekedar yang menjaga status quo dan yang tau menjalankan hukum disebut polisi “Antagonis”.

Upaya pencegahan munculnya residivis curanmor di Kota Mataram dilakukan dengan cara preventif maupun refresif pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari penanggulangan kejahatan pencurian kendaraan bermotor, mengedepankan peran polri yang disertai dengan partisipasi dan kerja sama semua lapisan masyarakat.

Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah menjadi tanggung jawab bersama warga masyarakat. Reaksi ini pada dasarnya berkaitan dengan pencegahan dan penanggulangan terhadap kejahatan pencurian kendaraan bermotor itu sendiri.

Secara resmi yang bertanggung jawab atas usaha pencegahan dan penanggulangan kejahatan adalah pihak kepolisian. Akan tetapi karena keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh polri menjadikan tidak efektifnya usaha tersebut.

Lebih jauh lagi polri tidak mungkin mencapai tahap ideal pemenuhan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan usaha penanggulangan kejahatan. Dalam upaya menanggulangi tindak pencurian kendaraan bermotor pihak kepolisian lebih mengedepankan tindak preventif dibandingkan tindak represif karena tindakan pencegahan lebih baik dari pemberantasan.

Dalam upaya pencegahan pencurian kendaraan bermotor pihak Polres Mataram mengadakan 2 macam tindakan yaitu preventif dan represip. Pihak Kepolisian dalam hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Haris Dinsah selaku Kasat Reskrim Polres Mataram selalu mengadakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Operasi tertentu b. Razia selektif c. penjagaan dan operasi d. Patroli kepolisian

Bentuk kegiatan ini dilakukan dalam bentuk antara lain 1. Patroli rutin 2. Patroli selektif 3. Patroli incidental e. Pencegahan pencurian kendaraan bermotor melalui pendekatan situasional. Bentuk kegiatan ini antara lain: 1. Memperkokoh sasaran kejahatan 2. Memindahkan sasaran kejahatan ke tempat yang lebih aman f. Mengadakan penyuluhan-penyuluhan dan bimbingan g. Mengadakan pengawasan kepada residivis pencurian kendaraan bermotor atau residivis yang ada keterkaitannya dengan pencurian kendaraan bermotor.

Secara represip yaitu: a. Bagi residivis kambuhan yang telah secara terang-terangan menganggap pencurian kendaraan bermotor sebagai mata pencaharian, maka akan dilakukan tembak di tempat pada bagian kakinya. b. Menegakkan hukum yang berlaku dengan memberikan sanksi yang tegas sesuai Undang-Undang yang berlaku.

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan guna menjawab rumusan masalah yang ada dalam skripsi ini, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Faktor-faktor yang menjadi Penyebab Munculnya Residivis Curanmor di Kota Mataram, yaitu faktor internal dan faktor eksternal : a. Faktor internal yaitu bakat spiritual seseorang (individu), kurangnya iman dalam dirinya sehingga hal tersebut mendorong dirinya untuk melakukan hal buruk seperti melakukan tindak pidana. b.Faktor eksternal misalnya, faktor ekonomi dan faktor lingkungan yang mendukung seseorang untuk melakukan tindak pidana. Yang mana dari faktor-faktor tersebut di atas yang sangat mempengaruhi seorang residivis curanmor adalah faktor Ekonomi, karena sebagian besar mereka melakukan pencurian karena desakan ekonomi yang mereka alami. 2. Peran kepolisian dalam mencegah munculnya residivis curanmor di Polres Mataram, yaitu melakukan tindakan preventif dan tindakan refresif seperti : a. Operasi tertentu b. Razia selektif c. penjagaan dan operasi d. Patroli kepolisian

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian di atas, maka penyusun dapat memberikan saran sebagai berikut : 1. Dilihat dari peran kepolisian yang dilakukan, seharusnya pihak Polres Mataram juga memberikan sosialisasi kepada masyarakat guna meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap banyaknya tindak pidana pencurian kendaraan bermotor khususnya yang dilakukan oleh para residivis serta adanya kerja sama antara pihak kepolisian dengan masyarakat untuk menjaga keamanan wilayah masyarakat. 2. Selain sanksi pidana harusnya para pelaku di berikan rehabilitasi mental serta rehabilitasi sosial dan reintegrasi agar si pelaku residivis curanmor ini dalam keadaan siap untuk dikembalikan ke lingkungan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku- buku

Dwi Yuwono Ismantoro. Cerdas dan Percaya diri hadapi Polisi. Pustaka Yustisia. Yogyakarta.2012

Hamzah Andi. Asas-asas Hukum Pidana. Cet. Keempat. Rineka Cipta. Jakarta. 2010.

Mahrus Ali. Dasar-dasar Hukum Pidana.Penerbit Sinar Grafika. 2011.

Moelyatno,.Asas-asas Hukum Pidana. Edisi Revisi. Penerbit Rineka Cipta.Jakarta 2008.

Prakoso Abintaro. Kriminologi dan Hukum Pidana. Laksbang Grafika. 2013.

Prasetyo Teguh. Hukum Pidana. Edisi 1. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta. 2014

Prasetyo Teguh. Hukum Pidana Edisi Revisi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2014.

Prihati. Analisis Hukum Pidana. Grafika Media. Cet. Ketiga. Jakarta

Rahardi Pudi. Hukum Kepolisian. Cet. Pertama. Laksbang Grafika. Surabaya. 2014.

Rahardjo Satjijoto. Negara Hukum yang Membahagiakan Rakyatnya. Genta Pers. Yogyakarta

Sadjijono. Seni Hukum Kepolisian Polri dan good Governance. Cet. Pertama. Laksbang Mediatama. Surabaya. 2008

Sadjijono. Memahami Hukum Kepolisian. Laksbang pressindo. Yogyakarta. 2009.

Sitompul. Polisi dan Penangkapan. Cet. Pertama. Tarsito. Bandung. 1985.

Syarifin Pipin. Pengantar Ilmu Hukum. Cet. Ketiga. Pustaka Setia. Jakarta.

Syarifin Pipin. Hukum Pidana di Indonesia. Cet. Kedua. Pustaka Setia. Bandung 2008.

Waluyadi. Kejahatan, Pengadilan dan Hukum Pidana. Mandar Maju. Cet. Kesatu. Cirebon. 2009

2. Peraturan Perundang-Undangan

Moelyatno,. Kitap Undang-Undang Hukum Pidana. Edisi 24. Penerbit Sinar Grafika Jakarta. 2010.

Indonesia, LN Nomor 2 Tahun 2012, TLN Nomor 4168

KUHP (Kitap Undang-Undang HUkum Pidana) & KUHAP (Kitap Undang-Undang Hukum Acara Pidana). Permata Pers. 2007